Sei sulla pagina 1di 12

http://dx.doi.org/10.22435/bpk.v46i1.7326.

23-34
Faktor Determinan Penyakit Jantung Koroner pada Kelompok ... ( Julianty Pradono, dan Asri Werdhasari )

Faktor Determinan Penyakit Jantung Koroner pada Kelompok Umur 25-65 tahun
di Kota Bogor, Data Kohor 2011-2012

DETERMINANT FACTORS OF CORONARY HEART DISEASE AT AGE 25-65 YEARS IN


BOGOR CITY, KOHORT STUDY 2011-2012

Julianty Pradono1, dan Asri Werdhasari2


Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat Balitbangkes.
1

2
Pulitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Balitbangkes.
Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560
E - mail: jpradono@yahoo.com

Submitted : 28-7-2017, Revised : 18-09-2017, Revised : 23-11-2017, Accepted : 02-01-2018

Abstract
Background: Coronary Heart Disease (CHD) is a disease with the highest prevalence among Non
Communicable diseases (NCD). The factors related to CHD can be controlled and therefore the
occurrence of CHD can be prevented. The aim of this study is to identify the determinants of CHD among
selected residents in the Central Bogor village, Indonesia. Method: The data were from the baseline
of 2011-2012 NCD cohort study, with a total sample of 4,786 respondents. Multivariate analysis was
done to determine the risk factors of CHD. Results: The prevalence of CHD is 20.9 ± 0.41 percent. Risk
factors that are related to CHD are: stroke 3.5 times (95% CI: 2.0-5.9); hypertension 1.6 times (95% CI:
1.3¬1.9); followed by IFG 1.5 times (95% CI: 1.1-1.9); emotional disorders 1.4 times (95% CI: 1.2-1.7);
LDL 1.3 times (95% CI: 1.0-1.6); diabetes mellitus 1.2 times (95% CI: 0.8-1.6); obesity based on BMI 1.2
times (95% CI: 1.0-1.5. The proportion of CHD in female 1.9 times more than males. Conclusion: stroke,
hypertension and hyperglycemia are the determinants of CHD. It is recommended to increase promotion
in an effort to reduce consumption of sugar, salt, and other major risk factors to prevent NCDs, especially
CHD.
Key words: Coronary Heart Disease, risk factor, Bogor

Abstrak
Latar Belakang: Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di
antara Penyakit Tidak Menular (PTM) pada populasi. Faktor yang berhubungan dengan PJK seharusnya
dapat dikontrol sehingga terjadinya PJK dapat dicegah. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi faktor
penentu yang berhubungan dengan PJK pada penduduk di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor,
padatahun 2011-2012. Metode: Data penelitian merupakan data dasar studi kohor PTM 2011-2012,
dengan jumlah sampel 4786 responden. Analisis multivariat dilakukan untuk mendapatkan faktor yang
berhubungan dengan PJK. Hasil: Proporsi PJK adalah 20,9 ± 0,41% pada umur 25-65 tahun. Faktorrisiko
yang berhubungan dengan PJK adalah: stroke 3,5 kali (95% CI: 2,0-5,9); hipertensi 1,6 kali (95% CI:
1,3-1,9); diikuti kadar gula puasa>100mg% 1,5 kali (95% CI: 1,1-1,9); gangguan mental emosional
1,4 kali (95% CI: 1,2¬1,7); LDL 1,3 kali (95% CI: 1,0-1,6); diabetes melitus 1,2 kali (95% CI: 0,8-
1,6); obesitas berdasarkan IMT 1,2 kali (95% CI: 1,0-1,5). Proporsi PJK pada perempuan 1,9 kali lebih
banyak dari laki-laki dan meningkat dengan bertambahnya umur. Kesimpulan: stroke, hipertensi, dan
hiperglikemia merupakan faktor determinan terjadinya PJK. Saran: meningkatkan promosi dalam upaya
mengurangi asupan gula, garam, kalori, dan faktor risiko utama untuk mencegah terjadinya penyakit
tidak menular khususnya PJK.
Kata kunci: penyakit jantung koroner, faktorrisiko, Kota Bogor

