Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
ika@janabadra.ac.id
1
Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra, Jalan Tentara Rakyat Mataram 55, Yogyakarta, 55231, DIY, Indonesia
2
Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra, Jalan Tentara Rakayat Mataram 55, Yogyakarta, 55231, DIY, Indonesia
3
Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra, Jalan Tentara Rakayat Mataram 55, Yogyakarta, 55231, DIY, Indonesia
ABSTRACT
The purpose of this study is to examine the impact of political connection and corporate governance on earnings management.
Sixteen state owned companies and 19 private companies listed on Indonesia Stock Exchange in 2006-2016 were used as a sample,
resulting a total 111 companies during 11 years period. Results of multiple regression analysis indicate that political connection as
measured by government ownership and politically connected independent commissioners has no effect on earnings management.
Corporate governance also has no association with earnings management. Meanwhile, political connection of president
commissioner has a positive association with earnings management, indicating that if the president commissioner of a company is
politically connected, it is likely that the company has a tendency to do earnings management. Similarly, the president
commissioners with political background mediate the relationship between corporate governance and earnings management. In
terms of political connection as measured by political relations of the independent commissioner, it is found that it has no
association with earnings management. Meanwhile, leverage and size is found significant in influencing earnings management.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh koneksi politik dan tata kelola perusahaan terhadap manajemen laba. Koneksi
politik diukur dengan (1) kepemilikan saham pemerintah, (2) presiden komisaris terkoneksi politik, dan (3) komisaris independen
terkoneksi politik. Enam belas perusahaan BUMN dan 19 perusahaan swasta yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006
sampai 2016 digunakan sebagai sampel, dengan total sampel sebanyak 111 perusahaan selama 11 tahun pengamatan. Hasil pengujian
regresi berganda menunjukkan bahwa kepemilikan saham pemerintah dan tata kelola tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Sedangkan presiden komisaris terkoneksi politik berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal ini berarti bahwa bila
suatu perusahaan mempunyai presiden komisaris yang terkoneksi politik, maka perusahaan tersebut cenderung melakukan
manajemen laba. Interaksi antara mekanisme tata kelola perusahaan dengan presiden komisaris juga berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Sedangkan komisaris indpenden yang terkoneksi politik tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Leverage
dan Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba.
8
ISEI Economic Review Vol. II, No. 1, Maret 2019, pages 8 – 15
e-ISSN 2614-6274
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ier
Jurnal ISEI
kasus skandal pelaporan keuangan yang terungkap ke memperoleh pinjaman modal, resiko pemeriksaan pajak
publik di Amerika Serikat seperti Enron, Merck, World rendah. Kehilangan investor akibat penurunan
Com terkait dengan manajemen laba (Cornett, transparansi laporan keuangan dapat digantikan
Marcuss, Saunders dan Tehranian, 2006). Beberapa dengan peran pemerintah sebagai penyandang dana
kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk utama (Faccio, 2006).
dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah
keuangan (financial reporting) yang berawal dari koneksi politik dan CG berpengaruh terhadap mana-
terdeteksi adanya manipulasi (Ujiyantho dan Pramuka jemen laba. Koneksi politik dapat berpengaruh positif
2007). terhadap manajemen laba. Koneksi politik sering
Manajemen laba muncul sebagai dampak dimanfaatkan untuk mengambil manfaat atas pajak
persoalan keagenan yaitu adanya ketidakselarasan yang dengan menggunakan kedekatan dengan
antara pemilik dan manajemen. Teori keagenan pemerintah untuk memperoleh perlakuan istimewa dari
(agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi pemerintah dalam hal perpajakan seperti menghindari
muncul ketika satu orang atau lebih (principal) audit pajak (Adhikari, Derashid, dan Zhang, 2006; Kim
mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan dan Zhang, 2016). Selain itu, perusahaan yang memiliki
suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang koneksi politik yang presiden komisaris memiliki
pengambilan keputusan kepada agent tersebut hubungan dengan pemerintah yang sedang berkuasa
(Jensen dan Meckling, 1976). Teori keagenan terbukti memiliki tingkat manajemen laba yang
mengasumsikan bahwa agent akan bertindak signifikan tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan
oportunis dengan mengorbankan kepentingan sejenis yang tidak memiliki koneksi politik (Kim dan
principal, dan salah satu caranya adalah melakukan Zhang, 2016; Pranoto dan Widagdo, 2016).
manajemen laba.
