Sei sulla pagina 1di 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/320716811

Kajian Sambungan Balok Kayu Bangkirai Dengan Claw Nail Plate

Article · August 2006

CITATIONS READS
0 474

1 author:

Arusmalem Ginting
Universitas Janabadra
25 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Arusmalem Ginting on 30 October 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KAJIAN SAMBUNGAN BALOK KAYU
BANGKIRAI DENGAN CLAW NAIL PLATE
Arusmalem Ginting
Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Janabadra Yogyakarta

Jurnal Wahana Teknik


(Jurnal Bidang Keteknikan Antar Perguruan Tinggi Swasta DIY)
Vol. 8, No. 2, Agustus 2006
KAJIAN SAMBUNGAN BALOK KAYU BANGKIRAI DENGAN
CLAW NAIL PLATE

Arusmalem Ginting1

Abstract: Connection was the weakest point in wood structures especially that still was conventional
connection. Safe factor that was used still quite high so as the use of wood became wasteful. Development
modern timber connector was expected to be able to save wood. The goal of this research was to know
the physical and mechanics characteristics of bangkirai wood that covered the specific gravity, moisture
content, tension stresses, compression stresses, bending stresses and behaviour of beam connector used
claw nail plate. The testing of beam connector used bangkirai wood measurement 6/10 cm and long 150
cm with 2 variations that is connector with left right side position used claw nail plate type 10C4 and
connector with upper low side position used claw nail plate type 6C2. Results of the research was gotten
moisture content bangkirai wood 14.632 %, the specific gravity 0.902, tension stresses 971.992 kg/cm2,
compression stresses 657.63 kg/cm2, modulus of elasticity 125312 kg/cm2, and bending stresses 1229.31
kg/cm2. The capacity supported the load of claw nail plate connecting in upper low side position better
than the left right side position.

Kata-kata Kunci: Sambungan Balok, Kayu Bangkirai dan Claw Nail Plate

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan kayu baik jenis maupun
kwantitasnya yang tersebar diseluruh kepulauan Indonesia. Kayu adalah sumber
kekayaan alam yang dapat diperbaharui (renewable) yang tidak akan habis apabila
dikelola atau diusahakan dengan baik. Kayu yang sudah ditebang di hutan harus segera
ditanam kembali sebagai pohon-pohon pengganti agar sumber kayu tidak habis.
Penebangan hutan secara liar di Indonesia berakibat semakin menipisnya jumlah kayu
dan menyebabkan sulitnya mendapatkan kayu dengan dimensi dan panjang sesuai
kebutuhan. Untuk mendapatkan panjang kayu sesuai dengan kebutuhan dilakukan
penyambungan kayu. Sambungan perpanjangan kayu dapat berupa sambungan aksial
seperti sambungan pada batang desak dan batang tarik atau dapat juga berupa
sambungan momen seperti yang terjadi pada balok.
Sambungan merupakan titik terlemah dalam struktur kayu khususnya yang
masih berupa sambungan konvensional, dimana faktor aman yang digunakan masih
cukup tinggi sehingga mengakibatkan kurang hematnya pemakaian kayu. Munculnya
alat-alat sambung baru atau modern (modern timber connector) diharapkan dapat
menghemat pemakaian kayu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik dan sifat mekanika
kayu bangkirai yang meliputi berat jenis, kadar air, kuat tarik, kuat desak, kuat lentur
dan perilaku sambungan balok menggunakan claw nail plate yang ditempatkan pada
dua posisi yang berbeda yaitu posisi samping kiri kanan dan posisi atas bawah.

