Sei sulla pagina 1di 5

Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences 2017 2(2): pp 68-72

Identification and Characterization of Compound of Mulberry (Morus


alba L.) Leaf Extract

Subehan Lallo1, Hamdayani L A2, Besse Hardianti2, Rizki Asmawati Bahar2


1
Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Kampus UNHAS Tamalanrea
2
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar, Perintis Kemerdekaan Street Km 13,7 Daya Makassar-
Indonesia

Artikel info ABSTRACT


Diterima : 12 Nov 2017 Mulberry (Morus alba L.) is commonly use in the cultivation of silkworms and medicinal plants
Direvisi : 23 Des 2017 in Indonesia. Traditionally, the leave are used to decrease arterial blood pressure. This study has
Disetujui : 24 Des 201 been carried out the identification and characterization of compounds that isolated from the M.
alba leaves collected from South Sulawesi. Extraction was done by maceration of their leaves using
Keyword ethanol 0%, separation and purification using chromatography method. The results of the stationary
Identification phase column chromatography with silica gel with the mobile phase n-hexane:ethyl acetate in a
Marker compound gradient system obtained fractions with the fraction showed clear spot at TLC was continued for
Morus alba L.
isolation. The isolated compound was analyzed with IR and UV-VIS spectrophotometry. Analysis
of IR spectrum indicated the presence of an O-H (2285 to 2385 cm-1), C-H (2854 to 2954 cm-1) and
the C=C (1521 to 1577 cm-1), these isolates indicate the presence of flavanoid compounds and their
functional group at wavenumber 1336; 3421; and 968-1273 cm-1 indicated the presence of C-N; N-H;
and C-O functional groups, respectively. These data also indicated the possibility of alkaloids. In
addition characterization with UV sprectrum showed absorption at a wavelength of 239 and 413
nm, they indicated the presence of flavonoid group.

Identifikasi dan Karakterisasi Senyawa Aktif Ekstrak Daun Murbei


(Morus alba L.)
ABSTRAK
Kata kunci Murbei (Morus alba L.) di Indonesia dikenal sebagai tanaman yang digunakan sebagai makanan
Identifikasi
Senyawa penanda
ulat sutra dan juga dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Secara tradisional, daunnya
Morus alba L. digunakan untuk menurunkan tekanan darah arteri. Pada penelitian ini telah dilakukan identifikasi
dan karakterisasi isolat dari ekstrak daun M. alba dari Sulawesi Selatan. Daun M. alba diekstraksi
dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Pemisahan dan pemurnian dilaksanakan
dengan menggunakan metode kromatografi. Hasil kromatografi kolom dengan fase diam silika gel
dan fase gerak n-heksan : etil asetat dengan berbagai perbandingan diperoleh sebagai fraksi dan
fraksi dengan tampilan noda pada KLT terbaik selanjutnya di KLTP untuk mendapatkan isolat
yang kemudian dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer IR dan UV-Vis. Hasil analisis IR
menunjukkan adanya gugus O-H (2285-2385 cm-1), C-H (2854-2954 cm-1) dan C=C (1521-1577 cm-1)
yang merupakan suatu ciri dari senyawa flavonoid dan adanya gugus C-N (1336 cm-1), N-H (3421
cm-1), C-O (968-1273 cm-1) yang merupakan suatu ciri dari senyawa alkaloid. Selain itu, serapan
UV pada panjang gelombang 239 nm dan 413 nm menunjukkan ciri serapan khas untuk golongan
senyawa flavonoid.

Koresponden author
Subehan Lallo
Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Kampus UNHAS Tamalanrea
Email: subehan@unhas.ac.id

