Sei sulla pagina 1di 5

JURNAL HUTAN LESTARI (2015)

Vol. 3 (1) : 30 – 34

KEANEKARAGAMAN JENIS REPTIL ORDO SQUAMATA DIKAWASAN


HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SEBATIH KECAMATAN
SENGAH TEMILAKABUPATEN LANDAK
The Diversity of Squamates Semahung MountainProtected Forest in Sebatih Village
of Sengah Temila Sub-District in Landak District
Syaiful Amri, Bachrun Nurdjali, Sarma Siahaan
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Jalan Imam Bonjol 78124
Email : samri85@yahoo.com

ABSTRACT
Reptiles are one species of fauna mostly found in West Kalimantan. This research aims to
investigate kinds of squamates living in the area of Semahung mountain protected forest in
Sebatih village in Sengah Temila sub-district in Landak district. Thhe research took place from
February 14th to March 1st 2014 using visual encounter survey (VES). The status squamates
found based on the red list of IUCN (International Unio for Conservation of Nature and Natural
Resources) comprises ten least concern squamates, two near threatened squamates and two not
evaluated squamates. There are forteen species of squamates from five families. Based on
Percent Similary value evaluation, the highest abundance is from Scincidae family that is
Eutropis rudis of 37%. The highest diversity value is on aquatic habitat of e’=0,8019. Of two
habitats (aquatict and terrestrial) of squamates, the similary index of two habitats is 0,4,
meaning that there are 40% of those species living in those habitats are similar species and
60% of those are different. It is because the two habitats have the similar altitude. Eutropis
rudis have the highest meeting probability of 0,486 individual/hour. They are mostly seen in
terrestrial habitat.
Keywords: Squamates, species diversity, Semahung Mountain

PENDAHULUAN kawasan ini memiliki peranan yang


Borneo adalah nama Kalimantan sangat penting dalam upaya perlindungan
secara keseluruhan yang merupakan dan pelestarian satwa liar. Reptil adalah
pelabuhan keanekaragaman hayati salah satu fauna yang banyak terdapat di
endemik termasuk didalamnya amfibi wilayah Kalimantan Barat. Eksploitasi
dan reptil (Rhett A.Butler. 2008). reptil yang berlebihan dan tidak terkontrol
Menurut WWF Tahun 2007 (World akan menimbulkan ancaman terhadap
Wildlife Fund), Pulau ini diperkirakan kelestarian satwa tersebut. Konversi hutan
memiliki setidaknya 222 spesies menjadi lahan perkebunan, lahan
Mamalia (44 darinya khas), 420 Burung pertanian dan kegiatan penebangan hutan
yang menetap (37 khas), 100 Amfhibi berperan besar terhadap hilangnya habitat
dan Reptilia, 349 ikan (19 khas). satwa liar. Perubahan kondisi habitat
Kawasan Hutan Lindung Gunung seperti itu akan berpengaruh terhadap
Semahung Desa Sebatih Kecamatan keanekaragaman satwa liar yang terdapat
Sengah Temila Kabupaten Landak, didalamnya. Perkembangan informasi
memiliki luas areal 2.812 hektar dan penunjang khususnya mengenai data
merupakam tipe pegunungan dataran keberadaan jenis–jenis Reptil Ordo
rendah yang ketinggiannya 695 meter di Squamata yang terdapat dikawasan Hutan
atas permukaan laut. Sebagai salah satu Lindung Gunung Semahung belum ada
kawasan konservasi di Kalimantan Barat dilakukan, sehingga perlunya dilakukan

