Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Bontis, 2000). Kemudian, modal intelek- tual sebagai intellectual material, yang me-
tual dijelaskan secara rinci oleh Peter liputi pengetahuan, informasi, kekayaan
Drucker dalam tahun 1993 dalam bukunya intelektual, dan pengalaman yang dapat
“Post-Capitalist Society (Bontis, 2000). digunakan secara bersama untuk mencipta-
Sampai dengan akhir tahun 1990, referensi kan kekayaan (wealth), sedangkan Koois-
terhadap modal intelektual dalam publikasi tra dan Zijlstra (2001) mengemukakan
bisnis kontemporer menjadi hal yang la- bahwa pengetahuan yang dimiliki organi-
zim. Manajemen modal intelektual menjadi sasi terdapat baik dalam tataran individual
bidang wewenang Chief Knowledge Officer maupun organisasional. Pada tataran indi-
(CKO). Bahkan, Stewart telah diakui seba- vidual, modal intelektual mencakup penge-
gai pencetus kelahiran dunia baru intelek- tahuan, ketrampilan, dan bakat. Sebaliknya
tual kapitalis (Stewart, 1991 dalam Bontis, pada tataran organisasional, modal intelek-
2000). tual meliputi database, teknologi, metode-
Sampai sekarang belum ada definisi metode, prosedur-prosedur, dan budaya
modal intelektual yang konklusif dan masih organisasional.
terjadi perdebatan di antara para pakar. Hal 2.2. Komponen Modal Intelektual
ini dikarenakan modal intelektual merupa- Meskipun terdapat beberapa versi
kan konsep manajemen yang masih mem- tentang komponen modal intelektual, pada
bingungkan (enigmatic) dan relatif baru. Di akhirnya hanya terdapat tiga skema yang
samping itu, modal intelektual seringkali sering dikutip dalam berbagai penelitian,
dianggap sebagai nilai misterius (myste- yaitu skema yang diusulkan Sveiby (1997),
rious value) yang terletak di antara nilai Stewart (1997), dan Edvinsson dan Sulli-
buku (book value) dan nilai pasar perusa- van (1996). Ketiga skema tersebut memili-
haan. ki tiga elemen yang sama, yaitu modal inte-
Organisation for Economic Co- lektual yang terletak dalam diri manusia,
operation and Development (OECD), modal intelektual yang melekat dalam pe-
1999) mendefinisikan modal intelektual rusahaan, dan modal intelektual yang ter-
sebagai nilai ekonomik dari dua kategori kait dengan hubungan dengan pihak eks-
intangibles assets perusahaan: (1) organisa- ternal. Ketiga skema tersebut dapat dilihat
tional (“structural”) capital; dan (2) human dalam Gambar 1 di bawah ini.
capital. Structural capital meliputi proprie-
tary sofware system, distribution networks, Elemen/Author Modal Modal inte- Modal
intelektual lektual yang intelektual
dan supply chains, sedangkan human capi- yang me- melekat yang me-
tal mencakup human resources baik dalam lekat pada pada organi- lekat pada
manusia sasi hubungan
perusahaan maupun di luar perusahaan, Edvinson human organizational customer
seperti customers dan suppliers. Berdasar- capital capital capital
Stewart human structure customer
kan definisi OECD tersebut, modal intelek- capital capital capital
tual merupakan bagian (subset) dari intang- Sveiby employee internal struc- external
competence ture structure
ible assets secara keseluruhan karena ada
unsur yang bersifat intangible secara logis Elemen pertama dalam gambar di atas
bukan merupakan bagian dari modal inte- menggambarkan kemampuan manusia da-
lektual, misalnya reputasi, yang merupakan lam entitas yang terbentuk dari suatu cam-
hasil dari penggunaan modal intelektual. puran beberapa atribut, seperti pengeta-
Williams (2001) modal intelektual huan, kemampuan, sikap, dan hubungan.
adalah informasi dan pengetahuan yang Human capital ini terletak dalam pikiran
diaplikasikan dalam pekerjaan untuk men- (mind), badan, dan tindakan individual, ser-
ciptakan nilai. Definisi ini menekankan pa- ta akan hilang jika mereka pergi mening-
da kemampuan modal intelektual dalam galkan perusahaan. Elemen kedua men-
menciptakan nilai. Mouritsen (1998) ber- cerminkan kemampuan perusahaan yang
pendapat bahwa modal intelektual merupa- berasal dari sistem, proses, struktur, bu-
kan masalah pengetahuan organisasi yang daya, strategi, kebijakan, dan kemampuan
luas dan bersifat unik bagi perusahaan se- untuk melakukan inovasi. Elemen ketiga
hingga memungkinkan perusahaan secara merupakan kemampuan diperoleh dari hu-
terus-menerus beradaptasi dengan kondisi bungan dengan pihak ekstern dengan cara-
yang selalu berubah. Sementara itu, Ste- cara yang khas, seperti koneksi, kesepama-
wart (1997) mendefinisikan modal intelek-
5
haman, loyalitas, dan aktivitas bisnis (De- perusahaan yang senantiasa memaksimum-
mediuk, 2002). kan nilai dari modal intelektualnya.
Dalam penelitian ini digunakan salah 2.3. Pengungkapan Informasi Modal
satu rerangka (framework) yang lebih po- Intelektual
puler untuk memahami modal intelektual, Gutrie et al.,(2004) mengemukakan
yaitu pola klasifikasi yang dibuat Karl Erik teori-teori riset (research theories) yang
Sveiby. Sveiby mengklasifikasikan intan- dapat digunakan untuk menjelaskan kecen-
gibles ke dalam tiga kategori, yaitu internal derungan pengungkapan sukarela modal
structure, external structure, dan employe intelektual, yaitu stakeholder theory dan
competence. Internal Structure meliputi the legitimacy theory yang menggunakan con-
organisational structure, legal parameters, tent analysis sebagai suatu pendekatan da-
sistem-sistem manual, penelitian dan pen- lam pengumpulan dan analisis data.
gembangan, dan perangkat lunak. External 2.3.1. Stakeholder theory
Structure mencakup merk dagang dan hu- Teori ini mengemukakan bahwa ma-
bungan antara pelanggan dan pemasok. najemen perusahaan diharapkan melakukan
Employee Competence meliputi pendidikan aktivitas-aktivitas yang diharapkan para
dan pelatihan bagi staf profesional yang stakeholders dan melaporkan aktivitas-
merupakan penghasil utama pendapatan aktivitas tersebut kepada mereka. Stake-
(revenues). holders memiliki hak untuk diberi informa-
Framework konsep modal intelektual si bagaimana dampak aktivitas perusahaan
yang digunakan dalam penelitian ini di- bagi mereka meskipun mereka memilih
ringkas dalam Tabel.1 di bawah ini. untuk tidak menggunakan informasi terse-
Tabel 1. but, atau tidak dapat memainkan peran
Framework Modal Intelektual kontruktif dalam kelangsungan hidup peru-
Internal Structure External Structure Employees Compe- sahaan. Selain itu, teori ini menganggap
(structural) tence (human capi- bahwa akuntabilitas organisasional tidak
tal)
Intellectual Proper- a. brands a. know-how
hanya terbatas pada kinerja ekonomi atau
ty b. customers b. education keuangan saja sehingga perusahaan perlu
a. patents c. customer loyal- c. vocational
b. copyrights ty qualification
melakukan pengungkapan tentang modal
c. trademarks d. company d. work-related intelektual dan informasi lainnya melebihi
Infrastructure names knowledge
Assets e. distribution e. work-related
dari yang diharuskan (mandatory) oleh ba-
d. management channels competence dan yang berwenang.
