Sei sulla pagina 1di 6

ISSN 1829-9407 (Print)

ISSN 2581-0898 (Online)

Volume 15, No. 1, Januari 2018


Page: 567-572 https://ejournal.kesling-poltekkesbjm.com/index.php/JKL/article/view/41

PERBANDINGAN PENAMBAHAN BIOAKTIVATOR EM-4 (Effective Microorganisme )


DAN MOL (Microorganisme Local) KULIT NANAS (Anana comosus L.Merr)
TERHADAP WAKTU TERJADINYA KOMPOS

Supianor, Juanda, Hardiono


Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kesehatan Lingkungan
Jl. H. Mistar Cokrokusumo No.1A Banjarbaru Kalimantan Selatan 70714
E-mail: yanurbakhtiar@gmail.com

Abstract: The Comparison Of Additional Bio-Activator EM-4 (Effective


Microorganism) And Mol (Microorganisme Local) Pineapple (Ananas Comosus
L.Merr) Skin To The Composting Time. Composting is the reform process
(decomposition) and stabilization of organic materials by microorganism in controlled
environment (controlled) and its final outcome of humus or compost. It can be speed up by
addition other ingredients called the activator. Activator is material consisting of
enzymes and microorganisms (bacterial culture) that can accelerate the composting
process. This study aimed to determine the effect of additional bioactivator EM-4
(Effective Microorganism) and MOL (Microorganism Local) pineapple skin (Ananas
comosus l.merr) skin to the composting time. They was administered on each treatment
and observed for 24 day. The result of the compost with the addition bio-activator EM-4
took for 16 days and compost with the addition MOL pineapple skin took for 14 days.
Based on the statistical analysis by One Way Analysis of Variance method with α = 0.05
was significant effect between the addition of bio-activator EM-4 and MOL pineapple skin
to the compositing time with average composting time for 16 and 14 days. Further study
can be conducted by potential materials as basic raw materials for MOL such as fruits
(banana, sugar cane, jackfruit), animal and human urine, and food scraps.

Keywords: Bio-activator; Composting time; Effective Microorganism; Microorganism


Local

Abstrak: Perbandingan Penambahan Bioaktivator EM-4 (Effective Microorganisme)


Dan Mol (Microorganisme Local) Kulit Nanas (Anana Comosus L.Merr) Terhadap
Waktu Terjadinya Kompos. Pengomposan merupakan proses perombakan
(dekomposisi) dan stabilisasi bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan
lingkungan terkendali (terkontrol) dengan hasil akhir humus atau kompos. proses
pengomposan dapat dipercepat dengan cara menambahkan bahan lain yang disebut
aktivator. Aktivator merupakan bahan yang terdiri dari enzim dan mikroorganisme
(kultur bakteri) yang dapat mempercepat proses pengomposan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbandingan penambahan boaktivator EM-4 dan MOL kulit nanas
terhadap waktu terjadinya kompos. Bioaktivator EM-4 dan MOL kulit nanas diberikan
pada masing-masing perlakuan dan dilakukan pengamatan selama kurun waktu 24 hari.
Hasil pengamatan didapatkan kompos dengan penambahan bioaktivator EM4
memerlukan waktu selama 16 hari dan kompos dengan penambahan MOL kulit nanas
dengan waktu 14 hari. Dari uji statistik dengan menggunkan metode One Way Analisys Of
Variance dengan α 0,05 didapatkan ada pengaruh yang signifikan antara penambahan
bioaktivator EM4 dan MOL kulit nanas terhadap waktu terjadinya kompos dengan rata-
rata waktu pengomposan selama 16 dan 14 hari. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan
dengan cara menggunakan bahan-bahan yang memungkinkan dapat dijadikan sebagai
bahan dasar pembuatan MOL seperti buah-buahan (pisang, tebu, nangka), urine hewan,
urine manusia dan sisa-sisa makanan.

Kata Kunci: Bioaktivator; Effective Microorganisme; Microorganisme local; Waktu


terjadinya kompos.

