Sei sulla pagina 1di 340

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324559345

Model Pengelolaan Program dan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan


Fungsional Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Thesis · February 2015


DOI: 10.13140/RG.2.2.33669.45280

CITATIONS READS

0 141

1 author:

Irmawita Irmawita
Situs Resmi Universitas Negeri Padang
10 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Irmawita Irmawita on 17 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


DISERTASI

MODEL PENGELOLAAN PROGRAM DAN PEMBELAJARAN


PENDIDIKAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL BERBASIS
KEBUTUHAN BELAJAR MASYARAKAT

Oleh
IRMAWITA
NIM: 51773

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Doktor Ilmu Pendidikan

PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2015
ABSTRACT
Irmawita, 2015: Model of Functional Literacy Education Program and Learning
Management Based on Community Learning Needs. Disertation. Doctor Program
Degri of State University of Padang.
Functional literacy program is one of the units was provided nonformal
education to the learners to improve their self in learning literacy. This research
problems based on the learners who graduate study in functional literacy program
(KF), they are already literate, but within a period not so long suffered illiterate
again. Allegedly management education program (functional literacy) not made yet
based learning needs and utilization of local potential. The purpose of this study was
to develop a model program management and learning based functional literacy
learning needs of the community.
Development research method, the respondents of these research consist of
managers, organizers, and KF tutors in Padang city and of Tanah Datar region.
Management and learning KF was organized based on initiatives carried
out by managers and tutors, no identification and selection process are clear, so the
less desirable learning program the learners. Research and development of learning
management model KF based learning needs, starting with the identification of local
needs and potentials in planning the program. Selection process and coordination
within the organization. Activity motivation and guidance in the implementation.
Coaching is done in the form of direction and guidance based on monitoring results.
Using performance assessment instrument for tutors and organizers. Development
through partnership programs for teaching and learning the skills of productive
citizens. Formulate syllabus, lesson plans, teaching materials and practical
evaluation instrument based on the learning needs of community, the local potential
and methods of learning through andragogy approach. Advised managers and tutors
can use the model-based management of functional literacy learning needs of the
community to the program of interest and motivation to learn can be increased so
that people learn to encourage independent learning for the creation of lifelong
learning.

Keywords: managements, literacy functional learning based on community needs.


ABSTRAK
Irmawita, 2015: Model Pengelolaan Program dan Pembelajaran Pendidikan
Keaksaraan Fungsional Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat. Disertasi.
Program Doktor Universitas Negeri Padang.
Program pendidikan keaksaraan fungsional merupakan salah satu dari satuan
pendidikan nonformal yang membelajarkan warga belajar agar melek aksara.
Permasalahan penelitian ini beranjak dari warga belajar yang tamat belajar pada
program pendidikan keaksaraan fungsional , mereka sudah melek aksara, akan tetapi
dalam jangka waktu yang tidak begitu lama mengalami buta huruf kembali.Di duga
pengelolaan program pendidikan yang dilakukan belum berdasarkan kebutuhan
belajar dan pemanfaatan potensi lokal. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan
model pengelolaan program dan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional
berbasis kebutuhan belajar masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan. Responden
penelitian terdiri dari pengelola, penyelenggara dan tutor pada wilayah Kota Padang
dan Kabupaten Tanah Datar.
Pengelolaan dan pembelajaran dilakukan berdasarkan keinginan dan inisiatif
pengelola dan tutor tanpa adanya identifikasi dan proses seleksi yang jelas, sehingga
program belajar kurang diminati warga belajar . Penelitian model pengelolaan dan
pembelajaran KF berbasis kebutuhan belajar, diawali dengan identifikasi kebutuhan
dan potensi lokal dalam menyusun perencanaan program. Proses seleksi dan
koordinasi dalam pengorganisasian. Kegiatan motivasi dan pembimbingan dalam
pelaksanaan. Pembinaan dilakukan dalam bentuk pengarahan dan bimbingan
berdasarkan hasil pengawasan. Menggunakan instrumen penilaian untuk kinerja tutor
dan penyelenggara. Pengembangan program melalui kemitraan untuk kegiatan belajar
dan keterampilan produktif warga belajar. Merumuskan silabus, RPP, bahan ajar
praktis dan instrumen evaluasi berdasarkan hasil kebutuhan belajar masyarakat,
potensi lokal dan metode belajar melalui pendekatan adragogy. Disarankan pengelola
dan tutor dapat menggunakan model pengelolaan pendidikan keaksaraan fungsional
berbasis kebutuhan belajar masyarakat agar program belajar dapat diminati dan
motivasi warga belajar meningkat sehingga mendorong terjadinya kemandirian
belajar untuk terciptanya belajar sepanjang hayat (life long learning).

Kata Kunci: Pengelolaan, Pembelajaran KF Berbasis Kebutuhan Masyarakat.


Lembar Pengesahan

Dengan Persetujuan Komisi Promotor/ Pembahas / Penguji Telah Disahkan


Disertasi Atas Nama :

Nama : IRMAWITA
NIM : 51773

Melalui Ujian Terbuka Pada Tanggal 23 Februari 2015

Direktur Program Pascasarjana Ketua Prodi/ Konsentrasi


Universitas Negeri Padang

Prof. Nurhizrah Gistituati, M, Ed,Ed.D. Prof. Dr. Z. Mawardi Efendi, M. Pd.


NIP. 19580325 199403 2 001 NIP. 19501104 197503 1 001
DISERTASI
MODEL PENGELOLAAN PROGRAM DAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL BERBASIS
KEBUTUHAN BELAJAR MASYARAKAT

DOSEN PEMBIMBING/PROMOTOR
No Nama Promotor Tanda Tangan
1. Prof. Dr. Rusdinal, M. Pd

2. Prof. Dr. Jamaris Jamna, M.Pd

3. Prof. Drs. Nizwardi Jalinus, M Ed.Ed.D

PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2015
PERSETUJUAN KOMISI PROMOTOR

Nama : Irmawita
NIM: 51773

Komisi Promotor

Prof. Dr. Rusdinal, M. Pd __________________


(Ketua Promotor/ Penguji)

Prof. Dr. Jamaris Jamna, M. Pd __________________


(Promotor/Penguji)

Prof. Drs. Nizwardi Jalinus, M. Ed. Ed.D __________________


(Promotor/Penguji)

Prof. Dr. Sufiarma Marsidin M.Pd __________________


( Pembahas / Penguji)

Prof. Dr. Gusril, MPd __________________


( Pembahas/Penguji)

Prof.Dr. Agus Irianto, M.Pd __________________


( Pembantu Rektor I/ Penguji)

Prof. Dr. Nurhizrah Gistituati, M.Ed.Ed.D __________________


(Direktur/Penguji)

Prof. Dr. Z. Mawardi Efendi, M. Pd __________________


(Ketua Program Studi S3/Penguji)

Prof. Dr. Azwar Ananda, M.A __________________


(Asisten Direktur I/Penguji)

Prof. Dr. Awis Karni, M. Ag __________________


( Penguji dari luar)
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan :

1. Karya tulis saya disertasi dengan judul: “Model Pengelolaan Program dan
Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis Kebutuhan Belajar
Masyarakat” adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik baik di Universitas Negeri Padang maupun di Perguruan Tinggi
lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian dan rumusan saya sendiri, tanpa
bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan Tim promotor ,Pembahas dan
Penguji.
3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah di
tulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan
jelas atau dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan
disebutkan nama pengarangnya, dan dicantumkan pada daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran pernyataan ini, saya bersedia
menerima sangsi akademik berupa pencabutan gelar yang sudah saya peroleh
karna karya tulis ini, serta sangsi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan
hukum yang berlaku.

Padang, Januari 2015


Saya yang menyatakan,

Irmawita
NIM 51773
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhanahuwataala yang telah


memberikan rahmat dan karunia Nya kepada penulis untuk menyelesaikan penyusun
disertasi berjudul ”Model Pengelolaan dan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan
Fungsi- onal Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat”
Disertasi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar
Doktor Pendidikan pada Program Studi Ilmu Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas Negeri Padang.
Keberhasilan penulis menyelesaikan Disertasi ini tidak terlepas dari bimbi-
ngan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan kepada :
1. Komisi Promotor, Prof. Dr. Rusdinal, M.Pd (Promotor I), Prof. Dr. Jamaris
Jamna,M.Pd (Promotor II) dan Prof. Drs. Nizwardi Jalinus, M.Ed. Ed.D
(Promotor III) yang telah bersedia memberikan bimbingan , pengarahan, dan
motivasi kepada penulis sampai diselesaikannya Disertasi ini.
2. Pembahas: Prof. Dr. Sufyarma Marsidin, M.Pd dan Prof. Dr Gusril, M.Pd
yang telah memberikan arahan, bimbingan dan kemudahan dalam menyele-
saikan Disertasi ini.
3. Para penimbang instrumen dan model yang disusun: Dr. Syafruddin Wahid,
MPd, Dr. Solfema, MPd dan Dr. Najibah Taher, MPd yang telah meluangkan
waktu memberikan saran dan masukan untuk memvalidasi model dan hasil
penelitian ini.
4. Rektor dan Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang beserta
jajaran yang telah memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan
menyusun Disertasi ini
5. Semua staf pengajar Program Doktor (S3) Ilmu Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
6. Pimpinan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Ketua Jurusan Pendidikan Luar
Sekolah yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan program Doktor Ilmu Pendidikan ini.
7. Kepala UPT Pendidikan Nonformal tingkat Propinsi, Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar (BPKB) dan Kepala Bidang PNFI Dinas Pendidikan
Propinsi Sumatera Barat, yang telah membantu referensi dan berdiskusi dalam
penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan fungsional, pimpinan
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Padang dan Kabupaten Tanah Datar
yang telah memfasilitasi penulis dalam pengumpulan data penelitian dan uji
coba model.
8. Pamong belajar sebagai pengelola KF, pimpinan PKBM, penyelenggara dan
Tutor KF di Kota Padang dan Kabupaten Tanah Datar yang telah membantu
penulis sebagai sumber data dalam penelitian ini.
9. Rekan-rekan sesama mahasiswa S3 tahun masuk angkatan 2009 yang sama-
sama berjuang dan saling memotivasi dalam penyelesaian disertasi.
10. Teristimewa buat kedua orang tua terhomat, suami tercinta dan anak-anak
tersayang serta enam saudara, yang telah mendoakan , memberi semangat
dan mendampingi penulis dalam menyelesaikan disertasi ini.
Semoga bantuan, motivasi, perhatian dan kemudahan yang diberikan
di nilai Allah SWT sebagai amal ibadah yang mulia . Amin ya Robbal
‘Alamin……….

Padang, Januari 2015


Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………….. i
ABSTRACT ………………………………………………………. ii
ABSTRAK………………………………………………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………… iv
SURAT PERNYATAAN…………………………………………... vi
KATA PENGANTAR …………………………………………….. vii
DAFTAR ISI……………………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL………………………………………………….. xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………. xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….. xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Fokus Penelitian................................................................. 17
C. Rumusan Masalah……………………………………….. 19
D. Tujuan Penelitian............................................................... 19
E. Spesifik Produk yang Diharapkan……………………… 20
F. Pentingnya Pengembangan……………………………… 20
G. Keterbatasan Pengembangan…………………………… 23
H. Definisi Istilah…………………………………………. 24
I. Manfaat Penelitian............................................................ 26

BAB II. KAJIAN TEORI.................................................................. 28


.
A. Kajian Teoritik................................................................... 28
1. Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional……………. 28
2. Pengelolaan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional.. 71
3. Program Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Fungsional. 99
4. Kebutuhan Belajar Masyarakat……………….…………… 127
B. Penelitian yang Relevan ………………………………… 139
C. Kerangka Berfikir.................................................................... 141
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.......................................... 145
A. Jenis Penelitian…………………………………………… 145
B. Model dan Prosedur Pengembangan……………………. 146
C. Instrumen Pengumpulan Data…………………………… 154
D. Pengumpulan Data………………………………………. 158
E. Uji Coba Model ..…………............................................. 164
F. Teknik Pengumpulan Data………………………………. 168
G. Teknik Analisa Data…………………………………….. 169

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN………………. 171


A. Deskripsi Data………………………………………….. 172
B. Produk Model Pengelolaan dan Pembelajaran Berbasis
Kebutuhan Belajar Masyarakat………………………… 209
C. Bahasan………………………………………………… 269
D. Kelebihan dan Kelemahan Model……………………… 285
E. Keterbatasan Penelitian……………………………………… 288

BAB V. KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN……………… 289


A. Simpulan.............................................................................. 289
B. Implikasi............................................................................... 290
C. Saran……………………………………………………… 291

DAFTAR RUJUKAN........................................................................... 294

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… 298


DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Cooficient Indeks Reliabilities…………………………. 156

Tabel 3.2 Case Possing Summary…………………………………. 167

Tabel 3.3 Reliability Statisties…………………………………….. 167

Tabel 3.4 Intra class Correlation Cooficient………………………. 167

Tabel 4.1 Distribusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen


Data Pengelola Program Pada Uji Coba Terbatas………… 245

Tabel 4.2 Distribusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen


DataTutor Program Pada Uji Coba Terbatas……… …. 247

Tabel 4.3 Distribusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen


Data Pengelola Program Pada Uji Coba Secara Luas…… 249

Tabel 4.4 Distribusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen


DataTutor Program Pada Uji Coba Secara Luas………… 251

Tabel 4.5 Data Hasil FGD Model Pengelolaan dan Pembelajaran


Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat………………... 254

Tabel 4.6 Data nama Validator Tim Pakar………………………… 257

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Validator Tentang Pengelolaan Program.. 258

Tabel 4.8Hasil Penilaian Validator Tentang Pembelajaran………... 258

Tabel 4.9 Hasil Validasi Item Pengelolaan program KF…………… 259

Tabel 4.10 Hasil Validasi Item Pembelajaran program KF…………… 260

Tabel 4.11Perbandingan pengelolaan program keaksaraan fungsional


konvensional dengan berbasis kebutuhan belajar masyarakat 261

Tabel 4.12 Perbandingan pembelajaran program keaksaraan fungsional


konvensional dengan berbasis kebutuhan belajar masyarakat 264
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Komponen Fungsi Pengelolaan Program Keaksaraan Fungsional…… 72

2.2 Komponen Pembeljaran Pada Program Keaksaraan Fungsional…….. 100

2.3 Kerangka Berfikir …………………………………………………… 144

3.1 Desain Alur Prosedur Pengembangan Program KF………………… 149

3.2 Disain Eksperimen (before – after)………………………………….. 165

4.1 Deskripsi Data Pengelolaan Keaksaraan Fungsional……………….. 174

4.2Deskripsi Data Pembelajaran Keaksaraan Fungsional……………….. 196

4.3 Disain Model Pengelolaan Program dan Pembelajaran KF Berbasis


Kebutuhan Belajar Masyarakat……………………………………. 210

4.4 Flow Diagram Sintaks Model Pengelolaan dan Pembelajaran KF.. 215

4.5 Model Pengelolaan Keaksaraan Fungsional Berbasis Kebutuhan


Belajar Masyarakat………………………………………………… 218

4.6 Model Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Berbasis Kebutuhan


Belajar Masyarakat………………………………………………… 233
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian….………………………………………… 298

Instrumen pengumpulan data penelitian………………………………… 301

Kisi- Kisi Instrumen Pengumpulan Pengembangan Model……………… 305

Angket Pengembangan Model …………………………………………. 307

Instrumen Focus Group Discution……………………………………… 312

Data Hasil Uji coba Terbatas…………………………………………… 315

Data Hasil Uji Coba Secara Luas………………………………………. 319

Data Hasil Fokus Group Discution………………………………………… 323

Data Lembaga Penyelenggara Program Keaksaraan Fungsional……… 326

Rekapitulasi Data Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Secara Luas……… 329

Data Validasi Para Ahli………………………………………………… 342

Surat Izin Penelitian dan Keterangan Selesai Penelitian………………. 348

Daftar Hadir Uji Coba Terbatas, Secara Luas dan FGD……………… 352

Format-Format Pengelolaan Program KF……………………………. 360

Model Silabus Pendidikan KF Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat. 401

Model Rencana Program Pembelajaran KF Berbasis Kebutuhan Belajar


Masyarakat………………………………………………………….. 405

Format-Format Kegiatan Pembelajaran KF…………………………….. 416

Model Bahan Ajar Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis


Kebutuhan Belajar Masyarakat…………………………………………. 413

Model Format Evaluasi Hasil Belajar Program KF……………………. 416


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan sumber daya

manusia yang dilaksanakan pada jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Freire

(1921) dalam Elih (2009: 35) “ Pendidikan adalah sebuah jalan untuk menuju

pembebasan permanen melalui dua tahap , yakni dengan pendidikan orang menjadi sadar

dengan penindasan yang mereka alami, dan ia mulai mengubah keadaan , kemudian atas

kesadaran itu dibangun suatu proses permanen aksi pembebasan budaya. Pendidikan

bukan hanya mengajar dan mendekontektualisasikan instrument keterampilan membaca

dan menulis, tetapi juga mendorong peserta didik supaya ikut berpartisipasi dalam proses

politik melalui proses membaca dan menulis sesuai dengan keinginan dancita-citanya”.

Pendidikan nonformal adalah mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan

dan nilai-nilai yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk berperan serta

secara efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganya, pekerjaanya, masyarakat, dan

bahkan negaranya.

Pendidikan untuk semua atau EFA (Education for All), dan kemudian komitmen

ini diperkokoh di Dakar tahun 2000 yang selanjutnya lebih dikenal dengan Deklarasi

Dakar. Deklarasi Dakar menyepakati untuk memperjuangkan 6 (enam) Kerangka Aksi

Pendidikan untuk Semua (The Dakar Framework for Action Education for All), yakni:

(1) memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini

secara komperhensif terutama yang sangat rawan dan terlantar; (2) kesetaraan gender di

bidang pendidikan; (3) program life skill bagi pemuda dan orang dewasa; (4)
2

pemberantasan buta aksara; (5) wajib belajar pendidikan dasar; dan (6) peningkatan mutu

pendidikan. Tampak jelas dari 6 (enam) komitmen Dakar tersebut hampir semuanya

merupakan area garapan pendidikan luar sekolah ( pendidikan nonformal)

Berdasarkan laporan UNESCO (2002 dan 2012), selama kurun waktu 10 tahun

Indonesia sudah bisa mencapai target Dakar, yakni mengurangi jumlah buta aksara

sekitar 50 % dari kondisi buta aksara tahun 2000. Tepatnya, jumlah penduduk buta aksara

Indonesia yang pada tahun 2000 sebesar 13,2% dari 209 juta jiwa, pada tahun 2010

tinggal 7% dari total penduduk (244 juta jiwa). Menurut data Ditjen PAUDNI terbaru

(2011), jumlah penduduk buta aksara tinggal 4,43% atau sekitar 6,7 juta orang. Atas

prestasi ini tahun 2012 Indonesia mendapatkan penghargaan(Kim Sejong) dari UNESCO.

Pendidikan yang berlangsung di masyarakat dalam bentuk pendidikan nonformal

adalah kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di luar jalur persekolahan. Pendidikan

nonformal disebut juga dengan Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Menurut Marzuki (2010 :

137) “Pendidikan nonformal adalah proses belajar yang terjadi secara terorganisasikan di

luar sistem persekolahan atau pendidikan formal, baik diselenggarakan terpisah maupun

merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih besar dan dimaksudkan untuk

melayani sasaran didik tertentu dengan belajarnya tertentu pula”.

Pendidikan nonformal juga merupakan usaha yang diorganisasikan secara sistematis

dan berkelanjutan di luar sistem persekolahan melalui hubungan sosial untuk membimbing

individu, kelompok dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita sosial yang efektif

guna meningkatkan taraf hidup di bidang sosial, materil dan mental dalam rangka usaha

mewujudkan kesejahteraan sosial.


3

Pendidikan nonformal dilaksanakan di masyarakat dalam bentuk kelompok-

kelompok belajar, dan kelompok belajar itu dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan

program dan pembelajaran. Berbagai satuan program dikelola oleh lembaga pendidikan

nonformal salah satunya program pendidikan keaksaraan fungsional untuk dapat melayani

masyarakat buta aksara. Pendidikan keaksaraan fungsional ( KF) dikelola dalam bentuk

kelompok-kelompok belajar, maka dari itu pendidikan keaksaraan fungsional diprogramkan

untuk dapat merespon kebutuhan belajar warga belajar.

Pendidikan keaksaraan fungsional dilaksanakan setiap tahunnya oleh lembaga

pendidikan nonformal seperti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM), Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) yang didanai dari anggaran

pemerintah. Pelaksanaan program pendidikan keaksaraan fungsional ini diselenggarakan

oleh pengelola dan penyelenggara sebagai pengelola program dan tutor sebagaai

pengelola pembelajaran. Mereka bekerjasama dalam melaksanakan program pendidikan

keaksaraan fungsional dalam rangka pemberantasan buta aksara dan meningkatkan taraf

hidup masyarakat miskin, maka pengelolaan program hendaknya berbasis kebutuhan

belajar masyarakat dan pemanfaatan potensi lokal yang ada di lingkungan masyarakat

dimana program belajar itu dilaksanakan. Menurut Fordman (2001: 121) terdapat empat

karakteristik dasar yang berkaitan dengan peran pendidikan keaksaraan fungsional di

masyarakat: (1) relevan dengan kebutuhan kelompok masyarakat (orang-orang ) yang

tidak beruntung; (2) ditujukan dan memiliki perhatian khusus pada kategori sasaran-

sasaran tertentu; (3) terfokus pada program yang sesuai dengan kebutuhan; (4) fleksibel

dalam pengorganisasian dan dalam metode pembelajaran.


4

Pentingnya peranan pendidikan keaksaraan fungsional di masyarakat dapat di

analisis dari jenis kebutuhan belajar yang beragam, menurut Kusnadi (2003: 98 ):(1)

Pendidikan umum atau dasar, meliputi program literasi; (2) Pendidikan dasar mengenai

ilmu pengetahuan dan lingkungan; (3) Pendidikan keterampilan produktif; dan (4)

Pendidikan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Program pendidikan keaksaraan fungsional ini penting diadakan dalam rangka

mempersiapkan sumber daya masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan,

terutama masyarakat yang sedang dalam keadaan buta aksara dan masyarakat miskin.

Kebutuhan baca tulis menjadi penting , Adnan (2009 : 146) menyatakan beberapa alasan

“mengapa orang buta aksara perlu belajar keaksaraan adalah seperti : (1) mendapatkan

status dan/atau dihormati oleh orang lain; (2) mempelajari kemampuan/keterampilan baru

yang belum dimiliki (3) mendapatkan posisi tertentu sesuai dengan tanggung jawabnya

sebagai anggota masyarakat (4) mempertahankan statusnya semula (5) memulai

usaha/bisnis baru (6). menulis dan membaca surat-surat yang sifatnya resmi (7).

membantu pekerjaan rumah anak (PR); (8) mendapatkan informasi berkaitan hal tertentu,

seperti tentang pertanian dan kesehatan (9) membaca aturan pakai berbagai produk

barang dan jasa (10) membaca media cetak (11) mengetahui label di pestisida dan pupuk

(12) mencatat perkembangan vaksinasi anak (13) menghindari penyontekan/penjiplakan

(14) mendapatkan pekerjaan (15) membaca buku keagamaan (15) memperoleh hiburan.

Masih banyak lagi alasan yang diperlukan untuk belajar keaksaraan, dalam

kenyataan faktor terpenting yang memotivasi mereka belajar keaksaraan sering tidak

tampak dalam program pendidikan keaksaraan itu sendiri. Jika dilihat dari filosofinya,

penyelenggaraan pendidikan keaksaraan merupakan salah satu dari sekian banyak cara
5

untuk membantu manusia mengingat, mencatat, dan berkomunikasi lintas ruang dan

waktu. Dengan demikian, pendidikan keaksaraan bukan satu-satunya cara bahkan bukan

cara yang terbaik untuk menuntaskan kebutaaksaraan, dan hal-hal yang melingkupinya

seperti kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidak berdayaan penduduk. Satu hal yang

pasti bahwa, kebutuhan akan pendidikan keaksaraan semakin meningkat seiring dengan

perubahan dan perkembangan dunia.

Marzuki ( 2010 :145) mengembangkan model “keaksaraan otonom”

(outonomous view of literacy). Bentuk keaksaraan seperti ini bisanya mengabaikan

keanekaragaman konteks budaya, dan tidak selalu sesuai dengan budaya lokal dalam

suatu masyarakat. Permasalahan yang muncul dari model keaksaraan otonom adalah

bahwa model tersebut mempunyai anggapan yang sempit dan datang dari alam pikiran

dunia barat. Atas dasar itu, Street lebih lanjut menyarankan, model “keaksaraan

ideologis” yang memandang bahwa model keaksaraan itu tidak hanya satu, tetapi ada

banyak model keaksaraan tergantung dari konteks budaya masyarakatnya. Filosofi

keaksaraan ideologis ini secara gamblang menaruh perhatian pada bentuk-bentuk

keaksaraan dan budaya lokal. Pada intinya filosofi model “keaksaraan ideologis” adalah

bahwa pendidikan keaksaraan perlu dipikirkan masak-masak untuk memastikan bahwa

program pemberantasan buta aksara harus relevan dan sesuai dengan pandangan hidup

dan budaya masyarakatnya

Pendidikan keaksaraan fungsional terdiri dari dua jenis kelompok belajar yaitu

kelompok belajar KF tingkat dasar dan kelompok belajar KF lanjutan yang diberi nama

Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM). Menurut Zainudin (2001: 25) kelompok belajar

adalah “upaya yang dilkakukan secara sadar dan berencana melalui bekerja dan belajar
6

dalam kelompok belajar untuk mencapai suatu kondisi yang lebih baik dibandingkan

dengan kondisi sekarang”. Program pendidikan keaksaraan fungsional dilaksanakan

selalu berorientasi pada keterampilan fungsional, produktivitas kerja dan usaha-usaha

produktif yang dapat membantu ekonomi dan penghasilan warga belajar. Artinya

kegiatan belajar yang diprogramkan untuk pembelajaran warga belajar bertujuan

memberikan pengetahuan dasar dan pengetahuan umum tentang ilmu pengetahuan dan

teknologi serta pelatihan keterampilan yang dapat membantu sumber mata pencaharian

warga belajar.

Program keaksaraan fungsional diselenggarakan melalui pendekatan untuk

mengembangkan kemampuan seseorang dalam menguasai dan menggunakan kete-

rampilan membaca, menulis, berhitung, mengamati dan menganalisa yang berorientasi

pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan

sekitarnya. Program KF dasar dan KUM menjelaskan tentang kemajuan warga belajar

dan kelompok belajar dari buta huruf murni menuju kepada kemandirian belajar.

Direktorat Pendidikan dan Pengembangan masyarakat Ditjen PAUDNI

menjelaskan (2012): terdapat sekitar 500.000 orang buta aksara usia 15 sampai 24 tahun,

sekitar 2,3 juta kelompok usia 25 sampai 44 tahun, dan sekitar 3,9 juta kelompok usia 45

sampai 59 tahun. Pemberantasan buta aksara ini sesungguhnya sudah dimulai sejak

zaman Indonesia merdeka sampai saat sekarang.

Masyarakat yang melek aksara (memiliki kemampuan membaca) lebih maju

dibandingkan dengan masyarakat buta aksara yang identik dengan kebodohan dan

keterbelakangan. Imbasnya dari segi pembangunan masyarakat melek aksara akan

menjadi kunci untuk mendorong kemajuan bangsa. Persoalannya, kendati Indonesia


7

sudah dinilai sukses memberantas buta aksara, tetapi kenyataannya masyarakat yang

tidak memiliki kemampuan membaca sama sekali masih banyak dan tersebar di berbagai

wilayah, terutama di pedesaan .

Pemerintah mengajak semua pihak untuk terlibat dalam upaya bersama

pemberantasan buta aksara melalui Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang

“Gerakan Nasional Percepatan Pengentasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan

Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (GN-PWPPBA). Inpres ini merupakan kebijakan

bertujuan untuk memberantas keterbelakangan tersebut yang secara program diwujudkan

dengan lebih mengintegrasikan program keaksaraan fungsional di seluruh Indonesia yang

dilaksanakan secara kemitraan dengan berbagai organisasi masyarakat dan Perguruan

Tinggi.” Salah satu alternatif untuk mendorong kelompok-kelompok buta huruf ini agar

terlibat dalam proses pembangunan adalah dengan memberikan pelayanan pendidikan

yang khusus ditujukan kepada mereka. Upaya pelayanan pendidikan keaksaraan pada

hakekatnya upaya mendidik rakyat agar mereka lebih bertanggung jawab, mudah

memahami keinginan pemerintah, dan menjadi warga negara yang produktif. Upaya

pendidikan keaksaraan adalah untuk menumbuhkan dan mendorong kelompok-kelompok

marginal agar lebih aktif terlibat dalam proses pembangunan.

Kusnadi (2003: 29 ) menyatakan “ bertitik tolak dari teori marginalis yang

beranggapan bahwa kelompok-kelompok masyarakat yang belum memperoleh pelayanan

pendidikan keaksaraan akan kurang mampu berpartisipasi dalam proses politik, ekonomi

dan proses produksi”. Agar mereka mampu melaksanakan tugasnya sebagai warga

Negara ,maka kepada mereka perlu diberikan pelayanan pendidikan keaksaraan, sehingga

mereka menjadi warga negara yang fungsional dalam proses politik dan ekonomi.
8

Pelayanan pendidikan keaksaraan akan memungkinkan kelompok-kelompok

marginal yang ada di daerah perkotaan dan pedesaan mempunyai peluang untuk

menguasai kemampuan: (1) Pengetahuan dan keterampilan dalam berkomunikasi; (2)

Pengetahuan dan keterampilan belajar untuk hidup yang layak; dan (3) Pengetahuan dan

keterampilan berproduksi. Penguasaan terhadap tiga hal tersebut, merupakan persyaratan

dalam kehidupan modern dewasa ini sehingga memungkinkan setiap mereka menghadapi

tantangan hidupnya serta mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang

terjadi sebagai akibat kemajuaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain

pendidikan keaksaraan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia dan

bukanlah hal yang sederhana, apalagi pada masyarakat marginal yang karena berbagai

sebab mereka tidak terlayani pendidikannya (masyarakat buta huruf).

Kamil (2010: 87) menjelaskan “suatu kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat

yang buta huruf umumnya hidup berada dalam kemiskinan, kebodohan dan

keterbelakangan baik dalam bidang kesehatan, gizi, ekonomi maupun dalam pem-

angunan sosialnya. Keadaan masyarakat yang demikian biasanya berada dalam

kesempitan pengetahuan dan pengertian, serta tidak dapat memahami syarat–syarat hidup

dalam tatanan kehidupan modern. Untuk itu tujuan dari pendidikan keaksaraan

fungsional secara umum adalah berusaha meningkatkan taraf kecerdasan masyarakat dan

memberikan sarana untuk mencapai taraf kehidupan sosial, ekonomi yang lebih baik.

Guna mencapai tujuan tersebut, perlu usaha pemberian kecakapan baca dan tulis latin

pada setiap anggota masyarakat, memberikan pengertian dan mendorong agar selalu

meningkatkan taraf hidup lahir dan bathin, mendidik mereka untuk mengembangkan

kemampuannya. Atas dasar itu program pendidikan kekasaraan fungsional bukan hanya
9

memberikan kecakapan baca tulis saja, tetapi berusaha memberikan kemampuan dalam

memanfaatkan kecakapan baca, tulis dan berhitung mereka guna memperbaiki taraf mutu

kehidupannya.

Program pendidikan keaksaraan fungsional tingkat dasar dapat melayani ma-

syarakat yang tidak pernah bersekolah sama sekali dan mereka yang putus sekolah dasar

kelas satu sampai kelas tiga berumur diatas lima belas tahun. Program pendidikan

keaksaraan fungsional tingkat lanjutan melayani warga belajar yang tamat Keaksaraan

Dasar dan program Paket A, Tamat Sekolah Dasar atau tamat SMP yang tidak memiliki

mata pencaharian tetap dan tergolong masyarakat miskin.

Upaya untuk pengentasan angka buta huruf dapat dilakukan melalui program

pembelajaran keaksaraan fungsional, program pembelajaran ini dapat dilaksanakan oleh

masyarakat dari berbagai kalangan, sebagaimana anjuran pemerintah yakni lembaga

sosial, organisasi kemasyarakatan, lembaga keagamaan, Sanggar Kegiatan Belajar

(SKB), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan berbagai kelompok lainnya.

Latar belakang sejarah, upaya pemberantasan buta huruf sudah dimulai setelah

kemerdekaan negara kita. Model pendidikan keaksaraaan fungsional pada Tahun 1945

sampai 1965 diprogramkan Kursus-Kursus yang lazim disebut dengan Kursus paket A B

C. Kursus A yaitu pemberantasan buta huruf ( PBH) Permulaan, Kursus B yaitu PBH

Lanjutan 1 dan Kursus C yaitu PBH lanjutan 2.

PBH permulaan bertujuan untuk memberikan kemampuan pengenalan huruf yang

biasa dilakukan, serta kata-kata yang sederhana yang biasa dipakai dalam kehidupan

sehari-hari. Program belajarnya adalah latihan mengenal huruf, menghafal kalimat kunci,
10

serta menghafal kata-kata yang merupakan bagian-bagiannya, merangkai huruf menjadi

kata, kemudian merangkai kata menjadi kalimat sederhana.

PBH Lanjutan 1 program belajarnya meliputi melatih membaca lancar serta

memahami isi bacaan. Melatih menulis dengan jalan menyalin dan dikte, memper-

kenalkan huruf-huruf lainnya yang belum diajarkan dalam pemberantasan buta huruf

permulaan. Memperkenalkan angka 1 sampai 100, serta melatih tanda berhitung,

mengenal ukuran, waktu/jam, uang, melatih penggunaaan bahasa Indonesia Mem-

perkenalkan pengetahuan sederhana tentang teknik-teknik pembangunan, hak dan

kewajiban sebagai warga negara dan disiplin hidup. PBH Lanjutan 2 program belajarnya

berupaya meningkatkan kelancaran menulis dan membaca, merangsang warga belajar

agar suka membaca sendiri guna meningkatkan pengetahuan dan memberikan kecakapan

dasar berhitung mengenai kehidupan sehari-hari, merangsang warga belajar agar

memanfaatkan apa yang dibacanya dan memberikan pengalaman berorganisasi di dalam

kelompok serta berdiskusi. Materi belajar terdiri dari: (1) kata-kata atau kalimat

sederhana yang mengandung pendidikan agama dan akhlak; (2) Kata-kata atau kalimat

sederhana yang mengandung pendidikan kewarganegaraan; (3) Pelajaran berhitung

sederhana; (4) kalimat sederhana yang berhubungan dengan soal-soal pembangunan; dan

(5) Pelajaran untuk melatih kecakapan menulis.

Tahun 1966 sampai 1970 program pemberantasan buta huruf dikenal dengan

model (PBH Fungtional). Model ini menggunakan metode yang bersamaan dengan

pemberian pelajaran baca, tulis warga belajar diberi pelajaran keterampilan kejuruan serta

pengetahuan dan keterampilan yang lebih mendalam mengenai segi teknis bidang

kejuruan. Program PBH Fungsional tidak diarahkan pada masyarakat umum, akan tetapi
11

memilih kelompok-kelompok buta huruf yang mempunyai tugas di dalam bidang

kejuruan seperti di pabrik, buruh tani , perkebunan dan buta hurufnya benar benar

merupakan hambatan yang dapat mengurangi produktivitas kerjanya.

Tahun 1970 sampai tahun 1999 diprogramkan pemberantasan buta huruf model

gaya baru yang dikenal dengan program Kejar Paket A. Program belajar diberikan dalam

bentuk buku Paket-paket yang terdiri dari buku Paket A 1 sampai dengan Paket A 100.

Muatan materi pada buku paket ini dimulai dari pengetahuan yang dekat dengan

kehidupan pribadi, keluarga dan lingkungan serta bidang-bidang pekerjaan yang

sederhana. Buku Paket A 1 sampai 10 merupakan dasar dari pelajaran baca tulis

sederhana , yang harus dipelajari secara berurutan. Buku Paket A 11 sampai 20

merupakan pelajaran tingkat keaksaraan lanjutan yang dipelajari sesuai dengan

kemampuan warga belajar. Buku Paket A 21 sampai dengan 100, merupakan bahan

belajar pilihan yang memuat materi keterampilan fungsional, memiliki tingkat kesulitan

yang lebih tinggi, serta materinya lebih luas.

Tahun 2000 sampai sekarang dikenal dengan program Pendidikan Keaksaraan

Fungsional. Program ini membelajarkan warga belajar buta huruf murni, dan sudah

melek huruf tapi belum lancar membaca, sudah pandai membaca akan tetapi dilakukan

pembiasaan agar lancar membaca. Kusnadi (2003: 102) menjelaskan” Program

pendidikan yang diberikan terdiri dari: (1) pengetahuan membaca, menulis dan behitung;

(2). Melatih berkomunikasi untuk dapat berbahasa Indonesia yang baik dan benar; (3)

memberikan pengetahuan dasar tentang kehidupan keseharian; dan (4) Memberikan

keterampilan fungsional yang dapat dijadikan sumber penghasilan warga belajar.


12

Hasil studi pendahuluan penulis pada bulan Desember (2011) terhadap lembaga

yang menyelenggarakan program Keaksaraan Fungsional (KF) di Kota Padang seperti di

Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM),

melakukan wawancara dengan pimpinan SKB dan ketua PKBM diperoleh informasi

bahwa, jumlah calon warga belajar yang buta aksara saat ini cukup banyak.

Data di Kota Padang pada tahun 2011 sejumlah 3846 orang yang buta aksara,

tahun 2009 sampai saat ini sudah dibelajarkan 1478 orang warga belajar pendidikan

keaksaraan fungsional tingkat dasar akan tetapi yang berpeluang untuk melanjutkan ke

KUM sejumlah 140 orang, hanya 9,5% yang melanjutkan, 90.5% dari mereka ini tidak

melanjutkan . Kelompok belajar terdiri dari 120 kelompok KF dasar dan 87 kelompok KF

KUM. Data di Kabupaten Tanah Datar sejumlah terdapat 2875 orang yang buta aksara,

sampai saat ini sudah dibelajarkan 1270 orang pendidikan keaksaraan fungsional tingkat

dasar, dan melanjutkan ke KF KUM 191 orang, hanya 15% yang melanjutkan dan 85%

dari mereka belum melanjutkan, terdiri dari 65 kelompok keaksaraan fungsional tingkat

dasar dan 35 kelompok keaksaraan fungsional usaha mandiri.

Tutor sebagai pendidik program KF berasal dari masyarakat setempat yang

ditugaskan oleh SKB atau PKBM. Mayoritas dari mereka adalah berpendidikan SMP dan

SMA, yang minim ilmu dan pengalamannya tentang pendidikan dan pembelajaran

Andragogy, dengan demikian terbatasnya kemampuan mereka dalam memahami

wawasan kependidikan. Peluang yang diberikan pada mereka untuk mengikuti pelatihan

tutor dari SKB dan Seksi PLS Dinas pendidikan cukup kecil, hanya ada peluang 30

orang setiap tahunnya. Penyelenggara lapangan terdiri dari pemuka masyarakat, kader

desa dan pengurus PKK yang ditugasi untuk panitia pelaksana di lapangan sering
13

berganti-ganti, atau mengundurkan diri karena berbagai alasan seperti kesibukan, ketidak

ada kecocokan dengan imbalan yang diberikan. Kurang harmonis hubungan antara

pengelola dan tutor dilapangan. Dana penyelenggaraan program KF sangat terbatas dan

sepenuhnya bantuan dari dana pemerintah, seperti program KF yang dibiayai satu kali

dalam tahun anggaran berjalan, maka pelaksanaan pembelajaran dapat dimulai pada

bulan September karena turun dana terlambat; Alokasi dana untuk pendidikan

keterampilan sangat kecil, sehingga sulit mengangkat beberapa pendidikan keterampilan;

dan. Dukungan dari berbagai pihak yang dapat mendorong kemajuan program keaksaraan

fungsional belum maksimal, seperti perhatian dari pemerintah kepala desa, pemuka

masyarakat dan stakeholder hanya sekedar memberikan persetujuan dan belum lagi

berpartisipasi dalam memberikan bantuan moril maupun material untuk memperlancar

program belajar pendidikan keaksaraan fungsional. Calon warga belajar yang semula

diusulkan namanya waktu perencanaan cenderung berubah sewaktu pelaksanaan karena

ada diantara mereka yang mengundurkan diri karena berbagai alasan, sehingga waktu

pelaksanaan data identitas warga belajar ada yang berubah karena adanya penggantian

dari yang mengundurkan diri tersebut. Calon warga belajar yang mendaftar pada

kelompok, sebagian dari mereka yang sudah mengikuti kegiatan belajar pada tahun

sebelumnya.

Hasil wawancara dengan kepala SKB dan Kepala Bidang Pendidikan Nonformal

Dinas Pendidikan Kota Padang dan Kabupaten Tanah Datar, menyatakan setelah petugas

kami melakukan monitoring dan evaluasi terhadap warga belajar yang sudah dibelajarkan

selama lima tahun belakangan ini, lebih dari separoh warga belajar yang sudah pernah

belajar sebelumnya cendrung buta huruf kembali dan mereka tetap dalam kehidupan yang
14

miskin. Setelah mereka tamat Keaksaraan Dasar mereka enggan melanjutkan ke program

Keaksaraan Usaha Mandiri. Program pendidikan keaksaraan fungsional belum lagi

dikelola secara baik, seperti laporan kegiatan administrasi program dan pembelajaran

kurang tertata dan terdokumentasi dengan baik, koordinasi antara pengelola,

penyelenggara dan tutor kurang lancar.

Kusnadi (2003: 25) “ Program-program yang diluncurkan oleh pemerintah

termasuk di bidang pendidikan, masih belum seluruhnya berpihak untuk kepentingan

pengentasan bagi masyarakat yang memerlukannya. Banyak program-program

pendidikan yang bersifat “tawaran” dari atas yang belum tentu masyarakat

membutuhkannya. Hal inipun terjadi pada program pemberantasan buta huruf, sehingga

warga belajar yang menjadi sasaran didiknya tidak memiliki rasa tanggung jawab ( sense

of responsibility) untuk mensukseskannya, karena bukan berangkat dari apa yang

dibutuhkan mereka bottom-up. Persoalan berikutnya adalah masih kurangnya koordinasi

pelaksanaan program pemberantasan buta huruf yang selama ini dilakukan. Berdasarkan

pengalaman lapangan diberbagai kawasan menunjukkan perlunya upaya pengintegrasian

program pemberantasan buta huruf dengan program lainnya yang diselenggarakan oleh

lembaga lain di luar pendidikan masyarakat. Pengintegrasian dan koordinasi ini perlu

dimulai dari tingkat kelompok belajar . Kenyataan yang berkaitan dengan kebanyakan

lulusan pemberantasan buta huruf yang tidak dapat menggunakan hasil belajarnya dalam

kehidupan mereka, salah satunya mengindikasikan perlunya koordinasi kegiatan antar

lembaga di tingkat desa sampai tingkat nasional, baik dalam perencanaan jumlah maupun

mutu lulusan yang diperlukan ataupun dalam menyalurkan dan memanfaatkan para

lulusan ke dalam lapangan pekerjaan dan dalam usaha di tingkat lokal.


15

Pendapat di atas menjelaskan bahwa program pemberantasan buta huruf akan

dapat terlaksana dengan baik kalaulah pengelolaan programnya berbasis kebutuhan

belajar masyarakat melalui pendekatan partisipatif , yang dapat menyalurkan dan

memanfaatkan para lulusannya ke dalam lapangan pekerjaan dan dalam usaha di tingkat

lokal.

Pengelolaan program merupakan kegiatan management. Blanchard (1982)

menjelaskan fungsi manajement terdiri dari empat urutan yang disingkat dengan POMC,

yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian, (organizing), penggerakan (motivating),

dan pengawasan (controlling). Richard N. Osborn (1985) menjelaskan fngsi manajement

terdiri dari (planning, organizing, , directing, or evaluating and development). Penelitian

pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional merujuk dari kedua teori ini

dengan memformulasikan bahwa pengelolaan program terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan.

Kegiatan pembelajaran sesuai dengan pendapat Morris ( 1976:828), pembelajaran

merupakan upaya yang terprogram dan disengaja untuk menciptakan kondisi –kondisi

agar terjadi kegiatan belajar membelajarkan. Kegiatan ini terjadi interaksi educative

antara warga belajar yang melakukan kegiatan belajar dengan sumber belajar yang

mengelola kegiatan pembelajaran. Mengelola kegiatan pembelajaran itu perlu

dikondisikan aspek perencanaan pembelajaran, pendekatan, metode, materi, media dan

evaluasi belajar”. Berdasarkan teori di atas maka kegiatan pembelajaran pendidikan

keaksaraan fungsional diformulasikan pada aspek perencanaan pembelajaran, pendekatan

pembelajaran, metode belajar, materi/bahan belajar, media belajar dan evaluasi hasil

belajar.
16

Permasalahan yang mendasar dalam penelitian ini adalah pengelolaan program

dan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional belum berbasis kebutuhan belajar

masyarakat dan karenanya program belajar kurang diminati oleh warga belajar.

Walaupun warga belajar yang sudah tamat belajar pada program pendidikan keaksaraan

dasar, sebagian besar dari mereka cendrung mengalami buta huruf kembali. Setelah

mereka selesai mengikuti kegiatan pembelajaran pada program keaksaraan dasar mereka

menganggap kegiatan belajar mereka telah selesai. Mereka tidak lagi mengulangi

pelajaran yang sudah mereka pelajari dengan berlatih menulis, membaca dan berhitung.

Disamping itu motivasi dan minat warga belajar untuk melanjutkan belajar ke tingkat

lanjutan (KUM) cukup rendah. Pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional

belum tertata secara baik. Diduga permasalahan ini terjadi karena pengelolaan program

dan kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional yang dilaksanakan selama

ini belum berdasarkan identifikasi kebutuhan belajar masyarakat dan pemanfaatkan

potensi lokal untuk kepentingan pembelajaran. Maka dari itu perlu dilakukan model

pengelolaan program dan kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional

berbasis kebutuhan belajar masyarakat.

Pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional dilakukan dalam rangka

upaya pemberantasan buta huruf sekaligus meningkatkan taraf hidup warga belajar

melalui pengembangan mata pencahararian. Masyarakat buta huruf pada umumnya

adalah orang dewasa yang kehidupannya miskin dan prasejahtera. Oleh karena itu tidak

hanya program belajar membaca, menulis dan berhitung saja yang dilakukan, akan tetapi

juga program usaha produktif yang dapat menghasilkan nilai uang sebagai sumber

penghasilan warga belajar. Model pengelolaan program pendidikan keaksaraan


17

fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat ditawarkan karena dalam kegiatan

pengelolaan diawali dengan data hasil identifikasi kebutuhan belajar masyarakat dan

potensi lokal yang kemudian ditata dengan baik melalui seleksi, koordinasi dan

kerjasama antar pengelola, penyelenggara dan tutor. Pengelolaan program pendidikan

keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat tidak hanya

menyelenggarakan kegiatan belajar saja akan tetapi juga melaksanakan kegiatan usaha

produktif warga belajar. Walaupun kegiatan belajar sudah selesai, namun dengan adanya

kegiatan usaha produktif warga belajar, mereka akan tetap bersama-sama dalam

kelompok itu berkumpul untuk mengadakan kegiatan belajar sambil berusaha, sehingga

mereka saling membelajarkan dalam melatih pengetahuan yang sudah dipelajari. Ide ini

muncul karena sangat sulit untuk mengajak orang dewasa mengikuti kegiatan belajar ,

apalagi masyarakat yang buta huruf untuk dapat belajar membaca, menulis dan berhitung,

kalaulah apa yang dipelajarinya itu tidak sesuai dengan minat dan tidak menghasilkan

sesuatu secara materi. Mereka mau belajar kalaulah yang di pelajari itu dibutuhkan dan

dapat menyelesaikan masalah kehidupan, terutama dalam segi ekonomi. Model

pengelolaan dan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan

belajar masyarakat merupakan alternative untuk dapat menyelesaikan masalah dalam

pelaksanaan program pendidikan keaksaraan fungsional.

B. Fokus Penelitian

Program pendidikan keaksaraan fungsional dalam implementasinya, pengelolaan

merupakan suatu kesatuan dengan kegiatan pembelajaran, karena peran pengelola dan

tutor kadangkala sama, disatu sisi mereka sebagai administrator dan disisi lain sebagai

pendidik. Pengelolaan program terdapat dua kegiatan yaitu kegiatan administrasi dan
18

kegiatan pembelajaran. Seharusnya kegiatan administrasi dikerjakan oleh pengelola

program dan kegiatan pembelajaran dilakukan oleh tutor. Pendidikan keaksaraan

fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat menganalisis dua aspek yakni

pengelolaan program dan kegiatan pembelajaran. Fokus masalah dari penelitian ini

adalah :

1. Penyusunan model pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional

berbasis kebutuhan belajar masyarakat.

2. Penyusunan model kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional

berbasis kebutuhan belajar masyarakat.

Fokus penelitian ini adalah penyusuan model pengelolaan program pendidikan

keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat dalam aspek perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan belum berbasis

kebutuhan belajar masyarakat. Model kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan

fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat dalam aspek perencanaan

pembelajaran, pendekatan, metode, materi, media dan evaluasi hasil belajar. Alasan

untuk menetapkan analisis pengelolaan program dan pembelajaran adalah keberhasilan

suatu program akan ditentukan oleh ketepatan dan kerapian administrasi, komunikasi dan

koordinasi diantara personil, kegiatan belajar dan bekerja yang dapat merespon

kebutuhan masyarakat, upaya mengembangkan program agar dapat bermanfaat bagi

kedupan mereka, kemampuan kerja para petugas untuk dapat merealisasikan programnya

sesuai dengan prinsip- prinsip pengelolaan dan pembelajaran. Pengelolaan program

pendidikan keaksaraan fungsional merupakan kegiatan penataan kelembagaan yang di


19

dalamnya terkandung tugas administrasi dan pembelajaran adalah kegiatan interaksi yang

terjadi suasana saling membelajarkan.

C. Rumusan Masalah

Program pendidikan keaksaraan fungsional terdiri dari kegiatan pengelolaan dan

pembelajaran. Kegiatan pengelolaan program berkaitan dengan pembelajaran dimana

keberhasilan pengelolaan program sangat ditentukan oleh lancarnya kegiatan

pembelajaran. Kecendrungan pada program pendidikan keaksaraan fungsional peran

pengelola juga sebagai pendidik atau peran tutor juga sebagai pengelola program,

sehingga dengan peran rangkap yang mereka lakukan itu pengelolaan program belum

tertata dengan baik dan kegiatan pembelajaran belum dapat membelajarkan warga belajar

secara optimal. Rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengelola program pendidikan keaksaraan fungsional belum

melakukan penataan program secara baik.

2. Bagaimana warga belajar yang sudah belajar pada program pendidikan

keaksaraan fungsional pada jangka waktu tertentu menjadi buta huruf

kembali.

D. Tujuan Pengembangan

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Menemukan model pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional

berbasis kebutuhan belajar masyarakat dari aspek perencanaan, peng-

organisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan.


20

2. Menemukan model kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional

berbasis kebutuhan belajar masyarakat dari aspek perencanaan, pendekatan,

materi, metode, media dan evaluasi hasil belajar.

E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan pengelolaan pendidikan keaksaraan

fungsional dan menghasilkan spesifik produk dalam bentuk: (1) Model pengelolaan

program pendidikan keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat dalam

aspek perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengem-

bangan. (2) Model kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional berbasis

kebutuhan belajar masyarakat dalam aspek perencanaan, pendekatan, materi, metode,

media dan evaluasi belajar.

F. Pentingnya Penelitian Pengembangan

Model pengelolaan program dan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional

berbasis kebutuhan belajar masyarakat dapat mengatasi masalah warga belajar yang

sudah mengikuti program KF tingkat dasar tidak buta aksara kembali. Program

pendidikan keaksaraan fungsional dilakukan untuk mencerdaskan masyarakat dan upaya

pemberdayaan masyarakat dibidang pendidikan, kehidupan sosial dan ekonomi untuk

dapat membangunan diri mereka kearah pencapaian kehidupan yang lebih baik. Melalui

kegiatan pengelolaan dan pembelajaran KF di masyarakat dapat mengentaskan

kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan dan juga mengurangi angka buta huruf dan

pengangguran.

Program pendidikan Keaksaraan Fungsional adalah program mengentaskan

kebodohan dan kemiskinan dengan belajar menulis, membaca dan berhitung serta
21

pelatihan keterampilan, akan tetapi pelaksanaannya belum berdasarkan identifikasi

kebutuhan belajar masyarakat. Jenis keterampilan yang diberikan pada tingkat dasar dan

lanjutan tidak berbeda tingkat kesukarannya, begitu juga strategi pengelolaannya cukup

beragam, karena belum ada panduan yang terstandar untuk dapat dipedomani.

Program belajar disusun menurut keinginan Tutor yang belum lagi merespon

kebutuhan belajar masyarakat dan ketersediaan potensi lokal, untuk dijadikan bahan dan

sumber belajar, maka dari itu tingkat capaian pengelolaan program pendidikan

keaksaraan fungsional yang dilaksanakan selama ini belum lagi optimal, sehingga

programnya kurang diminati oleh masyarakat.

Pengelolaan program pendidikan dan pembelajaran keaksaraan fungsional perlu

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar masyarakat dan pemanfaatan potensi

lokal yang dapat membuat warga belajar berminat dan termotivasi dalam belajar dan pada

akhirnya terciptalah kemandirian belajar warga belajar. Apabila kemadirian belajar sudah

terbangun dalam diri warga belajar maka warga belajar dapat belajar sendiri atau saling

membelajarkan diantara mereka sehingga masalah kembali mereka buta aksara dapat

diminimalisir.

Model pengelolaan program pendidikan dan pembelajaran keak-saraan

fungsional ini penting dikembangkan adalah untuk dapat memecahkan masalah dalam

pelaksanaan program keaksaraan fungsional yakni membantu pelaksana dari berbagai

kalangan masyarakat agar mampu mengelola program pendidikan keaksaraan fungsional

secara tepat . Maka dari itu akan dihasilkannya panduan teknis untuk mengelola kegiatan,

dan perangkat pembelajaran yang dapat mengarahkan tutor dalam penjabaran kurikulum

dan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar


22

masyarakat, sehingga program KF itu diminati dan dirasakan manfaatnya oleh warga

belajar. Model pengelolaan dan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional berbasis

kebutuhan belajar masyarakat merupakan upaya umtuk mengatasi masalah dibidang

pengelolaan dan pembelajaran.

Model pengelolaan program dan kegiatan pembelajaran pendidikan kekasaraan

fungsional merupakan upaya untuk memperbaiki manajemen program dan pembelajaran

menuju pada peningkatan mutu pelaksanaan pendidikan nonformal di masyarakat.

Program pendidikan keaksaraan fungsional dapat menampung setiap warga

negara yang tidak memiliki kesempatan pendidikan formal atau putus Sekolah Dasar

mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk menjadi peserta didik dan mengembangkan

dirinya menjadi manusia seutuhnya melalui proses pembelajaran pada tahap-tahap mana

saja dalam kehidupannya. Diyakini bahwa melek huruf (keaksaraan) merupakan faktor

penentu bagi pertumbuhan masyarakat dengan jalan meningkatkan kemampuan setiap

individu melalui proses belajar, sehingga mereka dapat berkontribusi langsung pada

pembangunan sektor lainnya seperti sosial, ekonomi, budaya dan perbaikan kualitas

kehidupannya.

Elih (2008: 28) Suatu analisis tentang hasil kajian yang dilakukan di negara-

negara berkembang menunjukkan bahwa “peningkatan kemampuan keaksaraan

berdampak langsung terhadap investasi dan kinerja seseorang, pengolahan makanan dan

gizi, kesehatan dan pendapatan, mempunyai korelasi dengan peningkatan harapan hidup

dan penurunan kematian ibu dan anak balita”.

Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional yang dilakukan saat ini perlu

dianalisis untuk dapat dikembangkan menjadi model pengelolaan program dan kegiatan
23

pembelajaran berbasis kebutuhan belajar masyarakat agar program pendidikan

keaksaraan fungsional dapat ditingkatkan daya serapnya dan hasil belajar warga belajar

juga meningkat.

G. Keterbatasan Pengembangan

Pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal sudah dilaksanakan

oleh berbagai lembaga PNF, khususnya program pendidikan keaksaraan fungsional, akan

tetapi tingkat capaiannya belum maksimal disebabkan oleh berbagai keterbatasan sarana,

ketenagaan, pengelolaan program dan kegiatan pembelajaran. Model pengelolaan

pendidikan keaksaraan fungsional hendaknya berbasis kebutuhan belajar masyarakat dan

memanfaatkan sumber daya lokal. Sebagaimana diperkuat oleh pendapat Kamil

(2010:82) “Program yang dikembangkan dalam pendidikan keaksaraan seyogyanya

dibangun atas dasar kesepakatan dan kebutuhan warga belajar”. Namun demikian dilihat

dari kondisi sasaran pendidikan keaksaraan, variasasi kurikulum yang dikembangkan dan

kompetensi yang ditetapkan harus menjadi pemahaman tutor, fasilitator, dan provider

(pengembangan pendidikan). Ketika program pendidikan keaksaraan dikembangkan

mereka mengerti apa yang akan diberikan dan apa yang harus dimiliki (dicapai) warga

belajar. Oleh karena itu pemahaman tentang konsep dasar pengembangan kurikulum

harus lentur, pemahaman kompetensi, dan keterampilan bagaimana cara menggali dan

menetapkan kebutuhan sasaran didik adalah merupakan faktor dominan yang harus

menjadi acuan.

Pengembangan program pendidikan keaksaraan berkaitan dengan keberhasilan

pembelajaran harus dicapai warga belajar diantaranya adalah: Kondisi warga belajar,

kondisi sumber belajar (tutor, dan prasarana lainnya), daya dukung pemerintah, tokoh
24

masyarakat dan lembaga organisasi masyarakat lainnya, kemampuan kerjasama dengan

pihak lain dalam pengembangan program.

Model dibatasi pada pengelolaan program pendidikan Keaksaraan Fungsional

terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan dan penilaian serta

pengembangan. Kegiatan pembelajaran terdiri dari perencanaan, pendekatan, metode,

materi, media dan evaluasi hasil belajar.

H. Definisi Istilah

Penelitian model pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional berba-

sis kebutuhan belajar masyarakat dijelaskan beberapa istilah :

1.Pengelolaan Program Pendidikan

Pengelolaan program pendidikan, menurut Sudjana (2004: 16) “kemampuan dan

keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan baik bersama orang lain maupun

melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi”. Pengelolaan program yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penataan dan tindakan yang dilakukan oleh

pengelola program pendidikan keaksaraan fungsional dalam perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan.

2. Model

Prawiradilaga (2007: 33) mengartikan “model sebagai suatu tampilan grafis,

prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran yang bersifat

penjelasan, uraian berikut saran. ”Bila dikaitkan pengertian model tersebut dengan

pengelolaan program dan kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional

berbasis kebutuhan belajar masyarakat. Model yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah suatu deskripsi atau gambaran tentang prosedur kerja/tahapan yang akan
25

dilakukan pengelola, penyelenggara dan tutor dalam rangka pengelolaan program

pendidikan keaksaraan fungsional.

3. Pendidikan Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Faisal (2001; 89) Pendidikan berbasis kebutuhan belajar masyarakat adalah

dengan merancang derajat pengendalian masyarakat terhadap program pendidikan dan

tingkat pengendalian masyarakat terhadap pendidikan. Pendidikan berbasis kebutuhan

belajar masyarakat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah : dukungan (support)

pemerintahan tingkat desa dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran KF , keterlibatan

(involvement) pemuka masyarakat dan petugas pendidikan masyarakat dalam memotivasi

warga belajar, kemitraan (partnership), dari lembaga-lembaga produksi untuk dapat

bekerjasama dalam membelajarkan keterampilan dan mempekerjakan lulusan program

KF, kepemilikan penuh (full ownership), para pengelola, pelaksana dan tutor dalam

mengendalikan semua keputusan tentang program.

4. Pengelolaan Pendidikan Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Faisal (2001:92) Pengelolaan pendidikan berbasis kebutuhan belajar masyarakat

merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui program pendidikan dan pela-

tihan keterampilan yang dilakukan. Pengelolaan pendidikan berbasis kebutuhan belajar

masyarakat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah: (a) Setiap warga belajar

dilatih untuk mempunyai tingkat kepekaan yang tinggi terhadap perkembangan

sosial,ekonomi dan politik yang terjadi; (b) Warga belajar dilatih atau diberikan berbagai

macam keterampilan sebagai jawaban atas kebutuhan dan masalah yang dihadapi

masyarakat; dan (c) Warga belajar dibina untuk selalu suka bekerjasama dalam

memecahkan suatu masalah.


26

5. Pengelolaan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Sudjana (2004: 51) Pengelolaan adalah penataan dan tindakan dalam

mengimplementasikan program pendidikan yang dilakukan oleh pengelola dengan

mengoptimalkan penggunaan sumber daya manusia dan fasilitas pendidikan .

Pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional menurut penelitian ini adalah

penataan unsur-unsur perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian

dan pengembangan, yang terdiri dari kegiatan administrasi program dan administrasi

pembelajaran.

6. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Sudjana (2000:73), “kegiatan dalam konteks pembelajaran keaksaraan fungsional

merupakan kegiatan bersama antara tutor, penyelenggara dan warga belajar dalam

mencapai hasil belajar. Kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah : Suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh

tutor bersama warga belajar yang dimulai dari perencanaan, pendekatan pembelajaran,

metode belajar, materi belajar, media belajar, evaluasi hasil belajar.

I. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini berguna bagi kajian ilmu pendidikan nonformal ,

implementasi pengelolaan dan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional, maka

secara teoritis dan praktis manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritik

Manfaat penelitian secara teoritis dapat pengembangkan teori pengelolaan dan

pembelajaran program pendidikan keaksaraan fungsional (KF) berbasis kebutuhan belajar

masyarakat. Manfaat Penelitian ini juga dapat menambah khasanah keilmuan di bidang
27

manajemen program pendidikan nonformal, terutama dalam merencanakan program

pendidikan, melaksanakan program termasuk ilmu motivasi, persuasi dan strategi

pembelajaran pendidikan nonformal, evaluasi program pendidikan nonformal dan

pengembangan program pendidikan nonformal. Selain dari itu manfaat penelitian ini

juga berguna untuk referensi analisis mata kuliah desain program dan pengelolaan

Kelompok Belajar Pendidikan Luar Sekolah serta evaluasi program pendidikan luar

sekolah.

2. Secara Praktik

Manfaat penelitian secara praktis dapat memperluas pemahaman tentang

pengembangan program dengan pendekatan pendidikan berbasis kebutuhan belajar

masyarakat. Hasil pemahaman ini dapat dipakai sebagai sumber informasi bagi lembaga

Sanggat Kegiatan Belajar (SKB) dan koordinator satuan program pendidikan nonformal

di masyarakat dalam mengelola program dan kegiatan pembelajaran.

Bahan masukan pengelola, penyelenggara dan tutor dalam mengimplementasikan

program dan bahan kajian pengelolaan kelompok belajar, dengan pendekatan pendidikan

berbasis masyarakat, khususnya dalam menggunakan pendekatan orang dewasa

(andragogy) dan pemberdayaan masyarakat. Bahan masukan bagi tokoh masyarakat,

warga belajar, forum Pendidikan nonformal, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) dan

yayasan yang bergerak di bidang pendidikan nonformal dalam mengelola satuan program

pendidikan nonformal khususnya program pendidikan Keaksaraan Fungsional.


28

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori.

1. Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional

a. Hakekat Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Pendidikan berusaha membantu hakekat manusia untuk meraih kedewasaannya,

yakni menjadi manusia yang memiliki integritas emosi, intelek dan perbuatan. Semua itu

dalam rangka melaksanakan kebebasaannya untuk memilih secara bertanggung jawab .

Rogers (1931) dalam Elih (2009: 41) “ Pendidikan menekankan pada perkembangan

positif manusia, yaitu konsentrasi pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan

kemampuan yang mereka punyai, termasuk kemampuan interpersonal social, dan

pengembangan diri. Semua sangat penting sebagai modal untuk mencapai kebebasan

akademik. Peran pendidik adalah membantu peserta didik, untuk membantu peserta didik

untuk mengembangkan potensi masing-masing dengan cara mengenali dirinya sendiri.

Pendidik dituntut untuk aktif, kreatif dan fasilitatif. Oleh karena itu belajar dianggap

berhasil jika peserta didik mampu memahami dirinya sendiri serta lingkungannya”.

Pendidikan itu adalah kegiatan yang disengaja dan berlangsung seumur hidup

manusia dalam bentuk proses belajar di sekolah, dalam keluarga dan di masyarakat.

Proses pendidikan di masyarakat dikenal dengan pendidikan nonformal dengan salah satu

programnya adalah pendidikan keaksaraan fungsional untuk dapat melayani pembe-

lajaran masyarakat buta huruf. Pada umumnya peserta didik pendidikan keaksaraan

fungsional itu adalah orang dewasa yang kondisi soial ekonomi dalam keadaan miskin

dan melarat maka dari itu program pembelajaran yang mereka butuhkan adalah
29

pembebasan mereka dari kebodohan dan kemiskinan. Nyerere ( 1954) dalam Elic (2009:

117) “ Hidup adalah belajar dan belajar adalah mencoba untuk hidup lebih baik. Kita

harus menerima bahwa pendidikan dan bekerja adalah sama-sama bagian dari kehidupan,

dan itu terus melaju dari lahir sampai kita mati. Berlandasan pada filosofis belajar

sepanjang hayat dan pendidikan untuk pemberantasan dipandang perlu adanya pendi-

dikan untuk kemandirian (educational for self reliance) dan pendidikan orang dewasa

(Adult Education) . Pendidikan harus bekerja untuk kebaikan bersama, membina

kerjasama dan mempromosikan kesetaraan. Pendidikan orang dewasa mempunyai dua

fungsi, (1) mengilhami suatu keinginan untuk sebuah perubahan (2) membantu orang lain

untuk membuat keputusannya sendiri, dan untuk melaksanakan keputusannya itu diri

mereka sendiri. Peendapat ini diperkuat oleh Lindeman (1943) dalam Elic (2009:111)”

Pendidikan orang dewasa bukan sesuatu yang terikat oleh kurikulum atau kelas formal,

namun seluruh aspek kehidupan umat manusia, termasuk prilaku sehari-hari, cita-cita dan

kejujuran. Kehidupan adalah belajar,oleh karena itu pendidikan tidak mengenal kata

akhir. Artinya kita terus belajar dan belajar sampai malaikat maut menjemput kita. Pada

pendidikan orang dewasa, kurikulum dibangun atas dasar kebutuhan dan minat. Setiap

orang dewasa menemukan dirinya dalam situasi tertentu seperti dengan pekerjaannya,

dengan rekreasi, kehidupan keluarganya dengan kehidupan masyarakat dan lain-lain

situasi. Sumber daya tertinggi dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman

peserta didik. Jika pendidikan adalah kehidupan maka kehidupan itu adalah pendidikan”.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa pendidikan keaksaraan fungsional yang warga

belajarnya adalah orang dewasa, mau belajar kalaulah yang dipelajari itu bermakna dalam

kehidupannya dan berkaitan dengan pekerjaan dan masalah kehidupan mereka, dengan
30

demikian yang dipelajari itu merupakan respon dari kebutuhan belajar mereka dan

memanfaatkan potensi local yang ada di lingkungan mereka. Pendidikan keaksaraan

fungsional merupakan salah satu program pendidikan yang mengimplementasikan

kegiatan pengelolaan program dan pembelajaran dibangun dari falsafah pendidikan dan

berbagai aliran pendidikan berkaitan dengan aliran pendidikan diantaranya adalah Prag-

matisme, progresivisme, konstruktivisme, humanistik dan behaviorisme cukup

memberikan andil dalam perkembangan dunia pendidikan dan program pendidikan

keaksaraan fungsional. Namun dalam perkembangannya cukup mengalami hambatan dan

kritik atas ketidaksuaian aliran ini untuk ditetapkan.

1). Hakekat Pendidikan Fungsional

Pengaruh pragmatisme mewarnai segala aspek kehidupan, tidak terkecuali di

dunia pendidikan. Pendidikan yang mengikuti pola filsafat pragmatisme akan berwatak

humanis, dan pendidikan yang humanis akan melahirkan yang humanis pula. Pernyataan

Sadullah (2003: 120) man is the menasure of all things akan sangat didukung oleh

penganut pragmatisme, sebab hakekat pendidikan itu sendiri adalah memanusiawikan

manusia .

Inti dari filsafat pendidikan yang berwatak pragmatisme, adalah pengetahuan

yang benar adalah pengetahuan yang berguna, dan hasil pendidikan adalah berfungsi bagi

kehidupan. Oleh karena itu pendidikan harus didesain secara fleksibel dan terbuka.

Maksudnya pendidikan tidak boleh mengurung kebebasan berkreasi anak didik, lebih-

lebih membunuh kreativitas anak. Sadullah (2003: 125) pragmatisme adalah pendidikan

bukan semata-mata membentuk pribadi anak tanpa memperhatikan potensi yang ada pada

diri anak didik, bukan juga berarti anak juga telah memiliki kekuatan laten, yang
31

memungkinkan untuk berkembang dengan sendirinya sesuai tujuan. Namun pendidikan

suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi dari pengalaman-pengalaman individu

Tujuan Pendidikan pragmatisme inheren dengan pandangan realitas, teori

pengetahuan dan kebenaran serta teori nilai. Menurut pandangan realitas, manusia selalu

berinteraksi dengan lingkungan tempat mereka berada. Lingkungan baru memiliki arti

jika mereka peduli dan memahami makna dari lingkungan itu sendiri untuk kejayaan

hidupnya. Selama manusia tidak melakukan sesuatu terhadap lingkungannya, selama itu

pulalah tidak akan memberi sesuatu yang bermanfaat bagi manusia.

