Sei sulla pagina 1di 12

IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LIMBAH BERBAHAYA DAN

BERACUN (B3) PADAT KLINIK GIGI DI KOTA YOGYAKARTA


Muhammad Afrizal Nandito1 September 2018
1
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia
Afrizalnandito26@gmail.com

Abstract : Dental clinic is one of source hazardous waste generated. World Health Organization (WHO), released that 40%
of cases hepatitis and HIV/AIDS are in various countries are due to poor management of medical waste from hospitals.
Therefore, special attention should be paid to hazardous waste management from health care fasilities. To analyze the
composition and generation of hazardous waste generated from dental clinic activities in Yogyakarta city and To
identification the management system of hazardous waste has been aplied at dental clinic in Yogyakarta city. The research
method is SNI 19-3964-1994 with little modification about sampling method and measurement of sampling and composition
of municipal solid waste, while to identify the management of hazardous waste using questionnaire checklist which refers to
PerMen LHK No. 56 of 2015 about Technical Procedures and Technical Requirements for the Management of Hazardous
and Toxic Waste from Health Service Facilities. The results of this study were: the amount of weight generation and the
volume of dental clinic generation in the city of Yogyakarta which was sampled at 0,38 kg / day / unit and 0.003 𝑚3 /day/unit.
The composition of the waste produced by the dental clinic in Yogyakarta City 42% latex gloves, mask / 5% apron, 25%
cotton / tisue, 10% ejector saliva, 15% alginate, 1% silicon, needle / sharps 3%, 0.03% teeth, besides that 63% of dental
clinics in Yogyakarta City have made efforts to manage hazardous waste generation. The efforts that have been carried out
include: sorting, storage, packaging, emergency response and cleanliness.

Keywords : Compotition, Dental Waste, Generated, Hazardous Waste, Medical Waste

Abstrak : Klinik gigi merupakan salah satu penghasil limbah B3 yang bersifat infeksius. Organisasi kesehatan (WHO) merilis,
40 persen kasus kematian pasien hepatitis dan HIV/AIDS diberbagai negara disebabkan karena buruknya pengelolaan sampah
medis dari rumah sakit. Oleh sebab itu perlu adanya perhatian khusus terkait pengelolaan limbah khususnya limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun) yang baik dari fasilitas pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
komposisi dan timbulan limbah B3 yang dihasilkan dari klinik gigi di Kota Yogyakarta dan mengidentifikasi manajemen
pengelolaan limbah B3 yang telah dilakukan klinik gigi yang ada dikota Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan yaitu
SNI 19-3964-1994 dengan sedikit modifikasi tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi
sampah perkotaan, sedangkan untuk mengidentifkasi manajemen pengelolaan limbah B3 menggunakan kuisioner checklist
yang mengacu kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehuatan No 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Hasil dari
penelitian ini adalah : total berat timbulan dan volume timbulan klinik gigi dikota Yogyakarta yang dijadikan sampel sebesar
0,38 kg/hari/unit dan 0,003m3 /hari/unit. Komposisi limbah yang dihasilkan klinik gigi di Kota Yogyakarta sarung tangan
latex 42%, masker/celemek 5%, kapas/tisue 25%, saliva ejector 10%, alginate 15%, silicone 1%, jarum/benda tajam 3%, gigi
0,03%, selain itu 63% klinik gigi di Kota Yogyakarta telah melakukan upaya pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan. Adapun
upaya yang telah dilakukan meliputi : pemilahan, penyimpanan, pengemasan, tanggap darurat dan kebersihan.
Kata Kunci : Komposisi dan Timbulan, Limbah Klinik Gigi, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Limbah Medis

