Sei sulla pagina 1di 7

MENGUJI KONTAMINASI PADA WADAH DAN ALAT PENGOLAHAN PANGAN

[Contaminations Test Of Food Processing Equipment And Containers ]

Istiarini
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri,
Universitas Mataram, Mataram
*email: tiarinrin22@gmail.com

ABSTRACT
Food sanitation is action taken to prevent contamination of food during handling, processing, storage and
distribution. Food sanitation aims to protect public health through reducing contamination in food. To get a good
quality of food, we need tools that are safe, clean, in good condition, and free of contamination. This is related
to the storage and treatment to the material before it is processed. Proper handling will maintain the quality and
sanitation of materials before processing. It’s not recommended to use tools that have experienced visual
defects, are damaged and moldy because they will cause contamination in the final product that is produced and
can reduce the quality of end-processed food products. The purpose of this lab is to determine the level of
sanitation of containers and processing equipment using the rinse and swab method (topical method). Rinse
method is a method of analysis of contamination in closed food processing containers and devices, while the
swab method is used for open containers and tools. Based on the observation of the number of colonies that
grow most are in the Nutrient Agar (NA) medium the rinse before heating method is in the treatment without
treatment and stagnant water is> 1.0 x 105 CFU and the lowest number of colonies is in the treatment washed
using sunlight for <1 , 0 x 103CFU. This is in accordance with Gobel's (2008) statement that soap which
functions as a disinfection can reduce the number of microbes that attach.
Keywords: sanitation, contamination, containers and tools.

ABSTRAK

Sanitasi pangan adalah semua tindakan yang dilakukan untuk mencegah tercemarnya makananan selama
penanganan, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sanitasi pangan bertujuan melindungi kesehatan
masyarakat melalui pengurangan ataupun penghilangan cemaran dalam makanan. Untuk mendapat makanan
yang aman dan kerkualitas maka diperlukan alat-alat yang aman, bersih, kondisi yang baik, serta bebas
kontaminasi. Hal ini terkait dengan penyimpanan dan perlakuan yang diberikan pada bahan sebelum diolah.
Penanganan yang tepat akan mempertahankan mutu dan sanitasi bahan sebelum diproses. Sangat tidak
dianjurkan mengunakan alat-alat yang sudah mengalami cacat visual, rusak dan berjamur karena akan
menyebabkan terjadinya kontaminasi pada produk akhir yang dihasilkan dan dapat menurunkan kualitas produk
akhir olahan pangan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat sanitasi wadah dan alat
pengolahan menggunakan metode bilas dan swab (Metode oles). Metode bilas adalah metode analisis
kontamisasi pada wadah dan alat pengolahan pangan yang tertutup, sedangkan metode swab digunakan untuk
wadah dan alat yang terbuka. Berdasarkan hasil pengamatan jumlah koloni yang tumbuh paling banyak berada
pada medium Nutrient Agar (NA) metode bilas sebelum dipanaskan yaitu pada perlakuan tanpa perlakuan dan
air tergenang sebesar > 1,0 x 10 5 CFU dan jumlah koloni terendah terdapat pada perlakuan dicuci menggunakan
sunlight sebesar <1,0 x 103CFU. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Gobel (2008) bahwa sabun yang
berfungsi sebagai disinfeksi dapat mengurangi jumlah mikroba yang menempel.
Kata kunci: sanitasi, kontaminasi, wadah dan alat.

