Sei sulla pagina 1di 12

HUBUNGAN PERSEPSI RASA AMAN, INFORMASI DARI TENAGA

KESEHATAN, DAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMILIHAN


KONTRASEPSI IUD PADA IBU NIFAS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS HIANG
TAHUN 2019

Adela Resa Putri1), Aria Wahyuni2), Resty Noflidaputri3)


Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan, STIKes Ford De Kock Bukittinggi
Jln. Soekarno-Hatta KM 4 Kelurahan Manggis-Ganting, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan
Email :
adelaresaputri@gmail.com, ariawahyuni@gmail.com, restynoflida@fdk.ac.id

Abstract
The IUD is a contraceptive method with very high effectiveness, but the IUD contraceptive
use rate in Indonesia is still very low at 7.5%. The purpose of this study was to determine the
relationship of safety sense perceptions, information from health workers, and husband's support for
IUD contraceptive selection in postpartum mothers in the Hiang Public Health Centre working area
in 2019. This type of research was an analytical survey with research design cross-sectional. This
research was conducted in July 2018 - January 2019. The population in this study were all
postpartum mothers who were in the working area of Hiang Public Health Center, which amounted to
55 people with a sample size of 49 people. The results showed that as many as 32 respondents
(65.3%) did not choose IUD contraception, 26 respondents (53.1%) had insufficient security
perceptions, 27 respondents (55.1%) lacked information from health workers, and 25 respondents
(51.0%) did not get husband's support. There was a relationship between security perception (p =
0.007, OR = 7.150) and husband's support (p = 0.005, OR = 48,000) with IUD contraception
selection. There was no association of information from health workers with the selection of IUD
contraception (p = 0.601). The results showed that there was a significant relationship between
perceived security and husband's support with the selection of IUD contraception in postpartum
mothers. It is expected that postpartum mothers will trace the truth of information about IUD
contraception so that mothers are not easily affected by perceptions and negative myths that develop
in the community.
Keywords : IUD contraception, safety sense perception, information from health workers,
husband's support

Abstrak
IUD merupakan metode kontrasepsi yang keefektivannya sangat tinggi, namun angka
pemakaian kontrasepsi IUD di Indonesia masih sangat rendah yaitu 7,5 %. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui Hubungan Persepsi Rasa Aman, Informasi dari Tenaga Kesehatan, dan Dukungan Suami
dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD Pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Hiang Tahun 2019.
Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Penelitian ini telah
dilaksanakan pada bulan Juli 2018 - Januari 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu
nifas yang berada di wilayah kerja Puskesmas Hiang yang berjumlah 55 orang dengan besaran sampel
sebanyak 49 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 32 responden (65,3%) tidak
memilih kontrasepsi IUD, 26 responden (53,1%) memiliki persepsi rasa aman kurang, 27 responden
(55,1 %) kurang mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan, dan 25 responden (51,0 %) tidak
mendapatkan dukungan suami. Terdapat hubungan persepsi rasa aman (p = 0,007, OR = 7,150) dan
dukungan suami (p = 0,005, OR = 48,000) dengan pemilihan kontrasepsi IUD. Tidak terdapat
hubungan informasi dari tenaga kesehatan dengan pemilihan kontrasepsi IUD (p = 0,601). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi rasa aman dan
dukungan suami dengan pemilihan kontrasepsi IUD pada ibu nifas. Diharapkan pada ibu nifas untuk
menelusuri kebenaran informasi tentang kontrasepsi IUD sehingga ibu tidak mudah terpengaruh
dengan persepsi dan mitos-mitos negatif yang berkembang di tengah masyarakat.
Kata kunci : Kontrasepsi IUD, Persepsi Rasa Aman, Informasi dari Tenaga Kesehatan,
Dukungan Suami
PENDAHULUAN pencapaian akseptor KB IUD paling
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim rendah di Kabupaten Kerinci pada Tahun
(AKDR) atau Intra Uterine Device (IUD) 2018. Pada Bulan Desember Tahun 2017
merupakan pilihan kontrasepsi yang Pencapaian akseptor kontrasepsi IUD di
efektif, aman, nyaman, bagi sebagian wilayah kerja Puskesmas Hiang sebanyak
wanita. Pemakaian IUD terhadap 4,64 %, pada bulan September tahun 2018
penurunan fertilitas mempunyai efektivitas pencapaian akseptor kontrasepsi IUD turun
dan tingkat kembalinya yang tinggi. menjadi 4,4 %. Artinya dalam 9 bulan
(Affandi, 2013). IUD efektif mencegah terakhir terjadi penurunan pencapaian
kehamilan dari 98% hingga mencapai akseptor kontrasepsi IUD di wilayah kerja
hampir 100%. (Everett, 2015). Risiko Puskesmas Hiang yaitu 0,24 %. (BKKBN,
kegagalan IUD khususnya Tcu-380A 2018).
