Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas taufiq, hidayah, dan karunia¬-Nya
yang tak terhingga kepada kita semua, sehingga Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Akhir Masa Jabatan (LKPJ AMJ) Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Tahun Anggaran
2008-2012 dapat disusun.
Penyusunan LKPJ AMJ Gubernur DIY disusun berdasar Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 86/P Tahun 2008, tanggal 07 Oktober 2008 yang menetapkan, bahwa
jabatan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta diperpanjang sampai dengan paling
lama 3 tahun dan juga Keputusan Presiden Nomor 55/P Tahun 2011 yang ditetapkan
tanggal 30 September 2011 yang isinya bahwa jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta diperpanjang kembali selama satu tahun.
Penyusunan LKPJ AMJ merupakan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah Kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (LPPD) Kepada Masyarakat.
Sesuai dengan Pasal 24 PP Nomor 3 Tahun 2007 tersebut, LKPJ AMJ Kepala
Daerah merupakan ringkasan LKPJ Tahun Anggaran 2008-2010 ditambah dengan LKPJ
sisa masa jabatan yang belum dilaporkan. Dengan demikian LKPJ AMJ Gubernur DIY
merupakan ringkasan LKPJ Gubernur DIY Tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 serta sisa
masa jabatan tahun 2012.
Program kegiatan yang dilaksanakan selama kurun waktu 2008-2012 disusun
dengan acuan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun
2003 tentang Rencana Strategis Daerah (Renstrada) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2004-2008 dan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2
Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) Tahun 2005-2025
serta Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2009–2013.
Pengelolaan keuangan daerah yang merupakan salah satu indikator good
governance, opini dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan
Pemerintah Provinsi DIY menunjukkan kinerja yang membaik dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2010 dan 2011 Pemerintah Provinsi DIY mendapatkan opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP), yang tahun-tahun sebelumnya hanya mendapatkan opini Wajar
Dengan Pengecualian (WDP). Hal tersebut dicapai berkat kerjasama dan kecermatan
seluruh aparatur Pemerintah Provinsi DIY. Secara khusus kami memberikan apresiasi
atas semua pihak yang telah memberikan kontribusi.
Berbagai keberhasilan yang telah dicapai tidak terlepas berkat buah pikiran
dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan pembangunan
di DIY yang tidak kenal lelah untuk terus berupaya demi peningkatan kesejahteraan
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
i-1
KATA PENGANTAR
masyarakat DIY. Kami menyadari, masih terdapat beberapa permasalahan yang perlu
segera diatasi dan dibenahi bersama.
Akhirnya, saran dan masukan konstruktif sangat diharapkan dalam rangka
perwujudan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik di masa-masa yang akan
datang. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa memberikan petunjuk
dan lindungan-Nya kepada kita semua.
Terima kasih.
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
HAMENGKU BUWONO X
i-2 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
BAB I
PENDAHULUAN
Masa jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY pada saat ini diatur berdasarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55/P Tahun 2011. Kepres ini men-
gatur tentang Perpanjangan Masa Jabatan Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan KGPAA Pakualam IX sebagai Wakil Gu-
bernur Daerah Istimewa Yogyakarta selama satu tahun terhitung sejak 9 Oktober
2011. Sebelumnya, masa jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY juga sudah
diperpanjang yang diatur dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
86/P Tahun 2008. Kepres ini mengatur tentang Perpanjangan Masa Jabatan Sri
Sultan Hamengku Buwono X sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan
KGPAA Pakualam IX sebagai Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta selama
tiga tahun terhitung sejak 9 Oktober 2008.
Dengan akan berakhirnya masa jabatan Gubernur pada 09 Oktober 2012 maka
disusunlah Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Akhir Masa Jabatan (LKPJ AMJ)
Gubernur Provinsi DIY Tahun 2008-2012. Penyusunan LKPJ AMJ merupakan pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 (PP Nomor 3 Tahun 2007) tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Kepada
Masyarakat. Sesuai dengan Pasal 24 PP Nomor 3 Tahun 2007 tersebut, LKPJ AMJ Kepala
Daerah merupakan ringkasan tahun-tahun sebelumnya ditambah dengan LKPJ sisa
masa jabatan yang belum dilaporkan, dengan demikian LKPJ AMJ Gubernur DIY Tahun
2008-2012 merupakan ringkasan LKPJ Gubernur DIY Tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011
serta LKPJ sisa masa jabatan yang belum dilaporkan (tahun 2012).
A. DASAR HUKUM
Keberadaan DIY sebagai bagian NKRI tidak dapat dilepaskan dari momen penting
paska Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Sesaat setelah Indone-
sia memproklamirkan kemerdekaannya, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri
Paku Alam VIII menyatakan kepada Presiden RI bahwa Daerah Kasultanan Ngayog
yakarta Hadiningrat dan Daerah Kadipaten Pakualaman menjadi wilayah Negara
RI. Daerah Kasultanan Ngayogyakarta kemudian bergabung menjadi satu kesatu-
an yang dinyatakan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI.
Pernyataan-pernyataan di atas disebutkan dalam:
1. Piagam Kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII
tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI;
2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 5
September 1945 (dibuat secara terpisah);
3. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal
30 Oktober 1945 (dibuat dalam satu naskah).
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
I-1
BANGSAL KEPATIHAN
Dulu, merupakan tempat kediaman resmi (Official residence) sekaligus kantor Pepatih
Dalem. Di tempat inilah pada zamannya diselenggarakan kegiatan pemerintahan sehari-
hari kerajaan. Sejak tahun 1945 kantor Perdana Menteri Kesultanan Yogyakarta ini menjadi
kompleks kantor Gubernur/Kepala Daerah Istimewa Istimewa Yogyakarta.
foto: Agus Yuniarso (http://www.flickr.com/photos/agusyr/), teks: wikipedia
I -2 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
Keistimewaan DIY juga diakui pada setiap undang-undang yang mengatur
Pemerintahan Daerah, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004, khususnya Pasal 2 ayat (8) dan (9).
Terkait dengan kepemimpinan di daerah, dalam hal ini kepemimpinan di tingkat
provinsi, saat ini Gubernur dan Wakil Gubernur dijabat oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono X dan Sri Paduka Paku Alam IX. Sri Sultan Hamengku Buwono X pada saat
ini juga merupakan pemimpin Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat sedangkan Sri
Paduka Paku Alam IX adalah pemimpin Kadipaten Pakualaman. Keduanya memainkan
peran yang menentukan dalam memelihara nilai-nilai budaya dan adat istiadat Jawa,
serta merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta, dengan demikian maka keduanya
merupakan dwi-tunggal yang menjunjung kepemimpinan hamemayu hayuning bawana.
Hamemayu Hayuning Bawana mengandung makna sebagai kewajiban
melindungi, memelihara, serta membina keselamatan dunia dan lebih mementingkan
berkarya untuk masyarakat daripada memenuhi ambisi pribadi. Dunia yang dimaksud
mencakup seluruh perikehidupan, baik dalam skala kecil (keluarga) maupun dalam skala
lebih besar mencakup masyarakat dan lingkungan hidupnya, dengan mengutamakan
darma bakti untuk kehidupan orang banyak, tidak mementingkan diri sendiri.
Mengakhiri masa jabatan selama empat tahun terhitung sejak perpanjangan
jabatan tahun 2008, Gubernur selaku Kepala Daerah menyampaikan Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan (LKPJ AMJ) Gubernur DIY 2008-2012.
LKPJ AMJ 2008-2012 disusun berdasarkan:
1. Undang-undang No. 3 Tahun 1950, tentang Pembentukan Daerah Istimewa
Yogyakarta jo. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1950, tentang Perubahan
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 jo. Peraturan Pemerintah Nomor
31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan
Undang - undang Nomor 26 Tahun 1959;
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pusat dan Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006, tentang Pelaporan dan Kinerja
Keuangan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah kepada Masyarakat;
8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 86/P Tahun 2008 mengenai
Perpanjangan Masa Jabatan Gubernur DIY;
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55/P Tahun 2011 mengenai
Perpanjangan Masa Jabatan Gubernur DIY;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang disempurnakan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
11. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2003
tentang Rencana Strategis Daerah (Renstrada) Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2004-2008;
12. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) Tahun 2005-2025;
13. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun
2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Tahun 2009–2013.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
I-3
BAB I PENDAHULUAN
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di Pulau Jawa bagian tengah, terletak antara
7º33’ -8º12’ Lintang Selatan dan 110º00’ -110º50’ Bujur Timur. Letak ini secara
administratif berbatasan dengan beberapa wilayah di sekelilingnya. Bagian utara
Provinsi DIY berbatasan langsung dengan Kabupaten Magelang, bagian timur
berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Wonogiri, sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Purworejo, sedangkan di bagian selatan berbatasan dengan
Samudera Indonesia.
Gambar 1.1
PETA ADMINISTRASI
WILAYAH STUDI
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
sumber:
Single Base Map Provinsi
Daerah Istimewa
Yogyakarta yang diLayout
dengan Software Berbasis
Geograpich Information
System (GIS)
Secara administratif, Provinsi DIY terdiri atas empat kabupaten dan satu kota
dengan 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan, dengan perincian:
1. Kota Yogyakarta terdiri atas 14 kecamatan dan 45 kelurahan/desa;
2. Kabupaten Bantul terdiri atas 17 kecamatan dan 75 kelurahan/desa;
3. Kabupaten Kulon Progo terdiri atas 12 kecamatan dan 88 kelurahan/desa;
4. Kabupaten Sleman terdiri atas 17 kecamatan dan 86 kelurahan/desa;
5. Kabupaten Gunungkidul terdiri atas 18 kecamatan dan 144 kelurahan/desa.
Luas wilayah Provinsi DIY adalah 3.185,80 km² atau 0,17% dari luas Indonesia
(1.890.754 km²). Luasan wilayah ini menjadikan DIY sebagai provinsi dengan
luas terkecil setelah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Luasan wilayah tersebut jika
diperinci hingga ke tingkat kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1. Kota Yogyakarta, dengan luas 32,50 km² (1,02%);
2. Kabupaten Bantul, dengan luas 506,85 km² (15,91%);
3. Kabupaten Kulon Progo, dengan luas 586,27 km² (18,40%);
4. Kabupaten Sleman, dengan luas 574,82 km² (18,04%);
5. Kabupaten Gunungkidul, dengan luas 1.485,36 km² (46,63%).
I -4 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
Gambar 1.2
Luas Wilayah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Menurut
Kabupaten/Kota
sumber:
Badan Pusat Statistik Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta
(Diolah)
1.3 Topografi
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
I-5
BAB I PENDAHULUAN
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Provinsi DIY Hasil Sensus Penduduk 2010
Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
Kulon Progo 190.694 198.175 388.869 96,23
Bantul 454.491 457.012 911.503 99,45
Gunungkidul 326.703 348.679 675.382 93,70
Sleman 547.885 545.225 1.093.110 100,49
Kota Yogyakarta 189.137 199.490 388.627 94,81
DIY 1.708.910 1.748.581 3.457.491 97,73
Sumber: DIY Dalam Angka 2011, BPS Provinsi DIY
Penduduk Provinsi DIY berdasarkan hasil SP 2010, selama periode 2008-2011 terjadi
peningkatan jumlah. Jumlah penduduk tahun 2008 sebanyak 3.393 ribu jiwa pada tahun
2011 menjadi 3.496 ribu jiwa. Meski mengalami peningkatan jumlah, namun jika dilihat
dari laju pertumbuhan penduduk selama periode tersebut dapat dikatakan relatif kecil,
yaitu kurang dari 1%.
Gambar 1.3
Jumlah Penduduk Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Hasil Proyeksi
SP 2010 (x 1000)
sumber:
Badan Pusat Statistik Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, Diolah
Keterangan : *) Proyeksi SP 2010
**) Proyeksi SUPAS 2005
I -6 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
Gambar 1.4
Persebaran Jumlah Penduduk
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Menurut Kabupaten/
Kota Tahun 2010 (%)
sumber:
DIY dalam Angka 2011, BPS
Provinsi DIY
Laju pertumbuhan penduduk Provinsi DIY pada tahun 2010 sebesar 1,02. Dua
daerah di Provinsi DIY masih memiliki laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi
yaitu Kabupaten Sleman (1,92%) dan Kabupaten Bantul (1,55%). Laju pertumbuhan
penduduk tiga daerah lainnya memiliki laju pertumbuhan penduduk yang relatif rendah
yaitu Kota Yogyakarta (-0,22%), Kabupaten Gunungkidul (0,06%) dan Kabupaten Kulon
Progo (0,47%).
Gambar 1.5
Laju Pertumbuhan Penduduk
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Menurut Kabupaten/
Kota Tahun 2010 (%)
sumber:
DIY dalam Angka 2011, BPS
Provinsi DIY
Kepadatan penduduk di wilayah Provinsi DIY pada tahun 2010 sebesar 1.085,28
jiwa/Km2. Daerah terpadat adalah Kota Yogyakarta yaitu 11.957,75 jiwa/Km2,
sedangkan kepadatan terendah adalah Kabupaten Gunungkidul yaitu 454,69 jiwa/Km2.
Secara umum, kepadatan penduduk berada pada wilayah yang relatif maju yaitu Kota
Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.
Gambar 1.6
Kepadatan Penduduk Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta
Menurut Kabupaten/Kota Tahun
2010 (Jiwa/Km2)
sumber:
DIY dalam Angka 2011, BPS
Provinsi DIY
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
I-7
BAB I PENDAHULUAN
Kondisi angkatan kerja adalah salah satu faktor penting yang akan menentukan
kemajuan dan kemakmuran suatu daerah. Usia penduduk yang tergolong
kedalam angkatan kerja adalah dari usia 15 tahun hingga 65 tahun. Komposisi
penduduk pada usia ini dapat dijadikan indikator untuk melihat dinamika bidang
ketenagakerjaan di suatu wilayah. Berdasarkan data tahun 2008 hingga 2012
kondisi ketenagakerjaan di DIY dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 1.2
Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Provinsi DIY
2008-2012
2008 (Agustus) 2009 (Agustus) 2010 (Agustus) 2011 (Agustus) 2012 (Februari)
Kegiatan
Orang % Orang % Orang % Orang % Orang %
Angkatan Kerja 1.999.734 70,51 2.016.694 70,23 1.882.296 69,76 1.872.912 68,77 1.927.167 70,47
1. Bekerja 1.892.205 66,72 1.895.648 66,01 1.775.148 65,79 1.798.595 66,04 1.848.369 67,59
2. Pengangguran 107.529 3,79 121.046 4,22 107.148 3,97 74.317 2,73 78.798 2,88
Bukan Angkatan
836.444 29,49 855.025 29,77 815.838 30,24 850.717 31,23 807.579 29,53
Kerja
1. Sekolah 284.792 10,04 308.401 10,74 279.420 10,36 282.226 10,36 - -
2. Mengurus
445.969 15,72 461.014 16,05 437.630 16,22 429.555 15,77 - -
Rumah Tangga
3. Lainnya 105.683 3,73 85.610 2,98 98.788 3,66 138.936 5,10 - -
Jumlah 2.836.178 100,00 2.871.719 100,00 2.698.134 100,00 2.723.629 100,00 2.734.746 100,00
Sumber: BPS Provinsi DIY
Jumlah angkatan kerja di Provinsi DIY menurut data BPS pada Agustus 2008
sebanyak 1.999.734 orang atau sebesar 70,51% dari total penduduk Provinsi DIY
berumur 15 tahun keatas. Jumlah angkatan kerja tersebut meningkat menjadi
1.872.912 orang pada tahun 2011. Dari total penduduk DIY tahun 2011, sebesar 66,04%
merupakan penduduk bekerja. Sementara itu, data ketenagakerjaan Bulan Februari
tahun 2012 menunjukkan jumlah angkaran kerja sebanyak 1.927.167 orang sedangkan
bukan angkatan kerja sebanyak 807.579 orang.
Gambar 1.7
Perkembangan Tingkat
Pengangguran di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, 2008-2011
sumber:
Badan Pusat Statistik Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta,
Diolah
I -8 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
2.3 Pendidikan
Gambar 1.8
Perkembangan Indeks
Pembangunan Manusia, 2005-
2010
sumber:
DIY dalam Angka 2011, BPS
Provinsi DIY
IPM menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DIY tahun 2010 menunjukkan bahwa Kota
ogyakarta dan Sleman memiliki IPM yang jauh lebih baik dibandingkan 3 kabupaten
lainnya. IPM Kota Yogyakarta menduduki ranking pertama dengan nilai sebesar 79,52,
disusul kemudian oleh Kabupaten Sleman sebesar 78,20. Tiga daerah dengan IPM yang
masih rendah adalah Kabupaten Bantul (74,53), Kulon Progo (74,49) dan Gunungkidul
(70,45).
Tabel 1.3
IPM Menurut Komponen dan Kabupaten/Kota di Provinsi DIY, 2010
Angka Pengeluaran Riil
Rata - rata
Harapan Angka Melek Per Kapita yang Peringkat
Kabupaten/Kota Lama Seko- IPM
Hidup Huruf (%) Disesuaikan (000 IPM
lah (tahun)
(tahun) Rp)
Kulon Progo 74,38 90,69 8,20 630,38 74,49 4
Bantul 71,31 91,03 8,82 646,08 74,53 3
Gunungkidul 70,97 84,66 7,65 625,20 70,45 5
Sleman 75,06 92,61 10,30 647,84 78,20 2
Kota Yogyakarta 73,44 98,03 11,48 649,71 79,52 1
Provinsi DIY 73,22 90,84 9,07 646,56 75,77 4
Sumber: DIY Dalam Angka 2011, BPS Provinsi DIY
Jumlah penduduk menurut usia sekolah di Provinsi DIY pada tahun 2011
adalah sebanyak 571.565 orang. Berdasarkan wilayahnya, penduduk usia sekolah
terbanyak terdapat di Kabupaten Sleman dan Bantul, yaitu masing-masing sebanyak
159.260 orang (27,86%) dan 140.751 orang (24,63%). Sedangkan wilayah dengan
penduduk usia sekolah paling sedikit adalah Kabupaten Gunungkidul dengan jum-
lah 71.001 orang atau 12,42% dari total jumlah penduduk usia sekolah di DIY.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
I-9
BAB I PENDAHULUAN
Tabel 1.4
Jumlah Penduduk Usia Sekolah Menurut Wilayah di Provinsi DIY, 2011
Tabel 1.5
Perkembangan APK dan APM Menurut Jenjang Sekolah di Provinsi DIY
(2008-2011)
APK DAN APM 2008 2009 2010 2011
APK SD/MI 108,82 111,44 111,45 111,43
APK SMP/MTs 114,98 115,47 114,32 115,5
APK SMA/MA 81,51 87,06 88,33 88,79
APM SD/MI 94,73 96,65 97,15 97,53
APM SMP/MTs 84,64 84,78 81,05 81,08
APM SMA/MA 59,12 60,87 60,47 63,45
Sumber: Disdikpora Provinsi DIY
I - 10 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
Jumlah penduduk miskin di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurut data BPS se-
banyak 560,88 ribu orang atau sebesar 16,08% dari total penduduk DIY. Jumlah penduduk
miskin di DIY pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 0,75% dari tahun 2010
yang sebesar 16,83% serta tahun 2008 yang persentasenya masih mencapai 18,32%. Se-
dangkan kecenderungan persebaran angka kemiskinan dari tahun ke tahun didominasi
oleh kemiskinan yang tersebar di daerah pedesaan. Selama periode 2008-2011, rata-rata
penduduk miskin di wilayah kota adalah 14,10% sedangkan rata-rata penduduk miskin di
wilayah desa adalah 22,67%. Namun demikian, jika dilihat trendnya selama periode 2006-
2011, jumlah penduduk miskin cenderung mengalami penurunan, baik itu di wilayah kota
maupun desa. Data tahun 2012 (Bulan Maret), jumlah penduduk miskin Provinsi DIY se-
banyak 565,32 ribu orang atau sebesar 16,05% dari total penduduk DIY, dengan demikian
angka kemiskinan tahun 2012 mengalami penurunan dibanding tahun 2011.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
I - 11
BAB I PENDAHULUAN
3. Kondisi Ekonomi
Tabel 1.7
Nilai dan Volume Ekspor Impor Provinsi DIY, 2008-2011
Realisasi Ekspor Impor 2008 2009 2010 2011 2012
Ekspor
Nilai (juta US $) 130,30 109,00 140,00 144,00 45,30
Volume (juta kg) 40,60 31,00 35,00 27,00 9,25
Impor
Nilai (juta US $) 50,70 26 22 76 6,65
Volume (juta kg) 8,90 5 3 2 0,76
Sumber: Dinas Perindagkop & UKM Provinsi DIY (Data S.d. Maret 2012)
Meski volume dan nilai eskpor DIY cenderung fluktuatif, namun dari sisi impor
terlihat perkembangan yan relatif menggembirakan yaitu adanya kecenderungan
penurunan impor baik dari sisi nilai maupun nilainya. Hal ini merupakan salah satu
indikasi semakin kuatnya keberadaan produk dalam negeri.
Pertumbuhan di sektor PHR salah satunya didorong oleh pariwisata. Salah satu
predikat DIY adalah sebagai kota pariwisata. Keunggulan sektor pariwisata meliputi
beragamnya destinasi pariwisata, tersedianya fasilitas baik berupa sarana maupun
prasana aktivitas kepariwisataan hingga keberadaan kekayaan budaya di DIY. Objek
wisata di daerah Provinsi DIY memang menjadi magnet yang kuat untuk menarik minat
kunjungan wisatawan. DIY merupakan destinasi wisata utama di Indonesia selain Bali
yang memiliki berbagai objek wisata dan khazanah kekayaan budaya.
Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Provinsi DIY tersebar di seluruh
kabupaten yang ada dalam berbagai jenis dan jumlahnya. Sampai saat ini, obyek wisata
andalan DIY berdasarkan kabupaten meliputi 43 daya tarik wisata di Kota Yogyakarta, di
Kabupaten Sleman terdapat daya tarik sebanyak 43, di Kabupaten Bantul sebanyak 40
daya tarik, di Kabupaten Kulon Progo terdapat 17 daya tarik wisata dan di Kabupaten
Gunungkidul terdapat 23 daya tarik wisata. Obyek dan daya tarik wisata yang potensial
untuk segmen pasar wisatawan nusantara jika ditinjau berdasarkan kunjungan
I - 12 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
wisatawan antara lain adalah Kraton Yogyakarta, Pantai Parangtritis, Baron, Kukup,
Krakal, Kebun Binatang Gembira Loka dan Monumen Yogya Kembali. Sedangkan obyek
yang potensial untuk segmen wisatawan mancanegara misalnya daalah Gunung Merapi,
Candi Sambisari, Candi Pawon, Kalasan dan bekas Kraton Ratu Boko. Jumlah event yang
diselenggarakan di DIY kurang lebih 8.693 event. Sedangkan fasilitas pariwisata berupa
hotel berbintang sejumlah 37 dan hotel melati dan pondok wisata sejumlah 1.048,
serta restauran sejumlah 752 unit.
Pengembangan bidang pariwisata DIY juga didukung oleh berbagai kegiatan
usaha yang sifatnya mendukung kegiatan pariwisata. Keberadaan berbagai usaha dan
sarana pendukung pariwisata di atas memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan
tingkat kunjungan wisatawan. Tingkat kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Untuk mempertahankan
tingkat kunjungan wisatawan, Pemerintah Provinsi DIY juga mengusahakan kegiatan
kepariwisataan yang diarahkan menuju wisata minat khusus. Model wisata minat khusus
ini perlu dikembangkan mengingat wisata model ini relatif kurang rentan terhadap
krisis ekonomi serta menghasilkan lama tinggal (length of stay), tingkat pembelanjaan
(spending) dan tingkat kunjungan ulang (repeaters) yang lebih tinggi.
Pengembangan pariwisata minat khusus ini diarahkan pada optimalisasi
destinasi pariwisata yang dinilai paling potensial di masing–masing wilayah, sehingga
setiap kabupaten/kota di DIY memiliki fokus pengembangan yang berbeda, misalnya;
Kota Yogyakarta diprioritaskan pada bidang heritage, Kabupaten Gunungkidul pada
wisata alam/goa–gunung, Kabupaten Bantul destinasi bidang kerajinan dan religi/
mitos, Kabupaten Kulon Progo destinasi alam/bahari dan Kabupaten Sleman destinasi
desa wisata. Di samping wisata minat khusus, juga diupayakan untuk meningkatkan
wisata Meeting, Incentive, Conference and Exhibition (MICE) mengingat banyaknya
hotel/tempat pertemuan yang mendukung pelaksanaannya.
Tabel 1.8
Luas Panen Tanaman Pangan di Provinsi DIY (Ha), 2008-2012
Rerata Pertum-
No Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012*
buhan (%)
1 Padi sawah 100.359 105.613 106.907 107.990 110.281 0,08
2 Padi ladang 39.808 39.811 40.151 42.837 43.606 2,34
Total padi 140.167 145.424 147.058 150.827 153.887 2,37
3 Jagung 71.164 74.563 86.837 69.768 76.187 2,70
4 Kedelai 32.514 31.666 33.572 28.988 27.275 -4,04
Sumber: BPS Provinsi DIY, * Angka Ramalan 1 2012
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
I - 13
BAB I PENDAHULUAN
Tabel 1.9
Populasi Tanaman Pangan di Provinsi DIY (Kw/Ha), 2008-2012
Rerata Per-
No Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012*
tumbuhan (%)
1 Padi sawah 62,61 62,72 60,50 60,51 63,56 0,42
2 Padi ladang 42,68 44,10 44,10 44,24 47,79 2,92
Total padi 56,95 57,62 56,02 55,89 59,09 0,97
3 Jagung 40,10 42,24 39,80 41,80 46,86 4,17
4 Kedelai 10,76 12,72 11,39 11,31 12,14 3,60
Sumber: BPS Provinsi DIY, * Angka Ramalan 1 2012
Tabel 1.10
Produksi Tanaman Pangan di Provinsi DIY (Ton) 2008-2011
Rerata Per-
No Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012* tumbuhan
(%)
1 Padi sawah 628.321 662.368 646.816 653.434 700.966 2,84
2 Padi ladang 169.911 175.562 177.071 189.500 208.374 5,29
Total padi 798.232 837.930 823.887 842.934 909.340 1,40
3 Jagung 285.372 314.937 345.576 291.596 356.989 6,72
4 Kedelai 34.998 40.278 38.244 32.795 33.123 -0,80
Sumber: BPS Provinsi DIY, * Angka Ramalan 1 2012
Produksi padi dari tahun 2008 hingga 2012 mempunyai kecenderungan meningkat
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,84%. Namun demikian pada tahun 2010
terjadi penurunan produksi padi jika dibandingkan tahun 2009 yang disebabkan
oleh pergeseran masa tanam dan tingginya curah hujan pada fase pembungaan
padi di pertengahan tahun hingga akhir 2010. Rerata pertumbuhan padi yang positif
tersebut merupakan kontribusi dari peningkatan produksi padi ladang yang cukup
signifikan. Hal ini juga ditunjukkan oleh peningkatan luas panen dan produktivitas
padi ladang yang terus bertumbuh. Padi ladang adalah komoditas tanaman pangan
utama yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Gunungkidul. Seluruh kecamatan
di Gunungkidul menghasilkan padi ladang. Hal ini didukung oleh lahan di kawasan
Gunungkidul yang potensial untuk pengembangan tanaman pangan lahan kering karena
kesesuaian agroekosistemnya.
Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung juga tercatat cenderung
meningkat dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Peningkatan ini dikarenakan
pertambahan luas panen di lahan kering. Meskipun produksi jagung pada tahun 2011
mengalami penurunan, namun berdasarkan perhitungan Angka Ramalan I, produksinya
diperkirakan akan kembali meningkat pada tahun 2012, bahkan hingga melampaui
pencapaian produksi pada tahun 2010.
Untuk komoditas kedelai, meskipun produksi pada tahun 2012 diproyeksikan
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011, namun rerata pertumbuhannya dari
tahun 2008 hingga 2012 justru mengalami kecenderungan penurunan sebesar 0,80%.
Hal ini dipengaruhi oleh adanya penurunan produksi yang signifikan pada tahun 2010
dikarenakan tingginya curah hujan sehingga banyak tanaman yang gagal dipanen.
I - 14 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
2. Tanaman Hortikultura
Tabel 1.11
Luas Panen dan Produksi Salak dan Bawang Merah di Provinsi DIY, 2008-2011
2008 2009 2010 2011
Komoditas Prod
Prod Luas Prod Luas Luas Prod
Luas (Ha) (Kuin-
(Kuintal) (Ha) (Kuintal) (Ha) (Ha) (Kuintal)
tal)
Salak 4.632.882 707.730 4.836.703 625.720 4.789.215 577.930 3.639.296 258.070
(satuan
rumpun)
Bawang 2.164 210.420 1.628 197.628 2.027 133.658 1.271 144.070
merah
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi DIY
Tahun 2010 dan 2011 terdapat beberapa persoalan yang menyebabkan turunnya
produksi bawang merah. Penurunan ini disebabkan oleh dampak anomali iklim yang
mengakibatkan curah hujan cukup tinggi sejak triwulan III 2010, sedangkan pada
tahun 2011 luas panen bawang merah menurun karena luas tanam yang berkurang
karena beralih ke tanaman hortikultura lainnya. Sementara itu penurunan produksi dan
produktivitas salak disebabkan oleh dampak erupsi Gunung Merapi pada triwulan IV
2010 dan dampaknya masih dirasa tahun 2011 dimana tanaman salah di sentra produksi
Sleman dalam tahapan recovery tanaman terkena dampak erupsi. Produksi salak tahun
2012 diperkirakan sebesar 468.284 kuintal.
DIY juga memiliki komoditas hortikultura unggulan berupa tanaman hias. Salah
satu komoditas tanaman hias unggulan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yaitu
Krisan. Hampir semua varietas Krisan yang ditanam dapat tumbuh dengan baik di
dataran dengan ketinggian medium antara 400 – 700 m di DIY. Hal ini didukung oleh
kemampuan daya adaptasi Krisan yang tinggi. Oleh karena itu, saat ini Krisan sedang
dikembangkan di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulon Progo.
Selain karena aspek agroekosistem yang mendukung pengembangan Krisan
di DIY, potensi pengembangan Krisan juga timbul akibat adanya tarikan pasar DIY
terhadap tanaman hias (bunga). DIY yang menjadi destinasi pariwisata dan merupakan
tempat penyelenggaraan MICE membutuhkan tanaman hias dalam jumlah yang besar
setiap bulan. Sedangkan di sisi lain, kebutuhan tanaman hias tersebut sekitar 70%
dipenuhi oleh pasokan dari luar DIY. Hal ini menimbulkan celah yang cukup besar untuk
dieksploitasi melalui pengembangan Krisan.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
I - 15
BAB I PENDAHULUAN
Tanaman Krisan merupakan tanaman hias semusim yang dapat dipanen setelah
tiga bulan atau sekitar 110 hari dari penanaman bibit. Ini berarti dalam setahun terdapat
tiga musim tanam efektif dengan hasil panen antara 3.000 hingga 5.000 batang per
minggu. Hasil ini dapat dioptimalisasi melalui intensifikasi jarak tanam serta aplikasi
teknologi budidaya.
3. Peternakan
Sektor peternakan juga menjadi salah satu sektor yang potensial untuk
dikembangkan di wilayah DIY. Beberapa wilayah yang menjadi sentra beberapa
komoditas peternakan adalah Gunungkidul sebagai sentra penghasil sapi potong
dan kambing, sedangkan Sleman terkenal sebagai sentra sapi perah. Perkembangan
ketiga komoditas ini dapat dilihat dari data tahun 2008-2011 berikut.
Tabel 1.12
Populasi Ternak di Provinsi DIY (ekor), 2008-2011
Rerata Pertum-
No Jenis Ternak 2008 2009 2010 2011
buhan (%)
1 Sapi Potong 269.655 283.043 290.949 385.370 13,40
2 Sapi Perah 5.652 5.495 3.466 3.888 -9,18
3 Kambing 304.780 308.353 331.147 343.647 4,21
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi DIY
4. Kehutanan
Hutan negara di Provinsi DIY seluas 18.715,0640 ha atau hanya sekitar 5,87% dari
total luas seluruh provinsi yaitu 3.185,18 km2. Dari luasan tersebut, kawasan hutan
yang dikelola oleh Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan Yogyakarta sebagai UPTD
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY seluas 16.358,6 ha yang terdiri dari
Hutan Produksi (HP) seluas 13.411,70 ha, Hutan Lindung (HL) seluas 2.312,80 ha,
dan Hutan Konservasi (Taman Hutan Raya) seluas 634,10 ha.
Penutupan vegetasi pada wilayah hutan Balai KPH Yogyakarta terdiri dari beberapa
jenis antara lain jati, kayu putih, sonokeling, pinus, kenanga, mahoni, kemiri, gliricidea,
akasia, murbei, dan bambu dengan luas yang bervariasi. Namun demikian diantara
keseluruhan jenis yang ditanam, hanya jati dan kayu putih saja yang ditanam dalam
luasan yang besar kerana jenis lain hanya dengan luasan kecil dan bersifat sporadis. Hal
ini berarti hutan DIY memiliki potensi kayu dan non kayu yang cukup tinggi.
Produksi hasil hutan kayu berupa kayu bulat baik jenis jati maupun rimba
belum semuanya dilakukan secara langsung dalam pengelolaan hutan. Produksi kayu
bulat ini pada dasarnya dari tebangan tak tersangka akibat adanya kegiatan yang
membutuhkan pembukaan lahan atau akibat adanya pencurian yang barang buktinya
dapat diselamatkan, kebakaran, dan bencana alam. Oleh karena itu, potensi unggulan
dari sub sektor kehutanan justru berupa produksi hasil hutan bukan kayu, yaitu minyak
kayu putih.
I - 16 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
Potensi tanaman kayu putih seluas 4.603,72 ha atau 28% dari luas KPH
Yogyakarta. Potensi tanaman kayu putih ini tersebar pada lima Bagian Daerah Hutan
(BDH), yaitu BDH Karangmojo dengan luas 2.267,6 ha, BDH Playen dengan luas 1.616,37
ha, BDH Paliyan seluas 403,3 ha, BDH Kulon Progo-Bantul seluas 286,45 ha, dan BDH
Panggang seluas 30 ha.
Tanaman kayu putih dipungut daunnya untuk bahan baku lima unit Pabrik
Minyak Kayu Putih (PMKP), yaitu PMKP Sendangmole (BDH Playen), PMKP Gelaran
(BDH Karangmojo), PMKP Dlingo, PMKP Kediwung, dan PMKP Sermo (BDH Kulon Progo-
Bantul). Pada tahun 2011 kawasan hutan kayu putih di BDH Kulon Progo seluas 68 ha
telah dialihkan menjadi Kawasan Konservasi dengan fungsi Suaka Margasatwa seluas
63 ha sehingga kayu putih pada Suaka Margasatwa ini tidak dapat dipungut. Hal ini juga
berarti PMKP Sermo tidak memproduksi minyak kayu putih lagi sejak tahun 2011.
Pemanfaatan kayu putih ini telah lama dikelola secara kemitraan dengan
masyarakat sekitar kawasan hutan. Pemungutan daun kayu putih dilaksanakan oleh
pesanggem penggarap tanah yang kemudian diberikan kompensasi berupa upah
pungutan. Selain itu, masyarakat sekitar hutan juga diberi kesempatan untuk melakukan
tumpangsari di hutan kayu putih. Pemungutan daun kayu putih ini juga dilaksanakan
dengan memperhatikan kaidah konservasi.
Produksi minyak kayu putih selama periode 2008-2011 selengkapnya disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel 1.13
Produksi Minyak Kayu Putih (Liter, 2008-2011)
Rerata Per-
No Unit Pabrik 2008 2009 2010 2011
tumbuhan %
1 Sermo 260 251 260 - -33,30
2 Kediwung 424 415 423 330 -7,39
3 Dlingo 770 737 846 876 4,68
4 Gelaran 22.267 22.325 24.207 22.490 0,53
5 Sendangmole 17.160 17.353 17.616 21.261 7,78
Jumlah 40.881 41.082 43.352 44.957 3,24
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
I - 17
BAB I PENDAHULUAN
5. Perkebunan
Berdasarkan kondisi saat ini, lahan yang berpotensi untuk dikembangkan
seluas 176.000 ha. Dengan sistem pengusahaan perkebunan yang hampir
secara keseluruhan dilaksanakan oleh petani dalam bentuk perkebunan rakyat,
memungkinkan dilaksanakannya pengembangan komoditas tanaman perkebunan,
terutama untuk tanaman semusim melalui pola perguliran tanaman. Agribisnis
perkebunan ini telah menumbuhkan sentra-sentra produksi komoditas perkebunan
yang selanjutnya dikembangkan melalui penanaman dan atau pengutuhan populasi
tanaman sesuai skala ekonomis usaha di tingkat lokasi melalui rehabilitasi dan
intensifikasi. Operasionalisasinya dengan mengembangkan kebersamaan usaha
perkebunan dalam satu wilayah secara kelompok atau koperasi dengan bermitra
usaha dengan pihak lain yang lebih menguntungkan dalam pendekatan agribisnis
utuh, berdaya saing dan berkelanjutan.
Potensi unggulan subsektor perkebunan yang dimiliki oleh Provinsi DIY adalah kelapa,
kopi, jambu mete, kakao, tembakau, dan tebu. Sentra produksi kelapa, kakao, dan jambu
mete berada di Kabupaten Kulon Progo danGunungkidul. Sedangkan sentra komoditas
kopi berada di Kabupaten Sleman.
Tabel 1.14
Produksi Komoditas Perkebunan Provinsi DIY Tahun 2008-2011
Produksi Rata-rata
No. Komoditas (ton) Pertumbu-
2008 2009 2010 2011 han (%)
1 Kelapa 52.792,53 53.108,22 56.753,90 55.317,77 1,64
2 Kopi 433,82 417,04 399,99 388,05 -3,65
3 Jambu mete 707,68 704,69 408,32 385,90 -15,99
4 Kakao 1.184,46 1.193,43 1.333,69 1.260,22 2,33
5 Tebu 15.785,31 18.089,14 17.031,34 17.262,20 3,37
Jumlah 70.903,80 73.512,52 75.927,24 74.614,14 1,74
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY
Penangkapan yang selama ini dilakukan sudah melebihi 12 mil ke arah laut sesuai
dengan kemampuan perahu yang sudah menggunakan kapal di atas 10 GT. Namun
demikian, sebagai upaya optimalisasi produksi perikanan tangkap, maka telah dilakukan
pengadaan kapal 30 GT yang nantinya diharapkan akan memiliki daerah operasi yang
lebih luas. Hingga akhir tahun 2011 telah terdapat empat unit kapal 30 GT yang akan
I - 18 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
mendukung perikanan tangkap di DIY. Selain itu, juga telah dilakukan pelatihan awak
yang akan mengoperasionalkan kapal 30 GT tersebut.
Potensi ikan yang dapat diusahakan/dihasilkan dari perikanan budidaya sebesar
lebih kurang 38.700,29 ton per tahun dengan luas lahan potensial lebih kurang 18.129,3
ha. Garis pantai yang cukup panjang dengan topografi lahan yang landai serta didukung
oleh tersedianya air tawar dan air laut yang berkualitas menjadikan lahan pesisir juga
dapat digunakan untuk kegiatan budidaya, baik untuk kegiatan pembesaran ikan/udang,
maupun untuk usaha pembenihan/hatchery. Potensi sumberdaya lahan pesisir yang
dapat dikembangkan untuk usaha budidaya tambak maupun kolam budidaya (terpal)
seluas lebih kurang 650 Ha dengan potensi produksi kurang lebih sebesar 13.000 ton
per tahun.
Tabel 1.15
Capaian Subsektor Kelautan dan Perikanan, 2008-2011
Rerata
Pertum-
No Uraian Satuan 2008 2009 2010 2011
buhan
(%)
1 Produksi Ton 17.764,60 25.205,80 43.938,98 49.524,00 42,97
- Perikanan Budidaya Ton 14.736,70 20.105,40 39.032,98 44.524,00 48,21
- Perikanan Tangkap Ton 3.027,90 5.100,40 4.906,00 5.000,00 22,18
2 Ikan Masuk Ton 26.977,00 44.564,80 39.526,26 41.553,10 19,67
3 Ikan Keluar Ton 1.793,80 2.765,40 7.483,93 5.017,8 63,95
4 Konsumsi Ikan kg/kap/th 17,03 19,38 22,06 23,01 10,64
5 Pendapatan Rp/bulan
- Nelayan 1.850.000 1.942.500 1.868.685 1.150.000 -12,42
- Pembudidaya ikan 1.076.000 1.284.000 1.716.000 1.100.000 5,69
- Pengolah 1.980.000 2.090.000 2.403.500 2.332.320 5,86
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
I - 19
BAB I PENDAHULUAN
a. Pertanian
Sektor pertanian Provinsi DIY telah melepaskan beberapa varietas unggulan holtikultura.
Varietas tersebut antara lain Cabai Branang, Cabai Gantari, Kelengkeng Selarong, Jambu
I - 20 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
Dalhari, Salak Pondoh, Salak Gading Ayu, Salak Manggala, Bawang Merah Tiron, Bawang
Putih Lumbu Putih, Tomat Kaliurang, Srikaya Si Nyonya, Durian Menoreh Kuning, Durian
Menoreh Jambon, Mangga Malam, Buah Naga Sabila Merah dan Sabila Putih; tanaman
pangan (Padi Gogo Segreng, Padi Gogo Segreng Handayani dan Mendel Handayani;
Kedelai Hitam Malika). Sementara itu varietas yang berpotensi untuk dilepas adalah:
Bawang Merah Crok Kuning, Temulawak Imogiri, Durian Promasan, Pisang Raja Bagus,
Melon Melody Gama, Melon Gama Basket.
Produksi benih tanaman pangan mengalami kecenderungan meningkat dari
tahun ke tahun. Produksi benih padi pada tahun 2011 sejumlah 2.519,22 ton atau
mengalami peningkatan 132,38% dibandingkan tahun 2010 yang berjumlah 1.084,08
ton. Produksi benih jagung sejumlah 121.139 ton juga mengalami peningkatan 18,6%
dibandingkan tahun 2010 sejumlah 102.145 ton.
c. Perikanan
Pada sektor perikanan, Pemerintah Provinsi DIY terus berusaha untuk meningkatkan
peran Balai Benih Ikan (BBI)/Budidaya Air Tawar (BAT) agar menjadi BBI/BAT sentral.
Saat ini terdapat empat BBI yaitu: BBI Cangkringan, BBI Bejiharjo, BBI Sendangsari dan
BBI Wonocatur. Untuk produksi dari BBI dan Unit Pembenihan Rakyat Binaan pada
tahun 2009-2010 telah terjadi peningkatan produksi dari total telur ikan pada 2009
sebanyak 124.720 butir meningkat drastis hingga 15.570.294 butir. Sementara itu dari
sisi benih juga terjadi peningkatan yang cukup signifikan dimana produksi benih ikan
pada tahun 2009 sebanyak 3.849.640 ekor menjadi 12.467.465 ekor pada tahun 2010
atau mengalami peningkatan hingga 224%. Sedangkan produksi benih ikan pada tahun
2011 kembali mengalami peningkatan, yaitu sejumlah 28.950.350 atau meningkat
sebesar 132,21% dibanding tahun sebelumnya.
Sektor industri sebagai salah satu penggerak perekonomian di DIY memiliki nilai
yang sangat strategis dalam mewujudkan kemandirian perekonomian daerah. Saat
ini di DIY terdapat beragam unit usaha dibidang industri yang meliputi industri
pangan, sandang dan kulit, kimia dan bahan bangunan, logam dan elektronika,
dan industri kerajinan. Unit usaha tersebut mengalami pertumbuhan yang cukup
menggembirakan dilihat dari pertambahan unit usaha.
Selama tahun 2008-2011, terjadi peningkatan jumlah unit usaha Industri Kecil,
Menengah dan Besar (IKMB) di Provinsi DIY. Jumlah unit usaha IKMB pada tahun
2008 sebanyak 76.267 unit, mengalami peningkatan hingga pada tahun 2011 menjadi
80.056 unit. Sektor industri memiliki peranan yang cukup besar dalam penyerapan
tenaga kerja. Serapan tenaga kerja ini meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2008 serapan tenaga kerja sejumlah 273.621 orang dan meningkat menjadi 291.391
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
I - 21
BAB I PENDAHULUAN
orang pada tahun 2009 dan tahun 2010 dapat menyerap tenaga kerja sejumlah 292.625
orang. Sementara itu, jumlah tenaga kerja yang terserap dalam industri IKM pada tahun
2011 sebanyak 295.461 orang. Perkembangan yang positif juga terjadi pada indikator
lain seperti nilai inverstasi, nilai produksi dan juga nilai bahan baku.
Tabel 1.16
Potensi Industri IKM Provinsi DIY, 2008-2011
No Uraian Satuan 2008 2009 2010 2011
Unit 76.267 77.851 78.122 80.056
1. Unit Usaha
Usaha
2. Tenaga Kerja Orang 273.621 291.391 292.625 295.461
3. Nilai Investasi Rp. 000 769.274.520 871.110.097 878.063.496 1.003.678.054
4. Nilai Produksi Rp. 000 2.800.904.707 2.325.582.931 2.821.218.797 3.053.031.164
5. Nilai Bahan Baku Rp. 000 1.258.224.448 1.251.173.034 1.358.293.612 1.352.479.088
Sumber: Dinas Perindagkop & UKM Provinsi DIY
Tabel 1.17
Potensi Industri Kreatif Provinsi DIY
Unit Tenaga Nilai Bahan
Nilai Investasi Nilai Produksi
No Cabang Industri Usaha Kerja Baku/Bahan Pe-
(Rp.000) (Rp. 000)
(Unit) (orang) nolong (Rp. 000)
1 Desain 33 277 2.109.600 7.006.100 2.085.400
2 Fesyen 5.505 26.186 137.289.551 463.000.535 229.601.765
3 Kerajinan 27.984 114.548 392.492.753 1.222.695.444 490.153.396
4 Layanan komputer
347 1.338 2.056.260 6.469.775 2.692.396
dan Piranti Lunak
5 Permainan Interaktif 13 39 70.550 1.139.450 924.808
Jumlah 33.882 142.388 534.018.714 1.700.311.304 725.457.765
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Provins DIY
Gambar 1.9
Perkembangan Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi DIY, 2008-2012
sumber:
DIY dalam Angka 2011, BPS
Provinsi DIY
I - 22 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
Laju pertumbuhan per sektor selama periode 2008-2011 hampir semuanya
menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pada sektor pertanian, khususnya pada
tahun 2009 dan 2010 sempat mengalami pertumbuhan negatif sebagai dampak dari
erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010. Tiga sektor dengan rata-rata
pertumbuhan tertinggi selama 2008-2011 adalah sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor keuangan, Real Estate dan jasa perusahaan dan sektor konstruksi,
dengan angka pertumbuhan rata-rata berturut-turut adalah 6,70%, 6,56% dan 6,01% per
tahun. Sementara itu pada periode yang sama, sektor dengan rata-rata pertumbuhan
terendah adalah sektor pertanian dengan angka pertumbuhan rata-rata sebesar 1,68%
per tahun.
Data pada triwulan II tahun 2012 menunjukkan bahwa semua sektor mengalami
pertumbuhan yang positif kecuali sektor industri pengolahan yang mengalami
pertumbuhan negatif sebesar -7,86%. Sektor dengan pertumbuhan tertinggi adalah
sektor jasa-jasa (11,76%), diikuti oleh sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan
(10,90%), sektor listrik, gas dan air bersih (8,18%) dan sektor pertanian (7,25%).
Gambar 1.10
Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Selama 2008-2012
Menurut Sektor
sumber:
Badan Pusat Statistik Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta,
Diolah
Tabel 1.18
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DIY Menurut Lapangan Usaha, 2008-2012
Tw II
No Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011
2012*
1 Pertanian 5,72 3,37 -0,27 -2,12 7,25
2 Pertambangan & Penggalian -0,02 0,30 0,88 11,96 1,23
3 Industri Pengolahan 1,37 1,88 7,00 6,79 -7,86
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5,53 6,10 4,00 4,26 8,18
5 Konstruksi 6,09 4,64 6,06 7,23 5,47
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,26 5,43 5,33 5,19 6,59
7 Pengangkutan dan Komunikasi 7,12 5,96 5,73 8,00 5,72
8 Keuangan, Real Estat dan Jasa Peru-
5,82 6,11 6,35
7,95 10,90
sahaan
9 Jasa-jasa 4,94 4,49 6,44 6,47 11,76
Provinsi DIY 5,03 4,43 4,88 5,16 5,79
Sumber: BPS Provinsi DIY
Keterangan: *) pertumbuhan cummulative to cummulative (c-to-c)
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi DIY selama tahun 2008-
2011 dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Rata-rata peningkatan PDRB Atas
Dasar Harga (ADH) Berlaku di Provinsi DIY selama tahun 2008-2011 sebesar Rp4,56
trilyun per tahun. Sementara itu, jika dilihat dari nilai PDRB ADH Konstan Tahun 2000,
juga mengalami kenaikan selama periode 2008-2011. Jika pada tahun 2008 nilai PDRB
ADH Konstan sebesar Rp19,21 trilyun, maka pada tahun 2011 telah meningkat menjadi
Rp22,13 trilyun. Rata-rata peningkatan nilai PDRB ADH Konstan selama 2008-2011
adalah Rp,0,97 trilyun per tahun. Nilai PDRB ADH Berlaku Provinsi DIY pada Triwulan
II tahun 2012 sebesar Rp13,54 trilyun, sedangkan ADH Konstan Tahun 2000 sebesar
Rp5,57 trilyun.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
I - 23
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 1.11
Perkembangan PDRB ADH Berlaku
dan ADH Konstan Tahun 2000 di
Provinsi DIY, 2008-2011
sumber:
Badan Pusat Statistik Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta,
Diolah
Tabel 1.19
Nilai PDRB Provinsi DIY Menurut Lapangan Usaha Tw II Tahun 2012 (Milyar Rp)
Tw II 2012
No Lapangan Usaha ADH Konstan
ADH Berlaku
Tahun 2000
1 Pertanian 1.791,03 801,26
2 Pertambangan & Penggalian 92,070 38,802
3 Industri Pengolahan 1.726,71 676,19
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 180,59 53,35
5 Konstruksi 1.288,45 490,17
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.757,69 1.195,59
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1.208,08 635,65
8 Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 1.453,98 597,21
9 Jasa-jasa 3.047,15 1.084,94
Provinsi DIY 13.545,76 5.573,17
Sumber: BPS Provinsi DIY
Nilai PDRB Provinsi DIY didominasi oleh beberapa sektor. Hal ini terlihat dari
kontribusi yang besar dari sektor tersebut dalam pembentukan PDRB Provinsi DIY.
Empat sektor yang memiliki kontribusi besar dalam perekonomian DIY selama 2008-
2011 yaitu sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertanian
dan sektor industri pengolahan. Sementara itu sektor dengan kontribusi yang relatif
rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor listrik, gas dan air
bersih.
Gambar 1.12
Rata-rata Kontribusi Per Sektor
Terhadap PDRB Provinsi DIY,
2008-2011
sumber:
DIY dalam Angka 2011, BPS
Provinsi DIY
I - 24 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
Struktur PDRB Provinsi DIY selama 2008-2012 cenderung sama. Hal ini dapat
dilihat dari kontribusi sektoral yang tidak banyak berubah. Empat sektor yaitu sektor
jasa, sektor perdagangan, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian masih
mendominasi dalam pembentukan PDRB. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor-sektor
tersebut dalam pembentukan PDRB yang relatif lebih tinggi dibanding sektor-sektor
lainnya. Dari keempat sektor tersebut, tiga sektor yaitu sektor jasa, sektor perdagangan
dan sektor industri pengolahan menunjukkan kecenderungan peningkatan kontribusi,
sedangkan sektor pertanian menunjukkan kontribusi yang menurun dari tahun ke
tahun.
Tabel 1.20
Kontribusi Sektor Terhadap PDRB di Provinsi DIY, 2008-2012
Tw II
No Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011
2012
1 Pertanian 15,73 15,38 14,56 14,23 13,22
2 Pertambangan & Penggalian 0,74 0,71 0,67 0,70 0,68
3 Industri Pengolahan 13,29 13,35 14,02 14,36 12,75
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,28 1,35 1,33 1,31 1,33
5 Konstruksi 10,70 10,70 10,59 10,78 9,51
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 19,22 19,72 19,74 19,79 20,36
7 Pengangkutan dan Komunikasi 9,82 9,20 9,03 8,83 8,92
8 Keuangan, Real Estate dan Jasa 9,77 9,88 9,98 9,96 10,73
Perusahaan
9 Jasa-jasa 19,46 19,71 20,07 20,05 22,50
Provinsi DIY 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Provinsi DIY
Selama tahun 2008-2011, terjadi peningkatan nilai PDRB per kapita di Provinsi
DIY yang menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dan tingkat kesejahteraan
penduduk Provinsi DIY dari tahun ke tahun. Nilai PDRB per kapita menurut harga
berlaku meningkat dari Rp9,58 juta pada tahun 2008 menjadi Rp14,85 juta pada tahun
2011 atau dengan kata lain meningkat sebesar Rp5,26 juta selama 2008-2011. Demikian
halnya dengan PDRB per kapita menurut harga konstan yang mengalami peningkatan
dari Rp5,32 juta pada tahun 2008 menjadi Rp6,34 juta pada tahun 2011.
Gambar 1.13
Perkembangan PDRB Per Kapita di
Provinsi DIY (Rupiah), 2008-2011
sumber:
Badan Pusat Statistik Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta,
Diolah
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
I - 25
BAB I PENDAHULUAN
Gambar 1.14
Perkembangan Pertumbuhan
Ekonomi Menurut Kabupaten/
Kota, 2008-2011
sumber:
Badan Pusat Statistik Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta,
Diolah
Gambar 1.15
Perkembangan PDRB ADH Berlaku
Menurut Kabupaten/Kota,
2008-2011
sumber:
DIY dalam Angka 2011, BPS
Provinsi DIY
Tabel 1.21
Nilai PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota
2008-2012
Tahun Kulon Progo Bantul Gunungkidul Sleman Kota Yogyakarta
2008 7.872.179 8.371.861 8.145.736 10.851.917 25.095.291
2009 8.480.871 9.060.104 8.864.564 11.634.944 27.220.030
2010 9.121.467 9.957.620 9.808.630 12.452.292 30.305.612
2011 9.910.472 10.960.328 10.694.252 13.634.558 33.189.951
Sumber: BPS Provinsi DIY
I - 26 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB I
4. Sistematika
Berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007, LKPJ AMJ Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2008 – 2012 disusun dengan sistematika:
Bab I Pendahuluan: Memuat penjelasan umum mengenai dasar hukum,
gambaran umum daerah meliputi kondisi geografis daerah, gambaran
umum demografi, dan kondisi ekonomi daerah.
Bab II Kebijakan Pembangunan Pemerintah Provinsi DIY: Memuat visi dan misi
daerah, strategi dan kebijakan daerah, serta prioritas pembangunan
daerah.
Bab III Kebijakan Umum Pengelolaan Keuangan Provinsi DIY: Memuat
pengelolaan pendapatan daerah meliputi intensifikasi dan ekstensifikasi
pendapatan daerah, target dan realisasi pendapatan daerah, serta
pengelolaan belanja daerah meliputi kebijakan pengelolaan keuangan
daerah, kebijakan pengelolaan belanja daerah serta target dan realisasi
belanja daerah.
Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi DIY: Berisi pelaksanaan
program/kegiatan pembangunan dalam urusan wajib dan urusan pilihan.
Bab V Penyelenggaraan Tugas Pembantuan: Berisi pelaksanaan program dan
kegiatan Tugas Pembantuan.
Bab VI Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan: Berisi pelaksanaan
kerja sama antar-daerah, kerja sama dengan pihak ketiga, koordinasi
dengan instansi vertikal, pembinaan batas wilayah, pencegahan
dan penanggulangan bencana, pengelolaan kawasan khusus,
penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, dan lain-lain.
Bab VII Penutup.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
I - 27
BAB I PENDAHULUAN
I - 28 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
BAB II
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
A . VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
1. Dasar Filosofi
Landasan filosofi yang menjadi fondasi pembangunan daerah di Provinsi DIY adalah
Hamemayu Hayuning Bawana dengan ajaran moral sawiji, greget, sengguh, ora mingkuh
serta semangat golong-gilig. Filosofi ini merupakan cita-cita luhur untuk mewujudkan
tata nilai kehidupan masyarakat Yogyakarta berdasarkan nilai budaya. Budaya pada
hakekatnya merupakan suatu hasil cipta, karsa dan rasa, yang diyakini masyarakat
memiliki kebenaran dan kemanfaatan.
Demikian halnya dengan budaya Jawa yang oleh masyarakat DIY diyakini menjadi
acuan untuk hidup bermasyarakat, baik ke dalam maupun ke luar. Hal ini dapat
diterjemahkan bahwa keberadaan budaya memiliki tujuan untuk mewujudkan
masyarakat gemah ripah loh jinawi, ayom, ayem, tata, titi, tentrem, kerta raharja.
Perwujudan dari cita-cita ini adalah budaya diharapkan akan membawa kehidupan
masyarakat yang penuh dengan kedamaian, baik ke dalam maupun ke luar.
Hamemayu Hayuning Bawana bermakna adanya kewajiban dasar untuk
melindungi, memelihara, serta membina keselamatan dunia dan lebih mementingkan
berkarya untuk masyarakat daripada memenuhi ambisi pribadi. Dunia yang dimaksud
kalimat di atas mencakup seluruh peri kehidupan, baik dalam skala kecil (keluarga),
maupun dalam skala lebih besar mencakup masyarakat dan lingkungan hidupnya, dengan
mengutamakan darma bakti untuk kehidupan orang banyak, tidak mementingkan
diri sendiri. Hamemayu Hayuning Bawana dijabarkan menjadi 3 (tiga) aspek, yang
pertama Rahayuning Bawana Kapurba Waskithaning Manungsa (kelestarian dan
keselamatan dunia ditentukan oleh kebijaksanaan manusia). Kedua, Darmaning Satriya
Mahanani Rahayuning Negara (pengabdian ksatriya menyebabkan kesejahteraan dan
ketentraman Negara). Ketiga, Rahayuning Manungsa Dumadi Karana Kamanungsane
(kesejahteraan dan ketentraman manusia terjadi karena kemanusiaannya).
2. Visi
LKPJ AMJ ini disusun berdasarkan dinamika yang terjadi sejak tahun 2008-2012. Terkait
dengan hal tersebut, terdapat perbedaan dokumen perencanaan yang digunakan
pada tahun 2008 dengan yang digunakan pada tahun 2009-2012. Pada tahun 2008,
perencanaan daerah masih mengacu pada Rencana Strategi Daerah (RENSTRADA) Tahun
2004-2008 sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi DIY No. 6 Tahun 2003
tentang Rencana Strategis Daerah (RENSTRADA) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2004-2008.
Sementara itu, pada tahun 2009 telah disusun dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi DIY Tahun 2009-2013. Terkait dengan
adanya perubahan kebijakan ini, maka visi misi yang akan disampaikan pada LKPJ AMJ
2008-2012 disesuaikan dengan dokumen perencanaan terakhir yaitu RPJMD Provinsi
DIY Tahun 2009-2013 yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi DIY Tahun
2009-2013. Berdasarkan RPJMD Provinsi DIY Tahun 2009-2013, visi pembangunan DIY
adalah “Pemerintah Daerah yang katalistik dan masyarakat mandiri yang berbasis
keunggulan daerah serta sumber daya manusia yang berkualitas unggul dan
beretika”.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
II - 1
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
3. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut ditempuh melalui empat misi pembangunan daerah
sebagai berikut:
4. Tujuan
Mengacu kepada visi yang telah ditetapkan, maka tujuan yang hendak dicapai atau
dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah, sebagai berikut:
II - 2 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
5. Sasaran
Mengacu kepada misi yang telah ditetapkan, maka sasaran yang hendak dicapai atau
dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut:
1. Misi: Mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, profesional,
humanis dan beretika dalam mendukung terwujudnya budaya yang adiluhung,
dengan sasaran:
a. Terwujudnya peningkatan kualitas lulusan di semua jenjang dan jalur pendidikan.
b. Terwujudnya peningkatan aksesibilitas pelayanan pendidikan kepada seluruh
masyarakat dalam suasana lingkungan yang kondusif.
c. Berkembangnya pendidikan yang berbasis multikultur untuk meningkatkan
wawasan, keterbukaan dan toleransi.
d. Terwujudnya peningkatan budaya baca masyarakat.
e. Terwujudnya peningkatan kapasitas pemuda, prestasi dan sarana olahraga.
f. Berkembang dan lestarinya budaya lokal, kawasan budaya dan benda cagar
budaya.
g. Terwujudnya peningkatan kualitas kehidupan sosial masyarakat.
h. Terwujudnya peningkatan kualitas dan aksesibilitas kesehatan bagi seluruh
masyarakat.
2. Misi: Menguatkan fondasi kelembagaan dan memantapkan struktur ekonomi daerah
berbasis pariwisata yang didukung potensi lokal dengan semangat kerakyatan
menuju masyarakat yang sejahtera, dengan sasaran:
a. Terwujudnya kepariwisataan yang berdaya saing tinggi.
b. Terwujudnya peningkatan ketahanan ekonomi masyarakat.
c. Terciptanya tata kelola perekonomian daerah yang responsif dan adaptif.
d. Terwujudnya ketersediaan dan pemerataan energi untuk masyarakat.
3. Misi: Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tata kelola pemerintahan yang berbasis
Good Governance, dengan sasaran:
a. Terwujudnya pemerintahan yang responsif, transparan, dan akuntabel.
b. Terwujudnya hubungan yang harmonis antara pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan antar pemerintah daerah.
c. Terwujudnya kesetaraan gender, keadilan dan kepastian hukum.
d. Terwujudnya sinergi antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
II - 3
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
a. Strategi
Strategi untuk mencapai sasaran Misi Pertama sebagai berikut:
1. Peningkatan mutu pendidikan untuk mencapai standar nasional dan
internasional.
2. Perluasan lembaga pendidikan formal dan non formal serta pendidikan informal
yang bermutu di berbagai daerah dibarengi dengan perluasan subsidi pendidikan
bagi seluruh peserta didik dalam usia wajib belajar.
3. Peningkatan kualitas dan profesionalisme pendidik, tenaga kependidikan dan
lembaga pendidikan yang mampu meningkatkan wawasan, keterbukaan dan
toleransi.
4. Peningkatan ketersediaan informasi, sarana dan prasarana penunjang minat
dan budaya baca masyarakat.
5. Peningkatan peran serta lembaga pendidikan dan masyarakat dalam
pemasyarakatan dan peningkatan prestasi olahraga.
6. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan dan pelestarian
budaya lokal, kawasan budaya dan benda cagar budaya.