Untuk mengatasi masalah keagenan adalah METODE
dengan tata kelola perusahaan yang baik (good Seperti yang telah dijelaskan pada Pendahuluan,
corporate governance/ GC). Corporate Governance (CG) tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah
merupakan suatu cara yang digunakan pemegang koneksi politik dan CG berpengaruh terhadap
saham dan kreditor perusahaan untuk mengendalikan manajemen laba. Manajemen laba merupakan variabel
tindakan manajer (Siregar dan Utama, 2008; terikat, sedangkan koneksi politik dan CG adalah
Nuryaman, 2008). GCG amat diperlukan sebagai variabel bebas.
penekan tindakan oportunistik manajemen.
Mekanisme corporate governance merupakan suatu Pengukuran Manajemen Laba
sistem yang mampu mengendalikan dan mengarahkan Manajemen laba diukur dengan discretionary
kegiatan operasional perusahaan serta pihak-pihak accrual yang dihitung dengan menggunakan Modified
yang terlibat didalamnya, sehingga dapat digunakan Jones Model (Dechow, et al. 1995).Untuk mendapatkan
untuk menekan terjadinya masalah keagenan, nilai discretionary accrual dilakukan dengan menghitung
sehingga monitoring kinerja agent dapat dilakukan langkah-langkah berikut ini:
(Renders, Gaeremynck, dan Sercu, 2010). a. Menghitung total accrual dengan persamaan :
Leuz dan Gee (2006) menyatakan bahwa TAC = Nit – OCFit
perusahaan di Indonesia dalam menyusun strategi Keterangan:
bersaing, cenderung mencari dan memanfaatkan NIit = Laba bersih operasi (net operating income)
peluang dalam lingkungan bisnis, salah satunya tahun t
melalui koneksi politik. Pranoto dan Widagdo (2016) OCFit = Aliran kas dari kegiatan operasi (operating
berpendapat bahwa perusahaan yang mempunyai cash flow) pada tahun t
koneksi politik adalah perusahaan yang dengan cara- b. Setelah diperoleh nilai total akrual, dilakukan
cara tertentu mempunyai ikatan secara politik atau regresi untuk memperoleh angka koefisien α1, α2
mengusahakan adanya kedekatan dengan politisi atau
dan α3 dengan variabel dependen total akrual dan
pemerintah. Sedangkan Faccio (2006) menyatakan
bahwa sebuah perusahaan dikatakan memiliki koneksi variabel independent adalah total aset tahun
politik jika paling kurang satu pemegang saham utama sebelumnya (t-1), perubahan pendapatan, dan total
(orang yang memiliki setidaknya 10 persen hak suara aset tetap kotor perusahaan pada tahun ke-t.
berdasarkan jumlah saham yang dimiliki) atau satu Setelah diperoleh nilai koefisien regresi α1, α2 dan
dari pimpinan (CEO, presiden direktur, wakil presiden α3 maka dilanjutkan dengan menghitung
direktur, kepala bagian atau sekretaris) merupakan komponen nondiscretionary accruals.
anggota parlemen, menteri, atau memiliki hubungan
NDAit = α1(1/Ait-1)+α2(ΔREVt/Ait-1–ΔRECt / Ait-
dekat dengan tokoh atau partai politik. Koneksi politik
1)+α3(PPEt/Ait-1)
yang dimiliki membuat perusahaan memperoleh
Keterangan:
perlakuan khusus, seperti kemudahan dalam
9
ISEI Economic Review Vol. II, No. 1, Maret 2019, pages 8 – 15
e-ISSN 2614-6274
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ier
Jurnal ISEI
NDAit = nondiscretionary accruals perusahaan i sebagai berikut ini. Hubungan politik pada penelitian ini
pada periode t dideteksi menggunakan kriteria yang digunakan oleh
ΔREVt = pendapatan perusahaan i pada periode t Ding et. al. (2007) sebagai berikut ini.
dikurangi pendapatan pada periode t-1. 1. Presiden komisaris dan/atau komisaris
ΔRECt = piutang perusahaan i pada periode t independen rangkap jabatan sebagai politisi yang
dikurangi piutang pada periode t-1. berafiliasi dengan partai politik.
