Sei sulla pagina 1di 18

FORUM REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM)

“DHARMA KERTHI PRAJA PASCIMA”


Model Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan
Penyalahgunaan NAPZA di Kota Denpasar Propinsi Bali
Etty Padmiati* dan Sri Kuntari**

Abstract
Problems of abuse of narcotics, psychotropic and other addictive substances (drug) at this
moment has reached an alarming situation, because the victim was already very widespread
and affects nearly all levels of society. Various efforts have been made, both by governments
and the community in drug abuse prevention. In an effort to control drug abuse, community
empowerment model by establishing the Forum, is expected to help in drug abuse prevention.
However, if the model is an effective forum in drug abuse prevention efforts, it is necessary to
do research. The purpose of this study was to obtain a model of community empowerment in an
effective drug abuse prevention, which can enhance the ability of the community (community
leaders) in implementing drug abuse prevention activities. This was a pilot, and implemented in
the District of West Denpasar Denpasar Bali Province. While the trial is targeting community
leaders who care about drug abuse prevention, some 30 people. Experimental results show
that, a model of community empowerment in the response to drug abuse by establishing a CBR
Forums “Dharma Praja Kerthi Pascima” effectively enhance the ability of communities to
implement drug abuse prevention activities. The effectiveness of the Forum model can be seen
from the success of the three divisions that formed the division Socialization, Referral and
Counseling, Advocacy and Patronage Continue to implement a work program that had been
planned together. The success of this Forum in addition to the board and its members are quite
active, cannot be separated from the role of companion who is also always active in participating
in activities, and provide guidance for the performance of Forum can be better in the future.
One of the recommendations put forward was the need for continuous socialization of the
existence of the forum, so that more can be known by the public, and is expected to serve as a
model in other regions are adjusted to the conditions of the region.
Keywords: Community Based Rehabilitation Forum - Community Empowerment Model,
Combating Drug Abuse

Abstrak
Masalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) pada saat
ini telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan, karena korban sudah sangat meluas dan
menyerang hampir seluruh lapisan masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat dalam penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. Dalam upaya
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA, model pemberdayaan masyarakat dengan membentuk

*
Dra. Etty Padmiati, Peneliti Madya B2P3KS Yogyakarta.
**
Dra. Sri Kuntari, Peneliti Madya B2P3KS Yogyakarta.

143
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011

Forum, diharapkan dapat membantu dalam penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. Namun,


apakah model Forum tersebut efektif dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA,
maka dipandang perlu dilakukan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh
model pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan penyalahgunaan NAPZA yang efektif,
yakni yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat (para tokoh masyarakat) dalam
melaksanakan kegiatan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.
Penelitian ini bersifat uji coba, dan dilaksanakan di Kecamatan Denpasar Barat Kota Denpasar
Provinsi Bali. Sedangkan sasaran uji coba adalah para tokoh masyarakat yang peduli terhadap
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA, sejumlah 30 orang.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa, model pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA dengan membentuk Forum RBM “Dharma Kerthi Praja Pascima”
efektif meningkatkan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA. Efektivitas model Forum tersebut dapat dilihat dari keberhasilan
ketiga divisi yang dibentuk yaitu divisi Sosialisasi, Rujukan dan Konseling, Advokasi dan
Binaan Lanjut dalam melaksanakan program kerja yang telah direncanakan secara bersama.
Keberhasilan Forum ini selain karena pengurus dan anggotanya yang cukup aktif, juga
tidak terlepas dari peran pendamping yang juga selalu aktif mengikuti kegiatan, dan
memberikan bimbingan agar kinerja Forum dapat lebih baik di masa mendatang. Salah satu
rekomendasi yang diajukan adalah perlunya sosialisasi secara berkesinambungan tentang
keberadaan forum, agar lebih dapat dikenal oleh masyarakat luas, dan diharapkan dapat
dijadikan model di wilayah lain yang disesuaikan dengan kondisi wilayah tersebut.

Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA.

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
disalahgunakan. Akan tetapi, berdampak positif
Indonesia bebas Narkoba !!! Itulah (baik dan berguna) bila digunakan dengan tepat,
harapan kita sebagai masyarakat yang peduli yaitu untuk pengobatan dan pengembangan
akan keberlangsungan masa depan bangsa ilmu pengetahuan. Dan, untuk selanjutnya
Indonesia. Narkoba adalah singkatan dari dalam tulisan ini akan digunakan istilah
narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain “NAPZA” yang lebih luas lingkupnya.
“Narkoba”, istilah lain yang sering digunakan
Kebanyakan zat yang ada di dalam
adalah “Napza” yang merupakan singkatan dari
NAPZA, sebenarnya digunakan untuk
narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
pengobatan dan penelitian. Namun kini persepsi
lainnya. Semua istilah ini, baik Narkoba maupun
itu disalahgunakan akibat pemakaian yang telah
Napza mengacu pada bahan/zat yang bila masuk
di luar batas dosis. Oleh sebab itu
ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh,
penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah
terutama susunan syaraf pusat/otak, sehingga
perilaku manusia, bukan semata-mata masalah
jika disalahgunakan akan menyebabkan
zat atau NAPZA itu sendiri. Sebagai masalah
gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial.
perilaku, banyak variabel yang mempengaruhi.
Oleh sebab itu, Narkoba atau Napza adalah
Tidak mungkin mencegah penyalahgunaan
musuh yang sangat ber bahaya, bila
NAPZA dengan hanya memberi pengetahuan

144
Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Etty Padmiati dan Sri Kuntari

atau informasi tentang bahaya NAPZA, tanpa pemberantasan, penyalahgunaan, dan


usaha mengubah perilaku. Bahkan, peredaran gelap NAPZA, diketahui jumlah
dikhawatirkan timbul pengaruh sebaliknya, yaitu penyalahgunaan NAPZA saat ini meningkat
meningkatnya keingintahuan atau keinginan dratis. Sebanyak 1,99 persen dari populasi
mencoba bagi para remaja (Lydia Harlina penduduk Indonesia atau 3,2 juta hingga 3,6 juta
Martono, 2006: 3). Seseorang menggunakan orang menjadi pengguna NAPZA. Dari jumlah
NAPZA karena berbagai alasan, diantaranya tersebut, 26 persen di antaranya masih kategori
mulai dari keinginan untuk coba-coba, coba pakai, 27 persen teratur pakai, 40 persen
mengatasi stress, bersenang-senang, atau untuk pecandu bukan suntik, dan 7 persen lainnya
sosialisasi. Biasanya seseorang mulai mencoba kategori pecandu suntik (Kedaulatan Rakyat,
NAPZA karena ditawarkan oleh teman dan 21 Juni 2010).
karena keingintahuannya. Bila NAPZA
Penyalahgunaan dan ketergantungan
digunakan secara terus menerus dan berlanjut
NAPZA dirasa dapat membahayakan bagi
akan mengakibatkan ketergantungan atau
pengguna apabila berlanjut menjadi “budak
dependensi, disebut juga kecanduan.
NAPZA” atau sering disebut dengan
Kecanduan inilah yang akan menimbulkan
“ketergantungan”. Akibat ketergantungan pada
dampak buruk terhadap fisik, psikis, dan
NAPZA akan berdampak negatif pada
kehidupan sosial. Sebab, bila sudah kecanduan
pengguna, baik terhadap fungsi fisik maupun
jika akan mengurangi atau berhenti
psikisnya. Pengaruh pada fungsi fisik akan
menggunakan akan timbul gejala putus NAPZA
menimbulkan banyak komplikasi pada fungsi
(sakau). Untuk dapat mempertahankan
organ tubuh. Sedangkan pengaruh pada psikis
pengaruh NAPZA seperti semula, pengguna
yang bermanifestasi pada gangguan perilaku
akan mengkonsumsi dalam jumlah yang makin
tidak wajar atau perilaku menyimpang.
lama makin banyak. Jika penggunaannya sudah
Semakin meluasnya penyalahgunaan NAPZA
melebihi takaran, maka pengguna tersebut akan
ini juga menimbulkan dampak negatif terhadap
over dosis dan akhirnya menuju pada kematian.
kehidupan sosial, yaitu munculnya tindak
Di Indonesia, sekarang ini masalah kejahatan sehingga mempengaruhi ketertiban
penyalahgunaan NAPZA telah mencapai masyarakat, yang pada akhirnya melemahkan
tingkat meresahkan dan sudah sangat kehidupan bernegara. Dengan demikian,
mengkhawatirkan, karena korban sudah bahaya penyalahgunaan NAPZA tidak saja
sangat meluas dan menyerang hampir seluruh merugikan pengguna, tetapi juga bagi keluarga
lapisan masyarakat. Korban yang semula dan masyarakat lingkungannya. Selain itu,
terbatas hanya di kota-kota besar dengan penyalahgunaan NAPZA pantas juga dicermati
sasaran keluarga yang mampu, kini telah karena sekarang ini telah menjadi media
menunjukkan indikasi meluas sampai ke kota- perjalanan menuju HIV dan AIDS.
kota kecil bahkan ke pelosok desa dan
Sejalan dengan meluasnya korban
menyerang keluarga yang kurang mampu.
penyalahgunaan NAPZA, saat ini bermunculan
Kasus ini bagaikan gunung es yang mencuat di
beragam jenis NAPZA yang disalahgunakan.
atas permukaan laut, yang tampak hanya yang
Tidak mengherankan jika angka kekambuhan
ada di atas permukaan, sedangkan bagian
dari pecandu yang pernah dirawat pada
terbesar di bawah permukaan tidaklah tampak.
berbagai pusat terapi dan rehabilitasi adalah 60
Bahkan menurut WHO, jika ada satu kasus
- 70 persen (Lydia Harlani Martono, 2006: 2).
maka sesungguhnya ada 10 kasus di tempat
Apabila masalah ini tidak segera ditanggulangi
tersebut (Ahmadi Sofyan, 2007: 2).
secara serius akan menghancurkan masa depan
Berdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika
bangsa dan negara, mengingat kelompok yang
Nasional (BNN) bersama Universitas
paling banyak terlibat dalam penyalahgunaan
Indonesia dalam upaya pencegahan,