7. Peningkatan penanganan masalah kesejahteraan sosial dan potensi sumber
kesejahteraan sosial.
8. Peningkatan dan pemerataan infrastruktur/fasilitas kesehatan dengan dilengkapi
sarana pendukung kesehatan serta peningkatan kualitas manajemen kesehatan.
9. Pengurangan risiko terjadinya penyakit, kecelakaan dan dampak bencana.
10. Peningkatan akses dan mutu kesehatan masyarakat.
11. Peningkatan infrastruktur dan manajemen kesehatan.
12. Pemasaran pelayanan dan pendidikan kesehatan.
13. Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat.
14. Peningkatan kualitas kehidupan keluarga, perempuan dan anak.
b. Arah Kebijakan
Kebijakan dari strategi untuk mencapai sasaran Misi Pertama sebagai berikut:
1. Meningkatkan standar manajemen mutu lembaga pendidikan dan kualitas
tenaga pendidik secara merata.
2. Melestarikan penuntasan wajib belajar 9 tahun dan mengembangkan wajib
belajar 12 tahun secara merata terutama di wilayah pedesaan dan perbatasan
dengan daerah lain.
3. Meningkatkan standar mutu kurikulum pendidikan yang terkini, berbudaya,
agamis dan anti narkoba dalam rangka membentuk SDM berkarakter unggul.
4. Mengembangkan kualitas dan kuantitas layanan, SDM kepustakaan dan sarana
prasarana perpustakaan secara merata.
II - 4 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
5. Mengembangkan kerjasama dan jejaring dengan pendidikan tinggi, lembaga-
lembaga riset, dunia usaha dan pemerintah pusat untuk mewujudkan berdirinya
pusat teknologi dan industri (Techno-Industrial Park).
6. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga pendidik bersertifikasi
7. Meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat.
8. Menyelenggarakan dan meningkatkan pembelajaran berbasis penelitian pada
semua jenjang pendidikan
9. Meningkatkan kapasitas lembaga pendidikan dalam mengembangkan proses
belajar mengajar berbasis multikultur dan nilai-nilai budaya luhur.
10. Mendorong kegiatan olahraga andalan daerah yang disertai peningkatan
kualitas dan kuantitas sarana olahraga serta peningkatan peran pemuda dalam
pembangunan.
11. Memperkuat dan memperluas jejaring dan kerjasama dengan semua pihak
dalam mengelola dan melestarikan aset budaya secara berkesinambungan
12. Memberdayakan dan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam
pengembangan dan pelestarian nilai-nilai budaya guna menghadapi globalisasi
13. Meningkatkan dan memfasilitasi keterlibatan masyarakat dalam mengelola dan
melestarikan aset budaya.
14. Meningkatkan pengelolaan data dan sistem informasi kebudayaan daerah yang
akurat dan terkini dan mudah diakses oleh masyarakat.
15. Meningkatkan perlindungan dan mendukung upaya penghargaan dan hak atas
hasil karya budaya.
16. Meningkatkan dan menjunjung tinggi keluhuran budi dan nilai-nilai religiusitas
dalam gaya hidup dan penciptaan iklim budaya yang bernilai luhur di masyarakat.
17. Meningkatkan peran pemerintah dan masyarakat dalam penyelesaian masalah
sosial di lingkungannya.
18. Menjalin fasilitasi dan koordinasi dengan jaringan sukarelawan baik nasional
maupun internasional.
19. Meningkatkan kualitas SDM, kesejahteraan dan peran aktif para pengabdi
kesejahteraan sosial.
20. Menumbuhkembangkan pola dan bentuk jaminan sosial kepada masyarakat
khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan.
21. Menyediakan prasarana dan sarana untuk meningkatkan kapasitas dan
aksesibilitas kesehatan.
22. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
23. Mengembangkan sistem surveilans, sistem informasi, manajemen dan
administrasi kesehatan.
24. Meningkatkan mutu dan akses pelayanan serta informasi kesehatan oleh
lembaga pemerintah maupun non pemerintah termasuk perbaikan gizi dan
kesehatan lingkungan serta yang mendukung pembangunan kesehatan.
25. Meningkatkan kualitas dan pemahaman SDM bidang kesehatan terhadap
pelayanan yang berkualitas dan beretika.
26. Meningkatkan sumber daya meliputi ketersediaan obat dan perbekalan, kualitas
dan kuantitas SDM, fasilitas pendidikan dan pelayanan, serta pengembangan
asuransi.
27. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan upaya kesehatan,
pemenuhan kebutuhan dan kesinambungan pelayanan kesehatan.
28. Membuka seluas-luasnya informasi yang dapat diakses oleh ibu, calon ibu
terhadap kesehatan reproduksi, keluarga berencana dan keluarga sejahtera.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
II - 5
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
c. Program
Program dari masing-masing urusan yang melaksanakan kebijakan dan strategi guna
mencapai sasaran dan tujuan dari Misi Pertama sebagai berikut:
1. Pendidikan
a. Program Pendidikan Anak Usia Dini.
b. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.
c. Program Pendidikan Menengah.
d. Program Pendidikan Tinggi.
e. Program Pendidikan Luar Biasa.
f. Program Pendidikan Non Formal.
g. Program Pendidikan Informal.
h. Program Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan.
i. Program Manajemen Pelayanan
Pendidikan.
j. Program Pengembangan Budaya Baca
dan Pembinaan Perpustakaan.
k. Program Akselerasi Pengembangan
Pendidikan Terkemuka.
PENDIDIKAN
3. Komunikasi dan Informatika LUAR BIASA
Seorang guru
Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa. mengajar
Ketrampilan di SLB
Wiyata Dharma 3
4. Kebudayaan Ngaglik, Sleman,
Yogyakarta
a. Program Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan Budaya.
b. Program Pengembangan Nilai Budaya. sumber:
slbwiyatadharma3.
c. Program Pengelolaan Keragaman Budaya. wordpress.com
d. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya.
5. Sosial
a. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya.
b. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial.
II - 6 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
c. Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (eks narapidana, PSK,
narkoba dan penyakit sosial lainnya).
d. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial.
e. Program Pembinaan Anak Terlantar.
f. Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma.
g. Program Pembinaan Panti Asuhan/Panti Jompo.
6. Perencanaan Pembangunan
Program Perencanaan Sosial dan Budaya.
7. Kesehatan
a. Program Sediaan Farmasi, Perbekalan Kesehatan dan Makanan.
b. Program Pelayanan Kesehatan.
c. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
d. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular.
e. Program Kesehatan Keluarga.
f. Program Penanganan Pembiayaan Kesehatan Penduduk Miskin.
g. Program Perbaikan Gizi Masyarakat.
h. Program Pengembangan Lingkungan Sehat.
i. Program Pendidikan Kesehatan dan Sumber daya Kesehatan.
j. Program Pengembangan Manajemen Kesehatan.
k. Program Sistem Informasi Kesehatan.
l. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
II - 7
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
13. Pertanian
Program Peningkatan Kualitas SDM dan Kelembagaan Petani.
PELAYANAN KESEHATAN
Dinas Kesehatan Provinsi
DIY bekerjasama dengan RS
Mata dr Yap Yogyakarta dan
Rotary Mataram Yogyakarta
menggelar pemeriksaan mata
dan THT kepada 111 siswa SD di
kecamatan Kokap (2011)
sumber:
http://kulonprogonews.
wordpress.com
d. Indikator
TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
1. Angka Melek Huruf Persen 94,90 96,98 98,93 100 100
2. Angka Rata-rata Lama
Tahun 10,70 11,00 11,50 12,00 12,50
Sekolah
3. Angka Partisipasi Kasar:
a. PAUD Persen 67,00 69,00 71,00 73,00 75,00
b. SD/MI Persen 107,00 107,00 107,00 107,00 107,00
c. SLTP/MTs Persen 105,00 105,00 105,00 105,00 105,00
d. SMU/MA/SMK Persen 80,00 82,00 84,00 87,00 90,00
e. PLB Persen 82,00 85,50 89,00 92,50 95,00
4. Angka Partisipasi Murni :
a. SD/MI Persen 95,20 95,25 95,30 95,35 95,40
b. SLTP/MTs Persen 80,00 81,50 83,00 84,50 86,00
c. SMU/MA/SMK Persen 59,00 60,50 62,00 63,50 65,00
5. Angka Kelulusan:
a. SD/MI Persen 98,98 99,00 99,03 99,07 99,10
b. SLTP/MTs Persen 95,01 95,20 96,50 97,20 97,60
c. SMU/MA/SMK Persen 98,20 98,25 98,30 98,35 98,40
II - 8 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
6. Angka Putus Sekolah:
a. SD/MI Persen 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02
b. SLTP/MTs Persen 0,25 0,22 0,20 0,18 0,16
c. SMU/MA/SMK Persen 0,50 0,48 0,46 0,44 0,42
7. Jumlah Prestasi Siswa dalam Olimpiade/Kejuaraan Tingkat Nasional dan Internasional:
a. SD/MI
- Nasional Peringkat 5 5 5 4 4
b. SLTP/MTs
- Nasional Peringkat 5 5 5 4 4
- Internasional Even - 1 1 1 1
c. SMU/MA/SMK
- Nasional Peringkat 5 5 5 4 4
- Internasional Even 1 1 1 2 2
8. Jumlah Sekolah Standar Nasional:
a. SD/MI Sekolah 55 100 150 200 250
b. SMP/MTs Sekolah 71 100 125 150 180
c. SMA/MA/SMK Sekolah 79 92 105 121 137
9. Jumlah Sekolah Bertaraf Internasional:
a. SD/MI Sekolah 5 6 7 8 10
b. SMP/MTs Sekolah 12 14 16 18 20
c. SMA/MA/SMK Sekolah 24 32 41 53 65
10. Jumlah Sekolah
Berbasis Keunggulan Sekolah 1 2 3 4 5
Lokal
11. Jumlah Lembaga PNF
Memenuhi Standar Lembaga 20 35 45 65 80
Nasional
12. Prestasi Kejuaraan PNF Peringkat 2 1 1 1 1
13. Jumlah Mahasiswa Orang 260.760 270.450 280.550 290.520 300.605
14. Jumlah Mahasiswa
Orang 600 725 990 1.015 1.050
Asing
15. Jumlah Perpustakaan
Unit 10 15 20 25 30
Berbasis TI
16. Rasio Jumlah
Perpustakaan terhadap Unit/orang 1 : 5.000 1 : 4.500 1 : 4.000 1 : 3.500 1 : 3.000
Jumlah Penduduk
17. Rasio Jumlah Pemus-
taka terhadap Jumlah Orang 1 : 2.500 1 : 2.000 1 : 1.500 1 : 1.250 1 : 1.000
Penduduk
18. Jumlah Anggota
PT 12 14 16 18 20
Jaringan Jogja Library
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
II - 9
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
19. Ketersediaan Jogja
Study Centre (Rumah Unit 1 2 3 4 5
Belajar Modern)
20. Ketersediaan Gedung
Unit - - 1 1 1
Induk Perpustakaan
21. Jumlah Sentra
Unit 2 4 6 8 10
Pemberdayaan Pemuda
22. Prestasi Olah Raga Tingkat Nasional:
a. POPNAS Peringkat 10 - 10 - 10
b. POSPENAS Peringkat - 5 - 3 -
c. PON Peringkat - - - 10 -
23. Jumlah Kunjungan
Orang 356.723 370.000 387.000 405.000 424.000
Museum
24. Jumlah Grup/Kelompok
Grup 5.748 6.069 6.390 6.711 7.032
Kesenian
25. Jumlah Benda Cagar
Buah 515 350 385 420 455
Budaya
26. Jumlah Peristiwa
Event 720 790 870 960 1060
Budaya
27. Jumlah Penghargaan
Organisasi 304 335 360 390 415
Budaya
28. Jumlah Desa Budaya Desa 32 41 41 41 41
29. Cakupan Penanganan
Persen 5 5 5 5 5
PMKS
30. Umur Harapan Hidup Tahun 74,10 74,20 74,30 74,40 74,60
31. Angka Kematian Balita Per 1000 (KH) 19 18 17 16 16
32. Angka Kematian Bayi Per 1000 (KH) 17 17 16 16 16
33. Angka Kematian Ibu Per 100.000
104 103 102 101 100
Melahirkan (KH)
34. Prevalensi Gizi Buruk Persen 0,87 0,85 0,83 0,81 0,79
35. Cakupan Rawat Jalan
Persen 12 12 12,5 12,5 13
Puskesmas
36. Cakupan Rawat Inap RS Persen 1,30 1,30 1,35 1,38 1,39
37. Terbentuknya
Kelompok Masyarakat Kelompok 1 2 5 5 5
Peduli KB
38. Terbentuknya
Pusat Informasi dan Paket - 5 15 30 28
Konseling KRR
39. Peningkatan Jumlah
Nelayan dan Pembudi- Persen - 10 20 30 40
daya
40. Peningkatan Sistem
Penyuluhan Kelautan Persen 30 45 60 75 90
dan Perikanan
41. Peningkatan Jumlah
Generasi Muda Cinta Persen 10 13 16 19 22
Bahari
II - 10 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
42. Berkembangnya Ak-
tivitas Kelembagaan Gapoktan 20 20 20 20 20
Petani
43. Pengembangan Penyuluhan:
a. Peningkatan Kualitas
Orang 300 300 300 300 300
Penyuluh
b. Peningkatan Ke-
mampuan Petani Orang 500 500 500 500 500
dan Pihak Terkait
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
II - 11
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
a. Strategi
Strategi untuk mencapai sasaran Misi Kedua sebagai berikut:
1. Penciptaan lingkungan yang kondusif bagi kepariwisataan.
2. Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
3. Peningkatan iklim usaha bagi sektor-sektor unggulan sebagai faktor penggerak
utama perekonomian.
4. Pembangunan pedesaan.
5. Pemberdayaan masyarakat dan perempuan.
6. Perbaikan iklim ketenagakerjaan dan transmigrasi.
7. Revitalisasi pertanian.
8. Pengembangan ketersediaan bahan pangan, distribusi, akses, mutu dan
keamanan pangan.
9. Pengembangan eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan pesisir.
b. Kebijakan
Kebijakan dari strategi untuk mencapai sasaran Misi Kedua sebagai berikut:
1. Menyediakan aturan hukum yang mendukung terciptanya iklim usaha
kepariwisataan yang sehat.
2. Meningkatkan fasilitasi terhadap pengembangan usaha pariwisata.
3. Meningkatkan fasilitasi pengembangan pariwisata berbasis komunitas.
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan kepariwisataan yang
kreatif dan inovatif.
5. Meningkatkan fasilitasi pengembangan permodalan dan inovasi industri
pendukung pariwisata serta mengutamakan produk lokal.
6. Meningkatkan upaya promosi terpadu Trade, Tourism, Invesment (TTI) dan
kebudayaan.
7. Mengembangkan jejaring dan kemitraan pariwisata yang berkualitas dan
berkesinambungan.
8. Mengembangkan data dan informasi pariwisata yang akurat dan terkini.
9. Meningkatkan iklim usaha yang mendukung Yogyakarta sebagai pusat pendidikan
dan pariwisata.
10. Memfasilitasi model pelatihan dan dukungan modal kepada masyarakat.
11. Memberdayakan dan meningkatkan industri kecil dan kerajinan rakyat yang
memberi nilai tambah daya tarik wisata.
12. Mengembangkan budaya daerah sebagai sentra-sentra industri pariwisata yang
mendukung kunjungan dan atraksi wisata.
13. Meningkatkan partisipasi masyarakat/swasta dalam penyediaan dan pengelolaan
infrastruktur ekonomi.
14. Meningkatkan daya saing dan daya tarik investasi melalui promosi kemudahan
prosedur dan fasilitas pendukung.
15. Menguatkan kapasitas kelembagaan pasar dalam menjamin berkembangnya
aktivitas usaha khususnya industri kreatif.
16. Meningkatkan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dengan semua
II - 12 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
pihak.
17. Membangun sistem informasi yang mudah diakses oleh stakeholder
ketenagakerjaan dan masyarakat secara luas.
18. Membangun tata kelola hubungan kerja antara pemerintah, pengusaha dan
pekerja yang lebih saling menguntungkan dan manusiawi.
19. Memperbaiki pola kerjasama dan kemitraan pemerintah, dan antar pemerintah
daerah.
20. Meningkatkan penyelenggaraan transmigrasi yang menjamin keberhasilan
usaha dan perbaikan ekonomi transmigran di daerah penempatan.
21. Mengembangkan pusat perbenihan dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan
guna meningkatkan pendapatan petani.
22. Menguatkan peran serta pemerintah dalam pengaturan, pembinaan dan
penguatan modal masyarakat dalam industri pengolahan hasil pertanian.
23. Meningkatkan peran masyarakat dalam industri pengolahan hasil pertanian.
Mempertahankan lahan abadi dalam rangka ketahanan pangan dan konservasi
sumber daya air.
24. Mengembangkan ketahanan pangan dan agribisnis pertanian guna mewujudkan
kedaulatan pangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan dalam jumlah
yang memadai, tersedia di setiap waktu, beragam, bergizi seimbang, bermutu,
aman, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
25. Meningkatkan dan mengembangkan produk unggulan hasil hutan.
26. Memanfaatkan lahan hutan dan kebun secara optimal dengan menanam jenis
produk unggulan serta melibatkan peran aktif masyarakat.
27. Membuka jejaring dan kemitraan untuk meningkatkan distribusi dan pemasaran
hasil perkebunan.
28. Meningkatkan keterampilan dan pemberian
stimulan usaha pengolahan produk ikan.
29. Meningkatkan peran sumber daya kelautan dan
pesisir.Meningkatkan tata niaga produk perikanan.
30. Mempromosikan ‘Gemar Makan Ikan’ di masyarakat.
31. Mengembangkan perikanan budidaya dan perikanan
tangkap.
32. Meningkatkan kegiatan usaha ekonomi produktif bagi
perempuan.
c. Program
Program dari masing-masing urusan yang melaksanakan
kebijakan dan strategi guna mencapai sasaran dan tujuan
dari Misi Kedua sebagai berikut:
1. Pariwisata
a. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata.
b. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata.
c. Program Pengembangan Kemitraan.
DESTINASI PARIWISATA
Event Pariwisata di Jalan Malioboro,
2. Koperasi dan UKM
Yogyakarta (2012)
a. Program Penciptaan Iklim Usaha Usaha Kecil
sumber: Menengah yang Kondusif.
http://investigasiberita.blogspot.com/
b. Program Pengembangan Kewirausahaan dan
Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah.
c. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
II - 13
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
3. Perindustrian
a. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah.
b. Program Pengembangan Sentra - Sentra Industri Potensial.
c. Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi.
d. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri.
e. Program Pembinaan dan Pengembangan Industri Kreatif.
f. Program Penataan Struktur Industri.
6. Penanaman Modal
a. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi.
b. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi.
7. Perdagangan
a. Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional.
b. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor.
c. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri.
d. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan.
8. Tenaga Kerja
a. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja.
b. Program Peningkatan Kesempatan Kerja.
c. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan.
9. Transmigrasi
a. Program Transmigrasi Regional.
b. Program Transmigrasi Lokal.
c. Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi.
11. Pertanian
a. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.
II - 14 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
b. Program Peningkatan Ketahanan Pangan.
c. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan.
d. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan.
e. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan.
f. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak.
g. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
II - 15
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
d. Indikator
TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
1. Rata-rata Lama Tinggal
Hari 2 2,20 2,40 2,60 3,00
Wisatawan
2. Jumlah Wisatawan Orang 1.413.133 1.554.555 1.710.910 1.881.011 2.049.211
a. Wisnus Orang 1.271.707 1.398.877 1.538.765 1.692.642 1.861.906
b. Wisman Orang 141.426 155.678 171.425 188.369 207.205
3. Jumlah MICE Satuan 4.500 4.950 5.445 5.990 6.588
4. Jumlah Desa Wisata Satuan 45 45 47 49 50
5. PAD Pariwisata DIY Milyar Rp 67,41 74,16 81,57 89,73 98,70
6. Tingkat Hunian Hotel Persen 50 60 65 70 75
7. Pertumbuhan PDRB Persen 4,50 - 5,00 4,70 - 5,20 4,90 - 5,40 5,20 - 5,70 5,40 - 5,90
8. PDRB:
a. Atas Dasar Harga
Trilyun Rp 20,07 20,99 21,95 22,95 23,99
Konstan
b. Atas Dasar Harga
Trilyun Rp 41,80 45,90 50,57 55,63 61,19
Berlaku
9. Indeks Ketimpangan Angka
0,32 0,32 0,31 0,31 0,31
Regional Indeks
10. PDRB per Kapita
a. Atas Dasar Harga
Juta Rp 5,07 6,00 6,27 6,56 6,88
Konstan
b. Atas Dasar Harga
Juta Rp 10,98 12,00 13,28 14,61 16,07
Berlaku
11. Pertumbuhan Investasi
Persen 3,96 4,15 4,34 4,53 4,72
(PMDN/PMA)
12. Nilai Tukar Petani Persen 105,78 106,28 106,78 107,28 107,78
13. Peningkatan
Produktivitas Tanaman persen 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72
Pangan
14. Peningkatan Produksi
persen 2 2 2 2 2
Hortikultura
15. Peningkatan Populasi
persen 4,36 4,36 4,36 4,36 4,36
Ternak
16. Ketersediaan Pangan:
Kkal/kap/
a. Ketersediaan Energi 3.664 3.664 3.664 3.664 3.664
hr
b. Ketersediaan Protein Gr/kap/Hr 94,59 94,59 94,59 94,59 94,59
17. Distribusi dan Akses:
- Penguatan LDPM Gapoktan 20 80 150 200 250
18. Peningkatan Mutu dan Keamanan:
Kkal/kap/
a. Konsumsi Energi 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Hr
b. Konsumsi Protein Gr/kap/hr 52 52 52 52 52
c. Skor PPH (Pola Pangan
87,10 87,60 88,10 88,60 89,10
Harapan)
II - 16 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
19. Konversi Lahan Persen 0,49 0,49 0,49 0,49 0,49
20. Persentase Luas Hutan Persen 6 6 6 6 6
21. Jumlah Kelompok
Kelompok 40 50 60 70 80
Wanita Nelayan
22. Peningkatan Jumlah
Kelompok Pembudidaya persen 1 5 7 10 12
di Lahan Marginal
23. Jumlah Kelompok
Masyarakat Pengawas Kelompok 20 25 30 35 40
Perikanan
24. Peningkatan Jumlah
Masyarakat Pesisir yang persen 20 25 30 35 40
Diberdayakan
25. Jumlah Produksi
Ton 18.669 20.743 24.239 28.338 32.035
Perikanan Budidaya
26. Jumlah Produksi
Ton 5.252 5.694 6.039 6.875 7.425
Perikanan Tangkap
Kg/kapita/
27. Konsumsi Ikan per Kapita 18,35 18,66 19,40 20,30 20,81
Tahun
28. Luas Potensi Lahan yang
persen 2 4 6 8 10
Dimanfaatkan
29. Luasan Kawasan
Konservasi, Restoking, persen - 5 10 15 20
Resensing
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
II - 17
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
a. Strategi
Strategi untuk mencapai sasaran Misi Ketiga sebagai berikut:
1. Revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah.
2. Transformasi birokrasi.
3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan.
4. Peningkatan perlindungan perempuan disertai dengan peningkatan peran
perempuan.
b. Kebijakan
Kebijakan dari strategi untuk mencapai sasaran Misi Ketiga sebagai berikut:
1. Menjalin jejaring yang lebih efektif secara teknis antar lembaga pemerintah.
2. Melakukan koordinasi, sinkronisasi dan pengawasan melekat terhadap hasil
pembangunan dan perbaikan regulasi.
3. Memantapkan dan mengembangkan penerapan E-Gov (DGS).
4. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan pelayanan berbasis digital
government services pada semua sektor pemerintah daerah.
5. Meningkatkan kapasitas kebijakan publik yang proporsional dengan melibatkan
peran serta swasta, perguruan tinggi dan partisipasi masyarakat.
6. Meningkatkan peran masyarakat dalam proses penyusunan kebijakan publik,
fungsi kontrol, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pelayanan publik.
7. Mengimplementasikan manajeman penanggulangan bencana untuk mengurangi
resiko bencana.
8. Meningkatkan keterlibatan perempuan dalam pembangunan di semua sektor.
c. Program
Program dari masing-masing urusan yang melaksanakan kebijakan dan strategi guna
mencapai sasaran dan tujuan dari Misi Ketiga sebagai berikut:
1. Pemerintahan Umum
a. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah.
b. Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Kabupaten/Kota.
c. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian
Pelaksanaan Kebijakan KDH.
d. Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi.
e. Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah.
f. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan.
g. Program Pemantapan Reformasi Birokrasi.
h. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur
Pengawasan.
i. Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Prosedur
Pengawasan.
j. Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah.
k. Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah.
l. Program Fasilitasi dan Optimalisasi Penyelenggaraan Pemerintah.
m. Program Pemeliharaan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan.
n. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah.
o. Program Analisis Kebijakan Pembangunan.
II - 18 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
p. Program Penelitian dan Pengembangan.
q. Program Pendidikan Kedinasan.
r. Program Pembinaan dan Pengembangan
Aparatur.
s. Program Manajemen Pencegahan dan
Penanggulangan Bencana.
t. Program Pengembangan Persandian.
u. Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya
Aparatur.
2. Pertanahan
a. Program Penataan Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah.
b. Program Pengembangan Sistem Informasi
PENANGGULANGAN Pertanahan.
BENCANA 3. Kependudukan dan Catatan Sipil
Gubernur DIY, Program Penataan Administrasi Kependudukan.
Sri Sultan HB X
(kanan) dan Bupati
Sleman, Sri Purnomo 4. Statistik
(kiri) mendampingi Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah.
Wapres Boediono
(dua dari kanan)
meninjau hunian 5. Kearsipan
sementara (huntara) a. Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan.
korban Merapi, b. Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah.
Kuwang, Kecamatan
c. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi.
Cangkringan, Sleman,
Yogyakarta, (2011).
6. Komunikasi dan Informatika
sumber: a. Program Kerjasama Informasi dengan Massmedia.
Regina Safri
http://www.
b. Program Fasilitasi Pembinaan, Pengendalian, Pos Telekomunikasi dan Frekuensi.
antarafoto.com
7. Perencanaan Pembangunan
a. Program Pengembangan Data/Informasi.
b. Program Perencanaan Pembangunan Daerah.
c. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan
Daerah.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
II - 19
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
d. Indikator
TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
1. SKPD yang Mendapatkan dan
Jumlah SKPD 1 2 3 3 3
Menerapkan ISO
2. Penyediaan Pelayanan dari Government
Persen 2 5 10 15 20
Centris menuju Citizen Centris
3. Ketersediaan Peraturan Perundangan Produk
Kearsipan 12 13 14 15 16
Hukum
4. Rasio Jumlah SKPD terhadap Arsiparis Orang 1:1 1:1 1:1 1:2 1:2
5. Ketersediaan Informasi dalam Bentuk
Digital terhadap Data dan Informasi persen 5 10 15 20 25
Keseluruhan
6. Penambahan Layanan Data Center DGS Unit 5 5 5 4 4
7. Indeks Pembangunan Gender (IPG) persen 70,6 70,7 78,8 70,9 71
8. Indeks Pemberdayaan Gender (G3EM) persen 62,44 62,46 62,48 62,5 62,52
9. Jumlah Usaha Ekonomi Masyarakat Kelompok
Perdesaan 20 20 25 25 30
(Desa/Kelura-
han)
10. Peningkatan Jumlah Partisipasi
persen 20 25 30 30 35
Masyarakat dalam Pembangunan Desa
11. Peningkatan Kualitas Lembaga
persen 10 15 20 20 25
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan
II - 20 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
a. Strategi
Strategi untuk mencapai sasaran Misi Keempat sebagai berikut:
1. Peningkatan dan pengembangan infrastruktur.
2. Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana fasilitas pelayanan
publik.
3. Pengurangan ketimpangan pembangunan antar-wilayah.
4. Penanganan dan pengurangan resiko bencana.
5. Perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan pelestraian fungsi lingkungan
hidup.
6. Penciptaan energi terbarukan dan efisiensi penggunaan energi.
b. Kebijakan
Kebijakan dari strategi untuk mencapai sasaran Misi Keempat sebagai berikut:
1. Meningkatkan sarana dan prasarana daerah untuk meningkatkan pelayanan
publik secara berkesinambungan.
2. Meningkatkan kapasitas dan aksesibilitas infrastruktur ekonomi dalam
pelayanan publik.
3. Menata struktur ruang sesuai RTRW.
4. Mensosialisasikan dan melaksanakan struktur ruang sesuai RTRW.
5. Meningkatkan pembangunan sistem jaringan transportasi yang terpadu.
6. Memantapkan manajemen dan sosialisasi penanggulangan bencana untuk
mengurangi resiko bencana.
7. Meningkatkan pendayagunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan.
8. Menata kembali dan mengembangkan hutan taman kota.
c. Program
Program dari masing-masing urusan yang melaksanakan kebijakan dan strategi guna
mencapai sasaran dan tujuan dari Misi Keempat sebagai berikut:
1. Pekerjaan Umum
a. Program Peningkatan Jalan dan Jembatan.
b. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.
c. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan
Sumber daya Air lainnya.
d. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku.
e. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah.
f. Program Pengendalian Banjir.
g. Program Pengelolaan Persampahan.
h. Program Pengembangan Kawasan.
i. Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong.
j. Program Pembangunan, Pengelolaan Bangunan Gedung dan Lingkungan.
k. Program Pengaturan Jasa Konstruksi.
l. Program Pelayanan Jasa Pengujian.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
II - 21
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
2. Perumahan
a. Program Pengembangan Perumahan.
b. Program Lingkungan Sehat Perumahan.
c. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan.
d. Program Penataan Kawasan Padat Penduduk dan Kumuh.
3. Penataan Ruang
a. Program Perencanaan Tata Ruang.
b. Program Pemanfaatan Ruang.
c. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
4. Perhubungan
a. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Fasilitas Perhubungan.
b. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Fasilitas
Perhubungan.
c. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan.
d. Program Peningkatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas.
e. Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor.
f. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas.
5. Lingkungan Hidup
a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.
b. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber daya Alam.
c. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber daya Alam dan
Lingkungan Hidup.
d. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.
7. Perencanaan Pembangunan
a. Program Perencanaan Pengembangan Kota-kota Menengah dan Besar.
b. Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber daya Alam.
8. Kesehatan
a. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana
Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya.
b. Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah
Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-paru/Rumah Sakit Mata.
II - 22 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
sumber:
http://bpadjogja.info
9. Pendidikan
Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Perpustakaan.
11. Kebudayaan
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebudayaan.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
II - 23
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
d. Indikator
TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
1. Persentase Penurunan Backlog
Persen 1 2 2 2 3
dalam Penyediaan Perumahan
2. Persentase Peningkatan Lingkungan
Persen 10 10 10 10 10
Sehat Perumahan
3. Persentase Jumlah Komunitas
Persen 5 5 5 5 5
Perumahan yang Difasilitasi
4. Persentase Pengurangan Kawasan
Persen 10 10 10 10 10
Kumuh
5. Jumlah Kawasan yang Dikembangkan Jumlah 1 1 1 2 2
6. Persentase Panjang Jaringan Jalan
Persen 65 70 75 80 85
dalam Kondisi Baik
7. Persentase Luasan DI yang Terlayani
Persen 60 65 70 75 80
Air Irigasi
8. Persentase Daerah yang Dikonversi
Persen 5 6 7 8 9
Terhadap Luasan Total Lahan
9. Persentase Penduduk Berakses Air
Persen 40 50 60 70 75
Minum
10. Persentase Layanan Jaringan Air
Persen 10 20 30 40 50
Limbah Terpusat di APY
11. Persentase Penanganan Banjir
Persen 55 60 65 70 75
Terhadap Daerah Potensi
12. Penambahan Penyediaan Air Baku
Liter/detik 100 100 100 100 100
Bagi Masyarakat
13. Persentase Penurunan Genangan Persen 10 10 10 10 10
14. Persentase Penduduk yang Terlayani
Persen 55 60 65 70 75
Pengelolaan Sampah
15. Jumlah TPA Sampah yang
menggunakan Sistem Sanitary Jumlah 1 1 1 2 2
Landfill
16. V/C Rasio Kendaraan yang Melintas
Rasio 0,800 0,750 0,700 0,650 0,600
di Perkotaan
17. Persentase Fasilitas Keselamatan
Persen 60 65 70 75 80
Lalulintas Jalan
18. Load factor Penumpang Angkutan
Persen 20 25 30 35 40
Umum
19. Persentase Peningkatan Pergerakan
Persen 5 5 5 5 5
Pesawat Pertahun
20. Persentase Peningkatan Jumlah
Penumpang Angkutan Kereta Api Persen 5 5 5 5 5
Jarak Pendek
21. Persentase Peningkatan Penyediaan
Persen 10 10 10 10 10
Simpul Transportasi
22. Luas Wilayah Produktif Persen 26,33 26,33 26,33 26,33 26,33
23. Tingkat Penurunan Pencemaran Udara dan Air:
BOD (mg/lt) < 10 < 10 <9 <9 <8
a. Air
COD (mg/lt) < 50 < 50 < 45 < 45 < 40
CO (µg/m3) < 15 < 15 < 14 < 14 < 13
b. Udara
Pb (µg/m3) < 150 < 150 < 145 < 145 < 140
II - 24 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
TARGET
INDIKATOR SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
24. Jumlah Sumber Pencemar Ling-
Unit usaha 290 320 360 360 360
kungan yang Tertangani
25. Penurunan Luas Kerusakan Lahan Ha 3 6 6 9 9
26. Penurunan Fluktuasi Muka Air Tanah Cm 268 263 258 253 248
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
II - 25
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
II - 26 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II
4. Peningkatan pelayanan publik melalui penataan kawasan dan peningkatan
sarana prasarana ekonomi dan fisik.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
II - 27
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
II - 28 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
BAB III
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH
Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah yang tercermin dalam APBD memuat target
pencapaian kinerja yang terukur dari setiap urusan pemerintahan daerah yang disertai
dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan
pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasari.
Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto yang mempunyai
makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan
belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau
dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil.
Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat
dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
Peningkatan pendapatan daerah ditempuh dengan kebijakan antara lain sebagai
berikut :
1. Peningkatan Pendapatan Daerah dengan menggali dan mengoptimalkan
sumber-sumber pendapatan yang sesuai dengan kewenangan daerah melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah;
2. Peningkatkan kualitas sumberdaya manusia pengelola pendapatan daerah;
3. Peningkatan koordinasi dalam pengelolaan pendapatan daerah;
4. Peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pendapatan
daerah;
5. Peningkatan pelayanan pajak dan non pajak kepada masyarakat;
6. Peningkatan pendayagunaan kekayaan daerah sebagai sumber pendapatan
daerah.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
III - 1
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Tabel 3.1
Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 547.887.175.315,00 699.726.193.600,48 127,71
2009 575.516.509.511,00 645.244.970.968,35 112,04
2010 638.881.411.884,65 768.341.053.125,19 120,26
2011 775.117.447.988,96 871.963.501.186,23 112,49
2012* 800.156.497.767,00 480.916.872.312,58 60,10
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
a. Pajak Daerah
Pajak Daerah yang menjadi kontributor Pendapat Asli Daerah Pemerintah Provinsi
DIY pada tahun 2008–2012 terdiri atas Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Pajak Pengambilan
dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
Realisasi perolehan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak daerah selalu
melampaui target dan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
III - 2 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III
Tabel 3.2
Target dan Realisasi Pajak Daerah Pemerintah Provinsi DIY, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 486.168.175.841,00 525.185.354.193,35 108,06
2009 494.847.565.500,00 541.192.265.769,60 109,37
2010 539.653.461.500,00 634.710.019.946,80 117,61
2011 655.306.917.953,00 735.226.105.916,20 112,20
2012* 689.572.065.000,00 407.533.164.972,00 59,10
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
Pertumbuhan atas Pajak Daerah mengalami kenaikan tiap tahunnya, akibat dari
kenaikan kepemilikan kendaraan bermotor setiap tahun. Kondisi tersebut salah satu
penyebabnya adalah kemudahan persyaratan perkreditan yang diberikan pemerintah
kepada masyarakat. Selain itu beberapa kali Pemerintah Provinsi DIY melakukan
pemutihan dalam arti melakukan pembebasan pungutan terhadap Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor untuk kepemilikan kedua, dan seterusnya. Kemudahan ini
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk taat membayar pajak kendaraan yang pada
akhirnya menyebabkan meningkatnya pendapatan daerah.
b. Retribusi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah tentang Retribusi Daerah, disebutkan bahwa obyek retribusi terdiri
atas: 1) Retribusi Jasa Umum , 2) Retribusi Jasa Usaha, 3) Retribusi Perizinan Tertentu.
Dari 3 (tiga) klasifikasi obyek retribusi tersebut.
Pemerintah Provinsi DIY memperoleh pendapatan dari retribusi daerah dalam
rentang 2008–2012 sebagai berikut:
Tabel 3.3
Target dan Realisasi Retribusi Pemerintah Provinsi DIY, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 33.144.872.640,00 29.259.898.291,50 88,28
2009 32.591.963.785,00 34.785.228.680,57 106,73
2010 31.556.968.029,00 32.836.503.243,89 104,05
2011 33.573.099.081,00 35.985.658.458,15 107,18
2012* 36.228.288.350,00 14.416.070.263,00 39,79
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
III - 3
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Tabel 3.4
Target dan Realisasi Pendapatan dari BPD Provinsi DIY, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 10.900.000.000,00 11.041.195.941,43 101,30
2009 16.718.037.398,15 16.718.037.398,15 100,00
2010 23.777.408.753,00 23.900.770.440,62 100,52
2011 25.642.976.275,96 25.642.976.275,96 100,00
2012* 28.305.000.000,00 31.761.609.095,02 112,21
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
Pertumbuhan pendapatan dari BPD relatif stabil dari tahun ke tahun. Hal ini
karena adanya penyesuaian yang dilakukan secara rutin terhadap perhitungan yang
dikenakan atas modal yang disetor kepada BPD dari Pemerintah Provinsi DIY, yang
diterima berupa pembagian deviden setiap tahunnya.
2. PD Taru Martani
Kondisi PD Taru Martani dari tahun ke tahun belum menunjukkan hal yang
menggembirakan karena belum mampu merealisasikan pendapatan sesuai dengan
target yang ditetapkan.
PD Taru Martani masih berkonsentrasi pada pembenahan-pembenahan
manajemen secara internal. Kondisi ini berdampak pula pada pendapatan yang
disetorkan kepada Pemerintah Provinsi
Tabel 3.5
Target dan Realisasi Pendapatan PD Taru Martani, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 736.379.810,00 0 0
2009 1.501.328.000,00 1.413.233.236,00 94,13
2010 877.684.885,00 0 0
2011 877.684.885,00 0 0
2012* 877.684.885,00 86.302.400,00 9,83
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
III - 4 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III
Tabel 3.6
Target dan Realisasi Pendapatan PT Anindya Mitra Internasional, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 0 0 0
2009 0 0 0
2010 100.000.000,00 0 0
2011 100.000.000,00 0 0
2012* 100.000.000,00 0 0
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
Tabel 3.7
Target dan Realisasi Pendapatan PT YIS, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 335.000.000,00 335.000.000,00 100,00
2009 335.000.000,00 335.000.000,00 100,00
2010 335.000.000,00 335.000.000,00 100,00
2011 335.000.000,00 335.000.000,00 100,00
2012* 335.000.000,00 0 0
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
Pertumbuhan pendapatan dari PT YIS relatif stabil, karena angka nominal ini
sudah disepakati di dalam perjanjian kerjasama yang ditandatangani antara PT YIS
dengan Pemerintah Provinsi DIY.
Tabel 3.8
Target dan Realisasi Pendapatan PT Asuransi Bangun Askrida, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 83.855.620,00 74.916.443,00 89,34
2009 29.979.901,00 29.979.901,00 100,00
2010 29.979.901,00 0 0
2011 29.979.901,00 92.665.162,00 209,09
2012* 31.088.429,00 0 0
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
Tabel 3.9
Target dan Realisasi Pendapatan BUKP, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 713.291.404,00 1.029.839.354,24 144,39
2009 1.152.522.748,00 1.598.462.640,68 138,69
2010 1.833.669.029,00 2.098.099.444,15 114,42
2011 2.214.725.893,00 2.890.742.034,79 130,52
2012* 2.214.725.893,00 0 0
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
Secara keseluruhan, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah dari tahun
2008–2012 realisasinya selalu melampaui target yang telah ditetapkan.
III - 6 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III
Tabel 3.10
Target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 15.805.600.000,00 65.946.008.446,61 417,23
2009 28.340.112.179,00 49.172.763.342,35 107,51
2010 40.717.239.787,00 46.321.683.743,57 113,76
2011 57.035.064.000,00 66.939.737.505,76 117,37
2012* 42.492.645.210,00 27.119.725.582,56 63,82
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
Pertumbuhan dari Lain-Lain PAD Yang Sah tahun 2008 tinggi karena tahun
tersebut adalah tahun terakhir Provinsi DIY harus menyelesaikan penanganan pasca
bencana gempa bumi 2006. Pada tahun tersebut banyak pekerjaan yang sudah dapat
diselesaikan sehingga kelebihan sisa kegiatan dicatat sebagai pendapatan. Sementara
tahun 2009, pembangunan sudah pulih dan kondisi menjadi normal kembali,
akibatnya komponen Lain-Lain PAD Yang Sah tidak mengalami pelonjakan, sehingga
pertumbuhannya jauh menurun dari tahun 2008. Demikian halnya dari tahun 2009 ke
2010 mengalami penurunan karena pada tahun-tahun tersebut pekerjaan/kegiatan
APBD dapat diselesaikan dengan baik. Pada tahun 2010 ke 2011 terdapat kenaikan yang
cukup besar adanya tambahan pendapatan dari bantuan Erupsi Merapi.
Tabel 3.11
Target dan Realisasi Dana Perimbangan, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 590.574.676.643,42 602.117.047.488,00 101,95
2009 630.650.143.691,00 631.011.121.383,59 100,06
2010 627.947.119.673,00 626.677.339.112,00 99,80
2011 715.166.925.806,00 722.339.653.053,00 101,00
2012* 850.513.085.724,00 487.475.048.716,00 57,32
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
III - 7
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Tabel 3.12
Target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, 2008-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2008 23.524.778.265,00 23.620.587.265,26 100,41
2009 7.054.256.210,00 9.910.812.710,00 140,49
2010 8.391.971.000,00 7.325.681.000,00 88,29
2011 14.179.886.500,00 15.458.293.000,00 109,02
2012* 284.778.165.000,00 137.517.405.500,00 48,29
Ket : * semester I
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
Pertumbuhan dari Lain-Lain Pendapatan Yang Sah mengalami fluktuasi, hal ini
diakibatkan dari komponen hibah yang diterima dari pemerintah tidak sama pada tiap
tahunnya. Tahun 2008 secara nominal besar karena adanya pendapatan hibah dari
Pemerintah Jepang yang masuk sebagai tindak lanjut kerjasama dengan Pemerintah
Provinsi DIY. Tahun 2009 secara nominal menurun karena tidak adanya pendapatan
hibah dari pemerintah demikian pula dengan yang terjadi pada tahun 2010. Tahun 2010
pendapatan turun dari tahun sebelumnya karena hanya berasal dari hibah pihak ketiga.
Sementara tahun 2011 dan 2012 melonjak tinggi karena berdasarkan aturan di pusat
dana penyesuaian BOS dicatat sebagai dana pendapatan di daerah yang penggunaannya
langsung disalurkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
III - 8 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III
Untuk mengatasi hal-hal tersebut, dari tahun 2008–2012 telah dilakukan
berbagai upaya, antara lain:
Peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak dengan system online
, pelayanan dengan bus Samsat Keliling, partisipasi pada kegiatan–kegiatan yang
diadakan di kabupaten/kota (perayaan pasar malam Sekaten, hari jadi kabupaten),
pelayanan “drive thru”, pelayanan di Outlet BPD dan perlindungan masyarakat;
-- Optimalisasi/pemanfaatan aset Pemerintah Daerah sebagai sumber PAD;
-- Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah dengan
pemerintah pusat, kabupaten/kota, POLRI, dan dinas penghasil;
-- Kegiatan razia kendaraan bermotor dalam rangka upaya penagihan terhadap
tunggakan pajak;
-- Peningkatan kemampuan aparatur retribusi daerah melalui kegiatan bimbingan
teknis retribusi daerah;
-- Forum komunikasi antara Pemerintah Provinsi DIY dengan para pengusaha
dalam upaya peningkatan sumbangan pihak ketiga;
-- Fasilitasi dana perimbangan dan koordinasi dengan Kementrian Keuangan
Republik Indonesia, Cq: Dirjen Perimbangan Keuangan, Kanwil Direktorat
Jendral Pajak, Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan, Pemerintah
Kabupaten/Kota, Bank Persepsi, Bank Operasional III dan Kas Daerah.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
III - 9
Tabel 3.13
Rekapitulasi Target dan Realisasi Pendapatan Daerah, 2008–2010 (un-audited)
III - 10
(dalam juta Rp)
2008 2009 2010 2011 2012
NO. URAIAN
Target Realisasi Realisasi Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
PENDAPATAN 1.161.986,63 864.867,77 738.465,80 811.411,75 1.275.220,50 1.403.174,02 1.504.464,26 1.605.730,14 1.935.447,75 1.105.909,33
DAERAH
A Pendapatan Asli 547.887,18 699.726,19 575.516,51 645.244,97 638.881,41 768.341,05 775.117,45 871.963,50 800.156,50 480.916,87
Daerah
1 Pajak Daerah 486.168,18 525.186,56 494.847,57 541.192,27 539.653,46 634.710,02 655.306,92 735.226,11 689.572,07 407.533,16
2 Retribusi Daerah 33.144,87 29.259,90 32.591,96 34.785,23 31.556,97 32.836,50 33.575,10 35.985,66 36.228,29 14.416,07
3 Hasil Pengelolaan 12.768,53 12.481,05 19.736,87 20.094,71 26.953,74 26.333,87 29.200,37 28.961,38 31.863,50 31.847,91
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
4 Lain-Lain 15.805,60 132.798,68 28.340,11 49.172,76 40.717,24 74.460,66 57.035,06 71.790,35 42.492,65 27.119,73
Pendapatan Asli
Daerah yang Sah
B Dana Perimbangan 590.574,68 141.206,11 159.122,19 159.483,12 627.947,12 626.677,34 715.166,93 718.308,35 850.513,09 487.475,05
1 Dana Bagi Hasil 59.333,28 70.560,77 73.320,19 73.681,17 89.091,77 87.821,99 74.865,00 82.037,73 74.403,65 40.142,82
Pajak/Bukan Pajak
2 Dana Alokasi Umum 511.773,40 51.177,34 52.392,00 52.391,95 527.471,25 527.471,25 620.812,33 620.812,33 757.056,70 441.616,41
3 Dana Alokasi Khusus 19.468,00 19.468,00 33.410,00 33.410,00 11.384,10 11.384,10 19.489,60 15.458,29 19.052,74 5.715,82
C Lain-Lain 23.524,78 23.935,47 3.827,10 6.683,66 8.391,97 8.155,63 14.179,89 15.458,29 284.778,17 137.517,41
Pendapatan Daerah
yang Sah
1 Hibah 23.209,90 23.620,59 3.827,10 3.897,71 4.501,47 5.232,63 5.037,57 6.315,97 5.496,23 2.862,86
2 Dana Darurat - - - - - - - - - -
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
3 Dana Bagi - - - - - - - - - -
Hasil Pajak dari
Pemerintah Daerah
Lainnya
2008 2009 2010 2011 2012
NO. URAIAN
Target Realisasi Realisasi Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
4 Dana Penyesuaian 314,88 314,88 - 2.785,95 3.890,50 2.923,00 9.142,32 9.142,32 279.281,94 134.654,54
dan Otonomi Khusus
5 Bantuan Keuangan - - - - - - - - - -
dari Pemerintah
Daerah Lainnya
Sumber:DPPKA Provinsi DIY
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
III - 11
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
III - 12 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
Tabel 3.14
Alokasi Anggaran Belanja Daerah Sesuai Struktur APBD (Rp), 2008-2012
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
Belanja Tidak 1.267.028.062.579,00
1. 1.034.271.009.984,00 762.258.077.684,00 825.195.492.733,00 1.028.144.706.158,00
Langsung
1.1 Belanja Pegawai 308.944.518.768,00 329.142.837.472,00 361.608.925.696,00 431.785.979.061,00 490.659.483.382,00
1.2 Belanja Bunga 54.965.900,00 45.778.400,00 19.464.200,00 0,00 -
1.3 Belanja Hibah 299.318.560.485,00 17.015.222.300,00 89.895.291.845,00 10.324.300.000,00 355.793.657.000,00
Belanja Bantuan 94.674.768.000,00
1.4 105.826.844.365,00 116.393.128.300,00 98.866.347.612,00 148.359.261.200,00
Sosial
Belanja Bagi Hasil 251.788.473.835,00
1.5 201.741.158.800,00 198.385.862.000,00 214.667.402.475,00 268.047.340.000,00
Kab/Kota
Belanja Bantuan 54.111.680.362,00
1.6 Keuangan Kab/ 50.000.000.000,00 79.488.400.000,00 56.967.000.000,00 150.394.530.362,00
Kota
Belanja Tidak 20.000.000.000,00
1.7 68.384.961.666,00 21.786.849.212,00 3.171.060.905,00 11.614.461.535,00
Terduga
2. Belanja Langsung 594.798.240.578,00 716.253.420.728,00 658.555.820.962,00 680.729.863.614,00 857.260.646.732,00
2.1 Belanja Pegawai 82.772.675.311,00 93.880.113.574,00 93.738.198.651,00 93.575.509.381,00 111.508.039.921.,02
Belanja Barang & 527.793.940.256,48
2.2 301.911.964.758,00 401.326.275.210,00 405.181.835.763,00 426.372.440.757,00
Jasa
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
2.3 Belanja Modal 210.113.600.509,00 221.047.031.944,00 159.635.786.548,00 160.781.913.476,00 217.958.666.554,50
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
III - 13
3 Anggaran dan Realisasi Belanja
3.1 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah
Anggaran belanja daerah tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 berkecenderungan
mengalami peningkatan seiring peningkatan pendapatan daerah.
Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai baik belanja tidak langsung, termasuk
didalamnya gaji pegawai, maupun belanja langsung dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
Tabel 3.15
Target dan Realisasi Belanja Daerah, 2008–2012
Tahun Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp) %
Belanja Tidak Langsung 1.034.271.009.984,00 915.746.609.368,00 88,54
2008 Belanja Langsung 594.798.240.578,00 537.540.672.506,00 90,37
Jumlah 1.629.069.250.562,00 1.453.286.281.874,00 89,21
III - 14 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
3.2 Target dan Realisasi Belanja Langsung Per SKPD
Tabel 3.16
Target dan Realisasi Belanja Langsung Per SKPD (juta Rp), 2008–2012
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012*
NO Uraian
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
1 Dinas Pendidikan, 48.479,50 43.141,50 97.606,06 85.010,65 74.038,80 64.687,70 62.038,48 54.198,46 107.489,95 14.581,92
Pemuda dan Olah
Raga
2 Dinas Kesehatan 18.686,82 17.100,19 20.658,44 18.664,58 15.721,12 14.222,84 19.459,63 16.897,22 78.547,52 18.067,99
3 Rumah Sakit Grhasia 7.441,50 7.297,47 7.120,38 6.831,99 11.065,25 8.129,58 11.227,68 10.027,65 13.104,38 621,11
4 DPU dan ESDM 202.077,20 192.557,97 194.791,44 178.435,51 167.927,43 136.512,18 198.301,90 173.379,55 187.431,10 33.048,00
5 Badan Perencanaan 9.422,02 8.611,66 11.095,23 9.970,91 9.802,66 9.040,49 9.638,62 9.111,38 14.830,80 4.675,05
daerah
6 Dinas Perhubungan, 63.473,40 48.527,05 78.302,23 67.792,77 57.331,60 52.450,69 56.543,26 51.241,30 69.134,40 21.731,74
Komunikasi dan
Informatika
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
8 Badan Lingkungan 4.941,96 4.671,95 7.982,57 7.236,79 5.482,74 5.221,02 6.380,58 6.082,00 7.192,53 2.117,24
Hidup (Bapedalda)
9 BPPM Kantor 2.791,02 2.646,12 4.540,43 4.168,34 6.023,47 5.882,79 3.941,26 3.813,85 7.063,80 2.320,47
Pemberdayaan
Perempuan)
10 Dinas Sosial 18.102,42 17.275,89 22.148,69 20.641,68 18.263,17 17.614,50 22.848,24 21.097,02 20.695,06 9.323,49
III - 15
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012*
NO Uraian
III - 16
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
11 Dinas Tenaga Kerja 28.431,50 27.092,08 30.129,40 27.060,21 21.396,87 20.209,55 17.941,49 16.920,77 18.381,04 7.825,73
dan Transmigrasi
12 Dinas Perindustrian, 10.395,24 9.391,50 8.825,77 8.172,79 8.893,27 8.009,67 13.709,07 12.433,75 12.649,94 3.430,82
Perdagangan, dan
Koperasi
13 Badan Kerjasama 10.047,95 8.543,49 7.461,67 6.935,94 8.380,65 7.678,69 8.194,83 2.676,21
dan Penanaman
Modal
14 Kantor Perwakilan 3.410,22 3.281,01 - - - - - -
Daerah
15 Dinas Kebudayaan 19.842,54 18.353,99 22.510,62 20.598,66 22.245,31 20.429,88 14.625,22 13.657,98 26.911,76 6.658,32
16 Badan Kesatuan 6.689,76 5.991,99 5.194,33 4.986,97 5.245,44 5.117,55 6.019,80 2.407,17
Bangsa dan
Perildungan
Masyarakat
17 Satuan Polisi 5.773,12 5.720,53 2.534,94 2.109,02 3.076,48 2.963,65 2.057,50 1.985,61 2.167,11 909,25
Pamong Praja (Dinas
Ketentraman dan
Keteriban Umum)
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
20 Sekretariat Daerah 46.919,87 41.556,43 43.594,99 38.443,11 36.951,04 34.148,70 34.713,30 32.501,96 38.802,09 14.745,08
21 Sekretariat DPRD 26.154,41 18.624,06 23.973,46 17.092,18 32.110,66 23.634,50 38.653,46 27.723,09 42.107,77 13.628,15
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012*
NO Uraian
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
22 DPPKA (BPKD) 23.476,77 20.858,93 26.435,82 21.516,58 54.403,44 39.774,14 34.517,25 29.259,49 32.769,28 11.633,09
23 Badan Pendidikan 4.210,43 3.627,17 14.264,12 12.662,16 16.443,79 14.883,80 16.007,28 12.526,65 11.598,66 3.449,03
dan Pelatihan
24 Inspektorat (Badan 4.053,85 3.713,40 6.400,22 5.583,05 6.516,18 6.128,11 5.148,81 4.935,90 4.774,55 2.278,81
Pengawas Daerah)
25 PPKD/BUD - - - - - -
26 Badan kepegawaian 8.465,93 7.301,37 7.772,54 6.865,21 6.076,11 5.075,25 10.693,23 2.401,50
Daerah
27 Badan Ketahanan 1.767,43 1.657,79 3.442,20 3.101,86 3.839,71 3.576,02 4.342,05 1.229,95
Pangan dan
Penyuluhan
28 Kantor Arsip Daerah 1.787,57 1.667,74 - - - - - - - -
29 BPAD (Badan 3.503,46 3.220,81 7.649,28 6.575,50 8.145,64 7.403,54 13.717,73 11.521,40 60.996,79 2.947,10
Perpustakaan
Daerah)
30 Dinas Pertanian 12.712,10 11.590,18 16.156,39 14.564,02 19.846,37 16.907,00 18.734,27 16.612,04 17.907,94 5.438,07
31 Dinas Kehutanan dan 12.108,69 11.510,55 24.784,09 18.299,26 13.122,10 11.712,25 12.218,57 10.487,38 12.425,57 3.594,50
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
Perkebunan
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
32 Dinas Pariwisata 5.200,54 4.972,75 5.300,54 4.872,53 5.336,28 5.041,97 8.047,79 7.424,22 8.022,90 2.068,28
(Badan Pariwisata
Daerah)
33 Dinas Kelautan dan 6.344,09 5.907,19 12.477,22 10.768,52 20.541,39 19.203,65 35.043,69 33.975,05 27.015,12 4.012,63
Perikanan
BAB III
III - 17
Sumber: Data DPPKA Provinsi DIY
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Solusi
Pelaksanaan APBD untuk menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan urusan
pemerintahan yang terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan memerlukan dana yang
besar.
III - 18 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III
tahun anggaran.
8. Untuk mensikapi peraturan dan Kebijakan dari pemerintah pusat yang berubah
dan berbeda-beda membutuhkan kearifan didalam penanganannya.
9. Penyempurnaan dan pengembangan sistem aplikasi baik perencanaan,
penatausahaan keuangan maupun pelaporan melalui penyempurnaan Sistem
Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah.
C. LAIN-LAIN
1. Kinerja BUMD
1.1 Bank Pembangunan Daerah DIY
Sesuai Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 4 Tahun 2005 tentang Bank Pembangunan
Daerah, lembaga ini mempunyai maksud untuk membantu dan mendorong pertumbuhan
perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang, serta sebagai salah satu
sumber Pendapatan Asli Daerah.
Bank BPD sebagai bank umum bertujuan memperoleh laba yang wajar melalui jasa-
jasa perbankan yang dibutuhkan masyarakat, terutama kredit skala kecil dan menengah.
Sesuai laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik, kinerja bank
selama tahun 2011 menunjukkan perkembangan yang baik dengan total aset mencapai
Rp.4.807,60 miliar atau meningkat sebesar 15,26% dibanding tahun 2010 sebesar
Rp.4.171,08 miliar. Dana masyarakat dapat dicapai sebesar Rp.3.694,97 miliar atau
meningkat sebesar 15,27% dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp.3.205,54 miliar.
Sedangkan posisi penyaluran dana berupa kredit yang diberikan sampai dengan 31
Desember 2011 tercapai sebesar Rp.2.908,44 miliar atau meningkat sebesar 28,69%
dari tahun 2010 sebesar Rp.2.260,00 miliar. Modal dasar Bank sebesar Rp.250,00 miliar
dan telah disetor penuh per 31 Desember 2011 sebesar Rp. 250,00 miliar meningkat
sebesar 25,21% dibanding tahun 2010 sebesar Rp.224,79 miliar. Laba komprehensif
tahun berjalan tahun 2011 sebesar Rp.88,70 miliar meningkat 20,77% dibanding tahun
2010 sebesar Rp.73,44 miliar.
Dalam upaya mendukung perekonomian DIY, meningkatkan minat menabung
pada masyarakat menengah kebawah, Bank BPD DIY telah meluncurkan produk
tabungan bersama tanpa biaya berupa TabunganKu. Produk TabunganKu ini merupakan
produk bersama beberapa Bank Daerah yang merupakan program Bank Indonesia.
Selain itu untuk menambah nilai dalam melayani kebutuhan nasabah dan masyarakat,
Bank BPD DIY meluncurkan fasilitas Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN).
Untuk memberikan tambahan fasilitas ATM, Bank BPD DIY juga telah bergabung dalam
ATM Prima sehingga saat ini ATM Bank BPD DIY dapat digunakan berbelanja diseluruh
Outlet yang berlogo Debit Prima.
Selama tahun 2011, kegiatan industri perbankan di Provinsi DIY penuh dengan
persaingan yang semakin ketat. Untuk mengantisipasi persaingan tersebut, Bank BPD
pada tahun 2011 melakukan pengembangan sebagai berikut :
1. Menambah 15 unit Kantor Kas, 2 unit ATM, dan 2 unit Kas Mobil, serta merelokasi
jaringan layanan Kantor Cabang Pembantu Prambanan, Kantor Kas Sanden, dan
Kantor Kas Berbah, yang bertujuan untuk mendekatkan jaringan layanan kepada
nasabah sehingga memudahkan transaksi.
2. Meningkatkan ragam jasa layanan antara lain peluncuran kredit mikro Makarti
dan peluncuran kredit Resi Gudang.
3. Mengembangkan teknologi informasi yang telah dimiliki dengan implementasi
jaringan PRIMA, fitur layanan ticketing Garuda Airways dan pengembangan cash
management
4. Melakukan survey kepuasan nasabah
5. Meningkatkan sarana dan prasarana kantor termasuk pembangunan gedung
kantor dan penambahan jaringan kantor
6. Menerapkan manajemen resiko, dengan kegiatan antara lain memantau
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
III - 19
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Sampai dengan akhir Desember 2011, jumlah jaringan pelayanan Bank BPD DIY
sebanyak 197 jaringan layanan dengan perincian 1 Kantor Pusat, 6 Kantor Cabang, 1
Kantor Cabang Syariah, 15 Kantor Cabang Pembantu, 76 Kantor Kas, 49 unit ATM, 22
unit Payment Point, 21 unit Layanan Syariah dan 6 unit Kas Mobil.
Corporate Social Responsibility selanjutnya disebut CSR atau Tanggung jawab
Sosial Perusahaan adalah tanggung jawab moral Bank BPD DIY terhadap stakeholders
secara berkesinambungan, terutama komunitas masyarakat disekitar wilayah kerja dan
operasional bank. Tahun 2011, biaya CSR dianggarkan sebesar Rp. 2.800.000.000,00
sampai Desember 2011 direalisasikan sebesar Rp. 1.002.766.403,00.
Secara keseluruhan kondisi Bank BPD DIY posisi 31 Desember 2011 ditunjukkan
pada rasio keuangan : CAR 13,07 %, ROA 2,69 %, ROE 21,30 %, BOPO 74,96 %, LDR 78,71
%, NPL 1,19 % dan NIM 9,29 %.
III - 20 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III
Sejak tahun 2009 sampai dengan sekarang penjualan cerutu, tembakau shag
dan SKT mengalami penurunan yang sangat tajam, dimana pada tahun 2009 total
penjualan sebesar Rp. 20,39 miliar, tahun 2010 turun menjadi sebesar Rp. 12,93 miliar
dan tahun 2011 turun lagi menjadi sebesar Rp. 11,69 miliar. Penurunan penjualan ini
berpengaruh pada perolehan laba perusahaan dimana pada tahun 2009 sebesar Rp.
1,07 miliar, pada tahun 2010 turun dratis menjadi sebesar Rp. 156,91 juta dan pada
tahun 2011 turun lagi menjadi Rp. 156,22 juta.