68
Subehan et al., / JPMS 2017 2(2): 68-72

PENDAHULUAN β-amirin, undecaprenyl dan dodocaprenyl. Sedangkan biji


Penggunaan obat-obatan dari bahan alam mengandung urease (Agoes, 2010; Ferlinahayati, 2012).
merupakan salah satu cara bagi masyarakat Indonesia Penentuan senyawa yang terkandung dalam suatu
untuk mempertahankan kesehatannya yang dilakukan tumbuhan obat dapat dilakukan dengan berbagai
sejak jaman dahulu. Upaya pemanfaatan bahan- cara seperti metode kimiawi ataupun dengan teknik
bahan terutama yang berasal dari tumbuhan yang ada spektroskopi. Sebelum dilakukan penentuan tentunya
disekitarnya untuk dijadikan sebagai obat menjadi dilakukan isolasi terhadap senyawa yang terkandung
sangat penting untuk pertahanan dan kelangsungan dan dilanjutkan dengan mengkarakterisasi sifat fisika
hidupnya. Sebagian digunakan untuk menjaga dan kimiawi senyawa tersebut dengan berbagai
kesehatan untuk tetap normal dan lainnya digunakan metode. Isolasi senyawa kimia dari tumbuhan obat
untuk menanggulangi penyakit yang mereka hadapi adalah proses pemisahan senyawa yang bercampur
(Agoes, 2010). sehingga menghasilkan senyawa tunggal yang murni.
Salah satu tumbuhan berkhasiat obat dan sering Sedangkan karakterisasi yaitu metode yang digunakan
digunakan oleh masyarakat Indonesia yaitu tanaman untuk menentukan karakterisasi senyawa hasil isolasi
murbei (Morus alba L.). Daun dari tanaman ini juga (Hunawa, 2014).
digunakan sebagai makanan untuk ulat sutra di Kab. Berdasarkan hal tersebut maka telah dilakukan
Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Selain itu M. alba penelitian untuk mengidentifikasi, mengisolasi dan
juga banyak digunakan sebagai tanaman obat antara mengkarakterisasi kandungan senyawa dari ekstrak
lain yaitu karminatif, diaforetik, diuretik, antipiretik, daun M. alba. Diharapkan senyawa kimia yang
palpitasi, hipotensif, diabetes melitus, laksatif, vertigo, terkandung dalam daun tanaman ini dapat memberikan
kolesterol tinggi, dermatitis, elephantiasis, hepatitis, kontribusi langsung terhadap perkembangan dan
antitusif, febris, dan plasmodium malariae. Sari buah penemuan obat baru di Indonesia yang juga dapat
M. alba mengandung senyawa antioksidan, sehingga digunakan sebagai senyawa identitas marker tanaman
bermanfaat untuk kesehatan. Selain tumbuh liar di tersebut sehingga pemalsuan produk dapat diantisipasi
hutan, juga banyak terdapat di halaman dan dikebun dengan memberikan perlindungan bagi pengguna
sebagai tanaman buah-buahan serta banyak digunakan (masyarakat). Kebenaran ilmiah khasiat produk dapat
untuk pengembangbiakan ulat sutera. Secara tradisional dilakukan dengan penetapan senyawa penanda dari
daunnya digunakan untuk menurunkan tekanan darah hasil identifikasi senyawa aktif tanaman tersebut.
arteri (Mohammadi dan Naik, 2008; Wang et al., 2013).
Daun M. alba telah pernah dipalorkan oleh peneliti METODE PENELITIAN
sebelumnya mengandung ekdisteron, inokosteron, Bahan yang digunakan
lupeol, beta-sitosterol, morasetin, iso-quersetin, Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu
skopoletin, skopolin, α,β-hexenal, cis-lamda-heksenol, aquadest, etanol 70%, eter, etil asetat, FeCl3, HCl,
benzaildehid, eugenol, linalool, benzil alkohol, H2SO4, lempeng KLT 60 F254 ukuran 20x20 cm No
trigonelin, kolin, adenin, asam amino, tembaga, zink, Seri 1.055554.0001 (KgaA, 64271 Darmstadt, Germany),
vitamin (A, B1, C dan karoten), asam klorogenik, asam kertas saring, lempeng KLTP 60 F254 ukuran 20x20 cm
fumarat, asam folat, dan asam formiltetrahidrofolik. No Seri 1.057115.0001 (KgaA, 64271 Darmstadt, Jerman).
Bagian ranting mengandung tanin dan vitamin A. Pengambilan dan penyiapan sampel
Buahnya mengandung isoquersetin, sakarida, asam Sampel daun M. alba diperoleh dari desa Ta’juncu,
linoleat, asam stearat, asam oleat, dan vitamin (karoten, Kecamatan Donri-Donri, Kabupaten Soppeng, Provinsi
B1, B2 dan C). Kulit akar telah dilaporkan mengandung Sulawesi Selatan. Sampel yang telah dikumpulkan,
senyawa aktif derivat flavon mulberin, mulberokromen, dibersihkan, dicuci dengan air mengalir hingga bersih
sikomulberin, siklomulberokromen, morusin dan dan ditimbang. Kemudian sampel dirajang dan
mulberrofuran A, juga beberapa penelitian melaporkan dikeringkan dalam ruangan yang terlindung dari sinar
adanya kandungan asam betulinik, skopoletin, α-amirin, matahari langsung, setelah kering sampel dipotong-
potong kecil lalu ditimbang dan selanjutnya dilakukan
proses ekstraksi.
Pembuatan ekstrak
Simplisia kering sebanyak 2 kg dimaserasi dengan
menggunakan etanol sebanyak 15 L. Simplisia
dimasukkan kedalam wadah maserasi kemudian
ditambahkan pelarut secukupnya untuk proses
pembasahan lalu didiamkan ± 15-30 menit. Sisa pelarut
ditambahkan hingga simplisia terendam sempurna
kemudian didiamkan ditempat yang terlindung dari
cahaya matahari selama 3 hari dan diaduk setiap 12
jam sekali lalu disaring. Residu dimaserasi kembali
(remaserasi) dengan perlakuan yang sama seperti
sebelumnya sebanyak satu kali. Filtrat dikumpulkan
kemudian dipekatkan dengan evaporator (Buchi)
Gambar 1 Tanaman M. alba hingga diperoleh ekstrak kental.

