Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
TIMUR
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh
JAKARTA
1439 H/2017 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Jakarta Selatan
4. Telepon : 082114741401
5. Email : indahtanjung07@gmail.com
i
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
Jakarta, 2013.
ii
ABSTRACT
The research was conducted to analyze the contribution of estate crops sub sector
for the economy of East Java 2010-2015. Location quotient and shift share
methods were used to analyze this research. The result showed that sugar cane and
tobacco were the only superior commodity, not just for the area but also for
production context. Tobacco was the best commodity yet nutmeg was the
opposite. East Java’s estate crop was not superior sub sector and didn’t always
had good proportional shift and so is the differential shift. However, East Java’s
estate crop was the sub sector that was classified as a progressive sub sector so
that means East Java’s estate sub sector had good contribution for the economy of
East Java.
Keywords: Agriculture, Estate Crops, Area, Production, GDP, Location Quotient,
Shift Share
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi sub sektor perkebunan
terhadap perekonomian Jawa Timur periode 2010-2015. Penelitian ini
menggunakan analisis location quotient dan shift share. Hasil menunjukkan
bahwa hanya tebu dan tembakau yang menjadi komoditas unggulan baik pada
konteks luas areal dan produksi. Tembakau merupakan komoditas paling unggul
sedangkan pala merupakan komoditas paling tidak unggul. Perkebunan
merupakan sub sektor non unggulan serta tidak selalu memiliki pertumbuhan
proporsional dan daya saing yang cepat. Namun, perkebunan Jawa Timur
merupakan sub sektor yang tergolong progresif yang berarti berkontribusi secara
baik terhadap perekonomian Jawa Timur.
Kata Kunci : Pertanian, Perkebunan, Luas Areal, Produksi, PDRB, PDB, Location
Quotient, Shift Share
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang senantiasa
memberikan segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Kontribusi Sub Sektor Perkebunan
Terhadap Perekonomian Daerah: Studi Kasus Di Provinsi Jawa Timur.
Salawat serta Salam tidak lupa penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW semoga kita mendapat syafa’atnya di hari akhir.
1. Mamah dan Papah atas segala pengorbanan dan curahan kasih sayang yang
begitu besar dan tulus serta doa-doa yang dipanjatkan kepada-Nya.
2. Bapak Djaka Badranaya, M.E selaku dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini Lc.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Bapak Arief Fitrijanto, M.Si dan Bu Najwa Khairina selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan serta jajaran dosen yang tanpa
pamrih memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat.
4. Sahabat-sahabat kuliah baik suka maupun duka Ita, Deya, Retno, Yunita,
Anjeng, Cytha, Kiki, Mella dan Devina atas segala canda tawa dan
supportnya.
v
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRACT iii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 17
C. Tujuan Penelitian 18
vi
D. Manfaat Penelitian 18
A. Kerangka Teori 19
1. Transformasi Struktural 19
a. Masa Peralihan 19
b. Hollis B Chenery 19
c. WW Rostow 20
3. Kebijakan Pertanian 31
B. Penelitian Terdahulu 40
D. Hipotesis 46
vii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59
Tingkat Produksi 62
A. Kesimpulan 82
B. Saran 83
DAFTAR PUSTAKA 84
LAMPIRAN 89
viii
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
4.3 PDRB Jawa Timur Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 61
ix
2010 Menurut Lapangan Usaha 2010-2015 (Milyar Rupiah)
Timur 2010-2015
ha)
4.9 Perkebunan Kakao, Karet, Lada, Pala dan Teh Menurut Luas 68
x
2015
2015
2010-2015
xi
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara agraris karena dari tahun ke tahun
dari segi supply, pertanian mempunyai lahan yang dilansir dari data world
1
bank seluas 570000 km2 atau 31,464% dari jumlah daratan Indonesia yang
seluas 1811570 km2. Dari segi demand berdasarkan data dari world bank
pertanian yang ada di dunia ini dapat dibagi menjadi dua pola yang
efisiensi yang tinggi dengan kapasitas produksi dan rasio output per tenaga
kerja juga tinggi sehinggga dengan jumlah petani yang sedikit dapat
berkembang.
keperluan sehari-hari para petani saja hasil-hasil pertanian yang ada tidak
memadai.
terbatas terutama di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Lahan juga terbatas
2
yang cepat telah menyebabkan semakin bertambahnya jumlah orang yang
hewan penarik, bibit tradisional dan lain-lain) yang sama, kita mengetahui
bahwa jika semakin banyak orang yang mengerjakan sebidang lahan maka
memburuk.
pada sektor pertanian serta sebagian besar dari mereka masih berada dalam
3
terhadap Produk Domestik Bruto semakin kecil. Indonesia sedang dalam
dapat dilihat pada tabel Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan
(ADHK).
pertanian mulai tergerus oleh industri. Transformasi ini dapat dilihat pada
tabel di atas.
4
ekonomi negara saja, namun kita juga dapat melihat pertanian dari Produk
pertanian.
