Sei sulla pagina 1di 12

SEMINAR TUGAS AKHIR

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019

NAMA : DEVITA GHINA RAMADHANI


NOMOR INDUK MAHASISWA : B04150191
PROGRAM STUDI : KEDOKTERAN HEWAN
JUDUL TUGAS AKHIR : RESISTENSI Escherichia coli YANG
DIISOLASI DARI PETERNAKAN AYAM
BROILER DI DESA CIBANGBARA,
KABUPATEN SUKABUMI
DOSEN PEMBIMBING : Dr. Drh. Safika, M.Kes
Drh. Budhy Jasa Widyananta, MSi
HARI/TANGGAL : Senin/ 13 Mei 2019
WAKTU : 13.00- 14.00
TEMPAT : Ruang Seminar IPHK lt. 3
1

RESISTENSI Escherichia coli YANG DIISOLASI DARI PETERNAKAN


AYAM BROILER DI DESA CIBANGBARA, KABUPATEN SUKABUMI

Antibiotic Resistance in Escherichia coli Isolated from Broiler Farm at


Cibangbara Village, Sukabumi District

Devita Ghina Ramadhani1), Safika2), Budhy Jasa Widyananta3)


1
Mahasiswa Progran Sarjana Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
2
Staf Pengajar Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
3Staf Pengajar Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor

ABSTRACT

Antibiotics are widely used in poultry for therapeutic, prophylactic, and growth
promotion purposes. One of the bacteria that has resistance to several antibiotics
is Escherichia coli. Escherichia coli is a normal intestinal microflora which lives
in the gastrointestinal tract. The aimed of this research was to determine the
antibiotic resistance of E. coli against different groups of antibiotics. Total twenty
six isolates of E. coli were isolated from the cloaca swabs in broiler farm at
Cibangbara Village, Sukabumi. Antibiotics that were used in this study were
ampicillin, erythromycin, nalidixid acid, tetracycline, oxytetracycline, gentamicin,
and chrolamphenicol. The susceptibility of E. coli against different antibiotics was
tested using Kirby-Bauer method. The results were compared with the guidelines
from Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) and showed that the E.
coli isolates were resistant towards erythromycin (100%), tetracycline (88.46%),
oxytetracycline (88.46%), ampicillin (76.92%), nalidixid acid (50.00%),
gentamicin (11.54%), and chloramphenicol (7.69%).

Keywords: antibiotics, E. coli, resistance

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri perunggasan di Indonesia saat ini terus berkembang pesat dan


mempunyai peran penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat.
Sumbangan subsektor industri perunggasan khususnya industri ayam ras terhadap
produksi pangan hewani cukup besar mencapai kurang lebih 55% (Kemendag
2018). Peternakan unggas komersil, khususnya ayam broiler mempunyai tingkat
produktivitas yang tinggi namun mudah stres sehingga rentan terhadap penyakit.
Oleh karena itu, manajemen kesehatan perlu dilakukan diantaranya berupa
pemberian vaksinasi, vitamin, dan pemberian antibiotik sebagai pencegahan dan
pengobatan terhadap infeksi penyakit (Muharlien et al. 2017).
2

Antibiotik telah secara luas digunakan dalam bidang peternakan unggas


dengan tujuan terapeutik, profilaksis, ataupun growth promotor dengan dosis sub-
terapeutik (Mund et al. 2017). Penggunaan antibiotik yang terus-menerus dan
dengan dosis yang tidak sesuai, mengakibatkan adanya resistensi bakteri sehingga
saat ini penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan telah secara resmi dilarang.
Larangan tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor 14/ Permentan/PK.350/5/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan.
Resistensi antibiotik merupakan kondisi saat tidak terhambatnya
pertumbuhan bakteri oleh pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis
normal atau kadar hambat minimalnya. Salah satu contoh bakteri yang telah resisten
terhadap beberapa antibiotik adalah Escherichia coli (E. coli). Resistensi E. coli
terhadap berbagai antibiotik telah banyak dilaporkan mengalami resisten terhadap
golongan β-laktam, fosfomisin, dan golongan kuinolon. Sebanyak 94.7 % isolat E.
coli yang diisolasi dari ayam broiler di kabupaten Bogor telah resisten terhadap
asam nalidiksat, 89.5% terhadap ampisilin, 89.5% terhadap tetrasiklin 86.8%
terhadap eritromisin, 26.3% terhadap gentamisin, dan 21.1% terhadap
kloramfenikol (Susanto 2014). Informasi mengenai tingkat resistensi bakteri
terhadap antibiotik sangat penting untuk menentukan kebijakan dan
penanggulangan penyakit yang efektif dan efisien (Monica et al. 2013).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat resistensi E. coli yang