69
Subehan et al., / JPMS 2017 2(2): 68-72

Analisis fitokimia dengan menggunakan metode basah (bubur silika gel)


Uji saponin dan dialiri dengan n-heksan hingga mampat.
Sebanyak 2 g ekstrak dimasukkan dalam tabung Ekstrak sebanyak 10 g dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan diencerkan dengan etanol 70% kemudian kolom dan dimasukkan sedikit silika gel kering di
ditambahkan 10 mL air hangat lalu dikocok selama 30 atasnya. Dielusi dengan menggunakan eluen etil asetat
menit. Dilihat busa dan diukur berapa cm busa yang : n-heksan dengan menggunakan variasi gradient yaitu
terbentuk. Dibiarkan selama 10 menit dan jika busanya mulai dari 1:9, 2:8, 3:7, 4:6, 5:5, 6:4, 7:3, 8:2, 9:1, dan
tidak hilang ditambahkan HCl pekat. Apabila masih 10:0 dengan tiap variasi sebanyak 600 mL. Hasil yang
terdapat busa yang konstan maka menunjukkan hasil diperoleh ditampung dalam wadah kemudian masing-
yang positif (Sudjadi, 1986). masing fraksi dilanjutkan pada KLT dan dielusi dengan
menggunakan eluen n-heksan : etil asetat (7:3), fraksi
Uji flavonoid
dikelompokkan berdasarkan nilai Rf-nya.
Sebanyak 2 g ekstrak dimasukkan dalam tabung
reaksi dan diencerkan dengan etanol 70% kemudian Isolasi dan pemurnian
ditambahkan serbuk Mg sebanyak 0,5 mg lalu Fraksi yang telah terpilih kemudian dilanjutkan
ditambahkan HCl pekat 3 tetes. Endapan merah dengan proses KLT preparatif (KLTP) dengan
menunjukkan senyawa flavon, endapan merah tua menggunakan fase diam silika dan fase gerak n-heksan
menunjukkan senyawa flavonol/flavonon, dan : etil asetat (8 : 2). Selanjutnya isolat yang diperoleh
endapan hijau menunjukkan senyawa glikosida/ dilakukan pengujian untuk memastikan kemurnian
aglikon (Sudjadi, 1986). senyawa tersebut.
Uji alkaloid Karakterisasi isolat
Sebanyak 2 g ekstrak daun M. alba dimasukkan Karakterisasi isolat yang dilakukan dengan
kedalam tabung reaksi dan diencerkan dengan etanol menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis dan FT-IR.
70%, kemudian ditambahkan 5 tetes HCl 2 N dan
ANALISIS DATA
dipanaskan. Setelah itu ditambahkan NaCl dan disaring
Hasil spektrofotometri FT-IR dan UV-Vis dianalisis
lalu ditambahkan 5 tetes HCl 2 N. Dipipet 2 mL dan
dibandingkan dengan pustaka acuan dan dinyatakan
dimasukkan kedalam tabung 3 reaksi, masing-masing
dalam bentuk dekskriptif.
tabung reaksi ditambahkan pereaksi Dragendorf,
pereaksi Mayer, dan pereaksi Wagner. Untuk pereaksi HASIL DAN PEMBAHASAN
Dragendorf endapan merah/jingga menunjukkan Tahapan penelitian ini meliputi preparasi sampel,
positif senyawa alkaloid. Pada pereaksi Mayer endapan ekstraksi komponen zat aktif, pemisahan senyawa aktif
putih menunjukkan positif senyawa alkaloid dan pada menggunakan kromatografi kolom yang dilanjutkan
pereaksi Wagner endapan coklat menunjukkan hasil dengan kromatografi lapis tipis preparatif dan
yang positif (Sudjadi, 1986). karakterisasi senyawa menggunakan spektrofotometer
Uji terpenoid/steroid UV-Vis dan FT-IR.
Sebanyak 2 g ekstrak dimasukkan dalam tabung Simplisia daun M. alba (2 kg) yang diekstraksi dengan
reaksi dan diencerkan dengan etanol 70%, kemudian metode maserasi diperoleh ekstrak kental sebanyak
ditambahkan eter sebanyak 5 tetes hingga terbentuk 2 64,09 g (rendamen= 3,20%). Adapun tujuan dilakukan
lapisan larutan air dan etanol. Lapisan bagian atas (larut remaserasi yaitu untuk melarutkan zat aktif yang
etanol) dipisahkan dan diuapkan dalam plat tetes lalu belum terekstraksi pada maserasi pertama sehingga
ditambahkan H2SO4. Endapan warna hijau kehitaman didapatkan zat aktif yang lebih banyak. Ekstraksi
menunjukkan hasil yang positif (Sudjadi, 1986). merupakan proses penarikan senyawa dari simplisia.
Uji tanin Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini
Sebanyak 2 g ekstrak dimasukkan dalam tabung adalah metode maserasi. Metode maserasi dipilih karena
reaksi dan diencerkan dengan etanol 70% kemudian dianggap aman, karena resiko kehilangan ataupun
ditambahkan 2 mL air. Setelah itu ditambahkan 3 tetes kerusakan zat aktif selama proses ekstraksi karena
FeCl3. Endapan warna hijau kehitaman menunjukkan pengaruh panas dapat diminimalisir pada metode ini.
hasil yang positif (Sudjadi, 1986). Selain itu metode maserasi juga merupakan metode
yang paling sederhana dan paling mudah dilakukan
Proses pemisahan
jika dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya.
Kromatografi lapis tipis (KLT) (Sastrohamidjoja, 2007) Namun kelemahan dari metode ini adalah lamanya
Pengaktifan lempeng dilakukan pada suhu 115˚C kontak antara pelarut dengan simplisia memungkinkan
selama 15 menit. Selanjutnya dilakukan orientasi eluen terjadinya reaksi antar senyawa yg ada dalam simplisia
menggunakan eluen n-heksan : etil asetat dengan membentuk senyawa artifak yang diproduksi tidak
perbandingan (9 : 1), (8 : 2), (7 : 3), dan (5 : 5) lalu melalui proses metabolisme (Saifuddin et al., 2011)
dimasukkan ke dalam chamber dan dielusi. Dilakukan Ekstrak kental yang diperoleh dilakukan uji
pengamatan pada penampakan noda dengan pendahuluan untuk mengetahui kandungan kimianya.
menggunakan UV 254 dan 366 nm. Pengujian ini dilakukan dengan meliputi uji alkaloid,
Kromatografi kolom flavonoid, terpenoid dan steroid, saponin dan tanin
Seperangkat alat kromatografi kolom disiapkan. yang merupakan golongan senyawa yang umum
Dalam tabung kolom dimasukkan silika gel sebanyak terdapat dalam tanaman yang merupakan metabolik
450 g dengan pelarut n-heksan sedikit demi sedikit sekunder yang paling banyak dilaporkan memiliki