1
1. Pendahuluan Organisasi kesehatan dunia (WHO)
Berdasarkan data Badan Pusat pernah merilis, 40 persen kasus kematian
Statistik (BPS) kota Yogyakarta , jumlah pasien hepatitis dan HIV/AIDS di
rumah sakit dan puskesmas pada tahun berbagai negara disebabkan karena
2015 yaitu 20 unit dan 18 unit. Disetiap buruknya pengelolaan sampah medis dari
rumah sakit dan puskesmas umumnya rumah sakit. Oleh sebab itu perlu adanya
memiliki pelayanan kesehatan gigi atau perhatian khusus mengenai pengelolaan
poli gigi. Sedangkan berdasarkan data limbah yang baik dari pihak atau dokter
dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta praktik yang menjalankan fasilitas
tahun 2018, jumlah klinik gigi di Kota pelayanan kesehatan. Berdasarkan
Yogyakarta berjumlah 8 buah. Peraturan Peraturan Pemerintah No 101
Kebanyakan orang masih Tahun 2014 , setiap orang yang
mempermasalahkan limbah yang menghasilkan limbah B3 wajib
dihasilkan dari rumah tangga ataupun melakukan pengelolaan limbah B3 yang
kegiatan industri saja. Namun, kita belum dihasilkannya. Selain itu pada lampiran 1
menyadari bahwa tempat praktik dokter ,dijelaskan bahwa limbah yang dihasilkan
gigi atau klinik gigi berpotensi dari kegiatan fasilitas pelayanan
menghasilkan limbah B3 (Bahan kesehatan termasuk kedalam limbah B3
Berbahaya dan Beracun) yang berbahaya dari sumber spesifik. Pengelolaan limbah
bagi lingkungan. Perlu adanya perhatian B3 di klinik gigi perlu dikelola sesuai
serius terhadap kondisi ini, karena melihat dengan aturan yang berlaku,sehingga
jumlah klinik gigi yang beraneka ragam. pengelolaan lingkungan di klinik gigi
Adapun jenis limbah yang umumnya dapat dilakukan secara sistematis dan
dihasilkan dari kegiatan klinik gigi antara berkelanjutan. Pengelolaan lingkungan
lain swab, plastik, lateks, kaca, jarum dan klinik gigi bertujuan agar reduksi berupa
bahan limbah lainnya yang terkontaminasi limbah dari kegiatan tersebut dapat
dengan cairan tubuh serta limbah dari berkurang ,disamping itu pengelolaan
bahan kimia terutama produk sinar-X dan limbah B3 yang benar berguna sebagai
amalgam, seperti merkuri, timbal dan kejelasan limbah hasil buangan dari
perak. (Daou et al.2015). kegiatan tersebut agar tidak mencemari
lingkungan. Apabila lingkungan tercemar

2
maka keberlangsungan makhluk hidup di mengenai fenomena yang ditemukan serta
sekitar kegiatan akan terganggu bahkan memberikan penilaian dari hasil angket
dapat menyebabkan kematian. dan wawancara. Penelitian ini bertujuan
Perlu adanya penelitian terkait untuk mengidentifikasi, melakukan
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan penilaian dan pengendalian risiko,
beracun (B3) klinik gigi di Kota terhadap dampak negatif dari limbah
Yogyakarta guna mengetahui seberapa medis klinik gigi yang bersifat B3 (Bahan
jauh pengelolaan limbah B3 klinik gigi Berbahaya,dan Beracun ), studi kasus
telah dilakukan, dan mengetahui timbulan klinik gigi di Kota Yogyakarta.
limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan 2.1 Jenis Pengumpulan Data
tersebut. Apabila hal ini tidak Jenis dan sumber data sangat
diperhatikan maka akan berpengaruh diperlukan dalam penelitian ini. Agar
terhadap lingkungan hidup dan kesehatan tingkat keakuratan data sesuai. Jenis data
manusia. Pelaksanaan pengelolaan limbah terdiri dari 2 yaitu , data primer dan data
B3 dapat dilakukan dengan melihat sekunder.
timbulan limbah B3 yang dihasilkan, 1. Data Sekunder
komposisi ,serta karakteristik dari limbah Data sekunder diperoleh dari sumber
B3. Penelitian ini dilakukan dengan informasi yang telah ada. Data sekunder
identifikasi secara langsung terkait sistem yang digunakan yaitu data jumlah klinik
pengelolaan limbah B3 klinik gigi di kota gigi yang didapatkan dari Dinas
Yogyakarta. Kesehatan Kota Yogyakarta.
2. Metode Penelitian 2. Data Primer
Penelitian ini dirancang Pengumpulan data primer dilakukan
menggunakan analisa secara kualitatif, dengan interview langsung ke petugas
dimana jenis penelitian digunakan dalam medis klinik gigi. Selain itu melakukan
penelitian ini adalah penelitian deskriptif pengamatan langsung dilapangan dengan
kualitatif dan kuantitatif dengan mengunjungi klinik-klinik gigi di kota
pendekatan observasional dan Yogyakarta dan mengamati sistem
wawancara. Penelitian ini termasuk dalam pengelolaan limbah B3 yang dilakukan
penelitian deskriptif analitis karena oleh klinik gigi. Adapun data primer yang
bertujuan untuk melakukan deskripsi dikumpulkan antara lain :

