Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Pneumatic system is a system that uses compressed air as his medium. The
compressed air is ambient air which has been compressed using compressor with electric
motor. The Practicum intended to make practican understand the basic principles of working
of pneumatic system, able to assemble and run simple pneumatic system, and to know and
understand the components of pneumatic systems. The quipment used in this practicum is
the actuator (single and double acting), compressor, valve (3/2 and 5/2), flexible pipe,
manifold, stopwatch, flow control, pressure gauge, and a ruler. Variables that exist in the
system of pneumatic is; pressure (P), force (F), time (t), velocity (v), the actuator length
(l), and the area of the cross-section of the actuator (A). Variable categories are as follows;
the control variables are the length (L) of the actuator and the actuator cross-sectional area
(A); the manipulations variable is A pressure (P) of the compressor; and the response variable
is the pressure of B and C (in and out of the actuator), time (t), and velocity (v).
The conclusions of this lab course are the mechanical energy in the form of force
(F) produced is directly propotional to the pressure (P) provided, which deals with variable
time (t) and velocity (v). As an example of a known pressure on opening flow 4 of 50000 Pa
with time for 3,07 s, cross section area 0.000048744104 m2, and the distance of the actuator
motion as far as 0,0219 m. Then obtained a great force of (P xA) = 50000 x 0.000048744104
= 2,4372052 N and velocity = (s/t) = 0,0219 / 3,07 = 0.00713355049 m/s. While the
application in the field of marine such as; starting engine and turbo charger as well in the
non-marine field such as; heavy vehicle breaking and automatic doors in bus
Abstrak
Sistem Pneumatis adalah suatu sistem yang mengunakan udara termampat sebagai
media kerjanya. Udara termampat adalah udara sekeliling yang telah dimampatkan dengan
mengunakan pemampat udara (kompresor) yang dikendalikan dengan motor listrik. Praktikum
ini bertujuan agar Praktikan memahami prinsip dasar kerja sistem pneumatis, mampu
merangkai dan menjalankan sistem pneumatis sederhana, serta mengetahui dan memahami
komponen-komponen sistem pneumatis. Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah
aktuator (single and double acting), kompresor, katup (3/2 dan 5/2), pipa fleksibel, manifold,
stopwatch, flow control, pressure gauge, dan penggaris. Variabel yang ada dalam sistem
pneumatis adalah; tekanan (P), gaya (F), waktu (t), kecepatan (v), panjang aktuator (L), dan
luasan penampang aktuator (A). Kategori variabel adalah sebagai berikut; variabel kontrol
adalah panjang aktuator (L) dan luasan penampang aktuator (A); variabel manipulasi adalah
tekanan A (P) dari kompresor; dan variabel respon adalah tekanan B dan C (masuk keluar
aktuator), waktu (t), dan kecepatan (v).
Kesimpulan dari praktikum ini adalah bahwa energi mekanik dalam bentuk gaya (F) yang
dihasilkan berbanding lurus dengan tekanan (P) yang diberikan, yang berkaitan pula dengan
variabel waktu (t) dan kecepatan (v). Sebagai contoh tekanan yang diketahui pada bukaan flow
4 sebesar 50000 Pa dengan waktu selama 3,07 s, luasan seluas 0.000048744104 m2, dan jarak
gerak aktuator sejauh 0,0219 m. Maka bisa didapatkan besar gaya sebesar (P x A) = 50000 x
0.000048744104 = 2,4372052 N dan kecepatan sebesar (s/t) = 0,0219 / 3,07 = 0.00713355049
m/s. Sedangkan untuk aplikasinya terdapat di bidang marine seperti; starting engine dan turbo
charger serta pada bidang non-marine seperti; pengereman pada kendaraan berat dan pintu
otomatis bis.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
a. Memahami prinsip dasar kerja sistem pneumatis
b. Mampu merangkai dan menjalankan sistem pneumatis sederhana
c. Mengetahui dan memahami komponen-komponen sistem pneumatis
2. 1 Sistem Pneumatis
Sistem Pneumatis mengunakan udara termampat untuk menghasilkan tenaga. Udara
termampat adalah udara sekeliling yang telah dimampatkan dengan mengunakan pemampat
udara (compressor) yang dikendalikan dengan motor listrik.
Kompresor diaktifkan dengan cara menghidupkan penggerak umumnya motor listrik.
Udara akan disedot oleh kompresor kemudian ditekan ke dalam tangki udara hingga mencapai
tekanan tertentu. Untuk menyalurkan udara yang telah dimampatkan ke seluruh sistem
diperlukan service unit yang terdiri dari penyaring (filter), pengatur tekanan (regulator), dan
pelumas (lubricator) bagi yang memerlukan. Service unit ini diperlukan karena udara yang telah
termampatkan yang diperlukan di dalam sistem harus benar-benar bersih. Selanjutnya udara
tersebut disalurkan dengan membuka katup pada service unit, kemudian menekan tombol
katup pneumatis (katup pengarah) hingga udara tersebut masuk ke dalam tabung pneumatis
(silinder pneumatis kerja tunggal) dan akhirnya piston bergerak maju.
Jadi kesimpulannya Sistem Pneumatis adalah sistem tenaga fluida yang menggunakan
udara sebagai media transfer. Udara dimampatkan dengan menggunakan kompresor dan
disimpan di dalam tangki udara untuk setiap saat dapat digunakan.
