Sei sulla pagina 1di 40

tahun 1941.

Bismarck dan saudara


kembarnya Tirpitz merupakan kapal
utama Angkatan Laut Jerman
(Kriegsmarine) di Perang Dunia II.
Bismarck tahunn 1940

Karier (Nazi Jerman)


Nama: Bismarck

Asal nama: Otto von Bismarck

Pembangun: Blohm & Voss

Pasang lunas: 1 Juli 1936

Diluncurkan: 14 Februari 1939

Mulai berlayar: 24 Agustus 1940

Penghargaan: 3 kali disebutkan


dalam
Wehrmachtbericht

Nasib: Sengaja
ditenggelamkan pada
27 Mei 1941 seteleh
rusak berat di 48°10′N
16°12′W / 48.167°N
16.200°W

Lencana:

Ciri-ciri umum
Kelas dan jenis: Kapal tempur kelas-
Bismarck

Berat benaman: 41700 t (41000 ton


panjang) (standar)
50300 t (49500 ton
panjang) (muat
penuh)

Panjang: 241,6 m (792 ft 8 in)


(garis air)
251 m (823 ft 6 in)
(kesluruhan)

Lebar: 36 m (118 ft 1 in)


Sarat air: 9,3 m (30 ft 6 in)
(standar) [1]
9,9 meter (32 ft 6 in)
(muat penuh) [1]

Tenaga: 148116 shp
(110450 kW)

Pendorong: 12 x Pendidih
superpanas Wagner
3 x Turbin bergir
3 x Baling-baling
berdaun tiga

Kecepatan: 30,01 knot


(55,58 km/h;
34,53 mph) selama uji
coba[1][a]

Jangkauan: 8,870 nmi (16,427 km;

10,207 mi) pada 19
knot (35 km/h;
22 h)
22 mph)

Awak kapal: 103 opsir


1.962 anak buah

Sensor dan FuMO 23


sistem pemroses:

Senjata: 8 × 38 cm (15 in) SK


C/34 (4 × 2)
12 × 15 cm (5,9 in)
SK C/28 (6 × 2)
16 × 10,5 cm (4,1 in)
SK C/33 (8 × 2)
16 × 3,7 cm (1,5 in)
SK C/30 (8 × 2)
12 × 2 cm (0,79 in)
FlaK 30 (12 × 1)

Pelindung: Sabuk: 320 mm


(12,6 in)

Turet senjata:
360 mm (14 in)
360 mm (14 in)
Geladak utama: 100
hingga 120 mm (3,9
hingga 4,7 in)

Pesawat yang 4 × Pesawat apung


diangkut: Arado Ar 196

Fasilitas penerbangan: 1 x Katapel pesawat


terbang

Awal pembuatan
Jerman yang kalah dalam Perang Dunia I
harus menerima Perjanjian Versailles
yang antara lain membatasi
pembangunan angkatan bersenjatanya.
Angkatan lautnya hanya menggunakan
model Kapal Pre Dreadnought, yang
terdiri dari hanya 6 dari 8 kapal jelajah
tua yang ringan, 12 dari 32 kapal perusak
dan perahu torpedo, tanpa kapal induk,
kapal jelajah tempur dan kapal jelajah
berat. Bila kapal-kapal yang disebutkan di
atas berumur lebih dari 20 tahun, Jerman
boleh mengganti namun tidak boleh
melebihi 10.000 ton dengan persenjataan
paling besar 11 inci (±279 mm). Kapal
penjelajah tak lebih dari 6000 ton dengan
persenjataan paling besar 6 inci
(±152 mm). Untuk kapal perusak tak
melebihi 800 ton dan kapal torpedo
(torpedo boat) tak lebih dari 200 ton.

Adolf Hitler yang berhasil memenangkan


kursi pemilu untuk menduduki jabatan
Reichskanzler (Kanselir), kemudian
menjadi Reichspresident menggantikan
Paul Von Hindenburg dan akhirnya
menjabat sebagai panglima tertinggi
Angkatan Bersenjata Jerman sehingga
semua kekuasaan menjadi satu di
tangan Hitler. Dengan kekuasaan itu,
Hitler secara sepihak tidak mengakui
Perjanjian Versailles, Prancis.

