Sei sulla pagina 1di 12

Jurnal Psikologi Vol. 17 No.

2 Oktober 2018, 119-130

PENERAPAN PRINSIP MODIFIKASI PERILAKU UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIKAT GIGI PADA ANAK
DENGAN DISABILITAS INTELEKTUAL BERAT
Catherina Kartika Hapsari, Fenny Hartiani

Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia


Kampus Baru UI, Depok, Jawa Barat, Indonesia 16424

catherinakartika@gmail.com

Abstract
Self-help skills are one of the skills needed to support one's life. Individuals with severe intellectual disability
have difficulty to perform self-help tasks, such as dressing, bathing, and toothbrushing. In addition, individuals
with intellectual disability usually have other health related problems. To prevent dental health problems among
people with severe intellectual disability, it is necessary to prevent it by taking care of dental health.
Toothbrushing is one of the most effective ways to prevent it and toothbrushing training are one of intervention
that could help. This research applied behaviour modification total-task presentation in children with severe
intellectual disability. This research is a quasi-experimental research using a single subject A-B-A design. The
participants for this study were a 19-year-old female teenager with severe intellectual disability. This intervention
was given as many as nine sessions in three weeks. The data were collected using interviews and observations to
record the emergence of a series toothbrushing behavior. Data then analysed using visual inspections method.
The results of this study indicate that the total task presentation intervention provides an improvement in the
ability of brushing teeth. This improvement still needs to be supported by the carer's directions.

Keywords: intellectual disability; tooth brushing; behavior modification; total-task presentation

Abstrak
Keterampilan menjaga kebersihan diri merupakan salah satu keterampilan yang dibutuhkankan untuk menunjang
kehidupan individu. Individu dengan disabilitas intelektual berat memiliki karakteristik sulit melakukan tugas-
tugas rawat diri sederhana, seperti berpakaian, mandi, dan sikat gigi. Selain itu individu dengan disabilitas
intelektual juga memiliki resiko masalah kesehatan lain. Untuk menghindari permasalahan yang timbul pada
kesehatan gigi orang dengan disabilitas intelektual maka diperlukan intervensi berupa pelatihan menyikat gigi.
Penelitian ini menerapkan prinsip modifikasi perilaku total-task presentation pada anak dengan disabilitas
intelektual berat untuk meningkatkan kemampuan menyikat gigi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah
penerapan total-task presentation dapat meningkatkan kemampuan kemampuan menyikat gigi pada anak dengan
disabilitas intelektual berat. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi-eksperimen menggunakan desain single
subject A-B-A design. Pada penelitian ini partisipan adalah seorang remaja perempuan 19 tahun dengan disabilitas
intelektual berat. Intervensi diberikan sebanyak sembilan sesi dalam tiga minggu. Penelitian ini menggunakan
wawancara dan observasi untuk mencatat kemunculan rangkaian perilaku menyikat gigi. Data kemudian
dianalisis menggunakan visual inspection untuk melihat keberhasilan penguasaan perilaku. Hasil dari peneltian
ini menujukkan, intervensi total task presentation memberikan peningkatan kemampuan anak dalam hal
menyikat gigi. Peningkatan kemampuan ini masih perlu didukung oleh arahan pengasuh.

Kata kunci: disabilitas intelektual; menyikat gigi; modifikasi perilaku; total-task presentation

PENDAHULUAN gigi, buang air besar (BAB), buang air kecil


(BAK), berpakaian, memakai sepatu,
Mengurus diri sendiri adalah salah satu mengancingkan baju dan perawatan
keterampilan yang perlu dimiliki setiap orang. kesehatan tubuh pada anak dengan disabilitas
Melatih kemampuan kemandirian mengurus sangatlah penting (Ardiç & Cavkaytar, 2014).
diri seperti makan, minum, mandi, menyikat Penguasaan keterampilan mengurus diri

