Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Abstract
The writing of this research was backgounded by the incident happened in Cebongan Prison.
Where detainees were being murdered by some Military personel. This case being a national
issued since the incident happened between Civilian and Military Personel. In which the victims
are the Civilians and the perpetrator are Military Personels. Thus the jurisdiction of the trial
becoming the new issue. Since the perpetrator who came from Military shall be prosecuted
within Military Trial. Meanwhile the victims are civilians means this case shall belong to Public
Trial.
Therefore occur a thought whereas the Trial should belong to Connectivity Trial. Indeed
this trial has a jurisdiction in between Military and Public Trial. Connectivity trial is a trial
system applies towards criminal acts whereas the suspects were attributive between civilian
and military personel. Although at the end this belong to the Military Trial this research will
analyze deeper of how the Public, Military and Connectivity Trial works. Thus there will be a
better uderstanding relates to the legality of Military Trial in this case.
The methods being used in this research is descriptive and analyze qualitatively. The Data
resources are taken from either national and local newspapers, national news portals as well.
Study literature in this reseach are taken from National Laws, The book of criminal law, and
The Book of Criminal Law Procedure.
Based on the literature studies can be concluded that Military Trial has only jurisdiction towards
criminal acts did by the Military Personel who violates military criminal law, meanwhile Public
Trial has jurisdiction over military personel did criminal acts within general criminal law. In
a case of a person conducting general criminal acts and military criminal act in the same time
then the case will belong to Connectivity Trial.
Key words: military trial, public trial, connectivity trial, court jurisdiction
Abstrak
Penulisan ini dilatarbelakangi oleh perkembangan kasus penyerangan dan pembunuhan
terhadap tahanan titipan Kepolisian di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan beberapa waktu
lalu. Terdapat tarik ulur kepentingan baik mengenai penanganan kasus ini, terutama mengenai
kewenangan lembaga peradilan yang berwenang untuk mengadili kasus tersebut. Mengingat
korban adalah warga sipil, sedangkan tersangka pelaku penembakan adalah personel militer.
Yang mana jurisdiksi lembaga peradilan diantara korban dan pelaku berbeda. Sebagai warga sipil
menjadi kewenangan Pengadilan Negeri, sedangkan personel militer merupakan kewenangan
Pengadilan Militer.
Oleh karenanya muncul wacana penyelesaian melalui Peradilan Koneksitas. Yaitu suatu sistem
peradilan yang diterapkan atas suatu tindak pidana dimana diantara tersangkanya terjadi
270
Mia Kusuma Fitriana, Yurisdiksi Pengadilan Terhadap Tindak Pidana Umum... 271
penyertaan antara penduduk sipil dengan anggota militer. Walaupun pada akhirnya kasus ini
menjadi kewenangan dari Pengadilan Militer, akan tetapi akan di telaah lebih lanjut bilamana
pengunaan Pengadilan Umum, Pengadilan Militer , dan Pengadilan Koneksitas. Sehingga
terdapat pemahaman yang jelas sekaligus menelaah ke-sahihan kewenangan Pengadilan Militer
dalam Kasus Penyerangan dan Pembunuhan di LP Cebongan.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif dengan bentuk penilaian
kualitatif. Sumber data yang diperoleh yaitu dari beberapa surat kabar nasional maupun lokal,
dan portal berita nasional . Penelitianini menggunakan penelitian kepustakaan atau Literature
Study yang di dapatkan dari undang-undang, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana.
Berdasarkan hasil penelitianpustaka dapat disimpulkan bahwaPeradilan militer hanya memiliki
kewenangan atas tindak pidana militer yang dilakukan oleh Prajurit TNI yang melanggar
ketentuan hukum pidana militer sedangkan pengadilan umum memiliki kewenangan mengadili
tindak pidana yang dilakukan prajurit militer yang melakukan kejahatan sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan pidana umum. Dalam hal seseorang melakukan tindak pidana umum dan
sekaligus di dalamnya terdapat tindak pidana militer, maka menjadi tindakan ini menjadi
kewenangan peradilan umum melalui mekanisme koneksitas.
