Sei sulla pagina 1di 8

ISEI Economic Review Vol. II, No.

1, Maret 2019, pages 8 – 15


e-ISSN 2614-6274
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ier
Jurnal ISEI

PENGARUH KONEKSI POLITIK DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP


MANAJEMEN LABA
Apriyani1, Siti Rochmah Ika2, Henry Sarnowo3

ika@janabadra.ac.id
1
Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra, Jalan Tentara Rakyat Mataram 55, Yogyakarta, 55231, DIY, Indonesia
2
Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra, Jalan Tentara Rakayat Mataram 55, Yogyakarta, 55231, DIY, Indonesia
3
Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra, Jalan Tentara Rakayat Mataram 55, Yogyakarta, 55231, DIY, Indonesia

ABSTRACT
The purpose of this study is to examine the impact of political connection and corporate governance on earnings management.
Sixteen state owned companies and 19 private companies listed on Indonesia Stock Exchange in 2006-2016 were used as a sample,
resulting a total 111 companies during 11 years period. Results of multiple regression analysis indicate that political connection as
measured by government ownership and politically connected independent commissioners has no effect on earnings management.
Corporate governance also has no association with earnings management. Meanwhile, political connection of president
commissioner has a positive association with earnings management, indicating that if the president commissioner of a company is
politically connected, it is likely that the company has a tendency to do earnings management. Similarly, the president
commissioners with political background mediate the relationship between corporate governance and earnings management. In
terms of political connection as measured by political relations of the independent commissioner, it is found that it has no
association with earnings management. Meanwhile, leverage and size is found significant in influencing earnings management.

Keywords: Earnings management, political connection, corporate governance.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh koneksi politik dan tata kelola perusahaan terhadap manajemen laba. Koneksi
politik diukur dengan (1) kepemilikan saham pemerintah, (2) presiden komisaris terkoneksi politik, dan (3) komisaris independen
terkoneksi politik. Enam belas perusahaan BUMN dan 19 perusahaan swasta yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006
sampai 2016 digunakan sebagai sampel, dengan total sampel sebanyak 111 perusahaan selama 11 tahun pengamatan. Hasil pengujian
regresi berganda menunjukkan bahwa kepemilikan saham pemerintah dan tata kelola tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Sedangkan presiden komisaris terkoneksi politik berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal ini berarti bahwa bila
suatu perusahaan mempunyai presiden komisaris yang terkoneksi politik, maka perusahaan tersebut cenderung melakukan
manajemen laba. Interaksi antara mekanisme tata kelola perusahaan dengan presiden komisaris juga berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Sedangkan komisaris indpenden yang terkoneksi politik tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Leverage
dan Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba.

PENDAHULUAN keputusan investasi yang salah. Tindakan oportunis


Laporan Laba/Rugi merupakan salah satu tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan
komponen laporan keuangan yang sangat penting akuntansi tertentu, sehingga laba perusahaan dapat
karena di dalamnya terkandung informasi laba yang diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan
bermanfaat bagi para pemegang saham dan kreditor keinginannya.
untuk mengetahui kemampuan dan kinerja keuangan Perilaku manajemen untuk mengatur laba sesuai
perusahaan. Salah satu ukuran kinerja perusahaan dengan keinginannya dikenal dengan istilah manajemen
yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan laba (earnings management). Healy dan Wahlen (1999)
keputusan adalah laba yang dihasilkan perusahaan menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika
(Healey dan Wahlen, 1999; Siregar dan Utama, 2005). eksekutif suatu badan usaha menggunakan kebijakan
Informasi laba sebagai bagian dari laporan dalam menyusun laporan keuangan dan membentuk
keuangan, sering menjadi target rekayasa melalui transaksi untuk mengubah laporan keuangan.
tindakan oportunis manajemen untuk Tujuannya adalah memanipulasi besaran laba yang
memaksimumkan kepuasannya. Hal ini dapat dilaporkan kepada para pemegang saham dan
merugikan pemegang saham atau investor karena mempengaruhi hasil perjanjian yang bergantung pada
informasi laba yang disajikan dapat menyebabkan angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Beberapa