119
120 Hapsari & Hartiani

merupakan tahapan pertama dari proses ketidaktahuan anak dengan pentingnya


pencapaian kemandirian individu dan menjaga kesehatan mulut dan kemampuan
keterampilan tersebut akan terus digunakan motorik untuk menyikat gigi (Shin & Saeed,
sepanjang usia anak. Untuk orang dengan 2013). Terkait dengan kesehatan mulut, orang
severe intellectual disability atau disabilitas dengan down syndrome dan disabilitas
intelektual berat, kemampuan mengurus diri intelektual memiliki kemungkinan gangguan
sulit dilakukan. Orang dengan disabilitas pada gusi gigi dan caries yang cukup tinggi
intelektual berat memiliki keterbatasan pada (Mae dkk., 2009). Kebersihan mulut anak
kemampuan adaptif dan kognitif. Salah satu dengan disabilitas intelektual cenderung lebih
kemampuan adapatif yang sering terganggu buruk juga dipengaruhi obat, diet, dan
pada orang dengan disabilitas intelektual kebersihan diri yang buruk (Lehl, 2013).
berat adalah kemampuan mengurus diri Orangtua pun cenderung tidak
secara independen (Cannella-Malone dkk., memperhatikan kebutuhan pentingnya
2011). Ketidakmampuan ini disertai dengan menjaga kebersihan mulut untuk
perkembangan motorik anak yang tidak meningkatkan kualitas hidup anak. Adanya
sesuai. Pada anak dengan disabilitas kemampuan menjaga kesehatan mulut perlu
intelektual berat yang disertai dengan diterapkan kepada anak sejak dini. Salah satu
gangguan kesehatan down syndrome, bentuk pencegahan yang dapat dilakukan
keterlambatan perkembangan motorik adalah dengan membiasakan perawatan mulut di
salah satu masalah yang sulit dihindari rumah menggunakan obat kumur dan
(Schott & Holfelder, 2015). Kesulitan menyikat gigi dengan tepat dan teratur
motorik yang dihadapi biasanya terkait (Tufenk, 2012). Keterampilan untuk meyikat
dengan masalah adaptasi dengan lingkungan gigi memerlukan kemampuan psikomotor dan
baru, koordinasi dan kontrol objek. Tanpa inhibitory control yang baik (Gligorović &
adanya pemberian intervensi dini, sulit untuk Buha Urović, 2014). Namun pada anak
mengembangkan kemampuan motorik yang dengan disabilitas intelektual berat, dua
mampu dimiliki anak untuk mengurus kemampuan ini kurang berkembang dengan
keperluan dirinya sendiri. Hal itu membuat baik. Perkembangannya cenderung jauh di
anak dengan disabilitas intelektual berat bawah rata-rata usianya.
cukup dependen dengan pengasuh yang
membantunya. Untuk orang dengan disabilitas intelektual
berat, mempelajari keterampilan seperti rata-
Salah satu keterampilan mengurus diri yang rata anak seusianya merupakan tantangan
cukup penting adalah menyikat gigi. yang sulit dan waktu yang lama. Biasanya
Menyikat gigi adalah salah satu cara untuk anak dengan disabilitas intelektual berat akan
menjaga kebersihan, terutama terkait diberikan latihan-latihan kemandirian untuk
kesehatan mulut. Menjaga kebersihan secara dapat mengurus dirinya sendiri (Ke & Liu,
independen sulit dilakukan oleh orang dengan 2012). Akan tetapi, anak dengan disabilitas
disabilitas intelektual. Orang dengan intelektual cenderung memiliki kemajuan
disabilitas intelektual cenderung tidak mampu perkembangan lebih lambat daripada rata-rata
menjaga kesehatan mulut karena anak seusianya. Hal tersebut dipengaruhi
ketidakmampuannya melakukan pencegahan dengan kemampuan kapasitas anak, stimulasi
dini, seperti menyikat gigi, dengan tepat (Mae atau bantuan dari lingkungan, gangguan
dkk., 2009). Keterampilan menyikat gigi kesehatan anak, dan dukungan lingkungan
adalah satu kemampuan adaptif individu yang untuk membantu anak dalam menghadapi
perlu dimiliki oleh setiap orang untuk tantangan (Lewis & Rudolph, 2014). Pada
meningkatkan kualitas hidupnya. Penelitian anak dengan disabilitas intelektual berat,
mendapatkan bahwa anak dengan disabilitas hambatan komunikasi, hubungan
intelektual kesulitan untuk menyikat giginya. interpersonal dengan caregiver, dan
Hal tersebut berhubungan dengan kemampuan mengurus diri menjadi faktor

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 119-130


Penerapan prinsip modifikasi perilaku untuk meningkatkan kemampuan menyikat gigi 121
pada anak dengan disabilitas intelektual berat