Kata kunci: lapas cebongan, yurisdiksi pengadilan, pembunuhan
Dalam beberapa hari setelah kejadian Terlepas dari perkara pidana yang sangat
tersebut terungkap, terdapat beberapa nyata, sebenarnya kasus penyerangan dan
wacana untuk melaksanakan pengadilan pembunuhan ini sangat menarik untuk di
koneksitas terhadap 11 anggota Kopassus telaah. Hal ini dikarenakan keterlibatan oknum
Grup 2 Kandang Menjangan, Kartosuro, militer dalam tindakan pidana pembunuhan
Sukoharjo, Jawa Tengah terlibat dalam aksi terhadap warga sipil.
penembakan tersebut. Wacana ini didasarkan Penelaahan lebih lanjut terhadap
pada pertimbangan hukum yang merujuk lembaga pengadilan mana yang seharusnya
pada UU No 8 Tahun 1981 tentang Hukum paling kompeten untuk mengadili kasus
Acara Pidana, menyebutkan bahwa tindak ini akan sangat menarik. Menilik kasus
pidana yang dilakukan bersama-sama oleh tersebut merupakan kasus dimana oknum
mereka yang termasuk lingkungan peradilan militer di dakwa melakukan pembunuhan
umum dan lingkungan peradilan militer, terhadap warga sipil, sedangkan kewenangan
diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam pengadilan terhadap warga sipil dan militer
lingkungan peradilan umum kecuali jika mempunyai yurisdiksi yang berbeda.
menurut Keputusan Menteri Pertahanan Dalam tulisan ini, penulis tidak akan
dan Keamanan dengan persetujuan Menteri membahas lebih lanjut terhadap perkara
Kehakiman perkara itu harus diperiksa dan pidana pembunuhan atau penyerangan. Tetapi
diadili oleh pengadilan dalam lingkungan penulis akan membahas lebih lanjut terhadap
peradilan militer.6 Mengutip rumusan Pasal kewenangan atau Yurisdiksi Pengadilan
90 Ayat (1) UU No 8 Tahun 1981 maka, untuk yang menangani kasus yang mana terdapat
menentukan peradilan mana yang berwenang keterlibatan Militer dan Sipil. Sudah diketahui
mengadili kasus tersebut, maka jaksa atau bahwa untuk mengadili perkara dalam
jaksa tinggi dan oditur militer atau oditur kasus hukum warga sipil adalah yurisdiksi
militer tinggi melakukan penelitian bersama. dari Pengadilan Umum, sedangkan untuk
Pro dan kontra terjadi, argumentasi yang mengadili perkara dalam kasus hukum militer
digunakan mereka yang menghendaki agar (prajurit) adalah yurisdiksi dari Pengadilan
Peradilan Militer hanya untuk pelanggaran Militer. Atau bahkan dimungkinkannya
pidana militer adalah dalam sebuah negara yurisdiksi Peradilan Koneksitas atas kasus
yang demokratis harus ada supremasi sipil. tersebut berdasarkan atas argumentasi hukum
Oleh karena itu pelanggaran pidana umum yang ada.
yang dilakukan oleh personil militer harus Metode yang digunakan dalam penulisan
tunduk kepada kewenangan dan otoritas sipil. ini adalah metode deskriptif dengan bentuk
6 Pasal 89 ayat 1 Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
274 ARENA HUKUM Volume 7, Nomor 2, Agustus 2014, Halaman 151-302
7 Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia (Suatu Pengantar), Refika Aditama, Bandung, 2011, hlm. 100.
Mia Kusuma Fitriana, Yurisdiksi Pengadilan Terhadap Tindak Pidana Umum... 275
prajurit atau yang ber-dasarkan undang- Bilamana suatu perkara yang melibatkan
undang dipersamakan dengan prajurit sipil dan militer akan menjadi yurisdiksi
atau anggota suatu golongan atau jawatan Peradilan Umum, atau Peradilan Militer? Hal
atau badan atau yang dipersamakan atau ini dikarenakan salah satu pihak berperkara
dianggap sebagai prajurit ber-dasarkan adalah Militer sedangkan pihak lawan adalah
undang-undang; tetapi atas keputusan sipil. Atau bahkan dimungkinkan perkara
Panglima dengan persetujuan Menteri tersebut masuk ke dalam Yurisdiksi Peradilan
Kehakiman harus diadili oleh suatu Koneksitas.
