Sei sulla pagina 1di 8

JEP | Volume 2 | Nomor 1| Mei 2018

e-ISSN 2579-860X
p-ISSN 2614-1221
Doi: https://doi.org/10.24036/jep/vol2-iss1/88

Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving terhadap Kompetensi Belajar IPA


Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 13 Padang

Sarah1), Lufri2), Ramadhan Sumarmin3)


1)
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Padang
2,3)
Staf Pengajar Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Padang
Email: sarahsa22sa@gmail.com, lufriunp@yahoo.com, ramadhan_unp@yahoo.com

ABSTRACT
The low learning outcomes of students are caused by several problems encountered during
the learning process, such as IPA learning process still used teacher centered and lecturing
methode. The result of student learning competence still low result and the teacher hasn’t yet used
learning models can make student will be active. One effort was made to improve students learning
competence by applying problem solving learning models. This study aims to determine the effect
of the use of problem solving, learning model to the students' learning competence SMP 13
Padang. This study is an experimental research using the design of The Static Group Comparison.
The study population is all students of Class VIII SMPN 13 Padang. Sampling using purposive
sampling technique. The control class uses the learning model commonly used in the classroom IE
discovery learning model and experimental class using a problem solving learning model. The
research instrument used is a test of learning result and affective and skill assessment in the form
of observation sheet. Data were analyzed using t-test for knowledge, competence because the data
were normally distributed and homogeneously. Data were analyzed using up-test for affective and
skill competence.Result of hypothesis test in both classes of sample, found that class which uses
problem solving, learning model have positive effect of student learning competence of Class VIII 6
SMPN 13 Padang such as knowledge, affective and skill competence.

Keywords : Problem Solving Learning Model, Science Learning Competence


This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original work is properly cited ©2018 by author and Universitas Negeri Padang.

PENDAHULUAN tahuan manusia tentang alam yang diperoleh


alam dengan cara yang terkontrol”.
Perkembangan dunia pendidikan saat ini
Pendidikan IPA merupakan salah satu
mengarahkan pada proses pembelajaran yang
aspek pendidikan SAINS yang diharapkan dapat
bersifat student centered. Proses pembelajaran
membantu peserta didik untuk memenuhi
tersebut menuntut peserta didik belajar untuk
kemampuan yang dibutuhkan pada abad ke-21.
membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini
Beberapa kemampuan tersebut menurut
dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan
Kemendikbud (2016:1) yaitu keterampilan
yang terdapat di dalam kurikulum 2013, yaitu
belajar dan berinovasi yang meliputi berpikir
agar peserta didik memiliki kompetensi yang
kritis, mampu menyelesaikan masalah, kreatif
diperlukan bagi kehidupan masyarakat. Menurut
dan inovatif serta mampu berkomunikasi dan
Kemendikbud (2016:1), kompetensi yang
berkolaborasi. Dengan demikian diketahui
dimaksud yaitu kompetensi pengetahuan,
bahwa pendidikan IPA menuntut peran aktif
kompetensi sikap berupa sikap religius dan etika
peserta didik.
sosial yang tinggi dalam kehidupan
Berdasarkan observasi dan wawancara
bermasyarakat, dan kompetensi keterampilan
yang peneliti lakukan di SMP Negeri 13 Padang
berupa keterampilan atau kemampuan untuk
pada tanggal 10 Juni 2017 terhadap guru IPA
menerapkan pengetahuan.
yaitu Bapak H. Esrizal, S.Pd. menyatakan
IPA merupakan ilmu yang mempelajari
bahwa proses pembelajaran IPA masih bersifat
keadaan dan kejadian alam secara sistematis
teacher centered dengan guru masih
melalui kegiatan pengamatan, dan percobaan
menerangkan tentang konsep, prinsip, hukum
untuk mengetahui fakta, konsep, proses
dengan metode pembelajaran langsung.
penemuan dan sikap ilmiah. Asy’ari (2006:7)
Pembelajaran dengan cara ini menyebabkan
mengemukakan bahwa “IPA adalah penge

