Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
156-163
ABSTRAK
Makna prinsip kehati-hatian dalam perlindungan dan pengelolaan
156
VOL. 24 NO. 2
DESEMBER 2017
lingkungan hidup di bidang RTRW di Provinsi Maluku dalam penulisan ini disebut UUPPLH-2009. Pasal 2f UUPPLH-
terwujud dalam Perda No. 16 Tahun 2013 tentang 2009 menyatakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
RTRW yang mengatur hajat hidup orang Maluku di hidup dilaksanakan berdasarkan asas kehati-hatian. Penjelasan
bidang rencana tata ruang wilayah. Perda ini bertujuan Pasal 2f UUPPLH-2009 menyatakan yang dimaksud dengan
untuk menciptakan tata ruang yang mampu melahirkan asas kehati-hatian adalah bahwa:
kesejahteraan masyarakat di bidang tata ruang wilayah,
“Ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan/
sehingga nantinya akan meminimalisir terjadinya
atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu
konflik atau sengketa yang terjadi di bidang penataan
pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan
ruang di Provinsi Maluku. Menurut Teori Negara
untuk menunda langkah-langkah meminimalisasi atau
Kesejahteraan pemerintah daerah Provinsi harus
menghindari ancaman tehadap pencemaran dan/atau
mengambil peran dalam pembentukan Perda RTRW
tersebut. Dalam Perda RTRW Provinsi Maluku tidak kerusakan lingkungan hidup”.
mencantumkan pengaturan prinsip kehati-hatian karena: UUPPLH-2009 merupakan payung bagi setiap peraturan
a. Aspek Filosofis; Perda RTRW No. 16 Tahun 2013 perundang-undangan di bidang pengelolaan sumber daya
tidak menjiwai atau mencerminkan Pasal 2f UUPPLH- alam, lingkungan hidup dan penataan ruang. Jadi setiap
2009 dan Pasal 55-59 UUPR sebagai Undang-Undang peraturan perundang-undangan yang mengatur pengelolaan
yang lebih tinggi dalam Penataan Ruang di Indonesia. SDA, Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang harus
b. Aspek Yuridis; Adanya insinkronisasi peraturan berdasarkan UUPPLH-2009 sebagai acuan dasar pemben-
perundang-undangan khususnya Perda RTRW Provinsi tukan peraturan perundang-undangan tersebut.
Maluku No. 16 Tahun 2013-2033 dengan UUPPLH- Konsep penataan ruang dengan kaidah pembangunan
2009 dimana dalam Perda RTRW tersebut tidak ada berkelanjutan, dimaksudkan bahwa pola penyediaan ruang
pengaturan prinsip kehati-hatian, padahal dalam harus menjamin pembangunan berkelanjutan, yakni harus
UUPPLH-2009 itu sendiri telah mengatur secara jelas
menjamin ketersediaan lapangan kerja yang memadai guna
dan pasti pengaturan prinsip kehati-hatian Pasal 2f dan
dapat menyerap tenaga kerja yang makin lama makin
Pasal 44. c. Aspek Politik; Adanya ketidakjelasan orien-
menumpuk di wilayah perkotaan, menjamin kelestarian dan
tasi visi politik bagi pembentuk Perda RTRW No. 16
Tahun 2013, disatu sisi Perda RTRW Provinsi Maluku keseimbangan lingkungan, pemerataan akses, harus ada
berbasis kebelanjutan lingkungan hidup namun belum keterlibatan secara aktif dari berbagai pelaku pembangunan,
ada pengaturan prinsip kehati-hatian. khususnya masyarakat luas, dan hendaknya perencanaan
Keywords: Makna, Prinsip Kehati-Hatian, Perda RTRW, tata ruang dan pembangunan yang hemat energy, tidak
Kebelanjutan Lingkungan Hidup memboroskan sumber daya yang dimiliki, baik yang
terbarukan maupun tidak terbarukan (Arba, 2013:231). Perda
I. PENDAHULUAN No. 16 Tahun 2013 tentang RTRW Provinsi Maluku maka
Membahas tentang makna pinsip kehati-hatian dalam Perda No. 16 Tahun 2013 tentang RTRW Provinsi Maluku
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di bidang adalah merupakan Perda yang mengatur hajat hidup orang
RTRW adalah membahas tentang makna prinsip kehati-hatian banyak di bidang tata ruang wilayah di Provinsi Maluku
dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang bertujuan untuk mengatur tata ruang wilayah provinsi
di bidang RTRW di Indonesia. Prinsip kehati-hatian atau Maluku demi terciptanya kesejahteraan dan kehidupan yang
pencegahan dini dalam produk hukum nasional Indonesia layak di bidang penataan ruang, di seluruh pemangku
telah diatur secara tegas di dalam Pasal 2f dan penjelasannya kepetingan di daerah ini.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Di dalam Perda No. 16 Tahun 2013 tentang RTRW
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lembaran Negara Provinsi Maluku belum adanya pengaturan mengenai prinsip
Republik Indonesia Tahun 2009 No. 140 Tambahan Lembaran kehati-hatian pencegahan dini, dan/atau pencegahan
Negara Republik Indonesia No. 5059, yang selanjutnya antisipatif (Precautionary principle) khususnya pada Pasal 4
157
yang mengatur tentang Azas, Tujuan. Tidak adanya Wilayah yang berkelanjutan Provinsi Maluku. Dalam
pengaturan prinsipkehati-hatian pencegahan dini, dan/atau penelitian ini juga akan menggali, mengumpulkan,
pencegahan antisipatif (Precautionary principle), dalam memaparkan dan menganalisis fakta hukum yang terdapat
pengaturan Perda No. 16 Tahun 2013 maka Perda No. 16 dalam pasal-pasal UUPPLH-2009 dan Undang-Undang No.
Tahun 2013 tidak sinkron (insinkronisasi) dengan Pasal 2f 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Lembaran Negara
dan penjelasannya dan Pasal 44 UUPPLH-2009 yang telah Republik Indonesia Tahun 2007 No. 68, Tambahan Lembaran
menganut secara tegas prinsip kehati-hatian dalam Negara Republik Indonesia No. 4725, selanjutnya disebut
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indo- UUPR-2007 peraturan perundangan yang ada di bawahnya
nesia. dengan Prinsip Kehati-hatian Dalam Perda RTRW berbasis
Tidak adanya pengaturan prinsip kehati-hatian pence- keberlanjutan lingkungan hidup di Provinsi Maluku.
gahan dini, dan/atau pencegahan antisipatif (Precautionary
principle) dalam Perda No. 16 Tahun 2013 tentang RTRW B. Pendekatan Penelitian
Provinsi Maluku maka Perda No. 16 Tahun 2013 tentang Di dalam penelitian ini menggunakan beberapa
RTRW Provinsi Maluku tidak sinkron (insinkronisasi) dengan pendekatan. Dengan pendekatan yang dimaksud, peneliti
Pasal 2f dan penjelasannya serta Pasal 44 UUPPLH-2009. dapat memperoleh informasi berbagai aspek mengenai is-
Bertolak dari uraian di atas, maka isu hukum (legal issue) sue yang diteliti untuk mendapat jawabanya. Pendekatan-
dalam penelitian ini adalah “belum adanya prinsip kehati- pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah
hatian, dan pencegahan antisipatif (Precautionary principle) pendekaan filosofis (philosophical approach), pendekatan
yang telah diatur lebih dahulu dalam UUPPLH-2009. Adanya perundang-undangan (statute approach), dan pendekatan
peraturan perundang-undangan yang lebih rendah yang tidak konseptual (conseptual approach), (Peter Mahmud Marzuki,
sinkron dengan peraturan yang lebih tinggi. Dalam hal ini 2008: 5).
Perda No. 16 Tahun 2013 tentang RTRW Provinsi Maluku Pendekatan filosofis, pendekatan perundang-undangan,
tidak sinkron (insinkronisasi) dengan Pasal 2f dan dan Pendekatan konseptual mengkaji semua aturan hukum,
penjelasannya dan Pasal 44UUPPLH-2009. konsep atau doktrin hukum, dan asas hukum yang terkait
dengan makna prinsip kahati-hatian dalam Perda RTRW
II. RUMUSAN MASALAH berbasis keberlanjutan lingkungan hidup di Provinsi Maluku
Selanjutnya, isu hukum (legal issue) tersebut dirinci untuk kemudian direfleksi dan diberi argumentasi teoritik
dalam dua (2) sub masalah yaitu: guna menjawab pertanyaan penelitian.
1. Apa makna prinsip kehati-hatian dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup di bidang RTRW di C. Bahan Hukum
Provinsi Maluku?
