Sei sulla pagina 1di 9

PEMBAHSI Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 8, No.

2, Tahun 2018

PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA BERBASIS KEARIFAN LOKAL


SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER
MENUJU DUNIA GLOBAL
Oleh
Leviana Disi , Dwi Yuli Hartati2
1
1,2
Program Studi Magister Pendidkan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas PGRI Palembang
1
levianadisi@gmail.com

Abstract— Local wisdom in language learning and character reinforcement. In


today's era of advanced communication intelligence is needed to utilize and
package the values of local wisdom in a global context. In addition, no less
important is the presence of creativity to bring back self-confidence in local
behavior in national and global communications. Of course, the interpretation
and creativity of literary authors become the basic necessity for maintaining local
wisdom. Local color that is and carry the regionalism that is contained in cross-
cultural communication of course reflects keiindonesiaan and through literature
also we can put the values of local wisdom so thick that can be poured in the
form of novels, short stories and poetry. Through language learning can be a tool
to maintain the identity or identity of the nation because in the Indonesian
language contained image of Indonesia. The image can be constructed and
constructed by the author through character, characterizations, background and
place specificities, as well as the story situation in the language. The
characteristics, nuances, and breaths of Indonesianness can be exchanged in
the language. Because language and literature have the ability to concoct the
values of locality that make the reader has wisdom and gave birth to a positive
attitude in interpreting the value of local wisdom which is the identity of the
nation.

Keywords— Language style satire of irony, cynicism and sarcasm

——————————  ——————————

PENDAHULUAN
Bahasa dan sastra sangat erat dinamika perjalanan bangsa Indonesia.
kaitannya dengan penanaman kearifan lokal Kearifan lokal dalam pembelajaran
bagi masyarakat atau pembaca. Berbicara bahasa dan penguatan karakter. Pada era
masalah kearifan lokal perlu melihat sejarah komunikasi canggih sekarang ini diperlukan
atau dinamika kehidupan bangsa Indonesia. kecerdasan memanfaatkan dan mengemas
Pada dasarnya, persoalan karakter menjadi nilai-nilai kearifan lokal dalam konteks
perhatian serius pada setiap masa, setiap global. Di samping itu, tidak kalah penting
generasi, bahkan setiap periode yang adalah hadirnya kreativitas untuk
menyertai perjalanan bangsa. Hal itupun menghadirkan kembali rasa percaya diri
diakui oleh semua bangsa di seluruh dunia. dalam berperilaku lokal dalam komunikasi
Bagi bangsa Indonesia (dapat dispesifikkan nasional dan global. Sudah barang tentu
menjadi masyarakat suku bangsa), penafsiran dan kreativitas pengarang sastra
persoalan kearifan lokal telah disadari sejak menjadi kebutuhan pokok. Kondisi itu
awal kemerdekaan hingga masa kini. disadari oleh pengarang masa kiri yang
Persoalan kearifan lokal telah mengikuti memiliki trend untuk menghadirkan karya

1
PEMBAHSI Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 8, No. 2, Tahun 2018

sastra dari sumber sastra tradisi dalam 2012).