diisolasi dari peternakan ayam broiler di Desa Cibangbara, Kabupaten Sukabumi
terhadap beberapa antibiotik yaitu ampisilin, eritromisin, gentamisin,
kloramfenikol, asam nalidiksat, oksitetrasiklin, dan tetrasiklin.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data mengenai tingkat


resistensi E. coli yang diisolasi dari peternakan ayam broiler di Desa Cibangbara,
Kabupaten Sukabumi terhadap beberapa antibiotik serta memberikan informasi
mengenai jenis antibiotik yang dapat direkomendasikan sebagai pilihan pengobatan
berdasarkan hasil uji.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan April 2018 sampai dengan April 2019.
Sampel bakteri diambil dengan swab kloaka ayam broiler di peternakan ayam
broiler di Desa Cibangbara, Kabupaten Sukabumi. Pengujian sampel dilakukan di
Laboratorium Bakteriologi Divisi Mikrobiologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit
Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.
3

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu sampel swab kloaka dari 30
ayam broiler, alkohol 70%, akuades steril, desinfektan, buffer peptone water (BPW)
0.1%, eosin methylene blue agar (EMBA), Mac Conkey agar (MCA), tryptic soy
agar (TSA). minyak emersi, xylol, akuades, kristal violet, lugol, safranin, triple
sugar iron agar (TSIA), tube shaker, media sulfide indole motility, reagen methyl
red, reagen Voges-Proskauer, urea, Simmons citrate agar, manitol, maltosa,
sukrosa, laktosa, glukosa, reagen Ehrlich, Mueller Hinton agar (MHA), tabung
standar 0.5 McFarland 1, NaCl fisiologis steril, spirtus, dan disc antibiotic yaitu
ampisilin, gentamisin, kloramfenikol, asam nalidiksat, tetrasiklin, eritromisin, dan
oksitetrasiklin.
Alat yang digunakan yaitu sarung tangan, masker, inkubator 37 oC, spidol,
plastik, karet, tabung reaksi steril, pipet tetes, cawan petri steril, pinset ose, pembakar
Bunsen, kaca objek, kaca penutup, kertas saring, mikroskop, lap, tabung Durham,
rak tabung reaksi, lemari pendingin, cotton swab steril, dan penggaris.

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel Swab Kloaka


Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengoleskan cotton bud steril
pada kloaka ayam broiler, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
buffer peptone water 0.1% dan diberi label. Sampel kemudian disimpan di dalam
coolbox kemudian dibawa ke laboratorium. Tabung reaksi setelah itu dikeluarkan
dari coolbox untuk dipindahkan ke dalam kulkas.

Isolasi dan Identifikasi E. coli dari Sampel Swab Kloaka Ayam Broiler
Sebanyak 30 sampel dari swab kloaka ayam broiler di Desa Cibangbara,
Kabupaten Sukabumi diberi kode S1 ̶ S30. Tahap awal dalam isolasi E. coli yaitu
homogenisasi sampel menggunakan tube shaker. Tahap berikutnya sampel diambil
1 ose lalu digoreskan pada MCA dan EMBA diinkubasi pada suhu 37 ˚C selama 24
jam.

