Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
management or conservation of groundwater can be done by applying the bench terraces ducts, gulud terrace ducts, alley cropping, infiltration wells,
biopori and inhibating the flow of surface water drainage as well as government policies and regulations of the society.
Keywords: Groundwater, Groundwater Availability, Groundwater Conservation Zones, Groundwater Conservation Efforts.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Airtanah merupakan air yang terdapat dalam lapisan tanah atau berada di bawah permukaan
tanah. Airtanah tidak dapat terlihat potensi keberadaannya secara kasat mata. Keadaan inilah
yang mendorong manusia untuk cenderung mempergunakan airtanah secara besar-besaran demi
memenuhi kebutuhan hidup dalam kesehariaanya.
Pengelolaan airtanah yang baik sangat mutlak diperlukan, mengingat besarnya potensi
airtanah yang harus dijaga kelestariannya. Salah satu kegiatan pengelolaan airtanah yang dapat
dilakukan adalah dengan konservasi. Pada dasarnya konservasi tidak hanya menyimpan di kala
berlebihan dan hemat di kala keterbatasan, namun juga mengurangi tingkat erosi dan aliran
permukaan. Sehingga air dapat dioptimalkan untuk masuk ke dalam tanah menjadi cadangan
airtanah.
1.2. Tujuan.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Memperkirakan ketersediaan airtanah di Desa Gunung Gajah dan sekitarnya.
2. Mengetahui upaya konservasi airtanah di Desa Gunung Gajah dan sekitarnya.
II. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian mengenai Upaya konservasiAirtanah di Desa Gunung
Gajah dan Sekitarnya, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah terdiri dari metode survei
lapangan, metode matematis, evaluasi, dan metode tumpang susunparameter-parameter pendukung
untuk menentukan upaya konservasi airtanah.
dimana:
Volume Curah Hujan (m3/tahun) = Rerata Curah Hujan (m/hari) x Luas Wilayah Penelitian (m2) x 365
Hari/Tahun
Run-off = Curah Hujan (m/hari) x Nilai C (Penggunaan lahan) x Luas Wilayah (m2)
batas zona yaitu daerah tekuk lereng.Arah aliran airtanah diperoleh berdasarkan data
pengukuran ketinggian muka airtanah. Kembali pada sifat dasar air, yakni mengalir dari
topografi yang tinggi ke topografi yang rendah, maka estimasi arah aliran airtanah dapat
ditentukan. Untuk lebih mengetahui dimana batas zona imbuhan dan luahan airtanah, maka
dapat dibuat pula penampang profil yang menggambarkan kondisi keitinggian airtanah
melalui sayatan melintang secara horizontal.
Zona konservasi airtanah ditentukan dengan analisis terhadap kondisi zona imbuhan dan
luahan airtanah dan penggunaan lahan di daerah penelitian. Analisis terhadap zona imbuhan
dan luahan airtanah adalah dengan memprioritaskan zona imbuhan sebagai zona yang patut
untuk dikonservasi karena sumber masuknya air ke dalam tanah berawal dari daerah dengan
topografi yang tinggi terlebih dahulu kemudian barulah menuruni lereng hingga mengalir pula
pada daerah dengan topografi yang lebih rendah. Sedangkan analisis yang dilakukan terhadap
penggunaan lahan adalah dengan pendekatan kondisi ekonomi dan pangan. Artinya
penggunaan lahan berupa sawah tidak perlu dikonservasi demi menjaga kestabilan kondisi
ekonomi dan pangan daerah penelitian. Sedangkan penggunaan lahan lainnya dapat dilakukan
konservasi dengan beberapa teknik konservasi yang cocok untuk daerah tersebut.
3500000
Masukan Air Tanah
3000000 (m3/tahun)
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
dengan kekritisan airtanah menurut Notodiharjo (1982) masih dikategorikan belum kritis,
karena dianggap kritis apabila persentasenya sudah mencapai 50 % keatas.
0.2 x KEB.
KEBUTUHAN
JUMLAH STANDAR KEBUTUHAN AIRTANAH
HAL DESA AIRTANAH STANDAR
PENDUDUK DOMESTIK (LITER/TAHUN)
(LITER/HARI)
(LITER/HARI)
POIN
D Kebutuhan Gunung
3.223 60 12 14.116.740
Airtanah Gajah
Standar untuk Tawangrejo 4.182 60 12 18.317.160
Non
Demestik JUMLAH 32.433.900
akuifer produktif. Menurut Todd (1959) dalam Kodoatie (2012) aliran Airtanah dalam akuifer
karst mengalir pada jaringan rekahan.Sehingga produktifitas akuifernya adalah tinggi dengan
tipe akuifer yang mengalir melalui rekahan.