Sesuai dengan dengan hukum Boyle tentang kompresi udara tekan, pada 3 jenis
tabung yang sama dengan volume tekan yang berbeda pada masing-masing tabung akan
dijelaskan sebagai berikut:
(Sumber : Indiamart.com)
c) Refrigerated Dryer
Alat yang berfungsi untuk menurunkan temperatur udara guna
menghilangkan kandungan air yang berada dalam udara sehingga udara menjadi
kering
Gambar 2.3.2.5
Pressure Valve
(Sumber :screwfix.com)
2.3.3 Komponen Pengubah Energi
a) Actuator dan Output
Actuator adalah bagian terakhir dari output suatu sistem kontrol pneumatis.
Output biasanya digunakan untuk mengidentifikasi suatu sistem kontrol ataupun
aktuator. Pada pneumatis, jenis aktuator ada bermacam-macam, diantaranya:
Gambar 2.4.1
Diagram P-V Kompresi Adiabatik
(sumber: www.dain-umar.blogspot.com)
2.4.2 Kompresi Isotermal
Kompresi Isotermal adalah keadaan dimana saat kompresi tidak terjadi perubahan
temperatur atau temperaturnya konstan.
Gambar 2.4.2
Diagram P-V Kompresi Isotermal
(sumber: www.dain-umar.blogspot.com)
2 4
A B
4/2
1 3
2 4
2 4
5/2
3 1 5
2 4
3 1 5
1 4
1 4
3 1 5
P
Gambar 5 – Katup 2/2 normally closed
( sumber: Bahan ajar pneumatis-hidrolis, Drs. Wirawan MT&Drs. Pramono)
Katup pada gambar 2 di atas mempunyai dua lubang yaitu lubang P dan lubang A
dimana lubang P adalah tempat masuknya udara bertekanan ke dalam katup, sedangkan
lubang A adalah lubang keluaran udara dari dalam katup. Katup tersebut mempunyai dua
posisi yaitu posisi tertutup (kotak sebelah kanan) dan posisi terbuka (kotak sebelah kiri),
sedangkan pada posisi normal katup tersebut berada pada posisi tertutup (kotak sebelah
kanan alirannya tertutup
2.5.2 Penjelasan Valve 3/2
Katup ini biasanya dipergunakan sebagai tombol start atau off pada sistem
pneumatik. Terdiri dari tiga port atau lubang dan dua kamar dengan pengembali pegas.
Katup ini bekerja bila tombol penekan pada katup tertekan secara manual melalui nok
yang terdapat pada silinder Pneumatik atau karena adanya sistim mekanik lainnya. Saat
posisi katup pneumatik belum tertekan yaitu saat katup tidak dioperasikan, saluran 2
berhubungan dengan 3, dan lubang 1 tertutup sehinggga tidak terjadi kerja apa-apa.
Katup akan bekerja dan memberikan reaksi apabila ujung batang piston (batang penekan)
sudah mendekat dan menyentuh pada roller-nya. Saat tombol penekan tertekan maka
terlihat bahwa lubang 1 berhubungan dengan saluran 2, sedangkan saluran 3 menjadi
tertutup. Hal ini akan berakibat bahwa udara bertekanan dari lubang 1 akan diteruskan
ke saluran 2. Aplikasinya nanti adalah saluran 2 itu akan dihubungkan pada katup
pemroses sinyal berikutnya. Saluran 2 akan berfungsi sebagai pemberi sinyal pada katup
berikutnya.
Actuator single
acting mengubah energi
(atas) potensial pada
1
Actuator double fluida menjadi
acting energi mekanik
(bawah)
Valve 3/2
(atas) mengatur aliran
2
Valve 5/2 fluida
(bawah)
Tempat
3 Pipa Fleksibel
mengalirnya fluida
Mendistribusikan
4 Manifold
aliran fluida.