8
ISEI Economic Review Vol. II, No. 1, Maret 2019, pages 8 – 15
e-ISSN 2614-6274
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ier
Jurnal ISEI

kasus skandal pelaporan keuangan yang terungkap ke memperoleh pinjaman modal, resiko pemeriksaan pajak
publik di Amerika Serikat seperti Enron, Merck, World rendah. Kehilangan investor akibat penurunan
Com terkait dengan manajemen laba (Cornett, transparansi laporan keuangan dapat digantikan
Marcuss, Saunders dan Tehranian, 2006). Beberapa dengan peran pemerintah sebagai penyandang dana
kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk utama (Faccio, 2006).
dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah
keuangan (financial reporting) yang berawal dari koneksi politik dan CG berpengaruh terhadap mana-
terdeteksi adanya manipulasi (Ujiyantho dan Pramuka jemen laba. Koneksi politik dapat berpengaruh positif
2007). terhadap manajemen laba. Koneksi politik sering
Manajemen laba muncul sebagai dampak dimanfaatkan untuk mengambil manfaat atas pajak
persoalan keagenan yaitu adanya ketidakselarasan yang dengan menggunakan kedekatan dengan
antara pemilik dan manajemen. Teori keagenan pemerintah untuk memperoleh perlakuan istimewa dari
(agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi pemerintah dalam hal perpajakan seperti menghindari
muncul ketika satu orang atau lebih (principal) audit pajak (Adhikari, Derashid, dan Zhang, 2006; Kim
mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan dan Zhang, 2016). Selain itu, perusahaan yang memiliki
suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang koneksi politik yang presiden komisaris memiliki
pengambilan keputusan kepada agent tersebut hubungan dengan pemerintah yang sedang berkuasa
(Jensen dan Meckling, 1976). Teori keagenan terbukti memiliki tingkat manajemen laba yang
mengasumsikan bahwa agent akan bertindak signifikan tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan
oportunis dengan mengorbankan kepentingan sejenis yang tidak memiliki koneksi politik (Kim dan
principal, dan salah satu caranya adalah melakukan Zhang, 2016; Pranoto dan Widagdo, 2016).
manajemen laba.
Untuk mengatasi masalah keagenan adalah METODE
dengan tata kelola perusahaan yang baik (good Seperti yang telah dijelaskan pada Pendahuluan,
corporate governance/ GC). Corporate Governance (CG) tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah
merupakan suatu cara yang digunakan pemegang koneksi politik dan CG berpengaruh terhadap
saham dan kreditor perusahaan untuk mengendalikan manajemen laba. Manajemen laba merupakan variabel
tindakan manajer (Siregar dan Utama, 2008; terikat, sedangkan koneksi politik dan CG adalah
Nuryaman, 2008). GCG amat diperlukan sebagai variabel bebas.
penekan tindakan oportunistik manajemen.
Mekanisme corporate governance merupakan suatu Pengukuran Manajemen Laba
sistem yang mampu mengendalikan dan mengarahkan Manajemen laba diukur dengan discretionary
kegiatan operasional perusahaan serta pihak-pihak accrual yang dihitung dengan menggunakan Modified
yang terlibat didalamnya, sehingga dapat digunakan Jones Model (Dechow, et al. 1995).Untuk mendapatkan
untuk menekan terjadinya masalah keagenan, nilai discretionary accrual dilakukan dengan menghitung
sehingga monitoring kinerja agent dapat dilakukan langkah-langkah berikut ini:
(Renders, Gaeremynck, dan Sercu, 2010). a. Menghitung total accrual dengan persamaan :
Leuz dan Gee (2006) menyatakan bahwa TAC = Nit – OCFit
perusahaan di Indonesia dalam menyusun strategi Keterangan:
bersaing, cenderung mencari dan memanfaatkan NIit = Laba bersih operasi (net operating income)
peluang dalam lingkungan bisnis, salah satunya tahun t
melalui koneksi politik. Pranoto dan Widagdo (2016) OCFit = Aliran kas dari kegiatan operasi (operating
berpendapat bahwa perusahaan yang mempunyai cash flow) pada tahun t
koneksi politik adalah perusahaan yang dengan cara- b. Setelah diperoleh nilai total akrual, dilakukan
cara tertentu mempunyai ikatan secara politik atau regresi untuk memperoleh angka koefisien α1, α2
mengusahakan adanya kedekatan dengan politisi atau
dan α3 dengan variabel dependen total akrual dan
pemerintah. Sedangkan Faccio (2006) menyatakan
bahwa sebuah perusahaan dikatakan memiliki koneksi variabel independent adalah total aset tahun
politik jika paling kurang satu pemegang saham utama sebelumnya (t-1), perubahan pendapatan, dan total
(orang yang memiliki setidaknya 10 persen hak suara aset tetap kotor perusahaan pada tahun ke-t.
berdasarkan jumlah saham yang dimiliki) atau satu Setelah diperoleh nilai koefisien regresi α1, α2 dan
dari pimpinan (CEO, presiden direktur, wakil presiden α3 maka dilanjutkan dengan menghitung
direktur, kepala bagian atau sekretaris) merupakan komponen nondiscretionary accruals.
anggota parlemen, menteri, atau memiliki hubungan
NDAit = α1(1/Ait-1)+α2(ΔREVt/Ait-1–ΔRECt / Ait-
dekat dengan tokoh atau partai politik. Koneksi politik
1)+α3(PPEt/Ait-1)
yang dimiliki membuat perusahaan memperoleh
Keterangan:
perlakuan khusus, seperti kemudahan dalam