Arusmalem Ginting adalah Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra,
Yogyakarta
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kayu Bangkirai

Kayu bangkirai mempunyai nama botani Shorea Laevifolia Endert yang banyak
dijumpai didaerah hutan tropis dan sub tropis, terutama di kepulauan Kalimantan dan
Sumatra dalam jumlah yang besar. Kayu Bangkirai termasuk dalam kategori kelas awet
I dan kelas kuat I – II, yang mempunyai berat jenis pada kondisi kering udara sebesar
0,60 – 1,16 atau rata-rata 0,91. Kayu ini tahan terhadap rayap dan mudah diolah.
Kembang susutnya hanya sedikit dan mudah didapat dalam ukuran yang besar tanpa
cacat-cacat. Kayu Bangkirai banyak dipakai untuk konstruksi terlidung (Wiryomartono,
1976).

2.2. Sifat Fisik Kayu

2.2.1. Berat jenis kayu

Berat jenis kayu diperoleh dari perbandingan antara berat suatu volume kayu
tertentu dengan volume air yang sama pada suhu standar, umumnya berat jenis kayu
ditentukan berdasarkan kering udara dan volume kayu pada kadar air tersebut
(Dumanauw, 1984).
Berat zat kayu untuk segala jenis kayu hampir sama. Berat jenis zat kayu sekitar
1,54. Karena susunan sel kayu pada berbagai pohon berbeda-beda, berat jenis dan angka
rapat kayu berbeda-beda pula, tergantung jumlah zat kayu tiap satuan volumnya
(Soehendradjati, 1990).
Faktor tempat tumbuh, iklim, letak geografis dan spesies dapat berpengaruh
terhadap berat jenis, demikian pula letak bagian kayunya berpengaruh terhadap berat
kayu (Haygreen dan Bowyer, 1996).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutiono (2004), berat jenis rata-rata
kayu Bangkirai sebesar 0,913 g/cm3.

2.2.2. Kadar air kayu

Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terkandung dalam sebatang kayu,
dinyatakan sebagai prosentase berat kayu kering tungku. Banyaknya kandungan air
pada kayu bervariasi tergantung dari suhu dan kelembaban udara disekitarnya serta jenis
kayu. Penggunaan kayu sebagai bahan baku bangunan perlu diketahui kandungan kadar
airnya (Dumanauw, 1984).
Kayu dari pohon hidup mengandung air 30% - 300%. Penyusutan kayu terjadi
apabila kadar air berkurang sampai di bawah titik jenuh serat, dan besarnya penyusutan
sebanding dengan banyaknya air yang dilepas di bawah titik jenuh serat tersebut (Frick,
1981).
Air ikat sangat berpengaruh terhadap penyusutan kayu. Pada saat air bebas telah
keluar dan hanya terdapat air ikat saja, disebut pada kondisi titik jenuh serat (fiber
saturation point). Kadar air pada keadaan ini berkisar antara 25% - 35% tergantung
jenis kayunya. Kayu yang mengering dibawah titik jenuh serat akan menyusut cukup
besar, sedangkan perubahan kadar air diatas titik jenuh serat kurang nampak
penyusutannya (relatif stabil). Kayu yang mengering mengakibatkan dinding sel
menjadi semakin padat, sehingga serat-seratnya menjadi lebih kuat. Jadi turunnya kadar
air kayu mengakibatkan bertambahnya kekuatan kayu. Kayu akan mempunyai kadar air
yang stabil jika suhu dan kelembaban udara di sekelilingnya stabil, keadaan ini disebut
kadar air imbang (Soehendradjati, 1990).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutiono (2004), kadar air rata-rata
kayu Bangkirai sebesar 8,89 %.

