Sei sulla pagina 1di 12

Jurnal Anestesiologi Indonesia

LAPORAN KASUS
Manajemen Anestesia pada Kehamilan dengan Sindrom Eisenmenger
Anesthesia Management of Pregnancy with Eisenmenger Syndrome
Syafri Kamsul Arif *, Abdul Wahab*, Raditya Mirza Tofani*
*Departemen Anestesiologi , Manajemen Nyeri dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin, Makassar, Indonesia

ABSTRACT

Cardiac disease on pregnant woman especially congenital heart disease is a


congenital disease which may manifest as an abnormality of heart walls, resulting in
disruption of blood flow of the heart. Eisenmenger Syndrome is known as pulmonary
hypertension due to high pulmonary vascular reisistance with bidirectional shunt at
aortopulmonal, ventricular, or atrial level. Changes on cardiovascular system during
pregnancy includes incresed intravascular volume, hematological changes, and
increased cardiac output, decreased vascular reisistance, and supine hipertension due
to aortocaval syndrome. Eisenmenger syndrome is a complex phatologic condition
which includes clinical cyanosis, shunting on heart chambers (ASD, VSD, or
Aortopulmonal), and pulmonal hypertension due to irreversible elevation of PVR.
Progressive increase of plasma volume escalate right ventricle load, precipitating
right heart failure. Acidosis and hypercarbia can also increase PVR. Increased
cardiac output and pulmonal blood flow in pregnancy intensify pulmonal
hypertension. Increased oxygen demand on pregnancy, can cause hypoxemia which
threaten fetal and maternal. Anesthetic management on eisenmenger syndrome is often
difficult. The most important thing is balancing SVR and PVR and avoiding
hemodinamicchanges which can worsen hypoxemia through increased right to left
shunt. General Anesthesia can exacerbate right to left shunt and worsen cyanosis
through several mechanism. Regional Anesthesia is recommended on eisenmenger
syndrome. Hemodinamic and respiratoric

Keyword : Changes in the physiology of pregnancy, eisenmenger syndrome,


anesthesia management

ABSTRAK

Penyakit jantung yang dialami pada wanita hamil khususnya congenital heart disease
merupakan penyakit jantung bawahan pada kehamilan yang dapat berupa kelainan
pada dinding jantung yang mengakibatkan terjadinya gangguan aliran jantung.
Sindrom eisenmenger sebagai hipertensi pulmonal akibat resistensi vaskuler paru yang
tinggi dengan shunt yang bidirectional pada level aortopulmonal, ventrikel, atau atrial.

Volume IX, Nomor 1, Tahun 2017


Volume IX, Nomor
Terakreditasi DIKTI 1, Tahunmasa
dengan 2017berlaku 3 Juli 2014 - 2 Juli 2019 19
Dasar SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 212/P/2014
Jurnal Anestesiologi Indonesia

Perubahan pada sistem kardiovaskuler selama kehamilan adalah peningkatan volume


intravaskuler dan perubahan hemotologi, peningkatan cardiac output, penurunan
resistensi vaskuler, dan adanya hipotensi supine akibat aortocaval sindrome. Sindrom
Eisenmenger merupakan kondisi patofisiologik kompleks yang meliputi:sianosis
klinis, shunting pada ruang jantung (ASD,VSD atau anomali aorticopulmona) dan
hipertensi pulmonal akibat elevasi irreversibel dari PVR. Peningkatan progresif dalam
volume plasma menambah beban ventrikel kanan sehingga mempresipitasi terjadinya
gagal jantung kanan, Asidosis dan hiperkarbia dapat meningkatkan PVR. Peningkatan
cardiac output dan aliran darah pulmonal akibat kehamilan menyebabkan hipertensi
pulmonal memberat. Kebutuhan oksigen pada kehamilan meningkat, hal ini dapat
mengancam terjadinya hipoksemia yang berefek pada maternal dan fetal. Manajemen
anestesi sindrom Eisenmenger seringkali menemui kesulitan.Yang penting adalah
menjaga keseimbangan antara tekanan SVR dan PVR dan menghindari perubahan
hemodinamik yang dapat memperburuk hipoksemia melalui peningkatan shunt kanan-
ke-kiri. anestesia umum dapat mengeksaserbasi shunt kanan ke kiri dan memperburuk
sianosis melalui beberapa mekanisme. anestesia regional dan direkomendasikan
penggunaannya pada sindrom Eisenmenger. Perubahan hemodinamik dan respirasi
biasanya minimal dengan anestesia epidural yang dimanajemen dengan baik. Tujuan
monitoring perioperatif, intraoperatif dan postoperatif adalah untuk mendeteksi secara
dini perubahan mendadak pada hemodinamik sehingga dapat diberikan penanganan
segera untuk mencegah komplikasi pada Sindrom Eisenmenger.

