Sei sulla pagina 1di 68

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MESIN FLUIDA DAN SISTEM


SEMESTER GENAP 2018/2019

Oleh Kelompok (11) – Reguler:


1. Bima Muqsithur Rohman NRP. 04211740000014
2. Kevin Rizqul Habib NRP. 04211740000035
3. Muhammad Syuhri NRP. 04211740000054
4. Pradynda Rahnia NRP. 04211740000076

DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2019
Abstract

Pneumatic system is a system that uses compressed air as his medium. The
compressed air is ambient air which has been compressed using compressor with electric
motor. The Practicum intended to make practican understand the basic principles of working
of pneumatic system, able to assemble and run simple pneumatic system, and to know and
understand the components of pneumatic systems. The quipment used in this practicum is
the actuator (single and double acting), compressor, valve (3/2 and 5/2), flexible pipe,
manifold, stopwatch, flow control, pressure gauge, and a ruler. Variables that exist in the
system of pneumatic is; pressure (P), force (F), time (t), velocity (v), the actuator length
(l), and the area of the cross-section of the actuator (A). Variable categories are as follows;
the control variables are the length (L) of the actuator and the actuator cross-sectional area
(A); the manipulations variable is A pressure (P) of the compressor; and the response variable
is the pressure of B and C (in and out of the actuator), time (t), and velocity (v).
The conclusions of this lab course are the mechanical energy in the form of force
(F) produced is directly propotional to the pressure (P) provided, which deals with variable
time (t) and velocity (v). As an example of a known pressure on opening flow 4 of 50000 Pa
with time for 3,07 s, cross section area 0.000048744104 m2, and the distance of the actuator
motion as far as 0,0219 m. Then obtained a great force of (P xA) = 50000 x 0.000048744104
= 2,4372052 N and velocity = (s/t) = 0,0219 / 3,07 = 0.00713355049 m/s. While the
application in the field of marine such as; starting engine and turbo charger as well in the
non-marine field such as; heavy vehicle breaking and automatic doors in bus
Abstrak

Sistem Pneumatis adalah suatu sistem yang mengunakan udara termampat sebagai
media kerjanya. Udara termampat adalah udara sekeliling yang telah dimampatkan dengan
mengunakan pemampat udara (kompresor) yang dikendalikan dengan motor listrik. Praktikum
ini bertujuan agar Praktikan memahami prinsip dasar kerja sistem pneumatis, mampu
merangkai dan menjalankan sistem pneumatis sederhana, serta mengetahui dan memahami
komponen-komponen sistem pneumatis. Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah
aktuator (single and double acting), kompresor, katup (3/2 dan 5/2), pipa fleksibel, manifold,
stopwatch, flow control, pressure gauge, dan penggaris. Variabel yang ada dalam sistem
pneumatis adalah; tekanan (P), gaya (F), waktu (t), kecepatan (v), panjang aktuator (L), dan
luasan penampang aktuator (A). Kategori variabel adalah sebagai berikut; variabel kontrol
adalah panjang aktuator (L) dan luasan penampang aktuator (A); variabel manipulasi adalah
tekanan A (P) dari kompresor; dan variabel respon adalah tekanan B dan C (masuk keluar
aktuator), waktu (t), dan kecepatan (v).
Kesimpulan dari praktikum ini adalah bahwa energi mekanik dalam bentuk gaya (F) yang
dihasilkan berbanding lurus dengan tekanan (P) yang diberikan, yang berkaitan pula dengan
variabel waktu (t) dan kecepatan (v). Sebagai contoh tekanan yang diketahui pada bukaan flow
4 sebesar 50000 Pa dengan waktu selama 3,07 s, luasan seluas 0.000048744104 m2, dan jarak
gerak aktuator sejauh 0,0219 m. Maka bisa didapatkan besar gaya sebesar (P x A) = 50000 x
0.000048744104 = 2,4372052 N dan kecepatan sebesar (s/t) = 0,0219 / 3,07 = 0.00713355049
m/s. Sedangkan untuk aplikasinya terdapat di bidang marine seperti; starting engine dan turbo
charger serta pada bidang non-marine seperti; pengereman pada kendaraan berat dan pintu
otomatis bis.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Praktikum ini berdasarkan pada ilmu yang disampaikan dalam mata kuliah mesin fluida.
Mata kuliah mesin fluida membahas tentang mesin-mesin yang berhubungan dengan fluida.
Sebagai contoh pompa dan kompresor, hidrolis, dan pneumatis.
Untuk melakukan transfer energi dapat dilakukan melaui berbagai macam cara yang dapat
disesuaikan dengan kebutuhan maupun kemampuan yang dimiliki. Untuk dapat melakukan hal
tersebut, manusia umumnya menciptakan alat yang menggunakan prinsip – prinsip kerja
sederhana yang dapat menghasilkan transfer energi yang diinginkan. Dalam permesinan fluida
pun hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan sifat dasar ataupun aliran pergerakan fluida,
baik dalam wujud cair ataupun gas sebagai media transfernya. Dalam pembahasan ini, hal ini
akan direpresentasikan dalam bentuk sistem pneumatis yang menggunakan pemanfaatan
prinsip pemampatan fluida gas pada sebuah mesin untuk melakukan transfer energi tersebut
Jadi, praktikum ini perlu dilaksanakan agar praktikan memahami prinsip dasar kerja
sistem pneumatis, mampu merangkai dan menjalankan sistem pneumatis sederhana, serta
mengetahui dan memahami komponen-komponen sistem pneumatis

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana prinsip dasar kerja sistem pneumatis
b. Bagaimana cara merangkai dan menjalankan sistem pneumatis sederhana
c. Apa saja komponen-komponen pada sistem pneumatis

1.3. Tujuan
a. Memahami prinsip dasar kerja sistem pneumatis
b. Mampu merangkai dan menjalankan sistem pneumatis sederhana
c. Mengetahui dan memahami komponen-komponen sistem pneumatis

1.4. Manfaat Praktikum

a) Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dasar kerja sistem pneumatis


b) Mahasiswa dapat mengetahui cara merangkai dan menjalankan sistem pneumatis
sederhana
c) Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami komponen sistem pneumatis
BAB II
DASAR TEORI

2. 1 Sistem Pneumatis
Sistem Pneumatis mengunakan udara termampat untuk menghasilkan tenaga. Udara
termampat adalah udara sekeliling yang telah dimampatkan dengan mengunakan pemampat
udara (compressor) yang dikendalikan dengan motor listrik.
Kompresor diaktifkan dengan cara menghidupkan penggerak umumnya motor listrik.
Udara akan disedot oleh kompresor kemudian ditekan ke dalam tangki udara hingga mencapai
tekanan tertentu. Untuk menyalurkan udara yang telah dimampatkan ke seluruh sistem
diperlukan service unit yang terdiri dari penyaring (filter), pengatur tekanan (regulator), dan
pelumas (lubricator) bagi yang memerlukan. Service unit ini diperlukan karena udara yang telah
termampatkan yang diperlukan di dalam sistem harus benar-benar bersih. Selanjutnya udara
tersebut disalurkan dengan membuka katup pada service unit, kemudian menekan tombol
katup pneumatis (katup pengarah) hingga udara tersebut masuk ke dalam tabung pneumatis
(silinder pneumatis kerja tunggal) dan akhirnya piston bergerak maju.
Jadi kesimpulannya Sistem Pneumatis adalah sistem tenaga fluida yang menggunakan
udara sebagai media transfer. Udara dimampatkan dengan menggunakan kompresor dan
disimpan di dalam tangki udara untuk setiap saat dapat digunakan.

2. 2 Rumus yang digunakan


2.2.1 Hukum Boyle
Disebutkan diatas bahwa pada temperatur konstan, tekanan yang diberikan pada
massa atau gas sebanding dengan volumenya. Dalam perumusan dapat ditulis dengan :
P1.V1 = P2.V2
Dengan :
P1 dan P2 = tekanan ( pa )
V2 dan V2 = volume ( m3)
(Tahara,Haruo & Sularso, 2000)
2.2.2 Hukum Charles
Disebutkan bahwa pada temperature yang konstan massa gas akan meningkat
1/273 dari volumenya untuk setiap kenaikan temperatur dalam celcius.
(Tahara,Haruo & Sularso, 2000)
2.2.3 Hukum Gay Lussac
Disebutkan bahwa pada temperature yang konstan volume dari gas akan
meningkat sebanding dengan temperaturnya. Dalam perumusan dapat ditulis dengan:
V1/V2 = T1/T2
Dengan :
V1 danV2 = volume (m3)
T1 dan T2 = temperatur ( º K )
(Tahara,Haruo & Sularso, 2000)

2.3.4 Hukum Pascal


Gaya yang bekerja pada torak dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
F
P =
A
Dengan :
A = Luas penampang bidang kompresi pada torak
sehingga :
F = P x A ........(N)
(sumber:http://brainly.co.id)

Sesuai dengan dengan hukum Boyle tentang kompresi udara tekan, pada 3 jenis
tabung yang sama dengan volume tekan yang berbeda pada masing-masing tabung akan
dijelaskan sebagai berikut:

gambar 2.2.1 Kurva perbandingan Tekanan dan Volume


(sumber: modul praktikum sistem pneumatis- lab mesin fluida dan system)

2. 3 Komponen Sistem Pneumatis pada Umumnya


2.3.1 Kompressor dan alat penunjang:
a) Air Compressor (Kompresor Udara)
Kompresor merupakan alat untuk menghasilkan sumber energi bagi sistem
pneumatis berupa udara mampat. Kompresor berfungsi untuk menghisap udara
dari atmosfer dengan menggunakan pompa torak, kemudian udara tersebut akan
dipompakan kepada sebuah tabung receiver, yang nantinya akan dimampatkan
pada sebuah penampung (reservoir). Kompresor ini digerakkan oleh sebuah
motor listrik, yang dikontrol dengan menggunakan saklar, yang dihubungkan
dengan penampung. Bila tekanan udara di dalam penampung turun sampai ke
suatu harga minimum yang telah ditentukan, saklar akan secara otomatis
menghidupkan motor listrik, dan kompresor akan menambah persediaan udara
dalam penampung.