3
 Timbulan Limbah B3 Padat data dilakukan sendiri oleh penulis dengan
Metode yang digunakan sesuai tata mendatangi subjek penelitian.

cara ketentuan sampling yang terdapat 2.3 2.2 Pengolahan dan Analisis Data
pada SNI 19-3964-1994 tentang Metode Data yang telah didapatkan akan

pengambilan dan pengukuran contoh diolah dan dianalisis untuk mengetahui

timbulan dan komposisi sampah komposisi, karakteristik serta timbulan

perkotaan. Sampling dilakukan selama 8 yang dihasilkan dari limbah B3 padat

hari berturut-turut. Penggunaan metode klinik gigi di Kota Yogyakarta. Di dalam

SNI 19-3964-1994 dalam pengambilan SNI 19-3964-1994 metode pengukuran

dan pengukuran timbulan limbah B3 timbulan dengan mengukur

padat dilakukan karena belum adanya berat(komposisi) atau volume sampah

metode khusus yang digunakan untuk yang dihasilkan dalam peridoe waktu

limbah B3 padat klinik gigi, sehingga tertentu. Sedangkan untuk kuisioner

metode SNI 19-3964-1994 dianggap menggunakan metode skoring Guttman

dapat mewakili tata cara pengambilan dan yang kemudian akan dianalisis

pengukuran timbulan Limbah B3. menggunakan teknik statistik yaitu

 Identifikasi Pengelolaan Limbah B3 persentase. Persentase untuk setiap


Penyusun menggunakan jawaban diperoleh dari membagi
kuisioner/angket dengan skala Guttman frekuensi yang diperoleh kemudian
untuk mendapatkan data pengelolaan dikalikan dengan 100%.
limbah B3 yang telah disusun sebelumnya. 2.2.1 Timbulan Sampah (Limbah B3
Untuk kuisioner mengacu kepada PerMen padat)
LHK N0 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara Perhitungan timbulan dapat
dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah diketahui dengan rumus (SNI 19-3964-
Bahan Berbahaya dan Beracun Dari
1994):
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Data yang
Volume timbulan sampah =
diperoleh nantinya berupa data rasio interval 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
atau rasio dikotomi (dua alternatif) yaitu 𝑛
𝑉1+𝑉2+⋯+𝑉𝑛
“ya” atau “tidak”. Sehingga diharapkan Timbulan sampah (𝑚3 ) = ,
𝑛
mendapatkan jawaban yang tegas terhadap
dimana n = jumlah sumber sampah
permasalahan yang diteliti. Pengambilan
𝐵𝑠
Berat Timbulan Limbah B3 =
𝑢