Kata kunci : Per ubahan fisiologi kehamilan, sindr ome eisenmenger , manajemen
anestesi

PENDAHULUAN sering kali baru diketahui pada


kehamilan pertama yaitu saat beban
Penyakit jantung pada pasien hamil
hemodinamik bertambah pada akhir
dapat menimbulkan morbiditas bahkan
trimester kedua.1,2 Penyakit jantung
mortalitas. Di United Kingdom antara
yang dialami pada wanita hamil
tahun 1991-1993 dicatat angka
khususnya Congenital Heart Disease
kematian ibu hamil dengan penyakit
merupakan penyakit jantung bawahan
jantung meningkat secara signifikan. Di
pada kehamilan yang dapat berupa
Brazil periode tahun 1993-1995
kelainan pada dinding jantung (defek)
didapatkan angka kematian ibu adalah
yang mengakibatkan terjadinya
50,2 dari 100.000 kelahiran, 11,3% 1
gangguan aliran jantung.
kematian ibu ini berhubungan dengan
penyakit jantung. Insiden di Indonesia Victor Eisenmenger pada tahun 1897
mungkin lebih besar mengingat bahwa awalnya menjelaskan “Eisenmenger
sekuele kelainan katup akibat demam complex” dalam suatu artikel mengenai
rematik masih tinggi.1,2 defek kongenital pada sistem ventrikel.
Pada tahun 1958, Wood mendefinisikan
Kelainan katup pada wanita Indonesia

20 Volume IX, Nomor 1, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

ulang sindrom tersebut sebagai Tabel 1. Rata-rata perubahan fisiologis maksi-


“hipertensi pulmonal akibat resistensi mal pada kehamilan

vaskuler paru yang tinggi dengan shunt Parameter Perubahan

yang berbalik arah (kanan ke kiri) atau Neurologi


bidirectional (dua arah) pada level MAC -40%

aortopulmonal, ventrikel, atau atrial.3 Respiratorik


Konsumsi Oksigen +20-50%

Fisiologi pada sindrom eisenmenger Hambatan Jalan Nafas -35%


FRC -20%
dapat hidup sampai dewasa. Survival
Ventilasi per menit +50%
setinggi 80% 10 tahun setelah Volume Tidal +40%
diagnosis, dan 42% pada 25 tahun. Frekuensi Napas +15%

Mortalitas yang signifikan terjadi pada PaO2 +10%


PaCO2 -15%
pembedahan nonkardiak dan HCO3 -15%
kehamilan. Mortalitas maternal pada Kardiovaskuler

pasien dengan sindrom eisenmenger Volume Darah +35%


Volume Plasma +45%
sangat tinggi, mulai dari 23% sampai Kardiak Output +40%
50%.4,6 Stroke Volume +30%
Heart rate +20%
Perubahan Fisiologis pada Kehami- Sistolik -5%
lan Diastolik -15%
Tahanan Perifer -15%
Saat kehamilan dan periode peripartum, Tahanan Paru -30%
terjadi perubahan signifikan pada Hematologi

anatomi dan fisiologimaternal akibat: Hemoglobin -20%


Thrombosit
(1) perubahan aktivitas hormon, (2) -10%
Faktor Pembekuan +30%-50%
peningkatan kebutuhan metabolik ma-
ternal dan perubahan biokimia yang
diinduksi oleh unit fetoplasental, dan Volume intravaskuler dan hematolo-
(3) efek mekanik dari pembesaran uter- gi
us. Perubahan fisiologi ini memiliki Volume cairan intravaskuler maternal
efek yang signifikan terhadap fisiologi, mulai meningkat pada trimester per-
farmakologi, dan teknik manajemen tama akibat perubahan pada sistem ren-
selama kehamilan dan implikasinya in-angiotensin-aldosteron yang me-
bahkan lebih besar pada pasien dengan nyebabkan absorpsi sodium dan retensi
komorbiditas lain.7,9 air. Perubahan ini diinduksi oleh pen-
Perubahan pada sistem kardiovaskuler ingkatan progesteron dari gestational
selama kehamilan,meliputi : pening- sac. Perubahan ini diinduksi oleh pen-
katan volume intravaskuler dan peru- ingkatan progesteron dari gestational
bahan hemotologi, peningkatan cardiac sac. Konsentrasi plasma protein selan-
output, penurunan resistensi vaskuler, jutnya menurun dengan 25% penurunan
dan adanya hipotensi supine akibat albumin dan 10% penurunan total pro-
sindroma aortocaval.8,9 tein saat aterm dibandingkan dengan

