Sei sulla pagina 1di 349

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas taufiq, hidayah, dan karunia¬-Nya
yang tak terhingga kepada kita semua, sehingga Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Akhir Masa Jabatan (LKPJ AMJ) Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Tahun Anggaran
2008-2012 dapat disusun.

Penyusunan LKPJ AMJ Gubernur DIY disusun berdasar Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 86/P Tahun 2008, tanggal 07 Oktober 2008 yang menetapkan, bahwa
jabatan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta diperpanjang sampai dengan paling
lama 3 tahun dan juga Keputusan Presiden Nomor 55/P Tahun 2011 yang ditetapkan
tanggal 30 September 2011 yang isinya bahwa jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta diperpanjang kembali selama satu tahun.
Penyusunan LKPJ AMJ merupakan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah Kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (LPPD) Kepada Masyarakat.
Sesuai dengan Pasal 24 PP Nomor 3 Tahun 2007 tersebut, LKPJ AMJ Kepala
Daerah merupakan ringkasan LKPJ Tahun Anggaran 2008-2010 ditambah dengan LKPJ
sisa masa jabatan yang belum dilaporkan. Dengan demikian LKPJ AMJ Gubernur DIY
merupakan ringkasan LKPJ Gubernur DIY Tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 serta sisa
masa jabatan tahun 2012.
Program kegiatan yang dilaksanakan selama kurun waktu 2008-2012 disusun
dengan acuan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun
2003 tentang Rencana Strategis Daerah (Renstrada) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2004-2008 dan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2
Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) Tahun 2005-2025
serta Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2009–2013.
Pengelolaan keuangan daerah yang merupakan salah satu indikator good
governance, opini dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan
Pemerintah Provinsi DIY menunjukkan kinerja yang membaik dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2010 dan 2011 Pemerintah Provinsi DIY mendapatkan opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP), yang tahun-tahun sebelumnya hanya mendapatkan opini Wajar
Dengan Pengecualian (WDP). Hal tersebut dicapai berkat kerjasama dan kecermatan
seluruh aparatur Pemerintah Provinsi DIY. Secara khusus kami memberikan apresiasi
atas semua pihak yang telah memberikan kontribusi.
Berbagai keberhasilan yang telah dicapai tidak terlepas berkat buah pikiran
dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan pembangunan
di DIY yang tidak kenal lelah untuk terus berupaya demi peningkatan kesejahteraan

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
i-1
KATA PENGANTAR

masyarakat DIY. Kami menyadari, masih terdapat beberapa permasalahan yang perlu
segera diatasi dan dibenahi bersama.
Akhirnya, saran dan masukan konstruktif sangat diharapkan dalam rangka
perwujudan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik di masa-masa yang akan
datang. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa memberikan petunjuk
dan lindungan-Nya kepada kita semua.
Terima kasih.

Yogyakarta, Agustus 2012

GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

HAMENGKU BUWONO X

i-2 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
BAB I
PENDAHULUAN

Masa jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY pada saat ini diatur berdasarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55/P Tahun 2011. Kepres ini men-
gatur tentang Perpanjangan Masa Jabatan Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan KGPAA Pakualam IX sebagai Wakil Gu-
bernur Daerah Istimewa Yogyakarta selama satu tahun terhitung sejak 9 Oktober
2011. Sebelumnya, masa jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY juga sudah
diperpanjang yang diatur dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
86/P Tahun 2008. Kepres ini mengatur tentang Perpanjangan Masa Jabatan Sri
Sultan Hamengku Buwono X sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan
KGPAA Pakualam IX sebagai Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta selama
tiga tahun terhitung sejak 9 Oktober 2008.

Dengan akan berakhirnya masa jabatan Gubernur pada 09 Oktober 2012 maka
disusunlah Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Akhir Masa Jabatan (LKPJ AMJ)
Gubernur Provinsi DIY Tahun 2008-2012. Penyusunan LKPJ AMJ merupakan pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 (PP Nomor 3 Tahun 2007) tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Kepada
Masyarakat. Sesuai dengan Pasal 24 PP Nomor 3 Tahun 2007 tersebut, LKPJ AMJ Kepala
Daerah merupakan ringkasan tahun-tahun sebelumnya ditambah dengan LKPJ sisa
masa jabatan yang belum dilaporkan, dengan demikian LKPJ AMJ Gubernur DIY Tahun
2008-2012 merupakan ringkasan LKPJ Gubernur DIY Tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011
serta LKPJ sisa masa jabatan yang belum dilaporkan (tahun 2012).

A. DASAR HUKUM
Keberadaan DIY sebagai bagian NKRI tidak dapat dilepaskan dari momen penting
paska Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Sesaat setelah Indone-
sia memproklamirkan kemerdekaannya, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri
Paku Alam VIII menyatakan kepada Presiden RI bahwa Daerah Kasultanan Ngayog
yakarta Hadiningrat dan Daerah Kadipaten Pakualaman menjadi wilayah Negara
RI. Daerah Kasultanan Ngayogyakarta kemudian bergabung menjadi satu kesatu-
an yang dinyatakan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI.
Pernyataan-pernyataan di atas disebutkan dalam:
1. Piagam Kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII
tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI;
2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 5
September 1945 (dibuat secara terpisah);
3. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal
30 Oktober 1945 (dibuat dalam satu naskah).

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 I-1
BANGSAL KEPATIHAN
Dulu, merupakan tempat kediaman resmi (Official residence) sekaligus kantor Pepatih
Dalem. Di tempat inilah pada zamannya diselenggarakan kegiatan pemerintahan sehari-
hari kerajaan. Sejak tahun 1945 kantor Perdana Menteri Kesultanan Yogyakarta ini menjadi
kompleks kantor Gubernur/Kepala Daerah Istimewa Istimewa Yogyakarta.
foto: Agus Yuniarso (http://www.flickr.com/photos/agusyr/), teks: wikipedia

Setelah pernyataan menggabungkan diri di atas, pada tanggal 6 September 1945


Pemerintah Pusat menyampaikan Piagam Kedudukan yang merupakan pengakuan dan
penetapan sebagai jawaban atas amanat tersebut. Dengan latar belakang tersebut,
keunikan pengalaman Yogyakarta merupakan salah satu fakta yang menjadikannya
sebagai Daerah Istimewa.
Sejarah kedudukan keistimewaan men unjukkan bahwa sejak awal
penggabungannya kedalam NKRI, DIY telah memiliki perhatian, komitmen, dan
dukungan yang besar atas berdirinya Negara Republik Indonesia sebagai tonggak
sejarah Indonesia secara keseluruhan. Pengalaman sejarah telah membuktikan bahwa
DIY merupakan pusat perjuangan dimana berbagai peristiwa penting dalam perintisan
dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan NKRI terjadi, bahkan pernah menjadi
Ibukota Negara yaitu pada tanggal 4 Januari 1946—27 Desember 1949.
Eksistensi DIY sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam NKRI secara formal
diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Undang-Undang ini pada saat yang sama juga merupakan
pengakuan kewenangan untuk menangani berbagai urusan dalam menjalankan
pemerintahan serta urusan yang bersifat khusus. Undang-undang ini telah diubah dan
ditambah, terakhir kali dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1955 (Lembaran Negara
Tahun 1959 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1819) yang sampai saat ini
masih berlaku. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa DIY merupakan daerah
setingkat provinsi dan meliputi bekas Daerah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
dan Daerah Kadipaten Pakualaman.
Berdasarkan Amandemen Kedua UUD 1945, eksistensi DIY sebagai daerah
istimewa diakui dan dihormati secara tegas sebagaimana tercantum dalam Pasal 18B
ayat (1) dan (2), yang berbunyi:
1. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah
yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undang-
undang.
2. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam Undang-undang.

I -2 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
Keistimewaan DIY juga diakui pada setiap undang-undang yang mengatur
Pemerintahan Daerah, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004, khususnya Pasal 2 ayat (8) dan (9).
Terkait dengan kepemimpinan di daerah, dalam hal ini kepemimpinan di tingkat
provinsi, saat ini Gubernur dan Wakil Gubernur dijabat oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono X dan Sri Paduka Paku Alam IX. Sri Sultan Hamengku Buwono X pada saat
ini juga merupakan pemimpin Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat sedangkan Sri
Paduka Paku Alam IX adalah pemimpin Kadipaten Pakualaman. Keduanya memainkan
peran yang menentukan dalam memelihara nilai-nilai budaya dan adat istiadat Jawa,
serta merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta, dengan demikian maka keduanya
merupakan dwi-tunggal yang menjunjung kepemimpinan hamemayu hayuning bawana.
Hamemayu Hayuning Bawana mengandung makna sebagai kewajiban
melindungi, memelihara, serta membina keselamatan dunia dan lebih mementingkan
berkarya untuk masyarakat daripada memenuhi ambisi pribadi. Dunia yang dimaksud
mencakup seluruh perikehidupan, baik dalam skala kecil (keluarga) maupun dalam skala
lebih besar mencakup masyarakat dan lingkungan hidupnya, dengan mengutamakan
darma bakti untuk kehidupan orang banyak, tidak mementingkan diri sendiri.
Mengakhiri masa jabatan selama empat tahun terhitung sejak perpanjangan
jabatan tahun 2008, Gubernur selaku Kepala Daerah menyampaikan Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan (LKPJ AMJ) Gubernur DIY 2008-2012.
LKPJ AMJ 2008-2012 disusun berdasarkan:
1. Undang-undang No. 3 Tahun 1950, tentang Pembentukan Daerah Istimewa
Yogyakarta jo. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1950, tentang Perubahan
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 jo. Peraturan Pemerintah Nomor
31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan
Undang - undang Nomor 26 Tahun 1959;
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pusat dan Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006, tentang Pelaporan dan Kinerja
Keuangan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah kepada Masyarakat;
8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 86/P Tahun 2008 mengenai
Perpanjangan Masa Jabatan Gubernur DIY;
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55/P Tahun 2011 mengenai
Perpanjangan Masa Jabatan Gubernur DIY;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang disempurnakan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
11. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2003
tentang Rencana Strategis Daerah (Renstrada) Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2004-2008;
12. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) Tahun 2005-2025;
13. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun
2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Tahun 2009–2013.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 I-3
BAB I PENDAHULUAN

B. GAMBARAN UMUM DAERAH


1. Kondisi Geografis Daerah
1.1 Batas Administrasi

Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di Pulau Jawa bagian tengah, terletak antara
7º33’ -8º12’ Lintang Selatan dan 110º00’ -110º50’ Bujur Timur. Letak ini secara
administratif berbatasan dengan beberapa wilayah di sekelilingnya. Bagian utara
Provinsi DIY berbatasan langsung dengan Kabupaten Magelang, bagian timur
berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Wonogiri, sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Purworejo, sedangkan di bagian selatan berbatasan dengan
Samudera Indonesia.

Gambar 1.1

PETA ADMINISTRASI
WILAYAH STUDI
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta

sumber:
Single Base Map Provinsi
Daerah Istimewa
Yogyakarta yang diLayout
dengan Software Berbasis
Geograpich Information
System (GIS)

Secara administratif, Provinsi DIY terdiri atas empat kabupaten dan satu kota
dengan 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan, dengan perincian:
1. Kota Yogyakarta terdiri atas 14 kecamatan dan 45 kelurahan/desa;
2. Kabupaten Bantul terdiri atas 17 kecamatan dan 75 kelurahan/desa;
3. Kabupaten Kulon Progo terdiri atas 12 kecamatan dan 88 kelurahan/desa;
4. Kabupaten Sleman terdiri atas 17 kecamatan dan 86 kelurahan/desa;
5. Kabupaten Gunungkidul terdiri atas 18 kecamatan dan 144 kelurahan/desa.

1.2 Luas Wilayah

Luas wilayah Provinsi DIY adalah 3.185,80 km² atau 0,17% dari luas Indonesia
(1.890.754 km²). Luasan wilayah ini menjadikan DIY sebagai provinsi dengan
luas terkecil setelah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Luasan wilayah tersebut jika
diperinci hingga ke tingkat kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1. Kota Yogyakarta, dengan luas 32,50 km² (1,02%);
2. Kabupaten Bantul, dengan luas 506,85 km² (15,91%);
3. Kabupaten Kulon Progo, dengan luas 586,27 km² (18,40%);
4. Kabupaten Sleman, dengan luas 574,82 km² (18,04%);
5. Kabupaten Gunungkidul, dengan luas 1.485,36 km² (46,63%).

I -4 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I

Gambar 1.2
Luas Wilayah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Menurut
Kabupaten/Kota

sumber:
Badan Pusat Statistik Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta
(Diolah)

1.3 Topografi

Luas wilayah sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, secara umum terbagi


kedalam beberapa karakter topografis. Sebagian besar dari luas wilayah DIY,
yaitu sebesar 65,65% wilayah terletak pada ketinggian antara 100—499 m dpl,
28,84% wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 m dpl, 5,04% wilayah dengan
ketinggian antara 500—999 m dpl, dan 0,47% wilayah dengan ketinggian di atas
1000 m dpl.
Dengan penampang topografis sebagaimana dijelaskan di atas, wilayah DIY terbagi
menjadi beberapa satuan fisiografis yang terdiri atas beberapa satuan pegunungan dan
dataran rendah sebagai berikut:
1. Satuan Pegunungan Selatan yang memiliki luasan wilayah sebesar ± 1.656,25
km² dan terletak pada ketinggian antara 150–700 m. Satuan pegunungan ini
terletak di Kabupaten Gunungkidul (Pegunungan Seribu) yang merupakan
wilayah perbukitan batu gamping (limestone) yang kritis, tandus, dan selalu
kekurangan air. Sedangkan pada bagian tengah berupa dataran Wonosari
basin yang merupakan bentang alam solusional dengan bahan batuan
induk batu gamping. Karakteristik wilayah ini adalah memiliki lapisan tanah
dangkal dan vegetasi penutup yang relatif jarang;
2. Satuan Gunung Berapi Merapi dengan luas mencapai ± 582,81 km² dan
memiliki ketinggian dari 80 m hingga 2.911 m. Satuan pegunungan ini
terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial Gunung
Merapi yang meliputi daerah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan
sebagian Kabupaten Bantul. Wilayah ini termasuk ke dalam bentang alam
vulkanik. Daerah kerucut dan lereng Gunung Merapi merupakan hutan
lindung dan sebagai kawasan resapan air;
3. Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulon Progo
seluas ± 215,62 km² dengan ketinggian 0–80 m. Dataran rendah ini terletak
membentang pada bagian selatan DIY mulai Kabupaten Kulon Progo sampai
Kabupaten Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Bentangan
dataran rendah ini merupakan alam fluvial yang didominasi oleh dataran
Alluvial yang merupakan wilayah yang subur. Bentang alam lain yang belum
digunakan adalah bentang alam marine dan aeolin yang merupakan satuan
wilayah pantai yang terbentang dari Kabupaten Kulon Progo sampai Bantul.
Khusus Pantai Parangtritis, terkenal dengan laboratorium alamnya berupa
gumuk pasir;
4. DIY juga memiliki wilayah yang disebut sebagai Pegunungan Kulon Progo dan
Dataran Rendah Selatan seluas ± 706,25 km² dengan ketinggian antara 0–572
m yang terletak di Kabupaten Kulon Progo. Bagian utara merupakan lahan
struktural denudasional dengan topografi berbukit yang mempunyai kendala
lereng yang curam dan potensi air tanah yang kecil.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 I-5
BAB I PENDAHULUAN

2. Gambaran Umum Demografi


2.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Provinsi DIY pada tahun 2010 menurut hasil Sensus Penduduk
(SP) 2010 sebanyak 3.457.491 jiwa dengan komposisi jumlah penduduk berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 1.708.910 jiwa dan perempuan sebanyak 1.748.581
jiwa. Sex ratio penduduk DIY sebesar 97,73.

Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Provinsi DIY Hasil Sensus Penduduk 2010
Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
Kulon Progo 190.694 198.175 388.869 96,23
Bantul 454.491 457.012 911.503 99,45
Gunungkidul 326.703 348.679 675.382 93,70
Sleman 547.885 545.225 1.093.110 100,49
Kota Yogyakarta 189.137 199.490 388.627 94,81
DIY 1.708.910 1.748.581 3.457.491 97,73
Sumber: DIY Dalam Angka 2011, BPS Provinsi DIY

Penduduk Provinsi DIY berdasarkan hasil SP 2010, selama periode 2008-2011 terjadi
peningkatan jumlah. Jumlah penduduk tahun 2008 sebanyak 3.393 ribu jiwa pada tahun
2011 menjadi 3.496 ribu jiwa. Meski mengalami peningkatan jumlah, namun jika dilihat
dari laju pertumbuhan penduduk selama periode tersebut dapat dikatakan relatif kecil,
yaitu kurang dari 1%.

Gambar 1.3
Jumlah Penduduk Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Hasil Proyeksi
SP 2010 (x 1000)

sumber:
Badan Pusat Statistik Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, Diolah
Keterangan : *) Proyeksi SP 2010
**) Proyeksi SUPAS 2005

Dilihat dari persebaran jumlah penduduk Provinsi DIY menurut Kabupaten/Kota


tahun 2010, jumlah penduduk terbanyak berada di Kabupaten Sleman yaitu sebanyak
1.093.110 jiwa atau sebesar 31,62%. Penduduk terbanyak kedua adalah Kabupaten
Bantul dengan jumlah penduduk sebanyak 911.503 jiwa atau sebesar 26,36% dan disusul
oleh Kabupaten Gunungkidul pada urutan ketiga dengan jumlah penduduk sebanyak
675.382 jiwa atau sebesar 19,53%. Selanjutnya, wilayah dengan jumlah penduduk
terendah adalah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo dengan jumlah penduduk
masing-masing 388.627 jiwa dan 388.869 jiwa atau sebesar 11,24% dan 11,25%.

I -6 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I

Gambar 1.4
Persebaran Jumlah Penduduk
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Menurut Kabupaten/
Kota Tahun 2010 (%)

sumber:
DIY dalam Angka 2011, BPS
Provinsi DIY

Laju pertumbuhan penduduk Provinsi DIY pada tahun 2010 sebesar 1,02. Dua
daerah di Provinsi DIY masih memiliki laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi
yaitu Kabupaten Sleman (1,92%) dan Kabupaten Bantul (1,55%). Laju pertumbuhan
penduduk tiga daerah lainnya memiliki laju pertumbuhan penduduk yang relatif rendah
yaitu Kota Yogyakarta (-0,22%), Kabupaten Gunungkidul (0,06%) dan Kabupaten Kulon
Progo (0,47%).

Gambar 1.5
Laju Pertumbuhan Penduduk
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Menurut Kabupaten/
Kota Tahun 2010 (%)

sumber:
DIY dalam Angka 2011, BPS
Provinsi DIY

Kepadatan penduduk di wilayah Provinsi DIY pada tahun 2010 sebesar 1.085,28
jiwa/Km2. Daerah terpadat adalah Kota Yogyakarta yaitu 11.957,75 jiwa/Km2,
sedangkan kepadatan terendah adalah Kabupaten Gunungkidul yaitu 454,69 jiwa/Km2.
Secara umum, kepadatan penduduk berada pada wilayah yang relatif maju yaitu Kota
Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.

Gambar 1.6
Kepadatan Penduduk Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta
Menurut Kabupaten/Kota Tahun
2010 (Jiwa/Km2)

sumber:
DIY dalam Angka 2011, BPS
Provinsi DIY

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 I-7
BAB I PENDAHULUAN

2.2 Angkatan Kerja

Kondisi angkatan kerja adalah salah satu faktor penting yang akan menentukan
kemajuan dan kemakmuran suatu daerah. Usia penduduk yang tergolong
kedalam angkatan kerja adalah dari usia 15 tahun hingga 65 tahun. Komposisi
penduduk pada usia ini dapat dijadikan indikator untuk melihat dinamika bidang
ketenagakerjaan di suatu wilayah. Berdasarkan data tahun 2008 hingga 2012
kondisi ketenagakerjaan di DIY dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 1.2
Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Provinsi DIY
2008-2012
2008 (Agustus) 2009 (Agustus) 2010 (Agustus) 2011 (Agustus) 2012 (Februari)
Kegiatan
Orang % Orang % Orang % Orang % Orang %
Angkatan Kerja 1.999.734 70,51 2.016.694 70,23 1.882.296 69,76 1.872.912 68,77 1.927.167 70,47
1. Bekerja 1.892.205 66,72 1.895.648 66,01 1.775.148 65,79 1.798.595 66,04 1.848.369 67,59
2. Pengangguran 107.529 3,79 121.046 4,22 107.148 3,97 74.317 2,73 78.798 2,88
Bukan Angkatan
836.444 29,49 855.025 29,77 815.838 30,24 850.717 31,23 807.579 29,53
Kerja
1. Sekolah 284.792 10,04 308.401 10,74 279.420 10,36 282.226 10,36 - -
2. Mengurus
445.969 15,72 461.014 16,05 437.630 16,22 429.555 15,77 - -
Rumah Tangga
3. Lainnya 105.683 3,73 85.610 2,98 98.788 3,66 138.936 5,10 - -
Jumlah 2.836.178 100,00 2.871.719 100,00 2.698.134 100,00 2.723.629 100,00 2.734.746 100,00
Sumber: BPS Provinsi DIY

Jumlah angkatan kerja di Provinsi DIY menurut data BPS pada Agustus 2008
sebanyak 1.999.734 orang atau sebesar 70,51% dari total penduduk Provinsi DIY
berumur 15 tahun keatas. Jumlah angkatan kerja tersebut meningkat menjadi
1.872.912 orang pada tahun 2011. Dari total penduduk DIY tahun 2011, sebesar 66,04%
merupakan penduduk bekerja. Sementara itu, data ketenagakerjaan Bulan Februari
tahun 2012 menunjukkan jumlah angkaran kerja sebanyak 1.927.167 orang sedangkan
bukan angkatan kerja sebanyak 807.579 orang.

Gambar 1.7
Perkembangan Tingkat
Pengangguran di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, 2008-2011

sumber:
Badan Pusat Statistik Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta,
Diolah

Perkembangan tingkat pengangguran di Provinsi selama periode 2008-


2011 menunjukkan kondisi yang menggembirakan yang ditandai dengan adanya
kecenderungan penurunan tingkat pengangguran di Provinsi DIY. Tingkat pengangguran
tahun 2008 sebesar 5,38%, sempat mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi
6,00% dan tahun 2010 sebesar 5,69%. Namun pada tahun 2011 tingkat pengangguran
menurun cukup signifikan menjadi 3,97%. Tingkat pengangguran Provinsi DIY tahun
2012 Bulan Februari sebesar 4,09%.

I -8 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I

2.3 Pendidikan

Untuk mengukur kualitas sumberdaya manusia digunakan Indeks Pembangunan


Manusia (IPM) yang dalam pengukurunnya mencakup kualitas bidang pendidikan,
kesehatan dan kesejahteraan penduduk (pendapatan penduduk). Trend dari
tahun 2005 sampai dengan 2010 menunjukkan bahwa IPM Provinsi DIY selalu di
atas IPM Nasional. Pada tahun 2009 IPM DIY sebesar 75,23 sedangkan nasional
sebesar 71,76. Untuk DIY baik pada tahun 2009 maupun 2010 menduduki posisi
keempat nasional. Pada tahun 2010, IPM Provinsi DIY sebesar 75,77, mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2009, sedangkan IPM nasional 72,27.

Gambar 1.8
Perkembangan Indeks
Pembangunan Manusia, 2005-
2010

sumber:
DIY dalam Angka 2011, BPS
Provinsi DIY

IPM menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DIY tahun 2010 menunjukkan bahwa Kota
ogyakarta dan Sleman memiliki IPM yang jauh lebih baik dibandingkan 3 kabupaten
lainnya. IPM Kota Yogyakarta menduduki ranking pertama dengan nilai sebesar 79,52,
disusul kemudian oleh Kabupaten Sleman sebesar 78,20. Tiga daerah dengan IPM yang
masih rendah adalah Kabupaten Bantul (74,53), Kulon Progo (74,49) dan Gunungkidul
(70,45).

Tabel 1.3
IPM Menurut Komponen dan Kabupaten/Kota di Provinsi DIY, 2010
Angka Pengeluaran Riil
Rata - rata
Harapan Angka Melek Per Kapita yang Peringkat
Kabupaten/Kota Lama Seko- IPM
Hidup Huruf (%) Disesuaikan (000 IPM
lah (tahun)
(tahun) Rp)
Kulon Progo 74,38 90,69 8,20 630,38 74,49 4
Bantul 71,31 91,03 8,82 646,08 74,53 3
Gunungkidul 70,97 84,66 7,65 625,20 70,45 5
Sleman 75,06 92,61 10,30 647,84 78,20 2
Kota Yogyakarta 73,44 98,03 11,48 649,71 79,52 1
Provinsi DIY 73,22 90,84 9,07 646,56 75,77 4
Sumber: DIY Dalam Angka 2011, BPS Provinsi DIY

Jumlah penduduk menurut usia sekolah di Provinsi DIY pada tahun 2011
adalah sebanyak 571.565 orang. Berdasarkan wilayahnya, penduduk usia sekolah
terbanyak terdapat di Kabupaten Sleman dan Bantul, yaitu masing-masing sebanyak
159.260 orang (27,86%) dan 140.751 orang (24,63%). Sedangkan wilayah dengan
penduduk usia sekolah paling sedikit adalah Kabupaten Gunungkidul dengan jum-
lah 71.001 orang atau 12,42% dari total jumlah penduduk usia sekolah di DIY.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 I-9
BAB I PENDAHULUAN

Tabel 1.4
Jumlah Penduduk Usia Sekolah Menurut Wilayah di Provinsi DIY, 2011

Penduduk Menurut Usia Sekolah


No. Kabupaten/Kota Jumlah
7 - 12 13 - 15 16 - 18 Jumlah %
1 Bantul 910.572 70.999 34.743 35.009 140.751 24,63
2 Sleman 1.084.742 77.821 36.700 44.739 159.260 27,86
3 Gunungkidul 674.408 61.119 29.012 32.136 71.001 12,42
4 Kulon Progo 388.755 34.785 16.674 19.542 122.267 21,39
5 Yogyakarta 388.088 33.263 17.182 27.841 78.286 13,70
  Propinsi DIY 3.446.565 277.987 134.311 159.267 571.565 100,00
Sumber: Disdikpora Provinsi DIY

Komitmen Pemerintah Provinsi DIY untuk senantiasa meningkatkan kualitas


SDM diwujudkan melalui kebijakan yang didasarkan pada pemikiran bahwa pendidikan
tidak sekedar menyiapkan peserta didik agar mampu masuk dalam pasar kerja, namun
pendidikan juga merupakan upaya pembangunan watak bangsa (national character
building). Pembangunan watak ini diantaranya dapat berupa penanaman nilai-nilai
seperti kejujuran, keadilan, keikhlasan, kesederhanaan dan keteladanan. Hal ini
diwujudkan melalui pelaksanaan berbagai program pembangunan di Provinsi DIY
yang mendukung kegiatan pengajaran dan pendidikan di berbagai jenis dan jenjang
pendidikan. Dengan dilaksanakannya program-program pembangunan, pelayanan
pendidikan sudah mulai menjangkau daerah terpencil, dengan dibangunnya beberapa
sekolah di daerah tersebut.
Terwujudnya pendidikan yang bermutu melalui berbagai program Pemerintah
Provinsi DIY dapat dinilai menggunakan tolok ukur angka partisipasi. Angka partisipasi
yang terdiri dari Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)
merupakan indikator kualitas pendidikan. Berikut adalah perkembangan APK dan APM
dari tahun 2008-2010 di beberapa jenjang pendidikan di Provinsi DIY.

Tabel 1.5
Perkembangan APK dan APM Menurut Jenjang Sekolah di Provinsi DIY
(2008-2011)
APK DAN APM 2008 2009 2010 2011
APK SD/MI 108,82 111,44 111,45 111,43
APK SMP/MTs 114,98 115,47 114,32 115,5
APK SMA/MA 81,51 87,06 88,33 88,79
APM SD/MI 94,73 96,65 97,15 97,53
APM SMP/MTs 84,64 84,78 81,05 81,08
APM SMA/MA 59,12 60,87 60,47 63,45
Sumber: Disdikpora Provinsi DIY

Selama kurun waktu 2008-2011 terjadi peningkatan APK di semua jenjang


pendidikan yaitu dari jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA. Pada jenjang SD/MI APK
tahun 2008 sebesar 108,82%, pada tahun 2011 menjadi 111,43%. Sementara itu pada
jenjang SMP/MTs, nilai APK tahun 2008 sebesar 114,98% dan tahun 2011 mencapai
115,5%. Kondisi yang sama pada jenjang SMA/MA dimana APK tahun 2008 sebesar
81,51% menjadi 88,79% pada tahun 2011. Seperti halnya capaian APK, capaian APM
selama kurun waktu 2008-2011 juga mengalani perkembangan yang positif ditandai
dengan naiknya nilai APM dari tahun ke tahun khususnya pada jenjang SD/MI dan SMA/
MA, sedangkan APM pada jenjang SMP/MTs justru mengalami penurunan.

I - 10 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I

2.4 Penduduk Miskin

Masalah kemiskinan merupakan problema yang membutuhkan kebijakan-


kebijakan yang sifatnya solutif. Baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Provinsi DIY telah berupaya mengurangi jumlah penduduk miskin melalui program-
program pengentasan kemiskinan. Banyak program penanggulangan kemiskinan
yang telah dilakukan pemerintah dan memberikan hasil positif, setidaknya hingga
tahun 2012, seperti bantuan beras miskin (raskin), asuransi kesehatan untuk
keluarga miskin (askeskin), bantuan biaya pendidikan (BOS), dan lain-lain. Usaha-
usaha tersebut telah menunjukkan hasil yang menggembirakan terlihat dari
kecenderungan menurunnya persentase angka kemiskinan dari tahun ke tahun.
Tabel 1.6
Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi DIY Menurut Wilayah, 2008-2012
Kota/Urban Desa/Rural Jumlah Total
% thd % thd
Tahun Jumlah % thd
pen- Jumlah pen- Jumlah
penduduk
(000) duduk (000) duduk (000)
Provinsi
Kota Desa
2008 324,16 14,99 292,12 24,32 616,28 18,32
2009 311,47 14,25 274,31 22,60 585,78 17,23
2010 308,36 13,98 268,94 21,95 577,30 16,83
2011 304,34 13,16 256,55 21,82 560,88 16,08
2012* 305,89 13,13 259,44 21,76 565,32 16,05
* Bulan Maret 2012
Sumber: BPS Provinsi DIY

Jumlah penduduk miskin di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurut data BPS se-
banyak 560,88 ribu orang atau sebesar 16,08% dari total penduduk DIY. Jumlah penduduk
miskin di DIY pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 0,75% dari tahun 2010
yang sebesar 16,83% serta tahun 2008 yang persentasenya masih mencapai 18,32%. Se-
dangkan kecenderungan persebaran angka kemiskinan dari tahun ke tahun didominasi
oleh kemiskinan yang tersebar di daerah pedesaan. Selama periode 2008-2011, rata-rata
penduduk miskin di wilayah kota adalah 14,10% sedangkan rata-rata penduduk miskin di
wilayah desa adalah 22,67%. Namun demikian, jika dilihat trendnya selama periode 2006-
2011, jumlah penduduk miskin cenderung mengalami penurunan, baik itu di wilayah kota
maupun desa. Data tahun 2012 (Bulan Maret), jumlah penduduk miskin Provinsi DIY se-
banyak 565,32 ribu orang atau sebesar 16,05% dari total penduduk DIY, dengan demikian
angka kemiskinan tahun 2012 mengalami penurunan dibanding tahun 2011.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  I - 11
BAB I PENDAHULUAN

3. Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi suatu daerah dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan suatu


daerah. Adanya pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya peningkatan
produksi di suatu daerah pada periode waktu tertentu. Adanya peningkatan
produksi diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga
juga terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
3.1 Potensi Unggulan Daerah
Provinsi DIY memiliki beberapa potensi unggulan yang merupakan pendukung
kemandirian perekonomian di daerah. Sektor ekonomi unggulan perlu untuk
dikembangkan sehingga benar-benar dapat mendorong kesejahteraan masyarakat pada
umumnya. Pertumbuhan ekonomi DIY didorong oleh sektor-sektor unggulan dimana
sektor unggulan tersebut berkontribusi besar dalam pembentukan output di Provinsi
DIY. Berikut ini adalah sektor ekonomi unggulan di Provinsi DIY:

3.1.1 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)


Sektor perdagangan mempunyai peran yang vital dalam menggerakkan perekonomian
di daerah. Beberapa komoditi yang menjadi unggulan ekspor DIY antara lain kulit,
mebel kayu, tekstil dan kerajinan. Perkembangannya ekspor di Provinsi DIY cenderung
fluktuatif. Realisasi ekspor pada tahun 2008-2011 dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 1.7
Nilai dan Volume Ekspor Impor Provinsi DIY, 2008-2011
Realisasi Ekspor Impor 2008 2009 2010 2011 2012
Ekspor
Nilai (juta US $) 130,30 109,00 140,00 144,00 45,30
Volume (juta kg) 40,60 31,00 35,00 27,00 9,25
Impor
Nilai (juta US $) 50,70 26 22 76 6,65
Volume (juta kg) 8,90 5 3 2 0,76
Sumber: Dinas Perindagkop & UKM Provinsi DIY (Data S.d. Maret 2012)

Meski volume dan nilai eskpor DIY cenderung fluktuatif, namun dari sisi impor
terlihat perkembangan yan relatif menggembirakan yaitu adanya kecenderungan
penurunan impor baik dari sisi nilai maupun nilainya. Hal ini merupakan salah satu
indikasi semakin kuatnya keberadaan produk dalam negeri.
Pertumbuhan di sektor PHR salah satunya didorong oleh pariwisata. Salah satu
predikat DIY adalah sebagai kota pariwisata. Keunggulan sektor pariwisata meliputi
beragamnya destinasi pariwisata, tersedianya fasilitas baik berupa sarana maupun
prasana aktivitas kepariwisataan hingga keberadaan kekayaan budaya di DIY. Objek
wisata di daerah Provinsi DIY memang menjadi magnet yang kuat untuk menarik minat
kunjungan wisatawan. DIY merupakan destinasi wisata utama di Indonesia selain Bali
yang memiliki berbagai objek wisata dan khazanah kekayaan budaya.
Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Provinsi DIY tersebar di seluruh
kabupaten yang ada dalam berbagai jenis dan jumlahnya. Sampai saat ini, obyek wisata
andalan DIY berdasarkan kabupaten meliputi 43 daya tarik wisata di Kota Yogyakarta, di
Kabupaten Sleman terdapat daya tarik sebanyak 43, di Kabupaten Bantul sebanyak 40
daya tarik, di Kabupaten Kulon Progo terdapat 17 daya tarik wisata dan di Kabupaten
Gunungkidul terdapat 23 daya tarik wisata. Obyek dan daya tarik wisata yang potensial
untuk segmen pasar wisatawan nusantara jika ditinjau berdasarkan kunjungan

I - 12 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
wisatawan antara lain adalah Kraton Yogyakarta, Pantai Parangtritis, Baron, Kukup,
Krakal, Kebun Binatang Gembira Loka dan Monumen Yogya Kembali. Sedangkan obyek
yang potensial untuk segmen wisatawan mancanegara misalnya daalah Gunung Merapi,
Candi Sambisari, Candi Pawon, Kalasan dan bekas Kraton Ratu Boko. Jumlah event yang
diselenggarakan di DIY kurang lebih 8.693 event. Sedangkan fasilitas pariwisata berupa
hotel berbintang sejumlah 37 dan hotel melati dan pondok wisata sejumlah 1.048,
serta restauran sejumlah 752 unit.
Pengembangan bidang pariwisata DIY juga didukung oleh berbagai kegiatan
usaha yang sifatnya mendukung kegiatan pariwisata. Keberadaan berbagai usaha dan
sarana pendukung pariwisata di atas memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan
tingkat kunjungan wisatawan. Tingkat kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Untuk mempertahankan
tingkat kunjungan wisatawan, Pemerintah Provinsi DIY juga mengusahakan kegiatan
kepariwisataan yang diarahkan menuju wisata minat khusus. Model wisata minat khusus
ini perlu dikembangkan mengingat wisata model ini relatif kurang rentan terhadap
krisis ekonomi serta menghasilkan lama tinggal (length of stay), tingkat pembelanjaan
(spending) dan tingkat kunjungan ulang (repeaters) yang lebih tinggi.
Pengembangan pariwisata minat khusus ini diarahkan pada optimalisasi
destinasi pariwisata yang dinilai paling potensial di masing–masing wilayah, sehingga
setiap kabupaten/kota di DIY memiliki fokus pengembangan yang berbeda, misalnya;
Kota Yogyakarta diprioritaskan pada bidang heritage, Kabupaten Gunungkidul pada
wisata alam/goa–gunung, Kabupaten Bantul destinasi bidang kerajinan dan religi/
mitos, Kabupaten Kulon Progo destinasi alam/bahari dan Kabupaten Sleman destinasi
desa wisata. Di samping wisata minat khusus, juga diupayakan untuk meningkatkan
wisata Meeting, Incentive, Conference and Exhibition (MICE) mengingat banyaknya
hotel/tempat pertemuan yang mendukung pelaksanaannya.

3.1.2 Sektor Pertanian


1. Tanaman Pangan

Sektor tanaman pangan di Provinsi DIY memiliki beberapa komoditas yang


dipandang potensial untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi antara
lain; padi, jagung dan kedelai. Dipandang potensial mengingat ketiga komoditas
tersebut memiliki beberapa pertimbangan, seperti; 1) merupakan bahan pangan
pokok penduduk DIY, 2) menjadi bahan baku industri, dan 3) pengusahaannya
banyak menyerap tenaga kerja. Gambaran perkembangan ketiga komoditas
tersebut dari tahun 2008-2012 dapat dilihat dari data berikut.

Tabel 1.8
Luas Panen Tanaman Pangan di Provinsi DIY (Ha), 2008-2012
Rerata Pertum-
No Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012*
buhan (%)
1 Padi sawah 100.359 105.613 106.907  107.990  110.281  0,08
2 Padi ladang 39.808 39.811 40.151  42.837  43.606  2,34
Total padi 140.167 145.424 147.058  150.827  153.887  2,37
3 Jagung 71.164 74.563 86.837  69.768  76.187  2,70
4 Kedelai 32.514 31.666 33.572  28.988  27.275  -4,04
Sumber: BPS Provinsi DIY, * Angka Ramalan 1 2012

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  I - 13
BAB I PENDAHULUAN

Tabel 1.9
Populasi Tanaman Pangan di Provinsi DIY (Kw/Ha), 2008-2012
Rerata Per-
No Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012*
tumbuhan (%)
1 Padi sawah 62,61 62,72 60,50  60,51  63,56  0,42
2 Padi ladang 42,68 44,10 44,10  44,24  47,79  2,92
Total padi 56,95 57,62 56,02 55,89  59,09  0,97
3 Jagung 40,10 42,24  39,80 41,80  46,86  4,17
4 Kedelai 10,76 12,72  11,39 11,31  12,14  3,60
Sumber: BPS Provinsi DIY, * Angka Ramalan 1 2012

Tabel 1.10
Produksi Tanaman Pangan di Provinsi DIY (Ton) 2008-2011
Rerata Per-
No Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012* tumbuhan
(%)
1 Padi sawah 628.321 662.368 646.816 653.434 700.966 2,84
2 Padi ladang 169.911 175.562 177.071 189.500 208.374 5,29
Total padi 798.232 837.930 823.887 842.934 909.340 1,40
3 Jagung 285.372 314.937 345.576 291.596 356.989 6,72
4 Kedelai 34.998 40.278 38.244 32.795 33.123 -0,80
Sumber: BPS Provinsi DIY, * Angka Ramalan 1 2012

Produksi padi dari tahun 2008 hingga 2012 mempunyai kecenderungan meningkat
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,84%. Namun demikian pada tahun 2010
terjadi penurunan produksi padi jika dibandingkan tahun 2009 yang disebabkan
oleh pergeseran masa tanam dan tingginya curah hujan pada fase pembungaan
padi di pertengahan tahun hingga akhir 2010. Rerata pertumbuhan padi yang positif
tersebut merupakan kontribusi dari peningkatan produksi padi ladang yang cukup
signifikan. Hal ini juga ditunjukkan oleh peningkatan luas panen dan produktivitas
padi ladang yang terus bertumbuh. Padi ladang adalah komoditas tanaman pangan
utama yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Gunungkidul. Seluruh kecamatan
di Gunungkidul menghasilkan padi ladang. Hal ini didukung oleh lahan di kawasan
Gunungkidul yang potensial untuk pengembangan tanaman pangan lahan kering karena
kesesuaian agroekosistemnya.
Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung juga tercatat cenderung
meningkat dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Peningkatan ini dikarenakan
pertambahan luas panen di lahan kering. Meskipun produksi jagung pada tahun 2011
mengalami penurunan, namun berdasarkan perhitungan Angka Ramalan I, produksinya
diperkirakan akan kembali meningkat pada tahun 2012, bahkan hingga melampaui
pencapaian produksi pada tahun 2010.
Untuk komoditas kedelai, meskipun produksi pada tahun 2012 diproyeksikan
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011, namun rerata pertumbuhannya dari
tahun 2008 hingga 2012 justru mengalami kecenderungan penurunan sebesar 0,80%.
Hal ini dipengaruhi oleh adanya penurunan produksi yang signifikan pada tahun 2010
dikarenakan tingginya curah hujan sehingga banyak tanaman yang gagal dipanen.

I - 14 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I

2. Tanaman Hortikultura

Salah satu komoditas hortikultura unggulan berupa sayuran yang dihasilkan


dari DIY adalah bawang merah varietas Tiron. Keunggulan bawang merah ini
diantaranya tahan busuk ujung daun dan relatif tahan busuk umbi. Penanaman
bawang merah Tiron berkembang luas hingga di kecamatan Sanden, Srandakan,
Bambanglipuro dan Pundong. Bawang merah varietas Tiron dari Kabupaten Bantul
ini juga telah dilepas sebagai varietas unggul oleh Kementerian Pertanian.
Salak Pondoh merupakan komoditas hortikultura buah-buahan dengan nilai
ekonomi tinggi yang telah berkembang di DIY, khususnya Sleman. Salak Pondoh dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik di dataran rendah sampai pada ketinggian 900
meter di atas permukaan laut yang berarti sesuai dengan agroekosistem di daerah
Sleman. Saat ini Salak Pondoh dikembangkan di Kecamatan Turi, Tempel dan Pakem.
Pemasaran salak pondoh untuk memenuhi kebutuhan domestik di Yogyakarta
maupun kota-kota besar lain di Indonesia umumnya dilakukan melalui pedagang
pengumpul yang ada di masing-masing desa dengan kapasitas 6-8 ton per hari.
Sedangkan sebagai komoditas ekspor, salak pondoh telah dipasarkan hingga ke China.
Salak Pondoh yang diekspor sudah tersertifikasi Prima-3 sehingga memenuhi standar
kualitas yang dipersyaratkan.

Tabel 1.11
Luas Panen dan Produksi Salak dan Bawang Merah di Provinsi DIY, 2008-2011
2008 2009 2010 2011
Komoditas Prod
Prod Luas Prod Luas Luas Prod
Luas (Ha) (Kuin-
(Kuintal) (Ha) (Kuintal) (Ha) (Ha) (Kuintal)
tal)
Salak 4.632.882 707.730 4.836.703 625.720 4.789.215 577.930 3.639.296 258.070
(satuan
rumpun)
Bawang 2.164 210.420 1.628 197.628 2.027 133.658 1.271 144.070
merah
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi DIY

Tahun 2010 dan 2011 terdapat beberapa persoalan yang menyebabkan turunnya
produksi bawang merah. Penurunan ini disebabkan oleh dampak anomali iklim yang
mengakibatkan curah hujan cukup tinggi sejak triwulan III 2010, sedangkan pada
tahun 2011 luas panen bawang merah menurun karena luas tanam yang berkurang
karena beralih ke tanaman hortikultura lainnya. Sementara itu penurunan produksi dan
produktivitas salak disebabkan oleh dampak erupsi Gunung Merapi pada triwulan IV
2010 dan dampaknya masih dirasa tahun 2011 dimana tanaman salah di sentra produksi
Sleman dalam tahapan recovery tanaman terkena dampak erupsi. Produksi salak tahun
2012 diperkirakan sebesar 468.284 kuintal.
DIY juga memiliki komoditas hortikultura unggulan berupa tanaman hias. Salah
satu komoditas tanaman hias unggulan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yaitu
Krisan. Hampir semua varietas Krisan yang ditanam dapat tumbuh dengan baik di
dataran dengan ketinggian medium antara 400 – 700 m di DIY. Hal ini didukung oleh
kemampuan daya adaptasi Krisan yang tinggi. Oleh karena itu, saat ini Krisan sedang
dikembangkan di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulon Progo.
Selain karena aspek agroekosistem yang mendukung pengembangan Krisan
di DIY, potensi pengembangan Krisan juga timbul akibat adanya tarikan pasar DIY
terhadap tanaman hias (bunga). DIY yang menjadi destinasi pariwisata dan merupakan
tempat penyelenggaraan MICE membutuhkan tanaman hias dalam jumlah yang besar
setiap bulan. Sedangkan di sisi lain, kebutuhan tanaman hias tersebut sekitar 70%
dipenuhi oleh pasokan dari luar DIY. Hal ini menimbulkan celah yang cukup besar untuk
dieksploitasi melalui pengembangan Krisan.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  I - 15
BAB I PENDAHULUAN

Tanaman Krisan merupakan tanaman hias semusim yang dapat dipanen setelah
tiga bulan atau sekitar 110 hari dari penanaman bibit. Ini berarti dalam setahun terdapat
tiga musim tanam efektif dengan hasil panen antara 3.000 hingga 5.000 batang per
minggu. Hasil ini dapat dioptimalisasi melalui intensifikasi jarak tanam serta aplikasi
teknologi budidaya.

3. Peternakan
Sektor peternakan juga menjadi salah satu sektor yang potensial untuk
dikembangkan di wilayah DIY. Beberapa wilayah yang menjadi sentra beberapa
komoditas peternakan adalah Gunungkidul sebagai sentra penghasil sapi potong
dan kambing, sedangkan Sleman terkenal sebagai sentra sapi perah. Perkembangan
ketiga komoditas ini dapat dilihat dari data tahun 2008-2011 berikut.
Tabel 1.12
Populasi Ternak di Provinsi DIY (ekor), 2008-2011
Rerata Pertum-
No Jenis Ternak 2008 2009 2010 2011
buhan (%)
1 Sapi Potong 269.655 283.043 290.949 385.370 13,40
2 Sapi Perah 5.652 5.495 3.466 3.888 -9,18
3 Kambing 304.780 308.353 331.147 343.647 4,21
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi DIY

Perkembangan ketiga komoditas ternak tersebut cukup menggembirakan dilihat


dari potensi pertumbuhannya yang dari tahun ke tahun cenderung meningkat, kecuali
sapi perah. Populasi sapi potong dan kambing pada tahun 2011 mengalami peningkatan
dari tahun 2010, 2009 dan 2008. Hal ini berkaitan erat dengan sejumlah kegiatan
yang mendukung peningkatan populasi, seperti bantuan sosial sapi potong dan ternak
kambing baik dari anggaran APBD Provinsi maupun APBN.
Populasi sapi perah pada tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun 2009,
sebesar 36,92%, hal ini disebabkan karena dampak awan panas erupsi Merapi disentra
populasi sapi perah Kabupaten Sleman sehingga menyebabkan banyak ternak yang mati.
Pada tahun 2011 dengan berbagai upaya pemulihan populasi sapi perah meningkat
menjadi 3.888 ekor.

4. Kehutanan
Hutan negara di Provinsi DIY seluas 18.715,0640 ha atau hanya sekitar 5,87% dari
total luas seluruh provinsi yaitu 3.185,18 km2. Dari luasan tersebut, kawasan hutan
yang dikelola oleh Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan Yogyakarta sebagai UPTD
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY seluas 16.358,6 ha yang terdiri dari
Hutan Produksi (HP) seluas 13.411,70 ha, Hutan Lindung (HL) seluas 2.312,80 ha,
dan Hutan Konservasi (Taman Hutan Raya) seluas 634,10 ha.
Penutupan vegetasi pada wilayah hutan Balai KPH Yogyakarta terdiri dari beberapa
jenis antara lain jati, kayu putih, sonokeling, pinus, kenanga, mahoni, kemiri, gliricidea,
akasia, murbei, dan bambu dengan luas yang bervariasi. Namun demikian diantara
keseluruhan jenis yang ditanam, hanya jati dan kayu putih saja yang ditanam dalam
luasan yang besar kerana jenis lain hanya dengan luasan kecil dan bersifat sporadis. Hal
ini berarti hutan DIY memiliki potensi kayu dan non kayu yang cukup tinggi.
Produksi hasil hutan kayu berupa kayu bulat baik jenis jati maupun rimba
belum semuanya dilakukan secara langsung dalam pengelolaan hutan. Produksi kayu
bulat ini pada dasarnya dari tebangan tak tersangka akibat adanya kegiatan yang
membutuhkan pembukaan lahan atau akibat adanya pencurian yang barang buktinya
dapat diselamatkan, kebakaran, dan bencana alam. Oleh karena itu, potensi unggulan
dari sub sektor kehutanan justru berupa produksi hasil hutan bukan kayu, yaitu minyak
kayu putih.

I - 16 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
Potensi tanaman kayu putih seluas 4.603,72 ha atau 28% dari luas KPH
Yogyakarta. Potensi tanaman kayu putih ini tersebar pada lima Bagian Daerah Hutan
(BDH), yaitu BDH Karangmojo dengan luas 2.267,6 ha, BDH Playen dengan luas 1.616,37
ha, BDH Paliyan seluas 403,3 ha, BDH Kulon Progo-Bantul seluas 286,45 ha, dan BDH
Panggang seluas 30 ha.
Tanaman kayu putih dipungut daunnya untuk bahan baku lima unit Pabrik
Minyak Kayu Putih (PMKP), yaitu PMKP Sendangmole (BDH Playen), PMKP Gelaran
(BDH Karangmojo), PMKP Dlingo, PMKP Kediwung, dan PMKP Sermo (BDH Kulon Progo-
Bantul). Pada tahun 2011 kawasan hutan kayu putih di BDH Kulon Progo seluas 68 ha
telah dialihkan menjadi Kawasan Konservasi dengan fungsi Suaka Margasatwa seluas
63 ha sehingga kayu putih pada Suaka Margasatwa ini tidak dapat dipungut. Hal ini juga
berarti PMKP Sermo tidak memproduksi minyak kayu putih lagi sejak tahun 2011.
Pemanfaatan kayu putih ini telah lama dikelola secara kemitraan dengan
masyarakat sekitar kawasan hutan. Pemungutan daun kayu putih dilaksanakan oleh
pesanggem penggarap tanah yang kemudian diberikan kompensasi berupa upah
pungutan. Selain itu, masyarakat sekitar hutan juga diberi kesempatan untuk melakukan
tumpangsari di hutan kayu putih. Pemungutan daun kayu putih ini juga dilaksanakan
dengan memperhatikan kaidah konservasi.
Produksi minyak kayu putih selama periode 2008-2011 selengkapnya disajikan
dalam tabel berikut :

Tabel 1.13
Produksi Minyak Kayu Putih (Liter, 2008-2011)
Rerata Per-
No Unit Pabrik 2008 2009 2010 2011
tumbuhan %
1 Sermo 260 251 260 - -33,30
2 Kediwung 424 415 423 330 -7,39
3 Dlingo 770 737 846 876 4,68
4 Gelaran 22.267 22.325 24.207 22.490 0,53
5 Sendangmole 17.160 17.353 17.616 21.261 7,78
Jumlah 40.881 41.082 43.352 44.957 3,24
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY

Rata-rata pertumbuhan produksi minyak kayu putih selama 2008-2011 sebesar


3,24%. Selain itu, sumbangan produksi minyak kayu putih terhadap Pendapatan Asli Dae-
rah (PAD) Provinsi DIY cukup siginifikan. PAD yang berasal dari penjualan minyak kayu
putih pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010, yaitu dari
Rp.5.028.309.000,- menjadi Rp.6.110.306.400,- atau sebesar 21,52%.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  I - 17
BAB I PENDAHULUAN

5. Perkebunan
Berdasarkan kondisi saat ini, lahan yang berpotensi untuk dikembangkan
seluas 176.000 ha. Dengan sistem pengusahaan perkebunan yang hampir
secara keseluruhan dilaksanakan oleh petani dalam bentuk perkebunan rakyat,
memungkinkan dilaksanakannya pengembangan komoditas tanaman perkebunan,
terutama untuk tanaman semusim melalui pola perguliran tanaman. Agribisnis
perkebunan ini telah menumbuhkan sentra-sentra produksi komoditas perkebunan
yang selanjutnya dikembangkan melalui penanaman dan atau pengutuhan populasi
tanaman sesuai skala ekonomis usaha di tingkat lokasi melalui rehabilitasi dan
intensifikasi. Operasionalisasinya dengan mengembangkan kebersamaan usaha
perkebunan dalam satu wilayah secara kelompok atau koperasi dengan bermitra
usaha dengan pihak lain yang lebih menguntungkan dalam pendekatan agribisnis
utuh, berdaya saing dan berkelanjutan.
Potensi unggulan subsektor perkebunan yang dimiliki oleh Provinsi DIY adalah kelapa,
kopi, jambu mete, kakao, tembakau, dan tebu. Sentra produksi kelapa, kakao, dan jambu
mete berada di Kabupaten Kulon Progo danGunungkidul. Sedangkan sentra komoditas
kopi berada di Kabupaten Sleman.

Tabel 1.14
Produksi Komoditas Perkebunan Provinsi DIY Tahun 2008-2011
Produksi Rata-rata
No. Komoditas (ton) Pertumbu-
2008 2009 2010 2011 han (%)
1 Kelapa 52.792,53 53.108,22 56.753,90 55.317,77 1,64
2 Kopi 433,82 417,04 399,99 388,05 -3,65
3 Jambu mete 707,68 704,69 408,32 385,90 -15,99
4 Kakao 1.184,46 1.193,43 1.333,69 1.260,22 2,33
5 Tebu 15.785,31 18.089,14 17.031,34 17.262,20 3,37
Jumlah 70.903,80 73.512,52 75.927,24 74.614,14 1,74
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY

Produksi komoditas perkebunan unggulan di DIY untuk masing-masing komoditas


cenderung meningkat, kecuali jambu mete dan kopi yang produksinya menurun karena
dampak anomali iklim. Rata-rata pertumbuhan total dari komoditas unggulan tersebut
dari tahun 2008 hingga 2011 terhitung sebesar 1,74%.

6. Kelautan dan Perikanan


Provinsi DIY memiliki wilayah pantai sepanjang ± 113 km yang meliputi tiga
wilayah kabupaten yaitu Gunungkidul, Bantul, dan Kulon Progo dengan potensi
ikan yang dapat dihasilkan secara lestari mencapai 320.600 ton per tahun,
sedangkan di Samudra Hindia potensi lestarinya sebesar 906.340 ton per tahun.
Potensi serta pemanfaatan sumberdaya melalui perikanan tangkap masih terus
dioptimalkan melalui pengembangan pelabuhan perikanan di Sadeng dan Glagah
yang diharapkan mampu meningkatkan produksi perikanan tangkap khususnya
komoditas tuna yang menjadi produk unggulan baik untuk pasar lokal maupun
pasar luar negeri.

Penangkapan yang selama ini dilakukan sudah melebihi 12 mil ke arah laut sesuai
dengan kemampuan perahu yang sudah menggunakan kapal di atas 10 GT. Namun
demikian, sebagai upaya optimalisasi produksi perikanan tangkap, maka telah dilakukan
pengadaan kapal 30 GT yang nantinya diharapkan akan memiliki daerah operasi yang
lebih luas. Hingga akhir tahun 2011 telah terdapat empat unit kapal 30 GT yang akan

I - 18 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
mendukung perikanan tangkap di DIY. Selain itu, juga telah dilakukan pelatihan awak
yang akan mengoperasionalkan kapal 30 GT tersebut.
Potensi ikan yang dapat diusahakan/dihasilkan dari perikanan budidaya sebesar
lebih kurang 38.700,29 ton per tahun dengan luas lahan potensial lebih kurang 18.129,3
ha. Garis pantai yang cukup panjang dengan topografi lahan yang landai serta didukung
oleh tersedianya air tawar dan air laut yang berkualitas menjadikan lahan pesisir juga
dapat digunakan untuk kegiatan budidaya, baik untuk kegiatan pembesaran ikan/udang,
maupun untuk usaha pembenihan/hatchery. Potensi sumberdaya lahan pesisir yang
dapat dikembangkan untuk usaha budidaya tambak maupun kolam budidaya (terpal)
seluas lebih kurang 650 Ha dengan potensi produksi kurang lebih sebesar 13.000 ton
per tahun.

Tabel 1.15
Capaian Subsektor Kelautan dan Perikanan, 2008-2011
Rerata
Pertum-
No Uraian Satuan 2008 2009 2010 2011
buhan
(%)
1 Produksi Ton 17.764,60 25.205,80 43.938,98 49.524,00 42,97
- Perikanan Budidaya Ton 14.736,70 20.105,40 39.032,98 44.524,00 48,21
- Perikanan Tangkap Ton 3.027,90 5.100,40 4.906,00 5.000,00 22,18
2 Ikan Masuk Ton 26.977,00 44.564,80 39.526,26 41.553,10 19,67
3 Ikan Keluar Ton 1.793,80 2.765,40 7.483,93 5.017,8 63,95
4 Konsumsi Ikan kg/kap/th 17,03 19,38 22,06 23,01 10,64
5 Pendapatan Rp/bulan      
-  Nelayan 1.850.000 1.942.500 1.868.685 1.150.000  -12,42
-  Pembudidaya ikan 1.076.000 1.284.000 1.716.000 1.100.000  5,69
-  Pengolah 1.980.000 2.090.000 2.403.500 2.332.320  5,86
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY

Data Tabel 1.15 menunjukkan perkembangan positif dari sektor perikanan


yang antara lain dapat dilihat dari peningkatan produksi perikanan dari tahun ke tahun.
Produksi perikanan dari tahun 2008 hingga 2011 rata-rata meningkat sebesar 42,97%.
Capaian produksi perikanan pada tahun 2010 melonjak hingga 74% menjadi 43.939,98
ton. Dinamika yang cukup menggembirakan juga dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah
ikan yang keluar dari DIY sebesar 63,95% walaupun jumlah ikan yang masuk juga masih
bertumbuh rata-rata sebesar 19,67%. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan terhadap
ikan di Provinsi DIY semakin meningkat. Selain itu, ditilik dari tingkat pendapatan
pembudidaya dan pengolah ikan yang rata-rata pertumbuhannya sekitar 5% dapat
juga mengindikasikan betapa sektor perikanan dan kelautan merupakan bidang yang
memiliki potensi besar untuk berkembang pesat pada masa yang akan datang.
Produksi perikanan di Provinsi DIY lebih didominasi oleh hasil perikanan
budidaya. Perkembangan produksi perikanan budidaya meliputi budidaya tambak,
kolam, sawah, karamba, jaring apung dan telaga. Peningkatan produksi maupun nilai
produksi perikanan budidaya menggambarkan bahwa minat masyarakat terhadap
perikanan budidaya semakin tinggi, serta dipengaruhi oleh harga pasar. Pelaksanaan
kegiatan intensifikasi dan rehabilitasi budidaya ikan air tawar dengan prioritas pada
komoditas unggulan yang mempunyai nilai lebih pada sistem produksi dan pemasaran.
Komoditas unggulan di Provinsi DIY yang telah ditetapkan yaitu udang (galah,
lobster tawar, vaname, windu/penaide), nila, gurami, dan lele (patin, lele dumbo, lele
lokal). Pembinaan dan pengembangan perikanan melalui pendekatan kelembagaan
dilaksanakan dengan mengutamakan pembudidaya ikan yang tergabung dalam wadah
kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) dan juga menumbuhkan kelompok-kelompok
baru sehingga diharapkan dengan cara usaha bersama akan lebih berdaya dan lebih
mampu bersaing.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  I - 19
BAB I PENDAHULUAN

Dalam rangka optimalisasi produksi perikanan budidaya, Provinsi DIY telah


mengembangkan Kawasan Sentra Produksi Perikanan (KSPP). Pengembangan KSPP
juga untuk mengakomodasi kecamatan sebagai pusat pertumbuhan. KSPP tersebut
diharapkan akan menjadi tempat konsentrasi usaha, pengaturan produksi pasar,
pembinaan teknis, penyediaan sarana produksi, dan pengembangan kemitraan.
Untuk mendukung percepatan pembangunan ekonomi di sektor kelautan dan
perikanan, pemerintah membangun konsep minapolitan. Konsep minapolitan adalah
konsep pengembangan bidang perikanan dengan memfokuskan pengembangan sektor
kelautan dan perikanan dari hulu ke hilir dalam sebuah kawasan. Konsep minapolitan
di wilayah Provinsi DIY diterapkan di Kabupaten Gunungkidul. Gunungkidul merupakan
salah satu kawasan prioritas pengembangan minapolitan nasional yang untuk skala
nasional secara keseluruhan berjumlah 41 kabupaten/kota. Dipilihnya Kabupaten
Gunungkidul untuk menyandang status minapolitan nasional tidak dapat dilepaskan
dari posisi strategis sejumlah kecamatan di Gunungkidul yang berada di tepi pantai,
misalnya Kecamatan Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, dan Girisubo.

7. Jogja Seed Centre (JSC)

Gagasan untuk meraih peluang menjadi pusat perbenihan melalui kegiatan


unggulan Pengembangan JSC didukung oleh keberadaan beberapa lembaga
perbenihan yang dimiliki DIY. Lembaga Perbenihan tersebut meliputi Balai
Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikiltura (BP2TPH) dan Balai Pengawasan
dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP), serta Balai Pengembangan Bibit, Pakan
Ternak dan Diagnostik Kehewanan (BPBPTDK) untuk sektor pertanian, Balai
Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan (BP3KP),
Balai Sertifikasi Pengawasan Mutu Benih dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan
Perkebunan (BSPMBPTKP) untuk subsektor perkebunan, dan Balai Pengembangan
Teknologi Kelautan dan Perikanan (BPTKP) untuk sektor perikanan.
JSC dirancang untuk menjadi pusat informasi perbenihan yang memberikan layanan
secara utuh tentang berbagai aktivitas perbenihan (pertanian, peternakan, kehutanan,
perkebunan, perikanan), termasuk zonasi komoditas benih/bibit, pelaku usaha, dan
aktivitas pemasaran baik yang dilakukan secara online maupun penjualan langsung.
Melalui fungsi ini JSC diharapkan dapat menjadi suatu paket sistem informasi perbenihan
terpadu. Untuk mewujudkan tujuan ini, saat ini telah dibangun website “Jogja Seed
Centre” untuk mengintegrasikan semua aktivitas perbenihan yang diharapkan dapat
mengakomodasi seluruh pemangku kepentingan.
Mengingat kedudukan JSC yang sangat strategis, percepatan implementasi
JSC dilakukan dengan pembentukan institusi untuk menjadi ajang koordinasi. Sebagai
langkah awal JSC diwadahi dalam bentuk Sekretariat Bersama yang diatur dengan
Peraturan Gubernur DIY Nomor 58 tahun 2011 tentang Pusat Perbenihan Yogyakarta.
Tugas organisasi Jogja Seed Centre atau yang kemudian diubah menjadi Jogja Benih
sebagaimana termaktub dalam Pergub ini adalah sebagai koordinator dan fasilitator
layanan informasi, konsultasi, diseminasi, promosi, pertemuan dan kerjasama
perbenihan/perbibitan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan,
peternakan, serta perikanan.
Dalam perkembangannya, untuk mengimplementasikan gagasan Jogja Benih,
hingga tahun 2011 telah dilepas beberapa varietas unggulan dan spesifik Provinsi
DIY, baik untuk subsektor tanaman pangan, hortikultura, perikanan dan perkebunan.
Varietas dan produksi benih/bibit yang dihasilkan tersebut meliputi benih/bibit tanaman
pangan, tanaman hortikultura, peternakan, perikanan, kehutanan dan perkebunan,
secara rinci sebagai berikut:

a. Pertanian
Sektor pertanian Provinsi DIY telah melepaskan beberapa varietas unggulan holtikultura.
Varietas tersebut antara lain Cabai Branang, Cabai Gantari, Kelengkeng Selarong, Jambu

I - 20 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
Dalhari, Salak Pondoh, Salak Gading Ayu, Salak Manggala, Bawang Merah Tiron, Bawang
Putih Lumbu Putih, Tomat Kaliurang, Srikaya Si Nyonya, Durian Menoreh Kuning, Durian
Menoreh Jambon, Mangga Malam, Buah Naga Sabila Merah dan Sabila Putih; tanaman
pangan (Padi Gogo Segreng, Padi Gogo Segreng Handayani dan Mendel Handayani;
Kedelai Hitam Malika). Sementara itu varietas yang berpotensi untuk dilepas adalah:
Bawang Merah Crok Kuning, Temulawak Imogiri, Durian Promasan, Pisang Raja Bagus,
Melon Melody Gama, Melon Gama Basket.
Produksi benih tanaman pangan mengalami kecenderungan meningkat dari
tahun ke tahun. Produksi benih padi pada tahun 2011 sejumlah 2.519,22 ton atau
mengalami peningkatan 132,38% dibandingkan tahun 2010 yang berjumlah 1.084,08
ton. Produksi benih jagung sejumlah 121.139 ton juga mengalami peningkatan 18,6%
dibandingkan tahun 2010 sejumlah 102.145 ton.

b. Kehutanan dan Perkebunan


Pada sektor kehutanan dan perkebunan dalam mendukung JSC diwujudkan melalui
kegiatan pembuatan bibit tanaman kehutanan dan perkebunan. Kegiatan pembuatan
bibit tanaman kehutanan yang dilakukan di persemaian Bunder berupa penyediaan bibit
yang akan dipergunakan untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, diperbantukan
pada instansi, dan kelompok tani/masyarakat untuk perluasan tanaman baik di kawasan
hutan rakyat, masyarakat, maupun hutan negara. Pembuatan bibit tanaman kehutanan
mengalami kecenderungan meningkat. Pada tahun 2009 kegiatan pembuatan bibit
tanaman kehutanan di persemaian di Bunder sebanyak 725.000 batang. Sedangkan
pada tahun 2010 bibit yang dibuat sejumlah 635.000 batang dan meningkat lagi
menjadi 651.500 batang pada tahun 2011. Kegiatan pembibitan tanaman perkebunan
yang sudah dilakukan antara lain berupa sertifikasi bibit unggul perkebunan, pemurnian
tembakau, pemilihan pohon induk kelapa, serta observasi dan identifikasi potensi
kelapa dalam.

c. Perikanan
Pada sektor perikanan, Pemerintah Provinsi DIY terus berusaha untuk meningkatkan
peran Balai Benih Ikan (BBI)/Budidaya Air Tawar (BAT) agar menjadi BBI/BAT sentral.
Saat ini terdapat empat BBI yaitu: BBI Cangkringan, BBI Bejiharjo, BBI Sendangsari dan
BBI Wonocatur. Untuk produksi dari BBI dan Unit Pembenihan Rakyat Binaan pada
tahun 2009-2010 telah terjadi peningkatan produksi dari total telur ikan pada 2009
sebanyak 124.720 butir meningkat drastis hingga 15.570.294 butir. Sementara itu dari
sisi benih juga terjadi peningkatan yang cukup signifikan dimana produksi benih ikan
pada tahun 2009 sebanyak 3.849.640 ekor menjadi 12.467.465 ekor pada tahun 2010
atau mengalami peningkatan hingga 224%. Sedangkan produksi benih ikan pada tahun
2011 kembali mengalami peningkatan, yaitu sejumlah 28.950.350 atau meningkat
sebesar 132,21% dibanding tahun sebelumnya.

3.1.3 Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri sebagai salah satu penggerak perekonomian di DIY memiliki nilai
yang sangat strategis dalam mewujudkan kemandirian perekonomian daerah. Saat
ini di DIY terdapat beragam unit usaha dibidang industri yang meliputi industri
pangan, sandang dan kulit, kimia dan bahan bangunan, logam dan elektronika,
dan industri kerajinan. Unit usaha tersebut mengalami pertumbuhan yang cukup
menggembirakan dilihat dari pertambahan unit usaha.
Selama tahun 2008-2011, terjadi peningkatan jumlah unit usaha Industri Kecil,
Menengah dan Besar (IKMB) di Provinsi DIY. Jumlah unit usaha IKMB pada tahun
2008 sebanyak 76.267 unit, mengalami peningkatan hingga pada tahun 2011 menjadi
80.056 unit. Sektor industri memiliki peranan yang cukup besar dalam penyerapan
tenaga kerja. Serapan tenaga kerja ini meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2008 serapan tenaga kerja sejumlah 273.621 orang dan meningkat menjadi 291.391

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  I - 21
BAB I PENDAHULUAN

orang pada tahun 2009 dan tahun 2010 dapat menyerap tenaga kerja sejumlah 292.625
orang. Sementara itu, jumlah tenaga kerja yang terserap dalam industri IKM pada tahun
2011 sebanyak 295.461 orang. Perkembangan yang positif juga terjadi pada indikator
lain seperti nilai inverstasi, nilai produksi dan juga nilai bahan baku.

Tabel 1.16
Potensi Industri IKM Provinsi DIY, 2008-2011
No Uraian Satuan 2008 2009 2010 2011
Unit 76.267 77.851 78.122 80.056
1. Unit Usaha
Usaha
2. Tenaga Kerja Orang 273.621 291.391 292.625 295.461
3. Nilai Investasi Rp. 000 769.274.520 871.110.097 878.063.496 1.003.678.054
4. Nilai Produksi Rp. 000 2.800.904.707 2.325.582.931 2.821.218.797 3.053.031.164
5. Nilai Bahan Baku Rp. 000 1.258.224.448 1.251.173.034 1.358.293.612 1.352.479.088
Sumber: Dinas Perindagkop & UKM Provinsi DIY

Selain produk-produk sebagaimana disebutkan sebelumnya, Provinsi DIY


memiliki potensi untuk berkembang menjadi pusat industri kreatif. Industri kreatif di
Provinsi DIY yang cukup potensial meliputi fashion, kerajinan, layanan komputer dan
piranti lunak, serta permainan interaktif.

Tabel 1.17
Potensi Industri Kreatif Provinsi DIY
Unit Tenaga Nilai Bahan
Nilai Investasi Nilai Produksi
No Cabang Industri Usaha Kerja Baku/Bahan Pe-
(Rp.000) (Rp. 000)
(Unit) (orang) nolong (Rp. 000)
1 Desain 33 277 2.109.600 7.006.100 2.085.400
2 Fesyen 5.505 26.186 137.289.551 463.000.535 229.601.765
3 Kerajinan 27.984 114.548 392.492.753 1.222.695.444 490.153.396
4 Layanan komputer
347 1.338 2.056.260 6.469.775 2.692.396
dan Piranti Lunak
5 Permainan Interaktif 13 39 70.550 1.139.450 924.808
Jumlah 33.882 142.388 534.018.714 1.700.311.304 725.457.765
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Provins DIY

3.2 Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY selama 2008-2011 cenderung mengalami kenaikan.
Rata-rata pertumbuhan ekonomi selama 2008-2011 sebesar 4,87% per tahun. Angka
pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY tahun 2008-2011 berturut-turut sebesar
5,03%, 4,43%, 4,88% dan 5,16%. Sampai dengan triwulan II tahun 2012, pertumbuhan
ekonomi Provinsi DIY sebesar 5,79%.

Gambar 1.9
Perkembangan Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi DIY, 2008-2012

sumber:
DIY dalam Angka 2011, BPS
Provinsi DIY

I - 22 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
Laju pertumbuhan per sektor selama periode 2008-2011 hampir semuanya
menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pada sektor pertanian, khususnya pada
tahun 2009 dan 2010 sempat mengalami pertumbuhan negatif sebagai dampak dari
erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010. Tiga sektor dengan rata-rata
pertumbuhan tertinggi selama 2008-2011 adalah sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor keuangan, Real Estate dan jasa perusahaan dan sektor konstruksi,
dengan angka pertumbuhan rata-rata berturut-turut adalah 6,70%, 6,56% dan 6,01% per
tahun. Sementara itu pada periode yang sama, sektor dengan rata-rata pertumbuhan
terendah adalah sektor pertanian dengan angka pertumbuhan rata-rata sebesar 1,68%
per tahun.
Data pada triwulan II tahun 2012 menunjukkan bahwa semua sektor mengalami
pertumbuhan yang positif kecuali sektor industri pengolahan yang mengalami
pertumbuhan negatif sebesar -7,86%. Sektor dengan pertumbuhan tertinggi adalah
sektor jasa-jasa (11,76%), diikuti oleh sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan
(10,90%), sektor listrik, gas dan air bersih (8,18%) dan sektor pertanian (7,25%).

Gambar 1.10
Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Selama 2008-2012
Menurut Sektor

sumber:
Badan Pusat Statistik Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta,
Diolah

Tabel 1.18
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DIY Menurut Lapangan Usaha, 2008-2012
Tw II
No Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011
2012*
1 Pertanian 5,72 3,37 -0,27 -2,12 7,25
2 Pertambangan & Penggalian -0,02 0,30 0,88 11,96 1,23
3 Industri Pengolahan 1,37 1,88 7,00 6,79 -7,86
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5,53 6,10 4,00 4,26 8,18
5 Konstruksi 6,09 4,64 6,06 7,23 5,47
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,26 5,43 5,33 5,19 6,59
7 Pengangkutan dan Komunikasi 7,12 5,96 5,73 8,00 5,72
8 Keuangan, Real Estat dan Jasa Peru-
5,82 6,11 6,35
7,95 10,90
sahaan
9 Jasa-jasa 4,94 4,49 6,44 6,47 11,76
Provinsi DIY 5,03 4,43 4,88 5,16 5,79
Sumber: BPS Provinsi DIY
Keterangan: *) pertumbuhan cummulative to cummulative (c-to-c)

Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DIY selama tahun 2008-
2011 dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Rata-rata peningkatan PDRB Atas
Dasar Harga (ADH) Berlaku di Provinsi DIY selama tahun 2008-2011 sebesar Rp4,56
trilyun per tahun. Sementara itu, jika dilihat dari nilai PDRB ADH Konstan Tahun 2000,
juga mengalami kenaikan selama periode 2008-2011. Jika pada tahun 2008 nilai PDRB
ADH Konstan sebesar Rp19,21 trilyun, maka pada tahun 2011 telah meningkat menjadi
Rp22,13 trilyun. Rata-rata peningkatan nilai PDRB ADH Konstan selama 2008-2011
adalah Rp,0,97 trilyun per tahun. Nilai PDRB ADH Berlaku Provinsi DIY pada Triwulan
II tahun 2012 sebesar Rp13,54 trilyun, sedangkan ADH Konstan Tahun 2000 sebesar
Rp5,57 trilyun.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  I - 23
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.11
Perkembangan PDRB ADH Berlaku
dan ADH Konstan Tahun 2000 di
Provinsi DIY, 2008-2011

sumber:
Badan Pusat Statistik Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta,
Diolah

Tabel 1.19
Nilai PDRB Provinsi DIY Menurut Lapangan Usaha Tw II Tahun 2012 (Milyar Rp)
Tw II 2012
No Lapangan Usaha ADH Konstan
ADH Berlaku
Tahun 2000
1 Pertanian 1.791,03 801,26
2 Pertambangan & Penggalian 92,070 38,802
3 Industri Pengolahan 1.726,71 676,19
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 180,59 53,35
5 Konstruksi 1.288,45 490,17
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.757,69 1.195,59
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1.208,08 635,65
8 Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 1.453,98 597,21
9 Jasa-jasa 3.047,15 1.084,94
Provinsi DIY 13.545,76 5.573,17
Sumber: BPS Provinsi DIY

Nilai PDRB Provinsi DIY didominasi oleh beberapa sektor. Hal ini terlihat dari
kontribusi yang besar dari sektor tersebut dalam pembentukan PDRB Provinsi DIY.
Empat sektor yang memiliki kontribusi besar dalam perekonomian DIY selama 2008-
2011 yaitu sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertanian
dan sektor industri pengolahan. Sementara itu sektor dengan kontribusi yang relatif
rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor listrik, gas dan air
bersih.

Gambar 1.12
Rata-rata Kontribusi Per Sektor
Terhadap PDRB Provinsi DIY,
2008-2011

sumber:
DIY dalam Angka 2011, BPS
Provinsi DIY

I - 24 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
Struktur PDRB Provinsi DIY selama 2008-2012 cenderung sama. Hal ini dapat
dilihat dari kontribusi sektoral yang tidak banyak berubah. Empat sektor yaitu sektor
jasa, sektor perdagangan, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian masih
mendominasi dalam pembentukan PDRB. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor-sektor
tersebut dalam pembentukan PDRB yang relatif lebih tinggi dibanding sektor-sektor
lainnya. Dari keempat sektor tersebut, tiga sektor yaitu sektor jasa, sektor perdagangan
dan sektor industri pengolahan menunjukkan kecenderungan peningkatan kontribusi,
sedangkan sektor pertanian menunjukkan kontribusi yang menurun dari tahun ke
tahun.

Tabel 1.20
Kontribusi Sektor Terhadap PDRB di Provinsi DIY, 2008-2012
Tw II
No Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011
2012
1 Pertanian 15,73 15,38 14,56 14,23 13,22
2 Pertambangan & Penggalian 0,74 0,71 0,67 0,70 0,68
3 Industri Pengolahan 13,29 13,35 14,02 14,36 12,75
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,28 1,35 1,33 1,31 1,33
5 Konstruksi 10,70 10,70 10,59 10,78 9,51
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 19,22 19,72 19,74 19,79 20,36
7 Pengangkutan dan Komunikasi 9,82 9,20 9,03 8,83 8,92
8 Keuangan, Real Estate dan Jasa 9,77 9,88 9,98 9,96 10,73
Perusahaan
9 Jasa-jasa 19,46 19,71 20,07 20,05 22,50
Provinsi DIY 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Provinsi DIY

Selama tahun 2008-2011, terjadi peningkatan nilai PDRB per kapita di Provinsi
DIY yang menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dan tingkat kesejahteraan
penduduk Provinsi DIY dari tahun ke tahun. Nilai PDRB per kapita menurut harga
berlaku meningkat dari Rp9,58 juta pada tahun 2008 menjadi Rp14,85 juta pada tahun
2011 atau dengan kata lain meningkat sebesar Rp5,26 juta selama 2008-2011. Demikian
halnya dengan PDRB per kapita menurut harga konstan yang mengalami peningkatan
dari Rp5,32 juta pada tahun 2008 menjadi Rp6,34 juta pada tahun 2011.

Gambar 1.13
Perkembangan PDRB Per Kapita di
Provinsi DIY (Rupiah), 2008-2011

sumber:
Badan Pusat Statistik Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta,
Diolah

Jika dilihat pertumbuhan ekonomi menurut kabupaten/kota di Provinsi DIY,


Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul memiliki pertumbuhan
ekonomi yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan dua kabupaten lain yaitu
Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunungkidul. Rata-rata pertumbuhan ekonomi
selama periode 2008-2011 di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi DIY adalah
Kota Yogyakarta 5,05%, Kabupaten Bantul 4,91%, Kabupaten Sleman 4,82%, Kabupaten
Gunungkidul 4,25% dan Kabupaten Kulon Progo 4,17% per tahun.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  I - 25
BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1.14
Perkembangan Pertumbuhan
Ekonomi Menurut Kabupaten/
Kota, 2008-2011

sumber:
Badan Pusat Statistik Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta,
Diolah

Nilai PDRB menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DIY selama periode 2008-2011,


menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun. Kondisi ini terjadi
di semua kabupaten/kota di Provinsi DIY. Kabupaten dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi lebih tinggi juga memiliki nilai PDRB yang relatif lebih besar. Kabupaten
Sleman menempati urutan pertama dalam nilai PDRB yang diikuti oleh Kota Yogyakarta,
Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul dan terakhir Kabupaten Kulon Progo. Nilai
rata-rata PDRB selama periode 2008-2011 Kabupaten Sleman sebesar Rp13,16 trilyun,
Kota Yogyakarta Rp11,28 trilyun, Kabupaten Bantul 8,68 trilyun, Kabupaten Gunungkidul
6,34 trilyun dan Kabupaten Kulon Progo 3,43 trilyun.

Gambar 1.15
Perkembangan PDRB ADH Berlaku
Menurut Kabupaten/Kota,
2008-2011

sumber:
DIY dalam Angka 2011, BPS
Provinsi DIY

Jika dilihat tingkat kesejahteraan penduduk menurut kabupaten/kota yang


diukur dengan tingkat pendapatan per kapita, kondisi kabupaten/kota tidak jauh
berbeda sebagaimana tercermin dari perbandingan pertumbuhan ekonomi dan juga
nilai PDRB. Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta merupakan wilayah dengan PDRB
per kapita yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan tiga kabupaten lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan penduduk kedua wilayah tersebut relatif lebih
tinggi sehingga dapat dikatakan memiliki tingkat kesejahteraan yang relatif lebih tinggi.
Pada tahun 2011, Kabupaten Sleman memiliki tingkat pendapatan per kapita sebesar
Rp13,63 juta, Kota Yogyakarta sebesar Rp33,18 juta, Kabupaten Bantul Rp10,96 juta,
Kabupaten Gunungkidul Rp10,69 juta dan Kabupaten Kulon Progo sebesar Rp9,91 juta.

Tabel 1.21
Nilai PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota
2008-2012
Tahun Kulon Progo Bantul Gunungkidul Sleman Kota Yogyakarta
2008 7.872.179 8.371.861 8.145.736 10.851.917 25.095.291
2009 8.480.871 9.060.104 8.864.564 11.634.944 27.220.030
2010 9.121.467 9.957.620 9.808.630 12.452.292 30.305.612
2011 9.910.472 10.960.328 10.694.252 13.634.558 33.189.951
Sumber: BPS Provinsi DIY

I - 26 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I

4. Sistematika

Berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007, LKPJ AMJ Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2008 – 2012 disusun dengan sistematika:
Bab I Pendahuluan: Memuat penjelasan umum mengenai dasar hukum,
gambaran umum daerah meliputi kondisi geografis daerah, gambaran
umum demografi, dan kondisi ekonomi daerah.
Bab II Kebijakan Pembangunan Pemerintah Provinsi DIY: Memuat visi dan misi
daerah, strategi dan kebijakan daerah, serta prioritas pembangunan
daerah.
Bab III Kebijakan Umum Pengelolaan Keuangan Provinsi DIY: Memuat
pengelolaan pendapatan daerah meliputi intensifikasi dan ekstensifikasi
pendapatan daerah, target dan realisasi pendapatan daerah, serta
pengelolaan belanja daerah meliputi kebijakan pengelolaan keuangan
daerah, kebijakan pengelolaan belanja daerah serta target dan realisasi
belanja daerah.
Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi DIY: Berisi pelaksanaan
program/kegiatan pembangunan dalam urusan wajib dan urusan pilihan.
Bab V Penyelenggaraan Tugas Pembantuan: Berisi pelaksanaan program dan
kegiatan Tugas Pembantuan.
Bab VI Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan: Berisi pelaksanaan
kerja sama antar-daerah, kerja sama dengan pihak ketiga, koordinasi
dengan instansi vertikal, pembinaan batas wilayah, pencegahan
dan penanggulangan bencana, pengelolaan kawasan khusus,
penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, dan lain-lain.
Bab VII Penutup.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  I - 27
BAB I PENDAHULUAN

I - 28 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
BAB II
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
A . VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

1. Dasar Filosofi

Landasan filosofi yang menjadi fondasi pembangunan daerah di Provinsi DIY adalah
Hamemayu Hayuning Bawana dengan ajaran moral sawiji, greget, sengguh, ora mingkuh
serta semangat golong-gilig. Filosofi ini merupakan cita-cita luhur untuk mewujudkan
tata nilai kehidupan masyarakat Yogyakarta berdasarkan nilai budaya. Budaya pada
hakekatnya merupakan suatu hasil cipta, karsa dan rasa, yang diyakini masyarakat
memiliki kebenaran dan kemanfaatan.

Demikian halnya dengan budaya Jawa yang oleh masyarakat DIY diyakini menjadi
acuan untuk hidup bermasyarakat, baik ke dalam maupun ke luar. Hal ini dapat
diterjemahkan bahwa keberadaan budaya memiliki tujuan untuk mewujudkan
masyarakat gemah ripah loh jinawi, ayom, ayem, tata, titi, tentrem, kerta raharja.
Perwujudan dari cita-cita ini adalah budaya diharapkan akan membawa kehidupan
masyarakat yang penuh dengan kedamaian, baik ke dalam maupun ke luar.
Hamemayu Hayuning Bawana bermakna adanya kewajiban dasar untuk
melindungi, memelihara, serta membina keselamatan dunia dan lebih mementingkan
berkarya untuk masyarakat daripada memenuhi ambisi pribadi. Dunia yang dimaksud
kalimat di atas mencakup seluruh peri kehidupan, baik dalam skala kecil (keluarga),
maupun dalam skala lebih besar mencakup masyarakat dan lingkungan hidupnya, dengan
mengutamakan darma bakti untuk kehidupan orang banyak, tidak mementingkan
diri sendiri. Hamemayu Hayuning Bawana dijabarkan menjadi 3 (tiga) aspek, yang
pertama Rahayuning Bawana Kapurba Waskithaning Manungsa (kelestarian dan
keselamatan dunia ditentukan oleh kebijaksanaan manusia). Kedua, Darmaning Satriya
Mahanani Rahayuning Negara (pengabdian ksatriya menyebabkan kesejahteraan dan
ketentraman Negara). Ketiga, Rahayuning Manungsa Dumadi Karana Kamanungsane
(kesejahteraan dan ketentraman manusia terjadi karena kemanusiaannya).

2. Visi
LKPJ AMJ ini disusun berdasarkan dinamika yang terjadi sejak tahun 2008-2012. Terkait
dengan hal tersebut, terdapat perbedaan dokumen perencanaan yang digunakan
pada tahun 2008 dengan yang digunakan pada tahun 2009-2012. Pada tahun 2008,
perencanaan daerah masih mengacu pada Rencana Strategi Daerah (RENSTRADA) Tahun
2004-2008 sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi DIY No. 6 Tahun 2003
tentang Rencana Strategis Daerah (RENSTRADA) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2004-2008.

Sementara itu, pada tahun 2009 telah disusun dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi DIY Tahun 2009-2013. Terkait dengan
adanya perubahan kebijakan ini, maka visi misi yang akan disampaikan pada LKPJ AMJ
2008-2012 disesuaikan dengan dokumen perencanaan terakhir yaitu RPJMD Provinsi
DIY Tahun 2009-2013 yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi DIY Tahun
2009-2013. Berdasarkan RPJMD Provinsi DIY Tahun 2009-2013, visi pembangunan DIY
adalah “Pemerintah Daerah yang katalistik dan masyarakat mandiri yang berbasis
keunggulan daerah serta sumber daya manusia yang berkualitas unggul dan
beretika”.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 II - 1
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

Visi tersebut mencakup beberapa pengertian dasar yang dapat diuraikan


sebagai berikut. Pemerintah Daerah yang Katalistik adalah sebuah entitas Pemerintah
Daerah yang mampu mendorong masyarakatnya untuk melaksanakan sendiri hal-hal
yang dianggap penting bagi lingkungannya sehingga pemerintah lebih berperan sebagai
pengatur dan pendorong daripada sebagai pelaksana langsung suatu urusan masyarakat.
Pemerintah Daerah lebih banyak memberi peluang kepada swasta, memberdayakan
masyarakat dan non pemerintah lainnya untuk bersama-sama memikul suatu tanggung
jawab atau urusan dengan cara memberikan kesempatan dan mendorong masyarakat
serta dunia usaha melalui regulasi, fasilitasi dan pelayanan agar masyarakat dapat
mengembangkan kemampuan dan kemandiriannya.
Masyarakat Mandiri adalah kondisi masyarakat yang mampu memenuhi
kebutuhannya, mampu mengambil keputusan dan tindakan dalam penanganan
masalahnya, mampu merespon dan berkontribusi terhadap upaya pembangunan dan
tantangan zaman secara otonom dengan mengandalkan potensi dan sumber daya
yang dimiliki. Masyarakat sudah tidak bergantung sepenuhnya kepada pemerintah
daerah dalam menyelesaikan permasalahannya dan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraannya.
Keunggulan Daerah adalah segenap potensi dan sumber daya daerah yang
mempunyai daya saing kuat dan berkontribusi besar terhadap daerah dalam mendukung
pertumbuhan dan kemajuan daerah, terutama bidang pariwisata, pendidikan dan
budaya.
Sumber Daya Manusia yang Unggul dan Beretika adalah sumber daya manusia
yang memiliki keahlian atau keterampilan yang tinggi sehingga mampu menawarkan
dan melaksanakan jasa atau layanan sesuai dengan aturan dalam bidang yang
dijalaninya, serta mempunyai sikap, sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur
hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan. Sumber daya
manusia tidak hanya menyangkut kuantitas tetapi juga kualitas. Kualitas sumber daya
manusia menyangkut kemampuan bekerja, berpikir, dan keterampilan. Dalam hal ini
kesehatan dan pendidikan merupakan aspek penting dalam membangun sumber daya
manusia. Oleh karena itu, pendidikan dan kesehatan merupakan modal dasar untuk
membina dan mengembangkan karakter serta perilaku manusia di dalam menata hidup
dan kehidupannya.

3. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut ditempuh melalui empat misi pembangunan daerah
sebagai berikut:

a. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, profesional,


humanis dan beretika dalam mendukung terwujudnya budaya yang adiluhung
b. Menguatkan fondasi kelembagaan dan memantapkan struktur ekonomi daerah
berbasis pariwisata yang didukung potensi lokal dengan semangat kerakyatan
menuju masyarakat yang sejahtera.
c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tata kelola pemerintahan yang berbasis
Good Governance.
d. Memantapkan prasarana dan sarana daerah dalam upaya meningkatkan
pelayanan publik.

4. Tujuan
Mengacu kepada visi yang telah ditetapkan, maka tujuan yang hendak dicapai atau
dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah, sebagai berikut:

a. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.


b. Mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan mandiri.
c. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
d. Mengoptimalkan fungsi prasarana dan sarana pelayanan publik.

II - 2 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II

5. Sasaran
Mengacu kepada misi yang telah ditetapkan, maka sasaran yang hendak dicapai atau
dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut:

1. Misi: Mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, profesional,
humanis dan beretika dalam mendukung terwujudnya budaya yang adiluhung,
dengan sasaran:
a. Terwujudnya peningkatan kualitas lulusan di semua jenjang dan jalur pendidikan.
b. Terwujudnya peningkatan aksesibilitas pelayanan pendidikan kepada seluruh
masyarakat dalam suasana lingkungan yang kondusif.
c. Berkembangnya pendidikan yang berbasis multikultur untuk meningkatkan
wawasan, keterbukaan dan toleransi.
d. Terwujudnya peningkatan budaya baca masyarakat.
e. Terwujudnya peningkatan kapasitas pemuda, prestasi dan sarana olahraga.
f. Berkembang dan lestarinya budaya lokal, kawasan budaya dan benda cagar
budaya.
g. Terwujudnya peningkatan kualitas kehidupan sosial masyarakat.
h. Terwujudnya peningkatan kualitas dan aksesibilitas kesehatan bagi seluruh
masyarakat.
2. Misi: Menguatkan fondasi kelembagaan dan memantapkan struktur ekonomi daerah
berbasis pariwisata yang didukung potensi lokal dengan semangat kerakyatan
menuju masyarakat yang sejahtera, dengan sasaran:
a. Terwujudnya kepariwisataan yang berdaya saing tinggi.
b. Terwujudnya peningkatan ketahanan ekonomi masyarakat.
c. Terciptanya tata kelola perekonomian daerah yang responsif dan adaptif.
d. Terwujudnya ketersediaan dan pemerataan energi untuk masyarakat.

3. Misi: Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tata kelola pemerintahan yang berbasis
Good Governance, dengan sasaran:
a. Terwujudnya pemerintahan yang responsif, transparan, dan akuntabel.
b. Terwujudnya hubungan yang harmonis antara pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan antar pemerintah daerah.
c. Terwujudnya kesetaraan gender, keadilan dan kepastian hukum.
d. Terwujudnya sinergi antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta.

4. Misi: Memantapkan prasarana dan sarana daerah dalam upaya meningkatkan


pelayanan publik, dengan sasaran:
a. Terwujudnya ketersediaan infrastruktur yang memadai baik kuantitas dan
kualitas.
b. Terwujudnya pemerataan prasarana dan sarana publik.
c. Terwujudnya ketahanan masyarakat terhadap bencana.
d. Terwujudnya pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 II - 3
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH DALAM RPJMD


2009-2013
Berdasarkan visi, misi serta tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka upaya
pencapaiannya kemudian dijabarkan secara lebih sistematis melalui perumusan strategi,
arah kebijakan, dan program. Selain itu, untuk mengukur capaian kinerja maka dirumuskan
pula indikator sebagai tolok ukur kinerja.

Adapun strategi, arah kebijakan, program serta indikator berdasarkan masing-


masing misi adalah sebagai berikut:
1. Strategi, Arah Kebijakan, Program dan Indikator Misi Pertama:
Mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, profesional,
humanis dan beretika dalam mendukung terwujudnya budaya yang adiluhung

a. Strategi
Strategi untuk mencapai sasaran Misi Pertama sebagai berikut:
1. Peningkatan mutu pendidikan untuk mencapai standar nasional dan
internasional.
2. Perluasan lembaga pendidikan formal dan non formal serta pendidikan informal
yang bermutu di berbagai daerah dibarengi dengan perluasan subsidi pendidikan
bagi seluruh peserta didik dalam usia wajib belajar.
3. Peningkatan kualitas dan profesionalisme pendidik, tenaga kependidikan dan
lembaga pendidikan yang mampu meningkatkan wawasan, keterbukaan dan
toleransi.
4. Peningkatan ketersediaan informasi, sarana dan prasarana penunjang minat
dan budaya baca masyarakat.
5. Peningkatan peran serta lembaga pendidikan dan masyarakat dalam
pemasyarakatan dan peningkatan prestasi olahraga.
6. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan dan pelestarian
budaya lokal, kawasan budaya dan benda cagar budaya.
7. Peningkatan penanganan masalah kesejahteraan sosial dan potensi sumber
kesejahteraan sosial.
8. Peningkatan dan pemerataan infrastruktur/fasilitas kesehatan dengan dilengkapi
sarana pendukung kesehatan serta peningkatan kualitas manajemen kesehatan.
9. Pengurangan risiko terjadinya penyakit, kecelakaan dan dampak bencana.
10. Peningkatan akses dan mutu kesehatan masyarakat.
11. Peningkatan infrastruktur dan manajemen kesehatan.
12. Pemasaran pelayanan dan pendidikan kesehatan.
13. Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat.
14. Peningkatan kualitas kehidupan keluarga, perempuan dan anak.

b. Arah Kebijakan
Kebijakan dari strategi untuk mencapai sasaran Misi Pertama sebagai berikut:
1. Meningkatkan standar manajemen mutu lembaga pendidikan dan kualitas
tenaga pendidik secara merata.
2. Melestarikan penuntasan wajib belajar 9 tahun dan mengembangkan wajib
belajar 12 tahun secara merata terutama di wilayah pedesaan dan perbatasan
dengan daerah lain.
3. Meningkatkan standar mutu kurikulum pendidikan yang terkini, berbudaya,
agamis dan anti narkoba dalam rangka membentuk SDM berkarakter unggul.
4. Mengembangkan kualitas dan kuantitas layanan, SDM kepustakaan dan sarana
prasarana perpustakaan secara merata.

II - 4 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
5. Mengembangkan kerjasama dan jejaring dengan pendidikan tinggi, lembaga-
lembaga riset, dunia usaha dan pemerintah pusat untuk mewujudkan berdirinya
pusat teknologi dan industri (Techno-Industrial Park).
6. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga pendidik bersertifikasi
7. Meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat.
8. Menyelenggarakan dan meningkatkan pembelajaran berbasis penelitian pada
semua jenjang pendidikan
9. Meningkatkan kapasitas lembaga pendidikan dalam mengembangkan proses
belajar mengajar berbasis multikultur dan nilai-nilai budaya luhur.
10. Mendorong kegiatan olahraga andalan daerah yang disertai peningkatan
kualitas dan kuantitas sarana olahraga serta peningkatan peran pemuda dalam
pembangunan.
11. Memperkuat dan memperluas jejaring dan kerjasama dengan semua pihak
dalam mengelola dan melestarikan aset budaya secara berkesinambungan
12. Memberdayakan dan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam
pengembangan dan pelestarian nilai-nilai budaya guna menghadapi globalisasi
13. Meningkatkan dan memfasilitasi keterlibatan masyarakat dalam mengelola dan
melestarikan aset budaya.
14. Meningkatkan pengelolaan data dan sistem informasi kebudayaan daerah yang
akurat dan terkini dan mudah diakses oleh masyarakat.
15. Meningkatkan perlindungan dan mendukung upaya penghargaan dan hak atas
hasil karya budaya.
16. Meningkatkan dan menjunjung tinggi keluhuran budi dan nilai-nilai religiusitas
dalam gaya hidup dan penciptaan iklim budaya yang bernilai luhur di masyarakat.
17. Meningkatkan peran pemerintah dan masyarakat dalam penyelesaian masalah
sosial di lingkungannya.
18. Menjalin fasilitasi dan koordinasi dengan jaringan sukarelawan baik nasional
maupun internasional.
19. Meningkatkan kualitas SDM, kesejahteraan dan peran aktif para pengabdi
kesejahteraan sosial.
20. Menumbuhkembangkan pola dan bentuk jaminan sosial kepada masyarakat
khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan.
21. Menyediakan prasarana dan sarana untuk meningkatkan kapasitas dan
aksesibilitas kesehatan.
22. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
23. Mengembangkan sistem surveilans, sistem informasi, manajemen dan
administrasi kesehatan.
24. Meningkatkan mutu dan akses pelayanan serta informasi kesehatan oleh
lembaga pemerintah maupun non pemerintah termasuk perbaikan gizi dan
kesehatan lingkungan serta yang mendukung pembangunan kesehatan.
25. Meningkatkan kualitas dan pemahaman SDM bidang kesehatan terhadap
pelayanan yang berkualitas dan beretika.
26. Meningkatkan sumber daya meliputi ketersediaan obat dan perbekalan, kualitas
dan kuantitas SDM, fasilitas pendidikan dan pelayanan, serta pengembangan
asuransi.
27. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan upaya kesehatan,
pemenuhan kebutuhan dan kesinambungan pelayanan kesehatan.
28. Membuka seluas-luasnya informasi yang dapat diakses oleh ibu, calon ibu
terhadap kesehatan reproduksi, keluarga berencana dan keluarga sejahtera.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 II - 5
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

29. Meningkatkan kesiap-siagaan masyarakat menghadapi ancaman penyakit dan


dampak bencana.
30. Meningkatkan pengetahuan dan pengembangan diri perempuan.

c. Program
Program dari masing-masing urusan yang melaksanakan kebijakan dan strategi guna
mencapai sasaran dan tujuan dari Misi Pertama sebagai berikut:
1. Pendidikan
a. Program Pendidikan Anak Usia Dini.
b. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.
c. Program Pendidikan Menengah.
d. Program Pendidikan Tinggi.
e. Program Pendidikan Luar Biasa.
f. Program Pendidikan Non Formal.
g. Program Pendidikan Informal.
h. Program Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan.
i. Program Manajemen Pelayanan
Pendidikan.
j. Program Pengembangan Budaya Baca
dan Pembinaan Perpustakaan.
k. Program Akselerasi Pengembangan
Pendidikan Terkemuka.

2. Pemuda dan Olahraga


a. Program Peningkatan Peran serta
Kepemudaan.
b. Program Pemberdayaan dan
Pengembangan Pemuda.
c. Program Pembinaan dan
Pemasyarakatan Olahraga.

PENDIDIKAN
3. Komunikasi dan Informatika LUAR BIASA
Seorang guru
Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa. mengajar
Ketrampilan di SLB
Wiyata Dharma 3
4. Kebudayaan Ngaglik, Sleman,
Yogyakarta
a. Program Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan Budaya.
b. Program Pengembangan Nilai Budaya. sumber:
slbwiyatadharma3.
c. Program Pengelolaan Keragaman Budaya. wordpress.com
d. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya.

5. Sosial
a. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya.
b. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial.

II - 6 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
c. Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (eks narapidana, PSK,
narkoba dan penyakit sosial lainnya).
d. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial.
e. Program Pembinaan Anak Terlantar.
f. Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma.
g. Program Pembinaan Panti Asuhan/Panti Jompo.

6. Perencanaan Pembangunan
Program Perencanaan Sosial dan Budaya.

7. Kesehatan
a. Program Sediaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan dan Makanan.
b. Program Pelayanan Kesehatan.
c. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
d. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular.
e. Program Kesehatan Keluarga.
f. Program Penanganan Pembiayaan Kesehatan Penduduk Miskin.
g. Program Perbaikan Gizi Masyarakat.
h. Program Pengembangan Lingkungan Sehat.
i. Program Pendidikan Kesehatan dan Sumber daya Kesehatan.
j. Program Pengembangan Manajemen Kesehatan.
k. Program Sistem Informasi Kesehatan.
l. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

8. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera


a. Program Keluarga Berencana.
b. Program Pelayanan Kontrasepsi.
c. Program Kesehatan Reproduksi Remaja.
d. Program Peningkatan Penanggulangan Narkoba, Penyakit Menular Seksual
termasuk HIV/AIDS.
e. Program Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling KRR.

9. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri


a. Program Pendidikan Politik Masyarakat.
b. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan.

10. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan.

11. Pemberdayaan Perempuan


a. Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan.
b. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan.

12. Kelautan dan Perikanan


a. Program Peningkatan Kesadaran dan Penegakan Hukum dalam Pendayagunaan
Sumber Daya Laut.
b. Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 II - 7
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

13. Pertanian
Program Peningkatan Kualitas SDM dan Kelembagaan Petani.

14. Ketahanan Pangan


Program Pemberdayaan Penyuluhan.

PELAYANAN KESEHATAN
Dinas Kesehatan Provinsi
DIY bekerjasama dengan RS
Mata dr Yap Yogyakarta dan
Rotary Mataram Yogyakarta
menggelar pemeriksaan mata
dan THT kepada 111 siswa SD di
kecamatan Kokap (2011)

sumber:
http://kulonprogonews.
wordpress.com

d. Indikator

TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
1. Angka Melek Huruf Persen 94,90 96,98 98,93 100 100
2. Angka Rata-rata Lama
Tahun 10,70 11,00 11,50 12,00 12,50
Sekolah
3. Angka Partisipasi Kasar:
a. PAUD Persen 67,00 69,00 71,00 73,00 75,00
b. SD/MI Persen 107,00 107,00 107,00 107,00 107,00
c. SLTP/MTs Persen 105,00 105,00 105,00 105,00 105,00
d. SMU/MA/SMK Persen 80,00 82,00 84,00 87,00 90,00
e. PLB Persen 82,00 85,50 89,00 92,50 95,00
4. Angka Partisipasi Murni :
a. SD/MI Persen 95,20 95,25 95,30 95,35 95,40
b. SLTP/MTs Persen 80,00 81,50 83,00 84,50 86,00
c. SMU/MA/SMK Persen 59,00 60,50 62,00 63,50 65,00
5. Angka Kelulusan:
a. SD/MI Persen 98,98 99,00 99,03 99,07 99,10
b. SLTP/MTs Persen 95,01 95,20 96,50 97,20 97,60
c. SMU/MA/SMK Persen 98,20 98,25 98,30 98,35 98,40

II - 8 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II

TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
6. Angka Putus Sekolah:
a. SD/MI Persen 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02
b. SLTP/MTs Persen 0,25 0,22 0,20 0,18 0,16
c. SMU/MA/SMK Persen 0,50 0,48 0,46 0,44 0,42
7. Jumlah Prestasi Siswa dalam Olimpiade/Kejuaraan Tingkat Nasional dan Internasional:
a. SD/MI
- Nasional Peringkat 5 5 5 4 4
b. SLTP/MTs
- Nasional Peringkat 5 5 5 4 4
- Internasional Even - 1 1 1 1
c. SMU/MA/SMK
- Nasional Peringkat 5 5 5 4 4
- Internasional Even 1 1 1 2 2
8. Jumlah Sekolah Standar Nasional:
a. SD/MI Sekolah 55 100 150 200 250
b. SMP/MTs Sekolah 71 100 125 150 180
c. SMA/MA/SMK Sekolah 79 92 105 121 137
9. Jumlah Sekolah Bertaraf Internasional:
a. SD/MI Sekolah 5 6 7 8 10
b. SMP/MTs Sekolah 12 14 16 18 20
c. SMA/MA/SMK Sekolah 24 32 41 53 65
10. Jumlah Sekolah
Berbasis Keunggulan Sekolah 1 2 3 4 5
Lokal
11. Jumlah Lembaga PNF
Memenuhi Standar Lembaga 20 35 45 65 80
Nasional
12. Prestasi Kejuaraan PNF Peringkat 2 1 1 1 1
13. Jumlah Mahasiswa Orang 260.760 270.450 280.550 290.520 300.605
14. Jumlah Mahasiswa
Orang 600 725 990 1.015 1.050
Asing
15. Jumlah Perpustakaan
Unit 10 15 20 25 30
Berbasis TI
16. Rasio Jumlah
Perpustakaan terhadap Unit/orang 1 : 5.000 1 : 4.500 1 : 4.000 1 : 3.500 1 : 3.000
Jumlah Penduduk
17. Rasio Jumlah Pemus-
taka terhadap Jumlah Orang 1 : 2.500 1 : 2.000 1 : 1.500 1 : 1.250 1 : 1.000
Penduduk
18. Jumlah Anggota
PT 12 14 16 18 20
Jaringan Jogja Library

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 II - 9
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
19. Ketersediaan Jogja
Study Centre (Rumah Unit 1 2 3 4 5
Belajar Modern)
20. Ketersediaan Gedung
Unit - - 1 1 1
Induk Perpustakaan
21. Jumlah Sentra
Unit 2 4 6 8 10
Pemberdayaan Pemuda
22. Prestasi Olah Raga Tingkat Nasional:
a. POPNAS Peringkat 10 - 10 - 10
b. POSPENAS Peringkat - 5 - 3 -
c. PON Peringkat - - - 10 -
23. Jumlah Kunjungan
Orang 356.723 370.000 387.000 405.000 424.000
Museum
24. Jumlah Grup/Kelompok
Grup 5.748 6.069 6.390 6.711 7.032
Kesenian
25. Jumlah Benda Cagar
Buah 515 350 385 420 455
Budaya
26. Jumlah Peristiwa
Event 720 790 870 960 1060
Budaya
27. Jumlah Penghargaan
Organisasi 304 335 360 390 415
Budaya
28. Jumlah Desa Budaya Desa 32 41 41 41 41
29. Cakupan Penanganan
Persen 5 5 5 5 5
PMKS
30. Umur Harapan Hidup Tahun 74,10 74,20 74,30 74,40 74,60
31. Angka Kematian Balita Per 1000 (KH) 19 18 17 16 16
32. Angka Kematian Bayi Per 1000 (KH) 17 17 16 16 16
33. Angka Kematian Ibu Per 100.000
104 103 102 101 100
Melahirkan (KH)
34. Prevalensi Gizi Buruk Persen 0,87 0,85 0,83 0,81 0,79
35. Cakupan Rawat Jalan
Persen 12 12 12,5 12,5 13
Puskesmas
36. Cakupan Rawat Inap RS Persen 1,30 1,30 1,35 1,38 1,39
37. Terbentuknya
Kelompok Masyarakat Kelompok 1 2 5 5 5
Peduli KB
38. Terbentuknya
Pusat Informasi dan Paket - 5 15 30 28
Konseling KRR
39. Peningkatan Jumlah
Nelayan dan Pembudi- Persen - 10 20 30 40
daya
40. Peningkatan Sistem
Penyuluhan Kelautan Persen 30 45 60 75 90
dan Perikanan
41. Peningkatan Jumlah
Generasi Muda Cinta Persen 10 13 16 19 22
Bahari

II - 10 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II

TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
42. Berkembangnya Ak-
tivitas Kelembagaan Gapoktan 20 20 20 20 20
Petani
43. Pengembangan Penyuluhan:
a. Peningkatan Kualitas
Orang 300 300 300 300 300
Penyuluh
b. Peningkatan Ke-
mampuan Petani Orang 500 500 500 500 500
dan Pihak Terkait

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 II - 11
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

2. Strategi, Arah Kebijakan, Program dan Indikator Misi Kedua:


Menguatkan fondasi kelembagaan dan memantapkan struktur ekonomi daerah
berbasis pariwisata yang didukung potensi lokal dengan semangat kerakyatan
menuju masyarakat yang sejahtera

a. Strategi
Strategi untuk mencapai sasaran Misi Kedua sebagai berikut:
1. Penciptaan lingkungan yang kondusif bagi kepariwisataan.
2. Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
3. Peningkatan iklim usaha bagi sektor-sektor unggulan sebagai faktor penggerak
utama perekonomian.
4. Pembangunan pedesaan.
5. Pemberdayaan masyarakat dan perempuan.
6. Perbaikan iklim ketenagakerjaan dan transmigrasi.
7. Revitalisasi pertanian.
8. Pengembangan ketersediaan bahan pangan, distribusi, akses, mutu dan
keamanan pangan.
9. Pengembangan eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan pesisir.

b. Kebijakan
Kebijakan dari strategi untuk mencapai sasaran Misi Kedua sebagai berikut:
1. Menyediakan aturan hukum yang mendukung terciptanya iklim usaha
kepariwisataan yang sehat.
2. Meningkatkan fasilitasi terhadap pengembangan usaha pariwisata.
3. Meningkatkan fasilitasi pengembangan pariwisata berbasis komunitas.
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan kepariwisataan yang
kreatif dan inovatif.
5. Meningkatkan fasilitasi pengembangan permodalan dan inovasi industri
pendukung pariwisata serta mengutamakan produk lokal.
6. Meningkatkan upaya promosi terpadu Trade, Tourism, Invesment (TTI) dan
kebudayaan.
7. Mengembangkan jejaring dan kemitraan pariwisata yang berkualitas dan
berkesinambungan.
8. Mengembangkan data dan informasi pariwisata yang akurat dan terkini.
9. Meningkatkan iklim usaha yang mendukung Yogyakarta sebagai pusat pendidikan
dan pariwisata.
10. Memfasilitasi model pelatihan dan dukungan modal kepada masyarakat.
11. Memberdayakan dan meningkatkan industri kecil dan kerajinan rakyat yang
memberi nilai tambah daya tarik wisata.
12. Mengembangkan budaya daerah sebagai sentra-sentra industri pariwisata yang
mendukung kunjungan dan atraksi wisata.
13. Meningkatkan partisipasi masyarakat/swasta dalam penyediaan dan pengelolaan
infrastruktur ekonomi.
14. Meningkatkan daya saing dan daya tarik investasi melalui promosi kemudahan
prosedur dan fasilitas pendukung.
15. Menguatkan kapasitas kelembagaan pasar dalam menjamin berkembangnya
aktivitas usaha khususnya industri kreatif.
16. Meningkatkan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dengan semua

II - 12 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
pihak.
17. Membangun sistem informasi yang mudah diakses oleh stakeholder
ketenagakerjaan dan masyarakat secara luas.
18. Membangun tata kelola hubungan kerja antara pemerintah, pengusaha dan
pekerja yang lebih saling menguntungkan dan manusiawi.
19. Memperbaiki pola kerjasama dan kemitraan pemerintah, dan antar pemerintah
daerah.
20. Meningkatkan penyelenggaraan transmigrasi yang menjamin keberhasilan
usaha dan perbaikan ekonomi transmigran di daerah penempatan.
21. Mengembangkan pusat perbenihan dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan
guna meningkatkan pendapatan petani.
22. Menguatkan peran serta pemerintah dalam pengaturan, pembinaan dan
penguatan modal masyarakat dalam industri pengolahan hasil pertanian.
23. Meningkatkan peran masyarakat dalam industri pengolahan hasil pertanian.
Mempertahankan lahan abadi dalam rangka ketahanan pangan dan konservasi
sumber daya air.
24. Mengembangkan ketahanan pangan dan agribisnis pertanian guna mewujudkan
kedaulatan pangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan dalam jumlah
yang memadai, tersedia di setiap waktu, beragam, bergizi seimbang, bermutu,
aman, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
25. Meningkatkan dan mengembangkan produk unggulan hasil hutan.
26. Memanfaatkan lahan hutan dan kebun secara optimal dengan menanam jenis
produk unggulan serta melibatkan peran aktif masyarakat.
27. Membuka jejaring dan kemitraan untuk meningkatkan distribusi dan pemasaran
hasil perkebunan.
28. Meningkatkan keterampilan dan pemberian
stimulan usaha pengolahan produk ikan.
29. Meningkatkan peran sumber daya kelautan dan
pesisir.Meningkatkan tata niaga produk perikanan.
30. Mempromosikan ‘Gemar Makan Ikan’ di masyarakat.
31. Mengembangkan perikanan budidaya dan perikanan
tangkap.
32. Meningkatkan kegiatan usaha ekonomi produktif bagi
perempuan.

c. Program
Program dari masing-masing urusan yang melaksanakan
kebijakan dan strategi guna mencapai sasaran dan tujuan
dari Misi Kedua sebagai berikut:

1. Pariwisata
a. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata.
b. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata.
c. Program Pengembangan Kemitraan.
DESTINASI PARIWISATA
Event Pariwisata di Jalan Malioboro,
2. Koperasi dan UKM
Yogyakarta (2012)
a. Program Penciptaan Iklim Usaha Usaha Kecil
sumber: Menengah yang Kondusif.
http://investigasiberita.blogspot.com/
b. Program Pengembangan Kewirausahaan dan
Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah.
c. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 II - 13
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah.


d. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.

3. Perindustrian
a. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah.
b. Program Pengembangan Sentra - Sentra Industri Potensial.
c. Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi.
d. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri.
e. Program Pembinaan dan Pengembangan Industri Kreatif.
f. Program Penataan Struktur Industri.

4. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


a. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaaan.
b. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan.
5. Pemberdayaan Perempuan
Program Peningkatan Peran serta dan Kesetaraan Gender dalam Pembangunan.

6. Penanaman Modal
a. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi.
b. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi.

7. Perdagangan
a. Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional.
b. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor.
c. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri.
d. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan.

8. Tenaga Kerja
a. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja.
b. Program Peningkatan Kesempatan Kerja.
c. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan.

9. Transmigrasi
a. Program Transmigrasi Regional.
b. Program Transmigrasi Lokal.
c. Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi.

10. Pemuda dan Olahraga


Program Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup
Pemuda.

11. Pertanian
a. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.

II - 14 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
b. Program Peningkatan Ketahanan Pangan.
c. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan.
d. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan.
e. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan.
f. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak.
g. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan.

12. Ketahanan Pangan


Program Pemberdayaan dan Pengembangan Ketahanan Pangan.

13. Kehutanan dan Perkebunan


a. Program Pengembangan Agribisnis.
b. Program Peningkatan Pemasaran dan Distribusi Hasil Perkebunan.
c. Program Pemanfaatan Teknologi dan Peningkatan Produksi Perkebunan
d. Program Pemanfaatan Potensi Sumber daya Hutan.
e. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
f. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber daya Hutan.
g. Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan.
h. Program Perencanan dan Pengembangan Hutan.

14. Kelautan dan Perikanan


a. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir.
b. Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan Pengendalian
Sumber daya Kelautan.
c. Program Pengembangan Budidaya Perikanan.
d. Program Pengembangan Perikanan Tangkap.
e. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan.
f. Program Pengembangan Kawasan Budidaya Laut, Air Payau dan Air Tawar
g. Program Rehabilitasi Ekosistem dan Cadangan Sumber Daya Alam.

15. Perencanaan Pembangunan


Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi.

16. Pemerintahan Umum


a. Program Pengembangan Investasi dan Aset Daerah.
b. Program Pengembangan dan Pembinaan Badan Usaha Milik Daerah dan Lembaga
Keuangan Mikro.
c. Program Peningkatan Kapasitas Keuangan Pemerintah Daerah.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 II - 15
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

d. Indikator
TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
1. Rata-rata Lama Tinggal
Hari 2 2,20 2,40 2,60 3,00
Wisatawan
2. Jumlah Wisatawan Orang 1.413.133 1.554.555 1.710.910 1.881.011 2.049.211
a. Wisnus Orang 1.271.707 1.398.877 1.538.765 1.692.642 1.861.906
b. Wisman Orang 141.426 155.678 171.425 188.369 207.205
3. Jumlah MICE Satuan 4.500 4.950 5.445 5.990 6.588
4. Jumlah Desa Wisata Satuan 45 45 47 49 50
5. PAD Pariwisata DIY Milyar Rp 67,41 74,16 81,57 89,73 98,70
6. Tingkat Hunian Hotel Persen 50 60 65 70 75
7. Pertumbuhan PDRB Persen 4,50 - 5,00 4,70 - 5,20 4,90 - 5,40 5,20 - 5,70 5,40 - 5,90
8. PDRB:
a. Atas Dasar Harga
Trilyun Rp 20,07 20,99 21,95 22,95 23,99
Konstan
b. Atas Dasar Harga
Trilyun Rp 41,80 45,90 50,57 55,63 61,19
Berlaku
9. Indeks Ketimpangan Angka
0,32 0,32 0,31 0,31 0,31
Regional Indeks
10. PDRB per Kapita
a. Atas Dasar Harga
Juta Rp 5,07 6,00 6,27 6,56 6,88
Konstan
b. Atas Dasar Harga
Juta Rp 10,98 12,00 13,28 14,61 16,07
Berlaku
11. Pertumbuhan Investasi
Persen 3,96 4,15 4,34 4,53 4,72
(PMDN/PMA)
12. Nilai Tukar Petani Persen 105,78 106,28 106,78 107,28 107,78
13. Peningkatan
Produktivitas Tanaman persen 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72
Pangan
14. Peningkatan Produksi
persen 2 2 2 2 2
Hortikultura
15. Peningkatan Populasi
persen 4,36 4,36 4,36 4,36 4,36
Ternak
16. Ketersediaan Pangan:
Kkal/kap/
a. Ketersediaan Energi 3.664 3.664 3.664 3.664 3.664
hr
b. Ketersediaan Protein Gr/kap/Hr 94,59 94,59 94,59 94,59 94,59
17. Distribusi dan Akses:
- Penguatan LDPM Gapoktan 20 80 150 200 250
18. Peningkatan Mutu dan Keamanan:
Kkal/kap/
a. Konsumsi Energi 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Hr
b. Konsumsi Protein Gr/kap/hr 52 52 52 52 52
c. Skor PPH (Pola Pangan
87,10 87,60 88,10 88,60 89,10
Harapan)

II - 16 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II

TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
19. Konversi Lahan Persen 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49
20. Persentase Luas Hutan Persen 6 6 6 6 6
21. Jumlah Kelompok
Kelompok 40 50 60 70 80
Wanita Nelayan
22. Peningkatan Jumlah
Kelompok Pembudidaya persen 1 5 7 10 12
di Lahan Marginal
23. Jumlah Kelompok
Masyarakat Pengawas Kelompok 20 25 30 35 40
Perikanan
24. Peningkatan Jumlah
Masyarakat Pesisir yang persen 20 25 30 35 40
Diberdayakan
25. Jumlah Produksi
Ton 18.669 20.743 24.239 28.338 32.035
Perikanan Budidaya
26. Jumlah Produksi
Ton 5.252 5.694 6.039 6.875 7.425
Perikanan Tangkap
Kg/kapita/
27. Konsumsi Ikan per Kapita 18,35 18,66 19,40 20,30 20,81
Tahun
28. Luas Potensi Lahan yang
persen 2 4 6 8 10
Dimanfaatkan
29. Luasan Kawasan
Konservasi, Restoking, persen - 5 10 15 20
Resensing

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 II - 17
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

3. Strategi, Arah Kebijakan, Program dan Indikator Misi Ketiga:


Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tata kelola pemerintahan yang berbasis
Good Governance.

a. Strategi
Strategi untuk mencapai sasaran Misi Ketiga sebagai berikut:
1. Revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah.
2. Transformasi birokrasi.
3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan.
4. Peningkatan perlindungan perempuan disertai dengan peningkatan peran
perempuan.

b. Kebijakan
Kebijakan dari strategi untuk mencapai sasaran Misi Ketiga sebagai berikut:
1. Menjalin jejaring yang lebih efektif secara teknis antar lembaga pemerintah.
2. Melakukan koordinasi, sinkronisasi dan pengawasan melekat terhadap hasil
pembangunan dan perbaikan regulasi.
3. Memantapkan dan mengembangkan penerapan E-Gov (DGS).
4. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan pelayanan berbasis digital
government services pada semua sektor pemerintah daerah.
5. Meningkatkan kapasitas kebijakan publik yang proporsional dengan melibatkan
peran serta swasta, perguruan tinggi dan partisipasi masyarakat.
6. Meningkatkan peran masyarakat dalam proses penyusunan kebijakan publik,
fungsi kontrol, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pelayanan publik.
7. Mengimplementasikan manajeman penanggulangan bencana untuk mengurangi
resiko bencana.
8. Meningkatkan keterlibatan perempuan dalam pembangunan di semua sektor.

c. Program
Program dari masing-masing urusan yang melaksanakan kebijakan dan strategi guna
mencapai sasaran dan tujuan dari Misi Ketiga sebagai berikut:
1. Pemerintahan Umum
a. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah.
b. Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Kabupaten/Kota.
c. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian
Pelaksanaan Kebijakan KDH.
d. Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi.
e. Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah.
f. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan.
g. Program Pemantapan Reformasi Birokrasi.
h. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur
Pengawasan.
i. Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Prosedur
Pengawasan.
j. Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah.
k. Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.
l. Program Fasilitasi dan Optimalisasi Penyelenggaraan Pemerintah.
m. Program Pemeliharaan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan.
n. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah.
o. Program Analisis Kebijakan Pembangunan.

