Sei sulla pagina 1di 6

Terapi Musik Rebana Mampu Meningkatkan Kualitas Tidur Lansia

Iskim Luthfa1, Moch. Aspihan2


1,2
Fakultas Keperawatan, Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Email: iskimluthfa@unissula.ac.id

Abstract: Rebana Music Therapy Able to Improve Quality of Elderly Sleep. Sleep is a basic
human need that must be met. The need for sleep in the elderly ranges from 5-6 hours per day.
However, changes in body condition, physical and psychological health problems cause elderly at
risk of sleep disorders. Non-pharmacological interventions to overcome sleep disorders in the
elderly one of them by using music rebana. The use of rebana music as a therapy is similar to
occupational and physical therapy, able to stimulate the body to release epinephrine and
norepinephrine that make the body relax. This relaxed condition will improve the quality of elderly
sleep. The purpose of this study was to prove the use of music rebana as a therapy that can
improve the quality of sleep in the elderly. This research method was quasi-experiment with the
design of nonequivalent control group. The sample of this study was 56 elderly living in the
Pucang Gading Seni Social Service Unit of Semarang. The sample was divided into 28 elderly
intervention groups and 28 elderly control groups. Data were analyzed using Wilcoxon Signed
Rank test. The result of the research showed that in the intervention group the p-value value is
0.001 (less than ᾳ 0.05) with the percentage of 65%, whereas in the control group the p-value
value is 0.157 (greater than ᾳ 0.05) with the percentage of 9.99 %. In conclusion, music therapy
rebana can improve the quality of sleep in the elderly with high success.

Keywords: Rebana music, Sleep quality, Elderly

Abstrak: Terapi Musik Rebana Mampu Meningkatkan Kualitas Tidur Lansia. Tidur
merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Kebutuhan tidur pada lansia berkisar 5-
6 jam per hari. Namun perubahan kondisi tubuh, masalah kesehatan fisik dan psikologis
menyebabkan lansia beresiko mengalami gangguan tidur. Intervensi non farmakologis untuk
mengatasi gangguan tidur pada lansia salah satunya dengan menggunakan musik rebana.
Penggunaan musik rebana sebagai terapi mirip dengan terapi occupational dan fisik, mampu
merangsang tubuh untuk melepaskan epineprin dan norepineprin yang membuat tubuh menjadi
rileks. Kondisi rileks ini akan meningkatkan kualitas tidur lansia. Tujuan penelitian ini untuk
membuktikan penggunaan musik rebana sebagai terapi yang mampu meningkatkan kualitas tidur
padalansia. Metode penelitian ini merupakan quasi eksperimen dengan desain non equivalent
control group. Sampel penelitian ini sebanyak 56 lansia yang tinggal di Unit Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Pucang Gading Semarang. Sampel dibagi menjadi 28 lansia kelompok intervensi dan
28 lansia kelompok kontrol. Analisis data menggunakan Wilcoxon Signed Rank test. Hasil
penelitian menunjukkan pada kelompok intervensi nilai p-value sebesar 0,001 (lebih kecil dari ᾳ
0,05) dengan prosentase 65%, sedangkan pada kelompok kontrol nilai p-value sebesar 0,157 (lebih
besar dari ᾳ 0,05) dengan prosentase 9,99%. Kesimpulannya, Terapi musik rebana mampu
meningkatkan kualitas tidur pada lanjut usia dengan keberhasilan tinggi.

Kata kunci: Musik rebana, Kualitas tidur, Lansia

Tidur merupakan salah satu kebutuhan waktu tidur pada siang hari dan membutuhkan
dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan waktu lebih lama untuk dapat memulai tidur
fisiologis. Tidur sangat dibutuhkan bagi setiap (George, Z., 2008).
orang yang hidup di dunia, karena sangat penting Prevalensi gangguan tidur pada lansia
bagi kualitas hidup semua orang. Kebutuhan tidur cukup tinggi yaitu sekitar 40-50%, sekitar 19%
setiap orang akan berbeda-beda, pada lanjut usia lansia mengalami kesulitan tidur, 21 % tidur
membutuhkan durasi tidur 5-6 jam per hari terlalu sedikit, 24% kesulitan tidur sedikitnya 1
(National Sleep Foundation, 2007). Namun kali seminggu, dan 39% mengantuk berlebihan di
karena kondisi tubuhnya sebagian besar lansia siang hari (American Insomnia Association,
berisiko tinggi mengalami gangguan tidur yang 2002). Gangguan tidur yang berkepanjangan
khas, gangguan tersebut mencakup kebiasaan mengakibatkan penurunan kualitas tidur
tidur, terbangun pada dini hari, peningkatan (Silvanasari, 2013), yang akan berpengaruh pada

