Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
net/publication/329936895
CITATIONS READS
0 352
4 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Study of Asystasia gangetica (L.) T. Anderson as Cover Crop Against Soil Water Content in Mature Oil Palm Plantation View project
Histology and Physiology of BPM1 Clones with Different Exploitation Systems View project
All content following this page was uploaded by Yenni Asbur on 07 January 2019.
Yenni Asbur1*, Rahmi Dwi Handayani Rambe1, Yayuk Purwaningrum1, dan Dedi Kusbiantoro2
Abstrak Penggunaan tanaman penutup tanah pada Kata kunci: gulma, tanaman penutup tanah,
perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu teknik perkebunan kelapa sawit
konservasi tanah secara vegetatif, serta Best Abstract The use of cover crops in oil palm plantations
Management Practice dalam usaha perkebunan is one of the vegetative soil conservation technique, as
kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk well as the Best Management Practice in oil palm
mempelajari potensi beberapa gulma sebagai plantations. This study aimed to study the potential of
tanaman penutup tanah di perkebunan kelapa sawit several weeds as cover crops in mature oil palm
menghasilkan. Penelitian dilaksanakan di perkebunan plantations. The research was conducted in an 20 year-
kelapa sawit rakyat umur 20 tahun di Desa old oil palm plantation in Namorambet, Deli Serdang,
Namorambe Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli North Sumatra from March to June 2017. The research
Serdang, Sumatera Utara dari Maret sampai Juni was arranged using non factorial Randomized Block
2017. Penelitian menggunakan rancangan acak Design, three replications with several types of weeds
kelompok satu faktor, tiga ulangan dengan beberapa as treatments, namely N. biserrata, A. gangetica, P.
jenis gulma sebagai perlakuan, yaitu Nephrolepis conjugatum, and A. conyzoides. The results showed
biserrata, Asystasia gangetica, Paspalum conjugatum, that N. biserrata, A. gangetica, P. conjugatum, and A.
dan Ageratum conyzoides. Hasil penelitian conyzoides had the potential to be used as cover crops
menunjukkan bahwa N. biserrata, A. gangetica, P. in mature oil palm plantations because they were easily
conjugatum, dan A. conyzoides berpotensi digunakan propagated and land coverage rapidly (8-12 MST), able
sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan kelapa to contribute nutrients N, P, K to the soil, and able to
sawit menghasilkan karena gulma-gulma tersebut improve the chemical properties of soil through
mudah diperbanyak dan cepat menutup lahan (8-12 recycling nutrients absorbed.
MST), mampu menyumbang unsur hara N, P, K ke
tanah, serta mampu memperbaiki sifat kimia tanah Keywords: weed, cover crop, oil palm plantation
melalui daur ulang hara yang diserap oleh gulma-
gulma tersebut ke tanah.
PENDAHULUAN
Penulis yang tidak disertai dengan catatan kaki instansi adalah peneliti Penggunaan tanaman penutup tanah pada
pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu dari
1
Yenni Asbur *(*) teknik konservasi tanah secara vegetatif, serta Best
Pusat Penelitian Kelapa Sawit Management Practice dalam usaha perkebunan
Jl. Brigjen Katamso No. 51 Medan, Indonesia kelapa sawit. Menurut Duran-Zuazo and Rodriguez-
Email: yenni.asbur@fp.uisu.ac.id Pleguezuelo (2008); Taguas and Gómez (2015);
1
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Marques et al. (2016), penerapan teknologi konservasi
Sumatera Utara tanah dan air dengan penggunaan tanaman penutup
2
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Islam tanah merupakan praktek pengelolaan lahan secara
Sumatera Utara
berkelanjutan yang paling efektif untuk pengendalian (bare soil) atau belum ditanami, dan tanah bera alami
erosi dan regenerasi tanah terdegradasi. (natural fallow), yaitu 6 cm/jam dan 7,5 cm/jam
Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau (Subagyono et al., 2003). Pemanfaatan gulma A.
tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah gangetica sebagai tanaman penutup tanah mampu
dari ancaman kerusakan oleh erosi, memperbaiki sifat meningkatkan kandungan hara N, P, K tanah
fisik, kimia dan biologi tanah, serta meningkatkan laju berdasarkan neraca haranya (Asbur et al., 2015a),
infiltrasi (Departemen Pertanian, 2013). menurunkan erosi dan kehilangan hara N, P, K tanah
(Asbur et al., 2016a), mampu meningkatkan kadar air
Tanaman penutup tanah berfungsi sebagai tanah (Ariyanti et al., 2017), dan mampu meningkatkan
penambah bahan organik ke agroekosistem (Asbur kandungan bahan organic dan cadangan karbon tanah
dan Ariyanti, 2017; Nevins et al., 2018), meningkatkan (Asbur dan Ariyanti, 2017) di perkebunan kelapa sawit
kesehatan tanah, meningkatkan karbon organik tanah Lampung Selatan. Demikian pula pemanfaatan gulma
(Asbur dan Ariyanti, 2017), dan meningkatkan efisiensi N. biserrata mampu meningkatkan ketersediaan air
penggunaan nutrisi di agroekosistem dengan tanah pada saat musim kering (Ariyanti et al., 2015;
mengurangi hilangnya nitrat-nitrogen melalui drainase Ariyanti et al., 2016), serta mampu menurunkan erosi
bawah permukaan (Radicetti et al., 2016; Daryanto et dan kehilangan hara N, P, K tanah (Asbur et al., 2017)
al., 2018). di perkebunan kelapa sawit Lampung Selatan.
Manfaat lain penanaman tanaman penutup tanah Namun, untuk dapat digunakan sebagai tanaman
di lahan pertanian di antaranya adalah mampu penutup tanah, suatu tanaman harus memenuhi
menurunkan kehilangan N dengan menurunkan beberapa syarat sebagai tanaman penutup tanah,
pencucian NO3 dan peningkatan aktivitas biologis diantaranya adalah: mudah diperbanyak, cepat
mikroorganisme tanah (McSwiney et al., 2010; menutup lahan, menghasilkan daun dan cabang yang
Krueger et al., 2011; Asbur, 2016; Snapp and Surapur, banyak, mampu tumbuh pada kondisi tanah dengan
2018), menurunkan terjadinya erosi tanah, tingkat kesuburan yang rendah, mampu beradaptasi
meningkatkan kualitas tanah, menurunkan tekanan terhadap lingkungan dan sedikit persaingan dalam
tanaman utama dari gulma, serangga, nematoda dan serapan unsur hara (Departemen Pertanian, 2013),
masalah hama lainnya (Kairis et al., 2013; Gómez et menambah bahan organik tanah melalui batang,
al., 2014; Alliaume et al., 2014; Panagos et al., 2015; ranting dan daun mati yang jatuh (Arsyad, 2010),
Asbur et al., 2016a; 2016b; Marques et al., 2016). menambah nitrogen tanah, mengelola nutrisi tanah,
Perkebunan kelapa sawit menghasilkan, umumnya dan memperbaiki struktur tanah (Kruidhof et al., 2009).
mempunyai ciri lingkungan yang lembab dan Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan
ternaungi. Tanaman kacangan sebagai tanaman untuk mempelajari potensi beberapa gulma sebagai
penutup tanah pada saat tanaman belum tanaman penutup tanah di perkebunan kelapa sawit
menghasilkan sangat tidak toleran terhadap naungan, menghasilkan.