sebanyak 0,6-0,8 kehamilan/100 Fakta diatas mengungkapkan
perempuan bahkan bisa 1:170 perempuan bahwa persentase peserta kontrasepsi
pada pemakaian pertama. (Affandi, 2013). MKJP khususnya IUD masih sangat
Pada sebuah studi menyatakan bahwa rendah. Menurut Saragi (2014) ada 2
angka kehamilan kumulatif pengguna IUD faktor yang mempengaruhi rendahnya
setelah 12 tahun pemakaian adalah 2,2 per prevalensi penggunaan IUD yaitu sosial
100 pengguna. (Everett, 2015). Selain itu, budaya dan persepsi rasa aman. Faktor
pengguna IUD juga tidak akan mengalami lainnya yang berhubungan dengan
efek samping hormonal serta tidak penggunaan IUD dikemukakan oleh
mempengaruhi produksi dan kualitas ASI. Febrianti (2016) yaitu pengetahuan,
(Affandi, 2013). pendidikan dan informasi dari tenaga
IUD merupakan metode kesehatan. Selain itu ada beberapa faktor
kontrasepsi yang keefektivannya sangat yang mempengaruhi seseorang dalam
tinggi, namun jika dilihat dari data Profil memilih kontrasepsi yaitu: Faktor
Kesehatan Indonesia Tahun 2017 justru pasangan; frekuensi senggama, jumlah
angka pemakaian IUD di Indonesia masih keluarga yang diinginkan, pengalaman
sangat rendah yaitu 7,5 %, hal ini dengan kontraseptivum yang lalu, dan
berbanding terbalik dengan penggunaan dukungan suami, Faktor Metode
kontrasepsi hormonal khususnya suntik Kontrasepsi; efektivitas, efek samping
yang angka penggunanya mencapai minor, kerugian, komplikasi-komplikasi
62,77%. yang potensial, biaya, dan Faktor Lainnya;
Provinsi Jambi merupakan salah pihak calon akseptor (keamanan dan
satu provinsi di Indonesia yang jumlah efektivitas) dan pihak medis/petugas KB.
akseptor kontrasepsi IUDnya rendah dan (Proverawati, 2010).
berada dibawah rata-rata akseptor Menurut penelitian sebelumnya
kontrasepsi IUD di Indonesia. Menurut yang dilakukan oleh Saragi, dkk tahun
data profil kesehatan Indonesia tahun 2017 2014 menyatakan bahwa faktor yang
Jumlah akseptor kontrasepsi IUD di mempengaruhi pemilihan IUD pada
Provinsi Jambi hanya berkisar 2,87%. Hal pengguna aktif non IUD adalah persepsi
ini berbanding terbalik dengan jumlah rasa aman, secara statistik didapatkan nilai
akseptor kontrasepsi suntik, jumlah p=0,022. Hal ini dikarenakan perasaan
akseptor kontrasepsi di Provinsi jambi takut dengan cara pemasangan IUD dan
tergolong tinggi yaitu mencapai 63,88%. efek negatif yang ditimbulkan membuat
Menurut data BKKBN tahun 2018, responden memilih untuk tidak
jumlah akseptor kontrasepsi IUD di menggunakan IUD. Selain itu, penelitian
Kabupaten Kerinci pada bulan September yang dilakukan oleh Pinamangun, dkk
tahun 2018 adalah 10,8%. Puskesmas tahun 2015 menyatakan bahwa faktor yang
Hiang merupakan puskesmas yang berhubungan dengan pemilihan
kontrasepsi IUD salah satunya adalah diputuskan sendiri oleh ibu, suaminya
dukungan suami, secara statistik cenderung tidak peduli mengenai jenis
didapatkan nilai p = 0,027. Hal ini kontrasepsi yang dipilih ibu. Terkadang
dikarenakan suami dipandang sebagai ibu juga datang sendiri ke tempat
kepala rumah tangga dan segala sesuatu pelayanan KB karena suami tidak mau
harus dikomunikasikan dengan baik antara meluangkan waktu untuk mengantar ibu ke
suami dan istri, selain itu juga dikarenakan tempat pelayanan KB.
adanya pengetahuan yang cukup bagi
suami sehingga memotivasi istri untuk Tujuan dari penelitian ini adalah
penggunaan alat kontrasepsi IUD. untuk mengetahui Hubungan Persepsi
Penelitian yang dilakukan oleh Febrianti Rasa Aman, Informasi dari Tenaga
tahun 2016 didapatkan bahwa informasi Kesehatan, dan Dukungan Suami dalam
dari tenaga kesehatan tidak mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi IUD Pada Ibu Nifas
penggunaan IUD (p=0,528) hal ini di Wilayah Kerja Puskesmas Hiang Tahun
disebabkan oleh metode yang digunakan 2019.
dalam penyampaian informasi tidak tepat,
sehingga informasi yang diberikan oleh METODE PENELITIAN
tenaga kesehatan kepada ibu tidak tepat Jenis penelitian ini adalah survey
sasaran. analitik dengan desain penelitian cross-
Dari survey awal yang peneliti sectional. Penelitian ini telah dilaksanakan
lakukan terhadap 10 orang ibu nifas pada bulan Juli 2018 - Januari 2019.
diketahui bahwa 5 dari 10 ibu (50%) Populasi dalam penelitian ini adalah semua
menyatakan tidak mau menggunakan IUD ibu nifas yang berada di wilayah kerja
karena khawatir terhadap rasa tidak Puskesmas Hiang yang berjumlah 55
nyaman (sakit) pada saat pemasangan IUD orang dengan besaran sampel sebanyak 49
dan terkait faktor informasi dari orang lain orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan
maupun teman yang menyatakan bahwa secara purposive sampling. Purposive
pernah gagal menggunakan IUD (mal sampling. Data dikumpulkan dengan cara
posisi ataupun keluar sendiri tanpa pengisian angket. Data kemudian diolah
diketahui) dan rasa sakit pada saat secara komputerisasi dan dianalisis secara
melakukan hubungan seksual (Persepsi univariat dan bivariat.