Pada Juni 1939 Hitler berhasil mencapai


perjanjian dengan Inggris di mana
Jerman diizinkan memiliki angkatan laut
yang sama besarnya dengan angkatan
laut Inggris. Kesempatan ini digunakan
oleh Hitler secara diam-diam untuk
membangun angkatan laut yang sangat
besar kekuatannya di mana Laksamana
Erich Raeder ditunjuk merencanakan
pembangunan Angkatan Laut Jerman
yang memakan waktu 6 tahun yang
dinamakan Z-Plan (rencana Z) sesuai
dengan keinginan Jerman sendiri.

Proyek ini dimulai pada Januari 1939


dengan perhitungan perang melawan
Inggris baru akan dapat berkobar pada
1945. Rencana Z itu antara lain
membangun kapal perang berukuran
56.000 ton yakni Bismarck dan Tirpitz
yang beratnya 42.000 ton, tiga kapal
perang berukuran 31.000 ton
(Deutschland, Admiral Scheer dan Graf
Spee) yang lazim disebut kapal perang
kantong (pocket battleship,Panzerschiff),
dua kapal pengangkut pesawat (salah
satunya adalah Graf Zeppelin), lima kapal
jelajah berat (Hipper, Blucher, Prinz
Eugen, Seydlitz dan Lutzow). Di samping
itu ada pula 44 kapal jelajah ringan, 68
perusak, 90 kapal torpedo dan 249 kapal
selam yang terkenal sebagai U-Boot.
Hitler berjanji kepada Raeder bahwa
Jerman dalam waktu singkat tidak akan
berperang dengan Inggris.

Keserakahan yang
menggagalkan rencana
Gagalnya rencana Z ini karena Hitler
ingin cepat mewujudkan Jerman Raya
dengan mencaplok wilayah wilayah yang
berbahasa Jerman dan wilayah-wilayah
yang dulunya dikenal sebagai Kekaisaran
Jerman-Prusia (Reich II masa kekaisaran
Wilhelm I,Friedrich III dan II) yang
diwujudkan dalam bentuk Jerman Raya
(Reich III atau Reich Ketiga). Dalam
pengembangan angkatan bersenjatanya,
Hitler yang berorientasi pada daratan
merasa cukup kuat melihat
perkembangan Angkatan Darat
(Wehrmahct) dan Angkatan Udaranya
(Luftwaffe), sedangkan perkembangan
Angkatan Lautnya, baru sampai tahap
awal saja; yang baru selesai adalah
Tirpitz dan Bismarck dan kapal selamnya
yang memang sudah dikenal sebagai
"hantu" perairan Eropa Barat pada masa-
masa sebelumnya.

Bismarck, battle cruiser terbesar


Angkatan Laut Jerman ini dibangun di
galangan kapal Hamburg pada 1939.
Panjangnya 251 meter, Bismarck
mempunyai kecepatan 30 knot
(±56 km/jam) dengan berat 50.900 ton
dipersenjatai dengan delapan buah
meriam berukuran 15,5 inci (±394 mm),
12 buah meriam 5,9 inci (±150 mm), Anti
udara 16–237 mm dan 12–20 mm,
delapan buah tabung torpedo (torpedo
tube) berukuran 21 inci (±533 mm) dan
enam pesawat terbang. Sisi dan geladak
Bismarck dilapisi baja setebal 32 cm.
Invasi Nazi ke Polandia pada 1939
membuat Inggris mengultimatum Hitler
agar mundur ke Jerman dengan
ancaman Inggris akan menyatakan
perang terhadap Jerman. Namun
ultimatum itu (3 September 1939)
dianggap sepi oleh Jerman. Angkatan
Laut Jerman yang belum siap ini harus
menemukan taktik untuk menghadapi
armada Inggris yang lebih lengkap, siap,
berperalatan baru dan bertradisi
angkatan laut yang lebih tua.

Laksamana Raeder menyusun suatu


operasi yang diberi sandi Rhein Übung
(Latihan Rhein, nama sungai di Jerman).
Dalam Perang Dunia I Jerman berhasil
menerapkan operasi tersebut dengan
menghancurkan kapal-kapal konvoi
angkatan laut Inggris di mana saja.
Tercatat Scharnhorst dan Gneisenau
dalam permulaan Perang Dunia II itu
berhasil menenggelamkan kapal-kapal
komersial Inggris dengan total seberat
115.622 ton.