formal sastra modern. Kondisi itu dapat Indonesia sebagai Negara yang kaya
dimaknai sebagai kerinduan sekaligus akan budaya harus dapat membentengi diri
pengakuan bahwa nilai lokal masih layak terhadap gempuran dalam kancah
dimanfaatkan dalam mendukung percatruan budaya. Budaya bangsa harus
pembentukan karakter global. Masyarakat diserap dan dijadikan sebagai karakter
dapat membaca hadirnya novel, cerpen, individu, masyarakat, dan bangsa. Akan
drama, puisi sastra Indonesia modern yang tetapi jika melihat realitas, tampaknya
mengambil sumber dari sastra tradisional Indonesia masih belum dapat memahami
(Suyitno, 2016). akar budaya bangsa sendiri sebagai
Namun ketika moedernisme identitas bangsa. Hal ini tampak begitu
menyelinap ke dalam batang tubuh bangsa mudahnya para generasi muda mengadopsi
Indonesia, jebakan yang berujung pada budaya bangsa lain yang boleh jadi sangat
keterpelantingan orisinilitas dan produktivitas bertentangan dengan tata nilai bangsa. Oleh
kebudayaan asli tidak dapat dihindari. Arus sebab itu, sangat penting di era globalisasi
teknologi-informasi telah menghancurkan sangat perlu penggalian kembali budaya
batas-batas kebudayaan. Gelombang besar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Hal ini
teknologi-informasi bukan hanya sekadar sangat krusial dilakukan dalam rangka
melintasi batas-batas kebudayaan, membentengi arus pertukaran di era global.
melainkan dapat memporandakan identitas Basis-basis kearifan lokal yang ada dalam
kebangsaan. Identitas manusia sebagai masyarakat perlu diangkat kembali.
bagian dari suatu kelompok masyarakat Penggunaan aspek kearifan lokal
tidak lagi kuasa dipertahankan dari dalam bahan ajar berarti mengangkat nilai
karakteristiknya. Perubahan yang lokal dalam pemahaman pemelajar. Nilai
mengakibatkan berubahnya mental dan lokal ini akan menunjukkan identitas dan jati
watak, merupakan dampak dari perubahan diri bangsa Indonesia. Pada saat informasi
budaya. Globalisasi telah terjadi dalam dengan sangat mudah diakses oleh siapa
berbagai bidangnya, termasuk dalam bidang pun, kekuatan lokal akan mempunyai daya
sains dan teknologi, sosial-politik, budaya, jual dan daya tawar yang tinggi. Nilai lokal
dan etika yang berimplikasi pada banyaknya yang unik inilah yang akan menjadi sebuah
masalah yang muncul dalam dunia nilai jual dalam komunitas global. Hampir
pendidikan di berbagai Negara. Dunia baru semua nilai lokal yang masuk dalam nilai-
yang ditawarkan peradaban masa kini hanya nilai kearifan lokal dapat dijadikan sumber
berhasil mengajarkan pragmatisme, dan inspirasi untuk memperkaya
kesementaraan hidup yang praktis (Naufal, pengembangan nilai-nilai kehidupan.
dkk., 2014; Abdullah Idi, 2014; Rif’an, dkk., Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