sehingga pada saat kanopi tanaman kelapa sawit
sudah mulai saling menutupi, maka tanaman
kacangan juga akan digantikan secara alami oleh BAHAN DAN METODE
tanaman-tanaman yang tahan terhadap naungan dan Tempat dan Waktu Penelitian
kesuburan tanah rendah seperti Asystasia gangetica,
Nephrolepis biserrata, Mikania micrantha, Axonopus Penelitian dilaksanakan di perkebunan kelapa
compressus, Cytococcum sp., dan Paspalum sawit rakyat umur 20 tahun di Desa Namorambe
conjugatum (Turner and Gillbanks, 2003). Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang,
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Sumatera Utara dari Maret sampai Juni 2017. Analisis
pemanfaatan gulma Paspalum notatum, Bracharia tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Pusat
ruziensis, Pueraria phaseoloides, Centrocema Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Keadaan umum
pubescens, dan Psophocarpus palustris mampu tanah di lokasi penelitian adalah topografi relatif datar
meningkatkan laju infiltrasi masing-masing sebesar 8, dengan ketinggian ± 25 mdpl, pH 5,2 dan jenis tanah
18, 21, 25, dan 33 cm/jam dibandingkan tanah bera podsolik merah kuning (latosol).
114
Potensi beberapa gulma sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan kelapa sawit menghasilkan
115
Yenni Asbur1*, Rahmi Dwi Handayani Rambe1, Yayuk Purwaningrum1, dan Dedi Kusbiantoro2
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa jenis mampu menutup tanah 100% pada 8 MST, sedangkan
gulma berpengaruh nyata terhadap persentase P. conjugatum, dan A. conyzoides menutup tanah
penutupan tanah pada 2-11 MST, dan berpengaruh 100% pada 10 MST, dan yang paling lama menutup
tidak nyata pada 12 MST (Tabel 2). tanah 100% adalah N. biserrata, yaitu pada 12 MST.
Tabel 2 menunjukkan bahwa A. gangetica mampu Sejalan dengan penelitian Asbur et al. (2015b) dan
menutup tanah lebih cepat dibandingkan N. biserrata, Ariyanti et al. (2015) yang menunjukkan bahwa laju
P. conjugatum, dan A. conyzoides. A. gangetica penutupan tanah A. gangetica jauh lebih cepat
dibandingkan laju penutupan N. biserrata.
Persentase Tumbuh
Perlakuan
1 MST 2 MST 3 MST
……………..…………….(%)………………………….
Tinggi tanaman merupakan salah satu ukuran permukaan tanah, sehingga tinggi tanaman N.
yang paling sering diamati sebagai indikator biserrata lebih rendah dibandingkan gulma lainnya.
pertumbuhan maupun sebagai indikator mengukur Kemudian, P. conjugatum juga memiliki tinggi tanaman
pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diberikan yang lebih rendah dibandingkan A. gangetica dan A.
karena paling mudah untuk diamati (Sitompul dan conyzoides disebabkan P. conjugatum merupakan
Guritno 1995). gulma dari jenis rumputan yang juga tumbuh
Berdasarkan hasil analisis varian, menunjukkan berumpun dekat dengan permukaan tanah. Gulma
bahwa jenis gulma berpengaruh nyata terhadap tinggi dengan tinggi tanaman tertinggi adalah A. gangetica
tanaman (Tabel 3). Hal ini disebabkan gulma yang karena A. gangetica merupakan gulma tahunan yang
digunakan berbeda-beda. N. biserrata merupakan tumbuh tegak dan merayap membentuk belukar yang
gulma pakuan yang tumbuh berumpun dekat dengan sangat tebal (Priwiratama, 2011).
116
Potensi beberapa gulma sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan kelapa sawit menghasilkan
……………………………(%)……………….……………..
Daun merupakan peubah yang sangat penting Sejalan dengan penelitian Asbur et al. (2015a) yang
kaitannya dengan pertumbuhan tanaman secara menunjukkan bahwa A. gangetica memiliki jumlah
keseluruhan, karena daun merupakan organ utama cabang dan jumlah daun yang berimbang. Tipe
tempat terjadinya fotosisntesis yang selanjutnya akan pertumbuhan A. conyzoides sama dengan tipe
menghasilkan fotosintat untuk kebutuhan organ-organ pertumbuhan N. biserrata, yaitu memiliki jumlah daun
tanaman lainnya (Gardner et al., 1991). yang banyak tidak diikuti oleh jumlah cabang yang
Berdasarkan analisis varian menunjukkan bahwa banyak pula. Sedangkan tipe pertumbuhan P.
jenis gulma berpengaruh nyata terhadap jumlah daun conjugatum sama dengan tipe pertumbuhan A.
dan jumlah cabang (Tabel 4 dan Tabel 5). gangetica, yaitu pertambahan jumlah daun diikuti oleh
pertambahan jumlah cabang.