23
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 1, Maret 2018: 23 - 34

PENDAHULUAN Pada tahun 2014 dilaporkan juga bahwa


PJK merupakan salah satu penyebab kematian
Penyakit jantung koroner (PJK) merupa- pada laki-laki maupun perempuan, dimulai pada
kan penyakit penyebab kematian utama dan kelompok umur 25-29 tahun dan meningkat terus
kecacatan di negara maju maupun berkembang.1 sejalan dengan bertambahnya umur. Prevalensi
Meskipun angka kematian telah berangsur-angsur PJK sebagai penyebab kematian tertinggi pada
menurun selama beberapa dekade terakhir di kelompok umur 60-64 tahun dan pada kelompok
negara barat, namun hal ini masih menyebabkan umur 70-74 tahun.11
sekitar sepertiga dari semua kematian pada orang Menurut Riskesdas 2013, prevalensi PJK
yang berusia lebih dari 35 tahun.2 Dalam setengah berdasarkan wawancara yang pernah didiagnosis
abad terakhir, profil kesehatan di negara industri oleh tenaga kesehatan atau mempunyai gejala
telah berubah secara dramatis dari penyakit subyektif PJK di Indonesia sebesar 1,6%.
menular menjadi penyakit tidak menular (PTM) Sementara di Kota Bogor, prevalensi PJK
yang dikenal sebagai transisi epidemiologi.3 didapatkan sebesar 2,2 %.12 Hasil penelitian di
Adanya globalisasi yang cepat, urbanisasi, Kota Bogor menunjukkan pada perempuan dengan
bertambahnya usia harapan hidup masyarakat, lingkar perut > 80 cm dengan risiko relatif 1,5 kali
dan peningkatan penyakit kronis merupakan (95% CI: 1,147–2,221) terkena PJK dibandingkan
tantangan baru bagi sistem perawatan kesehatan perempuan dengan lingkar perut ≤ 80 cm.13
modern.4 Penyakit jantung koroner seharusnya Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik
dapat dicegah, namun meningkatnya gaya untuk melakukan analisis lanjut dengan tujuan
hidup berisiko seperti kurangnya aktifitas fisik, untuk mendapatkan faktor penentu terjadinya PJK
penggunaan nikotin dan pola makan dengan gizi di Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor secara
buruk5 menyebabkan peningkatan prevalensi menyeluruh pada laki-laki maupun perempuan,
PTM di sebagian besar negara.6 Ketidaksetaraan kelompok umur 25-65 tahun, yaitu kelompok
sosial dan gaya hidup negatif antara lain umur yang lebih tua dibandingkan dengan data
kurangnya aktivitas fisik di kalangan obese, dapat yang dikumpulkan dalam RKD secara nasional.
meningkatkan angka kematian penyakit jantung Selain itu data yang diteliti merupakan data awal
koroner.7 studi kohor faktor risiko penyakit tidak menular.
Transisi epidemiologi menunjukkan Hasil yang diperoleh dari analisis data dasar kohor
perubahan Disability Adjusted Life Years ini dapat menjadi rujukan pada insidens PJK dan
(DALYs), secara global terjadi pada kedua jenis dapat dibandingkan dengan faktor risiko pada
kelamin dan semua umur. Disability Adjusted kejadian PJK dalam penelitian kohor ke depan.
Life Years merupakan tahun yang hilang dalam
kehidupan "sehat" yang disebabkan oleh penyakit Bahan dan Cara
atau kecacatan. Pada tahun 1990 sebagai penyebab
utama DALYs adalah infeksi saluran napas bagian Penelitian ini merupakan analisis lanjut
bawah, sedangkan penyakit jantung koroner dengan menggunakan data dasar dari studi kohor
menduduki peringkat keempat. Keadaan ini “Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular” tahun
berubah pada tahun 2005 dan tahun 2015, dimana 2011-2012. Disain penelitian secara potong
penyakit jantung koroner menjadi peringkat lintang.
nomor pertama sebagai penyebab DALYs.8 Populasi penelitian ini adalah semua
Penelitian determinan faktor penyakit responden dalam studi kohor faktor risiko penyakit
jantung koroner secara nasional telah dilakukan tidak menular. Responden terdiri dari laki-laki
pada hasil Riset Kesehatan Dasar (RKD) 20079 atau perempuan, berumur 25-65 tahun dan untuk
dan hasil RKD tahun 2013 pada kelompok umur responden perempuan tidak sedang hamil.
15 tahun atau lebih.10

24
Faktor Determinan Penyakit Jantung Koroner pada Kelompok ... ( Julianty Pradono, dan Asri Werdhasari )

Jumlah sampel sebanyak 5297 responden, tanpa kelainan, dilakukan konfirmasi ulang secara
yang memiliki data wawancara dan pemeriksaan random.14
darah secara lengkap 4786 responden (90,4%).14 Sasaran EKG adalah responden umur
Penelitian dilakukan di lima kelurahan Kecamatan 40-65 tahun, laki-laki atau perempuan, kecuali
Bogor Tengah (Kelurahan Kebon Kelapa, Babakan responden umur kurang dari 40 tahun tetapi dalam
Pasar, Babakan, Ciwaringin, dan Panaragan) wawancara terindikasi mempunyai gejala klinis
Kota Bogor. Data yang dikumpulkan meliputi serangan jantung iskemik dan pernah didiagnosis
karakteristik responden, wawancara pernah dokter/ dirawat menderita penyakit jantung
didiagnosis oleh tenaga kesehatan menderita koroner atau iskemik.15
PJK, atau belum pernah didiagnosis oleh dokter Batasan tekanan darah tinggi apabila
tetapi mengalami gejala PJK, hasil pemeriksaan tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan
elektrokardiogram (EKG) menunjukkan PJK, diastolik ≥ 90 mmHg,17 obesitas dengan indeks
perilaku dan faktor risiko.15 massa tubuh ≥ 23 Kg/m2, lingkar perut berisiko
Perilaku berisiko secara umum meliputi pada laki-laki > 90 cm atau perempuan >80 cm,
merokok, minum alkohol, aktivitas fisik, konsumsi kadar gula darah puasa berisiko apabila ≥ 100
buah dan sayur, dan gangguan mental emosional. mg%.18 Kadar lemak darah berdasarkan NCEP-
Faktor risiko yang dikumpulkan meliputi tekanan ATP III 19 bahwa total kolesterol berisiko apabila ≥
darah, obesitas berdasarkan indeks massa tubuh 200 mg%; HDL berisiko pada laki-laki < 40 mg%
(IMT), lingkar perut, kadar gula darah puasa, dan dan perempuan < 50 mg%; LDL berisiko apabila
kadar lemak darah meliputi total kolesterol, high ≥ 100 mg%, dan trigliserida berisiko adalah ≥150
density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein mg%. Penderita stroke dalam penelitian ini tidak
(LDL), dan trigliserida.15 dibedakan penyebabnya karena perdarahan atau
adanya sumbatan.
Batasan operasional Analisis data dilakukan secara multivariat
dengan menggunakan analisis regresi logistik.
Penyakit jantung koroner dalam analisis ini Variabel dengan nilai kemaknaan < 0,25 dipilih
adalah apabila hasil wawancara pernah didiagnosis sebagai kandidat model. Batasan kemaknaan
menderita penyakit jantung koroner oleh tenaga dalam analisis dengan nilai p < 0,05 dan confidence
kesehatan, didukung dengan hasil pemeriksaan interval 95%. Analisis dengan menggunakan
EKG dengan adanya kelainan jantung, pernah program SPSS 16 ®dengan nomor serial 5061284.
makan obat jantung yang diberikan oleh dokter
yang diminum atau diletakkan di bawah lidah Hasil
pada saat rasa nyeri di dada.
Penyakit jantung koroner didiagnosis Proporsi kelainan PJK pada penduduk
berdasarkan alat perekam EKG Minnesota yang kelompok umur 25-65 tahun di 5 kelurahan
dilengkapi dengan alat diagnosis. Gambaran Kecamatan Bogor Tengah 20,9 ± 0,41%, meliputi
EKG pada PJK ditegakkan berdasarkan kode 1002 dari 4786 responden.
Minnesota MC-1, MC-4, MC-5, MC-9.2 yang
menunjukkan gelombang Q diagnostik dengan Hubungan karakteristik penduduk dengan
atau tanpa abnormalitas segmen ST-T.16 Semua kejadian PJK.
hasil pemeriksaan EKG dikonfirmasi oleh dokter Jika memperhatikan karakteristik
spesialis jantung setempat. Untuk hasil EKG responden dengan kejadian PJK, lima dari enam
dengan kelainan jantung, hasil pemeriksaan variabel mempunyai hubungan bermakna. Kelima
dikonfirmasi ulang oleh dua orang konsultan variabel tersebut adalah kelompok umur, jenis
jantung dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan status kawin.
(RSJHK), demikian juga hasil pemeriksaan EKG