25
Sarah, Lufri, Ramadhan Sumarmin 26

peserta didik kurang berperan aktif. Hal SMP Negeri 13 Padang tergolong rendah. Hal
tersebut dibuktikan dengan hanya beberapa ini dibuktikan dengan ketuntasan nilai sikap
orang peserta didik yang menunjukkan keaktifan yaitu 55 dan ketuntasan nilai keterampilan 49.
bertanya dan menjawab pertanyaan dalam Kegiatan pembelajaran didukung oleh
proses pembelajaran. Keaktifan peserta didik banyak faktor. Hal ini sesuai dengan Sanjaya
dalam pembelajaran berkaitan dengan (2009: 52) menyatakan bahwa terdapat beberapa
pencapaian kompetensi pengetahuan, sikap, dan faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan
keterampilan peserta didik. Sejalan dengan pembelajaran, salah satunya adalah faktor guru
Kurnianingtias (2016) yang menyatakan (pendidik). Berdasarkan wawancara yang
keaktifan peserta didik merupakan keterlibatan peneliti lakukan di SMP Negeri 13 Padang pada
emosional intelektual peserta didik dalam proses tanggal 10 Juni 2017 terhadap guru IPA yaitu
pembelajaran yang bersangkutan dengan Bapak H.Esrizal, S.Pd. menyatakan bahwa SMP
asimilasi dan akomodasi kognitif dalam Negeri 13 Padang yang menggunakan belum
pencapaian, perbuatan serta pengalaman memaksimalkan penggunaan model pem
langsung pengetahuan terhadap pembentukan belajaran.
keterampilan dan penghayatan serta internisasi Proses pembelajaran yang menyebabkan
nilai-nilai dalam pembentukan sikap. anak pasif sudah seharusnya ditinggalkan.
Berdasarkan observasi yang telah Menurut teori kerucut belajar Dale yang
dilakukan di SMP Negeri 13 Padang juga dikemukakan oleh Woods (1989) pembelajaran
diketahui bahwa persentase ketuntasan peserta yang membuat peserta didik pasif,
didik masih tergolong rendah. Berikut adalah kecenderungan mereka bisa mengingat materi
daftar persentase ketuntasan peserta didik pada hanya 50%, sedangkan pembelajaran yang
Ulangan Harian IPA Materi Gerak pada menuntut peserta didik aktif, (seperti
Makhluk Hidup Semester 1 Tahun Ajaran 2017/ berpartisipasi dalam diskusi, menceritakan,
2018 Kelas VIII SMP Negeri 13 Padang. mempresentasikan, mensimulasikan pengalaman
dan melakukan sesuatu yang riil),
Tabel 1. Peresentase Ketuntasan Peserta Didik kecenderungan mereka bisa mengingat materi
pada Ulangan Harian IPA Materi yang sudah dipelajari adalah 70%90%.
Gerak pada Makhluk Hidup Semester Berdasarkan wawancara peneliti dengan 60
1 Tahun Ajaran 2017/2018 Kelas VIII
orang peserta didik SMP Negeri 13 Padang,
SMP Negeri 13 Padang
sebanyak 43 peserta didik menyatakan materi
Kelas Jumlah Peserta Ketuntasan sistem peredaran darah sulit dipahami. Hal ini
Didik juga dibuktikan dengan persentase ketuntasan
minimal oleh peserta didik kelas VIII SMP
VIII 1 33 orang 15,15% Negeri 13 pada Tahun Pelajaran 2016/2017
yaitu 60%. Oleh karena itu materi sistem
VIII 2 33 orang 3% peredaran darah tergolong sulit oleh peserta
didik.
VIII 3 32 orang 25% Berdasarkan karakterisitik pembelajaran
VIII 4 30 orang 13,33% IPA serta permasalahan yang telah dipaparkan,
salah satu model pembelajaran yang dapat
VIII 5 33 orang 0% digunakan pada pembelajaran adalah model
pembelajaran Problem Solving. Model
VIII 6 30 orang 23,33% pembelajaran Problem Solving yakni model
pembelajaran yang menuntut peserta didik
VIII 7 28 orang 78% untuk menyelesaikan masalah. Sejalan dengan
Sumber: Guru IPA Kelas VIII SMP Negeri 13 yang dinyatakan Kolesnik dalam Lufri (2007),
Padang Problem Solving merupakan reoorganisasi dari
konsep-konsep untuk mengatasi kesulitan atau
Selain itu, berdasarkan hasil observasi dan rintangan dan untuk mencapai tujuan. Dipihak
wawancara terhadap Bapak H. Esrizal, S.Pd juga lain Woods dalam Lufri (2007) mendefinisikan
diperoleh informasi bahwa kriteria ketuntasan Problem Solving sebagai sesuatu aktivitas yang
nilai sikap dan keterampilan peserta didik di tidak diketahui yang akhirnya diketahui melalui
cara yang baik.