4
Dimana , 2.2.3 Analisis Kuisioner Skoring
Bs = berat sampah yang diukur, Guttman
u = jumlah unit penghasil sampah
Skala Guttman disebut juga skala
2.2.2 Komposisi Sampah
scalogram yang sangat baik untuk
Komposisi sampah dapat dihitung
meyakinkan hasil penelitian mengenai
dengan menggunakan rumus
kesatuan dimensi dan sikap atau sifat
(Widanarko, 1992) :
yang diteliti (Widoyoko, 2016). Adapun
% komponen skoring perhitungan responden dalam
Berat komponen
= x 100% skala Guttman adalah :
Berat total sampah
Tabel 2.1 Skoring Skala Guttman
Dalam perhitungan berat jenis
sampah menggunakan rumus Skor Alternatif Jawaban
Pertanyaan
sebagai berikut : YA TIDAK
1 1 0
Berat Jenis Sampah 2 0 1
Berat Sampah (kg)
= Volume Sampah (𝑚3 )
Jawaban dari responden dapat
Dimana berat sampah
dibuat skor tertinggi “1” dan
(limbah B3 padat) didapatkan
terendah “0”. Untuk alternatif
dengan menimbang sampel,
jawaban penyusun menentukan
sedangkan volumenya diukur sesuai
untuk jawaban Ya = 1 ,dan Tidak =
dengan wadah jenis limbah B3
0. Dalam penelitian ini penyusun
yang digunakan. Wadah yang
menggunakan skala Guttman dalam
dipakai disesuaikan dengan
bentuk checklist , dengan demikian
perkiraan jumlah limbah B3 yang
penyusun mengharapkan jawaban
dihasilkan. Adapun rumus yang
yang didapatkan untuk data
digunakan adalah sebagai berikut :
nantinya bersifat tegas.
Volume sampah = luas wadah x
Data yang didapatkan penyusun
tinggi sampah (limbah B3 padat).
bersifat kuantitatif dengan skala
Guttman sehingga perlu diolah untuk
penarikan kesimpulan. Teknik analisis
yang digunakan adalah teknik hitung

5
analisis deskriptif. Adapun teknik 3. Hasil dan Pembahasan
statistik yang digunakan dalam 3.1 Identifikasi Limbah B3 (padat)
penelitian ini adalah persentase. Adapun Klinik Gigi
rumusnya sebagai berikut :
Dalam menghitung laju timbulan
𝑓
𝑃 = 𝑥 100% terdapat tiga jenis pemilahan yang
𝑛
dilakukan yaitu : 1. infeksius non tajam,
Keterangan:
2. infeksius tajam, 3. patologi.
P = Prosentase Berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan No
f = Frekuensi dari setiap
56 Tahun 2015 limbah infeksius terdiri
jawaban yang dipilih
dari : limbah benda tajam, limbah
n = Jumlah
patologi, limbah sitotoksik dan lain
100 % = Konstanta sebagainya. Pemilahan dilakukan untuk
Berikut ini adalah tabel kriteria memudahkan dalam identifikasi
skor angket respon dari responden komposisi limbah B3 (Bahan Berbahaya
dalam menentukan kriteria dan Beracun).
persentase yang didapat (Arikunto 3.2 Komposisi dan Laju Timbulan
,1998) . Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Tabel 2.2 Kriteria Skor Angket Beracun) di Klinik A
Respon dari Responden 70% 62%
60%
No Persentase Batas Kategori 50%
40%
Interval Penilaian
30%
15% 18%
Persenen Komponen

17%
1 0 – 20% Tidak Ada 20%
10% 3% 2% 0,10%
2 21 – 40% Kurang Baik 0%

3 41 – 60% Cukup Baik


4 61 – 80% Baik
5 81 – 100% Sangat Baik
Jenis Limbah B3 Padat

Gambar 3.1 Persentase Komposisi


Limbah B3 Berdasarkan Jenis di Klinik
A.