Alat untuk
6 Stopwatch
mengukur waktu
Mengatur besar
7 Flow Control kecilnya kapasitas
aliran fluida
Mengukur besar
8 Pressure Gauge kecilnya tekanan
aliran fluida
Gambar 3.1.8 Pressure
Gauge
Alat untuk
Penggaris/ jangka mengukur panjang
9
sorong lengan dan
diameter actuator
Gambar 3.1.9 Jangka Sorong
3.2 Rangkaian Praktikum
3.1 Actuator Singgle Acting
4
2 1 1.5 0.75 1.5 57,6
3 1.5 1.9 1.1 0.7 57,8
4 2 2.2 1.9 0.19 57,9
5 0.5 0.5 0.5 3.72 29
8
6 1 0.75 0.9 0.72 57,7
7 1.5 2 1.4 0.31 57,8
8 2 2.5 1.9 0.15 57,9
Keterangan :
Tekanan A = tekanan dari receiver
Tekanan B = tekanan yang masuk sistem
Tekanan C = tekanan yang masuk actuator
b. Sistem actuator double acting
Penjang
Bukaan Tekanan Tekanan Tekanan C Waktu Waktu
Posisi Lengan
flow A B keluar masuk (mm)
masuk keluar
1 0.5 0.5 0.5 0.6 0.46 0.5 108
4
2 1 1.5 0.9 1.25 0.37 0.28 108
3 1.5 1.75 1 1.5 0.28 0.28 108
4 2 2.5 1.8 2.2 0.22 0.31 108
5 0.5 1 0.5 0.9 0.25 0.41 108
8
6 1 1.5 0.9 1.1 0.18 0.25 108
7 1.5 1.75 1.15 1.5 0.25 0.22 108
8 2 2.5 2 2.2 0.22 0.22 108
Tabel Konversi
1mm 0.001 m
1 Bar 100000 N/m2
1 kg/cm2 98068 N/m2
4.1 Perhitungan
4.1.1 Perhitungan Actuator Single Acting
a. Gaya (F)
Adapun beberapa besaran pada praktikum kali ini harus
dikonversi terlebih dahulu untuk mendapatkan besaran yang
dikehendaki sesuai dengan satuan yang ditampilkan berikut ini:
1 Bar = 1 x 105 Pa
1 mm = 1 x 10-3 m
Sehingga data hasil pengamatan yang telah dikonversikan dapat
ditampilkan seperti dalam tabel berikut ini:Perhitungannya adalah
sebagai berikut :
Tekanan Tekanan Tekanan Waktu Panjang
Bukaan
Posisi A B C Keluar Lengan
Flow
(Pa) (Pa) (Pa) (s) m
1 4 50000 100000 50000 3,07 0,0219
2 4 100000 150000 75000 1,5 0,0576
3 4 150000 190000 110000 0,7 0,0578
4 4 200000 220000 190000 0,19 0,0579
5 8 50000 50000 50000 3,72 0,029
6 8 100000 175000 90000 0,72 0,0577
7 8 150000 200000 140000 0,31 0,0578
8 8 200000 250000 190000 0,15 0,0579
dimana:
ΔP = Tekanan C (Pa)
F = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m2)
b. Kecepatan (v)
Selain itu, nilai kecepatan (v) gerak aktuator yang dipengaruhi oleh
variasi tekanan (p) yang diberikan dapat dicari melalui penjabaran seperti
berikut ini:
v= S / t …………(m/s)
v = 0,0219/ 3,07
v = 0.00713355m/s
Selanjutnya data hasil perhitungan untuk single acting actuator
dapat ditampilkan pada tabel berikut ini
4
2 100000 150000 90000 125000 0.37 0.28 0,108
3 150000 175000 100000 150000 0.28 0.28 0,108
4 200000 250000 180000 220000 0.22 0.31 0,108
5 50000 100000 50000 90000 0.25 0.41 0,108
8
6 100000 150000 90000 110000 0.18 0.25 0,108
7 150000 175000 115000 150000 0.25 0.22 0,108
8 200000 250000 200000 220000 0.22 0.22 0,108
vkeluar = S / tkeluar
vmasuk = S / tmasuk …………(m/s) …………(m/s)
vmasuk = 0,108 / 0.5 vkeluar = 0.108 / 0.46
vmasuk = 0,216 m/s vkeluar = 0.234782609 m/s
4
2
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan
Bukaan 4 Bukaan 8
Pada grafik diatas terlilhat bahwa gaya yang dihasilkan akan berbanding lurung dengan
tekanan yang diberikan, dengan kata lain ketika tekanan semakin besar maka gaya yang
dihasilkanpun akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan rumus P = F /A dimana F adalah gaya
yang dihasilkan, P adalah tekanan, dan A adalah luas penampang dari actuator.
3
Waktu
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan
Bukaan 4 Bukaan 8
Pada grafik diatas terlilhat bahwa waktu yang dihasilkan akan berbanding terbalik
dengan tekanan yang diberikan, dengan kata lain ketika tekanan semakin rendah maka waktu
yang dibutuhkan akan semakin lama. Hal ini sesuai dengan rumus P = m x v/(t x A)dimana P
adalah tekanan, m adalah massa, v adalah kecepatan, t adalah waktu dan A adalah luas
penampang.
c). Perbandingan tekanan (P) dan kecepatan (v)
0.3
0.2
0.1
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan
Bukaan 4 Bukaan 8
Pada grafik diatas terlilhat bahwa Tekanan akan berbanding lurus dengan kecepatan,
dengan kata lain ketika tekanan semakin tinggi maka kecepatannya akan semakin tinggi pula.
Hal ini sesuai dengan rumus rumus P = m x v/(t x A)dimana P adalah tekanan, m adalah massa,
v adalah kecepatan, t adalah waktu dan A adalah luas penampang.
200000
100000
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan
Pada grafik diatas terlilhat bahwa tekanan keluar berbanding lurus dengan tekanan
masuk. Saat tekanan masuk semakin besar maka tekanan keluar yang dihasilkanpun akan
semakin besar pula seperti dijelaskan dalam rumus pv = konstan.
b) Perbandingan tekanan (P) dan gaya (masuk dan keluar)
● Perbandingan Tekanan Masuk (Pin) dengan Gaya (Masuk)
10
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan
Pada grafik diatas terlilhat bahwa gaya yang dihasilkan akan berbanding lurus dengan
tekanan yang diberikan, dengan kata lain ketika tekanan semakin besar maka gaya yang
dihasilkanpun akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan rumus F = P / A dimana F adalah gaya
yang dihasilkan, P adalah tekanan, dan A adalah luas penampang.
