Sei sulla pagina 1di 8

ALCHEMY, Vol. 3 No.

1 April 2014, hal 31-38

PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM, H-ZEOLIT ALAM DAN Ti-H-ZEOLIT ALAM


MALANG SEBAGAI KATALIS REAKSI ISOMERISASI
GLUKOSA

Aisyah Erlynata, Suci Amalia, Tri Kustono Adi, Susi Nurul Khalifah
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

ABSTRACT

The utilization of natural zeolite, natural H-zeolite and natural Ti-H-zeolite from Malang as catalysts
reaction of glucose isomerization were applied for determining influence of acidity and catalysts activity of
natural zeolite, natural H-zeolite and natural Ti-H-zeolite Malang on isomerization reaction of glucose. Natural
zeolite was activated using NH4NO3 acid 2 M solution until generated H-zeolite. Ti metal has impregnationded
on H-zeolite by concentration of TiO2 0,2 M. It was applied hydrometal process method using temperature of 90
ºC for 12 hours and calcined on temperature of 500 ºC for 4 hours. Glucose isomerization was applied using the
batch method with various of reaction time of 30, 60, 90 and 120 minutes and analyzed using polarimeter. The
catalysts characterization involved of acidity test using ammonia adsorption method and pyridine adsorption.
Pyridine adsorption was analyzed using FTIR and XRD.
The results showed that the acidity of ammonia adsorption on natural zeolite, H-zeolite and Ti-H-zeolite
Malang respective were 0,188; 0,281 and 0,387 mmol/g, respective the acidity of pyridine adsorption showed
that natural Ti-H-zeolite Malang has Brønsted acid side of 0,153 mmol/g. The XRD showed that modification
process of zeolite did not change structure and Ti on the catalyst surface. The activity of Ti-H-Zeolite catalyst on
glucose isomerization reaction was achieved on 120 hours with glucose conversion of 22,09 %.

Key Words: Natural Zeolite, Titanium Metal, Glucose Isomerization, Polarimeter

ABSTRAK

Pemanfaatan zeolit alam, H-zeolit alam dan Ti-H-zeolit alam Malang sebagai katalis reaksi isomerisasi
glukosa telah berhasil dilakukan untuk mengetahui pengaruh keasaman dan efektivitas katalis zeolit alam, H-
zeolit alam dan Ti-H-zeolit alam Malang pada reaksi isomerisasi glukosa. Zeolit alam diaktivasi dengan
menggunakan larutan asam NH4NO3 2 M sehingga dihasilkan H-zeolit. Logam Ti diimpregnasikan pada H-zeolit
dengan konsentrasi TiO2 0,2 M. Metode yang digunakan adalah proses hidrotermal menggunakan suhu 90 ºC
selama 12 jam dilanjutkan dengan kalsinasi pada suhu 500 ºC selama 4 jam. Isomerisasi glukosa dilakukan
menggunakan metode batch dengan variasi waktu reaksi 30, 60, 90 dan 120 menit dan dianalisis menggunakan
polarimeter. Karakterisasi katalis meliputi keasaman menggunakan metode adsorpsi amoniak dan metode
adsorpsi piridin yang dianalisis menggunakan FTIR serta kristalinitas katalis menggunakan XRD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keasaman adsorpsi amoniak katalis zeolit alam, H-zeolit dan Ti-
H-zeolit alam Malang berturut-turut adalah sebesar 0,188; 0,281 dan 0,387 mmol/g. Untuk keasaman adsorpsi
piridin katalis Ti-H-zeolit alam Malang memiliki sisi asam Brønsted sebesar 0,153 mmol/g. Hasil karakterisasi
XRD diketahui bahwa proses modifikasi pada zeolit tidak menyebabkan perubahan struktur dan Ti telah berada
pada permukaan katalis. Aktivitas katalis Ti-H-Zeolit terhadap reaksi isomerisasi glukosa pada 110 ºC selama
120 menit dengan konversi glukosa sebesar 22,09 %.