Pendidikan yang bercorak pramgatisme selalu memandang bahwa peserta didik

bukanlah suatu individu yang silent, melainkan individu yang memiliki pikiran yang aktif

dan kreatif. Pengetahuan sebenarnya merupakan hasil dari transaksi manusia dengan

lingkungannya, termasuk kebenaran menjadi bagian dari pengetahuan itu sendiri. Karena

itu seorang pendidik yang memiliki pandangan pragmatisme akan selalu mem-perhatikan

situasi lingkungan masyarakat anak, serta mendorong anak agar turut meme-cahkan

persoalan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.

Pandangan pragmatisme model kurikulum yang digunakan setiap pelajaran tidak

boleh terpisah-pisah antara yang satu dengan yang lainnya, tetapi merupakan satu

kesatuan yang saling terkait, dimana pengalaman sekolah selalu dipadukan dengan

pengalaman di luar sekolah atau ditempat lingkungan kehidupan anak. Selain itu masalah

yang dijadikan pusat kegiatan pembelajaran adalah masalah-masalah yang aktual yang

menjadi minat peserta didik dan pusat perhatiannya.

Metode yang diterapkan oleh pendidik adalah metode disiplin bukan kekuasaan,

karena metode kekuasaan cendrung memaksakan kehendak. Cara yang demikian itu tidak
32

mungkin dapat membangkitkan perhatian dan minat peserta didik. Sedangkan metode

disiplin, semua kemampuan dan minat peserta didik datang dari dalam dirinya sendiri,

dan peserta didik akan belajar apabila ia memiliki minat terhadap suatu hal yang

dipelajarinya.

Bertolak dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan

pendidikan keaksaraan fungsional dimana peserta didiknya adalah orang dewasa yang

orientasi belajar orang dewasa berkaitan erat dengan keinginan dan ketetapannya untuk

mengarahkan diri sendiri menuju kedewasaan dan kemandirian berdasarkan situasi

tertentu. Pengalaman merupakan sumber yang kaya untuk dipelajari, orang dewasa

mengetahui kebutuhan khusus yang hendak dikembangkannya, sesuai tuntutan tugas

dalam kehidupan dan lingkungannya, dan bahwa orang dewasa ingin segera

mengaplikasikannya apa yang dipelajarinya untuk peningkatan kehidupannya.

Tujuan pendidikan pragmatisme bahwa untuk pendidikan orang dewasa adalah

bagaimana menumbuhkan jiwa yang aktif, kreatif, dan membentuk jiwa bertanggung

jawab, interaktif dalam pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan yang dapat

mendukung proses belajar dengan menumbuhkan minat, kemandirian dan menerapkan

disiplin dalam belajar. Mengembangkan pola pikir eksploratif untuk memberikan

kesempatan dan kebebasan pada warga belajar dalam menentukan apa yang dipelajari

dan diinginkannya dalam pembelajaran tersebut, maka dari filsafat pragmatisme bahwa

orang dewasa itu akan belajar apabila yang dipelajari itu dapat merespon minat dan

kebutuhan belajarnya, pembelajaran itu bersifat praktis sehingga manfaatnya dapat

digunakan relative waktu yang pendek, memanfaatkan potensi lingkungan sebagai media

dan bahan belajar, belajar adalah dapat memecahkan persoalan kehidupan yang
33

dipelajari, interaksi yang dibangun adalah saling menghargai dan perlu menegakkan

disiplin dan tanggung jawab terhadap apa yang dipelajarinya.

2). Hakekat Pendidikan Dinamis

Pendidikan nonformal dalam hal ini pendidikan keaksaraan fungsional terus

berkembang mengikuti arus perubahan masa dan perkembangan zaman. Pada awalnya

mereka mengikuti program pendidikan keaksaraan fungsional tingkat dasar karena

mereka ingin pandai membaca, menulis dan berhitung. Selanjutnya keinginannya

meningkat agar lancar membaca supaya memperoleh informasi dari berbagai media

cetak. Bukan itu saja melalui pembelajaran ini mereka mengharapkan pembelajaran

keterampilan untuk dapat digunakan bekal mata pencaharian agar terangkat taraf

kehidupannya yang bebas dari kemiskinan dan memperoleh penghargaan yang tinggi dari

sebelumnya sewaktu mereka masih buta aksara. Dapat dijelaskan bahwa keinginan warga

belajar untuk mengikuti kegiatan belajar selalu meningkat karena mereka telah belajar

pada program keaksaraan fungsional.

Menurut Bambang (2006 : 27) Progresivisme merupakan salah satu gerakan atau

aliran filsafat dalam pendidikan yang berpandangan dan berpendian progress (maju) serta

berkembang terus. Pendiriannya tidak didasarkan atas dogma dan kepercayaan

tradisional, melainkan atas hasil-hasil sistem yang rasional dan empiris. Implikasi

filsafat progresivisme terhadap program pendidikan keaksaraan fungsional adalah

berupaya memberikan gambaran yang membahas tentang bagaimana pandangan filsafat

progresivisme terhadap hakekat realita (kenyataan), . Menurut progresivisme, bagaimana

hakekat nilai dan bagaimana hakekat manusia menurut pandangan progresivisme serta

bagaimana implikasinya dalam pengembangan pendidikan keaksaraan fungsional.


34

Progresivisme mempunyai azas yang berakar dari pandangan tentang realitas

yang memandang bahwa “segalanya mengalir berubah, tidak ada yang tetap, tidak ada

yang abadi”. Progresivisme memandang bahwa semua realitas atau kenyataan

mempunyai ciri-ciri berubah, tidak tetap kecuali prinsip perubahan itu sendiri. Realita)

sebenarnya adalah kenyataan yang dialami dan terus menerus mengalami perubahan.

Rohadi (2006: 27), berkenaan dengan pengalaman sebagai realitas, progresivisme

itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) Pengalaman itu dinamis, artinya hidup itu

selalu dinamis, menuntut adanya adaptasi dan readaptasi dalam semua variasi perubahan

yang terus menerus; (2) Pengalaman itu temporer, artinya pengalaman itu bersifat

sementara , berubah-rubah, berbeda dari waktu kewaktu dan berlangsung dalam waktu;

dan (3) Pengalaman itu spatial, dan pengalaman itu selalu dan terjadi pada tempat tertentu

, kadang-kadang tidak universal.

Pendapat di atas implikasi progrevisme terhadap pengembangan pendidikan

keaksaraan fungsional adalah: (1) Pendidikan itu adalah kehidupan itu sendiri, bukan

persiapan untuk hidup; (2) Belajar harus berlangsung berhubungan dengan minat warga

belajar; (3) Belajar dengan penyelesaian masalah harus mengambil tempat utama dalam

bagan pelajaran; (4) Peranan Tutor bukan mengarahkan akan tetapi membimbing yang

disebut dengan fasilitator; (5) Pendidik harus menggerakkan kerjasama, bukan

menimbulkan persaingan.

Prinsip-prinsip di atas mempunyai implikasi terhadap satuan program pendidikan

keaksaraan fungsional sebagai berikut: (a) satuan program pendidikan hendaknya

melaksanakan prinsip bahwa apa yang dipelajari berpusat pada masalah kehidupan yang

dihadapi dengan menggunakan metode problem solving pemunculan masalah, dengan


35

demikian bahan belajar perlu disesuaikan dengan minat dan kebutuhan belajarnya, (b)

masalah kehidupan yang dijadikan bahan pelajaran hendaknya dipelajari secara langsung

melalui pengalaman dan praktek nyata oleh warga belajar, (c) tenaga pendidikan dalam

pembelajaran pendidikan hendaknya berperan sebagai fasilitator mengutamakan

membimbing warga belajar dan bukan sebagai pengarah yang memaksakan kehendaknya

pada warga belajar, (d) dalam proses belajar dan mengajar pendidikan keaksaraan

fungsional, hendaknya memupuk kerjasama yang saling menguntungkan antara warga

belajar dengan tutor atau diantara sesama warga belajar dalam rangka memecahkan

masalah dalam kehidupan.

Tujuan pendidikan menurut pandangan progresivisme dapat bersumber pada

pandangan realistis, hakekat pengetahuan dan hekekat nilai-nilai dan kemanusiaan.

Pendapat progresivisme ini berpandangan bahwa tidak ada pengetahuan yang berlaku

umum, dan kebenaran mutlak, serta tetap yang ada hanyalah kebenaran yang sifatnya

relatif, khusus, kotemporer dan terus mengalami perubahan.

3). Hakekat Pendidikan Keterampilan

Program pendidikan keaksaraan fungsional sebagai sarana pemberdayaan

masyarakat. Pemberdayaan melingkupi berbagai aspek kehidupan, yaitu masyarakat yang

berdaya adalah masyarakat yang hidup di dalam suatu masyarakat madani ( civil society)

yakni suatu masyarakat yang percaya atas kemampuan para anggotanya untuk

menciptakan kehidupan yang lebih baik, serta masyarakat yang menyadari akan hak dan

kewajibannya dalam hidup bersama masyarakat. Tilaar (2001: 85), “Kondisi keberdayaan

hanya bisa terwujud apabila anggota masyarakat memperoleh kesempatan untuk dapat
36

mengungkapkan potensi dirinya dan mengkonstruksikan dalam bentuk gagasan atau

produk agar mereka menjadi lebih berdaya.”

Menurut Sagala (2011: 35) Konstruktivistik dijabarkan dari strategi kognitif

adalah kemampuan internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan

mengambil keputusan. Kemampuan strategi kognitif menyebabkan proses berfikir unik

manusia didalam menganalisa, memecahkan masalah dan didalam mengambil keputusan.

Kemampuan dan keunikan berfikir tersebut sebagai Excekutive control, atau disebut

dengan kontrol tingkat tinggi, yaitu analisa yang tajam , tepat dan akurat. Strategi kognisi

sebagai suatu proses berfikir induktif, yaitu membuat generalisasi dari fakta, konsep, dan

prinsip dari apa yang diketahui seseorang, melainkan suatu kemampuan berfikir internal

yang dimiliki seseorang dan dapat diterapkan dari berbagai ilmu yang dimiliki oleh

seseorang.

Pendidikan keaksaraan fungsional berorietasi pada pendidikan yang praktis dan

segera dapat dilihat manfaatnya dalam kehidupan. Warga belajar tidak berminat belajar

apabila yang diberikan itu hanya pengetahuan yang bersifat umumnya seperti dalam

bentuk informasi-informasi. Pembelajaran akan menarik apabila ada pembelajaran

keterampilan produktif yang dapat dipraktekkan seperti keterampilan kerajinan, boga,

busana dan lain sebagainya. Pembelajaran pengetahuan umum lebih menarik melalui

diskusi dengan konsep saling membelajarkan. Terdapat komposisi yang seimbang antara

belajar teori dengan belajar praktek melalui kontruksi pengalaman masa lalu dengan

bahan belajar baru yang disampaikan Tutor.

Paradigma konstruktivistik oleh Jean Piaget mendasari timbulnya teori kognitiv)

yang disebut dengan Meta Cocnition, merupakan keterampilan yang harus dimiliki
37

peserta didik. Meta cognition memiliki empat jenis keterampilan yaitu: (1) keterampilan

dalam memecahkan masalah (problem solving), yaitu keterampilan individu dalam

menggunakan proses berfikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan data,

analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan dan memilih pemecahan

masalah yang paling efektif; (2) keterampilan dalam mengambil keputusan (Dicision

Making) adalah keterampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk

memilih keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengumpulan

informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari setiap alternatif, analisis

informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan alasan-alasan yang

rasional, (3) keterampilan berfikir kritis (critical thingking) adalah keterampilan individu

dalam menggunakan proses berfikirnya untuk menganalisa argumen dan memberikan

interpretasi berdasarkan persepsi rasional dan benar, analisis asumsi dan bias argumen

dan interpretasi logis, (4) keterampilan berfikir kreatif (creative thingking) adalah

keterampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk menghasilkan

gagasan baru , konstruktif berdasarkan konsep dan prinsip yang rasional maupun persepsi

dan intuisi individu.

Keterampilan di atas saling terkait antar satu dengan lainnya, dan sukar untuk

membedakannya, karena keterampilan tersebut terintegrasi. Paradigma kontruktivistik

melahirkan prinsip Reflektion in Action yaitu prinsip refleksi dari pengalaman praktis

profesional dalam memecahkan masalah. Bragar dan Johmson (2003: 115) menjelaskan

bahwa” seseorang belajar melalui aktivitas atau pekerjaan sendiri dan kemudian mengkaji

ulang dari pekerjaan yang telah dilaksanakannya”. Prilaku yang direfleksikan akan
38

menjadi petunjuk bagi terjadinya suatu prilaku berikutnya. Proses pembelajaran reflection

merupakan bagian dari strategi kognitif dalam konteks aliran konstruktivisme.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa proses belajar orang dewasa

diawali dari pengalaman nyata yang dialami seseorang, yang direfleksikan secara

individu. Proses refleksi seseorang akan berusaha memahami apa yang terjadi serta apa

yang dialaminya. Refleksi ini menjadi dasar dari konseptualisasi di dalam memahami dan

mengaplikasikan pengalaman yang didapat pada situasi dan konteks yang lain. Proses

implementasi merupakan situasi dan konteks yang memungkinkan penerapan konsep

yang sudah dikuasai seseorang. Proses pengalaman dan refleksi dikelompokkan sebagai

proses penemuan, sedangkan proses konseptualisasi dan implementasi dapat

dikelompokan dalam proses penerapan. Proses ini terjadi berulang-ulang sehingga setiap

tindakan yang dilakukan seseorang merupakan hasil refleksi dari pengalaman atau

kejadian dimasa lalu yang telah dialaminya.

Pembelajaran program pendidikan keaksaraan fungsional agar warga belajar

dapat mengkonstruksikan potensi dirinya maka strategi pembelajaran diawali dengan

orientasi tutor terhadap tema pembelajaran, diskusi untuk dapat memunculkan masalah

dan solusinya, belajar menulis, dilanjutkan dengan belajar membaca dan berhitung

kemudian dilanjutkan dengan aksi yaitu dengan metode demonstrasi dan tanya jawab,

dengan adanya tahap-tahap pembelajaran ini tutor dapat menggali potensi warga belajar

dan proses pembelajaran yang dilalui itu dapat mengkonstruksikan pengalaman

pelajarnya yang kemudian membuahkan hasil belajar yang maksimal.


39

4). Hakekat Pendidikan Partisipatif

Pendidikan keaksaraan fungsional dalam pemberdayaan masyarakat memegang

prinsip participatory Approaches yaitu menekanan adanya keterlibatan setiap anggota

dalam seluruh kegiatan, perlunya melibatkan para pemimpin, tokoh masyarakat serta

tenaga-tenaga ahli setempat. Tutor berperan sebagai fasilitator dan pengelola berperan

sebagai katalisator. Sebagai penghubung sumber belajar dengan petugas dan warga

belajar, serta memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. Metode dan proses

yang ditempuh adalah belajar dengan teman sebaya dengan konsep saling

membelajarkan, menjaga hubungan emosional sesamanya, saling terbuka dan hubungan

yang interaktif diantara pengelola dengan tutor dan penyelenggara lapangan dan tutor

dengan penyelenggara lapangan dan warga belajar. Proses pendekatan di atas sudah

menganut hekekat pembelajaran yang humanistik.

Paradigma humanistik menjelaskan bahwa tujuan belajar adalah untuk me-

manusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar telah memahami

lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha

agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori

belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan

sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik ialah membantu anak untuk mengembangkan dirinya,

yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai

manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri

mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, yakni:

proses pemerolehan informasi baru, dan personalisasi informasi ini pada individu.
40

Meaning, makna atau arti adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila

mempunyai arti bagi individu. Tutor tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau

tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan

karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada

alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain

hanyalah dari ketidak mauan untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan

kepuasan baginya.

Sudjana (2004: 58) didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua

hal: suatu usaha yang positif untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan atau menolak

perkembangan itu. Pada diri masing-masing, orang mempunyai berbagai perasaan takut

seperti rasa takut untuk berusaha dan untuk mengambil keputusan, takut membahayakan

apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tetapi di sisi lain sesorang juga memiliki

dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri ke arah berfungsinya semua

kemampuan, kearah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat

menerima diri sendiri .

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses

pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran tutor dalam

pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan tutor

memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan anak. Tutor

memfasilitasi pengalaman belajar kepada anak dan mendampinginya untuk memperoleh

tujuan pembelajaran. Warga belajar berperan sebagai pelaku utama (student center) yang

memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan mereka memahami potensi


41

diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang

bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun

proses yang umumnya dilalui adalah: Merumuskan tujuan belajar yang jelas,

mengusahakan partisipasi aktif anak melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur, dan

positif. Mendorong mereka untuk mengembangkan kesanggupan untuk belajar atas inisiatif

sendiri. Mendorong mereka untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran

secara mandiri. Didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya

sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menaggung resiko dari perilaku yang

ditunjukkan. Tutor menerima warga belajar apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran

mereka, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong untuk bertanggung jawab atas

segala resiko perbuatan atau proses belajarnya. Memberikan kesempatan untuk maju sesuai

dengan kecepatannya. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi

belajar warga belajar.

Pembelajaran dengan menggunakan teori ini sangat cocok diterapkan untuk materi

pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan

analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah warga

belajar merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir,

perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani,

tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung

jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau

etika yang berlaku. Karena dalam teori ini tutor adalah sebagai fasilitator maka kurang

cocok diterapkan pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena bagi warga belajar yang
42

kurang aktif dia akan takut atau malu untuk bertnya pada tutornya sehingga dia akan

tertinggal oleh teman-temanya yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, padahal dalam

teori ini tutor akan memberikan respon bila warga belajar yang belajar juga aktif dalam

menanggapi respon yang diberikan . Karena anak berperan sebagai pelaku utama (student

center) maka keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh anak itu sendiri,

peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian anak menjadi

berkurang.

Filosofi dan teori pendidikan nonformal tidak terlepas dari pemahaman konsep

tentang kegiatan belajar yang terjadi di tengah-tengah masyarakat atau dikenal dengan

istilah “(Learning Society)”. Terciptanya masyarakat gemar belajar sebagai wujud nyata

dari model pendidikan sepanjang hayat mendorong terbukanya kesempatan menuntut

setiap orang, masyarakat, organisasi, institusi sosial untuk belajar lebih luas. Sehingga

tumbuh semangat dan motivasi untuk belajar mandiri terutama dalam memenuhi kebutuhan

belajar sepanjang hayat dan memperkuat keberdaya didikan “(educability)” agar mampu

mendidik diri dan lingkungannya.

Masyarakat gemar belajar dapat menciptakan peluang pendidikan nonformal

ditempat yang mudah dijangkau dengan cara-cara yang sesuai dengan potensi,

keterampilan dan kecakapan warga belajar serta sesuai dengan kebutuhan dan

kehidupannya. Meta konsep educability ini memungkinkan warga belajar lebih giat

mencari informasi baru yang berkaitan dengan kepentingan hidupnya melalui berbagai

media dan nara sumber yang dipercaya, dengan konsep itu masyarakat dapat menambah

pengetahuannya, pengalaman kerjanya dan belajar berkelanjutan untuk memperkaya


43

pengetahuan dan keterampilan, belajar untuk memecahkan masalah dan meningkatkan

kualitas kehidupan diri dan masyarakatnya.

Konsep belajar sepanjang hayat (life long learning) sebagai landasan pendidikan

nonformal telah menjadi kebutuhan vital untuk kelangsungan hidup setiap individu,

masyarakat bahkan bangsa. Peranan dan tanggung jawab pembelajar, tutor, fasilitator

secara gradual mengalami pergeseran ke warga belajar sehingga warga belajar dapat

berperan lebih bebas dan proaktif serta bertanggung jawab dalam dalam memahami diri

dan mengendalikan lingkungan.

Bagi masyarakat yang tidak sempat mengikuti pendidikan persekolahan atau

pendidikan tambahan lainnya yang perlu dipelajari cara-cara belajar yang sesuai dengan

kemampuannya. Biarpun memiliki keahlian tertentu, mereka tetap perlu belajar terus

menerus dan menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan. Mereka harus

memiliki kecakapan dan kemampuan dalam menunaikan peran dan fungsi sosial serta

organisasi, jika tidak mungkin secara pribadi mereka akan kecewa dan frustasi.

Mengingat bahwa masyarakat pada umumnya bukanlah students by profession, tetapi

mereka adalah mayoritas buruh, petani, pengrajin, tukang, nelayan, pengusaha kecil, ibu

rumah tangga, dan mayoritas pegawai rendahan yang kurang memiliki akses informasi

seperti academic society.

Pendidikan nonformal sebagai “modes of learning”, memberikan akses

pendidikan dan belajar lebih luas kepada warga belajar. Sebagaimana pendapat Kamil

(2010: 24) pada “pendidikan nonformal warga belajar diarahkan untuk memiliki;

(a) Kepribadian harmonis seperti positive, self image, and psychological stability; (b)

Kemampuan dasar seperti mengetahui cara mengamati sesuatu, membaca secara efisien,
44

dan kemampuan mengungkapkan pendapat; (c) kemampuan kognitif seperti kemampuan

meneliti, menganalisis, mensintesis, mengambil keputusan secara kritis dan mengevaluasi

diri; (d) Kemampuan beradaptasi dengan situasi secara fleksibel, memikul fungsi dan

tanggung jawab, semangat, kritis, kreatif dan, bekerjasama dengan berbagai pihak,

memahami masalah dan mampu berkomunikasi, berpartisipasi dalam masyarakat baik

ditingkat lokal, nasional maupun global”.

5). Hakekat Pendidikan Prilaku.

Menurut Fordham (2001: 54) Falsafah pendidikan yang dijadikan dasar dan

landasan fundamental pendidikan nonformal mempunyai sifat spekulatif, preskriptif dan

analiti). Sifat spekulatif ini muncul tatkala falsafah pendidikan menelusuri teori-teori

yang berhubungan dengan hakekat manusia, masyarakat dan dunia. Pengkajian ini

berkaitan dengan prilaku manusia (behavioral sciences). Sifat preskriptif timbul ketika

falsafah pendidikan merinci tujuan-tujuan pendidikan yang harus dicapai dan strategi

yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Sifat analitik muncul pada waktu falsafah

pendidikan menguji dasar-dasar pikiran yang digunakan dalam rumusan tentang gagasan-

gagasan pendidikan.

Pendidikan nonformal ada dua kategori untuk menganalisis yakni (1) filsafat

sebagai suatu metoda dan filsafat sebagai suatu pandangan, (2) sebagai suatu metode,

filsafat dapat ditelusuri dari cara berfikir dan menganalisis pendidikan nonformal yang

dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Sudjana (2004: 32) “sebagai metode filsafat

penting dalam menganalisis pendidikan nonformal adalah“. Pendidikan nonformal

sebagai konteks pengembangan programnya seringkali berhubungan dengan pemecahan

masalah yang dialami manusia, terutama masalah yang berkaitan dengan perkembangan
45

kemampuan, keterampilan dan keahlian khusus yang tidak dapat ditemukan dalam

konteks pendidikan persekolahan. Penyelenggaraan pendidikan nonformal memiliki

karakteristik sasaran didik tersendiri, yang filosofis karakteristik tersebut memiliki

kesamaan dan perbedaan dengan pendidikan formal. Mengembangkan bentuk program

pendidikan nonformal diperlukan adanya idialisme bagi tercapainya keberhasilan

program tersebut. Pengembangan program pendidikan keaksaraan fungsional, pene-

lusuran minat, bakat dan kebutuhan adalah merupakan daya dukung tersendiri bagi

pencapaian program secara utuh dan dapat diterapkan dalam kehidupannya( learning to

be) .

Filsafat pendidikan non formal sebagai suatu pandangan adalah memberikan

suatu nilai serta pemikiran mengenai persepsi, landasan dan pedoman tingkah laku

seseorang atau masyarakat dalam seluruh kehidupan dan cita-citanya. Sudjana (2004: 35)

“filosofis pendidikan sebagai suatu pandangan adalah hakekat kehidupan yang baik

menjadi tujuan pendidikan nonformal”. Kehidupan yang baik itu menyangkut norma dan

nilai-nilai kehidupan idial yang harus dapat dicapai oleh manusia melalui pendidikan,

khususnya pendidikan nonformal. Hakekat masyarakat itu sendiri sehubungan dengan

pendidikan nonformal sebagai proses yang terjadi di tengah-tengah masyarakat luas di

luar persekolahan. Masyarakat senantiasa berubah sesuai dengan ruang dan waktu.

Hakekat manusia yang menjadi warga belajar pendidikan nonformal, warga belajar

sebagai makhluk individual, religius, sosial, dan unik memiliki kesamaan dan perbedaan.

Kesamaannya adalah individu memiliki potensi untuk berkembang, dan pengembangan

itu akan mantab apabila melalui pendidikan, keterbatasan jangkauan pendidikan formal

memberikan tendensi bagi berlakunya pendidikan nonformal untuk berkiprah di


46

dalamnya secara lebih luas. Hakekat kebenaran yang menjadi kajian berbagai ilmu

pengetahuan, termasuk di dalamnya pendidikan nonformal. Kebenaran itu berkaitan

dengan kebenaran yang disepakati (agreement reality) dan kebenaran yang dialami

(experiental reality).

Sebuah teori adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan,

dan memprediksi. Menurut Lindeman (1943) dalam Sudjana (2004:36) bahwa “sebuah

teori berisi konsep-konsep, ada yang berfungsi sebagai asumsi atas konsep-konsep yang

menjadi dasar/titik tolak pemikiran sebuah teori, dan definisi konotatif atau denotat)f

atau konsep-konsep yang menyatakan makna dari istilah-istilah yang digunakan dalam

menyusun teori. Teori tentang pendidikan yang menelusuri pendidikan dari berbagai

sudut pandang, sebagaimana pendapat Sagala (2011: 6) bahwa: (1) sosiologik

memandang pendidikan dari aspek sosial, yaitu mengartikan pendidikan sebagai usaha

pewarisan dari generasi ke generasi; (2) Antropologik, memandang pendidikan adalah

enkulturasi yaitu proses pemindahan budaya dari generasi ke generasi; (3) Psikhologik

memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu, yaitu pendidikan sebagai

pengembangan kapasitas individu secara optimal; (4) Ekonomi memandang pendidikan

sebagai usaha penanaman modal insani (human capital) yang dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi suatu bangsa; (5) Politik memandang pendidikan adalah proses

menjadikan warga negara yang diharapkan civilisasi sebagai upaya pembinaan kader

bangsa yang tangguh.

Teori pendidikan nonformal sebagaimana dikemukakan Kamil (2009: 36) menyatakan

“Pendidikan nonformal adalah obat mujarab bagi seluruh penyakit pendidikan

masyarakat. Pendidikan nonformal tumbuh dan berkembang dalam melayani masyarakat


47

sebagai alternatif di luar pendidikan formal. Pendidikan itu sebagai konsep penyadaran

diri masyarakat terhadap lingkungannya yang hanya bisa dilakukan melalui pendidikan

pembebasan dari keterbelakangan”. Ahmad (2000: 32) menyatakan “Membebaskan

kemiskinan masyarakat melalui pendidikan nonformal dengan memberikan strategi baru

dalam meningkatkan keterampilan dan pemahaman diri dalam bidang ekonomi.

Kelompok-kelompok program pendidikan nonformal diarahkan bagi daerah pedesaan

(education for rural development). Kelompok program diarahkan sesuai dengan tujuan

belajar, warga belajar dan jenis program: (a) Pendidikan pemberantasan buta aksara (b)

Pendidikan berorientasi dunia kerja (c) Pendidikan keluarga (d) Latihan usaha tani bagi

pemuda dan orang dewasa (e) latihan produktif di luar sektor pertanian (f) Latihan

kewirausahaan dan (g) Latihan kepemimpinan bagi kepala daerah. Sudjana (2001: 23)

menjelaskan “Membangun dan menyiapkan pendidikan nonformal sesuai dengan

kebutuhan belajar, mulai dari penyiapan kurikulum, tujuan pembelajaran, waktu, materi

pembelajaran, sistem pembelajaran dan kontrol, serta kurikulum yang fleksibel”. Kamil

(2010: 73) menjelaskan “Pendekatan pemberdayaan perempuan melalui pendidikan

informal dan non formal: (1) Cummunity organization, ialah karakteristik yang mengarah

pada tujuan untuk mengaktifkan masyarakat dalam usaha meningkatkan dan mengubah

keadaan sosial dan ekonomi mereka; (2) Self manajement and collaboration, yaitu

pendekatan dengan sistem penyamarataan atau pembagian wewenang di dalam hubungan

kerja atau di dalam kegiatan, karena itu perlu struktur organisasi yang mendukung dan

memperkecil adanya perbedaan status dan perlu adanya pembagian peran; (3)

Participatory approaches adalah pendekatan yang melibatkan pada setiap anggota dalam

kegiatan, perlunya melibatkan pimpinan dan tenaga-tenaga ahli setempat; (4) Education
48

for justice yaitu pendekatan menekankan pada terciptanya situasi yang memungkinkan

warga belajar tumbuh dan berkembang analisisnya “.

Filsafat dan teori-teori yang mendasari metoda dan pandangan terhadap

pendidikan nonformal adalah bahwa pendidikan nonformal melayani masyarakat dari

berbagai lapisan umur, bermacam-macam program pembelajaran yang dapat merespon

aspirasi dan kebutuhan belajar masyarakat, terorganisir dan fleksibelitas dalam

pelaksanaannya.

Peranan pendidikan dalam masyarakat senantiasa mengalami pergeseran sesuai

dengan situasi dan kondisi,dengan terjadinya geseran peranan pendidikan maka perlu

memiliki karakteristik. Hatimah (2007:39) bahwa: Karakteristik pendidikan mampu

mengembangkan kreativitas, kebudayaan, dan peradaban. Mendukung diseminasi nilai

keungulan, mengembangkan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan dan

keagamaan. Mengembangkan secara berkelanjutan kinerja kreatif, produktif dan koheren

dengan nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat kita”.

Konsep dari pendidikan nasional kaitannya dengan pendidikan nonformal adalah:

Pertama, membangun prinsip kesetaraan antara sektor pendidikan dengan sektor lainnya.

Kedua, pendidikan adalah wahana pemberdayaan bangsa dengan penciptaan dan

pemeliharaan konfigurasi konponen-komponen sumber pengaruh secara dinamik. Ketiga,

prinsip pemberdayaan masyarakatdengan segenap institusi sosial yang ada didalamnya

terutama institusi yang dilekatkan dengan fungsi mendidik generasi muda. Keempat,

prinsip pemandirian dalam pendidikan, prinsip pemerataan menuntut warga negara secara

individual dan kelompok untuk memiliki kemampuan bersaing dan sekaligus kemampuan

bekerja sama. Kelima, kondisi masyarakat yang pluralistik diperlukan toleransi dan
49

konsesus. Keenam prinsip perencanaan pendidikan, ketujuh prinsip rekonstruksionis.

Kedelapan prinsip berorientasi kepada peserta didik, kesembilan prinsip pendidikan

multikultural dan kesepuluh adalah prinsip global yaitu pendidikan harus mampu

berperan dan menyiapkan peserta didik dalam menghadapi masyarakat global.

Program keaksaraan fungsional diselenggarakan secara masal dengan melibatkan

berbagai unsur masyarakat dan pemerintah yang memiliki tanggung jawab dalam

pemberantasan buta keniksaraan dengan kemiskinan. Keniksaraan diakibatkan karena

kurang memiliki kemampuan keaksaraan. Hal ini berakibat pada kurang mampu

mengenal perintah atau petunjuk melahirkan tigkah laku dalam menjawab tuntutan

lingkungannya, sehingga menjadi terasing dari dunia sekitarnya. Perubahan kearah

kemampuan keaksaraan menjadi peristiwa yang sangat berarti bagi kehidupan

masyarakat (warga belajar). Mereka dapat ikut terlibat dalam berbagai kegiatan

kemasyarakatan , mulai dari mengenal diri, lingkungan belajar untuk sampai dengan

tugas-tugas yang mesti dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat.

Program pendidikan keaksaraan fungsional merupakan wahana pembelajaran

untuk mengikuti kelompok sasaran buta aksara, baik karena tidak dapat mengikuti

pendidikan sekolah, maupun yang putus pendidikan dasar sebelum waktunya, khususnya

pada kelas-kelas awal (kelas 1,2 dan 3). Sebagaimana pendapat Kamil (2010: 78)

beberapa karakteristik warga belajar keaksaraan fungsional yang teridentifikasi

diantaranya adalah: (a) Kemampuan nalarnya rendah; (b) Minat terhadap pembelajaran

sangat rendah; (c) Pengalaman dan kebiasaan yang sudah melekat dengan cara-cara lama;

(d) Mengikuti pembelajaran dengan sukarela tidak dengan dipaksa; (e) Tidak

memungkinkan mengikuti pendidikan yang teratur dengan jadwal yang ketat.


50

Kusnadi (2003: 75) menyatakan “sasaran kegiatan pendidikan keaksaraan

fungsional adalah melayani warga masyarakat yang menyandang buta aksara untuk

tingkat dasar, berusia 15 sampai 60 tahun dilaksanakan selama 6 bulan atau minmal 36

kali pertemuan dan dibelajarkan secara berkelompok, dimana satu kelompok belajar

terdiri dari 10 orang dengan dibimbing oleh satu orang tutor “.

Marzuki (2010: 89) menjelaskan bahwa “materi pembelajaran dan bahan dan atau

sarana pembelajaran dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan mata pencaharian

warga belajar. Perkembangan pengetahuan dan keterampilan warga belajar dicatat oleh

tutor sebagai hasil evaluasi pembelajaran, terutama berhubungan dengan mata

pencahariannya, baik dalam bentuk tulisan maupun tingkah laku warga belajar selama

mengikuti proses pembelajaran. Sangat dimungkinkan tidak ada tes khusus hasil belajar.

Soedjana (2004:123) menjelaskan langkah-langkah dalam menyusun program

pendidikan keaksaraan fungsional adalah (a) Merencanakan program kegiatan (b)

Menentukan dan menetapkan berbagai sumber yang dibutuhkan baik sumber material,

finasial maupun non material (d) Menerima warga belajar (e) Mencari kebutuhan warga

belajar berkaitan dengan materi yang dikembangkan dalam program (f) Menetapkan

kebutuhan materi pembelajaran program (g) Menetapkan target dan tujuan program (h)

menyusun kurikulum dan materi belajar (i) Menjalankan program (j) Melakukan

monitoring dan evaluasi program (k) mengembangkan program berdasarkan hasil

monitoring dan evaluasi.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa filosofis dari pendidikan keaksaraan

fungsional kaitannya dengan pohon ilmu pendidikan adalah aliran pragmatisme dan

progresivisme merupakan akar dari pohon ilmu pendidikan. Pragmatisme menje-


51

laskan bahwa pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang berguna dan hasil

pendidikan berfungsi bagi kehidupan. Pendidikan keaksaraan fungsional merupakan

proses reor-ganisasi dan rekonstruksi dari pengalaman orang dewasa akan belajar apabila

yang dipelajari itu dapat merespon minat dan kebutuhan belajarnya, pembelajaran itu

bersifat praktis, sehingga manfaatnya dapat digunakan dalam jangka waktu pendek dan

lingkungan dapat dijadikan bahan dan sumber belajar. Progresivisme, segala sesuatu itu

mengalir dan berubah, kenyataan yang dialami selalu mengalami perubahan kearah

kemajuan. Pendidikan itu adalah kehidupan itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup.

Belajar harus berlangsung berhubungan dengan minat warga belajar.belajar dalam

konteks penyelesaian masalah menjdi konteks utama dalam bagan pembelajaran,

diutamakan kerjasama dan partisipasi dalam belajar.

Pohonnya dari ilmu pendidikan adalah teori konstruktivisme yang menjelaskan

konstruksi berfikir yaitu kemampuan berfikir seseorang di asah melalui pendidikan.

Pendidikan keaksaraan fungsional menyiapkan warga belajar untuk dapat belajar

membaca, menulis dan berhitung, berpengetahuan dasar, berkomunikasi dan memiliki

keterampilan untuk dapat memecahkan masalah, pengambilan keputusan, berfikir kreatif

dan kritis. Seseorang belajar melalui aktivitas atau pekerjaan sendiri dan kemudian

mengkaji ulang dari pekerjaan yang dilaksanakannya.

Dahan dan ranting dari ilmu pendidikan adalah teori humanistik dan beha-

vioristik tujuan belajar adalam memanusiawikan manusia, proses belajar dianggap

berhasil, apabila sipelajar telah memahami dirinya sendiri dan lingkungannya. Untuk itu

perlu dikembangkan potensi warga belajar agar terjadinya kemandirian belajar. Warga

belajar perlu diberikan motivasi dan difasilitasi untuk belajar. Tutor berfungsi sebagai
52

fasilitator dan pengelola bertindak sebagai katalisator, dan tujuan belajar lebih kepada

proses belajar dari pada hasil belajarnya. Behavioristik menjelaskan pendidikan itu

merubah prilaku warga belajar kepada yang lebih baik , landasan program pendidikan

keaksaraan fungsional adalah spekulatif, berhubungan dengan hakekat manusia persfektif

tujuan yang hendak dicapai penggunakan cara-cara yang tepat dan analitik gagasan

pendidikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan.

Daunnya pohon pendidikan adalah kebutuhan belajar masyarakat yaitu usaha untuk

meneliti, menggali dan menemukan berbagai hal yang diperlukan dalam belajar dan

berbagai hal yang dapat membantu tercapainya tujuan belajar itu sendiri. Apa yang

dipelajari itu benar-benar fungsional karena merespon kebutuhan belajar warga belajar

maka program pendidikan keaksaraan fungsional dilakukan dalam pengelolaan dan

pembelajaran yang saling berkoordinasi, kerjasama , kooperatif dan partisipatif.

Buah dari pohon pendidikan itu adalah belajar sambil bekerja untuk menghasilkan

pengalaman belajar yang dapat menumbuhkan kemandirian belajar. Warga belajar

menyadari bahwa belajar pada program pendidikan keaksaraan fungsional dapat

membebaskan mereka dari kebodohan dan kemiskinan. Oleh sebab itu pengelolaan

program belajar dilanjutkan dengan pengelolaan usaha produktif warga belajar.

b. Latar Belakang Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Pemberantasan buta huruf merupakan bagian integral dalam pengentasan

masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan dan ketidak berdayaan dalam

kerangka makro pengembangan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

Pemberantasan buta huruf menjadi amat penting dan strategis, mengingat kondisi
53

pendidikan penduduk Indonesia masih rendah. Jumlah masyarakat yang buta aksara

diperkirakan 18,9 juta orang pada tahun 2010, maka kondisi ini merupakan salah satu

indikator untuk mengukur HDI ( Human Developmend Indeks) yang meletakkan posisi

Indonesia dideretan bawah dari kualitas sumber daya manusia.

Direktorat Pendidikan masyarakat telah mengembangkan progran Keaksaraan

Fungsional (KF), dalam menangani buta huruf ini. Keaksaraan fungsional adalah

pendekatan baca, tulis, dan hitung yang teritegrasi dengan keterampilan usaha

berdasarkan kebutuhan dan potensi warga belajar.

Tujuan program ini adalah membelajarkan warga belajar agar mampu membaca,

menulis dan berhitung serta berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sebagai dasar

untuk meningkatkan usaha dan kehidupannya. Sebagaimana pendapat Adnan (2009: 35),

Strategi yang telah dikembangkan oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat dalam program

pemberantasan Buta Aksara antara lain : (a) Pemberantasan buta huruf dilaksanakan di

tingkat grass root yang merupakan basis/kantung-kantung masyarakat buta huruf yaitu

tingkat RT/RW, desa/kelurahan, pemukiman tertentu, tempat kerja/perusahaan (b)

Mengoptimalkan pemanfaatan infra struktur pendidikan yang ada di masyarakat seperti

Madrasah, SD, SLTP, pondok pesantren dan lain-lain (c) Memanfaatkan peran seluruh

potensi SDM, seperti guru, mahasiswa, pelajar, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh

agama, tokoh pemuda, dan tokoh perempuan (d) Mengoptimalkan peran sekolah,

Perguruan Tinggi, Lembaga Kursus, Lembaga Pelatihan swasta, SKB, BPKB, PKBM,

Balai Pendidikan dan Pelatihan Pondok Pesantren, majelis ta’lim dan sebagainya (e)

Menggerakkan organisasi sosial kemasyarakatan antara lain, PKK, Dharmawanita, LSM,

Karang taruna, Organisasi Mitra Dikmas seperti ( HIPKI, HISPPI, Asosiasi Profesi, )
54

Muslimat NU, Pemuda Muhammadiyah, remaja mesjid, organisasi kemahasiswaan dan

sebagainya (f) Program pembelajaran buta aksara dilaksanakan secara teritegrasi dengan

berbagai program penyuluhan, bimbingan, pendampingan kepada masyarakat yang

dilaksanakan berbagai sektor (k) Program pembelajaran dirancang kontekstual dengan

pekerjaan, minat, mata pencaharian, sumber daya alam pertanian, peternakan, perikanan,

kelautan, kehutanan, usaha kerajinan produktif, pertukangan dan jasa (l) Kegiatan belajar

bisa dilakukan diberbagai tempat dimana saja, disekolah, madrasah, mesjid, mussolla,

gereja, balai desa, kantor, pabrik, rumah dan sebagainya, waktu kapan saja di sesuaikan

dengan kesempatan yang ada pada warga belajar (m) Melatih dan menyediakan tenaga

pengajar /tutor, bahan belajar seperti buku-buku, modul dan suplemen terkait dengan

keterampilan untuk dijadikan mata pencaharian yang dapat menghasilkan pendapatan (n)

Sebagai bahan belajar pemberantasan buta aksara telah disusun dan diterbitkan modul-

modul keaksaraan fungsional.

Jika buta aksara masih tetap tinggi, maka HDI kita akan tetap rendah, sebaliknya

HDI akan naik apabila masyarakat buta aksara dapat dibelajarkan sehingga mereka

menjadi masyarakat terdidik dan mampu menerima arus perubahan yang terus bergulir

dalam kehidupannya. Oleh karena itu sangat diperlukan intensifikasi program

pemberantasan buta aksara. Pelaksanaan program pemberantasan buta aksara, kebijakan

yang ditetapkan adalah menyelenggarakan program keaksaraan fungsional, artinya

“bahwa dalam menyelenggarakan program belajar disesuaikan dengan latar belakang

kehidupan, minat dan kebutuhan hidup sehari-hari warga belajar sehingga keber-

langsungan belajar dapat terjamin. Di samping itu, dalam penyelenggaraan program

belajar dikaitkan dengan pendidikan keterampilan sehingga adanya peningkatan


55

kemampuan baca tulis disertai pula dengan peningkatan keterampilan yang dapat

diusahakan untuk meningkatkan pendapatannya.

Istilah Keaksaraan Fungsional (KF) merupakan konsep yang sangat berpengaruh

dalam membangun pendidikan melalui program keaksaraan. Pesona ide tersebut sangat

kuat dan tersebar luas. Pendapat Kamil (2009: 78) “ Banyak pihak peduli terhadap ide

tersebut, antara lain pendidikan orang dewasa, para ahli pembangunan ekonomi, pekerja

pembangunan orang dewasa, lembaga-lembaga penyebar inovasi, para perencana dan

pelaksana pada lembaga-lembaga internasional, tampaknya semuanya sangat peduli

dengan keaksaraan fungsional. Ide dibalik itu seperti keaksaraan dapat mempunyai fungsi

atau peran membangkitkan pembangunan sosial ekonomi suatu masyarakat “.

Munculnya konsep keaksaraan fungsional sangat mengesankan, tetapi tidak

berjalan mulus untuk gerakan keaksaraan di negara yang sedang berkembang. Konsep

keaksaraan fungsional ini memakan waktu panjang untuk bangkit dari frustasi dan

kegagalan para pekerja keaksaraan yang seringkali menghadapi para sasaran didik orang

dewasa yang memimpikan suatu kehidupan yang indah, yang terang benderang tetapi

tidak terwujud dan mereka tidak ingin menjadi bagian dari mimpi yang indah tersebut.

Mereka tidak lagi secara sukarela belajar membaca dan menulis. Mereka tidak lagi

berfikir apakah keaksaraan itu hak azazi manusia atau bukan. Mereka yang sudah pernah

belajar membaca dan menulispun tidak tahu menahu untuk melakukan apa dengan

kecakapan barunya tersebut, atau setelah memperoleh skill linguistik, terus mereka mau

apa.

Konsep baru yang disebut keaksaraan fungsional menjanjikan akan memecahkan

masalah-masalah klasik dan masalah yang sulit, yaitu motivasi warga belajar dan secara
56

bersamaan menghubungkan keaksaraan dengan ekonomi, sosial dan aspirasi politik di

negara sedang berkembang. Akan tetapi kegagalan yang pernah dialami oleh para pekerja

keaksaraan betul-betul mendeskitkan mereka, merugikan orang yang betul-betul belajar

keaksaraan, dan mengabaikannya sebagai hak azazi manusia sampai perbaikan betul-

betul dapat dilaksanakan.

Menjadikan keaksaraan fungsional terlaksana dengan baik, konsep tersebut

harus dipahami, diterjemahkan dalam tindakan. Implikasi konsep kedalam berbagai aspek

program dan implementasi harus dilakukan secara logis dan terefleksikan dalam

pelaksanaan. Marzuki (2010: 117) menjelaskan “pengembangan suatu konsep tentu ada

rasionalnya, merupakan dimensi historis dan latar belakang dari konsep keaksaraan

fungsional”.Beberapa latar belakang tersebut, antara lain adalah idiologis, kultural,

ekonomi, linguistik, dan motivasi.

Secara idiologis, membaca dan menulis, akan memperoleh keuntungan secara

politik dari orang-orang karena pemahaman mereka sebagai konstituen menjadi lebih

terbuka dengan bertambahnya media tulis. Disamping itu dengan membaca, para petani,

buruh dan orang-orang lapisan bawah memahami kepentingannya sehingga dapat

terhindar dari tindakan eksploitasi kelas penguasa. Dalam hidup, kita mengenal kebaikan

bagi sesama, yakni hak asasi manusia , setiap orang mempunyai hak untuk maju, untuk

pandai dan hidup layak.

Keaksaraan telah dipandang sebagai pembuka kunci potensi manusia, kultur,

sosial dan ekonomi. Orang yang bisa baca tulis lebih dapat mengatasi kebutuhan

informasi, dan dapat mengatasi kesulitan lingkungan, sosial, politik, ekonomi diban-

dingkan dengan orang yang buta aksara.


57

Ekonomi, analisis sistem ekonomi menunjukkan adanya pertumbuhan pro-

duktivitas sebagai dampak dari pendidikan. Seseorang pekerja yang berpendidikan

memiliki poduktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang kurang ber-

pendidikan. Program keaksaraan fungsional memberikan sumbangan besar terhadap

pembangunan ekonomi. Linguistik, Ide pokok dari keaksaraan fungsional adalah

mengajarkan keterampilan ekonomi dan baca tulis secara bersamaan, dari awal yang

merupakan bagian pokok dari keaksaraan fungsional. Memang konsep ini agak kurang

efektif apabila kita tidak memahami dengan baik metodologi membaca, yang diperoleh

dari linguistik, seperti metoda global dalam membaca. Pertama kali harus dipahami apa

yang menjadi mata pencaharian warga belajar.

Identifikasi kata dan kalimat yang sering kita dengar dalam pembicaraan sekitar

mata pencaharian tersebut. Kata dan kalimat tersebut setelah dikumpulkan , di cari mana

kata dan kalimat yang menjadi motivasi kuat, atau menjadi kekhawatiran dan kecemasan

dalam mencari nafkah. Kemudian di coba merangkai kata menjadi kalimat sehingga

menjadi suatu cerita sederhana. Cerita tersebut diperiksa apakah ada kata yang sulit,

untuk diucapkan atau dikenali karena terlalu kompleks. Pemilihan kata yang tepat dan

ejaan yang mudah dan mempermudah warga belajar membacanya. Disamping itu cerita

tadi disusun dengan memperhatikan kondisional dan adanya kandungan masalah

sehingga belajar membaca berlanjut dengan diskusi. Dari diskusi kita mencoba mencari

pemecahan bersama tentang kesulitan atau kebutuhan belajar yang terkait dengan

mencari nafkah atau ekonomi mereka. Jika perlu belajar keterampilan tentu harus

diteruskan dengan pelatihan, jika perlu tindak lanjut mencontoh model pencaharian
58

nafkah di tempat lain, tentu diteruskan dengan karya wisata yang hasilnya bermanfaat

untuk memperbaiki tingkat hidup mereka baik secara perorangan maupun kolektif.

Motivasi, dalam keaksaraan fungsional ada teori psikhology motivasi. Orang

dewasa menginginkan insentif berupa ganjaran atau pujian dalam tingkah laku

belajarnya. Membaca tidak berdiri sendiri, melainkan harus memberikan kepuasan

sebagai suatu tindakan, dan sekali apa yang mereka baca tulis betul-betul menarik, dan

bermakna serta bermanfaat bagi kehidupan mereka. Mengenai manfaat, memang semua

bermanfaat, tetapi ada manfaatnya masih lama (tertunda), karena bersifat laten, ada juga

bermanfaat dalam waktu dekat, dan mendesak dalam kehidupan mereka. Orang dewasa

umumnya telah berhadapan langsung dengan masalah dan kebutuhan sehari-tidak

berbeda tentunya dengan anak kebutuhan anak-anaknya.

Di sini berlaku teori kerugian komparatif, atau loncatan pemenuhan kebutuhan,

yakni bahwa orang akan memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk manusia sebelum

memenuhi kebutuhan lainnya. Misalnya kebutuhan fisik harus dipenuhi sebelum

memenuhi kebutuhan lain. Meskipun demikian, akan berbeda antara orang yang satu

dengan yang lain. Dengan mengajarkan skill mata pencaharian akan dapat membuat baca

tulis yang tidak menyenangkan menjadi sangat menyenangkan dan belajar keterampilan

ekonomi akan dapat mengasah kecakapan baca tulis yang tumpul.

c. Konsep Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Pendidikan Keaksaraan Fungsional adalah suatu program pembelajaran bagi

penduduk buta aksara yang tidak dapat atau belum lancar membaca, menulis dan

berhitung dalam huruf latin serta berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Program ini

melalui pendekatan yang digunakan dalam program pembelajaran keaksaraan agar


59

kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta berbahasa Indonesia warga belajar

yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari guna meningkatkan taraf hidupnya.

Marzuki (2010: 120) menjelaskan konsep pendidikan Keaksaraan Fungsional dengan

elemen-elemennya (a) Program keaksaraan hendaknya tergabung dan terhubung dengan

perencanaan ekonomi dan sosial; (b) Pemberantasan buta aksara hendaknya dimulai dari

motivasi tinggi dan bermanfaat bagi pengembangan daerahnya; (c) Program keaksaraan

hendaknya dikaitkan dengan prioritas ekonomi, dan dilaksanakan didaerah yang menjadi

prioritas pengembangan ekonomi;(d) Program Keaksaraan seharusnya tidak hanya

mengajar membaca dan menulis, tetapi juga pengetahuan profesional dan teknis

sehingga menimbulkan motivasi dan partisipasi belajar orang dewasa secara penuh dalam

kehidupan ekonomi dan (civic) atau kewarganegaraan; (e) Program keaksaraan harus

merupakan bagian integral dari perencanaan pendidikan menyeluruh dan sistem

pendidikan yang berlaku. (f) Kebutuhan pendanaan keaksaraan fungsional hendaknya

berasal dari berbagai sumber, pemerintah dan swasta maupun dari investasi ekonomi; dan

(g) Program keaksaraan hendaknya membantu pencapaian tujuan ekonomi, seperti

meningkatkan produktivitas tenaga kerja, produksi bahan makanan, industrialisasi,

mobilitas sosial, dan beragam aktivitas ekonomi. Ciri-ciri tersebut mempunyai implikasi

penting terhadap beberapa hal.

Pertama, terhadap pengorganisasian program keaksaraan fungsional. Kedua,

implikasi terhadap perencanaan menyeluruh, yaitu bahwa perencanaan program

keaksaraan fungsional disatu sisi harus terpadu dengan perencanaan pendidikan, dan

dilain pihak dengan program pengembangan ekonomi. Pengembangan program terutama

dalam melakukan pemilihan di wilayah kerja, ketika memilih sektor ekonomi dan
60

prioritas seleksi, juga diberlakukan dalam belajar artinya keberadaan ekonomi dan

pekerjaan yang mereka inginkan. Ketiga, implikasi terhadap metode mengajar, disini

timbul pertanyaan tentang keterpaduan karena keaksaraan harus diajarkan program,yang

bersamaan dengan pengetahuan profesional dan teknikal. Keempat, implikasi terhadap isi

(program content) yaitu ketika faktor ekonomi harus ditekankan pada pengembangan

sosial dan partisipasi sosial, dan tidak boleh di pisahkan. Bentuk program yang

komprehensif tercakup juga anjuran upaya pemerintah dan swasta.

d. Memadukan Keaksaraan dengan Pekerjaan

Keterpaduan antara pekerjaan dan keaksaraan adalah suatu kegiatan yang

mengajarkan unsur-unsur teknis dengan keaksaraan secara simultan. Dampak keter-

paduan antara keduanya ada dua yaitu: (1) Metode mengajarnya harus berdasarkan teknik

global, sementara yang seperti elektrik, fonetik, sebagainya dikesampingkan dulu; (2)

Kata-kata yang sering kali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari yang tidak terkait

dengan pekerjaan mereka untuk sementara diawal tidak dipergunakan karena bisa jadi

kata-kata itu tidak sesuai dengan konten pekerjaan atau vokasional.

Perlu ditegaskan, disini bahwa kata-kata yang diajarkan tidak hanya berujuk pada

kamus, melainkan pada struktur logika orang-orang dewasa. Untuk mengajarkan bahasa

baru, dapat berupa ekspresi sederhana, tetapi jelas yang terkait dengan pengertian-

pengertian teknis serta istilah-istilah pelaksanaan tugas atau pekerjaan. Ini berarti bahwa

pekerja hendaknya dilatih tidak saja membaca dan menulis, serta berhitung yang terkait

dengan keterampilannya, melainkan juga proses matematika dengan prinsip-prinsip

rasionalitas yang mengatur pelaksanaan pekerjaan. Hal ini berarti pula bahwa

keterpaduan itu dicapai dengan cara keaksaraan aktualisasi ilmiah.


61

Konsekuensi selanjutnya dari pendekatan keterpaduan tersebut menuntut agar

pengelola, insrtuktur dan ketua kelompok belajar dan proses yang dilaksanakan oleh

anggota kelompok, dan selanjutnya menjelaskan konsep itu dan prosesnya dengan

gambar, angka, kata yang kesemuanya diterangkan secara runtut dan logis. Dengan kata

lain, cara berfikir baru hendaknya dibangun dan pemikiran baru dapat dicapai.

Meskipun demikian, apakah unsur-unsur rasional betul-betul baru bagi pekerja.

Apakah tugas kita memberikan pemikiran baru dan aturan tersebut telah mereka peroleh

pemikiran dan aturan tersebut dalam praktek atau tidak paham mengikuti penjelasan-

penjelasan.

Warga belajar pada program KF adalah para pekerja yang hidup dalam situasi

yang berubah atau berkembang. Dia telah memiliki pengetahuan dasar dan praktik yang

diperlukan untuk bekerja mencari nafkah. Oleh karena itu, hampir semua konsep awal

yang akan diajarkan terkait dengan pekerjaannya, dan tahu juga cara membentuk

peralatan, objek dan pekerjaan tugasnya sehari-hari. Marzuki (2010: 127) program

keaksaraan fungsional bagi para petani, salah satu prinsip ilmiah yang biasa dikerjakan

misalnya, ketika ia mengukur luas tanahnya, yang secara pragmatis dikerjakannya,

demikianlah pula ketika dia menyiapkan tanah yang akan ditanami dengan cara

menggemburkan atau mencampurnya dengan kompos atau pupuk kandang. Kegiatan

seperti menanam, memupuk, memanen, menyimpan dan memasarkan hasilnya juga

mempergunakan prinsip-prinsip ilmiah.

Proses pembelajaran yang perlu dikembangkan sesuai dengan urutan kronoligis

sebagai berikut: (1) Adakan diskusi kelompok tentang tugas dalam pekerjaan; (2)

Tunjukkan tugas-tugas yang berhubungan dengan tugas pekerjaan berdasarkan


62

pengalaman; (3) Identifikasikan prinsip dan aturan secara rasional dan sebagainya,

gabungkan dengan tugas pekerjaan; (4) Lakukan simbolisasi grafis hal-hal di atas dengan

gambar, angka, hubungan aritmatika, dan kata-kata yang sesuai; (5) Ringkaskan hasil

diskusi dan formulasikan tertulis dalam kalimat pendek; (6) Aplikasi prinsip dan aturan

sesuai dengan situasi; (7) Yakinkan tugas pekerjaan hendaknya dipandang dan dipilih

sebagai lapangan studi untuk diamati sesuai dengan kepentingannya dari segi waktu dan

uang yang akan dipertimbangkan tektis, keakuratan atau ketepatan akan di-ekankan agar

mendorong anggota kelompok supaya dapat mencapai standar yang lebih baik dalam

kinerja dan produktivitasnya.

Sejak awal pekerja didorong untuk menuliskan dalam buku catatannya, yang

terdiri atas beberapa lembar, gambar, angka, dan kata-kata, kalimat pendek, keterkaitan

dengan instruksi kerja berdasarkan pengalamannya. Keaksaraan dan pendidikan adalah

alat yang berguna untuk menghapuskan kondisi, tidak mengenakkan dan dapat mencapai

status yang lebih baik dalam masyarakat, seperti kemapanan, walaupun di level yang

paling bawah. Atas dasar itulah mereka seringkali lebih termotivasi dengan belajar baca

tulis yang konvensional atau (traditional literacy), memberikan mereka harapan baru

bersama dengan kata-kata dan sajak-sajak yang lambang orang-orang kaya dan penting,

dari pada keaksaraan fungsional yang kadang-kadang mereka berpraduga akan

menjeratnya dalam kondisi lapisan bawah yang miskin. Mereka ini sebelumnya belum

terbebas sebagai dirinya sendiri dan masih diikat oleh bayang-bayang status sosial yang

telah dinikmati oleh orang-orang terpelajar. Padahal maksudnya adalah dengan

keaksaraan fungsional mereka dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan pilihan-

pilihannya sendiri tanpa harus membayangkan menjadi orang berpangkat.


63

Bahan pelajaran yang bersifat teknikal atau yang terkait dengan pekerjaan

mereka, didasarkan atas hasil analisis masalah–masalah pekerjaan, seperti mengenal

warna dan spesifiknya, campurannya, dan kendali mutunya. Termasuk di dalamnya

adalah perhitungan yang relevan dan topik-topik umum, seperti kesehatan, studi ilmu

sosial dan geografi. Semua bahan yang bersifat umum ini harus terkait dengan mata

pencaharin yang bersifat teknis. Ketika materi teknikal disampaikan, bahan grafis,

contoh, peragaan, dan percobaan oleh anggota kelompok sendiri dirancang untuk

memperkaya kegiatan belajar. Marzuki (2010:132) menjelaskan dalam “pembelajaran

keaksaraan fungsional, setiap warga belajar dapat mengenal kurang lebih 200 kata dalam

tiga bulan”. Dari percobaan tentang program keaksaraan fungsional yang dikaitkan

dengan pekerjaan ini maka dinyatakan bahwa mereka telah dapat membaca teks tertulis,

memahami apa yang dibaca, menulis dan membaca surat. Untuk pembinaan lanjut, telah

dibuatkan buku latihan yang dimonitor, dilengkapi dengan majalah yang bisa mereka

baca, dan bahan tambahan lainnya untuk melengkapi proses belajar.

Pengalaman tersebut menunjukkan beberapa hal sebagai berikut (1) Keaksaraan

ternyata dapat dipadukan dengan pengajaran kejuruan, atau dipadukan dengan pekerjaan.

Kata-kata kunci yang tersebar dalam diskusi dipelajari secara menyeluruh, secara serasi

atau harmonis dikembangkan ke dalam kamus kata dan simbol teknis yang dalam waktu

singkat menjadi dasar yang berguna untuk memahami pekrejaan untuk perluasan

secepatnya keterampilan keaksaraan atau baca tulis; (2) Sejak awal pengetahuan dan

pengertian yang berhubungan kecakapan teknis serta petunjuknya dapat diajarkan jauh

sebelum kecakapan baca tulis tercapai.


64

Sejalan dengan apa yang telah dipaparkan di atas maka dapat dijelaskan bahwa

pendidikan keaksaraan bagi orang dewasa (adult literacy education), yang lazim di sebut

pendidikan dasar bagi orang dewasa, (adult basic education). Sudah sangat umum

diasumsikan mempunyai sifat instrumental dalam perbaikan ekonomi. Kemampuan baca

tulis dianggap tidak bermakna di dalam dirinya sendiri, kebermaknaan terletak pada

dampak perbaikan sosial ekonomi yang ditimbulkannya.

Pendapat di atas jelaslah bahwa program pendidikan keaksaraan fungsional yang

dilaksanakan oleh berbagai komponen masyarakat tidak saja membawa misi pendidikan

saja akan tetapi juga membawa misi sosial, misi ekonomi dan misi pembangunan

nasional dalam hal ini meningkatkan pengetahuan masyarakat, harkat dan martabat

manusia serta kesejahteraan bagi kehidupan masyarakat miskin, bodoh, dan terbelakang.

e. Pendekatan Andragogy dalam Pelaksanaan Pendidikan Keaksaraan

Pendekatan Andragogi adalah model pendidikan untuk orang dewasa. Orang

dewasa mulai diorganisasikan secara sistematis sekitar tahun (1920). Pada saat itu

pendidikan dirumuskan sebagai suatu proses yang menimbulkan keinginan untuk

bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hayat. Belajar bagi orang dewasa

bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk selalu bertanya dan mencari jawabannya.

Pendidikan orang dewasa merupakan proses ketika seseorang, dalam waktu

tertentu, mengikuti pendidikan secara teratur berdasarkan kebutuhannya untuk me-

mecahkan masalah diri sendiri atau masyarakat karena adanya perubahan-perubahan

informasi, pengetahuan, atau keterampilan, penghayatan, dan sikap.UNESCO (1976),”

pendidikan orang dewasa adalah proses pendidikan yang diorganisasikan isinya, dan

metodenya secara formal maupun nonformal untuk memenuhi kebutuhannya yang


65

melengkapi pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan kemampuan memperkaya

perubahan sikap seseorang sebagai tenaga professional”. Pendapat Kusnadi (2003: 45),

“Selain dilihat dari faktor usia, pengertian orang dewasa dapat dilihat juga dari segi

psikologis dan biologis. Seseorang dikatakan dewasa secara psikologis karena ia sudah

dapat mengarahkan diri sendiri, tidak terikat pada orang lain, dapat bertanggung jawab

terhadap segala tindakannya, mandiri serta dapat mengambil tindakan sendiri”.

Tujuan utama dari pendidikan orang dewasa adalah untuk membantu setiap orang

dewasa, agar dapat mengembangkan diri melalui pendidikan. Tidak ada suatu sistem

pendidikan orang dewasa yang dapat memenuhi semua kebutuhan belajar dan

keinginannya. Sekalipun demikian tidak tertutup kemungkinan usaha-usaha untuk

membantu setiap orang dewasa untuk dapat mengembangkan potensi (kemampuan) yang

mereka miliki sebaik mungkin. Menurut Marzuki (2010: 121), berbagai faktor yang

mempengaruhi pendidikan orang dewasa yakni :

1). Faktor Kebebasan

Ciri kedewasaan adalah kebebasan atau ketidak terikatan dengan orang orang lain,

dalam proses belajar, seorang dewasa cendrung berkeinginan untuk menentukan apa yang

ingin dipelajarinya serta membandingkan dan menghubungkan pengetahuan baru dengan

pengalaman-pengalaman belajar yang telah dimliki sebelumnya. Dengan demikian proses

belajar orang dewasa lebih bersifat demokrasi.

2). Faktor Tanggung Jawab

Faktor tanggung jawab membedakan sifat anak-anak dari sifat dewasa. Orang

dewasa bertanggung jawab terhadap tindakannya dan dapat berdiri sendiri, dalam hal

kedewasaan, warga belajar dan pendidik sebenarnya sama dan sejajar, perbedaannya
66

bahwa pendidik memilki pengetahuan atau ketarampilan tertentu yang belum dimiliki

peserta didik.

3). Faktor Pengambilan Keputusan Sendiri

Orang dewasa mampu mengambil keputusan sendiri berdasarkan nilai dan

pengetahuan yang dimilki, dan tidak dapat ditentukan atau dipengaruhi oleh orang lain.

Mereka dapat menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi diri mereka.

4). Faktor Pengarahan Diri Sendiri

Ciri lain dari kedewasaan adalah orang dewasa mampu mengarahkan diri sendiri,

dan mereka mempunyai pandangan sendiri (way of life). Ini berarti dalam proses belajar,

peserta didik mampu untuk berinisiatif dan berkreasi sendiri sesuai dengan pandangan

yang dimilkinya namun, walaupun mereka mampu mengarahkan diri sendiri bukan

berarti mereka tidak memerlukan orang lain.

5). Faktor Psikologis

Proses belajar orang dewasa, faktor psikologis hendaknya diperhatikan, perlu ada

kesan bahwa warga belajar diterima sebagai orang dewasa yang mempunyai kebebasan

berekspresi dan berkreasi yang dihargai sebagai sahabat, terpenting adalah pendidik dan

warga belajar dapat menumbuhkan rasa saling membutuhkan bukan saling menggurui,

azas humanistik sangat penting dalam hal ini.

6). Faktor Fisik

Kondisi fisik fasilitas ruangan dan peralatan juga harus dibarengi dengan kondisi

warga belajar dan tutor yang baik. Jumlah warga belajar jangan terlalu banyak, jumlah

yang ideal adalah antara 10 sampai 20 orang karena memungkinkan untuk dialog dan

diskusi antara warga belajar dengan tutor.


67

7). Faktor Motivasi

Perlu diperhatikan bahwa motivasi orang dewasa untuk mengikuti pendidikan

berbeda-beda menurut Shane (2001: 87) “ motivasi peserta pelatihan orang dewasa dapat

dibagi menjadi tiga mereka yang berorentasi pada tujuan (goal oriented). Mereka yang

berorentasi pada kegiatan (social oriented)”. Mereka yang berorentasi pada mempelajari

ilmu itu sendiri (learning oriented) kelompok.

Menjadi fasilitator dalam proses belajar orang dewasa tidaklah mudah, sebab

warga belajar merupakan orang-orang yang sudah terbentuk. Mereka sudah dapat menilai

program-program yang sudah disajikan, dan juga cara penyajian program oleh pendidik

tidak jarang warga belajar merasa bosan dan kadang-kadang lesu, sebab bahan yang

mereka terima tidak sesuai atau kurang relevan dengan minat dan kebutuhan mereka.

Untuk mengatasi hal tersebut, pendidik diharapkan tampil untuk memulai diskusi,

menyediakan informasi, meningkatkan partisipasi, menentukan kriteria dan rambu-

rambu, mengetengahi perbedaan, mengkoordinasikan dan menganalisis informasi yang

ada. Betapapun baiknya perencanaan pembelajaran yang telah dibuat, sikap fleksibel

tetap diperlukan, karena pada setiap pelaksanaan pembelajaran mungkin diperlukan

perubahan dari rencana yang sudah ada. Dengan demikian, dalam peaksanaan

pembelajaran, tutor perlu cepat tanggap bila ada hal-hal yang tidak dipertimbangkan

sebelumnya untuk kemudian dapat segera menyesuaikan pembelajaran dengan hal-hal

tersebut. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, orang dewasa belajar dari berbagai

sumber. Sumber belajar yang dianggap penting oleh orang dewasa adalah teman

(keluarga/tetangga). Hal ini bahwa strategi belajar mengajar orang dewasa harus
68

direncanakan sedemikian rupa sehingga melibatkan interaksi dengan peserta belajar yang

lainnya.

8). Konsep Kedewasaan

a). Dewasa secara fisik

Mencapai usia untuk cukup kawin, secara fisik, yaitu dalam bidang kesehatan

reproduksi dangan lawan jenisnya mulai usia (12-16) tahun, karena memang pada usia

tersebut individu telah berada dalam puberitas, dimana organ-organ (alat-alat) kelamin

manusia pada usia tersebut aktif berfungsi dan berperan sebagai mana individu yang telah

dewasa lainnya.

b). Kedewasaan secara psikologis

Seorang telah dikatakan dewasa secara psikologis karena ia sudah dapat

mengarahkan diri sendiri, tidak terikat pada orang lain, dapat bertanggung jawab terhadap

segala tindakannya, mandiri serta dapat mengambil keputusan sendiri,

c). Kedewasan menurut aturan atau undang-undang tertentu

Undang-undang adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah dengan

mendapatkan persetujuan dari rakyat atau wakil-wakilnya. Andragogy berasal dari

Bahasa Yunani, aner atau andra, yang berarti orang dewasa dan agogos, yang berarti

mengarahkan/memimpin. Andragogy dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni untuk

membantu orang dewasa belajar.