Endapan aluvial merupakan bentuk transportasi dari material-material batuan sehingga
memiliki beraneka ragam ukuran butir. Material penyusun kelompok akuifer pada endapan
aluvial ini memiliki ukuran butir lempung, lanau, pasir, kerikil, sampai kerakal. Karena belum
padu, umumnya aluvial mempunyai porositas dan permeabilitas sedang hingga tinggi
(Kodoatie, 2012).
3.5. Bentuklahan dan Tinggi Muka Air Tanah untuk Menentukan Zona Imbuhan & Luahan
Dari Peta Imbuhan dan Luahan Airtanah, kita dapati bahwasanya daerah imbuhan letaknya
adalah pada Bukit Pendul dan Semangu. Porositas dan permeabilitas batuan beku dan
metamorf yang kecil mengakibatkan air yang masuk melaluinya sangatlah sedikit bahkan
hingga langka. Namun, karena kondisi kedua batuan dengan ditemukannya banyak kekar,
membuat potensi masuknya air hujan menjadi Airtanah menjadi lebih baik. Air hujan akan
meresap sebagian kecil, kemudian mengalami perkolasi menuju muka airtanah. Sebagian kecil
lagi mengalir sesuai gaya grafitasi menuju batuan dasar yang lain (throughflow) atau dalam
peta mengalir kepada dataran aluvial. Sedangkan sebagian besar mengalami aliran permukaan
menuruni lereng menuju ke dataran rendah atau tepatnya pada dataran aluvial dan bermuara di
Sungai Dengkeng.
Hal yang tak jauh berbeda terjadi pada bukit batugamping di bagian utara daerah
penelitian. Batugamping yang memiliki porositas dan permeabilitas tinggi dapat meluluskan
dan mengalirkan air dengan baik, sehingga sebagian besar hujan yang jatuh ke permukaan
akan terinfiltrasi dan mengalami perkolasi hingga menuju muka airtanah, sedangkan sebagian
kecilnya mengalir secara throughflow ataupun mengalir berupa aliran permukaan.
Dari Peta Aliran Airtanah, terlihat bahwasanya titik tertinggi muka airtanah terdapat
pada puncak Bukit Pendul dan Bukit Semangu serta Bukit Gamping. Sedangkan titik muka
airtanah terendah terdapat pada daerah yang merupakan tekuk lereng dari Bukit Semangu dan
Bukit Gamping. Arah aliran relatif beragam, baik mengalir dari utara ke selatan, maupun
selatan ke utara atau bahkan timur ke barat. Untuk zona imbuhan, dapat ditandai dengan muka
airtanah tertinggi. Sedangkan zona luahan dapat ditandai dengan batas antara muka airtanah
yang turun secara drastis dan muka airtanah terendah.
bukit yang terletak di bagian utara daerah penelitian, yang termasuk dalam Desa Tawangrejo.
Maka, area imbuhan airtanah ini patut untuk dilakukan konservasi sesuai dengan arahan
pengelolaan (lihat Peta Zona Konservasi Airtanah).
4.1.5 Biopori
Biopori berfungsi untuk meningkatkan kemampuan lahan untuk meresapkan air ke
dalam tanah dan memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah. Secara teknis,
biopori merupakan lubang dengan diameter 10-15 cm dengan kedalaman vertikal ke dalam
tanah sekitar 80-100 cm. Biopori dapat diterapkan di daerah dengan topografi yang relatif
datar dan di dekat permukiman.
5.2. Saran
Saran yang dapat diambil dari penelitian mengenai upaya konservasi airtanah di Desa
Gunung Gajah dan Sekitarnya adalah sebagai berikut:
1. Perlunya studi lebih lanjut mengenai ketersediaan airtanah atau bahkan potensi airtanah di
Desa Gunung Gajah dan Sekitarnya, seperti dengan menggunakan teknik geofisika berupa
alat geolistrik dan atau pumping test demi memperoleh data underground atau
hidrogeologi yang rinci dan akurat. Apabila ketersediaan airtanah dihitung dengan
menggunakan metode yang sama dengan penelitian ini, maka diperlukan data penggunaan
lahan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, karena data penggunaan lahan berkaitan
dengan besar atau kecilnya estimasi limpasan permukaan.
2. Perlunya tinjauan lebih rinci mengenai upaya konservasi airtanah, yaitu pada teknik-teknik
instrumentasi konservasi. Misalnya pada teras bangku, teras gulud, sumur resapan, saluran
pembuangan air, biopori, pertanaman lorong, tanaman penutup dan drainase penghambat
10
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1987. Manuals and Reports on Engineering Practice. ASCE.
Anonim, 2002. SNI No: 03-2453-2002 Tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan, Jakarta.
Anonim, 2002. SNI No: 19-6728.1-2002 Tentang Penyusunan Neraca Sumber Daya- Bagian 1:
Sumber Daya Air Spasial, Jakarta.
Anonim, 2003. Stratigrafi dan Paleontologi. Departemen Pendidikan HMG UNPAD, Bandung.
Anonim, 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Anonim, 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah, Jakarta.