Kata kunci : Zeolit Alam, Logam Titanium, Isomerisasi Glukosa, Polarimeter

I. PENDAHULUAN (Sweetzyme IT). Konversi glukosa menjadi


Penggunaan biokatalitik untuk fruktosa 42 % juga telah dihasilkan
isomerisasi glukosa menjadi fruktosa menggunakan enzim isomerase (Zhang,
merupakan proses terbesar yang banyak dkk., 2004). Namun, dalam penelitian ini
digunakan di dunia. Reaksi isomerisasi ini akan dilakukan isomerisasi glukosa menjadi
biasanya dilakukan dengan bantuan enzim. fruktosa menggunakan bahan katalis
Gaily, dkk., (2010) telah melaporkan hasil anorganik. Kenyataannya, bahan katalis
konversi glukosa 40 % menggunakan anorganik tidak seperti reaksi enzimatik,
katalis enzim yang diimobilisasi memiliki dan mempertahankan aktivitas
31
ALCHEMY, Vol. 3 No. 1 April 2014, hal 31-38

tinggi pada siklus berlipat-ganda, mudah NH4NO3 2M, amoniak, kertas saring,
diregenerasi dan bekerja pada rentang glukosa monohidrat, fruktosa, TiO2 dan
temperatur yang luas serta efektif aquades.
beroperasi pada kondisi asam (Situmeang 1. Preparasi Zeolit Alam
dan Fransisca, 2011). Zeolit alam Malang halus sebanyak
Moliner, dkk. (2010) melaporkan 250 gram direndam dalam 500 mL air
logam Ti yang diembankan pada zeolit bebas ion (akuades) sambil diaduk dengan
sintetik dapat digunakan sebagai katalis pengaduk magnet selama sehari semalam
dalam reaksi isomerasi glukosa menjadi (24 jam) pada suhu kamar (±25 ºC),
fruktosa yaitu Ti-Beta dan Ti-MCM-41 disaring dan endapan yang diperoleh
menghasilkan konversi glukosa secara dikeringkan dalam oven pada suhu 100 ºC
berturut-turut 50 dan 23 % serta selektivitas selama 24 jam. Selanjutnya, endapan
fruktosa 45 dan 28 %. Berdasarkan ditumbuk dan diayak dengan menggunakan
penelitian Moliner, dkk. (2010) di atas ayakan ukuran 100 mesh dan 250 mesh.
isomerisasi glukosa menjadi fruktosa 2. Aktivasi Zeolit Alam
menggunakan zeolit sintetik dapat Padatan zeolit kering yang lolos dari
digantikan menggunakan zeolit alam. ayakan 100 mesh dan tertahan pada ayakan
Hagedus (1987) melaporkan bahwa 250 mesh ditimbang 50 gram dan
logam-logam yang diembankan ke dalam ditambahkan dengan larutan NH4NO3 2 M
zeolit akan menyebabkan luas permukaan sebanyak 100 mL. Kemudian campuran
relatif besar, yang pada akhirnya akan diaduk secara kontinyu selama 2 jam
memperbesar luas kontak antara katalis dan sampai dengan 4 jam tanpa pemanasan.
reaktan, sehingga reaksi berjalan cepat. Campuran disaring dan dicuci dengan
Logam ini secara langsung dapat digunakan aquades sampai pH filtrat netral. Padatan
sebagai katalis tanpa diembankan terlebih yang diperoleh dipanaskan pada suhu 110
dahulu pada pengemban, tetapi memiliki ºC dalam oven selam 12 jam, sehingga
kelemahan, diantaranya luas permukaan menghasilkan H-zeolit.
yang relatif kecil dan selama proses 3. Modifikasi Ti-H-Zeolit Alam Malang
katalitik dapat terjadi penggumpalan dengan Metode Impregnasi
(Augustine, 1996). Sehingga untuk Ditimbang 10 gram H-zeolit yang
mencegah terjadinya penggumpalan perlu telah diaktivasi. Kemudian dicampur
ditambahkan pengemban. dengan larutan TiO2 20 mL dengan
Pada penelitian ini akan dilakukan konsentrasi 0,2 M. Campuran diaduk
pengembanan logam Ti pada zeolit alam selama 2 jam, kemudian dilakukan proses
Malang yang selanjutnya akan digunakan hidrotermal dengan cara dipanaskan pada
sebagai katalis isomerisasi glukosa. suhu 90 ºC dalam oven selama 12 jam.
Karakterisasi dilakukan setelah Selanjutnya zeolit hasil hidrotermal
mendapatkan hasil sintesis adalah keasaman didiamkan selama 24 jam. Kemudian
permukaan metode adsorpsi amoniak dan dilakukan penyaringan. Endapan hasil
adsorpsi piridin, XRD (X-Ray Diffraction) penyaringan kemudian dioven dengan suhu
dan hasil isomerisasi glukosa didapatkan 100 ºC selama 2 jam untuk menghilangkan
melalui polarimeter. Tujuan penelitian ini air. Selanjutnya semua sampel zeolit
untuk mengetahui keasaman katalis dan terimpregnasi diaktivasi dengan cara
aktivitas katalitik dari zeolit alam, H-zeolit kalsinasi pada suhu 500 ºC selama 4 jam
alam dan Ti-H-zeolit alam Malang pada dalam tanur. Pada tahap ini akan dihasilkan
reaksi isomerisasi glukosa. katalis Ti-H-zeolit.
4. Karakterisasi
II. METODE PENELITIAN Katalis Ti-H-zeolit alam
Bahan yang digunakan dalam dikarakterisasi menggunakan difraksi sinar-
penelitian ini adalah zeolit alam Malang, X (XRD) untuk mengetahui fase kristal
32
ALCHEMY, Vol. 3 No. 1 April 2014, hal 31-38