Orang dewasa sebagai pribadi yang sudah matang mempunyai kebutuhan untuk

menentukan daerah belajarnya disekitar problem kehidupannya. Orang dewasa

menggunakan pengalamannya untuk belajar, menetapkan sendiri kesiapannya untuk


69

belajar, mengorganisir kegiatan secara bertahap dari kanak-kanak sampai remaja, dan

perkembangannya cepat dalam masa dewasa.

Meskipun kajian dan pengembangan konsep andragog) diperuntukkan pada

pendidikan orang dewasa, bahwa andragogy memiliki arti lebih dari pada sekedar

membantu orang dewasa belajar. Diyakini bahwa andragogi berarti membantu manusia

belajar dan oleh karena itu andragogi juga mamiliki implikasi untuk pendidikan anak-

anak, pemuda maupun orang dewasa.

Asumsi bahwa belajar sebagai suatu proses yang bersifat eksternal, dalam arti

peserta didik belajar terutama ditentukan oleh kekutan-kekuatan dari luar seperti guru

yang terampil, bahan bacaan yang baik dan sejenisnya. Pandangan baru mengemukakan

bahwa belajar merupakan proses dari dalam yang dikontrol langsung oleh peserta didik

serta melibatkan dirinya seperti fungsi intelektual, emosi dan fisik serta psikologisnya

dipandang sebagai suatu pemenuhan kebutuhan dan tujuan.

Konsep diri pada seorang anak adalah tergantung pada orang lain. Hampir seluruh

kehidupan anak diatur oleh orang dewasa baik dirumah, disekolah, ditempat ibadah

maupun ditempat-tempat bermain. Ketika anak beranjak menuju kearah dewasa, mereka

menjadi berkurang ketergantunannya kepada orang tua dan orang lain, merekamulai

tumbuh, merasa dapat mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Selama proses

perubahan dari ketergantungan kepada orang lain kearah mampu untuk berdiri sendiri,

secara psikologis orang dipandang telah dewasa. Ia memandang dirinya sudah mampu

untuk sepenuhnya berdiri sendiri. Oleh karena itu orang dewasa butuh pengalamannya

dihargai misalnya dalam hal mengambil keputusan.


70

Orentasi belajar orang dewasa dengan anak-anak berbeda. Anak-anak cendrung

untuk menunda aplikasi dari apa yang dipelajarinya. Pendidikan baginya adalah sebagai

penumpukan pengetahuan dan ketarampilan yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat.

Sebaliknya, bagi orang dewasa pengetahuan dan ketarampilan yang dipelajari adalah

untuk secepatnya diaplikasikan didalam kehidupan.

Tingkah laku proses mengingat, menyimpan, menginterprestasikan, merespon

menanggapi, dan faktor psikologis lainnya ikut mempengaruhi orang dewasa dalam

belajar. Kamil (2009: 102) , menyatakan bahwa gejala-gejala psikhologis, yang

disebutkan di atas mengalami penurunan pada orang dewasa, terutama pada orang

dewasa pertengahan (setengah baya) dan orang dewasa akhir (manula) dalam hal ini

sangat dibutuhkan pemahaman dan kesadaran pendidik akan berbagai kondisi.

Faktor yang menyangkut kondisi fisik dan jasmani orang dewasa, menge-

mukakan kelemahan kondisi fisik terutama dialami oleh orang dewasa yang sudah agak

lanjut usia. Pendengaran, penglihatan, dan sering sakit fisik lainnya. Faktor yang bersifat

fisik ini perlu dipahami oleh pendidik (tutor) yang senantiasa berhubungan dengan orang

dewasa.

Orang dewasa itu telah menduduki peran tertentu dalam masyarakat. Dengan kata

lain, tidak jarang orang dewasa itu mempunyai jabatan ganda. Kegandaan jabatan itu juga

menyita waktunya untuk berbagai kegiatan. Berdasarkan kondisi kebergandaan peran

tersebut jika tutor/pembimbing orang dewasa menganjurkannya untuk melakukan tugas

dalam belajar, sadarilah bahwa tugas orang dewasa itu cukup ganda. Sehubungan dengan

hal itu, mungkin saja tugas yang diberikan tutor itu ada yang terundur, tetapi perlu diingat

dan diyakini bahwa orang dewasa itu memahami tugas yang diterimanya itu. Oleh sebab
71

itu, tutor orang dewasa harus memberikan kesempatan bagi orang dewasa untuk

mengatur waktunya sendiri, karna dialah yang paling tahu tentang perioritas kerja yang

akan dilaksanakannya.

Perubahan kebudayaan terjadi karena adanya penemuan baru dari luar ataupun

dari dalam lingkungan masyarakat itu sendiri, kebudayaan baru itu baik yang bersifat

material seperti peralatan pertanian, rumah tangga, transportasi, telekomunikasi, dan yang

bersifat non material seperti paham atau konsep baru tentang, budaya menabung,

penghargaan waktu, dan lain-lain.

Kekurang mampuan secara ekonomi umumnya juga dialami oleh orang dewasa.

Hal itu menjadi penyebab kurangnya minat orang dewasa untuk belajar, karena

memperoleh pendidikan memerlukan dana, biaya dan sebagainya.

2. Pengelolaan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional.

Pengelolaan program pendidikan merupakan upaya dalam menerapkan fungsi-

fungsi manajemen, sebagaimana dikemukakan oleh Blanchard (1982) menjelaskan fungsi

manajement terdiri dari empat urutan yang disingkat dengan POMC, yaitu perencanaan

(planning), pengorganisasian, (organizing), penggerakan (motivating), dan pengawasan

(controlling). Richard N. Osborn (1985) menjelaskan fngsi manajement terdiri dari

(planning, organizing, directing, or evaluating and development). Penelitian pengelolaan

program pendidikan keaksaraan fungsional merujuk dari kedua teori yang dikemukakan

oleh Blanchard (1982) dan Richard N. Osborn (1985) dengan memformulasikan bahwa

pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan.

Kaitan masing-masing fungsi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
72

Perencanaan

Pengembangan Pengorganisasian

Penilaian Penggerakan

Pembinaan

Gambar 2.1. Rangkaian fungsi Pengelolaan Pendidikan keaksaraan Fungsional

Perencanaan sangat berkaitan dengan penyusunan tujuan dan rangkaian kegiatan

untuk mencapai tujuan lembaga penyelenggara program pendidikan keaksaraan

fungsional. Tujuan di susun berdasarkan dukungan informasi yang lengkap, oleh karena

itu perencanaan sangat berkaitan dengan penyusunan pola, rangkaian dan proses kegiatan

yang akan dilakukan demi mencapai tujuan tersebut. Apabila perenanaan telah dilakukan

maka pengorganisasian mutlak dilakukan.

Pengorganisasian adalah kegiatan mengidentifikasi dan memadukan sumber-

sumber diperlukan dalam kegiatan yang telah ditetapkan. Sumber itu meliputi tenaga

manusia, alat-alat dan biaya yang tersedia dan dapat disediakan.

Penggerakan berfungsi pula pada kegiatan mamajemen, yaitu untuk meujudkan

tingkat penampilan dan partisipasi yang tinggi dari setiap pelaksana yang terlibat dalam

mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Penggerakan dapat dilakukan melalui upaya

menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan, semangat, percaya diri, dan partisipasi


73

para pelaksana. Pendekatan yang seering digunakan dalam penggerakan adalah

komunikasi, kepemimpinan dan penciptaan iklim yang kondusif untuk melakukan

kegiatan pendidikan keaksaraan fungsional.

Pembinaan dilakukan dengan maksud agar program yang sedang dilaksanakan

selalu sesuai dengan rencana. Pembinaan adalah suatu rangkaian upaya pengendalian

professional terhadap semua unsur-unsur peraturan, kebijakan, penyelenggaraan,

pelaksana, bahan dan alat. Pembinaan itu merupakan kegiatan pengawasan maupun

supervisi.

Penilaian dilakukan terhadap seluruh atau sebahagian komponen dan pelaksanaan

program pendidikan keaaksaraan fungsional. Penilaian dilakukan untuk mengetahui

tinggi rendahnya disiplin dan moral kerja pelaksana, serta untuk mengetahui cara-cara

motivasi yang tepat dalam mengembangkan loyalitas, partisipasi, hubungan kema-

nusiaan, evisiensi dan efektivitas kerja.

Pengembangan merupakan tindak lanjut dari penilaian, yang dapat dijadikan upaya

untuk perbaikan program dalam rangka penyempurnaan program pendidikan keaksaraan

fungsional. Pengembangan program pendidikan keaksaraan fungsional terdiri dari

pengembangan administrasi, pembelajaran dan usaha produktif warga belajar. Namun

dalam pengelolaan program itu dilakukan dalam suatu lembaga pendidikan (organisasi).

Pengembangan organisasi terdapat berbagai konsep pokok, yaitu (1) pengem-

bangan organisasi didasarkan pada pengetahuan dan praktek ilmu prilaku (behavior

science); (2) pengembangan organisasi berkaitan dengan mengelola perubahan secara

terencana (managing planned change); (3) fokus perubahan dalam pengembangan

organisasi ditujukan pada strategi, struktur, tugas, teknologi dan manusia terutama
74

prilaku individu yang membangun kultur organisasi (organizational culture);(4)

pengembangan organisasi memerlukan intervensi baik internal maupun eksternal; dan

(5) pengembangan organisasi berorientasi pada peningkatan efektifitas organisasi.(orga -

nization effectiveness).

Usaha-usaha pengembangan organisasi pada umumnya diarahkan pada dua tujuan

akhir.Sudjana (2004:56) yaitu: “(1) peningkatan keefektivan organisasi; dan (2). pening-

katan kepuasan anggota-anggotanya”. Kalau dijabarkan pengembangan organisasi itu

dapat dijelaskan (a) meningkatkan tingkat kepercayaan dan dukungan diantara anggota-

anggota dalam organisasi (b) meningkatkan timbulnya konfrontasi terhadap masalah-

masalah organisasi baik dalam kelompok maupun antar kelompok, (c) menciptakan

lingkungan otoritas peran yang ditetapkan dan ditingkatkan dengan otoritas berdasarkan

pada pengetahuan dan keterampilan, (d) meningkatkan keterbukaan organisasi secara

horizontal, vertical dandiagonal, (e) meningkatkan antusiasme dan kepuasan personil

dalam organisasi, (f) menemukan solusi yang sinergis terhadap masalah, dan (g)

meningkatkan tingkat responsibilitas diri dan kelompok dalam perencanaan dan

implementasi.

Bertitik tolak dari pendapat di atas, maka pengembangan organisasi: pertama,

pengembangan organisasi merupakan suatu proses bukan kejadian yang datangnya tiba-

tiba. Artinya pengembangan organisasi dilakukan secara sengaja, terencana dan

menempuh langkah-langkah yang sederhana. Kedua, dalam pengembangan organisasi

terjadi proses transisi, yaitu pergerakan dari keadaan sekarang menuju keadaan baru yang

diinginkan. Ketiga, sebagai proses transisi pengembangan organisasi menghadapi suatu

keadaan yang tetap menginginkan status quo, sehingga perubahan terhadap kondisi ini
75

menimbulkan resistensi dari orang-orang yang terlibat dalam organisasi itu. Keempat,

pengembangan organisasi itu mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan pengembangan

organisasi secara umum adalah untuk mencapai tujuan organisasi itu sendiri. Di samping

itu, tujuan pengembangan organisasi adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu

(Quality improvement), keefektivan dan akuntabilitas organisasi terhadap stake

holdernya. Ini berarti bahwa pengembangan organisasi yang dilakukan tidak terlepas dari

upaya untuk memperbaiki kinerja organisasi.

Pengembangan organisasi didasarkan atas pandangan bahwa organisasi sebagai

sistem, oleh karena itu, fokus perubahan dalam pengembangan organisasi ditujukan pada

elemen-elemen penting yang terdapat dalam organisasi itu.. Robin (2001) “melihat

lingkup perubahan dalam pengembangan organisasi dari sisi apa yang diubah dan agen

perubahan”. Lindeman (2001; 111) “melihat dari fokus perubahan”. Meninjau dari

aspek pendekatan yang digunakan dalam perubahan organisasi. Perubahan organisasi

dapat ditujukan kepada aspek individu, kelompok ataupun aspek organisasi. Aspek

individu berhubungan dengan anggota organisasi sebagai pribadi sehingga memerlukan

strategi yang bersifat pribadi pula. Sementara itu aspek kelompok, menyangkut hubungan

antar pribadi yang harus dibangun untuk mendukung proses perubahan. Aspek organisasi

berhubungan dengan unsur-unsur organisasional yang akan berpengaruh dalam proses

perubahan. Berdasarkan hal tersebut, ada tiga pendekatan umum yang dipakai untuk

melakukan perubahan secara berencana, yaitu perubahan yang terutama ditujukan pada:

(1) pribadi individu; (2) struktur dan system organisasi; dan (3) iklim organisasi dan gaya

hubungan antar pribadi.


76

Sehubungan dengan pengembangan program pendidikan keaksaraan fungsional

berbasis kebutuhan belajar masyarakat terdiri dari tahap-tahap seperti perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pembinaan, penilaian, dan pengembangan program.

Namun demikian tahap-tahap pengembangan program itu dapat terlaksana apabila

digerakkan oleh seseorang yang mengomandoi organisasi itu yang disebut dengan

pemimpin organisasi. Kiat-kiat, sikap dan implementasi pimpinan dalam menjalankan

organisasinya disebut dengan kepemimpinan.

Sudjana (2004:109), “Organisasi pada dasarnya merupakan sistem sosial yang

mencakup empat sub sistem yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya,

keempat sub sistem itu adalah administrasi dan organisasi, informasi dan pengambilan

keputusan, ekonomi dan teknologi, serta hubungan antar manusia”.Petama, sistem

administrasi dan organisasi berkaitan dengan aspek kekuasaan, struktur, dan tanggung

jawab dalam organisasi. Kaitan ini dapat diungkapkan “siapa menceritakan siapa,

mengerjakan apa, kapan dan bagaimana”. Ungkapan pertama menggambarkan tanggung

jawab orang-orang yang terlibat dalam organisasi, sedangkan ungkapan kedua,

menjelaskan adanya kekuatan hirarkhis dalam struktur organisasi. Kedua sub sistem

informasi dan pengambilan keputusan berkaitan dengan pentingnya mekanisme untuk

menghasilkan keputusan–keputusan dalam organisasi, ketersediaaan dan arus lalu lintas

informasi untuk memelihara kelangsungan organisasi itu. Ketiga subsistem ekonomi dan

teknologi berperan penting terhadap kelancaran tugas dan pekerjaan yang dilakukan

secara berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Keempat sub-sub sistem hubungan antara manusia menunjukkan pentingnya

pemeliharaan dan pengembangan suasana kerja dengan menitik beratkan pada nilai-nilai
77

kemanusiaan, dan pentingnya motivasi yang tepat terhadap semua pihak yang bergabung

dalam organisasi. Hubungan antar manusia penting dalam membina interaksi antar orang-

orang yang berada di dalam maupun diluar organisasi, seperti perorangan, lembaga dan

masyarakat. Interaksi ini penting karena organisasi akan mendapat pengaruh dari luar

organisasi seperti kebutuhan, kepentingan dan desakan-desakan lain yang datang dari luar

organisasi.

Keterpaduan ke empat sistem sebagaimana yang diuraikan di atas penting untuk

dibina secara serasi karena perubahan dalam salah satu sub sistem akan menyebabkan

perubahan pada sub sistem yang lainnya. Dengan demikian kelangsungan organisasi

sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal organisasi perlu disusun berdasarkan landasan

dan pertimbangan yang kuat seperti landasan-landasan yuridis, teoritis dan objektif, serta

pertimbangan faktor-faktor kemantapan internal dan eksternal organisasi. Organisasi

sebagai wadah pengelolaan kelembagaan disusun berdasarkan landasan-landasan formal,

situasional dan status dengan tidak mengabaikan fleksibelitas.

Sebagai proses, organisasi menekankan adanya interaksi dinamis antara orang-

orang yang terlibat di dalamnya. Pentingnya interaksi didasarkan atas teori dan

pengalaman empirik yang menunjukkan hubungan kemanusiaan (human relations)

menjadi faktor yang sangat mempengaruhi kegiatan organisasi. Hubungan kemanusiaan

ini meliputi dua jenis, pertama hubungan kemanusiaan yang dilakukan secara resmi, yaitu

hubungan berdasarkan atas aturan yang telah ditetapkan dalam ketentuan organisasi.

Hubungan ini merupakan wujud interaksi berdasarkan struktur dan hubungan hirarkhis

dalam organisasi. Hubungan resmi ini, kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab setiap

orang yang terlibat, termasuk hubungan pimpinan dan yang akan dipimpin, dilakukan
78

sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam organisasi. Kedua, hubungan tidak resmi

(informal), yaitu hubungan kemanusiaan yang terjadi antar pihak yang tergabung dalam

organisasi yang tidak didasarkan atas ketentuan, aturan, susunan dan tugas yang telah

ditetapkan dalam organisasi. Hubungan informal akan selalu terjadi, didasarkan atas

kenyataan bahwa setiap manusia senantiasa melakukan hubungan pribadi dengan orang

lain (personal relations), adanya kesamaan kepentingan dalam organisasi, dan ada

kebutuhan serta minat yang datang dari luar organisasi. Dengan kata lain organisasi

sebagai proses ditandai dengan adanya dua hubungan yang dinamis, hubungan formal, dan

informal. Organisasi sebagai proses merupakan akibat dari keberadaan organisasi sebagai

wadah sehingga proses terjadi dalam organisasi yang mewadahinya.

a. Perencanaan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Perencanaan merupakan langkah awal dari pengembangan kelembagaan dimana

kegiatan perencanaan adalah proses yang sistimatis dalam pengambilan keputusan tentang

tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematis karena

perencanaan dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip

tersebut menyangkut proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik-

teknik secara ilmiah, secara tindakan dan kegiatan yang terorganisasi.

Perencanaan merupakan usaha sadar, terorganisasi, dan terus menerus dilakukan

untuk memilih alternatif yang terbaik dari jumlah alternatif tindakan guna mencapai

tujuan. Perencanaan bukan kegiatan tersendiri merupakan suatu bagian dari proses

pengambilan keputusan yang kompleks. Oleh karena itu Schaffer dalam Sudjana (2004:

57) “kegiatan ini tidak akan terlepas dari hal-hal yang berkaitan dengan proses

pengambilan keputusan”. Proses pengambilan keputusan tersebut dimulai dari perumusan


79

tujuan, kebijakan dan sasaran secara luas yang kemudian dikembangkan pada tahapan

penerapan tujuan dan kebijakan itu dalam rencana yang lebih rinci berbentuk program-

program untuk dilaksanakan. Karena perencanaan itu adalah proses mempersiapkan

seperangkat keputusan tentang kegiatan-kegiatan untuk masa yang akan datang den

mencapai tujuan diarahkan pada pencapaian tujuan–tujuan melalui penggunaan sarana

yang tersedia. Friedman (2001: 246) “ Planning is a process by wich a scientific and

technical knowledge is joined to organized action”. Perencanaan adalah proses

penggabungan pengetahuan dan teknik ilmiah ke dalam kegiatan yang diorganisasi.

Suherman (2000: 80) “perencanaan adalah suatu penentuan urutan tindakan, perkiraan

biaya serta penggunaan waktu untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas data dengan

memperhatikan prioritas yang wajar dengan efisien untuk tercapainya tujuan”.

Berdasarkan pengertian dan prinsip-prinsip di atas dapat dijelaskan bahwa

keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan berkaitan dengan rangkaian

tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan di masa yang akan

datang. Kegiatan perencanaan itu dilakukan dengan alasan: pertama untuk mewujudkan

kemajuan atau keberhasilan sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan alasan kedua,

supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan, kondisi yang sama atau lebih rendah

dari pada keadaan pada saat ini.

Perencanaan Pendidikan keaksaraan fungsional merupakan kegiatan yang

berkaitan dengan: pertama, upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian

tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan program atau dengan

mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia atau sumber-sumber yang disediakan.

Sumber itu meliputi sumber daya manusia dan sumber daya non manusia. Sumber daya
80

manusia mencakup: pamong belajar, fasilitator, tutor, pimpinan lembaga, warga belajar

dan masyarakat. Sumber daya non manusia meliputi sumber daya buatan, fasilitas, alat,

waktu, biaya, alam hayati, dan non hayati, serta lingkungan sosial budaya. Kedua,

perencanaan merupakan kegiatan untuk mengarahkan rasional menggunakan sumber-

sumber yang terbatas secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dengan perencanaan diharapkan dapat dihindari penyimpangan sekecil

mungkin dalam penggunaan sumber-sumber yang tersedia. Sesuai dengan pendapat

Sudjana (2004: 60), “perencanaan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis

yaitu perencanaan alokatif dan perencanaan inovatif yang dapat dilaksanakan dengan

lintas sektoral atau lintas kelembagaan”.Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa

perencanaan pendidikan keaksaraan fungsional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Perencanaan merupakan model pengambilan keputusan secara rasional dalam memilih

dan menetapkan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan berorientasi

pada perubahan dari keadaan masa sekarang kepada suatu keadaan yang diinginkan di

masa datang sebagaimana rumusan dalam tujuan yang akan dicapai. Perencanaan

melibatkan orang-orang dalam suatu proses untuk menentukan dan menemukan masa

depan yang akan diinginkan. Perencanaan memberi arah mengenai bagaimana dan kapan

tindakan akan diambil serta siapa pihak yang terlibat dalam tindakan atau kegiatan itu.

Perencanaan melibatkan perkiraan tentang semua kegiatan yang akan dilalui atau

dilaksanakan. Perkiraan itu meliputi kebutuhan, kemungkinan-kemungkinan keber-

hasilan, sumber-sumber yang digunakan, faktor pendukung dan penghambat, serta

kemungkinan resiko dari suatu tindakan yang akan dilaksanakan. Perencanaan

berhubungan dengan penentuan prioritas dan urutan tindakan yang akan dilakukan.
81

Prioritas ditetapkan berdasarkan urgensi atau kepentingannya, relevansi dengan

kebutuhan, tujuan yang akan dicapai, sumber-sumber yang tersedia, dan hambatan yang

mungkin dihadapi. Perencanaan sebagai titik awal untuk arahan dalam kegiatan

pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan.

Ketujuh ciri-ciri perencanaan di atas saling berhubungan dan saling menopang

antara satu dengan yang lainnya. Perencanaan kegiatan pendidikan keaksaraan fungsi-

onal tidak terlepas dari perencanaan kegiatan pembelajaran dan perencanaan pemanfaatan

sumber daya yang dioptimalkan untuk dapat menggerakkan orang-orang bisa belajar dan

bisa berusaha agar mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis dan produktif.

Sebagai perencana dalam pengembangan program pendidikan keaksaraan

fungsional perlu memahami beberapa patokan dalam hal ini sebagaimana pendapat

Sudjana (2004: 92) “perencanaan adalah memilih dan menjawab: (1) Upaya apa yang

dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan; (2) mengapa upaya itu

dilakukan; (3) Dimana dan dalam situasi apa usaha itu dilakukan; (4) Siapa orang-orang

yang memiliki tugas dan wewenang dalam melakukan kegiatan itu; (5) Bagaimana cara

melaksanakannya; dan (6) Berapa dana dan fasilitas yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan kegiatan itu”. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa perencanaan

mesti dilakukan dan seorang perencana harus jeli dan arif dalam mengumpulkan data,

memanfaatkan sumber daya dan peluang-peluang yang memungkinkan untuk dapat

mendukung pelaksanaan program pengelolaan kelembagaan maupun pengelolaan

pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional.


82

b. Pengorganisasian Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Pengorganisasian adalah proses penetapan hubungan antara sumber daya manusia

dan sumber daya non manusia untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.

Hubungan kemanusiaan dalam organisasi bersifat formal tetapi tidak mengabaikan

hubungan informal. Hubungan formal didasarkan atas pembagian tugas, tanggung jawab,

wewenang, penempatan, kedudukan, dan persyaratan tenaga yang akan melakukan setiap

pekerjaan pada suatu organisasi. Dengan demikian proses pengorganisasian meletakkan

sumber daya, pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan deskripsi masing-

masing fungsi di dalam organisasi tersebut.

Terry (2001: 69) menjelaskan bahwa “pengorganisasian merupakan kegiatan dasar

manajemen, Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan menyusun semua

sumber yang disyaratkan dalam perencanaan, terutama sumber daya manusia sedemikian

rupa sehingga kegiatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan secara

efektif dan efisien”. Dengan pengorganisasian orang-orang dapat disatukan dalam suatu

kelompok untuk melakukan berbagai tugas. Tujuan pengorganisasian adalah membantu

orang-orang untuk dapat bekerja sama secara efektif dalam wadah organisasi atau

lembaga.

Siagian (2001: 4-5) memberi batasan tentang pengorganisasian “sebagai ke-

seluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan

wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan

sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai, tujuan yang telah ditetapkan”.

Selanjutnya Siagian membedakan pengorganisasian menjadi dua bagian, “pertama disebut

administrative organizing, yaitu proses pembentukan organisasi secara keseluruhan,


83

kedua, managerial organizing, yaitu pengorganisasian adalah bagian-bagian dari

organisasi secara keseluruhan”. Kedua bagian dari pengorganisasian ini saling berkaitan

antara yang satu dengan yang lainnya. Dari beberapa pengertian di atas berkaitan dengan

pengorganisasian pendidikan keaksaraan fungsional dapat dijelaskan bahwa pengor-

ganisasian adalah usaha mengintegrasikan sumber daya manusia dan non manusia yang

diperlukan ke dalam suatu kesatuan untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana yang telah

direncanakan dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Pengorganisasian merupakan

kegiatan managerial untuk membentuk organisasi yang diberi tugas melaksanakan rencana

yang telah ditetapkan guna mencapai tujuan dari organisasi.

Pengorganisasian tersebut terkandung makna di dalamnya : (1) Pengorganisasian

berkaitan dengan upaya memimpin atau mengelola untuk memadukan sumber daya

manusia dan nonmanusia yang diperlukan; (2) Sumber daya manusia terdiri dari orang-

orang atau kelompok orang yang memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Persyaratan itu

meliputi keahlian, kemampuan dan kondisi fisik yang sesuai dengan tuntutan organisasi

serta perekembangan lingkungan; (3) Adanya sumber daya manusia meliputi fasilitas

seperti gedung dan perlengkapannya, alat-alat dan biaya yang tersedia, dan lingkungan

fisik yang potensial; (4) Sumber-sumber itu diintegrasikan kedalam suatu organisasi. (5)

Dalam organisasi terdapat pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab diantara

orang-orang untuk menjalankan rangkaian kegiatan yang telah direncanakan; (6)

Rangkaian kegiatan tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan; (7)

Dalam kegiatan pencapaian tujuan, sumber daya manusia pemegang peranan utama dan

paling menentukan.
84

Prinsip pengorganisasian dilakukan dengan memilah-milah dan merinci kegiatan

ke dalam tugas-tugas pekerjaan yang sederhana dan rutin yang dilakukan berulang kali.

Tugas pekerjaan dibagi menjadi kelompok-kelompok pekerjaan yang berbeda antara satu

dengan lainnya kemudian dirangkaikan menjadi satu susunan terpadu. Pengorganisasian

menurut Sudjana (2004:34) terdiri atas tiga prinsip “kebermaknaan, keluwesan dan

kedinamisan”. Kebermaknaan memberikan gambaran bahwa pengorganisasian memiliki

daya guna dan hasil guna yang tinggi terhadap pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan

dalam rencana dan terhadap pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Keluwesan adalah

memberi peluang untuk terjadinya perubahan, seperti pengembangan atau modifikasi

dalam organisasi pada saat kegiatan sedang berlangsung. Perubahan mungkin saja terjadi

sebagai akibat dari perubahan tuntutan, masalah dan kebutuhan baru yang datang dari

dalam dan dari luar organisasi pada saat pelaksanaan kegiatan. Kedinamisan menjadi

acuan bagi setiap orang dalam organisasi untuk mengembangkan kreativitas dalam

melaksanakan tugas pekerjaan, dalam menjalin hubungan resmi maupun tidak resmi serta

kedinamisan dalam merespon lingkungan.

Kedinamisan menjadi tuntutan dari pengorganisasian. Tuntutan itu didasarkan atas

persfektif perkembangan organisasi, perubahan sikap, kemampuan dan kepentingan

orang-orang di dalam organisasi serta perubahan lingkungan yang dapat berpengaruh

terhadap kelayakan organisasi”.

c. Penggerakan Program Pendidikan Kekasaraan Fungsional

Penggerakan program pendidikan keaksaraan fungsional adalah implementasi dari

perencanaan dan pengorganisasian yang telah ditetapkan oleh organisasi. Pada

pelaksanaan ini perlu menggerakkan orang-orang supaya mereka dapat bekerja dengan
85

baik dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang telah mereka lakukan. Dengan

demikian dalam menggerakkan orang-orang ini diperlukan motivasi. Menurut Siagian

(2000: 128) “motivasi adalah sebagai pembentukan pemahaman tentang tujuan-tujuan

yang perlu dicapai oleh orang-orang yang melakukan kegiatan tertentu”. Motivasi adalah

istilah yang menggambarkan tentang pemberian kekuatan (energizes) kepada seseorang

untuk mengarahkan kegiatannya”.

Pendekatan dalam pelaksanaan satuan program pendidikan keaksaraan fungsional

dengan melakukan tiga pendekatan sebagaimana dikemukakan Terry (2001:79) adalah

“kesejawatan (partnership), produktivitas (productivity) dan pemuasan keinginan (wants-

satisfaction)”. Pendekatan kesejawatan didasarkan atas asumsi bahwa pelaksanaan

kegiatan dan penyelenggara program tidak menyukai pekerjaan atau tugasnya, tetapi

mereka akan melakukan tugas dengan baik apabila turut merasakan manfaat atau

keuntungan yang diberikan oleh organisasi kepada dirinya. Bertitik tolak dari asumsi itu

motivasi akan efektif apabila dalam kelompok terwujud hubungan yang akrab, bersahabat

dan penuh pertimbangan yang ditumbuhkan oleh pimpinan kelompok terhadap adanya

keunikan-keunikan individu dalam organisasi.

Pendekatan produktivitas kerja lebih menekankan pada pemberian ganjaran

berdasarkan tingkat produktivitas yang ditunjukkan oleh pelaksana kegiatan. Pendekatan

ini tugas pekerjaan disusun sedemikian rupa dan imbalan dalam bentuk upah atau gaji

dinyatakan dengan jelas secara tertulis atau lisan. Kebijakan organisasi diikuti dengan

cermat, deskripsi tugas dinyatakan secara jelas dan rinci, penampilan kegiatan diukur

dengan teliti, dan kompensasi khusus diberikan kepada pelaksana yang menampilkan

kegiatan yang lebih baik. Perkiraan dasar yang mendasari pendekatan ini adalah apabila
86

seseorang diberikan ganjaran atas kesalahannya maka dia menghindari kegiatan yang

serupa dan sebaliknya apabila seseorang diberikan hadiah atas keberhasilannya maka dia

akan berbuat lebih dari apa yang dicapainya sekarang.

Pendekatan dalam pemuasan keinginan dan kebutuhan , upaya yang dilakukan

adalah mengidentifikasi kebutuhan hidup para pelaksana program dan memenuhi

kebutuhan itu melalui penciptaan situasi kerja yang mendukung. Tujuan pendekatan

pemenuhan kebutuhan adalah supaya para pelaksana dapat mengembangkan kegiatan

yang akan mereka lakukan sehingga pelaksanaan tugas dapat memenuhi kebutuhan

mereka dan sekaligus memenuhi kebutuhan program. Ketiga jenis pendekatan ini dapat

dilakukan dalam menggerakkan pihak-pihak bawahan atau pelaksana program.

Langkah-langkah dilakukan dalam pelaksanaan program sebagaimana yang

dikemukakan Sudjana (2004: 87) “Motivasi orang-orang dalam melakukan kegiatan

melalui langkah-langkah: (1) Menjelaskan alasan motivasi; (2) Memberikan pengakuan

terhadap kegiatan dan orang-orang yang dimotivasi; (3) Menjelaskan dan

mengkomunikasikan tujuan motivasi; (4) Menyelenggarakan pertemuan untuk

merangsang pihak yang dimotivasi; (5) Memberikan penghargaan melalui komunikasi; (6)

Mendengarkan informasi dari yang dimotivasi; (7) Melihat keadaan diri sendiri; (8)

Mengatasi situasi konflik; dan (9) Menghindari resiko. Langkah-langkah di atas yang

dilakukan penggerak (motivator) yaitu pimpinan atau pihak lain secara bertahap dan

berangkai dimulai dari langkah pertama sampai dengan langkah akhir. Di samping

langkah-langkah motivasi, maka tahap pelaksanaan pada penyelenggaraan program

pendidikan nonformal dilapangan menurut Sudjana (2004:89) terdiri dari: “tahap

persiapan, pelaksanaan dan motivasi serta penilaian. Tahap persiapan terdiri dari: (1)
87

Menentukan kelompok sasaran yang akan dimotivasi; Mengidentifikasi kelompok

sasaran; (3) Mempelajari data tentang kelompok sasaran; (4) Menentukan prioritas

kebutuhan dan masalah; (5) Menetapkan topik dan tujuan motivasi; (6) Menyusun materi

atau bahan motivasi ; (7) Memilih dan menentukan metode dan teknik motivasi; (8)

Menyiapkan daftar sasaran (9) Menentukan waktu dan tempat . Tahap pelaksanaan terdiri

dari: (1) Melakukan konsultasi pada pemuka masyarakat dan pakar; (2) Berkomunikasi

dengan sasaran; (3) Menjelaskan manfaat pesan motivasi pada sasaran; (4) Mencatat

sasaran dan peristiwa motivasi. Tahap penilaian terdiri dari: (1) Menetapkan tujuan

penilaian; (2) Menyusun instrumen penilaian; (3) Mengumpulkan, mengolah dan

menyajikan data/informasi; dan (4) Penggunaan hasil penilaian.

d. Pembinaan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Pembinaan dan pengawasan dapat diartikan sebagai upaya memelihara atau

membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau keadaan yang mestinya terjadi dan

terlaksana sesuai dengan harapan. Dalam pelaksanaan pembinaan semestinya diawali

dengan pengawasan dengan maksud agar kegiatan atau program yang sedang berlangsung

tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Sebagaimana yang dikemukakan

Sudjana (2004:93) “pembinaan meliputi dua sub fungsi yaitu pengawasan dan supervisi”.

Pengawasan dan supervisi mempunyai kaitan yang erat antara satu dengan yang lainnya.

Keduanya dilakukan secara sengaja dalam rangka memperbaiki mutu pelaksanaan dan

meminimalisir penyimpangan dari pelaksana kegiatan.

Pengawasan adalah proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan

organisasi untuk mengetahui dan menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang

dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sudjana
88

(2004:97) menegaskan bahwa “pengawasan adalah upaya memantau penampilan para

pelaksana program dan upaya memperbaiki kegiatan”. Mengawasi adalah suatu

mekanisme kegiatan untuk memelihara agar pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dicapai

sesuai dengan yang telah direncanakan. Pengawasan berkaitan dengan upaya menyusun

standar, pengukuran hasil atas dasar standar yang telah disusun, dan penentuan upaya

perbaikan kegiatan. Pengawasan yang efektif memberikan manfaat penting bagi

organisasi seperti penyajian standar pencapaian tujuan, pengukuran yang akurat,

pengalokasian imbalan, penetapan sangsi, dan pengumpulan serta pengolahan bahan untuk

perbaikan program atau kegiatan yang telah direncanakan.

Pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pengawasan dilakukan baik terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung maupun terhadap komponen-komponen organisasi.

Komponen itu meliputi sumber daya yang tersedia, sasaran, target, proses, hasil dan

pengaruh program yang sedang dilaksanakan. Disamping itu pengawasan dilakukan untuk

mengidentifikasi ketepatan kegiatan terhadap hasil dan terhadap rencana yang telah

ditetapkan, mengetahui penyimpangan pelaksanaan dari rencana, dan mengupayakan

perbaikan serta mengembangkan program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengawasan dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya, oleh pendidik kepada warga

belajarnya, disamping itu juga dilakukan pengawasan terhadap diri sendiri baik itu

pimpinan lembaga, pendidik, tenaga kependidikan ataupun warga belajar sendiri

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi prilaku seseorang atau

kelompok untuk mencapai tujuan atau karena alasan lain. Upaya mempengaruhi prilaku

ini bertujuan untuk mencapai tujuan perorangan dan tujuan kelompok. Tujuan perorangan

mungkin bersamaan atau mungkin pula berbeda dengan tujuan lembaga. Sedangkan
89

pimpinan ialah seseorang yang dapat mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang

dalam upaya mencapai tujuan lembaga.

Sudjana (2004:99) mengemukakan bahwa “kepemimpinan itu memiliki sepuluh

dimensi”. Pertama, kepemimpinan adalah seni untuk menciptakan kesesuaian paham

dalam satu kelompok. Upaya yang dilakukan melalui pembinaan kerjasama dan

pemberian dorongan sehingga orang lain dapat mengikuti serangkaian tindakan dalam

mencapai tujuan. Kedua, Kepemimpinan merupakan upaya persuasi atau himbauan dan

bukan paksaan. Ketiga, kepemimpinan adalah kepribadian yang tercermin dalam sifat dan

watak yang ungul sehingga keunggulan itu menimbulkan pengaruh terhadap pihak yang

dipimpin. Keempat, kepemimpinan adalah tindakan atau prilaku untuk mengarahkan

tindakan bersama dalam mencapai tindakan atau tujuan bersama. Kelima, kepemimpinan

merupakan fokus dari poses kegiatan kelompok sehingga kepemimpinan itu dapat

melahirkan gagasan-gagasan baru dan suasana yang kondusif untuk menumbuhkan

aktivitas kelompok. Keenam, kepemimpinan merupakan hubungan kekuasaan, dalam arti

bahwa pihak yang memimpin lebih banyak mempengaruhi orang lain dari pada

dipengaruhi oleh orang lain. Ketujuh, kepemimpinan merupakan suasana untuk mencapai

tujuan. Dalam hal ini kepemimpinan adalah kekuatan untuk memberikan dorongan,

mengarahkan dan mengkoordinasikan sumber-sumber yang ada untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kedelapan, kepemimpinan terjadi sebagai hasil interaksi antara

seseorang dengan orang lain atau kelompok. Kepemimpinan tewujud dalam proses sosial

dan merupakan akibat dari prilaku kelompok yang mengakui dan mendukung

kepemimpinan tersebut. Kesembilan, kepemimpinan adalah peran yang berbeda, seorang

pimpinan mempunyai peran yang berbeda dengan orang-orang yang dipimpinnya.


90

Perbedaan itu terjadi karena berbagai kelebihan dan keunggulan yang diakui oleh orang

lain. Kesepuluh, kepemimpinan merupakan jabatan instansi yang berstruktur, artinya

kepemimpinan bukan jabatan pasif melainkan sebagai jabatan aktif dan berinisiatif dalam

suatu struktur kegiatan pencapain tujuan.

e. Penilaian Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Penilaian dapat dilakukan terhadap seluruh atau sebahagian unsur-unsur program

serta terhadap pelaksanaan program pendidikan nonformal. Penilaian dapat dilaksanakan

secara terus menerus, berkala, dan atau sewaktu-waktu pada saat sebelum, sedang, atau

setelah program pendidikan dilaksanakan. Penilaian merupakan kegiatan penting untuk

mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan telah dapat dicapai, apakah pelaksanaan

program sesuai dengan rencana, dan atau dampak apa yang dapat dihasilkan setelah

program dilaksanakan.

Penilaian mempunyai kaitan erat dengan fungsi organisasi lainnya dalam

pengelolaan pendidikan. Kaitan antara penilalain dengan perencanaan ialah bahwa

perencanaan perlu disusun berdasarkan hasil penilaian atau sekurang-kurangnya

didasarkan pada hasil identifikasi kebutuhan belajar, permasalahan dan sumber-sumber

yang tersedia atau yang dapat disediakan. Rencana dimulai dari mengetahui keunggulan

dan kelemahannya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kaitan

antara penilaian dengan pengorganisasian ialah bahwa penilaian ditujukan untuk

mengetahui apakah organisasi telah memenuhi prinsip-prinsip pengorganisasian yang

tepat dan apakah sumber-sumber yang tersedia telah dipadukan dengan kegiatan yang

ditetapkan dalam rencana. Kaitan antara penilaian dengan penggerakan (pelaksanaan)

adalah bahwa penilaian dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya disiplin dan moral
91

kerja pelaksanaan serta untuk mengetahui cara-cara motivasi yang tepat dalam

mengembangkan loyalitas, partisipasi, hubungan kemanusiaan, efisiensi dan efektifitas

kerja. Kaitan antara penilaian dengan pembinaan ialah bahwa penilaian diarahkan untuk

memelihara, memperbaiki dan mengendalikan program atau kegiatan yang seharusnya

terjadi sebagaimana yang diharapkan. Kaitan antara penilaian dengan pengembangan

adalah bahwa penilaian diarahkan untuk mengikuti program dan menentukan tindak

lanjutnya. Dengan demikian penilaian mempunyai kaitan fungsional dengan fungsi

lainnya dalam pengelolaan pendidikan nonformal yaitu perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, pembinaan dan pengembangan.

Penilaian pendidikan nonformal sebagai kegiatan yang dilakukan untuk

menetapkan keberhasilan dan kegagalan program pendidikan. Pendapat di atas dapat

dijelaskan bahwa penilaian program adalah kegiatan untuk merespon suatu program yang

telah, sedang, dan akan dilaksanakan. Penilaian berorientasi langsung pada kegiatan

program untuk merespon pihak yang membutuhkan informasi. Sebagaimana pendapat

Sudjana (2004:257) “Penilaian itu merupakan kegiatan yang sistematis untuk

mengumpulkan, mengolah, menganalisis, mendeskripsikan, menyajikan data dan

informasi yang diperlukan sebagai masukan untuk mengambil keputusan”. Batasan ini

mengandung tiga unsur penting yaitu kegiatan sistematis, data atau informasi, dan

pengambilan keputusan. Kegiatan sistematis mengandung makna bahwa penilaian

dilakukan melalui prosedur tententu yang tertib. Data atau informasi yang dikumpulkan

sebagai fokus kegiatan penilaian, diperoleh melalui upaya pengumpulan, pengolahan,

analisis, deskripsi dan penyajian dengan menggunakan metode dan teknik ilmiah.

Pengambilan keputusan menekankan bahwa data atau informasi yang disajikan itu akan
92

bernilai guna apabila menjadi masukan berharga untuk proses pengambilan keputusan

tentang alternatif yang akan diambil. Dengan demikian penilaian merupakan kegiatan

yang teratur untuk memperoleh data dan informasi yang berguna bagi pengambilan

keputusan.

Penilaian yang baik haruslah di dasarkan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan

dan kemudian benar-benar diusahakan pencapaiannya oleh pendidik dan peserta didik..

Betapapun baiknya evaluasi, apabila tidak di dasarkan atas tujuan pengajaran yang

diberikan, tidaklah akan tercapai sasarannya. Demikian pula, betapapun baiknya tujuan,

apabila tidak diwujudkan dalam penyajian pengajaran itu, tidaklah berguna tujuan itu.

Perumusan tujuan pengajaran, pelaksanaan kegiatan pengajaran dan evaluasi merupakan

tiga komponen yang mempunyai keterkaitan linier dan berkesinambungan satu sama

lainnya dalam kegiatan interaksi pembelajaran .

Evaluasi adalah pengumpulan data secara sistematis untuk menetapkan apakah

dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri peserta didik dan menetapkan sejauh

mana tingkat perubahan dalam diri pribadinya. Dengan demikian evaluasi itu dapat juga

berarti proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna

untuk menilai alternative keputusan. Evaluasi juga diartikan penentuan kesesuaian antara

penampilan (unjuk kerja) dengan tujuan. Selain dari itu evaluasi dapat juga dikatakan

dengan pertimbangan profesional atau suatu proses yang memungkinkan seseorang

membuat pertimbangan tentang daya tarik atau nilai sesuatu. Kegiatan evaluasi

pendidikan terdapat tahap-tahap yang disebut dengan Tes, pengukuran, penetapan dan

tindak lanjut. Ke empat tahap ini terangkai secara linier dan berkesinambungan untuk

dapat menghasilkan (output dan outcome) dari kegiatan evaluasi. Tahapan evaluasi itu
93

ada kegiatan Tes yang artinya suatu proses baku untuk memperoleh tingkah laku dari

suatu ranah tertentu. Suatu prosedur sistematis untuk mengamati dan mencandrakan satu

atau lebih karakteristik seseorang dengan menggunakan skala numerik atau sistem

kategori. Hampir semua prosedur yang digunakan untuk mendeskripsikan tingkah laku

peserta didik, seperti observasi yang dilakukan oleh pendidik seperti, kuesioner,

wawancara, tugas-tugas kelas, karya tulis, dan ujian tulis. Jadi tes itu dapat memberikan

informasi kualitatif dan kuantitatif .Tes hasil belajar tidak lain adalah serangkaian

pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik yang

hasilnya dipakai untuk mengukur kemajuan belajar. Yusuf (2003 :201) “tes berkaitan

dengan penyajian serangkaian pertanyaan baku yang harus dijawab, hasil jawaban-

jawaban pertanyaan tersebut, diperoleh suatu ukuran yaitu nilai numerik mengenai

karakteristik orang tersebut. Tes hanyalah sebagai alat ukur. Tugas penyusun tes atau

pemakai tes untuk menetapkan nilai batas lulus pada skor tes yang menunjukkan batas

yang memuaskan antara lulus atau tidak lulus, pembuatan keputusan yang seperti inlah

merupakan evaluasi”.

Pengukuran berkaitan dengan penginderaan kuantitatif mengenai tingkah laku

peserta didik. Pengukuran tidak melibatkan pertimbangan mengenai baiknya atau nilai

tingkah laku yang diukur itu. Seperti halnya tes, pengukuran pun tidak menentukan siapa

yang lulus dan siapa yang tidak lulus. Pengukuran hanya membuahkan data kuantitatif

mengenai hal yang diukur. Pengukuran itu adalah sebuah selinder, hanya membuahkan

data beberapa sentimeter persegi luas alasnya dan beberapa tingginya. Dari data ini dapat

dihitung berapa isi selinder itu. Tidak diharapkan untuk mendapatkan pertimbangan
94

mengenai baik, buruknya selinder tersebut ditinjau dari warnanya, kehalusan dan

kegunaannya.

Pemberian data mengenai baik buruknya selinder itu baru dapat diperoleh dari

evaluasi. Pengukuran itu hanya memberikan angka-angka tentang sesuatu berdasarkan

kritria tertentu. Suatu prosedur untuk memberikan angka (skor) kepada suatu sifat atau

karakteristik tertentu seseorang sedemikian sehingga mempertahankan hubungan

senyatanya antara seseorang dengan orang lain sehubungan dengan sifat yang diukur itu

(terjemahan). Mengukur seseorang menurut batasan tersebut di atas, perlu: (1)

mengidentifikasi orang yang akan diukur itu; (2) mengidentifikasi karakteristik (sifat-

sifat khas) orang yang hendak diukur itu; dan (3) menetapkan prosedur yang hendak

dipakai untuk dapat memberikan angka-angka pada karakteristik tersebut.

Aspek yang penting dari pengukuran itu adalah angka-angka (skor) yang di-

berikan itu tetap mempertahankan hubungan antar manusia yang ada pada kenyataannya.

Maka dari itu dapat dijelaskan bahwa pengukuran itu adalah pemberian angka pada

sesuatu atau seseorang berdasarkan aturan-aturan tertentu, dan tidak membuahkan nilai

akan tetapi sebagai dasar untuk menentukan nilai terhadap suatu objek yang dinilai.

Evaluasi mempunyai makna bagi berbagai pihak, dimana bermakna bagi semua

komponen dalam proses pembelajaran, terutama anak didik (warga belajar), tutor,

pembimbing, penyuluh sekolah, dan orang tua peserta didik.

a). Makna Bagi Warga Belajar

Hasil evaluasi memberikan informasi tentang sejauhmana ia telah menguasai

bahan pelajaran yang disajikan pendidik. Dengan informasi itu warga belajar dapat

mengambil langkah-langkah yang sesuai. Terdapat dua langkah dan kemungkinan untuk
95

dapat mengambil sikap yaitu: (a) Hasil evaluasi tidak memuaskan. Apabila hasil evaluasi

ternyata tidak memuaskan dan tujuan instruksional belum tercapai maka warga belajar

perlu dimotivasi untuk belajar lebih giat lagi dan strategi pembelajaran tutor perlu

diperbaiki; (b) Hasil belajar memuaskan bila hasil belajar sudah memuaskan warga

belajar terdorong untuk mengulangi atau bahkan memperbaiki hasilnya agar memperoleh

hasil yang lebih lagi di masa mendatang.

b). Makna Bagi Pendidik

Hasil evaluasi memberikan petunjuk bagi tutor mengenai keadaan warga belajar,

materi pengajaran dan metode mengajarnya, (a) keadaan warga belajar dari hasil evaluasi

adalah cerminan hasil yang dicapai oleh warga belajar dapat menjadi informasi bagi

tutor tentang kemajuan relajar dan kesulitan relajar yang dialami warga belajar.

Berdasarkan petunjuk itu dapat mengupayakan perbaikan atau pengayaan belajar warga

belajar; (b) keadaan materi pengajaran: hasil evaluasi dapat menggambarkan tentang daya

serap warga belajar terhadap materi belajar yang disajikan. Tutor dapat meneliti lebih

jauh keadaan materi yang belum dikuasai dan mengupayakan perbaikan atau

penyesuaian; (c) keadaan metode pengajaran, hasil evaluasi dapat menunjukkan tepat

atau tidaknya metode pengajaran yang dipergunakan oleh tutor dalam menyajikan sesuatu

materi tertentu. Tutor dapat mengupayakan mencari metode lain yang cocok untuk

mengajarkan materi pengajaran tertentu itu.

c). Makna Bagi Pembimbing/Penyuluh

Bimbingan dan penyuluhan umumnya diarakhan kepada upaya peningkatan daya

serap warga belajar dan penyesuaian dengan lingkungannya. Upaya bimbingan dan

penyuluhan akan lebih terarah kepada tujuannya apabila ditunjang oleh informasi yang
96

akurat tentang keadaan warga belajar baik dari segi intelektualnya maupun dari segi

emosionalnya. Untuk memperoleh informasi akurat yang diinginkan itu maka evaluasi

memegang peranan penting.

d). Makna bagi Lembaga/Program

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar ditentukan pula oleh kondisi belajar yang

diciptakan oleh kelompok belajar. Efektifitas kegiatan belajar mengajar yang diper-

syaratkan antara lain, kondisi belajar yang diciptakan oleh kelompok diperoleh

informasinya melalui evaluasi. Evaluasi diperoleh itu dapat dipakai kelompok belajar

dalam mengintropeksi diri untuk melihat sejauh mana kondisi belajar yang diciptakan

membantu terselenggaranya kondisi belajar dengan baik. Dengan kondisi belajar tidak

saja dimaksudkan situasi yang ada selama proses belajar mengajar berlangsung (misalnya

suasana tenang) tetapi kondisi yang berhubungan dengan pendidik dan peserta didik,

orangtua, dan sebagainya. Warga belajar yang kurang bersemangat dalam belajar, tutor

yang pengetahuannya rendah, dedikasinya rendah, orangtua yang kurang peduli tentang

pendidikan anaknya, kesemua itu merupakan kondisi yang mempersyaratkan kurangnya

keberhasilan belajar. Sebaliknya dari kondisi itu efektifitas belajar mengajar dapat

ditingkatkan.

e). Makna Bagi Orang Tua Peserta Didik

Semua orangtua ingin melihat sejauh mana tingkat kemajuan yang dicapai

anaknya, kendati pun pengetahuan itu tidak menjamin adanya upaya dari mereka untuk

meningkatkan kemajuan anaknya. Oleh karena itu setiap selesai program KF memberikan

laporan kemajuan kepada orangtuanya, dalam bentuk rapor, yang ada dalam rapor itu

adalah hasil evaluasi yang dibuat oleh tutor .


97

Kualitas pendidikan akan terbina dengan baik, apabila para pendidik melak-

sanakan evaluasi pendidikan pada setiap langkah kegiatan pendidikan. Selanjutnya Yusuf

(2003: 87) menyatakan bahwa berdasarkan data dan informasi yang tersedia dilakukan

pula penyempurnaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, evaluasi pendidikan menjadi

pilar penyedia informasi dan sekaligus penyangga pengendalian mutu pendidikan.

Evaluasi pendidikan bukan hanya evaluasi hasil belajar saja, tetapi jauh lebih luas.

Evaluasi pendidikan mencakup evaluasi proses pelaksanaan kegiatan, evaluasi terhadap

input komponen pendidikan juga evaluasi (outcomes), disamping evaluasi produk/hasil

pendidikan. Dengan melakukan evaluasi pendidikan secara menyeluruh, baik dan benar

menurut aspek-aspeknya, akan mampu memberikan informasi untuk perbaikan dan

pengendalian mutu pendidikan.

Tindak lanjut fungsi evaluasi dapat berupa (1) penempatan yang tepat (2)

memberikan umpan balik; (3) diagnosis kesulitan belajar peserta didik atau;(4) penentuan

kelulusan. Untuk masing-masing tindak lanjut yang dikehendaki ini diadakan tes, yang

diberi nama: (1) tes penempatan; (2) tes formatif; (3) tes sumatif dan; (4) tes diagnostik.

Assasmen merupakan bagian yang terpenting dalam proses pembelajaran di

bidang studi apapun. Assasmen hendaknya dibedakan dalam pengukuran prestasi belajar

(pengumpulan informasi tentang prestasi peserta didik melalui tes dan lembar kerja),

asasmen merupakan konsep yang lebih luas yang mencakup penilaian profesional

pendidik, perasaan dan pengamatan, serta inormasi-informasi lain yamg di kumpulkan

dari lingkungan belajar.


98

f. Pengembangan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Pengembangan program dilakukan setelah program pendidikan dilaksanakan dan

di evaluasi. Dengan kata lain, pengembangan akan muncul setelah rangkaian kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan dan penilaian di laksanakan.

Pengembangan program pendidikan keaksaraan fungsional termasuk di dalamnya

kemitraan yaitu menjalin hubungan dengan berbagai pihak yang saling mendukung dan

menguntungkan.

Kerjasama dan kemitraan dalam pelaksanaan satuan program dari pendidikan

keaksaraan fungsional adalah hal yang sangat penting, terutama dalam mengembangkan

program dan membangun program-program baru. Kerjasama dan kemitraan dapat

dilakukan dengan berbagai komponen masyarakat dan pemerintah atau lembaga-lembaga

lainnya baik profit maupun nonprofit atau lembaga-lembaga sosial atau lembaga donor.

Kerjasama dan kemitraan dilakukan terutama untuk: mendapatkan bantuan sumber daya

manusia , finansial maupun material , atau mungkin untuk berbagai kegiatan lain seperti

menempatkan warga belajar pada suatu perusahaan untuk magang, atau membangun

jaringan kerjasama dalam mengembangkan program yang lebih meng-untungkan untuk

satuan program.

Kerjasama dan kemitraan dapat dilakukan dalam konsep saling menguntungkan

dan saling mempercayai. Satuan program pendidikan mendapatkan keuntungan dari

lembaga yang diajak bekerja sama , begitu juga lembaga tersebut mendapat keuntungan

dari program pendidikan. Keuntungan tidak hanya bersifat material atau finansial

mungkin juga dalam bentuk sosial.


99

Kamil (2009:133), berhasil tidaknya kerjasama dan kemitraan sangat bergantung pada

berbagai hal diantaranya (1) kualitas program, kualitas program harus menguntungkan

bagi lembaga yang diajak bekerja sama (2) tingkat keinovatifan program, apakah

program itu dikembangkan inovatif atau tidak, sejalan dengan perkembangan dan

perubahan masyarakat terutama perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi; (3) tingkat fleksibelitas program juga harus menjadi perhitungan; (4) sasaran

akhir program atau lulusan apa yang akan dihasilkan; (5) kemampuan pengawasan dan

pengendalian program terutama diarahkan pada mutu proses pengelolaan dan proses

pembelajaran pada satuan program pendidikan nonformal.

Pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional adalah proses

manajemen pendidikan dan penerapan fungsi untuk mempengaruhi kegiatan seseorang

atau kelompok dalam situasi tertentu guna mencapai tujuan. Pengelolaan program

pendidikan keaksaraan fungsional adalah bagaimana merencanakan, melaksanakan,

evaluasi dan kemitraan dari berbagai komponen dari warga belajar, sumber belajar,

pamong belajar, ragi belajar, kelompok belajar, sarana belajar, panti belajar, program

belajar dan hasil belajar.

3. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Fungsional.

Kegiatan pembelajaran adalah proses belajar yang disengaja dilakukan dan

dikendalikan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Morris ( 1976:826)

pembelajaran adalah usaha sistematik dan disengaja untuk menciptakan kondisi –kondisi

agar menjadi kegiatan belajar membelajarkan. Dalam kegiatan belajar terjadi interaksi

educative antara dua pihak yaitu warga belajar yang melakukan kegiatan belajar dan

pendidik (sumber belajar) yang melakuan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran


100

yang dikemukakan Bandura ( 1997 42) “ ada lima unsur penting dalam model

pembelajaran yaitu (a) sintaks, suatu urutan yang dikenal dengan langkah-langkah

pembelajaran.(b) system social yaitu menguraikan sarana pendidik dengan peserta didik ,

serta aturan-aturan yang diperluan dalam sosio cultural (c) prinsip-prinsip reaksi yakni

memberikan gambaran kepada pendidik tentang cara memandang atau merespon

pertanyaan peserta didik.(d) system pendukung yakni kondisi yang diperlukan agar

model dapat terlaksana secara efektif dan efisien (e) efek instruksional dan pengiring

yakni pengaruh langsung dan tidaak langsung yang dialami peserta didik saat penerapan

model dilakukan. Setiap pemilihan model memerlukan pertimbangan agar proses

pembelajaran berjalan dengan baik. Morris(1976 : 826) kegiatan pembelajaran terdiri dari

perencanaan pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode, media, materi dan evaluasi

hasil belajar”. Komponen kegiatan pembelajaran digambarkan sebagai berikut:

Perencanaan
Pembelajaran

Evaluasi Hasil Pendekatan


Belajar Pembelajaran

Media Metode
Belajar Pembelajaran
Belajar
Materi
Pembelajaran

Gambar 2.2 Komponen-Komponen Pembelajaran


101

Kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional adalah kegiatan tutor

untuk dapat mengkondisikan warga belajar agar siap belajar, termotivasi untuk dapat

belajar, mengelola kelas, menggunakan berbagai fasilitas belajar secara optimal,

terjadinya interaksi belajar yang kondusif dan diperolehnya pengalaman belajar yang

maksimal sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.

Pembelajaran pada program KF berlangsung dalam kelompok belajar.

Sebagaimana kegiatan pembelajaran menurut Kamil (2009: 104 ) “langkah-langkah

pengelolaan kegiatan belajar meliputi ( 1) menciptakan lingkungan yang kondusif untuk

belajar (2) menetapkan struktur organisasi pengelola program (3) mengidentifikasi

kebutuhan belajar (4) merumuskan arah dan tujuan belajar (5) menyusun pengembangan

bahan belajar (6) melaksanakan kegiatan belajar (7) melakukan penilaian program belajar

dan hasil belajar warga belajar”.

Kegiatan pembelajaran tahap pertama, si tutor perlu merencanakan program

pembelajaran dengan merumuskan silabus, mengoperasionalkannya dalam bentuk

Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan mengidentifikasi bahan belajar yang sesuai

dengan kebutuhan belajar warga belajar dan potensi lokal. Tahap kedua yang dilakukan

tutor adalah melaksanakan proses pembelajaran dengan melakukan, pemanfaatan media,

sarana dan prasarana untuk kepentingan belajar, melakukan interaksi pembelajaran,

memotivasi dan membimbing warga belajar. Tahap ke tiga yang dilakukan adalah

mengadakan evaluasi hasil belajar mulai dari evaluasi awal, proses dan akhir belajar

dengan menggunakan indikator-indikator yang dituangkan dalam format penilaian. Tahap

keempat adalah membangun kemitraan dalam belajar, dalam bentuk kerjasama yang
102

saling menguntungkan, apakah itu kemitraan sesama warga belajar, dengan tutor,

penyelenggara lapangan maupun dengan mengelola.

Prinsip dari kegiatan pembelajaran keaksaraan adalah warga belajar yang semula

buta aksara dibelajarkan mereka agar dapat menulis, membaca, berhitung, ber-

komunikasi secara sederhana sehingga dapat difungsikannya untuk mengembangkan diri

dalam kehidupannya. Mereka yang sudah dapat membaca, menulis, berhitung dan

berkomunikasi itu ditingkatkan tarafnya melalui pembiasaan agar lancar atau tidak buta

huruf kembali. Sedangkan pembelajaran fungsional adalah memberikan pengetahuan

dasar keterampilan untuk menjalankan kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga,

keterampilan kerajinan yang produktif untuk dapat dijadikan modal memperoleh

tambahan keuangan keluarga. Materi belajar keaksaraan dasar dan keterampilan

fungsional itu terintegrasi dalam bentuk tema-tema pembelajaran.

Tutor sebagai pendidik yang akan melakukan pengajaran, pembimbingan dan

pelatihan kepada warga belajar haruslah menyusun program pembelajaran, meng-

gunakan strategi, media, metode, dan pendekatan pembelajaran yang cocok dengan

keadaan orang dewasa yang akan dibelajarkan. Kecocokan yang dimaksudkan adalah

memperhatikan prinsip-prinsip belajar orang dewasa dan kebutuhan belajar serta potensi

lokal. Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran itu, tutor hendaknya menyiapkan

instrumen yang standar dan terukur agar dapat menentukan hasil belajar itu akurat dan

terpercaya.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, yaitu aktivitas dalam

bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi edukatif, interaksi yang sadar

dengan tujuan, artinya interaksi yang sudah dicanangkan untuk tujuan instruksional.
103

a. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran hendaknya di siapkan oleh tutor sebelum kegiatan

pembelajaran perlangsung. Perencanaan dalam bentuk penyusunan program belajar itu

seperti silabus, RPP, bahan belajar, media belajar dan sebagainya. Selain dari itu

perencanaan yang dilakukan adalah menyiapkan administrasi belajar seperti data warga

belajar, pengelompokannya, dan format-format yang diperlukan. Sebelum melakukan

perencanaan tentulah tutor melakukan identifikasi kebutuhan belajar dan potensi lokal,

kemudian mengkonsultasikannya dengan pengelola dan penyelenggara lapangan untk

dapat dirumuskan program belajar yang akan disusun. Menurut Sagala (2010: 69)

”proses perencanaan dilaksanakan secara kolaboratif atau kerjasama, artinya dengan

mengikut ertakan personil sekolah dalam semua tahap perencanaan”. Sangat perlu bagi

semua pengajar dan personel lain yang berkepentingan dengan tujuan pembelajaran

dilibatkan dalam perencanaan, karenanya masyarakat sekolah bertanggung jawab atas

perencanaan yang telah ditetapkan.

Kemampuan menyusun rencana kegiatan pembelajaran, Sudjana (2004: 68)

menjelaskan perencanaan yaitu “kegiatan yang dengan proses pengambilan keputusan

dimulai dengan identifikasi kebutuhan belajar, perumusan tujuan, kebijaksanaan dan

sasaran secara luas, kemudian berkembang pada tahap penerapan tujuan dan

kebijaksanaan dalam rancangan yang rinci terbentuk program–program untuk dilaksa-

nakan”. Pendapat di atas dapat disimpulkan merencanakan kegiatan belajar adalah

langkah awal dari memulai sesuatu kegiatan pembelajaran yang mencakup identifikasi

kebutuhan belajar, merumuskan tujuan, merancang kegiatan belajar dan memilih

berbagai media dan sumber belajar.


104

1). Identifikasi Kebutuhan Belajar.

Identifikasi adalah kegiatan mencari, menemukan, mengumpulkan, me-neliti,

mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari lapangan. Kebutuhan adalah segala

sesuatu yang diperlukan oleh manusia untuk kehidupannya, demi mencapai suatu hasil

(tujuan) yang lebih baik. Belajar adalah suatu proses perubahan kearah yang lebih baik,

mengubah seseorang yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak baik menjadi baik, yang

tidak pantas menjadi pantas. Kebutuhan belajar pada dasarnya menggambarkan jarak

antara tujuan belajar yang diinginkan dan kondisi yang sebenarnya. Jadi pengertian

identifikasi kebutuhan belajar adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk meneliti

dan menemukan hal-hal yang diperlukan dalam belajar dan hal-hal yang dapat membantu

tercapainya tujuan belajar itu sendiri.

Sudjana (2004:32)“orang tidak akan berminat ataupun tertarik atau memper-

dulikan kebutuhan yang lebih tinggi kecuali bila kebutuhan pada tingkat di bawahnya

sudah terpuaskan oleh karena sifat dan bertingkah laku”. Maka teori yang diberikan oleh

Maslow ini disebut Teori Hirarki Kebutuhan, dengan mengenali tingkat kebutuhan maka

program pembelajaran itu pun akan dapat dilaksanakan oleh warga belajar dengan baik

dalam arti warga belajar berpartisipasi dalam mengikuti pembelajaran kalau sesuai

dengan kebutuhan yang dirasakan.

Tahap pengidentifikasian kebutuhan belajar ini, sebaiknya tutor melibatkan warga

belajar untuk mengenali, menyatakan dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber-

sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan pembelajaran

untuk memenuhi kebutuhan belajar. Identifikasi kebutuhan belajar bertujuan antara lain

untuk melibatkan dan memotivasi warga belajar agar kegiatan belajar dirasakan sebagai
105

bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya. Hal ini dapat dilakukan sebagai

berikut : (a). warga belajar didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar berupa

kompetensi tertentu yang ingin mereka miliki dan diperoleh melalui kegiatan

pembelajaran. (b). warga belajar didorong untuk mengenali dan mendayagunakan

lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebututhan belajar.(c). warga belajar

dibantu untuk mengenali dan menyatakan kemungkinan adanya hambatan dalam upaya

memenuhi kebutuhan belajar, baik yang sama dari dalam mau pun dari luar.

Cara mengidentifikasi kebutuhan belajar dapat dilakukan dengan secara

perorangan, warga belajar dapat mengekspresikan pendapat masing-masing secara

langsung dan kelompok. Para warga belajar mendiskusikan kebutuhan belajar sehingga

hasil diskusi menjadi kesepakatan kelompok.

2). Perumusan Tujuan Belajar

Tujuan berfungsi untuk memberikan arah pada tingkatan yang dilakukan, prinsip

ini mengandung arti bahwa kegiatan belajar partisipatif direncanakan dan dilaksanakan

untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Didalam perencanaan

tujuan belajar disusun dan dirumuskan berdasarkan kebutuhan belajar, tujuan belajar

disusun berdasarkan pertimbangan latar belakang pengalaman warga belajar, potensi yang

dimilikinya, sumber-sumber yang tersedia pada kehidupan lingkungan mereka. Sagala

(2010: 70) menyatakan bahwa “tujuan belajar yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan

kebutuhan warga belajar dalam perumusannya”. Dilakukan secara bersama-sama antara

warga belajar dengan tutor dan pimpinan program. Tujuan ini penting untuk dirumuskan

berdasarkan tiga makna, yaitu: (a).tujuan ini merupakan arah dari segala kegiatan belajar.
106

(b). tujuan ini dijadikan dasar untuk pemulihan dan pengadaan unsur-unsur belajar yang

tepat.(c). tujuan ini sebagai tolak ukur evaluasi dalam kegiatan belajar.

Uraian di atas dapat disimpulkan dalam suatu kegiatan penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran perumusan tujuan memerlukan keterlibatan antara warga belajar dan tutor,

tujuan pembelajaran harus bersifat fungisional atau dapat langsung diterapkan dalam

kehidupan warga belajar dan juga tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan warga

belajar dan tujuan pembelajaran haruslah berpedoman pada tiga ranah yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

3). Penyusunan Program Kegiatan Pembelajaran

Mencapai tujuan belajar yang akan ditetapkan, warga belajar dilibatkan dalam

kegiatan penyusunan program kegiatan belajar. Tujuan yang terkandung dalam tahap ini

adalah agar warga belajar memiliki pengetahuan yang sama dalam menyatakan, memilih,

menyusun dan menetapkan kegiatan belajar yang akan ditempuh oleh mereka.Tahap ini

warga belajar dapat menganalisis, mengajukan, menetapkan program belajar yang akan

dibutuhkan.

Kumaidi (2003 : 45) yang dapat ditempuh dalam menyusun tujuan program

diantaranya: (a). tentukan tujuan akhir program secara luas dan jelas. (b). cari dan

renungkan berbagai kegiatan yang mendahului dan wajib dilaksanakn sebelum pencapaian

tujuan akhir.(c). ulangi langkah ke dua setiap kegaiatan pendahuluan, kemudian per-

timbangkan langkah mana yang kemudian dilaksanakan terlebih dahulu karena mungkin

suatu kegiatan ini mendukung beberapa langkah berikutnya. Pendapat di atas, dapat

disimpulkan bahwa menyusun sebuah program harus adanya tujuan yang jelas, sehingga

dapat dilakukan kegiatan yang telah terencana dari awal sampai akhir.
107

b. Pendekatan Pembelajaran

1). Pendekatan Pembelajaran Partisipatif

Pendekatan pembelajaran untuk dapat memelihara semangat dan motivasi warga

belajar dalam belajar diperlukan strategi pembelajaran partisipatif. Menurut Sudjana

(2000: 94), “pembelajaran partisipatif merupakan upaya pendidik untuk mengikut-

sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Keikut sertaan peserta didik

diwujudkan dalam ketiga tahapan kegiatan pembelajaran yaitu perencanaan program,

pelaksanaan program dan penilaian program”.

