Sei sulla pagina 1di 8

PERILAKU BULLYING PADA ANAK DAN REMAJA

Sugiariyanti
Program Studi Psikologi Universitas Negeri Semarang

ABSTRACT
Bullying is a common issue in elementary and secondary schools, but it presents a serious threat
to a healthy development during the school career. Bullying in school is a pervasive social
problem in which children exploit power imbalances in order to dominate and harm others
physically, socially, or emotionally.
Individual characteristics in a certain developmental stage affect their behavior, so the goal o f this
study is trying to describe bullying among children and adolescents in school contexts. Our
objectives were to compare bullying among children in elementewy schools and adolescents in
high schools fo r the following: frequency and type o f bullying: the location where the bullying
occurs; percentages o f children and adolescents who identified as bullies, victims, and bystanders
in bullying events; children and adolescents knowledge at bullying.
The samples o f this study were children in elementary school Grade VI and adolescents in high
school Grade HI by cluster random sampling technique. The instruments were two types of
questionnaires; the one with pictures was fo r children and the one without pictures was for
adolescents samples.
The results o f this study described children and adolescents bullying in schools fo r the following :
1) Physically bullying was the most type of bullying that occured in children. Verbal bullying war
the most type o f bullying that occured in adolescents. 2) The location where the bullying occured
the most was the classroom either in children or adolescents. 2) Students who identified as bullies
were 8% o f the children samples and 5% o f the adolescents samples. There was no difference
percentage o f students who identified as victims, it was 3% o f the children samples and also 3% o f
the adolescents samples. Students who identified as bystanders were 24% o f the children samples
and 22% o f the adolescents samples. 4) The category o f knowledge level at bullying in children
samples were 70% at average, 25% at low and 5% at high. The category o f knowledge level at
bullying in adolescents samples were 90% at average, 5% at low a n d 5% at high.

Keywords : bullying children, adolescents, school

Di seluruh dunia, fenomena btdlying bullying dengan istilah penggencetan,


merupakan suatu hal yang umum di sekolah pemalakan, pengucilan, intimidasi dan lain-lain
dasar maupun menengah padahal sesuai dengan (http-y/wwwantara.coid).
Piagam Hak Asasi Anak-Anak PBB, siswa Perilaku im kurang mendapat perhatian,
memiliki hak untuk merasa aman dan untuk bahkan ada pihak-pihak yang tidak
memperoleh pendidikan. Fenomena ini muncul menganggapnya sebagai hal yang serius. Padahal
dalam interaksi sosial di antara teman sebaya. menurut beberapa peneliti (dalam Veenstra et al,
Anak-anak (khususnya pada masa kanak akhir) 2005) bullying menimbulkan ancaman serius
dan remaja menghabiskan waktu minimal 6 jam terhadap perkembangan yang sehat selama masa
sehari di sekolah sehingga interaksi dengan sekolah. Pelaku btdlying (disebut Bully) berisiko
teman sebaya serta guru menjadi bagian yang tinggi terlibat dalam kenakalan remaja,
tidak terpisahkan dari mereka. kriminalitas dan penyalahgunaan alkohol.
Istilah btdlying menurut laporan Konsekuensi negatif dalam jangka panjang juga
SEJIWA (Yayasan Semai Jiwa Amini) belum terjadi pada korban bullying (disebut Victim)
banyak dikenal di Indonesia, kendati fenomena di mana secara umum korban berisiko tinggi
btdlying telah lama menjadi bagian dari dinamika mengalami depresi dan harga diri yang rendah
kehidupan di sekolah-sekolah negeri ini. saat masa dewasa. Bullying di antara anak-anak
Sebenarnya btdlying dapat ditemukan dimana- dan remaja merupakan masalah penting yang
mana antara lain “ketika ada sejumlah orang mempengaruhi kesejahteraan dan fungsi
yang merasa punya kekuasaan menemukan pihak psikososial.