JEP| Volume 2| Nomor 1|Mei 2018| Page 25-32


(Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving……….) 27

Menurut Polya (2002), kelebihan b. Data X1, X2, X3, ..., Xn dijadikan
pendekatan Problem Solving adalah dapat bilangan baku Z1, Z2, Z3, ..., Zn dengan
mengembangkan kemampuan berpikir peserta 𝑋 −𝑋
rumus 𝑍1 = 1 .
𝑆
didik secara kreatif dan menyeluruh, dalam
c. Dengan x dan S masing-masing adalah
pembelajarannya peserta didik banyak
rata-rata dan simpangan baku sampel.
melakukan tindakan dengan menyoroti
d. Dengan menggunakan daftar
permasalahan dari berbagai segi dalam rangka
terdistribusi normal baku, kemudian
mencari pemecahan. Selain itu pendekatan
dihitung peluang F(Zi) = P(Z≤Zi).
Problem Solving dapat membiasakan peserta
e. Menentukan harga S(Zi), yaitu proporsi
didik memecahkan masalah secara terampil,
skor baku yang lebih kecil atau sama
sehingga dapat membantu peserta didik dalam
dengan Zi, dengan rumus 𝑆(𝑍𝑖 ) =
menyelesaikan masalah dalam kehidupan. 𝐹 (𝑍𝑖 )
Salah satu solusi yang diterapkan oleh 𝑛
peneliti untuk kendala tersebut adalah dengan f. Hitung selisih F(Zi)-S(Zi), kemudian
memilih model yang tepat untuk diterapkan hitung harga mutlaknya.
dalam pembelajaran IPA pada materi sistem g. Diambil harga yang paling besar
peredaran darah. Berdasarkan masalah-masalah diantara harga mutlak selisih tersebut
yang telah diungkapkan dilakukan penelitian yang disebut L0.
“Pengaruh Model Pembelajaran Problem h. Membandingkan nilai L0 dengan nilai
Solving Terhadap Kompetensi Belajar IPA kritis Ltabel yang diambil dari taraf nyata
Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 13 yang dipilih. Bila L0 lebih kecil dari
Padang”. Ltabel, maka data berdistribusi normal
(Sudjana, 2005: 466-467)[5].
METODE PENELITIAN 2. Uji homogenitas
Penelitian ini merupakan penelitian Uji homogenitas digunakan untuk me
eksperimen dengan rancangan penelitian lihat apakah data memiliki varians yang
Randomized The Static Group Comparison. homogen atau tidak. Dalam penelitian ini, uji
Dilakukan pada bulan Juni 2017. Pada penelitian homogenitas data menggunakan uji F, dengan
ini dikumpulkan dua data. Data merupakan data langkah-langkah sebagai berikut:
primer dari sampel yang dipilih dengan teknik a. Mencari varians masing-masing
purposive sampling yaitu kelas VIII 3 sebagai kelompok data, kemudian menghitung
kelas kontrol dan kelas VIII 6 sebagai kelas 𝑆12
eksperimen. Data yang diambil untuk harga F dengan rumus: 𝐹 =
𝑆22
kompetensi kognitif adalah dari nilai tes dan Keterangan:
data untuk kompetensi afektif dan keterampilan
melalui pengamatan langsung. Instrumen F : varians kelompok data
penelitian divalidasi 1 orang dosen dan 1 orang 𝑆12 : varians terbesar
guru mata pelajaran. 𝑆22 : varians terkecil
Setelah didapatkan data, selanjutnya b. Dibandingkan harga F tersebut dengan
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas harga F yang terdapat pada daftar
untuk selanjutnya dilakukan uji hipotesis, distribusi F dengan taraf signifikan
dengan rincian sebagai berikut: dengan dk pembilang = n1-1, dk
1. Uji normalitas penyebut n2-1. Bila harga F hitung itu
Uji normalitas digunakan untuk melihat lebih kecil dari F tabel berarti data
apakah data terdistribusi normal atau tidak. mempunyai varians yang homogen
Dalam penelitian ini, uji normalitas memakai (Sudjana, 2005: 249).
uji Lilliefors, dengan langkah-langkah sebagai 3. Uji hipotesis
berikut: a. Kompetensi Pengetahuan
a. Menyusun data X1, X2, X3, ..., Xn Setelah dilakukan uji normalitas
kompetensi siswa dalam tabel mulai dan homogenitas data maka dilakukan uji
dari data yang terkecil hingga data yang hipotesis. Berdasarkan hasil uji normal
terbesar. itas dan uji homogenitas, diketahui
bahwa data terdistribusi normal dan dua