sampel zeolit sebelum dan setelah condenser. Sebanyak 50 mL aquades


dilakukan modifikasi. Analisis keasaman ditambahkan ke dalam 5 g glukosa dalam
adsorpsi amoniak dilakukan terhadap erlenmeyer. Kemudian larutan dipanaskan
katalis zeolit alam, H-zeolit alam dan Ti-H- pada suhu 110 ºC dengan penangas minyak.
zeolit alam Malang dengan metode Selanjutnya ditambahkan zeolit alam
gravimetri, yaitu dengan mengukur selisih Malang sebanyak 1 g dengan kecepatan
antara berat sampel katalis zeolit yang pengadukan 300 rpm dan reaksi
mengadsorpsi amoniak dan berat sampel berlangsung selama 30, 60, 90 dan 120
zeolit tanpa amoniak. Zeolit dengan menit. Dalam setiap waktu tersebut reaksi
keasaman adsorpsi amoniak yang terbesar dihentikan. Kemudian disentrifuge dan
dianalisis keasaman permukaannya ditentukan konsentrasi glukosa setiap waktu
menggunakan adsorpsi piridin. Sampel reaksi isomerisasi dengan cara dipipet 1 mL
sebanyak 10 mg diletakkan pada pemegang hasil isomerisasi glukosa kemudian
sampel, dan dimasukkan ke dalam sel kaca dimasukkan dalam labu takar 25 mL dan
yang mempunyai jendela terbuat dari ditambah akuades sampai tanda batas.
kalsium florida, CaF2. Selanjutnya, sel kaca Selanjutnya diukur sudut putar bidang
dipanaskan pada suhu 400 oC selama 4 jam. polarisasinya menggunakan polarimeter
Jenis situs asam Brønsted ditentukan secara triplo dan dihitung konsentrasi
menggunakan molekul piridin sebagai basa. glukosa setiap waktu. Prosedur ini juga
Piridin diadsorb pada suhu ruang selama dilakukan terhadap zeolit alam Malang
satu jam, dilanjutkan dengan desorpsi pada hasil aktivasi dan modifikasi.
150 oC selama tiga jam. Spektra inframerah Prosen konversi glukosa ditentukan
direkam pada suhu kamar pada daerah dari selisih konsentrasi glukosa awal
1700–1400 cm−1. Jumlah sisi asam dihitung dengan konsentrasi gukosa akhir
berdasarkan persamaan yang telah menggunakan persamaan:
diperkenalkan oleh Emeis (1993).