rasa aman), 4 dari 10 ibu (40%)
menyatakan tidak mau menggunakan IUD HASIL DAN PEMBAHASAN
karena ibu tidak mendapatkan informasi 1. Gambaran Umum Responden
secara detail dan jelas tentang kontrasepsi Tabel.1 Karakteristik responden
IUD. Informasi yang diberikan oleh
petugas hanya seputar kontrasepsi yang
diinginkan/diminta oleh klien dan waktu
pelayanan yang diberikan oleh petugas
pada klien hanya sebentar mengingat
banyaknya pasien yang datang ke tempat
pelayan tersebut sehingga responden
enggan/takut untuk bertanya tentang
kontrasepsi lainnya.
3 dari 10 ibu (30%) menyatakan
enggan menggunakan IUD karena tidak Berdasarkan tabel 1 di atas,
diizinkan oleh suami, suaminya melarang diketahui bahwa karakteristik
menggunakan IUD karena khawatir akan responden dalam penelitian ini adalah
menggannggu hubungan seksual. ibu nifas yang berusia sebagian besar
Pemilihan jenis kontrasepsi hanya (81,6 %) 20-35 tahun. Pendidikan
terbanyak adalah SMA sederajat yaitu faktor kesehatan sebagai kontraindikasi
37 responden (75,5 %), dan sebagian absolut atau relatif (status kesehatan,
besar responden (59,2 %) tidak riwayat haid, riwayat keluarga,
bekerja (ibu rumah tangga). pemeriksaan fisik, pemeriksaan
panggul), faktor metode kontrasepsi
2. Analisis Univariat sebagai penerimaan dan pemakaian
Tabel 2. Distribusi Frekuensi berkesinambungan (efektivitas, efek
Pemilihan Kontrasepsi IUD pada samping minor, kerugian, komplikasi-
Ibu Nifas di Wilayah Kerja komplikasi yang potensial, biaya),
Puskesmas Hiang Tahun 2019 Faktor lainnya; pihak calon akseptor
(efektivitas kontrasepsi dan persepsi
rasa aman), pihak medis/tenaga
kesehatan (Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi). (hartanto, 2004).
Dari hasil analisis distribusi Sebanding dengan penelitian
frekuensi responden berdasarkan tabel yang dilakukan oleh Utami, dkk tahun
2 menunjukkan bahwa dari 49 2013 tentang Faktor-faktor yang
responden, sebanyak 32 (65,3%) ibu Berhubungan dengan Unmet Need KB
nifas tidak memilih kontrasepsi IUD di Pasca-Salin IUD Post Plasenta di
wilayah kerja Puskesmas Hiang tahun Kamar Rawat Pasca-bersalin RSUP
2019. DR.M.Djamil Padang, didapatkan
Berdasarkan karakteristik 63,77% ibu pasca salin tidak memilih
pekerjaan dan pendidikan, mayoritas kontrasepsi IUD. Hasil penelitian ini
ibu yang tidak memilih kontrasepsi berbeda dengan penelitian yang
IUD adalah ibu dengan latar belakang dilakukan oleh Konje JC, et al tentang
pendidikan SMA kebawah dan tidak “Factors Determining the Choice of
bekerja (IRT). Tingkat pendidikan dan Contraceptive Methods at The Family
pekerjaan akan mempengaruhi Planning Clinic, University College
seseorang dalam merespon informasi Hospital, Ibadan Nilgeria”, didapatkan
yang diterimanya. Ibu dengan 66,2 % wanita memilih kontrasepsi
pendidikan rendah dan tidak bekerja IUD.
cenderung lebih mudah percaya Menurut asumsi peneliti,
terhadap mitos maupun informasi rendahnya minat ibu nifas untuk
negatif yang berkembang tanpa memilih KB IUD pasca salin
ditelusuri terlebih dahulu dikarenakan kurangnya sosialisasi KB
kebenarannya. Berbeda dengan ibu IUD pasca salin dan masih adanya
yang latar pendidikannya tinggi, ketakutan calon akseptor mengenai
mereka cenderung akan menggali cara pemasangan IUD maupun efek
kebenaran informasi dan mitos-mitos samping yang ditimbulkannya seperti
yang beredar melalui internet, TV atau infeksi, perdarahan, dan nyeri. Selain
bahkan bertanya langsung pada itu, hal yang menyebabkan ibu nifas
petugas kesehatan. tidak memilih IUD adalah ibu tidak
Ada beberapa faktor yang mengetahui tentang KB IUD pasca
mempengaruhi pemilihan kontrasepsi salin. Sebagian besar ibu nifas
IUD diantaranya faktor pasangan menunda untuk menggunakan KB IUD
sebagai motivasi dan rehabilitas (umur, karena anggapan ibu, KB baru
gaya hidup, frekuensi senggama, dipasang setelah masa nifas selesai (±
jumlah keluarga yang diinginkan, 42 hari) dan keluarga juga tidak
pengalaman dengan kontraseptivum mendukung untuk pakai KB terlalu
yang lalu/ pengalaman negatif, sikap), cepat.