yang menghambat untuk mempelajari cara 2013; Martin & Pear, 2015). Teknik tersebut
menjaga kesehatan mulut yang baik dan sehat terbukti efektif dalam program untuk
(Lehl, 2013). mengajarkan berpakaian, grooming, bekerja,
dan perilaku verbal bagi individu dengan
Latihan kemandirian yang efektif biasanya gangguan perkembangan (Martin & Pear,
diberikan dengan intervensi langsung yang 2015). Prompting adalah pemberian stimulus
dapat dipraktikkan dengan memberikan yang diberikan untuk untuk meningkatkan
bantuan berupa cues atau isyarat (Cannella- kemungkinan munculnya perilaku yang
Malone dkk., 2011). Dalam beberapa situasi, diharapkan ada (Miltenberger, 2012). Prompt
orang dengan disabilitas intelektual dapat sendiri terdiri dari beberapa jenis yaitu
dilatih ke dalam situasi yang lebih kondusif physical prompt, gestural prompt, verbal
daripada situasi alami sehari-hari. Intervensi prompt. Modifikasi perilaku yang juga sering
yang dilakukan harus kembali diberikan adalah positive reinforcement.
mempertimbangkan situasi atau keadaan Positive reinforcement ditujukan untuk
orang tersebut. Bagi anak dengan disabilitas meningkatkan kemunculan perilaku yang
intelektual berat yang memiliki keterbatasan diinginkan (Martin & Pear, 2015).
kemampuan kognitif, motorik, dan sosial,
perlu adanya modifikasi metode latihan untuk Pelatihan modifikasi perilaku untuk melatih
membantu anak menyikat gigi. kemampuan sikat gigi sebelumnya, baru
dicobakan pada anak dengan disabilitas
Salah satu metode yang efektif untuk intelektual tanpa melihat tingkat
meningkatkan kemampuan anak adalah keparahannya (Pujiyasari, Hartini, &
dengan menerapkan prinsip-prinsip Nurullita, 2014). Dari penelitian yang sama
modifikasi perilaku. Modifikasi perilaku didapatkan bahwa anak-anak pun tidak dapat
merupakan suatu pendekatan behavioristik dilepas sendiri untuk mengerjakan, namun
yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku perlu adanya pengawasan yang mendukung.
adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif Penelitian tersebut menggunakan model
yang berlebihan dalam kehidupan sehari-hari orang langsung yang mencontohkan cara
(Kazdin, 2013). Teknik modifikasi perilaku untuk menyikat gigi yang tepat. Penelitian
sendiri merupakan aplikasi yang sistematik berikutnya memberikan pelatihan menyikat
dari prinsip dan teknik belajar untuk gigi secara langsung kepada anak dengan
meningkatkan perilaku individu yang tampak disabilitas intelektual sedang untuk dapat
dan tidak tampak untuk meningkatkan meningkatkan kemampuan menyikat gigi
keberfungsian individu sehari-hari (Martin & (Agustiningsih & Ahmad, 2016). Namun
Pear, 2015). kedua penelitian ini kurang menjelaskan detil
analisis tugas menyikat gigi untuk anak
Ada berbagai teknik modifikasi perilaku yang dengan disabilitas intelektual berat. Penelitian
biasa dilakukan untuk meningkatkan terbaru dilakukan dengan menerapkan total-
kemampuan menyikat gigi seperti, chaining, task presentation untuk anak dengan
prompting, dan reinforcement. Chaining disabilitas intelektual sedang (Kusharyani &
sendiri merupakan rangkaian perilaku yang Kurnianingrum, 2016). Pada penelitian ini
berurutan dilakukan seseorang untuk peneliti melakukan task analysis,
menyelesaikan suatu tugas (Kazdin, 2013). pengambilan data baseline, pelaksanaan
Teknik chaining terdiri dari urutan stimulus intervensi total-task presentation dengan
dan respon yang terjadi berdekatan dan bantuan prompt dan reinforcement untuk
biasanya setelah akhir respon akan memperkuat kemunculan perilaku. Namun
mendapatkan reinforcement, yaitu suatu demikian penerapan intervensi ini hanya
objek atau kejadian yang diberikan sebagai diterapkan kepada anak dengan disabilitas
upaya untuk meningkatkan kemungkinan intelektual sedang. Ada beberapa perbedaan
perilaku tersebut muncul kembali (Kazdin, fungsi adaptif orang dengan disabilitas

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 119-130


122 Hapsari & Hartiani

intelektual dengan keparahan moderate Orangtua mengeluhkan kemampuan N yang


(sedang) dan severe (berat), seperti belum bisa bicara dan masih perlu bantuan
kemampuan mengurus diri yang lebih dalam mengurus diri, seperti buang air dan
dependen, kemampuan pemahaman bahasa mandi. Ia baru bisa merangkak dan berdiri
reseptif serta ekspresif yang terbatas, dan dengan pegangan pada usia 2 tahun 6 bulan.
pemahaman konseptual yang lebih terbatas Ketika berusia 3 tahun, dokter mengatakan N
(American Psychiatric Association, 2013). memiliki down syndrome berdasarkan
Mempertimbangkan kemampuan anak pemeriksaan fisik. Dokter pun tidak
dengan disabilitas intelektual berat, menjelaskan penanganan yang diperlukan
diperlukan intervensi yang membantu anak orangtua untuk mengasuh anak. Hasil
untuk menyikat gigi mandiri yang sederhana pemeriksaan juga menunjukkan gangguan
dan mengajarkan cues dari pengasuh yang lain terkait fungsi kognitif dan adaptif sehari-
membantunya. Adanya pelatihan bagi hari. Berdasarkan perilaku dan gejala yang
pengasuh untuk membantu anak dengan muncul, N didiagnosis dengan disabilitas
disabilitas intelektual dapat meningkatkan intelektual berat.
kemampuan anak menyikat gigi dan
kesehatan gigi serta mulut (Fickert & Ross, Salah satu keluhan dari orangtua adalah
2012). Untuk itu kemampuan pengasuh perilaku N yang sulit mengurus kebersihan
memberikan arahan untuk menyikat gigi perlu dirinya. N kurang mampu mengurus diri
diberikan secara spesifik. Intervensi sendiri terutama N tidak mau menyikat gigi
modifikasi perilaku merupakan salah satu sendiri walaupun sudah diberikan pasta gigi
intervensi yang dapat dilakukan untuk di atas sikat gigi. Pada penelitian ini, peneliti
meningkatkan perilaku adapatif (Kazdin, menggunakan intervensi modifikasi perilaku.
2013). Diharapkan dengan menerapkan Prosedur penelitian akan diawali dengan
intervensi ini dapat meningkatkan melakukan task analysis yaitu
kemampuan untuk menyikat gigi pada anak mengidentifikasi perilaku yang dibutuhkan
dengan gangguan disabilitas intelektual berat. secara spesifik untuk melakukan suatu
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk tindakan, kemudian melakukan pengumpulan
mengetahui apakah program modifikasi data baseline atau observasi awal perilaku
perilaku total-task presentation efektif untuk yang ingin dicapai sebelum intervensi, lalu
meningkatkan kemampuan menyikat gigi pemberian intervensi, dan pengukuran
pada anak dengan disabilitas intelektual berat. perilaku setelah diberikan intervensi. Teknik
modifikasi perilaku yang dilakukan pada
METODE penelitian ini adalah teknik chaining. Salah
satu metode chaining yang dilakukan untuk
Desain penelitian ini menggunakan single meningkatkan keterampilan menyikat gigi
subject desain A-B-A (Comer & Kendall, pada anak dengan disabilitas intelektual yaitu
2013). Metode ini mengamati dan total-task presentation.
membandingkan perilaku partisipan sebelum,
selama sesi pemberian intervensi dan setelah Total-task presentation merupakan metode
intervensi. Rancangan intervensi ini diberikan membentuk perilaku yang mendorong
untuk meningkatkan keterampilan menyikat individu mencoba semua tahap dari awal
gigi bagi anak dengan disabilitas intelektual sampai akhir rantai pada masing-masing
berat. percobaan hingga semua rangkaian perilaku
dikuasai (Martin & Pear, 2015; Miltenberger,
Partisipan pada penelitian ini adalah N, anak 2012). Metode total task presentation akan
perempuan berusia 19 tahun 4 bulan. N menghasilkan peningkatan perilaku yang
merupakan salah satu klien yang datang ke lebih cepat terlebih jika anak sudah
salah satu Puskesmas di Depok dengan mengetahui beberapa tahapan, seperti
riwayat perkembangan yang terlambat. menyikat bagian depan gigi (dari serangkaian