9
ISEI Economic Review Vol. II, No. 1, Maret 2019, pages 8 – 15
e-ISSN 2614-6274
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ier
Jurnal ISEI

NDAit = nondiscretionary accruals perusahaan i sebagai berikut ini. Hubungan politik pada penelitian ini
pada periode t dideteksi menggunakan kriteria yang digunakan oleh
ΔREVt = pendapatan perusahaan i pada periode t Ding et. al. (2007) sebagai berikut ini.
dikurangi pendapatan pada periode t-1. 1. Presiden komisaris dan/atau komisaris
ΔRECt = piutang perusahaan i pada periode t independen rangkap jabatan sebagai politisi yang
dikurangi piutang pada periode t-1. berafiliasi dengan partai politik.
PPEt = aset tetap perusahaan i pada periode t. 2. Presiden komisaris dan/atau komisaris
α1, α2, α3 = parameter yang diperoleh dari independen rangkap jabatan sebagai pejabat
persamaan regresi. pemerintah.
Ait-1 = aset total perusahaan i pada periode t-1 3. Presiden komisaris dan/atau komisaris
(awal tahun). independen rangkap jabatan sebagai pejabat militer.
c. Menghitung akrual diskresioner (discretionary 4. Presiden komisaris dan/atau komisaris
accrual) independen merupakan mantan pejabat pemerintah
Berdasarkan dua persamaan sebelumnya, maka atau mantan pejabat militer.
pengukuran nilai akrual diskresioner (DA) diestimasikan
dengan selisih antara total akrual dengan nilai Corporate Governance
nondiscretionary accruals (NDA). Corporate governance pada penelitian ini diukur
menggunakan indeks pengukuran yang digunakan
dalam penelitian Hermawan (2011). Pengukuran indeks
DAit = TAit / Ait-1 - NDAit
corporate governance menggunakan checklist
pertanyaan untuk mengukur keefektifan dewan
Keterangan: komisaris dan komite audit terkait laporan dewan
DAit = discretionary accruals perusahaan i pada periode komisaris dan komite audit, profil dewan komisaris dan
t. komite audit, pernyataan tugas dan tanggung jawab
NDAit = nondiscretionary accruals perusahaan i pada serta jumlah rapat dewan komisaris dan komite audit.
periode t Pemeringkatan skor dari yang terbaik ke yang terburuk
TAit = akrual total perusahaan i pada periode t. adalah sebagai berikut:
Ait-1 = aset total perusahaan i pada periode t-1 (awal Good : memenuhi semua kriteria, diberi nilai 3.
tahun). Fair : hanya memenuhi sebagian kriteria, diberi nilai
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah koneksi 2.
politik (kepemilikan perusahaan, hubungan politik Poor : tidak memenuhi kriteria atau tidak ada
presiden komisaris dan hubungan politik komisaris informasi, diberi nilai 1.
independen) dan corporate governance (CG). Sedangkan leverage dan penjualan (sales)
digunakan sebagai variable control dalam penelitian.