Gambar 2.3.1.1 Kompresor udara


(Sumber : debedddy.com)

b) Air Service Unit


Pada alat air service unit terdapat tiga proses utama, yaitu penyaringan
udara agar udara yang keluar bebas kotoran dan uap air, pengaturan tekanan
udara yang keluar (regulator udara), dan pelumasan udara. Pada umumnya air
service unit terdiri dari:

· Air filter, yaitu saringan udara


· Air regulator, yaitu pengatur tekanan udara kerja
· Air lubricator, yaitu pelumas udara

Gambar 2.3.1.2 Air Service Unit

(Sumber : Indiamart.com)
c) Refrigerated Dryer
Alat yang berfungsi untuk menurunkan temperatur udara guna
menghilangkan kandungan air yang berada dalam udara sehingga udara menjadi
kering

Gambar 2.3.1.3 Refrigerated Dryer


(Sumber : www.aircompressorssolutions.com )
d) Receiver (Air Storage Tank)
Saluran penyambung antara kebutuhan, penyimpanan serta kebutuhan yang
akan disalurkan ke seluruh bagian stasiun kerja.

Gambar 2.3.1.4 Air Storage Tank


(Sumber : fieldaircompressors.co.za)
2.3.2 Sistem Distribusi
a) Distribution
Saluran penyambung antara kebutuhan, penyimpanan serta kebutuhan yang
akan disalurkan ke seluruh bagian stasiun kerja.

Gambar 2.3.2.1 Distribution


(Sumber : www.perpipaan .com)
b) Valve (Katup)
Pada sistem pneumatis valve/ katup berfungsi untuk mengatur arah aliran
udara bertekanan dalam sistem peralatan pneumatis. Pada dasarnya katup
terbagi menjadi empat macam, yaitu:

1) Katup pengarah (Directional control valve)


Katup pengarah adalah katup yang mengubah dan menghentikan arah
aliran udara bertekanan. Katup pengarah dilambangkan dengan katup X/Y.
Simbol X menyatakan jumlah lubang sambungan (port) dan simbol Y
menyatakan jumlah kamar atau ruangan.

Gambar 2.3.2.2 Directional control valve


(Sumber : hydradynellc.com)
2) Katup searah (Non return valve)
Katup searah adalah katup yang hanya dapat dilewati oleh udara dalam
satu arah dan menutup aliran dari arah sebaliknya

Gambar2.3.2.3 non return valve


(sumber : Indiamart.com)
3) Katup pengatur aliran (Flow control valve)
Katup pengatur aliran adalah katup yang digunakan untuk mengatur
kecepatan udara (debit udara) yang masuk ke dalam aktuator dengan
memperbesar atau memperkecil luas penampang saluran sehingga
mempengaruhi kecepatan gerakan aktuator.
Gambar 2.3.2.4 Flow control valve
(sumber : sa.rsdelivers.com)
4) Katup pengatur tekanan (Pressure valve)
Katup pengatur tekanan digunakan untuk mengatur tekanan udara yang
dibutuhkan secara konstan. Pada katup ini tekanan yang masuk harus lebih
besar daripada tekanan yang keluar.

Gambar 2.3.2.5
Pressure Valve
(Sumber :screwfix.com)
2.3.3 Komponen Pengubah Energi
a) Actuator dan Output
Actuator adalah bagian terakhir dari output suatu sistem kontrol pneumatis.
Output biasanya digunakan untuk mengidentifikasi suatu sistem kontrol ataupun
aktuator. Pada pneumatis, jenis aktuator ada bermacam-macam, diantaranya:

1) Aktuator gerakan linier:


 Single acting cylinder (silinder aksi tunggal) 4–4
 Double acting cylinder (silinder aksi ganda)
Gambar 2.3.3.1 Actuator linier
(sumber :ultramotion.com)
2) Aktuator gerakan berputar:
 Motor yang digerakkan oleh udara. Motor pneumatis adalah suatu
peralatan pneumatic yang menghasilkan gerakan putar yang sudut
putarnya tidak terbatas bila terhadap peralatan ini dialiri udara yang
dimampatkan. Ada 4 jenis motor pneumatis, yaitu piston motors,
sliding vane motors, gear motors, turbin.
 Aktuator yang berputar/gerakan putar.

Gambar 2.3.3.2 Aktuator berputar


(Sumber: kelasrobot.com)
2. 4 Jenis Kompresi
2.4.1 Kompresi Adiabatik
Kompresi Adiabatik adalah keadaan dimana pada saat kompresi tidak terjadi
perpindahan kalor. Hal ini disebabkan karena adanya isolasi yang baik pada system.

Gambar 2.4.1
Diagram P-V Kompresi Adiabatik
(sumber: www.dain-umar.blogspot.com)
2.4.2 Kompresi Isotermal
Kompresi Isotermal adalah keadaan dimana saat kompresi tidak terjadi perubahan
temperatur atau temperaturnya konstan.

Gambar 2.4.2
Diagram P-V Kompresi Isotermal
(sumber: www.dain-umar.blogspot.com)

2.4.3 Kompresi Polytropik


Kompresi Polytropik adalah kompresi diantara Adiabatik dan Isotermal, jadi keadaan
dimana pada saat kompresi terjadi perubahan temperatur dan juga ada perpindahan
kalor

Gambar 2.4.1 Kurva Adiabatik, Isothermal dan Polytropik


( sumber: http://meritnation.com )

2.5 Macam – Macam Directional Valve


Simbol (ISO 5599) Keterangan

2/2 normally closed

2/2 normally open


1

3/2 normally closed


1 3

3/2 normally open


1 3
2

3/3 closed centre


1 3

2 4
A B
4/2
1 3

4/3 closed centre

2 4

4/3 open centre


1 3

2 4

5/2
3 1 5

2 4

5/3 closed centre


B

3 1 5

1 4

5/3 open centre


3 1 5

1 4

5/3 pressurised centre


B

3 1 5

Gambar 2.5.1 Macam – macam directional valve


( sumber: Bahan ajar pneumatis-hidrolis, Drs. Wirawan MT&Drs. Pramono)

2.5.1 Penjelasan Valve 2/2


A

P
Gambar 5 – Katup 2/2 normally closed
( sumber: Bahan ajar pneumatis-hidrolis, Drs. Wirawan MT&Drs. Pramono)
Katup pada gambar 2 di atas mempunyai dua lubang yaitu lubang P dan lubang A
dimana lubang P adalah tempat masuknya udara bertekanan ke dalam katup, sedangkan
lubang A adalah lubang keluaran udara dari dalam katup. Katup tersebut mempunyai dua
posisi yaitu posisi tertutup (kotak sebelah kanan) dan posisi terbuka (kotak sebelah kiri),
sedangkan pada posisi normal katup tersebut berada pada posisi tertutup (kotak sebelah
kanan alirannya tertutup
2.5.2 Penjelasan Valve 3/2
Katup ini biasanya dipergunakan sebagai tombol start atau off pada sistem
pneumatik. Terdiri dari tiga port atau lubang dan dua kamar dengan pengembali pegas.
Katup ini bekerja bila tombol penekan pada katup tertekan secara manual melalui nok
yang terdapat pada silinder Pneumatik atau karena adanya sistim mekanik lainnya. Saat
posisi katup pneumatik belum tertekan yaitu saat katup tidak dioperasikan, saluran 2
berhubungan dengan 3, dan lubang 1 tertutup sehinggga tidak terjadi kerja apa-apa.
Katup akan bekerja dan memberikan reaksi apabila ujung batang piston (batang penekan)
sudah mendekat dan menyentuh pada roller-nya. Saat tombol penekan tertekan maka
terlihat bahwa lubang 1 berhubungan dengan saluran 2, sedangkan saluran 3 menjadi
tertutup. Hal ini akan berakibat bahwa udara bertekanan dari lubang 1 akan diteruskan
ke saluran 2. Aplikasinya nanti adalah saluran 2 itu akan dihubungkan pada katup
pemroses sinyal berikutnya. Saluran 2 akan berfungsi sebagai pemberi sinyal pada katup
berikutnya.

Gambar 6 – Katup 3/2 normally closed


( sumber: Bahan ajar pneumatis-hidrolis, Drs. Wirawan MT&Drs. Pramono)
2.5.3 Penjelasan Valve 5/2
Katup kendali 5/2 penggerak udara kempa ini terdiri dari lima port, masing-
masing diberi nomor. Pada bagian bawah (input) terdapat saluran masuk udara kempa
yang diberi kode nomor 3, dan dua saluran buang yang diberi kode 3.dan 5. sedangkan
bagian atas (output) terdapat dua saluran (port) yang diberi kode nomor 2 dan 4. Kedua
saluran genap tersebut akan dihubungkan dengan aktuator. Selain itu terdapat dua
ruang yang diberi nama ruang a dan ruang b. Kedua ruang diaktifkan/digeser oleh udara
bertekanan dari sisi 14, dan sisi 12. Pada umumnya sisi 14 akan mengaktifkan ruang a
sehingga port 1 terhubung dengan port 4, aktuator bergerak maju. Sisi 12 untuk
mengaktifkan ruangan b yang berdampak.

Gambar 7 – Katup 5/2 normally closed


(sumber: http://budihartono.blog.uns.ac.id/)
2. 6 Single Acting dan Double Acting Actuator
2.6.1 Single Acting Actuator

Gambar 8 – Single Acting Actuator


(sumber: http//abi-blog.com)

F = K . X (gaya spring) > F = P . A (gaya silinder) Maka silinder mundur


Silinder single acting mempunyai spring yang berfungsi sebagai pembalik dari
keadaan piston rodyang pada saat tekanan pneumatik tidak aktif akan membalikkan
piston pada posisi awal.
Prinsip kerja dari silinder ini berdasarkan perbedaan gaya yang diterima oleh
piston dengan gaya dari spring, yang mana pada saat piston rod maju maka gaya yang
diterima oleh piston rod lebih besar dari gaya spring dan pada saat piston rod mundur
gaya yang diterima oleh spring lebih besar dari gaya yang diterima oleh piston, yang
memiliki persamaan :
F = K . X (gaya spring) < F = P . A (gaya silinder) maka silinder maju

2.6.2 Double Acting Actuator

Gambar 9 – Double Acting Actuator


(sumber: http//abi-blog.com)
Silinder double acting memiliki dua saluran input dan setiap input-nya berfungsi
sebagai pengendali dari piston, baik pada saat maju atau pun pada saat mundur. Pada
saat piston maju input pertama yang berfungsi dan pada saat piston mundur input kedua
yang berfungsi.
Prinsip kerja utama dari silinder jenis ini tergantung pada gaya yang diterima
oleh piston, yang mana pada saat piston rod maju, tekanan yang masuk adalah supply 1
dan memberikan tekanan pada bagian piston yang ada didalam silinder. Pada saat
piston rod mundur, tekanan yang masuk adalah supply 2 dan memberikan tekanan pada
bagian piston yang ada dalam silinder dan silinder ini tidak ada perbedaan gaya dalam
prinsip kerjanya.