Untuk mengembangkan usaha di luar usaha pertembakauan, PD. Taru Martani
terkendala dengan adanya Pasal 9 Perda Provinsi DIY Nomor 8 Tahun 1985 tentang
Perusahan Daerah Taru Martani Provinsi DIY, yang menyebutkan bahwa Perusahaan
Daerah Taru Martani bergerak dalam bidang usaha processing tembakau untuk
membuat cerutu, shaq, cigarette dan usaha-usaha lain yang secara langsung atau tidak
langsung ada sangkut pautnya dengan usaha tersebut.
Disamping permasalahan tersebut di atas, PD. Taru Martani juga harus
mengeluarkan dana yang cukup banyak yang menjadi beban perusahaan yaitu
pembayaran pesangon karyawan yang memasuki masa pensiun dan pembayaran biaya
bunga KMK Bank Mandiri. Pembayaran pesangon ini dari tahun ke tahun cenderung
meningkat dimana pada tahun 2009 sebesar Rp. 222 juta, tahun 2010 meningkat
menjadi sebesar Rp. 319 juta dan pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi sebesar Rp.
685 juta. Sedang pembayaran biaya bunga KMK Bank Mandiri pada tahun 2009 sebesar
Rp. 1,02 miliar, tahun 2010 sebesar Rp. 949 juta dan tahun 2011 sebesar Rp. 903 juta
Solusi yang harus dicapai adalah perubahan Pasal 9 Perda Nomor 8 Tahun
1985, untuk memberikan peluang bagi PD. Taru Martani berusaha di luar bidang usaha
processing tembakau dan optimalisasi asset yang dimiliki melalui kerjasama dengan
pihak ketiga serta didorong segera melakukan perubahan bentuk badan hukum dari PD
menjadi PT.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
III - 21
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Wilayah Kabupaten/Kota, sehingga nantinya seluruh Kantor BUKP menjadi Kantor Kas/
Kantor Cabang dari PD BPR BUKP.
2. Aset Daerah
Pengelolaan Barang Daerah mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Untuk memenuhi ketentuan Peraturan Gubernur Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kebi-
jakan Akuntansi, dalam rangka tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah dan
untuk memperoleh data barang daerah yang benar, akurat dan dapat dipertanggungjaw-
abkan serta dalam rangka meningkatkan pengelolaan barang milik daerah Pemerintah
Provinsi DIY dan mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Dalam tahun 2011 Pemerintah Provinsi DIY telah melaksanakan tertib admin-
istrasi pengelolaan barang; meningkatkan daya guna dan hasil guna; memperoleh data
barang milik daerah yang benar, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan serta mem-
berikan kepastian hukum dan kepastian nilai. Adapun dalam rangka tertib administrasi
Barang Milik Daerah, pada tahun 2011 Pemerintah Provinsi DIY telah melakukan inven-
tarisasi aset khususnya aset tetap terhadap 34 SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi
DIY. Dari hasil inventarisasi tersebut telah dilakukan audit oleh BPK dengan hasil sebagai
berikut:
Tabel 3.17
Nilai Aset Tetap Pemerintah Provinsi DIY
2010 2011
NO SKPD
(Audit BPK) (Audit BPK)
1 Sekretariat DPRD 580.713.772.348 582.521.951.557
2 Biro Tata Pemerintahan 1.069.050.950 2.119.088.940.00
3 Biro Hukum 1.330.612.679 1.320.620.679
4 Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat dan 788.476.500 847.524.950
Kemasyarakatan
5 Biro Administrasi Perekonomian dan Sumber 817.658.476 838.076.476
Daya Alam
6 Biro Administrasi Pembangunan 897.059.088 966.036.013
7 Biro Organisasi 704.119.480 724.600.020
8 Biro Umum, Humas dan Protokol 26.942.516.978 29.234.261.592
9 Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi 2.308.656.738.590 2.405.110.695.497
Sumber Daya Mineral
10 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 150.765.232.727 155.801.868.765
III - 22 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III
2010 2011
NO SKPD
(Audit BPK) (Audit BPK)
22 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan 26.262.241.934 35.655.241.354
Usaha Kecil Menengah
23 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan 298.606.768.897 320.782.856.758
Aset
24 Inspektorat Provinsi DIY 5.924.834.878 6.145.838.618
25 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 5.384.465.400 6.224.312.550
26 Badan Lingkungan Hidup 4.561.473.533 4.949.119.118
27 Dinas Pariwisata 6.646.264.260 3.353.666.810
28 Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan 3.105.968.800 2.566.126.000
Masyarakat
29 Satuan Polisi Pamong Praja 2.179.209.550 2.179.209.550
30 Badan Penanggulangan Bencana Daerah - 3.964.068.682
31 Badan Kepegawaian Daerah 12.261.596.860 12.721.533.527
32 Badan Pendidikan dan Pelatihan 16.053.361.550 16.436.461.800
33 Badan Kerjasama dan Penanaman Modal 23.656.091.315 24.714.544.515
34 Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah 25.011.628.753 32.074.967.372
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
III - 23
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
2.1 Pemanfaatan
Terlaksananya pemanfaatan Barang Milik Daerah, terdiri dari:
a. Aset (Tanah dan/atau Bangunan) yang dioptimalkan melalui sewa ada sebanyak 32
bidang, yaitu:
No. LOKASI
1. Tanah dan Bangunan Eks Pabrik sabut Pengasih Kulonprogo
2. Gedung Eks DIPARDA Lantai I Bagian Selatan
3. Tanah di Desa Sentolo Kulon Progo
4. Tanah dan bangunan Eks Diklat Perindustrian, Malangan, Ring Road Selatan
5. Tanah dan bangunan Eks Rumah Dinas Jl AM Sangaji
6. Bangunan Eks Gd pangan Jl Abubakar Ali
7. Tanah bekas OG no:16 di Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul
8. Tanah di pantai Glagah, Kulon Progo
9. Tanah dan bangunan Eks rumah Dinas Jl Munggur 32 Yogyakarta
10. Tanah di Jl Wisata, Babarsari, Sleman
11. Tanah & Bangunan di Jl Jenggotan
12. Tanah Srimulya, Piyungan, Bantul
13. Tanah dan bangunan Eks PPK Kulonprogo
14. Tanah dan bangunan Eks Jembatan Timbang, Jl Bantul, Dongkelan
15. Tanah di Jl. D I Panjaitan 66 Yogyakarta
16. Tanah dan bangunan di Jl Perwakilan, Wates, Kulonprogo
17. Tanah dan bangunan di Glugo, Panggungharjo, Krapyak, Yogyakarta
18. Tanah dan Bangunan di Kedongkiron, Dongkelan, Yogyakarta
19. Tanah di Ambarketawang, Jl. Jogja - Wates, Sleman
30. Tanah di Patehan Tengah No 25 Kraton Yogyakarta
31. Tanah dan bangunan di Karangjati, Mlati, Sleman
32. Tanah dan bangunan di Mrican Baru, Caturtunggal, Depok, Sleman
b. Barang Milik Daerah yang dioptimalkan melalui pinjam pakai sebanyak 52 bidang
tanah dan/atau bangunan, 2 kendaraan dinas dan 1 barang inventaris yang terang-
kum dalam 29 perjanjian, yaitu:
NO. LOKASI
1. Tanah dan Bangunan di Kabupaten Gunungkidul
a. Tanah di Jl Brigjen Katamso Nomor 8 Wonosari Gunungkidul
b. Tanah dan bangunan di desa Semin, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul.
2. Balai Benih Induk (BBI) Perikanan Krapyak dan Balai Benih (BBI) Perikanan Gesikan,
Kabupaten Bantul beserta daftar barang inventaris lainnya.
3. Tanah dan bangunan eks UPT Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagang an
Provinsi DIY
a. Tanah dan bangunan eks UPT kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi DIY yang terletak di Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul
b. Tanah dan bangunan eks UPT kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi DIY yang terletak di Manding, Sabdodadi, Bantul
c. Tanah dan bangunan eks UPT kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi DIY yang terletak di Gunungsempu, Tamantirto, Kasihan, Bantul
4. Tanah di Jalan Kusumanegara Nomor 9 Yogyakarta
5. Bangunan lantai atas sebelah selatan eks Dinas Pariwisata Provinsi DIY yang terletak di
Jalan Malioboro Nomor 14 Yogyakarta.
III - 24 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III
NO. LOKASI
6. Tanah dan bangunan gedung yang terletak di Jalan Damai Nomor 1 Yogyakarta.
7. Tanah dan bnagunan di Jalan Wiyoro Lor Nomor 21 Baturetno, Banguntapan, Bantul.
8. Tanah di Kabupaten Bantul :
Tanah di desa Argorejo, Kecamatan Sedayu untuk kantor Kecamatan Sedayu.
Tanah di Murtigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul seluas 4.204 m2 sesuai
dengan sertifikat Nomor P.0003 seri AN.372362 untuk Kecamatan Sanden.
Tanah di Murtigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul seluas 4.824 m2 sesuai
sertifikat Nomor P.0006 seri AN.370599 untuk Puskesmas Sanden
Tanah di Murtigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul seluas 2.159 m2 sesuai
dengan sertifikat Nomor P.0005 seri AN 372361 untuk Sekolah Dasar Negeri I Sanden.
9. Tanah-tanah di Kabupaten Kulonprogo
Tanah yang terletak di Hargorejo, Kokap, Kulonprogo
Tanah yang terletak di Bantar Kulon, Banguncipto, Sentolo, Kulonprogo
Tanah yang terletak di Karangsewu, Galur, Kulonprogo seluas 1.555 m2
Tanah yang terletak di Karangsewu, Galur, Kulonprogo seluas 2.590 m2
Tanah yang terletak di Kulwaru, Wates, Kulonprogo
10. Tanah di Dusun Gatak, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman
11. Tanah yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, Keparakan, Mergangsan, Kota Yogyakarta.
12. Tanah yang terletak di Jalan Suryodiningratan Nomor 8 Yogyakarta.
13. Tanah yang terletak di Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman
14. Tanah di Gesikan, Wijirejo, Pandak, Bantul
15. Tanah-tanah di Kabupaten Gunungkidul
a. Tanah yang terletak di Giricahyo, Purwosari, Gunungkidul seluas 1.663 m2 sesuai
dengan Sertifikat Nomor P.00001 seri AB.538626 tanggal 08/07/1991
b. Tanah yang terletak di Giricahyo, Purwosari, Gunungkidul seluas 593 m2 sesuai
dengan Sertifikat Nomor P.00002 seri AB.538627 tanggal 08/07/1991
c. Tanah yang terletak di Giricahyo, Purwosari, Gunungkidul seluas 102 m2 sesuai
dengan Sertifikat Nomor P.00004 seri AB.740783 tanggal 17/04/1993
d. Tanah yang terletak di Giricahyo, Purwosari, Gunungkidul seluas 65 m2 sesuai
dengan Sertifikat Nomor P.00003 seri AD.740785 tanggal 17/04/1993
e. Tanah yang terletak di Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul seluas 637 m2 sesuai
dengan sertifikat Nomor P.00002 seri AD.728434 tanggal 18/01/1993
f. Tanah yang terletak di Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul seluas 146 m2 sesuai
dengan sertifikat Nomor P.0003 seri AD.7284354 tanggal 18/01/1993
g. Tanah yang terletak di Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul seluas 468 m2 sesuai
dengan Sertifikat Nomor P.00001 Seri AD.728433 Tanggal 18/01/1993
h. Tanah yang terletak di Sidoharjo, Tepus, Gunungkidul seluas 22.502 m2 sesuai
dengan Sertifikat Nomor P.00005 Seri AH.457048 Tanggal 01/08/1996
i. Tanah yang terletak di Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul seluas 21.151m2
sesuai dengan Sertifikat Nomor P.00003 Seri AH.457559 Tanggal 03/09/1996
j. Tanah yang terletak di Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul seluas 9.696 m2
sesuai dengan Sertifikat Nomor P.00002 Seri AH.457049 Tanggal 31/08/1996
16. Sebagian tanah dan bangunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY yang terletak
di Resort KSDA Kaliurang di Pakem seluas + 100 m2 dan Resort KSDA Kota Yogyakarta di
Baciro seluas + 100 m2 kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta
17. Sebagian tanah dan bangunan milik Pemerintah Provinsi DIY yang terletak di Kedung
Poh, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, dengan luas 2.035 m2 dari total luas
keseluruhan 6.677 m2 sesuai Sertifikat Hak Pakai Pemerintah Provinsi DIY Nomor 00001
Seri AL.145170 tanggal 29 April 2009
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
III - 25
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
NO. LOKASI
18. Tanah-tanah di Kabupaten Kulon Progo
a. Tanah di Jalan Sugiman, Gang Bisma, Margosari, Pengasih, Kulon Progo seluas
1.425 M2 sesuai dengan Sertifikat Hak Pakai Nomor P.8 Seri AH.196049 Tanggal
31 Juli 1996 dan seluas 1.255 M2 sesuai dengan Sertifikat Hak Pakai Nomor P.10
Seri AI.951715 Tanggal 11 November 1997
b. Tanah di Jalan Khudori Nomor 49 Wates, Kulon Progo seluas 641 M2 sesuai
dengan Sertifikat Hak Pakai Nomor P.7 Seri B.1859289 Tanggal 24 Maret 1987
c. Wates, Kulon Progo seluas 450 sesuai dengan Sertifikat Hak Pakai Nomor P.26
Seri AH.196047 Tanggal 19 April 1996
19. Sebagian tanah dan bangunan Dinas Pariwisata Provinsi DIY yang terletak di Jalan
Malioboro Nomor 56 Yogyakarta, seluas 144 m2 dari luas seluruhnya seluas 8.472 m2.
20. Tanah dan Bangunan di Kabupaten Sleman
a. Tanah dan bangunan yang terletak di Kalitirto, Berbah, Sleman seluas 10.040 m2
sesuai dengan Sertifikat Nomor P.1 Seri B.1858618 Tanggal 18 Juli 1987
b. Tanah dan bangunan yang terletak di Pendowoharjo, Sleman seluas 2.510 m2
sesuai dengan Sertifikat Nomor P.4 Seri B.1858625 Tanggal 18 Juli 1987
c. Tanah dan bangunan yang terletak di Sumberagung, Moyudan, Sleman seluas
9.510 m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.1 Seri B.1873598 Tanggal 22
September 1987
d. Tanah dan bangunan yang terletak di Pendowoharjo, Sleman seluas 5.705 m2
sesuai dengan Sertifikat Nomor P.3 Seri B.1873599 Tanggal 08 September 1987
e. Tanah dan bangunan yang terletak di Margodadi, Seyegan, Sleman seluas 6.770
m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.1 Seri B.1873600 Tanggal 22 September
1987
f. Tanah dan bangunan yang terletak di Bimomartani, Ngemplak, Sleman seluas
9.910 m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.1 B.8979481 Tanggal 17 Juni 1988
21. Kendaraan Dinas (KPU)
22. Barang-barang Inventaris sebanyak 1 (satu) unit (KPU)
23. Tanah yang terletak di Jalan Notowinatan PA II/437, Kelurahan Gunungketur, Kecamatan
Pakualaman, Kota Yogyakarta tanah seluas 104 m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.3/
Gnk Seri B.8190750dan bangunan yang terletak di Jalan Jlagran Nomor 52 Yogyakarta
seluas 90 m2
24. Kendaraan jenis Sedan, Merk/Type Toyota New Camry 3.OV/AT, Tahun 2004, 2995 CC,
Nomor Polisi AB 92, Nomor Rangka MR 053-XK 3044, Nomor Mesin IMZ-1694200, Nomor
BPKB, Warna Abu-abu Metalite.
25. Sebagian tanah Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral
Provinsi DIY yang terletak di Wisma PU Kaliurang, Kabupaten Sleman seluas + 64 m2
26. Tanah yang terletak di Desa Pengasih, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo
seluas + 46.200 m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.14 Seri AB548997 Tanggal 10
Februari 1993
27. Sebagian gedung/kantor beserta peralatannya yang terletak di Komplek Kepatihan,
Danurejan, Yogyakarta seluas 144,75 m2 (19,3 m x 7,5 m)
28. sebagian tanah yang terletak di Maguwoharjo, Depok, Sleman tanah seluas + 585,4 m2
dari luas keseluruhan + 5.800 m2 sesuai Sertipikat Hak Pakai Nomor 166 Seri AX 216169,
tanggal 17 April 2006
29. tanah yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, Kelurahan Mergangsan, Kecamatan
Mergangsan, Yogyakarta seluas + 2.250 m2 dari luas keseluruhan + 6.775 m2 sesuai
dengan Sertifikat Nomor P.3/Kpr Seri B.8302803, tanggal 17 Juni 1988
III - 26 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III
c. Barang Milik Daerah (Tanah dan/atau bangunan) yang dioptimalkan melalui bentuk
Bangun Guna Serah sebanyak 1 (satu) bidang, yaitu Tanah di Jl. Maloboro dengan PT
YIS.
2.2 Penghapusan
a. Pelaksanaan Penatausahaan dan Penghapusan Barang Milik Daerah
Barang Milik Pemerintah Provinsi DIY yang hilang, rusak berat dan tidak efisien lagi peng-
gunaannya untuk kepentingan dinas, layak dihapuskan dari Daftar Buku Inventaris Barang
Milik Daerah Pemerintah Provinsi DIY.
Tabel 3.18
Rekap Penghapusan Aset Daerah, 2008-2011
Tahun Jumlah Permohonan Jumlah Persetujuan
2008 17 SKPD + 16 UPTD 17 SKPD + 16 UPTD
2009 7 SKPD + 5 UPTD 7 SKPD + 5 UPTD
2010 18 SKPD + 19 UPTD 18 SKPD + 19 UPTD
2011 26 SKPD + 33 UPTD 26 SKPD + 33 UPTD
Sumber : DPPKA Provinsi DIY
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
III - 27
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
III - 28 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
BAB IV
PENYELENGGARAAN URUSAN
PEMERINTAHAN DAERAH
A URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN
1 URUSAN PENDIDIKAN
Visi pembangunan DIY sesuai dengan RPJPD 2005‐2025 (Perda No. 2 Tahun 2009)
adalah “Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan,
Budaya, dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Asia Tenggara dalam lingkungan
Masyarakat yang Maju, Mandiri, dan Sejahtera”. Dalam rangka mewujudkan visi
pembangunan di bidang pendidikan maka telah ditetapkan Peraturan Daerah
Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Berbasis Budaya. Berdasar perda tersebut visi pembangunan pendidikan DIY
adalah “DIY pada tahun 2025 menjadi Pusat Pedidikan Berbasis Budaya
Terkemuka di Asia Tenggara” dengan misi: a) Mewujudkan pendidikan berkualitas
untuk semua nondiskriminasi, b) Mewujudkan pendidikan karakter berbasis
budaya, c) Mewujudkan Pusat Unggulan Pendidikan secara nasional, d)
Mewujudkan sinergitas pembangunan pendidikan dengan pembangunan daerah
dan nasional, e) Mewujudkan tata kelola pendidikan yang baik.
Upaya yang ditempuh adalah dengan mengembangkan lembaga pendidikan
yang berstandar nasional ataupun bertaraf internasional, mengembangkan pusat
keunggulan ilmiah; penyediaan sumber daya pendidikan yang handal; penciptaan
lingkungan yang kondusif terhadap pendidikan; menarik minat peserta didik
sebanyak mungkin dari luar DIY; mencetak lulusan yang berkualitas, berdaya saing
tinggi, dan berakhlak mulia; meningkatkan masyarakat terdidik dan berbudaya;
dan meningkatkan proporsi masyarakat yang berpendidikan menengah dan tinggi.
Hasil yang dicapai dalam pembangunan pendidikan tercermin pada indikator
pencapaian kinerja urusan pendidikan di Provinsi DIY tahun 2008‐2012 sebagai
berikut :
Tabel 4.1
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Pendidikan, 2008‐2012
Capaian Tahun
No Indikator Kinerja Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
1. Angka Melek Huruf Persen 97,86 98,10 98,18 98,18 98,23
Angka Rata‐Rata Tahun 8,71 8,78 9,07 9,10 9,23
2.
Lama Sekolah
Angka Partisipasi
3.
Kasar
PAUD Persen 43,91 64,53 74,01 78,13 79,85
SD/MI/Paket A Persen 108,5 111,4 111,45 111,43 111,43
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 1
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Capaian Tahun
No Indikator Kinerja Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
5 4
SMP/MTs/Pake 104,5 115,4 114,32 111,50 111,50
t B/SMP Persen 4 7
Terbuka
SMA/MA/SMK/ Persen 79,34 87,06 88,33 88,79 89,01
Paket C
PLB Persen ‐ ‐ 66,83 92,03 93,11
Angka Partisipasi
4.
Murni
SD/MI/Paket A Persen 94,61 96,65 97,15 97,53 97,81
SMP/MTs/Pake Persen 79,32 84,78 81,05 81,08 82,14
t B/SMP
Terbuka
SMA/MA/SMK Persen 57,70 60,87 60,47 63,45 64,78
5. Angka Kelulusan
SD/MI Persen 99,79 98,18 96,47 98,53 99,50
SLTP/MTs Persen 97,65 90,15 81,84 98,28 99,50
SMA/MA/SMK Persen 93,38 95,32 88,98 99,61 99,80
Angka Putus
6.
Sekolah
SD/MI Persen 0,06 0,17 0,07 0,07 0,03
SLTP/MTs Persen 0,18 0,22 0,17 0,09 0,07
SMA/MA/SMK Persen 0,24 0,43 0,44 0,57 0,44
Jumlah Prestasi Siswa dalam Olimpiade/Kejuaraan Tingkat
7.
Nasional dan Internasional:
SD/MI
‐ Nasional Peringkat ‐ 5 1 1 1
SLTP/MTs
‐ Nasional Peringkat ‐ 11 8 1 1
‐ Internasional Even ‐ 1 ‐ 1 1
SMA/MA/SMK
‐ Nasional Peringkat ‐ 1 3 1 1
‐ Internasional Event ‐ ‐ ‐ 2 2
Jumlah Sekolah Standar
8.
Nasional
SD/MI Sekolah 37 36 56 690 690
SMP/MTs Sekolah 59 36 76 302 302
SMA/MA/SMK Sekolah 75 87 86 437 437
9. Jumlah Sekolah Bertaraf Internasional
SD/MI Sekolah 1 1 5 6 6
SMP/MTs Sekolah 12 12 12 12 12
SMA/MA/SMK Sekolah 18 26 26 26 26
Jumlah Sekolah Sekolah 1 1 4 5 5
10. Berbasis
Keunggulan Lokal
Jumlah Lembaga Lembaga ‐ ‐ 37 46 46
11. PNF Memenuhi
Standar Nasional
Prestasi Kejuaraan Peringkat 1 2 1 1
12.
PNF
Orang 255.5 262.2 270.65 272.64 272,64
13. Jumlah Mahasiswa
93 72 0 7 7
Jumlah Mahasiswa Orang 8.238 7.500 8.000 8.342 8.342
14.
Asing
Sumber: Disdikpora Provinsi DIY
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 2
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Dari indikator pendidikan tersebut dapat diketahui bahwa secara umum hasil
pendidikan telah meningkatkan angka rata‐rata lama sekolah secara signifikan
yaitu dari 8,71 pada tahun 2008 meningkat 0,39 menjadi 9,10 pada tahun 2011.
Sedangkan tahun 2012 menjadi 9,23.
Capaian kemajuan pembangunan pendidikan dari segi pemerataan dan
perluasan akses pendidikan mengalami kemajuan yang cukup berarti, yaitu:
a. Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Dasar (SD/MI/sederajat dan
SMP/MTs/sederajat) dari 2008 sampai dengan 2012 mencapai angka diatas
100%. Pada tahun 2008 mencapai 108,55% dan pada 2012 mencapai
111,43%. Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) selama lima tahun
terakhir menunjukkan peningkatan dengan angka tahun 2012 masih sedikit di
bawah 100% karena sekitar 13% anak usia sekolah SD atau SMP sudah
sekolah di jenjang yang lebih tinggi.
b. APK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menunjukkan peningkatan yang cukup
signifikan dari 49,71 pada tahun 2008 meningkat menjadi 79,85 pada tahun
2012. Hal Ini menunjukkan bahwa minat dan kecenderungan masyarakat
untuk seawal mungkin memberikan pendidikan bagi anak‐anaknya pada
PAUD semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan tahun 2012 Gubernur
DIY mendapat penghargaan bidang PAUD dari Presiden karena dinilai berhasil
dalam mengembangkan lembaga PAUD sehingga merata di seluruh wilayah
provinsi, bahkan sudah tersedia di setiap desa.
c. APK dan APM Pendidikan Menengah mengalami kenaikan dari tahun ke tahun
dengan capaian APK pada tahun 2012 sebesar 89,01 dan APM 64,78. Kondisi
tersebut meningkat dibanding capaian APK pada tahun 2008 sebesar 79,34
dan APM sebesar 57,70. Sejalan dengan kebijakan pemerintah tentang
pengembangan pendidikan menengah universal, maka capaian APK tersebut
akan terus ditingkatkan antara lain dengan pemberian beasiswa kembali ke
sekolah (retrival)/rawan putus sekolah, dan BOSDA Sekolah Menengah.
d. APK Pendidikan Luar Biasa meningkat cukup tajam dari 66,83 pada tahun
2010 menjadi 93,11 pada tahun 2012. Hal ini dapat tercapai, disamping
karena intensifnya sosialisasi Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan, namun
juga karena koordinasi dengan kabupaten/kota terutama dalam
mengembangkan pendidikan inklusi, dan pemberian berbagai bantuan untuk
pendidikan khusus/pendidikian luar biasa.
e. Mulai tahun 2008 jumlah mahasiswa pada Perguruan Tinggi di DIY pulih
kembali bahkan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal itu dapat
terwujud, selain karena meningkatnya kualitas perguruan tinggi di DIY dan
kondisi lingkungan yang semakin kondusif dan terkendali, juga didukung oleh
promosi pendidikan ke luar provinsi/luar Jawa yang dilakukan secara intensif.
Pada saat ini sebagian besar mahasiswa yang ada di DIY berasal dari seluruh
provinsi di Indonesia sehingga wajar kalau setiap provinsi yang ada di
Indonesia mempunyai asrama mahasiswa di DIY. Pada saat ini banyak pula
mahasiswa yang berasal dari luar negeri.
f. Angka melek huruf juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dari
97,86 pada tahun 2008 meningkat menjadi capaian 98,23 pada tahun 2012.
Penanganan pemberantasan buta huruf selama ini dilakukan secara sinergis
dan terpadu antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota dan
perguruan tinggi bahkkan juga atas peran serta masyarakat dan stekholder
lainnya.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 3
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Capaian kemajuan pembangunan pendidikan dari segi kualitas dan daya saing
pendidikan juga cukup memadai dengan gambaran sebagai berikut:
a. Angka kelulusan semua jenjang sekolah selama lima tahun terakhir
menunjukkan angka yang tinggi dengan capaian pada tahun 2012 pada SD/MI
99,50, SMP/MTs 99,50, dan SMA/MA/SMK 99,80. Namun pada tahun 2010,
khususnya pada SMP/MTs dan SMA/MA/SMK angka kelulusan mengalami
penurunan yang cukup tajam yaitu untuk SMP/MTs dari 90,15 pada tahun
2009 menjadi 81,84 pada tahun 2010, dan untuk SMA/MA/SMK dari 95,32
pada tahun 2009 menjadi 88,98 pada 2010. Kondisi tersebut disebabkan
karena pada tahun 2010 ada kebijakan kelulusan yang hanya berdasar Nilai
Ujian Nasional saja, terbukti angka kelulusan meningkat kembali pada tahun
2011 dan 2012.
b. Angka putus sekolah semua jenjang sekolah kondisinya pada angka yang
sangat rendah yaitu di bawah 1. Penyebab masih adanya anak yang putus
sekolah pada umumnya disebabkan karena faktor latar belakang pendidikan
orang tua, faktor sosial ekonomi orang tua dan faktor budaya sehingga masih
ada anak‐anak yang harus membantu orang tua untuk mencari nafkah.
c. Dari segi kualitas kelembagaan sudah banyak sekolah yang mencapai Standar
Nasional ataupun terakreditasi A. Untuk SD/MI ada 673 (32,40%), SMP/MTs
ada 302 (59,22%), SMA/MA/SMK ada 437 (64,55%). Sedangkan RSBI/SBI
sudah melebihi ketentuan minimal bahwa setiap kabupaten/kota diharapkan
terdapat 1 sekolah untuk setiap jenis sekolah. RSBI/SBI ini ke depan tidak
akan ada penambahan jumlah karena adanya kebijakan moratorium
pembentukan RSBI dari pemerintah pusat. Sedangkan sekolah yang berbasis
keunggulan lokal ada peningkatan meskipun relatif sedikit. Untuk lembaga
PNFI yang terakreditasi A memang masih relatif sedikit karena kebijakan
pelaksanaan akreditasi lembaga PNFI oleh pemerintah pusat juga baru
dimulai beberapa tahun terakhir.
d. Dari segi daya saing, di tingkat nasional beberapa cabang lomba/kejuaraan
peserta DIY berhasil menduduki juara I, sedangkan dalam skala internasional,
perserta DIY berhasil menjadi wakil Indonesia pada beberapa event
lomba/kejuaraan yang berskala internasional.
Penghargaan di bidang pendidikan dari pemerintah pusat kepada Gubernur
DIY antara lain:
a. Penghargaan Penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun.
b. Penghargaan Pencairan Dana BOS tercepat.
c. Award Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Pembangunan pendidikan dilaksanakan melalui program‐program sebagai
berikut:
1. Program Pendidikan Anak Usia Dini.
2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.
3. Program Pendidikan Menengah.
4. Program Pendidikan Non Formal dan Informal.
5. Program Pendidikan Luar Biasa.
6. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
7. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan.
8. Program Pendidikan Tinggi.
9. Program Akselerasi Pengembangan Pendidikan Terkemuka.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 4
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Sedangkan alokasi anggaran APBD Provinsi DIY tergambar pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Pendidikan
di Provinsi DIY, 2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 12 87 39.819.295.000 35.335.831.512 88,74 99,93
2009 13 95 55.589.468.500 46.074.638.524 82,88 99,59
2010 14 133 65.194.677.155 56.690.530.198 86,96 99,76
2011 14 173 53.338.906.150 46.652.610.643 87,46 99,92
2012* 13 209 93.261.454.160 30.044.088.956 32,21 53,57
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012
Sumber: Disdikpora Provinsi DIY
Pada tahun 2012 melalui dana APBD Provinsi DIY sebesar
Rp.93.261.454.160,‐ dilaksanakan 13 program dan 209 kegiatan. Sampai dengan
bulan Agustus 2012, daya serap keuangan mencapai 32,21% dengan capaian
realisasi fisik sebesar 53,57%.
Permasalahan
1. Masih adanya anak usia pendidikan dasar yang belum bersekolah karena
faktor budaya/sikap orang tua.
2. Pelaksanaan pendidikan inklusi belum optimal.
3. Masih rendahnya minat baca siswa dan generasi muda.
4. Masih ada beberapa sekolah (swasta) yang membebankan biaya pendidikan
yang relatif tinggi kepada orang tua yang tidak mampu.
Solusi
1. Memberikan penyuluhan dan beasiswa bagi siswa tidak mampu.
2. Peningkatan koordinasi dan keterpaduan penanganan pendidikan inklusi
antara pusat, provinsi, kabupaten/kota dan lembaga non pemerintah yang
peduli.
3. Menggalakkan pengembangan perpustakaan sekolah, pengembangan
www.jogjabelajar.org yang berisi konten‐konten pembelajaran.
4. Pemberian beasiswa miskin, pemberian BOSDA baik Dikdas maupun Dikmen.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 5
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
2 URUSAN KESEHATAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita‐cita Bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi‐tingginya.
Pembangunan kesehatan di Provinsi DIY dinilai cukup berhasil yang
diperlihatkan dari keberhasilannya memperoleh penghargaan nasional Manggala
Bhakti Husada Kartika dari Presiden sebagai provinsi dengan derajat kesehatan
terbaik nasional pada tahun 2008. Prestasi tingkat nasional tersebut berlanjut di
tahun 2009‐2012 dengan berhasil dicapainya berbagai penghargaan di bidang
kesehatan oleh hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi DIY.
Indikator sebagai tolok ukur pencapaian target kinerja urusan kesehatan
di Provinsi DIY tahun 2008‐2012 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Kesehatan, 2008‐2012
Capaian Tahun
Indikator Satuan
2008 2009 2010 2011 2012***)
1. Umur Harapan Hidup*) Tahun 74,05 74,10 74,20 74,00 74,00
2. Angka Kematian Per 1000 19,00 19,00 18,00 19,00 19,00
Balita*) KH
3. Angka Kematian Bayi Per 1000 17,00 17,00 17,00 17,00 17,00
*) KH
per 105,00 104,00 103,00 103,00 103,00
4. Angka Kematian Ibu
100.000
melahirkan**)
KH
5. Prevalensi Gizi Buruk % 0,88 0,80 0,70 0,67 0,68
**)
6. Cakupan Rawat Jalan % 15,00 16,00 15,00 17,00
Puskesmas **)
7. Cakupan Rawat Inap % 1,30 1,32 2,50 2,70
Rumah Sakit **)
Sumber : *BPS (SP 2010), **Dinkes Provinsi DIY
Keterangan : ***) Prediksi akhir tahun 2012
Capaian derajat kesehatan (UHH, AKBA, AKB dan AKI) Provinsi DIY
menempati peringkat terbaik secara nasional. Capaian Umur Harapan Hidup
(UHH) pada tahun 2012, sebagaimana disajikan dalam tabel 4.3 mencapai 74
Tahun, lebih tinggi dari UHH secara nasional menurut BPS mencapai 69 tahun.
Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi
pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari
suatu negara/wilayah. Meningkatnya pelayanan kesehatan melalui puskesmas
dan meningkatnya kemampuan ekonomi akan meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan, meningkatkan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan gizi dan kalori, selanjutnya mampu memperoleh pendidikan yang lebih
baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang
pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
memperpanjang usia harapan hidupnya. UHH di DIY dari tahun 2008–2012 terus
mengalami peningkatan.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 6
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Angka Kematian Ibu (AKI) sejak tahun 2008 sampai dengan 2012 terus
mengalami penurunan. Pada tahun 2008 AKI sebanyak 105 per 100.000 Kelahiran
hidup, menurun menjadi 104 per 100.000 Kelahiran hidup pada tahun 2009, dan
menjadi 103 per 100.000 Kelahiran hidu pada tahun 2012. AKI nasional berdasar
SDKI 2007 sebesar 228 per 100.000 Kelahiran hidup. Angka Kematian Balita di
Provinsi DIY sebagaimana disajikan dalam tabel 4.3 di atas tahun 2012 sudah
mencapai 19 per 1000 Kelahiran hidup, lebih rendah dari Angka Kematian Balita
nasional berdasar SDKI 2007 sebesar 44 per 1000 Kelahiran hidup. Sedangkan
Angka Kematian Bayi pada tahun 2012 mencapai 17 per 1000 kelahiran hidup,
lebih rendah dari Angka Kematian Bayi secara nasional berdasar SDKI 2007
sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup.
Pola Penyakit menular yang selalu menjadi sepuluh besar penyakit (dari
data puskesmas) selama beberapa tahun terakhir adalah influensa, diare,
pneumonia, typhus perut klinis, diare berdarah (disentri), tersangka TB paru,
campak dan TBC dengan BTA (+). Sementara untuk balita, pola penyakit masih
didominasi oleh penyakit penyakit infeksi. Seiring dengan peningkatan status
ekonomi, perubahan gaya hidup dan efek samping modernisasi, maka problem
penyakit tidak menular pun cenderung meningkat. Beberapa penyakit tersebut
diantaranya adalah penyakit jantung dan pembuluh darah (cardiovaskuler),
hipertensi, stroke, diabetes mellitus, kanker, serta gangguan jiwa.
Prevalensi gizi buruk DIY telah mengalami penurunan dan cenderung
membaik, walau penderita gizi buruk masih juga dijumpai di wilayah DIY. Tahun
1998 sampai 2002 terdapat peningkatan persentase balita dengan status gizi baik,
namun demikian tahun 2004 persentase balita gizi buruk masih tetap dijumpai
dengan persentasenya mencapai 1,14%. Angka tersebut terus menunjukkan
kecenderungan penurunan.
Tabel 4.4
Prevalensi Gizi Buruk di Provinsi DIY, 2004‐2012
Tahun Nilai Prevalensi Gizi Buruk
2004 1,14
2005 1,08
2006 1,05
2007 0,94
2008 0,88
2009 0,80
2010 0,70
2011 0,67
2012 0,68
Sumber: Dinkes Provinsi DIY
Untuk cakupan rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas maupun rumah
sakit mengalami peningkatan termasuk kesehatan jiwa. Hal ini disebabkan karena
semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai asuransi kesehatan termasuk
masyarakat miskin yang dijamin oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
Pada tahun 2012 capaian indikator‐indikator derajat kesehatan maupun
upaya kesehatan di Provinsi DIY masih tertinggi dibanding provinsi lain secara
nasional. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2010
menempatkan DIY sebagai provinsi dengan indikator kesehatan terbaik dalam
mencapai target Millenium Development Goals (MDG’s).
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 7
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh pemerintah, masyarakat dan
berbagai sektor lain telah memberikan kontribusi pada pencapaian prestasi
tersebut. Pencapaian prestasi akan terus dipelihara dan ditingkatkan melalui
berbagai upaya pengembangan kebijakan, program dan kegiatan.
Capaian kinerja urusan kesehatan yang semakin baik dari tahun ke tahun
tidak menyurutkan upaya untuk senantiasa mencapai peningkatan lebih lanjut.
Upaya peningkatan kondisi kesehatan masyarakat dari tahun 2008–2012
ditempuh melalui program‐program sebagai berikut:
1. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
2. Program Perbaikan Gizi Masyarakat.
3. Program Pengembangan Lingkungan Sehat.
4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular.
5. Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah
Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru‐paru/Rumah Sakit Mata.
6. Program Sediaan Farmasi, Pembekalan Kesehatan, dan Pengawasan
Makanan.
7. Program Penanganan Pembiayaan Kesehatan Penduduk Miskin.
8. Program Pelayanan Kesehatan.
9. Program Kesehatan Lansia.
10. Program Kesehatan Balita.
11. Program Kesehatan Ibu.
12. Program Kesehatan Anak dan Remaja.
13. Proram Sistem Informasi Kesehatan.
14. Program Pendidikan Kesehatan dan Sumber daya Kesehatan.
15. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
16. Program Pengembangan Manajemen Kesehatan.
Tabel 4.5
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Kesehatan, 2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 26 115 62.739.930.535 60.437.443.112 96.33 99,81
2009 26 125 64.687.448.693 59.976.718.645 92,72 99,76
2010 27 118 61.786.229.766 56.989.833.836 92,24 96,89
2011 19 101 71.910.387.089 63.387.400.216 88,15 97,37
2012 23 113 91.651.904.207 24.694.422.088 26,94 48,71
Sumber: Dinkes Provinsi DIY
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 23 program
dengan jumlah kegiatan sebanyak 113 kegiatan. Sampai dengan Bulan Agustus
2012, capaian fisik rata‐rata sebesar 48,71% dengan capaian realisasi keuangan
sebesar 26,94%.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 8
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
Permasalahan mendasar dalam pembangunan kesehatan Provinsi DIY lebih
banyak terkait dengan hal‐hal sebagai berikut:
1. DIY merupakan wilayah rawan bencana dengan intensitas yang cukup tinggi
dan memiliki keragaman jenis bencana. Di sisi lain DIY juga memiliki
keterbatasan sumber daya anggaran dan masih memiliki permasalahan dalam
prosedur, kemampuan teknis dan manajerial bencana termasuk batasan
kewenangan lintas administratif.
2. Kasus dan kematian akibat penyakit tidak menular khususnya Cardiovascular
disease, kanker dan obstruksi paru semakin berkembang.
3. Jaminan kesehatan penduduk kelas menengah dan hampir miskin rendah.
4. Target percepatan pencapaian indikator MDG’s sebagian telah terlampaui
namun masih terjadi permasalahan yaitu:
a. Kecenderungan stagnasi perbaikan dalam 5 tahun terakhir AKI, AKABA,
AKB.
b. Indikator kelompok penyakit menular belum tercapai dan masih
dibawah target.
c. Kemampuan anggaran belum merata yang mempengaruhi pencapaian
target.
d. Angka kecelakaan lalu lintas semakin tinggi yang berisiko meningkatkan
kematian.
e. Peran sektor swasta dan sektor pemerintah di luar kesehatan dalam
pembangunan berwawasan kesehatan masih kurang.
f. Penerapan pola perilaku hidup bersih dan sehat untuk kesiapsiagaan
menghadapi ancaman risiko penyakit masih belum sepenuhnya baik
termasuk didalamnya adalah pola makan keluarga, kesehatan
lingkungan (sanitasi dan akses air bersih), pencegahan penyakit
menular, aktifitas fisik, penggunaan obat, jaminan kesehatan dan lain
sebagainya.
5. Minat mahasiswa untuk menimba ilmu di institusi pendidikan kesehatan di
Provinsi DIY mengalami kecenderungan penurunan karena tumbuhnya
berbagai institusi pendidikan kesehatan di luar DIY.
6. Kurangnya kesiapsiagaan keluarga pasien jiwa menerima kembali pasca
perawatan di RSJ Ghrasia.
7. Kurangnya pengetahuan masyarakat umum tentang masalah kesehatan jiwa
(kesehatan jiwa bukan hanya psikotik) dan deteksi dininya.
Solusi
Solusi atas permasalahan di atas adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana dan dampak
bencana serta peningkatan koordinasi dengan instansi terkait di Provinsi DIY.
2. Mengurangi risiko terjadinya penyakit melalui:
a. Peningkatan upaya pemerintah dalam pemberantasan dan pencegahan
penyakit.
b. Peningkatan peran lembaga pemerintah, non pemerintah dan swasta
dalam kegiatan pengurangan resiko bencana.
3. Pengembangan sistem jaminan pelayanan kesehatan menuju Total Coverage
Health Inssurance (TCHI) melalui berbagai strategi diantaranya pembiayaan
keluarga miskin, pengembangan sistem premi asuransi bagi penduduk non
miskin dan pendatang termasuk mahasiswa dan pelajar di DIY.
4. Peningkatan akses dan mutu:
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 9
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
a. pelayanan kesehatan oleh lembaga pemerintah maupun swasta.
b. perbaikan gizi dan pelayanan perbaikan kesehatan lingkungan.
c. pengembangan informasi kesehatan oleh pemerintah, lembaga non
pemerintah dan swasta yang mendukung tujuan dan sasaran
pembangunan kesehatan.
5. Meningkatkan kesiapan sarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, serta
meningkatkan kesiapan petugas/SDM kesehatan yang kompeten dalam
penanganan kegawat daruratan.
6. Menggerakkan dan memberdayakan sektor swasta dan masyarakat melalui:
a. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam penyusunan kebijakan dan
monitoring pembangunan kesehatan di DIY.
b. Mendorong masyarakat agar mandiri dalam pemenuhan kebutuhan dan
kesinambungan pelayanan kesehatan.
7. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan upaya
kesehatan berbasis masyarakat melalui posyandu, desa siaga, lembaga
swadaya masyarakat, organisasi keagamaan.
8. Pemasaran DIY sebagai pusat pendidikan, pelatihan, penelitian dan konsultasi
kesehatan, serta peningkatan kerjasama antar daerah dengan institusi
pendidikan kesehatan yang ada di Provinsi DIY.
9. Dilaksanakan home visit dan dibukanya klinik konsultasi keperawatan,
konsultasi obat dan konsultasi gizi yang dilaksanakan menjelang pasien pulang
atau kontrol.
10. Penyuluhan, promosi, iklan dan pelaksanaan kegiatan Desa Siaga Sehat Jiwa.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 10
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
3 URUSAN LINGKUNGAN HIDUP
Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menyatakan bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin
menurun mengancam kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya
sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
sungguh‐sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Untuk dapat
mewujudkan hal tersebut maka upaya peningkatan pengetahuan dan penyadaran
para pemangku kepentingan, melalui berbagai metode dan media yang efektif
perlu terus dilaksanakan.
Mengingat persoalan lingkungan merupakan persoalan yang bersifat lintas
wilayah administrasi, lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan, maka tingkat
capaian kondisi kualitas lingkungan pada dasarnya merupakan akumulasi dari
tingkat keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan pengelolaan lingkungan hidup
yang dilaksanakan baik oleh instansi sektor, kabupaten/kota, dan maupun para
pemangku kepentingan lainnya. Konsisten partisipasi dalam pengelolaan lingkungan
hidup dari para pemangku kepentingan baik pemerintah, dunia usaha, perguruan
tinggi, lembaga swadaya masyarakat maupun masyarakat merupakan kunci
penting.
Adapun indikator kinerja capaian pembangunan bidang lingkungan hidup
tahun periode 2008–2012 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Lingkungan Hidup, 2008‐2012
Capaian Tahun
No Indikator Kinerja Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
1 Tingkat Penurunan
Pencemaran Udara dan
Air:
a. Penurunan
Pencemaran Air
- BOD mg/lt 8,10 8,00 3,40 6,63 5,16
- COD mg/lt 47,10 17,33 17,00 20,21 13,14
- Bakteri Coli MPN/100 ml 2.195.063 976.305 480.553 91.681 934.625
b. Penurunan
Pencemaran Udara
- CO ppm 9,5 10,50 13,72 6,29 7,00
- HC µg/m3 110,15 95,40 177,00 100,34 61,13
- Pb µg/m3 1,410 0,927 0,047 0,95 0,34
- NOx µg/m3 40,76 ‐‐ ‐‐ 51,21 34,29
3
- Konsentrasi µg/m ‐‐ ‐‐ ‐‐ 31,70 31,77
partikulat
2 Jumlah sumber Unit Usaha 290 302 408 410 413
pencemar lingkungan
yang tertangani
3 Penurunan luas Ha 6 8 15 7,5 9
kerusakan lahan
4 Penurunan fluktuasi Cm 273 188 76 197 253
muka air tanah
Sumber: BLH Provinsi DIY
1. Tingkat Penurunan Pencemaran Udara dan Air
Parameter utama yang digunakan untuk menilai kualitas air sungai adalah
Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD).
Dari data kinerja yang ada menunjukkan kualitas air sungai dari tahun
2008–2012 semakin membaik dengan kata lain terjadi penurunan
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 11
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
pencemaran kualitas air sungai. Parameter utama berupa bakteri coli di
tahun 2012 terlihat meningkat. Belum tercapainya penurunan jumlah
bakteri coli disebabkan masih banyak rumah tangga yang mengalirkan
limbahnya ke sungai dengan tanpa pengolahan terlebih dahulu, serta
sumber‐sumber pencemar lainnya. Untuk mempercepat tercapainya target
akan terus diupayakan untuk peningkatan kesadaran masyarakat serta
fasilitasi yang diperlukan.
Untuk kualitas udara ambien digunakan parameter utama yaitu
konsentrasi Carbon Monoksida (CO), Hidro Carbon (HC), Plumbum (Pb),
Nitrogen Oksida (NOx), dan konsentrasi partikulat. Target parameter
tersebut telah tercapai, namun pada tahun 2010 target parameter HC tidak
tercapai. Hal ini disebabkan karena tingginya penambahan jumlah
kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda 4, dan dikarenakan masih
rendahnya kesadaran para pengguna kendaraan dalam perawatan mesin
sehingga menyebabkan kualitas emisinya banyak yang melampaui baku
mutu yang ditetapkan.
2. Jumlah Sumber Pencemar Lingkungan yang Tertangani
Jumlah sumber pencemar lingkungan yang tertangani dari tahun 2008–
2012 terus meningkat bahkan telah melampaui target yang ditetapkan.
Adapun capaian kinerja pada tahun 2008 sebesar 290 unit usaha, tahun
2009 sebesar 302 unit usaha, tahun 2010 sebesar 408 unit usaha, tahun
2011 sebesar 410 unit usaha dan pada tahun 2012 sebesar 413 unit usaha.
Sumber pencemar yang tertangani tersebut tersebar di kabupaten/kota di
Provinsi DIY, umumnya merupakan kegiatan usaha seperti hotel, rumah
sakit, industri dan UMKM yang potensial menimbulkan pencemaran baik
air sungai akibat buangan limbah cairnya maupun pencemaran udara
akibat emisi dari cerobong asapnya. Dalam mencapai indikator kinerja ini
upaya yang dilakukan oleh Provinsi DIY disamping dilaksanakan dengan
biaya yang berasal dari APBD Provinsi DIY, juga atas bantuan dari Kantor
Kementerian Lingkungan Hidup. Pada tahun 2010 Provinsi DIY memperoleh
bantuan dari Kantor Kementerian Lingkungan Hidup berupa pembangunan
Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL)/biogas untuk peternakan sapi di Desa
Pendowoharjo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo yang sudah
jadi sebanyak 103 unit.
3. Penurunan Luas Kerusakan Lahan
Capaian kinerja untuk penurunan luas kerusakan lahan dari tahun 2008–
2012 semakin membaik dan telah memenuhi bahkan melampaui target
kinerja yang ditetapkan. Adapun capaian kinerja pada tahun 2008 adalah 6
hektar, tahun 2009 sebesar 8 hektar, tahun 2010 sebesar 15 hektar, dan
pada tahun 2011 sebesar 7,5 hektar.
Beberapa upaya yang sudah dilakukan untuk menurunkan luas kerusakan
lahan adalah:
a) Pada tahun 2009 telah dilakukan reklamasi lokasi lahan kritis, pada bekas
penambangan pasir (bahan galian golongan C) oleh masyarakat di
Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman. Pada lahan tersebut telah
ditanami dengan tanaman penghijauan sebanyak 2400 batang yang
terdiri dari : tanaman mlinjo, mangga, mahoni dan sirsat. Tinggi
tanaman berkisar 50 – 75 cm. Untuk perawatan dan pemeliharaanya
bekerjasama dengan kelompok tani BUMDES Sindu Martani. Dari Hasil
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 12
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
kegiatan tersebut kondisi lahan kritis tersebut telah berubah menjadi
calon lahan perkebunan.
b) Pada tahun 2010 dilakukan reklamasi lokasi lahan kritis pada bekas
penambangan pasir (galian C) di Kecamatan Ngemplak Sleman dengan
tanaman penghijauan, penanganan daerah rawan longsor seluas 5 Ha di
Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo,
reklamasi lahan bekas galian golongan C di Desa Kenteng, Kecamatan
Ponjong, Kabupaten Gunungkidul seluas 2,5 Ha. Penataan lahan dan
penghijauan pada lahan kritis/marginal seluas kurang lebih 13 Ha
tersebar di 4 kabupaten dilaksanakan dengan menanam berbagai jenis
tanaman keras. Adapun lokasi penananam pohon berada di wilayah
sebagai berikut :
Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, sebanyak 650
tanaman
Dusun Rejosari, Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul,
sebanyak 675 tanaman
Dusun Tegiri, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon
Progo, sebanyak 1.325 tanaman
Dusun Balak, Desa Pendoworejo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten
Kulon Progo, sebanyak 500 tanaman
Desa Ngesong, Kecamatan Giri Purwo, Kabupaten Kulon Progo,
sebanyak 825 tanaman
Desa Sumberwungu, Kecamatan Tepus, Gunung Kidul, sebanyak
1.325 tanaman
c) Pada tahun 2011 dilakukan reklamasi di lokasi lahan kritis dengan
melakukan penghijauan pada lahan bekas penambangan pasir (bahan
galian golongan C), terutama di Dusun Balong, Desa Umbulharjo,
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman seluas 3,5 hektar dengan
jumlah 1050 bibit tanaman dan di Dusun Pandansimo, Desa Poncosari,
Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul seluas 4 hektar, dengan
jumlah bibit pohon sebanyak 3500 batang. Dalam kegiatan reklamasi di
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman dilakukan penataan lahan
yang meliputi pembuatan terasering, guludan dan penanaman penguat
tebing. Jenis tanaman yang ditanam antara lain mahoni, sengon laut,
mangga, kelengkeng, dan bambu sebagai penguat tebing. Sedangkan di
Srandakan ditanam pohon sengon, nyamplung, keben, rambutan dan
mangga. Penanaman dilakukan di sempadan sungai yang tergerus oleh
kegiatan penambangan pasir. Jenis‐jenis tanaman yang ditanam tidak
hanya jenis penghasil kayu tetapi juga penghasil buah, sehingga
reklamasi diharapkan dapat berfungsi ganda, yaitu berfungsi konservasi
dan tanaman produksi.
Capaian kinerja penurunan luas kerusakan lahan tahun 2012 belum dapat
disajikan karena sesuai rencana, kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada
bulan Oktober 2012 mendatang.
4. Penurunan Fluktuasi Muka Air Tanah
Penurunan fluktuasi muka air tanah didasarkan pada perbedaan kedalaman
dari hasil pengukuran muka air tanah (sumur) dari permukaan tanah pada
saat musim kemarau dibandingkan dengan pada saat musim penghujan.
Capaian kinerja penurunan fluktuasi muka air tanah dari tahun ke tahun
menunjukkan hasil yang semakin baik dan memenuhi target yang
ditetapkan. Pada Tahun 2008 Fluktuasi muka air tanah terukur 273 cm.
Pada tahun 2009 Realisasi capaian tersebut adalah 188 cm, adapun target
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 13
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
kinerja yang ditetapkan sebesar 268 cm. Ini berarti terjadi peningkatan
kuantitas air tanah sebesar 30% dari yang telah ditargetkan. Angka
penurunan fluktuasi muka air tanah untuk tahun 2010 relatif kecil yakni 76
cm, terutama disebabkan oleh pendeknya musim kemarau, disamping
karena keberhasilan dalam pelaksanaan konservasi air melalui kegiatan
pembuatan SPAH, lubang biopori maupun penghijauan. Pada tahun 2011
target kinerja fluktuasi muka air tanah yang ditetapkan adalah sebesar 258
cm, sedangkan realisasi capaiannya sebesar 197 cm, sehingga realisasi
capaiannya mencapai 123,6%. Semakin kecil selisih kedalaman air tanah
pada saat musim kemarau dan musim penghujan berarti ketersediaan air
tanah secara kuantitatif semakin stabil (membaik), Ini berarti terjadi
peningkatan kuantitas air tanah yang cukup signifikan. Data perhitungan
ini berdasarkan hasil pemantauan muka air tanah pada 33 titik lokasi
pemantauan, yang tersebar di Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kota
Yogyakarta, terutama di sekitar Sungai Code, Sungai Winongo, dan Sungai
Gadjahwong. Untuk meningkatkan kuantitas muka air tanah ini dilakukan
dengan melaksanakan kegiatan konservasi air (di daerah tangkapan air),
melalui pembuatan Sumur Peresapan Air Hujan (SPAH), gerakan
pembuatan lubang sejuta biopori serta penghijauan. Disamping disebabkan
hasil dari pelaksanaan kegiatan tersebut, penurunan fluktuasi muka air
tanah secara alami pada tahun 2011 didukung oleh intenitas curah hujan
yang cukup tinggi. Untuk tahun 2012 sampai dengan bulan Agustus, data
penurunan fluktuasi muka air tanah belum dapat disajikan karena
pemantauan muka air tanah baru dilaksanakan untuk periode musim
penghujan sedangkan untuk periode musim kemarau akan dilaksanakan
pada bulan Oktober 2012.
Pembangunan di bidang lingkungan hidup dari tahun 2008–2012 didukung
oleh program‐program sebagai berikut:
1. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan.
2. Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup.
3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.
4. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup.
5. Program Peningkatan Pengendalian Polusi.
6. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Rekapitulasi program/kegiatan urusan lingkungan hidup di Provinsi DIY tahun
2008‐2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.7
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Lingkungan Hidup
di Provinsi DIY, 2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 11 62 4.941.955.350 4.671.946.519 94,54 98,06
2009 7 41 7.982.565.000 7.236.787.490 90,66 98,67
2010 10 73 5.482.742.110 5.221.020.890 95,23 99,67
2011 9 58 6.380.583.514 6.082.004.346 95,32 100,00
2012* 9 64 7.192.530.900 2.605.336.810 36,94 35,94
Catatan: *)Posisi s/d Bulan Juli 2012 | Sumber: BLH Provinsi DIY
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 14
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Pada tahun 2012 jumlah program yang dilaksanakan sebanyak 9 program
dengan jumlah kegiatan sebanyak 64 kegiatan. Sampai dengan bulan Juli 2012,
capaian fisik rata‐rata sebesar 35,94% dengan capaian realisasi keuangan sebesar
Rp.2.605.336.810,‐ atau 36,94%.
Adapun kegiatan yang telah diselesaikan sampai dengan bulan Agustus
2012 adalah Pengujian Emisi Kendaraan Bermotor.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup sangat ditentukan oleh
komitmen bersama dan sinergisitas dalam pelaksanaan program
pengelolaan lingkungan dari seluruh pemangku kepentingan. Dalam
kenyataan yang ada, hal ini masih sangat kurang sehingga pengelolaan
lingkungan masih berjalan secara parsial dan kurang sinergi;
2. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Provinsi DIY terutama di Kota
Yogyakarta menjadi penyebab memburuknya kualitas udara pada ruas‐ruas
jalan terutama pada saat padat kendaraan di lokasi simpang, titik‐titik
kemacetan dan pusat‐pusat aktifitas penduduk, disamping manajemen
tranportasi belum berjalan secara optimal, dan keterbatasan luas Ruang
Terbuka Hijau/jalur hijau;
3. Penurunan kualitas air tanah sebagai sumber air minum bagi penduduk
serta meningkatnya pencemaran sungai oleh limbah domestik (rumah
tangga) dan limbah industri, terutama masih tingginya konsentrasi bakteri
coli;
4. Pelanggaran terhadap tata ruang dan tata guna lahan yang merupakan
pemicu awal timbulnya pencemaran/kerusakan lingkungan;
5. Bencana alam berupa letusan erupsi Gunung Merapi tahun 2010 telah
menyebabkan perubahan kondisi lahan dan sungai terutama di daerah
kabupaten Sleman, kondisi ini akan menyebakan gangguan pada upaya
konservasi sumber‐sumber air tanah, mengingat Kabupaten Sleman
merupakan daerah resapan air bagi daerah hulu (Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Sleman);
6. Pemahaman yang keliru tentang produksi ramah lingkungan. Bagi sebagian
besar para pelaku usaha, masyarakat dan para pengambil kebijakan masih
beranggapan bahwa melakukan proses produksi yang ramah lingkungan
memerlukan biaya yang mahal dan memperbesar ongkos produksi sehingga
memperkecil keuntungan atau menghambat investasi. Pemahaman yang
seperti ini merupakan tantangan dalam upaya pencegahan pencemaran
dan kerusakan lingkungan;
7. Sumber pencemaran yang berasal dari kegiatan usaha skala rumah tangga
dan Usaha Kecil Menengah (UKM), hal tersebut dikarenakan masih
rendahnya kesadaran para pelaku usaha untuk melakukan proses produksi
yang ramah lingkungan.
Solusi
1. Melaksanakan koordinasi, konsolidasi dan kerjasama yang terus menerus
dengan seluruh pemangku kepentingan baik dengan melakukan pertemuan
koordinasi, melakukan pendekatan yang bersifat persuasif, memberikan
bantuan stimulan dan menciptakan kerjasama sesuai kapasitas dan
kewenangannya;
2. Mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk dapat menindaklanjuti
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Pencemaran
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 15
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Udara dengan melakukan uji emisi kendaraan bermotor serta mendorong
kepada para pemilik kendaraan terutama kendaraan umum untuk menjaga
kualitas mesin dan memperhatikan emisi gas buang, kerjasama dengan
instansi terkait untuk melaksakan upaya perbaikan sistem transportasi,
pembangunan baru dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau/jalur hijau;
3. Melaksanakan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota untuk dapat
memfasilitasi dan mendorong pembangunaan Instalasi Pengolah Limbah
Cair (IPLC) komunal bagi rumah tangga, serta membuat demplot
pembangunan IPLC dengan mengajak mitra dunia usaha dengan dana
Community Social Responsibility (CSR);
4. Melaksanakan koordinasi dengan berbagai instansi terkait baik di Provinsi
maupun Kabupaten/kota dalam rangka pengawasan pelaksanaan peraturan
terkait dengan tata ruang;
5. Pada tahun 2011 telah dilakukan kajian komprehensif untuk mengetahui
dampak erupsi Gunung Merapi, sebaran dan rekomendasi tahapan
pemulihan kondisi lingkungan pasca erupsi, sehingga dapat dijadikan acuan
bagi berbagai pihak untuk melakukan pemulihan lingkungan secara tepat;
6. Melakukan pendekatan dalam pengelolaan lingkungan hidup dengan
menggunakan paradigma baru bahwa sampah dan limbah adalah
merupakan sumberdaya yang masih potensial untuk dimanfaatkan dan
mempunyai nilai ekonomis serta penekanan pendekatan nilai manfaat
ekonomis dan sosial yang akan diperoleh bagi berbagai pihak baik jangka
pendek, menengah dan panjang;
7. Bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota melakukan upaya
pembinaan dan pendampingan bagi kegiatan usaha skala rumah tangga dan
UKM dalam bentuk sosialisasi dan pelatihan agar supaya melakukan
produksi yang ramah lingkungan.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 16
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
4 URUSAN PEKERJAAN UMUM
DIY merupakan salah satu daerah tujuan wisata, pusat budaya, serta salah satu
daerah tujuan pendidikan. Predikat ini menuntut penyediaan infrastruktur yang
memadai dan dapat memberikan pelayanan yang optimal. Letak DIY yang
strategis mendukung perkembangan pembangunan di DIY dengan memperoleh
manfaat daerah belakangnya (hinterland) sebagai akses distribusi orang dan
barang yang lebih cepat dan ekonomis bagi tujuan mereka. Peluang tersebut akan
termanfaatkan secara optimal jika didukung oleh sarana dan prasarana fisik yang
memadai.
Penanganan urusan pekerjaan umum meliputi pembangunan di bidang sumber
daya air, keciptakaryaan, dan kebinamargaan. Di bidang sumber daya air,
Pemerintah Provinsi DIY berkewajiban dan bertanggungjawab untuk
melaksanakan pengelolaan sungai dan infrastruktur irigasi yang menjadi
kewenangan provinsi, dengan tiga pilar pengelolaan sumberdaya air yang
meliputi: konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan
pengendalian daya rusak air. Bidang kebinamargaan bertanggungjawab untuk
melaksanaan pengelolaan jalan dan jembatan berstatus jalan provinsi, baik yang
terkait pemeliharaan rutin, rehabilitasi, peningkatan maupun pembangunan dari
jaringan jalan yang ada di wilayah DIY. Sedangkan bidang keciptakaryaan
melaksanakan ketugasan penyediaan infrastruktur dasar (basic infrastructure)
untuk peningkatan ekonomi lokal, pemberdayaan masyarakat, peningkatan
layanan masyarakat, dan kelestarian lingkungan di perkotaan dan perdesaan.