II - 18 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
p. Program Penelitian dan Pengembangan.
q. Program Pendidikan Kedinasan.
r. Program Pembinaan dan Pengembangan
Aparatur.
s. Program Manajemen Pencegahan dan
Penanggulangan Bencana.
t. Program Pengembangan Persandian.
u. Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya
Aparatur.

2. Pertanahan
a. Program Penataan Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah.
b. Program Pengembangan Sistem Informasi
PENANGGULANGAN Pertanahan.
BENCANA 3. Kependudukan dan Catatan Sipil
Gubernur DIY, Program Penataan Administrasi Kependudukan.
Sri Sultan HB X
(kanan) dan Bupati
Sleman, Sri Purnomo 4. Statistik
(kiri) mendampingi Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah.
Wapres Boediono
(dua dari kanan)
meninjau hunian 5. Kearsipan
sementara (huntara) a. Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan.
korban Merapi, b. Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah.
Kuwang, Kecamatan
c. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi.
Cangkringan, Sleman,
Yogyakarta, (2011).
6. Komunikasi dan Informatika
sumber: a. Program Kerjasama Informasi dengan Massmedia.
Regina Safri
http://www.
b. Program Fasilitasi Pembinaan, Pengendalian, Pos Telekomunikasi dan Frekuensi.
antarafoto.com
7. Perencanaan Pembangunan
a. Program Pengembangan Data/Informasi.
b. Program Perencanaan Pembangunan Daerah.
c. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan
Daerah.

8. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri


a. Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam.
b. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan.
c. Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan.
d. Program Kewaspadaan Dini dan Pembinaan Masyarakat.

9. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan Desa.

10. Pemberdayaan Perempuan


Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 II - 19
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

d. Indikator
TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
1. SKPD yang Mendapatkan dan
Jumlah SKPD 1 2 3 3 3
Menerapkan ISO
2. Penyediaan Pelayanan dari Government
Persen 2 5 10 15 20
Centris menuju Citizen Centris
3. Ketersediaan Peraturan Perundangan Produk
Kearsipan 12 13 14 15 16
Hukum
4. Rasio Jumlah SKPD terhadap Arsiparis Orang 1:1 1:1 1:1 1:2 1:2
5. Ketersediaan Informasi dalam Bentuk
Digital terhadap Data dan Informasi persen 5 10 15 20 25
Keseluruhan
6. Penambahan Layanan Data Center DGS Unit 5 5 5 4 4
7. Indeks Pembangunan Gender (IPG) persen 70,6 70,7 78,8 70,9 71
8. Indeks Pemberdayaan Gender (G3EM) persen 62,44 62,46 62,48 62,5 62,52
9. Jumlah Usaha Ekonomi Masyarakat Kelompok
Perdesaan 20 20 25 25 30
(Desa/Kelura-
han)
10. Peningkatan Jumlah Partisipasi
persen 20 25 30 30 35
Masyarakat dalam Pembangunan Desa
11. Peningkatan Kualitas Lembaga
persen 10 15 20 20 25
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan

II - 20 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II

4. Strategi, Arah Kebijakan, Program dan Indikator Misi Keempat:


Memantapkan prasarana dan sarana daerah dalam upaya meningkatkan
pelayanan publik

a. Strategi
Strategi untuk mencapai sasaran Misi Keempat sebagai berikut:
1. Peningkatan dan pengembangan infrastruktur.
2. Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana fasilitas pelayanan
publik.
3. Pengurangan ketimpangan pembangunan antar-wilayah.
4. Penanganan dan pengurangan resiko bencana.
5. Perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan pelestraian fungsi lingkungan
hidup.
6. Penciptaan energi terbarukan dan efisiensi penggunaan energi.

b. Kebijakan
Kebijakan dari strategi untuk mencapai sasaran Misi Keempat sebagai berikut:
1. Meningkatkan sarana dan prasarana daerah untuk meningkatkan pelayanan
publik secara berkesinambungan.
2. Meningkatkan kapasitas dan aksesibilitas infrastruktur ekonomi dalam
pelayanan publik.
3. Menata struktur ruang sesuai RTRW.
4. Mensosialisasikan dan melaksanakan struktur ruang sesuai RTRW.
5. Meningkatkan pembangunan sistem jaringan transportasi yang terpadu.
6. Memantapkan manajemen dan sosialisasi penanggulangan bencana untuk
mengurangi resiko bencana.
7. Meningkatkan pendayagunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan.
8. Menata kembali dan mengembangkan hutan taman kota.

c. Program
Program dari masing-masing urusan yang melaksanakan kebijakan dan strategi guna
mencapai sasaran dan tujuan dari Misi Keempat sebagai berikut:
1. Pekerjaan Umum
a. Program Peningkatan Jalan dan Jembatan.
b. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.
c. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan
Sumber daya Air lainnya.
d. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku.
e. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah.
f. Program Pengendalian Banjir.
g. Program Pengelolaan Persampahan.
h. Program Pengembangan Kawasan.
i. Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong.
j. Program Pembangunan, Pengelolaan Bangunan Gedung dan Lingkungan.
k. Program Pengaturan Jasa Konstruksi.
l. Program Pelayanan Jasa Pengujian.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 II - 21
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

2. Perumahan
a. Program Pengembangan Perumahan.
b. Program Lingkungan Sehat Perumahan.
c. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan.
d. Program Penataan Kawasan Padat Penduduk dan Kumuh.

3. Penataan Ruang
a. Program Perencanaan Tata Ruang.
b. Program Pemanfaatan Ruang.
c. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

4. Perhubungan
a. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Fasilitas Perhubungan.
b. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Fasilitas
Perhubungan.
c. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan.
d. Program Peningkatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas.
e. Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor.
f. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas.

5. Lingkungan Hidup
a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.
b. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber daya Alam.
c. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber daya Alam dan
Lingkungan Hidup.
d. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.

6. Energi dan Sumber daya Mineral


a. Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Ketenagalistrikan.
b. Program Pembinaan, Pengawasan dan Pengembangan Bahan Bakar.
c. Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan.
d. Program Pengelolaan Air Tanah Berwawasan Konservasi.

7. Perencanaan Pembangunan
a. Program Perencanaan Pengembangan Kota-kota Menengah dan Besar.
b. Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber daya Alam.

8. Kesehatan
a. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana
Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya.
b. Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah
Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-paru/Rumah Sakit Mata.

II - 22 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II

PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PERPUSTAKAAN


Visualisasi Rancangan Detailed Engineering Desain (DED) Gedung Perpustakaan Provinsi DIY

sumber:
http://bpadjogja.info

9. Pendidikan
Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Perpustakaan.

10. Pemuda dan Olahraga


Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga.

11. Kebudayaan
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebudayaan.

12. Penanaman Modal


Program Penyiapan Potensi Sumber daya, Sarana dan Prasarana Daerah.

13. Kelautan dan Perikanan


Program Peningkatan Mitigasi Bencana Alam Laut dan Prakiraan Iklim Laut.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 II - 23
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

d. Indikator
TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
1. Persentase Penurunan Backlog
Persen 1 2 2 2 3
dalam Penyediaan Perumahan
2. Persentase Peningkatan Lingkungan
Persen 10 10 10 10 10
Sehat Perumahan
3. Persentase Jumlah Komunitas
Persen 5 5 5 5 5
Perumahan yang Difasilitasi
4. Persentase Pengurangan Kawasan
Persen 10 10 10 10 10
Kumuh
5. Jumlah Kawasan yang Dikembangkan Jumlah 1 1 1 2 2
6. Persentase Panjang Jaringan Jalan
Persen 65 70 75 80 85
dalam Kondisi Baik
7. Persentase Luasan DI yang Terlayani
Persen 60 65 70 75 80
Air Irigasi
8. Persentase Daerah yang Dikonversi
Persen 5 6 7 8 9
Terhadap Luasan Total Lahan
9. Persentase Penduduk Berakses Air
Persen 40 50 60 70 75
Minum
10. Persentase Layanan Jaringan Air
Persen 10 20 30 40 50
Limbah Terpusat di APY
11. Persentase Penanganan Banjir
Persen 55 60 65 70 75
Terhadap Daerah Potensi
12. Penambahan Penyediaan Air Baku
Liter/detik 100 100 100 100 100
Bagi Masyarakat
13. Persentase Penurunan Genangan Persen 10 10 10 10 10
14. Persentase Penduduk yang Terlayani
Persen 55 60 65 70 75
Pengelolaan Sampah
15. Jumlah TPA Sampah yang
menggunakan Sistem Sanitary Jumlah 1 1 1 2 2
Landfill
16. V/C Rasio Kendaraan yang Melintas
Rasio 0,800 0,750 0,700 0,650 0,600
di Perkotaan
17. Persentase Fasilitas Keselamatan
Persen 60 65 70 75 80
Lalulintas Jalan
18. Load factor Penumpang Angkutan
Persen 20 25 30 35 40
Umum
19. Persentase Peningkatan Pergerakan
Persen 5 5 5 5 5
Pesawat Pertahun
20. Persentase Peningkatan Jumlah
Penumpang Angkutan Kereta Api Persen 5 5 5 5 5
Jarak Pendek
21. Persentase Peningkatan Penyediaan
Persen 10 10 10 10 10
Simpul Transportasi
22. Luas Wilayah Produktif Persen 26,33 26,33 26,33 26,33 26,33
23. Tingkat Penurunan Pencemaran Udara dan Air:
BOD (mg/lt) < 10 < 10 <9 <9 <8
a. Air
COD (mg/lt) < 50 < 50 < 45 < 45 < 40
CO (µg/m3) < 15 < 15 < 14 < 14 < 13
b. Udara
Pb (µg/m3) < 150 < 150 < 145 < 145 < 140

II - 24 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II

TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
24. Jumlah Sumber Pencemar Ling-
Unit usaha 290 320 360 360 360
kungan yang Tertangani
25. Penurunan Luas Kerusakan Lahan Ha 3 6 6 9 9

26. Penurunan Fluktuasi Muka Air Tanah Cm 268 263 258 253 248

27. Jumlah Pusat Penanggulangan


Buah 1 1 1 1 1
Bencana
28. Jumlah Regulasi tentang
Buah 1 2 2 2 2
Pengurangan Resiko Bencana
29. Rasio Elektrifikasi Persen 0,015 0,015 0,015 0,015 0,015
30. Peningkatan Kapasitas Energi Listrik Persen 0,300 0,300 0,300 0,300 0,300
31. Pemenuhan Kebutuhan Air di Daerah
Persen 6 6 6 6 6
Sulit Air
32. Tersedianya Informasi Publik Bagi Jumlah
5 8 10 13 15
Kelompok Strategis kelompok

Uraian program di atas merupakan program yang diutamakan pelaksanaannya


dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, dengan mendasar pada indikator
pencapaiannya, sedangkan program lain yang tidak tercantum dalam uraian di atas,
tetap dapat dilaksanakan oleh semua pengampu urusan sesuai dengan fungsi dan
ketugasannya.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 II - 25
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

C. PRIORITAS PEMBANGUNAN TAHUN 2008-2012


Prioritas pembangunan dari tahun ke tahun menyesuaikan dengan dinamika dan konteks
yang terjadi pada tahun terkait. Berikut adalah perkembangan prioritas pembangunan
sejak tahun 2008 hingga tahun 2012.

1. Prioritas Pembangunan Tahun 2008


Prioritas pembangunan tahun 2008 terdiri dari delapan prioritas pembangunan.
Penyusunan prioritas tahunan ini masih didasarkan pada dokumen RENSTRADA.
Adapun prioritas-prioritas pembangunan yang ditetapkan untuk pembangunan tahun
2008 yaitu:
1. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran;
2. Revitalisasi pertanian, perikanan, kehutanan dan pembangunan pedesaan;
3. Peningkatan investasi, ekspor dan pemberdayaan UMKM;
4. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan;
5. Pengembangan budaya dan pariwisata;
6. Penegakan hukum, pemberantasan korupsi, dan reformasi birokrasi;
7. Peningkatan infrastruktur publik;
8. Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana; dan
9. Percepatan pembangunan daerah tertinggal.

2. Prioritas Pembangunan Tahun 2009


Pada tahun 2009, arah pembangunan tahunan di Provinsi DIY telah menggunakan
pedoman RPJMD sebagai dokumen perencanaan jangka menengah. Tema pembangunan
tahun 2009 adalah “Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penguatan ekonomi
daerah, pengurangan kemiskinan dan pengangguran”. Dengan demikian, kebijakan
ekonomi makro Provinsi DIY diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat
melalui penguatan ekonomi daerah, serta penanganan kemiskinan dan pengangguran.
Untuk itu prioritas pembangunan yang disusun sebagai panduan pelaksanaan
pembangunan di tahun 2009 adalah sebagai berikut:
1. Revitalisasi pertanian dan pembangunan pedesaan;
2. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan, kesehatan, dan sosial;
3. Pemberdayaan UMKM, dan peningkatan investasi dan ekspor;
4. Pengembangan budaya dan pariwisata;
5. Peningkatan kapasitas daerah dan penegakan hukum.

3. Prioritas Pembangunan Tahun 2010


Tema pembangunan Provinsi DIY pada tahun 2010 adalah: “Peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan daya saing daerah berbasis keunggulan Lokal”. Untuk mewujudkan tema
pembangunan di atas, prioritas pembangunan Provinsi DIY tahun 2010 adalah:

1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kualitas sumber daya manusia


melalui peningkatan akses dan mutu pelayanan dasar, pengentasan kemiskinan
dan penciptaan lapangan kerja.
2. Peningkatan daya saing daerah berbasis keunggulan ekonomi lokal melalui
pemberdayaan dan peningkatan kreativitas masyarakat, dukungan fasilitasi dan
pengembangan pasar.
3. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik dengan melanjutkan reformasi
birokrasi melalui internalisasi nilai-nilai budaya yogya dan peningkatan
profesionalisme.

II - 26 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
4. Peningkatan pelayanan publik melalui penataan kawasan dan peningkatan
sarana prasarana ekonomi dan fisik.

4. Prioritas Pembangunan Tahun 2011


Pada tahun 2011, tema pembangunan yang diusung oleh Pemerintah Provinsi DIY adalah:
“Peningkatan Ketahanan Ekonomi Lokal dan Sinergi Provinsi dengan Kabupaten/Kota
untuk meningkatkan Kesejahteraan Rakyat”. Untuk mewujudkan tema tersebut, maka
prioritas pembangunan Provinsi DIY tahun 2011 adalah:

1. Peningkatan mutu pelayanan dasar.


2. Peningkatan produktifitas dan stabilitas ekonomi.
3. Peningkatan profesionalisme tata kelola pemerintahan.
4. Peningkatan sarana prasarana pelayanan publik.

5. Prioritas Pembangunan Tahun 2012


Pemerintah Provinsi menetapkan tema pembangunan tahun 2012 adalah “Perluasan
Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Kembali Akibat Bencana Guna Meningkatkan
Kesejahteraan Rakyat”. Tema ini mengacu pada:

1. Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi (RTRWP) DIY


2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi DIY 2005 – 2025
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi DIY 2009 – 2013
4. Rencana Kerja Pemerintah RI tahun 2012 dengan tema pembangunan nasional
yaitu “Percepatan dan Perluasan Pertumbuan Ekonomi yang Inklusif dan
Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat”.

Disamping itu, tema pembangunan juga memperhatikan dinamika dan realita
kondisi umum daerah. Tema pembangunan Provinsi DIY tahun 2012 didukung dengan
penetapan 10 prioritas pembangunan daerah yang telah diselaraskan dengan prioritas
pembangunan nasional tahun 2012. Prioritas pembangunan DIY tahun 2012 meliputi:
1. Pendidikan dan Kebudayaan;
2. Kesehatan;
3. Pariwisata;
4. Ketahanan Pangan dan Agro Industri;
5. Iklim Investasi dan Usaha;
6. Infrastruktur;
7. Penanggulangan Kemiskinan;
8. Lingkungan Hidup dan Mitigasi Bencana;
9. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola;
10. Pengarusutamaan Gender.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 II - 27
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

II - 28 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
BAB III
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH
Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah yang tercermin dalam APBD memuat target
pencapaian kinerja yang terukur dari setiap urusan pemerintahan daerah yang disertai
dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan
pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasari.

Asumsi yang dimaksud mempertimbangkan perkembangan ekonomi makro dan


perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal yang ditetapkan pemerintah.

A. Pengelolaan Pendapatan Daerah


1 . Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah
yang menambah ekuitas dana, sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran
dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto yang mempunyai
makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan
belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau
dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil.
Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat
dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
Peningkatan pendapatan daerah ditempuh dengan kebijakan antara lain sebagai
berikut :
1. Peningkatan Pendapatan Daerah dengan menggali dan mengoptimalkan
sumber-sumber pendapatan yang sesuai dengan kewenangan daerah melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah;
2. Peningkatkan kualitas sumberdaya manusia pengelola pendapatan daerah;
3. Peningkatan koordinasi dalam pengelolaan pendapatan daerah;
4. Peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pendapatan
daerah;
5. Peningkatan pelayanan pajak dan non pajak kepada masyarakat;
6. Peningkatan pendayagunaan kekayaan daerah sebagai sumber pendapatan
daerah.

Upaya yang dilakukan dalam pemenuhan target pendapatan dilakukan antara


lain dengan, penelitian potensi pendapatan daerah, pembebasan dan penyederhanaan
prosedur pajak dan non pajak, pembebasan sanksi administrasi berupa denda dan
bunga, operasionalisasi penagihan pajak daerah door to door, pelayanan dengan
mobil keliling, pelayanan pada event tertentu di kabupaten/kota seperti pameran
pembangunan, pasar malam sekaten dan lain-lain.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  III - 1
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

2 . Target dan Realisasi Pendapatan


2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
PAD terdiri atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
Secara keseluruhan, dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011, realisasi PAD
senantiasa melebihi target yang direncanakan. Sementara realisasi PAD tahun 2012
baru sampai dengan semester I.

Tabel 3.1
Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 547.887.175.315,00 699.726.193.600,48 127,71
2009 575.516.509.511,00 645.244.970.968,35 112,04
2010 638.881.411.884,65 768.341.053.125,19 120,26
2011 775.117.447.988,96 871.963.501.186,23 112,49
2012* 800.156.497.767,00 480.916.872.312,58 60,10
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY

Pertumbuhan PAD dari tahun 2008 ke 2009 mengalami penurunan, disebabkan


adanya penurun dari Lain-Lain PAD Yang Sah. Hal ini dikarenakan tahun 2008 adalah
tahun terakhir Provinsi DIY harus menyelesaikan penanganan pasca bencana gempa
bumi 2006. Pada tahun tersebut banyak pekerjaan yang sudah dapat diselesaikan
sehingga kelebihan sisa kegiatan dicatat sebagai pendapatan. Sementara tahun 2009,
pembangunan sudah pulih dan kondisi menjadi normal kembali, akibatnya komponen
Lain-Lain PAD Yang Sah tidak mengalami pelonjakan.
Sementara pertumbuhan PAD dari tahun 2009 ke 2010 mengalami kenaikan,
disebabkan adanya kenaikan dari Lain-Lain PAD Yang Sah. Hal ini dikarenakan tahun
2010 banyak temuan BPK yang harus ditindaklanjuti oleh seluruh SKPD khususnya
yang menyangkut masalah aset daerah, maka SKPD harus mengembalikan kelebihan
anggaran yang masuk dalam Lain-Lain PAD Yang Sah, sehingga pemenuhan predikat
WTP dalam pengelolaan keuangan daerah dapat dicapai. Pertumbuhan PAD dari tahun
2010 ke 2011 mengalami kenaikan, disebabkan adanya kenaikan dari Lain-Lain PAD
Yang Sah, dimana adanya kenaikan dari Dana Hibah yaitu bantuan dari masyarakat
untuk penanganan bencana Erupsi Merapi. Pertumbuhan PAD dari tahun 2010 ke 2011
mengalami kenaikan, disebabkan adanya kenaikan dari Lain-Lain PAD Yang Sah, dimana
adanya kenaikan dari Dana Hibah yaitu bantuan dari masyarakat untuk penanganan
bencana Erupsi Merapi.
Pada tahun 2011 ke 2012, pertumbuhan belum nampak karena data yang tersaji
masih sampai dengan semester I di tahun 2012. Namun pada dasarnya kenaikan terjadi
hal ini salah satunya dikarenakan adanya optimalisasi pengelolaan Badan Usaha Kredit
Pedesaan (BUKP).

a. Pajak Daerah
Pajak Daerah yang menjadi kontributor Pendapat Asli Daerah Pemerintah Provinsi
DIY pada tahun 2008–2012 terdiri atas Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Pajak Pengambilan
dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
Realisasi perolehan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak daerah selalu
melampaui target dan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

III - 2 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III
Tabel 3.2
Target dan Realisasi Pajak Daerah Pemerintah Provinsi DIY, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 486.168.175.841,00 525.185.354.193,35 108,06
2009 494.847.565.500,00 541.192.265.769,60 109,37
2010 539.653.461.500,00 634.710.019.946,80 117,61
2011 655.306.917.953,00 735.226.105.916,20 112,20
2012* 689.572.065.000,00 407.533.164.972,00 59,10
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY

Pertumbuhan atas Pajak Daerah mengalami kenaikan tiap tahunnya, akibat dari
kenaikan kepemilikan kendaraan bermotor setiap tahun. Kondisi tersebut salah satu
penyebabnya adalah kemudahan persyaratan perkreditan yang diberikan pemerintah
kepada masyarakat. Selain itu beberapa kali Pemerintah Provinsi DIY melakukan
pemutihan dalam arti melakukan pembebasan pungutan terhadap Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor untuk kepemilikan kedua, dan seterusnya. Kemudahan ini
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk taat membayar pajak kendaraan yang pada
akhirnya menyebabkan meningkatnya pendapatan daerah.

b. Retribusi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah tentang Retribusi Daerah, disebutkan bahwa obyek retribusi terdiri
atas: 1) Retribusi Jasa Umum , 2) Retribusi Jasa Usaha, 3) Retribusi Perizinan Tertentu.
Dari 3 (tiga) klasifikasi obyek retribusi tersebut.
Pemerintah Provinsi DIY memperoleh pendapatan dari retribusi daerah dalam
rentang 2008–2012 sebagai berikut:

Tabel 3.3
Target dan Realisasi Retribusi Pemerintah Provinsi DIY, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 33.144.872.640,00 29.259.898.291,50 88,28
2009 32.591.963.785,00 34.785.228.680,57 106,73
2010 31.556.968.029,00 32.836.503.243,89 104,05
2011 33.573.099.081,00 35.985.658.458,15 107,18
2012* 36.228.288.350,00 14.416.070.263,00 39,79
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY

Pertumbuhan atas Retribusi Daerah mengalami pelonjakan kenaikan dari tahun


2008 ke 2009, akibat adanya obyek retribusi baru Trans Jogja. Minat masyarakat dalam
menggunakan moda transportasi umum ini semakin tinggi sehingga berdampak pada
pendapatan retribusi jasa usaha dari penjualan tiket bus ini. Sementara penurunan
yang terjadi dari tahun 2009 ke 2010, sebagai akibat dari adanya pergeseran obyek
pendapatan yang dahulu masuk komponen retribusi, di tahun ini masuk pada komponen
Lain-Lain PAD Yang Sah, yaitu dari 2 (dua) BLUD di RS. Ghrasia dan UPTD BLPT. Disamping
itu juga ada pegeseran obyek Retribusi yang pindah menjadi obyek Lain-Lain PAD Yang
Sah yaitu pendapatan dari Denda Kelebihan Muatan. Dari tahun 2010 ke 2011 ada
peningkatan dari penjualan minyak kayu putih, hal ini yang akan lebih diintensifkan.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  III - 3
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan


Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan terdiri atas:

1. Bank Pembangunan Daerah (BPD)


Realisasi pendapatan Bank Pembangunan Daerah Provinsi DIY tahun 2008–2011
senantiasa memenuhi target yang ditetapkan.

Tabel 3.4
Target dan Realisasi Pendapatan dari BPD Provinsi DIY, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 10.900.000.000,00 11.041.195.941,43 101,30
2009 16.718.037.398,15 16.718.037.398,15 100,00
2010 23.777.408.753,00 23.900.770.440,62 100,52
2011 25.642.976.275,96 25.642.976.275,96 100,00
2012* 28.305.000.000,00 31.761.609.095,02 112,21
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY

Pertumbuhan pendapatan dari BPD relatif stabil dari tahun ke tahun. Hal ini
karena adanya penyesuaian yang dilakukan secara rutin terhadap perhitungan yang
dikenakan atas modal yang disetor kepada BPD dari Pemerintah Provinsi DIY, yang
diterima berupa pembagian deviden setiap tahunnya.

2. PD Taru Martani
Kondisi PD Taru Martani dari tahun ke tahun belum menunjukkan hal yang
menggembirakan karena belum mampu merealisasikan pendapatan sesuai dengan
target yang ditetapkan.
PD Taru Martani masih berkonsentrasi pada pembenahan-pembenahan
manajemen secara internal. Kondisi ini berdampak pula pada pendapatan yang
disetorkan kepada Pemerintah Provinsi

Tabel 3.5
Target dan Realisasi Pendapatan PD Taru Martani, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 736.379.810,00 0 0
2009 1.501.328.000,00 1.413.233.236,00 94,13
2010 877.684.885,00 0 0
2011 877.684.885,00 0 0
2012* 877.684.885,00 86.302.400,00 9,83
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY

3. PT Anindya Mitra Internasional


Pada tahun 2008-2012, PT Anindya Mitra Internasional tidak memberikan kontribusi
PAD karena kondisi perusahaan masih mengalami kesulitan likuiditas akibat buruknya
kinerja PT Anindya Mitra Internasional.
Meskipun pada tahun 2008 Pemerintah Provinsi DIY bersama para pemilik
saham telah melakukan penggantian jajaran direksi.

III - 4 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III

Tabel 3.6
Target dan Realisasi Pendapatan PT Anindya Mitra Internasional, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 0 0 0
2009 0 0 0
2010 100.000.000,00 0 0
2011 100.000.000,00 0 0
2012* 100.000.000,00 0 0
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY

4. PT Yogya Indah Sejahtera (YIS)


Realisasi Pendapatan PT Yogya Indah Sejahtera (YIS) tahun 2008–2010 senantiasa
memenuhi target yang ditetapkan.

Tabel 3.7
Target dan Realisasi Pendapatan PT YIS, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 335.000.000,00 335.000.000,00 100,00
2009 335.000.000,00 335.000.000,00 100,00
2010 335.000.000,00 335.000.000,00 100,00
2011 335.000.000,00 335.000.000,00 100,00
2012* 335.000.000,00 0 0
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY

Pertumbuhan pendapatan dari PT YIS relatif stabil, karena angka nominal ini
sudah disepakati di dalam perjanjian kerjasama yang ditandatangani antara PT YIS
dengan Pemerintah Provinsi DIY.

5. PT Asuransi Bangun Askrida


Realisasi pendapatan PT Asuransi Bangun Askrida memberi kontribusi terhadap PAD
sebagai berikut:

Tabel 3.8
Target dan Realisasi Pendapatan PT Asuransi Bangun Askrida, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 83.855.620,00 74.916.443,00 89,34
2009 29.979.901,00 29.979.901,00 100,00
2010 29.979.901,00 0 0
2011 29.979.901,00 92.665.162,00 209,09
2012* 31.088.429,00 0 0
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY

Pertumbuhan pendapatan dari penyertaan pada PT Asuransi Bangun Askrida


mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena kebijakan pada saat
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  III - 5
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Rapat Umum Pemegang Saham yang diselenggarakan berubah-ubah setiap tahunnya.


Sehingga pencatatan pendapatannya pun mengalami fluktuasi yang realisasinya
disesuaikan dengan kenyataan yang ada.

6. Badan Usaha Kredit Perdesaan (BUKP)
Badan Usaha Kredit Perdesaan didirikan oleh Pemerintah Provinsi DIY berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 1989 tentang Badan Usaha Kredit Perdesaan yang
bertujuan untuk ikut serta mengembangkan perekonomian masyarakat dengan cara
mendekatkan permodalan kepada masyarakat.
Dari tahun ke tahun, BUKP menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.
Realisasi pendapatannya selalu melampaui target yang ditetapkan.

Tabel 3.9
Target dan Realisasi Pendapatan BUKP, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 713.291.404,00 1.029.839.354,24 144,39
2009 1.152.522.748,00 1.598.462.640,68 138,69
2010 1.833.669.029,00 2.098.099.444,15 114,42
2011 2.214.725.893,00 2.890.742.034,79 130,52
2012* 2.214.725.893,00 0 0
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY

Persentase pertumbuhan pendapatan dari BUKP mengalami kenaikan dari tahun


ke tahun sebagai dampak dari perbaikan manajemen yang dilakukan terhadap seluruh
komponen BUKP itu sendiri. Dimana beberapa BUKP dapat memiliki aset sendiri.
Dalam upaya meningkatkan pelayanan, BUKP menerapkan kemudahan-
kemudahan antara lain:
-- Sistem pelayanan jemput bola;
-- Penerapan pelayanan yang cepat;
-- Prosedur yang mudah; dan
-- Pelayanan kredit tanpa meggunakan agunan.

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah


Penerimaan ini dimaksudkan untuk menampung penerimaan-penerimaan dari
Pendapatan Asli Daerah di luar Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik
Daerah, dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan.
Penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terdiri atas antara lain:
-- Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan;
-- Jasa Giro;
-- Penerimaan Bunga Deposito;
-- Pemanfaatan aset Pemda (sewa) yang belum dianggarkan.

Secara keseluruhan, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah dari tahun
2008–2012 realisasinya selalu melampaui target yang telah ditetapkan.

III - 6 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III

Tabel 3.10
Target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 15.805.600.000,00 65.946.008.446,61 417,23
2009 28.340.112.179,00 49.172.763.342,35 107,51
2010 40.717.239.787,00 46.321.683.743,57 113,76
2011 57.035.064.000,00 66.939.737.505,76 117,37
2012* 42.492.645.210,00 27.119.725.582,56 63,82
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY

Pertumbuhan dari Lain-Lain PAD Yang Sah tahun 2008 tinggi karena tahun
tersebut adalah tahun terakhir Provinsi DIY harus menyelesaikan penanganan pasca
bencana gempa bumi 2006. Pada tahun tersebut banyak pekerjaan yang sudah dapat
diselesaikan sehingga kelebihan sisa kegiatan dicatat sebagai pendapatan. Sementara
tahun 2009, pembangunan sudah pulih dan kondisi menjadi normal kembali,
akibatnya komponen Lain-Lain PAD Yang Sah tidak mengalami pelonjakan, sehingga
pertumbuhannya jauh menurun dari tahun 2008. Demikian halnya dari tahun 2009 ke
2010 mengalami penurunan karena pada tahun-tahun tersebut pekerjaan/kegiatan
APBD dapat diselesaikan dengan baik. Pada tahun 2010 ke 2011 terdapat kenaikan yang
cukup besar adanya tambahan pendapatan dari bantuan Erupsi Merapi.

2.2 Dana Perimbangan


Dana Perimbangan adalah penerimaan yang berasal dari Pemerintah Pusat, yang antara
lain bersumber dari:

-- Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak/Sumber Daya Alam.


-- Dana Alokasi Umum.
-- Dana Alokasi Khusus.
Dari tahun 2008–2011, total dana perimbangan yang diperoleh Provinsi DIY
rata-rata mencapai 100% dari target yang ditetapkan.

Tabel 3.11
Target dan Realisasi Dana Perimbangan, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 590.574.676.643,42 602.117.047.488,00 101,95
2009 630.650.143.691,00 631.011.121.383,59 100,06
2010 627.947.119.673,00 626.677.339.112,00 99,80
2011 715.166.925.806,00 722.339.653.053,00 101,00
2012* 850.513.085.724,00 487.475.048.716,00 57,32
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY

Pertumbuhan dari Pendapatan Dana Perimbangan mengalami penurunan


disebabkan karena penyesuaian komponen dari dana perimbangan itu sendiri yang
perhitungan detailnya juga berubah-ubah dari tahun ke tahun. Disamping itu, dasar
yang digunakan dalam perhitungannya adalah dasar yang ada pada APBN yang juga
mengalami fluktuasi tiap tahunnya.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  III - 7
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

2.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah


Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah berasal dari sumbangan dari Badan/Lembaga/
Organisasi Swasta Dalam Negeri dan dari Pendapatan Lain-lain.
Dari tahun 2008–2011, total Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yang diperoleh
Provinsi DIY realisasinya selalu melampaui target yang ditetapkan kecuali tahun 2010,
realisasinya kurang dari target.

Tabel 3.12
Target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 23.524.778.265,00 23.620.587.265,26 100,41
2009 7.054.256.210,00 9.910.812.710,00 140,49
2010 8.391.971.000,00 7.325.681.000,00 88,29
2011 14.179.886.500,00 15.458.293.000,00 109,02
2012* 284.778.165.000,00 137.517.405.500,00 48,29
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY

Pertumbuhan dari Lain-Lain Pendapatan Yang Sah mengalami fluktuasi, hal ini
diakibatkan dari komponen hibah yang diterima dari pemerintah tidak sama pada tiap
tahunnya. Tahun 2008 secara nominal besar karena adanya pendapatan hibah dari
Pemerintah Jepang yang masuk sebagai tindak lanjut kerjasama dengan Pemerintah
Provinsi DIY. Tahun 2009 secara nominal menurun karena tidak adanya pendapatan
hibah dari pemerintah demikian pula dengan yang terjadi pada tahun 2010. Tahun 2010
pendapatan turun dari tahun sebelumnya karena hanya berasal dari hibah pihak ketiga.
Sementara tahun 2011 dan 2012 melonjak tinggi karena berdasarkan aturan di pusat
dana penyesuaian BOS dicatat sebagai dana pendapatan di daerah yang penggunaannya
langsung disalurkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Permasalahan dan Solusi


Pencapaian target PAD dapat di tempuh dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi
terhadap sumber-sumber pendapatan.
Intensifikasi dikaitkan dengan usaha untuk melakukan pemungutan yang intensif,
yaitu secara ketat, giat dan teliti, sedangkan ekstensifikasi berhubungan dengan usaha
untuk menggali sumber-sumber pendapatan baru.
Strategi yang ditempuh dalam meningkatkan pendapatan daerah adalah
dengan melalui, 1) Perbaikan manajemen terhadap semua potensi pendapatan daerah
yang kemudian dapat langsung direalisasikan, dengan manajemen profesional di bidang
sumber daya manusia yang diikuti dengan kemudahan pengoperasionalan alat bantu
canggih sehingga prosedur dapat disederhanakan; 2) Peningkatan investasi dengan
membangun iklim usaha yang kondusif dalam hal ini berupa ketersediaan data serta
sarana penunjang sehingga jangkauan investasi dapat merata.
Meskipun demikian, dalam usaha peningkatan pendapatan daerah masih
ditemui beberapa permasalahan. Permasalahan yang paling utama antara lain:
-- Pendapatan Asli Daerah yang masih bertumpu pada pajak daerah;
-- Belum optimalnya pemanfaatan aset daerah sebagai sumber penerimaan
retribusi;
-- Dana Perimbangan yang lebih bersifat given (terberikan) dari Pemerintah Pusat;
-- Ekstensifikasi pendapatan daerah terkendala oleh kewenangan dan kebijakan
Pemerintah Pusat.

III - 8 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III
Untuk mengatasi hal-hal tersebut, dari tahun 2008–2012 telah dilakukan
berbagai upaya, antara lain:
Peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak dengan system online
, pelayanan dengan bus Samsat Keliling, partisipasi pada kegiatan–kegiatan yang
diadakan di kabupaten/kota (perayaan pasar malam Sekaten, hari jadi kabupaten),
pelayanan “drive thru”, pelayanan di Outlet BPD dan perlindungan masyarakat;
-- Optimalisasi/pemanfaatan aset Pemerintah Daerah sebagai sumber PAD;
-- Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah dengan
pemerintah pusat, kabupaten/kota, POLRI, dan dinas penghasil;
-- Kegiatan razia kendaraan bermotor dalam rangka upaya penagihan terhadap
tunggakan pajak;
-- Peningkatan kemampuan aparatur retribusi daerah melalui kegiatan bimbingan
teknis retribusi daerah;
-- Forum komunikasi antara Pemerintah Provinsi DIY dengan para pengusaha
dalam upaya peningkatan sumbangan pihak ketiga;
-- Fasilitasi dana perimbangan dan koordinasi dengan Kementrian Keuangan
Republik Indonesia, Cq: Dirjen Perimbangan Keuangan, Kanwil Direktorat
Jendral Pajak, Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan, Pemerintah
Kabupaten/Kota, Bank Persepsi, Bank Operasional III dan Kas Daerah.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  III - 9
Tabel 3.13
Rekapitulasi Target dan Realisasi Pendapatan Daerah, 2008–2010 (un-audited)

III - 10
(dalam juta Rp)
2008 2009 2010 2011 2012
NO. URAIAN
Target Realisasi Realisasi Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
PENDAPATAN 1.161.986,63 864.867,77 738.465,80 811.411,75 1.275.220,50 1.403.174,02 1.504.464,26 1.605.730,14 1.935.447,75 1.105.909,33
DAERAH
A Pendapatan Asli 547.887,18 699.726,19 575.516,51 645.244,97 638.881,41 768.341,05 775.117,45 871.963,50 800.156,50 480.916,87
Daerah
1 Pajak Daerah 486.168,18 525.186,56 494.847,57 541.192,27 539.653,46 634.710,02 655.306,92 735.226,11 689.572,07 407.533,16
2 Retribusi Daerah 33.144,87 29.259,90 32.591,96 34.785,23 31.556,97 32.836,50 33.575,10 35.985,66 36.228,29 14.416,07
3 Hasil Pengelolaan 12.768,53 12.481,05 19.736,87 20.094,71 26.953,74 26.333,87 29.200,37 28.961,38 31.863,50 31.847,91
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
4 Lain-Lain 15.805,60 132.798,68 28.340,11 49.172,76 40.717,24 74.460,66 57.035,06 71.790,35 42.492,65 27.119,73
Pendapatan Asli
Daerah yang Sah
B Dana Perimbangan 590.574,68 141.206,11 159.122,19 159.483,12 627.947,12 626.677,34 715.166,93 718.308,35 850.513,09 487.475,05

1 Dana Bagi Hasil 59.333,28 70.560,77 73.320,19 73.681,17 89.091,77 87.821,99 74.865,00 82.037,73 74.403,65 40.142,82
Pajak/Bukan Pajak
2 Dana Alokasi Umum 511.773,40 51.177,34 52.392,00 52.391,95 527.471,25 527.471,25 620.812,33 620.812,33 757.056,70 441.616,41
3 Dana Alokasi Khusus 19.468,00 19.468,00 33.410,00 33.410,00 11.384,10 11.384,10 19.489,60 15.458,29 19.052,74 5.715,82
C Lain-Lain 23.524,78 23.935,47 3.827,10 6.683,66 8.391,97 8.155,63 14.179,89 15.458,29 284.778,17 137.517,41
Pendapatan Daerah
yang Sah
1 Hibah 23.209,90 23.620,59 3.827,10 3.897,71 4.501,47 5.232,63 5.037,57 6.315,97 5.496,23 2.862,86
2 Dana Darurat - - - - - - - - - -

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
3 Dana Bagi - - - - - - - - - -
Hasil Pajak dari
Pemerintah Daerah
Lainnya
2008 2009 2010 2011 2012
NO. URAIAN
Target Realisasi Realisasi Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
4 Dana Penyesuaian 314,88 314,88 - 2.785,95 3.890,50 2.923,00 9.142,32 9.142,32 279.281,94 134.654,54
dan Otonomi Khusus
5 Bantuan Keuangan - - - - - - - - - -
dari Pemerintah
Daerah Lainnya
Sumber:DPPKA Provinsi DIY

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  III - 11
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

B. Pengelolaan Belanja Daerah GELIAT KEGIATAN


1. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah EKONOMI
DI PASAR
Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah yang tercermin dalam APBD memuat target BERINGHARJO
pencapaian kinerja yang terukur dari setiap urusan pemerintahan daerah yang disertai Khairunnisa
dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan Firdausi
pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasari. http://pelangi-nisa.
Asumsi yang dimaksud mempertimbangkan perkembangan ekonomi makro dan tumblr.com/
perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal yang ditetapkan pemerintah.

2. Kebijakan Pengelolaan Belanja Daerah


Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan maka kebijakan pendanaan
pembangunan dituntut lebih transparan, akuntabel dan berorientasi pada kinerja.
Belanja daerah digunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang sesuai
dengan kewenangan, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Pelaksanaan urusan
wajib dimaksud berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan.
Pendanaan digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum
yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Belanja daerah disusun
berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari
input yang direncanakan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas
perencanaan anggaran serta memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan
anggaran.
Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas
pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam rangka
melaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan
alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap SKPD harus terukur yang diikuti
dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sebagaimana yang telah dituangkan dalam dokumen Kebijakan Umum APBD (KUA) dari
tahun 2008–2011, belanja daerah diprioritaskan untuk mendukung pelaksanaan urusan
pemerintahan dan pelayanan dasar yang sesuai dengan kewenangan, baik urusan wajib
maupun urusan pilihan.

III - 12 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
Tabel 3.14
Alokasi Anggaran Belanja Daerah Sesuai Struktur APBD (Rp), 2008-2012
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
Belanja Tidak 1.267.028.062.579,00
1. 1.034.271.009.984,00 762.258.077.684,00 825.195.492.733,00 1.028.144.706.158,00
Langsung
1.1 Belanja Pegawai 308.944.518.768,00 329.142.837.472,00 361.608.925.696,00 431.785.979.061,00 490.659.483.382,00
1.2 Belanja Bunga 54.965.900,00 45.778.400,00 19.464.200,00 0,00 -
1.3 Belanja Hibah 299.318.560.485,00 17.015.222.300,00 89.895.291.845,00 10.324.300.000,00 355.793.657.000,00
Belanja Bantuan 94.674.768.000,00
1.4 105.826.844.365,00 116.393.128.300,00 98.866.347.612,00 148.359.261.200,00
Sosial
Belanja Bagi Hasil 251.788.473.835,00
1.5 201.741.158.800,00 198.385.862.000,00 214.667.402.475,00 268.047.340.000,00
Kab/Kota
Belanja Bantuan 54.111.680.362,00
1.6 Keuangan Kab/ 50.000.000.000,00 79.488.400.000,00 56.967.000.000,00 150.394.530.362,00
Kota
Belanja Tidak 20.000.000.000,00
1.7 68.384.961.666,00 21.786.849.212,00 3.171.060.905,00 11.614.461.535,00
Terduga
2. Belanja Langsung 594.798.240.578,00 716.253.420.728,00 658.555.820.962,00 680.729.863.614,00 857.260.646.732,00
2.1 Belanja Pegawai 82.772.675.311,00 93.880.113.574,00 93.738.198.651,00 93.575.509.381,00 111.508.039.921.,02
Belanja Barang & 527.793.940.256,48
2.2 301.911.964.758,00 401.326.275.210,00 405.181.835.763,00 426.372.440.757,00
Jasa

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
2.3 Belanja Modal 210.113.600.509,00 221.047.031.944,00 159.635.786.548,00 160.781.913.476,00 217.958.666.554,50
Sumber: DPPKA Provinsi DIY

  III - 13
3 Anggaran dan Realisasi Belanja
3.1 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah
Anggaran belanja daerah tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 berkecenderungan
mengalami peningkatan seiring peningkatan pendapatan daerah.

Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai baik belanja tidak langsung, termasuk
didalamnya gaji pegawai, maupun belanja langsung dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
Tabel 3.15
Target dan Realisasi Belanja Daerah, 2008–2012
Tahun Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp) %
Belanja Tidak Langsung 1.034.271.009.984,00 915.746.609.368,00 88,54
2008 Belanja Langsung 594.798.240.578,00 537.540.672.506,00 90,37
Jumlah 1.629.069.250.562,00 1.453.286.281.874,00 89,21

Belanja Tidak Langsung 762.258.077.684,00 696.922.383.489,00 91,43


2009
Belanja Langsung 716.253.420.728,00 630.565.465.454,00 88,04
Jumlah 1.478.511.498.412,00 1.327.487.848.943,00 89,78
Belanja Tidak Langsung 825.195.492.733,00 788.491.845.658,00 95,55
2010 Belanja Langsung 658.555.820.962,00 566.102.212.448,00 85,96
Jumlah 1.483.751.313.695,00 1.354.594.058.106,00 91,30
Belanja Tidak Langsung 1028.144.706.158,00 961.364.910.688,00 93,50
2011 Belanja Langsung 680.729.863.614,00 600.903.823.957,00 88,27
Jumlah 1.708.874.569.772,00 1.562.268.734.645,00 91,42
Belanja Tidak Langsung 1.267.028.062.579,00 435.498.132.808,00* 34,37
2012 Belanja Langsung 857.260.646.732,00 199.415.415.962,00* 23,26
Jumlah 2.124.288.709.311,00 634.913.548.770,00* 29,89
* Realisasi sampai dengan Bulan Juni
Sumber: Data DPPKA Provinsi DIY

III - 14 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
3.2 Target dan Realisasi Belanja Langsung Per SKPD

Tabel 3.16
Target dan Realisasi Belanja Langsung Per SKPD (juta Rp), 2008–2012
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012*
NO Uraian
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
1 Dinas Pendidikan, 48.479,50 43.141,50 97.606,06 85.010,65 74.038,80 64.687,70 62.038,48 54.198,46 107.489,95 14.581,92
Pemuda dan Olah
Raga
2 Dinas Kesehatan 18.686,82 17.100,19 20.658,44 18.664,58 15.721,12 14.222,84 19.459,63 16.897,22 78.547,52 18.067,99
3 Rumah Sakit Grhasia 7.441,50 7.297,47 7.120,38 6.831,99 11.065,25 8.129,58 11.227,68 10.027,65 13.104,38 621,11

4 DPU dan ESDM 202.077,20 192.557,97 194.791,44 178.435,51 167.927,43 136.512,18 198.301,90 173.379,55 187.431,10 33.048,00

5 Badan Perencanaan 9.422,02 8.611,66 11.095,23 9.970,91 9.802,66 9.040,49 9.638,62 9.111,38 14.830,80 4.675,05
daerah
6 Dinas Perhubungan, 63.473,40 48.527,05 78.302,23 67.792,77 57.331,60 52.450,69 56.543,26 51.241,30 69.134,40 21.731,74
Komunikasi dan
Informatika

7 Badan Informasi 5.058,02 4.622,56 - - - - - -


Daerah

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
8 Badan Lingkungan 4.941,96 4.671,95 7.982,57 7.236,79 5.482,74 5.221,02 6.380,58 6.082,00 7.192,53 2.117,24
Hidup (Bapedalda)
9 BPPM Kantor 2.791,02 2.646,12 4.540,43 4.168,34 6.023,47 5.882,79 3.941,26 3.813,85 7.063,80 2.320,47
Pemberdayaan
Perempuan)
10 Dinas Sosial 18.102,42 17.275,89 22.148,69 20.641,68 18.263,17 17.614,50 22.848,24 21.097,02 20.695,06 9.323,49

  III - 15
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012*
NO Uraian

III - 16
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
11 Dinas Tenaga Kerja 28.431,50 27.092,08 30.129,40 27.060,21 21.396,87 20.209,55 17.941,49 16.920,77 18.381,04 7.825,73
dan Transmigrasi
12 Dinas Perindustrian, 10.395,24 9.391,50 8.825,77 8.172,79 8.893,27 8.009,67 13.709,07 12.433,75 12.649,94 3.430,82
Perdagangan, dan
Koperasi

13 Badan Kerjasama 10.047,95 8.543,49 7.461,67 6.935,94 8.380,65 7.678,69 8.194,83 2.676,21
dan Penanaman
Modal
14 Kantor Perwakilan 3.410,22 3.281,01 - - - - - -
Daerah
15 Dinas Kebudayaan 19.842,54 18.353,99 22.510,62 20.598,66 22.245,31 20.429,88 14.625,22 13.657,98 26.911,76 6.658,32
16 Badan Kesatuan 6.689,76 5.991,99 5.194,33 4.986,97 5.245,44 5.117,55 6.019,80 2.407,17
Bangsa dan
Perildungan
Masyarakat
17 Satuan Polisi 5.773,12 5.720,53 2.534,94 2.109,02 3.076,48 2.963,65 2.057,50 1.985,61 2.167,11 909,25
Pamong Praja (Dinas
Ketentraman dan
Keteriban Umum)

18 Badan - - 1.672,87 1.642,59 5.990,68 1.594,72


Penanggulangan
Bencana Daerah
19 Gubernur dan Wakil - - - - - - - -
Gubernur

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
20 Sekretariat Daerah 46.919,87 41.556,43 43.594,99 38.443,11 36.951,04 34.148,70 34.713,30 32.501,96 38.802,09 14.745,08
21 Sekretariat DPRD 26.154,41 18.624,06 23.973,46 17.092,18 32.110,66 23.634,50 38.653,46 27.723,09 42.107,77 13.628,15
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012*
NO Uraian
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
22 DPPKA (BPKD) 23.476,77 20.858,93 26.435,82 21.516,58 54.403,44 39.774,14 34.517,25 29.259,49 32.769,28 11.633,09

23 Badan Pendidikan 4.210,43 3.627,17 14.264,12 12.662,16 16.443,79 14.883,80 16.007,28 12.526,65 11.598,66 3.449,03
dan Pelatihan
24 Inspektorat (Badan 4.053,85 3.713,40 6.400,22 5.583,05 6.516,18 6.128,11 5.148,81 4.935,90 4.774,55 2.278,81
Pengawas Daerah)
25 PPKD/BUD - - - - - -
26 Badan kepegawaian 8.465,93 7.301,37 7.772,54 6.865,21 6.076,11 5.075,25 10.693,23 2.401,50
Daerah
27 Badan Ketahanan 1.767,43 1.657,79 3.442,20 3.101,86 3.839,71 3.576,02 4.342,05 1.229,95
Pangan dan
Penyuluhan
28 Kantor Arsip Daerah 1.787,57 1.667,74 - - - - - - - -

29 BPAD (Badan 3.503,46 3.220,81 7.649,28 6.575,50 8.145,64 7.403,54 13.717,73 11.521,40 60.996,79 2.947,10
Perpustakaan
Daerah)
30 Dinas Pertanian 12.712,10 11.590,18 16.156,39 14.564,02 19.846,37 16.907,00 18.734,27 16.612,04 17.907,94 5.438,07
31 Dinas Kehutanan dan 12.108,69 11.510,55 24.784,09 18.299,26 13.122,10 11.712,25 12.218,57 10.487,38 12.425,57 3.594,50

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
Perkebunan
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

32 Dinas Pariwisata 5.200,54 4.972,75 5.300,54 4.872,53 5.336,28 5.041,97 8.047,79 7.424,22 8.022,90 2.068,28
(Badan Pariwisata
Daerah)
33 Dinas Kelautan dan 6.344,09 5.907,19 12.477,22 10.768,52 20.541,39 19.203,65 35.043,69 33.975,05 27.015,12 4.012,63
Perikanan
BAB III

** Realisasi sampai dengan Bulan Juni

  III - 17
Sumber: Data DPPKA Provinsi DIY
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

4. Permasalahan dan Solusi


Permasalahan
Permasalahan belanja daerah dapat diinvetarisasi sebagai berikut :
1. Ketersediaan data yang valid dan dipergunakan sebagai sumber perencanaan
daerah belum sesuai dengan kebutuhan.
2. Posisi awal capaian hasil pembangunan disegala bidang belum dijadikan dasar
utama perencanaan, sehingga susunan belanja yang ada hanya mendasarkan
pada capaian yang diinginkan.
3. Masih beragamnya penafsiran terhadap subyek dan obyek belanja sehingga
terjadi tarik ulur kepentingan dalam prioritas belanja.
4. Kesiapan sumberdaya manusia dalam menterjemahkan target kinerja dari
rencana belanja dan kegiatan yang diprioritaskan.
5. Tuntutan kesebandingan antara kebutuhan riil masyarakat dan kewenangan
bidang pemerintahan yang dilimpahkan dengan target yang dicapai oleh
Kabupaten/Kota.
6. Antisipasi yang kurang akurat terhadap permasalahan masyarakat sebagai akibat
dari penafsiran kewenangan dan produk-produk hukum yang belum mantap.
7. Peletakkan aliran kas program dan kegiatan sebagian besar pada triwulan III dan
IV.
8. Peraturan dan Kebijakan dari pemerintah pusat yang berubah dan berbeda-
beda.
9. Aplikasi yang dipergunakan dalam perencanaan, penatausahaan keuangan dan
pelaporan yang masih perlu penyempurnaan.

Solusi
Pelaksanaan APBD untuk menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan urusan
pemerintahan yang terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan memerlukan dana yang
besar.

Keterbatasan anggaran yang tersedia merupakan masalah utama belanja daerah


di dalam menyelesaikan permasalahan urusan wajib dan urusan pilihan tersebut. Di
samping itu, belanja untuk memenuhi permasalahan kebutuhan dasar serta memenuhi
standar pelayanan minimal masih sangat membutuhkan dukungan Pemerintah Pusat,
sehingga dalam hal ini diperlukan sumber pembiayaan selain APBD, misalnya dari APBN
dan sebagainya.
Beberapa solusi yang telah dilakukan berkaitan dengan adanya permasalahan,
antara lain :
1. Pembentukkan SOTK yang menangani data dan teknologi informasi termasuk
statistik diharapkan mampu menjawab permasalahan tentang data dan sumber
data yang dipergunakan
2. Penyempurnaan hasil-hasil kajian pembangunan sebagai dasar evaluasi
pelaksanaan pembangunan dan perencanaan tahun berikutnya.
3. Belanja daerah diarahkan pada kemampuan pendapatan dan penerimaan
pembiayaan daerah.
4. Belanja daerah diupayakan disusun berdasarkan prestasi kerja yang berorientasi
pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan.
5. Peningkatan kualitas SDM dilakukan dengan mengadakan pelatihan teknis,
Bimtek, Sosialisasi, Workshop dan seminar.
6. Koordinasi dan pertemuan rutin antar SKPD di tingkat provinsi dan kabupaten/
kota sebagai upaya meminimalkan perbedaan pemahaman.
7. Perhatian terhadap perencanaan dan waktu pelaksanaan sesuai dengan kondisi
dilapangan sehingga perekonomian daerah dapat bergerak mulai dari awal

III - 18 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III
tahun anggaran.
8. Untuk mensikapi peraturan dan Kebijakan dari pemerintah pusat yang berubah
dan berbeda-beda membutuhkan kearifan didalam penanganannya.
9. Penyempurnaan dan pengembangan sistem aplikasi baik perencanaan,
penatausahaan keuangan maupun pelaporan melalui penyempurnaan Sistem
Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah.

C. LAIN-LAIN
1. Kinerja BUMD
1.1 Bank Pembangunan Daerah DIY
Sesuai Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 4 Tahun 2005 tentang Bank Pembangunan
Daerah, lembaga ini mempunyai maksud untuk membantu dan mendorong pertumbuhan
perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang, serta sebagai salah satu
sumber Pendapatan Asli Daerah.

Bank BPD sebagai bank umum bertujuan memperoleh laba yang wajar melalui jasa-
jasa perbankan yang dibutuhkan masyarakat, terutama kredit skala kecil dan menengah.
Sesuai laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik, kinerja bank
selama tahun 2011 menunjukkan perkembangan yang baik dengan total aset mencapai
Rp.4.807,60 miliar atau meningkat sebesar 15,26% dibanding tahun 2010 sebesar
Rp.4.171,08 miliar. Dana masyarakat dapat dicapai sebesar Rp.3.694,97 miliar atau
meningkat sebesar 15,27% dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp.3.205,54 miliar.
Sedangkan posisi penyaluran dana berupa kredit yang diberikan sampai dengan 31
Desember 2011 tercapai sebesar Rp.2.908,44 miliar atau meningkat sebesar 28,69%
dari tahun 2010 sebesar Rp.2.260,00 miliar. Modal dasar Bank sebesar Rp.250,00 miliar
dan telah disetor penuh per 31 Desember 2011 sebesar Rp. 250,00 miliar meningkat
sebesar 25,21% dibanding tahun 2010 sebesar Rp.224,79 miliar. Laba komprehensif
tahun berjalan tahun 2011 sebesar Rp.88,70 miliar meningkat 20,77% dibanding tahun
2010 sebesar Rp.73,44 miliar.
Dalam upaya mendukung perekonomian DIY, meningkatkan minat menabung
pada masyarakat menengah kebawah, Bank BPD DIY telah meluncurkan produk
tabungan bersama tanpa biaya berupa TabunganKu. Produk TabunganKu ini merupakan
produk bersama beberapa Bank Daerah yang merupakan program Bank Indonesia.
Selain itu untuk menambah nilai dalam melayani kebutuhan nasabah dan masyarakat,
Bank BPD DIY meluncurkan fasilitas Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN).
Untuk memberikan tambahan fasilitas ATM, Bank BPD DIY juga telah bergabung dalam
ATM Prima sehingga saat ini ATM Bank BPD DIY dapat digunakan berbelanja diseluruh
Outlet yang berlogo Debit Prima.
Selama tahun 2011, kegiatan industri perbankan di Provinsi DIY penuh dengan
persaingan yang semakin ketat. Untuk mengantisipasi persaingan tersebut, Bank BPD
pada tahun 2011 melakukan pengembangan sebagai berikut :
1. Menambah 15 unit Kantor Kas, 2 unit ATM, dan 2 unit Kas Mobil, serta merelokasi
jaringan layanan Kantor Cabang Pembantu Prambanan, Kantor Kas Sanden, dan
Kantor Kas Berbah, yang bertujuan untuk mendekatkan jaringan layanan kepada
nasabah sehingga memudahkan transaksi.
2. Meningkatkan ragam jasa layanan antara lain peluncuran kredit mikro Makarti
dan peluncuran kredit Resi Gudang.
3. Mengembangkan teknologi informasi yang telah dimiliki dengan implementasi
jaringan PRIMA, fitur layanan ticketing Garuda Airways dan pengembangan cash
management
4. Melakukan survey kepuasan nasabah
5. Meningkatkan sarana dan prasarana kantor termasuk pembangunan gedung
kantor dan penambahan jaringan kantor
6. Menerapkan manajemen resiko, dengan kegiatan antara lain memantau

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  III - 19
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

pelaksanaan kepatuhan peraturan Bank Indonesia, memastikan kegiatan usaha


bank telah menerapkan prinsip kehati-hatian, meningkatkan penerapan Budaya
Kerja dan Budaya Resiko, penyempurnaan Standar Operasional Produk/Jasa
Bank dan penyempurnaan BPP bidang Manajemen Resiko

Sampai dengan akhir Desember 2011, jumlah jaringan pelayanan Bank BPD DIY
sebanyak 197 jaringan layanan dengan perincian 1 Kantor Pusat, 6 Kantor Cabang, 1
Kantor Cabang Syariah, 15 Kantor Cabang Pembantu, 76 Kantor Kas, 49 unit ATM, 22
unit Payment Point, 21 unit Layanan Syariah dan 6 unit Kas Mobil.
Corporate Social Responsibility selanjutnya disebut CSR atau Tanggung jawab
Sosial Perusahaan adalah tanggung jawab moral Bank BPD DIY terhadap stakeholders
secara berkesinambungan, terutama komunitas masyarakat disekitar wilayah kerja dan
operasional bank. Tahun 2011, biaya CSR dianggarkan sebesar Rp. 2.800.000.000,00
sampai Desember 2011 direalisasikan sebesar Rp. 1.002.766.403,00.
Secara keseluruhan kondisi Bank BPD DIY posisi 31 Desember 2011 ditunjukkan
pada rasio keuangan : CAR 13,07 %, ROA 2,69 %, ROE 21,30 %, BOPO 74,96 %, LDR 78,71
%, NPL 1,19 % dan NIM 9,29 %.

1.2 PT Anindya Mitra Internasional (AMI)


Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perubahan
Bentuk Badan Hukum PD Aneka Industri dan Jasa “Anindya” Provinsi DIY menjadi
Perseroan Terbatas (PT), PT Anindya Mitra Internasional dibentuk untuk meningkatkan
peran fungsi serta daya saing perusahaan dalam mengantisipasi perkembangan
ekonomi regional maupun internasional.
Adapun tujuannya adalah untuk menyediakan kemanfaatan umum berupa penyediaan
barang dan atau jasa berdasarkan prinsip pengusahaan yang sehat, memperluas wilayah
produk usaha perusahaan, dan meningkatkan PAD.
PT. Anindya Mitra Internasional, didirikan dengan Akta Notaris Muchammad
Agus Hanafi, SH Nomor 11 tanggal 28 November 2005 dan Akta Pendirian PT. Anindya
Mitra Internasional telah disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM RI dengan Surat
Keputusan Nomor : C-32283 HT.01.01.th.2005 tanggal 6 Desember 2005, yang telah
mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir dilakukan dengan Akta Notaris
Mochammad Agus Hanafi, SH Nomor 2 tanggal 2 Juli 2008 dan telah disahkan oleh
Menteri Hukum dan HAM RI dengan Surat Keputusan Nomor AHU-48103.AH.01.02.
Tahun 2008 dengan modal dasar perseroan sebesar Rp. 50 miliar, yang terbagi atas
50.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp. 1 juta per lembar saham.
Dari modal dasar tersebut per 31 Desember 2011, telah ditempatkan sejumlah
15.646 lembar saham dengan nilai sebesar Rp. 15,646 miliar. Bidang usaha yang
dilakukan oleh PT AMI per 31 Desember 2011 adalah percetakan dan penerbitan,
pertambangan, perdagangan, pariwisata, realty, rekayasa industri dan Sagan Resto.
Di tahun 2011 PT AMI belum bisa menghasilkan keuntungan karena menanggung
beban write off piutang tak tertagih periode 2003 s/d 2007 sejumlah Rp1.632.457.695,-
yang dibebankan selama 3 tahun periode – 2010 s/d 2012, serta menanggung beban di
luar usaha akibat erupsi Merapi.

1.3 Perusahaan Daerah Taru Martani


Setoran PAD PD. Taru Martani dari tahun ke tahun mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan karena regulasi pemerintah terkait cukai tembakau, adanya regulasi
Negara tujuan yang berkaitan dengan perpajakan dan adanya larangan merokok di
beberapa Negara maupun pembatasan ruang gerak perokok di Indonesia yang sangat
berpengaruh pada penjualan cerutu dan tembakau shag produk PD. Taru Martani.
Modal dasar PD. Taru Martani sesuai Perda Provinsi DIY Nomor 3 Tahun 1995
tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 8 Tahun 1985
tentang Perusahaan Daerah Taru Martani Provinsi DIY ditetapkan sebesar Rp. 10 miliar
dan per 31 Desember 2011 telah disetor sebesar Rp. 3,44 miliar.

III - 20 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III
Sejak tahun 2009 sampai dengan sekarang penjualan cerutu, tembakau shag
dan SKT mengalami penurunan yang sangat tajam, dimana pada tahun 2009 total
penjualan sebesar Rp. 20,39 miliar, tahun 2010 turun menjadi sebesar Rp. 12,93 miliar
dan tahun 2011 turun lagi menjadi sebesar Rp. 11,69 miliar. Penurunan penjualan ini
berpengaruh pada perolehan laba perusahaan dimana pada tahun 2009 sebesar Rp.
1,07 miliar, pada tahun 2010 turun dratis menjadi sebesar Rp. 156,91 juta dan pada
tahun 2011 turun lagi menjadi Rp. 156,22 juta.
Untuk mengembangkan usaha di luar usaha pertembakauan, PD. Taru Martani
terkendala dengan adanya Pasal 9 Perda Provinsi DIY Nomor 8 Tahun 1985 tentang
Perusahan Daerah Taru Martani Provinsi DIY, yang menyebutkan bahwa Perusahaan
Daerah Taru Martani bergerak dalam bidang usaha processing tembakau untuk
membuat cerutu, shaq, cigarette dan usaha-usaha lain yang secara langsung atau tidak
langsung ada sangkut pautnya dengan usaha tersebut.
Disamping permasalahan tersebut di atas, PD. Taru Martani juga harus
mengeluarkan dana yang cukup banyak yang menjadi beban perusahaan yaitu
pembayaran pesangon karyawan yang memasuki masa pensiun dan pembayaran biaya
bunga KMK Bank Mandiri. Pembayaran pesangon ini dari tahun ke tahun cenderung
meningkat dimana pada tahun 2009 sebesar Rp. 222 juta, tahun 2010 meningkat
menjadi sebesar Rp. 319 juta dan pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi sebesar Rp.
685 juta. Sedang pembayaran biaya bunga KMK Bank Mandiri pada tahun 2009 sebesar
Rp. 1,02 miliar, tahun 2010 sebesar Rp. 949 juta dan tahun 2011 sebesar Rp. 903 juta
Solusi yang harus dicapai adalah perubahan Pasal 9 Perda Nomor 8 Tahun
1985, untuk memberikan peluang bagi PD. Taru Martani berusaha di luar bidang usaha
processing tembakau dan optimalisasi asset yang dimiliki melalui kerjasama dengan
pihak ketiga serta didorong segera melakukan perubahan bentuk badan hukum dari PD
menjadi PT.

1.4 Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP)


Sesuai Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 1 tahun 1989 tentang Badan Usaha
Kredit Pedesaan Provinsi DIY, lembaga ini mempunyai maksud dan tujuan untuk
mengembangkan perekonomian pedesaan dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat pedesaan, dengan menyediakan dana pembangunan dengan prosedur
sederhana, cepat, dan murah.
Perkembangan BUKP selama 3 tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang
positif dimana pada tahun 2009 total asset sebesar Rp. 81,95 miliar, tahun 2010
meningkat sebesar Rp. 106,80 miliar dan pada tahun 2011 meningkat lagi sebesar
Rp. 131,78 miliar. Peningkatan asset selama 3 tahun terakhir ini disebabkan karena
kewajiban yang terdiri kewajiban segera, tabungan, simpanan berjangka, pinjaman
yang diterima dan beban yang masih harus dibayar meningkat dari tahun ke tahun,
dimana pada tahun 2009 sebesar Rp. 58,94 miliar, tahun 2010 sebesar Rp. 80,70
miliar dan tahun 2011 sebesar Rp. 100,82 miliar. Meningkatnya dana pihak ketiga ini
mempengaruhi pelayanan kredit kepada masyarakat, dimana pada tahun 2009 sebesar
Rp. 65,16 miliar, tahun 2010 sebesar Rp. 81,39 miliar dan tahun 2011 sebesar Rp. 99,64
miliar. Sehingga laba bersih yang dihasilkan selama 3 tahun terakhir meningkat dari
tahun ke tahun, dimana tahun 2009 sebesar Rp. 4,47 miliar, tahun 2010 sebesar Rp.
5,95 miliar dan tahun 2011 sebesar Rp. 7,17 miliar.
Penyertaan modal Pemerintah Provinsi DIY kepada BUKP per 31 Desember 2011
adalah sebesar Rp. 13,58 miliar penyetoran PAD Tahun Anggaran 2012 dari pembagian
laba bersih BUKP tahun 2011 yang terdiri dari bagian laba, dana pembinaan dan jasa
produksi adalah sebesar Rp. 3,53 miliar atau 25,99 % dari modal disetor.
Operasional yang di lakukan oleh BUKP saat ini menjadi temuan pemeriksaan
BPK-RI Perwakilan Provinsi DIY dengan temuan antara lain BUKP Tidak Terdaftar di Bank
Indonesia sebagai BPR namun beroperasi seperti Bank dan di rekomendasikan agar
Gubernur DIY segera menentukan status BUKP sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk
menindaklanjuti temuan tersebut, pada tahun 2013 akan didirikan 5 PD BPR BUKP di
5 Kabupaten/Kota dan dalam perkembangan selanjutnya masing-masing PD BPR BUKP
dapat membuka Kantor Kas/Kantor Cabang di Kantor BUKP di Kecamatan-Kecamatan

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  III - 21
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Wilayah Kabupaten/Kota, sehingga nantinya seluruh Kantor BUKP menjadi Kantor Kas/
Kantor Cabang dari PD BPR BUKP.

2. Aset Daerah
Pengelolaan Barang Daerah mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Untuk memenuhi ketentuan Peraturan Gubernur Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kebi-
jakan Akuntansi, dalam rangka tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah dan
untuk memperoleh data barang daerah yang benar, akurat dan dapat dipertanggungjaw-
abkan serta dalam rangka meningkatkan pengelolaan barang milik daerah Pemerintah
Provinsi DIY dan mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Dalam tahun 2011 Pemerintah Provinsi DIY telah melaksanakan tertib admin-
istrasi pengelolaan barang; meningkatkan daya guna dan hasil guna; memperoleh data
barang milik daerah yang benar, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan serta mem-
berikan kepastian hukum dan kepastian nilai. Adapun dalam rangka tertib administrasi
Barang Milik Daerah, pada tahun 2011 Pemerintah Provinsi DIY telah melakukan inven-
tarisasi aset khususnya aset tetap terhadap 34 SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi
DIY. Dari hasil inventarisasi tersebut telah dilakukan audit oleh BPK dengan hasil sebagai
berikut:
Tabel 3.17
Nilai Aset Tetap Pemerintah Provinsi DIY
2010 2011
NO SKPD
(Audit BPK) (Audit BPK)
1 Sekretariat DPRD 580.713.772.348 582.521.951.557
2 Biro Tata Pemerintahan 1.069.050.950 2.119.088.940.00
3 Biro Hukum 1.330.612.679 1.320.620.679
4 Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat dan 788.476.500 847.524.950
Kemasyarakatan
5 Biro Administrasi Perekonomian dan Sumber 817.658.476 838.076.476
Daya Alam
6 Biro Administrasi Pembangunan 897.059.088 966.036.013
7 Biro Organisasi 704.119.480 724.600.020
8 Biro Umum, Humas dan Protokol 26.942.516.978 29.234.261.592
9 Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi 2.308.656.738.590 2.405.110.695.497
Sumber Daya Mineral
10 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 150.765.232.727 155.801.868.765

11 Dinas Kesehatan 52.183.221.678 53.952.644.475


12 Rumah Sakit Grhasia 23.408.755.686 29.240.628.674
13 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga 277.315.836.109 313.968.315.954
14 Dinas Kebudayaan 55.929.821.919 64.562.299.942
15 Dinas Sosial 112.390.028.034 113.473.991.351
16 Badan Pemberdayaan Perempuan dan 2.336.227.041 3.027.419.641
Masyarakat
17 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 18.060.609.830 17.873.030.953
18 Dinas Pertanian 101.114.744.853 105.754.293.538
19 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan 2.942.582.424 3.556.976.262
20 Dinas Kehutanan dan Perkebunan 59.848.681.648 62.162.332.816
21 Dinas Kelautan dan Perikanan 48.954.414.807 69.304.176.307

III - 22 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III

2010 2011
NO SKPD
(Audit BPK) (Audit BPK)
22 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan 26.262.241.934 35.655.241.354
Usaha Kecil Menengah
23 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan 298.606.768.897 320.782.856.758
Aset
24 Inspektorat Provinsi DIY 5.924.834.878 6.145.838.618
25 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 5.384.465.400 6.224.312.550
26 Badan Lingkungan Hidup 4.561.473.533 4.949.119.118
27 Dinas Pariwisata 6.646.264.260 3.353.666.810
28 Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan 3.105.968.800 2.566.126.000
Masyarakat
29 Satuan Polisi Pamong Praja 2.179.209.550 2.179.209.550
30 Badan Penanggulangan Bencana Daerah - 3.964.068.682
31 Badan Kepegawaian Daerah 12.261.596.860 12.721.533.527
32 Badan Pendidikan dan Pelatihan 16.053.361.550 16.436.461.800
33 Badan Kerjasama dan Penanaman Modal 23.656.091.315 24.714.544.515
34 Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah 25.011.628.753 32.074.967.372

JUMLAH 4.256.824.067.575 4.488.128.781.056

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  III - 23
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

2.1 Pemanfaatan
Terlaksananya pemanfaatan Barang Milik Daerah, terdiri dari:
a. Aset (Tanah dan/atau Bangunan) yang dioptimalkan melalui sewa ada sebanyak 32
bidang, yaitu:
No. LOKASI
1. Tanah dan Bangunan Eks Pabrik sabut Pengasih Kulonprogo
2. Gedung Eks DIPARDA Lantai I Bagian Selatan
3. Tanah di Desa Sentolo Kulon Progo
4. Tanah dan bangunan Eks Diklat Perindustrian, Malangan, Ring Road Selatan
5. Tanah dan bangunan Eks Rumah Dinas Jl AM Sangaji
6. Bangunan Eks Gd pangan Jl Abubakar Ali
7. Tanah bekas OG no:16 di Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul
8. Tanah di pantai Glagah, Kulon Progo
9. Tanah dan bangunan Eks rumah Dinas Jl Munggur 32 Yogyakarta
10. Tanah di Jl Wisata, Babarsari, Sleman
11. Tanah & Bangunan di Jl Jenggotan
12. Tanah Srimulya, Piyungan, Bantul
13. Tanah dan bangunan Eks PPK Kulonprogo
14. Tanah dan bangunan Eks Jembatan Timbang, Jl Bantul, Dongkelan
15. Tanah di Jl. D I Panjaitan 66 Yogyakarta
16. Tanah dan bangunan di Jl Perwakilan, Wates, Kulonprogo
17. Tanah dan bangunan di Glugo, Panggungharjo, Krapyak, Yogyakarta
18. Tanah dan Bangunan di Kedongkiron, Dongkelan, Yogyakarta
19. Tanah di Ambarketawang, Jl. Jogja - Wates, Sleman
30. Tanah di Patehan Tengah No 25 Kraton Yogyakarta
31. Tanah dan bangunan di Karangjati, Mlati, Sleman
32. Tanah dan bangunan di Mrican Baru, Caturtunggal, Depok, Sleman

b. Barang Milik Daerah yang dioptimalkan melalui pinjam pakai sebanyak 52 bidang
tanah dan/atau bangunan, 2 kendaraan dinas dan 1 barang inventaris yang terang-
kum dalam 29 perjanjian, yaitu:
NO. LOKASI
1. Tanah dan Bangunan di Kabupaten Gunungkidul
a. Tanah di Jl Brigjen Katamso Nomor 8 Wonosari Gunungkidul
b. Tanah dan bangunan di desa Semin, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul.
2. Balai Benih Induk (BBI) Perikanan Krapyak dan Balai Benih (BBI) Perikanan Gesikan,
Kabupaten Bantul beserta daftar barang inventaris lainnya.
3. Tanah dan bangunan eks UPT Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagang an
Provinsi DIY
a. Tanah dan bangunan eks UPT kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi DIY yang terletak di Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul
b. Tanah dan bangunan eks UPT kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi DIY yang terletak di Manding, Sabdodadi, Bantul
c. Tanah dan bangunan eks UPT kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi DIY yang terletak di Gunungsempu, Tamantirto, Kasihan, Bantul
4. Tanah di Jalan Kusumanegara Nomor 9 Yogyakarta
5. Bangunan lantai atas sebelah selatan eks Dinas Pariwisata Provinsi DIY yang terletak di
Jalan Malioboro Nomor 14 Yogyakarta.

III - 24 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III

NO. LOKASI
6. Tanah dan bangunan gedung yang terletak di Jalan Damai Nomor 1 Yogyakarta.
7. Tanah dan bnagunan di Jalan Wiyoro Lor Nomor 21 Baturetno, Banguntapan, Bantul.
8. Tanah di Kabupaten Bantul :
Tanah di desa Argorejo, Kecamatan Sedayu untuk kantor Kecamatan Sedayu.
Tanah di Murtigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul seluas 4.204 m2 sesuai
dengan sertifikat Nomor P.0003 seri AN.372362 untuk Kecamatan Sanden.
Tanah di Murtigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul seluas 4.824 m2 sesuai
sertifikat Nomor P.0006 seri AN.370599 untuk Puskesmas Sanden
Tanah di Murtigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul seluas 2.159 m2 sesuai
dengan sertifikat Nomor P.0005 seri AN 372361 untuk Sekolah Dasar Negeri I Sanden.
9. Tanah-tanah di Kabupaten Kulonprogo
Tanah yang terletak di Hargorejo, Kokap, Kulonprogo
Tanah yang terletak di Bantar Kulon, Banguncipto, Sentolo, Kulonprogo
Tanah yang terletak di Karangsewu, Galur, Kulonprogo seluas 1.555 m2
Tanah yang terletak di Karangsewu, Galur, Kulonprogo seluas 2.590 m2
Tanah yang terletak di Kulwaru, Wates, Kulonprogo
10. Tanah di Dusun Gatak, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman
11. Tanah yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, Keparakan, Mergangsan, Kota Yogyakarta.
12. Tanah yang terletak di Jalan Suryodiningratan Nomor 8 Yogyakarta.
13. Tanah yang terletak di Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman
14. Tanah di Gesikan, Wijirejo, Pandak, Bantul
15. Tanah-tanah di Kabupaten Gunungkidul
a. Tanah yang terletak di Giricahyo, Purwosari, Gunungkidul seluas 1.663 m2 sesuai
dengan Sertifikat Nomor P.00001 seri AB.538626 tanggal 08/07/1991
b. Tanah yang terletak di Giricahyo, Purwosari, Gunungkidul seluas 593 m2 sesuai
dengan Sertifikat Nomor P.00002 seri AB.538627 tanggal 08/07/1991
c. Tanah yang terletak di Giricahyo, Purwosari, Gunungkidul seluas 102 m2 sesuai
dengan Sertifikat Nomor P.00004 seri AB.740783 tanggal 17/04/1993
d. Tanah yang terletak di Giricahyo, Purwosari, Gunungkidul seluas 65 m2 sesuai
dengan Sertifikat Nomor P.00003 seri AD.740785 tanggal 17/04/1993
e. Tanah yang terletak di Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul seluas 637 m2 sesuai
dengan sertifikat Nomor P.00002 seri AD.728434 tanggal 18/01/1993
f. Tanah yang terletak di Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul seluas 146 m2 sesuai
dengan sertifikat Nomor P.0003 seri AD.7284354 tanggal 18/01/1993
g. Tanah yang terletak di Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul seluas 468 m2 sesuai
dengan Sertifikat Nomor P.00001 Seri AD.728433 Tanggal 18/01/1993
h. Tanah yang terletak di Sidoharjo, Tepus, Gunungkidul seluas 22.502 m2 sesuai
dengan Sertifikat Nomor P.00005 Seri AH.457048 Tanggal 01/08/1996
i. Tanah yang terletak di Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul seluas 21.151m2
sesuai dengan Sertifikat Nomor P.00003 Seri AH.457559 Tanggal 03/09/1996
j. Tanah yang terletak di Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul seluas 9.696 m2
sesuai dengan Sertifikat Nomor P.00002 Seri AH.457049 Tanggal 31/08/1996
16. Sebagian tanah dan bangunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY yang terletak
di Resort KSDA Kaliurang di Pakem seluas + 100 m2 dan Resort KSDA Kota Yogyakarta di
Baciro seluas + 100 m2 kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta
17. Sebagian tanah dan bangunan milik Pemerintah Provinsi DIY yang terletak di Kedung
Poh, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, dengan luas 2.035 m2 dari total luas
keseluruhan 6.677 m2 sesuai Sertifikat Hak Pakai Pemerintah Provinsi DIY Nomor 00001
Seri AL.145170 tanggal 29 April 2009

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  III - 25
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

NO. LOKASI
18. Tanah-tanah di Kabupaten Kulon Progo
a. Tanah di Jalan Sugiman, Gang Bisma, Margosari, Pengasih, Kulon Progo seluas
1.425 M2 sesuai dengan Sertifikat Hak Pakai Nomor P.8 Seri AH.196049 Tanggal
31 Juli 1996 dan seluas 1.255 M2 sesuai dengan Sertifikat Hak Pakai Nomor P.10
Seri AI.951715 Tanggal 11 November 1997
b. Tanah di Jalan Khudori Nomor 49 Wates, Kulon Progo seluas 641 M2 sesuai
dengan Sertifikat Hak Pakai Nomor P.7 Seri B.1859289 Tanggal 24 Maret 1987
c. Wates, Kulon Progo seluas 450 sesuai dengan Sertifikat Hak Pakai Nomor P.26
Seri AH.196047 Tanggal 19 April 1996
19. Sebagian tanah dan bangunan Dinas Pariwisata Provinsi DIY yang terletak di Jalan
Malioboro Nomor 56 Yogyakarta, seluas 144 m2 dari luas seluruhnya seluas 8.472 m2.
20. Tanah dan Bangunan di Kabupaten Sleman
a. Tanah dan bangunan yang terletak di Kalitirto, Berbah, Sleman seluas 10.040 m2
sesuai dengan Sertifikat Nomor P.1 Seri B.1858618 Tanggal 18 Juli 1987
b. Tanah dan bangunan yang terletak di Pendowoharjo, Sleman seluas 2.510 m2
sesuai dengan Sertifikat Nomor P.4 Seri B.1858625 Tanggal 18 Juli 1987
c. Tanah dan bangunan yang terletak di Sumberagung, Moyudan, Sleman seluas
9.510 m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.1 Seri B.1873598 Tanggal 22
September 1987
d. Tanah dan bangunan yang terletak di Pendowoharjo, Sleman seluas 5.705 m2
sesuai dengan Sertifikat Nomor P.3 Seri B.1873599 Tanggal 08 September 1987
e. Tanah dan bangunan yang terletak di Margodadi, Seyegan, Sleman seluas 6.770
m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.1 Seri B.1873600 Tanggal 22 September
1987
f. Tanah dan bangunan yang terletak di Bimomartani, Ngemplak, Sleman seluas
9.910 m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.1 B.8979481 Tanggal 17 Juni 1988
21. Kendaraan Dinas (KPU)
22. Barang-barang Inventaris sebanyak 1 (satu) unit (KPU)
23. Tanah yang terletak di Jalan Notowinatan PA II/437, Kelurahan Gunungketur, Kecamatan
Pakualaman, Kota Yogyakarta tanah seluas 104 m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.3/
Gnk Seri B.8190750dan bangunan yang terletak di Jalan Jlagran Nomor 52 Yogyakarta
seluas 90 m2
24. Kendaraan jenis Sedan, Merk/Type Toyota New Camry 3.OV/AT, Tahun 2004, 2995 CC,
Nomor Polisi AB 92, Nomor Rangka MR 053-XK 3044, Nomor Mesin IMZ-1694200, Nomor
BPKB, Warna Abu-abu Metalite.
25. Sebagian tanah Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral
Provinsi DIY yang terletak di Wisma PU Kaliurang, Kabupaten Sleman seluas + 64 m2
26. Tanah yang terletak di Desa Pengasih, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo
seluas + 46.200 m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.14 Seri AB548997 Tanggal 10
Februari 1993
27. Sebagian gedung/kantor beserta peralatannya yang terletak di Komplek Kepatihan,
Danurejan, Yogyakarta seluas 144,75 m2 (19,3 m x 7,5 m)
28. sebagian tanah yang terletak di Maguwoharjo, Depok, Sleman tanah seluas + 585,4 m2
dari luas keseluruhan + 5.800 m2 sesuai Sertipikat Hak Pakai Nomor 166 Seri AX 216169,
tanggal 17 April 2006
29. tanah yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, Kelurahan Mergangsan, Kecamatan
Mergangsan, Yogyakarta seluas + 2.250 m2 dari luas keseluruhan + 6.775 m2 sesuai
dengan Sertifikat Nomor P.3/Kpr Seri B.8302803, tanggal 17 Juni 1988

III - 26 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III
c. Barang Milik Daerah (Tanah dan/atau bangunan) yang dioptimalkan melalui bentuk
Bangun Guna Serah sebanyak 1 (satu) bidang, yaitu Tanah di Jl. Maloboro dengan PT
YIS.

2.2 Penghapusan
a. Pelaksanaan Penatausahaan dan Penghapusan Barang Milik Daerah

Barang Milik Pemerintah Provinsi DIY yang hilang, rusak berat dan tidak efisien lagi peng-
gunaannya untuk kepentingan dinas, layak dihapuskan dari Daftar Buku Inventaris Barang
Milik Daerah Pemerintah Provinsi DIY.

Tabel 3.18
Rekap Penghapusan Aset Daerah, 2008-2011
Tahun Jumlah Permohonan Jumlah Persetujuan
2008 17 SKPD + 16 UPTD 17 SKPD + 16 UPTD
2009 7 SKPD + 5 UPTD 7 SKPD + 5 UPTD
2010 18 SKPD + 19 UPTD 18 SKPD + 19 UPTD
2011 26 SKPD + 33 UPTD 26 SKPD + 33 UPTD
Sumber : DPPKA Provinsi DIY

b. Pelaksanaan Pemindahtanganan Barang Milik Daerah


Pemindahtanganan barang milik daerah adalah pengalihan kepemilikan sebagai tindak
lanjut dari penghapusan. Tahapan-tahapan yang telah dilaksanakan pada kegiatan ini an-
tara lain:

1. Pembentukan Tim Penjualan Barang Milik Daerah.


2. Melaksanakan penilaian dan penaksiran harga barang penghapusan yang akan
dilakukan penjualan.
3. Pemindahtanganan barang milik daerah dilaksanakan dengan cara:
a. Penjualan
b. Hibah
c. Tukar Guling/Tukar Menukar

c. Penyusunan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah


Barang Daerah sebagai salah satu unsur penting dalam rangka penyelengaraan pemerin-
tah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, harus dikelola dengan baik, benar
serta akuntabel, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal dalam rangka mendukung
penyelengaraan tugas pokok fungsi pemerintahan. Tugas dan tanggung jawab pemer-
intah yang semakin beragam dan kompleks, serta tuntuan pelayanan yang sedemikian
rupa, mengharuskan pemerintah daerah untuk mentertibkan dan menyempurnakan ber-
bagai hal, termasuk di dalamnya Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Pada kenyataannya barang milik daerah semakin bertambah dari segi jumlah
maupun jenis barang yang dikelolanya, begitu juga adanya regulasi peraturan
perundang-undangan yang selalu berkembang dan terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
yang disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2007 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  III - 27
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Berdasarkan hal tersebut, dalam rangka menyeragamkan langkah dan tindakan


pengelolaan barang milik daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi DIY dengan
mendasar pada Pasal 81 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang menyebutkan bahwa lebih lanjut
mengenai pengelolaan barang milik daerah diatur dalam Peraturan Daerah, Pemerintah
Provinsi DIY telah menyelesaikan penyusunan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan
Barang Milik Daerah Provinsi Daerah Istimewa dengan Nomor 15 Tahun 2011 tanggal
30 Desember 2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagai Pedoman dalam
melaksanakan Pengelolaan Barang Milik Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi DIY.

III - 28 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
 

 
 
BAB IV 
PENYELENGGARAAN URUSAN 
PEMERINTAHAN DAERAH 
 
 
A   URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN 
1 URUSAN PENDIDIKAN 
Visi pembangunan DIY sesuai dengan  RPJPD 2005‐2025 (Perda No. 2 Tahun 2009) 
adalah “Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, 
Budaya, dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Asia Tenggara dalam lingkungan 
Masyarakat  yang  Maju,  Mandiri,  dan  Sejahtera”.  Dalam  rangka  mewujudkan  visi 
pembangunan  di  bidang  pendidikan  maka  telah  ditetapkan  Peraturan  Daerah 
Nomor  5  Tahun  2011  tentang  Pengelolaan  dan  Penyelenggaraan  Pendidikan 
Berbasis  Budaya.  Berdasar  perda  tersebut  visi  pembangunan  pendidikan  DIY 
adalah  “DIY  pada  tahun  2025  menjadi  Pusat  Pedidikan  Berbasis  Budaya 
Terkemuka di Asia Tenggara” dengan misi: a) Mewujudkan pendidikan berkualitas 
untuk  semua  nondiskriminasi,  b)  Mewujudkan  pendidikan  karakter  berbasis 
budaya,  c)  Mewujudkan  Pusat  Unggulan  Pendidikan  secara  nasional,  d) 
Mewujudkan  sinergitas  pembangunan  pendidikan  dengan  pembangunan  daerah 
dan nasional, e) Mewujudkan tata kelola pendidikan yang baik. 
Upaya  yang  ditempuh  adalah  dengan  mengembangkan    lembaga  pendidikan 
yang berstandar nasional ataupun bertaraf internasional, mengembangkan pusat 
keunggulan ilmiah; penyediaan sumber daya pendidikan yang handal; penciptaan 
lingkungan  yang  kondusif  terhadap  pendidikan;  menarik  minat  peserta  didik 
sebanyak mungkin dari luar DIY; mencetak lulusan yang berkualitas, berdaya saing 
tinggi,  dan  berakhlak  mulia;  meningkatkan  masyarakat  terdidik  dan  berbudaya; 
dan meningkatkan proporsi masyarakat yang berpendidikan menengah dan tinggi. 
Hasil  yang  dicapai  dalam  pembangunan  pendidikan  tercermin  pada  indikator 
pencapaian  kinerja  urusan  pendidikan  di  Provinsi  DIY  tahun  2008‐2012  sebagai 
berikut : 
Tabel 4.1 
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Pendidikan, 2008‐2012 
Capaian Tahun 
No  Indikator Kinerja  Satuan 
2008 2009 2010  2011  2012
1.  Angka Melek Huruf Persen 97,86 98,10 98,18  98,18 98,23
Angka Rata‐Rata  Tahun 8,71 8,78 9,07  9,10 9,23
2. 
Lama Sekolah 
Angka Partisipasi   
3. 
Kasar 
  PAUD Persen 43,91 64,53 74,01  78,13 79,85
  SD/MI/Paket A Persen 108,5 111,4 111,45  111,43 111,43

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 1 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Capaian Tahun
No  Indikator Kinerja  Satuan 
2008 2009 2010 2011 2012
5 4
SMP/MTs/Pake 104,5 115,4 114,32 111,50 111,50
  t B/SMP  Persen  4  7 
Terbuka 
SMA/MA/SMK/ Persen  79,34 87,06 88,33 88,79 89,01
 
Paket C 
  PLB  Persen  ‐ ‐ 66,83 92,03 93,11
Angka Partisipasi   
4. 
Murni 
  SD/MI/Paket A  Persen  94,61 96,65 97,15 97,53 97,81
SMP/MTs/Pake Persen  79,32 84,78 81,05 81,08 82,14
  t B/SMP 
Terbuka 
  SMA/MA/SMK  Persen  57,70 60,87 60,47 63,45 64,78
5.  Angka Kelulusan   
  SD/MI  Persen  99,79 98,18 96,47 98,53 99,50
  SLTP/MTs  Persen  97,65 90,15 81,84 98,28 99,50
  SMA/MA/SMK  Persen  93,38 95,32 88,98 99,61 99,80
Angka Putus   
6. 
Sekolah 
  SD/MI  Persen  0,06 0,17 0,07 0,07 0,03
  SLTP/MTs  Persen  0,18 0,22 0,17 0,09 0,07
  SMA/MA/SMK  Persen  0,24 0,43 0,44 0,57 0,44
Jumlah Prestasi Siswa  dalam Olimpiade/Kejuaraan Tingkat 
7. 
Nasional dan Internasional: 
  SD/MI   
  ‐ Nasional  Peringkat  ‐ 5 1 1 1
  SLTP/MTs   
  ‐ Nasional  Peringkat  ‐ 11 8 1 1
  ‐ Internasional  Even  ‐ 1 ‐ 1 1
  SMA/MA/SMK   
  ‐ Nasional  Peringkat  ‐ 1 3 1 1
  ‐ Internasional  Event  ‐ ‐ ‐ 2 2
Jumlah Sekolah Standar 
8. 
Nasional 
  SD/MI  Sekolah  37 36 56 690 690
  SMP/MTs  Sekolah  59 36 76 302 302
  SMA/MA/SMK  Sekolah  75 87 86 437 437
9.  Jumlah Sekolah Bertaraf Internasional 
  SD/MI  Sekolah  1 1 5 6 6
  SMP/MTs  Sekolah  12 12 12 12 12
  SMA/MA/SMK  Sekolah  18 26 26 26 26
Jumlah Sekolah  Sekolah  1 1 4 5 5
10.  Berbasis 
Keunggulan Lokal 
Jumlah Lembaga  Lembaga  ‐ ‐ 37 46 46
11.  PNF Memenuhi 
Standar Nasional 
Prestasi Kejuaraan  Peringkat  1 2 1 1
12. 
PNF 
Orang  255.5 262.2 270.65 272.64 272,64
13.  Jumlah Mahasiswa 
93  72  0  7  7 
Jumlah Mahasiswa  Orang  8.238 7.500 8.000 8.342 8.342
14. 
Asing 
Sumber: Disdikpora Provinsi DIY 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 2 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Dari indikator pendidikan tersebut dapat diketahui bahwa secara umum hasil 
pendidikan  telah  meningkatkan  angka  rata‐rata  lama  sekolah  secara  signifikan 
yaitu dari  8,71 pada tahun 2008 meningkat 0,39 menjadi 9,10 pada tahun 2011. 
Sedangkan tahun 2012 menjadi 9,23.  
Capaian  kemajuan  pembangunan  pendidikan  dari  segi  pemerataan  dan 
perluasan akses pendidikan mengalami kemajuan yang cukup berarti, yaitu: 
a. Angka  Partisipasi  Kasar  (APK)  Pendidikan  Dasar  (SD/MI/sederajat  dan 
SMP/MTs/sederajat)  dari  2008  sampai  dengan  2012  mencapai  angka  diatas 
100%.  Pada  tahun  2008  mencapai  108,55%    dan  pada  2012  mencapai 
111,43%.  Sedangkan  Angka  Partisipasi  Murni  (APM)  selama  lima  tahun 
terakhir menunjukkan peningkatan dengan angka tahun 2012 masih sedikit di 
bawah  100%  karena  sekitar  13%    anak  usia  sekolah  SD  atau  SMP    sudah 
sekolah di jenjang yang lebih tinggi.  
b. APK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menunjukkan peningkatan yang cukup 
signifikan dari  49,71 pada tahun 2008 meningkat menjadi  79,85 pada tahun 
2012.  Hal  Ini  menunjukkan  bahwa  minat  dan  kecenderungan  masyarakat 
untuk  seawal  mungkin  memberikan  pendidikan  bagi  anak‐anaknya  pada 
PAUD semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan tahun 2012 Gubernur 
DIY mendapat penghargaan bidang PAUD dari Presiden karena dinilai berhasil 
dalam  mengembangkan  lembaga  PAUD  sehingga  merata  di  seluruh  wilayah 
provinsi, bahkan sudah tersedia di setiap desa.    
c. APK dan APM Pendidikan Menengah mengalami kenaikan dari tahun ke tahun 
dengan capaian APK pada tahun 2012 sebesar 89,01 dan APM 64,78. Kondisi 
tersebut  meningkat  dibanding  capaian  APK  pada  tahun  2008  sebesar  79,34 
dan  APM  sebesar  57,70.  Sejalan  dengan  kebijakan  pemerintah  tentang 
pengembangan  pendidikan  menengah  universal,  maka  capaian  APK  tersebut 
akan  terus  ditingkatkan  antara  lain  dengan  pemberian  beasiswa  kembali  ke 
sekolah (retrival)/rawan putus sekolah, dan BOSDA Sekolah Menengah. 
d. APK  Pendidikan  Luar  Biasa  meningkat  cukup  tajam  dari  66,83  pada  tahun 
2010  menjadi  93,11  pada  tahun  2012.  Hal  ini  dapat  tercapai,  disamping 
karena  intensifnya sosialisasi Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan, namun 
juga  karena  koordinasi  dengan  kabupaten/kota  terutama  dalam 
mengembangkan pendidikan inklusi, dan pemberian berbagai bantuan untuk 
pendidikan khusus/pendidikian luar biasa. 
e. Mulai  tahun  2008  jumlah  mahasiswa  pada  Perguruan  Tinggi  di  DIY  pulih 
kembali  bahkan  mengalami  peningkatan  dari  tahun  ke  tahun.  Hal  itu  dapat 
terwujud,  selain  karena  meningkatnya  kualitas  perguruan  tinggi  di  DIY  dan 
kondisi lingkungan yang semakin kondusif dan  terkendali, juga didukung oleh 
promosi pendidikan ke luar provinsi/luar Jawa yang dilakukan secara intensif. 
Pada saat ini sebagian besar mahasiswa yang ada di DIY berasal dari seluruh 
provinsi  di  Indonesia  sehingga  wajar  kalau  setiap  provinsi  yang  ada  di 
Indonesia  mempunyai  asrama  mahasiswa  di  DIY.    Pada  saat  ini  banyak  pula 
mahasiswa yang berasal dari luar negeri.  
f. Angka  melek  huruf  juga  mengalami  peningkatan  dari  tahun  ke  tahun,  dari 
97,86  pada  tahun  2008  meningkat  menjadi  capaian  98,23  pada  tahun  2012. 
Penanganan  pemberantasan  buta  huruf  selama  ini  dilakukan  secara  sinergis 
dan  terpadu  antara  pemerintah  pusat,  provinsi,  kabupaten/kota  dan 
perguruan  tinggi  bahkkan  juga  atas  peran  serta  masyarakat  dan  stekholder 
lainnya. 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 3 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Capaian kemajuan pembangunan pendidikan dari segi kualitas dan daya saing 
pendidikan juga cukup memadai dengan gambaran sebagai berikut: 
a. Angka  kelulusan  semua  jenjang  sekolah  selama  lima  tahun  terakhir 
menunjukkan angka yang tinggi dengan capaian pada tahun 2012 pada SD/MI  
99,50,  SMP/MTs  99,50,  dan  SMA/MA/SMK  99,80.  Namun  pada  tahun  2010, 
khususnya  pada  SMP/MTs  dan  SMA/MA/SMK  angka  kelulusan  mengalami 
penurunan  yang  cukup  tajam  yaitu  untuk  SMP/MTs  dari  90,15  pada  tahun 
2009  menjadi  81,84  pada  tahun  2010,  dan  untuk    SMA/MA/SMK  dari  95,32 
pada  tahun  2009  menjadi  88,98  pada  2010.  Kondisi  tersebut  disebabkan 
karena  pada  tahun  2010  ada  kebijakan  kelulusan  yang  hanya  berdasar  Nilai 
Ujian Nasional saja, terbukti angka kelulusan meningkat kembali pada tahun 
2011 dan 2012. 
b. Angka  putus  sekolah  semua  jenjang  sekolah  kondisinya  pada  angka  yang 
sangat  rendah  yaitu  di  bawah  1.  Penyebab  masih  adanya  anak  yang  putus 
sekolah  pada  umumnya  disebabkan  karena  faktor  latar  belakang  pendidikan 
orang tua, faktor sosial ekonomi  orang tua dan faktor budaya sehingga masih 
ada anak‐anak yang harus membantu orang tua untuk mencari nafkah. 
c. Dari segi kualitas kelembagaan sudah banyak sekolah yang mencapai Standar 
Nasional ataupun terakreditasi A. Untuk SD/MI ada 673  (32,40%), SMP/MTs  
ada  302  (59,22%),  SMA/MA/SMK  ada  437  (64,55%).  Sedangkan  RSBI/SBI 
sudah melebihi ketentuan minimal bahwa setiap kabupaten/kota diharapkan 
terdapat  1  sekolah  untuk  setiap  jenis  sekolah.  RSBI/SBI  ini  ke  depan  tidak 
akan  ada  penambahan  jumlah  karena  adanya  kebijakan  moratorium 
pembentukan  RSBI dari pemerintah pusat. Sedangkan sekolah yang berbasis 
keunggulan  lokal  ada  peningkatan  meskipun  relatif  sedikit.  Untuk  lembaga 
PNFI  yang  terakreditasi  A  memang  masih    relatif  sedikit  karena  kebijakan 
pelaksanaan  akreditasi  lembaga  PNFI  oleh  pemerintah  pusat  juga  baru 
dimulai beberapa tahun terakhir.  
d. Dari  segi  daya  saing,  di  tingkat  nasional  beberapa  cabang  lomba/kejuaraan  
peserta DIY berhasil menduduki juara I, sedangkan dalam skala internasional, 
perserta  DIY  berhasil  menjadi  wakil  Indonesia  pada  beberapa  event 
lomba/kejuaraan yang berskala internasional. 
 
Penghargaan  di  bidang  pendidikan  dari  pemerintah  pusat  kepada  Gubernur 
DIY antara lain: 
a. Penghargaan Penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun. 
b. Penghargaan Pencairan Dana BOS tercepat. 
c. Award Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). 
Pembangunan  pendidikan  dilaksanakan  melalui  program‐program  sebagai 
berikut: 
1. Program Pendidikan Anak Usia Dini. 
2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. 
3. Program Pendidikan Menengah. 
4. Program Pendidikan Non Formal dan Informal. 
5. Program Pendidikan Luar Biasa. 
6. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 
7. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan. 
8. Program Pendidikan Tinggi. 
9. Program Akselerasi Pengembangan Pendidikan Terkemuka. 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 4 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Sedangkan alokasi anggaran APBD Provinsi DIY tergambar pada tabel di bawah ini. 
 
Tabel 4.2 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Pendidikan 
di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Keuangan 
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2008  12  87  39.819.295.000  35.335.831.512  88,74  99,93 
2009  13  95  55.589.468.500  46.074.638.524  82,88  99,59 
2010  14  133  65.194.677.155  56.690.530.198  86,96  99,76 
2011  14  173  53.338.906.150  46.652.610.643  87,46  99,92 
2012*  13  209  93.261.454.160  30.044.088.956  32,21  53,57 
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012 
Sumber: Disdikpora Provinsi DIY 
 
Pada  tahun  2012  melalui  dana  APBD  Provinsi  DIY  sebesar 
Rp.93.261.454.160,‐  dilaksanakan  13  program  dan  209  kegiatan.  Sampai  dengan 
bulan  Agustus  2012,  daya  serap  keuangan  mencapai  32,21%  dengan  capaian 
realisasi fisik sebesar 53,57%.  
 
Permasalahan 
1. Masih  adanya  anak  usia  pendidikan  dasar  yang  belum  bersekolah  karena 
faktor budaya/sikap orang tua. 
2. Pelaksanaan pendidikan inklusi belum optimal. 
3. Masih rendahnya minat baca siswa dan generasi muda. 
4. Masih ada beberapa sekolah (swasta) yang membebankan biaya pendidikan 
yang relatif tinggi kepada orang tua yang tidak mampu. 
 
Solusi  
1. Memberikan penyuluhan dan beasiswa bagi siswa tidak mampu. 
2. Peningkatan  koordinasi  dan  keterpaduan  penanganan  pendidikan  inklusi 
antara  pusat,  provinsi,  kabupaten/kota  dan  lembaga  non  pemerintah  yang 
peduli. 
3. Menggalakkan  pengembangan    perpustakaan  sekolah,  pengembangan  
www.jogjabelajar.org yang berisi konten‐konten pembelajaran. 
4. Pemberian beasiswa miskin, pemberian BOSDA baik Dikdas maupun Dikmen.  
 
 
 
 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 5 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
2   URUSAN KESEHATAN 
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang 
harus  diwujudkan  sesuai  dengan  cita‐cita  Bangsa  Indonesia  sebagaimana 
dimaksud dalam Pancasila dan Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia 
Tahun 1945. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, 
kemauan,  dan  kemampuan  hidup  sehat  bagi  setiap  orang  agar  terwujud  derajat 
kesehatan masyarakat yang setinggi‐tingginya.  
Pembangunan  kesehatan  di  Provinsi  DIY  dinilai  cukup  berhasil  yang 
diperlihatkan dari keberhasilannya memperoleh penghargaan nasional Manggala 
Bhakti  Husada  Kartika  dari  Presiden  sebagai  provinsi  dengan  derajat  kesehatan 
terbaik nasional pada tahun 2008. Prestasi tingkat nasional tersebut berlanjut di 
tahun  2009‐2012  dengan  berhasil  dicapainya  berbagai  penghargaan  di  bidang 
kesehatan oleh hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi DIY.  
Indikator sebagai tolok ukur pencapaian target kinerja urusan kesehatan  
di Provinsi DIY tahun 2008‐2012 adalah sebagai berikut: 
 

Tabel 4.3 
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Kesehatan, 2008‐2012 
Capaian Tahun
Indikator  Satuan 
2008 2009 2010 2011 2012***)
1. Umur Harapan Hidup*)  Tahun  74,05 74,10 74,20 74,00 74,00
2. Angka Kematian  Per 1000  19,00 19,00 18,00 19,00 19,00
Balita*)  KH 
3. Angka Kematian Bayi  Per 1000  17,00 17,00 17,00 17,00 17,00
*)  KH 
per  105,00 104,00 103,00 103,00 103,00
4. Angka Kematian Ibu 
100.000 
melahirkan**) 
KH 
5. Prevalensi Gizi Buruk  %  0,88 0,80 0,70 0,67 0,68
**) 
6. Cakupan Rawat Jalan  %  15,00 16,00 15,00 17,00
Puskesmas **) 
7. Cakupan Rawat Inap  %  1,30 1,32 2,50 2,70
Rumah Sakit **) 
Sumber  : *BPS (SP 2010), **Dinkes Provinsi DIY 
Keterangan  : ***) Prediksi akhir tahun 2012 
 
Capaian  derajat  kesehatan  (UHH,  AKBA,  AKB  dan  AKI)  Provinsi  DIY 
menempati  peringkat  terbaik  secara  nasional.  Capaian  Umur  Harapan  Hidup 
(UHH)  pada  tahun  2012,  sebagaimana  disajikan  dalam  tabel  4.3    mencapai  74 
Tahun,  lebih  tinggi  dari  UHH  secara  nasional    menurut  BPS  mencapai  69  tahun. 
Keberhasilan  program  kesehatan  dan  program  pembangunan  sosial  ekonomi 
pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari 
suatu  negara/wilayah.  Meningkatnya  pelayanan  kesehatan  melalui  puskesmas 
dan  meningkatnya  kemampuan  ekonomi  akan  meningkatkan  akses  masyarakat 
terhadap  pelayanan  kesehatan,  meningkatkan  kemampuan  untuk  memenuhi 
kebutuhan gizi dan kalori, selanjutnya mampu memperoleh pendidikan yang lebih 
baik  sehingga  memperoleh  pekerjaan  dengan  penghasilan  yang  memadai,  yang 
pada  gilirannya  akan  meningkatkan  derajat  kesehatan  masyarakat  dan 
memperpanjang usia harapan hidupnya. UHH di DIY dari tahun 2008–2012 terus 
mengalami peningkatan. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 6 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Angka  Kematian  Ibu  (AKI)  sejak  tahun  2008  sampai  dengan  2012  terus 
mengalami penurunan. Pada tahun 2008 AKI sebanyak 105 per 100.000 Kelahiran 
hidup, menurun menjadi 104 per 100.000 Kelahiran hidup pada tahun 2009, dan 
menjadi 103 per 100.000 Kelahiran hidu pada tahun 2012. AKI nasional berdasar 
SDKI  2007  sebesar  228  per  100.000  Kelahiran  hidup.  Angka  Kematian  Balita  di 
Provinsi  DIY  sebagaimana  disajikan  dalam  tabel  4.3  di  atas  tahun  2012  sudah 
mencapai 19 per 1000 Kelahiran hidup, lebih rendah dari Angka Kematian Balita 
nasional  berdasar  SDKI  2007  sebesar  44  per  1000  Kelahiran  hidup.  Sedangkan 
Angka  Kematian  Bayi  pada  tahun  2012  mencapai  17  per  1000  kelahiran  hidup, 
lebih  rendah  dari  Angka  Kematian  Bayi  secara  nasional  berdasar  SDKI  2007 
sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup.   
Pola  Penyakit  menular  yang  selalu  menjadi  sepuluh  besar  penyakit  (dari 
data  puskesmas)  selama  beberapa  tahun  terakhir  adalah  influensa,  diare, 
pneumonia,  typhus  perut  klinis,  diare  berdarah  (disentri),  tersangka  TB  paru, 
campak  dan  TBC  dengan  BTA  (+).  Sementara  untuk  balita,  pola  penyakit  masih 
didominasi  oleh  penyakit  penyakit  infeksi.  Seiring  dengan  peningkatan  status 
ekonomi,  perubahan  gaya  hidup  dan  efek  samping  modernisasi,  maka  problem 
penyakit  tidak  menular  pun  cenderung  meningkat.  Beberapa  penyakit  tersebut 
diantaranya  adalah  penyakit  jantung  dan  pembuluh  darah  (cardiovaskuler), 
hipertensi, stroke, diabetes mellitus, kanker, serta gangguan jiwa.  
Prevalensi  gizi  buruk  DIY  telah  mengalami  penurunan  dan  cenderung 
membaik,  walau  penderita  gizi  buruk  masih  juga  dijumpai  di  wilayah  DIY.  Tahun 
1998 sampai 2002 terdapat peningkatan persentase balita dengan status gizi baik, 
namun  demikian  tahun  2004  persentase  balita  gizi  buruk  masih  tetap  dijumpai 
dengan  persentasenya  mencapai  1,14%.  Angka  tersebut  terus  menunjukkan 
kecenderungan penurunan. 
 
Tabel 4.4 
Prevalensi Gizi Buruk di Provinsi DIY, 2004‐2012 
Tahun  Nilai Prevalensi Gizi Buruk 
2004  1,14 
2005  1,08 
2006  1,05 
2007  0,94 
2008  0,88 
2009  0,80 
2010  0,70 
2011  0,67 
2012  0,68 
 Sumber: Dinkes Provinsi DIY 
 
Untuk cakupan rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas maupun rumah 
sakit mengalami peningkatan termasuk kesehatan jiwa. Hal ini disebabkan karena 
semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai asuransi kesehatan termasuk 
masyarakat miskin yang dijamin oleh pemerintah dan pemerintah daerah. 
Pada  tahun  2012  capaian  indikator‐indikator  derajat  kesehatan  maupun 
upaya  kesehatan  di  Provinsi  DIY  masih  tertinggi  dibanding  provinsi  lain  secara 
nasional.  Hasil  Riset  Kesehatan  Dasar  (Riskesdas)  Nasional  tahun  2010 
menempatkan  DIY  sebagai  provinsi  dengan  indikator  kesehatan  terbaik  dalam 
mencapai target Millenium Development Goals (MDG’s). 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 7 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Penyelenggaraan  upaya  kesehatan  oleh  pemerintah,  masyarakat  dan 
berbagai  sektor  lain  telah  memberikan  kontribusi  pada  pencapaian  prestasi 
tersebut.  Pencapaian  prestasi  akan  terus  dipelihara  dan  ditingkatkan  melalui 
berbagai upaya pengembangan kebijakan, program dan kegiatan.  
Capaian  kinerja  urusan  kesehatan  yang  semakin  baik  dari  tahun  ke  tahun 
tidak  menyurutkan  upaya  untuk  senantiasa  mencapai  peningkatan  lebih  lanjut. 
Upaya  peningkatan  kondisi  kesehatan  masyarakat  dari  tahun  2008–2012 
ditempuh melalui program‐program sebagai berikut: 
1. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 
2. Program Perbaikan Gizi Masyarakat. 
3. Program Pengembangan Lingkungan Sehat. 
4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular. 
5. Program  Pengadaan,  Peningkatan  Sarana  dan  Prasarana  Rumah 
Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru‐paru/Rumah Sakit Mata. 
6. Program  Sediaan  Farmasi,  Pembekalan  Kesehatan,  dan  Pengawasan 
Makanan. 
7. Program Penanganan Pembiayaan Kesehatan Penduduk Miskin. 
8. Program Pelayanan Kesehatan. 
9. Program Kesehatan Lansia. 
10. Program Kesehatan Balita. 
11. Program Kesehatan Ibu. 
12. Program Kesehatan Anak dan Remaja. 
13. Proram Sistem Informasi Kesehatan. 
14. Program Pendidikan Kesehatan dan Sumber daya Kesehatan. 
15. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 
16. Program Pengembangan Manajemen Kesehatan. 
 
 
Tabel 4.5 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Kesehatan, 2008‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)   (%) 
(%) 
2008  26  115  62.739.930.535 60.437.443.112 96.33 99,81
2009  26  125  64.687.448.693 59.976.718.645 92,72 99,76
2010  27  118  61.786.229.766 56.989.833.836 92,24 96,89
2011  19  101  71.910.387.089 63.387.400.216 88,15 97,37
2012  23  113  91.651.904.207 24.694.422.088 26,94 48,71
Sumber: Dinkes Provinsi DIY 
 
Pada  tahun  2012  jumlah  program  dilaksanakan  sebanyak  23  program 
dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  113  kegiatan.  Sampai  dengan  Bulan  Agustus 
2012,  capaian  fisik  rata‐rata  sebesar  48,71%  dengan  capaian  realisasi  keuangan 
sebesar 26,94%.   
   
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 8 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan  
Permasalahan  mendasar  dalam  pembangunan  kesehatan  Provinsi  DIY  lebih 
banyak terkait dengan hal‐hal sebagai berikut:  
1. DIY  merupakan  wilayah  rawan  bencana  dengan  intensitas  yang  cukup  tinggi 
dan  memiliki  keragaman  jenis  bencana.  Di  sisi  lain  DIY  juga  memiliki 
keterbatasan sumber daya anggaran dan masih memiliki permasalahan dalam 
prosedur,  kemampuan  teknis  dan  manajerial  bencana  termasuk  batasan 
kewenangan lintas administratif.  
2. Kasus  dan  kematian  akibat  penyakit  tidak  menular  khususnya  Cardiovascular 
disease, kanker dan obstruksi paru semakin berkembang.  
3. Jaminan kesehatan penduduk kelas menengah dan hampir miskin rendah.  
4. Target  percepatan  pencapaian  indikator  MDG’s  sebagian  telah  terlampaui 
namun masih terjadi permasalahan yaitu:  
a. Kecenderungan stagnasi perbaikan dalam 5 tahun terakhir AKI, AKABA, 
AKB. 
b. Indikator  kelompok  penyakit  menular  belum  tercapai  dan  masih 
dibawah target.  
c. Kemampuan anggaran belum merata yang mempengaruhi pencapaian 
target.  
d. Angka kecelakaan lalu lintas semakin tinggi yang berisiko meningkatkan 
kematian.   
e. Peran  sektor  swasta  dan  sektor  pemerintah  di  luar  kesehatan  dalam 
pembangunan berwawasan kesehatan masih kurang.  
f. Penerapan  pola  perilaku  hidup  bersih  dan  sehat  untuk  kesiapsiagaan 
menghadapi  ancaman  risiko  penyakit  masih  belum  sepenuhnya  baik 
termasuk  didalamnya  adalah  pola  makan  keluarga,  kesehatan 
lingkungan  (sanitasi  dan  akses  air  bersih),  pencegahan  penyakit 
menular,  aktifitas  fisik,  penggunaan  obat,  jaminan  kesehatan  dan  lain 
sebagainya. 
5. Minat  mahasiswa  untuk  menimba  ilmu  di  institusi  pendidikan  kesehatan  di 
Provinsi  DIY  mengalami  kecenderungan  penurunan  karena  tumbuhnya 
berbagai institusi  pendidikan kesehatan di luar DIY.  
6. Kurangnya  kesiapsiagaan  keluarga  pasien  jiwa  menerima  kembali  pasca 
perawatan di RSJ Ghrasia. 
7. Kurangnya  pengetahuan  masyarakat  umum  tentang  masalah  kesehatan  jiwa 
(kesehatan jiwa bukan hanya psikotik) dan deteksi dininya. 
 
Solusi 
Solusi atas permasalahan di atas adalah sebagai berikut: 
1. Meningkatkan  kesiapsiagaan  masyarakat  terhadap  bencana  dan  dampak 
bencana serta peningkatan koordinasi dengan instansi terkait di Provinsi DIY. 
2. Mengurangi risiko terjadinya penyakit melalui:  
a. Peningkatan  upaya  pemerintah  dalam  pemberantasan  dan  pencegahan 
penyakit. 
b. Peningkatan  peran  lembaga  pemerintah,  non  pemerintah  dan  swasta 
dalam kegiatan pengurangan resiko bencana.  
3. Pengembangan sistem jaminan pelayanan kesehatan menuju Total Coverage 
Health  Inssurance  (TCHI)  melalui  berbagai  strategi  diantaranya  pembiayaan 
keluarga  miskin,  pengembangan  sistem  premi  asuransi  bagi  penduduk  non 
miskin dan pendatang termasuk mahasiswa dan pelajar di DIY. 
4. Peningkatan akses dan mutu: 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 9 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
a. pelayanan kesehatan oleh lembaga pemerintah maupun swasta.  
b. perbaikan gizi dan pelayanan perbaikan kesehatan lingkungan.  
c. pengembangan  informasi  kesehatan  oleh  pemerintah,  lembaga  non 
pemerintah  dan  swasta  yang  mendukung  tujuan  dan  sasaran 
pembangunan kesehatan. 
5. Meningkatkan kesiapan sarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, serta 
meningkatkan  kesiapan  petugas/SDM  kesehatan  yang  kompeten  dalam 
penanganan kegawat daruratan. 
6. Menggerakkan dan memberdayakan sektor swasta dan masyarakat melalui: 
a. Peningkatan  keterlibatan  masyarakat  dalam  penyusunan  kebijakan  dan 
monitoring pembangunan kesehatan di DIY.  
b. Mendorong  masyarakat  agar  mandiri  dalam  pemenuhan  kebutuhan  dan 
kesinambungan pelayanan kesehatan.  
7. Meningkatkan  peran  serta  masyarakat  dalam  pengembangan  upaya 
kesehatan  berbasis  masyarakat  melalui  posyandu,  desa  siaga,  lembaga 
swadaya masyarakat, organisasi keagamaan. 
8. Pemasaran DIY sebagai pusat pendidikan, pelatihan, penelitian dan konsultasi 
kesehatan,  serta  peningkatan  kerjasama  antar  daerah  dengan  institusi 
pendidikan kesehatan yang ada di Provinsi DIY. 
9. Dilaksanakan  home  visit  dan  dibukanya  klinik  konsultasi  keperawatan, 
konsultasi obat dan konsultasi gizi yang dilaksanakan menjelang pasien pulang 
atau kontrol. 
10. Penyuluhan, promosi, iklan dan pelaksanaan kegiatan Desa Siaga Sehat Jiwa. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 10 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
3 URUSAN LINGKUNGAN HIDUP  
Undang‐Undang  Nomor  32  Tahun  2009  tentang  Perlindungan  dan  Pengelolaan 
Lingkungan  Hidup  menyatakan  bahwa  kualitas  lingkungan  hidup  yang  semakin 
menurun mengancam kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya 
sehingga  perlu  dilakukan  perlindungan  dan  pengelolaan  lingkungan  hidup  yang 
sungguh‐sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Untuk dapat 
mewujudkan  hal  tersebut  maka upaya  peningkatan  pengetahuan dan  penyadaran 
para  pemangku  kepentingan,  melalui  berbagai  metode  dan  media  yang  efektif 
perlu terus dilaksanakan.  
Mengingat  persoalan  lingkungan  merupakan  persoalan  yang  bersifat  lintas 
wilayah administrasi, lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan, maka tingkat 
capaian  kondisi  kualitas  lingkungan  pada  dasarnya  merupakan  akumulasi  dari 
tingkat keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan pengelolaan lingkungan hidup 
yang  dilaksanakan  baik  oleh    instansi  sektor,  kabupaten/kota,  dan  maupun  para 
pemangku kepentingan lainnya. Konsisten partisipasi dalam pengelolaan lingkungan 
hidup  dari  para  pemangku  kepentingan  baik  pemerintah,  dunia  usaha,  perguruan 
tinggi,  lembaga  swadaya  masyarakat  maupun  masyarakat  merupakan  kunci 
penting. 
Adapun  indikator  kinerja  capaian  pembangunan  bidang  lingkungan  hidup 
tahun periode 2008–2012 dapat dilihat pada tabel berikut: 
 
Tabel 4.6 
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Lingkungan Hidup, 2008‐2012 
Capaian Tahun  
No  Indikator Kinerja  Satuan 
2008  2009  2010  2011  2012 
1  Tingkat Penurunan             
Pencemaran Udara dan             
Air:             
a. Penurunan             
Pencemaran Air              
- BOD   mg/lt  8,10  8,00  3,40  6,63  5,16 
-  COD  mg/lt  47,10  17,33  17,00  20,21  13,14 
- Bakteri Coli  MPN/100 ml  2.195.063  976.305  480.553  91.681  934.625 

b. Penurunan             
Pencemaran Udara             
- CO  ppm  9,5  10,50  13,72  6,29  7,00 
- HC   µg/m3  110,15  95,40  177,00  100,34 61,13 
- Pb  µg/m3  1,410  0,927  0,047  0,95  0,34 
- NOx  µg/m3  40,76  ‐‐  ‐‐  51,21  34,29 

- Konsentrasi  µg/m ‐‐  ‐‐  ‐‐  31,70  31,77 
partikulat   
2  Jumlah sumber  Unit Usaha  290  302  408  410  413 
pencemar lingkungan 
yang tertangani  
3  Penurunan luas  Ha  6  8  15  7,5  9 
kerusakan lahan  
4  Penurunan fluktuasi  Cm  273  188  76  197  253 
muka air tanah  
Sumber: BLH Provinsi DIY 
 
1. Tingkat Penurunan Pencemaran Udara dan Air 
Parameter utama yang digunakan untuk menilai kualitas air sungai adalah 
Biological  Oxygen  Demand  (BOD)  dan  Chemical  Oxygen  Demand  (COD). 
Dari  data  kinerja  yang  ada  menunjukkan  kualitas  air  sungai  dari  tahun 
2008–2012  semakin  membaik  dengan  kata  lain  terjadi  penurunan 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 11 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
pencemaran  kualitas  air  sungai.  Parameter  utama  berupa  bakteri  coli  di 
tahun  2012  terlihat  meningkat.  Belum  tercapainya  penurunan  jumlah 
bakteri  coli  disebabkan  masih  banyak  rumah  tangga  yang  mengalirkan 
limbahnya  ke  sungai  dengan  tanpa  pengolahan  terlebih  dahulu,  serta 
sumber‐sumber pencemar lainnya. Untuk mempercepat tercapainya target 
akan  terus  diupayakan  untuk  peningkatan  kesadaran  masyarakat    serta 
fasilitasi yang diperlukan.  
Untuk  kualitas  udara  ambien  digunakan  parameter  utama  yaitu 
konsentrasi  Carbon  Monoksida  (CO),  Hidro  Carbon  (HC),  Plumbum  (Pb), 
Nitrogen  Oksida  (NOx),  dan  konsentrasi  partikulat.  Target  parameter 
tersebut telah tercapai, namun pada tahun 2010 target parameter HC tidak 
tercapai.  Hal  ini  disebabkan  karena  tingginya    penambahan  jumlah 
kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda 4, dan dikarenakan masih 
rendahnya  kesadaran  para  pengguna  kendaraan  dalam  perawatan  mesin 
sehingga  menyebabkan  kualitas  emisinya  banyak  yang  melampaui  baku 
mutu yang ditetapkan.  
 