Gambar 1 Alur identifikasi E. coli


4

Koloni dengan bentuk bulat, berwarna merah, dan dikelilingi zona keruh pada
MCA, serta koloni hijau metalik pada EMBA diduga sebagai E. coli. Koloni yang
diduga E. coli disubkultur ke media tryptic soy agar miring yang diinkubasi selama
24 jam pada suhu 37 ˚C. Koloni yang tumbuh kemudian diuji pewarnaan Gram, uji
TSIA, uji fermentasi (glukosa, maltosa, manitol, laktosa, sukosa), dan uji biokimia.
Isolasi dan identifikasi bakteri E. coli dilakukan dengan mengacu kepada metode
kultur menurut Markey et al. (2013).

Pengujian Kepekaan E. coli terhadap Antibiotik


Prosedur uji kepekaan antibiotik dilakukan dengan metode difusi cakram
menurut Kirby-Bauer. Isolat E. coli dibuat menjadi suspensi dengan cara
memasukkan beberapa ose bakteri ke dalam NaCl fisiologis steril hingga
kekeruhannya sama dengan kekeruhan pada tabung standar 0.5 McFarland 1.
Kemudian suspensi ini disebarkan ke atas permukaan media MHA dengan
menggoresnya menggunakan cotton swab steril. Lalu di atas permukaan kultur
media tersebut diletakkan tujuh kertas cakram antibiotik yang masing-masing
mengandung ampisilin, eritromisin, gentamisin, kloramfenikol, asam nalidiksat,
oksitetrasiklin, dan tetrasiklin. Selanjutnya kultur media tersebut disimpan dalam
inkubator dengan suhu 37 oC selama 24 jam.
Pengujian isolat dilakukan dengan pengulangan perlakuan sebanyak tiga
kali. Hasil pengujian ditentukan dengan mengukur diameter zona hambatan yang
terbentuk di sekeliling kertas cakram menggunakan penggaris. Derajat kategori
bakteri dibandingkan terhadap standar diameter zona hambat yang berbeda-beda
setiap antibiotik, sehingga dapat ditentukan kategori resisten, intermediet, atau
sensitif terhadap antimikroba uji.

Tabel 1 Standar diameter zona hambat (CLSI 2018)


Dosis Diameter zona hambat (mm)
Golongan Antibiotik
(μg) S I R
Tetrasiklin Tetrasiklin (TE) 30 ≥15 12─14 ≤11
Oksitetrasiklin (OT) 30 ≥15 12─14 ≤11
β-laktam Ampisilin (AMP) 10 ≥17 14─16 ≤13
Aminoglikosida Gentamisin (CN) 10 ≥15 13─14 ≤12
Kuinolon As. Nalidiksat (NA) 30 ≥19 14─18 ≤13
Fenikol Kloramfenikol (C) 30 ≥18 13─17 ≤12
Makrolida Eritromisin (E) 15 ≥23 14─22 ≤13
Keterangan: S= sensitif, I= intermediet, R= resisten

ANALISIS DATA

Data diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menyajikan hasil uji E.


coli dalam bentuk tabel dan gambar. Analisis data tersebut dilakukan menggunakan
Microsoft Office Excel 2010.
5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi dan Identifikasi E. coli

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel melalui swab kloaka


pada peternakan ayam broiler di Desa Cibangbara, Kabupaten Sukabumi sebanyak
30 sampel. Identifikasi bakteri dilakukan berdasarkan morfologi makroskopis,
mikroskopis, uji biokimia, dan uji fermentasi gula-gula. Hasil identifikasi bakteri
melalui media selektif diferensial Mac Conkey agar (MCA) menunjukkan bahwa
secara makroskopis koloni E. coli berbentuk bulat dengan warna merah muda,
sedangkan pada eosin methylene blue agar (EMBA) E. coli terlihat berwarna hijau
metalik (Gambar 2) (Delost 2015). E. coli pada pewarnaan Gram mampu
mengambil zat warna merah sehingga diklasifikasikan sebagai bakteri Gram negatif
dan secara mikroskopis berbentuk batang (Lestari dan Hartati 2017).