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 119-130


Penerapan prinsip modifikasi perilaku untuk meningkatkan kemampuan menyikat gigi 123
pada anak dengan disabilitas intelektual berat

proses yang akan dijalani). Untuk diberikan prompt pada setiap tahapan yang
meningkatkan kemungkinan seseorang agar tidak muncul. Format total-task presentation
lebih menunjukkan respon yang diinginkan, tersaji dalam Gambar 1.

SD1 + SD2 + … SDn +


Respon1 Rerspon2 Respon n Reinforcer
Prompt Prompt Prompt

Gambar 1. Total-Task Presentation

Sebelum intervensi dimulai, peneliti komponen respon. Adapun hasil task analysis
melakukan proses task analysis yaitu menyikat gigi dapat dilihat pada Tabel 1.
menguraikan perilaku menyikat gigi menjadi

Tabel 1.
Hasil Task Analysis Menyikat Gigi
No Discriminative stimulus Responses
1 Diberikan sikat gigi dengan pasta gigi yang Mengambil sikat gigi dengan pasta gigi
sudah dibasahi yang sudah dibasahi
2 Memegang sikat gigi dengan pasta gigi Menyikat seluruh gigi bagian luar bawah
sebelah kiri
3 Sudah menyikat seluruh gigi bagian luar Menyikat seluruh gigi bagian luar bawah
bawah sebelah kiri sebelah kanan
4 Sudah menyikat seluruh gigi bagian luar Menyikat seluruh gigi bagian luar atas
bawah sebelah kanan sebelah kiri
5 Sudah menyikat seluruh gigi bagian luar atas Menyikat seluruh gigi bagian luar atas
sebelah kiri sebelah kanan
6 Sudah menyikat seluruh gigi bagian luar atas Menyikat seluruh gigi bagian permukaan
sebelah kanan bawah sebelah kiri
7 Sudah menyikat seluruh gigi bagian Menyikat seluruh gigi bagian permukaan
permukaan bawah sebelah kiri bawah sebelah kanan
8 Sudah menyikat seluruh bagian permukaan Menyikat seluruh gigi bagian permukaan atas
bawah sebelah kanan sebelah kiri
9 Sudah menyikat seluruh gigi bagian Menyikat seluruh gigi bagian permukaan atas
permukaan atas sebelah kiri sebelah kanan
10 Sudah menyikat seluruh gigi bagian Menyikat bagian lidah
permukaan atas sebelah kanan
11 Sudah menyikat bagian lidah Memberikan sikat gigi kepada pengasuh
12 Diberikan gayung yang sudah diisi air Mengambil gayung yang sudah diisi air
13 Meminum air dari gayung Berkumur
14 Selesai berkumur Membuang air setelah berkumur dari mulut

Peneliti kemudian melakukan pengukuran Pengambilan data baseline menggunakan


awal atau baseline. Peneliti meminta metode multiple-opportunities. Metode ini
partisipan untuk melakukan kegiatan menurut Miltenberger (2012) bertujuan untuk
menyikat gigi. Di tahap baseline ini peneliti menilai kemampuan subjek dalam melakukan
tidak memberikan prompt atau reinforcer setiap tahapan dalam sebuah rangkaian
apapun saat anak melakukan kegiatan perilaku. Pada tahapan ini, peneliti melakukan
menyikat gigi. Pada baseline, peneliti akan observasi rangkaian perilaku yang sudah
melihat langkah-langkah menyikat gigi yang dapat dilakukan oleh N. Perilaku dicatat pada
sudah mampu dilakukan dan dikuasai lebar pantau perilaku berdasarkan task
partisipan pada setiap percobaan. analysis. Pada penelitian ini baseline