Kontrasepsi IUD juga kurang tersebut akan mendorong ibu untuk
familiar di tengah masyarakat sehingga tidak memilih kontrasepsi IUD, pun
ibu cenderung menutup diri dalam sebaliknya apabila persepsi yang
mendapatkan informasi tentang alat diterima ibu positif maka apapun
kontrasepsi IUD. Ibu lebih memilih informasi negatif yang diterima ibu
menggunakan jenis kontrasepsi yang tidak akan menghalangi ibu untuk
sering didengarnya dan tidak ada menggunakan KB IUD. (Imbarwati,
keinginan untuk mencari tahu tentang 2009).
jenis kontrasepsi IUD. Sebanding dengan penelitian
yang dilakukan oleh Saragi, dkk pada
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Persepsi tahun 2014 tentang Faktor-faktor yang
Rasa Aman dalam Pemilihan mempengaruhi rendahnya prevalensi
Kontrasepsi IUD pada Ibu Nifas di penggunaan IUD di Kelurahan Siantan
Wilayah Kerja Puskesmas Hiang Tahun Hulu Pontianak, didapatkan sebagian
2019 besar ibu (73,8%) memiliki persepsi
aman kurang terhadap kontrasepsi
IUD.
Menurut asumsi peneliti
tingginya angka persepsi rasa aman
Dari hasil analisis distribusi kurang terhadap KB IUD ini
frekuensi responden berdasarkan tabel dikarenakan masih banyak ibu nifas
3 menunjukkan bahwa dari 49 yang memiliki pandangan negatif
responden, sebanyak 26 (53,1%) ibu mengenai IUD. Perasaan takut dengan
nifas memiliki persepsi rasa aman cara pemasangan dan efek negatif yang
kurang terhadap kontrasepsi IUD di ditimbulkan dari penggunaan IUD
wilayah kerja Puskesmas Hiang tahun membuat responden merasa tidak aman
2019. terhadap kontrasepsi IUD dan memilih
Salah satu faktor psikologis untuk tidak menggunakan IUD. Selain
yang mempengaruhi seseorang adalah itu, kondisi ini juga dapat dipengaruhi
persepsi. Persepsi merupakan suatu oleh informasi tentang kegagalan dan
proses yang timbul akibat adanya mitos-mitos tentang IUD yang lebih
stimulus (ransangan) yang diterima sering beredar di masyarakat dan tidak
melalui lima indera (penglihatan, sebanding dengan penyuluhan tentang
pendengaran, penghayatan, perasaan KB IUD, hal ini tentu akan
dan penciuman) sehingga seseorang mengakibatkan masyarakat atau calon
dapat menyimpulkan informasi dan akseptor KB baru semakin menjauh
menafsirkan pesan. Persepsi dari pemilihan kontrasepsi IUD.
merupakan penafsiran yang unik Faktor kegagalan seperti yang
terhadap situasi dan bukannya suatu dimiliki oleh peserta KB non IUD yang
pencatatan yang benar terhadap situasi. pernah memakai IUD dapat menjadi
Bila seseorang ingin informasi yang merugikan dan nilai
menggunakan alat kontrasepsi IUD, negatif bagi sebagian orang lain yang
maka ia merespon persepsinya tentang akan mengakibatkan penambahan
produk alat kontrasepsi IUD. Jika jumlah orang yang berpersepsi IUD
stimusus yang diterimanya negatif, tersebut kurang aman.
misalnya kesalah pemahaman pada ibu
tentang KB IUD (pengalaman buruk
teman terhadap efek samping yang
ditimbulkan oleh KB IUD) maka
persepsi negatif yang diterima oleh ibu
Tabel 4. Distribusi Frekuensi kesehatan yang diperoleh ibu tentang
Informasi dari Tenaga Kesehatan kontrasepsi IUD dikarenakan petugas
dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD yang cenderung hanya menjelaskan
pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja tentang jenis kontrasepsi yang
Puskesmas Hiang Tahun 2019 ditanyakan oleh ibu dan ibu tidak
meluangkan waktu khusus untuk
konsultasi tentang kontrasepsi IUD.
Informasi tentang kontrasepsi IUD
hanya ibu tanyakan pada saat
berkunjung untuk melakukan
Dari hasil analisis distribusi pemeriksaan atau berobat, sehingga
frekuensi responden berdasarkan tabel informasi yang diberikan oleh petugas
4 menunjukkan bahwa dari 49 juga terbatas mengingat banyaknya
responden, sebanyak 27 (55,1%) ibu pasien yang antri untuk melakukan
nifas kurang mendapatkan informasi pemeriksaan atau berobat hasilnya
dari tenaga kesehatan tentang informasi yang diberikan oleh tenaga
kontrasepsi IUD di wilayah kerja kesehatan menjadi tidak maksimal.
Puskesmas Hiang tahun 2019.
Informasi adalah keterangan, Tabel 5. Distribusi Frekuensi
gagasan, maupun kenyataan-kenyataan Dukungan Suami dalam Pemilihan
yang perlu diketahui oleh masyarakat. Kontrasepsi IUD pada Ibu Nifas di
Menurut Depkes, informasi adalah Wilayah Kerja Puskesmas Hiang
pesan yang disampaikan oleh tenaga Tahun 2019
kesehatan kepada masyarakat.