345
346 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 3, November 2017, hlm 345-350

perubahan-perubahan siklus tidur biologiknya, control group (Maltby, William, McGarry &
daya tahan tubuh menurun, prestasi kerja Day, 2010). Jumlah populasi sebanyak 85 orang,
menurun, mudah tersinggung, depresi, kurang dengan sampel sebanyak 56 responden yang
konsentrasi dan kelelahan. Kualitas tidur yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 28 lansia
buruk pada lansia terutama dipengaruhi oleh kelompok intervensi dan 28 lansia kelompok
masalah psikologis (stres dan kecemasan) kontrol. Besar sampel diambil menggunakan
(Silvanasari, 2013; Liambo, Zulaikha, & luthfa, rumus sample size, dengan teknik purposive
2014). sampling (Polit and Beck, 2006). Sampel yang
Stres dan kecemasan merupakan masalah diambil memiliki criteria berusia >45 tahun,
psikologis yang sering dialami oleh lansia. sudah tinggal di Unit Pelayanan Sosial minimal 1
Seseorang yang mengalami stres dapat tahun dan mengalami gangguan tidur minimal 1
menyebabkan perubahan pola tidur, kesulitan minggu terakhir.
mulai tidur, masuk tidur memerlukan waktu lebih Kelompok intervensi diberikan terapi
dari 60 menit, timbulnya mimpi yang musik rebana sebanyak 4 kali, masing-masing
menakutkan, mengalami kesulitan untuk bangun terapi diberikan selama 60 menit. Untuk
pagi hari, dan merasa badan tidak segar ketika kelompok kontrol tidak diberikan intervensi
bangun (Rafknowledge, 2004). apapun. Alat yang digunakan untuk terapi musik
Selama ini intervensi yang sering dipakai rebana menggunakan satu set rebana terdiri dari:
untuk mengatasi masalah gangguan psikologis 4 rembang, 7 tamborin, 3 jedorbesar, 2 bongo dan
pada lansia dengan penggunaan obat-obatan 8 icik-icik. Instrument penelitian untuk mengukur
(antidepresan), namun penggunaan obat ini kualitas tidur menggunakan Pittsburgh Sleep
memiliki efek samping seperti mual, muntah dsb. Quality Index (PSQI).
Penggunaan jangka panjang pun tidak dianjurkan Data kualitas tidur diambil pada saat pre
karena memiliki efek yang dapat menyebabkan intervensi dan post intervensi. Analisis data
masalah kesehatan lainnya (iatrogenesis) menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dengan
termasuk menyebabkan insomnia, kondisi ini derajat kemaknaan α<0,05.
justru menyebabkan lansia mengalami gangguan
tidur yang lebih parah. Hal ini tentunya
diperlukan intervensi lain yang tidak HASIL
membahayakan kesehatan lansia.
Hasil penelitian terdahulu yag pernah 1. KarakteristikResponden
dilakukan membuktikan bahwa masalah
psikologis (stres) dapat diturunkan melalui terapi Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
musik rebana (Luthfa, Sari, & Khasanah, 2015). Responden
Musik rebana merupakan musik yang bercirikan Intervensi Kontrol
islam, dengan nuansa sastra yang berisi rasa Variabel (n=28) (n=28)
syukur kepada Allah SWT dan puji-pujian f (%) F (%)
terhadap Nabi Muhammad SAW. Penggunaan Usia responden
musik rebana sebagai terapi mirip dengan terapi 45-54 7 25,0 9 32,1
55-64 13 46,4 10 35,7
occupational dan fisik. Musik rebana merupakan
> 65 8 28,8 9 32,1
terapi non invasiv yang mampu merangsang
Jenis kelamin
penurunan hormon kortisol yang dihilangkan Laki-laki 14 50,0 12 42,9
pada saat stres, dan meningkatkan pelepasan Perempuan 14 50,0 16 57,1
epineprine. Ketika tubuh dalam kondisi cemas
ataupun stres, dengan mendengarkan musik
rebana maka tubuh akan melepaskan epineprin 2. Kualitas Tidur Lanjut Usia
dan norepineprin yang mengakibatkan tubuh
menjadi rileks. Kondisi rileks ini akan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur
meningkatkan kualitas tidur pada lansia. Responden
Kelompok Pre Test Post Test
KualitasTidur KualitasTidur
METODE Baik Buruk Baik Buruk
Intervensi 8 20 21 7
Penelitian ini dilakukan di Unit (28,6%) (71,4%) (75,0%) (25,0%)
Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang. Kontrol 8 20 10 18
Rancangan penelitian menggunakan quasi (28,6%) (71,4%) (35,7%) (64,3%)
eksperiment dengan desain non equivalent
Luthfa, Terapi Musik Rebana Mampu Meningkatkan Kualitas Tidur Lansia 347

3. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test

Tabel 3. Perbedaan Rata-rata Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Pemberian Musik Rebana
Kelompok Data Mean Mean Selisih Z tabel (ᾳ 5%) Z Hitung p
Pre Test 0,7143 0,4643 1,96 -3,357 0,001
Intervensi
Post Test 0,2500
Pre Test 0,7143 0,0714 1,96 -1,414 0,157
Kontrol
Post Test 0,6429

PEMBAHASAN membutuhkan tidur sekitar 6 jam setiap harinya.


Namun karena kondisi fisik dan psikologis lansia
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan sering mengeluh tidak bisa tidur nyenyak,
bawah sadar dimana seseorang masih dapat episode tidur cenderung lebih singkat karena
dibangunkan dengan pemberian rangsang sering terbangun ketika tidur, dan memerlukan
sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton lebih banyak waktu untuk dapat tertidur kembali.
& Hall, 2006). Tidur merupakan kebutuhan Gangguan tidur pada lansia menurut Fitri (2009)
setiap manusia, karena sebagai cara untuk prevalensinya cukup tinggi yaitu sekitar 67%.
meningkatkan kesegaran tubuh setelah lelah Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa, data
beraktivitas. Tidur juga bermanfaat untuk awal sebelum diberikan intervensi dari 56
pemeliharaan kesehatan, karena pada saat tidur responden sebanyak 40 lansia (71,4%)
tubuh melakukan regenerasi sel sehingga mengalami gangguan pola tidur sehingga
membantu proses penyembuhan penyakit. memiliki kualitas tidur yang buruk.
Secara umum tidur dibagi menjadi dua Gangguan tidur sering disebabkan karena
tahap yaitu (1) Tahap satu Non Rapid Eye masalah psikologis yaitu perasaan cemas dan
Movement (NREM), NREM adalah tahap tidur stres karena pemenuhan kebutuhan hidup yang
yang tenang ditandai denyut jantung dan kurang (Ernawati & Sudaryanto, 2010). Hal ini
frekuensi pernafasan yang stabil dan lambat, serta sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang
tekanan darah yang rendah. NREM dibagi menunjukkan bahwa adanya hubungan antara
menjadi 4 stadium yaitu: Stadium 1 merupakan kecemasan lansia dengan kecenderungan
fase transisi antara kondisi sadar dan tertidur insomnia (Wiyono, 2009; Sohat, Bidjuani &
berlangsung sekitar 5 menit, ditandai dengan Kallo, 2014). Gangguan tidur pada lansia yang
mata bergerak lambat, aktivitas otot menurun, berkepanjangan akan mengakibatkan penurunan
dan mudah terbangun. Stadium 2 merupakan fase kualitas tidurnya yang akan berpengaruh terhadap
tidur pada tahap yang lebih dalam, ditandai kesehatan fisik, kemampuan kognitif dan juga
dengan detak jantung mulai melambat, kualitas hidup.
pergerakan bola mata terhenti, dan berlangsung Lansia yang berada dalam kondisi cemas
antara 10 sampai 30 menit. Stadium 3 dan 4 dan stres, maka tubuhnya akan mengalami
merupakan fase tidur pada tahap yang paling perubahan fisiologis yaitu terjadinya peningkatan
dalam dari tidur NREM, seseorang yang kerja pada organ jantung (denyut jantung
memasuki tahap ini akan sulit untuk meningkat), penyempitan pembuluh darah,
dibangunkan, tidak ada aktivitas dari mata dan peningkatan tekanan darah, organ paru
otot, kedua tahapan ini berlangsung selama 30 meningkat (pernafasan meningkat) dan
sampai 40 menit. sebagainya (Hunter & Gillen, 2009), kondisi
Setelah berada di stadium 4, sikus tidur seperti ini akan berpengaruh pada kualitas tidur
akan berulang kembali ke stadium sebelumnya lansia.
yaitu 3 dan 2, akhirnya akan masuk ke tahap tidur Intervensi untuk meningkatkan kualitas
yang kedua yaitu Rapid Eye Movement (REM). tidur pada lansia adalah dengan menghilangkan
REM merupakan tahap tidur yang sangat dalam, faktor penyebab yaitu mengatasi masalah
seseorang yang berada pada tahap ini bisa psikologis pada lansia (stres dan kecemasan).
merasakan mimpi yang tampak nyata (lucid Penelitian terdahulu sudah membuktikan bahwa
dream). REM berlangsung sekitar 70-90 menit. stres dan cemas pada lansia dapat diturunkan
Siklus tidur normal pada lansia umumnya dengan menggunakan terapi musik rebana
mengikuti pola berikut: kondisi sadar, stadium 1, (Luthfa, Sari, & Khasanah, 2015). Penggunaan
2, 3, 4, 3, 2, REM, dan bangun tidur. musik untuk menurunkan tingkat kecemasan dan
Kebutuhan istirahat tidur pada lansia stres sudah banyak dibuktikan oleh beberapa
berbeda dengan usia dewasa, lansia penelitian, antara lain musik mampu menurunkan
348 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 3, November 2017, hlm 345-350