Pengadilan dalam lingkungan peradilan Berikut adalah kajian berdasarkan
militer.(Pasal 9 UU 31/1997 tentang kewenangan masing-masing Peradilan di tilik
Peradilan Militer). dari Peraturan Perundang-undangan maupun
4. Kompetensi absolut dari Peradilan pelaku dan atau korban dalam suatu tindak
Tata Usaha Negara adalah memeriksa, pidana yang melibatkan Sipil dan Militer
8 Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1950 tentang Peradilan Militer.
276 ARENA HUKUM Volume 7, Nomor 2, Agustus 2014, Halaman 151-302
4. Seorang yag tidak termasuk golongan bersangkutan atas permintaan dari pihak
a, b, dan c tetapi atas ketetapan Menteri yang dirugikan sebagai akibat yang
Pertahanan dengan persetujuan Menteri ditimbulkan oleh tindak pidana yang
Kehakiman harus diadili oleh suatu menjadi dasar dakwaan, dan sekaligus
pengadilan dalam lingkungan peradilan memutus kedua perkara tersebut dalam
ketentaraan. satu putusan.
Setelah diundangkannya Undang-Undang Dilihat dari kemandirian peradilan militer
Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan dan hukum pidana militer, seseorang dapat
Militer, ketentuan mengenai yustisiabel dan merupakan (ditentukan) sebagai yustisiabel
yurisdiksi peradilan militer disebutkandalam peradilan militer, tetapi tidak selalu dapat
undang-undang tersebut bahwa pengadilan menjadi subjek dari suatu tindak pidana
dalam lingkungan peradilan militer militer. Sebaliknya seseorang yang dapat
berwenang:9 melakukan tindak pidana militer selalu
1. Mengadili tindak pidana yang dilakukan merupakan yustisiabel peradilan militer.
oleh seseorang yang pada waktu Berdasarkan undang-undang ini, maka
melakukan tindak pidana adalah: semua peraturan, undang-undang yang
Prajurit;Yang berdasarkan undang-undang berkaitan dengan Peradilan Militer maupun
dipersamakan dengan Prajurit;Anggota hukum acaranya dinyatakan tidak berlaku.
suatu golongan atau jawatan atau badan Undang-Undang ini selain mengatur
atau yang dipersamakan atau dianggap tentang susunan dan kekuasaan pengadilan
sebagai Prajurit berdasarkan undang- serta oditurat (kejaksaan) di lingkungan
undang;Seseorang yang tidak masuk Peradilan Militer juga memuat hukum acara
golongan pada huruf a, huruf b, dan huruf pidana militer. Hal yang paling baru yang
c tetapi atas keputusan Panglima dengan belum pernah diatur sebelumnya adalah
persetujuan Menteri Kehakiman harus masalah sengketa Tata Usaha ABRI dan
diadili oleh suatu Pengadilan dalam menggabungkan perkara gugatan ganti rugi
lingkungan peradilan militer. dalam perkara pidana. Pengadilan dalam
2. Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan lingkungan Peradilan Militer terdiri dari:10
sengketa Tata Usaha Angkatan 1) Pengadilan Militer;
Bersenjata. 2) Pengadilan Militer Tinggi;
3. Menggabungkan perkara gugatan 3) Pengadilan Militer Utama; dan
ganti rugi dalam perkara pidana yang 4) Pengadilan Militer Pertempuran.
Kehakiman perkara itu harus diperiksa dan yang secara paralel diatur dalam hukum
di adili oleh pengadilan dalam lingkungan pidana militer dan umum.