2.3. Sifat Mekanika Kayu

Menurut Dumanauw (1984) sifat mekanik kayu adalah kemampuan kayu untuk
menahan beban muatan dari luar. Yang dimaksud dengan muatan dari luar yaitu gaya-
gaya dari luar benda yang memiliki kecenderungan untuk mengubah bentuk dan
besarnya benda.
Kuat tarik kayu terbesar terjadi pada sejajar arah serat. Kekuatan tarik arah tegak
lurus serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat dan kekuatan tarik
mempunyai hubungan ketahanan kayu terhadap pembelahan (Dumanauw 1984).
Kekuatan kompresi tegak lurus arah serat lebih kecil dari keteguhan kompresi
sejajar arah serat (Dumanauw, 1984). Menurut Haygreen dan Bowyer (1996) kuat desak
sejajar arah serat adalah ketahanan kayu terhadap gaya-gaya yang cenderung untuk
memendekkan kayu dalam arah longitudinal.
Kuat lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha untuk
melengkunggan kayu. Kekuatan lengkung statik adalah kekuatan kayu menahan gaya
yang mengenainya secara perlahan-lahan, sedangkan kekuatan lengkung pukul yaitu
kekuatan kayu yang menahan gaya yang mengenainya secara mendadak seperti pukulan
(Dumanauw 1984).
Menurut Sutiono (2004), kuat desak kayu bangkirai sebesar 695,198 kg/cm2,
kuat tarik 2238,704 kg/cm2, kuat lentur sebesar 1917,537 kg/cm2.
Berdasarkan PKKI 1961 tingkat kekuatan kayu dibagi menjadi beberapa kelas
kuat seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat kekuatan kayu (PPKI 1961)


Kukuh lentur mutlak Kukuh tekan mutlak
Kelas Kayu Berat Jenis
Kg/cm2 Kg/cm2
I > 0,90 > 1100 > 650
II 0,90 – 0,60 1100 – 725 650 – 425
III 0,60 – 0,40 725 – 500 425 – 300
IV 0,40 – 0,30 500 – 360 300 – 215
V < 0,30 < 360 < 215

Besarnya tegangan ijin dan modulus elastisitas kayu berdasarkan kelas kuat
seperti pada Tabel 2. dan 3. (PKKI, 1961).
Tabel 2. Tegangan ijin kayu (PKKI 1961)
Kelas Kuat Jati
I II III IV V (Tectanograndis)
σlt// (kg/cm ) 150
2
100 75 50 - 130
σtk// = σtr// (kg/cm2) 130 85 60 45 - 110
σtk⊥ (kg/cm ) 40
2
25 15 10 - 30
τ// (kg/cm )
2 20 12 8 5 - 15
Tabel 3. Modulus elastisitas kayu sejajar serat (PKKI 1961)
Kelas Kuat Kayu E// (kg/cm2)
I 125000
II 100000
III 80000
IV 60000

2.4.Kekuatan Sambungan Balok Kayu

Santosa (2004) melakukan penelitian sambungan momen pada balok kayu


bangkirai ukuran 4/10 cm panjang 90 cm menggunakan plat baja ganda yang dipaku
dengan paku diameter 3,05 mm dan panjang 36 mm pada sisi kiri dan kanan. Jumlah
paku yang digunakan 6, 10, dan 14 buah pada masing-masing sisi kiri dan sisi kanan
dengan panjang plat 15 cm, lebar 9 cm dan tebal 2 mm. Hasil pengujian menunjukkan
kekuatan sambungan dengan 6, 10 dan 14 buah paku sebesar 50,72 %, 46,18 %, dan
39,04 % dari balok utuh tanpa sambungan. Penurunan kekuatan sambungan seiring
dengan bertambahnya jumlah paku yang mengakibatkan retak pada saat pemakuan
akibat jumlah paku semakin banyak dan masih kurang baiknya pendetailan jarak paku.
Sutiono (2004) melakukan penelitian sambungan lentur balok kayu bangkirai
ukuran 5/7 cm panjang 150 cm menggunakan plat kayu ganda dengan ukuran 2 x 2,5/7
cm yang ditempatkan di sisi kiri dan kanan, disambung dengan 8 buah baut diameter
3/8” ( panjang 12,5 cm, diameter 0,95 cm) yang dipasang menjadi 2 baris. Panjang plat
sambung untuk jarak baut 6 cm, 8 cm, dan 10 cm adalah 40 cm, 44 cm dan 48 cm. Hasil
pengujian menunjukkan kekuatan sambungan untuk jarak baut 6 cm, 8 cm, dan 10 cm
adalah sebesar 45,53 %, 53,17 %, dan 61,17 % dari kekuatan balok tanpa sambungan.