5
Sulawesi Selatan 39598909.4 42325570.3 44263477.4 46446728.3 51101681.2 54071396.5
Sulawesi Tenggara 13741144.5 14007464.2 14625406.6 15508217.4 16952307.8 16958461.9
Gorontalo 5977734.8 6321225.6 6763846.4 7232594.6 7698324 8024613.5
Sulawesi Barat 7486608.8 8115114.7 8709502.4 9207147.9 9753263.9 10313438.3
Maluku 4825716.6 4972596.7 5282613 5500920.1 5835441 5908217.5
Maluku Utara 3936693.2 4105563.7 4371355.3 4525958.5 4662502.2 4740319.4
Papua Barat 4889557.5 4583190.7 4785624.2 5090415.3 5343515.9 5482571.9
Papua 11681131.9 12133258.4 12883697.4 13661800.8 14432993.6 15303259.6
Sumber : Kementerian Pertanian
di Indonesia dari tahun 2010-2015 dengan Jawa Tengah dan Riau sebagai
kedua dan ketiga. Hal ini dapat disebabkan karena lahan pertanian yang
2015 dengan Maluku Utara dan Papua Barat sebagai Provinsi penyumbang
Produk Domestik Regional Bruto pertanian terkecil kedua dan ketiga. Hal
sehingga akan diiringi dengan tingkat produksi yang minim atau bahkan
6
kategori A. Kategori ini mencakup semua kegiatan ekonomi/lapangan
peas, miju-miju, lupin, kacang polong, pigeon peas dan tanaman aneka
7
safflower seeds, biji bunga matahari dan tanaman penghasil minyak
sebagai sayur, dan sayuran daun dan batang lainnya), hortikultura buah
putih, bawang bombay atau bawang merah, bawang perai dan sayuran
alliaceous lainnya), aneka umbi palawija (ubi kayu, ubi jalar, talas,
belimbing sayur dan labu sayur dan lainnya), jamur dan truffle, bibit
sayuran kecuali bibit tanaman bit, bit gula dan sayuran lainnya.
kakao, cengkeh, tembakau, karet, kopi, lada, kelapa sawit, tebu, teh,
kapas dll)
8
termasuk budidaya hewan untuk diambil hasilnya seperti bulu, telur,
pengambilan hasil hewan seperti kulit dan bulu binatang dari hasil
Arang kayu, serbuk kayu, serpih kayu dan kayu bulat dalam bentuk
kayu dan lain-lain). Kegiatan ini dapat dilakukan di hutan alam yang
(seperti udang, kepiting) mollusca, dan biota air lainnya di laut, air
Dalam beberapa sub sektor yang ada dalam pertanian itu sendiri,
9
pertanian yang di mana tentunya akan berdampak pada Produk Domestik
Bruto Indonesia.
sub sektor terbesar tidak hanya dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto
yang melihat pertumbuhan ekonomi negara saja, namun kita juga dapat
10
Tabel 1.5 Produk Domestik Regional Bruto Perkebunan (ADHK)
11
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa Riau merupakan Provinsi
2015. Hal ini dapat disebabkan karena lahan pertanian yang begitu luas
dan ketiga. Hal ini dapat disebabkan karena minimnya bahkan ketiadaan
Dari tabel 1.2 dan dari tabel 1.4 dapat dilihat bahwa Jawa Timur
kapas, karet, kelapa, kopi, lada, nilam, pala, tebu, tembakau dan teh.
12
Tabel 1.6 Luas Areal Perkebunan Jawa Timur 2010-2015 (Dalam Ha)
komoditas dengan areal terluas di Jawa Timur dari tahun 2010-2015. Tebu
13
Kebalikan dari areal, dari konteks produksi tebu merupakan
Jawa Timur.
tebu antara lain Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat,
Indonesia.
14
Sama halnya dengan luas areal, tidak semua provinsi-provinsi di
antara lain Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa
Timur. Sama halnya dengan luas areal, Jawa Timur merupakan provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
15
Tabel 1.10 Provinsi Pemilik Areal Tembakau 2010-2015 (Dalam Ha)
16
Sumatera Selatan 80 101 10 38 302 256
Lampung 386 620 1180 892 862 519
Jawa Barat 7658 8086 9195 8872 8146 8471
Jawa Tengah 26530 39411 43386 30972 32542 40564
Daerah Istimewa Yogyakarta 467 1428 1561 686 1097 1565
Jawa Timur 53228 114816 135747 73998 108137 99743
Bali 992 1671 1713 975 937 1024
Nusa Tenggara Barat 38894 40992 59988 38529 37067 34449
Nusa Tenggara Timur 71 182 1393 1535 1304 1324
Sulawesi Tengah 0 47 47 27 32 35
Sulawesi Selatan 1759 2491 1915 2321 1537 1535
Sumber: Kementerian Pertanian, diolah
Regional Bruto terbesar ketiga pada sub sektor perkebunan. Oleh karena
B. Rumusan Masalah
Timur?