Volume IX, Nomor 1, Tahun 2017 21


Jurnal Anestesiologi Indonesia

kadar saat tidak hamil. Akibatnya, Cardiac Output


tekanan koloid osmotik menurun dari
Pada akhir trimester pertama, cardiac
27 menjadi 22 mmHg selama kehami-
output maternal umumnya meningkat
lan.
sekitar 35% di atas nilai sebelum hamil
Saat aterm, volume plasma meningkat dan terus meningkat 40% sampai 50%
sekitar 50% di atas nilai sebelum hamil di atas nilai sebelum hamil pada akhir
dan volume sel darah merah hanya trimester kedua, dimana selanjutnya
meningkat sekitar 25%. Leukositosis tetap sampai trimester tiga. Peningkatan
umumnya terjadi saat kehamilan dan cardiac output ini disebabkan oleh pen-
tidak berhubungan dengan infeksi. ingkatan stroke volume (25% sampai
Leukositosis didefiniskan sebagai 30%) dan frekuensi jantung (15% sam-
hitung sel darah putih lebih dari 10.000/ pai 25%).
mm3. Pada kehamilan, nilai normal
Persalinan semakin meningkatkan car-
leukosit bisa sampai 13.000 /mm3.
diac ouput, yang berfluktuasi dengan
Neutrofil meningkat saat aterm dan
setiap kontraksi uterin. Peningkatan
dieksaserbasi saat persalinan, seringkali
yang mendadak ini disebabkan oleh
sampai 34.000 /mm3. Perubahan ini
autotransfusi dari kontraksi uterin final,
kembali normal selama 4 sampai 5 hari
penurunan kapasitansi vaskuler akibat
setelah persalinan.7,9,10
hilangnya ruang intervillous, dan
Kondisi hiperkoagulabilitas degnan penurunan tekanan vena ekstremitas
peningkatan signifikan pada faktor I inferior akibat pelepasan kompresi aor-
(fibrinogen) dan faktor VII, serta tocaval.
peningkatan minimal pada faktor
Fluktuasi cardiac output yang besar ini
koagulasi lain. Faktor XI dan XIII, serta
merupakan risiko postpartum yang khu-
antitrombin III menurun, dan faktor II
sus untuk pasien dengan penyakit jan-
dan V tidak berubah. Perubahan ini
tung, terutama penyakit dengan stenosis
menyebabkan penurunan sekitar 20%
katup fixed dan hipertensi pulmonal.
pada prothrombin time (PT) dan partial
Cardiac output kembali ke nilai sebe-
thromboplastin time (PTT) pada
lum persalinan sekitar 24 jam post par-
kehamilan normal. Hitung platetlet
tum dan menurun secara signifikan
dapat tetap normal atau sedikit
mendekati nilai sebelum hamil 2
menurun (10%) saat aterm sebagai
minggu post partum, dengan nilai kem-
akibat dilusi. Meskipun demikian, 8%
bali sepenuhnya ke kondisi sebelum
dari wanita sehat memiliki hitung
hamil antara 12 sampai 24 minggu
platelet kurang dari 150.000/mm3.
setelah persalinan.7,9,10
Dalam kondisi tanpa abnormalitas
hematologis lain, penyebabnya Resistensi Vaskuler Sistemik
umumnya adalah trombositopenia
gestasional.7,9,10 Cardiac output dan volume plasma
meningkat, tekanan darah sistemik

22 Volume IX, Nomor 1, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

menurun pada kehamilan tanpa kom-


plikasi akibat penurunan resistensi vas-
kuler sistemik. menurun 5% sampai
20% pada usia kehamilan 20 minggu
lalu secara bertahap meningkat men-
dekati nilai sebelum hamil dengan ber-
jalannya kehamilan. Tekanan darah ar-
terial diastolik menurun lebih besar da-
ripada tekanan darah arterial sistolik.
Tekanan vena sentral dan pulmonary
capillary wedge pressure tidak berubah
selama kehamilan, meskipun terjadi
peningkatan volume plasma, karena
kapasitansi vena meningkat.7,9,10