2. Jumlah Sumber Pencemar Lingkungan yang Tertangani 
 Jumlah  sumber  pencemar  lingkungan  yang  tertangani  dari  tahun  2008–
2012  terus  meningkat  bahkan  telah  melampaui  target  yang  ditetapkan. 
Adapun  capaian  kinerja  pada  tahun  2008  sebesar  290  unit  usaha,  tahun 
2009  sebesar  302  unit  usaha,  tahun  2010  sebesar  408  unit  usaha,  tahun 
2011 sebesar 410 unit usaha dan pada tahun 2012 sebesar 413 unit usaha. 
Sumber  pencemar  yang  tertangani  tersebut  tersebar  di  kabupaten/kota  di 
Provinsi  DIY,  umumnya  merupakan  kegiatan  usaha  seperti    hotel,  rumah 
sakit,  industri  dan  UMKM  yang  potensial  menimbulkan  pencemaran  baik  
air  sungai  akibat    buangan  limbah  cairnya  maupun    pencemaran  udara 
akibat  emisi  dari  cerobong  asapnya.  Dalam  mencapai  indikator  kinerja  ini 
upaya  yang  dilakukan  oleh  Provinsi  DIY  disamping  dilaksanakan  dengan 
biaya  yang  berasal  dari  APBD  Provinsi  DIY,  juga  atas  bantuan  dari  Kantor 
Kementerian Lingkungan Hidup. Pada tahun 2010 Provinsi DIY memperoleh 
bantuan dari Kantor Kementerian Lingkungan Hidup berupa pembangunan 
Instalasi  Pengolah  Air  Limbah  (IPAL)/biogas  untuk  peternakan  sapi  di  Desa 
Pendowoharjo,  Kecamatan  Girimulyo,  Kabupaten  Kulon  Progo  yang  sudah 
jadi sebanyak 103 unit.  
 
3. Penurunan  Luas Kerusakan Lahan  
Capaian  kinerja  untuk  penurunan  luas  kerusakan  lahan  dari  tahun  2008–
2012  semakin  membaik  dan  telah  memenuhi  bahkan  melampaui  target 
kinerja yang ditetapkan. Adapun capaian kinerja pada tahun 2008 adalah 6 
hektar,  tahun  2009  sebesar  8  hektar,  tahun  2010  sebesar  15  hektar,  dan 
pada tahun 2011 sebesar 7,5 hektar.  
Beberapa upaya yang sudah dilakukan untuk menurunkan luas kerusakan 
lahan adalah:  
a) Pada tahun 2009 telah dilakukan reklamasi lokasi lahan kritis, pada bekas 
penambangan  pasir  (bahan  galian  golongan  C)  oleh  masyarakat  di 
Kecamatan  Ngemplak,  Kabupaten  Sleman.  Pada  lahan  tersebut  telah 
ditanami  dengan  tanaman  penghijauan  sebanyak  2400  batang  yang 
terdiri  dari  :  tanaman  mlinjo,  mangga,  mahoni  dan  sirsat.  Tinggi 
tanaman  berkisar  50  –  75  cm.  Untuk  perawatan    dan  pemeliharaanya 
bekerjasama dengan kelompok tani BUMDES Sindu Martani.  Dari Hasil 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 12 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
kegiatan  tersebut  kondisi  lahan  kritis  tersebut  telah  berubah  menjadi 
calon lahan perkebunan. 
b) Pada  tahun  2010  dilakukan  reklamasi  lokasi  lahan  kritis  pada  bekas 
penambangan pasir (galian C) di Kecamatan Ngemplak Sleman  dengan 
tanaman penghijauan, penanganan daerah rawan longsor seluas 5 Ha di 
Desa  Banjararum,  Kecamatan  Kalibawang,  Kabupaten  Kulon  Progo, 
reklamasi  lahan  bekas  galian  golongan  C  di  Desa  Kenteng,  Kecamatan 
Ponjong,  Kabupaten  Gunungkidul  seluas  2,5  Ha.  Penataan  lahan  dan 
penghijauan  pada  lahan  kritis/marginal  seluas  kurang  lebih  13  Ha 
tersebar di 4 kabupaten dilaksanakan dengan menanam berbagai jenis 
tanaman  keras.  Adapun  lokasi  penananam  pohon  berada  di  wilayah 
sebagai berikut :  
‚ Desa  Dlingo,  Kecamatan  Dlingo,  Kabupaten  Bantul,  sebanyak  650 
tanaman 
‚ Dusun Rejosari, Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, 
sebanyak 675 tanaman  
‚ Dusun Tegiri, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon 
Progo, sebanyak 1.325 tanaman 
‚ Dusun Balak, Desa Pendoworejo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten 
Kulon Progo, sebanyak 500 tanaman 
‚ Desa  Ngesong,  Kecamatan  Giri  Purwo,  Kabupaten  Kulon  Progo, 
sebanyak 825 tanaman 
‚ Desa  Sumberwungu,  Kecamatan  Tepus,  Gunung  Kidul,  sebanyak 
1.325 tanaman 
c)    Pada  tahun  2011  dilakukan  reklamasi  di  lokasi  lahan  kritis  dengan 
melakukan    penghijauan  pada  lahan  bekas  penambangan  pasir  (bahan 
galian  golongan  C),  terutama    di    Dusun  Balong,  Desa  Umbulharjo, 
Kecamatan  Cangkringan,  Kabupaten  Sleman  seluas  3,5  hektar  dengan 
jumlah 1050 bibit tanaman dan di Dusun Pandansimo, Desa Poncosari, 
Kecamatan  Srandakan  Kabupaten  Bantul  seluas  4  hektar,    dengan 
jumlah bibit pohon sebanyak 3500 batang. Dalam kegiatan reklamasi di 
Kecamatan  Cangkringan,  Kabupaten  Sleman  dilakukan  penataan  lahan 
yang meliputi pembuatan terasering, guludan dan penanaman penguat 
tebing.  Jenis  tanaman  yang  ditanam  antara  lain  mahoni,  sengon  laut, 
mangga, kelengkeng, dan bambu sebagai penguat tebing. Sedangkan di 
Srandakan  ditanam  pohon  sengon,  nyamplung,  keben,  rambutan  dan 
mangga. Penanaman dilakukan di sempadan sungai yang tergerus oleh 
kegiatan  penambangan  pasir.  Jenis‐jenis  tanaman  yang  ditanam  tidak 
hanya  jenis  penghasil  kayu  tetapi  juga  penghasil  buah,  sehingga 
reklamasi diharapkan dapat berfungsi ganda, yaitu berfungsi konservasi 
dan tanaman produksi. 
Capaian  kinerja  penurunan  luas  kerusakan  lahan  tahun  2012  belum  dapat 
disajikan karena sesuai rencana, kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada 
bulan Oktober 2012 mendatang. 
 
4. Penurunan Fluktuasi Muka Air Tanah 
Penurunan fluktuasi muka air tanah didasarkan pada perbedaan kedalaman 
dari hasil pengukuran muka air tanah (sumur) dari permukaan tanah pada 
saat  musim  kemarau  dibandingkan  dengan  pada  saat  musim  penghujan. 
Capaian  kinerja  penurunan  fluktuasi  muka  air  tanah  dari  tahun  ke  tahun 
menunjukkan  hasil  yang  semakin  baik  dan  memenuhi  target  yang 
ditetapkan.  Pada  Tahun  2008  Fluktuasi  muka  air  tanah  terukur  273  cm. 
Pada tahun 2009 Realisasi capaian tersebut adalah 188 cm, adapun target 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 13 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
kinerja  yang  ditetapkan  sebesar  268  cm.  Ini  berarti  terjadi  peningkatan 
kuantitas  air  tanah  sebesar  30%  dari  yang  telah  ditargetkan.  Angka 
penurunan fluktuasi muka air tanah untuk tahun 2010 relatif kecil yakni 76 
cm,  terutama  disebabkan  oleh  pendeknya  musim  kemarau,  disamping 
karena  keberhasilan  dalam  pelaksanaan  konservasi  air  melalui  kegiatan 
pembuatan  SPAH,  lubang  biopori  maupun  penghijauan.  Pada  tahun  2011 
target kinerja fluktuasi muka air tanah yang ditetapkan adalah sebesar 258  
cm,      sedangkan  realisasi  capaiannya  sebesar  197  cm,  sehingga  realisasi 
capaiannya  mencapai  123,6%.  Semakin  kecil  selisih  kedalaman  air  tanah 
pada  saat  musim  kemarau  dan  musim  penghujan  berarti  ketersediaan  air 
tanah  secara  kuantitatif  semakin  stabil  (membaik),  Ini  berarti  terjadi 
peningkatan  kuantitas  air  tanah  yang  cukup  signifikan.    Data  perhitungan  
ini  berdasarkan  hasil  pemantauan  muka  air  tanah  pada  33  titik  lokasi 
pemantauan,  yang  tersebar  di  Kabupaten  Sleman,  Bantul,  dan  Kota 
Yogyakarta, terutama di sekitar Sungai Code, Sungai Winongo, dan  Sungai 
Gadjahwong. Untuk meningkatkan   kuantitas muka air tanah ini dilakukan 
dengan  melaksanakan  kegiatan  konservasi  air  (di  daerah  tangkapan  air), 
melalui  pembuatan  Sumur  Peresapan  Air  Hujan  (SPAH),  gerakan 
pembuatan lubang sejuta biopori serta penghijauan. Disamping disebabkan 
hasil  dari  pelaksanaan  kegiatan  tersebut,  penurunan  fluktuasi  muka  air 
tanah  secara  alami  pada  tahun  2011  didukung  oleh  intenitas  curah  hujan 
yang  cukup  tinggi.  Untuk  tahun  2012  sampai  dengan  bulan  Agustus,  data 
penurunan  fluktuasi  muka  air  tanah  belum  dapat  disajikan  karena 
pemantauan  muka  air  tanah  baru  dilaksanakan  untuk  periode  musim 
penghujan  sedangkan  untuk  periode  musim  kemarau  akan  dilaksanakan 
pada bulan Oktober 2012. 
 
Pembangunan  di  bidang  lingkungan  hidup  dari  tahun  2008–2012  didukung 
oleh program‐program sebagai berikut: 
1. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan. 
2. Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup. 
3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam. 
4. Program  Peningkatan  Kualitas  dan  Akses  Informasi  Sumber  Daya  Alam  dan 
Lingkungan Hidup. 
5. Program Peningkatan Pengendalian Polusi. 
6. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). 
 
Rekapitulasi  program/kegiatan urusan lingkungan hidup di Provinsi DIY tahun 
2008‐2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini. 
 
Tabel 4.7 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Lingkungan Hidup 
di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2008  11  62  4.941.955.350 4.671.946.519 94,54 98,06
2009  7  41  7.982.565.000 7.236.787.490 90,66 98,67
2010  10  73  5.482.742.110 5.221.020.890 95,23 99,67
2011  9  58  6.380.583.514 6.082.004.346 95,32 100,00
2012*  9  64  7.192.530.900 2.605.336.810 36,94 35,94
Catatan: *)Posisi s/d Bulan Juli 2012 | Sumber: BLH Provinsi DIY 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 14 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Pada tahun 2012 jumlah program yang dilaksanakan sebanyak 9 program 
dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  64  kegiatan.  Sampai  dengan  bulan  Juli  2012, 
capaian fisik rata‐rata sebesar 35,94% dengan capaian realisasi keuangan sebesar 
Rp.2.605.336.810,‐ atau 36,94%.  
   Adapun  kegiatan  yang  telah  diselesaikan  sampai  dengan  bulan  Agustus 
2012 adalah Pengujian Emisi Kendaraan Bermotor. 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
1. Keberhasilan  pengelolaan  lingkungan  hidup  sangat  ditentukan  oleh  
komitmen  bersama  dan  sinergisitas  dalam  pelaksanaan  program 
pengelolaan  lingkungan    dari  seluruh  pemangku  kepentingan.  Dalam 
kenyataan  yang  ada,  hal  ini  masih  sangat  kurang  sehingga  pengelolaan 
lingkungan masih berjalan secara parsial  dan kurang sinergi; 
2. Peningkatan  jumlah  kendaraan  bermotor  di  Provinsi  DIY  terutama  di  Kota 
Yogyakarta menjadi penyebab memburuknya kualitas udara pada ruas‐ruas 
jalan  terutama  pada  saat  padat  kendaraan    di  lokasi  simpang,    titik‐titik 
kemacetan  dan  pusat‐pusat  aktifitas  penduduk,  disamping      manajemen 
tranportasi  belum    berjalan  secara  optimal,  dan    keterbatasan  luas  Ruang 
Terbuka Hijau/jalur hijau; 
3. Penurunan  kualitas  air  tanah  sebagai  sumber  air  minum  bagi  penduduk 
serta  meningkatnya  pencemaran  sungai  oleh  limbah  domestik  (rumah 
tangga) dan limbah industri, terutama  masih tingginya konsentrasi bakteri 
coli;  
4. Pelanggaran  terhadap  tata  ruang  dan  tata  guna  lahan  yang  merupakan 
pemicu awal timbulnya pencemaran/kerusakan lingkungan; 
5. Bencana  alam  berupa  letusan  erupsi  Gunung  Merapi  tahun  2010  telah 
menyebabkan  perubahan  kondisi  lahan  dan  sungai  terutama  di  daerah 
kabupaten  Sleman,  kondisi  ini  akan  menyebakan  gangguan  pada  upaya 
konservasi  sumber‐sumber  air  tanah,  mengingat  Kabupaten  Sleman 
merupakan  daerah  resapan  air  bagi  daerah  hulu  (Kota  Yogyakarta  dan 
Kabupaten Sleman); 
6. Pemahaman yang keliru tentang produksi ramah lingkungan. Bagi sebagian 
besar para pelaku usaha, masyarakat dan para pengambil kebijakan masih 
beranggapan  bahwa  melakukan  proses  produksi  yang  ramah  lingkungan 
memerlukan biaya yang mahal dan memperbesar ongkos produksi sehingga 
memperkecil  keuntungan  atau  menghambat  investasi.  Pemahaman  yang 
seperti  ini  merupakan  tantangan  dalam  upaya  pencegahan  pencemaran 
dan kerusakan lingkungan; 
7. Sumber pencemaran yang berasal dari kegiatan usaha skala rumah tangga 
dan  Usaha  Kecil  Menengah  (UKM),  hal  tersebut  dikarenakan  masih 
rendahnya kesadaran para pelaku usaha untuk melakukan proses produksi 
yang ramah lingkungan. 
 
Solusi 
1. Melaksanakan  koordinasi,  konsolidasi  dan  kerjasama  yang  terus  menerus 
dengan seluruh  pemangku kepentingan baik dengan  melakukan pertemuan  
koordinasi,  melakukan  pendekatan  yang  bersifat  persuasif,  memberikan 
bantuan  stimulan  dan  menciptakan    kerjasama  sesuai    kapasitas  dan 
kewenangannya; 
2. Mendorong  pemerintah  kabupaten/kota  untuk  dapat  menindaklanjuti 
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Pencemaran 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 15 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Udara  dengan    melakukan  uji  emisi  kendaraan  bermotor  serta  mendorong 
kepada para pemilik kendaraan terutama kendaraan umum untuk menjaga 
kualitas  mesin  dan  memperhatikan  emisi  gas  buang,  kerjasama  dengan 
instansi  terkait  untuk  melaksakan  upaya  perbaikan  sistem  transportasi,  
pembangunan baru dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/jalur hijau; 
3. Melaksanakan  koordinasi  dengan  pemerintah  kabupaten/kota  untuk  dapat 
memfasilitasi  dan  mendorong  pembangunaan  Instalasi  Pengolah  Limbah 
Cair  (IPLC)  komunal  bagi  rumah  tangga,  serta  membuat  demplot 
pembangunan  IPLC  dengan  mengajak  mitra  dunia  usaha  dengan  dana 
Community Social Responsibility (CSR); 
4. Melaksanakan  koordinasi  dengan  berbagai  instansi  terkait  baik  di  Provinsi 
maupun Kabupaten/kota dalam rangka pengawasan pelaksanaan peraturan 
terkait dengan tata ruang; 
5. Pada  tahun  2011  telah  dilakukan  kajian  komprehensif  untuk  mengetahui 
dampak  erupsi  Gunung  Merapi,  sebaran  dan  rekomendasi  tahapan 
pemulihan kondisi lingkungan pasca erupsi, sehingga dapat dijadikan acuan 
bagi berbagai pihak untuk melakukan pemulihan lingkungan secara tepat; 
6. Melakukan  pendekatan  dalam  pengelolaan  lingkungan  hidup  dengan 
menggunakan  paradigma  baru  bahwa  sampah  dan  limbah  adalah 
merupakan  sumberdaya  yang  masih  potensial  untuk  dimanfaatkan  dan 
mempunyai  nilai  ekonomis  serta  penekanan  pendekatan  nilai  manfaat 
ekonomis  dan  sosial  yang  akan  diperoleh  bagi  berbagai  pihak  baik  jangka 
pendek, menengah dan panjang; 
7. Bekerjasama  dengan  pemerintah  kabupaten/kota  melakukan  upaya 
pembinaan dan pendampingan bagi kegiatan usaha skala rumah tangga dan 
UKM  dalam  bentuk  sosialisasi  dan  pelatihan  agar  supaya  melakukan 
produksi yang ramah lingkungan. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 16 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
4 URUSAN PEKERJAAN UMUM 
DIY  merupakan  salah  satu  daerah  tujuan  wisata,  pusat  budaya,  serta  salah  satu 
daerah  tujuan  pendidikan.  Predikat  ini  menuntut  penyediaan  infrastruktur  yang 
memadai  dan  dapat  memberikan  pelayanan  yang  optimal.  Letak  DIY  yang 
strategis  mendukung  perkembangan  pembangunan  di  DIY  dengan  memperoleh 
manfaat  daerah  belakangnya  (hinterland)  sebagai  akses  distribusi  orang  dan 
barang yang lebih cepat dan ekonomis bagi tujuan mereka. Peluang tersebut akan 
termanfaatkan secara optimal jika didukung oleh sarana dan prasarana fisik yang 
memadai.  
Penanganan  urusan  pekerjaan  umum  meliputi  pembangunan  di  bidang  sumber 
daya  air,  keciptakaryaan,  dan  kebinamargaan.  Di  bidang  sumber  daya  air, 
Pemerintah  Provinsi  DIY  berkewajiban  dan  bertanggungjawab  untuk 
melaksanakan  pengelolaan  sungai  dan  infrastruktur  irigasi    yang  menjadi 
kewenangan  provinsi,  dengan  tiga  pilar  pengelolaan  sumberdaya  air  yang 
meliputi:  konservasi  sumber  daya  air,  pendayagunaan  sumber  daya  air  dan 
pengendalian  daya  rusak  air.  Bidang  kebinamargaan  bertanggungjawab  untuk 
melaksanaan pengelolaan jalan dan jembatan berstatus jalan provinsi, baik yang 
terkait  pemeliharaan  rutin,  rehabilitasi,  peningkatan  maupun  pembangunan  dari 
jaringan  jalan  yang  ada  di  wilayah  DIY.  Sedangkan  bidang  keciptakaryaan 
melaksanakan  ketugasan  penyediaan  infrastruktur  dasar  (basic  infrastructure) 
untuk  peningkatan  ekonomi  lokal,  pemberdayaan  masyarakat,  peningkatan 
layanan  masyarakat,  dan  kelestarian  lingkungan  di  perkotaan  dan  perdesaan. 
Ruang  lingkup  pelayanan  ini  meliputi:  (1)  Permukiman,  (2)  Air  Minum,  (3)  Air 
Limbah,  (4)  Persampahan,  (5)  Drainase,  dan  (6)  Penataan  Bangunan  dan 
Lingkungan. 
Selama tahun 2011, selain dilaksanakan program peningkatan pelayanan 
publik  sebagai  jabaran  dari  visi,  misi,  tujuan  dan  sasaran  sebagaimana  telah 
ditetapkan  dalam  RPJMD,  urusan  bidang  pekerjaan  umum  banyak  bersentuhan 
dengan  pemulihan  kondisi  infrastruktur  dan  permukiman  pasca  erupsi  Gunung 
Merapi Tahun 2010. 
Semua  tanggungjawab  dan  kewenangan  Pemerintah  Provinsi  DIY  dalam 
urusan ke‐PU‐an tidak terlepas dari urusan yang ditangani oleh Pemerintah Pusat  
(yang  menjadi  kewenangan  dan  tanggungjawab  Pemerintah  Pusat)  ataupun 
Pemerintah  Kabupaten/Kota  (yang  menjadi  kewenangan  dan  tanggungjawab 
pemerintah  Kabupaten/Kota),  mengingat  sarana  dan  prasarana  ke‐PU‐an  pada 
dasarnya adalah sistem yang saling terkait satu dengan yang lain. Oleh karena itu 
ada  beberapa  dana  pusat  yang  bisa  diperuntukkan  untuk  menangani  urusan  ke‐
PU‐an yang menjadi tanggungjawab daerah, termasuk Loan/Bantuan Luar Negeri. 
 
 
 
 
 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 17 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Adapun  Indikator  sebagai  tolok  ukur  pencapaian  target  kinerja  urusan 
pekerjaan umum tahun periode 2008–2012 dapat dilihat pada tabel berikut: 
 
Tabel 4.8 
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Pekerjaan Umum, 2008‐2012 
Capaian Tahun 
No  Indikator Kinerja  Satuan 
2008   2009  2010   2011  2012 
Penambahan 
100,00  100,00  100,00  100,00 
Penyediaan Air  Ltr/ 

Baku Bagi  Detik  100,00
100,00  100,00  100,00  100,00 
Masyarakat 
Prosentase  50,00  55,00  60,00  65.00 
Penanganan 
2  %  70,00
banjir Terhadap  50,00  55,00  60,00  65.00 
Daerah Potensi 
Prosentase 
55,00  60,00  65,00  70,00 
Luasan DI yang 
3  % 
Terlayani Air  75,00
55,00  60,00  65,00  70,09 
Irigasi 
Prosentase 
60,00  65,00  70,00  75,00 
Panjang Jaringan 
4  % 
Jalan dalam  80,00
60,00  65,00  70,00  83,89 
Kondisi Baik 
Prosentase 
10,00  40,00  50,00  60,00 
Penduduk 
5  % 
Berakses Air  70,00
10,00  40,00  50,00  65,29 
Minum 
Prosentase 
10,00  10,00  20,00  30,00 
Layanan Air 
6  % 
Limbah Terpusat  40,00
10,00  10,00  20,00  55,00 
di APY 

Prosentase 
50,00  55,00  60,00  65,00 
Penduduk yang 
7  terlayani  % 
70,00
Pengelolaan 
50,00  55,00  60,00  66,40 
Sampah 

Jumlah TPA 
Sampah yang  1,00  1,00  1,00  1,00 
8  Menggunakan  Jml 
2,00
Sistem Sanitary  1,00  1,00  1,00  1,00 
Landfill 

Prosentase  10,00  10,00  10,00  10,00 


9  Penurunan  % 
10,00
Genangan  10,00  10,00  10,00  3,90 

Sumber: Dinas PUP SEDM Provinsi DIY 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 18 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Selain  indikator  pada  Tabel  tersebut  di  atas  seperti  yang  tertuang  dalam 
RPJMD,  terdapat  indikator  pendukung  yang  ditetapkan  dalam  Rencana  Strategis 
Instansi yaitu : 
1. Teknologi terterapkan 
2. Pengujian konstruksi terlayani 
3. Peningkatan jumlah ahli utama terlayani 
Pencapaian  indikator  di  bidang  pekerjaan  umum  tersebut  dari  tahun  2008–
2012 dilaksanakan antara lain melalui program‐program sebagai berikut: 
1. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku. 
2. Program Pengendalian Banjir. 
3. Program  Pengembangan  dan  Pengelolaan  jaringan  Irigasi,  Rawa  dan 
Jaringan Pengairan Lainnya. 
4. Program  Pengembangan,  Pengelolaan  dan  Konservasi  Sungai,  Danau  & 
SDA Lainnya. 
5. Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong‐gorong. 
6. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan. 
7. Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan. 
8. Program Peningkatan Jalan dan Jembatan  
9. Program Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan. 
10. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum & Air Limbah. 
11. Program Pengembangan Pengelolaan Air Minum  
12. Program Pengembangan Pengelolaan Air Limbah. 
13. Program Pengelolaan Persampahan. 
14. Program  Pembangunan  dan  Pengelolaan  Bangunan  Gedung  dan 
Lingkungan. 
15. Program Pengembangan Kawasan Perkotaan. 
16. Program Pengembangan Kawasan Perdesaan 
17. Program Pelayanan Jasa Pengujian. 
18. Program Pengembangan Manajemen Laboratoium. 
19. Program Pengkaji dan Penerapan Teknologi Bidang Pekerjaan Umum. 
20. Program Pengaturan Jasa Konstruksi. 
21. Program Pemberdayaan Jasa Konstruksi. 
22. Program Pengawasan Jasa Konstruksi. 
23. Program Pengadaan Tanah Untuk Infrastruktur. 
Pemerintah  Provinsi  DIY  telah  mendapatkan  beberapa  penghargaan  tingkat 
Nasional dari Kementerian Pekerjaan Umum melalui Penilaian Kinerja Pemerintah 
Daerah (PKPD) Bidang Pekerjaan Umum, untuk tahun 2009, 2010 dan 2011. 
 
 

GAMBAR 
Penerimaan Penghargaan 
Peringkat I PKPD PU Bidang 
Pekerjaan Umum Sub Bidang 
Bina Marga 
 
sumber:   
Penyelenggaraan Jalan dan 
jembatan, Tahun 2011
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 19 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Tabel 4.9 
Penerimaan Penghargaan PKPD Bidang Pekerjaan Umum 
Pemberi 
No  Bidang/ Peringkat  Tahun  Tingkat 
Penghargaan 
1. 
Bidang  Pekerjaan  Umum, 
Sub Bidang Sumber Daya Air  Kementerian 
2009  Nasional 
(Pengelolaan  Sumber  Daya  Pekerjaan Umum 
Air) / Peringkat III 
2.  Bidang  Pekerjaan  Umum, 
Sub  Bidang  Bina  Marga  Kementerian 
2009  Nasional 
(Penyelenggaraan  Jalan  dan  Pekerjaan Umum 
Jembatan) / Peringkat II 
3  Bidang  Pekerjaan  Umum, 
Sub  Bidang  Bina  Marga  Kementerian 
2010  Nasional 
(Penyelenggaraan  Jalan  dan  Pekerjaan Umum 
Jembatan) / Peringkat I 
4.  Bidang Penataan Ruang, Sub 
Bidang  Penyelenggaraan  Kementerian 
2010  Nasional 
Penataan  Ruang  Yang  Pekerjaan Umum 
Berkelanjutan / Peringkat III 
5.  Bidang  Pekerjaan  Umum, 
Sub  Bidang  Bina  Marga  Kementerian 
2011  Nasional 
(Penyelenggaraan  Jalan  dan  Pekerjaan Umum 
Jembatan) / Peringkat I 
6.  Bidang  jasa  konstruksi,  Sub 
Kementerian 
Bidang  Pembinaan  Jasa  2011  Nasional 
Pekerjaan Umum 
Konstruksi / Peringkat II 
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY 2012  
 
Tabel 4.10 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Pekerjaan Umum 
di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  % 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
Capaian 
2008  25  221  202.077.195.600 192.557.973.987 95,29  100,00 
2009  20  84  185.848.384.372 170.336.745.615 91,65  100,00 
2010  27  107  153.302.000.091 123.783.318.711 80,74  99,26 
2011  25  82  178.629.446.576 157.492.864.300 88,17  100,00 
2012*)  23  89  162.562.837.829 31.296.729.990 19,25  42,67 
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY  
 
Pada  tahun  2012  jumlah  program  dilaksanakan  sebanyak  23  Program 
dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  89  kegiatan.  Sampai  dengan  Bulan  Juli  2012, 
capaian fisik rata‐rata sebesar 42,67% dengan serapan keuangan sebesar 19,25%. 
 
4.1  Penambahan Penyediaan Air baku bagi Masyarakat 
Indikator  Capaian  Kinerja  ini  dilaksanakan  melalui  Program  Penyediaan  dan 
Pengelolaan  Air  Baku,  dalam  rangka  penyediaan  air  baku  untuk  memenuhi 
berbagai  kebutuhan,  khususnya  untuk  irigasi  dan  air  bersih.  Sumber  air  diambil 
dari  air  tanah  melalui  pengeboran  sumur  dalam,  atau  melalui  bangunan 
pengambilan  yang  dipasang  di  sungai  dan  kemudian  dinaikkan  ke  atas  dengan 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 20 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
pompanisasi.  Khusus  untuk  irigasi,  lahan  pertanian  yang  diairi  selama  ini 
merupakan sawah tadah hujan. Dengan tersedianya irigasi sistem pompa, petani 
telah dapat meningkatkan produksi di lahan pertaniannya. Dari kebutuhan sampai 
dengan 2013 sebesar 1.176,74 liter/detik, sampai dengan akhir tahun 2011 telah 
tercapai  405,60  liter/detik  dan  di  tahun  2012  direncanakan  capaian  sebesar  306 
liter/detik sisanya sebesar 465,14 liter/detik akan dilaksanakan pada tahun 2013.  
 
Tabel  4.11 
Kebutuhan dan Capaian Pemenuhan Air Baku 
Kebutuhan 
sampai Tahun  Capaian  Keterangan 
2013 
1.176,74  405,60 liter/detik telah  tercapai  sampai  dengan  akhir 
liter/detik  tahun 2011  
306 liter/detik rencana pencapaian di tahun 2012
465,14 liter/detik rencana pencapaian di tahun 2013
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY 2012 
 
Melalui  Direktorat  Jenderal  Sumber  Daya  Air  Kementerian  Pekerjaan 
Umum  juga  dilaksanakan  program  penyediaan  air  baku  sebagai  upaya 
pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap air baku.  

  GAMBAR 
Embung Tambak Boyo Kabupaten Sleman, kapasitas 400.000 m3  
dengan fungsi konservasi, irigasi, air baku, perikanan dan pariwisata 

 
 
4.2  Prosentase Penanganan banjir Terhadap Daerah Potensi  
Indikator  Capaian  Kinerja  ini  dilaksanakan  melalui  Program  Pengendalian  Banjir 
dalam  rangka  pemeliharaan  sungai  dan  bantaran  sungai.  Setiap  terjadi  banjir, 
tebing  sungai  mengalami  gerusan  yang  mengakibatkan  longsoran  tebing  sungai. 
Untuk penanganan hal tersebut diperlukan konstruksi penahan tebing yang aman 
dan ramah lingkungan berupa konstruksi bronjong.  
Kondisi  capaian  sampai  bulan  Juli  tahun  2012  untuk  penanganan  banjir 
terhadap daerah potensi banjir sebesar 67,2%  dari target yang telah ditentukan 
sebesar 70%, yang dicapai melalui kegiatan:  
1. Rehabilitasi dan pemeliharaan bantaran dan tanggul sungai yaitu dengan 
perkuatan tebing sungai yang mengalami gerusan dengan konstruksi yang 
ramah lingkungan berupa pasangan bronjong. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 21 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
2. Pengendalian  banjir  dan  pemantauan  kekeringan,  yaitu  dengan 
melakukan monitoring dan persiapan menghadapi banjir serta pengadaan 
bahan banjiran berupa bronjong dan karung plastik. 
3. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sungai, danau dan 
sumber  air  lainnya  berupa  bantuan  teknis  serta  pemberian  bantuan 
bahan banjiran kepada masyarakat yang berada di daerah potensi banjir. 
1. Pemeliharaan pos dan peralatan hidrologi sebanyak 67 pos yang tersebar 
di  Kabupaten  Kulon  Progo  (20  pos),  Kabupaten  Sleman  (19  pos), 
Kabupaten Bantul (18 pos), Kabupaten Gunungkidul (10 pos).  
 
Penanganan  terhadap  potensi  banjir  juga  dilaksanakan  oleh  Balai  Besar 
Wilayah  Sungai  Serayu  Opak  meliputi  pengerukan  sedimen  dan  normalisasi 
sungai, terutama di sungai‐sungai yang berhulu di Merapi. 
 
 

GAMBAR 
Pembangunan tebing Sungai 
Winongo 
 
4.3 Prosentase Luasan Daerah Irigasi yang Terlayani Air Irigasi  
Dalam  rangka  upaya  pemenuhan  kebutuhan  air  irigasi  bagi  pertanian,  dilakukan 
upaya  penyediaan  air  melalui  kegiatan  perencanan  teknis  prasarana  jaringan 
irigasi,  rehabilitasi  serta  operasi  dan  pemeliharaan  prasarana  irigasi  melalui 
kegiatan:  
1)   Perencanaan teknis jaringan. 
2)   Rehabilitasi jaringan irigasi. 
3)   Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi seluas 17.112,87 ha tersebar 
pada  jaringan  irigasi  yang  menjadi  kewenangan  Pemerintah  Provinsi 
DIY  di  Kabupaten  Bantul,Sleman,  Kulon  Progo  dan  Gunungkidul, 
meliputi 44 daerah irigasi. 
 
Sampai  dengan  akhir  tahun  2011,  Daerah  Irigasi  yang  terlayani  air  adalah 
sebesar 70,09%. 
 
 
 
 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 22 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Tabel  4.11 
Kebutuhan dan Capaian Pemenuhan Air Baku 
Luas DI yang terlayani air 
No  Nama Daerah Irigasi  Luas (Ha)  s/d tahun 2011 
(Ha) 
1  D.I. Grembyangan  541,34  460,14 
2  D.I. Semoyo  30,00  25,50 
3  D.I. Kucir  61,14  51,97 
4  D.I. Kuton  113,16  96,19 
5  D.I. Madugondo  104,00  88,40 
6  D.I. Dadapan  38,00  32,30 
7  D.I. Pulodadi  175,73  149,37 
8  D.I. Glendongan  209,01  177,66 
9  D.I. Klampok  294,94  250,70 
10  D.I. Sekarsuli  145,27  123,48 
11  D.I. Nologaten  27,46  23,34 
12  D.I. Ngebruk  40,85  34,72 
13  D.I. Trini  151,93  129,14 
14  D.I. Cokrobedog  194,17  165,04 
15  D.I. Gamping  532,00  452,20 
16  D.I. Brongkol  15,50  13,18 
17  D.I. Tumut  44,34  37,69 
18  D.I. Timoho  120,80  102,68 
19  D.I. Engkuk‐engkuan  13,86  11,78 
20  D.I. Sambeng  60,00  51,00 
21  D.I. Mojo  47,72  40,56 
22  D.I. Sembuh  33,44  28,42 
23  D.I. Ponggok  132,20  112,37 
24  D.I. Kanoman  16,00  13,60 
25  D.I. Tanjung  776,00  659,60 
26  D.I. Bangeran I  138,01  117,31 
27  D.I. Mrican  162,00  137,70 
28  D.I. Sidomulyo  160,00  136,00 
29  D.I. Karangjati  18,29  15,55 
30  D.I. Prangkok  81,05  68,89 
31  D.I. Sidoraharjo  97,50  82,88 
32  D.I. Madean  291,85  248,07 
33  D.I. Pogong  1,00  0,85 
34  D.I. Minggiran  3,69  3,14 
35  D.I. Mendungan  3,62  3,08 
36  D.I. Mergangsan  15,00  12,75 
37  D.I. Simo  1.247,00  872,90 
38  D.I. Payaman  1.040,00  10,40 
39  D.I. Pendowo  1.251,00  875,70 
40  D.I. Blawong  1.077,00  753,90 
41  D.I. Canden  1.109,00  776,30 
42  D.I. Pijenan  2.563,00  1.794,10 
43  D.I. Sapon  1.900,00  1.330,00 
44  D.I. Pengasih  2.035,00  1.424,50 
TOTAL  17.112,87  11.995,04 
Prosentase Realisasi luas DI yang 
70,09% 
terlayani air   
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 23 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
4.4 Prosentase Panjang Jaringan Jalan dalam Kondisi Baik  
Target RPJMD untuk jalan adalah kondisi jaringan jalan dalam kondisi baik. Jalan 
dalam  kondisi  baik  dalam  RPJMD  diartikan  sebagai  jalan  dalam  kondisi  mantap 
menurut  kriteria  Direktorat  Jenderal  Bina  Marga  Kementerian  Pekerjaan  Umum 
(jalan dalam kondisi baik dan kondisi sedang menurut kriteria Direktorat Jenderal 
Bina  Marga  Kementerian  Pekerjaan  Umum).  Total  jalan  berstatus  Jalan  Provinsi 
adalah 690,25 Km, dengan panjang jembatan 4.393,09 m. 
Sampai  akhir  Juli  tahun  2012,  kondisi  jalan  berstatus  Jalan  Provinsi  DIY  adalah 
sebagai berikut: 
1)   Kondisi mantap 582,45 km (84,39%), terdiri dari jalan dalam kondisi baik 
169,07 km (24,49%) dan jalan dalam kondisi sedang 413,38 km (59,89%), 
2)   Kondisi tidak mantap 107,80 km (15,61%), terdiri dari jalan rusak ringan 
82,27 km (11,92%) dan jalan rusak berat 25,53 km (3,69%). 
 
Melalui dana APBN, telah dilakukan kegiatan yang sama untuk jalan‐jalan di 
DIY  yang  berstatus  Jalan  Nasional.  Pada  akhir  tahun  2011,  dari  223,16  km  Jalan 
Nasional  97,25%  dalam  kondisi  mantap,  dan  2,75%  dalam  kondisi  tidak  mantap. 
Sedang  untuk  jalan  berstatus  Jalan  Kabupaten/Kota  di  DIY  dari  panjang  total 
3.840,26KM,  pada  akhir  2011  ada  76,48%  dalam  kondisi  mantap,  dan  23,  52  % 
dalam kondisi tidak mantap. 
Untuk  mengatasi  kesenjangan  dan  sebagai  upaya  percepatan  pertumbuhan 
pembangunan  di  kawasan  selatan  Pulau  Jawa,  serta  untuk  optimalisasi  potensi 
daerah selatan Pulau Jawa maka dibangun jalur lintas selatan. Selain itu manfaat 
pembangunan jalur lintas selatan adalah untuk  membuka seluruh potensi daerah 
selatan  di  Provinsi  DIY  seperti  potensi  wisata,  industri  kelautan  dan  pertanian, 
yang  diharapkan  bisa  merupakan  satu  kesatuan  jaringan  jalan  di  Pulau  Jawa 
sehingga  dapat  memberikan  tingkat  pelayanan  yang  lebih  baik  bagi  pengguna 
jalan.  Pembangunan  jalur  lintas  selatan  juga  mempunyai  tujuan  strategis  yaitu 
untuk  menyeimbangkan  pertumbuhan  wilayah  DIY  yang  selama  ini  cenderung 
berkembang ke arah utara–timur laut. 
Pembangunan  Jalur  Jalan  Lintas  Selatan  (JJLS)  sepanjang  117,60  km  terbagi 
menjadi 4 (empat) segmen. Untuk Jalur Jalan Pantai Selatan (Pansela)/ JJLS, pada 
tahun 2010 telah ditetapkan sebagai Jalan Strategis Nasional Belum Tersambung 
dengan panjang 125,125 km. Sampai dengan tahun 2011 tahapan pembangunan 
JJLS  meliputi  studi  kelayakan,  penyusunan  AMDAL,  penyusunan  Detail 
Engineering Design (DED), pembebasan tanah seluas 37,26 Ha serta kegiatan fisik 
berupa pembangunan jalan sepanjang 9,40 km. 
 
Tabel 4.13 
Kondisi Jalan Provinsi di DIY (Km), 2008‐2012 
Rusak  Rusak 
Tahun  Panjang Total  Baik   Sedang  
Ringan   Berat  
2008  690,25  114,05  432,98 98,39 44,83
2009  690,25  144,94  419,24 94,41 31,68
2010  690,25  165,43  410,61  85,14 29,07
2011  690,25  167,45  411,63 83,89 27,28
*2012  690,25  169,07  413,38 82,27 25,53
*Data sampai Juli 2012 
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY 2011 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 24 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Tabel 4.14 
Kondisi Jembatan Provinsi di DIY (m), 2008‐2012 
Tahun  Panjang Total Baik Sedang  Rusak
2008  4.991,30 3.709,60 646,50  635,20
2009  4.991,30 3.818,90 410,80  635,30
2010  5.033,60 2.688,01 1.464,55  881,04
2011  4.393,09 2.352,30 1.355,99  684,80
*2012  4.393,09 2.436,30 1.355,99  600,80
*Data sampai Juli 2012 
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY 
 
4.5 Prosentase Penduduk Berakses Air Minum  
Air  bersih  dengan  standar  air  minum  layak  merupakan  kebutuhan  dasar 
masyarakat. Pertumbuhan jumlah penduduk dan keragaman kegiatan masyarakat 
akan  meningkatkan  kebutuhan  air  minum  di  kawasan  perkotaan  dan  juga 
perdesaan.  Upaya  pencapaian  target  pelayanan  penduduk  terhadap  akses  air 
minum antara lain dilakukan dengan:  
1) Pembinaan Teknis Pengelolaan Air Minum; 
2) Pengadaan Bahan Penyediaan Air Spamdes; 
3) Pelaksanaan Konstruksi Pengembangan Sistem Distribusi. 
 
Dalam pengelolaan air ini, sebagai wujud peran serta masyarakat , di Provinsi 
DIY,  telah  terbentuk  PAMASKARTA  (Paguyuban  Air  Minum  Masyarakat 
Yogyakarta)  yang  beranggotakan  kelompok  kelompok  masyarakat  pengelola  air 
minum  di  perdesaan.  Sampai  dengan  bulan  Juli  tahun  2012  jumlah  anggota 
PAMASKARTA  telah  mencapai  482  kelompok,  dimana  masing‐masing  kelompok 
mengelola sumber air rata rata 1 s.d. 2 liter/detik. 
Jumlah  penduduk  berakses  air  minum  sebagai  hasil  pelaksanaan 
pembangunan sistem penyediaan air minum di Provinsi DIY sampai dengan bulan 
Juli  tahun  2012  sebanyak  2.263.914  jiwa,  yang  terlayani  melalui  layanan 
SPAMDES dan layanan SPAM IKK. 
Target cakupan pelayanan persentase penduduk terlayanani air minum layak  
dihitung  berdasar  persentase  perbandingan  antara  jumlah  penduduk  yang 
terlayani  air  minum  dibanding  dengan  keseluruhan  penduduk  DIY.  Sehingga 
perhitungan  persentase  penduduk  berakses  air  minum  layak  adalah  sebesar 
2.263.914 jiwa dibagi dengan jumlah penduduk DIY  sebesar 3.467.200 jiwa atau 
sebesar 65,29%. 
 
4.6 Prosentase Layanan Air Limbah Terpusat di APY 
      (Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta) 
Air  limbah  dan  sanitasi  adalah  bagian  kunci  dari  kesehatan  lingkungan.  RPJMD 
Provinsi  DIY,  mengamanatkan  pelaksanaan  Program  Pengembangan  Kinerja 
Pengelolaan  Air  Limbah  sebagai  upaya  peningkatan  dan  pengembangan 
infrastruktur mendukung perluasan cakupan pelayanan air limbah di Provinsi DIY 
melalui Kegiatan Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Limbah.  
Kondisi  pengelolaan  prasarana  dan  sarana  sanitasi  di  5  (lima) 
kabupaten/kota  di  Provinsi  DIY  berbeda‐beda  sesuai  kondisi  kawasan.  Pada 
prinsipnya pengelolaan pelayanan sanitasi/ air limbah dibagi menjadi tiga yaitu: 
1. sistem setempat atau individual,  
2. sistem komunal dan  

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 25 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
3. sistem terpusat. 
 
Berdasarkan  perhitungan  prosentase  penduduk    DIY  yang  terlayani 
sanitasi  layak  sampai  dengan  tahun  2011  adalah  sebesar  70%  (dengan  jumlah 
rumah tangga bersanitasi sebanyak 501. 464 rumah tangga). 
   Sedangkan khusus untuk cakupan pelayanan jaringan Air Limbah Terpusat 
di  APY  dihitung  berdasar  persentase  perbandingan  antara  jumlah  sambungan 
rumah terpasang dengan kapasitas IPAL Sewon. Cakupan pelayanan IPAL Sewon 
sampai dengan 2011 sebesar 55%, lebih besar dari target kinerja yang ditetapkan 
sebesar 30%. 
 
4.7 Prosentase Penduduk yang terlayani Pengelolaan Sampah  
Pengelolaan  persampahan  menjadi  kunci  utama  bagi  kesehatan  lingkungan. 
Pelayanan  minimal  pengelolaan  persampahan  dilakukan  melalui  pengumpulan, 
pemindahan  dan  pengangkutan  sampah  ke  Tempat  Pembuangan  Akhir  (TPA). 
Untuk mengatur pengelolaan sampah tersebut, saat ini telah ditetapkan Undang‐
undang  RI  Nomor  18  tahun  2008  tentang  Pengelolaan  Sampah.  Undang‐undang 
ini  mengamanatkan  tentang  hak  dan  kewajiban  masyarakat  serta  wewenang 
pemerintah,  pemerintah  daerah  untuk  melaksanakan  pelayanan  publik  dalam 
bidang pengelolaan sampah. Pengaturan hukum pengelolaan sampah didasarkan 
asas  keadilan,  asas  kesadaran,  asas  kebersamaan,  asas  keselamatan,  asas 
keamanan,  dan  asas  nilai  ekonomi.  Skenario  pengelolaan  persampahan 
didasarkan pada pendekatan 3 R (Reduse, Reuse, Recycle), sehingga TPA yang ada 
sekarang  kedepan  diharapkan  dapat  menjadi  Tempat  Pemrosesan  Akhir.  
Pengelolaan sampah di Provinsi DIY dilakukan oleh  pemerintah  daerah dan oleh 
masyarakat  secara  mandiri.  Untuk  pengelolaan  sampah  di  Kawasan  Perkotaan 
Yogyakarta  (KPY)  yang  meliputi  Kabupaten  Sleman,  Kota  Yogyakarta,  dan 
Kabupaten  Bantul  dilakukan  dengan  penyediaan  sistem  pengelolaan  sampah 
terpadu TPA Piyungan. 
Pada  tahun  2011  melalui  fasilitasi  pendanaan  APBN  oleh  Kementerian 
Pekerjaan  Umum  telah  dibangun  TPA  Sanitary  Landfill  di  Kab.  Gunungkidul, 
sedangkan  melalui  pendanaan  APBD  Provinsi  DIY  telah  dilaksanakan  kegiatan 
sebagai berikut: 
1) Penyusunan naskah akademis dan draft perda tentang sampah domestik 
serta  
2) Pembangunan  IPST  di  Kab.  Gunungkidul  sebanyak  2  (dua)  unit  di 
kecamatan  Semin  dan  Ngawen,  Kabupaten  Gunungkidul,  seluas  masing 
masing 400 m2. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 26 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Tabel 4.15   
Jumlah dan Persentase Penduduk Perkotaan Provinsi DIY Terlayani 
Persampahan Tahun 2009‐2011 
Penduduk Perkotaan Terlayani Pengelolaan Sampah 
No  Kabupaten/Kota  Tahun 2009  Tahun 2010  Tahun 2011 
Jiwa   %  Jiwa   %  Jiwa   % 
1  Yogyakarta 249.678 64,67 270.742  69,67  300.463 77,10
2  Sleman  211.929 53,17 233.374  58,17  258.992 64,38
3  Bantul  186.432 54,80 204.773  59,80  227.252 66,18
4  Gunungkidul 92.401 48,66 102.561  53,66  113.820 59,39
5  Kulon Progo 78.229 45,02 87.486  50,02  97.089 55,36
  Total Capaian 818.670 55,00 898.936  60,00  997.616 66,40
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY 
 
Dari  tabel  di  atas  terlihat  pada  Tahun  2011,  persentase  penduduk 
perkotaan  DIY  yang  terlayani  persampahan  adalah  sejumlah  997.616  jiwa  dari 
keseluruhan  penduduk  perkotaan  DIY  yang  sejumlah  1.502.434  jiwa,  sehingga 
diperoleh  capaian  prosentase  penduduk  perkotaan  yang  terlayani  persampahan 
adalah sebesar 66,40%. 
 
4.8 Jumlah TPA Sampah yang Menggunakan Sistem Sanitary 
Landfill 
Kondisi  capaian  kumulatif  jumlah  TPA  Sampah  yang  menggunakan  Sistem 
Sanitary  Landfill  sampai  tahun  2011  adalah  sebanyak  2  lokasi  yang  diantaranya 
dilakukan  dengan  Program  Pengelolaan  Persampahan  dan  pembangunan  TPA 
Sanitary landfill dengan pendanaan bersama‐sama antara APBD kabupaten/ kota 
dan  APBN  melalui  Kementerian  Pekerjaan  Umum  yang  berada  di  Kabupaten 
Gunungkidul dan Kabupaten Kulon Progo. 
 
4.9 Prosentase Penurunan Genangan 
Sistem  drainase  tidak  dapat  berdiri  sendiri  dan  selalu  berhubungan  dengan 
subbidang  infratruktur  lainnya,  seperti  perumahan,  jalan  perkotaan,  dan 
pengembangan  kawasan  baru.  Penyelesaian  permasalahan  genangan  di  suatu 
kawasan  bersifat  lintas  subbidang  dan  lintas  wilayah,  sehingga  koordinasi  dan 
sinkronisasi  penanganan  perlu  dilakukan  agar  hasilnya  optimal.  Pembangunan 
drainase  perlu  dilakukan  secara  sistematis  dan  menyeluruh  yang  dimulai  dari 
saluran  primer‐sekunder‐tersier.  Sesuai  dengan  data  Masterplan  Penanganan 
Drainase  KPY  teridentifikasi  sebanyak  51  titik  genangan  di  KPY.  Capaian 
penanganan sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 23,9% dari target sebesar 
30%,  hal  ini  dikarenakan  besarnya  alokasi  anggaran  yang  dibutuhkan  untuk 
penanganannya termasuk kebutuhan penanganan diluar KPY. 
 
4.10 Penataan Bangunan dan Lingkungan dan Jasa Konstruksi 
PBL  adalah  serangkaian  kegiatan  yang  diperlukan  sebagai  bagian  dari  upaya 
pengendalian  pemanfaatan  ruang,  terutama  untuk  mewujudkan  lingkungan 
binaan  (built  environment),  baik  di  perkotaan  maupun  di  perdesaan,  khususnya 
wujud  fisik  bangunan  gedung  dan  lingkungannya.  Hingga  tahun  2009,  Kota 
Yogyakarta telah memiliki Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) untuk 
empat  (4)  kawasan,  Kabupaten  Sleman  telah  memiliki  5  (lima)  kawasan  yang 
memiliki  RTBL,  Kabupaten  Gunungkidul  memiliki  dua  (2)  kawasan  dengan 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 27 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
RTBL,dan Kabupaten Kulon Progo memiliki tiga (3) kawasan yang memiliki  RTBL.  
Adapun  Kabupaten  Bantul  belum  memiliki  kawasan  dengan  RTBL.    Secara 
keseluruhan,  kawasan‐kawasan  di  Provinsi  DIY  yang  memiliki  RTBL  ada  14 
kawasan.  Pada  tahun  anggaran  2010  telah  dilaksanakan  kegiatan  penyusunan 
DED Kawasan Kotagede yang bertujuan untuk penataan dan revitalisasi kawasan 
tradisional bersejarah Kotagede. 
Disamping  kegiatan  di  atas,  dilaksanakan  pula  fasilitasi    gedung‐gedung 
pemerintah,  yang  meliputi  penyelenggaraan  rumah  negeri,  bantuan  teknis 
pembangunan  rumah  negara  dan  pembangunan  rumah  negara.  Jumlah  rumah 
negara  yang  sudah  tertangani  dalam  proses  status  rumah  negara  berkisar  1.047 
rumah  negara,  setiap  tahun  kegiatan  yang  dapat  difasilitasi  sekitar  81  rumah 
negara  dan  perkiraan  jumlah  rumah  negeri  yang  harus  difasilitasi  sekitar  2.000 
rumah.  
Tolok ukur kinerja untuk pengujian informasi permukiman dan bangunan 
dan  pengembangan  jasa  konstruksi  adalah  sebagai  berikut:  Teknologi 
terterapkan, Pengujian konstruksi terlayani, serta Peningkatan jumlah ahli utama 
terlayani.  
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
1. Adanya keterbatasan sumber air baku air minum di Provinsi DIY, khususnya 
yang  selama  ini  menggantungkan  pada  sumber  mata  air  di  wilayah 
terdampak erupsi Gunung Merapi. 
2. Kontribusi pemerintah kabupaten/kota sebagai pemegang tanggung jawab 
utama penanganan drainase belum maksimal. 
3. Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah serta 
keterbatasan kapasitas keuangan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota 
dalam pengembangan cakupan pelayanan air limbah terpusat. 
4. Manajemen jasa pengujian belum optimal. 
5. Belum  optimalnya  pemahaman  pihak‐pihak  terkait  terhadap  regulasi  jasa 
konstruksi. 
6. Belum  optimalnya  penyediaan  data  dan  updating  terbarukan  terkait 
informasi permukiman dan bahan bangunan. 
 
Solusi 
1. Perlu  dilakukan  identifikasi  dan  pengembangan  terhadap  potensi  sumber 
air baku untuk air minum di Provinsi DIY. 
2. Sosialisi  kepada  masyarakat  yang  intensif  tentang  pemahaman  fungsi 
drainase  serta  masih  diperlukan  dukungan  dana  baik  dari  APBD  maupun 
APBN dan sumber dana lainnya. 
3. Peningkatan  sosialisasi  untuk  meningkatkan  komitmen  sambungan  rumah 
(SR),  serta  penyusunan  regulasi  yang  mewajibkan  masyarakat  di  kawasan 
APY untuk memanfaat kan jaringan air limbah terpusat. 
4. Perlunya  pendidikan  dan  pelatihan  enterpreneurship  bagi  SDM 
Laboratorium Pelayanan Jasa pengujian. 
5. Peningkatan Sosialisasi dan diseminasi terkait regulasi Jasa Konstruksi. 
6. Pembinaan  intensif  kepada  SDM  yang  menangani  updating  data  dan 
pemikiran  akan  kerjasama  saling  menguntungkan  dengan  para  supllier 
bahan bangunan. 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 28 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
5 URUSAN PENATAAN RUANG 
Penataan  ruang  adalah  suatu  sistem  proses  perencanaan  tata  ruang, 
pemanfaatan  ruang,  dan  pengendalian  pemanfaatan  ruang.  Wewenang 
pemerintah  provinsi  dalam  penyelenggaraan  penataan  ruang  meliputi 
pengaturan,  pembinaan  dan  pengawasan  terhadap  pelaksanaan  penataan  ruang 
wilayah provinsi dan kabupaten/kota serta terhadap pelaksanaan penataan ruang 
kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota. 
Selain  itu,  pada  tahun  2007  Pemerintah  telah  menetapkan  Undang‐Undang 
Republik  Indonesia  No.  26  Th  2007  Tentang  Penataan  Ruang  sebagai  pengganti 
Undang‐Undang    Nomor  24  Tahun  1992,  dimana  Undang‐undang  yang  baru  ini 
lebih  sesuai  dengan  kebutuhan  pengaturan  penataan  ruang.  Undang‐undang  ini 
mengamanatkan  diperlukannya  penataan  ruang  berbasis  mitigasi  bencana 
sebagai  upaya  meningkatkan  keselamatan  dan  kenyamanan  kehidupan  dan 
penghidupan  mengingat  bahwa  secara  geografis  Negara  Kesatuan  Republik 
Indonesia  berada  pada  kawasan  rawan  bencana.  Bagi  DIY,  hal  ini  merupakan 
prioritas mengingat secara geografis wilayah DIY merupakan daerah yang rawan 
bencana.  Terbitnya  Undang‐undang  ini  menjadi  dasar  dari  serangkaian  program 
dan kegiatan penataan ruang di DIY. 
Urusan  Penataan  Ruang  tidak  bergerak  di  ranah  kegiatan  fisik,  namun 
lebih  pada  regulasi  yang  terkait  perencanaan  dan  pemanfaatan  ruang,  serta 
pengendalian atas pemanfaatan ruang. 
Indikator  sebagai  tolok  ukur  pencapaian  target  kinerja  urusan  penataan 
ruang tahun periode 2008–2012 dapat dilihat pada tabel berikut: 
 
Tabel 4.16 
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Penataan Ruang, 2008‐2012 
Capain Tahun 
No  Indikator Kinerja  Satuan
2008 2009  2010  2011  2012
Jumlah Kawasan Yang 
1  Buah  1  1  1  1 2
Dikembangkan 
Prosentase Daerah yang 
2  Dikonversi Terhadap  %  4,00  5,00  6,00  7,00 8,00
Luasan Total Lahan 
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY 
 
5.1  Jumlah Kawasan Yang Dikembangkan 
Tolok  ukur  terkait  jumlah  kawasan  yang  dikembangkan  lebih  diarahkan  pada 
regulasi  menyangkut  perencanaan  dan  arah  pemanfaatan  ruang  yang 
komplementer  dengan  regulasi  diatasnya  (RTRW  Nasional),  dan  sinergis  dalam 
pemanfaatan  ruang  di  DIY  sendiri.  Dari  sisi  perencanaan,  kawasan  yang  perlu 
dikembangkan  dimulai  dengan  penyusunan  RTRW  Provinsi  DIY,  dan  dilanjutkan 
Penyusunan  Rencana  Tata  Ruang  Kawasan  dan  Rencana  Detail  Tata  Ruang 
Kawasan,  khususnya  bagi  kawasan  yang  telah  ditetapkan  sebagai  Kawasan 
Strategis.  Terkait  hal  ini  target  perencanaan  Kawasan  yang  dikembangkan 
meliputi Kawasan Pantai Selatan bagian barat (Kabupaten Kulon Progo), rencana 
detail  tata  ruang  kawasan  pantai  selatan  bagian  tengah  (Kabupaten  Bantul), 
kawasan  pertanian,  kawasan  bencana  longsor,  dan    kawasan  Perkotaan 
Yogyakarta. 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 29 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
5.2  Prosentase Daerah yang Dikonservasi Terhadap Luasan 
Total Lahan 
Indikator ini dicapai melalui pembuatan serangkaian perangkat untuk pengaturan 
pengendalian  pemanfaatan  lahan  lebih  lanjut,  agar  konversi  lahan  secara  total 
tidak mengalami peningkatan, sehingga diupayakan setiap tahunnya hanya terjadi 
konversi  lahan  sebesar  1%.  Kegiatan  untuk  menunjang  keberhasilan  tolok  ukur 
kinerja  ini  dilakukan  melalui  penyusunan  regulasi  (termasuk  aturan  pemberian 
insentif  dan  disinsentif  kepada  Kabupaten),  serta  sosialisasi  Rencana  Tata  Ruang 
baik  Rencana  Tata  Ruang  Wilayah  Provinsi  maupun  Rencana  Detail  Tata  Ruang. 
Penyusunan regulasi yang terkait pemanfaatan dan pengendalian ruang meliputi 
penyusunan  norma,  standard  prosedur,  dan  kriteria  pemanfaatan  ruang  serta 
penyusunan  rencana  detail  tata  ruang  kawasan  strategis  provinsi.  Disamping  itu 
untuk  pengendalian  pemanfaatan  ruang  dilakukan  pemantauan  kondisi 
penggunaan  lahan  dan  perubahan  peruntukan  yang  terjadi  khususnya 
penggunaan untuk permukiman. 
Pengembangan di bidang penataan ruang dari tahun 2008–2012 dilaksanakan 
melalui program‐program sebagai berikut: 
1. Program Perencanaan Ruang. 
2. Program Pemanfaatan Ruang. 
3. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang. 
 
Tabel 4.17 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Penataan Ruang 
di Provinsi DIY 2008‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2008  2  5  746.701.975 695.776.295 94,54 100,00
2009  6  11  4.110.000.000 3.580.600.140 87,12 100,00 
2010  3  7  2.276.000.000 2.118.571.826 93,08  100,00 
2011  3  5  1.798.136.000 1.740.310.640 96,78 100,00

2012  3  7  2.145.713.500 355.138.650 16,55 30,79


*) 
Catatan: *)Posisi s/d Bulan Juli 2012 
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY 2012 
 
Pada  tahun  2012  jumlah  program  dilaksanakan  sebanyak  3  Program 
dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  7  Kegiatan.  Sampai  dengan  Bulan  Juli  2012, 
capaian fisik rata‐rata sebesar 30,79% dengan serapan keuangan sebesar 16,55%. 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
1. Koordinasi  yang  belum  optimal  untuk  menjaga  konsistensi  antara  RTRW 
Provinsi DIY dengan RTRW kabupaten/kota. 
2. Produk perencanaan tata ruang belum sepenuhnya dijadikan pedoman di 
dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. 
3. Belum  optimalnya  peran  serta  masyarakat  dalam  penyelenggaraan 
penataan ruang. 
4. Pemanfaatan potensi yang belum memperhatikan kelestarian lingkungan. 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 30 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Solusi 
1. Meningkatkan  koordinasi  dalam  kegiatan  penataan  ruang  melalui 
peningkatan kinerja Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD). 
2. Menyusun  kebijakan  operasionalisasi  dari  RTRW  Provinsi  DIY  sebagai 
dasar  implementasi  RTRW  Provinsi  itu  sendiri  dan  dasar  kebijakan‐
kebijakan  dalam  RTRW  kabupaten/kota,  serta  dilaksanakan  sosialisasi 
terhadap produk‐produk kebijakan yang dihasilkan. 
3. Menyiapkan  perangkat  penyelenggaraan  penataan  ruang  yang  meliputi 
perencanaan,  pemanfaatan  dan  pengendalian  ruang  termasuk  insentif 
dan  disinsentif  serta  menyusun  Standar  Pelayanan  Minimal  (SPM) 
penataan ruang untuk meningkatkan peran serta masyarakat. 
4. Optimalisasi potensi dengan tetap  memperhatikan kelestarian lingkungan 
hidup. 
 
6 URUSAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN 
Perencanaan  menurut  Undang  Undang  Nomor  25  Tahun  2004  adalah  suatu 
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan 
dengan  memperhitungkan  sumber  daya  yang  tersedia.  Perencanaan  secara 
umum diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh sebuah institusi publik 
untuk  membuat  arah  kebijakan  pembangunan  yang  harus  dilakukan  disebuah 
wilayah  baik  negara  maupun  di  daerah  dengan  didasarkan  keunggulan  dan 
kelemahan  yang  dimiliki  oleh  wilayah  tersebut.  Dalam  sebuah  proses 
perencanaan,  lembaga  perencana  wajib  memperhatikan  kondisi  sosial,  budaya, 
ekonomi,  keamanan,  kondisi  fisik,  segi  pembiayaan  serta  kualitas  sumber  daya 
yang ada. 
Perencanaan  pembangunan  Pemerintah  Provinsi  DIY  pada  tahun  2008  belum 
memiliki dokumen perencanaan yang tetap dan kesemuanya masih dalam bentuk 
draft,  sehingga  dokumen  perencanaan  masih  memanfaatkan  Renstrada  2004‐
2008. Namun demikian dalam perencanaan dimaksud tetap mempertimbangkan 
adanya: 
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DIY (RTRW). 
b. Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Bencana Provinsi DIY (RADPB). 
c. Pembangunan Berkelanjutan Provinsi DIY (d/h Agenda 21). 
d. Evaluasi Rencana Strategis Daerah 2004‐2008. 
 
Pemerintah  Provinsi  DIY  pada  tahun  2009  telah  memiliki  dokumen 
perencanaan pembangunan berupa RPJPD dan RPJMD yang berketetapan hukum, 
yang  ditetapkan  melalui  Peraturan  Daerah  Nomor  2  Tahun  2009  tentang  RPJPD 
Tahun  2005–2025  dan  Peraturan  Daerah  Nomor  4  Tahun  2009  tentang  RPJMD 
Tahun  2009–2013.  RPJPD  memuat  visi,  misi,  dan  arah  pembangunan  daerah, 
sedangkan  RPJMD  pada  hakikatnya  merupakan  penjabaran  dari  visi,  misi,  dan 
program  Kepala  Daerah,  yang  penyusunannya  berpedoman  pada  RPJPD  yang 
memuat  arah  kebijakan  keuangan  daerah,  strategi  pembangunan  daerah, 
kebijakan  umum,  dan  program  Satuan  Kerja  Perangkat  Daerah  (SKPD),  dan 
program  kewilayahan  disertai  dengan  rencana‐rencana  kerja  dalam  kerangka 
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. 
Seperti halnya tahun 2009, perencanaan pembangunan pada tahun 2010 
mengacu  pada  dokumen  perencanaan  yang  ada  yaitu  RPJPD  Tahun  2005–2025 
dan  RPJMD Tahun 2009–2013. 
Dokumen  perencanaan  tersebut  menjadi  dasar  serta  acuan  dalam 
menyusun  perencanaan  pembangunan  di  daerah,  selain  mempertimbangkan 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 31 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
dokumen  perencanaan  lainnya  seperti  RTRW  Provinsi  DIY.  RPJMD  selanjutnya 
dijadikan  pedoman  bagi  SKPD  untuk  menyusun  Renstra  SKPD    selama  5  (lima) 
tahun ke depan, serta menjadi acuan pemerintah daerah dalam menyusun RKPD 
yang disusun setiap tahunnya. 
Renstra SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan 
kegiatan  pembangunan  yang  disusun  sesuai  dengan  tugas  dan  fungsi  Satuan 
SKPD,  sedangkan  RKPD  yang  merupakan  penjabaran  dari  RPJMD  memuat 
rancangan  kerangka  ekonomi  daerah,  prioritas  pembangunan  daerah,  rencana 
kerja  dan  pendanaannya,  baik  yang  dilaksanakan  langsung  oleh  pemerintah 
maupun  yang  ditempuh  dengan  mendorong  partisipasi  masyarakat.  Dengan 
disusunnya  Renstra  SKPD    maupun  RKPD,  selanjutnya  SKPD  dapat  menyusun 
Renja  SKPD.  Penyusunan  Renja  SKPD  ini  berpedoman  pada  Renstra  SKPD  dan 
mengacu  pada  dokumen  RKPD.  Renja  SKPD  memuat  kebijakan,  program,  dan 
kegiatan pembangunan, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah 
maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. 
Penyusunan  Renja SKPD harus berjalan sinergis dengan RPJMD. Rencana 
Kerja  merupakan  instrumen  untuk  menghasilkan  kinerja  SKPD  sesuai  indikator 
yang  telah  ditentukan  di  RPJMD.  Indikator  ini  menjadi  semacam  titik  tolak  SKPD 
dalam menyusun perencanaan pembangunan melalui program‐program strategis 
yang  telah  disediakan,  baik  melalui  RPJMD  maupun  program  strategis  yang 
merupakan arahan gubernur selaku kepala daerah.  
Program‐program yang dilaksanakan tahun 2008–2012 terdiri dari: 
1. Program Pengembangan Data/informasi. 
2. Program Perencanaan Pengembangan Kota‐kota Menengah dan Besar. 
3. Program Perencanaan Pembangunan Daerah. 
4. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi. 
5. Program Perencanaan Sosial Budaya. 
6. Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam. 
7. Program  Peningkatan  Kapasitas  Kelembagaan  Perencanaan 
Pembangunan Daerah. 
8. Program Perencanaan Pembangunan Daerah Rawan Bencana. 
9. Program Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Sarana Prasarana. 
10. Program Perencanaan Pembangunan Pemerintahan. 
11. Program Pengendalian Pembangunan Daerah 
 
 
Tabel 4.18 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Perencanaan Pembangunan 
di Provinsi DIY,  2008‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2008  16  107  9.422.016.115 8.611.656.275 91,40 97,93
2009  15  121  11.095.227.400 9.970.912.335 89,87 99,26
2010  10  91  9.802.664.910 9.040.486.700 92,22 99,69
2011  12  68  9.638.618.490 9.111.381.240 94,53 100,00
2012*  12  67  14.830.799.920 4.669.537.475 31,49 44.71
Catatan: *)Posisi s/d Juni 2012 
Sumber: Bappeda Provinsi DIY 2012 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 32 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Pada  tahun  2012  jumlah  program  dilaksanakan  sebanyak  12  program 
dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  67  kegiatan.  Sampai  dengan  Bulan  Juni  2012, 
capaian fisik rata‐rata sebesar 44,71% dengan capaian realisasi keuangan sebesar 
31,49%.  Sudah  ada  3  kegiatan  yang  selesai  yaitu  Rehabilitasi  Sedang/Berat 
Kendaraan  Dinas/Operasional,  Penyusunan  Laporan  Kinerja  SKPD  dan  Sosialisasi 
Rencana  Aksi  Daerah  (RAD)    Pangan  dan  Gizi,  Penyusunan  Rencana  Aksi  Daerah  
Gas Rumah Kaca (RAD‐GRK) 
Sehubungan  dengan  akan  berakhirnya  masa  jabatan  Gubernur  Daerah 
Istimewa Yogyakarta pada bulan Oktober 2012 maka  sekaligus akan dilaksanakan 
penyusunan  RPJMD  2013  –  2017  yang  merupakan  amanat  dari  UU  Nomor    32 
Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri 
Dalam Negeri Nomor  54 Tahun 2010.  
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
Beberapa  hal  menjadi  kendala  atau  faktor  penghambat  dalam  penyusunan 
dokumen perencanaan dan implementasinya di antaranya adalah:  
1. Belum  optimalnya  sinergisitas  antara  proses  teknokratis,  politis, 
partisipatif,  proses  top  down  dan  buttom  up  dalam  penyusunan 
dokumen perencanaan sampai penyusunan anggaran. 
2. Belum optimalnya koordinasi dalam pengelolaan data dan informasi 
untuk perumusan dan evaluasi kebijakan. 
3. Belum  optimalnya  hasil  musyawarah  perencanaan  pembangunan 
(musrenbang)  sebagai  bahan  penyusunan  perencanaan 
pembangunan  karena  masih  kuatnya  ego  sektoral  dari  masing‐
masing SKPD. 
4. Belum  optimalnya  Koordinasi/kerjasama  antar  sektor  dan  antar 
daerah (kabupaten/kota). 
5. Belum  maksimalnya  pelaksanaan  monitoring  dan  evaluasi 
program/kegiatan  pembangunan  sebagai  feedback  bagi 
perencanaan pembangunan daerah selanjutnya.  
6. Belum  optimalnya  evaluasi  perencanaan  pembangunan  terhadap 
perencanaan pembangunan kabupaten/kota. 
Solusi 
1. Mengoptimalkan  fungsi  perencanaan  program  dan  anggaran  dengan 
peningkatan  koordinasi  antara  institusi  perencana  dengan  institusi 
penganggaran serta meningkatkan sinergisitas antara proses teknokratis, 
politis, partisipatif. 
2. Memperkuat  koordinasi  dan  pengelolaan  data/informasi  dalam 
perumusan dan evaluasi kebijakan. 
3. Meningkatkan  peran  serta  masyarakat  dalam  proses  penyusunan 
perencanaan pembangunan daerah. 
4. Meningkatkan  efektifitas  koordinasi  dan  pengendalian  pelaksanaan 
program/kegiatan. 
5. Meningkatkan  komunikasi,  koordinasi,  dan  kerjasama  antar  daerah  dan 
antar instansi dalam penyusunan dokumen perencanaan daerah.  
6. Meningkatkan  pengkajian  dan  analisis  perencanaan  yang  lebih  akurat 
untuk dapat  meningkatkan kualitas perencanaan dan rasio implementasi 
perencanaan daerah. 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 33 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
7 URUSAN PERUMAHAN 
Urusan  perumahan  merupakan  urusan  wajib  pemerintah  daerah.  Pemerintah 
Provinsi  DIY  melakukan  fasilitasi  dan  stimulasi  pembiayaan,  pembinaan, 
pengembangan  dan  pembangunan  perumahan  (Pergub  DIY  No.41  Tahun  2008).  
Rumah merupakan kebutuhan utama dan sangat penting bagi manusia.  Sebagai 
hak dasar rakyat, rumah (dengan lingkungan hidup yang baik dan sehat) berperan 
penting  dalam  meningkatkan  mutu  kehidupan  dan  penghidupan,  serta 
membentuk  watak  dan  jati  diri  bangsa.  Pembangunan  perumahan  mempunyai 
kontribusi  nyata  terhadap  peningkatan  lapangan  kerja,  pertumbuhan  ekonomi, 
penurunan angka kemiskinan, dan kesejahteraan. 
Keberadaan  rumah  tidak  layak  huni  dianggap  sebagai  penanda  paling  dominan 
dari  kemiskinan.  Semakin  banyak  warga  di  suatu  daerah  yang  tidak  memiliki 
rumah layak huni, apalagi jika tidak memiliki rumah sama sekali seringkali menjadi 
indikasi  terjadinya  kemiskinan  yang  parah  pada  daerah  tersebut.  Kondisi  yang 
demikian  disebut  backlog,  dimana  penyediaan  rumah  layak  huni  yang  tersedia 
jauh dibawah kebutuhan riil.  
Beberapa  upaya  yang  dilakukan  oleh  Pemerintah  Provinsi  DIY  untuk 
mengatasi masalah perumahan adalah sebagai berikut: 
a. Pembangunan Rumah Sederhana Sehat.  
b. Pengembangan Perumahan Swadaya. 
c. Pengembangan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa). 
 
Upaya  mengatasi  penurunan  backlog  selama  tahun  2009  dengan 
memperhatikan kebutuhan rumah 108.256 unit dengan ketersediaan 78.482 unit, 
jadi masih ada kekurangan 29.474 unit. Padahal yang tertangani adalah 10% atau 
2.927  unit,  atau  pencapaian  persentase  yang  tertangani  adalah  1%  yaitu  sekitar 
293  unit  rumah  per  tahun.  Tantangan  dalam  pembangunan  perumahan  yang 
terjadi  selama  ini  ialah  adanya  kesenjangan  pelayanan  kepada  kelompok 
masyarakat  berpenghasilan  rendah,  penyelenggaraan  sarana  dan  prasarana 
lingkungan  yang  buruk  seperti  penyediaan  air  bersih,  pengelolaan  sampah, 
sanitasi,  jalan  lingkungan,  drainase,  dan  listrik,  menyebabkan  lingkungan 
perumahan menjadi tidak sehat dan tidak layak huni, termasuk langkanya ruang‐
ruang terbuka hijau yang dapat menjadi penyeimbang kehidupan. 
Sepanjang  tahun  2010,  dari  hasil  pemantauan  pembangunan  rumah  oleh 
pengembang  hanya  mampu  membangun  293  rumah.  Sedangkan  fasilitasi 
pemerintah  dalam  rangka  bantuan  stimulan  pada  rumah  tidak  layak  huni, 
sebanyak 320 rumah untuk seluruh kabupaten/kota. Untuk tahun anggaran 2010, 
peningkatan  lingkungan  sehat  perumahan  dikaitkan  dengan  penyelenggaraan  
beberapa  event  seperti  peringatan  Hari  Habitat  Dunia  dan  Hari  Perumahan. 
Disamping itu juga dilakukan koordinasi dengan kabupaten/kota dalam penilaian 
dan penghargaan terhadap kinerja kabupaten/kota dalam meningkatkan kualitas 
lingkungan perumahan yang sehat, aman, tertata serta keswadayaan masyarakat 
yang  tinggi  melalui  pemberdayaan  masyarakat  sehingga  pembangunan 
perumahan dapat dilaksanakan secara keberkelanjutan (sustainability).  
Upaya  pemerintah  memfasilitasi  komunitas‐komunitas  perumahan  swadaya  
pada  tahun  2010  dilaksanakan  melalui  program  pemberdayaan  terhadap  14 
komunitas  perumahan.  Selama  tahun  2010,    dukungan  yang  telah  dilakukan 
mencapai    1%  fasilitasi  pembangunan  prasarana  dan  sarana  dasar  permukiman 
berbasis  masyarakat  terhadap  jumlah  komunitas  perumahan  yang  difasilitasi 
sebesar 5%. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 34 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Berdasarkan Review Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan 
dan Permukiman Daerah (RP4D) DIY 2011, ketersediaan perumahan DIY sebanyak 
1.038.233  unit,  terdiri  dari  822.687  unit  rumah  permanen,  124.346  unit  rumah 
semi permanen, dan 91.200 unit rumah non permanen Rumah Tidak Layak Huni 
(RTLH).  Mengingat  bahwa  jumlah  KK  di  tahun  2011  adalah  929.455  KK  (BPS  DIY 
2011),  tentunya  dari  sisi  jumlah  ketersediaan  perumahan  di  atas  sangat 
mencukupi.  Namun  pada  kenyataannya  banyak  keluarga  yang  belum  memiliki 
rumah. Ada beberapa kemungkinan penyebabnya, diantaranya bagi keluarga yang 
berkecukupan teridentifikasi mempunyai rumah lebih dari 1, atau pemilik rumah 
bukan  penduduk  DIY  karena  berbagai  alasan  (untuk  jaminan  hari  tua,  investasi, 
untuk anak yang sekolah di DIY dan alasan lainnya.)   
Menurut  RPJMD  2009‐2013,  kebutuhan  rumah  untuk  daerah  perkotaan 
(Kawasan  Perkotaan  Yogyakarta)  sebesar  108.256  unit  dengan  ketersediaan 
78.482  unit,  sehingga  masih  ada  kekurangan  29.474  unit.  Target  RPJM  dalam 
mengurangi backlog per tahun adalah 2% (dari target 5 tahun sebesar 10%) atau 
lebih kurang 589 unit/tahun. 
Indikator  sebagai  tolok  ukur  pencapaian  target  kinerja  urusan  perumahan 
tahun periode 2009–2012 dapat dilihat pada tabel berikut: 
 
Tabel 4.19 
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Perumahan, 2009‐2012 
Capaian Tahun 
No  Indikator Kinerja  Satuan 
2008  2009  2010  2011  2012 
1  Prosentase Penurunan  %  1,00  1,00  2,00  2,00  2,00 
Backlog dalam 
Penyediaan Perumahan 
2  Prosentase Peningkatan  %  10,00 10,00  10,00  10,00 10,00 
Lingkungan Sehat 
Perumahan 
3  Prosentase Jumlah  %  5,00  5,00  5,00  5,00  5,00 
Komunitas Perumahan 
yang Difasilitasi 
4  Prosentase  %  10,00 10,00  10,00  10,00 10,00 
Pengurangan Kawasan 
Kumuh 
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY 
 

7.1 Prosentase Penurunan Backlog dalam Penyediaan 
Perumahan 
Upaya  Pemerintah  Provinsi  DIY  untuk  mengatasi  masalah  backlog  perumahan 
dilakukan  melalui  Pembangunan  Rumah  Sederhana  Sehat,  Pengembangan 
Perumahan Swadaya, Pengembangan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) 
dan pembangunan rumah formal melalui pengembang. Namun upaya ini berjalan 
lambat  karena  ada  beberapa  kendala  yang  dihadapi.    Target  penurunan  sebesar 
2% di tahun 2011, sesuai capaian kinerja telah terpenuhi dengan capaian sebesar 
2%. 
7.2 Prosentase Peningkatan Lingkungan Sehat Perumahan 
Dalam rangka memberdayakan masyarakat dari sisi penyediaan rumah yang layak 
huni,  Pemerintah  melakukan  pembinaan  terhadap  masyarakat  berpenghasilan 
rendah  dengan  pemberian  bantuan  stimulan.  Dalam  kurun  2008‐2011,  capaian 
kinerja indikator ini mencapai 10% pertahun sesuai target yang ada. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 35 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
7.3 Prosentase Jumlah Komunitas perumahan yang 
Difasilitasi 
Sebagai  upaya  untuk  mendorong  masyarakat  berperan  aktif  dalam  pemenuhan 
akan  rumah,  maka  pemerintah  provinsi  setiap  tahun  memfasilitasi  dengan 
memberikan stimulan bahan bangunan kepada komunitas perumahan. 
 
7.4 Prosentase Pengurangan Kawasan Kumuh 
Dari identifikasi dilakukan ada 69 kawasan kumuh yang tersebar di DIY khususnya 
di daerah perkotaan.   Tolok ukur capaian kerja yang telah ditargetkan dilakukan 
melalui serangkaian kegiatan penataan kawasan padat penduduk yang cenderung 
kumuh.  Pada  akhir  tahun  2011  telah  dilakukan  penataan  7  kawasan  yang  setara 
dengan 10% sesuai target yang dicanangkan. 
Pembangunan  perumahan  di  Provinsi  DIY  tahun  2008–2011  dilaksanakan 
melalui program‐program sebagai berikut: 
1. Program Pengembangan Perumahan. 
2. Program Lingkungan Sehat Perumahan. 
3. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan. 
4. Program Penataan Kawasan Padat Penduduk dan Kumuh. 
5. Program Perbaikan Perumahan Akibat Bencana alam dan Sosial. 
 
Tabel 4.20 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Perumahan di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2008  2  5  363.731.600 360.315.100 99,30 100,00
2009  1  7  1.508.920.020 1.254.435.750 83,13 100,00
2010  3  13  8.201.720.121 6.671.614.552 81,34 100,00
2011  5  12  11.991.184.764 8.896.991.460 74,20 92,43

2012*)  4  8  15.626.400.000 293.935.150 1,88 30,73

Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY 
 
Untuk  Tahun  2011  jumlah  program  dilaksanakan  sebanyak  4  program. 
Pada  Tahun  2012  jumlah  kegiatan  sebanyak  8  dan  sampai  dengan  Juli  2012, 
capaian fisik rata‐rata sebesar  30,73% dengan serapan keuangan sebesar 1,88%. 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
1. Belum  maksimalnya  peran  aktif  dari  pemangku  kepentingan  dalam 
penyelenggaraan pembangunan di bidang perumahan.  
2. Adanya kebutuhan masyarakat akan perumahan yang semakin meningkat 
terutama di perkotaan, sementara lahan yang tersedia sangat terbatas.  
3. Keterbatasan  akses  masyarakat  berpenghasilan  menengah  kebawah 
terhadap lahan untuk perumahan serta terbatasnya anggaran pemerintah 
dalam  memfasilitasi  penyediaan  perumahan  yang  layak  huni,  terutama 
bagi masyarakat berpenghasilan rendah. 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 36 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Solusi 
1. Peningkatan peran kapasitas pemangku kepentingan termasuk komunitas 
masyarakat  di  bidang  perumahan,  bersama‐sama  dengan  pemerintah 
mengatasi  permasalahan  penyediaan  perumahan,  terutama  penyediaan 
rumah layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah.  
2. Peningkatan  pelaksanaan  pembangunan  perumahan  layak  huni  secara 
vertical dalam bentuk Rusunawa.  
4. Peningkatan  koordinasi  dengan  instansi  terkait  dalam  rangka  mengatasi 
permasalahan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. 
 
 
8 URUSAN KEPEMUDAAN DAN KEOLAHRAGAAN 
Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, agar mampu bersaing 
secara  global  dengan  berwawasan  kebangsaan,  berjiwa  kepemimpinan  yang 
memiliki  watak  dan  akhlak  mulia,  mempunyai  prestasi  dalam  berbagai  bidang, 
memiliki kesehatan  jasmani dan rohani, cerdas, terampil dengan dilandasi iman 
dan taqwa terhadap Tuhan Yang  Maha Esa maka pembinaan bagi pemuda serta 
pembinaan olahraga merupakan hal yang penting untuk dilakukan. 
Pelaksanaan urusan kepemudaan dan keolahragaan didukung melalui beberapa 
program  yaitu  peningkatan  peran  serta  kepemudaan,  peningkatan  upaya 
penumbuhan  kewirausahaan  dan  kecakapan  hidup  pemuda,  pembinaan  dan 
pemasyarakatan olahraga dan peningkatan sarana dan prasarana olahraga. 
Pembinaan  terhadap  generasi  muda  dilakukan  dengan  melakukan 
fasililtasi  untuk  memenuhi  kebutuhan  dalam  pengembangan  jiwa  kewirausahan 
dan  kemandirian  bagi  pemuda  dengan  harapan  pemuda  tidak  hanya 
mengandalkan  pekerjaan  formal  sebagai  pekerja/pegawai  namun  sanggup 
menjadi entrepreneur sejati yang dapat bertahan dalam persaingan di era global.  
Untuk  bidang  olahraga  pembinaan  dilakukan  dengan  mengidentifikasi 
potensi  dan  bakat  bidang  olahraga  baik  bagi  pelajar  maupun  masyarakat  luas 
melalui  proses  seleksi,    pembinaan  dan  kompetisi‐kompetisi  olahraga  di  tingkat 
provinsi  yang  akan  dipersiapkan  untuk  menghadapi  kompetisi  tingkat  regional 
maupun  nasional.  Pembangunan  dan  pembinaan  olahraga  harus  didukung 
dengan  kesiapan  tenaga  pelatih  ,  sarana  dan  prasarana,  serta  fasilitas  lain  yang 
mengikuti perkembangan teknologi informasi. 
Beberapa prestasi yang pernah diraih Provinsi DIY adalah sebagai berikut:  
1. Juara I Pasukan Pengibar Bendera Tingkat Nasional. 
2. Juara I Nasional Pemuda Pelopor. 
3. Juara II Nasional pemilihan SP‐3 berprestasi. 
Catatan penting untuk tahun 2009, Provinsi DIY bertindak sebagai tuan rumah 
POPNAS  X  dan  berhasil  memperbaiki  peringkat  sebelumnya  dari  peringkat  24 
menjadi peringkat 7. Pemerintah Provinsi DIY juga berhasil membangun kembali 
GOR Amongrogo yang hancur karena gempa bumi.       
Pembangunan  di  bidang  kepemudaan  dan  keolahragaan  selama  tahun  2008–
2012 dilaksanakan melalui program‐program sebagai berikut: 
1. Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda. 
2. Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan. 
3. Program  Peningkatan  Upaya  Penumbuhan  Kewirausahaan  dan 
Kecakapan Hidup Pemuda. 
4. Program Pemberdayaan dan Pengembangan Pemuda. 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 37 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
5. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga. 
6. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga. 

 
Alokasi Dana APBD Provinsi DIY tahun 2008 s.d. 2012 tergambar seperti tabel  
berikut: 
 
Tabel 4.21 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Kepemudaan dan Keolahragaan 
di Provinsi DIY, Tahun 2008‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2008  4  11  8.660.200.000 7.806.158.455 90,14 100,00
2009  4  10  42.016.588.000 38.936.013.124 92,67 99,76
2010  5  22  8.844.125.920 7.997.173.891 90,42 98,19
2011  5  26  8.699.577.500 7.545.852.155 86,74 100
2012*  6  33  14.228.497.300 6.983.785.987 49,08 57,36
Catatan: *)Posisi s/d Bulan Agustus 2012 
Sumber: Disdikpora Provinsi DIY 
 
Pada  tahun  2012  jumlah  program  dilaksanakan  sebanyak  6  program 
dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  33  kegiatan  dengan  dana  APBD  Provinsi  DIY 
sebesar      Rp.14.228.497.300.  Sampai  dengan  Bulan  Agustus  2012  daya  serap 
keuangan mencapai 49,08 %  dengan capaian fisik sebesar  57,36%.   
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
1 Belum efektifnya pembinaan kewirausahaan pemuda. 
2 Sarana latihan para atlet semakin sedikit. 
3 Belum efektifnya pembibitan atlet.  
4 Sikap sportifitas, disiplin dan semangat juang para atlet masih rendah. 
 
Solusi 
1 Penyediaan  bantuan  permodalan  sebagai  tindak  lanjut  pelatihan 
kewirausahaan. 
2 Penambahan fasilitas latihan bagi para atlet agar prestasi meningkat. 
3 Pemberian  penghargaan  atlet  berprestasi  sehingga  tetap    tinggal  di  DIY, 
pengelolaan  pembibitan  atlet  yang  berkelanjutan,  pencarian  bakat  atlet 
olahraga  berprestasi,  pembinaan  atlet‐atlet  berbakat  dan  klub‐klub 
olahraga prestasi. 
4 Penyediaan  sarana  dan  prasarana  yang  memadai  untuk  pembinaan 
generasi  muda. 
 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 38 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
9 URUSAN PENANAMAN MODAL 
Penanaman modal atau investasi  adalah  faktor  produksi  yang  sangat  penting  
dalam  usaha  meningkatkan  aktivitas ekonomi,  selain  faktor  produksi  lainnya  
seperti    sumber    daya  manusia,    teknologi,    lahan    dan  lain  sebagainya. 
Pembentukan  investasi  yang    tinggi  pada  umumnya  mengindikasikan  potensi 
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. 
Perkembangan  penanaman  modal  sangat  terkait  dengan  berbagai  faktor  lain, 
diantaranya  adalah  potensi  sumber  daya  alam,  infrastruktur  penunjang,  serta 
iklim  penanaman  modal  yang  kondusif.    Iklim  penanaman  modal  sendiri  sangat 
terkait  dengan  kebijakan  di  bidang  penanaman  modal,  baik  menyangkut 
peraturan di bidang penanaman modal maupun peraturan pelaksanaannya, yang 
akan berdampak pada sistem dan prosedur pelayanan kepada investor.  
Dalam  rangka  mengoptimalkan  potensi  perekonomian  daerah,  maka 
Provinsi DIY masih memerlukan sejumlah dana dalam bentuk investasi baik yang 
berupa investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal 
Asing (PMA).  
Perkembangan  penanaman  modal    di  Provinsi  DIY  dalam  kurun  waktu 
tahun 2008 s/d Juni  2012  adalah sebagai berikut:  
 

 
Sumber: BKPM Provinsi DIY 
Gambar 4.1  
Pertumbuhan Investasi PMDN/PMA Provinsi DIY (%), 2008‐ Juni 2012 
 

Rekapitulasi yang telah dilakukan sampai dengan bulan Juni  tahun 2012 
menunjukkan bahwa pertumbuhan investasi  PMA/PMDN di Provinsi DIY sebesar 
5,69% dengan nilai pertumbuhan Rp.365.835.414.226,‐  yang terdiri dari kenaikan 
investasi  PMDN sebesar 13,68% (senilai Rp.316.461.439.226,‐) dan pertumbuhan 
investasi  PMA  sebesar  1,20%  (senilai  Rp.49.373.975.000,‐).    Rincian  perusahaan 
yang  merealisasikan  investasinya  (aktif)  di  DIY  sejumlah  233  perusahaan  (terdiri 
dari  113  PMA  dan  120  PMDN)  dari  total  334  perusahaan  yang  tercatat,  dengan 
serapan tenaga kerja sebanyak 38.904 TKI serta 138 TKA.  
Nilai  realisasi  dan  pertumbuhan  investasi  PMA/PMDN  di  Provinsi  DIY 
selama  kurun  waktu  tahun  2008  sampai  dengan  semester  I  /  2012,  disajikan 
dalam tabel berikut:                       
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 39 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Tabel 4.22 
Realisasi dan Pertumbuhan Investasi PMA/PMDN Provinsi DIY, 2008‐2012 
Pertum‐
Investasi PMDN  Investasi PMA 
Tahun  PMA+PMDN (Rp)  Pertumbuhan (Rp)  buhan 
(Rp)  (Rp) 
(%) 
2008  1.806.426.455.845  2.415.461.744.857  4.221.888.200.702  142.187.960.933  3,49 
2009  1.882.514.536.845  2.508.131.163.857  4.390.645.700.702  168.757.500.000  3,99 
2010  1.884.923.869.797  2.696.046.957.447  4.580.972.827.244  190.327.126.542  4,33 
2011  2.313.141.695.784  4.110.436.324.224  6.423.578.020.008  1.842.605.192.764  40,22 
2012*  2.629.603.135.010  4.159.810.299.224  6.789.413.434.234  365.835.414.226  5,69 
Catatan: *) Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: BKPM Provinsi DIY 
 

Perkembangan  investasi  di  Provinsi  Daerah  Istimewa  Yogyakarta 


menunjukkan  pertumbuhan  yang  signifikan  pada  5  tahun  terakhir,  sebagaimana 
tersaji dalam tabel diatas. Peningkatan yang paling besar terjadi pada tahun 2011, 
karena  realisasi  perusahaan  baru,  perluasan  perusahaan  yang  telah 
merealisasikan  investasinya  pada  tahun‐tahun  sebelumnya,  renovasi  / 
peremajaan/  restruksturisasi  perusahaan  yang  tentunya  juga  berimplikasi  pada 
penambahan  investasi.  Pemulihan  kondisi  ekonomi  di  Provinsi  DIY  pasca  erupsi 
Gunung  Merapi  yang  cepat  juga  memberikan  dampak  positif  bagi  peningkatan 
investasi.  Sektor‐sektor  yang  memberikan  sumbangan  pertumbuhan  investasi 
meliputi    sektor  sekunder  dan  tersier  yang  berkembang  cukup  signifikan  antara 
lain  berupa  jasa  perhotelan,  restoran,  industri  pengolahan,  perdagangan,  dan 
pengangkutan. 
Sampai  dengan  semester  I  2012  pertumbuhan  investasi  perusahaan 
PMDN  menunjukkan  perkembangan  yang  cukup  signifikan  yakni  pada  bidang 
perhotelan  dan  industri  konveksi.  Sedangkan  pada  perusahaan  PMA, 
sebagaimana  tahun  sebelumnya  jasa  perhotelan,  restoran,  industri  pengolahan, 
perdagangan,  dan  pengangkutan  masih  memberikan  nilai  pertumbuhan  yang 
signifikan. 
Adapun upaya pembangunan terkait urusan penanaman modal di Provinsi DIY 
dari  tahun  2008‐2012  telah  dilaksanakan  melalui  program‐program  sebagai 
berikut: 
1 Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi. 
2 Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi. 
3 Program Penyiapan Potensi Sumber Daya, Sarana dan Prasarana Daerah. 
 
Tabel 4.23 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Penanaman Modal 
di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2008  1  2  108.301.000 102.882.000 95,42 100,00
2009  2  16  1.206.205.375 1.102.791.675 91,43 100,00
2010  3  15  1.815.776.370 1.698.469.864 93,54 99,60
2011  3  14  2.394.180.390 2.256.404.040 94,24 100,00
2012*  3  16  2.801.993.520 906.956.140 32,36 37,60
Catatan: *) Posisi s/d Juli 2012 | Sumber: BKPM Provinsi DIY  
Sesuai  dengan  arah  pembangunan  penanaman  modal  Provinsi  DIY 
sebagaimana  termuat  dalam  RPJMD  Provinsi  DIY  2009  –  2013,  secara  umum 
alokasi  anggaran  yang  disediakan  mengalami  peningkatan  dari  tahun  ke  tahun 
sebagai  wujud  komitmen  Pemerintah  Provinsi  DIY  yang  responsif  terhadap 
investasi.  Program/kegiatan  selama  kurun  2008  ‐  2012  diarahkan  untuk 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 40 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
peningkatan  promosi  peluang‐peluang  serta  potensi  investasi  yang  ada  serta 
peningkatan iklim dan realisasi investasi.   
Upaya  peningkatan  promosi  investasi  telah  dilaksanakan  melalui  bentuk 
keikutsertaan dalam pameran‐pameran investasi regional maupun skala nasional 
seperti gelar potensi investasi daerah (GPID),  Trade and Tourism Investment (TTI) 
Expo,  penyelenggaraan  one  on  one  meeting,  business  forum/business  meeting 
dengan  calon  investor  dan  stakeholder  terkait  serta    promosi  peluang  investasi 
melalui  website  Jogja  Invest.  Adapun  peningkatan  iklim  investasi  telah 
dilaksanakan  dengan  pembentukan  Gerai  Pelayanan  Perizinan  Terpadu  (  P2T  ) 
yang  telah  melayani  izin/non  izin  sebanyak  74  jenis  izin  (53  izin  usaha,  16  izin 
terkait  usaha  serta  5  buah  izin  non  usaha),  melaksanakan  fasilitasi  pelayanan 
serta  pengawasan  dan  pembinaan  perusahaan  penanaman  modal  yang  telah 
beroperasi  di  DIY,  serta  penyusunan  rencana  umum  penanaman  modal  daerah 
(RUPMD)  dan  penyusunan  raperda  tentang  pemberian  insentif  dan  pemberian 
kemudahan penanaman modal di Provinsi DIY. 
Hasil penilaian kualifikasi  pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di bidang 
penanaman  modal  oleh  Badan  Koordinasi  Penanaman  Modal  RI  Tentang 
Penetapan  kualifikasi  terhadap  130  PTSP  tingkat  provinsi,  kabupaten  dan  kota 
tahun  2010,  kantor  Gerai  P2T  Provinsi  DIY  telah  masuk  kualifikasi  bintang  satu 
dengan  nomor  urut  satu,  kemudian  pada  penilaian  tahun  2011  telah  naik 
kualifikasi  menjadi  bintang  dua.  Selanjutnya  keikutsertaan  Provinsi  DIY  pada 
pelaksanaan Pameran Invesda Expo 2012 meraih juara harapan tiga stand terbaik. 
Pada  Pameran  Promosi  Potensi  Daerah    Pekan  Raya  Jakarta      (PRJ)  tahun  2012, 
Provinsi  DIY  berhasil  meraih  penghargaan  sebagai  Brand  Manage  Champion 
2012yr  kategori stand pemerintah. 
Salah  satu  strategi    yang  juga  diupayakan  untuk  peningkatan  realisasi 
penanaman modal adalah optimalisasi serta revitalisasi peran Kantor Perwakilan 
Daerah  (KAPERDA)  DIY  di  Jakarta  sebagai  single  window  sekaligus  front  office 
Pemerintah Provinsi DIY di Jakarta. Salah satu kegiatan yang telah dan akan terus 
diupayakan  terkait  hal  tersebut  diantaranya  pelaksanaan  gathering  bersama 
perusahaan‐perusahan  penanaman  modal  di  Provinsi  DIY  yang  memiliki  kantor 
utama  di  Jakarta.  Kegiatan‐kegiatan  tersebut  secara  khusus  merupakan  strategi 
dalam  upaya  menjalin  komunikasi  intensif  dengan  perusahaan‐perusahan 
sehingga terus mempertahankan dan jika memungkinkan menambah investasinya 
di DIY.  
Pelaksanaan  program/kegiatan  pada  tahun  2012  sampai  dengan  bulan 
Juli,  secara  keuangan  baru  terealisasi  sebesar  32,36%  sedangkan  fisik  kegiatan 
baru  tercapai  37,6%.    Serapan  keuangan  dan  fisik  secara  umum  masih  rendah 
berkaitan dengan jadwal kegiatan yang berada pada akhir triwulan III dan triwulan 
IV  tahun  anggaran  2012.    Kegiatan  yang  telah  diselesaikan  100%  terkait  urusan 
penanaman  modal  adalah    Memfasilitasi  dan  Koordinasi  kerjasama  di  Bidang 
Investasi  dengan  keluaran  kegiatan  berupa  dua  kali  forum  koordinasi  persiapan 
kawasan  industri    di  DIY.  Pengembangan  sistem  informasi  pelayanan  perizinan 
terpadu  dengan  keluaran  berupa  aplikasi  perizinan  untuk  Gerai  Pelayanan 
Perizinan  Terpadu  (P2T)  serta  Penyusunan  Profil  Pelayanan  Perijinan  dan  Non 
Perijinan di Provinsi DIY. Selanjutnya sampai dengan akhir bulan September 2012, 
realisasi  keuangan  diproyeksikan    akan  mencapai  73,53%  dan  realisasi  fisik 
sebesar 75%. 
 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 41 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
Permasalahan mendasar bidang penanaman modal di Provinsi DIY adalah sebagai 
berikut: 
1. Birokrasi perizinan yang rumit dan berbiaya mahal. 
2. Kabupaten/kota  di  DIY  belum  semuanya  melayani  perizinan 
penanaman  modal  sesuai  dengan  ketentuan  perundang‐undangan 
yang berlaku. 
3. Identifikasi  potensi  investasi  sektor  unggulan  di  Provinsi  DIY  masih 
memerlukan telaah lebih lanjut. 
4. Kebanyakan  peluang‐peluang  investasi  yang  sudah  ada  belum  detail 
dan jelas. 
5. Permasalahan lahan, di mana umumnya masalah klasik yang dihadapi 
oleh  investor  adalah  minimnya  ketersediaan  tanah/lahan  terkait 
dengan  luas  wilayah  DIY  yang  sempit  dan  harga  tanah  di  Yogyakarta 
yang cenderung semakin mahal. 
6. Belum  adanya  aturan  khusus  terkait    peningkatan  iklim  investasi  di 
Provinsi DIY. 
7. Kurangnya koordinasi antar stakeholder penanaman modal di Provinsi 
DIY  dalam  melaksanakan  perencanaan  investasi  (sebagai  contoh: 
program  pengembangan  Kawasan  Ekonomi  Khusus  (KEK)  di 
Kulonprogo yang belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan). 
8. Perubahan  jadwal  dan  tempat  pelaksanaan  pameran  investasi  yang 
dikoordinir oleh BKPM RI. 
9. Belum  semua  perusahaan  (investor)  yang  terdaftar    merealisasikan 
investasinya di DIY. 
10. Masalah ketenagakerjaan serta ketersediaan energi (Aliran listrik yang 
tidak  stabil  (sering  padam  secara  mendadak  tanpa  pemberitahuan 
terlebih  dahulu),  menyebabkan  beberapa  perusahaan  mengalami 
kerugian karena gangguan proses produksi dan komunikasi). 
 
Solusi  
Untuk mengatasi beberapa permasalahan tersebut, diupayakan dengan cara‐cara: 
1. Pembentukan  dan  operasional  kantor  pelayanan  terpadu  satu  pintu 
(P2T). 
2. Peningkatan  koordinasi/forum    guna  fasilitasi  pelaksanaan  perizinan 
penanaman modal di kabupaten/kota. 
3. Pelaksanaan  kajian  dan  pemetaan  terkait  potensi  investasi  sektor 
unggulan yang ada di Provinsi DIY. 
4. Dilaksanakan  kajian  pra  feasibility  study  (pra  FS)  dan  FS  untuk 
peluang‐peluang investasi yang akan ditawarkan. 
5. Koordinasi dengan pihak terkait penyediaan lahan dan upaya melalui 
forum/kajian  landbanking. 
6. Pelaksanaan  kajian  dan  ditindaklanjuti  dengan  penyusunan  regulasi 
terkait  peningkatan  iklim  investasi  di  Provinsi  DIY  (penyusunan 
Raperda  tentang  pemberian  insentif  dan  pemberian  kemudahan 
penanaman modal pada tahun 2012) .  
7. Pelaksanaan koordinasi secara lebih intensif antar semua stakeholder 
investasi  baik  pusat  maupun  daerah  dengan  tujuan  sinkronisasi 
perencanaan  investasi  (terkait  KEK  Kulonprogo,  telah  dilaksanakan 
Forum  Koordinasi  dan  Perencanaan  Peluang  Investasi  2011  dengan 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 42 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
tema:  Perencanaan  Penanaman  Modal  di  KEK)  dan  forum‐forum 
kawasan industri di tahun anggaran 2012. 
8. Koordinasi  intensif  dengan  BKPM  RI  terkait  waktu  dan  jadwal 
pelaksanaan  pameran  investasi  yang  diikuti  Provinsi  DIY  agar 
perencanaan anggaran dapat sesuai. 
9. Pembinaan dan pemantauan perusahaan secara lebih intensif untuk 
memfasilitasi  kesulitan  terkait  realisasi  investasinya  (pembentukan  
Task  Force/Advokasi/Desk  atau  dengan  jalan  memfasilitasi 
pertemuan antara BKPM RI dengan perusahaan dan dengan PDKPM 
(Perangkat Daerah Kab/Kota Penanaman Modal). 
10. Melaksanakan  forum  bersama  perusahaan  dan  instansi/asosiasi 
terkait, sebagai upaya mengatasi  hambatan dan permasalahan yang 
dialami perusahaan‐perusahaan penanaman modal di Provinsi DIY. 
 
 
10 URUSAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) 
Program pembangunan dalam mengembangkan koperasi dan UKM di Provinsi DIY 
adalah  dengan  memberdayakan  usaha  mikro,  kecil  dan  menengah  yang 
disinergikan  dengan kebijakan program dari pemerintah pusat. Salah satu upaya 
pembinaan UKM adalah melalui sentra industri, karena upaya ini lebih efektif dan 
efisien,  disamping  itu  juga  banyak  melibatkan  usaha  mikro  dan  kecil.  Dalam 
jangka  panjang,  koperasi  dan  UKM  perlu  terus  ditumbuh  kembangkan  untuk 
menopang  roda  perekonomian  daerah,  khususnya  dan  perekonomian  nasional 
pada umumnya. 
 
Tabel 4.24 
Perbandingan Jumlah Koperasi dan UKM di Provinsi DIY, 2008‐2011 
Indikator  2008  2009  2010  2011 
jumlah koperasi aktif 2.195 2.316  1.926  1.981
jumlah UKM  152.340 164.847  182.232  201.975
Sumber: Disperindagkop Provinsi DIY 
 
Perkembangan  jumlah  koperasi  dan  UKM  di  Provinsi  DIY,  dari  tahun  ke  tahun 
2008–2011  per  31  Desember  2011  mengalami  kenaikan.  Tercatat  pada  tahun 
2010,  jumlah  koperasi  aktif  sebanyak  1.926  koperasi,  mengalami  kenaikan 
sebanyak  55  koperasi  atau  2,86%  dibanding  tahun  2010  yaitu  sebanyak  1.926 
koperasi. Demikian halnya untuk UKM pada tahun 2011 juga mengalami kenaikan 
sebesar 19.743 UMKM atau sebesar 10,83% debanding dengan tahun 2010. 
Pembangunan  di  bidang  koperasi  dan  UKM  tahun  2008–2011  dilaksanakan 
melalui program‐program sebagai berikut: 
1. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif. 
2. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha 
Kecil Menengah. 
3. Program  Pengembangan  Sistem  Pendukung  Usaha  Bagi  Usaha  Mikro  Kecil 
Menengah. 
4. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi. 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 43 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Tabel 4.25 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Koperasi dan UKM 
di Provinsi DIY, 2008‐2011 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2008  2  15 449.277.500 425.760.520 95,00 100,00
2009  2  12 307.243.000 291.266.178 95,00 100,00
2010  4  18 947.498.550 882.939.550 93,00 100,00
2011  4  8  509.587.284 461.753.280 90,56 100,00
2012*  3  9  640.675.000 148.996.000 23,24 25,00
Catatan: Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: Disperindagkop Provinsi DIY 
 
Pada  tahun  2011  jumlah  program  dilaksanakan  sebanyak  4  program, 
dengan jumlah kegiatan sebanyak 8 kegiatan. Sampai dengan akhir tahun, capaian 
fisik  rata‐rata  sebesar  100%  dengan  capaian  realisasi  keuangan  sebesar 
Rp.461.753.280,‐  atau  90,56%.  Pada  tahun  2012  jumlah  program  dilaksanakan 
sebanyak  3  program,  dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  9  kegiatan.  Sampai 
dengan bulan Juli 2012, capaian realisasi keuangan sebesar  Rp.148.996.000,‐ atau 
23,24%.  Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain: 
1 Sosialisasi Kebijakan Tentang Usaha Kecil Menengah. 
2 Pengembangan Kopsis Dan Kopma. 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan  
1. Belum semua koperasi yang terdaftar merupakan koperasi aktif.  
2. Pengembangan  KUKM  dan  sektor  pembiayaan  perekonomian  syariah 
mengalami  kesulitan  dalam  mengakses  sumber‐sumber  pembiayaan  dan 
permodalan  dan  terbatasnya  kemampuan  untuk  meningkatkan  modal 
yang  dimiliki.  Perbankan  masih  terikat  kepada  berapa  persyaratan  klasik 
yang  mempersulit  KUKM‐KUKM  memperoleh  sumber  permodalan. 
Karakteristik  yang  melekat  pada  KUKM  seringkali  dijadikan  alasan  untuk 
mengecilkan KUKM dengan perbankan, dan sebagian KUKM masih belum 
menggunakan  manajemen  modern  dan  SDM  yang  memadai,  sehingga 
mempersulit/menghambat  akses  KUKM  bermitra  dengan  lembaga  lain 
termasuk lembaga keuangan perbankan/non perbankan.  
 
Solusi  
Beberapa  upaya  solusi  yang  dapat  dilakukan  untuk  mengatasi  permasalahan‐
permasalahan tersebut adalah: 
1. Perlunya  diadakan  inventarisasi  dan  identifikasi  terhadap  koperasi,  UKM 
maupun  pembiayaan  perekonomian  syariah  untuk  dapat  dicari  apa 
penyebabnya.  
2. Langkah‐langkah  yang  perlu  diambil  adalah  melaksanakan  program  yang 
telah  ditetapkan  baik  dari  sektor  koperasi,  sektor  UKM  maupun  dari 
sektor  pembiayaan  perekonomian  syariah  agar  lebih  konkrit  dalam 
mengatasi  permodalan  dan  ada  kemajuan  dan  saling  kordinasi  diantara 
sektor yang berkaitan, demi untuk kemajuan bersama. 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 44 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
11 URUSAN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL 
Urusan administrasi kependudukan merupakan urusan yang sangat penting dalam 
tata pemerintahan nasional. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 
2007  tentang  Pembagian  Urusan  Antara  Pemerintah,  Pemerintah  Provinsi, 
Pemerintah  Daerah  Kabupaten/Kota,  pasal  7  ayat  (2)  dan  (3)  disebutkan  bahwa 
urusan  administrasi  kependudukan  merupakan  salah  satu  urusan  wajib  yang 
harus  diselenggarakan  oleh  Kabupaten/Kota  berkaitan  dengan  pelayanan  dasar. 
Maksudnya  adalah  bahwa  hasil  kinerja  dari  urusan  administrasi  dan 
kependudukan  tersebut,  nantinya  dapat  dijadikan  sebagai  basis  data  untuk 
penyediaan  pelayanan  dasar,  khususnya  pelayanan  bidang  kesehatan  dan 
pendidikan bagi masyarakat. 
Dalam  implementasi  yang  lebih  luas,  data  administrasi  kependudukan  akan 
menjadi  rujukan  penting  bagi  kebijakan‐kebijakan  di  sektor  lain  bidang  politik, 
sosial  dan  ekonomi.  Administrasi  kependudukan  merupakan  rangkaian  kegiatan 
penataan  dan  penertiban  dalam  penerbitan  dokumen  dan  data  kependudukan 
melalui  pendaftaran  penduduk,  pencatatan  sipil,  pengelolaan  informasi 
administrasi kependudukan serta pendayagunaan yang hasilnya untuk pelayanan 
publik dan pembangunan sektor lain. 
Beberapa  kegiatan  yang  telah  dilakukan  dalam  rangka  penanganan 
kependudukan  di  Provinsi  DIY  antara  lain:  Pembangunan  dan  Pengembangan 
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) secara terpadu, implementasi 
sistem  administrasi  kependudukan  dimulai  dari  pembangunan,  updating  dan 
pemeliharaan, serta koordinasi pelaksanaan kebijakan kependudukan, pemberian 
bimbingan  dan  supervisi  pelaksanaan  pendaftaran  penduduk  dan  pencatatan 
sipil,  koordinasi  data  kependudukan  orang  asing  Kartu  Izin  Tinggal  Sementara 
(KITAS)  dan  Kartu  Izin  Tinggal  Tetap  (KITAP),  pengelolaan  dan  penyelesaian  data 
kependudukan  berskala  Provinsi  dan  koordinasi  pengawasan  dan 
penyelenggaraan administrasi kependudukan. 
Rekapitulasi  pelaksanaan  program  dan  kegiatan  urusan  pertanahan 
selama kurun waktu 2008‐2012 sebagaimana tercantum pada tabel berikut: 
 
Tabel 4.26 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil di 
Provinsi DIY, 2008‐2012 
Keuangan 
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2008  1  11 1.660.960.110 550.362.759  33,14 100,00
2009  1  13 818.631.000 808.081.114  98,71 100,00
2010  1  14 605.800.000 598.757.966  98,84 100,00
2011  1  15 710.270.000 702.935.131  98,97 102,11
2012  1  12 532.555.060 274.504.923  51,54 57,34
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: Biro Tata Pemerintahan Setda Provinsi DIY 
 
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak satu program dengan 
jumlah  kegiatan  sebanyak  12  kegiatan.  Sampai  dengan  Bulan  Juli  2012,  capaian 
fisik rata‐rata sebesar 57,34% dengan capaian realisasi keuangan sebesar 51,54%. 
Adapun  daftar  kegiatan  yang  dilaksanakan  pada  tahun  2012  adalah  sebagai 
berikut: 
1. Pembangunan dan Pengoperasian SIAK secara Terpadu. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 45 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
2. Implementasi Sistem Administrasi Kependudukan (membangun, updating 
dan pemeliharaan). 
3. Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Kependudukan. 
4. Pengembangan Database Kependudukan. 
5. Penyusunan  Kebijakan Kependudukan. 
6. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. 
7. Koordinasi Data Kependudukan Orang Asing. 
8. Fasilitasi  Koordinasi  Penanganan  Penduduk  Rentan  Administrasi 
Kependudukan. 
9. Dukungan Implementasi e‐KTP 
10. Pelatihan  Standard  Operating  Procedure  bagi  Aparatur  Administrasi 
Kependudukan. 
11. Fasilitasi dan Koordinasi Penyusunan Analisis Persebaran Penduduk. 
12. Fasilitasi dan Koordinasi Penyelesaian Permasalahan Pencatatan Sipil. 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
1. Belum  semua  aparat  memahami  kebijakan  mengenai  administrasi 
kependudukan,  dan  hampir  setiap  tahun  terbit  peraturan  perundang‐
undangan  baru  sehingga  kegiatan  sosialisasi  kebijakan  kependudukan 
harus terus dilaksanakan. 
2. Adanya  peraturan  perundang‐undangan,  yang  dalam  implementasinya 
mengalami  ketidaksesuaian  dengan  kondisi  di  lapangan,  sehingga 
diperlukan kegiatan koordinasi penyusunan kebijakan kependudukan. 
3. Belum  adanya  kesamaan  data  orang  asing  pemegang  KITAS/KITAP  antar 
instansi  yang  berwenang,  sehingga  diperlukan  koordinasi  data 
kependudukan  orang  asing.  Kedepan  untuk  meningkatkan  pelayanan 
diperlukan  adanya  pelayanan  satu  atap  yang  terpusat  di  Kantor  Wilayah 
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia c.q. Kantor Imigrasi Provinsi 
DIY. 
4. Adanya  beberapa  permasalahan  di  lapangan  mengenai  administasi 
kependudukan  dan  pencatatan  sipil,  untuk  sinkronisasi  pemecahan 
masalah  diperlukan  rapat  koordinasi  kebijakan  kependudukan  dan 
pencatatan sipil. 
5. Sering  terjadi  keterlambatan  pencatatan  dan  pelaporan  perkawinan 
pemeluk  agama  non  Islam,  salah  satu  sebabnya  karena  jarak  dengan 
Dinas  Kependudukan  dan  Catatan  Sipil  jauh,  sehingga  diperlukan 
pengangkatan Pembantu Pegawai Pencatat Perkawinan (P4) oleh Bupati. 
6. Kewajiban Penduduk melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa 
Penting  yang  dialaminya  kepada  Dinas  Kependudukan  dan  Pencatatan 
Sipil  Kabupaten/Kota  dengan  memenuhi  persyaratan  yang  diperlukan 
dalam  Pendaftaran  Penduduk  dan  Pencatatan  Sipil,  belum  sepenuhnya 
terlaksana  sebagaimana  diamanatkan  dalam  Pasal  3  Undang  Undang 
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. 
7. Penanganan  permasalahan  pelaksanaan  Administrasi  Kependudukan 
antar  Instansi  terkait  belum  berjalan  sinergi,  misal  :  turun  waris  tidak 
menggunakan  Akta  Kematian,  pelayanan  keluarga  miskin  belum 
mendasari pada kepemilikan Kartu Keluarga (KK).    
8. Aplikasi  SIAK  merupakan  sistem    program  yang  bersifat  nasional  maka 
Direktorat  Jenderal  Kependudukan  dan  Pencatatan  Sipil  Kementerian 
Dalam  Negeri  untuk  segera  menyelesaikan  konsolidasi  database 
kependudukan  dengan  kabupaten/kota  agar  terwujud  data 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 46 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
kependudukan  yang  valid  dan  mutakhir,  sehingga  provinsi  memperoleh 
data  Warehouse/Mirroring  (database  kependudukan  statis  yang 
diperbaharui/di‐update  secara  periodik)  dari  data  center  Direktorat 
Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri. 
 
Solusi  
1. Sosialisasi  kebijakan  kepedudukan  dan  administrasi  kependudukan  perlu 
ditingkatkan  dan  dilanjutkan,  khususnya  bagi  para  tokoh  agama,  tokoh 
masyarakat, pengurus organisasi kemasyarakatan maupun partai politik. 
2. Perlu peningkatan koordinasi dalam penyusunan kebijakan kependudukan 
dan  administrasi  kependudukan,  agar  antar  instansi  terkait  berjalan 
sinergi. 
3. Peningkatan koordinasi data, penyusunan dan updating data orang asing 
pemegang KITAS/KITAP. 
4. Koordinasi  penyelesaian  permasalahan  kependudukan  dan  pencatatan 
sipil. 
5. Peningkatan kualitas bagi P4. 
6. Peningkatan  kemampuan  dan  kualitas  aparat  kependudukan  dan 
pencatatan sipil. 
7. Data  Warehouse/Mirroring  database  kependudukan  secara  online  dari 
data  center  Direktorat  Jenderal  Kependudukan  dan  Pencatatan  Sipil 
Kementerian Dalam Negeri kepada Provinsi DIY agar segera direalisasikan.  
8. Pengembangan  database  kependudukan  yang  lebih  berkualitas  untuk 
mendukung aplikasi program SIAK. 
 