Menurut Notoatmodjo (2012)
sumber informasi adalah segala sesuatu
yang menjadi perantara perantara
dalam menyampaikan informasi, Dari hasil analisis distribusi
meransang pikiran dan kemampuan, frekuensi responden berdasarkan tabel
serta menambah pengetahuan. Sumber 5 menunjukkan bahwa dari 49
informasi dapat diperoleh dari media responden, sebanyak 25 (51%) ibu
cetak (surat kabar, majalah, buku), nifas tidak mendapatkan dukungan
media elektronik (TV, radio, internet) suami dalam pemilihan kontrasepsi
dan melalui tenaga kesehatan seperti IUD di wilayah kerja Puskesmas Hiang
pelatihan dan penyuluhan yang tahun 2019.
diadakan oleh, dokter, bidan, perawat Dukungan suami dalam KB
dan tenaga kesehatan lainnya. merupakan bentuk nyata dari
Hasil penelitian ini berbeda kepedulian dan tanggung jawab para
dengan penelitian yang dilakukan oleh pria. Untuk memilih kontrasepsi yang
Febrianti tahun 2016 tentang akan digunakan, seorang wanita (istri)
Faktor-faktor yang Berhubungan tentunya sangat membutuhkan
dengan Penggunaan IUD Postpacenta, pendapat dan dukungan dari suaminya.
didapatkan sebagian besar ibu (61,5%) Dukungan suami biasanya berupa
mendapatkan informasi yang cukup perhatian dan memberikan rasa
tentang kontrasepsi IUD dari tenaga nyaman serta percaya diri dalam
kesehatan dan hanya 38,5% ibu yang mengambil keputusan. Kurangnya
kurang mendapatkan informasi dari dukungan suami yang diberikan akan
tenaga kesehatan. mempengaruhi kepercayaan diri istri
Menurut asumsi peneliti untuk memilih kontrasepsi yang ingin
kurangnya informasi dari tenaga digunakan. (Pinamangun, dkk 2015).
Sebanding dengan penelitian uji statistik chi-square dapat dilihat
yang dilakukan oleh Simon pada tahun bahwa p-value 0.007 (< 0,05), yang
2017 tentang Faktor yang artinya H0 ditolak, maka dapat
Mempengaruhi Rendahnya disimpulkan bahwa terdapat hubungan
Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD di yang bermakna antara persepsi rasa
Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle aman dengan pemilihan kontrasepsi
Kabupaten Pangkep, didapatkan IUD.
sebagian besar ibu (87,9 %) tidak Setelah dilakukan analisis
mendapat dukungan suami dalam lanjut didapatkan nilai OR sebesar
pemilihan kontrasepsi IUD. 7,150 artinya responden yang memilki
Menurut asumsi peneliti persepsi rasa aman kurang berpeluang
kurangnya dukungan yang diberikan 7 kali lebih besar untuk tidak memilih
oleh suami pada istri untuk memilih kontrasepsi IUD dibandingkan dengan
kontrasepsi IUD dikarenakan responden yang memiliki persepsi rasa
kurangnya pengetahuan dan informasi aman baik
suami tentang KB IUD itu sendiri. Faktor rasa aman dapat
Selain itu, suami juga cenderung mempengaruhi pandangan akseptor
mempertahankan persepsinya bahwa terhadap IUD. Adanya kekhawatiran
penggunaan KB IUD akan dalam diri akseptor, perasaan takut
mengganggu hubungan seksual dan dengan cara pemasangan dan efek
menyebabkan terjadinya infeksi pada negatif yang ditimbulkan dari KB IUD
istri karena dimasukkan alat asing dapat menghalangi keinginan akseptor
dalam rahim istri dalam jangka waktu untuk memilih IUD. Kesalahan
yang lama. Persepsi suami akan hal pemahaman yang ada pada akseptor
tersebut mengakibatkan kurangnya KB tentang IUD akan mendorong
minat suami untuk memotivasi istri akseptor untuk memilih metode yang
menggunakan IUD, sehingga dengan kurang efektif (non IUD). (Imbarwati,
adanya lararangan dari suami membuat 2009).
responden tidak berusaha mencari Sebanding dengan penelitian
beragam informasi tentang IUD, dan yang dilakukan oleh Saragi Tahun
kalaupun pernah mendengar tentang 2014 tentang Faktor-faktor yang
nilai positif dari IUD, suami akan mempengaruhi rendahnya prevalensi
cenderung mengabaikan informasi pengguna IUD di kelurahan Siantan
tersebut. hulu Pontianak didapatkan nilai p
value dari uji Chi-Square 0,022. Hasil
3. Analisis Bivariat uji ini menunjukkan bahwa terdapat
Tabel 6. Hubungan Persepsi Rasa pengaruh dari rasa aman terhadap
Aman dengan Pemilihan pemilihan IUD pada ibu pengguna
Kontrasepsi IUD aktif non IUD di kelurahan Siantan
Hulu Pontianak.
Menurut asumsi peneliti ibu
nifas yang mempunyai persepsi rasa
aman kurang memberikan peluang
lebih besar untuk tidak memilih IUD.