a) b)
Gambar 2 a) Kultur E. coli pada MCA; b) Kultur bakteri E. coli pada EMBA

Koloni E. coli yang telah terkonfirmasi dengan pewarnaan Gram kemudian


dilakukan uji biokimia, uji TSIA, dan uji fermentasi gula-gula. Hasil uji biokimia
menunjukkan bahwa E. coli positif terhadap uji indol dan MR, namun negatif pada
uji urea, sitrat, dan VP (Tabel 2). Hasil uji fermentasi menunjukkan bahwa E. coli
positif terhadap glukosa, laktosa, maltosa, manitol, serta mampu menghasilkan gas
pada TSIA. Hasil uji fermentasi terhadap sukrosa oleh E. coli bervariasi tergantung
kepada kemampuan tiap strain E. coli (Kumar 2018). Hasil identifikasi pada 30
sampel tersebut kemudian diperoleh 26 isolat E. coli.

Tabel 2 Hasil uji biokimia terhadap sampel


No Isolat IMViC Urea TSIA
(indole, MR, VP, citrate)
S1-S9 (+ + ̶ ̶ ) ̶ (A/A/G/ ̶ )
S11-S15 (+ + ̶ ̶ ) ̶ (A/A/G/ ̶ )
S17-S19 (+ + ̶ ̶ ) ̶ (A/A/G/ ̶ )
S21-S29 (+ + ̶ ̶ ) ̶ (A/A/G/ ̶ )
Keterangan: (+ + ̶ ̶ ) : indole positif, MR positif, VP negatif, citrate negatif
(A/A/G/ ̶ ): acid slant, acid butt, terbentuk gas, tidak terbentuk H2S
6

Resistensi Antibiotik

Sebanyak 26 isolat E. coli tersebut kemudian dilakukan uji kepekaan terhadap


7 antibiotik menggunakan metode difusi cakram. Antibiotik yang diujikan yaitu
ampisilin, eritromisin, gentamisin, asam nalidiksat, tetrasiklin, oksitetrasiklin, dan
kloramfenikol. Hasil uji kepekaan ditentukan dengan melihat diameter zona hambat
yang terbentuk (Gambar 3). Penentuan sensitif, intermediet, atau resisten dilakukan
dengan membandingkan diameter zona hambat yang terbentuk dengan standar
diameter zona hambat oleh Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI)
(Neuber dan Nutall 2017).

Gambar 3 Hasil uji kepekaan E. coli terhadap antibiotik (a: terbentuk zona hambat;
b: tidak terbentuk zona hambat)

Hasil uji kepekaan terhadap antibiotik pada 26 isolat E. coli dalam penelitian
ini menunjukkan tingkat resistensi yang berbeda-beda pada tiap antibiotik yang
digunakan (Tabel 3). Isolat E. coli yang diuji telah resisten terhadap antibiotik
eritromisin sebesar 100%, tetrasiklin sebesar 88.46%, oksitetrasiklin sebesar
88.46%, ampisilin sebesar 76.92%, asam nalidiksat sebesar 50.00%, gentamisin
sebesar 11.54%, serta kloramfenikol sebesar 7.69%. Isolat E. coli yang diuji juga
menunjukkan hasil yang bersifat intermediet yaitu terhadap antibiotik asam
nalidiksat sebesar 23.08%. Hasil uji juga menunjukkan bahwa E. coli yang diisolasi
masih bersifat sensitif terhadap antibiotik kloramfenikol sebesar 92.31%,
gentamisin sebesar 88.46%, asam nalidiksat sebesar 26.92%, ampisilin sebesar
23.08%, tetrasiklin dan oksitetrasiklin sebesar 11.54%, serta eritromisin sebesar
0%.