JEP| Volume 2| Nomor 1|Mei 2018| Page 25-32


Sarah, Lufri, Ramadhan Sumarmin 28

kelompok data homogen. Dengan HASIL DAN PEMBAHASAN


demikian uji hipotesis yang digunakan Hasil Penelitian
adalah uji t yang dikemukakan oleh 1. Deskripsi Data
Sudjana (2005:239) sebagai berikut. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
𝑋̅1− 𝑋̅2 berupa kompetensi belajar IPA peserta didik
𝑡= dengan S2 = yakni kompetensi pengetahuan, kompetensi
𝑆√1/𝑛1 +1/ 𝑛2
(n1 − 1)S12 + (n2 – 1) S22 sikap, dan kompetensi keterampilan.
n1 + n2 −2
a. Deskripsi Data Kompetensi Pengetahuan
Keterangan: Data penelitian kompetensi pengeta
𝑥̅ ₁=nilai rata-rata kelas eksperimen huan diperoleh melalui penilaian tes tertulis
𝑥̅ 2=nilai rata-rata kelas control dalam bentuk soal objektif yang diberikan
S1=standar deviasi kelas eksperimen kepada kelas sampel pada akhir pertemuan
S2=standar deviasi kelas control proses pembelajaran. Data penelitian kompe
n₁=jumlah peserta didik kelas eksperimen tensi pengetahuan disajikan dalam Tabel 2.
n₂=jumlah peserta didik kelas control Tabel 2. Nilai Rata-rata, Nilai Maksimum, Nilai
H0 diterima jika. T hitung > T tabel Minimum, Simpangan Baku, dan
Varians Kelas Eksperimen dan
b. Kompetensi sikap dan keterampilan Kontrol
Uji hipotesis untuk kompetensi
sikap dan keterampilan menggunakan uj Kelas N 𝑋̅ Xma Xmi S S2
Mann Whitney U (uji U). Uji U digunakan x n
karena data kompetensi sikap dan kete-
rampilan yang diperoleh merupakan data Eksperi 3 72, 100 53, 12, 147,
ordinal. Rumus uji U sebagai berikut. men 2 62 3 16 84

1) Mencari U1 dengan rumus: Kontrol 3 61, 86, 46, 9,4 89,4


n2 (n2 + 1) 0 89 67 67 6 1
U1 = n1.n2 + - ⅀ R2
2

Keterangan: Keterangan: N = Jumlah anggota sampel; 𝑥̅ =


R1=jumlah jenjang tes pada kelas Nilai rata-rata; Xmax = nilai maksimum; Xmin =
eksperimen nilai minimum; S = Simpangan Baku
R2=jumlah jenjang tes pada kelas control Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui
n1=jumlah peserta didik pada kelas hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen
eksperimen memiliki nilai rata-rata kelas lebih tinggi
n2=jumlah peserta didik pada kelas dibandingkan dengan kelas kontrol, 72,62 kelas
kontrol eksperimen dan 61,89 kelas kontrol. Simpangan
2) Menghitung U2 dengan rumus: baku kelas eksperimen lebih tinggi dari pada
U2 = n1.n2 – U1 kelas kontrol, yaitu 12,16 kelas eksperimen dan
9,46 kelas kontrol. Nilai maksimum kelas
Sampel dengan n > 20 eksperimen juga lebih tinggi dari pada nilai
menggunakan tabel Z sehingga perlu maksimum kelas kontrol yakni 100 kelas
mencari nilai Z dari nilai U yang diperoleh eksperimen dan 86,67 kelas kontrol. Nilai
dengan rumus: minimum kelas eksperimen lebih tinggi dari
n1 – n2
pada kelas kontrol, yaitu 53,3 kelas eksperimen
U2 – dan 46,67 kelas kontrol.
2
Z=
𝑛1.𝑛2 (𝑛1+𝑛2+1)

