Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Aisyah Erlynata, Suci Amalia, Tri Kustono Adi, Susi Nurul Khalifah
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
ABSTRACT
The utilization of natural zeolite, natural H-zeolite and natural Ti-H-zeolite from Malang as catalysts
reaction of glucose isomerization were applied for determining influence of acidity and catalysts activity of
natural zeolite, natural H-zeolite and natural Ti-H-zeolite Malang on isomerization reaction of glucose. Natural
zeolite was activated using NH4NO3 acid 2 M solution until generated H-zeolite. Ti metal has impregnationded
on H-zeolite by concentration of TiO2 0,2 M. It was applied hydrometal process method using temperature of 90
ºC for 12 hours and calcined on temperature of 500 ºC for 4 hours. Glucose isomerization was applied using the
batch method with various of reaction time of 30, 60, 90 and 120 minutes and analyzed using polarimeter. The
catalysts characterization involved of acidity test using ammonia adsorption method and pyridine adsorption.
Pyridine adsorption was analyzed using FTIR and XRD.
The results showed that the acidity of ammonia adsorption on natural zeolite, H-zeolite and Ti-H-zeolite
Malang respective were 0,188; 0,281 and 0,387 mmol/g, respective the acidity of pyridine adsorption showed
that natural Ti-H-zeolite Malang has Brønsted acid side of 0,153 mmol/g. The XRD showed that modification
process of zeolite did not change structure and Ti on the catalyst surface. The activity of Ti-H-Zeolite catalyst on
glucose isomerization reaction was achieved on 120 hours with glucose conversion of 22,09 %.
ABSTRAK
Pemanfaatan zeolit alam, H-zeolit alam dan Ti-H-zeolit alam Malang sebagai katalis reaksi isomerisasi
glukosa telah berhasil dilakukan untuk mengetahui pengaruh keasaman dan efektivitas katalis zeolit alam, H-
zeolit alam dan Ti-H-zeolit alam Malang pada reaksi isomerisasi glukosa. Zeolit alam diaktivasi dengan
menggunakan larutan asam NH4NO3 2 M sehingga dihasilkan H-zeolit. Logam Ti diimpregnasikan pada H-zeolit
dengan konsentrasi TiO2 0,2 M. Metode yang digunakan adalah proses hidrotermal menggunakan suhu 90 ºC
selama 12 jam dilanjutkan dengan kalsinasi pada suhu 500 ºC selama 4 jam. Isomerisasi glukosa dilakukan
menggunakan metode batch dengan variasi waktu reaksi 30, 60, 90 dan 120 menit dan dianalisis menggunakan
polarimeter. Karakterisasi katalis meliputi keasaman menggunakan metode adsorpsi amoniak dan metode
adsorpsi piridin yang dianalisis menggunakan FTIR serta kristalinitas katalis menggunakan XRD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keasaman adsorpsi amoniak katalis zeolit alam, H-zeolit dan Ti-
H-zeolit alam Malang berturut-turut adalah sebesar 0,188; 0,281 dan 0,387 mmol/g. Untuk keasaman adsorpsi
piridin katalis Ti-H-zeolit alam Malang memiliki sisi asam Brønsted sebesar 0,153 mmol/g. Hasil karakterisasi
XRD diketahui bahwa proses modifikasi pada zeolit tidak menyebabkan perubahan struktur dan Ti telah berada
pada permukaan katalis. Aktivitas katalis Ti-H-Zeolit terhadap reaksi isomerisasi glukosa pada 110 ºC selama
120 menit dengan konversi glukosa sebesar 22,09 %.
tinggi pada siklus berlipat-ganda, mudah NH4NO3 2M, amoniak, kertas saring,
diregenerasi dan bekerja pada rentang glukosa monohidrat, fruktosa, TiO2 dan
temperatur yang luas serta efektif aquades.