Koneksi Politik Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


Pengukuran proksi ini sesuai dengan penelitian data sekunder berupa 302 Laporan Tahunan Perusahaan
yang telah dilakukan oleh Adhikari et al. (2006). yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun
Perusahaan yang mayoritas pemegang sahamnya 2006 sampai dengan tahun 2016. Data diperoleh dari
dimiliki oleh pemerintah pusat (BUMN ) memiliki resiko website Bursa Efek Indonesia maupun website
rendah dalam kaitannya dengan manajemen laba. perusahaan yang bersangkutan. Jumlah sampel
Untuk melihat koneksi politik menggunakan tiga penelitian sebesar 111. Pemilihan sampel dilakukan
variabel yaitu kepemilikan perusahaan, hubungan dengan metode purposive sampling. Kriteria pemilihan
politik presiden komisaris dan hubungan politik sampling yang utama adalah pair sampling (sampel
komisaris independen. Variabel kepemilikan berpasangan antara perusahan BUMN dengan swasta
perusahaan menggunakan variabel dummy yaitu , jika selama tahun 2006-2016, same size same industry).
dimiliki oleh negara (BUMN) dinilai 1 jika dimiliki oleh Setelah itu jumlah sampel dikurangi dengan perusahaan
swasta (BUMS) dinilai 0. Untuk mengukur hubungan yang discretionary accrualnya negatif. Jumlah sampel
presiden komisaris dan komisaris independent akhir sebanyak 111 perusahaan. Adapun sampling
menggunakan variabel dummy. Untuk membedakan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
kelompok yang presiden komisaris dan komsaris
independen yaitu menggunakan variabel pc_prescom Teknik Analisis Data
untuk presiden komisaris dan variabel pc_icom untuk Ada 3 model regresi yang dikembangkan untuk
komisaris independen. Untuk yang memiliki hubungan menguji hipotesis, yaitu sebagai berikut ini
politik dinilai 1, dan untuk yang tidak memiliki Model 1 = α + β1(PC_PCom) + β2(PC_IC) +
hubungan politik dinilai 0. β3(kepemilikan) + β4(CG) + ε
Sedangkan definisi hubungan politik dijelaskan

10
ISEI Economic Review Vol. II, No. 1, Maret 2019, pages 8 – 15
e-ISSN 2614-6274
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ier
Jurnal ISEI

Model 2 = α + β1(PC_PCom) + β2(PC_IC) + Ln_sales = Natural Logaritma Penjualan


β3(kepemlikan) + β4(CG) + β5(ln_sales) + β6(Lev) Lev = Leverage (total hutang dibagi total aktiva)
+ε CG_prescom = Interaksi antara corporate governance
Model 3 = α + β1(PC_PCom) + β2(PC_IC) + dengan hubungan politik presiden komisaris
β3(kepemilikan) + β4(CG) + β5(ln_sales) + β6(Lev) Ε = Error
+ β7(cg_prescom) + ε α = Konstanta
β=Koefisienregresi
Keterangan:
PC_PCom =Hubungan Politik Presiden Komisaris Model 1, menguji koneksi politik (dengan 3 macam
(dummy, 1 =terkoneksi politik, 0 =tidak terkoneksi pengukurannya) dan CG terhadap manajemen laba;
politik) Model 2, sama dengan model 1 ditambah variabel
PC_IC =Hubungan Politik Komisaris Independen kontrol;
(dummy, 1 = terkoneksi politik, 0 = tidak terkoneksi Model 3, sama dengan model 2 ditambah interaksi
politik) antara CG dengan presiden komisaris terkoneksi politik.
Kepemilikan =Kepemilikan perusahaan (dummy, 1 =
BUMN,0 =BUMS) Analisis data menggunakan moderated regression
CG = Index Corporate Governance (Hemawan, 2011) analysis (MRA).

Tabel 1. Sampel Penelitian


Kriteria Jumlah
Perusahaan BUMN 154
Perusahaan swasta 154
Jumlah 308
Perusahaan BUMN yang tidak memiliki DA positif (101)
Perusahaan Swasta yang tidak memiliki DA positif (106)
Total Sampel 111
Sumber: Data diolah

Tabel 2. Hasil Uji Regresi


Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Kesimpulan

Kepemilikan perusahaan -0,422 -0,444 -0,519 Status kepemilikan tidak


(BUMN atau swasta) (-1,506) (-1,643) (-1,942)* berpengaruh terhadap
manajemen laba

Hubungan politik presiden 0,835 1,000 7,725 PC terkoneksi politik


komisaris (2,751)*** (3,480)*** (2,577)** berpengaruh positif
terhadap manajemen laba

Hubungan politik komisaris -0,337 -0,159 -0,097 Komisaris independen


independen (-1,254) (-0,616) (-0,382) terkoneksi politik tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba

Corporate governance 0,444 0.101 4,317 CG tidak berpengaruh


(0,227) (0,054) (1,651) terhadap manajemen laba

Leverage -0,354 0,539 Leverage berpengaruh


(-2,755)*** (3,334)*** terhadap manajemen laba

Ln_sales 0,591 -0,305 Penjualan berpengaruh


(3,628)*** (-2,390)** terhadap manajemen laba

CG*prescom -8,100 Interaksi CG dengan


presiden komisaris

11
ISEI Economic Review Vol. II, No. 1, Maret 2019, pages 8 – 15
e-ISSN 2614-6274
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ier
Jurnal ISEI