Tabel 3 Persentase hasil uji kepekaan isolat E. coli terhadap antibiotik


Jumlah Isolat Persentase (%)
Golongan Antibiotik
S I R S I R
Tetrasiklin Tetrasiklin (TE) 3 0 23 11.54 0.00 88.46
Oksitetrasiklin (OT) 3 0 23 11.54 0.00 88.46
β-laktam Ampisilin (AMP) 6 0 20 23.08 0.00 76.92
Aminoglikosida Gentamisin (CN) 23 0 3 88.46 0.00 11.54
Kuinolon Asam Nalidiksat (NA) 7 6 13 26.92 23.08 50.00
Fenikol Kloramfenikol (C) 24 0 2 92.31 0.00 7.69
Makrolida Eritromisin (E) 0 0 26 0.00 0.00 100.00
Keterangan: (S): Sensitif, (I): Intermediet, (R): Resisten
7

Resistensi E. coli dengan persentase tertinggi dalam penelitian ini yaitu


resistensi terhadap antibiotik eritromisin. Hal ini sejalan dengan penelitian
Edityandari (2017), yang menyatakan bahwa tingkat resistensi E. coli dari ayam
broiler terhadap eritromisin sebesar 100%. Wanaeni et al. (2015) menyatakan
bahwa pakan komersil yang digunakan oleh peternak ayam broiler di Purbalingga,
42.42% diantaranya mengandung eritromisin yang tidak direkomendasikan sebagai
imbuhan pakan oleh pemerintah. Resistensi yang terjadi terhadap eritromisin dapat
disebabkan adanya mutasi sehingga merubah struktur ribosom 50S dan
menurunkan afinitas reseptor untuk obat atau tidak mempunyai reseptor pada
ribosom (Murwani 2015).
Tingkat resistensi dan kepekaan yang sama ditunjukkan oleh antibiotik
tetrasiklin dan oksitetrasiklin yaitu dengan persentase 88.46%. Hasil ini sejalan
dengan penelitian Susanto (2014), yang menyatakan E. coli dari ayam broiler
mengalami resistensi terhadap tetrasiklin dengan persentase 89.5%. Antibiotik
golongan tetrasiklin dalam peternakan unggas digunakan sebagai pengobatan dan
pencegahan penyakit saluran pernapasan, serta seringkali digunakan sebagai bahan
tambahan dalam pakan untuk memacu pertumbuhan (Rodriguez dan Chinchilla
2017). Resistensi tetrasiklin dapat terjadi secara alami yaitu adanya lipopolisakarida
dan perbedaan permeabilitas membran sel, sedangkan resistensi dapatan yaitu
melalui pompa efluks, ribosome protection protein, serta mutasi 16S rRNA yang
mengurangi afinitas pengikatan obat ke ribosom (Nguyen et al. 2014).
Tingkat resistensi E. coli terhadap ampisilin sebesar 76.92% yaitu cukup
tinggi, hal ini disebabkan frekuensi penggunaan ampisilin dalam industri
peternakan yang cukup tinggi. Fadilah (2013) menyatakan bahwa ampisilin
merupakan salah satu antibiotik dari golongan beta-laktam yang sering digunakan
untuk mengatasi penyakit pada ayam. Agustin dan Kholik (2018) menyatakan
bahwa persentase resistensi E. coli terhadap ampisilin yaitu sebesar 59%. Ampisilin
merupakan antibiotik golongan β-laktam. Resistensi pada golongan tersebut terjadi
melalui pengurangan akumulasi antibiotik dengan mengubah porin, produksi enzim
penghidrolisis yaitu β-laktamase, dan modifikasi penicillin binding protein (Cohen
et al. 2017).
Persentase resistensi E. coli terhadap asam nalidiksat yaitu sebesar 50%.
Kategori intermediet sebesar 23.08% intermediet dan 26.92% merupakan sensitif.
Hasil ini berbeda sengan Susanto (2014), yaitu persentase E. coli yang diisolasi dari
ayam broiler dan menunjukkan sifat resisten yaitu sebesar 94.7%. Menurut Fabrega
et al. (2009), asam nalidiksat dapat mengalami resistensi dapatan melalui mutasi
kromosom pada gen yang mengkode target protein, mutasi yang menyebabkan
berkurangnya akumulasi obat baik dengan menaikkan atau menurunkan efluks.
Persentase resistensi E. coli terhadap gentamisin sebesar 11.54% dengan
persentase kepekaan yang tinggi yaitu sebesar 88.46%. Edityandari (2017) juga
melaporkan bahwa tingkat kepekaan E. coli dari ayam broiler terhadap gentamisin
yaitu sebesar 100%. Tingkat kepekaan yang tinggi dapat disebabkan penggunaan
gentamisin yang masih sangat jarang (Bhaskara et al. 2012). Resistensi melalui
inaktivasi secara enzimatis merupakan mekanisme resistensi terhadap gentamisin
yang paling umum. Mekanisme resistensi lainnya yaitu mutasi ribosom dengan
menurunkan ikatan antibiotik dengan bakteri dan menurunkan permeabilitas
gentamisin untuk mengurangi jumlah obat yang dapat masuk ke dalam sel (Verma
et al. 2014).
8