2
PEMBAHSI Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 8, No. 2, Tahun 2018

kearifan lokal banyak membantu masyarakat beragam. Pada kenyataannya arus


dalam mempertahankan hidup. globalisasi telah membawa dampak
Menurut Quaritzch Wales kearifan terhadap nilai-nilai budaya bangsa.
lokal merupakan kumpulan ciri budaya dari Globalisasi merupakan suatu fenomena
mayoritas masyarakat sebagai hasil dari yang berkembang cepat. Globalisasi
pengalaman hidup mereka (Rahyono membuat masyarakat bergerak terus dalam
2009:7). Pengertian itu menyangkut (1) ciri proses pengglobalan. Globalisasi sudah
budaya, (2) sekelompok manusia sebagai menyentuh hampir semua aspek kehidupan.
pemilik budaya, dan (3) pengalaman hidup Hal tersebut terjadi karena adanya
yang menghasilkan ciri budaya. Pendapat kemudahan mengakses komunikasi,
lain mengatakan bahwa kearifan lokal informasi, dan teknologi negara-negara
adalah sebuah kebijaksanaan setempat maju. Globalisasi telah menciptakan
yang dikonsepsikan oleh masyarakat dan berbagai tantangan dan permasalahan baru
konsep tersebut mempunyai dampak daya yang mesti dijawab dan dipecahkan. Akan
tahan terhadap masalah yang timbul di tetapi, kita dapat memanfaatkan globalisasi
masyarakat. Sebuah komunitas di untuk kepentingan kehidupan.
masyarakat akan mempunyai cara tersendiri Globalisasi itu berlangsung di semua
yang disesuaikan dengan kondisi bidang seperti ideologi politik, ekonomi,
masyarakat dalam memecahkan pertahanan dan keamanan, serta sosial
permasalahan yang mereka hadapi. Dengan budaya. Dampak globalisasi di bidang sosial
demikian aspek yang muncul dalam kearifan budaya sudah terasa. Kebudayaan
lokal akan sangat menarik bagi pemelajar moderndan global sudah merasuk ke dalam
asing karena adanya aspek khusus jiwa bangsa Indonesia. Nilai-nilai budaya
mengenai ciri budaya, pemilik budaya, lokal seperti nilai-nilai yang menyangkut
kebijaksanaan memecahkan masalah. Maka etika, estetika, moral, agama, sosial, dan
dari itu pembelajaran bahasa dan sastra cara pandang diri sudah mulai terkikis,
dalam hal ini, memiliki potensi dalam upaya memudar, bahkan boleh jadi sudah sulit
menawarkan dan menanamkan kearifan terlacak.
lokal bangsa pada generasi muda. Untuk itu, Dengan demikian, diperlukan suatu
perlu adanya penanam kearifan lokal dalam upaya untuk memperkukuh nilai-nilai
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. karakter kebangsaan. Pemerkukuhan
karakter kebangsaan sangat diperlukan
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Sebagai untuk mengatasi ancaman, kendala, atau
Basis Menghadapi Dunia Global tantangan yang datang dari luar yang dapat
Bangsa Indonesia merupakan bangsa mengancam kelangsungan hidup dan
yang memiliki kekayaan nilai budaya yang eksistensi produk budaya lokal. Upaya untuk

3
PEMBAHSI Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 8, No. 2, Tahun 2018

mempertahankan dan memperkukuh jati diri disampaikan nilai-nilai sosial yang terjadi di
bangsa, salah satunya ialah melalui bahasa daerah. Oleh karena bahasa memiliki
dan sastra. bahasa Indonesia banyak kemampuan untuk meramu nilai-nilai
mengandung nilai-nilai kearifan lokal. Warna lokalitas yang membuat para pembaca
lokal yang bersifat dan mengusung memiliki kearifan dan melahirkan sikap
kedaerahan yang terdapat dalam positif dalam memaknai nilai kearifan lokal
komunikasi lintas budaya tentu saja yang merupakan identitas bangsa.
mencerminkan keiindonesiaan dan melalui
sastra pula kita bisa menaruh nilai-nilai Bahasa, Sastra dan Kearifan Lokal
kearifan lokal yang begitu kental yang dapat Dalam praktiknya, bahasa dan sastra
dituangkan dalam bentuk novel, cerpen dan mampu mengukuhkan nilai-nilai lokal yang
puisi. positif dalam pikiran dan perasaan bangsa
Melalui Pembelajaran bahasa dapat Indonesia. bahasa mampu menjadi alat
djadikan alat untuk mempertahankan jati diri penapis atau penyaring pengaruh dari luar.
atau identitas bangsa karena dalam bahasa Dengan bahasa, kita bisa menjadi manusia
Indonesia terkandung citra keindonesiaan. yang kreatif, berwawasan, futuristik, dan
Citra tersebut dapat dikonstruksi dan berkualitas jika kita dapat menangkap nilai-
dibangun pengarang lewat karakter, nilai positif dalam bahasa. Menurut
penokohan, kekhasan latar dan tempat, juga Djojonegoro (1984: 425) bahasa selain
situasi cerita dalam bahasa itu. Karakteristik, mampu memberikan nilai-nilai positif, juga
nuansa, dan nafas keindonesiaan dapat dapat membantu mengembangkan sikap
diembuskan dalam bahasa. Dalam upaya positif terhadap perkembangan ipteks yang
menonjolkan identitas keiindonesiaan, tidak dapat dibendung itu.
pengarang dalam bahasa dapat juga Ridwan (2007: 2-3) mengatakan
mengetengahkan Indonesia yang lintas bahwa kearifan lokal atau sering disebut
budaya, Indonesia yang terdiri atas local Wisdom dapat dipahami usaha
kesatuan berbagai etnis, dan Indonesiayang manusia dapat dipahami sebagai usaha
memiliki hibriditas dan pluralitas. bahasa manusia dengan menggunakan akal
juga dapat dijadikan sarana budinya (kognisi) untuk bertindak dan
mengembangkan dan membangun sikap bersikap terhadap sesuatu, objek, atau
moral, mental, ideologi, kontruksi berpikir, peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu.
konsep budaya, kemanusiaan, dan Pengertian tersebut disusun secara
kepedulian social etimologi, di mana wisdom dipahami
Pembelajaran bahasa dan sastra sebagai kemampuan seseorang dalam
sangatlah tepat untuk mengangkat kearifan menggunakan akal pikirnya dalam bertindak
lokal karena melalui bahasa dapat atau bersikap sebagai hasil penilaian