Hal ini juga disebabkan karena gulma yang Bobot kering tanaman merupakan gabungan
digunakan sebagai perlakuan berasal dari jenis yang antara bobot kering akar dan bobot kering tajuk. Hasil
berbeda, sehingga memiliki morfologi yang berbeda analisis varian menunjukkan bahwa jenis gulma
pula. N. biserrata merupakan gulma pakuan yang berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar dan
memiliki jumlah daun lebih banyak dibandingkan batang, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
gulma lainnya tetapi memiliki jumlah cabang lebih kering daun (Tabel 6).
sedikit dibandingkan gulma lainnya. Sejalan dengan
penelitian Ariyanti et al. (2015) yang menunjukkan
bahwa N. biserrata memiliki jumlah daun yang lebih
banyak tetapi memiliki jumlah cabang lebih sedikit.
Sedangkan A. gangetica memiliki jumlah daun yang
banyak diikuti pula oleh jumlah cabang yang banyak.
117
Yenni Asbur1*, Rahmi Dwi Handayani Rambe1, Yayuk Purwaningrum1, dan Dedi Kusbiantoro2
Tabel 3 Rataan tinggi tanaman (cm) beberapa gulma di perkebunan kelapa sawit
Table 3 Average plant height of some weeds in oil palm plantation
Tinggi Tanaman
Perlakuan
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST
……………………………(cm)……………….……………..
Jumlah Daun
Perlakuan
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST
……………………………(helai)……………….……………..
118
Potensi beberapa gulma sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan kelapa sawit menghasilkan
Jumlah Cabang
Perlakuan
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST
……………………………(cabang)………….……………....
Tabel 6 menunjukkan bahwa N. biserrata memiliki ke dalam tanah melalui dekomposisi serasahnya
bobot kering akar dan daun lebih tinggi dibandingkan (Tabel 7). Menurut Landriscini et al. (2019),
gulma lainnya, sedangkan A. gangetica memiliki bobot menggunakan tanaman penutup tanah akan menjadi
kering batang lebih tinggi dibandingkan gulma lainnya. alternatif yang efisien untuk menghasilkan biomassa
Lebih tingginya bobot kering N. biserrata dibandingkan dan pasokan hara ke tanah.
gulma lainnya disebabkan N. biserrata juga memiliki Tabel 7 menunjukkan bahwa masing-masing
jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan gulma gulma memiliki kandungan C-organik dan hara N, P, K
lainnya. Menurut Haryantini dan Santoso (2001), yang berbeda-beda. N. biserrata mengandung 35,63%
tanaman yang mempunyai daun lebih banyak akan C-organik, 4,02% N, 0,27% P, 1,21% K. A. gangetica
menambah kemampuan tanaman untuk mengandung 33,30% C-organik, 3,14% N, 0,22% P,
berfotosintesis lebih optimal, hal ini karena lebih 2,41% K. P. conjugatum mengandung 35,71% C-
banyaknya permukaan daun tanaman menerima organik, 2,61% N, 0,31% P, 1,83% K, dan A.
cahaya matahari sebagai sumber energi utama dalam conyzoides mengandung 37,23% C-organik, 2,49% N,
proses fotosintesis, dengan demikian hasil fotosintesis 0,18% P, 2,12% K.
yang tertimbun berupa bobot kering juga lebih besar
yang ditunjukkan dengan bobot kering tanaman yang Berbeda dengan hasil penelitian Ariyanti et al.
lebih besar. (2016) di perkebunan kelapa sawit Lampung Selatan
yang menunjukkan bahwa N. biserrata mengandung
Kandungan Hara Tanaman 50,70% C-organik, 1,43% N, 0,17 P, dan 1,67% K.