30
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (1) : 30 – 34

penelitian untuk menunjang pengetahuan dikombinasikan dengan metode jalur


mengenai keberadaan satwa liar ini. (transek sampling) (Kusrini, 2009).
Tujuan dari penelitian ini adalah Jumlah jalur yang dibuat sebanyak
untuk mengetahui Jenis Reptil dari Ordo 6 jalur, yang terdiri dari 3 jalur akuatik
Squamata yang ada di kawasan Hutan (jalur 1, 2, 3 jalur air) dan 3 jalur
Lindung Gunung Semahung dan manfaat teresterial (jalur 4, 5, 6 jalur darat).
dari penelitian ini untuk memberikan Peletakan jalur akuatik dibuat dengan
informasi tentang keanekaragaman jenis- menyusuri Sungai Gunung Semahung
jenis reptil yang ada di kawasan Hutan dari hilir sampai hulu sungai dengan
Lindung Gunung Semahung sehingga lebar jalur 5 meter dari tepi sungai ke
dapat dijadikan dasar dalam upaya darat dan panjang jalur 200 meter.
pelestarian satwa liar di areal tersebut. Sedangkan untuk habitat teresterial
(daratan) jalur dibuat sepanjang 600 m
METODE PENELITIAN (disesuaikan dengan keadaan tempat)
Penelitian ini dilaksanakan di dengan lebar jalur 5 meter ke kiri dan 5
kawasan Hutan Lindung Gunung meter ke kanan mengikuti jalan setapak
Semahung Desa Sebatih Kecamatan yang telah ada. Setiap 20 meter pada
Sengah Temila Kabupaten Landak jalur dilakukan penandaan dengan
Kalimantan Barat, mulai dari tanggal 12 menggunakan pita warna untuk
Februari 2014 sampai dengan tanggal 1 memudahkan dalam penghitungan jarak
Maret 2014. Peralatan yang digunakan jalur yang dibuat.
dalam kegiatan pengamatan dan Pengamatan dilakukan pada siang
pengidentifikasian jenis reptil antara dan malam hari. Pengamatan siang hari
lain :Peta kawasan penelitian, Kompas, dimulai pada pagi menjelang siang hari
GPS( Global Position System ), Meteran, yaitu antara 06.00 – 13.00 WIB. Setelah
Tali raffia, Headlam/senter dan baterai, itu dilanjutkan pada malam hari dimulai
Spidol permanen, Jam, Alat tulis dan pada pukul 18.00 – 22.00 WIB.
Tally Sheet, Buku Poket Lizards of Analisis Data
Borneo dan Snakes of Borneo, Kaliver, Analisis data yang digunakan untuk
Tongkat jaring penangkap, tongkat penelitian reptil ordo squamata ini adalah
berjerat, tongkat berkait, Alat suntik, dan : Analisis Habitat, Deskripsi Jenis Reptil,
baki/baskom plastik, Termometer, Indeks Kelimpahan Relatif, Indeks
Higrometer, Kamera, Kaca pembesar, Keanekaragaman Jenis, Indeks
Parang, Sarung tangan karet, sepatu boot, Kemerataan Jenis, Indeks Kesamaan
mantel/jas hujan. Bahan Penelitian yang Jenis, Peluang Perjumpaan.
digunakan Kantong plastik, Kertas lebel,
Kapas dan tissue, Alkohol 70%. HASIL DAN PEMBAHASAN
Prosedur penelitian Analisis Habitat
Metode yang digunakan dalam Berdasarkan hasil pengukuran
penelitian ini adalah Visual Encounter selama di lapangan diperoleh kisaran
Survey (VES) atau Survey Perjumpaan suhu udara 270C–280C, suhu air 220C–
Visual (Heyer dkk. 1994). Metode ini 240C, kelembaban udara antara 790C–

31
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (1) : 30 – 34

860C. Data pH air dari pengukuran di Colubridae (2 jenis), Eublepharidae (1


habitat akuatik diperoleh kisaran pH 5,5 jenis).
yang menunjukkan bahwa kondisi air Dari jumlah jenis reptil ordo squamata
hampir netral. Cuaca selama pengamatan yang ditemukan untuk status
cerah meskipun terkadang mendung dan konservasinya dalam daftar merah IUCN
bahkan juga hujan pada pagi, dan sore (International Union for Conservation of
menjelang malam. Nature and Natural Resources) dengan
Komposisi jenis reptil ordo Squamata status LC (Least Concern) 10 jenis, NT
Jumlah seluruh reptil yang ditemukan (Near Threatened) 2 jenis dan NE (Not
pada lokasi pengamatan di Kawasan Evaluated) 2 jenis. Berikut ini adalah tabel
Hutan Lindung Gunung Semahung daftar jenis reptil ordo squamata yang
sebanyak 14 jenis dari 5 famili yakni ditemukan di Kawasan Hutan Lindung
Gekkonidae (3 jenis), Scincidae (4 jenis), Gunung Semahung dan beserta status
Agamidae (3 jenis), Crotalidae (1 jenis), konservasinya.