2. 7 Perbedaan Sistem Pneumatis dan Hidolis


No Sistem Pneumatis Sistem Hidrolis
menggunakan kompresor dalam menggunakan pompa dalam
1
mendistribusikan fluida. mendistribusikan fluida.
pneumatis menggunakan fluida pneumatis menggunakan fluida
2
kerja gas (udara) kerja liquid (cairan)
Fluida kerjanya bersifat Fluida kerjanya bersifat
3
Compressible incompressible

4 Menggunakan instalasi terbuka Menggunakan instalasi tertutup

lebih mahal karena menggunakan


lebih murah karena fluida diambil
5 cairan tertentu sebagai fluida
secara bebas dari udara
kerja
Tidak ada batas temperatur
6 Ada batas temperature operasi

7 Responnya cepat Respon lambat


perawatannya lebih mudah karena perawatannya susah karena
8
sistemnya yang praktis sistemnya yang rumit
gaya yang dihasilkan lebih besar
9 gaya yang dihasilkan kecil dari dari pneumatis dengan waktu
hidrolis dengan waktu yang sama yang sama
Fluida bisa digunakan berulang
Fluida hanya bisa digunakan satu
10 kali sampai dengan tingkat
kali saja pada satu siklus
kekentalan tertentu.
2. 8 Aplikasi Sistem Pneumatis
2. 8. 1 Aplikasi di bidang Marine

NO Aplikasi Gambar Keterangan


1 Staarting Untuk
Engine menyalakan main
System engine pada
kapal

2 Turbocharger Kompresor yang


digunakan dalam
motor
pembakaran
dalam untuk
meningkatkan
keluaran tenaga
mesin

3 Quick Close Katup yang bisa


Vlave ditutup dengan
cepat apabila
terjadi
kebocoran pada
suatu sistem
perpipaan di
kapal
4 Pembersihan Menggunakan
seachest sistem pneumatis
untuk
menyemprot
filter seachest
agar bersih dari
benda yang
menyumbat

5 Ship Horn Salah satu


media
komunikasi
antara satu kapal
dengan yang
lainnya
2. 8. 2 Aplikasi di bidang non-marine

N Aplikasi Gambar Keterangan


O
1 Rem pada Sistem
kendaraan pengereman yang
besar biasa digunakan
pada kendaraan
besar seperti bis
dan truk

2 Bor Membuat lubang


pneumatik pada berbagai
macam material
dengan
kecepatan
putaran lebih
cepat dari bor
biasa

3 Spray Gun Biasanya


digunakan untuk
menyeprotkan
cat pada suhu
material

4 Senapan Senapan yang


angin bisa melontarkan
peluru dengan
bantuan
dorongan angin
5 Penutup Penutup pintu
pintu otomatis yang
otomatis terdapat di
berbagai tempat
seperti
perkantoran atau
tempat lainnya
BAB III
TAHAPAN PRAKTIKUM

3.1 Peralatan Praktikum


NO Nama Alat Gambar Fungsi

Actuator single
acting mengubah energi
(atas) potensial pada
1
Actuator double fluida menjadi
acting energi mekanik
(bawah)

Gambar 3.1.1 Actuator

Valve 3/2
(atas) mengatur aliran
2
Valve 5/2 fluida
(bawah)

Gambar 3.1.2 Valve

Tempat
3 Pipa Fleksibel
mengalirnya fluida

Gambar 3.1.3 Pipa Fleksibel

Mendistribusikan
4 Manifold
aliran fluida.

Gambar 3.1.4 Manifold


Alat untuk
mengukur
5 Kompresor
kecepatan putaran
pada poros pompa
Gambar 3.1.5 Kompresor

Alat untuk
6 Stopwatch
mengukur waktu

Gambar 3.1.6 Stopwatch

Mengatur besar
7 Flow Control kecilnya kapasitas
aliran fluida

Gambar 3.1.7 Flow Control

Mengukur besar
8 Pressure Gauge kecilnya tekanan
aliran fluida
Gambar 3.1.8 Pressure
Gauge

Alat untuk
Penggaris/ jangka mengukur panjang
9
sorong lengan dan
diameter actuator
Gambar 3.1.9 Jangka Sorong
3.2 Rangkaian Praktikum
3.1 Actuator Singgle Acting

Gambar 3.2.1 Rangkaian Actuator Single Acting


(sumber: modul praktikum sistem pneumatis- lab mesin fluida dan system)

3.2 Actuator Double Acting


Gambar 3.2.2 Rangkaian Actuator Double Acting
(sumber: modul praktikum sistem pneumatis- lab mesin fluida dan system)

3.3 Prosedur Praktikum


3.3.1 Merangkai rangkaian aktuator single acting :

a. Merangkai alat sesuai dengan gambar rangkaian di modul praktikum


b. Menyalakan kompresor
c. Membuka control valve sesuai dengan variasi yang diberikan oleh
grader
d. Membuka control valve pada kompresor untuk meberikan variasi
tekanan ( tekanan A )
e. Mencatat nilai tekanan yang masuk kesistem ( tekanan B ) dan
tekanan yang masuk ke actuator ( tekanan c )
f. Mencatat lamanya waktu actuator keluar

3.3.2 Merangkai rangkaian aktuator double acting :

a. Merangkai alat sesuai dengan gambar rangkaian di modul praktikum


b. Menyalakan kompresor
c. Membuka control valve sesuai dengan variasi yang diberikan oleh
grader
d. Membuka control valve pada kompresor untuk meberikan variasi
tekanan ( tekanan A )
e. Mencatat nilai tekanan yang masuk kesistem ( tekanan B ) dan
tekanan yang masuk ke actuator ( tekanan c )
f. Mencatat lamanya waktu actuator keluar
3.4 Data Hasil Praktikum

Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan data-data sebagai berikut :

a. Sistem actuator single acting


Panjang
Bukaan Tekanan Tekanan Tekanan Waktu lengan
Posisi
flow A B C keluar (mm)
1 0.5 1 0.5 3.07 21,9

4
2 1 1.5 0.75 1.5 57,6
3 1.5 1.9 1.1 0.7 57,8
4 2 2.2 1.9 0.19 57,9
5 0.5 0.5 0.5 3.72 29

8
6 1 0.75 0.9 0.72 57,7
7 1.5 2 1.4 0.31 57,8
8 2 2.5 1.9 0.15 57,9

Diameter Luar Actuator : 7.88 mm

Keterangan :
Tekanan A = tekanan dari receiver
Tekanan B = tekanan yang masuk sistem
Tekanan C = tekanan yang masuk actuator
b. Sistem actuator double acting

Penjang
Bukaan Tekanan Tekanan Tekanan C Waktu Waktu
Posisi Lengan
flow A B keluar masuk (mm)
masuk keluar
1 0.5 0.5 0.5 0.6 0.46 0.5 108

4
2 1 1.5 0.9 1.25 0.37 0.28 108
3 1.5 1.75 1 1.5 0.28 0.28 108
4 2 2.5 1.8 2.2 0.22 0.31 108
5 0.5 1 0.5 0.9 0.25 0.41 108

8
6 1 1.5 0.9 1.1 0.18 0.25 108
7 1.5 1.75 1.15 1.5 0.25 0.22 108
8 2 2.5 2 2.2 0.22 0.22 108

Diameter LuarActuator : 7.88 mm


Keterangan :
Tekanan A = tekanan dari receiver
Tekanan B = tekanan yang masuk sistem
Tekanan C = tekanan yang masuk actuator
BAB IV
ANALISA PERHITUNGAN

Tabel Konversi
1mm 0.001 m
1 Bar 100000 N/m2
1 kg/cm2 98068 N/m2

4.1 Perhitungan
4.1.1 Perhitungan Actuator Single Acting
a. Gaya (F)
Adapun beberapa besaran pada praktikum kali ini harus
dikonversi terlebih dahulu untuk mendapatkan besaran yang
dikehendaki sesuai dengan satuan yang ditampilkan berikut ini:
1 Bar = 1 x 105 Pa
1 mm = 1 x 10-3 m
Sehingga data hasil pengamatan yang telah dikonversikan dapat
ditampilkan seperti dalam tabel berikut ini:Perhitungannya adalah
sebagai berikut :
Tekanan Tekanan Tekanan Waktu Panjang
Bukaan
Posisi A B C Keluar Lengan
Flow
(Pa) (Pa) (Pa) (s) m
1 4 50000 100000 50000 3,07 0,0219
2 4 100000 150000 75000 1,5 0,0576
3 4 150000 190000 110000 0,7 0,0578
4 4 200000 220000 190000 0,19 0,0579
5 8 50000 50000 50000 3,72 0,029
6 8 100000 175000 90000 0,72 0,0577
7 8 150000 200000 140000 0,31 0,0578
8 8 200000 250000 190000 0,15 0,0579

Dalam perhitungan untuk mencari besar nilai gaya (N) yang


dihasilkan oleh actuator dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan Hukum Pascal sebagai berikut:
ΔP = F / A
F = ΔP x A

dimana:
ΔP = Tekanan C (Pa)
F = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m2)

Dengan besar diameter actuator sebesar 7,88 milimeter, maka


luas penampang actuator dapat dihitung dengan rumus:
A = πr2
Maka luas penampang dari percobaan single acting actuator dapat
dihitung dengan memasukkan data-data yang ada ke dalam rumus di
atas sehingga perhitungan menjadi sebagai berikut:
A = 3.14 x (0.00394)2
A = 0.000048744104 m2
Dengan besaran luas penampang tersebut, maka gaya yang
dihasilkan akan bisa dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
F = ΔP x A
F = 50000 x 0.000048744104
F = 2,4372052 N

b. Kecepatan (v)

Selain itu, nilai kecepatan (v) gerak aktuator yang dipengaruhi oleh
variasi tekanan (p) yang diberikan dapat dicari melalui penjabaran seperti
berikut ini:

v= S / t …………(m/s)
v = 0,0219/ 3,07
v = 0.00713355m/s
Selanjutnya data hasil perhitungan untuk single acting actuator
dapat ditampilkan pada tabel berikut ini