Kali ini Laksamana Raeder tak dapat


mengerahkan sejumlah kapal perang
yang dibutuhkannya, antara lain
Sharnhorst dan Gneisenau yang harus
masuk dok. Maka diberangkatkanlah
Bismark dan Prinz Eugen ke Atlantik
Utara di bawah Laksamana Guenther
Luetjens. Berangkat dari Gdynia di Laut
Baltik melalui Laut Timur, selatan
Kattegat dan Skagerrak dan dipantau
oleh kapal jelajah Gotland milik Angkatan
Laut Swedia yang saat itu netral.

Dipantau terus
Berita ini kemudian oleh intel Inggris di
Swedia disampaikan ke Laksamana Sir
Johan Tovey dan pada tanggal 22 Mei
segera saja pangkalan AL Inggris di
Scapa Flow langsung mengirim
armadanya terdiri dari kapal jelajah
tempur HMS Hood dan HMS Prince of
Wales (yang kemudian tenggelam di
perairan Malaysia-Singapura pada awal
Perang Pasifik (Perang Asia Timur Raya)
dengan Jepang, serta 6 kapal perusak
yang dipimpin oleh Laksamana Hollaand
untuk menjaga Selat Denmark di barat-
daya Islandia.

Sebelum Laksamana Tovey memberikan


perintah kepada Laksamana Holland di
Selat Denmark, penjelajah berat Norfolk
sudah lebih dulu mendapat tugas di sana
sendirian di bawah pimpinan Laksamana
Walker. Baru pada tanggal 22 Mei sebuah
penjelajah berat lainnya yang bernama
Suffolk mendapat perintah untuk
bergabung dengan Norfolk.

Ketidakpastian arah dan tujuan Bismarck


dan Prinz Eugen membuat AL Inggris
tetap menjaga daerah-daerah penting
lainnya. Di perairan Islandia, ada dua
buah penjelajah ringan Birmingham dan
Manchester. Begitu pula di Scapa Flow,
tetap disiagakan sejumlah kapal perang.

Malam harinya, Laksamana Tovey juga


turut berlayar dengan kapal tempur King
George V, kapal induk Victorious,
sejumlah penjelajah, dan sejumlah
perusak lainnya. Pada akhirnya armada
Tovey tidak pernah bertempur secara
langsung dengan Bismarck.

Cuaca yang amat buruk pada waktu itu


memberikan perlindungan sekaligus
petaka bagi Bismarck dan Prinz Eugen.
Pesawat intai badan intelijen Jerman
tidak pernah sampai ke Scapa Flow
sehingga pemimpin Bismarck dan Prinz
Eugen, Laksamana Lutjens tidak tahu-
menahu apakah ada kapal yang
menguntitnya. Sebaliknya pesawat intai
Inggris juga gagal menemukan posisi
Bismarck. Jadi kedua pihak sama-sama
mencari musuh mereka dalam keadaan
buta sama sekali, tetapi tetap saja
Inggris diuntungkan karena mereka
memiliki jumlah kapal perang yang jauh
lebih banyak di sekitar laut Atlantik.