Kompresi Aortocaval

Kompresi aortocaval oleh uterus gravid


Gambar 1. Penampakan cross-sectional kom-
sebagai akibat dari posisi supine dihub-
presi aortocaval pada uterus gravid pada posisi
ungkan dengan penurunan tekanan supine dengan hilangnya kompresi pada posisi
darah sistemik. Hipotensi supine diala- lateral (A). Perubahan frekuensi jantung, stroke
mi oleh hampir 15% wanita saat aterm volume, dan cardiac output untuk posisisupine
(didefinisikan sebagai penurunan mean dan lateral dengan peningkatan usia kehamilan
(B). IVC, Inferior vena cava.
arterial pressure > 15 mmHg dengan
peningkatan frekuensi jantung >20 kali/
menit) dan seringkali dihubungkan serbasi stasis vena di kaki sehingga ter-
dengan diaphoresis, mual, muntah, dan jadi edema pergelangan kaki, varises,
perubahan status mental. Kelompok dan peningkatan risiko trombosis ve-
gejala ini disebut sindrom hipotensi na.7,9,10
supine. Salah satu respon kompensasi adalah
Saat aterm, vena cava inferior hampir peningkatan refleksif pada aktivitas sis-
secara komplet tertekan pada posisi su- tem saraf simpatis. Peningkatan aktivi-
pine dengan kembalinya darah dari tas simpatis ini menyebabkan pening-
ekstremitas inferior melalui vena epi- katan resistensi vaskuler sistemik dan
dural, azygos, dan vertebralis mengala- memungkinkan tekanan darah arterial
mi dilatasi. Selain itu, kompresi signif- terjaga meskipun terjadi penurunan car-
ikan pada arteri aortoiliaca terjadi pada diac output. Posisi supine dihindari
15% sampai 20% wanita hamil. Kom- pada teknik neuraxial untuk analgesia
presi vena cava pada posisi supine me- persalinan dan seksio cesaria.9,10
nyebabkan penurunan stroke volume
Peningkatan tekanan vena di bawah
dan cardiac output sebesar 10% sampai
nilai kompresi vena cava inferior men-
20% (Gambar 1), dan dapat mengeksa-

Volume IX, Nomor 1, Tahun 2017 23


Jurnal Anestesiologi Indonesia

galihkan venous return dari tubuh bagi- antara sistem sirkulasi kanan dan kiri
an bawah via plexus vena paravertebral (suatu ASD/atrial septal defect, VSD/
ke vena azygos. Aliran dari vena azy- ventricular septal defect, atau suatu
gos masuk ke vena cava superior untuk anomali aorticopulmonal) yang
bypass obstruksi yang terjadi dan men- memungkinkan terjadi shunting sir-
jaga venous return ke jantung. Dilatasi kulasi dua arah; dan (3) hipertensi pul-
vena epidural pada kehamilan dapat monal yang relatif fixed pada level sis-
menyeabkan kesalahan penempatan temik, yang disebabkan oleh elevasi
kateter epidural lebih mudah terjadi. irreversibel dari pulmonary vascular
Bolus anestetik lokal secara tidak sen- resistance (PVR).3,12
gaja ke dalam intravaskuler dapat ter-
jadi.8 Shunting pada tingkat arteri besar
menyebabkan peningkatan aliran darah
Sindrom Eisenmenger arteri pulmonal, peningkatan venous
return pulmonal ke atrium kiri
Sindrom Eisenmenger adalah left to
sehingga menyebabkan peningkatan
right shunt yang kronis dan tidak
left ventricular end-diastolic volume,
terkoreksi menyebabkan hipertrofi ven-
dan left ventricular stroke work sesuai
trikel kiri, peningkatan tekanan arteri
mekanisme Frank-Starling. Shunting
pulmonal, dan disfungsi ventrikel
pada tingkat arteri besar menyebabkan
kanan. Left to right intracardiac shunt-
penurunan tekanan darah diastolik
ing meningkatkan aliran (dan tekanan)
akibat aliran darah ke sirkuit paru yang
melalui vaskuler pulmonal dan me-
tekanannya rendah setelah katup aorta
nyebabkan pulmonary vascular remod-
menutup.
eling hingga terjadi pulmonary vascu-
lar disease. Tekanan diastolik yang rendah
menurunkan perfusi koroner, yang
Hipertensi pulmonal arterial dan pen-
berpotensi menyebabkan iskemia akibat
ingkatan tekanan jantung kanan me-
ketidakseimbangan dari penurunan
nyebabkan aliran balik shunt menjadi
delivery oksigen miokard dan
right to left atau bidirectional flow;
peningkatan demand oksigen. Akibat
yang disebut Sindrom Eisenmenger.
beban volume ini, ventrikel kiri
Faktor-faktor yang mempengaruhi ter-
akhirnya akan mengalami dilatasi dan
jadinya hipertensipulmonal: hiperkar-
hipertrofi yang menyebabkan
bia, asidosis, hipoksia, tekanan atrium
peningkatan left ventricular end
kiri yang tinggi, dan aliran darah pul-
diastolic pressure yang diikuti dengan
monal yang tinggi.10
peningkatan tekanan atrium kiri. Hasil
Patofisiologi Sindrom Eisenmenger akhirnya adalah edema paru akibat
kongesti vena pulmonal dan gagal
Sindrom Eisenmenger merupakan kon- jantung kiri.3,12,13
disi patofisiologik kompleks yang meli-
puti: (1) sianosis klinis; (2) komunikasi Adanya peningkatan PVR, akan
meningkatan tekanan ventrikel kanan