5. Uji Aktivitas Katalitik


A. Penentuan Sudut Putar Bidang III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Polarisasi Spesifik Glukosa 1. Karakterisasi Difraksi Sinar-X (XRD)
Penentuan sudut putar bidang XRD dilakukan untuk
polarisasi spesifik glukosa (αsg) dilakukan mengidentifikasi kristalinitas zeolit alam
dengan cara diukur sudut putar bidang dan zeolit alam yang telah dimodifikasi
polarisasi pada rentang konsentrasi glukosa dengan penambahan logam Ti 0,2 M serta
yaitu 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 % dalam 25 mL untuk mengetahui kemungkinan
aquades menggunakan polarimeter. pembentukan fasa baru selama modifikasi.
Data difraktogram zeolit alam Malang dan
B. Penentuan Sudut Putar Bidang zeolit alam Malang modifikasi logam Ti 0,2
Polarisasi Spesifik Fruktosa M ditunjukkan pada Gambar 1.
Penentuan sudut putar bidang Pada Gambar 1 didapatkan hasil
polarisasi spesifik fruktosa (αsf) dilakukan bahwa terjadi pergeseran sudut 2θ yang
dengan cara diukur sudut putar bidang tidak terlalu jauh antara zeolit alam dengan
polarisasi pada rentang konsentrasi glukosa zeolit alam modifikasi. Hal ini
yaitu 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 % dalam 25 mL menunjukkan bahwa dengan penambahan
aquades menggunakan polarimeter. logam Ti struktur zeolit tipe mordenit
C. Isomerisasi Glukosa masih bisa dipertahankan karena tidak
Isomerisasi glukosa dilakukan adanya puncak 2θ yang baru. Selain itu,
dengan metode batch menggunakan didapatkan bahwa terjadi penurunan
erlenmeyer 500 mL yang dilengkapi dengan intensitas pada zeolit alam. Adanya
pengaduk, termometer dan refluks
33
ALCHEMY, Vol. 3 No. 1 April 2014, hal 31-38

penurunan intensitas puncak pada zeolit koordinasi antara pasangan elektron bebas
alam modifikasi logam Ti 0,2 M dari molekul piridina dengan orbital kosong
menunjukkan bahwa Ti diperkirakan berada dari permukaan padatan. Interaksi ini
pada permukaan zeolit alam tidak masuk ke memunculkan pita serapan di daerah
dalam struktur zeolit alam. inframerah antara 1440-1452 cm-1 (Platon
dan Thomson, 2003). Pita adsorpsi pada
daerah piridin zeolit modifikasi (1700-1400
cm-1) ditunjukkan pada Gambar 2.
(a)

0.055

0.050

Absorbansi (a..u.)
20 25 30 35 40 45 50 Brønsted
0.045
(b)

Gambar 1 Difraktogram hasil karakterisasi 0.040

(a) zeolit alam Malang 0.035

modifikasi logam Ti 0,2 M dan 0.030

(b) zeolit alam Malang 2000 1900 1800 1700 1600

Bilangan Gelombang (cm )