12 b. Deskripsi Data Kompetensi Sikap
Data kompetensi sikap pada kelas
Keterangan:
eksperimen dan kelas kontrol diperoleh dari
n1=banyaknya data kelas eksperimen
pengamatan yang diamati oleh dua orang
n2=banyaknya data kelas control
observer selama proses pembelajaran dengan
H0 diterima jika. Z hitung > Z tabel
menggunakan lembar observasi untuk penilaian
kompetensi sikap. Data kompetensi sikap

JEP| Volume 2| Nomor 1|Mei 2018| Page 25-32


(Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving……….) 29

peserta didik untuk setiap aspek yang diamati minimum kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat pada Gambar 1. yankni 55,56 untuk kelas eksperimen dan 38,89
untuk kelas kontrol. Standar deviasi kelas
120,00 eksperimen sebesar 31,93 sedangkan standar
96,88
100,00 deviasi kelas kontrol sebesar 13,85.
75 75,78 74,41
80,00 62,70
c. Deskripsi data kompetensi keterampilan
60,00 50,4 Data kompetensi keterampilan kelas
40,00
36,3 eksperimen dan kelas kontrol diperoleh dari
Eksperimen
15 pengamatan aspek keterampilan dengan meng-
20,00 Kontrol gunakan lembar observasi untuk penilaian
0,00
kompetensi keterampilan yang dinilai oleh
observer dan peneliti. Data kompetensi kete-
rampilan peserta didik untuk setiap indikator
yang diamati dapat dilihat pada Gambar 2.
120 100
100 83,04 83,33
Gambar 1. Nilai Kompetensi Sikap Peserta
80 64,06
Didik untuk Setiap Indikator yang 60
52,08 53,57
Diamati 40 Eksperimen
Gambar 1 menunjukkan kompetensi 20
Kontrol
sikap tertinggi pada aspek disiplin. Persentase 0
nilai disiplin peserta didik kelas eksperimen
adalah 96,88 sedangkan kelas kontrol 75.
Kompetensi sikap terendah terdapat pada indi-
kator toleransi. Perentase nilai toleransi peserta
didik kelas eksperimen adalah 62,70, sedang- Gambar 2. Nilai Kompetensi Keterampilan
kan kelas kontrol 50,4. Nilai kompetensi sikap Peserta Didik untuk Setiap Indikator
peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi jika yang Diamati
dibandingkan dengan nilai kompetensi sikap Gambar 2 menunjukan nilai kompetensi
kelas kontrol untuk setiap indikator sikap yang peserta didik pada kelas ekspe-rimen lebih
diamati. Data nilai kompetensi sikap peserta tinggi dibandingkan nilai peserta didik pada
didik disajikan pada Tabel 3. kelas kontrol. Nilai kompe-tensi keterampilan
Tabel 3. Nilai Rata-rata, Nilai Maksi - mum, tertinggi terdapat pada indikator persiapan yaitu
Nilai Minimum, dan Standar Deviasi dengan persentase 100 pada kelas eksperimen
Kompetensi Sikap Kelas Eksperimen sedangkan pada kelas kontrol yaitu 52,08.
dan Kontrol Kompetensi keterampilan terendah terdapat
Kelas N 𝑋̅ Xmax Xmin S pada indikator pelaksanaan. Persentase
pelaksanaan peserta didik kelas eksperimen
Eksperimen 32 77 90,28 55,56 31,93 83,04 sedangkan kelas kontrol 53,57. Data nilai
kompetensi keterampilan perserta didik disaji-
Kontrol 30 43 51,39 38,89 13,85
kan pada Tabel 4.
Keterangan: N = Jumlah anggota sampel; 𝑥̅ = Tabel 4. Nilai Rata-rata, Nilai Maksi mum, Nilai
Nilai rata-rata; Xmax = nilai maksimum, Xmin = Minimum, dan Standar Deviasi
nilai minimum,S = Simpangan Baku Kompetensi Keterampilan Kelas
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui Eksperimen dan Kontrol
nilai rata-rata kompetensi sikap peserta didik Kelas N 𝑋̅ Xmax Xmin S
kelas eksperimen lebih tinggi dibndingkan nilai
Eksperime 3 86,3 93,7 81,2 0,7
rata-rata kompetensi sikap peserta didik kelas
kontrol. Nilai rata-rata kompetensi sikap peser- n 2 3 5 5 8
ta didik kelas eksperimen sebesar 77 sedangkan Kontrol 3 57,2 93,7 43,7 1,2
nilai rata-rata peserta didik kelas kontrol sebesar
0 3 5 5 8
43,3. Nilai maksimum kelas ekspe-rimen dan
kelas kontrol yakni 90,28 untuk kelas Keterangan: N = Jumlah anggota sampel; 𝑥̅ =
eksperimen dan 51,39 untuk kelas kontrol. Nilai Nilai rata-rata; S = Simpangan Baku