 
 
 
12 URUSAN KETENAGAKERJAAN 
Urusan  ketenagakerjaan  di  DIY  sangat  terkait  dengan  masalah  pengangguran, 
sempitnya  kesempatan  kerja  dan  relatif  rendahnya  produktivitas.  Sehingga 
pengangguran  di  Provinsi  DIY  perlu  ditangani  secara  serius  karena  membawa 
runtutan dampak masalah lain seperti kemiskinan, kriminalitas, maupun masalah 
sosial politik. Seiring peningkatan jumlah angkatan kerja harus diimbangi dengan 
peningkatan lapangan kerja. Secara umum, pertumbuhan kesempatan kerja akan 
terkait  dengan  pertumbuhan  ekonomi.  Sementara  itu  peningkatan  jumlah 
kesempatan kerja juga tidak otomatis  akan menyerap angkatan kerja, mengingat 
faktor lain yang menentukan seperti kualitas sumber daya manusia. 
Jumlah  angkatan  kerja  di  Provinsi  DIY  selama  2008‐2011  cenderung  dinamis. 
Jumlah angkatan kerja pada tahun 2011 sebanyak 1.872.912 orang, sementara itu 
data pada tahun 2010 sebanyak 1.882.296 orang, tahun 2009 sebanyak 2.016.694 
orang  dan  pada  tahun  2008  sebanyak  1.999.734  orang.  Untuk  tahun  2012 
diprediksi  jumlah  angkatan  kerja  sebanyak  1.894.924.  Dengan  demikian  pada 
tahun 2011 terjadi penurunan jumlah angkatan kerja dari tahun 2008, 2009 dan 
2010.  Selanjutnya,  jumlah  pengangguran  terbuka  di  Provinsi  DIY  selama  kurun 
waktu 2008‐2011 juga menunjukkan angka dinamis  Tahun 2008 sebesar 107.529 
orang,  naik  pada  tahun  2009  menjadi  121.046  orang,  tahun  2010  mengalami 
penurunan  menjadi  107.148  orang  dan  tahun  2011  turun  menjadi  74.317. 
Sedangkan  proyeksi  jumlah  pengangguran  terbuka  untuk  tahun  2012  turun 
menjadi 72.564.  
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 47 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 

7,00
6,10 6,00
6,00
5,00
5,38 5,69 3,97
4,00
TPT

3,00
2,00
1,00
0,00
2007 2008 2009 2010 2011
TAHUN
 
Sumber: Disnakertrans Provinsi DIY 
Gambar 4.2  
Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi DIY, 2007‐2011 
 
Selain  indikator  tingkat  pengangguran  terbuka,  indikator  lain  yang 
digunakan adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK di Provinsi DIY 
selama  kurun  waktu  2008‐2011  menunjukkan  angka  yang  dinamis.  Data  pada 
tahun  2008  menunjukkan  TPAK  sebesar  70,41%  yang  kemudian  mengalami 
peningkatan  pada  tahun  2009  menjadi  70,23%,  angka  ini  menurun  kembali  di 
tahun  2010  menjadi  69,76%,  pada  tahun  2011  turun  lagi  menjadi  68,77%  dan 
pada tahun 2012 TPAK diproyeksi mengalami kenaikan menjadi 68,88%.  
Sedangkan  indikator  elastisitas  kesempatan  kerja  pada  tahun  2010 
menunjukkan  angka  minus  130,53  hal  ini  disebabkan  karena  pertumbuhan 
kesempatan  kerja  pada  tahun  2010  mengalami  penurunan  yang  cukup  drastis 
yaitu  minus  6,36,  sementara  pertumbuhan  PDRB  mengalami  kenaikan  sebesar 
4,87%. Sedangkan pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 25,60. 
Sementara itu isu strategis masalah ketenagakerjaan meliputi: 
1. Perluasan  kesempatan  kerja  dan  penempatan  tenaga  kerja  dengan  capaian 
indikator pendukung: 
a. Capaian  indikator  jumlah  perluasan  kesempatan  kerja,  dari  tahun  2008 
sampai dengan tahun 2011 menunjukkan angka yang dinamis, yaitu pada 
tahun  2008  berjumlah  2.170  orang  kemudian  mengalami  kenaikan  pada 
tahun 2009 sejumlah 3.260 orang, tahun 2010 turun menjadi 1.917 orang, 
dan turun lagi pada tahun 2011 sejumlah 1.427 orang. Sedangkan untuk 
tahun 2012 ditargetkan 2.000 orang. 
b. Capaian  indikator  Jumlah  penempatan  tenaga  kerja,  pada  tahun  2008 
berjumlah  7.500  orang  tahun  2009  sejumlah  6.000  orang,  tahun  2010 
sebanyak 6.000 orang, dan tahun 2011 sejumlah 1.900 orang. Sedangkan 
untuk tahun 2012 ditargetkan 2.000 orang. 
c. Capaian indikator jumlah pembinaan lembaga penempatan tenaga kerja, 
pada tahun 2008 sampai tahun 2010 sebanyak 200 lembaga  untuk setiap 
tahunnya. 
2. Peningkatan kualitas angkatan kerja dengan capaian indikator pendukung: 
a. Capaian  indikator  jumlah  pelatihan  ketrampilan  kerja,  tahun  2008 
sebanyak  1.255  orang,  tahun  2009  sebanyak  1.370  orang,  tahun  2010 
sebanyak 1.463 orang, tahun 2011 sebanyak 1.270 orang dan tahun 2012 
ditargetkan 1.020 orang.  

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 48 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
b. Capaian indikator jumlah pelatihan peningkatan produktivitas pada tahun 
2008 sebanyak 1.145 orang, tahun 2009 sebanyak 960 orang, tahun 2010 
sebanyak  450  orang  dan  tahun  2011  sebanyak  220  orang.  Sedangkan 
pada tahun 2012 ditargetkan 240 orang.  
c. Capaian  indikator  jumlah  peserta  pemagangan,  pada  tahun  2008 
berjumlah  165  orang  tahun  2009  sejumlah  240  orang,  tahun  2010 
menjadi  175  orang,  dan  tahun  2011  sejumlah  345  orang.  Sedangkan 
untuk tahun 2012 ditargetkan 550 orang. 
d. Capaian  indikator  jumlah  pembinaan  lembaga  latihan  kerja  pada  tahun 
2008  sebanyak  200  lembaga,  tahun  2009  sebanyak  40  lembaga,  tahun 
2010  sebanyak  55  lembaga  dan  tahun  2011  sebanyak  26  lembaga, 
sedangkan pada tahun 2012 ditargetkan 20 lembaga. 
3. Hubungan industrial yang dengan capaian indikator pendukung : 
a. Capaian  indikator  penyusunan  UMP  dari  tahun  2008  sampai  dengan 
tahun 2012 sebanyak 1 paket untuk setiap tahunnya.  
b. Capaian indikator identifikasi penangguhan UMP tahun 2008 sebanyak 25 
perusahaan, tahun 2009 sebanyak 25 perusahaan, tahun 2010 senbanyak 
30 perusahaan dan tahun 2011 sebanyak 50 perushaaan. Sedangkan pada 
tahun 2012 ditargetkan sebnayak 30 perusahaan.  
c. Capaian  indikator  jumlah  pembinaan  untuk  peningkatan  kesejahteraan 
pekerja tahun 2008 sebanyak 600 orang tahun 2009 sebanyak 590 orang, 
tahun 2010 sebanyak 340 orang dan tahun 2011 sebanyak 650 orang.  
d. Capaian  indikator  jumlah  peserta  pembinaan  untuk  lembaga 
ketenagakerjaan  tahun  2008  sebanyak  420  orang,  tahun  2009  sebanyak 
390  orang,  tahun  2010  sebanyak  410  orang  dan  pada  tahun  2012 
sebanyak  453  orang.  Sedangkan  pada  tahun  2012  ditargetkan  sebanyak 
120 orang.  
e. Capaian  indikator  jumlah  pengawasan  norma  ketenagakerjaan  dan 
perlindungan tenaga kerja pada tahun 2008 sebanyak 120 orang, 5 kasus, 
100 perusahaan, tahun 2009 sebanyak 60 orang, 5 kasus, 200 perusahaan, 
tahun 2010 sebanyak 90 orang, 3 kasus, 100 perusahaan dan pada tahun 
2011  asebanyak  90  orang,  3  kasus,  100  perusahaan.  Sedangkan  pada 
tahun 2012 ditargetkan 30 orang, dan 50 perusahaan. 
f. Capaian indikator jumlah pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja. Pada 
tahun 2008 sebanyak 780 orang, tahun 2009 sebanyak 1.030 orang, tahun 
2010  sebanyak  780  orang  dan  tahun  2011  sebanyak  780  orang. 
Sedangkan pada tahun 2012 ditargetkan sebanyak 450 orang. 
g. Capaian indikator pengujian lingkungan kerja dan pemeriksaan kesehatan 
kerja. Pada tahun 2008 sebanyak 40 UMKM, 50 perusahaan, tahun 2009 
sebanyak    100  UMKM,  50  perusahaan  dan  650  orang,  tahun  2010 
sebanyak  100  UMKM,  50  perusahaan  dan  650  orang,  tahun  2011 
sebanyak  30  UMKM,  61  perusahaan  dan  635  orang.  Sedangkan  pada 
tahun 2012 ditargetkan 40 UMKM, 50 perusahaan dan 610 orang. 
 
Tabel 4.27 
Capaian Indikator Urusan Ketenagakerjaan Tahun 2008‐2012 
Capaian Tahun 
No  Indikator  Satuan 
2008  2009  2010  2011  2012 
1  Tingkat  Persen  70,51  70,23  69,76  68,77  68,88 
Partisipasi 
Angkatan Kerja 
(TPAK) 
2  Pencari Kerja  Orang  17.849  16.616  17.940  15.959  2.353* 
yang 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 49 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Capaian Tahun 
No  Indikator  Satuan 
2008  2009  2010  2011  2012 
Ditempatkan 
3  Tingkat  Persen  94,62  94,00  94,31  96,03  96,17 
Kesempatan 
Kerja (TKK) 
4  Elastisitas    3,98  4,14  ‐130,53  25,60  24,93 
kesempatan 
kerja 
5  Pertumbuhan  Persen  ‐1,68  4,19  12,06  3,80  3,93 
Produktivitas 
Tenaga Kerja 
6  Jumlah  Orang  1.999.7 2.016.694  1.882.296  1.872.912  1.894.924 
Angkatan Kerja  34 
  Jumlah    1.892.2 1.895.648  1.775.148  1.798.595  1.822.360 
Kesempatan  05 
Kerja 
7  Pertumbuhan  Persen  ‐6,66  12,57  ‐11,48  ‐30,64  ‐2,36 
Pengangguran 
8  Jumlah Pencari  Orang  50.987  50.245  43.507  23.358  5.234* 
Kerja 
9  Jumlah  Orang  107.529  121.046  107.148  74.317  72.564 
Penganggur 
Terbuka 
10  Jumlah  Orang  472.712  436.425  494.865  492.667  497.416 
Setengah 
Penganggur 
11  Prosentase  Persen  5,38  6,00  5,69  3,97  3,83 
Jumlah 
Penganggur 
terhadap 
Angkatan Kerja 
12  Jumlah  Orang  1.255  1.370  1.463  1.270  1.020 
Pelatihan 
Ketrampilan 
Kerja 
13  Jumlah  Orang  1.145  960  450  220  240 
Pelatihan 
Peningkatan 
Produktivitas 
14  Jumlah  Lembaga  200  40  55  26  20 
Pembinaan 
Lembaga 
Pelatihan Kerja 
15  Jumlah Peserta  Orang  165  240  175  345 550 
Pemagangan 
 
16  Jumlah  Orang  7.500  6.000  6.000  1.900  2.000 
Penempatan 
Tenaga Kerja 
17  Jumlah  Orang  2.170  3.260  1.917  1.427  2.000 
Perluasan 
Kesempatan 
Kerja 
18  Prosentase  Persen  100  100  100  100  100 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 50 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Capaian Tahun 
No  Indikator  Satuan 
2008  2009  2010  2011  2012 
Informasi 
Ketenagakerjaa
n dan Pasar 
Kerja 
19  Jumlah  Lembaga  200  200  200  0  0 
Pembinaan 
Lembaga 
Penempatan 
Tenaga Kerja 
20  Penyusunan  Paket  1  1  1  1  1 
UMP 
21  Identifikasi  Perusahaan  25  25  30  50  30 
Penangguhan 
UMP 
22  Jumlah  Orang  600  590  340  660  0 
Pembinaan 
untuk 
Peningkatan 
Kesejahteraan 
Pekerja 
23  Jumlah Peserta  Orang  420  390  410  453  120 
Pembinaan 
untuk Lembaga 
Ketenagaker‐
jaan 
24  Jumlah  Orang  120  60  90  90  30 
Pengawasan 
Norma 
Ketenagakerjaa
n dan 
Perlindungan 
Tenaga Kerja 
    Kasus  5  5  3  3  0 
    Perusahaan  100  200  100  100  50 
25  Jumlah  Orang  780  1.030  780  780  450 
Pelatihan 
Hiperkes dan 
Keselamatan 
Kerja 
26  Pengujian  UMKM  40  100  100  30  40 
Lingkungan 
Kerja dan 
Pemeriksaan 
Kesehatan Kerja 
    Perusahaan  50  50  50  61  50 
    Orang  0  650  650  635  610 

Catatan: *) data sementara  
Indikator 1 s/d 11 untuk tahun 2012 merupakan hasil proyeksi. 
Sumber: Disnakertrans Provinsi DIY  
 
Sektor pertanian adalah sektor ekonomi yang terbanyak menyerap tenaga 
kerja  di  Provinsi  DIY.  Jumlah  penduduk  yang  bekerja  di  Provinsi  DIY  sebagian 
besar  bekerja  pada  sektor  pertanian.  Selain  sektor  pertanian,  sektor  lain  yang  

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 51 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
mampu  menarik  banyak  tenaga  kerja  berturut‐turut  antara  lain  sektor 
perdagangan,  hotel,  dan  restoran  serta  sektor  jasa.  Namun  pada  tahun  2012 
penduduk bekerja banyak bergeser ke sektor perdagangan besar, eceran, rumah 
makan, dan hotel. 
 
Tabel 4.28 
Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Kegiatannya di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Jenis Lapangan  Tahun 
No  Satuan 
Pekerjaan  2008  2009  2010  2011  2012 
1  Pertanian, 
kehutanan, 
Orang  560.089  570.574  539.703  431.070  430.896 
perburuan dan 
perikanan, 
2  Pertambangan 
Orang  20.171  18.025  14.069  12.464  12.799 
dan penggalian 
3  Industri 
Orang  250.507  237.240  247.093  266.766  273.280 
pengolahan 
4  Listrik, gas dan 
Orang  1.068  2.592  1.689  4.247  4.375 
air 
5  Bangunan,  Orang  150.571  145.381  109.933  133.128  134.725 
6  Perdagangan 
besar, eceran, 
Orang  456.825  455.331  438.282  480.136  490.173 
rumah makan, 
dan hotel 
7   Angkutan, 
pergudangan  Orang  88.960  82.639  67.368  68.200  69.574 
dan komunikasi 
8  Keuangan, 
Persewaan dan 
Orang  41.732  48.441  38.651  50.063  50.669 
Jasa 
Perusahaan 
9  Jasa Lainnya  Orang  322.282  335.425  318.360  352.519  355.869 
  JUMLAH  Orang  1.892.205  1.895.648  1.775.148  1.798.595  1.822.360 
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2007 – 2012 
 
Penanganan masalah pengangguran yang merupakan masalah utama dalam 
penyelenggaraan  urusan  ketenagakerjaan  di  Provinsi  DIY,  dilakukan  dengan 
menetapkan  program‐program  yang  dapat  menyediakan  lapangan  kerja  serta 
mendorong kualitas tenaga kerja dengan tujuan mampu diserap  di pasar tenaga 
kerja.  Program‐program  yang  telah  dilaksanakan  diintegrasikan  dengan  program 
lain  di  luar  sektor  ketenagakerjaan  yang  memiliki  keterkaitan  yang  nantinya 
bermuara pada penurunan pengangguran di Provinsi DIY. Program‐program yang 
telah dilakukan yang terkait langsung dengan urusan ketenagakerjaan yaitu: 
1. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Kerja. 
2. Program Peningkatan Kesempatan Kerja. 
3. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan. 
 
 
 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 52 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Adapun  rekapitulasi  pelaksanaan  program  dan  kegiatan  urusan 
ketenagakerjaan  selama  kurun  waktu  2008‐2011  sebagaimana  tercantum  pada 
tabel berikut: 
 
Tabel 4.29 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Ketenagakerjaan 
di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Keuangan 
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2008  3  94 17.512.353.300  17.203.047.125   98,23 97,30
2009  3  83 21.317.934.000  19.426.350.930   91,12 98,60
2010  3  89 16.417.060.400  15.693.072.195   97,19 100,00
2011  3  63   13.563.499.900    12.959.978.970   95,55 100,00
2012*  3  47   12.278.124.000     7.618.956.500  62,05 65,00
Catatan: *)Posisi s/d Bulan Agustus 2012 
Sumber: Disnakertrans Provinsi DIY 
 
Pada  tahun  2008  sampai  dengan  tahun  2012  dilaksanakan  melalui  3 
program  ketenagakerjaan,  pada  tahun  2008  sebanyak  94  kegiatan,  tahun  2009 
sebanyak 83 kegiatan, tahun 2010 sebanyak 89 kegiatan, tahun 2011 sebanyak 63 
kegiatan dan tahun 2012 sebanyak 47 kegiatan. Sedangkan pagu anggaran untuk 
3 program tersebut tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp.21.317.934.000,‐ 
dan  setiap  tahunnya  mengalami  penurunan  yaitu  pada  tahun  2010  sebesar 
Rp.16.417.060.400,‐  tahun  2011  sebesar  Rp.13.563.499.900  dan  tahun  2012 
sebesar  Rp.12.278.124.000.  Realisasi  fisik  pada  tahun  2008  dan  2009  tidak  bisa 
tercapai 100% disebabkan karena pada tahun 2008 terdapat 1 kegiatan Pelatihan 
Ketrampilan Tekmek, Listrik, Menjahit untuk penempatan, yaitu pengadaan alat‐
alat  bengkel  latih,  tidak  dapat  terealisasi  karena  adanya  kenaikan  harga  pasar. 
Sedangkan pada tahun 2009 terdapat 1 kegiatan Fasilitasi Peserta Pemagangan ke 
Jepang  target  100  orang  terealisasi  40  orang,  hal  ini  disebabkan  adanya  krisis 
global  yang  melanda  Jepang  sehingga  membuat  permintaan  dari  IMM  Jepang 
berkurang yang kemudian berdampak pada berkurangnya jumlah pemagang yang 
dapat diberangkatkan. 
Pada  tahun  2012  jumlah  program  dilaksanakan  sebanyak  3  program  dengan 
jumlah  kegiatan  sebanyak  47  kegiatan.  Sampai  dengan  Bulan  Agustus  2012, 
capaian fisik rata‐rata sebesar 65,00% dengan capaian realisasi keuangan sebesar 
62,05%. Adapun kegiatan yang telah diselesaikan adalah sebagai berikut: 
1. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja 
a. Akreditasi LPK 
b. Forum Kerjasama Lembaga Pelaksana Program Magang Dalam Negeri. 
c. Sertifikasi Uji Kompetensi Tenaga Kerja. 
d. Sosialisasi Program Pemagangan ke Jepang. 
e. Sertifikasi Asesor Kompetensi. 
f. Sertifikasi Uji Kompetensi Instruktur. 
g. Pengembangan Produktivitas melalui Pelatihan Kewirausahaan. 
2. Program Peningkatan Kesempatan Kerja 
- Pembentukan Kelompok Usaha Melalui Perluasan Kerja Sistem Padat Karya 
(PKSPK) dan pendampingan. 
3. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan. 
a. Peningkatan Pengawasan Norma Ketenagakerjaan dan K3. 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 53 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
b. Peningkatan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri. 
c. Pengawasan Norma Penggunaan Tenaga Kerja Asing. 
 
Permasalahan dan solusi 
Permasalahan 
1. Rendahnya keterampilan dan keahlian pencari kerja, sehingga sulit bersaing 
di  pasar  kerja,  baik  di  tingkat  lokal,  daerah,  maupun  luar  negeri,  dan 
menyebabkan  sulitnya  penempatan.  Disamping  itu  berkurangnya 
SDM/tenaga instruktur karena pensiun. 
2. Jumlah kesempatan kerja tidak sebanding dengan jumlah angkatan. 
3. Produktivitas  tenaga  kerja  yang  relatif  masih  rendah  membuat  banyak 
kesempatan kerja lokal justru diisi tenaga kerja luar daerah. 
4. Masih adanya pengusaha dan pekerja yang kurang bisa memahami hak dan 
kewajibannya  masing‐masing  sehingga  masih  sering  terjadi  pemutusan 
hubungan kerja secara sepihak. 
5. Kurangnya  fungsi  pemberdayaan  masyarakat  (community  development) 
maupun  tanggung  jawab  sosial  (social  responsibility)  dari  perusahaan, 
sehingga penerimaan magang di perusahaan belum dapat maksimal. 
 
Solusi   
Ada  beberapa  langkah  yang  dapat  ditempuh  untuk  mengatasi  beberapa 
permasalahan tersebut di atas, antara lain: 
1. Mengupayakan  peningkatan  kualitas/kompetensi  melalui  pelatihan‐
pelatihan  di  lembaga  pelatihan  kerja  Pemerintah  (BLK)  dan  swasta  (LPKS), 
melalui    perbaikan  kualitas  BLKPP  dan  BLK  sehingga  perlu  untuk 
direvitalisasi  dengan  sungguh  sungguh  agar  lulusan  pelatihan  BLKPP  dan 
BLK lebih berdaya saing. Selain itu pemberdayaan LPK termasuk akreditasi 
LPK  secara  berkelanjutan  dilakukan  agar  terjadi  sinergi  antara  pemerintah 
dan  swasta  dalam  penanganan  pengangguran,  khususnya  dalam  hal 
peningkatan  kualitas ketrampilan  pencari kerja. Dalam rangka menyiapkan 
tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai yang dibutuhkan pasar kerja, 
maka  BLKPP  menyiapkan  Tempat  Uji  Kompetensi  (TUK).  Untuk  memenuhi 
kebutuhan SDM di lembaga pelatihan kerja secara berkesinambungan perlu 
adanya kaderisasi secara dini. 
2. Secara  berkelanjutan  melakukan  kegiatan‐kegiatan  yang  dapat  membuka 
perluasan kesempatan kerja, serta pelatihan pelatihan kewirausahaan. 
3. Memantau  atau  mengukur  produktivitas  kerja  dan  terus  mengupayakan 
pelatihan peningkatan produktivitas. 
4. Perlu  sosialisasi,  implementasi  dan  penegakan  hukum  bidang 
ketenagakerjaan. 
5. Mengembangkan  jejaring  pemagangan  agar  semakin  banyak  perusahaan 
dapat menerima peserta magang yang nantinya dapat berlanjut pada ikatan 
kerja  permanen  atau  setidaknya  para  peserta  magang  dapat  memperoleh 
pengalaman  kerja  yang  sangat  berharga  yang  dapat  dipergunakan  untuk 
memasuki pasar kerja. 
 
13 URUSAN KETAHANAN PANGAN 
Pembangunan  ketahanan  pangan  diarahkan  pada  kemampuan  penyediaan 
pangan  yang  aman  dikonsumsi  bagi  seluruh  masyarakat  DIY  secara 
berkesinambungan  dengan  harga  yang  terjangkau  yang  meliputi  aspek 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 54 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
ketersediaan  pangan,  distribusi  pangan  serta  konsumsi  dan  keamanan  pangan. 
Ketersediaan  pangan  di  Provinsi  DIY  tercermin  pada  ketersediaan  energi  dan 
protein.  Selama  kurun  waktu  2008‐2011,  baik  ketersediaan  energi  maupun 
protein menunjukkan peningkatan. Ketersediaan energi pada tahun 2008 sebesar 
3.558 kkal/kapita/hari kemudian pada tahun 2011 menjadi 3.715 kkal/kapita/hari. 
Demikian  pula  halnya  dengan  ketersediaan  protein  dari  85,50  gram/kapita/hari 
pada  tahun  2008  menjadi  100,47  gram/kapita/hari  pada  tahun  2011.  Angka 
ketersediaan  energi  dan  protein  tahun  2008‐2011  sudah  jauh  di  atas  angka 
standar  nasional.  Angka  standar  nasional  ketersediaan  energi  2.200 
kkal/kapita/hari, sedangkan angka ketersediaan protein 55 gram/kapita/hari. 
Sementara  itu,  tingkat  konsumsi  penduduk  Provinsi  DIY  tahun  2008‐2010 
mengalami  kenaikan,  namun  pada  tahun  2011  terjadi    penurunan.  Hal  tersebut 
dikarenakan  adanya  erupsi  Gunung  Merapi  pada  bulan  November  2010  yang 
berdampak  pada  tingkat  konsumsi  masyarakat.  Daya  beli  masyarakat  juga 
menurun disebabkan aktivitas ekonomi produktif yang terganggu sehingga sangat 
mempengaruhi  pendapatan  masyarakat,  Survey    PPH  tahun  2011  menunjukkan 
angka  konsumsi  energi  dan  konsumsi  protein    paling  rendah  di  Kabupaten 
Sleman.  Konsumsi  energi  penduduk  Provinsi  DIY  pada  tahun  2008  sebesar 
1.765,50  kkal/kapita/hari,  dan  pada  tahun  2011  mencapai  1.626,9  
kkal/kapita/hari.  Selanjutnya  konsumsi  protein  pada  tahun  2008  sebesar  49,6 
gram/kapita/hari sementara pada tahun 2011 sebesar  49 gram/kapita/hari.  
Keberagaman ataupun kualitas konsumsi pangan masyarakat ditunjukkan 
dalam  bentuk  Pola  Pangan  Harapan  (PPH),  dimana  batas  skor  maksimal  PPH 
adalah 100 dan semakin mendekati skor maksimal berarti semakin tinggi tingkat 
diversifikasi atau tingkat  keragaman pangan optimal. Skor PPH pada tahun 2008 
adalah  73,80  dan  di  tahun  2011  sebesar  78,20  namun  demikian  diversifikasi 
pangan  di  Provinsi  DIY  masih  perlu  ditingkatkan  dikarenakan  konsumsi  bahan 
pangan  masih  didominasi  oleh  pangan  sumber  karbohidrat  dan  diarahkan  pada 
pencapaian  pola  konsumsi  masyarakat  yang  berimbang,  beragam,  bergizi  dan 
aman.  Sementara  itu,  dari  sisi  keamanan  pangan,  sampai  dengan  tahun  2011  di 
DIY  tidak  terjadi  kasus  keamanan  pangan/keracunan  pangan,  namun  hasil 
pemantauan  di  lapangan  masih  terdapat  18,57%  pangan  segar  dan  57,06% 
pangan olahan yang tidak aman beredar di pasaran. 
Distribusi  pangan  dipengaruhi  oleh  produksi  yang  dihasilkan  setempat, 
kelancaran  pasokan  antar  waktu  dan  antar  wilayah  serta  pemberian/hibah 
kepada rumah tangga yang dikatagorikan pra sejahtera. Untuk memenuhi bahan 
pangan  yang  dibutuhkan  oleh  setiap  individu  rumah  tangga,  secara  umum  telah 
berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini ditunjukkan adanya distribusi antar waktu 
dan  antar  wilayah  dari  produksi  setempat  yang  sudah  dilaksanakan  secara  baik 
dan  pasokan  bahan  pangan  yang  terselenggara  dengan  lancar  sebagai  dampak 
tersedianya  infrastruktur  dan  sarana  prasarana  yang  memadai  sekaligus 
pemberian/hibah kepada keluarga pra sejahtera yang dapat disalurkan memadai 
sesuai sasaran yang ditetapkan. 
Dalam  rangka  upaya  pengendalian  harga  bahan  pangan  strategis,  telah 
dilaksanakan  fasilitasi  stabilisasi  harga  bahan  pangan  dan  peningkatan 
ketersediaan  pangan  setempat  melalui  pengembangan  Lembaga  Distribusi 
Pangan  Masyarakat  (LDPM).  Sementara  untuk  meningkatkan  ketersediaan  dan 
mendekatkan  akses  pangan  bagi  masyarakat  di  daerah  rawan  pangan 
dilaksanakan  kegiatan    Lembaga  Akses  Pangan  Masyarakat  (LAPM)  termasuk 
fasilitasi  pelaksanaan  operasi  pasar.  Sampai  dengan  saat  ini,  sudah  difasilitasi 
sebanyak  72  Gabungan  Kelompok  Tani  (Gapoktan)  dari  target  392  Gapoktan 
untuk  stabilisasi  harga  komooditas  gabah/beras,  jagung,  kedelei  dan  ubi 
kayu/gaplek, 40 Gapoktan dari taget 94 Gapoktan untuk mendukung ketersediaan 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 55 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
bahan pangan di tingkat rumah tangga dan 31 gapoktan untuk peningkatan akses 
pangan  masyarakat.  Meskipun  pengendalian  harga  ini  masih  belum  dapat 
dilaksanakan  secara  optimal,  tetapi  upaya‐upaya  yang  sudah  dilaksanakan  ini 
dapat  mengendalikan  stabilisasi  harga  yang  terjadi  baik  di  tingkat  petani  selaku 
produsen sekaligus di tingkat konsumen. 
Dalam  rangka  mewujudkan  pemantapan  ketahanan  pangan  dan 
peningkatan  kesejahteraan  petani,  Penyelengaraan  Penyuluhan  yang  efektif  dan 
efisien  sangat  diperlukan.  Sejak    tahun    2008    sampai    2012  untuk  mewujudkan 
penyuluhan yang efektif dan efisien telah dilaksanakan pemantapan kelembagaan 
penyuluhan dan kelembagaan petani. 
Pemantapan kelembagaan penyuluhan dilakukan dengan revitalisasi Balai 
Penyuluhan  Pertanian  (BPP)  yang  sekarang  dikenal  dengan  Balai  Penyuluhan 
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K). Sampai dengan tahun  2011, melalui 
sinergi antara APBD dan APBN, bantuan luar negeri dan Dana Alokasi Khusus telah 
dibangun 56 BPP/BP3K yang tersebar di Kabupaten/Kota se Provinsi DIY. 
Untuk  pemberdayaan  petani  dalam  rangka  peningkatan  pendapatan, 
melalui sinergi antara APBN, Bantuan Bank Dunia dan APBD,  telah ditumbuhkan 
180 FMA (Farmer Managed Extensions Activities, atau Kegiatan Penyuluhan yang 
dikelola  oleh  petani)  dan  difasilitasi  untuk  pembelajaran  sampai  dengan  17  juta 
rupiah  per  tahun  per  FMA.  Disamping  itu  dalam  rangka  tindak  lanjut 
pembelajaran  dari  dana  APBD  memfasilitasi  Bantuan  Penguatan  Modal  pada 
tahun  2010  sebanyak  Rp.240.000.000,‐  untuk  6  kelompok  FMA  dan  pada  tahun 
2011 disediakan dana Rp.120.000.000,‐  untuk 12 kelompok FMA. 
 
Tabel 4.30 
Indikator Ketahanan Pangan di Provinsi DIY, 2008‐2012 
No  Indikator  Satuan  Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 
1.  Ketersediaan pangan     
  a. Ketersediaan  Kkal/kap/hr 
3.558  3.573  3.736  3.736  N/A 
energy 
  b. Ketersediaan  Gr/Kap/hr 
85,50  87,59  92,88  92,88  N/A 
protein 
  c. Pengembangan  Unit 
lumbung  ‐  ‐  28  29  75 
pangan 
  d. Pengembangan  Unit 
Desa Mandiri  ‐  ‐  29  41  N/A 
Pangan 
2.  Distribusi, Harga dan   
         
Akses Pangan 
  a. Penguatan  Gapoktan 
‐  20  83  150  165 
LDPM 
  b. Penguatan akses  Gapoktan 
pangan  ‐  ‐  15  5  11 
masyarakat 
  c. Terwujudnya  Komoditas 
‐  ‐  4  4  N/A 
stabilisasi harga 
3.  Konsumsi         
  a. Konsumsi energy  Kkal/kap/hr  1.765,50 1.802,60 1.809,74 1.626,9  N/A 
  b. Konsumsi protein  Gr/Kap/hr  49,60 51,35 52,27 49 N/A 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 56 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
No  Indikator  Satuan  Tahun 
2008 2009  2010  2011 2012
c. Skor  PPH  (Pola 
77,00  77,80  79,24  78,20  N/A
Pangan Harapan) 
d. Peningkatan  Kelompok
jumlah  kelompok 
tani  yang 
‐  ‐  88  10  3 
menerapkan 
BMR  (Batas 
Maksimal Residu) 
e. Meningkatnya  Pelaku 
jumlah  Usaha 
produsen/pelaku 
usaha  dalam  ‐  ‐  20  10  10 
penerapanan BTP 
(Batas  Tambahan 
Pangan) 
f. Penurunan   %
‐  ‐  1,5  1,5  N/A
konsumsi  beras 
4. Pengembangan  
         
Penyuluhan 
a. Peningkatan  Orang 546 
kualitas  (241 
penyuluh  ‐  50  220  547  THL + 
305 
PPNS)
b.Peningkatan  Unit
kelembagaan  ‐  25  51  56  56 
penyuluh 
c. Peningkatan   Orang
kualitas pelaku 
‐  ‐  7.200  10.583  N/A
utama/pelaku 
usaha 
d. Peningkatan  Unit
kualitas 
kelembagaan 
‐  ‐  732  1.067  N/A
pelaku 
utama/pelaku 
usaha 
Sumber: BKPP Provinsi DIY 
 
Kondisi  ketahanan  pangan  dari  aspek  ketersediaan,  distribusi  serta 
konsumsi  dan  keamanan  pangan  di  Provinsi  DIY  dapat  dikatakan  cukup  mantap. 
Pemerintah  Provinsi  melalui  program  dan  kegiatan  yang  dilaksanakan  telah 
berkontribusi  pada  capaian  tersebut.  Melalui  program‐program  pokok,  sebagai 
berikut: 
1. Program Kesejahteraan Petani 
2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan 
3. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan 
4. Program Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian/Perkebunan Lapangan 
5. Program  Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 57 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
6. Program Pemberdayaan dan Pengembangan Ketahanan Pangan 
 
Adapun rekapitulasi pelaksanaan program dan kegiatan urusan ketahanan 
pangan  selama  kurun  waktu  2009‐2012  sebagaimana  tercantum  pada  tabel 
berikut: 
 
Tabel 4.31 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Ketahanan Pangan di Provinsi DIY, 2009‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah 
Tahun  Capaian Fisik (%) 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp) 
(%) 
2009  8  41  1.767.429.200 1.657.785.201 93,8 100

2010  6  62  3.442.197.950 3.101.862.855 90,11 99,82

2011  6  52  3.839.710.200 3.577.620.659 93,17 99,07

2012*)  6  51  4.342.053.800 1.858.768.503 42,81 55,80


Catatan: *)Posisi s/d Bulan Juli 2012 
Sumber: BKPP Provinsi DIY 
 
Pada  tahun  2012  jumlah  program  dilaksanakan  sebanyak  6  program 
dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  51  kegiatan.  Sampai  dengan  Bulan  Juni  2012, 
capaian fisik rata‐rata sebesar 55,80% dengan capaian realisasi keuangan sebesar 
42,81%. Adapun kegiatan yang telah diselesaikan adalah sebagai berikut: 
1. Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor 
2. Pengadaan Peralatan Gedung Kantor 
3. Pengadaan Mebeleur 
4. Pemeliharaan rutin berkala gedung kantor 
5. Penyusunan Laporan Kinerja SKPD 
6. Fasilitasi Temu Teknis Penyuluh Swadaya/Swasta 
7. Penguatan Cadangan Pangan 
8. Pengembangan Diversifikasi Produk Antara 
9. Kajian Pola Konsumsi Pangan Masyarakat 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
Permasalahan  yang  dihadapi  dalam  pelaksanaan  program  dan  kegiatan 
diantaranya adalah: 
1. Belum  optimalnya  koordinasi,  sinkronisasi  dan  sinergitas  dengan  para 
pemangku kepentingan. 
2. Masih  sulitnya    pendataan  keluar‐masuk  bahan  pangan  baik  dari  dan  ke 
wilayah Provinsi DIY sehingga mengalami kesulitan dalam penentuan besaran 
ketersediaan, stok maupun pasokan pangan. 
3. Pola  konsumsi  pangan  di  tingkat  rumah  tangga  belum  sepenuhnya  sesuai 
dengan  kaidah  pangan  yang  beragam,  bergizi,  berimbang,  dan  aman  (3BA), 
sehingga  konsumsi  pangan  masyarakat  masih  belum  sesuai  dengan  Pola 
Pangan  Harapan  (PPH)  yang  pada  tahun  2011  ditargetkan  mencapai  80,70 
baru tercapai 79,24. 
4. Masih  tergantungnya  pola  konsumsi  rumah  tangga  terutama  sumber  energi 
pada  satu  jenis  bahan  pangan  yaitu  beras  dan/atau  tepung  terigu.  Hal  ini 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 58 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
disebabkan masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk 
mengkonsumsi pangan spesifik lokasi (pangan lokal). 
5. Perkembangan  usaha/industri  pangan  berbasis  sumberdaya  lokal  berjalan 
lambat,  sebagai  dampak  dari  keterbatasan  sumber  daya  manusia, 
permodalan, pemasaran dan promosi dari pelaku usaha yang bersangkutan. 
6. Semakin  maraknya  peredaran  pangan  yang  kurang  aman  di  masyarakat, 
terutama makanan yang berada di lingkungan sekolah, pinggir jalan dan pasar 
tradisional  sebagai  dampak  dari  masih  rendahnya  kesadaran 
masyarakat/konsumen  dan  pelaku  usaha  dalam  mengkonsumsi  dan 
memproduksi pangan yang aman. 
7. Pelaksanaan  pengawasan  keamanan  pangan  melalui  Sistem  Keamanan 
Pangan  Terpadu  (SKPT)  masih  belum  optimal,  karena  belum  adanya  dasar 
hukum  yang  kuat  untuk  mendukung  operasionalnya  serta  fasilitasi  anggaran 
yang masih terbatas. 
 
Solusi 
Solusi terhadap permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut: 
1. Penguatan  intensitas  koordinasi,  sinkronisasi  dan  sinergitas  dengan  para 
pihak terkait. 
2. Pendataan  oleh  BKPP  Provinsi  DIY  diantaranya  langsung  ke  produsen, 
pedagang  besar,  distributor,  supermarket,  pasar  dan  Pangkalan  Pendaratan 
Ikan  (PPI)  dalam  rangka  penentuan  besaran  ketersediaan,  pasokan  dan  stok 
pangan.  
3. Sosialisasi    dan  edukasi  pola  makan  3BA  kepada  masyarakat  khususnya 
kelompok  wanita  tentang  pola  makan  3BA  melalui  pertemuan,  lomba  cipta 
menu, promosi, apresiasi, gerakan makan 3BA dan optimalisasi pemanfaatan 
pekarangan  serta  fasilitasi  dan  pengembangan  produk  antara  (tepung‐
tepungan) berbasis sumberdaya lokal dengan melibatkan stakeholder. 
4. Solusi untuk masalah ketergantungan pola konsumsi rumah tangga. 
a) Meningkatkan  kesadaran  dan  pemahaman  masyarakat  akan  pentingnya 
konsumsi pangan spesifik lokasi (pangan lokal), sehingga dapat menekan 
/mengurangi konsumsi beras dan/atau terigu, melalui sosialisasi terutama 
kepada kelompok wanita. 
b) Meningkatkan  nilai  pangan  spesifik  lokasi  (pangan  lokal)  menjadi  olahan 
pangan yang menarik bagi konsumen. 
5. Solusi untuk pengembangan usaha. 
a) Meningkatkan  pemahaman  dan  pengetahuan/keterampilan  para  pelaku 
usaha  agroindustri  pangan  berbasis  sumber  daya  lokal  dalam  teknologi 
pengolahan pangan. 
b) Mengintensifkan promosi kepada masyarakat guna memperluas jaringan 
pemasaran  produk  pangan  berbasis  sumberdaya  lokal  melalui  berbagai 
kegiatan seperti pertemuan, sosialisasi, dan pameran. 
6. Sosialisasi dan edukasi kepada konsumen (masyarakat) dan para pelaku usaha 
pengolahan  tentang  pangan  yang  bermutu,  aman,  dan  proses  pengolahan 
pangan  yang  benar  dan  aman,  melalui  pertemuan/apresiasi  dengan 
melibatkan institusi terkait. 
7. Fasilitasi  terbitnya  landasan  hukum  untuk  mendukung  operasional  Sistem 
Keamanan Pangan Terpadu (SKPT) dalam pengawasan keamanan pangan. 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 59 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
14 URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN 
PERLINDUNGAN ANAK 
Pembangunan  pemberdayaan  gender  merupakan  bagian  integral  dari 
pembangunan  daerah.  Kenyataan  yang  ada  bahwa  tingkat  kesetaraan  dan 
keadilan  gender  dalam  masyarakat  masih  jauh  dari  ideal.  Strategi 
Pengarusutamaan  Gender  (PUG)  diperlukan  dalam  pembangunan  daerah  untuk 
mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) tersebut. 
Kesadaran  dan  tanggung  jawab  sosial  masyarakat  terhadap  permasalahan 
perlindungan  perempuan  dan  anak  semakin  meningkat,  namun  demikian  masih 
perlu  ditingkatkan  baik  akses  maupun  layanan  terhadap  Kesejahteraan  Anak, 
Perlindungan Anak, Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Perlindungan 
Saksi dan Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. 
Meningkatnya  partisipasi  perempuan  dapat  dilihat  dari  peningkatan 
jumlah  anggota  legislatif  perempuan,  jumlah  pejabat  struktural  perempuan, 
jumlah pengusaha perempuan pengusaha mikro dan kecil, jumlah pejabat publik 
dan  profesi  perempuan  di  segala  bidang,  namun  demikian  masih  perlu 
ditingkatkan baik jumlah dan kompetensinya. 
Pemberdayaan perempuan diperlukan dalam rangka meningkatkan peran 
serta  perempuan  dalam  program  pembangunan  untuk  meningkatkan 
kesejahteraan.  Sasaran  pembangunan  pemberdayaan  perempuan  dan 
perlindungan anak di Provinsi DIY adalah sebagai berikut: 
1. Meningkatkan kualitas hidup perempuan.  
2. Terjamin  dan  terwujudnya  kesetaraan  dan  keadilan  gender  dalam 
berbagai bidang pembangunan. 
3. Menurunnya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak. 
4. Meningkatnya kesejahteraan dan perlindungan anak 
5. Meningkatnya kualitas dan kemandirian organisasi perempuan. 
 
Indikator dan Capaian Kinerja 
Indikator  pencapaian  keberhasilan  pembangunan  pemberdayaan  perempuan 
dapat  diukur  melalui  Indeks  Pembangunan  Gender  (IPG)  dan  Indeks 
Pemberdayaan  Gender  (IDG).  IPG  adalah  indeks  pencapaian  kemampuan  dasar 
pembangunan  manusia  yang  sama  seperti  Indeks  Pembangunan  Manusia  (IPM) 
akan tetapi dengan memperhitungkan ketimpangan gender. IPG dapat digunakan 
untuk  mengetahui  kesenjangan  pembangunan  manusia  antara  laki‐laki  dan 
perempuan.  Kesetaraan  gender  terjadi  apabila  nilai  IPM  sama  dengan  IPG. 
Sementara  itu,  IDG  adalah  indeks  komposit  yang  mengukur  peran  aktif 
perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik. Peran aktif perempuan dalam 
kehidupan  ekonomi  dan  politik  mencakup  partisipasi  berpolitik,  partisipasi 
ekonomi dan pengambilan keputusan serta penguasaan sumber daya ekonomi. 
Capaian IPG pada tahun 2008 adalah 71,50 meningkat 0,34 dibandingkan 
dengan  tahun  2007  (71,16).  Target  Indeks  Pembangunan  Gender  (IPG)  untuk 
provinsi DIY tahun 2009 sebesar 70,60 dan 2010 adalah sebesar 70,70 sedangkan 
tingkat capaian IPG tahun 2009 dan tahun 2010 adalah sebesar 71,50 hal tersebut 
menunjukkan  tingkat  pencapaian  pembangunan  pemberdayaan  perempuan  dan 
perlindungan anak di provinsi DIY sudah sangat bagus dan berada diatas rata‐rata 
nasional  sebesar  66,38,  sedangkan  Target  IPG  untuk  provinsi  DIY  tahun  2011 
sebesar  70,80  dengan  capaian  sebesar  72,24  dan  menduduki  urutan  ke  2  dari 
seluruh provinsi di Indonesia. Sedangkan target IPG provinsi DIY pada tahun 2012 
adalah  sebesar  70,90  sehingga  sudah  terlampaui  oleh  capaian  pada  tahun  2011 
(sumber data: Kementerian PP‐PA & BPS).  
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 60 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Indeks  Pemberdayaan  Gender  (IDG)  untuk  provinsi  DIY  tahun  2008 
mencapai  62,87  yang  berarti  meningkat  0,17  bila  dibandingkan  dengan  tahun 
2007 (62,70). Apabila dibandingkan dengan provinsi lain maka provinsi DIY masih 
berada  di  atas  rata‐rata  nasional  (62,27).  Khusus  untuk  Kabupaten  Kulon  Progo 
dan  Gunungkidul  IDGnya  masih  dibawah  rata‐rata  nasional,  target  tahun  2009 
sebesar 62,44 dan tahun 2010 sebesar 62,46 tingkat capaiannya tahun 2009 yaitu 
sebesar 62,87. Apabila dibandingkan dengan provinsi lain maka provinsi DIY masih 
berada  di  atas  rata‐rata  nasional  (62,27),  Sedangkan  berdasarkan  hasil  sensus 
penduduk  tahun  2010  yang  dilaksanakan  oleh  BPS  diperoleh  data  bahwa  IDG 
Provinsi DIY pada tahun 2010 sebesar 63,32. Capaian tersebut sudah melampaui 
target IDG tahun 2011 sebesar 62,48 dan menempatkan DIY pada urutan ke 6 dari 
seluruh  provinsi  di  Indonesia,  sedangkan  target  IDG  pada  tahun  2012  adalah 
sebesar 62,50 (sumber data: Kementerian PP‐PA & BPS).  
Salah  satu  indikator  bahwa  DIY  sudah  mengalami  kemajuan  dalam  hal 
pembangunan pemberdayaan perempuan adalah capaian IPG  provinsi DIY tahun 
2010  berdasarkan  hasil  sensus  penduduk  menempati  urutan  ke  2  sedangkan 
capaian IDG menempati urutan ke 6 dari seluruh provinsi di Indonesia. 
Tabel 4.32 
Indikator Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 
Tahun 2008 ‐ 2012 
Tahun 
No  Indikator  Satuan
2008  2009  2010  2011  2012 
1. Indeks  Pembangunan  ‐ 71,5 71,5  71,5  72,24 ‐
Gender (IPG) 
2.  Indeks  Pemberdayaan  ‐ 62,87 62,87  63,32  63,32 ‐
Gender (IDG) 
Sumber: BPPM Provinsi DIY 
Indikator  lain  dari  berhasilnya  pelaksanaan  PUG  di  Provinsi  DIY  adalah 
diterimanya  Anugerah  Parahita  Ekapraya  (APE)  tingkat  madya  sejak  tahun  2009, 
2010  dan  2011  yang  diterima  oleh  Bapak  Gubernur  pada  Puncak  Acara  Hari  Ibu 
tingkat nasional di Jakarta. 
 
Pelaksanaan Program dan Kegiatan dari tahun 2008–2012 
Pemerintah  Provinsi  DIY  telah  berupaya  untuk  meningkatkan  pemberdayaan 
perempuan  dan  perlindungan  anak  yaitu  dengan  melaksanakan  program‐
program: 
a. Program  Keserasian  Kebijakan  Peningkatan  Kualitas  Anak  dan 
Perempuan. 
b. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan 
Anak. 
c. Program  Peningkatan  Kualitas  Hidup  dan  Perlindungan 
Perempuan. 
d. Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender dalam 
Pembangunan. 
Pelaksanaan  program  dan  kegiatan  urusan  pemberdayaan 
perempuan  dan  perlindungan  anak  selama  kurun  waktu  2008‐2012 
sebagaimana tercantum pada tabel berikut: 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 61 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
 
Tabel 4.33 
Rekapitulasi Program Kegiatan Urusan Pemberdayaan Perempuan dan 
Perlindungan Anak Tahun 2008‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
No  Tahun  Capaian
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
1  2008  8  36 2.791.019.000 2.646.120.176 94,81 100,00
2  2009  8  41 2.983.467.000 2.814.904.215 94,84 100,00
3  2010  8  46 2.720.794.900 2.660.829.498 97,80 100,00
4  2011  7  42 2.775.398.950 2.683.576.782 96,69 100,00
5  2012*)  8  54 5.770.860.000 3.019.878.848 52,33 60,56
Catatan: *) Posisi s/d Agustus 2012 
Sumber: BPPM Provinsi DIY   
 
Pada  tahun  2008  Kantor  Pemberdayaan  Perempuan  hanya 
melaksanakan  1  (satu)  urusan  Pemberdayaan  Perempuan  dan 
Perlindungan Anak dengan 4 program dan 18 kegiatan untuk urusan umum 
dan 4  program dan 18 kegiatan untuk urusan teknis.   
Sedangkan  pada  tahun  2009  Kantor  Pemberdayaan  Perempuan 
berubah  menjadi  Badan  Pemberdayaan  Perempuan  dan  Masyarakat yang 
mengampu  3  urusan,  urusan  umum  melekat  pada  urusan  Pemberdayaan 
Perempuan  dan  Perlindungan  Anak  sehingga  anggarannya  terlihat  sangat 
besar.  Seluruh  Anggaran  urusan  Pemberdayaan  Perempuan  dan 
Perlindungan  Anak  sejak  tahun  2009  sampai  dengan  tahun  2012 
dipergunakan  sepenuhnya  untuk  mendukung  kesetaraan  dan  keadilan 
gender serta perlindungan perempuan dan anak. 
Kegiatan‐kegiatan  urusan  Pemberdayaan  Perempuan  dan 
Perlindungan Anak  yang sudah selesai dilaksanakan  sampai dengan bulan 
agustus  sebanyak  15  kegiatan  dari  total  54  kegiatan  dengan  realisasi 
keuangan sebesar 52,33% dan realisasi fisik mencapai 60,56%. 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
1. Pelaksanaan PUG dan Perencanaan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) 
masih perlu mendapat dukungan dari pengambil kebijakan. 
2. Tingginya  angka  kekerasan  terhadap  perempuan  dan  anak  yang 
dipengaruhi adanya budaya patriarkhi dan masih adanya anggapan bahwa 
persoalan KDRT merupakan masalah privat yang merupakan aib keluarga. 
3. Belum  adanya  sarana  transportasi  untuk  layanan  korban  kekerasan 
terhadap perempuan dan anak yang memerlukan rujukan dan home visit. 
4. Kurangnya  sosialisasi  peraturan  perundang‐undangan  (UUPA,  UUPKDRT, 
UUPTPPO,  UU  Perlindungan  saksi  dan  korban)  dan  kebijakan  daerah 
(Keputusan Gubernur tentang Forum PK2PA, Keputusan Gubernur tentang 
P2TPA “Rekso Dyah Utami” dan Peraturan Gubernur tentang PRT). 
5. Belum  adanya  kebijakan  pemenuhan  hak‐hak  anak  seperti  terbentuknya 
forum‐forum anak sebagai ajang kreatifitas anak. 
6. Sebagian  besar  korban  kekerasan  berstatus    sebagai  ibu  rumah  tangga, 
sehingga memerlukan bekal kemandirian secara ekonomi. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 62 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
7. Kurangnya pemberdayaan lanjut usia perempuan, karena adanya anggapan 
bahwa lansia adalah beban keluarga dan tidak berdaya.  
8. Pengetahuan  dan  keterampilan  anggota  kelompok  desa  PRIMA 
(Perempuan Indonesia Maju Mandiri) dalam pengelolaan dan pemanfaatan 
keuangan serta pengelolaan hasil potensi desa masih terbatas. 
9. Masih rendahnya pemahaman aparat  tentang  penyelenggaraan  data pilah 
gender dan anak, sehingga hal tersebut masih dianggap tidak penting. 
10. Belum  adanya  jejaring  data  sebagai  sumber  data  pilah  gender  dan  anak 
dalam bentuk forum. 
11. Belum ada kerjasama dalam hal penyediaan data gender dan anak dengan 
BPS,  sehingga  ketersediaan  data  khususnya  yang  terkait  dengan  data 
komposit  dan  indikator‐indikator  yang  kompleks  tidak  dapat  diupdate 
secara cepat.     
 
Solusi 
1. Perlu  dilakukan  sosialisasi  PUG  dan  PPRG  secara  terus  menerus  kepada 
semua pihak. 
2. Sosialisasi  peraturan  perundang‐undangan  dan  kebijakan  daerah  tentang 
perlindungan  perempuan  dan  anak  melalui  aparat  kecamatan,  aparat 
desa/kecamatan, TP PKK kecamatan dan desa. 
3. Mengusulkan  pengadaan  sarana  transportasi  melalui  APBD  Provinsi  DIY 
tahun 2012. 
4. Perlu  dilakukan  sosialisasi  peraturan  perundang‐undangan  (UUPA, 
UUPKDRT,  UUPTPPO,  UU  Perlindungan  saksi  dan  korban)  dan  kebijakan 
daerah  (Keputusan  Gubernur  tentang  Forum  PK2PA,  Keputusan  Gubernur 
tentang P2TPA “Rekso Dyah Utami” dan Peraturan Gubernur tentang PRT) 
5. Memfasilitasi  pembentukan  forum  anak  provinsi  dan  mengadvokasi 
pembentukan forum anak kabupaten/kota dengan Surat Keputusan. 
6. Mengusulkan  dukungan  anggaran  untuk  pelatihan  perempuan  paska 
pendampingan menuju kemandirian. 
7. Mengusulkan  dukungan  anggaran  untuk  program/kegiatan  penguatan 
siraman rohani, pembekalan psikologi sosial. 
8. Perlu  adanya  pelatihan  manajemen  keuangan  dan  pelatihan  keterampilan 
pemanfaatan  potensi  desa,  mengupayakan  perluasan  jaringan  pemasaran 
dengan mengikutsertakan anggota desa PRIMA dalam event pameran. 
9. Perlu adanya pelatihan dan sosialisasi penyelenggaraan data gender  
10. Perlu adanya pembentukan forum data gender dan anak. 
11. Perlu adanya kerjasama antar lembaga untuk mempermudah akses data ke 
BPS. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 63 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
15  URUSAN  KELUARGA  BERENCANA  DAN  KELUARGA 
SEJAHTERA 
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan program untuk menurunkan angka 
kelahiran  dan  mengendalikan  laju  pertumbuhan  penduduk.  Program  KB 
merupakan  program  strategis  untuk  pembentukan  sumber  daya  manusia  yang 
tangguh  dan  mandiri  melalui  peningkatan  kualitas  keluarga  dan  memberikan 
dampak  terhadap  pengendalian  kuantitas  penduduk.  Sementara  itu  secara 
kualitas mengupayakan keluarga‐keluarga Indonesia untuk menjadi lebih bahagia 
dan  sejahtera,  yang  antara  lain  ditandai  dengan  penurunan  angka  kematian  ibu 
dan  bayi,  serta  sekaligus  terjadi  peningkatan  ketahanan  dan  kesejahteraan 
keluarga. 
Indikator dan Capaian Kinerja 
Keberhasilan Program Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera sebagian dapat 
dilihat  dengan  beberapa  indikator  yang  ada  seperti  terbentuknya  Kelompok 
Masyarakat Peduli KB dan terbentuknya Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan 
Reproduksi Remaja (KRR). 
Sasaran program KB antara lain meningkatkan jumlah kelompok masyarakat yang 
menggerakkan KB di tingkat desa/kelurahan, tahun 2009 target kinerjanya adalah 
membentuk  1  kelompok  masyarakat  peduli  KB  dengan  capaian  terbentuknya  1 
kelompok seni peduli KB di kabupaten Kulonprogo. Sedangkan target pada tahun 
2010  sebanyak  2  (dua)  kelompok  dengan  capaian  sebesar  5  (lima)  kelompok, 
sehingga  sampai  dengan  tahun  2010  di  provinsi  Daerah  Istimewa  Yogyakarta 
sudah  terbentuk  6  (enam)  kelompok.  sedangkan  target  pada  tahun  2011  adalah 
membentuk 5 (lima) Kelompok masyarakat peduli KB dengan capaian sebesar  5 
(lima)  kelompok,  sehingga  sampai  dengan  tahun  2011  di  provinsi  Daerah 
Istimewa Yogyakarta sudah terbentuk 11 (sebelas) kelompok (sumber data :BPPM 
dan BKKBN) 
Pusat  Informasi  dan  Konseling  Kesehatan  Reproduksi  Remaja    sangat  diperlukan 
untuk  membantu  remaja  sebayanya  dalam  memahami  dan  mengatasi 
permasalahan  Kesehatan  Reproduksi  Remaja.  Capaian  pada  tahun  2009  antara 
lain  Fasilitasi  Forum  pelayanan  KRR  bagi  kelompok  remaja  dan  sebaya  diluar 
sekolah,  Memperkuat  dukungan  dan  partisipasi  masyarakat  serta  advokasi  dan 
KIE  dalam  bidang  KRR  di  kab/kota  bagi  instansi  terkait,  LSM,  Ormas,  TOGA  yang 
bergerak dibidang kesehatan reproduksi remaja. Target pada tahun 2010 adalah 
terbentuknya  5  (lima)  kelompok  Pusat  informasi  dan  Konseling  Kesehatan 
Reproduksi  Remaja,  capaian  kegiatan  tahun  2010  sebanyak  5  (lima)  kelompok. 
Target  pada  tahun  2011  adalah  terbentuknya  15  (limabelas)  kelompok  Pusat 
informasi  dan  konseling  kesehatan  reproduksi  remaja  dengan  capaian  sebanyak 
15 kelompok, sehingga sampai dengan tahun 2011 sudah terbentuk 20 kelompok 
(sumber data :BPPM). 
Tabel 4.34 
Indikator Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 
Tahun 2008 ‐ 2012 
Tahun
No  Indikator  Satuan 
2008 2009 2010 2011 2012 
1. Terbentuknya  kelompok  Kelompok ‐ 1 5 5 ‐
masyarakat peduli KB 
2.  Terbentuknya  pusat  Paket  ‐ ‐ 5 15 ‐
informasi  dan  konseling 
KRR 
Sumber: BPPM Provinsi DIY 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 64 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Pelaksanaan Program dan Kegiatan dari tahun 2008–2012 
Selama kurun waktu 2008‐2012, program‐program yang dilakukan terkait dengan 
urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera yaitu: 
1. Program Pelayanan Keluarga Berencana. 
2. Program Kesehatan Reproduksi Remaja. 
3. Program  Pembinaan  Peran  Serta  Masyarakat  dalam  Pelayanan  KB/KRR 
yang Mandiri. 
4. Program  Promosi  Kesehatan  Ibu,  Bayi  dan  Anak  Melalui  Kelompok 
Kegiatan di Masyarakat. 
5. Program Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling KRR. 
6. Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga. 
7. Program Pengembangan Model Operasional BKB‐Posyandu‐Padu. 
8. Program peningkatan penanggulangan Narkoba, PMS termasuk HIV/AIDS 
9. Program Palayanan Kontrasepsi 
Program  KB  adalah  upaya  untuk  mewujudkan  keluarga  kecil  bahagia  sejahtera 
melalui  promosi,  perlindungan  dan  bantuan  dalam  mewujudkan  hak‐hak 
reproduksi serta upaya membina ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Selama 
ini  Program  KB  telah  banyak  mengatur  struktur  kependudukan  tidak  saja  dalam 
arti menurunkan laju pertumbuhan penduduk, namun juga mengubah pandangan 
hidup  masyarakat  terhadap  nilai  anak  serta  makna  dari  ketahanan  dan 
kesejahteraan keluarga. 
Beberapa  kegiatan  yang  dilaksanakan  terkait  urusan  Keluarga  Berencanan  dan 
Keluarga Sejahtera antara lain : Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja 
(BKR),  Bina  Keluarga  Lansia  (BKL),  Usaha  Peningkatan  Pendapatan  Keluarga 
Sejahtera  (UPPKS),  Pembentukan  kelompo  peduli  KB,  Promosi  Pelayanan  KHIBA, 
dan kegiatan terkait pembinaan kesehatan reproduksi remaja dan NAPZA. 
 
Rekapitulasi  pelaksanaan  program  dan  kegiatan  urusan  Keluarga 
berencana  dan  keluarga  sejahtera  selama  kurun  waktu  2008‐2012  sebagaimana 
tercantum pada tabel berikut: 
 
Tabel 4.35 
Rekapitulasi Program Kegiatan Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga 
Sejahtera Tahun 2008‐2012 
Keuangan 
Jumlah  Jumlah 
No  Tahun  Capaian Fisik (%) 
Program   Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp) 
(%) 
1  2008  ‐ ‐ ‐ ‐  ‐  ‐
2  2009  6 10 497.537.500 432.121.300  86,85 100,00
3  2010  7 10 690.113.500 681.671.800  98,77 100,00
4  2011  4 12 396.905.750 396.225.000  99,82 100,00
5  2012*)  5 14 508.000.000 268.916.735  52,93 53,00
Catatan: *) Posisi s/d Agustus  2012 
Sumber: BPPM Provinsi DIY 
 
Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera menjadi kewenangan 
BPPM  sejak  tahun  2009,  seluruh  anggaran  yang  ada  dipergunakan  untuk 
mendukung pencapaian indikator yang ada.  
Kegiatan  urusan  Keluarga  Berencana  dan  Keluarga  Sejahtera  pada  tahun 
anggaran  2012  yang  sudah  selesai  dilaksanakan  sampai  dengan  bulan  agustus 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 65 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
sebanyak  5  kegiatan  dari  total  14  kegiatan  dengan  capaian  keuangan  sebesar 
52,93% dan capaian fisik sebesar 53,00%. 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
1. Kurangnya  koordinasi  antar  lembaga  yang  bertanggungjawab  terhadap 
KB. 
2. Jaminan  pembiayaan  komplikasi  dan  kegagalan  KB  belum  sepenuhnya 
terpenuhi. 
3. Jumlah dan kualitas PLKB menurun. 
4. Penggerakan  institusi  masyarakat  dalam  manajemen  KB  melalui  rapat 
koordinasi  di  RW/dusun,  desa  dan  kecamatan  kurang  optimal  karena 
kurangnya dukungan anggaran. 
5. Kurangnya sosialisasi informasi pengetahuan hak‐hak reproduksi. 
6. Kurangnya  koordinasi  dan  manajemen  untuk  mengatasi  kanker  leher 
rahim dan payudara. 
7. Kurangnya informasi dan koordinasi tentang resiko  seks bebas, PMS dan 
HIV/AIDS. 
8. Kegiatan  kelompok  Bina  Keluarga  Balita  (BKB),  Bina  Keluarga  Remaja 
(BKR),  Bina  Keluarga  Lansia  (BKL)  dan  kelompok  UPPKS  kurang  berjalan 
optimal. 
 
Solusi 
1. Meningkatkan  koordinasi  dan  sinergisitas  kegiatan  dengan  lintas  sektor 
terkait. 
2. Advokasi kepada stakeholder dan pembuatan kebijakan. 
3. Meningkatkan peran media untuk mensosialisasikan program KB. 
4. Peningkatan jejaring kemitraan. 
5. Pelatihan, refresing kader dan sosialisasi. 
6. Sosialisasi peningkatan hak reproduksi individu. 
7. Koordinasi dan sosialisasi kanker cervix dan kanker payudara. 
9. TOT kesehatan reproduksi remaja. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 66 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
16 URUSAN PERHUBUNGAN 
Penyelenggaraan  urusan  perhubungan  di  Provinsi  DIY  terdiri  dari  transportasi 
darat,  laut  dan  udara.  Untuk  transportasi  yang  memanfaatkan  moda  darat, 
penggunaan  angkutan  bermotor  di  jalan,  khususnya  kendaraan  pribadi  telah 
mencapai  angka  65%.  Hal  ini  mengindikasikan  bahwa  penggunaan  angkutan 
umum masih belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Dalam upaya mencari 
solusi untuk mengurangi kemacetan lalulintas dan memasyarakatkan penggunaan 
angkutan  umum,  pada  tahun  2008,  khususnya  di  Perkotaan  Yogyakarta  telah 
diluncurkan  penggoperasian  Trans  Jogja.  Angkutan  Trans  Jogja  ini  merupakan 
alternatif  penyediaan  angkutan  umum  massal  dengan  berbasis  pada  “membeli 
layanan”  dan  bukan  sistem  setoran.  Dengan  pelayanan  yang  lebih  baik  dan 
kendaraan  yang  baru,  diharapkan  sedikit  demi  sedikit  dapat  memindahkan 
pengguna  angkutan  pribadi  ke  angkutan  umum.  Untuk  mempermudah 
pergerakan  angkutan  Trans  Jogja  dan  mengatur  pergerakan  lalulintas  di 
persimpangan,  pada  tahun  2011,  telah  dikembangkan  pengaturan  lampu 
lalulintas  di  persimpangan  dengan  konsep  ATCS  (area  traffic  control  systems) 
dimana  dalam  konsep  ATCS,  beberapa  persimpangan  diatur  dalam  satu  sistem 
dan  saling  berkoordinasi.  Selain  itu,  guna  menunjang  pelayanan  pelayanan 
angkutan umum, sampai saat ini Provinsi DIY telah memiliki 2 terminal tipe A yang 
terletak  di  Kota  Yogyakarta  (Giwangan)  dan  di  Kabupaten  Gunungkidul 
(Wonosari). 
Untuk kondisi lalu lintas di perkotaan DIY, dapat dilihat dari V/C ratio yang 
melintas  di perkotaan.  V/C  ratio  rata‐rata  pada  tahun  2009  adalah  0,735. 
Pada  tahun  2010  V/C  ratio  rata‐rata  menunjukkan  angka  0,8,  sedangkan 
pada  tahun  2011  V/C  ratio  dapat  mencapai  target  yaitu  0,7  melalui 
program  peningkatan  pelayanan  angkutan  umum.  Sampai  dengan  bulan 
Juni  tahun  2012,  V/C  ratio  rata‐rata  kendaraan  bermotor  yang  melintas  di 
perkotaan  Yogyakarta  adalah  sebesar  0,72  atau  meningkat  sebesar  0,02  % 
dibanding  rata‐rata  V/C  ratio  rata‐rata  pada  tahun  2011.  Angka  ini  dapat 
berubah seiring dengan bertambahnya jangka waktu dalam satu tahun. V/C 
ratio  itu  sendiri  adalah  pemanfaatan  ruang  jalan  oleh  kendaraan  bermotor 
pada  suatu  ruas  jalan  dalam  satuan  waktu  tertentu,  sehingga  untuk 
meminimalisasi  perbedaan  berdasarkan  waktu,  lokasi  dan  kondisi,  maka 
diperlukan angka rata‐rata untuk perhitungan V/C ratio. Selain itu, banyaknya 
hari libur panjang (long weekend) di tahun 2012, dapat meningkatkan jumlah 
V/C  ratio,  mengingatkan  potensi  perkotaan  Yogyakarta  yang  merupakan 
salah  satu  tujuan  wisata  di  Indonesia.  Ke  depan  perlu  adanya  penanganan 
yang  komprehensif,  terkait  dengan  pertambahnya  pergerakan  kendaraan 
bermotor  karena  adanya  tambahan  kunjungan  wisatawan  ke  Perkotaan 
Yogyakarta.   
Untuk  fasilitas  keselamatan  lalu  lintas  jalan  pada  tahun  2009 
mencapai  57,80%.  Pada  tahun  2010  fasilitas  keselamatan  lalu  lintas  jalan 
meningkat  menjadi  66,00%,  sedangkan  pada  tahun  2011  meningkat 
menjadi  70%  atau  mengalami  peningkatan  4%  dari  tahun  2010. 
Berdasarkan  perkembangan  kawasan  dan  kebutuhan  akan  fasilitas 
keselamatan  lalu  lintas  jalan,  maka  pada  perhitungan  tahun  2010, 
kebutuhan  akan  rambu  di  jalan  provinsi  meningkat  sebanyak  2.008  unit 
rambu  yakni  dari  2.608  menjadi  4.616  unit  rambu  di  jalan  provinsi  serta 
kebutuhan fasilitas keselamatan lalu lintas di jalan nasional sebesar 16.175 
unit  yang  terdiri  dari  rambu  lalu  lintas,  lampu  penerangan  jalan  (LPJU), 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 67 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
rambu  petunjuk  pengarah  jalan  (RPPJ),  pita  penggaduh,  paku  marka, 
warning  light,  traffic  light,  guard  rail,  deliniator.  Peningkatan  kebutuhan 
fasilitas  keselamatan  lalulintas  dapat  terjadi  karena  banyaknya  fasilitas 
yang  rusak  dan  hilang  karena  adanya  kerusakan  akibat  kerusakan,  umur 
fisik dan pencurian. Di tahun 2012, peningkatan fasilitas keselamatan lalu 
lintas  jalan adalah  sebesar  72  %,  kenaikan yang  hanya  sebesar  2  %  dapat 
dirasakan sangat sedikit, tetapi hal tersebut terjadi dikarenakan prosentase 
kebutuhan  fasilitas  keselamatan  jalan  juga  meningkat  sebagai  hasil  dari 
perhitungan kebutuhan pada tahun 2010. 
Load factor penumpang angkutan umum pada tahun 2010 sebesar 
24,66% turun dari tahun 2009 sebesar 35,00%. Berdasarkan data yang ada, 
load  factor angkutan  umum  pada tahun  2011  meningkat menjadi  28,42% 
dengan rincian: 
‐ Angkutan AKDP sebesar 23% 
‐ Angkutan Perkotaan sebesar 24,01% 
‐ Angkutan Trans Jogja sebesar 38,26% 
Load  factor  rata‐rata  pada  Tahun  2012,  sampai  bulan  Juni  belum 
dapat dilaksanakan penghitungan karena periode penghitungannya adalah 
di  bulan  Agustus  ‐  September.  Selain  itu,  perhitungan  load  factor  juga 
memperhatikan adanya Hari Raya Idul Fitri dan Liburan sekolah. 
Untuk  moda  transportasi  darat  lainnya,  penumpang  kereta  jarak 
pendek  (Kereta  Api  Prameks)  mengalami  kenaikan  dari  1.211.489 
penumpang  di  tahun  2009  menjadi  1.396.075  penumpang  di  tahun  2010 
atau  mengalami  kenaikan  sebesar  15%.  Namun  pada  tahun  2011 
penumpang  menurun  menjadi  1.346.961  karena  adanya 
overhaul/perbaikan  terhadap  Kereta  Api  Prameks  yang  ada  dan 
pengoperasian Kereta Api Madiun Jaya jurusan Yogyakarta ‐ Madiun yang 
mulai  beroperasi  tahun  2010,  sehingga  jumlah  pengguna  KA.  Prameks 
terbagi dengan KA Madiun Jaya yang juga melintasi dan berhenti pada jalur 
dan stasiun yang sama dengan KA Prameks. Pada tahun 2012, penumpang 
angkutan  kereta  api  jarak  pendek,  sampai  bulan  Juni,  mencapai  angka 
617.881,  yang  menunjukkan  bahwa  angka  tersebut  akan  bertambah 
dengan  seiring  dengan  adanya  Hari  Raya  Idul  Fitri  dan  liburan  sekolah  di 
Bulan Agustus 2012. 
Kondisi  transportasi  udara  dapat  dilihat  dari  jumlah  pergerakan 
pesawat  di  Bandara  Adisutjipto  Yogyakarta.  Selama  periode  2008‐2011 
telah  terjadi  perubahan  preferensi  masyarakat  DIY  khususnya  dalam 
menggunakan  moda  transportasi  jarak  jauh  yaitu  ditandai  dengan  mulai 
beralihnya  masyarakat  menggunakan  pesawat  terbang  dibanding  moda 
transportasi  lainnya.  Pada  tahun  2010,  pergerakan  pesawat  untuk 
penerbangan domestik dan internasional mengalami kenaikan dari 26.647 
pada tahun 2009 menjadi 28.428 pada tahun 2010 atau naik sebesar 6,7% 
dari  tahun  2009.  Pertumbuhan  pergerakan  pesawat  pada  tahun  2010 
sebesar 6,7% lebih rendah dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 10,6%. 
Hal  ini  disebabkan  adanya  larangan  beroperasinya  Bandara  Adisutjipto 
oleh  Kementerian  Perhubungan  selama  ±16  hari  saat  terjadinya  bencana 
erupsi Gunung Merapi di akhir 2010. Pada tahun 2011 pergerakan pesawat 
mengalami kenaikan menjadi 32.091 atau naik sebesar 12,88% dari tahun 
2010.  Angka  pertumbuhan  pergerakan  pesawat  sebesar  12,88%  ini 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 68 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
melebihi dari yang ditargetkan pada tahun 2011 yaitu sebesar 5%. Sampai 
dengan bulan Juni tahun 2012, pergerakan pesawat di Bandara Adisutjipto 
sudah  mencapai  angka  16.882  atau  lebih  dari  separo  jumlah  pergerakan 
pesawat  di  tahun  2011.  Dan  belum  memperhitungkan/termasuk  lonjakan 
pergerakan  pesawat  karena  adanya  Hari  Raya  Idul  Fitri.  Kondisi  itu 
menunjukkan bahwa pergerakan pesawat atau operasi penerbangan yang 
ditunjukkan dengan adanya proses take off/landing di Bandara Adisutjipto 
meningkat sangat pesat dari tahun ke tahun. 
 
Tabel 4.36 
Indikator Urusan Perhubungan di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Capaian Tahun 
No  Indikator  Satuan 
2008 2009 2010  2011  2012
1  V/C ratio kendaraan  ‐ ‐  0,735  0,8  0,7    0,72 
2  Fasilitas  keselamatan  Persen
‐  57,80  66,00  70,00  72,00 
lalu lintas jalan 
3  Load  Factor penumpang  Persen
‐  35,00  24,66  28,42  ‐ 
angkutan umum 
4  Pergerakan pesawat  Kali  24.089  26.647  28.428  32.091  16.882*) 
5  Penumpang  angkutan 
Orang  1.649.148  1.211.489  1.396.075  1.346.961  617.881*) 
kereta api jarak pendek 
Catatan: *) Posisi s/d Juni 2012 
Sumber: Dishubkominfo Provinsi DIY 

Catatan:  
1. Load  factor  penumpang  angkutan  umum  pada  tahun  2009,  tahun 
2010  dan  2011  merupakan  nilai  rata‐rata  load  factor  Trans  Jogja, 
Angkutan Perkotaan dan AKDP (tidak termasuk taksi dan angkutan 
sewa).  
2. Jumlah  penumpang  angkutan  kereta  api  dihitung  berdasarkan 
jumlah penumpang berangkat.  
 
Untuk  mendukung  tercapainya  kinerja  urusan  perhubungan  telah 
dilaksanakan program‐program sebagai berikut: 
1. Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan. 
2. Program rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas LLAJ. 
3. Program peningkatan pelayanan angkutan. 
4. Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan. 
5. Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas. 
6. Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor. 
7. Program peningkatan manajemen dan rekayasa lalu lintas. 
 
 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 69 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Tabel 4.37 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Perhubungan di Provinsi DIY, 
2008‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2008  6  0  60.476.234.895 45.012.802.870 82,08 95,08
2009  11  59  77.336.060.050 66.930.441.224 84,21 97,34
2010  10  58  55.553.667.366 50.980.440.248 92,07 99,21
2011  9  45  54.876.512.938 49.697.254.846  90,56  99,89 
  2012*)  9  53  66.599.184.564  25.970.834.975    39,00  41,87 
Catatan: *)Posisi s/d Juni 2012 
Sumber: Dishubkominfo Provinsi DIY 
 
Pada  tahun  2012  jumlah  program  yang  dilaksanakan  sebanyak  9 
program  dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  53  kegiatan.  Sampai  dengan 
Bulan  Juli  2012,  capaian  fisik  rata‐rata  sebesar  41,87%  dengan  capaian 
realisasi keuangan sebesar 39,00%. 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan  
Angka  V/C  ratio  rata‐rata  relatif  masih  tinggi,  hal  ini  disebabkan  karena 
tingginya  penggunaan  kendaraan  pribadi,  pemanfaatan  badan  jalan  yang 
tidak  sesuai  dengan  peruntukan  jalan  sebagai  ruang  lalulintas  (berjualan 
dan  pelanggaran  parkir  tepi  jalan)  dan  kurangnya  minat  penggunaan 
angkutan umum oleh masyarakat. Indikator kurangnya minat penggunaan 
angkutan umum ini bisa dilihat dari load factor angkutan umum khususnya 
pada  Angkutan  Perkotaan  dan  AKDP  yang  terus  mengalami  penurunan. 
Pengoperasian  Trans  Jogja  sampai  dengan  saat  ini  masih  membantu 
meningkatkan  load  factor  rata‐rata  angkutan  umum,  tetapi  jika  tidak 
didukung  oleh  upaya  lain  (seperti  :  pengaturan  lalulintas  dan  kebijakan 
pengurangan  pergerakan  kendaraan  bermotor  pribadi)  maka  load  factor 
Trans Jogja dikuatirkan juga akan mengalami penurunan. 
 
Solusi  
1. Untuk  menurunkan  V/C  ratio,  usaha  yang  telah  dilakukan  yaitu 
melakukan  koordinasi  dengan  pihak  terkait  baik  ditingkat  provinsi 
maupun kabupaten/kota terutama tentang : 
‐ Perbaikan  geometri  simpang  untuk  meningkatkan  kapasitas 
simpang secara optimum. 
‐ Manajemen ruas jalan.  
‐ Kontrol  terhadap  pelaksanaan  on  street  parking,  terutama  pada 
tempat‐tempat yang rawan kemacetan dan mempunyai lebar jalan 
terbatas;  
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 70 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 

Pengoperasian  Area  Traffic  Control  Syatems  (ATCS)  untuk 
mengoptimalkan pergerakan kendaraan di persimpangan.  
2. Untuk  meningkatkan  load  factor  angkutan  umum,  diperlukan 
manajemen  angkutan  umum  yang  didukung  oleh  semua  stakeholders 
yang  terkait  sehingga  akan  dapat  tercapai  pelayanan  angkutan  umum 
yang aman, cepat, nyaman, terjadwal dan berkelanjutan.  
 

17  URUSAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 
Kebijakan  tentang  pentingnya  penerapan  Teknologi  Informasi  dan 
Komunikasi  (TIK)  di  lingkungan  pemerintahan,  baik  di  pusat  maupun  di 
daerah  telah  dituangkan  di  dalam  Inpres  Nomor  3  Tahun  2003,  yaitu 
tentang  penyelenggaraan  pemerintahan  yang  berbasis  elektronik  (e‐
government).  Melalui  pengembangan  e‐government,  pemerintah 
mengharapkan  dapat melakukan  penataan  sistem manajemen  dan  proses 
kerja  di  lingkungan  pemerintah  dengan  mengoptimalkan  pemanfaatan 
teknologi informasi dan  komunikasi. Sementara itu untuk menindaklanjuti 
Inpres  Nomor  3  Tahun  2003  tersebut,  Pemerintah  Provinsi  DIY  melalui 
Peraturan  Gubernur  Nomor  42  Tahun  2006,  telah  menetapkan  Blueprint 
Jogja  Cyber  Province  yang  dititikberatkan  pada  program  Digital 
Government  Services  (DGS)  sebagai  panduan  strategis  implementasi  dan 
pengembangan e‐government di lingkungan Pemerintah Provinsi DIY. 
Pembangunan  infrastruktur  jaringan  komputer  (LAN,  WAN  dan 
internet/global  area  network)  di  Pemerintah  Provinsi  DIY  telah  dimulai 
sejak tahun 2002 dan hingga saat ini terus diupayakan pengembangannya. 
Pembangunan  jaringan  komputer  tersebut  memungkinkan  terkoneksinya 
tiap‐tiap  SKPD  dalam  jaringan  internet/intranet,  sehingga  tranformasi 
data/informasi  antara  masing‐masing  unit  kerja  dapat  berjalan  semakin 
lancar. 
  Sampai  dengan  akhir  tahun  2011,  jaringan  infrastruktur  komputer 
Pemerintah  Provinsi  DIY  telah  menghubungkan  89  lokasi  perkantoran 
Pemerintah  Provinsi  DIY  yang  terdiri  dari  53  lokasi  perkantoran  dengan 
kabel  HFC  dan  23  titik  lokasi  dengan  wireless.  Sejak  tahun  2009,  jaringan 
tersebut menghubungkan 1.494 komputer untuk seluruh SKPD yang ada di 
lingkungan Pemerintah Provinsi DIY. 

Melalui  Peraturan  Gubernur  Nomor  42  Tahun  2006,  telah 


menetapkan  Blueprint  Jogja  Cyber  Province,  maka  saat  ini  ada  8  program 
yang  menjadi  unggulan  dalam  pelaksanaan  DGS.  Seluruh  program  sudah 
mulai  dengan  mengembangkan  pelayanan  secara  online.  Beberapa 
diantaranya adalah: 
1. Agricenter oleh Dinas Pertanian; 
2. Fishery Bussiness Center oleh Dinas Perikanan dan kelautan; 
3. Jogja belajar oleh Dinas Pendidikan; 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 71 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
4. Jogja Bisnis oleh Disperindagkop; 
5. Jogja Sehat oleh Dinas Kesehatan; 
6. Visiting Jogja oleh Dinas Pariwisata; 
7. Bursa Kerja Online oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 
8. Plaza Informasi oleh Dishubkominfo; 
9. Jogja Invest oleh BKPM. 
Program  pendukung  pelaksanaan  DGS  di  pemerintah  Provinsi  DIY 
untuk  pelayanan  masyarakat  dengan  memanfaatkan  teknologi  informasi, 
antara lain:  
− Portal Pemerintah Provinsi DIY 
− CPNS Online (Penerimaan CPNS Secara Online)  
− LPSE (Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik). 
− Data dan Informasi Bencana. 
− SIPKD 
− SIMPEG 
− SIMONEV 
− SIM Perijinan Terpadu Pemerintah Provinsi DIY 
 
Selanjutnya dengan konsep e‐gov tersebut, peran dan keterlibatan 
masyarakat  dalam  berinteraktif  melalui  jaringan  elektronik  akan  lebih 
terberdayakan.  Masyarakat  dapat  ikut  terliat  dan  berperan  aktif  dalam 
mendukung  dan  memberikan  partisipasi  dalam  kegiatan  pembangunan. 
Selain  itu  informasi  dan  layanan  kepada  masyarakat  dapat  lebih  mudah 
diakses  dan  digunakan.  Konsep  inilah  yang  dinamakan  layanan  teknologi 
berbasis Citizen Centris. 
Guna  penyebarluasan  kebijakan  pemerintah  dan  untuk 
meningkatkan  layanan  informasi  melalui  pendayagunaan  sumber  daya 
komunikasi  dan  informasi,  selama  tahun  2008‐2012  telah  dilaksanakan 
program‐program: 
1. Program pengembangan komunikasi, informasi dan media masa. 
2. Program pengkajian dan penelitian bidang komunikasi dan informasi. 
3. Program kerjasama dengan mass media. 
4. Program  fasilitasi,  pembinaan,  pengendalian  pos  telekomunikasi  dan 
frekuensi. 
5. Program fasilitasi SDM bidang komunikasi. 
Program‐program  yang  dilaksanakan  dimaksudkan  untuk 
mewujudkan  pelayanan  prima  serta  birokrasi  yang  bersih  dan  berwibawa 
dengan  memberikan  kemudahan  kepada  masyarakat  untuk  mendapatkan 
informasi bagi kepentingan pelayanan publik.  
  
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 72 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Tabel 4.38 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Komunikasi dan Informatika di 
Provinsi DIY,  
2008‐2012 
Jumlah   Jumlah  Keuangan  Fisik 
Tahun 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp) Realisasi (Rp)  Capaian (%) (%) 
2.897.003. 2.621.184.48
2008  4  17  90,89  96,55 
000  0 
1.475.339. 1.340.984.49
2009  1  2  90,89  99,58 
000  0 
2.976.573. 2.651.253.25
2010  5  18  86,85  100,00 
550  0 
1.666.749. 1,544,047,17
2011  2  6  92,63  100,00 
350  5 
     2.535.217. 1.022.743.52                
3  11  82,71 
2012*)  820  0  40,34  
Catatan: *) Posisi s/d Juni 2012 
Sumber: Dishubkominfo Provinsi DIY 

Pada  tahun  2011  jumlah  program  yang  dilaksanakan  sebanyak  2 


program  dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  6  kegiatan.  Sedangkan  pada 
tahun  2012,  capaian  fisik  rata‐rata  sampai  Bulan  Juli  sebesar  82,71% 
dengan capaian realisasi keuangan sebesar 40,34%. 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan  
1 Pelaksanaan program DGS belum sesuai dengan harapan, yakni belum 
terintegrasinya program DGS di setiap SKPD. 
2 Kondisi  jaringan  masih  lemah  dikarenakan  masih  sangat  tergantung 
dengan berbagai pihak. 
3 SDM yang memiliki kemampuan TI relatif sedikit. 
4 Kurang  optimalnya  fungsi  Tim  Manajemen  Perubahan  dan  Inovasi 
Implementasi (TIMPII) DGS. 
 
Solusi 
1. Diperlukan komitmen dan persamaan persepsi semua pihak di lingkup 
Pemerintah  Provinsi  DIY  dalam  rangka  pengembangan  program  DGS 
sesuai dengan Blue Print yang sudah ada. 
2. Secara bertahap perlu dibangun infrastruktur milik pemerintah provinsi 
dalam rangka kemudahan pengembangan. 
3. Perlu penguatan kelembagaan Tim Manajemen Perubahan dan Inovasi 
Implementasi (TIMPII) DGS. 
4. Perlu peningkatan kemampuan SDM. 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 73 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
18  URUSAN PERTANAHAN 
Urusan  pertanahan  dilaksanakan  untuk  meningkatkan  penataan  dan 
tercapainya  perumusan  kebijakan  dalam  urusan  pertanahan.  Rasio  luas 
tanah  bersertifikat  di  wilayah  Provinsi  DIY  menunjukkan  nilai  rata‐rata 
sebesar  16,23%.  Rasio  luas  bidang  tanah  bersertifikat  di  wilayah  Provinsi 
DIY  rata‐rata  sebesar  7,67%.  Urusan  bidang  pertanahan  di  Urusan  bidang 
pertanahan di Provinsi DIY pada tahun 2012 yang dilaksanakan terdiri dari 
4 program yaitu: 
1. Program Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan. 
2. Program Pembangunan Sistem Pendaftaran Tanah. 
3. Program  Penataan  Penguasaan,  Pemilikan,  Penggunaan  Dan 
Pemanfaatan Tanah. 
4. Program Penyelesaian Konflik‐Konflik Pertanahan. 

Kegiatan  pada  program‐program  pertanahan  yang  telah  dilakukan 


oleh Pemerintah Provinsi DIY antara lain sebagai berikut: 
1. Program Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan 
a. Pembaharuan Data Tanah Kas Desa 
Adanya  kepastian  data  tanah  kas  desa  dengan  melaksanakan 
pembaharuan data tanah kas desa 
b. Pembangunan Database Pertanahan 
Terlaksananya  pengadaan  database  pertanahan,  dalam  rangka 
mendukung pelaksanaan pembaharuan data pertanahan. 
2. Program pembangunan sistem pendaftaran tanah 
a. Koordinasi Penataan Pemanfaatan Tanah.  
Adanya  kepastian  hukum  dan  kejelasan  status  terhadap 
pemanfaatan  tanah  negara  (terbitnya  7  surat  tentang  tanggapan 
terhadap permohonan tanah negara). 
b. Inventarisasi  tanah  SG  dan  PAG.  Dalam  rangka  untuk  tertib 
administrasi dan perlindungan hukum bagi penggarap tanah SG dan 
PAG,  telah  dilakukan  Sosialisasi  inventarisasi  tanah  SG  dan  PAG  di 
Kecamatan‐Kecamatan wilayah Kabupaten Sleman.  
3. Program  penataan  penguasaan,  pemilikan,  penggunaan  dan 
pemanfaatan tanah 
a. Fasilitasi izin pengelolaan tanah kas desa. 
Fasilitasi dalam rangka pemberian izin pengelolaan tanah kas desa 
oleh  Gubernur  DIY  (telah  terbit  izin  sebanyak  52  izin  pengelolaan 
tanah kas desa) 
b. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan Gubernur 
DIY di bidang pertanahan. 
Pelaksanaan  kebijakan  Gubernur  DIY  dalam  rangka  tindak  lanjut 
ipemberian izin  dan  permasalahan berkaitan  dengan  pemanfaatan 
tanah kas desa. 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 74 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
c. Fasilitasi penyusunan Pedoman Tata Kelola Pertanahan.  
Fasilitasi  dalam  rangka  membahas  tindak  lanjut  pelaksanaan 
peraturan perundang‐undangan di bidang pertanahan 
d. Penyelesaian  masalah  administrasi  tanah  kas  desa  Wates  menjadi 
aset Pemerintah Provinsi DIY. 
Fasilitasi  penyelesaian  administrasi  tanah  kas  desa  menjadi  aset 
Pemerintah Provinsi DIY, dengan proses pensertipikatan atas nama 
Pemerintah Provinsi. 
4. Program penyelesaian konflik‐konflik pertanahan sebagai berikut: 
Adanya  pengaduan  permasalahan  tanah  kepada  Gubernur  DIY,  yang 
harus ditanggapi dan ditangani permasalahannya sehingga diharapkan 
tidak terjadi konflik di masyarakat.  
 
Rekapitulasi pelaksanaan program dan kegiatan urusan pertanahan 
selama  kurun  waktu  2008‐2012  sebagaimana  tercantum  pada  tabel 
berikut: 
Tabel 4.39 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Pertanahan di Provinsi DIY,  
2008‐2012 
Keuangan 
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2008  2  4 583.518.600 577.268.600  99,44 100,00
2009  2  7 1.390.000.000 1.383.797.000  99,61 100,00
2010  3  9 1.049.481.000 1.023.362.700  98,08 100,00
2011  3  7 543.644.000 512.714.540  88,79 100,00
2012*  4  10 564.272.500 105.770.350  18,74 31,76
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: Biro Tata Pemerintahan Setda Provinsi DIY 
 
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 4 program 
dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  10  kegiatan.  Sampai  dengan  bulan  Juli 
2012  capaian  fisik  rata‐rata  sebesar    31,76  %  dengan  capaian  realisasi 
sebesar 18,74 %.  

Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
1. Perlu  adanya  kepastian  hak  pemanfaatan  tanah  baik  SG,  PAG  dan 
Tanah Kas Desa. 
2. Perlu  adanya  validitas  data  tentang  pertanahan  yang  ada  di  Provinsi 
DIY (baik TKD, SG dan PAG). 
3. Belum  adanya  peraturan  yang  mengatur  tentang  Kepastian  Hukum 
terhadap tanah SG dan PAG di Provinsi DIY. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 75 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
4. Masih banyaknya permasalahan dibidang pertanahan, perlu dilakukan 
langkah‐langkah  partisipatif  dan  antisipatif  dari  Pemerintah  Provinsi 
untuk menyelesaikan permasalahan di bidang pertanahan. 
5. Masih  banyaknya  kasus  tukar  menukar  Tanah  Kas  Desa  (pelepasan) 
yang  belum  ditindaklanjuti  secara  administrasi,  sehingga  menjadi 
permasalahan tersendiri bagi Pemerintah Desa. 
6. Adanya  permohonan  pemanfaatan  tanah  yang  tidak  sesuai  dengan 
peruntukannya. 
 
Solusi 
1. Perlu pembangunan database pertanahan. 
2. Penyuluhan tentang kebijakan pertanahan. 
3. Memberikan  fasilitasi  dan  koordinasi  dalam  rangka  penyelesaian 
permasalahan pertanahan. 
4. Monitoring  dan  evaluasi  pengelolaan  dan  pemanfaatan  tanah  kas 
desa. 
5. Perlu  adanya  kepastian  dalam  rangka  mengatur  tentang  kepastian 
hukum tanah SG dan PAG di Provinsi DIY. 
6. Fasilitasi  perizinan  dengan  memperhatikan  peruntukan  dan  tata 
ruangnya. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 76 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
19   URUSAN  KESATUAN  BANGSA  DAN  POLITIK  DALAM 
NEGERI 
Kesatuan  bangsa  mempunyai  dua  makna  yaitu  menunjukkan  sikap 
kebersamaan dan menyatakan wujud yang hanya satu dan utuh, yaitu satu 
bangsa  yang  utuh  atau  satu  wilayah  yang  utuh.  Keberagaman  atau 
kehidupan  dalam  lingkungan  majemuk  bersifat  alami  dan  merupakan 
sumber kekayaan budaya bangsa. Dalam kehidupan masyarakat yang serba 
majemuk,  berbagai  perbedaan  yang  ada  seperti  suku,  agama,  ras  atau 
antar  golongan,  merupakan  realita  yang  harus  di  dayagunakan  untuk 
memajukan  negara  dan  bangsa  Indonesia,  menuju  cita‐cita  nasional  kita 
adalah masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. 
Provinsi  DIY  selama  ini  menjadi  tempat  yang  terbuka  dan  ramah  bagi 
semua  orang.  Kondisi  yang  demikian  semakin  mengukuhkan  atribut 
Provinsi  DIY  perwujudan  dari  Indonesia  Mini,  tempat  orang  dari  berbagai 
suku dan etnis dapat tinggal bersama dalam interaksi yang nyaman dalam 
semangat persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa. 
Selain  pembinaan  kesatuan  bangsa,  Pemerintah  Provinsi  DIY  juga 
melaksanakan pembinaan politik baik kepada masyarakat maupun kepada 
partai  politik  yang  ada  dalam  upaya  membentuk  masyarakat  madani. 
Suasana  kondusif,  sejuk,  aman,  tenteram,  diantaranya  meningkatnya 
penanaman modal, kunjungan wisata, pendidikan. 
Kondisi  umum  Daerah  Istimewa  Yogyakarta  di  tahun  2008  sampai 
dengan  juli  2012  cukup  kondusif.  Menurut  laporan  pelaksanaan  kegiatan 
fasilitasi  Satkorpulsida  (Satuan  Koordinasi  Pengumpulan  Data  Situasi 
Daerah)  sampai  dengan  bulan  juli  2012  kasus  penipuan  hingga  saat  ini 
masih  merupakan  kasus  yang  paling  menonjol,  disusul  oleh  kasus 
pencurian dengan pemberatan dan penggelapan. Banyak hal yang memicu 
terjadinya  tindak  kriminal  di  antaranya  tekanan  ekonomi,  semakin 
berkembangnya  modus  kejahatan  dan  kontrol  sosial  masyarakat  yang 
semakin  rendah  menjadikan  kecenderungan  meningkatnya  tindak 
kriminalitas  dan  kerawanan  sosial.  Dengan  semakin  berkembangnya  arus 
informasi  dan  teknologi,  juga  menjadi  pemicu  kecenderungan  untuk 
melakukan  tindak  kriminalitas  dan  kerawanan  sosial  di  masa‐masa 
mendatang khususnya kasus cyber crime. 
Peredaran  narkoba  dan  minuman  keras  yang  semakin  meluas 
menjadi  salah  satu  pemicu  terjadinya  tindak  anarkis  dan  kejahatan  di 
kalangan  pelajar  dan  mahasiswa  yang  pada  akhirnya  akan  memberikan 
penilaian  negatif  bagi  citra  DIY.  Sebagai  konsekuensi  predikat  miniatur 
Indonesia,  Daerah  Istimewa  Yogyakarta  merasakan   dampak  adanya 
kemajuan dan heterogenitas kelompok masyarakat yang ada baik dari sisi 
agama,  etnis  /  suku,  budaya,  bahasa,  adat  kebiasaan.  Heterogenitas 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 77 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
masyarakat  tersebut  menyebabkan  Daerah  Istimewa  Yogyakarta  
menyimpan  berbagai  potensi  konflik  sosial  terutama  konflik  yang 
bernuansa agama, konflik antar suku, konflik antar golongan, konflik antar 
pengikut  partai,  konflik  antara  kebijakan  pemerintah  daerah  dengan 
keinginan sebagian masyarakat dan lain sebagainya.   
Penegakan  peraturan  daerah,  peraturan  kepala  daerah  serta 
peraturan  perundang‐undangan  lainnya  di  wilayah  DIY  dilakukan  dengan 
pendekatan  preemptif,  preventif,  persuasif  dan  represif.    Pendekatan 
preemptif, preventif dan persuasif lebih diutamakan daripada pendekatan 
represif.    Penegakan  peraturan  daerah,  peraturan  kepala  daerah  serta 
peraturan  perundang‐undangan  lainnya  dilakukan  melalui  beberapa 
tahapan,  yaitu  dengan  sosialisasi,  pemantauan,  operasi  non  yustisi  dan 
operasi  yustisi.    Peraturan  daerah,  peraturan  kepala  daerah  serta 
peraturan  perundang‐undangan  lainnya  yang  menjadi  target, 
disosialisasikan  kepada  masyarakat,  selanjutnya  dipantau  apakah 
masyarakat  sudah  memahami  dan  menaati  Peraturan  daerah,  peraturan 
kepala  daerah  serta  peraturan  perundang‐undangantersebut.    Dari  hasil 
pemantauan  dapat  diketahui  tingkat  kesadaran  masyarakat.    Bagi 
masyarakat yang tidak mengindahkan peraturan daerah, peraturan kepala 
daerah  serta  peraturan  perundang‐undangan  dikenakan  operasi  non 
yustisi,  yaitu  diberikan  pembinaan  dan  teguran  disertai  berita  acara  dan 
pernyataan  untuk  tidak  mengulangi  pelanggaran  terhadap  peraturan 
perundang‐undangan.  Selanjutnya  perlakuan  terhadap  pelanggar 
peraturan perundang‐undangan ditingkatkan menjadi operasi yustisi, yaitu 
bagi masyarakat yang melanggar peraturan perundang‐undangan diproses 
secara hukum.   
Unjuk  rasa  yang  terjadi  di  Provinsi  DIY  ditangani  dengan  cara‐cara 
yang persuasif dan sinergis antar petugas yang terdiri dari  Satpol PP, Polri, 
TNI  dan  Satuan  Keamanan  Masyarakat.  Dengan  cara  penanganan  yang 
persuasif  dan  sinergis,  potensi  gangguan  ketenteraman  masyarakat  dan 
ketertiban umum  dapat diminimalisir.   
 
Tabel 4.40 
Rekapitulasi Data Permasalahan Wilayah Perbatasan 
Kabupaten/Kota Provinsi DIY: 
No.  Wilayah  Permasalahan  Upaya Tindak Lanjut 
1  Kota  a. Gelandangan, 
Yogyakarta  anjal,pengemis, pengamen 
b. Orang gila 
c. Pedagang Kaki Lima 
d. Reklame  Penertiban secara rutin 
e. IMBB 
f. Kebersihan/Sampah 
g. Wanita Tuna Susila (WTS) 
h. Miras 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 78 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
No.  Wilayah  Permasalahan  Upaya Tindak Lanjut 
2  Kabupaten  a. Penjualan  Miras  di  a. Melakukan  operasi  yustisi 
Sleman  Perbatasan  minuman beralkohol 
   
b. Pencurian  b. Melakukan  patroli 
  perbatasan  dan  daerah 
  rawan 
c. PSK,miras,  anjal  transaksi  c. Operasi PEKAT 
di  Sleman  melakukan  di   
Klaten   
d. Penambangan Pasir  d. Melakukan  koordinasi 
dengan Kab. Magelang 
3  Kab. Bantul a. Peredaran  minuman  a. Operasi  penegakan  Perda 
beralkohol  no. 6 tahun 2007 
  b. Operasi  penertiban 
b. Keberadaan Gepeng‐anjal  bersama Dinas Sosial 
  c. Operasi  penegakan  perda 
c. Pelacuran  no. 5 tahun 2007 
  d. Patroli  wilayah,  operasi 
d. Penambangan Pasir  penegakan  perda  no.  16 
tahun 2003 
4  Kab.  a. Miras a. Meningkatkan 
Gunungkidul    kewaspadaan  masyarakat 
  dan  memberdayakan 
  aparat  pemerintah  dan 
b. Gelandangan  dan  tokoh  masyarakat,  Operasi 
Pengemis  Penegakan perda 
c. Pencurian Kayu  b. Patroli wilayah 
  c. Mengadakan  koordinasi 
d. Perkelahian pelajar  dengan dinas/instansi lain 
  d. Melakukan  koordinasi  dan 
e. Perjudian  pembinaan  bersama 
  dinas/instansi terkait 
e. memberdayakan  aparat 
pemerintah  dan  tokoh 
masyarakat. 
5  Kab.  Kulon  a. Penambangan  sepanjang 
Progo  sungai Progo 
b. Drop‐dropan Gepeng  Operasi dengan dinas terkait. 
c. Penjualan ayam Tiren 
d. Miras 
Sumber: SATPOL PP Provinsi DIY 
 
Tabel 4.41 
Indikator dan Capaian Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja  2009‐2012 
Capaian Tahun 
No  Indikator  Satuan 
2009  2010  2011  2012 
Anggota Polisi Pamong Praja 
1  yang mengikuti pendidikan  persen     60,00  70,00  75,00  80,00 
wajib/Diksar 
Jumlah operasi Penegakan 
2  persen  104,56  106,66  200,00  32,87 
Perda 
Terselenggaranya Operasi P4GN 
3  Dalam Rangka Hari Anti  persen  99,50  100,18  100,00  11,69 
Narkoba 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 79 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Capaian Tahun 
No  Indikator  Satuan 
2009  2010  2011  2012 
Penyelenggaraan Pengendalian 
4  Ketentraman Dan Ketertiban  persen  100,22  100,37  100,00  50,62 
Umum 
Operasi dan sosialisasi Gepeng 
5  persen  101,51  100,31  100,00  41,53 
dan Anjal 
Patroli Pengamanan Aset milik 
6  persen  100,21  101,06  155,00  46,19 
Pemerintah Provinsi DIY 
Pengamanan Dan Pengendalian 
7  Huru‐hara/unjuk  persen  130,25  100,22  222,73  55,76 
Rasa/kerusuhan 
Pengamanan Dan Pengawalan 
8  Gubernur, Wakil Gubernur Dan  persen  100,05  100,10  95,00  61,19 
Tamu Daerah 
Sumber: SATPOL PP Provinsi DIY 
 
Tabel 4.42 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan 
Masyarakat Provinsi DIY, 2008‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2008  10  64  5.773.116.229 5.720.765.953 99,09 100,00 
2009  10  53  6.689.763.580 5.991.992.298 89,57 98,64 
2010  11  53  5.194.333.975 4.986.973.287 96,01 99,77 
2011  10  68  5.245.435.446 5.117.549.914 97,56 100,00 
2012*  9  56  6.019.795.270 4.380.806.460 72,77 77,75 
Catatan: *)Posisi s/d Bulan Agustus 2012 
Sumber: Bakesbanglinmas Provinsi DIY 
 
Permasalahan dan Solusi  
Permasalahan  
1. Dinamika  kehidupan  dan  mobilitas  kegiatan  orang  asing  pemegang 
KITAS/KITAP  yang  cukup  tinggi  dan  komplek  dengan  segala 
aktivitasnya  yang  tidak  hanya  berada  di  DIY,  tetapi  mobilitas  mereka 
sampai diluar Yogyakarta tidak selalu dapat terpantau. 
2. Data orang asing pemegang visa kunjungan singkat seperti kunjungan 
wisata  ke  Yogyakarta  dengan  pintu  masuk  tidak  melalui  Yogyakarta 
sulit  di  peroleh  data  yang  akurat  karena  keberadaan  mereka  hanya 
tercatat  di  hotel  tempat  menginap,  sedangkan  pihak  hotel  tidak 
melaporkan data tersebut kepada instansi resmi pemerintah. 
3. DIY  belum  memiliki  tempat  penampungan  imigran  atau  yang  dikenal 
dengan  Rumah  Detekti  Imigran  (Rudenim)  sehingga  terjadi    ada 
imigran ilegal tertangkap kesulitan penempatannya. 
4. Banyak  hal  yang  memicu  terjadinya  tindak  kriminal  diantaranya 
tekanan  ekonomi,  semakin  berkembangnya  modus  kejahatan  dan 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 80 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
kontrol  sosial  yang  semakin  rendah  menjadikan  kecenderungan 
meningkatnya tindak kriminalitas dan kerawanan sosial. 
5. Dalam  rangka  penegakan  Peraturan  Daerah  dan  Peraturan 
Perundangan lainnya diperlukan peningkatan pemberdayaan PPNS. 
6. Terdapat  Perda  Provinsi  yang  perlu  dilakukan  perubahan  atau 
penyempurnaan  karena  tidak  relevan  dengan  situasi  dan  kondisi 
saat  ini  khususnya  yang  menyangkut  sanksi  pidana  dan  besaran 
denda. 
7. Permasalahan perbatasan dalam bidang penanganan anak jalanan, 
gelandangan, pengemis, perjudian, dan miras. 
 
Solusi 

1. Koordinasi dan tukar menukar informasi tentang aktivitas kegiatan dan 
keberadaan  orang  asing  baik  dengan  instansi  terkait  di  dalam  satu 
daerah maupun antar daerah sehingga dapat saling melengkapi. 
2. Pemantauan  dan  Pengawasan  yang  dilakukan  adalah  pengawasan  dan 
pemantauan terhadap orang asing yang memiliki ijin tinggal tetap serta 
kunjungan  diplomat/VIP/VVIP.  Melakukan  koordinasi  dengan  pihak‐
pihak  pemangku  kepentingan  dalam  upaya  penanggulangan  imigran 
ilegal. 
3. Menggiatkan kembali penerangan/sosialisasi terhadap warga di daerah 
pantai  agar  mau  dan  mampu  pemerintah  dalam  penanganan  imigran 
illegal  serta  bekerja  sama  dengan  Badan  Internasional  yaitu 
International Organization  for Migration/IOM untum membantu dalam 
penyelesaian kasus imigran ilegal tersebut. 
4. Meningkatkan keterlibatan anggota SATLINMAS sebagai relawan dalam 
berbagai  bentuk  kegiatan  kemasyarakatan  untuk  memupuk  nilai‐nilai 
kebersamaan dan kegotongroyongan. 
5. Perlunya peningkatan koordinasi dan dilaksanakannya bimtek, coaching 
clinic, diklat PPNS. 
6. Pencermatan  dan  pengkajian  ulang  Perda  tingkat  Provinsi  yang  tidak 
relevan dengan situasi dan kondisi saat ini. 
7. Koordinasi  dan  operasi  bersama  antara  Pemerintah  Provinsi  dengan 
Pemerintah Kabupaten yang berbatasan 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 81 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
20  URUSAN OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, 
ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, KEPEGAWAIAN, 
DAN PERSANDIAN 
20.1  Otonomi Daerah   
Dalam  menyelenggarakan  urusan  pemerintahan  yang  menjadi 
kewenangan  daerah,  pemerintahan  daerah  menjalankan  otonomi  seluas‐
luasnya  untuk  mengatur  dan  mengurus  sendiri  urusan  pemerintahan 
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Otonomi daerah dapat 
diartikan  sebagai  hak,  wewenang,  dan  kewajiban  yang  diberikan  kepada 
daerah  otonom  untuk  mengatur  dan  mengurus  sendiri  urusan 
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan 
daya  guna  dan  hasil  guna  penyelenggaraan  pemerintahan  dalam  rangka 
pelayanan  terhadap  masyarakat  dan  pelaksanaan  pembangunan  sesuai 
dengan peraturan perundang‐undangan. 
Pemerintah  daerah  dalam  menyelenggarakan  urusan  pemerintahan 
memiliki  hubungan  dengan  pemerintah  pusat  dan  dengan  pemerintah 
daerah  lainnya.  Hubungan  tersebut  meliputi  hubungan  wewenang, 
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber 
daya  lainnya  yang  dilaksanakan  secara  adil  dan  selaras.  Hubungan 
wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam 
dan  sumber  daya  lainnya  menimbulkan  hubungan  administrasi  dan 
kewilayahan antar susunan pemerintahan. 
Implementasi  PP  Nomor  38  Tahun  2007  pada  urusan  pendidikan, 
dengan  adanya  perubahan  fokus  unsur  penyelenggaraan  RSBI/SBI  yang 
semula  dilaksanakan  oleh  Pemerintah  Kabupaten/Kota  menjadi 
kewenangan  Pemerintah  Provinsi.  Sesuai  Peraturan  Menteri  Pendidikan 
Nasional  RI  Nomor  78  Tahun  2009  tentang  Penyelenggaraan  Sekolah 
Bertaraf  Internasional  pada  jenjang  pendidikan  dasar  dan  menengah, 
dalam  pasal  22  ayat  (3)  disebutkan  bahwa  Pemerintah  kabupaten/kota 
menyerahkan  SMP,  SMA  dan  SMK  yang  bertaraf  internasional  dan  yang 
disiapkan  untuk  dikembangkan  menjadi  Sekolah  Bertaraf  Internasional 
kepada  pemerintah  provinsi.  Sesuai  dengan  urusan  yang  menjadi 
kewenangan  Pemerintah  Provinsi  DIY,  telah  dilaksanakan  pengalihan 
pengelolaan  penyelenggaraan  RSBI/SBI  dari  pemerintah  kabupaten/kota 
kepada  Pemerintah  Provinsi  DIY  yang  diikuti  penyerahan  Personalia, 
Peralatan,  Pembiayaan  dan  Dokumen  (P3D)  penyelenggaraan  RSBI  dari 
Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunungkidul pada tanggal 8 Maret 
2010. 
Dalam pelaksanaan otonomi daerah di Provinsi DIY  didukung oleh 2 
program yaitu: 
1. Program Penataan Daerah Otonomi Baru. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 82 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
2. Peningkatan  Kapasitas  Aparatur  Penyelenggaraan  Pemerintahan 
Desa. 
 
Permasalahan dan Solusi  
Permasalahan  
1. Permasalahan pengalihan pengelolaaan RSBI/SBI adalah 
a. Telah  ditetapkannya  peraturan  daerah  kabupaten/kota  tentang 
penyelenggaraan  pendidikan  (termasuk  di  dalamnya 
penyelenggaraan  SBI)  sehingga  Kabupaten/Kota  telah  melangkah 
lebih dulu dalam pengelolaan RSBI/SBI. 
b. Masih  adanya  multi  tafsir  mengenai  pengertian  “serah  terima”, 
karena  belum  diatur  secara  jelas,  apakah  termasuk  sarana 
prasarana  (aset).  Pada  sisi  lain  bahwa  penyerahan  urusan  tanpa 
diikuti  sarana  prasarana  akan  menghambat  proses  pengawasan, 
pembelajaran dan pelayanan. 
2. Penyusunan kebijakan penyelenggaraan urusan. 
Dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 vide 
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 di Provinsi DIY terdapat urusan 
pemerintahan  yang  secara  riil  ada  dan  ditangani,  namun  tidak 
tercantum dalam Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 7 Tahun 2007 
karena  ketentuan  sebagaimana  diatur  dalam  pasal  12  Peraturan 
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007. 
3. Permasalahan  dalam  kegiatan  perlombaaan  desa/kelurahan  dimana 
indikator  dan  sub  indikator  penilaian  yang  digunakan  kurang 
representatif  dalam  mencerminkan  dinamika  pembangunan  dan 
masyarakat. 
 
Solusi 
1. Solusi  pengalihan  pengelolaaan  RSBI/SBI    dengan  koordinasi  lebih 
intensif  antara  Pemerintah  Provinsi  DIY  dengan  Pemerintah 
Kabupaten/Kota  untuk  menyamakan  pemahaman  perubahan  lokus 
urusan penyelenggaran pendidikan untuk penyelenggaraan RSBI/SBI. 
2. Solusi  bagi  penyusunan  kebijakan  penyelenggaraan  urusan  telah 
diterbitkan  Peraturan  Gubernur  Nomor  13  Tahun  2010  tentang 
Penambahan  Rincian  Urusan  Pemerintahan  Wajib  dan  Pilihan  yang 
menjadi kewenangan Provinsi DIY pada tanggal 30 April 2010.  
3. Solusi  perlombaan  desa  dan  kelurahan  diperlukan  pengembangan 
sistem  penilaian  yang  sesuai  dengan  dinamika  pembangunan  dan 
masyarakat.   
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 83 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
20.2  Pemerintahan Umum 
20.2.1  Tata Pemerintahan 
Berdasarkan  Undang‐undang  Nomor  32  Tahun  2004,  pemerintah  daerah 
diharapkan mampu mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan 
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintahan Provinsi DIY 
adalah  pemerintahan  di  daerah  yang  bekerja  berdasarkan  prinsip‐prinsip 
otonomi  dan  desentralisasi.  Prinsip‐prinsip  tersebut  diaplikasikan  melalui 
proses  demokrasi  yang  menempatkan  rakyat  sebagai  salah  satu  ujung 
tombak pembangunan. 
Beberapa capaian sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut: 
1. Koordinasi  penyelesaian  masalah  perbatasan  antar  daerah  dengan 
hasil:  
a. Terlaksananya inventarisasi permasalahan perbatasan.  
b. Terlaksananya  kesepakatan  bersama  dalam  rangka  pemeliharaan 
pilar  batas  daerah  antara  Provinsi  DIY  dan  Jateng,  terlaksananya 
kesepakatan  batas  daerah  antara  Kabupaten  Bantul  dengan 
Kabupaten  Sleman,  Kesepakatan  penyelesaian  masalah  batas 
daerah  antara  Kabupaten  Bantul  dengan  Kabupaten  Gunungkidul 
(lokasi  obyek  wisata  Goa  Cerme),  kesepakatan  penyelesaian 
masalah batas daerah antara Kabupaten Bantul dengan Kabupaten 
Kulon Progo (perbatasan antara desa Poncosari, Srandakan, Bantul 
dengan  Desa  Banaran,  Galur,  Kulon  Progo)  dan  kesepakatan 
penyelesaian masalah batas daerah antara Provinsi DIY dan Jateng 
(perbatasan  Desa  Jangkaran,  Temon  Kulon  Progo  dengan  Desa 
Jogoboyo, Purworejo).  
c. Pada tahun 2011 telah dipasang sebanyak 15 pilar batas termasuk 
di  3  (tiga)  blok  Tambakbayan,  Tambakraman  dan  Santan  di  mana 
ketiga  Blok  sesuai  dengan  Surat  Menteri  Dalam  Negeri  Surat 
Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  136/1983/PUM,  tanggal  15 
November  2010  perihal  Batas  Daerah  Antara  Kab.  Bantul  dengan 
Kab.  Sleman,  ketiga  blok  masuk  dalam  wilayah  Sleman  dengan 
demikian telah jelas dan tegas batas pada ketiga blok dimaksud. 
d. Pada  tahun  2011  telah  dilakukan  pengukuran  titik  koordinat, 
dengan  demikian  200  titik/pilar  batas  antara  Bantul  dan  Sleman 
telah  bertitik  koordinat  yang  kemudian  akan  ditindaklanjuti  pada 
tahun  2012  dengan  penggabungan  peta  koridor/peta  batas 
Kabupaten  Bantul  dan  Sleman.  Peta  koridor  sebagai  syarat  utama 
untuk dapat diajukan ke Kementerian Dalam Negeri untuk diproses 
penetapan  Permendagri  Batas  Daerah  Antara  Kabupaten  Bantul 
dan Sleman.  

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 84 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
e. Pada  Tahun  2012  telah  dilakukan  rekonstruksi  jalur  batas  antara 
Desa Watugajah, Kecamatan Gedangsari Gunungkidul dengan Desa 
Kaligayam, Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten.  
f. Pada  Tahun  2012  telah  dilakukan  koordinasi  batas  di  area  Candi 
Prambanan/Candi  Jonggrang.  Dalam  rapat  koordinasi  terdapat 
kesepemahaman  dan  kesepakatan  bahwa  berdasarkan 
Permendagri  Nomor  19  Tahun  2006  tentang  Batas  Daerah  antara 
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Provinsi Jawa Tengah 
beserta  lampiran  deskripsinya,  area  Candi  Prambanan/Candi 
Jonggrang  masuk  dalam  cakupan  wilayah  Provinsi  DIY  dan  segera 
dipasang pilar perapatan. 
g. Akses jalan bagi warga Pedukuhan Pasirmendit dan Pasir Kadilangu. 
Kedua  pedukuhan  termasuk  dalam  administrasi  Desa  Temon, 
Kabupaten Kulonprogo (cakupan wilayah Provinsi DIY) namun posisi 
wilayahnya enclave di Kabupaten Purworejo, di mana akses keluar 
masuk  melalui  jalan  desa  (Desa  Jangkaran,  Kecamatan  Purwodadi, 
Kabupaten  Purworejo).  Dalam  Koordinasi  yang  dilakukan  dengan 
Pemerintah  Provinsi  Jawa  Tengah,  pengerasan  jalan  (aspal)    akan 
dilaksanakan oleh Jawa Tengah melalui APBD 2013.  
2. Dengan  telah  ditetapkannya  Peraturan  Pemerintah  Nomor  19  Tahun 
2010  tentang  Tatacara  Pelaksanaan  Tugas  dan  Wewenang  serta 
Kedudukan  Keuangan  Gubernur  sebagai  Wakil  Pemerintah  di  Wilayah 
Provinsi  sebagaimana  telah  diubah  dengan  Peraturan  Pemerintah 
Nomor  23  Tahun  2012,  sesuai  dengan  Pasal  6  dibentuk  Forum 
Koordinasi  Pimpinan  Daerah  (FKPD)  untuk  menggantikan  istilah 
Muspida  dengan  ketugasan  untuk  mewujudkan  ketentraman  dan 
ketertiban  masyarakat  serta  stabilitas  daerah  dan  kelancaran 
pembangunan daerah 
3. Terlaksananya kesepakatan kerjasama antar anggota MPU dalam Rapat 
Gabungan  FKD  MPU  XII  di  Bandung  Jawa  Barat.  Selain  itu  juga 
disepakatinya Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang jadwal Rakergub 
FKD  MPU  XIII,  SKB  Program  Kegiatan  Kerjasama  Pembangunan  Tahun 
2013 dan rekomendasi kepada Pemerintah. 
4. Telah  disusun  masukan  mengenai  mekanisme  penetapan  pengisian 
Jabatan  Kepala  Daerah  dan  Wakil  Kepala  Daerah  terkait  dengan 
kegiatan  pengawalan  pembahasan  peraturan  penyelenggaraan 
pemerintahan  daerah  (RUUK).  Disamping  itu  juga  telah  dilakukan 
pembahasan  mengenai  pertanahan  dan  kebudayaan  dalam  kerangka 
RUUK DIY. Dalam hal pertanahan, Kasultanan dan Kadipaten ditetapkan 
sebagai Subyek Hak dan Kasultanan dan Kadipaten sebagai Subyek Hak 
mempunyai hak kepemilikan dan pengelolaan terhadap hak atas tanah, 
serta  kekayaan  lainnya.  Cakupan  pembahasan  tentang  tanah 
selanjutnya  adalah  bahwa  tanah‐tanah  yang  dimanfaatkan  untuk 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 85 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
pengembangan  kebudayaan  dan  kepentingan  sosial  tidak  dibebani 
pajak, tanah‐tanah yang dimanfaatkan untuk kepentingan usaha dapat 
dibebani  pajak  dan  tanah‐tanah  yang  dimanfaatkan  oleh  masyarakat 
dikenakan pajak yang dibebankan kepada pengguna. 
Dalam  hal  kebudayaan,  kewenangan  kebudayaan  diselenggarakan 
untuk  memelihara  dan  mengembangkan  hasil  cipta,  rasa,  karsa,  dan 
karya yang berupa tata nilai yang mengakar dalam masyarakat Daerah 
Istimewa Yogyakarta. Tata nilai kebudayaan yang dimaksud antara lain; 
tata  nilai  religio‐spiritual,  tata  nilai  moral,  tata  nilai  kemasyarakatan, 
tata nilai adat dan tradisi, tata nilai pendidikan dan pengetahuan, tata 
nilai teknologi, tata nilai penataan ruang dan arsitektur, tata nilai mata 
pencaharian,  tata  nilai  kesenian,  tata  nilai  bahasa,  tata  nilai  benda 
cagar budaya dan kawasan cagar budaya, tata nilai kepemimpinan dan 
pemerintahan,  tata  nilai  kejuangan  dan  kebangsaan  dan  tata  nilai 
semangat keyogyakartaan. 
5. Melalui  program  optimalisasi  penyelenggaraan  pemerintahan 
terselenggara hal‐hal sebagai berikut: 
a. Penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah. 
b. Tersusunnya LPPD Provinsi DIY. 
c. Fasilitasi dan koordinasi penyelenggaraan pemerintah daerah.  
 
Tabel 4.43 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Tata Pemerintahan  
di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2008  18  62  6.256.445.210 4.872.514.959 76,93 97,58
2009  20  71  5.769.474.000 5.693.138.394 98,68 97,58
2010  14  64  4.986.279.400 4.545.328.341 76,93 97,58
2011  12  62  4.865.793.500 4,628,462,981 95,12 98,81
2012*  13  67  4,141,921,310 2,001,094,593 48,31 53,62
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: Biro Tata Pemerintahan Setda Provinsi DIY 
 
Pada  tahun  2012  jumlah  program  dilaksanakan  sebanyak  13 
program  dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  67  kegiatan.  Sampai  dengan 
Bulan  Juli  2012,  capaian  fisik  rata‐rata  sebesar  53,62%  dengan  capaian 
realisasi Keuangan sebesar 48,31%. 
 
 
 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 86 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Permasalahan dan Solusi  
Permasalahan  
1. Terkait  batas  wilayah  Provinsi  Jawa  Tengah  dan  DIY  di  Kabupaten 
Gunungkidul,  belum  ada  kesepakatan  antara  Desa  Watugajah  dengan 
Kaligayam  yang  merupakan  salah  satu  desa  perbatasan  yang  akan 
dipasang  pilar  perapatan  dalam  kegiatan  Pemeliharaan  dan 
Penggantian  Pilar  Batas  Antara  DIY‐Jawa  Tengah.  Kepala  Desa 
Watugajah belum siap menerima hasil rekonstruksi ulang batas daerah 
oleh Tim Teknis Independen di wilayah desa tersebut. 
2. Belum  selesainya  proses  penegasan  batas  daerah  antara  Kabupaten 
Bantul  dengan  Kabupaten  Sleman,  disebabkan  masih  adanya 
perbedaan persepsi terkait penarikan garis batas khususnya di wilayah 
Perumahan  Polri  Gowok,  SMA  Angkasa  dan  Perumahan  TNI  Angkatan 
Udara. 
 