Tabel 7. Jenis Reptil Ordo Squamata dan Status Konservasinya (List of Types
Squamates and Status Conservation)
Jalur
Jumlah
No Nama jenis Family Pengamatan IUCN
individu
T A
1 Aeuluroscalabotes felinus Eublepharidae 2 Ѵ LC
2 Cnemaspis kendallii Gekkonidae 8 Ѵ LC
3 Cyrtodactylus consobrinus Gekkonidae 2 Ѵ LC
4 Cyrtodactylus malayanus Gekkonidae 5 Ѵ NT
5 Apterygodon vittatum Scincidae 1 Ѵ LC
6 Eutropis multifasciata Scincidae 3 Ѵ LC
7 Eutropis rudis Scincidae 35 Ѵ Ѵ LC
8 Tropidophorus beccarii Scincidae 21 Ѵ LC
9 Bronchocela cristatella Agamidae 2 Ѵ Ѵ NE
10 Draco quinquefasciatus Agamidae 7 Ѵ Ѵ NE
11 Phoxophrys nigrilabris Agamidae 1 Ѵ LC
12 Tropidolaemus subannulatus Crotalidae 5 Ѵ Ѵ LC
13 Dendrelaphis caudolineatus Colubridae 2 Ѵ NT
14 Xenochrophis trianguligerus Colubridae 1 Ѵ LC
Total 95
Keterangan : LC : Least Concern (beresiko rendah)
NT : Near Threatned (terancam punah)
NE : Not Evaluated ( tidak di evaluasi)
T : Teresterial
A : Akuatik

Besarnya jumlah jenis reptil yang Penghitungan effort biasanya


ditemukan dipengaruhi oleh beberapa berdasarkan lamanya waktu pencarian
faktor, diantaranya; effort (usaha) yang di lapangan dan luasan areal yang
dilakukan dalam pencarian satwa reptil. disurvei (Kusrini et al, 2007).

32
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (1) : 30 – 34

Indeks Kelimpahan Relatif Indeks Shannon-Wiener lebih dari 3,5,


Hasil analisis nilai Percent Similary tergolong sedang dengan nilai indeks
untuk kelimpahan jenis reptil ordo 1,5–3,5 dan tergolong rendah dengan
Squamata diperoleh nilai kelimpahan nilai indeks kurang dari 1,5.
jenis tertinggi yaitu jenis Eutropis rudis
Indeks Kemerataan Jenis
sebesar 37%, jenis ini paling banyak Nilai indeks kemerataan jenis Reptil
ditemukan di jalur habitat teresterial. ordo Squamata pada type habitat tidak
Tropidophorus beccarii menempati jauh berbeda untuk nilai tertinggi terdapat
urutan kedua dengan nilai persentase pada habitat akuatik dengan nilai e =
kelimpahan relatif 22% dan kelimpahan
0,801 dan terendah pada habitat teresterial
relatif ketiga Cnemaspis kendallii dengan dengan nilai e = 0,661. Nilai e’ dikatakan
nilai sebesar 8,4%. Kelimpahan relatif semakin merata apabila mendekati 1 dan
paling rendah jenis Apterygodon vittatum, dikatakan tidak merata jika mendekati 0.
Phoxophrys nigrilabris dan Xenochrophis
trianguligerus dengan persentase masing- Indeks Kesamaan Jenis
masing sebesar 1,1%. Nilai indeks kesamaan jenis Reptil
Persentase kelimpahan relatif pada ordo Squamata di kawasan Hutan
kelas reptil ordo Squamata yaitu famili Lindung Gunung Semahung yaitu
Scincidae memiliki nilai kelimpahan habitat akuatik dan teresterial diperoleh
relatif tertinggi 29%, kelimpahan relatif nilai S=0,4. Artinya kurang lebih 40%
kedua pada famili Gekkonidae dan jenis Reptil ordo Squamata dikedua
Agamidae sebesar 21% kelimpahan habitat tersebut adalah sama dan 60%
relatif ketiga yaitu famili Colobridae jenis Reptil ordo Squamata dikedua
sebesar 14% selanjutnya kelimpahan habitat tersebut tidak sama. Hal ini
relatif keempat dan merupakan disebabkan karena kedua habitat
kelimpahan relatif terendah famili mempunyai ketinggian yang tidak sama.
Crotalidae dan Eublepharidae masing- Letak geografis dapat menentukan
masing sebesar 7,1%. jumlah jenis penghuninya (Alikodra,
2002 dalam Darmawan, 2008).
Indeks Keanekaragamman Jenis
Nilai indeks keanekaragaman jenis Peluang Perjumpaan
reptil ordo squamata tidak berbeda jauh, Peluang perjumpaan terbesar dimiliki
untuk nilai tertinggi terdapat pada oleh jenis Eutropis rudis sebesar 0,486
habitat akuatik dengan nilai H’=0,765 individu/jam, jenis ini paling banyak
dan terendah pada habitat teresterial dijumpai di habitat teresterial. Jenis lain
dengan nilai H’=0,631. Nilai dengan peluang perjumpaan terbesar
keanekaragaman jenis reptil Ordo kedua Tropidophorus beccarii sebesar
Squamata dilokasi penelitian terbilang 0,292 individu/jam, jenis ini termasuk
rendah, karena tidak dapat mencapai jenis yang spesialis karena hanya ada di
indeks 1,5. Menurut Margalef (1972) habitat akuatik. Reptil ordo Squamata
dalam Magurran (1988) menyatakan biasanya menggunakan berbagai
bahwa tingkat keanekaragaman jenis mikrohabitat dan substrat sehingga sesuai
yang tertinggi ditunjukan dengan nilai kemampuannya tersebut dikelompokan