10
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan
Pada grafik diatas terlilhat bahwa gaya yang dihasilkan akan berbanding lurus dengan
tekanan yang diberikan, dengan kata lain ketika tekanan semakin besar maka gaya yang
dihasilkanpun akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan rumus F = P / A dimana F adalah gaya
yang dihasilkan, P adalah tekanan, dan A adalah luas penampang.
c) Perbandingan tekanan (P) dan luasan (masuk dan keluar)
● Perbandingan Tekanan masuk (Pin) dengan Luasan Actuator
A Bukaan 4 A Bukaan 8
Hubungan antara tekanan dengan luasan adalah berbanding terbalik seperti dijelaskan
pada rumus P = F/ A. namun pada grafik diatas tidak didapatkan hubungan tersebut karena
luasannya konstan yaitu luasan actuator.
0.6
0.4
0.2
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan
A Bukaan 4 A Bukaan 8
Hubungan antara tekanan dengan luasan adalah berbanding terbalik seperti dijelaskan pada
rumus P = F/ A. namun pada grafik diatas tidak didapatkan hubungan tersebut karena luasannya
konstan yaitu luasan actuator.
d) Perbandingan tekanan (P) dan waktu (masuk dan keluar)
● Perbandingan Tekanan Masuk (Pin) dengan Waktu (Actuator Masuk)
0.4
Waktu
0.2
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan
T Bukaan 4 T Bukaan 8
Pada grafik diatas didapatkan waktu berbanding terbalik dengan tekanan yang
diberikan, dengan kata lain ketika tekanan semakin rendah maka waktu yang dibutuhkan akan
m . v/t
semakin lama. Hal ini sesuai dengan rumus p = dimana P adalah tekanan, m adalah
A
massa, v adalah kecepatan, t adalah waktu dan A adalah luas penampang. Namun dalam data
diatas terdapat perbedaan karena ketelitian pada saat praktikum yaang kurang.
0.3
0.2
0.1
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan
T Bukaan 4 T Bukaan 8
Pada grafik diatas didapatkan waktu berbanding terbalik dengan tekanan yang
diberikan, dengan kata lain ketika tekanan semakin rendah maka waktu yang dibutuhkan akan
m . v/t
semakin lama. Hal ini sesuai dengan rumus p = dimana P adalah tekanan, m adalah
A
massa, v adalah kecepatan, t adalah waktu dan A adalah luas penampang. Namun dalam data
diatas terdapat perbedaan karena ketelitian pada saat praktikum yaang kurang.
e) Grafik Perbandingan Tekanan (P) dengan Kecepatan Actuator (Masuk dan Keluar)
● Perbandingan Tekanan Masuk (Pin) dengan Kecepatan Masuk Actuator (Vin)
0.4
0.2
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan
V Bukaan 4 V Bukaan 8
Pada grafik diatas terlilhat bahwa Tekanan akan berbanding lurus dengan kecepatan,
dengan kata lain ketika tekanan semakin tinggi maka kecepatannya akan semakin tinggi pula.
m . v/t
Hal ini sesuai dengan rumus p = dimana P adalah tekanan, m adalah massa, v adalah
A
kecepatan, t adalah waktu dan A adalah luas penampang.
0.4
0.2
0
50000 100000 150000 200000
Tekanan
V Bukaan 4 V Bukaan 8
Pada grafik diatas terlilhat bahwa Tekanan akan berbanding lurus dengan kecepatan,
dengan kata lain ketika tekanan semakin tinggi maka kecepatannya akan semakin tinggi pula.
m . v/t
Hal ini sesuai dengan rumus p = dimana P adalah tekanan, m adalah massa, v adalah
A
kecepatan, t adalah waktu dan A adalah luas penampang. Namun pada grafik diata ada ketidak
sesuaian disebabkan karena ketelitian yang kurag saat praktikum.
BAB V
PENUTUP
BIMA MUSQSITHUR ROHMAN
04211740000014
BAB V
PENUTUP
5.1 Pertanyaan
1. Jelaskan hubungan besaranya tekanan dengan gaya!
Hubungan tekanan (P) dengan gaya (F) adalah berbanding lurus semakin besar
tekanan maka gaya yang diberikan juga semakin besar, sedangkan jika tekanan
yang diberikan kecil maka besar gayanya pun juga kecil
5. Rumus apa saja yang digunakan dalam perhitungan sistem pneumatis? Jelaskan!
Rumus yang digunakan dalam perhitungan sistem pneumatis antara lain :
a. Hukum pascal , P = F / A yaitu Hukum Pascal ini menggambarkan bahwa
setiap kenaikan tekanan pada permukaan fluida, harus diteruskan ke
segala arah fluida tersebut. Hukum pascal hanya dapat diterapkan pada
fluida, umumnya fluida cair.
b. Hukum boyle , P1.V1 = P2.V2, yaitu hukum fisika yang menjelaskan
bagaimana kaitan antara tekanan dan volume suatu gas. Penemu hukum
boyle adalah Robert Boyle (1627-1691), dia melakukan penelitian untuk
mengetahui hubungan antara tekanan dan volume gas pada suhu yang
konstan.
c. Hukum gay lussac, P1 / P2 = T1 / T2, ditemukan Joseph Gay‐Lussac
(1778‐1850) yang melakukan percobaan dan menemukan bahwa apabila
volume gas diatur konstan, ketika tekanan gas bertambah, suhu mutlak
gas pun bertambah. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas
berkurang, suhu mutlak gas pun berkurang. Pada volume konstan, tekanan
gas berbanding lurus dengan suhu mutlak gas
d. Hukum Charles yaitu apabila tekanan gas selalu konstan, maka ketika suhu
gas bertambah, volume gas juga bertambah. Sebaliknya ketika suhu gas
berkurang, volume gas juga berkurang.