4
PEMBAHSI Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 8, No. 2, Tahun 2018

terhadap suatu objek atau peristiwa yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling
terjadi. Sebagai sebuah istilah wisdom bernilai dalam kehidupan masyarakat. Suatu
sering diartikan sebagai sistem nilai budaya terdiri atas konsepsi-
‘kearifan/kebijaksanaan’. Lokal secara konsepsi yang hidup dalam pikiran sebagian
spesifik menunjuk pada ruang interaksi besar warga masyarakat mengenai hal-hal
terbatas dengan sistem nilai yang terbatas yang harus mereka anggap bernilai dalam
pula. Sebagai ruang interaksi yang sudah hidup. Oleh karena itu, suatu sistem nilai
didesain sedemikian rupa yang di dalamnya kebudayaan biasanya berfungsi sebagai
melibatkan suatu pola-pola hubungan antara pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.
manusia dengan manusia atau manusia Sistem kelakuan manusia lain yang
dengan lingkungan fisiknya. Pola interaksi tingkatannya lebih konkret, seperti aturan-
yang sudah terdesain tersebut disebut aturan khusus, hukum, dan norma-norma,
setting. Setting adalah sebuah ruang semuanya juga berpedoman pada nilai
interaksi tempat seseorang dapat menyusun budaya itu. nilai budaya yang dapat
hubungan-hubungan face to face dalam mendorong pembangunan, di antaranya
lingkungannya. Sebuah setting kehidupan sifat tahan penderitaan, berusaha keras,
yang sudah terbentuk secara langsung akan toleran terhadap pendirian atau
memproduksi nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut kepercayaan orang lain, dan gotong-royong.
yang akan menjadi landasan hubungan Dalam memandang sastra sebagai
mereka atau menjadi acuan tingkah-laku bagian dari kebudayaan di Indonesia, Ratna
mereka. (2011: 10), permasalahan yang berkaitan
Kearifan lokal sebenarnya sangat dengan masyarakat dengan sendirinya lebih
berhubungan erat dengan kehidupan yang beragam sekaligus lebih kompleks dalam
dijalani oleh manusia. Dimana kearifan lokal sastra regional, sastra nusantara. Indikator
bisa tumbuh dan berkembang jika yang berkaitan dengan bahasa sebagai
kehidupan manusia tetap berlangsung dan medium. Di Indonesia terdapat ratusan
berjalan sebagaimana mestinya. Kearifan bahasa yang masih hidup dalam
lokal bisa terus eksis ditengah dunia global masyarakatnya masing-masing, sebagian
jika manusia bisa menjaga budaya lokal belum pernah diangkat ke dalam suatu
dengan baik an benar. Salah satu cara untuk penelitian. Indikator kedua berkaitan dengan
menjaga kearifan lokal itu adalah melalu struktur sosial itu sendiri, yang berebeda-
bahasa dan sastra. beda sesuai dengan geografi, alam sekitar,
Koentjaraningrat (1984: 8-25) iklim, maupun dalam kaitannya dengan ciri-
mengatakan bahwa nilai budaya adalah ciri masyarakat yang mendukungnya.
lapisan abstrak dan luas ruang lingkupnya. Seangkan Trianton (2015) mengatakan
Tingkat ini adalah ide-ide yang bahwa pada dasarnya sastra Indonesia