Solusi  
1. Perlu  proses  pendekatan  untuk  pemahaman  kepada  Kepala  Desa 
Watugajah  Kecamatan  Gedangsari,  Kabupaten  Gunungkidul  tentang 
hasil rekonstruksi ulang batas daerah. 
2. Perlu  fasilitasi  koordinasi  antara  Pemerintah  Kabupaten  Sleman  dan 
Bantul  sampai  tercapai  kesepakatan  antara  kedua  belah  pihak. 
Kemudian dilakukan rekonstruksi ulang penarikan garis batas di wilayah 
tersebut  oleh  Tim  Penegasan  Batas  Provinsi  bersama  dengan 
Kabupaten Sleman dan Bantul. 
 
 
20.2.2   Organisasi 
Pada  tahun  2010  telah  ditetapkan  Peraturan  Presiden  Nomor  81  Tahun 
2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010‐2025 dan Peraturan 
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 
20  Tahun  2010  tentang  Road  Map  Reformasi  Birokrasi  2010  –  2014  yang 
mengamanatkan pemerintah daerah melakukan reformasi birokrasi dalam 
rangka  mewujudkan  tata  kelola  pemerintahan  yang  baik  yang  dilakukan 
dalam  perencanaan  terperinci  dari  satu  tahapan  ke  tahapan  selanjutnya 
dengan  sasaran  yang  jelas.  Sasaran  sebagaimana  yang  dirumuskan  dalam 
Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014, yakni: 
1. Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN; 
2. Terwujudnya  peningkatan  kualitas  pelayanan  publik  kepada 
masyarakat; 
3. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 87 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Upaya  yang  ditempuh  untuk  mewujudkan  tercapainya  misi  tata 
kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan merespon tuntutan 
reformasi birokrasi dimaksud, Pemerintah Provinsi DIY telah melaksanakan 
Program  Peningkatan  Kapasitas  Kelembagaan  Daerah  yang  menghasilkan 
regulasi,  kebijakan,  fasilitasi,  dan  evaluasi  kebijakan  di  bidang  organisasi 
yang  diharapkan  dapat  semakin  mendorong  proses  reformasi  birokrasi 
secara  signifikan.  Melalui  pelaksanaan  program  tersebut,  area  perubahan 
yang  dituju  meliputi  seluruh  aspek  manajemen  pemerintahan  antara  lain 
organisasi,  tata  laksana,  SDM  aparatur,  akuntabilitas,  pelayanan  publik, 
mind set dan culture set aparatur. 
Program  Peningkatan  Kapasitas  Kelembagaan  Daerah  yang 
dilaksanakan  dalam  rangka  pelaksanaan  pembangunan  pada  urusan 
pemerintahan umum di Provinsi DIY dari tahun 2009–2012 adalah sebagai 
berikut: 
 
Tabel 4.44 
Rekapitulasi Pelaksanaan Program Peningkatan Kelembagaan Daerah, 
2009‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah 
Tahun  Capaian  Fisik (%) 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp) 
(%) 
2009  1  17  2.289.630.180 2.162.817.650 94,46 100,00
2010  1  21  2.109.090.800 2.003.340.700 94,99 100,00
2011  1  23  1.734.374.750 1.689.709.795 97.42 100,00
2012*  1  24  1.770.847.000 790.430.650 44,64 48,16
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: Biro Organisasi Setda Provinsi DIY 
 
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 1 program 
dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  24  kegiatan.  Sampai  dengan  bulan  Juli 
2012,  capaian  fisik  rata‐rata  sebesar  48,16%  dengan  capaian  realisasi 
keuangan sebesar 44,64%. 
 
Tabel 4.45 
Capaian Kinerja Pemerintahan Umum di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Capaian Tahun 
No  Indikator  Satuan 
2008  2009  2010  2011  2012 
1  SKPD yang  Instansi  5  4 1 3 Dalam 
mendapatkan dan  proses 
menerapkan ISO 
   Sumber: Biro Organisasi Setda Provinsi DIY 
 
Tahun 2012, target capaian kinerja dengan indikator unit kerja yang 
mendapatkan  dan  menerapkan  ISO  sejumlah  3  (tiga)  KPPD  di  Provinsi 
Daerah  Istimewa  Yogyakarta.  Target  ISO  pada  unit  kerja  tersebut 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 88 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
merupakan  ISO  perpanjangan  dengan  penambahan  komponen/  unsur 
penilaian  di  bidang  pelayanan.  Beberapa  instansi  tersebut  merupakan 
instansi yang diproyeksikan akan mendapatkan perpanjangan sertifikat ISO 
9001:  2008.  Sertifikasi  ISO  sebagai  indikator  kinerja  pemerintahan  umum 
merupakan bentuk penghargaan atas penilaian mutu pelayanan yang telah 
dilaksanakan  dalam  rangka  mewujudkan  pelayanan  prima  kepada 
masyarakat. 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
Adanya peraturan pusat yang memerlukan tindak lanjut di daerah, antara 
lain: 
1.  Kelembagaan 
a. Amanat UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan 
Bencana  yang  kemudian  telah  ditindaklanjuti  dengan 
pembentukan  Badan  Penanggulangan  Bencana  Daerah 
(BPBD) berpengaruh terhadap Susunan Organisasi dan Tata 
Kerja  (SOTK)  Badan  Kesbanglinmas.  Susunan  organisasi 
Badan  Kesbanglinmas  yang  sebelumnya  terdapat  bidang 
Penanggulangan  Bencana  yang  mempunyai  tugas 
melaksanakan penanggulangan bencana perlu disesuaikan; 
b. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang 
Satuan Polisi Pamong Praja, tugas perlindungan masyarakat 
merupakan  bagian  dari  fungsi  penyelenggaraan  ketertiban 
umum  dan  ketenteraman  masyarakat,  dengan  demikian 
fungsi  perlindungan  masyarakat  yang  selama  ini  menjadi 
urusan Badan Kesbanglinmas akan dialihkan menjadi fungsi 
Satpol PP; 
c. UU  Nomor  43  tahun  2009  tentang  Kearsipan, 
mengamanatkan  bahwa  arsip  inaktif  kurang  dari  10  tahun 
dikelola  oleh  masing  masing  SKPD,  sehingga  susunan 
organisasi  BPAD  yang  memuat  Bidang  Arsip  Dinamis  perlu 
dievaluasi; 
d. Permendagri  Nomor  20  tahun  2008  tentang  Pedoman 
Organisasi  dan  Tatakerja  Unit  Pelayanan  Perijinan  Terpadu 
di  Daerah,  ditindaklanjuti  dengan  pembentukan  Gerai  P2T 
sehingga  susunan  organisasi  dan  tata  kerja    (SOTK)  pada 
BKPM perlu dievaluasi;  
e. Berdasarkan  Surat  Mendagri  Nomor  061/1255/SJ  tanggal  7 
April  2011  tentang  Penataan  Kelembagaan  Perangkat 
Daerah  Bidang  Keluarga  Berencana  dan  Pemberdayaan 
Perempuan dan Surat Mendagri Nomor 061/294/SJ tanggal 
1  Februari  2012  perihal  Perubahan  Nomenklatur 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 89 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Kementerian  yang  mengamanatkan  agar  evaluasi 
kelembagaan  daerah  menunggu  perubahan  UU  Nomor  32 
tahun 2004 dan PP Nomor 41 tahun 2007. 
2. Pemberian Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) sesuai Peraturan 
Gubernur Nomor 60 Tahun 2010 baru berdasarkan kinerja instansi 
dan disiplin pegawai, belum menggambarkan kinerja pegawai. 
3. Belum  adanya  peraturan  daerah  yang  mengatur  pelayanan  publik 
sebagai  tindak  lanjut  Undang‐undang  No.  25  tahun  2009  tentang 
Pelayanan Publik. 
 
 
Solusi  
Untuk  mengatasi  permasalahan  tersebut,  pada  tahun  2012  dilaksanakan 
beberapa hal sebagai berikut : 
1. Kelembagaan 
Dilakukan  analisis  kelembagaan  perangkat  daerah  dengan 
melakukan pengkajian, audit kelembagaan, dan analisis beban kerja 
(ABK)  secara  menyeluruh  dan  mendalam  terhadap  susunan 
organisasi,  tatakerja,  tugas  dan  fungsi  terhadap  semua  lembaga 
perangkat  daerah  Provinsi  DIY  terkait  dengan  perubahan  UU 
32/2004, PP 38/2007 dan PP 41/2007. 
2. Tahun  2012  dilaksanakan  Perubahan  Peraturan  Gubernur  Nomor 
60 tahun 2010 tentang Pemberian Tambahan Penghasilan Pegawai 
(TPP)  dan  telah  ditetapkan  Peraturan  Gubernur  Nomor  22  Tahun 
2012  tentang  Tambahan  Penghasilan  Pegawai,  dengan  kriteria 
penilaian  disamping  penilaian  instansi  dan  disiplin  pegawai 
ditambah penilaian prestasi kerja pegawai.  
3. Sampai  dengan  bulan  Juli  2012  sedang  dalam  proses  penyusunan 
kajian  akademis  tentang  pelayanan  publik  sebagai  tindak  lanjut 
Undang‐Undang  Nomor  25  tahun  2009  tentang  Pelayanan  Publik 
sebagai  bahan  rumusan  Raperda  Pelayanan  Publik  pada  tahun 
2013. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 90 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
20.2.3  Hukum 
Tata  pemerintahan  yang  baik  (good  governance)  merupakan  isu  yang 
paling  mengemuka  dalam  pengelolaan  administrasi  publik  dewasa  ini. 
Tuntutan  gencar  yang  dilakukan  oleh  masyarakat  kepada  pemerintah 
adalah  sejalan  dengan  meningkatnya  tingkat  pengetahuan  masyarakat,  di 
samping adanya pengaruh globalisasi.    
Dari  sisi  pelayanan  penunjangan  supremasi  hukum  telah  dilaksanakan 
beberapa  kegiatan  berupa  peningkatan  kualitas  perundang‐undangan, 
pelayanan informasi hukum, pengawasan produk hukum kabupaten/ kota 
dan bantuan hukum. Dari data pencapaian kinerja pelayanan hukum mulai 
tahun 2008 sampai tahun 2012 terlihat bahwa jumlah produk hukum yang 
ditetapkan  kecenderungannya  semakin  meningkat,  sedangkan  terhadap 
jumlah produk hukum kabupaten/kota yang ditelaah serta jumlah fasilitasi 
penanganan  dan  advokasi  permasalahan  hukum  cenderung  fluktuatif  tiap 
tahun dikarenakan tergantung pada jumlah produk hukum kabupaten/kota 
yang ditetapkan serta jumlah permasalahan hukum yang ditangani. 
 
Tabel 4.46 
Capaian Kinerja Pelayanan Hukum Provinsi DIY, 2008 – 2012 

Capaian Tahun 
No.  Indikator  Satuan 
2008  2009  2010  2011  2012 
Jumlah Produk Hukum yang 
1.  Buah  633  737  779  866  580 
ditetapkan 
Jumlah Produk Hukum 
2.  Kabupaten/Kota yang ditelaah  Buah  99  92  121  142  80 
melalui evaluasi dan klarifikasi 
Jumlah Fasilitasi Penanganan dan 
3.  Buah  2  3  2  5  4 
Advokasi Permasalahan Hukum 
Penyebarluasan Dokumentasi dan 
4.  %  100  100  100  100  68.75 
Informasi Hukum 
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012 
Sumber: Biro Hukum Setda Provinsi DIY 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 91 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Adapun rincian capaian hasil kinerja dukungan dan pelayanan hukum 
adalah sebagai berikut: 
Tabel 4.47 
Realisasi Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah di Provinsi 
DIY, 2008–2012 
Pembahasan Raperda 
Tahun 
Target  Realisasi 

2008  16  11 


2009  6  6 
2010  14  14 
2011  14  16 
2012*  15  8 
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012 
Sumber: Biro Hukum Setda Provinsi DIY 
 
Tabel 4.48 
Realisasi Produk Hukum di Provinsi DIY, 2008–2012 
Realisasi
No.  Kegiatan 
2008 2009 2010 2011  2012* 
1  Penyusunan Peraturan Gubernur  73 50 66 68  44
2  Penyusunan Keputusan Gubernur  401 275 350 370  265
3  Penyusunan Peraturan Bersama Gubernur ‐ 10 19 16  62
4  Penyusunan Keputusan Gubernur tentang Tim ‐ 86 71 80  9
5  Penyusunan Keputusan Gubernur tentang Panitia ‐ 20 18 23  66
6  Penyusunan Keputusan Gubernur tentang Izin ‐ 78 78 86  2
7  Penyusunan Instruksi Gubernur   ‐ 2 1  1  3
8  Penyusunan Surat Edaran Gubernur  1 4 5 3  52
9  Piagam Gubernur  ‐ 30 87 125  5
10  Penyusunan Keputusan Wakil Gubernur  3 ‐ 2 4  34
11  Penyusunan Keputusan Sekretaris Daerah 144 112 28 35  ‐
12  Penyusunan Keputusan Asisten Sekda  ‐ 64 4 3  15
13  Penyusunan Perjanjian  ‐ ‐ 36 36  15
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012 
Sumber: Biro Hukum Setda Provinsi DIY 
 
Tabel 4.49 
Realisasi Perda Kabupaten/Kota hasil Konsultasi, 2008–2012 
Realisasi
No.  Kegiatan 
2008 2009 2010 2011  2012* 
Konsultasi dan Evaluasi rancangan produk Hukum 
1  48  67  89  37 
Kabupaten/kota  99 
2  Klarifikasi Produk Hukum Kabupaten/Kota 44 54 53  33 
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012 
Sumber: Biro Hukum Setda Provinsi DIY 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 92 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Tabel 4.50 
Fasilitasi Penanganan dan Advokasi Permasalahan Hukum,  
2008 ‐ 2012 
No  Tahun  Uraian
1  2008  1. Penyelesaian  proses  kasus  gugatan  perdata  dari  Sdr.  Ambar 
Tjahyono tentang Abiyoso Gallery pada tahap kasasi. 
2. Proses permasalahan tanah di Moyudan, Sleman. 
2  2009  1. Tukar  Guling  Tanah  Kas  Desa  dengan  Masyarakat  Desa 
Wedomartani  
2. Pembuatan sertifikat tanah kas desa Sumber Agung 
3. Gugatan PNS kepada Gubernur masalah kepegawaian. 
3  2010  1. Gugatan  Ambar  Tjahyono  dan  Ny.Mursupriyani  pada  tingkat 
Kasasi 
atas robohnya bangunan Abiyoso galery. 
2. Pensertifikatan Tanah di Desa Sumberagung 
4  2011  1. Gugatan  Hak  Uji  Materiil  Perkara  Nomor  55/Per‐
PSG/IX/55/HUM/TH 2011 terhadap Perda Provinsi DIY Nomor 2 
Tahun  2010  tentang  RTRW  Provinsi  DIY  tahun  2009  –  2029  di 
Mahkamah  Agung  dengan  keputusan  dimenangkan  oleh 
Pemerintah Provinsi DIY. 
2. Gugatan  di  PTUN  Nomor  05/G/2011/PTUN.Yk  terhadap 
Keputusan  Gubernur  DIY  Nomor  6/KEP/2011  tentang 
Peresmian  Pemberhentian  dan  Pergantian  Antar  Waktu 
Anggota  DPRD  Kabupaten  Bantul  atas  nama  TUR  HARYANTO,  
Gugatan  di  PTUN  Nomor  12/G/2011/PTUN.Yk  terhadap 
Keputusan  Gubernur  DIY  Nomor  100/KEP/2011  tentang 
Peresmian  Pemberhentian  dan  Pergantian  Antar  Waktu 
Anggota  DPRD  Kabupaten  Bantul  atas  nama  AGUNG  WISHDA 
SARJANA,S.H,    Gugatan  di  PTUN  Perkara  Nomor 
04/G/2011/PTUN.Yk terhadap Keputusan Gubernur DIY Nomor 
66/IZ/2010  tentang  Pemberian  Ijin  Kepada  Kepala  Desa 
Ngestiharjo  Kecamatan  Kasihan  Kabupaten  Bantul  Untuk 
Menyewakan  Tanah  Kas  Desa  Kepada  Pemerintah  Kabupaten 
Bantul  Untuk  Pembangunan  Rumah  Susun  Sederhana,  dimana 
semua keputusan dimenangkan oleh Pemerintah Provinsi DIY. 
3. Gugatan  Banding  di  Pengadilan  Tinggi  TUN Perkara Nomor 
04/G/2011/PTUN.Yk terhadap     Keputusan    Gubernur    DIY   
Nomor        66/IZ/2010        tentang        Pemberian        Ijin    Kepada 
Kepala Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul 
Untuk  Menyewakan  Tanah  Kas  Desa  Kepada  Pemerintah 
Kabupaten  Bantul  Untuk  Pembangunan  Rumah  Susun 
Sederhana  keputusan  dimenangkan  oleh  Pemerintah  Provinsi 
DIY. 
5  2012*  1. Penanganan kasus tanah Taman Wiguna  
2. Penanganan kasus JEC 
3. Penanganan kasus gugatan Ananta ( Mc Donald ) 
4. Penanganan gugatan PU mengenai pengadaan barang dan jasa 
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012 
Sumber: Biro Hukum Setda Provinsi DIY 
 
Guna  menunjang  pelaksanaan  program  prioritas  di  bidang 
reformasi  birokrasi  dan  tata  kelola  telah  dilaksanakan  kegiatan  dukungan 
dan layanan hukum sebagai berikut: 
a. Penataan Peraturan Perundang‐undangan 
b. Bantuan dan Layanan Hukum 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 93 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
c. Pengawasan Produk Hukum Kabupaten/Kota 
d. Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi 
 
Kegiatan  yang  dilaksanakan  selama  rentang  waktu  tahun  2008 
sampai  dengan  2012  mengalami  perubahan  dikarenakan  kebijakan 
pemerintah  provinsi.  Pada  Tahun  2011  terdapat  kegiatan  tambahan 
berkaitan  dengan  tindak  lanjut  penanggulangan  bencana  erupsi  Gunung 
Merapi di tahun 2010 dan juga kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari 
Perpres No.  23  tahun 2011  tentang  Rencana  Aksi  Nasional  (RANHAM) 
2011‐2014.  Rekapitulasi  kinerja  program  yang  dilaksanakan  dari  Tahun 
2008‐2012 sebagai berikut: 
 
Tabel 4.51 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Biro Hukum Tahun 2008‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Persentase 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi  (Rp)  (%) 
capaian (%) 
2008  5  30  2.120.905.000 2.063.394.875 97,29 100,00 
2009  7  28  4.040.077.325 3.950.506.910 97,78 100,00 
2010  5  30  3.326.136.119 3.299.908.469 99,91 100,00 
2011  7  39  2.831.841.889 2.793.512.680 98,65 100,00 
2012*  6  44  4.591.798.730 2.939.524.893 64,02 69.25 
 Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012 
Sumber: Biro Hukum Setda Provinsi DIY 
 
Permasalahan dan Solusi  
Permasalahan: 
1. Dalam  pembahasan  draft  Raperda  bersama  DPRD  terdapat 
dinamika  jumlah  Raperda  yang  diagendakan  dari  prolegda 
sehingga  mempengaruhi  jadwal  dan  pelaksanaan  pembahasan 
serta keluaran (hasil Perda).  
2. Berkaitan  dengan  penyelesaian  perkara  khusus  aset  tanah 
terdapat  kekurangan  alat  bukti  yang  ada  di  SKPD  dan  tidak  bisa 
disampaikan  dalam  sidang  pengadilan  ini  dapat  berakibat  dalam 
putusan  pengadilan  pihak  Pemerintah  Provinsi  sebagai  tergugat 
dikalahkan. 
Solusi: 
1. Perlu koordinasi yang intensif dengan pimpinan Dewan. 
2. Koordinasi  dengan  instansi  yang  berwenang  (antara  lain 
Pemerintah  Desa,  Kabupaten/Kota,  BPN)  dan  perlu  tindak  lanjut 
dengan  kegiatan  pengamanan  dokumen  aset  penting  milik 
Pemerintah Provinsi oleh SKPD penanggungjawab. 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 94 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
20.2.4  Inspektorat 
Dalam rangka mewujudkan clean government di Pemerintah Provinsi DIY, 
diperlukan  dukungan  aparatur  pengawasan  yang  kompeten.  Upaya  untuk 
membentuk  aparatur  pengawasan  yang  kompeten  tersebut  senantiasa 
dilakukan  melalui  peningkatan  kapasitas  aparatur  pengawasan  sehingga 
akan diperoleh pengawasan yang profesional. 
 
Program yang dilaksanakan tahun 2008‐2012 adalah sebagai berikut: 
1. Program  peningkatan  sistem  pengawasan  internal  dan  pengendalian 
pelaksanaan kebijakan KDH. 
2. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur 
Pengawasan. 
3. Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Prosedur 
Pengawasan. 
 
Tabel 4.52 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Inspektorat di Provinsi DIY, 2008‐2011 
Jumlah  Jumlah  Keuangan Fisik 
Tahun 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp) Realisasi (Rp)  Capaian (%) (%) 
2008  8  31 4.053.851.500 3.713.404.988  91,60 100,00
2009  8  32 6.400.216.971 5.583.051.516  87,23 100,00
2010  7  31 6.516.184.400 6.128.112.309  94,04 100,00
2011  6  30 5.148.808.500 4.935.897.944  95,86 100,00
2012*)  7  34 4.774.549.500 2572.281.418  53,87 56,45
Catatan: *)Posisi s.d Juli 2012 
Sumber: Inspektorat Provinsi DIY 
 
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 7 program 
dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  34  kegiatan.  Sampai  dengan  Bulan  Juli  
2012, capaian realisasi keuangan sebesar 53,87% dengan capaian fisik rata‐
rata sebesar 56,45%.  
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
1. Jumlah pemeriksa/auditor yang ada tidak sebanding dengan banyaknya 
tugas‐tugas pemeriksaan. 
2. Dinamika  peraturan  perundang‐undangan  perkembangan  ilmu 
pengetahuan  dan  teknologi  yang  begitu  cepat,  menuntut  adaptasi 
aparatur pengawasan. 
3. Tuntutan  peran  Aparat  Pengawasan  Intern  Pemerintah  sebagai 
consulting dan quality assurance. 
4. Peraturan  Pemerintah  Nomor  60  Tahun  2008  tentang  Sistem 
Pengendalian  Intern  Pemerintah  (SPIP)  di  Provinsi  Daerah  Istimewa 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 95 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Yogyakarta  belum  dilaksanakan  secara  terprogram  oleh  Satuan  Kerja 
Perangkat Daerah (SKPD). 
 
Solusi 
1. Perlu penambahan PNS (auditor). 
2. Diselenggarakan  sosialisasi,  bimtek,  pelatihan  maupun  pengiriman 
diklat.  Dilakukan  koordinasi  sesama  Aparat  Pengawasan  Intern 
Pemerintah. 
3. Secara  periodik  dilakukan  peningkatan  kompetensi  Sumber  Daya 
Manusia. 
4. Perlu  dilakukan  percepatan  implementasi  SPIP  melalui  proses 
pendampingan yang berkelanjutan dan evaluasi secara periodik. 
 

20.2.5  Kebijakan 
Kebijakan  dimaknai  sebagai  arah  atau  tindakan  yang  diambil  oleh 
pemerintah untuk mencapai tujuan. Kebijakan mempunyai instrumen yang 
disebut  program  yang  berisi  satu  atau  lebih  kegiatan  yang  dilaksanakan 
untuk mencapai sasaran dan tujuan. 
 
Biro Administrasi Pembangunan 
Beberapa  capaian  hingga  bulan  Agustus  tahun  2012  adalah  sebagai 
berikut: 
1. Melalui  program  analisa  kebijakan  pembangunan  terlaksana 
koordinasi,  pemantauan  pelaksanaan  kebijakan  dan  analisis  kebijakan 
dan  kajian  di  bidang  perhubungan;  pekerjaan  umum  perumahan  dan 
ESDM;  pariwisata  dan  kebudayaan;  serta  dekonsentrasi  dan  tugas 
pembantuan. 
2. Melalui  program  penelitian  dan  pengembangan  terselenggara  hal‐hal 
sebagai berikut: 
a. Fasilitasi Dewan Riset Daerah Provinsi DIY; 
b. Pelayanan  pemberian  ijin  rekomendasi  penelitian  kepada 
masyarakat; 
c. Pelaksanaan Penelitian; 
d. Inventarisasi  hasil‐hasil  penelitian  yang  dilakukan  di  wilayah 
Provinsi DIY; 
e. Penyusunan jurnal penelitian. 
3. Pemanfaatan  teknologi  informasi  sebagai  pendukung  pelayanan  ijin 
penelitian  agar  dapat  meningkatkan  kualitas  pelayanan  kepada 
masyarakat. 
4. Fasilitasi Dewan Riset Daerah (DRD) Provinsi DIY. 
a. DRD Provinsi DIY terbentuk dengan Peraturan Gubernur nomor 26 
tahun 2009 tanggal 13 Juli 2009 tentang Pembentukan Dewan Riset 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 96 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Daerah  Provinsi  DIY,  dan  untuk  keanggotaannya  dibentuk  dengan 
Surat  Keputusan  Gubernur  nomor  168/KEP/2010  tanggal  14  Juli 
2010 tentang Penetapan Anggota Dewan Riset Daerah Provinsi DIY.  
b. Melalui  DRD  Provinsi  DIY  telah  terlaksananya  penyusunan  buku 
Peraturan  Gubernur  nomor  16  tahun  2012  tentang  kebijakan 
strategis  pembangunan  daerah  di  bidang  ilmu  pengetahuan, 
teknologi,  dan  seni  tahun  2012‐2016  yang  ditetapkan  tanggal  22 
Maret 2012. Dalam Peraturan Gubernur tersebut memuat dua hal, 
yaitu: 
- Kebijakan  strategis  pembangunan  daerah  di  bidang  ilmu 
pengetahuan, teknologi, dan seni tahun 2012‐2016; 
- Agenda Riset Daerah (ARD) tahun 2012‐2016. 
Diharapkan Peraturan Gubernur tersebut dapat dijadikan dasar dalam 
pelaksanaan  riset  khususnya  di  lingkungan  Pemerintah  Provinsi  DIY 
maupun di Perguruan Tinggi Negeri/Swasta. 
 
Tabel 4.53 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Biro Administrasi Pembangunan Setda 
Provinsi DIY,  
2009‐ 2012 
Keuangan 
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2009  6  34 1.708.100.000 1.227.382.762  71,90 96,54
2010  7  44 2.744.949.345 2.061.341.744  75,10 91,45
2011  7  39 1.564.693.560 1.519.127.075  97,09 100
2012*  7  42 1.550.501.700 776.921.676  50,10 64,25
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012 
Sumber: Biro Administrasi Pembangunan Setda Provinsi DIY 
 
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 7 program 
dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  42  kegiatan.  Sampai  dengan  Bulan 
Agustus  2012,  capaian  fisik  rata‐rata  sebesar  64,25%  dengan  capaian 
realisasi Keuangan sebesar 50,10%. 
 

Permasalahan dan Solusi 
 
Bidang Analisa Kebijakan 
Sub Bidang Perhubungan Komunikasi dan Informatika 
Permasalahan 
a. Diterbitkannya  Undang‐Undang  Nomor  22  Tahun  2009  tentang 
lalulintas  dan  Angkutan  Jalan,  memerlukan  peran  aktif  dari  berbagai 
pemangku kepentingan.  
b. Perubahan  paradigma  terhadap  informasi  publik  pasca 
diberlakukannya  Undang‐Undang  No.  14  tahun  2008  tentang 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 97 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Keterbukaan  Informasi  Publik  yang  mengamanatkan  masyarakat 
mempunyai  hak  untuk  dapat  mengakses  informasi  yang  kegiatannya 
dibiayai  dari  Anggaran  Pendapatan  dan  Belanja  Daerah  (APBD)  dan 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN). 
c. Adanya  kebijakan  di  bidang  Teknologi  Informasi  dan  Komunikasi  yang 
mengamanatkan paling lambat akhir tahun 2011 seluruh piranti lunak 
teknologi  informasi  dan  komunikasi  yang  dimiliki  oleh  Pemerintah 
Provinsi  DIY  sudah  harus  menggunakan  piranti  lunak  yang  legal  atau 
piranti lunak yang terbuka (free open source software). 
d. Meningkatnya  jumlah  kendaraan  bermotor  sebagai  angkutan  pribadi 
baik domisili DIY maupun pada hari hari tertentu. Hal ini menyebabkan 
tingkat  kepadatan  jalan  semakin  meningkat  dan  biaya  eksternalitas 
meningkat  (seperti  kesehatan  masyarakat)  disisi  lain  angkutan 
kendaraan  umum  belum  mampu  diandalkan  sebagai  transportasi 
umum. 
 
Solusi 
a. Sosialisasi  kepada  pemangku  kepentingan  dan  masyarakat  Undang‐
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan. 
b. Sosialisasi  penerapan  Undang‐Undang  No.  14  tahun  2008  tentang 
Keterbukaan  Informasi  Publik,  dan  penataan  data  dan  informasi  serta 
dokumentasi  informasi  publik  di  lingkungan  instansi  pemerintah  dan 
mengoptimalkan kinerja Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi 
(PPID) dan PPID Pembantu. 
c. Pendataan  piranti  lunak  Teknologi  Informasi  dan  Komunikasi  yang 
digunakan  semua  SKPD  di  Pemerintah  Provinsi  DIY  untuk  mengetahui 
jumlah piranti lunak yang legal dan bajakan sehingga dapat digunakan 
untuk  menentukan  langkah‐langkah  yang  akan  dituangkan  di  dalam 
kebijakan Pemerintah Provinsi DIY.  
d. Perlu  adanya  revitalisasi  angkutan  kendaraan  umum  sebagai  alat 
transportasi umum dan peningkatan kesadaran dalam berlalu lintas. 
 
Sub Bidang Pekerjaan Umum, Perumahan dan ESDM 
Permasalahan 
a. Sistem  distribusi  dan  tata  niaga  LPG  tabung  3  kg  kurang  kondusif  dan 
tidak teratur.  
b. Adanya  kecenderungan  kenaikan  backlog  perumahan  terutama  pada 
Masyarakat  Berpenghasilan  Rendah  (MBR)  di  Provinsi  DIY,  akibat 
keterbatasan dan tingginya harga lahan serta pertumbuhan penduduk 
yang tinggi di perkotaan. 
c. Pemanfaatan  lahan  perumahan  dan  pemukiman  belum  sepenuhnya 
mengacu  pada  RTRW  dan  masih  berorientasi  pada  pengembangan 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 98 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
yang  bersifat  horizontal  sehingga  cenderung  menciptakan  urban 
sprawling dan inefisiensi pelayanan sarana dan prasarana. 
d. Diterbitnya  Peraturan  Menteri  Energi  dan  Sumber  Daya  Mineral 
Republik  Indonesia  Tahun  2012  tentang  Pengendalian  Penggunaan 
Bahan  Bakar  Minyak,  yang  mewajibkan  seluruh  kendaraan  dinas  plat 
merah terhitung sejak tanggal 1 Agustus 2012,  dilarang menggunakan 
jenis BBM Tertentu berupa Bensin (Gasoline) RON 88.  
e. Tempat Penampungan Sampah Akhir (TPA) Piyungan yang sudah tidak 
memadai lagi dan akan mencapai titik jenuhnya pada tahun 2012. 
 
Solusi 
a. Sosialisasi  Peraturan  Gubernur  DIY  Nomor  10  tahun  2010  tentang 
Harga  Eceran  Tertinggi  LPG  Tabung  3  kg,  alokasi  kuota  dan  rayonisasi 
LPG  tabung  3  kg,  penataan  pangkalan  dengan  melakukan  kontrak 
antara  pangkalan  dengan  agen  serta  pengawasan  secara  terpadu 
dengan pemangku kepentingan.  
b. Perlu  adanya  skema  pembiayaan  yang  dapat  diakses  oleh  MBR,  serta 
perlu dilakukan kerjasama dengan instansi terkait. 
c. Optimalisasi tata guna tanah yang mencakup pengaturan terhadap pola 
pengelolaan  penguasaan.  Penggunaan  dan  pemanfaatan  tanah  agar 
sesuai dengan RTRW dan peraturan perundangan yang berlaku. 
d. Telah dikeluarkan Surat Edaran Gubernur Nomor 541/2476 tanggal 23 
Juli 2012 tentang Kebijakan Pengendalian Penggunaan BBM Tertentu di 
Provinsi DIY, bahwa untuk seluruh Kendaraan Dinas Roda 4 dan Roda 2 
terhitung  mulai  tanggal  1  Agustus  2012  dilarang  menggunakan  jenis 
BBM  tertentu  berupa  Bensin  (Gasoline)  RON  88,  dan  wajib 
menggunakan BBM Non Subsidi (Pertamax). 
e. Mengkoordinasikan  pengadaan  lahan  untuk  perluasan  TPA  Piyungan 
dan mengkampanyekan pengolahan sampah mandiri oleh masyarakat. 
 
Sub Bidang Kebudayaan  
Permasalahan  
1. Kondisi  museum  di  Provinsi  DIY  cukup  memprihatinkan  dimana 
banyaknya  museum  di  Provinsi  DIY  tidak  diiringi  kemajuan  yang 
signifikan, pengelolaan museum yang belum optimal, kelembagaan dan 
SDM  museum  yang  belum  profesional,  kepedulian  masyarakat 
terhadap  museum  yang  kurang,  dan  rendahnya  tingkat  kunjungan  ke 
museum. 
2. Masih  rendahnya  pelestarian  budaya  pada  generasi  muda  di  Provinsi 
DIY. 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 99 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Solusi 
1. Perlu  revitalisasi  museum  di  DIY  dan  pemanfaatan  museum  sebagai 
representasi  budaya  DIY  dan  sinergitas  antara  tiga  pilar  yaitu  bidang 
kebudayaan, pendidikan dan pariwisata. 
2. Perlu  adanya  kebijakan  untuk  memasukkan  kebudayaan  dalam 
kurikulum muatan lokal pendidikan anak sekolah di Provinsi DIY. 
 
Bidang Dekonsentrasi 
Permasalahan 
1. Kejelasan  status  barang/asset  yang  berasal  dari  APBN  yang  belum 
dikelola dengan baik dan belum dihibahkan kepada daerah; 
2. Keterlambatan Juklak maupun Juknis dari pemerintah Pusat ke Daerah 
serta  adanya  tanda  bintang  pada  DIPA,  sehingga  berakibat 
terlambatnya pengelolaan dana dekonsentrasi; 
3. Formula  alokasi  DAK  yang  belum  sepenuhnya  dapat  menjamin 
kesesuaian antara kepentingan nasional dan kebutuhan daerah. 
 
Solusi 
1. Pelimpahan status barang/asset yang berasal dari APBN kepada daerah 
agar  dilakukan  segera  supaya  dikemudian  hari  tidak  terdapat 
permasalahan mengenai status barang/asset tersebut; 
2. Peningkatan  koordinasi  dengan  kementerian  terkait  agar  pelaksanaan 
kegiatan  dekonsentrasi  dan  tugas  pembantuan  dapat  berjalan  secara 
optimal. 
3. Perlu  adanya  formula  alokasi  DAK  yang  sesuai  antara  kepentingan 
nasional dan kebutuhan daerah. 
 
Bidang Penelitian dan Pengembangan 
Permasalahan 
1. Secara kelembagaan, bagian penelitian dan pengembangan di Provinsi 
DIY belum sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 
Tahun  2011  Tentang  Pedoman  Penelitian  dan  Pengembangan  di 
Lingkungan  Departemen  Dalam  Negeri  dan  Pemerintahan  Daerah, 
yang  menegaskan  bahwa  setiap  daerah  provinsi  segera  membentuk 
Badan Litbang Daerah (BALITBANGDA) selambatnya pada tahun 2013,
dan Permendagri  64  tahun  2011  yang  menegaskan  bahwa  fungsi 
pemberian  rekomendasi  penelitian  dilakukan  oleh  unit  SKPD  yang 
melaksanakan fungsi kesbangpol.  
2. Belum  seluruh  instansi  yang  melakukan  penelitian  atau  lembaga 
penelitian  di  Perguruan  Tinggi  Negeri  dan  Swasta  bersedia 
mengirimkan  atau  memberikan  hasil‐hasil  penelitiannya  ke 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 100 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Pemerintah Provinsi DIY, sehingga masih banyak hasil‐hasil penelitian 
yang belum dapat dikompilasikan dalam bentuk buku. 
3. Hasil‐hasil  penelitian  yang  sudah  dikirim  sebagian  besar  kurang 
implementatif bagi pembangunan daerah Provinsi DIY. 
4. Masih banyak hasil penelitian terapan/tepat guna yang belum terdata 
dan termanfaatkan. 
5. Kurang  optimalnya  koordinasi  antara  lembaga  penelitian  dan 
pengembangan  di  Provinsi  dengan  Kabupaten/kota  dalam 
menginventarisir hasil penelitian terapan/tepat guna. 
 
Solusi 
1. Memaksimalkan  peran  serta  jaringan  penelitian  yang  sudah  ada  dan 
unit kerja penelitian dan pengembangan di kabupaten/kota; 
2. Perlu adanya wadah atau forum untuk saling tukar menukar informasi 
serta  hubungan  yang  sinergis  antara  lembaga  yang  menangani 
penelitian  dan  pengembangan  dengan  instansi  yang  melakukan 
penelitian  atau  lembaga  penelitian  di  Perguruan  Tinggi  sehingga 
diharapkan  adanya  sinkronisasi  hasil‐hasil  penelitian  yang  diharapkan 
kita bersama.  
3. Perlu  dilakukan  sosialisasi  dan  koordinasi  secara  intensif  ke  berbagai 
lembaga  penelitian  di  Perguruan  Tinggi.  Selain  itu  bagi  instansi  yang 
melakukan penelitian atau lembaga penelitian yang pada waktu yang 
sudah  ditentukan  belum  juga  mengumpulkan  hasil  penelitiannya, 
maka  perlu  dilakukan  jemput  bola  atau  mendatangi  instansi  tersebut 
untuk diminta hasil penelitiannya.    
4. Melakukan    koordinasi  dalam  perencanaan  penelitian  dan 
pelaksananaannya  antara  apa  yang  dikehendaki  oleh  Pemerintah 
Provinsi DIY dengan instansi yang melakukan penelitian atau lembaga 
penelitian Perguruan Tinggi sehingga dapat disepakati penelitian yang 
hasilnya  cukup  implementatif    bagi  pembangunan  di  DIY,  utamanya 
perlu dikembangkan penelitian kebijakan.  
5. Permasalahan  masih  banyaknya  penelitian  terapan/tepat  guna  yang 
belum  terdata,  diharapkan  bisa  diatasi  melalui  kegiatan  pendataan 
secara lebih intensif ke lapangan, baik itu ke instansi/lemlit Perguruan 
Tinggi,  ataupun  langsung  ke  masyarakat/kelompok  penemu  teknologi 
tepat guna.    
 
 
 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 101 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan 
Hasil  analisis  bidang  kesejahteraan  rakyat  dan  kemasyarakatan  terdapat 
berbagai catatan sebagai berikut: 
 
Analisis  mengenai  Perlindungan  dan  Pemberdayaan  Penyandang 
Disabilitas merumuskan:  
1. Penanganan  masalah  penyandang  disabilitas,  belum  dilakukan 
secara  komprehensif  dan  belum  berorientasi  pada  program 
pemberdayaan  berdasarkan  jenis  dan  derajat  disabilitas, 
pengakuan  keunikan  nilai  sosial  budaya  serta  mengedepankan 
potensi dan sumberdaya keluarga dan masyarakat setempat. 
2. Perlu  peningkatan  pelaksanaan  pelayanan  jaminan  sosial  bagi 
penyandang  disabilitas  (kriteria,  proses,  pelaksanaan  bantuan  dan 
pemanfaatan bantuan oleh penerima). 
3. Perlu  peningkatan  sarana  dan  prasarana  umum  yang  memenuhi 
dan memudahkan kebutuhan penyandang disabilitas. 
 
Rekomendasi: 
1. Segera  diterbitkan  peraturan  daerah  dan  atau  peraturan  gubernur 
tentang  penyandang  cacat  dengan  melibatkan  unsur  organisasi 
penyandang disabilitas. 
2. Mendorong  kesadaran,  kepedulian  dan  tanggung  jawab  sosial 
kalangan usaha  melalui dana CSR  (Pasal 74 Undang‐undang No. 40 
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas). 
 
Analisis    mengenai  Efektivitas  Penyelenggaraan  Transmigrasi  Dalam  Era 
Otonomi Daerah merumuskan: 
1. Perlu  sosialisasi    pra  penempatan  secara  terbuka  dan  transparan 
tentang lokasi daerah penempatan kepada para calon transmigran  
2. Perlu  selektif  dalam  menjalin  kerjasama  dengan  Pemerintahan 
Daerah  penempatan  sehingga  tujuan  program  dapat  tercapai 
optimal. 
3. Mendorong  penyelenggaraan  transmigrasi  yang  dikaitkan  dengan 
peran serta investor untuk program transmigrasi swakarsa mandiri. 
 
Rekomendasi: 
1. Aspirasi pemerintah daerah dan penduduk lokal terhadap asal calon 
transmigran  yang  dikehendaki  untuk  membangun  kehidupan 
bersama  dalam  lingkungan  komunitasnya  harus  menjadi 
pertimbangan utama. 
2. Dengan  diberlakukannya  UU.  No.  32  Tahun  2004  tentang 
Pemerintahan  Daerah,  adanya  UU  No.  15  Tahun  1997  tentang 
Ketransmigrasian  dan  PP  No.  2  Tahun  1999  tentang 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 102 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Penyelenggaraan Transmigrasi, maka Pemerintah Pusat seyogyanya 
tidak  lagi  berperan  sebagai  perencana  sekaligus  pelaksana,  tetapi 
bergeser  menjadi  regulator,  mediator,  motivator  dan  fasilitator 
program transmigrasi. 
 
Analisis  mengenai  Penanggulangan  Gelandangan  Psikotik  dan  Pengemis 
merumuskan: 
Penanganan  gelandangan  psikotik  dan  pengemis  harus  dilakukan 
secara terpadu dari berbagai instansi terkait, sehingga penanganan 
terwujud  secara  tuntas/mandiri.  Model‐model  penanganan  harus 
dimulai  dari  hulu  (dimulai  dari  daerah  asal  gelandangan  psikotik 
dan pengemis) sampai hilir (pasca rehabilitasi). 
 
Rekomendasi: 
1. Perlu  payung  hukum  sebagai  pedoman  kerjasama  penanganan 
gelandangan psikotik. 
2. Adanya  Panti  khusus  bagi  gelandangan  psikotik  dengan  sarana 
dan prasarana yang lengkap, tenaga profesional yang cukup dari 
berbagai  instansi  terkait  secara  terpadu,  dana  cukup,  sehingga 
hasil penanganan maksimal. 
 
Analisis mengenai Peningkatan Kualitas Angkatan Kerja melalui Pelatihan 
Kerja dan Produktivitas Kerja merumuskan: 
1. Ada pemetaan angkatan kerja berdasarkan kriteria umur agar tidak 
ada duplikasi urusan dan mengurangi ego sektoral. 
2. Lembaga  pendidikan  perlu  meninjau  kembali  kurikulumnya 
sehingga ada link and match dengan dunia usaha dan industri. 
3. Strategi  peningkatan  kualitas  angkatan  kerja  harus  melalui 
perencanaan yang matang dan tepat sasaran. 
 
 
Rekomendasi: 
1. Perlu ada terobosan untuk mensiasati peraturan (tidak melanggar) 
tetapi  mempunyai  dampak  hasil  yang  maksimal  dirasakan 
manfaatnya oleh Pemprov; 
2. Lembaga  Diklat  perlu  SEKAR  (Skill,  Etos  Kerja,  Komitmen,  Attitude 
dan Relationship) dalam mengemban tugas pokok dan fungsinya. 
 
 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 103 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Analisis  mengenai  Peningkatan  Kapasitas  dan  Profesionalisme  Satuan 
Polisi Pamong Praja (Satpol PP) merumuskan: 
1. Perlu  peningkatan  sinergitas  tugas‐tugas  antara  Satpol  PP  dengan 
unsur Kepolisian dan Dinas lain yang terkait dengan Tupoksi Satpol 
PP; 
2. Perlu SOP sebagai pedoman kerja Satpol PP; 
3. Perlu  peningkatan  intensitas  Pendidikan  dan  Pelatihan  terkait 
dengan peningkatan profesionalisme maupun fungsi selaku PPNS; 
Rekomendasi: 
1. Terkait dengan profesionalisme, perlu kebijakan tentang: 
a. Struktur lembaga (penetapan kelembagaan yang mantap) 
b. Jumlah  SDM  dengan  kompetensi  yang  sesuai  kebutuhan 
dimulai dari proses rekruitmen yang tepat sesuai tupoksi 
c. SOP menyesuaikan standar HAM 
2. Segera diupayakan penambahan anggota PPNS dari unsur Satpol PP  
3. Peningkatan Sarpras dalam menunjang tugas 
 
Analisis  mengenai  Peningkatan  Manajemen  Penanggulangan  Resiko 
Dampak Bencana merumuskan: 
1. Bencana tidak hanya disebabkan oleh alam saja namun merupakan 
kombinasi  dari  berbagai  resiko  bahaya  (hazard),  sehingga 
penanggulangannya  merupakan  tanggung  jawab  bersama  antara 
pemerintah dan masyarakat; 
2. Perubahan  konsepsi  dan  pemahaman  mengenai  hidup  harmoni 
dengan  alam  dan  potensi  bencana,  merubah  konsep  responsif 
menjadi prefentif; 
3. Strategi  utama  untuk  mengurangi  dampak  merugikan  dengan 
mempersiapkan  pemerintah  dan  masyarakat  untuk  menghindari 
atau  merespon  bencana  dengan  tepat  dan  efektif  sehingga 
kerugian dapat terkurangi. 
 
Rekomendasi: 
1. Perlu  membangun  ketangguhan  masyarakat  untuk  menghadapi 
bencana; 
2. Membangun  budaya  pendidikan  mitigasi  kebencanaan  sejak  dini 
melalui pendidikan formal ataupun masyarakat; 
3. Kegiatan‐kegiatan  terkait  dengan  kebencanaan  perlu  dilakukan 
secara terpadu dan terkoordinasi. 
 
Rekomendasi mengenai Implementasi kebijakan PUG/PPRG: 
1. Perlu ada grand design tentang implementasi PPRG; 
2. Capacity building bagi aparat perencana program; 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 104 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
3. Perlu  dorongan  dan  optimalisasi  implementasi  PUG/PPRG  di 
kab/kota dan provinsi melalui keberadaan Pokja PUG. 
 
Rekomendasi  mengenai  Peningkatan  kualitas  hidup  perempuan  dan 
anak:  
1. Perlu  didorong  terwujudnya  sistem/mekanisme  penanganan 
kekerasan terhadap perempuan dan anak secara terintegrasi 
2. Perlu  optimalisasi  mapping  data  kekerasan  terhadap  perempuan 
dan anak 
3. Perlu dorongan dan optimalisasi penanganan kekerasan terhadap 
perempuan  dan  anak  melalui  Pusat  Pelayanan  Terpadu  PP  dan 
Anak (P2TP2A). 
 
Rekomendasi  mengenai  Penyediaan  Pelayanan  KB  dan  Alat  Kontrasepsi 
Bagi Keluarga Miskin: 
1. Penyediaan  pelayanan  KB  dan  alat  kontrasepsi  bagi  keluarga 
miskin secara gratis; 
2. Perlu  kebijakan  mengenai  pemetaan  keluarga miskin  yang  belum 
mendapatkan jaminan sosial kesehatan di kabupaten/kota. 
 
Rekomendasi  bidang Pemberdayaan Masyarakat: 
1. Mempertahankan  kebijakan  pola  perencanaan  program/kegiatan  
Pemberdayaan Masyarakat melalui model PNPM Mandiri; 
2. Menumbuhkembangkan  Kebijkan  UMK  sinergi  dengan  Pengusaha 
Menengah; 
3. Menumbuhkembangkan  Konsep  TKPKD  Kota  Yogyakarta  tentang 
Slogan  Segoro  Amarto  (semangat  Gotong  Royong  Agawe  Majune 
Ngayogyakarta)  untuk  digemakan  menjadi    miliknya  warga 
masyarakat  Kabupaten/Kota se Provinsi DIY;  
4. Verifikasi  ulang  terhadap  data  warga  miskin  dan  indikatornya  
ditambah tolok ukurnya,  standard pendapatan hidup layak per hari  
terhadap warga masyarakat miskin; 
5. Pelayanan  satu  kartu  untuk  penyaluran  bantuan  kepada 
masyarakat  dalam  konsep  penanggulangan  kemiskinan  berbasis 
pemberdayaan masyarakat. 
 
Rekomendasi  mengenai  Penegakan  Regulasi  Hukum  untuk  Kedisiplinan 
dalam Pranata Sosial di Pondokan: 
1. Melakukan  koordinasi  dalam  melakukan  penegakkan  Peraturan 
Daerah Kabupaten/Kota tentang Pondokan; 
2. Memberikan Fasilitasi dalam membentuk capacity building pranata 
hukum, sapras, masyarakat & kebudayaan; 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 105 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
3. Membuat  peraturan  tentang  pondokan  dengan 
mempertimbangkan  aspek  ketertiban  umum  dan  nilai‐nilai  budi 
pekerti adiluhung masyarakat; 
4. Melakukan  pengawasan  usaha  pondokan,  dengan  melibat  kan 
unsur‐unsur terbawah dilingkungan masyarakat; 
5. Ikut aktif dalam menggali kearifan lokal sebagai pedoman bertindak 
dan berperilaku dilingkungan masyarakat. 
 
Rekomendasi  mengenai  Isu‐isu  yang  berdampak  negatif  terhadap  Budi 
Pekerti dan Kedisiplinan yang Berkembang di Masyarakat: 
  Karena  kewenangan  pengaturan  warung  internet  ada  di 
Kabupaten/Kota  maka  Pemerintah  Provinsi  perlu  melakukan  penegakan 
peraturan  dengan  memberikan  bantuan  sapras  dan  pembiayaan  dalam 
menegakkan  aturan  hukum  di  daerah  tentang  ITE  diantaranya 
mensosialisasikan UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE dan UU No. 44 Tahun 
2008 tentang Pornografi dan Peraturan Daerah tentang Peraturan Warnet 
di  Masyarakat  serta  mensosialisasikan  Jargon  INES  (Internet  Sehat)  dan 
IMAN (Internet Aman) dikantor‐kantor dan disekolah. 
Kajian  mengenai  Pengembangan  Kebijakan  Budi  Pekerti  Berbasis 
Kearifan  dan  Keunggulan  Lokal  telah  dikeluarkan  Surat  Edaran  Gubernur 
Tentang  Gerakan  Pelestarian  Budaya  Yogyakarta  nomor  430/1349  tgl.  30 
April 2012. 
 
Rekomendasi  Pengembangan  Kebijakan  Kedisiplinan  Pranata 
Peningkatan Motivasi Kerja Bagi Aparat: 
1. Melakukan koordinasi dan sosialisasi bagi pelaksanaan Keteladanan 
Kepemimpinan  maupun  Aparat  serta  Pemberian  Arah  yang  jelas 
bagi pelaksanaan Punishment. 
2. Memberikan  fasilitasi  dalam  membentuk  capacity  building 
pengembangan  rasa  corsa  (esprit  de  corps)  dan  kegiatan  lomba‐
lomba antar instansi untuk kebersamaan. 
 
Tabel 4.54 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat 
dan Kemasyarakatan di Provinsi DIY, 2009‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2009  10  48  3.031.612.160 2.747.614.805 90,63 95,83 
2010  5  39  1.734.087.653 1.701.495.300 98,12 100,00 
2011  5  41  2,126,149,080 1,216,293,930 57,21 62,28 
2012*  5  52  5,696,780,590 2.240.362.079 39,33 50,00 
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: Biro Admin Kesra dan Kemasyarakatan Setda Provinsi DIY  

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 106 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Pada  tahun  2012  jumlah  program  dilaksanakan  sebanyak  5  program 
dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  52  kegiatan.  Sampai  dengan  Bulan  Juli 
2012,  capaian  fisik  rata‐rata  sebesar  50,00%  dengan  capaian  realisasi 
Keuangan sebesar 39,33%. 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan: 
1. Pembinaan  karakter  dan  wawasan  kebangsaan  masih  belum 
menjadi  perhatian  utama,  sehingga  dimungkinkan  disintegrasi 
sosial  dan  teritorial  dapat  benar‐benar  tejadi.  Hal  ini  bisa  diamati 
dari  kenyataan  lunturnya  rasa  nasionalisme,  makin  tingginya 
intensitas  konflik  yang  bernuansa  SARA,  serta  gejala  menguatnya 
etnosentrisme  atau  pemikiran  kelompok  sosial.  Sedangkan 
disintegrasi  teritorial  dapat  diamati  dari  kenyataan  adanya  daerah 
yang meminta merdeka dan lepas dari ikatan NKRI. 
2. Kendala dalam pengurangan resiko bencana 
a. Kurangnya  pengetahuan  dan  wawasan  pengurangan  resiko 
bencana di masyarakat: 
b. Masih  belum  ada  panduan  koordinasi  lintas  sektor  dalam 
penanganan  bencana  dan  rencana  kontijensi  pada  tiap 
ancaman bencana. 
3. Terkait  sistem  jaminan  kesehatan  daerah,  terdapat  kendala 
penanganan pasien non kuota Jamkes di luar Provinsi DIY. 
4. Merebaknya  penyakit  yang  bersumber  pada  binatang 
(leptospirosis) yang menjangkiti masyarakat 
 
Solusi: 
1. Pembinaan  karakter  bangsa  harus  ditanamkan  sejak  usia  dini  baik 
melalui  jalur  pendidikan  formal  maupun  non  formal,  utamanya 
justru  pada  lingkungan  keluarga  dan  masyarakat  serta  pembinaan 
rasa  cinta  tanah  air  dan  persatuan  kesatuan  bangsa  harus 
diwujudkan  melalui  kegiatan  nyata  melalui  pembinaan  orsos  dan 
ormas secara terus menerus; 
2. Perlu penanggulangan bencana yang terpadu tentang : 
‐ Pra bencana pada saat tidak terjadi bencana; 
‐ Pra bencana pada saat ada potensi bencana;  
‐ SOP yang jelas dan aplikatif pada saat terjadi bencana; dan 
‐ Perlu  panduan  koordinasi  dan  sinergi  perencanaan  pemulihan 
pasca  bencana  baik  yang  bersifat  rehalitasi  maupun 
rekonstruksi 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 107 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
3. Mendorong  Kabupaten/Kota  untuk  merintis  MoU  dengan  pusat 
pelayanan  di  lingkungannya  serta  kerjasama  penanganan  pasien 
non kuota Jamkes di luar Provinsi DIY dalam proses; 
4. Perlu  koordinasi  lintas  sektor  yang  melibatkan  semua  pemangku 
kepentingan  dalam  rangka  penanggulangan  penyakit  yang 
bersumber pada binatang. 
 
Biro Administrasi Perekonomian dan Sumber Daya Alam 
Analisa Kebijakan Penanaman Modal, Kerjasama, dan Perijinan 
Latar  Belakang  Analisis  Kebijakan  Penanaman  Modal,  Kerjasama  dan 
Perijinan di Provinsi DIY antara lain : 
a. Pengembangan  Kebijakan  penanaman  modal  merupakan  kebijakan 
yang mempunyai dampak ekonomi yang cukup luas karena peningkatan 
penanaman  modal  dapat  menyebabkan  terjadinya  peningkatan  jumlah 
barang dan jasa, penciptaan nilai tambah, penggunanaan tenaga kerja, 
peningkatan pendapatan masyarakat. 
b. Proses penanaman modal daerah yang dirasakan belum optimal, dalam 
jangka  panjang  dimungkinkan  akan  menjadi  penghambat  bagi 
pemerintah  dalam  melaksanakan  pilar  pembangunan  di  DIY,  oleh 
karena itu diperlukan kebijakan penanaman modal yang tepat termasuk 
didalamnya kebijakan perizinan bidang penanaman modal.  
c. Belum optimalnya layanan perizinan bidang penanaman modal sehingga 
di butuhkan solusi kebijakan perizinan bidang penanaman modal. 
 
Analisa Kebijakan Pengembangan Bidang Lingkungan Hidup 
Pengelolaan kawasan paling tidak harus mencakup dua kepentingan, yaitu 
konservasi  lingkungan  dan  pengurangan  resiko  bencana.  Penataan 
kawasan  sungai  hendaknya  visioner  dan  jangka  panjang,  misal  dengan 
mempertimbangkan implementasi konsep Eco‐river city.  Konsep ini secara 
garis besar menjadikan eksistensi sungai dengan segala potensinya sebagai 
basis  pembangunan  yang  berkelanjutan.  Sungai  adalah  asset  wilayah, 
bukan  sekedar  sebagai  media  drainase.  Penekanan  utamanya  adalah 
menata kawasan sungai yang ramah lingkungan 
 
Analisis Kebijakan Bidang Badan Usaha Daerah 
Permasalahan  yang  dihadapi  BUMD  milik  Pemerintah  Provinsi  DIY  dalam 
perjalanan hidupnya dapat disimpulkan sebagai berikut:  
1. Lemahnya kemampuan manajemen perusahaan;  
2. Lemahnya kemampuan modal usaha; 
3. Lemahnya  kemampuan  pelayanan  dan  pemasaran  sehingga  sulit 
bersaing; 
4. Kurang adanya koordinasi antar BUMD khususnya dalam kaitannya 
dengan industri hulu maupun hilir  
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 108 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
5. Kurangnya perhatian dan kemampuan atas pemeliharaan aset yang 
dimiliki,  sehingga  rendahnya  produktivitas,  serta  mutu  dan 
ketepatan hasil produksi  
6. Besarnya  beban  administrasi,  akibat  relatif  besarnya  jumlah 
pegawai dengan kualitas yang rendah. 
 
Analisa Kebijakan Bidang Ketahanan Pangan 
Peningkatan  produksi  pertanian  membutuhkan  dukungan  dari  berbagai 
sektor  seperti  penyediaan  benih  unggul,  sarana  dan  prasarana  memadai, 
ketersediaan  SDM  pertanian  yang  mencukupi  serta  dukungan  teknologi 
tepat guna yang mudah diterapkan masyarakat petani/peternak. 
Kebutuhan untuk mendukung peningkatan produksi baik tanaman pangan, 
holtilkultura  dan  peternakan  perlu  di  dukung  dengan  peningkatan 
kemampuan  diberbagai  hal  :  sarana  dan  prasarana  yang  memadai, 
Ketersediaan SDM pendamping dan pelayanan yang memiliki kemampuan 
sesuai kebutuhan yang ada, adanya peningkatan kualitas benih/bibit yang 
tersedia  dengan  bantuan  berupa  subsidi  bagi  para  petani/ternak, 
peningkatan  teknologi  tepat  guna  yang  mudah  diserap  oleh  masyarakat 
petani/peternak. 
Analisis  kebijakan  pada  sektor  ini  merekomendasikan  pengembangan 
perekonomian (kususnya bidang pertanian dan peternakan) menggunakan 
model  kluster  (sentra  produksi)  berbasis  masyarakat  dan  pengetahuan 
untuk menghasilkan produk yang unik spesifik lokasi.  
 
Analisa Kebijakan Bidang Ketahanan Pangan 
Hal  penting  dalam  kebijakan  ketahanan  pangan  adalah  perlunya 
memperkuat peran pemerintah daerah dalam melakukan fungsi koordinasi 
antar pelaku di bidang ketahanan pangan baik pemerintah maupun swasta 
sejak  perencanaan,  pelaksanaan  dan  pengendalian  program  ketahanan 
pangan,  khususnya  hubungan  antara  Dewan  Ketahanan  Pangan  (DKP), 
BKPP,  dan  Dinas  teknis  (pertanian,  peternakan,  perikanan,  perkebunan, 
kesehatan, perindustrian perdagangan, dan lain‐lain). 
 
Analisis Kebijakan Bidang Kehutanan dan Perkebunan 
Sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi 
DIY  Tahun  2009‐2013  pada  misi  kedua  yaitu  menguatkan  fondasi 
kelembagaan  dan  memantapkan  struktur  ekonomi  daerah  berbasis 
pariwisata  yang  didukung  potensi  lokal  dengan  semangat  kerakyatan 
menuju masyarakat yang sejahtera kehutanan dan perkebunan terdapat di 
dalamnya  dengan  kebijakan  yang  ditempuh  berdasarkan  pada  misi  kedua 
tersebut adalah: 
1. Meningkatkan dan mengembangkan produk unggulan hasil hutan; 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 109 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
2. Memanfaatkan  lahan  hutan  dan  kebun  secara  optimal  dengan 
menanam jenis produk unggulan serta melibatkan peran serta aktif 
masyarakat;  
3. Membuka  jejaring  dan  kemitraan  untuk  meningkatkan  distribusi 
dan pemasaran hasil perkebunan. 
 
Analisa Kebijakan Bidang Perikanan dan Kelautan 
Peran  sektor  kelautan  dan  perikanan  di  Provinsi    Daerah  Istimewa 
Yogyakarta  cukup  strategis  dalam  mendukung  pembangunan  masyarakat  
kelautan  dan  perikanan  secara  umum,  baik  ditinjau  dari  perspektif 
ekonomi, sosial, maupun budaya. 
Kebijakan  pembangunan  perekonomian  DIY  perlu  terus  memperhatikan 
dan  menyokong  sektor  pertanian  (termasuk  sub‐sektor  tanaman  pangan, 
perkebunan,  peternakan,  kehutanan  dan  perikanan)  agar  dapat  tumbuh 
secara berkelanjutan. 
Pada  tahun  anggaran  2012  Biro  Administrasi  Perekonomian  dan 
Sumber  Daya  Alam  melaksanakan  5  program  yang  terdistribusi  dalam  60 
kegiatan.  Sampai  Bulan  Juli  2012,  capaian  fisik  rata‐rata  sebesar  58,55% 
dengan capaian realisasi Keuangan sebesar 57,74%. 
 
Tabel 4.55 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Biro Administrasi Perekonomian dan SDA  
di Provinsi DIY, 2009‐2011 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2009  4  34  1.040.566.200 944.140.890 90,73 100 
2010  4  35  2.694.772.050 2.645.092.305 98,16 100 
2011  5  46  1.818.339.804 1.788.179.549 98,34 100 
2012*  5  60  2,117,173,380 1,222,397,705 57,74 58,55 
Catatan: *)Posisi s/d  Juli 2012 
Sumber: Biro Administrasi Perekonomian dan SDA  
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan: 
1. Aturan  hukum  yang  masih  tumpang  tindih,  baik  peraturan  dari 
pemerintah  pusat  maupun  pemerintah  daerah,  sehingga 
menyebabkan ketimpangan dalam pelaksanaan teknis pada Gerai 
P2T. 
2. Kurangnya tenaga yang terlatih dan profesional untuk menangani 
perijinan  yang  spesifik  dan  khusus,  misalnya  AMDAL  maupun  ijin 
masalah kesehatan. 
 
 
Solusi: 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 110 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
1. Memberi  masukan  kepada  pemerintah  pusat  mengenai  regulasi 
yang  menyebabkan  kerancuan  aturan  hukum,  sehingga 
pemerintah  daerah  dapat  segera  menyesuaikan  dengan 
peraturan yang ada. 
2. Pelatihan  dan  rekruitmen  tenaga  khusus  untuk  dijadikan  tenaga 
fungsional yang menangani masalah‐masalah tersebut. 
 
 
Biro Umum 
Keberhasilan  penyelenggaraan  pemerintahan  tidak  dapat  dipisahkan  dari 
pengelolaan  administrasi  perkantoran,  penatausahaan  pimpinan, 
keprotokolan  dan  rumah  tangga.  Dukungan  sarana  prasarana  berupa 
kendaraan  operasional  sangat  memperlancar  berbagai  ketugasan  yang 
harus dilaksanakan.  
Era transparansi dan perkembangan teknologi informasi telah menjadikan 
masyarakat  lebih  kritis  dan  cenderung  terjadi  perubahan  yang  cepat  di 
masyarakat. Pemerintah Provinsi DIY selalu berupaya untuk mengakomodir 
dan  mengantisipasi  keinginan  masyarakat/publik  untuk  memperoleh 
informasi.  Menjamurnya  berbagai  media  masa  dan  derasnya  arus 
informasi  yang  menerpa  masyarakat  belum  merupakan  jaminan  akan 
memberi  pencerahan  kepada  masyarakat,  bahkan  dalam  beberapa  kasus 
justru  membuat  bingung  masyarakat.  Kondisi  yang  demikian  tentu  saja 
memerlukan  peran  kehumasan  yang  handal  khususnya  dari  instansi 
pemerintah sehingga masyarakat memperoleh informasi yang seimbang.  
Untuk  memenuhi  hak‐hak  masyarakat  akan  kebutuhan  informasi 
dan mendukung transparansi akuntabilitas publik, sekaligus melaksanakan 
publikasi  kegiatan  dan  kebijakan  pemerintah  antara  lain  melalui  website 
www.jogjaprov.go.id.  Selama  tahun  2010  berita  yang  berhasil  diupload 
sebanyak  698  buah,  dan  jumlah  pengunjung  yang  mengakses  website 
sebanyak  219.308  orang.  Kunjungan  terbanyak  terjadi  pada  bulan 
November  2010  sebanyak  84.140  orang,  ketika  informasi  dan  proses 
pendaftaran CPNS dimuat dalam website.  
Dalam menyampaikan informasi agar cepat terinformasikan kepada 
publik,  kepada  reporter  www.pemda‐diy.go.id.  digariskan  bahwa  sebagai 
media online, maka “berita hari ini, harus tayang hari ini”. 
Selanjutnya,  untuk  mewujudkan  pemerintah  yang  peka  dan 
responsif  terhadap  tuntutan  dan  aspirasi  masyarakat  serta  memberi 
peluang  terjadinya  sinergi  komunikasi  dua  arah  antara  pemerintah  dan 
masyarakat dilaksanakan kegiatan dialog interaktif di televisi, iklan layanan 
masyarakat, siaran nasional citra Jogja melalui RRI, sarasehan radio. Sejak 
tahun 2009 bekerja sama dengan Jogja TV, menayangkan acara Citra Jogja 
sebagai  upaya  melestarikan  budaya  lokal.  Kemitraan  dengan  pers  sangat 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 111 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
penting  untuk  mendukung  publikasi  kebijakan  dan  kegiatan  pemerintah. 
Kemitraan dilakukan melalui pers tour dan jumpa pers.  
Sebagai upaya mendukung sosialisasi kebijakan pemerintah daerah 
dan  hasil‐hasil  yang  telah  dicapai  maupun  program‐program  yang  sudah 
dilaksanakan  telah  didistribusikan  Buletin  Siaran  Pemerintah  Daerah  Edisi 
Bulanan dan Edisi Khusus.  
 
Tabel 4.56 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Biro Umum di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Jumlah  Jumlah  Keuangan Fisik 
Tahun 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp) Capaian (%)  (%) 
2008  6  45  26.175.842.850  23.544.002.603  89,95  98,56 
2009  10  45  24.928.847.310  21.014.362.695  84,30  99,93 
2010  7  45  26.175.842.850  23.544.002.603  89,95  98,56 
2011  7  43  19.161.729.345  17.409.110.924  90,85  100,00 
2012*  8  46  18,026,222,305  8,204,947,421  45,52  61,58 
Catatan: *)Posisi s/d Juli  2012 
Sumber: Biro Umum Humas dan Protokol Setda Provinsi DIY 
 
Pada  tahun  2012    jumlah  program  dilaksanakan  sebanyak  8 
program  dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  46  kegiatan,  Sampai  dengan 
Bulan  Juli  2012,  capaian  fisik  rata‐rata  sebesar  61,58%  dengan  capaian 
realisasi Keuangan sebesar 45,52%, 
 
Program  yang  dilaksanakan  selama  tahun  2008–2010  adalah  sebagai 
berikut: 
1. Program pelayanan administrasi perkantoran, 
2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur, 
3. Program peningkatan disiplin aparatur, 
4. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur, 
5. Program peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/wakil kepala 
daerah. 
 
Permasalahan dan Solusi 

Permasalahan 
1,  Pengelolaan  informasi  yang  berkembang  di  media  masa  sebagai 
dampak dari persaingan antar media dan kebebasan media yang masih 
perlu diimbangi dengan SDM media yang berkualitas, Media elektronik, 
yaitu  televisi  masih  terjebak  pada  pemberitaan  yang  cenderung 
bombastis,  tanpa  memperhitungkan  dampak  psikologis  masyarakat 
misalnya dalam pemberitaan tentang bencana erupsi Merapi,  
2,  Frekuensi pelayanan tamu–tamu pemerintah daerah yang sangat tinggi 
dengan jadwal yang sulit diprediksi, 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 112 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Solusi 
1,  Untuk  mengatasi  permasalahan  dalam  pengelolaan  informasi  yang 
berkembang di media massa adalah sebagai berikut: 
a,  Meningkatkan pemantauan dan koordinasi dengan media, 
b,  Memberikan  informasi  tentang  isu–isu  yang  berkembang  untuk 
keseimbangan dan akurasi informasi, 
c,  Meningkatkan  distribusi  informasi  melalui  media  cetak  dan  media 
elektronik, 
2,  Solusi  dalam  pelayanan  tamu–tamu  pemerintah  daerah  yang  sangat 
tinggi dengan jadwal yang sulit diprediksi adalah sebagai berikut: 
a,  Mencermati  tren  kegiatan–kegiatan  kunjungan  ke  Provinsi  DIY 
untuk meningkatkan antisipasi dan ketepatan pelayanan, 
b,  Meningkatkan koordinasi dengan pihak–pihak terkait, 
 
 
20.2.6  Sekretariat DPRD 
Lembaga  perwakilan  rakyat,  sebagai  salah  satu  simpul  utama 
penyelenggaraan  pemerintahan,  menjadi  katup  terdepan  dalam 
mewujudkan  pemerintahan  yang  responsif,  Agar  lembaga  perwakilan 
rakyat  dapat  berperan  secara  optimal  harus  didukung  dengan  fungsi 
penyelenggaraan  administrasi  kesekretariatan,  administrasi  keuangan, 
dukungan pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD dan penyediaan tenaga ahli 
yang diperlukan, Program yang dilaksanakan tahun 2008–2012, 
Tabel 4.57 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Sekretariat DPRD di Provinsi DIY,  
2008‐2012 
Jumlah  Jumlah  Keuangan Fisik 
Tahun 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp) Realisasi (Rp)  Capaian (%) (%) 
2008  6  47 26,154,414,200 18,624,057,802  71,21 93,00
2009  6  41 23,973,464,698 17,092,179,038  71,30 89,39
2010  6  46 32,110,662,900 23,634,504,693  73,60 92,98
2011  6  45 38,653,457,115 27,723,090,445  71,72 90,37
2012*  6  53 42,107,767,300 15,567,854,733  36,97 42,08
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012 
Sumber: Sekretariat DPRD Provinsi 2012 
   
Pada  tahun  2012  jumlah  program  dilaksanakan  sebanyak  6  program 
dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  53  kegiatan,  Sampai  dengan  Bulan 
Agustus  2012,  capaian  fisik  rata‐rata  sebesar  42,08%  dengan  capaian 
realisasi Keuangan sebesar 36,97%, 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 113 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
Sekretariat  DPRD  Provinsi  DIY  sebagai  lembaga  pendukung  pelaksanaan 
tugas dan fungsi DPRD, sarana dan prasarana yang ada di Sekretariat DPRD 
Provinsi  DIY  saat  ini  belum  memadai  untuk  pelayanan  kepada  Anggota 
DPRD  Provinsi  DIY,  Sekretariat  DPRD  Provinsi  DIY  maupun  kepada 
masyarakat umumnya. 
 
Solusi 
Pembenahan  manajemen  Sekretariat  DPRD  DIY,  peningkatan  kapasitas 
aparatur,  serta  perbaikan  fasilitas  sarana  prasarana  gedung  Sekretariat 
DPRD  DIY  untuk  mendukung  kelancaran  tugas  dan  peningkatan  kinerja 
DPRD Provinsi DIY.  
 
 

20.3  Administrasi Keuangan Daerah 
Pengelolaan keuangan daerah harus dilaksanakan secara transparan mulai 
dari  proses  perencanaan,  penyusunan  dan  pelaksanaan  anggaran,  Selain 
itu  akuntabilitas  dalam  pertanggungjawaban  publik  dalam  arti  bahwa 
proses  perencanaan,  penyusunan  dan  pelaksanaan  anggaran  dapat 
dilaporkan  dan  dipertanggungjawabkan  kepada  masyarakat,  Dengan 
demikian  diharapkan  akan  dihasilkan  pengelolaan  keuangan  daerah  yang 
benar‐benar  mencerminkan  kepentingan  dan  pengharapan  masyarakat 
secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab,  
Dalam  hal  pengelolaan  keuangan  daerah,  seperti  yang  tertuang  dalam 
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sesuai dengan 
misi  ketiga  yaitu:  Meningkatkan  efisiensi  dan  efektivitas  tata  kelola 
pemerintahan  yang  berbasis  “Good  Governance”  dan  juga  melaksanakan 
prioritas  ketiga  yaitu:  Peningkatan  profesionalisme  tata  kelola 
pemerintahan  melalui  reformasi  birokrasi  dan  tata  kelola,  Pemerintah 
Provinsi DIY, bertekad menjadi yang “Terbaik dalam Pengelolaan Keuangan 
dan Aset pada Tahun 2013 di Indonesia”, Untuk mewujudkan pengelolaan 
keuangan  yang  baik  tidak  dapat  dipisahkan  dari  fungsi  pembinaan 
administrasi keuangan daerah, 
Dalam pengelolaan keuangan daerah, ditetapkan dengan peraturan 
perundangan baik berupa Peraturan Daerah maupun Peraturan Gubernur, 
Untuk  tahun  2011  dan  tahun  2012    disusun    5  Peraturan  Daerah    dan  5 
Peraturan  Gubernur  tentang  APBD  sedangkan  kebijakan  pengelolaan 
keuangan  daerah  untuk  tahun  2011  disusun    4  Peraturan  Daerah  dan  7 
Peraturan  Gubernur  sedangkan  tahun  2012  akan  disusun  12  Peraturan 
Gubernur. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 114 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Tabel 4.58 
Perda dan Pergub tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 2009‐2012 
Pengelolaan Keuangan Kebijakan Pengelolaan
Tahun  Peraturan  Peraturan  Peraturan 
Peraturan Daerah 
Daerah  Gubernur  Gubernur 
2009  4 4 ‐ 2
2010  5 5 1 9
2011  5 5 4 7
2012  5 5 0 9
Sumber: DPPKA Provinsi DIY 
 
Pada tahun anggaran 2008, telah dilaksanakan sensus barang milik 
daerah  ke  IV  yang  merupakan  suatu  langkah  untuk  memperbaiki  kinerja 
pengelolaan  barang  melalui  inventarisasi  barang  secara  terstruktur  yang 
dicatat  menggunakan  piranti  lunak  dengan  Sistem  Informasi  Manajemen 
Aset  Tetap  (SIM_AT),  Sensus  BMD  ke  IV  mempunyai  arti  penting  bagi 
penyusunan  Neraca  Aset  Tetap  yang  selama  ini  dinilai  oleh  Badan 
Pemeriksa  Keuangan  kurang  bisa  diyakini  kebenarannya  karena  tidak 
adanya  data  pendukung  yang  meyakinkan,  Terkait  dengan  hal  ini  pada 
tahun 2008 telah dilakukan upaya perbaikan kinerja pengeloaan BMD baik 
dari  sisi  teknis  pengelolaan  barang  maupun  dari  peningkatan  kompetensi 
SDM pengelolanya, melalui penyelenggaraan sensus BMD secara serentak, 
terstruktur dan dalam kesatuan format yang bisa diintegrasikan dalam satu 
kesatuan sistem aplikasi diatas, Dalam sensus ini untuk semua jenis barang 
diteliti/dicermati  kembali  karena  sebagian  ada  yang  belum  dimasukkan 
dalam daftar inventaris barang (khususnya tanah‐tanah untuk infrastruktur 
jalan)  dan  sebagian  lagi  ada  yang  salah  jumlahnya  atau  salah  dalam 
menulis  harga  dan  akan  dilaksanakan  lagi  Sensus  Barang  Milik  Daerah 
direncanakan di tahun anggaran 2013,  
Pengelolaan  Barang  Daerah  mengacu  pada  Peraturan  Pemerintah 
Nomor  6  Tahun  2006  tentang  Pengelolaan  Barang  Milik  Negara/Daerah 
dan  Peraturan  Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  17  Tahun  2007  tentang 
Pedoman  Teknis  Pengelolaan  Barang  Milik  Daerah,  Untuk  memenuhi 
ketentuan  Peraturan  Gubernur  Nomor  44  Tahun  2009  tentang  Kebijakan 
Akuntansi,  dalam  rangka  tertib  administrasi  pengelolaan  barang  milik 
daerah dan untuk memperoleh data barang daerah yang benar, akurat dan 
dapat  dipertanggungjawabkan  serta  dalam  rangka  meningkatkan 
pengelolaan  barang  milik  daerah  Pemerintah  Provinsi  Daerah  Istimewa 
Yogyakarta dan mempertahankan opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian), 
Maka dalam tahun 2011 Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 
telah melaksanakan tertib administrasi pengelolaan barang; meningkatkan 
daya  guna  dan  hasil  guna;  memperoleh  data  barang  milik  daerah  yang 
benar,  akurat  dan  dapat  dipertanggungjawabkan  serta  memberikan 
kepastian  hukum  dan  kepastian  nilai,  Adapun  dalam  rangka  tertib 
adminstrasi  Barang  Milik  Daerah,  pada  tahun  2011  Pemerintah  Provinsi 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 115 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan inventarisasi Aset khusunya 
Aset Tetap terhadap 34 (tiga puluh empat) SKPD di lingkungan Pemerintah 
Provinsi DIY. 
Tabel 4.59 
Rekapitulasi Pelaksanaan Program/Kegiatan DPPKA, 2008‐2012 
Jumlah  Jumlah  Keuangan
Tahun  Fisik (%) 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%) 
2008  6  58  12,586,850,360 10,901,970,220 86,66 99,25 
2009  8  66  15,305,041,228 12,106,452,797 79,10 98,95 
2010  9  73  37,360,091,596 25,487,814,933 68,22 99,77 
2011  12  69  14,918,524,365 12,619,557,739 84,59 99,58 
     2012*  11  77   15,578,438,665 6,404,832,229 41,11 57,62 
    Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 | Sumber: DPPKA Provinsi DIY 
 
Tabel 4.60 
Rekapitulasi Program/Kegiatan KPPD Kota DIY, 2008‐2012 
Jumlah  Jumlah  Keuangan Fisik 
Tahun 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%)  (%) 
2008  4  23  1,566,711,510 1,479,203,458 94,41  100,00 
2009  5  22  1,726,051,840 1,592,569,474 92,27  99,95 
2010  4  24  2,436,090,840 2,252,829,558 95,21  100,00 
2011  4  23  6,071,012,500 5,617,403,618 92,53  100,00 
    2012*  4  24   4,501,108,500 2,157,886,908 47,94    57,38 
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: DPPKA Provinsi DIY 
 
Tabel 4.61 
Rekapitulasi Program/Kegiatan KPPD Bantul, 2008‐2012 
Jumlah  Jumlah  Keuangan
Tahun  Fisik (%) 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%)
2008  4  23  2,110,822,200 1,849,674,166 93,27 100,00 
2009  4  25  2,527,552,750 2,092,521,568 82,79 100,00 
2010  4  24  2,411,755,200 2,027,414,929 93,27 100,00 
2011  4  23  2,873,951,500 2,419,829,450 84,20 100,00 
      2012*          4           24    2,234,797,900 1,142,080,001         51,70            62,40 
    Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: DPPKA Provinsi DIY 
 
Tabel 4.62 
Rekapitulasi Program/Kegiatan KPPD Kulon Progo, 2008‐2012 
Jumlah  Jumlah  Keuangan
Tahun  Fisik (%) 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%)
2008  4  20 869,569,450 748,135,357 86,93 99,95 
2009  6  29 1,088,713,220 839,277,508 77,08 97,76 
2010  4  23 1,477,241,300 1,216,688,705 82,36 100,00 
2011  4  22 5,647,089,000 4,745,763,803 84,04 100,00 
     2012*  4         23   1,522,358,000       846,464,920 55,60 62,68  
    Catatan: *)Posisi s/d  Juli  2012 | Sumber: DPPKA Provinsi DIY 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 116 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Tabel 4.63 
Rekapitulasi Program/Kegiatan KPPD Gunungkidul, 2008‐2012 
Jumlah  Jumlah  Keuangan
Tahun  Fisik (%) 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%) 
2008  4  21 1,390,883,500 1,262,512,220  87,65  98,64
2009  5  19 1,037,010,800 881,630,031  85,01  100,00
2010  4  22 1,027,681,860 864,102,748  84,08  100,00
2011  4  21 1,248,233,100 1,090,546,877  87,37  100,00
      2012*  4         23 5,203,029,200   1,866,292,078  35,87           54,27
       Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: DPPKA Provinsi DIY 
 
Tabel 4.64 
Rekapitulasi Program/Kegiatan KPPD Sleman, 2008‐2012 
Jumlah  Jumlah  Keuangan
Tahun  Fisik (%) 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp) Realisasi (Rp)  Capaian (%) 
2008  4  23 5,441,401,300 5,089,480,205  93,53  100,00
2009  6  27 4,751,454,050 4,004,133,289  84,27  99,93
2010  4  24 9,690,576,100 7,925,287,911  81,78  100,00
2011  4  23 3,758,441,500 2,766,386,041  73,60  100,00
2012*  4         23 3,729,548,180 1,891,169,680    50,71  59,29  
       Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: DPPKA Provinsi DIY 
 
Program yang dilaksanakan 2008–2012 : 
1. Program  Peningkatan  dan  Pengembangan  Pengelolaan  Keuangan 
Daerah; 
2. Program  Pembinaan  dan  Fasilitasi  Pengelolaan  Keuangan 
Kabupaten/Kota; 
3. Program  Peningkatan  Sistem  Pengawasan  Internal  Pengendalian 
Kebijakan Kepala Daerah; 
4. Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi; 
5. Program Penataan Peraturan Perundang–Undangan; 
6. Program Peningkatan kapasitas Keuangan Pemerintah Daerah; 
7. Program Pengembangan Investasi da Aset Daerah; 
8. Program Pengembangan dan pembinaan Badan Usaha Milik Daerah 
dan Lembaga Keuangan Mikro. 
 
Catatan pelaksanaan kegiatan: 
1. Kegiatan  Peningkatan  Status  Hak  Atas  Tanah,  masih  ada  6  bidang 
tanah  dari  target  25  bidang  tanah  masih  dalam  proses 
penyelesaian: 
- 3 bidang tanah s,d proses permohonan  hak di Kanwil BPN 
- 1 bidang tanah s,d permohonan hak di BPN Pusat 
- 1 bidang tanah s,d menunggu proses penerbitan sertifikat 
- 1  bidang  tanah  s,d  menunggu  surat  ukur    di  kantor 
Pertanahan Kota Yogyakarta 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 117 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Penyelesaian  pensertifikatan  tanah  tengah  dilaksanakan  di  tahun 
anggaran 2012 

2) Kegiatan  penyelesaian  tanah  pemda  eks  Bioskop  Indra  untuk 


pengosongan  dan  pengurusan  di  BPPN  pusat  yang  direncananya 
untuk  7 orang, dapat direalisasikan sebanyak 4 orang, sisanya yang 
3 orang akan dilaksanakan tahun anggaran  2012 Perubahan. 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
1. Pendapatan  asli daerah masih bertumpu pada pajak daerah.  
2. Belum  optimalnya  pemanfaatan  aset  daerah  sebagai  sumber 
penerimaan retribusi. 
3. Dana perimbangan yang masih bersifat given. 
4. Ekstensifikasi pendapatan daerah terkendala oleh kewenangan dan 
kebijakan pemerintah pusat. 
5. SKPD  yang  mempunyai  pendapatan  belum  semua  memahami 
mekanisme penyetoran pajak. 
6. Belum  semua  SKPD  mengetahui  sisdur  pengelolaan  Keuangan 
daerah  dari  perencanaan,  penganggaran,  penatausahaan, 
pencatatan  akuntansi untuk pelaporan keuangan. 
7. Tingkat  pemahaman  pengurus  barang  terhadap  aplikasi    Sistem 
manajemen  Aset  (SIMA  )  yang  akan  di  migrasikan  ke  SIPKD  masih 
kurang dan belum merata. 
8. Belum  semua  SKPD  dalam  menyusun  aliran  kas  berdasarkan  
anggaran  yang  dibutuhkan  berdasarkan  kebutuhan,  jadwal 
pelaksanaan  kegiatan  sehingga  kesulitan  dalam  merealisasikan 
sehingga  sering  merevisi  anggaran  kas  dan  DPA  yang  telah 
ditetapkan. 
9. Peningkatan  dan  pengembangan  pengelolaan  keuangan  daerah 
memerlukan SDM yang kompeten dibidang TI dan sarana prasarana 
untuk aplikasi SIKPD yang dilaksanakan mulai tahun anggaran 2011. 
10. Upaya  Pemerintah  Provinsi  DIY  untuk  saling  menghibahkan 
sebanyak 2 bidang tanah terdiri dari, 1 bidang tanah dan bangunan 
milik  Pemerintah  provinsi  DIY  di  Jl,  Laksda  Adisucipto  Km,  8 
Yogyakarta  dengan  tanah  dan  bangunan  di  Jl,  Gondosuli  No,  6 
Yogyakarta  milik  Kementerian  Pertanian  serta  1  bidang  tanah  dan 
bangunan milik Pemerintah provinsi DIY di Kalitirto Berbah Sleman 
dengan  tanah  dan  bangunan  di  Jl,  Malioboro  56  Yogyakarta  milik 
Kementerian PU. 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 118 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
   Solusi 
1. Peningkatan  kualitas  pelayanan  kepada  wajib  pajak  dengan  sistem 
online,  pelayanan  dengan  bus  samsat  keliling,  partisipasi  pada 
kegiatan‐kegiatan  yang  diadakan  di      kabupaten/kota  (perayaan 
pasar  malam  sekaten,  hari  jadi  kabupaten),  pelayanan  drive  thru, 
pelayan  di  outlet  BPD  dan  perlindungan  masyarakat.  Peningkatan 
pajak  daerah  selain  melalui  peningkatan  kualitas  pelayanan  juga 
dilakukan upaya sebagai berikut: 
- Meningkatkan  koordinasi  secara  sinergis  di  bidang 
pendapatan  daerah  dengan  pemerintah  pusat, 
kabupaten/kota, POLRI, dan instansi  penghasil; 
- Kegiatan  pembebanan  BBN‐KB  II  dan  pembebasan  sanksi 
administrasi  berupa denda  dan bunga; 
- Peningkatan  kemampuan  aparatur  pajak  daerah  dan 
retribusi  daerah  melalui  kegiatan  bimbingan  teknis  pajak  
dan retribusi daerah; 
- Forum  komunikasi  antara  Pemerintah  Provinsi  DIY  dengan 
para pengusaha dalam upaya peningkatan sumbangan pihak 
ketiga; 
- Perubahan    Perda  Nomor  1  Tahun  2002  tentang  Pajak 
daerah jo, Perda Nomor 2 Tahun 2007. 
2. Optimalisasi  /pemanfaatan    aset  pemerintah  daerah  sebagai 
sumber PAD. 
3. Fasilitasi  dana  perimbangan  dan  koordinasi  dengan  Kementrian 
Keuangan  Republik  Indonesia,  Cq:  Dirjen  Perimbangan  Keuangan, 
Kanwil  Direktorat  Jendral  Pajak,  Kanwil  Direktorat  Jendral 
Perbendaharaan, pemerintah kabupaten/kota, bank persepsi, bank 
operasional III dan kas daerah, 
4. Kegiatan pembebanan BBN‐KB II dan pembebasan sanksi 
administrasi  berupa denda  dan bunga, 
5. Diadakan  koordinasi  oleh  bidang  pendapatan  untuk  semua  SKPD 
yang  mempunyai  pendapatan    dan  rekonsiliasi  setiap  bulan 
sehingga kendala /masalah dilapangan bisa terus dicari solusi  dan 
segera ditindaklanjuti, 
6. Diadakan  sosialisasi  dan  pendampingan    dalam  pengelolaan 
keuangan daerah sesuai dengan sisdur yang ada, 
7. Diadakan  pendampingan  dalam  pelaksanaan  migrasi  SIMA  ke 
Aplikasi SIPKD untuk semua pengelola barang di SKPD, 
8. Dalam pembahasan DPA sekaligus untuk pembahasan penyusunan 
anggaran  kas  sesuai  kebutuhan  dan  jadwal  kegiatan  sehingga 
mudah merealisasikan kegiatan , 
9. Meningkatkan  pemahaman  Sumber  Daya  Manusia  (SDM)  untuk 
aplikasi SIPKD melalui bintek dan pendampingan,  
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 119 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
10. Terkait untuk saling menghibahkan aset tanah dendan Kementerian 
Pertanian,  Pemerintah  Provinsi  DIY  terlebih  dahulu  menunggu 
proses  penghapusan  aset  tanah  milik  Kementerian  Pertanian, 
Sedangkan  upaya  saling  menghibahkan  dengan  kementerian  PU, 
Pemerintah provinsi DIY menunggu surat jawaban dari Kementerian 
PU atas surat permohonan Gubernur DIY Nomor 451/2071, tanggal 
21 Juni 2012. 
 
 
20.4  Kepegawaian  
Pegawai  sebagai  aset  dan  unsur  utama  dalam  organisasi  memegang 
peranan  yang  sangat  menentukan  dalam  pencapaian  tujuan  organisasi. 
Semua unsur sumber daya organisasi tidak akan berfungsi  tanpa ditangani 
oleh  manusia  yang  merupakan  penggerak  utama  jalannya  organisasi. 
Tanpa didukung dengan  kinerja yang baik atau tinggi dari aparatur, suatu 
organisasi akan mengalami kesulitan dalam proses pencapaian tujuannya. 
Untuk  mewujudkan  hal  tersebut  diperlukan  upaya  peningkatan 
profesionalisme pegawai. 
Peningkatan  profesionalisme  pegawai  dimaksudkan  untuk  mewujudkan 
sumber daya aparatur yang handal dan berkompeten di bidang tugasnya. 
Pegawai  dengan  kompetensi  tinggi  akan  menghasilkan  kinerja  yang  tinggi 
pula.  Profesionalisme  PNS  dibentuk  sejak  perekrutan  pegawai, 
penempatan  hingga  tataran  selanjutnya  dalam  karir  jabatan.  Perekrutan 
PNS  diawali  dengan  penyusunan  formasi  sesuai  persyaratan  jabatan  dan 
seleksi sesuai kriteria yang ditetapkan. Penempatan pegawai sesuai dengan 
kompetensinya  akan  diperoleh    penempatan  pegawai  pada  jabatan  yang 
tepat  (right  man  on  the  right  job).  Pola  karier  bagi  PNS  akan  memandu 
karir PNS sejak CPNS hingga pensiun. Peningkatan kapasitas sumber daya 
aparatur  dilaksanakan  dengan  mengirim  PNS  dalam  tugas  belajar, 
pendidikan  formal  mandiri  dengan  ijin  belajar  maupun  pendidikan 
pelatihan  teknis,  fungsional  dan  kepemimpinan.  Selain  itu  dilakukan 
bimbingan teknis atau kegiatan sejenis lain bagi PNS. 
  Dalam  rangka  meningkatkan  disiplin  PNS  sesuai  dengan  Peraturan 
Pemerintah  Nomor  53  Tahun  2010,  dikembangkan  sistem  reward  and 
punishment. Disiplin PNS ditegakkan antara lain dengan penggunaan mesin 
presensi  elektronik  bagi  seluruh  PNS  di  lingkungan  Pemerintah  Provinsi 
DIY.  Kedisiplinan  PNS  digunakan  sebagai  salah  satu  indikator  kinerja  PNS 
dan  selanjutnya  diberikan  reward  bagi  PNS  sesuai  dengan  kinerjanya. 
Penilaian kinerja PNS juga mempertimbangkan kinerja instansi dan kinerja 
individu  PNS.  Formulasi  penilaian  kinerja  PNS  akan  dikembangkan  dari 
tahun  ke  tahun.  Reward  juga  diberikan  dalam  bentuk  pemberian 
penghargaan tali asih bagi PNS dan PTT yang memasuki masa purna tugas. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 120 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Punishment diterapkan bagi PNS dengan penegakan peraturan perundang‐
undangan bagi PNS. 
  Kesejahteraan  pegawai  diwujudkan  dengan  pemberian  tambahan 
penghasilan,  general  check  up,  bantuan  perawatan  serta  bantuan  uji 
kesehatan.  Tambahan  penghasilan  bagi  PNS  diberikan  di  tahun  2008 
sampai dengan 2012. Pemberian tambahan penghasilan sejak tahun 2011 
diberikan  dengan  mekanisme  penilaian  kinerja  yang  diatur  dalam 
Peraturan  Gubernur  Daerah  Istimewa  Yogyakarta.  Mekanisme  ini 
diharapkan  mampu  meningkatkan  kesejahteraan  PNS  Provinsi  DIY  serta 
memacu kinerja pegawai  dan kinerja SKPD. 
 
Capaian    kinerja  bidang  kepegawaian  selama  kurun  waktu  2008 
sampai 2012 sebagai berikut: 

Tabel 4.65 
Indikator dan Capaian Kinerja Bidang Kepegawaian, 2008‐2012 
Capaian Tahun 
No  Indikator 
2008  2009  2010  2011  2012* 

1  Jumlah Penerimaan CPNS 120 181 253  0  0


2  Jumlah PNS Dikirim Diklat 121 172 167  91  24
3  Jumlah Penyelesaian Kenaikan Pangkat 3.953 3.641 3.238  2.629 2.122
Jumlah Rancangan Peraturan di Bidang 
4  2  6  3  2  2 
Kepegawaian 
5  Jumlah Instansi Target Penilaian Kinerja 0 33 33  33  82
6  Jumlah Back Up Data PNS  8.000 7.624 7.662  7.780 7.579
7  Jumlah Arsip Dinamis Kepegawaian 2.000 2.515 3.006  3.105 1.990
Jumlah Pejabat yang Dikirim untuk 
8  30  23  18  12  6 
Pengukuran Kompetensi 
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: BKD Provinsi DIY 
 
- Jumlah  penerimaan  CPNS  di  Lingkungan  Pemerintah  Provinsi  DIY  dari 
tahun  2008–2010  selalu  mengalami  kenaikan  sesuai  dengan  jumlah 
formasi yang tersedia. Pada seleksi penerimaan CPNS tahun 2010 ada 7 
orang  yang  dinyatakan  lulus  seleksi    mengundurkan  diri  dan  ada  12 
formasi  tidak  terisi  karena  tidak  ada  pendaftar.  Pada  tahun  2010, 
Pemerintah Provinsi DIY memperoleh limpahan pengelolaan PNS guru 
dan  pegawai  yang  berasal  dari  Sekolah  RSBI  Kabupaten  Kulon  Progo 
sejumlah  318  orang.  Pada  tahun  2011  Pemerintah  Provinsi  DIY 
menerima  limpahan  kepegawaian    Guru  dan  Pegawai  sekolah  RSBI 
Kabupaten Gunungkidul sebanyak 329 orang. Kurun waktu tahun 2011‐
2012, Pemerintah Provinsi DIY tidak melaksanakan seleksi penerimaan 
CPNS  dari  pelamar  umum.  Hal  ini  sebagai  tindak  lanjut  Peraturan 
Bersama  Menteri  Negara  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  dan 
Reformasi  Birokrasi,  Menteri  Dalam  Negeri  dan  Menteri  Keuangan 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 121 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Nomor  02/SPB/M.PAN/8/2011,  Nomor  800‐632  Tahun  2011,  Nomor 
141/PMK.01/2011  tanggal  24  Agustus  2011  tentang  Penundaan 
Sementara Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil.  
- Pengelolaan  tenaga  honorer  dalam  tahap  pendataan  dan  telah 
diumumkan  daftar  Tenaga  Honorer  Kategori  I,  sedangkan  Tenaga 
Honorer  Kategori  II  tengah  dikirim  ke  Badan  Kepegawaian  Negara 
Jakarta. 
- Jumlah  PNS  dikirim  diklat  paling  banyak  pada  tahun  2009  yakni 
sebanyak 172 orang dan dari kurun waktu 2008‐2009 jumlah PNS yang 
dikirim diklat tidak lebih dari 2,5% dari jumlah PNS secara keseluruhan. 
Tidak  setiap  tahun  BKD  dapat  mengirimkan  PNS  dalam  diklat  teknis 
fungsional  karena  kebijakan  prioritas  alokasi  anggaran  untuk 
penanggulangan  bencana  di  tahun  2011.  Pada  tahun  ini  Pemerintah 
juga melakukan pendataan terhadap PNS korban bencana Merapi. Hasil 
pendataan  yakni  PNS  di  lingkungan  Pemerintah  Provinsi  DIY  yang 
tinggal  di  wilayah  Sleman  tidak  mengalami  kerugian  dokumen 
kepegawaian. 
- Jumlah  penyelesaian  kenaikan  pangkat  tergantung  dari  jumlah  usulan 
yang  disampaikan.  Penyelesaian  kenaikan  pangkat  PNS  didukung 
dengan  Sistem  Aplikasi  Pelayanan  Kepegawaian  (SAPK)  dari  Badan 
Kepegawaian Negara (BKN) Jakarta.  
- Back up data PNS sangat dipengaruhi oleh jumlah data PNS aktif yang 
dikelola  oleh  Badan  Kepegawaian  Daerah  Provinsi  DIY.  Dengan 
demikian jumlah data yang dikelola akan berubah‐ubah setiap saat. 
- Jumlah pejabat yang dikirim untuk pengukuran kompetensi tidak tetap 
dari  waktu  ke  waktu.  Jumlah  pejabat  yang  akan  dikirim  untuk 
mengikuti  pengukuran  kompetensi  diputuskan  oleh  Tim  Baperjakat. 
Pejabat  yang  ditunjuk  bersifat  tetap  dan  tidak  dapat  digantikan  oleh 
pejabat  lain.  Apabila  pejabat  yang  bersangkutan  berhalangan,  maka 
kesempatannya akan gugur dan tidak diganti oleh yang lain. 
 
Program yang dilaksanakan tahun 2008–2010 adalah sebagai berikut: 
1. Program peningkatan disiplin aparatur.  
2. Program fasilitasi pindah/purna tugas PNS. 
3. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur. 
4. Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi. 
5. Program penataan peraturan perundang‐undangan. 
6. Program pembinaan dan pengembangan aparatur. 
7. Program perbaikan sistem administrasi kearsipan. 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 122 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Tabel 4.66 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Kepegawaian di Provinsi DIY, 
2008‐2012 
Keuangan 
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2008  10  58 7.470.035.600 6.484.263.987  86,80 98,28
2009  9  58 8.456.934.801 7.301.366.390  86,24 118,43
2010  10  63 7.772.539.000 6.865.212.529  88,33 99,61
2011  10  61  6.076.109.325  5.075.249.789  83,53  99.77 
2012*  10  65  10.693.227.565  2,722,971,473  25.46  69,07 
Catatan: *)Posisi  Juli 2012 
Sumber: BKD Provinsi DIY 
 
Jumlah  program  kegiatan  yang  dilaksanakan  tahun  2012  sebanyak 
10  program  dengan  65  kegiatan.  Sampai  dengan  bulan  Juli  2012,  capaian 
fisik  rata‐rata  sebesar  69,07%  dengan  capaian  realisasi  keuangan  sebesar 
25,46%. Kegiatan yang telah selesai sampai Bulan Agustus 2012 sebanyak 
11  kegiatan  yaitu:  Pengadaan  pakaian  dinas,    Pengadaan  mebeler, 
Pengadaan  perlengkapan  gedung  kantor,  pemeliharaan  Arsip  Inaktif  dan 
Arsip  Statis,  Pemeliharaan  mesin  presensi  elektronik,  Bimbingan  Teknis 
Implementasi Peraturan Perundang‐undangan, Penyusunan laporan kinerja 
SKPD,    Penyelenggaraan  Ujian  Dinas,  Tes  Psikologi,  Pengembangan  SDM 
Pengelola Pengukuran dan Assessor, Sosialisasi Balai PKP. 
 
Permasalahan dan Solusi  
Permasalahan 
1. Pengembangan sistem aplikasi presensi online Pemerintah Provinsi DIY. 
Pemanfaatan  sistem  aplikasi  belum  optimal  serta  masih  terjadi 
ketidaksesuaian hasil penarikan data dengan report‐nya. 
2. Pemberian  bantuan  tugas  belajar  dan  ikatan  dinas.  Besaran  tagihan 
biaya  pendidikan  berubah‐ubah;  waktu  studi  mahasiswa  lebih 
cepat/lebih lambat dari rencana. 
3. Pemberian penghargaan bagi PNS berprestasi. Sesuai dengan Peraturan 
Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  32  Tahun  2011  tentang  Pedoman 
Pemberian  Hibah  dan  Bantuan  Sosial  yang  Bersumber  dari  Anggaran 
Pendapatan  dan  Belanja  Daerah,  pemberian  tali  asih  dan  sejenisnya 
tidak diperbolehkan. 
4. Pemulangan  pegawai  yang  pensiun.  Penyelesaian  keputusan  pensiun 
golongan  IV/c  ke  atas  menjadi  kewenangan  Presiden.  Sehingga 
memerlukan waktu penyelesaian yang lebih lama. 
5. Pembangunan  database  informasi  kearsipan.  Penataan  arsip 
kepegawaian kurang  optimal karena lokasi penyimpanan arsip dengan 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 123 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
lokasi  kantor  berbeda,  kondisi  ruang  penyimpanan  arsip  kurang 
memadai. 

 
Solusi 
1. Penambahan  menu  aplikasi,  akurasi  rekam  data  pegawai  dan 
pemberian  pelatihan  bagi  Penyiap  Fasilitasi  Pengembangan  Kinerja 
Pegawai. 
2. Koordinasi  lebih  intensif  dengan  lembaga  terkait  dan  melakukan 
monitoring terhadap  mahasiswa tugas belajar. 
3. Melaksanakan  kegiatan  sesuai  peraturan  perundangan  yang  berlaku 
dan menyelesaikan target kinerja tahun 2012. 
4. Berkas  usulan  pensiun  golongan  IV/c  ke  atas  disampaikan  pada  awal 
tahun agar dapat selesai tepat waktu. 
5. Relokasi  tempat  penyimpanan  arsip  kepegawaian,  realisasi 
pembangunan    gedung  yang  memenuhi  standar  penyimpanan  arsip. 
Sampai  tahun  anggaran  2012  ini  telah  tersedia  Detail  Engineering 
Design (DED) pembangunan gedung arsip kepegawaian. 
 

Pengembangan SDM  tidak dapat dipisahkan dari peran pendidikan 
dan pelatihan. Melalui pendidikan dan pelatihan diharapkan menjadi daya 
ungkit  (leverage)  yang  paling  kuat  dalam  mewujudkan  sosok  pegawai 
negeri  sipil  yang  kompeten  dan  profesional,  yang  dicapai  melalui  upaya 
inovasi  dan  pengembangan  dalam  program,  kurikulum,  metode,  serta 
sarana dan prasarana diklat.  
Pendidikan  dan  pelatihan  bagi  pegawai,  sampai  saat  ini  dinilai 
sebagai  upaya  organisasi  yang  memiliki  pengaruh  signifikan  dalam 
peningkatan kompetensi pegawai. Pendidikan dan pelatihan bagi pegawai 
merupakan  proses  pembelajaran  yang  dirancang  dan  dilakukan  secara 
sistematis  serta  berkesinambungan  untuk  meningkatkan  kompetensi 
peserta  agar  mereka  mampu  melaksanakan  tugas‐tugas  pekerjaannya 
secara  profesional.  Dengan  meningkatnya  kompetensi  yang  dimiliki  para 
peserta,  maka  kinerja  individu  mereka  sekembalinya  ke  tempat  kerja 
diharapkan akan meningkat, dan pada akhirnya berpengaruh  pada  kinerja 
organisasi secara keseluruhan. 
 
 
 
 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 124 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Tabel 4.67 
Data Peserta Diklat Tahun 2008–2012 Badan Diklat Provinsi DIY 
TAHUN 
No  NAMA DIKLAT 
2008 2009  2010  2011 2012
A.  Teknis Fungsional           
  1.   Diklat Transformasi Birokrasi  36  40  40  ‐  38 
  2.   Diklat MoT  ‐  ‐  ‐  35  ‐ 
  3.   Diklat ToT  ‐  ‐  ‐  33  ‐ 
  4.   Diklat Manajemen Legal Drafting  24    34     
  5.   Diklat Penatausahaan Keuangan  87  37  34  72  ‐ 
Daerah 
  6.   Diklat Perencanaan dan  55  30  ‐     
Penganggaran 
  7.   Diklat Administrasi Perkantoran  ‐  30  ‐     
  8.   Diklat Pranata Komputer  43  48  49  50  50 
  9.   Diklat Manajemen Pelayanan Prima  28  27  ‐     
  10. Diklat Manajemen Strategik    29  ‐     
  11. Diklat Manajemen Aset Daerah  30  ‐  ‐     
  12. Diklat Keprotokolan  ‐  30  31     
  13. Diklat Analisis Kebijakan Publik  ‐  25       
  14. Diklat Pengadaan Barang dan Jasa  ‐  30  57  172  90 
  15. Diklat Administrasi Kepegawaian  30  30  34     
  16. Diklat Manajemen Bencana  25  30  33     
  17. Diklat Manajemen Pemerintahan    27       
  18. Diklat Pengelolaan Kearsipan  ‐  29  33     
Berbasis TI 
  19. Diklat Pengelolaan Barang Daerah  ‐  ‐  34     
  20. Diklat Penyusunan APBD  ‐  ‐  34     
  21. Diklat Analisis Jabatan  ‐  ‐  35     
  22. Diklat Training Officer Course  ‐  ‐  35     
  23. Diklat Analisis Kebutuhan Diklat  ‐  ‐  35     
  24. Diklat Akuntansi dan Pelaporan  ‐  ‐  34     
Keuangan SKPD 
  25. Diklat Penilaian Aset Daerah  ‐  ‐  ‐  40  ‐ 
  26. Diklat Perencanaan Daerah  ‐  ‐  ‐  ‐  28 
  27. Diklat Tata Naskah Dinas  ‐  ‐  35     
  28. Diklat Satpol PP  ‐  ‐  ‐  ‐  30 
  29. Diklat Bendahara Daerah  ‐  ‐  ‐  40  30 
  30. Diklat Kehumasan  ‐  ‐  ‐  ‐  30 
  31. Diklat SPIP  ‐  ‐  ‐  ‐  78 
  32. Workshop Pengembangan  ‐  ‐  60  31  28 
Kreatifitas Berbasis Seni 
  Jumlah Peserta Diklat Teknis Fungsional  358  442  647  473  402 
B.  Diklat Prajabatan           
  1.   Diklat Prajabatan Gol III   46  911  878  390  ‐ 
  2.   Diklat Prajabatan Golongan II – I  811  1740  1200  358  30 
  Jumlah Peserta Diklat Prajabatan  857  2651  2078  748  30 
 
C.  Diklat Kepemimpinan     
  1.   Diklat Kepemimpinan Tingkat IV  ‐  149  353  360  200 
  2.   Diklat Kepemimpinan Tingkat III   ‐  187  353  358  160 
  Jumlah Peserta Diklat Kepemimpinan  ‐  336  706  718  360 
JUMLAH TOTAL PESERTA DIKLAT  1215  3429  3431  1939  792 
Sumber: Badan Diklat Provinsi DIY 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 125 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Tabel 4.68 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Badan Pendidikan dan Pelatihan  
di Provinsi DIY,  
2008‐2012 
Keuangan
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
(%) 
2008  5  28 4.210.431.195 3.627.171.677 86,15 100,00 
2009  5  28 14.264.116.790 12.662.163.529 88,77 99,36 
2010  8  36 16.443.786.300   14.883.799.237  90,51 96,60 
2011  8  35 16.007.278.480 12.526.649.297 78,26 95,97 
2012*  8  55 11.598.664.870 4.369.755.194 37,67 43,94 

Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: Badan Diklat Provinsi DIY 
 
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 8 program 
dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  55  kegiatan.  Sampai  dengan  Bulan  Juli 
2012,  capaian  fisik  rata‐rata  sebesar  43,94%  dengan  capaian  realisasi 
Keuangan sebesar 37,67%. 
 
Program yang dilaksanakan selama 2008–2012 adalah sebagai berikut: 
1. Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah. 
2. Program Penelitian dan Pengembangan 
3. Program Pendidikan Kedinasan. 
4. program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi 
5. Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur. 
 
Permasalahan dan Solusi  
Permasalahan 
1. Implementasi Diklat Satu Pintu belum optimal. 
2. Belum  maksimalnya  pemanfaatan  alumni  diklat  baik  alumni  diklat 
struktural maupun diklat teknis dan diklat fungsional. 
3. Sarana dan prasarana penyelenggaraan diklat masih terbatas.  
4. Keterbatasan SDM diklat terutama WI baik ditinjau dari segi kuantitas 
maupun kualitas  
5. Belum  optimalnya  Analisis  Kebutuhan  Diklat  (AKD)  sehingga  diklat‐
diklat  (teknis  fungsional)  yang  dilaksanakan  belum  sepenuhnya  sesuai 
kebutuhan. 
6. Penyelenggaran diklat melalui pola fasilitasi/kemitraan dengan daerah 
lain  belum optimal. 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 126 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Solusi 
1. Meningkatkan  koordinasi  dengan  SKPD  dilingkungan  Pemeritah 
Provinsi DIY untuk mengimplementasikan Diklat Satu Pintu. 
2. Meningkatkan  koordinasi  dengan  SKPD  dilingkungan  Pemeritah 
Provinsi  DIY  sehingga  alumni  diklat  dapat  diberdayakan  secara 
maksimal. 
3. Secara  bertahap    dan    berkesinambungan  melakukan  pembenahan 
dengan fokus pada sarana prasarana penunjang diklat. 
4. Untuk  mengatasi  keterbatasan  widyaiswara  diupayakan  ada 
peningkatan  baik  kualitas  maupun  kuantitas    sumber  daya  manusia 
khususnya  Widyaiswara  dan  melakukan,  perbaikan  sistem  untuk 
mewujudkan  lembaga  diklat  yang  berkualitas,    modern,  berkinerja 
tinggi dan menjadikan Bandiklat DIY  sebagai Pusat Unggulan (Centre of 
Excellence)  
5. Optimalisasi  kordinasi  dengan  BKD  tentang  penyusunan  Analisis 
Kebutuhan Diklat (AKD) 
6. Memberikan  pelayanan  prima  dan  optimalisasi  promosi  kediklatan  
keluar  daerah  dalam  upaya  rekruitmen  peserta.  Serta  peningkatkan 
koordinasi  kemitraan  dengan  kabupaten/kota  se  DIY  dalam  hal 
pengendalian mutu  penyelenggaraan diklat. 
 
 
20.5  Persandian   
Pelaksanaan  Sistem  Sandi  Negara  (Sisdina)  pada  tahun  2012    sudah 
tergelar  Jaring  Komunikasi  Sandi  (JKS)  antar  pemerintah  provinsi  se 
Indonesia  dan  Pemerintah,  sedangkan  Sisdina  di  lingkungan  Pemerintah 
Provinsi  DIY  tergelar  antara  Unit  Teknis  Persandian  (UTP)  dengan  UTP  di 
kabupaten/kota  se  DIY  serta  UTP  Jajaran  persandian  Muspida  yang 
meliputi: 
1. Jajaran Pemerintah Daerah Provinsi se Indonesia 
2. Jajaran Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota se‐DIY; 
3. Jajaran TNI meliputi TNI‐AD, TNI‐AL, TNI‐AU, dan AAU; 
4. Jajaran POLDA; 
5. Jajaran Kejaksaan Tinggi. 
 
Untuk  mewadahi  personil  sandi  di  Provinsi  DIY  dan    Jawa  Tengah, 
telah dibentuk Forum Komunikasi Sandi (Forkomsanda Jateng DIY), khusus 
Forkomsanda  DIY  secara  rutin  melaksanakan  pertemuan  setiap  3  bulan 
sekali  untuk  membahas  segala  permasalahan  persandian  yang  ada, 
sedangkan  untuk  tempat  pelaksanaan  dilaksanakan  secara  bergiliran. 
Namun  disayangkan,  pelaksanaan  operasional  persandian  pada 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 127 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Pemerintah  Provinsi  DIY  sebagai  sarana  pengamanan  informasi  belum 
dimanfaatkan secara optimal di lingkungan Pemerintah Provinsi DIY. 
 
Tabel 4.69 
Jumlah Berita Rahasia Masuk dan Keluar di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Jumlah Berita Rahasia 
No.  Tahun 
Keluar  Masuk 
1.  2008  20  34 
2.  2009  24  40 
3.  2010  26  78 
4.  2011  13  27 
5.  2012 *  21  30 
Catatan: *) Posisi s/d Agustus 2012 
Sumber: Biro Umum Humas dan Protokol Setda Provinsi DIY 

Data  tersebut  diatas  tidak  mencerminkan  jumlah  secara 


keseluruhan  berita  rahasia  keluar/masuk  di  Pemerintah  Provinsi  DIY, 
karena  di  masing‐masing  SKPD  sudah  terfasilitasi  sarana  komunikasi 
persandian berupa sofware email bersandi, sehingga masing‐masing SKPD 
bisa mengirim berita rahasia dengan aman. 

Permasalahan dan Solusi  
Permasalahan 
1.  Rendahnya Pemanfaatan Persandian  
Persandian sebagai sarana pengamanan informasi belum dimanfaatkan 
secara  optimal  di  lingkungan  Pemerintah  Provinsi  DIY.  Hal  ini 
disebabkan  karena  masih  kurangnya  sosialisasi  tentang  pentingnya  
menjaga informasi rahasia di kalangan pejabat Pemerintah Provinsi DIY; 
2. Keterbatasan SDM 
Pada  proses  regenerasi  SDM  terdapat  hambatan  kekurangan  personil 
yang  membidangi persandian; 
3. Belum  terealisirnya  Peraturan  Presiden  Nomor  79  Tahun  2008  tentang 
Tunjangan Pengamanan Persandian secara keseluruhan.  
Solusi : 
 
1. Perlunya  payung  hukum  yang  mewajibkan  disetiap  SKPD  untuk 
menggunakan  sarana  persandian  sebagai  sarana  mengirim  berita/ 
informasi  rahasia/    terbatas  dan  menyelenggarakan  sosialisasi  bagi 
pejabat/ user; 
2. Untuk mengatasi keterbatasan personil yang bersedia untuk mengikuti 
diklat sandi akan mengirim personil baru/ PNS yang baru saja diangkat 
berbasis Teknologi Informatika. 
3. Mengupayakan  Tunjangan  Pengamanan  Persandian  bagi  seluruh 
petugas sandi sesuai Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2008 tentang 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 128 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Tunjangan  Pengamanan  Persandian.  Saat  ini    baru  terealisir  1  (satu) 
orang sandiman dan 1 (satu) orang pendukung sandi. 
 
 
21   URUSAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA 
Penyelenggaraan urusan pemberdayaan masyarakat desa dilatarbelakangi 
oleh  kesadaran  untuk  mewujudkan  paradigma  pemberdayaan  dalam 
pembangunan. Hal ini didasari akan pentingnya pemberdayaan masyarakat 
sebagai  salah  satu  pilar  otonomi.  Pemberdayaan  juga  merupakan  bagian 
dari  paradigma  pembangunan  yang  berfokus  pada  seluruh  aspek  prinsipil 
manusia  di  lingkungannya.  Aspek‐aspek  ini  meliputi  aspek  intelektual, 
material, fisik hingga aspek manajerial.  

Untuk  melihat  tingkat  keberhasilan  urusan  ini,  digunakan  indikator 


pencapaian  pemberdayaan  masyarakat  yang  meliputi  jumlah  usaha 
ekonomi  masyarakat,  peningkatan  jumlah  partisipasi  masyarakat  dalam 
pembangunan  desa,  serta  peningkatan  kualitas  lembaga  kemasyarakatan 
desa/kelurahan.  

Indikator dan Capaian Kinerja 

Peningkatan  kualitas  lembaga  kemasyarakatan  desa/kelurahan  dapat 


dilihat  dari  keberhasilan  dalam  pembinaan  terhadap  Lembaga 
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan (LPMD/LPMK) serta asosiasi‐asosiasi baik 
di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.  

Jumlah  Lembaga  Kemasyarakatan  Desa/Kelurahan  (LPMD/LPMK) 


termasuk asosiasi yang ada di kab/ kota dan tingkat provinsi sebanyak 444 
buah.  Tahun  2008  jumlah  LPPD/LPMK  yang  dibina  sebanyak  75  dengan 
capaian  11,9%,  meningkat  1,6%.  Pada  tahun  2009  target  pembinaan 
terhadap  LPMD/LPMK  sebanyak  10%  dengan  capaian  sebesar  13,50%, 
Tahun 2010 target pembinaan LPMD/LPMK sebesar 15 % dengan capaian 
sebanyak  11,26%  (50  buah).  Sedangkan  tahun  2011  target  pembinaan 
LPMD/LPMK  sebesar  20%  dengan  tingkat  capaian  sebesar  26,14%  (138 
buah). 

Partisipasi  masyarakat  desa  dalam  pembangunan  desa  terwujud 


melalui  program  PNPM  Mandiri  Perdesaan  dan  program  TMMD.  Tahun 
2008  tingkat  capaiannya  11,17%  (anggaran  pemerintah 
Rp.46.300.000.000.‐  dan  swadaya  masyarakat  Rp.5.172.352.235.‐).  Tahun 
2009  partisipasi  masyarakat  desa  dalam  pembangunan  desa  sebesar 
21,20%  (anggaran  pemerintah  Rp74.100.000.000.‐  dan  swadaya 
masyarakat  Rp15.743.614.147).  Target  kinerja  tahun  2010  sebesar  25%, 
sedangkan  capaian  pada  tahun  2010  adalah  8,18%  (anggaran  pemerintah 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 129 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Rp.72.323.798.000,‐  dan  swadaya  masyarakat  Rp.6.442.421.220,‐), 
menurunnya  capaian  kinerja  pada  tahun  2010  disebabkan  kerena  adanya 
bencana  letusan  gunung  Merapi.  Sedangkan  target  kinerja  tahun  2011 
sebesar 30% dengan tingkat capaian sebesar 30,97% (anggaran pemerintah 
Rp.40.720.000.000,‐ dan swadaya masyarakat Rp.12.614.000.000,‐)   

Usaha  Ekonomi  Masyarakat  Pedesaan  yang  dibina  meliputi  Usaha 


Ekonomi  Desa  Simpan  Pinjam  (UED‐SP),  Lumbung  Pangan,  Badan  Kredit 
Desa dan Pasar Desa yang ada di tingkat Desa/Kelurahan. Pada tahun 2009 
terdapat  33  kelompok  usaha  ekonomi  masyarakat  pedesaan  yang  dibina, 
sedangkan tahun 2010 target kinerja dari kegiatan ini adalah sebanyak 20 
kelompok,  dengan  realisasinya  sebanyak  33  kelompok  yang  terdiri  dari 
UED  SP  10  kelompok,  Lumbung  Pangan  15  kelompok  dan  Pasar  Desa  8 
kelompok,  sehingga  jumlah  usaha  ekonomi  masyarakat  pedesaan  yang 
dibina sampai dengan tahun 2010 sebanyak 66 kelompok. Pada tahun 2011 
target  kinerja  dari  kegiatan  ini  adalah  sebanyak  25  kelompok  dengan 
capaian sebanyak 39 kelompok yang terdiri dari 19 kelompok Badan Kredit 
Desa  dan  20  kelompok  UED‐SP,  sehingga  jumlah  usaha  ekonomi 
masyarakat  pedesaan  yang  telah  dibina  sampai  dengan  tahun  2011 
sebanyak 105 kelompok. 

Tabel 4.70 
Indikator Urusan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2008 ‐ 2012 
Tahun
No  Indikator  Satuan 
2008 2009 2010 2011  2012 
1.  Peningkatan  Kualitas  lembaga  Persen 11,9 13,50 11,26 26,14  ‐ 
kemasyarakatan desa / kelurahan 
2.  Peningkatan  jumlah  partisipasi  Persen 11,17 21,20 8,18 30,97  ‐ 
masyarakat dalam pembangunan desa 
3.  Jumlah  usaha  ekonomi  masyarakat  Kelomp ‐ 33 33 39  ‐ 
perdesaan  ok 
Sumber: BPPM Provinsi DIY 

Pelaksanaan Program dan Kegiatan dari tahun 2008 – 2012 

Mengingat  pentingnya  keberhasilan  urusan  pemberdayaan  masyarakat 


dan  desa  sebagai  salah  satu  pilar  keberhasilan  pembangunan  di  daerah, 
maka  kebijakan  pembangunan  pemberdayaan  senantiasa  dikembangkan 
menjadi pola kerja yang sinergis, berkelanjutan, dan semakin memperluas 
basis  dukungan  masyarakat  terhadap  pelaksanaan  pembangunan  daerah. 
Untuk  itu  pada  periode  tahun  2008‐2012  Pemerintah  Provinsi  DIY 
menetapkan  rangkaian  program‐program  pembangunan  untuk 
mewujudkan keberhasilan pemberdayaan masyarakat dan desa. 