philosophy f. business colla- f. entrepreneurial
e. corporate culture boration spirit
2.3.2. Legitimacy theory
f. information g. favourable Menurut teori ini perusahaan berusa-
systems contracts
g. management h. financial con-
ha memastikan bahwa kegiatan operasinya
processes tacts masih dalam batas-batas ikatan dan norma
h. networking i. licensing
systems agreements
masyarakat tempat perusahaan bekerja.
i. research projects j. franchising Dengan demikian, perusahaan akan mela-
agreements
porkan dengan suka rela aktivitas tertentu
Komponen-komponen modal intelek- yang dilakukan jika manajemen mengang-
tual di atas merupakan indikasi future value gap aktivitas tersebut menjadi perhatian
dan kemampuan perusahaan di dalam masyarakat di sekitarnya. Legitimacy
menghasilkan kinerja keuangan. Oleh ka- theory didasarkan pada suatu gagasan bah-
rena itu, diperlukan metode pelaporan dan wa terdapat suatu kontrak sosial antara pe-
pengelolaan terhadap dimensi-dimensi in- rusahaan dengan masyarakat di sekitarnya.
tangible yang lebih sistematis. Kontrak sosial tersebut menggambarkan
Modal intelektual memberi perusa- setumpuk harapan masyarakat tentang ba-
haan suatu peluang yang sangat besar bagi gaimana seharusnya perusahaan beroperasi.
perusahaan untuk meningkatkan nilainya Harapan-harapan tersebut tidak bersifat te-
melalui penciptaan laba (profit generation), tap dan selalu berubah setiap saat sehingga
strategic positioning (pangsa pasar, kepe- menuntut perusahaan untuk selalu tanggap
mimpinan, reputasi), akuisisi inovasi dari terhadap lingkungan tempat perusahaan
perusahaan lain, loyalitas konsumen, pen- beroperasi. Oleh karena itu, perusahaan
gurangan biaya, dan peningkatan produkti- harus selalu beroperasi dengan cara-cara
vitas. Perusahaan-perusahan yang sukses yang konsisten dengan nilai-nilai yang ber-
dalam bisnisnya adalah perusahaan- laku di lingkungannya. Untuk itu, perusa-
6
perusahaan yang lebih kecil. Pertama, pen- tual, seperti sumber daya manusia, penge-
gungkapan informasi secara rinci bagi pe- tahuan, brand, program untuk memperta-
rusahaan besar secara relatif lebih murah hankan loyalitas pelanggan, dan lain seba-
(less costly) karena dianggap sudah me- gainya. Oleh karena itu, perusahaan-
nyediakan informasi tersebut untuk kepen- perusahaan tersebut cenderung untuk men-
tingan intern. Kedua, karena laporan tahu- gungkapkan informasi yang lebih banyak
nan merupakan sumber utama informasi kepada para stakeholders. Hackston dan
bagi pesaing, perusahaan-perusahaan yang Milne (1996) dan Robb et al. (2001) mem-
lebih kecil enggan membuat pengungkapan berikan bukti empiris tentang relevansi in-
yang lebih rinci tentang aktivitas mereka dustri dalam menentukan tingkat pengung-
karena kuatir hanya akan menimbulkan kapan sosial dan lingkungan.
competitive disadvantage. Ketiga, perusa- Dalam era ekonomi baru berbasis
haan-perusahan besar lebih sensitif terha- pengetahuan, penelitian dan pengembangan
dap biaya politik (political costs) sehingga merupakan faktor yang penting dalam pen-
akan mengungkapkan lebih banyak infor- ciptaan modal intelektual dan dapat dipan-
masi untuk menghilangkan kecaman publik dang sebagai ukuran ekonomik (economic
atau intervensi pemerintah. Dengan demi- measure) modal intektual (Flynn dan Bros-
kian, dapat dikemukakan hipotesis peneli- nan, 2004). Williams (2001) membuktikan
tian sebagai berikut: (documented) adanya pengaruh industry
H1: Semakin besar size perusahaan cen- type exposure, yang digolongkan ke dalam
derung semakin tinggi tingkat peng- kelompok highly knowledge based dan
ungkapkan modal intelektual. low-based knowledge terhadap jumlah
pengungkapan modal intelektual. Temuan
2.6.2. Tipe Industri Williams tersebut menunjukkan bahwa pe-
Verrechia (1983) dalam Williams rusahaan-perusahaan yang tergolong dalam
(2001) menyatakan bahwa proprietary highly knowledge based melakukan pen-
cost, seperti competitive disadvantage dan gungkapan informasi modal intelektual le-
political costs, bervariasi di berbagai indus- bih banyak dibanding perusahaan-
tri. Industri migas, contohnya, lebih peka perusahaan yang low-based knowledge un-
terhadap pesaingnya dan sorotan tajam tuk membangun dan mempertahankan citra
(scrutiny) dari masyarakat umum serta dan kepentingan pribadi (self-interests) ser-
LSM dibandingkan dengan industri lainnya ta meminimalkan tindakan-tindakan inter-
karena sifat-sifat produk, eksplorasi, pene- vensi dari para stakeholders.
litian dan pengembangannya. Oleh karena Dalam penelitian ini tipe industri di-
itu, pengungkapan yang lebih banyak san- bedakan antara industri yang bersifat re-
gat diharapkan dari perusahaan-perusahaan search-intensive dan not research-
dalam industri yang memiliki sesitivitas intensive. Ada kemungkinan bahwa peru-
politik tinggi. sahaan-perusahaan dalam industri yang
Dari segi modal intelektual, perusa- bersifat research-intensive akan mengha-
haan-perusahaan yang bergerak di bidang dapi peraturan pemerintah yang agak ketat
industri ekonomi baru, seperti telekomuni- untuk memperoleh insentif pajak. Oleh ka-
kasi dan pembuatan perangkat lunak lebih rena itu, perusahaan-perusahaan tersebut
banyak menerima sorotan tajam dari diprediksikan melakukan pengungkapan
shareholders daripada perusahan- modal intelektual lebih banyak guna men-
perusahaan lain. Di samping itu, permin- dapatkan insentif pajak dan meminimum-
taan terhadap pengungkapan modal intelek- kan sanksi pemerintah. Dengan demikian,
tual semakin besar terhadap terhadap peru- dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis
sahaan-perusahaan yang beroperasi dalam berikut:
industri yang memiliki variabilitas laba H1: Industri yang semakin research-
masa mendatang yang lebih besar dan ke- intensive cenderung semakin tinggi
mampuan untuk memprediksi kinerja masa tingkat upaya pengungkapan modal
mendatang lebih sulit. Masalah ini teruta- intelektual.
ma dihadapi oleh perusahaan-perusahaan 2.6.3. Foreign Listing Status
yang memiliki teknologi tinggi karena di- Buzby (1975) membedakan listing
pandang melakukan investasi dengan jum- status ke dalam listed dan unlisted compa-
lah yang sangat besar dalam modal intelek- nies.Listed companies adalah perusahaan-
10
perusahaan yang memperdagangkan saham H3: Semakin banyak listing status yang
baik di New York Stock Exchange (NYSE) dimiliki perusahaan semakin tinggi
maupun di American Stock Exchange tingkat pengungkapan modal intelek-
(AMEX). Sebaliknya, unlisted companies tual dalam laporan tahunan.