6. Gambarkan simbol katup-katup pengarah yang digunakan dalam praktikum
sistem pneumatis, dan jelaskan maksud dari gambar tersebut!
b. Kekurangan:
1) Menimbulkan suara bising
2) Mudah mengembun karena udara mengandung air
3) Perawatan sistemnya tidak tahan lama
4) Pipa yang menyuplai udara tidak mudah untuk di control
5) Terkadang memiliki zat kimia yang beracun
6) Lebih sulit mengontrol gas
7) Sulit menjalankannya secara paralel
8) Memerlukan instalasi peralatan penghasil udara
9) Mudah terjadi kebocoran dan sulit untuk dideteksi
10) Tidak cocok untuk menggerakkan alat yang berat karena gaya yang
dihasilkan tidak besar jika dibandingkan dengan sistem hidrolis.
9. Berikan minimal 5 contoh pengaplikasian sistem pneumatis di bidang marine,
dan 5 contoh pengaplikasian untuk bidang non-marine! (dengan gambar/ foto)
a. Aplikasi di Bidang Marine
Sistem menyalakan
1.
mesin
2. Turbocharger
4. Ship horn
Penyemprot filter
5.
seachest
b. Aplikasi di Bidang Non-Marine
1. Rem kendaraan
2. Bor
3. Pistol semprot
4. Senapan angin
5. Pompa angin
10. Apa yang dapat anda simpulkan dari praktikum sistem pneumatik yang telah anda
lakukan ?
Kesimpulan dari praktikum sistem pneumatik ini adalah:
a. Sistem pneumatik yang dapat saya simpulkan setelah melakukan pratikum
yaitu sistem yang memanfaatkan komponen utama kompressor untuk
memnberikan tekanan udara yang dapat diatur sebagai fungsi saat
melakukan berbagai macam pekerjaan diantaranya dapat digunakan pada
sistem buka tutup pintu
b. Komponen yang digunakan pada pratikum adalah :
1) Actuator (single and double acting), berfungsi untuk mengubah gaya
tekanan fluida gas menjadi energi mekanik.
2) Valve 3/2 dan 5/2, berfungsi untuk mengatur aliran fluida.
3) Pipa Fleksibel, sebagai tempat mengalirnya fluida.
4) Manifold, berfungsi untuk mendistribusikan aliran fluida.
5) Kompresor & Air Receiver, berfungsi dalam memampatkan dan
menampung udara bertekanan dari kompresor.
6) Stopwatch, berfungsi untuk mengukur waktu.
7) Flow Control, berfungsi untuk mengukur besar kecilnya kapasitas
aliran fluida.
8) Pressure Gauge, berfungsi mengukur besar kecilnya tekanan fluida
kerja.
9) Jangka Sorong, berfungsi mengukur panjang lengan dan diameter
actuator.
5.2 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum sistem pneumatik ini adalah:
a. Sistem pneumatik yang dapat saya simpulkan setelah melakukan pratikum yaitu
sistem yang memanfaatkan komponen utama kompressor untuk memnberikan
tekanan udara yang dapat diatur sebagai fungsi saat melakukan berbagai macam
pekerjaan diantaranya dapat digunakan pada sistem buka tutup pintu
b. Komponen yang digunakan pada pratikum adalah:
1) Actuator (single and double acting), berfungsi untuk mengubah gaya tekanan
fluida gas menjadi energi mekanik.
2) Valve 3/2 dan 5/2, berfungsi untuk mengatur aliran fluida.
3) Pipa Fleksibel, sebagai tempat mengalirnya fluida.
4) Manifold, berfungsi untuk mendistribusikan aliran fluida.
5) Kompresor & Air Receiver, berfungsi dalam memampatkan dan menampung
udara bertekanan dari kompresor.
6) Stopwatch, berfungsi untuk mengukur waktu.
7) Flow Control, berfungsi untuk mengukur besar kecilnya kapasitas aliran
fluida.
8) Pressure Gauge, berfungsi mengukur besar kecilnya tekanan fluida kerja.
9) Jangka Sorong, berfungsi mengukur panjang lengan dan diameter actuator.
5.3 Saran
Perawatan dan perbaikan pada alat-alat yang digunakan harus diperhatikan
melihat beberapa alat yang perlu diperbaiki agar pratikum dapat berjalan dengan baik.
Selain itu, mungkin dapat ditingkatkan lagi dari segi rangkainnya dengan menggunakan
valve yang berbeda selain valve 3/2 dan 5/2
BAB V
PENUTUP
KEVIN RIZQUL HABIB
04211740000035
BAB V
PENUTUP
5.1 Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan hubungan besarnya tekanan dengan gaya!
Dasar teori yang digunakan pada sistem pneumatis salah satunya adalah Hukum
Pascal dengan persamaan F = ∆P x A, di mana F adalah gaya, P adalah tekanan, dan
A adalah luas penampang. Dalam persamaan tersebut besar tekanan dan gaya
adalah berbanding lurus. Sehingga teori tersebut sesuai dengan data yang
didapatkan dari praktikum kami yaitu, semakin besar nilai tekanan yang ada pada
sistem maka nilai gaya yang dihasilkan oleh actuator juga semakin besar. Hal ini
berlaku pada single acting actuator maupun double acting actuator.