-1
1500 1400

(Botianovi, 2012)
Gambar 2 Spektra FTIR daerah piridin
2. Keasaman Adsorpsi Amoniak zeolit modifikasi TiO2 0,2 M
Sifat keasaman zeolit merupakan
karakter penting dalam menentukan Pada Gambar 2 spektra inframerah
aktifitas katalis. Jumlah keasaman untuk zeolit modifikasi menunjukkan
(kuantitatif) dalam zeolit diukur dengan vibrasi piridin disekitar 1542 cm-1. Puncak
metode gravimetri, yaitu dengan mengukur ini menunjukkan vibrasi regangan C-C dari
selisih antara berat sampel katalis zeolit ion piridinium yang mengindikasikan
yang mengadsorpsi amoniak dan berat adanya sisi asam Brønsted pada katalis.
sampel zeolit tanpa amoniak. Hasil Sedangkan sisi asam Lewis tidak muncul
keasaman sampel adsorpsi amoniak dapat pada sampel ini. Namun pita adsorpsi pada
dilihat pada Tabel 1. bilangan gelombang disekitar 1492 cm-1
juga muncul pada sampel yang
Tabel 1 Keasaman adsorpsi amoniak menunjukkan sisi asam Brønsted dan
Keasaman Lewis.
Sampel (mmol/g)
4. Uji Aktivitas Katalitik
Zeolit alam 0,188
H-zeolit alam 0,281 A. Penentuan Sudut Putar Bidang
Ti-H-zeolit alam 0,387 Polarisasi Spesifik Glukosa
Penentuan sudut putar bidang
3. Keasaman Adsorpsi Piridin polarisasi spesifik glukosa (αsg) diperoleh
Jenis dan jumlah situs asam dalam dengan cara mengukur sudut putar bidang
sampel diamati dan ditentukan dengan polarisasi pada rentang konsentrasi glukosa
menggunakan adsorpsi piridin. Pada yang berbeda menggunakan polarimeter.
interaksinya dengan sisi asam Brønsted, Kemudian mengalurkannya pada sumbu X-
molekul piridin terprotonasi dan teradsorp Y, dimana sumbu X adalah konsentrasi
di bilangan gelombang inframerah spesifik glukosa dan sumbu Y adalah sudut putar
sekitar 1540-1545 cm-1, sedangkan bidang polarisasi (αobs). Grafik kalibrasi
interaksinya dengan sisi asam Lewis terjadi glukosa dapat dilihat pada Gambar 3.
karena pembentukan kompleks ikatan Dari grafik Gambar 3 dapat
dilakukan linearisasi, sehingga diperoleh
34
ALCHEMY, Vol. 3 No. 1 April 2014, hal 31-38

sudut putar bidang polarisasi glukosa (αobs)


sebesar +225,71.
Tabel 2 Jumlah sisi asam Brønsted dan
Lewis
Luas puncak
Brønsted Lewis
Sampel pada 1492
(mmol/g) (mmol/g)
cm-1
Zeolit 0,153 - 5,462
Modifika
si Ti 0,2
M

Gambar 4 Grafik kalibrasi fruktosa

C. Isomerisasi Glukosa
Isomerisasi glukosa dilakukan untuk
mengetahui banyaknya konversi glukosa
yang dihasilkan dari reaksi. Isomerisasi
dilakukan menggunakan katalis zeolit alam,
H-zeolit dan Ti-H-zeolit sehingga diperoleh
perbandingan konversi glukosa yang
dihasilkan dari ketiganya dengan variasi
waktu masing-masing untuk mengetahui
waktu terbaik yang digunakan dalam reaksi
isomerisasi glukosa, artinya konsentrasi
Gambar 3 Grafik kalibrasi glukosa glukosa awal akan berkurang setelah
terjadinya reaksi karena diasumsikan bahwa
glukosa telah membentuk isomernya.
B. Penentuan Sudut Putar Bidang Konsentrasi glukosa yang terbentuk setelah
Polarisasi Spesifik Fruktosa reaksi diketahui dengan mengukur sudut
Penentuan sudut putar bidang putar bidang polarisasinya menggunakan
polarisasi spesifik fruktosa (αsf) diperoleh polarimeter. Adapun konsentrasi glukosa
dengan cara mengukur sudut putar bidang hasil isomerisasi setiap waktu dapat dilihat
polarisasi pada rentang konsentrasi fruktosa pada Tabel 3.
yang berbeda menggunakan polarimeter.
Kemudian mengalurkannya pada sumbu X- Tabel 3 Konsentrasi hasil isomerisasi
Y, dimana sumbu X adalah konsentrasi glukosa setiap waktu
fruktosa dan sumbu Y adalah sudut putar Sampel Konsentrasi Glukosa (g/mL)
bidang polarisasi (αobs). Grafik kalibrasi
30 60 90 120
fruktosa dapat dilihat pada Gambar 4.
menit menit menit menit
Dari grafik Gambar 4 dapat
Zeolit
dilakukan linearisasi, sehingga diperoleh
Alam 0,0920 0,0841 0,0815 0,0789
sudut putar bidang polarisasi fruktosa (αobs)
sebesar -252,85. H- 0,0815 0,0789 0,0815
Zeolit 0,0841
Alam
Ti-H- 0,0815 0,0789 0,0737
Zeolit 0,0815
Alam