145
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011

NAPZA adalah kelompok remaja, yang dalam proses tumbuh dan berkembang,
merupakan generasi penerus yang akan menjadi kepribadiannya belum mantap dan masih
pimpinan di masa datang. Hal ini juga mencari-cari bentuk identitas diri atau jati diri.
dinyatakan oleh Haryadi Baskoro, bahwa dari Kondisi yang demikian menyebabkan mereka
empat jutaan pecandu NAPZA di Indonesia, sangat rawan terhadap berbagai pengaruh
sekitar 85 persennya adalah generasi muda buruk yang dibawa oleh lingkungannya,
(Kedaulatan Rakyat, 28 Januari 2010). Dengan sehingga orang-orang muda yang masih labil
demikian, NAPZA adalah ancaman sangat jiwanya tersebut berpotensi besar untuk terjerat
serius bagi generasi muda yang merupakan NAPZA. Dalam situasi rawan seperti itu,
pewaris dan penerus perjuangan bangsa. NAPZA yang disebarluaskan di kalangan
Sedangkan di sisi lain dapat menimbulkan generasi muda dan pelajar yang kemudian
gangguan pada ketahanan nasional dan disalahgunakan, akan menimbulkan
integritas bangsa. Oleh sebab itu, pemerintah ketergantungan ter hadap NAPZA. Jika
memandang masalah penyalahgunaan dan demikian bagaimana wajah generasi muda,
ketergantungan NAPZA sebagai masalah apabila hal tersebut tidak dicegah sejak dini.
nasional yang memerlukan penanganan serius. Sebagaimana ditahui, generasi muda adalah
Pemerintah dalam menyikapi kondisi yang tonggak keberlangsungan bagi masa depan
memprihatinkan ini, kemudian memberlakukan bangsa dan negara. Oleh karena itu, menjaga
undang-undang untuk penyalahgunaan mereka agar tidak terpengaruh bahaya
NAPZA, yaitu Undang-Undang Nomor 5 NAPZA adalah kewajiban semua pihak.
Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Dengan demikian, mencegah lebih baik
Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1997 daripada mengobati.
tentang Narkotika, yang pada tahun 2009 telah
Berbagai upaya pencegahan, rehabilitasi
disempurnakan dan telah diundangkan pada
dan represif sudah dilakukan berbagai pihak,
tanggal 12 Oktober 2009 berupa Undang-
seperti pemerintah, LSM, Ormas dan
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
sebagainya. Namun sepertinya upaya ini kalah
Narkotika. Di dalam produk hukum terbaru
cepat dengan perkembangan peredaran
ini sudah mulai lengkap dari segi kriteria narkoba
NAPZA dan jumlah pemakainya. Penelitian
dan hukumnya. Kedua produk hukum tersebut
tentang “Pengkajian Penanggulangan Masalah
dilengkapi dengan adanya Undang- Undang
Penyalahgunaan NAPZA” yang dilakukan oleh
Negara RI Nomor 7 Tahun 1997 tentang
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pengesahan United Nations Convention
Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta
Agains IIIicit Trafiic In Narcotic Drugs
tahun 2009 di lima kota besar di Indonesia
And Psychotropic Substances, 1988. Selain
(Medan, DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, dan
itu, perhatian pemerintah juga tercermin dengan
Manado), berhasil mengidentifikasi adanya
diterbitkannya Instruksi Persiden Nomor 3
ketidakseimbangan antara jumlah
Tahun 2002 tentang Penanggulangan,
permasalahan penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
dengan jumlah panti yang tersedia untuk
Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.
Zat adiktif Lainnya, serta membentuk Badan
Pelaksanaan rehabilitasi terhadap korban
Narkotika Nasional berdasarkan Keputusan
penyalahguna NAPZA yang dilaksanakan
Presiden RI Nomor 17 Tahun 2002.
secara non-panti dengan melibatkan peran
Terjadinya penyalahgunaan NAPZA masyarakat, menjadi suatu alternatif kebutuhan
biasanya bermula dari individu yang dalam penanganan penyalahgunaan NAPZA.
bermasalah. Sumber masalah dapat berasal dari Oleh sebab itu, penelitian tersebut
dalam diri individu maupun berasal dari merekomendasikan bahwa salah satu upaya
lingkungannya. Apalagi bagi remaja yang masih yang dapat dilakukan dalam penanggulangan

146
Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Etty Padmiati dan Sri Kuntari

penyalahgunaan NAPZA adalah melalui Sosial dan berbagai pihak terkait dalam
Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM), merumuskan kebijakan tentang penanggulangan
artinya rehabilitasi yang diselenggarakan oleh, penyalahgunaan NAPZA, khususnya dalam
dari dan untuk masyarakat dengan rehabilitasi berbasis masyarakat. Selain itu,
memanfaatkan sumber daya dan dana yang ada untuk menambah perbendaharaan khasanah
dalam masyarakat. pustaka, khususnya pengetahuan tentang
pemberdayaan masyarakat dalam
Rehabilitasi Berbasis Masyarakat dapat
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.
diupayakan melalui kegiatan pemberdayaan
masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan, penggalian potensi dan B. KAJIAN PUSTAKA
sumberdaya, penggalian nilai-nilai dasar,
1. Dampak Penyalahgunaan NAPZA
penciptaan akses dan jejaring, serta pemberian
bantuan usaha atau kegiatan. Dengan demikian, Salah satu persoalan besar yang tengah
pemberdayaan masyarakat di sini adalah dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah
memberikan penguatan terhadap komunitas seputar maraknya penyalahgunaan narkotika,
masyarakat yang direpresentasikan oleh psiktropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA),
berbagai tokoh masyarakat (adat, agama, yang semakin hari semakin mengkhawatirkan.
pendidikan, pemuda, wanita, pengurus lembaga Dampak negatif yang ditimbulkan akibat
lokal yang peduli NAPZA) dalam penyalahgunaan NAPZA ini, baik secara fisik,
meningkatkan kesadaran pentingnya jaringan psikis, sosial budaya dan moral membuat alasan
kerjasama dalam penanggulangan kuat mengapa “barang haram” yang bernama
penyalahgunaan NAPZA. Untuk mewadahi NAPZA itu menjadi musuh ber sama
kelompok masyarakat melaksanakan kegiatan, masyarakat di negari ini. Sebagaimana
maka dirasa perlu membentuk suatu wadah disampaikan Wapres Boediono dalam sambutan
atau forum. Pembentukan wadah atau forum pada puncak peringatan Hari Anti Narkotika
tersebut dimaksudkan untuk memperkuat Internasional 2010 di Silang Monas Jakarta,
jaringan kerja diantara para tokoh masyarakat bahwa : “Narkoba adalah musuh bersama.
dalam penanganan masalah penyalahgunaan Terlebih saat ini ditengarai maraknya peredaran
NAPZA. Namun demikian, apakah model narkoba jenis sintesa kimiawi, yang mempunyai
forum yang dibentuk tersebut efektif efek merusak lebih berbahaya. Saat ini telah
meningkatkan kemampuan masyarakat (tokoh- terjadi perubahan penyalahgunaan dari alami
tokoh masyarakat) dalam penanggulangan ke sintesa. Ini lebih berbahaya. Harganya
penyalahgunaan NAPZA, maka dipandang murah dan terjangkau oleh masyarakat. Ini
perlu dilakukan penelitian. yang harus diwaspadai”. Lebih lanjut Beliau
mengatakan : “Pemerintah tidak akan pernah
2. Tujuan dan Manfaat Penelitian memberikan toleransi sedikitpun terhadap
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian penyalahgunaan narkoba di masyarakat.
ini adalah untuk memperoleh model Sebab, narkoba merupakan ancaman serius
pemberdayaan masyarakat dalam bagi anak cucu di masa mendatang” (http://
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA www.detiknews.com/read/2010/06/26).
yang efektif, yakni yang dapat meningkatkan Penyalahgunaan NAPZA berkaitan erat
kemampuan masyarakat (para tokoh dengan kualitas sumber daya manusia dan
masyarakat) dalam melaksanakan kegiatan masa depan bangsa, mengingat korbannya
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. terutama adalah generasi muda. Berdasarkan
Adapun manfaat yang diharapkan adalah hasil survey Badan Narkotika Nasional tahun
sebagai bahan pertimbangan bagi Kementrian 2008 diketahui bahwa, penyalahgunaan