Article history: Received August 16, 2017, Received in revised form June 23, 2018, Accepted July 8, 2018
568 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 15 No. 1, Januari 2018

PENDAHULUAN Agar semua lapisan masyarakat dapat


Peningkatan jumlah penduduk dengan mudah membelinya maka dibuat-
berdampak langsung pada meningkatnya lah Microorganisme local (MOL) sebagai
jumlah timbulan sampah, Menurut data alternatif variasi dari EM-4. MOL adalah
Badan Pusat Statistik tahun 2015, tercatat cairan yang dibuat dari bahan bahan lokal
jumlah penduduk Indonesia mencapai yang terdapat disekitar kita seperti buah-
255.461.686 jiwa, dengan asumsi timbu- buahan, nasi basi bahkan urine hewan[4].
lan sampah 0,6 kg/org/hari, maka timbu- Bahan baku pembuatan MOL bisa
lan sampah di Indonesia tahun 2016 didapatkan dari sisa buah buahan, salah
mencapai 153.277 ton/hari, jumlah satunya nanas. Berdasarkan kandungan
sampah ini diprediksi akan terus mening- nutriennya, kulit nanas mengandung
kat setiap tahunnya. Menurut data lapo- enzim bromelin. Enzim bromelin dapat
ran akhir JAKSTRANAS tahun 2013, di berfungsi sebagai katalis biologi (bio-
Indonesia sebagian besar jenis sampah katalisator) yang pada dasarnya dapat
merupakan sampah basah atau organik berfungsi untuk mengkatalis setiap reaksi
(60%) dari total volume sampah yang di dalam sel hidup, seperti bakteri
tidak hanya berpotensi mencemari ling- sehingga kerja bakteri lebih optimal[5],
kungan namun juga dapan menjadi selain itu kulit nanas mengandung
sumber penularan penyakit apabila tidak karbohidrat dan gula yang cukup tinggi.
dikelola dengan baik. Secara umum Menurut Wijana, dkk dalam Andaka,
sampah dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu 2010, nanas mengandung 81,72 % air,
sampah organik dan non organik. Sampah 20,87 % serat kasar, 17,53 karbohidrat,
organik adalah sampah yang dapat terurai 4,41 % protein, 0,02 % lemak, 1,66 %
atau membusuk yang berasal dari limbah serat basah, dan 13,65% gula reduksi. Di
tanaman, sisa kotoran hewan, dan dalam limbah kulit nanas juga terkandung
kotoran manusia sedangkan ampah anor- nitrogen sebesar 953,191 mg/l, fosfor
ganik adalah sampah yang bukan berasal sebesar 58,5154 mg/l dam kalium
dari makhluk hidup, seperti plastik dan sebesar 1275 mg/l. Karbohidrat dan gula
logam yang sulit terurai[1]. merupakan unsur yang diperlukan
Pengolohan sampah organik salah mikroorganisme untuk bertahan hidup.
satunya dapat dilakukan dengan Dengan masih banyaknya kandungan
pengomposan. Pengomposan merupakan Kabohidrat dan gula serta unsur hara
proses perombakan (dekomposisi) dan pada kulit nanas, maka kulit nanas dapat
stabilisasi bahan organik oleh mikro- dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk
organisme dalam keadaan lingkungan ter- pembuatan MOL[6].
kendali (terkontrol) dengan hasil akhir
humus atau kompos[2]. Pembuatan kom- BAHAN DAN CARA PENELITIAN
pos pada umumnya membutuhkan waktu Jenis penelitian yang digunakan
yang lama, namun dengan kemajuan adalah bersifat eksperimental yaitu untuk
teknologi, proses pengomposan dapat di- mengetahui suatu gejala/pengaruh yang
percepat dengan cara menambahkan ba- timbul, sebagai akibat dari adanya
han lain yang disebut aktivator. Aktivator perlakuan tertentu[7]. Dalam penelitian
merupakan bahan yang terdiri dari enzim, ini adalah untuk mengetahui perban-
asam humat bahan, dan mikroorganisme dingan dengan menambahkan 2 jenis
(kultur bakteri) yang dapat mempercepat bioaktivator yaitu EM-4 dan MOL kulit
proses pengomposan. Beberapa aktivator nanas terhadap waktu terjadinya kompos.
yang berada dipasaran diantaranya EM-4 Desain atau rancang bangun penelitian
(Effective microorganism). EM-4 merupa- yang digunakan adalah Post-test Only
kan bahan yang mengandung beberapa Control Group Design, yaitu intervensi
mikroorganisme yang sangat bermanfaat telah dilakukan (X), kemudian dilakukan
dalam proses pengomposan[3]. namun pengukuran (observasi) atau post-test (O).
penggunaan EM-4 dianggap kurang efektif Rancangan penelitian ini dengan melaku-
untuk masyarakat karena tidak semua kan perlakuan penambahan bioaktivator
lapisan masyarakat dapat membelinya. EM-4 dan MOL kulit nanas serta meng-
Supianor, Juanda, Hardiono. Perbandingan Penambahan Bioaktivator EM-4 569
(Effective Microorganisme) Dan Mol (Microorganisme Local) Kulit Nanas
(Anana Comosus L.Merr) Terhadap Waktu Terjadinya Kompos