35
ALCHEMY, Vol. 3 No. 1 April 2014, hal 31-38

Tabel 3 menjelaskan bahwa katalis zeolit memiliki keasaman yang lebih besar
zeolit alam, H-zeolit alam dan Ti-H-zeolit jika dibandingkan dengan H-zeolit (zeolit
alam pada reaksi isomerisasi glukosa alam < H-zeolit alam < Ti-H-zeolit alam).
selama 30, 60, 90 dan 120 menit cenderung Oleh karena itu dapat diketahui bahwa %
mengalami penurunan konsentrasi glukosa. konversi glukosa sebanding dengan nilai
Hal tersebut menyatakan bahwa semakin keasaman katalis. Semakin besar keasaman
kecil konsentrasi glukosa hasil isomerisasi, katalis semakin besar pula % konversi
semakin besar % konversi glukosa atau glukosa. Sehingga, dapat disimpulkan
semakin banyak glukosa yang telah aktivitas terbaik reaksi isomerisasi glukosa
terisomerisasi. Konsentrasi hasil iomerisasi dilakukan menggunakan katalis Ti-H-zeolit
glukosa merupakan konsentrasi glukosa alam.
sisa isomerisasi. Pengurangan glukosa awal Moliner, dkk (2010) menjelaskan
terhadap glukosa sisa isomerisasi bahwa reaksi isomerisasi glukosa menjadi
merupakan glukosa yang telah fruktosa mengunakan Sn-Beta melalui jalur
terisomerisasi, dimungkinkan seperti pergeseran hidrida. Studi kinetika reaksi
fruktosa, manosa ataupun produk samping isomerisasi melaporkan bahwa asam dan
yang lain. Adapun grafik hubungan antara logam tertentu dapat mentransfer hidrogen
% konversi glukosa terhadap waktu langsung melalui pergeseran hidrida antara
isomerisasi dapat dilihat pada Gambar 5. C-2 dan C-1. Hal tersebut dapat
dianalogikan terhadap logam Ti dalam
zeolit alam jenis mordenit. Sehingga
mekanisme reaksi isomerisasi glukosa
menggunakan zeolit alam yang telah
dimodifikasi logam Ti mengikuti
mekanisme pergeseran hidrida seperti
Gambar 6.

Gambar 5 Grafik hubungan antara %


konversi glukosa terhadap
waktu isomerisasi

Konversi dinyatakan dalam persen


(%) dan hasil konversi glukosa dapat dilihat
pada Gambar 5 yang menyatakan bahwa %
konversi glukosa terbesar dihasilkan oleh
reaksi isomerisasi glukosa pada suhu 110 Gambar 6 Dugaan reaksi isomerisasi
ºC menggunakan katalis zeolit alam selama glukosa dengan katalis zeolit
120 menit sebesar 16,59 %, menggunakan modifikasi logam Ti
katalis H-zeolit alam selama 90 menit
Hasil isomerisasi glukosa yang
sebesar 16,59 % dan menggunakan katalis
berupa konsentrasi glukosa sisa isomerisasi
Ti-H-zeolit selama 120 menit sebesar 22,09
digunakan untuk analisa kinetika reaksi
%. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
isomerisasi glukosa menggunakan katalis
keasaman yang menunjukkan bahwa zeolit
zeolit alam, H-zeolit alam dan Ti-H-zeolit
alam memiliki keasaman yang lebih kecil
alam Malang. Orde reaksi ketiga jenis
dibandingkan dengan H-zeolit dan Ti-H-
36
ALCHEMY, Vol. 3 No. 1 April 2014, hal 31-38