24 Volume IX, Nomor 1, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

dan akhirnya gagal jantung kanan. sianosis dan eritrositosis, disebut


Shunting pada atrium atau ventrikel, sindrom Eisenmenger.5
bila ukurannya besar, menyebabkan
Interaksi dengan Kehamilan
peningkatan volume ventrikel kanan,
selain efek hemodinamik akibat Peningkatan progresif dalam volume
shunting pada tingkat arteri besar. plasma menambah beban ventrikel
Paparan vaskuler paru terhadap kanan sehingga mempresipitasi ter-
peningkatan aliran dan tekanan dalam jadinya gagal jantung kanan. Penyakit
jangka panjang menyebabkan vaskuler paru yang telah ada sebe-
peningkatan PVR yang fixed. Bila PVR lumnya membatasi peningkatan aliran
melebihi SVR, shunt berbalik, terjadi darah ke paru dan meningkatkan kerja

Gambar 2. Patofisiologi lesi left-to-right shunting. Diagram alur menunjukkan faktor-faktor yang
mempengaruhi left-to-right shunting pada tingkat atrium, ventrikel, dan arteri besar, serta
patofisiologi yang disebabkan oleh shunt tersebut. Shunt yang besar akan menyebabkan gagal
ventrikel kiri, gagal ventrikel kanan, dan edema paru. Peningkatan aliran darah pulmonal dan
tekanan arteri pulmonal menyebabkan hipertensi pulmonal dan akhirnya sindrom Eisenmenger.. BP,
blood pressure; L, left; LA, left atrium; LV, left ventricle; LVEDP, left ventricular end-diastolic
pressure; LVEDV, left ventricular end-diastolic volume; PVR, pulmonary vascular resistance; R,
right; RV, right ventricle; RVEDP, right ventricular end-diastolic pressure; RVEDV, right
ventricular end-diastolic volume; SVR, systemic vascular resistance

Volume IX, Nomor 1, Tahun 2017 25


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 3. Tanda, gejala, dan penemuan pada Sindrom Eisenmenger


Tingkat mortalitas, tanpa adanya kehamilan, paling tinggi pada usia dekade ketiga dan
keempat 3,12,13

ventrikel kanan. Vasodilatasi sistemik mengeksaserbasi right-to-left shunt.


merupakan adaptasi fisiologis pada ke- Penurunan functional residual capacity
hamilan normal dan berhubungan (FRC) dan peningkatan kebutuhan oksi-
dengan peningkatan cardiac output dan gen akibat kehamilan juga menjadi pre-
renal blood flow. disposisi untuk terjadinya hipoksemia
maternal.12,14,15
Dengan penurunan SVR, shunting
kanan ke kiri pada pasien dengan sin- Komplikasi Sindrom Eisenmenger ter-
drom Eisenmenger semakin berat yang hadap maternal adalah mortalitas mater-
mengeksaserbasi hipoksia sehingga se- nal 30%-50%. Sebagian besar kom-
makin menambah vasokonstriksi pul- plikasi terjadi pada near term dan early
monal. Pada wanita dengan sindrom post-partum (minggu pertama) sehing-
Eisenmenger, kehamilan tidak akan ga memerlukan observasi postpartum di
menyebabkan penurunan PVR yang RS. Mortalitas disebabkan oleh gagal
biasanya terjadi karena PVR fixed jantung, kematian mendadak karena
secara patologis. Oleh karena itu, pen- aritmia atau tromboemboli. Gejala yang
ingkatan cardiac output dan aliran perlu diperhatikan: fatigue, edema pe-
darah pulmonal akibat kehamilan me- rifer memberat, palpitasi, chest pain
nyebabkan hipertensi pulmonal mem- (iskemia RV), dan/atau volume over-
berat. Penurunan systemic vascular re- load dan presyncope/syncope saat be-
sistance (SVR) akibat kehamilan raktivitas yang menunjukkan