tingkat kecemasan pada pasien perioperative dipentaskan dalam peristiwa-peristiwa yang


osteoarthritis (Ottaviani, Jean-Luc, Thomas & bersifat ritual.
Pascal, 2012); musik memberikan efek positif Musik rebana merupakan musik yang
terhadap tekanan darah, denyut jantung, bertemakan islami berisi puji-pujian kepada
pernafasan, kecemasan dan rasa sakit pada pasien Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, hal ini
yang memiliki penyakit jantung koroner sehingga sesuai dengan teori penuaan bahwa ketenangan
mampu meningkatkan relaksasi yang berdampak batin (perasaan damai) lansia dipengaruhi oleh
pada penurunan tingkat kecemasan selama sakit terpenuhinya kebutuhan spiritual.
(Dileo, 2009), musik dapat menurunkan stres Terapi musik rebana merupakan suatu
pada pasien yang menjalani prosedur layanan kesehatan yang mirip dengan terapi
kolonoskopi (Bechtold, Puli, Othman, Bartalos, occupational dan fisik. Terapi musik masuk
Marshall & Roy, 2009), dan musik sudah melalui stimulus intelektual di dalam otak dan
digunakan dalam management stres (Gao, 2007). langsung berpindah kealam bawah sadar, mampu
Berdasarkan penelitian sebelumnya meningkatkan hormon endorphin dan
penggunaan musik untuk mengatasi gangguan menurunkan hormon epineprin yang mampu
tidur sudah dibuktikan keberhasilannya. mempengaruhi fungsi fisiologis seperti
Nursalam dkk (2014) menggunakan musik pernafasan, detak jantung dan tekanan darah.
langgam jawa untuk membantu memenuhi Kondisi ini menyebabkan lansia akan merasa
kebutuhan tidur pada lansia di Panti Werdha lebih rileks dan nyaman dalam tidurnya (Potter &
Blitar, hasilnya menunjukkan keberhasilan Perry, 2007).
dengan nilai p-value sebesar 0,000. Sahanantya, Terapi musik rebana identik dengan
Armiyati dan Arif (2014) menggunakan musik kemeriahan musik, karena dimainkan dengan
klasik Mozart untuk meningkatkan kualitas tidur iringan terbang dan dinyanyikan secara bersama-
pada pasien stroke di RS, hasilnya menunjukkan sama, hal ini meningkatkan semangat hidup dan
keberhasilan dengan nilai p-value 0,000. sosialisasi. Menurut Djohan (2009) musik dapat
Astriawan (2016) menggunakan musik digunakan untuk memenuhi kebutuhan interaksi
instrumental kitaro untuk mengatasi gangguan sosial melalui aktivitas kelompok musik yang
tidur pada pasien rawat inap, dan menunjukkan berorientasi pada kesenangan secara emosional.
keberhasilan dengan nilai p-value sebesar 0,000. Terapi musik rebana memerlukan
Terapi musik memiliki efek yang berbeda- kepiawaian semua pemainnya untuk bersama-
beda pada setiap orang, namun yang dipilih sama memadukan bunyi pukulan gendang antara
