Sei sulla pagina 1di 2

Apotek K-24

Halaman [ |<< Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 Selanjutnya >>| ] dari 7

Inspirasi bisnis biasanya datang tak hanya dari keberhasilan orang lain, tapi juga kesulitan
yang pernah dialami sendiri. Yang terakhir ini tampaknya pas untuk Daniel Hartono. Sulitnya
menemukan obat pada malam hari dan hari libur memberi inspirasi kepada sang dokter ini
untuk meluncurkan apotek 24 jam. Pada 2002, ia pun mulai mengoperasikan Apotek K-24.
Artinya, apotek komplet 24 jam nonstop dengan harga yang sama.

Untuk daya tarik penampilan, Direktur Utama K-24 ini memanfaatkan facade panel dengan
warna-warna mencolok: dominasi hijau, berpadu dengan merah, kuning dan putih. Warna-
warna ini punya arti. Hijau sebagai simbol bahwa penduduk Indonesia mayoritas muslim,
merah mengartikan ada juga yang kristiani, kuning berarti Cina, dan putih menyimbolkan
kelompok lain yang tidak diwakili warna hijau, merah dan kuning.

Ternyata, respons pasar sangat positif. Banyak orang tertarik membeli obat di K-24. Alhasil,
”Setahun kemudian (2003), saya buka outlet baru, sama-sama di Yogya. Ternyata, respons
pasar juga bagus,” ujar Daniel. Sejak itu, timbul keinginannya mengembangkan jaringan
apotek K-24 dengan cara waralaba di berbagai daerah lain.

Pada 2004, Apotek K-24 mencoba ekspansi ke luar Yogya. Wilayah yang dipilih, Semarang.
Hasilnya memuaskan. “Saat ini omsetnya belum sebesar dua apotek di Yogyakarta.
Namun, yang saya bangga, dalam usia yang sama ketika outlet di Yogyakarta diluncurkan
pertama kali, pertumbuhan outlet di Semarang sebenarnya tak jauh berbeda.”

Setelah melakukan berbagai persiapan, pada Oktober 2005 ia meluncurkan 7 apotek


waralabanya sekaligus: empat di Surabaya, dua di Yogya, dan satu di Semarang. Sehingga,
kini Daniel memiliki 10 Apotek K-24, tiga di antaranya milik sendiri, yaitu dua di Yogya dan
satu di Semarang.

Daniel menjelaskan, aturan main waralaba Apotek K-24 sudah dibuat dalam suatu panduan.
Contohnya, dalam hal investasi. Dijelaskan, saat ini biaya investasi yang ia tawarkan kepada
calon mitra bisnisnya Rp 550–600 juta . Angka ini termasuk fee waralaba sebesar Rp 60
juta untuk masa 6 tahun dan Rp 35 juta untuk modal kerja. Adapun fee royaltinya 1,2%.
“Saya tidak memungut promotional fee. Karena, hal itu sudah menjadi tanggung jawab
kami,” ujarnya. Namun, terwaralaba diminta menanggung tambahan dana untuk
peluncuran sebesar Rp 10 juta/waralaba.

Yang pasti, dengan angka di atas, terwaralaba akan memperoleh pelatihan, peralatan dan
perlengkapan pendukung, plus 5.500 item jenis obat (tahap awal). Obat ini terdiri dari obat
yang permintaannya tinggi (fast moving) hingga yang soft moving. Sekitar 70% pasokan obat
ini berasal dari Yogya, sedangkan sisanya dari pedagang besar farmasi setempat.

Dengan angka investasi tersebut, sang pewaralaba (franchisor) tidak terlibat dalam
perekrutan apoteker dan asisten apoteker. Akan tetapi, dikatakan Daniel, †Karena
kebanyakan tak berpengalaman melakukan perekrutan, saya tak keberatan melakukan
prosesi rekrutment. Putusan akhirnya tetap di tangan franchisee.† Alasannya, apoteker dan
asisten apoteker tersebut juga akan menjadi anak buah pemegang waralaba. “Kalau
semua proses waralaba dilakukan sebagaimana panduan yang ada di K-24,” ujarnya,
”saya jamin usaha akan berjalan lancar.”

Ia optimistis, tiap bulan omset apotek naik. Contohnya, margin profit bersih berada pada
kisaran 5%–7% per bulan. BEP akan dicapai pada tahun pertama, sedangkan balik modal
pada tahun ke-3. “Dengan catatan, lokasi harus tepat,† ujarnya lalu menambahkan,
lokasi yang dimaksud adalah di ibukota provinsi dan di pinggir jalan yang ramai.

“Terus terang, saya belum mempunyai pengalaman buruk dalam pembukaan K-24.
Karena, semua berjalan sesuai rencana,† tuturnya. Diungkapkan, hanya satu apotek yang
kinerja omsetnya belum sebesar yang lain. Alasannya, usianya relatif muda. “Itu biasa.
Yang lain, tatkala seusianya, mengalami nasib serupa,† ia berkilah.

Halaman [ |<< Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 Selanjutnya >>| ] dari 7

Daniel berjanji, jika salah satu pemegang waralaba tak menuai omset yang diharapkan, ia
akan melakukan pembimbingan. Bila kondisi tetap buruk, dan berlangsung selama setahun, ia
akan memberikan diskon sampai 50% atas kewajiban fee waralaba periode ke-2. Jika kondisi
masih belum sesuai dengan harapan sampai pengujung tahun ke-2, ia akan turun tangan lagi.
Misalnya, mengambil alih atau menginjeksi saham.

Reportase: Suhariyanto (Surabaya)

Sumber: swa online

Potrebbero piacerti anche