Jawa Timur?
17
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi para akademisi penelitian ini dapat menjadi bahan literature bagi
Jawa Timur
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Transformasi Struktural
a. Masa Peralihan
dan urusan “usaha”. Ternyata sebagian besar tenaga kerja kita justru
b. Hollis B. Chenery
anak tidak lagi dilihat dari sisi nilai ekonomi dan para orang tua lebih
(Todaro&Smith, 2013)
c. W.W. Rostow
20
2) Tahap Prasyarat Lepas Landas (The Precondition For Take Off)
21
pendapatan masyarakat dan perolehan devisa. Peranan baru sektor
in the economy”, yaitu food (pangan), feed (pakan), dan fuel (bahan
bahan baku yang berasal dari jagung sebesar ± 60 persen. Selama beberapa
2012)
kurang dari US $ 2500.00 (dua ribu limaratus dollar AS) pertanian masih
22
nasionalnya. (Saragih, 2004)
and nourishes of all other arts”, Pertanian adalah ibu dari segala budaya.
“Jika pertanian berjalan dengan baik, maka budaya- budaya lainnya akan
dinyatakan oleh filsuf terkenal Lao Tze, yang hidup sekitar 600 tahun SM.
governing people and serving the Heaven”. Tidak ada suatu pun yang
lebih penting di dunia ini selain pertanian, jika ingin masuk surga.
Bahkan banyak yang meyakini prinsip bahwa tidak ada negara maju yang
23
merupakan arah pembangunan pertanian yang kita tempuh maka tidak
salah satu proses normal yang mesti dipandang sebagai kesempatan untuk
bangunan dari kayu, kertas), energi serta produk farmasi dan kosmetika.
pada tahun 1955 dalam suatu makalah yang disampaikan pada Boston
ini memliki ruang lingkup yang sangat luas. Agribusiness is the sum total
24
operation on the farm, and the storage processing and distribution of farm
commodities and items made from them (Davis and Golberg, 1957).
baku utamanya atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang
komparatif yaitu sumber daya alam yang melimpah dan tenaga kerja yang
2012)
25
barang-barang setengah jadi yang langsung dapat dikonsumsi dan barang
atau bahan hasil produksi industri yang digunakan dalam proses produksi
batasan diatas, agroindustri merupakan sub sektor yang luas yang meliputi
2011)
yang mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku atau barang yang siap
internasional. Oleh karena itu agar usahanya dapat berhasil maka tidak ada
seluruh pelaku agribisnis yang ada pada alur vertikalnya hingga ke hulu
(usaha tani ubi kayu). Dengan perkataan lain, globalisasi nilai-nilai sosial
26
2004)
27
bahan makanan juga dapat memberikan keuntungan nutrisi dan kesehatan
baku tapi juga dengan konsumsi, investasi dan fiskal. (Udayana, 2011)
(Simatupang, 1997).
industri dari hulu sampai pada industri hilir. Produk agroindustri pada
meliputi semua industri dari hulu sampai pada industri hilir. Hal ini
28
dibandingkan dengan industri lainnya, antara lain: (a) memiliki keterkaitan
yang kuat baik dengan industri hulunya maupun ke industri hilir, (b)
kerja dalam jumlah besar, (e) produk agroindustri pada umumnya bersifat
2011)
Isu krisis pangan dunia pada saat ini memberi peluang bagi
baik dalam industri tekstil maupun dalam industri barang-barang dari karet
29
alternatif energi seperti energi nuklir terbukti beresiko tinggi (kasus Rusia,
ethanol (dari tebu). Hal ini memberi prospek baru bagi Indonesia sebagai
dari 166 pabrik pada tahun 2006, sekarang meningkat tajam menjadi 429
(biofuel) dalam negeri pada tahun 2006 dan diperkirakan tahun 2008
30
permintaan jagung yang meningkat baik untuk pemenuhan industri pakan
diikuti oleh naiknya harga jagung di pasar dunia. Peluang pasar ini
2012)
tanaman minyak atsiri dan penghasil minyak olein (minyak sawit, minyak
kelapa) cenderung akan menjadi satu global player pada industri bio-
3. Kebijakan Pertanian
31
saling membutuhkan. Bahkan hubungan diantara pelaku agribisnis
pasar global saat ini, lebih-lebih pada masa mendatang. Kiranya tidak
lemah.
ekonomi yang diharapkan mampu memberi solusi atas persoalan yang ada,
tanpa menimbulkan persoalan baru. Oleh karena itu, strategi yang dipilih
2001)
yang terlalu besar, sehingga tidak menambah utang luar negeri yang
c. strategi yang dipilih hendaknya tidak dimulai dari nol, melainkan dapat
33
d. strategi yang dipilih untuk diimplementasikan mampu membawa
industri hulu dan hilir pertanian serta sektor-sektor jasa yang terkait di
dalamnya.
dari pola dispersal menjadi pola industrial. Berbeda dengan pola dispersal,
seluruh bidang usaha yang ada pada satu alur produk vertikal (dari hulu
hingga hilir) dalam satu kelompok usaha yang selanjutnya disebut sebagai
34
Adapun karakteristik utama dari UIB dalam Simatupang (2004)
lain; dan kooperatif yang berarti bahwa setiap komponen atau anggota
benak para perencana pembangunan pertanian. Hal ini terbukti dari adanya
industrialisasi pertanian.