Hal ini disebabkan oleh informasi yang
Berdasarkan tabel 6 diketahui diberikan oleh orang lain baik teman
bahwa dari 26 responden yang maupun tetangga yang banyak
memiliki persepsi rasa aman kurang, mengungkapkan cerita tentang
sebanyak 22 responden (84,6%) tidak pengalaman orang lain yang
memilih kontrasepsi IUD. Dari hasil menggunakan IUD namun gagal
maupun sekedar mitos yang mereka akan membuat peserta KB merasa
sendiri tidak tahu keberadaannya. aman dan nyaman. Hal yang juga harus
Informasi yang bersifat negatif tersebut menjadi perhatian dalam memberikan
seringkali dianut sehingga informasi KB terutama KB IUD pada
memunculkan persepsi kurang aman ibu adalah penggunaan media
terhadap pemakaian kontrasepsi IUD. informasi seperti leaflet, flip chart,
Dari persepsi negatif (rasa tidak aman) poster, video, dll. Penggunaan media
maka timbul kecendrungan dalam diri informasi akan membuat ibu lebih
ibu untuk menjauhi, menghindari, atau mudah memahami alat kontrasepsi
menolak menggunakan kontrasepsi yang akan dipilihnya. (Sulityawati,
IUD. 2011).
Sebanding dengan penelitian
Tabel 7. Hubungan Informasi dari yang dilakukan oleh Febrianti Tahun
Tenaga Kesehatan dengan 2016 tentang Faktor-faktor yang
Pemilihan Kontrasepsi IUD berhubungan dengan penggunaan IUD
post-plasenta didapatkan nilai p value
dari uji Chi-Square 0,528. Hasil uji ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan informasi dari tenaga
kesehatan dengan penggunaan IUD
post placenta.
Menurut asumsi peneliti tidak
Berdasarkan tabel 7 diketahui terdapatnya hubungan antara informasi
bahwa dari 27 responden yang kurang dari tenaga kesehatan dengan
mendapatkan informasi dari tenaga pemilihan kontrasepsi IUD disebabkan
kesehatan, sebanyak 19 responden oleh metode yang digunakan dalam
(70,4%) tidak memilih kontrasepsi menyampaikan pesan kurang tepat,
IUD. Sementara itu dari 22 responden sehingga informasi dari tenaga
yang cukup mendapatkan informasi kesehatan kepada ibu tidak tepat
dari tenaga kesehatan, sebanyak 13 sasaran, pemberian informasi
responden (59,1%) tidak memilih seharusnya dimulai sejak ibu
kontrasepsi IUD. Dari hasil uji statistik melakukan kunjungan antenatalcare
chi-square dapat dilihat bahwa p-value sehingga ibu akan memahami dan
0.601 (> 0,05), yang artinya H0 memutuskan alat kontrasepsi yang
diterima, maka dapat disimpulkan akan dipakai setelah melahirkan.
bahwa tidak terdapat hubungan yang Waktu yang tepat dalam memberikan
bermakna antara informasi dari tenaga pemahaman dan menggunakan media
kesehatan dengan pemilihan yang akan meningkatkan pemahaman
kontrasepsi IUD. ibu sangat mempengaruhi ibu dalam
Dalam melaksanakan program memilih dan memutuskan penggunaan
keluarga berencana, perlu dilakukan alat kontrasepsi yang akan
Komunikasi, Informasi dan Edukasi digunakannya.
(KIE). Dengan adanya KIE diharapkan Selain itu, penggunaan IUD
calon peserta KB akan merasa perlu pada ibu nifas juga dipengaruhi oleh
menggunakan alat kontrasepsi. Agar budaya masyarakat setempat yang
dapat menolong para calon peserta KB menganut prinsip keluarga komunal
untuk bisa memilih alat KB yang (extented family). Keluarga komunal
cocok, perlu dilaksanakan KIE. artinya keluarga mempunyai andil
Pemilihan dan pemakaian alat KB yang besar dalam membuat sebuat
yang didahului dengan konseling KB keputusan, hal ini akan mempengaruhi
cara pengambilan keputusan oleh ibu berani untuk tetap memasang alat
untuk memilih kontrasepsi yang akan kontrasepsi tersebut. Dukungan suami
digunakan, sehingga meskipun sangat berpengaruh besar dalam
informasi yang didapatkan dari tenaga pengambilan keputusan menggunakan
kesehatan kurang namun jika suami kontrasepsi IUD. (Pinamangun, 2015).