adalah perusahaan-perusahaan yang mem- 2.6.4. Kinerja Keuangan
perdagangkan saham di the Over-the- Meskipun peran modal intelektual
Counter (OTC) market. Namun karena se- semakin penting bagi para stakeholders,
mua saham perusahaan publik di Indonesia ukuran-ukuran tradisional tentang kinerja
hanya diperdagangkan melalui Bursa Efek perusahaan berdasarkan modal fisiknya,
Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya seperti ROA dan ROE masih merupakan
(BES) saja dan OTC market di Indonesia ukuran kinerja yang penting. Konsekuen-
belum ada, listing status yang digunakan sinya, perusahan tidak ingin dipersepsikan
Buzby tersebut tidak diterapkan dalam pe- sebagai “lemon” dari segi kinerja keuangan
nelitian ini. yang hanya mengandalkan modal fisik be-
Cooke (1989), Cooke (1992), Left- laka (Williams, 2001). Perusahaan-
wich et al. (1991), Meek et al. (1995), Raf- perusahaan yang memperoleh tingkat ki-
founier (1995), dan Williams (2001) me- nerja keuangan yang tinggi akan mempero-
nemukan adanya hubungan positif antara leh insentif yang mendorong mereka untuk
perusahaan-perusahaan yang listing di luar tampil beda dibanding dengan perusahaan-
negeri (multiple listing) dengan jumlah perusahaan yang kurang menguntungkan
pengungkapan informasi termasuk di da- dan akan memotivasi manajemen untuk
lamnya modal intelektual. Perusahaan- me-nyediakan informasi yang lebih banyak
perusahaan yang melakukan listing di be- karena akan meningkatkan kepercayaan
berapa negara menghadapi scrutiny dari (confidence) investor, yang pada giliran-
kelompok stakeholders yang lebih luas dan nya, meningkatkan kompensasi manajemen
harus memasukkan aspek-aspek tertentu (Singhvi dan Desai dalam Ahmed dan
peraturan negara lain ke dalam laporan ta- Courtis, 1999). Salah satu insentif yang di-
hunan. Dalam hubungannya dengan modal peroleh adalah kemampuan untuk menu-
intelektual, dengan semakin mengglobal- runkan biaya modal (cost of capital) peru-
nya minat terhadap modal intelektual, peru- sahaan. Salah satu mekanisme untuk mem-
sahaan-perusahaan yang listing di luar ne- bedakan perusahaan-perusahaan yang me-
geri akan menghadapi semakin banyaknya miliki tingkat profitabilitas tinggi dengan
permintaan terhadap informasi yang berkai- perusahaan-perusahaan yang tingkat profit-
tan dengan manajemen modal intelektual abilitasnya rendah adalah dengan cara pen-
dari beberapa kelompok stakeholders yang gungkapan suka rela (Meek et al., 1995).
berkepentingan terhadap modal intelektual. Fenomena ini didasarkan pada signalling
Cooke (1992) menyatakan bahwa masalah hypothesis yang menyatakan bahwa supe-
mutiple listing dapat dikaitkan de-ngan the rior and profitable firm cenderung men-
capital-need hypothesis karena perusahaan- gungkapkan lebih banyak informasi kepada
perusahaan yang ingin menarik dana den- investor (Ahmed dan Courtis, 1999). Ber-
gan biaya modal yang rendah melalui bursa dasarkan penelitian sebelumnya (Roberts,
efek mungkin secara sukarela akan mem- 1992; Cormier dan Magnan, 1999), besar-
perluas pengungkapan informasi. Akibat- nya kinerja keuangan mendorong pening-
nya, perusahaan-perusahaan yang multiple katan jumlah pengungkapan sukarela, ter-
listing perlu mengungkapkan dengan lebih masuk di dalamnya modal intelektual.
rinci tentang modal intelektual dibanding- Dengan demikian, hipotesis penelitian be-
kan perusahaan-perusahaan yang hanya rikutnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
listing di dalam negeri (domestic listing). H4: Semakin tinggi tingkat return on assets
Perusahaan publik Indonesia yang saham- semakin tinggi tingkat pengungkapan
nya dicatatkan pada bursa efek di luar ne- modal intelektual dalam laporan tahu-
geri juga akan menghadapi tambahan teka- nan.
nan dari bursa efek setempat untuk pen- 2.6.5. Ketergantungan pada Utang (Le-
gungkapan informasi modal intelektual. verage)
Dengan demikian, dapat dikemukakan hi- Jensen dan Meckling (1976) menge-
potesis penelitian berikut ini: mukakan bahwa terdapat suatu potensi un-
tuk mentransfer kekayaan dari debtholders
11
kepada pemegang saham dan manajer pada katkan basis modal intelektualnya, hal ini
perusahaan-perusahaan yang tingkat keter- akan menjadi perhatian utama sharehold-
gantungannya kepada utang sangat tinggi ers, investor, pemegang obligasi, dan pi-
sehingga menimbulkan biaya keagenan hak-pihak lain yang berkepentingan. Pen-
(agency costs) yang tinggi. Untuk mengu- gungkapan posisi modal intelektual yang
rangi biaya keagenan tersebut, manajemen kurang baik akan menimbulkan persepsi
perusahaan dapat mengungkapkan lebih bahwa perusahaan memerlukan tambahan
banyak informasi secara suka rela, terma- dana baru atau pengalihan dana yang semu-
suk informasi yang berkaitan dengan modal la diperuntukkan bagi pembayaran kembali
intelektual. Jadi, pe-ngungkapan suka rela utang jangka panjangnya. Di samping itu,
dapat diharapkan akan semakin meningkat jika tindakan tersebut dilakukan, hal ini
seiring dengan semakin tingginya tingkat akan berakibat penurunan arus kas di masa
leverage. Fenomena ini didukung oleh be- datang sehingga menimbulkan pertanyaan
berapa hasil penelitian empiris, misalnya di antara para pemegang saham tentang
Belkaoui dan Karpik (1989), Roberts masa depan hubungan mereka dengan pe-
(1992), Meek et al. (1995), Cormier dan rusahaan. Jika mereka menarik dukungan
Magnan (1999), serta Williams (2001) bagi perusahaan, kelangsungan hidup peru-
yang menguji pengaruh tingkat leverage sahaan di masa datang bisa terancam. Ke-
terhadap pengungkapan modal intelektual. mampuan untuk menahan tindakan dan te-
Tetapi, hasil-hasil penelitian tersebut belum kanan dari pihak luar bergantung pada po-
konklusif karena ada beberapa penelitian sisi modal intelektual perusahaan. Perusa-
(misalnya Chow dan Wong-Boren, 1987; haan yang memiliki posisi modal intelek-
Raffounier, 1995; Kokubu et al., 2001; Eli- tual yang lemah kurang memiliki sumber
jido-Ten, 2004; Khanna et al., 2004) yang daya dan potensi yang bisa digunakan un-
justru tidak dapat membuktikan adanya tuk mengatasi tantangan tersebut. Sebalik-
pengaruh leverage terhadap tingkat pen- nya, perusahaan-perusahaan yang memiliki
gungkapan. posisi modal intelektual yang kuat, karena
Untuk menjaga konsistensi dengan mempunyai sumber daya dan potensi yang
penelitian terdahulu, penelitian ini juga lebih banyak, akan lebih mampu mengha-
memasukkan variabel leverage untuk diuji dapi tantangan-tantangan dari berbagai pi-
kembali pengaruhnya terhadap pengungka- hak. Oleh karena itu, perusahaan-
pan modal intelektual yang dibuat perusa- perusahaan tersebut tidak ragu-ragu dalam
haan publik di BEJ. Oleh karena itu, hipo- mengungkapkan modal intelektual yang
tesis penelitian berikutnya dapat dikemu- dimilikinya karena mampu memperoleh
kakan sebagai berikut: manfaat dari tingginya reputasi.