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 119-130


124 Hapsari & Hartiani

dilakukan selama dua hari dengan percobaan orang tua memilih reinforcement berupa
sebanyak tiga kali setiap harinya. aktivitas (mewarnai) dan makanan kecil.
Setiap sesi dinyatakan berhasil bila partisipan
Program disusun untuk membantu N mampu melaksanakan tiga percobaan yang
mengenal urutan langkah-langkah yang diberikan. Generalisasi program dilakukan
diharapkan ketika menyikat gigi. Sesi pada akhir program, di mana orangtua
dirancang dengan most to least prompting, di mencoba memberikan prompt kepada
mana prompt yang diberikan merupakan partisipan pada setiap percobaan. Sesi
prompt paling intrusif untuk partisipan untuk intervensi dihentikan ketika partisipan sudah
menghasilkan perilaku yang diharapkan dan mampu melakukan setiap perilaku rangkaian
ketika sudah muncul mengurangi tingkat menyikat gigi hanya dengan pemberian
intrusif prompt (Miltenberger, 2012). Adapun gesture prompt atau tanpa pemberian prompt.
urutan prompt paling intrusif untuk partisipan
adalah physical prompts, yaitu mengarahkan Setelah pemberian intervensi dilakukan sesi
partisipan langkah-langkah menyikat gigi follow up yang sama sesuai dengan prosedur
secara langsung dengan menggerakkan pengambilan data baseline. Sesi follow up
tangan partisipan untuk menyikat gigi bagian dilakukan dua minggu setelah pemberian
tertentu; gesture prompts, yaitu mengarahkan intervensi terakhir. Program dinyatakan
partisipan untuk menyikat gigi dengan berhasil ketika pada sesi follow up, N dapat
memberikan gerakan atau arahan, seperti mempertahankan kemunculan perilaku
menunjuk pipi atau gigi untuk memberitahu menyikat gigi dengan tepat dengan minimal
bagian gigi yang harus disikat; dan verbal bantuan gesture prompt. Data observasi yang
prompts, yaitu prompt diberikan dengan cara didapat dari lembar pantau perilaku pada saat
memberikan instruksi secara lisan seperti baseline, pelaksanaan program, dan follow up
“pindah”. Mempertimbangkan kemampuan kemudian dianalisis dengan metode visual
partisipan, program intervensi akan diakhiri inspection yaitu dengan membandingkan
ketika partisipan sudah mampu melaksanakan hasil ketika tidak diberikan intervensi dan
setiap langkah pada satu sesi minimal dengan saat diberikan intervensi (Kazdin, 2011).
gesture prompt. Untuk analisis data, peneliti akan
membandingkan rangkaian perilaku yang
Pada saat pelaksanaan program, di setiap sesi sudah dikuasai dari saat sebelum diberikan
nantinya akan dilakukan tiga percobaan. Sesi intervensi, saat intervensi, dan follow up.
dilaksanakan selama dua jam, menggunakan
jeda 30 menit tiap percobaan. Pada setiap Setelah orangtua mengetahui secara rinci
percobaan, peneliti mencatat perilaku yang program yang dijalankan, orang tua
muncul berdasarkan task analysis dan prompt menandatangani parental consent sebagai
yang digunakan untuk setiap stimulus bukti persetujuan orangtua mewakili anak
menghasilkan respon pada lembar pantau untuk berpartisipasi pada intervensi yang
perilaku. Ketika partisipan menyelesaikan diberikan. Peneliti juga menyampaikan
satu rangkaian chaining menyikat gigi, bahwa setiap sesi dilaksanakan oleh peneliti
partisipan akan diberikan positive dengan pendampingan orangtua atau kakak.
reinforcement. Pemberian positive
reinforcement ditujukan untuk meningkatkan HASIL DAN PEMBAHASAN
kemunculan perilaku yang diinginkan (Martin
& Pear, 2015). Pemilihan reinforcement Berdasarkan langkah yang bisa dilakukan
disesuaikan dengan pilihan anak dan oleh partisipan (minimal dengan pemberian
diperoleh berdasarkan wawancara dengan gesture prompt), partisipan menunjukkan
orang tua serta observasi perilaku partisipan perkembangan yang positif untuk menyikat
tentang hal-hal yang disukai. Melalui gigi. Hal ini juga mendukung penelitian
wawancara dengan orang tua, peneliti dan sebelum bahwa intervensi perilaku adalah

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 119-130


Penerapan prinsip modifikasi perilaku untuk meningkatkan kemampuan menyikat gigi 125
pada anak dengan disabilitas intelektual berat

metode yang tepat untuk melatih kemampuan bantuan atau dukungan orang lain serta waktu
anak dalam menyikat gigi (Kusharyani & yang lebih lama daripada remaja lain (Harris,
Kurnianingrum, 2016; Pujiyasari dkk., 2014). 2006). Peningkatan dapat dilihat pada
Bagi remaja dengan keterbatasan seperti N Gambar 2.
perkembangan kemandirian membutuhkan

15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Baseline Baseline Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4 Sesi 5 Sesi 6 Sesi 7 Sesi 8 Sesi 9 Follow Follow
1 2 up 1 up 2

Gambar 2. Langkah yang Sudah Bisa Dilakukan (Minimal dengan Gesture Prompt)