Penelitian ini menggunakan bahan hukum primer dan
2. Mengapa dalam Perda No. 16 Tahun 2013 tentang
sekunder. Bahan hukum primer penelitian ini adalah
RTRW Provinsi Maluku tidak mencantumkan pengaturan
perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan dan
prinsip kehati-hatian?
pengelolaan lingkungan hidup serta penataan ruang yang
berlaku di Indonesia, dan peraturan kebijakan yang terkait
III. METODE PENELITIAN
dengan masalah penelitian ini. Adapun bahan hukum primer
A. Jenis Penelitian dalam penelitian ini yaitu:
Penelitian ini adalah jenis penelitian hukum normatif yaitu 1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindu-
penelitian hukum yang obyek kajiannya meliputi ketentuan- ngan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Lembaran
ketentuan perundang-undangan dan bahan-bahan hukum Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No. 140
yang bersifat dokumenter, dengan pokok kajian masalah Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.
makna prinsip kehati-hatian dalam Perda Rencana Tata Ruang 5059);
158
VOL. 24 NO. 2
DESEMBER 2017
2. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang dalam bentuk teori, ide, konsep, argumentasi maupun
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. ketentuan-ketentuan hukum terkait; keempat, menganalisis
68 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. yaitu menganalisis bahan hukum yang telah diklasifikasi,
4725); yaitu peraturan perundang-undangan terkait dengan Makana
3. Peraturan Daerah Provinsi Maluku No. 16 Tahun 2013 prinsip kehati-hatian dalam Perda RTRW Berbasis
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku Keberlanjutan Lingkungan Hidup di Provinsi Maluku.
Tahun 2013-2033, (Lembaran Daerah Provinsi Maluku
No. 16 tahun 2013); E. Analisis Bahan Hukum
4. Risalah Rapat kerja Badan Legislasi DRPD Provinsi Maluku Seluruh bahan hukum yang diperoleh melalui
Bersama Eksekutif Dalam Rangka Pembahasan Ranperda dokumentasi, dipelajari dan dianalisis secara mendalam
Usulan Pemerintah Daerah tentang RTRW Provinsi sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang utuh dan
Maluku. mendalam.Teknik yang digunakan untuk menganalisis bahan
Bahan hukum sekunder yaitu; buku, dokumen resmi, hukum, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
hasil-hasil penelitian, jurnal ilmiah yang memiliki keterkaitan sekunder yang telah terkumpul dari studi dokumen serta
terhadap permasalahan ini, seperti: bahan pustaka diidentifikasi lalu dikelompokkan, ditelaah
1. Berbagai data kepustakaan, yang berkaitan dengan prinsip serta diuraikan menurut hirarkhirnya.
kehati-hatian dalam Perda RTRW berbasis keberlanjutan
lingkungan hidup di Provinsi Maluku; IV. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
2. Berbagai tesis, disertasi, hasil penelitian, karya ilmiah, Dalam penulisan ini, penulis menggunakan dua Teori
jurnal, makalah dan artikel mengenai perlindungan dan sebagai pisau analisis untuk menjawab permasalahan yang
pengelolaan lingkungan hidup; ada, yaitu: Teori Negara Kesejahteraan sabagai Grand Theory,
3. Berbagai hasil seminar. dan Teori Kostitusi Hijau (The Green Contitution) Applied
Theory. Teori Negara Kesejahteraan digunakan untuk
D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum menganalisis rumusan masalah pertama, sedangkan Teori
Prosedur penelusuran bahan hukum dilakukan melalui Kostitusi Hijau digunakan untuk menganalisis rumusan
tahapan: pertama, melakukan penelusuran bahan hukum masalah yang kedua.
primer yang berupa produk hukum peraturan perundang- A. Analisis Makna prinsip kehati-hatian dalam perlindungan
undangan di bidang Rencana Tata Ruang Wilayah dan dan pengelolaan lingkungan hidup di bidang RTRW di
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup termaksud Provinsi Maluku
sumber daya alam, yang terkait dengan isu hukum yang Dalam pandangan Teori Negara Kesejahteraan bahwa
diteliti, bahan hukum sekunder; kedua, sistematisasi Negara atau Pemerintah, pemerintah Provinsi Kabupaten/
peraturan perundang-undangan. Sistematisasi peraturan Kota, dianggap tidak dapat melepaskan tanggungjawabnya
perundang-undangan ini dilakukan untuk menggali sekaligus dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bahwa
melakukan inventarisasi peraturan terkait dengan Prinsip negara atau pemerintah pada level apapun perlu turut
kehati-hatian dalam Peraturan daerah Rencana Tata Ruang campur dalam pengaturan pengelolaan sumberdaya alam
Wilayah Berbasis Keberlanjutan Lingkungan di Provinsi dan lingkungan hidup termasuk penataan ruang (rencana
Maluku; ketiga, melakukan klasifikasi peraturan perundang- tata ruang wilayah) dengan tujuan agar sumber-sumber
undangan terkait dengan Prinsip kehati-hatian dalam Perda kemakmuran rakyat tidak dikuasai oleh segelintir orang saja.