telah memutuskan maka istrinya akan Sebanding dengan penelitian
manut terhadap keputusan suami untuk yang dilakukan oleh Simon pada tahun
menggunakan IUD. 2017 tentang Faktor yang
mempengaruhi rendahnya penggunaan
Tabel 8. Hubungan Dukungan alat kontrasepsi IUD di wilayah kerja
Suami dengan Pemilihan Puskesmas Mandalle Kabupaten
Kontrasepsi IUD Pangkep didapatkan nilai p value dari
uji Chi-Square 0,005. Hasil uji ini
menunjukkan bahwa terdapat
hubungan dukungan suami dengan
penggunaan IUD
Menurut asumsi peneliti
adanya hubungan yang bermakna
Berdasarkan tabel 8 diketahui antara dukungan suami dengan
bahwa dari 25 responden yang tidak pemilihan IUD dikarenakan suami
mendapatkan dukungan suami, dipandang sebagai kepala rumah
sebanyak 24 responden (96,0%) tidak tangga dan segala sesuatu harus
memilih kontrasepsi IUD. Dari hasil dikomunikasikan dengan baik antara
uji statistik chi-square dapat dilihat suami dan istri, juga dikarenakan
bahwa p-value 0.000 (< 0,05), yang dukungan positif dari suami akan
artinya H0 ditolak, maka dapat membuat ibu lebih percaya diri untuk
disimpulkan bahwa terdapat hubungan menggunakan alat kontrasepsi yang
yang bermakna antara dukungan suami telah disepakati bersama dan akan
dengan pemilihan kontrasepsi IUD. selalu mengikuti penyuluhan dari
Setelah dilakukan analisis kader-kader KIA, sedangkan bagi ibu
lanjut didapatkan nilai OR sebesar yang tidak mendapatkan dukungan
48,000 artinya responden yang tidak suami maka kemungkinan besar si ibu
mendapat dukungan suami berpeluang tidak akan berminat menggunakan dan
48 kali lebih besar untuk tidak memilih menolak informasi tentang kontrasepsi
kontrasepsi IUD dibandingkan dengan IUD.
responden yang mendapat dukungan
suami. SIMPULAN
Suami adalah seorang yang 1. Sebagian besar ibu nifas di wilayah
pertama dan utama dalam memberi kerja Puskesmas Hiang tahun 2019,
dorongan dan perhatian kepada istri yaitu sebanyak 32 orang (65,3%) tidak
sebelum pihak lain dalam pemilihan memilih kontrasepsi IUD.
jenis KB yang akan digunakan. Dalam 2. Sebagian besar ibu nifas di wilayah
melaksanakan Keluarga Berencana, kerja Puskesmas Hiang tahun 2019,
dukungan suami sangat diperlukan. yaitu sebanyak 26 orang (53,1 %)
Seperti diketahui bahwa di Indonesia memiliki persepsi rasa aman kurang
keputusan suami dalam mengizinkan terhadap kontrasepsi IUD.
istri adalah pedoman penting bagi istri 3. Sebagian besar ibu nifas di wilayah
untuk menggunakan alat kontrasepsi. kerja Puskesmas Hiang tahun 2019,
Bila suami tidak mengizinkan atau yaitu sebanyak 27 orang (55,1 %)
mendukung, hanya sedikit istri yang kurang mendapatkan informasi dari
tenaga kesehatan tentang kontrasepsi Azizah, Noor. 2018. Sumber Informasi
IUD. dan Pengetahuan Tentang KB
4. Sebagian besar ibu nifas di wilayah Pasca Persalinan pada Ibu Hamil
kerja Puskesmas Hiang tahun 2019, Trimester III.
yaitu sebanyak 25 orang (51,0 %) tidak
mendapatkan dukungan suami dalam Febrianti, Rini, 2016. Faktor-faktor yang
pemilihan kontrasepsi IUD. Berhubungan dengan Penggunaan
5. Terdapat hubungan yang bermakna IUD Post Plasenta.
antara persepsi rasa aman dengan
BKKBN. 2018. Laporan Bulanan
pemilihan kontrasepsi IUD pada ibu
Pengendalian Lapangan Tingkat
nifas di wilayah kerja Puskesmas
kabupaten/Kota: Sistem Informasi
Hiang tahun 2019 dengan nilai p =
Kependudukan Keluarga.
0,007 < 0,05 dengan nilai OR 7,150.
Kabupaten Kerinci: BKKBN.
6. Tidak ada hubungan yang bermakna
antara informasi dari tenaga kesehatan Dahlan, M.Sopiyudin. 2013. Besar Sampel
dengan pemilihan kontrasepsi IUD dan Cara Pengambilan Sampel
pada ibu nifas di wilayah kerja dalam Penelitian Kedokteran dan
Puskesmas Hiang tahun 2019 dengan Kesehatan, edisi 3. Jakarta:
nilai p = 0,601 > 0,05. Salemba Medika.
7. Terdapat hubungan yang bermakna
antara dukungan suami dengan . 2014. Statistik
pemilihan kontrasepsi IUD pada ibu untuk Kedokteran dan Kesehatan:
nifas di wilayah kerja Puskesmas Deskriptif, Bivariat, dan
Hiang tahun 2019 dengan nilai p = Multivariat, Dilengkapi dengan
0,005 < 0,05 dengan nilai OR 48,000. Aplikasi menggunakan SPSS, Edisi
6 . Jakarta: Salemba Medika.
Diharapkan pada ibu nifas untuk
menelusuri kebenaran informasi tentang Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. 2016.
kontrasepsi IUD sehingga ibu tidak mudah Profil Kesehatan Jambi 2015.
terpengaruh dengan persepsi dan mitos- Jambi: Dinas Kesehatan Provinsi
mitos negatif yang berkembang di tengah Jambi.
masyarakat dan diharapkan kepada suami Everett, Suzanne. 2007. Buku Saku
untuk ikut serta memotivasi ibu untuk Kontrasepsi dan Kesehatan
menggunakan kontrasepsi IUD. Seksual Reproduktif Edisi 2.