Kandungan C-organik dan hara N, P, K pada Demikian pula dengan hasil penelitian Asbur et al.
beberapa gulma tersebut menunjukkan bahwa gulma- (2016) di perkebunan kelapa sawit Lampung Selatan
gulma tersebut mampu menyumbangkan unsur hara yang menunjukkan bahwa A. gangetica memiliki
119
Yenni Asbur1*, Rahmi Dwi Handayani Rambe1, Yayuk Purwaningrum1, dan Dedi Kusbiantoro2
kandungan 48,90% C-organik, 1,90% N, 0,27% P, dan (2016b). Namun, kandungan N dan P pada penelitian
4,67% K. Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ini lebih besar dibandingkan dengan hasil penelitian
kandungan C-organik dan K pada N. biserrata dan A. tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan
gangetica lebih rendah dibandingkan dengan hasil bahan organik dan hara tanaman dipengaruhi oleh
penelitian Ariyanti et al. (2016) dan Asbur et al. lokasi tumbuhnya gulma tersebut.
Bobot Kering
Perlakuan
Akar Batang Daun
…………………………………(g)………………………………
N. biserrata 45.33a 17.29b 51.39
A. gangetica 23.81b 27.71a 29.53
P. conjugatum 18.06b 18.47b 29.00
A.conyzoides 27.22b 18.84b 18.84
Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada P = 0.05
berdasarkan uji LSD
Note : Data in the same column followed by the common letters are not significantly different at the P = 0.05 level
according to the LSD test
120
Potensi beberapa gulma sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan kelapa sawit menghasilkan
Jenis gulma N P K
…………………….…....(g/plot)…….…………………
121
Yenni Asbur1*, Rahmi Dwi Handayani Rambe1, Yayuk Purwaningrum1, dan Dedi Kusbiantoro2
akan di daur ulang kembali ke tanah. Menurut Havlin et digambarkan dengan nilai C-organik sebesar 0,03%.
al. (2005), kehilangan hara terbesar adalah melalui Namun, setelah penelitian kandungan bahan organik
pencucian, dan terangkut panen. Sejalan dengan hasil tanah meningkat menjadi 1,97% pada plot yang
penelitian Sukristiyonubowo et al. (2010) dan Asbur et ditanami N. biserrata, 1,68% pada plot yang ditanami
al. (2015a) menunjukkan bahwa serapan hara A. gangetica, 1,62% pada plot yang ditanami P.
tanaman penutup tanah merupakan sumber hara conjugatum, dan 1,58% pada plot yang ditanami A.
dalam perhitungan neraca hara yang akan di daur conyzoides (Tabel 10 dan Tabel 11). Sejalan dengan
ulang kembali ke tanah. hasil penelitian Asbur et al. (2015b) di perkebunan
Sifat Kimia Tanah di Lokasi Penelitian kelapa sawit Lampung Selatan yang menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan bahan organik tanah pada
Berdasarkan hasil analisis tanah sebelum dan tanah yang ditanami A. gangetica dan N. biserrata.
sesudah penelitian menunjukkan bahwa tanah di Demikian pula hasil penelitian Almagro and Martínez-
lokasi penelitian bersifat masam (pH 5.2) dengan Mena (2014) yang menunjukkan peningkatan
kandungan bahan organik sangat rendah, N-total kandungan C-organik tanah dengan penggunaan
rendah, serta unsur hara P dan K sedang (Tabel 9, tanaman penutup tanah. Hal ini disebabkan adanya
Tabel 10, Tabel 11). gulma sebagai tanaman penutup tanah mampu
Tabel 9 menunjukkan bahwa kandungan bahan meningkatkan bahan organik tanah (Shofiyati et al.,
organik tanah sebelum penelitian sangat rendah yang 2010).