70
Subehan et al., / JPMS 2017 2(2): 68-72

Tabel 1 Hasil pengujian identifikasi golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol M. alba
Senyawa Pereaksi Menurut Literatur Hasil
Alkaloid Ekstrak + HCl 2 N + Dragendorf Endapan merah/jingga +
Ekstrak + HCl 2 N + Mayer Endapan putih -
Ekstrak + HCl 2 N + Wagner Endapan coklat +
Flavonoid Ekstrak + serbuk Mg + HCl p Endapan merah tua +
Saponin Ekstrak + air hangat + HCl p Berbusa -
Terpenoid Liebermann Buchard Endapan hijau +
Steroid Liebermann Buchard Hijau +
Tanin Ekstrak + air hangat + FeCl3 Endapan hijau kehitaman +

aktivitas biologi. Hasil pengujian tersebut diperoleh 2014) dan 1450-1600 cm-1 (Fessenden, 1999). Data
bahwa ekstrak etanol daun M. alba mengandung spektra menunjukkan adanya serapan pada frekuensi
senyawa golongan alkaloid, flavonoid, steroid dan 1656 cm-1, hal ini mengidentifikasikan adanya gugus
tanin (Tabel 1). C=C karena absorbsi alkena terjadi pada bilangan
Orientasi eluen dilakukan dengan menggunakan gelombang 1640-1680 cm-1 (Silverstein, 2014). Data
lempeng KLT yang telah diaktifkan terlebih dahulu spektra menunjukkan adanya serapan pada frekuensi
selama 15 menit pada suhu 1150C. Dilarutkan ekstrak 2285, dan 2385 cm-1, hal ini mengidentifikasikan adanya
etanol daun murbei dan ditotol pada lempeng KLT gugus O-H karena absorbsi (fenol, alkohol (ikatan H))
kemudian dielusi dengan menggunakan eluen terjadi pada bilangan gelombang 2000-3600 cm-1. Data
n-heksan : etil asetat dengan perbandingan (8:2), (5:5), spektra menunjukkan adanya serapan pada frekuensi
dan (7:3) kemudian dilakukan pengamatan dengan 2854, 2921 dan 2954 cm-1, hal ini mengidentifikasikan
penampakan noda dengan menggunakan sinar UV adanya gugus C-H karena absorbsi alkana terjadi
254 dan 365 nm. Hasil kromatografi kolom dengan pada bilangan gelombang 2850-2960 cm-1 (Silverstein,
fase diam silica gel dan fase gerak n-heksan : etil asetat 2014). Data spektra menunjukkan adanya serapan pada
dengan menggunakan perbandingan berturut-turut frekuensi 3421 cm-1, hal ini mengidentifikasikan adanya
sesuai tingkat kepolaran (10% = 1:9, 20% = 2:8, 30% = gugus N-H karena absorbsi amin terjadi pada bilangan
3:7, 40% = 4:6, 50% = 5:5, 60% = 6:4, 70% = 7:3, 80% = gelombang 3310 cm-1 (Silverstein, 2014).
8:2, 90% = 9:1 dan 100% = 0) hasil fraksi ditampung Hasil yang diperoleh dengan adanya gugus fungsi
ke dalam vial dan diperoleh sebanyak 57 buah vial. O-H, C-H, C-O dan C=C dapat disimpulkan isolat ini
Dilakukan orientasi fraksi pada vial 1, 10, 20, 30, 40, mengandung senyawa flavonoid, adanya gugus fungsi