sebagai terapi untuk mengatasi gangguan tidur DUNG dan TAK, sehingga terdengar lebih
pada lansia sebaiknya musik yang mendorong kompak dan ramai. Menurut Setiadarma (2009)
relaksasi, perasaan bergairah dan damai. Dalam salah satu manfaat musik sebagai terapi adalah
hal ini musik yang dipilih adalah musik rebana. self-mastery yaitu kemampuan mngendalikan
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang diri. Musik mengandung vibrasi energi yang
telah dilakukan, pada tabel 3 memperlihatkan mampu mengaktifkan sel untuk meningkatkan
perbedaan rata-rata kualitas tidur sebelum dan system kekebalan di dalam tubuh, meningkatkan
sesudah pemberian musik rebana pada kelompok serotonin untuk menurunkan hormon ACTH
intervensi dan kelompok kontrol, hasilnya pada (hormon stres).
kelompok yang diberi intervensi musik rebana
menunjukkan peningkatan kualitas tidur yang
cukup signifikan dengan nilai p-value 0,001 SIMPULAN
(<0,05) dan nilai selisih meannya 0,4643.
Sedangkan pada kelompok kontrol Hasil uji pada kelompok intervensi
(kelompok yang tidak diberikan intervensi), tabel didapatkan nilai Z hitung sebesar -3,357 (lebih
3 memperlihatkan bahwa kualitas tidur lanjut kecil dari nilai Z table sebesar 1,96), dan nilai p-
usia yang tidak diberi intervensi musik rebana value sebesar 0,001 (lebih kecil dari ᾳ 0,05). Hal
menunjukkan tidak ada perubahan kualitas tidur ini menunjukkan musik rebana mampu
dengan nilai p-value 0,0714(>0,05) dan nilai meningkatkan kualitas tidur pada lanjut usia.
selisih mean 1,96. Hasil uji pada kelompok kontrol
Musik rebana adalah jenis musik berasal didapatkan nilai Z hitung sebesar -1,414 (lebih
dari budaya arab, yang diperkirakan berkembang kecil dari nilai Z table sebesar 1,96), dan nilai p-
di Jawa sekitar abad XVI dibawa oleh para wali value sebesar 0,157 (lebih besar dari ᾳ 0,05). Hal
dan penyebar agama islam di Indonesia, ini menunjukkan kelompok kontrol yang tidak
selanjutnya berakulturasi dengan budaya lokal diberikan intervensi maka kualitas tidur lansia
(Susetyo, 2007). Permainan musik rebana sering tidak mengalami peningkatan.
Luthfa, Terapi Musik Rebana Mampu Meningkatkan Kualitas Tidur Lansia 349

SARAN mengalami peningkatan yaitu dengan


menggunakan musik rebana. Hasil penelitian ini
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dapat dikembangkan melalui penelitian lanjutan,
ada terapi yang secara non farmakologis dapat yang diarahkan untuk mencapai tujuan jangka
diaplikasikan untuk menangani gangguan tidur panjang yaitu peningkatan kualitas hidup lanjut
pada lanjut usia sehingga kualitas tidurnya usia.