Pertempuran di Selat
Denmark
Cuaca tetap buruk pada tanggal 23 Mei,
saat Bismarck memasuki Selat Denmark.
Lutjens tidak tahu kalau di selat ini
Suffolk dan Norfolk sedang berpatroli.
Begitu pula Laksamana Walker tidak tahu
kalau Bismarck sudah sampai ke Selat
Denmark. Di sini kesalahan badan
intelijen Jerman menjadi fatal. Mereka
menganggap Inggris tidak memiliki radar
yang cukup baik untuk mencari musuh di
cuaca buruk, sehingga Lutjens dengan
tenang menyuruh Bismarck dan Prinz
Eugen melewati daerah yang berkabut
tebal. Perlindungan alam ini nyaris tak
berguna karena Suffolk ternyata sudah
memiliki radar yang mumpuni mencari
musuh, tapi Norfolk tidak mempunyai
radar sehingga nyaris mustahil dia bisa
menemukan Bismarck.
Malam harinya tertangkaplah Bismarck
di radar Suffolk. Melihat ini, Laksamana
Walker langsung memerintahkan
kapalnya untuk mundur sembari
mengabari Scapa Flow tentang posisi
Bismarck. Tapi entah kenapa, berita ini
tak pernah sampai. Untung bagi Inggris,
Norfolk yang tak mempunyai radar tetap
mondar-mandir di selat Denmark
sebelum radar Bismarck memergokinya
dan menembakinya. Tembakan ini
mengawali pertempuran yang baru akan
berakhir 3 hari lagi. Melalui serangan
inilah Tovey mendapati posisi armada
Lutjens. Norfolk sendiri memutuskan
mundur dengan bantuan tabir asap dan
tidak menerima kerusakan sedikitpun.
Kapal Suffolk dan Norfolk membayangi
kedua kapal Jerman tersebut sembari
menunggu kedatangan Laksamana
Holland. Melalui radio, Laksamana
Holland memberi tahu Laksamana
Walker tentang rencananya. Rencananya
kira-kira seperti ini: saat Hood dan Prince
of Wales menembaki Bismarck, maka
Suffolk dan Norfolk harus memusatkan
serangannya ke Prinz Eugen. Tapi
perintah ini tidak pernah sampai ke
Admiral Walker.Walker mengira kekuatan
Hood dan Prince of Wales sudah cukup
untuk mengalahkan Bismarck. Dugaan
yang ternyata keliru.
Pagi hari tanggal 24 Mei Hood dan Prince
of Wales bertemu lawannya. Laksamana
Holland kemudian memerintahkan
menembak. Serangan Hood dan Prince of
Wales diperintahkan untuk dipusatkan ke
Bismarck, dengan kata lain Holland tetap
melaksanakan rencana awalnya.
Sedangkan Suffolk dan Norfolk dengan
santai mengawasi pertempuran dari
jauh.

Hood meledak dan tenggelam (asap di bagian


kanan, yang di tengah adalah Prince of Wales
terkena peluru Bismarck)
Kesalahan fatal lain kembali dilakukan
Hood. Bukannya menembaki Bismarck,
yang ditembaki malah Prinz Eugen.
Bismarck dan Prinz Eugen dengan
kompak menembaki kapal yang sama:
Hood. Segera saja Hood dihujani
proyektil peluru 20,3 cm dan 38 cm. Lalu
terjadilah peristiwa yang luar biasa;
sebuah peluru Bismarck tepat mengenai
gudang penyimpanan amunisi milik Hood
yang lalu meledak dengan dashyat dan
melontarkan api sampai 300 meter. Hood
lalu patah menjadi dua dan tenggelam ke
dasar laut. Melihat ini, segera saja Prince
of Wales memutar haluannya dari tempat
Hood tenggelam, kalau-kalau masih ada
yang selamat. Tapi dari total 1419 awak
kapal, hanya 3 awak yang berhasil
diselamatkan. Setelah Hood tenggelam,
giliran Prince of Wales menerima peluru
kombinasi Bismarck dan Prinz Eugen.
Segera saja Prince of Wales menerima
tembakan-tembakan akurat Bismarck
yang berakibat bagian buritannya
berlubang dan kemasukan ratusan ton
air laut. Lalu dikeluarkan perintah untuk
mmemutus pertempuran dan Prince of
Wales mundur di bawah perlindungan
tabir asap.

Prinz Eugen sendiri tidak mendapat


kerusakan sama sekali. Tapi Bismarck
mendapat dua tembakan tepat dari
Prince of Wales yang menyebabkan
kecepatannya berkurang dan
meninggalkan berkas minyak di
sepanjang jalur yang dilaluinya. Berkas
inilah yang nantinya akan mempermudah
pesawat torpedo AL Inggris untuk
mencari Bismarck.