Ruang lingkup pelayanan ini meliputi: (1) Permukiman, (2) Air Minum, (3) Air
Limbah, (4) Persampahan, (5) Drainase, dan (6) Penataan Bangunan dan
Lingkungan.
Selama tahun 2011, selain dilaksanakan program peningkatan pelayanan
publik sebagai jabaran dari visi, misi, tujuan dan sasaran sebagaimana telah
ditetapkan dalam RPJMD, urusan bidang pekerjaan umum banyak bersentuhan
dengan pemulihan kondisi infrastruktur dan permukiman pasca erupsi Gunung
Merapi Tahun 2010.
Semua tanggungjawab dan kewenangan Pemerintah Provinsi DIY dalam
urusan ke‐PU‐an tidak terlepas dari urusan yang ditangani oleh Pemerintah Pusat
(yang menjadi kewenangan dan tanggungjawab Pemerintah Pusat) ataupun
Pemerintah Kabupaten/Kota (yang menjadi kewenangan dan tanggungjawab
pemerintah Kabupaten/Kota), mengingat sarana dan prasarana ke‐PU‐an pada
dasarnya adalah sistem yang saling terkait satu dengan yang lain. Oleh karena itu
ada beberapa dana pusat yang bisa diperuntukkan untuk menangani urusan ke‐
PU‐an yang menjadi tanggungjawab daerah, termasuk Loan/Bantuan Luar Negeri.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 17
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Adapun Indikator sebagai tolok ukur pencapaian target kinerja urusan
pekerjaan umum tahun periode 2008–2012 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Pekerjaan Umum, 2008‐2012
Capaian Tahun
No Indikator Kinerja Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
Penambahan
100,00 100,00 100,00 100,00
Penyediaan Air Ltr/
1
Baku Bagi Detik 100,00
100,00 100,00 100,00 100,00
Masyarakat
Prosentase 50,00 55,00 60,00 65.00
Penanganan
2 % 70,00
banjir Terhadap 50,00 55,00 60,00 65.00
Daerah Potensi
Prosentase
55,00 60,00 65,00 70,00
Luasan DI yang
3 %
Terlayani Air 75,00
55,00 60,00 65,00 70,09
Irigasi
Prosentase
60,00 65,00 70,00 75,00
Panjang Jaringan
4 %
Jalan dalam 80,00
60,00 65,00 70,00 83,89
Kondisi Baik
Prosentase
10,00 40,00 50,00 60,00
Penduduk
5 %
Berakses Air 70,00
10,00 40,00 50,00 65,29
Minum
Prosentase
10,00 10,00 20,00 30,00
Layanan Air
6 %
Limbah Terpusat 40,00
10,00 10,00 20,00 55,00
di APY
Prosentase
50,00 55,00 60,00 65,00
Penduduk yang
7 terlayani %
70,00
Pengelolaan
50,00 55,00 60,00 66,40
Sampah
Jumlah TPA
Sampah yang 1,00 1,00 1,00 1,00
8 Menggunakan Jml
2,00
Sistem Sanitary 1,00 1,00 1,00 1,00
Landfill
Sumber: Dinas PUP SEDM Provinsi DIY
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 18
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Selain indikator pada Tabel tersebut di atas seperti yang tertuang dalam
RPJMD, terdapat indikator pendukung yang ditetapkan dalam Rencana Strategis
Instansi yaitu :
1. Teknologi terterapkan
2. Pengujian konstruksi terlayani
3. Peningkatan jumlah ahli utama terlayani
Pencapaian indikator di bidang pekerjaan umum tersebut dari tahun 2008–
2012 dilaksanakan antara lain melalui program‐program sebagai berikut:
1. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku.
2. Program Pengendalian Banjir.
3. Program Pengembangan dan Pengelolaan jaringan Irigasi, Rawa dan
Jaringan Pengairan Lainnya.
4. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau &
SDA Lainnya.
5. Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong‐gorong.
6. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.
7. Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan.
8. Program Peningkatan Jalan dan Jembatan
9. Program Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan.
10. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum & Air Limbah.
11. Program Pengembangan Pengelolaan Air Minum
12. Program Pengembangan Pengelolaan Air Limbah.
13. Program Pengelolaan Persampahan.
14. Program Pembangunan dan Pengelolaan Bangunan Gedung dan
Lingkungan.
15. Program Pengembangan Kawasan Perkotaan.
16. Program Pengembangan Kawasan Perdesaan
17. Program Pelayanan Jasa Pengujian.
18. Program Pengembangan Manajemen Laboratoium.
19. Program Pengkaji dan Penerapan Teknologi Bidang Pekerjaan Umum.
20. Program Pengaturan Jasa Konstruksi.
21. Program Pemberdayaan Jasa Konstruksi.
22. Program Pengawasan Jasa Konstruksi.
23. Program Pengadaan Tanah Untuk Infrastruktur.
Pemerintah Provinsi DIY telah mendapatkan beberapa penghargaan tingkat
Nasional dari Kementerian Pekerjaan Umum melalui Penilaian Kinerja Pemerintah
Daerah (PKPD) Bidang Pekerjaan Umum, untuk tahun 2009, 2010 dan 2011.
GAMBAR
Penerimaan Penghargaan
Peringkat I PKPD PU Bidang
Pekerjaan Umum Sub Bidang
Bina Marga
sumber:
Penyelenggaraan Jalan dan
jembatan, Tahun 2011
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 19
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Tabel 4.9
Penerimaan Penghargaan PKPD Bidang Pekerjaan Umum
Pemberi
No Bidang/ Peringkat Tahun Tingkat
Penghargaan
1.
Bidang Pekerjaan Umum,
Sub Bidang Sumber Daya Air Kementerian
2009 Nasional
(Pengelolaan Sumber Daya Pekerjaan Umum
Air) / Peringkat III
2. Bidang Pekerjaan Umum,
Sub Bidang Bina Marga Kementerian
2009 Nasional
(Penyelenggaraan Jalan dan Pekerjaan Umum
Jembatan) / Peringkat II
3 Bidang Pekerjaan Umum,
Sub Bidang Bina Marga Kementerian
2010 Nasional
(Penyelenggaraan Jalan dan Pekerjaan Umum
Jembatan) / Peringkat I
4. Bidang Penataan Ruang, Sub
Bidang Penyelenggaraan Kementerian
2010 Nasional
Penataan Ruang Yang Pekerjaan Umum
Berkelanjutan / Peringkat III
5. Bidang Pekerjaan Umum,
Sub Bidang Bina Marga Kementerian
2011 Nasional
(Penyelenggaraan Jalan dan Pekerjaan Umum
Jembatan) / Peringkat I
6. Bidang jasa konstruksi, Sub
Kementerian
Bidang Pembinaan Jasa 2011 Nasional
Pekerjaan Umum
Konstruksi / Peringkat II
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY 2012
Tabel 4.10
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Pekerjaan Umum
di Provinsi DIY, 2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun %
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
Capaian
2008 25 221 202.077.195.600 192.557.973.987 95,29 100,00
2009 20 84 185.848.384.372 170.336.745.615 91,65 100,00
2010 27 107 153.302.000.091 123.783.318.711 80,74 99,26
2011 25 82 178.629.446.576 157.492.864.300 88,17 100,00
2012*) 23 89 162.562.837.829 31.296.729.990 19,25 42,67
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 23 Program
dengan jumlah kegiatan sebanyak 89 kegiatan. Sampai dengan Bulan Juli 2012,
capaian fisik rata‐rata sebesar 42,67% dengan serapan keuangan sebesar 19,25%.
4.1 Penambahan Penyediaan Air baku bagi Masyarakat
Indikator Capaian Kinerja ini dilaksanakan melalui Program Penyediaan dan
Pengelolaan Air Baku, dalam rangka penyediaan air baku untuk memenuhi
berbagai kebutuhan, khususnya untuk irigasi dan air bersih. Sumber air diambil
dari air tanah melalui pengeboran sumur dalam, atau melalui bangunan
pengambilan yang dipasang di sungai dan kemudian dinaikkan ke atas dengan
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 20
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
pompanisasi. Khusus untuk irigasi, lahan pertanian yang diairi selama ini
merupakan sawah tadah hujan. Dengan tersedianya irigasi sistem pompa, petani
telah dapat meningkatkan produksi di lahan pertaniannya. Dari kebutuhan sampai
dengan 2013 sebesar 1.176,74 liter/detik, sampai dengan akhir tahun 2011 telah
tercapai 405,60 liter/detik dan di tahun 2012 direncanakan capaian sebesar 306
liter/detik sisanya sebesar 465,14 liter/detik akan dilaksanakan pada tahun 2013.
Tabel 4.11
Kebutuhan dan Capaian Pemenuhan Air Baku
Kebutuhan
sampai Tahun Capaian Keterangan
2013
1.176,74 405,60 liter/detik telah tercapai sampai dengan akhir
liter/detik tahun 2011
306 liter/detik rencana pencapaian di tahun 2012
465,14 liter/detik rencana pencapaian di tahun 2013
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY 2012
Melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan
Umum juga dilaksanakan program penyediaan air baku sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap air baku.
GAMBAR
Embung Tambak Boyo Kabupaten Sleman, kapasitas 400.000 m3
dengan fungsi konservasi, irigasi, air baku, perikanan dan pariwisata
4.2 Prosentase Penanganan banjir Terhadap Daerah Potensi
Indikator Capaian Kinerja ini dilaksanakan melalui Program Pengendalian Banjir
dalam rangka pemeliharaan sungai dan bantaran sungai. Setiap terjadi banjir,
tebing sungai mengalami gerusan yang mengakibatkan longsoran tebing sungai.
Untuk penanganan hal tersebut diperlukan konstruksi penahan tebing yang aman
dan ramah lingkungan berupa konstruksi bronjong.
Kondisi capaian sampai bulan Juli tahun 2012 untuk penanganan banjir
terhadap daerah potensi banjir sebesar 67,2% dari target yang telah ditentukan
sebesar 70%, yang dicapai melalui kegiatan:
1. Rehabilitasi dan pemeliharaan bantaran dan tanggul sungai yaitu dengan
perkuatan tebing sungai yang mengalami gerusan dengan konstruksi yang
ramah lingkungan berupa pasangan bronjong.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 21
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
2. Pengendalian banjir dan pemantauan kekeringan, yaitu dengan
melakukan monitoring dan persiapan menghadapi banjir serta pengadaan
bahan banjiran berupa bronjong dan karung plastik.
3. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sungai, danau dan
sumber air lainnya berupa bantuan teknis serta pemberian bantuan
bahan banjiran kepada masyarakat yang berada di daerah potensi banjir.
1. Pemeliharaan pos dan peralatan hidrologi sebanyak 67 pos yang tersebar
di Kabupaten Kulon Progo (20 pos), Kabupaten Sleman (19 pos),
Kabupaten Bantul (18 pos), Kabupaten Gunungkidul (10 pos).
Penanganan terhadap potensi banjir juga dilaksanakan oleh Balai Besar
Wilayah Sungai Serayu Opak meliputi pengerukan sedimen dan normalisasi
sungai, terutama di sungai‐sungai yang berhulu di Merapi.
GAMBAR
Pembangunan tebing Sungai
Winongo
4.3 Prosentase Luasan Daerah Irigasi yang Terlayani Air Irigasi
Dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan air irigasi bagi pertanian, dilakukan
upaya penyediaan air melalui kegiatan perencanan teknis prasarana jaringan
irigasi, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan prasarana irigasi melalui
kegiatan:
1) Perencanaan teknis jaringan.
2) Rehabilitasi jaringan irigasi.
3) Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi seluas 17.112,87 ha tersebar
pada jaringan irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi
DIY di Kabupaten Bantul,Sleman, Kulon Progo dan Gunungkidul,
meliputi 44 daerah irigasi.
Sampai dengan akhir tahun 2011, Daerah Irigasi yang terlayani air adalah
sebesar 70,09%.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 22
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Tabel 4.11
Kebutuhan dan Capaian Pemenuhan Air Baku
Luas DI yang terlayani air
No Nama Daerah Irigasi Luas (Ha) s/d tahun 2011
(Ha)
1 D.I. Grembyangan 541,34 460,14
2 D.I. Semoyo 30,00 25,50
3 D.I. Kucir 61,14 51,97
4 D.I. Kuton 113,16 96,19
5 D.I. Madugondo 104,00 88,40
6 D.I. Dadapan 38,00 32,30
7 D.I. Pulodadi 175,73 149,37
8 D.I. Glendongan 209,01 177,66
9 D.I. Klampok 294,94 250,70
10 D.I. Sekarsuli 145,27 123,48
11 D.I. Nologaten 27,46 23,34
12 D.I. Ngebruk 40,85 34,72
13 D.I. Trini 151,93 129,14
14 D.I. Cokrobedog 194,17 165,04
15 D.I. Gamping 532,00 452,20
16 D.I. Brongkol 15,50 13,18
17 D.I. Tumut 44,34 37,69
18 D.I. Timoho 120,80 102,68
19 D.I. Engkuk‐engkuan 13,86 11,78
20 D.I. Sambeng 60,00 51,00
21 D.I. Mojo 47,72 40,56
22 D.I. Sembuh 33,44 28,42
23 D.I. Ponggok 132,20 112,37
24 D.I. Kanoman 16,00 13,60
25 D.I. Tanjung 776,00 659,60
26 D.I. Bangeran I 138,01 117,31
27 D.I. Mrican 162,00 137,70
28 D.I. Sidomulyo 160,00 136,00
29 D.I. Karangjati 18,29 15,55
30 D.I. Prangkok 81,05 68,89
31 D.I. Sidoraharjo 97,50 82,88
32 D.I. Madean 291,85 248,07
33 D.I. Pogong 1,00 0,85
34 D.I. Minggiran 3,69 3,14
35 D.I. Mendungan 3,62 3,08
36 D.I. Mergangsan 15,00 12,75
37 D.I. Simo 1.247,00 872,90
38 D.I. Payaman 1.040,00 10,40
39 D.I. Pendowo 1.251,00 875,70
40 D.I. Blawong 1.077,00 753,90
41 D.I. Canden 1.109,00 776,30
42 D.I. Pijenan 2.563,00 1.794,10
43 D.I. Sapon 1.900,00 1.330,00
44 D.I. Pengasih 2.035,00 1.424,50
TOTAL 17.112,87 11.995,04
Prosentase Realisasi luas DI yang
70,09%
terlayani air
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 23
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
4.4 Prosentase Panjang Jaringan Jalan dalam Kondisi Baik
Target RPJMD untuk jalan adalah kondisi jaringan jalan dalam kondisi baik. Jalan
dalam kondisi baik dalam RPJMD diartikan sebagai jalan dalam kondisi mantap
menurut kriteria Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum
(jalan dalam kondisi baik dan kondisi sedang menurut kriteria Direktorat Jenderal
Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum). Total jalan berstatus Jalan Provinsi
adalah 690,25 Km, dengan panjang jembatan 4.393,09 m.
Sampai akhir Juli tahun 2012, kondisi jalan berstatus Jalan Provinsi DIY adalah
sebagai berikut:
1) Kondisi mantap 582,45 km (84,39%), terdiri dari jalan dalam kondisi baik
169,07 km (24,49%) dan jalan dalam kondisi sedang 413,38 km (59,89%),
2) Kondisi tidak mantap 107,80 km (15,61%), terdiri dari jalan rusak ringan
82,27 km (11,92%) dan jalan rusak berat 25,53 km (3,69%).
Melalui dana APBN, telah dilakukan kegiatan yang sama untuk jalan‐jalan di
DIY yang berstatus Jalan Nasional. Pada akhir tahun 2011, dari 223,16 km Jalan
Nasional 97,25% dalam kondisi mantap, dan 2,75% dalam kondisi tidak mantap.
Sedang untuk jalan berstatus Jalan Kabupaten/Kota di DIY dari panjang total
3.840,26KM, pada akhir 2011 ada 76,48% dalam kondisi mantap, dan 23, 52 %
dalam kondisi tidak mantap.
Untuk mengatasi kesenjangan dan sebagai upaya percepatan pertumbuhan
pembangunan di kawasan selatan Pulau Jawa, serta untuk optimalisasi potensi
daerah selatan Pulau Jawa maka dibangun jalur lintas selatan. Selain itu manfaat
pembangunan jalur lintas selatan adalah untuk membuka seluruh potensi daerah
selatan di Provinsi DIY seperti potensi wisata, industri kelautan dan pertanian,
yang diharapkan bisa merupakan satu kesatuan jaringan jalan di Pulau Jawa
sehingga dapat memberikan tingkat pelayanan yang lebih baik bagi pengguna
jalan. Pembangunan jalur lintas selatan juga mempunyai tujuan strategis yaitu
untuk menyeimbangkan pertumbuhan wilayah DIY yang selama ini cenderung
berkembang ke arah utara–timur laut.
Pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) sepanjang 117,60 km terbagi
menjadi 4 (empat) segmen. Untuk Jalur Jalan Pantai Selatan (Pansela)/ JJLS, pada
tahun 2010 telah ditetapkan sebagai Jalan Strategis Nasional Belum Tersambung
dengan panjang 125,125 km. Sampai dengan tahun 2011 tahapan pembangunan
JJLS meliputi studi kelayakan, penyusunan AMDAL, penyusunan Detail
Engineering Design (DED), pembebasan tanah seluas 37,26 Ha serta kegiatan fisik
berupa pembangunan jalan sepanjang 9,40 km.
Tabel 4.13
Kondisi Jalan Provinsi di DIY (Km), 2008‐2012
Rusak Rusak
Tahun Panjang Total Baik Sedang
Ringan Berat
2008 690,25 114,05 432,98 98,39 44,83
2009 690,25 144,94 419,24 94,41 31,68
2010 690,25 165,43 410,61 85,14 29,07
2011 690,25 167,45 411,63 83,89 27,28
*2012 690,25 169,07 413,38 82,27 25,53
*Data sampai Juli 2012
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY 2011
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 24
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Tabel 4.14
Kondisi Jembatan Provinsi di DIY (m), 2008‐2012
Tahun Panjang Total Baik Sedang Rusak
2008 4.991,30 3.709,60 646,50 635,20
2009 4.991,30 3.818,90 410,80 635,30
2010 5.033,60 2.688,01 1.464,55 881,04
2011 4.393,09 2.352,30 1.355,99 684,80
*2012 4.393,09 2.436,30 1.355,99 600,80
*Data sampai Juli 2012
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY
4.5 Prosentase Penduduk Berakses Air Minum
Air bersih dengan standar air minum layak merupakan kebutuhan dasar
masyarakat. Pertumbuhan jumlah penduduk dan keragaman kegiatan masyarakat
akan meningkatkan kebutuhan air minum di kawasan perkotaan dan juga
perdesaan. Upaya pencapaian target pelayanan penduduk terhadap akses air
minum antara lain dilakukan dengan:
1) Pembinaan Teknis Pengelolaan Air Minum;
2) Pengadaan Bahan Penyediaan Air Spamdes;
3) Pelaksanaan Konstruksi Pengembangan Sistem Distribusi.
Dalam pengelolaan air ini, sebagai wujud peran serta masyarakat , di Provinsi
DIY, telah terbentuk PAMASKARTA (Paguyuban Air Minum Masyarakat
Yogyakarta) yang beranggotakan kelompok kelompok masyarakat pengelola air
minum di perdesaan. Sampai dengan bulan Juli tahun 2012 jumlah anggota
PAMASKARTA telah mencapai 482 kelompok, dimana masing‐masing kelompok
mengelola sumber air rata rata 1 s.d. 2 liter/detik.
Jumlah penduduk berakses air minum sebagai hasil pelaksanaan
pembangunan sistem penyediaan air minum di Provinsi DIY sampai dengan bulan
Juli tahun 2012 sebanyak 2.263.914 jiwa, yang terlayani melalui layanan
SPAMDES dan layanan SPAM IKK.
Target cakupan pelayanan persentase penduduk terlayanani air minum layak
dihitung berdasar persentase perbandingan antara jumlah penduduk yang
terlayani air minum dibanding dengan keseluruhan penduduk DIY. Sehingga
perhitungan persentase penduduk berakses air minum layak adalah sebesar
2.263.914 jiwa dibagi dengan jumlah penduduk DIY sebesar 3.467.200 jiwa atau
sebesar 65,29%.
4.6 Prosentase Layanan Air Limbah Terpusat di APY
(Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta)
Air limbah dan sanitasi adalah bagian kunci dari kesehatan lingkungan. RPJMD
Provinsi DIY, mengamanatkan pelaksanaan Program Pengembangan Kinerja
Pengelolaan Air Limbah sebagai upaya peningkatan dan pengembangan
infrastruktur mendukung perluasan cakupan pelayanan air limbah di Provinsi DIY
melalui Kegiatan Penyediaan Prasarana dan Sarana Air Limbah.
Kondisi pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi di 5 (lima)
kabupaten/kota di Provinsi DIY berbeda‐beda sesuai kondisi kawasan. Pada
prinsipnya pengelolaan pelayanan sanitasi/ air limbah dibagi menjadi tiga yaitu:
1. sistem setempat atau individual,
2. sistem komunal dan
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 25
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
3. sistem terpusat.
Berdasarkan perhitungan prosentase penduduk DIY yang terlayani
sanitasi layak sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 70% (dengan jumlah
rumah tangga bersanitasi sebanyak 501. 464 rumah tangga).
Sedangkan khusus untuk cakupan pelayanan jaringan Air Limbah Terpusat
di APY dihitung berdasar persentase perbandingan antara jumlah sambungan
rumah terpasang dengan kapasitas IPAL Sewon. Cakupan pelayanan IPAL Sewon
sampai dengan 2011 sebesar 55%, lebih besar dari target kinerja yang ditetapkan
sebesar 30%.
4.7 Prosentase Penduduk yang terlayani Pengelolaan Sampah
Pengelolaan persampahan menjadi kunci utama bagi kesehatan lingkungan.
Pelayanan minimal pengelolaan persampahan dilakukan melalui pengumpulan,
pemindahan dan pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Untuk mengatur pengelolaan sampah tersebut, saat ini telah ditetapkan Undang‐
undang RI Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Undang‐undang
ini mengamanatkan tentang hak dan kewajiban masyarakat serta wewenang
pemerintah, pemerintah daerah untuk melaksanakan pelayanan publik dalam
bidang pengelolaan sampah. Pengaturan hukum pengelolaan sampah didasarkan
asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas
keamanan, dan asas nilai ekonomi. Skenario pengelolaan persampahan
didasarkan pada pendekatan 3 R (Reduse, Reuse, Recycle), sehingga TPA yang ada
sekarang kedepan diharapkan dapat menjadi Tempat Pemrosesan Akhir.
Pengelolaan sampah di Provinsi DIY dilakukan oleh pemerintah daerah dan oleh
masyarakat secara mandiri. Untuk pengelolaan sampah di Kawasan Perkotaan
Yogyakarta (KPY) yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan
Kabupaten Bantul dilakukan dengan penyediaan sistem pengelolaan sampah
terpadu TPA Piyungan.
Pada tahun 2011 melalui fasilitasi pendanaan APBN oleh Kementerian
Pekerjaan Umum telah dibangun TPA Sanitary Landfill di Kab. Gunungkidul,
sedangkan melalui pendanaan APBD Provinsi DIY telah dilaksanakan kegiatan
sebagai berikut:
1) Penyusunan naskah akademis dan draft perda tentang sampah domestik
serta
2) Pembangunan IPST di Kab. Gunungkidul sebanyak 2 (dua) unit di
kecamatan Semin dan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, seluas masing
masing 400 m2.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 26
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Tabel 4.15
Jumlah dan Persentase Penduduk Perkotaan Provinsi DIY Terlayani
Persampahan Tahun 2009‐2011
Penduduk Perkotaan Terlayani Pengelolaan Sampah
No Kabupaten/Kota Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
Jiwa % Jiwa % Jiwa %
1 Yogyakarta 249.678 64,67 270.742 69,67 300.463 77,10
2 Sleman 211.929 53,17 233.374 58,17 258.992 64,38
3 Bantul 186.432 54,80 204.773 59,80 227.252 66,18
4 Gunungkidul 92.401 48,66 102.561 53,66 113.820 59,39
5 Kulon Progo 78.229 45,02 87.486 50,02 97.089 55,36
Total Capaian 818.670 55,00 898.936 60,00 997.616 66,40
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY
Dari tabel di atas terlihat pada Tahun 2011, persentase penduduk
perkotaan DIY yang terlayani persampahan adalah sejumlah 997.616 jiwa dari
keseluruhan penduduk perkotaan DIY yang sejumlah 1.502.434 jiwa, sehingga
diperoleh capaian prosentase penduduk perkotaan yang terlayani persampahan
adalah sebesar 66,40%.
4.8 Jumlah TPA Sampah yang Menggunakan Sistem Sanitary
Landfill
Kondisi capaian kumulatif jumlah TPA Sampah yang menggunakan Sistem
Sanitary Landfill sampai tahun 2011 adalah sebanyak 2 lokasi yang diantaranya
dilakukan dengan Program Pengelolaan Persampahan dan pembangunan TPA
Sanitary landfill dengan pendanaan bersama‐sama antara APBD kabupaten/ kota
dan APBN melalui Kementerian Pekerjaan Umum yang berada di Kabupaten
Gunungkidul dan Kabupaten Kulon Progo.
4.9 Prosentase Penurunan Genangan
Sistem drainase tidak dapat berdiri sendiri dan selalu berhubungan dengan
subbidang infratruktur lainnya, seperti perumahan, jalan perkotaan, dan
pengembangan kawasan baru. Penyelesaian permasalahan genangan di suatu
kawasan bersifat lintas subbidang dan lintas wilayah, sehingga koordinasi dan
sinkronisasi penanganan perlu dilakukan agar hasilnya optimal. Pembangunan
drainase perlu dilakukan secara sistematis dan menyeluruh yang dimulai dari
saluran primer‐sekunder‐tersier. Sesuai dengan data Masterplan Penanganan
Drainase KPY teridentifikasi sebanyak 51 titik genangan di KPY. Capaian
penanganan sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 23,9% dari target sebesar
30%, hal ini dikarenakan besarnya alokasi anggaran yang dibutuhkan untuk
penanganannya termasuk kebutuhan penanganan diluar KPY.
4.10 Penataan Bangunan dan Lingkungan dan Jasa Konstruksi
PBL adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya
pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan
binaan (built environment), baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya
wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Hingga tahun 2009, Kota
Yogyakarta telah memiliki Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) untuk
empat (4) kawasan, Kabupaten Sleman telah memiliki 5 (lima) kawasan yang
memiliki RTBL, Kabupaten Gunungkidul memiliki dua (2) kawasan dengan
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 27
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
RTBL,dan Kabupaten Kulon Progo memiliki tiga (3) kawasan yang memiliki RTBL.
Adapun Kabupaten Bantul belum memiliki kawasan dengan RTBL. Secara
keseluruhan, kawasan‐kawasan di Provinsi DIY yang memiliki RTBL ada 14
kawasan. Pada tahun anggaran 2010 telah dilaksanakan kegiatan penyusunan
DED Kawasan Kotagede yang bertujuan untuk penataan dan revitalisasi kawasan
tradisional bersejarah Kotagede.
Disamping kegiatan di atas, dilaksanakan pula fasilitasi gedung‐gedung
pemerintah, yang meliputi penyelenggaraan rumah negeri, bantuan teknis
pembangunan rumah negara dan pembangunan rumah negara. Jumlah rumah
negara yang sudah tertangani dalam proses status rumah negara berkisar 1.047
rumah negara, setiap tahun kegiatan yang dapat difasilitasi sekitar 81 rumah
negara dan perkiraan jumlah rumah negeri yang harus difasilitasi sekitar 2.000
rumah.
Tolok ukur kinerja untuk pengujian informasi permukiman dan bangunan
dan pengembangan jasa konstruksi adalah sebagai berikut: Teknologi
terterapkan, Pengujian konstruksi terlayani, serta Peningkatan jumlah ahli utama
terlayani.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Adanya keterbatasan sumber air baku air minum di Provinsi DIY, khususnya
yang selama ini menggantungkan pada sumber mata air di wilayah
terdampak erupsi Gunung Merapi.
2. Kontribusi pemerintah kabupaten/kota sebagai pemegang tanggung jawab
utama penanganan drainase belum maksimal.
3. Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah serta
keterbatasan kapasitas keuangan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota
dalam pengembangan cakupan pelayanan air limbah terpusat.
4. Manajemen jasa pengujian belum optimal.
5. Belum optimalnya pemahaman pihak‐pihak terkait terhadap regulasi jasa
konstruksi.
6. Belum optimalnya penyediaan data dan updating terbarukan terkait
informasi permukiman dan bahan bangunan.
Solusi
1. Perlu dilakukan identifikasi dan pengembangan terhadap potensi sumber
air baku untuk air minum di Provinsi DIY.
2. Sosialisi kepada masyarakat yang intensif tentang pemahaman fungsi
drainase serta masih diperlukan dukungan dana baik dari APBD maupun
APBN dan sumber dana lainnya.
3. Peningkatan sosialisasi untuk meningkatkan komitmen sambungan rumah
(SR), serta penyusunan regulasi yang mewajibkan masyarakat di kawasan
APY untuk memanfaat kan jaringan air limbah terpusat.
4. Perlunya pendidikan dan pelatihan enterpreneurship bagi SDM
Laboratorium Pelayanan Jasa pengujian.
5. Peningkatan Sosialisasi dan diseminasi terkait regulasi Jasa Konstruksi.
6. Pembinaan intensif kepada SDM yang menangani updating data dan
pemikiran akan kerjasama saling menguntungkan dengan para supllier
bahan bangunan.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 28
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
5 URUSAN PENATAAN RUANG
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Wewenang
pemerintah provinsi dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi
pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang
wilayah provinsi dan kabupaten/kota serta terhadap pelaksanaan penataan ruang
kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota.
Selain itu, pada tahun 2007 Pemerintah telah menetapkan Undang‐Undang
Republik Indonesia No. 26 Th 2007 Tentang Penataan Ruang sebagai pengganti
Undang‐Undang Nomor 24 Tahun 1992, dimana Undang‐undang yang baru ini
lebih sesuai dengan kebutuhan pengaturan penataan ruang. Undang‐undang ini
mengamanatkan diperlukannya penataan ruang berbasis mitigasi bencana
sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan
penghidupan mengingat bahwa secara geografis Negara Kesatuan Republik
Indonesia berada pada kawasan rawan bencana. Bagi DIY, hal ini merupakan
prioritas mengingat secara geografis wilayah DIY merupakan daerah yang rawan
bencana. Terbitnya Undang‐undang ini menjadi dasar dari serangkaian program
dan kegiatan penataan ruang di DIY.
Urusan Penataan Ruang tidak bergerak di ranah kegiatan fisik, namun
lebih pada regulasi yang terkait perencanaan dan pemanfaatan ruang, serta
pengendalian atas pemanfaatan ruang.
Indikator sebagai tolok ukur pencapaian target kinerja urusan penataan
ruang tahun periode 2008–2012 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.16
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Penataan Ruang, 2008‐2012
Capain Tahun
No Indikator Kinerja Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah Kawasan Yang
1 Buah 1 1 1 1 2
Dikembangkan
Prosentase Daerah yang
2 Dikonversi Terhadap % 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00
Luasan Total Lahan
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY
5.1 Jumlah Kawasan Yang Dikembangkan
Tolok ukur terkait jumlah kawasan yang dikembangkan lebih diarahkan pada
regulasi menyangkut perencanaan dan arah pemanfaatan ruang yang
komplementer dengan regulasi diatasnya (RTRW Nasional), dan sinergis dalam
pemanfaatan ruang di DIY sendiri. Dari sisi perencanaan, kawasan yang perlu
dikembangkan dimulai dengan penyusunan RTRW Provinsi DIY, dan dilanjutkan
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan dan Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan, khususnya bagi kawasan yang telah ditetapkan sebagai Kawasan
Strategis. Terkait hal ini target perencanaan Kawasan yang dikembangkan
meliputi Kawasan Pantai Selatan bagian barat (Kabupaten Kulon Progo), rencana
detail tata ruang kawasan pantai selatan bagian tengah (Kabupaten Bantul),
kawasan pertanian, kawasan bencana longsor, dan kawasan Perkotaan
Yogyakarta.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 29
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
5.2 Prosentase Daerah yang Dikonservasi Terhadap Luasan
Total Lahan
Indikator ini dicapai melalui pembuatan serangkaian perangkat untuk pengaturan
pengendalian pemanfaatan lahan lebih lanjut, agar konversi lahan secara total
tidak mengalami peningkatan, sehingga diupayakan setiap tahunnya hanya terjadi
konversi lahan sebesar 1%. Kegiatan untuk menunjang keberhasilan tolok ukur
kinerja ini dilakukan melalui penyusunan regulasi (termasuk aturan pemberian
insentif dan disinsentif kepada Kabupaten), serta sosialisasi Rencana Tata Ruang
baik Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi maupun Rencana Detail Tata Ruang.
Penyusunan regulasi yang terkait pemanfaatan dan pengendalian ruang meliputi
penyusunan norma, standard prosedur, dan kriteria pemanfaatan ruang serta
penyusunan rencana detail tata ruang kawasan strategis provinsi. Disamping itu
untuk pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan pemantauan kondisi
penggunaan lahan dan perubahan peruntukan yang terjadi khususnya
penggunaan untuk permukiman.
Pengembangan di bidang penataan ruang dari tahun 2008–2012 dilaksanakan
melalui program‐program sebagai berikut:
1. Program Perencanaan Ruang.
2. Program Pemanfaatan Ruang.
3. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
Tabel 4.17
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Penataan Ruang
di Provinsi DIY 2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 2 5 746.701.975 695.776.295 94,54 100,00
2009 6 11 4.110.000.000 3.580.600.140 87,12 100,00
2010 3 7 2.276.000.000 2.118.571.826 93,08 100,00
2011 3 5 1.798.136.000 1.740.310.640 96,78 100,00
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Solusi
1. Meningkatkan koordinasi dalam kegiatan penataan ruang melalui
peningkatan kinerja Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD).
2. Menyusun kebijakan operasionalisasi dari RTRW Provinsi DIY sebagai
dasar implementasi RTRW Provinsi itu sendiri dan dasar kebijakan‐
kebijakan dalam RTRW kabupaten/kota, serta dilaksanakan sosialisasi
terhadap produk‐produk kebijakan yang dihasilkan.
3. Menyiapkan perangkat penyelenggaraan penataan ruang yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang termasuk insentif
dan disinsentif serta menyusun Standar Pelayanan Minimal (SPM)
penataan ruang untuk meningkatkan peran serta masyarakat.
4. Optimalisasi potensi dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan
hidup.
6 URUSAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Perencanaan menurut Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 adalah suatu
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan secara
umum diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh sebuah institusi publik
untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan disebuah
wilayah baik negara maupun di daerah dengan didasarkan keunggulan dan
kelemahan yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Dalam sebuah proses
perencanaan, lembaga perencana wajib memperhatikan kondisi sosial, budaya,
ekonomi, keamanan, kondisi fisik, segi pembiayaan serta kualitas sumber daya
yang ada.
Perencanaan pembangunan Pemerintah Provinsi DIY pada tahun 2008 belum
memiliki dokumen perencanaan yang tetap dan kesemuanya masih dalam bentuk
draft, sehingga dokumen perencanaan masih memanfaatkan Renstrada 2004‐
2008. Namun demikian dalam perencanaan dimaksud tetap mempertimbangkan
adanya:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DIY (RTRW).
b. Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Bencana Provinsi DIY (RADPB).
c. Pembangunan Berkelanjutan Provinsi DIY (d/h Agenda 21).
d. Evaluasi Rencana Strategis Daerah 2004‐2008.
Pemerintah Provinsi DIY pada tahun 2009 telah memiliki dokumen
perencanaan pembangunan berupa RPJPD dan RPJMD yang berketetapan hukum,
yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 tentang RPJPD
Tahun 2005–2025 dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009 tentang RPJMD
Tahun 2009–2013. RPJPD memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah,
sedangkan RPJMD pada hakikatnya merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
program Kepala Daerah, yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD yang
memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,
kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), dan
program kewilayahan disertai dengan rencana‐rencana kerja dalam kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Seperti halnya tahun 2009, perencanaan pembangunan pada tahun 2010
mengacu pada dokumen perencanaan yang ada yaitu RPJPD Tahun 2005–2025
dan RPJMD Tahun 2009–2013.
Dokumen perencanaan tersebut menjadi dasar serta acuan dalam
menyusun perencanaan pembangunan di daerah, selain mempertimbangkan
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 31
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
dokumen perencanaan lainnya seperti RTRW Provinsi DIY. RPJMD selanjutnya
dijadikan pedoman bagi SKPD untuk menyusun Renstra SKPD selama 5 (lima)
tahun ke depan, serta menjadi acuan pemerintah daerah dalam menyusun RKPD
yang disusun setiap tahunnya.
Renstra SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan
SKPD, sedangkan RKPD yang merupakan penjabaran dari RPJMD memuat
rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana
kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah
maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Dengan
disusunnya Renstra SKPD maupun RKPD, selanjutnya SKPD dapat menyusun
Renja SKPD. Penyusunan Renja SKPD ini berpedoman pada Renstra SKPD dan
mengacu pada dokumen RKPD. Renja SKPD memuat kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah
maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Penyusunan Renja SKPD harus berjalan sinergis dengan RPJMD. Rencana
Kerja merupakan instrumen untuk menghasilkan kinerja SKPD sesuai indikator
yang telah ditentukan di RPJMD. Indikator ini menjadi semacam titik tolak SKPD
dalam menyusun perencanaan pembangunan melalui program‐program strategis
yang telah disediakan, baik melalui RPJMD maupun program strategis yang
merupakan arahan gubernur selaku kepala daerah.
Program‐program yang dilaksanakan tahun 2008–2012 terdiri dari:
1. Program Pengembangan Data/informasi.
2. Program Perencanaan Pengembangan Kota‐kota Menengah dan Besar.
3. Program Perencanaan Pembangunan Daerah.
4. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi.
5. Program Perencanaan Sosial Budaya.
6. Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam.
7. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan
Pembangunan Daerah.
8. Program Perencanaan Pembangunan Daerah Rawan Bencana.
9. Program Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Sarana Prasarana.
10. Program Perencanaan Pembangunan Pemerintahan.
11. Program Pengendalian Pembangunan Daerah
Tabel 4.18
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Perencanaan Pembangunan
di Provinsi DIY, 2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 16 107 9.422.016.115 8.611.656.275 91,40 97,93
2009 15 121 11.095.227.400 9.970.912.335 89,87 99,26
2010 10 91 9.802.664.910 9.040.486.700 92,22 99,69
2011 12 68 9.638.618.490 9.111.381.240 94,53 100,00
2012* 12 67 14.830.799.920 4.669.537.475 31,49 44.71
Catatan: *)Posisi s/d Juni 2012
Sumber: Bappeda Provinsi DIY 2012
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 32
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 12 program
dengan jumlah kegiatan sebanyak 67 kegiatan. Sampai dengan Bulan Juni 2012,
capaian fisik rata‐rata sebesar 44,71% dengan capaian realisasi keuangan sebesar
31,49%. Sudah ada 3 kegiatan yang selesai yaitu Rehabilitasi Sedang/Berat
Kendaraan Dinas/Operasional, Penyusunan Laporan Kinerja SKPD dan Sosialisasi
Rencana Aksi Daerah (RAD) Pangan dan Gizi, Penyusunan Rencana Aksi Daerah
Gas Rumah Kaca (RAD‐GRK)
Sehubungan dengan akan berakhirnya masa jabatan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta pada bulan Oktober 2012 maka sekaligus akan dilaksanakan
penyusunan RPJMD 2013 – 2017 yang merupakan amanat dari UU Nomor 32
Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
Beberapa hal menjadi kendala atau faktor penghambat dalam penyusunan
dokumen perencanaan dan implementasinya di antaranya adalah:
1. Belum optimalnya sinergisitas antara proses teknokratis, politis,
partisipatif, proses top down dan buttom up dalam penyusunan
dokumen perencanaan sampai penyusunan anggaran.
2. Belum optimalnya koordinasi dalam pengelolaan data dan informasi
untuk perumusan dan evaluasi kebijakan.
3. Belum optimalnya hasil musyawarah perencanaan pembangunan
(musrenbang) sebagai bahan penyusunan perencanaan
pembangunan karena masih kuatnya ego sektoral dari masing‐
masing SKPD.
4. Belum optimalnya Koordinasi/kerjasama antar sektor dan antar
daerah (kabupaten/kota).
5. Belum maksimalnya pelaksanaan monitoring dan evaluasi
program/kegiatan pembangunan sebagai feedback bagi
perencanaan pembangunan daerah selanjutnya.
6. Belum optimalnya evaluasi perencanaan pembangunan terhadap
perencanaan pembangunan kabupaten/kota.
Solusi
1. Mengoptimalkan fungsi perencanaan program dan anggaran dengan
peningkatan koordinasi antara institusi perencana dengan institusi
penganggaran serta meningkatkan sinergisitas antara proses teknokratis,
politis, partisipatif.
2. Memperkuat koordinasi dan pengelolaan data/informasi dalam
perumusan dan evaluasi kebijakan.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam proses penyusunan
perencanaan pembangunan daerah.
4. Meningkatkan efektifitas koordinasi dan pengendalian pelaksanaan
program/kegiatan.
5. Meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan kerjasama antar daerah dan
antar instansi dalam penyusunan dokumen perencanaan daerah.
6. Meningkatkan pengkajian dan analisis perencanaan yang lebih akurat
untuk dapat meningkatkan kualitas perencanaan dan rasio implementasi
perencanaan daerah.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 33
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
7 URUSAN PERUMAHAN
Urusan perumahan merupakan urusan wajib pemerintah daerah. Pemerintah
Provinsi DIY melakukan fasilitasi dan stimulasi pembiayaan, pembinaan,
pengembangan dan pembangunan perumahan (Pergub DIY No.41 Tahun 2008).
Rumah merupakan kebutuhan utama dan sangat penting bagi manusia. Sebagai
hak dasar rakyat, rumah (dengan lingkungan hidup yang baik dan sehat) berperan
penting dalam meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan, serta
membentuk watak dan jati diri bangsa. Pembangunan perumahan mempunyai
kontribusi nyata terhadap peningkatan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi,
penurunan angka kemiskinan, dan kesejahteraan.
Keberadaan rumah tidak layak huni dianggap sebagai penanda paling dominan
dari kemiskinan. Semakin banyak warga di suatu daerah yang tidak memiliki
rumah layak huni, apalagi jika tidak memiliki rumah sama sekali seringkali menjadi
indikasi terjadinya kemiskinan yang parah pada daerah tersebut. Kondisi yang
demikian disebut backlog, dimana penyediaan rumah layak huni yang tersedia
jauh dibawah kebutuhan riil.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DIY untuk
mengatasi masalah perumahan adalah sebagai berikut:
a. Pembangunan Rumah Sederhana Sehat.
b. Pengembangan Perumahan Swadaya.
c. Pengembangan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).
Upaya mengatasi penurunan backlog selama tahun 2009 dengan
memperhatikan kebutuhan rumah 108.256 unit dengan ketersediaan 78.482 unit,
jadi masih ada kekurangan 29.474 unit. Padahal yang tertangani adalah 10% atau
2.927 unit, atau pencapaian persentase yang tertangani adalah 1% yaitu sekitar
293 unit rumah per tahun. Tantangan dalam pembangunan perumahan yang
terjadi selama ini ialah adanya kesenjangan pelayanan kepada kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah, penyelenggaraan sarana dan prasarana
lingkungan yang buruk seperti penyediaan air bersih, pengelolaan sampah,
sanitasi, jalan lingkungan, drainase, dan listrik, menyebabkan lingkungan
perumahan menjadi tidak sehat dan tidak layak huni, termasuk langkanya ruang‐
ruang terbuka hijau yang dapat menjadi penyeimbang kehidupan.
Sepanjang tahun 2010, dari hasil pemantauan pembangunan rumah oleh
pengembang hanya mampu membangun 293 rumah. Sedangkan fasilitasi
pemerintah dalam rangka bantuan stimulan pada rumah tidak layak huni,
sebanyak 320 rumah untuk seluruh kabupaten/kota. Untuk tahun anggaran 2010,
peningkatan lingkungan sehat perumahan dikaitkan dengan penyelenggaraan
beberapa event seperti peringatan Hari Habitat Dunia dan Hari Perumahan.
Disamping itu juga dilakukan koordinasi dengan kabupaten/kota dalam penilaian
dan penghargaan terhadap kinerja kabupaten/kota dalam meningkatkan kualitas
lingkungan perumahan yang sehat, aman, tertata serta keswadayaan masyarakat
yang tinggi melalui pemberdayaan masyarakat sehingga pembangunan
perumahan dapat dilaksanakan secara keberkelanjutan (sustainability).
Upaya pemerintah memfasilitasi komunitas‐komunitas perumahan swadaya
pada tahun 2010 dilaksanakan melalui program pemberdayaan terhadap 14
komunitas perumahan. Selama tahun 2010, dukungan yang telah dilakukan
mencapai 1% fasilitasi pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman
berbasis masyarakat terhadap jumlah komunitas perumahan yang difasilitasi
sebesar 5%.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 34
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Berdasarkan Review Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
dan Permukiman Daerah (RP4D) DIY 2011, ketersediaan perumahan DIY sebanyak
1.038.233 unit, terdiri dari 822.687 unit rumah permanen, 124.346 unit rumah
semi permanen, dan 91.200 unit rumah non permanen Rumah Tidak Layak Huni
(RTLH). Mengingat bahwa jumlah KK di tahun 2011 adalah 929.455 KK (BPS DIY
2011), tentunya dari sisi jumlah ketersediaan perumahan di atas sangat
mencukupi. Namun pada kenyataannya banyak keluarga yang belum memiliki
rumah. Ada beberapa kemungkinan penyebabnya, diantaranya bagi keluarga yang
berkecukupan teridentifikasi mempunyai rumah lebih dari 1, atau pemilik rumah
bukan penduduk DIY karena berbagai alasan (untuk jaminan hari tua, investasi,
untuk anak yang sekolah di DIY dan alasan lainnya.)
Menurut RPJMD 2009‐2013, kebutuhan rumah untuk daerah perkotaan
(Kawasan Perkotaan Yogyakarta) sebesar 108.256 unit dengan ketersediaan
78.482 unit, sehingga masih ada kekurangan 29.474 unit. Target RPJM dalam
mengurangi backlog per tahun adalah 2% (dari target 5 tahun sebesar 10%) atau
lebih kurang 589 unit/tahun.
Indikator sebagai tolok ukur pencapaian target kinerja urusan perumahan
tahun periode 2009–2012 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.19
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Perumahan, 2009‐2012
Capaian Tahun
No Indikator Kinerja Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
1 Prosentase Penurunan % 1,00 1,00 2,00 2,00 2,00
Backlog dalam
Penyediaan Perumahan
2 Prosentase Peningkatan % 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00
Lingkungan Sehat
Perumahan
3 Prosentase Jumlah % 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
Komunitas Perumahan
yang Difasilitasi
4 Prosentase % 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00
Pengurangan Kawasan
Kumuh
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY
7.1 Prosentase Penurunan Backlog dalam Penyediaan
Perumahan
Upaya Pemerintah Provinsi DIY untuk mengatasi masalah backlog perumahan
dilakukan melalui Pembangunan Rumah Sederhana Sehat, Pengembangan
Perumahan Swadaya, Pengembangan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)
dan pembangunan rumah formal melalui pengembang. Namun upaya ini berjalan
lambat karena ada beberapa kendala yang dihadapi. Target penurunan sebesar
2% di tahun 2011, sesuai capaian kinerja telah terpenuhi dengan capaian sebesar
2%.
7.2 Prosentase Peningkatan Lingkungan Sehat Perumahan
Dalam rangka memberdayakan masyarakat dari sisi penyediaan rumah yang layak
huni, Pemerintah melakukan pembinaan terhadap masyarakat berpenghasilan
rendah dengan pemberian bantuan stimulan. Dalam kurun 2008‐2011, capaian
kinerja indikator ini mencapai 10% pertahun sesuai target yang ada.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 35
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
7.3 Prosentase Jumlah Komunitas perumahan yang
Difasilitasi
Sebagai upaya untuk mendorong masyarakat berperan aktif dalam pemenuhan
akan rumah, maka pemerintah provinsi setiap tahun memfasilitasi dengan
memberikan stimulan bahan bangunan kepada komunitas perumahan.
7.4 Prosentase Pengurangan Kawasan Kumuh
Dari identifikasi dilakukan ada 69 kawasan kumuh yang tersebar di DIY khususnya
di daerah perkotaan. Tolok ukur capaian kerja yang telah ditargetkan dilakukan
melalui serangkaian kegiatan penataan kawasan padat penduduk yang cenderung
kumuh. Pada akhir tahun 2011 telah dilakukan penataan 7 kawasan yang setara
dengan 10% sesuai target yang dicanangkan.
Pembangunan perumahan di Provinsi DIY tahun 2008–2011 dilaksanakan
melalui program‐program sebagai berikut:
1. Program Pengembangan Perumahan.
2. Program Lingkungan Sehat Perumahan.
3. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan.
4. Program Penataan Kawasan Padat Penduduk dan Kumuh.
5. Program Perbaikan Perumahan Akibat Bencana alam dan Sosial.
Tabel 4.20
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Perumahan di Provinsi DIY, 2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 2 5 363.731.600 360.315.100 99,30 100,00
2009 1 7 1.508.920.020 1.254.435.750 83,13 100,00
2010 3 13 8.201.720.121 6.671.614.552 81,34 100,00
2011 5 12 11.991.184.764 8.896.991.460 74,20 92,43
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY
Untuk Tahun 2011 jumlah program dilaksanakan sebanyak 4 program.
Pada Tahun 2012 jumlah kegiatan sebanyak 8 dan sampai dengan Juli 2012,
capaian fisik rata‐rata sebesar 30,73% dengan serapan keuangan sebesar 1,88%.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Belum maksimalnya peran aktif dari pemangku kepentingan dalam
penyelenggaraan pembangunan di bidang perumahan.
2. Adanya kebutuhan masyarakat akan perumahan yang semakin meningkat
terutama di perkotaan, sementara lahan yang tersedia sangat terbatas.
3. Keterbatasan akses masyarakat berpenghasilan menengah kebawah
terhadap lahan untuk perumahan serta terbatasnya anggaran pemerintah
dalam memfasilitasi penyediaan perumahan yang layak huni, terutama
bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 36
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Solusi
1. Peningkatan peran kapasitas pemangku kepentingan termasuk komunitas
masyarakat di bidang perumahan, bersama‐sama dengan pemerintah
mengatasi permasalahan penyediaan perumahan, terutama penyediaan
rumah layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
2. Peningkatan pelaksanaan pembangunan perumahan layak huni secara
vertical dalam bentuk Rusunawa.
4. Peningkatan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka mengatasi
permasalahan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
8 URUSAN KEPEMUDAAN DAN KEOLAHRAGAAN
Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, agar mampu bersaing
secara global dengan berwawasan kebangsaan, berjiwa kepemimpinan yang
memiliki watak dan akhlak mulia, mempunyai prestasi dalam berbagai bidang,
memiliki kesehatan jasmani dan rohani, cerdas, terampil dengan dilandasi iman
dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa maka pembinaan bagi pemuda serta
pembinaan olahraga merupakan hal yang penting untuk dilakukan.
Pelaksanaan urusan kepemudaan dan keolahragaan didukung melalui beberapa
program yaitu peningkatan peran serta kepemudaan, peningkatan upaya
penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda, pembinaan dan
pemasyarakatan olahraga dan peningkatan sarana dan prasarana olahraga.
Pembinaan terhadap generasi muda dilakukan dengan melakukan
fasililtasi untuk memenuhi kebutuhan dalam pengembangan jiwa kewirausahan
dan kemandirian bagi pemuda dengan harapan pemuda tidak hanya
mengandalkan pekerjaan formal sebagai pekerja/pegawai namun sanggup
menjadi entrepreneur sejati yang dapat bertahan dalam persaingan di era global.
Untuk bidang olahraga pembinaan dilakukan dengan mengidentifikasi
potensi dan bakat bidang olahraga baik bagi pelajar maupun masyarakat luas
melalui proses seleksi, pembinaan dan kompetisi‐kompetisi olahraga di tingkat
provinsi yang akan dipersiapkan untuk menghadapi kompetisi tingkat regional
maupun nasional. Pembangunan dan pembinaan olahraga harus didukung
dengan kesiapan tenaga pelatih , sarana dan prasarana, serta fasilitas lain yang
mengikuti perkembangan teknologi informasi.
Beberapa prestasi yang pernah diraih Provinsi DIY adalah sebagai berikut:
1. Juara I Pasukan Pengibar Bendera Tingkat Nasional.
2. Juara I Nasional Pemuda Pelopor.
3. Juara II Nasional pemilihan SP‐3 berprestasi.
Catatan penting untuk tahun 2009, Provinsi DIY bertindak sebagai tuan rumah
POPNAS X dan berhasil memperbaiki peringkat sebelumnya dari peringkat 24
menjadi peringkat 7. Pemerintah Provinsi DIY juga berhasil membangun kembali
GOR Amongrogo yang hancur karena gempa bumi.
Pembangunan di bidang kepemudaan dan keolahragaan selama tahun 2008–
2012 dilaksanakan melalui program‐program sebagai berikut:
1. Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda.
2. Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan.
3. Program Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan
Kecakapan Hidup Pemuda.
4. Program Pemberdayaan dan Pengembangan Pemuda.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 37
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
5. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga.
6. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga.
Alokasi Dana APBD Provinsi DIY tahun 2008 s.d. 2012 tergambar seperti tabel
berikut:
Tabel 4.21
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Kepemudaan dan Keolahragaan
di Provinsi DIY, Tahun 2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 4 11 8.660.200.000 7.806.158.455 90,14 100,00
2009 4 10 42.016.588.000 38.936.013.124 92,67 99,76
2010 5 22 8.844.125.920 7.997.173.891 90,42 98,19
2011 5 26 8.699.577.500 7.545.852.155 86,74 100
2012* 6 33 14.228.497.300 6.983.785.987 49,08 57,36
Catatan: *)Posisi s/d Bulan Agustus 2012
Sumber: Disdikpora Provinsi DIY
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 6 program
dengan jumlah kegiatan sebanyak 33 kegiatan dengan dana APBD Provinsi DIY
sebesar Rp.14.228.497.300. Sampai dengan Bulan Agustus 2012 daya serap
keuangan mencapai 49,08 % dengan capaian fisik sebesar 57,36%.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1 Belum efektifnya pembinaan kewirausahaan pemuda.
2 Sarana latihan para atlet semakin sedikit.
3 Belum efektifnya pembibitan atlet.
4 Sikap sportifitas, disiplin dan semangat juang para atlet masih rendah.
Solusi
1 Penyediaan bantuan permodalan sebagai tindak lanjut pelatihan
kewirausahaan.
2 Penambahan fasilitas latihan bagi para atlet agar prestasi meningkat.
3 Pemberian penghargaan atlet berprestasi sehingga tetap tinggal di DIY,
pengelolaan pembibitan atlet yang berkelanjutan, pencarian bakat atlet
olahraga berprestasi, pembinaan atlet‐atlet berbakat dan klub‐klub
olahraga prestasi.
4 Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk pembinaan
generasi muda.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 38
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
9 URUSAN PENANAMAN MODAL
Penanaman modal atau investasi adalah faktor produksi yang sangat penting
dalam usaha meningkatkan aktivitas ekonomi, selain faktor produksi lainnya
seperti sumber daya manusia, teknologi, lahan dan lain sebagainya.
Pembentukan investasi yang tinggi pada umumnya mengindikasikan potensi
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Perkembangan penanaman modal sangat terkait dengan berbagai faktor lain,
diantaranya adalah potensi sumber daya alam, infrastruktur penunjang, serta
iklim penanaman modal yang kondusif. Iklim penanaman modal sendiri sangat
terkait dengan kebijakan di bidang penanaman modal, baik menyangkut
peraturan di bidang penanaman modal maupun peraturan pelaksanaannya, yang
akan berdampak pada sistem dan prosedur pelayanan kepada investor.
Dalam rangka mengoptimalkan potensi perekonomian daerah, maka
Provinsi DIY masih memerlukan sejumlah dana dalam bentuk investasi baik yang
berupa investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal
Asing (PMA).
Perkembangan penanaman modal di Provinsi DIY dalam kurun waktu
tahun 2008 s/d Juni 2012 adalah sebagai berikut:
Sumber: BKPM Provinsi DIY
Gambar 4.1
Pertumbuhan Investasi PMDN/PMA Provinsi DIY (%), 2008‐ Juni 2012
Rekapitulasi yang telah dilakukan sampai dengan bulan Juni tahun 2012
menunjukkan bahwa pertumbuhan investasi PMA/PMDN di Provinsi DIY sebesar
5,69% dengan nilai pertumbuhan Rp.365.835.414.226,‐ yang terdiri dari kenaikan
investasi PMDN sebesar 13,68% (senilai Rp.316.461.439.226,‐) dan pertumbuhan
investasi PMA sebesar 1,20% (senilai Rp.49.373.975.000,‐). Rincian perusahaan
yang merealisasikan investasinya (aktif) di DIY sejumlah 233 perusahaan (terdiri
dari 113 PMA dan 120 PMDN) dari total 334 perusahaan yang tercatat, dengan
serapan tenaga kerja sebanyak 38.904 TKI serta 138 TKA.
Nilai realisasi dan pertumbuhan investasi PMA/PMDN di Provinsi DIY
selama kurun waktu tahun 2008 sampai dengan semester I / 2012, disajikan
dalam tabel berikut:
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 39
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Tabel 4.22
Realisasi dan Pertumbuhan Investasi PMA/PMDN Provinsi DIY, 2008‐2012
Pertum‐
Investasi PMDN Investasi PMA
Tahun PMA+PMDN (Rp) Pertumbuhan (Rp) buhan
(Rp) (Rp)
(%)
2008 1.806.426.455.845 2.415.461.744.857 4.221.888.200.702 142.187.960.933 3,49
2009 1.882.514.536.845 2.508.131.163.857 4.390.645.700.702 168.757.500.000 3,99
2010 1.884.923.869.797 2.696.046.957.447 4.580.972.827.244 190.327.126.542 4,33
2011 2.313.141.695.784 4.110.436.324.224 6.423.578.020.008 1.842.605.192.764 40,22
2012* 2.629.603.135.010 4.159.810.299.224 6.789.413.434.234 365.835.414.226 5,69
Catatan: *) Posisi s/d Juli 2012
Sumber: BKPM Provinsi DIY
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
peningkatan promosi peluang‐peluang serta potensi investasi yang ada serta
peningkatan iklim dan realisasi investasi.
Upaya peningkatan promosi investasi telah dilaksanakan melalui bentuk
keikutsertaan dalam pameran‐pameran investasi regional maupun skala nasional
seperti gelar potensi investasi daerah (GPID), Trade and Tourism Investment (TTI)
Expo, penyelenggaraan one on one meeting, business forum/business meeting
dengan calon investor dan stakeholder terkait serta promosi peluang investasi
melalui website Jogja Invest. Adapun peningkatan iklim investasi telah
dilaksanakan dengan pembentukan Gerai Pelayanan Perizinan Terpadu ( P2T )
yang telah melayani izin/non izin sebanyak 74 jenis izin (53 izin usaha, 16 izin
terkait usaha serta 5 buah izin non usaha), melaksanakan fasilitasi pelayanan
serta pengawasan dan pembinaan perusahaan penanaman modal yang telah
beroperasi di DIY, serta penyusunan rencana umum penanaman modal daerah
(RUPMD) dan penyusunan raperda tentang pemberian insentif dan pemberian
kemudahan penanaman modal di Provinsi DIY.
Hasil penilaian kualifikasi pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di bidang
penanaman modal oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal RI Tentang
Penetapan kualifikasi terhadap 130 PTSP tingkat provinsi, kabupaten dan kota
tahun 2010, kantor Gerai P2T Provinsi DIY telah masuk kualifikasi bintang satu
dengan nomor urut satu, kemudian pada penilaian tahun 2011 telah naik
kualifikasi menjadi bintang dua. Selanjutnya keikutsertaan Provinsi DIY pada
pelaksanaan Pameran Invesda Expo 2012 meraih juara harapan tiga stand terbaik.
Pada Pameran Promosi Potensi Daerah Pekan Raya Jakarta (PRJ) tahun 2012,
Provinsi DIY berhasil meraih penghargaan sebagai Brand Manage Champion
2012yr kategori stand pemerintah.
Salah satu strategi yang juga diupayakan untuk peningkatan realisasi
penanaman modal adalah optimalisasi serta revitalisasi peran Kantor Perwakilan
Daerah (KAPERDA) DIY di Jakarta sebagai single window sekaligus front office
Pemerintah Provinsi DIY di Jakarta. Salah satu kegiatan yang telah dan akan terus
diupayakan terkait hal tersebut diantaranya pelaksanaan gathering bersama
perusahaan‐perusahan penanaman modal di Provinsi DIY yang memiliki kantor
utama di Jakarta. Kegiatan‐kegiatan tersebut secara khusus merupakan strategi
dalam upaya menjalin komunikasi intensif dengan perusahaan‐perusahan
sehingga terus mempertahankan dan jika memungkinkan menambah investasinya
di DIY.
Pelaksanaan program/kegiatan pada tahun 2012 sampai dengan bulan
Juli, secara keuangan baru terealisasi sebesar 32,36% sedangkan fisik kegiatan
baru tercapai 37,6%. Serapan keuangan dan fisik secara umum masih rendah
berkaitan dengan jadwal kegiatan yang berada pada akhir triwulan III dan triwulan
IV tahun anggaran 2012. Kegiatan yang telah diselesaikan 100% terkait urusan
penanaman modal adalah Memfasilitasi dan Koordinasi kerjasama di Bidang
Investasi dengan keluaran kegiatan berupa dua kali forum koordinasi persiapan
kawasan industri di DIY. Pengembangan sistem informasi pelayanan perizinan
terpadu dengan keluaran berupa aplikasi perizinan untuk Gerai Pelayanan
Perizinan Terpadu (P2T) serta Penyusunan Profil Pelayanan Perijinan dan Non
Perijinan di Provinsi DIY. Selanjutnya sampai dengan akhir bulan September 2012,
realisasi keuangan diproyeksikan akan mencapai 73,53% dan realisasi fisik
sebesar 75%.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 41
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
Permasalahan mendasar bidang penanaman modal di Provinsi DIY adalah sebagai
berikut:
1. Birokrasi perizinan yang rumit dan berbiaya mahal.
2. Kabupaten/kota di DIY belum semuanya melayani perizinan
penanaman modal sesuai dengan ketentuan perundang‐undangan
yang berlaku.
3. Identifikasi potensi investasi sektor unggulan di Provinsi DIY masih
memerlukan telaah lebih lanjut.
4. Kebanyakan peluang‐peluang investasi yang sudah ada belum detail
dan jelas.