Tingkat resistensi E. coli terhadap antibiotik kloramfenikol memiliki


persentase paling rendah yaitu sebesar 7.69%. Susanto (2014) menyatakan bahwa
E. coli yang diisolasi dari ayam broiler mengalami resistensi sebesar 21.1%.
Menurut Murwani (2015), resistensi yang masih terjadi dapat disebabkan mutasi
gen kromosomal atau dibawa oleh plasmid. Resistensi yang dikode plasmid,
menghasilkan enzim chloramphenicol acetyltransferase yang dapat merusak obat,
menyebabkan obat kehilangan aktivitas antimikroba. Persentase resistensi yang
rendah terhadap antibiotik kloramfenikol dapat terjadi karena penggunaannya
sebagai obat hewan telah secara resmi dilarang sejak tahun 2017 melalui Permentan
RI Nomor 14/Permentan/PK.350/5/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan.
E. coli yang diuji memiliki tingkat kepekaan yang tinggi terhadap antibiotik
gentamisin dan kloramfenikol namun hanya gentamisin yang dapat
direkomendasikan sebagai pilihan dalam pengobatan dikarenakan kloramfenikol
penggunaannya telah dilarang. Resistensi bakteri yang terjadi menimbulkan
kegagalan pengobatan terhadap penyakit yang mengakibatkan kerugian ekonomi
dan juga menjadi sumber bakteri atau gen resisten di lingkungan yang dapat
berisiko pada kesehatan manusia (Nhung et al. 2017).
Peternak maupun pabrik pakan perlu mematuhi larangan penggunaan
antibiotik sebagai imbuhan pakan, serta percampuran obat hewan dalam pakan
untuk terapi harus sesuai dengan petunjuk dan di bawah pengawasan dokter hewan
seperti yang tertuang dalam pasal 16 dan 17 Permentan No 14/2017 tentang
Klasifikasi Obat Hewan. sebagai upaya pencegahan terjadinya resistensi bakteri.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Isolat bakteri E. coli dari ayam broiler yang diperoleh, menunjukkan telah
terjadi resistensi terhadap eritromisin, tetrasiklin, oksitetrasiklin, ampisilin, asam
nalidiksat, gentamisin, dan kloramfenikol. Tingkat resistensi E. coli tertinggi terjadi
pada antibiotik eritromisin. Antibiotik gentamisin dan kloramfenikol masih
menunjukkan tingkat kepekaan yang cukup baik terhadap bakteri E. coli.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan antibiotik dari golongan


lainnya agar dapat melengkapi data hasil uji kepekaan sesuai dengan panduan yang
dikeluarkan oleh World Organization for Animal Health/Office International des
Epizooties (OIE) dalam Harmonization of National Antimicrobial Resistance
Surveillance and Monitoring Programs. Edukasi kepada petugas kesehatan hewan
dan peternak mengenai kebijakan penggunaan antibiotik yang rasional juga
sebaiknya perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap kejadian resistensi
antibiotik.
9