lain untuk dikuasai”. Orang lebih mengenal
Vol 1 No, 2 Jurnal Ilmiah In tu is i 101
Hasil konsultasi dengan anak-anak yang 4. Mengetahui pemahaman anak dan remaja
dilakukan SEJIWA di 18 propinsi di Indonesia, tentang perilaku bullying di lingkungan
yang dilakukan pada tahun 2005 memperlihatkan sekolah.
bahwa sekolah dapat menjadi tempat yang 5. Mendeskripsikan perbedaan perilaku bullying
berbahaya bagi anak-anak karena banyak ragam pada anak dan remajadi lingkungan sekolah.
kekerasan terjadi di sekolah
(http:// www. antara.co.idl M anfaat Penelitian
Tim Fakultas Psikologi Universitas 1. Berdasarkan hasil penelitian ini pihak sekolah
Indonesia (Djuwita, 2006) menemukan bahwa dan yang terkait mendapat gambaran
bullying yang terjadi pada remaja di SMA adalah mengenai perilaku bullying yang terjadi di
group bullying, dan gejala ini lebih banyak sekolah mereka secara spesifik dari jenis,
terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor jumlah, frekuensi maupun lokasi.
dan Bandung. Perilaku bullying menjadi tradisi 2. Pihak sekolah maupun guru juga
yang berlangsung terus menerus karena remaja mendapatkan bahan referensi untuk
mencari identitas diri melalui penggabungan diri merekomendasikan dan melakukan
dalam kelompok teman sebayanya, menjadikan pendekatan atau strategi yang efektif untuk
kelompok sebaya (dalam hal ini siswa senior) mengurangi perilaku bullying pada semua
sebagai model. Remaja bersedia diperlakukan siswa baik di tingkat SD maupun SMA.
sebagai korban karena remaja butuh identitas 3. Bagi para siswa, hasil penelitian ini menjadi
sosial sehingga mereka menerima saja segala informasi bagi mereka agar bisa mengambil
perlakuan yang diberikan oleh kelompok teman sikap yang sesuai demi terciptanya
sebayanya. lingkungan sekolah yang aman dan nyaman
Setiap sekolah memiliki masalah dengan bagi semua siswa.
perilaku bullying dari siswa, baik masih tingkat 4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini
ringan, sedang, maupun berat Berdasarkan dapat digunakan untuk menyusun dan
lembaga pendidikannya juga bervariasi mulai menguji cobakan metode atau strategi untuk
dari SD, SMP, SMA/sederajat bahkan mengurangi perilaku bullying pada anak dan
pendidikan tinggi. Siswa bisa menjadi pelaku remaja di sekolah.
bullying terhadap siswa lain, menjadi
target/korban bullying dari siswa lain, atau TINJAUAN PUSTAKA
menjadi saksi peristiwa bullying yang terjadi di A. Perilaku bullying
lingkungan sekolahnya. 1. Pengertian Perilaku bullying
Berdasarkan fenomena di atas dan a. Veenslra et al (2005)
bahwa karakteristik individu pada tahap Agresi yang berulang-ulang, yang
perkembangan tertentu mempengaruhi pola dilakukan seseorang atau lebih dengan
perilakunya, maka permasalahan yang akan maksud menyakiti atau mengganggu
diteliti adalah bagaimana gambaran perilaku orang lain secara fisik (memukul,
bullying pada anak dan remaja, sesuai dengan menendang, mendorong, mengambil
karakteristik mereka masing-masing dalam atau merebut sesuatu milik orang lain),
konteks lingkungan sekolah. secara verbal (mengejek, mengancam)
atau secara psikologis (mengeluarkan
Tujuan Penelitian dari kelompok, mengisolasi, menyebar
1. Mengetahui jenis dan frekuensi tiap jenis gosip).
perilaku bullying pada anak dan remaja di b. Olweus (dalam Slater&Bremner, 2003)
lingkungan sekolah. > Perilaku agresif atau perilaku yang
2. Mengidentifikasi lokasi terjadinya perilaku bermaksud menyakiti.
bullying pada anak dan remaja di lingkungan > Dilakukan secara berulang-ulang
sekolah. dan terus menerus.