PENDAHULUAN konsumen karena adanyan bahan-bahan yang


Sanitasi pangan adalah semua tindakan tidak seharusnya ada dalam makanan. Prosedur
yang dilakukan untuk mencegah tercemarnya sanitasi yang dikenal sebagai SSOP ( Standar
makananan selama penanganan, pengolahan, Sanitasion Operation Procedure) (Heriyadi,
penyimpanan dan distribusi. Sanitasi pangan 2009 ).
bertujuan melindungi kesehatan masyarakat Untuk mendapat makanan yang aman dan
melalui pengurangan ataupun penghilangan kerkualitas maka diperlukan alat-alat yang aman,
cemaran dalam makanan. Bagi industri, sanitasi bersih, kondisi yang baik, serta bebas
juga dapat mengurangi kerugian ekonomi yang kontaminasi. Hal ini terkait dengan penyimpanan
disebabkan oleh kebusukan atau komplain dan perlakuan yang diberikan pada bahan
sebelum diolah. Penanganan yang tepat akan yang dirancang untuk memperhatikan
mempertahankan mutu dan sanitasi bahan lingkungan yang bersih dan sehat untuk
sebelum diproses. Sangat tidak dianjurkan penyiapan, pengolahan dan penyimpangan
mengunakan alat-alat yang sudah mengalami pangan (Yulianto, 2015).
cacat visual, rusak dan berjamur karena akan Sanitasi pangan adalah semua tindakan
menyebabkan terjadinya kontaminasi pada yang dilakukan untuk mencegah tercemarnya
produk akhir yang dihasilkan dan dapat makananan selama penanganan, pengolahan,
menurunkan kualitas produk akhir olahan penyimpanan dan distribusi. Sanitasi pangan
pangan. bertujuan melindungi kesehatan masyarakat
Konsumen berhak memperoleh makanan melalui pengurangan ataupun penghilangan
yang bersih dan sehat. Zaman yang semakin cemaran dalam makanan. Bagi industri, sanitasi
modern membuat kesadaran konsumen terhadap juga dapat mengurangi kerugian ekonomi yang
pangan yang sehat, bersih dan kaya gizi semakin disebabkan oleh kebusukan atau komplain
tinggi. Perusahaan atau industri dituntut untuk konsumen karena adanyan bahan-bahan yang
menghasilkan produk yang sesuia dengan tidak seharusnya ada dalam makanan. Prosedur
tuntutan masyarakat. Kebersihan dan hygienitas sanitasi yang dikenal sebagai SSOP ( Standar
makanan oleh alat-alat pengolahan dan wadah Sanitasion Operation Procedure) (Heriyadi,
menjadi salah satu prioritas produsen makanan. 2009).
Oleh karena itu, praktikum ini perlu dilakukan Hygiene adalah upaya kesehatan dengan
untuk mengetahui tingkat sanitasi wadah dan cara memelihara dan melindungi kebersihan
alat pengolahan. subjeknya seperti mencuci tangan dengan air
Makanan dibutuhkan manusia untuk bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan
melangsungkan hidup dan melakukan berbagai tangan, mencuci piring untuk kebersihan wadah,
aktivitas. Makanan tidak hanya dituntut cukup membuang bagian makanan yang rusak untuk
dari segi jumlah dan zat gizi, tetapi juga harus melindungi keutuhan makanan secara
aman dikonsumsi. Apabila aspek keamanan tidak keseluruhan. Higiene dan sanitasi tidak dapat
diperhatikan, maka makanan dapat menjadi dipisahkan satu dengan yang lainnya karena erat
sumber penyakit dan kematian bagi manusia. kaitannya. Sanitasi adalah upaya pencegahan
Keamanan pangan di Indonesia menempati penyakit yang menitik beratkan kegiatan pada
posisi yang penting bagi kesehatan dan usaha kesehatan lingkungan hidup manusia
pembangunan. Salah satu faktor yang (Widyawati, 2002).
mendukung terciptanya keamanan pangan Peralatan makanan harus diperhatikan
adalah kondisi sanitasi dan higiene pengolahan tingkat sanitasi, bahan peralatan, cara
pangan. Praktik sanitasi dan higiene pengolahan penyimpanan dan cara pencucian, karena