5
PEMBAHSI Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 8, No. 2, Tahun 2018

adalah sastra lokal. Persoalan-persoalan memiliki kekuatan spiritual keagamaan,


yang ditulis oleh sastrawan merupakan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
persoalan yang bersumber dari budaya- akhlak mulia merupakan bagian dari
budaya lokal yang disebut etnik. Sastra pendidikan berbasis karakter.
menjadi dokumentasi budaya lokal, yang Dalam konteks kebudayaan, bahasa
merupakan pembentuk identitas bangsa. dan sastra memiliki posisi penting dalam
Dari pemaparan di atas, pada pembentukan karakter bangsa. Demikian
hakikatnya bahasa dan sastra Indonesia pula dalam porsi pembentukan mental,
yang mengangkat tema-tema kearifam lokal sebab dunia dalam sastra merupakan dunia
sangat banyak dan beragam. Baik dalam yang dibangun atas dialektika ruang
bentuk puisi, novel, dongeng, cerita rakyat, keindahan dan nilai. Sastra hadir dengan
novel, cerpen, maupun drama sangat fungsinya sebagai bagian untuk mendidik
banyak keberadaannya. Oleh sebab itu, masyarakat. Menurut (Ratna, 2014: 209)
sastra memiliki porsi penting dalam mengatakan bahwa karya sastra bersumber
penggalian nilai kearifan lokal sebagai dari fungsi-fungsi karya sastra. Karya sastra
pembentuk karakter kebangsaan. sebagai kreativitas imajinatif yang
sesungguhnya dari masyarakat, demikian
Bahasa dan Sastra Sebagai Basis juga karya budaya sebagai warisan, baik
Pendidikan Karakter Kebangsaan secara mandiri maupun proses
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 antarhubungan, merupakan sumber utama
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I karya pendidikan karakter. Dalam konteks
Pasal I Ayat I dikatakan, “pendidikan adalah ini, wahana edukatif karya sastra ialah
usaha sadar dan terencana untuk media dalam pembentukan karkter. Baik
mewujudkan suasana belajar dan proses pemahaman terhadap budaya bangsa
pembelajaran peserta didik secara aktif maupun terhadap nilai-nilai yang terkandung
mengembangkan potensi dirinya untuk dalam kebudayaan.
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, Bahasa dan sastra tidak hanya
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dipandang sebagai sebuah karya seni
akhlak mulia, serta keterampilan yang bahasa yang kosong nilai. Akan tetapi tidak
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan demikian sempit, sastra sebagai hasil
Negara”. Dari pemaparan basis pendidikan budaya sangat memiliki peran penting
sebagaimana diamanatkan oleh UNESCO, terhadap perkembangan kebudayaan.
secara ekmplisit sangat relevan dengan cita- Bentuk realitas, nilai kemasyarakatan,
cita yang diamanatkan dalam UU Nomor 20 sampai dengan keragaman kebudayaan
Tahun 2003. Proses pembelajaran secara suatu masyarakat merupakan aspek yang
aktif mengembangkan potensi diri untuk patut untuk kembali digali sebagai