35
4. Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Regional Bruto.
angka yang sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah
barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah
Bruto yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai Produk Domestik
Regional Bruto atas dasar harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup
barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah
suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-
3) Industri Pengolahan
36
4) Listrik, Gas dan Air Bersih
5) Konstruksi
tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji,
dikurangi subsidi).
37
4) perubahan inventori, dan
tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang
sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut,
saja diperoleh manfaat dadakan dari ekspor (windfall profit) sebagai akibat
38
pengaturan sekaligus manfaat tersendiri. Demokratisasi membutuhkan
jaringan hubungan yang simetris dan setara di antara semua pihak yang
Perkebunan)
nasional.
39
dunia telah menempatkan posisi perkebunan pada tingkat yang sangat
penting. Perkebunan tak lagi hanya terkait masalah pangan, tetapi kini
B. Penelitian Terdahulu
pertumbuhan yang lambat dan daya saing yang baik serta peran
tentang aplikasi analisis shift share pada transformasi sektor pertanian dalam
perikanan, dan yang memiliki efek alokasi adalah peternakan dan hasil-
41
keterkaitan yang kuat dengan sektor lainnya, dan memberikan pengaruh
peranan perkebunan kelapa sawit di provinsi Riau dalam era otonomi daerah.
mempunyai potensi sangat besar terlihat dari luas dan produksi yang
dihasilkan.
lebih besar dalam meningkatkan kinerja sektor selain perkebunan kelapa sawit
perekonomian Riau.
42
Keempat, Istiko Agus Wicaksono (2011) dalam jurnalnya berjudul
terbanyak dan tidak bisa diharapkan untuk menjadi subsektor basis di masa
43
Papua (A case study on the Prafi Plain) pada tahun 2014 dalam CIFOR
dunia dan berencana untuk memperbesar produksi menjadi 40 juta ton setiap
tahunnya di tahun 2020. Papua dan Papua Barat merupakan provinsi dengan
air, berkurangnya jumlah dan kualitas air serta menambah penyakit namun
kesimpulan dari jurnal ini yaitu perkebunan Parfi tidak diragukan lagi
44
C. Logical Frame Thinking
penelitian
belakang penelitian
45
D. Hipotesis
Usaha)
konteks penelitian.
2. Shift Share
perkebunan
(terdapat kontribusi)
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
(tidak ada penarikan sampel, hanya seputar “apa”) tetapi ingin mengetahui
dari penelitian deskriptif lebih luas dan lebih terperinci daripada penelitian
eksploratif karena yang diteliti tidak hanya masalahnya sendiri tetapi juga
47
digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel, pengumpulan data
Bruto, Produk Domestik Regional Bruto, luas areal dan produksi. Sampel
terbatas pada periode di mana sampel yang di ambil dari tahun 2010-2015
penelitian yang sedang dikerjakan yaitu perkebunan. Sub sektor dari salah satu
48
sektor lapangan usaha yaitu pertanian ini tentu saja tidak bisa lepas dari areal,
semakin luas areal tersebut dan dimanfaatkan dengan baik maka akan
ini. Kualitas dan kuantitas dari produksi akan mempengaruhi perkebunan itu
seperti apa. Semakin baik kuantitas dan kualitas dari produksi perkebunan
Dalam Produk Domestik Bruto dapat dilihat pula pertumbuhan ekonomi suatu
secara ilmiah.
49
D. Data dan Metode Pengumpulan Data
mempunyai daya cakup yang lebih luas di mana daya cakupnya berskala
panel di mana data panel merupakan gabungan antara data cross-section atau
memberikan informasi yang lebih lengkap, lebih beragam, lebih efisien dan
lebih efektif dalam melihat perubahan yang dinamis dan perubahan yang lebih
kompleks.
yang relevan dengan data yang akan digunakan sebagai penelitian. Data-data
50
yang ingin diolah bersumber dari Kementerian Pertanian dan Badan Pusat
Statistik.
jurnal ilmiah.
location quotient dan shift share. Analisis location quotient digunakan untuk
melihat komoditas paling unggul di Jawa Timur baik dari konteks luas areal
dapat kita lihat bagaimana sub sektor tersebut secara keseluruhan. Penjelasan
51
kelebihan dan kelemahannya, sehingga dalam memilih metode analisis
rumit. Penyelesaian analisis cukup dengan spread sheet dari Excel atau
program Lotus, bahkan jika datanya tidak terlalu banyak kalkulator pun
bisa digunakan.