pangan yang kurang baik dapat menimbulkan peralatan makanan dapat menyebabkan
hal-hal yang merugikan konsumen, seperti kontaminasi silang penyebab food borne
keracunan maupun penyakit yang ditularkan desease. Angka kuman pada alat makanan dan
melalui penyakit (Hatta,2014). minuman dipengaruhi oleh berbagai faktor
Sanitasi berasal dari bahasa latin, artinya seperti sumber air untuk mencuci,, cara mencuci,
sehat. Berdasarkan konteks industri pangan, penggunaan desinfektan. Peralatan makanan
sanitasi adalah penciptan dan pemeliharaan dan masak perlu juga dijaga kebersihannya
kondisi higiene dan sehat. Higiene adalah semua setiap akan dipergunakan. Untuk itu peranan
kondisi dan ukuran yang perlu untuk menjamin pembersih atau pencucian peralatan perlu
keamanan dan kesesuaian pangan pada semua diketahui secara mendasar. Dengan
tahap rantai makanan. Sanitasi merupakan suatu membersihkan secara baik, akan menghasilkan
ilmu terapan yang menggabungkan prinsip- alat pengolahan makanan yang bersih dan sehat.
prinsip dasain, pengembangan, pelaksanaan, Menjaga kebersihan peralatan makanan dan
perawatan, perbaikan atau peningkatan kondisi- masak, telah membantu mencegah terjadinya
kondisi dari tingkat higienes. Pengaplikasian pencemaran atau kontaminasi makanan yang
sanitasi mengacu pada tindakan-tindakan higiene dapat terjadi karena peralatan yang digunakan
(Yulia, 2016). Adapun tujuan dari praktikum ini phospat 20 mL 10-1, kemudian dilakukan
adalah untuk mengetahui tingkat sanitasi wadah pengenceran dengan pengambilan 1 mL larutan
dan alat pengolahan menggunakan metode bilas buffer phospat yang telah dimasukkan ke dalam
dan swab (Metode oles). botol UC. Sampel diambil pada 3 pengenceran
terakhir, kemudian diinokulasi secara duplo pada
BAHAN DAN METODE medium Nutrient Agara (NA) dan Skim Milk
Bahan Agara (SMA). Medium kemudian diinkubasi pada
Bahan yang digunakan pada praktikum ini T=37oC selama t=48 jam dan diamati serta
adalah air, larutan buffer fosfat, media Nutrient dihitung jumlah koloni mikrobanya.
Agar (NA), media Skim Milk Agar (SMA), media Untuk pengujian wadah dan alat
Potato Dextrose Agar (PDA ). Sedangkan alat- menggunakan metode swab langkah awal dilalui
alat yang digunakan adalah botol UC, blue tip, dengan menyiapkan alat swab dan wadah
cawan petri, cobek batu, cobek tanah, inkubator, pengolahan, selanjutnya alat swab dicelupkan ke
lampu bunsen, label, pipet mikro, pisau daging, dalam larutan buffer phospat 10 mL, kemudian
piring plastik, swab, talenan kayu, tabung reaksi, wadah atau alat pengolahandiswab sebanyak 3
vortex , waterbath, dan yellow tip. kali dengan luas permukaan 10x5 cm dan alat
dicelupkan kembali pada larutan buffer phospat.
Metode Larutan buffer phospat yang berisi kontaminasi
Metode yang digunakan pada praktikum ini kemudian diencerkan dan diambil sampel 3
adalah metode bilas dan metode sawab. Metode pengenceran terakhir untuk diinokulasi pada
bilas digunakan pada wadah dan alat yang medium Nutrient Agara (NA) dan Skim Milk
tertutup atau memiliki permukaan yang sulit Agara (SMA) sedangkan pada medium Potato
dijangkau sedangkan untuk alat dan wadah Dextrose Agar (PDA) diambil 3 pengenceran
terbuka digunakan metode swab. Pada uji pertama yang kesemuanya dilakukan secara
kontaminasi wadah dan alat menggunakan duplo dengan metode tuang. Medium kemudian
metode bilas proses diawali dengan diinkubasi pada T=37oC selama t=48 jam dan
mempersiapkan alat berupa botol UC, diamati serta dihitung jumlah koloni mikrobanya.
selanjutnya botol UC di isi dengan larutan buffer