Anonim, 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 Pengelolaan Sumber Daya Air,
Jakarta.
Anonim, 2009. Dokumen Rencana Penataan Permukiman Desa Gununggajah Kecamatan Bayat
Kabupaten Klaten, District Management Consultant (DMC).
Anonim, 2011. Bayat Dalam Angka Tahun 2011, Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten.
Anonim, 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Klaten Tahun 2011 – 2031. Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Klaten.
Anonim, 2012. Modul Praktikum Geomorfologi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta, Yogyakarta.
Anonim, 2013. Buku Panduan Pemetaan Lahan dan Ekskursi Biogeofisik. Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.
Anonim, 2013. Suhu di Daerah Surakarta dan Sekitarnya tahun 2003-2012. Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika Pabelan Surakarta, Surakarta.
Anonim, 2014. Curah Hujan Rerata di Stasiun Bayat Tahun 2003-2012. Dinas Pekerjaan Umum
Bidang Sumber Daya Air Kabupaten Klaten, Klaten.
Anonim, 2014. Resapan Air Hujan Menjadi Air Tanah. www.biopori.com/ (diakses tanggal 9
Desember 2014). Tim Biopori IPB, Bogor.
Adi, Rahadryan Nugroho dan Setiawan, O., 2010. Penentuan Zonasi Tataguna Air Tanah di
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Balai Penelitian Kehutanan, Solo.
Agus, F. dkk., 2002. Pilihan Teknologi Agroforestri/ Konservasi Tanah untuk Areal Pertanian
Berbasis Kopi di Sumber Jaya, Lampung Barat. International Centre for Research in
Agroforestry, Australia.
Arsyad, S., 2010, Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Jakarta.
Bahagiarti, S. dkk., 2012. Perencanaan Konservasi. LPPM Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.
Bear J., 1979. Hydraulics of Groundwater. McGraw-Hill, Inc., New York.
Danaryanto dkk, 2005. Air Tanah di Indonesia dan Pengelolaannya. Departemen Energi dan
Sumberdaya Mineral, Jakarta.
Freeze, R Allan & Cherry John, A, 1979. Groundwater. Prentice-Hall, Inc., United States of
America.
Gustave, I.P., 2012. Standar Kebutuhan Air dan Komponen Unit SPAM.
Irham, M. dkk., 2006. Pengaruh Ukuran Butir terhadap Porositas dan Permeabilitas pada Batu
Pasir. Universitas Diponegoro, Semarang.
Kodoatie, R.J., 1996. Pengantar Hidrogeologi. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Kodoatie, R.J., 2012. Tata Ruang Air Tanah. Penerbit Andi, Yogyakarta.
11
Lidinillah. M, 2013. Kajian Tingkat Kesesuaian Lahan untuk Permukiman dan Kemampuan Lahan
untuk Pertanian di Desa Gunung Gajah dan Sekitarnya Kecamatan Bayat, Kabupaten
Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta,
Yogyakarta.
Pemerintah Desa Gunung Gajah, 2013. Data Monografi Desa Gunung Gajah, Klaten.
Pemerintah Desa Tawangrejo, 2013. Data Monografi Desa Tawangrejo, Klaten.
Prasetyadi, C. dan Indranadi, 2007. Evolusi Tektonik Paleogen Jawa Bagian Timur. Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta dan Institut Teknologi Bandung, Yogyakarta.
Pratiwi, Ira Mughni, 2013. Upaya Konservasi Mataair Berdasarkan Tingkat Kerentanan Mataair di
Sub-DAS Celeng, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.
Riastika, M., 2011. Pengelolaan Airtanah Berbasis Konservasi di Recharge Area Boyolali (Studi
Kasus Recharge Area Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah). Universitas Diponegoro, Semarang.
Schmidt FH., Ferguson JHA. 1951. Rainfall type based on wet and dry period ratio for Indonesia
with Western New Guinea. Kementerian Perhubungan, Jakarta.
Sjarief, R. dan Kodoatie, R.J., 2005. Permasalahan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Soepraptohardjo, 1961. Klasifikasi Tanah.
Subagyo, A.L., 2014. Pengaruh Kondisi Geologi terhadap Karakteristik Airtanah Daerah Panjatan
dan Sekitarnya, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulom Progo, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.
Sungkowo, A., 2014, Buku Panduan Penulisan Skripsi, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.
Suriani, Lilis, 2009. Perencanaan Penerapan Sumur Imbuhan air Hujan untuk Daerah
Permukiman sebagai Usaha Konservasi Airtanah di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman,
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta, Yogyakarta.
Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Umakaapa, R., 2012. Perencanaan Konservasi Airtanah berdasarkan Kekritisan Airtanah di DAS
Kedunglarangan, Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur. Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.
Yudistira, A., 2012. Kajian Potensi dan Arahan Penggunaan Airtanah untuk Kebutuhan Domestik
di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
1
2
3
4