H5: Semakin tinggi tingkat leverage se- Hughes (1986) dan Williams (2001)
makin tinggi pengungkapan sukarela menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan
modal intelektual dalam laporan ta- yang memiliki posisi keuangan yang baik
hunan. mampu meningkatkan keandalan informasi
2.6.6. Kinerja Modal Intelektual yang dikeluarkan sehingga pada gilirannya
Besarnya “biaya” yang terkait dengan juga akan meningkatkan nilai perusahaan-
pengungkapan modal intelektual dan ke- perusahaan tersebut. Pendapat tersebut juga
mampuan perusahaan untuk menanggung didukung oleh Cormier dan Magnan (1999)
“biaya” tersebut mungkin dipengaruhi oleh yang meneliti tentang strategi pengungka-
kondisi modal intelektual perusahaan ter- pan lingkungan korporat. Keduanya ber-
sebut. Jika kemampuan modal intelektual pendapat bahwa selain dapat meningkatkan
perusahaan di bawah standar, pengungka- kredibilitas nilai perusahaan, kondisi keua-
pan yang jujur atas kurangnya potensi ngan yang baik juga dirasakan menambah
modal intelektual atau pengembangan pro- nilai informasi yang dikeluarkan perusa-
duk-produk yang berbasis pengetahuan ba- haan. Selanjutnya, kredibilitas informasi
rangkali dapat merusak reputasi perusahaan yang diungkapkan menambah nilai perusa-
sebagai pelaku ekonomi baru yang berbasis haan karena tambahan informasi tersebut
pengetahuan. Oleh karena itu, jika di masa dapat membantu menurunkan risiko yang
datang perusahaan memerlukan tambahan terkait dengan proses pembuatan keputusan
modal untuk membiayai pengeluaran mod- oleh para investor. Ditinjau dari signalling
al (capital expenditure) untuk mening- perpectives (Gonedes, 1975) kinerja modal
12
intelektual dapat dipandang sebagai poten- la perusahan oleh suatu perusahaan, maka
tial signal tentang atribut keputusan ma- akan semakin banyak informasi yang di-
najemen dengan asumsi bahwa para inves- ungkap (Khomsiyah, 2003). Gupta et al
tor menganggap seolah-olah kinerja modal (2003) menyatakan bahwa dalam perspektif
intelektual mencerminkan informasi ten- modal intelektual tata kelola perusahan da-
tang karakteristik keputusan manajemen pat menjadi sumber keunggulan kompetitif
sehingga diharapkan potential signal terse- yang berkelanjutan (sustained competitive
but dapat memberikan basis yang dapat di- advantage) dengan cara menggunakan
percaya untuk membedakan (discriminate) sumber-sumber daya (resources) yang ber-
perusahaan dengan perusahaan lain ditinjau nilai, jarang, mahal untuk ditiru, dan tidak
dari segi atribut-atribut keputusan perusa- dapat disubstitusi (non-substitutable).
haan. Di samping itu, berdasarkan signal- 3.2. Sumber Data dan Teknik Pengum-
ling theory dapat diprediksikan bahwa pe- pulan Data
rusahaan yang memiliki kinerja (modal in- Penelitian ini menggunakan data se-
telektual) yang lebih tinggi dibandingkan kunder, yaitu laporan tahunan untuk tahun
perusahaan lain membolehkan keunggulan buku 2001 sampai 2003. Laporan tahunan
kinerjanya diungkapkan secara terbuka dipilih karena laporan tahunan merupakan
dengan tujuan untuk membedakan dirinya sumber data yang sangat bermanfaat karena
dengan perusahaan lain sehingga capital manajemen perusahaan mengisyaratkan
market akan memberikan insentif yang be- hal-hal yang dianggap penting melalui me-
rupa naiknya kepercayaan investor yang kanisme pelaporan. Masalah-masalah pent-
pada akhirnya akan meningkatkan nilai sa- ing ditonjolkan, dilaporkan, dan didiskusi-
ham atau menurunkan biaya modal perusa- kan, sedangkan hal-hal yang kurang pent-
haan (Morris, 1987). Berdasarkan analisis ing ditinggalkan atau dipindahkan ke ba-
di atas, dapat dikemukakan hipotesis seba- gian lain dalam laporan (Guthrie, 1997).
gai berikut ini: Lang dan Lundholm (1993) menyatakan
H6: Semakin tinggi kinerja modal intelek- bahwa laporan tahunan layak dipilih seba-
tual semakin tinggi pengungkapan gai sumber data karena dua alasan utama.
sukarela modal intelektual dalam la- Pertama, laporan tahunan dianggap sebagai
poran tahunan. sumber informasi penting bagi pengguna
eksternal, misalnya pihak-pihak yang ter-
kait (stakeholders); dan kedua, tingkat
III. METODE PENELITIAN DAN pengungkapan dalam laporan tahunan ber-
PENGUMPULAN DATA korelasi positif dengan jumlah informasi
yang dikomunikasikan, baik kepada pasar
3.1. Pemilihan Sampel Penelitian modal maupun stakeholders dengan meng-
Populasi yang digunakan dalam pe- gunakan media lainnya. Di samping itu,
nelitian ini adalah laporan tahunan perusa- laporan tahunan juga dipandang sebagai
haan public yang tercatat di Bursa Efek Ja- suatu sarana untuk membangun citra di
karta selama tahun 2001 sampai 2003. lingkungan publik.
Sampel dipilih berdasarkan purposive sam- Adapun metode pengumpulan data
pling, yaitu laporan tahunan perusahaan- yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang masuk dalam pemeringka- content analysis, yaitu metode pengumpu-
tan penerapan tata kelola perusahan (cor- lan data penelitian melalui teknik observasi
porate governance) yang dilakukan oleh dan analisis terhadap isi atau pesan dari
The Indonesia Institute for Corporate Go- suatu teks, kandungan (content) dari se-
vernance (IICG) tahun 2001, 2002, dan penggal tulisan, atau dokumen, kemudian
2003 sebanyak 83 perusahaan. menggolongkan ke dalam berbagai kategori
Pemilihan sampel didasarkan pada atau kelompok bergantung pada kriteria
pertimbangan bahwa perusahaan- yang telah ditetapkan (Weber 1988 dalam
perusahaan yang melakukan tata kelola pe- Milne dan Adler 1999; Nur Indriantoro dan
rusahan akan memberikan lebih banyak Bambang Supomo, 1999:159), sedangkan
informasi, dalam rangka mengurangi asi- Krippendorff (1980) seperti yang dikutip
metri informasi. Informasi yang diberikan Milne dan Adler (1999) mendefinisikan
akan ditunjukkan dalam tingkat pengung- content analysis sebagai “a research tech-
kapan. Semakin baik pelaksanaan tata kelo- nique for making replicable and valid infe-
13
rences from data according to their con- pakan voluntary disclosure karena tidak
text.” Tujuan content analysis adalah mela- diatur baik dalam PSAK No. 19 maupun
kukan identifikasi terhadap karakteristik SK. Bapepam No. Kep-06/PM/2000. Oleh
atau informasi spesifik yang terdapat pada karena itu, intellectual property tidak di-
suatu dikumen untuk menghasilkan de- ikutsertakan dalam perhitungan indeks
skripsi yang obyektif dan sistematis. pengungkapan modal intelektual.