147
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011

NAPZA di kalangan pelajar maupun semata-mata dibebankan kepada pemerintah


mahasiswa berada pada angka yang saja, tetapi merupakan tugas dan
mengkhawatirkan (http://erabaru-net/top- tanggungjawab kita semua. Dalam hal ini, peran
news). Jumlah mahasiswa yang terlibat kasus serta masyarakat untuk bahu membahu
narkoba pada tahun 2008 mencapai 5.075 orang bersama pemerintah melawan NAPZA adalah
dan meningkat menjadi 5.975 pada tahun 2009. harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Akan seperti apa kondisi bangsa ini ke depan, Peranan masyarakat dalam pencegahan dan
jika anak bangsanya telah terjerumus ke dalam penanggulangan penyalahgunaan NAPZA
“lembah hitam” atau jeratan “lingkaran setan” dijamin dalam Undang-Undang No. 35 Tahun
yang bernama NAPZA. Sebab, dampak 2009 tentang Narkotika, bahwa “Masyarakat
penyalahgunaan NAPZA dapat merusak mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya
kesehatan dan mental generasi muda, yang untuk berperan serta dalam membantu upaya
akhirnya sangat merugikan negara dan bangsa. pencegahan dan pemberantasan
Generasi muda, di satu sisi termasuk kelompok penyalahgunaan dan peredaran gelap
rawan dan berisiko tinggi terhadap narkotika”.
penyalahgunaan NAPZA, dan di sisi lain
Penyalahgunaan NAPZA tidak dapat
merupakan asset bangsa yang berharga karena
sama sekali diberantas, sama halnya dengan
mereka adalah generasi muda yang diharapkan
penyakit masyarakat lain sepeti pelacuran dan
menjadi pewaris dan penerus perjuangan
judi. Namun, dapat dicegah. Karenanya, lebih
bangsa di masa mendatang. Karena itulah bila
baik mencegah daripada mengobati atau
generasi muda rusak oleh NAPZA, maka
menanggulangi. Pencegahan harus dilakukan
suram atau bahkan hancurlah masa depannya.
sedini mungkin agar generasi muda memiliki
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena
daya tangkal tinggi. Demikian pula dengan
penggunaan NAPZA, para remaja beresiko
penanggulangan, yaitu ketika generasi muda
tertular dan menularkan hepatitis C dan HIV
masih dalam taraf coba-coba, pemakai pemula,
di kalangan remaja akibat penggunaan jarum
dan belum pecandu berat. Sebab tidak mudah
suntik secara bergantian (bersama). Penelitian
memulihkan pecandu NAPZA. Pemulihannya
di RS Cipto Mangunkusumo mendapatkan
berlangsung lama, biaya perawatannya mahal,
angka kekerapan Hepatitis C di kalangan
dan jumlah sarananya pun sangat terbatas.
pengguna NAPZA suntik mencapai 77 persen.
Hanya 10 persen pecandu NAPZA beroleh
Sedangka kekerapan HIV pada pengguna
akses perawatan ke pusat-pusat terapi dan
NAPZA suntik berkisar antara 60 sampai 90
rehabilitasi, sedangkan sebagian besar pecandu
persen (http://www.kesrepro.info). Jika
justru berada di tengah-tengah masyarakat.
demikian, bangsa ini akan kehilangan generasi
Demikian pula dinyatakan oleh Menteri Sosial
yang berkualitas tinggi, padahal mereka sangat
Salim Segaf Al Jufri, bahwa “Pr oses
diharapkan menjadi generasi penerus dalam
pemeliharaan dan rehabilitasi bagi para
melaksanakan pembangunan ke depan.
pecandu narkoba memang sangat mahal, dan
Artinya, kehilangan remaja sebagai generasi
itu harus ditunjang sarana dan prasarana yang
penerus sama dengan kehilangan sumber daya
memadai agar para pecandu tersebut bisa
manusia bagi bangsa.
menjalani rehabilitasi dan terapi penyembuhan
dengan baik. Saat ini lembaga pelayanan dan
2. Rehabilitasi Berbasis Masyarakat
rehabilitasi korban NAPZA masih sangat
NAPZA merupakan “musuh bersama” minim, tercatat 90 lembaga yang menangani
(The common enemy) yang harus diperangi permasalahan tersebut. Disadari bahwa upaya
oleh semua kalangan. Mengingat peredaran penanganan masalah penyalahgunaan NAPZA
NAPZA sekarang ini sudah begitu merebak, hanya dapat menghambat laju
maka upaya penanggulangannya tidak dapat perkembangannya. Oleh karena itu, perlu

148
Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Etty Padmiati dan Sri Kuntari

kerjasama berbagai komponen terkait 3. Pemberdayaan Masyarakat


pelayanan dan rehabilitasi NAPZA, masyarakat
Upaya untuk meningkatkan kemampuan
juga perlu untuk berperan aktif dalam
masyarakat melalui penyuluhan dan bimbingan
mengatasi pengedaran narkotika “(http://
sosial, merupakan upaya untuk menumbuhkan
yanrehsos.depsos.go.id).
keberdayaan masyarakat dengan melibatkan
Melihat kondisi yang demikian, maka perlu mereka dalam kegiatan pelayanan terhadap
dikembangkan upaya pemulihan atau rehabilitasi korban penyalahguna NAPZA. Dengan
pecandu NAPZA berbasis masyarakat, yang demikian, pengertian pemberdayaan di sini
dapat menjangkau dan melayani pecandu adalah upaya memberikan pembekalan kepada
NAPZA serta keluarganya di tengah masyarakat, sehingga memiliki pengetahuan
masyarakat. Oleh karena itu, memberdayakan dan kemampuan untuk menggali dan
masyarakat adalah upaya penting, agar mereka memanfaatkan sumber dan potensi yang
dapat berperan serta dalam mencegah dan tersedia dalam penanganan masalah
menanggulangi penyalahgunaan NAPZA di penyalahgunaan NAPZA. Sebagaimana
lingkungan masing-masing. Salah satu cara dikemukakan oleh Ginanjar Kartasasmita
yang terbukti efektif menjawab tantangan (1996), bahwa pemberdayaan merupakan
kebutuhan adalah melalui pendekatan berbasis upaya untuk membangun daya dengan
masyarakat secara terpadu. Metode ini mendorong atau memotivasi dan
menggali sumber-sumber dan menilai membangkitkan kesadaran akan potensi yang
kebutuhan di tingkat masyarakat. dimiliki serta berupaya untuk mengembangkan.
Dalam mengembangkan potensi tersebut
Konsep utama Rehabilitasi Berbasis
Masyarakat atau RBM dalam penanggulangan diperlukan upaya untuk membantu
meningkatkan kemampuan yang dimiliki
penyalahgunaan NAPZA adalah
masyarakat. Konsep lain menyebutkan, bahwa
pemberdayaan masyarakat, artinya pelayanan
pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu
rehabilitasi yang diberikan kepada korban
proses menuju berdaya, atau proses untuk
penyalahguna NAPZA di dalam keluarga dan
masyarakatnya sendiri dengan memanfaatkan memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, dan
potensi yang ada di dalam masyarakat. Dengan kepada pihak yang kurang atau belum berdaya
(Ambar Teguh Sulistiyani, 2004).
demikian, tujuan RBM adalah tercapainya
upaya rehabilitasi yang diselenggarakan oleh, Prinsip ini mengubah paradigma dalam
dari, dan untuk masyarakat dengan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA dari
memanfaatkan sumber daya dan dana yang ada pemberian pelayanan kepada sasaran tertentu
di dalam masyarakat. Agar masyarakat dapat di masyarakat, menjadi pemberdayaan
melaksanakan program kegiatan pelayanan masyarakat untuk mengembangkan dan
terhadap korban penyalahguna NAPZA, maka melaksanakan rencana kegiatan mereka
perlu dipersiapkan dengan pembekalan melalui sendiri. Sebagai konsekuensinya, masyarakat
kegiatan penyuluhan dan bimbingan sosial. harus didorong agar mampu menyelesaikan
Aspek yang sangat diperlukan oleh masyarakat masalah mereka sendiri. Tugas pemerintah
adalah kemampuan dan keterampilan untuk adalah sebagai fasilitator, yang mendorong
melaksanakan peran pendampingan, proses membangun kesadaran masyarakat,
mengidentifikasi kebutuhan dan sumber, membangun sistem dan mekanisme kerja,
mengelola jejaring kerja dan kemitraan, menyusun pedoman, melatih dan mendidik
menggali dan mengalokasikan sumber, tenaga-tenaga yang handal, serta membina
membahas kasus, menyusun rencana kerja, masyarakat agar mampu merencanakan dan
serta monitoring, evaluasi dan pelaporan. melaksanakan program yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Dengan demikian,