Dikejar dan dihancurkan


Berita tenggelamnya HMS Hood
membuat pihak Inggris sedih sekaligus
marah. Pembalasan pun dilakukan
secara radikal dan agresif. Laksamana
Tovey langsung mengerahkan tak kurang
dari 16 kapal perang hanya untuk
mengejar Bismarck. Semua kapal itu
umumnya sedang melakukan patroli atau
menjaga konvoi dagang. Bahkan
beberapa di antaranya sudah mulai
kehabisan bahan bakar. Namun
Laksamana Tovey tidak memperdulikan
itu. Begitu pula dengan kapal-kapal yang
diperintahkan, mereka tidak peduli
keadaan mereka. Mereka hanya ingin
mencari dan menghabisi Bismarck.
Pengejaran Bismarck tetap menemui
berbagai kendala walau jumlah kapal
yang dikerahkan sangat banyak.
Penjelajah HMS Suffolk dan HMS Norfolk
yang menguntit Bismarck melalui bekas
minyak yang ditinggalkannya pun
dihadang badai dan hujan sehingga
Bismarck tiba-tiba hilang dan baru
ditemukan berjam-jam kemudian (24 Mei
1941). Tanggal 25 Mei Bismarck
menghilang dari radar Suffolk, padahal
pada saat itu para perwira mereka sudah
terlalu letih. Mereka sudah berhari-hari
tak tidur dan senantiasa terus berada di
menara komando memantau Bismarck.
Bismarck baru ditemukan lagi tanggal 26
Mei saat sebuah pesawat intai PBY-5
Catalina memergokinya.

Segera saja pesawat-pesawat jenis


Swordfish dari kapal induk HMS Ark
Royal menyerang namun keliru karena
yang diserangnya ternyata adalah kapal
Inggris HMS Sheffield. Beruntung
serangan tersebut meleset. Serangan
kedua berhasil mengenai sasarannya dan
Bismarck terkena tembakan torpedo
pada peralatan kemudinya dan karena
terendam air sehingga tidak dapat
diperbaiki.

Bismarck yang kemudinya rusak


kemudian dikejar oleh perusak Cossack
dan 4 perusak lainnya di bawah pimpinan
Kapten Vian. Terjadi kontak antara
armada ini tapi karena badai, kontak
tersebut putus. Kontak baru terjadi pada
pukul 08.43 pada tanggal 27 Mei 1941.
Saat itu HMS King George V memergoki
lawan yang sudah berhari-hari dicarinya.
Segera saja Bismarck mendapat salvo
tembakan dari HMS King George V, HMS
Rodney, HMS Norfolk, dan HMS
Dorsetshire. Pertempuran pun terjadi dan
Bismarck yang dikeroyok akhirnya
tenggelam pada pukul 10.40 pagi,
setelah ditorpedo HMS Dorsetshire.

Analisis kesalahan Bismarck


Kemenangan itu begitu berarti bagi
Inggris dan diabadikan dalam sebuah
film pada tahun 1960-an. Para pakar dan
sejarawan berpendapat bahwa terjadi
berbagai kesalahan fatal sejak Bismarck
berangkat dari Gdynia. Seharusnya
Bismarck tidak berlayar melalui selat
Kattegat dan Skaggerrak dan Laut Timur
karena di jalur itu penuh dengan mata-
mata yang mengamatinya. Akan lebih
aman jika melalui Kanal Kaisar Wilhelm.
Hal lain adalah Bismarck mestinya
menambah bahan bakarnya sehingga
bisa melarikan diri dari gempuran peluru
lawan.

Lihat pula

Model kapal Bismarck


Otto von Bismarck
Sink the Bismarck! (film)
Sink the Bismark (lagu)

Catatan kaki
1. ^ Ada pula yang mengklaim 31,1
knot (57,6 km/h; 35,8 mph).[2]

Kutipan
1. ^ a b c Gröner, hlm. 33.
2. ^ Jackson, hlm. 24.
3. ^ BBC, "'Bismarck' Sunk" , diakses 18
Agustus 2006