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Wadah Botol ( Metode Bilas ) Medium Nutrient
Agar (NA) Sebelum Dipanaskan
10-3 10-4 10-5 Ʃ(CFU/ml)
Kelompok Perlakuan
U1 U2 U1 U2 U1 U2
11 Tanpa >250 >250 >250 >250 >250 >250 > 1,0 x105
perlakuan
12 Air >250 >250 >250 >250 >250 >250 > 1,0 x105
tergenang
13 Air panas 181 169 >250 >250 79 184 3,5 x 104
14 Sunlight 11 45 25 11 8 15 < 1,0 x 103
15 Mama lemon >250 131 183 74 54 17 1,28 x 106

Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Wadah Botol ( Metode Bilas ) Medium Skim Milk
Agar (SMA) Sebelum Dipanaskan
10-3 10-4 10-5
Kelompok Perlakuan Ʃ(CFU/ml)
U1 U2 U1 U2 U1 U2
11 Tanpa perlakuan >250 >250 35 43 15 50 3,9 x 105
12 Air tergenang >250 >250 >250 >250 >250 >250 >1,0 x 105
13 Air panas 121 157 55 121 78 152 1,39 x 105
14 Sunlight 47 75 71 44 59 58 6,1 x 104
15 Mama lemon 54 83 23 21 64 22 5,85 x 104
Tabel 1.3 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Wadah Botol ( Metode Bilas ) Medium Potato
Dextrose Agar (PDA) Sebelum Dipanaskan
10-1 10-2 10-3
Kelompok Perlakuan Ʃ(CFU/ml)
U1 U2 U1 U2 U1 U2
11 Tanpa perlakuan 4 4 4 0 1 1 <1,0 x 101
12 Air tergenang 0 0 0 0 0 2 <1,0 x 103
13 Air panas 33 12 69 50 >150 >150 5,95 x 103
14 Sunlight 6 4 6 1 4 1 <1,0 x 101
15 Mama lemon 7 7 31 21 15 1 2,6 x 103

Tabel 1.4 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Wadah Botol ( Metode Bilas ) Medium Nutrient
Agar (NA) Setelah Dipanaskan
10-1 10-2 10-3
Kelompok Perlakuan Ʃ(CFU/ml)
U1 U2 U1 U2 U1 U2
16 Tanpa perlakuan >250 >250 55 >250 72 114 9,3 x 104
17 Air tergenang 132 79 8 49 26 13 1,05 x 103
18 Air panas >250 >250 233 200 150 170 2,2 x 105
19 Sunlight >250 97 >250 42 >250 >250 >1,0 x 105
20 Mama lemon 49 30 >250 >250 >250 >250 3,95 x 102

Tabel 1.5 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Wadah Botol ( Metode Bilas ) Medium Skim Milk
Agar (SMA) Setelah Dipanaskan
10-1 10-2 10-3
Kelompok Perlakuan Ʃ(CFU/ml)
U1 U2 U1 U2 U1 U2
16 Tanpa perlakuan >250 >250 61 117 94 >250 8,9 x 103
17 Air tergenang 50 61 55 8 28 66 5,55 x 102
18 Air panas >250 >250 233 200 150 170 2,16 x 106
19 Sunlight >250 >250 >250 >250 90 >250 >1,0 x 103
20 Mama lemon 30 >250 68 >250 >250 >250 > 1,0 x 105

Tabel 1.6 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Wadah Botol ( Metode Bilas ) Medium Potato
Dextrose Agar (PDA) Setelah Dipanaskan
10-3 10-4 10-5
Kelompok Perlakuan Ʃ(CFU/ml)
U1 U2 U1 U2 U1 U2
16 Tanpa perlakuan 6 18 7 5 0 1 <1,0 x 101
17 Air tergenang 80 35 77 72 76 59 5,75 x 102
18 Air panas 93 124 52 15 13 4 1,08 x 103
19 Sunlight 92 13 >250 >250 5 90 7,45 x 104
20 Mama lemon 41 10 7 14 73 92 8,25 x 104

Tabel 1.7 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Alat Pengolahan ( Metode Swab) Medium
Nutrient Agar (NA) Sebelum Dipanaskan
10-1 10-2 10-3
Kelompok Sampel Ʃ(CFU/ml)
U1 U2 U1 U2 U1 U2
11 Talenan kayu >250 >250 >250 >250 >250 >250 > 1,0 x 104
12 Piring plastic >250 >250 >250 54 >250 0 >1,0 x 104
13 Cobek batu 180 35 143 155 212 >250 1,11x 104
14 Pisau daging >250 >250 105 >250 68 87 7,75 x 105
15 Cobek tanah 45 >250 >250 >250 >250 >250 >1,0 x 105
Tabel 1.8 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Alat Pengolahan ( Metode Swab) Medium Skim
Milk Agar (SMA) Sebelum Dipanaskan
10-1 10-2 10-3
Kelompok Sampel Ʃ(CFU/ml)
U1 U2 U1 U2 U1 U2
11 Talenan kayu >250 >250 >250 >250 >250 >250 >1,0 x 104
12 Piring plastic >250 >250 >250 >250 >250 >250 >1,0 x 104
13 Cobek batu 97 121 >250 128 45 156 1,09 x 104
14 Pisau daging >250 >250 10 15 44 14 >1,0 x 104
15 Cobek tanah 40 >250 >250 25 132 87 1,09 x 106