26 Volume IX, Nomor 1, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

penurunan cardiac output, tromboem- Selain itu, harus dihindari manuver


bolisme. yang meningkatkan PVR (Tabel 4).
Bila pasien memerlukan operasi, baik
Komplikasi Sindrom Eisenmenger ter- anestesia regional maupun general
hadap fetal : Abortus, IUGR pada 30% dapat digunakan. Pada sindrom
kehamilan akibat hipoksemia maternal, Eisenmenger, jumlah right-to-left shunt
lahir prematur pada 50-60% kehami- sebagian bergantung pada rasio SVR
lan , tingkat mortalitas tinggi (28%), terhadap PVR. Anestesia epidural
47% lahir aterm, 33% antara 32-36 menyebabkan blok simpatis yang
minggu, dan 20% sebelum 31 minggu menurunkan SVR. Bila SVR menurun
Manajemen Anestesia pada Pasien tanpa disertai penurunan PVR, jumlah
Hamil dengan Sindrom Eisenmenger right-to-left-shunt meningkat.13

Manajemen anestesi sindrom


Eisenmenger seringkali menemui
kesulitan. Vasodilatasi sistemik pada
kehamilan sangat berbahaya pada
pasien dengan sindrom Eisenmenger.
Menjaga keseimbangan antara tekanan
sistemik (SVR) dan pulmonal (PVR)
adalah kunci dalam manajemen
anestesi. Penurunan SVR dapat
meningkatkan right-to-left shunting dan
Tabel 4. Faktor yang mempengaruhi PVR
menurunkan aliran darah pulmonal
sehingga memperberat hipoksemia
dengan risiko yang signifik an pada ibu Anestesi Umum
dan fetus.
Pada sindrom Eisenmenger, anestesia
Tujuan anestesi adalah untuk umum dapat mengeksaserbasi shunt
menghindari perubahan hemodinamik kanan ke kiri dan memperburuk
yang dapat memperburuk hipoksemia sianosis melalui beberapa mekanisme.
melalui peningkatan shunt kanan-ke- Yang pertama, banyak obat anestesia
kiri. teknik anestesia yang dipilih, yang menurunkan SVR dan
prinsipnya tetap sama. Cardiac output menurunkan cardiac output dengan
harus dijaga dan SVR tidak boleh meningkatkan kapasitansi vena atau
turun. Faktor-faktor yang menurunkan menyebabkan depresi miokard. Yang
cardiac output adalah: depresi miokard kedua, anestetik yang diberikan secara
secara langsung atau hilangnya cepat dalam dosis tinggi dapat
rangsangan simpatis ke jantung, mendepresi sirkulasi dan membebani
perubahan ekstrem pada frekuensi mekanisme refleks yang
jantung dan penurunan venous mengembalikan homeostasis sirkulasi.
11,14,18,
return. Yang ketiga, baik ventilasi tekanan