Dari pelaksanaan terlihat adanya peningkatan Adanya jeda waktu yang lama ini, mungkin
mulai terlihat pada sesi 3 setelah adanya memengaruhi latihan yang membuat
latihan 6 kali. Hal ini menunjukkan adanya partisipan dapat lupa. Selain itu terjadi
kesulitan pada awal program untuk partisipan perubahan waktu latihan setelah sesi 5 karena
mengikuti instuksi dalam menyikat gigi. perubahan waktu tidur. Gangguan tidur
Partisipan membutuhkan waktu untuk merupakan salah satu hal yang juga menjadi
menyesuaikan diri dengan urutan langkah masalah bagi orang dengan gangguan
menyikat gigi dan kehadiran peneliti yang perkembangan (Didden, Korzilius, Van
mengarahkan. Aperlo, Van Overloop, & De Vries, 2002;
Esbensen & Schwichtenberg, 2016). Adanya
Partisipan mampu mengikuti instruksi gangguan tidur ini meningkatkan kemunculan
sederhana yang diberikan oleh pendamping perilaku mudah marah dan hiperaktif. Hal ini
dan ibu. Adanya penurunan langkah yang bisa menghambat intervensi karena partisipan
dilakukan partisipan terjadi karena adanya tidak mau mengikuti arahan peneliti.
jeda waktu yang cukup lama (7 hari) antara
sesi 5 dan 6. Hal itu karena kondisi mata Pemberian physical prompt pun sudah
partisipan yang terkena infeksi sehingga berkurang. Walaupun masih diberikan
membutuhkan istirahat dan perawatan. beberapa prompt verbal dan fisik. Jumlah
prompt yang diberikan dapat dilihat pada
Gambar 3.

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 119-130


126 Hapsari & Hartiani

14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Baseline Baseline Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4 Sesi 5 Sesi 6 Sesi 7 Sesi 8 Sesi 9 Follow Follow
1 2 up 1 up 2

Tanpa prompt Dengan prompt

Gambar 3. Langkah yang Diberikan Prompt dan Tanpa Prompt

Dari hasil yang didapat, terlihat adanya beberapa langkah yang kurang konsisten.
peningkatan dari jumlah langkah yang Pemberian prompt kurang konsisten antara
dikuasai anak tanpa pemberian prompt. gesture prompt, verbal prompt, dan physical
Namun dari beberapa pemberian prompt prompt dapat dilihat pada Gambar 4.
untuk menyelesaikan sikat gigi, masih ada

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Baseline Baseline Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4 Sesi 5 Sesi 6 Sesi 7 Sesi 8 Sesi 9 Follow Follow
1 2 up 1 up 2

Prompt verbal Prompt gestur Prompt fisik

Gambar 4. Pemberian Gesture Prompt, Verbal Prompt, dan Physical Prompt

Dari hasil ini, terlihat adanya penurunan dibutuhkan untuk membantu kebutuhan
pemberian prompt fisik secara bertahap. Hal sehari-harinya (Ke & Liu, 2012). Dengan
ini menunjukkan adanya pembelajaran yang latihan, kegiatan sehari-hari dapat anak
didapatkan anak ketika menyelesaikan tugas kuasai, namun tetap masih bergantung dengan
secara langsung. Hal itu sama seperti orang lain. Seperti halnya untuk melatih
penelitian sebelumnya yang mendapatkan menyikat gigi. Sebagian anak dengan
intervensi berbasis modifikasi perilaku akan disabilitas intelektual tetap membutuhkan
menunjukkan pengurangan prompt (Brown, arahan dari pengasuh lain (Pujiyasari dkk.,
2012; Tufenk, 2012). Dari kedua penelitian 2014). Pada anak dengan disabilitas
tersebut juga dicobakan beberapa teknik intelektual, pengajaran suatu keterampilan
intervensi perilaku lain yang juga cukup memerlukan waktu yang cukup lama dan
membantu, seperti video modelling. Bagi konsisten (Cannella-Malone dkk., 2011;
anak dengan disabilitas intelektual berat, Cullen & Alber-Morgan, 2015). Keberadaan
kehadiran pengasuh atau orang lain prompt meningkatkan kemunculan perilaku

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 119-130


Penerapan prinsip modifikasi perilaku untuk meningkatkan kemampuan menyikat gigi 127
pada anak dengan disabilitas intelektual berat