beroperasi pada kondisi asam (Situmeang 1. Preparasi Zeolit Alam
dan Fransisca, 2011). Zeolit alam Malang halus sebanyak
Moliner, dkk. (2010) melaporkan 250 gram direndam dalam 500 mL air
logam Ti yang diembankan pada zeolit bebas ion (akuades) sambil diaduk dengan
sintetik dapat digunakan sebagai katalis pengaduk magnet selama sehari semalam
dalam reaksi isomerasi glukosa menjadi (24 jam) pada suhu kamar (±25 ºC),
fruktosa yaitu Ti-Beta dan Ti-MCM-41 disaring dan endapan yang diperoleh
menghasilkan konversi glukosa secara dikeringkan dalam oven pada suhu 100 ºC
berturut-turut 50 dan 23 % serta selektivitas selama 24 jam. Selanjutnya, endapan
fruktosa 45 dan 28 %. Berdasarkan ditumbuk dan diayak dengan menggunakan
penelitian Moliner, dkk. (2010) di atas ayakan ukuran 100 mesh dan 250 mesh.
isomerisasi glukosa menjadi fruktosa 2. Aktivasi Zeolit Alam
menggunakan zeolit sintetik dapat Padatan zeolit kering yang lolos dari
digantikan menggunakan zeolit alam. ayakan 100 mesh dan tertahan pada ayakan
Hagedus (1987) melaporkan bahwa 250 mesh ditimbang 50 gram dan
logam-logam yang diembankan ke dalam ditambahkan dengan larutan NH4NO3 2 M
zeolit akan menyebabkan luas permukaan sebanyak 100 mL. Kemudian campuran
relatif besar, yang pada akhirnya akan diaduk secara kontinyu selama 2 jam
memperbesar luas kontak antara katalis dan sampai dengan 4 jam tanpa pemanasan.
reaktan, sehingga reaksi berjalan cepat. Campuran disaring dan dicuci dengan
Logam ini secara langsung dapat digunakan aquades sampai pH filtrat netral. Padatan
sebagai katalis tanpa diembankan terlebih yang diperoleh dipanaskan pada suhu 110
dahulu pada pengemban, tetapi memiliki ºC dalam oven selam 12 jam, sehingga
kelemahan, diantaranya luas permukaan menghasilkan H-zeolit.
yang relatif kecil dan selama proses 3. Modifikasi Ti-H-Zeolit Alam Malang
katalitik dapat terjadi penggumpalan dengan Metode Impregnasi
(Augustine, 1996). Sehingga untuk Ditimbang 10 gram H-zeolit yang
mencegah terjadinya penggumpalan perlu telah diaktivasi. Kemudian dicampur
ditambahkan pengemban. dengan larutan TiO2 20 mL dengan
Pada penelitian ini akan dilakukan konsentrasi 0,2 M. Campuran diaduk
pengembanan logam Ti pada zeolit alam selama 2 jam, kemudian dilakukan proses
Malang yang selanjutnya akan digunakan hidrotermal dengan cara dipanaskan pada
sebagai katalis isomerisasi glukosa. suhu 90 ºC dalam oven selama 12 jam.
Karakterisasi dilakukan setelah Selanjutnya zeolit hasil hidrotermal
mendapatkan hasil sintesis adalah keasaman didiamkan selama 24 jam. Kemudian
permukaan metode adsorpsi amoniak dan dilakukan penyaringan. Endapan hasil
adsorpsi piridin, XRD (X-Ray Diffraction) penyaringan kemudian dioven dengan suhu
dan hasil isomerisasi glukosa didapatkan 100 ºC selama 2 jam untuk menghilangkan
melalui polarimeter. Tujuan penelitian ini air. Selanjutnya semua sampel zeolit
untuk mengetahui keasaman katalis dan terimpregnasi diaktivasi dengan cara
aktivitas katalitik dari zeolit alam, H-zeolit kalsinasi pada suhu 500 ºC selama 4 jam
alam dan Ti-H-zeolit alam Malang pada dalam tanur. Pada tahap ini akan dihasilkan
reaksi isomerisasi glukosa. katalis Ti-H-zeolit.