gunakan control sebagai pengendali per- Setelah didapatkan nilai C/N nya maka
lakuan. Pengujian dilakukan sebanyak 9 dapat ditentukan perbandingan jumlah
kali pengulangan dari 3 buah perlakuan sampah yang akan diolah, dalam
sehingga jumlah seluruhnya sebanyak 27 penelitian ini diolah 100 kg yang dibagi
sampel. Analisa data menggunakan menjadi 3 kolompok perlakuan (kontrol,
bantuan komputer, metode yang diguna- EM-4 dan MOL kulit nanas), dengan
kan adalah One Way Analisys Of Variance perbandingan 33,3 kg sampah buah, 20 kg
untuk melihat adakah perbedaan yang rumput liar, kotoran sapi 13,3 kg, dan
bermakna antar perlakuan dilakukan uji daun 33,3 kg yang dicampur dan dibagi
ANOVA menggunakan alpha 5 % (0,05), sesuai perlakuan.
apabila dihasilkan p < 5 % maka Ho Dalam proses pengomposan dilaku-
ditolak. kan pengukuran keadaan fisik meliputi
suhu, kelembaban dan pH. Pengamatan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN proses pengomposan dilakukan selama
Dalam penelitian ini digunakan EM- kurun waktu 24 hari, adapun ciri-ciri
4 dan MOL kulit nanas sebagai starter kompos yang sudah matang dapat dike-
dalam proses pengomposan serta kontrol, tahui dengan mengenali bentuk fisiknya
untuk melihat perbedaan dalam waktu sebagai berikut: jika diraba, suhu
terjadinya kompos. Bahan organik utama tumpukan bahan sudah dingin, mendekati
dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 4 suhu ruang, tidak mengeluarkan bau
bahan campuran yang sudah dihitung busuk lagi, berwarna kehitaman seperti
nilai C/Nnya sehingga proses pengom- tanah, strukturnya gembur, tidak meng-
posan dapat berjalan dengan efektif, gumpal[8].
adapun bahan campuran tersebut yaitu Hasil pengukuran suhu selama
(sampah buah, rumput liar, sampah daun, proses pengomposan dari 3 perlakuan
serta kotoran sapi) dari perbandingan (kontrol, EM-4 dan MOL) dapat dilihat
nilai C/N idealnya berkisar antara 25-35. pada Grafik 1 berikut :

50
45
40
Control
35
EM4
30
Suhu (oC)

MOL
25
Rentang Atas
20
Rentang Bawah
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Waktu terjadinya kompos (Hari)

Gambar 1. Suhu masing-masing perlakuan selama proses pengomposan

Berdasarkan Grafik 1 diatas dapat suhu menjadi semakin meningkat pada


diketahui, bahwa suhu pada awal awal hari ke 2 dan ke 3 dan mencapai
pembuatan pada masing masing perla- puncaknya pada hari ke 6 dan 7, itu me-
kuan mengalami kenaikan seiring nandakan adanya proses dekomposisi
berjalannya waktu. Pada perlakuan de- pada kompos oleh mikroorgnisme. Selama
ngan penambahan kontrol, EM-4 dan tahap-tahap awal proses, oksigen dan
MOL, suhu kompos yang ada pada awal senyawa-senyawa yang mudah terdegra-
proses berada di kisaran 23C. Kemudian
570 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 15 No. 1, Januari 2018

dasi dimanfaatkan oleh mikroba meso- EM-4 dan MOL) dapat dilihat pada Grafik
filik. 2 berikut :
Hasil pengukuran pH selama proses
pengomposan dari 3 perlakuan (kontrol,

8
7
6 Control
5 EM4
MOL
4
pH

Batas Atas
3 Batas bawah
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Waktu terjadinya kompos (Hari)

Gambar 2. pH masing-masing perlakuan selama proses pengomposan

Berdasarkan Grafik 2 diatas dapat Hasil pengukuran Kelembaban


diliketahui bahwa tingkat pH pada selama proses pengomposan dari 3
masing-masing perlakuan mengalami per- perlakuan (kontrol, EM-4, dan MOL)
bedaan, namun masih dalam batas dapat dilihat pada Grafik 3 berikut :
normal, pH yang optimum dalam proses
pengomposan yaitu berkisar 6,5-7,5

80
70
Control
60
kelembaban (%)