peradilan militer. Dasar hukum yang paling pokok peradilan
Peradilan koneksitas adalah suatu sistem koneksitas adalah Undang-undang Nomor
peradilan yang diterapkan atas suatu tindak 14 tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok
pidanadimana diantara tersangkanya terjadi Kekuasaan Kehakiman, yang dinyatakan
penyertaan antara penduduk sipil dengan bahwa:16
anggota militer. Menurut Prof Andi Hamzah “Tindak pidana yang dilakukan
yang dimaksud dengan peradilan koneksitas bersama-sama oleh mereka yang
adalah sistem peradilan terhadaptersangka termasuk lingkungan peradilan
pembuat delik penyertaan antara orang sipil umum dan lingkungan peradilan
dengan orang militer. 14
militer diperiksa dan diadili oleh
Sehingga sudah pasti bahwa peradilan pengadilan dalam lingkungan
koneksitas menyangkut delik penyertaan peradilan umum, kecuali kalau
antara yang dilakukan orang sipil bersama menurut keputusan Menteri
orang militer.Prof Andi Hamzah berpendapat Pertahanan/Keamanan dengan
bahwa di dalam peradilan koneksitas selalu persetujuan Menteri Kehakiman
terjadi penyertaan antara penduduk sipil perkara itu harus diperiksa dan
dengan orang militer.15 diadili oleh pengadilan dalam
Dari pengertian di atas dapatlah kita lihat lingkungan peradilan militer. ”
bahwa yang menjadi permasalahan pokok di
Selain itu juga di jelaskan dalam
dalam peradilan koneksitas adalah mengenai
KUHAP, apabila terjadi sebuah peristiwa
yuridiksi mana yang berwenang untuk
pidana yang dilakukan secara bersama-sama
mengadili perkara yang melibatkanpenyertaan
oleh warga sipil yang secara hukum berada
antara penduduk sipil dengan anggota militer.
dalam lingkungan peradilan umum dengan
Koneksitas adalah mekanisme hukum
anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)
acara untuk mengadili tindak pidana yang
dan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)
perkaranya dicakup oleh kewenangan
yang secara hukum berada dalam lingkungan
dua peradilan yakni Peradilan Militer dan
peradilan militer,17 maka akan menjadi
Peradilan Umum, khususnya tindak pidana
kewenangan Pengadilan Koneksitas.
yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana
14 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm. 214.
15 Ibid.
16 Pasal 22 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman yang Diperbaharui oleh Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999.
17 Pasal 89 ayat 1 KUHAP.
Mia Kusuma Fitriana, Yurisdiksi Pengadilan Terhadap Tindak Pidana Umum... 279
Untuk menetapkan pengadilan mana KUHAP telah menentukan cara dan aparat
yang akan mengadili di atur dalam Pasal 90 yang berwenang dalam melakukan penyidikan
KUHAP yaitu, untuk menetapkan apakah terhadap perkara koneksitas. Aparat penyidik
pengadilan dalam lingkungan peradilan militer perkara koneksitas terdiri dari suatu “tim
atau pengadilan dalam lingkungan peradilan tetap”, yang terdiri atas unsur:18
umum yang akan mengadili perkara pidana a. Unsur Penyidik Polri;
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 Ayat b. Polisi Militer;
(1), dia adakan penelitian bersama oleh jaksa c. Oditur Militer atau Oditur Militer Tinggi
atau jaksa tinggi dan oditur militer atau oditur Cara bekerja tim disesuaikan dengan
milter tinggi atas dasar hasil penyelidikan tim kewenangan yang ada pada masing-masing
tersebut pada Pasal 89 Ayat (2). unsur tim. Bila dilihat dari segi wewenang
Sebuah perkara koneksitas itu diperiksa masing-masing unsur tim19, maka:
dan diadili oleh lingkungan Peradilan a. Tersangka pelaku sipil diperiksa oleh
Militer itu diatur dalam ketentuan pasal 90 unsur penyidik Polri.
KUHAP. Yang mana dijelaskan bahwa untuk b. Sedangkan tersangka pelaku anggota
menentukan apakah lingkungan peradilan TNI/Polri diperiksa oleh penyidik dari
militer yang berwenang memeriksa dan Polisi Militer dan Oditur Militer.
mengadili suatu perkara koneksitas, diukur dari Susunan Majelis Hukum peradilan perkara
segi kerugian yang ditimbulkan oleh tindak koneksitas disesuaikan dengan lingkungan
pidana itu. Apabila kerugian yang ditimbulkan peradilan yang mengadili perkara tersebut:20
oleh sebuah tindak pidana tersebut lebih a. Apabila perkara koneksitas diperiksa dan
memberikan kerugian terhadap “kepentingan diadili oleh lingkungan peradilan umum,
militer”, sekalipun pelaku tindak pidananya maka susunan Majelis Hakimnya adalah:
lebih banyak dari kalangan masyarakat - Sekurang-kurangnya Majelis Hakim
sipil, pemeriksaan perkara koneksitas akan terdiri dari tiga orang.