25
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 1, Maret 2018: 23 - 34

Tabel 1. Persentase Pekerja Menurut Karakteristik Individu dan Sosiodemografi, Riskesdas 2013
PJK
Karakteristik p
Ya Tidak
Kelompok umur
25-34 tahun 5,5 94,5 0,0001
35-44 tahun 12,9 87,1
45-54 tahun 29,7 70,3
55-65 tahun 36,6 63,4
Jenis kelamin
Laki-laki 13,9 86,1 0,0001
Perempuan 24,7 75,3
Pendidikan
<SLTP 26,9 73,1 0,0001
SLTP+ 17,4 82,6
Pekerjaan
Tidak kerja 26.9 73.1 0,003
Kerja 17,4 82,6
Status kawin
Belum kawin 8,6 91.4 0,0001
Kawin 20,6 79,4
Cerai 32,6 67,4
Kuintil
Miskin 21,1 78,9 0,804
Kaya 20,8 79,2

Semakin besar kelompok umur semakin akhir dengan klasifikasi benar sebesar 79,6%.
besar risiko terjadinya PJK. Perempuan berisiko Hal ini menunjukkan masih 20,4% variabel yang
lebih besar dibandingkan laki-laki. Pada responden mempunyai hubungan dengan kejadian PJK tidak
dengan pendidikan SD atau kurang, tidak bekerja, ada dalam analisis. Variabel yang mempunyai
perkawinan dengan status cerai, lebih berisiko hubungan terhadap kejadian PJK adalah paparan
terkena PJK dibandingkan dengan penduduk rokok, hiperglikemia, kolesterol LDL, IMT,
dengan pendidikan SLTP atau lebih, bekerja, dan hipertensi, stroke, dan gangguan mental emosional
status kawin atau belum kawin. Tidak tampak setelah dikontrol dengan karakteristik, faktor
adanya hubungan antara kejadian PJK dengan status perilaku dan faktor risiko lainnya. Ketujuh variabel
ekonomi responden (Tabel 1). tersebut merupakan faktor perilaku dan faktor risiko
yang seharusnya dapat diintervensi. Dua variabel
Hubungan faktor risiko penduduk dengan yang tidak dapat dilakukan intervensi adalah umur
kejadian PJK dan jenis kelamin. Responden perempuan 2 kali lebih
Dua dari tiga belas faktor risiko tidak berisiko dibandingkan laki-laki. Faktor risiko yang
mempunyai hubungan terhadap kejadian PJK. dapat dilakukan intervensi paling besar mempunyai
Faktor risiko yang berhubungan bermakna dengan hubungan terhadap kejadian PJK adalah stroke,
kejadian PJK adalah merokok, minum alkohol berisiko 3,5 kali atas kejadian PJK, dibandingkan
dalam satu bulan terakhir, kadar gula darah puasa, dengan responden yang tidak terkena stroke.
profil lipid (total kolesterol, trigliserida, dan LDL), Penderita hipertensi berisiko 1,6 kali dibandingkan
indeks massa tubuh ≥ 23Kg/m2, dan lingkar perut dengan tidak hipertensi. Responden dengan kadar
berisiko. Responden dengan hipertensi, stroke, dan gula darah puasa 100-125 mg% berisiko 1,5 kali
gangguan mental emosional juga berhubungan atas kejadian PJK dibandingkan dengan kadar gula
dengan terjadinya PJK (Tabel 2). darah puasa < 100mg%. Sedangkan responden
dengan IMT ≥ 23Kg/m2, berisiko 1,2 kali dan
Faktor penentu terjadinya PJK di lima kelurahan kolesterol LDL berisiko1,3 kali atas kejadian PJK
Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor (Tabel 3).
Analisis multivariat menunjukkan model

26
Faktor Determinan Penyakit Jantung Koroner pada Kelompok ... ( Julianty Pradono, dan Asri Werdhasari )

Tabel 2. Hubungan Faktor Risiko Perilaku dengan PJK di Lima kelurahan, Kecamatan Bogor Tengah
PJK
Faktor risiko perilaku p
Ya Tidak
Aktivitas fisik
Cukup 19,9 80,1 0,065
Kurang 22,1 77,9
Merokok
Bukan perokok 25,4 74,6 0,0001
Mantan dan perokok 16,8 83,2
Mengonsumsi alkohol 1 bulan terakhir
Tidak 21,2 78,8 0,010
Ya 11,9 88,1
IMT
<23 Kg/m2 12,6 87,4 0,0001
≥23 Kg/m2 24,3 75,7
Lingkar perut
Tidak berisiko 16,6 83,4 0,0001
berisiko 26,9 73,1
Gula darah puasa
<100 mg% 19,2 80,8 0,0001
100-125 mg% 35,4 64,6
≥126 mg% 31,1 68,9
Total kolesterol
Tidak berisiko 16,4 83,6 0,0001
Berisiko 25,2 74,8
HDL
Tidak berisiko 21,4 78,6 0,364
Berisiko 20,3 79,7
LDL
Tidak berisiko 18,1 81,9 0,032
Berisiko 21,5 78,5
Trigliserida
Tidak berisiko 19,6 80,4 0,0001
Berisiko 26,5 73,5
Hipertensi
Tidak 15,4 84,6 0,0001
Ya 33,7 66,3
Stroke
Tidak 20,4 79,6 0,0001
Ya 59,4 40,6
Gangguan mental emosional
Tidak 19,6 80,4 0,0001
Ya 24,5 75,5