yang diharapkan untuk anak menguasai pada individu dengan disabilitas intelektual
keterampilan yang diajarkan. berhubungan dengan sikap yang tidak
kooperatif di siang hari atau setelah bangun
Namun demikian, pemberian gesture prompt (Surtees, Oliver, Jones, Evans, & Richards,
dan verbal prompt kurang konsisten. Hal 2018). Hal itu memengaruhi sikap pada saat
tersebut dipengaruhi dengan keadaan latihan. Pada waktu tersebut, partisipan baru
partisipan yang memiliki disabilitas bangun tidur dan sudah makan sehingga lebih
intelektual. Pada anak dengan disabilitas kooperatif dalam menjalankan sesi. Partisipan
intelektual, kemampuan kognitif menjadi pun lebih menyimak ketika latihan dilakukan
salah satu hambatan. Pada orang dengan siang hari. Orangtua memerlukan strategi
disabilitas intelektual, kemungkinan besar untuk memperbaiki waktu tidur anak, seperti
ditemukan adanya hambatan yang dengan membuat rutinitas membersihkan diri
mengganggu daya ingat jangka panjang sebelum tidur (Ageranioti-Bélanger dkk.,
(Vicari, Costanzo, & Menghini, 2016). 2012). Kedua terkait dengan peran serta
Ketidakmampuan tersebut memengaruhi orangtua di awal program. Pada pelaksanaan
daya ingat dan juga pribadi partisipan yang pelatihan sebaiknya orangtua atau pengasuh
cenderung hanya mau mengikuti hadir saat latihan. Hal ini membantu untuk
keinginannya sendiri serta menghiraukan transisi dari pemberi intervensi ke pengasuh.
arahan orang lain. Dengan adanya perbaikan hal ini, diharapkan
program yang dilaksanakan akan lebih
Perkembangan remaja sangat bergantung dari singkat dan konsisten.
motivasi orang itu sendiri dan lingkungan
sekitar yang mendukung. Perkembangan anak Peneliti juga menyadari peneliti memiliki
yang memiliki motivasi untuk menguasai keterbatasan. Penelitian ini merupakan
suatu keterampilan mendorong anak untuk penelitian single-subject. Hal ini membuat
dapat menguasai keterampilan tersebut kemanfaatan penelitian ini terbatas pada
(Cuskelly & Gilmore, 2014). Ditemukan partisipan dengan karakteristik disabilitas
motivasi untuk anak dengan disabilitas intelektual berat seperti N. Selain itu dampak
intelektual cenderung defisit dibandingkan dari intervensi tidak dapat sepenuhnya dapat
anak normal. Adanya pemberian dipastikan hanya karena adanya pemberian
reinforcement dan kehadiran keluarga intervensi, seperti pengaruh dari kehadiran
mendorong perkembangan anak yang semula peneliti sebagai pemberi instruksi. Namun
kurang dapat meningkat. Hal ini terlihat demikian perlu adanya penelitian terkait
selama pelaksanaan yang awalnya sulit pengembangan kemandirian anak disabilitas
memunculkan perilaku menyikat gigi karena intelektual. Adapun untuk pengembangan
kurang konsistennya kehadiran pendamping penelitian ke depan, sebaiknya dilakukan
selama kegiatan menyikat gigi. Dengan penilaian oleh observer kedua yang mencatat
adanya reinforcement setelah kegiatan dan perilaku partisipan dalam sesi intervensi. Hal
kehadiran anggota keluarga meningkatkan ini dapat meningkatkan validitas dan
kemunculan perilaku menyikat gigi yang reliabilitas penelitian. Selain itu perlu adanya
tepat. kontrol terhadap pelaksanaan intervensi
seperti waktu pelaksanaan dan jeda waktu sesi
Setelah melaksanakan program pelatihan ini, yang lebih konsisten.
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
yang dapat memengaruhi keberhasilan SIMPULAN
pelaksanaan program. Pertama terkait dengan
penentuan waktu pelaksanaan sesi. Sebaiknya Pelaksanaan program intervensi
pelatihan dilaksanakan mempertimbangkan meningkatkan kemampuan menyikat gigi
waktu tidur. Pada penelitian sebelumnya, dengan metode total-task presentation pada
didapatkan bahwa waktu tidur yang singkat anak dengan disabilitas intelektual berat dapat

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 119-130


128 Hapsari & Hartiani

dikatakan berhasil. Sebelum melaksanakan severe intellectual disabilities: A


pelatihan, kemunculan perilaku menyikat gigi comparison of video prompting to video
sulit diarahkan. Dari hasil baseline diketahui modeling. Journal of Positive Behavior
kemampuan untuk melakukan setiap tahap Interventions, 13(3), 144–153.
menyikat gigi yang sudah ditentukan masih https://doi.org/10.1177/1098300710366
defisit. Setelah 9 kali sesi pelatihan dengan 593.
jumlah latihan sebanyak tiga kali per sesi,
kemampuan partisipan meningkat dan ia Comer, J. S., & Kendall, P. C. (Eds.). (2013).
dapat melakukan gerakan dengan konsisten The Oxford handbook of research
serta arah gerakan yang tepat. strategies for clinical psychology. New
York: Oxford University Press.
DAFTAR PUSTAKA
Cullen, J. M., & Alber-Morgan, S. R. (2015).
Ageranioti-Bélanger, S., Brunet, S., D’Anjou, echnology mediated self-prompting of
G., Tellier, G., Boivin, J., & Gauthier, M. daily living skills for adolescents and
(2012). Behaviour disorders in children adults with disabilities: A review of the
with an intellectual disability. literature. Autism and Developmental
Paediatrics & Child Health, 17(2), 84– Disabilities, 50(501), 43–55.
88. https://doi.org/10.1093/pch/17.2.84.
Cuskelly, M., & Gilmore, L. (2014).
Agustiningsih, A. A., & Ahmad, I. (2016). Motivation in children with intellectual
Pelatihan menggosok gigi untuk disabilities. Research and Practice in
meningkatkan kemampuan bina diri Intellectual and Developmental
anak tunagrahita sedang di SLB dharma Disabilities, 1(1), 51–59.
wanita lebo sidoarjo. Jurnal Pendidikan https://doi.org/10.1080/23297018.2014.
Khusus, 9(1), 1–10. 906051.