2.5.Claw Nail Plate

Pelat paku claw nail plate dibuat dari gulungan baja galvanis G2-Z275
berbentuk plat bergerigi. G2 yang menunjukkan kelas standar suatu baja sedangkan
Z275 adalah kelas lapisan timah yang menempel pada baja. Produk claw nail plate
meliputi berbagai ukuran dan berbagai tipe. Claw nail plate terdiri dari 4 tipe yaitu C,
K, P, dan L. Kriteria perencanaan sambungan menggunakan alat sambung claw nail
plate meliputi kekuatan terpaku pada pelat dan pemasangannya menggunakan alat
khusus dengan cara penekanan (pressing). Pelat dalam satu lubang terdapat 2 paku, dan
setiap paku mampu menahan beban sebesar 16,5 kg ( Pryda, 2002).

3. METODE

Pada penelitian ini diadakan pengujian pendahuluan mengenai sifat fisik dan
mekanik kayu Bangkirai. Pengujian sifat fisik terdiri dari pengujian kadar air dan berat
jenis, sedangkan pengujian sifat mekanik terdiri dari pengujian kuat tarik dan kuat
desak.
Pengujian balok kayu menggunakan balok kayu Bangkirai ukuran 6/10 cm dan
panjang 150 cm. Pengujian ini terdiri dari pengujian balok utuh tanpa sambungan dan
pengujian balok dengan sambungan. Pengujian balok dengan sambungan terdiri dari 2
variasi yaitu balok dengan sambungan samping kiri kanan dan balok dengan sambungan
atas bawah. Balok sambungan samping kiri kanan menggunakan alat sambung claw nail
plate tipe 10C4 dengan panjang 25 cm, tebal 0,1 cm dan lebar 10 cm. Balok sambungan
atas bawah menggunakan menggunakan alat sambung claw nail plate tipe 6C2 dengan
panjang 15 cm dan lebar 5 cm, dan tebal 0,1 cm.
Berdasarkan Design Loads for Claw Pryda kekuatan tarik satu pasang alat
sambung tipe 6C2 sebesar 7392 N dan tipe 10C4 sebesar 42240 N. Untuk menghitung
kekuatan sambungan maka diadakan pendekatan dari kuat tarik ke kuat lentur.
Pengujian balok mengunakan pembebanan 2 titik sehingga besarnya momen
yang terjadi dapat dihitung dengan Persamaan 1.
M = 1/6. P. L (1)
Keterangan: M = momen
P = beban
L = panjang bentang

3.1. Sambungan samping kiri kanan

Untuk menghitung kekuatan sambungan claw nail plate yang ditempatkan pada
samping kiri kanan diadakan pendekatan dengan cara perhitungan kokot seperti
Persamaan 2.
M = P⊥ . e1 = P//. ( 1 – 0,25 sin α ). ¼.l (2)
Keterangan : M : momen pada sambungan
n : jumlah paku (320 buah)
Ppaku : beban yang mampu ditahan paku (16,5 kg x 80%)
σtr : tegangan tarik (kg/cm2)
σdsk : tegangan tarik desak (kg/cm2)
l : panjang plat (cm)
e1 : jarak titik berat alat sambung dari setengah sambungan
M = (1/2. 4224). (1 – 0,25 sin 90). ¼. 25 = 9900 kgcm
6.M 6.9900
P= = = 396 kg
L 150