27
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 1, Maret 2018: 23 - 34

Tabel 3. Analisis Multivariat (Model Akhir) PJK Kelompok Umur 25-65 Tahun di Lima Kelurahan
Kecamatan Bogor Tengah
95 C.I.for EXP(B)
P model Klasifikasi benar
B Sig. Exp(B) Lower Upper
Kelompok umur 0,0001 0,0001 79,6
25-34 tahun 0,0001
35-44 tahun 0,926 0,0001 2,523 1,802 3,534
45-54 tahun 1,918 0,0001 6,806 4,925 9,405
55-65 tahun 2,181 0,0001 8,852 6,315 12,409
Jenis kelamin 0,651 0,0001 1,917 1,534 2,396
Paparan rokok -0,269 0,005 0,764 0,632 0,924
Gula puasa puasa
<100 mg% 0,015
100-125 mg% 0,385 0,005 1,469 1,126 1,916
≥126 mg% 0,150 0,362 1,162 ,841 1,605
Kolesterol_LDL 0,247 0,028 1,280 1,027 1,596
IMT 0,208 0,020 1,232 1,033 1,469
Hipertensi 0,461 0,000 1,585 1,341 1,874
Stroke 1,246 0,000 3,475 2,014 5,996
Gangguan mental 0,353 0,000 1,424 1,202 1,686
emosional
Constant -3,649 0,000 0,026

Faktor penentu terjadinya PJK di lima tidak hipertensi. Responden dengan kadar gula
kelurahan Kecamatan Bogor Tengah, Kota darah puasa 100-125 mg% berisiko 1,5 kali atas
Bogor kejadian PJK dibandingkan dengan kadar gula
Analisis multivariat menunjukkan model darah puasa < 100mg%. Sedangkan responden
akhir dengan klasifikasi benar sebesar 79,6%. dengan IMT ≥ 23Kg/m2, berisiko 1,2 kali dan
Hal ini menunjukkan masih 20,4% variabel yang kolesterol LDL berisiko1,3 kali atas kejadian PJK
mempunyai hubungan dengan kejadian PJK tidak (Tabel 3).
ada dalam analisis. Variabel yang mempunyai
hubungan terhadap kejadian PJK adalah Pembahasan
paparan rokok, hiperglikemia, kolesterol LDL,
IMT, hipertensi, stroke, dan gangguan mental Proporsi PJK di lima kelurahan
emosional setelah dikontrol dengan karakteristik, Kecamatan Bogor Tengah sebesar 20,9 ± 0,41%.
faktor perilaku dan faktor risiko lainnya. Ketujuh Hasil Riskesdas 2013 di Jawa Barat memperoleh
variabel tersebut merupakan faktor perilaku dan proporsi PJK yang didiagnosis oleh tenaga
faktor risiko yang seharusnya dapat diintervensi. kesehatan sebesar 0,5% dan berdasarkan gejala
Dua variabel yang tidak dapat dilakukan intervensi sebesar 1,4%.11 Perbedaan ini disebabkan karena
adalah umur dan jenis kelamin. Responden metode sampling pengumpulan data dan kriteria
perempuan 2 kali lebih berisiko dibandingkan diagnosis PJK yang berbeda. Pada penelitian ini,
laki-laki. Faktor risiko yang dapat dilakukan kriteria diagnosis PJK berdasarkan wawancara,
intervensi paling besar mempunyai hubungan apakah responden pernah didiagnosis menderita
terhadap kejadian PJK adalah stroke, berisiko PJK oleh dokter atau responden dengan gejala
3,5 kali atas kejadian PJK, dibandingkan dengan PJK yang dialami atau sedang minum obat
responden yang tidak terkena stroke. Penderita jantung, serta dilengkapi dengan pemeriksaan
hipertensi berisiko 1,6 kali dibandingkan dengan EKG.11 Selain itu, perbedaan kelompok umur juga