JEP| Volume 2| Nomor 1|Mei 2018| Page 25-32


Sarah, Lufri, Ramadhan Sumarmin 30

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui nilai artinya tidak homogen (Riduwan dan Sunarto,
rata-rata kompetensi keterampilan peserta didik 2012). Hasil uji homo-genitas kedua kelas
kelas eksperimen lebih tinggi diban-dingkan sampel dapat dilihat pada Tabel 6.
nilai rata-rata kompetensi keterampilan peserta
didik kelas kontrol. Nilai rata-rata kompetensi Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas Kompetensi
keterampilan peserta didik kelas eksperimen Pengetahuan Kelas Eksperimen dan
sebesar 86,33 sedangkan nilai rata-rata peserta Kelas Kontrol.
didik kelas kontrol sebesar 57,23. Nilai Kelas 𝑋̅ F F Kete-
maksimum kelas eksperimen dan kelas kontrol Hitung Tabel rangan
sama yaitu 93,75. Nilai minimum kelas
Eksperimen 72,62 1,70 1,84 Homogen
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol
yakni 81,25 kelas eksperimen dan 43,75 kelas 61,89
Kontrol
kontrol. Standar deviasi kelas eksperimen lebih
rendah dibandingkan kelas kontrol, yaitu 0,78 Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa
kelas eksperimen dan 1,28 kelas kontrol. Fhitung < Ftabel atau 1,70 < 1,84 untuk taraf
2. Pengujian Prasyarat Analisis signifikan 0,05 dapat disimpulkan bahwa kedua
Uji prasyarat analisis berupa uji norma- kelas sampel memiliki varians yang homogen.
litas dan homogenitas hanya dilakukan untuk 3. Pengujian Hipotesis
data kompetensi pengetahuan. Data kompetensi a. Uji hipotesis Kompetensi Pengetahuan
sikap dan keterampilan tidak memerlukan uji Berdasarkan hasi uji normalitas dan uji
normalitas dan uji homogenitas karena pengu- homogenitas tes akhir, diketahui bahwa kedua
jian hipotesis menggunakan uji-U. kelas sampel terdistribusi normal dan memiliki
a. Uji Normalitas Kompetensi Pengetahuan varians yang homogen. Oleh karena itu pe-
Uji normalitas kompetensi pengetahuan ngujian hipotesis yang digunakan yaitu uji-t.
menggunakan uji Lilliefors dengan taraf signi- Hasil uji hipotesis kompetensi pengetahuan
fikan (α) 5%. Hasil uji normalitas dapat dilihat dapat dilihat pada Tabel 7.
pada Tabel 5. Tabel 7. Hasil Uji Hipotesis Kompetensi
Tabel 5. Nilai rata-rata dan Standar Deviasi Kompetensi Pengetahuan.
Kompetensi Pengetahuan Kelas
Eksperimen dan Kontrol Kelas 𝑋̅ thitung ttabel Keteran
Kelas 𝑋̅ S L0 Lt Keteran gan
gan
Eksperime 72,6 3,92 1,67 H1
Eksperi 72, 12, 0,1 0,1 Normal n 2 diterim
men 62 16 3 5 a
Kontrol 61,8
Kontrol 61, 9,4 0,1 0,1 Normal 9
89 6 50 58
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa
Keterangan: 𝑥̅ = Nilai rata-rata; S = Simpangan thitung > ttabel atau 3,93 > 1,67 untuk taraf
Baku; L0 = L Hitung; Lt = L Tabel signifikan 0,05 maka hipotesis H1 diterima
artinya terdapat pengaruh penggunaan model
Berdasarkan Tabel 5. kedua kelas pembelajaran Problem Solving secara signify-
sampel memilki nilai L0 < Lt, hal ini menunjuk- kan terhadap kompetensi pengetahuan belajar
kan data terdistribusi normal. IPA peserta didik kelas VIII SMP Negeri 13
b. Uji Homogenitas Kompetensi Pengetahuan Padang.
Uji homogenitas kompetensi pengeta- b. Uji Hipotesis Kompetensi Sikap
huan dilakukan dengan menggunakan uji F Uji hipotesis kompetensi sikap meng
dengan taraf signifikan (α)=5%. Fungsinya gunakan uji Mann Whitney U. Hasil uji U dapat
untuk menguji apakah varians tersebut homogen dilihat pada Tabel 8.
atau tidak homogen. Jika α=0,05 lebih besar aau
sama dengan nilai Sigmifikan atau [α = 0,05 ≥
Signifikan], makan H1 diterima dan H0 ditolak