Jakarta EGC.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih Febrianti, Rini, 2016. Faktor-faktor yang
kepada semua pihak yang telah membantu Berhubungan dengan Penggunaan
dalam penelitian ini. IUD Post Plasenta.
DAFTAR PUSTAKA Harsanti, Titik dan Risky, 2016 .
Affandi, Biran, dkk. 2013. Buku Panduan Pengaruh Faktor Pasangan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Terhadap Penggunaan Metode
Jakarta: Bina Pustaka sarwono Kontrasepsi IUD di Indonesia
Prawirohardjo. (Analisis Data SDKI Tahun 2012).
Asker, Claire, et.al. 2017. Intrauterine Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga
Devices that Woman Find Berencana dan Kontrasepsi
Unaccptable and Factors that Cetakan Kelima. Jakarta: Pustaka
Make Woman non-user. Sinar Harapan.
Hidayat, A.Aziz Alinul. 2007. Metode Pinamangun, Wasti, dkk. 2018. Hubungan
Penelitian Kebidanan dan Teknik Dukungan Suami dengan
Analisis Data. Jakarta: Salemba Pemilihan Jenis Kontrasepsi
Medika. Intrauterine Device pada Wanita
Usia Subur di Puskesmas Makalehi
Imbarwati, 2009. Beberapa Faktor yang Kecamatan Siau Barat.
Berkaitan dengan Penggunaan KB
IUD pada Peserta KB non IUD di Proverawati, Atikah, dkk. 2010. Panduan
Kecamatan Pedurungan Kota Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta:
Semarang. Nuha Medika.

Katheit, Geeta, et al, 2013 . Evaluation of Puskesmas Hiang. 2018. Laporan Bulanan
Post Placental Intrauterine Device Cakupan Pelayanan Keluarga
(PPIUCD) in Terms of Awareness, Berencana. Kerinci: Puskesmas
Acceptance, and Expulsion in a Hiang.
Tertiary Care Centre.
. 2018. Laporan
Kemenkes RI. 2018. Data dan Informasi Bulanan Cakupan Pelayanan
Profil Kesehatan Indonesia 2017. Persalinan dan Nifas. Kerinci:
Jakarta: Kemenkes RI. Puskesmas Hiang.

Konje JC, et al. Factors Determining the Ruwayda, 2013 . Faktor-faktor yang
Choice of Contraceptive Methods Berhubungan dengan KB Pasca-
at The Family Planning Clinic, Salin pada Ibu Nifas di Wilayah
University College Hospital, Kerja Puskesmas Pakuan Baru
Ibadan Nilgeria. Kota Jambi Tahun 2013.

LPPM FDK, 2017. Panduan Penelitian Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2013. Buku
dan Penulisan Tugas Akhir/Skripsi. Panduan Praktis Pelayanan
Bukittinggi: STIKes Fort De Kock. Kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka.
Lusiana, Novita, dkk. 2012. Buku Ajar
Metodologi Penelitian Kebidanan. , dkk. 2014. Buku
Yogyakarta: Budi Utama Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Edisi 4. Jakarta:
Masruroh, Nur, 2017. Analisis Faktor Yayasan Bina Pustaka.
yang Mempengaruhi Pemilihan
Metode Kontrasepsi Jangka Sarangi, Paulina. dkk 2014. Faktor-faktor
Panjang pada Ibu Nifas di BPM yang Mempengaruhi Rendahnya
Bashori Surabaya. Prevalensi Pengguna Intrauterine
Device (IUD) pada Pengguna Aktif
Nurmawati. 2010. Mutu Pelayanan Non IUD di Kelurahan Siantan
Kebidanan. Jakarta: Trans Info Hulu Pontianak.
Media.
SDKI, 2012. Survey Demografi dan
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta:
Penelitian Kesehatan. Jakarta: SDKI.
Rineka Cipta.
Setiadi, N.J. 2003. Perilaku Konsumen dan
. 2012. Metodologi Implikasi Untuk Strategi dan
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penelitian Pemasaran. Jakarta:
Rineka Cipta. Prenada Media.
Simon, Merlis. 2017. Faktor yang
Mempengaruhi Rendahnya
Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD
di Wilayah Kerja Puskesmas
Mandalle Kabupaten Pangkep.
Sugiono. 2009. Statiska untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Swarjana, Ketut. 2015. Metodologi
Penelitian Kesehatan (Edisi
Revisi). Yogyakarta: ANDI.
Tamara, Yopyana. 2017. Hubungan
Dukungan Suami Dalam Pemilihan
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) pada Pasangan Usia
Subur (PUS) di Wilayah Kerja
Puskesmas Indralaya Tahun 2017.
Trivedi, Anshuli, et al, 2014. Immediate
Postpartum IUD: Analysis of
Factors making it Contraceptive of
Choice.

Utami, Sari Handayani, 2013 . Faktor-


faktor yang Berhubungan dengan
Unmet Need KB Pasca-Salin IUD
Post Plasenta di Kamar Rawat
Inap Pasca-bersalin RSUP
DR.M.Djamil Periode Januari-
Maret 2013.
Witjaksono, J. 2012. Rencana Aksi
Keluarga Berencana dan
Kesehatan reproduksi Tahun 2012-
2014. Jakarta: BKKBN.

Potrebbero piacerti anche