Sebelum penelitian
Parameter
Nilai Harkat*
122
Potensi beberapa gulma sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan kelapa sawit menghasilkan
Kandungan N-total tanah menggambarkan bahwa walaupun terjadi penambahan bahan organik
kandungan seluruh N yang ada di dalam tanah, baik tanah dengan adanya tanaman penutup tanah, namun
dalam bentuk tersedia maupun tidak tersedia karena tidak banyak mengubah sifat-sifat kimia tanah lainnya.
masih menyatu sebagai senyawa organik (Manurung Menurut Shunfeng et al. (2013), hilangnya N dari
et al., 2017). Kandungan N-total sebelum dan sesudah tanah disebabkan diserap oleh tanaman atau
penelitian termasuk rendah dengan nilai berkisar mikroorganisme, diikat oleh mineral liat, dan mudah
antara 0,16%-0,22% (Tabel 9, Tabel 10, dan Tabel dicuci oleh air hujan (leaching) sehingga tidak dapat
11). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nuryanto digunakan oleh tanaman.
dan Ellen (2017) yang menunjukkan bahwa Kandungan N-total tanah tertinggi dijumpai pada
kandungan N di perkebunan kelapa sawit di Sumatera plot yang ditanami N. biserrata diikuti oleh plot yang
Utara berkisar antara 0,03%-0,89%. ditanami A. gangetica, P. conjugatum, dan A.
Kandungan N-total tanah sebelum penelitian conyzoides. Lebih tingginya kandungan N-total pada
tergolong rendah (0,19%) dan meningkat menjadi plot yang ditanami N. biserrata disebabkan kandungan
sedang dengan nilai 0,22% setelah ditanami N. bahan organik pada plot yang ditanam N. biserrata
biserrata. Namun, tidak terjadi peningkatan juga lebih tinggi dibandingkan plot yang ditanam A.
kandungan N-total tanah setelah ditanami A. gangetica, P. conjugatum, dan A. conyzoides. Plaza-
gangetica, bahkan terjadi penurunan setelah ditanami Bonilla et al. (2015) menyatakan bahwa peningkatan
P. conjugatum dan A. conyzoides, yaitu berturut-turut kandungan hara N tanah sejalan dengan tingginya
0,19%, 0,17%, dan 0,16%. Sejalan dengan hasil kandungan bahan organik tanah.
penelitian Sumarni et al. (2009) yang menyatakan
Tabel 10 Sifat kimia tanah di lokasi penelitian setelah ditanami N. biserrata dan A. gangetica
Table 10 Chemical soil properties at the study site after planting N. biserrata and A. gangetica
N. biserrata A. gangetica
Parameter
Nilai Harkat* Nilai Harkat*
123
Yenni Asbur1*, Rahmi Dwi Handayani Rambe1, Yayuk Purwaningrum1, dan Dedi Kusbiantoro2
P-tersedia adalah unsur P yang terdapat di dalam berturut-turut menjadi 18,26 ppm, 17,84 ppm, 19,28
tanah dalam bentuk tersedia bagi tanaman serta dapat ppm, dan 17,16 ppm. Hal ini disebabkan P-total
dimanfaatkan oleh tanaman untuk proses sebelum dan sesudah penelitian sangat tinggi yang
metabolisme (Manurung et al., 2017). Kandungan P- menunjukkan bahwa P difiksasi lebih tinggi
tersedia sebelum dan sesudah penelitian tergolong dibandingkan P-tersedia. Menurut Havlin et al. (2005),
sedang. Terjadi penurunan kandungan P-tersedia mobilitas P lebih lambat, tetapi sangat mudah
setelah penelitian pada plot yang ditanami N. biserrata, terfiksasi oleh partikel liat, ion Fe, dan ion Al sehingga
A. gangetica, P. conjugatum, dan A. conyzoides, yaitu lambat tersedia bagi tanaman.
Tabel 11 Sifat kimia tanah di lokasi penelitian setelah ditanami P. conjugatum dan A. conyzoides
Table 11 Chemical soil properties at the study site after planting P. conjugatum and A. conyzoidesa
P. conjugatum A. conyzoides
Parameter
Nilai Harkat* Nilai Harkat*
Terjadi penurunan kandungan unsur K-tersedia adalah pengambilan hara tanah oleh tanaman untuk
setelah penelitian, yaitu dari 0,45 me/100 g menjadi pertumbuhannya.