3. Mengetahui jumlah siswa yang berperan > Dalam sebuah hubungan
sebagai pelaku, korban maupun saksi dalam interpersonal yang ditandai oleh
perilaku bullying di sekolah. ketidakseimbangan kekuatan.
> Perilaku ini seringkah muncul tanpa
adanya provokasi yang nyata.
c.Djuwita (2006) ■ Menampakkan takut disakiti atau
Mengemukakan pendapat dengan takut menyakiti diri sendiri
menyimpulkan pengertian dari beberapa ■ Umumnya berhati-hati, pemalu,
ahli, bahwa yang dimaksud btdlying sensitif, pendiam dan pasif
atau peer victimization adalah bentuk- ■ Gelisah, merasa tidak aman dan
bentuk perilaku di mana terjadi tidak gembira
pemaksaan atau usaha menyakiti secara ■ Cenderung mempunyai konsep
psikologis ataupun fisik oleh seseorang diri yang negatif dan sulit
atau sekelompok orang yang lebih menonjolkan diri
“kuat” terhadap seseorang atau Tim Yayasan SEJIWA (2008)
sekelompok orang yang lebih “lemah”, menjelaskan bahwa dalam situasi bullying
dan dilakukan dalam sebuah kelompok ada satu peran lagi, yaitu saksi atau
misalnya siswa satu sekolah. penonton bullying. Karakteristik saksi
Rey (2002) mengemukakan bahwa (bystander) ada dua macam:
bullying merupakan salah satu masalah a. Saksi aktif
umum di sekolah, meskipun jumlah ■ Aktif menyoraki dan turut
bullying berkurang selama masa remaja, menertawakan korban bullying.
efeknya lebih destruktif pada masa • Memberi validasi dan legitimasi
tersebut karena adanya kebutuhan bagi pelaku bullying untuk beraksi.
remaja untuk diterima oleh teman ■ Mendukung atau memotivasi pelaku
sebaya. Remaja laki-laki lebih terbuka untuk semakin merajalela.
terhadap bullying dan cenderung b. Saksi pasif
menjadi pelaku (bully) daripada remaja ■ Memilih diam karena alasan takut
perempuan. Menurutnya penyebab atau demi keselamatannya sendiri.
bullying adalah: (1) Budaya sekolah, (2) ■ Bersikap acuh tak acuh karena
Sikap guru mengabaikan, memaafkan menurutnya hal itu bukan urusannya.
atau bahkan mendukung agresi. Atau 2. Jenis-jenis Bullying
sikap mereka secara jelas menentang Ada beberapa jenis atau wujud
perilaku tersebut, (3) Kepribadian dan bullying, tapi secara umum dapat
atribut fisik Bully. dikelonq>okkan menjadi tiga kategori:
1. Karakteristik Bullying bullying fisik, verbal dan psikologis.
Berns (2004) mengungkapkan Seperti yang dijelaskan Tim Yayasan
bahwa Bully mai^un Victim mempunyai SEJIWA (2008) berikut ini:
karakteristik tertenta a.Bullying Tisik
a. Karakteristik Pelaku {Bully) Adalah jenis bullying yang kasat mata,
■ Mempunyai kebutuhan untuk siapapun bisa melihatnya karena terjadi
merasa berkuasa dan unggul sentuhan atau kontak fisik antara pelaku
■ Biasanya secara fisik lebih kuat dan koibannya. Contoh: menampar,
daripada teman sebayanya menendang, meludahi, melempar
■ Impulsif, mudah marah dan dengan barang, mengancam dengan
frustrasi menggunakan senjata,
■ Umumnya pembangkang, tidak b.Bullying verbal
patuh pada aturan dan agresif Adalah jenis bullying yang juga bisa
■ Menunjukkan empati yang terdeteksi karena melalui kata-kata dan
kurang terhadap orang lain dan bisa tertangkap indera pendengaran kita.
terlibat dalam perilaku anti sosial Contoh: memaki, menghina, menuduh,
■ Cenderung mempunyai konsep menebar gosip, memfitnah, mengejek.
diri yang relatif tinggi c. Bullying p si kologjs
b. Karakteristik Korban ( Victim) Adalah jenis bullying yang berbahaya
■ Secara fisik lebih lemah daripada karena tidak tertangkap mata atau
teman sebaya, kondisi fisik tidak telinga kita jika tidak cukup peka untuk
baik mendeteksinya. Jenis ini terjadi diam-
diam dan di luar pemantauan guru.