(-2,254)** terkoneksi politik


berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba

R2 0,041 0,163 0,194

F Statistik 2,176 4,567 4,793

F Signifikan 0,077 0,000 0,000

Sumber: Data diolah; Keterangan *= Sig 10%; **= Sig 5%; ***= Sig 1%

HASIL R2 sebesar 0, 163 atau 16,3%. Hasil ini mengindikasikan


Hasil analisis regresi berganda ditampilkan pada bahwa kekuatan variabel independen dalam
Tabel 2. Pada model 1, presiden komisaris yang memprediksi variasi manajemen laba sebesar 16,3%,
terkoneksi politik berpengaruh positif terhadap sisanya 83,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
manajemen laba. Hal ini berarti bahwa presiden dimasukkan dalam model.
komisaris perusahaan yang terkoneksi politik Pada model 3, yaitu model penelitian 2 (variabel
cenderung akan melakukan manajemen laba. koneksi politik, CG dan dengan variabel kontrol)
Sedangkan proksi koneksi politik yang lain (status kemudian ditambahkan lagi variabel interaksi antara CG
perusahaan-BUMN atau bukan, dan komisaris dengan presiden komisaris terkoneksi politik, hasilnya
independen terkoneksi politik) tidak berpengaruh menunjukkan sebagai berikut ini. Presiden komisaris
terhadap manajmen laba. Variabel CG juga tidak terkoneksi politik berpengaruh postif terhadap
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini berarti manajemen laba. Hasil ini konsisten dengan model 1 dan
bahwa keberadaan mekanisme CG di dalam model 2. Leverage dan sales juga berpengaruh terhadap
perusahaan tidak ada kaitannya dengan tindakan manajemen laba. Sedangkan variabel interaksi antara CG
manajemen melakukan manajemen laba. Pada model 1 dengan presiden komisaris terkoneksi politik
penelitian diperoleh nilai Adjusted R2 sebesar 0,041 mempunyai nilai sig dibawah α 5%, dan mempunyai nilai
atau 4,1%. Hasil ini mengindikasikan kekuatan variabel B negatif. Hal ini berarti interaksi kedua variabel
independen dalam memprediksi variasi manajemen tersebut berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba hanya sebesar4,1%. Nilai sig F sebesar 0,077 berarti laba. Hal ini berarti bahwa keberadaan presiden
secara simultan variabel koneksi politik dan CG lemah komisaris yang terkoneksi politik akan membuat CG
mempengaruhi manajemen laba (marginally significant, perusahaan menjadi lebih efektif sehingga membuat
i.e sig at 10% level). perusahaan cenderung tidak melakukan manajemen
Pada model 2, yaitu setelah variabel koneksi laba. Nilai F sig sebesar 0,000 dibawah α 1%, hal ini
politik dan CG ditambah dengan variabel kontrol, berarti secara bersama-sama variabel independen pada
variabel presiden komisaris terkoneksi politik konsisten model 3 (koneksi politik, CG, leverage, sales, dan
berpengaruh terhadap manajemen laba. Dua interaksi antara CG dengan presiden komisaris
pengukuran koneksi politik yang lain, yaitu status terkoneksi politik), berpengaruh terhadap manajemen
kepemilikan perusahaan dan komisaris independen laba. Nilai Adjusted R2 sebesar 0, 194 atau 19,4%. Hasil ini
terkoneksi politik juga tetap konsisten tidak mengindikasikan bahwa kekuatan variabel independen
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil regresi dalam memprediksi variasi manajemen laba sebesar
model 2 menunjukkan bahwa leverage berpengaruh 19,4%, sisanya 80,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang
negatif terhadap manajemen laba. Hal ini berarti tidak dimasukkan dalam model.
berarti bahwa semakin tinggi hutang perusahaan,
maka perusahaan cenderung tidak akan melakukan PEMBAHASAN
manajemen laba. Sebaliknya bila hutang perusahaan Kepemilikan Perusahaan
kecil, maka perusahaan akan melakukan manajemen Kepemilikan perusahaan dalam penelitian ini
laba. Variabel penjualan (sales) berpengaruh positif tidak berpengaruh terhadap manajeman laba. Hasil
terhadap manajemen laba. Hal ini berarti semakin penelitian ini konsisten dengan dengan penelitian yang
tinggi penjualan perusahaan, maka semakin tinggi pula dilakukan Pranoto dan Widagdo (2016) yang
kecenderungan perusahaan melakukan manajemen menyatakan bahwa kepemilikan perusahaan tidak
laba. Nilai F sig sebesar 0,000 dibawah α 1%, hal ini berpengaruh terhadap tax agressiveness, akan tetapi
berarti secara bersama-sama variabel independen pada berbeda dengan Adhikari et al. (2006) yang
model 2 (koneksi politik, CG, leverage, dan sales), menemukan bahwa kepemilikan berpengaruh negatif
berpengaruh terhadap manajemen laba. Nilai Adjusted terhadap manajemen laba.