3.2. Sambungan atas bawah


Untuk menghitung kekuatan sambungan claw nail plate yang ditempatkan pada
posisi atas bawah diadakan pendekatan menggunakan momen kopel yang ditimbulkan
pelat atas dan pelat bawah seperti pada Persamaan 3, 4, 5, dan 6.
M = Ptr. e (3)
Ptr = Fn. σtr (4)
e=h+t (5)
Fn = t. (bbruto – b. n) (6)
Keterangan : t = tebal pelat (mm)
bbruto = lebar pelat (mm)
h = tinggi balok (cm)
e = jarak antara titik berat alat sambung (cm)
Fn = luas tampang netto pelat (cm2)
b = lebar lubang pelat (cm)
n = jumlah lubang
Pdsk = gaya desak (kg)
Ptr = gaya tarik (kg)
σtr = tegangan tarik pelat baja (2388,0597 kg/cm2)
Fn = 0,1. ((5-(0,3. 4)) = 0,38 cm2
Ptr = 0,38. 2388,0597 = 907,4627 kg
e = 10 + 0,1 = 10,1 cm
M = 907,4627. 10,1 = 9165,3731 kgcm
6.M 6.9165,3731
P= = = 366,615 kg
L 150

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Kadar Air Kayu Bangkirai

Hasil pengujian kadar air kayu bangkirai seperti pada Tabel 4. berikut ini.

Tabel 4. Kadar air kayu bangkirai


Berat ( gr ) Kadar air
Benda Kadar air
Sebelum Setelah rata-rata
uji (%)
di oven di oven (%)
K-1 7,82 6,95 12,518
K-2 8,08 7,15 13,007
K-3 8,06 6,96 15,804 14,632
K-4 8,31 6,96 19,366
K-5 8,12 7,22 12,465

Berdasarkan Tabel 4. kadar air rata-rata kayu bangkirai yang dipakai pada
penelitian ini sebesar 14,632 %. Kayu ini sudah termasuk kering udara karena kadar air
kayu sudah berkisar antara 12 % - 18 %.

4.2.Berat Jenis Kayu Bangkirai

Hasil pengujian berat jenis kayu bangkirai seperti pada Tabel 5. berikut ini.

Tabel 5. Berat jenis kayu bangkirai


Benda Berat Volume Berat jenis Berat jenis
3
uji (gr) (cm ) (gr/cm3) rata-rata
K-1 6,95 8,010 0,868
K-2 7,15 7,420 0,964
K-3 6,96 8,010 0,869 0,902
K-4 6,96 7,252 0,960
K-5 7,22 7,870 0,917

Berdasarkan Tabel 5. berat jenis rata-rata kayu bangkirai sebesar 0,902, dan
berdasarkan Tabel 1. kayu bangkirai termasuk kelas kuat I.
4.3.Kuat Tarik Kayu Bangkirai

Hasil pengujian kuat tarik kayu bangkirai seperti pada Tabel 6. berikut ini.

Tabel 6. Kuat tarik kayu bangkirai


Banda Luas bidang Pmaks Tegangan tarik Teg. tarik rata-rata
uji tarik (cm2) (kg) ( kg/cm2 ) (kg/cm2 )
K-1 0,501 390,44 779,321
K-2 0,509 408,60 502,750
K-3 0,545 515,29 945,486 971,992
K-4 0,432 435,84 1008,889
K-5 0,578 764,99 1323,512

Berdasarkan Tabel 6. kuat tarik rata-rata kayu bangkirai sebesar 971,992 kg/cm2.
Berdasarkan Tabel 2. tegangan ijin tarik untuk kayu kelas kuat I sebesar 130 kg/cm2,
jadi besarnya faktor aman untuk tegangan tarik sebesar 7,48.

4.4. Kuat Desak Kayu Bangkirai

Hasil pengujian kuat desak kayu bangkirai seperti pada Tabel 7. berikut ini.

Tabel 7. Kuat desak kayu bangkirai


Luas bid. Teg. desak
Teg. desak
Benda desak, A P Maks maksimal
rata-rata
Uji (cm2) (kg) σdsk = P/A
( kg/cm2 )
( kg/cm2 )
KD1 24,90 16071,60 645,45
KD2 25,05 16434,80 656,08
657,63
KD3 24,60 16003,50 650,55
KD4 25,10 16875,00 672,31
KD5 25,00 16593,70 663,75