EM4
50
MOL
40
Batas atas
30
Batas bawah
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Waktu terjadinya kompos (Hari)

Gambar 3. Kelembaban masing-masing perlakuan selama proses pengomposan

Berdasarkan Grafik 3 diatas dapat kelembaban kompos mulai menurun ke


diketahui kelembaban pada saat awal kisaran 60-40% pada hari berikutnya.
pembuatan kompos memiliki kelembaban Pada akhir proses pembuatan, kompos
yang cukup tinggi yaitu 70%. Kelembaban menjadi semakin kering hingga berada di
kompos yang optimum berkisar antara kisaran antara 40%. Waktu terjadinya
40-60%. Setelah beberapa hari kelem- kompos dapat dilihat pada tabel 1 berikut
baban berada di angka yang diharapkan, ini:
Supianor, Juanda, Hardiono. Perbandingan Penambahan Bioaktivator EM-4 571
(Effective Microorganisme) Dan Mol (Microorganisme Local) Kulit Nanas
(Anana Comosus L.Merr) Terhadap Waktu Terjadinya Kompos

Tabel 1. Waktu terjadinya kompos pada masing-masing perlakuan

Perlakuan
Ulangan
Kontrol EM-4 MOL Kulit Nanas
1 21 16 14
2 22 17 14
3 21 15 13
4 20 15 14
5 20 17 13
6 20 16 13
7 21 16 14
8 23 16 15
9 22 17 15
Jumlah 190 145 125
Rata-rata 21,1 hari 16,1 hari 13,8 hari

Hasil perlakuan-perlakuan tersebut statistik One Way Analisys Of Variance


kemudian dilakukan uji statistik, hasil uji dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Analisys Of Variance

Sum of
df f Sig.
Squares
Between Groups 246.296 2 123.148
Within Groups 18.667 24 .778 .000
Total 264.963 26

Berdasarkan hasil uji statistik One buhan bakteri yang menguntungkan dan
Way Analisys Of Variance diatas dapat menghambat pertumbuhan bakteri pato-
diketahui bahwa nilai sig < 5 % yaitu gen, EM-4 juga berfungsi sebagai peng-
0.000, maka Ho ditolak yang artinya ada gembur tanah dan menstabilkan pH
perbedaan pengaruh penambahan bioak- selama peroses pengomposan[10].
tivator EM-4 dan MOL kulit nanas terha- Berdasarkan hasil uji statistik yang
dap waktu terjadinya kompos. sudah dilakukan dimana dapat diketahui
Berdasarkan hasil uji statistik yang ada perbedaan yang bermakna antara
sudah dilakukan dapat diketahui ada MOL kulit nanas dengan waktu terjadinya
perbedaan yang bermakna antara EM-4 kompos dengan rata-rata waktu pengom-
dengan waktu terjadinya kompos dengan posan selama 14 hari, apabila diban-
rata-rata waktu pengomposan selama 16 dingkan dengan kontrol dengan waktu
hari, apabila dibandingkan dengan kon- yang dibutuhkan sebanyak 21 hari, maka
trol dengan waktu yang dibutuhkan perlakuan dengan menambahkan EM-4
sebanyak 21 hari, maka perlakuan dengan pada kompos dapat menghemat waktu se-
menambahkan EM-4 pada kompos dapat banyak 8 hari.
menghemat waktu sebanyak 6 hari. EM-4 Penggunaan MOL kulit nanas dapat
dapat menghemat waktu pengomposan menghemat waktu pengomposan dikare-
dikarenakan EM-4 mengandung berbagai nakan kandungan dan jenis mikroor-
jenis bakteri seperti bakteri fotosintetik, ganisme yang terdapat dalam MOL berupa
Lactobacillus sp, Streptomyces sp, ragi bakteri penyubur tanah, Biasanya dalam
(yeast), Actinomycetes yang berfungsi MOL tidak hanya mengandung 1 jenis
untuk menguraikan bahan bahan organik mikroorganisme tetapi beberapa mikro-
sehingga waktu pengomposan dapat organisme diantaranya Rhizobium sp,
berjalan lebih singkat[9]. Selain itu EM-4 Azospirillium sp, Azotobacter sp, Pseu-
juga mengandung berbagai bakteri yang domonas sp, Bacillus sp dan bakteri
bermanfaat dalam mendukung pertum- pelarut phospat[8]. MOL berbahan kulit
572 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 15 No. 1, Januari 2018