Pembelajaran partisipatif dapat mengarah pada keaktivan warga belajar me-

megang peran yang penting dalam proses pembelajaran, sedangkan pendidik untuk

memfasilitasi warga belajar dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran yang berpusat pada warga belajar memiliki ciri-ciri: (1)

pembelajaran menitik beratkan pada keaktivannya; (2) Kegiatan belajar dilakukan secara

analitis dan kritis; (3) motivasi belajar selalu tinggi; (4) pendidik berperan sebagai

fasilitator; (5) memerlukan waktu yang relatif lama; dan (6). memerlukan sarana belajar

yang lengkap. Untuk menumbuhkan kerjasama maka digunakaan pembelajaran

kooperatif. Dasar pembelajaran kooperatif adalah untuk menumbuhkan hubungan warga

belajar melalui kelompok, yang didasarkan pada ketergantungan positif, tanggung jawab

individu, keterampilan interpersonal, interaksi tatap muka, dan proses kelompok.

Ketergantungan positif berkaitan dengan tugas yang hanya dapat dikerjakan dan

diselesaikan bersama dalam kelompok. Tanggung jawab individu berkaitan dengan

motivasi untuk belajar, membantu teman dan kelompoknya sehingga setiap individu

mempunyai kesempatan yang sama dalam memberikan kontribusi untuk keberhasilan


108

kelompok. Keterampilan interpersonal berkaitan dengan komunikasi, rasa saling percaya,

kepemimpinan, pengambilan keputusan, dan pemecahan konflik diantara mereka.

Interaksi melalui tatap muka dan proses kelompok berkaitan dengan cara yang akan

dilakukan peserta didik untuk bekerjasama dalam rangka melaksanakan fungsi kelompok

sehingga kelompok mereka berhasil dalam pembelajaran

2). Pendekatan Pembelajaran Kooperatif.

Selain strategi pembelajaran partisipatif yang dimaksudkan di atas, maka

pendekatan pembelajaran kooperatif juga dapat diterapkan pada pembelajaran pendidikan

keaksaraan fungsional. Pembelajaran kooperatif dapat berdampak positif, yaitu

meningkatkan hubungan sosial diantara mereka, penerimaan terhadap peserta didik yang

relatif lemah dalam bidang akademik, menumbuhkan rasa tolong menolong, menghargai

waktu dan menumbuhkan motivasi belajar yang tinggi.

Menurut pendapat Tilaar (2000: 67), “langkah-langkah yang harus ditempuh

dalam pembelajaran kooperatif: (1) Pendidik bersama peserta didik membentuk

kelompok kecil, dengan didasarkan pada keberagaman peserta, terutama dalam

keberagaman akademik; (2) Pendidik menyampaikan materi kepada peserta didik; (3)

Peserta didik kembali kepada kelompok yang sudah dibentuk, untuk melaksanakan

diskusi tentang materi yang sudah disajikan oleh pendidik; (4) Pendidik merancang kuis,

sesuai dengan materi yang dibahas; (5) Berdasarkan nilai setiap individu dalam

kelompok, pendidik menetapkan tim yang berprestasi, kemudian diberi penghargaan.

Penghargaan dapat berupa pengumuman hasil dihadapan peserta didik lainnya atau

benbentuk penghargaan lainnya.


109

3). Pendekatan yang Berpusat Pada Masalah

Pendekatan yang berpusat pada masalah, yaitu mengarahkan pangalaman belajar

pada masalah yang dihadapi oleh warga belajar dalam kehidupan keseharian, dengan

maksud untuk memperlihatkan kepada mereka bahwa pengetahuan yang diperolehnya itu

erat kaitannya dengan kegunaan dan masalah yang dihadapinya.

4). Pendekatan Proyektif

Pendekatan proyektif adalah pendekatan yang digunakan secara proyektif untuk

mempredisi keadaan yang dilaksanakan oleh warga belajar secara menyeluruh namun

bukan merupakan tekanan dari luar, karena sudah terkondisi dengan persoalan kehidupan

kesehariannya. Bentuk pelaksanaan pendekatan proyektif ini dimulai dengan identifikasi

masalah dalam kehidupan sehari-hari dari warga belajar, kemudian dicarikan tema-tema

belajar yang berkaitan dengan itu selanjutnya dicarikan solusinya.

5). Pendekatan Aktualisasi Diri

Pendekatan aktualisasi diri, adalah pendekatan pembelajaran dengan menggali

potensi warga belajar yang kemudian dihargai potensi mereka untuk dijadikan sumber

belajar dengan melalukan metode belajar saling membelajarkan. Sebagaimana pendapat

Kusnadi (2003: 94), Karakteristik pendekatan aktualisasi diri adalah: (1) Proses yang

berpusat pada warga belajar dan proses yang digerakkan oleh warga belajar; (2) Belajar

bersama teman sejawat, proses pengaktualisasian diri dimulai dengan membina hubungan

saling percaya antara tutor dengan angota kelompok belajar. Saling percaya merupakan

suatu prasyarat penting dalam pendekatan aktualisasi diri. Tutor hendaknya memandang

warga belajar sebagai teman atau sahabat dan berusaha membina iklim saling menerima

sepanjang pertemuan belajar. Maksudnya disini adalah tunjukkan sifat ikhlas dalam
110

bergaul dan konsisten dalam berupaya; (3) Memudahkan terciptanya konsep diri yang

positif, dalam pendekatan aktualisasi diri faktor kunci yang mempengaruhi pemilihan

suatu bagian adalah konsep diri, yaitu individu merasa ikut mempengaruhi dan mem-

punyai andil dalam perubahan.

Pendekatan pembelajaran di atas disebut juga dengan pembelajaran berbasis

kemasyarakatan. Pembelajaran berbasis kemasyarakatan harus mampu menumbuhkan

kemandirian dikalangan peserta didik. Dengan diwujudkannya kemadirian diharapkan

dampak dari pembelajaran adalah tumbuhnya tanggung jawab dan keberanian peserta

didik dalam memutuskan sesuatu, bertindak mengerjakan sesuatu hal, tanpa tergantung

pada pihak lain.

Pendidikan berbasis masyarakat pada hakekatnya merupakan kegiatan interaksi

pendidikan yang terjadi atas dasar kepentingan bersama untuk memenuhi kebutuhan dan

memecahkan masalah yang dihadapi warga masyarakat yang dapat dilakukan sepanjang

hidupnya sesuai dengan kebutuhan mereka.

Galbarait dalam Marzuki (2004:129), pendidikan berbasis masyarakat

mengandung makna yaitu: (1) kemampuan peserta didik meningkat. Melalui proses

pendidikan berbasis masyarakat , setiap peserta mengalami peningkatan kemampuan ,

keterampilan dan sikap, serta konsep dirinya semakin matang. Kematangan secara

psikhologis menumbuhkan belajar yang dapat diperoleh melalui pengalaman belajar dari

lingkungannya (2) partisipasi dan demokrasi. Pendidikan berbasis masyarakat menum-

buhkan keterbukaan pada setiap peserta untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya

secara bersama sama (3) mobilisasi aksi masyarakat. Untuk mencapai pemenuhan

kebutuhan dan pemecahan masalah diperlukan adanya kegiatan dari peserta. Prinsip ini
111

menekankan kesadaran dan kesediaan dari setiap peserta untuk mengatasi masalah

bersama-sama. Sihombing (2001: 29) bahwa pendidikan berbasis masyarakat memiliki

tiga elemen: “pertama, mementingkan warga belajar, yakni pentingnya mendengarkan

suara warga belajar, menggunakan apa yang dikatakan warga belajar sebagai dasar untuk

mengembangkan program belajar, percaya bahwa setiap orang mempunyai kemampuan

belajar karena setiap warga belajar memiliki kekuatan, keterampilan, pengetahuan dan

pengalaman, serta ada kesetaraan diantara warga belajar pembina program. Kemudian

mendorong warga belajar untuk ikut aktif terlibat dalam kegiatan belajar dan kegiatan

kemasyarakatan, memperhatikan kebutuhan belajar masyarakat karena sebenarnya

mereka tahu apa mereka butuhkan. Kedua, program dimulai dari persfektif yang kritis.

Ada tiga persfektif dalam melihat masyarakat yaitu konservatif, liberal dan kritis.

Pendidikan berbasis masyarakat menggunakan pendekatan kritis yang menekankan

pentingnya perbaikan kemampuan dasar masyarakat, meningkatkan kemampuan yang

sudah ada dan partisipasi dalam setiap kegiatan. Ketiga pendidikan berbasis masyarakat

menekankan bahwa belajar harus berlokasi di lingkungan mayarakat, menjawab

kebutuhan belajar masyarakat, menciptakan rasa memiliki, dan program itu dirancang

diputuskan dan diatur oleh masyarakat sehingga mereka membentuk kesatuan yang lebih

besar”. Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kemasyarakatan menurut Marzuki

(2004:96) yaitu determinasi diri, membantu dirinya sendiri, mengembangkan kepe-

mimpinan, lokalisasi, pelayanan terpadu, menerima perbedaan dan belajar terus menerus.

6). Penciptaan Suasana Belajar

Suasana yang diciptakan dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional

adalah suasana belajar yang kondusif sehingga menyenangkan bagi mereka untuk belajar,
112

maka dari itu kondisikan suasana yang : (a) tidak mendominasi; Orang dewasa dalam

kegiatan belajar tidak senang, merasa tertekan oleh pendidiknya. Oleh karena itu, dalam

kegiatan belajar orang dewasa, pendidik tidak boleh mendominasi kegiatan belajar,

pendidik lebih banyak menfasilitasi kegiatan belajar yang sedang berlangsung.(b) saling

menghormati ; dalam kegiatan belajar orang dewasa perlu dijaga agar selalu terpelihara

suasana hormat menghormati antara sesama peserta didik dengan pendidik. Oleh karena

itu , setiap orang yang terlibat dalam pembelajaran orang dewasa harus sering

menghormati bila ada orang lain menghormatinya. (c) saling menghargai ; Disamping

saling menghormati, dalam kegiatan belajar orang dewasa perlu dijaga agar selalu

terpelihara suasana saling menghargai antara sesama warga belajar.(d) saling mem-

percayai ; hal lain yang penting dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa adalah

adanya saling mempercayai antara berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan pem-

belajaran, terutama sekali antara pendidik dengan peserta didik. (e) suasana menemukan

atau memecahkan permasalahan sendiri; dalam bimbingan yang diberikan kepada peserta

didik yang terdiri dari orang dewasa, maka pendidik diharapkan tidak terlena dengan

suasana “keguruan” yang selalu terpancing oleh keinginan untuk memberi tahu dan

menunjukkan. (f) susana tidak mengancam; Orang dewasa menganut sistem dan nilai

yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, masing-masing akan

mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda pula. Perbedaan-perbedaan tersebut

akan saling memperkaya antara satu peserta didk dengan peserta didik yang lainnya, jika

masing-masingnya dapat mengemukakan pendapat, isi hati dan pikiran masing-masing

tanpa rasa takut, walaupun mereka saling mengetahui adanya perbedaan antara mereka

dan bahkan antara mereka (peserta didik) dengan pendidik. (g) suasana keterbukaan ;
113

Semua orang yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa perlu menyadari

pentingnya memelihara suasana keterbukaan, terutama sekali pendidik dan peserta didik.

Keterbukaan tersebut dalam bentuk keterbukaan dalam mengung-kapkan diri sendiri

serta terbuka untuk mendengarkan dan memahami orang lain dari sisi orang lain itu

sendiri. (h) mengakui kekhasan pribadi; Sebagai pribadi yang unik, manusia belajar

secara khas dan unik pula. Masing-masing diwarnai oleh tingkat kecerdasan sendiri,

kepercayaan diri, dan perasaan masing-masing, oleh karena itu, tidak mungkin

mengharapkan respon yang sama dari peserta didik terhadap objek belajar yang

dihadapkan kepadanya. (i) mengakui untuk berbuat salah; Orang dewasa akan belajar

dengan baik jika kepada mereka diberi hak untuk berbuat salah. Dengan hak yang

demikian akan menimbulkan keberanian dalam mencoba prilaku baru, sikap baru, dan

mau mencobakan pengetahuan baru. (j) membolehkan keraguan; Orang dewasa yang

berkumpul bersama untuk belajar sering kali menghasilkan beberapa alternatif,

menghasilkan beberapa teori, tidak jarang semuanya itu tampak sama baiknya atau sama

buruknya. Oleh karena itu pemaksaan untuk menerima salah satu sebagai sesuatu( k).

bersama evaluasi diri ; Evaluasi hasil belajar lebih banyak dilakukan oleh orang lain,

terutama sekali tutor. Tutor mengevaluasi sejauh mana peserta didik menguasai materi

pelajaran tertentu. Lain halnya pada pendidikan orang dewasa, evaluasi dilakukan oleh

warga belajar sendiri, mereka menilai sendiri hasil yang mereka peroleh. Evaluasi lebih

diarahkan kepada evaluasi diri. Pendidik sebagai penyebar pengetahuan berfungsi untuk

menyampaikan pengetahuan ataupun informasi kepada peserta didik, dalam hal ini,

sebagai penyebar pengetahuan, maka pendidik lebih berupaya untuk mentransfer

pengetahuan peserta didik, (1) Sebagai pelatih ketarampilan . Pendidik sebagi pelatih
114

keterampilan berfungsi memberikan latihan-latihan ketarampilan kepada peserta didik.

Keterampilan yang diberikan oleh peserta didik adalah ketarampilan yang berhubungan

dengan kebutuhan akan keterampilan yang dirasakan oleh warga belajar, (2) Sebagai

perancang pengalaman. Sebagai perancang pengalaman belajar pendidik berfungsi

sebagai pengembang model rancangan dengan menyertakan pemilihan lapangan masalah

yang telah dikenal oleh peserta didik, melalui prosedur diagnosis diri dan memilih format

yang sesuai (individu, kelompok, kegiatan massa) untuk belajar.Orentasi pembelajaran

berpusat pada peserta didik (leaner centered), akan tetapi ini tidak berarti bahwa didalam

penerapan proses pembelajaran sesuai dengan segala keinginan peserta didik.

Penyuluhan adalah usaha yang dilakukan seseorang/kelompok kepada orang lain

dalam rangka memberikan informasi, penjelasan sehingga orang lain tersebut menjadi

paham tentang materi belajar yang disampaikan. Fasilitator adalah orang yang

memberikan kesempatan kepada peserta didik atau memfasilitasi mereka sehingga

mereka akan aktif mengarahkan diri sendiri.

Pembelajaran masyarakat melalui kegiatan pendidikan luar sekolah, misalnya

program pendidikan keaksaraan fungsional dibimbing oleh seorang tutor, sebagai

pendidik, maka tutor memiliki peranan dan fungsi pada pendidikan pada kelompok

belajar itu. Orang dewasa biasanya mereka akan belajar apabila mereka dihadapkan pada

masalah atau motivasi belajar akan muncul apabila ada persoalan yang dihadapi, contoh:

disuatu desa atau wilayah banyak penduduk dijangkiti demam berdarah, kemudian orang

dewasa akan berusaha memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat atau warga akan

belajar mengapa terjadi demam berdarah, serta upaya yang dilakukan dalam mengatasi

berjangkitnya demam berdarah. Pendekatan (khitpen). Konsep (khitpen) ini dilakukan


115

dalam program pendidikan luar sekolah di Thailand, dan konsep khitpen ini dapat pula

diterapkan pada pendidikan orang dewasa di tempat kita. Khitpen ini berarti dapat

berfikir secara rasional dan kritis, pada akhirnya menuju pada pemecahan masalah.

Pendekatan proyektif yaitu membelajarkan warga belajar melalui cerita pendek dan

sandiwara. Setelah cerita dimainkan, warga belajar berdiskusi tentang prilaku beberapa

tokoh dalam cerita pendek atau sandiwara tersebut. Pendekatan apersepsi interaksi,

pendekatan apersepsi interaksi dimulai dengan mengidentifikasi tema-tema masalah

kehidupan sehari-hari warga belajar. Bahan-bahan belajar yang didasarkan pada tema-

tema itu, kemudian disiapkan dalam lembaran-lembaran lepas berbentuk folder empat

halaman, dengan gambar/foto yang merangsang dihalaman mukanya. Pendekatan

perwujudan diri (self actualization approach). Pendekatan perwujudan diri dimulai dari

suatu kepercayaan yang kuat akan kemampuan individu, untuk menata kembali

kehidupannya sendiri asumsi yang mendasar adalah kesempatan-kesempatan untuk

penemuan diri sendiri (Self Discovery) dapat mengembangkan kemampuan diri sendiri.

Belajar sesama teman dalam kelompok (peer learning). Proses mewujudkan diri sendiri,

dimulai dengan mengadakan hubungan saling mempercayai antara fasilitator dengan

peserta didik.

Membantu timbulnya konsep diri yang positif, konsep diri yang positif adalah

cara pandang seseoarang tentang dirinya sendiri secara positif, dan sampai beberapa jauh

ia memadang dirinya sebagai pembawa perubahan.

Andragogy sekurang-kurangnya didasarkan pada empat asumsi yakni: (1) Konsep

dirinya bergerak dari pribadi yang tergantung kearah pribadi yang mandiri; (2) Manusia

mengakumulasikan banyak pengalaman yang diperolehnya, sehingga menjadi suatu


116

sumber belajar yang berkembang; (3) Kesiapan belajar manusia secara mening-katkan

diorentasikan pada tugas perkembangan peranan sosial yang dibawa; dan (4) Perspektif

waktunya berubah dari suatu pengetahuan yang tertunda penerapannya menjadi

penerapan yang segera secara seiring orentasinya terhadap belajar beralih dari suatu

orentasi terpusat pada mata pelajaran kepada orentasi terpusat pada masalah

Sasaran belajar dalam artian peserta didik dari pendidikan nonformal pada

umumnya adalah orang dewasa yang sudah banyak memiliki pengalaman hidup dan

mereka akan tertarik untuk belajar apabila apa yang dipelajari itu dirasakan manfaat yang

nyata untuk dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Maka dari itu dikenal

dengan pendekatan andragogy dalam pembelajaran. Bagi mereka belajar adalah untuk

dapat memperbaiki hidup dan ingin memperoleh sesuatu yang bermanfaat dan oleh sebab

itu prinsip-prinsip belajar pada pendidikan orang dewasa adalah:

a). Konsep Diri

Pendekatan andragogy, proses pematangan manusia merupakan kewajaran bagi

seorang individu untuk bergerak dari ketergantungan ke arah kemandirian. Perpindahan

ini secara bertahap dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan orang dan

dimensi kehidupannya. Para pendidik orang dewasa bertanggung jawab untuk

menggalakkan dan memelihara gerakan ini. Orang dewasa mempunyai kebutuhan

psikologis yang dalam untuk mandiri, meskipun dalam situasi-situasi tertentu bergantung

pada pihak lain.

Peranan pengalaman yang dibawa peserta didik ke situasi belajar kurang bernilai,

hal itu mungkin hanya sebagai titik tolak. Pengalaman yang akan menjadi sumber belajar

yang utama bagi peserta didik adalah pengalaman para guru, penulis buku, pencipta
117

(Audio-Visual Aids) dan ahli-ahli lainnya. Karena itu teknik utama yang digunakan

adalah teknik penerusan atau pemindahan (ceramah, tugas dan sebagainya). (Andragogy),

selama manusia tumbuh dan berkembang mereka menyimpan banyak pengalaman dan

karena itu akan menjadi sumber yang tak habis-habisnya untuk belajar, baik bagi mereka

secara pribadi maupun bagi orang lain. Lagi pula orang memberikan arti yang lebih besar

kepada pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman daripada yang diperoleh secara

pasif. Karena itu teknik utama yang digunakan adalah teknik pengalaman (eksperimen,

laboratorium, diskusi, pemecahan persoalan, pengalaman lapangan dan sebagainya).

b). Kesiapan Belajar

Orang siap mempelajari apapun yang dikehendaki masyarakat terutama sekolah

untuk mereka pelajari, asalkan tekanan ini cukup berat bagi mereka. Sebagian orang yang

sebaya siap untuk mempelajari bahan yang sama. Karena itu pelajaran hendaknya diatur

ke dalam suatu kurikulum yang benar-benar baku, dengan suatu penjenjangan yang

seragam bagi semua peserta didik. Pendekatan andragogy adalah orang menjadi siap

untuk mempelajari sesuatu bila mereka merasakan kebutuhan untuk mempelajari hal itu,

dengan tujuan agar dapat menyelesaikan tugas atau persoalan hidup mereka dengan yang

lebih memuaskan. Pendidik memegang tanggung jawab menciptakan kondisi dan

menyediakan alat-alat serta prosedur untuk membantu para peserta didik menemukan

kebutuhan atau keingin tahuan mereka. Dengan demikian program belajar hendaknya

disusun menurut kategori penerapan hidup dan diurutkan sesuai dengan kesiapan belajar

peserta didik.
118

c). Orientasi

Para peserta didik melihat pendidikan sebagai suatu proses untuk memperoleh

bahan pelajaran, yang sebagian besar mereka anggap hanya akan berguna di kemudian

hari. Karena itu kurikulum seharusnya diatur menjadi satuan-satuan pelajaran yang

mengikuti urutan logika mata pelajaran bersangkutan. Orientasi mereka berpusat pada

mata pelajaran. Sebaliknya dalam andragogy, para peserta didik memandang pendidikan

sebagai suatu proses pengembangan kemampuan untuk mencapai potensi kehidupan yang

paripurna. Mereka ingin dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan apapun yang

mereka peroleh saat ini untuk kehidupan esok yang lebih efektif. Karena itu, pengalaman

belajar seharusnya disusun menurut kategori-kategori pengembangan kemampuan.

Orientasi mereka terhadap belajar berpusat pada karya atau prestasi. Dari asumsi dasar itu

dapat dikemukakan bahwa: (1) Orang dewasa mempunyai konsep diri, yaitu suatu pribadi

tidak tergantung kepada orang lain yang mempunyai kemampuan mengarahkan dirinya

sendiri dan kemampuan mengambil keputusan; (2) Orang dewasa mempunyai kekayaan

pengalaman yang merupakan sumber yang penting dalam belajar; (3) Kesiapan belajar

orang dewasa berorientasi kepada tugas-tugas perkembangannya sesuai dengan peranan

sosialnya; dan (4) Orang dewasa mempunyai perspektif waktu dalam belajar, dengan arti

secepatnya mengaplikasikan apa yang dipelajarinya.

Marzuki (2009:18 ) pendidik orang dewasa yang dinamakan tutor atau fasilitator

mempunyai fungsi antara lain: (a) menilai kebutuhan belajar individu, lembaga dan

masyarakat untuk pendidikan orang dewasa yang sesuai dengan lingkungan orga-

nisasinya (fungsi diagnostik). (b) menetapkan dan mengelola struktur organisasi untuk

pengembangan dan pelaksanaanyang efektif dari suatu program pendidikan orang dewasa
119

(fungsi organisasi). (c) merumuskan tujuan yang sesuai dengan kebutuhan belajar yang

telah ditetapkan, dan merencanakan suatu program kegiatan untuk mencapai tujuan

tersebut (fungsi perencanaan). (d) menciptakan dan mengawasi prosedur yang

diperuntukan bagi pelaksanaan suatu program secara efektif, termasuk memilih dan

melatih ketua-ketua kelompok belajar, tutor, mengatur fasilitas dan proses administrasi,

seleksi dan penerimaan pembelajar, dan pembiayaan (fungsi administrasi). (e) menilai

efektivitas program pendidikan yang dilaksanakan (fungsi evaluasi).

Misi pendidik orang dewasa dapat digambarkan dengan mengaitkan antara

kebutuhan dengan misi setiap pendidik orang dewasa adalah membantu individu untuk

memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, membantu individu untuk mengembangkan

sikap bahwa belajar itu adalah kegiatan yang berlangsung sepanjang hayat, dan dengan

pendidikan itu dapat diperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat

digunakan untuk bekerja secara mandiri serta dapat mengembangkan potensi-potensi

yang kita miliki. Proses belajar ini dapat dimanfaatkan oleh orang dewasa untuk

mengembangkan dirinya, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan orang

dewasa lainnya. Pendidik orang dewasa dalam merencanakan program pembelajarannya

hendaknya didasarkan pada kebutuhan belajar yang diinginkan oleh orang dewasa, tanpa

demikian pendidikan orang dewasa mengalami kegagalam dalam melaksanakan kegiatan

belajarnya itu. Penjabaran rancangan belajar ke dalam urutan kegiatan belajar

memerlukan adanya pengambilan keputusan mengenai teknik dan bahan belajar apa yang

paling bermanfaat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran, selanjutnya

menentukan strategi pembelajaran dengan mengikutsertakan peserta. Posisi pelatih dalam

proses ini hanyalah sebagai pemberi saran dan sebagai nara sumber yang akan
120

mendorong mereka untuk belajar. Ada beberapa teknik atau metode yang dapat

digunakan untuk membantu orang dewasa belajar, antara lain: (1) presentasi. Teknik ini

meliputi antara lain: ceramah, debat, dialog, wawancara, panel, demonstrasi, film, slide,

pameran, darmawisata, dan membaca. (2) teknik partisipasi peserta. Teknik ini meliputi

antara lain: tanyajawab, permainan peran, kelompok pendengar panel reaksi, dan panel

yang diperluas. (3) teknik diskusi, teknik ini terdiri atas diskusi terpimpin, diskusi yang

bersumberkan dari buku, diskusi pemecahan masalah, dan diskusi kasus. (4) teknik

ismulasi, teknik ini terdiri atas: permainan peran, proses insiden kritis, metode kasus, dan

permainan.

Asumsi-asumsi yang telah dikemukakan di atas, dapat dijelaskan bahwa ketiga

pendapat tersebut memiliki kesamaan di dalam memandang pebelajar, baik dalam

pembelajaran pedagogy maupun andragogy terutama dalam konsep diri, pengalaman,

kesiapan untuk belajar, dan orientasi belajar. Oleh karena itu dapat dikemukakan bahwa

dalam pembelajaran orang dewasa perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) iklim

belajar perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa, baik ruangan yang

digunakan maupun peralatan (kursi, meja, dan sebagainya) diatur sesuai dengan selera

orang dewasa agar dapat memberi kenyamanan bagi mereka. Selain itu, dalam iklim

belajar tersebut, perlu diciptakan kerjasama yang saling menghargai antara para peserta

dengan peserta lain maupun dengan para pelatih/fasilitator. Ini berarti bahwa setiap

peserta diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan pandangannya

tanpa ada rasa takut dihukum maupun dipermalukan. Iklim belajar seperti ini akan sangat

tergantung kepada pelatih/fasilitator. (b) peserta diikut sertakan dalam mendiagnosa

kebutuhan belajarnya. Mereka akan merasa terlibat dan termotivasi untuk belajar apabila
121

apa yang akan dipelajarinya itu sesuai dengan kebutuhan yang ingin dipelajari. (c) peserta

dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya. Perencanaan ini fasilitator lebih banyak

berfungsi sebagai pembimbing dan manusia sumber (d) dalam proses belajar-mengajar

merupakan tanggungjawab bersama antara pelatih/failitator dan peserta. Kedudukan

pelatih/fasilitator lebih banyak berperan sebagai manusia sumber, pembimbing, dan

katalisator dari pada sebagai guru. (e) Evaluasi belajar lebih menekankan pada cara

evaluasi diri sendiri dalam mengetahui kemajuan belajar peserta.

Orang dewasa merupakan sumber belajar yang lebih kaya dibandingkan anak-

anak, maka proses belajarnya lebih ditekankan kepada teknik yang sifatnya menyadap

pengalaman mereka seperti: kelompok diskusi, metode kasus, simulasi, permainan peran,

latihan praktek, demonstrasi, bimbingan konsultasi, seminar, dan sebagainya.

Penekanan dalam proses belajar bagi orang dewasa adalah pada aplikasi praktis

dan atas dasar pengalaman mereka. Urutan kurikulum dalam proses belajar orang dewasa

disusun berdasarkan tugas perkembangannya dan bukan atas dasar urutan logis mata

pelajaran atau kebutuhan kelembagaan. Misalnya suatu program latihan orientasi untuk

para pekerja baru, bukan dimulai dengan sejarah atau filsafat perusahaan, tetapi dimulai

dengan kehidupan nyata yang menjadi perhatian para pekerja baru, seperti: di mana saya

harus bekerja, dengan siapa saya bekerja, apa yang diharapkan dari saya, dan sebagainya.

Adanya konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada orang dewasa akan memberi

petunjuk dalam belajar secara kelompok. Untuk tugas-tugas perkembangan, maka belajar

secara kelompok yang anggota kelompoknya bersifat homogen akan lebih efektif.

Pendidik orang dewasa tidak boleh berperan sebagai seorang guru yang mengajarkan

mata pelajaran tertentu, tetapi ia berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang
122

belajar. Kurikulum dalam pendidikan untuk orang dewasa tidak berorientasi kepada mata

pelajaran tertentu, tetapi berorientasi kepada masalah. Hal ini karena orang dewasa

cenderung berorientasikan kepada masalah dalam orientasi belajarnya. Oleh karena orang

dewasa dalam belajar berorientasi kepada masalah, maka pengalaman belajar yang

dirancang berdasarkan pula pada masalah atau perhatian yang ada dalam pikiran mereka.

Pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah dibuat sebelumnya,

melalui pelaksanaan setiap warga belajar akan melaksanakan tuganya masing-masing

dengan penuh tanggung jawab dan mentaati peraturan yang telah ditetapkan di dalam

perencanaan, memegang disiplin kerja, dan bersedia meyelesaikan tugas yang diper-

cayakan dengan sebaik mungkin sesuai dengan pedoman kegiatan pembelajaran.

Keikutsertaan warga belajar dalam pelaksanaan berkaitan dengan tugas dan

tanggung jawab mereka dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Tugas warga

belajar adalah melakukan keterlibatan dalam setiap kegiatan pembelajaram sedangkan

tanggung jawabnya mencakup keterlibatan mereka dalam upaya membina dan mengem-

bangkan kegiatan belajar yang telah disepakati dan ditetapkan bersama pada saat

penyusunan program. Kamil (2009: 98) “suasana yang aman, tentram dan saling

menerima, saling percaya, saling menghargai dan saling pengertian yang dialami oleh

warga belajar perlu diciptakan”.

Pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam belajar sangat diperlukan

suasana yang aman, tentram, dan saling menerima , saling percaya dan saling pengertian

agar pembelajaran dapat terwujud dengan baik dan dapat terwujud tujuan pembelajaran.
123

a. Materi Belajar

Materi belajar adalah bahan-bahan belajar atau pesan-pesan yang mengandung

makna hendak ditransformasikan pada warga belajar. Sudjana (2004:124) menyatakan

“materi merupakan bagian yang integral dari proses pembelajaran karena pembelajaran

mempertimbangkan materi ajar”. Pendapat di atas menjelaskan dalam menerapkan materi

di sesuaikan dengan kebutuhan warga belajar, dengan mengacu pada pendapat Kusnadi

(2003: 88) “agar seorang sumber belajar selalu sukses dalam tugas belajarnya, maka

harus menguasai benar benar materi pembelajaran yang akan disajkan kepada warga

belajar,agar mampu membangkitkan motivasi dan mendorong semangat warga belajar”.

Menurut Kamil (2006:76) materi merupakan “salah satu sumber belajar yang berisikan

seperangkat bahan belajar yang akan disajikan selama kegiatan pembelajaran ber-

langsung kepada warga belajar. Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai, maka materi

yang disajikan harus sesuai dengan kebutuhan warga belajar”.

Kesimpulan yang dapat diambil bahwa dalam proses pendidikan keaksaraan fung-

sional materi memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu materi yang disajikan

harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan warga belajar atau bermanfaat dan mudah di

mengerti oleh warga belajar sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

b. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan strategi, cara, kiat dan teknik-teknik yang

dilakukan tutor untuk menyampaikan materi pembelajaran. Menurut Sudjana (2004: 98)

“metode mengandung prosedur yang disusun secara teratur dan logis dituangkan dalam

kegiatan mencapai tujuan”. Metode pembelajaran dapat didefenisikan sebagai prosedur


124

yang sistematis dan terencana untuk menyelenggarakan kegiatan dalam rangka mencapai

tujuan.

Metode pembelajaran memegang peranan penting dalam menyusun strategi dan

pelaksanaan program pembelajaran. Pemilihan metode yang tepat dapat memotivasi

warga belajar untuk belajar. Selain itu metode dapat pula membantu sumber belajar

dalam menyusun strategi pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

Metode yang digunakan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional tidak terlepas

dari karakteristik dan penetapan strategi pembelajaran yang dipilih sehingga pene-

tapannya menunggu kepada jenis strategi yang akan digunakan. Metode pembelajaran

dapat diartikan sebagai cara atau prosedur teratur secara sistematis dalam mencapai

tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Pendapat di atas dapat di simpulkan pelaksanaan

pendidikan keaksaraan fungsional dapat menggunakan metode yang bervariasi. Apabila

metode yang digunakan tepat dan sesuai dengan materi yang disajikan, maka tanggapan

warga belajar akan baik terhadap kegiatan pembalajaran, sehingga warga belajar

termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Marzuki (2010:123) menjelaskan

“pengembangan kegiatan belajar dengan menggunakan 4 strategi, (1) Strategi pertama

sebelum merancang kegiatan pembelajaran dilakukan lebih dahulu identifikasi kebutuhan

warga belajar dalam mencari kebutuhan belajar digunakan baseline survei. (2) Strategi

kedua, merencanakan satuan pelajaran dan proses diskusi, sehingga setiap pertemuan

memberikan kesempatan untuk berlatih dalam pemecahan masalah. Melalui pertemuan-

pertemuan peserta didik mengembangkan kemampuan kritis tentang keadaan dalam

kehidupannya sehari-hari, dimana mereka telah mempunyai pengalaman yang dapat


125

mereka sumbangkan dalam diskusi tersebut.(3) Strategi ketiga, banyak menggunakan

gambar atau perangsang diskusi, dan berfungsi sebagai alat untuk mempraktekkan teknik

atau keterampilan memecahkan masalah. Tugasnya adalah menciptakan bahan-bahan

belajar yang merangsang untuk mengembangkan pola yang rasional dan kritis.(4)

Strategi keempat, kurikulum disusun secara luwes untuk mengakomodasi keane-

karagaman warga belajar

Hal ini memungkinkan kepada tutor untuk menerapkan dan menyesuaikan

program belajarnya dengan keadaan lingkungan setempat dan menyesuaikan dengan

minat peserta didik serta dimasukkannya masalah-masalah baru yang diidentifikasikan

oleh peserta didik selama proses belajar berlangsung, suasana belajar diatur secara luwes.

Peraturan-peraturan di dalam kelas untuk orang dewasa lebih longgar dari pada

peraturan-peraturan yang berlaku pada sekolah-sekolah formal biasa. Tempat belajar

tidak harus di dalam ruangan dan juga di rumah penduduk, dibalai desa, dan sebagainya.

Cara duduk peserta didik tidak diatur seperti di dalam kelas, sehingga pendidik dapat

saling tatap muka.

c. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar dilakukan tutor terhadap hasil pembelajaran untuk me-

ngukur tingkat pencapaian kompetensi warga belajar, serta di gunakan sebagai bahan

penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran.

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematis dan terprogram dengan menggunakan tes

dan non tes dalam bentuk tulis dan lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap.
126

Sagala (2010:103 ) penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan untuk menge-

tahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan

dilaksanakan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi hasil belajar

yaitu sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan me-

nyajikan data sebagai masukan untuk pengambilan keputusan.

Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setelah adanya kegiatan, baik

sedang berlangsung maupun setelah adanya kegiatan. Evaluasi sangat penting dalam

kegiatan karena dengan adanya evaluasi kita dapat melihat apakah kegiatan yang sudah

dilaksanakan sudah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Yusuf (2003:87) berpendapat

evaluasi berfungsi : (1) sebagai umpan balik dalam rangka mencapai atau memeperbaiki

proses belajar mengajar, artinya umpan balik bagi sumber belajar sehingga merupakan

dasar untuk memperbaiki proses belajar warga belajar dan sumber belajar.(2) untuk

mengetahui, mengukur bahkan menentukan kemajuan prestasi warga belajar.(3) untuk

mencari data tentang tingkat kemampuan warga belajar, bakat, minat yang mereka miliki.

(4) untuk mengetahui latar belakang warga belajar yang memerlukan bantuan khusus

karena mengalami kesulitan belajar.

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk melihat suatu hasil belajar

sesuai dengan tujuan, digunakan evaluasi. Pada tahap evaluasi program pembelajaran

sumber belajar dan warga belajar dilibatkan dalam menentukan apa yang akan dievaluasi,

bagaimana evalusi dilakukan, kapan saja evaluasi akan dilakukan. Sebelum pelaksanaan

evaluasi hendaknya tutor menyiapkan instrumen untuk mengukur kemampuan warga

belajar. Program pendidikan keaksaraan fungsional, instrumen yang perlu disiapkan


127

adalah instrumen menilai kemampuan membaca, menulis, berhitung, keterampilan fung-

sional warga belajar dan aktivitas belajar warga belajar.

4. Kebutuhan Belajar Masyarakat

Anak belajar di sekolah tidak menyadari untuk apa dia menerima pelajaran di

sekolah. Ia masuk sekolah karena orangtuanya menghendaki demikian, ia setiap hari belajar

karena ia memandang itu sebagai suatu keharusan bagi setiap anak-anak bersekolah, dan

karena itu dia tahu bahwa hasil kegiatan belajar itu nantinya akan diberi nilai dalam buku

rapornya.

Lain halnya dengan warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional adalah orang

dewasa mempunyai kebutuhan belajar karena pengalaman hidup yang dilaluinya.

Pengalaman hidup yang dihadapkan dengan tantangan, cobaan dan masalah-masalah yang

dialaminya, mereka berkeinginan keluar dari persoalan tersebut melalui upaya menggalang

kekuatannya dan menggali potensi yang mereka miliki agar persoalan hidup itu dapat

teratasi, dari situ muncul lah kebutuhan belajar.

Kusnadi (2003:39) Unsur-unsur yang penting dalam menjawab kebutuhan belajar

warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional adalah (1) bagaimana cara-cara yang praktis

untuk menaikkan penghasilan bagi setiap warga belajar (2) bagaimana menang-gulangi

secara efektif bahaya-bahaya yang mengancam kesejahteraan ekonomi (3) bagaimana men-

cegah bahaya-bahaya yang mengancam kesehatan (4) bagaimana cara-cara memanfaatkan

kekayaan alam guna kepentingan diri dan masyarakat (5) bagaimana cara-cara terbaik untuk

memelihara kerukunan dalam bertetangga (6) abgaimana menggalang dana dan daya untuk

kepentingan kehidupan bersama (7) bagaimana cara-cara untuk meningkatkan kemampuan

di dalam mencari penyelesaian urusan administrasi bagi dirinya, keluarga dan lembaganya;
128

(8) bagaimana cara-cara untuk meningkatkan fungsi dan prestise diri dalam organisasi di

masyarakat dan (9) bagaimana cara-cara terbaik untuk dapat memanfaatkan waktu, disiplin

berlalu lintas, memelihara lingkungan dan sebagainya.

Pendapat di atas jelaslah bahwa kebutuhan belajar itu adalah jawaban dari kebang-

kitan warga belajar untuk dapat memperbaiki keadaan melalui pengembangan diri mereka

secara totalitas yang dibantu oleh orang lain melalui kegiatan yang terorganisasikan yaitu

program pendidikan keaksaraan fungsional.

Pengembangan kebutuhan belajar merupakan upaya memperluas atau mewujudkan

potensi-potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih

lengkap, lebih besar atau lebih baik, memajukan sesuatu dari yang lebih awal kepada yang

lebih akhir atau yang lebih sederhana kepada tahapan perubahan yang lebih kompleks. Upaya

pengembangan dalam pengelolaan pendidikan keaksaraan fungsional dapat diartikan sebagai

upaya memajukan program pendidikan ketingkat yang lebih komplek, kegunaannya adalah

untuk meningkatkan dan memperluas program pendidikan.

Kegunaan dari pengembangan kebutuhan belajar adalah meningkatkan dan mene-

kankan dari segi kualitatif. Peningkatan diarahkan untuk menyempurnakan program pen-

didikan yang telah atau sedang dilaksanakan menjadi program baru yang lebih baik. Dengan

peningkatan ini program baru disusun sesuai pengalaman penyelenggaraan program yang

telah dilaksanakan, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat serta lembaga , sesuai pula

dengan pengembangan dan perubahan lingkungan. Hal yang ditingkatkan disatu pihak

pelaksanaan fungsi-fungsi pengelolaan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan itu sendiri. Dilain pihak yang
129

ditingkatkan adalah komponen, proses, dan atau tujuan program pendidikan keaksaraan

fungsional.

Sudjana (2004:332) secara sistematik yang menjadi sasaran peningkatan dalam

pengembangan kebutuhan belajar adalah “masukan lingkungan, masukan sarana, masukan

mentah, proses, keluaran dan masukan lainnya dan atau pengaruh program”. Mungkin pula

yang ditingkatkan adalah komponen, dimensi variabel atau atribut dari variabel program

pendidikan. Misalnya yang dikembangkan atribut warga belajar, pekerjaan, sarana dan

prasarana, keahlian dan sebagainya.

Fungsi pengembangan kebutuhan belajar yang lainnya adalah untuk memperluas

program pendidikan. Perluasan itu menitik beratkan pada segi kuantitatif. Hal yang diperluas

adalah jangkauan program baik jangkauan wilayah maupun jangkauan sasaran program yang

bersangkutan. Kegunaan fungsi kualitatif dan kuantitatif dari fungsi pengembangan kebu-

tuhan belajar ini akan dapat mencapai perluasan hasil.

Pentingnya pengembangan kebutuhan belajar berdasarkan prinsip sesuai dengan azas

pendidikan sepanjang hayat dan prilaku belajar sepanjang hayat. Pendidikan nonformal tidak

merupakan kegiatan sekali tindak atau sekali selesai. Berdasarkan azas program bahwa

pendidikan nonformal dilaksanakan secara berkelanjutan, artinya suatu program yang sudah

dilaksanakan apabila dianggap penting berdasarkan hasil penilaian, perlu dilanjutkan dan

ditingkatkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan warga belajar, kebutuhan lembaga,

kebutuhan masyarakat serta perubahan yang terjadi dalam lingkungan.

Pendekatan yang dipandang penting dalam pengembangan adalah pendekatan

partisipatif. Sebagaimana pendapat Sudjana (2004: 333) bahwa “upaya pengembangan


130

program melalui pendekatan partisipatif dimana pimpinan mengikut sertakan semua pihak

yang terlibat dalam program dan atau pihak-pihak yang terkait dengan program”.

Partisipasi merupakan proses yang dengan proses tersebut suatu kelompok atau lebih,

yang terlibat dalam penyelenggaraan program berinisiatif untuk melaksanakan pengem-

bangan program. Kegiatan pengembangan dilakukan karena adanya rangsangan dari pihak

pengambil keputusan (dari pimpinan tingkat lebih atas) atau karena kehendak kelompok

yang bersangkutan didasarkan atas tuntutan kebutuhan baru dan perubahan lingkungan.

Proses ini setiap pihak yang terlibat dalam program berkoordinasi , melakukan kegiatan

bersama secara efisien dan efektif dalam mengembangkan program yang telah atau sedang

dilaksanakan.

a. Pendidikan Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Semua bentuk pendidikan berbasis masyarakat tersebut terkandung definisi inplisit

tentang “masyarakat”. Banyak orang yang membedakan pengertian ini untuk membe-

dakannya dengan pendidikan berbasis pemerintah (state based education). Pengertian tentang

berbasis dapat merujuk pada derajat kepemilikan masyarakat. Apabila sesuatu itu berbasis

masyarakat, maka hal itu sepenuhnya menjadi milik masyarakat. Kepemilikan mengim-

plikasikan adanya pengendalian secara penuh terhadap pengambilan keputusan. Kepemilikan

penuh berarti bahwa masyarakat memutuskan tujuan, sasaran dan pembiayaan (tingkatan dan

sumber) , kurikulum, materi belajar, (misalnya buku teks), standar dan ujian, guru dan

kualifikasinya, persyaatan siswa/ peserta, tempat atau pokoknya segalanya. Menurut Dien

Nielsen dalam Supriadi (2000:67), Pendidikan berbasis masyarakat adalah “ pendidikan yang

sebagian besar keputusan-keputusannya dibuat oleh masyarakat.


131

Pendidikan berbasis masyarakat adalah dengan memprogramkan derajat pengendalian

masyarakat terhadap program pendidikan tersebut. Tingkat pengendalian masyarakat

terhadap pendidikan seperti: (1) dukungan (support), orang tua dan anggota masyarakat

lainnya memberikan sumbangan dana atau tenaga; (2) keterlibatan (involvement) orang tua

dan anggota masyarakat lainnya terlibat atau memberikan bantuan dalam pengambilan

keputusan, misalnya tentang jadwal sekolah atau kegiatan ekstrakurikuler; (3) kemitraan

(partnership) , orang tua dan anggota masyarakat lainnya menjalin hubungan kemitraan yang

sederajat dalam pengelola sekolah dalam menentukan hal-hal yang berkaitan misalnya tujuan

program, alokasi dana dan ketenagaan; dan (4). Kepemilikan penuh (full ownership), para

anggota masyarakat mengendalikan semua keputusan tentang program.

b. Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Sejalan dengan meningkatnya minat terhadap pendidikan berbasis masyarakat,

pemerintah dituntut terus menerus dituntut untuk mengembangkan kebijakan yang sesuai

dalam bidanya. Rentangan kebijakan yang dapat ditempuh oleh pemerintah amatlah luas.

Supriadi (2000:87) “ rentangan kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah

pertama, memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat dalam iklim yang

laiser faire”. Pemerintah memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk

melibatkan diri dalam berbagai bentuk pendidikan tanpa ada campur tangan atau control dari

pemerintah.

Kedua , melakukan pengaturan tentang keterlibatan masyarakat dalam bidang

pendidikan. Pengaturan ini dilakukan baik pada tingkat nasional ( melalui instrument

peraturan pemerintah) atau tingkat lokal (melalui peraturan daerah) yang menyangkut

batasan, rambu-rambu, standar dan lain-lain.


132

Ketiga, memberikan subsidi dan dukungan, hal ini diberikan dengan memberikan

bantuan/hibah atau bentuk dukungan lainnya untuk memotivasi/ mendorong keterlibatan dan

kepemilikan masyarakat, pemberian penghargaan atau bantuan dana atau sarana kepada

kelompok masyarakat yang telah berhasil menciptakan model program yang baik, dari

berbagai bentuk model pendanaan bersama.

Keempat, reformasi aturan, melalui kebijakan ini berbagai aturan yang selama ini

terbukti menghambat partisipasi masyarakat dalam pendidikan berbasis diubah dan

diperbaiki agar lebih sesuai dengan tantangan dan kebutuhan baru yang berkembang cepat.

Pendidikan berbasis masyarakat kaitannya dengan pendidikan keaksaraan fungsional

perlu dipahami dengan benar apa dan bagaimana masyarakat itu sehingga dapat diungkap

kebutuhan nyata dan kekuatan yang ada di masyarakat. Program yang disusun kemudian

dibahas dengan masyarakat dan menyerahkan pengelolaannya kepada masyarakat. Dominasi

pemerintah harus dikurangi, kalau tidak bisa dihilangkan.

Faisal (2001: 34), ada lima aspek yang menjadi acuan pendidikan nonformal dalam

mengembangkan dan melaksanakan konsep pendidikan berbasis masyarakat. Pertama,

teknologi yang dipelajari hendaknya sesuai dengan kondisi dari situasi nyata yang ada di

masyarakat. Teknologi canggih yang diperkenalkan dan adakalanya dipaksakan sering

berubah menjadi pengkarbitan masyarakat yang akibatnya tidak digunakan sebab karena

kehadiran teknologi itu bukan dibutuhkan melainkan karena dipaksakan. Hal ini membuat

masyarakat menjadi rapuh.

Kedua, adalah kelembagaan, artinya harus ada wadah yang statusnya jelas dimiliki

atau dipinjam, dikelola, dikembangkan oleh masyarakat. Di sini digugah dan ditumbuhkan
133

partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan

lembaga pendidikan nonformal.

Ketiga, adalah sosial, artinya adalah program belajar harus bernilai sosial atau harus

bermakna bagi kehidupan peserta didik atau warga belajar. Oleh karena itu program harus

digali berdasarkan potensi lingkungan dan peluang pasar dan bukan berorientasi akademik

belaka.

Keempat, adalah kepemilikan program belajar, artinya kelembagaan harus menjadi

milik masyarakat, bukan milik instansi pemerintah. Selama ini terbukti bahwa rasa memiliki

oleh instansi pemerintah tidak mampu membangkitkan partisipasi masyarakat, yang ada

hanyalah pemaksaan program, dalam arti semuanya dirancang oleh instansi yang bersang-

kutan. Sementara itu adanya petugas pelaksana tidak mengerti mengapa harus demikian.

Dipihak lain kepemilikan yang berada di tangan masyarakat membuat keterpaduan antar

instansi menjadi semakin nyata dan kekakuan yang ada selama ini akibat apa yang disebut

dengan egoisme sektoral, bisa cair dan terjadi saling mendukung pihak-pihak yang terlibat.

Kelima, adalah organisasi, artinya aparat pendidikan nonformal tidak menangani

sendiri programnya, melainkan bermitra dengan organisasi-organisasi masyarakat lainnya.

Organisasi inilah yang menjadi pelaksana atau mitra masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

belajar mereka dan berhubungan dengan sumber-sumber pendukung program.

Dari kelima aspek di atas maka konsep yang dianut oleh pendidikan nonformal

tentang pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan yang dirancang, diatur, dilak-

sanakan, dinilai dan dikembangkan oleh masyarakat yang mengerti pada usaha untuk

menjawab tantangan dan peluang yang ada di lingkungan masyarakatnya dengan berorientasi

pada masa depan dan memanfaatkan kemajuan teknologi. Pendidikan berbasis masyarakat
134

pada dasarnya dirancang oleh masyarakat untuk membelajarkan masyarakat sehingga mereka

berdaya dalam arti memiliki kekuatan untuk membangun dirinya sendiri yang sudah barang

tentu melalui berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian konsep pendidikan

berbasis masyarakat menjadi dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.

Konsep tersebut sebenarnya telah dianut oleh koperasi, namun tidak berkembang

akibat terlalu banyaknya campur tangan pemerintah yang seakan-akan menganggap bahwa

masyarakat tidak atau kurang paham dalam mengelola koperasi. Pola inilah yang dihindari

oleh pendidikan nonformal, aparat pemerintah mengurangi campur tangan pada apa yang

dirancang dan disepakati oleh masyarakat, dengan demikian masyarakat merasa menjadi

pemilik pogram dan mereka akan memelihara apa yang mereka sepakati.

Pendidikan berbasis masyarakat menekankan pentingnya pemahaman akan kebutuhan

masyarakat dan cara pemecahan masalah oleh masyarakat dengan menggunakan potensi

yang ada dilingkungannya. Aspek yang sangat penting dalam pendidikan berbasis masya-

rakat adalah pendidikan sepanjang hayat, keterlibatan masyarakat, keterlibatan organisasi

kemasyarakatan, dan pemanfaatan prasarana dan sarana yang kurang termanfaatkan selama

ini sebagai tempat kegiatan sosial dan kegiatan pendidikan nonformal

Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan yaitu pembelajaran yang menggunakan

berbagai potensi /sumber daya) yang ada di lingkungan masyarakat, yang terdiri dari sumber

daya alam, sumber daya manusia, sumber daya budaya dan sumber daya teknologi.

Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan dilandasi oleh pemikiran dari berbagai

teori pembelajaran yaitu teori prakmatisme, humanistik, teori progresivisme, dan teori

konstruktivisme, serta pendidikan berbasis masyarakat


135

Sudjana (2004: 96). Dilandasi dari keempat teori di atas ditambah dengan konsep

pendidikan berwawasan kemasyarakatan harus dilandasi pada kebermaknaan dan

kebermanfaatan bagi peserta didik, pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran, materi

pembelajaran teritegrasi dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, masalah yang

diangkat dalam pembelajaran ada kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik, mene-

kankan pada pembelajaran partisipatif yang berpusat pada peserta didik, menumbuhkan

kerjasama diantara warga belajar, dan menumbuhkan kemandiriannya.

Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan harus didasarkan kepada keber-

maknaan dan kebermanfaatan bagi peserta didik. Kebermaknaan dan kebermanfaatan

mengandung arti bahwa pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik, dirasakan dan

manfaatnya untuk dapat diterapkan dalam kehidupan. Peserta didik tidak merasa asing

ketika gurunya menjelaskan mata pelajaran, karena peserta didik dapat menghubungkan

dengan pengalaman kehidupannya. Dengan mengikuti pembelajaran, diharapkan peserta

didik dapat mengembangkan diri, pemahaman diri, serta realisasi diri dalam kehidupan

sehari-hari.

Pembelajaran yang memanfaatkan potensi lingkungan untuk memenuhi kebu-

tuhan belajar peserta didik akan berdampak pada peningkatan hasil pembelajaran.

Sumber belajar tidak hanya terbatas pada bahan dan alat yang digunakan pada proses

pembelajaran, tetapi dapat mencakup berbagai hal yang digunakan dalam membantu

setiap orang dalam belajar. Sumber belajar yang ada sengaja dikembangkan atau

diusahakan dan sengaja digunakan untuk membantu setiap orang untuk belajar, karena

telah tersedia di lingkungan sekitar.


136

Sudjana (2004: 74), pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan sangat

membantu dalam proses pembelajaran. Sumber daya yang dapat dimanfaatkan dalam

pembelajaran berwawasan kemasyarakatan adalah sumber daya manusia, sumber daya

alam, sumber daya budaya dan sumber daya teknologi.

Materi pembelajaran pada pendidikan formal sudah terangkum dalam kurikulum

yang sifatnya baku. Akan tetapi dalam pembelajaran berwawasan kemasyarakatan,

pendidik harus kreatif dalam mengintegrasikan materi pembelajaran dengan kehidupan

peserta didik. Hal ini sangat penting dilakukan supaya peserta didik tidak merasa asing

dengan materi yang diterimanya sehingga peserta didik dapat mencerna tentang materi

belajar untuk dihubungkan dengan pengalaman hidupnya.

Tutor harus mampu mengangkat permasalahan yang dibahas sesuai dengan

kebutuhan peserta didik. Dengan adanya upaya ini peserta didik merasa diperhatikan,

bahwa masalah yang dihadapinya itu dapat diselesaikan. Kegiatan pembelajaran

berwawasan kemasyarakatan harus ditumbuhkan partisipasi peserta didik dalam berbagai

kegiatan. Hal ini sangat penting untuk melatih keberanian dalam mengemukakan

ide/gagasan serta untuk mewujudkan hidup demokratis.

Program pendidikan keaksaraan fungsional, tidak ada kurikulum standar yang

dapat dipedomani secara nasional, akan tetapi kurikulum yang disusun berdasarkan

kehidupan nyata di masyarakat, kebutuhan dasar masyarakat, minat dan bakat warga

belajar, kondisi masyarakat, geografis daerah dan tuntutan kehidupan global karena

perkembangan zaman, maka dari itu kurikulum yang dijabarkan menjadi silabus, bahan

ajar dan rencana pembelajaran itu disusun oleh tutor berdasarkan aspirasi dan kebutuhan

belajar warga belajar. Kemampuan Tutor dalam menganalisis kebutuhan belajar dan
137

sumber belajar menjadi titik awal yang penting dalam pengelola program pendidikan

keaksaraan fungsional.

Pendapat di atas jelaslah bahwa pendidikan keaksaraan fungsional adalah prog-

ram pendidikan dari, oleh dan untuk masyarakat, dan manajemen pendidikan berori-

entasi pada kebutuhan dan sumber potensi lokal yang ada di masyarakat.

Model kebutuhan belajar masyarakat kedepannya sebagaimana pendapat Shane

(2001:79), teridentifikasi kebutuhan belajar masyarakat untuk masa depan yaitu (1)

kemampuan membaca, menulis dan berhitung fungsional (2) kemampuan bekerja sama;

(3) kemampuan berfikir ilmiah (4) kemampuan mengasuh keluarga dan rumah tangga;

(5) kemampuan mencari nafkah (6) kemampuan memahami kewarganegaraan (7) sikap

dan motivasi untuk gemar belajar; (8) kemampuan memperoleh dan menguasai informasi

(9) kemampuan berkomunikasi (10) Kemampuan berorganisasi (11) kemampuan

beradaptasi dan mengatasi perubahan-perubahan yang cepat (12) kemampuan teknik

perencanaan masa depan , mengatur waktu, tenaga dan uang (13) kemampuan bersaing;

(14). sikap keterbukaan (15) sikap peduli terhadap sesama dan menghargai martabat

manusia dan (16) suka menghargai perbedaan dan keragaman.

Dari enam belas respon kebutuhan belajar masyarakat di atas, maka kebutuhan

pertama sampai keenam merupakan kebutuhan belajar dasar yang esensial yang

minimum harus dimiliki oleh seseorang, sedangkan selanjutnya merupakan kebutuhan

belajar guna beradaptasi dengan globalisasi dan reformasi.

Selain dari itu kecakapan yang harus dimiliki untuk masa depan oleh masyarakat

sebagaimana pendapat Marzuki (2010; 70) menjelaskan kecakapan dasar yang dapat

digunakan untuk masa datang adalah: (1) Sikap positif terhadap kerjasama dengan dan
138

membantu keluarga, teman, pekerja, masyarakat dalam pembangunan nasional serta nilai-

nilai etis; (2) Keaksaraan dan berhitung fungsional, yakni dapat membaca dan mengerti

isinya, menulis surat penting, menanyakan informasi dan menghitung hal-hal yang

umum; (3) Pandangan ilmiah dan pemahaman sederhana tentang hukum alam, seperti

kesehatan, sanitasi, gizi dan lingkungan; (4) Pengetahuan dan keterampilan fungsional

untuk mengasuh keluarga dan rumah tangga; (5) Pengetahuan dan keterampilan

fungsional untuk mencari nafkah;(6) Pengetahuan dan keterampilan fungsional untuk

kewarganegaraan seperti tentang sejarah, idiologi, struktur pemerintahan, pajak,

pendapatan dan layanan sosial yang tersedia.

Identifikasi kebutuhan belajar masyarakat untuk masa depan, maka dalam

program pendidikan keaksaraan fungsional yang warga belajarnya adalah masyarakat

buta aksara dan masyarakat miskin maka oientasi bahan belajar yang diberikan itu adalah

terpenuhinya kebutuhan belajar esensial atau standar minimum yang harus dipenuhi oleh

masyarakat masa depan.

c. Model Pendidikan Berbasis Potensi Lokal

Sudjana (2000: 67) mengungkapkan bahwa sumber daya lokal masukan ling-

kungan merupakan salah satu komponen yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan

pendidikan nonformal, apabila ditinjau dari pendekatan sistem. Ini biasa terjadi karena

masukan lingkungan memiliki kontribusi pendukung untuk berlangsungnya proses

pengembangan bahan belajar keaksaraan. Sehubungan dengan itu menggali dan meman-

faatkan potensi lokal sebagaimana masukan lingkungan dalam sistim pendidikan

nonformal. Pendekatan kemanusiaan, pendekatan kolaboratif, pendekatan partisipatif,

pendekatan keberlanjutan dan pendekatan kebudayaan sangat diperlukan.


139

Potensi lokal disini dapat diartikan segala potensi dan karya di suatu daerah yang

menjadi karakteristik daerah tersebut. Keunggulan lokal ini berarti sumber daya alam dan

manusia yang terdapat disuatu daerah. Keunggulan potensi lokal ini merupakan panduan

dari pengetahuan, keterampilan dan kemandirian serta kemampuan untuk menyesuaikan

pendidikan dengan kondisi aktual disetiap daerah. Karena itu pendidikan menjadi aktual

dan mengarah pada pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat setempat. Dengan

demikian pendidikan berbasis kebutuhan belajar masyarakat adalah pendidikan ber-

orientasi pada potensi lokal yang membelajarkan potensi lokal merupakan ciri-ciri khas

daerah yang dihasilkan dari potensi alam dan potensi manusia yang pada suatu daerah.

Keunggulan lokal inilah yang menjadi bahan untuk terus dikembangkan setiap daerah

sehingga menjadi kumpulan potensi yang telah dikembangkan dan menjadi barometer

pengembangan bahan belajar untuk program pendidikan keaksaraan fungsional.

B. Penelitian yang Relevan

Adapun beberapa penelitian relevan, merupakan kajian dari penelitian terdahulu

yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :

1. Saing Mahu (2011) judul penelitian “Pengembangan model pembelajaran

keaksaraan fungsional berbasis potensi pertanian bagi pemberdayaan komunitas

adat terpencil”. Penelitian ini menghasilkan model pembelajaran keaksaraan

berbasis potensi lokal pertanian secara signifikan dapat memberdayakan

komunitas adat yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberdayaan

komunitas adat terpencil dalam program pendidikan keaksaraan fungsional.

2. Melati Indri Hapsari (2011) judul penelitian “Keefektivan metode bilingual

intensif untuk kemampuan membaca dan menulis pada pendidikan keaksaraan


140

masyarakat Salim Blora”. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan membaca

dan melulis peserta didik pendidikan keaksaraan pada masyarakat Samin yang

diajar dengan metode bilingual intensif lebih baik dari pada kemampuan

membaca dan menulis peserta didik yang dijarkan dengan metode SAS.

3. Cut Azwani (2012) Judul Penelitian “Pengaruh program pelatihan, motivasi

berprestasi dan persepsi terhadap kepemimpinan kepala SKB dengan kinerja

pamong belajar mengelola program keaksaraan fungsional di Jawa Barat. Hasil

penelitiannya adalah: Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap program

pelatihan, motivasi berprestasi dan persepsi dengan kepemimpinan kepala SKB

dan kinerja pamong belajar mengelola program keaksaraan fungsional di Jawa

Barat.

4. Adnan (2009) Judul Penelitian “Pelatihan strategi membaca untuk percepatan

pemberantasan buta huruf bagi masyarakat Desa pemekaran Kecamatan Soreang

Kabupaten Bandung”. Hasil penelitiannya adalah kerjasama yang baik antara

panitia pelaksana dan pihak desa pemekaran dan warga masyarakat telah

memberikan kontribusi yang sangat besar dari keberhasilan kegiatan pelatihan

strategi membaca untuk percepatan pemberantasan buta huruf bagi masyarakat

desa pemekaran kecamatan pemekaran Kabupaten Bandung.

5. Hiryanto (2009) Judul Penelitian “Optimalisasi penerapan konsep Andragogi

dalam pendidikan keaksaraan fungsional”. Hasil penelitian adalah: Sebagian

besar pengelola dan tutor tidak memiliki latar belakang pendidikan kependidikan,

sehingga dalam pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran monoton, kurang


141

kondusif dan kaku. Pengelola dan tutor belum mendapat kesempatan secara luas

dalam mengembangkan sikap kritis dan kreativitasnya.

6. Anan Sutisna (2009) Judul Penelitian “Pengembangan model pelatihan berbasis

kinerja untuk peningkatan kompetensi pedagogy dan andrtagog) Tutor”. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa model berbasis kinerja yang dikembangkan

terbukti efektif untuk meningkatkan kompetensi pedagogy dan andragogy tutor.

7. Sutaryat (2011) Judul Penelitian “Pengembangan model berbasis masalah untuk

meningkatkan motivasi berprestasi warga program pendidikan kecakapan hidup”.

Hasil penelitiannya adalah: Model pembelajaran berbasis masalah efektif untuk

meningkatkan motivasi berprestasi warga belajar.

Beranjak dari penelitian yang relevan membahas tentang model pendidikan

keaksaraan fungsional berbasis potensi pertanian, berbasis kinerja, model pembelajaran

berbasis masalah, dan metode bilingual maka penelitian ini mengembangkan model

pengelolaan program yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,

pembinaan, penilaian dan pengembangan serta pembelajaran yang terdiri dari peren-

canaan, pendekatan pembelajaran, metode, media, materi dan evaluasi hasil belajar dari

pendidikan keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat.

C. Kerangka Berfikir

Keaksaraan dasar adalah kemampuan membaca, menulis dan berhitung, mende-

ngar dan berbicara untuk mengkomunikasikan teks lisan dan tulis dengan menggunakan

aksara dan angka dalam bahasa Indonesia.

Keaksaraan usaha mandiri merupakan kemampuan atau keterampilan dasar usaha

yang dilatihkan melalui pembelajaran produktif dan keterampilan bermata pencaharian


142

yang dapat meningkatkan keaksaraan dan penghasilan peserta didik, baik secara

perorangan maupun kelompok sebagai salah satu usaha penguatan keaksaraan sekaligus

pengentasan kemiskinan

Warga belajar yang sudah belajar beberapa tahun yang lalu cendrung buta aksara

kembali, rendahnya motivasi mereka untuk melanjutkan ke program KF lanjutan. Di

duga pengelolaan program dan pembelajaran keaksaraan fungsional belum merespon

kebutuhan belajar masyarakat.

Pengembangan model pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional

berbasis kebutuhan belajar masyarakat terdiri dari: perencanaan, pengorganisasian, peng-

gerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan. Kegiatan pembelajaran terdiri dari:

perencanaan, pendekatan pembelajaran, materi, media, metode dan evaluasi hasil belajar.

Pengembangan model pengelolaan program dan pembelajaran dilakukan melalui

identifikasi kebutuhan belajar dan potensi lokal sebagai sumber daya yang dapat diman-

faatkan untuk melaksanakan program pendidikan keaksaraan fungsional. Potensi lokal

yang dimaksudkan adalah memanfaatkan sumber daya alam sebagai daya dukung

program dan sumber daya manusia sebagai tenaga potensial yang dapat menggerakkan

program. Pelaksanaan program tersebut dapat diwujudkan melalui koordinasi dan

kerjasama antara stakeholder, pengelola, peyelenggara dan tutor.

Identifikasi kebutuhan yang dimaksudkan di sini adalah menggali, menemukan

dan mendiskusikan minat belajar warga belajar akan pendidikan keterampilan fungsional,

yang kemudian menjadi dasar untuk merumuskan tema-tema belajar. Tema-tema belajar

ini disusun sedemikian rupa sehingga menjadi perangkat silabus yang akan dipedomani

oleh tutor dalam menyusun rencana program pembelajaran, menyusun bahan ajar, me-
143

nentukan pendekatan belajar, metode dan media belajar. Selanjutnya dirancang format

dalam bentuk instrumen yang digunakan untuk menilai kinerja penyelenggara dan tutor

serta menilai kemampuan belajar warga belajar.

Kebutuhan belajar yang dijadikan model pengelolaan program dan kegiatan

pembelajaran di identifikasi untuk daerah Kota dan Kabupaten. Untuk daerah perkotaan

ini wilayah penelitiannya di tetapkan Kota Padang dan daerah Kabupaten ditetapkan

Kabupaten Tanah Datar. Berikut ini digambarkan pada bagan kerangka berfikir.
144

Perencanaan
Program Pendidikan
Keaksaraan
Fungsional belum Pengelolaan Pengorganisasian
tertata dengan baik program
pendidikan Penggerakan/
keaksaraan Pelaksanaan
fungsional
Pembinaan
Program
Pendidikan
Keaksaraan Model Pengelo- Penilaian
Fungsional laan dan Pembe-
lajaran Berbasis
Kebutuhan Pengembangan
Belajar
Masyarakat

Perencanaan
Pembelajaran
Warga belajar yang
sudah pernah
Pendekatan
belajar kembali
Kegiatan Andragogy
buta huruf
pembelajaran
pendidikan
keaksaraan Metode
fungsional Pembelajaran

Materi/Bahan
Belajar

Kelompok Belajar Media Belajar


Belajar Calistung, Usaha Hasil dari
pengetahuan Identifikasi
dasar, berbahasa Kebutuhan dan Evaluasi hasil
Indonesia dan
Pemanfaatan belajar
Keterampilan
Potensi Lokal

Gambar 2.3. Kerangka Berfikir Model Pengelolaan dan Pembelajaran Pendidikan


Keaksaraan Fungsional Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat
171

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

Pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional terdiri dari peren-

canaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan

program pendidikan keaksaraan fungsional. Kegiatan pembelajaran pendidikan

keaksaraan fungsional terdiri dari perencanaan pembelajaran, pendekatan, metode,

media, materi dan evaluasi hasil belajar.

Pengembangan model pengelolaan program pendidikan berbasis kebutuhan

belajar masyarakat menghasilkan “petunjuk teknis penyelenggaraan program dan

instrumen evaluasi kemampuan kerja tutor dan penyelenggara”. Pengembangan

kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar

masyarakat menghasilkan petunjuk teknis pembelajaran, pengembangan silabus,

Rencana program pembelajaran, (RPP), bahan ajar yang relevan dengan kebutuhan

belajar masyarakat pesisir pantai dan daerah daratan. Evaluasi pem-belajaran dalam

bentuk format instrumen untuk menilai kemampuan warga belajar, aktivitas belajar

dan penilaian terhadap hasil belajar.

Bahasan penelitian ini berupa hasil data lapangan tentang penggelolaan

program dan pembelajaran dianalisis berdasarkan teori-teori dan pengalaman penulis,

selanjutnya di interpretasi dan diperoleh kesimpulan berbagai kelemahan dari

program dan pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil temuan itu dirancang model

pengembangan yang dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan mutu


172

pengelolaan program KF. Merumuskan model pengelolaan program dan

pembelajaran mempedomani berbagai teori yang relevan dengan pengelolaan

program, pembelajaran dan kebutuhan belajar masyarakat .