Posisi Bukaan Tekanan C Gaya (N) Waktu Kecepatan


Flow Bar Pa keluar (s) (m/s)
1 4 0.5 50000 2,4372052 3.07 0,00713355
2 4 0.75 75000 3,6558078 1.5 0,0384
3 4 1.1 110000 5,36185144 0.7 0,082571429
4 4 1.9 190000 9,26137976 0.19 0,304736842
5 8 0.5 50000 2,4372052 3.72 0,007795699
6 8 0.9 90000 4,38696936 0.72 0,080138889
7 8 1.4 140000 6,82417456 0.31 0,186451613
8 8 1.9 190000 9,26137976 0.15 0,386

4.1.2 Perhitungan Actuator Double Acting


a. Gaya (F)

Adapun beberapa besaran pada praktikum kali ini harus


dikonversi terlebih dahulu untuk mendapatkan besaran yang
dikehendaki sesuai dengan satuan yang ditampilkan berikut ini:
1 Bar = 1 x 105 Pa
1 mm = 1 x 10-3 m
Sehingga data hasil pengamatan yang telah dikonversikan
dapat ditampilkan dalam tabel seperti berikut ini:
Waktu Penjang
Bukaan Tekanan Tekanan Tekanan C (Pa) Waktu
Posisi masuk Lengan
flow A (Pa) B (Pa) keluar (s) (m)
masuk keluar (s)
1 50000 50000 50000 60000 0.46 0.5 0,108

4
2 100000 150000 90000 125000 0.37 0.28 0,108
3 150000 175000 100000 150000 0.28 0.28 0,108
4 200000 250000 180000 220000 0.22 0.31 0,108
5 50000 100000 50000 90000 0.25 0.41 0,108

8
6 100000 150000 90000 110000 0.18 0.25 0,108
7 150000 175000 115000 150000 0.25 0.22 0,108
8 200000 250000 200000 220000 0.22 0.22 0,108

Dalam perhitungan untuk mencari besar nilai gaya (N)


yang dihasilkan oleh actuator dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan Hukum Pascal sebagai berikut:
P=F/A
F = PxA
dimana:
P = Tekanan C (Pa)
F = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m2)
Dengan besar diameter actuator sebesar 8 milimeter, maka
luas penampang actuator dapat dihitung dengan rumus:
A = πr2
Maka luas penampang dari percobaan double acting
actuator dapat dihitung dengan memasukkan data-data yang
ada ke dalam rumus di atas sehingga perhitungan menjadi
sebagai berikut:
A=3,14 x (0,00394)2
A= 0.000048744104 m2
Dengan besaran luas penampang tersebut, maka gaya
yang dihasilkan akan bisa dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut:
Fmasuk = Pmasuk x A
........ (N) Fkeluar = Pkeluar x A ........(N)
Fmasuk = 50000 x Fkeluar = 60000 x
0.000048744104 0.000048744104
Fmasuk = 2.4372052 N Fkeluar = 2.92464624 N
b.Kecepatan (v)

Selain itu, nilai kecepatan (v) gerak aktuator yang dipengaruhi


oleh variasi tekanan (P) yang diberikan dapat dicari melalui penjabaran
seperti berikut ini, dimana terdapat dua buah kecepatan karena
terdapat dua buah gerak actuator yang berbeda:

vkeluar = S / tkeluar
vmasuk = S / tmasuk …………(m/s) …………(m/s)
vmasuk = 0,108 / 0.5 vkeluar = 0.108 / 0.46
vmasuk = 0,216 m/s vkeluar = 0.234782609 m/s

Selanjutnya data hasil perhitungan untuk Doible Acting Actuator


dapat ditampilkan dalam tabel berikut :
Tekanan Wakt
C u Waktu Kecepatan
Bukaan Gaya (N) Kelua (m/s)
Posisi Masuk Keluar r Masuk
Flow
Bar Pa Bar Pa Masuk Keluar (s) (s) Masuk Keluar
2,4372 2,9246 0,216
1 4
4
0,5 50000 0,6 60000 0,46 0,5 0,234
1,2 4,3869 6,0930 0,385 0,291
2 4 0,9 90000 5 125000 0,37 0,28
4,874 7,3116 0,385 0,385
3 4 1 100000 1,5 150000 0,28 0,28
8,7739 10,7237 0,348 0,490
4 4 1,8 180000 2,2 220000 0,22 0,31
2,437 4,3869 0,263 0,432
5 8 0,5 50000 0,9 90000 0,25 0,41
4,3869 5,3618 0,432 0,6
6 8 0,9 90000 1,1 110000 0,18 0,25
1,1 5,6055 7,3116 0,490 0,432
7 8 5 115000 1,5 150000 0,25 0,22
9,7488 10,7237 0,490 0,490
8 8 2 200000 2,2 220000 0,22 0,22
4.2 Analisa Grafik
4.2.1 Single Acting
a). Perbandingan tekanan (P) dengan gaya (F)

Perbandingan Tekanan (P) dan Gaya (F)


10
8
6
Gaya

4
2
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan

Bukaan 4 Bukaan 8

Pada grafik diatas terlilhat bahwa gaya yang dihasilkan akan berbanding lurung dengan
tekanan yang diberikan, dengan kata lain ketika tekanan semakin besar maka gaya yang
dihasilkanpun akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan rumus P = F /A dimana F adalah gaya
yang dihasilkan, P adalah tekanan, dan A adalah luas penampang dari actuator.

b). Perbandingan tekanan (P) dan waktu (t)

Perbandingan Tekanan (P) dan Waktu (T)


4

3
Waktu

0
50000 100000 150000 200000
Tekanan

Bukaan 4 Bukaan 8

Pada grafik diatas terlilhat bahwa waktu yang dihasilkan akan berbanding terbalik
dengan tekanan yang diberikan, dengan kata lain ketika tekanan semakin rendah maka waktu
yang dibutuhkan akan semakin lama. Hal ini sesuai dengan rumus P = m x v/(t x A)dimana P
adalah tekanan, m adalah massa, v adalah kecepatan, t adalah waktu dan A adalah luas
penampang.
c). Perbandingan tekanan (P) dan kecepatan (v)

Perbandingan Tekanan (P) dan Kecepatan


(v)
0.5
0.4
Kecepatan

0.3
0.2
0.1
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan

Bukaan 4 Bukaan 8

Pada grafik diatas terlilhat bahwa Tekanan akan berbanding lurus dengan kecepatan,
dengan kata lain ketika tekanan semakin tinggi maka kecepatannya akan semakin tinggi pula.
Hal ini sesuai dengan rumus rumus P = m x v/(t x A)dimana P adalah tekanan, m adalah massa,
v adalah kecepatan, t adalah waktu dan A adalah luas penampang.

4.2.2 Double Acting

a) Perbandingan tekanan masuk (Pin) dan keluar (Pout)

Perbandingan Tekanan masuk (Pin) dan


Tekanan keluar (Pout)
300000
Tekanan

200000
100000
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan

Pin Bukaan 4 P in Bukaan 8


P out Bukaan 4 P out Bukaan 8

Pada grafik diatas terlilhat bahwa tekanan keluar berbanding lurus dengan tekanan
masuk. Saat tekanan masuk semakin besar maka tekanan keluar yang dihasilkanpun akan
semakin besar pula seperti dijelaskan dalam rumus pv = konstan.
b) Perbandingan tekanan (P) dan gaya (masuk dan keluar)
● Perbandingan Tekanan Masuk (Pin) dengan Gaya (Masuk)

Perbandingan Tekanan (P) dan Tekanan Gaya


Masuk (Fin)
Gaya masuk (Fin) 15

10

0
50000 100000 150000 200000
Tekanan

Fin Bukaan 4 F in Bukaan 8

Pada grafik diatas terlilhat bahwa gaya yang dihasilkan akan berbanding lurus dengan
tekanan yang diberikan, dengan kata lain ketika tekanan semakin besar maka gaya yang
dihasilkanpun akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan rumus F = P / A dimana F adalah gaya
yang dihasilkan, P adalah tekanan, dan A adalah luas penampang.

● Perbandingan Tekanan Keluar (Pout) dengan Gaya (keluar)

Perbandingan Tekanan (P) dan Tekanan Gaya


Keluar (Fout)
15
GayaKeluar(Fout)

10

0
50000 100000 150000 200000
Tekanan

Fout Bukaan 4 Fout Bukaan 8

Pada grafik diatas terlilhat bahwa gaya yang dihasilkan akan berbanding lurus dengan
tekanan yang diberikan, dengan kata lain ketika tekanan semakin besar maka gaya yang
dihasilkanpun akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan rumus F = P / A dimana F adalah gaya
yang dihasilkan, P adalah tekanan, dan A adalah luas penampang.
c) Perbandingan tekanan (P) dan luasan (masuk dan keluar)
● Perbandingan Tekanan masuk (Pin) dengan Luasan Actuator

Perbandingan Tekanan masuk (Pin) dan


Luasan (A)
1
Luasan 0.8
0.6
0.4
0.2
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan

A Bukaan 4 A Bukaan 8

Hubungan antara tekanan dengan luasan adalah berbanding terbalik seperti dijelaskan
pada rumus P = F/ A. namun pada grafik diatas tidak didapatkan hubungan tersebut karena
luasannya konstan yaitu luasan actuator.

● Perbandingan Tekanan Keluar (Pout) dengan Luasan Actuator

Perbandingan Tekanan keluar (Pout) dan


Luasan (A)
1
0.8
Luasan

0.6
0.4
0.2
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan

A Bukaan 4 A Bukaan 8

Hubungan antara tekanan dengan luasan adalah berbanding terbalik seperti dijelaskan pada
rumus P = F/ A. namun pada grafik diatas tidak didapatkan hubungan tersebut karena luasannya
konstan yaitu luasan actuator.
d) Perbandingan tekanan (P) dan waktu (masuk dan keluar)
● Perbandingan Tekanan Masuk (Pin) dengan Waktu (Actuator Masuk)

Perbandingan Tekanan (P) dan Waktu masuk


(Tin)
0.6

0.4
Waktu

0.2

0
50000 100000 150000 200000
Tekanan

T Bukaan 4 T Bukaan 8

Pada grafik diatas didapatkan waktu berbanding terbalik dengan tekanan yang
diberikan, dengan kata lain ketika tekanan semakin rendah maka waktu yang dibutuhkan akan
m . v/t
semakin lama. Hal ini sesuai dengan rumus p = dimana P adalah tekanan, m adalah
A
massa, v adalah kecepatan, t adalah waktu dan A adalah luas penampang. Namun dalam data
diatas terdapat perbedaan karena ketelitian pada saat praktikum yaang kurang.