Program‐program tersebut adalah sebagai berikut: 

1. Program Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial. 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 130 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
2. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan. 
3. Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Membangun Desa. 
4. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan. 
5. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa. 
6. Program  Peningkatan  Prasarana/Sarana  dan  Penataan  Administrasi 
Pemerintahan Desa. 
7. Program Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat. 
8. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa. 
Rekapitulasi  pelaksanaan  program  dan  kegiatan  urusan 
pemberdayaan  masyarakat  selama  kurun  waktu  2008‐2012  sebagaimana 
tercantum pada tabel berikut: 
 
Tabel 4.71 
Rekapitulasi Program Kegiatan Urusan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 
2008‐2012 
Keuangan 
No  Tahun  Jumlah Program  Jumlah Kegiatan  Fisik (%) 
Pagu (Rp) Realisasi (Rp)  Capaian (%)
1  2008  1  1 781.499.000 717.823.740  91,85 100,00

2  2009  2  4 1.059.425.700 921.315.750  86,96 100,00

3  2010  6  15 2.612.563.500 2.540.293.600  97,23 100,00

4  2011  5  12 768.958.900 734.004.750  95,45 100,00

5  2012*)  5  12 784.943.000 364.284.540  46,40 57,65

Catatan: *) Posisi s/d Agustus 2012 
Sumber: BPPM Provinsi DIY 

Pada  tahun  2008  program  dan  kegiatan    urusan  Pemberdayaan 


Masyarakat  masih  dilakukan  oleh  Dinas  Sosial,  sedangkan  mulai  tahun 
2009  sesuai  dengan  Pergub  No  59    tahun  2008  maka  urusan 
Pemberdayaan  Masyarakat  menjadi  kewenangan  BPPM.  Anggaran  untuk 
urusan  Pemberdayaan  Masyarakat  dipergunakan  sepenuhnya  untuk 
mendukung pencapaian target dari 3 (tiga) indikator yang ada. Pada tahun 
2010  Provinsi  DIY  menjadi  tuan  rumah  penyelenggaraan  kegiatan  Gelar 
Teknologi Tepat Guna Nasional. 

Kegiatan  urusan  pemberdayaan  masyarakat  pada  tahun  2012 


sedang  berjalan,  sampai  dengan  bulan  agustus  2012  tingkat  capaian 
keuangan sebesar 46,40% dengan tingkat capaian fisik 57,65%. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 131 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
Pelaksanaan  urusan  pemberdayaan  masyarakat  dan  desa  pada 
perjalanannya  harus  diakui  masih  menemui  beberapa  permasalahan. 
Beberapa  permasalahan  yang  dihadapi  pada  akhir  pelaksanaan 
program/kegiatan tahun 2010 diantaranya adalah sebagai berikut: 

1.  Beban  kerja  usaha  Pemberdayaan  Masyarakat  (PM)  pada  PP  38 
tahun  2007  terdiri  dari  urusan  pemberdayaan  masyarakat  dan 
pemerintahan desa. 
2.  Banyaknya  kegiatan  yang  harus  dikoordinasikan  sebab 
Kemendagri adalah perwakilan pemerintahan daerah yang berada 
dipusat,  sementara  urusan  Pemberdayaan  Masyarakat  di  daerah 
adalah perwakilan pemerintahan pusat di daerah. 
3.  Kekurangan personil baik kualitas maupun kuantitas. 
4.  Kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki staf untuk 
pembinaan  UMKM  terutama  kelompok  masyarakat  yang  bersifat 
simpan pinjam. 
 
Solusi 
Beberapa  upaya  telah  dilakukan  pemerintah  guna  mengatasi  persoalan‐
persoalan  di  atas,  upaya‐upaya  tersebut  diharapkan  dapat  mengatasi 
permasalahan  yang  dihadapi.  Usaha‐usaha  yang  telah  dilakukan  tersebut 
antara lain adalah sebagai berikut; 

1.  Struktur organisasi segera disesuaikan dengan PP yang ada. 
2.  Urusan  pemberdayaan  masyarakat  sudah  ditangani  sehingga 
seluruh  permasalahan  yang  ada  dapat  diselesaikan  dengan 
mengadakan rapat koordinasi baik dengan sesama SKPD maupun 
dengan  kabupaten/kota.  Limpahan  ketugasan  pusat  yang  selama 
ini dijalani, dapat diatasi dengan penggunaan dana dekonsentrasi 
Kementerian Dalam Negeri. 
3.  Kekurangan  personil  baik  kualitas  maupun  kuantitas  dapat 
diselesaikan  dengan  meminta  tambahan  personil  dan 
mengikutkan personil dalam diklat/kursus. 
4.  Meningkatkan  pengetahuan  dan  keterampilan  dengan  studi 
banding dan penelitian. 
 
 
 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 132 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
22  URUSAN SOSIAL 
Permasalahan sosial sangat beragam dan membutuhkan penanganan yang 
komprehensif dari berbagai pihak mulai dari tingkat Pusat, Provinsi sampai 
dengan  Kabupaten/Kota  serta  unsur  masyarakat  baik  dalam  bentuk 
lembaga  maupun  perseorangan.  Pemerintah  Provinsi  DIY  berkomitmen 
untuk  menjadi  leading  sector  bagi  penanganan  permasalahan  sosial  di 
tingkat  Provinsi.  Sasaran  dari  bidang  sosial  adalah  Penyandang  Masalah 
Kesejahteraan  Sosial  (PMKS),  yaitu  seseorang,  keluarga  atau  kelompok 
masyarakat  yang  karena  suatu  hambatan,  kesulitan  atau  gangguan  tidak 
dapat  melaksanakan  fungsi  sosialnya,  sehingga  tidak  dapat  terpenuhi 
kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara mewadai 
dan wajar.  
Berdasarkan  Permensos  RI  nomor  8  tahun  2012  tentang  Pedoman 
Pendataan  dan  Pengelolaan  Data  Penyandang  Masalah  Kesejahteraan 
Sosial  dan  Potensi  dan  Sumber  Kesejahteraan  Sosial,  maka  PMKS 
dikelompokkan  dalam  26  jenis  termasuk  Komunitas  Adat  Terpencil  (KAT) 
yang  tidak  ada  di  Provinsi  DIY.  Dengan  demikian  PMKS  di  Provinsi  DIY 
dibagi  ke  dalam  25  jenis  PMKS  yang  kesemuanya  perlu  mendapatkan 
perhatian  dari  Pemerintah  Provinsi  dan  masyarakat  luas  secara  umum. 
Selain  PMKS,  urusan  sosial  juga  bertanggungjawab  atas  berkembangnya 
(pemberdayaan)  Potensi  Sumber  Kesejahteraan  Sosial  (PSKS),  yaitu 
perorangan,  keluarga,  kelompok,  dan  atau  masyarakat  yang  dapat 
berperan  serta  untuk  menjaga,  menciptakan,  mendukung,  dan 
memperkuat  penyelenggaraan  kesejahteraan  sosial.  Mengacu  pada 
Permensos RI nomor 8 tahun 2012, maka PSKS terdiri dari 12 jenis PSKS.   
PMKS dan PSKS tertuang dalam Indikator Kinerja Utama Gubernur 
(IKU  Gubernur)  urusan  sosial.  Berikut  adalah  capaian  penanganan  PMKS 
oleh Pemerintah Provinsi DIY selama tahun 2008‐2012. 
 
Tabel 4.72 
Capaian Indikator Urusan Sosial Tahun 2008‐2012 
Tahun 
No.   Indikator  Satuan
2008  2009  2010  2011 2012* 
Prosentase cakupan penanganan 
1  %  6,60  3,08  1,98  2,46  3,35 
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial 
Prosentase cakupan peningkatan kapasitas 
2  %  100  48,21  49,01  100  100 
Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial 
Catatan: *)merupakan proyeksi 
Sumber: Dinas Sosial Provinsi DIY 
 
Cakupan  penanganan  PMKS  pada  tahun  2008  adalah  6,60%    yang 
diperoleh  dari  capaian  APBD  sebesar  1,53%  dan  capaian  APBN  sebesar 
5,07%.  Sedangkan  Cakupan  Penanganan  PMKS  pada  tahun    2009  yaitu 
1,23%  untuk  capaian  APBD  dan  capaian  APBN  1,85%,  sehingga  total 
capaiannya  adalah  3,08%.  Target  5%  dalam  RPJMD  tidak  tercapai  karena 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 133 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
anggaran  yang  turun  untuk  penanganan  PMKS  hanya  mampu  mencakup 
3,08% dari total PMKS yang ada. Sementara itu pada tahun 2010, cakupan 
penanganan  PMKS  menggunakan  dana  APBN  adalah  1,46%  sedangkan 
APBD  mencapai  0,52%,  sehingga  capaian  PMKS  hanya  1,99%  dari  total 
capaian  yang  direncanakan  sebesar  5%.  Pada  Tahun  2011  cakupan 
penanganan  PMKS  adalah  2,46%,  yang  diperoleh  dari  dana  APBN  sebesar 
1,59%  dan  dana  APBD  0,87%.    Terdapat  kenaikan  capaian  target  kinerja 
0,47%  dari  capaian  tahun  2010,  tetapi  kenaikan  tersebut  belum  dapat 
mencapai  target  yang  diharapkan  dalam  RPJMD.  Proyeksi  untuk  tahun 
2012,  capaian  penanganan  PMKS  adalah  3,35%,  dicapai  dari  dana  APBN 
1,53% dan dana APBD 1,81%.  
Capaian kinerja dalam peningkatan kapasitas bagi PSKS, pada tahun 
2008  sebesar  100%  dari  target  yang  direncanakan  tahun  2009  sebesar 
48,21% tahun 2010 sebesar 49,01%, tahun 2011 sebesar 100% dan tahun 
2012 diproyeksikan tercapai 100% dari target yang direncanakan. Capaian 
tersebut diperoleh baik melalui dana APBN maupun APBD.  
Pemerintah Provinsi DIY sejak tahun 2008‐2012 telah melaksanakan 
serangkaian  program  dan  kegiatan  guna  mengatasi  persoalan  munculnya 
PMKS  di  wilayah  DIY  maupun  untuk  meningkatkan  kapasitas  PSKS  di 
Provinsi  DIY.  Program  tersebut  dilaksanakan  oleh  Dinas  Sosial  beserta 
UPTD  yang  bertanggung  jawab  dalam  pelayanan  (penanganan  PMKS) 
dalam  panti.  Berikut  ini  adalah  program‐program  pokok  yang  telah 
dilaksanakan sejak tahun 2008‐2012. 
1) Pemberdayaan  Fakir  Miskin,  Komunitas  Adat  Terpencil  (KAT)  dan 
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya. 
2) Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial. 
3) Pembinaan Anak Terlantar. 
4) Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma. 
5) Pembinaan Panti Asuhan/Panti Jompo. 
6) Pembinaan  Eks  Penyandang  Penyakit  Sosial  (eks  narapidana,  psk, 
narkoba, dan penyakit sosial lainnya) 
7) Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial. 
8) Program Pembinaan Pelestarian Nilai‐nilai Kepahlawanan, Keperintisan, 
dan Kesetiakawanan Sosial (K3S). 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 134 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Secara  umum  perkembangan  pelaksanaan  program/kegiatan  tersebut 
dapat terlihat dari ringkasan pelaksanaan program kegiatan berikut ini: 
 
Tabel 4.73 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Sosial di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Keuangan 
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 

2008  8  32  10.591.612.975,00  10.156.813.961,00  96,27  100,00 
2009  12  50  22.148.694.500,00  20.641.680.304,00  96,82  99,66 
2010  12  53  18.263.167.615,00  17.614.497.585,00  96,45  99,52 
2011  12  94  22.848.244.108,00  21.097.021.003,00  92,34  98,55 
2012*)  12  109  20.695.058.190,00  10.918.567.409,00  52,76  59,46 
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012 
Sumber: Dinas Sosial Provinsi DIY 
 
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial bagi penyandang 
masalah kesejahteraan sosial, Pemerintah provinsi DIY melalui Dinas Sosial 
telah  melakukan  berbagai  kegiatan  pemberdayaan  masyarakat  untuk 
meningkatkan  taraf  hidup  dan  kesejahteraan  sosial  mereka.  Dalam  hal 
penanganan  kemiskinan,  Dinas  Sosial  telah  melakukan  pemberdayaan 
terhadap  keluarga  miskin  melalui  kegiatan  kelompok  usaha  bersama 
(KUBE)  dan  usaha  ekonomis  produktif  (USEP)  serta  memberikan 
peningkatan  kemampuan  warga  miskin  untuk  dapat  mengakses 
permodalan  atau  pengembangan  kegiatan  usahanya  melalui  lembaga 
keuangan  mikro  (LKM)  KUBE.  Berikut  ini  adalah    sebagian  gambaran 
tentang  kegiatan‐kegiatan  yang  dilakukan  oleh  Dinas  Sosial  Provinsi  DIY 
dalam menangani dan meningkatkan keberfungsian sosial PMKS.  
Pada tahun 2012, dilaksanakan 8 program dan 75 kegiatan. Sampai 
dengan  Agustus  2012  realisasi  keuangan  mencapai  53,95%  dan  realisasi 
fisiknya 64,98%.  
  
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
Pelaksanaan  program  kegiatan  sebagaimana  disajikan  pada  bagian 
sebelumnya,  dalam  perkembangannya  masih  menghadapi  beberapa 
permasalahan sebagai berikut.  
1. Program  Pengentasan  kemiskinan  melalui  Pola  Konsentrasi  masih 
belum dapat dilaksanakan secara Optimal karena dukungan dari SKPD 
lain  yang  terkait  dalam  pengentasan  kemikinan  maupun  dukungan 
dari Kabupaten/Kota masih belum dapat dikoordinasikan secara baik. 
2. Pendampingan PMKS belum dilakukan secara berkesinambungan dan 
belum  optimal,  sedangkan  penanganan  PMKS  harus  dilakukan 
pendampingan yang berkelanjutan. 
3. Data  monitoring  dan  evaluasi  hasil  penanganan  program  dan 
kegiatan  yang  dilakukan,  belum  terpetakan  tingkat  perkembangan, 
keberhasilan atau kegagalannya.  
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 135 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
4. Keberadaan  UPTD  belum  dikembangkan  secara  optimal  untuk 
memberikan  pelayanan  kepada  klien  maupun  masyarakat  yang 
membutuhkan pelayanan Kesejahteraan Sosial. 
 
Solusi 
Namun  demikian,  berbagai  usaha  telah  dilakukan  sebagai  upaya  untuk 
menemukan solusi terhadap persoalan‐persoalan tersebut.  
1. SKPD yang terkait dalam program pengentasan kemiskinan perlu lebih 
dioptimalkan untuk mendukung penanganan kemiskinan melalui pola 
konsentrasi.  Bapppeda  Provinsi  diharapkan  mampu  menjadi 
koordinator  dalam  program  tersebut,  mengingat  program 
pengentasan  kemiskinan  melibatkan  berbagai  SKPD  maupun  sektor 
lain    yang  mendukung  terhadap  penurunan  angka  kemiskinan  di 
Provinsi DIY. 
2. Mengoptimalkan  peran    pendamping  sosial  melalui  pembekalan  dan 
pelatihan  yang  disesuaikan  dengan  kharakteristik  binaannya. 
Disamping  itu,  perlu  memperkuat  peran  aplikatif  pendamping  sosial 
sebagai  peneliti  dan  evaluator  melalui  serangkaian  kegiatan 
pendidikan  dan  pelatihan  penelitihan  yang  terprogram  dan 
berkelanjutan  untuk  meningkatkan  dedikasi  pendamping  sosial  serta 
meningkatkan kesejahteraan pendamping. 
3. Perlu disusun instrumen monev yang dapat menggambarkan indikator 
perkembangan, keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan kegiatan 
penanganan  PMKS  serta    Perlu  Pembuatan  data  perkembangan 
penanganan PMKS. 
4. Mengembangkan  Model  pelayanan  di  UPTD  sehingga  dapat 
melaksanakan  pelayanan  yang  lebih  luas  dan  beragam  bagi    klien  di 
UPTD  maupun  masyarakat  yang  membutuhkan  pelayanan 
kesejahteraan sosial. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 136 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
 23   URUSAN KEBUDAYAAN 
Visi DIY sesuai dengan RPJPD 2005‐2025 (Perda No. 2 Tahun 2009) adalah 
“Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, 
Budaya,  dan  Daerah  Tujuan  Wisata  Terkemuka  di  Asia  Tenggara  dalam 
lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri, dan Sejahtera”.  
Upaya yang ditempuh oleh Pemerintah Provinsi DIY sebagai pusat Budaya 
terkemuka di Asia Tenggara adalah mewujudkan: 
- Museum‐museum berstandar internasional; 
- Kelompok  kesenian  yang  maju,  mandiri,  mempunyai  jaringan 
internasional;  
- Cagar budaya yang lestari dan berdaya guna; 
- Peristiwa budaya bertaraf internasional; 
- Desa budaya yang maju dan mandiri serta mampu menjadi benteng 
ketahanan budaya; 
- Dokumen  dan  karya  seni  klasik  serta  tradisi  yang  lestari,  mampu 
memberikan  arah    kehidupan  masyarakat  karena  kandungan  nilai‐
nilai budi pekerti luhur yang ada di dalamnya; 
- Gedung  seni  budaya  yang  representatif  dimana  masyarakat  bisa 
mengapresiasi  seni  budaya  serta  penghormatan  dan  pemanfaatan 
sejarah  lokal  DIY  oleh  seluruh  masyarakat  dalam  pembangunan 
yang bersifat fisik ataupun non fisik.  
 
Pembangunan  kebudayaan  di  Provinsi  DIY  tidak  hanya  bertujuan 
untuk  melestarikan  dan  mengembangkan  kebudayaan  untuk  mencapai 
standar  tertentu  namun,  juga  untuk  memanfaatkan  budaya  yang 
merupakan  salah  satu  kekayaan  Provinsi  DIY  dalam  bidang  ekonomi. 
Kekayaan  budaya  DIY  merupakan  potensi  ekonomi  kreatif  yang  apabila 
dikelola  dengan  baik  dapat  menciptakan  lapangan  kerja,  pertumbuhan 
ekonomi  serta  mengentaskan  kemiskinan.  Gelombang  ekonomi 
keempat (fourth  wave  economic)  yang  kini  tengah  memasuki  peradaban 
dunia  di  mana  kesejahteraan  manusia  tidak  lagi  ditopang  oleh  sektor 
pertanian ataupun manufaktur, tetapi lebih ditopang dari karya kreativitas, 
keahlian, dan bakat individu yang berakar dari karya budaya”. Keunggulan 
kompetitif  Yogyakarta  dalam  bidang  kebudayaan  menjadi  komponen 
unggulan bagi pembangunan ekonomi DIY.  

Selain mempunyai potensi ”ekonomi” kebudayaan juga mempunyai 
daya  tangkal  terhadap  budaya  asing  yang  diakses  oleh  masyarakat  DIY, 
kemajuan  teknologi  yang  berakibat  berkembangnya  teknologi  informasi 
seperti  yang  pernah  disampaikan  Alvin  Tofler  dalam  the  third  wave‐nya 
membuat  dunia  yang  boderless  sehingga  masyarakat  mempunyai 
kemudahan dalam mengakses berbagai informasi melalui berbagai sarana 
dari berbagai budaya. Membuat masyarakat langsung berhadapan dengan 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 137 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
informasi tersebut sehingga hal ini akan mempengaruhi ketahanan budaya 
masyarakat  di  DIY.  Informasi  yang  mengalir  deras  kepada  masyarakat 
memiliki content positif dan negatif, hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan 
sejauh  masyarakat  mampu  memilih  sisi  positif  dari  budaya‐budaya  baru 
yang mereka terima serta tetap mempertahankan budaya yang ada.  

Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan dalam urusan 
kebudayaan pada kurun waktu tahun 2008‐2012 dapat dicermati dari tolak 
ukur indiaktor Kinerja yang telah diraih sebagaimana berikut: 

Tabel 4.74 
Indikator Urusan kebudayaan Tahun 2008‐2012 
Capaian
No.  Indikator  Satuan 
2008 2009 2010 2011  2012
1  Jumlah kunjungan museum  Orang  320.000  360.000  575.000  623.500  1.375.000 

2  Jumlah Organisasi Budaya berkategori  Organisasi  36  36  36  38  40 


maju  
3  Jumlah cagar budaya yang dilestarikan   Buah  188  194  214  220  225 

4  Jumlah Gelar Seni Budaya   Kali  675  720  790  920  960 

5  Jumlah Desa Budaya berkategori Maju  Desa  5  5  6  8  12 

6  Jumlah Dokumen seni Budaya dan karya  Dokumen  38  43  91  104  120 


seni yang dilestarikan  
7  Jumlah sumber sejarah yang terkelola   Sumber  ‐  44  300  500  700 
sejarah 
8  Rasio Gedung Seni Budaya terhadap  Gedung  92  92  94  94  96 
jumlah penduduk (10.000) 
Sumber: Dinas Kebudayaan Provinsi DIY 
 
Pembangunan kebudayaan di Provinsi  DIY yang dilakukan bersama 
stake  holder  terkait  dalam  kurun  waktu  2008‐2012  melakukan  upaya 
menyusun  program/kegiatan  dalam  memperkuat  ketahanan  budaya  dan 
mempertahankan budaya lokal yang ada serta memanfaatkan kebudayaan 
untuk  meningkatkan  kesejahteraan  masyarakat  mulai  dari  pembinaan 
sampai  pada  aktivitas  pendukungnya.  Aktivitas  ini  diwujudkan  antara  lain 
dalam bentuk program kegiatan yang meliputi  pelestarian, pengembangan 
dan pemanfaatan. Program tersebut antara lain:  

1. Program pengembangan nilai budaya; 
2. Program pengelolaan kekayaan budaya;  
3. Program pengelolaan keragaman budaya;  
4. Program  pengembangan  kerjasama  pengelolaan 
kekayaan budaya;  
5. Program  Peningkatan  Sarana  dan  Prasarana 
Kebudayaan. 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 138 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 

 
Tim DIY tampil dalam Parade Nusantara di TMII 

Secara  umum  perkembangan  pelaksanaan  program/kegiatan  tersebut 


dapat terlihat dari ringkasan pelaksanaan program kegiatan berikut ini. 
 
Tabel 4.75 
Rekapitulasi Program/ Kegiatan Urusan Kebudayaan Provinsi DIY, 
2008‐2012 
Keuangan 
Jumlah  Jumlah  Fisik 
Tahun  % 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  (%) 
Capaian 
2008  8  17  19.842.535.500,00  18.353.991.665,00  92,50  100,00 
2009  8  36  22.510.620.501,00  22.510.620.501,00  91,51  100,00 
2010  8  74  22.245.306.700,00  20.429.884.665,00  91,84  100,00 
2011  8  85  14.625.220.505,00  13.657.977.930,00  93,39  100,00 
2012  9  102  26.911.760.500,00  8.408.033.385  31,24  35,00 
Sumber: Dinas Kebudayaan Provinsi DIY 

Sampai  dengan  Bulan  Agustus  2012,  capaian  fisik  rata‐rata  sebesar 


35,00% dengan capaian realisasi sebesar 31,24%.  
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
Pelaksanaan  program  dan  kegiatan  dalam  urusan  kebudayaan  di  atas, 
meskipun secara umum telah dapat dikatakan berjalan dengan baik namun 
terdapat  beberapa  permasalahan  yang  dihadapi.  Permasalahan  tersebut 
adalah  Sumberdaya  Manusia  di  museum  Sonobudoyo  dan  Museum‐
museum  lain  di  DIY.  Rencana  peraturan  pemerintah  tentang  Museum 
khsususnya yang berbicara mengenai sumberdaya manusia pada pasal 16  
mensyaratkan  sumberdaya  di  museum  untuk  memiliki  komptensi‐
kompetensi tertentu (kepala museum, registar, kurator konsevator, penata 
pameran  dan  edukator)  melalui  pendidikan/pelatihan  yang  yang 
diselenggarakan  oleh  pemerintah  pusat  Cq  Kementrian  Pendidikan  dan 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 139 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Kebudayaan  sedangkan  pada  sekarang  ini  sumberdaya  yang  ada  di 
museum hanya sedikit yang memenuhi persyaratan tersebut.  
 
Solusi 
Langkah  yang  telah  dilakukan  oleh  pemerintah  Provinsi  DIY  untuk 
mengatasi permasalahan tersebut di atas adalah secara rutin mengirimkan 
pegawai  museum  untuk  mengikuti  pelatihan‐pelatihan  yang 
diselenggarakan  oleh  kementerian  pendidikan  dan  kebudayaan,  selain  itu 
juga diselenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia 
di museum dengan mendatangkan pembicara dari pusat maupun dari luar 
negeri  dengan  kurikulum  yang  telah  diakui  oleh  kementerian  Pendidikan 
dan Kebudayaan Cq. Direktorat Jenderal Kebudayaan.  
 
 
24   URUSAN STATISTIK 
Urusan  statistik  di  Provinsi  DIY  diampu  oleh  dua  instansi.  Pertama  oleh 
instansi vertikal di daerah yakni Badan Pusat Statistik (BPS) dan yang kedua 
adalah  oleh  Satuan  Kerja  Perangkat  Daerah  (SKPD)  atau  instansi 
pemerintah  di  daerah.  Kondisi  ini  sesuai  dengan  ketentuan  Undang‐
Undang 16 Tahun 1997 tentang Statistik.  
Berdasarkan tujuan pemanfaatannya, jenis statistik dibagi menjadi 3 (tiga) 
bagian  yakni  statistik  dasar,  statistik  sektoral  dan  statistik  khusus.  Sesuai 
penyelenggaraannya,  BPS  menangani  usuran  statistik  dasar  dan  statistik 
khusus,  sedangkan  statistik  sektoral  menjadi  tanggungjawab  instansi 
pemerintah  di  daerah  sesuai  dengan  tugas  dan  fungsinya  secara  mandiri 
atau bersama dengan badan.  
Dalam  pelaksanaan  urusan  statistik,  program  yang  dilaksanakan 
adalah  Program  Pengembangan  Statistik  Daerah.  Secara  umum 
perkembangan pelaksanaan program/kegiatan tersebut dapat terlihat dari 
ringkasan pelaksanaan program kegiatan berikut ini. 
Tabel 4.76 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Statistik di Provinsi DIY,  
2008‐2012 
Jumlah  Jumlah  Keuangan Fisik 
Tahun 
Program  Kegiatan  Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian %  (%) 
2008  1  8  732.323.415,00 589.573.025,00 90,61  91,25 
2009  1  9  1.009.225.000,00 983.499.475,00 95,99  100,00 
2010  1  6  753.519.500,00 740.611.100,00 98,29  100,00 
2011  1  3  491.911.600,00 462.597.250,00 94,04  100,00 
2012*  1  2  1.051.435.750,00 354.702.650,00 33,74  41,85 
Catatan: *) Posisi s/d Juni 2012  
Sumber: BAPPEDA Provinsi DIY 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 140 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Pada  tahun  2012  jumlah  program  dilaksanakan  sebanyak  satu 
program  dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  2  kegiatan.  Sampai  dengan 
bulan  Juni  2012,  capaian  fisik  rata‐rata  sebesar  41,85%  dengan  capaian 
keuangan  sebesar  33,74%.  Hal  ini  disebabkan  karena  sesuai  aliran  kas 
bahwa  target  fisik  s/d  bulan  Juni  2012  sebesar  41,85%  sedangkan  target 
keuangan s/d bulan Juni 2012 sebesar 40,52%.  
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
Beberapa  persoalan  yang  dihadapi  dalam  pelaksanaan  urusan  statistik 
adalah sebagai berikut: 
1. Urusan  statistik  masih  memiliki  persoalan  terkait  dengan  validitas 
data.  Karena  ditangani  secara  bersama  antara  BPS,  SKPD  di  daerah 
dan  instansi  serta  lembaga  terkait  lainnya,  sering  terjadi  perbedaan 
angka  atau  data.  Hal  ini  berakibat  timbulnya  kesulitan  dalam 
pertanggungjawaban produk data. 
2. Data  statistik  yang  bersifat  dinamis  menyebabkan  penentuan  data 
akhir masih sulit dilakukan secara cepat, tepat dan akurat. 
3. Munculnya  berbagai  versi  data  statistik  yang  diakibatkan  oleh 
tuntutan peraturan perundang‐undangan yang sering tumpang tindih 
antara  peraturan  perundang‐undangan  yang  satu  dengan  yang  lain, 
yang  mengakibatkan  kesulitan  bagi  dinas,  instansi,  lembaga  terkait 
penanggungjawab data dalam penyediaannya. 
 
Solusi 
Untuk  mengatasi  persoalan  tersebut,  beberapa  solusi  telah  dilakukan  di 
antaranya sebagai berikut; 
1. Mengingat banyaknya instansi yang berfungsi sebagai penyedia data di 
daerah,  maka  perlu  dilaksanakan  koordinasi  yang  intensif  dan 
berkesinambungan  antar  berbagai  pemangku  TUPOKSI  penyedia  data, 
sehingga  terjadi  komunikasi  yang  efektif  dalam  rangka  peningkatan 
ketepatan, kecepatan dan keakuratan penyediaan data statistik. 
2. Dibutuhkan  adanya  ketegasan  dalam  pembagian  proporsi  tanggung 
jawab  masing‐masing  instansi  penyedian  data  agar  tidak  terjadi 
duplikasi  data,  atau  sebaliknya  ketiadaan  data  yang  diakibatkan  oleh 
tidak adanya instansi pengampu penyediaan data tertentu.  
3. Pemahaman peraturan perundang‐undangan tentang data dan statistik 
baik  peraturan  perundang‐undangan  dari  tingkat  pusat  maupun 
daerah,  untuk  menghindari  tumpang  tindih  dalam  hal  penyajian  data 
serta untuk memudahkan pemahaman, pembangunan dan penyediaan 
data oleh para pemangku penyedia data dan statistik. 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 141 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
25  URUSAN KEARSIPAN 
Di  bidang  kearsipan,  Pemerintah  Provinsi  DIY  mengembangkan  sistem 
kearsipan  dalam  kaitannya  dengan  penerapan  teknologi  informasi  atau 
otomasi  kearsipan.  Tindak  lanjut  dari  penerapan  teknologi  informasi 
adalah dengan penyediaan khasanah arsip dalam bentuk digital yang dapat 
diakses  masyarakat  secara  online.  Sedangkan  dari  sisi  pegawai  dilakukan 
kajian  tentang  resiko  kerja  bagi  PNS  yang  berhubungan  langsung  dengan 
arsip dimana hasil kajian ini dapat dipakai oleh seluruh SKPD di Provinsi DIY 
dalam usaha mencegah dampak resiko yang dapat terjadi.  
Untuk  lebih  terarah  dalam  penyusunan  kegiatan  kearsipan,  telah 
disusun  grand  design  kearsipan  yang  memberikan  panduan  tahap  demi 
tahap kegiatan apa saja yang berskala prioritas untuk dilaksanakan setiap 
tahun  dari  tahun  2010–2025.  Indikator  kinerja  untuk  urusan  kearsipan 
beserta target dan pencapaian pada tahun 2012 adalah sebagai berikut. 
 
Tabel 4.77 
Kinerja Urusan Kearsipan di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Capaian Tahun 
No  Indikator  Satuan 
2008  2009  2010  2011  2012 
1  Ketersediaan  Peraturan 
Berkas  26  28  29  31  36 
Perundang‐undangan Kearsipan 
2  Ratio  Jumlah  SKPD  terhadap 
Rasio  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐ 
Arsiparis 
Sumber: BPAD Provinsi DIY 

Pelaksanaan urusan kearsipan di Provinsi DIY dilakukan hal‐hal sebagai 
berikut: 
1) Pemerintah  Provinsi  DIY  mengembangkan  sistem  kearsipan  dalam 
kaitannya  dengan  penerapan  teknologi  informasi  dan  otomasi 
kearsipan. Tindak lanjut dari penerapan teknologi informasi adalah 
dengan penyediaan khasanah arsip dalam bentuk digital yang dapat 
diakses masyarakat secara online.  
2) Dalam rangka mencegah dampak resiko bagi tenaga pengelola arsip 
telah  dilakukan  kajian  tentang  resiko  kerja  bagi  PNS  yang 
berhubungan  langsung  dengan  arsip  dimana  hasil  kajian  ini  dapat 
dipakai oleh seluruh SOPD di Provinsi DIY. 
3) Dalam rangka penyusunan kegiatan kearsipan, telah disusun grand 
design  kearsipan  yang  memberikan  panduan  tahap  demi  tahap 
kegiatan  yang  berskala  prioritas  untuk  dilaksanakan  setiap  tahun 
dari tahun 2010 – 2025.  
4) Layanan kepada masyarakat dilengkapi dengan inventaris khasanah 
arsip  yang  bersifat  tematik  seperti  khasanah  tentang  Kraton 
Yogyakarta dan Puro Pakualaman yang diolah dan dilayankan dalam 
bentuk  layanan  bersama  antara  Pemerintah  Provinsi  DIY  dengan 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 142 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Kraton  Yogyakarta  dan  Puro  Pakualaman.  Disamping  itu  juga 
disediakan  koleksi  khasanah  arsip  yang  sudah  dialih  mediakan 
dalam  bentuk  digital,  dialih  aksarakan  dalam  tulisan  latin,  dan 
dialihbahasakan  dalam  bahasa  Indonesia  yang  bertujuan  semakin 
memudahkan pengunjung dan pemerhati arsip. 
5) Adanya  jaringan  kearsipan  dengan  lembaga  kearsipan  dari  seluruh 
Indonesia yang ditunjang melalui Arsip Nasional Republik Indonesia 
(ANRI)  adalah  dalam  bentuk  daftar  pertelaan  arsip  bersama  yang 
bersifat online yang dapat diakses masyarakat melalui internet. 
6) Dalam  rangka  penanggulangan  bencana  gempa  dan  Gunung 
Merapi,  Pemerintah  Provinsi  DIY  memberikan  layanan 
penyelamatan  arsip  kepada  pemerintah  desa  maupun  masyarakat 
dengan mengalokasikan 1 (satu) unit mobil Masyarakat Sadar Arsip 
(Masdarsip)  di  lokasi  pengungsian  setiap  hari  dengan  kegiatan 
berupa penyelamatan arsip pasca bencana. 
7) Tingkat  pencapaian  Standar  Pelayanan  Minimal  (SPM)  rata‐rata 
pelaksanaan    program/kegiatan  urusan  kearsipan  dari  tahun  2008 
sampai  dengan  tahun  2012  adalah  100%,  artinya  seluruh 
program/kegiatan selesai dilaksanakan. 
 
Tabel 4.78 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Kearsipan di Provinsi DIY,  
2008‐2012 
Keuangan 
Jumlah 
Tahun  Persentase  Fisik (%) 
Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp) 
Capaian (%) 
2008  24  1.787.566.000 1.667.742.556 93.29  100 
2009  24  1.143.604.800 1.070.871.534 93.64  100 
2010  27  1.515.140.000 1.408.171.116 92.94  100 
2011  20  1.204.304.650 1.114.945.334 92,58  100 
2012  20  1.350.559.765 1.057.993.675 78,33  80 
Sumber: BPAD Provinsi DIY 
 

Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
1) Belum  tersedianya  gedung  depo  untuk  penyimpanan  arsip 
dinamis dan arsip statis. Saat ini penyimpanan arsip dilakukan di 
Ruang  Hall  (terbuka)  yang  akibatnya  memperpendek  umur 
arsip.  
2) Jumlah tenaga fungsional Arsiparis yang tersedia hanya 15 (lima 
belas) orang, artinya dengan Peraturan Gubernur No. 68 Tahun 
2008 bahwa formasi yang ditentukan  sebanyak 20 (dua puluh) 
orang. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 143 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Solusi 
1) Dilakukan  perbaikan  dan  penyesuaian  ruang  terbuka  tersebut 
untuk  lebih  tertutup  dengan  memberikan  sekat‐sekat  dan 
penyesuaian  suhu  ruangan  dengan  penambahan  AC.  Sebagian 
arsip  yang  ada  dititipkan  di  gedung  Transito  (Dinas  Nakertrans 
Provinsi DIY) di jalan HOS Cokroaminoto Yogyakarta. 
2) Untuk  menutupi  kekurangan  tenaga  Arsiparis  dengan 
memanfaatkan  tenaga  teknis  yang  mendapat  bimtek  dan 
pendampingan  penangan  arsip  ada  di  masing‐masing  bidang 
dan perlu menambah jumlah arsiparis. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 144 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
26   URUSAN PERPUSTAKAAN 
Urusan perpustakaan memiliki kedudukan yang sangat strategis di Provinsi 
DIY khususnya terkait dengan keberadaan DIY sebagai kota pelajar. Usaha 
untuk  memperbaiki  kualitas  layanan  perpusatakaan  senantiasa  dilakukan 
dengan  berbagai  cara.  Untuk  lebih  meningkatkan  layanan  perpustakaan 
pada  masyarakat,  pada  tahun  2010  dilakukan  sertifikasi  layanan 
perpustakaan  dengan  melakukan  perbaikan  baik  dari  sisi  fisik,  fungsi, 
maupun administrasi dengan bukti diperolehnya sertifikat ISO 9001:2008. 
Tindak  lanjut  dari  diperolehnya  ISO  9001:2008  adalah  adanya 
survei kepuasan pengunjung terhadap layanan perpustakaan dimana hasil 
dari  survei  adalah  terdapat  peningkatan  kepuasan  pengunjung  terhadap 
layanan  perpustakan  sebelum  dan  sesudah  diperolehnya  ISO  9001:2008 
sebesar 71%. Berikut ini adalah gambaran kinerja urusan perpustakaan dari 
tahun 2008‐2012. 
 
Tabel 4.79 
Kinerja Urusan Perpustakaan di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Capaian Tahun 
No  Indikator  Satuan 
2008  2009  2010  2011  2012 
1  Jumlah Perpustakaan 
Unit  10  15  20  21  26 
Berbasis TI 
2  Ratio Jumlah 
pepustakaan terhadap  Rasio  1 : 4000  1 : 3500  1 : 3000  1 : 2750  1 : 2500 
jumlah penduduk 
3  Ratio jumlah 
pemustaka  terhadap  Rasio  1 : 2000  1 : 1600  1 : 1400  1 : 1200  1 : 1000 
jumlah penduduk 
4  Jumlah anggota 
Jaringan Jogja Library  Institusi  13  19  21  21  28 
 
5  Ketersediaan Jogja 
Study Centre 
Unit  1  2  2  2  2 
(Rumah Belajar 
Modern) 
6  Ketersediaan Gedung 
Unit  ‐  ‐  ‐  1  1 
Induk Perpustakaan 
Sumber: BPAD Provinsi DIY 
 
Pelaksanaan  urusan  perpustakaan  di  Provinsi  DIY  dijelaskan  sebagai 
berikut: 
1) Perpustakaan hanya akan berarti bila koleksi yang dimilikinya dapat 
dimanfaatkan  dengan  baik,  untuk  itu  penyelenggaraan 
perpustakaan  harus  diupayakan  agar  masyarakat  tertarik  untuk 
berkunjung  ke  perpustakaan.  Upaya  yang  dilakukan  Pemerintah 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 145 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Provinsi  DIY  untuk  mensukseskan  hal  tersebut  adalah  dengan 
melakukan  penambahan  koleksi,  baik  untuk  digunakan  dan 
dilayankan  melalui  perpustakaan  menetap  maupun  dilayankan 
dengan  lebih  mendekatkan  kepada  masyarakat  melalui 
perpustakaan  keliling,  bahkan  juga  dilayankan  dengan  melakukan 
bantuan penambahan koleksi pada perpustakaan desa, puskesmas, 
RSUD,  maupun  perpustakaan  masyarakat  termasuk  pemanfaatan 
TIK. 
2) Untuk lebih meningkatkan layanan perpustakaan pada masyarakat, 
pada  tahun  2010  dan  2011  dilakukan  sertifikasi  layanan 
perpustakaan  dengan  melakukan  perbaikan  baik  dari  sisi  fisik, 
fungsi,  maupun  administrasi  dengan  bukti  diperolehnya  sertifikat 
ISO 9001:2008. 
3) Tindak  lanjut  dari  diperolehnya  ISO  9001:2008  adalah  adanya 
survey  kepuasan  pengunjung  terhadap  layanan  perpustakaan 
dimana  hasil  dari  survey  adalah  terdapat  peningkatan  kepuasan 
pengunjung  terhadap  layanan  perpustakan  sebelum  dan  sesudah 
diperolehnya ISO 9001:2008 sebesar 71%. 
4) Layanan  kepada  masyarakat  diyakini  juga  akan  semakin  baik 
dengan  dilaksanakannya  pembangunan  gedung  perpustakaan 
terpadu  di  kompleks  Jogja  Expo  Centre  (JEC)  yang  dimulai  tahun 
2011 direncanakan akan selesai pada tahun 2012 ini, mengacu pada 
DED dan pembangunan gedung tahap pertama pada tahun 2011. 
5) Layanan  kepada  masyarakat  juga  dilengkapi  dengan  koleksi  yang 
bersifat  tematik  seperti  pustaka  tentang  kebudayaan  Jepang  yang 
dikumpulkan  dan  dilayanankan  dalam  bentuk  Kyoto  Corner. 
Disamping  itu  juga  disediakan  koleksi  buku‐buku  kuno  yang  sudah 
dialih  mediakan  dalam  bentuk  digital,  dialih  aksarakan  dalam 
tulisan  latin,  dan  dialihbahasakan  dalam  bahasa  Indonesia  yang 
bertujuan memberi kepuasan layanan perpustakaan. 
6) Untuk  lebih  meratakan  layanan  perpustakaan  kepada  masyarakat 
telah dilakukan layanan paket buku melalui kerjasama  Pemerintah 
Provinsi  DIY  dengan  lembaga  terkait  yaitu  dengan  cara 
meminjamkan sejumlah buku kepada institusi yang membutuhkan. 
7) Pembangunan jaringan perpustakaan dengan perguruan tinggi yang 
ada di Provinsi DIY dalam program JLA berupa katalog online yang 
dapat  diakses  masyarakat  melalui  internet  pada  alamat  www. 
Jogjalib.jogjakarta.go.id. 
8) Dalam  rangka  penanggulangan  bencana,  Pemerintah  Provinsi  DIY 
memberikan  layanan  trauma  healing  kepada  pengungsi  ketika 
terjadi  bencana  gunung  merapi  dengan  mengalokasikan  2  (dua) 
unit perpustakaan keliling di lokasi pengungsian setiap hari dengan 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 146 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
kegiatan berupa story telling dan penyediaan koleksi yang bersifat 
menghibur. 
9) Tingkat  pencapaian  Standar  Pelayanan  Minimal  (SPM)  rata‐rata 
pelaksanaan    program/kegiatan  urusan  perpustakaan  Provinsi  DIY 
dari  tahun  2008  sampai  dengan  tahun  2012  adalah  100%,  artinya 
seluruh program/kegiatan selesai dilaksanakan. 
 
 
Tabel 4.80 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Perpustakaan di Provinsi DIY, 
2008‐2012 
Keuangan
Jumlah 
Tahun  Persentase  Fisik (%) 
Kegiatan  Pagu (Rp)  Realisasi (Rp) 
Capaian (%) 
2008  8  1.059.257.000 991.358.626 93,59  100
2009  8  2.309.999.994 2.130.512.994 92,23  100
2010  22  2.815.700.000 2.612.688.030 92,79  100
2011  21  12.513.427.325 10.406.454.126 83,16  100
2012*)  22  59.646.225.270 12.621.141.267 21,16  22,74
Catatan: *) Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: BPAD Provinsi DIY 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
1) Belum  tersedianya  gedung  layanan  yang  representatif.  Saat  ini 
gedung  yang  digunakan  untuk  layanan  kurang  nyaman, 
disamping  itu  daya  tampung  dan  ketahanan  gedung/bangunan 
akibat gempa menjadikan pelayanan kurang memuaskan.  
2) Jumlah  tenaga  fungsional  Pustakawan  16  (enam  belas)  orang 
belum  sesuai  dengan  Peraturan  Gubernur  No.  68  Tahun  2008 
bahwa formasi Pustakawan sebanyak 25 (dua puluh lima) orang. 
 
Solusi 
1) Pembangunan Gedung Perpustakaan terpadu di Kompleks Jogja 
Expo  Centre  (JEC)  sudah  mulai  dilaksanakan  pada  tahun  2011 
dan direncanakan selesai pada tahun 2012.  
2) Kekurangan  tenaga  Pustakawan  diatur  dengan  memanfaatkan 
tenaga  teknis  yang  ada  di  masing‐masing  bidang  dan  perlu 
tambahan formasi kebutuhan tenaga fungsional pustakawan. 
 
 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 147 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
B   URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 
1   URUSAN PARIWISATA 
Pariwisata  merupakan  salah  satu  sektor  unggulan  Provinsi  DIY.  Terdapat 
beraneka  ragam  potensi  wisata  di  Provinsi  DIY  yang  dapat  diandalkan 
seperti  wisata  alam,  wisata  budaya,  wisata  minat  khusus,  wisata  kuliner 
dan lainnya. Selama ini perkembangan sektor pariwisata telah memberikan 
dampak  yang  positif  bagi  perekonomian  Provinsi  DIY  baik  dalam  PAD, 
penciptaan  lapangan  kerja,  peningkatan  produksi  dan  pendapatan 
masyarakat  yang  pada  akhirnya  meningkatkan  pertumbuhan  ekonomi 
Provinsi DIY.  
Potensi  daya  tarik  wisata  (DTW)  di  Provinsi  DIY  tersebar  di  seluruh 
Kabupaten/kota  dalam  berbagai  jenis.  Sampai  saat  ini,  daya  tarik  wisata 
yang menjadi andalan Provinsi DIY berdasarkan sebaran di kabupaten/kota 
meliputi  43  DTW  di  Kota  Yogyakarta,  43  DTW  di  Kabupaten  Sleman,  40 
DTW  di  Kabupaten  Bantul,  17  DTW  di  Kabupaten  Kulon  Progo    dan  di 
Kabupaten Gunungkidul terdapat 23 DTW.  
Sarana  pendukung  pariwisata  Provinsi  DIY    yang  terdapat  di  Kota 
Yogyakarta  sebanyak  161  Biro  Perjalanan  Wisata  (BPW)  dan  424  rumah 
makan/restoran/cafe,  di  Kabupaten  Sleman  terdapat  145    BPW  dan  246 
rumah/restoran/cafe  makan.  Di  Kabupaten  Bantul  11  BPW  dan  13  rumah 
makan/restoran; di Kabupaten Kulon Progo terdapat 4 BPW dan 18 rumah 
makan/restoran  dan  di    Kabupaten  Gunungkidul  terdapat  3  BPW  dan  51 
rumah  makan/restoran.  Ketersediaan  transportasi  umum  antar  kota  dan 
antar daya tarik wisata di berbagai wilayah Provinsi DIY kuantitasnya untuk 
tahun 2011 cukup memadai dan terus ditingkatkan kualitas sarana maupun 
pelayanannya.  Jumlah  Obyek  Wisata  dan  Sarana  Pendukung  Pariwisata 
lainnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:  
 
Tabel 4.81 
Jumlah Obyek Wisata di Provinsi DIY 
Kab.  Kab.  Kab. Gunung  Kab.  Kota 
Ket  Total 
Sleman  Bantul  Kidul  Kulonprogo  Yogyakarta 
Obyek Wisata  43  40  23  17  43  166 
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 2011 
 
Tabel 4.82 
Sarana Pendukung Pariwisata 
Kab.  Kab.  Kab. Gunung  Kab.  Kota 
Jenis Usaha  Total 
Sleman  Bantul  Kidul  Kulonprogo  Yogyakarta 
Biro Perjalanan 
145  11  3  4  161  324 
Wisata (BPW) 
Rumah Makan/ 
246  13  51  18  424  752 
Restoran/Cafe 
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 2011 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 148 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Adapun  capaian  kinerja  Bidang  Pariwisata  Provinsi  DIY 
berdasarkan  Indikator  Kinerja  tahun  2008  s/d  Juni  2012    adalah  sebagai 
berikut: 
 
Tabel 4.83 
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Pariwisata 
Capaian Tahun 
NO  INDIKATOR  SATUAN 

2008  2009  2010  2011  2012* 

1.  Rata‐rata Lama  Hari  1,82  2,05  1,78  1,82  1,71 


Tinggal Wisatawan 

2.  Jumlah Wisatawan  Orang                  


1.284.757  1.426.057  1.456.980   1.608.194   1.444.009 
   a. Wisnus  Orang                                
1.156.097   1.286.565   1.304.137   1.438.629   1.374.057 
   b. Wisman  Orang                                        
128.660   139.492   152.843   169.565   69.952 
3.  Jumlah MICE  Kali                  
4.512  4.746  4.509   8.963   4.550 
4.  Jumlah Desa Wisata  Desa                  
43  45  42   54   54 
5.  PAD Pariwisata DIY  Miliar Rp  78,18  84,91  95,58  106,215  ‐  
(PP ‐ 1) 
6.  Tingkat Hotel (Rata‐ Persen   52,27   55,25   50,93    45,33    45,28 
Rata) 

Catatan: *)Posisi s/d Juni 2012 
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 2012 
 
Salah  satu  indikator  bagi  perkembangan  pariwisata  adalah  jumlah 
kunjungan  wisatawan  ke  Provinsi  DIY.  Dari  tahun  2008‐2011  cenderung 
mengalami  peningkatan.  Jumlah  total  wisatawan  pada  tahun  2009 
sebanyak 1.426.057 orang, mengalami kenaikan sebesar 9,90% dari tahun 
2008.  Sementara  itu,  pada  tahun  2010  jumlah  wisatawan  sebanyak 
1.456.880  orang  atau  naik  sebesar  2,16%  dari  tahun  2009.  Jumlah  ini 
walaupun  mengalami  kenaikan  dibanding  tahun  2009  tetapi  tidak 
mencapai  target  jumlah  kunjungan  wisatawan  tahun  2010  sebanyak 
1.554.555  orang.  Hal  ini  disebabkan  oleh  bencana  Erupsi  Gunung  Merapi 
pada  akhir  tahun  2010  yang  mengakhibatkan  jumlah  wisatawan  yang 
berkunjung  ke  Provinsi  DIY  pada  Triwulan  IV  (Oktober  –  Desember) 
mengalami  penurunan  yang  signifikan  dibanding  periode  yang  sama  di 
tahun  2009.  Hal  ini  berdampak  pada  penurunan  lama  tinggal  wisatawan,  
penyelenggaraan  MICE,  dan  tingkat  hunian  hotel.  Tahun  2011  jumlah 
wisatawan  sebanyak  1.607.694  orang  atau  meningkat  10,34%  dari  tahun 
2010. Untuk tahun 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 berdasarkan data 
BPS Provinsi DIY jumlah wisatawan tercatat sebanyak 1.444.003 orang.  
Jumlah wisatawan nusantara (Wisnus) yang berkunjung ke Provinsi 
DIY lebih dominan dibanding wisatawan mancanegara (Wisman), mencapai 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 149 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
90,85%  dari  total  kunjungan  wisatawan  selama  periode  2008‐Bulan  Juni 
2012. 
Tabel 4.84 
Perkembangan  Jumlah Kunjungan Wisatawan ke DIY 2008– 2012 
Wisatawan  Pertumbuhan Wisatawan  Pertumbuhan
Tahun 
Mancanegara  (%)  Nusantara  (%) 
2008  128.660  24,65  1.156.097  14,90 
2009  139.492  8,42  1.286.565  11,29
2010  152.843  9,57  1.304.137  1,36
2011  169.565 10,94 1.438.629 10,27
2012 69.952 ‐ 1.374.051 ‐

Catatan: *) Berdasarkan data BPS sampai dengan Juni 2012 
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 
 

 
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 2012 
Gambar 4.3 
Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara ke DIY,  
2008‐ Juni 2012 
 
Rata‐rata lama tinggal wisatawan di Provinsi DIY selama 2008‐2011 
sebesar  1,88  hari  dengan  perincian  tahun  2008  selama  1,82  hari  tahun 
2009  menjadi  2,05  hari  dan  menurun  kembali  pada  tahun  2010  menjadi 
1,78  hari  akibat    erupsi  Gunung  Merapi  pada  triwulan  IV  tahun  2010. 
Tahun  2011  rata‐rata  lama  tinggal  meningkat  menjadi  1,82  hari.  Sampai 
dengan Bulan Juni 2012 rata‐rata lama tinggal wisatawan selama 1,71 hari. 
Lama tinggal wisatawan mancanegara di Provinsi DIY lebih lama dibanding 
dengan  lama  tinggal  wisatawan  nusantara.    Tingginya  lama  tinggal 
wisatawan  mancanegara  di  Provinsi  DIY  karena  mereka  ingin  lebih 
mengenal dan menikmati  keindahan obyek wisata dan daya tarik wisata di 
Provinsi  DIY  terutama wisata  budaya  yang  memang  membutuhkan  waktu 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 150 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
yang  lebih  lama  untuk  dieksplore.  Banyak  dari  wisman  yang  sangat 
antusias mempelajari bagaimana cara membuat batik, kerajinan perak dan 
bahkan pembuatan keris. 
Tabel 4.85 
Rata‐rata Lama Tinggal Wisatawan di Provinsi DIY, 2008‐Juni 2012 
Tahun 

2008  2009  2010  2011  2012 


Akomodasi 
Wisman  Wisnus  Wisman  Wisnus  Wisman  Wisnus   Wisman   Wisnus  WismanWisnus

Hotel Melati   1,88   1,76   2,06   1,88   2,06  1,76  1,82  1,74  1,55  1,75 

Hotel Bintang   1,91   1,70   2,24   1,91   2,24  1,70  2,02  1,70  1,83  1,73 

Catatan: *) Posisi s/d Juni 2012 
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 2012 
 
Kecenderungan  lama  tinggal  wisatawan  di  Provinsi  DIY  berdampak 
positif  terhadap  tingkat  hunian  hotel,  baik  itu  hotel  berbintang  maupun 
hotel melati. Kenaikan rata‐rata lama tinggal wisatawan pada tahun 2009 
diikuti dengan kenaikan tingkat hunian hotel, dari 42,69% pada tahun 2008 
menjadi  55,25%  pada  tahun  2009.  Tahun  2010  tingkat  hunian  kamar 
menjadi  50,93%  dan  menurun  lagi  di  tahun  2011  menjadi  45,33%  akibat 
erupsi  Gunung  Merapi.  Sedangkan  sampai  dengan  Juni  2012,  tingkat 
hunian  kamar    mencapai  45,28%.  Diharapkan  dengan  liburan  Idul  Fitri 
bulan Agustus dan libur akhir tahun 2012, tingkat hunian kamar Hotel akan 
terus meningkat.  
 

 
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 2012 
Gambar 4.4  
Tingkat Hunian Hotel di Provinsi DIY, 2008 ‐Juni 2010 
 
Peningkatan  jumlah  kunjungan  wisatawan  tidak  hanya  bertujuan 
untuk melihat pesona/keindahan obyek wisata dan daya tarik wisata yang 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 151 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
ada, karena  dengan semakin kondusifnya  situasi dan kondisi Provinsi DIY 
juga  menjadi  pilihan  untuk  penyelenggaraan  meeting,  incentive, 
conferrence,  and  exhibition  (MICE).  Wisata  MICE  yang  semakin 
berkembang  pada  beberapa  tahun  terakhir  ini  juga  menjadi  salah  satu 
wisata yang memberikan kontribusi bagi PAD. Provinsi DIY memiliki potensi 
Wisata MICE yang besar karena didukung oleh sarana dan prasarana serta 
akomodasi  yang memadai. Dari tahun ke tahun penyelenggaraan MICE di 
Provinsi DIY terus meningkat, dan  tidak hanya berasal dari Indonesia tetapi 
juga  dari  mancanegara.  Pada  tahun  2008,  penyelenggaraan  MICE  di 
Provinsi DIY sebanyak 4.368 kali,  tahun 2009 sebanyak 4.746 kali dan pada 
tahun 2010  sebanyak 4.509 kali. Penyelenggaraan MICE pada tahun 2010 
mengalami  penurunan  dibanding  tahun  2009  sebagai  dampak  dari  erupsi 
Gunung Merapi, dari rata‐rata 13 kali dalam sehari (baik di hotel bintang, 
hotel  melati maupun  gedung‐gedung pertemuan) menjadi 12 kali. Tahun 
2011  penyelenggaraan  MICE  di  Provinsi  DIY  meningkat  signifikan  menjadi 
8.963 kali. Hal ini karena suasana di Provinsi DIY pasca erupsi yang makin 
aman  dan  kondusif  serta  banyaknya  penyelenggaraan  MICE  yang 
mengambil  tempat  di  Yogyakarta  sebagai  bagian  dari  recovery  pasca 
erupsi.  Sampai  dengan  bulan  Juni  tahun  2012,  penyelenggaraan  MICE 
menunjukan  angka  yang  baik.  Dari  target  5.990  kali  penyelenggaraan 
sudah  terealisasi  sebanyak  4.550  kali.  Angka  ini  diharapkan  terus 
meningkat seiring citra Provinsi DIY yang makin aman.  
 

 
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 2012 
Gambar  4.5 
Penyelenggaraan MICE tahun 2009 – Juni 2012 
 
Pemerintah  Provinsi  DIY  berupaya  untuk  mengembangkan  sektor 
pariwisata di Provinsi DIY melalui program dan kegiatan yang dilaksanakan 
setiap  tahunnya.  Selain  itu,  Pemerintah  Provinsi  DIY  juga  menjalin 
kerjasama dengan pihak‐pihak terkait seperti pelaku pariwisata, akademisi, 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 152 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
masyarakat  dan  instansi  terkait  baik  pusat  maupun  yang  ada  di  daerah 
dalam  rangka  pengembangan  destinasi,  pengembangan  pemasaran  dan 
pengembangan kemitraan untuk mewujudkan sinergitas dan keterpaduan.  
Pemerintah  Provinsi  DIY  terus  berupaya  mendorong 
pengembangan    desa  wisata/kampung  wisata  dengan  meningkatkan 
kualitas  tampilan  potensi  (alam  dan  budaya).  Pemberdayaan  masyarakat 
untuk  meningkatkan  pengetahuan  dan  kemampuan  sadar  wisata,  sapta 
pesona  dan  peran  aktif  untuk  meningkatkan  perekonomian  melalui 
desa/kampung  wisata.    Pengembangan  desa/kampung  wisata  sangat 
potensial  bagi  kemajuan  ekonomi  masyarakat  karena  dapat  dirasakan 
langsung kehadiran wisatawan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi 
pedesaan. 
Untuk  meningkatkan  kunjungan  wisatawan  dan  lama  tinggal 
wisatawan  (LOS)  ke  Yogyakarta,  diupayakan  selalu    menyelenggarakan 
program/kegiatan yang dapat memperpanjang lama tinggal. Disamping itu  
juga  memfasilitasi  penyelenggaraan  event‐event  kepariwisataan  di 
Kabupaten/Kota  serta  bekerjasama  dengan  stakeholder  maupun 
komunitas  pariwisata  lainnya.  Tahun  2011  kegiatan  tersebut  antara  lain 
berupa pentas seni yang dilaksanakan sepanjang tahun dengan menempati 
lokasi  strategis  seperti  di  Malioboro,  stasiun  Tugu,  depan  Puro 
Pakualaman,  Bandara  Adi  Sucipto  dan  tempat  lainnya.  Selain  itu 
diselenggarakan  pula  Jogja  Fashion  Week  yang  dilaksanakan  selama  satu 
minggu.  Kegiatan  ini  menampilkan  beragam    design  batik  yang  dirancang 
oleh perancang muda Yogyakarta. 
Penyelenggaraan  event‐event  kepariwisataan  yang  dilaksanakan 
bekerjasama  dengan  pihak  lain  tidak  hanya  berbasis  budaya  tetapi 
berbagai  jenis  pertunjukan  lainnya  seperti  Jogja  Air  Show,  Lomba  Panjat 
Tebing,  Jelajah  Wisata  Alam,  Festival  Perahu  Naga  dan  penyelenggaraan 
Festival  Malioboro.    Berbagai  pentas  budaya  juga  digelar  secara  periodik  
dilaksanakan berkoordinasi dan kerjasama dengan Kabupaten/Kota, semua 
ini  dilakukan  dalam  rangka  mewujudkan  posisi  Provinsi  DIY  sebagai 
destinasi    wisata  terkemuka  di  Asia  Tenggara.  Promosi  penyelenggaraan 
wisata  MICE  (Meeting,  Incentive,  Conference  dan  Exhibition)  bertaraf 
nasional  maupun  internasional  juga  terus  dilaksanakan  sehingga 
mempercepat meningkatnya kunjungan wisatawan ke Provinsi DIY. 
Dalam pengembangan obyek wisata, bersama Kabupaten/Kota se‐
Provinsi  DIY  berupaya  untuk  membuka  daya  tarik  wisata  baru  ataupun 
mengembangkan  daya  tarik  wisata  yang  telah  ada,  terutama  sarana 
prasarana  pariwisata  paska  erupsi  gunung  api  Merapi  di  kawasan 
Cangkringan, Sleman. Selain itu juga memfasilitasi pelatihan‐pelatihan bagi 
masyarakat  sekitar  daya  tarik  wisata  tentang  pengetahuan/kemampuan 
pariwisata  agar  masyarakat  siap  menerima  kunjungan  wisatawan  ke 
daerahnya.  Contoh  pelaksanaan  kegiatan  ini  adalah  membantu 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 153 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
pengembangan daya tarik wisata Goa Kiskendo, Goa Pindul,  Pantai Siung, 
gunung Nglanggeran di Kabupaten Gunungkidul ataupun daya tarik wisata 
lainnya di kabupaten‐kabupaten yang lain serta Kota Yogyakarta.  Dengan 
semakin  berkembangnya    berbagai  daya  tarik    wisata  yang  ada    dan 
diversifikasi  produk  baru  (seperti  wisata  air,  wisata  dirgantara,  wisata 
olahraga,  wisata  petualangan  dsb)  diharapkan  tahun‐tahun  mendatang 
kunjungan wisatawan ke Provinsi DIY semakin meningkat. 
Pemasaran  destinasi    pariwisata  Provinsi  DIY  dilakukan  baik  di 
dalam  negeri  maupun  luar  negeri.  Strategi  dan  kiat‐kiat    promosi    yang 
dilaksanakan  disamping  ikut  berpartisipasi  dalam  event/exhibition  tingkat 
nasional maupun internasional juga kerjasama dengan swasta (dalam dan 
luar negeri), Fam Trip agar Provinsi DIY dapat terpromosikan melalui media 
cetak maupun road show/travel dialog dsb.  
Terbatasnya  anggaran  promosi  pariwisata  Provinsi  DIY  terutama  
ke  luar  negeri    mengharuskan  Pemerintah  Provinsi  DIY  lebih  jeli  dalam 
mencari  dan  mengutamakan  pasar  wisatawan  potensial.  Untuk  kawasan 
Asia lebih diutamakan ke Negara Jepang, China, Korea, Malaysia, Singapura 
dan Thailand. Bagi Provinsi DIY negara‐negara Asia merupakan target pasar 
wisatawan yang potensial  terutama negara Malaysia dan Singapura karena 
memiliki kedekatan geografis, adanya penerbangan langsung (direct flight), 
kedekatan  emosional,  sejarah,  budaya,  geografis  dan  juga  karena  sesama 
anggota  ASEAN  dan  EATOF.  Sedangkan  untuk  kawasan  Eropa  maupun 
kawasan lainnya belum menjadi sasaran utama karena belum sepadannya 
dampak  kunjungan  wisatawan  ke  Provinsi  DIY  dengan  besarnya  anggaran 
promosi yang dikeluarkan, kecuali wisatawan dari negara Belanda, Jerman, 
Perancis, Amerika Serikat dan Australia yang sudah memberikan kontribusi 
besar dalam hal kunjungan wisatawan.  
Kegiatan promosi juga dilakukan melalui media massa (elektronik 
dan  cetak),  antara  lain  melalui  situs  web  www.visitingjogja.com  yang 
semakin  dikenal  luas  oleh  calon  wisatawan,  baik    wisatawan  di  dalam/di 
luar  negeri.  Web  ini  merupakan  salah  satu  web  unggulan  Provinsi  DIY 
dalam mendukung Jogja Cyber Province. 
Peningkatan  kualitas  pelayanan  di  Bandara  Adi  Sucipto  juga 
menjadi  salah  satu  prioritas  dalam  memberikan  pelayanan  kepada 
wisatawan  yang  menggunakan  jasa  bandara  dengan  mengoptimalkan 
Tourist  Information  Service  (TIS).    Dalam  hal  ini  Pemerintah  Provinsi  DIY 
bekerjasama  dengan    PT.  Angkasa  Pura  I,  sedangkan  untuk  pelayanan 
informasi wisatawan di kawasan perkotaan tersedia  TIS di stasiun KA Tugu 
dan  Tourist  Information  Centre  (TIC)  di  Jalan  Malioboro,  maupun  TIC 
terpadu  dengan  sembilan  Provinsi  lainnya  (Lampung,  Banten,  Jabar,  DKI 
Jakarta,  Jateng,  Jatim,  Bali,  NTB  dan  NTT)  yang  tergabung  dalam  Mitra 
Praja Utama yang berlokasi di Kuta, Bali. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 154 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Walaupun  terjadi  bencana  alam  erupsi  Gunungapi  Merapi, 
pariwisata  Provinsi  DIY  mendapat  penghargaan  sebagai  Provinsi  Terbaik 
dalam  Pengembangan  Pariwisata.  Penghargaan  diberikan  dalam  forum 
Indonesia  Tourism  Award  2010  yang  diselenggarakan  oleh  Majalah  SWA 
pada tanggal 2 Desember 2010. Dalam forum yang sama penghargaan juga 
didapat oleh Kota Yogyakarta sebagai ”Kota Terfavorit” dan ”Kota dengan 
Pelayanan Terbaik.  
Penghargaan  tersebut  menambah  daftar  penghargaan  yang  telah 
diterima Provinsi DIY di  bidang pariwisata. Dalam forum Indonesia Tourism 
Award 2009, Provinsi DIY menerima penghargaan sebagai ”Indonesia Best 
Destination”,  sedangkan  dari  Majalah  Venue  Provinsi  DIY  mendapat 
penghargaan sebagai Daerah Tujuan Wisata MICE Terbaik 2009. 
Berdasarkan penilaian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 
Provinsi  DIY  dipandang  berhasil  dalam  hal  pengembangan  destinasi 
pariwisata  daerah    sehingga  memperoleh  penghargaan  sebagai  ”Provinsi 
dengan Pengembangan Destinasi terbaik di Indonesia”  yang diberikan oleh 
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada bulan Desember 2011.  
Selama  periode  2008‐2012  program  pokok  yang  dilaksanakan 
dalam  rangka  peningkatan  dan  pengembangan  kepariwisataan  di  Provinsi 
DIY adalah 
1. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata. 
2. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata. 
3. Program Pengembangan Kemitraan. 
Rekapitulasi pelaksanaan program dan kegiatan urusan pariwisata selama 
kurun waktu 2008‐2012 sebagaimana tercantum pada tabel berikut. 
 
Tabel 4.86 
Rekapitulasi Pelaksanaan Program/Kegiatan Urusan Pariwisata di 
Provinsi DIY,  
2008‐2012 
Jumlah  Jumlah  Keuangan  Fisik 
Tahun 
Program  Kegiatan Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  % Capaian (%) 
2008  7  29  4.197.973.400,00  4.006.888.074,00     94,98  100,00
2009  7  51  5.300.541.850,00  4.872.527.023,00      92,45  99,90
2010  7  49  5.336.283.216,00  5.041.974.461,00      95,45  99,20
2011  7  47  8.072.367.846,00 7.424.215.472,00  92,25  98,43
2012*  6  46  8.022.901.412,00 3.127.503.237,00  38,98  60,73
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012 
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 2012 
 
Pada tahun 2012 jumlah program yang akan dilaksanakan sebanyak 
6  program  yaitu  3  program  pokok    dan  3  program  penunjang  dengan 
jumlah kegiatan sebanyak 46 kegiatan. Sampai dengan bulan Agustus 2012, 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 155 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
capaian  fisik  rata‐rata  sebesar  60,73%  dengan  capaian  realisasi  keuangan 
sebesar 38,98%.  
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
Beberapa permasalahan kepariwisataan Provinsi DIY antara lain: 
1. Masih  rendahnya  aksesibilitas  wisatawan  mancanegara  ke  Provinsi 
DIY. 
2. Belum  optimalnya  koordinasi  antar  pelaku  pariwisata  di  Provinsi  DIY  
maupun luar Provinsi DIY. 
3. Belum  optimalnya  keterlibatan  masyarakat  di  sekitar  daerah  tujuan 
wisata. 
4. Masih rendahnya  Sadar Wisata dan Sapta Pesona di kalangan pelaku 
pariwisata dan masyarakat. 
5. Belum  optimalnya  dukungan  antar  sektor  dalam 
pembangunan/pengembangan kepariwisataan Provinsi DIY. 
 
Solusi 
Dari berbagai permasalahan kepariwisataan di Provinsi DIY tersebut diatas, 
telah  dilaksanakan langkah‐langkah sebagai berikut: 
1. Memberikan  kemudahan  maskapai  penerbangan  luar  negeri  untuk 
melakukan  penerbangan  langsung  ke  provinsi  DIY  dan 
mengoptimalkan/memperkuat  jalur  penerbangan  yang  sudah  ada 
(internasional dan domestik) Bandara Adi Sutjipto.  
2. Meningkatkan  jejaring  antar  pelaku  pariwisata  melalui  koordinasi, 
kerjasama dan keterpaduan program/kegiatan secara internal dengan 
kabupaten/kota maupun dengan luar provinsi dan  luar negeri. 
3. Melakukan kampanye citra pariwisata provinsi DIY untuk memulihkan 
dan  meningkatkan  kunjungan  wisatawan,  berperan  serta  secara 
langsung dalam berbagai event serta menggandeng media massa baik 
nasional  maupun  internasional  untuk  dapat  memberikan  informasi 
bahwa Provinsi DIY menarik, aman dan nyaman untuk dikunjungi.  
4. Meningkatkan  kesadaran  masyarakat  terhadap  potensi  pariwisata 
yang  dimiliki  dan  penanganannya  melalui  berbagai  program/kegiatan 
penyuluhan,  pembinaan  dan  pembimbingan  Sadar  Wisata  maupun 
Sapta Pesona. 
5. Memperbanyak  event  dan  atraksi  wisata  untuk  meningkatkan  jumlah 
wisatawan  dan  lama  tinggal  wisatawan  (length  of  stay)  melalui 
berbagai program/kegiatan peningkatan kualitas dan kuantitas produk 
dan  promosi  pariwisata  Provinsi  DIY  serta  meningkatkan  koordinasi 
dan sinergitas kerjasama  dengan berbagai sektor terkait. 
             
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 156 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
 
 
 
2   URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 
Subsektor  kelautan  dan  perikanan  berperan  penting  baik  dalam 
pemenuhan kebutuhan pangan maupun dalam peningkatan kesejahteraan 
masyarakat.  Subsektor  kelautan  dan  perikanan  adalah  salah  satu 
pendukung  usaha  ekonomi  masyarakat  di  Provinsi  DIY  dalam  usaha 
menanggulangi kemiskinan dan penggangguran, khususnya pada kawasan 
perdesaan  dan  kawasan  tertinggal.  Beberapa  capaian  pembangunan 
subsektor  kelautan  dan  perikanan  dapat  dicermati  melalui  indikator 
sebagai berikut: 
 
Tabel 4.87 
Indikator Urusan kelautan dan Perikanan Tahun 2008‐2012 
Tahun 
No  Indikator  Satuan 
2008  2009  2010  2011  2012 
1  Konsumsi 
ikan per  Kg/kapita/tahun 17,03  19,38  22,06  23,01  26,50**
kapita 
2  Jumlah 
Produksi  17.765
Ton  14.737 25.206  44.524 25.573*
Perikanan   
Budidaya 
3  Jumlah 
Produksi 
Ton  3.028  5.100  4.906  5.000  1.043* 
Perikanan 
Tangkap 
Catatan: *) Posisi s/d Juni 2012 
**) angka proyeksi 
Sumber: Dislautkan Provinsi DIY  
 
Pemenuhan  kebutuhan  akan  protein  hewani,  khususnya  ikan,  dapat 
dilihat dengan adanya peningkatan konsumsi ikan per kapita dari tahun ke 
tahun.  Konsumsi  ikan  per  kapita  Provinsi  DIY  selama  3  tahun  terakhir 
menunjukkan  trend  yang  positif.  Pada  tahun  2008  konsumsi  ikan  Provinsi 
DIY  sebesar  17,03  kg/kapita/tahun,  kemudian  meningkat  menjadi  19,38 
kg/kapita/tahun pada tahun 2009. Selanjutnya pada tahun 2010 meningkat 
menjadi  22,06  kg/kapita/tahun  dan  meningkat  lagi  pada  tahun  2011 
menjadi  23,01  kg/kapita/tahun.  Peningkatan  tersebut  antara  lain 
disebabkan  oleh  gencarnya  kegiatan  sosialisasi  gemar  makan  ikan  di 
Provinsi DIY. 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 157 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 

 
Sumber: Dislautkan Provinsi DIY 
Gambar 4.6 
Konsumsi Ikan Per Kapita di Provinsi DIY (Kg/Kap/Tahun), 2008‐2012 
 
Pemenuhan  kebutuhan  konsumsi  ikan  di  Provinsi  DIY  dilakukan 
melalui  peningkatan  produksi  perikanan  baik  perikanan  tangkap  maupun 
perikanan  budidaya.  Meskipun  produksi  perikanan  DIY  terus  mengalami 
peningkatan sejak tahun 2008, namun permintaan ikan belum sepenuhnya 
dapat  dipenuhi  dari  wilayah  Provinsi  DIY.  Jumlah  produksi  perikanan  DIY 
selama  periode  2008‐2011  rata‐rata  sebesar  37.595,5  ton  per  tahun. 
Produksi  paling  tinggi  selama  periode  tersebut  adalah  pada  tahun  2011 
yaitu  mencapai  49.524  ton.  Meskipun  kenaikan  produksi  yang  sangat 
signifikan terjadi di tahun 2010 yaitu sebesar 74,32% dibandingkan tahun 
2009.  Kenaikan  produksi  perikanan  DIY  pada  tahun  2011  disumbang  dari 
kenaikan  produksi  perikanan  budidaya  yang  mengalami  pertumbuhan 
7,60%,  dan  dari  perikanan  tangkap  dengan  pertumbuhan  sebesar  1,97%. 
Sedangkan pada tahun 2012 sampai Triwulan II (bulan Juni 2012), produksi 
perikanan  mencapai  26.617,  36  ton  terdiri  dari  produksi  perikanan 
budidaya sebesar 25.573,834 ton dan produksi perikanan tangkap sebesar 
1.043,202 ton. 
 

 
Sumber: Dislautkan Provinsi DIY 
Gambar 4.7 
Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya di Provinsi DIY (ton), 2008‐
2011 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 158 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Produksi  perikanan  di  DIY  didominasi  oleh  perikanan  budidaya. 
Sebagaimana  terlihat  pada  gambar  di  bawah,  rata‐rata  kontribusi 
perikanan  budidaya  terhadap  total  produksi  perikanan  DIY  mencapai 
85,23%, bahkan pada tahun 2011 mencapai 89,36%. Sementara kontribusi 
perikanan tangkap menurun dari 11,17% pada tahun 2010 menjadi 10,64% 
pada  tahun  2011.  Penurunan  produksi  perikanan  tangkap  disebabkan 
sering terjadinya over fishing dan illegal fishing serta kurangnya restocking 
di  perairan  umum,  sehingga  sumber  daya  ikan  di  perairan  umum 
berkurang.  Selain  itu,  faktor  cuaca  juga  sangat  mempengaruhi  produksi 
perikanan tangkap di Provinsi DIY. 
Potensi  serta  pemanfaatan  sumber  daya  melalui  perikanan  tangkap 
masih  terus  dioptimalkan  untuk  dapat  meningkatkan  kesejahteraan 
masyarakat.  Selain  pengembangan  perikanan  tangkap,  pengembangan 
perikanan  budidaya  baik  budidaya  air  tawar  maupun  air  payau  yang 
banyak  tumbuh  dan  berkembang  di  Provinsi  DIY  juga  menjadi  prioritas 
dalam  pembangunan  perikanan  dan  kelautan  di  Provinsi  DIY.  Hal  ini 
dikarenakan  perikanan  budidaya  merupakan  kontributor  utama  dalam 
produksi perikanan di DIY. 
 
 

 
Sumber: Dislautkan Provinsi DIY 
 
Gambar 4.8 
Persentase Perikanan Tangkap dan Budidaya terhadap Total Produksi 
Perikanan di Provinsi DIY, 2008‐2012* 
 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 159 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Capaian  kinerja  bidang  kelautan  dan  perikanan  tidak  terlepas  dari 
dukungan  berbagai  program  dan  kegiatan  yang  dilaksanakan  Pemerintah 
Provinsi  DIY.  Program‐program  di  bidang  kelautan  dan  perikanan  yang 
dilaksanakan Pemerintah Provinsi DIY selama 2008‐2012 yaitu: 
1. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir. 
2. Program  Pemberdayaan  Masyarakat  dalam  Pengawasan  dan 
Pengendalian Sumber daya Kelautan. 
3. Program  Peningkatan  Kesadaran  dan  Penegakan  Hukum  dalam 
Pendayagunaan Sumber daya Laut. 
4. Program Peningkatan Mitigasi Bencana Alam Laut dan Prakiraan Iklim. 
5. Program  Peningkatan  Kegiatan  Budaya  Kelautan  dan  Wawasan 
Maritim Kepada Masyarakat. 
6. Program Pengembangan Budidaya Perikanan. 
7. Program Pengembangan Perikanan Tangkap. 
8. Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan. 
9. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan. 
10. Program  Pengembangan  Kawasan  Budidaya  Laut,  Air  Payau  dan  Air 
Tawar. 
11. Program Rehabilitasi Ekosistem dan Cadangan Sumber daya Alam. 
12. Program  Peningkatan  Kualitas  SDM  dan  Kelembagaan  Perikanan  dan 
Kelautan. 
 
Adapun  rekapitulasi  pelaksanaan  program  dan  kegiatan  urusan  kelautan 
dan  perikanan  selama  kurun  waktu  2008‐2012  sebagaimana  tercantum 
pada tabel berikut: 
Tabel 4.88 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Kelautan dan Perikanan di 
Provinsi DIY,  
2008‐2012 
Jumlah  Jumlah  Keuangan   Fisik 
Tahun 
Program  Kegiatan   Pagu (Rp)  Realisasi (Rp)  Capaian (%)   (%)  
2008  13  57 6.344.085.760,00 5.007.910.920,00  93,11   100,00
2009  13  68  12.477.218.945,00  10.930.754.295,00  87,60   99,90
2010  14  78   20.526.388.970,00    18.891.803.781,00  92,90   99,90
2011  15  59    35.043.686.685,00 33.975.051.972,00 95,55  100,00
2012*  14  65 33.993.410.510,00 9.331.782.028,00 27,45  55,70
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012  
Sumber: Dislautkan Provinsi DIY 
 
Jumlah  program  yang  dilaksanakan  pada  tahun  2012  sebanyak  14 
dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  65.  Sampai  dengan  bulan  Juli  2012, 
capaian  realisasi  keuangan  sebesar  27,45%  dengan  capaian  fisik  sebesar 
55,70%.  
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 160 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
Dalam  penyelenggaraan  pemerintahan  khususnya  penanganan 
urusan  kelautan  dan  perikanan  di  Provinsi  DIY  tidak  terlepas  dari 
permasalahan.  Beberapa  permasalahan  yang  dihadapi  di  bidang  kelautan 
dan perikanan di Provinsi DIY antara lain: 
1. Tingginya harga pakan,  
Harga  pakan  terutama  pakan  pabrikan  mengakibatkan  biaya 
produksi  tertinggi  di  penyediaan  pakan  dan  bila  dibandingkan 
dengan  harga  jual  produk  ikan  tidak  sebanding  sehingga  terdapat 
tiga  kemungkinan  bagi  pembudidaya  ikan  terutama  pembudidaya 
lele,  yaitu  mengalami  rugi,  impas,  atau  meraih  untung  hanya 
sedikit.  
2. Terbatasnya induk dan benih berkualitas 
Induk dan benih unggul yang tersedia belum mencukupi kebutuhan 
bagi  pembudidaya  baik  pembenih  maupun  pembesar.  Hal  ini 
disebabkan keterbatasan unit pembenihan milik Dinas Kelautan dan 
Perikanan yang belum mampu mencukupi seluruh kebutuhan benih 
dan induk unggul. 
3. Sumberdaya  manusia  pelaku  usaha  kelautan  dan  perikanan  masih 
perlu ditingkatkan (penguasaan IPTEK). 
4. Konsumsi ikan per kapita masih rendah. 
5. Produtivitas masih rendah 
Produktivitas  yang  rendah  disebabkan  beberapa  hal  antara  lain: 
pakan,  benih,  pengendalian  hama  penyakit  ikan  dan  lingkungan, 
manajemen media budidaya dan pola budidaya yang belum dikelola 
dengan baik. 
6. Lembaga pelaku usaha kelautan dan perikanan belum mantap. 
7. Keskanling  di  tingkat  pembudidaya  belum  diperhatikan  secara 
serius. 
8. Pola produksi belum diatur. 
9. Koordinasi belum berjalan dengan baik. 
10. Penangkapan tidak ramah lingkungan. 
11. Kondisi alam laut yang kurang bersahabat. 
12. Penanganan produk kelautan dan perikanan belum optimal. 
13. Pelanggaran jalur penangkapan. 
14. Penegakan hukum belum optimal. 
 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 161 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Solusi 
Untuk  mengatasi  beberapa  masalah  tersebut,  perlu  ditempuh 
beberapa langkah pemecahan sebagai berikut: 
1. Upaya  pemecahan  permasalahan  tingginya  harga  pakan  dapat 
dilakukan  dengan  inovasi  teknologi  penyediaan  pakan  melalui 
pakan  alternatif  dan  menumbuhkan  industri‐industri  pakan  skala 
kecil  di  kelompok‐kelompok/pelaku  usaha  dengan  memperhatikan 
sumber,  kualitas  dan  harga  bahan  baku,  nutrisi  pakan  yang 
diproduksi, dan distribusi produk. Pakan yang dihasilkan diharapkan 
mampu menekan biaya produksi (pakan) namun tidak mengurangi 
produksi dan produktivitas budidaya perikanan. 
2. Dalam  rangka  pemenuhan  kebutuhan  induk  dan  benih  yang 
berkualitas  dan  memenuhi  standar  baku,  maka  Unit  Pembenihan 
Dinas  di  masa  mendatang  difokuskan  untuk  menyediakan  calon 
induk  ikan  untuk  pemenuhan  kebutuhan  di  UPR  yang  belokasi 
menyebar di seluruh DIY. Dengan menggunakan benih yang berasal 
dari  UPR,  maka  pembudidaya  ikan  telah    membudidayakan  ikan 
yang memenuhi standar mutu yang ditentukan. 
3. Peningkatan  IPTEK  bagi  sumberdaya  manusia  pelaku  usaha 
kelautan  dan  perikanan  dilakukan  melalui  beberapa  upaya  antara 
lain:  pelatihan,  magang,  bimbingan  teknis  sesuai  dengan  jenis 
usaha pelaku usaha kelautan dan perikanan.  
4. Upaya  meningkatkan  konsumsi  ikan  per  kapita  dilakukan  melalui 
upaya  kampanye  makan  ikan,  alih  teknologi  dan  informasi, 
gemarikan, dan distribusi ikan yang merata di seluruh wilayah DIY.   
5. Peningkatan  produtivitas  dilakukan  melalui  intensifikasi  dengan 
memperhatikan  aspek‐aspek  teknis,  sehingga  dengan  luasan  dan 
waktu  yang  tetap  dapat  meningkatkan  produksi  dengan  tetap 
mempertimangkan aspek ekonomis. Aspek teknis dimaksud antara 
lain:  pengelolaan  pakan,  penyediaan  benih  berkualitas, 
pengendalian  hama  penyakit  ikan  dan  lingkungan,  manajemen 
media budidaya dan pola budidaya yang baik sesui dengan CPIB dan 
CBIB. 
6. Pemantapan  kelembagaan  pelaku  usaha  kelautan  dan  perikanan 
dilakukan  melalui  pembinaan  kelembagaan,  peningkatan  kelas 
kelompok,  peningkatan  peran  kelompok  dalam  mengakses 
teknologi,  pasar  dan  kebutuhan  kelompok.  Selain  itu,  diperlukan 
dukungan kelembagaan pemerintah yang mendukung peningkatan 
peran  kelompok  seperti  lembaga  penyuluhan  lembaga  pelayanan 
dan lembaga lainnya yang berkaitan.  
7. Penanganan  keskanling  dapat  ditingkatkan  melalui  pelayanan 
keskanling  yang  dilaksanakan  oleh  Dinas  khususnya  Pengendali 
Hama  Penyakit  Ikan  melalui  pengujian  kualitas  air  dan  penyakit 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 162 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
serta  penanganannya.  Di  tingkat  pembudidaya  dilakukan  upaya 
melalui  bimbingan  teknis/pelatihan  dan  penyuluhan  langsung 
dalam penangani keskanling. 
8. Pengaturan  pola  produksi  dimaksudkan  untuk  mengatur 
kontinuitas  produksi  sehingga  kebutuhan  konsumen/pasar  dapat 
terpenuhi  sepanjang  masa.  Hal  ini  dapat  dilakukan  melalui 
koordinasi  antar  kabupaten  dan  antar  kelompok  serta  antar 
anggota  dalam  kelompok  sehingga  selain  produksi  kontinu,  harga 
produk juga relatif stabil. 
9. Peningkatan  koordinasi  antar  wilayah,  antar  instansi  yang  terkait, 
dan antar dinas yang membidangi kelautan dan perikanan sehinga 
terjadi  sinergi  dalam  pengembangan  kelautan  dan  perikanan.  Hal 
ini akan mengurangi terjadinya konflik antar stakeholder terkait dan 
akan terjadi saling mendukung sehingga semua kepentingan dapat 
terakomodasi dengan baik.  
10. Untuk  menanggulangi  penangkapan  tidak  ramah  lingkungan, 
dilakukan  berbagai  upaya  yang  dikoordinasikan  dengan  instansi 
berwenang sampai ke tingkat kecamatan sehingga dapat menekan 
pelanggaran alat/bahan penangkap ikan.  
11. Untuk  mengantisipasi  kondisi  alam  laut  yang  kurang  bersahabat 
telah dan terus diupayakan pemecahannya antara lain mengalihkan 
cara  penangkapan  ikan  di  laut  dari  perahu  kecil  ke  perahu  besar 
serta dipacunya penyelesaian Pelabuhan Tanjung Adikarto di Kulon 
Progo. 
12. Dalam rangka penanganan produk terutama ikan laut yang berasal 
dari  luar  daerah  dilakukan  pengawasan  mutu  dengan  melakukan 
tindakan  langsung  kepada  penjual  untuk  kemudian  ditindaklanjuti 
kepada  pemasok  apabila  ditemukan  produk  yang  dikirim 
mengandung  bahan  berbahaya  tertentu.  Diperlukan  dokumen 
penjamin  kualitas  ikan  yang  dikirim  baik  dari  maupun  ke  luar 
daerah melalui surat keterangan asal (SKA). 
13. Penanganan  pelanggaran  jalur  penangkapan  dilakukan  dengan 
penyediaan  kapal  pengawasan  dan  peningkatan  frekunsi 
pengawasan  di  laut  untuk  mengurangi  pelanggaran  jalur 
penangkapan.  
14. Untuk peningkatan penegakan hukum  dilakukan melalui koordinasi 
dengan  instansi  berwenang  dan  instansi  berwajib  sesuai  dengan 
tugas fungsi masing‐masing.  
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 163 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
3  URUSAN PERTANIAN 
Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis bagi Provinsi DIY. Sektor 
pertanian  memegang  peranan  penting  yaitu  sebagai  sumber  penyediaan 
bahan  pangan,  penyediaan  lapangan  kerja,  dan  juga  pemberi  input  bagi 
sektor industri. Bagi Provinsi DIY, sektor pertanian merupakan sektor yang 
memberikan  kontribusi  besar  dalam  perekonomian.  Hal  ini  dapat  dilihat 
dari  kontribusi  sektor  pertanian  terhadap  PDRB  Provinsi  DIY  yang 
menempati posisi ketiga setelah sektor jasa‐jasa serta sektor perdagangan, 
hotel  dan  restoran.  Dalam  rentang  waktu  2008‐2011  kontribusi  sektor 
pertanian DIY cenderung mengalami penurunan. Akibat kompetisi dengan 
sektor  lain  dalam  hal  penggunaan  sumber  daya  lahan  dan  air,  terjadi alih 
fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian dengan laju 0,42% per tahun. 
Meskipun alih fungsi lahan lebih banyak terjadi pada lahan marjinal tadah 
hujan  dengan  frekuensi  tanam  dan  produktivitas  rendah,  hal  ini  tetap 
merupakan tantangan cukup berarti dalam pembangunan sektor pertanian 
ke depan. 
Kinerja  sektor  pertanian  tercermin  pada  capaian  indikator  pertanian 
diantaranya  adalah  Nilai  Tukar  Petani  (NTP)  dan  produktivitas  tanaman 
pertanian.  NTP  merupakan  perbandingan  antara  nilai  yang  diterima 
dengan  nilai  yang  dibayarkan  oleh  petani  dalam  melaksanakan  usaha 
taninya.  Mencermati  komponen  perhitungan  NTP  yaitu  Indeks  yang 
diterima  (IT)  dan  indeks  yang  harus  dibayar  (IB),  tampak  bahwa  terdapat 
faktor‐faktor  harga  maupun  biaya  yang  berada  di  luar  jangkauan  petani 
untuk mengendalikannya. NTP mencerminkan efisiensi usaha tani dan daya 
beli petani. NTP Provinsi DIY selama kurun waktu 2008‐2011 menunjukkan 
adanya tren yang meningkat, dimana  tahun 2008 tercatat sebesar 105,28 
dan  kemudian  menjadi  107,58  pada  tahun  2009.  Selanjutnya  kembali 
meningkat pada tahun 2010 sebesar 112,7 dan  pada tahun 2011 menjadi 
114,89. NTP sampai Juli 2012 juga lebih tinggi daripada sebelumnya yaitu 
sebesar  115,81.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  sektor  pertanian  masih 
merupakan pilihan mata pencarian yang menguntungkan bagi masyarakat 
DIY.  Terlebih  dengan  penajaman  peran  subsistem  agribisnis  hilir 
(pascapanen,  pengolahan,  dan  pemasaran  hasil  pertanian)  yang  mampu 
memberikan nilai tambah sangat signifikan. 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 164 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
118
116 115.81
114.89
114
112.74
112
110
108 107.58
106
105.28
104
102
100
2008 2009 2010 2011 2012*
 
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi DIY 
  Gambar 4.9 
Perkembangan Nilai NTP Provinsi DIY, 2008‐2012 
 
Selain  nilai  NTP,  produksi  sektor  pertanian  di  DIY  juga  mengalami 
kenaikan. Selama 2008‐2012 produktivitas tanaman pangan naik rata‐rata 
1,48% per tahun, meskipun pada tahun 2010 terjadi penurunan produksi. 
Penurunan  ini  disebabkan  oleh  anomali  iklim  berupa  musim  hujan 
berkepanjangan. Fenomena iklim ekstrim ini menggangu sistem usaha tani 
tanaman  pangan  secara  keseluruhan.  Namun  demikian  pada  tahun  2010, 
produksi padi ladang (gogo), jagung, kacang hijau dan ubi kayu mengalami 
kenaikan dibanding produksi tahun 2009.  
Tabel 4.89 
Produktivitas Tanaman Pangan di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Produktivitas (ku/ha)  Rata‐Rata 
No  Tahun  2008  2009  2010  2011  2012*  Pertumbuhan
(%) 
1  Padi sawah  62,61   62,72   60,50   60,51    63,56   0,42 
2  Padi ladang   42,68   44,10   44,10   44,24    47,79   2,92 
3  Padi Total   56,95   57,62   56,02   55,89    59,09   0,97 
4  Jagung   40,10   42,24   39,80   41,8    46,86   4,17 
5  Kedelai   10,76   12,72   11,39   11,31    12,14   3,60 
6  Kacang tanah     9,87   10,54   10,02   10,76    11,39   3,77 
7  Kacang hijau     6,68     6,35     5,96   6,04    6,19   (1,81) 
8  Ubi kayu   142,77   165,58   178,17   139,01    148,77   2,16 
9  Ubi jalar  125,51  116,50  108,25   110,99    117,96   (1,36) 
10  Sorgum   3,15   3,15   3,15   3,15    3,15   ‐ 
    Rata‐rata                 1,48 
Sumber: Dinas Pertanian DIY 
 *) Angka Ramalan I 2012 
Produksi  tanaman  hortikultura  naik  rata‐rata  4,01%  per  tahun. 
Kenaikan  total  produksi  tanaman  hortikultura  terutama  disebabkan  oleh 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 165 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
peningkatan  produksi  tanaman  hias  krisan  dan  tanaman  biofarmaka. 
Peningkatan  produksi  juga  didorong  oleh  berkembangnya  aktivitas 
kelembagaan  kelompok  tani/gabungan  kelompok  tani  (gapoktan)  sebagai 
dampak positif bantuan sosial bagi kelompok tani/gapoktan.  
Sementara itu pada periode yang sama, subsektor peternakan juga 
mengalami  kenaikan  produksi.  Peningkatan  populasi  ternak  pada  tahun 
2009  sebesar  5,24%  dan  pada  tahun  2010  sebesar  0,52%.  Meskipun 
kenaikan  pada  tahun  2010  lebih  kecil  jika  dibanding  tahun  2009,  namun 
masih  positif  sehingga  selama  2008‐2012  peningkatan  populasi  ternak 
sebesar rata‐rata 1,74% per tahun. 
 
Tabel 4.90 
Populasi Ternak di Provinsi DIY di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Populasi (dalam ekor)  Rata‐rata 
No  Jenis Ternak  Pertumbuhan 
2008  2009  2010  2011  2012*  (%) 
Ternak Besar 
1    Kuda    1.354  1.222   1.360  1.508  1.582  4,14  
2    Sapi  Potong  269.927  283.043   290.949  385.370  430.663   13,37  
3    Sapi Perah    5.652  5.495   3.466  3.888  3.594  ‐9,18 
4    Kerbau    4.607  4.312   4.277  1.238  1.005  ‐26,09 
Ternak Kecil 
5    Kambing    304.780  308.353   331.147  343.647  359.406  4,11  
6    Domba    130.775  132.872   136.657  147.773  154.908  4,20  
7    Babi    8.766    12.038     12.695    13.056    14.449   15,21  
Ternak 
unggas    
 Ayam  3.925.95 3.916.63 3.861.67 4.019.96 4.052.13
8   Kampung    8  6   6  0  9  0,82  
 Ayam Ras     
2.933.21 3.224.10 2.799.18 3.160.69 3.351.00
9   Petelur    6  8   2  7  2  3,22  
5.128.48 5.276.89 5.435.52 5.770.83 6.032.66
10   Pedaging    8  7   1  2  8  4,02  
11    Itik   443.203  446.704   498.237  516.525  535.557  5,33  
Rata‐rata Pertumbuhan  1,74  
Sumber : Dinas Pertanian DIY,  
*) angka prediksi 
 
Pembangunan  pertanian  juga  menyangkut  subsektor  perkebunan 
dimana  ruang  lingkup  pembangunan  perkebunan  meliputi  kegiatan‐
kegiatan  intensifikasi,  rehabilitasi,  peremajaan,  ekstensifikasi  dan 
diversifikasi  kebun,  produksi,  pengolahan  dan  pemasaran,  peningkatan 
peran serta dan partisipasi aktif seluruh pelaku pembangunan perkebunan, 
pengembangan  kelembagaan,  serta  penerapan  agribisnis  perkebunan 
dalam rangka peningkatan pendapatan petani dan pendapatan asli daerah 
untuk kesejahteraan masyarakat. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 166 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Agribisnis perkebunan yang berdaya saing dan berkelanjutan, akan 
dapat diwujudkan apabila tercapai peningkatan produksi, produktifitas dan 
mutu  produk  yang  dihasilkan,  pengolahan  dan  pemasaran  hasil  yang 
memadai  serta  tingkat  efisiensi  usaha  tani  dapat  tercapai.  Penerapan 
agribisnis  ini  dapat  diciptakan  apabila  kegiatan  yang  dilaksanakan  oleh 
petani  dapat  memenuhi  tingkat  intensifikasi  usaha  tani  yang  lebih 
produktif,  memanfaatkan  teknologi  tepat  guna  serta  tingkat  kemampuan 
petani  dan  kelembagaan  petaninya  di  dalam  mengakses  pemenuhan 
kebutuhan  agribisnis  juga  memadai.  Di  sisi  lain  efisiensi  usaha  tani  akan 
dapat  tercapai  apabila  produksi  yang  tinggi  tersebut  dapat  diimbangi 
dengan  biaya  produksi  yang  sekecil  mungkin  dengan  peluang  pasar  yang 
baik  serta  dicapai  tingkatan  dengan  harga  yang  wajar.  Dengan  berbagai 
keterbatasan  terkait  potensi  sumber  daya  alam  yang  ada  di  Provinsi  DIY 
maka  langkah  strategis  yang  harus  diupayakan  adalah  mendorong 
tercapainya  peningkatan  produktifitas  dan  mutu  produk  yang  memadai 
sehingga daya saing produk memenuhi permintaan pasar. 
Isu  strategis  pembangunan  subsektor  Perkebunan  Provinsi  DIY 
adalah sebagai berikut: 
1. Akselerasi pengambangan tebu menuju swasembada gula.  
2. Penerapan SNI wajib bagi kakao fermented.  
3. Rehabilitasi  dan  reklamasi  lahan  akibat  erupsi  Gunung  Merapi  dalam 
rangka mendorong peningkatan daya dukung lahan, air.  
4. Pemanfaatan areal perkebunan sebagai sasaran agrowisata. 
5. Penerapan sertifikasi pangan organik bagi komoditas perkebunan. 
Pemerintah  Provinsi  DIY  selama  Tahun  Anggaran  2008‐2012 
mengimplementasikan  program‐program  urusan  pertanian  sebagai 
berikut:  
1. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. 
2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan. 
3. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian. 
4. Program Pengembangan Agribisnis Perkebunan. 
5. Program Peningkatan Pemasaran dan Distribusi Hasil Perkebunan. 
6. Program  Pemanfaatan  Teknologi  dan  Peningkatan  Produksi 
Perkebunan 
7. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian. 
8. Program Peningkatan Produksi Pertanian. 
9. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak. 
10. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan. 
11. Program Peningkatan Kualitas SDM dan Kelembagaan Petani. 
Rekapitulasi  pelaksanaan  program  dan  kegiatan  urusan  pertanian 
selama  kurun  waktu  2008‐2012  sebagaimana  tercantum  pada  tabel 
berikut. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 167 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Tabel 4.91 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Pertanian di Provinsi DIY,  
2008‐2012 
Keuangan 
Tahun  Jumlah  Jumlah   Capaian   Fisik (%)  
Program  Kegiatan   Pagu (Rp)    Realisasi (Rp)   (%)  
2008  11  40  9.207.892.129 8.390.237.835 91,12  98,02 
2009  16  117  17.396.579.105 15.742.118.213 90,49  99,42 
2010  17  136  19.846.374.830 16.907.004.701 85,19  96,11 
2011  12  82  18.734.272.850 16.612.041.161 88,67  99,59 
2012*  12  89  17.907.943.432 7.182.449.680 40,11  45,00 
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi DIY 
 
Jumlah  program  dilaksanakan  untuk  urusan  pertanian  pada  tahun 
2012 sebanyak 12 program dengan jumlah kegiatan sebanyak 89 kegiatan. 
Sampai  dengan  bulan  Juli  2012,  capaian  fisik  rata‐rata  sebesar  45,00% 
dengan capaian realisasi keuangan sebesar 40,67%.  
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
1. Sumber Daya Manusia (SDM) Pertanian. 
Sebagian besar petani di Provinsi DIY merupakan petani berusia lanjut 
dengan pendidikan yang relatif masih rendah. 
2. Adopsi teknologi budidaya dan pengolahan.  
Petani  pada  umumnya  masih  menggunakan  cara‐cara  yang  sudah 
terbiasa  dilakukan  secara  turun‐temurun.  Petani  akan  mengadopsi 
teknologi  baru  apabila  sudah  meyakini  benar  dan  sudah  terbukti 
bahwa  teknologi  baru  tersebut  benar‐benar  mempunyai  kelebihan 
dibandingkan  dengan  teknologi  yang  sudah  diyakininya  selama 
bertahun‐tahun.  selain  itu,  temuan  teknologi  baru  sering  kali  belum 
secara cepat dapat diinformasikan ke tingkat lapang. 
3. Akses terhadap permodalan.  
Sumber  utama  pembiayaan  usaha  tani  sebagian  besar  berasal  dari 
modal sendiri. Sementara itu pemerintah telah menyediakan beberapa 
skema  pembiayaan/SKIM  kredit  bagi  petani/peternak  dengan  bunga 
yang  relatif  rendah  dibanding  skim  kredit  komersial.  Skema 
pembiayaan  usaha  tani  antara  lain  Kredit  Ketahanan  Pangan  dan 
Energi (KKPE), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Usaha Perbibitan Sapi 
(KUPS).  Namun  demikian,  penyerapan  skema  kredit  tersebut  belum 
maksimal  karena  bank‐bank  penyalur  mensyaratkan  agunan  ataupun 
penjaminan kepada petani/peternak, sehingga petani/peternak belum 
dapat secara maksimal memanfaatkan kredit dimaksud.  
4. Sarana dan prasarana.  
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 168 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
a. Pemilikan lahan pertanian 
  Hasil  PUT  Tahun  2009  Provinsi  DIY  juga  menunjukkan  bahwa 
sebagian  besar  RTUT‐PJKT  di  Provinsi  DIY  (78,32%)  menguasai 
lahan pertanian kurang dari 0,5 Ha. 
b.    Alih fungsi lahan pertanian ke non‐pertanian  
  Saat  ini  alih  fungsi  lahan  dari  pertanian  ke  non  pertanian 
mencapai  0,42%  per  tahun  atau  sekitar  200  ha/tahun.  Hal 
tersebut  mengakibatkan  inefisiensi  pengelolaan  usahatani.  Alih 
fungsi  lahan  pada  lahan  persawahan  berakibat  pada 
meningkatnya  kerusakan  atau  terputusnya  jaringan  irigasi  di 
tingkat usaha tani maupun di tingkat desa. 
c.    Jaringan Irigasi  
  Jaringan  irigasi  tersier  pada  saat  ini  sebagian  besar  merupakan 
jaringan  irigasi  yang  dibangun  pada  beberapa  puluh  tahun  yang 
lalu,  atau  merupakan  jaringan  irigasi  sangat  sederhana  yang 
dibangun secara swakarsa oleh masyarakat. Saat ini cukup banyak 
jaringan  irigasi  yang  tidak  berfungsi  secara  optimal,  karena 
mengalami  kerusakan.  Di  sisi  lain  kondisi  jaringan  irigasi  tersier 
masih  banyak  yang  belum  permanen  atau  terbuat  dari  tanah 
sehingga  memperlambat  aliran  air  bahkan  menyebabkan 
kebocoran  di  sepanjang  saluran  yang  mengakibatkan 
ketidakmerataannya pembagian air sejak hulu hingga hilir. 
d.    Jalan usahatani dan Jalan produksi. 
  Di  sebagian  besar  wilayah  perdesaan  jalan  usahatani  maupun 
jalan produksi belum memadai sehingga terjadi inefisiensi dalam 
pengelolaan usahatani maupun dalam pemasaran hasil pertanian. 
e. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia. 
  Ketergantungan  petani  terhadap  penggunaan  pupuk  anorganik 
maupun pestisida masih cukup tinggi dalam penerapan budidaya, 
bahkan  untuk  komoditas  tertentu  penggunaannya  tidak  sesuai 
rekomendasi,  sehingga  menyebabkan  biaya  produksi  tinggi  dan 
merusak ekosistem. 
5. Faktor luar 
a. Pemanasan global  
  Pengaruh  pemanasan  global  mengakibatkan  perubahan  iklim 
yang  cukup  ekstrem  dan  tidak  menentu  sehingga  berdampak 
pada pengaturan musim tanam. 
b. Kebijakan ekonomi makro 
  Kebijakan  Pemerintah  berupa  ratifikasi  Persetujuan  WTO  dan 
ACFTA berakibat pada masuknya produk impor ke pasar domestic 
secara  masal  yang  tidak  dapat  dibendung.  Hal  tersebut  menjadi 
ancaman  bagi  produk  pertanian  lokal  karena  pada  umumnya 
harga  produk  lokal  lebih  mahal,  akibat  inefisiensi  dalam 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 169 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
pengelolaan  usaha.  Di  samping  itu  penjualan  produk  pertanian 
lokal  biasanya  dilakukan  dengan  sistem  curah  sehingga  kalah 
bersaing dengan produk impor dalam hal pengemasan produk. 
c. Bencana Erupsi Gunung Merapi 
  Erupsi  Gunung  Merapi  menyebabkan  kematian  sapi  perah  yang 
mengakibatkan  penurunan  populasi  sapi  perah  dan  produksi 
susu.  Erupsi  juga  mengakibatkan  kerusakan  tanaman  salak, 
sayuran  dan  kubung  tanaman  hias  krisan.  Dampak  lahar  dingin 
dirasakan hingga tahun‐tahun berikutnya. 
 
Solusi 
1. Peningkatan  SDM  pertanian  melalui  pendidikan  dan  pelatihan  baik 
bagi  petani,  kelompok  tani,  gabungan  kelompok  tani  (gapoktan) 
maupun  petugas  di  tingkat  lapangan.  Metode  pendidikan  dan 
pelatihan yang ideal adalah perpaduan antara kegiatan pembelajaran 
di  dalam  ruangan,  di  luar  ruangan,  hingga  studi  banding  ke  luar 
daerah. 
2. Untuk  menumbuhkan  respon  petani  terhadap  penggunaan  teknologi 
baru  diperlukan  metode  yang  mampu  memberikan  keyakinan  pada 
petani  bahwa  teknologi  baru  tersebut  sudah  teruji  dan  benar‐benar 
lebih baik dan lebih menguntungkan/memberikan manfaat bagi usaha 
taninya.  Pendekatan  yang  dilakukan  adalah  dengan  mengadakan 
sosialisasi  dan  pelatihan  dengan  metode  Sekolah  Lapangan  dan 
adanya  Laboratorium  Lapangan    dimana  petani  dilibatkan  langsung 
mulai  dari  perencanaan  hingga  evaluasi  terhadap  teknologi  baru 
tersebut. Disamping itu sosialisasi juga dilakukan melalui media cetak 
maupun  media  elektronik  dengan  kemasan  budaya  lokal  sehingga 
lebih mudah diterima dan dipahami oleh petani.  
3. Akses terhadap permodalan. Berbagai skema pembiayaan/skim kredit, 
baik  dari  Pemerintah  maupun  BUMN  tidak  dapat  diimplementasi 
secara  parsial,  akan  tetapi  harus  disertai  dengan  pendampingan  dan 
penguatan  kelembagaan  petani.  Pembinaan  petani  dilaksanakan 
dengan  basis  kelompok  (kelompok  tani  maupun  gabungan  kelompok 
tani).  
4. Sarana dan prasarana.  
a. Kepemilikan Lahan Pertanian 
  Untuk  mengatasi  pemilikan  lahan  yang  sempit  (rata‐rata  <0,5  Ha), 
Pemerintah  Provinsi  memfasilitasi  pengembangan  usahatani  lahan 
sempit  dengan  prioritas  komoditas  bernilai  ekonomi  tinggi  dan 
efisien,  diantaranya  melalui  pemanfaatan  lahan  produktif  untuk 
pengembangan  perbenihan  dan  perbibitan,  mengingat  harga  jual 
produk benih selalu lebih tinggi dibanding produk konsumsi. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 170 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
  Disamping  itu  dilakukan  integrasi  terhadap  pengelolaan  usahatani 
dalam satu wilayah tertentu (Integrated Farming) di mana potensi 
sumberdaya  lokal  digarap  dengan  terintegrasi  dari  on‐farm  hingga 
off‐farm  sehingga  memberikan  manfaat  yang  besar  bagi  petani  di 
lokasi tersebut. 
b. Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian 
Upaya  yang  telah  dilakukan  untuk  menghambat  laju  alih  fungsi 
lahan  pertanian  ke  non  pertanian  adalah  melalui  fasilitasi  sarana 
produksi pertanian dengan kelompok sasaran petani lahan sawah di 
daerah yang laju alih fungsi lahannya cukup pesat. Dengan asumsi 
bahwa alih fungsi lahan dipicu oleh kesulitan memenuhi kebutuhan 
sarana  produksi,  maka  fasilitasi  yang  diberikan  berupa  pemberian 
pupuk  majemuk  dan  pupuk  organik,  dengan  harapan  petani  tetap 
melakukan usahatani  dan  tidak  mengubah  fungsi  lahannya  ke  non 
pertanian. Dengan fasilitasi tersebut petani penerima berkomitmen 
untuk  tidak  mengalihfungsikan  lahannya  sekurang‐kurangnya 
selama 3 (tiga) tahun setelah penerimaan bantuan.  
Upaya  lain  yang  telah  dilakukan  adalah:  1)  Melakukan  kerja  sama 
dengan  Badan  Pertanahan  Nasional  untuk  pelaksanaan  sertifikasi 
bagi  lahan  produktif  tanpa  dipungut  biaya;  2)  Dari  sisi  regulasi, 
keberadaan  Peraturan  Daerah  DIY  tentang  perlindungan  lahan 
pertanian  pangan  berkelanjutan  perlu  ditindaklanjuti  dengan 
pemberlakuan  peraturan  serupa  atau  turunannya  di  tingkat 
Kabupaten; 
c. Jaringan Irigasi 
  Untuk mengatasi tidak berfungsinya jaringan irigasi yang ada akibat 
alih  fungsi  lahan,  maka  dalam  setiap  proses  alih  fungsi  lahan, 
aparatur  Pemerintah  selalu  dilibatkan  secara  aktif  dalam  tahap‐
tahap  negosiasinya.  Dalam  kesempatan  itu  aparat  secara  aktif 
memberi  masukan  bagi  penyelamatan  jaringan  irigasi  yang  tidak 
akan  lagi  digunakan  pada  kawasan  tersebut,  namun  aliran  airnya 
masih dibutuhkan untuk lahan‐lahan di sekitarnya. 
  Bagi  jaringan  irigasi  yang  mengalami  kerusakan  maupuan  jaringan 
yang  masih  sangat  sederhana  sehingga  jangkauan  aliran  airnya 
terbatas,  Pemerintah  memberikan  fasilitasi  berupa  bantuan  sosial 
untuk  perbaikan  maupun  pembangunan  jaringan  irigasi  tingkat 
usahatani (JITUT) serta jaringan irigasi desa (JIDES). 
d. Jalan Usahatani dan Jalan produksi 
  Pemerintah,  baik  melalui  dana  alokasi  khusus,  dana  tugas 
pembantuan,  maupun  APBD  Provinsi  telah  mengalokasikan 
kegiatan  pembangunan  atau  perbaikan  jalan‐jalan  usahatani  yang 
bermanfaat  bagi  kelancaran  pengangkutan  sarana  produksi  agar 
sampai  ke  lokasi  dengan  tepat  jumlah  maupun  tepat  waktu,  serta 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 171 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
pembangunan dan perbaikan jalan produksi yang bermanfaat bagi 
kelancaran pengangkutan hasil usahatani ke pasar terdekat.  
e. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia 
  Untuk  mengurangi  ketergantungan  petani  pada  pupuk  dan 
pestisida  kimia,  Pemerintah  memberikan  fasilitasi  baik  berupa 
bantuan  langsung  pupuk  organik  maupun  bantuan  sosial  untuk 
pembuatan  bangunan  Rumah  Kompos  (RP3O)  maupun  alat 
pembuat  pupuk  organic  (APPO).  Dalam  hal  ini  petani  didorong 
untuk menggunakan pupuk organik dengan memanfaatkan limbah 
di  sekitarnya  dan  secara  bertahap  mengurangi  ketergantungan 
terhadap  pupuk  anorganik,  karena  dengan  penggunaan  pupuk 
organik, di samping dapat mempertahankan produktivitas tanaman 
juga dapat memperbaiki kualitas lahan pertanian.  
  Untuk  mengurangi  ketergantungan  pada  penggunaan  pestisida 
kimia,  maka  petani  diperkenalkan  dengan  agens  hayati  sebagai 
pengganti pestisida kimia. Dalam hal ini petani dilatih tentang cara 
pembuatan  agens  hayati.  Di  samping  itu  juga  dilakukan  SL‐PHT 
serta  penerapan  GPP  (Good  Pesticide  Practices)  dalam 
usahataninya. 
5. Faktor Luar 
a.    Pemanasan global 
  Pemerintah  telah  melakukan  upaya  pembinaan  dan 
pendampingan pada petani dalam hal antisipasi terhadap potensi 
eksplosi hama penyakit yang akan timbul akibat perubahan iklim 
yang ekstrim, potensi banjir, kekeringan, dan dampak perubahan 
iklim (DPI) melalui pola sekolah lapangan, antara lain: SL‐Iklim, SL‐
pertanian hemat air, SL‐PTT, dan SL‐PHT.  

b. Kebijakan Ekonomi Makro 
  Langkah‐langkah  yang  telah  diambil  untuk  melindungi  petani 
produsen  dari  akibat  buruk  mekanisme  pasar  bebas  sekaligus 
meningkatan  nilai  tambah  dan  daya  saing  produk  unggulan 
daerah,  antara  lain:  1)  Penyusunan  SOP  (Standard  Operational 
Procedure) dan penerapan GAP (Good Agricultural Practices) pada 
beberapa  produk  hortikultura  unggulan  daerah  (Salak,  Pisang, 
Mangga, Jamur, Melon, Cabe merah, Bawang merah, Buah Naga, 
Srikaya); 2) Registrasi kebun sebagai syarat untuk dapat diekspor 
ke  negara  lain  3)  Penyusunan  SOP  dan  penerapan  GMP  (Good 
Manufacturing  Practices)  serta  GHP  (Good  Handling  Practices) 
pada  proses  pasca  panen,  pengolahan  hasil  panen  hingga 
pemasaran  produk  hasil  pertanian;  4)  Pemberdayaan 
kelembagaan  kelompok  tani  melalui  fasilitasi  Dana  Penguatan 
Modal  Pemasaran  Hasil  Pertanian  (DPM‐PHP);  5)  Fasilitasi 
penanganan  pasca  panen  dan  pengolahan  hasil  untuk 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 172 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
mempertahankan  agar  kualitas  produk  pasca  panen  tetap 
memiliki  akseptabilitas  bagi  pembeli  serta  memberikan  nilai 
tambah bagi produk yang dihasilkan oleh petani; 6) Meningkatkan 
promosi  produk  unggulan  dan  membangun  jejaring  promosi  ke 
provinsi lain utamanya yang tergabung dalam Mitra Praja Utama 
(Sumatera,  Jawa,  Bali  dan  Nusa  Tenggara)  serta  melakukan 
promosi  melalui  keikutsertaan  dalam  pameran‐pameran  tingkat 
nasional. 

c. Penanggulangan erupsi Gunung Merapi 
1) Pemberian dana stimulan yang berupa bantuan sosial untuk 
pengembangan  sapi  perah  khususnya  korban  bencana 
erupsi  Merapi  untuk  pembelian  sapi  perah.  Pembelian  sapi 
untuk  penggantian  ternak  sapi  mati  s.d  4  Januari  2011 
sebanyak 3.413 ekor. 
2) Pemangkasan pelepah salak yang rusak/rebah akibat erupsi 
Gunung  Merapi  dengan  sistem  Padat  Karya  (cash  work). 
Lokasi  di  kecamatan  Cangkringan,  Pakem  dan  Turi.  Luas 
areal pemangkasan pelepah 1.547,8 ha, jumlah tenaga kerja 
terserap  sejumlah  8.662  petani  dengan  HOK  sejumlah 
103.941 HOK. 
3) Pemulihan Usaha Ekonomi Petani 
a) Pembuatan  kubung  krisan  sebanyak  12  kubung  pada 
Asosiasi Petani Krisan dengan anggota 5 kelompok tani 
dengan luasan 400 m2/kubung. 
b) Bantuan sosial untuk pembersihan lahan sayuran seluas 
55  ha  dengan  rincian  35  ha  di  kecamatan  Cangkringan 
dan 20 ha di kecamatan Pakem. 
c) Bantuan  sosial  untuk  pengembangan  ternak  ayam 
buras bagi 3 kelompok tani di kecamatan Cangkringan. 
d) Bantuan  sosial  untuk  pengembangan  ternak  kambing 
Bligon bagi 20 kelompok kambing Bligon di kecamatan 
Cangkringan. 
e) Kegiatan  pemusnahan  bangkai  ternak  sebanyak  1.167 
ekor sapi di kecamatan Cangkringan. 
4) Penanggulangan dampak banjir lahar dingin Merapi 
a) Fasilitasi  langsung  berupa  bantuan  dalam  berbagai 
bentuk  (sarana  produksi:  benih,  pupuk,  bahan 
pengendalian). 
b) Fasilitasi tidak langsung: perbaikan jaringan irigasi, jalan 
pertanian,  Pembenahan  lahan  pembenihan  hortikultura 
di  UPTD  Balai  Pengembangan  Perbenihan  Hortikultura 
Unit  Ngipiksari  seluas  5  ha  dengan  penambahan  pupuk 
organik dan uji coba penanaman tanaman sayuran. 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 173 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
4  URUSAN KEHUTANAN  
Ruang  lingkup  pembangunan  kehutanan  meliputi  kegiatan‐kegiatan 
intensifikasi,  rehabilitasi,  sumber  daya  hutan,  produksi,  pengolahan  dan 
pemasaran,  peningkatan  peran  serta  dan  partisipasi  aktif  seluruh  pelaku 
pembangunan  kehutanan,  pengembangan  kelembagaan,  optimalisasi  dan 
pemanfaatan  fungsi  hutan,  peningkatan  konservasi  sumber  daya  alam 
dalam  rangka  peningkatan  pendapatan  petani  sekitar  hutan,  kelestarian 
hutan dan pendapatan asli daerah untuk kesejahteraan masyarakat. 
Pembangunan  kehutanan  diselenggarakan  berlandaskan  pada  mandat 
Undang‐undang  Nomor  41  Tahun  1999  dan  Undang‐undang  Nomor  5 
Tahun  1990  yaitu  pengurusan  sumber  daya  alam  sebagai  satu  kesatuan 
ekosistem.  Terdapat  tiga  dimensi  utama  dalam  penyelenggaraan 
pengurusan  sumber  daya  hutan,  yaitu:  (1)  Keberadaan  lahan  yang 
diperuntukkan  sebagai  kawasan  hutan  dalam  luasan  yang  cukup  dan 
sebaran  spasial  yang  proporsional;  (2)  Keberadaan  wujud  biofisik  hutan 
berupa tumbuhan dan satwa serta wujud abiotik yang berada pada lahan 
yang diperuntukkan sebagai kawasan hutan dengan kualitas dan kuantitas 
yang  tinggi;  (3)  Tata  kelola  sumber  daya  hutan  baik  menyangkut  aspek 
kelola  ekonomi,  ekologi/lingkungan  maupun  sosial,  yang  menjadi  ciri  dan 
fungsi  sumber  daya  hutan  sebagai  sistem  penyangga  kehidupan  secara 
utuh.  Posisi  strategis  sumber  daya  hutan  dalam  konteks  pembangunan 
memiliki  dua  fungsi  utama,  yaitu:  (1)  Peran  hutan  dalam  pembangunan 
ekonomi terutama dalam menyediakan barang dan jasa yang memberikan 
kontribusi  terhadap  pembangunan  perekonomian  dan  masyarakat;  (2) 
Peran  hutan  dalam  pelestarian  lingkungan  hidup  dengan  menjaga 
keseimbangan sistem tata air, tanah dan udara sebagai unsur utama daya 
dukung lingkungan dalam sistem penyangga kehidupan. 
Hutan  di  DIY  sebesar  25,22%  dari  luas  wilayah  DIY  atau  seluas 
80.398,08  Ha.  Dari  luas  tersebut,  19,35%  merupakan  hutan  rakyat  dan 
sisanya 5,87% merupakan hutan negara. Pada tahun 2010 luas kerusakan 
kawasan  hutan  di  DIY  mencapai  4,939%  yang  sebagian  besar  (4,938%) 
diakibatkan adanya bencana alam erupsi Gunung Merapi, sedangkan pada 
tahun  2010  telah  dilakukan  rehabilitasi  hutan  dan  lahan  kritis  di  wilayah 
Provinsi DIY sebesar 9,93%. 
Berdasarkan  wilayah  administrasi,  kawasan  hutan  negara  dibagi 
dalam  4  wilayah  yaitu  Kabupaten  Gunungkidul  seluas  14.895,500  Ha, 
Kabupaten  Bantul  1.052,600  Ha,  Kabupaten  Sleman  1.729,464  ha  dan 
Kabupaten  Kulon  Progo  seluas  1.037,500  Ha.  Sedangkan  berdasarkan 
fungsi  hutan,  kawasan  hutan  negara    terdiri  atas  hutan  produksi 
13.411,700  Ha,  Hutan  lindung  2.312,800  Ha,  Hutan  konservasi  2.990,564 
Ha  (TNGM  1.728,906  Ha,  Tahura  Bunder  634,10  Ha,  Cagar  alam  11,4375 
Ha,  Taman  wisata  alam  1,0465  Ha,  Suaka  Margasatwa  615,600  Ha). 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 174 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Mengacu  Keputusan  Menteri  Kehutanan  Nomor  197/Kpts‐II/2000 
tertanggal 12 Juli 2000, hutan AB dikelompokkan menjadi hutan produksi. 
 