Tabel 1.9 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Alat Pengolahan ( Metode Swab) Medium Potato
Dextrose Agar (PDA) Sebelum Dipanaskan
10-1 10-2 10-3
Kelompok Sampel Ʃ(CFU/ml)
U1 U2 U1 U2 U1 U2
11 Talenan kayu 150 117 64 42 22 110 1,33 x 103
12 Piring plastic >150 >150 >150 >150 83 >150 >1,0 x 103
13 Cobek batu 9 14 45 154 92 >150 9,95 x 103
14 Pisau daging 38 34 18 26 25 22 3,6 x 102
15 Cobek tanah 31 44 67 87 77 43 3,75 x 102

Tabel 1.10 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Alat Pengolahan ( Metode Swab) Medium
Nutrient Agar ( NA) Setelah Dipanaskan
10-1 10-2 10-3
Kelompok Sampel Ʃ(CFU/ml)
U1 U2 U1 U2 U1 U2
16 Talenan kayu 110 91 56 55 52 37 1,005 x 103
17 Piring plastic 89 172 151 119 160 223 1,05 x 103
18 Cobek batu >250 >250 180 210 170 170 1,95 x 104
19 Pisau daging >250 >250 >250 >250 >250 >250 >1,0 x 103
20 Cobek tanah >250 >250 >250 >250 23 >250 >1,0 x 103

Tabel 1.11 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Alat Pengolahan ( Metode Swab) Medium Skim
Milk Agar (SMA) Setelah Dipanaskan
10-1 10-2 10-3
Kelompok Sampel Ʃ(CFU/ml)
U1 U2 U1 U2 U1 U2
16 Talenan kayu 120 58 37 81 37 44 8,9 x 102
17 Piring plastic 105 160 210 158 81 80 1,32 x 103
18 Cobek batu 180 >250 150 165 60 28 1,57 x 104
19 Pisau daging >250 7 >250 >250 92 37 6,45 x 104
20 Cobek tanah 122 105 >250 >250 >250 >250 1,13 x 103