● Perbandingan Tekanan Keluar (Pout) dengan Waktu (Actuator Keluar)

Perbandingan Tekanan (P) dan Waktu keluar


(Tout)
0.5
0.4
Waktu

0.3
0.2
0.1
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan

T Bukaan 4 T Bukaan 8

Pada grafik diatas didapatkan waktu berbanding terbalik dengan tekanan yang
diberikan, dengan kata lain ketika tekanan semakin rendah maka waktu yang dibutuhkan akan
m . v/t
semakin lama. Hal ini sesuai dengan rumus p = dimana P adalah tekanan, m adalah
A
massa, v adalah kecepatan, t adalah waktu dan A adalah luas penampang. Namun dalam data
diatas terdapat perbedaan karena ketelitian pada saat praktikum yaang kurang.
e) Grafik Perbandingan Tekanan (P) dengan Kecepatan Actuator (Masuk dan Keluar)
● Perbandingan Tekanan Masuk (Pin) dengan Kecepatan Masuk Actuator (Vin)

Perbandingan Tekanan masuk (Pin) dan


Kecepatan masuk (Vin)
0.6
Kecepatan

0.4

0.2

0
50000 100000 150000 200000
Tekanan

V Bukaan 4 V Bukaan 8

Pada grafik diatas terlilhat bahwa Tekanan akan berbanding lurus dengan kecepatan,
dengan kata lain ketika tekanan semakin tinggi maka kecepatannya akan semakin tinggi pula.
m . v/t
Hal ini sesuai dengan rumus p = dimana P adalah tekanan, m adalah massa, v adalah
A
kecepatan, t adalah waktu dan A adalah luas penampang.

● Grafik Perbandingan Tekanan Keluar (Pout) dengan Kecepatan Keluar Actuator

Perbandingan Tekanan keluar (Pout) dan


Kecepatan keluar (Vout)
0.8
0.6
Kecepatan

0.4
0.2
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan

V Bukaan 4 V Bukaan 8

Pada grafik diatas terlilhat bahwa Tekanan akan berbanding lurus dengan kecepatan,
dengan kata lain ketika tekanan semakin tinggi maka kecepatannya akan semakin tinggi pula.
m . v/t
Hal ini sesuai dengan rumus p = dimana P adalah tekanan, m adalah massa, v adalah
A
kecepatan, t adalah waktu dan A adalah luas penampang. Namun pada grafik diata ada ketidak
sesuaian disebabkan karena ketelitian yang kurag saat praktikum.
BAB V
PENUTUP
BIMA MUSQSITHUR ROHMAN
04211740000014
BAB V
PENUTUP

5.1 Pertanyaan
1. Jelaskan hubungan besaranya tekanan dengan gaya!
Hubungan tekanan (P) dengan gaya (F) adalah berbanding lurus semakin besar
tekanan maka gaya yang diberikan juga semakin besar, sedangkan jika tekanan
yang diberikan kecil maka besar gayanya pun juga kecil

2. Jelaskan pengaruh tekanan terhadap waktu bergeraknya actuator!


Pengaruh dari tekanan yang semakin diperbesar kepada waktu bergeraknya
actuator dapat dilihat dari data pratikum bahwa semakin besar tekanan yang
diberikan waktu bergeraknya actuator pun akan semakin cepat

3. Jelaskan hubungan tekanan dengan kecepatan lengan actuator bergerak!


Pengaruh tekanan kepada kecepatan lengan dapat dilihat pada data hasil
pratikum bahwa kecepatan saat tekanan diberikan pada lengan akan semakin
cepat apabila tekanannya semakin diperbesar

4. Jelaskan pengaruh tekanan terhadap luas penampang!


Besar tekanan (F) berbanding terbalik dengan luas permukaan bidang (A). Bila
luas permukaan bidang semakin besar, maka tekanan zat padat akan menjadi
kecil. Pada rumus P = F / A, dapat disimpulkan bila luas permukaan bidang
semakin besar, maka tekanan zat padat akan menjadi kecil dan sebaliknya

5. Rumus apa saja yang digunakan dalam perhitungan sistem pneumatis? Jelaskan!
Rumus yang digunakan dalam perhitungan sistem pneumatis antara lain :
a. Hukum pascal , P = F / A yaitu Hukum Pascal ini menggambarkan bahwa
setiap kenaikan tekanan pada permukaan fluida, harus diteruskan ke
segala arah fluida tersebut. Hukum pascal hanya dapat diterapkan pada
fluida, umumnya fluida cair.
b. Hukum boyle , P1.V1 = P2.V2, yaitu hukum fisika yang menjelaskan
bagaimana kaitan antara tekanan dan volume suatu gas. Penemu hukum
boyle adalah Robert Boyle (1627-1691), dia melakukan penelitian untuk
mengetahui hubungan antara tekanan dan volume gas pada suhu yang
konstan.
c. Hukum gay lussac, P1 / P2 = T1 / T2, ditemukan Joseph Gay‐Lussac
(1778‐1850) yang melakukan percobaan dan menemukan bahwa apabila
volume gas diatur konstan, ketika tekanan gas bertambah, suhu mutlak
gas pun bertambah. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas
berkurang, suhu mutlak gas pun berkurang. Pada volume konstan, tekanan
gas berbanding lurus dengan suhu mutlak gas
d. Hukum Charles yaitu apabila tekanan gas selalu konstan, maka ketika suhu
gas bertambah, volume gas juga bertambah. Sebaliknya ketika suhu gas
berkurang, volume gas juga berkurang.
6. Gambarkan simbol katup-katup pengarah yang digunakan dalam praktikum
sistem pneumatis, dan jelaskan maksud dari gambar tersebut!

1. 3/2 , Katup 3/2 berarti 3 lubang dengan 2 chamber.


Panah menunjukkan arah aliran, panah diagonal
berarti pembuangan

2. 5/2, Katup 5/2 berarti 5 lubang dengan 2 chamber.


Panah menunjukkan arah aliran, panah diagonal
berarti pembuangan

7. Jelaskan perbedaan antara single action dan double action actuator!


(Perbedaan meliputi cara kerja dan gambar simbol)
a. Single action actuator
Silinder kerja tunggal (single acting cylinder), merupakan jenis silinder
yang hanya memiliki satu port untuk masuknya udara bertekanan.
Silinder ini menggunakan kekuatan udara bertekanan untuk mendorong
ataupun menekan piston dalam satu arah saja (umumnya keluar). Dan
menggunakan pegas pada sisi yang lain untuk mendorong piston kembali
pada posisi semula. Akan tetapi silinder ini memilki kelemahan dimana
sebagian kekuatan dari silinder hilang untuk mendorong pegas.

b. Double action actuator


Silinder kerja ganda (double acting cylinder), merupakan silinder yang
memiliki dua port untuk instroke dan outstroke. Silinder jenis ini
menggunakan kekuatan udara bertekanan untuk mendorong piston
keluar dan mendorong piston untuk kembali pada posisi awal (menarik
kedalam). Sehingga silinder ini membutuhkan lebih banyak udara dan
katup pengontrol arah yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan
silinder kerja tunggal.
8. Berikan minimal 10 keunggulan dan kerugian sistem pneumatis jika dibandingkan
dengan sistem hidrolis!
a. Keunggulan:
1) Mudah disalurkan
2) Fleksibilitas temperatur
3) Aman
4) Bersih
5) Pemindahan daya dan kecepatan sangat mudah diatur
6) Ramah lingkungan
7) Mudah dimanfaatkan
8) Murah
9) Ketersediaan yang tak terbatas dari udara
10) Dapat disimpan pada tangka untuk menjaga ketersediaan udara
tekan bagi sistem

b. Kekurangan:
1) Menimbulkan suara bising
2) Mudah mengembun karena udara mengandung air
3) Perawatan sistemnya tidak tahan lama
4) Pipa yang menyuplai udara tidak mudah untuk di control
5) Terkadang memiliki zat kimia yang beracun
6) Lebih sulit mengontrol gas
7) Sulit menjalankannya secara paralel
8) Memerlukan instalasi peralatan penghasil udara
9) Mudah terjadi kebocoran dan sulit untuk dideteksi
10) Tidak cocok untuk menggerakkan alat yang berat karena gaya yang
dihasilkan tidak besar jika dibandingkan dengan sistem hidrolis.
9. Berikan minimal 5 contoh pengaplikasian sistem pneumatis di bidang marine,
dan 5 contoh pengaplikasian untuk bidang non-marine! (dengan gambar/ foto)
a. Aplikasi di Bidang Marine

No. Nama Gambar

Sistem menyalakan
1.
mesin

2. Turbocharger

3. Quick close valve

4. Ship horn

Penyemprot filter
5.
seachest
b. Aplikasi di Bidang Non-Marine

No. Nama Gambar

1. Rem kendaraan

2. Bor

3. Pistol semprot

4. Senapan angin

5. Pompa angin
10. Apa yang dapat anda simpulkan dari praktikum sistem pneumatik yang telah anda
lakukan ?
Kesimpulan dari praktikum sistem pneumatik ini adalah:
a. Sistem pneumatik yang dapat saya simpulkan setelah melakukan pratikum
yaitu sistem yang memanfaatkan komponen utama kompressor untuk
memnberikan tekanan udara yang dapat diatur sebagai fungsi saat
melakukan berbagai macam pekerjaan diantaranya dapat digunakan pada
sistem buka tutup pintu
b. Komponen yang digunakan pada pratikum adalah :
1) Actuator (single and double acting), berfungsi untuk mengubah gaya
tekanan fluida gas menjadi energi mekanik.
2) Valve 3/2 dan 5/2, berfungsi untuk mengatur aliran fluida.
3) Pipa Fleksibel, sebagai tempat mengalirnya fluida.
4) Manifold, berfungsi untuk mendistribusikan aliran fluida.
5) Kompresor & Air Receiver, berfungsi dalam memampatkan dan
menampung udara bertekanan dari kompresor.
6) Stopwatch, berfungsi untuk mengukur waktu.
7) Flow Control, berfungsi untuk mengukur besar kecilnya kapasitas
aliran fluida.
8) Pressure Gauge, berfungsi mengukur besar kecilnya tekanan fluida
kerja.
9) Jangka Sorong, berfungsi mengukur panjang lengan dan diameter
actuator.