Content analysis dilakukan dengan Setiap atribut tersebut diberi kode
cara membaca laporan tahunan setiap pe- angka. Untuk setiap perusahaan, nilai 0 di-
rusahaan sampel dan memberi kode in- gunakan untuk menunjukkan bahwa tidak
formasi yang terkandung di dalamnya me- ada informasi tentang atribut tersebut da-
nurut framework indikator modal intelek- lam laporan tahunan. Nilai 1 menunjukkan
tual yang dipilih. Pada umumnya, lang- bahwa laporan tahunan hanya memberi in-
kah-langkah dalam melakukan content formasi kualitatif tentang modal intelek-
analysis meliputi (1) memilih framework tual, sedangkan nilai 2 diberikan jika lapo-
yang digunakan untuk mengklasifikasikan ran tahunan memberi informasi kuantitatif
informasi; (2) menentukan unit pencata- tentang modal intelektual. Teknik pembe-
tan; (3) memberi kode; dan terakhir (4) rian kode ini sedikit berbeda dengan kode
menilai tingkat reabilitas yang dicapai yang digunakan Guthrie dan Petty (2000),
(Krippendorff, 1980; Weber, 1985 dalam yaitu scoring index 0 – 3.
Bozzolan et al, 2003). Sebagai pedoman
penilaian reliabilitas hasil content analy- 3.3.2. Variabel Independen
sis, digunakan cronbach’s dengan nilai 3.3.2.1. Ukuran Perusahaan (Size)
+0,70 sebagai batas minimum reliabilitas Dalam penelitian ini, ukuran perusa-
yang dapat diterima (Hair et al. 1998: 88) haan menggambarkan skala perusahaan
yang ditunjukkan dalam nilai total aktiva
3.3. Variabel Operasional dalam neraca akhir tahun. Untuk mengeta-
3.3.1. Variabel Dependen hui pengaruh potensial size terhadap jum-
Variabel Dependen dalam penelitian lah pengungkapan modal intelektual, digu-
ini adalah Pengungkapan Modal Intelektual nakan indeks yang diukur dengan menggu-
(PMI) sukarela (voluntary) dalam laporan nakan “the natural log” total aset perusa-
tahunan. Variabel ini diukur dengan meng- haan agar konsisten dengan Williams
gunakan indeks pengungkapan modal inte- (2001).
lektual. Untuk mengklasifikasikan infor- 3.3.2.2. Tipe Industri
masi yang dikumpulkan dari laporan tahu- Dalam suatu ekonomi baru yang ber-
nan, dalam penelitian ini digunakan basis pengetahuan, yang ditandai dengan
framework versi Sveiby (1997), yaitu in- semakin meningkatnya jumlah investasi
ternal structures (organisational capital); intangibles, penelitian dan pengembangan
external structure (customer/relational merupakan jenis investasi intangibles yang
capital); dan employee competence (human sangat penting. Bersama dengan jenis-jenis
capital). Namun, dalam penelitian ini dila- investasi intangibles lain, seperti human
kukan sedikit modifikasi terhadap frame- capital atau customer capital, investasi-
work Sveiby tersebut untuk meng- investasi tersebut memungkinkan dilaku-
akomodasikan hasil-hasil proyek FASB kannya kegiatan inovasi dan pengemban-
(2001) sehingga menyisakan 25 atribut (9 gan produk-produk yang padat pengeta-
atribut menyangkut internal structures, 10 huan (knowledge-intensive products) yang
atribut tentang external structures, dan 6 pada gilirannya akan mendorong pertum-
atribut employee competence). Atribut- buhan dan daya saing (competitiveness)
atribut tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1. perusahaan (Leitner, 2005). Aktivitas pene-
Tiga atribut internal structures, yaitu pa- litian dan pengembangan merupakan faktor
tents, copyrights, dan trademarks, yang penting dalam penciptaan modal in-
merupakan intellectual property harus di- telektual. Oleh karena itu, dalam penelitian
ungkapkan dalam laporan tahunan (manda- ini perusahaan-perusahaan yang melapor-
tory disclosure) (PSAK No. 19; SK. Bape- kan pengeluaran penelitian dan pengem-
pam No. Kep-06/PM/2000) karena terma- bangan di dalam laporan keuangan di-
suk dalam golongan aktiva tidak berwujud, masukkan ke dalam kelompok research-
sedangkan variable-variabel lainnya meru- intensive dan diberi kode (1). Sebaliknya
14
jika pengeluaran R&D tidak dilaporkan dalam value creation dan apakah keduanya
dalam laporan keuangan perusahaan, peru- merupakan sumber daya yang menentukan
sahaan-perusahaan tersebut dimasukkan ke (decisive resources) bagi keberhasilan
dalam kelompok not research-intensive perusahaan (Pulic, 1998). Dengan
dan diberi kode (0). Teknik pengkodean ini demikian, koefisien VAICTM menunjukkan
konsisten dengan penelitian sebelumnya efisiensi value creation perusahaan.
yang dilakukan oleh Wruck (1993) dan Semakin tinggi koefisien VAICTM, berarti
Williams (2001). semakin baik manajemen dalam
3.3.2.3. Foreign Listing Status menggunakan potensi value creation
Dalam penelitian ini, dummy variabel perusahaan.
digunakan untuk mengukur listing status VAICTM ini dipilih karena konsep
tersebut dengan memberi nilai (1) untuk tersebut menganggap semua karyawan
perusahaan-perusahaan yang listing lebih sebagai kontributor yang berharga bagi
dari satu negara dan nilai (0) bagi perusa- kinerja perusahaan. Karyawan mempunyai
haan-perusahaan yang hanya listing secara semua pengetahuan tentang perusahaan di
domestik. Cara pengukuran variabel ini di- dalam otaknya, dan dengan
lakukan agar konsisten dengan Williams pengetahuannya karyawan tahu bagaimana
(2001). mengombinasikan aset-aset dan sumber-
3.3.2.4. Kinerja Perusahaan sumber lainnya yang terbatas untuk
Kinerja perusahaan merupakan hasil mencapai tingkat output tertentu. Pulic
yang dicapai suatu perusahaan dalam suatu (1998) menyatakan bahwa VAICTM
kurun waktu tertentu dengan menggunakan merupakan indikator universal yang
modal fisik yang dimilikinya. Dalam pene- menunjukkan kemampuan perusahaan
litian ini untuk mengukur faktor kinerja dalam penciptaan nilai dan meng-
perusahaan, digunakan ratio ROA setiap gambarkan suatu ukuran efisiensi
perusahaan sampel yang dihitung dengan perusahaan dalam suatu ekonomi yang ber-
cara membandingkan laba bersih dengan basis pengetahuan. Metode ini banyak
total aktiva setiap perusahaan sampel. digunakan oleh para peneliti, antara lain
3.3.2.5. Ketergantungan pada Utang (le- Pulic dan Bornemann (2000), Bornemann
verage) (2000), Williams (2001), Firer dan
Leverage menunjukkan proporsi atas Williams (2003), dan Mavridis (2004)
penggunaan utang untuk membiayai inves- untuk menilai kinerja modal intelektual.
tasi perusahaan. Semakin tinggi angka le- VAICTM merupakan suatu prosedur
verage, maka semakin tinggi ketergantun- analitis yang dirancang untuk me-
gan perusahaan kepada utang sehingga se- mungkinkan manajemen, pemegang saham,
makin besar pula risiko yang dihadapi dan dan pihak-pihak lain yang terkait
investor akan meminta tingkat keuntungan (stakeholders) secara efektif memantau dan
yang semakin tinggi. Dalam penelitian ini menilai efisiensi nilai tambah (value added,
leverage diukur dengan menggunakan long VA) dengan menggunakan total sumber
term debt to equity ratio agar konsisten daya dan setiap komponen sumber daya.
dengan pengukuran yang dilakukan Wil- VAICTM merupakan penjumlahan dari tiga
liams (2001). indikator terpisah berikut:
3.3.2.6. Kinerja Modal Intelektual 1. Capital employed efficiency (CEE) -
Berdasarkan peran penting karyawan merupakan indikator efisiensi VA dari
dalam organisasi, susunan, dan manajemen modal yang digunakan.