12
ISEI Economic Review Vol. II, No. 1, Maret 2019, pages 8 – 15
e-ISSN 2614-6274
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ier
Jurnal ISEI

memenuhi kewajibannya. Tindakan manajemen laba


Hubungan Politik Presiden Komisaris dapat dijadikan sebagai mekanisme untuk
Variabel independensi hubungan politik menghindarkan default tersebut. Pemenuhan
presiden komisaris (pc_prescom) menunjukan nilai t kewajiban harus tetap dilakukan dan dapat dihindarkan
hitung yang positif dan signifikan, Hal ini berarti dengan manajemen laba.
variabel independensi hubungan politik presiden
komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba Penjualan
(DA). Hasil analisis menunjukkan bahwa koneksi politik Variabel penjualan yang diwakili oleh variabel
presiden komisaris berpengaruh positif terhadap ln_sales memiliki koefisien signifikan. Artinya
manajemen laba. Hal ini sama dengan penelitian di perusahaan dengan tingkat penjualan rendah
China oleh Li et al. (2013) yang menemukan bahwa ada cenderung melakukan manajemen laba. Hal ini sesuai
tidaknya koneksi politik berpengaruh terhadap praktik dengan pendapat Kim et al. (2010) yang menyatakan
manajemen laba. Lebih lanjut disebutkan bahwa bahwa perusahaan yang memiliki penjualan yang
perusahaan dengan koneksi politik tinggi akan lebih rendah, kemungkinan termotivasi dalam melakukan
termotivasi melakukan manajemen laba. Di Indonesia, tindakan manipulasi laba untuk melaporkan laba.
kasus perusahaan-perusahaan yang saham Tujuannya adalah agar perusahaan tetap terlihat
pengendalinya dekat dengan penguasa umumnya menarik dimata investor.
kerap mendapat manfaat akibat kedekatannya
dengan pengambil kebijakan negara. Manfaat politik Pengaruh Interaksi Corporate Governance dengan
ini dapat berupa kemudahan dalam memperoleh Hubungan Politik Presiden Komisaris
dana, mendapatkan proyek dari pemerintah. Hasil pengujian model regresi membuktikan secara
empiris bahwa interaksi antara corporate governance
Hubungan Politik Komisaris Independen dengan dewan komisaris yang terhubung politik
Variabel independensi hubungan politik memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
komisaris independen (pc_icom) menunjukan nilai t manajemen laba. Hal ini dapat dilihat dari nilai
hitung yang negatif dan tidak signifikan. Hal ini berarti probabilitas (sig) tingkat signifikansi interaksi sebesar
variabel komisaris independen terkoneksi tidak 0,026, yang lebih kecil dari tingkat signifikansi
berpengaruh terhadap manajemen laba (DA). Hal ini penelitian 0,05 atau 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa
mengindikasikan bahwa perusahaan dengan ada dengan adanya corporate governance yang efektif
tidaknya komisaris independen yang terhubung politik ditambah dengan adanya pengaruh politik dari dewan
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini komisaris dapat membuat perusahaan menaati
sesuai dengan teori agensi tentang pengaruh negatif peraturan dan menghindari praktek manajemen laba
koneksi politik, bahwa komisaris independen yang dapat dibuktikan.
terkoneksi politik tidak dapat memaksimalkan fungsi
pengawasan secara baik, sehingga mengakibatkan KESIMPULAN
penurunan kinerja. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara
empiris pengaruh koneksi politik dan corporate
Corporate governance governance terhadap manajemen laba pada perusahaan
Hasil pengujian model regresi membuktikan yang terdaftar di BEI periode 2006-2016. Faktor lain
secara empiris bahwa corporate governance tidak yand diduga berpengaruh dalam penelitian ini sebagai
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil ini tidak variabel kontrol yaitu leverage dan logaritma penjualan
konsisten dengan penelitian Pranoto dan Widagdo Hasil analisis uji regresi berganda menunjukkan bahwa:
(2016) yang menyatakan bahwa tidak terdapat 1. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa
hubungan yang signifikan antara corporate koneksi politik yang diukur menggunakan
governance dengan tax aggressiveness. Hal ini kepemilikan perusahaan, hubungan politik presiden
mengindikasikan bahwa penerapan corporate komisaris dan hubungan politik komisaris
governance di negara-negara berkembang kebanyakan independen. Untuk kepemilikan perusahaan
hanya untuk memenuhi ketentuan peraturan yang menunjukkan hasil bahwa kepemilikan perusahaan
berlaku. berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
manajemen laba hal ini berarti perusahaan yang
Leverage mayoritas sahamnya dimiliki secara langsung oleh
Hasil pengujian menunjukkan bahwa leverage Pemerintah Pusat (BUMN) dipercaya tidak
mempunyai pengaruh terhadap manajemen dengan melakukan praktik manajemen laba. Hubungan politik
alpha sebesar 5%. Perusahaan dengan tingkat leverage presiden komisaris menunjukkan hasil positif
yang tinggi akibat besarnya total hutang terhadap signifikan yang berarti bahwa perusahaan yang
total aktiva akan menghadapi resiko default yang presiden komisarisnya terhubung politik akan lebuh
tinggi yaitu perusahaan terancam tidak mampu termotivasi untuk melakukan manajemen laba. Di