5.2 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum sistem pneumatik ini adalah:
a. Sistem pneumatik yang dapat saya simpulkan setelah melakukan pratikum yaitu
sistem yang memanfaatkan komponen utama kompressor untuk memnberikan
tekanan udara yang dapat diatur sebagai fungsi saat melakukan berbagai macam
pekerjaan diantaranya dapat digunakan pada sistem buka tutup pintu
b. Komponen yang digunakan pada pratikum adalah:
1) Actuator (single and double acting), berfungsi untuk mengubah gaya tekanan
fluida gas menjadi energi mekanik.
2) Valve 3/2 dan 5/2, berfungsi untuk mengatur aliran fluida.
3) Pipa Fleksibel, sebagai tempat mengalirnya fluida.
4) Manifold, berfungsi untuk mendistribusikan aliran fluida.
5) Kompresor & Air Receiver, berfungsi dalam memampatkan dan menampung
udara bertekanan dari kompresor.
6) Stopwatch, berfungsi untuk mengukur waktu.
7) Flow Control, berfungsi untuk mengukur besar kecilnya kapasitas aliran
fluida.
8) Pressure Gauge, berfungsi mengukur besar kecilnya tekanan fluida kerja.
9) Jangka Sorong, berfungsi mengukur panjang lengan dan diameter actuator.

5.3 Saran
Perawatan dan perbaikan pada alat-alat yang digunakan harus diperhatikan
melihat beberapa alat yang perlu diperbaiki agar pratikum dapat berjalan dengan baik.
Selain itu, mungkin dapat ditingkatkan lagi dari segi rangkainnya dengan menggunakan
valve yang berbeda selain valve 3/2 dan 5/2
BAB V
PENUTUP
KEVIN RIZQUL HABIB
04211740000035
BAB V

PENUTUP
5.1 Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan hubungan besarnya tekanan dengan gaya!
Dasar teori yang digunakan pada sistem pneumatis salah satunya adalah Hukum
Pascal dengan persamaan F = ∆P x A, di mana F adalah gaya, P adalah tekanan, dan
A adalah luas penampang. Dalam persamaan tersebut besar tekanan dan gaya
adalah berbanding lurus. Sehingga teori tersebut sesuai dengan data yang
didapatkan dari praktikum kami yaitu, semakin besar nilai tekanan yang ada pada
sistem maka nilai gaya yang dihasilkan oleh actuator juga semakin besar. Hal ini
berlaku pada single acting actuator maupun double acting actuator.

2. Jelaskan pengaruh tekanan terhadap waktu bergeraknya actuator


Persamaan pada Hukum Pascal yang digunakan dalam praktikum ini dapat
membuktikan bahwa besar tekanan udara berpengaruh terhadap besar tekanan yang
diberikan kepada actuator. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

∆P = F / A

F = ∆P x A

Dengan nilai
Gaya: F = m x a

F = massa x (kecepatan / waktu)

Dalam persamaan tersebut diketahui bahwa besar tekanan berbanding terbalik


dengan waktu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar tekanan yang
diberikan maka waktu yang diperlukan untuk actuator bergerak juga semakin
singkat.

3. Jelaskan hubungan tekanan dengan kecepatan lengan actuator bergerak

Persamaan pada Hukum Pascal yang digunakan dalam praktikum ini dapat
membuktikan bahwa besar tekanan udara berpengaruh terhadap besar tekanan yang
diberikan kepada actuator. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

∆P = F / A

F = ∆P x A

Dengan nilai
Gaya: F = m x a

F = massa x (kecepatan / waktu)

Dalam persamaan tersebut diketahui apabila besar tekanan udara meningkat, maka
besar gaya, F, juga akan meningkat. Besar gaya berpengaruh terhadap kecepatan
gerak lengan actuator. Apabila besar gaya, F, meningkat, kecepatan gerak lengan
actuator juga akan meningkat dikarenakan nilai gaya berbanding lurus dengan
kecepatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar tekanan udara yang
diberikan maka kecepatan gerak lengan actuator akan mningkat.

4. Jelaskan pengaruh tekanan terhadap luas penampang


Persamaan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh tekanan terhadap luas
penampang yang ada pada praktikum sistem pneumatis ini adalah F = ∆P x A. Dalam
persamaan tersebut diketahui bahwa besar tekanan berbanding terbalik dengan luas
penampang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa luas penampang yang besar akan
menghasilkan tekanan yang kecil dan luas penampang yang kecil akan menghasilkan
tekanan yang besar.

5. Rumus apa saja yang digunakan dalam perhitungan sistem pneumatis? Jelaskan
Sistem pneumatis menggunakan beberapa persamaan dari beberapa hukum yang
digunakan sebagai dasar teori adalah sebagai berikut:
a) Hukum Boyle

P1.V1 = P2.V2

P1 dan P2 = ( pa )
tekanan

V2 danV2 = ( m3 )
volume

(Tahara,Haruo & Sularso,


2000)

b) Hukum Charles

Disebutkan bahwa pada temperatur yang konstan massa gas akan meningkat
1/273 dari volumenya untuk setiap kenaikan temperatur dalam celcius.

(Tahara,Haruo & Sularso,


2000)

c) Hukum Pascal

Gaya yang bekerja pada torak dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan sebagai berikut :

P=F/A

Dimana :

A = luas penampang bidang kompresi pada


torak sehingga:

F = P x A ......(N)
Pada persamaan ini digunakan untuk menentukan variabel response berupa
waktu, luasan permukaan, gaya, dan kecepatan yang ditimbulkan akibat dari
tekanan yang diberikan.

(Dosen FMIPA ITS,


2007)

6. Gambarkan simbol katup-katup pengarah yang digunakan dalam praktikum


sistem pneumatis, dan jelaskan maksud dari gambar tersebut!

a. Katup 3/2

Gambar 5.1.1 Katup 3/2

(Sumber: http://3.bp.blogspot.com)

Disebut sebagai katup 3/2 dikarenakan katup ini memiliki tiga port/lubang dan
dua posisi/kondisi. Kondisi pertama adalah pada saat fluida kerja masuk ke port
input menuju actuator. Sedangkan kondisi kedua adalah ketika fluida dari actuator
keluar menuju katup yang menggunakan bantuan pegas. Katup ini digunakan pada
single acting actuator.

b. Katup 5/2

Gambar 5.1.2 Katup 5/2

(Sumber: http://3.bp.blogspot.com)

Disebut sebagai katup 5/2 dikarenakan katup ini memiliki lima port/lubang dan
dua posisi/kondisi. Katup 5/2 menggunakan dorongan fluida kerja yang dialirkan
oleh kompresor sehingga katup ini tidak memerlukan pegas untuk kembali ke posisi
semula. Katup ini digunakan pada double acting actuator

7. Jelaskan perbedaan antara single action actuator dan double action


actuator a. Single Action Actuator
Gambar 5.1.3 Single Acting Actuator

(Sumber: upload.wikimedia.org/)

Single action actuator menggunakan kekuatan udara bertekanan untuk mendorong


atau menekan piston ke satu arah. Sedangkan untuk mendorong piston kembali ke
posisi semula, silinder ini menggunakan pegas yang ada di dalamnya.

b. Double Action Actuator

Gambar 5.1.4 Double Acting Actuator

(Sumber: upload.wikimedia.org/)

Double action actuator memiliki dua saluran, yaitu saluran masuk dan saluran
keluar. Double action actuator menggunakan udara bertekanan untuk mendorong
piston keluar maupun mendorong piston untuk kembali ke posisi awal karena
double action actuator tidak menggunakan pegas di dalamnya.

8. Berikan minimal 10 keunggulan dan kerugian sistem pneumatis jika


dibandingkan dengan sistem hidrolis

a. Keunggulan

Fluida kerja yang mudah didapatkan


Tidak memerlukan pendinginan fluida kerja
Perawatan relatif lebih mudah karena sistem tidak mudah terkontaminasi
Relatif aman dan tidak mudah terbakar karena tidak rawan kontaminasi
Kecepatan fluida kerja mudah diatur
Batas temperature penggunaan tinggi
Pemasangan komponen sistem mudah
Fluida kerja yang digunakan bekerja pada kecepatan yang tinggi
Dalam pengoperasian lebih bersih dan kering
Tidak peka terhadap suhu

b. Kerugian

Mudah terjadi kebocoran


Kebocoran sukar terdeteksi
Gaya tekan yang dihasilkan terbatas
Menimbulkan suara bising saat pengoperasian
Mudah mengembun
Rawan terjadi pembekuan
Memerlukan instalasi peralatan penghasil udara (kompresor)
Fluida kerja bersifat kompresibel
Tekanan kerjanya relatif rendah
Pengaturan posisi yang presisi cenderung sulit dilakukan karena fluida
kerjanya bersifat kompresibel

9. Berikan minimal 5 contoh pengaplikasian sistem pneumatis di bidang marine,


dan 5 contoh pengaplikasian untuk bidang non-marine

a. Aplikasi pada bidang marine

Ramp Door Kapal

Gambar 5.1.5 Ramp Door Kapal


(Sumber: www.munsonboats.com)
Starting Engine System

Gambar 5.1.6 Starting Engine System


(Sumber: www.machineryspaces.com)

Quick Close Valve


Gambar 5.1.7 Quick Close Valve
(Sumber: data:image/ jpeg)

Turbocharger

Gambar 5.1.8 Ship Turbocharger


(Sumber: data:image/ jpeg)

Klakson Kapal

Gambar 5.1.9 Klakson Kapal


(Sumber: data:image/ jpeg ;base64,/)
b. Aplikasi pada bidang non-marine

Rem Bus

Gambar 5.1.10 Rem Bus


(Sumber: adm982.kabaroto.com)
Auxiliary Power Unit

Gambar 5.1.11 Auxiliary Power Unit


(Sumber: id.wikipedia.org)
Bleed Air System

Gambar 5.1.12 Bleed Air System


(Sumber: www.aopa.org)

Bor Pneumatis

Gambar 5.1.13 Bor Pneumatis


(Sumber: id.aliexpress.com)
Air Impact

Gambar 5.1.14 Air Impact


(Sumber: www.amazon.com)

10. Apa yang dapat anda simpulkan dari praktikum sistem pneumatis yang telah
anda lakukan?
Sistem pneumatis merupakan sebuah sistem yang menggunakan udara
bertekanan sebagai fluida kerja untuk menghasilkan gaya yang memiliki besaran
tertentu. Tekanan dari udara bertekanan tersebut akan dikonversikan menjadi
suatu gaya yang kemudian digunakan untuk berbagai keperluan.