yang dituntut adalah akurasi data. Sebaik apapun hasil olahan location
quotient tidak akan banyak manfaatnya jika data yang digunakan tidak
52
valid. Oleh karena itu sebelum memutuskan menggunakan analisis ini
bias musiman dan tahunan diperlukan nilai rata-rata dari data series yang
batasan wilayah yang dikaji dan ruang lingkup aktivitas, acuannya sering
tidak sama dengan apa yang kita duga. Misalnya suatu wilayah provinsi
malah pangan dan sebaliknya. Oleh karena itu data yang dijadikan sumber
Dalam metode ini ada tiga hasil dari pengolahan data itu sendiri
yaitu jika nilai location quotient < 1 di mana sub sektor/komoditas yang
Nilai location quotient tidak hanya dilihat dari ketiga kriteria itu
saja tetapi juga dapat dilihat dari besaran angka location quotient itu
53
sendiri. Semakin besar nilai location quotient maka semakin unggul pula
suatu komoditas.
𝒑𝒊/𝒑𝒕
LQ =
𝑷𝒊/𝑷𝒕
di mana:
unggulan adalah:
𝒑𝒊/𝒑𝒕
LQ =
𝑷𝒊/𝑷𝒕
di mana:
pt : PDRB provinsi
Pt : PDB nasional
54
Pengolahan data dengan menggunakan metode location quotient
ini yaitu menyisipkan data ke dalam spreadsheet dengan format kolom dan
baris.
diuji serta total indikator tersebut. Kemudian data yang dibutuhkan adalah
menurut Tarigan (2009) dalam Zainal Abidin (2015) analisis shift share
kompetitif (C).
55
Pertumbuhan nasional (N) merupakan komponen di mana
wilayah lebih cepat atau lebih lambat dari pertumbuhan produksi nasional
dan hal ini dapat terjadi misalnya karena teknologi atau ketersediaan bahan
baku.
hal ini dapat terjadi karena peningkatan atau penurunan output di suatu
di mana:
Nij = Yij. rn
56
rn = (Y*n – Yn) / Yn
Excel. Cara mengolah data dengan metode shift share antara lain dengan
lapangan usaha suatu wilayah yang diuji pada tahun dasar dan tahun akhir
diuji pada tahun dasar dan tahun akhir analisis serta indikator ekonomi
total wilayah di atas wilayah yang diuji pada tahun dasar dan akhir
analisis.
57
(ADHK)
Produk Domestik Bruto Sektor-
Indonesia Badan Pusat Statistik Location Quotient
Sektor (ADHK)
Produk Domestik Bruto (ADHK) Indonesia Badan Pusat Statistik Location Quotient
Produk Domestik Regional Bruto
Jawa Timur Badan Pusat Statistik Shift Share
Perkebunan (ADHK)
Produk Domestik Bruto
Indonesia Badan Pusat Statistik Shift Share
Perkebunan (ADHK)
Produk Domestik Bruto (ADHK) Indonesia Badan Pusat Statistik Shift Share
Semua data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tahun
2010-2015. Tujuan penggunaan luas areal dan produksi adalah untuk melihat
Domestik Bruto dan Produk Domestik Regional Bruto adalah untuk melihat
58
BAB IV
59
13. Probolinggo 1696.21 3.55
14. Pasuruan 1474.02 3.08
15. Sidoarjo 634.38 1.33
16. Mojokerto 717.83 1.5
17. Jombang 1115.09 2.33
18. Nganjuk 1224.25 2.56
19. Madiun 1037.58 2.17
20. Magetan 688.84 1.44
21. Ngawi 1295.98 2.71
22. Bojonegoro 2198.79 4.6
23. Tuban 1834.15 3.84
24. Lamongan 1782.05 3.73
25. Gresik 1191.25 2.49
26. Bangkalan 1001.44 2.1
27. Sampang 1233.08 2.58
28. Pamekasan 792.24 1.66
29. Sumenep 1998.54 4.18
Kota/Municipality
1. Kediri 63.4 0.13
2. Blitar 32.57 0.07
3. Malang 145.28 0.3
4. Probolinggo 56.67 0.12
5. Pasuruan 35.29 0.07
6. Mojokerto 16.47 0.03
7. Madiun 33.92 0.07
8. Surabaya 350.54 0.73
9. Batu 136.74 0.29
Jawa Timur 47799.75 100
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015
Timur pada tahun 2015 yaitu 813 jiwa/km2 dengan jumlah penduduk sebanyak
38 juta jiwa.