Volume IX, Nomor 1, Tahun 2017 27


Jurnal Anestesiologi Indonesia

positif maupun anestetik volatil dapat SVR negatif yang minimal (misalnya,
menurunkan tonus uterus dan menjadi etomidate) dan dipilih teknik berbasis
predisposisi terjadinya atonia uteri, opioid untuk menurunkan respon
yang dapat menyebabkan hipovolemia intubasi dan pembedahan. Ketamin
dan hipotensi. Ventilasi tekanan positif memiliki keuntungan dimana tidak
dapat menurunkan venous retrun dan menurunkan SVR sehingga aman dan
tekanan darah sistemik sehingga efektif untuk anestesia pada pasien
meningkatkanright-to-left shunting.3,15 dengan sindrom Eisenmenger. Ketamin
juga dianggap aman karena menjaga
Opioid lipofilik, seperti fentanyl, sufen- respirasi spontan dan refleks
tanil, dan remifentanil, merupakan laringofaring tetap intak sehingga
komponen anestesi umum yang dapat pasien dapat menjaga jalan nafasnya.15
digunakan karena mensupresi respon
stres neuroendokrin terhadap operasi Anestesi Regional
tanpa menyebabkan depresi kardiovas-
Anestesia neuraxial memiliki
kuler. Barbiturat menyebabkan
keuntungan, yaitu dapat menghindari
hipotensi akibat kombinasi penurunan
depresi miokard, tetapi risiko SVR
cardiac output , penurunan tonus
sangat menurun akibat blok simpatik,
pembuluh darah sistemik. konsentrasi
terutama dengan anestesia spinal bolus
anestetik volatil arterial sangat
tunggal. Penggunaan epinefrin
menurun.
dihindari karena menyebabkan
Induksi inhalasi akan lebih lambat dan takikardia dan aritmia, yang akan
diperlukan konsentrasi anestetik volatil meningkatkan kebutuhan oksigen dan
yang lebih tinggi. Hampir semua kurang ditoleransi pada sindrom
anestetik inhalasi menyebabkan eisenmenger.
hipotensi akibat efek yang bervariasi
Ketinggian blok sensoris harus
pada SVR dan kontraktilitas miokard
seimbang antara keamanan dan
sehingga tidak disarankan
15 kenyamanan. Dalam sebuah literatur
penggunaannya. Anestesia umum
dikatakan bahwa ketinggian blok dijaga
dapat diberikan dengan kombinasi
maksimal pada T6 daripada T4 yang
narkotik short-acting intravena seperti
dapat menyebabkan bradikardi dengan
fentanyl selain induksi dosis rendah
blok simpatis serabut saraf
thiopentone sodium atau ketamine atau
kardioakselerator pada pasien dengan
agen inhalasi. ketamin secara teori lebih
risiko tinggi.15 Perubahan hemodinamik
menguntungkan daripada barbiturat
dan respirasi biasanya minimal dengan
sebagai agen induksi, dimana ketamine
anestesia epidural yang dimanajemen
tidak menurunkan SVR tetapi
dengan baik.
menyebabkan peningkatan frekuensi
jantung, yang tidak diharapkan. Pemberian oksitosin bolus pada pasien
dengan penyakit jantung dalam dosis
Anestesi kardiak yang menggunakan
tinggi dapat menyebabkan vasodilatasi
agen induksi dengan efek inotropik dan

28 Volume IX, Nomor 1, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

dan penurunan SVR dengan Manajemen Postoperatif


kompensasi takikardia, serta
Pada periode postoperatif, penting
meningkatkan stres kardiak. Infus
untuk menghindari hipoksia yang akan
perlahan dengan oksitosin yang telah
meningkatkan PVR. Selain itu, harus
diencerkan biasanya dapat ditoleransi.
dihindari perubahan ekstrem frekuensi
Agen uterotonik lainnya seperti
jantung, terapi oksigen, dan mobilisasi
ergometrine dapat menyebabkan
dini direkomendasikan.
hipertensi sistemik dan vasokonstriksi
koroner. Prostaglandin F2 - alfa RINGKASAN
memiliki potensi menyebabkan
hipertensi pulmonal berat bila bolus Perubahan signifikan pada fisiologi
dalam dosis besar diinjeksi secara maternal merupakan pertimbangan
langsung ke dalam sirkulasi.15 dalam melakukan prosedur anestesi.
Penyakit penyerta pada kehamilan
Monitoring membuat teknik anestesi baik anestesi
umum maupun anestesi regional
Tujuan monitoring adalah untuk
menjadi suatu pertimbangan tersendiri.
mendeteksi secara dini perubahan
Kelainan jantung dalam kehamilan
mendadak pada hemodinamik sehingga
dapat membuat bertambahnya resiko
dapat diberikan penanganan segera
morbiditas dan mortalitas pada ibu dan
untuk mencegah komplikasi.
janin. Keadaan tersebut membutuhkan
Monitoring intraoperatif yang ketat
perawatan multidisplin antara ahli
pada pasien sindrom Eisenmenger
kandungan, anestesi serta anak.
penting dilakukan.
Manajemen anestesi pada kehamilan
Pulse oxymetry merupakan cara dengan kelainan jantung
termudah untuk menilai derajat right-to ( sindrom eisenmenger ) sering
-left shunt. Monitoring tekanan darah menemui kesulitan. Namun yang
arterial invasif dan CVP terpenting adalah prinsip untuk
direkomendasikan sebagai parameter menjaga keseimbangan antara SVR dan
terapi cairan dan infus vasopressor. PVR. Baik teknik anestesi umum dan
Karena tekanan darah seringkali anestesi regional harus memperhatikan
merupakan indikasi yang lemah untuk cardiac output dan SVR untuk tidak
perfusi jaringan, monitoring cardiac turun, serta menghindari terjadinya
output mungkin diperlukan. Kegunaan peningkatan PVR. Monitoring harus
kateter arteri pulmonal masih tetap dilakukan tidak hanya pada
kontroversial pada pasien sindrom preoperatif, intraoperatif tetapi
Eisenmenger. TEE dapat memberikan postoperatif juga harus dilakukan
informasi fungsi jantung dan shunting karena komplikasi postoperatif dapat
intrakardiak, tetapi tidak ditoleransi meningkatkan resiko kematian pada
pada pasien sadar.13 ibu.