6
PEMBAHSI Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 8, No. 2, Tahun 2018

penguatan kebudayaan. Melihat hal ini, sebagaimana tersemat dalam undang-


Wibowo (2013: 109) sastra harus bisa undang di atas secara yakni menyiapkan
berperan human control persoalan- generasi yang berkarakter. Jika
persoalan yang terjadi di masyarakat. dikontekskan dengan abad 21 ini di mana
Pandangan ini jelas sangat sesuai dengan dunia tengah memasuki era global,
prinsip bahwa setiap karya sastra yang pendidikan yang mengarah pada
dihasilkan oleh sastrawan terkandung misi. pembentukan karakter kebangsaan sangat
Dalam kontek demikian, Ratna (2014: 209) urgen dilakukan. Pertukaran informasi tidak
memberi penegasan bahwa setiap aktivitas disadari membawa pula pengaruh
memiliki fungsi, tujuan, dan hasil akhir, kebudayaan dari masyarakat bangsa dari
termasuk evaluasi dalam rangka belahan dunia. Pengadopsian terhadap nilai
perkembangan aktivitas tersebut. Demikian dari budaya lain pun tidak bisa terhindarkan
pula halnya sastra, relevansinya ditunjukkan oleh generasi bangsa. Melihat fenomena ini,
melalui makna tambah yang berhasil pemerintah melalui Kurikulum 2013
ditunjukkan, baik oleh pecipta, sebagai merupakan usaha untuk mengantisipasi
subjektivitas, maupun penikmat, sebagai generasi digital dan usaha sadar merespon
makna subjektivitas sekaligus objektivitas. kehidupan global. Penanaman pendidikan
Tidak ada karya sastra tanpa tujuan. karakter di Indonesi salah satunya
Oleh sebab itu, ada yang mengatakan diwujudkan melalui Kurikulum 2013 seperti
bahwa peran sastra sebagai human control pendapat Muhaimin (dalam Abdullah Idi,
guna mengembalikan martabat manusia, 2014: 264) mengatakan, perubahan KTSP
baik di mata manusia lain, maupun di sisi ke Kurikulum 2013 sesungguhnya guna
Tuhan. Sastra adalah ruang pencarian dan merespons dan mengantisipasi
bentuk pemikiran kritis yang dalam ruang perkembangan, tuntutan kebutuhan
tersebut mengemban nilai-nilai spiritual, masyarakat. Globalisasi telah terjadi dalam
kemanusiaan, sosial, serta nilai hakiki berbagai bidang, termasuuk dalam bidang
kehidupan lain. Maka dengan bahasa sains dan teknologi, sosial-politik, budaya
sebagai mediumnya, diharapkan satrawan dan etika yang berimplikassi pada
harus mampu menghindari kepicangan banyaknya masalah yang munncul dalam
ranah yang tanpa makna. Bahasa dunia pendidikan di berbagai negara.
difungsikan satrawan sebagai bentuk olah Mempertimbangkan dua aspek penting
pikir sehingga misi luhur yang di atas, yakni mengenai basis pendidikan
diupayakannya dapat tertuang. Misi luhur karakter dalam Kurikulum 2013 dan sastra
tersebut adalah mengasah karakter sebagai basis pembentukan karakter
kebangsaan pada generasi muda. kebangsaan, kiranya sangat perlu
Usaha untuk mewujudkan dipadukan. Indonesia sebagai Negara yang