dilakukan oleh lingkungan peradilan militer. - Hakim Ketua diambil dari Hakim
Selama kerugian yang ditimbulkan oleh Peradilan Umum (Pengadilan Negeri).
tindak pidana yang terjadi tidak merugikan - Hakim Anggota ditentukan secara
kepentingan militer, sekalipun pelakunya berimbang antara lingkungan
lebih banyak anggota TNI/Polri, maka perkara peradilan umum dengan lingkungan
koneksitas diperiksa dan diadili oleh lembaga peradilan militer.
peradilan umum.
b. Apabila perkara koneksitas diperiksa dan Pelibatan Polisi Militer dalam penyidikan
diadili oleh lingkungan Peradilan Militer, tindakan pidana umum yang dilakukan oleh
maka susunan Majelis Hakimnya adalah: prajurit dilakukan apabila polisi memerlukan
- Hakim Ketua dari lingkungan upaya paksa, termasuk, tapi tidak terbatas
Peradilan Militer. pada, tindakan penangkapan, penahanan,
- Hakim Anggota diambil secara penggeledahan, penyitaan dan pemeriksaan
berimbang dari hakim Peradilan surat.
Umum dan Peradilan Militer.
C. Peradilan Umum
- Hakim Anggota yang berasal dari
Pengadilan adalah pengadilan negeri dan
lingkungan Peradilan Umum diberi
pengadilantinggi di lingkungan peradilan
pangkat militer “tituler”.
umum.21 Pengadilan umum meliputi
Yang mengusulkan Hakim Anggota adalah
,Pengadilan Negeri, berkedudukan di ibukota
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
kabupaten/kota, dengan daerah hukum
bersama dengan Menteri Pertahanan. Susunan
meliputi wilayah kabupaten / kota bertugas utk
ini juga berlaku pada susunan Majelis Hakim
memeriksa dan memutuskan perkara tinggkat
pada tingkat Banding.
pertama dari segala perkara sipil untuk semua
Dalam hal melakukan upaya paksa
golongan penduduk (warga negara dan
penangkapan dan penahanan dalam suatu
orang asing). Peradilan umum berwenang
tindak pidana umum yang melibatkan pelaku
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
militer, Polisi Militer wajib membantu
pidana dan perdata.22 Pengadilan sebagai
Kepolisian. Kejaksaan memiliki kewenangan
mana dimaksud dalam UU nomor 49 Tahun
penuh untuk melakukan penuntutan dalam
2009 adalah pengadilan negeri dan pengadilan
suatu tindak pidana umum yang melibatkan
tinggi di lingkungan peradilan umum.23
pelaku militer. Dalam hal Polisi Militer
Pengadilan negeri adalah suatu pengadilan
sebagai penyidik tindak pidana kemiliteran
(umum) yang memeriksa dan memutuskan
mengetahui telah terjadi pula tindak pidana
perkara tingkat pertama dari segala perkara
umum yang dilakukan oleh pelaku militer
sipil untuk semua golongan penduduk (warga
maka Polisi Militer wajib menyerahkan
negara dan orang asing). Setiap perkara dalam
kepada pihak Kepolisian.
pengadilan negeri diadili oleh sekurang-
Tindak pidana umum yang dilakukan oleh
kurangnya tiga orong hakim yang dibantu
militer berlaku ketentuan penyelidikan dan
oleh seorang panitera. Perkara-perkara ringan
penyidikan serta penuntutan di dalam KUHAP.
21 Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang
Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum.