PPEt = aset tetap perusahaan i pada periode t. 2. Presiden komisaris dan/atau komisaris
α1, α2, α3 = parameter yang diperoleh dari independen rangkap jabatan sebagai pejabat
persamaan regresi. pemerintah.
Ait-1 = aset total perusahaan i pada periode t-1 3. Presiden komisaris dan/atau komisaris
(awal tahun). independen rangkap jabatan sebagai pejabat militer.
c. Menghitung akrual diskresioner (discretionary 4. Presiden komisaris dan/atau komisaris
accrual) independen merupakan mantan pejabat pemerintah
Berdasarkan dua persamaan sebelumnya, maka atau mantan pejabat militer.
pengukuran nilai akrual diskresioner (DA) diestimasikan
dengan selisih antara total akrual dengan nilai Corporate Governance
nondiscretionary accruals (NDA). Corporate governance pada penelitian ini diukur
menggunakan indeks pengukuran yang digunakan
dalam penelitian Hermawan (2011). Pengukuran indeks
DAit = TAit / Ait-1 - NDAit
corporate governance menggunakan checklist
pertanyaan untuk mengukur keefektifan dewan
Keterangan: komisaris dan komite audit terkait laporan dewan
DAit = discretionary accruals perusahaan i pada periode komisaris dan komite audit, profil dewan komisaris dan
t. komite audit, pernyataan tugas dan tanggung jawab
NDAit = nondiscretionary accruals perusahaan i pada serta jumlah rapat dewan komisaris dan komite audit.
periode t Pemeringkatan skor dari yang terbaik ke yang terburuk
TAit = akrual total perusahaan i pada periode t. adalah sebagai berikut:
Ait-1 = aset total perusahaan i pada periode t-1 (awal Good : memenuhi semua kriteria, diberi nilai 3.
tahun). Fair : hanya memenuhi sebagian kriteria, diberi nilai
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah koneksi 2.
politik (kepemilikan perusahaan, hubungan politik Poor : tidak memenuhi kriteria atau tidak ada
presiden komisaris dan hubungan politik komisaris informasi, diberi nilai 1.
independen) dan corporate governance (CG). Sedangkan leverage dan penjualan (sales)
digunakan sebagai variable control dalam penelitian.
10
ISEI Economic Review Vol. II, No. 1, Maret 2019, pages 8 – 15
e-ISSN 2614-6274
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ier
Jurnal ISEI
11
ISEI Economic Review Vol. II, No. 1, Maret 2019, pages 8 – 15
e-ISSN 2614-6274
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ier
Jurnal ISEI
Sumber: Data diolah; Keterangan *= Sig 10%; **= Sig 5%; ***= Sig 1%
12
ISEI Economic Review Vol. II, No. 1, Maret 2019, pages 8 – 15
e-ISSN 2614-6274
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ier
Jurnal ISEI
13
ISEI Economic Review Vol. II, No. 1, Maret 2019, pages 8 – 15
e-ISSN 2614-6274
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ier
Jurnal ISEI
Indonesia, kasus perusahaan-perusahaan yang penggunaan model untuk mendeteksi manajemen laba
saham pengendalinya dekat dengan penguasa dalam penelitian ini mungkin belum mampu mendeteksi
umumnya kerap mendapat manfaat akibat manajemen laba dengan baik. Hal ini terlihat dari nilai R
kedekatannya dengan pengambil kebijakan negara. square yang relatif rendah. Selain itu variabel koneksi
Manfaat politik ini dapat berupa kemudahan dalam politik untuk hubungan politik presiden komisaris dan
memperoleh dana, mendapatkan proyek dari komisaris independen hanya sebatas yang tertulis
pemerintah. Hubungan politik komisaris dalam profil perusahaan saja.
independen menunjukkan hasil negatif dan tidak
signifikan yang berarti perusahaan dengan ada Saran
tidaknya komisaris independen yang terhubung Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan
politik tidak berpengaruh terhadap manajemen menambahkan sampel yang tidak terfokus pada
laba. perusahaan BUMN dan BUMS tetapi perusahaan secara
2. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa umum, dan juga menambah variabel penelitian
corporate governance tidak berpengaruh terhadap misalnya growth (tingkat pertumbuhan), ROA (Return
manajemen laba. Penjelasan yang mungkin terkait On Asset).