50 dan 57 dengan perbandingan eluen n-heksan : etil O-H, C=O, C-O, C=C aromatic dan C-H alifatik yang
asetat 5:5, 1;9, dan 8:2, fraksi nomor 1, 10, 40, dan 50 mendukung bahwa isolatnya positif suatu senyawa
dengan perbandingan eluen 8:2. Setelah itu, dilakukan flavonoid dan adanya gugus fungsi N-H, dan C-N
penggabungan fraksi yaitu nomor 1-6, 12-15, 16-22, 23- dapat disimpulkan mengandung senyawa alkaloid.
30, dan 31-35, kemudian dilakukan KLT pada fraksi Spektrum yang tampak terdapat 2 pita yang
nomor 1, 10, 40 dan 50 dengan perbandingan eluen 8:2. dihasilkan oleh isolat. Serapan yang muncul pada
Dilakukan tahapan selanjutnya yaitu KLTP dengan panjang gelombang 239 dan 413 nm merupakan
fraksi yang dipilih yaitu fraksi No 10 dan diperoleh 4 ciri senyawa flavonoid yang umumnya memiliki
pita namun yang dikerok hanya pada pita nomor tiga dua daerah serapan karena resonans elektron pada
kemudian dilarutkan dengan etil asetat. Setelah itu gugus benzoil dan cinnamoyl yang punya absorpsi
dilanjutkan dengan pengukuran spektrofotometer FT- pada panjang gelombang 240-285 nm dan 300-400 nm
IR dan spektrofotometer UV-Vis. (Silverstein, 2014).
Isolat yang diperoleh selanjutnya dikarakterisasi
menggunakan FT-IR. Data spektra menunjukkan KESIMPULAN
adanya serapan pada frekuensi 742 dan 798 cm-1 Isolat ekstrak etanol daun M. Alba mengandung
mengidentifikasikan adanya gugus alkena dan aromatik. senyawa flavonoid dan alkaloid dengan gugus fungsi
Data spektra pada frekuensi 968, 1074, 1112, dan 1273 utama O-H, C-H, C-O dan C=C, serta serapan UV
cm-1 mengidentifikasikan adanya gugus C-O dan pada panjang gelombang 239 dan 413 nm. Diharapkan
spektra pada frekuensi 1336 cm-1 mengidentifikasikan agar dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan
adanya gugus C-N (Silverstein, 2014). spektrofotometer Nuclear Magnetic Resonance (NMR) dan
Data spektra menunjukkan adanya serapan pada spektrofotometer Massa (GC-MS) untuk mengetahui
frekuensi 1377 dan 1462 cm-1, hal ini mengidentifikasikan karakteristik yang lebih detail dari isolat.
adanya gugus C-H karena absorbsi alkana terjadi pada
DAFTAR PUSTAKA
bilangan gelombang 1350-1470 cm-1. Data spectra
Agoes A. Tanaman obat Indonesia Buku 3. Salemba
menunjukkan adanya serapan pada frekuensi 1521,
medika. 2010. Jakarta
1539 dan 1577 cm-1, hal ini mengidentifikasikan adanya
Ferlinahayati E H. Senyawa morusin dari tumbuhan
gugus C=C karena absorbsi cincin aromatik terjadi
murbei hitam (M. nigra). Jurnal Penelitian Sains.
pada bilangan gelombang 1500-1600 cm-1 (Silverstein,
2012:15(2); 15214-15270
71
Subehan et al., / JPMS 2017 2(2): 68-72