28
Faktor Determinan Penyakit Jantung Koroner pada Kelompok ... ( Julianty Pradono, dan Asri Werdhasari )

terlihat pada Riskesdas dan studi kohor. Riskesdas perencanaan kesehatan di masa yang akan
mengumpulkan responden pada kelompok umur datang, dan mengontrol perilaku dalam menjaga
15 tahun atau lebih, sedangkan dalam studi kesehatan.23 Dilihat dari status perkawinan cerai
kohor, dikumpulkan pada kelompok umur 25 hidup/ mati mempunyai proporsi lebih tinggi
tahun atau lebih. Semakin meningkat umur, ada daripada yang menikah. Proporsi paling rendah
kecenderungan risiko mendapatkan PJK lebih pada responden yang belum menikah. Hal ini
besar. sesuai dengan temuan Riskesdas 2013 bahwa
Di Kecamatan Bogor Tengah, responden responden dengan status cerai mempunyai
perempuan lebih berisiko atas kejadian PJK prevalensi PTM lebih tinggi dibandingkan dengan
dibandingkan laki-laki, dan pada kelompok umur yang belum kawin atau status kawin.11 Menurut
55 tahun ke atas. Oemiati dalam penelitiannya pekerjaan, insiden PJK tertinggi pada responden
mendapatkan faktor determinan PJK pada tidak bekerja dibandingkan yang bekerja, tetapi
perempuan adalah menopause, perempuan tidak tampak perbedaan bermakna menurut
menopause berisiko 1,5 kali (95% CI: 1,215–2,081) status ekonomi. Keadaan ini diperkirakan karena
dibandingkan perempuan belum menopause.13 responden dengan pendidikan lebih tinggi,
Hasil ini sesuai dengan prevalensi status sosial yang lebih baik akan memberikan
penyakit jantung secara umum dalam Riskesdas peluang untuk dapat memilih gaya hidup sehat
2007,9 maupun prevalensi PJK di Indonesia dibandingkan responden dengan pendidikan
dalam Riskesdas 2013.10 Hasil yang berbeda rendah, status cerai, dan tidak bekerja
ditemukan pada studi Penno20 di Italia yang Merokok diketahui merupakan faktor
menunjukkan risiko PJK lebih tinggi pada laki- risiko penting PJK. Diketahui bahwa sekitar 22%
laki dibandingkan pada perempuan. Hal ini kematian PJK pada laki-laki dan 4% kematian pada
kemungkinan karena adanya perbedaan suku, perempuan yang tinggal di Eropa berkaitan dengan
perilaku dan budaya antara Eropa dan Indonesia. merokok. Penelitian di Inggris juga menunjukkan,
Proporsi PJK terbanyak pada kelompok umur bahwa merokok dapat menyebabkan angina
55-65 tahun, ada kecenderungan lebih tinggi pectoris, infark miokard dan kematian akibat
dengan semakin meningkatnya kelompok umur. PJK.24 Sedangkan dalam analisis didapatkan
Hal ini sesuai dengan temuan Pradono yang bahwa responden tidak merokok dengan kejadian
menyatakan bahwa prevalensi PTM (PJK salah PJK lebih tinggi dibandingkan mantan perokok
satunya) meningkat dengan bertambahnya umur dan perokok aktif. Hal ini disebabkan karena
terutama golongan 55–64 tahun.21 Dengan umur data yang dianalisis merupakan data dasar yang
harapan hidup di Indonesia yang lebih lama, pada dikumpulkan secara potong lintang, sehingga
laki-laki 69,8 tahun dan perempuan 73,6 tahun,8 belum dapat menjawab hubungan sebab akibat.
maka ada kecenderungan prevalensi PJK akan Hal ini merupakan keterbatasan dalam analisis ini.
lebih meningkat di masa mendatang. Berdasarkan Faktor risiko lain atas kejadian PJK adalah
pendidikan, proporsi PJK lebih tinggi pada konsumsi alkohol dalam satu bulan terakhir
responden dengan pendidikan rendah. Hal ini dan aktivitas fisik. Marmot melaporkan studi
sesuai dengan skor Framingham untuk risiko PJK, longitudinal yang dilakukan pada orang Jepang
pada kelompok pendidikan tinggi secara bermakna yang tinggal di Amerika, orang laki dan
lebih rendah (4,7±5,1) dibandingkan kelompok perempuan Amerika, Yugoslavia dan Australia
pendidikan menengah ke bawah (6,1±5,3). menunjukkan bahwa mengonsumsi alkohol dalam
Demikian juga hasil metaanalisis mendapatkan, taraf sedang dapat menurunkan risiko terkena PJK
bahwa rendahnya pendidikan merupakan faktor dibandingkan yang tidak mengonsumsi alkohol.
risiko kausal dalam perkembangan penyakit Demikian juga studi bahan makanan Mediterania
jantung koroner dan peningkatan pendidikan termasuk konsumsi anggur, memberikan
dapat menghasilkan manfaat kesehatan yang penurunan penyakit jantung 30%.25
substansial.22 Pendidikan biasanya dikaitkan Proporsi PJK pada responden dengan
dengan pemahaman tentang pesan kesehatan, aktivitas fisik cukup, lebih rendah atas kejadian PJK