V ot 1 No, 2 Jurnal Ilmiah Psikologi intuisi 103 ■


Contoh: memandang sinis, memandang dampak negatif bullying masih belum
penuh ancaman, mendiamkan, disadari sepenuhnya oleh para guru. Hasil
mengucilkan, mencibir, meneror lewat survey SEJIWA pada guru-guru di tiga
pesan pendek telepon genggam atau e- SMA pada dua kota besar di Pulau Jawa
mail. menunjukkan bahwa 18,3% guru (sekitar
4. Penelitian Bullying 1 dari 5 guru) menganggap bahwa
Schafer, et al (2005) melaksanakan penggencetan dan olok-olok adalah hal
penelitian untuk memprediksi peran biasa dalam kehidupan remaja dan tidak
bullying selama periode 6 tahun dengan perlu diributkan. Sebanyak 27,5% guru
konteks yang berbeda yaitu saat SD dan (sekitar 1 dari 4 guru) berpendapat bahwa
SMP. Hasilnya adalah peran bully di sesekali mengalami penindasan tidak akan
Sekolah Dasar berisiko tetap ada di berdampak buruk pada kondisi psikologis
Sekolah Menengah sedangkan victim di siswa. Akibat kurang menyadari dampak
kelas-kelas Sekolah Dasar dengan tingkat negatif tersebut, para guru tidak secara
struktur hirarkis yang lebih tinggi terbukti efektif mengatasi masalah bullying di
stabil dengan peran mereka atau tetap sekolah. Bahkan ada kalanya para guru
berisiko menjadi victim di Sekolah juga melakukan bullying pada siswa
Menengah, sementara peran victim dalam rangka mendidik dan menegakkan
dengan struktur hirarkis rendah terbukti disiplin (http://www.antara.co.id).
tidak stabil.
Newman-Carlson & Home (2004) B. Anak dan Remaja
melakukan penelitian eksperimen Periode perkembangan meliputi periode
terhadap para guru. Hasil penelitiannya pra-kelahiran, masa bayi, masa awal anak-anak,
menunjukkan bahwa program perlakuan masa pertengahan dan akhir anak-anak, masa
yang diberikan kepada para guru secara remaja, masa awal dewasa, masa pertengahan
efektif meningkatkan pengetahuan guru dewasa, dan masa akhir dewasa. Sesuai dengan
dalam penggunaan keterampilan subyek penelitian ini maka akan dijelaskan dua
intervensi, efikasi diri personal guru dan periode sebagai berikut (Santrock, 2002):
efikasi diri yang beihubungan dengan Masa pertengahan dan akbir anak-
menghadapi anak-anak tipe khusus dan anak ialah periode perkembangan yang
mengurangi bullying di mang kelas yang merentang dari usia kira-kira 6 hingga 11 tahun,
dinilai melalui acuan kedisiplinan. yang kira-kira setara dengan tahun-tahun sekolah
Masalah bullying telah diteliti dasar (SD). Pada masa ini anak secara formal
secara detail di Norwegia, 15% dari anak- berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan
anak yang berusia 7 - 1 6 tahun terlibat kebudayaannya. Prestasi menjadi tema yang
dalam ongoing bullying, baik sebagai lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian
pelaku maupun korban (Rey, 2002). Dan diri mulai meningkat
Olweus pada tahun 1995 (dalam Bee & Masa rem aja ialah periode
Bpyd, 2007) telah melakukan penelitian perkembangan transisi dari masa anak-anak
paling signifikan terhadap pelaku dan hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada
korban bullying. Penelitiannya di Swedia usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir
mengindikasikan bahwa sebanyak 9% pada usia 18 hingga 22 tahun. Pada masa ini
anak-anak SD menjadi korban secara pencapaian kemandirian dan identitas sangat
regular, sementara 7% dapat disebut menonjol; pemikiran semakin logis, abstrak, dan
pelaku bullying, persentase ini idealistis; dan semakin banyak waktu diluangkan
dikonfirmasi dalam penelitian di negara- di luar keluarga.