Berdasarkan Tabel 7. kuat desak rata-rata kayu bangkirai sebesar 657,63 kg/cm2.
Berdasarkan Tabel 1. kayu bangkirai termasuk kelas kuat I karena kuat desak > 650
kg/cm2. Berdasarkan Tabel 2. tegangan ijin desak untuk kayu kelas kuat I sebesar 130
kg/cm2, jadi besarnya faktor aman untuk tegangan desak sebesar 5,06. Dari Tabel 6. dan
Tabel 7. dapat dilihat bahwa kuat tarik kayu bangkirai lebih besar sekitar 1,48 kali kuat
desaknya.
Diagram tegangan regangan pengujian desak kayu dapat dilihat pada Gambar 1.
berikut ini.
700
650
600
550
Tegangan (kg/cm^2

500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
0.0000 0.0030 0.0060 0.0090 0.0120 0.0150
Regangan

KD1 KD2 KD3 KD4 KD5

Gambar 1. Tegangan regangan kayu Bangkirai

Dari Gambar 1. dapat dicari besarnya modulus elastisitas kayu bangkirai, dan
hasilnya seperti ditunjukkan pada Tabel 8. berikut ini.

Tabel 8. Modulus elastisitas kayu bangkirai


Modulus
Benda Modulus Elastisitas
Elastisitas
uji 2 rata-rata (kg/cm2)
(kg/cm )
KD1 102173
KD2 135383
125312
KD3 133634
KD4 132732
KD5 122639

Berdasarkan Tabel 8. modulus elastisitas rata-rata kayu Bangkirai sebesar


125312 kg/cm2, dan termasuk dalam kelas kuat I (Tabel 3).

4.5. Kuat Lentur Balok Utuh

Hasil pengujian balok utuh tanpa sambungan dapat dilihat pada Tabel 9. berikut
ini.
Tabel 9. Kuat lentur balok utuh
Beban maks P.l
Balok σlt = (kg/cm2)
(kg) b.h 2
BU1 4868 1217,00
BU2 5380 1345,00
BU3 4158 1039,50
BU4 5263 1315,75
Rata-rata 4917,25 1229,31

6000

5000

4000
Beban (kg)

3000

2000

1000

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Lendutan (mm)

BU1 BU2 BU3 BU4

Gambar 2. Hubungan beban-lendutan balok utuh

Dari Tabel 9. didapat tegangan lentur rata-rata kayu bangkirai sebesar 1229,31
kg/cm . Berdasarkan Tabel 1. untuk kayu dengan kuat lentur mutlak > 1100 kg/cm2
2

termasuk kayu kelas kuat I. Berdasarkan Tabel 2. untuk kayu kelas kuat I tegangan ijin
lentur sebesar 150 kg/cm2, jadi besarnya faktor aman untuk tegangan lentur sebesar
8,20.

4.6. Beban Lentur Balok Sambungan Samping Kiri Kanan

Besarnya beban lentur balok sambungan samping kiri kanan seperti pada Tabel
10. berikut ini.
Tabel 10. Beban lentur balok sambungan samping kiri kanan
Beban maks Lendutan maksimum
Balok
(kg) (mm)
BSS1 644 11,15
BSS2 869 11,13
BSS3 763 10,69
BSS4 661 11,60
BSS5 571 11,75
Rata-rata 701,60 11,26

1000

800
Beban (kg )

600

400

200

0
0 5 10 15 20
Lendutan (mm)
BSS 1 BSS 2 BSS 3 BSS 4 BSS 5

Gambar 3. Hubungan beban-lendutan balok sambungan samping kiri kanan

Dari Tabel 10. didapat beban lentur maksimum balok sambungan samping kiri
kanan sebesar 701,60 kg, hasil ini lebih besar dari hasil perhitungan teoritis sebesar 396
kg. Besarnya beban lentur hasil pengujian 177 % kali hasil perhitungan teoritis.