6
Berdasarkan Gambar 3.1 100% 98%
90%
komposisi limbah B3 berdasarkan jenis

Persen Komponen
80%
70%
ditentukan karena selama sampling 60%
50%
dilakukan sering ditemukan. 40%
Penggunaan sarung tangan berbahan 30%
20%
latex merupakan limbah yang paling 10% 1,90% 0,10%
0%
banyak dihasilkan dibandingkan limbah Infeksius Infeksius Patologi
Non Tajam Tajam
jenis lain, yaitu sebesar 62%. Sekitar Jenis Limbah B3 Padat
35% sarung tangan latex menjadi fraksi
utama dari total limbah yang dihasilkan Gambar 3.2 Persentase Komposisi
Limbah B3 di Klinik A
dari sekolah kedokteran di Turki (ozbek
Berdasarkan Gambar 3.2
dan sanin, 2004). Jika dibandingkan
menunjukkan komposisi limbah B3
dengan hasil yang didapatkan peneliti,
infeksius non tajam 98% limbah
sarung tangan latex menjadi jenis limbah
infeksius tajam 1,9% dan limbah
yang paling besar tingkat produksinya.
patologi sebesar 0,1% dari seluruh jenis
Hal itu dikarenakan penggunaan limbah
limbah B3 yang dihasilkan. Limbah
B3 jenis tersebut selalu dihasilkan setiap
infeksius seperti bahan yang telah
ada pasien, sarung tangan sendiri
terkontak dengan darah dan benda tajam
biasanya untuk perlakuan terhadap 1
yang telah digunakan harus
pasien bisa menghasilkan lebih dari 1
dikumpulkan secara terpisah (Ozbek
pasang dan sifat penggunaannya sekali
et.al, 2004). Penggunaan jarum suntik
pakai., yang menjadikan jenis limbah
atau benda tajam lainnya cenderung
diatas masuk kedalam limbah B3 karena
jarang digunakan, pemakaian jarum atau
telah terkontaminasi organisme patogen
benda tajam biasanya digunakan pada
sehingga berpotensi menularkan
saat akan dilakukan operasi atau bedah
penyakit pada manusia.
gigi dan mulut.

3.3 Komposisi dan Laju Timbulan


Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun) di Klinik B

7
50% 43% 100% 97%

Persen Komponen
45% 80%
40%
35% 60%
Persen Komponen

29%
30% 40%
25% 20%
20% 3%
13% 0%
15% 9% 7% 8%
10% Infeksius Non Infeksius Tajam
5% 1% 3% 0%
0% Tajam

Gigi
Kapas/Tisue

Silicone

Rata-rata
Sarung tangan
Masker/Celemek

Saliva Ejector
Alginate

Jarum/benda tajam
Jenis Limbah B3 Padat

Gambar 3.4 Persentase Komposisi


Limbah B3 Klinik B
Jenis Limbah B3 Padat Berdasarkan Gambar 3.4
menunjukkan sebanyak 97% limbah B3
Gambar 3.3 Persentase Komposisi
infeksius non tajam dihasilkan.
Limbah B3 Berdasarkan Jenis Klinik B
Sedangkan limbah infeksius tajam hanya
Dari Gambar 3.3 menunjukkan 3% dari seluruh jenis limbah B3 yang
komposisi limbah B3 berdasarkan jenis, dihasilkan.
penggunaan sarung tangan latex dan
3.4 Komposisi dan Laju Timbulan
kapas/tisue cenderung lebih besar
Limbah B3 di Klinik C
dibandingkan dengan limbah B3 jenis
40% 37%
lainnya yaitu 43% dan 29%. Hal itu 35% 30%
30%
Persen Komponen

dikarenakan penggunaan limbah B3 25% 20%


20% 13%
jenis tersebut selalu dihasilkan setiap 15%
10% 3% 5% 4%
5% 1% 0
ada pasien, sarung tangan sendiri 0%

biasanya untuk perlakuan terhadap 1


pasien bisa menghasilkan lebih dari 1
pasang dan sifat penggunaannya sekali
pakai. Jenis Limbah B3 Padat

Gambar 3.5 Komposisi Limbah B3


Berdasarkan Jenis di Klinik C
Dari Gambar 3.5 menunjukkan
komposisi limbah B3 berdasarkan jenis,
penggunaan alginate sebagai bahan untuk
membuat cetakan gigi cukup besar

8
apabila dibandingkan dengan kapas/tisue Setelah dilakukan penghitungan
dan sarung tangan latex yaitu 37%, timbulan dari tiga klinik gigi di Kota
sedangkan untuk kapas/tisue dan sarung Yogyakarta yang dijadikan sampel, dapat
tangan sebesar 30% dan 20%. Penelitian diketahui total timbulan limbah B3
yang dilakukan di Xanthi menunjukkan (Bahan Berbahaya dan Beracun) klinik
2,3% alginate dihasilkan dari seluruh gigi yang beroperasi di Kota Yogyakarta.
jenis limbah B3 (Kizlary et al.,2005). Jika Tabel 3.1 Timbulan Limbah B3
dibandingkan dengan hasil penelitian, Klinik Gigi di Kota Yogyakarta
jumlah produksi alginate jauh lebih besar. Berat
Volume
Nama Timbulan
Hal tersebut dipengaruhi berdasarkan Timbulan
Klinik LB3
LB3 (m3)
permintaan pelayanan kesehatan gigi (kg/hari)
Klinik A 0,16 0,002
yang dibutuhkan konsumen. Alginate 0,003
Klinik B 0,63
dikategorikan sebagai limbah B3 karena Klinik C 0,36 0,002
Total
dalam penggunaannya telah
Timbulan 0,38 0,003
terkontaminasi patogen. Klinik Gigi