negara lain misalnya Peny, Kusel,&Perry
pada tahun 1988. METODE PENELITIAN
Survei yang dilakukan SEJIWA
juga menyimpulkan bahwa peran guru Penelitian ini merupakan penelitian
sangat diperlukan untuk mengatasi deskriptif, maka tidak terdapat variabel terikat
bullying dan menciptakan lingkungan dan variabel bebas. Variabel dalam penelitian ini
yang positif di sekolah, namun sayang
adalah: Perilaku bullying dan fase 4% sekali seminggu dan 0% lebih
perkembangan, yaitu anak dan remaja di sekolah. dari sekali dalam seminggu.
Perilaku Bullying adalah bentuk-bentuk b.Remaj a
perilaku di mana terjadi pemaksaan atau usaha > Frekuensi perilaku bullying jenis
menyakiti secara fisik, verbal maupun psikologis fisik yang terjadi pada remaja di
oleh seseorang atau sekelompok orang yang sekolah menunjukkan bahwa 73%
lebih “kuat” terhadap seseorang atau sekelompok tidak pernah, 24% kadang-kadang,
orang yang lebih “lemah”, dan dilakukan dalam 3% sekali seminggu dan 0% lebih
sebuah kelompok misalnya siswa satu sekolah. dari sekali dalam seminggu.
Dilihat dari jenis bullying, frekuensi tiap jenis > Frekuensi perilaku bultying jenis
bullying itu terjadi, lokasi terjadinya, jumlah verbal yang terjadi pada remaja di
pelaku, korban maupun saksi perilaku bullying. sekolah menunjukkan bahwa 58%
Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam tidak pernah, 37% kadang-kadang,
penelitian ini adalah angket atau kuesioner. 3% sekali seminggu dan 2% lebih
Populasi dalam penelitian ini adalah dari sekali dalam seminggu.
anak-anak yang menjadi siswa Sekolah Dasar > Frekuensi perilaku bullying jenis
dan remaja yang menjadi siswa S MA di kota psikis yang terjadi pada remaja di
Semarang. Sampel dalam penelitian ini adalah sekolah menunjukkan bahwa 77%
siswa SD kelas VI sebanyak 40 orang dan siswa tidak pernah, 17% kadang-kadang,
SMA kelas III sebanyak 40 orang. Penentuan 4% sekali seminggu dan 2% lebih
sampel dengan tekni k cluster random sampling. dari sekali dalam seminggu.
Analisa data dilakukan secara deskriptif
kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskriptif 2. Lokasi terjadinya bullying
dengan penyajian data dalam bentuk angka a. Anak
dalam tabel maupun grafik sederhana, kemudian Lokasi terjadinya perilaku bullying pada
dianalisis dengan menggunakan perhitungan anak di sekolah menunjukkan bahwa
persentase, rata-rata atau rasio. Analisis kualitatif 62% di ruang kelas, 20% di halaman
digunakan untuk menjelaskan dinamikanya. sekolah, 8% dalam perjalanan ke / dari
Berdasarkan deskripsi tersebut kemudian akan sekolah, 5% di kantin dan 5% lokasi
diketahui gambaran perbedaan (komparasi) dari lainnya (kamar mandi, ruang guru).
perilaku bullying pada anak dan remaja. b. Remaj a
Lokasi terjadinya perilaku bullying pada
HASIL DAN PEMBAHASAN remaja di sekolah menunjukkan bahwa
47% di ruang kelas, 22% dalam
A. Hasil Penelitian perjalanan ke / dari sekolah, 15% di
1. Jenis dan frekuensi tiap jenis bullying halaman sekolah, 13% di kantin dan 3%
a. Anak lokasi lainnya (kamar mandi, ruang
> Frekuensi perilaku bullying jenis guru).