29
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 1, Maret 2018: 23 - 34

dibandingkan dengan aktivitas fisik kurang. Hasil hasil bermakna antara proporsi PJK dan stres.
penelitian Tanasescu dalam laporan Varghese Bahkan pada hasil pemodelan uji regresi logistik,
menunjukkan bahwa laki-laki yang melakukan vaiabel ini masih bertahan sampai model yang
olahraga lari lebih dari 1 jam per minggu dapat akhir. Salah satu faktor pelindung utama PJK
menurunkan risiko PJK sebesar 42% (RR=0,58; adalah dukungan sosial. Beberapa penelitian
95% CI:0,44-0,77) dibandingkan laki-laki menunjukkan bahwa dukungan sosial lebih
yang tidak lari. Laki-laki yang olahraga dengan penting daripada variabel lainnya.31
beban selama 30 menit atau lebih per minggu Proporsi PJK pada kelompok DM lebih
dapat menurunkan risiko PJK 23%(RR=0,77; tinggi daripada yang tidak DM. Demikian juga
95% CI: 0,61-0,98) dibandingkan yang tidak dengan kadar total kolesterol, LDL, dan trigliserida
melakukannya.26 Hal ini menggambarkan tinggi, menunjukkan kejadian PJK lebih tinggi
manfaat aktivitas fisik pada pencegahan penyakit daripada yang tidak berisiko. Hal ini sejalan dengan
kardiovaskular primer dan sekunder. Ketidak Framingham studi, dimana kolesterol serum, LDL,
aktifan fisik terkait dengan kolesterol darah tinggi dan diabetes melitus merupakan faktor risiko
dan akumulasi lemak viseral, disertai peradangan PJK. Organisasi kesehatan dunia melaporkan
vaskular tingkat rendah, yang pada gilirannya bahwa kadar kolesterol yang tinggi dalam darah
terkait dengan resistensi insulin dan aterosklerosis menyumbang 56% dari kasus penyakit jantung
yang menyebabkan perkembangan penyakit arteri koroner di seluruh dunia dan menyebabkan
koroner. Sebaliknya, aktivitas fisik mengurangi sekitar 4,4 juta kematian setiap tahunnya.32 Hasil
peradangan pembuluh darah, dan memperbaiki beberapa penelitian mendapatkan bahwa plak
fungsi endotel dan sirkulasi koroner, mencegah pada arteri dan bayangan arteri (atherosklerosis,
iskemia miokard. 27 arteriosklerosis) merupakan bagian yang normal
Dari segi faktor risiko terlihat bahwa dari proses penuaan dan terjadi secara universal
semakin gemuk responden, baik berdasarkan pada semua orang yang menua. Hipertensi
indeks massa tubuh (IMT) atau lingkar perut dan hiperkolesterolemia juga terlihat sebagai
(obesitas sentral), maka proporsi PJK juga konsekuensi normal dari penuaan.33 Responden
semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan studi dengan stroke dan responden dengan gangguan
Framingham bahwa kegemukan merupakan mental emosional lebih berisiko terkena PJK
faktor risiko penting bagi PJK.28 Hal yang dibandingkan yang tidak stroke atau tidak ada
serupa juga dilaporkan oleh pusat jantung di gangguan mental emosional.
Kota Salt Lake dan rumah sakit John Hopkins di Hasil pemodelan analisis multivariat
Baltimore yang menyatakan potongan badan yang regresi logistik kejadian PJK di lima kelurahan
berbentuk apel berhubungan dengan sindroma Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor,
metabolik, penyakit jantung koroner dan gagal berhubungan kuat dengan stroke, hipertensi
jantung. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dan hiperglikemia, diikuti gangguan mental
ukuran lingkar perut merupakan prediktor kuat emosional, kadar LDL berisiko, obesitas, dan
atas kegagalan fungsi ventrikuler. Hal ini sudah paparan rokok. Secara umum model ini serupa
terlihat pada perkembangan sindroma metabolik dengan hasil penelitian Gillespie, dkk., faktor
yang merupakan salah satu faktor kuat terjadinya risiko penyakit jantung pembuluh darah meliputi
PTM, selalu beriringan dengan penimbulan lemak kurang aktivitas fisik, diet yang tidak sehat
terutama di sekitar perut.29 Xuhong Hou, dkk dan dislipidemia terutama kadar LDL tinggi.34
dalam penelitiannya mendapatkan kombinasi Beberapa faktor risiko saling berhubungan
ukuran lingkar perut dan indeks massa tubuh erat satu sama lain yang akan berdampak pada
(IMT) secara bersamaam, lebih unggul daripada PTM. Penduduk dengan hipertensi mempunyai
penilaian hanya ukuran lingkar perut dan IMT risiko 1,6 kali atas kejadian PJK dibandingkan
secara terpisah dalam mengidentifikasi penyakit penduduk tidak hipertensi. Di Indonesia Ghani
kardiovaskuler.30 melaporkan, penduduk umur 15 tahun atau lebih
Gangguan mental emosional menunjukkan dengan hipertensi OR 10,09 kali berisiko terjadi

30
Faktor Determinan Penyakit Jantung Koroner pada Kelompok ... ( Julianty Pradono, dan Asri Werdhasari )

PJK dibanding yang tidak hipertensi. 10 Kannel seimbang adalah OR 2,54 (95% CI: 1,1-5,9).40
dalam studinya menemukan risiko hipertensi Sedangkan temuan meningkatnya LDL dalam
pada kelompok berat badan yang relatif lebih penelitian ini, diperkirakan karena terjadinya
tinggi sebesar 3,2 kali dibandingkan kelompok penimbunan plak pada pembuluh darah penduduk
berat badan normal.37 Demikian juga dengan studi lanjut usia yang sehat setelah dikontrol dengan
MONICA III, menunjukkan 36 Wilsgard dalam umur, jenis kelamin, ras, merokok, dan sindrom
penelitiannya menemukan kenaikan berat badan metabolik.41
lebih dari 10 kg, mempunyai risiko 2,2 lebih Tentu ini menjadi beban bagi masyarakat
besar untuk terjadinya hipertensi.35 Responden Indonesia, sekaligus menjadi perhatian semua
dengan kelebihan berat badan sebesar 5 kg, 60% pengambil keputusan kebijakan terkait pengelolaan
lebih besar mendapatkan risiko relatif terjadinya PJK yang lebih diutamakan pada pencegahan
hipertensi.38 Hal ini sejalan dengan temuan studi terjadinya stroke, hipertensi dan hiperglikemia,
Framingham, bahwa setiap kenaikan berat badan agar kasus baru dapat ditekan serendah mungkin,
sebesar 10 kg akan meningkatkan tekanan darah khususnya di lima kelurahan Kecamatan Bogor
sebesar 4,5 mm Hg. Tengah Kota Bogor.
Faktor risiko terbanyak disebabkan
karena kenaikan tekanan darah, diikuti dengan Kesimpulan
dislipidemia, terutama berhubungan dengan
obesitas sentral.35 Hipertensi sendiri merupakan Proporsi PJK pada penduduk kelompok
penyebab dari 63 persen kematian kardiovaskuler umur 25-65 tahun di lima kelurahan, Kecamatan
dan 15 persen kematian karena stroke. Bogor Tengah, Kota Bogor adalah 20,9 ±
Meningkatnya kadar gula darah 0,41 persen. Proporsi PJK lebih banyak pada
merupakan mediator langsung atau merupakan perempuan. Stroke, hipertensi dan hiperglikemia
penanda keparahan dari Sindroma Koroner akut.39 (kadar gula darah puasa ≥ 100 mg%) merupakan
Delima melaporkan, di Indonesia diabetes mellitus faktor determinan terjadinya PJK.
merupakan faktor utama berhubungan dengan PJK
pada kelompok umur 15 tahun atau lebih dengan Saran
OR 4,06 kali,9 Demikian juga yang dilaporkan Saran dari hasil penelitian sebagai berikut:
Ghani pada tahun 2013 dengan OR 8,43 kali
dibandingkan yang tidak diabetes mellitus pada 1. Meningkatkan promosi dalam upaya untuk
kelompok umur yang sama.10 Sedangkan dalam mengurangi asupan gula, garam, kalori, dan
penelitian ini hiperglikemia (gula darah puasa faktor risiko utama untuk mencegah terjadinya
>100 mg%) dengan OR 1,5 kali dibandingkan penyakit tidak menular khususnya PJK.
responden dengan kadar gula darah puasa < 100 2. Mengaktifkan peran serta masyarakat dalam
mg%. Hal ini merupakan deteksi yang lebih awal Posbindu atau wadah lain yang terintegrasi
sebelum terjadinya diabetes mellitus. untuk dapat melakukan upaya preventif
Pada penelitian ini, hubungan gangguan dan menjaring atau mendeteksi penderita
mental emosional terhadap PJK didapatkan hipertensi dan hiperglikemia lebih dini.
dengan OR 1,42. Sedangkan Ghani dalam analisis
data nasional di Indonesia, melaporkan, gangguan Ucapan Terima kasih
mental emosional pada kelompok umur 15 tahun
atau lebih mempunyai hubungan dengan PJK Penulis menyampaikan rasa syukur dan
dengan OR 9,58 kali dibandingkan dengan tidak penghargaan kepada seluruh tim kohort PTM
ada gangguan mental emosional.10 Tingkat stres dan ucapan terimakasih kepada Kepala Badan
pada seseorang meningkatkan kejadian PJK. Litbangkes, Kepala Pusat Upaya Kesehatan
Penelitian lain mendapatkan hazard ratio untuk Masyarakat, beserta jajarannya atas bimbingan
stres kerja yang tinggi adalah OR 2,04 (95% CI: selama kegiatan penelitian dan atas dukungan
1,0-4,3) dan untuk stres karena gaji yang tidak dana untuk terselenggaranya penelitian ini.