Volume IX, Nomor 1, Tahun 2017 29


Jurnal Anestesiologi Indonesia

DAFTAR PUSTAKA Hlm 2329-31.

1. Bisri T, Sri Wahjoeningsi, Bambang 8. Frölich, M.A. Maternal & Fetal


SS. Anestesi obstetri. Komisi Physiology & Anesthesia. New York:
pendidikan Sp.AnKAO. Saga olachitra; McGraw-Hill. 2013. Hlm.826.
2013.Hlm.119-27.
9. Morgan GE, . MikhailMS, MurrayMJ.
2. Hartanuh S. Penyakit jantung pada Obstetrics aneshesia. In:Lange, ed.
kehamilan. Dalam: FKUI, Arjatmo T, Clinical anesthesiology 4th. Mac-graw
penyuting. Buku ajar kardiologi. hills companies; 2013.Hlm 847-55.
Jakarta: Balai penerbitan
10. Harnett M, Tsen LC. Cardiovascular
FKUI.2004.Hlm 289-97
diseases. In Chesnut DH, Polley LS,
3. Mushlin P.S. and K.M. Davidson. Car- Tsen LC,Wong CA, eds. Obstetric
diovascular Disease in Pregnancy. In anesthesia principle and practice.
Anesthetic and Obstetric Management Philadelphia:Mosby;2009.Hlm 881-912
of High-Risk Pregnancy Third Edition.
11. Saxena, A, T. Chand, S.K. Arya, A.
Sanjay Datta. New York: Springer-
Mittal, and Parimal. 2012. Total Intra-
Verlag.2004.Hlm 186
venous Anasthesia in A Patient with
4. Baum, V.C, S.A. Stayer, D.B. Androp- Eisenmenger Syndrome: Case Report.
oulos, and I.A. Russell. Approach to J.Anesth Clinic Res 2012,3:10.
the Teenaged and Adult Patient. In An-
12. Borges, V.T.M, C.G.Magalhaes,
esthesia for Congenital Heart Disease.
A.M.V.C. Martins, and B.B Matsubara.
D.B. Andropoulos, S.A. Stayer, I.A.
Eisenmenger Syndrome in Pregnancy.
Russell. Massachusetts: Blackwell Pub-
Arq Bras Cardiol. 2007.;90(5):39-40.
lishing. 2005. Hlm 216-7.
13. Harnett, M, P.S. Mushlin, and
5. Bent, S.T. Anesthesia for Left-to-Right
W.R. Camann. Cardiovascular Disease.
Shunt Lesions. In Anesthesia for
In Chestnut: Obstetric Anesthesia: Prin-
Congenital Heart Disease. D.B.
ciples and Practice,3rd. ed.
Andropoulos, S.A. Stayer, I.A. Russell.
D.H. Chestnut. Philadelphia:
Massachusetts: Blackwell Publishing.
Mosby.2004. Hlm 709
2005. Hlm 297-8.
14. Cole, P.J, M.H. Cross, and M. Dresner.
6. Carvalho, B. and E. Jackson. Structural
Incremental spinal anesthesia for elec-
Heart Disease in Pregnant Women. In
tive Caesarean section in a patient with
Obstetric Anesthesia and Uncommon
Eisenmenger’s syndrome. Br J Anaesth
Disorders 2nd edition. D.R. Gambling,
2001;86:723-6.
M.J. Douglas, R.S.F. McKay. New
York: Cambridge University Press. 15. Fang, G., Y. K. Tian, and W.Mei.
2008.Hlm 2,6,7,12,21-2 Anaesthesia Management of Caesarean
Section in Two Patients with
7. Flood, P. and M.D. Rollins. Anesthesia
Eisenmenger’s Syndrome. Hindawi
for Obstetrics. Dalam Miller’s
Publishing Corporation Anesthesiology
Anesthesia. Eighth edition. R.D.
Research and Practice 2011, Article ID
Miller. Philadelphia: Elsevier.2015.
972671, 4 pages.

30 Volume IX, Nomor 1, Tahun 2017

Potrebbero piacerti anche