149
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011

pendekatan yang dilakukan dalam C. METODE PENELITIAN


pemberdayaan ini adalah bahwa masyarakat Upaya pemberdayaan masyarakat dalam
tidak dijadikan obyek, tetapi subyek yang akan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA ini
melaksanakan kegiatan pelayanan. Menurut menggunakan pendekatan pengorganisasian
Ginanjar Kartasasmita (1996), pendekatan masyarakat (community organization).
pemberdayaan masyarakat harus mengikuti Pendekatan ini lebih menekankan masyarakat
pendekatan sebagai berikut: a) Upaya itu harus sebagai sebuah institusi (lembaga), yaitu
terarah, b) Program harus langsung merupakan suatu upaya untuk memberdayakan
mengikutsertakan atau dilaksanakan oleh masyarakat, termasuk di dalamnya upaya untuk
masyarakat yang menjadi sasaran, c) melakukan hubungan kerja sama dengan
Menggunakan pendekatan kelompok. Dari lembaga sosial lainnya dalam suatu komunitas.
pendapat tersebut, maka pemberdayaan harus Dengan demikian, upaya ini dimaksudkan untuk
secara langsung ditujukan kepada masyarakat mendorong keberfungsian masyarakat secara
yang membutuhkan. Hal ini berarti bahwa dalam kelembagaan. Sedangkan tujuannya adalah
program pelayanan, masyarakat harus terlibat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
langsung untuk merencanakan, melaksanakan, berfungsi secara bersama-sama dalam
dan mengukur keberhasilannya. Dengan kata penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.
lain, masyarakat menjadi pelaku utama, dan Selain itu, juga tumbuhnya suatu tindakan
karena itu keterlibatan masyarakat dalam kolektif dari masyarakat dalam penanggulangan
pelaksanaan program memerlukan kesadaran penyalahgunaan NAPZA.
masyarakat akan minat dan kepentingan
bersama. Oleh sebab itu, untuk membangkitkan Adapun penelitian ini bersifat uji coba, yaitu
kesadaran dan membangun kepercayaan diri dengan memberikan perlakuan (pembekalan)
masyarakat dibentuklah wadah atau forum, terhadap masyarakat yang dimungkinkan dapat
sehingga mereka dapat merencanakan dan didorong untuk melaksanakan penanggulangan
melaksanakan program aksi. penyalahgunaan NAPZA di lingkungannya. Uji
coba ini dilaksanakan tanpa menggunakan
Untuk mengantisipasi hambatan di dalam kelompok kontrol (pembanding), tetapi dengan
melaksanakan program tersebut, maka dalam melihat perkembangan (tingkat kemajuan)
program pemberdayaan masyarakat ini peserta pembekalan atau target sasaran. Dalam
menggunakan pendekatan pendampingan, yaitu rentang waktu kurang lebih enam bulan bisa
menunjuk seseorang untuk melaksanakan dilihat apakah perlakuan tersebut efektif sesuai
pendampingan. Tujuannya adalah untuk dengan tujuan dimaksud. Adapun wujud dari
membantu forum mengatasi hambatan- perlakuan tersebut mulai dari upaya untuk
hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan mempertemukan, membuka wawasan,
program aksi yang telah direncanakan memberikan stimulan, membangun kesadaran
bersama. Dengan kata lain, pendampingan atau komitmen serta pendampingan agar
diperlukan antara lain untuk : a) Mencegah agar terbangun suatu bentuk kerjasama yang lebih
keberadaan forum tetap berlangsung dan tidak produktif. Efektivitas perlakuan bisa dilihat
mengalami kemunduran, b) Mendampingi melalui kegiatan monitoring dan evaluasi. Dari
forum melaksanakan kegiatan atau program hasil inilah nantinya, selain dilihat
aksi, dan c) Mempertahankan forum ke arah perkembangannya juga akan dianalisis tingkat
terwujudnya kemandirian. Oleh sebab itu, keberhasilan atau sebaliknya, sehingga akan
penunjukan pendamping ini harus benar-benar dihasilkan suatu laporan (reporting) hasil uji
memenuhi kualifikasi tertentu, antara lain : coba yang memiliki validitas yang dapat
memiliki komitmen yang tinggi, kreatif, dan dipertanggungjawabkan.
harus dapat berintegrasi dengan forum secara
terus menerus (Bambang Nugroho, dkk, 2004).

150
Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Etty Padmiati dan Sri Kuntari

Dalam pelaksanakan penelitian ini, a. Pembentukan panitia daerah, yang akan


pemilihan lokasi ditentukan secara purposive, membantu secara teknis dalam pelaksanaan
yaitu di Kecamatan Denpasar Barat Kota pemberdayaan, terutama mempersiapkan
Denpasar Provinsi Bali. Alasan pemilihan lokasi segala sesuatunya demi kelancaran
tersebut antara lain karena : a) Daerah dengan kegiatan pemberdayaan. Kemudian
jumlah pengguna/ pecandu NAPZA relatif ditentukan sebanyak dua orang dari
banyak, b) Merupakan daerah wisata, c) Kecamatan Denpasar Barat dan Dinas
Masyarakat setempat masih memegang teguh Sosial Provinsi.
nilai/norma adat dan agama, d) Wilayah b. Penentuan fasilitator, yang akan
tersebut merupakan jalur peredaran NAPZA memberikan materi pada pembekalan
yang cukup strategis, dan e) Penduduk usia nantinya. Sebelum kegiatan pembekalan,
remaja atau pelajar relatif banyak dibanding diadakan diskusi dengan fasilitator tentang
daerah lainnya. Peserta pembekalan atau target
materi yang akan disampaikan. Adapun
sasaran dalam uji coba ini adalah masyarakat,
enam fasilitator yang ditentukan adalah dari
dalam hal ini para tokoh masyarakat pada
Badan Narkotika Propinsi (BNP),
wilayah kecamatan di daerah perkotaan. Para
Kepolisian, Dinas Kesehatan, Kementrian
tokoh masyarakat tersebut antara lain adalah
Agama, Dinas Sosial, dan LSM peduli
tokoh adat, tokoh agama, tokoh pendidikan,
masalah NAPZA.
tokoh pemuda, tokoh wanita, dan tokoh peduli
NAPZA, serta pengurus lembaga lokal yang c. Penentuan pendamping, yang akan
peduli terhadap masalah NAPZA. Adapun melaksanakan tugas pendampingan selama
jumlahnya ditentukan sebanyak 30 orang. enam bulan ke depan. Dalam rangka
mempersiapkan pendamping melaksanakan
Pendekatan yang digunakan dalam uji coba tugas pendampingan, maka diberi penjelasan
ini adalah kualitatif. Pendekatan ini dilakukan tentang tugas-tugas yang menjadi
dengan mengungkapkan data-data dan kewajibannya. Untuk pendamping
informasi tentang proses dan hasil uji coba. ditentukan dua orang yaitu dari Kecamatan
Denpasar Barat dan dari Dinas Sosial
D. PROSES PEMBERDAYAAN Provinsi, masing-masing satu orang.
MASYARAKAT
2. Tahap Pelaksanaan.
Secara garis besar upaya pemberdayaan
masyarakat dalam penanggulangan Dalam tahap pelaksanaan pemberdayaan,
penyalahgunaan NAPZA, dilakukan melalui kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
serangkaian proses yang meliputi beberapa
tahap kegiatan, yaitu : a. Pembekalan
Pembekalan atau pelatihan praktis ini
1. Tahap Persiapan. bertujuan untuk memberikan pengetahuan
Tahap ini mencakup berbagai kegiatan kepada peserta tentang NAPZA dan
yang diarahkan kepada upaya untuk bahayanya, serta pemahaman sejumlah
mempersiapkan segala sesuatu yang terkait masalah yang dialami para korban
dengan pelaksanaan pemberdayaan. Kegiatan penyalahgunaan NAPZA. Selain itu, juga
dimulai dengan kegiatan penjajakan yang memberikan pengetahuan bagaimana menjalin
dimaksudkan untuk memberikan penjelasan kerjasama dalam penanganan penyalahgunaan
mengenai maksud dan tujuan kegiatan NAPZA. Kegiatan ini dilaksanakan secara
pemberdayaan masyarakat serta teknis klasikal yang diikuti oleh 30 orang peserta
pelaksanaannya, kepada Dinas Sosial Provinsi dengan kriteria yang telah ditentukan. Sebelum
Bali. Kegiatan penjajakan ini antara lain : dilaksanakan pembekalan, peserta terlebih