34
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (1) : 30 – 34

lagi dalam “habitat spesialists” dan “non- Heyer WR, Donnelly MA, McDiarmid
spesialists” (Mistar, 2003). Setiap jenis RV, Hayek LA & Foster
mempunyai peluang yang sama dalam MS.(eds). 1994. Measuring and
Monitoring Biological Diversity.
setiap perjumpaanya. Selain mengetahui
Standar Methods for Amphibians.
kebiasaan hidupnya, penting juga Smithsonian Institution Press,
memprediksikan jenis yang dijumpai Washington DC.
berdasarkan makro habitatnya yaitu
Kusrini, M.D. 2009. Pedoman Penelitian
akuatik, teresterial, fossorial atau arboreal dan Survei Amfibi di Alam.
(Mistar, 2003). Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
PENUTUP Kusrini MD, Endarwin W, UI-Hasanah
Kesimpulan A, Yazid M. 2007. Metode
Dari hasil penelitian ini dapat Pengamatan Herpetofauna di
Taman Nasional Batimurung
disimpulkan Keanekaragaman Jenis reptil
Bulusaraung, Sulawesi Selatan.
ordo Squamata di kawasan Hutan Modul Pelatihan. Departemen
Lindung Gunung Semahung termasuk Konservasi Sumberdaya Hutan
rendah, dan untuk nilai Indeks dan Ekowisata, Fakultas
Keanekaragaman tertinggi terdapat di Kehutanan IPB, Bogor.
habitat akuatik dengan nilai H’=0,765 dan Magurran AE. 1988. Ecological Diversity
terendah terdapat pada habitat teresterial and Its Measurement. New Jersey:
sebesar H’=0,631. Princeton University Press.
Saran Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amfibi
Perlu dilakukan pengelolaan dan Kawasan Ekosistem Leuser.
perlindungan terhadap jenis reptil ordo Perpustakaan Nasional. Jakarta.
Squamata untuk tetap menjaga Rhett A. Butler. 2008. Borneo: Profil
kelestariannya. Studi lanjutan mengenai Lingkungan. (On-line) http://world.
keanekaragaman jenis reptil ordo mongabay.com/ indonesian/borneo.
html diakses 2 Sept 2013.
Squamata dikawasan hutan lindung
gunung semahung perlu dilakukan karena WWF Indonesia. 2007. Kehutanan. (On-
kemungkinan ditemukan jenis-jenis baru line) http://www.wwf.or.id/
tentang_wwf/upaya_kami/forest_
melihat ekosistem hutan lindung gunung
spesies/tentang_forest_spesies/ke
semahung masih sangat baik. hutanan/ diakses 21 Okt 2013.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan B. 2008. Keanekaragaman
Amfibi di berbagai Tipe Habitat;
Studi Kasus di Eks-HPTI PT.
Rimba Karya Indah Kabupaten
Bungo, Provinsi Jambi. Skripsi
Fakultas Kehutanan Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan
dan Ekowisata. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

35

Potrebbero piacerti anche