5.2 Kesimpulan
Sistem pneumatis merupakan sistem yang menggunakan udara bertekanan sebagai
fluida kerja yang kemudian menghasilkan energi mekanik yang dapat digunakan
untuk berbagai keperluan.

Sistem pneumatis dapat diaplikasikan di berbagai bidang, baik di bidang marine


maupun di bidang non-marine.

Sistem pneumatis tersusun atas berbagai komponen, antara lain: kompresor udara, air
receiver, pressure gauge, manifold, directional control valve, flow control, pipa
fleksibel, dan aktuator.

Berdasarkan data yang didapat dari praktikum, dapat disimpulkan bahwa tekanan
pada sistem dapat mempengaruhi gaya yang dihasilkan aktuator, waktu gerak
aktuator, kecepatan gerak lengan aktuator. Semakin besar tekanan udara yang ada
pada sistem, maka gaya yang dihasilkan akan semakin besar. Semakin besar tekanan
yang dihasilkan, maka kecepatan gerak lengan aktuator semakin cepat dan waktu
yang diperlukan oleh aktuator untuk bergerak semakin singkat.
5.3 Saran
Peralatan-peralatan yang ada dalam praktikum sistem pneumatis sebaiknya
diperbarui dan dilakukan perawatan dengan baik agar data yang didapat akurat dan
valid. Sebelum melaksanakan praktikum sebaiknya praktikan membaca modul untuk
mengetahui langkah-langkah penyusunan alat dan teori dari sistem pneumatis. Dalam
membaca alat-alat ukur sebaiknya dalam posisi tegak lurus dari alat ukur agar data yang
didapatkan akurat
BAB V
PENUTUP
MUHAMMAD SYUHRI
04211740000054
BAB V
PENUTUP
5.1 Pertanyaan
1. Jelaskan hubungan besarnya tekanan dengan gaya!
Dalam rumus P = F / A Hubungan antara tekanan (P) dengan luas permukaan bidang
(A) adalah berbanding terbalik. Sementara hubungan anatara tekanan (P) dengan
gaya (F) adalah berbanding lurus. Jadi, jika gaya diterapkan yang sama, bila luas
permukaan bidang semakin besar, maka tekanan akan menjadi kecil. Dan juga bila
luas permukaan bidang semakin kecil, maka tekanan zat padat akan menjadi besar.
Sedangkan semakin besar gaya yang menyebabkan tekanan, akan menyebabkan
tekanan meningkat.

2. Jelaskan pengaruh tekanan terhadap waktu bergeraknya actuator!


Besarnya tekanan pada sistem pneumatik sangat berpengaruh terhadap kecepatan
aktuator motor pneumatik dalam memindahkan material dengan sistem kontrol
elektropneumatik. Pengaturan katup pengatur tekanan juga menentukan besarnya
tekanan udara yang berasal dari kompresor yang masuk ke sistem pneumatik yang
selanjutnya akan menggerakkan aktuator.

3. Jelaskan hubungan tekanan dengan kecepatan lengan actuator bergerak!


Untuk single acting actuator dan double acting actuator semakin besar tekanan yang
diberikan maka semakin cepat lengan aktuator bergerak.

4. Jelaskan pengaruh tekanan terhadap luas penampang!


Dalam rumus P = F/A dapat dilihat jika luas penampang (A) memiliki nilai yang
berbanding terbalik terhadap tekanan (P). Jadi semakin besar luas penamapang
maka nilai tekanan akan mengecil dan semakin besar luas penampang maka semakin
besar tekanan.

5. Rumus apa saja yang digunakan dalam perhitungan sistem pneumatis? Jelaskan!
Gay Lussac menyatakan bahwa pada volume yang konstan, tekanan akan meningkat
sebanding dengan temperaturnya. Rumus dapat ditulis dengan P1/P2 = T1/T2. Lalu,
ada hukum Pascal yang menyatakan tekanan adalah perbandingan antara gaya yang
diberikan dengan luas penampang yang terkena gaya tersebut. Rumus dapat
dituliskan dengan P = F/A. Dan hokum boyle PV = konstan atau P1V1=P2V2

6. Gambarkan simbol katup- katup pengarah yang digunakan dalam praktikum sistem
peneumatis, dan jelaskan maksud dari gambar tersebut!
2 Katup 3/2 berarti
3 lubang dengan
1 3 2 chamber.
Panah
3/2
menunjukkan
normallyclosed
arah aliran,
panah diagonal
berarti
pembuangan
2 Katup 3/2 berarti
3 lubang dengan
1 3 2 chamber.
Panah
3/2 normallyopen menunjukkan
arah aliran,
panah diagonal
berarti
pembuangan

2 4 Katup 5/2 berarti


5 lubang dengan
3 1 5 2 chamber.
Panah
5/2 menunjukkan
arah aliran,
panah diagonal
berarti
pembuangan

7. Jelaskan perbedaan antara single action dan double action actuator! (Perbedaan
meliputi cara kerja dan gambar simbol)
Perbedaan aktuator kerja tunggal dan kerja ganda :

a. Silinder kerja tunggal (single acting cylinder), merupakan jenis silinder yang
hanya memiliki satu port untuk masuknya udara bertekanan. Silinder ini
menggunakan kekuatan udara bertekanan untuk mendorong ataupun menekan
piston dalam satu arah saja (umumnya keluar). Dan menggunakan pegas pada sisi
yang lain untuk mendorong piston kembali pada posisi semula. Akan tetapi silinder
ini memilki kelemahan dimana sebagian kekuatan dari silinder hilang untuk
mendorong pegas.

Gambar 5.1 Single Acting Cylinder

(Sumber: www.medium.com)
b. Silinder kerja ganda (double acting cylinder), merupakan silinder yang memiliki
dua port untuk instroke dan outstroke. Silinder jenis ini menggunakan kekuatan
udara bertekanan untuk mendorong piston keluar dan mendorong piston untuk
kembali pada posisi awal (menarik kedalam). Sehingga silinder ini membutuhkan
lebih banyak udara dan katup pengontrol arah yang lebih kompleks bila
dibandingkan dengan silinder kerja tunggal.

Gambar 5.2 Double Acting Cylinder

(Sumber: www.medium.com)

8. Berikan minimal 10 keunggulan dan kerugian sistem pneumatis jika dibandingkan


dengan sistem hidrolis!

Kelebihan Pada Penggunaan Pneumatik

1. Lebih banyak ketersediaannya

2. Mudah disalurkan

3. Fleksibilitas temperature

4 Aman

5. Bersih

6. Pemindahan daya dan Kecepatan sangat mudah diatur

7. Praktis

8. Ramah lingkungan

9. Lebih responsif

10. Murah
Kekurangan Pada Penggunaan Pneumatik

1. Memerlukan instalasi peralatan penghasil udara seperti kompressor

2. Mudah terjadi kebocoran udara

3. Menimbulkan suara bising

4. Mudah mengembun

5. Tidak cocok untuk menggerakkan alat yang berat

6. Perawatan sistemnya tidak tahan lama

7. Pipa yang menyuplai udara tidak mudah untuk di control

8. Terkadang memiliki zat kimia yang beracun

9. Fluida gas susah di kontrol

10. Tidak se-realiable system hidrolis

9. Berikan minimal 5 contoh pengaplikasian sistem pneumatis di bidang marine, dan 5


contoh pengaplikasian untuk bidang non marine! (dengan gambar/ foto)

Pada aplikasi bidang marine

a) Pembersih Seacest

Gambar 5.3 Pembersih Seacest

(Sumber: www.nauticexpo.com)
b) Sistem starting kapal

Gambar 5.4 Ship Starting System

(Sumber: www.brighthubengineering.com)

c) Pintu Kapal

Gambar 5.5 Pneumatic Ship Door

(Sumber: www.ap-marine.com)

d. Ship Horn

Gambar 5.6 Ship Horn

(Sumber: id.aliexpress.com)
e)Turbocharger

Gambar 5.7 Turbocharger

(Sumber: www.shibata.com)

Pada aplikasi bidang non-marine

a) Rem

Gambar 5.8 Pneumatic Braking System

(Sumber: www.quora.com)

b) Pintu pneumatis

Gambar 5.8 Pneumatic Door

(Sumber: www.doorware.com)
c) Pneumatic Gun

Gambar 5.9 Pneumatic Gun

(Sumber: www.kayengineers.com)

d) Mesin Packaging

Gambar 5.10 Packaging Machine

(Sumber: www.indiamart.com)

e) Senapan Angin

Gambar 5.11 Senapan angin

(Sumber: www.bh-estore.com)
10. Apa yang dapat anda simpulkan dari praktikum sistem pneumatik yang telah anda
lakukan ?

Yang dapat disimpulkan dari praktikum pneumatis adalah:


1. Sistem pneumatik merupakan salah satu sistem yang menggunakan media fluida
kerja berupa udara untuk menghasilkan tenaga. Fluida kerja berupa udara yang
dimampatkan, berfungsi untuk memindahkan dan mengontrol energi yang telah
dikonversi menjadi gaya tekan fluida di dalam suatu tabung yang dinamakan
Actuator.
2. Komponen sederhana sistem pneumatik pada praktikum sistem pneumatik
a. Actuator (single and double acting) :
mengubah gaya tekanan fluida gas menjadi energi mekanik
b. Valve (3/2 dan 5/2) : Mengatur aliran fluida
c. Pipa Fleksibel : Tempat mengalirnya fluida
d. Manifold : Mendistribusikan aliran fluida.
e. Kompresor& Air Receiver : Memampatkan gas atau udara dan menampung
udara bertekanan dari kompresor.