modal intelektual, penelitian ini bertujuan 2. Human capital efficiency (HCE) –
untuk mencari suatu ukuran modal merupakan indikator efisiensi VA dari
intelektual yang digunakan dalam model human capital.
analisis. Dalam penelitian ini metode yang 3. Structure capital efficiency (SCE) -
digunakan untuk mengukur kinerja modal merupakan indikator efisiensi VA dari
intelektual adalah metode VAICTM yang structural capital.
dibangun oleh Ante Pulic (1998). Metode Hubungan ketiga indikator tersebut
VAICTM adalah suatu metode yang dapat diformalkan dalam formula berikut:
digunakan untuk mengukur berapa jumlah VAICTMi = CEEi +
dan seberapa efisien modal intelektual dan HCEi + SCEi (1)
modal yang digunakan (capital employed) Notasi:
15
karena itu, dapat dikatakan bahwa agar para users dapat memperoleh
perusahaan publik di BEJ merupakan gambaran yang lebih lengkap tentang
perusahaan yang bersifat customer- modal intelektual yang dimiliki dan
centered yang memperlakukan kepuasan diberdayakan dalam value creation
konsumen sebagai suatu tujuan (goals) dan sehingga mampu membuat keputusan yang
sebagai marketing tool. tepat mengenai hubungan mereka dengan
Sebaliknya, pengungkapan human perusahaan.
capital dengan proporsi yang paling kecil Nilai kinerja modal intelektual, yang
(25%) mengindikasikan bahwa meskipun menunjukkan efisiensi pemberdayaan
menawarkan informasi tambahan yang modal intelektual dalam value creation,
relevan atau informasi yang bermanfaat minimum adalah sebesar -246,27,
bagi publik, manajemen perusahaan sangat sedangkan nilai maksimum adalah 84,36
kuatir dengan risiko bahwa informasi dengan rerata 1,62. Standar deviasi KMI
tersebut digunakan oleh para pesaingnya sebesar 31,89 menunjukkan adanya variasi
atau seperti yang dikemukakan Williams yang besar dari KMI terendah dan
(2001) bahwa pengungkapan human tertinggi.
capital dengan proporsi yang lebih besar Berdasarkan angka rerata tersebut
akan menarik perhatian yang tidak dapat diketahui bahwa perusahaan belum
diinginkan (unwanted attention). Oleh efisien dalam memanfaatkan modal
karena itu meskipun terdapat sejumlah intelektual untuk menciptakan nilai.
argumentasi yang kuat untuk meyakinkan Fenomena ini menunjukkan bahwa dalam
manajemen untuk mengungkapkan human menjalankan bisnisnya, perusahaan publik
capital yang dimiliki perusahaan, masih mengandalkan physical capital
manajemen masih merasa kuatir bahwa daripada modal intelektual untuk
pengungkapan yang lebih banyak atas memperoleh keunggulan kompetitif.
human capital justru akan berdampak Akibatnya, daya saing bisnis Indinesia di
negatif bagi perusahaan sendiri, misalnya pasar internasional sangat lemah.
kemungkinan terjadinya pembajakan Analisis regresi digunakan untuk
terhadap sumber daya manusia yang handal menguji signifikansi model regresi
(know-how). berganda yang dibangun dalam pembuktian
4.3. Analisis Hasil Regresi hipotesis-hipotesis penelitian. Analisis ini
Deskripsi statistik sampel terpilih dilakukan secara bertahap untuk
berupa jumlah sampel, nilai minimum, mengetahui pengaruh variable independen
maksimum, rerata, dan standar deviasi terhadap variable dependen. Tahap pertama
disajikan dalam Tabel 5 di bawah ini. meregresikan indeks pengungkapan modal
Tabel 5. intelektual sebagai variable dependen
terhadap size, tipe industri, foreign listing
Descriptive Stati stics status, performance, leverage, dan kinerja
modal intelektual sebagai variable
N Minimum Maximum independen.
Mean Std.
HasilDevregresi
iation dapat dilihat
PMI 84 ,07 ,69dalam ,4590 ,14221
Tabel 6 di bawah ini.
SIZE 84 1,00 15,20 12,2952 1,68293
PERF 84 -,31 ,41 ,0525 ,09156
LEV 84 -21,28 75,89 3,0017 9,68808
KMI 84 -246,27 84,36 1,6250 31,89868
Valid N (listwise) 84 Tabel 6. Hasil Regresi- Model I
Angka-angka dalam tabel tersebut Estimate St. E
diperoleh dari data sebelum dilakukan Intercept 0,140 0,08
transformasi. Dari tabel tersebut terlihat Industry 0,001 0,02
Size 0,001 0,00
bahwa PMI minimum adalah sebesar 0,07,
Foreign listing status 0,037 0,04
sedangkan nilai maksimum 0,69 dengan Leverage 0,002 0,00
rerata sebesar 0,46. Hal ini menunjukkan Kinerja keuangan 0,080 0,12
bahwa indeks pengungkapan modal Kinerja modal intelektual -0,0002 0,00
intelektual perusahaan publik di BEJ masih *
p < 0,05
kurang memadai sehingga perusahaan perlu
memberi pengungkapan yang lebih banyak
18
yang diprediksikan dalam model. Hal ini mereka sendiri. Jika pengambilalihan
berarti tingkat ketergantungan kepada modal intelektual ini benar-benar terjadi,
utang berhubungan positif dengan indeks posisi perusahaan dalam persaingan jelas
pengungkapan modal intelektual dalam akan terancam. Oleh karena itu, untuk
laporan tahunan. Seiring dengan semakin mempertahankan keunggulan kompetitif
diterima konsep modal intelektual dalam yang dimilikinya, perusahaan-perusahaan
bisnis dan ekonomi di Indonesia dan yang memiliki kinerja modal intelektual
dipandang sebagai faktor yang sangat yang tinggi akan berusaha membatasi
penting (pivotal factor) dalam penciptaan luasnya pengungkapan modal intelektual
kekayaan di masa datang, pandangan dalam laporan tahunan dengan tujuan untuk
debtholders tentang modal intelektual melindungi modal intelektual yang
mungkin juga berubah. Sebagai akibat dari dimilikinya dan mencegah timbulnya
kemungkinan terjadi perubahan pandangan competitive disadvantage. Temuan ini
ini, perusahaan publik di Indonesia konsisten dengan temuan Williams (2001).
merasakan meningkatnya kebutuhan untuk Dari ketiga variabel yang
menginformasikan modal intelektual guna berpengaruh signifikan terhadap praktik-
memenuhi permintaan ini dan sekaligus praktik pengungkapan sukarela modal
melindungi kepentingan mereka sendiri. intelektual, yaitu ukuran perusahaan,
Temuan ini konsisten dengan temuan tingkat ketergantung pada utang, dan
Williams (2001) dan Hope (2003). kinerja modal intelektual ternyata kinerja
Kinerja modal intelektual memiliki modal intelektual memiliki kontribusi yang
koefisien yang siginifikan secara statistik paling besar dalam menjelaskan variabilitas
dalam menjelaskan variasi tingkat praktik pengungkapan. Dengan kata lain,
ungkapan sukarela modal intelektual besarnya kinerja modal intelektual sangat
meskipun arah hubungannya berlawanan menentukan perbedaan praktik
dengan yang diprediksikan. Fenomena ini pengungkapan sukarela modal intelektual
menunjukkan bahwa manajemen merasa dalam laporan tahunan. Dengan demikian,
(perceive) tingginya kinerja modal kinerja yang diukur berdasarkan efisiensi
intelektual merupakan suatu sinyal kepada pemberdayaan modal intelektual
pesaingnya tentang pasar yang memiliki merupakan proksi yang lebih baik dalam
peluang untuk menciptakan nilai. Oleh menjelaskan variasi praktik pengungkapan
karena itu untuk mempertahankan sukarela modal intelektual daripada
keunggulan kompetitif yang dimilikinya, physical capital financial performance.