A. Deskripsi Data

1. Pengelolaan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Temuan lapangan menunjukkan bahwa program pendidikan keaksaraan

fungsional yang terlaksana saat ini terdiri dari dua program yaitu: (1) Program

pendidikan keaksaraan fungsional tingkat dasar membelajarkan warga belajar yang

mengalami buta huruf murni; dan (2) Program pendidikan keaksaraan fungsional

tingkat lanjutan yang diberi nama Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM), warga

belajarnya adalah tamat KF tingkat Dasar, Tamat Paket A, tamat Sekolah Dasar dan

putus sekolah Menengah Pertama, yang memiliki keinginan untuk belajar dan

mendaftarkan diri sebagai calon warga belajar pada kelompok belajar keaksaraan

usaha mandiri. Program pendidikan keaksaraan fungsional diselenggarakan oleh

Lembaga Pendidikan Nonformal, Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Pelaksana dari program KF ini terdiri dari

pengelola program, penyelenggara kegiatan dan Tutor sebagai pendidik di program

KF.

Program KF yang dilaksanakan oleh SKB maupun oleh PKBM berada pada

wilayah binaan yaitu berada di tingkat desa atau jorong atau RW, dimana prinsip

pengelolaan itu bahwa “program yang dilakukan hendaknya dekat dengan lokasi

tempat tinggal dari warga belajar”. Program belajar di kelola dalam bentuk
173

kelompok-kelompok belajar dengan jumlah warga belajar 10 orang satu kelompok

dan tersebar di berbagai desa/jorong/RW. Berikut ini dijelaskan hasil pengolahan data

dari pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional.

Program pendidikan keaksaraan dikelola oleh berbagai unsur yaitu: (1)

Pimpinan SKB/PKBM sebagai penanggung jawab program; (2) Pengelola sebagai

pimpinan program; (3) Penyelenggara sebagai tenaga teknis yang membantu tutor

dalam pelaksanaan program pembelajaran; dan (4) Tutor sebagai pendidik yang

melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional terdiri dari (1)

perencanaan program (2) pengorganisasian (3) penggerakan (4) pembinaan (5)

penilaian dan (6) Pengembangan program keaksaraan fungsional.

Berikut ini dijelaskan kondisi aktual dari pengelolaan program pendidikan

keaksaraan fungsional.

.
174

* Data bersumber dari


dokumen di kantor Desa
*Perencanaan dibuat untuk
PERENCANAAN mendapatkan dana
*Komponen perencanaan
sifatnya tentatif

*Tutor & Penyelenggara di-


tunjuk karena kedekatan
PENGORGANISASIAN
*Tidak dibekali surat tugas
*Orientasi tugas belum jelas
* Insentif tidak diatur secara
jelas

PENGGERAKAN *Administrasi belum tertata


Pengelolaan *Pemberian motivasi pada
program warga belajar belum optimal
pendidikan *Tutor mendominasi pekerjaan
pengelola dan penyelenggara
keaksaraan
fungsional
tingkt dasar dan
KUM PEMBINAAN *Pengawasan hanya pada
awal kegiatan saja
*Supervisi pada awal kegiatan
* Bimbingan hampir tidak ada

PENILAIAN
*Belum menggunakan instrumen
untuk menilai kinerja tutor dan
penyelenggara
*Hasil penilaian program belum di
dokumentasikan

PENGEMBANGAN Kemitraan dibangun hanya


untuk penyelenggaraan kegiatan
belajar calistung dan pendidikan
dasar saja dan belum
mengembangkan keterampilan
produktif warga belajar

Gambar 4.1 Deskripsi Data Pengelolaan Program Pendidikan Keaksaraan


Fungsional
175

Sebelum membuat perencanaan, seharusnya pengelola melakukan identifikasi

kebutuhan belajar calon warga belajar. Identifikasi sasaran dilakukan oleh pengelola

dengan menemui pemerintahan desa untuk meminta informasi jumlah sasaran warga

belajar. Berdasarkan data yang ada pada dokumen kantor desa, pengelola menyusun

perencanaan dalam bentuk usulan proposal untuk diajukan mendapatkan dana

penyelenggaraan. Pengelola menetapkan berapa kelompok untuk diusulkan menjadi

warga belajar KF Dasar dan KF lanjutan (KUM). Biasanya jumlah kelompok KF

dasar lebih banyak dibandingkan KF lanjutan. Sebetulnya calon warga belajar KF

lanjutan jumlah sasarannya cukup banyak karena pelaksanaan pembelajaran KF dasar

dilaksanakan sudah setiap tahun, akan tetapi setelah dilakukan identifikasi mereka

menyatakan enggan untuk ikut dikarenakan program belajarnya kurang menarik dan

pembelajaran yang diberikan itu hanya belajar membaca dan sedikit sekali belajar

keterampilannya. Setelah program belajar selesai tidak ada lanjutan untuk warga

belajar berkumpul lagi, untuk tindak lanjut dari kegiatan belajar. Sebagaimana

pendapat Rohadi (2006 :3) program pendidikan keaksaraan fungsional disusun

berdasarkan “(1) Pendidikan itu adalah kehidupan itu sendiri, bukan persiapan untuk

hidup; (2) Belajar harus berlangsung berhubungan dengan minat warga belajar; (3)

Belajar dengan penyelesaian masalah harus mengambil tempat utama dalam bagan

pelajaran; (4) Peranan Tutor bukan mengarahkan akan tetapi membimbing yang

disebut dengan fasilitator; (5) Pendidik harus menggerakkan kerjasama, bukan

menimbulkan persaingan. Prinsip-prinsip di atas mempunyai implikasi terhadap

satuan program pendidikan keaksaraan fungsional sebagai berikut: (a) Satuan


176

program pendidikan hendaknya melaksanakan prinsip bahwa apa yang dipelajari

berpusat pada masalah kehidupan yang dihadapi dengan menggunakan metode

problem solving (pemunculan masalah) demikian bahan belajar perlu disesuaikan

dengan minat dan kebutuhan belajarnya, (b) Masalah kehidupan yang dijadikan bahan

pelajaran hendaknya dipelajari secara langsung melalui pengalaman dan praktek

nyata oleh warga belajar, (c) Tenaga pendidikan dalam pembelajaran pendidikan

hendaknya berperan sebagai fasilitator mengutamakan membimbing warga belajar

dan bukan sebagai pengarah yang memaksakan kehendaknya pada warga belajar, (d)

Dalam proses belajar dan mengajar pendidikan keaksaraan fungsional hendaknya

memupuk kerjasama yang saling menguntungkan antara warga belajar dengan tutor

atau diantara sesama warga belajar dalam rangka memecahkan masalah dalam

kehidupan”. Pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional berbasis

kebutuhan belajar masyarakat apabila belajar disesuaikan dengan minat dan

pengalaman nyata warga belajar yang dapat memecahkan masalah-masalah mereka

hadapi dalam kehidupan.

Berikut ini dijelaskan hasil temuan dari tahap-tahap pengelolaan program

pendidikan keaksaraan fungsional.

1) . Perencanaan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Program KF dilaksanakan setiap tahun sesuai dengan anggaran yang dite-

tapkan untuk pendidikan dalam rangka pemberantasan buta aksara. Program ini dapat

dilakukan dengan mengusulkan jumlah sasaran (calon warga belajar) yang hendak

dibelajarkan dalam kelompok belajar. Usulan calon warga belajar sekaligus untuk
177

memintakan dana penyelenggaraan program belajar melalui pengusulan proposal

pada pihak pemberi dana belajar yakni Dinas Pendidikan Bidang Pendidikan

Nonformal dan Informal (PNFI).

Sebagaimana dijelaskan oleh kepala SKB ( Ibuk Bodiyarnis) dan ketua

PKBM Karang Putih ( ibuk Asri )yang menjadi penanggung jawab program KF

Program pendidikan keaksaraan fungsional merupakan program rutin yang


kami lakukan setiap tahunnya. Pengusulan program dan perolehan dana
belajar diusulkan melalui usulan proposal ke Dinas pendidikan propinsi
bidang PNFI. Usulan ini disertai dengan data calon warga belajar,
penyelenggara dan tutor, program belajar, dana dan prasarana serta tempat
dan waktu belajar. Setiap kelompok belajar tediri dari 10 orang, dan selama
ini kami mengusulkan minimal 5 kelompok. Warga belajar yang diusulkan
untuk dibelajarkan itu tidak semua dari calon warga belajar yang sudah di
data. Pada tahun ini yang diusulkan hanya 10% dari sasaran, 10 kelompok.
Kami menunjuk Pamong belajar untuk menjadi pengelola program KF dan
pengelola merekrut penyelenggara dan tutor yang ada di lokasi tempat belajar
untuk membantu mereka melaksanakan program.

Pengelola adalah mereka yang mengusulkan program KF kepada pihak

pemberi dana, yang terdiri dari Pamong belajar SKB dan Ketua PKBM. Pemberi dana

adalah pemerintah melalui anggaran Dinas Pendidikan pusat, propinsi dan daerah,

melalui anggaran APBD dan APBN.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Pamong belajar SKB Tanah Datar (ibuk

Netty) sebagai pengelola program keaksaraan fungsional :

Saya ditugasi oleh pimpinan untuk menjadi pengelola proram KF. Sebagai pe-
ngelola setiap tahunnya mengusulkan proposal untuk permintaan dana ke
Bidang PNF. Dana diperoleh berdasarkan jumlah warga belajar yang
diusulkan. Data calon warga belajar diperoleh dari dokumen yang ada di
kantor desa. Berdasarkan data tersebut disusun perencanaan program.
Perencanaan program itu muatan belajar calistungnya 90% dan belajar
keterampilannya 10%. Perencanaan program ini kami buat dalam bentuk
proposal. Maka dari itu kami menetapkan tempat, jadwal belajar, kelengkapan
178

sarana dan prasarana serta tutor dan penyelenggara yang akan diberdayakan
sifatnya tentative ( tidak permanen). Setelah programnya siap untuk
dilaksanakan baru ditetapkan lagi yang sebenarnya apa dan siapa yang
melaksanakannya.

Perencanaan program itu sekaligus menjadi proposal yang akan diusulkan

untuk permintaan dana. Proposal yang diusulkan itu harus mendapat persetujuan dari

Kepala Dinas Kabupaten /Kota. Proposal .Sebagaimana yang dijelaskan oleh (bapak

Polisman) sebagai pamong belajar SKB Kota Padang:

Pimpinan SKB sudah menunjuk pamong belajar untuk mengelola pendidikan


keaksaraan fungsional. Biasanya pada bulan Februari sampai April, kami
pamong ditugasi untuk mendata calon warga belajar KF pada setiap wilayah
binaan SKB. Data kami peroleh dari kantor desa, yang mana data yang kami
peroleh tentang calon warga belajar, tempat belajar yang memung-
kinkan,penyelenggara dan tutor yang mungkin untuk diberdayakan dan sarana
yang memungkinkan untuk digunakan.
Wilayah penelitian Kota Padang yang merupakan daerah pesisir pantai

terdapat 2 SKB dan 18 PKBM yang menyelenggarakan program pendidikan

keaksaraan fungsional pada tahun 2012. SKB yang menyelenggarakan program KF

adalah SKB Padang Timur dan SKB Lubuk Begalung kota Padang serta PKBM yang

tersebar pada setiap kecamatan yang berada di Kota Padang. PKBM yang

menyelenggarakan program KF terdiri dari: PKBM Karang Putih, Surya, Siti

Nurbaya, Bhakti Nusa, Amanah, Andalusia, SMS, Sejahtera, Pintu Ilmu, Air Mata

Bunda, Pradana, Amoor, Anissa, Darul Ulum, Palimo Sejahtera, Samudera Biru,

Samudra Jaya, dan Tunas Bangsa.


179

Lembaga yang menyelenggarakan program pendidikan keaksaraan fungsional

membelajarkan 178 kelompok dengan jumlah warga belajar 1780 orang dengan 75

orang penyelenggara dan 100 orang tutor.

Pada tahun 2012 ini hanya dapat dikelola 10 % dari jumlah sasaran yang

menginginkan untuk direkrut sebagai warga belajar program KF di kota Padang.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Pamong belajar SKB dan Ketua PKBM Kota

Padang ( Ibuk Linda dan bapak Polisman)

Sasaran didik yang menjadi calon warga belajar cukup banyak akan tetapi
sulit untuk memastikan apakah mereka untuk program tingkat dasar/buta
aksara murni atau lanjutan. Syarat mengikuti program lanjutan mesti memiliki
Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) tingkat dasar. Sebagian besar dari calon
WB tingkat lanjutan tidak memiliki STTB karena tidak diurus oleh pengelola
sebelumnya.Warga belajarpun tidak menuntut untuk diberikan surat tanda
tamat belajar.
Daerah kabupaten Tanah Datar yang merupakan daerah daratan menye-

lenggarakan program pendidikan keaksaraan fungsional oleh SKB Tanah Datar 1

berlokasi di Pagaruyung dan SKB Tanah Datar 2 berlokasi di Sungai Tarab, dan 6

PKBM yang berada pada wilayah kecamatan di Kabupaten Tanah Datar yang terdiri

dari: PKBM Singgah Saiyo, Alang Babega, Muslimah Group, Tunas Muda, Assalam

dan PKBM Brata Mandiri. Terdapat 1000 orang warga belajar yang dibelajarkan pada

tahun 2012 dengan jumlah 100 kelompok, 62 orang penyelenggara dan 70 orang

tutor. Satu orang tutor atau penyelenggara mengelola 2 atau sampai 3 kelompok.

Sebagaimana yang ditetapkan oleh pihak pemberi dana yaitu bidang PNFI

Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat :


180

Program pembelajaran KF yang efektif berkisar 5 bulan untuk KF tingkat

Dasar yang diprogramkan untuk 36 kali pertemuan, satu kali pertemuan 3 jam dan

satu jam pelajaran 50 menit. Program KF Keaksaraan Usaha Mandiri melaksanakan

program pembelajaran rata-rata 20 kali pertemuan selama program berlangsung.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh (bapak Wandi, dkk) dari penyelenggara program

KF:

Program belajar tidak cukup 36 kali pertemuan untuk tingkat dasar,begitu


juga untuk tingkat lanjutan karena jadwalnya mendesak, disebabkan
keterlambatan dana turun maka program juga terlambat dilaksanakan maka
jadwal belajar tidak cukup dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan. Program belajar biasanya dilaksanakan maksimal 30 kali
pertemuan untuk tingkat dasar dan 15 kali untuk tingkat lanjutan. Program
dilapangan diserahkan sepenuhnya pada tutor untuk mengelolanya sekaligus
pelaksanaan pembelajarannya. Tutorlah yang mengusahakan di lapangan
apasaja sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk belajar. Apabila ada yang
diperlukan dalam bentuk pengadaan bahan dan ATK , tutor mengusulkan pada
pengelola

Perencanaan program pendidikan keaksaraan fungsional yang dilakukan oleh

pengelola melalui penyusunan proposal berdasarkan data dari dokumen yang berada

di kantor desa, dan merumuskan tempat,sarana,prasarana dan ketenagaan serta

program belajar yang masih sifatnya tentative.(sementara) dan setelah dananya turun,

memungkinkan perencanaan untuk direvisi kembali sesuai dengan kondisi yang ada.

Sebagaimana pendapat Adnan (2009) “ Strategi yang telah dikembangkan

oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat dalam program pemberantasan Buta Aksara

antara lain : (1) Pemberantasan buta huruf dilaksanakan di tingkat grass-root yang

merupakan basis/kantung-kantung masyarakat buta huruf yaitu tingkat RT/RW,


181

desa/kelurahan, pemukiman tertentu, tempat kerja/perusahaan; (2) Mengoptimalkan

pemanfaatan infrastruktur pendidikan yang ada di masyarakat seperti Madrasah, SD,

SLTP, pondok pesantren dan lain-lain; (3) Memanfaatkan peran seluruh potensi

SDM, seperti guru, mahasiswa, pelajar, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama,

tokoh pemuda, dan tokoh perempuan; (4) Mengoptimalkan peran sekolah, Perguruan

Tinggi, Lembaga Kursus, Lembaga Pelatihan swasta, SKB, BPKB, PKBM, Balai

Pendidikan dan Pelatihan Pondok Pesantren, majelis ta’lim dan sebagainya; (5)

Menggerakkan organisasi sosial kemasyarakatan antara lain, PKK, Dharmawanita,

LSM, Karang taruna, Organisasi Mitra Dikmas seperti ( HIPKI, HISPPI, Asosiasi

Profesi, ) Muslimat NU, Pemuda Muhammadiyah, remaja mesjid, organisasi

kemahasiswaan dan sebagainya; (6) Program pembelajaran buta aksara dilaksanakan

secara teritegrasi dengan berbagai program penyuluhan, bimbingan, pendampingan

kepada masyarakat yang dilaksanakan berbagai sektor minimal pertemuan

diprogramkan 36 kali pertemuan (7) Program pembelajaran dirancang kontekstual

dengan pekerjaan, minat, mata pencaharian, sumber daya alam pertanian, peternakan,

perikanan, kelautan, kehutanan, usaha kerajinan produktif, pertukangan dan jasa; (8)

Kegiatan belajar bisa dilakukan diberbagai tempat dimana saja, disekolah, madrasah,

mesjid, mussolla, gereja, balai desa, kantor, pabrik, rumah dan sebagainya, waktu

kapan saja di sesuaikan dengan kesempatan yang ada pada warga belajar; (9) Melatih

dan menyediakan tenaga pengajar /tutor, bahan belajar seperti buku-buku, modul dan

suplemen terkait dengan keterampilan untuk dijadikan mata pencaharian yang dapat

menghasilkan pendapatan”.
182

Sebagaimana pendapat Tutor di PKBM Kota Padang ( ibuk Rosmaini) tentang

perencanaan program KF adalah:

Kami diminta untuk menyusun program belajar sekaligus rencana penggunaan


dana belajar. Recana program kami buat berdasarkan kemampuan yang kami
miliki dan belum mendapatkan bimbingan dari pengelola.Pengelola
menyerahkan sepenuhnya pada kami untuk menyusun program. Kami diberi
dana belajar untuk membiayai program belajar, dana yang diberikan tidak
cukup untuk penyelenggaraan program, kami tidak mengetahui berapa jumlah
dana belajar yang sebenarnya. Kami merencanakan programnya belum
dituangkan dalam perencanaan yang jelas, dan kami tidak membuat
perencanaan secara tertulis, toh dalam pelaksanaan belum tentu dapat
dipedomani karena situasi selalu berubah-rubah . Jadi tidak perlu perencanaan
itu kami buat.
Pengelola program KF yaitu pamong belajar dan ketua PKBM mencari data

jumlah sasaran yang menjadi warga belajar KF ke lokasi wilayah binaan, dengan

menemui walinagari atau kepala desa. Dari data dokumen kenagarian itu pengelola

mendapatkan data jumlah orang yang buta huruf, data identitas mereka yang buta

huruf dan data masyarakat yang menjadi sasaran dari program KF lanjutan. Selain

dari data calon sasaran itu pengelola juga memperoleh data ketenagaan yang bisa

dijadikan penyelenggara lapangan dan tutor dengan sumber datanya dari petugas

kelurahan/desa.

Penetapan program KF Dasar dan KF lanjutan, dilakukan dari data calon

waga belajar yang diperoleh dari kanor nagari/desa. Calon warga belajar KF dasar

jumlah yang diusulkan biasanya lebih banyak dari jumlah KUM. Jumlah KF dasar di

Kota Padang berjumlah 120 kelompok dan KF lanjutan 58 kelompok. Di Kabupaten

Tanah Datar jumlah kelompok KF Dasar berjumlah 60 kelompok dan KF lanjutan 40

kelompok. Alasan lebih kecil jumlah KF lanjutan adalah pengalokasian dana untuk
183

program KF lanjutan lebih kecil dari anggaran yang tersedia. Usulan untuk proposal

KF lanjutan melampirkan SUKMA (Surat Keterangan Melek Aksara). SUKMA itu

sulit di dapat karena sebagian besar pengelola yang melaksanakan program KF Dasar

sebelumnya tidak membuatkan sertifikat itu untuk bukti kelulusan /hasil belajar.

Menurut Kusnadi (2003) “Penyusunan program yang terdiri dari perumusan

tujuan dari program pendidikan keaksaraan fungsional itu adalah membelajarkan

warga belajar untuk dapat membaca, menulis dan berhitung. Memberikan

keterampilan yang sederhana untuk bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Mereka yang sudah tamat diberikan sertifikat sebagai bukti yang diberi nama

SUKMA ( surat keterangan Melek Aksara )”.

Program belajar untuk KF dasar adalah warga belajar dapat membaca,

menulis dan berhitung sederhana, program pendidikan keterampilan. Warga belajar

diajarkan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti

membuat kue-kue, merajut, membuat tikar dari pandan, dan sebagainya. Indikator

keberhasilan dan tindak lanjut dari pengelolaan program KF tidak dijelaskan di

dalam perencanaan yang sudah di siapkan oleh pengelola.Sebagaimana pendapat

Sudjana (2004:92) tentang perencanaan program keaksaraan fungsional “perencanaan

adalah memilih dan menjawab: (1) Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan; (2) mengapa upaya itu dilakukan; (3) Dimana dan

dalam situasi apa usaha itu dilakukan; (4) Siapa orang-orang yang memiliki tugas dan

wewenang dalam melakukan kegiatan itu; (5) Bagaimana cara melaksanakannya;


184

dan (6) Berapa dana dan fasilitas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan

itu”.

Sosialisasi perencanaan kepada tutor, penyelenggara .dan lembaga mitra yang

akan dilibatkan dalam program pendidikan keaksaraan fungsional itu dilakukan

setelah ditandatangani akat kerja sama dengan Dinas pendidikan. Pengelola

mengumpulkan tutor, penyelenggara dan warga belajar, melalui undangan kepala

desa atau walinagari untuk menginformasikan program KF dan meminta kesediaan

mereka untuk menjadi tutor atau penyelenggara lapangan. Penyelenggara lapangan

dan tutor membantu pengelola untuk mengumpulkan warga belajar, guna

menginformasikan rencana kegiatan belajar. Pengelola datang ke lokasi belajar guna

mensosialisasikan program, menginformasikan pada tutor dan penyelenggara tentang

tugas yang akan mereka lakukan.

2) . Pengorganisasian Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Pengorganisasian merupakan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung

jawab diantara orang-orang untuk menjalankan rangkaian kegiatan yang telah

direncanakan. Mereka yang berpartisipasi dalam program KF ini terdiri penanggung

jawab adalah kepala SKB dan kepala seksi pendidikan masyarakat dinas pendidikan

kabupaten/kota. Pengelola program adalah pamong belajar dan ketua PKBM.

Penyelenggara dan tutor adalah pemuka masyarakat, kader desa, ketua PKK dan

pemuda yang direkrut oleh pengelola untuk dijadikan tenaga pendidik dan

kependidikan kelompok keaksaraan yang dapat membantu terselenggaranya kegiatan

belajar.
185

Sebagaimana yang dikemukakan oleh penanggung jawab program pendidi-

kan keaksaraan fungsional, kepala SKB Tanah Datar (bapak Afrizal)

Program KF dilaksanakan setiap tahunnya , pamong belajar yang ditunjuk


untuk mengelola program diberi kesempatan sepenuhnya untuk dapat men-
jalankan program, mulai dari membuat perencanaan sampai menentukan
orang-orang yang dijadikan penyelenggara dan tutor. Rekrutmen
penyelenggara dan tutor biasanya diambil orang yang sudah di kenal dan jika
perlu ada hubungan keluarga supaya mudah mengontrolnya. Kecendrungan
peyelenggara dan tutor setiap tahun berganti-ganti. Mereka belum dibuatkan
surat tugas nya, karena mereka adalah tenaga honor lepas, kalau program
berjalan dan ada anggarannya maka mereka kami pekerjakan dan sebaliknya
apabila tidak jalan program,maka mereka diminta istirahat untuk sementara
waktu.

Sebagaimana pendapat responden penanggung jawab program menjelaskan

bahwa pengambilan keputusan sepenuhnya untuk merealisasikan program menjadi

tanggung jawab pengelola program KF. Selanjutnya pendapat pengelola program KF,

di PKMB Kota Padang, (ibuk Asri)

Penyelenggara dan tutor yang ditunjuk sebagai pelaksana setiap tahun sering
bertukar/berganti-ganti. Ini dilakukan karena tempat penyelenggaraan itu se-
ring berpindah-pindah lokasi, karena calon warga belajar berada pada
berbagai tempat. Orientasi tugas yang diberikan hanya diberi tahu kalau tutor
tugasnya mengajar dan penyelenggara tugasnya membantu administrasi
penyelenggaraan program.

Kedua responden di atas menjelaskan bahwa pengorganisasian program

pendidikan keaksaraan fungsional sifatnya tidak permanen dan sangat tergantung

pada pelaksanaan dan penetapan wilayah dimana program itu dilaksanakan.

Sebagaimana pendapat Siagian (2001 : 4 - 5) “pengorganisasian “sebagai ke-

seluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab

dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat di-
186

gerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai, tujuan yang telah dite-

tapkan”. Selanjutnya dibedakan pengorganisasian menjadi dua bagian, “pertama

disebut (administrative organizing), yaitu proses pembentukan organisasi secara

keseluruhan, kedua, (managerial organizing), yaitu pengorganisasian adalah bagian-

bagian dari organisasi secara keseluruhan”. Kedua bagian dari pengorganisasian ini

saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Temuan penelitian

menunjukkan belum adanya pembagian tugas yang jelas kepada tutor dan

penyelenggara program pendidikan keaksaraan fungsional.

3) . Penggerakan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Penyelenggaraan program dilakukan adalah melalui penyiapan penyelenggara

dan tutor agar mereka dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik, maka perlu

dilakukan bimbingan pada tutor dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan

kepada penyelenggara dalam mengelola administrasi pembelajaran. Sebagaimana

yang dijelaskan oleh Tutor ( Ibuk Yanti)

Kami belum pernah mengikuti pelatihan tentang peran dan tugas sebagai
pendidik dan penyelenggara dari program KF. Pengelola hanya memberikan
penjelasan berbagai tugas yang akan dikerjakan tutor sewaktu pertemuan
awal. Pada proses berjalan apabila terjadi persoalan maka tutor menye-
lesaikannya sendiri. Kami belajar sendiri untuk menjadi pendidik dan
mengerjakan administrasi yang dibutuhkan melalui pengalaman dan bertanya
pada orang lain yang mengetahui.

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa pengelola belum mempersiapkan

tutor dan penyelenggara untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan

penyelenggara program KF.


187

Pengelola menyerahkan sepenuhnya pada tutor untuk dapat melaksanakan

kegiatan pembelajaran. Materi apa saja yang diberikan, pendekatan dan strategi yang

digunakan, pengelolaan dana belajar yang dialokasikan, tempat dan waktu

pelaksanaan pembelajaran, tindak lanjut program sepenuhnya tanggung jawab tutor.

Begitu juga dengan penyelenggara, diminta bantuannya oleh pengelola agar dapat

mendampingi tutor dalam belajar. Pengelola jarang mendatangi tempat belajar, dan

sebagian besar dari penyelenggara menyerahkan tugasnya pada tutor. Seperti

melaksanakan kegiatan ketatausahaan yang merupakan tugas penyelenggara maka

juga dibebankan pada tutor. Sebagaimana yang dijelaskan tutor :( ibuk Mini)

Pengelola jarang sekali datang ke tempat belajar , rata-rata mereka datang dua
kali ke lapangan, pertama sewaktu awal pertemuan dengan warga belajar
dalam rangka sosialisasi dan motivasi warga belajar dan pertemuan akhir
untuk menutup kegiatan. Begitu juga penyelenggara , mereka datang ketempat
belajar sewaktu pengelola datang ke lapangan. Sepenuhnya aktivitas belajar
kami yang lakukan seperti memotivasi warga belajar, menyiapkan bahan dan
sarana belajar. Kami cukup kewalahan untuk mengerjakannya dan cukup sulit
untuk memotivasi warga belajar. Sepertinya warga belajar mengharapkan juga
bimbingan dan pengarahan dari pengelola dan penyelenggara.

Padahal pengelola dan penyelenggara program hendaknya melakukan

motivasi pada warga belajar. Sebagaimana yang dikemukakan Sudjana (2004: 169-

170) “Motivasi orang-orang dalam melakukan kegiatan melalui langkah-langkah: (1)

Menjelaskan alasan motivasi; (2) Memberikan pengakuan terhadap kegiatan dan

orang-orang yang dimotivasi; (3) Menjelaskan dan mengkomunikasikan tujuan

motivasi; (4) Menyelenggarakan pertemuan untuk merangsang pihak yang

dimotivasi; (5) Memberikan penghargaan melalui komunikasi; (6) Mendengarkan

informasi dari yang dimotivasi; (7) Melihat keadaan diri sendiri; (8) Mengatasi situasi
188

konflik; dan (9) Menghindari resiko. Langkah-langkah di atas yang dilakukan

penggerak (motivator) yaitu pengelola secara bertahap dan berangkai dimulai dari

langkah pertama sampai dengan langkah akhir.

Pekerjaan pengelolaan administrasi program dan pembelajaran hampir

seluruhnya dikerjakan oleh tutor KF sedangkan tutor kurang memahami pekerjaan

administrasi kegiatan .

Pengadaan sarana belajar seperti buku tulis, pena, spidol, map plastik

disiapkan oleh pengelola yang pengadaannya dari dana yang dianggarkan. Media

belajar seperti papan tulis menggunakan sarana yang ada di tempat belajar. Bahan

belajar keterampilan disiapkan oleh pengelola hanya untuk dua kali petemuan,

sedangkan warga belajar menghendaki belajar keterampilan itu setiap kali pertemuan.

Menurut penjelasan tutor, apabila pada pertemuan itu hanya diadakan belajar

calistung saja maka kehadiran warga belajar sedikit jumlahnya, dan sebaliknya,

apabila di informasikan belajar keterampilan produktif maka semua warga belajar

datang, bahkan mereka yang tidak menjadi sasaran KF juga hadir.

Pengelola melaksanakan kegiatan koordinasi dengan penanggung jawab

program KF dalam hal ini berupa konsultasi dalam penggunaan dana belajar , kinerja

penyelenggara dan tutor. Koordinasi dilakukan waktu awal kegiatan dan sewaktu

penyusunan laporan kegiatan. Pengelola jarang sekali melakukan koordinasi dengan

tutor tentang pelaksanaan pembelajaran, karena pengelola menyerahkan sepenuhnya

pada tutor dan pengelola program KF, cukup percaya pada tutor bahwa program

belajar bisa terlaksana dengan baik dibawah kendali tutor.


189

4) . Pembinaan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Pembinaan program adalah kegiatan bimbingan, pengarahan, pengawasan dan

pembinaan yang dilakukan oleh pengelola baik kepada tutor, penyelenggara maupun

kepada warga belajar. Hendaknya kegiatan pembinaan itu dilakukan secara berkala

agar proses pengelolaan berjalan dengan lancar. Sebagaimana yang dijelaskan oleh

tutor : ( ibuk Yanti)

Kami tidak merasa di bimbing dan diawasi oleh pengelola, karena apapun
masalah yang dihadapi, kami yang menyelesaikannya tanpa bantuan
pengelola. Program kami jalankan sendiri sampai jadwal kegiatan belajar
selesai. Sewaktu awal kegiatan diserahkan dana dan sarana kemudian diminta
kami melaksanakan kegiatan belajar KF . Kami laksanakan semampu kami.
Kemudian apabila aktivitas sudah selesai kami laporkan pada pengelola dan
kemudian mereka menyuruh kami menyusun laporan secara tertulis.

Pengelola belum lagi melaksanakan kegiatan pembinaan yang terprogram,

seperti diawal kegiatan, sewaktu kegiatan berlangsung dan diakhir kegiatan.Pengelola

melakukan bimbingan dan pembinaan pada awal kegiatan saja, pembinaan yang

dilakukan kepada tutor dan penyelenggara belum optimal dan belum terprogram

dengan baik. Sebagaimana pendapat Sudjana (2004 :210) “ pembinaan meliputi dua

sub fungsi yaitu pengawasan dan supervisi”. Pengawasan dan supervisi mempunyai

kaitan yang erat antara satu dengan yang lainnya. Keduanya dilakukan secara sengaja

dalam rangka memperbaiki mutu pelaksanaan dan meminimalisir penyimpangan dari

pelaksana kegiatan”.

Pengawasan adalah yang proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh

kegiatan organisasi untuk mengetahui dan menjamin bahwa semua pekerjaan yang

sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
190

Sudjana (2004) menegaskan bahwa “pengawasan adalah upaya memantau

penampilan para pelaksana program dan upaya memperbaiki kegiatan”. Mengawasi

adalah suatu mekanisme kegiatan untuk memelihara agar pelaksanaan dan hasil

kegiatan yang dicapai sesuai dengan yang telah direncanakan. Pengawasan berkaitan

dengan upaya menyusun standar, pengukuran hasil atas dasar standar yang telah

disusun, dan penentuan upaya perbaikan kegiatan. Pengawasan yang efektif mem-

berikan manfaat penting bagi organisasi seperti penyajian standar pencapaian tujuan,

pengukuran yang akurat, pengalokasian imbalan, penetapan sangsi, dan pengumpulan

serta pengolahan bahan untuk perbaikan program atau kegiatan yang telah

direncanakan

Warga belajar KF adalah orang dewasa yang butuh dukungan untuk dapat

belajar, diperlukan upaya motivasi dan persuasi kepada waga belajar. Pengelola

sudah memberikan mandatnya kepada tutor untuk membina warga belajar agar

mengikuti kegiatan belajar. Karena mereka berasal dari daerah itu maka menurut

pengelola, tutor mampu melakukan pembinaan melalui hubungan baik dan kedekatan

emosional yang dilakukan oleh tutor kepada warga belajar. Pengelola memberikan

penjelasan dalam pemecahan masalah kepada tutor dan penyelenggara, sewaktu-

waktu kalau diperlukan.

5). Penilaian Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Kegiatan penilaian program adalah upaya pemantauan terhadap masukan

(input), kegiatan pendidikan KF yang dilaksanakan (proses) dan hasil yang dicapai

(output) dari kegiatan pendidikan keaksaraan fungsional. Pemantauan yang dilakukan


191

menggunakan instrumen yang sudah disiapkan, kemudian digunakan untuk meng-

ukur kelemahan-kelemahan, keberhasilan dari program pendidikan keaksaraan fung-

sional yang dilaksanakan. Dari hasil penilaian itu dapat diambil keputusan program

pendidikan itu berjalan dengan lancar dan tujuan yang dirumuskan itu dapat dicapai

atau sebaliknya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh pengelola ( bapak Polisman) :

Kami belum melakukan penilaian yang terprogram kepada penyelenggara dan


tutor, apalagi secara tertulis dan menggunakan format penilaian yang
mengukur kompetensinya.Yang penting program belajar dapat dise-
lenggarakan dan warga belajar dapat membaca,menulis dan berhitung.
Menentukan siapa yang menjadi penyelenggara dan tutor juga tidak dengan
seleksi yang penting mereka mau untuk menjadi tutor dan penyelenggara. Jadi
belum ada kami rumuskan instrument untuk melakukan penilaian kemampuan
kerja dari penyelenggara dan tutor. Penilaian ditetapkan cukup dari laporan
mereka pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang sudah mereka lakukan.

Pengelola program KF melakukan kegiatan penilaian terhadap pengelolaan

program belum menggunakan indikator yang jelas, artinya tidak ada instrumen yang

digunakan untuk melakukan penilaian terhadap perencanaan dan pelaksanaan

program. Kegiatan penilaian dilakukan pengelola sebatas menanyakan apakah ada

permasalahan, atau apakah masalah yang ada sudah dapat diselesaikan oleh tutor.

Dengan demikian dapat dijelaskan belum ada hasil penilaian tertulis tentang

pengelolaan program, penilaian kinerja tutor dan penyelenggara. Belum ada bukti

fisik yang dapat dilihat tentang hasil pengolahan data dari penilaian program, karena

belum menggunakan instrumen penilaian tertulis apalagi untuk mengolahnya belum

ada sama sekali. Sebagaimana pendapat Siagian (2001) “ tahap penilaian terdiri dari ::

(1) Menetapkan tujuan penilaian; (2) Menyusun instrumen penilaian; (3)


192

Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data/informasi; dan (4) Penggunaan hasil

penilaian.

Begitu juga dengan penggunaan dana belajar, sebagian besar diatur oleh

pamong belajar dan ketua PKBM sebagai pengelola, dan mereka yang akan

melaporkannya, sehingga tidak ada kegiatan penilaian terhadap penggunaan dana

belajar .

Kegiatan penilaian terhadap kinerja tutor dan penyelenggara lapangan belum pernah

dilakunan dan instrumen untuk ini belum tersedia. Pengelola menganggap tidak perlu

dilakukan penilaian kegiatan kepada tutor karena mereka dianggap mampu untuk

mengajar orang dewasa, toh mereka juga tidak diberi tunjangan profesi. Kegiatan

penilaian program dilakukan untuk dapat mengukur ketercapaian pengelolaan

program, sebagaimana pendapat Yusuf (2004) “penilaian pendidikan secara

menyeluruh, baik dan benar menurut aspek-aspeknya, akan mampu memberikan

informasi untuk perbaikan dan pengendalian mutu pendidikan .Tindak lanjut fungsi

penilaian dapat berupa (1) Penempatan yang tepat; (2) memberikan umpan balik; (3)

Diagnosis kesulitan belajar peserta didik atau; (4) Penentuan kelulusan. Untuk

masing-masing tindak lanjut yang dikehendaki ini diadakan tes, yang diberi nama: (1)

Tes penempatan; (2) Tes formatif; (3) Tes sumatif dan; (4) Tes diagnostik”.

Laporan kegiatan disusun oleh pengelola program berdasarkan informasi yang

diterimanya dari tutor. Laporan itu terdiri dari laporan teknis kegiatan dan laporan

penanggung jawaban keuangan. Pengelola meminta tutor untuk melaporkan kegiatan

pembelajaran, dan berdasarkan laporan tutor itu barulah pengelola penyusun laporan
193

teknis. Laporan keuangan sepenuhnya dilaporkan oleh pengelola program. Laporan

yang sudah di susun itu dikirimkan kepada pihak penyalur dana yakni ke Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota yang kemudian meneruskannya pada Dinas Pendidikan

Propinsi. Laporan kegiatan disusun mempedomani acuan yang sudah ditetapkan dari

direktorat pendidikan masyarakat.

5). Pengembangan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Pengembangan program KF termasuk menjalin kemitraan berarti melakukan

kerja sama dengan pihak-pihak tertentu yang dapat saling menguntungkan dari kedua

belah pihak. Kerja sama yang dimaksudkan adalah dukungan dari berbagai pihak

yang dapat membantu kelancaran jalannya program pendidikan keaksaraan

fungsional. Sebagaimana yang dijelaskan oleh pengelola ( ibuk Asri)

Kerjasama dengan perangkat desa dan pemuka masyarakat untuk pelaksanaan


program KF sudah dilakukan, seperti untuk melegalitaskan calon warga
belajar, merekomendasi calon warga belajar untuk bisa mengikuti
pembelajaran. Kerjasama terjalin lebih bersifat informal dan belum ada kerja
sama yang dilakukan secara formal. Belum dillanjutkan dengan kegiatan
pembelajaran keterampilan dan usaha produktif warga belajar. Belum terjalin
kerjasama dengan industri lokal dalam pendidikan keterampilan usaha.
Pengelola mengatakan bahwa program pendidikan keaksaraan fungsional ini
hanya membebaskan orang dari kebodohan dan belum termasuk mem-
bebaskan orang dari kemiskinan. Melanjutkannya menjadi usaha produktif
warga belajar belum lagi dilakukan, karena dana usaha tidak ada.
Kecendrungan selama ini apabila program belajar selesai jadwalnya maka
selesai pula interaksi tutor dengan warga belajar dalam arti masyarakat tidak
lagi berkumpul-kumpul untuk melanjutkan berbagai kegiatan sosial,
pendidikan dan sebagainya.

Sebagaimana pendapat Kamil (2009) “pendidikan Keaksaraan Fungsional

dengan elemen-elemennya (a) Program keaksaraan hendaknya tergabung dan


194

terhubung dengan perencanaan ekonomi dan sosial; (b) Pemberantasan buta aksara

hendaknya dimulai dari motivasi tinggi dan bermanfaat bagi pengembangan

daerahnya; (c) Program keaksaraan hendaknya dikaitkan dengan prioritas ekonomi,

dan dilaksanakan didaerah yang menjadi prioritas pengembangan ekonomi; (d)

Program Keaksaraan seharusnya tidak hanya mengajar membaca dan menulis saja,

tetapi juga pengetahuan fungsional dan teknis sehingga menimbulkan motivasi dan

partisipasi belajar orang dewasa secara penuh dalam kehidupan ekonomi dan civic

atau kewarganegaraan; (e) Program keaksaraan harus merupakan bagian integral dari

perencanaan pendidikan menyeluruh dan sistem pendidikan yang berlaku; (f)

Kebutuhan pendanaan keaksaraan fungsional hendaknya berasal dari berbagai

sumber, pemerintah dan swasta maupun dari investasi ekonomi; dan (g) Program

keaksaraan hendaknya membantu pencapaian tujuan ekonomi,seperti meningkatkan

produktivitas tenaga kerja, produksi bahan makanan, industrialisasi, mobilitas sosial,

dan beragam aktivitas ekonomi.

Pengembangan program dilakukan dalam bentuk kerjasama. Berhasil tidaknya

kerjasama sangat bergantung pada berbagai hal diantaranya: (1) Kualitas program;

kualitas program harus menguntungkan bagi lembaga yang diajak bekerja sama; (2)

Tingkat keinovatifan program, apakah program itu dikembangkan inovatif atau tidak,

sejalan dengan perkembangan dan perubahan masyarakat terutama perubahan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; (3) Tingkat fleksibelitas program

juga harus menjadi perhitungan; (4) Sasaran akhir program atau lulusan apa yang

akan dihasilkan; (5) Kemampuan pengawasan dan pengendalian program terutama


195

diarahkan pada mutu proses pengelolaan dan proses pembelajaran pada satuan

program pendidikan keaksaraan fungsional .

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa program pendidikan keaksaraan

fungsional akan berkembang apabila terjalinnya kerjasama dengan pihak-pihak yang

saling menguntungkan, ada keinovasian program dan pengawasan yang lancar.

2. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional peranan dari tutor

adalah menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai pendidik orang dewasa yang akan

me-lakukan kegiatan interaksi belajar mengajar . Unsur-unsur pelaksanaan pem-

belajaran terdiri dari perencanaan pembelajaran, pendekatan, metode belajar,

materi/bahan belajar, media belajar dan evaluasi hasil belajar. Sebagaimana pendapat

Kamil (2009:16)” langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pendidikan keaksaraan

fungsional meliputi (1) menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar (2)

menetapkan struktur organisasi pengelola program (3) mengidentifikasi kebutuhan

belajar (4) merumuskan arah dan tujuan belajar (5) menyusun pengembangan bahan

belajar (6) melaksanakan kegiatan belajar (7) melakukan penilaian program belajar

dan hasil belajar warga belajar”

Kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini terdiri dari (1) perencanaan

pembelajaran (2) pendekatan (3) metode (4) materi/bahan ajar (5) media dan (6)

evaluasi Hasil Belajar. Kondisi aktual di lapangan tentang kegiatan pembelajaran

pendidikan keaksaraan fungsional dijelaskan pada gambar berikut ini.


196

*Tema belajar dirumuskan secara


insidental tanpa melakukan iden-
tifikasi kebutuhan belajar
* Sebagian besar tutor belum me-
nyusun Silabus,RP dan bahan ajar.
*Belum berpedoman pada SKl dan
PERENCANAAN standar isi dan standar proses
PEMBELAJARAN

*Tutor cendrung bertindak seperti pengajar


*Tutor dianggap paling mengetahui
*Warga belajar menjadi objek pembelajaran
*Kepentingan WB ditentukan oleh tutor
PENDEKATAN
*Tutor lebih banyak berperan dalam proses
PEMBELAJARAN Pembelajaran
*Interaksi pembelajaran hanya dua arah
* Pembelajaran hanya menyampaikan materi

METODE
KEGIATAN PEMBELAJARAN *Hanya menggunakan motode SAS
PEMBELAJARAN dalam belajar Calistung
PENDIDIKAN *Dominan metode ceramah dalam
pembelajaran pendidikan dasar
KEAKSARAAN
FUNGSIONAL
MATERI/BAHAN *Ditentukan oleh tutor berdasarkan
AJAR pengalamannya.
*Berorientasi pada materi yang bersifat
umum

MEDIA DAN PERALATAN


BELAJAR *Media sangat sederhana
*WB kurang dilibatkan dalam
penggunaan media belajar

EVALUASI HASIL *Belum tersedia instrument menilai


BELAJAR kemampuan warga belajar
*Pelaksanaannya evaluasi masih ber-
sifat insidental
Hanya Belajar Pengetahuan Dasar dan * Hasil penilaian belum
membaca, menulis dan berhitung terdokumenkan dengan baik

Gambar 4.2 Deskripsi data kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan


Fungsional
197

1). Perencanaan Pembelajaran

Merencanakan pembelajaran merupakan salah satu upaya tutor untuk me-

wujudkan pembelajaran yang efektif. Kegiatan tersebut meliputi penyusunan silabus

dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Data lapangan menunjukkan bahwa

pada umumnya tutor belum menyusun program pembelajaran dalam bentuk silabus,

maupun rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal ini diketahui dari hasil wawancara

dengan tutor program keaksaraan fungsional pada kelompok belajar SKB I Padang

dan PKBM Karang putih kota Padang( ibuk Yanti dan bapak Ardi) pada tanggal 10

Juli 2012, peneliti mencoba meminjam silabus dan RPP kepada tutor tersebut dan

tutor mengatakan bahwa kami mengajar tidak menggunakan silabus dan RPP. Sudah

tiga tahun kami mengajar KF, tidak pernah menggunakan silabus dan RPP, karena

tidak diharuskan oleh pengelola untuk membuatnya, dan pengelola tidak

membimbing kami untuk merumuskannya, seperti apa bentuknya kami tidak pernah

melihatnya. Peneliti menanyakan apa alasan tutor tidak membuat program silabus dan

RPP, tutor ( bapak Sukirman ) menjawab:

Saya tidak membuat silabus dan RPP, karena tidak dianjurkan oleh pengelola,
dan saya tidak mengerti cara membuatnya. Selama tiga tahun ini,saya me-
ngajar di kelompok belajar tanpa silabus dan RPP, kegiatan belajar juga ter-
laksana. Tema belajar saya rumuskan sendiri sesuai dengan keinginan saya,
seperti apa isu yang hangat di masyarakat, itulah yang dijadikan tema- tema
belajar utuk keaksaraan dasar maupun keaksaraan usaha mandiri.

Peneliti mengobservasi tutor lain yang ada di daerah kabupaten Tanah

Datar,(ibuk Nurmiati ) mereka sudah mengajar selama 10 tahun di kelompok belajar


198

yang dikelola oleh SKB mengatakan bahwa selama ini mereka menjadi tutor

sekaligus menjadi penyelenggara program.

Selama sepuluh tahun menjadi tutor KF, saya mengajar dengan senang hati
dan tulus, karena mengajar orang yang terbelakang dan miskin itu adalah
pekerjaan yang mulia. Lima tahun pertama saya mengajar tidak menggunakan
silabus dan RPP, saya mengajarkan membaca,menulis dan berhitung meng-
gunakan buku untuk sekolah dasar. Lima tahun berikutnya saya membuat
silabus dan RPP dengan mencontoh yang dibuat oleh guru sekolah dasar.
Cukup rumit dan sulit untuk membuatnya karena yang saya contoh itu tidak
cocok dengan sasaran didik warga belajar KF adalah orang dewasa. Jadi sila-
bus yang saya buat itu sulit digunakan untuk pembelajaran pendidikan ke-
aksaraan fungsional.

Seharusnya tema-tema pembelajaran itu ditulis dalam bentuk pengembangan

silabus, kemudian diumuskan dalam bentuk rencana program pembelajaran . Belum

menemukan Silabus dan rencana program pembelajaran yang dirumuskan dari hasil

identifikasi kebutuhan belajar dan pemanfaatan potensi lokal. Kendatipun ditemukan

silabus dan RPP akan tetapi sistematikanya sama dengan pola pendidikan di sekolah

dasar dan tidak dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran pendidikan

keaksaraan fungsional. Mereka menyatakan bahwa tidak mampu membuat silabus,

dan RPP karena tidak memahami cara membuatnya. Pengelola KF tidak pernah

menganjurkan tutor untuk membuat silabus dan RPP. Sebagaimana pendapat Kusnadi

(2003: 112) “Tutor pendidikan keaksaraan fungsional mempersiapkan pembe-

lajarannya dengan menyusun silabus dan rencana pembelajaran. Silabus dan rencana

pembelejaran bersifat praktis dan tidak serumit model persekolahan”. Silabus disusun

dengan merumuskan tema-tema belajar dimana tema belajar itu memuat

pembelajaran keterampilan produktif. Penyusunan tema belajar bersumber dari hasil


199

identifikasi kebutuhan belajar dengan menilik potensi lokal yang mungkin untuk

diolah dalam membelajarkan pendidikan keterampilan. Tema belajar akan muncul

berasarkan pertemuan dan berdiskusi dengan warga belajar “.

1) Pendekatan Pembelajaran

Penampilan dan sikap tutor dalam proses pembelajaran yang diamati di

lapangan adalah tutor cendrung mengajar, pembelajaran terkesan kaku dan kurang

homoris. Warga belajar dianggap sebagai objek yang diajari seperti mengajar di

sekolah dasar, artinya suasana belajar terkesan formal dan kurang interaktif. Tutor

menganggap dirinya paling mengetahui tentang pelajaran yang disampaikan pada

warga belajar, artinya tutor kurang merespon pendapat-pendapat dari warga belajar.

Kepentingan warga belajar lebih banyak ditentukan oleh tutor, warga belajar berfikir

dan berbuat berdasarkan pilihan yang ditentukan tutor, terkesan sikap tutor lebih

mendominasi proses belajar. Tutor menempatkan dirinya paling berwibawa terhadap

warga belajar, artinya gengsi tutor di depan warga belajar agak tinggi. Sebagaimana

pendapat Sujana (2000:83) “ pendekatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fung-

sional menggunakan pendekatan partisipatif, kooperatif, berpusat pada masalah,

proyektif dan pendekatan aktualisasi diri. Memberikan kesempatan pada warga

belajar untuk berpartisipasi penuh dalam menemukan kebutuhan belajarnya dan

menggali potensi warga belajar sehingga muncul kegiatan saling membelajarkan

diantara mereka.

Interaksi pembelajaran yang dilakukan tutor adalah kelihatannya tutor dalam

pembelajaran lebih banyak berbicara, dan warga belajar tampak sebagai pendengar
200

yang patuh terhadap pembicaraan yang disampaikan tutor. Tutor lebih banyak

berperan dalam menentukan materi belajar. Begitu juga dengan penggunaan metode

pembelajaran, lebih banyak ditentukan oleh tutor sedangkan warga belajar

mengikutinya sesuai dengan keinginan tutor.

Pembelajaran pengetahuan dasar pada pendidikan keaksaraan tingkat dasar

yang dilakukan tutor adalah belajar membaca, menulis dan berhitung. Pada belajar

menulis yang diberikan adalah konsep dasar belajar menulis, prinsip-prinsip

membelajarkan warga belajar menulis, mengajarkan menulis huruf, suku kata, kata

dan menggabungkan kata menjadi kalimat pendek, dan menertibkan hasil tulisan

warga belajar. Pada pendidikan keaksaraan fungsional lanjutan yang diajarkan tutor

adalah menulis kalimat yang diucapkan dengan menggunakan tanda baca dan

menertibkan hasil tulisan supaya indah dan mudah dibaca.

Belajar berhitung yang diberikan tutor adalah (survey) kegiatan berhitung

dimasyarakat melalui identifikasi apa saja aspek yang biasa dihitung, belajar

berhitung fungsional seperti nilai uang, penjumlahan barang-barang yang dikenal

dekat dalam keseharian warga belajar seperti jumlah pakaian, piring, gelas dan

sebagainya.

Pembelajaran orang dewasa pembelajaran menggunakan pendekatan (andra-

gogy), “Sebagaimana pendapat Marzuki (2009: 18) pendidik orang dewasa yang

dinamakan tutor atau fasilitator dari pendidikan orang dewasa mempunyai fungsi

antara lain:
201

a) Menilai kebutuhan belajar individu, lembaga dan masyarakat untuk pendidikan

orang dewasa yang sesuai dengan lingkungan organisasinya (fungsi diagnostik).

b) Menetapkan dan mengelola struktur organisasi untuk pengembangan dan

pelaksanaanyang efektif dari suatu program pendidikan orang dewasa (fungsi

organisasi).

c) Merumuskan tujuan yang sesuai dengan kebutuhan belajar yang telah ditetapkan,

dan merencanakan suatu program kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut (fungsi

perencanaan).

d) Menciptakan dan mengawasi prosedur yang diperuntukan bagi pelaksanaan suatu

program secara efektif, termasuk memilih dan melatih ketua-ketua kelompok

belajar, tutor, mengatur fasilitas dan proses administrasi, seleksi dan penerimaan

pebelajar,dan pembiayaan (fungsi administrasi).

e) Menilai efektivitas program pendidikan yang dilaksanakan (fungsi evaluasi).

Misi pendidik orang dewasa dapat digambarkan dengan mengaitkan antara

kebutuhan, membantu individu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan,

membantu individu untuk mengembangkan sikap bahwa belajar itu adalah kegiatan

yang berlangsung sepanjang hayat, dan dengan pendidikan itu dapat diperoleh

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat digunakan untuk bekerja secara

mandiri serta dapat mengembangkan potensi-potensi yang kita miliki. Proses belajar

ini dapat dimanfaatkan oleh orang dewasa untuk mengembangkan dirinya, baik

secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan orang dewasa lainnya. Pendidik orang

dewasa dalam merencanakan program pembelajarannya hendaknya didasarkan pada


202

kebutuhan belajar yang diinginkan oleh orang dewasa, tanpa demikian pendidikan

orang dewasa mengalami kegagalam dalam melaksanakan kegiatan belajarnya itu.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan terkesan formal dan kaku serta kurang

interaktif. Warga belajar lebih banyak mendengar yang disampaikan tutor dari pada

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

2) Metode Pembelajaran

Metode mengajar yang dilakukan oleh tutor belum memvariasikan dari

berbagai metode belajar yang ada, maksudnya tutor mengajar hanya menggunakan

metode ceramah dan pemberian tugas, jarang tutor menerapkan metode diskusi, tanya

jawab, demonstrasi dan metode-metode yang lainnya. Secara umum pembelajaran

masih didominasi oleh tutor, dan belum mengaktifkan warga belajar secara maksimal.

Belum memperlihatkan keterlibatan secara aktif warga belajar dalam merespon

materi belajar. Menurut responden tutor ( ibuk Susilawati) yang ada di Kota Padang

dalam wawancara pada tanggal 15 Juli 2012 menyatakan :

Metode mengajar yang kami lakukan biasa-biasa saja, misalnya menggunakan


metode ceramah dan pemberian tugas. Jarang menggunakan metode Tanya
jawab, karena kalau warga belajar diberi pertanyaan dia takut untuk men-
jawab,dan kalau diminta mereka bertanya, mereka diam saja. Metode demon-
strasi digunakan untuk belajar keterampilan. Metode pemberian tugas dila-
kukan untuk belajar menulis dan membaca. Metode diskusi jarang dilakukan,
karena banyak waktu terpakai untuk mengatur tempat duduk warga belajar
dan kurang terkendali karena warga belajar berebut untuk menyampaikan per-
masalahan yang mereka alami, sehingga waktu belajar tidak cukup untuk me-
nyampaikan bahan belajar.

Metode belajar yang digunakan dalam pembelajaran membaca dengan

menggunakan metode SAS (mengenalkan bagian-bagian kalimat mkenal dalam


203

menjadi kata dan suku kata kemudian menggabungkannya menjadi kata dan kalimat).

Hanya metode SAS saja yang kami kenal dalam mengajarkan membaca.

Pembelajaran pendidikan keterampilan pada pendidikan keaksaraan fung-

sional dilaksanakan terpisah dari pendidikan pengetahuan dasar calistung, artinya

kalau belajar keterampilan dari awal sampai akhir hanya belajar keterampilan saja.

Belajar keterampilan untuk pendidikan keaksaraan dasar dan keaksaraan lanjutan

sama saja, tidak ada tingkatannya. Warga belajar mayoritas perempuan maka

keterampilan yang dipilih adalah keterampilan untuk wanita, seperti memasak kue,

menjahit pakaian, merangkai bunga. Pada satu program belajar, tutor hanya

memberikan keterampilan dua kali pertemuan, sedangkan untuk belajar calistung

terhitung 32 kali pertemuan. Sebagaimana pendapat Kusnadi (2003: 89) “Ada

beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk membantu orang dewasa

belajar, antara lain: (1). Presentasi. Teknik ini meliputi antara lain: ceramah, debat,

dialog, wawancara, panel, demonstrasi, film, slide, pameran, darmawisata, dan

membaca. (2). Teknik Partisipasi peserta. Teknik ini meliputi antara lain: Tanya

jawab, permainan peran, kelompok pendengar panel reaksi, dn panel yang diperluas.

(3). Teknik Diskusi. Teknik ini terdiri atas diskusi terpimpin, diskusi yang

bersumberkan dari buku, diskusi pemecahan masalah, dan diskusi kasus. (4). Teknik

simulasi. Teknik ini terdiri atas: permainan peran, proses insiden kritis, metode kasus,

dan permainan.

Pelaksanaan Administrasi dalam pendidikan keaksaraan fungsional dilakukan

oleh tutor seperti: pencatatan kehadiran warga belajar, pencatatan pengeluaran dana
204

untuk kegiatan belajar, dan belum ada kegiatan pencatatan kemajuan belajar warga

belajar. Tutor belum melakukan pencatatan kemajuan warga belajar karena mereka

tidak mengetahui seperti apa bentuknya dan untuk apa kegunaannya.

3) Materi /Bahan Ajar

Bahan ajar adalah materi belajar yang akan disampaikan pada warga belajar

dalam proses belajar. Pendidikan keaksaraan fungsional memberikan bahan ajar pada

warga belajar adalah belajar menulis, membaca dan berhitung dengan mempedomani

bahan ajar yang ada di sekolah dasar. Bahan ajar keterampilan diajarkan tersendiri

dan tidak terkait dengan belajar menulis, membaca dan berhitung. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh tutor di SKB kota Padang, ( ibukDarwati) hasil wawancara pada

tanggal 16 Juli 2012, peneliti meminta bukti fisik bahan ajar secara tertulis maka

mereka menjelaskan:

Kami tidak memiliki bahan ajar secara tertulis, dan tidak membuat bahan ajar
untuk pembelajaran keaksaraan fungsional untuk tingkat dasar maupun untuk
keaksaraan usaha mandiri. Belajar membaca,menulis dan berhitung kami
mempedomani buku paket untuk murid SD. Belajar keterampilan cukup
dengan pengalaman yang dimiliki dan yang dipraktekan bersama dengan
warga belajar. Bahan belajar yang kami gunakan berdasarkan pengalaman
sehari yang mudah diingat oleh warga belajar.

Dari penjelasan responden yang ditemui di Kabupaten Tanah Datar pada

tanggal 28 Juli 2012 mengatakan bahwa mereka tidak mengerti apa itu bahan

ajar/materi belajar. Pada pendidikan keaksaraan fungsional yang dilaksanakan selama

ini tidak ada mengenal bahan ajar, karena yang diajarkan itu hanya cara membaca,

menulis kata demi kata yang diberikan oleh tutor. Belajar berhitung dilakukan adalah

menghitung huruf pada kata yang dituliskan di papan tulis. Belajar keterampilan
205

diberikan keterampilan yang diminta oleh warga belajar, dan kete-rampilan yang

diminta warga belajar cendrung belajar memasak makanan.

Sebagaimana pendapat Sudjana (2004: 87 ) menyatakan “materi merupakan

bagian yang integral dari proses pembelajaran karena pembelajaran memper-

timbangkan materi ajar”. Pendapat di atas menjelaskan dalam menerapkan materi di

sesuaikan dengan kebutuhan warga belajar, dengan merujuk pada pendapat Kusnadi

(2003: 98) “agar seorang sumber belajar selalu sukses dalam tugas belajarnya, maka

harus menguasai benar-benar materi belajar yang akan disajkan kepada warga belajar,

karena materi belajar yang tepat dengan kebutuhan belajar warga belajar dapat

membangkitkan motivasi dan mendorong semangat warga belajar”. Menurut Kamil

(2006:127) materi merupakan “salah satu sumber belajar yang berisikan seperangkat

bahan belajar yang akan disajikan selama kegiatan pembelajaran berlangsung kepada

warga belajar. Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai, maka materi yang disajikan

harus sesuai dengan kebutuhan warga belajar”.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar tertulis yang

dirumuskan oleh tutor untuk pembelajaran keaksaraan fungsional belum dapat

ditunjukkan secara tertulis. Sebagian tutor belum mengetahui bentuk bahan ajar

pembelajaran KF itu seperti apa modelnya. Selama ini tutor hanya menggunakan

catatan-catatan kecil yang dipersiapkannya sebelum melaksanakan pembelajaran.


206

4) Media Belajar

Media belajar yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan

fungsional dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk: (1) media belajar untuk

pendidikan pengetahuan umum dan calistung; dan (2) media belajar untuk belajar

keterampilan produktif. Sebagaimana hasil pengamatan dan wawancara yang

dilakukan pada tutor ( ibuk Harmaini) pada tanggal 28 Juli 2012.

Belajar membaca,menulis dan berhitung cukup menggunakan buku paket dan


papan tulis. Masing-masing warga belajar diberikan pensil dan buku tulis un-
tuk dapat mereka gunakan. Tutor menggunakan papan tulis untuk menuliskan
kata dan angka yang kemudian dicontoh oleh warga belajar dan menu-
liskannya pada buku tulis.

Menurut penjelasan penyelenggara di kelompok belajar KF Kota Padang

(ibuk Hartati ) diwawancarai pada tanggal 16 Juli 2012 menjelaskan:

Sebenarnya alat praga itu ada walaupun tidak lengkap, tetapi kelihatannya tu-
tor tidak berminat untuk menggunakan alat praga dalam pembelajaran. Masa-
lahnya banyak diantara mereka kurang memahami cara menggunakannya.
Ada beberapa alat praga tersedia seperti gambar, kartu-kartu huruf dan angka
untuk pembelajaran keaksaraan, tetapi tidak digunakan tutor dalam belajar.

Masih terkait dengan alat praga, sebagaimana yang dijelaskan oleh pengelola

program KF di kota Padang ( ibuk Hamini) pada tanggal 20 Juli 2012 menjelaskan:

Permasalahan tutor tidak menggunakan alat praga sudah menjadi


permasalahan umum, karena pada umumnya tutor belum memiliki kesadaran
yang tinggi untuk menggunakan alat peraga. Sebetulnya alat peraga yang
sederhana sudah tersedia, namun kita kurang membiasakan tutor kita untuk
menggunakan alat praga atau mungkin tutor kita kurang kesadaran untuk
menggunakannya. Media belajar untuk belajar keterampilan tidak tersedia,
dan media itu diminta warga belajar menyediakannya, karena belajar
keterampilannya cukup bervariasi, dianggaran tidak ada alokasi dana untuk
pengadaan media belajar keterampilan.
207

Pendapat responden dapat disimpulkan bahwa media belajar dalam bentuk

alat praga untuk belajar pendididikan dasar kurang digunakan oleh tutor kecuali

papan tulis. Penggunaan media belajar untuk belajar keterampilan produktif sudah

digunakan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran keterampilan akan tetapi

peralatannya milik kelompok belajar belum tersedia. Maka dari itu tutor meminta

warga belajar untuk menyediakannya sesuai dengan keterampilan yang akan dipeljari.

Sebagaimana pendapat Kusnadi (2003) “Media belajar untuk pendidikan keaksaraan

fungsional lebih berarti menggunakan alat dan bahan yang nyata , merupakan bahan

dan alat praktek keterampilan yang digunakan untuk pembelajaran”.

5) Evaluasi Hasil Belajar

Prosedur melakukan penilaian pada warga belajar yang dilakukan oleh tutor

melalui pengamatan dari kemajuan belajar warga belajar. Penilaian membaca

dilakukan melalui pengamatan, penilaian menulis dilakukan melalui karya tulis warga

belajar dan kemampuan berhitung dilakukan melalui pemberian soal berhitung yang

mesti diselesaikan warga belajar.

Pelaksanaan penilaian itu selain dari proses berlangsung juga dilakukan ujian

pada warga belajar yaitu ujian menulis, membaca dan berhitung pada pertemuan ke

15 dan pertemuan ke 30 dilakukan ujian akhir yaitu untuk menilai kelancaran warga

belajar dalam menulis, membaca dan berhitung. Hasil penilaian yang dilakukan itu di

laporkan secara tertulis kepada pengelola program KF.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Tutor KF di PKBM kota Padang ( ibuk

Evita) pada tanggal 18 Juli 2012:


208

Warga belajar diajarkan menulis, membaca dan behitung selama program


belajar dan penilaian dilakukan melalui pengamatan selama belajar dan hasil
karya tulisan yang mereka buat. Pada akhir pertemuan diberikan ujian khusus
pada warga belajar secara tertulis. Dalam melakukan penilaian pada warga
belajar kami tidak menggunakan instrument untuk menilai belajar calistung
dan keterampilan fungsional. Kami menilai sesuai dengan pengamatan sendiri
dan menggunakan ukuran yang kami ingat saja.Menurut kami tidak perlu
instrument untuk mengukur kemampuan warga belajar karena bisa diamati
setiap kegiatan belajar berlangsung.

Pendapat responden dapat dijelaskan bahwa evaluasi belajar yang dilakukan

oleh tutor cukup bervariasi dari setiap tutor, dan belum tersedia format yang seragam

untuk menilai kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Begitu juga untuk

menilai kemampuan keterampilan fungsional warga belajar, belum tersedia format

yang sama untuk menilainya karena belum tersedia format yang dapat digunakan oleh

tutor dalam menilai kemampuan warga belajar. Format penilaian kemampuan warga

belajar .Sebagaimana pendapat Yusuf (2003) evaluasi belajar berfungsi :

1) Sebagai umpan balik dalam rangka mencapai atau memeperbaiki proses belajar

mengajar, artinya umpan balik bagi sumber belajar sehingga merupakan dasar

untuk memperbaiki proses belajar warga belajar dan sumber belajar.

2) Untuk mengetahui, mengukur bahkan menentukan kemajuan prestasi warga

belajar.

3) Untuk mencari data tentang tingkat kemampuan warga belajar, bakat, minat yang

mereka miliki.

4) Untuk mengetahui latar belakang warga belajar yang memerlukan bantuan khusus

karena mengalami kesulitan belajar.


209

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk melihat suatu hasil belajar

sesuai dengan tujuan, dilakukan evaluasi dengan menggunakan instrument yang

sudah disiapkan terlebih dahulu. Pada tahap evaluasi program pembelajaran, sumber

belajar dan warga belajar dilibatkan dalam menetukan apa yang akan dievaluasi,

bagaimana evalusi dilakukan, dan kapan saja evaluasi akan dilakukan. Sebelum

pelaksanaan evaluasi hendaknya tutor menyiapkan instrumen untuk mengukur

kemampuan warga belajar. Program pendidikan keaksaraan fungsional instrumen

yang perlu disiapkan adalah instrumen menilai kemampuan membaca, menulis,

berhitung, keterampilan fungsional warga belajar dan aktivitas belajar warga belajar.

B. Produk Model Pengelolaan Program dan Pembelajaran Berbasis Kebutuhan


Belajar Masyarakat

1. Disain Pengembangan Model Pengelolaan Program dan


Pembelajaran Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Disain model pengelolaan program dan kegiatan pembelajaran pendidikan

keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat di analisis dari

komponen pengelolaan ( perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan,

penilaian dan pengembanga) Komponen pembelajaran di analisis dari ( perencanaan

pembelajaran, pendekatan, metode, materi, media dan evaluasi hasil belajar).

Berikut ini digambarkan disain model pengelolaan dan pembelajaran

pendidikan keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat.


210

Pengelolaan Program Pendidikan


Berbasis Kebutuhan Keaksaraan Kegiatan Pembelajaran
Belajar Masyarakat Fungsional Tingkat Berbasis Kebutuhan
Dasar dan KUM Belajar Masyarakat

Perencanaan Perencanaan
*Petunjuk teknis menyu- *Petunjuk teknis
sun perencanaan *Silabus berbasis keb. belajar
*Proporsi pengetahuan * Rencana ProgramPembelajaran
umum dan keterampilan * Format catatan perkembangan
*Format Identifikasi Warga Belajar
kemampuan awal WB

Pendekatan( Andragogy)
Pengorganisasian
Petunjuk teknis Petunjuk teknis

Pelaksanaan Metode Pembelajaran


Petunjuk teknis
Petunjuk Teknis

Materi Pembelajaran
Pembinaan Integrasi materi calistung
Petunjuk Teknis dengan keterampilan

Penilaian
Media Pembelajaran
*Petunjuk Teknis
*Instrumen kinerja Bentuk dan stategi
Pengelola dan Tutor pengunaan media

Kelompok Belajar
Usaha Produktif Evaluasi Belajar
Pengembangan
Petunjuk teknis Warga Belajar *Aspek yang dievaluasi
*Instrumen evaluasi

Gambar 4.3 Desain Model Pengelolaan Program dan Pembelajaran Berbasis


Kebutuhan Belajar Masyarakat
211

a. Model pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional


berbasis kebutuhan belajar masyarakat.