American Psychiatric Association. (2013). Didden, R., Korzilius, H., Van Aperlo, B.,
Diagnostic and statistical manual of Van Overloop, C., & De Vries, M.
mental disorders (5th ed.). Arlington: (2002). Sleep problems and daytime
American Psychiatric Association. problem behaviours in children with
https://doi.org/10.1176/appi.books.9780 intellectual disability. Journal of
890425596.744053. Intellectual Disability Research, 46(7),
537–547.
Ardiç, A., & Cavkaytar, A. (2014). https://doi.org/10.1046/j.13652788.200
Effectiveness of the modified intensive 2.00404.x
toilet training method on teaching toilet
skills to children with autism. Education Esbensen, A. J., & Schwichtenberg, A. J.
and Training in Autism and (2016). Sleep in neurodevelopmental
Developmental Disabilities, 49(2), 263– disorders. International Review of
276. Research in Developmental Disabilities,
51,153–191.
Brown, R. A. (2012). Training and https://doi.org/10.1016/bs.irrdd.2016.07
assessment of toothbrushing skills .005
among children with special needs.
(Thesis). University of South Florida. Fickert, N. A., & Ross, D. (2012).
Effectiveness of a caregiver education
Cannella-Malone, H. I., Fleming, C., Chung, program on providing oral care to
Y. C., Wheeler, G. M., Basbagill, A. R., individuals with intellectual and
& Singh, A. H. (2011). Teaching daily developmental disabilities. Intellectual
living skills to seven individuals with and Developmental Disabilities, 50(3),

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 119-130


Penerapan prinsip modifikasi perilaku untuk meningkatkan kemampuan menyikat gigi 129
pada anak dengan disabilitas intelektual berat

219–232. https://doi.org/10.1352/1934- psychopathology. New York: Springer


9556-50.3.219 Science + Business Media.

Gligorović, M., & Buha Urović, N. (2014). Mae, C., Fenton, S. J., Lyons, R., Miller, C.,
Inhibitory control and adaptive Perlman, S. P., & Tesini, D. (2009).
behaviour in children with mild Practical oral care for people with
intellectual disability. Journal of intellectual disability, National Institute
Intellectual Disability Research, 58(3), of Dental and Craniofacial Research.
233–242. Bethesda, MD: NIH Publication.
https://doi.org/10.1111/jir.12000
Martin, G., & Pear, J. (2015). Behavior
Harris, J. C. (2006). Intellectual disability: modification: What it is and how to do it
Understanding its development, causes, (10th ed.). New Jersey: Pearson.
classification, evaluation, and treatment.
New York: Oxford University Press. Miltenberger, R. G. (2012). Behavior
https://doi.org/10.1057/9781137025586 modification: Principles and procedures
(5th ed.). Belmont: Wadsworth.
Kazdin, A. E. (2011). Single-case research https://doi.org/10.1177/0145445503255
designs: Methods for clinical and 600
applied settings. animal genetics (2nd
ed., Vol. 39). New York: Oxford Pujiyasari, S., Hartini, S., & Nurullita, U.
University Press. (2014). Pengaruh metode latihan
menggosok gigi dengan kemandirian
Kazdin, A. E. (2013). Behavior modification menggosok gigi anak retardasi mental
in applied settings (7th ed.). Illinois: usia sekolah. Jurnal Keperawatan dan
Waveland Press. Kebidanan, 1, 1–11.
https://doi.org/10.1017/CBO978110741
Ke, X., & Liu, J. (2012). Intellectual 5324.004
disability. In J. M. Rey (Ed.), IACAPAP
Textbook of Child and Adolescent Schott, N., & Holfelder, B. (2015).
Mental Health (hal. 1–25). Geneva: Relationship between motor skill
International Association for Child and competency and executive function in
Adolescent Psychiatry and Allied children with Down’s syndrome.
Professions. Journal of Intellectual Disability
Research, 59(9), 860–872.
Kusharyani, F., & Kurnianingrum, W. (2016). https://doi.org/10.1111/jir.12189
Penerapan total-task presentation dalam
meningkatkan kemampuan menggosok Shin, C. J., & Saeed, S. (2013).
gigi pada anak moderate intellectual Toothbrushing barriers for people with
disability. Jurnal Muara Ilmu Sosial, developmental disabilities: A pilot
Humaniora, dan Seni, 1(2), 32–40. study. Special Care in Dentistry, 33(6),
269–274.
Lehl, G. (2013). Issues in the dental care of https://doi.org/10.1111/scd.12024
children with intellectual disability.
Open Access Scientific Reports, 2(3), 1– Surtees, A., Oliver, C., Jones, C., Evans, D.,
4. & Richards, C. (2018). Sleep duration
https://doi.org/10.4172/scientificreports. and sleep quality in people with and
695 without intellectual disability: A meta-
analysis. Sleep Medicine Reviews, 40.
Lewis, M., & Rudolph, K. D. (Eds.). (2014). https://doi.org/10.1016/j.smrv.2017.11.
Handbook of developmental 003

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 119-130


130 Hapsari & Hartiani

Tufenk, T. (2012). The effect of behavioral Vicari, S., Costanzo, F., & Menghini, D.
skills training for dental hygiene (2016). Memory and learning in
students on treatment of special needs intellectual disability. International
patients during dental care procedures. Review of Research in Developmental
(Thesis). Southern Illinois University Disabilities, 50, 119–148.
Carbondale. https://doi.org/10.1016/bs.irrdd.2016.05
.003

Jurnal Psikologi Vol. 17 No. 2 Oktober 2018, 119-130

Potrebbero piacerti anche