22 Pasal 25 ayat (2), jo ayat (3) s/d ayat (5) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
23 Ibid., Pasal 1 ayat 1.
Mia Kusuma Fitriana, Yurisdiksi Pengadilan Terhadap Tindak Pidana Umum... 281
yang ancaman hukuman kurang dari satu Pada setiap pengadilan negeri ditempatkan
tahun diadili oleh seorang hakim (hakim kejaksaan negeri yang terdiri atas seorang
tunggal) daerah hukum pengadilan negeri atau lebih jaksa dan jaksa-jaksa muda. daerah
pada dasarnya meliputi daerah kabupaten/ kekuasaan kejaksaan sama dengan daerah
kota.24 kekuasaan pengadiln negeri. Kejaksaan
Dengan demikian, pengadilan negeri adalah alat pemerintah yang bertindak sebagai
berwenang memeriksa dan memutuskan penuntut umum dalam suatu perkara pidana
sesuatu perkara perdata atau pidana yang terhadap pelanggaran hukum pidana (bertindak
terjadi dalam wilayah daerah kabupaten/ untuk mempertahankan kepentingan umum).
kotayang menjadi kekuasaannya. Berkaitan Berikut alur penyelesaian perkara pidana
dengan hal ini, pengadilan negeri memiliki di Pengadilan Umum:
kewenangan nisbi, kewenangan nisbi adalah Kompetensi peradilan umum, khususnya
kewenangan untuk memeriksa gugatan atas dalam perkara pidana akan diproses melalui
tuntutan berdasarkan tempat tinggal tergugat. sistem peradilan pidana yang dimulai dari
Pengadilan negeri dipimpin oleh seorang proses penyidikan, penuntutan, pengadilan
kepala beserta seorang wakil kepala, beberapa dan lembaga pemasyarakatan. Dalam perkara
orang hakim yang dibantu oleh seorang pidana terdakwanya selama ini berasal dari
panitera, beberapa orang panitera pengganti, kalangan rakyat sipil (di dalamnya termasuk
sekretaris, dan juru sita. Panitera diangkat terdakwa yang berasal dari polri) atau bisa
dan diberhentikan oleh menteri kehakiman, dari kalangan rakyat sipil dan kalangan militer
sedangkan panitera pengganti diangkat dan (perkara koneksitas).25
diberhentikan oleh kepala pengadilan yang
D. Yurisdiksi Pengadilan dalam
bersangkutan. Panitera bertugas memimpin
Kasus yang melibatkan Sipil dan
bagian administrasi atau tata usaha. Ia
Militer
dibantu oleh wakil panitera, beberapa panitera
Melihat dari paparan diatas, setidaknya
pengganti, dan karyawan-karyawan lainnya.
kita telah dapat membedakan yurisdiksi
Juru sita bertugas melaksanakan semua
pengadilan umum, pengadilan militer maupun
perintah yang diberikan oleh ketua sidang,
pengadilan koneksitas. Walaupun pada
menyampaikan pengumuman-pengumuman,
akhirnya telah diputuskan bahwa yurisdiksi
teguran-teguran, memberitahukan putusan
pengadilan atas kasus LP Cebongan adalah
pengadilan, dan melakukan penyitaan.
24 Pasal 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan UU Nomor 2 Tahun 1986 tentang
Peradilan Umum.
25 Rezafaraby, Kedudukan dan Peran Peradilan Militer di Indonesia, http://stasiunhukum.wordpress.
com/2010/05/10/kedudukan-dan-peran-peradilan-militer-di-indonesia/, diakses 18 September 2013 pukul
12.10 WIB.
282 ARENA HUKUM Volume 7, Nomor 2, Agustus 2014, Halaman 151-302
Sumber: http://www.pn-medankota.go.id/v2/index.php/panitera/pidana/alur-pidana
Pengadilan Militer, akan tetapi akan kita kaji melakukan tindak pidana adalah Prajurit, yang
lebih lanjut mengenai legitimasi dari Peradilan berdasarkan undang-undang dipersamakan
Militer terhadap Kasus Penyerangan LP dengan prajurit, anggota suatu golongan
Cebongan. atau jawatan atau badan yang dipersamakan
Menurut Undang-undang Nomor 31 Tahun atau dianggap sebagai prajurit berdasarkan
1997, peradilan militer merupakan pelaksana undang-undang, seseorang yang tidak masuk
kekuasaan kehakiman di lingkungan angkatan golongan prajurit/yang dipersamakan dengan
bersenjata untuk menegakkan hukum dan prajurit dan dianggap sebagai prajurit tetapi
keadilan dengan memperhatikan kepentingan atas putusan panglima dengan persetujuan
penyelenggaraan pertahanan keamanan menteri kehakiman harus diadili oleh suatu
negara. pengadilan dalam lingkungan peradilan
Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer.