Tabel 1.12 Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Alat Pengolahan ( Metode Swab) Medium
Potato Dextrose Agar (PDA) Setelah Dipanaskan
10-1 10-2 10-3
Kelompok Sampel Ʃ(CFU/ml)
U1 U2 U1 U2 U1 U2
16 Talenan kayu 6 11 3 0 27 8 <1,0 x 101
17 Piring plastic 47 61 67 36 63 68 5,4 x 102
18 Cobek batu 13 8 1 5 1 2 <1,0 x 101
19 Pisau daging 62 15 10 32 >150 97 3,85 x 102
20 Cobek tanah 38 42 39 51 2 1 4 x 102
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat dipadatkan sehingga NA juga bias disebut
terjadi setiap saat dan menyentuh permukaan sebagai nutrisi padat yang digunakan untuk
setiap tangan dan alat. Dengan demikian sanitasi pertumbuhan bakteri. Fungsi agar hanya sebagai
lingkungan sangat perlu diperhatikan terutama pengental namun bukan zat makanan pada
yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau bakteri, agar dapat mudah menjadi padat pada
pengolahan produk makanan atau industri. Salah suhu tertentu. Kemudian medium Skim Milk Agar
satu sumber kontaminasi oleh mikroba dapat (SMA) terdiri dari PCA steril dan susu skim. Susu
berasal dari penggunan wadah dan alat skim digunakan sebagai sumber substrat. Susu
pengolahan yang kotor dan mengandung skim merupakan susu yang mengandung protein
mikroba dalam jumlah cukup tinggi. Pencucian tinggi 3,7% dan lemak 0,1%. Susu skim
alat pengolahan dengan mengunakan air yang mengandung protein tinggi sebagai protein susu
kotor, dapat menyebabkan mikroba yang berasal dimana akan dipecah oleh mikroorganisme
dari air pencucian dapat berpndah atau proteolitik menjadi senyawa nitrogen terlarut
menempel pada wadah dan alat pengolahan sehingga pada koloni dikelilingi area bening. Hal
tersebut. ini menunjukkan mikroba tersebut mempunyai
Sanitasi wadah dan alat-alat pengolahan aktivitas proteolitik (Fardiaz, 1992). Kemudian
ditujukan untuk membunuh sebagian besar atau menurut Rully (2008) menyatakan Potatto
semua mikrorganisme yang terdapat pada Dexstrose Agar (PDA) digunakan sebagai
bagian permukaan. Dalam disinfeksi, jenis medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi
disinfektan, konsentrasi yang digunakan, suhu, diatas permukaan.
dan metode yang diterapkan bervariasi Praktikum ini akan membahas hasil
tergantung dari jenis wadah dan alat-alat yang pengujian sanitasi wadah dan alat pengolahan.
akan dibersihkan serta jenis mikroorganisme Salah satu sumber kontaminan utama dalam
yang akan dibasmi. Sanitasi pada wadah pengolahan pangan berasal dari penggunaan
pengemas produk pangan yang sering dilakukan wadah dan alat-alat pengolahan meliputi
diantaranya menggunakanair panas, uap panas, pencucian dan menghilangkan kotoran sisa-sisa
halogen (Klorin atau iodin), turunan halogen, makanan. Pengujian efisiensi dari proses sanitasi
dan komponen amonium kuartener. Pemilihan dapat digunakan metode bilas untuk wadah dan
desinfektan yang tepat sangat diperlukan bagi alat-alat pengolahan tertutup, sedangkan untuk
industry pangan sehingga diperoleh desinfektan alat-alat yang terbuka dan besar menggunakan
dengan daya kerja yang optimal. metode swab.
Demikian juga sisa-sisa makanan yang Metode bilas biasanya dilakukan terhadap alat
masih menempel pada alat atau wadah dapat yang memiliki ukuran kecil atau permukaannya
menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme kecil seperti botol. Caranya dengan membilas
yang cukup tinggi. Mikroba yang mungkin botol dengan larutan pembilas kemudian
tumbuh bias kapang, khamir dan bakteri. Mutu masukkan larutan yang akan dianalisis ke dalam
makanan yang baik akan menurun nilainya larutan buffer fosfat steril dengan volume
apabila ditempatkan pada wadah yang kurang tertentu lalu di vortex agar mikroba tersebar
bersih. Proses sanitasi alat dan wadah merata. Kemudian untuk metode swab dilakukan
ditunjukkan untuk membunuh sebagian besar dengan mengoles atau swab pada alat yang
atau semua mikroorganisme yang terdapat pada akan di uji yang telah di celup dalam larutan
permukaan. Sanitizer yang digunakan misalnya pengencer pada permukaan alat seluas 2 x 2 cm
air panas, halogen (Klorin dan iodin), turunan untuk ukuran minimalnya.
halogen dan komponen ammonium quartener. Berdasarkan hasil pengamatan jumlah
Media yang digunakan dalam praktikum ini koloni yang tumbuh paling banyak berada pada