4. Karakterisasi
II. METODE PENELITIAN Katalis Ti-H-zeolit alam
Bahan yang digunakan dalam dikarakterisasi menggunakan difraksi sinar-
penelitian ini adalah zeolit alam Malang, X (XRD) untuk mengetahui fase kristal
32
ALCHEMY, Vol. 3 No. 1 April 2014, hal 31-38
penurunan intensitas puncak pada zeolit koordinasi antara pasangan elektron bebas
alam modifikasi logam Ti 0,2 M dari molekul piridina dengan orbital kosong
menunjukkan bahwa Ti diperkirakan berada dari permukaan padatan. Interaksi ini
pada permukaan zeolit alam tidak masuk ke memunculkan pita serapan di daerah
dalam struktur zeolit alam. inframerah antara 1440-1452 cm-1 (Platon
dan Thomson, 2003). Pita adsorpsi pada
daerah piridin zeolit modifikasi (1700-1400
cm-1) ditunjukkan pada Gambar 2.
(a)
0.055
0.050
Absorbansi (a..u.)
20 25 30 35 40 45 50 Brønsted
0.045
(b)
(Botianovi, 2012)
Gambar 2 Spektra FTIR daerah piridin
2. Keasaman Adsorpsi Amoniak zeolit modifikasi TiO2 0,2 M
Sifat keasaman zeolit merupakan
karakter penting dalam menentukan Pada Gambar 2 spektra inframerah
aktifitas katalis. Jumlah keasaman untuk zeolit modifikasi menunjukkan
(kuantitatif) dalam zeolit diukur dengan vibrasi piridin disekitar 1542 cm-1. Puncak
metode gravimetri, yaitu dengan mengukur ini menunjukkan vibrasi regangan C-C dari
selisih antara berat sampel katalis zeolit ion piridinium yang mengindikasikan
yang mengadsorpsi amoniak dan berat adanya sisi asam Brønsted pada katalis.
sampel zeolit tanpa amoniak. Hasil Sedangkan sisi asam Lewis tidak muncul
keasaman sampel adsorpsi amoniak dapat pada sampel ini. Namun pita adsorpsi pada
dilihat pada Tabel 1. bilangan gelombang disekitar 1492 cm-1
juga muncul pada sampel yang
Tabel 1 Keasaman adsorpsi amoniak menunjukkan sisi asam Brønsted dan
Keasaman Lewis.
Sampel (mmol/g)
4. Uji Aktivitas Katalitik
Zeolit alam 0,188
H-zeolit alam 0,281 A. Penentuan Sudut Putar Bidang
Ti-H-zeolit alam 0,387 Polarisasi Spesifik Glukosa
Penentuan sudut putar bidang
3. Keasaman Adsorpsi Piridin polarisasi spesifik glukosa (αsg) diperoleh
Jenis dan jumlah situs asam dalam dengan cara mengukur sudut putar bidang
sampel diamati dan ditentukan dengan polarisasi pada rentang konsentrasi glukosa
menggunakan adsorpsi piridin. Pada yang berbeda menggunakan polarimeter.
interaksinya dengan sisi asam Brønsted, Kemudian mengalurkannya pada sumbu X-
molekul piridin terprotonasi dan teradsorp Y, dimana sumbu X adalah konsentrasi
di bilangan gelombang inframerah spesifik glukosa dan sumbu Y adalah sudut putar
sekitar 1540-1545 cm-1, sedangkan bidang polarisasi (αobs). Grafik kalibrasi
interaksinya dengan sisi asam Lewis terjadi glukosa dapat dilihat pada Gambar 3.
karena pembentukan kompleks ikatan Dari grafik Gambar 3 dapat
dilakukan linearisasi, sehingga diperoleh
34
ALCHEMY, Vol. 3 No. 1 April 2014, hal 31-38
C. Isomerisasi Glukosa
Isomerisasi glukosa dilakukan untuk
mengetahui banyaknya konversi glukosa
yang dihasilkan dari reaksi. Isomerisasi
dilakukan menggunakan katalis zeolit alam,
H-zeolit dan Ti-H-zeolit sehingga diperoleh
perbandingan konversi glukosa yang
dihasilkan dari ketiganya dengan variasi
waktu masing-masing untuk mengetahui
waktu terbaik yang digunakan dalam reaksi
isomerisasi glukosa, artinya konsentrasi
Gambar 3 Grafik kalibrasi glukosa glukosa awal akan berkurang setelah
terjadinya reaksi karena diasumsikan bahwa
glukosa telah membentuk isomernya.