Isu strategis dalam pembangunan kehutanan: 
1. Optimalisasi manfaat hutan negara yang lestari pada aspek lingkungan, 
sosial, dan ekonomi. 
2. Peranan Tahura dalam optimalisasi manfaat hutan negara yang lestari 
pada aspek lingkungan, sosial dan aspek ekonomi  
3. Rehabilitasi  dan  reklamasi  lahan  akibat  erupsi  Merapi  dalam  rangka 
mendorong peningkatan daya dukung lahan, air  
4. Penerapan sertifikasi untuk hasil hutan kayu 
5. Fasilitasi pengembangan hutan rakyat 
6. Gerakan  Cinta  Hutan,  One  Man  One  Tree,  Kecil  Menanam  Dewasa 
Memanen, Kampanye Indonesia Menanam. 
 
Untuk  mengelola  hutan  di  wilayah  Provinsi  DIY,  program‐program 
di bidang kehutanan yang dilaksanakan selama tahun 2008‐2011 yaitu: 
1. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan. 
2. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan. 
3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan. 
4. Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan. 
5. Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan. 
Rekapitulasi  pelaksanaan  program  dan  kegiatan  urusan  kehutanan 
dan  perkebunan  selama  kurun  waktu  2008‐2011  sebagaimana  tercantum 
pada tabel berikut. 
Tabel 4.92 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Kehutanan dan Perkebunan di 
Provinsi DIY,  
2008‐2012 
 Keuangan  
Tahun  Jumlah  Jumlah   Capaian  Fisik (%) 
Program   Kegiatan   Pagu (Rp)    Realisasi (Rp)   (%)  
2008  9  80  10.713.577.213 10.178.653.177  95,01  100,00
2009  10  68  15.985.500.857 10.085.661.080  63,09  100,00
2010  9  66  11.035.183.900 9.693.485.949  87,84  91,31
2011  9  57  12.218.574.228 10.487.377.005  85,83  100,00
2012*  10  85  12.425.566.575 4.498.314.062  36,20  40
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: Dishutbun Provinsi DIY 
 
Pada  tahun  anggaran  2009  capaian  keuangan  hanya  sebesar 
63,09% akan tetapi fisik 100%, hal tersebut disebabkan adanya sisa lelang 
pengadaan  mesin  pabrik  kayu  putih  Sendangmole  di  Gunungkidul.  Pada 
tahun  2012  jumlah  program  dilaksanakan  sebanyak  10  program  dengan 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 175 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
jumlah  kegiatan  sebanyak  85  kegiatan.  Sampai  dengan  bulan  Juli  2012, 
capaian  fisik  rata‐rata  sebesar  40%  dengan  capaian  realisasi  keuangan 
sebesar  36,20%,  semua  kegiatan  masih  dalam  proses  pelaksanaan 
kegiatan. 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
Berbagai  permasalahan/hambatan  yang  dihadapi  dan  tindak  lanjut  di 
dalam  melaksanakan  pembangunan  kehutanan  dan  perkebunan,  antara 
lain: 
1. Kesadaran  masyarakat  dalam  memanfaatkan  kawasan  hutan  masih 
kurang dan masih terjadi pencurian kayu hutan.  
2. Daya  dukung  lahan  air  dan  hutan  masih  belum  optimal  sesuai  yang 
diharapkan sehingga perlu terus ditingkatkan. 
3. SDM  dan  kelembagaan  petani  hutan  masih  belum  sepenuhnya 
melaksanakan pengelolaan hutan sesuai fungsi hutan 
 
Solusi 
1. Untuk  meningkatkan  kesadaran  masyarakat  dalam  memanfaatkan 
kawasan hutan dilakukan sosialisasi secara intensif dan berkelanjutan 
kepada masyarakat sekitar hutan, fasilitasi paket‐paket produktif yang 
menghasilkan  hasil  hutan  non  kayu  untuk  memberikan  nilai 
tambah/pendapatan  didalam  pengelolaan  hutan  sehingga  tanaman 
pokok  hutan  tetap  lestari  dan  meningkatkan  pengamanan  hutan  dan 
pengendalian  peredaran  hasil  hutan  secara  periodik  dan 
berkelanjutan.  
2. Untuk mengoptimalkan daya dukung lahan air dan hutan, dilaksanakan 
fasilitasi  sarana  pengelolaan  lahan  dan  air,  penghijauan  untuk  hutan 
rakyat,  reboisasi  dan  pengkayaan  untuk  kawasan  hutan  negara  serta 
pengutuhan  populasi  tanaman  perkebunan  agar  memenuhi  skala 
ekonomi,  pemanfaatan  pupuk  organik  untuk  mendorong 
pengembalian  kesuburan  tanah  dan  diverfisikasi  baik  tanaman 
maupun non tanaman. 
3. Untuk  meningkatkan  kualitas  SDM  dan  kelembagaan  petani  hutan 
dilakukan  melalui    pelatihan,  magang  petani,  studi  orientasi  bagi 
petani/kelembagaan  petani  sehingga  semakin  meningkat 
pengetahuan,  kemampuan  dan  ketrampilan  di  dalam  melaksanakan 
kegiatan  pembangunan  kehutanan.  Pemerintah  juga  memfasilitasi 
paket‐paket produktif dalam rangka meningkatkan pelestarian hutan. 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 176 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
5   URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 
Urusan  energi  dan  sumber  daya  mineral  (ESDM),  memiliki  peran  didalam 
memfasilitasi  dan menyediakan pasokan energi dan sumber daya mineral 
antara  lain  melalui  penyediaan  listrik  perdesaan,  pengembangan  energi 
baru  terbarukan  dan  penyediaan  air  bersih  melalui  pemboran  air  tanah 
dalam. 
 
Tabel 4.93 
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan ESDM, 2008‐2012 
Target  Target  Target  Target  Target 
dan  dan  dan  dan  2012 
No  Indikator Kinerja  Satuan 
capaian  capaian  capaian  capaian 
2008  2009  2010  2011 
Peningkatan  Ratio 
0,02  0,02  0,02  0,02 
Elektrifikasi 
1  Persen  0,015 
0,02  0,02  0,02  0,81 

Peningkatan Kapasitas 
0,30  0,30  0,30  0,30 
Energi Listrik 
2  Persen  0,30 
0,30  0,30  0,30  1,33 

Pemenuhan 
6  6  6  6 
Kebutuhan Air di 
3  Persen  6 
daerah Sulit Air 
6  6  6  8 

Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY 

Selain  indikator  di  atas,  melalui  renstra  dinas,  terdapat  indikator  kinerja 
terkait bahan galian dan bahan bakar, yaitu: 
1. Peningkatan  nilai  produksi  bahan  galian  dengan  target  0,37% 
pertahun. 
2. Pemenuhan  kebutuhan  bahan  bakar  sesuai  kuota  dengan  target 
sebesar 100% pertahun. 
Capaian Kinerja hingga tahun 2011 untuk urusan ESDM telah dapat 
memenuhi  target  yang  telah  ditentukan  sebagai  indicator  capaian  kineja 
dalam RPJMD 2009 – 2013, bahkan untuk Tahun 2011 mampu melampaui 
target yang telah ditentukan. Sehingga capaian kinerja untuk urusan ESDM 
pada bulan Juli 2012 juga telah memenuhi target yang telah ditentukan. 
 
5.1  Peningkatan Ratio Elektrifikasi 
Energi  listrik  diharapkan  dapat  mendorong  berkembangnya  kegiatan 
ekonomi yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan 
pendapatan  daerah.  Disisi  lain  ketenagalistrikan  berperan  sebagai 
infrastruktur  yang  harus  ada  untuk  mendukung  kegiatan  pembangunan 
masyarakat.  Pembangunan  infrastruktur  ketenagalistrikan  diprioritaskan 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 177 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
baik  untuk  meningkatkan  keandalan  penyediaan  tenaga  listrik  maupun 
memberikan  akses  penyediaan  tenaga  listrik.  Penyediaan  tenaga  listrik 
yang  memadai  dan  berkualitas  merupakan  parameter  penting  untuk 
mendukung  kemajuan  sektor  lainnya  antara  lain  sektor  industri, 
perdagangan,  telekomunikasi  dan  sektor‐sektor  penggerak  ekonomi 
lainnya. Sehingga ketersediaan energi listrik yang cukup akan menentukan 
pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat. 
  Pada akhir tahun 2010, jumlah RT di DIY ada 1.008.663 KK dengan 
ratio elektrifikasi 75,04%. Pada tahun 2011, berdasarkan Sensus Penduduk 
Tahun  2010,  jumlah  RT  tercatat  1.037.976  KK,  dan  melalui  pelaksanaan 
program  dan  kegiatan  APBD  pada  tahun  2011,dapat  dilaksanakan 
penambahan RT berlistrik sebanyak 191 RT sehingga terdapat peningkatan 
ratio  elektrifikasi  sebesar  0,018%  dari  target  sebesar  0,015%.  Sedangkan 
melalui  dana  APBN  jumlah  RT  berlistrik  meningkat  sebanyak  29.840  RT 
atau terjadi peningkatan ratio elektrifikasi sebesar 0,79%. Secara total ratio 
elektrifikasi  pada  tahun  2011  tercapai  76,21%,  meningkat  sebesar  0,81% 
dari tahun 2010 
 
5.2  Peningkatan Kapasitas Daya Listrik  
Pembangunan  energi  daerah  yang  berkelanjutan  diarahkan  pada 
pengembangan potensi sumber daya dan kemampuan daerah yang sejalan 
dengan  peningkatkan  kemandirian,  daya  saing  dan  nilai  tambah  daerah. 
Kebijakan  diversifikasi  energi  atau  penganekaragaman  energi  melalui 
pengembangan  dan  pemanfaatan  energi  baru  dan  terbarukan  yang  telah 
dilakukan  di  daerah  antara  lain  dengan  pemanfaatan  tenaga  air,  angin, 
surya  dan  biogas.  Khusus  untuk  pengembangan  dan  pemanfaatan  tenaga 
air melalui pembangunan PLTMH, ketersediaan aliran air merupakan salah 
satu  persyaratan  pokok  untuk  menjamin  keberlanjutan  pemanfaatan 
sehingga diperlukan dukungan sektor lain yang terkait dengan pengelolaan 
daerah  aliran  sungai  (DAS).  Disamping  itu    diperlukan  pula    kerjasama 
dengan  Perguruan  Tinggi  yang  memiliki  lembaga  khusus  di  bidang  energi 
dan pengabdian masyarakat serta lembaga lainnya.  
  Dengan memanfaatkan tenaga air, surya dan biogas, melalui dana 
APBN dan APBD Provinsi DIY dapat dibangkitkan tenaga listrik sebesar 106 
kw  dari  keseluruhan  potensi  energi  baru  dan  terbarukan  di  Provinsi  DIY 
yang diperkirakan kurang lebih sebesar 10 mw.  
Sampai  dengan  tahun  2010,  total  jumlah  energi  terbarukan  yang  dapat 
dibangkitkan  sebesar  449,75  kw  dari  total  potensi  10.000  kw.  (10  mw). 
Kapasitas  energi  listrik  yang  telah  dibangkitkan  melalui  program  dan 
kegiatan APBD dan APBN di Provinsi DIY pada tahun 2011 
sebesar 132,6 kw,  sehingga meningkat 1,33% dari  target sebesar 0,30%. 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 178 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
5.3  Pemenuhan Kebutuhan Air di Daerah Sulit Air  
Pengelolaan  air  tanah  meliputi    perencanaan,  pelaksanaan,  pemantauan 
dan  evaluasi  penyelenggaraan  konservasi  air  tanah,  pendayagunaan  air 
tanah  dan  pengendalian    daya  rusak  air  tanah  pada  cekungan  air  tanah 
lintas  kabupaten/kota  yaitu  Cekungan  Air  Tanah  Yogyakarta‐Sleman. 
Melalui  dana  APBN  dan  APBD  Provinsi  DIY,  pendayagunaan  air  tanah 
dilakukan dengan pembuatan  sumur bor air tanah dalam yang berada di 
daerah sulit air yaitu daerah dengan kedalaman muka air tanah dalam dan 
fluktuasi air tanah tinggi.  
Dari pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2011,  pemenuhan air baku 
di daerah sulit air tercapai sebesar 8% dari target kinerja tahun 2011 yang 
ditetapkan sebesar 6% 
Upaya  konservasi  air  tanah    dilakukan  dengan  membuat  sumur 
peresapan  air  hujan  dan  sumur  pantau  yang  dilengkapi  alat  pantau 
permukaan  air  tanah  yaitu  automatic  water  level  recording  (AWLR) 
berbasis telemetri. 
 
5.4  Peningkatan Nilai Produksi Bahan Galian  
Kegiatan usaha pertambangan di Provinsi DIY dikelompokkan dalam 3 jenis 
komoditas tambang, yaitu: mineral logam, mineral non logam dan batuan. 
Mineral  logam  meliputi:  mangaan    dan  pasir  besi,  mineral  non  logam 
meliputi:  fosfat,  bentonit,  zeolit,  dan  kaolin,  sedangkan  batuan  meliputi  : 
andesit,  tanah  urug,  pasir,    sirtu,  batu  kali,  batu  gamping,  dan  breksi 
batuapung. 
Produksi dari 7 (tujuh)  mineral non logam dan batuan pada tahun 
2011  yang  banyak  diusahakan  di  Provinsi  DIY  saat  ini  adalah  sirtu/pasir 
dengan produksi 487.100 m3, batu gamping/kapur dengan produksi 87.486 
m3,  tanah  liat  dengan  produksi  304  m3,  andesit  dengan  produksi  191.275 
m3, zeolit dengan produksi 300 m3, breksi batuapung dengan produksi 525 
m3,  dan  tanah  urug  dengan  produksi  101.648  m3.  Dari  pelaksanaan 
program  dan  kegiatan pada  tahun 2011,  total  peningkatan  nilai    produksi  
bahan  galian  dari  7  mineral  logam  dan  batuan  sebesar  396,3  juta  Rupiah 
atau meningkat 1,07% dari  target  sebesar 0,37%. 
 
5.5. Pemenuhan Kebutuhan Bahan Bakar  
Pemenuhan kebutuhan bahan bakar minyak bersubsidi jenis premium dan 
solar    didistribusikan  melalui  89  Stasiun  Pengisian  Bahan  Bakar  Umum 
(SPBU), sedangkan penyaluran bahan bakar gas bersubsidi didistribusikan 
melalui 9 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji dengan 43 agen dan 2.832 
pangkalan. Upaya pemenuhan kebutuhan bahan bakar, dilakukan melalui 
kegiatan  pengawasan  terhadap  distribusi  bahan  bakar  bersubsidi.  Dari 
pelaksanaan  program  dan  kegiatan  pengawasan  pada  tahun  2011, 
penyaluran bahan bakar minyak bersubsidi jenis premium sebesar 458.064 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 179 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
KL,  solar  112.816  KL  serta  penyaluran  bahan  bakar  gas  bersubsidi 
52.792,15 Ton, realisasi penyaluran melebihi   1,3% dari besarnya kuota.  

Permasalahan dan Solusi 

Permasalahan 

Secara  umum  beberapa  permasalahan  terkait  urusan  Energi  dan  Sumber 


Daya Mineral adalah:  
1.   Masih terdapat kurang lebih 244 dusun yang sebagian besar KK nya 
belum  berlistrik  terutama  di  wilayah‐wilayah  yang  terpencil  yang 
pada  umumnya  belum  berkembang,  karena  pembangunan  jaringan 
listrik di wilayah‐wilayah tersebut memerlukan investasi yang cukup 
besar.  
2.   Kegiatan  usaha  pertambangan  belum  dilaksanakan  secara  optimal 
dikarenakan  belum  ditetapkannya  Wilayah  Usaha  Pertambangan 
(WUP)  oleh  Menteri  Energi  dan  Sumber  Daya  Mineral  (ESDM)  dan 
Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) oleh Bupati.  
 
Solusi 
Untuk  menyelesaikan  permasalahan  yang  ada,  beberapa  solusi  yang 
dilakukan meliputi:  
 
1. Dalam  rangka  pemenuhan  listrik  perdesaan,  dilakukan  koordinasi 
secara terpadu antara pemerintah daerah baik pemerintah provinsi 
maupun  kabupaten  dengan  PT.  PLN  (Persero)  khususnya  pada 
wilayah‐wilayah  yang  secara  teknis  dan  ekonomis  tidak  layak 
dibangun jaringan.  
2. Bagi  wilayah  di  kabupaten  yang  mempunyai  potensi  sumber 
daya  mineral  yang  dapat  dimanfaatkan  untuk  kegiatan 
pertambangan  secara  berkelanjutan,  diusulkan  untuk  dapat 
ditetapkan  manjadi  Wilayah  Usaha  Pertambangan  (WUP) 
kepada Menteri ESDM dan penetapan Wilayah Pertambangan 
Rakyat (WPR) oleh Bupati.                                                                                                           
 
 
 
 
 
 
 
 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 180 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
6   URUSAN INDUSTRI 
Sektor  industri  di  Provinsi  DIY  memiliki  kontribusi  pada  perekonomian 
Provinsi  DIY  sebesar    14,03%  pada  tahun  2010,  menempati  urutan 
keempat setelah sektor jasa, perdagangan, hotel dan restoran dan sektor 
pertanian.  Sektor  industri  di  Provinsi  DIY  didominasi  oleh  usaha  kecil  dan 
menengah, dimana jenis usaha seperti ini sangat berperan penting dalam 
penyerapan tenaga kerja.  
Jumlah  unit  usaha  pada  tahun  2011  sebanyak  80.056  unit  dengan 
penyerapan  tenaga  kerja  sebanyak  295.461  orang.  Kondisi  tahun  2011 
mengalami peningkatan dari tahun 2010. sebagaimana disajikan pada tabel 
berikut. 
Tabel 4.94 
Perkembangan Potensi IKM, 2008‐2011 
Indikator  Capaian Tahun 
2008  2009  2010  2011 
Jumlah Unit Usaha  76.267  77.851  78.122  80.056 
Penyerapan Tenaga Kerja (orang)  273.621  291.391  292.625  295.461 
Nilai Investasi (Rp Miliar)  769,27  871,11  878,06  1.003,67 
Nilai Produksi (Rp Miliar)  2.800,90  2.325,58  2.821,21  3.053,03 
Nilai Bahan Baku dan Penolong (Rp Miliar)  1.258,22  1.251,17  1.358,29  1.352,47 
Sumber: Disperindagkop Provinsi DIY 
 
Sektor  Industri  selama  tahun  2011,  mengalami  perkembangan 
positif.  Hal  tersebut  dapat  dilihat  adanya  peningkatan  dari  jumlah  unit 
usaha  (2.48%),  penyerapan  tenaga  kerja  (0.97%),  nilai  investasi  (14.31%), 
dan nilai produksi (8.22%).  
 
Pemerintah  Provinsi  DIY  telah  berupaya  melalui  berbagai  program 
dan  kegiatan  yang  diharapkan  dapat  mengembangkan  sektor  industri  di 
Provinsi  DIY.  Adapun  program‐program  yang  telah  dilaksanakan  selama 
kurun waktu 2008‐2011 adalah sebagai berikut: 
1. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah. 
2. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri. 
3. Program Pembinaan Industri Rumah Tangga (IRT), Industri Kecil dan 
Menengah (IKM). 
4. Program Peningkatan Kapasitas Iptek dan Sistem Produksi. 
5. Program Penataan Struktur Industri. 
6. Program Pengembangan Sentra‐sentra Industri Potensial. 
7. Program Pembinaan dan Pengembangan Industri Kreatif. 
Rekapitulasi  pelaksanaan  program  dan  kegiatan  urusan  industri 
selama  kurun  waktu  2008‐2011  sebagaimana  tercantum  pada  tabel 
berikut. 
 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 181 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Tabel 4.95 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Industri di Provinsi DIY,  
2008‐2012* 
Keuangan 
Jumlah  Jumlah   Fisik 
Tahun 
Program  Kegiatan   Pagu (Rp)    Realisasi (Rp)   Capaia (%)  
n (%)  
2008  3  19  2.501.444.115,00  2.309.387.130,00  92,00 100,00  
2009  3  37  2.904.765.750,00  2.816.068.375,00  97,00 100,00  
2010  6  43  3.197.835.300,00  2.822.288.970,00  88,00   98,83  
2011  6  29  5.592.796.390,00  5.151.371.235,00 92,11 100,00 
2012*  6  41  3.992.704.090,00 1.458.537.189,00 36,52 35,00 
Catatan: Posisi s/d Juli 2012 
Sumber: Disperindagkop Provinsi DIY 
 
Pada tahun 2011 jumlah program dilaksanakan sebanyak 6 program 
dengan jumlah kegiatan sebanyak 29 kegiatan. Sampai akhir tahun, capaian 
fisik  sebesar  100%  dengan  capaian  realisasi  keuangan  sebesar  Rp. 
5.151.371.235,‐  atau  92,11%.  Pada  tahun  2012  jumlah  program 
dilaksanakan  sebanyak  6  program  dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  41 
kegiatan.  Sampai  dengan  bulan  Juli  2012,  dengan  capaian  realisasi 
keuangan sebesar Rp. 1.458.537.189,‐,‐ atau 36,52 %. Adapun kegiatan yang 
sudah dilaksanakan sampai dengan bulan Juli 2012 antara lain: 
1. Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Produk Olahan Ikan 
2. Penerapan SNI IKM Logam 
3. Pelatihan Teknis Pengembangan Desain Kemasan IKM Pangan 
4. Pengembangan Desain IKM Kerajinan 
5. Pelatihan ketrampilan Usaha Bagi Masyarakat Lingkungan Industri Hasil 
Tembakau (Cukai) 
6. Peningkatan Inovasi Produk IKM Sutera 
7. Jogja Fashion Week 
8. Pelatihan Standarisasi IT Internasional 
9. Pelatihan pengelolaan UKM Berbasis IT 
  
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
1. Pengusaha  IKM  lebih  memprioritaskan  pada  aspek  produksi 
sedangkan  fungsi‐fungsi  pemasaran  masih  kurang  mampu 
mengaksesnya,  khususnya  dalam  informasi  pasar  dan  terbatasnya 
jaringan pemasaran. 
2. Persediaan bahan baku untuk beberapa jenis industri tertentu masih 
tergantung  dari  daerah  lain  misalnya:  serat  tumbuhan,  kayu,  kulit, 
perak dan bambu. 
3. Umumnya  IKM    masih  lemah  dalam  desain.  Dalam  berproduksi 
sebagian pengusaha hanya berdasarkan Job Order/Buyer Manded. 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 182 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
4. Kemitraan Usaha pemasaran masih terbatas sehingga jaringan pasar 
masih terbatas. 
5. IKM  belum  optimal  memanfaatkan  pasar  global  karena  daya  saing 
masih  rendah  dan  dihadapkan  adanya  peraturan  lingkungan  hidup, 
HAKI, Manajemen Mutu atau (ISO 9000). 
6. Masih banyak barang dijual belum menggunakan SNI. 
7. Kemampuan promosi IKM masih terbatas, disebabkan biaya promosi 
dianggap relatif masih mahal. 
8. Program pengembangan HAKI masih kurang optimal karena manfaat 
HAKI  belum  begitu  dirasakan  manfaat  oleh  perajin,  tidak  didukung 
dengan bantuan pendaftaran merk, sosialisasi HAKI serta operasional 
klinik HAKI juga kurang optimal. 
 
Solusi 
1. Perlu  adanya  pelatihan  dan  pembinaan  mengakses  pasar  melalui 
teknologi  informasi/internet  dan  IKM  perlu  peningkatan  sarana  dan 
prasarana teknologi informasi dan kegiatan market survei.  
2. Peningkatan  mutu  dan  memperhatikan  peningkatan  nilai  tambah, 
maka perlu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan bahan baku 
dari  daerah  lain  dengan  tetap  memperhatikan  kontinuitas  SDA 
setempat.  Kegiatan  yang  perlu  di  laksanakan  antara  lain  identifikasi 
kebutuhan  bahan  baku,  kemitraan  penyediaan  bahan  baku  dengan 
daerah  lain  yang  potensial  menyediakan  bahan  baku  dengan 
kontinyu.  
3. Pengembangan  desain  melalui  pelatihan  dan  bantuan  tenaga  ahli 
desain. 
4. Peningkatan kemitraan pemasaran/keterkaitan pemasar antar sektor 
industri dengan sektor ekonomi lainnya.  
5. Pengembangan  kelembagaan  seperti  penerbitan  Izin  Usaha  Industri, 
Pelaksanaan  Gugus  Kendali  Mutu  (GKM),  Diklat  SDM  Perusahaan, 
Pendampingan oleh tenaga ahli. 
6. Peningkatan  mutu  komoditi  yang  dihasilkan  IKM  dengan  tetap 
memperhatikan peningkatan nilai tambah dengan cara:  
- Pengembangan sistem pengendalian mutu/kontrol kualitas produk.  
- Pengembangan teknologi untuk peningkataan produktivitas, efisien 
dan  nilai  tambah  melalui  pelatihan  teknologi  ketrampilan, 
bimbimgan teknis dan bantuan peralatan, bimbingan teknis aspek 
lingkungan.  
- Pengembangan desain produk yang sesuai selera konsumen/pasar.  
7. Pengembangan  komoditi  One  Village  One  Product  (OVOP)  di  luar 
sentra  industri  akan  dilakukan  teritegrasi  lintas  Kabupaten/Kota. 
Kegiatan  pembinaan  antara  lain  pendampingan,  studi  banding, 
promosi  dan  pemasaran  bersama,  program  pengembangan  yang 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 183 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
sudah  disepakati.  Jenis  komoditi  yang  akan  dikembangkan  meliputi 
kerajinan hasil hutan, kerajinan kulit, tekstil, industri logam, industri 
IT beserta pengembangan Kluster Industri meliputi kerajinan kulit dan 
turunannya  serta  kerajinan  kayu  dan  turunannya.  Pengembangan 
Kluster  Industri  ini  dirumuskan  bersama  antara  Provinsi  dengan 
Kabupaten/Kota  dan  kerjasama  dengan  Provinsi  lain.  Untuk  kerajian 
kulit akan terkait dengan Asosiasi Penyamakan Kulit Indonesia (APKI), 
Akademi  Teknologi  Kulit  (ATK),  Balai  Besar  Kulit,  Kabupaten  Bantul, 
Kabupaten  Gunungkidul,  Kota  Yogyakarta,  Kabupaten  Sleman, 
Kabupaten Magetan, Provinsi NTT, Provinsi Jawa Barat.  
8. Pengembangan  Industri  Kreatif  dalam  bentuk    Dialog,  Temu  Usaha, 
Pendidikan dan Pelatihan, Fasilitasi, Bantuan Peralatan, Promosi. 
 
 
7   URUSAN PERDAGANGAN 
Sektor  perdagangan  merupakan  sektor  strategis  bagi  Provinsi  DIY  yaitu 
merupakan penyumbang terbesar kedua pada pembentukan PDRB setelah 
sektor  jasa‐jasa.  Sebagai  sektor  strategis,  sektor  perdagangan  memegang 
peranan yang penting dalam pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY karena 
sangat terkait dengan sektor‐sektor lain seperti sektor pertanian, industri, 
pariwisata  dan  lainnya.  Sektor  perdagangan  terbagi  dalam  perdagangan 
dalam negeri dan perdagangan luar negeri. 
Perkembangan  perdagangan  luar  negeri  di  Provinsi  DIY  selama 
tahun 2008‐2011 dapat dilihat pada perkembangan ekspor impor.  Volume 
ekspor DIY tahun 2011 sebesar 27 juta kg, turun 8 juta kg dari tahun 2010. 
Namun  demikian,  dilihat  dari  nilainya  ekspor  DIY  terus  mengalami 
kenaikan  selama  2008‐2011.  Nilai  ekspor  pada  tahun  2008  sebesar  130,3 
juta US$, naik menjadi 109 juta US$ pada tahun 2009, naik lagi pada tahun 
2010 menjadi 140 juta US$, dan hingga akhir tahun 2011 menjadi 144 juta 
US$.  Beberapa  komoditi  yang  menjadi  unggulan  ekspor  DIY  antara  lain 
kulit, produk kulit, tekstil dan kerajinan. Negara tujuan ekspor utama setiap 
tahunnya  tidak  mengalami  perubahan  yang  signifikan.  Amerika  Serikat 
masih menjadi negara tujuan ekspor walaupun sudah tidak menjadi tujuan 
utama, selanjutnya diikuti oleh negara‐negara Uni Eropa, Jepang, Australia, 
Kanada,  Korea  Selatan, Singapura, Malaysia,  Taiwan,  Hongkong,  serta  Uni 
Emirat Arab sebagai entry point dari negara‐negara Timur‐tengah. 
Sementara itu, pada sisi impor menunjukkan adanya kenaikan nilai 
tetapi  penurunan  volume    pada  akhir  tahun  2011.  Pada  tahun  2010, 
realisasi  impor  Provinsi  DIY  mengalami  penurunan  nilai  sebesar  1,56%, 
volumenya  mengalami  penurunan  sebesar  23,93%,  dibandingkan    tahun 
sebelumnya,  atau  sebesar  nilai  25,95    juta  US$  dan  volumenya  4,10    juta 
kg.  Barang  modal  berupa  tekstil,  bahan  baku  susu,  kulit  disamak,  mesin, 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 184 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
kapas, label,  asesoris garment masih mendominasi realisasi impor di tahun 
2010. Dalam tahun 2011 (s.d Desember) realisasi impornya mencapai nilai  
75,98   juta US$ dan volumenya  2,42 juta kg, posisi ini bila dibandingkan 
tahun  sebelumnya  pada  periode  yang  sama,  mengalami  kenaikan    nilai  
192,74%, sedangkan volume mengalami penurunan  sebesar  ‐40,46%. 
 
Tabel 4.96 
Perkembangan Ekspor–Impor di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Capaian Tahun 
No  Uraian 
2008 2009 2010  2011  2012*)
A  Ekspor   
1.  Volume (Juta kg) 40,6 31 35  27 9,25
2.  Nilai (Juta US $) 130,3 109 140  144 45,30
3.  Komoditi  103 106 116  102 76
4.  Negara   97 99 93  87 70
5.  Eksportir  256 270 251  208 111
B  Impor   
1.  Volume (Juta kg) 8,9 5 3  2 0,76
2.  Nilai (Juta US $) 50,7 26 22  76 6,65
3.  Komoditi  25 19 22  16 10
4.  Negara   24 27 25  28 20
5.  Importir  17 11 10  6 4
Catatan: *) Posisi s/d Maret 2012 
Sumber: Disperindagkop Provinsi DIY 
 
Sementara itu, perkembangan di sektor perdagangan dalam negeri 
tercatat  pada  tahun  2008‐2011  secara  umum  mengalami  perkembangan 
positif, yaitu terlihat dari perkembangan jumlah Tanda Daftar Perusahaan 
(TDP),  Surat  Ijin  Usaha  Perdagangan  (SIUP)  dan  jumlah  pasar  di  DIY. 
Realisasi  jumlah  penerbitan  SIUP  sepanjang  tahun  2011  sebanyak  1.566 
buah, sehingga jumlah kumulatif  menjadi 39.594 SIUP. Dari Tabel terlihat 
bahwa pengusaha kecil di Provinsi DIY mendominasi sektor perdagangan. 
 
Tabel 4.97 
Perkembangan SIUP menurut Golongan Usaha di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Tahun 
No  Golongan Usaha 
2008 2009 2010  2011  2012*
1  Pengusaha Besar 642 756 910  988 1.008
2  Pengusaha  1.296 1.548 1.820 
1.999  2.142 
Menengah 
3  Pengusaha Kecil 31.119 33.425 35.298  36.607 37.582
Jumlah 33.057 35.729 38.028  39.594 40.732

Catatan: *) Posisi s.d Juli 2012 
Sumber:  Disperindagkop Provinsi DIY
 
Sementara  itu  perkembangan  TDP  di  Provinsi  DIY  dari  tahun  ke 
tahun  mengalami  peningkatan.  pada  tahun  2010  jumlah  komulatif  TDP 
adalah sebanyak 38.612, sedangkan sampai Desember 2011 menghasilkan 
komulatif  TDP  sebanyak  39.594.  Hal  tersebut  menunjukkan  bahwa 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 185 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
penerbitan TDP tahun 2011 masih didominasi oleh Perusahaan Perorangan 
(PO) sebesar 64.30 % dari total komulatif TDP. 
Tabel 4.98 
Perkembangan TDP di Provinsi DIY, 2008‐2012 
Tahun
No  Bentuk Perusahaan 
2008 2009 2010 2011 2012* 
1 Perseroan Terbatas (PT)  3.322 3.662 4.017 4.391 4.595 
2 Koperasi  771 812 850 874 891 
3 CV  6.671 7.393 8.144 8.777 9.098 
4 FA  66 66 66 66 67 
5 Perorangan (PO)  22,599 24.069 25.152 26.115 26.573 
6 Bentuk Perusahaan Lain  375 382 383 387 389 
Jumlah  33.804 36.384 38.612 40.610 41.613 
Catatan: *) Posisi s.d Juli 2012 
Sumber:  Disperindagkop Provinsi DIY 
 
Perkembangan  sektor  perdagangan  Provinsi  DIY,  didukung  dengan 
tersedianya  sarana  perdagangan  seperti  toko  modern  dan  pasar 
tradisional.  Jumlah  pasar  tradisional  dan  toko  modern  pada  tahun  2011 
tidak mengalami perubahan dibanding dengan tahun 2010, dengan rincian 
331  pasar  tradisional  dan  405  toko  modern.    Sedangkan  s.d  Juli  2012 
tercatat ada 333 pasar tradisonal dan 416 toko modern. 
 
 
Tabel 4.99 
Jumlah Pasar Modern dan Pasar Tradisional di Propinsi DIY 
Tahun 2008– 2012 
Tahun
No  Bentuk Perusahaan 
2008 2009 2010 2011 2012* 
1 Pasar Tradisional  338 336 331 331 333 
2 Pasar Modern  228 350 405 405 416 
Jumlah  556 556 686 736 749 
Catatan: *) Posisi s.d Juli 2012 
Sumber:  Disperindagkop Provinsi DIY 
 
Mengingat  peran  strategis  sektor  perdagangan  yang  merupakan 
sektor  penting  dalam  pembentukan  PDRB  DIY,  Pemerintah  Provinsi  DIY 
berupaya  untuk  mengembangkan  sektor  perdagangan  melalui  program 
dan  kegiatan  yang  dilaksanakan  setiap  tahunnya.  Program‐program  di 
sektor perdagangan yaitu: 
1. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan. 
2. Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional. 
3. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor. 
4. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri. 
5. Program Persaingan Usaha. 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 186 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Rekapitulasi  pelaksanaan  program  dan  kegiatan  urusan 
perdagangan  selama  kurun  waktu  2008‐2011  sebagaimana  tercantum 
pada tabel berikut. 
 
Tabel 4.100 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Perdagangan di Provinsi DIY, 
2008‐2012 
Keuangan 
Jumlah  Jumlah 
Tahun   Capaian   Fisik (%)  
Program  Kegiatan   Pagu (Rp)    Realisasi (Rp)  
(%)  
2008  5 20  2.508.209.100,00  2.291.943.269,00   91,00   100,00
2009  5 24  2.552.249.700,00  2.477.516.875,00   97,07   100,00
2010  5 25  2.071.729.200,00  2.055.194.700,00    99,00   100,00
2011  5 29  3.070.671.180,00  2.883.104.970,00  93,87  100,00
2012*  5 22  3.372.919.634,00 1.395.732.740,00  36,81  40,00
Catatan: *) Posisi s.d Juli 2012 
Sumber:  Disperindagkop Provinsi DIY 
   
Pada tahun 2011 jumlah program dilaksanakan sebanyak 5 program 
dengan jumlah kegiatan sebanyak 29 kegiatan. Sampai dengan akhir tahun, 
capaian fisik sebesar 100% dengan capaian realisasi keuangan sebesar Rp. 
2.883.104.970,‐  atau  93,87%.  Pada  tahun  2012  jumlah  program 
dilaksanakan  sebanyak  5  program  dengan  jumlah  kegiatan  sebanyak  22 
kegiatan.  Sampai  dengan  bulan  Juli  2102,  capaian  realisasi  keuangan 
sebesar  Rp.1.395.732.740,‐  atau  36,81%.  Adapun  kegiatan  yang  sudah 
dilaksanakan sampai dengan Juli 2012 antara lain: 
1. Temu  Kemitraan  Antar  Pelaku  Usaha  Dalam  Negeri  Dengan  Luar 
Negeri 
2. Pengelolaan Kegiatan Penerbitan SKA Otomasi On Line, Pembuatan 
Leaflet Prosedur Ekspor Impor 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
1.  Perdagangan Dalam Negeri. 
a. Pertumbuhan  pasar  modern  di  Provinsi  DIY  cukup  pesat  dan 
semakin lama akan mengancam keberadaan pasar tradisional. 
b. Masih  rendahnya  kesadaran  masyarakat  terhadap  penggunaan 
produk dalam negeri. 
c. Kurangnya  tingkat  kesadaran  produsen  dan  konsumen  tentang 
tertib niaga dan perlindungan konsumen. 
d. Daya saing produk dan kemampuan dalam mengakses pasar masih 
relatif rendah, di sisi lain, sisi jaringan pasar terbatas karena masih 
kurangnya kemitraan dalam usaha perdagangan. 
2.  Perdagangan Luar Negeri. 
a. Daya  saing  rendah,  karena  mutu,  harga  dan  tidak  terjaminnya 
kontinuitas pasokan barang. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 187 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
b. Masalah  pemasaran  seperti  lemahnya  penguasaan  jalur  distribusi 
komoditi ekspor, terbatasnya informasi pasar ekspor, kualitas SDM 
pemasaran  yang  relatif  masih  rendah,  dan  persaingan  dengan 
produk luar negeri. 
c. Bahan  baku  beberapa  jenis  industri  mulai  langka  dan  sangat 
tergantung  pada  daerah  lain,  sehingga  harga  menjadi  mahal  
misalnya serat alam, kayu dan bambu. 
d. Kondisi  infrastruktur  (jalan  dan  jembatan)  di  beberapa 
Kabupaten/Kota  di  Provinsi  DIY,  belum  memadai  bagi  angkutan 
kontainer,  menyebabkan  terhambatnya  kelancaran  angkutan 
barang. 
e. Lemahnya permodalan. 
 
Solusi 
1.   Perdagangan dalam negeri. 
a. Peningkatan kualitas SDM.  
b. Penghapusan ekonomi biaya tinggi. 
c. Secara aktif menumbuhkan iklim investasi serta memperluas akses 
pasar. 
d. Diadakan  sosialisasi  peggunakan  produk  dalam  negeri  serta 
sosialisasi kepada produsen dan konsumen tentang tertib niaga dan 
perlindungan konsumen. 
2. Perdagangan luar negeri. 
a. Pelatihan desain produk ekspor. 
b. Peningkatan mutu dan kualitas produk yang diekspor. 
c. Informasi mengenai pasar ekspor. 
d. Peningkatan SDM untuk dapat mmengakses pasar ekspor. 
e. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekspor. 
 
 
8 URUSAN KETRANSMIGRASIAN 
Transmigrasi merupakan salah satu cara atau metode untuk mempercepat 
pembangunan  dan  pertumbuhan  daerah.  Sejalan  dengan  berlakunya 
otonomi  daerah,  yang  mengacu  pada  Undang–Undang  Nomor  32  Tahun 
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang–Undang Nomor 33 Tahun 
2004  tentang  Perimbangan  Keuangan  antara  Pemerintah  Daerah  dan 
Pemerintah  Pusat  telah  mengamanahkan  kepada  semua  penyelenggara 
pembangunan  untuk  merubah  tata  cara  pelaksanaan  pembangunan 
termasuk  pembangunan  transmigrasi  agar  lebih  mengedepankan  peran 
daerah untuk lebih berdayaguna dalam setiap kegiatannya.  
Untuk  itu  penyelenggaraan  program  transmigrasi  kini  pelaksanaannya 
dilandasi  atas  kebutuhan  daerah,  diwujudkan  dengan  inisiatif  daerah  dan 
dilaksanakan  daerah  serta  difasilitasi  oleh  pusat  yang  bermanfaat  bagi 
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 188 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
daerah  itu  sendiri.  Perencanaan  dan  pelaksanaan  program  transmigrasi 
harus memberikan tempat yang proporsional kepada daerah, baik daerah 
asal  maupun  daerah  tujuan  transmigran  melalui  kerjasama  antar  daerah. 
Oleh  karena  itu,  peran  pemerintah  daerah  sebagai  pelaksana  (rowing) 
sedangkan  pemerintah  pusat  sebagai  fasilitator  dan  memberikan  arahan 
(steering)  maka  dalam  pelaksanaan  pembangunan  transmigrasi  dilakukan 
dengan  pendekatan  demand  side,  dimana  pembangunan  transmigrasi 
disesuaikan  dengan  kebutuhan  dan  permintaan  masyarakat  dan 
pemerintah daerah setempat yang melibatkan pemerintah provinsi dengan 
dukungan pemerintah kabupaten/kota. 
Pemerintah Provinsi DIY sebagai daerah pengirim calon transmigran 
telah  bekerjasama  dengan  provinsi  daerah  penempatan  dalam 
penyelenggaraan  transmigrasi.  Dengan  adanya  kerjasama  tersebut, 
diharapkan  dapat  memudahkan  penyelenggaraan  transmigrasi  sehingga 
permasalahan‐permasalahan yang ada dapat diminimalisir sedini mungkin. 
Pemerintah Provinsi DIY telah memberangkatkan transmigran total 
sebanyak 759 KK selama kurun waktu 2008‐2011, yaitu masing‐masing 205 
KK pada tahun 2008, 223 KK pada tahun 2009, 175 KK pada tahun 2010 dan 
125  KK  pada  tahun  2011.  Selain  itu,  juga  telah  dilaksanakan  program 
transmigrasi  lokal  dengan  kegiatan  Pelatihan  Dasar  Umum  (PDU)  bagi 
calon  transmigran.  Total  calon  transmigran  yang  telah  mengikuti  PDU 
selama  tahun  2008‐2010  sebanyak  573  KK  dengan  rincian  196  KK  pada 
tahun 2008, 227 KK pada tahun 2009 dan 150 KK pada tahun 2010. 
 

250 223 227


205
196
200 175
150 Pemberangkatan
150 125 Transmigran ke Luar Jawa

100 Pelatihan Dasar Umum


Calon Transmigran

50
0
0
2008 2009 2010 2011
 
Sumber: Disnakertras Provinsi DIY 
Gambar 4.10 
Jumlah Pemberangkatan Transmigran ke Luar Jawa dan Jumlah Calon 
Transmigran Peserta PDU di Provinsi DIY, 2008‐2010 
 
 
 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 189 
BAB IV  PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 
 
Rekapitulasi  pelaksanaan  program  dan  kegiatan  urusan 
ketransmigrasian selama kurun waktu 2008‐2011 sebagaimana tercantum 
pada tabel berikut. 
Tabel 4.101 
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Ketransmigrasian di Provinsi DIY,  
2008‐2011 
Keuangan 
Jumlah  Jumlah   Fisik 
Tahun  Capaian 
Program  Kegiatan   Pagu (Rp)    Realisasi (Rp)  (%)  
(%)  
2008  3  6  3.482.635.000 2.962.363.534 85,06 92,40 
2009  3  7  3.155.144.750 3.040.941.860 80,44 91,68 
2010  2  7  2.230.296.000 1.981.963.600 89,13 100,00 
     
2011  2  9  86,79  89,82 
1.986.948.000  1.724.573.300 
  
2012*  2  8  449.418.000  18.67  8.52 
2.406.847.500 
Catatan: *)Posisi s/d  Agustus 2012 
Sumber: Disnakertras Provinsi DIY 
 
Pada  tahun  2008‐2009  Pemerintah  Provinsi  DIY  menangani  3 
program  untuk  urusan  pilihan  ketransmigrasian,  tahun  2010‐2012 
melaksanakan  2  program,    dengan  jumlah  kegiatan  dinamis,  pada  tahun 
2008  sebanyak  6  kegiatan,  tahun  2009  sebanyak  7  kegiatan,  tahun  2010 
sebanyak  7  kegiatan,  tahun  2011  sebanyak  9  kegiatan  dan  tahun  2012 
sebanyak  8  kegiatan.  Sedangkan  pagu  anggaran  pada  tahun  2008  yaitu 
sebesar  Rp.3.482.635.000,‐  tahun  2009  sebesar  Rp.3.155.144.750,‐  tahun 
2010  sebesar  Rp.2.230.296.000,‐  tahun  2011  sebesar  Rp.2.230.296.000 
dan tahun 2012 sebesar Rp.2.406.847.500. Realisasi fisik pada tahun 2008, 
tahun 2009 dan tahun 2011 tidak dapat tercapai 100% disebabkan karena 
pada  tahun  2008  transmigran  yang  diberangkatkan  dari  target  sebersar 
240  orang  terealisasi  205  orang,  dan  pada  tahun  2009  dari  target  250  KK 
terealisasi 223 KK dan pada tahun 2011 dari target 175 KK terealisasi 125 
KK. 
Adapun kegiatan yang sedang berjalan adalah sebagai berikut: 
Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi 
1. Peningkatan  kerjasama  antar  wilayah,  antar  pelaku  dan  antar  sektor 
dalam rangka pengembangan kawasan transmigrasi. 
2. Penyediaan  dan  pengelolaan  prasarana  dan  sarana  sosial  dan  ekonomi 
kawasan Transmigrasi. 
3. Seleksi calon transmigran tingkat Provinsi. 
4. Forum  Komunikasi  Informasi  Edukasi  dalam  rangka  Sosialisasi  Potensi 
Kawasan Trnasmigrasi. 
5. Penampungan, Angkutan dan pengawalan transmigran. 
6. Pemeriksaan Kesehatan. 
7. Perbekalan Calon Transmigran. 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012 
IV ‐ 190 

 
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH  BAB IV 
 
Program Transmigrasi Regional 
‐ Pelatihan transmigrasi regional. 
 
Permasalahan dan Solusi 
Permasalahan 
Dalam  urusan  ketransmigrasian  terdapat  beberapa  permasalahan  umum 
sebagai berikut: 
1. Animo masyarakat untuk bertransmigrasi lebih banyak dibandingkan 
dengan kuota yang diberikan pemerintah pusat.  
2. Kondisi daerah penempatan  tidak sesuai dengan azas 2 C (Clear and 
Clean) dan 4 L (Layak huni, Layak berkembang, Layak lingkungan dan 
Layak  usaha).  Hal  ini  mendorong  terjadi  keresahan/ketidakbetahan 
transmigran. 
3. Persiapan  lokasi  permukiman  dilakukan  pada  tahun  anggaran 
berjalan.  Hal  ini  menyebabkan  penumpukan  kegiatan  pengerahan 
dan  pemindahan  calon  transmigran  di  akhir  tahun  anggaran.  Hal  ini 
mengakibatkan  penyerapan  anggaran  dan  pertanggungjawaban 
menumpuk pada akhir tahun anggaran. 
 
Solusi 
Beberapa  upaya  yang  dilakukan  untuk  mengatasi  permasalahan  tersebut 
adalah sebagai berikut: 
1. Meningkatkan  kerjasama  bidang  ketransmigrasian  dengan  daerah 
penerima  serta  mengajukan  usul  penambahan  alokasi  program  ke 
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 
2. Meningkatkan  koordinasi  antara  daerah  pengirim  dan  daerah 
penerima  yang  dituangkan  dalam  naskah  kerjasama,  agar  hak  dan 
kewajiban  masing‐masing  daerah  bisa  direalisasikan  secara 
konsekuen dan disamping itu diperlukan perlindungan/advokasi dan 
pendampingan secara lebih baik kepada transmigran. 
3. Meningkatkan  koordinasi  dalam  menyiapkan  calon  lokasi 
transmigrasi dengan daerah penerima maupun dengan Kementerian 
Negara Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 
 

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 191 
BAB V
PENYELENGGARAAN
TUGAS PEMBANTUAN

Tugas Pembantuan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas


penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pelayanan
umum. Tujuan pemberian tugas pembantuan adalah memperlancar pelaksanaan
tugas dan penyelesaian permasalahan, serta membantu penyelenggaraan
pemerintahan, dan pengembangan pembangunan bagi daerah dan desa.
Dana tugas pembantuan merupakan bagian anggaran kementerian/lembaga
yang dialokasikan untuk daerah provinsi atau kabupaten/kota dan/atau desa,
sesuai dengan beban dan jenis penugasan yang diberikan dengan kewajiban
melaporkan dan mempertanggungjawabkan kepada yang memberi penugasan.

A. TUGAS PEMBANTUAN YANG DITERIMA


1. Dasar Hukum
Dasar hukum atau peraturan yang digunakan secara umum dalam pengelolaan
pelaksanaan dan pengendalian serta evaluasi program/kegiatan tugas pembantuan
adalah:
1. Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
3. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pusat dan Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan dan Kinerja
Keuangan Daerah; dan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan.

2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan (Sumber Dana dan Jumlah


Anggaran)
Selama periode tahun 2008 – 2011, Provinsi DIY telah menerima Tugas Pembantuan
dari Pemerintah melalui 10 Kementerian yaitu Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian
Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Sosial, Kementerian Pariwisata,
Kementerian Kebudayaan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perindustrian Perdagangan
hanya 4 Kementerian yang terus menerus mengalokasikan dana Tugas Pembantuan
unutuk Provinsi DIY yaitu Kementerian Pertanian,Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Selama periode tahun 2008 – 2012 Dana Tugas Pembantuan untuk Provinsi DIY
anggaran didominasi dari Kementerian Pekerjaan Umum yaitu rata rata 49,87 % .

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 V-1
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

Tabel 5.1
Rekapitulasi Dana Tugas Pembantuan Provinsi DIY, 2008-2012
2008 2009 2010 2011 2012
No Nama % thp % thp % thp % thp % thp
Rp.(000) Rp.(000) Rp.(000) Rp.(000) Rp.(000)
total total total total total
1 Kementerian 6.786.632 10,31 2.155.950 4,22 2.250.000 3,87 22.768.746 27,13 57.376.040 46,73
Pertanian
2 Kementerian 41.692.710 63,35 34.440.759 67,88 35.470.675 60,95 31.410.435 37,43 34.766.730 28,31
Pekerjaan
Umum
3 Kementerian - - 3.531.699 6,92 862.090 1,48 463.580 0,55 1.131.862 0,92
Sosial
4 Kementerian 7.352.267 11,17 2.617.160 5,13 8.929.665 15,34 6.754.746 8,05 9.488.521 7,73
Kelautan dan
Perikanan
5 Kementerian 117.319 0,18 - - - - - - - -
Dalam Negeri
6 Kementerian - - 1.155.000 2,26 1.200.000 2,06 1.529.520 1,82 2.737.000 1,94
Pariwisata
7 Kementerian - - - - - - 4.850.000 5,78 350.000 0,29
Kebudayaan
8 Kementerian 4.311.867 6,55 5.305.461 10,40 4.425.552 9,06 4.249.152 5,06 4.718.155 3,84
Tenaga Kerja
9 Kementerian - - 1.831.993 3,59 4.209.652 7,23 11.885.540 14,16 12.584.220 10,25
Kehutanan
10 Kementerian 5.550.000 8,43 - - - - - - - -
Negara Perda-
gangan
Jumlah 65.810.795 100 51.038.022 100 58.194.470 100 83.911.719 100 122.792.528 100

Jumlah total dana Tugas Pembantuan yang diterima Pemerintah Provinsi DIY
selama periode 2008-2012 adalah sebesar RP.381,747 miliar dengan jumlah 107 Program
yang dilaksanakan sebanyak 107 Program, sedangkan jumlah kegiatan sebanyak 179
kegiatan. Jumlah dana yang diterima pada tahun 2009 sebesar Rp.51,038 miliar. Dana
Tugas Pembantuan sejak tahun 2009 ada kecenderungan meningkat. Pada tahun 2012
yang diterima sebesar Rp.122,792 miliar. Nilai pada tahun 2012 menunjukkan adanya
peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya hal ini disebabkan
sebagian besar dana kementrian mengalami kenaikan.

Tabel 5.2
Rekapitulasi Tugas Pembantuan di Provinsi DIY, 2008-2012
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Realisasi Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu(Rp.000) % Capaian
(Rp.000)
2008 14 24 65.810.795 52.448.195 79,69 97,60
2009 20 45 51.038.022 46.477.081 91,06 95,02
2010 28 38 58.194.470 50.190.300 86,24 94,23
2011 22 45 83.911.719 80.027.461 95,37 97,56
2012* 23 55 122.792.528 63.644.233 51,83 35,74
Jumlah 107 207 381.747.534 292.787.270 80,83 84,04
Ket : * triwulan II

V -2 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V
Dilihat dari perbandingan antara pagu dana realisasi dana Tugas Pembantuan selama
tahun 2008 – 2012, menunjukan adanya tingkat realisasi keuangan rata-rata per tahun
sebesar 80,83 % dan realisasi fisik rata-rata 84,04 %.

3. Instansi Penerima Tugas Pembantuan (Sumber Dana dan Jumlah


Anggaran)
Jumlah instansi dilingkungan Pemerintah Provinsi DIY yang menerima Tugas
Pembantuan pada tahun 2008 sebanyak 6 SKPD, sedangkan tahun 2009 dan 2010
masing masing sebanyyak 6 SKPD. Untuk tahun 2011 ada 7 SKPD sedang tahun 2012
sebanyak 7 SKPD yang menerima dana Tugas Pembantuan. Adapun rekapitulasi jumlah
dana Tugas Pembantuan di masing masing SKPD dijelaskan sbb.

3.1. Dinas Pertanian


Tugas Pembantuan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pelayanan
umum. Tujuan pemberian tugas pembantuan adalah memperlancar pelaksanaan
tugas dan penyelesaian permasalahan, serta membantu penyelenggaraan
pemerintahan, dan pengembangan pembangunan bagi daerah dan desa.
Dana tugas pembantuan merupakan bagian anggaran kementerian/lembaga
yang dialokasikan untuk daerah provinsi atau kabupaten/kota dan/atau desa,
sesuai dengan beban dan jenis penugasan yang diberikan dengan kewajiban
melaporkan dan mempertanggungjawabkan kepada yang memberi penugasan.

3.1.1. Dasar Hukum


1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa
Yogyakarta sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 1955;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2011 (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor
126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5167);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tatacara Penyampaian
Rencana dan Laporan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4353);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 V-3
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4614);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Tahun
2006 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4663);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4816);
15. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4212)
juncto Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4418);
16. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II;
17. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara;
18. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi,
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
19. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Tahun 2011;
20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;
21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun
Standar;
22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata C a r a
Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan
Barang Milik Negara;
23. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
24. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman
Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
25. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/Permentan/Ot.140/12/2010 Tentang
Penugasan kepada Gubernur dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung Jawab
Dana Tugas Pembantuan Provinsi Tahun Anggaran 2011.

V -4 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V

3.1.2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan


Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

3.1.3. SKPD yang Melaksanakan


SKPD yang melaksanaan adalah Dinas Pertanian Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dan UPTD Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

3.1.4. Program Kegiatan yang Diterima dan Pelaksanaannya


Program-program yang dilaksanakan dengan dana tugas pembantuan di Dinas
Pertanian Provinsi DIY sampai dengan tahun 2010, yaitu:
1. Program peningkatan ketahanan pangan.
2. Program pengembangan agribisnis.
3. Program peningkatan kesejahteraan petani.
Sampai dengan 2010 pada program peningkatan ketahanan pangan telah dilaksanakan
kegiatan diantaranya adalah perbanyakan benih/bibit, pengembangan kelembagaan
pembenihan di balai benih, pengembangan kelembagaan tanaman pangan, serta
pelatihan penangkaran benih. Program pengembangan agribisnis bertujuan untuk
memfasilitasi berkembangnya usaha pertanian agar produktif menghasilkan berbagai
produk pertanian yang memiliki nilai tambah dan daya saing yang tinggi, baik di pasar
domestik maupun internasional dan untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian
dalam perekonomian. Pada program pengembangan agribisnis telah dilaksanakan
diantaranya kegiatan peremajaan tanaman perkebunan rakyat, pengembangan desa
mandiri energi, pengembangan agribisnis komoditas unggulan. Di sektor peternakan
dilaksanakan kegiatan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) penyakit
hewan karantina dan peningkatan produktivitas ternak. Program yang telah dilaksanakan
pada tahun 2008 berlanjut pada tahun 2009 dan 2010.
Sejak tahun 2011, nama program berubah sesuai dengan program yang akan
dicapai Eselon I Kementerian Pertanian. Nama program itu adalah:
1. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan untuk
Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan.
2. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman
Hortikultura.
3. Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan
Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal.
4. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan
Ekspor Hasil Pertanian.
5. Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian.

Dana tugas pembantuan yang diterima di Dinas Pertanian Provinsi DIY selama
tahun 2008-2012 total sebesar Rp 91,33 miliar dengan jumlah total program sebanyak
18 dengan kegiatan sebanyak 39. Dana terbesar diterima pada tahun 2012, dimana
total pagu anggaran tugas pembantuan sebesar Rp 57,37 miliar. Peningkatan dana di
tahun 2012 terkait dengan peternakan khususnya penyelamatan sapi betina produktif
dan peningkatan prasarana dan sarana pertanian.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 V-5
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

Tabel 5.3
Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Dinas Pertanian, 2008-2012
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Pagu Realisasi Fisik (%)
Program Kegiatan % Capaian
(Rp.000) (Rp.000)
2008 5 10 6.786.632 6.717.493 98,98 100,00
2009 3 4 2.155.950 2.064.112 95,74 99,23
2010 3 3 2.250.000 2.002.250 88,99 97,78
2011 3 8 22.768.746 21.987.565 96,57 100,00
2012* 4 14 57.376.040 33.298.484 58,04 63,00
*Ket: data sampai dengan Bulan Juli 2012

Dilihat dari perkembangan pagu anggaran 2008 s.d. 2012, nampak dana tugas
pembantuan dari Kementerian Pertanian makin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
dapat membantu peningkatan pembangunan pertanian di Provinsi DIY utamanya pada
sub sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, pengolahan dan pemasaran
hasil pertanian serta prasarana dan sarana pertanian.

3.1.5. Masalah dan Solusi


Permasalahan
1. Beberapa item belanja dalam Dokumen POK ada yang belum dapat dilaksanakan
operasional di daerah sehingga perlu revisi.
2. Pedoman umum kegiatan terlambat diterima.
3. Pada saat tahun anggaran berjalan, ada revisi dokumen petunjuk pelaksanaan.
4. Masih ditemukan kegiatan yang tumpang tindih antara kegiatan dana
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

Solusi
1. Melaksanakan usulan revisi ke Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian c.q.
Eselon I yang bersangkutan.
2. Melaksanakan komunikasi dan koordinasi dengan Kementerian Pertanian c.q.
Eselon I yang bersangkutan.
3. Melakukan revisi pelaksanaan kegiatan sesuai dengan dokumen pedoman yang
terbaru.
4. Melakukan koordinasi saat perencanaan dan pelaksanaan, untuk mempertegas
sasaran kegiatan tugas pembantuan dengan dekonsentrasi.

V -6 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V

3.2 Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan ESDM (PUP-ESDM)


Tugas Pembantuan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pelayanan
umum. Tujuan pemberian tugas pembantuan adalah memperlancar pelaksanaan
tugas dan penyelesaian permasalahan, serta membantu penyelenggaraan
pemerintahan, dan pengembangan pembangunan bagi daerah dan desa.
Dana tugas pembantuan merupakan bagian anggaran kementerian/lembaga
yang dialokasikan untuk daerah provinsi atau kabupaten/kota dan/atau desa,
sesuai dengan beban dan jenis penugasan yang diberikan dengan kewajiban
melaporkan dan mempertanggungjawabkan kepada yang memberi penugasan.

3.2.1 Dasar Hukum


Dasar hukum atau peraturan yang digunakan secara umum dalam pengelolaan
pelaksanaan dan pengendalian serta evaluasi program/kegiatan tugas pembantuan
adalah:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pusat dan Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan dan Kinerja
Keuangan Daerah; dan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan.
7. Peraturan Pemerintah No. 19 TAHUN 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil
Pemerintah di Wilayah Provinsi jo PP No.23 Tahun 2011 tentang Perubahan
atas PP NO. 19 TAHUN 2010

3.2.2 Instansi Pemberi Tugas Pembantuan


Selama periode 2008-2012, Provinsi DIY telah menerima Tugas Pembantuan dari
pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian yang setiap tahunnya
secara terus menerus mengalokasikan dana Tugas Pembantuan untuk Provinsi DIY.

3.2.3 SKPD yang Melaksanakan


SKPD Penerima Tugas Pembantuan DPUP-ESDM

3.2.4 Program Kegiatan yang Diterima dan Pelaksanaannya


DPUP-ESDM Provinsi DIY selama tahun 2008-2012 menerima dana Tugas
Pembantuan dari Kementerian PU. Jumlah dana yang diterima selama periode
tersebut sebesar Rp .177,78 miliar dengan total program sebanyak 14 dan
kegiatan sebanyak 33. Dana terbesar diterima pada tahun 2008 yaitu Rp.41,69
miliar. Dana Tugas Pembantuan yang diterima Dinas PUP-ESDM Provinsi DIY
cenderung menurun. Pada tahun 2012 jumlah dana yang diterima sebesar
Rp.34,77 miliar untuk melaksanakan 3 program dengan 3 kegiatan.
Dana tugas pembantuan melalui Dinas PUP-ESDM tahun 2008 digunakan untuk
melaksanakan program yaitu program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan
dan program pengembangan pengelolaan dan konservasi sungai danau dan
sumberdaya lainnya. Program tersebut berlanjut sampai dengan tahun 2012 dengan
tambahan program lain program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi,

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 V-7
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

rawa dan jaringan pengairan lainnya. Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan


jembatan dengan kegiatan diantaranya adalah pemeliharaan rutin dan pengawasan
berkala jalan dan jembatan nasional. Sementara itu pada program pengembangan
pengelolaan dan konservasi sungai, danau, dan sumber daya lainnya, dilaksanakan
kegiatan operasional dan pemeliharaan waduk, embung, situ, bangunan penampung
dan kegiatan peningkatan pengelolaan sumber daya air wilayah sungai.
Adapun rekapitulasi pelaksanaan Tugas Pembantuan selama periode 2008-2012
adalah sebagai berikut.

Tabel 5.4
Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Dinas PUP-ESDM, 2008-2012
Jumlah Keuangan
Jumlah Kegiatan Persen
Tahun Realisasi Fisik (%)
Program Pagu % Capaian Capain
(Rp.000) (Rp.000)
(%)
2008 3 6 41.692.710 35.684.790 85,59 95,63
2009 3 17 34.440.759 34.261.667 99,48 100,00
2010 3 5 35.470.675 32.718.150 92,24 99,45
2011 2 2 31.410.435 31.221.053 99,40 100,00

2012 *) 3 3 34.766.730 21.177.697 60,91 67,43


*Ket: data sampai dengan Bulan Juni 2012

Pada Tahun 2012 melalui Program Pengelolaan Sumber Daya Air dilaksanakan
Kegiatan Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan
Lainnya dengan capaian sampai dengan bulan Juni 2012 untuk progres fisik 46,96% dan
realisasi Keuangan Rp.852.317.800,00 (38,50 %).
Program Penyelenggaraan Jalan dilaksanakan Kegiatan Pelaksanaan Preservasi
dan peningkatan kapasitas Jalan Nasional dengan capaian sampai dengan bulan Juni
2012 untuk progres fisik 73,79% dan realisasi Keuangan Rp.20.281.404.234,00 ( 68,89%).
Program Penyelenggaraan Penataan Ruang dilaksanakan Kegiatan Pelaksanaan
Pengembangan Perkotaan dengan capaian sampai dengan bulan Juni 2012 untuk
progres fisik 21,67% dan realisasi Keuangan Rp.43.974.900,00 ( 1,24%).

3.3. Dinas Sosial


3.3.1. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa
Yogyakarta jo. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah
diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1959
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, tentang Kewenangan Pemerintah
Provinsi sebagai Daerah Otonom
6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001, tentang Penyelenggaraan
Dekonsentrasi
7. Peraturan Pemerintah nomor : 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga
8. Keputusan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
APBN

V -8 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V
9. Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengelolaan Barang/Jasa Pemerintah;Jo Keputusan Presiden No. 61 Tahun 2004
Tentang Perubahan Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003
10. Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 44 Tahun 2008
tentang Rincian Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Unit Pelaksana Teknis pada Dinas
Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
11. Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 20/KEP/2012 Tanggal
11 Januari 2012 tentang Pengangkatan Pejabat Pengelola Kegiatan Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan pada Dinas Sosial Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012
12. Surat Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DIY Nomor : 4675/027-
05.04.01/14/2012 tanggal 9 Desember 2011 tentang Pengesahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2012.
13. Surat Keputusan Kepala Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor : 188/0115/I.3, tanggal 13 Januari 2012 tentang Pengangkatan Pejabat
Pengelola Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan pada Dinas Sosial
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2012.

3.3.2 Instansi Pemberi Tugas Pembantuan


Instansi pemberi Tugas Pembantuan adalah Kementerian Sosial Republik Indonesia

3.3.3 SKPD Yang Melaksanakan


Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa yogyakarta

3.3.4 Program Kegiatan yang Diterima dan Pelaksanaannya


Program dan kegiatan dana tugas pembantuan yang diterima mulai tahun
2008 sampai dengan 2012 terdiri dari 2 program yaitu program perlindungan
dan jaminan sosial serta program rehabilitasi sosial. Dana tugas pembantuan
program perlindungan dan jaminan sosial berupa bantuan bahan bangunan
rumah (BBR) dan lauk pauk yang diperuntukkan bagi korban bencana alam dan
bencana sosial. Sedangkan dana tugas pembantuan dari program rehabilitasi
sosial diperuntukkan bagi kegiatan rehabilitasi sosial korban napza.
Jumlah anggaran dana Tugas Pembantuan yang diterima Dinas Sosial Provinsi DIY
sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 seperti terlihat dalam tabel sebagai
berikut:

Tabel 5.5
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Wajib Sosial, 2008-2012
Keuangan Fisik
Tahun Jumlah Jumlah Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Persen capaian
Program Kegiatan (%)

2008 - - - - - -
2009 1 1 3.531.699.000 2.087.446.795 59,10 74,29
2010 1 1 862.090.000 845.690.800 98,10 98,10
2011 2 2 463.580.000 437.021.350 94,27 100,00
2012* 1 2 1.131.862.000 185.997.500 16,43 16,48
Ket : *Kondisi sampai dengan Agustus 2012

Dana Tugas Pembantuan tahun 2009 dan 2010 diperuntukkan bagi kegiatan
penanggulangan bencana alam berupa bantuan BBR dan lauk pauk bagi korban bencana
alam. Realisasi keuangan tahun 2009 sebesar 59,10% karena dana Tugas Pembantuan

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
 V-9
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

baru dapat dicairkan apabila terjadi bencana sehingga realisasi keuangan maupun fisik sangat tergantung
pada kondisi yang terjadi pada waktu itu. Dana Tugas Pembantuan tahun 2011 terdiri dari dua program dan
dua kegiatan yaitu Program Rehabilitasi Sosial untuk kegiatan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan
Napza dan Program Perlindungan dan Jaminan Sosial untuk kegiatan Perlindungan Sosial Korban Bencana
Alam. Dana Tugas Pembantuan tahun 2012 terdiri dari 1 program 2 kegiatan yaitu Program Perlindungan dan
Jaminan Sosial untuk kegiatan Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan Perlindungan Sosial Bencana
Sosial. Pada tahun 2012 Dana Tugas Pembantuan akan terkena pemotongan anggaran dari Kementerian
Sosial sebesar Rp.600.000.000 (kegiatan perlindungan sosial korban bencana alam) dan sebesar Rp.
307.800.000 (kegiatan perlindungan sosial korban bencana sosial) sehingga pada tahun 2012 dana tugas
pembantuan menjadi sebesar Rp. 224.062.000. Meskipun Dana Tugas Pembantuan tahun 2012 akan terkena
pemotongan tetapi apabila terjadi bencana sewaktu-waktu maka pemerintah Pusat (Kementerian Sosial)
tetap menyediakan anggaran untuk korban bencana alam maupun bencana sosial melalui dana hibah dalam
negeri yang dapat dimanfaatkan sewaktu-waktu oleh semua provinsi di Indonesia. Proyeksi pelaksanaan
Dana Tugas Pembantuan sampai dengan bulan September 2012 sebesar 83,01%.

3.3.5 Permasalahan dan Solusi


Permasalahan
1. Untuk pencairan dana Tugas Pembantuan Program Perlindungan dan Jaminan Sosial Kegiatan
Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam dan kegiatan perlindungan sosial korban bencana sosial
mengalami kendala dikarenakan panduan yang berlaku dari pusat sangat sulit diterapkan di DIY,
yakni untuk korban bencana alam dengan jumlah korban 1 sampai dengan 9 dalam satu tahun maka
menjadi kewenangan kabupaten/kota untuk mengatasinya. Sedangkan untuk korban bencana 10
sampai 29 menjadi kewenangan provinsi dan selebihnya menjadi kewenangan pusat. Sementara
bencana yang terjadi di wilayah DIY seringkali hanya menimpa beberapa orang saja sehingga untuk
pencairan dana harus menunggu minimal 10 orang tertimpa bencana terlebih dahulu.
2. Kabupaten/kota belum mengalokasikan anggaran bantuan BBR Untuk korban bencana alam maupun
bencana sosial yang seharusnya menjadi kewenangannya.

Solusi
1. Memberikan usulan kepada pemerintah pusat agar panduan pencairan dana Tugas Pembantuan
Kegiatan Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam dan bencana sosial dapat disesuaikan dengan
kondisi yang ada di daerah.
2. Menyampaikan kepada Kabupaten/kota untuk dapat mengalokasikan anggaran bahan bangunan
rumah dan lauk-pauk untuk korban bencana yang korbannya kurang dari 10 KK.

3.4. Dinas Kehutanan dan Perkebunan


3.4.1. Dasar Hukum
Dasar hukum atau peraturan yang digunakan secara umum dalam pengelolaan pelaksanaan dan
pengendalian serta evaluasi program/kegiatan tugas pembantuan adalah:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan dan Kinerja Keuangan Daerah; dan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

3.4.2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan


Instansi pemberi Tugas Pembantuan adalah Kementerian Pertanian Republik Indonesia

V - 10 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V

3.4.3. SKPD Yang Melaksanakan


Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY

3.4.4. Program Kegiatan yang Diterima dan Pelaksanaannya


Jumlah dana Tugas Pembantuan yang diterima Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Provinsi DIY selama tahun 2009-2011 sebesar Rp17,93 miliar. Selama 3 tahun
tersebut, dilaksanakan program sebanyak 12 dan 19 kegiatan. Jumlah dana
yang diterima juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan jumlah
terbesar di tahun 2011 yaitu Rp11,88 miliar.
Program yang dilaksanakan dengan dana tugas pembantuan di Dinas Kehutanan dan
Perkebunan meliputi:
1. Program pengembangan agribisnis
• Pengembangan agro industri terpadu
• Peningkatan produksi dan produktivitas mutu produk perkebunan
2. Program peningkatan ketahanan pangan
• Bantuan benih/bibit dan sarana produksi pertanian
• Penguatan kelembagaan perbenihan
• Mekanisasi pertanian pra dan pasca panen
• Penyediaan dan perbaikan infrastruktur pertanian
3. Program peningkatan kesejahteraan petani
• Pengembangan magang sekolah lapang
• Penyuluhan

Tabel 5.6
Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Dinas Kehutanan
dan Perkebunan, 2009-2012
Jumlah Jumlah Keuangan
Tahun Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp.000) Realisasi (Rp.000) % Capaian
2009 3 4 1.831.993 1.458.999 79,64 100,00
2010 7 8 4.209.652 4.041.265 96,00 95,72
2011 2 7 11.885.540 11.204.186 94,27 97,69
2012* 3 9 12.584.220 7.627.676 60,61 65,00
Ket: *data sampai dengan Bulan Juli 2012

Pada tahun anggaran 2011 terdapat kegiatan fisik yang tidak selesai 100 % karena :
1. Pemberdayaan Petani Kelapa (Sleman dan Bantul) Output kegiatan untuk
pelatihan petugas, sedangkan komponen dan sub komponennya untuk petani,
sehingga kegiatan ini tidak dilaksanakan.
2. Penanaman dan perluasan tebu dengan Bantuan benih unggul kultur jaringan
dari target 130 ha direalisasikan 118 ha, karena petani masih belum bisa
menerima teknologi baru dalam budidaya tebu.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  V - 11
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

3.5. Dinas Kelautan dan Perikanan


3.5.1. Dasar Hukum
1. Undang-undang nomor 3 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa
Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 3 jo, Nomor
19 tahun 1950 tentang Pembentukan daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 827);
2. Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355)
4. Undang-undang Nomor 31 tahun 2004, tentang Perikanan;
5. Peraturan Presiden No. No. 47 Tahun  2009 tentang  Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara;
6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 141 Tahun 2000, tentang
Usaha Perikanan;
7. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. 18 tahun 2002, tentang
Rencana Setrategis Pembangunan Kelautan dan Perikanan;
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 07 tahun 2005, tentang
Organisasi dan tata kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 05 tahun 2008, tentang
Usaha Perikanan Tangkap;
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 20 tahun 2008, tentang
Pemanfaatan Pulau-pulau kecil;
11. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 tahun 2008
tentang Organisasi danTatakerja Dinas Daerah Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta;
12. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Program Pengembangan dan
Pengelolaan Perikanan Tangkap tahun 2011 nomor 0257/032-03.4.01/14/2011
tanggal 20 Desember 2010;
13. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Program Peningkatan Produksi
Perikanan Budidaya tahun 2011 nomor 0257/032-04.4.01/14/2011 tanggal 20
Desember 2010;
14. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Program Peningkatan Daya Saing
Produk Perikanan tahun 2011 nomor 0257/032-06.4.01/14/2011 tanggal 20
Desember 2010

3.5.2 Instansi Pemberi Tugas Pembantuan


Instansi pemberi Tugas Pembantuan adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia

3.5.3 SKPD Yang Melaksanakan


Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY

V - 12 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V

3.5.4 Program Kegiatan yang Diterima dan Pelaksanaannya


Selama tahun 2008-2012, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY menerima
dana tugas pembantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dana yang
diterima selama tahun 2008-2012 cenderung fluktuatif dengan dana terkecil
pada tahun 2009 yaitu Rp.2,62 miliar dan terbesar pada tahun 2012 yaitu Rp.
9,49 miliar.
Pada tahun 2008 melalui Dinas Kelautan dan Perikanan dilaksanakan program
pengembangan sumberdaya ikan dengan kegiatan pengembangan sarana dan prasarana
perikanan serta input produk lainnya, diantaranya adalah pembangunan fisik Pelabuhan
Pendaratan Ikan (PPI) di Kulon Progo. Pada tahun 2009, pada program yang sama telah
dilaksanakan kegiatan diantaranya adalah pengembangan kawasan budidaya air laut,
air payau dan air tawar serta peningkatan mutu dan pengembangan pengolahan hasil
perikanan.

Tabel 5.7
Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Dinas Kelautan dan Perikanan,
2008-2012
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Realisasi Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp.000) % Capaian
(Rp.000)
2008 2 2 7.352.267 6.988.325 95,05 100,00 
2009 3 7 2.617.160 2.171.457 82,97 100,00 
2010 3 4 8.929.665 5.249.750 58,79 85,75 
2011 3 6 6.754.746 6.111.864 90,48 100,00
2012* 3 7 9.488.521 466.575 4,92 27,68
Ket: * data sampai dengan Bulan Juli 2012

Pada tahun 2012 program dan kegiatan yang dilaksanakan melalui dana Tugas
Pembantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah sebagai berikut:
1. Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap
• Pembinaan dan Pengembangan Kapal Perikanan, Alat Penangkap Ikan dan
Pengawakan Kapal Perikanan
• Pengelolaan Sumber Daya Ikan (SDI)
2. Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya
• Pengembangan Sistem Perbenihan Ikan
• Pengembangan Sistem Prasarana dan Sarana Pembudidaya Ikan
3. Program Peningkatan Daya Saing Produk Perikanan
• Fasilitasi Penguatan dan Pengembangan Pemasaran dalam Negeri Hasil
Perikanan
• Fasilitasi Penguatan dan Pengembangan Pemasaran luar Negeri Hasil
Perikanan
• Fasilitasi Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Perikanan

3.5.5. Permasalahan dan Solusi


Tidak ada permasalahan dalam pelaksanaan Tugas Pembantuan. Adapun realisasi yang
kurang dari 90% dikarenakan terdapat dana sisa lelang.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  V - 13
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

3.6. Dinas Tenaga Kerja dan Trasmigrasi


Pelaksanaan Kegiatan Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 mengacu pada:

3.6.1. Dasar Hukum


1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 2 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Transmigrasi;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 106 Tahun 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dalam Pelaksanaan Tugas
Pembantuan dan Tugas Pembantuan;
9. Keputusan Menteri Transmigrasi dan PPH Republik Indonesia Nomor : KEP.
16/MEN/1995 tentang Pelayanan Kesehatan, Pelayanan Permakanan dan
Bimbingan Sikap Mental dalam Pemindahan dan Penempatan Transmigrasi;
10. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
KEP. 07/MEN/2005 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Keuangan Negara
Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian dalam rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I Nomor PER.18/MEN/
XII/2011 tentang Sistem Pelaporan Satuan Kerja Perangkat Daerah/Instansi
Provinsi/Kabupaten/Kota Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian;
12. Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor : KEP. 310/
MEN/XII/2011 Tanggal 29 Desember 2011 tentang Penetapan dan Pengangkatan
Pejabat Pengelola Keuangan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Dana
Tugas Pembantuan (TP) Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tahun 2012.

3.6.2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan


Selama periode 2008-2012, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY telah
menerima Tugas Pembantuan dari pemerintah melalui 1 Kementerian yaitu Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Selama tahun 2008-2012, Dana Tugas Pembantuan
untuk Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY sebesar Rp.20.987.469.000,- .

3.6.3. SKPD Yang Melaksanakan


Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

V - 14 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V

3.6.4. Program Kegiatan yang diterima dan Pelaksanaannya


Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY telah menerima dana tugas
pembantuan sebesar Rp.20.987.469 miliar selama tahun 2008-2012 dengan
total program sebanyak 12 dan kegiatan sebanyak 28. Selama periode tersebut,
tahun 2012 memperoleh dana tebesar Rp.4.718.155.000,- .
Pada tahun 2008 telah dilaksanakan program pengembangan wilayah strategis dan
cepat tumbuh dengan kegiatan diantaranya adalah fasilitasi dukungan manajemen
ketransmigrasian di wilayah tertinggal, kegiatan pembinaan promosi, investasi dan
kemitraan di wilayah tertinggal, dan kegiatan pengerahan dan fasilitasi perpindahan
serta penempatan transmigrasi di wilayah tertinggal. Kegiatan-kegiatan tersebut
dimaksudkan mendorong manajemen ketransmigrasian guna mendukung pelaksanaan
kegiatan pengerahan dan penempatan transmigrasi di wilayah tertinggal. Selain itu, juga
dilakukan fasilitasi dukungan manajemen ketransmigrasian, pemberdayaan masyarakat
dan pengembangan sarana dan prasarana transmigrasi di wilayah cepat tumbuh. Untuk
tahun 2012 dilaksanakan 2 program yaitu Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi
dan Program Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi.

Tabel 5.8
Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, 2008-2012
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Pagu Realisasi Fisik (%)
Program Kegiatan % Capaian
(Rp.000) (Rp.000)
2008 2 5 3.482.635 2.962.441 85,06 92,40
2009 2 5 4.111.975 3.307.834 80,44 91,68
2010 3 7 4.425.552 4.172.389 92,26 100,00
2011 3 6 4.249.152 3.106.146 73,10 82,84
2012* 2 5 4.718.155 501.303 10,62 10,75
*Ket: 2012 s/d bulan Agustus

Kegiatan yang realisasinya tidak tercapai 100 persen di tahun 2008 disebabkan karena
target pemberangkatan transmigrasi dari target 71 KK hanya terealisasi 62 KK, tahun
2009 target pemberangkatan 130 KK terealisasi 113 KK dan Tahun 2011 target 190
KK terealisasi 134 KK. Pada tahun 2012 target pengiriman 125 KK sampai dengan
bulan agustus belum terealisasi karena masih menunggu terbitnya Surat Perintah
Pemberangkatan (SPP) dari Kemenakertrans RI. Dengan demikian 5 kegiatan yang
dilaksanakan belum ada yang selesai. Pada bulan September 2012 diproyeksi Realisasi
fisik mencapai 60% dan Realisasi keuangan mencapai Rp.2.758.644.000,-.

3.6.5 Permasalahan dan Solusi


Permasalahan
Terbitnya SPP di akhir tahun anggaran sehingga pemberangkatan calon transmigran
menumpuk di akhir tahun.

Solusi
Koordinasi dengan Daerah penempatan transmigrasi dan Pemerintah Pusat agar dapat
menyelesaikan pembangunan permukiman transmigrasi lebih awal, sehingga SPP
segera terbit.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  V - 15
MUSEUM SONOBUDOYO
Museum yang dikelola Dinas
3.7. Dinas Kebudayaan Kebudayaan dan memiliki berbagai
koleksi berharga diantaranya Koleksi
3.7.1. Dasar Hukum Geologika, Biologika, Ethnografika,
Senirupa, Arkeologi hingga
1. UU no. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan negara Teknologika.
2. UU no. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan negara
sumber: http://yogyakarta.
3. UU no. 10 Tahun 2010 Tentang APBN TA 2011 panduanwisata.com/files/2012/05/
sonobudoyo.jpg (foto) dan
http://www.sonobudoyo.com
3.7.2. Instansi Pemberi Dana
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata/ Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

3.7.3. SKPD Yang Melaksanakan


Dinas Kebudayaan Provinsi DIY

3.7.4. Program Kegiatan yang diterima dan Pelaksanaannya


a. Program Kesejarahan, Kepurbakalaan, dan Permuseuman/Pengembangan
Pengelolan Museum.
Kegiatan yag dilakukan oleh Direktorat Museum pada tahun 2011 tersebut bertujuan
untuk merevitalisasi museum negeri dan museum swasta di seluruh Indonesia. Melalui
anggaran APBN 2011, Pemerintah Daerah Provinsi DIY melalui Dinas Kebudayaan
Prov. DIY dengan dana yang bersumber APBN melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
mengarah pada pencapaian gerakan cinta museum dan visi pemerintah daerah yakni
untuk mewujudkan Yogyakarta sebagai pusat pendidikan, pusat budaya dan pusat
pariwisata melalui bidang permuseuman. Anggaran APBN dari Kementrian Kebudayaan
dan Pariwisata pada tahun 2011 digunakan untuk revitalisasi museum yang terdiri dari
3 sasaran :
1. Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta dengan Anggaran Rp.2.500.000.000.
2. Museum Wayang kekayon dengan Anggaran Rp.1.000.000.000.
3. Museum Afandi dengan Anggaran Rp.1.000.000.000.

V - 16 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
MUSEUM AFFANDI
Sejak didirikan pada
tahun 1962 - 1985
museum ini dikelola
langsung oleh Affandi,
maestro seni rupa
Indonesia. Sejak
tahun 1981, Museum
Affandi dikelola oleh
Yayasan Affandi.

sumber:
http://www.affandi.
org

b. Program Pengembangan Nilai Budaya, seni dan Perfilman/Pelestarian dan


Pengembangan Kesenian
Pada Tahun 2011, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, melalui Direktorat Jenderal
Nilai budaya seni dan film memberikan anggaran Dana Dekonsentrasi kepada Dinas
kebudayaan yang diperuntukkan fasilitasi barang seni/budaya kepada 7 lembaga seni dan
budaya yang ada di Kab/Kota di Provinsi DIY. Pada tahun 2012 ini, melanjutkan program
pada tahun 2011, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan memberikan alokasi dana
APBN kepada Dinas kebudayaan Provinsi DIY yang diperuntukan memfasilitasi lembaga
seni yang ada di DIY yang pada tahun 2011 belum terfasilitasi.
Realisasi program dan kegiatan anggaran yang bersumber dari APBN Kementrian
kebudayaan yang diberikan kepada dinas kebudayaan adalah sebeagi berikut :

Tabel 5.9
Rekapitulasi Program/Kegiatan Tugas Pembantuan di Dinas Kebudayaan,
2008-2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Persen
Tahun Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) capaian
(%)
2008 - - - - - -
2009 - - - - - -
2010 - - - - - -
2011 2 2 4.850.000.000 4.499.046.200 92,76 100,00
2012* 1 1 350.000.000 22.462050 6,42 10,00
Ket : *triwulan II

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  V - 17
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

3.8. Biro Kepegawaian Setda Provinsi DIY


3.8.1. Dasar hukum
DIPA Nomor 2980.0/010-01.1/XIV/2008 tanggal 31 Desember 2007.

3.8.2 Instansi Pemberi Dana


Instansi pemberi Tugas Pembantuan adalah Departemen Dalam Negeri

3.8.3. SKPD Yang Melaksanakan


SKPD yang melaksanakan adalah Biro Kepegawaian Setda Provinsi DIY

3.8.4. Program Kegiatan yang diterima dan Pelaksanaannya


Program yang dijalankan yaitu Program Peningkatan Profesionalisme Aparat
Pemerintah Daerah dengan kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Manajemen
Aparatur Pemda Khususnya Penataan Jabatan Negeri dan Negara. Sub kegiatan
berupa Koordinasi Peningkatan dan Pengembangan Sumber Daya Aparatur. Out
put yang dihasilkan yaitu terlaksananya manajemen PNS Daerah di lingkungan
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kegiatan dilakukan untuk mengetahui
permasalahan dan melakukan pembinaan manajemen Pegawai Negeri Sipil
Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Hasil kegiatan
berupa :
1. Peningkatan koordinasi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
melaksanakan manajemen PNS Daerah.
2. Terpantaunya jumlah pegawai berdasarkan Jabatan Negeri dan Negara di
lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Pelaksanaan kegiatan meliputi Rapat Koordinasi kepegawaian se-DIY pada Bulan Mei
2008 dan Rapat Koordinasi Nasional Kepegawaian pada Bulan Juli 2008. Monitoring
Jabatan Negeri dan Negara dilaksanakan pada Bulan Juli sampai dengan Desember
2008.
Anggaran berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2008 sebesar
Rp. 117.319.000,- dan terrealisir sebesar Rp. 95.146.900,-.

Tabel 5.10
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Kepegawaian Tahun 2008
Keuangan
Jumlah Jumlah Persen
Tahun Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capa-
ian (%)

2008 1 1 117.319.000 95.146.900 81,10 100,00

3.9. Dinas Pariwisata


3.9.1. Dasar hukum
Berdasarkan DIPA Nomor 0052.0/040-01.4/-/2009 pada tahun 2009

3.9.2. Instansi Pemberi Dana


Instansi pemberi Tugas Pembantuan adalah Departemen Pariwisata

V - 18 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V

3.9.3. SKPD Yang Melaksanakan


SKPD yang melaksanakan adalah Dinas Pariwisata Provinsi DIY

3.9.4 Program Kegiatan yang diterima dan Pelaksanaannya


Pada tahun 2009 urusan Pariwisata memperoleh anggaran melalui Tugas
Pembantuan untuk program/kegiatan:
1. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
a. Pengadaan sarana Promosi Pariwisata sebesar Rp.110.000.000,-
b. Pendukungan Partisipasi pada Event Festival Malioboro sebesar Rp.245.000.000,-
Untuk program Pengembangan Pemasaran Pariwisata Daerah terealisasi sebesar
Rp. 350.289.750,- atau 98,95 % dari pagu anggaran dengan capaian fisik 100%.

2. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata


a. Administrasi Kegiatan sebesar Rp. 43.600.000,- terealisasi sebesar
Rp.31.881.250,- atau 73,12% dengan capaian fisik 100%;
b. Pengembangan Fasilitasi untuk Fasilitasi Pengembangan Keraton Yogyakarta
sebesar Rp.756.400.000,- berupa Pengembangan Kawasan Kraton Yogyakarta
untuk Renovasi ruang audio visual multi media Touirst Information Center (TIC)
Bale Bang, Kraton Yogyakarta dengan realisasi belanja sebesar Rp.742.395.000.-
(98,15%).
Untuk tahun 2012 urusan Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta memperoleh
anggaran Tugas Pembantuan berupa Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
1. Di Kabupaten Sleman sebesar Rp.496.665.000,-
2. Di Kabupaten Gunungkidul Rp.673.305.000,-
3. Provinsi DIY Rp.30.030.000,-
Namun sampai bulan ini belum dapat dilaksanakan karena masih terdapat tanda
bintang (blokir)
Tahun 2012
DIPA nomor 0059/040-01.3/XIV/2010 – Rp. 1.200.000.000,-:
a. Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan
Adminisatrasi kegiatan (Rp.40.000.000)
b. Program Pengembangan Nilai Budaya
Pendukungan Pengembangan Nilai Budaya Daerah (Rp. 303.000.000)
c. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
Pendukungan Pengelolaan Museum Daerah (Rp. 132.000.000)
d. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Pendukungan Pengembangan Kebijakan Pemasaran dan Promosi Pariwisata
Daerah (Rp. 725.000.000).
Pada tahun 2010 Dinas Pariwisata hanya melaksanakan Program Pengembangan
Pemasaran Pariwisata sedangkan 3 Program lainnya dilaksanakan oleh Dinas
Kebudayaan tetapi karena dimuat dalam DIPA yang sama maka dilaporkan oleh Dinas
Pariwisata Realisasi Rp. 1.160.761.800,-atau 96,73 %. Pada tahun 2010 Dinas Pariwisata
hanya melaksanakan Program:
1. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
Dasar:
1. Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentang APBN
Tahun 2011;

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  V - 19
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2010


tentangRincian ABPP dan SPRKAKL No. STAP-040.05.08-00/AG/2011 dan
DNA No. 04/040.05/2011;
3. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2011
Nomor 0031/040-05.3.01/14/2011.
Unit Organisasi : Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata
Program : Pengembangan Destinasi Pariwisata
Kegiatan : Pengembangan Usaha, Industri dan Investasi Pariwisata
Pagu Anggaran : Rp. 400.000.000,-
Realisasi:
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Kegiatan Pengembangan Usaha,
Industri dan Investasi Pariwisata berupa Penyusunan Pola Perjalanan (Travel
Pattern), realisasi pagu anggaran sebesar Rp.356.826.750,- (89,21%) dengan
realisasi fisik 100%. Sisa pagu berasal dari efisiensi beberapa jenis belanja.
2. Program Pengembangan Pemasaran
Dasar:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentang APBN
Tahun 2011;
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2010 tentang
Rincian ABPP dan SPRKAKL No. STAP-040.06.09-0/AG/2011 dan DNA No.
04/040.06/2011;
3. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2011
Nomor 0031/040-06.3.01/14/2011
Unit Organisasi : Direktorat Jenderal Pemasaran
Program : Pengembangan Pemasaran
Kegiatan :
1. Peningkatan Promosi Pariwisata Dalam Negeri;
2. Peningkatan Promosi Pariwisata Luar Negeri;
3. Peningkatan Publikasi Pariwisata
Pagu Anggaran : Rp. 1.050.000.000,-
Realisasi:
Pagu anggaran pelaksanaan Program Pengembangan Pemasaran sebesar Rp.
1.050.000.000,- dapat terealisasi sebesar Rp.1.026.771.000,- atau sebesar
97,79% dengan capaian fisik 100%. Besaran sisa pagu anggaran berasal dari hasil
sisa hasil negosiasi pengadaan barang/jasa pada kegiatan Peningkatan Promosi
Pariwisata Dalam Negeri dan Peningkatan Publikasi Pariwisata.
3. Program Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata
Dasar:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentang APBN
Tahun 2011;
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2010 tentang
Rincian ABPP dan SPRKAKL No. STAP-040.10.10-0/AG/2011 dan DNA No.
04/040.10/2011;
3. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2011
Nomor 0031/040-10.3.01/14/2011
Unit Organisasi : Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan
Pariwisata
Program : Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata

V - 20 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V
Kegiatan : Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Kepariwisataan
Pagu Anggaran : Rp. 79.520.000,-
Realisasi:
Pagu anggaran pelaksanaan Program Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan
dan Pariwisata sebesar Rp.79.520.000,- dapat terealisasi sebesar Rp.76.983.300,-
atau sebesar 96,81% dengan capaian fisik 100%. Besaran sisa pagu anggaran
berasal dari hasil sisa hasil negosiasi pengadaan barang/jasa.

Pada tahun 2012 Dinas Pariwisata hanya melaksanakan Program:


1. Program Pengembangan Pemasaran
Dasar:
1. Undang-UndangAPBN TA 2012;
2. KeputusanPresidenRincian ABPP Tahun 2012 danSPRKAKL No. STAP-
040.106.09.00/AG/2011 dan DNA No. 04/040.06/2012;
3. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2012
Nomor 0098/040-06.3.01/14/2012.
Unit Organisasi : Direktorat Jenderal Pemasaran
Program : Pengembangan Pengembangan Pemasaran
Kegiatan :
1. Peningkatan Promosi Pariwisata Dalam Negeri;
2. Peningkatan Promosi Pariwisata Luar Negeri;
3. Peningkatan Publikasi Pariwisata
Pagu Anggaran : Rp. 1.050.000.000,-
2. Program Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata
Dasar:
Undang-Undang APBN TA 2012;
SPRKAKL No. STAP-040.10.10-0/AG/2011 dan DNA No. 04/040.10/2012;
Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2012 Nomor
0099/040-10.3.01/14/2012.
Unit Organisasi : Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata
Program : Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata
Kegiatan : Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Kepariwisataan
Pagu Anggaran : Rp.237.000.000,-

Tabel 5.11
Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Dinas Pariwisata, 2009-2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Realisasi
Program Kegiatan Pagu (Rp.000) % Capaian (%)
(Rp.000)
2009 2 3 1.155.000 1.125.566 97,45 100,00 
2010 1 2 1.200.000 1.160.806 96,74 100,00
2011 3 5 1.529.520 1.460.581 95,49 100,00
2012* 3 5 2.737.000 364.040 15,34 30,00
*Ket: data sampai dengan Bulan Juni 2012

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  V - 21
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

Sampai dengan bulan Juni 2012 realisasi fisik kegiatan mencapai 30%. Yang sudah
dilaksanakan adalah Program Pengembangan Pemasaran dan Program Pengembangan
Sumber daya Kebudayaan dan Pariwisata. Sampai dengan bulan September perkiraan
realisasi fisik mencapai 50% dengan catatan tanda bintang pada Program Pengembangan
Destinasi sudah dibuka sehingga kegiatan sudah mulai dilaksanakan.

3.9.5 Permasalahan dan Solusi


Permasalahan
a. Keterbatasan pengelola kegiatan yang memenuhi ketentuan untuk melaksanakan
kegiatan yang bersumber pada APBN (misal. Personil yang bersertifikat
Pengadaan Barang/Jasa);
b. Keterbatasan SDM yang memahami pengelolaan anggaran APBN

Solusi
a. Mengirimkan personil untuk mengikuti diklat/bimtek/ujian sertifikasi
pengadaaan barang/ jasa yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah;
b. Menugaskan personil untuk mengikuti diklat/bimtek pengelolaan keuangan
yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan.

3.10 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM


3.10.1 Dasar hukum
DIPA Nomor 1981.0/03-04.1/-/2008

3.10.2. Instansi Pemberi Dana


Departemen Perdagangan RI

3.10.3. SKPD Yang Melaksanakan


SKPD yang melaksanakan adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM
Provinsi DIY

3.10.4. Program Kegiatan yang diterima dan Pelaksanaannya


Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Provinsi DIY
menerima dana tugas pembantuan pada tahun 2008. Dana tugas pembantuan di Dinas
Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Provinsi DIY pada
tahun 2008 dialokasikan pada Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri,
dengan kegiatan yang dilaksanakan adalah Pembangunan Pasar Piyungan Tahap II yang
merupakan kelanjutan dari Pembangunan Tahap I Tahun 2007 dengan penggunaan
anggaran sebesar Rp. 14.040.686.000,-. Jumlah dana yang diterima pada tahun 2008
sebesar Rp 5.050.000.000,- dana tersebut diperuntukkan bagi Pembangunan Pasar
Piyungan Kabupaten Bantul. Adapun realisasi penggunaan sebesar Rp. 4.721.680.000,-
dan sisa anggaran sebesar Rp. 778.320.000,-.

V - 22 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V

Tabel 5.12
Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Perdagangan, Industri
dan Koperasi, 2008
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Realisasi Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp.000) % Capaian
(Rp.000)
2008 1 1 5.050.000,00 4.721.680,00 93 100,00
Sumber: Dinas Perindagkop & UKM Provinsi DIY

B. TUGAS PEMBANTUAN YANG DIBERIKAN


Selama tahun 2008-2012, Pemerintah Provinsi DIY tidak memberikan Tugas Pembantuan
kepada Kabupaten/Kota dan/atau desa di wilayah Provinsi DIY.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  V - 23
BAB VI
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM
PEMERINTAHAN
Sesuai Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat
menyebutkan bahwa penyelenggaraan tugas umum pemerintahan meliputi:
1. Kerja sama antar daerah;
2. Kerja sama daerah dengan pihak ketiga;
3. Koordinasi dengan instansi vertikal di daerah;
4. Pembinaan batas wilayah;
5. Pencegahan dan penanggulangan bencana;
6. Pengelolaan kawasan khusus yang menjadi kewenangan daerah;
7. Penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; dan
8. Tugas-tugas umum pemerintahan lainnya yang dilaksanakan oleh daerah.

A. KERJASAMA ANTAR DAERAH


Dalam menyelenggarakan pemerintahan, daerah diberi kewenangan untuk melakukan
kerja sama dengan daerah lain dan pihak ketiga.
Kerja sama antar daerah merupakan sarana untuk lebih memantapkan hubungan
dan keterikatan daerah yang satu dengan yang lain dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia, menyerasikan pembangunan daerah, mensinergikan potensi antar
daerah dan/atau dengan pihak ketiga serta meningkatkan pertukaran pengetahuan,
teknologi dan kapasitas fiskal.
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, wilayah kewenangan provinsi dalam kerja sama
antar daerah adalah:
a. Pelaksanaan kerja sama antar provinsi;
b. Fasilitasi kerja sama antar kabupaten/kota;
c. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kerja sama antar kabupaten/kota;
d. Pelaporan pelaksanaan kerja sama antar provinsi kepada pemerintah;
e. Penetapan kebijakan harmonisasi hubungan antar susunan pemerintahan di
provinsi dengan berpedoman kepada kebijakan pemerintah.

Kebijakan kerjasama antar daerah yang dilakukan dalam rangka pencapaian


misi ketiga RPJMD Pemerintah Provinsi DIY Tahun 2009 – 2013 adalah dengan menjalin
jejaring yang lebih efektif secara teknis antar lembaga pemerintah, baik pusat maupun
daerah. Selanjutnya sebagai implementasi kebijakan tersebut upaya pembentukan
dan penanganan kerjasama antar daerah Provinsi DIY di tahun anggaran 2008 s.d
2012 dilakukan fasilitasi melalui pelaksanaan program Peningkatan Kerjasama Antar
Pemerintah Daerah.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 1
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

Tabel 6.1
Rekapitulasi Program Peningkatan Kerjasama Antar Daerah Provinsi DIY, 2008 - 2012

Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Realisasi Capaian Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp)
(Rp) (%)
2008* 1 9 1.656.483.850 1.557.842.930 94,04 100,00
2009 1 15 2.956.103.000 2.070.682.390 70,05 98,00
2010 1 5 1.184.494.110 1.073.292.536 90,61 90,42
2011 1 4 1.004.980.630 807.762.030 80,38 78,23
2012** 1 5 725.128.600 327.806.500 45,21 50,00
* dilaksanakan oleh Biro Kerjasama, Setda Provinsi DIY
** realisasi sampai dengan Juli 2012
Sumber : BKPM Provinsi DIY

Selama kurun waktu 2008 s.d 2012 alokasi anggaran untuk program peningkatan
kerjasama antar daerah Provinsi DIY cenderung mengalami pengurangan. Hal tersebut
terkait upaya efisiensi dan efektifitas pada kegiatan-kegiatan kerjasama yang benar-
benar memberikan manfaat yang maksimal bagi pemda khususnya serta masyarakat
DIY pada umumnya. Adapun capaian fisik yang cenderung tidak tercapai 100% sejak
tahun 2009 adalah terkait pelaksanaan kegiatan yang selalu berhubungan dengan
daerah lain yang tidak serta merta dapat sesuai dengan kebijakan lokal DIY. Sebagai
contoh pada tahun anggaran 2011, capaian fisik program hanya tercapai 78,23% sebagai
konsekuensi belum turunnya persetujuan DPRD Provinsi DIY terkait pembentukan
kerjasama Pemerintah Provinsi DIY dengan St. Petersburg, Rusia, pada tahun tersebut
sehingga kegiatan-kegiatan yang terkait mengalami penundaan.
Realisasi pembentukan jalinan perjanjian kerjasama antar daerah Provinsi DIY
dengan daerah lain di dalam negeri selama kurun waktu tahun 2008 s.d Agustus 2012
adalah sebagai berikut :

Tabel 6.2
Realisasi Pembentukan Kerjasama Antar Daerah,
2008 - 2012
Tahun Jumlah Kerjasama
2008 5
2009 3
2010 7
2011 5
2012 * 10
Sumber : BKPM Provinsi DIY

Adapun sampai dengan Agustus tahun 2012, Pemerintah Provinsi DIY memiliki
perjanjian kerjasama dengan daerah lain yang dituangkan dalam 31 perjanjian
kerjasama yang masih berlaku, terdiri dari 22 perjanjian kerjasama antar daerah di
dalam negeri dan 9 perjanjian kerjasama dengan daerah lain di luar negeri.
Adapun secara keseluruhan, rekapitulasi 22 perjanjian kerjasama antar daerah
di dalam negeri yang masih berlaku meliputi :
1. Penanganan pelanggaran peraturan daerah serta gangguan ketertiban umum
dan ketentraman masyarakat di daerah perbatasan Provinsi DIY dan Provinsi
Jawa Tengah (No. 300/515/A, antara Satuan Polisi Pamong Praja Pemprov DIY

VI - 2 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Tengah dengan jangka waktu 5
tahun ).
2. Kerjasama Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Provinsi DIY dengan
Pemerintah Kabupaten Bantul (No. 5/KSP/II/2012 dengan jangka waktu 12
bulan).
3. Kerjasama Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Provinsi DIY dengan
Pemerintah Kabupaten Sleman (No. 2/KSP/II/2012 dengan jangka waktu 12
bulan).
4. Kerjasama Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Provinsi DIY dengan
Pemerintah Kota Yogyakarta (No. 1/KSP/II/2012 dengan jangka waktu 12 bulan).
5. Kerjasama Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Provinsi DIY dengan
Pemerintah Kabupaten Kulonprogo (No. 4/KSP/II/2012 dengan jangka waktu 12
bulan).
6. Kerjasama Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di DIY dengan
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul (No. 3/KSP/II/2012 dengan jangka waktu
12 bulan).
7. Coordination of Benefit (COB) Jaminan Kesehatan Semesta Provinsi DIY Tahun
2012 dengan Pemerintah Kabupaten Sleman (No. 3/PERJ/Gub/II/2012 dengan
jangka waktu 1 tahun).
8. Coordination of Benefit (COB) Jaminan Kesehatan Semesta Provinsi DIY Tahun
2012 dengan pemerintah Kabupaten Bantul (No. 6/Perj/Gub/II/2012 dengan
jangka waktu 1 tahun).
9. Coordination of Benefit (COB) Jaminan Kesehatan Semesta Provinsi DIY Tahun
2012 dengan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul (No. 4/Perj/Gub/II/2012
dengan jangka waktu 1 tahun).
10. Coordination of Benefit (COB) Jaminan Kesehatan Semesta Provinsi DIY Tahun
2012 dengan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo (No. 5/Perj/Gub/II/2012
dengan jangka waktu 1 tahun).
11. Perpanjangan Perjanjian Pinjam Pakai dengan Pemerintah Kota Yogyakarta
Tentang Bus Milik Pemerintah Kota Yogyakarta (No. 40/PERJ/GUB/XII/2011
dengan jangka waktu 2 tahun).
12. Perpanjangan Perjanjian Pinjam Pakai dengan Pemerintah Kota Yogyakarta
Tentang Shelter/Halte Bus Milik Pemerintah Kota Yogyakarta (No. 41/PERJ/GUB/
XII/2011 dengan jangka waktu 2 tahun).
13. Kerjasama pembangunan dan pemeliharaan pilar batas daerah dengan Provinsi
Jawa Tengah (No. 120/01359/Ro.1/2010 dengan jangka waktu 3 tahun).
14. Kerjasama penyelenggaraan pembangunan ketenagakerjaan daerah dengan
Provinsi Kalimantan Timur (No. 197/10616/BKPW.A/2010 dengan jangka waktu
sampai dengan keduabelah pihak sepakat mengakhiri kerjasama).
15. Perjanjian sewa tanah dan bangunan tempat pengujian beserta alat uji
kendaraan bermotor milik Pemerintah Provinsi DIY yang terletak di Kabupaten
Bantu dengan Pemerintah Kabupaten Bantul (No. 5.1/Perj/Sekda/III/2010
dengan jangka waktu 3 tahun).
16. Pengelolaan Museum Gunung Api Merapi dengan Pemerintah Kabupaten
Sleman ( No. 31/PERJ/GUB/X/2009 dengan jangka waktu 5 tahun).
17. Pelaksanaan program Metropolitan Sanitation Management and Health Project
(MSMHP) di wilayah anglomerasi perkotaan Yogyakarta, dengan Pemerintah
Kota Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Bantul dan Pemerintah Kabupaten
Sleman (No. 9/KSP/X/2009 dengan jangka waktu 5 tahun).
18. Kerjasama pembangunan daerah dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
(No. 9/KSP/2008 dengan jangka waktu 5 tahun).
19. Kerjasama persusuan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (No. 06/
KSP/2008 dengan jangka waktu 10 tahun).
20. MoU tentang pokok-pokok kerjasama antara Pemerintah Provinsi DIY dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di bidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan, dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (No. 1/PB/1998
dengan jangka waktu 25 tahun).

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 3
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

21. MoU tentang kerjasama pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan


(MPU), dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah, Pemerintah DKI, Pemerintah Provinsi Bali, dan Pemerintah Provinsi
Lampung (No. 01/SK/MPU/01 dengan jangka waktu tak terbatas).
22. Kerjasama pembangunan daerah dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (No.
05/KSP/2008 dengan jangka waktu 5 tahun).

Terkait kerjasama dengan daerah di luar negeri, pada tahun 2012 upaya
pembentukan baru kesepakatan kerjasama Provinsi DIY dengan daerah lain di luar
negeri adalah kerjasama dengan St. Petersburg, Rusia, yang sampai dengan saat ini
telah dilaksanakan rapat inter kementerian untuk pembahasan draft MoU kerjasama
tersebut. Pemerintah Provinsi DIY juga telah memfasilitasi kerjasama pihak ketiga/
swasta dalam kerangka sister province DIY dengan daerah lain di luar negeri, yakni :
a. dalam kerangka Sister province DIY - Kyoto Prefecture :
1. Persetujuan kerjasama antara Universitas Islam Indonesia (UII) dengan
Ritsumeikan University, Kyoto, Jepang.
2. Persetujuan kerjasama antara Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(UMY) dengan Ritsumeikan University, Kyoto, Jepang.
b. dalam kerangka Sister province DIY – Gyeongsangbuk-do, Korea Selatan;
berupa kesepakatan kerjasama antara DPRD Provinsi DIY dengan DPRD
Gyeongsangbuk-do (Letter of intent between House of Representative of
Yogyakarta Special Region and Gyeongsangbukdo Regional Parliament).

Selanjutnya 9 perjanjian kerjasama DIY dengan daerah lain di luar negeri yang
masih berlaku sampai dengan tahun 2012 meliputi :
1. Sister province dengan Kyoto Prefecture, Jepang, meliputi kerjasama
bidang seni budaya, pendidikan/iptek, pariwisata, industri serta pertanian
(pengembangan kultur jaringan) (MoU Sister province).
2. Dengan Provinsi Ismailia, Mesir, perjanjian kerjasama meliputi bidang
perdagangan, pariwisata, iptek, industri, pendidikan dan kebudayaan (MoU
Sister province).
3. Dengan Negara Bagian California, AS, perjanjian kerjasama meliputi bidang
ekonomi perdagangan, pariwisata, industry, pendidikan dan kebudayaan serta
pertanian (MoU Sister province).
4. Dengan Provinsi Tyrol, Republik Austria, perjanjian kerjasama meliputi bidang
ekonomi dan perdagangan, industry, pariwisata, kebudayaan serta ilmu
pengetahuan (MoU Sister province).
5. Dengan Gyeongsangbuk-do, Korea Selatan, meliputi kerjasama bidang ekonomi,
pendidikan, kebudayaan/seni, pertanian, pariwisata, perdagangan dan industri
(MoU Sister province).
6. Dengan Chungcheongnamdo, Korea Selatan, meliputi kerjasama bidang
administrasi pemerintahan, budaya/seni, iptek, perdagangan dan industri,
pariwisata, informasi dan komunikasi , pertanian serta perikanan (MoU Sister
province).
7. Dengan Provinsi Gangwon, Korea Selatan, meliputi kerjasama bidang pariwisata,
pertanian, iptek , kebudayaan, pendidikan, olahraga, dan lain-lain (MoU friendly
ties cooperation).
8. Dengan Provinsi Chiang Mai, Thailand, meliputi kerjasama bidang pertanian,
perindustrian, perdagangan, pariwisata, pendidikan dan bidang-bidang lain
yang disepakati (MoU friendly ties cooperation).
9. Dengan Provinsi St. Petersburg, Rusia, meliputi kerjasama bidang kebijakan
ekonomi dan industri, iptek, kebudayaan dan pariwisata (letter of intent/ LoI).

VI - 4 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Sampai dengan tahun 2012, disamping pembentukan perjanjian kerjasama
baru, upaya penanganan kerjasama antar daerah yang telah dilakukan meliputi :
1. Kerjasama antar daerah di dalam negeri, dengan pelaksanaan :
a. Forum Koordinasi Kerjasama Kabupaten/Kota se Provinsi DIY
b. Forum Koordinasi Kerjasama Provinsi DIY – Provinsi Kalimantan Timur
c. Forum Koordinasi Kerjasama Provinsi DIY – Provinsi Jawa Tengah
d. Forum koordinasi Kerjasama Provinsi DIY – Provinsi Jawa Timur
e. Forum pembinaan dan pengawasan kerjasama di kabupaten/kota di Provinsi
DIY.

2. Kerjasama antar daerah dengan pihak di luar negeri, dengan pelaksanaan :


a. Kegiatan Korean Youth Saemaul Volunteer dalam kerangka kerjasama sister
province Provinsi DIY dengan Gyeongsangbukdo, Korea Selatan
b. Kegiatan Saemaul International Academy dalam kerangka kerjasama sister
province Provinsi DIY dengan Gyeongsangbukdo, Korea Selatan
c. Pelaksanaan Proyek Integrated Water Resources Management (IWRM);
merupakan proyek berkelanjutan (sustainability project) dari pilot plan Proyek
Bribin yang telah selesai dan diserahterimakan ke pihak Indonesia
d. Penyusunan Action Plan Program dengan mitra kerjasama luar negeri

Hospitality dan fasilitasi kunjungan tamu-tamu luar negeri di DIY, diantaranya


kunjungan delegasi investasi dari Chiang Mai, kunjungan Menteri Pelancong Serawak –
Malaysia, ketua parlemen Hongaria, kunjungan delegasi Singapura, kunjungan delegasi
pengusaha dari Sabah – Malaysia, kunjungan delegasi Eropa dalam rangka kerjasama
Uni Eropa – Indonesia, kunjungan Gubernur dan Anggota Dewan Kyoto Prefecture, dan
lain sebagainya.

B. KERJA SAMA DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA


Pelaksanaan Kerja sama dengan Pihak Ketiga diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor
50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah. Dalam pasal 1 Peraturan
Pemerintah tersebut, disebutkan bahwa kerja sama daerah adalah kesepakatan antar
gubernur atau gubernur dengan bupati/walikota atau antara bupati/walikota dengan
bupati/walikota yang lain dan/atau gubernur atau bupati/walikota dengan pihak ketiga
yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban.
Peraturan Pemerintah tersebut juga menyebutkan bahwa pihak ketiga adalah
departemen/lembaga pemerintah non departemen atau sebutan lain, perusahaan
swasta yang berbadan hukum, badan hukum milik daerah, atau yayasan dan lembaga
di dalam negeri lainnya yang berbadan hukum.
Kebijakan kerjasama Provinsi DIY dengan pihak ketiga juga dilakukan dalam
rangka pencapaian misi ketiga RPJMD Pemerintah Provinsi DIY Tahun 2009 – 2013 yakni
peningkatan kapasitas kebijakan publik yang proporsional dengan melibatkan peran
serta swasta, perguruan tinggi dan partisipasi masyarakat. Pelaksanaan kerja sama
dengan pihak ketiga juga merupakan salah satu upaya daerah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Prinsip yang dianut dalam pelaksanaan kerja sama dengan
pihak ketiga sama dengan prinsip yang dianut dalam kerja sama antar daerah, yaitu:
efisisiensi, efektivitas, sinergi, saling menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad
baik, mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah NKRI, persamaan
kedudukan, transparansi, keadilan, dan kepastian hukum.
Selanjutnya sebagai implementasi kebijakan tersebut, upaya pembentukan dan
penanganan kerjasama dengan pihak ketiga yang dilakukan Pemerintah Provinsi DIY di
tahun anggaran 2012 di lakukan fasilitasi dan koordinasi melalui pelaksanaan program
Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 5
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

Tabel 6.3
Rekapitulasi Program Peningkatan Kerjasama Dengan Antar Pemerintah Daerah,
2008 - 2012

Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Capaian Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp)
(%)
2008* 1 9 1.656.483.850,- 1.557.842.930,- 94,04 100,00
2009 1 15 2.956.103.000,- 2.070.682.390,- 70,05 98,00
2010 1 5 1.184.494.110,- 1.073.292.536,- 90,61 90,42
2011 1 4 1.004.980.630,- 807.762.030,- 80,38 78,23
2012** 1 5 725.128.600,- 327.806.500 45,21 50,00
* dilaksanakan oleh Biro Kerjasama, Setda Provinsi DIY
** realisasi sampai dengan Juli 2012
Sumber : BKPM Provinsi DIY

Realisasi pembentukan jalinan perjanjian kerjasama Pemerintah Provinsi DIY


dengan pihak ketiga selama kurun waktu tahun 2008 s.d 2012 adalah sebagai berikut :

Tabel 6.4
Realisasi Pembentukan Kerjasama dengan Pihak Ketiga, 2008 - 2012

Tahun Jumlah Kerjasama


2008 6
2009 8
2010 4
2011 6
2012 * 6
Sumber : BKPM Provinsi DIY

Sampai dengan kurun waktu Agustus 2012, Pemerintah Provinsi DIY memiliki
kerjasama dengan pihak ketiga yang dituangkan dalam 24 perjanjian kerjasama yang
masih berlaku, terdiri dari 21 perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga di dalam negeri
dan 3 perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga di luar negeri. Rincian kerjasama
dengan pihak ketiga di dalam negeri meliputi :
1. Kerjasama dengan Yayasan TAHIJA tentang Kerjasama Penelitian Pengendalian
Dengue Di Provinsi DIY (No. 10/KSP/VIII/2012 , jangka waktu 12 bulan).
2. Kerjasama pembayaran tiket bus trans jogja dgn sistem kartu elektronik pra
bayar “BNI Prepaid” dengan PT. Bank BNI (Persero), Tbk. (No. 551/1414, jangka
waktu 2 tahun).
3. Kerjasama pembayaran tiket bus trans jogja dgn sistem kartu elektronik pra
bayar “BRIZZI” dengan PT. Bank BRI (persero), Tbk. (No. 551/436, jangka waktu
2 tahun).
4. Kerjasama pembayaran tiket bus trans jogja dengan sistem kartu elektronik pra
bayar “FLAZZ” dengan PT. Bank BCA, Tbk. (No. 551/436, jangka waktu 2 tahun).
5. Kerjasama percepatan pembangunan kependudukan dan peningkatan kualitas
keluarga di Provinsi DIY dengan Koalisi Indonesia Untuk Kependudukan dan
Pembangunan Provinsi DIY (No. 7/KSP/III/2012, jangka waktu 12 bulan).
6. Pengembangan Ekonomi dan Peningkatan Daya Saing Daerah dengan Bank
Indonesia (No. 8/PERJ/GUB/IV/2011 dengan jangka waktu 5 tahun).
7. Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Informasi untuk Akses data pada
Pemerintah Daerah Prov DIY dalam rangka Pemeriksaan Pengelolaan dan
Pertanggung jawaban Keuangan Negara dengan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) RI (No. 4/KSP/V/2011 dengan jangka waktu).

VI - 6 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
8. Pelaksanaan Program Kemitraan di Provinsi DIY (amandemen kedua) dengan PT.
Pertamina (Persero) (No. 2/PERJ/GUB/I/2010 dengan jangka waktu 4 tahun).
9. Penguatan Tata Kelola Kepemerintahan Yang Baik di Lingkungan Pemerintah
Provinsi DIY dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP
Provinsi DIY) (No. 17/KSP/X/2010 dengan jangka waktu 3 tahun).
10. Pembentukan Lembaga Pengelolaan HKI di provinsi DIY dengan Dirjen HAKI Dep.
Hum HAM dan Universitas Islam Indonesia (UII) (No. 1/KSP/IV/2009 dengan
jangka waktu 5 tahun).
11. Penanganan Medis Tahanan dan Nara pidana Korban Penyalahgunaan Narkotika
dan atau Psikotropika di LP Narkotika Kelas II A Yogyakarta dengan Dirjen Lapas
DepHum dan Ham (No. 14/Perj/Gub/IV/2009 dengan jangka waktu).
12. Pelaksanaan Program Kemitraan di Prov DIY (amandemen kedua) dengan PT
Pertamina (Persero) (No. 38/PERJ/GUB/XII/2009 dengan jangka waktu).
13. Pengembangan laboratorium flora dan fauna di Provinsi DIY dengan Yayasan
Gembiraloka (No. 23/PERJ/DIKNAS/VII/2008 dengan jangka waktu 5 tahun).
14. Kerjasama penelitian, pengkajian dan pengembangan potensi daerah dalam
rangka mewujudkan Yogyakarta sebagai pusat pendidikan terkemuka dengan
APTISI Wil. V DIY (No. 5/KSP/2008 dengan jangka waktu 5 tahun).
15. Pengelolaan system pelayanan angkutan orang di jalan dengan Kendaraan
Umum Wilayah Perkotaan dengan Sistem Buy the Service di Provinsi DIY dengan
PT. Jogja Tugu Trans (JTT) (No. 4/PERJ/GUB/II/2008 dengan jangka waktu 7
tahun).
16. Pemberdayaan Masyarakat berbasis Kelautan dengan BKP–AL Rayon Yogyakarta
(No. 20/KES.BER/Gub/2007 dengan jangka waktu 5 tahun).
17. Kerjasama pengelolaan hutan di Kecamatan Playen kab. Gunungkidul Provinsi
DIY dengan UGM; UNY; UII; Atmajaya; UMY;UPN (No. 1/KSP/XII/2007 dengan
jangka waktu 30 tahun).
18. Pengembangan Usaha Mikro, kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) melalui
pola penjaminan kredit dengan Bank BPD DIY; PT. Askrindo (No. 22/Perj/Gub/
XI/07 dengan jangka waktu).
19. Pendirian dan Pengelolaan Bengkel Mobil dengan Bengkel Rally car (No. 1/PERJ/
SEKDA/2005 dengan jangka waktu 12 tahun).
20. Pembangunan Pusat Perdagangan Retail antara PD. Anindya dengan PT. KAIDI
INDOJAYA (No. - , jangka waktu 25 tahun).
21. Pelaksanaan Adendum Perjanjian Bersama Kontrak Bagi Tempat Usaha dan
Kontrak Bagi keuntungan Antara Pemprov DIY dengan PT. Yogya Indah Sejahtera
dalam Pembangunan dan Pengelolaan Malioboro Hotel di Jalan Malioboro
Yogyakarta (No. 199/KPTS/1998 dengan jangka waktu 30 tahun).