RTRW Provinsi Maluku. Klasifikasi ini dilakukan atas dasar Dalam teori negara kesejahteraan, bahwa tugas negara atau
pendekatan hirarkhis yang bertujuan untuk memudahkan pemerintah atau pemerintah Provinsi Kabupaten/Kota, dalam
proses menganalisis. Bahan hukum yang sudah diperoleh penyelenggaraan kepentingan umum menjadi sangat luas,
kemudian dicatat, diedit, dipelajari dan diambil intisarinya kemungkinan melanggar kepentingan rakyat oleh perangkat
159
negara atau Pemerintah, pemerintah Provinsi Kabupaten/Kota, Maluku Tidak mencantumkan pengaturan prinsip kehati-
juga menjadi sangat luas. Dalam melaksanakan tugas hatian
tersebut, maka administrasi negara memerlukan Untuk menganalisis permasalahan kedua dalam penulisan
kemerdekaan, yaitu kemerdekaan untuk dapat bertindak atas ini, penulis menggunakan teori konstitusi hijau sebagai pisau
inisiatif sendiri terutama dalam menyelesaikan soal-soal analisis. Konstitusi hijau atau (green constitution) dalam
genting yang timbul dimana regulasi belum ada. Karena dinamika ketatanegaraan Indonesia baik dalam tataran praktis
demikian luasnya fungsi pemerintah dalam konteks negara maupun akademis, tidak dapat dibantah merupakan suatu
hukum modern atau negara kesejahteraan ini, maka tentu fenomena baru bagi yang belum mengetahuinya. Gagasan
saja semakin luas peran hukum administrasi di dalamnya. yang secara substansial mengarah pada muatan konstitusi
Hubunganya dengan Makna prinsip kehati-hatian dalam hijau antara lain yang dikemukakan oleh Heinlard Stieger
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di bidang (1980;4). Dalam tulisannya, dikemukakan gagasan perlunya
RTRW di Provinsi Maluku, menurut Teori Negara jaminan perlindungan hak-hak lingkungan hidup kedalam
Kesejahteraan yaitu; bahwa Perda No. 16 Tahun 2013 tentang konstitusi, khususnya hak-hak lingkungan individual
RTRW adalah merupakan Perda yang mengatur hajat hidup (individual’s environment). Stieger menyatakan:
orang Maluku di bidang rencana tata ruang wilayah yang “The subjective rights are devided in two groups according
bertujuan untuk menciptakan tata ruang yang mampu to their their legal guarantee: the fundamental rights at the
melahirkan kesejahteraan masyarakat di bidang tata ruang constitutional level and the ordinary legislation. Fundamen-
wilayah, sehingga nantinya akan meminimalisir tal rights are of essential importance for the constitutional
(mengurangi) konflik atau sengketa yang terjadi di bidang and legal order. Ordinary subjective rights below the constitu-
penataan ruang di Provinsi Maluku. Dalam mewujudkan tional level enjoy less legal proktection than constitutional
hal tersebut menurut Teori Negara Kesejahteraan pemerintah subjeltive rights” (Heinhard Steiger, 1980: 3).