Referensi
Ballard, Robert D. (1990). Bismarck:
Germany's Greatest Battleship Gives Up
its Secrets. Toronto, ON: Madison
Publishing. ISBN 978-0-7858-2205-9.
Ballard, Robert D. (2008).
Archaeological Oceanography.
Princeton, NJ: Princeton University
Press. ISBN 978-0-691-12940-2.
Boog, Horst; Rahn, Werner; Stumpf,
Reinhard; Wegner, Bernd (2001).
Germany and the Second World War:
Volume 6: The Global War. Oxford,
England: Oxford University Press.
ISBN 978-0-19-822888-2.
Bercuson, David J.; Herwig, Holger H.
(2003). The Destruction of the
Bismarck. New York, NY: The Overlook
Press. ISBN 978-1-58567-397-1.
Campbell, John (1985). Naval Weapons
of World War II. London: Conway
Maritime Press. ISBN 978-0-87021-
459-2.
Campbell, John (1987). "Germany
1906–1922". Dalam Sturton, Ian.
Conway's All the World's Battleships:
1906 to the Present. London: Conway
Maritime Press. hlm. 28–49. ISBN 978-
0-85177-448-0.
Gaack, Malte; Carr, Ward (2011).
Schlachtschiff Bismarck—Das wahre
Gesicht eines Schiffes—Teil 3 (dalam
bahasa German). Norderstedt,
Germany: BoD – Books on Demand
GmbH. ISBN 978-3-8448-0179-8.
Gardiner, Robert; Chesneau, Roger, ed.
(1980). Conway's All the World's
Fighting Ships, 1922–1946 . Annapolis,
Maryland: Naval Institute Press.
ISBN 978-0-87021-913-9.
OCLC 18121784 .
Garzke, William H.; Dulin, Robert O.
(1985). Battleships: Axis and Neutral
Battleships in World War II. Annapolis,
MD: Naval Institute Press. ISBN 978-0-
87021-101-0.
Gröner, Erich (1990). German Warships:
1815–1945. Annapolis, MD: Naval
Institute Press. ISBN 978-0-87021-790-
6.
Grützner, Jens (2010). Kapitän zur See
Ernst Lindemann: Der Bismarck-
Kommandant – Eine Biographie (dalam
bahasa German). Zweibrücken, DE:
VDM Heinz Nickel. ISBN 978-3-86619-
047-4.
Jackson, Robert (2002). The Bismarck.
London: Weapons of War. ISBN 978-1-
86227-173-9.
Kennedy, Ludovic (1991). Pursuit: The
Sinking of the Bismarck. London:
Fontana. ISBN 978-0-00-634014-0.
McGowen, Tom (1999). Sink the
Bismarck: Germany's Super-Battleship
of World War II. Brookfield, CT: Twenty-
First Century Books. ISBN 0-7613-
1510-1.
Miller, Nathan (1997). War at Sea: A
Naval History of World War II. New
York, NY: Oxford University Press.
ISBN 978-0-19-511038-8.
Niemi, Robert (2006). History in the
Media: Film and Television. Santa
Barbara, CA: ABC-CLIO. ISBN 978-1-
57607-952-2.
Polmar, Norman; Cavas, Christopher P.
(2009). Navy's Most Wanted.
Washington, DC: Potomac Books.
ISBN 978-1-59797-226-0.
Roskill, Stephen (1954). The War at Sea
1939-1945 Vol I. London: HMSO.
von Müllenheim-Rechberg, Burkhard
(1980). Battleship Bismarck, A
Survivor's Story. Annapolis, MD: Naval
Institute Press. ISBN 978-0-87021-096-
9.
Williamson, Gordon (2003). German
Battleships 1939–45. Oxford, England:
Osprey Publishing. ISBN 978-1-84176-
498-6.
Die Wehrmachtberichte 1939–1945
Band 1, 1. September 1939 bis 31.
Dezember 1941 (dalam bahasa
German). München: Deutscher
Taschenbuch Verlag GmbH & Co. KG.
1985. ISBN 978-3-423-05944-2.
Zetterling, Niklas; Tamelander, Michael
(2009). Bismarck: The Final Days of
Germany's Greatest Battleship. Drexel
Hill, PA: Casemate. ISBN 978-1-
935149-04-0.

Sumber daring

Broad, William J. (3 December 2002).


"Visiting Bismarck, Explorers Revise Its
Story" . New York Times. Diakses
tanggal 16 June 2011.
Jurens, Bill; Garzke, William H.; Dulin,
Robert O.; Roberts, John; Fiske, Richard
(2002). "A Marine Forensic Analysis of
HMS Hood and DKM Bismarck" .
Diakses tanggal 31 October 2012.
Bacaan lanjutan
Ballard, R. (1990). The Discovery of the
Bismarck. New York, NY. Warner Books
Inc. ISBN 978-0-446-51386-9
Ballard, Robert D. (November 1989).
"The Bismarck Found". National
Geographic. Vol. 176 no. 5. hlm. 622–
637. ISSN 0027-9358 .
OCLC 643483454 .

Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media
mengenai Kapal tempur Jerman
Bismarck.

(Inggris) kBismarck.com
Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Kapal_tempur_Jerman_Bismarck&oldid=148
31639"

Terakhir disunting 2 bulan yang lal…

Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali


dinyatakan lain.

Potrebbero piacerti anche