Adapun rincian kerjasama dengan pihak ketiga di luar negeri yang masih berlaku
sampai dengan Agustus tahun 2012 :
1. Minutes of Discussion on The Cooperation To Implement The Integrated Water
Resources Management (IWRM) In The Province Of Yogyakarta Special Region,
dengan Institut Teknologi Karlsruhe, Jerman, Kementrian Pekerjaan Umum
Republik Indonesia dan BATAN (lanjutan dari Proyek Bribin).
2. Letter of intent (pernyataan kehendak) kerjasama promosi investasi dengan
International Finance Corporation (IFC).
3. Letter of intent (pernyataan kehendak) bidang pariwisata, jasa pengiriman dan
penerbangan dengan HNA Group Co. Ltd., China.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 7
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

Permasalahan dan Solusi


Permasalahan
1. Kegiatan pembentukan dan penanganan kerjasama sangat bergantung
pelaksanaannya dengan pihak/mitra yang ada, sehingga sering terjadi kegiatan-
kegiatan yang telah direncanakan tidak dapat berjalan sesuai dengan yang
diperkirakan.
2. Pada beberapa kesepakatan kerjasama belum ada titik temu dengan mitra
kerjasama sehingga belum ada tindak lanjut yang signifikan.
3. Masih terdapat kerjasama yang stagnan.

Solusi
1. Pelaksanaan koordinasi secara lebih intensif dengan pihak mitra kerjasama di
luar negeri, dengan bantuan perwakilan-perwakilan resmi Indonesia (KBRI dan
KJRI) yang ada di negara bersangkutan.
2. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi kepada mitra kerjasama serta
semua pihak terkait (pemda, dinas, masyarakat), pelaksanaan sosialisasi serta
penyusunan draft annual exchange programyang digunakan sebagai koridor
atau acuan pelaksanaan tindak lanjut kerjasama dan pengembangan program.
3. Pengembangan hubungan ataupun contact person dan secara lebih intensif
berkoordinasi dengan mitra kerjasama dan atau instansi pemerintah
di kabupaten-kota/instansi swasta/kementrian/lembaga terkait/wakil
pemerintahan RI di Luar Negeri yang memiliki kemungkinan untuk dapat
mengembangkan kerjasama.

Selanjutnya beberapa catatan penting berdasarkan monitoring dan evaluasi


kerjasama antar daerah maupun dengan pihak ketiga Pemerintah Provinsi DIY sampai
dengan Agustus tahun 2012 :
Secara umum semua kerjasama dalam negeri di Provinsi DIY sudah sesuai
dengan yang diharapkan dan dapat terus dilaksanakan sesuai dengan jangka waktu
kerjasama.
Berdasarkan evaluasi kerjasama, jika dilihat dari aspek keselarasan visi,
perencanaan serta pelaksanaannya, kegiatan kerjasama dengan nilai tertinggi terkait
dengan kerjasama program kemitraan dengan PT. Pertamina (persero), sedangkan jika
ditinjau dari segi implementasi dan dampak, kerjasama dengan skor tertinggi adalah
kerjasama implementasi sistem pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik
(e-procurement) nasional.
Tawaran hibah jembatan penyeberangan bekas pakai dari Osaka Prefecture
yang direncanakan pada tahun 2012 ditolak, karena kebijakan ini untuk menunjukkan
posisi DIY yang tidak begitu saja menerima bantuan hibah dari luar negeri, apalagi
untuk barang bekas.
Terkait dengan hambatan yang muncul dalam implementasi kegiatan kerjasama,
komunikasi dan koordinasi antar stakeholders perlu peningkatan lebih lanjut.

C. KOORDINASI DENGAN INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH


Penyelenggaraan koordinasi dengan instansi vertikal di daerah perlu dilakukan guna
mensinergikan dan mengoptimalkan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan
di daerah dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Koordinasi dengan instansi vertikal yang dilaksanakan di Provinsi DIY adalah dengan
instansi sebagai berikut:
a. Kanwil Kementerian Kehakiman Hukum dan HAM.
b. Kepolisian Daerah.
c. Pangkalan TNI AU.
d. Pangkalan TNI AL.
e. Pengadilan Tinggi.

VI - 8 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
f. Pengadilan Tinggi Agama.
g. Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DIY, KPPN dan KPKNL
h. Biro Pusat Statistik.
i. Pengadilan Negeri.
j. Pengadilan Agama.

Beberapa bentuk koordinasi dengan instansi vertikal yang dilaksanakan oleh


pemerintah Provinsi DIY tahun 2008–2012 dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Forum Komunikasi Musyawarah Pimpinan Daerah (MUSPIDA)/Forum Koordinasi
Pimpinan Daerah.
Berdasarkan pasal 27 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Kepala Daerah mempunyai kewajiban antara lain memelihara ketentraman
dan kertertiban masyarakat. Dalam hubungan ini peranan Kepala Daerah dan pejabat-
pejabat Pimpinan Daerah yang memegang kendali penyelenggaraan pemerintahan di
daerah sangat menentukan dalam upaya mewujudkan dan memelihara ketentraman
dan ketertiban masyarakat. Peranan kepala daerah dan pejabat-pejabat pimpinan
daerah dikoordinasikan melalui Forum Koordinasi MUSPIDA. Forum Koordinasi
MUSPIDA adalah forum untuk membahas, merumuskan dan menyepakati kebijakan
bersama antara Gubernur dan Anggota MUSPIDA untuk mengatasi permasalahan dan
kebijakan strategis di daerah.
Dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010
tentang Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2012, sesuai dengan Pasal 6 dibentuk
Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) untuk menggantikan istilah Muspida dengan
ketugasan untuk mewujudkan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta stabilitas
daerah dan kelancaran pembangunan daerah. FKPD ini memiliki ketugasan untuk
mewujudkan ketentraman dan ketertiban di wilayah dan melakukan pembahasan
kebijakan terhadap isu strategis serta merencanakan dan menyusun kebijakan yang
berhubungan dengan upaya menciptakan/mewujudkan ketentraman dan ketertiban
di wilayah provinsi. Dalam rangka menindaklanjuti hal tersebut Gubernur DIY telah
menetapkan Keputusan Gubernur DIY Nomor 126.1/KEP/2011 tentang Pembentukan
Forum Koordinasi Pimpinan Daerah untuk menindaklanjuti Peraturan Pemerintah
tersebut di atas. Adapun anggaran pelaksanaan rapat-rapat koordinasi dan honorarium
Tim Koordinasi Pimpinan Daerah didanai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara mulai tahun 2011 dengan Dekonsentrasi Program Peningkatan Penyelenggaraan
Pemerintahan Umum.
Hasil dan manfaat koordinasi instansi vertikal di Provinsi DIY dan rapat koordinasi
forum MUSPIDA adalah:
-- Terciptanya situasi dan kondisi yang kondusif sehingga penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan sosial kemasyarakatan dapat
berjalan dengan aman dan lancar.
-- Terciptanya ketentraman dan ketertiban masyarakat di wilayah Provinsi DIY.
-- Terpecahkannya permasalahan-permasalahan strategis di wilayah Provinsi DIY
antara lain:
-- Terselenggaranya pemilukada dengan lancar.
-- Kesiapsiagaan dan pengamanan perayaan hari raya Idul Fitri.
-- Pengamanan perayaan Natal.
-- Pengamanan perayaan tahun baru.
-- Pelaksanaan peringatan hari-hari besar, pemantapan wawasan kebangsaaan.
-- Kerukunan umat beragama dan meminimalisir/meredam konflik bernuansa
SARA.
-- Pengawasan peredaran narkoba dan minuman keras.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 9
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

2. Koordinasi Penyelenggaraan Urusan Pemerintah di Provinsi DIY


Koordinasi ini merupakan tindak lanjut amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan
Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah
Provinsi.
Koordinasi ini melibatkan instansi vertikal, yakni Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Provinsi DIY, Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Yogyakarta, Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), serta koordinasi dengan instansi vertikal
baik Kantor Pusat dan Kantor Daerah yang berkedudukan di wilayah Provinsi DIY.
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah, Gubernur memiliki tugas dan
wewenang:
a. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/
kota;
b. koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupaten/kota;
c. koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan di
daerah provinsi dan kabupaten/kota.

Di samping pelaksanaan tugas tersebut gubernur sebagai wakil Pemerintah


mempunyai tugas:
a. menjaga kehidupan berbangsa, bernegara dalam rangka memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. menjaga dan mengamalkan ideologi Pancasila dan kehidupan demokrasi;
c. memelihara stabilitas politik;
d. menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

Koordinasi yang dilakukan Gubernur melalui SKPD Provinsi DIY merupakan


upaya yang dilaksanakan oleh Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah guna mencapai
keterpaduan baik perencanaan maupun pelaksanaan tugas serta kegiatan semua instansi
vertikal tingkat provinsi, antara instansi vertikal dengan satuan kerja perangkat daerah
tingkat provinsi, antarkabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan, serta antara
provinsi dan kabupaten/kota agar tercapai efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan.

3. Koordinasi penyelenggaraan urusan Administrasi Kependudukan.


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan pada Pasal 6 menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi berkewajiban
menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan yang dilakukan oleh gubernur
dengan kewenangan meliputi:
a. Koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
b. Pemberian bimbingan, supervise dan konsultasi pelaksanaan Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil.
c. Pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
d. Pengelolaan dan penyajian data kependudukan berskala provinsi.
e. Koordinasi pengawasan atau penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.
Hal tersebut diperjelas dengan diterbitkanya Peraturan Pemerintah Nomor 37
Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 terutama
pasal 12 yang menyatakan bahwa dalam menyelenggaraan kewenangan koordinasi
penyelenggaraan administrasi kependudukan, gubernur mengadakan koordinasi.

VI - 10 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Hal lain yang terkait dengan koordinasi instansi vertikal adalah bahwa Daerah
Istimewa Yogyakarta sebagai miniatur Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta sering
disebut sebagai miniatur Indonesia karena di sini terdapat penduduk yang berasal dari
suku atau etnis seluruh Indonesia. Konsekuensi sebagai daerah miniatur adalah rawan
konflik antar etnis, budaya maupun kepentingan. Konflik-konflik tersebut perlu dikelola
sehingga keberagaman tersebut tidak menggangu akan tetapi justru sebagai pengayaan
dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan maupun sosial kemasyarakatan.

D. PEMBINAAN BATAS WILAYAH


Pembinaan Batas Wilayah penting dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan publik di wilayah perbatasan dan menghindari permasalahan dan sengketa
batas daerah.
Pembinaan batas wilayah dilakukan pertama dan utama melalui penegasan batas
antar daerah, di mana penegasan batas daerah dititikberatkan pada upaya mewujudkan
batas daerah yang jelas dan pasti baik dari aspek yuridis maupun fisik di lapangan.
Proses penegasan batas daerah ini mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1 Tahun 2006 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah.
Batas wilayah/daerah merupakan pemisah wilayah penyelenggaraan
kewenangan suatu daerah dengan daerah lainnya, dalam hal ini pemisah wilayah
administrasi pemerintahan antar kabupaten/kota maupun antar kabupaten beda
provinsi. Batas Daerah yang tegas dan jelas diharapkan akan mencegah terjadinya
konflik batas daerah yang dapat menimbulkan korban harta, benda dan jiwa serta
ekonomi biaya tinggi, tertatanya kode wilayah administrasi pemerintahan, optimalnya
penyelenggaraan fungsi pemerintahan di daerah, pelaksanaan pembangunan daerah
dan pelayanan umum secara tertib dan terlaksananya penyaluran dana perimbangan.
Batas daerah harus memenuhi aspek yuridis dan teknis. Aspek yuridis, yaitu
telah ditetapkan legalitas hukum batas daerah melalui Permendagri (cakupan wilayah
yang berbatasan, koordinat titik batas, posisi pilar batas dan unsur geografis lainnya,
seperti sungai, jalan. Sedangkan aspek fisik, di lapangan ditandai dengan pemasangan
pilar batas dan teridentifikasinya koordinat posisi pilar batas. Provinsi DIY mempunyai
8 segmen batas antar daerah, tinggal 1 segmen batas yang belum ada penetapan
melalui Permendagri, yaitu batas antar Kabupaten Bantul dan Sleman, di mana pada
tahun 2012 ini telah selesai tahap akhir proses penegasan batas, yaitu pembuatan peta
koridor. Harapannya di tahun 2013 telah dapat ditetapkan Permendagrinya dan menjadi
provinsi pertama yang telah selesai penegasan batas. Adapun kedelapan segmen dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6.5
Pembinaan Batas Wilayah Provinsi DIY
Jml Pilar
Berbatasan Panjang Penegasan
Prov, Dasar Batas
No Dgn Prov, Garis antar
Kab/Kota Hukum dalam
Kab/Kota Batas Daerah Permen
1 Prov. DIY Prov. Jateng 235 Km Sudah Permendagri 212
19/2006
2 Yogyakarta Sleman 10 Km Sudah Permendagri 66
70/2007
3 Yogyakarta Bantul 25 Km Sudah Permendagri 161
15/2012
4 Sleman Gunungkidul 12 Km Sudah Permendagri 28
4/2009
5 Sleman Bantul 60 Km Proses Tahun 2012 183
(Peta Koridor)
6 Sleman Kulon Progo 20 Km Sudah Permendagri 103
61/2009

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 11
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

Jml Pilar
Berbatasan Panjang Penegasan
Prov, Dasar Batas
No Dgn Prov, Garis antar
Kab/Kota Hukum dalam
Kab/Kota Batas Daerah Permen
7 Gunungkidul Bantul 60 Km Sudah Permendagri 83
71/2007
8 Kulonprogo Bantul 35 Km Sudah Permendagri 79
72/2007
Sumber : Biro Tapem Setda Provinsi DIY

Dalam rangka menyelesaikan proses penegasan batas antara Kabupaten Bantul


dan Sleman Pada tahun 2011 telah dipasang sebanyak 15 pilar batas termasuk di 3
blok Tambakbayan, Tambakraman dan Santan di mana ketiga Blok sesuai dengan Surat
Menteri Dalam Negeri Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 136/1983/PUM, tanggal
15 November 2010 perihal Batas Daerah Antara Kabupaten Bantul dengan Kabupaten
Sleman, ketiga blok masuk dalam wilayah Sleman pada tahun 2011 telah dipasang
sebanyak 15 pilar batas termasuk di 3 blok Tambakbayan, Tambakraman dan Santan
di mana ketiga Blok sesuai dengan Surat Menteri Dalam Negeri Surat Menteri Dalam
Negeri Nomor 136/1983/PUM, tanggal 15 November 2010 perihal Batas Daerah Antara
Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Sleman, ketiga blok masuk dalam wilayah Sleman.
Dengan demikian permasalahan batas Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan,
Kabupaten Bantul dengan Desa Caturtunggal, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok,
Kabupaten Sleman khususnya di Blok Tambakbayan, Tambakkraman, dan Santan telah
selesai, jelas dan tegas.
Selanjutnya pada tahun 2012 dilakukan pembuatan peta koridor/batas daerah
Kabupaten Bantul dan Sleman, sehingga bila telah disepakati koridor batas kedua
kabupaten tersebut maka telah memenuhi syarat untuk diajukan sebagai dokumen
untuk penetapan Permendagri.
Dalam upaya pemeliharaan dan pembangunan pilar perapatan telah terdapat
kesepakatan antara Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2010 yang
ditandatangani oleh Kepala Biro Tata Pemerintahan Setda Provinsi DIY dan Kepala Biro
Pemerintahan Setda Provinsi Jawa Tengah Nomor 120/01359/Ro.I/2010 dan Nomor
120/18801/2010 tentang Pembangunan dan Pemeliharaan Pilar Batas Daerah antara
Provinsi DIY dan Jawa Tengah dengan kesepakatan sebagai berikut:
1. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah : bertanggung jawab dalam Pemeliharaan/
Penggantian Pilar Nomor 001 s.d. Pilar Nomor 089, yaitu di sepanjang perbatasan
antara Kab. Kulonprogo dengan Purworejo sampai dengan perbatasan antara
Kabupaten Magelang dengan Kab. Sleman
2. Pemerintah Provinsi DIY: pilar mulai Pilar Nomor 090 sampai dengan Pilar Nomor
213, yaitu Batas DIY- Jateng Bagian Timur dimulai dari perbatasan antara Kab.
Sleman dengan Klaten sampai dengan perbatasan antara Kab. Gunungkidul
dengan Kab. Sukoharjo dan Wonogiri.

Pembangunan/penambahan pilar perbatasan antar Provinsi dan Jawa Tengah


masih perlu dilaksanakan untuk memperjelas dan mempertegas jalur batas. Kegiatan
pemeliharaan dan penggantian penting karena dari hasil identifikasi selama ini banyak
pilar yang rusak maupun hilang disebabkan oleh faktor alam seperti longsor yang
mengakibatkan patok batas rusak atau hilang tertimbun longsor maupun akibat tangan
jahil manusia (pencurian Bras tablet yang terdapat pada patok, papan nama), sehingga
perlu diganti maupun direhab kembali.

VI - 12 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI

E. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA


1. Bencana yang Terjadi dan Penanggulanggannya
Kriteria yang dipergunakan sebagai dasar penetapan status bencana didasarkan
pada pengertian bencana sesuai Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, yakni: “Bencana adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.”
Secara kuantitatif sampai saat ini belum ada standar baku untuk penetapan
status bencana, apakah suatu kejadian ditetapkan sebagai bencana ataukah musibah.
Tanggap darurat dilakukan pada saat kejadian meletusnya gunung merapi di Kabupaten
sleman dan bencana yang lainnya belum pernah ditetapkan status tanggap darurat oleh
Pemerintah Provinsi DIY karena kejadian bencana terjadi di tingkat lokal masing-masing
Kabupaten/Kota bukan lintas wilayah.
Kegiatan Penanggulangan Bencana dilaksanakan oleh masing-masing BPBD
Kabupaten/Kota serta saling berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Provinsi DIY.

Tabel 6.6
Frekuensi Kejadian Bencana Di DIY, 2011 – 2012

Jenis Bencana  Bantul GK KP Sleman Kota Yk


  2011 2012 2011 2012 2011 2012 2011 2012 2011 2012
Banjir 1 8 0 0 3 0 3 2 15 2

Kekeringan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tanah Longsor 9 0 1 4 49 7 0 0 0 0
Kebakaran
17 1 0 0 2 0 1 0 1 2
Hutan/Lahan
Gempa Bumi 2 2 2 0 0 0 0 0  0 0

Angin 27 4 33 1 5 1 13 36 16 2

Epidemi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Gunung
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Meletus
Sumber : BPBD Provinsi DIY

Sumber : BPBD Provinsi DIY


Gambar 6.1
Frekuensi Bencana di Provinsi DIY, 2011 - 2012

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 13
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

Kejadian bencana Banjir di wilayah Provinsi DIY tahun 2011, di Kota Yogyakarta
terjadi di DAS Sungai Winongo, Sungai Gajah Wong dan Sungai Code, sedangkan tahun
2012 di Kota Yogyakarta sampai bulan agustus 2012 hanya terjadi 2 kali. Sedangkan
untuk Kabupaten Kulon Progo banjir terjadi sekitar Sungai Progo dan daerah resapan di
kota Kulon Progo dan untuk Kabupaten Sleman terjadi di Kali Kuning dan sungai yang
berhulu di Gunung Merapi disebabkan oleh lahar dingin Gunung Merapi. Jenis banjir
yang terjadi merupakan banjir genangan yang terjadi di beberapa titik setiap musim
penghujan dan banjir lahar dingin disebabkan oleh material Gunung Merapi yang
terbawa arus.
Tanah longsor terjadi di daerah perbukitan di wilayah Provinsi DIY dikarenakan
hujan yang terus menerus dan kurangnya penopang tanah sehingga mengakibatkan
longsor. Bencana ini murni dikarena oleh alam. Di Kabupaten Bantul Terjadi di sekitar
perbukitan timur bantul meliputi Piyungan dan Dlingo. Dan kejadiaan tertinggi terdapat
di Kabupaten Kulon Progo karena daerahnya berbukit dan tanah yang labil.
Pada umumnya bencana kebakaran terjadi karena hubungan arus pendek/
konsleting listrik serta kelalaian warga dalam penggunaan api sehing menyebabkan
kebkaran rumah. Frekuensi terbanyak kejadian kebakaran di wilayah Kota Yogyakarta
dikarenakan banyaknya pemukiman dan resiko hubungan arus pendek sangat tinggi.
Tahun 2011 gempa bumi terjadi di Kabupaten Bantul dan Gunungkidul masing-
masing terjadi 2 kali, tepatnya gempa terjadi di pantai selatan bantul, sedangkan tahun
2012 hanya ada 2 kali di Kabupaten Bantul. Gempa bumi ini tidak berdampak secara
langsung karena terasa kecil dirasakan di wilayah Kabupaten Bantul.
Sedangkan untuk kejadian angin ribut di tahun 2011 terjadi 2 kali umumnya
terjadi pada akhir tahun dikarenakan musim hujan mulai tiba, dengan adanya pergantian
musim angin cenderung tidak beraturan dan sangat kencang. Akibat dari bencana angin
rebut/kencang ini banyak pohon tumbang di sekitar perkotaan serta baliho-baliho yang
roboh.

2. Status Bencana
Berdasarkan data kejadian bencana Provinsi DIY, dapat diambil kesimpulan bahwa
Status bencana adalah: LOKAL sedangkan ancaman bencana tertinggi wilayah DIY
adalah tanah longsor dan ancaman bencana tertinggi kedua adalah kebakaran dan
angin ribut dengan titik rawan bencana meliputi empat wilayah yakni Kabupaten Kulon
Progo, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Bantul. Bencana tanah longsor tercatat
paling banyak terjadi pada bulan Oktober, November dan Desember saat curah hujan
mencapai titik tertinggi. Di wilayah Kabupaten Kulon Progo bencana tanah longsor
menempati urutan pertama dengan cakupan titik rawan terbanyak yakni meliputi
Kulon Progo bagian utara. Topografi bagian utara merupakan dataran tinggi/perbukitan
Menoreh dengan ketinggian antara 500-1.000 meter di atas permukaan laut meliputi
Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang, Samigaluh dan sebagian Kecamatan Pengasih.
Sedangkan untuk Gunungkidul titik rawan bencana tanah longsor 10 Kecamatan yakni
Purwosari, Semin, Gedangsari, Panggang, Nglipar, Ngawen, Playen, Ponjong, Patuk dan
Girisubo.

3. Sumber dan jumlah anggaran


Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang dibentuk pada tanggal 24 Februari
2012 mendapatkan anggaran untuk tahun 2012 dari :
a. APBD: sebesar Rp.8.203.331.680,- dengan rincian untuk gaji sebesar Rp.
2.212.653.560,- dan belanja langsung sebesar Rp.5.990.678.120,-
b. APBN terdiri dari:
1. Dekonsentrasi sebesar Rp.266.510.000,- dengan realisasi sampai bulan
Agustus sebesar Rp.216.484.575,- ( 81,23% )
2. Tugas Pembantuan sebesar Rp 2.500.000,- dengan realisasi sampai bulan
Agustus sebesar Rp.402.409.200,- ( 16,10% )

VI - 14 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
4. Antisipasi daerah dalam menghadapi kemungkinan bencana
Pemerintah Provinsi DIY sudah mengantisipasi timbulnya bencana sesuai dengan
sistem manajemen bencana melalui pengembangan regulasi yang memadai,
perencanaan dan penganggaran, pengembangan kapasitas kelembagaan dan sumber
daya manusia.
Paradigma penanggulangan bencana sudah dikembangkan dari yang dulu berpola
responsif-tanggap darurat menjadi lebih ditekankan pada upaya pencegahan dan
pengurangan risiko bencana. Agar tercapai tujuan yaitu menghindari terjadinya bencana,
Pemerintah Provinsi DIY mengembangkan kebijakan penanggulangan bencana yang
difokuskan pada:
a. Mengurangi risiko bencana dengan membangun kesiapsiagaan dan infrastruktur
diseluruh lini secara terencana dan terpadu (pra bencana)
1. Penguatan Peraturan Perundangan dan Kapasitas Kelembagaan
2. Prencanaan Partisipatif dan Pengaturan Penanggulangan bencana
3. Penelitian, Pendidikan, dan Pelatihan
4. Peningkatan Kapasitas dan Partisipasi Masyarakat dan Para Pemangku
Kepentingan lainnya dalam Penanggulangan Bencana
5. Pencegahan dan Mitigasi Bencana
6. Peringatan Dini
7. Kesiapsiagaan

b. Membangun ketahanan dan ketangguhan masyarakat dan kelembagaan dalam


menanggulangi bencana (tanggap darurat)
c. Secepatnya memulihkan dan membangun kembali kehidupan masyarakat pasca
bencana menjadi lebih baik (pasca bencana)

Contoh upaya yang sudah dilaksanakan


a. Perencanaan:
1. Sudah dilaksanakan identifikasi risiko bencana di Provinsi DIY baik melalui
penyusunan peta risiko bencana juga analisis risiko bencana.
2. Sudah disusun perencanaan penanggulangan bencana yang bertujuan sebagai
pedoman Provinsi DIY dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana,
dalam bagian dari Rencana Induk Pembangunan Daerah secara terpadu dan
terkoordinasi, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang ada,
sehingga dapat menurunkan risiko bencana di DIY secara signifikan.
3. Dalam beberapa jenis ancaman sudah disusun rencana kontinjensi bencana yang
bertujuan sebagai pedoman penanganan bencana pada saat tanggap darurat
bencana yang cepat dan efektif serta sebagai dasar memobilisasi sumber daya
para pemangku kepentingan (stakeholders) yang mengambil peran dalam
penyusunan rencana kontijensi.

b. Penguatan kapasitas:
1. Sudah dikembangkan pengurangan risiko bencana berbasis komunitas bagi
masyarakat desa/kelurahan seperti pengembangan desa tangguh, kampung
siaga bencana, dll.
2. Sudah dilakukan wajib latih bagi aparat dan masyarakat yang berada di wilayah
rawan bencana.
3. Sudah dilakukan simulasi dan gladi lapang dan gladi posko untuk beberapa jenis
ancaman bencana.
4. Sudah dikembangkan sistem peringatan dini baik yang berisi informasi hulu
sampai penjangkauan informasi tersebut sebagai aksi tindak bagi masyarakat
yang di identifikasi akan terkena dampak bencana. (ancaman erupsi gunung
merapi, tsunami, tanah longsor, epidemi, kekeringan, banjir).
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 15
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

5. Sudah terbentuk dan melembaga dengan baik forum koordinasi antara para
pihak yang bekerja di bidang penanggulangan bencana yaitu Forum PRB baik
yang berada di tataran provinsi maupun sampai ke tingkat desa/kelurahan.
6. Investasi pada pengembangan teknologi informasi baik yang dikelola oleh BPBD
melalui Pusdalop PB maupun yang dikelola masyarakat dalam membangun
jejaring pengelolaan informasi.
7. Telah dilakukan diseminasi informasi daerah rawan bencana dan cara-cara
pengurangan risiko bencana.
8. Investasi dalam peralatan dan logistik bencana.
9. Adanya alokasi tugas dan fungsi dalam penanggulangan bencana baik dari
instansi pemerintah provinsi, kebupatan dan kota maupun instansi vertikal yang
berada di wilayah Provinsi DIY.

Apabila teridentifikasi terdapat potensi bencana yang akan terjadi maka


dilakukan tindakan berupa langkah kesiapsiagaan seluruh jajaran aparat pemerintah.
Tindakan ini dilakukan untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa maupun kerugian
harta benda milik masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana. Selain itu tindakan
ini juga akan memudahkan upaya tanggap darurat apabila bencana itu terjadi sehingga
peran semua pihak dapat berjalan efektif berdasarkan sistem yang telah dirancang dan
disepakati bersama.

5. SKPD yang Menangani Bencana


Dalam pelaksanaan tugas penanganan bencana, BPBD Provinsi DIY bermitra kerja
dengan SKPD yang menangani bencana di wilayah Provinsi DIY, yaitu:
a. Dinas Sosial
b. Dinas Kesehatan
c. Dinas Perhubungan dan Kominfo
d. Dinas PUP ESDM
e. Dinas Kelautan dan Perikanan
f. Dinas Pendidikan
g. Dinas perdagangan dan perindustrian
h. Dinas Pertanian
i. BPPTK dan BMKG
j. TNI Polri
k. PSBA UGM
l. BPBD Kabupaten /Kota
m. Dinas Kebudayaan
n. Badan Lingkungan Hidup
o. Dinas Kehutanan

6. Jumlah Pegawai, Kualifikasi Pendidikan, Pangkat dan Golongan


a. Jumlah Pegawai : 46 Pegawai
b. Kualifikasi pendidikan :
1. S2 : 10 orang
2. S1 : 20 orang
3. SMA : 15 orang
4. SMP : 1 orang

VI - 16 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
c. Pangkat Golongan:
1. Golongan IV : 9 orang
2. Golongan III : 31 orang
3. Golongan II : 6 orang

d. Jumlah Pejabat Struktural : 14 orang


e. Jumlah Pejabat Fungsional : 22 orang

7. Kelembagaan yang Khusus Dibentuk Menangani Bencana


Kelembagaan yang Khusus Dibentuk Menangani Bencana di Provinsi DIY yaitu:
a. Forum Pengurangan Risiko Bencana / Forum PRB
b. Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana / PUSDALOPS PB
c. Tim Reaksi Cepat / TRC
d. Taruna Siaga Bencana / Tagana
e. Basarnas Kantor Perwakilan Yogyakarta.

8. Potensi Bencana yang diperkirakan terjadi


Jenis dan lokasi bencana alam yang mengancam DIY meliputi:
a. Bencana alam Gunung Merapi, mengancam wilayah Kabupaten Sleman bagian
utara dan wilayah-wilayah sekitar sungai yang berhulu di puncak Merapi;
b. Bencana longsor dan erosi, terutama mengancam wilayah Kabupaten Kulon
Progo bagian utara dan barat serta daerah perbukitan Kabupaten Gunungkidul
bagian utara;
c. Bencana banjir, terutama berpotensi mengancam daerah pantai selatan
Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul;
d. Bencana kekeringan, biasa terjadi di wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian
selatan;
e. Bencana tsunami, terdapat di daerah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo,
Kabupaten Bantul; dan Kabupaten Gunungkidul;
f. Bencana alam akibat angin, biasa terdapat di wilayah pantai selatan Kabupaten
Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan daerah-daerah Kabupaten Sleman bagian
utara, serta wilayah perkotaan Yogyakarta;
g. Bencana alam gempa bumi, berpotensi terjadi di wilayah DIY, baik gempa bumi
tektonik maupun volkanik. Gempa bumi tektonik berpotensi terjadi karena
wilayah DIY berdekatan dengan kawasan tumbukan lempeng (subduction zone),
yaitu di sebelah selatan wilayah DIY (Samudera Indonesia). Di samping itu,
secara geologi di wilayah DIY terdapat banyak patahan aktif, seperti Sesar Opak.
Gempa tektonik dengan tingkat destruktif tinggi terjadi pada tanggal 27 Mei
2006. Gempa bumi volkanik berpotensi terjadi karena wilayah DIY berdekatan
dengan Gunung Merapi yang merupakan gunungapi teraktif di dunia.

Risiko tinggi terhadap bencana dapat disebabkan karena ancaman yang tinggi,
tingginya kerentanan dan rendahnya kapasitas untuk menanggulangi bencana.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 17
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

Tabel 6.7
Wilayah Kecamatan-Kecamatan dengan Risiko Tinggi di Provinsi DIY

Jenis Kabupaten/Kota
Bencana Bantul Gunung Kidul Kulon Progo Sleman Yogyakarta
Bambanglipuro, Nglipar Berbah Kotagede
Jetis, Imogiri,
Gempa Bumi

Pandak, Pleret,
Sewon,
Pundong, Bantul,
Kasihan, Piyungan,
Banguntapan
Kretek, Sanden, Temon, Galur,
Tsunami

Srandakan Panjatan, Wates

Dlingo, Imogiri, Patuk, Gedang Kokap, Prambanan


Pleret, Piyungan Sari, Ngawen, Pengasih,
Longsor

Nglipar, Semin, Girimulyo,


Tanah

Ponjong Samigaluh,
Kalibawang
Pandak, Srandakan, Temon, Galur, Danurejan,
Sanden, Kretek, Lendah, Wates, Tegalrejo,
Banjir

Sewon, Jetis, Imogiri Panjatan Gedong-tengen

Pakem
Gunung
Erupsi

Panggang,
Paliyan, Sapto
Kekeringan

Sari, Rong-
kop, Tepus,
Ponjong,
Nglipar
Kotagede,
Kraton,
Umbulharjo,
Mergangsan,
Angin Ribut

Wirobrajan,
Ngampilan, Jetis,
Gedongtengen,
Paku Alaman
Sewon, Tanjung Sari Ngemplak, Semua
Banguntapan, Kalasan, Kecamatan
Epidemi

Kasihan Depok,
DBD

Gamping

Sumber : BPBD Provinsi DIY

VI - 18 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Selain itu berdasarkan penilaian potensi terjadinya bencana berdasarkan jenis
ancamannya sebagai berikut:

Tanah
Kemungkinan Kejadian ( likelihood)

Longsor
4

Banjir
3

Kekeringan
Gempa Bumi
Tsunami
2
Banjir
Tanah Longsor
Gempa bumi
Erupsi Erupsi Gunung Api
Gunung Api Epidemi DBD Kekeringan
1
Deman Berdarah
Angin Ribut

Angin Ribut Tsunami


0
0 1 2 3 4
Dampak (consequences )

Sumber : BPBD Provinsi DIY


Gambar 6.2
Penilaian Potensi Terjadinya Bencana Berdasarkan Jenis Ancamannya

F. PENGELOLAAN KAWASAN KHUSUS


Bandara Adisutjipto Yogyakarta sebelumnya merupakan Pangkalan TNI-AU yang asal
muasalnya digunakan untuk kegiatan Sekolah Penerbangan TNI-AU dengan pendidikan
Akademi Angkatan Udara (AAU) untuk pendidikan penerbang.
Aset kepemilikannya saat itu adalah TNI-AU. Melalui Surat Keputusan Bersama (SKB)
dan Surat Persetujuan bersama antara TNI-AU dan Menteri Perhubungan dan yang
terakhir melalui Surat Persetujuan Bersama antara TNI-AU dan Ditjen Perhubungan
Udara No. SPB/5/XII/2001 dan No. AU/4261/KUM.135/2001 tanggal 12 Desember
2001 tentang Penyempurnaan Surat Persetujuan Bersama Tahun 1994, maka kemudian
Bandara Adisutjipto menjadi Bandara Enclave Civil (lapangan terbang militer yang dapat
digunakan untuk penerbangan komersial/sipil).
Dalam hal Pengembangan Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta, Departemen
Perhubungan mengeluarkan Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor 51 Tahun 2008
tentang Rencana Induk Bandar Udara Adisutjipto, Yogyakarta, tanggal 10 Oktober 2008.
Rencana Pengembangan Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta, antara lain perpanjangan
landas pacu dari 2.200 m x 45 m menjadi 2.500 m x 45 m, pembangunan taxiway
dan taxiway paralel, perluasan apron menjadi 49.418 m2 dan perluasan terminal
penumpang.
Dalam upaya pengembangan bandara terjalin kerja sama antara PT Angkasa
Pura 1, Pemerintah Provinsi DIY, dan PT dalam bentuk beberapa kegiatan yaitu :
1. Pembangunan Underpass Tahap I, sumber dana PT Angkasa Pura I (Persero)
senilai Rp13.142.630.000,-
2. Pembuatan Shelter Terminal Lanjutan Seluas 700 m2 dan Pemasangan Ekskalator
2 (dua) unit di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta, sumber dana PT (Persero)
Angkasa Pura I senilai Rp3.885.019.000,-

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 19
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

3. Pengaspalan Jalan Masuk dan Jalur Trans Jogja di Area Parkir Bandara Adisutjipto,
sumber dana APBD Pemerintah Provinsi DIY senilai Rp229.413.600,-
4. Relokasi dan Pembangunan Rumah Dinas Hukum dan HAM, sumber dana APBD
Pemerintah Provinsi DIY senilai Rp3.606.339.750,-
5. Relokasi dan Pembangunan Rumah Dinas Bea Cukai, sumber APBD Pemerintah
Provinsi DIY senilai Rp767.265.726,-
6. Pembangunan Masjid Bandara Adisutjipto, sumber dana APBD Pemerintah
Provinsi DIY.

Kawasan Khusus Yang Menjadi Kewenangan Provinsi DIY yang peruntukkannya


dipakai untuk beberapa kegiatan oleh berbagai pihak, antara lain:
1. Jalur kereta api beserta dengan stasiunnya, luas 585,4 m2,
2. Perkantoran dan Rumah Dinas Kanwil Hukum dan HAM, luas 1.541 m2,
3. Tanah dan bangunan yang dikelola oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
luas 940 m2,
4. Tanah dan bangunan yang dikelola oleh Dinas Sosial Prov. DIY, luas 210 m2,
5. Rumah Dinas Kantor Bea dan Cukai Yogyakarta, luas 1.230 m2,
6. Kantor Pos Cabang Airport, luas 544 m2,
7. Tanah Sultan Ground, luas 5.868 m2 dan 689 m2,
8. Tanah Milik Pemprov DIY seluas : 24.296 m2

Pengembangan Bandar Udara Adisutjipto terkait dengan antisipasi perpanjangan


landas pacu dari 2.200 m menjadi 2.500 m:
1. Pembebasan Lahan Tanah 1/3 bagian luas L2 yaitu 10.080 m2 (termasuk
bangunan dan pepohonan diatas tanah), sumber dana APBD Pemprov DIY
senilai Rp6.986.147.899,-
2. Pembangunan Box Culvert dan Pengurugan Sisi Udara untuk di Sungai Kuning
untuk pembangunan Taxiway Paralel Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta,
sumber dana APBN Departemen Perhubungan senilai Rp42.242.187.166,-
3. Pembuatan Taxiway Paralel Sisi Timur Termasuk Marking Tahap I di Bandar
Udara Adisutjipto Yogyakarta sumber dana APBN Kementerian Perhubungan
senilai Rp6.109.054.130,-
Pada tahun anggaran 2012, melalui kegiatan Pembangunan Sarana dan
Prasarana Pendukung Perhubungan Udara, telah dilaksanakan rapat koordinasi terkait
dengan proses ruislag dengan Kementerian Hukum dan HAM serta dengan Bea dan
Cukai. Sampai bulan Juli 2012 sudah dilakukan proses pengurusan IMB rumah dinas di
belakang Jembatan Kalitirto serta pengukuran tanah Beacukai di lokasi parkir Bandara
Adisutjipto.

Permasalahan dan Solusi


Permasalahan
1. Kesepakatan Bersama Antara Pemerintah Provinsi DIY, TNI-AU, Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara, PT Angkasa Pura I (Persero) tentang Pengembangan
Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta dan Landas Pacu TNI-AU Gading, belum
ditandatangani dan para pihak masih melakukan pembahasan terhadap hal-hal
yang menjadi pokok kesepakatan bersama.
2. Perubahan/Revisi KM.51 Tahun 2008 tentang Rencana Induk Bandara
Adisutjipto Yogyakarta, belum dapat ditetapkan oleh Menteri Perhubungan. Hal
tersebut disebabkan terkait belum adanya kesepakatan bersama antara Pihak
Pemerintah Provinsi DIY, TNI-AU, PT Angkasa Pura I (Persero) dan Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara, dimana mengatur tentang substansi terhadap
perubahan yang ada di KM.51 Tahun 2008 yang perlu dilakukan revisi dan
penyesuaian.

VI - 20 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
3. Proses ruislagh/Tukar Menukar BMN/BMD antara Pemerintah Provinsi DIY
dengan Kementerian Hukum dan HAM RI, dan Direktorat Jenderal Bea Cukai
Kementerian Keuangan RI berupa tanah dan bangunan yang berada di Kawasan
Parkir Bandar Udara Adisutjipto dengan tanah dan bangunan yang telah
disediakan oleh Pemerintah Provinsi DIY di Desa Kalitirto, Kabupaten Sleman dan
di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta, masih dalam proses di Kementerian
Keuangan RI dan Kementerian Hukum dan HAM RI.
4. Relokasi Pembangunan Kantor Pos Cabang Bandara Adisutjipto masih dalam
proses pengajuan ijin pelaksanaan tukar menukar tanah dan bangunan di
Kementerian Negara BUMN, sedangkan lokasi dan biaya pembangunan relokasi
Kantor Pos Cabang Bandara telah tersedia pada APBD Pemerintah Provinsi DIY
Tahun Anggaran 2011.
5. Pengelolaan Lahan Parkir Bandara (Utara Rel KA) milik Pemerintah Provinsi DIY
belum seluruhnya dapat disewakan. Pada tahap I yang disewakan baru seluas
19.335,4 m2 berdasarkan Keputusan Gubernur Prov. DIY nomor. 62.1/KEP/2011
tanggal 15 Maret 2011 tentang Penyewaan Tanah Milik Daerah yang terletak
di Tlukan Maguwoharjo, Depok, Sleman kepada PT. Angkasa Pura I (Persero)
yang didalamnya tercantum luasan yang disewakan kepada PT. Angkasa Pura
I (Persero) pada tahap I seluas 19.335,4 m2 dengan harga per meter persegi/
bulan sebesar Rp. 1.625,-. sewa parkir dimulai bulan Agustus 2011 dengan
jangka waktu selama 2 tahun.
Tindak lanjut dari keputusan Gubernur DIY tersebut berupa Perjanjian Sewa
Menyewa Tanah antara DISHUBKOMINFO Prov. DIY dengan PT. Angkasa Pura I
(Persero) Nomor : 593/1676, Nomor : AP.I.108/KB.03.02/2011/GMI-B tanggal 1
Agustus 2011.
6. Penjagaan Pintu Perlintasan Bandara Adisutjipto. Selama ini petugas penjagaan
adalah PNS Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi DIY,
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38/2007, penjagaan pintu perlintasan
bukan termasuk kewenangan provinsi, sehingga biaya operasional tidak dapat
dibebankan kepada APBD Pemerintah Provinsi DIY.
7. Pembebasan tanah disamping timur kantor Imigrasi yang dipergunakan sebagai
jalan saat ini masih mencari data-data pendukung untuk memperkuat tentang
status tanah.

Solusi
1. Perlu segera ada kesepakatan terhadap hal-hal yang menjadi pokok kesepakatan
dengan melakukan koordinasi dan pembahasan para pihak secara lebih intens
sehingga kesepakatan bersama dapat segera ditandatangani. Dalam waktu
dekat akan segera dilakukan proses serah trima aset dari dari Kementerian
Perhubungan RI ke Pemda DIY dan selanjutnya dari Pemda DIY ke TNI AU.
2. Perlu segera menyelesaikan kesepakatan bersama sebagai dasar/acuan
dalam hal Gubernur DIY memberikan Rekomendasi Rencana Induk Bandara
Adisutjipto Yogyakarta, sebagai syarat pertimbangan Menteri Perhubungan
untuk menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Rencana Induk
Bandara Adisutjipto Yogyakarta (Revisi KM.51 Tahun 2008).
3. Melalui koordinasi yang lebih intens untuk proses tukar menukar dengan pihak
Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal Bea Cukai dan pihak Kementerian
Hukum dan HAM RI.
4. Melakukan Koordinasi dengan pihak PT. Pos Indonesia Pusat sehingga proses
serah trima dapat segera dilaksanakan dan secara bersamaan pengurusan
proses IMB dari BPN Sleman dapat selesai
5. Melakukan Koordinasi dengan PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandara Adi Sutjipto
agar dapat menyewa lahan parkir secara keseluruhan untuk mendukung
pelayanan di Bandara Adisutjipto dan Optimalisasi Aset Pemprov DIY.
6. Ada penyerahan kewenangan penjagaan pintu perlintasan kepada Pemerintah
Provinsi DIY.
7. Melakukan konsultasi dengan pihak Kantor Pertanahan Sleman untuk mencari
data-data yang lama sebagai acuan untuk menerbitkan surat ukur yang baru
serta untuk mencari data dukung asal usul tanah samping timur kantor imigrasi.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 21
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

G. PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN DAN KETERTIBAN UMUM


Ketentraman dan ketertiban masyarakat di daerah merupakan bagian dari sistem
pertahanan dan keamanan nasional.
Pemeliharaan ketentraman dan ketertiban ditujukan agar ancaman, gangguan,
hambatan dan tantangan dapat diminimalkan. Pemeliharaan ketentraman dan
ketertiban bukan merupakan tanggungjawab pemerintah daerah saja, tetapi juga perlu
melibatkan peran serta aktif masyarakat. Hal itu sesuai dengan salah satu prinsip tata
pemerintahan yang baik (good governance) yaitu adanya partisipasi masyarakat, dimana
masyarakat ikut serta dalam proses perumusan dan/atau pengambilan keputusan atas
kebijakan publik yang diperuntukkan bagi masyarakat.

1. Beberapa gangguan yang terjadi (Konflik Berbasis Sara, Anarkisme, atau


lainnya)
1. Ideologi
a. Masih terindikasi eksistensi kelompok jaringan ekstrim kanan dan ekstrim kiri
di wilayah DIY;
b. Separatisme dari Papua semakin faktual, berani menyuarakan secara terbuka,
ada peningkatan kegiatan, mungkin karena kelemahan dalam melakukan
pembinaan untuk mencintai dan merasa sebagai bagian dari Indonesia

2. Politik
Belum tuntasnya pembahasan RUUK DIY, sementara masa perpanjangan jabatan
Gubernur dan Wakil Gubernur akan berakhir pada Oktober 2012. Meski belakangan
ini ada sinyalemen mengarah kepada penetapan untuk pengisian jabatan Gubernur
dan Wakil Gubernur DIY, namun selama belum ada kepastian masih akan menyisakan
potensi kerawanan munculnya aksi baik dari kelompok pro penetapan maupun pro
pemilihan, yang berpengaruh terhadap stabilitas dan kondusivitas wilayah DIY.

3. Ekonomi, Sosial, Budaya dan Agama


a. Masih adanya konflik-konflik berunsur SARA di wilayah DIY, seperti penolakan
pendirian rumah ibadat, seperti :
-- Penolakan warga terhadap Gereja Pantekosta El Fajar di desa Pangukan Tridadi
Sleman
-- Kasus Gereja Pantekosta di Tunggul Barat Semanu, Gunungkidul
-- Gua Maria Giriwening Maria di desa Sampang Dusun Sengon Kerep Kecamatan
Gedangsari Gunungkidul
b. Keberadaan kelompok sempalan seperti Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)/
Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) dan Majelis Tafsir Alquran (MTA) yang
menimbulkan penolakan dan keresahan di masyarakat.
c. Maraknya aksi penipuan berkedok investasi, dengan korban dari berbagai
kalangan masyarakat dan tidak hanya dari wilayah DIY, serta kerugian milyaran
rupiah, berpotensi menimbulkan keresahan dan gejolak di tengah masyarakat
yang menginginkan uang investasinya kembali.
d. Terjadinya konflik akibat pro-kontra proyek pengembangan wilayah seperti :
-- Proyek penambangan pasir besi dan wacana pembangunan bandara
internasional di Kabupaten Kulon Progo.
-- Penambangan batu karst di Gunungkidul

4. Pertahanan dan Keamanan


a. Maraknya aksi-aksi pemaksaan kehendak kelompok/organisasi masyarakat yang
mengatasnamakan agama, dengan melakukan sweeping di tempat maksiat/
tempat hiburan, juga terhadap minuman keras.

VI - 22 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
b. Masih marak terjadi tawuran / perkelahian remaja / pelajar baik antar individu
maupun antar sekolah, suporter sepakbola, antar etnis, bahkan sampai
menimbulkan korban jiwa.
c. Masih tingginya tingkat kriminalitas khususnya pencurian kendaraan bermotor
roda dua, kecelakaan lalu lintas, curas, curat, perampokan ATM dan bank.
d. Maraknya aksi unjuk rasa yang terjadi di wilayah Provinsi DIY, oleh kelompok
mahasiswa, LSM, buruh, parpol, kelompok PKL, dan lainnya. Aksi pada umumnya
mengusung isu deligitimasi rezim SBY – Boediono dan menyoroti isu-isu lokal dan
nasional yang sedang berkembang, seperti berbagai kasus korupsi, penolakan
rencana kenaikan harga BBM bersubsidi, penolakan UU/RUU, dukungan RUUK
DIY, anti money politic dalam pemilukada, aksi solidaritas untuk Papua terkait
pelanggaran HAM di Papua (Freeport), penolakan kebijakan pemerintah yang
dianggap bertentangan dengan kehendak rakyat, dan lain-lain.
e. Orang Asing :
-- Wilayah DIY dengan pantai selatan yang kondisi geografisnya masih berbukit-
bukit khususnya wilayah Gunungkidul, sangat berpotensi menjadi tempat
pemberangkatan imigran ilegal menuju negara ketiga yaitu Australia;
-- Di Dinsos Sewon Bantul sekarang terdapat sekitar 50 orang refugees, pindahan
dari Surabaya, Pangkalpinang, dll, perlu dibatasi untuk meminimalisir dampak
sosial dari keberadaan para refugee tersebut

2. Penanggulangan Dan Kendalanya


1. Ideologi
f. Mengantisipasi peningkatan aksi jaringan terorisme, radikal kanan dan radikal
kiri, pihak aparat keamanan dan instansi terkait telah meningkatkan koordinasi
dan pengawasan terhadap keberadaan dan aktivitas kelompok mereka, guna
mengantisipasi munculnya aksi yang dapat mengganggu kamtibmas.
Kendalanya : sikap fanatisme berlebihan kelompok tertentu sehingga kurang
bisa menerima pandangan kelompok lain, belum optimalnya koordinasi antar
instansi terkait, serta sikap apatis masyarakat yang kurang peduli terhadap
situasi dan kondisi di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka, khususnya
terhadap pendatang.
g. Separatisme Papua : Terkait warga Papua di DIY yang merasa terancam dan
terintimidasi, tidak bisa hanya dikaitkan dengan kejadian di Papua, masyarakat
DIY sudah cukup sabar sebelumnya, bisa jadi merupakan akumulasi kekesalan
masyarakat terhadap perilaku warga Papua di DIY selama ini. Sudah dilakukan
mediasi oleh pejabat dan instansi terkait dengan melibatkan tokoh Papua.
Kendala : kelemahan dalam melakukan pembinaan untuk mencintai dan merasa
sebagai bagian dari Indonesia. Juga sikap preventif dan represif aparat cenderung
mencari aman, dari pimpinan kurang tegas dalam kebijakan dan di lapangan,
upaya antisipasi melalui fungsi penggalangan intelijen kurang optimal.

2. Politik
RUUK DIY : Meningkatkan pemantauan dan koordinasi, perlu disikapi dan waspadai
bersama agar tidak terjadi gesekan dengan elemen masyarakat pro penetapan, serta
pendekatan kepada tokoh masyarakat dan masyarakat umum untuk tetap menjaga
stabilitas dan kondusivitas wilayah DIY dalam menyikapi perkembangan RUUK DIY.
Antisipasi disusupi pihak yang ingin memanfaatkan situasi dengan mengusung isu lepas
dari NKRI.
Kendala : Permasalahan RUUK DIY bersifat politis, sebaiknya biar kearifan lokal yang
mengawal, intelijen menjaga agar segala sesuatunya berjalan dengan baik aman dan
lancar.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 23
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

3. Ekonomi, Sosial, Budaya, Agama


a. Mengantisipasi aksi penolakan masyarakat terhadap pendirian / keberadaan
rumah ibadah, telah dilakukan mediasi melibatkan instansi dan pihak terkait
seperti FKUB dan FKDM baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Kendala : pemahaman masyarakat terhadap aturan terkait pendirian
rumah ibadat masih kurang, sehingga perlu dilakukan sosialisasi secara
berkesinambungan.
b. Menindaklanjuti rencana aksi unjuk rasa yang akan digelar oleh elemen ormas
maupun organisasi mahasiswa menyikapi berbagai isu nasional maupun lokal,
jajaran intelijen dan aparat keamanan telah meningkatkan pengawasan dan
koordinasi guna melakukan deteksi dini, antisipasi dan pendekatan terhadap
koordinator aksi agar aksi yang digelar tidak menjurus ke arah anarkis.
Kendalanya : Bidang Kesbang tidak memiliki personel yang bertugas di lapangan

4. Pertahanan dan keamanan


a. Imigran ilegal : Kedepannya dimungkinkan terjadi lagi dimana pantai selatan akan
digunakan sebagai perlintasan imigran ilegal. Pantai yang potensi digunakan :
Sadeng, Baron, Sundak, Depok. Telah dilakukan upaya antisipasi dan deteksi dini
oleh aparat dan pihak terkait.
Kendala : kondisi geografis yang sulit bergunung dan banyak jalan - jalan kecil
dan tersembunyi, masyarakat mudah tergiur untuk membantu imigran illegal
karena imbalan yang cukup besar, sementara kesejahteraan nelayan belum
sepenuhnya terjamin antara lain disebabkan kondisi laut selatan yang tidak
selalu baik untuk melaut, dan masyarakat belum memahami sepenuhnya aturan
terkait imigran ilegal.
b. Kecelakaan lalu lintas : Terjadi peningkatan angka kecelakaan lalu lintas
(lakalantas), penyebabnya disinyalir bukan hanya faktor kendaraan dan kondisi
jalan tetapi juga perilaku pengemudi yang kurang memperhatikan peraturan.
Telah dilakukan Sosialisasi UU No 22 Tahun 2009, Pasal 107 ayat (1) : Pengemudi
ranmor wajib menyalakan lampu utama ranmor yang digunakan di jalan pada
malam hari dan pada kondisi tertentu, ayat (2) Pengemudi sepeda motor selain
mematuhi ketentuan sebagaimana pada ayat (1) wajib menyalakan lampu
utama pada siang hari oleh aparat Kepolisian.
Kendala : belum sinergisnya program masing-masing instansi yang menangani
masalah lalu lintas untuk menanggulangi lakalantas
c. Mengeliminir gejala konflik yang akan terjadi di masyarakat dengan melakukan
pendekatan persuasif kepada pihak-pihak yang disinyalir berpotensi mengganggu
kamtibmas.
Kendalanya : memudarnya semangat persatuan dan kesatuan bangsa di tengah
masyarakat, sehingga cenderung mudah terprovokasi.
d. Mengintensifkan peran Komunitas Intelijen Daerah (KOMINDA) tingkat Provinsi
maupun Kabupaten / Kota :
1. Rapat Kerja dan Rapat Koordinasi KOMINDA Provinsi DIY
2. Pemantauan terhadap kegiatan / gerakan dari elemen masyarakat dan
mahasiswa yang memanfaatkan situasi DIY yang kondusif untuk memulai
gerakannya;
3. Pemantauan terhadap kegiatan LSM / pihak asing yang masuk ke DIY;
Kendalanya : dinamika masyarakat yang terus berkembang dan permasalahan
yang semakin kompleks, sementara kondisi SDM, sarana dan prasarana belum
optimal sehingga penanganan juga tidak bisa maksimal.

VI - 24 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
3. Sumber Dan Jumlah Anggaran
Tahun Anggaran 2011 :
Semua dana dan alokasi untuk menangani ketentraman dan ketertiban umum yang
menjadi tugas dan fungsi Bidang Kesbang tersebut dibiayai dari APBD DIY Tahun
Anggaran 2011 melalui Program/Kegiatan yang ada pada Bidang Kesbang dengan total
pembiayaan sebesar Rp.618.978.020,00 dengan perincian sebagai berikut :
a. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan sebesar Rp.155.646.900,00
b. Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan sebesar
Rp.142.964.350,00
c. Program Kewaspadaan Dini Dan Pembinaan Masyarakat sebesar
Rp.246.160.170,00
d. Program Pendidikan Politik Masyarakat sebesar Rp.74.206.600,00

Tahun Anggaran 2012 :


Semua dana dan alokasi untuk menangani ketentraman dan ketertiban umum yang
menjadi tugas dan fungsi Bidang Kesbang tersebut dibiayai dari APBD DIY Tahun
Anggaran 2012 melalui Program/Kegiatan yang ada pada Bidang Kesbang dengan total
pembiayaan sebesar Rp. 717.302.600,00 dengan perincian sebagai berikut :
a. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan sebesar Rp. 155.860.250,00
b. Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan sebesar Rp.
124.015.050,00
c. Program Pendidikan Politik Masyarakat sebesar Rp. 105.897.500,00
d. Program Kewaspadaan Dini Dan Pembinaan Masyarakat sebesar Rp.
331.529.800,00

H TUGAS-TUGAS UMUM PEMERINTAHAN LAINNYA YANG


DILAKSANAKAN OLEH DAERAH
H.1 E–PROCUREMENT
Untuk menanggulangi resiko tindak pidana Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam
pengadaan barang/jasa pemerintah, Pemerintah Republik Indonesia membangun sistem
pengadaan dengan metode pengadaan secara elektronik atau e-procurement.
Inisiasi dari e-Procurement dimulai dengan implementasi e-government procurement
(EGP) di Indonesia melalui regulasi Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 (Keppres
80/2003) yang mengatur tentang pengadaan barang/jasa pemerintah. Secara eksplisit
Keppres 80/2003 mengijinkan proses pengadaan melalui e-procurement. Beberapa
instansi mulai mengembangkan sistem EGP masing-masing.
Sistem Pengadaan e-Procurement Nasional yang diberi nama Layanan
Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) sendiri dimulai pada tahun 2006-2008. Sistem ini
dikembangkan oleh Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa - Bappenas
pada tahun 2006 sesuai Inpres nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi. Pada tahun 2007 telah dimulai pelelangan secara elektronik melalui LPSE oleh
Bappenas dan Departemen Pendidikan Nasional.
Pada bulan Desember 2007, Presiden mengeluarkan Keppres nomor 106
tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Lembaga ini
merupakan pemekaran Pusat Pengadaan yang sebelumnya berada di Bappenas. Dengan
adanya Keppres ini, seluruh tugas menyangkut kebijakan pengadaan barang dan jasa
pemerintah menjadi tanggung jawab LKPP, termasuk di dalamya pengembangan dan
implementasi electronic government procurement.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 25
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

Perkembangan LPSE Provinsi DIY: 2008 - 2012


Perkembangan LPSE di daerah (provinsi/kabupaten/kota) jauh lebih cepat dibandingkan
pemerintah pusat karena melakukan pendirian dengan inisiatif sendiri. Wilayah Provinsi
DIY merintis melalui Pemerintah Kota Yogyakarta yang melakukan lelang elektronik
perdana pada bulan Agustus 2008 setelah sebelumnya meluncurkan LPSE pada bulan
Juli 2008. Sedangkan Pemerintah Provinsi DIY, dengan dukungan dari Kemitraan,
meluncurkan LPSE pada 12 November 2008. Peluncuran LPSE DIY ditandai dengan
penandatanganan Nota Kesepahaman 005/MoU/KA/XI/2008 | Nomor 15/KSP/XI/2008
antara LKPP RI dan Pemerintah Provinsi DIY pada 11 November 2008. Pendirian LPSE
Provinsi DIY memiliki dasar pelaksanaan berupa Peraturan Gubernur nomor 27 Tahun
2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Secara Elektronik di
Lingkungan Provinsi DIY.
LPSE Provinsi DIY kemudian bekerja sama dengan Kabupaten di wilayah DIY
untuk mendirikan LPSE dan mengimplementasikan pengadaan barang/jasa secara
elektronik (e-procurement). Sebagai hasilnya, 4 (empat) Kabupaten di DIY yaitu Kulon
Progo, Gunungkidul, Bantul, dan Sleman telah berhasil mendirikan LPSE masing-masing
dalam kurun waktu 2009 - 2010. LPSE Provinsi DIY membawahi tiga agency LPSE yaitu
Kabupaten Kulon Progo, Gunungkidul dan Bantul. Sedangkan LPSE Kabupaten Sleman
berdiri sebagai organisasi sendiri. Atas perannya tersebut, LPSE Provinsi DIY dianugerahi
Penghargaan LPSE Motivator dari LKPP RI pada Rapat Koordinasi Nasional LPSE ke-
6 tahun 2011 di Jakarta. Penghargaan tersebut dianugerahkan kepada LPSE Provinsi
DIY karena telah berpartisipasi aktif mendorong implementasi total e-Procurement
di Provinsi DIY. Penghargaan tersebut tentu memotivasi LPSE di Provinsi DIY untuk
membantu perwujudan tata pemerintahan yang baik (good governance), meningkatkan
akuntabilitas dan menciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN dari aspek pengadaan
barang/ jasa pemerintah. Dalam perkembangan terakhir pada tahun 2011 telah berdiri
pula LPSE Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta melengkapi keberadaaan LPSE di DIY
dari lingkungan universitas/ akademis.

PENGHARGAAN UNTUK LPSE PROVINSI DIY


LPSE Provinsi DIY dianugerahi Penghargaan LPSE Motivator dari LKPP RI pada tahun 2011
sumber: dokumentasi LPSE Provinsi DIY

VI - 26 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Secara kuantitas paket lelang elektronik dengan sumber pembiayaan dari APBN
dan APBD meningkat signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 terdapat 24.475
paket pengadaan barang/jasa berhasil dilelangkan dengan total pagu lelang Rp.53,2
triliun. Sampai bulan Agustus tahun 2012, terjadi peningkatan tajam dengan total pagu
lelang sebanyak 64.663 paket pengadaan barang/jasa dengan nilai Rp.102,2 triliun.
Efisiensi anggaran negara yang dihasilkan pada tahun 2011 sebesar Rp.4,4 triliun
(11,72%). Sedang untuk tahun 2012, hingga bulan Agustus telah dihasilkan efisiensi
lebih dari Rp7,4 triliun atau 10,97%. Efisiensi yang semakin meningkat setiap tahun
mencerminkan keberhasilan pelaksanaan layanan LPSE. Dalam pengembangan LPSE,
LKPP juga bermitra dengan Lembaga Sandi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP).
LPSE Provinsi DIY hingga bulan Agustus 2012 telah melelangkan 418 paket
dengan nilai total Rp.445,5 miliar. Dari jumlah tersebut, 295 paket senilai Rp.345,8
miliar berasal dari pelelangan pada SKPD Provinsi DIY, baik yang dibiayai melalui APBD
maupun APBN. Jumlah ini, jauh lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun 2008 LPSE Provinsi DIY melelangkan paket pengadaan sebanyak 2 paket
uji coba senilai Rp.547.580.000, tahun 2009 senilai Rp.9.729.969.050, dan tahun 2010
sebanyak 86 paket lelang senilai Rp.52.748.465.960. Pada tahun 2011 LPSE Provinsi DIY
telah melelangkan 275 paket total pagu sebesar Rp.302,5 miliar.
Proporsi besaran nilai pelelangan pengadaan barang/jasa yang bersumber dari
APBD Provinsi DIY yang menggunakan sistem e-Procurement pada LPSE Provinsi DIY
dibandingkan dengan nilai total APBD yang dipergunakan untuk pengadaan barang/
jasa adalah 0,11 % pada tahun 2008, 1,63% pada tahun 2009, 3,02 % pada tahun 2010,
dan 21,7% pada tahun 2011. Proporsi tersebut terus naik, hingga bulan Agustus 2012
sudah mencapai 41,60%. Hal tersebut tidak lepas dari kebijakan Pemerintah Provinsi
DIY yang berusaha mendorong implementasi e-Procurement untuk mengoptimalisasi
realisasi APBD pada tahun berjalan.

Sumber : Bappeda Provinsi DIY

Gambar 6.3
Nilai Paket e-Procurement dibanding Pagu Belanja Barang/Jasa
dan Belanja Modal APBD (%), 2008-2012

Pada tahun 2009 dan 2010 Gubernur DIY mengeluarkan surat edaran kepada
SKPD untuk meningkatkan jumlah paket yang dilelangkan secara elektronik, minimal
1 paket pekerjaan dari total anggaran belanja pada masing-masing SKPD. Walaupun
pada tahun 2011 Gubernur DIY tidak mengeluarkan Surat Edaran untuk mendorong
pelelangan elektronik, namun telah terbangun kesadaran dan inisiatif SKPD setelah
diberikan himbauan, sosialisasi dan pelatihan yang berkesinambungan sejak 2008

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 27
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

hingga 2010. Terlebih lagi, dengan diundangkannya Peraturan Presiden nomor 54 tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah semakin mendorong Pemerintah
Provinsi DIY untuk meningkatkan pelaksanaan pengadaan secara elektronik.
Semangat Pemerintah Provinsi DIY dalam menciptakan pemerintahan yang
bersih utamanya pada aspek pengadaan barang/jasa pemerintah yang akuntabel,
kompetitif dan bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme melalui pelaksanaan
e-Procurement memperoleh dasar yang lebih kuat dengan dikeluarkannya Instruksi
Presiden nomor 17 tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Tahun 2012. Inpres 17 tahun 2011 menargetkan minimum 40% dari total APBD Provinsi/
Kab/ Kota yang dipergunakan untuk pengadaan dan 75% dari total APBN Kementerian/
Lembaga/ Institusi lainnya (K/L/I) pada tahun anggaran 2012 untuk dilelang melalui
e-Procurement .
Pada tahun 2012, selain melayani SKPD Provinsi DIY, LPSE Provinsi DIY juga
melayani 1 Kabupaten, yaitu Kabupaten Gunungkidul dan 30 sub admin agency dari
(K/L/I). Pada kurun waktu sebelumnya, dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011, LPSE
Provinsi DIY melayani 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Kulon Progo (2009-2011), Kabupaten
Gunungkidul (2009 - sekarang) dan Kabupaten Bantul (2010-2011). Kabupaten Kulon
Progo dan Kabupaten Bantul melaksanakan pengadaan secara elektronik melalui LPSE
masing-masing secara mandiri sejak tahun 2012.
Sejumlah 31 sub admin agency (2012) dari K/L/I menurut data LPSE Provinsi DIY
per Agustus 2012 antara lain:
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan BPK RI
2. BP2 GAKI Magelang
3. Politeknik Kesehatan KEMENKES Yogyakarta
4. Balai Standardisasi Metrologi Legal Regional II
5. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo
6. Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Yogyakarta
7. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian
8. Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta
9. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Prov DIY
10. Balai Konservasi Peninggalan Borobudur
11. Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta Resor Sleman
12. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia DIY
13. Direktorat SABHARA POLDA DIY
14. Direktorat Reskrimum POLDA DIY
15. Biro Sarpras POLDA DIY
16. Satbrimobda DIY
17. Biddokkes Polda DIY
18. Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta
19. UPT. Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia – LIPI
20. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional
21. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DI. Yogyakarta
22. Badan Pemeriksa Keuangan
23. Sekolah Menengah Kejuruan SMTI Yogyakarta
24. Balai Diklat Industri Regional IV Yogyakarta
25. Badan Pusat Statistik Provinsi DIY
26. Satker Pengembangan LLAJ DIY
27. Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta

VI - 28 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
28. Sekolah Polisi Negara SELOPAMIORO
29. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah V
30. Balai Besar Kerajinan dan Batik

Antusiasme untuk mengikuti e-Procurement juga terjadi pada penyedia


barang/jasa yang mendaftarkan dirinya untuk mengakses LPSE. Hal tersebut tercermin
dari perkembangan registrasi rekanan yang terus meningkat. Hingga bulan Agustus
2012 ada 5.043 perusahaan/ rekanan yang telah melakukan registrasi online dan 4.230
perusahaan rekan telah terverifikasi dan mendapatkan akses menggunakan program
aplikasi LPSE Provinsi DIY. Proses registrasi ini kemudian menjadi lebih mudah diakses
di seluruh Indonesia, dengan dibukanya Agregasi Data Penyedia (ADP) bagi perusahaan
yang mendaftar pada 414 LPSE di seluruh Indonesia. Dengan fasilitas ADP, sistem pada
LPSE Provinsi DIYdapat melayani lebih banyak perusahaan dari Provinsi DIY maupun
dari luar Provinsi DIY.
Untuk meningkatkan pelayanan kepada pengguna SPSE baik Pemerintah maupun
Penyedia Barang/Jasa, LPSE Provinsi DIY menyelenggarakan sosialisasi dan pelatihan
setiap tahun sejak tahun 2008. Adapun sasaran sosialisasi dan pelatihan antara lain
bagi Penyedia Barang/Jasa, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Panitia Pengadaan,
Administrator Agency, Verifikator, Helpdesk, dan Auditor. Dalam menyelenggarakan
sosialisasi dan pelatihan LPSE Provinsi DIY bekerja sama dengan lembaga pemerintah
dan lembaga non pemerintah lainnya. Sebagai contoh kerja sama dengan lembaga
pemerintah, dalam menyelenggarakan sosialisasi dan pelatihan E-Audit bagi Aparat
Pengawas Intern Pemerintah (APIP) LPSE Provinsi DIY bekerja sama dengan LKPP RI.
Adapun APIP yang diundang antara lain Inspektorat Provinsi DIY, Inspektorat Kabupaten/
Kota dan BPKP. Dengan lembaga non pemerintah, LPSE Provinsi DIY bekerjasama dengan
Kemitraan menyelenggarakan Pelatihan dalam rangka mendirikan LPSE Kabupaten
Sleman. Sedangkan kerjasama dengan Proyek SCBD-P dilakukan dalam pelaksanaan
Pelatihan e-Procurement untuk Pejabat Eselon IV di Lingkungan Pemerintah Provinsi
DIY.

Tantangan Implementasi e-procurement


a. Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 mengamanatkan agar penerapan
e-Procurement sebagian/seluruhnya paling lambat tahun 2012. Hal ini
menuntut kesiapan semua pihak. Pada saat yang sama, pelayanan kepada para
penyedia dan panitia dan PPK belum optimal karena gugus tugas pelaksana
LPSE masih terfokus pada pekerjaan yang menjadi tugas pokok dan fungsi
yang bersangkutan. Diharapkan penataan organisasi LPSE dan Pembentukan
Unit Layanan Pengadaan (ULP) dapat dilakukan sebelum tahun 2014 sehingga
dapat mengatasi masalah tersebut. Penataan organisasi tersebut sesuai dengan
amanat Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 dan Peraturan Kepala LKPP RI
nomor 2 tahun 2010 tentang LPSE.
b. Pelaksanaan e-Procurement yang telah diatur oleh Peraturan Presiden nomor
54 tahun 2010, Peraturan Kepala LKPP RI nomor 1 tahun 2010 tentang Tata Cara
E-Tendering dan Peraturan Gubernur nomor 27 tahun 2008 belum sepenuhnya
dipahami oleh para pengguna layanan SPSE. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya kesalahan (error) dan atau kesalah pahaman. Untuk mengatasi
persoalan tersebut, LPSE Provinsi DIY perlu melakukan sosialisasi dan fasilitasi
e-Procurement berkesinambungan agar terjadi peningkatan kesepahaman
dalam rangka menciptakan kondisi pengadaan barang/jasa yang kompetitif,
akuntabel dan kredibel.
c. Bertambahnya jumlah pengguna yang terdaftar dan terjadinya perluasan
akses, berpotensi menyebabkan kemacetan jaringan dan aplikasi sehingga akan
menghambat pelaksanaan pelelangan dan menurunkan kepuasan pengguna
layanan. Oleh karena itu, LPSE Provinsi DIY perlu meningkatkan kapasitas
layanannya agar memenuhi harapan pengguna. Pada Triwulan IV 2011 LPSE
Provinsi DIY telah melakukan pengadaan infrastruktur baru berupa Mainframe
Server dan Server Option Storage untuk mengantisipasi kenaikan kapasitas
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 29
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

penggunaan pada tahun 2012.


d. Tuntutan peningkatan kapasitas layanan dan kesepahaman pelayanan LPSE di
DIY menuju pasar pengadaan nasional menumbuhkan kesadaran para pengelola
LPSE se-DIY untuk membentuk Forum Komunikasi LPSE se-DIY yang berjalan
sejak tahun 2010. Melalui forum ini para pengelola LPSE dapat saling berbagi
pengetahuan dan pengalaman, termasuk kendala yang dihadapi, sehingga
muncul kesepakatan-kesepakatan dalam pengelolaan LPSE. Namun demikian
ada kendala ketika kesepakatan-kesepakatan yang dicapai akan dituangkan
dalam dokumen formal yang mengikat anggota karena Forum Komunikasi
tersebut bersifat informal.
e. Dikeluarkannya Instruksi Presiden nomor 17 tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012 (Inpres 17/2011) pada 19 Desember
2011 yang ditujukan kepada Pimpinan Kementerian /Lembaga /Daerah/ dan
Institusi lainnya akan mempengaruhi pelaksanaan pengadaan barang/ jasa
pemerintah sebagai bagian dari Strategi Pencegahan KKN. Salah satu rencana
aksi sebagai bagian Strategi Pencegahan tersebut adalah “Pelaksanaan
trasparansi proses Pengadaan Publik Pemerintah.” Sasaran Inpres 17/2011
adalah APBD tahun 2012 berupa porsi 40% belanja Pemda (Prov./ Kab/ Kota)
yang dipergunakan untuk pengadaan barang/ jasa wajib menggunakan SPSE
melalui LPSE sendiri atau terdekat. Terkait dengan sasaran aksi tersebut
Pemerintah Provinsi DIY telah menindaklanjuti melalui Surat Edaran Pemerintah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 027/0925 perihal Pengadaan
Barang/ Jasa tahun 2011 dan Persiapan Pelaksanaan Pengadaan Barang/
Jasa tahun 2012 tanggal 21 Desember 2011. Substansi SE Gubernur tersebut
adalah adanya harapan agar dalam tahun anggaran 2012, 40% dari total
belanja barang dan jasa serta belanja modal yang dibiayai dari APBD dan/atau
APBN pelaksanaan pengadaannya harus dilakukan secara elektronik melalui
LPSE Provinsi DIY. Secara bertahap pada tahun 2014 pengadaan barang/jasa
seluruhnya dilaksanakan secara elektronik.” Hingga bulan Agustus tahun 2012
target 40% tersebut telah terlampaui dengan capaian sebesar 41,60%.

VI - 30 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
BUS TRANS JOGJA DI SHELTER BANDARA INTERNASIONAL ADISUTJIPTO
Bus Trans Jogja adalah moda transportasi publik yang strategis di DIY

sumber: http://transjogja.com/blog/dari-malioboro-ke-bandara-adisutjipto-naik-trans-jogja/

H.2 TRANS JOGJA


1. Kebijakan dan Kegiatan
Untuk memantapkan kedudukan Provinsi DIY sebagai pusat pendidikan, budaya dan
daerah tujuan wisata harus didukung dengan sistem transportasi publik yang handal.
Transportasi publik memiliki peran strategis dalam menghubungkan simpul-simpul
pertumbuhan kota-kota di DIY. Transportasi publik mendapat tantangan yang cukup
berat, terutama apabila dikaitkan dengan ketidakseimbangan antara pertambahan
panjang ruas jalan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan, pola penggunaan moda
transportasi di DIY yang masih didominasi oleh moda transportasi pribadi. Kondisi
ini sangat berdampak pada kelebihan beban jalan dan kepadatan lalu lintas yang
menjadi fenomena keseharian di DIY. Kemudian adanya keengganan masyarakat untuk
menggunakan angkutan umum massal dikarenakan: terbatasnya akses, rendahnya
faktor keamanan dan keselamatan, kondisi armada yang sudah tidak laik jalan, tidak
nyaman, rendahnya terjaminnya waktu yang tepat.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, Pemerintah Provinsi DIY sejak
bulan Februari 2008 mengoperasikan pelayanan publik berupa angkutan umum Buy
the Service yang lebih dikenal dengan nama Trans Jogja. Untuk mendukung terciptanya
pelayanan angkutan umum Buy the Service, Pemerintah Provinsi DIY telah menyediakan
anggaran APBD tahun anggaran 2009 untuk kegiatan pengembangan sarana dan
prasarana pelayanan jasa angkutan dan kegiatan pembangunan halte bus, taksi gedung
terminal.
Selain kedua kegiatan tersebut, melalui APBDP 2009 terdapat kegiatan
pengambilan dan pemeliharaan bus bantuan 20 unit untuk mendukung program BRT
di Provinsi DIY dari Departemen Perhubungan dan pembangunan halte bus Trans Jogja
beserta pemasangan mesin tiket SMTS sebanyak 12 unit, yang akan digunakan untuk

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 31
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

operasional Trans Jogja Jalur 4.


Beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2010 Untuk mendukung
terciptanya pelayanan angkutan umum Buy the Service adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Penyelenggaraan Pelayanan Angkutan Umum Buy the Service.
2. Kegiatan Rehabilitasi/Pemeliharaan Fasilitas Angkutan Umum Buy the Service.
3. Kegiatan Pelayanan Cepat, Tepat, Murah dan Mudah berupa kegiatan Promosi
melalui TV, Radio, Surat kabar, pembuatan Stand Backdrop dan Penyuluhan.
4. Kegiatan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pelayanan Jasa berupa
Pengadaan halte mobile bus Trans-Jogja dan pembangunan Jalan Masuk dan
Jalur Trans Jogja di area parkir Bandara.
Adapun untuk kegiatan yang dilaksanakan tahun 2011 dalam mendukung
terciptanya pelayanan angkutan umum Buy the Service yaitu :
1. Kegiatan Penyelenggaraan Pelayanan Angkutan Umum Buy the Service yaitu
kegiatan untuk pembayaran Biaya Operasional Kendaraan, Honorarium Tenaga
Kerja Halte, serta pengadaan alat Bike Rack On Bus.
2. Kegiatan Rehabilitasi/Pemeliharaan Fasilitas Angkutan Umum Buy the Service
digunakan untuk belanja pemeliharaan jaringan Sarana Lalu lintas berupa SMTS
dan Pemeliharaan Halte.
3. Kegiatan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pelayanan Jasa Angkutan yaitu
berupa Pengadaan Halte Bus Portable/Bus Stop, Belanja Alat-alat/ Perlengkapan
Kartu Tiket.
4. Kegiatan Perencanaan Peningkatan Pelayanan Angkutan berupa Kajian Persiapan
Pembentukan Badan Layanan Umum UPTD Trans Jogja.
5. Kegiatan Evaluasi Kinerja Trans Jogja berupa Evaluasi Kinerja Trans Jogja.
Pada tahun anggaran 2012, terdapat 3 kegiatan yang dalam mendukung
pelaksanaan angkutan umum Buy the Service. Kegiatan-kegiatan tersebut yaitu
Pembangunan Prasarana Bus Trans Jogja, Kegiatan Rehabilitasi/Pemeliharaan Fasilitas
Angkutan Umum Buy the Service serta Kegiatan Penyelenggaraan Pelayanan Angkutan
Umum Buy The Service.
Dalam kegiatan Pembangunan Prasarana Bus Trans Jogja akan dilaksanakan
pengadaan Halte Portable sebanyak 10 unit, Alat Komunikasi sebanyak 19 unit, SMTS
On Bus sebanyak 54 unit, Kursi Tunggu Penumpang sebanyak 43 unit, Kendaraan Penarik
Halte sebanyak 1 unit, Sandaran Sepeda Penumpang Bus Trans Jogja sebanyak 2 unit,
Pengembangan Halte sebanyak 5 halte.

Tabel 6.8
Perkembangan Pendapatan Dan Jumlah Penumpang Trans Jogja, 2009-2012
Jumlah
Jumlah Subsidi yang
No. Tahun Pendapatan
Penumpang dikeluarkan (miliar)
(miliar)
1 2009 5.117.387 15,30 11,5
2 2010 5.834.976 17,50 7,689
3 2011 6.014.334 18,04 7,485
4 2012 *) 3.384.224 10,15 1,915
*) Posisi sampai Bulan Juli 2012
Sumber: Dishubkominfo Provinsi DIY
Operasional Trans Jogja pada saat ini didukung:
a. Armada bus ukuran sedang sebanyak 54 unit terdiri dari 34 bus milik operator
PT JTT dan 20 bus dari pemerintah.
b. Fasilitas halte sebanyak 112 unit terdiri dari 36 halte dibangun oleh Pemerintah
Kota dan 76 halte dibangun oleh Pemerintah Provinsi, tersebar pada 8 jalur 1
A/B,2A/B,3A/B dan 4A/B.
c. Petugas Halte sebanyak 738 orang terdiri dari petugas Ticketing and Gate

VI - 32 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI

acssess(TGA) 584 orang dan 154 Penjaga malam Halte.


d. Sepuluh unit Halte Portable yang telah dibuat dan delapan di antaranya telah
dipasang di beberapa lokasi yang sulit untuk dibangun halte permanen.
e. Satu unit Halte Mobile yang berfungsi untuk menggantikan halte yang tertutup
oleh penutupan jalan atau dalam keadaan darurat.
f. Delapan unit Bike Rack atau rak sepeda yang terpasang di 8 unit Bus Trans-Jogja.
g. Dua titik Park and Ride, yaitu di Terminal Prambanan dan Taman Parkir Ngabean.
h. Jumlah awak kendaraan 257 orang terdiri dari 129 Pramudi dan 128 Pramugara/i.

Jalur 4 A/B mulai diuji coba sejak tanggal 15 Oktober 2010 dilayani dengan
4 armada Bus Cadangan, interval jarak antara Bus 30 hingga 40 menit. Hal tersebut
disebabkan oleh Bus bantuan 20 unit baru belum bisa dioperasikan, karena belum
diterbitkan Plat Nomor berwarna kuning oleh Ditlantas Polda DIY. Tetapi semenjak 1
Oktober 2011 Jalur 4 ditutup tidak operasional lagi sesuai petunjuk Gubernur DIY.

2. Evaluasi dan Permasalahan:


a. Time Table Operational Bus sering tidak terpenuhi atau terlambat akibat lalu
lintas yang semakin padat. Hal ini banyak dikeluhkan oleh masyarakat pengguna
Bus Trans-Jogja karena sebelumnya interval jarak antar bus 14 menit sekarang
bisa menjadi sekitar 20 menit.
b. Berdasarkan informasi dari Kepolisian Daerah Provinsi DIY jumlah kendaraan
yang terdaftar di DIY pada tahun 2010 sebanyak 1.488.522 kendaraan didominasi
oleh sepeda motor (1.488.522), pertumbuhan rata-rata pertahun 9,40%. Tahun
2011 jumlah kendaraan yang terdaftar di Jogja mencapai 1.627.961 kendaraan,
kondisi ini semakin parah dengan masuknya kendaraan dari luar Jogja yang
digunakan di Jogja tidak terdaftar di Jogja.
c. Jumlah halte terpasang belum bisa menjangkau ke semua akses, ada beberapa
ruas jalan yang dilewati bus Trans-Jogja tetapi belum tersedia halte akibat
dari sulitnya menentukan lokasi pemasangan halte, di satu sisi masyarakat
membutuhkan halte tetapi di sisi lain terdapat masyarakat yang terganggu
dengan adanya bangunan Halte dan aktifitas halte.
d. Sistim Tiket sangat tergantung dengan catu daya dari listrik PLN, sehingga
apabila listrik putus maka petugas halte menggunakan sistem manual yang
rentan terhadap penyelewengan uang, telah diupayakan peralatan genset akan
tetapi keterbatasan petugas dan keterbatasan peralatan menjadi kendala tidak
bisa segera memulihkan keadaan.
e. Untuk proses administrasi TNKB dari plat merah menjadi plat kuning masih
terkendala karena kendaraan Pemerintah tidak diperbolehkan dengan Tanda
Nomor Kendaraan dengan warna dasar kuning, sehingga rencananya akan
diserahkan ke BUMD. Penyelesaiannya dipimpin langsung oleh Sekretaris
Daerah Provinsi DIY.

3. Rencana Aksi
Atas dasar permasalahan diatas, perlu diupayakan solusi alternatif penyelesaian masalah
sebagai berikut :
a. untuk mencapai interval jarak antar bus yang ideal perlu dilakukan dengan
penambahan armada Bus untuk jalur padat lalu lintas dan padat penumpang
sebanyak 20 unit dengan rincian sebagai berikut :
-- Jalur 1 A sebanyak 5 armada
-- Jalur 1 B sebanyak 3 armada
-- Jalur 2 A sebanyak 3 armada

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 33
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

-- Jalur 2 B sebanyak 3 armada


-- Jalur 3 A sebanyak 3 armada
-- Jalur 3 B sebanyak 3 armada

Konsekuensi bagi Pemda Provinsi harus menambah BOK dari 54 bus menjadi
74 bus atau tambahan BOK sebesar (365 hari x 20 bus x 280km/hr x Rp.5.190)
Rp.10.608.3860.000,-, sedangkan konsekuensi bagi Operator harus menyediakan
tambahan 20 unit Bus baru.

b. Keterbatasan jumlah halte Trans-Jogja menjadi salah satu penyebab keengganan


masyarakat untuk naik Trans-Jogja, penambahan halte dengan tipe yang ada
menemui beberapa permasalahan di antaranya : kendala lokasi penempatan,
biaya cukup tinggi, memerlukan tambahan tenaga kerja yang akan membebani
anggaran APBD. Rencana solusi yang akan dilaksanakan adalah dengan
melanjutkan program pengadaan Halte Portable dengan konstruksi sederhana,
mudah dipindah apabila menuai protes, tanpa mesin SMTS dan tidak perlu
dijaga oleh Petugas. Biaya yang dibutuhkan ± Rp.15.000.000,-/ unit, halte yang
dibutuhkan sementara ini 10 unit sehingga jumlah anggaran yang dibutuhkan
sebesar Rp.150.000.000,-

c. Terkait dengan rencana Halte Portable tanpa mesin SMTS dan Petugas
mengandung konsekuensi perubahan mekanisme transaksi penumpang,
dari sistem tiket berbasis halte dialihkan menjadi sistem tiket berbasis Bus
atau dengan sistem On Board Ticketing. Hal tersebut perlu dilakukan secara
bertahap, agar tidak menimbulkan gejolak bagi pelanggan Trans-Jogja. Harga
Mesin On Board Ticketing diperkirakan sebesar ± Rp. 25.000.000,- per unit
yang akan dipasang ke dalam 74 bus sehingga dibutuhkan anggaran sebesar
Rp.1.850.000.000,-

Sebagai langkah antisipasi pemadaman listrik oleh PLN, maka perlu dipasang
solar cell pada tiap-tiap halte untuk menggantikan listrik PLN dengan Tenaga Surya.
Program ini telah diajukan kepada Pemerintah Pusat dan telah disetujui untuk
dianggarkan dalam APBN TA 2012.

H.3. BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL


Selama tahun 2008-2011, Pemerintah Provinsi DIY mengalokasikan anggaran belanja
hibah dan belanja sosial yang berupa uang kepada masyarakat.
Bantuan hibah dan bantuan sosial diberikan dalam bentuk uang merupakan
rangkaian program kegiatan pada SKPD teknis yang memiliki kejelasan peruntukkannya,
sedangkan dalam penganggarannya masuk didalam DPA PPKD yang melekat di SKPD
DPPKA. Bantuan hibah dan sosial dalam bentuk uang merupakan kebijaksanaan
atas permintaan/proposal dari masyarakat yang diberikan secara selektif tergantung
kemampuan keuangan daerah.

Tabel 6.9
Target dan Realisasi Belanja Hibah dan Belanja Sosial, 2008–2012
Tahun Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp)
Belanja Hibah 299.318.560.485 299.318.560.485
2008 Belanja Sosial 105.826.844.365 41.537.199.921
Jumlah 405.145.404.850 340.855.760.406
Belanja Hibah 17.015.222.300 17.015.222.300
2009 Belanja Sosial 126.723.295.600 105.206.332.684
Jumlah 143.738.617.900 122.221.554.984

VI - 34 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI

Tahun Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp)


Belanja Hibah 89.895.291.845 89.895.291.845
2010 Belanja Sosial 98.866.347.612 88.512.099.537
Jumlah 188.761.639.457 178.407.391.382
Belanja Hibah 17.943.134.000 17.578.561.700
2011 Belanja Sosial 148.359.261.200 117.843.020.553
Jumlah 166.302.395.200 135.421.582.253
Belanja Hibah 355.793.657.000 213.138.572.000
2012*) Belanja Sosial 94.674.768.000 7.279.120.000
  Jumlah 450.468.425.000 220.417.692.000
Sumber: Data DPPKA Provinsi DIY
*) realisasi sampai dengan bulan Juli 2012

Pada tahun 2008 Belanja Hibah dipergunakan untuk penanganan Pasca Gempa
Bumi 27 Mei 2006, sedangkan tahun 2009 s/d 2012 sebagian besar dipergunakan untuk
penanganan fungsi pendidikan seperti insentif GTT/PTT, BOSDA dan BOS. Sedangkan
untuk Belanja Bantuan Sosial sebagian besar dipergunakan untuk belanja bantuan
sosial kelembagaan melalui SKPD teknis seperti bantuan masjid/mushola/gereja/kapel/
vihara, pengembangan ternak sapi, bantuan saprodi bagi petani, pengembangan KUBE,
penanganan kemiskinan dan pengangguran dll.
Rata-rata realisasi selama 4 tahun dari tahun 2008 s/d 2011 untuk Belanja
Bantuan Hibah sebesar 99,49 % dan Belanja Bantuan Sosial sebesar 72,81 %. Hal ini
menandakan perhatian Pemerintah Provinsi DIY cukup besar didalam melaksanakan
pembangunan melalui pola pemberdayaan masyarakat.
Pada Tahun 2012, dialokasikan Belanja Hibah sebesar Rp355.793.657.000,00
dan Belanja Bantuan Sosial sebesar Rp94.674.768.000,00, namun sampai dengan bulan
Juli 2012 realisasinya masih rendah yaitu Belanja Hibah sebesar Rp213.138.572.000,00
atau 59,91% dan Belanja Sosial sebesar Rp7,279,120,000,00 atau 7,69%, hal ini
disebabkan adanya perubahan mekanisme dan peruntukkan tujuan penerima bantuan
yang mempengaruhi proses pencairan Belanja Hibah dan Belanja Bantuan Sosial sesuai
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.

H.4. Lembaga Ombudsman Daerah (LOD)


Lembaga Ombudsman Daerah dibentuk untuk secara langsung membantu pemerintah
dalam mendorong dan mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Keberadaan LOD DIY diharapkan mampu menjembatani harapan masyarakat untuk
memperoleh pelayanan publik yang adil dan berkualitas. Sebagai lembaga yang
bertujuan mewujudkan perbaikan sistemik dalam pelayanan publik oleh pemerintah
daerah, LOD DIY dapat menampung dan menindaklanjuti (sesuai dengan kapasitas dan
kewenangannya) segala keluhan yang terkait dengan pelayanan publik.
Dibentuk oleh Gubernur DIY Peraturan Gubernur DIY No. 21 tahun 2008. Lembaga
ini berfungsi sebagai lembaga pengawasan, mediasi pelayanan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan asas-asas umum penyelenggaraan
pemerintahan daerah. LOD DIY adalah lembaga yang bersifat kuasi-pemerintah karena
dibentuk oleh pemerintah provinsi dan didanai dengan Pos Bantuan Gubernur dalam
Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah DIY. Karena dibentuk oleh Gubernur maka
para anggota lembaga ini bertanggungjawab pada Gubernur DIY.
Jumlah laporan yang masuk di LOD selama 2008 – 2012 cenderung mengalami
kenaikan. Pada tahun 2008 jumlah laporan sebanyak 66 laporan, tahun 2009 129
laporan, tahun 2010 137 laporan, tahun 2011 sebanyak 120 laporan sedangkan sampai
dengan Agustus 2012 sebanyak 74 laporan. Jumlah Rekomendasi/Pendapat Hukum/
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 35
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

Kesimpulan/Penyelesaian Laporan pada tahun 2008 sebanyak 56 buah dan cenderung


mengalami peningkatan. Pada Agustus tahun 2012 jumlah Rekomendasi/Pendapat
Hukum/Kesimpulan/Penyelesaian Laporan sebanyak 103 buah.

Tabel 6.10
Jumlah Laporan Masuk dan Rekomendasi, 2008-2012
s.d
Indikator Satuan 2008 2009 2010 2011 Agustus
2012
Jumlah Laporan Laporan 66 129 137 120 74
Rekomendasi/Pendapat buah 56 25 67 92 103
Hukum/Kesimpulan/
Penyelesaian Laporan
Sumber : LOD Provinsi DIY

Permasalahan dan Solusi


Permasalahan
1. Belum adanya dorongan maksimal untuk perbaikan pelayanan publik di
kabupaten/Kota, sehingga dibutuhkan koordinator khusus yang dibentuk oleh
LOD DIY untuk masing-masing Kabupaten/Kota.
2. Pengawasan perbaikan pelayanan publik di Masyarakat belum terjangkau oleh
LOD DIY, sehingga masyarakat belum mengoptimalkan keberadaan LOD DIY

Solusi
1. Membagi peran anggota LOD DIY menjadi koordinator kabupaten/kota untuk
mengampu perbaikan pelayanan publik di kabupaten/kota.
2. Sosialisasi yang intensif kepada masyarakat Pembentukan mekanisme
pengawasan berbasis komunitas dalam bentuk audit sosial/duta ombudsman.

H.5 Lembaga Ombudsman Swasta (LOS)


Lembaga Ombudsman Swasta dibentuk untuk secara langsung membantu pemerintah
dalam mendorong tegaknya tata kelola usaha oleh sektor swasta di DIY.
Keberadaan LOS DIY diharapkan mampu menjembatani kesenjangan antara
harapan konsumen untuk memperoleh pelayanan yang adil dan berkualitas dengan
praktik bisnis yang kadang-kadang kurang beretika. Sebagai lembaga yang bertujuan
mewujudkan perbaikan sistemik dalam pelayanan publik oleh pelaku usaha, LOS DIY
dapat menampung dan menindaklanjuti (sesuai dengan kapasitas dan kewenangannya)
segala keluhan yang terkait dengan pelanggaran etika usaha.
Lembaga Ombudsman Swasta DIY adalah lembaga ombudsman untuk sektor
swasta/usaha pertama di Indonesia. Dibentuk oleh Gubernur DIY dengan Surat
Keputusan Gubernur 2004 dan diperkuat dengan Peraturan Gubernur DIY No. 22 tahun
2008. Lembaga ini bertugas mengawasi lembaga-lembaga usaha swasta (termasuk
Badan Usaha Milik Daerah) di DIY agar mematuhi prinsip-prinsip bisnis yang beretika. LOS
DIY adalah lembaga yang bersifat kuasi-pemerintah karena dibentuk oleh pemerintah
provinsi dan didanai dengan Pos Bantuan Gubernur dalam Anggaran Pembangunan dan
Belanja Daerah DIY. Karena dibentuk oleh Gubernur maka para anggota lembaga ini
bertanggungjawab pada Gubernur DIY.

A. Bidang Internal
Bidang Internal dalam organisasi LOS DIY mengampu tiga ranah besar, yakni personalia,
keuangan dan kerumahtanggaan. Untuk yang disebut terakhir dicakup pula hal-ihwal
inventarisasi. Personalia di LOS DIY meliputi anggota, asisten, staf administrasi
keuangan dan staf  administrasi umum, pesuruh kantor, dan sekuriti. Urusan keuangan

VI - 36 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
menyangkut tugas memasukkan dan membuat data keuangan baik yang sifatnya
operasional, program, maupun gaji. Kerumahtanggaan menatalaksana fisik kantor,
inventaris, dan kebutuhan logistik.

B. Bidang Pelayanan, Investigasi, Dan Monitoring


Informasi LOS sesungguhnya berada pada desk PIM, karena sesuai dengan tugasnya,
bidang PIM menerima langsung setiap aduan atau laporan, mendokumentasikannya
berdasar parameter yang sudah ditetapkan semenjak awal, mendistribusikannya kepada
pengampu kasus, dan merekam proses penanganan lebih lanjut. Dalam rangka rangkaian
proses itu pula, ada kegiatan monitoring, yakni pemeriksaan dan konfirmasi ulang
kepada para pihak (Pelapor dan Terlapor) tentang tindak lanjut yang mereka masing-
masing lakukan. Laporan dan pengaduan dari masyarakat tentang dugaan pelanggaran
etika dalam pengelolaan usaha meliputi berbagai bidang. Secara kategoris, kasus
yang dilaporkan ke LOS DIY dikelompokkan menjadi dua: yang melibatkan konsumen,
dan yang melibatkan karyawan. Kasus bidang-bidang usaha yang dilaporkan meliputi
Bidang Keuangan, Pendidikan, Perdagangan, Jasa, Komunikasi dan Teknologi Informasi,
Properti, Kesehatan, Transportasi, Lingkungan, dan Lain-Lain. Bidang keuangan adalah
bidang yang paling banyak dilaporkan (43,2 %) dari keseluruhan pengaduan atau
laporan ke LOS DIY. Urutan kedua adalah bidang Ketenagakerjaan (20,4%), diikuti oleh
Lingkungan (10,4 %), Properti (7,8 %), pendidikan ( 5,7%) perdagangan (4,7%), dan
Teknologi Informasi (3,6 %), Kesehatan (1,8 %), Jasa (1,5 %) dan Lain-Lain (0,6 %). Data
keseluruhan tentang kasus yang ditangani oleh LOS DIY sebagai berikut

Tabel 6.11
Data Kasus yang Masuk ke LOS DIY, 2008 – 2011
Uraian Laporan % Konsultasi % Jumlah %
Keuangan
1. Bank :
a. Bank Umum
b. BPR 15 9,9 12 6,6 27 8,1
10 6,6 12 6,6 22 6,6
2. Non Bank :
a. Asuransi
b. Koperasi & BMT 5 3,3 7 3,8 12 3,6
c. Investasi 5 3,3 15 8,2 20 6,0
4 2,7 7 3,8 11 3,3
3. Perusahaan
pembiayaan konsumen 27 17,8 25 13,8 52 15,6

Pendidikan 6 3,9 13 7,2 19 5,7

Perdagangan 9 5,9 7 3,8 16 4,7


Jasa 4 2,6 1 0,5 5 1,5
Komunikasi, dan
6 3,9 6 3,3 12 3,6
Teknologi Informasi
Properti/Perumahan 18 11,8 8 4,5 26 7,8
Kesehatan 4 2,6 2 1 6 1,8
Transportasi - - 1 0,5 1 0,3
Lingkungan 5 3,3 30 16,6 35 10,4
Ketenagakerjaan 33 21,7 35 19,3 68 20,4
Lain- lain 1 0,7 1 0,5 2 0,6

Jumlah 152 100 182 100 334 100


Sumber : LOS Provinsi DIY

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 37
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

Hingga bulan Agustus tahun 2012 LOS DIY telah memberikan konsultasi terhadap
51 kasus dan menangani 44 kasus. Kasus-kasus bidang usaha yang dilaporkan meliputi :

Tabel 6.12
Data Kasus yang Masuk ke LOS DIY Tahun 2012
No Bidang Melapor Konsultasi
1 Keuangan 18 40,9% 19 37,3%
2 Pendidikan 3 6,8% 2 3,9%
3 Perdagangan 5 11,4% 8 15,7%
4 Jasa - 0,0% 5 9,8%
Komunikasi dan Teknologi
5 Informasi 1 2,3% 1 2,0%
6 Properti / Perumahan 3 6,8% 1 2,0%
7 Kesehatan 1 2,3% - 0,0%
8 Transportasi - 0,0% - 0,0%
9 Lingkungan 3 6,8% 2 3,9%
10 Ketenagakerjaan 10 22,7% 10 19,6%
11 lain-lain - 0,0% 3 5,9%
Jumlah 44 100% 51 100%
Sumber : LOS Provinsi DIY

Dari semua kasus yang masuk ke LOS DIY sebanyak 24 kasus telah terselesaikan
dan diterbitkan 17 rekomendasi. Jumlah sisanya yaitu sebanyak 20 kasus sedang
dalam proses di LOS DIY. Indikator capaian kinerja untuk LOS DIY adalah sebanyak 30
rekomendasi kasus. Capaian indikator hingga bulan Agustus 2012 sebesar 56,6%.
Kondisi tata kelola usaha di sektor swasta yang mengalami permasalahan
paling banyak terjadi di bidang keuangan, permasalahan tentang ketenagakerjaan dan
bidang perdagangan. Permasalahan di bidang tata kelola usaha di sektor keuangan
didominasi oleh kasus pemenuhan kewajiban antara debitur dan kreditur. Di bidang
ketenagakerjaan adalah tidak dipenuhinya hak-hak karyawan ketika bekerja di bidang
usaha. Dalam bidang perdagangan adalah pembeli merasakan ada kecurangan dalam
transaksi yang dilakukan dengan pihak penjual.

Sumber : LOS Provinsi DIY


Gambar 6.4
Bidang Usaha Terlapor

VI - 38 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Penyelesaian Kasus
Penanganan kasus di LOS DIY disesuaikan dengan kewenangan dengan mempertimbangkan
efektivitas dan urgensi penanganan. Sesuai dengan yang diamanatkan dalam Peraturan
Gubernur yang mendasarinya, LOS DIY memberikan rekomendasi perbaikan tata
kelola usaha oleh sektor swasta setelah LOS DIY mendalami dan menindaklanjuti kasus
melalui klarifikasi, konfirmasi, investigasi, dan meminta pendapat ahli (bila perlu).
Fungsi mediasi diselenggarakan untuk menyelesaikan sengketa, bukan kekeliruan atau
kesalahan. Bila meyangkut instansi pemerintah, rekomendasi perbaikan kebijakan atau
peraturan juga dikirimkan kepada instansi terkait.
Pernyataan pendapat dibuat oleh LOS DIY dan dikirimkan kepada para pihak
terkait ketika tidak ditemukan pelanggaran dalam pengelolaan usaha. Hal ini terutama
terjadi ketika menurut LOS DIY Terlapor tidak melakukan pelanggaran dan yang terjadi
sebenarnya hanyalah kesalahpahaman diantara para pihak. Jadi permasalahan yang
muncul lebih disebabkan oleh tidak lancarnya arus komunikasi diantara para pihak.
Selain itu, kadang kesalahan justru ada pada Pelapor.

Sumber : LOS Provinsi DIY


Gambar 6.5
Diagram Tindak Lanjut Kasus

Karena pertimbangan kewenangan, sejumlah kasus dirujuk ke instansi seperti


Kepolisian, Ombudsman Daerah, Ombudsman Republik Indonesia, Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen, atau Pengadilan Hubungan Industrial. Selain pertimbangan
kewenangan, perujukan dilakukan karena pertimbangan efektivitas penanganan.
Pembeli dan penjual yang sulit dipertemukan melalui mediasi, yang saling bersikeras
benar dan saling baku bukti oleh LOS DIY dirujukkan ke Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen. Demikian pula sengketa antara karyawan dengan perusahaan.
Perujukan bisa dilakukan secara utuh, atau bisa juga dirujuk sebagian. Kasus
yang dirujuk utuh artinya kasus yang dimintakan penyelesaiannya oleh lembaga yang
menerima rujukan, yang dengan demikian LOS DIY menghentikan tindak lanjutnya.
Dirujuk sebagian artinya bahwa kasus dirujuk ke lembaga yang berwenang (misalnya:
memutus), di satu sisi, sementara LOS DIY menindaklanjuti dugaan pelanggaran
administrasi usahanya.
Sejumlah kasus terpaksa dihentikan tindaklanjutnya karena sejumlah alasan,
diantaranya tidak lengkapnya identitas Pelapor atau Terlapor, tidak diperolehnya bukti-
bukti yang memadai, serta karena kasus-kasus tersebut sudah diputus oleh sistem
pengadilan (termasuk PHI, BPSK, KPPU), kasus yang diadukan sudah daluarsa, atau
ketika perusahaan yang diadukan sudah bubar. Penghentian penanganan kasus juga
berarti perujukan kasus tersebut kepada instansi atau lembaga yang berwenang,
misalnya Kepolisian.
Di sisi lain, sejumlah kasus tidak ditindaklanjuti oleh LOS DIY ketika Pelapor
mencabut laporannya. Kasus dicabut karena antara Pelapor dan Terlapor telah tercapai

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 39
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

kesepakatan atau kasus telah diselesaikan sendiri. Sebelum menyetujui pencabutan


laporan, LOS DIY memastikan bahwa tidak ada intimidasi dalam pencabutan laporan.
Dalam kasus tertentu, LOS DIY meminta para pihak menunjukkan nota kesepakatan /
perdamaian yang telah dibuat.

Sumber : LOS Provinsi DIY

Gambar 6.6
Lembaga Rujukan Kasus

C. Bidang Kerjasama Dan Penguatan Masyarakat


Dalam struktur kelembagaan LOS DY, bidang Kerjasama dan Penguatan Masyarakat
mengemban amanah untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait fungsi dan tugas LOS DIY
yaitu memberikan pengawasan terhadap tatakelola etika usaha mendorong
terwujudnya suatu tata kelola usaha yang berkelanjutan.
2. Melakukan audiensi kepada kepala daerah untuk menjalin hubungan yang lebih
baik dan menyampaikan berbagai kasus yang marak terjadi untuk dcari solusi
bersama.
3. Memeberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat untuk lebih kritis
dan waspada terhadap maraknya praktek usaha yang tidak beretika, dengan
memberikan gambaran berbagai kasus yang ditangani LOS DIY, baik secara
langsung ataupun melalui media massa.
4. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak terkait untuk menjalin koordinasi,
komunikasi dan aksi yang saling mendukung dan terintegrasi dalam memberikan
pelayanan terhadap masyarakat khususnya yang mengalami kasus pelanggaran
etika oleh pelaku usaha.
5. Menjadikan pelaku usaha sebagai mitra yang memiliki tujuan bersama untuk
mewujudkan tata kelola usaha yang beretika.

Berkaitan dengan tugas tersebut, Bidang Kerjasama dan Penguatan Masyarakat


menggunakan beberapa cara pendekatan yang berbeda. Dengan cara tersebut,
diharapkan LOS DIY dapat menjangkau sasaran yang lebih luas. Kegiatan yang dilakukan
meliputi:
a. Audiensi dengan Kepala Daerah dan DPRD
b. Koordinasi dengan mitra LOS
c. Sosialisasi Langsung ke Masyarakat
d. Sosialisasi melalui Media Massa
e. Edukasi ke Perguruan Tinggi

VI - 40 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
f. Menerima Kunjungan dari Berbagai Komunitas/Akademisi
g. Pembentukan Asosiasi Ombudsman

Tabel 6.13
Rekapitulasi Program/Kegiatan LOS, 2008 - 2012
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Persentase Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp)
capaian (%)
2008 4 14 247.200.000 207.625.348 83,99 100
2009 4 21 750.000.000 664.033.953 88,53 100
2010 4 43 750.000.000 680.888.735 90,78 100
2011 4 33 750.000.000 734.885.882 97,98 100
2012* 4 27 750.000.000 385.781.526 51.43 65
Catatan: *)Posisi s/d Bulan Agustus 2012

H.6 Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI)


Pembinaan olahraga masyarakat di Provinsi DIY dilakukan oleh KONI DIY. Kegiatan yang
dilakukan selama tahun lima tahun terakhir adalah :
1. Pembinaan berkesinambungan meliputi :
a. Persiapan
b. Pembinaan
c. Rekrutmen
d. Evaluasi

2. Kejuaraan meliputi :
a. Pengurus Cabang Olahraga/Klub
b. Pekan Olah Raga Provinsi
c. Pekan Olahraga Nasional
d. Kejuaraan Tingkat Nasional

3. Persiapan PON XVIII -2012 di Riau


a. Pelatda Pra PON
b. Pra PON
c. Pelatda PON
d. Ujicoba
e. PON XVIII

4. Kegiatan Badan Fungsional meliputi :


a. Popnas Bapopsi
b. Pomnas Bapomi
c. Porwanas Siwo

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 41
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

d. Porwanas Perwosi
e. Porcanas IX Riau

PRESTASI OLAHRAGA PROVINSI DIY


Atlet Wushu Putri asal DIY, Ivana Ardelia Irmanto meraih emas pada SEAGAMES XXVI-2011
di Jakarta. Atlet Provinsi DIY pada SEAGAMES XXVI-2011 di Jakarta turut menyumbang
medali Emas : 9, Perak : 7, Perunggu : 5.

sumber: http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=29322
& KONI DIY

5. Prestasi yang diraih :


a. PON XVII -2008 di Kaltim memperoleh peringkat 13 naik satu tingkat dari PON
sebelumnya dengan perolehan medali Emas : 13, Perak: 16,Perunggu : 22
b. PORCANAS-2008 memperoleh peringkat 16 dengan perolehan medali Emas : 3,
c. Asean Games di Cina : menyumbang satu medali perak atas nama Ivana cabang
olah raga Wushu.
d. Seagames XXVI-2011 di Jakarta : menyumbang medali Emas : 9, Perak : 7,
Perunggu : 5
e. Paragames 2011 di Solo: memperoleh medali Emas : 2, Perak 5, Perunggu : 1
f. PON XVIII di Riau bulan September 2012 akan mengirim kontingen sejumlah
378 orang

Tabel 6.14
Alokasi Anggaran KONI Bantuan Pemda DIY,
2008-2012
Tahun Anggaran Pagu (Rp)
2008 1.500.000.000
2009 1.500.000.000
2010 10.731.000.000
2011 14.824.300.000
2012 14.090.485.000
Sumber : Disdikpora Provinsi DIY
VI - 42 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI

H.7 Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)


Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga atau yang sering disebut dengan PKK adalah
salah satu organisasi sosial kemasyarakatan yang mempunyai struktur dari tingkat provinsi
sampai dengan desa.
Dengan struktur yang menjangkau sampai tingkat desa/dusun, PKK menjadi salah
satu elemen penting pembangunan. Kegiatan yang dilaksanakan oleh PKK dikoordinir
oleh tim yang disebut dengan Tim Penggerak PKK dan dalam melaksanakan kegiatannya
terbagi menjadi 4 Kelompok Kerja / Pokja. Kegiatan yang dilaksanakan oleh PKK sesuai
dengan tujuan dari organisasi ini adalah untuk peningkatan kesejahteraan keluarga.

Tabel 6.15
Alokasi Anggaran PKK, 2008-2012
Tahun Anggaran Pagu (Rp)
2008 -
2009 187.250.000
2010 100.000.000
2011 150.000.000
2012 150.000.000
Sumber: BPPM Provinsi DIY

H.8 Komisi Penyiaran Independen Daerah (KPID)


Komisi Penyiaran Indonesia adalah Lembaga Negara Independen yang dibentuk melalui
UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dengan tujuan mengatur segala hal mengenai
Penyiaran di Indonesia.
Anggota KPID Provinsi DIY periode 2011 – 2014 terdiri dari 1 orang Ketua, 1 orang
Sekretaris serta 5 orang anggota yang dikukuhkan dengan SK Gubernur DIY Nomor 96/
Kep/2011 Tentang Pengangkatan Anggota KPID DIY Periode 2011 – 2014.

Kewajiban :
a. Menjamin Masyarakat untuk memperoleh Informasi layak dan benar sesuai
dengan hak asasi manusia.
b. Membantu pengaturan Infrastruktur penyiaran
c. Membangun iklim penyiaran yang sehat antara lembaga penyiaran dan industri
terkait.
d. Memelihara tatanan yang adil, merata dan seimbang.
e. Menampung, meneliti dan menindak lanjuti aduan, singgahan serta kritik dan
aspresiasi masyarakat.
f. Menyusun perencanaan pengembangan sumberdaya manusia yang menjamin
profesionalisme di bidang Penyiaran.

Wewenang :
a. Menetapkan Standar Program Penyiaran.
b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku Siaran
c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta
Standar Program Siaran.
d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran perturan dan pedoman perilaku
penyiaran serta Standar Program Siaran.
e. Melakukan koordinasi atau kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran
serta masyarakat.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 43
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

Fungsi :
a. Wewadahi aspirasi dan mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran di
Indonesia.
b. Merupakan akses yang menjebatani kepentingan masyarakat dengan institusi
masyarakat dan lembaga penyiaran.
c. Wajib mengusahakan agar tercipta suatu sistem penyiaran yang memberikan
kepastian hukum, tatanan serta keteraturan berdasar atas kebersamaan dan
keadilan.
Hubungan KPI dengan KPID.
Hubungan KPI dengan KPID bersifat koordinatif. Kewajiban penyiaran secara nasional
ditentukan oleh KPI sedangkan implementasi di tingkat provinsi menjadi cakupan
kewenangan KPID.

Program dan Kegiatan


Berdasarkan jumlah pengaduan yang diterima selama tahun 2011 terdapat 205 aduan
yang perlu ditindaklanjuti, berupa aduan tentang penyiaran radio maupun televisi lokal
maupun nasional. Adapun tindaklanjut berupa penyampaian seluruh aduan ke Komisi
Penyiaran Indonesia Pusat.
Untuk melindungi masyarakat dari pengaruh TV yang tidak sehat, KPID
bekerjasam dengan beberapa Pengguruan Tinggi yang ada di DIY aktif mengadakan
Litererasi Media (Pendidikan Melek Media) kepada masyarakat sampai ke tingkat
dusun dan untuk tahun 2011 dilaksanakan 48 kegiatan atas permintaan masyarakat.
Disamping kegiatan tatap muka langsung dengan masyarakat juga dilakukan sosialisasi
dan publikasi melalui berbagai media cetak dan elektronika yang ada di DIY.
Dalam hal permohonan perizinan penyiaran, selama tahun 2011 terdapat
19 permohonan perizinan yang ditindaklanjuti dengan dilakukan verifikasi Faktual
Lapangan kemudian dilakukan Evaluasi Dengar Pendapat di samping itu juga dilakukan
bimbingan pengajuan proposal perizinan, penyerahan Izin Penyelenggaraan Penyiaran
yang telah diterbitkan Pemerintah (Depkominfo RI) sebanyak 7 perizinan dan Rapat
Kerja dengan pelaku Penyiaran.

H.9 Komisi Informasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta


Keterbukaan informasi sejalan dengan salah satu pilar reformasi yakni transparansi.
Secara komprehensif Undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (UU KIP) mengatur mengenai kewajiban badan  publik negara dan
badan publik non negara untuk  memberikan pelayanan informasi yang terbuka,
transparan dan bertanggung jawab kepada masyarakat.
Komisi Informasi (KI) dibentuk sebagai lembaga mandiri yang berfungsi
menjalankan UU KIP dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis
standar layanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui
mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi. Mediasi adalah penyelesaian sengketa informasi
publik antara para pihak melalui bantuan mediator Komisi Informasi. Sedangkan
ajudikasi nonlitigasi adalah proses penyelesaian sengketa informasi publik antara para
pihak yang diputus oleh Komisi Informasi.
Menurut pasal 24 UU  KIP, selain KI Pusat yang berkedudukan di Ibu Kota
Negara, wajib dibentuk Komisi Informasi Provinsi (KI Provinsi) yang berkedudukan di
ibu kota provinsi dan bila diperlukan dapat dibentuk Komisi Informasi Kabupaten/Kota
(KI Kabupaten/Kota) berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota dan masing-masing
beranggotakan 5 orang yang mencerminkan unsur pemerintah dan unsur masyarakat. KI
Provinsi dan KI kabupaten/kota juga bertugas menerima, memeriksa dan memutuskan
sengketa-sengketa informasi publik di daerah melalui mediasi dan atau ajudikasi non
litigasi.

VI - 44 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Komisi Informasi Provinsi DIY secara resmi dilantik oleh Gubernur DIY, Sri Sultan
Hamengku Buwono X, di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta pada tanggal 1 November 2011
dan akan melaksanakan tugas sebagai komisioner untuk periode 2011-2015.
Untuk tahun anggaran 2011 Komisi Informasi Provinsi DIY mempunyai program
yaitu Pengembangan Kelembagaan dengan anggaran sebesar Rp.84.602.700,00 dengan
realisasi anggaran mencapai 99,94%. Kegiatan yang dilaksanakan pada 2011 meliputi
kegiatan sosialisasi UU 14/2008, kegiatan publikasi melalui siaran Radio, serta kegiatan
Jumpa Pers. Pada tahun anggaran 2012 dengan program yang sama, Komisi Informasi
Provinsi DIY mendapatkan pagu anggaran sebesar Rp.400.000.000,00. Adapun anggaran
ini untuk kegiatan yang berupa:
1) Kegiatan sosialisasi ke Kabupaten/Kota se-DIY (4 Kabupaten, 1 Kota)
2) Publikasi melalui siaran TV (2 kali) dan Radio (10 kali)
3) Pemetaan Badan Publik
4) Penyelesaian Sengketa Informasi Publik

Sampai bulan Juli 2012 anggaran yang sudah terealisasi sebesar Rp.
292.981.000,00 atau sekitar 73,25% dari pagu anggaran. Kegiatan yang sudah selesai
dilaksanakan yaitu Kegiatan Publikasi melalui siaran TV sebanyak 2 kali, Radio sebanyak
10 kali dan Kegiatan Pemetaan Badan Publik.

H.10 Pramuka
Secara operasional kepramukaan ditangani oleh KWARDA Gerakan Pramuka Provinsi
DIY dengan kebijakan dan kegiatan sebagai berikut :
1. Kebijakan
d. Peningkatan mutu kepramukaan dalam bentuk kegiatan yang lebih menarik dan
menantang yang mampu member bekal nilai-nilai kepribadian, watak, moral,
keterampila da disiplin yang terkandung pada butir-butir SKU, SKK, SPG dengan
isi dan metode yang dimutakhirkan dan diselenggarakan dengan menerapkan
prinsip dasar dan metode kepramukaan secara efektif dan merata;
e. Penyediaan pelatih Pembina Pramuka dan Pembina Pramuka yang berkualifikasi,
memiliki komitmen kuatterhadap tugas, berkemauan untuk mengembangkan
kecakapan, keterampilan, serta sikap yang sesuai dengan fungsi dan didukung
oleh semua jajaran;
f. Peningkatan citra umum Kepramukaan dan Gerakan Pramuka melalui
penyelenggaraan kehumasan dengan memanfaatkan TIK;
g. Pengembangan manajemen Gerakan Pramuka yang responsive tehadap
tuntutan perkembangan dan penataan kembali organisasi kwartir sesuai
petunjuk penyelenggaraan dan kondisi lingkungan.

2. Kegiatan
a. Bidang Pembinaan Anggota Muda
Di bidang Pembinaan Anggota Muda selama kurun waktu 2008 s.d. 2012
beberapa kegiatan yang dilaksanakan antara lain : Latihan Dasar Kepemimpinan
Pemuda, Jelajah Budaya, dan aktif dalam berbagai kegiatan nasional seperti
Pelatiahn Pemuda Pelopor Keamanan Lingkungan, Kemah Budaya Regional Plus
Tingkat Pengalang, Perkemahan Nasional Santri Nusantara, Sarasehan Nasional
Saka Bhayangkara.
b. Bidang Pembinaan Anggota Dewasa
Kegiatan yang dilakukan antara lain : Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat
Dasar, Penganugerahan Tanda Penghargaan bagi Orang Dewasa, Pelatihan/

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 45
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

Kemah Pendidikan Karakter bagi Guru, dan mengikuti berbagai workshop di


tingkat nasional
c. Bidang Pengabdian Masyarakat dan Humas
Kegiatan yang dilakukan antara lain : Arena Pramuka di RRI, pencitraan Gerakan
Pramuka melalui media massa, advokasi dan sosialisasi pembinaan PHBS di
rmah tangga dan sekolah
d. Bidang Organisasi dan Hukum
Kegiatan yang dilakukan antara lain : pengelolaan administrasi dan manajemen
Kwartir Daerah dan aktif dalam berbagai kegiatan seperti Rakerda Pembangunan
Kepemudaan dan Keluarga Berencana, Musyawarah Daerah KNPI, Musrenbang,
Koordinasi Pendidikan Untuk Semua.

Tabel 6.16
Alokasi Anggaran Pramuka Bantuan Pemda
DIY, 2008-2012
Tahun Anggaran Pagu (Rp)
2008 87.500.000
2009 78.415.000
2010 190.000.000
2011 150.000.00
2012 300.000.000
Sumber : Disdikpora Provinsi DIY

H.11 KPUD dan Panwaslu


Pada tahun 2011 diselenggarakan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) di
Kabupaten Kulon Progo pada tanggal 19 Juni 2011 dan Kota Yogyakarta pada tanggal
25 September 2011.
Pasca pelaksanaan Pemilukada yang secara umum dapat dikatakan berjalan lancar,
namun masih menyisakan berbagai permasalahan dan pelanggaran baik yang bersifat
administrative maupun pidana. Seperti gugatan bakal calon dari jalur independent di
Kabupaten Kulonprogo, namun gugur di tingkat MK. Juga indikasi praktek membagikan
uang kepada masyarakat (money politic) dalam upaya para calon untuk menjaring
konstituen, pelanggaran dalam kampanye, serta black campaign dengan upaya
mendiskreditkan lawan

VI - 46 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VI - 47
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

VI - 48 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
BAB VII
PENUTUP
Masa perpanjangan jabatan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008-2011
yang merupakan amanat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 86/P Tahun
2008 yang ditetapkan tanggal 07 Oktober 2008 telah dapat dilewati.
Begitu pula dengan masa perpanjangan kedua 2011-2012. Aktualisasi dari Keputusan
Presiden tersebut dilaksanakan berdasar Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2003 tentang Rencana Strategis Daerah (Renstrada) Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2004-2008 dan Peraturan Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJPD) Tahun 2005-2025 serta Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Tahun 2009–2013
Berbagai keberhasilan yang dicapai dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
pada masa perpanjangan tersebut patut disyukuri, mengingat bahwa pencapaiannya
diraih dengan cara yang tidak mudah. Dalam kurun waktu tersebut, jajaran Pemerintah
Daerah berupaya seoptimal mungkin untuk mengakomodasi berbagai keinginan dan
kepentingan semua lapisan masyarakat melalui pendayagunaan sumber daya yang
relatif terbatas. Untuk itu disampaikan rasa terima kasih atas keserasian komunikasi
yang terjalin selama ini. Mudah-mudahan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai
dapat merata ke seluruh pelosok wilayah, serta menyentuh dan dapat dirasakan
manfaatnya oleh semua lapisan masyarakat.
Sangat disadari, masih terdapat permasalahan-permasalahan yang harus
segera diatasi dan dibenahi bersama. Akhirnya saran dan masukan konstruktif sangat
diharapkan dalam rangka perwujudan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik
di masa-masa yang akan datang. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa
memberikan petunjuk dan lindungan-Nya kepada kita semua.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
  VII - 1

Potrebbero piacerti anche