fisik yang terjadi pada anak di
sekolah menunjukkan bahwa 61% 3. Jumlah pelaku Ibully, korban dan saksi
tidak pernah, 36% kadang-kadang, perilaku bullying
2% sekali seminggu dan 1% lebih a. Anak
dari sekali dalam seminggu. Peran yang muncul saat terjadi perilaku
> Frekuensi perilaku bullying jenis bullying pada anak di sekolah
verbal yang terjadi pada anak di menunjukkan bahwa 39% betperan
sekolah menunjukkan bahwa 68% sebagai Bully, Korban maupun Saksi,
tidak pernah, 28% kadang-kadang, 24% berperan sebagai Saksi, 13%
3% sekali seminggu dan 1% lebih berperan sebagai Korban dan Saksi, 8%
dari sekali dalam seminggu. sebagai Bully, 8% tidak tahu akan
> Frekuensi perilaku bullying jenis perannya, 5% sebagai Bully dan Saksi,
psikis yang terjadi pada anak di dan 3% sebagai Korban.
sekolah menunjukkan bahwa 89%
tidak pernah, 7% kadang-kadang,

Vol, 1 No. 2 Jurnal Ilmiah Psikologi


b.Remaja tahu perannya dalam situasi bullying
Peran yang muncul saat terjadi perilaku di mana pada remaja lebih banyak
bullying pada remaja di sekolah (15% dari sampel) daripada anak (8%
menunjukkan bahwa 44% berperan dari sampel).
sebagai Bully, Korban maupun Saksi, > Anak-anak masih banyak yang
22% berperan sebagai Saksi, 15% tidak pemahamannya rendah (25% dari
tahu akan perannya, 8% berperan sampel) dibandingkan remaja (5% dari
sebagai Korban dan Saksi, 5% sebagai sampel).
Bully, 3% sebagai Bully dan Saksi, dan
3% sebagai Korban. B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang
4. Tingkat pemahaman terhadap perilaku telah dijelaskan di atas,kita memperoleh
bullying gambaran bahwa perilaku bullying pada anak
a. Anak dan remaja secara umum tidak jauh berbeda,
Tingkat pemahaman perilaku bullying dalam arti bahwa perilaku ini ternyata terjadi
pada anak di sekolah menunjukkan baik pada anak di tingkat Sekolah Dasar
70% Subyek pemahamannya termasuk maupun pada remaja di tingkat Sekolah
kategori Sedang, 25% Subyek Menengah Atas. Hal ini mendukung
pemahamannya termasuk kategori pendapat para ahli dan peneliti masalah
Rendah dan 5% Subyek bullying.
pemahamannya termasuk kategori Berdasarkan jenis bullying, hasil
Tinggi. penelitian menunjukkan bahwa pada sampel
b. Remaja anak perilaku bullying jenis fisik merupakan
Tingkat pemahaman perilaku bullying perilaku yang paling banyak terjadi,
pada remaja di sekolah menunjukkan sedangkan pada remaja yang paling banyak
90% Subyek pemahamannya termasuk terjadi adalah perilaku bullying jenis verbal.
kategori Sedang, 5% Subyek Apabila kita melihat dari aspek
pemahamannya termasuk kategori frekuensi, memang perilaku-perilaku yang
Rendah dan 5% Subyek pemahamannya termasuk bullying terjadi kurang dari 50%
termasuk kategori Tinggi. dari jumlah indikator perilaku bullying yang
disampaikan dalam instrumen penelitian ini.