JEP| Volume 2| Nomor 1|Mei 2018| Page 25-32


(Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving……….) 31

Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis Kompetensi Sikap yang ditentukan oleh sekolah, namun persentase
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. ketuntasan peserta didik pada kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik
Kelas 𝑋̅ Zhitun Ztabel Keteranga pada kelas kontrol. Kelas ekspe-rimen yang
g n diberi perlakuan dengan menerap-kan model
pembelajaran Problem Solving me-miliki nilai
Eksperime 7 6,29 0,979 H1 diterima rata-rata 72,62 sedangkan kelas kontrol yang
n 2 8 menggunakan model pembela-jaran Direct
Intruction memiliki nilai rata-rata 61,89.
Kontrol 4
Terlihat jelas bahwa nilai rata-rata pada kelas
0 eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
Berdasarkan Tabel 8, diketahui nilai Z kelas kontrol.
hitung > dari Z tabel sehingga dapat disim- Hasil uji normalitas dan homogenitas
pulkan hipotesis kerja (H1) diterima. Dengan data, diketahui bahwa kedua kelas sampel
demikian dapat disimpulkan bahwa model berasal dari populasi yang terdistribusi normal
pembelajaran Problem Solving berpengaruh dan memiliki varians yang homogen, sehingga
positif terhadap kompetensi sikap peserta didik. pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. Hasil
uji t menunjukkan bahwa thitung > ttabel,
c. Uji Hipotesis Kompetensi Keterampilan karena t.hitung > t.tabel maka hipotesis kerja
Uji hipotesis kompetensi keterampilan (H1) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak,
menggunakan uji Mann Whitney U. Hasil uji U sehingga diketahui bahwa model pembelajaran
dapat dilihat pada Tabel 9. Problem Solving berpengaruh positif terhadap
Tabel 9. Hasil Uji Hipotesis Kompetensi kompetensi pengetahuan belajar IPA peserta
Keterampilan Kelas Eksperimen dan didik kelas VIII SMP Negeri 13 Padang.
Kelas Kontrol. Selanjutnya pada pengamatan kompe-
tensi sikap peserta didik, peneliti melakukan
Kelas 𝑋̅ Zhitun Ztabel Keteranga penilaian pada setiap pertemuan dalam satu
g n kompetensi dasar. Indikator kompetensi sikap
terdiri dari empat indikator yaitu disiplin,
Eksperime 86,3 5,6 0,979 H1 toleransi percaya diri dan gotong royong. Pada
n 3 8 diterima indikator disiplin kelas eksperimen menunjuk-
kan rata-rata lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu
Kontrol 57,2 87,75 > 75, dan hal ini dapat dikate-gorikan
3 sangat baik pada uji U. Selanjut secara berurutan
pada indikator toleransi, percaya diri dan gotong
Berdasarkan Tabel 9, diketahui nilai Z royong kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata
hitung > Z tabel, sehingga dapat disimpulkan lebih tinggi dari kelas kontrol hal ini dibuktikan
hipotesis kerja (H1) diterima. Dengan demikian dengan data nilai kompetensi sikap pada Tabel
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran 11. Setelah diuji secara statistik melalui uji
Problem Solving berpengaruh positif terhadap hipotesis diperoleh hasil bahwa hipotesis nol
kompetensi keterampilan belajar IPA peserta ditolak dan hipotesis kerja diterima sesuai
didik kelas VIII SMP Negeri 13 Padang. dengan Tabel 16, sehingga dapat disimpulkan
Pembahasan bahwa penerapan model pembelajaran Problem
Solving berpengaruh positif terhadap
Pengamatan kompetensi penge- tahuan kompetensi sikap belajar IPA peserta didik kelas
dilakukan setelah satu kompetensi dasar dengan VIII SMP Negeri 13 Padang.
menggunakan penilaian tes tertulis dalam bentuk Pengamatan terakhir dilakukan penga-
soal pilihan ganda yang diberikan kepa-da kelas matan kompetensi keterampilan peserta didik,
sampel pada akhir pertemuan proses peneliti melakukan penilaian pada satu perte-
pembelajaran. Berdasarkan hasil tes akhir pada muan khususnya pada kegiatan praktikum.
ranah pengetahuan, rata-rata nilai kelas eks- Dalam pengamatan ini diketahui bahwa nilai
perimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai rata-rata maksimum seluruh indikator kom-
kelas kontrol. Walaupun nilai rata-rata kedua petensi keterampilan peserta didik pada kelas
kelas tersebut sama-sama belum mencapai KKM eksperimen yang menggunakan model pembe-