daerah Provinsi harus mengambil peran dalam pembentukan Sebenarnya hak-hak lingkungan yang dapat menjadi
Perda RTRW tersebut. muatan konstitusi tidak hanya terbatas pada hak-hak
Menurut teori negara hukum kesejahteraan, salah satu subyektif, tetapi juga hak-hak lain seperti hak-hak prosedural
tugas negara atau pemerintah dan pemerintah daerah adalah dan hak-hak lingkungan yang didasarkan pada nilai intriksik
sebagai penyelenggara kepentingan umum. Kepentingan alam itu sendiri. Dengan jaminan konstitusional hususnya
umum ini menjadi sangat luas, kemungkinan melanggar Pasal 28H ayat (1) dan Pasal 33 ayat (4) dan pada tataran
kepentingan rakyat oleh perangkat negara atau daerah juga operasional sebagai peraturan pelaksanaan Pemerintah
menjadi sangat luas. Dalam melaksanakan tugas tersebut, bersama DPRI telah membentuk UUPPLH-2009 yang di
maka administrasi negara memerlukan kemerdekaan, yaitu dalamnya mengatur mengenai asas kehati-hatian atau prinsip
kemerdekaan untuk dapat bertindak atas inisiatif sendiri kehati-hatian. Yang menjadi persoalan mengapa dalam
terutama dalam menyelesaikan soal-soal genting yang timbul pembetukan Perda No. 16 Tahun 2013 tentang RTRW
dimana regulasi belum ada. Karena demikian luasnya fungsi Provinsi Maluku belum mengatur asas/prinsip kehati-hatian
pemerintah dan pemerintah daerah dalam konteks negara tersebut. Dalam pembentukan Peratran perundang-
hukum modern atau negara hukum kesejahteraan ini, maka undangan tentu saja ada beberapa aspek yang muncul di
tentu saja semakin luas peran hukum administrasi di dalam diantara;
dalamnya, masuk juga di dalamnya urusan pembentukan 1. Aspek Filosofis
Perda RTRW Provinsi Maluku yang bertujuan untuk Menurut Bagirmanan, setiap peraturan perundangan baik
mesenjahterakan masyarakat Maluku di bidang penataan dalam proses pembentukannya materi muatan maupun
wilayah khususnya pesisir dan pulau-pulau kecil. dalam pelaksanaannya, harus mencerminkan nilai cita
hukum bersama. Cita hukum ini tumbuh dari sistem nilai
B. Analisis Perda No. 16 Tahun 2013 tentang RTRW Provinsi masyarakat mengenai baik atau buruk dan pandangan hidup
160
VOL. 24 NO. 2
DESEMBER 2017
161
penjelasannya. kehati-hatian atau pencegahan dini yang sebelumnya sudah
Formulasi pengaturan merupakan suatu perencanaan atau diatur dalam UUPPLH.
program dari pembentuk undang-undang, mengenai apa Untuk menemukan jawaban mengapa dalam Perda No.
yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan tertentu 16 Tahun 2013 tentang RTRW Provinsi Maluku tidak prinsip
tersebut sesuai dengan yang telah direncanakan. Dalam kehati-hatian atau pencegahan dini maka penulis melakukan
konteks negara kesejahteraan, formulasi pengaturan penelusuran Risalah Rapat Kerja Badan Legislasi DRPD
pengawasan dan evaluasi sebagai bagian dari instrument Provinsi Maluku bersama Eksekutif terkait/mitra dalam
prinsip kehati-hatian, pencegahan dini, dan/atau tindakan pembentukan Perda No. 16 Tahun 2013 tentang RTRW
antisipatif (precautionary principle) dalam Perda No. 16 Provinsi Maluku. Di dalam Risalah Rapat Kerja Badan Legislasi
Tahun 2013 tentang RTRW Provinsi Maluku, dimaksudkan DPRD Provinsi Maluku bersama Eksekutif terkait/mitra
sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam upaya menjamin pembentukan Perda No. 16 Tahun 2013 tentang RTRW
keberlansungan lingkungan hidup termasuk penataan ruang Provinsi Maluku pada sidang hari pertama Selasa tanggal 8
yang berkelanjutan di Provinsi Maluku, agar lingkungan hidup Januari 2013 Jam 10.00 WIT yang dihadiri oleh 9 orang
tetap terjaga dan bisa dinikmati dari generasi masa kini Badan Legislasi yang terdiri dari 1 orang ketua dan 8 orang
kepada generasi masa depan. Menurut Jimly Asshiddiqie, anggota bersama dengan Eksekutif terkait/mitra. Selanjutnya
negara kesejahteraan menuntut peran negara (pemerintah di dalam Risalah Rapat internal Badan Legislasi DPRD Provinsi