151
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011

dahulu diberi penjelasan tentang maksud dan membentuk suatu forum yang mewadahi
tujuan kegiatan. mereka (peserta pembekalan) dan diberi nama
“DHARMA KERTHI PRAJA PASCIMA”,
Secara garis besar pelaksanaan pembekalan
yang memiliki makna pengabdian dan pelayanan
ini berlangsung selama enam hari, dengan materi
sosial dari belahan barat Kota Denpasar.
yang telah ditentukan sesuai dengan panduan
Pembentukan Forum tersebut dimaksudkan
pelaksanaan pemberdayaan. Adapun materi yang
untuk memperkuat jaringan kerja di antara para
diberikan adalah sebagai berikut :
peserta (berbagai tokoh masyarakat) dalam
1) Pengetahuan tentang NAPZA dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di
Permasalahannya. wilayah Kecamatan Denpasar Barat pada
2) Tindak Pidana Penyalahgunaan NAPZA. khususnya dan Provinsi Bali pada umumnya.
3) Pengaruh NAPZA terhadap Kesehatan, Terbentuknya Forum ini juga sebagai salah satu
Pencegahan dan Penanggulangan sarana dalam menumbuh kembangkan
Kekambuhan. partisipasi dan kepedulian masyarakat untuk
ikut mengeleminir masalah NAPZA di
4) Bimbingan Mental dan Spiritual Korban lingkungannya, dan membantu para korban
NAPZA. penyalahguna NAPZA agar mampu kembali
5) Kebijakan Kementerian Sosial dalam melaksanakan fungsi dan peran sosialnya dalam
Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA, kehidupan bermasyarakat. Adapun tujuannya
Profesi Pekerjaan Sosial, Teknik adalah : 1) Memberikan penyuluhan atau
Assessment, Masalah dan Potensi serta sosialisasi kepada masyarakat luas tentang
Mobilisasi Sumber. bahaya penyalahgunaan NAPZA, 2)
6) Manajemen Organisasi, Penyusunan Memberikan rujukan dan konseling bagi
Rencana Aksi, Pengendalian dan Jejaring pecandu dan mantan pecandu NAPZA, dan
Pelaksanaan Kegiatan. 3) Memberikan advokasi dan binaan lanjutan
kepada warga masyarakat yang peduli terhadap
Materi-materi tersebut disampaikan oleh
masalah NAPZA.
fasilitator dari Badan Narkotika Propinsi
(BNP), Kepolisian, Dinas Kesehatan, Setelah Forum terbentuk, selanjutnya
Kementrian Agama, Dinas Sosial, dan LSM menentukan kepengurusan Forum yang terdiri
yang peduli masalah NAPZA. dari : Pembina/Pelindung, Ketua, Sekretaris,
dan Bendahara serta Pendamping. Kemudian
Setelah enam materi disampaikan dengan
dibentuk tiga divisi yaitu : 1) Divisi Sosialisasi,
metode ceramah dan tanya jawab, kemudian
2) Divisi Rujukan, dan 3) Divisi Advokasi dan
dilanjutkan diskusi antar peserta untuk
Binaan Lanjutan. Masing-masing divisi
mengidentifikasi masalah NAPZA di tingkat
beranggotakan 10 orang. Jadi pengurus inti bisa
kecamatan, menetapkan prioritas penanganan,
juga menjadi anggota divisi yang ada.
mengidentifikasi potensi dan sumber daya lokal
yang dapat mendukung operasional, dan
c. Penyusunan Program Kerja.
penyusunan program dan kegiatan berdasarkan
prioritas masalah. Program dan kegiatan Dengan terbentuknya Forum “Dharma
tersebut dipilah menjadi upaya preventif, Kerthi Praja Pascima”, selanjutnya menyusun
referal dan after care. program kerja yang akan dilaksanakan enam
bulan ke depan. Program kerja tersebut disusun
b. Pembentukan Forum oleh Forum berdasarkan prioritas masalah yang
ada di kecamatan Denpasar Barat, dengan
Setelah diskusi kelompok dengan
terlebih dahulu mengidentifikasi masalah
membahas penyusunan program dan kegiatan
NAPZA dan juga potensi serta sumber daya
selesai, dilanjutkan dengan kesepakatan untuk

152
Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Etty Padmiati dan Sri Kuntari

lokal yang dapat mendukung operasional. ke berbagai instansi terkait.


Setelah berdiskusi selama satu hari, maka f) Pelaporan/evaluasi berkala kepada
Forum yang terbagi dalam tiga divisi menyusun Forum.
program kerja yang saling menunjang antara
satu dengan yang lainnya, seperti : 3) Divisi Advokasi dan Binaan Lanjut
Program kerja yang disusun, antara lain :
1) Divisi Sosialisasi
a) Pendekatan langsung kepada mantan
Program kerja yang disusun, antara lain : pengguna NAPZA.
a) Rapat koordinasi Forum dengan Camat b) Advokasi kepada mantan pengguna
Denpasar Barat. NAPZA.
b) Sosialisasi atau member ikan c) Pembinaan kepada masyarakat di 11
pemahaman kepada masyarakat luas, (sebelas) desa/kelurahan.
baik melalui sekolah-sekolah, Sekaa
d) Pelaporan/evaluasi berkala kepada
Teruna di masing-masing dusun/banjar,
Forum.
perkumpulan keumatan lintas agama,
dengan melibatkan tokoh masyarakat Untuk mendukung pelaksanaan
setempat tentang bahaya program kerja yang telah disusun
penyalahgunaan NAPZA. Nara sumber bersama, masing-masing divisi juga telah
dari seluruh pengurus Forum, Dinas merencanakan dana yang dibutuhkan
Sosial, BNP dan instansi terkait lainnya. dalam pelaksanaan program kerja
tersebut.
c) Pengadaan media informasi dan
komunikasi seperti brosur, spanduk, d. Pemberian Stimulan.
banner, kesenian lokal, interaktif di TV Menjelang berakhirnya kegiatan
lokal maupun radio pemerintah Kota pemberdayaan, Balai Besar Penelitian dan
Denpasar. Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan
d) Pelaporan/evaluasi berkala kepada Sosial (B2P3KS) Yogyakarta memberikan
Forum. stimulan (dana bantuan) sebesar Rp
27.750.000,- (dua puluh tujuh juta tujuh
2) Divisi Rujukan dan Konseling ratus lima puluh ribu rupiah) yang diterima
pengurus Forum, disaksikan oleh seluruh
Program kerja yang disusun, antara lain :
peserta pembekalan dan dari Dinas Sosial
a) Identifikasi Masalah meliputi : Provinsi Bali. Stimulan diberikan sebagai
(1) Pengguna NAPZA dan keluarga. bentuk dukungan dan motivasi bagi Forum
(2) Komunitas/daerah pengguna NAPZA. dalam mengimplementasikan rencana
program kerja yang telah disusun bersama.
(3) Jenis NAPZA yang digunakan. Selanjutnya stimulan tersebut dapat
(4) Waktu pemakaian NAPZA. digunakan dan dikembangkan untuk
Kegiatan ini dilakukan bersama lembaga kepentingan Forum serta pengembangan
sosial yang peduli terhadap penyalahgunaan program sesuai dengan tujuan yang
NAPZA. dirumuskan bersama.
b) Kunjungan ke rumah pengguna e. Pendampingan
NAPZA. Untuk melaksanakan program kerja
c) Kunjungan ke lokasi yang teridentifikasi. yang telah disusun tiga bulan sebelumnya,
d) Konseling bagi pengguna NAPZA. Forum akan didampingi oleh dua orang
e) Membuat rujukan terkait hasil konseling petugas pendamping yang secara terus