5. Permasalahan lahan, di mana umumnya masalah klasik yang dihadapi
oleh investor adalah minimnya ketersediaan tanah/lahan terkait
dengan luas wilayah DIY yang sempit dan harga tanah di Yogyakarta
yang cenderung semakin mahal.
6. Belum adanya aturan khusus terkait peningkatan iklim investasi di
Provinsi DIY.
7. Kurangnya koordinasi antar stakeholder penanaman modal di Provinsi
DIY dalam melaksanakan perencanaan investasi (sebagai contoh:
program pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di
Kulonprogo yang belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan).
8. Perubahan jadwal dan tempat pelaksanaan pameran investasi yang
dikoordinir oleh BKPM RI.
9. Belum semua perusahaan (investor) yang terdaftar merealisasikan
investasinya di DIY.
10. Masalah ketenagakerjaan serta ketersediaan energi (Aliran listrik yang
tidak stabil (sering padam secara mendadak tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu), menyebabkan beberapa perusahaan mengalami
kerugian karena gangguan proses produksi dan komunikasi).
Solusi
Untuk mengatasi beberapa permasalahan tersebut, diupayakan dengan cara‐cara:
1. Pembentukan dan operasional kantor pelayanan terpadu satu pintu
(P2T).
2. Peningkatan koordinasi/forum guna fasilitasi pelaksanaan perizinan
penanaman modal di kabupaten/kota.
3. Pelaksanaan kajian dan pemetaan terkait potensi investasi sektor
unggulan yang ada di Provinsi DIY.
4. Dilaksanakan kajian pra feasibility study (pra FS) dan FS untuk
peluang‐peluang investasi yang akan ditawarkan.
5. Koordinasi dengan pihak terkait penyediaan lahan dan upaya melalui
forum/kajian landbanking.
6. Pelaksanaan kajian dan ditindaklanjuti dengan penyusunan regulasi
terkait peningkatan iklim investasi di Provinsi DIY (penyusunan
Raperda tentang pemberian insentif dan pemberian kemudahan
penanaman modal pada tahun 2012) .
7. Pelaksanaan koordinasi secara lebih intensif antar semua stakeholder
investasi baik pusat maupun daerah dengan tujuan sinkronisasi
perencanaan investasi (terkait KEK Kulonprogo, telah dilaksanakan
Forum Koordinasi dan Perencanaan Peluang Investasi 2011 dengan
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 42
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
tema: Perencanaan Penanaman Modal di KEK) dan forum‐forum
kawasan industri di tahun anggaran 2012.
8. Koordinasi intensif dengan BKPM RI terkait waktu dan jadwal
pelaksanaan pameran investasi yang diikuti Provinsi DIY agar
perencanaan anggaran dapat sesuai.
9. Pembinaan dan pemantauan perusahaan secara lebih intensif untuk
memfasilitasi kesulitan terkait realisasi investasinya (pembentukan
Task Force/Advokasi/Desk atau dengan jalan memfasilitasi
pertemuan antara BKPM RI dengan perusahaan dan dengan PDKPM
(Perangkat Daerah Kab/Kota Penanaman Modal).
10. Melaksanakan forum bersama perusahaan dan instansi/asosiasi
terkait, sebagai upaya mengatasi hambatan dan permasalahan yang
dialami perusahaan‐perusahaan penanaman modal di Provinsi DIY.
10 URUSAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM)
Program pembangunan dalam mengembangkan koperasi dan UKM di Provinsi DIY
adalah dengan memberdayakan usaha mikro, kecil dan menengah yang
disinergikan dengan kebijakan program dari pemerintah pusat. Salah satu upaya
pembinaan UKM adalah melalui sentra industri, karena upaya ini lebih efektif dan
efisien, disamping itu juga banyak melibatkan usaha mikro dan kecil. Dalam
jangka panjang, koperasi dan UKM perlu terus ditumbuh kembangkan untuk
menopang roda perekonomian daerah, khususnya dan perekonomian nasional
pada umumnya.
Tabel 4.24
Perbandingan Jumlah Koperasi dan UKM di Provinsi DIY, 2008‐2011
Indikator 2008 2009 2010 2011
jumlah koperasi aktif 2.195 2.316 1.926 1.981
jumlah UKM 152.340 164.847 182.232 201.975
Sumber: Disperindagkop Provinsi DIY
Perkembangan jumlah koperasi dan UKM di Provinsi DIY, dari tahun ke tahun
2008–2011 per 31 Desember 2011 mengalami kenaikan. Tercatat pada tahun
2010, jumlah koperasi aktif sebanyak 1.926 koperasi, mengalami kenaikan
sebanyak 55 koperasi atau 2,86% dibanding tahun 2010 yaitu sebanyak 1.926
koperasi. Demikian halnya untuk UKM pada tahun 2011 juga mengalami kenaikan
sebesar 19.743 UMKM atau sebesar 10,83% debanding dengan tahun 2010.
Pembangunan di bidang koperasi dan UKM tahun 2008–2011 dilaksanakan
melalui program‐program sebagai berikut:
1. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif.
2. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha
Kecil Menengah.
3. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil
Menengah.
4. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 43
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Tabel 4.25
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Koperasi dan UKM
di Provinsi DIY, 2008‐2011
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 2 15 449.277.500 425.760.520 95,00 100,00
2009 2 12 307.243.000 291.266.178 95,00 100,00
2010 4 18 947.498.550 882.939.550 93,00 100,00
2011 4 8 509.587.284 461.753.280 90,56 100,00
2012* 3 9 640.675.000 148.996.000 23,24 25,00
Catatan: Posisi s/d Juli 2012
Sumber: Disperindagkop Provinsi DIY
Pada tahun 2011 jumlah program dilaksanakan sebanyak 4 program,
dengan jumlah kegiatan sebanyak 8 kegiatan. Sampai dengan akhir tahun, capaian
fisik rata‐rata sebesar 100% dengan capaian realisasi keuangan sebesar
Rp.461.753.280,‐ atau 90,56%. Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan
sebanyak 3 program, dengan jumlah kegiatan sebanyak 9 kegiatan. Sampai
dengan bulan Juli 2012, capaian realisasi keuangan sebesar Rp.148.996.000,‐ atau
23,24%. Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain:
1 Sosialisasi Kebijakan Tentang Usaha Kecil Menengah.
2 Pengembangan Kopsis Dan Kopma.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Belum semua koperasi yang terdaftar merupakan koperasi aktif.
2. Pengembangan KUKM dan sektor pembiayaan perekonomian syariah
mengalami kesulitan dalam mengakses sumber‐sumber pembiayaan dan
permodalan dan terbatasnya kemampuan untuk meningkatkan modal
yang dimiliki. Perbankan masih terikat kepada berapa persyaratan klasik
yang mempersulit KUKM‐KUKM memperoleh sumber permodalan.
Karakteristik yang melekat pada KUKM seringkali dijadikan alasan untuk
mengecilkan KUKM dengan perbankan, dan sebagian KUKM masih belum
menggunakan manajemen modern dan SDM yang memadai, sehingga
mempersulit/menghambat akses KUKM bermitra dengan lembaga lain
termasuk lembaga keuangan perbankan/non perbankan.
Solusi
Beberapa upaya solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan‐
permasalahan tersebut adalah:
1. Perlunya diadakan inventarisasi dan identifikasi terhadap koperasi, UKM
maupun pembiayaan perekonomian syariah untuk dapat dicari apa
penyebabnya.
2. Langkah‐langkah yang perlu diambil adalah melaksanakan program yang
telah ditetapkan baik dari sektor koperasi, sektor UKM maupun dari
sektor pembiayaan perekonomian syariah agar lebih konkrit dalam
mengatasi permodalan dan ada kemajuan dan saling kordinasi diantara
sektor yang berkaitan, demi untuk kemajuan bersama.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 44
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
11 URUSAN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL
Urusan administrasi kependudukan merupakan urusan yang sangat penting dalam
tata pemerintahan nasional. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, pasal 7 ayat (2) dan (3) disebutkan bahwa
urusan administrasi kependudukan merupakan salah satu urusan wajib yang
harus diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota berkaitan dengan pelayanan dasar.
Maksudnya adalah bahwa hasil kinerja dari urusan administrasi dan
kependudukan tersebut, nantinya dapat dijadikan sebagai basis data untuk
penyediaan pelayanan dasar, khususnya pelayanan bidang kesehatan dan
pendidikan bagi masyarakat.
Dalam implementasi yang lebih luas, data administrasi kependudukan akan
menjadi rujukan penting bagi kebijakan‐kebijakan di sektor lain bidang politik,
sosial dan ekonomi. Administrasi kependudukan merupakan rangkaian kegiatan
penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan
melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi
administrasi kependudukan serta pendayagunaan yang hasilnya untuk pelayanan
publik dan pembangunan sektor lain.
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka penanganan
kependudukan di Provinsi DIY antara lain: Pembangunan dan Pengembangan
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) secara terpadu, implementasi
sistem administrasi kependudukan dimulai dari pembangunan, updating dan
pemeliharaan, serta koordinasi pelaksanaan kebijakan kependudukan, pemberian
bimbingan dan supervisi pelaksanaan pendaftaran penduduk dan pencatatan
sipil, koordinasi data kependudukan orang asing Kartu Izin Tinggal Sementara
(KITAS) dan Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), pengelolaan dan penyelesaian data
kependudukan berskala Provinsi dan koordinasi pengawasan dan
penyelenggaraan administrasi kependudukan.
Rekapitulasi pelaksanaan program dan kegiatan urusan pertanahan
selama kurun waktu 2008‐2012 sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
Tabel 4.26
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil di
Provinsi DIY, 2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 1 11 1.660.960.110 550.362.759 33,14 100,00
2009 1 13 818.631.000 808.081.114 98,71 100,00
2010 1 14 605.800.000 598.757.966 98,84 100,00
2011 1 15 710.270.000 702.935.131 98,97 102,11
2012 1 12 532.555.060 274.504.923 51,54 57,34
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: Biro Tata Pemerintahan Setda Provinsi DIY
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak satu program dengan
jumlah kegiatan sebanyak 12 kegiatan. Sampai dengan Bulan Juli 2012, capaian
fisik rata‐rata sebesar 57,34% dengan capaian realisasi keuangan sebesar 51,54%.
Adapun daftar kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2012 adalah sebagai
berikut:
1. Pembangunan dan Pengoperasian SIAK secara Terpadu.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 45
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
2. Implementasi Sistem Administrasi Kependudukan (membangun, updating
dan pemeliharaan).
3. Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Kependudukan.
4. Pengembangan Database Kependudukan.
5. Penyusunan Kebijakan Kependudukan.
6. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.
7. Koordinasi Data Kependudukan Orang Asing.
8. Fasilitasi Koordinasi Penanganan Penduduk Rentan Administrasi
Kependudukan.
9. Dukungan Implementasi e‐KTP
10. Pelatihan Standard Operating Procedure bagi Aparatur Administrasi
Kependudukan.
11. Fasilitasi dan Koordinasi Penyusunan Analisis Persebaran Penduduk.
12. Fasilitasi dan Koordinasi Penyelesaian Permasalahan Pencatatan Sipil.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Belum semua aparat memahami kebijakan mengenai administrasi
kependudukan, dan hampir setiap tahun terbit peraturan perundang‐
undangan baru sehingga kegiatan sosialisasi kebijakan kependudukan
harus terus dilaksanakan.
2. Adanya peraturan perundang‐undangan, yang dalam implementasinya
mengalami ketidaksesuaian dengan kondisi di lapangan, sehingga
diperlukan kegiatan koordinasi penyusunan kebijakan kependudukan.
3. Belum adanya kesamaan data orang asing pemegang KITAS/KITAP antar
instansi yang berwenang, sehingga diperlukan koordinasi data
kependudukan orang asing. Kedepan untuk meningkatkan pelayanan
diperlukan adanya pelayanan satu atap yang terpusat di Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia c.q. Kantor Imigrasi Provinsi
DIY.
4. Adanya beberapa permasalahan di lapangan mengenai administasi
kependudukan dan pencatatan sipil, untuk sinkronisasi pemecahan
masalah diperlukan rapat koordinasi kebijakan kependudukan dan
pencatatan sipil.
5. Sering terjadi keterlambatan pencatatan dan pelaporan perkawinan
pemeluk agama non Islam, salah satu sebabnya karena jarak dengan
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil jauh, sehingga diperlukan
pengangkatan Pembantu Pegawai Pencatat Perkawinan (P4) oleh Bupati.
6. Kewajiban Penduduk melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa
Penting yang dialaminya kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten/Kota dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan
dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil, belum sepenuhnya
terlaksana sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 3 Undang Undang
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
7. Penanganan permasalahan pelaksanaan Administrasi Kependudukan
antar Instansi terkait belum berjalan sinergi, misal : turun waris tidak
menggunakan Akta Kematian, pelayanan keluarga miskin belum
mendasari pada kepemilikan Kartu Keluarga (KK).
8. Aplikasi SIAK merupakan sistem program yang bersifat nasional maka
Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian
Dalam Negeri untuk segera menyelesaikan konsolidasi database
kependudukan dengan kabupaten/kota agar terwujud data
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 46
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
kependudukan yang valid dan mutakhir, sehingga provinsi memperoleh
data Warehouse/Mirroring (database kependudukan statis yang
diperbaharui/di‐update secara periodik) dari data center Direktorat
Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri.
Solusi
1. Sosialisasi kebijakan kepedudukan dan administrasi kependudukan perlu
ditingkatkan dan dilanjutkan, khususnya bagi para tokoh agama, tokoh
masyarakat, pengurus organisasi kemasyarakatan maupun partai politik.
2. Perlu peningkatan koordinasi dalam penyusunan kebijakan kependudukan
dan administrasi kependudukan, agar antar instansi terkait berjalan
sinergi.
3. Peningkatan koordinasi data, penyusunan dan updating data orang asing
pemegang KITAS/KITAP.
4. Koordinasi penyelesaian permasalahan kependudukan dan pencatatan
sipil.
5. Peningkatan kualitas bagi P4.
6. Peningkatan kemampuan dan kualitas aparat kependudukan dan
pencatatan sipil.
7. Data Warehouse/Mirroring database kependudukan secara online dari
data center Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kementerian Dalam Negeri kepada Provinsi DIY agar segera direalisasikan.
8. Pengembangan database kependudukan yang lebih berkualitas untuk
mendukung aplikasi program SIAK.
12 URUSAN KETENAGAKERJAAN
Urusan ketenagakerjaan di DIY sangat terkait dengan masalah pengangguran,
sempitnya kesempatan kerja dan relatif rendahnya produktivitas. Sehingga
pengangguran di Provinsi DIY perlu ditangani secara serius karena membawa
runtutan dampak masalah lain seperti kemiskinan, kriminalitas, maupun masalah
sosial politik. Seiring peningkatan jumlah angkatan kerja harus diimbangi dengan
peningkatan lapangan kerja. Secara umum, pertumbuhan kesempatan kerja akan
terkait dengan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu peningkatan jumlah
kesempatan kerja juga tidak otomatis akan menyerap angkatan kerja, mengingat
faktor lain yang menentukan seperti kualitas sumber daya manusia.
Jumlah angkatan kerja di Provinsi DIY selama 2008‐2011 cenderung dinamis.
Jumlah angkatan kerja pada tahun 2011 sebanyak 1.872.912 orang, sementara itu
data pada tahun 2010 sebanyak 1.882.296 orang, tahun 2009 sebanyak 2.016.694
orang dan pada tahun 2008 sebanyak 1.999.734 orang. Untuk tahun 2012
diprediksi jumlah angkatan kerja sebanyak 1.894.924. Dengan demikian pada
tahun 2011 terjadi penurunan jumlah angkatan kerja dari tahun 2008, 2009 dan
2010. Selanjutnya, jumlah pengangguran terbuka di Provinsi DIY selama kurun
waktu 2008‐2011 juga menunjukkan angka dinamis Tahun 2008 sebesar 107.529
orang, naik pada tahun 2009 menjadi 121.046 orang, tahun 2010 mengalami
penurunan menjadi 107.148 orang dan tahun 2011 turun menjadi 74.317.
Sedangkan proyeksi jumlah pengangguran terbuka untuk tahun 2012 turun
menjadi 72.564.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 47
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
7,00
6,10 6,00
6,00
5,00
5,38 5,69 3,97
4,00
TPT
3,00
2,00
1,00
0,00
2007 2008 2009 2010 2011
TAHUN
Sumber: Disnakertrans Provinsi DIY
Gambar 4.2
Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi DIY, 2007‐2011
Selain indikator tingkat pengangguran terbuka, indikator lain yang
digunakan adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK di Provinsi DIY
selama kurun waktu 2008‐2011 menunjukkan angka yang dinamis. Data pada
tahun 2008 menunjukkan TPAK sebesar 70,41% yang kemudian mengalami
peningkatan pada tahun 2009 menjadi 70,23%, angka ini menurun kembali di
tahun 2010 menjadi 69,76%, pada tahun 2011 turun lagi menjadi 68,77% dan
pada tahun 2012 TPAK diproyeksi mengalami kenaikan menjadi 68,88%.
Sedangkan indikator elastisitas kesempatan kerja pada tahun 2010
menunjukkan angka minus 130,53 hal ini disebabkan karena pertumbuhan
kesempatan kerja pada tahun 2010 mengalami penurunan yang cukup drastis
yaitu minus 6,36, sementara pertumbuhan PDRB mengalami kenaikan sebesar
4,87%. Sedangkan pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 25,60.
Sementara itu isu strategis masalah ketenagakerjaan meliputi:
1. Perluasan kesempatan kerja dan penempatan tenaga kerja dengan capaian
indikator pendukung:
a. Capaian indikator jumlah perluasan kesempatan kerja, dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2011 menunjukkan angka yang dinamis, yaitu pada
tahun 2008 berjumlah 2.170 orang kemudian mengalami kenaikan pada
tahun 2009 sejumlah 3.260 orang, tahun 2010 turun menjadi 1.917 orang,
dan turun lagi pada tahun 2011 sejumlah 1.427 orang. Sedangkan untuk
tahun 2012 ditargetkan 2.000 orang.
b. Capaian indikator Jumlah penempatan tenaga kerja, pada tahun 2008
berjumlah 7.500 orang tahun 2009 sejumlah 6.000 orang, tahun 2010
sebanyak 6.000 orang, dan tahun 2011 sejumlah 1.900 orang. Sedangkan
untuk tahun 2012 ditargetkan 2.000 orang.
c. Capaian indikator jumlah pembinaan lembaga penempatan tenaga kerja,
pada tahun 2008 sampai tahun 2010 sebanyak 200 lembaga untuk setiap
tahunnya.
2. Peningkatan kualitas angkatan kerja dengan capaian indikator pendukung:
a. Capaian indikator jumlah pelatihan ketrampilan kerja, tahun 2008
sebanyak 1.255 orang, tahun 2009 sebanyak 1.370 orang, tahun 2010
sebanyak 1.463 orang, tahun 2011 sebanyak 1.270 orang dan tahun 2012
ditargetkan 1.020 orang.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 48
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
b. Capaian indikator jumlah pelatihan peningkatan produktivitas pada tahun
2008 sebanyak 1.145 orang, tahun 2009 sebanyak 960 orang, tahun 2010
sebanyak 450 orang dan tahun 2011 sebanyak 220 orang. Sedangkan
pada tahun 2012 ditargetkan 240 orang.
c. Capaian indikator jumlah peserta pemagangan, pada tahun 2008
berjumlah 165 orang tahun 2009 sejumlah 240 orang, tahun 2010
menjadi 175 orang, dan tahun 2011 sejumlah 345 orang. Sedangkan
untuk tahun 2012 ditargetkan 550 orang.
d. Capaian indikator jumlah pembinaan lembaga latihan kerja pada tahun
2008 sebanyak 200 lembaga, tahun 2009 sebanyak 40 lembaga, tahun
2010 sebanyak 55 lembaga dan tahun 2011 sebanyak 26 lembaga,
sedangkan pada tahun 2012 ditargetkan 20 lembaga.
3. Hubungan industrial yang dengan capaian indikator pendukung :
a. Capaian indikator penyusunan UMP dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2012 sebanyak 1 paket untuk setiap tahunnya.
b. Capaian indikator identifikasi penangguhan UMP tahun 2008 sebanyak 25
perusahaan, tahun 2009 sebanyak 25 perusahaan, tahun 2010 senbanyak
30 perusahaan dan tahun 2011 sebanyak 50 perushaaan. Sedangkan pada
tahun 2012 ditargetkan sebnayak 30 perusahaan.
c. Capaian indikator jumlah pembinaan untuk peningkatan kesejahteraan
pekerja tahun 2008 sebanyak 600 orang tahun 2009 sebanyak 590 orang,
tahun 2010 sebanyak 340 orang dan tahun 2011 sebanyak 650 orang.
d. Capaian indikator jumlah peserta pembinaan untuk lembaga
ketenagakerjaan tahun 2008 sebanyak 420 orang, tahun 2009 sebanyak
390 orang, tahun 2010 sebanyak 410 orang dan pada tahun 2012
sebanyak 453 orang. Sedangkan pada tahun 2012 ditargetkan sebanyak
120 orang.
e. Capaian indikator jumlah pengawasan norma ketenagakerjaan dan
perlindungan tenaga kerja pada tahun 2008 sebanyak 120 orang, 5 kasus,
100 perusahaan, tahun 2009 sebanyak 60 orang, 5 kasus, 200 perusahaan,
tahun 2010 sebanyak 90 orang, 3 kasus, 100 perusahaan dan pada tahun
2011 asebanyak 90 orang, 3 kasus, 100 perusahaan. Sedangkan pada
tahun 2012 ditargetkan 30 orang, dan 50 perusahaan.
f. Capaian indikator jumlah pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja. Pada
tahun 2008 sebanyak 780 orang, tahun 2009 sebanyak 1.030 orang, tahun
2010 sebanyak 780 orang dan tahun 2011 sebanyak 780 orang.
Sedangkan pada tahun 2012 ditargetkan sebanyak 450 orang.
g. Capaian indikator pengujian lingkungan kerja dan pemeriksaan kesehatan
kerja. Pada tahun 2008 sebanyak 40 UMKM, 50 perusahaan, tahun 2009
sebanyak 100 UMKM, 50 perusahaan dan 650 orang, tahun 2010
sebanyak 100 UMKM, 50 perusahaan dan 650 orang, tahun 2011
sebanyak 30 UMKM, 61 perusahaan dan 635 orang. Sedangkan pada
tahun 2012 ditargetkan 40 UMKM, 50 perusahaan dan 610 orang.
Tabel 4.27
Capaian Indikator Urusan Ketenagakerjaan Tahun 2008‐2012
Capaian Tahun
No Indikator Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
1 Tingkat Persen 70,51 70,23 69,76 68,77 68,88
Partisipasi
Angkatan Kerja
(TPAK)
2 Pencari Kerja Orang 17.849 16.616 17.940 15.959 2.353*
yang
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 49
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Capaian Tahun
No Indikator Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
Ditempatkan
3 Tingkat Persen 94,62 94,00 94,31 96,03 96,17
Kesempatan
Kerja (TKK)
4 Elastisitas 3,98 4,14 ‐130,53 25,60 24,93
kesempatan
kerja
5 Pertumbuhan Persen ‐1,68 4,19 12,06 3,80 3,93
Produktivitas
Tenaga Kerja
6 Jumlah Orang 1.999.7 2.016.694 1.882.296 1.872.912 1.894.924
Angkatan Kerja 34
Jumlah 1.892.2 1.895.648 1.775.148 1.798.595 1.822.360
Kesempatan 05
Kerja
7 Pertumbuhan Persen ‐6,66 12,57 ‐11,48 ‐30,64 ‐2,36
Pengangguran
8 Jumlah Pencari Orang 50.987 50.245 43.507 23.358 5.234*
Kerja
9 Jumlah Orang 107.529 121.046 107.148 74.317 72.564
Penganggur
Terbuka
10 Jumlah Orang 472.712 436.425 494.865 492.667 497.416
Setengah
Penganggur
11 Prosentase Persen 5,38 6,00 5,69 3,97 3,83
Jumlah
Penganggur
terhadap
Angkatan Kerja
12 Jumlah Orang 1.255 1.370 1.463 1.270 1.020
Pelatihan
Ketrampilan
Kerja
13 Jumlah Orang 1.145 960 450 220 240
Pelatihan
Peningkatan
Produktivitas
14 Jumlah Lembaga 200 40 55 26 20
Pembinaan
Lembaga
Pelatihan Kerja
15 Jumlah Peserta Orang 165 240 175 345 550
Pemagangan
16 Jumlah Orang 7.500 6.000 6.000 1.900 2.000
Penempatan
Tenaga Kerja
17 Jumlah Orang 2.170 3.260 1.917 1.427 2.000
Perluasan
Kesempatan
Kerja
18 Prosentase Persen 100 100 100 100 100
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 50
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Capaian Tahun
No Indikator Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
Informasi
Ketenagakerjaa
n dan Pasar
Kerja
19 Jumlah Lembaga 200 200 200 0 0
Pembinaan
Lembaga
Penempatan
Tenaga Kerja
20 Penyusunan Paket 1 1 1 1 1
UMP
21 Identifikasi Perusahaan 25 25 30 50 30
Penangguhan
UMP
22 Jumlah Orang 600 590 340 660 0
Pembinaan
untuk
Peningkatan
Kesejahteraan
Pekerja
23 Jumlah Peserta Orang 420 390 410 453 120
Pembinaan
untuk Lembaga
Ketenagaker‐
jaan
24 Jumlah Orang 120 60 90 90 30
Pengawasan
Norma
Ketenagakerjaa
n dan
Perlindungan
Tenaga Kerja
Kasus 5 5 3 3 0
Perusahaan 100 200 100 100 50
25 Jumlah Orang 780 1.030 780 780 450
Pelatihan
Hiperkes dan
Keselamatan
Kerja
26 Pengujian UMKM 40 100 100 30 40
Lingkungan
Kerja dan
Pemeriksaan
Kesehatan Kerja
Perusahaan 50 50 50 61 50
Orang 0 650 650 635 610
Catatan: *) data sementara
Indikator 1 s/d 11 untuk tahun 2012 merupakan hasil proyeksi.
Sumber: Disnakertrans Provinsi DIY
Sektor pertanian adalah sektor ekonomi yang terbanyak menyerap tenaga
kerja di Provinsi DIY. Jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi DIY sebagian
besar bekerja pada sektor pertanian. Selain sektor pertanian, sektor lain yang
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 51
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
mampu menarik banyak tenaga kerja berturut‐turut antara lain sektor
perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor jasa. Namun pada tahun 2012
penduduk bekerja banyak bergeser ke sektor perdagangan besar, eceran, rumah
makan, dan hotel.
Tabel 4.28
Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Kegiatannya di Provinsi DIY, 2008‐2012
Jenis Lapangan Tahun
No Satuan
Pekerjaan 2008 2009 2010 2011 2012
1 Pertanian,
kehutanan,
Orang 560.089 570.574 539.703 431.070 430.896
perburuan dan
perikanan,
2 Pertambangan
Orang 20.171 18.025 14.069 12.464 12.799
dan penggalian
3 Industri
Orang 250.507 237.240 247.093 266.766 273.280
pengolahan
4 Listrik, gas dan
Orang 1.068 2.592 1.689 4.247 4.375
air
5 Bangunan, Orang 150.571 145.381 109.933 133.128 134.725
6 Perdagangan
besar, eceran,
Orang 456.825 455.331 438.282 480.136 490.173
rumah makan,
dan hotel
7 Angkutan,
pergudangan Orang 88.960 82.639 67.368 68.200 69.574
dan komunikasi
8 Keuangan,
Persewaan dan
Orang 41.732 48.441 38.651 50.063 50.669
Jasa
Perusahaan
9 Jasa Lainnya Orang 322.282 335.425 318.360 352.519 355.869
JUMLAH Orang 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595 1.822.360
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2007 – 2012
Penanganan masalah pengangguran yang merupakan masalah utama dalam
penyelenggaraan urusan ketenagakerjaan di Provinsi DIY, dilakukan dengan
menetapkan program‐program yang dapat menyediakan lapangan kerja serta
mendorong kualitas tenaga kerja dengan tujuan mampu diserap di pasar tenaga
kerja. Program‐program yang telah dilaksanakan diintegrasikan dengan program
lain di luar sektor ketenagakerjaan yang memiliki keterkaitan yang nantinya
bermuara pada penurunan pengangguran di Provinsi DIY. Program‐program yang
telah dilakukan yang terkait langsung dengan urusan ketenagakerjaan yaitu:
1. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Kerja.
2. Program Peningkatan Kesempatan Kerja.
3. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 52
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Adapun rekapitulasi pelaksanaan program dan kegiatan urusan
ketenagakerjaan selama kurun waktu 2008‐2011 sebagaimana tercantum pada
tabel berikut:
Tabel 4.29
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Ketenagakerjaan
di Provinsi DIY, 2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 3 94 17.512.353.300 17.203.047.125 98,23 97,30
2009 3 83 21.317.934.000 19.426.350.930 91,12 98,60
2010 3 89 16.417.060.400 15.693.072.195 97,19 100,00
2011 3 63 13.563.499.900 12.959.978.970 95,55 100,00
2012* 3 47 12.278.124.000 7.618.956.500 62,05 65,00
Catatan: *)Posisi s/d Bulan Agustus 2012
Sumber: Disnakertrans Provinsi DIY
Pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dilaksanakan melalui 3
program ketenagakerjaan, pada tahun 2008 sebanyak 94 kegiatan, tahun 2009
sebanyak 83 kegiatan, tahun 2010 sebanyak 89 kegiatan, tahun 2011 sebanyak 63
kegiatan dan tahun 2012 sebanyak 47 kegiatan. Sedangkan pagu anggaran untuk
3 program tersebut tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp.21.317.934.000,‐
dan setiap tahunnya mengalami penurunan yaitu pada tahun 2010 sebesar
Rp.16.417.060.400,‐ tahun 2011 sebesar Rp.13.563.499.900 dan tahun 2012
sebesar Rp.12.278.124.000. Realisasi fisik pada tahun 2008 dan 2009 tidak bisa
tercapai 100% disebabkan karena pada tahun 2008 terdapat 1 kegiatan Pelatihan
Ketrampilan Tekmek, Listrik, Menjahit untuk penempatan, yaitu pengadaan alat‐
alat bengkel latih, tidak dapat terealisasi karena adanya kenaikan harga pasar.
Sedangkan pada tahun 2009 terdapat 1 kegiatan Fasilitasi Peserta Pemagangan ke
Jepang target 100 orang terealisasi 40 orang, hal ini disebabkan adanya krisis
global yang melanda Jepang sehingga membuat permintaan dari IMM Jepang
berkurang yang kemudian berdampak pada berkurangnya jumlah pemagang yang
dapat diberangkatkan.
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 3 program dengan
jumlah kegiatan sebanyak 47 kegiatan. Sampai dengan Bulan Agustus 2012,
capaian fisik rata‐rata sebesar 65,00% dengan capaian realisasi keuangan sebesar
62,05%. Adapun kegiatan yang telah diselesaikan adalah sebagai berikut:
1. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
a. Akreditasi LPK
b. Forum Kerjasama Lembaga Pelaksana Program Magang Dalam Negeri.
c. Sertifikasi Uji Kompetensi Tenaga Kerja.
d. Sosialisasi Program Pemagangan ke Jepang.
e. Sertifikasi Asesor Kompetensi.
f. Sertifikasi Uji Kompetensi Instruktur.
g. Pengembangan Produktivitas melalui Pelatihan Kewirausahaan.
2. Program Peningkatan Kesempatan Kerja
- Pembentukan Kelompok Usaha Melalui Perluasan Kerja Sistem Padat Karya
(PKSPK) dan pendampingan.
3. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan.
a. Peningkatan Pengawasan Norma Ketenagakerjaan dan K3.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 53
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
b. Peningkatan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri.
c. Pengawasan Norma Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
Permasalahan dan solusi
Permasalahan
1. Rendahnya keterampilan dan keahlian pencari kerja, sehingga sulit bersaing
di pasar kerja, baik di tingkat lokal, daerah, maupun luar negeri, dan
menyebabkan sulitnya penempatan. Disamping itu berkurangnya
SDM/tenaga instruktur karena pensiun.
2. Jumlah kesempatan kerja tidak sebanding dengan jumlah angkatan.
3. Produktivitas tenaga kerja yang relatif masih rendah membuat banyak
kesempatan kerja lokal justru diisi tenaga kerja luar daerah.
4. Masih adanya pengusaha dan pekerja yang kurang bisa memahami hak dan
kewajibannya masing‐masing sehingga masih sering terjadi pemutusan
hubungan kerja secara sepihak.
5. Kurangnya fungsi pemberdayaan masyarakat (community development)
maupun tanggung jawab sosial (social responsibility) dari perusahaan,
sehingga penerimaan magang di perusahaan belum dapat maksimal.
Solusi
Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi beberapa
permasalahan tersebut di atas, antara lain:
1. Mengupayakan peningkatan kualitas/kompetensi melalui pelatihan‐
pelatihan di lembaga pelatihan kerja Pemerintah (BLK) dan swasta (LPKS),
melalui perbaikan kualitas BLKPP dan BLK sehingga perlu untuk
direvitalisasi dengan sungguh sungguh agar lulusan pelatihan BLKPP dan
BLK lebih berdaya saing. Selain itu pemberdayaan LPK termasuk akreditasi
LPK secara berkelanjutan dilakukan agar terjadi sinergi antara pemerintah
dan swasta dalam penanganan pengangguran, khususnya dalam hal
peningkatan kualitas ketrampilan pencari kerja. Dalam rangka menyiapkan
tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai yang dibutuhkan pasar kerja,
maka BLKPP menyiapkan Tempat Uji Kompetensi (TUK). Untuk memenuhi
kebutuhan SDM di lembaga pelatihan kerja secara berkesinambungan perlu
adanya kaderisasi secara dini.
2. Secara berkelanjutan melakukan kegiatan‐kegiatan yang dapat membuka
perluasan kesempatan kerja, serta pelatihan pelatihan kewirausahaan.
3. Memantau atau mengukur produktivitas kerja dan terus mengupayakan
pelatihan peningkatan produktivitas.
4. Perlu sosialisasi, implementasi dan penegakan hukum bidang
ketenagakerjaan.
5. Mengembangkan jejaring pemagangan agar semakin banyak perusahaan
dapat menerima peserta magang yang nantinya dapat berlanjut pada ikatan
kerja permanen atau setidaknya para peserta magang dapat memperoleh
pengalaman kerja yang sangat berharga yang dapat dipergunakan untuk
memasuki pasar kerja.
13 URUSAN KETAHANAN PANGAN
Pembangunan ketahanan pangan diarahkan pada kemampuan penyediaan
pangan yang aman dikonsumsi bagi seluruh masyarakat DIY secara
berkesinambungan dengan harga yang terjangkau yang meliputi aspek
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 54
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
ketersediaan pangan, distribusi pangan serta konsumsi dan keamanan pangan.
Ketersediaan pangan di Provinsi DIY tercermin pada ketersediaan energi dan
protein. Selama kurun waktu 2008‐2011, baik ketersediaan energi maupun
protein menunjukkan peningkatan. Ketersediaan energi pada tahun 2008 sebesar
3.558 kkal/kapita/hari kemudian pada tahun 2011 menjadi 3.715 kkal/kapita/hari.
Demikian pula halnya dengan ketersediaan protein dari 85,50 gram/kapita/hari
pada tahun 2008 menjadi 100,47 gram/kapita/hari pada tahun 2011. Angka
ketersediaan energi dan protein tahun 2008‐2011 sudah jauh di atas angka
standar nasional. Angka standar nasional ketersediaan energi 2.200
kkal/kapita/hari, sedangkan angka ketersediaan protein 55 gram/kapita/hari.
Sementara itu, tingkat konsumsi penduduk Provinsi DIY tahun 2008‐2010
mengalami kenaikan, namun pada tahun 2011 terjadi penurunan. Hal tersebut
dikarenakan adanya erupsi Gunung Merapi pada bulan November 2010 yang
berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat. Daya beli masyarakat juga
menurun disebabkan aktivitas ekonomi produktif yang terganggu sehingga sangat
mempengaruhi pendapatan masyarakat, Survey PPH tahun 2011 menunjukkan
angka konsumsi energi dan konsumsi protein paling rendah di Kabupaten
Sleman. Konsumsi energi penduduk Provinsi DIY pada tahun 2008 sebesar
1.765,50 kkal/kapita/hari, dan pada tahun 2011 mencapai 1.626,9
kkal/kapita/hari. Selanjutnya konsumsi protein pada tahun 2008 sebesar 49,6
gram/kapita/hari sementara pada tahun 2011 sebesar 49 gram/kapita/hari.
Keberagaman ataupun kualitas konsumsi pangan masyarakat ditunjukkan
dalam bentuk Pola Pangan Harapan (PPH), dimana batas skor maksimal PPH
adalah 100 dan semakin mendekati skor maksimal berarti semakin tinggi tingkat
diversifikasi atau tingkat keragaman pangan optimal. Skor PPH pada tahun 2008
adalah 73,80 dan di tahun 2011 sebesar 78,20 namun demikian diversifikasi
pangan di Provinsi DIY masih perlu ditingkatkan dikarenakan konsumsi bahan
pangan masih didominasi oleh pangan sumber karbohidrat dan diarahkan pada
pencapaian pola konsumsi masyarakat yang berimbang, beragam, bergizi dan
aman. Sementara itu, dari sisi keamanan pangan, sampai dengan tahun 2011 di
DIY tidak terjadi kasus keamanan pangan/keracunan pangan, namun hasil
pemantauan di lapangan masih terdapat 18,57% pangan segar dan 57,06%
pangan olahan yang tidak aman beredar di pasaran.
Distribusi pangan dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan setempat,
kelancaran pasokan antar waktu dan antar wilayah serta pemberian/hibah
kepada rumah tangga yang dikatagorikan pra sejahtera. Untuk memenuhi bahan
pangan yang dibutuhkan oleh setiap individu rumah tangga, secara umum telah
berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini ditunjukkan adanya distribusi antar waktu
dan antar wilayah dari produksi setempat yang sudah dilaksanakan secara baik
dan pasokan bahan pangan yang terselenggara dengan lancar sebagai dampak
tersedianya infrastruktur dan sarana prasarana yang memadai sekaligus
pemberian/hibah kepada keluarga pra sejahtera yang dapat disalurkan memadai
sesuai sasaran yang ditetapkan.
Dalam rangka upaya pengendalian harga bahan pangan strategis, telah
dilaksanakan fasilitasi stabilisasi harga bahan pangan dan peningkatan
ketersediaan pangan setempat melalui pengembangan Lembaga Distribusi
Pangan Masyarakat (LDPM). Sementara untuk meningkatkan ketersediaan dan
mendekatkan akses pangan bagi masyarakat di daerah rawan pangan
dilaksanakan kegiatan Lembaga Akses Pangan Masyarakat (LAPM) termasuk
fasilitasi pelaksanaan operasi pasar. Sampai dengan saat ini, sudah difasilitasi
sebanyak 72 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dari target 392 Gapoktan
untuk stabilisasi harga komooditas gabah/beras, jagung, kedelei dan ubi
kayu/gaplek, 40 Gapoktan dari taget 94 Gapoktan untuk mendukung ketersediaan
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 55
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
bahan pangan di tingkat rumah tangga dan 31 gapoktan untuk peningkatan akses
pangan masyarakat. Meskipun pengendalian harga ini masih belum dapat
dilaksanakan secara optimal, tetapi upaya‐upaya yang sudah dilaksanakan ini
dapat mengendalikan stabilisasi harga yang terjadi baik di tingkat petani selaku
produsen sekaligus di tingkat konsumen.
Dalam rangka mewujudkan pemantapan ketahanan pangan dan
peningkatan kesejahteraan petani, Penyelengaraan Penyuluhan yang efektif dan
efisien sangat diperlukan. Sejak tahun 2008 sampai 2012 untuk mewujudkan
penyuluhan yang efektif dan efisien telah dilaksanakan pemantapan kelembagaan
penyuluhan dan kelembagaan petani.
Pemantapan kelembagaan penyuluhan dilakukan dengan revitalisasi Balai
Penyuluhan Pertanian (BPP) yang sekarang dikenal dengan Balai Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K). Sampai dengan tahun 2011, melalui
sinergi antara APBD dan APBN, bantuan luar negeri dan Dana Alokasi Khusus telah
dibangun 56 BPP/BP3K yang tersebar di Kabupaten/Kota se Provinsi DIY.
Untuk pemberdayaan petani dalam rangka peningkatan pendapatan,
melalui sinergi antara APBN, Bantuan Bank Dunia dan APBD, telah ditumbuhkan
180 FMA (Farmer Managed Extensions Activities, atau Kegiatan Penyuluhan yang
dikelola oleh petani) dan difasilitasi untuk pembelajaran sampai dengan 17 juta
rupiah per tahun per FMA. Disamping itu dalam rangka tindak lanjut
pembelajaran dari dana APBD memfasilitasi Bantuan Penguatan Modal pada
tahun 2010 sebanyak Rp.240.000.000,‐ untuk 6 kelompok FMA dan pada tahun
2011 disediakan dana Rp.120.000.000,‐ untuk 12 kelompok FMA.
Tabel 4.30
Indikator Ketahanan Pangan di Provinsi DIY, 2008‐2012
No Indikator Satuan Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1. Ketersediaan pangan
a. Ketersediaan Kkal/kap/hr
3.558 3.573 3.736 3.736 N/A
energy
b. Ketersediaan Gr/Kap/hr
85,50 87,59 92,88 92,88 N/A
protein
c. Pengembangan Unit
lumbung ‐ ‐ 28 29 75
pangan
d. Pengembangan Unit
Desa Mandiri ‐ ‐ 29 41 N/A
Pangan
2. Distribusi, Harga dan
Akses Pangan
a. Penguatan Gapoktan
‐ 20 83 150 165
LDPM
b. Penguatan akses Gapoktan
pangan ‐ ‐ 15 5 11
masyarakat
c. Terwujudnya Komoditas
‐ ‐ 4 4 N/A
stabilisasi harga
3. Konsumsi
a. Konsumsi energy Kkal/kap/hr 1.765,50 1.802,60 1.809,74 1.626,9 N/A
b. Konsumsi protein Gr/Kap/hr 49,60 51,35 52,27 49 N/A
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 56
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
No Indikator Satuan Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
c. Skor PPH (Pola
77,00 77,80 79,24 78,20 N/A
Pangan Harapan)
d. Peningkatan Kelompok
jumlah kelompok
tani yang
‐ ‐ 88 10 3
menerapkan
BMR (Batas
Maksimal Residu)
e. Meningkatnya Pelaku
jumlah Usaha
produsen/pelaku
usaha dalam ‐ ‐ 20 10 10
penerapanan BTP
(Batas Tambahan
Pangan)
f. Penurunan %
‐ ‐ 1,5 1,5 N/A
konsumsi beras
4. Pengembangan
Penyuluhan
a. Peningkatan Orang 546
kualitas (241
penyuluh ‐ 50 220 547 THL +
305
PPNS)
b.Peningkatan Unit
kelembagaan ‐ 25 51 56 56
penyuluh
c. Peningkatan Orang
kualitas pelaku
‐ ‐ 7.200 10.583 N/A
utama/pelaku
usaha
d. Peningkatan Unit
kualitas
kelembagaan
‐ ‐ 732 1.067 N/A
pelaku
utama/pelaku
usaha
Sumber: BKPP Provinsi DIY
Kondisi ketahanan pangan dari aspek ketersediaan, distribusi serta
konsumsi dan keamanan pangan di Provinsi DIY dapat dikatakan cukup mantap.
Pemerintah Provinsi melalui program dan kegiatan yang dilaksanakan telah
berkontribusi pada capaian tersebut. Melalui program‐program pokok, sebagai
berikut:
1. Program Kesejahteraan Petani
2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan
3. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan
4. Program Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian/Perkebunan Lapangan
5. Program Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 57
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
6. Program Pemberdayaan dan Pengembangan Ketahanan Pangan
Adapun rekapitulasi pelaksanaan program dan kegiatan urusan ketahanan
pangan selama kurun waktu 2009‐2012 sebagaimana tercantum pada tabel
berikut:
Tabel 4.31
Rekapitulasi Program/Kegiatan Ketahanan Pangan di Provinsi DIY, 2009‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Capaian Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp)
(%)
2009 8 41 1.767.429.200 1.657.785.201 93,8 100
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
disebabkan masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk
mengkonsumsi pangan spesifik lokasi (pangan lokal).
5. Perkembangan usaha/industri pangan berbasis sumberdaya lokal berjalan
lambat, sebagai dampak dari keterbatasan sumber daya manusia,
permodalan, pemasaran dan promosi dari pelaku usaha yang bersangkutan.
6. Semakin maraknya peredaran pangan yang kurang aman di masyarakat,
terutama makanan yang berada di lingkungan sekolah, pinggir jalan dan pasar
tradisional sebagai dampak dari masih rendahnya kesadaran
masyarakat/konsumen dan pelaku usaha dalam mengkonsumsi dan
memproduksi pangan yang aman.
7. Pelaksanaan pengawasan keamanan pangan melalui Sistem Keamanan
Pangan Terpadu (SKPT) masih belum optimal, karena belum adanya dasar
hukum yang kuat untuk mendukung operasionalnya serta fasilitasi anggaran
yang masih terbatas.
Solusi
Solusi terhadap permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut:
1. Penguatan intensitas koordinasi, sinkronisasi dan sinergitas dengan para
pihak terkait.
2. Pendataan oleh BKPP Provinsi DIY diantaranya langsung ke produsen,
pedagang besar, distributor, supermarket, pasar dan Pangkalan Pendaratan
Ikan (PPI) dalam rangka penentuan besaran ketersediaan, pasokan dan stok
pangan.
3. Sosialisasi dan edukasi pola makan 3BA kepada masyarakat khususnya
kelompok wanita tentang pola makan 3BA melalui pertemuan, lomba cipta
menu, promosi, apresiasi, gerakan makan 3BA dan optimalisasi pemanfaatan
pekarangan serta fasilitasi dan pengembangan produk antara (tepung‐
tepungan) berbasis sumberdaya lokal dengan melibatkan stakeholder.
4. Solusi untuk masalah ketergantungan pola konsumsi rumah tangga.
a) Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya
konsumsi pangan spesifik lokasi (pangan lokal), sehingga dapat menekan
/mengurangi konsumsi beras dan/atau terigu, melalui sosialisasi terutama
kepada kelompok wanita.
b) Meningkatkan nilai pangan spesifik lokasi (pangan lokal) menjadi olahan
pangan yang menarik bagi konsumen.
5. Solusi untuk pengembangan usaha.
a) Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan/keterampilan para pelaku
usaha agroindustri pangan berbasis sumber daya lokal dalam teknologi
pengolahan pangan.
b) Mengintensifkan promosi kepada masyarakat guna memperluas jaringan
pemasaran produk pangan berbasis sumberdaya lokal melalui berbagai
kegiatan seperti pertemuan, sosialisasi, dan pameran.
6. Sosialisasi dan edukasi kepada konsumen (masyarakat) dan para pelaku usaha
pengolahan tentang pangan yang bermutu, aman, dan proses pengolahan
pangan yang benar dan aman, melalui pertemuan/apresiasi dengan
melibatkan institusi terkait.
7. Fasilitasi terbitnya landasan hukum untuk mendukung operasional Sistem
Keamanan Pangan Terpadu (SKPT) dalam pengawasan keamanan pangan.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 59
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
14 URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN ANAK
Pembangunan pemberdayaan gender merupakan bagian integral dari
pembangunan daerah. Kenyataan yang ada bahwa tingkat kesetaraan dan
keadilan gender dalam masyarakat masih jauh dari ideal. Strategi
Pengarusutamaan Gender (PUG) diperlukan dalam pembangunan daerah untuk
mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) tersebut.
Kesadaran dan tanggung jawab sosial masyarakat terhadap permasalahan
perlindungan perempuan dan anak semakin meningkat, namun demikian masih
perlu ditingkatkan baik akses maupun layanan terhadap Kesejahteraan Anak,
Perlindungan Anak, Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Perlindungan
Saksi dan Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Meningkatnya partisipasi perempuan dapat dilihat dari peningkatan
jumlah anggota legislatif perempuan, jumlah pejabat struktural perempuan,
jumlah pengusaha perempuan pengusaha mikro dan kecil, jumlah pejabat publik
dan profesi perempuan di segala bidang, namun demikian masih perlu
ditingkatkan baik jumlah dan kompetensinya.
Pemberdayaan perempuan diperlukan dalam rangka meningkatkan peran
serta perempuan dalam program pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan. Sasaran pembangunan pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak di Provinsi DIY adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas hidup perempuan.
2. Terjamin dan terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender dalam
berbagai bidang pembangunan.
3. Menurunnya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak.
4. Meningkatnya kesejahteraan dan perlindungan anak
5. Meningkatnya kualitas dan kemandirian organisasi perempuan.
Indikator dan Capaian Kinerja
Indikator pencapaian keberhasilan pembangunan pemberdayaan perempuan
dapat diukur melalui Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks
Pemberdayaan Gender (IDG). IPG adalah indeks pencapaian kemampuan dasar
pembangunan manusia yang sama seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
akan tetapi dengan memperhitungkan ketimpangan gender. IPG dapat digunakan
untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki‐laki dan
perempuan. Kesetaraan gender terjadi apabila nilai IPM sama dengan IPG.
Sementara itu, IDG adalah indeks komposit yang mengukur peran aktif
perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik. Peran aktif perempuan dalam
kehidupan ekonomi dan politik mencakup partisipasi berpolitik, partisipasi
ekonomi dan pengambilan keputusan serta penguasaan sumber daya ekonomi.
Capaian IPG pada tahun 2008 adalah 71,50 meningkat 0,34 dibandingkan
dengan tahun 2007 (71,16). Target Indeks Pembangunan Gender (IPG) untuk
provinsi DIY tahun 2009 sebesar 70,60 dan 2010 adalah sebesar 70,70 sedangkan
tingkat capaian IPG tahun 2009 dan tahun 2010 adalah sebesar 71,50 hal tersebut
menunjukkan tingkat pencapaian pembangunan pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak di provinsi DIY sudah sangat bagus dan berada diatas rata‐rata
nasional sebesar 66,38, sedangkan Target IPG untuk provinsi DIY tahun 2011
sebesar 70,80 dengan capaian sebesar 72,24 dan menduduki urutan ke 2 dari
seluruh provinsi di Indonesia. Sedangkan target IPG provinsi DIY pada tahun 2012
adalah sebesar 70,90 sehingga sudah terlampaui oleh capaian pada tahun 2011
(sumber data: Kementerian PP‐PA & BPS).
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 60
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) untuk provinsi DIY tahun 2008
mencapai 62,87 yang berarti meningkat 0,17 bila dibandingkan dengan tahun
2007 (62,70). Apabila dibandingkan dengan provinsi lain maka provinsi DIY masih
berada di atas rata‐rata nasional (62,27). Khusus untuk Kabupaten Kulon Progo
dan Gunungkidul IDGnya masih dibawah rata‐rata nasional, target tahun 2009
sebesar 62,44 dan tahun 2010 sebesar 62,46 tingkat capaiannya tahun 2009 yaitu
sebesar 62,87. Apabila dibandingkan dengan provinsi lain maka provinsi DIY masih
berada di atas rata‐rata nasional (62,27), Sedangkan berdasarkan hasil sensus
penduduk tahun 2010 yang dilaksanakan oleh BPS diperoleh data bahwa IDG
Provinsi DIY pada tahun 2010 sebesar 63,32. Capaian tersebut sudah melampaui
target IDG tahun 2011 sebesar 62,48 dan menempatkan DIY pada urutan ke 6 dari
seluruh provinsi di Indonesia, sedangkan target IDG pada tahun 2012 adalah
sebesar 62,50 (sumber data: Kementerian PP‐PA & BPS).
Salah satu indikator bahwa DIY sudah mengalami kemajuan dalam hal
pembangunan pemberdayaan perempuan adalah capaian IPG provinsi DIY tahun
2010 berdasarkan hasil sensus penduduk menempati urutan ke 2 sedangkan
capaian IDG menempati urutan ke 6 dari seluruh provinsi di Indonesia.
Tabel 4.32
Indikator Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Tahun 2008 ‐ 2012
Tahun
No Indikator Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
1. Indeks Pembangunan ‐ 71,5 71,5 71,5 72,24 ‐
Gender (IPG)
2. Indeks Pemberdayaan ‐ 62,87 62,87 63,32 63,32 ‐
Gender (IDG)
Sumber: BPPM Provinsi DIY
Indikator lain dari berhasilnya pelaksanaan PUG di Provinsi DIY adalah
diterimanya Anugerah Parahita Ekapraya (APE) tingkat madya sejak tahun 2009,
2010 dan 2011 yang diterima oleh Bapak Gubernur pada Puncak Acara Hari Ibu
tingkat nasional di Jakarta.
Pelaksanaan Program dan Kegiatan dari tahun 2008–2012
Pemerintah Provinsi DIY telah berupaya untuk meningkatkan pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak yaitu dengan melaksanakan program‐
program:
a. Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan
Perempuan.
b. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan
Anak.
c. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan
Perempuan.
d. Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender dalam
Pembangunan.
Pelaksanaan program dan kegiatan urusan pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak selama kurun waktu 2008‐2012
sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 61
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Tabel 4.33
Rekapitulasi Program Kegiatan Urusan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Tahun 2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
No Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
1 2008 8 36 2.791.019.000 2.646.120.176 94,81 100,00
2 2009 8 41 2.983.467.000 2.814.904.215 94,84 100,00
3 2010 8 46 2.720.794.900 2.660.829.498 97,80 100,00
4 2011 7 42 2.775.398.950 2.683.576.782 96,69 100,00
5 2012*) 8 54 5.770.860.000 3.019.878.848 52,33 60,56
Catatan: *) Posisi s/d Agustus 2012
Sumber: BPPM Provinsi DIY
Pada tahun 2008 Kantor Pemberdayaan Perempuan hanya
melaksanakan 1 (satu) urusan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak dengan 4 program dan 18 kegiatan untuk urusan umum
dan 4 program dan 18 kegiatan untuk urusan teknis.
Sedangkan pada tahun 2009 Kantor Pemberdayaan Perempuan
berubah menjadi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat yang
mengampu 3 urusan, urusan umum melekat pada urusan Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak sehingga anggarannya terlihat sangat
besar. Seluruh Anggaran urusan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2012
dipergunakan sepenuhnya untuk mendukung kesetaraan dan keadilan
gender serta perlindungan perempuan dan anak.
Kegiatan‐kegiatan urusan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak yang sudah selesai dilaksanakan sampai dengan bulan
agustus sebanyak 15 kegiatan dari total 54 kegiatan dengan realisasi
keuangan sebesar 52,33% dan realisasi fisik mencapai 60,56%.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Pelaksanaan PUG dan Perencanaan Penganggaran Responsif Gender (PPRG)
masih perlu mendapat dukungan dari pengambil kebijakan.
2. Tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak yang
dipengaruhi adanya budaya patriarkhi dan masih adanya anggapan bahwa
persoalan KDRT merupakan masalah privat yang merupakan aib keluarga.
3. Belum adanya sarana transportasi untuk layanan korban kekerasan
terhadap perempuan dan anak yang memerlukan rujukan dan home visit.
4. Kurangnya sosialisasi peraturan perundang‐undangan (UUPA, UUPKDRT,
UUPTPPO, UU Perlindungan saksi dan korban) dan kebijakan daerah
(Keputusan Gubernur tentang Forum PK2PA, Keputusan Gubernur tentang
P2TPA “Rekso Dyah Utami” dan Peraturan Gubernur tentang PRT).
5. Belum adanya kebijakan pemenuhan hak‐hak anak seperti terbentuknya
forum‐forum anak sebagai ajang kreatifitas anak.
6. Sebagian besar korban kekerasan berstatus sebagai ibu rumah tangga,
sehingga memerlukan bekal kemandirian secara ekonomi.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 62
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
7. Kurangnya pemberdayaan lanjut usia perempuan, karena adanya anggapan
bahwa lansia adalah beban keluarga dan tidak berdaya.
8. Pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok desa PRIMA
(Perempuan Indonesia Maju Mandiri) dalam pengelolaan dan pemanfaatan
keuangan serta pengelolaan hasil potensi desa masih terbatas.
9. Masih rendahnya pemahaman aparat tentang penyelenggaraan data pilah
gender dan anak, sehingga hal tersebut masih dianggap tidak penting.
10. Belum adanya jejaring data sebagai sumber data pilah gender dan anak
dalam bentuk forum.
11. Belum ada kerjasama dalam hal penyediaan data gender dan anak dengan
BPS, sehingga ketersediaan data khususnya yang terkait dengan data
komposit dan indikator‐indikator yang kompleks tidak dapat diupdate
secara cepat.
Solusi
1. Perlu dilakukan sosialisasi PUG dan PPRG secara terus menerus kepada
semua pihak.
2. Sosialisasi peraturan perundang‐undangan dan kebijakan daerah tentang
perlindungan perempuan dan anak melalui aparat kecamatan, aparat
desa/kecamatan, TP PKK kecamatan dan desa.
3. Mengusulkan pengadaan sarana transportasi melalui APBD Provinsi DIY
tahun 2012.
4. Perlu dilakukan sosialisasi peraturan perundang‐undangan (UUPA,
UUPKDRT, UUPTPPO, UU Perlindungan saksi dan korban) dan kebijakan
daerah (Keputusan Gubernur tentang Forum PK2PA, Keputusan Gubernur
tentang P2TPA “Rekso Dyah Utami” dan Peraturan Gubernur tentang PRT)
5. Memfasilitasi pembentukan forum anak provinsi dan mengadvokasi
pembentukan forum anak kabupaten/kota dengan Surat Keputusan.
6. Mengusulkan dukungan anggaran untuk pelatihan perempuan paska
pendampingan menuju kemandirian.
7. Mengusulkan dukungan anggaran untuk program/kegiatan penguatan
siraman rohani, pembekalan psikologi sosial.
8. Perlu adanya pelatihan manajemen keuangan dan pelatihan keterampilan
pemanfaatan potensi desa, mengupayakan perluasan jaringan pemasaran
dengan mengikutsertakan anggota desa PRIMA dalam event pameran.
9. Perlu adanya pelatihan dan sosialisasi penyelenggaraan data gender
10. Perlu adanya pembentukan forum data gender dan anak.
11. Perlu adanya kerjasama antar lembaga untuk mempermudah akses data ke
BPS.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 63
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
15 URUSAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA
SEJAHTERA
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan program untuk menurunkan angka
kelahiran dan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Program KB
merupakan program strategis untuk pembentukan sumber daya manusia yang
tangguh dan mandiri melalui peningkatan kualitas keluarga dan memberikan
dampak terhadap pengendalian kuantitas penduduk. Sementara itu secara
kualitas mengupayakan keluarga‐keluarga Indonesia untuk menjadi lebih bahagia
dan sejahtera, yang antara lain ditandai dengan penurunan angka kematian ibu
dan bayi, serta sekaligus terjadi peningkatan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga.
Indikator dan Capaian Kinerja
Keberhasilan Program Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera sebagian dapat
dilihat dengan beberapa indikator yang ada seperti terbentuknya Kelompok
Masyarakat Peduli KB dan terbentuknya Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR).
Sasaran program KB antara lain meningkatkan jumlah kelompok masyarakat yang
menggerakkan KB di tingkat desa/kelurahan, tahun 2009 target kinerjanya adalah
membentuk 1 kelompok masyarakat peduli KB dengan capaian terbentuknya 1
kelompok seni peduli KB di kabupaten Kulonprogo. Sedangkan target pada tahun
2010 sebanyak 2 (dua) kelompok dengan capaian sebesar 5 (lima) kelompok,
sehingga sampai dengan tahun 2010 di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
sudah terbentuk 6 (enam) kelompok. sedangkan target pada tahun 2011 adalah
membentuk 5 (lima) Kelompok masyarakat peduli KB dengan capaian sebesar 5
(lima) kelompok, sehingga sampai dengan tahun 2011 di provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta sudah terbentuk 11 (sebelas) kelompok (sumber data :BPPM
dan BKKBN)
Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja sangat diperlukan
untuk membantu remaja sebayanya dalam memahami dan mengatasi
permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja. Capaian pada tahun 2009 antara
lain Fasilitasi Forum pelayanan KRR bagi kelompok remaja dan sebaya diluar
sekolah, Memperkuat dukungan dan partisipasi masyarakat serta advokasi dan
KIE dalam bidang KRR di kab/kota bagi instansi terkait, LSM, Ormas, TOGA yang
bergerak dibidang kesehatan reproduksi remaja. Target pada tahun 2010 adalah
terbentuknya 5 (lima) kelompok Pusat informasi dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja, capaian kegiatan tahun 2010 sebanyak 5 (lima) kelompok.
Target pada tahun 2011 adalah terbentuknya 15 (limabelas) kelompok Pusat
informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja dengan capaian sebanyak
15 kelompok, sehingga sampai dengan tahun 2011 sudah terbentuk 20 kelompok
(sumber data :BPPM).
Tabel 4.34
Indikator Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Tahun 2008 ‐ 2012
Tahun
No Indikator Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
1. Terbentuknya kelompok Kelompok ‐ 1 5 5 ‐
masyarakat peduli KB
2. Terbentuknya pusat Paket ‐ ‐ 5 15 ‐
informasi dan konseling
KRR
Sumber: BPPM Provinsi DIY
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 64
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Pelaksanaan Program dan Kegiatan dari tahun 2008–2012
Selama kurun waktu 2008‐2012, program‐program yang dilakukan terkait dengan
urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera yaitu:
1. Program Pelayanan Keluarga Berencana.
2. Program Kesehatan Reproduksi Remaja.
3. Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat dalam Pelayanan KB/KRR
yang Mandiri.
4. Program Promosi Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak Melalui Kelompok
Kegiatan di Masyarakat.
5. Program Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling KRR.
6. Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga.
7. Program Pengembangan Model Operasional BKB‐Posyandu‐Padu.
8. Program peningkatan penanggulangan Narkoba, PMS termasuk HIV/AIDS
9. Program Palayanan Kontrasepsi
Program KB adalah upaya untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera
melalui promosi, perlindungan dan bantuan dalam mewujudkan hak‐hak
reproduksi serta upaya membina ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Selama
ini Program KB telah banyak mengatur struktur kependudukan tidak saja dalam
arti menurunkan laju pertumbuhan penduduk, namun juga mengubah pandangan
hidup masyarakat terhadap nilai anak serta makna dari ketahanan dan
kesejahteraan keluarga.
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan terkait urusan Keluarga Berencanan dan
Keluarga Sejahtera antara lain : Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja
(BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL), Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Sejahtera (UPPKS), Pembentukan kelompo peduli KB, Promosi Pelayanan KHIBA,
dan kegiatan terkait pembinaan kesehatan reproduksi remaja dan NAPZA.