dan pemerintah daerah) untuk memperluas tanggung- Maluku mengenai pendapat mini Fraksi-Fraksi terhadap
jawabnya kepada masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi pembentukan Perda RTRW Provinsi Maluku pada hari ketiga
oleh masyatakat, (Jimly Asshiddiqie, 1994; 223). termaksud yaitu hari Jumat tanggal 11 Januari 2013 dari 15 anggota
bagaimana pemerintah daerah Provinsi Maluku bersama Badan Legislasi hanya dihadiri oleh 11 orang Badan Legislasi
DPRD Provinsi Maluku bisa membentuk Perda yang dengan yang terdiri dari 1 orang ketua dan 10 orang anggota. Bila
Perda tersebut bisa melahirkan kesejahteraan rakayat. dicermati dari Risalah Rapat pembentukan Perda RTRW
Provinsi Maluku dari hari pertama sidang, kedua dan ketiga
3. Aspek Politis sidang internal pengambilan kesimpulan, maka tidak ada
Setiap pembentukan Perundang-Undangan diikuti agenda Risalah Rapat yang pembahasannya mengenai:
dengan berbagai kepentingan. Demikian juga dengan prinsip kehati-hatian, pencegahan dini, dan/atau (precau-
pembentukan Perda No. 16 Tahun 2013 tentang RTRW tionary principle)
Provinsi Maluku. Dominasi pemerintah dalam proses
pembentukan Perda No. 16 Tahun 2013 tentang RTRW V. KESIMPULAN DAN SARAN
Provinsi Maluku dengan kerangka berpikir berbasis mitigasi A. Kesimpulan
bencana mestinya harus lebih banyak mengatur mengenai Berdasarkan analisis sebelumnya dapat diperoleh
prinsip kehati-hatian, pencegahan dini, dan/atau tindakan kesimpulan sebagai berikut:
antisipatif (precautionary principle). Pengaturan “berbasis 1. Makna prinsip kehati-hatian dalam perlindungan dan
mitigasi bencana” tentu saja menunjukkan ada keinginan pengelolaan lingkungan hidup di bidang RTRW di Provinsi
dan kemauan politik Pemerintah Provinsi Maluku bersama Maluku, menurut Teori Negara Kesejahteraan yaitu;
DRPD Provinsi Maluku untuk melakukan pengawasan dan bahwa Perda No. 16 Tahun 2013 tentang RTRW adalah
evaluasi sebagai bagian dari instrumen prinsip kehati-hatian, merupakan Perda yang mengatur hajat hidup orang
pencegahan dini, dan/atau tindakan antisipatif (precaution- Maluku di bidang rencana tata ruang wilayah yang
ary principle) terhadap perusakan dan pencemaran bertujuan untuk menciptakan tata ruang yang mampu
lingkungan hidup dan di bidang tata ruang wilayah Provinsi melahirkan kesejahteraan masyarakat di bidang tata ruang
Maluku, namun dalam Perda No. 16 Tahun 2013 tentang wilayah, sehingga nantinya akan meminimalisir
RTRW Provinsi Maluku belum mengatur mengenai prinsip (mengurangi) konflik atau sengketa yang terjadi di
162
VOL. 24 NO. 2
DESEMBER 2017
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
B. Saran
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Berdasarkan analisis dan kesimpulan di atas, maka saran
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
dalam penulisan ini sebagai berikut: Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
1. Institusi terkait perlu melakukan revisi terhadap No. 140 Tambahan Lembaran Negara Republik In-
pengaturan Perda RTRW No. 16 Tahun 2013-2033 donesia No. 5059.
Provinsi Maluku dengan mencantumkan prinsip kehati- Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
hatian, yang sudah diatur dalam Pasal 2f dan Pasal 44 Ruang, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
UUPPLH-2009. 2007 No. 68, Tambahan Lembaran Negra Republik
2. Untuk menciptakan Kepastian Hukum dalam Perda No. Indonesia No. 4725.
16 Tahun 2013-2033 tentang RTRW maka pengaturan Peraturan Daerah Provinsi Maluku No. 16 Tahun 2013
kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah tentang RTRW Provinsi Maluku Tahun 1013-2033,
Provinsi Maluku tidak boleh bertentangan baik dengan
Lembaran Daerah Provinsi Maluku No. 16 Tahun
2013.
pengaturan UUD NRI 1945, UUPPLH maupun UUPR.
Risalah Rapat kerja Badan Legislasi DRPD Provinsi
Maluku Bersama Eksekutif Dalam Rangka
Pembahasan Ranperda Usulan Pemerintah Daerah
tentang RTRW Provinsi Maluku.
163