153
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011

mener us melaksanakan peran a. Divisi Sosialisasi.


pendampingan. Tujuan pendampingan Program kerja yang disusun bersama
adalah agar Forum dalam melaksanakan telah berhasil dilaksanakan, meskipun belum
program kerja yang telah direncanakan semuanya terealisir 100 persen, seperti
bersama dapat berjalan dengan lancar, dan pengadaan media informasi dan komunikasi
dapat membantu mengatasi masalah- seperti brosur, spanduk, banner, kesenian
masalah yang dihadapi Forum. Selain itu, lokal, interaktif di TV lokal maupun radio
memberikan saran dan masukan serta pemerintah Kota Denpasar. Program kerja
bimbingan kepada Forum dalam ini realisasinya baru sekitar 50 persen.
memperkuat kinerjanya. Kemudian juga Sedangkan program kerja yang sudah
menjadi penghubung Forum dengan pihak- terealisir 100 persen adalah rapat koordinasi
pihak lain terkait. Adapun petugas bersama Camat Denpasar Barat.
pendamping tersebut adalah Pekerja Sosial
Masyarakat (PSM) dari Kecamatan Untuk program kerja sosialisasi tentang
Denpasat Barat dan Petugas dari Dinas bahaya penyalahgunaan NAPZA, telah
Sosial Provinsi Bali. dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2010 di
Wantilan Desa Padangsambian dengan
3. Monitoring peserta sebanyak 150 orang. Adapun nara
sumber dari BNP, BNK, Poltabes Denpasar
Kegiatan monitoring dilaksanakan dan Polda Bali. Kegiatan sosialisasi
genap tiga bulan sejak pelaksanaan tersebut mendapat respon yang cukup baik
pemberdayaan atau pemberian perlakuan dari masyarakat luas. Hal ini ditujukkan
(pembekalan). Dalam kegiatan ini pada dengan adanya tanggapan/saran dari
intinya adalah untuk memastikan bahwa peserta sosialisasi, yaitu agar sosialisasi ini
program kerja yang dilaksanakan “Forum terus dilakukan ke tingkat banjar. Selain itu,
Dhar ma Kerti Praja Pascima” di peserta menjadi lebih tahu bahaya
Kecamatan Denpasar Barat sesuai dengan penyalahgunaan NAPZA.
rencana kerja yang telah disusun tiga bulan
sebelumnya. Dengan demikian, kegiatan Untuk pelaporan/evaluasi berkala
ini dimaksudkan untuk memantau dan kepada Forum belum dilaksanakan secara
mengarahkan agar tujuan program yang tertulis, tapi baru secara lisan.
dilaksanakan dapat tercapai sesuai dengan b. Divisi Rujukan dan Konseling.
yang direncanakan. Dengan kata lain,
Program kerja divisi Rujukan dan
kegiatan monitoring ini dimaksudkan untuk
Konseling ini baru sebagian yang
mengetahui apakah Forum yang terbentuk
dilaksanakan, yaitu baru sekitar 50 persen.
tersebut dapat melaksanakan program
Hal ini karena beberapa kendala yang
kerja yang telah direncanakan bersama
dihadapi. Seperti program kerja identifikasi
sebelumnya, dan penggunaan stimulan
masalah atau pendataan, kendalanya adalah
sebagai dana pendukung kegiatan dan
karena Forum belum begitu dikenal, maka
program yang telah disusun bersama.
ada keraguan dari mantan pengguna untuk
Kegiatan monitoring dilaksanakan memberikan informasi. Kemudian
oleh tim peneliti dari B2P3KS Yogyakarta, kunjungan ke rumah pengguna NAPZA,
setelah tiga bulan Forum melaksanakan harus beberapa kali dilakukan. Demikian
rencana kerjanya. Berdasarkan hasil pula kunjungan ke lokasi yang teridentifikasi,
monitoring dari tiga divisi yang ada dalam mengingat minimnya data dan SDM yang
Forum tersebut, diperoleh gambaran dimiliki Forum, sehingga masih perlu
sebagai berikut : dilakukan inventarisasi data baru.

154
Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Etty Padmiati dan Sri Kuntari

Program kerja dari divisi ini yang pengelolaan kegiatan. Berdasarkan hasil
belum dilaksanakan adalah konseling bagi evaluasi, dari tiga divisi yang ada dalam
pengguna NAPZA dan membuat rujukan Forum diperoleh gambaran sebagai
terkait hasil konseling ke berbagai instansi berikut:
terkait. Namun demikian, divisi ini telah
a. Divisi Sosialisasi.
membuat laporan secara berkala kepada
Forum tentang program kerja yang telah Program kerja yang disusun bersama
dilaksanakan. telah berhasil dilaksanakan seluruhnya,
dengan kata lain telah terealisir 100 persen.
c. Divisi Advokasi dan Binaan Lanjut. Kegiatan tersebut antara lain : rapat
Program kerja divisi Advokasi dan koordinasi bersama Camat Denpasar
Binaan Lanjut ini sudah dilaksanakan, Barat, pengadaan media informasi dan
meskipun banyak kendala yang dihadapi. komunikasi seperti brosur, spanduk, banner,
Untuk program kerja pendekatan langsung kesenian lokal, interaktif di TV lokal
dan advokasi kepada mantan pengguna maupun radio pemerintah Kota Denpasar.
NAPZA, karena kendala waktu yang Program kerja ini sudah terealisir
harus disesuaikan antara anggota divisi ini seluruhnya dengan terwujudnya kerja
dengan yang bersangutan, sehingga sulit sama dalam pembentukan Forum
untuk bisa menemui mantan pengguna. Penanggulangan Penyalahgunaan
Namun demikian, tetap diupayakan cara NAPZA di desa Tegal Kertha dan desa
untuk bertemu. Sedangkan program kerja Pemecutan Klod. Demikian pula untuk
pembinaan kepada masyarakat di 11 program kerja sosialisasi tentang bahaya
(sebelas) desa/kelurahan masih dalam penyalahgunaan NAPZA, yang telah
tahap penyesuaian jadwal kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2010 di
ada di masing-masing desa/kelurahan Wantilan desa Padangsambian dengan
tersebut, namun koor dinasi tetap peserta sebanyak 150 orang.
dilaksanakan.
Untuk pelaporan/evaluasi berkala
Untuk pelaporan/evaluasi berkala kepada Forum sudah dilaksanakan secara
kepada Forum belum dilaksanakan secara tertulis.
tertulis, tapi baru secara lisan.
b. Divisi Rujukan dan Konseling.
4. Evaluasi Program kerja divisi Rujukan dan
Konseling ini sudah 100 persen terealisir.
Sama halnya kegiatan monitoring, Program identifikasi masalah, kunjungan
kegiatan evaluasi juga dilaksanakan oleh ke rumah pengguna NAPZA, kunjungan
tim peneliti dari B2P3KS Yogyakarta. ke lokasi teridentifikasi, dan konseling bagi
Kegiatan ini dilaksanakan setelah kegiatan pengguna NAPZA sudah dilaksanakan di
monitoring yang dilakukan tiga bulan tiga desa, yaitu desa Padangsambitan,
sebelumnya. Kegiatan evaluasi Pemecutan Klod dan Tegal Kertha. Untuk
dimaksudkan untuk menilai segala macam kunjungan ke rumah pengguna NAPZA
kegiatan Forum, agar diketahui secara jelas telah dilakukan sebanyak delapan kali.
apakah sasaran-sasaran yang dituju atau
direncanakan sudah tercapai. Dengan Pelaksanaan konseling telah
demikian, kegiatan ini dilaksanakan untuk dilakukan sebanyak 16 kali dan yang di
mengetahui apakah kegiatan yang konseling sebanyak empat or ang.
dilaksanakan dapat mencapai sasaran dan Sedangkan untuk kegiatan rujukan Forum
hasil yang diharapakan. Di samping itu, masih berusaha mengatasi sendiri korban
apakah ada kendala di dalam mekanisme NAPZA tersebut, mengingat apabila