katalis dapat ditentukan; apakah orde-0, V. DAFTAR PUSTAKA


orde-1, atau orde-2. Sehingga, dihasilkan Al-Qurthubi, I. 2009. Tafsir Al-Qurthubi.
grafik linear antara konsentrasi glukosa sisa Jakarta: Pustaka Azzam.
isomerisasi setiap waktu (St) dan waktu t Augustine, R.L. 1996. Heterogeneous
(detik). Dugaan orde reaksi dapat dilihat Catalysis for the Synthetic Chemist.
pada Tabel 4. New York: Marcel Dekker Inc.
Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai Botianovi, A. 2012. Modifikasi Zeolit Alam
regresi isomerisasi glukosa, orde-2 Malang dari mikropori ke Mesopori
memberikan hubungan yang lebih linear dengan Penambahan Surfaktan
dibandingkan dengan orde lainnya. Karena CTaBr
itu dapat disimpulkan bahwa reaksi (Cetyltrimethylammoniumbromide).
isomerisasi glukosa merupakan reaksi orde Skripsi. Malang: Jurusan Kimia
dua. Fakultas Sains dan Teknologi
Tabel 4 Regresi penentuan orde reaksi Universitas Islam Negeri Maulana
isomerisasi glukosa menggunakan Malik Ibrahim Malang.
zeolit alam, H-zeolit alam dan Ti- Emeis C. A. 1993. Determination of
H-zeolit alam Integrated Molar Extinction
Regresi Orde Coefficients for Infrared Absorption
Ti-H- H-Zeolit Zeolit Reaksi of Pyridine Adsorbed on Solid Acid
Zeolit Alam Alam Catalysts. Journal of Catalysis, 141
Alam : 347-354.
0,8292 0,6538 0,9542 0 Gaily, M. H., Elhasan, B.M., Abasaeed, E.
0,8469 0,658 0,9579 1 2010. Isomerization and Kinetics of
0,8635 0,6644 0,9628 2 Glucose into Fructose. International
Journal of Engineering &
Technology IJET-IJENS, Vol: 10
No: 03.
IV. KESIMPULAN
Hagedus, L.L. 1987. Catalysts Design
Dari hasil penelitian yang telah Progress and Perspectives. New
dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebagai York: John Wiley and Sons.
berikut: Moliner, M., Leshkov, Y., and Davis, M.
1. Keasaman adsorpsi amoniak katalis E. 2010. Tin-Containing Zeolites
zeolit alam, H-zeolit dan Ti-H-zeolit Are Highly Active Catalysts For
alam Malang berturut-turut adalah The Isomerization of Glucose In
sebesar 0,188; 0,281 dan 0,387 mmol/g. Water. PNAS Early Edition, 1-5.
Keasaman adsorpsi piridin katalis Ti-H- Platon, A. and Thomson. W. J. 2003.
zeolit alam Malang memiliki sisi asam Quantitative Lewis/ Brønsted Ratios
Brønsted sebesar 0,153 mmol/g. using DRIFTS. Applied Catalysis
2. Aktivitas katalis zeolit alam diperoleh Industrial Engineering Chemistry
pada reaksi isomerisasi glukosa selama Research, 42: 5988-5992.
120 menit dengan % konversi glukosa Shihab, M. Q. 2003. Tafsir Al-Misbah:
sebesar 16,59 %, katalis H-zeolit alam Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
selama 90 menit dengan % konversi Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
glukosa sebesar 16,59 % serta katalis Ti- Situmeang, R., dan Fransisca, N. 2011.
H-zeolit alam Malang selama 120 menit Study of Co3O4/NiFe2O4 Catalyst
dengan % konversi glukosa sebesar for Glucose Conversion in the Low
22,09 %. Temperature. Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi – IV,
ISBN 978-979-8510-34-2.
37
ALCHEMY, Vol. 3 No. 1 April 2014, hal 31-38

Zhang, Y., Hidajat, K., dan A.K. Ray. 2004. Isomerization of Glucose.
Optimal Design and Operation of Biochemical Engineering Journal,
SMB Bioreactor: Production of Vol: 21 No: 111–121.
High Fructose Syrup by .

38

Potrebbero piacerti anche