0,18 me/100 g pada plot yang ditanami N. biserrata, Baik sebelum maupun sesudah penelitian
0,27 me/100 g pada plot yang ditanami A. gangetica, menunjukkan bahwa walaupun K-total sangat tinggi di
0,21 me/100 g pada plot yang ditanami P. conjugatum dalam tanah, namun K-tersedia rendah di dalam
dan 0,23 me/100 g pada plot yang ditanami A. tanah. Menurut Samuel and Ebenezer (2014),
conyzoides. Hal ini karena K mudah larut dan cadangan K dalam tanah cukup banyak, tetapi hanya
cenderung diserap tanaman dalam jumlah yang jauh sebagian kecil K-tersedia yang dapat dimanfaatkan
lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan oleh tanaman disebabkan hara K mudah bergerak,
tanaman. Menurut Havlin et al. (2005), salah satu tercuci, dan terikat oleh permukaan koloid tanah.
faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara tanah
124
Potensi beberapa gulma sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan kelapa sawit menghasilkan
125
Yenni Asbur1*, Rahmi Dwi Handayani Rambe1, Yayuk Purwaningrum1, dan Dedi Kusbiantoro2
126
Potensi beberapa gulma sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan kelapa sawit menghasilkan
https://doi.org/10.1016/j.apsoil.2018.10.005 015-0326-x.
Larsen, S. U., U. Jørgensena, P. E. Lærke. 2018. Priwiratama, H. 2011. Asystasia gangetica (L.) subsp.
Biomass yield, nutrient concentration and micrantha (Nees). Informasi Organisme
nutrient uptake by SRC willow cultivars grown Pengganggu Tanaman. Pusat Penelitian
on different sites in Denmark. Biomass and Kelapa Sawit, vol. G-0001: 1-2.
Bioenergy 116: 161-170. Radicetti, E., R. Mancinelli, R. Moscetti, and E.
https://doi.org/10.1016/j.biombioe.2018.06.011 Campiglia. 2016. Management of winter cover
Manurung, R., J. Gunawan, R. Hazriani, dan J. crop residues under different tillage conditions
Suharmoko. 2017. Pemetaan Status Unsur affects nitrogen utilization efficiency and yield of
Hara N, P dan K Tanah pada Perkebunan eggplant (Solanum melanogena L.) in
Kelapa Sawit di Lahan Gambut. Jurnal Pedon Mediterranean environment. Soil and Tillage
Tropika 3(1): 89-96. Research 155: 329-338.
https://doi.org/10.1016/j.still.2015.09.004
Marques, M.J., G. Schwilch, N. Lauterburg, S. Rochester, I. J., and G. A. Constable. 2015.
Crittenden, M. Tesfai, J. Stolte, P. Zdruli, C. Improvements in nutrient uptake and nutrient
Zucca, T. Petursdottir, N. Evelpidou, A. use-efficiency incotton cultivars released
Karkani, Y. AsliYilmazgil, T. Panagopoulos, E. between 1973 and 2006. Field Crops Research
Yirdaw, M. Kanninen, J. Luis Rubio, U. 173: 14-21.