Tabel 1 Interpretasi hasil spektro IR


Bilangan gelombang isolat Pustaka Silverstein Pustaka Fessenden
No. Prediksi gugus fungsi
(cm-1) (cm-1) (cm-1)
1. 742 675-870 - C-H (Alkena, Aromatik)
798
2. 968
1074 900-1300 1080-1300 C-O(Alkohol, Amin)
1112
1273
3. 1336 1180-1360 - C-N (Amina)
4. 1377 1350-1470 - C-H (Alkana)
1462
5. 1521 1500-1600 1450-1600 C=C (Cincin aromatik)
1539
1577
6. 1656 1640-1680 1600-1700 C=C (Alkena)
7. 2285 2000-3600 - O-H (Fenol, Alkohol (Ikatan H))
8. 2854 2850-2960 2800-3000 C-H (Alkana)
2926
2954
9. 3421 3310-3500 3000-3700 N-H (Amin)

Fesenden. Kimia organik, Edisi 3, Jilid 2. Erlangga. 1999. Sastrohamidjojo H. Kromatografi. UGM Press. 2007.
Jakarta Yogyakarta
Hunawa S. Isolasi dan karakterisasi fraksi 27 ekstrak Silverstein R M. Spectrometric identification of organic
etanol daun binahong (Anredera cordifolia Ten) asal compounds 8th edition. Wiley. 2014. United State of
daerah Gorontalo. Skripsi: Sekolah Tinggi Ilmu America
Farmasi Makassar. 2014. Makassar Wang Y, Limin Xiang, Chunhua Wang, Chao Tang,
Mohammadi J, Prakash R Naik. Evaluation of Xiangjiu He. Antidiabetic and antioxidant effects
hypoglycemic effect of Morus alba in an animal model. and phytochemicals of mulberry fruit (Morus alba L.)
Indian J Pharmacol. 2008:40(1): 15–18 polyphenol enhanced extract. PLoS One. 2013:8(7);
Saifuddin A, Rahayu V, Teruna H Y. Standarisasi bahan e71144
obat alam Edisi I. Graha Ilmu. 2011. Yogyakarta Wijayakusuma M Hembing. Ensiklopedia milenium
Sudjadi. Metode pemisahan. UGM Press. 1986. tumbuhan berkhasiat obat Indonesia. Prestasi Intan.
Yogyakarta 2000. Jakarta

72

Potrebbero piacerti anche