100%
Persen Komponen

80% Berdasarkan Tabel 3.1 diketahui bahwa


60%
rata-rata timbulan limbah B3 terbesar
40%
20% dihasilkan oleh klinik B yaitu 0,63 Kg.
0% Hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah
Infeksius Infeksius
Non Tajam Tajam pasien yang datang dalam sehari ±15
Jenis Limbah B3 Padat
orang jika dibandingkan dengan klinik

Gambar 3.6 Komposisi Limbah B3 di lain. Selain itu tenaga medis yang

Klinik C bekerja cukup banyak seperti asisten

Berdasarkan Gambar 3.6 menunjukkan dokter yang turut membantu

sebanyak 96% limbah B3 infeksius non penanganan pasien, sehingga seperti hal

tajam dihasilkan. Sedangkan limbah nya penggunan sarung tangan dan

infeksius tajam hanya 4% dari seluruh masker turut berpengaruh. Setelah

jenis limbah B3 yang dihasilkan. dilakukan sampling selama 8 hari

3.5 Timbulan Limbah B3 Klinik Gigi di berturut-turut diperoleh total timbulan

Kota Yogyakarta. 0,38 kg/hari/unit dan total volume

9
timbulan 0,003 𝑚3 /hari/unit dengan (B3) yang Telah dilakukan Klinik
rata-rata berat timbulan 0,13 Gigi di Kota Yogyakarta
Kg/hari/unit dan volume 0,001 Berdasarkan Gambar 3.7 menujukkan
𝑚3 /hari/unit. Jika dibandingkan dengan persentase manajemen pengelolaan
studi yang dilakukan di klinik gigi Kota limbah B3 klinik gigi. Klinik A dalam
Zabol, Iran, timbulan limbah B3 yang upaya pengelolaannya masuk dalam
dihasilkan yaitu 9,76 kg/hari, maka hasil kategori cukup baik berdasarkan Tabel
studi ini lebih kecil. Hal itu disebabkan 2.2 Kriteria Skor Angket Respon dari
karena terdapat beberapa jenis limbah Responden yaitu 55%. Sedangkan untuk
B3 yang tidak ditemukan pada penelitian klinik B, C, D, E dan F masuk kedalam
klinik gigi di Kota Yogyakarta antara kategori baik yaitu 65%.
lain : sarung tangan nylon, paper cone, 100
90 83
x-ray film, amalgam, lead cover x-ray 80
Persentase (%)

67
70
film, mouth stick, suction tip dan dental 60 50
50 37
40
spatula. Selain itu jumlah limbah B3 30
20
yang dihasilkan lebih besar, seperti 10
0
sarung tangan latex yang dihasilkan
klinik gigi di Kota Zabol yaitu, 3,08
kg/hari sedangkan klinik gigi di Kota
Yogyakarta yaitu 0,38 kg/hari.

3.6 Identifikasi Manajemen Komponen Penilaian


Pengelolaan Limbah B3 Klinik Gigi
Gambar 3.8 Komponen Penilaian
100 55 65 65 65 65 65 63 Klinik Gigi di Kota Yogyakarta
Pengelolaan (%)

50
Persentase

0
Berdasarkan Gambar 3.8
menunjukkan komponen pengemasan
Nama Klinik sebagai upaya terbesar yang telah
dilakukan klinik gigi di Kota Yogyakarta
Gambar 3.7 Manajemen Pengelolaan dalam manajemen pengelolaan limbah B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Bahan Berbahaya dan Beracun) yaitu