Rekapitulasi pelaksanaan program dan kegiatan urusan Keluarga
berencana dan keluarga sejahtera selama kurun waktu 2008‐2012 sebagaimana
tercantum pada tabel berikut:
Tabel 4.35
Rekapitulasi Program Kegiatan Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera Tahun 2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah
No Tahun Capaian Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp)
(%)
1 2008 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
2 2009 6 10 497.537.500 432.121.300 86,85 100,00
3 2010 7 10 690.113.500 681.671.800 98,77 100,00
4 2011 4 12 396.905.750 396.225.000 99,82 100,00
5 2012*) 5 14 508.000.000 268.916.735 52,93 53,00
Catatan: *) Posisi s/d Agustus 2012
Sumber: BPPM Provinsi DIY
Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera menjadi kewenangan
BPPM sejak tahun 2009, seluruh anggaran yang ada dipergunakan untuk
mendukung pencapaian indikator yang ada.
Kegiatan urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera pada tahun
anggaran 2012 yang sudah selesai dilaksanakan sampai dengan bulan agustus
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 65
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
sebanyak 5 kegiatan dari total 14 kegiatan dengan capaian keuangan sebesar
52,93% dan capaian fisik sebesar 53,00%.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Kurangnya koordinasi antar lembaga yang bertanggungjawab terhadap
KB.
2. Jaminan pembiayaan komplikasi dan kegagalan KB belum sepenuhnya
terpenuhi.
3. Jumlah dan kualitas PLKB menurun.
4. Penggerakan institusi masyarakat dalam manajemen KB melalui rapat
koordinasi di RW/dusun, desa dan kecamatan kurang optimal karena
kurangnya dukungan anggaran.
5. Kurangnya sosialisasi informasi pengetahuan hak‐hak reproduksi.
6. Kurangnya koordinasi dan manajemen untuk mengatasi kanker leher
rahim dan payudara.
7. Kurangnya informasi dan koordinasi tentang resiko seks bebas, PMS dan
HIV/AIDS.
8. Kegiatan kelompok Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja
(BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL) dan kelompok UPPKS kurang berjalan
optimal.
Solusi
1. Meningkatkan koordinasi dan sinergisitas kegiatan dengan lintas sektor
terkait.
2. Advokasi kepada stakeholder dan pembuatan kebijakan.
3. Meningkatkan peran media untuk mensosialisasikan program KB.
4. Peningkatan jejaring kemitraan.
5. Pelatihan, refresing kader dan sosialisasi.
6. Sosialisasi peningkatan hak reproduksi individu.
7. Koordinasi dan sosialisasi kanker cervix dan kanker payudara.
9. TOT kesehatan reproduksi remaja.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 66
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
16 URUSAN PERHUBUNGAN
Penyelenggaraan urusan perhubungan di Provinsi DIY terdiri dari transportasi
darat, laut dan udara. Untuk transportasi yang memanfaatkan moda darat,
penggunaan angkutan bermotor di jalan, khususnya kendaraan pribadi telah
mencapai angka 65%. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan angkutan
umum masih belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Dalam upaya mencari
solusi untuk mengurangi kemacetan lalulintas dan memasyarakatkan penggunaan
angkutan umum, pada tahun 2008, khususnya di Perkotaan Yogyakarta telah
diluncurkan penggoperasian Trans Jogja. Angkutan Trans Jogja ini merupakan
alternatif penyediaan angkutan umum massal dengan berbasis pada “membeli
layanan” dan bukan sistem setoran. Dengan pelayanan yang lebih baik dan
kendaraan yang baru, diharapkan sedikit demi sedikit dapat memindahkan
pengguna angkutan pribadi ke angkutan umum. Untuk mempermudah
pergerakan angkutan Trans Jogja dan mengatur pergerakan lalulintas di
persimpangan, pada tahun 2011, telah dikembangkan pengaturan lampu
lalulintas di persimpangan dengan konsep ATCS (area traffic control systems)
dimana dalam konsep ATCS, beberapa persimpangan diatur dalam satu sistem
dan saling berkoordinasi. Selain itu, guna menunjang pelayanan pelayanan
angkutan umum, sampai saat ini Provinsi DIY telah memiliki 2 terminal tipe A yang
terletak di Kota Yogyakarta (Giwangan) dan di Kabupaten Gunungkidul
(Wonosari).
Untuk kondisi lalu lintas di perkotaan DIY, dapat dilihat dari V/C ratio yang
melintas di perkotaan. V/C ratio rata‐rata pada tahun 2009 adalah 0,735.
Pada tahun 2010 V/C ratio rata‐rata menunjukkan angka 0,8, sedangkan
pada tahun 2011 V/C ratio dapat mencapai target yaitu 0,7 melalui
program peningkatan pelayanan angkutan umum. Sampai dengan bulan
Juni tahun 2012, V/C ratio rata‐rata kendaraan bermotor yang melintas di
perkotaan Yogyakarta adalah sebesar 0,72 atau meningkat sebesar 0,02 %
dibanding rata‐rata V/C ratio rata‐rata pada tahun 2011. Angka ini dapat
berubah seiring dengan bertambahnya jangka waktu dalam satu tahun. V/C
ratio itu sendiri adalah pemanfaatan ruang jalan oleh kendaraan bermotor
pada suatu ruas jalan dalam satuan waktu tertentu, sehingga untuk
meminimalisasi perbedaan berdasarkan waktu, lokasi dan kondisi, maka
diperlukan angka rata‐rata untuk perhitungan V/C ratio. Selain itu, banyaknya
hari libur panjang (long weekend) di tahun 2012, dapat meningkatkan jumlah
V/C ratio, mengingatkan potensi perkotaan Yogyakarta yang merupakan
salah satu tujuan wisata di Indonesia. Ke depan perlu adanya penanganan
yang komprehensif, terkait dengan pertambahnya pergerakan kendaraan
bermotor karena adanya tambahan kunjungan wisatawan ke Perkotaan
Yogyakarta.
Untuk fasilitas keselamatan lalu lintas jalan pada tahun 2009
mencapai 57,80%. Pada tahun 2010 fasilitas keselamatan lalu lintas jalan
meningkat menjadi 66,00%, sedangkan pada tahun 2011 meningkat
menjadi 70% atau mengalami peningkatan 4% dari tahun 2010.
Berdasarkan perkembangan kawasan dan kebutuhan akan fasilitas
keselamatan lalu lintas jalan, maka pada perhitungan tahun 2010,
kebutuhan akan rambu di jalan provinsi meningkat sebanyak 2.008 unit
rambu yakni dari 2.608 menjadi 4.616 unit rambu di jalan provinsi serta
kebutuhan fasilitas keselamatan lalu lintas di jalan nasional sebesar 16.175
unit yang terdiri dari rambu lalu lintas, lampu penerangan jalan (LPJU),
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 67
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
rambu petunjuk pengarah jalan (RPPJ), pita penggaduh, paku marka,
warning light, traffic light, guard rail, deliniator. Peningkatan kebutuhan
fasilitas keselamatan lalulintas dapat terjadi karena banyaknya fasilitas
yang rusak dan hilang karena adanya kerusakan akibat kerusakan, umur
fisik dan pencurian. Di tahun 2012, peningkatan fasilitas keselamatan lalu
lintas jalan adalah sebesar 72 %, kenaikan yang hanya sebesar 2 % dapat
dirasakan sangat sedikit, tetapi hal tersebut terjadi dikarenakan prosentase
kebutuhan fasilitas keselamatan jalan juga meningkat sebagai hasil dari
perhitungan kebutuhan pada tahun 2010.
Load factor penumpang angkutan umum pada tahun 2010 sebesar
24,66% turun dari tahun 2009 sebesar 35,00%. Berdasarkan data yang ada,
load factor angkutan umum pada tahun 2011 meningkat menjadi 28,42%
dengan rincian:
‐ Angkutan AKDP sebesar 23%
‐ Angkutan Perkotaan sebesar 24,01%
‐ Angkutan Trans Jogja sebesar 38,26%
Load factor rata‐rata pada Tahun 2012, sampai bulan Juni belum
dapat dilaksanakan penghitungan karena periode penghitungannya adalah
di bulan Agustus ‐ September. Selain itu, perhitungan load factor juga
memperhatikan adanya Hari Raya Idul Fitri dan Liburan sekolah.
Untuk moda transportasi darat lainnya, penumpang kereta jarak
pendek (Kereta Api Prameks) mengalami kenaikan dari 1.211.489
penumpang di tahun 2009 menjadi 1.396.075 penumpang di tahun 2010
atau mengalami kenaikan sebesar 15%. Namun pada tahun 2011
penumpang menurun menjadi 1.346.961 karena adanya
overhaul/perbaikan terhadap Kereta Api Prameks yang ada dan
pengoperasian Kereta Api Madiun Jaya jurusan Yogyakarta ‐ Madiun yang
mulai beroperasi tahun 2010, sehingga jumlah pengguna KA. Prameks
terbagi dengan KA Madiun Jaya yang juga melintasi dan berhenti pada jalur
dan stasiun yang sama dengan KA Prameks. Pada tahun 2012, penumpang
angkutan kereta api jarak pendek, sampai bulan Juni, mencapai angka
617.881, yang menunjukkan bahwa angka tersebut akan bertambah
dengan seiring dengan adanya Hari Raya Idul Fitri dan liburan sekolah di
Bulan Agustus 2012.
Kondisi transportasi udara dapat dilihat dari jumlah pergerakan
pesawat di Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Selama periode 2008‐2011
telah terjadi perubahan preferensi masyarakat DIY khususnya dalam
menggunakan moda transportasi jarak jauh yaitu ditandai dengan mulai
beralihnya masyarakat menggunakan pesawat terbang dibanding moda
transportasi lainnya. Pada tahun 2010, pergerakan pesawat untuk
penerbangan domestik dan internasional mengalami kenaikan dari 26.647
pada tahun 2009 menjadi 28.428 pada tahun 2010 atau naik sebesar 6,7%
dari tahun 2009. Pertumbuhan pergerakan pesawat pada tahun 2010
sebesar 6,7% lebih rendah dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 10,6%.
Hal ini disebabkan adanya larangan beroperasinya Bandara Adisutjipto
oleh Kementerian Perhubungan selama ±16 hari saat terjadinya bencana
erupsi Gunung Merapi di akhir 2010. Pada tahun 2011 pergerakan pesawat
mengalami kenaikan menjadi 32.091 atau naik sebesar 12,88% dari tahun
2010. Angka pertumbuhan pergerakan pesawat sebesar 12,88% ini
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 68
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
melebihi dari yang ditargetkan pada tahun 2011 yaitu sebesar 5%. Sampai
dengan bulan Juni tahun 2012, pergerakan pesawat di Bandara Adisutjipto
sudah mencapai angka 16.882 atau lebih dari separo jumlah pergerakan
pesawat di tahun 2011. Dan belum memperhitungkan/termasuk lonjakan
pergerakan pesawat karena adanya Hari Raya Idul Fitri. Kondisi itu
menunjukkan bahwa pergerakan pesawat atau operasi penerbangan yang
ditunjukkan dengan adanya proses take off/landing di Bandara Adisutjipto
meningkat sangat pesat dari tahun ke tahun.
Tabel 4.36
Indikator Urusan Perhubungan di Provinsi DIY, 2008‐2012
Capaian Tahun
No Indikator Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
1 V/C ratio kendaraan ‐ ‐ 0,735 0,8 0,7 0,72
2 Fasilitas keselamatan Persen
‐ 57,80 66,00 70,00 72,00
lalu lintas jalan
3 Load Factor penumpang Persen
‐ 35,00 24,66 28,42 ‐
angkutan umum
4 Pergerakan pesawat Kali 24.089 26.647 28.428 32.091 16.882*)
5 Penumpang angkutan
Orang 1.649.148 1.211.489 1.396.075 1.346.961 617.881*)
kereta api jarak pendek
Catatan: *) Posisi s/d Juni 2012
Sumber: Dishubkominfo Provinsi DIY
Catatan:
1. Load factor penumpang angkutan umum pada tahun 2009, tahun
2010 dan 2011 merupakan nilai rata‐rata load factor Trans Jogja,
Angkutan Perkotaan dan AKDP (tidak termasuk taksi dan angkutan
sewa).
2. Jumlah penumpang angkutan kereta api dihitung berdasarkan
jumlah penumpang berangkat.
Untuk mendukung tercapainya kinerja urusan perhubungan telah
dilaksanakan program‐program sebagai berikut:
1. Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan.
2. Program rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas LLAJ.
3. Program peningkatan pelayanan angkutan.
4. Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan.
5. Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas.
6. Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor.
7. Program peningkatan manajemen dan rekayasa lalu lintas.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 69
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Tabel 4.37
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Perhubungan di Provinsi DIY,
2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 6 0 60.476.234.895 45.012.802.870 82,08 95,08
2009 11 59 77.336.060.050 66.930.441.224 84,21 97,34
2010 10 58 55.553.667.366 50.980.440.248 92,07 99,21
2011 9 45 54.876.512.938 49.697.254.846 90,56 99,89
2012*) 9 53 66.599.184.564 25.970.834.975 39,00 41,87
Catatan: *)Posisi s/d Juni 2012
Sumber: Dishubkominfo Provinsi DIY
Pada tahun 2012 jumlah program yang dilaksanakan sebanyak 9
program dengan jumlah kegiatan sebanyak 53 kegiatan. Sampai dengan
Bulan Juli 2012, capaian fisik rata‐rata sebesar 41,87% dengan capaian
realisasi keuangan sebesar 39,00%.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
Angka V/C ratio rata‐rata relatif masih tinggi, hal ini disebabkan karena
tingginya penggunaan kendaraan pribadi, pemanfaatan badan jalan yang
tidak sesuai dengan peruntukan jalan sebagai ruang lalulintas (berjualan
dan pelanggaran parkir tepi jalan) dan kurangnya minat penggunaan
angkutan umum oleh masyarakat. Indikator kurangnya minat penggunaan
angkutan umum ini bisa dilihat dari load factor angkutan umum khususnya
pada Angkutan Perkotaan dan AKDP yang terus mengalami penurunan.
Pengoperasian Trans Jogja sampai dengan saat ini masih membantu
meningkatkan load factor rata‐rata angkutan umum, tetapi jika tidak
didukung oleh upaya lain (seperti : pengaturan lalulintas dan kebijakan
pengurangan pergerakan kendaraan bermotor pribadi) maka load factor
Trans Jogja dikuatirkan juga akan mengalami penurunan.
Solusi
1. Untuk menurunkan V/C ratio, usaha yang telah dilakukan yaitu
melakukan koordinasi dengan pihak terkait baik ditingkat provinsi
maupun kabupaten/kota terutama tentang :
‐ Perbaikan geometri simpang untuk meningkatkan kapasitas
simpang secara optimum.
‐ Manajemen ruas jalan.
‐ Kontrol terhadap pelaksanaan on street parking, terutama pada
tempat‐tempat yang rawan kemacetan dan mempunyai lebar jalan
terbatas;
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 70
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
‐
Pengoperasian Area Traffic Control Syatems (ATCS) untuk
mengoptimalkan pergerakan kendaraan di persimpangan.
2. Untuk meningkatkan load factor angkutan umum, diperlukan
manajemen angkutan umum yang didukung oleh semua stakeholders
yang terkait sehingga akan dapat tercapai pelayanan angkutan umum
yang aman, cepat, nyaman, terjadwal dan berkelanjutan.
17 URUSAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Kebijakan tentang pentingnya penerapan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) di lingkungan pemerintahan, baik di pusat maupun di
daerah telah dituangkan di dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2003, yaitu
tentang penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis elektronik (e‐
government). Melalui pengembangan e‐government, pemerintah
mengharapkan dapat melakukan penataan sistem manajemen dan proses
kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalkan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi. Sementara itu untuk menindaklanjuti
Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tersebut, Pemerintah Provinsi DIY melalui
Peraturan Gubernur Nomor 42 Tahun 2006, telah menetapkan Blueprint
Jogja Cyber Province yang dititikberatkan pada program Digital
Government Services (DGS) sebagai panduan strategis implementasi dan
pengembangan e‐government di lingkungan Pemerintah Provinsi DIY.
Pembangunan infrastruktur jaringan komputer (LAN, WAN dan
internet/global area network) di Pemerintah Provinsi DIY telah dimulai
sejak tahun 2002 dan hingga saat ini terus diupayakan pengembangannya.
Pembangunan jaringan komputer tersebut memungkinkan terkoneksinya
tiap‐tiap SKPD dalam jaringan internet/intranet, sehingga tranformasi
data/informasi antara masing‐masing unit kerja dapat berjalan semakin
lancar.
Sampai dengan akhir tahun 2011, jaringan infrastruktur komputer
Pemerintah Provinsi DIY telah menghubungkan 89 lokasi perkantoran
Pemerintah Provinsi DIY yang terdiri dari 53 lokasi perkantoran dengan
kabel HFC dan 23 titik lokasi dengan wireless. Sejak tahun 2009, jaringan
tersebut menghubungkan 1.494 komputer untuk seluruh SKPD yang ada di
lingkungan Pemerintah Provinsi DIY.
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Tabel 4.38
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Komunikasi dan Informatika di
Provinsi DIY,
2008‐2012
Jumlah Jumlah Keuangan Fisik
Tahun
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%) (%)
2.897.003. 2.621.184.48
2008 4 17 90,89 96,55
000 0
1.475.339. 1.340.984.49
2009 1 2 90,89 99,58
000 0
2.976.573. 2.651.253.25
2010 5 18 86,85 100,00
550 0
1.666.749. 1,544,047,17
2011 2 6 92,63 100,00
350 5
2.535.217. 1.022.743.52
3 11 82,71
2012*) 820 0 40,34
Catatan: *) Posisi s/d Juni 2012
Sumber: Dishubkominfo Provinsi DIY
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
c. Fasilitasi penyusunan Pedoman Tata Kelola Pertanahan.
Fasilitasi dalam rangka membahas tindak lanjut pelaksanaan
peraturan perundang‐undangan di bidang pertanahan
d. Penyelesaian masalah administrasi tanah kas desa Wates menjadi
aset Pemerintah Provinsi DIY.
Fasilitasi penyelesaian administrasi tanah kas desa menjadi aset
Pemerintah Provinsi DIY, dengan proses pensertipikatan atas nama
Pemerintah Provinsi.
4. Program penyelesaian konflik‐konflik pertanahan sebagai berikut:
Adanya pengaduan permasalahan tanah kepada Gubernur DIY, yang
harus ditanggapi dan ditangani permasalahannya sehingga diharapkan
tidak terjadi konflik di masyarakat.
Rekapitulasi pelaksanaan program dan kegiatan urusan pertanahan
selama kurun waktu 2008‐2012 sebagaimana tercantum pada tabel
berikut:
Tabel 4.39
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Pertanahan di Provinsi DIY,
2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 2 4 583.518.600 577.268.600 99,44 100,00
2009 2 7 1.390.000.000 1.383.797.000 99,61 100,00
2010 3 9 1.049.481.000 1.023.362.700 98,08 100,00
2011 3 7 543.644.000 512.714.540 88,79 100,00
2012* 4 10 564.272.500 105.770.350 18,74 31,76
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: Biro Tata Pemerintahan Setda Provinsi DIY
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 4 program
dengan jumlah kegiatan sebanyak 10 kegiatan. Sampai dengan bulan Juli
2012 capaian fisik rata‐rata sebesar 31,76 % dengan capaian realisasi
sebesar 18,74 %.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Perlu adanya kepastian hak pemanfaatan tanah baik SG, PAG dan
Tanah Kas Desa.
2. Perlu adanya validitas data tentang pertanahan yang ada di Provinsi
DIY (baik TKD, SG dan PAG).
3. Belum adanya peraturan yang mengatur tentang Kepastian Hukum
terhadap tanah SG dan PAG di Provinsi DIY.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 75
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
4. Masih banyaknya permasalahan dibidang pertanahan, perlu dilakukan
langkah‐langkah partisipatif dan antisipatif dari Pemerintah Provinsi
untuk menyelesaikan permasalahan di bidang pertanahan.
5. Masih banyaknya kasus tukar menukar Tanah Kas Desa (pelepasan)
yang belum ditindaklanjuti secara administrasi, sehingga menjadi
permasalahan tersendiri bagi Pemerintah Desa.
6. Adanya permohonan pemanfaatan tanah yang tidak sesuai dengan
peruntukannya.
Solusi
1. Perlu pembangunan database pertanahan.
2. Penyuluhan tentang kebijakan pertanahan.
3. Memberikan fasilitasi dan koordinasi dalam rangka penyelesaian
permasalahan pertanahan.
4. Monitoring dan evaluasi pengelolaan dan pemanfaatan tanah kas
desa.
5. Perlu adanya kepastian dalam rangka mengatur tentang kepastian
hukum tanah SG dan PAG di Provinsi DIY.
6. Fasilitasi perizinan dengan memperhatikan peruntukan dan tata
ruangnya.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 76
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
19 URUSAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM
NEGERI
Kesatuan bangsa mempunyai dua makna yaitu menunjukkan sikap
kebersamaan dan menyatakan wujud yang hanya satu dan utuh, yaitu satu
bangsa yang utuh atau satu wilayah yang utuh. Keberagaman atau
kehidupan dalam lingkungan majemuk bersifat alami dan merupakan
sumber kekayaan budaya bangsa. Dalam kehidupan masyarakat yang serba
majemuk, berbagai perbedaan yang ada seperti suku, agama, ras atau
antar golongan, merupakan realita yang harus di dayagunakan untuk
memajukan negara dan bangsa Indonesia, menuju cita‐cita nasional kita
adalah masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Provinsi DIY selama ini menjadi tempat yang terbuka dan ramah bagi
semua orang. Kondisi yang demikian semakin mengukuhkan atribut
Provinsi DIY perwujudan dari Indonesia Mini, tempat orang dari berbagai
suku dan etnis dapat tinggal bersama dalam interaksi yang nyaman dalam
semangat persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa.
Selain pembinaan kesatuan bangsa, Pemerintah Provinsi DIY juga
melaksanakan pembinaan politik baik kepada masyarakat maupun kepada
partai politik yang ada dalam upaya membentuk masyarakat madani.
Suasana kondusif, sejuk, aman, tenteram, diantaranya meningkatnya
penanaman modal, kunjungan wisata, pendidikan.
Kondisi umum Daerah Istimewa Yogyakarta di tahun 2008 sampai
dengan juli 2012 cukup kondusif. Menurut laporan pelaksanaan kegiatan
fasilitasi Satkorpulsida (Satuan Koordinasi Pengumpulan Data Situasi
Daerah) sampai dengan bulan juli 2012 kasus penipuan hingga saat ini
masih merupakan kasus yang paling menonjol, disusul oleh kasus
pencurian dengan pemberatan dan penggelapan. Banyak hal yang memicu
terjadinya tindak kriminal di antaranya tekanan ekonomi, semakin
berkembangnya modus kejahatan dan kontrol sosial masyarakat yang
semakin rendah menjadikan kecenderungan meningkatnya tindak
kriminalitas dan kerawanan sosial. Dengan semakin berkembangnya arus
informasi dan teknologi, juga menjadi pemicu kecenderungan untuk
melakukan tindak kriminalitas dan kerawanan sosial di masa‐masa
mendatang khususnya kasus cyber crime.
Peredaran narkoba dan minuman keras yang semakin meluas
menjadi salah satu pemicu terjadinya tindak anarkis dan kejahatan di
kalangan pelajar dan mahasiswa yang pada akhirnya akan memberikan
penilaian negatif bagi citra DIY. Sebagai konsekuensi predikat miniatur
Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta merasakan dampak adanya
kemajuan dan heterogenitas kelompok masyarakat yang ada baik dari sisi
agama, etnis / suku, budaya, bahasa, adat kebiasaan. Heterogenitas
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 77
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
masyarakat tersebut menyebabkan Daerah Istimewa Yogyakarta
menyimpan berbagai potensi konflik sosial terutama konflik yang
bernuansa agama, konflik antar suku, konflik antar golongan, konflik antar
pengikut partai, konflik antara kebijakan pemerintah daerah dengan
keinginan sebagian masyarakat dan lain sebagainya.
Penegakan peraturan daerah, peraturan kepala daerah serta
peraturan perundang‐undangan lainnya di wilayah DIY dilakukan dengan
pendekatan preemptif, preventif, persuasif dan represif. Pendekatan
preemptif, preventif dan persuasif lebih diutamakan daripada pendekatan
represif. Penegakan peraturan daerah, peraturan kepala daerah serta
peraturan perundang‐undangan lainnya dilakukan melalui beberapa
tahapan, yaitu dengan sosialisasi, pemantauan, operasi non yustisi dan
operasi yustisi. Peraturan daerah, peraturan kepala daerah serta
peraturan perundang‐undangan lainnya yang menjadi target,
disosialisasikan kepada masyarakat, selanjutnya dipantau apakah
masyarakat sudah memahami dan menaati Peraturan daerah, peraturan
kepala daerah serta peraturan perundang‐undangantersebut. Dari hasil
pemantauan dapat diketahui tingkat kesadaran masyarakat. Bagi
masyarakat yang tidak mengindahkan peraturan daerah, peraturan kepala
daerah serta peraturan perundang‐undangan dikenakan operasi non
yustisi, yaitu diberikan pembinaan dan teguran disertai berita acara dan
pernyataan untuk tidak mengulangi pelanggaran terhadap peraturan
perundang‐undangan. Selanjutnya perlakuan terhadap pelanggar
peraturan perundang‐undangan ditingkatkan menjadi operasi yustisi, yaitu
bagi masyarakat yang melanggar peraturan perundang‐undangan diproses
secara hukum.
Unjuk rasa yang terjadi di Provinsi DIY ditangani dengan cara‐cara
yang persuasif dan sinergis antar petugas yang terdiri dari Satpol PP, Polri,
TNI dan Satuan Keamanan Masyarakat. Dengan cara penanganan yang
persuasif dan sinergis, potensi gangguan ketenteraman masyarakat dan
ketertiban umum dapat diminimalisir.
Tabel 4.40
Rekapitulasi Data Permasalahan Wilayah Perbatasan
Kabupaten/Kota Provinsi DIY:
No. Wilayah Permasalahan Upaya Tindak Lanjut
1 Kota a. Gelandangan,
Yogyakarta anjal,pengemis, pengamen
b. Orang gila
c. Pedagang Kaki Lima
d. Reklame Penertiban secara rutin
e. IMBB
f. Kebersihan/Sampah
g. Wanita Tuna Susila (WTS)
h. Miras
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 78
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
No. Wilayah Permasalahan Upaya Tindak Lanjut
2 Kabupaten a. Penjualan Miras di a. Melakukan operasi yustisi
Sleman Perbatasan minuman beralkohol
b. Pencurian b. Melakukan patroli
perbatasan dan daerah
rawan
c. PSK,miras, anjal transaksi c. Operasi PEKAT
di Sleman melakukan di
Klaten
d. Penambangan Pasir d. Melakukan koordinasi
dengan Kab. Magelang
3 Kab. Bantul a. Peredaran minuman a. Operasi penegakan Perda
beralkohol no. 6 tahun 2007
b. Operasi penertiban
b. Keberadaan Gepeng‐anjal bersama Dinas Sosial
c. Operasi penegakan perda
c. Pelacuran no. 5 tahun 2007
d. Patroli wilayah, operasi
d. Penambangan Pasir penegakan perda no. 16
tahun 2003
4 Kab. a. Miras a. Meningkatkan
Gunungkidul kewaspadaan masyarakat
dan memberdayakan
aparat pemerintah dan
b. Gelandangan dan tokoh masyarakat, Operasi
Pengemis Penegakan perda
c. Pencurian Kayu b. Patroli wilayah
c. Mengadakan koordinasi
d. Perkelahian pelajar dengan dinas/instansi lain
d. Melakukan koordinasi dan
e. Perjudian pembinaan bersama
dinas/instansi terkait
e. memberdayakan aparat
pemerintah dan tokoh
masyarakat.
5 Kab. Kulon a. Penambangan sepanjang
Progo sungai Progo
b. Drop‐dropan Gepeng Operasi dengan dinas terkait.
c. Penjualan ayam Tiren
d. Miras
Sumber: SATPOL PP Provinsi DIY
Tabel 4.41
Indikator dan Capaian Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja 2009‐2012
Capaian Tahun
No Indikator Satuan
2009 2010 2011 2012
Anggota Polisi Pamong Praja
1 yang mengikuti pendidikan persen 60,00 70,00 75,00 80,00
wajib/Diksar
Jumlah operasi Penegakan
2 persen 104,56 106,66 200,00 32,87
Perda
Terselenggaranya Operasi P4GN
3 Dalam Rangka Hari Anti persen 99,50 100,18 100,00 11,69
Narkoba
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 79
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Capaian Tahun
No Indikator Satuan
2009 2010 2011 2012
Penyelenggaraan Pengendalian
4 Ketentraman Dan Ketertiban persen 100,22 100,37 100,00 50,62
Umum
Operasi dan sosialisasi Gepeng
5 persen 101,51 100,31 100,00 41,53
dan Anjal
Patroli Pengamanan Aset milik
6 persen 100,21 101,06 155,00 46,19
Pemerintah Provinsi DIY
Pengamanan Dan Pengendalian
7 Huru‐hara/unjuk persen 130,25 100,22 222,73 55,76
Rasa/kerusuhan
Pengamanan Dan Pengawalan
8 Gubernur, Wakil Gubernur Dan persen 100,05 100,10 95,00 61,19
Tamu Daerah
Sumber: SATPOL PP Provinsi DIY
Tabel 4.42
Rekapitulasi Program/Kegiatan Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan
Masyarakat Provinsi DIY, 2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 10 64 5.773.116.229 5.720.765.953 99,09 100,00
2009 10 53 6.689.763.580 5.991.992.298 89,57 98,64
2010 11 53 5.194.333.975 4.986.973.287 96,01 99,77
2011 10 68 5.245.435.446 5.117.549.914 97,56 100,00
2012* 9 56 6.019.795.270 4.380.806.460 72,77 77,75
Catatan: *)Posisi s/d Bulan Agustus 2012
Sumber: Bakesbanglinmas Provinsi DIY
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Dinamika kehidupan dan mobilitas kegiatan orang asing pemegang
KITAS/KITAP yang cukup tinggi dan komplek dengan segala
aktivitasnya yang tidak hanya berada di DIY, tetapi mobilitas mereka
sampai diluar Yogyakarta tidak selalu dapat terpantau.
2. Data orang asing pemegang visa kunjungan singkat seperti kunjungan
wisata ke Yogyakarta dengan pintu masuk tidak melalui Yogyakarta
sulit di peroleh data yang akurat karena keberadaan mereka hanya
tercatat di hotel tempat menginap, sedangkan pihak hotel tidak
melaporkan data tersebut kepada instansi resmi pemerintah.
3. DIY belum memiliki tempat penampungan imigran atau yang dikenal
dengan Rumah Detekti Imigran (Rudenim) sehingga terjadi ada
imigran ilegal tertangkap kesulitan penempatannya.
4. Banyak hal yang memicu terjadinya tindak kriminal diantaranya
tekanan ekonomi, semakin berkembangnya modus kejahatan dan
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 80
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
kontrol sosial yang semakin rendah menjadikan kecenderungan
meningkatnya tindak kriminalitas dan kerawanan sosial.
5. Dalam rangka penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan
Perundangan lainnya diperlukan peningkatan pemberdayaan PPNS.
6. Terdapat Perda Provinsi yang perlu dilakukan perubahan atau
penyempurnaan karena tidak relevan dengan situasi dan kondisi
saat ini khususnya yang menyangkut sanksi pidana dan besaran
denda.
7. Permasalahan perbatasan dalam bidang penanganan anak jalanan,
gelandangan, pengemis, perjudian, dan miras.
Solusi
1. Koordinasi dan tukar menukar informasi tentang aktivitas kegiatan dan
keberadaan orang asing baik dengan instansi terkait di dalam satu
daerah maupun antar daerah sehingga dapat saling melengkapi.
2. Pemantauan dan Pengawasan yang dilakukan adalah pengawasan dan
pemantauan terhadap orang asing yang memiliki ijin tinggal tetap serta
kunjungan diplomat/VIP/VVIP. Melakukan koordinasi dengan pihak‐
pihak pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan imigran
ilegal.
3. Menggiatkan kembali penerangan/sosialisasi terhadap warga di daerah
pantai agar mau dan mampu pemerintah dalam penanganan imigran
illegal serta bekerja sama dengan Badan Internasional yaitu
International Organization for Migration/IOM untum membantu dalam
penyelesaian kasus imigran ilegal tersebut.
4. Meningkatkan keterlibatan anggota SATLINMAS sebagai relawan dalam
berbagai bentuk kegiatan kemasyarakatan untuk memupuk nilai‐nilai
kebersamaan dan kegotongroyongan.
5. Perlunya peningkatan koordinasi dan dilaksanakannya bimtek, coaching
clinic, diklat PPNS.
6. Pencermatan dan pengkajian ulang Perda tingkat Provinsi yang tidak
relevan dengan situasi dan kondisi saat ini.
7. Koordinasi dan operasi bersama antara Pemerintah Provinsi dengan
Pemerintah Kabupaten yang berbatasan
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 81
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
20 URUSAN OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM,
ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, KEPEGAWAIAN,
DAN PERSANDIAN
20.1 Otonomi Daerah
Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah, pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas‐
luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Otonomi daerah dapat
diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan
daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka
pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai
dengan peraturan perundang‐undangan.
Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintah
daerah lainnya. Hubungan tersebut meliputi hubungan wewenang,
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber
daya lainnya yang dilaksanakan secara adil dan selaras. Hubungan
wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam
dan sumber daya lainnya menimbulkan hubungan administrasi dan
kewilayahan antar susunan pemerintahan.
Implementasi PP Nomor 38 Tahun 2007 pada urusan pendidikan,
dengan adanya perubahan fokus unsur penyelenggaraan RSBI/SBI yang
semula dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota menjadi
kewenangan Pemerintah Provinsi. Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional RI Nomor 78 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah
Bertaraf Internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,
dalam pasal 22 ayat (3) disebutkan bahwa Pemerintah kabupaten/kota
menyerahkan SMP, SMA dan SMK yang bertaraf internasional dan yang
disiapkan untuk dikembangkan menjadi Sekolah Bertaraf Internasional
kepada pemerintah provinsi. Sesuai dengan urusan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Provinsi DIY, telah dilaksanakan pengalihan
pengelolaan penyelenggaraan RSBI/SBI dari pemerintah kabupaten/kota
kepada Pemerintah Provinsi DIY yang diikuti penyerahan Personalia,
Peralatan, Pembiayaan dan Dokumen (P3D) penyelenggaraan RSBI dari
Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunungkidul pada tanggal 8 Maret
2010.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah di Provinsi DIY didukung oleh 2
program yaitu:
1. Program Penataan Daerah Otonomi Baru.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 82
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
2. Peningkatan Kapasitas Aparatur Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Permasalahan pengalihan pengelolaaan RSBI/SBI adalah
a. Telah ditetapkannya peraturan daerah kabupaten/kota tentang
penyelenggaraan pendidikan (termasuk di dalamnya
penyelenggaraan SBI) sehingga Kabupaten/Kota telah melangkah
lebih dulu dalam pengelolaan RSBI/SBI.
b. Masih adanya multi tafsir mengenai pengertian “serah terima”,
karena belum diatur secara jelas, apakah termasuk sarana
prasarana (aset). Pada sisi lain bahwa penyerahan urusan tanpa
diikuti sarana prasarana akan menghambat proses pengawasan,
pembelajaran dan pelayanan.
2. Penyusunan kebijakan penyelenggaraan urusan.
Dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 vide
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 di Provinsi DIY terdapat urusan
pemerintahan yang secara riil ada dan ditangani, namun tidak
tercantum dalam Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 7 Tahun 2007
karena ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 12 Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007.
3. Permasalahan dalam kegiatan perlombaaan desa/kelurahan dimana
indikator dan sub indikator penilaian yang digunakan kurang
representatif dalam mencerminkan dinamika pembangunan dan
masyarakat.
Solusi
1. Solusi pengalihan pengelolaaan RSBI/SBI dengan koordinasi lebih
intensif antara Pemerintah Provinsi DIY dengan Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk menyamakan pemahaman perubahan lokus
urusan penyelenggaran pendidikan untuk penyelenggaraan RSBI/SBI.
2. Solusi bagi penyusunan kebijakan penyelenggaraan urusan telah
diterbitkan Peraturan Gubernur Nomor 13 Tahun 2010 tentang
Penambahan Rincian Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan yang
menjadi kewenangan Provinsi DIY pada tanggal 30 April 2010.
3. Solusi perlombaan desa dan kelurahan diperlukan pengembangan
sistem penilaian yang sesuai dengan dinamika pembangunan dan
masyarakat.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 83
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
20.2 Pemerintahan Umum
20.2.1 Tata Pemerintahan
Berdasarkan Undang‐undang Nomor 32 Tahun 2004, pemerintah daerah
diharapkan mampu mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintahan Provinsi DIY
adalah pemerintahan di daerah yang bekerja berdasarkan prinsip‐prinsip
otonomi dan desentralisasi. Prinsip‐prinsip tersebut diaplikasikan melalui
proses demokrasi yang menempatkan rakyat sebagai salah satu ujung
tombak pembangunan.
Beberapa capaian sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut:
1. Koordinasi penyelesaian masalah perbatasan antar daerah dengan
hasil:
a. Terlaksananya inventarisasi permasalahan perbatasan.
b. Terlaksananya kesepakatan bersama dalam rangka pemeliharaan
pilar batas daerah antara Provinsi DIY dan Jateng, terlaksananya
kesepakatan batas daerah antara Kabupaten Bantul dengan
Kabupaten Sleman, Kesepakatan penyelesaian masalah batas
daerah antara Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Gunungkidul
(lokasi obyek wisata Goa Cerme), kesepakatan penyelesaian
masalah batas daerah antara Kabupaten Bantul dengan Kabupaten
Kulon Progo (perbatasan antara desa Poncosari, Srandakan, Bantul
dengan Desa Banaran, Galur, Kulon Progo) dan kesepakatan
penyelesaian masalah batas daerah antara Provinsi DIY dan Jateng
(perbatasan Desa Jangkaran, Temon Kulon Progo dengan Desa
Jogoboyo, Purworejo).
c. Pada tahun 2011 telah dipasang sebanyak 15 pilar batas termasuk
di 3 (tiga) blok Tambakbayan, Tambakraman dan Santan di mana
ketiga Blok sesuai dengan Surat Menteri Dalam Negeri Surat
Menteri Dalam Negeri Nomor 136/1983/PUM, tanggal 15
November 2010 perihal Batas Daerah Antara Kab. Bantul dengan
Kab. Sleman, ketiga blok masuk dalam wilayah Sleman dengan
demikian telah jelas dan tegas batas pada ketiga blok dimaksud.
d. Pada tahun 2011 telah dilakukan pengukuran titik koordinat,
dengan demikian 200 titik/pilar batas antara Bantul dan Sleman
telah bertitik koordinat yang kemudian akan ditindaklanjuti pada
tahun 2012 dengan penggabungan peta koridor/peta batas
Kabupaten Bantul dan Sleman. Peta koridor sebagai syarat utama
untuk dapat diajukan ke Kementerian Dalam Negeri untuk diproses
penetapan Permendagri Batas Daerah Antara Kabupaten Bantul
dan Sleman.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 84
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
e. Pada Tahun 2012 telah dilakukan rekonstruksi jalur batas antara
Desa Watugajah, Kecamatan Gedangsari Gunungkidul dengan Desa
Kaligayam, Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten.
f. Pada Tahun 2012 telah dilakukan koordinasi batas di area Candi
Prambanan/Candi Jonggrang. Dalam rapat koordinasi terdapat
kesepemahaman dan kesepakatan bahwa berdasarkan
Permendagri Nomor 19 Tahun 2006 tentang Batas Daerah antara
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Provinsi Jawa Tengah
beserta lampiran deskripsinya, area Candi Prambanan/Candi
Jonggrang masuk dalam cakupan wilayah Provinsi DIY dan segera
dipasang pilar perapatan.
g. Akses jalan bagi warga Pedukuhan Pasirmendit dan Pasir Kadilangu.
Kedua pedukuhan termasuk dalam administrasi Desa Temon,
Kabupaten Kulonprogo (cakupan wilayah Provinsi DIY) namun posisi
wilayahnya enclave di Kabupaten Purworejo, di mana akses keluar
masuk melalui jalan desa (Desa Jangkaran, Kecamatan Purwodadi,
Kabupaten Purworejo). Dalam Koordinasi yang dilakukan dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, pengerasan jalan (aspal) akan
dilaksanakan oleh Jawa Tengah melalui APBD 2013.
2. Dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2010 tentang Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta
Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah
Provinsi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2012, sesuai dengan Pasal 6 dibentuk Forum
Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) untuk menggantikan istilah
Muspida dengan ketugasan untuk mewujudkan ketentraman dan
ketertiban masyarakat serta stabilitas daerah dan kelancaran
pembangunan daerah
3. Terlaksananya kesepakatan kerjasama antar anggota MPU dalam Rapat
Gabungan FKD MPU XII di Bandung Jawa Barat. Selain itu juga
disepakatinya Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang jadwal Rakergub
FKD MPU XIII, SKB Program Kegiatan Kerjasama Pembangunan Tahun
2013 dan rekomendasi kepada Pemerintah.
4. Telah disusun masukan mengenai mekanisme penetapan pengisian
Jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terkait dengan
kegiatan pengawalan pembahasan peraturan penyelenggaraan
pemerintahan daerah (RUUK). Disamping itu juga telah dilakukan
pembahasan mengenai pertanahan dan kebudayaan dalam kerangka
RUUK DIY. Dalam hal pertanahan, Kasultanan dan Kadipaten ditetapkan
sebagai Subyek Hak dan Kasultanan dan Kadipaten sebagai Subyek Hak
mempunyai hak kepemilikan dan pengelolaan terhadap hak atas tanah,
serta kekayaan lainnya. Cakupan pembahasan tentang tanah
selanjutnya adalah bahwa tanah‐tanah yang dimanfaatkan untuk
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 85
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
pengembangan kebudayaan dan kepentingan sosial tidak dibebani
pajak, tanah‐tanah yang dimanfaatkan untuk kepentingan usaha dapat
dibebani pajak dan tanah‐tanah yang dimanfaatkan oleh masyarakat
dikenakan pajak yang dibebankan kepada pengguna.
Dalam hal kebudayaan, kewenangan kebudayaan diselenggarakan
untuk memelihara dan mengembangkan hasil cipta, rasa, karsa, dan
karya yang berupa tata nilai yang mengakar dalam masyarakat Daerah
Istimewa Yogyakarta. Tata nilai kebudayaan yang dimaksud antara lain;
tata nilai religio‐spiritual, tata nilai moral, tata nilai kemasyarakatan,
tata nilai adat dan tradisi, tata nilai pendidikan dan pengetahuan, tata
nilai teknologi, tata nilai penataan ruang dan arsitektur, tata nilai mata
pencaharian, tata nilai kesenian, tata nilai bahasa, tata nilai benda
cagar budaya dan kawasan cagar budaya, tata nilai kepemimpinan dan
pemerintahan, tata nilai kejuangan dan kebangsaan dan tata nilai
semangat keyogyakartaan.
5. Melalui program optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan
terselenggara hal‐hal sebagai berikut:
a. Penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
b. Tersusunnya LPPD Provinsi DIY.
c. Fasilitasi dan koordinasi penyelenggaraan pemerintah daerah.
Tabel 4.43
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Tata Pemerintahan
di Provinsi DIY, 2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 18 62 6.256.445.210 4.872.514.959 76,93 97,58
2009 20 71 5.769.474.000 5.693.138.394 98,68 97,58
2010 14 64 4.986.279.400 4.545.328.341 76,93 97,58
2011 12 62 4.865.793.500 4,628,462,981 95,12 98,81
2012* 13 67 4,141,921,310 2,001,094,593 48,31 53,62
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: Biro Tata Pemerintahan Setda Provinsi DIY
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 13
program dengan jumlah kegiatan sebanyak 67 kegiatan. Sampai dengan
Bulan Juli 2012, capaian fisik rata‐rata sebesar 53,62% dengan capaian
realisasi Keuangan sebesar 48,31%.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 86
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Terkait batas wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY di Kabupaten
Gunungkidul, belum ada kesepakatan antara Desa Watugajah dengan
Kaligayam yang merupakan salah satu desa perbatasan yang akan
dipasang pilar perapatan dalam kegiatan Pemeliharaan dan
Penggantian Pilar Batas Antara DIY‐Jawa Tengah. Kepala Desa
Watugajah belum siap menerima hasil rekonstruksi ulang batas daerah
oleh Tim Teknis Independen di wilayah desa tersebut.
2. Belum selesainya proses penegasan batas daerah antara Kabupaten
Bantul dengan Kabupaten Sleman, disebabkan masih adanya
perbedaan persepsi terkait penarikan garis batas khususnya di wilayah
Perumahan Polri Gowok, SMA Angkasa dan Perumahan TNI Angkatan
Udara.
Solusi
1. Perlu proses pendekatan untuk pemahaman kepada Kepala Desa
Watugajah Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul tentang
hasil rekonstruksi ulang batas daerah.
2. Perlu fasilitasi koordinasi antara Pemerintah Kabupaten Sleman dan
Bantul sampai tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak.
Kemudian dilakukan rekonstruksi ulang penarikan garis batas di wilayah
tersebut oleh Tim Penegasan Batas Provinsi bersama dengan
Kabupaten Sleman dan Bantul.
20.2.2 Organisasi
Pada tahun 2010 telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun
2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010‐2025 dan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014 yang
mengamanatkan pemerintah daerah melakukan reformasi birokrasi dalam
rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik yang dilakukan
dalam perencanaan terperinci dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya
dengan sasaran yang jelas. Sasaran sebagaimana yang dirumuskan dalam
Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014, yakni:
1. Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN;
2. Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada
masyarakat;
3. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 87
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Upaya yang ditempuh untuk mewujudkan tercapainya misi tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan merespon tuntutan
reformasi birokrasi dimaksud, Pemerintah Provinsi DIY telah melaksanakan
Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah yang menghasilkan
regulasi, kebijakan, fasilitasi, dan evaluasi kebijakan di bidang organisasi
yang diharapkan dapat semakin mendorong proses reformasi birokrasi
secara signifikan. Melalui pelaksanaan program tersebut, area perubahan
yang dituju meliputi seluruh aspek manajemen pemerintahan antara lain
organisasi, tata laksana, SDM aparatur, akuntabilitas, pelayanan publik,
mind set dan culture set aparatur.
Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah yang
dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan pembangunan pada urusan
pemerintahan umum di Provinsi DIY dari tahun 2009–2012 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.44
Rekapitulasi Pelaksanaan Program Peningkatan Kelembagaan Daerah,
2009‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Capaian Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp)
(%)
2009 1 17 2.289.630.180 2.162.817.650 94,46 100,00
2010 1 21 2.109.090.800 2.003.340.700 94,99 100,00
2011 1 23 1.734.374.750 1.689.709.795 97.42 100,00
2012* 1 24 1.770.847.000 790.430.650 44,64 48,16
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: Biro Organisasi Setda Provinsi DIY
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 1 program
dengan jumlah kegiatan sebanyak 24 kegiatan. Sampai dengan bulan Juli
2012, capaian fisik rata‐rata sebesar 48,16% dengan capaian realisasi
keuangan sebesar 44,64%.
Tabel 4.45
Capaian Kinerja Pemerintahan Umum di Provinsi DIY, 2008‐2012
Capaian Tahun
No Indikator Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
1 SKPD yang Instansi 5 4 1 3 Dalam
mendapatkan dan proses
menerapkan ISO
Sumber: Biro Organisasi Setda Provinsi DIY
Tahun 2012, target capaian kinerja dengan indikator unit kerja yang
mendapatkan dan menerapkan ISO sejumlah 3 (tiga) KPPD di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Target ISO pada unit kerja tersebut
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 88
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
merupakan ISO perpanjangan dengan penambahan komponen/ unsur
penilaian di bidang pelayanan. Beberapa instansi tersebut merupakan
instansi yang diproyeksikan akan mendapatkan perpanjangan sertifikat ISO
9001: 2008. Sertifikasi ISO sebagai indikator kinerja pemerintahan umum
merupakan bentuk penghargaan atas penilaian mutu pelayanan yang telah
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan pelayanan prima kepada
masyarakat.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
Adanya peraturan pusat yang memerlukan tindak lanjut di daerah, antara
lain:
1. Kelembagaan
a. Amanat UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana yang kemudian telah ditindaklanjuti dengan
pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) berpengaruh terhadap Susunan Organisasi dan Tata
Kerja (SOTK) Badan Kesbanglinmas. Susunan organisasi
Badan Kesbanglinmas yang sebelumnya terdapat bidang
Penanggulangan Bencana yang mempunyai tugas
melaksanakan penanggulangan bencana perlu disesuaikan;
b. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Satuan Polisi Pamong Praja, tugas perlindungan masyarakat
merupakan bagian dari fungsi penyelenggaraan ketertiban
umum dan ketenteraman masyarakat, dengan demikian
fungsi perlindungan masyarakat yang selama ini menjadi
urusan Badan Kesbanglinmas akan dialihkan menjadi fungsi
Satpol PP;
c. UU Nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan,
mengamanatkan bahwa arsip inaktif kurang dari 10 tahun
dikelola oleh masing masing SKPD, sehingga susunan
organisasi BPAD yang memuat Bidang Arsip Dinamis perlu
dievaluasi;
d. Permendagri Nomor 20 tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu
di Daerah, ditindaklanjuti dengan pembentukan Gerai P2T
sehingga susunan organisasi dan tata kerja (SOTK) pada
BKPM perlu dievaluasi;
e. Berdasarkan Surat Mendagri Nomor 061/1255/SJ tanggal 7
April 2011 tentang Penataan Kelembagaan Perangkat
Daerah Bidang Keluarga Berencana dan Pemberdayaan
Perempuan dan Surat Mendagri Nomor 061/294/SJ tanggal
1 Februari 2012 perihal Perubahan Nomenklatur
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 89
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Kementerian yang mengamanatkan agar evaluasi
kelembagaan daerah menunggu perubahan UU Nomor 32
tahun 2004 dan PP Nomor 41 tahun 2007.
2. Pemberian Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) sesuai Peraturan
Gubernur Nomor 60 Tahun 2010 baru berdasarkan kinerja instansi
dan disiplin pegawai, belum menggambarkan kinerja pegawai.
3. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur pelayanan publik
sebagai tindak lanjut Undang‐undang No. 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik.
Solusi
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pada tahun 2012 dilaksanakan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Kelembagaan
Dilakukan analisis kelembagaan perangkat daerah dengan
melakukan pengkajian, audit kelembagaan, dan analisis beban kerja
(ABK) secara menyeluruh dan mendalam terhadap susunan
organisasi, tatakerja, tugas dan fungsi terhadap semua lembaga
perangkat daerah Provinsi DIY terkait dengan perubahan UU
32/2004, PP 38/2007 dan PP 41/2007.
2. Tahun 2012 dilaksanakan Perubahan Peraturan Gubernur Nomor
60 tahun 2010 tentang Pemberian Tambahan Penghasilan Pegawai
(TPP) dan telah ditetapkan Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun
2012 tentang Tambahan Penghasilan Pegawai, dengan kriteria
penilaian disamping penilaian instansi dan disiplin pegawai
ditambah penilaian prestasi kerja pegawai.
3. Sampai dengan bulan Juli 2012 sedang dalam proses penyusunan
kajian akademis tentang pelayanan publik sebagai tindak lanjut
Undang‐Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
sebagai bahan rumusan Raperda Pelayanan Publik pada tahun
2013.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 90
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
20.2.3 Hukum
Tata pemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu yang
paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini.
Tuntutan gencar yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah
adalah sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat, di
samping adanya pengaruh globalisasi.
Dari sisi pelayanan penunjangan supremasi hukum telah dilaksanakan
beberapa kegiatan berupa peningkatan kualitas perundang‐undangan,
pelayanan informasi hukum, pengawasan produk hukum kabupaten/ kota
dan bantuan hukum. Dari data pencapaian kinerja pelayanan hukum mulai
tahun 2008 sampai tahun 2012 terlihat bahwa jumlah produk hukum yang
ditetapkan kecenderungannya semakin meningkat, sedangkan terhadap
jumlah produk hukum kabupaten/kota yang ditelaah serta jumlah fasilitasi
penanganan dan advokasi permasalahan hukum cenderung fluktuatif tiap
tahun dikarenakan tergantung pada jumlah produk hukum kabupaten/kota
yang ditetapkan serta jumlah permasalahan hukum yang ditangani.
Tabel 4.46
Capaian Kinerja Pelayanan Hukum Provinsi DIY, 2008 – 2012
Capaian Tahun
No. Indikator Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah Produk Hukum yang
1. Buah 633 737 779 866 580
ditetapkan
Jumlah Produk Hukum
2. Kabupaten/Kota yang ditelaah Buah 99 92 121 142 80
melalui evaluasi dan klarifikasi
Jumlah Fasilitasi Penanganan dan
3. Buah 2 3 2 5 4
Advokasi Permasalahan Hukum
Penyebarluasan Dokumentasi dan
4. % 100 100 100 100 68.75
Informasi Hukum
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012
Sumber: Biro Hukum Setda Provinsi DIY
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 91
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Adapun rincian capaian hasil kinerja dukungan dan pelayanan hukum
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.47
Realisasi Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah di Provinsi
DIY, 2008–2012
Pembahasan Raperda
Tahun
Target Realisasi
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Tabel 4.50
Fasilitasi Penanganan dan Advokasi Permasalahan Hukum,
2008 ‐ 2012
No Tahun Uraian
1 2008 1. Penyelesaian proses kasus gugatan perdata dari Sdr. Ambar
Tjahyono tentang Abiyoso Gallery pada tahap kasasi.
2. Proses permasalahan tanah di Moyudan, Sleman.
2 2009 1. Tukar Guling Tanah Kas Desa dengan Masyarakat Desa
Wedomartani
2. Pembuatan sertifikat tanah kas desa Sumber Agung
3. Gugatan PNS kepada Gubernur masalah kepegawaian.
3 2010 1. Gugatan Ambar Tjahyono dan Ny.Mursupriyani pada tingkat
Kasasi
atas robohnya bangunan Abiyoso galery.
2. Pensertifikatan Tanah di Desa Sumberagung
4 2011 1. Gugatan Hak Uji Materiil Perkara Nomor 55/Per‐
PSG/IX/55/HUM/TH 2011 terhadap Perda Provinsi DIY Nomor 2
Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi DIY tahun 2009 – 2029 di
Mahkamah Agung dengan keputusan dimenangkan oleh
Pemerintah Provinsi DIY.
2. Gugatan di PTUN Nomor 05/G/2011/PTUN.Yk terhadap
Keputusan Gubernur DIY Nomor 6/KEP/2011 tentang
Peresmian Pemberhentian dan Pergantian Antar Waktu
Anggota DPRD Kabupaten Bantul atas nama TUR HARYANTO,
Gugatan di PTUN Nomor 12/G/2011/PTUN.Yk terhadap
Keputusan Gubernur DIY Nomor 100/KEP/2011 tentang
Peresmian Pemberhentian dan Pergantian Antar Waktu
Anggota DPRD Kabupaten Bantul atas nama AGUNG WISHDA
SARJANA,S.H, Gugatan di PTUN Perkara Nomor
04/G/2011/PTUN.Yk terhadap Keputusan Gubernur DIY Nomor
66/IZ/2010 tentang Pemberian Ijin Kepada Kepala Desa
Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Untuk
Menyewakan Tanah Kas Desa Kepada Pemerintah Kabupaten
Bantul Untuk Pembangunan Rumah Susun Sederhana, dimana
semua keputusan dimenangkan oleh Pemerintah Provinsi DIY.
3. Gugatan Banding di Pengadilan Tinggi TUN Perkara Nomor
04/G/2011/PTUN.Yk terhadap Keputusan Gubernur DIY
Nomor 66/IZ/2010 tentang Pemberian Ijin Kepada
Kepala Desa Ngestiharjo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
Untuk Menyewakan Tanah Kas Desa Kepada Pemerintah
Kabupaten Bantul Untuk Pembangunan Rumah Susun
Sederhana keputusan dimenangkan oleh Pemerintah Provinsi
DIY.
5 2012* 1. Penanganan kasus tanah Taman Wiguna
2. Penanganan kasus JEC
3. Penanganan kasus gugatan Ananta ( Mc Donald )
4. Penanganan gugatan PU mengenai pengadaan barang dan jasa
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012
Sumber: Biro Hukum Setda Provinsi DIY
Guna menunjang pelaksanaan program prioritas di bidang
reformasi birokrasi dan tata kelola telah dilaksanakan kegiatan dukungan
dan layanan hukum sebagai berikut:
a. Penataan Peraturan Perundang‐undangan
b. Bantuan dan Layanan Hukum
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 93
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
c. Pengawasan Produk Hukum Kabupaten/Kota
d. Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
Kegiatan yang dilaksanakan selama rentang waktu tahun 2008
sampai dengan 2012 mengalami perubahan dikarenakan kebijakan
pemerintah provinsi. Pada Tahun 2011 terdapat kegiatan tambahan
berkaitan dengan tindak lanjut penanggulangan bencana erupsi Gunung
Merapi di tahun 2010 dan juga kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari
Perpres No. 23 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional (RANHAM)
2011‐2014. Rekapitulasi kinerja program yang dilaksanakan dari Tahun
2008‐2012 sebagai berikut:
Tabel 4.51
Rekapitulasi Program/Kegiatan Biro Hukum Tahun 2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Persentase
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
capaian (%)
2008 5 30 2.120.905.000 2.063.394.875 97,29 100,00
2009 7 28 4.040.077.325 3.950.506.910 97,78 100,00
2010 5 30 3.326.136.119 3.299.908.469 99,91 100,00
2011 7 39 2.831.841.889 2.793.512.680 98,65 100,00
2012* 6 44 4.591.798.730 2.939.524.893 64,02 69.25
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012
Sumber: Biro Hukum Setda Provinsi DIY
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan:
1. Dalam pembahasan draft Raperda bersama DPRD terdapat
dinamika jumlah Raperda yang diagendakan dari prolegda
sehingga mempengaruhi jadwal dan pelaksanaan pembahasan
serta keluaran (hasil Perda).
2. Berkaitan dengan penyelesaian perkara khusus aset tanah
terdapat kekurangan alat bukti yang ada di SKPD dan tidak bisa
disampaikan dalam sidang pengadilan ini dapat berakibat dalam
putusan pengadilan pihak Pemerintah Provinsi sebagai tergugat
dikalahkan.
Solusi:
1. Perlu koordinasi yang intensif dengan pimpinan Dewan.
2. Koordinasi dengan instansi yang berwenang (antara lain
Pemerintah Desa, Kabupaten/Kota, BPN) dan perlu tindak lanjut
dengan kegiatan pengamanan dokumen aset penting milik
Pemerintah Provinsi oleh SKPD penanggungjawab.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 94
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
20.2.4 Inspektorat
Dalam rangka mewujudkan clean government di Pemerintah Provinsi DIY,
diperlukan dukungan aparatur pengawasan yang kompeten. Upaya untuk
membentuk aparatur pengawasan yang kompeten tersebut senantiasa
dilakukan melalui peningkatan kapasitas aparatur pengawasan sehingga
akan diperoleh pengawasan yang profesional.
Program yang dilaksanakan tahun 2008‐2012 adalah sebagai berikut:
1. Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian
pelaksanaan kebijakan KDH.
2. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur
Pengawasan.
3. Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Prosedur
Pengawasan.
Tabel 4.52
Rekapitulasi Program/Kegiatan Inspektorat di Provinsi DIY, 2008‐2011
Jumlah Jumlah Keuangan Fisik
Tahun
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%) (%)
2008 8 31 4.053.851.500 3.713.404.988 91,60 100,00
2009 8 32 6.400.216.971 5.583.051.516 87,23 100,00
2010 7 31 6.516.184.400 6.128.112.309 94,04 100,00
2011 6 30 5.148.808.500 4.935.897.944 95,86 100,00
2012*) 7 34 4.774.549.500 2572.281.418 53,87 56,45
Catatan: *)Posisi s.d Juli 2012
Sumber: Inspektorat Provinsi DIY
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 7 program
dengan jumlah kegiatan sebanyak 34 kegiatan. Sampai dengan Bulan Juli
2012, capaian realisasi keuangan sebesar 53,87% dengan capaian fisik rata‐
rata sebesar 56,45%.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Jumlah pemeriksa/auditor yang ada tidak sebanding dengan banyaknya
tugas‐tugas pemeriksaan.
2. Dinamika peraturan perundang‐undangan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, menuntut adaptasi
aparatur pengawasan.
3. Tuntutan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah sebagai
consulting dan quality assurance.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di Provinsi Daerah Istimewa
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 95
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Yogyakarta belum dilaksanakan secara terprogram oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD).
Solusi
1. Perlu penambahan PNS (auditor).
2. Diselenggarakan sosialisasi, bimtek, pelatihan maupun pengiriman
diklat. Dilakukan koordinasi sesama Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah.
3. Secara periodik dilakukan peningkatan kompetensi Sumber Daya
Manusia.
4. Perlu dilakukan percepatan implementasi SPIP melalui proses
pendampingan yang berkelanjutan dan evaluasi secara periodik.
20.2.5 Kebijakan
Kebijakan dimaknai sebagai arah atau tindakan yang diambil oleh
pemerintah untuk mencapai tujuan. Kebijakan mempunyai instrumen yang
disebut program yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan
untuk mencapai sasaran dan tujuan.
Biro Administrasi Pembangunan
Beberapa capaian hingga bulan Agustus tahun 2012 adalah sebagai
berikut:
1. Melalui program analisa kebijakan pembangunan terlaksana
koordinasi, pemantauan pelaksanaan kebijakan dan analisis kebijakan
dan kajian di bidang perhubungan; pekerjaan umum perumahan dan
ESDM; pariwisata dan kebudayaan; serta dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.
2. Melalui program penelitian dan pengembangan terselenggara hal‐hal
sebagai berikut:
a. Fasilitasi Dewan Riset Daerah Provinsi DIY;
b. Pelayanan pemberian ijin rekomendasi penelitian kepada
masyarakat;
c. Pelaksanaan Penelitian;
d. Inventarisasi hasil‐hasil penelitian yang dilakukan di wilayah
Provinsi DIY;
e. Penyusunan jurnal penelitian.
3. Pemanfaatan teknologi informasi sebagai pendukung pelayanan ijin
penelitian agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat.