1). Perencanaan : Petunjuk teknis dalam perencanaan program melalui

identifikasi kebutuhan belajar yang berkaitan dengan kriteria

penetapan warga belajar, penyelenggara dan tutor, penetapan program

pendidikan dasar dan keterampilan, penetapan jadwal, tempat,sarana

dan prasarana, perumusan tujuan, dan perumusan indicator

keberhasilan serta penyiapan format identifikasi kemampuan awal

warga belajar.

2). Pengorganisasian : Petunjuk teknis pengelolaan melalui

pengelompo-kan sasaran, system seleksi dalam penerimaan tutor dan

penyeleng-gara, penjelasan terhadap tugas penyelenggara dan tutor

dan pengaturaan sumber daya dengan system koordinasi dan kerja

sama.

3). Penggerakan : Petunjuk teknis penggerakan melalui penggunaan

perencanaan dalam acuan pelaksanaan, kegiatan motivasi, kegiatan

administrasi, kegiatan pembelajaran melalui pendekatan kesejawatan

produktivtas dan respon dari kebutuhan belajar warga belajar.

4). Pembinaan : Petunjuk teknis pembinaan program berkaitan dengan

pengawasan tugas tutor dan penyelenggara, pelaksanaan administrasi

dan pembelajaran, pembinaan yang diberikan melalui bimbingan,

pengarahan dan perhatian.


212

5). Penilaian : Petunjuk teknis penilaian penilaian terhadap warga

belajar, kurikulum yang dikembangkan, sarana,prasarana serta

dukungan lingkungan serta penilaian kinerja penyelenggara dan tutor

melalui format penilaian (perumusan instrument).

6). Pengembangan: Petunjuk teknis melalui kemitraan (kerjasama)

dengan pemerintahan desa dan pemuka masyarakat untuk

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dan kepada industry atau

pengusaha lokal untuk kegiatan usaha produktif warga belajar dengan

memanfaatkan potensi local sebagai sumber daya dalam

mengusahakan produktivitas waga belajar.

b. Kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional berbasis


kebutuhan belajar masyarakat.

1). Perencanaan pembelajaran : petunjuk teknis menyusun

perencanaan berbasis kebutuhan belajar masyarakat dengan

mengguakan format identifikasi, perumusan tema-tema yang

dituangkan dalam bentuk silabus, RPP dan contoh model sistematika

Silabus dan RPP,contoh format rencana kegiatan pembelajaran dan

catatan perkembangan warga belajar.

2). Pendekatan peembelajaran : petunjuk teknis menggunakan

pendekatan (andragogy) melalui pendekatan yang berpusat pada

masalah, pendekatan proyektif dan aktualisasi diri. Pendekatan ini

diimplementasikan dalam bentuk menggiring warga belajar melalui


213

pengalaman sendiri, belajar melalui pemecahan masalah, belajar

melalui pertanyaan kunci dan belajar melalui pengelolaan diskusi.

3). Metode pembelajaran: Petunjuk teknis pembelajaran membaca,

menulis dan berhitung melalui metode pengalaman belajar, metode

struktur analisis sintesis(SAS), kata kunci, suku kata, metode abjad,

transliterasi, metode Iqra, pembelajaran melalui diskusi, metode

pembelajaran berhitung. Meode pembelajaran keterampilan

menggunakan ceramah, Tanya jawab, demonstrasi, diskusi dan

pemberian tugas.

4). Materi belajar: Petunjuk teknis penyusunan materi belajar,

berpedoman pada silabus, dalam menentukan tema dan sub tema yang

kemudian menyusun materi belajar yang bernuansa pendidikan

keterampilan sekaligus belajar membaca, menulis dan berhitung. Pada

materi belajar terkandung pengenalan konsep, alat dan bahan

keterampilan, proses pengolahan keterampilan dan analisis usaha.

5). Media belajar: Petunjuk teknis penggunaan media yang bervariasi

untuk belajar membaca,menulis dan berhitung, dengan menggunakan

alat praga yang sudah jadi, dari bahan alam dan yang dibuat oleh tutor.

Belajar keterampilan dengan menggunakan bahan baku untuk diolah

dan peralatan keterampilan yang penggunaannya melibatkan

partisipasi warga belajar dan pengadaannya melalui kerjasama antar

pengelola, tutor dan warga belajar.


214

6). Evaluasi hasil belajar: Petunjuk teknis aspek yang dievaluasi dan

menyiapkan format untuk menilai kemampuan warga belajar yang

terdiri dari (a) kemampuan membaca, menulis dan berhitung (b)

aktivitas warga belajar (c) minat dan motivasi warga belajar (d) proses

pembelajaran (e) kecakapan dasar fungsional warga belajar dan (f)

rekapitulasi evaluasi fungsional warga belajar.

3. Pengembangan Model Pengelolaan dan Pembelajaran Pendidikan


Keaksaraan Fungsionaal Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Hasil dari pengembangan model pengelolaan dan pembelajaran berbasis

kebutuhan belajar masyarakat berupa petunjuk teknis pengelolaan dan pembelajaran,

Silabus dan RPP berbasis kebutuhan belajar masyarakat, format identifikasi

kebutuhan belajar masyarakat dan instrumen penilaian program pendidikan

keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat.

Tahapan pengembangan model pengelolaan dan pembelajaran pendidikan

keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat diawali dengan

perumusan masalah, analisis literatur, pengumpulan data, analisis temuan empiris,

merumuskan disain produk, mengembangkan disain produk, uji coba produk

terbatas,revisi produk oleh peneliti, uji coba produk secara luas, Fokus group

discution, revisi produk oleh peneliti, validasi disain produk oleh pakar, revisi final

produk model oleh peneliti dan desiminasi dari produk model pengelolaan dan

pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar dalam

bentuk sintaks model.


215

Untuk lebih jelas, sintaks model yang dikembangkan dalam penelitian

digambarkan dalam bentuk flowt diagram sebagaimana tercantum dalam gambar 4.4

sebagai berikut :

Perumusan
Masalah Analisis Literatur
Pengumpulan
data dan
analisis
temuan
Pengembangan empiris
Desain Produk
Disain Produk

Uji Coba Secara


Revisi Produk Oleh
Luas
Peneliti
Uji Coba Terbatas

Finalisasi Produk Validasi Pakar Revisi Produk Oleh


Peneliti

Buku Panduan Untuk Pengelola


Diseminasi dan Keaksaraan Fungsional
Implementasi

Buku Panduan Untuk Tutor


Keaksaraan Fungsional

Gambar 4.4 Flow Diagram Sintaks Model


216

a. Model Pengelolaan Program Keaksaraan Fungsional Berbasis


Kebutuhan Belajar Masyarakat

Pengembangan model pengelolaan program KF bebasis kebutuhan belajar

masyarakat adalah dalam merumuskan program antara penanggung jawab, pengelola

dan penyelenggara serta tutor duduk bersama dalam merumuskan perencanaan prog-

ram, dalam hal ini terjanin koordinasi diantara mereka untuk dapat merealisasikan

program tersebut. Pada perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, pe-

nilaian dan pengembangan program dilakukan identifikasi kebutuhan belajar dalam

rangka mencari kendala-kendala dan potensi sumber daya yang dapat digunakan un-

tuk kepentingan program. Pengelola, penyelenggara dan tutor melakukan identifikasi

bersama-sama untuk dapat memperoleh data kondisi warga belajar dan potensi lokal

yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan program pendidikan keaksaraan

fungsional. Secara bersama pula melalui diskusi, merencanakan program pendidikan

keaksaraan fungsional. Rumusan perencanaan program dijadikan proposal usulan

permintaan dana sekaligus menjadi acuan dalam pelaksanaan program pendidikan

keaksaraan fungsional.

Daya dukung seperti pemanfaatan sumber daya lokal dalam hal ini potensi

alam yang dapat dimanfaatkan untuk materi belajar keterampilan produktif. Begitu

juga perusahaan lokal dapat diajak bekerjasama sebagai nara sumber belajar

keterampilan dan penyaluran tenaga kerja yang tamat dari program pendidikan

keaksaraan fungsional ataupun sebagai pemodal dari usaha produktif. Warga belajar

di ajarkan membaca, menulis, berhitung, pengetahuan dasar dan keterampilan


217

berkomunikasi serta keterampilan produktif hasil dari identifikasi kebutuhan belajar

warga belajar. Belajar pengetahuan dasar seperti belajar membaca, menulis dan

berhitung terintegrasi dengan belajar keterampilan produktif yang selanjutnya

dikembangkan menjadi usaha/mata pencaharian warga belajar. Usaha mata

pencaharian warga belajar dibentuk dalam kelompok belajar yang dibimbing oleh

tutor dan penyelenggara. Berikut ini dijelaskan pada gambar 4.4


218

* Menyusun program melalui


kerjasama dan koordinasi
*Berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil identifi-
kasi bebutuhan dan sumber
*Menggunakan format dalam
melakukan identifikasi kebu-
tuhan belajar masyarakat
PERENCANAAN *Data dikonsultasikan pada
.
aparat desa dan pemuka masy.
*Perencanaan sebagai acuan
dalam implementasi program

*Penunjukan Tutor dan Penye -


Lenggara berdasarkan seleksi.
*Orientasi tugas melalui pelati-
PENGORGANI- han dan bimbingan
SASIAN * Diberikan surat tugas dan
Insentif yang jelas
Tindak
*Bekerjasama dalam kegiatan lanjut
PENGELOLAAN memotivasi warga belajar program
PROGRAM *Berkoordinasi dalam pelaksanaan *Memben-
PENDIDIKAN tugas administratif dan pembelajaran tuk ke –
KEAKSARAAN *Pelaksanaan tugas diatur sesuai lompok
FUNGSIONAL PENGGERAKAN dengan peran masing-masing belajar ber
DASAR DAN dasarkan
KUM minat
*Pengawasan dan supervisi dila -
*Memben-
Kukan pengelola secara berkala
tuk kelom-
*Bimbingan intensif pada warga pok usaha
belajar, tutor & penyelenggara Produktif
PEMBINAAN
*Dirumuskan indikator untuk me- warga be-
lajar
nilai keber hasilan program
*Dilakukan penilaian terhadap
kinerja tutor dan penyelenggara
PENILAIAN *Didokumentasikan hasil penilaian

*Kerjasama dengan pemerintah


desa dan pemuka masyarakat.
*Mencari mitra usaha yang cocok
PENGEMBANGAN dengan program keterampilan

Gambar 4.5 Pengembangan Model Pengelolaan Program Pendidikan


Keaksaraan Fungsional Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat
219

1). Perencanaan Program KF Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Kegiatan perencanaan program pendidikan keaksaraan dilaksanakan bersama-

sama antara pengelola, penyelenggara dan tutor dalam rangka mengidentifikasi

kebutuhan belajar warga belajar yang berguna dalam merumuskan perencanaan.

Melalui diskusi mereka memperoleh berbagai masukan untuk dapat melakukan

identifikasi kebutuhan belajar dan sumber belajar untuk keperluan program.

Selanjutnya adalah dirumuskan tujuan program pendidikan keaksaraan tingkat dasar

dan tingkat lanjutan. Orientasi keaksaraan tingkat dasar adalah mengutamakan

pembelajaran pendidikan dasar dan calistung dari pada keterampilan fungsional

dengan demikian proporsi belajarnya 60% dan keterampilan fungsionalnya 40% dari

jadwal yang ditetapkan. Orientasi keaksaraan usaha mandiri dengan proporsi 40%

pembelajaran pendidikan dasar dan calistung dan 60% belajar keterampilan produktif.

Langkah selanjutnya adalah merumuskan perencanaan program yang terdiri

dari: (1) Latar belakang, permasalahan dan tujuan; (2) program belajar pendidikan

dasar dan keterampilan; (3) sabjek didik dan ketenagaan; (4) struktur organisasi dan

deskripsi tugas; (5) langkah pelaksanaan kegiatan dan motivasi persuasi; (5)

waktu,tempat,sarana dan prasarana (6) indikator keberhasilan program; (7) sumber

dan penggunaan dana; dan (8) Dokumen pendukung perencanaan program.

Sebelum mendisain program pendidikan keaksaraan fungsional, pengelola,

penyelenggara dan tutor bersama-sama ke lokasi yang berkoordinasi dengan aparat

pemerintahan desa dan pemuka masyarakat untuk melakukan identifikasi kebutuhan

belajar masyarakat. Untuk kegiatan identifikasi kebutuhan belajar yang diperlukan


220

dalam menyusun perencanaan program KF ada beberapa format identifikasi

kebutuhan belajar. Format identifikasi yang disediakan untuk menyusun perencanaan

program dalam rangka pendataan berbasis kebutuhan belajar masyarakat adalah (1)

format identifikasi masalah dan lingkungan masyarakat (2) format identifikasi

kebutuhan awal , kebutuhan belajar dan minat warga belajar (3) format identifikasi

kebutuhan dan minat belajar warga belajar (4) format data identitas warga belajar (5)

format kesepakatan belajar (6) format rencana kegiatan pembelajaran (7) format

identifikasi tutor dan penyelennggara. Hasil identifikasi kebutuhan belajar ini dapat

dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan program belajar pengetahuan dasar dan

keterampilan.

Perencanaan berbasis kebutuhan belajar masyarakat dijelaskan dalam bentuk

petunjuk teknis dalam perencanaan program pendidikan keaksaraan fungsional .

Petunjuk teknis dalam menyusun perencanaan program pendidikan keaksaraan

fungsional adalah :

1. Peserta didik benar-benar masyarakat yang membutuhkan layanan belajar

pendidikan keaksaraan fungsional, dinyatakan kondisinya buta huruf atau putus

Sekolah Dasar sampai kelas tiga SD oleh pemerintah wilayah setempat, berumur

diatas 15 tahun.

2. Calon warga belajar yang diusulkan benar-benar sudah merupakan hasil

identifikasi lapangan yang dilengkapi dengan identitas beserta foto terbaru dari

waga belajar.
221

3. Pendataan calon warga belajar di lapangan berkoordinasi dengan pemerintah

daerah setempat dan melibatkan kader-kader yang berada di daerah setempat.

4. Penyelenggara minimal berpendidikan SMA, tutor minimal tamat DII

kependidikan yang aktif dan dikenal oleh masyarakat setempat, serta sudah

diberikan orientasi atau pelatihan tutor dan penyelenggara oleh pengelola

program.

5. Tutor dan Penyelenggara direkomendasi oleh pemerintahan setempat minimal

oleh pejabat RW.

6. Pengelola mengikut sertakan tutor dan penyelenggara dalam mengadakan

sosialisasi dan pengarahan kepada calon warga belajar.

7. Jadwal pembelajaran disepakati oleh tutor bersama penyelenggara dan warga

belajar sesuai kebutuhan dan kondisi setempat.

8. Lama pembelajaran tergantung kemampuan warga belajar, namun dirancang

selama 114 (seratus empat belas) jam atau 36 kali pertemuan untuk keaksaraan

dasar, dan 4 bulan untuk keaksaraan usaha mandiri.

9. Pendanaan dasar merupakan bantuan dana dari pemerintah ditambah dengan

bantuan dana dari pihak lain yang tidak mengikat. Komponen pembiayaan terdiri

dari:

a.Identifikasi calon peserta didik/pendataan calon peserta didik dengan proporsi

biaya 5%.

b.ATK peserta didik dan penyelenggaraan/pensil, pulpen, penghapus, buku tulis,

dan lainnya dengan proporsi 7%.


222

c.Pembelajaran dan pelatihan keterampilan/penyusunan/pengadaan dan pembelian

bahan pembelajaran/bahan praktek/dan dana modal dengan proporsi 50%.

d.Penyelenggaraan program/transportasi penyelenggara, monitoring, evaluasi

program dan pelaporan dengan proporsi 10%.

e.Transportasi tutor dan penyelenggara dengan proporsi 25%.

f. Penilaian Pembelajaran/Penggandaan soal, pengolahan hasil tes, dan penulisan

SUKMA/STSB dengan proporsi 3%.

10. Program belajar dikatakan berhasil apabila lebih dari 80% warga belajar melek

aksara yang dibuktikan dengan surat keterangan melek aksara (SUKMA).

Lancarnya kegiatan belajar mengajar pendididikan dasar dan keterampilan.

Terbentuknya kelompok belajar usaha warga belajar dan terjalinnya mitra kerja

dengan industri lokal dan pemodal.

11. Pengelola memberikan orientasi atau pelatihan kepada penyelenggara tentang

pengelolaan administrasi kegiatan dan kepada tutor tentang pengelolaan

pembelajaran.

2). Pengorganisasian Program KF Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Pengorganisasian adalah sebagai keseluruhan proses pengelompokan orang-

orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa

sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan

dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian dapat

diklasifikasikan menjadi dua bagian, “pertama disebut administrative organizing,


223

yaitu proses pembentukan organisasi secara keseluruhan, kedua, managerial

organizing, yaitu pengorganisasian adalah bagian-bagian dari organisasi secara

keseluruhan”. Kedua bagian dari pengorganisasian ini saling berkaitan antara yang

satu dengan yang lainnya. Pada kegiatan pengorganisasian program ini pengelola

melakukan identifikasi orang-orang terutama yang berada di lokasi tempat

diadakannya kegiatan belajar untuk penetapkan siapa saja yang menjadi

penyelenggara dan tutor. Kemudian diadakan seleksi dokumen dan performance

dalam rangka menetapkan calon tutor dan penyelenggara yang akan diberdayakan.

Selanjutnya diadakan pendidikan dan pelatihan oleh pengelola dalam rangka orientasi

tugas penyelenggara sebagai pengelola administrasi kegiatan dan tutor sebagai

pendidik dari program pendidikan keaksaraan fungsional.

Pengorganisasian program digambarkan dalam petunjuk teknis dalam

pengorganisasian program pendidikan keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan

belajar masyarakat. Petunjuk teknis pengorganisasian program pendidikan keaksaraan

fungsional adalah :

1. Warga belajar dikelompokkan berdasarkan kedekatan tempat tinggal dan hasil

identifikasi kebutuhan belajar warga belajar dimana setiap kelompok ber-

anggotakan maksimal 10 orang.

2. Setiap kelompok dibimbing oleh minimal satu orang tenaga pendidik (tutor) yang

telah dibekali melalui pelatihan dan bahan-bahan/acuan pembelajaran program.


224

3. Tutor dan Penyelenggara melaporkan secara tertulis kepada pengelola tentang

proses pengadministrasian program dan pembelajaran pendidikan keaksaraan

fungsional.

4. Pengelola melaporkan pengelolaan program dan pembelajaran kepada pihak

pemberi dana dan penanggung jawab dari kegiatan.

5. Pengelola berupaya untuk menciptakan kemitraan dalam menindak lanjuti

pendidikan usaha produktif warga belajar. Melibatkan tokoh atau pemuka

agama/adat/masyarakat serta organisasi masyarakat setempat dalam penye-

lenggaraan program.

6. Pengelola menjelaskan secara tertulis tugas dari penyelenggara dan tutor dalam

pelaksanaan program.

7. Tutor berkoordinasi dengan penyelenggara dan pengelola terhadap kebutuhan alat,

sarana dan prasarana belajar.

3).Penggerakan Program KF Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Penggerakan program pendidikan keaksaraan fungsional adalah implementasi

dari perencanaan dan pengorganisasian yang telah ditetapkan oleh organisasi. Pada

penggerakan ini perlu menggerakkan orang-orang supaya mereka dapat bekerja

dengan baik dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang telah mereka lakukan.

Dengan demikian dalam menggerakkan orang-orang ini diperlukan motivasi sebagai

pembentukan pemahaman tentang tujuan-tujuan yang perlu dicapai oleh orang-orang

yang melakukan kegiatan tertentu”. Motivasi adalah istilah yang menggambarkan


225

tentang pemberian kekuatan (energizes) kepada seseorang untuk mengarahkan

kegiatannya”.

Pendekatan dalam pelaksanaan program pendidikan keaksaraan fungsional

dengan melakukan tiga pendekatan yaitu: “kesejawatan (partnership), produktivitas

(productivity) dan pemuasan keinginan (wants-satisfaction)”. Pendekatan keseja-

watan didasarkan atas asumsi bahwa pelaksanaan kegiatan dan penyelenggara

program tidak menyukai pekerjaan atau tugasnya, tetapi mereka akan melakukan

tugas dengan baik apabila turut merasakan manfaat atau keuntungan yang diberikan

oleh organisasi kepada dirinya. Pendekatan produktivitas kerja lebih menekankan

pada pemberian ganjaran berdasarkan tingkat produktivitas yang ditunjukkan oleh

pelaksana kegiatan. Dalam pendekatan ini tugas pekerjaan disusun sedemikian rupa

dan imbalan dalam bentuk upah atau gaji dinyatakan dengan jelas secara tertulis atau

lisan. Kebijakan organisasi diikuti dengan cermat, deskripsi tugas dinyatakan secara

jelas dan rinci, penampilan kegiatan diukur dengan teliti, dan kompensasi khusus

diberikan kepada pelaksana yang menampilkan kegiatan yang lebih baik. Pendekatan

dalam pemuasan keinginan dan kebutuhan, upaya yang dilakukan adalah meng-

identifikasi kebutuhan hidup para pelaksana program dan memenuhi kebutuhan itu

melalui penciptaan situasi kerja yang mendukung. Tujuan pendekatan pemenuhan

kebutuhan adalah supaya para pelaksana dapat mengembangkan kegiatan yang akan

mereka lakukan sehingga pelaksanaan tugas dapat memenuhi kebutuhan mereka dan

sekaligus memenuhi kebutuhan program.


226

Petunjuk teknis dalam penggerakan program pendidikan keaksaraan

fungsional berbasis kebutuhan belajar:

1. Pertemuan awal dengan warga belajar dilakukan kegiatan motivasi oleh pengelola

kepada penyelenggara, tutor dan warga belajar dengan menyampaikan tujuan dan

manfaat dari program.

2. Pengelola dan penyelenggara menyiapkan alat, sarana dan prasarana untuk

kegiatan belajar.

3. Metoda atau pendekatan pembelajaran disesuaikan dengan konteks lokal (tematik

fungsional) sesuai dengan kebutuhan belajar dan potensi lokal di daerah itu

4. Penggunaan tempat belajar didasari dengan perjanjian tertulis untuk dapat

menggunakannya apakah itu berupa pinjaman, sewa, kepemilikan dan sebagainya.

5. Pengelola membuat akat kerja sama atau memberi surat tugas dalam mem-

potensialkan tutor sebagai pendidik dan penyelenggara lapangan sebagai tenaga

kependidikan.

6. Tutor melakukan kegiatan interaksi pembelajaran kepada warga belajar dan

penyelenggara melakukan pengadministrasian kegiatan .

7. Tutor dan penyelenggara selalu berkoordinasi dengan pengelola dalam pelak-

sanaan program terutama terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembe-

lajaran dan administrasi kegiatan.

4). Pembinaan Program KF Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat


Pembinaan meliputi dua sub fungsi yaitu pengawasan dan supervisi, penga-

wasan dan supervisi mempunyai kaitan yang erat antara satu dengan yang lainnya.
227

Keduanya dilakukan secara sengaja dalam rangka memperbaiki mutu pelaksanaan

dan meminimalisir penyimpangan dari pelaksana kegiatan.

Pengawasan adalah yang proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh

kegiatan program keaksaraan untuk mengetahui dan menjamin bahwa semua

pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan sebelumnya. Pengawasan yang efektif memberikan manfaat penting bagi

program keaksaraan, seperti penyajian standar pencapaian tujuan, pengukuran yang

akurat, pengalokasian imbalan, penetapan sangsi, dan pengumpulan serta pengolahan

bahan untuk perbaikan program atau kegiatan yang telah direncanakan, supervisi

adalah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada pelaksana program agar

program berjalan dengan lancar dan masalah-masalah dapat teratasi dengan baik.

Menggambarkan petunjuk teknis dalam pembinaan program pendidikan

keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat:

1. Pengelola mengidentifikasi berbagai persoalan yang dihadapi tutor dalam

melaksanakan pembelajaran.

2. Pengelola mengamati dan menganalisa dokumen program dan dokumen pem-

belajaran yang dibuat oleh tutor dan penyelenggara.

3. Pengelola memberikan bimbingan kepada tutor dalam pelaksanaan pembelajaran

dan penyelenggara terhadap pelaksanaan administrasi.

4. Pengelola memberikan arahan dan bimbingan pada warga belajar dalam rangka

memotivasi mereka.
228

5. Tutor dan penyelenggara melaporkan secara tertulis kepada pengelola tentang

proses pengadministrasian program dan pembelajaran pendidikan keaksaraan

fungsional, kemudian melakukan penganalisaan terhadap laporan tersebut.

6. Pengelola memberikan bimbingan dan pengarahan atas kelemahan-kelemahan

yang dilakukan tutor dan penyelenggara.

7. Pengelola melaporkan pengelolaan program dan pembelajaran kepada pihak

pemberi dana dan penanggung jawab dari program pendidikan keaksaraan

fungsional.

8. Disiapkan format untuk memantau kegiatan pendidikan keaksaraan fungsional.

5). Penilaian Program KF Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Penilaian dapat dilakukan terhadap unsur-unsur program serta terhadap

pelaksanaan program pendidikan keaksaraan fungsional. Penilaian dapat dilaksana-

kan secara terus menerus, berkala, dan atau sewaktu-waktu pada saat sebelum,

sedang, atau setelah program pendidikan dilaksanakan. Penilaian merupakan kegiatan

penting untuk mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan telah dapat dicapai, apakah

pelaksanaan program sesuai dengan rencana, atau dampak apa yang dapat dihasilkan

setelah program dilaksanakan.

Petunjuk teknis dalam penilaian program pendidikan keaksaraan fungsional

berbasis kebutuhan belajar masyarakat dimana yang dinilai itu adalah kemampuan

warga belajar, kemampuan kerja tutor dan penyelenggara, penerapan kurikulum,

pemanfaatan sarana dan prasarana dan dukungan masyarakat sekitar tentang

pelaksanaan kegiatan belajar pendidikan keaksaraan fungsional. Komponen evaluasi


229

program pendidikan keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat

terdiri dari:

2. Penilaian terhadap warga belajar terdiri dari kemampuan warga belajar dalam: (a)

menguasai membaca, metulis, dan berhitung sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan; (b) kecakapan keterampilan fungsional warga belajar; (c) motivasi

warga belajar dalam belajar; (d) kehadiran warga belajar dalam belajar; dan (e)

Minat warga belajar dalam berusaha.

3. Tutor dan penyelenggara terdiri dari: (a). kehadiran Tutor dan penyelenggara (b).

kemampuan kerja tutor dan penyelenggara.

4. Ketercapaian kurikulum/silabus yang telah dirumuskan berdasarkan (a) iden-

tifikasi kebutuhan belajar dan potensi lokal (b) merumuskan bahan belajar

berdasarkan hasil kebutuhan belajar dan potensi lokal (c) ketercapaian materi

belajar (d) alokasi waktu pembelajaran.

5. Sarana, prasarana dan media belajar seperti: (a) ketersedian buku, media belajar/

peralatan belajar keterampilan dan sarana belajar pendukung (b) optimalisasi

penggunaan sarana belajar yang ada.

6. Dukungan lingkungan seperti (a) dukungan warga masyarakat yang ikut

memotivasi warga belajar (b) dampak terhadap warga masyarakat yang ikut

mendukung pemodalan dalam kegiatan pendidikan keaksaraan.

7. Menyusun rencana evaluasi, meliputi (a) menentukan aspek apa saja yang akan

dievaluasi (b) menentukan siapa yang akan melakukan evaluasi (c) bagaimana
230

evaluasi dilakukan (d) Metode atau teknik pengumpulan data yang digunakan (e)

kapan dan dimana evaluasi dilakukan.

8. Pengumpulan data, dilakukan dengan ceklis instrument yang telah disedikan.

9. Pengolahan dan analisis data, yakni diolah dengan cara mengklasifikasikan selan-

jutnya menentukan skor masing-masing indikator.

10. Tindak lanjut yaitu menyusun laporan hasil evaluasi kepada pihak-pihak yang

berwenang menerima laporan. Sistimatika laporan akhir evaluasi program KF

menggunakan contoh berikut ini :(a) latar Belakang yang isinya adalah apa yang

melatar belakangi perlunya dilakukan evaluasi program KF. (b) tujuan evaluasi

isinya tujuan apa yang ingin dicapai dari pelaksanaan evaluasi program KF. (c)

sasaran evaluasi program yang isinya siapa yang menjadi sasaran evaluasi program

(d) hasil evaluasi yang dihapkan yang isinya hasil atau informasi yang ingin

diperoleh dari evaluasi program KF. (e) melakukan evaluasi yang isinya siapa saja

yang melakukan evaluasi program (f) metode yang digunakan yang isinya cara apa

saja yang digunakan untuk mengevaluasi program KF (g) instrumen yang

digunakan yang isinya apa saja alat yang digunakan untuk mengumpulkan data (h)

roses pelaksanaan yang isinya menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan evaluasi

dari mulai tahap persiapan hingga pelaksanaan.

11. Menggunakan format evaluasi untuk dapat menilai kemampuan kerja (kinerja)

pengelola dan tutor.


231

6). Pengembangan Program KF Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Pengembangan program yang dimaksudkan adalah upaya melakukan kerja-

sama dalam terselenggaranya kegiatan belajar dan usaha produktif warga belajar.

Menentukan pihak-pihak yang diajak bekerjasama adalah mereka yang dapat

membantu terselenggaranya program pembelajaran KF. Seperti pemuka masyarakat

yang dapat memotivasi warga belajar dan tutor dalam pembelajaran.

Petunjuk teknis pengembangan program pendidikan keaksaraan fungsional

adalah :

1.Tutor, penyelenggara dan pengelola bersama-sama mengidentifikasi jenis keteram-

pilan apa saja yang dipilih untuk dapat dikembangkan menjadi usaha produktif da -

ri warga belajar.

2.Pengelola mengidentifikasi potensi lokal dan usaha lokal yang dapat dijadikan mit-

ra kerja dalam pengembangan usaha.

3.Pengelola menfasilitasi warga belajar untuk dapat membentuk kelompok belajar

usaha dan membimbing mereka dalam melakukan usahanya secara berkelompok.

4.Pengelola, tutor dan penyelenggara bersama-sama melakukan pembinaan terhadap

usaha produktif warga belajar, jika perlu ikut membantu pemasaran hasil produksi.

b. Model Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan


Fungsional Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat.

Model kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional berbasis

kebutuhan belajar masyarakat diusulkan dalam rangka meningkatkan kualitas


232

pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional tingkat dasar dan tingkat lanjutan

(Keaksaraan Usaha Mandiri).

Identifikasi kebutuhan belajar berkaitan dengan keinginan individu terhadap

sesuatu yang ingin dipenuhi dalam waktu tertentu. Kebutuhan belajar adalah sesuatu

yang diperlukan untuk segera dipenuhi karena sifatnya mendesak. Seperti kebutuhan

untuk dapat membaca, menulis dan berhitung, menggali pengetahuan dasar dan

keterampilan fungsional yang mereka butuhkan untuk dapat dijadikan mata

pencaharian.

Tujuan identifikasi kebutuhan belajar adalah (1) memahami tujuan perlunya

melakukan kegiatan identifikasi minat dan kebutuhan belajar warga belajar (2)

mengetahui minat dan kebutuhan warga belajar (3) mengetahui permasalahan-

permasalahan yang dihadapi warga belajar (4) mengetahui potensi dan sumber daya

yang dapat digunakan sebagai alat atau bahan pemecahan masalah yang dihadapi

oleh warga belajar (5) mengidentifikasi bahan calistung yang terkait dengan

kehidupan sehari-hari dan (6) merumuskan dan mengembangkan program belajar

yang berkaitan dengan potensi lokal. Model pembelajaran keaksaraan fungsional

berbasis kebutuhan belajar masyarakat digambarkan sebagai berikut


SKL 233
*Memahami * Tema disusun berdasarkan hasil
pengetahuanDa identifikasi kebutuha dan peman-
sar tentang fatan potensi lokal
kehudupan PERENCANAAN *Tema dimuat dalam silabus dan di-
*Menguasai PEMBELAJARAN Susun RPP dengan formasederhan
Keterampilan *
Fungsional * Tutor memahami eksistensi WB,dan
*Mendirikan menempatkan diri sejajar dengan WB
Usaha *Tutor membantu WB untuk belajar se-
Produktif suai dengan kebutuhan belajarnya.
warga belajar *Tutor mendorong WB untuk berfikir dan
berbuat sesuai dengan dunianya
*Tutor menyampaikan pokok informasi
dan merangsang WB untuk menemukan
PENDEKATAN ide dipadukan dengan pengalaman
PEMBELAJARAN hidupnya.
*Tutor mengembangkan motif berpres-
tasi melalui kompetitif dan kerjasama
KEGIATAN *Orientasi untuk memecahkan masalah
PEMBELAJARAN
KF DASAR DAN
*Metode calistung bervariasi
KUM METODE * Pembelajaran Pratek keterampilan
PEMBELAJARAN terintegrasi dengan pembelajaran
calistung dan pengeta huan dasar ten-
tang kehidupan

*Pengetahuan tentang bahan-bahan di -


butuhkan dalam belajar keterampilan
MATERI/BAHAN *Proses pengolahan bahan
AJAR *Produk yang dihasilkan dari proses
*Analisis Usaha dalam bentuk hitungan

*Alat praga belajar calistung disediakan


MEDIA DAN PERALATAN *Bahan dan peralatan belajar keteram-
BELAJAR Pilan disiapkan bersama
*Bahan , peralatan berusaha disiapkan
*Dilibatkan WB untuk dapat berparti-
sipasi dalam penggunaannya.

EVALUASI HASIL * Disiapkan untuk melakukan evaluasi


dalam bentuk Instrumen calistung, ak-
BELAJAR
tivitas WB ,keterampilan fungsional,
*Penilaian Unjuk Kerja, fortopolio ber-
basis kebutuhan belajar

Gambar 4.6 Kegiatan Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Berbasis


Kebutuhan Belajar Masyarakat
234

1). Perencaan Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Berbasis Kebutuhan


Belajar Masyarakat.

Melalui analisis kebutuhan belajar masyarakat (warga belajar) dan potensi

lokal di lingkungan setempat dapat dirumuskan tujuan belajar, tema-tema belajar

yang tertuang dalam silabus dan kemudian dikongkritkan menjadi rencana

pembelajaran .Silabus yang dirumuskan itu untuk 36 kali pertemuan. Berikut ini

dijelaskan petunjuk teknis perencanaan pembelajaran berbasis kebutuhan belajar

masyarakat .

1.Tutor bersama penyelenggara melakukan identifikasi kebutuhan belajar bedasarkan

minat dan potensi calon warga belajar serta potensi lokal yang berpeluang untuk di

kembangkan sebagai usaha.

2.Tutor menyusun silabus dan rencana program pembelajaran (RPP) sesuai dengan

jenis usaha yang dibelajarkan, dengan mengacu pada standar kompetensi. Silabus

dijadikan acuan dalam merumuskan rencana pembelajaran, memuat tema-tema be -

lajar, standar kompetensi dasar, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kom -

petensi, alokasi waktu, penilaian dan sumber belajar.

a. Rencana program pembelajaran disusun untuk setiap kompetensi dasar yang akan

dilaksanakan dalam pembelajaran, komponen RPP terdiri dari:

a. Identitas meliputi kelompok belajar, jenis usaha, materi belajar dan alokasi

waktu.

b. Standar kompetensi meliputi kemampuan minimal keterampilan usaha yang

diharapkan dapat dicapai oleh warga belajar pada setiap pembelajaran.


235

c. Kompetensi dasar yaitu sejumlah kemampuan yang harus dikuasai oleh warga

belajar dalam keterampilan fungsional tertentu, yang menjadi rujukan dalam

menyusun indikator pendidikan keterampilan.

d. Indikator pencapaian kompetensi yaitu prilaku yang dapat diukur menunjukkan

ketercapaian kompetensi dasar keterampilan fungsional tertentu.

e. Tujuan pembelajaran menggambarkan pembelajaran dan hasil belajar kete-

rampilan fungsional yang diharapkan dicapai oleh warga belajar.

2). Pendekatan Pembelajaran KF Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Pendekatan pembelajaran keaksaraan fungsional hendaknya berpedoman pada

prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa. Mereka berkenan untuk mengikuti

pembelajaran ababila yang dipelajari adalah sesuatu yang mereka minati, sesuai

dengan kebutuhan belajarnya, dapat menyelesaikan permasalahan yang mereka

hadapi dan akan lebih cepat memahami isi pembelajaran apabila ia telah menyadari

manfaat dan pentingnya hasil belajar dalam kehidupan. Dengan demikian program

pembelajaran keaksaraan fungsional memerlukan pendekatan belajar yang dapat

membebaskan warga belajar dari kemiskinan dan kemelaratan melalui pembelajaran

keterampilan produktif yang dapat dilanjutkan dengan kelompok belajar usaha.

Pendekatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional berbasis ke-

butuhan belajar masyarakat melalui (1) belajar dari pengalaman sendiri (2) belajar

melalui pemecahan masalah (3) belajar melalui pertanyaan kunci dan (4) belajar

melalui pengelolaan diskusi. Pendekatan ini bersumber dari pengkajian secara

partisipatif, bertujuan memberdayakan masyarakat dalam menganalisa, mengem-


236

bangkan berbagai pengetahuan tentang kehidupan setempat yang dapat membuat

pelaksanaan pembelajaran lebih baik. Pendekatan pembelajaran yang digunakan

adalah pendekatan (andragogy) yaitu mengelola kegiatan belajar yang mendorong

partisipasi warga belajar untuk akktif, berbuat dan melakukan sesuatu yang

bermanfaat, membina kerjasama dalam kelompok, menciptakan persaingan yang

sehat sesama dan menghargai aktualisasi diri warga belajar.

Petunjuk teknis pendekatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional

berbasis kebu-tuhan belajar masyarakat dalam bentuk belajar dari pengalaman sendiri

sebagaimana berikut ini.

1. Tutor membuka pelajaran dengan menanyakan pengalaman warga belajar.

2. Meminta WB mengemukakan ide/gagasan, pengalaman atau masalah yang sedang

dihadapinya.

3. Meminta WB berdiskusi tentang topik yang sudah disepakati.

4. Meminta WB untuk mengemukakan pendapat dan yang lainnya mendengarkan

atau mengulangnya kembali.

5. Meminta WB menuliskannya topik di papan tulis dan yang lainnya menuliskan di

buku tulis yang sudah disiapkan.

6. Meminta WB untuk membaca topik yang ditulisnya itu.

7. Meminta WB untuk dapat mendiskusikan prosedur dan unsur-unsur yang ada pada

topik yang dipelajari.

8. Bersama-sama dengan WB mempraktekkan topik itu untuk dapat di demonstra-

sikan belajar keterampilan produktif.


237

9. Belajar berhitung dengan menghitung casflow perhitungan usaha.

10. Meminta warga belajar berkelompok untuk dapat mengulangi pelajarannya di

rumah.

Pendekatan pembelajaran strategi pemecahan masalah melalui petunjuk teknis

berikut ini:

1. Tutor meminta warga belajar mengemukakan permasalahan-permasalahan

kehidupannya, kemudian menginventarisir dan mengelompokan masalah yang

sejenis.

2. Tutor menuliskannya di papan tulis dan meminta warga belajar menuliskan di

buku masing-masing.

3. Tutor bersama WB mendiskusikan pemecahan masalah yang kemudian mengin-

ventarisirnya, selanjutnya dijadikan materi belajar membaca, menulis, ber-hitung

dan berkomunikasi.

4. Tutor mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengajak WB berpikir kritis

untuk berperan serta mencari solusinya.

Pendekatan pembelajaran melalui pertanyaan kunci petunjuk teknisnya

sebagai berikut :

1. Tutor memulainya dengan pertanyaan sederhana, seperti pertanyaan yang sifatnya

menjabarkan atau menguraikan hal hal yang terjadi. Contoh, Apa yang anda lihat

dalam gambar ini, Apa yang dilakukan orang-orang dalam cerita ini, apa ada

kesesuaian dengan masalah yang dihadapi WB, apa yang terjadi dalam gambar ini.
238

2. Tutor memberikan pertanyaan yang sifatnya mengajak WB menjelaskan atau

menemukan permasalahan yang terjadi. Contoh, mengapa anda memilih topik ini,

permasalahan apa yang terjadi pada topik tersebut, mengapa masalah ini bisa

terjadi, bagaimana perasaan anda apabila masalah ini terjadi pada diri WB.

3. Tutor memberikan pertanyaan yang mengajak WB berinteraksi dengan

permasalahan yang mereka hadapi. Contoh, apa yang menjadi penyebab

permasalahan tersebut, mengapa anda atau orang lain menghadapi masalah itu.

4. Pertanyaan yang mengajak WB untuk memikirkan atau melihat masalah yang ada

pada lingkup yang lebih luas. Contoh, Apa hal ini pernah terjadi pada anda,

bagaimana respon anda apabila orang lain ikut menyelesaikan masalah yang

dihadapi, atau respon anda terhadap orang lain yang menghadapi masalah.

5. Pertanyaan yang mengajak WB untuk mendiskusikan kemungkinan–kemungkinan

jalan keluar dari suatu persoalan.Contoh, kalau anda mengalami sesuai dengan

masalah tersebut, apa kira-kira tindakan yang dapat dilakukan, apakah ada jalan

keluarnya dan apa jalan keluar itu.

Petunjuk teknis pendekatan pembelajaran pengelolaan diskusi warga belajar

adalah:

1. Membagi warga belajar dalam kelompok kecil (3-4 orang).

2. Meminta WB yang lebih percaya diri untuk memimpin diskusi.

3. Tutor memberikan pertanyaan kunci sebagai pembuka diskusi.


239

4.Tutor berkeliling ke setiap kelompok untuk mendengarkan permasalahan diskusi

atau memberikan rangsangan dengan pertanyaan-pertanyaan kunci, agar WB terbuka

pikirannya dan aktif berdiskusi.

4. Setelah diskusi kelompok kecil selesai, meminta salah seorang wakilnya

melaporkan ke kelompok besar.

5. Tutor memberikan penguatan atau pujian pada warga belajar yang aktif.

3). Metode Pembelajaran KF Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Metode belajar adalah cara memproses kegiatan belajar suapaya warga belajar

dapat berinteraksi secara aktif sehingga terjadi perubahan pada dirinya sesuai dengan

tujuan yang diinginkan. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran

berhitung, berupa (1) metode pendekatan pengalaman belajar (PBB) (2) metode

Struktur–Analisis–Sintesis (SAS); (3) metode kata kunci (4) metode suku kata; (5)

metode abjad; (6) metode transliterasi; (7) metode Iqra; (8) metode pembelajaran

melalui diskusi; dan (9) metode pembelajaran berhitung.

Metode pembelajaran keterampilan produktif menggunakan metode (1)

ceramah (2) tanya jawab (3) demonstrasi (4) diskusi, dan (5) pemberian tugas.

Metode pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan

belajar masyarakat dalam penggunaan metode belajar mencerminkan interaksi belajar

antara tutor dengan warga belajar dalam proses pembelajaran yang merupakan

petunjuk teknis adalah:


240

1. Tutor hendaknya memahami eksistensi dan kondisi warga belajar, menempatkan

diri di posisi yang sederajat dengan warga belajar dan mengganggap warga belajar

juga sebagai sumber belajar.

2. Tutor membantu warga belajar untuk belajar berdasarkan bebutuhan belajarnya

untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

3. Tutor memotivasi warga belajar untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

4. Tutor memberikan dorongan dan bimbingan pada warga belajar untuk berfikir dan

berbuat dalam kegiatan pembelajaran.

5. Tutor menyampaikan pokok-pokok informasi mengenai isi belajar, dan

memberikan rangsangan kepada warga belajar untuk menemukan idea tau gagasan,

pemikiran dan pengalamannya.

6. Tutor menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar, memupuk kerjasama dan

tukar ide, pengalaman diantara warga belajar serta antara warga belajar dengan

tutor.

7. Tutor mendorong belajar dalam kelompok dan memperhatikan minat perorangan,

serta mengoptimalkan potensi yang dimiliki setiap warga belajar.

8. Tutor mengembangkan motif berprestasi melalui persaingan yang sehat dan

kerjasama serta berorientasi kemasa depan.

9. Tutor mengembangkan kemampuan warga belajar untuk menemukan dan

memecahkan masalah–masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.

Metode pembelajaran menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran orang

dewasa, metode pembelajaran calistungsi terintegrasi dengan pembelajaran kete-


241

rampilan fungsional. Interaksi pembelajarannya saling membelajarkan dan media

belajar menggunakan alat dan benda-benda asli, mudah didapat yang berada di sekitar

kehidupan warga belajar. Pelaksanaan pembelajaran juga dilakukan admi-nistrasi

kegiatan belajar. Kegiatan administrasi belajar terdiri dari pencatatan kehadiran

warga belajar, catatan perkembangan warga belajar, dan aktivitas warga belajar.

Pembelajaran pendidikan keterampilan disampaikan melalui tahapan sebagai

berikut:

1. Tutor menyampaikan materi belajar melalui ceramah dengan menjelaskan alat,

bahan, prosedur dan analisis usaha serta prosedur pemasaran.

2. Tutor melalui demonstrasi dan pemberian tugas mempraktekkan keterampilan

yang diajarkan.

3. Tutor mendiskusikan pada warga belajar tentang berbagai hal yang berkenaan

dengan keterampilan yang dipelajari dan analisa usaha.

5). Materi/Bahan Ajar KF Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Bahan ajar disusun bersifat praktis, dan bermakna pengetahuan dasar dan

memuat komposisi pendidikan keterampilan dan prospek usaha yang dapat dihitung

oleh warga belajar. Bahan ajar yang dirumuskan itu dapat tersampaikan tujuan

pembelajaran KF calistung, komunikasi, pengetahuan dasar dan keterampilan

fungsional. Komponen dari bahan ajar terdiri dari: judul, alat, bahan, proses, analisis

usaha.

Bahan ajar dikembangkan dari tema-tema yang dicantumkan pada silabus,

yang mana tema tersebut dalam bentuk materi praktis di dalamnya terkandung ide-
242

ide, prinsip-prinsip, prosedur dan manfaat serta analisis usaha produktif sebagaimana

contoh berikut ini adalah bahan ajar hasil identifikasi kebutuhan belajar dan

pemanfaatan potensi lokal dari wilayah pesisir pantai dan wilayah daratan.

Bahan belajar untuk pendidikan keaksaraan fungsional bersifat praktis,

mengandung pendidikan keterampilan produktif. Bahan belajar yang berisi pesan-

pesan belajar keterampilan tersebut memuat pengenalan bahan dan peralatan, proses

pembuatannya, hasil produksi dan menganalisa hasil usaha melalui perhitungan

modal, penjualan dan keuntungan. Pada materi belajar itu dapat diperoleh

kemampuan (1) belajar membaca, menulis dan berhitung (2). belajar pengetahuan

dasar kehidupan (3) belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia

dan (4) belajar keterampilan produktif untuk dikembangkan sebagai mata pencaharian

5). Media Belajar Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis Kebutuhan


Belajar Masyarakat

Media belajar termasuk ke dalam lingkup sarana dan prasarana belajar, yang

disediakan untuk membantu kelancaran kegiatan belajar mengajar. Program pembe-

lajaran pendidikan keaksaraan fungsional menggunakan media belajar alat praga

untuk kegiatan belajar membaca, menulis dan berhitung dan bahan-bahan serta

peralatan keterampilan untuk belajar keterampilan produktif.

Petunjuk teknis dalam menyiapkan dan menggunakan media belajar adalah

sebagai berikut ini :

1.Alat peraga disiapkan oleh tutor dalam bentuk gambar-gambar, poster, kartu huruf,

buku-buku dan alat praga lainnya. Selain memanfaatkan alat praga yang sudah jadi,
243

dapat juga tutor membuat sendiri alat praga tersebut.

2.Media belajar yang digunakan untuk belajar keterampilan terdiri dari bahan-bahan

baku, dengan memanfaatkan potensi lokal dan peralatan untuk mengolah bahan

baku untuk belajar keterampilan. Tutor bersama penyelenggara dan warga belajar

bekerjasama untuk menyiapkan media belajar tersebut.

3.Penggunaan media belajar itu dilakukan tutor dimana warga belajar diminta aktif

dan berpartisipasi dalam memanfaatkan media untuk kegiatan pembelajaran dan

tutor membimbing warga belajar dalam pemanfaatan media belajar sehingga media

belajar yang digunakan itu dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar

pendidikan keaksaraan fungsional.

6). Evaluasi Hasil Belajar KF Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Pelaksanaan evaluasi pembelajaran keaksaraan fungsional terdiri dari penyu-

sunan instrumen evaluasi, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan hasil evaluasi

pembelajaran. Kemampuan yang di evaluasi adalah kemampuan awal warga belajar,

kemampuan warga belajar dalam proses pembelajaran dan kemampuan akhir warga

belajar. Tutor hendaknya menggunakan instrumen penilaian yang sudah disiapkan.

Warga belajar dihapkan dapat menilai kemampuannya sendiri berdasarkan format

yang sudah disiapkan, selanjutnya dilakukan tutor pengolahan data. Berdasarkan data

hasil penilaian tersebut, tutor memberikan nilai pada warga belajar.

Aspek yang dinilai terdiri dari: (1) kemampuan membaca, menulis dan

berhitung; (2) kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia


244

yang baik dan benar; (3) pengetahuan dasar; (4) keterampilan fungsional; dan (5)

minat, motivasi, dan aktivitas warga belajar.

Instrumen yang dipersiapkan untuk menilai kemampuan warga belajar

program KF terdiri dari: (1) format evaluasi dalam proses pembelajaran; (2) format

evaluasi aktivitas warga belajar; (3) format evaluasi minat dan motivasi warga

belajar; (4) format evaluasi kemampuan calistung warga belajar; (5) format evaluasi

kecakapan dasar fungsional warga belajar; dan (6) rekapitulasi hasil evaluasi

kecakapan dasar fungsional warga belajar.

4. Hasil Uji Coba Terbatas

Model pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional berbasis kebu-

tuhan belajar masyarakat dikembangan pada aspek perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan program dapat dilihat dari

hasil pengolahan data uji coba terbatas. Data uji coba terbatas untuk kelompok

kontrol (k) model konvensional dan kelompok eksperimen (e) model berbasis

kebutuhan belajar masyarakat diolah dengan menggunakan rumus eksperimen yang

dikemukakan oleh (Hadi :2003). Responden uji coba terbatas ini terdiri dari 15 orang

pengelola program pendidikan keaksaraan fungsional dari Kota Padang dan 15 orang

dari Kabupaten Tanah datar yang berasal dari lembaga pendidikan nonformal

Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

Dilakukan pengumpulan data dari hasil instrument uji coba yang diperoleh

data dari 30 orang responden tentang pengelolaan program pendidikan keaksaraan


245

fungsional model konvensional (model lama) kelompok kontrol dan model berbasis

kebutuhan belajar masyarakat (model baru) kelompok eksperimen. Untuk

kepentingan pengolahan rumus (t ) diperlukan jumlah dari kelompok kontrol dan

eksperimen , jumlah kuadrat dan jumlah kelompok kontrol dan eksperimen.

1.Distribusi data pengolahan dari pengelolaan program keaksaraan fungsional dari

hasil kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Tabel 4.1 Distribusi Data Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen


Pengelola Program Pada Uji Coba Terbatas

Pasangan Kelompok Kelompok 2 2


Sabjek Kontrol(K) Eksperimen K E KE
(k) - (E) (E)
1 - 30 29 87 841 7569 2523
2 - 29 32 91 1024 8281 2912
3 - 28 45 87 2025 7569 3915
4 - 27 41 90 1681 8100 3690
5 - 26 37 89 1369 7921 3293
6 - 25 63 79 3969 6241 4977
7 - 24 42 91 1764 8281 3822
8 - 23 67 92 4489 8464 6164
9 - 22 73 90 5329 8100 6570
10 - 21 36 88 1296 7744 3168
11 - 20 32 90 1024 8100 2880
12 - 19 43 67 1849 4489 2881
13 - 18 41 87 1681 7569 3567
14 - 17 45 88 2025 7766 3960
15 - 16 65 87 4225 7569 5655
16 - 15 38 80 1444 6400 3040
17 - 14 36 76 1296 5776 2736
18 - 13 75 96 5265 9216 7200
19 _ 12 65 82 4225 6724 5330
20 - 11 45 80 2025 6400 3600
21 - 10 78 83 6084 6889 6474
22 - 9 54 96 2916 9216 5184
246

23 - 8 57 94 3249 8836 5358


24 - 7 43 90 1849 8100 3870
25 - 6 32 83 1024 6889 2656
26 - 5 39 69 1521 4761 2691
27 - 4 67 71 4489 5041 4757
28 - 3 87 98 7569 9604 8526
29 - 2 68 89 4624 7921 6052
30 - 1 80 97 6400 9409 7760
Jumlah 1551 2581 88573 224945 135211

Hasil pengolahan data diperoleh skor rata-rata pada kelompok kontrol (51,7)

kelompok eksperimen ( 86,03), simpangan baku ( 9,64) dan standar deviasi ( 3,11).

Tingkat capaian pada kelompk kontrol (36,32%) dan ( 89,99%) pada kelompok

eksperimen. Diperoleh skor t hitung ( 4,87), t tabel dengan (db) 29 pada taraf keper-

cayaan 95% adalah (2.045) dan 99% ( 2,756). Dengan demikian dapat dijelaskan t hi-

tung > t tabel maka (Ho) ditolak dan (Ha) diterima. Kesimpulan dari penelitian ini

adalah “Efektifitas model pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional

berbasis kebutuhan belajar masyarakat lebih besar dari efektifitas model pengelolaan

program konvensional”.

2.Distribusi data pengolahan dari kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan

fungsional dari hasil kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Dilakukan pengumpulan data dari hasil instrument uji coba yang diperoleh

data dari 20 orang responden tentang pembelajaran program pendidikan keaksaraan

fungsional model konvensional (model lama) kelompok kontrol dan model berbasis

kebutuhan belajar masyarakat (model baru) kelompok eksperimen. Untuk


247

kepentingan pengolahan rumus ( t ) diperlukan jumlah dari kelompok kontrol dan

eksperimen , jumlah kuadrat dan jumlah kelompok kontrol dan eksperimen. Berikut

ini dijelaskan distribusi data pembelajaran program keaksaraan fungsional dari hasil

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

Tabel 4.2 Distribusi Data Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen


Tutor Program Pada Uji Coba Terbatas

Pasangan KlpKontrol Klp 2 2


Sabjek Eksperimen(E) K E
(K) KE
(k) - (E)
1 - 20 57 105 3249 11025 5985
2 - 19 68 102 4624 10404 6936
3 - 18 78 98 6084 9604 7644
4 - 17 79 115 6241 13225 9085
5 - 16 66 99 4356 9801 6534
6 - 15 76 117 5776 13689 8892
7 - 14 54 98 2916 9604 5292
8 - 13 56 109 3136 11881 6664
9 - 12 65 98 4225 9604 6370
10 - 11 65 99 4225 9801 6435
11 - 10 66 93 4356 8649 6138
12 - 9 53 116 2809 13456 6148
13 - 8 76 106 5776 11236 8056
14 - 7 89 107 7921 11449 9523
15 - 6 98 109 9604 11881 10682
16 - 5 76 101 5776 10201 7676
17 - 4 83 99 6889 9801 8217
18 - 3 68 112 4624 12544 7616
19 _ 2 87 118 7569 13924 10266
20 - 1 102 106 10404 11236 10812
Jumlah 1462 2107 110560 244500 154971
248

Hasil pengolahan data diperoleh skor rata-rata pada kelompok kontrol (73,1)

kelompok eksperimen (105,35), simpangan baku ( 113,28) dan standar deviasi

(10,64). Tingkat capaian pada kelompk kontrol (39,32%) dan ( 91,99%) pada

kelompok eksperimen. Diperoleh skor t hitung ( 6,57), t tabel dengan (db) 19 pada

taraf kepercayaan 95% adalah (2,093) dan 99% ( 2,861). Dengan demikian dapat

dijelaskan t hi-tung > t tabel maka (Ho) ditolak dan (Ha) diterima. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah “Efektifitas model pembelajaran program pendidikan

keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat lebih besar dari

efektifitas model pembelajaran program keaksaraan fungsional konvensional”.

5.Revisi Produk Oleh Peneliti

Model yang disusun atas dasar hasil uji coba dan dievaluasi, selanjutnya

diperbaiki isi dan formatnya agar lebih sempurna dalam mengimplementasikan dan

meningkatkan kualitas pengelolaan dan pembelajaran berbasis kebutuhan belajar

masyarakat.

Penyempurnaan dan revisi yang dilakukan adalah menyangkut model yang

sudah ada dan dikembangkan oleh peneliti sehingga yang direvisi adalah kegiatan

pengelolaan dan pembelajaran yang merupakan tahap-tahap implementasi dari

pengelolaan program dan kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional .

6. Hasil Uji Coba Lebih Luas

Responden penelitian ini adalah pengelola program pendidikan keaksaraan

fungsional se Sumatera Barat yang mewakili daerah Kabupaten /Kota diambil secara
249

random sejumlah 30 orang. Kegiatan uji coba ini bekerja sama dengan bidang PNFI

Dinas Pendidikan Sumatera Barat dalam acara diklat pengelola program pendidikan

keaksaraan fungsional.

1.Data pengelola program keaksaraan fungsional pada uji coba secara luas

Tabel 4.3 Distribusi Data Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen


Pengelola Program Pada Uji Coba Secara Luas

Pasangan Kelompok Kelompok 2 2


Sabjek Kontrol(K) Eksperime K E KE
(k) - (E) n
(E)
1 - 30 37 84 1369 7056 3108
2 - 29 32 91 1024 8281 2912
3 - 28 56 83 3136 6889 4814
4 - 27 41 90 1681 8100 3690
5 - 26 37 89 1369 7921 3293
6 - 25 69 79 4761 6241 5451
7 - 24 57 95 3249 9025 5415
8 - 23 67 92 4489 8464 6164
9 - 22 87 98 7569 9604 8526
10 - 21 36 88 1296 7744 3168
11 - 20 39 95 1521 9025 3705
12 - 19 43 67 1849 4489 2881
13 - 18 86 87 7396 7569 7482
14 - 17 45 88 2025 7766 3960
15 - 16 65 87 4225 7569 5655
16 - 15 68 80 4624 6400 5440
17 - 14 36 76 1296 5776 2736
18 - 13 75 96 5265 9216 7200
19 _ 12 65 89 4225 7921 5785
20 - 11 45 80 2025 6400 3600
21 - 10 70 83 4900 6889 5810
22 - 9 54 96 2916 9216 5184
23 - 8 50 94 2500 8836 4700
24 - 7 46 90 2116 8100 4140
25 - 6 32 83 1024 6889 2656
26 - 5 39 69 1521 4761 2691
250

27 - 4 67 91 4489 8281 6097


28 - 3 65 98 4225 9604 6370
29 - 2 68 89 4624 7921 6052
30 - 1 69 97 4761 9409 6693
Jumlah 1691 2624 97465 245975 145378

Hasil pengolahan data diperoleh data skor rata-rata kelompok kontrol ( 56, 36)

simpangan baku ( 2,47), standar deviasi ( 2,57) dan tingkat capaian pengelolaan

program pendidikan keaksaraan fungsional ( 32%) .Kelompok eksperimen skor rata-

rata ( 87,45)., simpangan baku ( 18,92), standar deviasi ( 4,35) dan tingkat capaian

(90,05%). Diperoleh skor t hitung ( 7,90), t tabel dengan (db) 29 pada taraf keper-

cayaan 95% adalah (2.045) dan 99% ( 2,756). Dengan demikian dapat dijelaskan t hi-

tung > t tabel maka (Ho) ditolak dan (Ha) diterima. Kesimpulan dari penelitian ini

adalah “Efektifitas model pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional

berbasis kebutuhan belajar masyarakat lebih besar dari efektifitas model pengelolaan

program konvensional”.

Berdasarkan hasil uji coba secara luas dapat disimpulkan bahwa model

pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar

masyarakat lebih efektif diterapkan dan dapat meningkatkan kualitas pengelolaan

program, sehingga model yang ditawarkan ini akan dapat dijadikan solusi dalam

memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pengelolaan program

pendidkan keaksaraan fungsional.


251

Pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional yang konvensional

masih memiliki berbagai keterbatasan dan belum dikelola secara profesional maka

dari itu perlu dirumuskan model pengelolaan program berbasis kebutuhan belajar

masyarakat.

Selanjutnya dilakukan uji coba secara luas, dimana responden penelitian ini

adalah tutor program pendidikan keaksaraan fungsional se Sumatera Barat yang

mewakili daerah Kabupaten /Kota diambil secara random sejumlah 30 orang.

Kegiatan uji coba ini bekerja sama dengan bidang PNFI Dinas Pendidikan Sumatera

Barat dalam acara diklat tutor program pendidikan keaksaraan fungsional.

2.Data tutor pendidikan keaksaraan fungsional pada uji coba secara luas

Tabel 4.4 Distribusi Data Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen


Tutor Program Pada Uji Coba Secara Luas

Pasangan KlpKontrol Klp 2 2


Sabjek (K) Eksperimen(E) K E KE
(k) - (E)
1 - 30 66 99 4356 9801 6534
2 - 29 68 102 4624 10404 6936
3 - 28 78 98 6084 9604 7644
4 - 27 79 115 6241 13225 9085
5 - 26 66 99 4356 9801 6534
6 - 25 76 117 5776 13689 8892
7 - 24 54 98 2916 9604 5292
8 - 23 56 109 3136 11881 6664
9 - 22 65 98 4225 9604 6370
10 - 21 65 99 4225 9801 6435
11 - 20 66 93 4356 8649 6138
12 - 19 53 116 2809 13456 6148
13 - 18 76 106 5776 11236 8056
14 - 17 89 107 7921 11449 9523
15 - 16 98 109 9604 11881 10682
252

16 - 15 76 101 5776 10201 7676


17 - 14 83 99 6889 9801 8217
18 - 13 68 112 4624 12544 7616
19 _ 12 87 118 7569 13924 10266
20 - 11 102 106 10404 11236 10812
21 - 10 57 105 3249 11025 5985
22 - 9 83 99 6889 9801 8217
23 - 8 76 117 5776 13689 8892
24 - 7 102 106 10404 11236 10812
25 - 6 87 118 7569 13924 10266
26 - 5 83 99 6889 9801 8217
27 - 4 89 107 7921 11449 9523
28 - 3 83 99 6889 9801 8217
29 - 2 68 112 4624 12544 7616
30 - 1 102 106 10404 11236 10812
Jumlah 2684 3169 318623 336297 237638

Hasil pengolahan data diperoleh data skor rata-rata kelompok kontrol ( 89,48)

simpangan baku ( 90,22), standar deviasi ( 9,50) dan tingkat capaian pembelajaran

program pendidikan keaksaraan fungsional ( 42%) .Kelompok eksperimen skor rata-

rata ( 105,63)., simpangan baku ( 1,90), standar deviasi ( 1,38) dan tingkat capaian

(94,05%). Diperoleh skor t hitung ( 9,41), t tabel dengan (db) 29 pada taraf keper-

cayaan 95% adalah (2.045) dan 99% ( 2,756). Dengan demikian dapat dijelaskan t hi-

tung > t tabel maka (Ho) ditolak dan (Ha) diterima. Kesimpulan dari penelitian ini

adalah “Efektifitas model pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional berbasis

kebutuhan belajar masyarakat lebih besar dari efektifitas model pembelajaran

pendidikan keaksaraan fungsional konvensional”.


253

Dapat disimpulkan bahwa model pengelolaan program dan pembelajaran

pendidikan keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat lebih efektif

diterapkan dan dapat meningkatkan kualitas pengelolaan program, sehingga model

yang ditawarkan ini akan dapat dijadikan solusi dalam memecahkan masalah-masalah

yang berkaitan dengan pengelolaan program dan pembelajaran pendidkan keaksaraan

fungsional.

Pengelolaan program dan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional

yang konvensional masih memiliki berbagai keterbatasan dan belum dikelola secara

profesional maka dari itu perlu dirumuskan model pembelajaran berbasis kebutuhan

belajar masyarakat.

7. Revisi Produk Oleh Peneliti

Jika model pengelolaan dan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional

masih kurang memenuhi efektivitas dalam pengelolaan program dan pembelajaran

maka diadakan kegiatan Fokus Group Discution (FGD) dalam rangka meminta

masukan – masukan dalam rangka penyempurnaan dari pengembangan model.

Kegiatan ini di ikuti oleh beberapa kalangan yang terdiri dari akademisi pendidikan

nonformal, praktisi dan stakeolder dari pendidikan keaksaraan fungsional. Dari

beberapa aspek pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional berbasis

kebutuhan belajar sebagian besar poin –poin disepakati, namun ada beberapa aspek

yang di revisi dari masukan-masukan yang diberikan. Begitu juga kegiatan

pembelajaran, sebagian besar disepakati dan hanya beberapa poin yang diberikan

masukan demi kesempurnaan model pembelajaran .


254

Tabel 4.5 Hasil FGD Model Pengelolaan dan Pembelajaran Pendidikan


Keaksaraan Fungsional Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

No Variabel/Sub
Indikator Masukan Keterangan
variabel
A Pengelolaan Petunjuk teknis pengelolaan prog-
program ram kaksaraan fungsional

1. Perencanaan c. Pendataan a.Disepakati


a.Wb yang buta huruf berumur
itudijelaskan b.Disepakati
diatas 15 tahun
kerjasmanya c.disempurna
b.Data benar-benar dari hasil
seperti apa kan
identifikasi lapangan dengan
e.Proporsi d. Disepakati
menggunakan format identifikasi
belajar e. Disepakati
c.Pendataan dilakukan bersama
pengetahuan f.Disempur -
antara pengelola,tutur dan
dasar nakan
penyelenggara.
hendaknya g.Disepakati
d.Program belajar dijadwalkan
60% untuk
36kali pertemuan dengan jumlah
keterampilan
114 jam pelajaran.
40% pada KF
e.Jadwal belajar dirumuskan dan
dasar
disepakati bersama.
sedangkan
f.Proporsi belajar pendidikan
untuk KUM
calistung, pengetahuan umum
60 %
dan keterampilan ditentikan.
keterampilan
g.Proporsi penggunaan dana
dan 40%
ditentukan secara proporsional.
pengetahuan
dasar

2. Pengorga- a.Pengelompokkan berdasarkan ke


a.Sebaiknya a.Disempur-
nisasian dekatan tempat tinggal atau kesa-
berdasarkan nakan
maan kebutuhan belajar
jenis kebutu- b.Disepakati
b.Menjelaskan secara tertulis tugas
hanbelajar. c.Disepakati
tutor dan penyelenggara.
d.Jelaskan d.Disempur-
c.Memberikan pelatihan tentang
bentuk koor- nakan
strategi pembelajaran dan admi-
dinasinya.
nistrasi kelompok belajar
d.Berkoordinasi dalam pelaksana-
an tugas administrasi dan kegi-
atan pembelajaran.
3. Penggerakan a.Kegiatan awal merupakan moti- b.Jelaskan a. Disepakati
vasi pada WB yang dilakukan fasilitas apa b. Disempur-
bersamapengelola,penyelengga- saja yang harus nakan
ra dan tutor. disiapkan c. Disepakati
b.Pengelola bersama penyeleng- d.Disepakati
gara memfasilitasi kegiatanbel-
255

ajar dan administrasi.


c.Tutor menyelenggarakan kegi-
atan interaksi belajar.
d.Berkoordinasi dalam memecah-
kan persoalan yang dihadapi
dalam pelaksanaan program.

4. Pembinaan a.Mengidentifikasi berbagai per- b.Berikan a.Disepakati


soaalan dalam pelaksanaan petunjuk b.Disempur-
program. penggunaan nakan
b.Menggunakan format untuk ke- format c.Disepakati
giatan pemantauan program pemantauan d.Disepakati
c.Memberikan arahan terhadap pe
laksanaan program berdasarkan
kelemahan yang ditemui.
d.Mencatat kelemahan yang dite-
mui dan kemudian mendiskusi-
kannya dengan tutor dan pe –
lnyelenggara.

5. Penilaian a.Menilai kinerja tutor dan penye- a.Sedehanakan a.Disempur-


lenggara dengan mengunakan format nya nakan
format penilaian d.Rinci apa b.Disepakati
b.Menilai ketersediaan sarana dan saja daya c.Disepakati
prasarana. dukung d.Disempur-
c.Menilai ketercapaian kurikulum lingkungan nakan
berbasis kebutuhan belajar.
d.Menilai daya dukung
lingkungan di lokasi belajar.
6. Pengembangan a.Memanfaatkan potensi lokal c.Jelaskan a.Disepakati
untuk kegiatan pembelajaran mitra usaha b.Disepakati
dan usaha produktif dan mitra c.Disempur-
b.Mendirikan kelompok belajar belajar nakan
usaha warga belajar. dengan siapa
c.Membangun mitra dengan
industry lokal dan pemerintahan
desa.
B Kegiatan Petunjuk teknis pengelolaan
Pembelajaran program pendidikan kaksaraan
fungsional

1. Perencanaan a.Tutor melakukan identifikasi ke- d.Jelaskan a.Disepakati


Pembelajaran butuhan belajar untuk menetap- standar b.Disepakati
kan tema-tema pembelajaran. kompetensi dan c.Disepakati
b.Tutor menyusun silabus kompetensi d.Disempur-
c.Tutor menyusun Rencana Prog- dasar untuk KF nakan
256

ram pembelajaran (RPP) dasar dan e.Disepakati


d.Merujuk pada standar kompeten- KUM
si dan kompetensi dasar.
e.Merumuskan tujuan belajar
2. Pendekatan a.Tutor membuka pelajaran diawa-
Andragogy li dengan menanyakan pengala-
man warga belajar.
b.Tutor menggali ide/gagasan WB d.Jelaskan
untuk dapat didiskusikan motif a.Disepakati
bersama berprestasi b.Disepakati
c.Menciptakan suasana kondusif seperti apa c.Disepakati
dalam belajar. e. Jelaskan d.Disempur-
d.Mengembangkan motif berpres- berbuat nakan
tasi melalui persaingan secara seperti apa e.Disempur-
sehat. akan
e.Mengembangkan kemampuan
warga belajar untuk berbuat dan
memecahkan masalah dalam
kehidupannya.