10
83%. Komponen pengemasan meliputi 5. Daftar Pustaka
kemasan yang sesuai dengan karakteristik,
penutup yang kuat, serta simbol dan label
Arikunto, Suharsimi.1998. Manajemen
yang terdapat pada kemasan limbah
Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
infeksius tajam.
4.Kesimpulan Daou, M. H., Karam, R., Khalil, S. &
Total berat timbulan dan volume Mawla, D. 2015. Current statuts
timbulan klinik gigi dikota Yogyakarta of dental waste management in
yang dijadikan sampel sebesar 0,38 Lebanon. Environmental
kg/hari/unit dan 0,003 𝑚3 /hari/unit. Nanotechnology, Monitoring and
Komposisi limbah yang dihasilkan klinik Management, Volume IV, pp. 1-5.
gigi di Kota Yogyakarta sarung tangan Ebrahimzadeh, G.R., Noorzaei, S.,
latex 42%, masker/celemek 5%, Djahed, B., Enayat,E., Taghavi,
kapas/tisue 25%, saliva ejector 10%, M. 2018 .Quantitative and
alginate 15%, silicone 1%, jarum/benda Qualytative Analysis of Dental
tajam 3%, gigi 0,03%, Clinics Waste in Zabool
Hasil studi menunjukkan 63% klinik City,Iran.
gigi di Kota Yogyakarta telah melakukan
Herijulianti, E., 2001. Pendidikan
upaya pengelolaan limbah B3 yang
Kesehatan Gigi. Jakarta: Buku
dihasilkan sesuai dengan Peraturan
Kedokteran EGC.
Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No 56 Tahun 2015 Tentang Kizlary, E., Iosifidis, N., Voudrias, E.
Tata Cara dan Persayratan Teknis & Panagiotakopolous, D. 2005.
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Composition and Production
dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Rate of Dental Solid Waste in
Kesehatan. Adapun upaya yang telah Xanthi,Greece : Variability
dilakukan klinik dalam manajemen among dentist groups. Waste
pengelolaan limbah B3 meliputi : Management, pp. 582-591.
pemilahan, penyimpanan, pengemasan,
Munggaran, R. D. 2012. Pemanfaatan
tanggap darurat dan kebersihan.
Open Source Software

11
Pendidikan Oleh Mahasiswa Berbahaya Dan Beracun Dari
Dalam Rangka Implementasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Undang-undang No 19 tahun Putri, H. E., Ritnawati & Samad, R.,
2012 Tentang Hak Cipta. 2012. Pengelolaan Limbah
Rumah Sakit Gigi dan Mulut di
Norfai & Rahman, E. 2017.
Wilayah Kota Makasar.
Hubungan Pengetahuan
Menggosok Gigi dengan Safitri, N. K. 2017. Pengembangan
Kejadian Karies Gigi di SDI Multimedia Interaktif
Darul Mu'minin Kota Pembelajaran IPS.
Banjarmasin Tahun 2017.
SNI 19-3964-1994 Metode
Hubungan Pengetahuan dan
Pengambilan Dan Pengukuran
Dinamika Kesehatan, Volume 8,
Contoh Timbulan Dan Komposisi
pp. 212-218.
Sampah Perkotaan
Ozbek, M. & Sanin, D. F. 2004. A WHO.2018. Health-Care Waste di
study of the dental solid waste http://www.who.int/news-
produced in a school of room/fact-sheets/detail/health-
dentistry in Turkey. Waste care-waste (diakses 6 April 2018).
Management, pp. 339-345. Widanarko, S. 1992. RKL &
RPL/SOP TPA Sampah Kota
Peraturan Pemerintah NO 101 Tahun
Sedang Kecil. Depok
2014 Tentang Pengelolaan
Limbah Berbahaya dan Widoyoko, Eko. 2016. Teknik
Beracun Penyusunan Instrumen
Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Peraturan Menteri Kesehatan No 9
Pelajar.
Tahun 2004 Tentang Klinik

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup


dan Kehutanan No 56 Tahun 2015
Tentang Tata Cara Dan
Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan

12

Potrebbero piacerti anche