60
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Jawa Timur 2015
Jenis Kelamin
Kelompok Umur
Laki-Laki Perempuan Jumlah
0‒4 1493678 1436212 2929890
5‒9 1553737 1479468 3033205
10‒14 1556318 1490163 3046481
15‒19 1577605 1516423 3094028
20‒24 1492757 1484485 2977242
25‒29 1416020 1447582 2863602
30‒34 1434519 1504960 2939479
35‒39 1465804 1530977 2996781
40‒44 1457061 1513488 2970549
45‒49 1387973 1463304 2851277
50‒54 1237112 1312159 2549271
55‒59 1047331 1065029 2112360
60‒64 790742 791423 1582165
65+ 1261953 1639278 2901231
Jumlah 19172610 19674951 38847561
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015
Tabel 4.3 PDRB Jawa Timur Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar
61
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
1075.88 1171.31 1182.01 1231.05 1234.13 1299.27
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 89693.03 95157.73 102250.92 110485.45 116498.23 120688.27
Perdagangan Besar dan Eceran;
174755.5 190771.67 206433.67 219246.07 230225.81 243014.66
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 27082.43 29399.87 31528.72 34241.21 36461.76 38896.63
Penyediaan Akomodasi dan Makan
47096.42 51667.02 54601.23 57684.94 62807.8 67657.04
Minum
Informasi dan Komunikasi 47548.21 51881.62 58299.18 65313.95 69155.1 73639.96
Jasa Keuangan dan Asuransi 22070.51 24088.32 26668.02 30348.35 32399.64 34730.26
Real Estate 16306.3 17737.71 19153.83 20565.06 21998.29 23092.64
Jasa Perusahaan 7774.01 8156.66 8416.88 9044.15 9815 10349.05
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
26534.09 27823.81 28210.09 28564.75 28729.58 30236.25
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 24944.81 26494.05 28789.37 31265.46 33164.9 35330.67
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5408.94 6353.04 7033.06 7592.82 8212.85 8743.34
Jasa lainnya 15633.25 16211.2 16666.33 17517.93 18473.7 19374.39
PDRB 990648.8 1054401.8 1124464.6 1192790 1262685 1331395
Sumber: Badan Pusat Statistik
Produksi
unggulan dan non unggulan di Jawa Timur maka digunakan metode analisis
location quotient dalam penelitian ini dengan menggunakan variabel luas areal
komoditas paling unggul serta paling non unggul dalam perkebunan Jawa
Timur.
62
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Location Quotient Perkebunan Jawa Timur
2010-2015
gambaran perkebunan Jawa Timur dalam konteks luas areal dan tingkat
diekspor).
produksi di mana cengkeh, jambu mete, kelapa dan kopi tersebut mempunyai
63
nilai LQ < 1 yang berarti bahwa komoditas-komoditas tersebut merupakan
menjadi komoditas unggulan pada luas areal namun tidak menjadi komoditas
unggulan pada tingkat produksi dikarenakan luas areal yang luas tetapi tidak
lebih rendah dari luas areal komoditas-komoditas tersebut. Hal ini dapat
Tabel 4.5 Perkebunan Cengkeh, Jambu Mete, Kelapa dan Kopi Menurut
dan ton)
LQ konteks luas areal mempunyai nilai LQ < 1 pada tahun 2012 dan 2015
yang berarti bahwa kapas pada tahun 2012 dan 2015 merupakan komoditas
64
non unggulan (bukan sumber pertumbuhan ekonomi, tidak memiliki
Namun pada tahun 2010, 2011 dan 2013 kapas mempunyai nilai
LQ > 1 yang berarti bahwa kapas dalam konteks luas areal merupakan
dapat memenuhi kebutuhan provinsi bahkan dapat diekspor). Hal ini mungkin
dikarenakan luas areal kapas menurun drastis pada tahun 2012, 2014 dan
2015. Namun LQ bernilai > 1 pada tahun 2014 karena pada tahun 2014 luas
areal Indonesia juga menurun drastis pada 2014. Hal ini dapat dilihat pada
tabel 4.6
Tabel 4.6 Perkebunan Kapas Menurut Luas Areal 2010-2015 (dalam ha)
Kapas
Tahun
Jawa Timur Indonesia
2010 1705 10194
2011 1702 10238
2012 632 9565
2013 659 8738
2014 336 3670
2015 394 6118
Sumber: Kementerian Pertanian, diolah
LQ < 1 dari tahun 2010-2015 yang berarti bahwa kapas merupakan komoditas
65
keunggulan komparatif, tidak dapat memenuhi kebutuhan wilayah yang
yang rendah dan jauh lebih rendah ketimbang luas areal. Seharusnya jika luas
areal kapas dapat dimanfaatkan dengan baik maka tingkat produksi kapas
Tabel 4.7 Perkebunan Kapas Jawa Timur Menurut Luas Areal dan
LQ konteks luas areal mempunyai nilai LQ < 1 pada tahun 2010 yang berarti
bahwa nilam pada tahun 2010 merupakan komoditas non unggulan (bukan
impor).
berarti bahwa nilam pada tahun 2011-2015 dalam konteks luas areal
66
merupakan komoditas unggulan (sumber pertumbuhan, memiliki keunggulan
ini dikarenakan luas areal nilam 0 pada tahun 2010. Hal ini dapat dilihat pada
tabel 4.8.