3. Metode a.Menggunakan metode bervariasi


a.Disepakati
Pembelajaran untuk belajar calistungsi
b.Disepakati
b.Metoda belajar keterampilan
4. Materi a.Direncanakan secara tertulis
b.Dijelaskan
Pembelajaran yang merupakan pengembangan a.Disepakati
materi kete-
dari tema belajar. b.Disempur
rampilan itu
b.Berorientasi materi keterampilan nakan
seperti apa
5. Media a.Menggunakan alat praga dalam
a.Jelaskan apa a.Disempur-
Pembelajaran belajar membaca menulis dan
saja alat praga nakan
berhitung
untuk b.Disepakati
b.Mendorong keterlibatan warga
calistungsi c.Disepakati
belajar dalam penggunaan media
c.Menggunakan media yang berva-
riasi dalam pendidikan calistung
dan keterampilan.
6. Evaluasi Belajar a.Evaluasi terencana dan dilakukan
secara berkala
a.Buatkan jad-
b.Menggunakan berbagai format a.Disempur-
wal secara
untuk menilai calistung, pengeta- nakan
berkala
huan dasar dan keterampilan b.Disempur-
b.Format eva-
fungsional. nakan
luasi diseder-
c.Dokumentasikan hasil evaluasi c.Disepakati
hanakan
257

Berdasarkan masukan-masukan yang diberikan oleh peserta dijadikan bahan

untuk revisi model pengelolaan dan pembelajaran berbasis kebutuhan belajar

masyarakat.

8.Validasi Desain Model Oleh Pakar

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilaiapakah rancangan

produk lebih efektif dari yang konvensional atau tidak. Selanjutnya peneliti meminta

kepada mereka yang ahli dalam bidang manajemen pendidikan (Dr. Syafruddin

Wahid MPd) , psikhologi pendidikan ( Dr. Solfema, MPd) dan evaluasi pendidikan

(Dr. Najibah Taher,MPd). Untuk memvalidasi model baru yang dirancang tersebut

untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Setelah pertimbangan ahli

selanjutnya dilakukan beberapa perbaikan.

Tabel 4.6 Daftar Nama Validator Pengelolaan Program dan Pembelajaran


Pendidikan Keaksaraan Fungsional Dari Tim Ahli Pakar

No Validator Tempat Validasi Waktu Validasi


1 Universitas Negeri Padang 4 Juni 2013
Dr.SyafruddinWahid, MPd
Universitas Negeri Padang 6 Juni 2013
2 Dr.Solfema, MPd

3 Dr.Najibah Taher,MPd Universits Negeri Padang 8 Juni 2014

Hasil validasi pakar terdiri dari pengelolaan program pendidikan keaksaraan

fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat dan pembelajaran pendidikan

keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat.


258

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Validator Tentang Pengelolaan Program


Pendidikan Keaksaraan Fungsional Dari Tim Ahli Pakar

Res No Item
Ponden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Total
1 5 4 5 4 2 5 4 4 3 4 5 4 4 3 2 4 62

2 5 5 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 3 4 5 5 63
3 5 5 4 3 4 5 5 4 3 5 4 3 3 4 5 4 66

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa total nilai model pengelolaan

program pendidikan keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar dari validator

1 (62), validator 2 (63) dan validator 3 (66). Berikut ini dijelaskan hasil penilaian

validator tentang kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional berbasis

kebutuhan belajar masyarakat.

Tabel 4.8 Hasil Penilaian Validator Tentang Pembelajaran Pendidikan


Keaksaraan Fungsional Dari Tim Ahli Pakar

Res No Item
Ponden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total
1 4 5 5 4 4 5 5 4 3 4 4 4 4 5 3 63

2 5 5 5 4 3 4 5 4 4 5 4 3 4 4 5 64
3 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 3 3 5 5 64

Data di atas dapat dijelaskan bahwa total nilai model pembelajaran pendidikan

keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar dari validator 1 (63), validator 2

(64) dan validator 3 (64). Berukut ini dijelaskan perbandingan pembelajaran KF

konvensional dengan model pembelajaran keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan

belajar masyarakat.
259

Berdasarkan hasil validasi pakar yang telah dilakukan , diperoleh data hasil

validasi pada tabel berikut ini.

Tabel 4.9 Hasil Validasi Pengelolaan Program Pendidikan Keaksaraan


Fungsional Dari Tim Ahli Pakar
No Aspek yang dinilai
Mean Total koreksi Kategori
Item
1 Landasan Teori Pengelolaan 50,0 0,89 Valid
Program
2. Komponen model pengelolaan 46,6 0,85 Valid
program KF berbasis kebutuhan
belajar masyarakat
3 Petunjuk teknis perencanaan 46,6 0,85 Valid
program KF
4 Format identifikasi masalah dan 43,3 0,69 Valid
potensi lingkungan masyarakat
5 Format Identifikasi kemampuan 30,0 0,76 Valid
awal, kebutuhan belajar dan minat
belajar warga belajar
6 Format identifikasi kebutuhan 43,3 0,79 Valid
dan minat warga belajar
7 Format data identitas warga 43,3 0,79 Valid
belajar
8 Format kesepakatan belajar warga 40,0 0,73 Valid
belajar
9 Format identifikasi tutor dan 33,3 0,65 Valid
penyelenggara program KF
10 Petunjuk teknis pengorganisasian 40,0 0,76 Valid
program KF
11 Petunjuk teknis penggerakan 43,3 0,73 Valid
program KF
12 Petunjuk teknis pembinaan 30,0 0,69 Valid
program KF
13 Format pemantauan program KF 33,3 0,65 Valid
14 Petunjuk teknis Penilaian 36,6 0,72 Valid
program KF
15 Format penilaian kinerja 30,3 0,69 Valid
penyelenggara dan tutor
16 Petunjuk Teknis Pengembangan 43,3 0,73 Valid
program KF
260

Tabel 4.10 Hasil Validasi Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan


Fungsional Dari Tim Ahli Pakar

No Aspek Yang Dinilai Mean Total Koreksi Klasivikasi


Item
1 Landasan Teori Pembelajaran 43,3 0,73 Valid

2 Petunjuk teknis perencanaan 50,0 0,89 Valid


pembelajaran
3 Format rencana kegiatan 46,6 0,85 Valid
pembelajaran
4 Contoh silabus program KF 40,0 0,73 Valid
berbasis kebutuhan belajar
masyarakat
5 Contoh Rencana Kegiatan 36,6 0,72 Valid
Pembelajaran (RPP) berbasis
kebutuhan belajar masyarakat
Contoh matrik kegiatan 46,6 0,85 Valid
6 membaca, menulis dan berhitung
7 Format catatan perkembangan 50.0 0,89 Valid
warga belajar
8 Petunjuk teknis pendekatan 40,0 0,73 Valid
pembelajaran
9 Petunjuk teknis metode pembe- 36,6 0,72 Valid
lajaran pendidikan keaksaraan
fungsional
10 Contoh materi belajar berbasis 46,6 0,85 Valid
kebutuhan belajar masyarakat
11 Bentuk dan strategi penggunaan 40,0 0,73 Valid
media belajar calistung dan
keterampilan fungsional
12 Aspek yang dinilai dalam 33,3 0,65 Valid
pembelajaran KF
13 Format evaluasi minat dan 36,6 0,72 Valid
motivasi belajar warga belajar
14 Format instrument enaluasi 46,6 0,85 Valid
calistungsi warga belajar
15 Format instrument evaluasi 43,3 0,73 Valid
kecakapan fungsional warga
belajar

Untuk validitas berdasarkan ketepatan yang ada, nilai total koreksi item yang

dikoreksi harus lebih besar dari 0.36 . Berdasarkan perhitungan SPSS , maka
261

dinyatakan semua item valid, karena tidak ada satupun total koreksi item yang

bernilai kecil atau sama dengan 0,36. Dengan demikian secara umum terlihat bahwa

model pengelolaan program dan pembelajaran sudah mengacu pada kategori valid,

sehingga model ini sudah layak untuk diuji cobakan dan digunakan dalam

pengelolaan dan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional.

9. Revisi Akhir Produk Model

a. Perbandingan Model Konvensional dengan Model Berbasis Kebutuhan


belajar Masyarakat.
1). Model Pengelolaan Program Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat.

Berukut ini dijelaskan perbandingan KF konvensional dan model baru.

Tabel 4.11 Perbandingan Pengelolan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsi-


onal Konvensional Dengan Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

No Aspek Konvensional ModelBerbasis Kebutuhan


Pengelolaan Belajar Masyarakat
1 Perencanaan a.Disusun sendiri oleh pe- a.Disusun bersama dengan
pengelola untuk kepenti- tutor dan penyelenggara se-
ngan permintaan dana . sebagai acuan dalam pelak-
sanaan program.
b.Data bersumber dari do-
kumen desa. b.Data bersumber dari hasil
identifikasi kebutuhan bela-
jar dengan menggunakan
c.Komponen perencanaan format identifikasi.
sifatnya tentative. c.Komponen perencanaan me-
rupakan desain dari imple-
mentasi program.
Pengorga- a.Rekrutmen tutor dan pe- a.Rekrutmen tutor dan penye-
2 nisasian nyelenggara ditentukan lenggara berdasarkan seleksi.
karena kedekatan.
b.Orientasi tugas tidak b.Dilakukan bimbingan dan
jelas pelatihan untuk menjelaskan
c.Tidak dibekali dengan tugas
surat tugas. c. Dibekali dengan SK pe-
262

d.Pemberian insentif tidak ngangkatan dan surat tugas.


jelas. d. Insentif ditetapkan kese-
pakatan
a.Pencatatan/ administrasi a. Administrasi dikelola secara
3 Penggerakan program belum tertata baik oleh penyelenggara ber-
secara baik. dasarkan kebutuhan .
b.Pemberian motivasi pa- b. pemberian motivasi kepada
da warga belajar belum warga belajar secara bersama
optimal. antara tutor, penyelenggara
dan pengelola.
c. Tutor mengerjakan c. Pelaksanaan tugas diatur
pekerjaan pengelola se- secara jelas yaitu tutor mela-
bagai administrator. kukan pembelajaran dan pe-
ngelola/penyelenggara me-
lakukan tugas administrasi.

4 Pembinaan a.Pengawasan jarang dila- a. Pengawasan dilakukan se-


kukan hanya pada awal cara terus menerus dengan
kegiatan. menggunakan format yang
dirumuskan sendiri oleh
pengelola.
b.Supervisi jarang dila- b.Supervisi dilakukan secara
kukan oleh pengelola berkelanjutan yang berpedo-
pada penyelenggara dan man dari hasil pengawasan.
tutor.
5 Penilaian a.Belum dilakukan peni- a.Dilakukan penilaian kinerja
laian kinerja tutor dan terhadap tutor dan pengelola
pengelola. b.Dirumuskan instrument peni-
b.Belum ada instrument laian kinerja tutor dan
untuk penilai kinerja pengelola
tutor dan penyelenggara. c.Didokumentasikan dan dia-
c.Belum tersedia dokumen nalisis hasil penilaian
hasil penilaian.
6 Pengembangan a.Dilakukan kerjasama a.Kerjasama dalam kegiatan
hanya untuk penyeleng- belajar dan pendidikan
garaan kegiatan belajar keterampilan
pendidikan dasar b.Kegiatan belajar dilanjutkan
dengan bimbingan usaha
produktif warga belajar.
c.Identifikasi potensi dan
usaha local untuk dijadikan
mitra.
263

Dari tabel 4.11 dapat dijelaskan bahwa pengelolaan program pendidikan

keaksaraan fungsional masih banyak keterbatasan, dengan ditawarkannya model

pengelolaan program keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat

memungkinkan dapat mengatasi persoalan dalam pengelolaan program, sehingga

dengan dibentuknya kelompok belajar usaha, maka mereka tetap berkumpul bersama

untuk tetap belajar. Melakukan kegiatan saling membelajarkan diantara mereka, akan

terhindar dari masalah kembali buta huruf lagi.

Pendidikan keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat

lebih efektif diterapkan dan dapat meningkatkan kualitas pengelolaan program,

sehingga model yang ditawarkan ini akan dapat dijadikan solusi dalam memecahkan

masalah-masalah yang berkaitan dengan pengelolaan program dan pembelajaran

pendidkan keaksaraan fungsional.

Pengelolaan program dan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional

yang konvensional masih memiliki berbagai keterbatasan dan belum dikelola secara

professional maka dari itu perlu dirumuskan model pembelajaran berbasis kebutuhan

belajar masyarakat.

2). Perbandingan kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional


berbasis kebutuhan belajar masyarakat.

Berukut ini dijelaskan perbandingan pembelajaran KF konvensional dengan

model pembelajaran keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat.


264

Tabel 4.12 Perbandingan Kegiatan Pembelajaran Keaksaraan Fungsional


Konvensional Dengan Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

No Aspek Konvensional Model Berbasis Kebutuhan


Pengelolaan Belajar Masyarakat
Perencanaan a.Rumusan tema belajar a.Tutor melakukan indenti-
1. Pembelajaran menurut pemikiran tutor fikasi kebutuhan belajar
tanpa adanya identifikasi dengan menggunakan format
kebutuhan belajar. b.Disusun silabus berdasarkan
b. Belum tersedia Silabus tema-tema yang telah diiden-
untuk satu program KF. tifikasi
c. Belum tersedia RPP c. Disiapkan RPP yang praktis
yang dibuat oleh tutor berdasarkan tema belajar.
2. Pendekatan a.Proses pembelajaran, a.Proses pembelajaran, tutor
Pembelajaran tutor cendrung mengajar memahami eksistensi WB
dan warga belajar dija- dan menempatkan diri di
dikan objek yang diajari. dalam kelompok.
b.Tutor dianggap paling b.Tutor membantu WB untuk
mengetahui pelajaranya belajar berdasarkan kebutu-
yang disampaikan kepa- han belajarnya untuk menca-
da warga belajar. pai tujuan belajar yang
diinginkan.
c.Tutor aktif berfikir se- c.Tutor memotivasi WB untuk
sedangkan warga belajar berpartisipasi dalam kegiatan
menjadi objek yang di- perencanaan, pelaksanaan,
dipikirkan oleh tutor. dan penilaian kegiatan
belajar
d.Tutor lebih banyak ber- d.Tutor memberikan dorongan,
bicara, sedangkan warga bimbingan kepada WB untuk
belajar menjadi pen- berfikir dan berbuat dalam
dengan yang patuh ter- belajar dan kehidupannya.
hadap isi pembicaraan
yang disampaikan tutor.
e.Kepentingan warga bel- e.Tutor menyampaikan pokok-
ajar ditentukan oleh pokok informasi mengenai
tutor, sedangkan warga isi belajar, dan memberikan
belajar berfikir dan ber- rangsangan kepada WB
buat berdasarkan pilihan untuk mengemukakan ide,
tutor tersebut. gagasan dan pengalamannya.
f.Tutor lebih banyak ber- f.Tutor menciptakan suasana
peran dalam proses yang kondusif untuk belajar,
pembelajaran,sedangkan memupuk kerjasama dan
265

WB warga belajar mela- tukar informasi dan penga-


lui melalui perbuatan lamannya antar sesama WB
yang diperankan oleh dan tutor.
tutor.
g.Tutor memperlihatkan g.Tutor mengembangkan motif
dirinya paling berwiba- berprestasi melalui persai-
wa, sedangkan kebeba- ngan yang sehat serta dan
san warga belajar diba- bekerjasama berorientasi
tasi oleh tutor. kemasa depan.
h.Tutor sebagai sabjek da- h.Tutor mengembangkan ke-
lam pembelajaran se- mampuan WB untuk mene-
dangkan WB sebagai mukan dan memecahkan
objek yang dipelajari. masalah-masalah yang diha-
dapi dalam kehidupannya.

3. Metode a.Hanya menggunakan a.Menggunakan metode yang


Pembelajaran metode SAS dalam bervariasi dalam belajar ca -
belajar calistung listing (metode SAS,kata
kunci, suku kata, abjad, Iqra,
problem solving ,diskusi)
b.Dominan metode cera- b.Dominan metode diskusi da-
mah dalam pembelaja- lam pembelajaran pendidikan
ran pendidkan dasar. dasar.
c.Metode demonstrasi da- c.Metode yang bervariasi
lam pembelajaran kete- dalam belajar keterampilan
rampilan seperti ceramah, demon-
strasi, pemberian tugas dan
diskusi.
4. Materi a.Belum terencana secara a.Direncanakan secara tertulis
Pembelajaran tertulis. yang merupakan pengemba-
ngan tema belajar.
b.Dirumuskan berdasarkan ha-
b.Ditentukan tutor berda-
sil identifikasi kebutuhan be-
sarkan pengalamannya lajar yang bernuansa materi
keterampilan.
c.Berorientasi pada penge- c.Berorientasi pada pendidikan
tahuan umum keterampilan yang berisi
pengenalan bahan dan alat,
proses produksi, hasil pro-
duksi dan analisa usaha
Media a.Tidak menggunakan alat a.Menggunakan alat praga da-
266

5. Pembelajaran praga untuk belajar ca - lam belajar calistung, seperti


istung, hanya menggu- kartu gambar, angka , huruf
nakan papan tulis. dan angka.
b.WB kurang dilibatkan b.Warga belajar dan tutor
dalam penggunaan me - bersama-sama menggunakan
dia belajar dan media media belajar atas kendali
keterampilan tutor
Evaluasi Belajar a.Pelaksanaan evaluasi a.Evaluasi dilakukan secara
6 bersifat insidental. terencana yang dimuat dalam
program pembelajaran.
b.Belum tersedia instru- b.Disiapkan instrument untuk
ment untuk menilai ke- menilai kemampuan warga
mampuan belajar warga belajar dalam bnetuk format
belajar. evaluasi(prosespembelajaran,
aktivitas warga belajar, minat
dan motivasi warga belajar,
kemampuan calistungsi
warga belajar, kecakapan
dasar fungsional warga
belajar, rekapitulasi kecaka-
pan dasar dan keterampilan
fungsional.
c.Evaluasi proses dan ha- c.Evaluasi terdokumentasi se-
sil belajar belum terdo- cara baik dan jelas.
kumentasi dengan jelas.

Hasil analisis dari model konvensional yang dengan berbagai kekurangan dan

keterbatasan maka dirumuskan model kegiatan pembelajaran berbasis kebutuhan

belajar masyarakat. Seperti dalam perencanaan pembelajaran dimana tutor belum

merumuskan silabus, RPP dan bahan belajar dikarenakan mereka tidak memahami

cara mendisainnya. Melalui pembelajaran berbasis kebutuhan belajar diberikan

contoh disain silabus, Rencana Program Pembelajaran dan bahan ajar. Selanjutnya

diberikan contoh dalam bentuk berbagai format identifikasi kebutuhan dan sumber

belajar.
267

Begitu juga dalam pendekatan belajar pada model konvensional berorientasi

pada pendekatan secara formal dimana tutor lebih mendominasi kegiatan belajar

sedangkan pada pembelajaran berbasis kebutuhan belajar diciptakan suasana kondusif

dengan menggunakan mendekatan (andragogy ) yang mengutamakan partisipasi,

kerjasama kooperatif dan aktualisasi diri.

Evaluasi belajar pada pembelajaran konvensional belum menggunakan

instrument penilaian, maka model pembelajaran berbasis kebutuhan belajar

masyarakat dirumuskan format untuk menilai berbagai kemampuan warga belajar.

b.Produk Akhir

Produk akhir dari penelitian ini terdiri dari dua buku yaitu (1). Buku untuk

pengelola program pendidikan keaksaraan fungsional sebagai petunjuk dalam

melakukan pengelolaan program (2) Buku untuk tutor pendidikan keaksaraan

fungsional yang dapat dijadikan acuan didalam menyelenggarakan kegiatan

pembelajaran.

1). Buku Untuk Pengelola program Keaksaraan Fungsional

Buku untuk pengelola program pendidikan keaksaraan fungsional berisikan

petunjuk teknis dalam perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan ,

penilaian dan pengembangan. Selain dari itu juga memuat berbagai format untuk

melakukan identifikasi kebutuhan belajar, potensi lokal, format pemantauan kegiatan

dan instrumen penilaian kinerja tutor dan penyelenggara program.


268

2). Buku Untuk Tutor Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Buku untuk tutor pendidikan keaksaraan fungsional berisikan petunjuk teknis

dalam kegiatan pembelajaran yang terdiri dari perencanaan pembelajaran, pendekatan

(andragogy), metode belajar, materi pembelajaran, media belajar dan evaluasi hasil

belajar. Selain dari itu juga terdapat contoh Silabus dan RPP serta perangkat bahan

ajar berbasis kebutuhan belajar, berbagai format identifikasi proses pembelajaran dan

evaluasi hasil belajar.

10.Diseminasi Model dan Implementasi

Model pengelolaan dan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional

berbasis kebutuhan belajar masyarakat di lakukan diseminasi (penyebaran produk )

dengan membuatkan makalah dari hasil penelitian dan ikut serta dalam seminar

Internasional yang diadakan oleh Jurusan Pendidikan Luar Sekolah FIP UNP Padang,

pada tanggal 6 Juli 2013. Peserta seminar Internasional terdiri dari akademisi dan

praktisi pendidikan luar sekolah. Makalah yang disajikan itu di muat ke dalam

proseding hasil seminar Internasional.

Model ini juga disebarkan kepada mahasiswa PLS yang mengambil mata

kuliah Pengelolaan Program PLS sebagai bagian dari materi kuliah. Kegiatan ini

dilaksanakan pada semester Juli – Desember 2013.

Selanjutnya disebarluaskan kepada pengelola dan tutor pendidikan keaksaraan

fungsional pada acara pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh bidang

PNFI dinas pendidikan propinsi Sumatera Barat pada bulan April sampai Juni tahun

2014 sebanyak lima angkatan bertempat di hotel Axsana Kota Padang.


269

C. BAHASAN

1. Pengelolaan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Temuan penelitian menunjukkan bahwa dalam pengelolaan program keak-

saraan fungsional dalam hal ini pimpinan PKBM dan pamong belajar sebagai

pengelola , menyusun program berdasarkan data diperoleh dari data yang berada di

kantor nagari. Data calon warga belajar, tutor dan penyelenggara lapangan serta

potensi lokal diperoleh dari dokumen di kantor wali nagari, dan wawancara dengan

pimpinan nagari/desa. Hasil identifikasi kebutuhan belajar dan potensi lokal,

selanjutnya disusun program sesuai dengan data diperoleh dan belum di konfir-

masikan kepada pihak-pihak yang diikut sertakan itu. Pelaksanaan program,

pengelola menyerahkan kepada tutor untuk melaksanakan semua aktivitas penge-

lolaan administrasi program maupun pembelajaran. Penyelenggara diminta men-

dampingi tutor untuk mengajar dan membantu kalau terjadi permasalahan dalam

proses belajar. Pengelola datang ke lapangan rata-rata dua kali pertemuan yaitu

sewaktu pembukaan dan pada acara penutupan. Belum ada dilakukan evaluasi dan

monitoring kinerja tutor dan penyelenggara lapangan oleh pengelola. Pengembangan

program dilakukan baru pada terselenggaranya kegiatan belajar seperti penggunaan

tempat belajar dan penyediaan alat dan sarana belajar, dan pengembangan dalam

tindak lanjut program seperti usaha produktif warga belajar belum dilakukan.

Pengembangan model pengelolaan program pendidikan keaksaraan fung-

sional berbasis kebutuhan belajar masyarakat dilakukan dengan tahap menemukan

data warga belajar tentang tutor dan penyelenggara serta potensi lokal kepada
270

pemerintahan setempat. Menetapkan sasaran program kegiatan dengan mendis-

kusikannya pada pemerintahan setempat dalam hal ini wali nagari atau pemerintahan

kelurahan. Mengkoordinasikan program dengan tutor dan penyelenggara lapangan

dalam rangka meminta kesediaan untuk dapat bekerjasama mengelola program.

Membuatkan surat tugasnya dari lembaga dalam rangka memberdayakan tutor dan

penyelenggara. Merumuskan perencanaan dengan mengikutsertakan penyelenggara

dan tutor dalam merumuskan tujuan dan menjabarkan program dalam bentuk

perencanaan. Bersama tutor dan penyelenggara mengidentifikasi jumlah warga

belajar, mengumpulkan calon warga belajar untuk diberikan orientasi sekaligus

melengkapi data yang diperlukan.

Pelaksanaan program dilakukan dengan membimbing tutor dan penye-

lenggara membuat perencanaan pembelajaran, melatih tutor/penyelenggara untuk

dapat melaksanaan pembelajaran, melakukan evaluasi terhadap kinerja tutor dan

penyelenggara, mencek kelengkapan administrasi dan proses pembelajaran dan

melakukan pembinaan terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi dalam proses

belajar. Merencanakan kerjasama dengan berbagai usaha dan industri lokal untuk

dapat mendukung pelaksanaan usaha produktif warga belajar. Usaha produktif ini

dilakukan untuk menindaklanjuti keterampilan fungsional yang dipelajari dalam

kelompok belajar. Pengembangan model kebutuhan belajar masyarakat sebagaimana

dikemukakan oleh Sudjana (2004: 29) “Sasaran peningkatan pengembangan adalah

masukan lingkungan, masukan sarana, masukan mentah, proses, keluaran dan

masukan lainnya dan atau pengaruh program”. Upaya pengembangan program


271

melalui pendekatan partisipatif dimana pimpinan mengikut sertakan semua pihak

yang terlibat dalam program ”. Pengembangan model kebutuhan belajar sebagaimana

pendapat Marzuki (2009 :79) pengelola dan pendidik orang dewasa mempunyai

fungsi “(1) menilai kebutuhan belajar individu, lembaga dan masyarakat yang sesuai

dengan lingkungan organisasinya; (2) menetapkan dan mengelola struktur organisasi

untuk mengembangkan dan pelaksanaan efektif dari suatu program pendidikan orang

dewasa; (3) merumuskan tujuan yang sesuai dengan kebutuhan belajar yang

ditetapkan; (4) menciptakan dan mengawasi prosedur yang diperuntukkan bagi

pelaksanaan program yang efektif , termasuk memilih dan melatih ketua kelompok

belajar, tutor, penyelenggara, pengatur fasilitas dan proses administrasi dan seleksi ,

penerimaan warga belajar, serta pembiayaan; dan (5) menilai efektifitas program

pendidikan yang dilaksanakan.

Kebutuhan belajar masyarakat ke depannya sebagaimana pendapat Shane

(2001:98) identifikasi kebutuhan belajar masyarakat adalah; (1) kemampuan

sendmembaca, menulis dan berhitung fungsional; (2) kemampuan bekerjasama; (3)

kemampuan berfikir ilmiah; (4) kemampuan mengasuh keluarga dan rumah tangga;

(5) Kemampuan mencari nafkah; (6) kemampuan memahami kewarganegaraan; (7)

sikap dan motivasi untuk gemar belajar; (8) Kemampuan memperoleh dan

menguasai informasi; (9) kemampuan berkomunikasi; (10) kemampuan

berorganisasi; (11) kemampuan beradaptasi dan mengatasi perubahan-perubahan

yang cepat; (12) kemampuan teknik perencanaan masa depan, pemanfaatan waktu,

tenaga dan keuangan; (13) kemampuan bersaing; (14) sikap keterbukaan; (15) sikap
272

peduli terhadap sesama dengan menghargai martabat manusia; dan (16) suka

menghargai perbedaan dan keragaman.

Kusnadi (2003:76) Unsur-unsur yang penting dalam menjawab kebutuhan

belajar warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional adalah: (1) bagaimana cara-

cara yang praktis untuk menaikkan penghasilan bagi setiap warga belajar; (2)

bagaimana menanggulangi secara efektif bahaya-bahaya yang mengancam

kesejahteraan ekonomi; (3) bagaimana mencegah bahaya-bahaya yang mengancam

kesehatan; (4) bagaimana cara-cara memanfaatkan kekayaan alam guna kepentingan

diri dan masyarakat; (5) bagaimana cara-cara terbaik untuk memelihara kerukunan

dalam bertetangga; (6) Bagaimana menggalang dana dan daya untuk kepentingan

kehidupan bersama; (7) bagaimana cara-cara untuk meningkatkan kemampuan di

dalam mencari penyelesaian urusan administrasi bagi dirinya, keluarga dan

lembaganya; (8) bagaimana cara-cara untuk meningkatkan fungsi dan prestise diri

dalam organisasi di masyarakat; dan (9) bagaimana cara-cara terbaik untuk dapat

memanfaatkan waktu, disiplin berlalu lintas, memelihara lingkungan dan sebagainya.

Penggerakan program pendidikan keaksaraan fungsional dimana peran mo-

tivasi sangat diperlukan agar program tetap berjalan dengan lancar. Sebagaimana

pendapat Siagian (2000:98) “motivasi adalah sebagai pembentukan pemahaman

tentang tujuan-tujuan yang perlu dicapai oleh orang-orang yang melakukan kegiatan

tertentu. Motivasi adalah istilah yang menggambarkan tentang pemberian kekuatan

kepada orang untuk mengarahkan kegiatannya.


273

Pendidikan keaksaraan fungsional merupakan kegiatan pendidikan nasional

yang diperuntukkan bagi masyarakat buta aksara agar mereka melek aksara dan dapat

meningkatkan taraf hidup serta cara berfikir warga belajar. Maka dari itu pengelolaan

pendidikan dan pembelajaran KF harus memenuhi standarisasi pendidikan yang

terdiri dari 8 indikator. Sebagaimana menurut standarisasi pendidikan menyatakan

bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan ada kriteria minimal yang harus terpenuhi

oleh lembaga penyelenggara pendidikan termasuk program pendidikan keaksaraan

fungsional. Standarisasi ini dilakukan untuk mengukur ketercapaian mutu dari

pengelolaan pendidikan itu sendiri, termasuk program pendidikan keaksaraan

fungsional. Delapan standarisasi pendidikan itu terdiri dari (1) Standar isi: adalah

ruanglingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang

kompetensi tamatan,kompetensi bahan kajian,kompetensi mata pelajaran,dan silabus

pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis

pendidikan; (2) Standar proses : adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan (3) Standar kelulusan:

adalah standar yang berkaitan dengan tingkat pencapaian hasil belajar yang dicapai

oleh peserta didik (4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah standar

nasional yang berkaitan dengan kwalifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga

kependidikan (5) Standar sarana dan prasarana: standar pendidikan yang berkaitan

dengan kriteria minimal ruang belajar,tempat berolahraga, perpustakaan, berlatih,

bengkel kerja, sumber belajar lain yang menunjang proses belajar mengajar (6)

Standar pengelolaan adalah yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan,


274

pengawasan kegiatan pendidikan agar tercapai efektifitas dan efisiensi pengelolaan

pendidikan (7) Standar pembiayaan : standar yang mengatur komponen dan besarnya

biaya operasional yang berlaku selama satu tahun; dan (8) Standar penilaian adalah

standar yang mengatur mekanisme,prosedur dan instrumen hasil belajar peserta didik.

Berbagai pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pengelolaan pendidikan

keaksaraan fungsional agar mendapat dukungan dari masyarakat dan memiliki

manfaat yang tinggi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin, dalam

pengelolaann program KF, tahap demi tahap seperti pada tahap perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi dan kemitraan program selalu melakukan identifikasi

kebutuhan belajar dan potensi lokal. Hal ini akan dapat dijadikan acuan untuk

merealisasikan program KF secara situasional dan berkelanjutan. Koordinasi dan

kerjasama antar pengelola, penyelenggara lapangan dan tutor untuk mengelola

program pendidikan keaksaraan sangat diperlukan agar program KF dapat merespon

kebutuhan belajar masyarakat .

Pendidikan keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat

pada hakekatnya bagaimana program belajar itu dapat diminati oleh warga belajar

sehingga mereka termotivasi dalam belajar, kegiatan belajar dapat dijadikan sumber

ekonomi (pendapatan) warga belajar. Apabila program belajar dapat merespon

kebutuhan belajar mereka,maka tanpa ada tutor dan penyelenggarapun mereka bisa

belajar. Walaupun program belajar sudah selesai, mereka tetap belajar mandiri

sehingga mereka tidak buta huruf kembali, karena motivasi belajar warga belajar

tetap terpelihara. Sebagaimana pendapat Kusnadi (2003:90), Unsur-unsur yang


275

penting dalam menjawab kebutuhan belajar warga belajar pendidikan keaksaraan

fungsional adalah: (1) bagaimana cara-cara yang praktis untuk menaikkan

penghasilan bagi setiap warga belajar; (2) bagaimana menanggulangi secara efektif

bahaya-bahaya yang mengancam kesejahteraan ekonomi; (3) bagaimana mencegah

bahaya-bahaya yang mengancam kesehatan; (4) bagaimana cara-cara memanfaatkan

kekayaan alam guna kepentingan diri dan masyarakat; (5) bagaimana cara-cara

terbaik untuk memelihara kerukunan dalam bertetangga; (6) bagaimana menggalang

dana dan daya untuk kepentingan kehidupan bersama; (7) Bbagaimana cara-cara

untuk meningkatkan kemampuan di dalam mencari penyelesaian urusan administrasi

bagi dirinya, keluarga dan lembaganya; (8) bagaimana cara-cara untuk meningkatkan

fungsi dan prestise diri dalam organisasi di masyarakat; dan (9) bagaimana cara-cara

terbaik untuk dapat memanfaatkan waktu, disiplin berlalu lintas, memelihara

lingkungan dan sebagainya.

Pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa program pendidikan keaksaraan

fungsional hendaknya diselenggarakan oleh petugas dalam hal ini pengelola,

penyelenggara dan tutor yang memiliki kemampuan dalam managerial baik dalam

pelaksanaan program maupun dalam pembelajaran. Melalui identifikasi kebutuhan

belajar masyarakat dan pemanfaatan potensi lokal maka perencanaan, pengorg-

anisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan program dapat

dilaksanakan dengan baik. Koordinasi dan kerjasama antar pengelola, penyelenggara

dan tutor terbina dengan baik dalam mengelola program pendidikan keaksaraan

fungsional. Melalui pengembangan model pengelolaan program pendidikkan


276

keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat diupayakan penge-

lolaan program keaksaraan fungsional dapat memenuhi delapan standar pendidikan

nasional.

2. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Temuan penelitian menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran pen-

didikan keaksaraan fungsional, tutor sebagai pengelola pembelajaran kurang

melibatkan partisipasi warga belajar dalam merencanakan program belajar. Tema-

tema pembelajaran disusun oleh tutor berdasarkan pengalamannya sendiri. Belum

menyusun silabus mengembangkan silabus ke dalam bentuk Rencana Program

Pembelajaran. Tutor kurang memahami teknis membuatan silabus dan RPP, menurut

mereka terlalu rumit dan tidak mampu merumuskannya, karena belum pernah

diajarkan oleh pengelola. Data lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya tutor

belum menyusun program pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana program

pembelajaran. Perencanaan pembelajaran penting dilakukan sebgaimana pendapat

Sa’ud 2003) “pentingnya perencanaan (1) dengan adanya perencanaan kegiatan dapat

terarah dan adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan (2) dengan adanya

perencanaan dapat dilakukan perkiraan terhadap hal-hal yang akan dilalui pada tahap

pelaksanaan (3) perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai

alternative tentang cara yang terbaik (4) dengan perencanaan dilakukan skala

penyusunan prioritas (5) dengan adanya rencana aka nada suatu alat pengukur dan

standar untuk mengadakan evaluasi.


277

Pendekatan pembelajaran terkesan tutor yang aktif dan mendominasi

pembelajaran, sedangkan warga belajar menjadi pendengar yang patuh terhadap isi

pembelajaran yang disampaikan tutor. Kepentingan warga belajar ditentukan oleh

tutor, sehingga berbuat dan bertindak berdasarkan pilihan tutor. Seperti dalam

memilih topik pembelajaran dan jenis pendidikan keterampilan, tutorlah yang

menentukanya, dan warga belajar mengikuti apa saja yang ditetapkan. Pembelajaran

keterampilan yang dilakukan ditetapkan sesuai dengan keinginan tutor, tanpa

mempertimbangkan potensi sumber daya lokal dan identifikasi kebutuhan belajar

warga belajar.

Pembelajaran pendidikan keterampilan pada pendidikan keaksaraan fung-

sional dilaksanakan terpisah dari pendidikan pengetahuan dasar calistung, artinya

kalau belajar keterampilan dari awal sampai akhir hanya belajar keterampilan saja,

tidak ada belajar calistung. Belajar keterampilan untuk pendidikan keaksaraan dasar

dan keaksaraan lanjutan materinya sama saja, tidak ada tingkatannya. Karena warga

belajar mayoritas perempuan maka keterampilan yang dipilih adalah keterampilan

untuk wanita, seperti memasak kue, menjahit pakaian, merangkai bunga.

Metode pembelajaran dapat didefenisikan sebagai sebagai prosedur yang

sistematis dan terencana untuk menyelenggarakan kegiatan untuk mencapai tujuan.

Menurut Sudjana (2005 8) “metode mengandung prosedur yang disusun secara

teratur dan logis yang dituangkan dalam kegiatan mencapai tujuan”. Metode

pembelajaran memegang peranan penting dalam menyusun strategi dan pelaksanaan

program pembelajaran. Pemilihan metode yang tepat dapat memotivasi warga belajar
278

untuk belajar. Selain itu metode dapat pula membantu sumber belajar dalam

menyusun strategi pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

Metode yang digunakan dalam pendidikan keaksaran fungsional tidak terlepas

dari karakteristik dan penetapan strategi pembelajaran yang dipilih sehingga

penetapannya menunggu kepada jenis strategi yang akan digunakan. Metode

pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang teratur secara sistematis

dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Pendapat diatas dapat di

simpulkan pelaksanaan pendidikan keaksaraan fungsional dapat menggunakan

metode yang bervariasi. Apabila metode yang digunakan tepat dan sesuai dengan

materi yang disajikan, maka tanggapan warga belajar akan baik terhadap kegiatan

pembalajaran, sehingga warga belajar termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.

Bahan ajar adalah materi belajar yang akan disampaikan pada warga belajar

dalam proses belajar. Pendidikan keaksaraan fungsional memberikan bahan ajar pada

warga belajar adalah belajar menulis, membaca dan berhitung dengan mempedomani

bahan ajar yang ada di sekolah dasar. Bahan ajar keterampilan diajarkan tersendiri

dan tidak terkait dengan belajar menulis,membaca dan berhitung. Kusnadi (2003:89)

“agar seorang sumber belajar selalu sukses dalam tugas belajarnya, maka harus

menguasai benar benar materi pembelajaran yang akan disajkan kepada warga

belajar,agar mampu membangkitkan motivasi dan mendorong semangat warga

belajar”. Menurut Kamil (2006:102) materi merupakan “salah satu sumber belajar

yang berisikan seperangkat bahan belajar yang akan disajikan selama kegiatan
279

pembelajaran berlangsung kepada warga belajar. Agar tujuan pembelajaran dapat

dicapai, maka materi yang disajikan harus sesuai dengan kebutuhan warga

belajar”.Menurut Sanjaya (2008 : 151-153) menjelaskan lima pertimbangan teknis

dalam mengemas bahan materi pembelajaran yakni : (1) kesesuaian dengan tujuan

yang harus dicapai (2) kesederhanaan (3) unsur-unsur disain pesan (4) pengor-

ganisasian bahan ajar (5) petunjuk cara penggunaan.

Media belajar dalam bentuk alat praga untuk belajar pendididikan dasar

kurang digunakan oleh tutor kecuali papan tulis. Penggunaan media belajar untuk

belajar keterampilan produktif sudah digunakan sesuai dengan kebutuhan

pembelajaran keterampilan akan tetapi peralatannya belum tersedia. Maka dari itu

tutor meminta warga belajar untuk menyediakannya sesuai dengan keterampilan yang

akan dipelajari.

Kesimpulan yang dapat diambil bahwa dalam proses pendidikan keaksaraan

fungsional materi memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu materi

yang disajikan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan warga belajar atau

bermanfaat dan mudah di mengerti oleh warga belajar sehingga pembelajaran dapat

berlangsung dengan baik. Begitu juga penggunaan media belajar hendaknya sinkron

dengan materi belajar.

Penilaian hasil belajar dilakukan tutor terhadap hasil pembelajaran untuk

mengukur tingkat pencapaian kompetensi warga belajar, serta di gunakan sebagai

bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses

pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematis dan terprogram


280

dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tulis dan lisan, pengamatan

kinerja, pengukuran sikap. Sagala (2010:105) “ penilaian proses belajar mengajar

dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar

yang telah disusun dan dilaksanakan”.

Prosedur melakukan penilaian pada warga belajar dilakukan oleh tutor melalui

pengamatan dari kemajuan belajar warga belajar. Penilaian membaca dilakukan

melalui pengamatan, penilaian menulis dilakukan melalui karya tulis warga belajar

dan kemampuan berhitung dilakukan melalui pemberian soal berhitung yang mesti

diselesaikan warga belajar.

Pelaksanaan evaluasi pembelajaran dilakukan menurut keinginan tutor, belum

lagi menggunakan instrumen penilaian proses belajar dan kemampuan hasil belajar

warga belajar.

Pengembangan model pengelolaan pembelajaran berbasis kebutuhan belajar

masyarakat adalah pembelajaran yang dilakukan mengharapkan partisipasi aktif

warga belajar, dalam perencanaan pembelajaran, pendekatan, metode, materi, media

dan evaluasi hasil belajar. Sebelum menyusun program belajar tutor meminta

pendapat warga belajar tentang keinginan mereka untuk belajar keterampilan yang

diminatinya, menentukan jadwal dan tempat belajar, sarana dan prasarana yang

digunakan serta hasil belajar yang diharapkan. Tutor merumuskan silabus, rencana

program pembelajaran dan bahan ajar yang praktis dimana di dalamnya memuat

kemampuan calistung, berkomunikasi, pengetahuan dasar, dan keterampilan fung-

sional. Pelaksanaan belajar menggunakan strategi belajar dengan langkah-langkah:


281

tutor mengarahkan pembicaraan ke topik yang sudah dirumuskan, menga-jukan

pertanyaan, mendiskusikan, memunculkan kata-kata kunci, dan melakukan aksi

pembelajaran.

Penetapan hasil belajar warga belajar dengan menggunakan instrumen

evaluasi yang digunakan oleh tutor untuk melakukan penilaian itu bersama-sama

dengan warga belajar, dalam hal ini warga belajar juga dapat menilai dirinya sendiri.

Pengembangan model pengelolaan pembelajaran berbasis kebutuhan belajar

itu mengharapkan partisipasi aktif warga belajar. Sebagaimana pendapat Kamil

(2009:16) bahwa “langkah-langkah pengelolaan kegiatan belajar meliputi: (1)

menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar; (2) menetapkan struktur

organisasi pengelola program; (3) mengidentifikasi kebutuhan belajar; (4)

merumuskan arah dan tujuan belajar; (5) menyusun pengembangan bahan belajar; (6)

melaksanakan kegiatan belajar; (7) melakukan penilaian program belajar dan hasil

belajar warga belajar”. Selanjutnya dipertegas oleh Sudjana (2000: 21) “pemanfaatan

sumber daya alam dan lingkungan sangat membantu dalam proses pembelajaran dan

pembelajaran partisipatif merupakan upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta

didik dalam kegiatan pembelajaran. Pendididkan sepanjang hayat (life long

education) pada dasarnya merupakan fenomena yang wajar dan alamiah dalam

kehidupan manusia. Menurut Abdulhak (2000:45) bahwa “ setiap orang memiliki

kesempatan untuk terlibat dalam situasi pendidikan dari mulai lahir sampai

wafat”.Marzuki, (2004: 67) “Pendidikan berbasis masyarakat mengandung beberapa

makna yaitu: kemampuan peserta didik meningkat, partisipasi daan demokrasi, dan
282

mobilisasi masyarakat”. Sihombing (2001: 98) bahwa” pendidikan berbasis

masyarakat memiliki tiga elemen yaitu: mementingkan warga belajar, program

dimulsi dari perspektif yang kritis, dan pendidikan berbasis masyarakat menekankan

bahwa belajar harus berlokasi di masyarakat”. Menurut Galbarith dalam Marzuki

(2004:98) “prinsip-prinsip belajar berwawasan kemasyarakatan yaitu, determinasi

diri, membantu dirinya sendiri, mengembangkan kepemimpinan, lokalisasi,

pelayanan terpadu, menerima perbedaan, belajar terus menerus”.

Pembelajaran keaksaraan fungsional sebagaimana pendapat Marzuki (2010

22)” pendidikan keaksaraan fungsional, tidak ada kurikulum standar yang dapat

dipedomani secara nasional, akan tetapi kurikulum yang disusun berdasarkan

kehidupan nyata di masyarakat, kebutuhan dasar masyarakat, minat dan bakat warga

belajar, kondisi masyarakat, geografis daerah dan tuntutan kehidupan global karena

perkembangan zaman, maka dari itu kurikulum yang dijabarkan menjadi silabus,

bahan ajar dan rencana pembelajaran itu disusun oleh Tutor berdasarkan aspirasi dan

kebutuhan belajar warga belajar”. Kemampuan Tutor dalam menganalisis kebutuhan

belajar dan sumber belajar menjadi titik awal yang penting dalam pengelola program

pendidikan keaksaraan fungsional

Pendapat di atas dapat di jelaskan bahwa program pembelajaran pendidikan

keaksaraan fungsional diarahkan pada pembimbingan warga belajar agar dapat

memiliki kesadaran terhadap kondisi pekerjaan dan kehidupannya, antara belajar,

kehidupan dan pekerjaan tidak dapat dipisahkan dan akan bermakna kalau materi
283

belajar merupakan keterpaduan antara belajar keterampilan, literasi, komunikasi dan

pengetahuan dasar. Program belajar berorientasi pada tindakan, oleh karena itu

program KF diarahkan untuk memobilisasi warga belajar agar mau bertindak untuk

memperbaiki kehidupannya.

Pengelolaan program dan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional

berbasis kebutuhan belajar masyarakat juga di tentukan kelanjutan program melalui

kerjasama. Berhasil tidaknya kerjasama sangat bergantung pada berbagai hal

diantaranya: (1) kualitas program; kualitas program harus menguntungkan bagi

lembaga yang diajak bekerja sama; (2) tingkat keinovativan program,apakah program

itu dikembangkan inovatif atau tidak, sejalan dengan perkembangan dan perubahan

masyarakat terutama perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

(3) tingkat fleksibel program juga harus menjadi perhitungan; (4) sasaran akhir

program atau lulusan apa yang akan dihasilkan; (5) kemampuan pengawasan dan

pengendalian program terutama diarahkan pada mutu proses pengelolaan dan proses

pembelajaran pada satuan program pendidikan keaksaraan fungsional.

Pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa pengelolaan program pendidikan

keaksaraan fungsional adalah proses manajemen pendidikan dan penerapan fungsi

untuk mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam situasi tertentu guna

mencapai tujuan. Pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional adalah

bagaimana merencanakan, melaksanakan, evaluasi dan kemitraan dari berbagai

komponen dari warga belajar, sumber belajar, pamong belajar, ragi kelompok belajar,

sarana belajar, tempat belajar, motivasi belajar program belajar dan hasil belajar.
284

Pengelolaan program pendidikan saat ini belum memenuhi standarisaasi pendidikan

nasional terutama standar isi, yang belum memiliki silabus, rencana pembelajaran dan

bahan ajar yang disusun oleh tutor. Standar pengelolaan dan pembiayaan, standar

penilaian dalam melakukan pengukuran evaluasi hasil belajar.

Pengembangan model pengelolaan keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan

belajar masyarakat yang dirancang program melalui identifikasi kebutuhan yang

dilanjutkan dengan merumuskan prioritas dan menjabarkan dalam bentuk peren-

canaan program dan pembelajaran, melaksanakan program dengan memanfaatkan

potensi lokal serta melakukan penilaian program dan hasil belajar, melanjutkan

dengan melakukan kerjasama dalam mendukung manfat program kepada warga

belajar.

Pengembangan model pengelolaan program dan pengelolaan pembelajaran

berbasis kebutuhan belajar akan dapat dilaksanakan oleh penyelola, penyelenggara

dan tutor pendidikan keaksaraan fungsional melalui penyiapan atau menyiapkan

petunjuk teknis pelaksanaan pendidikan keaksaraan fungsional, contoh Silabus,

Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar berbasis kebutuhan belajar

masyarakat. Menyiapkan instrumen evaluasi untuk mengukur kemampuan kerja

penyelenggara dan tutor serta berbagai instumen dan format untuk dapat digunakan

mengukur hasil belajar warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional.


285

D. Kelebihan dan Kelemahan Model Pengelolaan Program Keaksaraan


Fungsional Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

1. Kelebihan Model

Pengembangan model pengelolaan pendidikan keaksaraan fungsional berba-

sis kebutuhan belajar masyarakat spesifiknya pada pengelolaan program yang dapat

dijadikan panduan bagi pengelola dan penyelenggara dalam perencanaan, pengor-

ganisasian, penggerakan, pembinaan,penilaian dan pengembangan program.

Pengembangan model kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fung-

sional dapat dijadikan pedoman bagi tutor dalam melaksanakan pembelajaran baik

dalam perencanaan pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode, materi, media,

dan evaluasi hasil belajar untuk kegiatan interaksi pembelajaran.

Pengembangan model disajikan dalam bentuk petunjuk teknis sehingga

mudah dipahami oleh pengelola, penyelenggara dan tutor dalam menggunakannya.

Pengembangan model pengelolaan program memberikan contoh format

penilaian kemampuan kerja penyelenggara dan tutor sehingga pengelola dapat

menentukan kompetensinya dan dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan

kompetensi tutor dan penyelenggara program kedepannya.

Pengembangan model pembelajaran memberikan contoh pengembangan

silabus hasil identifikasi kebutuhan belajar dan potensi lokal dari masyarakat pesisir

pantai dan daerah daratan (pertanian) sehingga dapat dijadikan pedoman oleh tutor

untuk menyusun silabus sesuai dengan potensi dan kondisi daerahnya.


286

Pengembangan model pembelajaran memberikan contoh penyusunan RPP

yang praktis, turunan dari silabus yang dapat dipedomani oleh tutor dalam menyusun

RPP sesuai dengan silabus yang dirumuskannya. Pengembangan model pembelajaran

memberikan contoh bahan ajar praktis yang didalamnya terkandung belajar

membaca, menulis, berhitung dan keterampilan produktif yang dapat dijadikan

pedoman bagi tutor untuk menyusun bahan ajar.

Pengembangan model pembelajaran memberikan contoh instrument penilaian

kemampuan warga belajar, sehingga dapat digunakan oleh tutor untuk melakukan

penilaian hasil beljar warga belajar.

Penggunaannya memberikan dampak positif sebagai berikut:

1) Menambah keakraban antara pengelola, penyelenggara dan tutor. Suasana

keakraban merupakan modal dasar dalam kelancaran penyelenggaraan program

pendidikan keaksaraan fungsional. Hal ini dapat dibangun sewaktu melakukan

identifikasi kebutuhan belajar masyarakat. Suasana keakraban ini membuat

masing-masingnya terbuka dan komunikasinya lancar sehingga permasalahan

yang ditemui dapat dipecahkan bersama.

2) Meningkatkan kepedulian pengelola terhadap permasalahan yang dihadapi tutor

dalam pembelajaran. Pengembangan model pendidikan keaksaraan fungsional

berbasis kebutuhan belajar masyarakat secara otomatis memberikan informasi

tentang kompetensi penyelenggara dan tutor, dengan demikian permasalahan

yang dihadapi tutor dan penyelenggara tidak luput dari perhatian pengelola

program.
287

3) Meningkatkan kerjasama yang lebih harmonis antara pengelola, penyelenggara

dan tutor dalam rangka mewujudkan pengelolaan program yang berkualitas.

Kerjasama yang harmonis dapat tercipta dengan menggunakan model ini,

karena diperlukan koordinasi yang baik dan saling percaya, saling melengkapi

diantara mereka yang mengelola program pendidikan keaksaraan fungsional.

4) Dapat digunakan sebagai acuan oleh pengelola dan tutor dalam menjalin

kerjasama dengan pemuka masyarakat, pemerintahan desa, industri lokal dan

pemodal untuk dapat bekerjasama membantu kegiatan pembelajaran dan usaha

produktif warga belajar.

2. Kelemahan Model

a. Pekerjaan penyelenggara dan tutor merupakan pekerjaan sambilan dari mereka,

karena masih ada pekerjaan pokok yang mereka lakukan, sehingga waktu yang

dicurahkan untuk pengelolaan program keaksaraan cukup terbatas.

b. Keterbatasan waktu dan dana yang tersedia untuk biaya transportasi dalam

melakukan identifikasi kebutuhan belajar sehingga kegiatan identifikasi ini sulit

dilakukan pengelola dan tutor.

c. Keterbatasan kemampuan penyelenggara dan tutor dengan latar belakang

pendidikan mereka hanya tamat SMA atau Sarjana yang bukan berlatar belakang

ilmu pendidikan membuat mereka sulit memahaminya karena dalam

pembelajaran membutuhkan pendekatan andragogi dan metode pembelajaran

yang interaktif.
288

E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang ditemui dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilakukan pengumpulan data hanya pada dua daerah Kabupaten

Tanah Datar dan Kota Padang, oleh karena itu data yang diperoleh juga masih

terbatas cakupannya sehingga perlu diperluas.

2. Pengelolaan program dan pembelajaran unit analisisnya hanya pengelola,

penyelenggara dan tutor, dan belum sampai pada warga belajar untuk dapat

melihat ketercapaian penggunaan model ini.

3. Uji coba model belum sampai melihat pengelola, penyelenggara dan tutor

menggunakan model dan contoh dari perangkat pembelajaran, hanya diperoleh

tentang respon dari responden terhadap pemahamannya pada model, merupakan

pengetahuan yang baru dan keinginannya untuk menerapkannya.


289

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian model pengelolaan program dan kegiatan pembelajaran pendidikan ke -

aksaran fungsional berbasis kebutuhan belajar masyarakat dapat disimpulkan :

1. Model pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional adalah (a) merencanakan

program kegiatan (b) menentukan dan menetapkan berbagai sumber yang dibutuhkan

baik sumber material, finasial maupun non material (c) memasyarakatkan (sosialisasi)

program ke masyarakat dan ke pemerintah daerah (d) menerima warga belajar (e)

mencari kebutuhan warga belajar berkaitan dengan materi yang dikembangkan dalam

program (f) menetapkan kebutuhan materi pembelajaran (g) menetapkan target dan

tujuan program (h) menyusun kurikulum dan materi belajar (i) menjalankan program; (j)

melakukan monitoring dan evaluasi program (k) mengembangkan program berdasarkan

hasil monitoring dan evaluasi.

Pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional berbasis kebutuhan belajar

masyarakat, pada tahap perencanaan dilakukan identifikasi kebutuhan belajar masyarakat

dan mengupayakan pemanfaatan potensi lokal. Penyusunan perencanaan program

dirumuskan dari data identifikasi, kemudian dilakukan koordinasi, pelatihan dan sosialiasi

kepada penyelenggara, tutor dan warga belajar. Pengorganisasian dilakukan dengan

menempatkan orang yang memiliki kompetensi sebagai tutor dan penyelenggara,

menjabarkan tugas secara jelas. Penggerakan program dengan melakukan motivasi dan

persuasi pada penyelenggara, tutor dan warga belajar. Pembinaan dengan melakukan

pengawasan dan supervisi pada pelaksana program. Penilaian dilakukan dengan menilai
290

input, proses dan kinerja ketenagaan. Pengembangan atau tindak lanjut program dengan

melakukan kerjasama dalam rangka pengembangan usaha warga belajar.

2. Model kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional meliputi (a)

menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar (b) mengidentifikasi kebutuhan

belajar untuk menentukan materi belajar yang disusun dalam rencaana program

pembelajaran (c) merumuskan arah dan tujuan belajar (d) menyusun pengembangan

bahan belajar (e) menyiapkan media, alat dan bahan praktek (f) melaksanakan kegiatan

belajar mengajar dengan menggunakan metode yang bervariasi (g) melakukan penilaian

program belajar dan hasil belajar warga belajar”..

Komponen kegiatan pembelajaran yang terdiri dari menyusun perencanaan dalam

bentuk silabus dan RPP, melakukan pendekatan pembelajaran (andragogy), memilih metode

yang tepat, menyusun materi belajar untuk belajar teori dan praktek, menggunakan media

yang cocok untuk belajar teori dan praktek, dan melakukan evaluasi hasil belajar dengan

menggunakan instrument evaluasi yang sudah disiapkan oleh tutor . Program belajar

pendidikan keaksaraan fungsional terdiri dari belajar membaca, menulis dan berhitung,

belajar pengetahuan dasar tentang kehidupan, belajar berkomunikasi dalam berbahasa

Indonesia yang baik dan benar serta belajar keterampilan untuk dapat dijadikan usaha

produktif dengan memanfaatkan potensi lokal, sehingga hasil produksi mempunyai nilai

ekonomi .

B. Implikasi

Penggunaan model pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsinal berbasis

kebutuhan belajar masyarakat melahirkan beberapa implikasi sebagai berikut:

1. Penanggung jawab program pendidikan keaksaraan fungsional agar dapat memahami sub-
291

tansi dari: (1) pendekatan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional; (2)

manajemen program pengelolaan dan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional (3)

prinsip-prinsip pembelajaran keaksaraan fungsional yang berbasis kebutuhan belajar

masyarakat.

2. Pengelola, penyelenggara dan tutor agar mempedomani petunjuk teknis pelaksanaan de -

ngan cara melakukan sosialisasi, menginformasikan, melakukan koordinasi, dan pembi-

naan dengan saling keterbukaan.

3. Pelaksana lapangan selalu mendampingi tutor dalam pelaksanaan pembelajaran agar fa-

litas yang diperlukan dapat disediakan, sehingga pembelajaran berjalan lacar. Disamping

itu dapat membantu tutor dalam memotivasi warga belajar serta mencarikan solusi

pemecahan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran.

4. Tutor dapat mempedomani model dalam menyusun silabus, membuat RPP dan melakukan

penilaian hasil belajar dengan menggunakan format yang dicontohkan pada pembelajaran

pendidikan keaksaraan fungsional.

5. Pengelola dan tutor dapat menindak lanjuti kegiatan belajar menjadi kegiatan usaha eko -

Nomi produktif dengan pengembangan usaha kelompok melalui kemitraan dengan pe-

rusahaan lokal dan pemodal.

C. Saran

1. Disarankan kepada pengelola dan penyelenggara program pendidikan keaksaraan

fungsional agar memahami dan mengimplementasikan model pengelolaan program

berbasis kebutuhan belajar masyarakat . Merumuskan perencanaan berdasarkan data hasil

identifikasi kebutuhan belajar dengan menggunakan format identifikasi, merumuskan

perencanaan melalui kerjasama dengan tutor dan penyelenggara. Menetapkan sumber


292

daya seperti penetapan tutor dan penyelenggara dilakukan berdasarkan seleksi secara

objektif, selanjutnya membimbing mereka dalam pelaksanaan tugas. Berkoordinasi dalam

pelaksanaan kegiatan, melakukan kegiatan motivasi, supervisi dan bimbingan kepada

tutor dan penyelenggara. Perlu dilakukan penilaiaan terhadap tutor dan penyelenggara

dengan menggunakan format penilaian, selanjutnya mendokumentasikan hasil penilaian

yang kemudian dapat dijadikan rujukan dalam melkukan pembinaan. Pengelola

hendaknya mengupayakan pembentukan kelompok belajar usaha sebagai wadah untuk

membina keterampilan produktif agar memperoleh penghasilan warga belajar. Kelompok

belajar usaha dapat mereka jadikan wadah untuk berproduksi yang menghasilkan dan

tempat saling membelajarkan apa yang dipelajarinya dalam kelompok belajar sehingga

mereka tidak menjadi buta huruf kembali.

2. Disarankan kepada tutor untuk dapat memahami dan mengimplementasikan model

pembelaajaran berbasis kebutuhan belajar masyarakat. Tutor hendaaknya mendisain

perangkat pembelajaran seperti silabus, rencana program pembelajaran (RPP) dan bahan

ajar secara tertulis. Menentukan tema-tema pembelajaran diawali dengan identifikasi

kebutuhan belajar dan potensi lokal. Hendaknya tutor dapat mempedomani format

penyusunan silabus, RPP dan bahan ajar. Hendaknya tutor melakukan pendekatan

(andragogy) dengan mengutamakan kerjasama, partisipasi dan koordinasi dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang kondusif . Hendaknya menggunakan metode

dan media yang bervariasi dan bahan belajar disusun sedemikiaan rupa yang me-

ngandung pembelajaran calistung, pendidikan dasar dan keterampilan produktif. Materi

belajar yang disajikan terdiri dari (1) pengenaalan bahan dan alat (2) proses kerja (3) hasil

produksi dan (4) analisis usaha. Hendaknya dalam melakukan evaluasi belajar
293

menggunakan format evaluasi yang terdiri dari (a) format evaluasi dalam melakukan

proses pembelajaran (b) format untuk menilai aktivitas warga belajar (c) format evaluasi

dalam menilai minat dan motivasi warga belajar (d) format evaluasi untuk menilai

kemampuan membaca, menulis, berhitung dan berkomunikasi warga belajar (e) format

evaluasi untuk menilai kecakapan dasar fungsional warga belajar dan (f) format

rekapitulasi hasil evaluasi kecakapan dasar fungsional warga belajar. Tutor hendaknya

mendokumentasikan hasil evaluasi dengan baik dan rapi yang kemudian membuatkan

sertifikat hasil belajar dalam bentuk SUKMA (surat keterangan melek aksara) dan STTB

(surat tanda tamat belajar) yang diserahkan pada warga belajar.


294

DAFTAR RUJUKAN

Abdulhak, Ishak (2000) Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Universi-


tas Pendidikan Indonesia.

Adnan (2009) Pelatihan Strategi Membaca Untuk Percepatan Pemberantasan Buta


Huruf Bagi Masyarakat Pedesaan. Bandung. Pascasarjana UPI.

Ahmad (2000) Pemikiran-pemikiran manajemen pendidikan, Yogyakarta:Pustaka


Fajar
Arikunto (2001) Penilaian Program Pendidikan , Jakarta, PT.Bina Aksara

Antasasmita. (2000). Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran Kumpulan


karya Tulisterpublikasi .Malang, Wineka Media.

AnanSutisna (2009) Pengembangan Model Berbasis Kinerja Untuk Peningkatan


Kompetensi Tutor. Jakarta, Jurnal Ilmiah Visi.Volume 4.2 Desember 2009

Bambang (2006). PLS dalam era globalisasi, Yogyakarta, Andy Offset

Bragar Jhomson (2003). Adult Education Procedur.Newyork:Seabury Press

Blancard Hersey (1982) Management of organizational behavior. Utilizing Human


Resources .New jersey,Prientice Hall

Borg W R and Gall.MD (1983) Educational research An introduction , Third


Edition . New York .Longman

Bruce Joice (1992) Atrainer Guide to andragogy it concept experience and


Aplication, D.C.US Sosial and Rehabilitation

Depdiknas (2005) Undang-Undang RI.Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim


pendidikan Nasional , Jakarta.Depdiknas.

Depdiknas.(2006). Panduan Umum Pelatihan Program Keaksaraan Fungsional.


Jakarta,Direktorat PLS

Depdiknas (2009) Memahami Pendidikan Keaksaraan.Jakarta.Direktorat PLS.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat.(2011).Pedoman batuan penye-


lenggaraan Keaksaraan Dasar&Mandiri.Kepmendiknas.Jakarta.
295

Direktorat Pendidikan Masyarakat (2010) Pendidikan Keaksaraan Untuk Semua.


Jakarta. Jurnal Akrab. Volume 1 Edisi Maret 2010.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat (2011) Keaksaraan Usaha Mandiri.


Jakarta. Jurnal Aksara no.31,tahun VI. Edisi Agustus 2011.

Ditjen Paudni (2011). Kekasaraan Wujudkan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.


Jakarta, Jurnal Warta,edisi IX,tahun 2011.

Dixon J&Tulandar S (1996) Whole Langguage And Integrated approach to reading


.The center International Education ,University Massacusetts.

Elih Sudia Permana.(2001). Prosfek Program Pendidikan Luar Sekolah Dalam


Memenuhi Kebutuhan (Corporate Learning Organization). Jurnal PLS .
FIP Bandung.
Elih Sudia Permana.(2009). Pendidikan nonformal dan informal. Bandung, Educasia
Press..

Faisal (2001) Manajemen Penelitian Pendidikan . Jakarta. Alex Media Computindo.

Fordham. P.E (1993) Informal, Nonformal, and Formal Education programmers, in


YMCA George Williams College ICE 301 Life long learning Unit 2
London: YMCA
.
Friedman.(2001) The Spirit Of Community .rihgt, Responsibility and the
Communities.London. Fontana Press.

Freire (1921) Politik pendidikan, kebudayaan, kekuasaan,dan pembebasan.


Yogyakarta,Pustaka Pelajar.

Flippo, E B and Musinger G.M(1975) Management, Boston Allyn and Bacon.Inc

Hatimah, Ihat & Sumarsono (2007). Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan,


jakarta,Universitas Terbuka.

Http://Fahril.Blogdetik .com (2009)/o9/11 buta aksara kembali menghantui),-diakses


tanggal 9 September 2011

Http//Document and setting.Syamrilaode/2011/01/26.sarana dan prasara pendidikan


keaksaraan.diakses 06 Juli 2012.

Kamil, Mustofa (2010) Pendidikan Nonformal Dimensi Keaksaraan Fungsional,


Pelatihan dan Andragogi. Malang.PT. Remaja Rosdakarya.
296

Kamil, Mustofa (2006) Magang Sebagai Sebuah Model Pembelajaran PLS, Hand
Out. Jurnal PLS. Bandung.

Kusnadi, (2003) Keaksaraan Fungsional di Indonesia, Jakarta. Mustika Aksara.

Lindeman. (2001 ) The Community An Introduction to the study of Community


Leadership And Organization ,New York : Association Press.

Marzuki, Saleh (2004) Stretegi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah: Bandung,


Nusantara

Marzuki,Saleh (2010) Pendidikan Nonformal &InformalBandung,Educasia.Press.

Melati Indri Hapsari (2011). Keefektifan Metode Billingual Intensif Untuk


Kemampuan Membaca dan Menulis Pada Pendidikan Keaksaraan
Masyarakat Samin Blora. Jakarta. Jurnal Ilmiah Visi Volume 6 .1 Juni 2011

Mury A Yusuf. (2006) Evaluasi Pendidikan,Universitas Negeri Padang Press,Padang

Mulyana. (2003) Orientasi Baru Dalam Psikhologi Pembelajaran,Jakarta.Mustika


Aksara

Moleong, Lexy. (2000) Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda-


karya,Bandung.

Moris , William ( 1976) The American Haritage Dictionary of the English language,
Boston Houngton Mifftin.CO

Nyerere(1954) Nonformal education and the rural poorfass lansing.MSU I TC.

Sagala.S. (2011) Konsep dan Makna Pembelajaran..Bandung : Alfabetta

Satori. (2002) Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Bandung.

Saing Mahu (2011) Pengembangan Model Pembelajaran Keaksaraan Fungsional


Berbasis Potensi Pertanian Bagi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.
Jakarta. Jurnal Ilmiah Visi Volume 6 .1 Juni 2011

Sanjaya,Wina .( 2007) Strategi Pembelajaran, Jakarta. Kencana

Sau’ud. ( 2003) Perencanaan dan Disain Sistim Pembelajaran. Jakarta : Kencana


297

Siagian (1991) Manajemen pendidikan dan organisasi.Jakarta Pustaka kencana

Sudjana.(2000) Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah ,Bandung.


Nusantara.

Sudjana.(2004) Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Nonformal dan


Pengembangan Sumber Daya Manusia,Bandung : Falah Production.

Suciaty & Prasetio Irawan (2001) Organisasi dan Motivasi.Jakarta. Bumi Aksara

Sutaryat (2011) Pengembangan Model Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan


Motivasi Belajar Warga Belajar Program Pendidikan Kecakapan Hidup.
Jakarta. Jurnal Ilmiah Visi Volume 6 .1 Juni 2011

Supriadi.Dedy dan Fasli Jalal (2000) Reformasi Pendidikan Dalam Kontens


Otonomi Daerah.Jakarta. Depdiknas.Adicita karya nusa.

Sihombing (2001) Pendidikan Luar Sekolah, Masalah dan Tantangan.Jakarta: Bumi


Aksara

Simkins,T. (2006) Nonformal Education and Development.Manchers.Dept.of Adult


and.Hig

Shane ,H.G.(2004). Educating the Youngest for Tumorrow. In toffelt A. Learning


Tomorrow .Newyork,Random.House.Inc.

Sparadly.J.P (1980). Participant Observations.New york :Holt, Rinehard and


Winston.

Tillar,H.A.R.(2000) Paradigma Baru Pendidikan NasionalJakarta. Rineke Cipta

Terry. G. (2000). Programming Learning Aid: Principles of management


.Homeword,illinois Ricard.D. Irwin.Inc.

Ugi Suprayogi.( 2000) Model Pengelolaan Pendidikan (PLS) Dalam Otonomi .


Daerah.Jurnal Pendidikan Luar Sekolah FIP UPI Bandung.

Unesco Annual Report.(2009) Literacy and Empowering People. USA.Jossey .


Yuliawati .(2006).Reformasi Pendidikan Keaksaraan ,Direktorat jenderal
PLS.Jakarta.