7
PEMBAHSI Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 8, No. 2, Tahun 2018

kaya akan kearifan lokal sungguh sangat keterampilan yang diperoleh merupakan
mungkin untuk memunguti kembali nilai-nilai hasil kerja mandiri peserta didik berdasarkan
yang terkandung di dalamnya. Tidak hanya konsep yang dikaitkan dengan kondisi
itu, dalam karya sastra para pengarang lingkungan tempat tinggalnya.
sastra banyak mengambil tema-tema Peran peserta didik mengkontruksi
kearifan lokal yang direfleksikan dalam informasi- informasi yang diperoleh untuk
karyanya. diformulasikan menjadi pengetahuan dan
Dengan demikian, pembentukan keterampilan yang dimiliki. Pembelajaran
karakter dapat disumbang pula oleh kontekstual dapat dipadukan dalam
pembelajaran sastra di sekolah. Upaya ini pembelajaran sastra berbasis kearifan lokal.
tidaklain adalah sebagai usaha untuk Cara ini memberi peluang peserta didik
menumbuhkan kesadaran mengenali dan dalam mengenal, menggali, dan menyerap
membentuk kembali karakter kebangsaan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran
yang selama ini dilupakan. Oleh sebab itu, sastra.
pedoman pembelajaran sastra sangat
penting untuk mempertimbangkan materi KESIMPULAN
pembelajaran sastra yang sarat akan nilai Dari pemaparan di atas bisa
kearifan lokal bangsa. Pembelajaran harus disimpulkan bahwa dalam dunia pendidikan.
mampu membawa peserta didik kepada Penguatan karakter kebangsaan dapat
kehidupan. dimulai dari optimalisasi pendidikan karakter
Dalam hal ini, pembelajaran berbasis kearifan lokal melalui pembelajaran
kontekstual dapat memberi dukungan sastra. Penekanan Afektif pada Kurikulum
terhadap pembelajaran sastra berbasis nilai 2013 serta pembelajaran yang tematik
kearifan lokal. Menurut Sujarwo (2011: 48) integratif akan sangat memberi dukungan
menyatakan, pembelajaran kontekstual pada pendidikan karakter dalam
merupakan konsep belajar yang membantu pembelajaran sastra. Pembelajaran yang
pendidik dalam mengaitkan materi bersifat praktik terpadu dan kontekstual
pembelajaran dengan situasi dunia nyata dapat memberi sumbangsih dalam
peserta didik dan mendorong peserta didik menangkap isu-isu kearifan lokal dalam
membuat hubungan antara pengetahuan kebudayaan. Pengangkatan terhadap sastra
yang dimilikinya dengan kehidupan anggota nasional hingga sastra daerah perlu
keluarga dan masyarakat. Dalam proses diakomodatif. Terlebih jika melihat sastra
pembelajaran, tugas pendidik mengelola daerah di bangsa yang multikulutur seperti
kelas sebagai tim yang bekerja bersama Indonesia harus digali kembali.
untuk menemukan sesuatu yang baru bagi Pembelajaran sastra berbasis pembelajaran
peserta didik. Pengetahuan dan kontekstual sangat relevan untuk diterapkan.

8
PEMBAHSI Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 8, No. 2, Tahun 2018

Hal terpenting dalam upaya


penggalian karakter bangsa adalah
penggalian dan penguatan terhadap
khazanah kebudayaan nasional. Bahasa
dana Sastra pada konteks ini akan mampu
menjadi paduan yang cocok untuk
penguatan akar karakter bangsa. Oleh
karena itu, peran pengarang, pendidik, dan
pengembang kurikulum perlu
memperhatikan penghidupan bahasa dan
sastra dengan basis kearifan lokal.

DAFTAR PUSTAKA
Idi, Abdullah. 2013. Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktik. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan,
mentalitas, danPembangunan.
Jakarta: PT. Gramedia.
Naufel, Ahmad dkk. 2014. Pancasila,
Budaya Virtual dan Globalisasi.
Purwokerto: STAIN Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Paradigma
Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ridwan, Norma. 2007. “Landasan Keilmuan
Kearifan Lokal”. Makalah dalam Jurnal
Studi Islam dan Budaya Ibda’.Vol. 5.
No. 1. Jan—Jun 2007. Hlm. 27-38.
Sujarwo. 2011. Model-model Pembelajaran
Suatu Strategi Mengajar. Yogyakarta:
Penerbit Venus Gold Press.
Suyitno. 2009. Apresiasi Puisi dan Prosa.
Lembaga Pengembangan Pendidikan
(LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan
Percetakan UNS (UNS Press).
Trianton, Teguh. 2015. “Strategi
Pemertahanan Identitas dan Diplomasi
Budaya melalui Pengajaran Sastra
Etnik Bagi Penutur Asing”. Makalah
dalam Konferensi Bahasa dan Sastra
III, UNS, Surakarta
Wibowo, Agus. 2013. Pendidikan Karakter
Berbasis Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.

Potrebbero piacerti anche