5.2 Kesimpulan
1. Sistem pneumatik merupakan salah satu sistem yang menggunakan media
fluida kerja berupa udara untuk menghasilkan tenaga. Fluida kerja berupa
udara yang dimampatkan, berfungsi untuk memindahkan dan mengontrol energi
yang telah dikonversi menjadi gaya tekan fluida di dalam suatu tabung yang
dinamakan Actuator.
2. Komponen sederhana sistem pneumatik pada praktikum sistem pneumatik
a. Actuator (single and double acting) :
mengubah gaya tekanan fluida gas menjadi energi mekanik
b. Valve (3/2 dan 5/2) : Mengatur aliran fluida
c. Pipa Fleksibel : Tempat mengalirnya fluida
d. Manifold : Mendistribusikan aliran fluida.
e. Kompresor& Air Receiver : Memampatkan gas atau udara dan
menampung udara bertekanan dari kompresor.
5.3 Saran
Menambah stopwatch otomatis agar akurasi perhitungan waktu lebih akurat dan hasil
praktikum yang lebih baik.
BAB V
PENUTUP
PRADYNA RAHNIA
0421174000007
BAB V
PENUTUP

5.1 Pertanyaan
11. Jelaskan hubungan besaranya tekanan dengan gaya!
Tekanan (P) yang dialami suatu permukaan dengan luas permukaan (A) bila
gaya sebesar (F) diterapkan adalah sebesar: P = F / A Hubungan antara
tekanan (P) dengan luas permukaan bidang (A) adalah berbanding terbalik.
Sementara hubungan anatara tekanan (P) dengan gaya adalah berbanding
lurus. Artinya, pada gaya diterapkan yang sama, bila luas permukaan bidang
semakin besar, maka tekanan zat padat akan menjadi kecil. Demikian pula
sebaliknya, bila luas permukaan bidang semakin kecil, maka tekanan zat padat
akan menjadi besar. Sedangkan semakin besar gaya yang menyebabkan
tekanan, akan menyebabkan besar tekanan juga meningkat.

12. Jelaskan pengaruh tekanan terhadap waktu bergeraknya actuator!


Besarnya tekanan pada sistem pneumatik sangat berpengaruh terhadap
kecepatan aktuator dalam bergerak. Pengaturan katup pengatur tekanan
menentukan besarnya tekanan udara yang berasal dari kompresor yang masuk
ke sistem pneumatik yang selanjutnya akan menggerakkan silinder pneumatik
dan berpengaruh pada waktu bergeraknya actuator. Semakin tinggi tekanan
yang diberikan maka semakin cepat pula actuator bergerak

13. Jelaskan hubungan tekanan dengan kecepatan lengan actuator bergerak!


Pada kedua actuator, semakin besar nilai tekanan yang diberikan, maka akan
semakin besar juga nilai kecepatan lengan aktuator bergerak.

14. Jelaskan pengaruh tekanan terhadap luas penampang!


Tekanan memiliki hubungan dengan luas penampang berdasarkan pada rumus
P = F / A. Dimana P adalah tekanan, F adalah gaya, dan A adalah luas
penampang. Hubungan tekanan dengan luas penampang adalah berbanding
terbalik, sehingga semakin besar luas penamapang maka nilai tekanan akan
mengecil begitu juga sebaliknya semakin besar luas penampang maka semakin
besar nilai tekanan.

15. Rumus apa saja yang digunakan dalam perhitungan sistem pneumatis?
Jelaskan!
Rumus yang digunakan dalam perhitungan sistem pneumatis antara lain :
a. P = F / A, merupakan rumus hukum Pascal yang menyatakan bahwa
besar tekanan berbanding lurus dengan gaya dan berbanding terbalik
dengan luas penampang.
b. P1.V1 = P2.V2, merupakan rumus hukum Boyle yang menyatakan bahwa
nilai tekanan yang diberikan pada gas akan sebanding dengan
volumenya jika temperatur gas dijaga.
c. P1 / P2 = T1 / T2, merupakan rumus hokum Gay Lussac yang
menyatakan bahwa kenaikan tekanan dan temperatur terjadi secara
bersamaan pada bejana tertutup

16. Gambarkan simbol katup-katup pengarah yang digunakan dalam praktikum


sistem pneumatis, dan jelaskan maksud dari gambar tersebut!
Katup 3/2 berarti 3
lubang dengan 2
chamber. Panah
3/2 normallyclosed
menunjukkan arah
aliran, panah diagonal
berarti pembuangan
Katup 3/2 berarti 3
lubang dengan 2
chamber. Panah
3/2 normallyOen
menunjukkan arah
aliran, panah diagonal
berarti pembuangan
Katup 5/2 berarti 5
lubang dengan 2
chamber. Panah
5/2
menunjukkan arah
aliran, panah diagonal
berarti pembuangan

17. Jelaskan perbedaan antara single action dan double action actuator!
(Perbedaan meliputi cara kerja dan gambar simbol)
a. Single action actuator
Single action actuator merupakan actuator yang hanya memiliki satu
port sebagai tempat masuknya udara bertekanan. Actuator ini
memanfaatkan udara yang masuk sebagai pendorong awal, namun
untuk mengembalikan ke posisi semula biasanya memanfaatkan pegas.

b. Double action actuator


Double action actuator merupakan actuator yang memiliki dua buah
port, masing-masing sebagai tempat masuknya udara bertekanan.
Actuator ini memanfaatkan udara yang masuk ke dalam instroke
sebagai pendorong awal dan menggunakan udara lagi outsroke untuk
mengembalikan actuator ke posisi semula.
18. Berikan minimal 10 keunggulan dan kerugian sistem pneumatis jika
dibandingkan dengan sistem hidrolis!
a. Keunggulan:
1) Ketersediaan yang tak terbatas dari udara
2) Mudah disalurkan
3) Fleksibilitas temperatur
4) Aman
5) Bersih
6) Pemindahan daya dan kecepatan sangat mudah diatur
7) Dapat disimpan pada tangka untuk menjaga ketersediaan udara
tekan bagi sistem
8) Ramah lingkungan
9) Mudah dimanfaatkan
10) Murah
b. Kekurangan:
1) Memerlukan instalasi peralatan penghasil udara
2) Mudah terjadi kebocoran dan sulit untuk dideteksi
3) Menimbulkan suara bising
4) Mudah mengembun karena udara mengandung air
5) Tidak cocok untuk menggerakkan alat yang berat karena gaya
yang dihasilkan tidak besar jika dibandingkan dengan sistem
hidrolis.
6) Perawatan sistemnya tidak tahan lama
7) Pipa yang menyuplai udara tidak mudah untuk di control
8) Terkadang memiliki zat kimia yang beracun
9) Lebih sulit mengontrol gas
10) Sulit menjalankannya secara paralel

19. Berikan minimal 5 contoh pengaplikasian sistem pneumatis di bidang marine,


dan 5 contoh pengaplikasian untuk bidang non-marine! (dengan gambar/
foto)
a. Aplikasi di Bidang Marine

No. Nama Gambar

1. Engine Start Kapal

2. Fender Karet Pneumatis


3. Ramp Door Kapal

Pembuka sprinkle pada


4.
fire-fighting system.

Penyemprot filter
5.
seachest

b. Aplikasi di Bidang Non-Marine

No. Nama Gambar

1. Full air brake

2. Dongkrak mobil

Pistol semprot untuk


3.
pengecatan
4. Pintu otomatis pada bus

Pelepas dan penarik


5.
roda pesawat

20. Apa yang dapat anda simpulkan dari praktikum sistem pneumatik yang telah
anda lakukan ?
Kesimpulan dari praktikum sistem pneumatik ini adalah:
a. Sistem pneumatik merupakan suatu sistem yang menggunakan media
fluida kerja untuk dikonversikan menjadi gerakan mekanis. Fluida kerja
berupa udara yang dimampatkan agar dapat memindahkan dan
mengontrol energi yang telah dikonversi menjadi gaya tekan fluida di
dalam suatu tabung silinder yang dinamakan actuator.
b. Sistem pneumatik memiliki komponen sebagai berikut :
1) Actuator (single and double acting), berfungsi untuk mengubah
gaya tekanan fluida gas menjadi energi mekanik.
2) Valve 3/2 dan 5/2, berfungsi untuk mengatur aliran fluida.
3) Pipa Fleksibel, sebagai tempat mengalirnya fluida.
4) Manifold, berfungsi untuk mendistribusikan aliran fluida.
5) Kompresor & Air Receiver, berfungsi dalam memampatkan dan
menampung udara bertekanan dari kompresor.
6) Stopwatch, berfungsi untuk mengukur waktu.
7) Flow Control, berfungsi untuk mengukur besar kecilnya kapasitas
aliran fluida.
8) Pressure Gauge, berfungsi mengukur besar kecilnya tekanan fluida
kerja.
9) Jangka Sorong, berfungsi mengukur panjang lengan dan diameter
actuator.

5.2 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum sistem pneumatik ini adalah:
c. Sistem pneumatik merupakan suatu sistem yang menggunakan media fluida
kerja untuk dikonversikan menjadi gerakan mekanis. Fluida kerja berupa
udara yang dimampatkan agar dapat memindahkan dan mengontrol energi
yang telah dikonversi menjadi gaya tekan fluida di dalam suatu tabung
silinder yang dinamakan actuator.
d. Sistem pneumatik memiliki komponen sebagai berikut :
1) Actuator (single and double acting), berfungsi untuk mengubah gaya
tekanan fluida gas menjadi energi mekanik.
2) Valve 3/2 dan 5/2, berfungsi untuk mengatur aliran fluida.
3) Pipa Fleksibel, sebagai tempat mengalirnya fluida.
4) Manifold, berfungsi untuk mendistribusikan aliran fluida.
5) Kompresor & Air Receiver, berfungsi dalam memampatkan dan
menampung udara bertekanan dari kompresor.
6) Stopwatch, berfungsi untuk mengukur waktu.
7) Flow Control, berfungsi untuk mengukur besar kecilnya kapasitas aliran
fluida.
8) Pressure Gauge, berfungsi mengukur besar kecilnya tekanan fluida kerja.
9) Jangka Sorong, berfungsi mengukur panjang lengan dan diameter
actuator.

5.3 Saran
Menambahkan alat otomatis untuk mengitung waktu kecepatan saat lengan aktuator
bergerak agar data waktu yang didapatkan lebih akurat dibandingkan dengan cara
manual.

Potrebbero piacerti anche