155
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011

dirujuk ke tempat rehabilitasi yang sudah masyarakat di 11 (sebelas) desa/kelurahan,


ada memerlukan biaya yang sangat tinggi. meskipun baru dilakukan di empat desa,
Oleh sebab itu ke depannya, dalam yaitu : Kelurahan Padang Sambian, Desa
program rujukan terkait hasil konseling ke Pamecutan Klod, Desa Tegal Kerta, dan
berbagai instansi terkait, diupayakan Desa Dauh Puri Kangin.
menjalin kerja sama dengan beberapa
Untuk pelaporan/evaluasi berkala
yayasan dalam pencegahan dan rehabilitasi
kepada Forum sudah dilaksanakan secara
NAPZA, HIV dan AIDS, seperti : Yayasan
tertulis.
Dua Hati Bali, Spirit Paramacita, Bali
Nurani, Kasih Kita Bali, Gaya Dewata.
Di samping itu dengan RBM Bali Sadar, E. ANALISIS
Poltabes Denpasar, dan BNP Bali. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
Mengenai sumber dana untuk rehabilitasi dalam penanggulangan penyalahgunaan
korban masih dikoordinasikan dengan NAPZA adalah melalui Rehabilitasi Berbasis
Dinas Sosial Provinsi Bali. Masyarakat (RBM), yakni rehabilitasi yang
diselenggar akan oleh, untuk dan dari
Untuk pelaporan/evaluasi berkala
masyarakat, yang dapat diupayakan melalui
kepada Forum sudah dilaksanakan secara
kegiatan pemberdayaan masyarakat.
tertulis.
Pemberdayaan masyarakat di sini adalah
c. Divisi Advokasi dan Binaan Lanjut. memberikan penguatan terhadap komunitas
Program kerja divisi Advokasi dan masyarakat yang direpresentasikan oleh
Binaan Lanjut ini sudah dapat terealisir berbagai tokoh masyarakat (adat, agama,
seluruhnya, meskipun ada yang belum pendidikan, pemuda, wanita, pengurus lembaga
selesai. Untuk program kerja pendekatan lokal yang peduli NAPZA) dalam
langsung kepada mantan pengguna meningkatkan kesadaran pentingnya jaringan
NAPZA sudah dilaksanakan pada empat kerjasama dalam penanggulangan
orang korban penyalahgunaan NAPZA di penyalahgunaan NAPZA.
desa Padangsambian Kaja dan Tegal Model Pemberdayaan Masyarakat dalam
Kertha. Pihak keluar ga dan tokoh penanggulangan penyalahgunaan NAPZA
masyarakat telah menyerahkan yang diterapkan di Kecamatan Denpasar Barat
penanganan kepada Forum. ini dilakukan dengan membentuk wadah atau
Sedangkan advokasi kepada mantan forum yang diberi nama Forum “Dharma Kerthi
pengguna NAPZA masih mengedepankan Praja Pascima”, atau dapat dikatakan bahwa
pembinaan mental dan pendampingan Forum ini dibentuk sebagai upaya
secara kekeluargaan terhadap para korban memberdayakan masyarakat dalam
termasuk keluarganya, sehingga mereka penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.
tidak merasa tersudutkan di masyarakat. Dengan demikian, terbentuknya Forum tersebut
Bahkan mereka bersedia untuk menjadi merupakan salah satu sarana dalam menumbuh
nara sumber bila Forum mengadakan kembangkan partisipasi dan kepedulian
sosialisasi. Kegiatan ini telah dilakukan masyarakat untuk ikut mengeleminir masalah
pada dua orang di desa Pemecutan Klod. NAPZA di lingkungannya, dan membantu para
Hasil program ini adalah mereka saat ini korban penyalahguna NAPZA mampu kembali
telah menjadi peternak ikan dan sopir melaksanakan fungsi dan peran sosialnya dalam
ekspedisi di Jawa. kehidupan bermasyarakat. Meskipun Forum
telah terbentuk, namun belum memiliki kantor
Adapun program kerja lain yang telah
sekretariat sendiri, tetapi masih menumpang di
terealisir adalah pembinaan kepada
suatu ruangan kantor kecamatan.

156
Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Etty Padmiati dan Sri Kuntari

Terbentuknya Forum “Dharma Kerthi setempat. Peran pendamping di sini sangat


Praja Pascima” sebagai wadah berhimpun dari penting dalam mengarahkan program kerja
berbagai tokoh masyarakat seperti tokoh adat, yang telah disusun bersama dan membantu
tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh pemuda, mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.
tokoh wanita, dan tokoh peduli NAPZA, serta Selain itu, member ikan masukan serta
pengurus lembaga lokal yang peduli terhadap bimbingan dalam memperkuat kinerja Forum.
masalah NAPZA, lebih menekankan pada Untuk mengetahui apakah program kerja yang
fungsi koor dinasi. Sementara fungsi dilaksanakan Forum dapat mencapai sasaran
perencanaan dan pelaksanaan program kerja dan hasil yang diharapkan, serta mengetahui
dilakukan oleh tiga divisi yang telah dibentuk kendala-kendala yang mungkin dihadapi, maka
sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan di dilakukan monitoring dan evaluasi oleh Tim dari
tingkat Forum, yaitu : 1) Divisi Sosialisasi, 2) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Divisi Rujukan dan Konseling, dan 3) Divisi Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS)
Advokasi dan Binaan Lanjut. Forum “Dharma Yogyakarta.
Kerthi Praja Pascima” hanya sebagai wadah
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi
koordinasi yang mengatur tentang peran
tersebut dengan mengadakan kunjungan
masing-masing divisi. Namun, di samping itu
lapangan untuk melihat realisasi program kerja
juga memberikan kewenangan kepada masing-
yang telah disusun secara bersama-sama, dan
masing divisi untuk merencanakan dan
masing-masing divisi melaporkan
merealisasikan program-programnya, yang
perkembangan pelaksanaan program kerjanya.
tentunya program-program tersebut saling
Dari kegiatan tersebut juga diketahui, bahwa
mendukung antara divisi yang satu dengan divisi
pengurus Forum dan anggota terlibat aktif sesuai
lainnya. Kewenangan yang melekat pada
bidang/divisi masing-masing. Apabila ada yang
masing-masing divisi tersebut sesungguhnya
berhalangan hadir selalu memberitahu, dan
selain merupakan upaya untuk memberdayakan
selanjutnya akan berkoordinasi tentang hasil
masyarakat, juga akan memberikan dampak
dengan mereka yang melaksanakan kegiatan
pada kebersamaan yang terwujud dalam aksi
di lapangan. Dengan demikian dapat dikatakan,
bersama yang sudah menjadi kesepakatan di
bahwa pengurus dan anggota Forum cukup aktif
tingkat forum.
melaksanakan kegiatan yang direncanakan
Aksi bersama merupakan implementasi bersama dalam upaya penanggulangan
dan tindak lanjut dari kesepakatan masyarakat penyalahgunaan NAPZA.
yang tergabung dalam Forum “Dharma Kerthi
Berdasarkan hasil monitoring diketahui
Praja Pascima” untuk memberikan pelayanan
bahwa masing-masing divisi telah berusaha
kepada korban penyalahguna NAPZA.
untuk merealisasikan program kerja yang telah
Sebelum melaksanakan aksi bersama, mereka
disusun bersama. Namun demikian, ada
membentuk kepengurusan dan rencana
beberapa program kerja yang belum bisa
kegiatan/program kerja. Realisasi rencana
direalisasikan, karena adanya beberapa kendala
program kerja sepenuhnya menjadi
yang dihadapi, antara lain keberadaan Forum
tanggungjawab pengurus dan anggota yang
masih dalam tahap pengenalan sehingga belum
terbagi dalam tiga divisi (Sosialisasi, Rujukan
banyak warga masyarakat yang mengetahui
dan Konseling, serta Advokasi dan Binaan
keberadaannya, dan keterbatasan data serta
Lanjut) selama tiga bulan.
SDM yang dimiliki Forum. Di samping itu,
Dalam melaksanakan rencana program dalam melaksanakan suatu kegiatan harus
kerja yang telah disusun bersama, Forum akan menyesuaikan dengan kondisi setempat, seperti
didampingi oleh dua orang pendamping dan ada atau tidaknya upacara adat khususnya bagi
dipantau perkembangannya oleh Dinas Sosial umat Hindu dan umat lain pada umumnya, atau