militer berwenang: Mengadili tindak pidana Dalam kasus penyerangan LP Cebongan,
yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu tersangka pelaku penyerangan sekaligus
Mia Kusuma Fitriana, Yurisdiksi Pengadilan Terhadap Tindak Pidana Umum... 283
menjadi kewenangan Peradilan Umum. tahun 1986 yang di rubah menjadi UU Nomor
Akan tetapi perlu di ingat bahwa Tap MPR 49 Tahun 2009 tentang Peradilan Umum
Ketetapan No. VI/MPR/2000 dan Ketetapan menyebutkan bahwa kewenangan pengadilan
No. VII/MPR/2000 yang telah memisahkan umum yaitu memeriksa dan memutus perkara
POLRI dari angkatan bersenjata (TNI), dalam hukum pidana (umum dan khusus)
sekaligus menundukkan prajurit TNI dan dan perdata (umum dan niaga). Sementara
anggota POLRI kepada hukum dan prosedur kompetensi yurisdiksi absolute dari Peradilan
peradilan pidana umum belum dapat di Militer secara nyata adalah untuk memeriksa
laksanakan. Karena sampai sekarang revisi dan memutus perkara pidana yang terdakwanya
mengenai yurisdiksi Peradilan Militer itu adalah anggota TNI dengan pangkat tertentu.
belum terjadi, maka di mata hukum, peradilan Kasus ini juga bukan merupakan yurisdiksi
militer memang masih memiliki yurisdiksi dari Peradilan Koneksitas. Hal ini dikarenakan
atas kasus-kasus seperti di LP Cebongan. dalam peradilan koneksitas unsur kerugian
Begitu pula UU TNI juga mengisyaratkan yang menjadi perhatian utama. Apabila
bahwa pelaksanaan Pengadilan Umum bagi kerugian yang ditimbulkan oleh sebuah tindak
prajurit yang melakukan tindak pidana umum pidana tersebut lebih memberikan kerugian
belum dapat dilaksanakan sampai adanya terhadap “kepentingan militer”, sekalipun
revisi mengenai yurisdiksi peradilan militer. pelaku tindak pidananya lebih banyak dari
Sebagaimana kompetensi peradilan militer kalangan masyarakat sipil, pemeriksaan
adalah untuk memeriksa dan memutus perkara perkara koneksitas akan dilakukan oleh
pidana yang terdakwanya adalah anggota TNI lingkungan peradilan militer. Selama kerugian
dengan pangkat tertentu. Undang-undang yang ditimbulkan oleh tindak pidana yang
Peradilan Militer inilah yang merupakan Lex terjadi tidak merugikan kepentingan militer,
Specialis , sehingga sepanjang tidak dilakukan sekalipun pelakunya lebih banyak anggota
perubahan UU Peradilan Militer, maka tindak TNI/Polri, maka perkara koneksitas diperiksa
pidana umum yang terdakwanya adalah dan diadili oleh lembaga peradilan umum.
Prajurit TNI akan tetap menjadi Yurisdiksi Dengan demikian yurisdiksi pengadilan
Peradilan Militer. milter dalm kasus ini adalah sah, terlepas
Dan perkara seperti ini bukanlah menjadi dari segala kontroversi politis dan hal lain
yurisdiksi dari Peradilan Koneksitas maupun yang menyertainya, akan tetapi yurisdiksi
Peradilan Umum. Kasus Penyerangan dan absolute dari Pengadilan Militer untuk
Pembunuhan Tahanan di LP Cebongan memeriksa dan memutus perkara pidana yang
bukanlah merupakan Yurisdiksi dari Peradilan terdakwanya adalah anggota TNI dengan
Umum dikarenakan kewenangan absolut dari pangkat tertentumerupakan ketentuan yang
pengadilan umum yaitu berdasarkan UU no 2 valid untuk dilaksanakan.
Mia Kusuma Fitriana, Yurisdiksi Pengadilan Terhadap Tindak Pidana Umum... 285
DAFTAR PUSTAKA