13
ISEI Economic Review Vol. II, No. 1, Maret 2019, pages 8 – 15
e-ISSN 2614-6274
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ier
Jurnal ISEI

Indonesia, kasus perusahaan-perusahaan yang penggunaan model untuk mendeteksi manajemen laba
saham pengendalinya dekat dengan penguasa dalam penelitian ini mungkin belum mampu mendeteksi
umumnya kerap mendapat manfaat akibat manajemen laba dengan baik. Hal ini terlihat dari nilai R
kedekatannya dengan pengambil kebijakan negara. square yang relatif rendah. Selain itu variabel koneksi
Manfaat politik ini dapat berupa kemudahan dalam politik untuk hubungan politik presiden komisaris dan
memperoleh dana, mendapatkan proyek dari komisaris independen hanya sebatas yang tertulis
pemerintah. Hubungan politik komisaris dalam profil perusahaan saja.
independen menunjukkan hasil negatif dan tidak
signifikan yang berarti perusahaan dengan ada Saran
tidaknya komisaris independen yang terhubung Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan
politik tidak berpengaruh terhadap manajemen menambahkan sampel yang tidak terfokus pada
laba. perusahaan BUMN dan BUMS tetapi perusahaan secara
2. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa umum, dan juga menambah variabel penelitian
corporate governance tidak berpengaruh terhadap misalnya growth (tingkat pertumbuhan), ROA (Return
manajemen laba. Penjelasan yang mungkin terkait On Asset).
dengan temuan diatas adalah bahwa penerapan
corporate governance di negara-negara berkembang DAFTAR PUSTAKA
kebanyakan hanya untuk memenuhi ketentuan Adhikari, A., Derashid, C., and Zhang, H. (2006). Public
peraturan yang berlaku dan tidak dilakukan atas policy, political connections, and effective tax
dasar terbentuknya mekanisme tata kelola yang rates: Longitudinal evidence from Malaysia. Journal
baik oleh pelaporan keuangan. of Accounting and Public Policy, 25 (5), 574-595.
3. Dari kedua variabel kontrol yaitu leverage dan Butje, S., dan Elisa Tjondro. (2014). Pengaruh
penjualan (ln_sales) menunjukan hasil signifikan. karakteristik eksekutif dan koneksi politik terhadap
Perusahaan dengan tingkat penjualan rendah tax avoidance. Tax and Accounting Review, 4(2), 1-
cenderung melakukan manajemen laba. Hal ini 9.
sesuai dengan pendapat Kim et al. (2010) yang Cornett, M. M., Marcus, A. J., Saunders, A., and
menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki Tehranian, H. (2006). Earnings management,
penjualan yang rendah, kemungkinan termotivasi corporate governance, and true financial
dalam melakukan tindakan manipulasi laba untuk performance. Unpublished manuscript. Available
melaporkan laba. Tujuannya adalah agar at:
perusahaan tetap terlihat menarik dimata investor. (http://www.researchgate.net/profile/Hassan_Tehr
Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi anian/publicati
akibat besarnya total hutang terhadap total modal on/228238263_Earnings_Management_Corporate_
akan menghadapi resiko default yang tinggi yaitu Governance_and
perusahaan terancam tidak mampu memenuhi _True_Financial_Performance/links/0c960535f9236
kewajibannya. Tindakan manajemen laba dapat ee94f000000.pdf). Diunduh pada Februari 2018
dijadikan sebagai mekanisme untuk menghindarkan Dechow, P.M., Sloan, R. G., and Sweeney, AP. (1995).
default tersebut. Pemenuhan kewajiban harus tetap Detecting Earnings Management. The Accounting
dilakukan dan dapat dihindarkan dengan Review, 70 (2), 193-225.
manajemen laba. Ding, Y., Zhang, H., and Zhang, J. (2007). Private vs
4. Hasil dari pengujian interaksi corporate governance State Ownership and Earnings Management:
dengan hubungan politik presiden komisaris adalah evidence from Chinese listed companie. Corporate
memiliki pengaruh negatif signifikan. Hal ini berarti Governance an international Review, 15 (2), 223-238.
bahwa dengan adanya corporate governance yang Faccio, M. (2006) Politically Connected Firms. American
efektif ditambah dengan adanya pengaruh politik Economic Review, 96 (1), 369-386
dari dewan komisaris dapat membuat perusahaan Healy, P.M., and Wahlen J.M. (1999). Review of the
menaati peraturan dan menghindari praktek Earnings Management Literature and Its
manajemen laba dapat dibuktikan. Hal ini berarti Implications for Standard Setting. Accounting
bahwa pengaruh negatif koneksi politik terhadap Horizons, 13 (4), 365-383.
manajemen laba akan lebih kuat pada perusahaan Hermawan, A. A. ( 2011). The influence of effective
dengan corporate governance yang efektif dan board of commisioners and audit committe on the
adanya komisaris independen yang mempunyai informativeness of earnings: Evidence from
koneksi politik. Indonesian listed firms. Asia Pacific Journal of
Accounting and Finance, 2 (1), 1-37.
Keterbatasan Jensen, M.C. and Meckling, W.H. Theory of the firm:
Keterbatasan atau kekurangan yang ditemukan Managerial behavior, agency costs and ownership
setelah dilakukan analisis dan interpretasi data adalah structure. Journal of Financial Economics, 3 (4), 305-