31
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 1, Maret 2018: 23 - 34

Daftar Pustaka System 2014. Jakarta : The National Institute


of Health Research and Development; 2015.
1. Roger VL. Epidemiology of myocardial 13. Oemiati R, Rustika. Faktor risiko penyakit
infarction. Med Clin North Am. 2007;91:537- jantung koroner (PJK) pada perempuan.
52; ix. 10.1016/j.mcna.2007.03.007 Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2015;18(
2. Nichols M, Townsend N, Scarborough P, 1): 47–55.
et al. Cardiovascular disease in Europe 14. Kementerian Kesehatan. Laporan studi kohor
2014: epidemiological update. Eur Heart J. faktor risiko penyakit tidak menular, 2011.
2014;35:2929. 10.1093/eurheartj/ehu378 Jakarta : Badan Litbangkes; 2011.
3. Bustan M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak 15. Kementerian Kesehatan. Pedoman
Menular. Jakarta: Rineka Cipta; 2007 pengumpulan data studi kohor Faktor Risiko
4. Horton R. Offline: Chronic diseases—the social Penyakit Tidak Menular 2011. Jakarta: Badan
justice issue of our time. Lancet 2015;386:2378 Litbangkes. Kementerian Kesehatan RI;2011.
10.1016/S0140-6736(15)01178-2 16. PrineasRJ, CrowRS, ZhangZM.TheMinnesota
5. Danaei G, Ding EL, Mozaffarian D, et al. code manual of electrocardiographic findings.
The preventable causes of death in the United Second edition. Springer-verlag London
States: comparative risk assessment of dietary, Limited 2010. ISBN 978-1-84882-777-6.
lifestyle, and metabolic risk factors. PLoS DOI 10.1007/ 978-1-84882-78-3. [Cited 2011
Med 2009;6:e1000058. 10.1371/journal. January 31) Available from: https://www.
pmed.1000058. youtube.com/ watch?v= 2uszjxnLQb4.
6. World Health Organisation. World Health 17. Page MR. The JNC 8 hypertension guidelines:
Report. 2013. [Cited 2016 June 23]. Available an in-depth guide. [s.l.] : Evidence-based
from : http://www.who.int/whr/ 2013/ report/ diabetes management;2014.
en/. 18. American Diabetes Association. Standards
7. Leischik R, Dworrak B, Strauss M, et al. of medical care in diabetes. Diabetes Care.
Plasticity of Health. German Journal of 2014;37(Suppl. 1):S14-S80. [Cited 2016 Oct
Medicine 2016;1:1-17. 31). Available from:http://indep.nih.gov/
8. Global Burden of Disease, DALYs dan HALE media/CVD FactSheet pdf.
collaborators. Global, regional, and national 19. NCEP-ATP III. Third Report of the National
disability-adjusted life-Years (DALYs) for Cholesterol Education Program (NCEP)
315 diseases and injuries and healthy life Expert Panel on Detection, Evaluation ,
expectancy (HALE), 1990-2015: a systematic and Treatment of High Blood Colesterol in
analysis for the Global Burden of Disease Adults (Adult Treatment Panel III). Executive
study 2015. Lancet 2016; 388: 1603-58. Summary. NIH Publication, 2001;370(1).
9. Delima, Mihardja L, Siswoyo H. Prevalensi [Cited 2016 Oct 31 ). Available from: circ.
dan faktor determinan penyakit jantung di ahajournals. org/content/106/25/3143.
Indonesia. Buletin Penelit. Kesehat.,2009; 37 20. 20. Penno G, Solini A, Bonora E, Fondelli Orsi
(3) : 142-159. E, et.al. Gender differences in cardiovascular
10. Ghani L, Susilawati MD, Novriani N. Faktor disease risk factors, treatments and
Risiko Dominan Penyakit Jantung Koroner di complications in patients with type 2 diabetes:
Indonesia. Buletin Penelit. Kesehat 2016; 44 the RIACE Italian multicentre study. J Intern
(3) : 153 – 164. Med. 2013 Aug;274(2):176-91. doi: 10.1111/
11. Kementerian Kesehatan. Laporan Riset joim.12073. Epub 2013 Apr 22.
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 Bidang 21. Pradono J, Hapsari D, Determinan faktor
Biomedis. Jakarta: Badan Litbangkes, risiko PTM di Indonesia, Majalah Kesehatan
Kemenkes RI; 2014. perkotaan 2003; 10( 2) :166-176 .
12. Kosen S, Tarigan IU, Rosita T, Indriasih E, 22. Hilary M. Schwandt, Josef Coresh,
Usman Y, dkk. Indonesia: Sample registration and Michelle J. Hindin. Marital Status,