perusahaan berusaha menurunkan tingkat
ungkapan modal intelektual dalam laporan
tahunan sebagai upaya pencegahan
pemberian sinyal kepada pihak lain tentang
terdapatnya peluang-peluang yang masih
tersembunyi sehingga manajemen merasa
tidak perlu mengungkapkan informasi
modal intelektual lebih banyak. Di samping
itu, beberapa aspek dari modal intelektual,
misalnya know-how employee dan inovasi-
inovasi teknologi informasi dapat ditransfer
dengan mudah dan cepat ke seluruh
penjuru dunia. Perusahaan-perusahaan
yang mencapai kinerja modal intelektual
yang tinggi justru sangat kuatir dengan
kemudahan ini karena dengan melakukan
pengungkapan modal intelektual secara
berlebihan hanya akan menimbulkan
competitive disadvantage. Para pesaing
akan memanfaatkan pelaporan yang
memenuhi syarat seperti itu untuk tujuan
menarik keluar sumber daya intelektual
perusahaan untuk pindah ke perusahaan
21
pada utang semakin tinggi. proksi yang dipilih dalam penelitian ini
Temuan ini mengindikasikan mungkin belum sepenuhnya
bahwa para kreditur sudah menggambarkan kinerja modal intelektual.
menyadari arti pentingnya modal Selain itu, kendala data (data constraint)
intelektual dalam value creation yang terdapat dalam penelitian ini
sehingga penilaian terhadap membatasi penerapan proksi lain. Oleh
perusahaan sebagian besar karena itu meskipun terdapat kemungkinan
didasarkan pada informasi modal pertanyaan tentang validitas constructnya,
intelektual di samping metode- VAICTM dianggap sebagai proksi yang
metode konvensional yang tepat terhadap kinerja modal intelektual
dipakai selama ini. berdasarkan data yang tersedia.
7. Dari temuan penelitian dapat Dengan adanya lingkungan bisnis dan
disimpulkan bahwa terdapat konsep modal intelektual yang kompleks
hubungan yang signifikan antara kemampuan penelitian empiris dalam
kinerja modal intelektual dengan menangkap semua dimensi lain yang masih
praktik pengungkapan modal terpendam yang mungkin berpengaruh
intelektual perusahaan publik di terhadap pembuatan keputusan tentang
BEJ meskipun arah hubungannya strategi pelaporan modal intelektual
tidak seperti yang diprediksikan. menjadi menjadi sangat terbatas. Oleh
Hubungan negatif yang terjadi di karena itu, penelitian tentang praktik
antara kedua konsep tersebut pengungkapan modal intelektual
menunjukkan bahwa pada saat berikutnya diharapkan menggunakan
manajemen merasakan posisi sampel yang lebih besar agar bisa
modal intelektual terlalu tinggi, memasukkan variabel independen lain,
kondisi ini dapat berpotensi untuk seperti risiko, ketergantungan pada pasar
menimbulkan dampak negatif modal, kuatnya hubungan dengan
karena bisa memberi isyarat pelanggan, kepemilikan, luasnya teknologi
kepada para pesaing tentang informasi, standar pendidikan nasional
keunggulan dan peluang bisnis yang mungkin relevan dalam menjelaskan
yang diperoleh perusahaan. luasnya pengungkapan modal intelektual.
Di samping itu, basis penelitian hendaknya
5.2. Keterbatasan Penelitian dan bersifat longitudinal agar dapat diketahui
Rekomendasi Untuk Penelitian kemajuan (progress) dan perkembangan
Mendatang (development) praktik-praktik pelaporan
Seperti halnya dengan penelitian modal intelektual sehingga dapat diperoleh
terdahulu, terdapat beberapa keterbatasan gambaran yang lengkap praktik
dalam penelitian ini. Penelitian ini masih pengungkapan modal intelektual dalam
bersifat fundamental dan fact finding laporan tahunan perusahaan publik di
karena merupakan usaha pertama (first Indonesia.
effort) yang dilakukan untuk
mengisvestigasi praktik-praktik pelaporan
modal intelektual sehingga penelitian
DAFTAR PUSTAKA
lanjutan perlu dilakukan dalam berbagai
cara. Pengujian empiris yang dilakukan
dalam penelitian ini hanya perusahaan Abeysekera, I. and Guthrie, J. (2005), “An empirical
publik yang diikutkan dalam investigation of annual reporting trends of in-
pemeringkatan good corporate governance tellectual capital in Sri Lanka”, Critical Per-
pectives on Accounting, Vol. 16, pp. 151-163.
yang dilakukan oleh The Indonesian
Institute for Corporate Governance (IICG) AICPA (1994), Improving Business Reporting – A
sehingga dalam batas-batas tertentu bisa Customer Focus: Meeting the Information
membatasi generalisasi penemuan. Di Needs of Investors and Creditors, Compre-
samping itu, usaha yang ekstensif masih hensive Report of the Special Committee on
Financial Reporting, American Institute of
dilakukan untuk membuat proksi yang Certified Public Accountants, New York,
akurat terhadap kinerja modal intelektual, NY.
pengukuran modal intelektual masih dalam
masa pertumbuhan (infancy) sehingga
23
Ahmed, K. and Courtis, J.K. (1999). “Association of Business Finance and Accounting, Vol. 19
between corporate characteristics and disclo- January, pp. 295-308.
sure levels in annual reports: A meta analy-
sis”, The British Accounting Review, Vol. 30, Danish Agency for Trade and Industri (DATI)
No. 1, pp. 35-61. (1998), Intellectual Capital Accounts: New
Tool for Companies, DTi Council, Copenha-
Belkaoui, A.R. and Karpik, P.G. (1989), “Determi- gen.
nants fo corporate decision to disclose sosial
information”, Accounting, Auditing & Ac- Danish Trade and Industry Development Council
countability Journal, Vol. 2. No. 1, pp. 36- (DTIDC) (1997), “Intellectual Capital Ac-
51. counts: Reporting and Managing Intellectual
Capital”,
Bontis, N. (2000), “Assesing Knowledge Assets: A http://www.efs.dk/publikationer/rapporter/en
Review of the Models Used to Measure Intel- gvidenregn/
lectual Capital”,
http://www.business.queensu.ca/kbe. Demediuk, P. (2002). “Intellectual Capital Report-
ing: New Accounting for The New Econo-
Bontis, N. (2002), “Intellectual capital disclosure in my”, Asian Academy of Management Jour-
Canada Corporations”, Journal of Human nal”, Vol. 7, No. 1, pp. 57-74.
Costing and Accounting, Vol. 3. No. 3.
Eccles, R.G. (1991), “The Performance Measure-
Bornemann, M. (2000), “Empirical Analysis of the ment Manifesto”, Harvard Business Review,
Intellectual Potential of Value Systems in Jan-Feb, pp. 131-37.
Austria according to the VAICTM method”.
http://www.measuring-ip.at. Edvinsson, Leif., and Sullivan, P., (1996), “Devel-
oping a Model for Managing Intellectual
Bozzolan, S., Francesco Favotto and Federica Ric- Capital”, European Management Journal,
ceri (2003), “Italian annual intellectual capi- Vol. 14, No. 4, pp. 356-64.
tal disclosures: An empirical analysis”, Ac-
counting, Auditing & Accountability Journal, FASB (2001), Improving Business Reporting: In-
Vol. 4. No. 4, pp. 543-558. sight into Enhancing Voluntary Disclosure,
Steering Committee Report, Business Re-
Brennan, N. (2001), “Reporting intellectual capital search Project, Financial Accounting Stan-
in annual reports: evidence from Ireland”, dars Board.