> 1 hanya pada tahun 2011 dan 2012 yang berarti bahwa nilam menjadi
dapat memenuhi kebutuhan provinsi bahkan dapat diekspor) hanya pada tahun
2011 dan 2012. Ini dikarenakan pada tahun 2010 nilam memiliki tingkat
produksi 0 (sama dengan luas areal nilam) dan mulai pada tahun 2013 tingkat
produksi nilam menurun drastis. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Perkebunan Nilam Jawa Timur Menurut Luas Areal dan
mempunyai nilai LQ < 1 baik pada konteks luas areal maupun tingkat
komoditas non unggulan baik pada konteks luas areal maupun tingkat
67
produksi (bukan sumber pertumbuhan ekonomi, tidak memiliki keunggulan
diperlukannya impor).
Kakao, karet, lada, pala dan teh dalam hasil analisis LQ menjadi
komoditas non unggulan baik dalam luas areal maupun tingkat produksi
Tabel 4.9 Perkebunan Kakao, Karet, Lada, Pala dan Teh Menurut Luas
68
Indonesia 122898 123938 122206 122035 118899 117268
Jawa
Tingkat 4169 4135 3958 3771 6879 6902
Timur
Produksi
Indonesia 156604 150776 145575 145460 154460 132615
Jawa
Luas 34 34 34 34 32 32
Timur
Areal
Indonesia 118345 122396 134709 140424 158326 168904
Pala
Jawa
Tingkat 7 19 18 7 7 8
Timur
Produksi
Indonesia 15793 22252 25321 28167 32729 33711
Sumber: Kementerian Pertanian, diolah
LQ > 1 baik pada konteks luas areal maupun tingkat produksi yang berarti
diekspor).
unggulan baik dalam luas areal maupun tingkat produksi dikarenakan luas
areal dari kedua komoditas tersebut begitu luas dan tingkat produksi kedua
komoditas tersebut tinggi serta bila dibandingkan antara luas areal serta
69
Tabel 4.10 Perkebunan Tebu dan Tembakau Menurut Luas Areal dan
pada konteks luas areal maupun tingkat produksi yang berarti bahwa
areal yang sangat luas dan tingkat produksi yang tinggi serta kontribusi luas
dengan nilai LQ terendah baik pada konteks luas areal maupun tingkat
produksi yang berarti bahwa pala merupakan komoditas paling tidak unggul
70
Hal ini dikarenakan perkebunan pala Jawa Timur memiliki areal
yang sangat sempit dan tingkat produksi yang rendah serta kontribusi luas
areal serta tingkat produksi perkebunan pala Jawa Timur terhadap perkebunan
pala Indonesia terbilang sangat kecil. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tembakau Pala
Tahun Luas Tingkat Luas Tingkat
Kontribusi Kontribusi Kontribusi Kontribusi
Areal Produksi Areal Produksi
2010 109426 51% 53228 39% 0 0% 7 0%
2011 130824 57% 114816 54% 34 0% 19 0%
2012 153561 57% 135747 52% 34 0% 18 0%
2013 95818 50% 73998 45% 34 0% 7 0%
2014 119206 55% 108137 55% 32 0% 7 0%
2015 108524 52% 99743 51% 32 0% 8 0%
Sumber: Kementerian Pertanian, diolah
PDRB sektor-sektor atau lapangan usaha beserta totalnya di Jawa Timur serta
PDB dan PDRB yang digunakan atas dasar harga konstan 2010. Tujuan
analisis ini adalah untuk melihat apakah perkebunan merupakan sub sektor
71
unggulan dan membandingkannya dengan sektor-sektor lainnya atau
yang merupakan sektor unggulan di Jawa Timur dari tahun 2010-2015 yaitu
ulang; perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor;
72
penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; dan
Timur dari tahun 2010-2015. Hal ini dapat dikarenakan PDRB industri
gas merupakan sektor paling non unggul di Jawa Timur dari tahun 2010-
2015. Hal ini dapat dikarenakan PDRB pengadaan listrik dan gas merupakan
dari tahun 2010-2015. Hal ini berarti bahwa perkebunan bukan merupakan
variabel PDRB sub sektor perkebunan Jawa Timur, PDB sub sektor
dasar harga konstan tahun dasar 2010. Tujuannya adalah untuk melihat daya
73
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Shift Share Perkebunan Jawa Timur 2010-
2015
tahun 2010-2011 yang bernilai positif, tahun selebihnya tidak. Artinya, hanya
pada tahun 2010-2011 perkebunan Jawa Timur memiliki daya saing atau
2015 menghasilkan hasil yang sama yaitu positif di mana artinya bahwa
keseluruhan jumlah ketiga komponen di atas yaitu Dij atau pergeseran bersih.