nanas berotensi masih mengandung Penggunaan MOL terbukti dapat


enzim bromelin. Enzim bromelin dapat mempercepat proses pengomposan, un-
berfungsi sebagai katalis biologi (bioka- tuk itu hendaknya masyarakat meman-
talisator) yang pada dasarnya dapat faatkan bahan-bahan yang ada seperti
berfungsi untuk mengkatalis setiap reaksi buah-buahan, nasi basi dan lainnya seba-
di dalam sel hidup, seperti bakteri gai alternatif EM-4 untuk pembuatan
sehingga kerja bakteri lebih optimal, kompos. Untuk penelitian selanjutnya
enzim ini umumnya terdapat pada buah, dapat dilakukan dengan menggunakan
daun dan kuliit nanas[5]. bahan-bahan yang kemungkinan dapat
Berdasarkan hasil uji statistik yang dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan
sudah dilakukan dimana dapat diketahui MOL seperti buah-buahan (pisang, tebu,
ada perbedaan yang bermakna antara nangka), urine hewan, urine manusia dan
penambahan EM-4 dan MOL kulit nanas sisa-sisa makanan.
dengan waktu terjadinya kompos dengan
rata-rata waktu pengomposan selama 16 KEPUSTAKAAN
hari dan 14 hari, apabila dibandingkan 1. Mulyono. (2014). Membuat MOol dan
antar masing-masing perlakuan, maka Kompos Dari Sampah Rumah Tangga.
perlakuan dengan menambahkan MOL Jakarta: Agromedia.
kulit nanas pada kompos dapat meng- 2. Simamora, Salundik. (2006).
hemat waktu sebanyak 2 hari dibanding- Meningkatkan Kualitas Kompos.
kan dengan penambahan EM-4. Jakarta: Agromedia.
Perlakuan dengan menambahkan 3. Djuarnani nan, Ristiani, Sosilo.
dengan MOL kulit nanas dapat memper- (2007). Cara Jitu Membuat Kompos.
cepat proses pengomposan dikarenakan Jakarta: Agromedia.
bahan dari pembuatan MOL tersebut. 4. Husna, Nadhifa. (2013). Bincang
Dalam limbah kulit mengandung suatu Agribisnis MOL (Microorganisme
enzim yang bernama enzim bromelin. Local). Retreved Januari Kamis, 2017,
Enzim bromelin dapat berfungsi sebagai from Jejak Penyuluhan. http://jejak
katalis biologi (biokatalisator) yang pada penyuluh.blospot.co.id/2013/08/mol
dasarnya dapat berfungsi untuk mengka- .html.
talis setiap reaksi di dalam sel hidup, 5. Salahudin, Farid. (2011). Pengaruh
seperti bakteri sehingga kerja bakteri Bahan Pengedap Pada Isolasi Enzim
lebih optimal, enzim ini umumnya terda- Bronelin Dari Bonggol Nanas.
pat pada buah, daun dan kuliit nanas[5]. Biopropal Industri, 27-31.
6. Niddan, Neo Husein, Suwarni, Amalia
KESIMPULAN DAN SARAN & Rizki. (2015). Pengaruh Penyem-
Berdasarkan hasil uraian pembaha- protan Pupuk Organik Cair Limbah
san mengenai perbandingan penambahan Jeroan Ikan dan Limbah Kulit Nanas
bioaktivator EM-4 (Effective microor- terhadap Laju Pertumbuhan Tana-
ganism) dan MOL (Microorganisme local) man. Jurnal Kesehatan Lingkungan,
kulit nanas terhadap waktu terbentuknya 135-141.
kompos, dapat diambil kesimpulan ada 7. Notoadmojo, Soekidjo, (2012).
perbedaan penambahan bioaktivator EM- Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka
4 terhadap waktu terjadinya kompos Cipta.
dengan rata-rata waktu pengomposan 16 8. Simamora, Salundik. (2006). Mening-
hari, ada perbedaan penambahan bioakti- katkan Kualitas Kompos. Jakarta:
vator MOL kulit nanas terhadap waktu Agromedia.
terjadinya kompos dengan rata-rata 9. Yovita, Indriani. (2012). Membuat
waktu pengomposan 14 hari, ada perbe- Kompos Kilat. Jakarta: Penebar
daan penambahan bioaktivator EM-4 dan Swadaya
MOL kulit nanas terhadap waktu terja- 10. Redaksi Agromedia. (2007). Cara
dinya kompos dengan waktu pengompo- praktis Membuat Kompos. Jakarta:
san masing masing 16 hari dan 14 hari. Agromedia.

Potrebbero piacerti anche