Accounting, Auditing & Accountability Jour-
nal, Vol. 14. No. 4, pp. 423-36. Firer, S., and Williams, S.M. (2003), “Intellectual
capital and traditional measures of corporate
Buzby, S.L. (1975), “Company Size, Listed versus performance”, Journal of Intellectual Capi-
Unlisted Stocks, and the Extent of Financial tal, Vol. 4. No. 3, pp. 348-60.
Disclosure”, Journal of Accounting Re-
search, Vol. 13, No. 1, Spring, pp. 16-37. Goh, Pek Chen., and Lim, Kwee Pheng. (2004),
“Disclosing intellectual capital in company
Caňibano, L., Garcia-Ayuso, C.M. and Sanchez, P. annual reports: Evidence from Malaysia”.
(2000), “Accounting for intangibles: a litera- “Journal of Intellectual Capital, Vol. 5. No.
ture review”, Journal of Accounting Litera- 3, pp. 500-510.
ture, Vol. 19, pp. 102-30.
Gonedes, N.J. (1975), “Corporate Signaling, Exter-
Cooke,. T.E. (1993), “The Impact of Size, Stock nal Accounting, and Capital Market Equili-
Market Listing, and Industry Type on disclo- brium: Evidence on Dividends, Income, and
sure in the Annual Reports”, Accounting and Extraordinary Items”, Journal of Accounting
Business Research, vol. 22, Summer, pp. Research, Vol. 16, No. 1, Spring, pp. 26-79.
224-237.
Gray, R., Kouhy, R. and Lavers, S. (1995), “Corpo-
Cormier, D. and Magnan, M. (2000), “Corporate rate and social environtmental reporting: a
environtmental disclosure strategies: deter- review of the literature and longitudinal study
minants, costs and benefits”, Journal of Ac- of UK disclosure”, Accounting, Auditing &
counting, Auditing and Finance”, No. 4, pp. Accountability Journal, Vol. 8. No. 2, pp. 44-
429-51. 77.
Chow, C.W. and Wong-Boren, A. (1987), “Volunta- Gupta, O., Pike. S., Roos, G., and Burgman, R.
ry financial disclosure by Mexican corpora- (2003), “Intellectual Capital and Improved
tions, “The Accounting Review, Vol. 62. No. Corporate Governance”, 6th World Congress
3, pp. 553-41. on the Management of Intellectual Capital
and Innovation, January, Hamilton, Ontario,
Crashwell, A.T. and Taylor, S.L. (1992), “Discre- Canada.
tionary disclosure of reserve by oil and gas
companies: an economic analysis”, Journal
24
Hackston, D. and Milne, M.J. (1996), “Some deter- Marr, B., Dina, G., and Andy Neely. (2003), “Why
minants of social and environtmental disclo- do firms measure their intellectual capital?”,
sure in New Zaeland companies”, Account- Journal of Intellectual Capital, Vol. 4, No. 4,
ing, Auditing & Accountability Journal, Vol. pp. 441-64.
9. No. 1, pp. 77-108.
Mathews, M.R. (1997), “Twenty-five years fo social
Hayton, J.C. (2005), “Competing in the economy: and environmental accounting research – is
the effect of intellectual capital on corporate there a silver jubilee to celebrate?”, Account-
entrepreneurship in high-technology new ing, Auditing & Accountability Journal, Vol.
ventures”, R&D Management, Vol. 35, pp. 10. No. 4, pp. 481-583.
137-154.
Mavridis, D.G. (2004), “The intellectual capital
Healey P.M., and Palepu, K.G. (2001), “Information performance of the Japanese banking sector”,
Asymmetry, corporate disclosure, and the Journal of Intellectual Capital, Vol. 5. No. 1,
capital market: A review of the empirical dis- pp 92-115.
closure literature”, Journal of Accounting
and Economics, Vol. 31, pp. 405-40. Milne, J.M., and Adler, R.W. (1999), “Exploring
the reliability of social and environmental
Jensen, M.C. and Meckling, W.H. (1976), “Theory disclosures content analysis”, Accounting,
of the firm: managerial behavior, agency Auditing & Accountability Journal, Vol. 12.
costs and ownership structure”, Journal of No. 2, pp. 237-56.
Finance Economics, Vol. 3, October, pp.
305-60. Mouritsen, J., Bukh, P.N., Larsen, H.T., (2001),
“Reading intellectual capital statements: de-
Kokubu, K., Noda, A., Onishi, Y., and Shinabe, T. scribing and prescribing knowledge man-
(2001), “Determinants of environmental Re- agement strategies”, Journal of Intellectual
port Publication in Japanese Companies. Ma- Capital, Vol. 2. No. 4.
kalah Konferensi APIRA, Juli 2001 di Ade-
laide Australia. Meritum (2001), Measuring Intangibles to Under-
stand and Improved Innovation Management,
van der Meer-Kooistra, J. and Zijlstra. S.M, “Re- European Commision, Target Socio-
porting on intellectual capital”, Accounting, Economic Research.
Auditing & Accountability Journal, Vol. 14.
No. 4, pp. 456-76. Morris, R.D. (1987). “Signaling, Agency Theory
and Accounting Policy Choice”, Accounting
Khomsiyah, (2003), “Hubungan Corporate Gover- and Business Research, Vol. 18. No. 69, pp.
nance dan Pengungkapan Informasi: Pengu- 47-56.
jian Secara Simultan”, Makalah Simposium
Nasional Akuntansi ke VI, di Surabaya. Nur Indiantoro dan Bambang Supomo, (1999),
“Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akun-
Lang, M and Ludholm, R. (1993), “Cross-sectional tansi & Manajemen”, Edisi Pertama, BPFE-
determinatns of analyst’s rating of corporate YOGYAKARTA.
disclosure”, Journal of Accounting Research,
Vol. 31, pp. 246-71. Olsson, B. (2001), “Annual Reporting Practices:
Information about Human Resources in Cor-
Leadbeater, C. (1998), “What’s in a brand name? porate Annual Reports in Major Swedish
Accountancy doesn’t know, The Australian Companies”, Journal of Human Resources
Financial Review, Vol. 15, pp. 8-9.
25
Costing and Accounting, Vol. 6, No. 1, pp. ledge based Assets, Berrets Koehler, San
39-52. Fransisco, CA.
Ordóňez de Pablos, P. (2003), “Intellectual capital Tayles, M., Bramley, A., Adshead, N., and Farr, J.
reporting in Spain: a comparative view”, (2002), “Dealing with the management of in-
Journal of Intellectual Capital, Vol. 4, No. 1, tellectual capital: The potential role of stra-
pp. 61-81. tegic management accounting”, Accounting,
Auditing & Accountibility Journal, Vol. 15,
Organisation for Economic Co-operation and De- No. 2, pp. 251-67.
velopment (1999), Guidelines and instruc-
tions for OECD symposium”, International Wallman, S.H.M. (1995), “The future of accounting
Symposium Measuring and Reporting Intel- and financial reporting Part II: a colorized
lectual Capital: Experiences, Issues, and approach”, Accounting Horizons, Vol. 10.
Prospect, June, OECD, Amsterdam, Paris. No. 2, pp. 138-48.
Available at http://www.oecd.org.
William, S.M. (2000), “Is intellectual capital per-
Petty, R. and Guthrie. J. (2000), “Intellectual capital formance and disclosure related?”, Journal of
literature review”, Journal of Intellectual Intellectual Capital, Vol. 2. No. 3, pp. 192-
capital, Vol. 1, No. 2, pp. 155-76. 203.