Schmiedel, A. Doko. 2016. Multifaceted
impacts of sustainable land management in http://dx.doi.org/10.1016/j.fcr.2015.01.001
drylands: a review. Sustainability 8: 177. Samuel, A. L. and A. O. Ebenezer. 2014.
https://doi.org/10.3390/su8020177. Mineralization Rates of Soil Forms of Nitrogen,
McSwiney, C.P., S.S. Snapp, and L.E. Gentry. 2010. Phosphorus, and Potassium as Affected by
Use of N immobilization to tighten the N cycle in Organomineral Fertilizer in Sandy Loam.
conventional agroecosystems. Ecol. Appl. Advances in Agriculture Volume 2014, Article
20(3): 648-662. https://doi.org/10.1890/09- ID 149209, 5 pages.
0077.1 Shofiyati, R., I. Las, and F. Agus. 2010. Indonesian Soil
Nevins, C.J., C. Nakatsu, S. Armstrong. 2018. Data Base and Predicted Stock of Soil Carbon.
Characterization of microbial community Proc.of Int. Workshop on Evaluation and
response to cover crop residue decomposition. Sustainable Management of Soil Carbon
Soil Biology and Biochemistry 127: 39-49. Sequestration in Asian Countries. Bogor: 73-
https://doi.org/10.1016/j.soilbio.2018.09.015 84.
Nuryanto, E., dan Ellen. 2017. Analisis Kandungan Shunfeng, G., H. Xu, M. Ji, and Y. Jiang. 2013.
Hara Makro di Dalam Tanah dengan Metode Characteristics of Soil Organic Carbon, Total
Near Infra Red (NIR). J. Pen. Kelapa Sawit Nitrogen, and C/N Ratio in Chinese Apple
25(2): 85- 94. Orchards. Open Journal of Soil Science, 3: 213-
Panagos, P., P. Borrelli, K. Meusburger, C. Alewell, E. 217.
Lugato, L. Montanarella. 2015. Estimating the Sitompul, S. M., dan B. Guritno. 1995. Analisis
soil erosion cover-management factor at the Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
European scale. Land Use Policy 48, 38–50. University Press, Yogyakarta.
https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2015.05.0 Snapp, S., S. Surapur. 2018. Rye cover crop retains
21 nitrogen and doesn't reduce corn yields. Soil &
Plaza-Bonilla, D., J.L. Arrúe, C. Cantero-Martínez, R. Tillage Research 180: 107–115.
Fanlo, A. Iglesias, J. Álvaro-Fuentes. 2015. https://doi.org/10.1016/j.still.2018.02.018
Carbon management in dryland agricultural Subagyono, K., S. Marwanto, dan U. Kurnia. 2003.
systems. A review. Agron. Sustain. Dev. 35: Teknik Konservasi Tanah Secara Vegetatif.
1319–1334. https://doi.org/10.1007/s13593-
127
Yenni Asbur1*, Rahmi Dwi Handayani Rambe1, Yayuk Purwaningrum1, dan Dedi Kusbiantoro2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah 2013. Pengambilan contoh daun dan tanah.
dan Agroklimat. Bogor (ID): Badan Penelitian Monograf Lahan dan Pemupukan Kelapa
dan Pengembangan Pertanian. Departemen Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Pertanian. Taguas, E.V., and J.A. Gómez. 2015. Vulnerability of
Sukristiyonubowo; G. Du Laing, M. G. Verloo. 2010. olive orchards under the current CAP (Common
Nutrient balances of wetland rice fields for the Agricultural Policy) regulations on soil erosion:
Semarang district (Indonesia). Journal of a study case in Southern Spain. Land Use
Sustainable Agriculture, 34: 850-861. DOI: Policy 42: 683–694.
10.1080/10440046.2010.519199 https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2014.09.0
Sumarni, N., E. Sumiati, dan R. Rosliani. 2009. 01.
Respon Tanaman Mentimun Terhadap Turner, P. D., and R. A. Gillbanks 2003. Oil Palm
Penggunaan Tanaman Penutup Tanah Cultivation and Management. Society of
Kacang-Kacangan dan Mulsa Jerami. J. Hort. Planters, 2nd edition.
19(3): 294-300.
Sutarta, E. S., M. R. Adiwiganda, dan Z. Poeloengan.
128