4. Fasilitasi Dewan Riset Daerah (DRD) Provinsi DIY.
a. DRD Provinsi DIY terbentuk dengan Peraturan Gubernur nomor 26
tahun 2009 tanggal 13 Juli 2009 tentang Pembentukan Dewan Riset
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 96
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Daerah Provinsi DIY, dan untuk keanggotaannya dibentuk dengan
Surat Keputusan Gubernur nomor 168/KEP/2010 tanggal 14 Juli
2010 tentang Penetapan Anggota Dewan Riset Daerah Provinsi DIY.
b. Melalui DRD Provinsi DIY telah terlaksananya penyusunan buku
Peraturan Gubernur nomor 16 tahun 2012 tentang kebijakan
strategis pembangunan daerah di bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni tahun 2012‐2016 yang ditetapkan tanggal 22
Maret 2012. Dalam Peraturan Gubernur tersebut memuat dua hal,
yaitu:
- Kebijakan strategis pembangunan daerah di bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni tahun 2012‐2016;
- Agenda Riset Daerah (ARD) tahun 2012‐2016.
Diharapkan Peraturan Gubernur tersebut dapat dijadikan dasar dalam
pelaksanaan riset khususnya di lingkungan Pemerintah Provinsi DIY
maupun di Perguruan Tinggi Negeri/Swasta.
Tabel 4.53
Rekapitulasi Program/Kegiatan Biro Administrasi Pembangunan Setda
Provinsi DIY,
2009‐ 2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2009 6 34 1.708.100.000 1.227.382.762 71,90 96,54
2010 7 44 2.744.949.345 2.061.341.744 75,10 91,45
2011 7 39 1.564.693.560 1.519.127.075 97,09 100
2012* 7 42 1.550.501.700 776.921.676 50,10 64,25
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012
Sumber: Biro Administrasi Pembangunan Setda Provinsi DIY
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 7 program
dengan jumlah kegiatan sebanyak 42 kegiatan. Sampai dengan Bulan
Agustus 2012, capaian fisik rata‐rata sebesar 64,25% dengan capaian
realisasi Keuangan sebesar 50,10%.
Permasalahan dan Solusi
Bidang Analisa Kebijakan
Sub Bidang Perhubungan Komunikasi dan Informatika
Permasalahan
a. Diterbitkannya Undang‐Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
lalulintas dan Angkutan Jalan, memerlukan peran aktif dari berbagai
pemangku kepentingan.
b. Perubahan paradigma terhadap informasi publik pasca
diberlakukannya Undang‐Undang No. 14 tahun 2008 tentang
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 97
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Keterbukaan Informasi Publik yang mengamanatkan masyarakat
mempunyai hak untuk dapat mengakses informasi yang kegiatannya
dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN).
c. Adanya kebijakan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi yang
mengamanatkan paling lambat akhir tahun 2011 seluruh piranti lunak
teknologi informasi dan komunikasi yang dimiliki oleh Pemerintah
Provinsi DIY sudah harus menggunakan piranti lunak yang legal atau
piranti lunak yang terbuka (free open source software).
d. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor sebagai angkutan pribadi
baik domisili DIY maupun pada hari hari tertentu. Hal ini menyebabkan
tingkat kepadatan jalan semakin meningkat dan biaya eksternalitas
meningkat (seperti kesehatan masyarakat) disisi lain angkutan
kendaraan umum belum mampu diandalkan sebagai transportasi
umum.
Solusi
a. Sosialisasi kepada pemangku kepentingan dan masyarakat Undang‐
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan.
b. Sosialisasi penerapan Undang‐Undang No. 14 tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik, dan penataan data dan informasi serta
dokumentasi informasi publik di lingkungan instansi pemerintah dan
mengoptimalkan kinerja Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
(PPID) dan PPID Pembantu.
c. Pendataan piranti lunak Teknologi Informasi dan Komunikasi yang
digunakan semua SKPD di Pemerintah Provinsi DIY untuk mengetahui
jumlah piranti lunak yang legal dan bajakan sehingga dapat digunakan
untuk menentukan langkah‐langkah yang akan dituangkan di dalam
kebijakan Pemerintah Provinsi DIY.
d. Perlu adanya revitalisasi angkutan kendaraan umum sebagai alat
transportasi umum dan peningkatan kesadaran dalam berlalu lintas.
Sub Bidang Pekerjaan Umum, Perumahan dan ESDM
Permasalahan
a. Sistem distribusi dan tata niaga LPG tabung 3 kg kurang kondusif dan
tidak teratur.
b. Adanya kecenderungan kenaikan backlog perumahan terutama pada
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Provinsi DIY, akibat
keterbatasan dan tingginya harga lahan serta pertumbuhan penduduk
yang tinggi di perkotaan.
c. Pemanfaatan lahan perumahan dan pemukiman belum sepenuhnya
mengacu pada RTRW dan masih berorientasi pada pengembangan
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 98
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
yang bersifat horizontal sehingga cenderung menciptakan urban
sprawling dan inefisiensi pelayanan sarana dan prasarana.
d. Diterbitnya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia Tahun 2012 tentang Pengendalian Penggunaan
Bahan Bakar Minyak, yang mewajibkan seluruh kendaraan dinas plat
merah terhitung sejak tanggal 1 Agustus 2012, dilarang menggunakan
jenis BBM Tertentu berupa Bensin (Gasoline) RON 88.
e. Tempat Penampungan Sampah Akhir (TPA) Piyungan yang sudah tidak
memadai lagi dan akan mencapai titik jenuhnya pada tahun 2012.
Solusi
a. Sosialisasi Peraturan Gubernur DIY Nomor 10 tahun 2010 tentang
Harga Eceran Tertinggi LPG Tabung 3 kg, alokasi kuota dan rayonisasi
LPG tabung 3 kg, penataan pangkalan dengan melakukan kontrak
antara pangkalan dengan agen serta pengawasan secara terpadu
dengan pemangku kepentingan.
b. Perlu adanya skema pembiayaan yang dapat diakses oleh MBR, serta
perlu dilakukan kerjasama dengan instansi terkait.
c. Optimalisasi tata guna tanah yang mencakup pengaturan terhadap pola
pengelolaan penguasaan. Penggunaan dan pemanfaatan tanah agar
sesuai dengan RTRW dan peraturan perundangan yang berlaku.
d. Telah dikeluarkan Surat Edaran Gubernur Nomor 541/2476 tanggal 23
Juli 2012 tentang Kebijakan Pengendalian Penggunaan BBM Tertentu di
Provinsi DIY, bahwa untuk seluruh Kendaraan Dinas Roda 4 dan Roda 2
terhitung mulai tanggal 1 Agustus 2012 dilarang menggunakan jenis
BBM tertentu berupa Bensin (Gasoline) RON 88, dan wajib
menggunakan BBM Non Subsidi (Pertamax).
e. Mengkoordinasikan pengadaan lahan untuk perluasan TPA Piyungan
dan mengkampanyekan pengolahan sampah mandiri oleh masyarakat.
Sub Bidang Kebudayaan
Permasalahan
1. Kondisi museum di Provinsi DIY cukup memprihatinkan dimana
banyaknya museum di Provinsi DIY tidak diiringi kemajuan yang
signifikan, pengelolaan museum yang belum optimal, kelembagaan dan
SDM museum yang belum profesional, kepedulian masyarakat
terhadap museum yang kurang, dan rendahnya tingkat kunjungan ke
museum.
2. Masih rendahnya pelestarian budaya pada generasi muda di Provinsi
DIY.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 99
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Solusi
1. Perlu revitalisasi museum di DIY dan pemanfaatan museum sebagai
representasi budaya DIY dan sinergitas antara tiga pilar yaitu bidang
kebudayaan, pendidikan dan pariwisata.
2. Perlu adanya kebijakan untuk memasukkan kebudayaan dalam
kurikulum muatan lokal pendidikan anak sekolah di Provinsi DIY.
Bidang Dekonsentrasi
Permasalahan
1. Kejelasan status barang/asset yang berasal dari APBN yang belum
dikelola dengan baik dan belum dihibahkan kepada daerah;
2. Keterlambatan Juklak maupun Juknis dari pemerintah Pusat ke Daerah
serta adanya tanda bintang pada DIPA, sehingga berakibat
terlambatnya pengelolaan dana dekonsentrasi;
3. Formula alokasi DAK yang belum sepenuhnya dapat menjamin
kesesuaian antara kepentingan nasional dan kebutuhan daerah.
Solusi
1. Pelimpahan status barang/asset yang berasal dari APBN kepada daerah
agar dilakukan segera supaya dikemudian hari tidak terdapat
permasalahan mengenai status barang/asset tersebut;
2. Peningkatan koordinasi dengan kementerian terkait agar pelaksanaan
kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan dapat berjalan secara
optimal.
3. Perlu adanya formula alokasi DAK yang sesuai antara kepentingan
nasional dan kebutuhan daerah.
Bidang Penelitian dan Pengembangan
Permasalahan
1. Secara kelembagaan, bagian penelitian dan pengembangan di Provinsi
DIY belum sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20
Tahun 2011 Tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan di
Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah,
yang menegaskan bahwa setiap daerah provinsi segera membentuk
Badan Litbang Daerah (BALITBANGDA) selambatnya pada tahun 2013,
dan Permendagri 64 tahun 2011 yang menegaskan bahwa fungsi
pemberian rekomendasi penelitian dilakukan oleh unit SKPD yang
melaksanakan fungsi kesbangpol.
2. Belum seluruh instansi yang melakukan penelitian atau lembaga
penelitian di Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta bersedia
mengirimkan atau memberikan hasil‐hasil penelitiannya ke
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 100
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Pemerintah Provinsi DIY, sehingga masih banyak hasil‐hasil penelitian
yang belum dapat dikompilasikan dalam bentuk buku.
3. Hasil‐hasil penelitian yang sudah dikirim sebagian besar kurang
implementatif bagi pembangunan daerah Provinsi DIY.
4. Masih banyak hasil penelitian terapan/tepat guna yang belum terdata
dan termanfaatkan.
5. Kurang optimalnya koordinasi antara lembaga penelitian dan
pengembangan di Provinsi dengan Kabupaten/kota dalam
menginventarisir hasil penelitian terapan/tepat guna.
Solusi
1. Memaksimalkan peran serta jaringan penelitian yang sudah ada dan
unit kerja penelitian dan pengembangan di kabupaten/kota;
2. Perlu adanya wadah atau forum untuk saling tukar menukar informasi
serta hubungan yang sinergis antara lembaga yang menangani
penelitian dan pengembangan dengan instansi yang melakukan
penelitian atau lembaga penelitian di Perguruan Tinggi sehingga
diharapkan adanya sinkronisasi hasil‐hasil penelitian yang diharapkan
kita bersama.
3. Perlu dilakukan sosialisasi dan koordinasi secara intensif ke berbagai
lembaga penelitian di Perguruan Tinggi. Selain itu bagi instansi yang
melakukan penelitian atau lembaga penelitian yang pada waktu yang
sudah ditentukan belum juga mengumpulkan hasil penelitiannya,
maka perlu dilakukan jemput bola atau mendatangi instansi tersebut
untuk diminta hasil penelitiannya.
4. Melakukan koordinasi dalam perencanaan penelitian dan
pelaksananaannya antara apa yang dikehendaki oleh Pemerintah
Provinsi DIY dengan instansi yang melakukan penelitian atau lembaga
penelitian Perguruan Tinggi sehingga dapat disepakati penelitian yang
hasilnya cukup implementatif bagi pembangunan di DIY, utamanya
perlu dikembangkan penelitian kebijakan.
5. Permasalahan masih banyaknya penelitian terapan/tepat guna yang
belum terdata, diharapkan bisa diatasi melalui kegiatan pendataan
secara lebih intensif ke lapangan, baik itu ke instansi/lemlit Perguruan
Tinggi, ataupun langsung ke masyarakat/kelompok penemu teknologi
tepat guna.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 101
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan
Hasil analisis bidang kesejahteraan rakyat dan kemasyarakatan terdapat
berbagai catatan sebagai berikut:
Analisis mengenai Perlindungan dan Pemberdayaan Penyandang
Disabilitas merumuskan:
1. Penanganan masalah penyandang disabilitas, belum dilakukan
secara komprehensif dan belum berorientasi pada program
pemberdayaan berdasarkan jenis dan derajat disabilitas,
pengakuan keunikan nilai sosial budaya serta mengedepankan
potensi dan sumberdaya keluarga dan masyarakat setempat.
2. Perlu peningkatan pelaksanaan pelayanan jaminan sosial bagi
penyandang disabilitas (kriteria, proses, pelaksanaan bantuan dan
pemanfaatan bantuan oleh penerima).
3. Perlu peningkatan sarana dan prasarana umum yang memenuhi
dan memudahkan kebutuhan penyandang disabilitas.
Rekomendasi:
1. Segera diterbitkan peraturan daerah dan atau peraturan gubernur
tentang penyandang cacat dengan melibatkan unsur organisasi
penyandang disabilitas.
2. Mendorong kesadaran, kepedulian dan tanggung jawab sosial
kalangan usaha melalui dana CSR (Pasal 74 Undang‐undang No. 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).
Analisis mengenai Efektivitas Penyelenggaraan Transmigrasi Dalam Era
Otonomi Daerah merumuskan:
1. Perlu sosialisasi pra penempatan secara terbuka dan transparan
tentang lokasi daerah penempatan kepada para calon transmigran
2. Perlu selektif dalam menjalin kerjasama dengan Pemerintahan
Daerah penempatan sehingga tujuan program dapat tercapai
optimal.
3. Mendorong penyelenggaraan transmigrasi yang dikaitkan dengan
peran serta investor untuk program transmigrasi swakarsa mandiri.
Rekomendasi:
1. Aspirasi pemerintah daerah dan penduduk lokal terhadap asal calon
transmigran yang dikehendaki untuk membangun kehidupan
bersama dalam lingkungan komunitasnya harus menjadi
pertimbangan utama.
2. Dengan diberlakukannya UU. No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, adanya UU No. 15 Tahun 1997 tentang
Ketransmigrasian dan PP No. 2 Tahun 1999 tentang
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 102
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Penyelenggaraan Transmigrasi, maka Pemerintah Pusat seyogyanya
tidak lagi berperan sebagai perencana sekaligus pelaksana, tetapi
bergeser menjadi regulator, mediator, motivator dan fasilitator
program transmigrasi.
Analisis mengenai Penanggulangan Gelandangan Psikotik dan Pengemis
merumuskan:
Penanganan gelandangan psikotik dan pengemis harus dilakukan
secara terpadu dari berbagai instansi terkait, sehingga penanganan
terwujud secara tuntas/mandiri. Model‐model penanganan harus
dimulai dari hulu (dimulai dari daerah asal gelandangan psikotik
dan pengemis) sampai hilir (pasca rehabilitasi).
Rekomendasi:
1. Perlu payung hukum sebagai pedoman kerjasama penanganan
gelandangan psikotik.
2. Adanya Panti khusus bagi gelandangan psikotik dengan sarana
dan prasarana yang lengkap, tenaga profesional yang cukup dari
berbagai instansi terkait secara terpadu, dana cukup, sehingga
hasil penanganan maksimal.
Analisis mengenai Peningkatan Kualitas Angkatan Kerja melalui Pelatihan
Kerja dan Produktivitas Kerja merumuskan:
1. Ada pemetaan angkatan kerja berdasarkan kriteria umur agar tidak
ada duplikasi urusan dan mengurangi ego sektoral.
2. Lembaga pendidikan perlu meninjau kembali kurikulumnya
sehingga ada link and match dengan dunia usaha dan industri.
3. Strategi peningkatan kualitas angkatan kerja harus melalui
perencanaan yang matang dan tepat sasaran.
Rekomendasi:
1. Perlu ada terobosan untuk mensiasati peraturan (tidak melanggar)
tetapi mempunyai dampak hasil yang maksimal dirasakan
manfaatnya oleh Pemprov;
2. Lembaga Diklat perlu SEKAR (Skill, Etos Kerja, Komitmen, Attitude
dan Relationship) dalam mengemban tugas pokok dan fungsinya.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 103
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Analisis mengenai Peningkatan Kapasitas dan Profesionalisme Satuan
Polisi Pamong Praja (Satpol PP) merumuskan:
1. Perlu peningkatan sinergitas tugas‐tugas antara Satpol PP dengan
unsur Kepolisian dan Dinas lain yang terkait dengan Tupoksi Satpol
PP;
2. Perlu SOP sebagai pedoman kerja Satpol PP;
3. Perlu peningkatan intensitas Pendidikan dan Pelatihan terkait
dengan peningkatan profesionalisme maupun fungsi selaku PPNS;
Rekomendasi:
1. Terkait dengan profesionalisme, perlu kebijakan tentang:
a. Struktur lembaga (penetapan kelembagaan yang mantap)
b. Jumlah SDM dengan kompetensi yang sesuai kebutuhan
dimulai dari proses rekruitmen yang tepat sesuai tupoksi
c. SOP menyesuaikan standar HAM
2. Segera diupayakan penambahan anggota PPNS dari unsur Satpol PP
3. Peningkatan Sarpras dalam menunjang tugas
Analisis mengenai Peningkatan Manajemen Penanggulangan Resiko
Dampak Bencana merumuskan:
1. Bencana tidak hanya disebabkan oleh alam saja namun merupakan
kombinasi dari berbagai resiko bahaya (hazard), sehingga
penanggulangannya merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah dan masyarakat;
2. Perubahan konsepsi dan pemahaman mengenai hidup harmoni
dengan alam dan potensi bencana, merubah konsep responsif
menjadi prefentif;
3. Strategi utama untuk mengurangi dampak merugikan dengan
mempersiapkan pemerintah dan masyarakat untuk menghindari
atau merespon bencana dengan tepat dan efektif sehingga
kerugian dapat terkurangi.
Rekomendasi:
1. Perlu membangun ketangguhan masyarakat untuk menghadapi
bencana;
2. Membangun budaya pendidikan mitigasi kebencanaan sejak dini
melalui pendidikan formal ataupun masyarakat;
3. Kegiatan‐kegiatan terkait dengan kebencanaan perlu dilakukan
secara terpadu dan terkoordinasi.
Rekomendasi mengenai Implementasi kebijakan PUG/PPRG:
1. Perlu ada grand design tentang implementasi PPRG;
2. Capacity building bagi aparat perencana program;
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 104
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
3. Perlu dorongan dan optimalisasi implementasi PUG/PPRG di
kab/kota dan provinsi melalui keberadaan Pokja PUG.
Rekomendasi mengenai Peningkatan kualitas hidup perempuan dan
anak:
1. Perlu didorong terwujudnya sistem/mekanisme penanganan
kekerasan terhadap perempuan dan anak secara terintegrasi
2. Perlu optimalisasi mapping data kekerasan terhadap perempuan
dan anak
3. Perlu dorongan dan optimalisasi penanganan kekerasan terhadap
perempuan dan anak melalui Pusat Pelayanan Terpadu PP dan
Anak (P2TP2A).
Rekomendasi mengenai Penyediaan Pelayanan KB dan Alat Kontrasepsi
Bagi Keluarga Miskin:
1. Penyediaan pelayanan KB dan alat kontrasepsi bagi keluarga
miskin secara gratis;
2. Perlu kebijakan mengenai pemetaan keluarga miskin yang belum
mendapatkan jaminan sosial kesehatan di kabupaten/kota.
Rekomendasi bidang Pemberdayaan Masyarakat:
1. Mempertahankan kebijakan pola perencanaan program/kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat melalui model PNPM Mandiri;
2. Menumbuhkembangkan Kebijkan UMK sinergi dengan Pengusaha
Menengah;
3. Menumbuhkembangkan Konsep TKPKD Kota Yogyakarta tentang
Slogan Segoro Amarto (semangat Gotong Royong Agawe Majune
Ngayogyakarta) untuk digemakan menjadi miliknya warga
masyarakat Kabupaten/Kota se Provinsi DIY;
4. Verifikasi ulang terhadap data warga miskin dan indikatornya
ditambah tolok ukurnya, standard pendapatan hidup layak per hari
terhadap warga masyarakat miskin;
5. Pelayanan satu kartu untuk penyaluran bantuan kepada
masyarakat dalam konsep penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat.
Rekomendasi mengenai Penegakan Regulasi Hukum untuk Kedisiplinan
dalam Pranata Sosial di Pondokan:
1. Melakukan koordinasi dalam melakukan penegakkan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota tentang Pondokan;
2. Memberikan Fasilitasi dalam membentuk capacity building pranata
hukum, sapras, masyarakat & kebudayaan;
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 105
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
3. Membuat peraturan tentang pondokan dengan
mempertimbangkan aspek ketertiban umum dan nilai‐nilai budi
pekerti adiluhung masyarakat;
4. Melakukan pengawasan usaha pondokan, dengan melibat kan
unsur‐unsur terbawah dilingkungan masyarakat;
5. Ikut aktif dalam menggali kearifan lokal sebagai pedoman bertindak
dan berperilaku dilingkungan masyarakat.
Rekomendasi mengenai Isu‐isu yang berdampak negatif terhadap Budi
Pekerti dan Kedisiplinan yang Berkembang di Masyarakat:
Karena kewenangan pengaturan warung internet ada di
Kabupaten/Kota maka Pemerintah Provinsi perlu melakukan penegakan
peraturan dengan memberikan bantuan sapras dan pembiayaan dalam
menegakkan aturan hukum di daerah tentang ITE diantaranya
mensosialisasikan UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE dan UU No. 44 Tahun
2008 tentang Pornografi dan Peraturan Daerah tentang Peraturan Warnet
di Masyarakat serta mensosialisasikan Jargon INES (Internet Sehat) dan
IMAN (Internet Aman) dikantor‐kantor dan disekolah.
Kajian mengenai Pengembangan Kebijakan Budi Pekerti Berbasis
Kearifan dan Keunggulan Lokal telah dikeluarkan Surat Edaran Gubernur
Tentang Gerakan Pelestarian Budaya Yogyakarta nomor 430/1349 tgl. 30
April 2012.
Rekomendasi Pengembangan Kebijakan Kedisiplinan Pranata
Peningkatan Motivasi Kerja Bagi Aparat:
1. Melakukan koordinasi dan sosialisasi bagi pelaksanaan Keteladanan
Kepemimpinan maupun Aparat serta Pemberian Arah yang jelas
bagi pelaksanaan Punishment.
2. Memberikan fasilitasi dalam membentuk capacity building
pengembangan rasa corsa (esprit de corps) dan kegiatan lomba‐
lomba antar instansi untuk kebersamaan.
Tabel 4.54
Rekapitulasi Program/Kegiatan Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat
dan Kemasyarakatan di Provinsi DIY, 2009‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2009 10 48 3.031.612.160 2.747.614.805 90,63 95,83
2010 5 39 1.734.087.653 1.701.495.300 98,12 100,00
2011 5 41 2,126,149,080 1,216,293,930 57,21 62,28
2012* 5 52 5,696,780,590 2.240.362.079 39,33 50,00
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: Biro Admin Kesra dan Kemasyarakatan Setda Provinsi DIY
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 106
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 5 program
dengan jumlah kegiatan sebanyak 52 kegiatan. Sampai dengan Bulan Juli
2012, capaian fisik rata‐rata sebesar 50,00% dengan capaian realisasi
Keuangan sebesar 39,33%.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan:
1. Pembinaan karakter dan wawasan kebangsaan masih belum
menjadi perhatian utama, sehingga dimungkinkan disintegrasi
sosial dan teritorial dapat benar‐benar tejadi. Hal ini bisa diamati
dari kenyataan lunturnya rasa nasionalisme, makin tingginya
intensitas konflik yang bernuansa SARA, serta gejala menguatnya
etnosentrisme atau pemikiran kelompok sosial. Sedangkan
disintegrasi teritorial dapat diamati dari kenyataan adanya daerah
yang meminta merdeka dan lepas dari ikatan NKRI.
2. Kendala dalam pengurangan resiko bencana
a. Kurangnya pengetahuan dan wawasan pengurangan resiko
bencana di masyarakat:
b. Masih belum ada panduan koordinasi lintas sektor dalam
penanganan bencana dan rencana kontijensi pada tiap
ancaman bencana.
3. Terkait sistem jaminan kesehatan daerah, terdapat kendala
penanganan pasien non kuota Jamkes di luar Provinsi DIY.
4. Merebaknya penyakit yang bersumber pada binatang
(leptospirosis) yang menjangkiti masyarakat
Solusi:
1. Pembinaan karakter bangsa harus ditanamkan sejak usia dini baik
melalui jalur pendidikan formal maupun non formal, utamanya
justru pada lingkungan keluarga dan masyarakat serta pembinaan
rasa cinta tanah air dan persatuan kesatuan bangsa harus
diwujudkan melalui kegiatan nyata melalui pembinaan orsos dan
ormas secara terus menerus;
2. Perlu penanggulangan bencana yang terpadu tentang :
‐ Pra bencana pada saat tidak terjadi bencana;
‐ Pra bencana pada saat ada potensi bencana;
‐ SOP yang jelas dan aplikatif pada saat terjadi bencana; dan
‐ Perlu panduan koordinasi dan sinergi perencanaan pemulihan
pasca bencana baik yang bersifat rehalitasi maupun
rekonstruksi
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 107
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
3. Mendorong Kabupaten/Kota untuk merintis MoU dengan pusat
pelayanan di lingkungannya serta kerjasama penanganan pasien
non kuota Jamkes di luar Provinsi DIY dalam proses;
4. Perlu koordinasi lintas sektor yang melibatkan semua pemangku
kepentingan dalam rangka penanggulangan penyakit yang
bersumber pada binatang.
Biro Administrasi Perekonomian dan Sumber Daya Alam
Analisa Kebijakan Penanaman Modal, Kerjasama, dan Perijinan
Latar Belakang Analisis Kebijakan Penanaman Modal, Kerjasama dan
Perijinan di Provinsi DIY antara lain :
a. Pengembangan Kebijakan penanaman modal merupakan kebijakan
yang mempunyai dampak ekonomi yang cukup luas karena peningkatan
penanaman modal dapat menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah
barang dan jasa, penciptaan nilai tambah, penggunanaan tenaga kerja,
peningkatan pendapatan masyarakat.
b. Proses penanaman modal daerah yang dirasakan belum optimal, dalam
jangka panjang dimungkinkan akan menjadi penghambat bagi
pemerintah dalam melaksanakan pilar pembangunan di DIY, oleh
karena itu diperlukan kebijakan penanaman modal yang tepat termasuk
didalamnya kebijakan perizinan bidang penanaman modal.
c. Belum optimalnya layanan perizinan bidang penanaman modal sehingga
di butuhkan solusi kebijakan perizinan bidang penanaman modal.
Analisa Kebijakan Pengembangan Bidang Lingkungan Hidup
Pengelolaan kawasan paling tidak harus mencakup dua kepentingan, yaitu
konservasi lingkungan dan pengurangan resiko bencana. Penataan
kawasan sungai hendaknya visioner dan jangka panjang, misal dengan
mempertimbangkan implementasi konsep Eco‐river city. Konsep ini secara
garis besar menjadikan eksistensi sungai dengan segala potensinya sebagai
basis pembangunan yang berkelanjutan. Sungai adalah asset wilayah,
bukan sekedar sebagai media drainase. Penekanan utamanya adalah
menata kawasan sungai yang ramah lingkungan
Analisis Kebijakan Bidang Badan Usaha Daerah
Permasalahan yang dihadapi BUMD milik Pemerintah Provinsi DIY dalam
perjalanan hidupnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Lemahnya kemampuan manajemen perusahaan;
2. Lemahnya kemampuan modal usaha;
3. Lemahnya kemampuan pelayanan dan pemasaran sehingga sulit
bersaing;
4. Kurang adanya koordinasi antar BUMD khususnya dalam kaitannya
dengan industri hulu maupun hilir
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 108
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
5. Kurangnya perhatian dan kemampuan atas pemeliharaan aset yang
dimiliki, sehingga rendahnya produktivitas, serta mutu dan
ketepatan hasil produksi
6. Besarnya beban administrasi, akibat relatif besarnya jumlah
pegawai dengan kualitas yang rendah.
Analisa Kebijakan Bidang Ketahanan Pangan
Peningkatan produksi pertanian membutuhkan dukungan dari berbagai
sektor seperti penyediaan benih unggul, sarana dan prasarana memadai,
ketersediaan SDM pertanian yang mencukupi serta dukungan teknologi
tepat guna yang mudah diterapkan masyarakat petani/peternak.
Kebutuhan untuk mendukung peningkatan produksi baik tanaman pangan,
holtilkultura dan peternakan perlu di dukung dengan peningkatan
kemampuan diberbagai hal : sarana dan prasarana yang memadai,
Ketersediaan SDM pendamping dan pelayanan yang memiliki kemampuan
sesuai kebutuhan yang ada, adanya peningkatan kualitas benih/bibit yang
tersedia dengan bantuan berupa subsidi bagi para petani/ternak,
peningkatan teknologi tepat guna yang mudah diserap oleh masyarakat
petani/peternak.
Analisis kebijakan pada sektor ini merekomendasikan pengembangan
perekonomian (kususnya bidang pertanian dan peternakan) menggunakan
model kluster (sentra produksi) berbasis masyarakat dan pengetahuan
untuk menghasilkan produk yang unik spesifik lokasi.
Analisa Kebijakan Bidang Ketahanan Pangan
Hal penting dalam kebijakan ketahanan pangan adalah perlunya
memperkuat peran pemerintah daerah dalam melakukan fungsi koordinasi
antar pelaku di bidang ketahanan pangan baik pemerintah maupun swasta
sejak perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program ketahanan
pangan, khususnya hubungan antara Dewan Ketahanan Pangan (DKP),
BKPP, dan Dinas teknis (pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan,
kesehatan, perindustrian perdagangan, dan lain‐lain).
Analisis Kebijakan Bidang Kehutanan dan Perkebunan
Sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi
DIY Tahun 2009‐2013 pada misi kedua yaitu menguatkan fondasi
kelembagaan dan memantapkan struktur ekonomi daerah berbasis
pariwisata yang didukung potensi lokal dengan semangat kerakyatan
menuju masyarakat yang sejahtera kehutanan dan perkebunan terdapat di
dalamnya dengan kebijakan yang ditempuh berdasarkan pada misi kedua
tersebut adalah:
1. Meningkatkan dan mengembangkan produk unggulan hasil hutan;
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 109
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
2. Memanfaatkan lahan hutan dan kebun secara optimal dengan
menanam jenis produk unggulan serta melibatkan peran serta aktif
masyarakat;
3. Membuka jejaring dan kemitraan untuk meningkatkan distribusi
dan pemasaran hasil perkebunan.
Analisa Kebijakan Bidang Perikanan dan Kelautan
Peran sektor kelautan dan perikanan di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta cukup strategis dalam mendukung pembangunan masyarakat
kelautan dan perikanan secara umum, baik ditinjau dari perspektif
ekonomi, sosial, maupun budaya.
Kebijakan pembangunan perekonomian DIY perlu terus memperhatikan
dan menyokong sektor pertanian (termasuk sub‐sektor tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan) agar dapat tumbuh
secara berkelanjutan.
Pada tahun anggaran 2012 Biro Administrasi Perekonomian dan
Sumber Daya Alam melaksanakan 5 program yang terdistribusi dalam 60
kegiatan. Sampai Bulan Juli 2012, capaian fisik rata‐rata sebesar 58,55%
dengan capaian realisasi Keuangan sebesar 57,74%.
Tabel 4.55
Rekapitulasi Program/Kegiatan Biro Administrasi Perekonomian dan SDA
di Provinsi DIY, 2009‐2011
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2009 4 34 1.040.566.200 944.140.890 90,73 100
2010 4 35 2.694.772.050 2.645.092.305 98,16 100
2011 5 46 1.818.339.804 1.788.179.549 98,34 100
2012* 5 60 2,117,173,380 1,222,397,705 57,74 58,55
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: Biro Administrasi Perekonomian dan SDA
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan:
1. Aturan hukum yang masih tumpang tindih, baik peraturan dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, sehingga
menyebabkan ketimpangan dalam pelaksanaan teknis pada Gerai
P2T.
2. Kurangnya tenaga yang terlatih dan profesional untuk menangani
perijinan yang spesifik dan khusus, misalnya AMDAL maupun ijin
masalah kesehatan.
Solusi:
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 110
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
1. Memberi masukan kepada pemerintah pusat mengenai regulasi
yang menyebabkan kerancuan aturan hukum, sehingga
pemerintah daerah dapat segera menyesuaikan dengan
peraturan yang ada.
2. Pelatihan dan rekruitmen tenaga khusus untuk dijadikan tenaga
fungsional yang menangani masalah‐masalah tersebut.
Biro Umum
Keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dipisahkan dari
pengelolaan administrasi perkantoran, penatausahaan pimpinan,
keprotokolan dan rumah tangga. Dukungan sarana prasarana berupa
kendaraan operasional sangat memperlancar berbagai ketugasan yang
harus dilaksanakan.
Era transparansi dan perkembangan teknologi informasi telah menjadikan
masyarakat lebih kritis dan cenderung terjadi perubahan yang cepat di
masyarakat. Pemerintah Provinsi DIY selalu berupaya untuk mengakomodir
dan mengantisipasi keinginan masyarakat/publik untuk memperoleh
informasi. Menjamurnya berbagai media masa dan derasnya arus
informasi yang menerpa masyarakat belum merupakan jaminan akan
memberi pencerahan kepada masyarakat, bahkan dalam beberapa kasus
justru membuat bingung masyarakat. Kondisi yang demikian tentu saja
memerlukan peran kehumasan yang handal khususnya dari instansi
pemerintah sehingga masyarakat memperoleh informasi yang seimbang.
Untuk memenuhi hak‐hak masyarakat akan kebutuhan informasi
dan mendukung transparansi akuntabilitas publik, sekaligus melaksanakan
publikasi kegiatan dan kebijakan pemerintah antara lain melalui website
www.jogjaprov.go.id. Selama tahun 2010 berita yang berhasil diupload
sebanyak 698 buah, dan jumlah pengunjung yang mengakses website
sebanyak 219.308 orang. Kunjungan terbanyak terjadi pada bulan
November 2010 sebanyak 84.140 orang, ketika informasi dan proses
pendaftaran CPNS dimuat dalam website.
Dalam menyampaikan informasi agar cepat terinformasikan kepada
publik, kepada reporter www.pemda‐diy.go.id. digariskan bahwa sebagai
media online, maka “berita hari ini, harus tayang hari ini”.
Selanjutnya, untuk mewujudkan pemerintah yang peka dan
responsif terhadap tuntutan dan aspirasi masyarakat serta memberi
peluang terjadinya sinergi komunikasi dua arah antara pemerintah dan
masyarakat dilaksanakan kegiatan dialog interaktif di televisi, iklan layanan
masyarakat, siaran nasional citra Jogja melalui RRI, sarasehan radio. Sejak
tahun 2009 bekerja sama dengan Jogja TV, menayangkan acara Citra Jogja
sebagai upaya melestarikan budaya lokal. Kemitraan dengan pers sangat
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 111
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
penting untuk mendukung publikasi kebijakan dan kegiatan pemerintah.
Kemitraan dilakukan melalui pers tour dan jumpa pers.
Sebagai upaya mendukung sosialisasi kebijakan pemerintah daerah
dan hasil‐hasil yang telah dicapai maupun program‐program yang sudah
dilaksanakan telah didistribusikan Buletin Siaran Pemerintah Daerah Edisi
Bulanan dan Edisi Khusus.
Tabel 4.56
Rekapitulasi Program/Kegiatan Biro Umum di Provinsi DIY, 2008‐2012
Jumlah Jumlah Keuangan Fisik
Tahun
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%) (%)
2008 6 45 26.175.842.850 23.544.002.603 89,95 98,56
2009 10 45 24.928.847.310 21.014.362.695 84,30 99,93
2010 7 45 26.175.842.850 23.544.002.603 89,95 98,56
2011 7 43 19.161.729.345 17.409.110.924 90,85 100,00
2012* 8 46 18,026,222,305 8,204,947,421 45,52 61,58
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: Biro Umum Humas dan Protokol Setda Provinsi DIY
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 8
program dengan jumlah kegiatan sebanyak 46 kegiatan, Sampai dengan
Bulan Juli 2012, capaian fisik rata‐rata sebesar 61,58% dengan capaian
realisasi Keuangan sebesar 45,52%,
Program yang dilaksanakan selama tahun 2008–2010 adalah sebagai
berikut:
1. Program pelayanan administrasi perkantoran,
2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur,
3. Program peningkatan disiplin aparatur,
4. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur,
5. Program peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/wakil kepala
daerah.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1, Pengelolaan informasi yang berkembang di media masa sebagai
dampak dari persaingan antar media dan kebebasan media yang masih
perlu diimbangi dengan SDM media yang berkualitas, Media elektronik,
yaitu televisi masih terjebak pada pemberitaan yang cenderung
bombastis, tanpa memperhitungkan dampak psikologis masyarakat
misalnya dalam pemberitaan tentang bencana erupsi Merapi,
2, Frekuensi pelayanan tamu–tamu pemerintah daerah yang sangat tinggi
dengan jadwal yang sulit diprediksi,
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 112
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Solusi
1, Untuk mengatasi permasalahan dalam pengelolaan informasi yang
berkembang di media massa adalah sebagai berikut:
a, Meningkatkan pemantauan dan koordinasi dengan media,
b, Memberikan informasi tentang isu–isu yang berkembang untuk
keseimbangan dan akurasi informasi,
c, Meningkatkan distribusi informasi melalui media cetak dan media
elektronik,
2, Solusi dalam pelayanan tamu–tamu pemerintah daerah yang sangat
tinggi dengan jadwal yang sulit diprediksi adalah sebagai berikut:
a, Mencermati tren kegiatan–kegiatan kunjungan ke Provinsi DIY
untuk meningkatkan antisipasi dan ketepatan pelayanan,
b, Meningkatkan koordinasi dengan pihak–pihak terkait,
20.2.6 Sekretariat DPRD
Lembaga perwakilan rakyat, sebagai salah satu simpul utama
penyelenggaraan pemerintahan, menjadi katup terdepan dalam
mewujudkan pemerintahan yang responsif, Agar lembaga perwakilan
rakyat dapat berperan secara optimal harus didukung dengan fungsi
penyelenggaraan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan,
dukungan pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD dan penyediaan tenaga ahli
yang diperlukan, Program yang dilaksanakan tahun 2008–2012,
Tabel 4.57
Rekapitulasi Program/Kegiatan Sekretariat DPRD di Provinsi DIY,
2008‐2012
Jumlah Jumlah Keuangan Fisik
Tahun
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%) (%)
2008 6 47 26,154,414,200 18,624,057,802 71,21 93,00
2009 6 41 23,973,464,698 17,092,179,038 71,30 89,39
2010 6 46 32,110,662,900 23,634,504,693 73,60 92,98
2011 6 45 38,653,457,115 27,723,090,445 71,72 90,37
2012* 6 53 42,107,767,300 15,567,854,733 36,97 42,08
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012
Sumber: Sekretariat DPRD Provinsi 2012
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 6 program
dengan jumlah kegiatan sebanyak 53 kegiatan, Sampai dengan Bulan
Agustus 2012, capaian fisik rata‐rata sebesar 42,08% dengan capaian
realisasi Keuangan sebesar 36,97%,
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 113
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
Sekretariat DPRD Provinsi DIY sebagai lembaga pendukung pelaksanaan
tugas dan fungsi DPRD, sarana dan prasarana yang ada di Sekretariat DPRD
Provinsi DIY saat ini belum memadai untuk pelayanan kepada Anggota
DPRD Provinsi DIY, Sekretariat DPRD Provinsi DIY maupun kepada
masyarakat umumnya.
Solusi
Pembenahan manajemen Sekretariat DPRD DIY, peningkatan kapasitas
aparatur, serta perbaikan fasilitas sarana prasarana gedung Sekretariat
DPRD DIY untuk mendukung kelancaran tugas dan peningkatan kinerja
DPRD Provinsi DIY.
20.3 Administrasi Keuangan Daerah
Pengelolaan keuangan daerah harus dilaksanakan secara transparan mulai
dari proses perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan anggaran, Selain
itu akuntabilitas dalam pertanggungjawaban publik dalam arti bahwa
proses perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan anggaran dapat
dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, Dengan
demikian diharapkan akan dihasilkan pengelolaan keuangan daerah yang
benar‐benar mencerminkan kepentingan dan pengharapan masyarakat
secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab,
Dalam hal pengelolaan keuangan daerah, seperti yang tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sesuai dengan
misi ketiga yaitu: Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tata kelola
pemerintahan yang berbasis “Good Governance” dan juga melaksanakan
prioritas ketiga yaitu: Peningkatan profesionalisme tata kelola
pemerintahan melalui reformasi birokrasi dan tata kelola, Pemerintah
Provinsi DIY, bertekad menjadi yang “Terbaik dalam Pengelolaan Keuangan
dan Aset pada Tahun 2013 di Indonesia”, Untuk mewujudkan pengelolaan
keuangan yang baik tidak dapat dipisahkan dari fungsi pembinaan
administrasi keuangan daerah,
Dalam pengelolaan keuangan daerah, ditetapkan dengan peraturan
perundangan baik berupa Peraturan Daerah maupun Peraturan Gubernur,
Untuk tahun 2011 dan tahun 2012 disusun 5 Peraturan Daerah dan 5
Peraturan Gubernur tentang APBD sedangkan kebijakan pengelolaan
keuangan daerah untuk tahun 2011 disusun 4 Peraturan Daerah dan 7
Peraturan Gubernur sedangkan tahun 2012 akan disusun 12 Peraturan
Gubernur.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 114
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Tabel 4.58
Perda dan Pergub tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 2009‐2012
Pengelolaan Keuangan Kebijakan Pengelolaan
Tahun Peraturan Peraturan Peraturan
Peraturan Daerah
Daerah Gubernur Gubernur
2009 4 4 ‐ 2
2010 5 5 1 9
2011 5 5 4 7
2012 5 5 0 9
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
Pada tahun anggaran 2008, telah dilaksanakan sensus barang milik
daerah ke IV yang merupakan suatu langkah untuk memperbaiki kinerja
pengelolaan barang melalui inventarisasi barang secara terstruktur yang
dicatat menggunakan piranti lunak dengan Sistem Informasi Manajemen
Aset Tetap (SIM_AT), Sensus BMD ke IV mempunyai arti penting bagi
penyusunan Neraca Aset Tetap yang selama ini dinilai oleh Badan
Pemeriksa Keuangan kurang bisa diyakini kebenarannya karena tidak
adanya data pendukung yang meyakinkan, Terkait dengan hal ini pada
tahun 2008 telah dilakukan upaya perbaikan kinerja pengeloaan BMD baik
dari sisi teknis pengelolaan barang maupun dari peningkatan kompetensi
SDM pengelolanya, melalui penyelenggaraan sensus BMD secara serentak,
terstruktur dan dalam kesatuan format yang bisa diintegrasikan dalam satu
kesatuan sistem aplikasi diatas, Dalam sensus ini untuk semua jenis barang
diteliti/dicermati kembali karena sebagian ada yang belum dimasukkan
dalam daftar inventaris barang (khususnya tanah‐tanah untuk infrastruktur
jalan) dan sebagian lagi ada yang salah jumlahnya atau salah dalam
menulis harga dan akan dilaksanakan lagi Sensus Barang Milik Daerah
direncanakan di tahun anggaran 2013,
Pengelolaan Barang Daerah mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, Untuk memenuhi
ketentuan Peraturan Gubernur Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kebijakan
Akuntansi, dalam rangka tertib administrasi pengelolaan barang milik
daerah dan untuk memperoleh data barang daerah yang benar, akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan serta dalam rangka meningkatkan
pengelolaan barang milik daerah Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dan mempertahankan opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian),
Maka dalam tahun 2011 Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
telah melaksanakan tertib administrasi pengelolaan barang; meningkatkan
daya guna dan hasil guna; memperoleh data barang milik daerah yang
benar, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan serta memberikan
kepastian hukum dan kepastian nilai, Adapun dalam rangka tertib
adminstrasi Barang Milik Daerah, pada tahun 2011 Pemerintah Provinsi
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 115
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan inventarisasi Aset khusunya
Aset Tetap terhadap 34 (tiga puluh empat) SKPD di lingkungan Pemerintah
Provinsi DIY.
Tabel 4.59
Rekapitulasi Pelaksanaan Program/Kegiatan DPPKA, 2008‐2012
Jumlah Jumlah Keuangan
Tahun Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%)
2008 6 58 12,586,850,360 10,901,970,220 86,66 99,25
2009 8 66 15,305,041,228 12,106,452,797 79,10 98,95
2010 9 73 37,360,091,596 25,487,814,933 68,22 99,77
2011 12 69 14,918,524,365 12,619,557,739 84,59 99,58
2012* 11 77 15,578,438,665 6,404,832,229 41,11 57,62
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 | Sumber: DPPKA Provinsi DIY
Tabel 4.60
Rekapitulasi Program/Kegiatan KPPD Kota DIY, 2008‐2012
Jumlah Jumlah Keuangan Fisik
Tahun
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%) (%)
2008 4 23 1,566,711,510 1,479,203,458 94,41 100,00
2009 5 22 1,726,051,840 1,592,569,474 92,27 99,95
2010 4 24 2,436,090,840 2,252,829,558 95,21 100,00
2011 4 23 6,071,012,500 5,617,403,618 92,53 100,00
2012* 4 24 4,501,108,500 2,157,886,908 47,94 57,38
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
Tabel 4.61
Rekapitulasi Program/Kegiatan KPPD Bantul, 2008‐2012
Jumlah Jumlah Keuangan
Tahun Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%)
2008 4 23 2,110,822,200 1,849,674,166 93,27 100,00
2009 4 25 2,527,552,750 2,092,521,568 82,79 100,00
2010 4 24 2,411,755,200 2,027,414,929 93,27 100,00
2011 4 23 2,873,951,500 2,419,829,450 84,20 100,00
2012* 4 24 2,234,797,900 1,142,080,001 51,70 62,40
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
Tabel 4.62
Rekapitulasi Program/Kegiatan KPPD Kulon Progo, 2008‐2012
Jumlah Jumlah Keuangan
Tahun Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%)
2008 4 20 869,569,450 748,135,357 86,93 99,95
2009 6 29 1,088,713,220 839,277,508 77,08 97,76
2010 4 23 1,477,241,300 1,216,688,705 82,36 100,00
2011 4 22 5,647,089,000 4,745,763,803 84,04 100,00
2012* 4 23 1,522,358,000 846,464,920 55,60 62,68
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012 | Sumber: DPPKA Provinsi DIY
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 116
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Tabel 4.63
Rekapitulasi Program/Kegiatan KPPD Gunungkidul, 2008‐2012
Jumlah Jumlah Keuangan
Tahun Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%)
2008 4 21 1,390,883,500 1,262,512,220 87,65 98,64
2009 5 19 1,037,010,800 881,630,031 85,01 100,00
2010 4 22 1,027,681,860 864,102,748 84,08 100,00
2011 4 21 1,248,233,100 1,090,546,877 87,37 100,00
2012* 4 23 5,203,029,200 1,866,292,078 35,87 54,27
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
Tabel 4.64
Rekapitulasi Program/Kegiatan KPPD Sleman, 2008‐2012
Jumlah Jumlah Keuangan
Tahun Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%)
2008 4 23 5,441,401,300 5,089,480,205 93,53 100,00
2009 6 27 4,751,454,050 4,004,133,289 84,27 99,93
2010 4 24 9,690,576,100 7,925,287,911 81,78 100,00
2011 4 23 3,758,441,500 2,766,386,041 73,60 100,00
2012* 4 23 3,729,548,180 1,891,169,680 50,71 59,29
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: DPPKA Provinsi DIY
Program yang dilaksanakan 2008–2012 :
1. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan
Daerah;
2. Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan
Kabupaten/Kota;
3. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal Pengendalian
Kebijakan Kepala Daerah;
4. Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi;
5. Program Penataan Peraturan Perundang–Undangan;
6. Program Peningkatan kapasitas Keuangan Pemerintah Daerah;
7. Program Pengembangan Investasi da Aset Daerah;
8. Program Pengembangan dan pembinaan Badan Usaha Milik Daerah
dan Lembaga Keuangan Mikro.
Catatan pelaksanaan kegiatan:
1. Kegiatan Peningkatan Status Hak Atas Tanah, masih ada 6 bidang
tanah dari target 25 bidang tanah masih dalam proses
penyelesaian:
- 3 bidang tanah s,d proses permohonan hak di Kanwil BPN
- 1 bidang tanah s,d permohonan hak di BPN Pusat
- 1 bidang tanah s,d menunggu proses penerbitan sertifikat
- 1 bidang tanah s,d menunggu surat ukur di kantor
Pertanahan Kota Yogyakarta
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 117
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Penyelesaian pensertifikatan tanah tengah dilaksanakan di tahun
anggaran 2012
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 118
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Solusi
1. Peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak dengan sistem
online, pelayanan dengan bus samsat keliling, partisipasi pada
kegiatan‐kegiatan yang diadakan di kabupaten/kota (perayaan
pasar malam sekaten, hari jadi kabupaten), pelayanan drive thru,
pelayan di outlet BPD dan perlindungan masyarakat. Peningkatan
pajak daerah selain melalui peningkatan kualitas pelayanan juga
dilakukan upaya sebagai berikut:
- Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang
pendapatan daerah dengan pemerintah pusat,
kabupaten/kota, POLRI, dan instansi penghasil;
- Kegiatan pembebanan BBN‐KB II dan pembebasan sanksi
administrasi berupa denda dan bunga;
- Peningkatan kemampuan aparatur pajak daerah dan
retribusi daerah melalui kegiatan bimbingan teknis pajak
dan retribusi daerah;
- Forum komunikasi antara Pemerintah Provinsi DIY dengan
para pengusaha dalam upaya peningkatan sumbangan pihak
ketiga;
- Perubahan Perda Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pajak
daerah jo, Perda Nomor 2 Tahun 2007.
2. Optimalisasi /pemanfaatan aset pemerintah daerah sebagai
sumber PAD.
3. Fasilitasi dana perimbangan dan koordinasi dengan Kementrian
Keuangan Republik Indonesia, Cq: Dirjen Perimbangan Keuangan,
Kanwil Direktorat Jendral Pajak, Kanwil Direktorat Jendral
Perbendaharaan, pemerintah kabupaten/kota, bank persepsi, bank
operasional III dan kas daerah,
4. Kegiatan pembebanan BBN‐KB II dan pembebasan sanksi
administrasi berupa denda dan bunga,
5. Diadakan koordinasi oleh bidang pendapatan untuk semua SKPD
yang mempunyai pendapatan dan rekonsiliasi setiap bulan
sehingga kendala /masalah dilapangan bisa terus dicari solusi dan
segera ditindaklanjuti,
6. Diadakan sosialisasi dan pendampingan dalam pengelolaan
keuangan daerah sesuai dengan sisdur yang ada,
7. Diadakan pendampingan dalam pelaksanaan migrasi SIMA ke
Aplikasi SIPKD untuk semua pengelola barang di SKPD,
8. Dalam pembahasan DPA sekaligus untuk pembahasan penyusunan
anggaran kas sesuai kebutuhan dan jadwal kegiatan sehingga
mudah merealisasikan kegiatan ,
9. Meningkatkan pemahaman Sumber Daya Manusia (SDM) untuk
aplikasi SIPKD melalui bintek dan pendampingan,
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 119
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
10. Terkait untuk saling menghibahkan aset tanah dendan Kementerian
Pertanian, Pemerintah Provinsi DIY terlebih dahulu menunggu
proses penghapusan aset tanah milik Kementerian Pertanian,
Sedangkan upaya saling menghibahkan dengan kementerian PU,
Pemerintah provinsi DIY menunggu surat jawaban dari Kementerian
PU atas surat permohonan Gubernur DIY Nomor 451/2071, tanggal
21 Juni 2012.
20.4 Kepegawaian
Pegawai sebagai aset dan unsur utama dalam organisasi memegang
peranan yang sangat menentukan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Semua unsur sumber daya organisasi tidak akan berfungsi tanpa ditangani
oleh manusia yang merupakan penggerak utama jalannya organisasi.
Tanpa didukung dengan kinerja yang baik atau tinggi dari aparatur, suatu
organisasi akan mengalami kesulitan dalam proses pencapaian tujuannya.
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan upaya peningkatan
profesionalisme pegawai.
Peningkatan profesionalisme pegawai dimaksudkan untuk mewujudkan
sumber daya aparatur yang handal dan berkompeten di bidang tugasnya.
Pegawai dengan kompetensi tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi
pula. Profesionalisme PNS dibentuk sejak perekrutan pegawai,
penempatan hingga tataran selanjutnya dalam karir jabatan. Perekrutan
PNS diawali dengan penyusunan formasi sesuai persyaratan jabatan dan
seleksi sesuai kriteria yang ditetapkan. Penempatan pegawai sesuai dengan
kompetensinya akan diperoleh penempatan pegawai pada jabatan yang
tepat (right man on the right job). Pola karier bagi PNS akan memandu
karir PNS sejak CPNS hingga pensiun. Peningkatan kapasitas sumber daya
aparatur dilaksanakan dengan mengirim PNS dalam tugas belajar,
pendidikan formal mandiri dengan ijin belajar maupun pendidikan
pelatihan teknis, fungsional dan kepemimpinan. Selain itu dilakukan
bimbingan teknis atau kegiatan sejenis lain bagi PNS.
Dalam rangka meningkatkan disiplin PNS sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, dikembangkan sistem reward and
punishment. Disiplin PNS ditegakkan antara lain dengan penggunaan mesin
presensi elektronik bagi seluruh PNS di lingkungan Pemerintah Provinsi
DIY. Kedisiplinan PNS digunakan sebagai salah satu indikator kinerja PNS
dan selanjutnya diberikan reward bagi PNS sesuai dengan kinerjanya.
Penilaian kinerja PNS juga mempertimbangkan kinerja instansi dan kinerja
individu PNS. Formulasi penilaian kinerja PNS akan dikembangkan dari
tahun ke tahun. Reward juga diberikan dalam bentuk pemberian
penghargaan tali asih bagi PNS dan PTT yang memasuki masa purna tugas.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 120
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Punishment diterapkan bagi PNS dengan penegakan peraturan perundang‐
undangan bagi PNS.
Kesejahteraan pegawai diwujudkan dengan pemberian tambahan
penghasilan, general check up, bantuan perawatan serta bantuan uji
kesehatan. Tambahan penghasilan bagi PNS diberikan di tahun 2008
sampai dengan 2012. Pemberian tambahan penghasilan sejak tahun 2011
diberikan dengan mekanisme penilaian kinerja yang diatur dalam
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Mekanisme ini
diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan PNS Provinsi DIY serta
memacu kinerja pegawai dan kinerja SKPD.
Capaian kinerja bidang kepegawaian selama kurun waktu 2008
sampai 2012 sebagai berikut:
Tabel 4.65
Indikator dan Capaian Kinerja Bidang Kepegawaian, 2008‐2012
Capaian Tahun
No Indikator
2008 2009 2010 2011 2012*
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Tabel 4.66
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Kepegawaian di Provinsi DIY,
2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 10 58 7.470.035.600 6.484.263.987 86,80 98,28
2009 9 58 8.456.934.801 7.301.366.390 86,24 118,43
2010 10 63 7.772.539.000 6.865.212.529 88,33 99,61
2011 10 61 6.076.109.325 5.075.249.789 83,53 99.77
2012* 10 65 10.693.227.565 2,722,971,473 25.46 69,07
Catatan: *)Posisi Juli 2012
Sumber: BKD Provinsi DIY
Jumlah program kegiatan yang dilaksanakan tahun 2012 sebanyak
10 program dengan 65 kegiatan. Sampai dengan bulan Juli 2012, capaian
fisik rata‐rata sebesar 69,07% dengan capaian realisasi keuangan sebesar
25,46%. Kegiatan yang telah selesai sampai Bulan Agustus 2012 sebanyak
11 kegiatan yaitu: Pengadaan pakaian dinas, Pengadaan mebeler,
Pengadaan perlengkapan gedung kantor, pemeliharaan Arsip Inaktif dan
Arsip Statis, Pemeliharaan mesin presensi elektronik, Bimbingan Teknis
Implementasi Peraturan Perundang‐undangan, Penyusunan laporan kinerja
SKPD, Penyelenggaraan Ujian Dinas, Tes Psikologi, Pengembangan SDM
Pengelola Pengukuran dan Assessor, Sosialisasi Balai PKP.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Pengembangan sistem aplikasi presensi online Pemerintah Provinsi DIY.
Pemanfaatan sistem aplikasi belum optimal serta masih terjadi
ketidaksesuaian hasil penarikan data dengan report‐nya.
2. Pemberian bantuan tugas belajar dan ikatan dinas. Besaran tagihan
biaya pendidikan berubah‐ubah; waktu studi mahasiswa lebih
cepat/lebih lambat dari rencana.
3. Pemberian penghargaan bagi PNS berprestasi. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, pemberian tali asih dan sejenisnya
tidak diperbolehkan.
4. Pemulangan pegawai yang pensiun. Penyelesaian keputusan pensiun
golongan IV/c ke atas menjadi kewenangan Presiden. Sehingga
memerlukan waktu penyelesaian yang lebih lama.
5. Pembangunan database informasi kearsipan. Penataan arsip
kepegawaian kurang optimal karena lokasi penyimpanan arsip dengan
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 123
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
lokasi kantor berbeda, kondisi ruang penyimpanan arsip kurang
memadai.
Solusi
1. Penambahan menu aplikasi, akurasi rekam data pegawai dan
pemberian pelatihan bagi Penyiap Fasilitasi Pengembangan Kinerja
Pegawai.
2. Koordinasi lebih intensif dengan lembaga terkait dan melakukan
monitoring terhadap mahasiswa tugas belajar.
3. Melaksanakan kegiatan sesuai peraturan perundangan yang berlaku
dan menyelesaikan target kinerja tahun 2012.
4. Berkas usulan pensiun golongan IV/c ke atas disampaikan pada awal
tahun agar dapat selesai tepat waktu.
5. Relokasi tempat penyimpanan arsip kepegawaian, realisasi
pembangunan gedung yang memenuhi standar penyimpanan arsip.
Sampai tahun anggaran 2012 ini telah tersedia Detail Engineering
Design (DED) pembangunan gedung arsip kepegawaian.
Pengembangan SDM tidak dapat dipisahkan dari peran pendidikan
dan pelatihan. Melalui pendidikan dan pelatihan diharapkan menjadi daya
ungkit (leverage) yang paling kuat dalam mewujudkan sosok pegawai
negeri sipil yang kompeten dan profesional, yang dicapai melalui upaya
inovasi dan pengembangan dalam program, kurikulum, metode, serta
sarana dan prasarana diklat.
Pendidikan dan pelatihan bagi pegawai, sampai saat ini dinilai
sebagai upaya organisasi yang memiliki pengaruh signifikan dalam
peningkatan kompetensi pegawai. Pendidikan dan pelatihan bagi pegawai
merupakan proses pembelajaran yang dirancang dan dilakukan secara
sistematis serta berkesinambungan untuk meningkatkan kompetensi
peserta agar mereka mampu melaksanakan tugas‐tugas pekerjaannya
secara profesional. Dengan meningkatnya kompetensi yang dimiliki para
peserta, maka kinerja individu mereka sekembalinya ke tempat kerja
diharapkan akan meningkat, dan pada akhirnya berpengaruh pada kinerja
organisasi secara keseluruhan.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 124
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Tabel 4.67
Data Peserta Diklat Tahun 2008–2012 Badan Diklat Provinsi DIY
TAHUN
No NAMA DIKLAT
2008 2009 2010 2011 2012
A. Teknis Fungsional
1. Diklat Transformasi Birokrasi 36 40 40 ‐ 38
2. Diklat MoT ‐ ‐ ‐ 35 ‐
3. Diklat ToT ‐ ‐ ‐ 33 ‐
4. Diklat Manajemen Legal Drafting 24 34
5. Diklat Penatausahaan Keuangan 87 37 34 72 ‐
Daerah
6. Diklat Perencanaan dan 55 30 ‐
Penganggaran
7. Diklat Administrasi Perkantoran ‐ 30 ‐
8. Diklat Pranata Komputer 43 48 49 50 50
9. Diklat Manajemen Pelayanan Prima 28 27 ‐
10. Diklat Manajemen Strategik 29 ‐
11. Diklat Manajemen Aset Daerah 30 ‐ ‐
12. Diklat Keprotokolan ‐ 30 31
13. Diklat Analisis Kebijakan Publik ‐ 25
14. Diklat Pengadaan Barang dan Jasa ‐ 30 57 172 90
15. Diklat Administrasi Kepegawaian 30 30 34
16. Diklat Manajemen Bencana 25 30 33
17. Diklat Manajemen Pemerintahan 27
18. Diklat Pengelolaan Kearsipan ‐ 29 33
Berbasis TI
19. Diklat Pengelolaan Barang Daerah ‐ ‐ 34
20. Diklat Penyusunan APBD ‐ ‐ 34
21. Diklat Analisis Jabatan ‐ ‐ 35
22. Diklat Training Officer Course ‐ ‐ 35
23. Diklat Analisis Kebutuhan Diklat ‐ ‐ 35
24. Diklat Akuntansi dan Pelaporan ‐ ‐ 34
Keuangan SKPD
25. Diklat Penilaian Aset Daerah ‐ ‐ ‐ 40 ‐
26. Diklat Perencanaan Daerah ‐ ‐ ‐ ‐ 28
27. Diklat Tata Naskah Dinas ‐ ‐ 35
28. Diklat Satpol PP ‐ ‐ ‐ ‐ 30
29. Diklat Bendahara Daerah ‐ ‐ ‐ 40 30
30. Diklat Kehumasan ‐ ‐ ‐ ‐ 30
31. Diklat SPIP ‐ ‐ ‐ ‐ 78
32. Workshop Pengembangan ‐ ‐ 60 31 28
Kreatifitas Berbasis Seni
Jumlah Peserta Diklat Teknis Fungsional 358 442 647 473 402
B. Diklat Prajabatan
1. Diklat Prajabatan Gol III 46 911 878 390 ‐
2. Diklat Prajabatan Golongan II – I 811 1740 1200 358 30
Jumlah Peserta Diklat Prajabatan 857 2651 2078 748 30
C. Diklat Kepemimpinan
1. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV ‐ 149 353 360 200
2. Diklat Kepemimpinan Tingkat III ‐ 187 353 358 160
Jumlah Peserta Diklat Kepemimpinan ‐ 336 706 718 360
JUMLAH TOTAL PESERTA DIKLAT 1215 3429 3431 1939 792
Sumber: Badan Diklat Provinsi DIY
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 125
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Tabel 4.68
Rekapitulasi Program/Kegiatan Badan Pendidikan dan Pelatihan
di Provinsi DIY,
2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 5 28 4.210.431.195 3.627.171.677 86,15 100,00
2009 5 28 14.264.116.790 12.662.163.529 88,77 99,36
2010 8 36 16.443.786.300 14.883.799.237 90,51 96,60
2011 8 35 16.007.278.480 12.526.649.297 78,26 95,97
2012* 8 55 11.598.664.870 4.369.755.194 37,67 43,94
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: Badan Diklat Provinsi DIY
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 8 program
dengan jumlah kegiatan sebanyak 55 kegiatan. Sampai dengan Bulan Juli
2012, capaian fisik rata‐rata sebesar 43,94% dengan capaian realisasi
Keuangan sebesar 37,67%.