JEP| Volume 2| Nomor 1|Mei 2018| Page 25-32


Sarah, Lufri, Ramadhan Sumarmin 32

lajaran Problem Solving lebih tinggi diban- Problem Solving dapat dijadikan salah satu
dingkan dengan nilai peserta didik pada kelas model pembelajaran untuk meningkatkan kom-
kontrol yang menggunakan model pembe- petensi belajar IPA peserta didik.
lajaran Direct Intruction (kelas eksperimen >
kelas kontrol, yaitu 86,33 > 57,23) dan hal ini DAFTAR PUSTAKA
tergolong sangat baik untuk kelas eksperimen
dan bernilai cukup untuk kelas kontrol. Indikator Ali, R. (2010). Effect of Using Problem Solving
kompetensi keterampilan terdiri dari tiga in Teaching Mathematics on the
indikator yaitu persiapan, pelaksanaan dan hasil. Achievement of Mathematics Students:
Pada indikator persiapan kelas eksperimen Asian Sosial Science, Vol. 6, No. 2.
menunjukan rata-rata lebih tinggi dari kelas Asyari, M. (2006). Penerapan Pendekatan
kontrol yaitu 100 > 52,08, dan hal ini dapat Sains-Teknologi-Masyarakat. Jakar-ta:
dikategorikan sangat baik pada uji U. Departemen Pendidikan Nasional
Fitari, D. A. (2012). Penerapan Pembelajaran
KESIMPULAN Kooperatif dengan Metode Problem
Solving Meningkat-kan Hasil Belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang telah IPA SMP. Jurnal Pendidikan Biologi
dilakukan dapat disimpulkan bahwa Penerapan Indonesia. Vol. 1, No. 1, Hal 99-108.
model pembelajaran Problem Solving berpe- Kizilirmak, dkk. (2016). Problem Solving as an
ngaruh positif terhadap kompetensi penge- Encoding Task: A Special Case of the
tahuan, sikap dan keterampilan belajar IPA Generation Effect, Vol. 9, No. 3, 59-75.
peserta didik kelas VIII SMP Negeri 13 Padang. Lufri. (2007). Strategi Pembelajaran Biologi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Padang: Unp Press
Ali (2010) bahwa pencapaian peser-ta didik Polya. (2002). Model Problem Solving dalam
yang diajarkan melalui pembelajaran Problem Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Buku
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran
Solving lebih baik dibandingkan pen-capaian
Berorientasi Standar Proses Pendidi-
peserta didik yang diajarkan melalui
kan. Jakarta: Prenada.
pembelajaran konvensional. Sintaks dalam Pro- Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung:
blem Solving dapat meningkatkan hasil belajar Tarsito
peserta didik (Fitari, 2016). Susanti, W. I. (2014). Penerapan Model
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
penerapan beberapa model pembelajaran lain- Share untuk Meningkatkan Aktivitas dan
nya seperti penelitian (Susanti, 2014) yaitu Kompetensi Belajar Biologi Siswa Kelas
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair VII A SMPN 4 Kerinci. Journal of
Share dengan hasil berpengaruh positif terha- Biology Education FMIPA UNP, Vol 2
dap kompetensi belajar peserta didik. Problem No. 1.
Solving dapat berpengaruh terhadap kemam- Woods, D.R. (1989). Developing Students’ Pro-
puan berkomunikasi, mencari penyelesaian dari blem-Solving Skills. Journal of College
Science Teaching (JCST), November:
beberapa masalah, dan membandingkan solusi
108-110.
terbaik dari tingkat kegagalannya (Kizilirmak,
2016). Oleh karena itu penerapan model

JEP| Volume 2| Nomor 1|Mei 2018| Page 25-32

Potrebbero piacerti anche