∆P = F / A
F = ∆P x A
Dengan nilai
Gaya: F = m x a
Persamaan pada Hukum Pascal yang digunakan dalam praktikum ini dapat
membuktikan bahwa besar tekanan udara berpengaruh terhadap besar tekanan yang
diberikan kepada actuator. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
∆P = F / A
F = ∆P x A
Dengan nilai
Gaya: F = m x a
Dalam persamaan tersebut diketahui apabila besar tekanan udara meningkat, maka
besar gaya, F, juga akan meningkat. Besar gaya berpengaruh terhadap kecepatan
gerak lengan actuator. Apabila besar gaya, F, meningkat, kecepatan gerak lengan
actuator juga akan meningkat dikarenakan nilai gaya berbanding lurus dengan
kecepatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar tekanan udara yang
diberikan maka kecepatan gerak lengan actuator akan mningkat.
5. Rumus apa saja yang digunakan dalam perhitungan sistem pneumatis? Jelaskan
Sistem pneumatis menggunakan beberapa persamaan dari beberapa hukum yang
digunakan sebagai dasar teori adalah sebagai berikut:
a) Hukum Boyle
P1.V1 = P2.V2
P1 dan P2 = ( pa )
tekanan
V2 danV2 = ( m3 )
volume
b) Hukum Charles
Disebutkan bahwa pada temperatur yang konstan massa gas akan meningkat
1/273 dari volumenya untuk setiap kenaikan temperatur dalam celcius.
c) Hukum Pascal
P=F/A
Dimana :
F = P x A ......(N)
Pada persamaan ini digunakan untuk menentukan variabel response berupa
waktu, luasan permukaan, gaya, dan kecepatan yang ditimbulkan akibat dari
tekanan yang diberikan.
a. Katup 3/2
(Sumber: http://3.bp.blogspot.com)
Disebut sebagai katup 3/2 dikarenakan katup ini memiliki tiga port/lubang dan
dua posisi/kondisi. Kondisi pertama adalah pada saat fluida kerja masuk ke port
input menuju actuator. Sedangkan kondisi kedua adalah ketika fluida dari actuator
keluar menuju katup yang menggunakan bantuan pegas. Katup ini digunakan pada
single acting actuator.
b. Katup 5/2
(Sumber: http://3.bp.blogspot.com)
Disebut sebagai katup 5/2 dikarenakan katup ini memiliki lima port/lubang dan
dua posisi/kondisi. Katup 5/2 menggunakan dorongan fluida kerja yang dialirkan
oleh kompresor sehingga katup ini tidak memerlukan pegas untuk kembali ke posisi
semula. Katup ini digunakan pada double acting actuator
(Sumber: upload.wikimedia.org/)
(Sumber: upload.wikimedia.org/)
Double action actuator memiliki dua saluran, yaitu saluran masuk dan saluran
keluar. Double action actuator menggunakan udara bertekanan untuk mendorong
piston keluar maupun mendorong piston untuk kembali ke posisi awal karena
double action actuator tidak menggunakan pegas di dalamnya.
a. Keunggulan
b. Kerugian
Turbocharger
Klakson Kapal
Rem Bus
Bor Pneumatis
10. Apa yang dapat anda simpulkan dari praktikum sistem pneumatis yang telah
anda lakukan?
Sistem pneumatis merupakan sebuah sistem yang menggunakan udara
bertekanan sebagai fluida kerja untuk menghasilkan gaya yang memiliki besaran
tertentu. Tekanan dari udara bertekanan tersebut akan dikonversikan menjadi
suatu gaya yang kemudian digunakan untuk berbagai keperluan.
5.2 Kesimpulan
Sistem pneumatis merupakan sistem yang menggunakan udara bertekanan sebagai
fluida kerja yang kemudian menghasilkan energi mekanik yang dapat digunakan
untuk berbagai keperluan.
Sistem pneumatis tersusun atas berbagai komponen, antara lain: kompresor udara, air
receiver, pressure gauge, manifold, directional control valve, flow control, pipa
fleksibel, dan aktuator.
Berdasarkan data yang didapat dari praktikum, dapat disimpulkan bahwa tekanan
pada sistem dapat mempengaruhi gaya yang dihasilkan aktuator, waktu gerak
aktuator, kecepatan gerak lengan aktuator. Semakin besar tekanan udara yang ada
pada sistem, maka gaya yang dihasilkan akan semakin besar. Semakin besar tekanan
yang dihasilkan, maka kecepatan gerak lengan aktuator semakin cepat dan waktu
yang diperlukan oleh aktuator untuk bergerak semakin singkat.