14
ISEI Economic Review Vol. II, No. 1, Maret 2019, pages 8 – 15
e-ISSN 2614-6274
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ier
Jurnal ISEI

360. Februari 2018.


Kim, C. (Francis), and Zhang, L. (2016). Corporate
Political Connections and Tax Aggressiveness.
Contemporary Accounting Research, 53 (1), 78-114.
Kim J.B., Chung, R., and Firth, M. (2010). Auditor
Conservatism, Asymmetric Monitoring, and
Earnings Management. Contemporary
Accounting Research, 20 (2), 323-359.
Leuz, C., and Gee, F.O. (2006). Political relationships,
global financing, and corporate transparency:
Evidence from Indonesia. Journal of Financial
Economics, 81 (2), 411-439.
Li, C., Wang, Y., Wu, L.dan Xiao, J. Z. (2013). Political
Connections and Tax-Induced Earnings
Management: Evidence from China. The
European Journal of Finance, 20, 1-19.
Murhadi, W. (2009). Studi Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Praktik Earnings
Management pada Perusahaan Terdaftar di PT
Bursa Efek Indonesia. Jurnal manajemen dan
kewirausahaan, 11 (1), 1-10.
Nugroho, C. (2011.) Pengaruh Koneksi Politik terhadap
Kinerja Perusahaan ( Studi Empiris pada
Perusahaan Listing di Bursa Efek Indonesia
Periode 2006-2014). 1-24.www.scholar.com
Nuryaman. (2007). Pengaruh Konsentrasi
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan
Mekanisme Corporate Governance terhadap
Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi
XI. Nuryaman. 2007. Simposium Nasional
Akuntansi XI. Pontianak. 23-24 Juli.
Pranoto, B. A., dan Widagdo, A.K. (2016). Pengaruh
koneksi politik dan corporate governance
terhadap tax aggresiveness. Seminar Nasional
dan The 3rd Call for Syariah Paper (Sancall 2016
Universitas Muhammadiyah Surakarta), 472-486.
Available at:
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle
/11617/7310/44%20-
%20Bayu%20Agung%20Pranoto.pdf?sequence=1&i
sAllowed=y diakses tanggal 10 April 2018.
Renders, A., Gaeremynck, A., and Sercu, P. (2010)
Corporate-Governance Ratings and Company
Performance: A Cross-European Study. Corporate
Governance: An International Review, 18(2), 87–
106.
Siregar, SV and Utama, S. (2008). Type of earnings
management and the effect of ownership
structure, firm size, and corporate-governance
practices: Evidence from Indonesia. The
International Journal of Accounting, 43 (1), 1-27.
Ujiyantho, A., dan Pramuka, B.A. (2007). Mekanisme
Corporate Governance, Manajemen L:aba dan
Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi X. Available at:
http://repository.binus.ac.id/2009-
2/content/F0812/F081266166.pdf. Diakses 2

15

Potrebbero piacerti anche