adalah Nutrient Agar (NA), Skim Milk Agar medium Nutrient Agar (NA) metode bilas
(SMA), dan Potatto Dexstrose Agar (PDA). sebelum dipanaskan yaitu pada perlakuan tanpa
Nutrient Agar (NA) merupakan medium yang perlakuan dan air tergenang sebesar > 1,0 x 10 5
digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri. CFU dan jumlah koloni terendah terdapat pada
NA dibuat dengan komposisi agar yang sudah perlakuan dicuci menggunakan sunlight sebesar
<1,0 x 103CFU. Uji sanitasi wadah botol medium CFU dan jumlah koloni terendah terdapat pada
Skim Milk Agar (SMA) metode bilas sebelum perlakuan dicuci menggunakan sunlight sebesar
dipanaskan yang memiliki jumlah pertumbuhan <1,0 x 103CFU. Hal tersebut sesuai dengan
koloni yang cukup banyak pada perlakuan air pernyataan Gobel (2008) bahwa sabun yang
tergenang sebesar >1,0 x 10 5CFU dan yang berfungsi sebagai disinfeksi dapat mengurangi
terendah pada perlakuan dicuci air panas, yaitu jumlah mikroba yang menempel. Sementara itu
sebesar 1,39 x 105 CFU. Hal tersebut sesuai hasil pengamatan menggunakan metode swab
dengan pernyataan Gobel (2008) bahwa sabun pada alat pengolahan menunjukkan bahwa alat
yang berfungsi sebagai disinfeksi dapat kayu, batu dan plastik mengandung banyak
mengurangi jumlah mikroba yang menempel. mikroorganisme karena adanya pori-pori yang
Peralatan dalam industri pangan merupakan alat dapat menjerap mikroba di dalamnya sehingga
yang bersentuhan langsung dengan bahan, sulit untuk di bersihkan. Adapaun Faktor yang
untuk menghindari terjadinya kontaminasi maka diduga dapat mempengaruhi kontaminasi pada
peralatan yang digunakan untuk mengolah dan wadah dan alat pengolahan pangan yaitu air
menyajikan makanan harus sesuai dengan yang di gunakan dalam proses pencucian yang
peruntukkannya dan memenuhi persyaratan kurang bersih sehingga mengakibatkan
higiene sanitasi. Peralatan harus segera di kontaminasi pada wadah.
bersihkan dan di disinfeksi untuk mencegah
kontaminasi silang pada makanan baik pada DAFTARA PUSTAKA
tahap persiapan, pengolahan, penyimpanan
sementara. Peralatan pengolahan seperti alat Gobel, R.B. 2008. Mikrobiologi Umum.
pemotong, talenan, bak penampunga, alat Universitas Hassanudin Press. Makassar.
pengaduk, alat penyaring merupakan sumber Indonesia
kontaminan bagi pangan.
Hariyadi,P. dan R. Dewayati. 2009. Petunjuk
Faktor-faktor yang memperngaruhi
Sederhana Memproduksi Pangan yang Aman.
kontaminasi alat pengolahan yaitu kemungkinan
Diah Rakyat. Jakarta. Indonesia.
kurang baik dalam proses pencucian peralatan
yang langsung di bawah keran atau air mengalir.
Hatta,W., M.B. Sudarwanto, I. Sudirman dan R.
Menurut Pohan (2009) mengatakan air yang
Malaka. 2014. Praktek Sanitasi Hygiene
digunakan berulang-ulang untuk proses
Pada Usaha Pengolahan Dangke Susu Sapi
pencucian peralatan makanan akan sangat
Dikabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
mudah terkontaminasi bakteri yang menempel
Jurnal Veteriner 15(1): 147-148.
pada peralatan yang akan di cuci. Adapun faktor
lain yaitu dari ketidaktelitian praktikkan saat Widyawati, Retno dan Yuliarsih. 2002. Hyigiene
melakukan praktikum, termasuk pelaksanaan dan Sanitasi Umum dan Perhotelan.
praktikum yang tidak sesuai prinsip kerja, dalam Gramedia Widiasarana Indonesia.
hal ini adalah kesalahan cara pengambilan Jakarta. Indonesia.
sampel serta banyak bicara saat melakukan Yulia. 2016. Hyigiene Sanitasi Makanan,
praktikum. Minuman dan Sarana Sanitasi terhadap
Angka Kuman Peralatan Makanan dan
KESIMPULAN
Minuman pada Kantin. Jurnal Vokasi
Sanitasi wadah dan alat pengolahan
Kesehatan 2(1): 55-61.
ditujukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme yang ada pada permukaan alat. Yulianto, A., dan Nurcholis. 2015. Penerapan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum Standar Hygiene dan Sanitasi dalam
ini diperoleh hasil bahwa jumlah koloni yang Meningkatkan Kualitas Makanan di Food
tumbuh paling banyak berada pada medium and Baverage Departement @Ham Platinum
Nutrient Agar (NA) metode bilas sebelum Hotel Yogyakarta. Jurnal Khasanah Ilmu
dipanaskan yaitu pada perlakuan tanpa 6(2): 31-32.
perlakuan dan air tergenang sebesar > 1,0 x 10 5

Potrebbero piacerti anche