5.3 Saran
Peralatan-peralatan yang ada dalam praktikum sistem pneumatis sebaiknya
diperbarui dan dilakukan perawatan dengan baik agar data yang didapat akurat dan
valid. Sebelum melaksanakan praktikum sebaiknya praktikan membaca modul untuk
mengetahui langkah-langkah penyusunan alat dan teori dari sistem pneumatis. Dalam
membaca alat-alat ukur sebaiknya dalam posisi tegak lurus dari alat ukur agar data yang
didapatkan akurat
BAB V
PENUTUP
MUHAMMAD SYUHRI
04211740000054
BAB V
PENUTUP
5.1 Pertanyaan
1. Jelaskan hubungan besarnya tekanan dengan gaya!
Dalam rumus P = F / A Hubungan antara tekanan (P) dengan luas permukaan bidang
(A) adalah berbanding terbalik. Sementara hubungan anatara tekanan (P) dengan
gaya (F) adalah berbanding lurus. Jadi, jika gaya diterapkan yang sama, bila luas
permukaan bidang semakin besar, maka tekanan akan menjadi kecil. Dan juga bila
luas permukaan bidang semakin kecil, maka tekanan zat padat akan menjadi besar.
Sedangkan semakin besar gaya yang menyebabkan tekanan, akan menyebabkan
tekanan meningkat.
5. Rumus apa saja yang digunakan dalam perhitungan sistem pneumatis? Jelaskan!
Gay Lussac menyatakan bahwa pada volume yang konstan, tekanan akan meningkat
sebanding dengan temperaturnya. Rumus dapat ditulis dengan P1/P2 = T1/T2. Lalu,
ada hukum Pascal yang menyatakan tekanan adalah perbandingan antara gaya yang
diberikan dengan luas penampang yang terkena gaya tersebut. Rumus dapat
dituliskan dengan P = F/A. Dan hokum boyle PV = konstan atau P1V1=P2V2
6. Gambarkan simbol katup- katup pengarah yang digunakan dalam praktikum sistem
peneumatis, dan jelaskan maksud dari gambar tersebut!
2 Katup 3/2 berarti
3 lubang dengan
1 3 2 chamber.
Panah
3/2
menunjukkan
normallyclosed
arah aliran,
panah diagonal
berarti
pembuangan
2 Katup 3/2 berarti
3 lubang dengan
1 3 2 chamber.
Panah
3/2 normallyopen menunjukkan
arah aliran,
panah diagonal
berarti
pembuangan
7. Jelaskan perbedaan antara single action dan double action actuator! (Perbedaan
meliputi cara kerja dan gambar simbol)
Perbedaan aktuator kerja tunggal dan kerja ganda :
a. Silinder kerja tunggal (single acting cylinder), merupakan jenis silinder yang
hanya memiliki satu port untuk masuknya udara bertekanan. Silinder ini
menggunakan kekuatan udara bertekanan untuk mendorong ataupun menekan
piston dalam satu arah saja (umumnya keluar). Dan menggunakan pegas pada sisi
yang lain untuk mendorong piston kembali pada posisi semula. Akan tetapi silinder
ini memilki kelemahan dimana sebagian kekuatan dari silinder hilang untuk
mendorong pegas.
(Sumber: www.medium.com)
b. Silinder kerja ganda (double acting cylinder), merupakan silinder yang memiliki
dua port untuk instroke dan outstroke. Silinder jenis ini menggunakan kekuatan
udara bertekanan untuk mendorong piston keluar dan mendorong piston untuk
kembali pada posisi awal (menarik kedalam). Sehingga silinder ini membutuhkan
lebih banyak udara dan katup pengontrol arah yang lebih kompleks bila
dibandingkan dengan silinder kerja tunggal.
(Sumber: www.medium.com)
2. Mudah disalurkan
3. Fleksibilitas temperature
4 Aman
5. Bersih
7. Praktis
8. Ramah lingkungan
9. Lebih responsif
10. Murah
Kekurangan Pada Penggunaan Pneumatik
4. Mudah mengembun
a) Pembersih Seacest
(Sumber: www.nauticexpo.com)
b) Sistem starting kapal
(Sumber: www.brighthubengineering.com)
c) Pintu Kapal
(Sumber: www.ap-marine.com)
d. Ship Horn
(Sumber: id.aliexpress.com)
e)Turbocharger
(Sumber: www.shibata.com)
a) Rem
(Sumber: www.quora.com)
b) Pintu pneumatis
(Sumber: www.doorware.com)
c) Pneumatic Gun
(Sumber: www.kayengineers.com)
d) Mesin Packaging
(Sumber: www.indiamart.com)
e) Senapan Angin
(Sumber: www.bh-estore.com)
10. Apa yang dapat anda simpulkan dari praktikum sistem pneumatik yang telah anda
lakukan ?
5.2 Kesimpulan
1. Sistem pneumatik merupakan salah satu sistem yang menggunakan media
fluida kerja berupa udara untuk menghasilkan tenaga. Fluida kerja berupa
udara yang dimampatkan, berfungsi untuk memindahkan dan mengontrol energi
yang telah dikonversi menjadi gaya tekan fluida di dalam suatu tabung yang
dinamakan Actuator.
2. Komponen sederhana sistem pneumatik pada praktikum sistem pneumatik
a. Actuator (single and double acting) :
mengubah gaya tekanan fluida gas menjadi energi mekanik
b. Valve (3/2 dan 5/2) : Mengatur aliran fluida
c. Pipa Fleksibel : Tempat mengalirnya fluida
d. Manifold : Mendistribusikan aliran fluida.
e. Kompresor& Air Receiver : Memampatkan gas atau udara dan
menampung udara bertekanan dari kompresor.
5.3 Saran
Menambah stopwatch otomatis agar akurasi perhitungan waktu lebih akurat dan hasil
praktikum yang lebih baik.