DAFTAR PUSTAKA

Agustin ALD, Kholik. 2018. Antimicrobial resistance of bacterial strains isolated


from layer chicken on poultry village in North Lombok, West Nusa Tenggara,
Indonesia. Proceeding of the 20th FAVA Congress & The 15th KIVNAS
PDHI; 2018 Nov 1-3. Bali, Indonesia. 528-530.
Bhaskara IBM, Budiasa K, Tono K. 2012. Uji kepekaan E. coli sebagai penyebab
kolibasilosis pada babi muda terhadap antibiotik oksitetrasiklin, streptomisin,
kanamisin, dan gentamisin. Indonesia Medicus Veterinus. 1(2):186 ̶ 201.
[CLSI] Clinical and Laboratory Standards Institute. 2018. Performance Standards
for Antimicrobial Susceptibility Testing; 28th Edition. Wayne (US): CLSI.
Cohen J, Powderly WG, Opal S. 2017. Infectious Diseases. Amsterdam (NL):
Elsevier.
Fabrega A, Madurga S, Giralt E, Vila K. 2009. Mechanism of action of and
resistance to quinolones. Microbial Biotechnology. 2(1): 40 ̶ 61.
Fadilah R. 2013. Beternak Ayam Broiler. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.
[Kemendag] Kementrian Perdagangan. 2018. Analisis Perkembangan Harga
Bahan Pangan Pokok di Pasar Domestik dan Internasional. Jakarta (ID):
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia.
[Kementan] Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 14/Permentan/PK.350/5/2017 tentang Klasifikasi Obat
Hewan. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Mardiani Y. 2016. Identifikasi faktor risiko resistensi bakteri Staphylococcus
aureus pada daging ayam di Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Markey B, Leonard F, Archambault M, Cullinane A, Maguire D. 2013. Clinical
Veterinary Microbiology. London (UK): Mosby Elsevier.
Monica WS, Mahatmi H, Besung K. 2013. Pola resistensi Salmonella typhi yang
diisolasi dari ikan serigala (Hoplias malabaricus) terhadap antibiotik. Jurnal
Ilmu dan Kesehatan Hewan. 1(2):64 ̶ 69.
Muharlien, Sudjarwo E, Harmiati A, Setyo HP. 2017. Ilmu Produksi Ternak
Unggas. Malang (ID): UB Pr.
Mund MD, Khan UH, Tahir U, Mustafa BE, Fayyaz A. 2017. Antimicrobial drug
residues in poultry products and implications on public health: a review.
International Journal of Food Properties. 20(7): 1433-1446
Murwani S. 2015. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang (ID): UB Pr.
Nguyen F, Starosta AL, Arenz S, Sohmen D, Donhofer A, Wilson DN. 2014.
Tetracycline antibiotics and resistance mechanisms. Biological Chemistry.
395(5): 559–575.
Nhung NT, Chansiripornchai N, Carrique-Mas JJC. Antimicrobial resistance in
bacterial poultry pathogens: a review. Frontiers in Veterinary Science. 4: 126.
Rodriguez C, Chinchilla FG. 2017. Tetracyclines in food and feedingstuffs: from
regulation to analytical methods, bacterial journal of analytical methods in
chemistry resistance, and environmental and health implications. Journal of
Analytical Methods in Chemistry. 2017 (1): 1-24.
10

Susanto E. 2014. E. coli yang resisten terhadap antibiotik yang diisolasi dari ayam
broiler dan ayam lokal di kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Verma S, Truipathi R, Shukla VK, Easwari TS. 2014. Gentamicin as oral drug
delivery formulation. International Journal for Pharmaceutical Research
Scholars. 3(2): 198–213.
Wanaeni Y, Iqbal A, Ismoyowati. 2015. Broiler farmers’ behavior in administering
antibiotic and types of antibiotic content in commercial feed (a case study).
Animal Production. 17(1):62–68.
Widiastuti R, Anastasia Y. 2014. Detection of chloramphenicol residue in bovine
meat using Liquid Chromatography Mass Spectrometry. Jurnal Ilmu Ternak
dan Veteriner. 19 (1): 74-79.

Potrebbero piacerti anche