4.7. Beban Lentur Balok Sambungan Atas Bawah

Besarnya beban lentur balok sambungan atas bawah seperti pada Tabel 11.
berikut ini.
Tabel 11. Kuat lentur balok sambungan atas bawah
Beban
Lendutan
Balok maksimum
maksimum (mm)
(kg)
BSAB1 443 8,02
BSAB2 482 9,43
BSAB3 389 10,15
BSAB4 485 9,34
BSAB5 464 9,49
Rata-rata 452,60 9,29
600

400
Beban (kg)

200

0
0 5 10 15
Lendutan (mm)

BSAB 1 BSAB 2 BSAB 3 BSAB 4 BSAB 5

Gambar 4. Hubungan beban-lendutan balok sambungan atas bawah

Dari Tabel 11. didapat beban lentur maksimum balok sambungan atas bawah
sebesar 452,60 kg, hasil ini lebih besar dari hasil perhitungan teoritis sebesar 366,615
kg. Besarnya beban lentur hasil pengujian 123 % kali hasil perhitungan teoritis.

4.8. Pola Kerusakan Sambungan

Kerusakan balok sambungan samping kiri kanan terjadi secara bertahap dan
diawali dengan robeknya alat sambung claw nail plate pada bagian bawah dan terus
menjalar ke arah atas sampai balok runtuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 5.

Gambar 5. Pola kerusakan sambungan kiri kanan


Kerusakan sambungan atas bawah berupa robeknya alat sambung claw nail plate
pada daerah tarik atau bagian bawah balok dan menekuknya claw nail plate pada bagian
atas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pola kerusakan sambungan atas bawah

Dari pola kerusakan kedua jenis penempatan claw nail plate tersebut, yang lebih
menguntungkan adalah penempatan sambungan atas bawah. Pada sambungan atas
bawah pelat sambung yang berada pada sisi bawah dapat memberi perlawanan terhadap
beban sampai mencapai kekuatan batasnya.
Kekuatan maksimum sambungan samping kiri kanan terjadi sebelum adanya
robekan awal pada pelat yang berada pada daerah tarik, dan robekan yang menjalar dari
bawah ke atas mengakibatkan kekuatan sambungan yang berada didaerah tarik terus
berkurang.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan
a. Dari pemeriksaan sifat fisik kayu bangkirai didapat besarnya kadar air 14,632 % dan
berat jenis 0,902
b. Dari hasil pemeriksaan sifat mekanik kayu bangkirai didapat besarnya kuat tarik
sebesar 971,992 kg/cm2, kuat desak 657,63 kg/cm2, modulus elastisitas 125312
kg/cm2, tegangan lentur 1229,31 kg/cm2
c. Kemampuan mendukung beban sambungan claw nail plate pada posisi atas bawah
lebih baik dari sambungan samping kiri kanan

5.2.Saran
Perlu diadakan penelitian sambungan balok menggunakan claw nail plate dengan
kapasitas sambungan secara teoritis sama dengan balok utuh, sehingga dapat
dibandingkan hasilnya
6. DAFTAR RUJUKAN

Anonim, 1961, Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, Yayasan Lembaga


Penyelidikan Masalah Bangunan.
Dumanau, J.F., 1984, Mengenal Kayu, Penelitian Industri Kayu, Pika, Semarang.
Haygreen, J.G., Bowyer, J.L, 1996, Hasil Hutan dan Ilmu Ukur Kayu, UGM,
Yogyakarta
Pryda, 2002, Buletin Pryda, Bandung.
Santosa, D.H., 2004, Tinjauan Penggunaan Plat Baja Untuk Sambungan Momen Pada
Konstruksi Kayu, Skripsi FT UJB, Yogyakarta
Soehendrajati, R.J.B., Kayu untuk Struktur Jilid 1, Bahan Kuliah Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Sutiono, 2004, Pengaruh Variasi Jarak Baut Terhadap Kekuatan Sambungan pada Uji
Lentur, Skripsi FT UJB, Yogyakarta
Wiryomartono, S., 1976, Konstruksi Kayu, Bahan Kuliah Fakultas Teknik Universitas
Gajah Mada.

View publication stats

Potrebbero piacerti anche