74
Dapat dilihat bahwa pergeseran bersih atau Dij bernilai positif pada semua
tahun. Artinya bahwa pada tahun 2010-2015, perkebunan Jawa Timur secara
Timur.
a. Kebijakan Umum
75
berkembang di Jawa Timur, baik komoditi unggulan lainnya
produktivitas kebun.
diversifikasi.
anjuran teknis
bersertifikat
76
9) Mendorong pengembangan komoditas unggulan nasional dan
daerah;
Nilai Tambah
perkebunan
77
4) Fasilitasi, advokasi dan bimbingan memperoleh kemudahan akses
keamanan berusaha;
tambah;
Perkebunan
keamanan berusaha;
78
6) Memfasilitasi peningkatan kemampuan dan kemandirian
terkait;
2010-2015
79
Kapas 376 200 198 113 88 75 221 168 318 171 262 214
Karet 23577 26754 26816 24904 24957 25918 1407 1474 1474 1563 1571 1558
Kelapa 257890 268328 277120 269275 252672 259502 3168 3683 3695 1410 1377 1355
Kopi 56200 37396 54189 56986 58135 65961 798 547 756 759 754 836
Lada 0 400 10164 298 296 309 743 755 729 626 634 584
Tebu 1017003 1051872 1241799 1236824 1260632 1207333 5248 5462 6323 5851 5753 5979
Teh 4169 4135 3958 3771 6879 6902 1817 1801 1716 1718 1835 1841
Tembakau 53228 114816 135747 73998 108137 99743 690 878 938 887 911 927
Pala 7 19 18 7 7 8 320 860 860 7000 800 950
Nilam 0 687 706 200 151 110 0 0 116 0 136 101
Sumber: Kementerian Pertanian, diolah
antara indeks harga yg diterima petani (It) dengan indeks harga yg dibayar
petani (Ib). Bila NTP > 100 berarti petani mengalami surplus, NTP = 100,
berarti petani mengalami impas dan NTP < 100, berarti petani mengalami
defisit.
Tabel 4.15 Nilai Tukar Petani Sub Sektor Perkebunan Jawa Timur
2010-2015
Tahun NTP
2010 92.51
2011 95.68
2012 96.61
2013 94.30
2014 103.61
2015 101.28
80
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 2010-2013 NTP
perkebunan Jawa Timur kurang dari 100 yang artinya petani mengalami
perkebunan Jawa Timur lebih dari 100 yang artinya petani mengalami
surplus (harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya,
dengan baik.
kedua komoditas tersebut agar kuantitas produksi dapat terus meningkat serta
ini dapat menjadikan perkebunan Jawa Timur menjadi sub sektor unggulan di
mana hal ini akan membawa perkebunan Jawa Timur menguasai persaingan
81
BAB V
A. Kesimpulan
konteks luas areal maupun produksi yaitu tebu dan tembakau. Tembakau
2014-2015 serta daya saing yang tidak baik pada 2011-2014, secara
berpengaruh dengan baik pada kesejahteraan petani tahun 2014 dan 2015.
82
B. Saran
kutub hulu (petani), hanya dilakukan pada kutub hilir (eksportir). Alhasil,
tepat karena dapat menghasilkan output komoditas yang tinggi kuantitas dan
83
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2015. Aplikasi Analisis Shift Share Pada Transformasi Sektor
Badan Pusat Statistik. 2015. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan
Badan Pusat Statistik. 2015. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2015.
Jakarta: BPS.
31 Maret 2017.
Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik 70 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta: BPS
Badan Pusat Statistik. 2016. [Seri 2010] PDB Triwulanan Atas Dasar Harga
Maret 2017.
Badan Pusat Statistik. 2017. [Seri 2010] PDB Triwulanan Atas Dasar Harga
Maret 2017.
84
Badan Pusat Statistik. 2016. PDRB Provinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga
Maret 2017.
Badan Pusat Statistik. 2016. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut
2017.
85
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Perkebunan dalam Lintasan Zaman.
2017.
http://www.pertanian.go.id/ap_pages/detil/10/2014/08/06/10/18/36/Data-Lima-
86
Nihayah, Dyah Maya. 2012. Kinerja Daya Saing Komoditas Sektor Agroindustri
Bogor.
Pustaka Setia.
Alfabeta.
87
World Bank. 2014. Agricultural Land (% of Land Area). Diakses melalui
https://data.worldbank.org/indicator/AG.LND.AGRI.ZS?locations=ID pada
https://data.worldbank.org/indicator/AG.LND.AGRI.K2?locations=ID pada
https://data.worldbank.org/indicator/AG.LND.TOTL.K2?locations=ID pada
31 Maret 2017.
88
LAMPIRAN
89
Real Estate 0.57 0.574 0.574 0.576 0.582 0.584
Jasa Perusahaan 0.544 0.521 0.497 0.493 0.483 0.471
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
0.708 0.696 0.687 0.675 0.658 0.658
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 0.858 0.852 0.85 0.855 0.853 0.842
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.564 0.605 0.617 0.614 0.61 0.605
Jasa lainnya 1.072 1.024 1 1 1 1
90