32
Faktor Determinan Penyakit Jantung Koroner pada Kelompok ... ( Julianty Pradono, dan Asri Werdhasari )

Hypertension, Coronary Heart Disease, disease in chinese adults: a national diabetes


Diabetes, and Death Among African and metabolic disorders surveyPLoS One.
American Women and Men: Incidence and 2013; 8(3): e57319. Published online 2013
Prevalence in the Atherosclerosis Risk in Mar 8. doi: 10.1371/journal.pone.0057319
Communities (ARIC) Study Participants. J 31. Zohreh, Khayyam-Nekouei, Hamidtaher,
Fam Issues. 2010 Sep; 31(9): 1211–1229. doi: Neshatdoost, Yousefy A, Sadeghi , Manshaee
10.1177/0192513X10365487. G. Psychological factors and coronary heart
23. Sundström J, Vasan RS.Homocysteine and disease. ARYA Atheroscler. 2013 Jan; 9(1):
heart failure: a review of investigations from 102–111.
the Framingham Heart Study. Clin Chem Lab 32. O'Donnell CJ, Elosua R. Cardiovascular risk
Med. 2005;43(10):987-92. factors. Insights from Framingham Heart
24. Freund KM, Belanger AJ, D'Agostino RB, Study. Rev Esp Cardiol. 2008; 61(3):299-310.
Kannel WB. The health risks of smoking. The 33. Sesso HD, Stampfer MJ, Rosner B, Hennekens
Framingham Study: 34 years of follow-up. CH, Manson JE, Gaziano JM (2000). "Seven-
Ann Epidemiol. 1993;3(4):417-24. Year Changes in Alcohol Consumption and
25. Marmot MG. Alcohol and coronary heart Subsequent Risk of Cardiovascular Disease in
disease.Int J Epidemiol. 2001; 30 (4): 724- Men". Arch Intern Med. 160 (17): 2605–12.
729. DOI:https:// doi.org/10.1093/ije/30.4.724 doi:10.1001/archinte.160.17.2605. PMID
Published: 01 August 2001. 10999974. http://archinte.ama-assn.org/cgi/
26. Varghese T, Schultz WM, McCue AA, content/full/160/17/2605
Lambert CT, Sandesara PB, et.al;.Physical 34. Gillespie CD, , Wigington C, , Hong
activity in the prevention of coronary heart Y . Coronary Heart Disease and Stroke
disease: implications for the clinician. Heart. Deaths. National Center for Chronic Disease
2016 Jun ;102(12):904-9. doi: 10.1136/ Prevention and Health Promotion, CDC.
heartjnl-2015-308773. Epub 2016 Mar 3. 2013; 62(03):157-160.
27. Alberto J Alves, João L Viana, Suiane L 35. Cardiovascular disease. The Framingham
Cavalcante, Nórton L Oliveira, José A Duarte, study. JAMA. 1979;241:2035–8.
Jorge Mota, José Oliveira, Fernando Ribeiro. 36. Liu L, et.all., Obesity, emerging risk in China:
Physical activity in primary and secondary trend of increasing prevalence of obesity
prevention of cardiovascular disease: and its association with hypertension and
Overview updated. World J Cardiol. 2016 Oct hypercholesterolaemia among the Chinese.
26; 8(10): 575–583. Published online 2016 Clin Exp Pharmacol Physiol. 2004;31 Suppl
Oct 26. doi: 10.4330/wjc.v8.i10.575. PMCID: 2:S8-10.
PMC5088363 37. l'Allemand-Jander, D. Clinical diagnosis
28. Schmieder RE, Messerli FH. Does obesity of metabolic and cardiovascular risks in
influence early target organ damage in overweight children: early development of
hypertensive patients? Circulation 1993; chronic diseases in the obese child. Int J Obes
87:1482. (Lond). 2010; 34 Suppl 2:S32-6. doi: 10.1038/
29. Lofgren I, Herron K, Zern T, West K, Patalay ijo.2010.237.
M, Shachter NS, Koo SI, Fernandez ML.Waist 38. Lloyd-Jones DM, O'Donnell CJ, D'Agostino
circumference is a better predictor than body RB, Massaro J, Silbershatz H, Wilson PW.
mass index of coronary heart disease risk in Applicability of cholesterol-lowering primary
overweight premenopausal women. J Nutr. prevention trials to a general population: the
2004;134(5):1071-6. Framingham Heart Study. Arch Intern Med.
30. Hou XH, Lu JM, Weng JP, Ji L, Shan 2001 Apr 9;161(7):949-54.
ZY, Liu J, Tan HM, et.al. Impact of waist 39. Deedwania P, et.all., Hyperglycemia and
circumference and body mass index on risk of Acute Coronary Syndrome. A Scientific
cardiometabolic disorder and cardiovascular Statement From the American Heart

33
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 1, Maret 2018: 23 - 34

Association Diabetes Committee of the disease. Acta Cardiol. 2004; 59 (5):479-84.


Council on Nutrition, Physical Activity, and 41. Hanafiah,Asikin. The treatment of dyslipidemia
Metabolism. 2008 (Pengobatan dislipidemia). Jurnal Kardiologi
40. Holvoet P. Oxidized LDL and coronary heart Indonesia. 1996; 21(1)1996:35-38

34

Potrebbero piacerti anche