157
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011

penyesuaian waktu pertemuan antara anggota Bali Sadar. Di samping itu juga kerjasama
Forum dengan mantan pengguna NAPZA dengan Dinas Sosial, Poltabes Denpasar, dan
dalam kegiatan pendekatan dan advokasi BNP Bali. Mengenai sumber dana untuk
kepada mantan pengguna NAPZA. rehabilitasi korban masih dikoordinasikan
dengan Dinas Sosial Provinsi Bali.
Dalam upaya mengatasi beberapa kendala
tersebut, terlihat pendamping cukup berperan Meskipun model pemberdayaan
dalam membantu Forum dengan memberikan masyarakat dalam penanggulangan
solusinya. Selain itu, menjadi mediator untuk penyalahgunaan NAPZA merupakan model
menghubungkan dengan pihak-pihak yang rehabilitasi oleh, untuk, dan dari masyarakat,
terkait. Hal ini terbukti ketika tiga bulan namun tidak ada salahnya jika melibatkan juga
kemudian dilakukan evaluasi, ternyata seluruh lembaga-lembaga terkait yang peduli terhadap
program kerja dari tiga divisi yang ada dapat masalah penanggulangan penyalahgunaan
terealisir seluruhnya, meskipun untuk program NAPZA. Hal ini untuk mendapatkan dukungan
kerja rujukan masih berusaha mengatasi sendiri dan kemudahan untuk dapat melaksanakan
korban NAPZA tersebut. Dengan demikian kegiatan selanjutnya.
program kerja rujukan ke instansi terkait
(tempat rehabilitasi) belum bisa dilaksanakan F. PENUTUP
karena diperkirakan dana untuk mendukung
Sebagai penutup akan disajikan kesimpulan
kegiatan ini cukup tinggi. Untuk itu forum, dalam
sebagai hasil penelitian, berikut rekomendasi
hal ini khususnya divisi konseling dan rujukan
yang diajukan untuk dapat ditindaklanjuti oleh
berupaya menjalin kerjasama dengan berbagai
pihak yang berkompeten.
pihak terkait untuk mengatasi masalah tersebut.
Kegiatan Forum “Dharma Kerthi Praja 1. KESIMPULAN.
Pascima” selama enam bulan tersebut didukung Berdasarkan analisis di atas, maka dapat
oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS)
Yogyakarta yang memberikan stimulan sebesar a. Model pemberdayaan masyarakat dalam
Rp 27.750.000,- (dua puluh tujuh juta tujuh ratus penanggulangan penyalahgunaan NAPZA
lima puluh ribu rupiah). Dana bantuan tersebut melalui pembentukan Forum “Dharma
sudah dialokasikan sebagai dana pendukung Kerthi Praja Pascima” di Kecamatan
kegiatan Forum. Dengan demikian, aktivitas Denpasar Barat Kota Denpasar Provinsi
Forum selama enam bulan tersebut Bali efektif dalam penanggulangan
mengandalkan dana bantuan (stimulan) dari penyalahgunaan NAPZA, mengingat
B2P3KS Yogyakarta. seluruh program kerja Forum yang
dilaksanakan oleh tiga divisi yaitu divisi
Namun demikian untuk ke depannya, Sosialisasi, Rujukan dan Konseling,
“Dharma Kerthi Praja Pascima” sebagai forum Advokasi dan Binaan Lanjut telah terealisir
rehabilitasi berbasis masyarakat, diharapkan sesuai dengan yang direncanakan.
keberadaannya tetap berlangsung dan tetap Meskipun hasilnya belum optimal karena
mampu melaksanakan kegiatannya secara adanya beberapa hambatan yang dihadapi.
mandiri dengan mendayagunakan potensi atau
sumber daya yang dimiliki. Apalagi Forum telah b. Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat
membuat jejaring kerja dengan beberapa “Dharma Kerthi Praja Pascima”
yayasan dalam pencegahan dan rehabilitasi merupakan suatu wadah bagi masyarakat
NAPZA, HIV dan AIDS, seperti : Yayasan Dua (para tokoh masyarakat) di kecamatan
Hati Bali, Spirit Paramacita, Bali Nurani, Kasih Denpasar Barat yang peduli terhadap
Kita Bali, Gaya Dewata, dan juga dengan RBM penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.

158
Forum Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Etty Padmiati dan Sri Kuntari

Para tokoh masyarakat di sini adalah para penanggulangan penyalahgunaan NAPZA


tokoh kunci, seperti tokoh adat, tokoh di tingkat kecamatan berbasis masyarakat,
agama, tokoh pendidikan, tokoh pemuda, agar dapat menanggulangi penyebaran/
tokoh wanita, dan tokoh peduli NAPZA, peningkatan penggunaan NAPZA sampai di
serta pengurus lembaga lokal yang peduli tingkat grass rood. Selain itu, melakukan
terhadap masalah NAPZA. Forum ini pembinaan untuk meningkatkan profesional
dibentuk selain sebagai tempat mediasi bagi Forum dalam penanggulangan penyalahgunaan
mantan korban penyalahgunaan NAPZA, NAPZA. Mensosialisasikan Forum secara
juga memberikan sosialisasi atau berkesinambungan, agar lebih dikenal oleh
penyuluhan kepada masyarakat luas tentang masyarakat luas. Dan, untuk ke depannya
bahaya penyalahgunaan NAPZA, diharapkan dapat dikembangkan di wilayah
memberikan rujukan dan konseling serta lain sebagai model atau bentuk
advokasi dan binaan lanjutan. Namun penanggulangan penyalahgunaan NAPZA
karena keberadaan Forum masih dalam yang tentunya disesuaikan dengan kondisi
tahap pengenalan, maka masih banyak wilayah tersebut.
warga masyarakat yang belum mengetahui b. Forum, agar supaya keberadaan Forum
keberadaan Forum tersebut. tetap berlangsung selain perlunya
c. Keberhasilan Forum dalam penanggulangan melaksanakan kerja sama dengan beberapa
penyalahgunaan NAPZA, di samping karena lembaga terkait, juga perlunya menggali dan
keaktifan pengurus dan anggota Forum, juga memanfaatkan potensi dan sumber daya
tidak lepas dari peran pendamping yang selalu yang ada di lingkungannya. Di samping itu,
aktif mengikuti kegiatan Forum dan perlu meningkatkan profesional Forum
memberikan bimbingan untuk memperkuat melalui pelatihan-pelatihan, dan juga
kinerja Forum, sehingga Forum berhasil memsosialisasikan keberadaan Forum di
melaksanakan program kerjanya sesuai masyarakat luas.
dengan yang direncanakan bersama. Di c. Masyarakat luas, memanfaatkan Forum
samping itu, juga menjadi mediator antara selain untuk melakukan kegiatan sosialisasi
Forum dengan pihak-pihak terkait. tentang masalah NAPZA agar masyarakat
d. Forum “Dharma Kerthi Praja Pascima” terhindar dari penyalahgunaan NAPZA,
dalam melaksanakan program kerjanya juga merehabilitasi anggota masyarakat
terlihat belum melibatkan lembaga-lembaga yang terlibat dalam penyalahgunaan
terkait yang peduli terhadap masalah NAPZA.
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. ***
Padahal betapa pentingnya fungsi kerja
sama tersebut, karena dapat memberikan
konstribusi dan solusi yang cepat dalam
penanganan masalah kesejahteraan sosial,
seperti penanggulangan penyalahgunaan
NAPZA.
BIBLIOGRAFI

2. REKOMENDASI Ahmadi Sofyan, 2007. Narkoba Mengincar


Berdasarkan kesimpulan di atas, maka Anak Anda. Jakarta : Prestasi Pustaka
diajukan rekomendasi kepada : Publisher.
a. Pemer intah, diharapkan member ikan Ambar Teguh Sulistiyani, 2004. Kemitraan dan
legalitas atas pembentukan forum Model-Model Pemberdayaan.
Yogyakarta: Gava Media.

159
Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011

Andri Haryanto, “Waspadai Penyalahgunaan Narkoba Sintesa” (Online). http://


www.detiknews.com/read/2010/06/26 (diakses 16 Juli 2010).
Bambang Nugroho, dkk, 2004. Bimbingan Sosial TKSM Model Peningkatan Ketahanan
Sosial Masyarakat. Jakarta: Pusbangtansosmas.
Ginanjar Kartasasmita, 1996. Pembangunan Untuk Rakyat, Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan. Jakarta: CIDES.
Kedaulatan Rakyat, 28 Januari 2010, Pendidikan Zero Narkoba 2015 oleh H Baskoro.
Kedaulatan Rakyat, 21 Juni 2010, 1,99 % Penduduk Indonesia Pecandu Narkotika oleh Mak.
Lydia Harlina Martono dan Satyo Joewana, 2006. Pencegahan dan Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Warto, dkk, 2009. Pengkajian Penanggulangan Masalah Penyalahgunaan Napza. Yogyakarta:
B2P3KS Press.
____,“Narkoba Sentuh Segenap Lapisan Masyarakat” (Online). http://erabaru-net/top-news,
(diakses 16 Juli 2010)
____, “Pencegahan Dampak Buruk Narkoba pada Anak Sekolah” http://www.kesrepro.info,
(diakses 19 Juli 2010)
____,“Napza dan Permasalahannya” http://yanrehsos.depsos.go.id, (diakses 19 Juli 2010)

160

Potrebbero piacerti anche