dengan temuan diatas adalah bahwa penerapan
corporate governance di negara-negara berkembang DAFTAR PUSTAKA
kebanyakan hanya untuk memenuhi ketentuan Adhikari, A., Derashid, C., and Zhang, H. (2006). Public
peraturan yang berlaku dan tidak dilakukan atas policy, political connections, and effective tax
dasar terbentuknya mekanisme tata kelola yang rates: Longitudinal evidence from Malaysia. Journal
baik oleh pelaporan keuangan. of Accounting and Public Policy, 25 (5), 574-595.
3. Dari kedua variabel kontrol yaitu leverage dan Butje, S., dan Elisa Tjondro. (2014). Pengaruh
penjualan (ln_sales) menunjukan hasil signifikan. karakteristik eksekutif dan koneksi politik terhadap
Perusahaan dengan tingkat penjualan rendah tax avoidance. Tax and Accounting Review, 4(2), 1-
cenderung melakukan manajemen laba. Hal ini 9.
sesuai dengan pendapat Kim et al. (2010) yang Cornett, M. M., Marcus, A. J., Saunders, A., and
menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki Tehranian, H. (2006). Earnings management,
penjualan yang rendah, kemungkinan termotivasi corporate governance, and true financial
dalam melakukan tindakan manipulasi laba untuk performance. Unpublished manuscript. Available
melaporkan laba. Tujuannya adalah agar at:
perusahaan tetap terlihat menarik dimata investor. (http://www.researchgate.net/profile/Hassan_Tehr
Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi anian/publicati
akibat besarnya total hutang terhadap total modal on/228238263_Earnings_Management_Corporate_
akan menghadapi resiko default yang tinggi yaitu Governance_and
perusahaan terancam tidak mampu memenuhi _True_Financial_Performance/links/0c960535f9236
kewajibannya. Tindakan manajemen laba dapat ee94f000000.pdf). Diunduh pada Februari 2018
dijadikan sebagai mekanisme untuk menghindarkan Dechow, P.M., Sloan, R. G., and Sweeney, AP. (1995).
default tersebut. Pemenuhan kewajiban harus tetap Detecting Earnings Management. The Accounting
dilakukan dan dapat dihindarkan dengan Review, 70 (2), 193-225.
manajemen laba. Ding, Y., Zhang, H., and Zhang, J. (2007). Private vs
4. Hasil dari pengujian interaksi corporate governance State Ownership and Earnings Management:
dengan hubungan politik presiden komisaris adalah evidence from Chinese listed companie. Corporate
memiliki pengaruh negatif signifikan. Hal ini berarti Governance an international Review, 15 (2), 223-238.
bahwa dengan adanya corporate governance yang Faccio, M. (2006) Politically Connected Firms. American
efektif ditambah dengan adanya pengaruh politik Economic Review, 96 (1), 369-386
dari dewan komisaris dapat membuat perusahaan Healy, P.M., and Wahlen J.M. (1999). Review of the
menaati peraturan dan menghindari praktek Earnings Management Literature and Its
manajemen laba dapat dibuktikan. Hal ini berarti Implications for Standard Setting. Accounting
bahwa pengaruh negatif koneksi politik terhadap Horizons, 13 (4), 365-383.
manajemen laba akan lebih kuat pada perusahaan Hermawan, A. A. ( 2011). The influence of effective
dengan corporate governance yang efektif dan board of commisioners and audit committe on the
adanya komisaris independen yang mempunyai informativeness of earnings: Evidence from
koneksi politik. Indonesian listed firms. Asia Pacific Journal of
Accounting and Finance, 2 (1), 1-37.
Keterbatasan Jensen, M.C. and Meckling, W.H. Theory of the firm:
Keterbatasan atau kekurangan yang ditemukan Managerial behavior, agency costs and ownership
setelah dilakukan analisis dan interpretasi data adalah structure. Journal of Financial Economics, 3 (4), 305-
14
ISEI Economic Review Vol. II, No. 1, Maret 2019, pages 8 – 15
e-ISSN 2614-6274
http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ier
Jurnal ISEI
15