5. Perbedaan perilaku bullying pada anak Sebagian besar Subyek baik anak maupun
dan remaja remaja menyatakan tidak pernah melakukan /
> Pada anak, jenis bullying yang mengalami / menyaksikan perilaku-perilaku
frekuensinya tertinggi adalah fisik tersebut Hal ini terjadi mungkin karena
(39%) sedangkan pada remaja jenis tingkat pemahaman Subyek mengenai
bullying yang frekuensinya tertinggi perilaku bullying yang cenderung sedang
adalah verbal (42%). Urutan kedua saja ( pada anak 70%, pada remaja 90%)
pada anak adalah bullying jenis verbal bahkan pada anak tingkat pemahamannya
(32%) sedangkan pada remaja adalah ada yang rendah sebanyak 25%.
bullying jenis fisik (27%). Perilaku bullying paling sering terjadi
> Frekuensi tertinggi lokasi terjadinya di ruang kelas baik pada anak (62%) maupun
bullying baik pada anak maupun remaja (47%) di sekolah, namun anak
remaja adalah ruang kelas. Perbedaan melaporkan halaman sekolah menjadi lokasi
yang bisa kita temukan adalah pada kedua dimana paling sering terjadi bullying
anak lokasi di halaman sekolah lebih (20%) sedangkan remaja melaporkan
banyak dibandingkan di perjalanan perjalanan ke / dari sekolah menjadi lokasi
ke/dari sekolah, sedangkan pada kedua terjadinya bullying (22%).
remaja lokasi dalam perjalanan ke/dari Peran Subyek penelitian dalam situasi
sekolah lebih banyak daripada di bullying terdiri dari beberapa macam, tidak
halaman sekolah hanya berperan sebagai Bully saja, Korban
> Ada perbedaan yang menonjol adalah saja atau Saksi saja. Persentase
pada banyaknya subyek yang tidak
terbesar baik pada anak maupun remaja kategori sedang, 25% pemahamannya
menunjukkan sebanyak 39% sampel anak rendah dan 5% dari sampel
dan 44% sampel remaja menyatakan mereka pemahamannya termasuk tinggi. Sebesar
pernah menjadi Bully, Korban maupun Saksi. 90% dari sampel remaja pemahamannya
Persentase terkecil adalah peran sebagai termasuk kategori sedang, 5% tinggi dan
Korban bullying dimana pada sampel anak 5% rendah.
maupun remaja sama sebanyak 3%. Satu hal 5. Perbedaan perilaku bullying pada anak
yang membedakan adalah bahwa sampel dan remaja di antaranya adalah:
remaja lebih banyak yang tidak mengetahui aJenis bullying yang frekuensinya
perannya dalam situasi bullying (yaitu tertinggi pada anak adalah fisik (39%)
sebesar 15%) daripada sampel anak yang sedangkan pada remaja jenis bullying
sebesar 8%. yang frekuensinya tertinggi adalah
verbal (42%). Urutan kedua pada anak
KESIMPULAN DAN SARAN adalah bullying jenis verbal (32%)
sedangkan pada remaja adalah bullying
A. Kesimpulan jenis fisik (27%).
Berdasarkan temuan-temuan dalam b.Lokasi paling banyak terjadinya
penelitian ini maka dapat diberikan beberapa bullying pada anak adalah di halaman
kesimpulan sebagai berikut: sekolah daripada di perjalanan ke/dari
1. Jenis perilaku bullying pada anak yang sekolah, sedangkan pada remaja lokasi
paling banyak terjadi adalah bullying fisik dalam perjalanan ke/dari sekolah lebih
13%, verbal 11% dan psikis 4%. Pada banyak daripada di halaman sekolah.
remaja yang paling banyak terjadi adalah cJumlah siswa yang tidak tahu perannya
bullying verbal 14%, fisik 9% dan psikis dalam situasi bullying pada remaja lebih
8 %. banyak (15% dari sampel) daripada
2. Lokasi pertama terjadinya perilaku anak (8% dari sampel).
bullying pada anak maupun remaja paling d.Tingkat pemahaman anak tentang
banyak di ruang kelas. Sebesar 62% perilaku bullying masih banyak yang
sampel anak dan 47% sampel remaja rendah (25% dari sampel) dibandingkan
menyatakan hal tersebut. Lokasi kedua remaja ( yang pemahamannya rendah
terjadinya perilaku bullying berbeda, 20% hanya 5% dari sampel).