Zaienuddin (2000) Pengelolaan Kelompok Belajar. Bandung. Gunung Agung.


298
299

LAMPIRAN
298

Lampiran 1

KISI-KISI PENELITIAN
Judul : Pengelolaan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional
No Variabel Sub Variabel Indikator
1 Pengelolaan Perencanaan Pengumpulan data dari sasaran, sumber
Program belajar ,dan sarana, prasarana.
Penetapan program KF Dasar dan KF
lanjutan
Menyusun program yang terdiri dari
perumusan tujuan,penetapan sasaran, tim
pelaksana, waktu belajar,tempat belajar,
sumber dan pengunaan dana, sarana
belajar, program belajar, indikator
keberhasilan program dan tindak lanjut
dari program KF
Pengorganisasian Pembentukan struktur dan pengaturan
sumber daya sesuai dengan bidangnya.
Penjabaran tugas dari pengelola, penye-
lenggara dan tutor.
Penggerakan Memberikan orientasi/melatih tutor dan
penyelenggara tentang orientasi tugas
Melaksanakan kegiatan pembelajaran
Melaksanakan kegiatan administrasi .
Melaksanakan kegiatan motivasi pada
warga belajar.

Pembinaan Melakukan pengawasan terhadap kegia-


tan pembelajaran dan administrasi
Melakukan supervisi terhadap kegiatan
administrasi dan pembelajaran
Penilaian Melakukan pengumpulan data terhadap
pelaksanaan administrasi dan keuangan
Menilai kemampuan kerja dari Tutor dan
penyelenggara program
Menyusun laporan dari hasil evaluasi
program .
Pengembangan/ Kerjasama dengan perangkat desa dan
Tindak lanjut pemuka masyarakat untuk pelaksanaan
pembelajaran.
Kerjasama dengan industri lokal dalam
pendidikan keterampilan dan usaha

2. Pengelolaan Perencanaan Identifikasi kemampuan awal warga


299

Pembelajaran belajar.
Identifikasi minat dan kebutuhan belajar
warga belajar
Identifikasi potensi lokal yang mungkin
dimanfaatkan untuk belajar.
Rumuskan program belajar dalam bentuk
silabus dan menyusun Rencana Program
Pembelajaran
Pendekatan Kegiatan pembelajaran dengan meng-
pembelajaran gunakan pendekatan andragogy.
Penampilan dan sikap tutor dalam
pembelajaran
Suasana belajar yang diciptakan tutor
dalam pembelajaran.
Interaksi pembelajaran yang dilakukan
tutor untuk belajar calistung dan belajar
keterampilan.
Pelaksanaan Administrasi dan pencatatan
kemajuan belajar warga belajar
Pendekatan pembelajaran untuk belajar
calistung
Pendekatan pembelajaran untuk belajar
keterampilan produktif.
Metode Belajar Penggunaan metode belajar untuk belajar
membaca,menulis dan berhitung.
Penggunaan metode belajar untuk belajar
pendidikan keterampilan.
Materi/Bahan ajar Ketersediaan bahan belajar yang sesuai
dengan tema belajar.
Susunan Bahan belajar yang praktis berisi
pengetahuan calistung dan keterampilan
produktif.
Penyusunan materi belajar yang
bersumber dari kebutuhan belajar dan
pemanfaatan potensi lokal.

Media belajar Alat praga yang digunakan untuk belajar


menulis, membaca dan berhitung.
Alat , bahan dan sarana belajar kete-
rampilan yang disiapkan untuk belajar.
300

Kegiatan penilaian untuk menilai ke-


mampuan awal warga belajar
Instrumen yang digunakan untuk
melakukan penilaian proses dan hasil
Evaluasi belajar warga belajar.
Pelaksanaan proses penilaian calistung
dan keterampilan fungsional.
Laporan penilaian warga beljar dan bukti
hasil penilaian

Padang, …………….Mai 2012

Peneliti,

( Irmawita )
301

Lampiran2

INSTRUMEN PENELITIAN

Judul : Pengelolaan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis


Kebutuhan Belajar Masyarakat

Responden : Pengelola dan Penyelenggara

I. Pengelolaan program pendidikan keaksaraan fungsional

A. Perencanaan program

1. Bagaimana anda mengumpulan data dari sasaran, sumber belajar ,dan sarana, prasarana

yang dibutuhkan untuk program KF, dan apakah ada melakukan identifikasi kebutuhan

belajar calon warga belajar ?

2. Bagaimana menetapan program KF Dasar dan KF lanjutan untuk calon warga belajar ?

3. Bagaimanakah anda menyusun program yang terdiri dari perumusan tujuan, penetapan

sasaran, tim pelaksana, waktu belajar, tempat belajar, sumber dan pengunaan dana,

sarana belajar, program belajar, indikator keberhasilan program dan tindak lanjut dari

program KF. Apakah dalam menyusun program ini melakukan koordinasi dengan tutor

dan penyelenggara program ?

B. Pengorganisasian Program

1. Seperti apa struktur organisasi yang ditetapkan, apakah penetapan sumber daya sesuai

dengan bidangnya. ?

2. Apakah dijelaskan penjabaran tugas dari pengelola, penyelenggara dan tutor?.

C. Penggerakan Program

1. Apakah pengelola memberikan orientasi atau melatih tutor dan penyelenggara tentang

orientasi tugas ?

2. Apakah pengelola memotivasi tutor dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ?


302

3. Apakah pengelola memotivasi penyelenggara dalam melaksanakan kegiatan administrasi.

4. Apakah pengelola dan penyelenggara melaksanakan kegiatan motivasi pada warga

belajar?

D. Pembinaan Program

1. Apakah pengelolan melakukan pengawasan terhadap kegiatan pembelajaran dan

administrasi ?

2. Apakah pengelola melakukan supervisi terhadap kegiatan administrasi dan pembelajaran

E.Penilaian Program

1. Apakah pengelolan melakukan penilaian terhadap pelaksanaan administrasi dan

keuangan ?

2. Apakah pengelolan melakukan penilaian terhadap kemampuan kerja dari Tutor dan

penyelenggara program ?

3. Apakah di libatkan untuk menyusun laporan dari hasil evaluasi program .

F.Pengembangan Program

1.Apakah pengelola menjalin kerjasama dengan perangkat desa dan pemuka masyarakat

untuk pelaksanaan program keaksaraan, dan apa bentuk kerjasama yang dilakukan ?.

2.Apakah pengelola melakukan kerjasama dengan industri lokal dalam pendidikan

keterampilan dan usaha , dan apa bentuk kerjasamanya ?


303

II. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Fungsional

A.Perencanaan Pembelajaran

1. Apakah tutor melalukan Identifikasi kemampuan awal warga belajar ?

2. Apakah tutor melakukan Identifikasi minat dan kebutuhan belajar warga belajar ?

3. Apakah tutor melakukan Identifikasi potensi lokal yang mungkin dimanfaatkan untuk

belajar.

4.Apakah tutor merumuskan program belajar dan dalam bentuk apa silabus yang

disusun oleh tutor, dan bentuk apa silabus yang disusun tersebut ?

5.Apakah tutor menyusun rencana program pembelajaran, dan bentuk apa rencana

pembelajaran yang disusun tersebut ?

B.Pendekatan Pembelajaran

1. Apakah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan andragogy ?

2. Bagaimnakah penampilan dan sikap tutor dalam pembelajaran ?

3. Bagaimanakah suasana belajar yang diciptakan tutor dalam pembelajaran. ?

4. Bagaimanakah interaksi pembelajaran yang dilakukan tutor untuk belajar calistung dan

belajar keterampilan ?

5 Bagaimanakah .pelaksanaan administrasi dan pencatatan kemajuan belajar warga belajar

C.Metode Belajar

1. Seperti apakah metode belajar untuk belajar membaca,menulis dan berhitung ?

2. Seperti apakah metode belajar untuk belajar pendidikan keterampilan.

D.Materi/Bahan Ajar

1. Apakah ketersediaan bahan belajar yang sesuai dengan tema belajar merupakan hasil

dari identifikasi kebutuhan belajar masyarakat ?


304

2.Apakah bahan belajar itu disusun secara praktis berisi pengetahuan calistung dan

keterampilan produktif. ?

3.Apakah menyusunan materi belajar iru bersumber dari kebutuhan belajar dan

pemanfaatan potensi lokal. ?

E.Media Belajar

1. Seperti apa alat praga yang digunakan untuk belajar menulis, membaca dan berhitung

2. Seperti apa sajakah alat , bahan keterampilan dan sarana belajar keterampilan yang

disiapkan untuk belajar, apakah cukup tersedia dan bagaimana cara mengadakannya ?

F. Evaluasi Hasil Belajar

1.Apaka tutor melakukan kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan awal warga

Belajar ?

2 Apakah ada instrumen yang digunakan untuk melakukan penilaian proses dan hasil

belajar warga belajar.?

3 Apakah tutor menggunakan instrumen pelaksanaan proses penilaian calistung dan

keterampilan fungsional. ?

4.Apakah tutor melaporan hasil penilaian warga belajar


305

Lampiran 3 KISI-KISI INSTRUMEN PENGEMBANGAN MODEL

Judul : Model Pengelolaan Program dan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan


Fungsional Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

No Variabel Sub Variabel Indikator


A Pengelolaan Perencanaan 1.Kerjasama dalam menyusun program
Program 2.Menggunakan format dalam melakukan
identifikasi.
3.Koordinasi dalam menyusun program
4.Perumusan tujuan
5.Dirumuskan secara tertulis

Pengorganisasia 6.Rekrutmen warga belajar, tutor dan


n penyelenggara.
7.Penetapan tutor dan penyelenggara.

8. Pelaksanaan motivasi
9. Pelaksanaan admnistrasi
Penggerakan 10.Pelaksanaan komunikasi efektif

11.Pemantauan administrasi dan


Pembinaan Pembelajaran
12.Bimbingan dan pengarahan terhadap
pelaksanaan tugas.

13. Instrumen penilaian


Penilaian 14.Kegiatan penilaian
15.Pelaporan dan pedokumentasian hasil
Penilaian

16. Memfasilitasi pembentukan kelom-


Pengembangan pok belajar usaha.
17.Membangun kerjasama untuk pelak-
sanaan kegiatan belajar dan berusaha

Kegiatan Perencanaan 1.Diawali dengan kegiatan identifikasi


B Pembelajaran pembelajaran kebutuhan belajar.
2.Menggunakan format identifikasi
3.Menyusun silabus dan RPP

Pendekatan 4.Pendekatan aktualisasi diri


(andragogy) 5.Pendekatan patrisipatif
306

6.Pendekatan kooperatif
7.Pendekatan berpusat pada masalah
8.Pendekatan proyektif

Metode 9. Metode belajar calistung dan


Pembelajaran keterampilan

Materi 10.Dirumuskan secara tertulis memuat


Pembelajaran pendidikan keterampilan
11.Materi merupakan integrasi dari pe -
ngetahuan membaca,menulis, ber-
hitung dan pengetahuan dasar.
12.Materi belajar memuat analisis usaha.

13.Media belajar calistung


Media 14.Media belajar keterampilan
Pembelajaran 15.Partisipasi dalam penggunaan media

Evaluasi Belajar 16.Aspek yang dievaluasi


17.Penggunaan format evaluasi
18. Evaluasi diri
19. Dokumen evaluasi
20.Pelaporan hasil evaluasi.
307

Lampiran 4 Lembaran Angket Penilaian Pengelolaan Program Keaksaraan Fungsional


Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Nama : :…………………………….
Pengelola Program KF di :…………………………….
Tanggal Pengisian :……./…………./…………

Petunjuk pengisian
Isilah pernyataan dibawah ini dengan tanda cek Lish (V)pada setiap pernyataan SB (Sangat
Baik/selalu), B (Baik/sering), KB (Kurang Baik/jarang), dan TB (Tidak Baik/tidak pernah).
Responden : Pengelola Program Keaksaraan Fungsional

Alternatif Jawaban
No Pertanyaan
Sl SR JR TP
Aspek Perencanaan
1 Anda melibatkan penyelenggara, tutor dan pemuka
masyarakat di desa itu dalam menyusun perencanaan
program keaksaraan fungsional.
2 Anda menggunakan format identifikasi kebutuhan
belajar untuk mengungkapkan data kepentingan
menyusun perencanaan.
3 Anda mengkonsultasikan data warga belajar, tutor dan
penyelenggara kepada pemerintahan desa
4 Rumusan tujuan untuk KF dasar dan KUM anda
tentukan proporsi untuk pendidikan dasar dan
pendidikan keterampilan produktif
5 Perencanaan program anda buat secara tertulis dan
dijadikan pedoman untuk melaksanakan program .
B
Aspek Pengorganisasian
6 Pengelompokan warga belajar berdasarkan identifikasi
kebutuhan belajar
7 Perekrutan tutor dan penyelenggara berdasarkan hasil
seleksi yang kemudian ditetapkan berdasarkan surat
tugas.
8 Anda melakukan pendidikan dan pelatihan kepada tutor,
penyelenggara dalam rangka memberikan pemahaman
terhadap tugas-tugas dan tanggung jawabnya.
C
Aspek Penggerakan
9 Anda bersama penyelenggara dan tutor melakukan
kegiatan motivasi kepada warga belajar dalam
melakukan proses pembelajaran.
10
Anda melakukan administrasi program secara berkala
308

dan mendokumentasikannya secara baik.


11 Anda membangun komunikasi yang baik dan lancar
kepada tutor dan penyelenggara dalam pelaksanaan
tugas.
12 Anda menciptakan hubungan yang harmonis dan
terbuka dalam menyelenggarakan pendidikan
keaksaraan fungsional.
D
Aspek Pembinaan
13 Anda melakukan pemantauan secara berkala terhadap
tugas pembelajaran yang dilakukan oleh tutor
14 Anda melakukan pemantauan secara berkala terhadap
pelaksanaan tugas administrasi yang dilakukan
penyelenggara.
15 Anda melakukan bimbingan dan pengarahan dalam
pelaksanaan tugas tutor dan penyelenggara.
E
Aspek Penilaian
16 Anda melakukan penilaian terhadap kinerja tutor dan
penyelenggara.
17 Anda menggunakan instrument dalam melakukan
penilaian terhadap kinerja tutor dan penyelenggara.
18 Anda melakukan penilaian terhadap proses pelaksanaan
program.
19 Hasil penilaian itu dianalisis yang kemudian anda
jadikan acuan untuk memperbaiki pengelolaan program.
20 Anda membuatkan sertifikat hasil belajar dalam bentuk
(SUKMA) untuk KF dasar dan (STTB) untuk KUM
21 Anda menyusun laporan pengelolaan program
berdasarkan hasil identifikasi dari laporan tutor dan
penyelenggara.
F
Aspek Pengembangan
22 Anda membentuk kelompok belajar usaha (KBU)
setelah program belajar selesai.
23 Anda mengarahkan tutor dan warga belajar dalam
membetuk kelompok belajar usaha.
24 Anda mengarahkan warga belajar dan tutor untuk dapat
memanfaatkan potensi lokal dalam kegiatan belajar dan
berusaha.
25 Anda membangun kerjasama dengan usaha local untuk
dapat membantu kelompok belajar usaha warga belajar
309

Lembaran Angket Penilaian Pembelajaran Program Keaksaraan Fungsional


Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

Nama : :…………………………….
Tutor Program KF di :…………………………….
Tanggal Pengisian :……./…………./…………

Petunjuk pengisian
Isilah pernyataan dibawah ini dengan tanda cek lish (V) pada setiap pernyataan SB (Sangat
Baik/selalu), B (Baik/sering), KB (Kurang Baik/jarang), dan TB (Tidak Baik/tidak pernah).
Responden : Tutor Program Keaksaraan Fungsional

Alternatif Jawaban
No Pertanyaan
SL SR JR TP
A Aspek Perencanaan Pembelajaran

1 Anda menyusun perencanaan pembelajaran berdasarkan


hasil identifikasi kebutuhan belajar
2 Anda mengidentifikasi kebutuhan belajar menggunakan
format identifikasi.
3 Anda merumuskan tema pembelajaran berdasarkan hasil
identifikasi kebutuhan belajar yang kemudian
menyusunnya dalam bentuk Silabus
4 Anda menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP)
yang merujuk pada tema pembelajaran yang ada di
Silabus.
B
Aspek Pendekatan Pembelajaran
5 Anda memahami warga belajar sebagai orang dewasa
yang memiliki eksistensi dan potensi untuk dapat
dibelajarkan.
6 Anda membantu warga belajar untuk belajar berdasarkan
kebutuhan belajarnya untuk mencapai tujuan .
7 Anda memotivasi warga belajar untuk berpartisipasi aktif
dalam kegiatan belajar
8 Anda memberikan bimbingan pada warga belajar untuk
berfikir dan berbuat di dalam belajar yang berkaitan
dengan dunia kehidupannya.
9 Anda menyampaikan pokok- pokok informasi mengenai
isi belajar, dan memberikan rangsangan untuk mene-
mukan ide atau gagasan , pemikiran dan pengalamannya.
10 Anda menciptakan suasana yang kondusif dan saling
tukar pengalaman diantara sesame warga belajar.
11
Anda mendorong belajar dalam kelompok dan
310

memperhatikan minat perorangan, serta mengoptimalkan


potensi yang dimiliki warga belajar.
12 Anda mengembangkan motif berprestasi yang
berorientasi pada pengembangan mata pencaharian
warga belajar.
13 Anda mengembangkan kemampuan warga belajar untuk
dapat menemukan dan memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam kehidupannya.
C
Aspek Metode Pembelajaran
14 Anda menggunakan metoda yang bervariasi dalam
membelajarkan membaca dan berhitung.
14 Anda menggunakan metode latihan untuk belajar
menulis
15 Anda menggunakan metode demonstrasi dan latihan
dalam pembelajaran pendidikan keterampilan produktif.
D
Aspek Materi Pembelajaran
16 Materi belajar anda rumuskan secara tertulis yang
berorientasi pada pendidikan keterampilan.
17 Materi belajar anda kembangkan dari tema-tema belajar
hasil dari identifikasi kebutuhan belajar.
18 Materi belajar membaca, menulis dan berhitung terin-
tegrasi dengan materi belajar keterampilan produktif.
19 Materi belajar yang dirumuskan memuat pengetahuan
tentang bahan dan alat, proses pengolahan dan produk
yang dihasilkan.
20 Materi belajar anda rumuskan memuat kemampuan
berhitung dalam bentuk analisis usaha.
E
Aspek Media Belajar
21 Anda menggunakan alat praga untuk belajar membaca
dan berhitung seperti kartu gambar, kartu huruf, kartu
angka dan sebagainya.
22 Anda memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan
tempat belajar belajar untuk dapat dijadikan bahan dan
media belajar.
23 Anda melibatkan warga belajar untuk pengadaan bahan
dan peralatan belajar keterampilan.
24 Anda memberikan kesempatan kepada warga belajar
untuk dapat berpartisipasi dalam penggunaan media
belajar.
F
Aspek Evaluasi Hasil Belajar
26 Anda melakukan evaluasi belajar kepada warga belajar
tentang kemampuan calistung, pengetahuan dasar,
kemampuan berkomunikasi dan kemampuan pendidikan
keterampilan produktif.
311

27 Anda menggunakan berbagai format evaluasi untuk


mengukur berbagai kemampuan warga belajar
28 Anda memberi kesempatan pada warga belajar untuk
dapat menilai kemampuan dirinya masing-masing.
29 Anda mendokumentasikan proses dan hasil penilaian
warga belajar secara tertulis.
30 Anda melaporkan secara tertulis tentang beberapa aspek
evaluasi belajar kepada pengelola program pendidikan
keaksaraan fungsional.
312

Lampiran 6
INSTRUMEN FOKUS GROUP DISCUTION

Judul : Model Pengelolaan Program dan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan


Fungsional Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

No Variabel/Sub
Indikator Masukan Keterangan
variabel
A Pengelolaan Petunjuk teknis pengelolaan
program program pendidikan kaksaraan
fungsional

1. Perencanaan a.Wb yang buta huruf berumur


diatas 15 tahun
b.Data benar-benar dari hasil
identifikasi lapangan dengan
menggunakan format identifikasi
c.Pendataan dilakukan bersama
antara pengelola,tutur dan
penyelenggara.
d.Program belajar dijadwalkan 36
kali pertemuan dengan jumlah
114 jam pelajaran.
e.Jadwal belajar dirumuskan dan
disepakati bersama.
f.Proporsi belajar pendidikan
calistung, pengetahuan umum
dan keterampilan ditentikan.
g.Proporsi penggunaan dana
ditentukan secara proporsional.

2. Pengorganisasian a.Pengelompokkan berdasarkan ke


dekatan tempat tinggal atau kesa-
maan kebutuhan belajar
b.Menjelaskan secara tertulis tugas
tutor dan penyelenggara.
c.Memberikan pelatihan tentang
strategi pembelajaran dan admi-
nistrasi kelompok belajar
d.Berkoordinasi dalam pelaksana-
an tugas administrasi dan kegi-
atan pembelajaran.
3. Penggerakan a.Kegiatan awal merupakan moti-
vasi pada WB yang dilakukan
bersamapengelola,penyelengga-
ra dan tutor.
b.Pengelola bersama penyeleng-
gara memfasilitasi kegiatan bela-
jar dan administrasi.
c.Tutor menyelenggarakan kegi-
313

atan interaksi belajar.


d.Berkoordinasi dalam memecah-
kan persoalan yang dihadapi da-
lam pelaksanaan program.

4. Pembinaan a.Mengidentifikasi berbagai perso-


alan dalam pelaksanaan program.
b.Menggunakan format untuk ke-
giatan pemantauan program
c.Memberikan arahan terhadap pe-
laksanaan program berdasarkan
kelemahan yang ditemui.
d.Mencatat kelemahan yang dite-
mui dan kemudian mendiskusi-
kannya dengan tutor dan penye –
lenggara.

5. Penilaian a.Menilai kinerja tutor dan penye-


lenggara dengan mengunakan
format penilaian
b.Menilai ketersediaan sarana dan
prasarana.
c.Menilai ketercapaian kurikulum
berbasis kebutuhan belajar.
d.Menilai daya dukung lingkungan
di lokasi belajar.
6. Pengembangan a.Memanfaatkan potensi lokal
untuk kegiatan pembelajaran dan
usaha produktif
b.Mendirikan kelompok belajar
usaha warga belajar.
c.Membangun mitra dengan
industry lokal dan pemerintahan
desa.

B Kegiatan Petunjuk teknis pengelolaan


Pembelajaran program pendidikan kaksaraan
fungsional

1. Perencanaan a.Tutor melakukan identifikasi ke-


Pembelajaran butuhan belajar untuk menetap-
kan tema-tema pembelajaran.
b.Tutor menyusun silabus
c.Tutor menyusun Rencana Prog-
ram pembelajaran (RPP)
d.Merujuk pada standar kompeten-
si dan kompetensi dasar.
e.Merumuskan tujuan belajar
2. Pendekatan a.Tutor membuka pelajaran diawa-
Andragogy li dengan menanyakan pengala-
314

man warga belajar.


b.Tutor menggali ide/gagasan WB
untuk dapat didiskusikan
bersama
c.Menciptakan suasana kondusif
dalam belajar.
d.Mengembangkan motif berpres-
tasi melalui persaingan secara
sehat.
e.Mengembangkan kemampuan
warga belajar untuk berbuat dan
memecahkan masalah dalam
kehidupannya.

3. Metode a.Menggunakan metode bervariasi


Pembelajaran untuk belajar calistungsi
b.Metode bervariasi dalam belajar
keterampilan
4. Materi a.Direncanakan secara tertulis
Pembelajaran yang merupakan pengembangan
dari tema belajar.
b.Berorientasi materi keterampilan

5. Media a.Menggunakan alat praga dalam


Pembelajaran belajar membaca menulis dan
berhitung
b.Mendorong keterlibatan warga
belajar dalam penggunaan media
c.Menggunakan media yang berva-
riasi dalam pendidikan calistung
dan keterampilan.
6. Evaluasi Belajar a.Evaluasi terencana dan dilakukan
secara berkala
b.Menggunakan berbagai format
untuk menilai calistung, pengeta-
huan dasar dan keterampilan
fungsional.
c.Dokumentasikan hasil evaluasi
315

Lampiran 6
DATA HASIL UJICOBA TERBATAS

Variabel : Pengelolaan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis


Kebutuhan Belajar Masyarakat
Responden : Pengelola KF di Kota Padang dan Kabupaten Tanah Datar

Pasangan Kelompok Kelompok 2 2


Sabjek Eksperime K E
Kontrol(K) KE
(k) - (E) n
(E)
1 - 30 29 87 841 7569 2523
2 - 29 32 91 1024 8281 2912
3 - 28 45 87 2025 7569 3915
4 - 27 41 90 1681 8100 3690
5 - 26 37 89 1369 7921 3293
6 - 25 63 79 3969 6241 4977
7 - 24 42 91 1764 8281 3822
8 - 23 67 92 4489 8464 6164
9 - 22 73 90 5329 8100 6570
10 - 21 36 88 1296 7744 3168
11 - 20 32 90 1024 8100 2880
12 - 19 43 67 1849 4489 2881
13 - 18 41 87 1681 7569 3567
14 - 17 45 88 2025 7766 3960
15 - 16 65 87 4225 7569 5655
16 - 15 38 80 1444 6400 3040
17 - 14 36 76 1296 5776 2736
18 - 13 75 96 5265 9216 7200
19 _ 12 65 82 4225 6724 5330
20 - 11 45 80 2025 6400 3600
21 - 10 78 83 6084 6889 6474
22 - 9 54 96 2916 9216 5184
23 - 8 57 94 3249 8836 5358
316

24 - 7 43 90 1849 8100 3870


25 - 6 32 83 1024 6889 2656
26 - 5 39 69 1521 4761 2691
27 - 4 67 71 4489 5041 4757
28 - 3 87 98 7569 9604 8526
29 - 2 68 89 4624 7921 6052
30 - 1 80 97 6400 9409 7760
Jumlah 1551 2581 88573 224945 135211
Eke E KE – ( E K) (E E)
= ____________________ = 135211 – (1551) (2581)
N _____________ = 135211- 4003,131
2 2 2 30 _______________ = 4,38
E k = E k – (Ek) 2 30
______ = 88573- (1551)
n ______ = 8386,3
2 2 2 30
E e = EE - (EE) 2
______ = 224945 – (2581)
n ---------- = 2892,97
r ke E ke 30
= _____________ ( - 128,53) (-128,53)
______________ = ________________ __________
V ( Ek2) (Ee2) ________________ = ___________ =
2 2 V (8386,3) ( 2892,97) 4925, 5775
SD Mk = Ek
_____ = (8386,3)
n _________
_______ 30 = 9,64
Nk – 1 ___________
2 2 30 - 1
SD Me = Ee
_____ = 2892,97
n ________ = 3,33
_______ 30
Ne – 1 _________
_______ 30-1 Me - Mk
SDMk =V SD2Mk = ___________ = 3,1084 t = __________________________________
V ( 9,64) __________________________________
________ _________ = 1,828 V ( SD2Mk) +(SD2Me -2rke(SDMk)(SDMe)
SDMe = V SD2Me =V ( 3,33)
86,03 - 51,7
Mk = Ek/ n = 1551/30 = 51,7 t = _______________________________ 34,33
_______________________________ = ______ = 4,87
Me = Ee / n = 2581/30 = 86,03 V (9,64) + (3,33) – 2(4,38 )( 3,1084)( 1,824 ) 7,0491

t hitung = 4,87, t tabel db 29 taraf kepercayaan 95% = 2,045 dan taraf kepercayaan 99%

= 2,756 t hitung > dari t tabel maka hipotesis (H0) di tolak dan hipotes (Ha) diterima
317

DATA HASIL UJICOBA TERBATAS

Variabel : Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Fungsional


Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat
Responden : Tutor KF di Kota Padang dan Kabupaten Tanah Datar

Pasangan KlpKontrol Klp 2 2


Sabjek Eksperimen(E) K E
(K) KE
(k) - (E)
1 - 20 57 105 3249 11025 5985
2 - 19 68 102 4624 10404 6936
3 - 18 78 98 6084 9604 7644
4 - 17 79 115 6241 13225 9085
5 - 16 66 99 4356 9801 6534
6 - 15 76 117 5776 13689 8892
7 - 14 54 98 2916 9604 5292
8 - 13 56 109 3136 11881 6664
9 - 12 65 98 4225 9604 6370
10 - 11 65 99 4225 9801 6435
11 - 10 66 93 4356 8649 6138
12 - 9 53 116 2809 13456 6148
13 - 8 76 106 5776 11236 8056
14 - 7 89 107 7921 11449 9523
15 - 6 98 109 9604 11881 10682
16 - 5 76 101 5776 10201 7676
17 - 4 83 99 6889 9801 8217
18 - 3 68 112 4624 12544 7616
19 _ 2 87 118 7569 13924 10266
20 - 1 102 106 10404 11236 10812
Jumlah 1462 2107 110560 244500 154971
318

Eke E KE – ( E K) (E E) 154971 - ( 1462 )( 2107)


= _________ = ____________ = 949,3
n
2 2 20
E k = E k 2 – (Ek) 2
______ = 110560 – ( 1162) / 20 = 43047,8
n
2 2 2
E e = EE - (EE) 2
______ = 244500 – ( 2107) / 20 = 22527,55
n
r ke E ke
= _____________ = 949,3
_______________ __________________ = 0,030
V ( Ek2) (Ee2) V (43047,8) (22527,55)
2 2
SD Mk = Ek 43047,8
_____ = _______ = 113, 28
n 20
_______ ________
Nk – 1 20 - 1

2 2
SD Me = Ee 22527, 55
_____ = ___________ = 59,28
n 20
_______ ___________
Ne – 1 20 - 1
_______ ________ Me - Mk
SDMk =VSD2Mk =V 113,28 = 10,64 t = __________________________________
___________________________________
________ _______ = 7,69 V( SD2Mk) +(SD2Me)-2rke(SDMk)(SDMe)
SDMe =VSD2Me =V 59,28

Mk = Ek/ n = 1462/20 = 73,1 t= 105,35 – 73,1


____________________________________ = 6,57
_____________________________________
Me = Ee / n = 2107/ 20 = 105,35 V ( 113,28) + (59,28) – 2 ( 0,030)(10,64)(7,69)

t hitung = 6,57 dengan db 19 t tabel pada taraf kepercayaan 95% = 2,093 dan taraf

kepercayaan 99% = 2,861. t hitung > dari t tabel maka (Ha) di terima dan (H0 ) ditulak
319

Lampiran 7 DATA HASIL UJICOBA LEBIH LUAS

Variabel : Pengelolaan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis


Kebutuhan Belajar Masyarakat
Responden : Pengelola KF Utusan se Sumatera Barat

Pasangan Kelompok Kelompok 2 2


Sabjek Eksperime K E
Kontrol(K) KE
(k) - (E) n
(E)
1 - 30 37 84 1369 7056 3108
2 - 29 32 91 1024 8281 2912
3 - 28 56 83 3136 6889 4814
4 - 27 41 90 1681 8100 3690
5 - 26 37 89 1369 7921 3293
6 - 25 69 79 4761 6241 5451
7 - 24 57 95 3249 9025 5415
8 - 23 67 92 4489 8464 6164
9 - 22 87 98 7569 9604 8526
10 - 21 36 88 1296 7744 3168
11 - 20 39 95 1521 9025 3705
12 - 19 43 67 1849 4489 2881
13 - 18 86 87 7396 7569 7482
14 - 17 45 88 2025 7766 3960
15 - 16 65 87 4225 7569 5655
16 - 15 68 80 4624 6400 5440
17 - 14 36 76 1296 5776 2736
18 - 13 75 96 5265 9216 7200
19 _ 12 65 89 4225 7921 5785
20 - 11 45 80 2025 6400 3600
21 - 10 70 83 4900 6889 5810
22 - 9 54 96 2916 9216 5184
23 - 8 50 94 2500 8836 4700
320

24 - 7 46 90 2116 8100 4140


25 - 6 32 83 1024 6889 2656
26 - 5 39 69 1521 4761 2691
27 - 4 67 91 4489 8281 6097
28 - 3 65 98 4225 9604 6370
29 - 2 68 89 4624 7921 6052
30 - 1 69 97 4761 9409 6693
Jumlah 1691 2624 97465 245975 145378

Eke E KE – ( E K) (E E) 145378 – (1691)(2624)


= ____________________ = ___________ = - 2528,1333
n 30
2 2 2
E k = E k 2 – (Ek) 97465 – (1691)
______ = ______ = 2148,96
n 30
2 2 2 2
E e = EE - (EE) 245975 - (2624)
______ = _______ = 16462,47
n 30
r ke E ke - 2528,1333
= _____________ = _____________________ = 0,43
______________ _____________________
V ( Ek2) (Ee2) V (2148,1333) ( 16462,47)
2 2
SDMk = Ek (2148,96)
_____ = _________ = 2,47
N 30
_______ __________
Nk – 1 30-1
2 2
SDMe = Ee ( 16462,47)
_____ = ___________
N 30 = 18,92
_______ ------------------
Ne – 1 30 - 1
_______ ________ = 1,57 Me - Mk
SDMk =VSD2Mk = V (2,47) _____________________________
t = ____________________________________
________ ________ = 4,35 V( SD2Mk) +(SD2Me)-2rke(SDMk)(SDMe)
SDMe =VSD2Me =V ( 18,92)
87,47 - 56,36
Mk = Ek/ n = 1691/ 30 = 56,36 t = _______________________________ = 31,11
_______________________________ _____ = 7, 90
Me = Ee / n = 2624 / 30 = 87,47 V ( 2,47) +(18,92) – 2 (0,43)(1,57)(4,35) 3,94

t hitung = 7, 90 t tabel db 29 taraf kepercayaan 95% = 2,045 dan 99% = 2,756, t hitung > t tabel maka (Ha)
diterima dan (H0) ditolak.
321

DATA HASIL UJICOBA LEBIH LUAS

Variabel : Kegiatan Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis


Kebutuhan Belajar Masyarakat
Responden : Tutor KF Utusan se Sumatera Barat

Pasangan KlpKontrol Klp 2 2


Sabjek Eksperimen(E) K E
(K) KE
(k) - (E)
1 - 30 66 99 4356 9801 6534
2 - 29 68 102 4624 10404 6936
3 - 28 78 98 6084 9604 7644
4 - 27 79 115 6241 13225 9085
5 - 26 66 99 4356 9801 6534
6 - 25 76 117 5776 13689 8892
7 - 24 54 98 2916 9604 5292
8 - 23 56 109 3136 11881 6664
9 - 22 65 98 4225 9604 6370
10 - 21 65 99 4225 9801 6435
11 - 20 66 93 4356 8649 6138
12 - 19 53 116 2809 13456 6148
13 - 18 76 106 5776 11236 8056
14 - 17 89 107 7921 11449 9523
15 - 16 98 109 9604 11881 10682
16 - 15 76 101 5776 10201 7676
17 - 14 83 99 6889 9801 8217
18 - 13 68 112 4624 12544 7616
19 _ 1 2 87 118 7569 13924 10266
20 - 11 102 106 10404 11236 10812
21 - 10 57 105 3249 11025 5985
22 - 9 83 99 6889 9801 8217
23 - 8 76 117 5776 13689 8892
24 - 7 102 106 10404 11236 10812
322

25 - 6 87 118 7569 13924 10266


26 - 5 83 99 6889 9801 8217
27 - 4 89 107 7921 11449 9523
28 - 3 83 99 6889 9801 8217
29 - 2 68 112 4624 12544 7616
30 - 1 102 106 10404 11236 10812
Jumlah 2684 3169 318623 336297 237638
Eke E KE – ( E K) (E E)
= ____________________ = (237638) - (2684)(3169)
N ___________ = - 45881,87
2 2 2 30
E k = E k 2 – (Ek) (318623) – (2684)
______ = ______ = 78494,47
n 30
2 2 2 2
E e = EE - (EE) (336297) – (3169)
______ = _______ = 1650,6
n 30
r ke E ke ( - 45881,87)
= _____________ = ________________
______________ __________________ = - 8,41
V ( Ek2) (Ee2) V (78494,47)(1650,6)

2 2
SD Mk = Ek (78494,47)
_____ = _________ = 90,22
n 30
_______ __________
Nk – 1 30 - 1
2 2
SDMe = Ee (1650,6)
_____ = _______ = 1,90
n 30
_______ ________
Ne – 1 30 - 1

_______ __________ Me - Mk
SDMk =VSD2Mk =V (90,22) = 9,50 t = __________________________________
___________________________________
________ ______ = 1,38 V( SD2Mk) +(SD2Me)-2rke(SDMk)(SDMe)
SDMe =VSD2Me =V (1,90)
105,63 – 89,48
Mk = Ek/ n = 2684/30 = 89,48 t = ____________________________________ 16,5
____________________________________ = ______ = 9,41
Me = Ee / n = 3169/30 = 105,63 V (90,22) +( 1,90) – 2 ( - 8,41)(9,50)(1,38) 1,754

t hitung 9,41 > dari t tabel db 29 = 2,045 pada taraf kepercayaan 95% dan 2,756 pada taraf

kepercayaan 99%. Hasil penelitian ini adalah (Ha) diterima dan (H0) ditolak.
323

Lampiran 8
HASIL FOKUS GROUP DISCUTION

Judul : Model Pengelolaan Program dan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan


Fungsional Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat

No Variabel/Sub
Indikator Masukan Keterangan
variabel
A Pengelolaan Petunjuk teknis pengelolaan
program program pendidikan kaksaraan
fungsional

1. Perencanaan c. Pendataan a.Disepakati


a.Wb yang buta huruf berumur
itu dijelaskan b.Disepakati
diatas 15 tahun
kerjasmanya c.disempurna
b.Data benar-benar dari hasil
seperti apa kan
identifikasi lapangan dengan
e.Proporsi d. Disepakati
menggunakan format identifikasi
belajar e. Disepakati
c.Pendataan dilakukan bersama
pengetahuan f.Disempurna
antara pengelola,tutur dan
dasar kan
penyelenggara.
hendaknya g.Disepakati
d.Program belajar dijadwalkan 36
60% untuk
kali pertemuan dengan jumlah
keterampilan
114 jam pelajaran.
40% pada KF
e.Jadwal belajar dirumuskan dan
dasar
disepakati bersama.
sedangkan
f.Proporsi belajar pendidikan
untuk KUM
calistung, pengetahuan umum
60 %
dan keterampilan ditentikan.
keterampilan
g.Proporsi penggunaan dana
dan 40%
ditentukan secara proporsional.
pengetahuan
dasar

2. Pengorganisasian a.Pengelompokkan berdasarkan ke


a.Sebaiknya a.Disempur-
dekatan tempat tinggal atau kesa-
berdasarkan nakan
maan kebutuhan belajar
jenis kebutu- b.Disepakati
b.Menjelaskan secara tertulis tugas
hanbelajar. c.Disepakati
tutor dan penyelenggara.
d.Jelaskan d.Disempur-
c.Memberikan pelatihan tentang
bentuk koor- nakan
strategi pembelajaran dan admi-
dinasinya.
nistrasi kelompok belajar
d.Berkoordinasi dalam pelaksana-
an tugas administrasi dan kegi-
atan pembelajaran.
3. Penggerakan a.Kegiatan awal merupakan moti- b.Jelaskan a. Disepakati
vasi pada WB yang dilakukan fasilitas apa b. Disempur-
bersamapengelola,penyelengga- saja yang nakan
ra dan tutor. harus c. Disepakati
324

b.Pengelola bersama penyeleng- disiapkan d.Disepakati


gara memfasilitasi kegiatan bela-
jar dan administrasi.
c.Tutor menyelenggarakan kegi-
atan interaksi belajar.
d.Berkoordinasi dalam memecah-
kan persoalan yang dihadapi da-
lam pelaksanaan program.

4. Pembinaan a.Mengidentifikasi berbagai perso-


b.Berikan a.Disepakati
alan dalam pelaksanaan program.
petunjuk b.Disempur-
b.Menggunakan format untuk ke-
penggunaan nakan
giatan pemantauan program
format c.Disepakati
c.Memberikan arahan terhadap pe-
pemantauan d.Disepakati
laksanaan program berdasarkan
kelemahan yang ditemui.
d.Mencatat kelemahan yang dite-
mui dan kemudian mendiskusi-
kannya dengan tutor dan penye –
lenggara.

5. Penilaian a.Menilai kinerja tutor dan penye-


a.Sedehanakan
lenggara dengan mengunakan
format nya a.Disempur-
format penilaian
d.Rinci apa nakan
b.Menilai ketersediaan sarana dan
saja daya b.Disepakati
prasarana.
dukung c.Disepakati
c.Menilai ketercapaian kurikulum
lingkungan d.Disempur-
berbasis kebutuhan belajar.
nakan
d.Menilai daya dukung lingkungan
di lokasi belajar.
6. Pengembangan a.Memanfaatkan potensi lokal
untuk kegiatan pembelajaran dan
c.Jelaskan
usaha produktif a.Disepakati
mitra usaha
b.Mendirikan kelompok belajar b.Disepakati
dan mitra
usaha warga belajar. c.Disempur-
belajar
c.Membangun mitra dengan nakan
dengan siapa
industry lokal dan pemerintahan
desa.
B Kegiatan Petunjuk teknis pengelolaan
Pembelajaran program pendidikan kaksaraan
fungsional

1. Perencanaan a.Tutor melakukan identifikasi ke- d.Jelaskan


Pembelajaran butuhan belajar untuk menetap- standar a.Disepakati
kan tema-tema pembelajaran. kompetensi b.Disepakati
b.Tutor menyusun silabus dan c.Disepakati
c.Tutor menyusun Rencana Prog- kompetensi d.Disempur-
ram pembelajaran (RPP) dasar untuk nakan
d.Merujuk pada standar kompeten- KF dasar dan e.Disepakati
si dan kompetensi dasar. KUM
325

e.Merumuskan tujuan belajar

2. Pendekatan a.Tutor membuka pelajaran diawa-


Andragogy li dengan menanyakan pengala-
man warga belajar.
b.Tutor menggali ide/gagasan WB d.Jelaskan
untuk dapat didiskusikan motif a.Disepakati
bersama berprestasi b.Disepakati
c.Menciptakan suasana kondusif seperti apa c.Disepakati
dalam belajar. e. Jelaskan d.Disempur-
d.Mengembangkan motif berpres- berbuat nakan
tasi melalui persaingan secara seperti apa e.Disempur-
sehat. akan
e.Mengembangkan kemampuan
warga belajar untuk berbuat dan
memecahkan masalah dalam
kehidupannya.

3. Metode a.Menggunakan metode bervariasi


Pembelajaran untuk belajar calistungsi a.Disepakati
b.Metode bervariasi dalam belajar b.Disepakati
keterampilan
4. Materi a.Direncanakan secara tertulis
b.Dijelaskan
Pembelajaran yang merupakan pengembangan a.Disepakati
materi kete-
dari tema belajar. b.Disempur
rampilan itu
b.Berorientasi materi keterampilan nakan
seperti apa
5. Media a.Menggunakan alat praga dalam
a.Jelaskan a.Disempur-
Pembelajaran belajar membaca menulis dan
apa saja alat nakan
berhitung
praga untuk b.Disepakati
b.Mendorong keterlibatan warga
calistungsi c.Disepakati
belajar dalam penggunaan media
c.Menggunakan media yang berva-
riasi dalam pendidikan calistung
dan keterampilan.
6. Evaluasi Belajar a.Evaluasi terencana dan dilakukan
a.Buatkan
secara berkala
jadwal
b.Menggunakan berbagai format a.Disempur-
secara
untuk menilai calistung, pengeta- nakan
berkala
huan dasar dan keterampilan b.Disempur-
b.Format
fungsional. nakan
evaluasi
c.Dokumentasikan hasil evaluasi c.Disepakati
disederhana-
k an
326

Lampiran 9
Data Lembaga Penyelenggara Program Pendidikan KF di Kota Padang

No Lembaga Wilayah Kerja

1. SKB Lubuk Begalung 5 Kecamatan di Kota Padang

2. SKB Padang Timur 6 Kecamatan di Kota Padang

3. PKBM Karang Putih Kec.Lubuk Kilangan

4. PKBMSurya Kecamatan Nanggalo

5. PKBM Siti Nurbaya Kecamatan Padang Selatan

6. PKBM Bakti Nusa Kelurahan Lapai

7. PKBM Amanah Kecamatan Nanggalo

8. PKBM Andalusia KecamatanPadang Timur

9. PKBM SMS Kecamatan Padang Barat

10. PKBM Sejahtera Kecamatan Bungus Teluk Kabung

11. PKBM Pintu Ilmu Kecamatan Bungus Teluk Kabung

12. PKBM Airmata Bunda Kecamataan Bungus Teluk Kabung

13. PKBM Pradana Kelurahan Tunggul Hitam

14. PKBM Amor KelurahanPalingam

15 PKBM Anissa Kelurahan Tunggul Hitam

16. PKBM Darul Ulum Kelurahan Parupuk Tabing

17. PKBM Palimo Sejatera Kecamatan Lubuk Kilangan

18. PKBM Samudra Biru Kelurahan Teluk Bayur

19. PKBMSejahtera Ganting Kelurahan Ganting

20. PKBMTunas Bangsa KelurahanTeluk Bayur

Sumber: Dinas Pendidikan bagian bidang PNFI Kota Padang tahun 2012.
327

Data Kelompok Belajar Pendidikan Keaksaraan Fungsional di Kota Padang.

No LembagaPenyelenggara Kelompok : Penyelenggara : Tutor

1 SKB Lubuk Begalung 10 3 8

2 SKB Padang Timur 15 5 8

3 PKBM Karang Putih 8 3 4

4 PKBMSurya 12 4 6

5 PKBM Siti Nurbaya 8 3 8

6 PKBM Bakti Nusa 14 5 7

7 PKBM Amanah 10 3 4

8 PKBM Andalusia 12 5 6

9 PKBM SMS 6 2 2

10 PKBM Sejahtera 14 4 7

11 PKBM Pintu Ilmu 4 4 4

12 PKBM Airmata Bunda 7 5 3

13 PKBM Pradana 15 5 5

14 PKBM Amor 6 4 6

15 PKBM Anissa 10 4 5

16 PKBM Darul Ulum 15 5 5

17 PKBM Palimo Sejatera 4 2 3

18 PKBM Samudra Biru 8 4 4

19 PKBM Samudra Biru 7 3 3

20 PKBMTunas Bangsa 2 2 2

Jumlah 187 75 100

Sumber :Dinas PendidikanBidang PNFI Kota Padang tahun 2012


328

Data Lembaga Penyelenggara Program Pendidikan KF di Kab.Tanah Datar

No Lembaga Wilayah Kerja

1. SKB Tanah Datar I 4 Nagari di Batusangkar

2. SKB Tanah Datar II 4 Nagari di Batusangkar

3. PKBM Singgah Saiyo Kecamatan sepuluh koto

4. PKBM Alang Babega Kecamatan Barangin

5. PKBM Muslimah Grup Kecamatan Batipuah Selatan

6. PKBM Tunas Muda Kecamatan Lintau Buo

7. PKBM Assalam Kecamatan Salimpaung

8. PKBM Barata Mandiri Kecamatan Sungayang

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Tanah Datar tahun 2012

Data Penyelenggara dan Tutor Pendidikan Keaksaraan Fungsional di Kab. Tanah Datar

No LembagaPenyelenggara Kelompok : Penyelenggara : Tutor

1 SKB Tanah Datar 1 15 10 10

2 SKB Tanah Datar II 15 10 10

3 PKBM Singgah Saiyo 10 7 10

4 PKBM Alang babega 12 8 6

5 PKBM Muslimah Grup 10 5 5

6 PKBM Tunas Muda 14 7 10

7 PKBM Assalam 12 8 10

8 PKBM Brata Mandiri 12 10 9

Jumlah 100 62 70

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Tanah Datar tahun 2012


329

Lampiraan 10
Rekapitulasi hasil penelitian Data Pengelola Program KF Uji Coba Terbatas
Model Konvensional
Res No Item
Ponden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1

2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 3 1 1 1 2 1 1 1 1
3 1 1 1 3 3 1 2 3 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1
4 2 1 3 2 1 1 3 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1
5 2 2 2 1 1 2 3 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
6 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4
7 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3
8 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4
9 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
10 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4
11 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3
12 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 4
13 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3
14 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 1 3 3 2 3 4 3 3
15 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3
16 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4
17 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 1 3 3 2 3 3 3 3
18 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3
19 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4
20 3 3 1 3 3 3 3 3 2 2 1 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4
21 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3
22 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3
23 4 3 2 3 4 4 2 3 3 1 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3
24 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4
25 3 3 2 3 4 4 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4
26 1 1 1 2 2 2 1 2 3 1 1 1 1 2 3 1 2 1 2 1 1
27 2 2 3 2 2 2 3 2 4 2 2 4 2 2 3 1 3 2 2 1 1
28 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4
29 2 2 3 3 4 2 3 3 4 4 2 2 3 3 4 4 4 3 2 2 2
30 3 3 3 3 3 4 4 2 2 3 4 4 4 2 4 3 3 4 2 2 2
330

Res
Ponden
22 23 24 25 skor
1 1 1 1 1 29
2 2 1 1 1 32
3 4 1 1 2 45
4 1 2 2 2 41
5 1 1 1 1 37
6 3 4 4 4 63
7 4 4 4 3 42
8 4 4 3 3 67
9 3 3 3 3 73
10 4 4 3 3 36
11 1 1 1 1 32
12 4 4 3 4 43
13 3 4 3 4 41
14 3 3 3 3 45
15 3 3 3 3 65
16 4 3 4 4 38
17 4 4 3 4 36
18 3 2 3 3 75
19 4 3 3 3 65
20 3 3 1 3 45
21 2 4 3 3 78
22 4 4 4 4 54
23 4 3 2 3 57
24 3 4 4 4 43
25 3 3 2 3 32
26 2 1 2 2 39
27 3 3 3 1 67
28 4 4 4 4 87
29 3 2 1 1 68
30 4 4 3 3 80

Rekapitulasi hasil penelitian Data Tutor Program KF uji coba terbatas


Res No Item
Ponden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 2 2 1 2 2 3 1 1 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 1 1
2 1 2 3 4 4 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 1
3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4
4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4
331

5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3
6 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4
7 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3
8 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4
9 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
10 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4
11 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3
12 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 4
13 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3
14 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 1 3 3 2 3 4 3 3
15 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3
16 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4
17 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 1 3 3 2 3 3 3 3
18 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3
19 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 1 1 1 1 1
20 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 2 2 2
Res No Item
Ponden
22 23 24 25 26 27 28 29 30 Skor
1 2 4 2 2 4 3 2 2 1 57
2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 68
3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 78
4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 79
5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 66
6 3 4 4 4 4 3 4 3 4 76
7 4 4 4 3 4 3 3 3 3 54
8 4 4 3 3 4 3 3 3 3 56
9 3 3 3 3 3 4 4 4 4 65
10 4 4 3 3 4 4 3 3 3 65
11 4 3 4 3 3 4 3 4 3 66
12 4 4 3 4 4 3 4 3 3 53
13 3 4 3 4 4 3 3 3 3 76
14 3 3 3 3 4 3 3 3 3 89
15 3 3 3 3 3 4 3 3 3 98
16 4 3 4 4 4 4 3 4 4 76
17 4 4 3 4 4 3 4 4 4 83
18 3 2 3 3 3 3 3 3 3 68
19 4 3 3 3 4 4 4 4 2 87
20 4 3 2 4 3 3 3 4 3 102
332

Rekapitulasi hasil penelitian Data Pengelola Program KF Uji Coba Terbatas


Model Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat
Res No Item
Ponden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4
2 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 6 4 4 4 3 3
3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4
4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4
5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3
6 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4
7 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3
8 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4
9 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
10 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4
11 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3
12 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 4
13 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3
14 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 1 3 3 2 3 4 3 3
15 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3
16 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4
17 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 1 3 3 2 3 3 3 3
18 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3
19 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4
20 3 3 1 3 3 3 3 3 2 2 1 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4
21 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3
22 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3
23 4 3 2 3 4 4 2 3 3 1 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3
24 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4
25 3 3 2 3 4 4 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4
26 4 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2 1 1 2
27 3 3 4 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 1 1
28 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3
29 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 1
30 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
333

Res
Ponden
22 23 24 25 skor
1 4 4 4 4 87
2 4 4 3 4 91
3 4 4 4 3 87
4 3 3 3 4 90
5 4 4 4 4 89
6 3 4 4 4 79
7 4 4 4 3 91
8 4 4 3 3 92
9 3 3 3 3 90
10 4 4 3 3 88
11 4 3 4 3 90
12 4 4 3 4 67
13 3 4 3 4 87
14 3 3 3 3 88
15 3 3 3 3 80
16 4 3 4 4 87
17 4 4 3 4 76
18 3 2 3 3 96
19 4 3 3 3 82
20 3 3 1 3 80
21 2 4 3 3 83
22 4 4 4 4 96
23 4 3 2 3 94
24 3 4 4 4 90
25 3 3 2 3 83
26 3 3 3 3 69
27 4 4 4 4 71
28 4 4 4 4 98
29 3 3 4 4 89
30 4 4 4 4 97

Rekapitulasi hasil penelitian Data Tutor Program KF uji coba terbatas


Res No Item
Ponden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4
2 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 6 4 4 4 3 3
3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4
4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
334

5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3
8 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4
9 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
10 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4
11 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
13 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3
14 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 1 3 3 2 3 4 3 3
15 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3
16 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4
17 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 1 3 3 2 3 3 3 3
18 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3
19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4
Res No Item
Ponden
22 23 24 25 26 27 28 29 30 Skor
1 3 4 4 4 4 3 4 4 3 105
2 4 4 3 4 4 4 3 3 4 102
3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 98
4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 115
5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 99
6 3 4 4 4 4 3 4 3 4 117
7 4 4 4 3 4 3 3 3 3 98
8 4 4 3 3 4 3 3 3 3 109
9 3 3 3 3 3 4 4 4 4 98
10 4 4 3 3 4 4 3 3 3 99
11 4 3 4 3 3 4 3 4 3 93
12 4 4 3 4 4 3 4 3 3 116
13 3 4 3 4 4 3 3 3 3 106
14 3 3 3 3 4 3 3 3 3 107
15 3 3 3 3 3 4 3 3 3 109
16 4 3 4 4 4 4 3 4 4 101
17 4 4 3 4 4 3 4 4 4 99
18 3 2 3 3 3 3 3 3 3 112
19 4 3 3 4 4 4 4 4 4 118
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 106
335

Rekapitulasi hasil penelitian Data Pengelola Program KF Uji Coba Secara Luas
Model Konvensional
Res No Item
Ponden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 2 2 1 3 4 1 2 2 2 2 2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1
2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1
3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4
4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4
5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3
6 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4
7 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3
8 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4
9 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
10 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4
11 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3
12 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 4
13 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3
14 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 1 3 3 2 3 4 3 3
15 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3
16 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4
17 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 1 3 3 2 3 3 3 3
18 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3
19 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4
20 3 3 1 3 3 3 3 3 2 2 1 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4
21 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3
22 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3
23 4 3 2 3 4 4 2 3 3 1 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3
24 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4
25 3 3 2 3 4 4 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4
26 2 3 2 2 2 3 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1
27 2 3 1 2 2 2 3 2 1 2 2 2 3 2 1 2 1 2 2 2 2
28 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 1 2 2 1
29 3 2 2 2 2 3 4 4 4 2 2 2 3 3 3 1 3 4 3 2 2
30 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 1 2
336

Res
Ponden
22 23 24 25 skor
1 1 1 1 1 37
2 1 1 1 1 32
3 4 4 4 3 56
4 3 3 3 4 41
5 4 4 4 4 37
6 3 4 4 4 69
7 4 4 4 3 57
8 4 4 3 3 67
9 3 3 3 3 87
10 4 4 3 3 36
11 4 3 4 3 39
12 4 4 3 4 43
13 3 4 3 4 86
14 3 3 3 3 45
15 3 3 3 3 65
16 4 3 4 4 68
17 4 4 3 4 36
18 3 2 3 3 75
19 4 3 3 3 65
20 3 3 1 3 45
21 2 4 3 3 70
22 4 4 4 4 54
23 4 3 2 3 50
24 3 4 4 4 46
25 3 3 2 3 32
26 2 2 1 2 39
27 4 4 4 4 67
28 4 4 3 3 65
29 2 2 2 1 68
30 3 3 3 3 69

Rekapitulasi hasil penelitian Data Tutor Program KF uji coba luas


Res No Item
Ponden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 3 1 3 3 2 2 1 2 2 1 2 2 3 2 3 3 3 3 2 1 2
2 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 6 4 4 4 3 3
3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4
4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4
337

5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3
6 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4
7 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3
8 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4
9 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
10 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4
11 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3
12 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 4
13 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3
14 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 1 3 3 2 3 4 3 3
15 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3
16 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4
17 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 1 3 3 2 3 3 3 3
18 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3
19 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4
20 3 3 1 3 3 3 3 3 2 2 1 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4
21 2 3 3 4 1 2 2 3 3 3 2 3 2 4 3 4 2 2 1 1 1
22 3 3 3 4 4 3 1 2 1 2 3 2 4 4 2 4 2 4 4 4 1
23 2 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 2 4 4 2 3 4 3 2 3 2
24 4 3 3 2 1 4 3 4 4 3 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4
25 3 3 3 4 3 3 4 4 3 2 2 1 1 1 2 2 4 4 4 4 4
26 2 3 2 2 1 3 1 1 3 3 3 1 3 3 3 1 1 3 1 3 1
27 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1
28 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2
29 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 2 1 2
30 2 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 2 4 3
22 23 24 25 26 27 28 29 30 Skor

1 3 2 2 1 1 1 1 1 1 66
2 4 4 3 4 4 4 3 3 4 68
3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 78
4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 79
5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 66
6 3 4 4 4 4 3 4 3 4 76
7 4 4 4 3 4 3 3 3 3 54
8 4 4 3 3 4 3 3 3 3 56
9 3 3 3 3 3 4 4 4 4 65
10 4 4 3 3 4 4 3 3 3 65
11 4 3 4 3 3 4 3 4 3 66
12 4 4 3 4 4 3 4 3 3 53
13 3 4 3 4 4 3 3 3 3 76
14 3 3 3 3 4 3 3 3 3 89
338

15 3 3 3 3 3 4 3 3 3 98
16 4 3 4 4 4 4 3 4 4 76
17 4 4 3 4 4 3 4 4 4 83
18 3 2 3 3 3 3 3 3 3 68
19 4 3 3 3 4 4 4 4 3 87
20 3 3 1 3 3 3 3 3 2 102
21 2 2 3 2 1 2 1 1 2 57
22 3 3 3 1 2 3 2 3 2 83
23 3 3 4 3 4 3 2 1 2 76
24 4 4 3 4 2 4 3 4 3 102
25 3 3 4 4 4 2 2 2 2 87
26 2 3 3 2 2 4 4 4 4 83
27 3 3 3 1 3 1 1 1 3 89
28 4 4 2 1 2 3 3 1 1 83
29 2 2 2 3 2 2 1 2 2 69
30 4 4 3 3 4 3 4 2 4 102

Rekapitulasi hasil penelitian Data Pengelola Program KF Uji Coba Secara Luas
Model Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat
Res No Item
Ponden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 2 2 4 4 4
2 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 6 4 4 4 3 3
3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4
4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4
5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3
6 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4
7 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3
8 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4
9 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
10 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4
11 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3
12 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 4
13 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3
14 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 1 3 3 2 3 4 3 3
15 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3
16 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4
17 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 1 3 3 2 3 3 3 3
18 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3
19 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4
20 3 3 1 3 3 3 3 3 2 2 1 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4
21 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3
339

22 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3
23 4 3 2 3 4 4 2 3 3 1 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3
24 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4
25 3 3 2 3 4 4 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4
26 4 2 3 3 3 2 3 3 2 2 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4
27 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4
28 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
29 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4 4
30 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Res
Ponden
22 23 24 25 skor
1 3 4 4 4 84
2 4 4 3 4 91
3 4 4 4 3 83
4 3 3 3 4 90
5 4 4 4 4 89
6 3 4 4 4 79
7 4 4 4 3 95
8 4 4 3 3 92
9 3 3 3 3 99
10 4 4 3 3 98
11 4 3 4 3 88
12 4 4 3 4 95
13 3 4 3 4 67
14 3 3 3 3 87
15 3 3 3 3 88
16 4 3 4 4 80
17 4 4 3 4 76
18 3 2 3 3 96
19 4 3 3 3 89
20 3 3 1 3 80
21 2 4 3 3 83
22 4 4 4 4 96
23 4 3 2 3 94
24 3 4 4 4 90
25 3 3 2 3 83
26 3 4 3 2 69
27 4 3 3 4 91
28 4 4 3 4 98
340

29 4 4 3 4 89
30 4 4 3 3 97

Rekapitulasi hasil penelitian Data Tutor Program KF uji coba secara luas
Res No Item
Ponden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 3 3 3 3 4 2 4 2 2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3
3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4
4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4
5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3
6 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4
7 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3
8 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4
9 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
10 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4
11 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3
12 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4
13 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3
14 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3
15 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3
16 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4
17 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3
18 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
19 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4
20 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4
21 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4
22 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
23 4 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4
24 4 3 3 2 4 4 3 4 4 3 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4
25 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
26 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4
27 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4
28 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4
29 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4
30 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3
22 23 24 25 26 27 28 29 30 Skor

1 4 4 3 3 4 3 4 3 4 99
2 4 4 3 4 4 4 3 3 4 102
3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 98
341

4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 115
5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 99
6 3 4 4 4 4 3 4 3 4 117
7 4 4 4 3 4 3 3 3 3 98
8 4 4 3 3 4 3 3 3 3 109
9 3 3 3 3 3 4 4 4 4 98
10 4 4 3 3 4 4 3 3 3 99
11 4 3 4 3 3 4 3 4 3 93
12 4 4 3 4 4 3 4 3 3 116
13 3 4 3 4 4 3 3 3 3 106
14 3 3 3 3 4 3 3 3 3 107
15 3 3 3 3 3 4 3 3 3 109
16 4 3 4 4 4 4 3 4 4 101
17 4 4 3 4 4 3 4 4 4 99
18 3 4 3 3 3 3 3 3 3 112
19 4 3 3 3 4 4 4 4 3 118
20 4 4 4 3 4 3 4 4 4 106
21 4 4 3 4 4 4 4 4 4 105
22 3 3 3 4 4 3 4 3 4 99
23 3 3 4 3 4 3 4 4 4 117
24 4 4 3 4 4 4 3 4 3 106
25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 118
26 4 3 3 4 4 4 4 4 4 99
27 4 3 4 4 4 4 4 4 4 107
28 4 4 4 4 4 3 3 4 4 99
29 4 4 4 4 4 4 4 4 3 112
30 4 4 3 3 4 3 4 3 4 106
342

Lembar Validasi Pakar :Model Pengelolaan dan Pembelajaran Pendidikan


Keaksaraan Fungsional Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat
No Aspek yang dinilai Bobot penilaian Penilaian Alasan Validator
Validator
5 4 3 2 1 ya Tidak
1 Landasan Teori Pengelolaan
Program

2. Komponen model pengelolaan


program KF berbasis kebutuhan
belajar masyarakat
3 Petunjuk teknis perencanaan
program KF
4 Format identifikasi masalah dan
potensi lingkungan masyarakat
5 Format Identifikasi kemampuan
awal, kebutuhan belajar dan minat
belajar warga belajar
6 Format identifikasi kebutuhan
dan minat warga belajar
7 Format data identitas warga
belajar
8 Format kesepakatan belajar warga
belajar
9 Format identifikasi tutor dan
penyelenggara program KF
10 Petunjuk teknis pengorganisasian
program KF
11 Petunjuk teknis penggerakan
program KF
12 Petunjuk teknis pembinaan
program KF
13 Format pemantauan program KF
14 Petunjuk teknis Penilaian
program KF
15 Format penilaian kinerja
penyelenggara dan tutor
16 Petunjuk Teknis Pengembangan
program KF

17 Landasan Teori Pembelajaran

18 Petunjuk teknis perencanaan


pembelajaran
19 Format rencana kegiatan
pembelajaran
343

20 Contoh silabus program KF


berbasis kebutuhan belajar
masyarakat
21 Contoh Rencana Kegiatan
Pembelajaran (RPP) berbasis
kebutuhan belajar masyarakat
Contoh matrik kegiatan
22 membaca, menulis dan
berhitung
23 Format catatan perkembangan
warga belajar
24 Petunjuk teknis pendekatan
pembelajaran
25 Petunjuk teknis metode pembe-
lajaran pendidikan keaksaraan
fungsional
26 Contoh materi belajar berbasis
kebutuhan belajar masyarakat
27 Bentuk dan strategi penggunaan
media belajar calistung dan
keterampilan fungsional
28 Aspek yang dinilai dalam
pembelajaran KF
29 Format evaluasi minat dan
motivasi belajar warga belajar
30 Format instrument enaluasi
calistungsi warga belajar
31 Format instrument evaluasi
kecakapan fungsional warga
belajar

Padang, 4 Juni 2013


Validator Ahli,

Dr. Syafruddin Wahid, MPd


344

Lembar Validasi Pakar :Model Pengelolaan dan Pembelajaran Pendidikan


Keaksaraan Fungsional Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat
No Aspek yang dinilai Bobot penilaian Penilaian Alasan Validator
Validator
5 4 3 2 1 ya Tidak
1 Landasan Teori Pengelolaan
Program

2. Komponen model pengelolaan


program KF berbasis kebutuhan
belajar masyarakat
3 Petunjuk teknis perencanaan
program KF
4 Format identifikasi masalah dan
potensi lingkungan masyarakat
5 Format Identifikasi kemampuan
awal, kebutuhan belajar dan minat
belajar warga belajar
6 Format identifikasi kebutuhan
dan minat warga belajar
7 Format data identitas warga
belajar
8 Format kesepakatan belajar warga
belajar
9 Format identifikasi tutor dan
penyelenggara program KF
10 Petunjuk teknis pengorganisasian
program KF
11 Petunjuk teknis penggerakan
program KF
12 Petunjuk teknis pembinaan
program KF
13 Format pemantauan program KF
14 Petunjuk teknis Penilaian
program KF
15 Format penilaian kinerja
penyelenggara dan tutor
16 Petunjuk Teknis Pengembangan
program KF

17 Landasan Teori Pembelajaran

18 Petunjuk teknis perencanaan


pembelajaran
19 Format rencana kegiatan
pembelajaran
20 Contoh silabus program KF
345

berbasis kebutuhan belajar


masyarakat
21 Contoh Rencana Kegiatan
Pembelajaran (RPP) berbasis
kebutuhan belajar masyarakat
Contoh matrik kegiatan
22 membaca, menulis dan
berhitung
23 Format catatan perkembangan
warga belajar
24 Petunjuk teknis pendekatan
pembelajaran
25 Petunjuk teknis metode pembe-
lajaran pendidikan keaksaraan
fungsional
26 Contoh materi belajar berbasis
kebutuhan belajar masyarakat
27 Bentuk dan strategi penggunaan
media belajar calistung dan
keterampilan fungsional
28 Aspek yang dinilai dalam
pembelajaran KF
29 Format evaluasi minat dan
motivasi belajar warga belajar
30 Format instrument enaluasi
calistungsi warga belajar
31 Format instrument evaluasi
kecakapan fungsional warga
belajar

Padang, 6 Juni 2013


Validator Ahli,

Dr. Solfema , MPd


346

Lembar Validasi Pakar :Model Pengelolaan dan Pembelajaran Pendidikan


Keaksaraan Fungsional Berbasis Kebutuhan Belajar Masyarakat
No Aspek yang dinilai Bobot penilaian Penilaian Alasan Validator
Validator
5 4 3 2 1 ya Tidak
1 Landasan Teori Pengelolaan
Program

2. Komponen model pengelolaan


program KF berbasis kebutuhan
belajar masyarakat
3 Petunjuk teknis perencanaan
program KF
4 Format identifikasi masalah dan
potensi lingkungan masyarakat
5 Format Identifikasi kemampuan
awal, kebutuhan belajar dan minat
belajar warga belajar
6 Format identifikasi kebutuhan
dan minat warga belajar
7 Format data identitas warga
belajar
8 Format kesepakatan belajar warga
belajar
9 Format identifikasi tutor dan
penyelenggara program KF
10 Petunjuk teknis pengorganisasian
program KF
11 Petunjuk teknis penggerakan
program KF
12 Petunjuk teknis pembinaan
program KF
13 Format pemantauan program KF
14 Petunjuk teknis Penilaian
program KF
15 Format penilaian kinerja
penyelenggara dan tutor
16 Petunjuk Teknis Pengembangan
program KF

17 Landasan Teori Pembelajaran

18 Petunjuk teknis perencanaan


pembelajaran
347

19 Format rencana kegiatan


pembelajaran
20 Contoh silabus program KF
berbasis kebutuhan belajar
masyarakat
21 Contoh Rencana Kegiatan
Pembelajaran (RPP) berbasis
kebutuhan belajar masyarakat
Contoh matrik kegiatan
22 membaca, menulis dan
berhitung
23 Format catatan perkembangan
warga belajar
24 Petunjuk teknis pendekatan
pembelajaran
25 Petunjuk teknis metode pembe-
lajaran pendidikan keaksaraan
fungsional
26 Contoh materi belajar berbasis
kebutuhan belajar masyarakat
27 Bentuk dan strategi penggunaan
media belajar calistung dan
keterampilan fungsional
28 Aspek yang dinilai dalam
pembelajaran KF
29 Format evaluasi minat dan
motivasi belajar warga belajar
30 Format instrument enaluasi
calistungsi warga belajar
31 Format instrument evaluasi
kecakapan fungsional warga
belajar

Padang, 8 Juni 2013


Validator Ahli,

Dr. Najibah Taher, MPd


348

View publication stats

Potrebbero piacerti anche