B. Penentuan Sudut Putar Bidang Konsentrasi glukosa yang terbentuk setelah
Polarisasi Spesifik Fruktosa reaksi diketahui dengan mengukur sudut
Penentuan sudut putar bidang putar bidang polarisasinya menggunakan
polarisasi spesifik fruktosa (αsf) diperoleh polarimeter. Adapun konsentrasi glukosa
dengan cara mengukur sudut putar bidang hasil isomerisasi setiap waktu dapat dilihat
polarisasi pada rentang konsentrasi fruktosa pada Tabel 3.
yang berbeda menggunakan polarimeter.
Kemudian mengalurkannya pada sumbu X- Tabel 3 Konsentrasi hasil isomerisasi
Y, dimana sumbu X adalah konsentrasi glukosa setiap waktu
fruktosa dan sumbu Y adalah sudut putar Sampel Konsentrasi Glukosa (g/mL)
bidang polarisasi (αobs). Grafik kalibrasi
30 60 90 120
fruktosa dapat dilihat pada Gambar 4.
menit menit menit menit
Dari grafik Gambar 4 dapat
Zeolit
dilakukan linearisasi, sehingga diperoleh
Alam 0,0920 0,0841 0,0815 0,0789
sudut putar bidang polarisasi fruktosa (αobs)
sebesar -252,85. H- 0,0815 0,0789 0,0815
Zeolit 0,0841
Alam
Ti-H- 0,0815 0,0789 0,0737
Zeolit 0,0815
Alam
35
ALCHEMY, Vol. 3 No. 1 April 2014, hal 31-38
Tabel 3 menjelaskan bahwa katalis zeolit memiliki keasaman yang lebih besar
zeolit alam, H-zeolit alam dan Ti-H-zeolit jika dibandingkan dengan H-zeolit (zeolit
alam pada reaksi isomerisasi glukosa alam < H-zeolit alam < Ti-H-zeolit alam).
selama 30, 60, 90 dan 120 menit cenderung Oleh karena itu dapat diketahui bahwa %
mengalami penurunan konsentrasi glukosa. konversi glukosa sebanding dengan nilai
Hal tersebut menyatakan bahwa semakin keasaman katalis. Semakin besar keasaman
kecil konsentrasi glukosa hasil isomerisasi, katalis semakin besar pula % konversi
semakin besar % konversi glukosa atau glukosa. Sehingga, dapat disimpulkan
semakin banyak glukosa yang telah aktivitas terbaik reaksi isomerisasi glukosa
terisomerisasi. Konsentrasi hasil iomerisasi dilakukan menggunakan katalis Ti-H-zeolit
glukosa merupakan konsentrasi glukosa alam.
sisa isomerisasi. Pengurangan glukosa awal Moliner, dkk (2010) menjelaskan
terhadap glukosa sisa isomerisasi bahwa reaksi isomerisasi glukosa menjadi
merupakan glukosa yang telah fruktosa mengunakan Sn-Beta melalui jalur
terisomerisasi, dimungkinkan seperti pergeseran hidrida. Studi kinetika reaksi
fruktosa, manosa ataupun produk samping isomerisasi melaporkan bahwa asam dan
yang lain. Adapun grafik hubungan antara logam tertentu dapat mentransfer hidrogen
% konversi glukosa terhadap waktu langsung melalui pergeseran hidrida antara
isomerisasi dapat dilihat pada Gambar 5. C-2 dan C-1. Hal tersebut dapat
dianalogikan terhadap logam Ti dalam
zeolit alam jenis mordenit. Sehingga
mekanisme reaksi isomerisasi glukosa
menggunakan zeolit alam yang telah
dimodifikasi logam Ti mengikuti
mekanisme pergeseran hidrida seperti
Gambar 6.
Zhang, Y., Hidajat, K., dan A.K. Ray. 2004. Isomerization of Glucose.
Optimal Design and Operation of Biochemical Engineering Journal,
SMB Bioreactor: Production of Vol: 21 No: 111–121.
High Fructose Syrup by .
38