DAFTAR PUSTAKA

American Insomnia Association. 2012. American Luthfa, Sari, & Khasanah, D. 2015. Pengaruh
Insomnia Association Treatment. Musik Rebana terhadap Tingkat Penurunan
http://www.americaninsomniaassociation.o Stres pada Lansia yang di Rawat di Panti
rg (Diakses 17 april 2016). Wredha Pucang Gading Semarang.
Astriawan, E. 2016. Pengaruh musik instrumental Nurscope. Volume 1 tahun 2015. ISSN.
kitaro terhadap kualitas tidur pasien rawat 2476-8987.
inap yang mengalami gangguan tidur di Maltby, William, McGarry & Day. 2010.
RSUD Ungaran. Skripsi. PSIK STIKES Research Methods for Nursing and
Ngudi Waluyo Ungaran. Healthcare. www.personed.co.uk. ISBN
perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/ 9780273718505.
4751 National Sleep Foundation. 2007. How much
Bechtold, M.L., Puli, S.R., Othman, M.O., sleep do we really need?.
Bartalos, C.R., Marshall, J.B, and Roy, http://www.sleepfoundation.org (Diakses
P.K. 2009. Effect of music on patients pada 17 april 2016).
undergoing colonoscopy: a meta-analysis Nursalam, Haryanto, J,. Indarwati, R. &
of randomized controlled trials. Dig Dis Wahyuni, E.D. 2014. Musik Langgam
Sci, 54(1):19–24 Jawa dalam Upaya Pemenuhan Kebutuhan
Dileo. 2009. Music for Stress and Anxiety Tidur Lansia.
Reduction in Coronary Heart Disease https://media.neliti.com/media/publications
Patients. Cochrane Database Syst Rev (2): /116629-ID.
CD006577. Ottaviani, Jean-Luc, Thomas, & Pascal. 2012.
Djohan, 2009. Terapi Musik Teori dan Effect of Music on Anxiety and Pain
Aplikasi.Yogyakarta: Galangpress. During Joint Lavage for Knee
Ernawati & Sudaryanto. 2010. Faktor-faktor yang Osteoarthritis. Clin Rheumatol. DOI
Berhubungan dengan Terjadinya Insomnia 10.1007/s10067-011-1925-9.
pada Lanjut Usia di Desa Gayam Polit, D F., & Beck, C.T. 2006. Essentials of
Kecamatan Sukoharjo. Berita Ilmu Nursing Research: Methods, appraisal,
Keperawatan, Vol. 3 No.2, Juni 2010. and utilization (6th ed). Philadelphia:
Fitri, M.Y. 2009. Gangguan Tidur Pada Lansia. Lippincot Williams & Walkims.
http//stikeskabmalang.wordpress.com Potter & Perry, 2007. Buku Ajar Fundamental
Gao. 2007. Managing Stress with Music: Issues Nursing. Konsep, Proses dan Praktik.
in Research. Australian Journal of Music Jakarta: EGC
Education. Rafknowledge. 2014. Insomnia dan Gangguan
George, Z. 2008. Differential Diagnosis and Tidur Lainnya. Jakarta: PT Elex Media
Evaluation of Sleepiness. Fishman’s Komputindo.
Pulmonary Diseases and Disorders, 4th Sahanantya, A.R., Armiyati, Y, dan Arif, S.
edition. New York: McGraw-Hill, 1727- 2014. Pengaruh Terapi Musik Klasik
34. Mozart terhadap Kualitas Tidur pada
Guyton, & Hall, d. 2006. Differential Diagnosis Pasien Stroke di Rumah Sakit Pantiwilasa
and Evaluation of Sleepiness. Fishman’s Citarum Semarang. Karya Ilmiah S.1
Pulmonary Diseases and Disorders, 4th Keperawatan, STIKES Telogorejo.
edition. New York: McGraw-Hill, 1727- http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.
34. php/ilmukeperawatan/article/view/256
Hunter &Gillen. 2009. Stress Coping Mechanism Setiadarma, 2009. Cerdas dengan Musik. Jakarta:
in Elderly Adults: an Initial Study of Pustaka Swara.
Recreational and Other Coping Behaviors Silvanasari. 2013. Faktor-faktor yang
in Nursing Home Patients. Berhubungan dengan Kualitas Tidur yang
350 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 3, November 2017, hlm 345-350

Buruk pada Lansia di Desa Wonojati Wiyono, W. 2009. Hubungan Antara Tingkat
Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Kecemasan dengan Kecenderungan
Universitas Jember. Skripsi, Prodi Insomnia pada Lansia di Panti Wredha
Keperawatan, Universitas Jember. Dharma Bakti Surakarta. Skripsi, Fakultas
http://repository.unej.ac.id/handle/1234567 Ilmu Kesehatan, Universitas
89/3229. Muhammadiyah Surakarta.

Potrebbero piacerti anche