BAB V
PENUTUP
PRADYNA RAHNIA
0421174000007
BAB V
PENUTUP
5.1 Pertanyaan
11. Jelaskan hubungan besaranya tekanan dengan gaya!
Tekanan (P) yang dialami suatu permukaan dengan luas permukaan (A) bila
gaya sebesar (F) diterapkan adalah sebesar: P = F / A Hubungan antara
tekanan (P) dengan luas permukaan bidang (A) adalah berbanding terbalik.
Sementara hubungan anatara tekanan (P) dengan gaya adalah berbanding
lurus. Artinya, pada gaya diterapkan yang sama, bila luas permukaan bidang
semakin besar, maka tekanan zat padat akan menjadi kecil. Demikian pula
sebaliknya, bila luas permukaan bidang semakin kecil, maka tekanan zat padat
akan menjadi besar. Sedangkan semakin besar gaya yang menyebabkan
tekanan, akan menyebabkan besar tekanan juga meningkat.
15. Rumus apa saja yang digunakan dalam perhitungan sistem pneumatis?
Jelaskan!
Rumus yang digunakan dalam perhitungan sistem pneumatis antara lain :
a. P = F / A, merupakan rumus hukum Pascal yang menyatakan bahwa
besar tekanan berbanding lurus dengan gaya dan berbanding terbalik
dengan luas penampang.
b. P1.V1 = P2.V2, merupakan rumus hukum Boyle yang menyatakan bahwa
nilai tekanan yang diberikan pada gas akan sebanding dengan
volumenya jika temperatur gas dijaga.
c. P1 / P2 = T1 / T2, merupakan rumus hokum Gay Lussac yang
menyatakan bahwa kenaikan tekanan dan temperatur terjadi secara
bersamaan pada bejana tertutup
17. Jelaskan perbedaan antara single action dan double action actuator!
(Perbedaan meliputi cara kerja dan gambar simbol)
a. Single action actuator
Single action actuator merupakan actuator yang hanya memiliki satu
port sebagai tempat masuknya udara bertekanan. Actuator ini
memanfaatkan udara yang masuk sebagai pendorong awal, namun
untuk mengembalikan ke posisi semula biasanya memanfaatkan pegas.
Penyemprot filter
5.
seachest
2. Dongkrak mobil
20. Apa yang dapat anda simpulkan dari praktikum sistem pneumatik yang telah
anda lakukan ?
Kesimpulan dari praktikum sistem pneumatik ini adalah:
a. Sistem pneumatik merupakan suatu sistem yang menggunakan media
fluida kerja untuk dikonversikan menjadi gerakan mekanis. Fluida kerja
berupa udara yang dimampatkan agar dapat memindahkan dan
mengontrol energi yang telah dikonversi menjadi gaya tekan fluida di
dalam suatu tabung silinder yang dinamakan actuator.
b. Sistem pneumatik memiliki komponen sebagai berikut :
1) Actuator (single and double acting), berfungsi untuk mengubah
gaya tekanan fluida gas menjadi energi mekanik.
2) Valve 3/2 dan 5/2, berfungsi untuk mengatur aliran fluida.
3) Pipa Fleksibel, sebagai tempat mengalirnya fluida.
4) Manifold, berfungsi untuk mendistribusikan aliran fluida.
5) Kompresor & Air Receiver, berfungsi dalam memampatkan dan
menampung udara bertekanan dari kompresor.
6) Stopwatch, berfungsi untuk mengukur waktu.
7) Flow Control, berfungsi untuk mengukur besar kecilnya kapasitas
aliran fluida.
8) Pressure Gauge, berfungsi mengukur besar kecilnya tekanan fluida
kerja.
9) Jangka Sorong, berfungsi mengukur panjang lengan dan diameter
actuator.
5.2 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum sistem pneumatik ini adalah:
c. Sistem pneumatik merupakan suatu sistem yang menggunakan media fluida
kerja untuk dikonversikan menjadi gerakan mekanis. Fluida kerja berupa
udara yang dimampatkan agar dapat memindahkan dan mengontrol energi
yang telah dikonversi menjadi gaya tekan fluida di dalam suatu tabung
silinder yang dinamakan actuator.
d. Sistem pneumatik memiliki komponen sebagai berikut :
1) Actuator (single and double acting), berfungsi untuk mengubah gaya
tekanan fluida gas menjadi energi mekanik.
2) Valve 3/2 dan 5/2, berfungsi untuk mengatur aliran fluida.
3) Pipa Fleksibel, sebagai tempat mengalirnya fluida.
4) Manifold, berfungsi untuk mendistribusikan aliran fluida.
5) Kompresor & Air Receiver, berfungsi dalam memampatkan dan
menampung udara bertekanan dari kompresor.
6) Stopwatch, berfungsi untuk mengukur waktu.
7) Flow Control, berfungsi untuk mengukur besar kecilnya kapasitas aliran
fluida.
8) Pressure Gauge, berfungsi mengukur besar kecilnya tekanan fluida kerja.
9) Jangka Sorong, berfungsi mengukur panjang lengan dan diameter
actuator.
5.3 Saran
Menambahkan alat otomatis untuk mengitung waktu kecepatan saat lengan aktuator
bergerak agar data waktu yang didapatkan lebih akurat dibandingkan dengan cara
manual.