sampel anak menyatakan di halaman
sekolah sedangkan pada remaja sebesar B. Saran
22% menyatakan lokasinya di perjalanan 1. Pihak sekolah dan guru memberi
menuju ke sekolah atau pulang dari sosialisasi atau informasi yang benar dan
sekolah. komprehensif mengenai bullying agar
3. Jumlah siswa yang berperan sebagai pemahaman siswa mengenai perilaku ini
pelaku/6u//y saja hanya 8% dari sampel lebih meningkat.
anak dan 5% dari sampel remaja.. Peran 2. Pihak sekolah dan guru merancang dan
sebagai korban sama besarnya baik pada melakukan strategi yang efektif untuk
anak maupun remaja, yaitu 3% dari mengurangi perilaku bullying pada siswa,
sampel. Peran sebagai Saksi berada di misalnya melalui pengawasan pada waktu
urutan kedua terbanyak baik pada anak yang tidak diduga di lokasi yang
maupun remaja, besarnya juga hampir berpotensi terjadi bullying, seperti di
sama yaitu 24% dari sampel anak dan ruang kelas saat jam istirahat atau jam
22% dari sampel remaja. Persentase kosong, di kantin, di kamar mandi /WC,
terbesar adalah siswa yang mempunyai dan lainnya.
tiga peran yaitu sebagai pelaku/ bully, 3. Siswa ikut berpartisipasi aktif dalam
korban dan saksi. Jumlah siswa yang program anti bullying atau bentuk strategi
berperan seperti ini sebesar 39% pada lainnya yang dirancang bersama untuk
anak dan 44% pada remaja. meningkatkan kesadaran akan pentingnya
4. Tingkat pemahaman anak tentang lingkungan sekolah yang bebas dari
perilaku bullying sebesar 70% termasuk bullying.

VoL 1 No. 2 Jurnal Ilmiah Psikologi


4. Peneliti selanjutnya yang tertarik pada Santrock, J.W. 2002. Life Span: Perkembangan
tema bullying sebaiknya memperluas Masa Hidup. Edisi 5. Jilid I. Jakarta;
cakupan subyek penelitian agar gambaran Erlangga.
yang didapat semakin lengkap dan akurat Schafer, M .,Kom, S., Btodbeck.F.C., Wolke, D.
& Schulz, H. 2005. Bullying roles in
DAFTAR PUSTAKA changing contexts : The stability o f
victim and bully roles from primay to
Bee, H. L. & Boyd, D. 2007. The Developing secondary school. International Journal
Child. 11"1ed. USA : Pearson Education o f Behavioral Development. 29 (4) 323-
,Inc. 335.
Bems, R M . 2004. Child, Family, School, Slater, A. & Bremner, J.G. 2003. Introduction to
Community: Socialization and Support, Developmental Psychology. USA:
(f' ed. USA: Wadsworth Thomson Inc. Blackwell Publishing Ltd.
Djuwita, R. 29 April 2006. Kekerasan Tim Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA).
Tersembunyi di Sekolah: Aspek-aspek 2008. Bullying: Mengatasi Kekerasan
Psikososial dari Bullying. Makalah. di Sekolah dan Lingkungan. Jakarta: PT
Diperoleh 26 Oktober 2006 dari Grasi ndo.
http://www.ditDlb.or.id Veenstra, R., Lidenberg, S., Winter, A F .,
Newman-Carlson, D. & Home, A.M. 2004. Oidehinkel, A. J , Verhulst, F.C.,
Bully Busters : A Psychoeducational Ormel,J. 2005. Bullyingg and
Intervention for Reducing Bullying Victimization in Elementary Schools: A
Behavior in Middle School Students. Comparison o f Bullies, Victims,
Journal of Counseling and Bully/Victims, and Uninvolved
Development. 82, 3, 259-267. Preadolescents. Developmental
Rey, J. 2002. More than just the blues : Psychology. 41,4,672-682.
Understanding Serious Teenage ...... .....http://www.antara.co.id/print/index.php7i
Problems. 2nd ed. Sydney: Griffin Press. d==33112. Selamatkan Putra/I And a dan
Bullying. Jakarta. 5 Mei 2006.

Potrebbero piacerti anche