Program yang dilaksanakan selama 2008–2012 adalah sebagai berikut:
1. Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah.
2. Program Penelitian dan Pengembangan
3. Program Pendidikan Kedinasan.
4. program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
5. Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Implementasi Diklat Satu Pintu belum optimal.
2. Belum maksimalnya pemanfaatan alumni diklat baik alumni diklat
struktural maupun diklat teknis dan diklat fungsional.
3. Sarana dan prasarana penyelenggaraan diklat masih terbatas.
4. Keterbatasan SDM diklat terutama WI baik ditinjau dari segi kuantitas
maupun kualitas
5. Belum optimalnya Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) sehingga diklat‐
diklat (teknis fungsional) yang dilaksanakan belum sepenuhnya sesuai
kebutuhan.
6. Penyelenggaran diklat melalui pola fasilitasi/kemitraan dengan daerah
lain belum optimal.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 126
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Solusi
1. Meningkatkan koordinasi dengan SKPD dilingkungan Pemeritah
Provinsi DIY untuk mengimplementasikan Diklat Satu Pintu.
2. Meningkatkan koordinasi dengan SKPD dilingkungan Pemeritah
Provinsi DIY sehingga alumni diklat dapat diberdayakan secara
maksimal.
3. Secara bertahap dan berkesinambungan melakukan pembenahan
dengan fokus pada sarana prasarana penunjang diklat.
4. Untuk mengatasi keterbatasan widyaiswara diupayakan ada
peningkatan baik kualitas maupun kuantitas sumber daya manusia
khususnya Widyaiswara dan melakukan, perbaikan sistem untuk
mewujudkan lembaga diklat yang berkualitas, modern, berkinerja
tinggi dan menjadikan Bandiklat DIY sebagai Pusat Unggulan (Centre of
Excellence)
5. Optimalisasi kordinasi dengan BKD tentang penyusunan Analisis
Kebutuhan Diklat (AKD)
6. Memberikan pelayanan prima dan optimalisasi promosi kediklatan
keluar daerah dalam upaya rekruitmen peserta. Serta peningkatkan
koordinasi kemitraan dengan kabupaten/kota se DIY dalam hal
pengendalian mutu penyelenggaraan diklat.
20.5 Persandian
Pelaksanaan Sistem Sandi Negara (Sisdina) pada tahun 2012 sudah
tergelar Jaring Komunikasi Sandi (JKS) antar pemerintah provinsi se
Indonesia dan Pemerintah, sedangkan Sisdina di lingkungan Pemerintah
Provinsi DIY tergelar antara Unit Teknis Persandian (UTP) dengan UTP di
kabupaten/kota se DIY serta UTP Jajaran persandian Muspida yang
meliputi:
1. Jajaran Pemerintah Daerah Provinsi se Indonesia
2. Jajaran Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota se‐DIY;
3. Jajaran TNI meliputi TNI‐AD, TNI‐AL, TNI‐AU, dan AAU;
4. Jajaran POLDA;
5. Jajaran Kejaksaan Tinggi.
Untuk mewadahi personil sandi di Provinsi DIY dan Jawa Tengah,
telah dibentuk Forum Komunikasi Sandi (Forkomsanda Jateng DIY), khusus
Forkomsanda DIY secara rutin melaksanakan pertemuan setiap 3 bulan
sekali untuk membahas segala permasalahan persandian yang ada,
sedangkan untuk tempat pelaksanaan dilaksanakan secara bergiliran.
Namun disayangkan, pelaksanaan operasional persandian pada
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 127
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Pemerintah Provinsi DIY sebagai sarana pengamanan informasi belum
dimanfaatkan secara optimal di lingkungan Pemerintah Provinsi DIY.
Tabel 4.69
Jumlah Berita Rahasia Masuk dan Keluar di Provinsi DIY, 2008‐2012
Jumlah Berita Rahasia
No. Tahun
Keluar Masuk
1. 2008 20 34
2. 2009 24 40
3. 2010 26 78
4. 2011 13 27
5. 2012 * 21 30
Catatan: *) Posisi s/d Agustus 2012
Sumber: Biro Umum Humas dan Protokol Setda Provinsi DIY
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Rendahnya Pemanfaatan Persandian
Persandian sebagai sarana pengamanan informasi belum dimanfaatkan
secara optimal di lingkungan Pemerintah Provinsi DIY. Hal ini
disebabkan karena masih kurangnya sosialisasi tentang pentingnya
menjaga informasi rahasia di kalangan pejabat Pemerintah Provinsi DIY;
2. Keterbatasan SDM
Pada proses regenerasi SDM terdapat hambatan kekurangan personil
yang membidangi persandian;
3. Belum terealisirnya Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2008 tentang
Tunjangan Pengamanan Persandian secara keseluruhan.
Solusi :
1. Perlunya payung hukum yang mewajibkan disetiap SKPD untuk
menggunakan sarana persandian sebagai sarana mengirim berita/
informasi rahasia/ terbatas dan menyelenggarakan sosialisasi bagi
pejabat/ user;
2. Untuk mengatasi keterbatasan personil yang bersedia untuk mengikuti
diklat sandi akan mengirim personil baru/ PNS yang baru saja diangkat
berbasis Teknologi Informatika.
3. Mengupayakan Tunjangan Pengamanan Persandian bagi seluruh
petugas sandi sesuai Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2008 tentang
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 128
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Tunjangan Pengamanan Persandian. Saat ini baru terealisir 1 (satu)
orang sandiman dan 1 (satu) orang pendukung sandi.
21 URUSAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
Penyelenggaraan urusan pemberdayaan masyarakat desa dilatarbelakangi
oleh kesadaran untuk mewujudkan paradigma pemberdayaan dalam
pembangunan. Hal ini didasari akan pentingnya pemberdayaan masyarakat
sebagai salah satu pilar otonomi. Pemberdayaan juga merupakan bagian
dari paradigma pembangunan yang berfokus pada seluruh aspek prinsipil
manusia di lingkungannya. Aspek‐aspek ini meliputi aspek intelektual,
material, fisik hingga aspek manajerial.
Indikator dan Capaian Kinerja
Tabel 4.70
Indikator Urusan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2008 ‐ 2012
Tahun
No Indikator Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
1. Peningkatan Kualitas lembaga Persen 11,9 13,50 11,26 26,14 ‐
kemasyarakatan desa / kelurahan
2. Peningkatan jumlah partisipasi Persen 11,17 21,20 8,18 30,97 ‐
masyarakat dalam pembangunan desa
3. Jumlah usaha ekonomi masyarakat Kelomp ‐ 33 33 39 ‐
perdesaan ok
Sumber: BPPM Provinsi DIY
Pelaksanaan Program dan Kegiatan dari tahun 2008 – 2012
Program‐program tersebut adalah sebagai berikut:
1. Program Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 130
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
2. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan.
3. Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Membangun Desa.
4. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan.
5. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa.
6. Program Peningkatan Prasarana/Sarana dan Penataan Administrasi
Pemerintahan Desa.
7. Program Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat.
8. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa.
Rekapitulasi pelaksanaan program dan kegiatan urusan
pemberdayaan masyarakat selama kurun waktu 2008‐2012 sebagaimana
tercantum pada tabel berikut:
Tabel 4.71
Rekapitulasi Program Kegiatan Urusan Pemberdayaan Masyarakat Tahun
2008‐2012
Keuangan
No Tahun Jumlah Program Jumlah Kegiatan Fisik (%)
Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%)
1 2008 1 1 781.499.000 717.823.740 91,85 100,00
Catatan: *) Posisi s/d Agustus 2012
Sumber: BPPM Provinsi DIY
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 131
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
Pelaksanaan urusan pemberdayaan masyarakat dan desa pada
perjalanannya harus diakui masih menemui beberapa permasalahan.
Beberapa permasalahan yang dihadapi pada akhir pelaksanaan
program/kegiatan tahun 2010 diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Beban kerja usaha Pemberdayaan Masyarakat (PM) pada PP 38
tahun 2007 terdiri dari urusan pemberdayaan masyarakat dan
pemerintahan desa.
2. Banyaknya kegiatan yang harus dikoordinasikan sebab
Kemendagri adalah perwakilan pemerintahan daerah yang berada
dipusat, sementara urusan Pemberdayaan Masyarakat di daerah
adalah perwakilan pemerintahan pusat di daerah.
3. Kekurangan personil baik kualitas maupun kuantitas.
4. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki staf untuk
pembinaan UMKM terutama kelompok masyarakat yang bersifat
simpan pinjam.
Solusi
Beberapa upaya telah dilakukan pemerintah guna mengatasi persoalan‐
persoalan di atas, upaya‐upaya tersebut diharapkan dapat mengatasi
permasalahan yang dihadapi. Usaha‐usaha yang telah dilakukan tersebut
antara lain adalah sebagai berikut;
1. Struktur organisasi segera disesuaikan dengan PP yang ada.
2. Urusan pemberdayaan masyarakat sudah ditangani sehingga
seluruh permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan
mengadakan rapat koordinasi baik dengan sesama SKPD maupun
dengan kabupaten/kota. Limpahan ketugasan pusat yang selama
ini dijalani, dapat diatasi dengan penggunaan dana dekonsentrasi
Kementerian Dalam Negeri.
3. Kekurangan personil baik kualitas maupun kuantitas dapat
diselesaikan dengan meminta tambahan personil dan
mengikutkan personil dalam diklat/kursus.
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan studi
banding dan penelitian.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 132
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
22 URUSAN SOSIAL
Permasalahan sosial sangat beragam dan membutuhkan penanganan yang
komprehensif dari berbagai pihak mulai dari tingkat Pusat, Provinsi sampai
dengan Kabupaten/Kota serta unsur masyarakat baik dalam bentuk
lembaga maupun perseorangan. Pemerintah Provinsi DIY berkomitmen
untuk menjadi leading sector bagi penanganan permasalahan sosial di
tingkat Provinsi. Sasaran dari bidang sosial adalah Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS), yaitu seseorang, keluarga atau kelompok
masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak
dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi
kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara mewadai
dan wajar.
Berdasarkan Permensos RI nomor 8 tahun 2012 tentang Pedoman
Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial, maka PMKS
dikelompokkan dalam 26 jenis termasuk Komunitas Adat Terpencil (KAT)
yang tidak ada di Provinsi DIY. Dengan demikian PMKS di Provinsi DIY
dibagi ke dalam 25 jenis PMKS yang kesemuanya perlu mendapatkan
perhatian dari Pemerintah Provinsi dan masyarakat luas secara umum.
Selain PMKS, urusan sosial juga bertanggungjawab atas berkembangnya
(pemberdayaan) Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), yaitu
perorangan, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat yang dapat
berperan serta untuk menjaga, menciptakan, mendukung, dan
memperkuat penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Mengacu pada
Permensos RI nomor 8 tahun 2012, maka PSKS terdiri dari 12 jenis PSKS.
PMKS dan PSKS tertuang dalam Indikator Kinerja Utama Gubernur
(IKU Gubernur) urusan sosial. Berikut adalah capaian penanganan PMKS
oleh Pemerintah Provinsi DIY selama tahun 2008‐2012.
Tabel 4.72
Capaian Indikator Urusan Sosial Tahun 2008‐2012
Tahun
No. Indikator Satuan
2008 2009 2010 2011 2012*
Prosentase cakupan penanganan
1 % 6,60 3,08 1,98 2,46 3,35
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Prosentase cakupan peningkatan kapasitas
2 % 100 48,21 49,01 100 100
Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial
Catatan: *)merupakan proyeksi
Sumber: Dinas Sosial Provinsi DIY
Cakupan penanganan PMKS pada tahun 2008 adalah 6,60% yang
diperoleh dari capaian APBD sebesar 1,53% dan capaian APBN sebesar
5,07%. Sedangkan Cakupan Penanganan PMKS pada tahun 2009 yaitu
1,23% untuk capaian APBD dan capaian APBN 1,85%, sehingga total
capaiannya adalah 3,08%. Target 5% dalam RPJMD tidak tercapai karena
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 133
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
anggaran yang turun untuk penanganan PMKS hanya mampu mencakup
3,08% dari total PMKS yang ada. Sementara itu pada tahun 2010, cakupan
penanganan PMKS menggunakan dana APBN adalah 1,46% sedangkan
APBD mencapai 0,52%, sehingga capaian PMKS hanya 1,99% dari total
capaian yang direncanakan sebesar 5%. Pada Tahun 2011 cakupan
penanganan PMKS adalah 2,46%, yang diperoleh dari dana APBN sebesar
1,59% dan dana APBD 0,87%. Terdapat kenaikan capaian target kinerja
0,47% dari capaian tahun 2010, tetapi kenaikan tersebut belum dapat
mencapai target yang diharapkan dalam RPJMD. Proyeksi untuk tahun
2012, capaian penanganan PMKS adalah 3,35%, dicapai dari dana APBN
1,53% dan dana APBD 1,81%.
Capaian kinerja dalam peningkatan kapasitas bagi PSKS, pada tahun
2008 sebesar 100% dari target yang direncanakan tahun 2009 sebesar
48,21% tahun 2010 sebesar 49,01%, tahun 2011 sebesar 100% dan tahun
2012 diproyeksikan tercapai 100% dari target yang direncanakan. Capaian
tersebut diperoleh baik melalui dana APBN maupun APBD.
Pemerintah Provinsi DIY sejak tahun 2008‐2012 telah melaksanakan
serangkaian program dan kegiatan guna mengatasi persoalan munculnya
PMKS di wilayah DIY maupun untuk meningkatkan kapasitas PSKS di
Provinsi DIY. Program tersebut dilaksanakan oleh Dinas Sosial beserta
UPTD yang bertanggung jawab dalam pelayanan (penanganan PMKS)
dalam panti. Berikut ini adalah program‐program pokok yang telah
dilaksanakan sejak tahun 2008‐2012.
1) Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya.
2) Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial.
3) Pembinaan Anak Terlantar.
4) Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma.
5) Pembinaan Panti Asuhan/Panti Jompo.
6) Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (eks narapidana, psk,
narkoba, dan penyakit sosial lainnya)
7) Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial.
8) Program Pembinaan Pelestarian Nilai‐nilai Kepahlawanan, Keperintisan,
dan Kesetiakawanan Sosial (K3S).
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 134
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Secara umum perkembangan pelaksanaan program/kegiatan tersebut
dapat terlihat dari ringkasan pelaksanaan program kegiatan berikut ini:
Tabel 4.73
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Sosial di Provinsi DIY, 2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
%
2008 8 32 10.591.612.975,00 10.156.813.961,00 96,27 100,00
2009 12 50 22.148.694.500,00 20.641.680.304,00 96,82 99,66
2010 12 53 18.263.167.615,00 17.614.497.585,00 96,45 99,52
2011 12 94 22.848.244.108,00 21.097.021.003,00 92,34 98,55
2012*) 12 109 20.695.058.190,00 10.918.567.409,00 52,76 59,46
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012
Sumber: Dinas Sosial Provinsi DIY
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial bagi penyandang
masalah kesejahteraan sosial, Pemerintah provinsi DIY melalui Dinas Sosial
telah melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan sosial mereka. Dalam hal
penanganan kemiskinan, Dinas Sosial telah melakukan pemberdayaan
terhadap keluarga miskin melalui kegiatan kelompok usaha bersama
(KUBE) dan usaha ekonomis produktif (USEP) serta memberikan
peningkatan kemampuan warga miskin untuk dapat mengakses
permodalan atau pengembangan kegiatan usahanya melalui lembaga
keuangan mikro (LKM) KUBE. Berikut ini adalah sebagian gambaran
tentang kegiatan‐kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Provinsi DIY
dalam menangani dan meningkatkan keberfungsian sosial PMKS.
Pada tahun 2012, dilaksanakan 8 program dan 75 kegiatan. Sampai
dengan Agustus 2012 realisasi keuangan mencapai 53,95% dan realisasi
fisiknya 64,98%.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
Pelaksanaan program kegiatan sebagaimana disajikan pada bagian
sebelumnya, dalam perkembangannya masih menghadapi beberapa
permasalahan sebagai berikut.
1. Program Pengentasan kemiskinan melalui Pola Konsentrasi masih
belum dapat dilaksanakan secara Optimal karena dukungan dari SKPD
lain yang terkait dalam pengentasan kemikinan maupun dukungan
dari Kabupaten/Kota masih belum dapat dikoordinasikan secara baik.
2. Pendampingan PMKS belum dilakukan secara berkesinambungan dan
belum optimal, sedangkan penanganan PMKS harus dilakukan
pendampingan yang berkelanjutan.
3. Data monitoring dan evaluasi hasil penanganan program dan
kegiatan yang dilakukan, belum terpetakan tingkat perkembangan,
keberhasilan atau kegagalannya.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 135
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
4. Keberadaan UPTD belum dikembangkan secara optimal untuk
memberikan pelayanan kepada klien maupun masyarakat yang
membutuhkan pelayanan Kesejahteraan Sosial.
Solusi
Namun demikian, berbagai usaha telah dilakukan sebagai upaya untuk
menemukan solusi terhadap persoalan‐persoalan tersebut.
1. SKPD yang terkait dalam program pengentasan kemiskinan perlu lebih
dioptimalkan untuk mendukung penanganan kemiskinan melalui pola
konsentrasi. Bapppeda Provinsi diharapkan mampu menjadi
koordinator dalam program tersebut, mengingat program
pengentasan kemiskinan melibatkan berbagai SKPD maupun sektor
lain yang mendukung terhadap penurunan angka kemiskinan di
Provinsi DIY.
2. Mengoptimalkan peran pendamping sosial melalui pembekalan dan
pelatihan yang disesuaikan dengan kharakteristik binaannya.
Disamping itu, perlu memperkuat peran aplikatif pendamping sosial
sebagai peneliti dan evaluator melalui serangkaian kegiatan
pendidikan dan pelatihan penelitihan yang terprogram dan
berkelanjutan untuk meningkatkan dedikasi pendamping sosial serta
meningkatkan kesejahteraan pendamping.
3. Perlu disusun instrumen monev yang dapat menggambarkan indikator
perkembangan, keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan kegiatan
penanganan PMKS serta Perlu Pembuatan data perkembangan
penanganan PMKS.
4. Mengembangkan Model pelayanan di UPTD sehingga dapat
melaksanakan pelayanan yang lebih luas dan beragam bagi klien di
UPTD maupun masyarakat yang membutuhkan pelayanan
kesejahteraan sosial.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 136
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
23 URUSAN KEBUDAYAAN
Visi DIY sesuai dengan RPJPD 2005‐2025 (Perda No. 2 Tahun 2009) adalah
“Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan,
Budaya, dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Asia Tenggara dalam
lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri, dan Sejahtera”.
Upaya yang ditempuh oleh Pemerintah Provinsi DIY sebagai pusat Budaya
terkemuka di Asia Tenggara adalah mewujudkan:
- Museum‐museum berstandar internasional;
- Kelompok kesenian yang maju, mandiri, mempunyai jaringan
internasional;
- Cagar budaya yang lestari dan berdaya guna;
- Peristiwa budaya bertaraf internasional;
- Desa budaya yang maju dan mandiri serta mampu menjadi benteng
ketahanan budaya;
- Dokumen dan karya seni klasik serta tradisi yang lestari, mampu
memberikan arah kehidupan masyarakat karena kandungan nilai‐
nilai budi pekerti luhur yang ada di dalamnya;
- Gedung seni budaya yang representatif dimana masyarakat bisa
mengapresiasi seni budaya serta penghormatan dan pemanfaatan
sejarah lokal DIY oleh seluruh masyarakat dalam pembangunan
yang bersifat fisik ataupun non fisik.
Pembangunan kebudayaan di Provinsi DIY tidak hanya bertujuan
untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan untuk mencapai
standar tertentu namun, juga untuk memanfaatkan budaya yang
merupakan salah satu kekayaan Provinsi DIY dalam bidang ekonomi.
Kekayaan budaya DIY merupakan potensi ekonomi kreatif yang apabila
dikelola dengan baik dapat menciptakan lapangan kerja, pertumbuhan
ekonomi serta mengentaskan kemiskinan. Gelombang ekonomi
keempat (fourth wave economic) yang kini tengah memasuki peradaban
dunia di mana kesejahteraan manusia tidak lagi ditopang oleh sektor
pertanian ataupun manufaktur, tetapi lebih ditopang dari karya kreativitas,
keahlian, dan bakat individu yang berakar dari karya budaya”. Keunggulan
kompetitif Yogyakarta dalam bidang kebudayaan menjadi komponen
unggulan bagi pembangunan ekonomi DIY.
Selain mempunyai potensi ”ekonomi” kebudayaan juga mempunyai
daya tangkal terhadap budaya asing yang diakses oleh masyarakat DIY,
kemajuan teknologi yang berakibat berkembangnya teknologi informasi
seperti yang pernah disampaikan Alvin Tofler dalam the third wave‐nya
membuat dunia yang boderless sehingga masyarakat mempunyai
kemudahan dalam mengakses berbagai informasi melalui berbagai sarana
dari berbagai budaya. Membuat masyarakat langsung berhadapan dengan
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 137
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
informasi tersebut sehingga hal ini akan mempengaruhi ketahanan budaya
masyarakat di DIY. Informasi yang mengalir deras kepada masyarakat
memiliki content positif dan negatif, hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan
sejauh masyarakat mampu memilih sisi positif dari budaya‐budaya baru
yang mereka terima serta tetap mempertahankan budaya yang ada.
Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan dalam urusan
kebudayaan pada kurun waktu tahun 2008‐2012 dapat dicermati dari tolak
ukur indiaktor Kinerja yang telah diraih sebagaimana berikut:
Tabel 4.74
Indikator Urusan kebudayaan Tahun 2008‐2012
Capaian
No. Indikator Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah kunjungan museum Orang 320.000 360.000 575.000 623.500 1.375.000
1. Program pengembangan nilai budaya;
2. Program pengelolaan kekayaan budaya;
3. Program pengelolaan keragaman budaya;
4. Program pengembangan kerjasama pengelolaan
kekayaan budaya;
5. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Kebudayaan.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 138
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Tim DIY tampil dalam Parade Nusantara di TMII
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 140
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Pada tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak satu
program dengan jumlah kegiatan sebanyak 2 kegiatan. Sampai dengan
bulan Juni 2012, capaian fisik rata‐rata sebesar 41,85% dengan capaian
keuangan sebesar 33,74%. Hal ini disebabkan karena sesuai aliran kas
bahwa target fisik s/d bulan Juni 2012 sebesar 41,85% sedangkan target
keuangan s/d bulan Juni 2012 sebesar 40,52%.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
Beberapa persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaan urusan statistik
adalah sebagai berikut:
1. Urusan statistik masih memiliki persoalan terkait dengan validitas
data. Karena ditangani secara bersama antara BPS, SKPD di daerah
dan instansi serta lembaga terkait lainnya, sering terjadi perbedaan
angka atau data. Hal ini berakibat timbulnya kesulitan dalam
pertanggungjawaban produk data.
2. Data statistik yang bersifat dinamis menyebabkan penentuan data
akhir masih sulit dilakukan secara cepat, tepat dan akurat.
3. Munculnya berbagai versi data statistik yang diakibatkan oleh
tuntutan peraturan perundang‐undangan yang sering tumpang tindih
antara peraturan perundang‐undangan yang satu dengan yang lain,
yang mengakibatkan kesulitan bagi dinas, instansi, lembaga terkait
penanggungjawab data dalam penyediaannya.
Solusi
Untuk mengatasi persoalan tersebut, beberapa solusi telah dilakukan di
antaranya sebagai berikut;
1. Mengingat banyaknya instansi yang berfungsi sebagai penyedia data di
daerah, maka perlu dilaksanakan koordinasi yang intensif dan
berkesinambungan antar berbagai pemangku TUPOKSI penyedia data,
sehingga terjadi komunikasi yang efektif dalam rangka peningkatan
ketepatan, kecepatan dan keakuratan penyediaan data statistik.
2. Dibutuhkan adanya ketegasan dalam pembagian proporsi tanggung
jawab masing‐masing instansi penyedian data agar tidak terjadi
duplikasi data, atau sebaliknya ketiadaan data yang diakibatkan oleh
tidak adanya instansi pengampu penyediaan data tertentu.
3. Pemahaman peraturan perundang‐undangan tentang data dan statistik
baik peraturan perundang‐undangan dari tingkat pusat maupun
daerah, untuk menghindari tumpang tindih dalam hal penyajian data
serta untuk memudahkan pemahaman, pembangunan dan penyediaan
data oleh para pemangku penyedia data dan statistik.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 141
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
25 URUSAN KEARSIPAN
Di bidang kearsipan, Pemerintah Provinsi DIY mengembangkan sistem
kearsipan dalam kaitannya dengan penerapan teknologi informasi atau
otomasi kearsipan. Tindak lanjut dari penerapan teknologi informasi
adalah dengan penyediaan khasanah arsip dalam bentuk digital yang dapat
diakses masyarakat secara online. Sedangkan dari sisi pegawai dilakukan
kajian tentang resiko kerja bagi PNS yang berhubungan langsung dengan
arsip dimana hasil kajian ini dapat dipakai oleh seluruh SKPD di Provinsi DIY
dalam usaha mencegah dampak resiko yang dapat terjadi.
Untuk lebih terarah dalam penyusunan kegiatan kearsipan, telah
disusun grand design kearsipan yang memberikan panduan tahap demi
tahap kegiatan apa saja yang berskala prioritas untuk dilaksanakan setiap
tahun dari tahun 2010–2025. Indikator kinerja untuk urusan kearsipan
beserta target dan pencapaian pada tahun 2012 adalah sebagai berikut.
Tabel 4.77
Kinerja Urusan Kearsipan di Provinsi DIY, 2008‐2012
Capaian Tahun
No Indikator Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
1 Ketersediaan Peraturan
Berkas 26 28 29 31 36
Perundang‐undangan Kearsipan
2 Ratio Jumlah SKPD terhadap
Rasio ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
Arsiparis
Sumber: BPAD Provinsi DIY
Pelaksanaan urusan kearsipan di Provinsi DIY dilakukan hal‐hal sebagai
berikut:
1) Pemerintah Provinsi DIY mengembangkan sistem kearsipan dalam
kaitannya dengan penerapan teknologi informasi dan otomasi
kearsipan. Tindak lanjut dari penerapan teknologi informasi adalah
dengan penyediaan khasanah arsip dalam bentuk digital yang dapat
diakses masyarakat secara online.
2) Dalam rangka mencegah dampak resiko bagi tenaga pengelola arsip
telah dilakukan kajian tentang resiko kerja bagi PNS yang
berhubungan langsung dengan arsip dimana hasil kajian ini dapat
dipakai oleh seluruh SOPD di Provinsi DIY.
3) Dalam rangka penyusunan kegiatan kearsipan, telah disusun grand
design kearsipan yang memberikan panduan tahap demi tahap
kegiatan yang berskala prioritas untuk dilaksanakan setiap tahun
dari tahun 2010 – 2025.
4) Layanan kepada masyarakat dilengkapi dengan inventaris khasanah
arsip yang bersifat tematik seperti khasanah tentang Kraton
Yogyakarta dan Puro Pakualaman yang diolah dan dilayankan dalam
bentuk layanan bersama antara Pemerintah Provinsi DIY dengan
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 142
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Kraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman. Disamping itu juga
disediakan koleksi khasanah arsip yang sudah dialih mediakan
dalam bentuk digital, dialih aksarakan dalam tulisan latin, dan
dialihbahasakan dalam bahasa Indonesia yang bertujuan semakin
memudahkan pengunjung dan pemerhati arsip.
5) Adanya jaringan kearsipan dengan lembaga kearsipan dari seluruh
Indonesia yang ditunjang melalui Arsip Nasional Republik Indonesia
(ANRI) adalah dalam bentuk daftar pertelaan arsip bersama yang
bersifat online yang dapat diakses masyarakat melalui internet.
6) Dalam rangka penanggulangan bencana gempa dan Gunung
Merapi, Pemerintah Provinsi DIY memberikan layanan
penyelamatan arsip kepada pemerintah desa maupun masyarakat
dengan mengalokasikan 1 (satu) unit mobil Masyarakat Sadar Arsip
(Masdarsip) di lokasi pengungsian setiap hari dengan kegiatan
berupa penyelamatan arsip pasca bencana.
7) Tingkat pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) rata‐rata
pelaksanaan program/kegiatan urusan kearsipan dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2012 adalah 100%, artinya seluruh
program/kegiatan selesai dilaksanakan.
Tabel 4.78
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Kearsipan di Provinsi DIY,
2008‐2012
Keuangan
Jumlah
Tahun Persentase Fisik (%)
Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp)
Capaian (%)
2008 24 1.787.566.000 1.667.742.556 93.29 100
2009 24 1.143.604.800 1.070.871.534 93.64 100
2010 27 1.515.140.000 1.408.171.116 92.94 100
2011 20 1.204.304.650 1.114.945.334 92,58 100
2012 20 1.350.559.765 1.057.993.675 78,33 80
Sumber: BPAD Provinsi DIY
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1) Belum tersedianya gedung depo untuk penyimpanan arsip
dinamis dan arsip statis. Saat ini penyimpanan arsip dilakukan di
Ruang Hall (terbuka) yang akibatnya memperpendek umur
arsip.
2) Jumlah tenaga fungsional Arsiparis yang tersedia hanya 15 (lima
belas) orang, artinya dengan Peraturan Gubernur No. 68 Tahun
2008 bahwa formasi yang ditentukan sebanyak 20 (dua puluh)
orang.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 143
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Solusi
1) Dilakukan perbaikan dan penyesuaian ruang terbuka tersebut
untuk lebih tertutup dengan memberikan sekat‐sekat dan
penyesuaian suhu ruangan dengan penambahan AC. Sebagian
arsip yang ada dititipkan di gedung Transito (Dinas Nakertrans
Provinsi DIY) di jalan HOS Cokroaminoto Yogyakarta.
2) Untuk menutupi kekurangan tenaga Arsiparis dengan
memanfaatkan tenaga teknis yang mendapat bimtek dan
pendampingan penangan arsip ada di masing‐masing bidang
dan perlu menambah jumlah arsiparis.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 144
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
26 URUSAN PERPUSTAKAAN
Urusan perpustakaan memiliki kedudukan yang sangat strategis di Provinsi
DIY khususnya terkait dengan keberadaan DIY sebagai kota pelajar. Usaha
untuk memperbaiki kualitas layanan perpusatakaan senantiasa dilakukan
dengan berbagai cara. Untuk lebih meningkatkan layanan perpustakaan
pada masyarakat, pada tahun 2010 dilakukan sertifikasi layanan
perpustakaan dengan melakukan perbaikan baik dari sisi fisik, fungsi,
maupun administrasi dengan bukti diperolehnya sertifikat ISO 9001:2008.
Tindak lanjut dari diperolehnya ISO 9001:2008 adalah adanya
survei kepuasan pengunjung terhadap layanan perpustakaan dimana hasil
dari survei adalah terdapat peningkatan kepuasan pengunjung terhadap
layanan perpustakan sebelum dan sesudah diperolehnya ISO 9001:2008
sebesar 71%. Berikut ini adalah gambaran kinerja urusan perpustakaan dari
tahun 2008‐2012.
Tabel 4.79
Kinerja Urusan Perpustakaan di Provinsi DIY, 2008‐2012
Capaian Tahun
No Indikator Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah Perpustakaan
Unit 10 15 20 21 26
Berbasis TI
2 Ratio Jumlah
pepustakaan terhadap Rasio 1 : 4000 1 : 3500 1 : 3000 1 : 2750 1 : 2500
jumlah penduduk
3 Ratio jumlah
pemustaka terhadap Rasio 1 : 2000 1 : 1600 1 : 1400 1 : 1200 1 : 1000
jumlah penduduk
4 Jumlah anggota
Jaringan Jogja Library Institusi 13 19 21 21 28
5 Ketersediaan Jogja
Study Centre
Unit 1 2 2 2 2
(Rumah Belajar
Modern)
6 Ketersediaan Gedung
Unit ‐ ‐ ‐ 1 1
Induk Perpustakaan
Sumber: BPAD Provinsi DIY
Pelaksanaan urusan perpustakaan di Provinsi DIY dijelaskan sebagai
berikut:
1) Perpustakaan hanya akan berarti bila koleksi yang dimilikinya dapat
dimanfaatkan dengan baik, untuk itu penyelenggaraan
perpustakaan harus diupayakan agar masyarakat tertarik untuk
berkunjung ke perpustakaan. Upaya yang dilakukan Pemerintah
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 145
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Provinsi DIY untuk mensukseskan hal tersebut adalah dengan
melakukan penambahan koleksi, baik untuk digunakan dan
dilayankan melalui perpustakaan menetap maupun dilayankan
dengan lebih mendekatkan kepada masyarakat melalui
perpustakaan keliling, bahkan juga dilayankan dengan melakukan
bantuan penambahan koleksi pada perpustakaan desa, puskesmas,
RSUD, maupun perpustakaan masyarakat termasuk pemanfaatan
TIK.
2) Untuk lebih meningkatkan layanan perpustakaan pada masyarakat,
pada tahun 2010 dan 2011 dilakukan sertifikasi layanan
perpustakaan dengan melakukan perbaikan baik dari sisi fisik,
fungsi, maupun administrasi dengan bukti diperolehnya sertifikat
ISO 9001:2008.
3) Tindak lanjut dari diperolehnya ISO 9001:2008 adalah adanya
survey kepuasan pengunjung terhadap layanan perpustakaan
dimana hasil dari survey adalah terdapat peningkatan kepuasan
pengunjung terhadap layanan perpustakan sebelum dan sesudah
diperolehnya ISO 9001:2008 sebesar 71%.
4) Layanan kepada masyarakat diyakini juga akan semakin baik
dengan dilaksanakannya pembangunan gedung perpustakaan
terpadu di kompleks Jogja Expo Centre (JEC) yang dimulai tahun
2011 direncanakan akan selesai pada tahun 2012 ini, mengacu pada
DED dan pembangunan gedung tahap pertama pada tahun 2011.
5) Layanan kepada masyarakat juga dilengkapi dengan koleksi yang
bersifat tematik seperti pustaka tentang kebudayaan Jepang yang
dikumpulkan dan dilayanankan dalam bentuk Kyoto Corner.
Disamping itu juga disediakan koleksi buku‐buku kuno yang sudah
dialih mediakan dalam bentuk digital, dialih aksarakan dalam
tulisan latin, dan dialihbahasakan dalam bahasa Indonesia yang
bertujuan memberi kepuasan layanan perpustakaan.
6) Untuk lebih meratakan layanan perpustakaan kepada masyarakat
telah dilakukan layanan paket buku melalui kerjasama Pemerintah
Provinsi DIY dengan lembaga terkait yaitu dengan cara
meminjamkan sejumlah buku kepada institusi yang membutuhkan.
7) Pembangunan jaringan perpustakaan dengan perguruan tinggi yang
ada di Provinsi DIY dalam program JLA berupa katalog online yang
dapat diakses masyarakat melalui internet pada alamat www.
Jogjalib.jogjakarta.go.id.
8) Dalam rangka penanggulangan bencana, Pemerintah Provinsi DIY
memberikan layanan trauma healing kepada pengungsi ketika
terjadi bencana gunung merapi dengan mengalokasikan 2 (dua)
unit perpustakaan keliling di lokasi pengungsian setiap hari dengan
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 146
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
kegiatan berupa story telling dan penyediaan koleksi yang bersifat
menghibur.
9) Tingkat pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) rata‐rata
pelaksanaan program/kegiatan urusan perpustakaan Provinsi DIY
dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 adalah 100%, artinya
seluruh program/kegiatan selesai dilaksanakan.
Tabel 4.80
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Perpustakaan di Provinsi DIY,
2008‐2012
Keuangan
Jumlah
Tahun Persentase Fisik (%)
Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp)
Capaian (%)
2008 8 1.059.257.000 991.358.626 93,59 100
2009 8 2.309.999.994 2.130.512.994 92,23 100
2010 22 2.815.700.000 2.612.688.030 92,79 100
2011 21 12.513.427.325 10.406.454.126 83,16 100
2012*) 22 59.646.225.270 12.621.141.267 21,16 22,74
Catatan: *) Posisi s/d Juli 2012
Sumber: BPAD Provinsi DIY
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1) Belum tersedianya gedung layanan yang representatif. Saat ini
gedung yang digunakan untuk layanan kurang nyaman,
disamping itu daya tampung dan ketahanan gedung/bangunan
akibat gempa menjadikan pelayanan kurang memuaskan.
2) Jumlah tenaga fungsional Pustakawan 16 (enam belas) orang
belum sesuai dengan Peraturan Gubernur No. 68 Tahun 2008
bahwa formasi Pustakawan sebanyak 25 (dua puluh lima) orang.
Solusi
1) Pembangunan Gedung Perpustakaan terpadu di Kompleks Jogja
Expo Centre (JEC) sudah mulai dilaksanakan pada tahun 2011
dan direncanakan selesai pada tahun 2012.
2) Kekurangan tenaga Pustakawan diatur dengan memanfaatkan
tenaga teknis yang ada di masing‐masing bidang dan perlu
tambahan formasi kebutuhan tenaga fungsional pustakawan.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 147
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
B URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN
1 URUSAN PARIWISATA
Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan Provinsi DIY. Terdapat
beraneka ragam potensi wisata di Provinsi DIY yang dapat diandalkan
seperti wisata alam, wisata budaya, wisata minat khusus, wisata kuliner
dan lainnya. Selama ini perkembangan sektor pariwisata telah memberikan
dampak yang positif bagi perekonomian Provinsi DIY baik dalam PAD,
penciptaan lapangan kerja, peningkatan produksi dan pendapatan
masyarakat yang pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Provinsi DIY.
Potensi daya tarik wisata (DTW) di Provinsi DIY tersebar di seluruh
Kabupaten/kota dalam berbagai jenis. Sampai saat ini, daya tarik wisata
yang menjadi andalan Provinsi DIY berdasarkan sebaran di kabupaten/kota
meliputi 43 DTW di Kota Yogyakarta, 43 DTW di Kabupaten Sleman, 40
DTW di Kabupaten Bantul, 17 DTW di Kabupaten Kulon Progo dan di
Kabupaten Gunungkidul terdapat 23 DTW.
Sarana pendukung pariwisata Provinsi DIY yang terdapat di Kota
Yogyakarta sebanyak 161 Biro Perjalanan Wisata (BPW) dan 424 rumah
makan/restoran/cafe, di Kabupaten Sleman terdapat 145 BPW dan 246
rumah/restoran/cafe makan. Di Kabupaten Bantul 11 BPW dan 13 rumah
makan/restoran; di Kabupaten Kulon Progo terdapat 4 BPW dan 18 rumah
makan/restoran dan di Kabupaten Gunungkidul terdapat 3 BPW dan 51
rumah makan/restoran. Ketersediaan transportasi umum antar kota dan
antar daya tarik wisata di berbagai wilayah Provinsi DIY kuantitasnya untuk
tahun 2011 cukup memadai dan terus ditingkatkan kualitas sarana maupun
pelayanannya. Jumlah Obyek Wisata dan Sarana Pendukung Pariwisata
lainnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.81
Jumlah Obyek Wisata di Provinsi DIY
Kab. Kab. Kab. Gunung Kab. Kota
Ket Total
Sleman Bantul Kidul Kulonprogo Yogyakarta
Obyek Wisata 43 40 23 17 43 166
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 2011
Tabel 4.82
Sarana Pendukung Pariwisata
Kab. Kab. Kab. Gunung Kab. Kota
Jenis Usaha Total
Sleman Bantul Kidul Kulonprogo Yogyakarta
Biro Perjalanan
145 11 3 4 161 324
Wisata (BPW)
Rumah Makan/
246 13 51 18 424 752
Restoran/Cafe
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 2011
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 148
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Adapun capaian kinerja Bidang Pariwisata Provinsi DIY
berdasarkan Indikator Kinerja tahun 2008 s/d Juni 2012 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.83
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Pariwisata
Capaian Tahun
NO INDIKATOR SATUAN
Catatan: *)Posisi s/d Juni 2012
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 2012
Salah satu indikator bagi perkembangan pariwisata adalah jumlah
kunjungan wisatawan ke Provinsi DIY. Dari tahun 2008‐2011 cenderung
mengalami peningkatan. Jumlah total wisatawan pada tahun 2009
sebanyak 1.426.057 orang, mengalami kenaikan sebesar 9,90% dari tahun
2008. Sementara itu, pada tahun 2010 jumlah wisatawan sebanyak
1.456.880 orang atau naik sebesar 2,16% dari tahun 2009. Jumlah ini
walaupun mengalami kenaikan dibanding tahun 2009 tetapi tidak
mencapai target jumlah kunjungan wisatawan tahun 2010 sebanyak
1.554.555 orang. Hal ini disebabkan oleh bencana Erupsi Gunung Merapi
pada akhir tahun 2010 yang mengakhibatkan jumlah wisatawan yang
berkunjung ke Provinsi DIY pada Triwulan IV (Oktober – Desember)
mengalami penurunan yang signifikan dibanding periode yang sama di
tahun 2009. Hal ini berdampak pada penurunan lama tinggal wisatawan,
penyelenggaraan MICE, dan tingkat hunian hotel. Tahun 2011 jumlah
wisatawan sebanyak 1.607.694 orang atau meningkat 10,34% dari tahun
2010. Untuk tahun 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 berdasarkan data
BPS Provinsi DIY jumlah wisatawan tercatat sebanyak 1.444.003 orang.
Jumlah wisatawan nusantara (Wisnus) yang berkunjung ke Provinsi
DIY lebih dominan dibanding wisatawan mancanegara (Wisman), mencapai
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 149
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
90,85% dari total kunjungan wisatawan selama periode 2008‐Bulan Juni
2012.
Tabel 4.84
Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan ke DIY 2008– 2012
Wisatawan Pertumbuhan Wisatawan Pertumbuhan
Tahun
Mancanegara (%) Nusantara (%)
2008 128.660 24,65 1.156.097 14,90
2009 139.492 8,42 1.286.565 11,29
2010 152.843 9,57 1.304.137 1,36
2011 169.565 10,94 1.438.629 10,27
2012 69.952 ‐ 1.374.051 ‐
*
Catatan: *) Berdasarkan data BPS sampai dengan Juni 2012
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 2012
Gambar 4.3
Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara ke DIY,
2008‐ Juni 2012
Rata‐rata lama tinggal wisatawan di Provinsi DIY selama 2008‐2011
sebesar 1,88 hari dengan perincian tahun 2008 selama 1,82 hari tahun
2009 menjadi 2,05 hari dan menurun kembali pada tahun 2010 menjadi
1,78 hari akibat erupsi Gunung Merapi pada triwulan IV tahun 2010.
Tahun 2011 rata‐rata lama tinggal meningkat menjadi 1,82 hari. Sampai
dengan Bulan Juni 2012 rata‐rata lama tinggal wisatawan selama 1,71 hari.
Lama tinggal wisatawan mancanegara di Provinsi DIY lebih lama dibanding
dengan lama tinggal wisatawan nusantara. Tingginya lama tinggal
wisatawan mancanegara di Provinsi DIY karena mereka ingin lebih
mengenal dan menikmati keindahan obyek wisata dan daya tarik wisata di
Provinsi DIY terutama wisata budaya yang memang membutuhkan waktu
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 150
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
yang lebih lama untuk dieksplore. Banyak dari wisman yang sangat
antusias mempelajari bagaimana cara membuat batik, kerajinan perak dan
bahkan pembuatan keris.
Tabel 4.85
Rata‐rata Lama Tinggal Wisatawan di Provinsi DIY, 2008‐Juni 2012
Tahun
Hotel Melati 1,88 1,76 2,06 1,88 2,06 1,76 1,82 1,74 1,55 1,75
Hotel Bintang 1,91 1,70 2,24 1,91 2,24 1,70 2,02 1,70 1,83 1,73
Catatan: *) Posisi s/d Juni 2012
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 2012
Kecenderungan lama tinggal wisatawan di Provinsi DIY berdampak
positif terhadap tingkat hunian hotel, baik itu hotel berbintang maupun
hotel melati. Kenaikan rata‐rata lama tinggal wisatawan pada tahun 2009
diikuti dengan kenaikan tingkat hunian hotel, dari 42,69% pada tahun 2008
menjadi 55,25% pada tahun 2009. Tahun 2010 tingkat hunian kamar
menjadi 50,93% dan menurun lagi di tahun 2011 menjadi 45,33% akibat
erupsi Gunung Merapi. Sedangkan sampai dengan Juni 2012, tingkat
hunian kamar mencapai 45,28%. Diharapkan dengan liburan Idul Fitri
bulan Agustus dan libur akhir tahun 2012, tingkat hunian kamar Hotel akan
terus meningkat.
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 2012
Gambar 4.4
Tingkat Hunian Hotel di Provinsi DIY, 2008 ‐Juni 2010
Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan tidak hanya bertujuan
untuk melihat pesona/keindahan obyek wisata dan daya tarik wisata yang
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 151
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
ada, karena dengan semakin kondusifnya situasi dan kondisi Provinsi DIY
juga menjadi pilihan untuk penyelenggaraan meeting, incentive,
conferrence, and exhibition (MICE). Wisata MICE yang semakin
berkembang pada beberapa tahun terakhir ini juga menjadi salah satu
wisata yang memberikan kontribusi bagi PAD. Provinsi DIY memiliki potensi
Wisata MICE yang besar karena didukung oleh sarana dan prasarana serta
akomodasi yang memadai. Dari tahun ke tahun penyelenggaraan MICE di
Provinsi DIY terus meningkat, dan tidak hanya berasal dari Indonesia tetapi
juga dari mancanegara. Pada tahun 2008, penyelenggaraan MICE di
Provinsi DIY sebanyak 4.368 kali, tahun 2009 sebanyak 4.746 kali dan pada
tahun 2010 sebanyak 4.509 kali. Penyelenggaraan MICE pada tahun 2010
mengalami penurunan dibanding tahun 2009 sebagai dampak dari erupsi
Gunung Merapi, dari rata‐rata 13 kali dalam sehari (baik di hotel bintang,
hotel melati maupun gedung‐gedung pertemuan) menjadi 12 kali. Tahun
2011 penyelenggaraan MICE di Provinsi DIY meningkat signifikan menjadi
8.963 kali. Hal ini karena suasana di Provinsi DIY pasca erupsi yang makin
aman dan kondusif serta banyaknya penyelenggaraan MICE yang
mengambil tempat di Yogyakarta sebagai bagian dari recovery pasca
erupsi. Sampai dengan bulan Juni tahun 2012, penyelenggaraan MICE
menunjukan angka yang baik. Dari target 5.990 kali penyelenggaraan
sudah terealisasi sebanyak 4.550 kali. Angka ini diharapkan terus
meningkat seiring citra Provinsi DIY yang makin aman.
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 2012
Gambar 4.5
Penyelenggaraan MICE tahun 2009 – Juni 2012
Pemerintah Provinsi DIY berupaya untuk mengembangkan sektor
pariwisata di Provinsi DIY melalui program dan kegiatan yang dilaksanakan
setiap tahunnya. Selain itu, Pemerintah Provinsi DIY juga menjalin
kerjasama dengan pihak‐pihak terkait seperti pelaku pariwisata, akademisi,
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 152
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
masyarakat dan instansi terkait baik pusat maupun yang ada di daerah
dalam rangka pengembangan destinasi, pengembangan pemasaran dan
pengembangan kemitraan untuk mewujudkan sinergitas dan keterpaduan.
Pemerintah Provinsi DIY terus berupaya mendorong
pengembangan desa wisata/kampung wisata dengan meningkatkan
kualitas tampilan potensi (alam dan budaya). Pemberdayaan masyarakat
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan sadar wisata, sapta
pesona dan peran aktif untuk meningkatkan perekonomian melalui
desa/kampung wisata. Pengembangan desa/kampung wisata sangat
potensial bagi kemajuan ekonomi masyarakat karena dapat dirasakan
langsung kehadiran wisatawan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi
pedesaan.
Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan lama tinggal
wisatawan (LOS) ke Yogyakarta, diupayakan selalu menyelenggarakan
program/kegiatan yang dapat memperpanjang lama tinggal. Disamping itu
juga memfasilitasi penyelenggaraan event‐event kepariwisataan di
Kabupaten/Kota serta bekerjasama dengan stakeholder maupun
komunitas pariwisata lainnya. Tahun 2011 kegiatan tersebut antara lain
berupa pentas seni yang dilaksanakan sepanjang tahun dengan menempati
lokasi strategis seperti di Malioboro, stasiun Tugu, depan Puro
Pakualaman, Bandara Adi Sucipto dan tempat lainnya. Selain itu
diselenggarakan pula Jogja Fashion Week yang dilaksanakan selama satu
minggu. Kegiatan ini menampilkan beragam design batik yang dirancang
oleh perancang muda Yogyakarta.
Penyelenggaraan event‐event kepariwisataan yang dilaksanakan
bekerjasama dengan pihak lain tidak hanya berbasis budaya tetapi
berbagai jenis pertunjukan lainnya seperti Jogja Air Show, Lomba Panjat
Tebing, Jelajah Wisata Alam, Festival Perahu Naga dan penyelenggaraan
Festival Malioboro. Berbagai pentas budaya juga digelar secara periodik
dilaksanakan berkoordinasi dan kerjasama dengan Kabupaten/Kota, semua
ini dilakukan dalam rangka mewujudkan posisi Provinsi DIY sebagai
destinasi wisata terkemuka di Asia Tenggara. Promosi penyelenggaraan
wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition) bertaraf
nasional maupun internasional juga terus dilaksanakan sehingga
mempercepat meningkatnya kunjungan wisatawan ke Provinsi DIY.
Dalam pengembangan obyek wisata, bersama Kabupaten/Kota se‐
Provinsi DIY berupaya untuk membuka daya tarik wisata baru ataupun
mengembangkan daya tarik wisata yang telah ada, terutama sarana
prasarana pariwisata paska erupsi gunung api Merapi di kawasan
Cangkringan, Sleman. Selain itu juga memfasilitasi pelatihan‐pelatihan bagi
masyarakat sekitar daya tarik wisata tentang pengetahuan/kemampuan
pariwisata agar masyarakat siap menerima kunjungan wisatawan ke
daerahnya. Contoh pelaksanaan kegiatan ini adalah membantu
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 153
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
pengembangan daya tarik wisata Goa Kiskendo, Goa Pindul, Pantai Siung,
gunung Nglanggeran di Kabupaten Gunungkidul ataupun daya tarik wisata
lainnya di kabupaten‐kabupaten yang lain serta Kota Yogyakarta. Dengan
semakin berkembangnya berbagai daya tarik wisata yang ada dan
diversifikasi produk baru (seperti wisata air, wisata dirgantara, wisata
olahraga, wisata petualangan dsb) diharapkan tahun‐tahun mendatang
kunjungan wisatawan ke Provinsi DIY semakin meningkat.
Pemasaran destinasi pariwisata Provinsi DIY dilakukan baik di
dalam negeri maupun luar negeri. Strategi dan kiat‐kiat promosi yang
dilaksanakan disamping ikut berpartisipasi dalam event/exhibition tingkat
nasional maupun internasional juga kerjasama dengan swasta (dalam dan
luar negeri), Fam Trip agar Provinsi DIY dapat terpromosikan melalui media
cetak maupun road show/travel dialog dsb.
Terbatasnya anggaran promosi pariwisata Provinsi DIY terutama
ke luar negeri mengharuskan Pemerintah Provinsi DIY lebih jeli dalam
mencari dan mengutamakan pasar wisatawan potensial. Untuk kawasan
Asia lebih diutamakan ke Negara Jepang, China, Korea, Malaysia, Singapura
dan Thailand. Bagi Provinsi DIY negara‐negara Asia merupakan target pasar
wisatawan yang potensial terutama negara Malaysia dan Singapura karena
memiliki kedekatan geografis, adanya penerbangan langsung (direct flight),
kedekatan emosional, sejarah, budaya, geografis dan juga karena sesama
anggota ASEAN dan EATOF. Sedangkan untuk kawasan Eropa maupun
kawasan lainnya belum menjadi sasaran utama karena belum sepadannya
dampak kunjungan wisatawan ke Provinsi DIY dengan besarnya anggaran
promosi yang dikeluarkan, kecuali wisatawan dari negara Belanda, Jerman,
Perancis, Amerika Serikat dan Australia yang sudah memberikan kontribusi
besar dalam hal kunjungan wisatawan.
Kegiatan promosi juga dilakukan melalui media massa (elektronik
dan cetak), antara lain melalui situs web www.visitingjogja.com yang
semakin dikenal luas oleh calon wisatawan, baik wisatawan di dalam/di
luar negeri. Web ini merupakan salah satu web unggulan Provinsi DIY
dalam mendukung Jogja Cyber Province.
Peningkatan kualitas pelayanan di Bandara Adi Sucipto juga
menjadi salah satu prioritas dalam memberikan pelayanan kepada
wisatawan yang menggunakan jasa bandara dengan mengoptimalkan
Tourist Information Service (TIS). Dalam hal ini Pemerintah Provinsi DIY
bekerjasama dengan PT. Angkasa Pura I, sedangkan untuk pelayanan
informasi wisatawan di kawasan perkotaan tersedia TIS di stasiun KA Tugu
dan Tourist Information Centre (TIC) di Jalan Malioboro, maupun TIC
terpadu dengan sembilan Provinsi lainnya (Lampung, Banten, Jabar, DKI
Jakarta, Jateng, Jatim, Bali, NTB dan NTT) yang tergabung dalam Mitra
Praja Utama yang berlokasi di Kuta, Bali.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 154
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Walaupun terjadi bencana alam erupsi Gunungapi Merapi,
pariwisata Provinsi DIY mendapat penghargaan sebagai Provinsi Terbaik
dalam Pengembangan Pariwisata. Penghargaan diberikan dalam forum
Indonesia Tourism Award 2010 yang diselenggarakan oleh Majalah SWA
pada tanggal 2 Desember 2010. Dalam forum yang sama penghargaan juga
didapat oleh Kota Yogyakarta sebagai ”Kota Terfavorit” dan ”Kota dengan
Pelayanan Terbaik.
Penghargaan tersebut menambah daftar penghargaan yang telah
diterima Provinsi DIY di bidang pariwisata. Dalam forum Indonesia Tourism
Award 2009, Provinsi DIY menerima penghargaan sebagai ”Indonesia Best
Destination”, sedangkan dari Majalah Venue Provinsi DIY mendapat
penghargaan sebagai Daerah Tujuan Wisata MICE Terbaik 2009.
Berdasarkan penilaian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Provinsi DIY dipandang berhasil dalam hal pengembangan destinasi
pariwisata daerah sehingga memperoleh penghargaan sebagai ”Provinsi
dengan Pengembangan Destinasi terbaik di Indonesia” yang diberikan oleh
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada bulan Desember 2011.
Selama periode 2008‐2012 program pokok yang dilaksanakan
dalam rangka peningkatan dan pengembangan kepariwisataan di Provinsi
DIY adalah
1. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata.
2. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata.
3. Program Pengembangan Kemitraan.
Rekapitulasi pelaksanaan program dan kegiatan urusan pariwisata selama
kurun waktu 2008‐2012 sebagaimana tercantum pada tabel berikut.
Tabel 4.86
Rekapitulasi Pelaksanaan Program/Kegiatan Urusan Pariwisata di
Provinsi DIY,
2008‐2012
Jumlah Jumlah Keuangan Fisik
Tahun
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) % Capaian (%)
2008 7 29 4.197.973.400,00 4.006.888.074,00 94,98 100,00
2009 7 51 5.300.541.850,00 4.872.527.023,00 92,45 99,90
2010 7 49 5.336.283.216,00 5.041.974.461,00 95,45 99,20
2011 7 47 8.072.367.846,00 7.424.215.472,00 92,25 98,43
2012* 6 46 8.022.901.412,00 3.127.503.237,00 38,98 60,73
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi DIY 2012
Pada tahun 2012 jumlah program yang akan dilaksanakan sebanyak
6 program yaitu 3 program pokok dan 3 program penunjang dengan
jumlah kegiatan sebanyak 46 kegiatan. Sampai dengan bulan Agustus 2012,
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 155
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
capaian fisik rata‐rata sebesar 60,73% dengan capaian realisasi keuangan
sebesar 38,98%.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
Beberapa permasalahan kepariwisataan Provinsi DIY antara lain:
1. Masih rendahnya aksesibilitas wisatawan mancanegara ke Provinsi
DIY.
2. Belum optimalnya koordinasi antar pelaku pariwisata di Provinsi DIY
maupun luar Provinsi DIY.
3. Belum optimalnya keterlibatan masyarakat di sekitar daerah tujuan
wisata.
4. Masih rendahnya Sadar Wisata dan Sapta Pesona di kalangan pelaku
pariwisata dan masyarakat.
5. Belum optimalnya dukungan antar sektor dalam
pembangunan/pengembangan kepariwisataan Provinsi DIY.
Solusi
Dari berbagai permasalahan kepariwisataan di Provinsi DIY tersebut diatas,
telah dilaksanakan langkah‐langkah sebagai berikut:
1. Memberikan kemudahan maskapai penerbangan luar negeri untuk
melakukan penerbangan langsung ke provinsi DIY dan
mengoptimalkan/memperkuat jalur penerbangan yang sudah ada
(internasional dan domestik) Bandara Adi Sutjipto.
2. Meningkatkan jejaring antar pelaku pariwisata melalui koordinasi,
kerjasama dan keterpaduan program/kegiatan secara internal dengan
kabupaten/kota maupun dengan luar provinsi dan luar negeri.
3. Melakukan kampanye citra pariwisata provinsi DIY untuk memulihkan
dan meningkatkan kunjungan wisatawan, berperan serta secara
langsung dalam berbagai event serta menggandeng media massa baik
nasional maupun internasional untuk dapat memberikan informasi
bahwa Provinsi DIY menarik, aman dan nyaman untuk dikunjungi.
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap potensi pariwisata
yang dimiliki dan penanganannya melalui berbagai program/kegiatan
penyuluhan, pembinaan dan pembimbingan Sadar Wisata maupun
Sapta Pesona.
5. Memperbanyak event dan atraksi wisata untuk meningkatkan jumlah
wisatawan dan lama tinggal wisatawan (length of stay) melalui
berbagai program/kegiatan peningkatan kualitas dan kuantitas produk
dan promosi pariwisata Provinsi DIY serta meningkatkan koordinasi
dan sinergitas kerjasama dengan berbagai sektor terkait.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 156
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
2 URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Subsektor kelautan dan perikanan berperan penting baik dalam
pemenuhan kebutuhan pangan maupun dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Subsektor kelautan dan perikanan adalah salah satu
pendukung usaha ekonomi masyarakat di Provinsi DIY dalam usaha
menanggulangi kemiskinan dan penggangguran, khususnya pada kawasan
perdesaan dan kawasan tertinggal. Beberapa capaian pembangunan
subsektor kelautan dan perikanan dapat dicermati melalui indikator
sebagai berikut:
Tabel 4.87
Indikator Urusan kelautan dan Perikanan Tahun 2008‐2012
Tahun
No Indikator Satuan
2008 2009 2010 2011 2012
1 Konsumsi
ikan per Kg/kapita/tahun 17,03 19,38 22,06 23,01 26,50**
kapita
2 Jumlah
Produksi 17.765
Ton 14.737 25.206 44.524 25.573*
Perikanan
Budidaya
3 Jumlah
Produksi
Ton 3.028 5.100 4.906 5.000 1.043*
Perikanan
Tangkap
Catatan: *) Posisi s/d Juni 2012
**) angka proyeksi
Sumber: Dislautkan Provinsi DIY
Pemenuhan kebutuhan akan protein hewani, khususnya ikan, dapat
dilihat dengan adanya peningkatan konsumsi ikan per kapita dari tahun ke
tahun. Konsumsi ikan per kapita Provinsi DIY selama 3 tahun terakhir
menunjukkan trend yang positif. Pada tahun 2008 konsumsi ikan Provinsi
DIY sebesar 17,03 kg/kapita/tahun, kemudian meningkat menjadi 19,38
kg/kapita/tahun pada tahun 2009. Selanjutnya pada tahun 2010 meningkat
menjadi 22,06 kg/kapita/tahun dan meningkat lagi pada tahun 2011
menjadi 23,01 kg/kapita/tahun. Peningkatan tersebut antara lain
disebabkan oleh gencarnya kegiatan sosialisasi gemar makan ikan di
Provinsi DIY.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 157
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Sumber: Dislautkan Provinsi DIY
Gambar 4.6
Konsumsi Ikan Per Kapita di Provinsi DIY (Kg/Kap/Tahun), 2008‐2012
Pemenuhan kebutuhan konsumsi ikan di Provinsi DIY dilakukan
melalui peningkatan produksi perikanan baik perikanan tangkap maupun
perikanan budidaya. Meskipun produksi perikanan DIY terus mengalami
peningkatan sejak tahun 2008, namun permintaan ikan belum sepenuhnya
dapat dipenuhi dari wilayah Provinsi DIY. Jumlah produksi perikanan DIY
selama periode 2008‐2011 rata‐rata sebesar 37.595,5 ton per tahun.
Produksi paling tinggi selama periode tersebut adalah pada tahun 2011
yaitu mencapai 49.524 ton. Meskipun kenaikan produksi yang sangat
signifikan terjadi di tahun 2010 yaitu sebesar 74,32% dibandingkan tahun
2009. Kenaikan produksi perikanan DIY pada tahun 2011 disumbang dari
kenaikan produksi perikanan budidaya yang mengalami pertumbuhan
7,60%, dan dari perikanan tangkap dengan pertumbuhan sebesar 1,97%.
Sedangkan pada tahun 2012 sampai Triwulan II (bulan Juni 2012), produksi
perikanan mencapai 26.617, 36 ton terdiri dari produksi perikanan
budidaya sebesar 25.573,834 ton dan produksi perikanan tangkap sebesar
1.043,202 ton.
Sumber: Dislautkan Provinsi DIY
Gambar 4.7
Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya di Provinsi DIY (ton), 2008‐
2011
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 158
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Produksi perikanan di DIY didominasi oleh perikanan budidaya.
Sebagaimana terlihat pada gambar di bawah, rata‐rata kontribusi
perikanan budidaya terhadap total produksi perikanan DIY mencapai
85,23%, bahkan pada tahun 2011 mencapai 89,36%. Sementara kontribusi
perikanan tangkap menurun dari 11,17% pada tahun 2010 menjadi 10,64%
pada tahun 2011. Penurunan produksi perikanan tangkap disebabkan
sering terjadinya over fishing dan illegal fishing serta kurangnya restocking
di perairan umum, sehingga sumber daya ikan di perairan umum
berkurang. Selain itu, faktor cuaca juga sangat mempengaruhi produksi
perikanan tangkap di Provinsi DIY.
Potensi serta pemanfaatan sumber daya melalui perikanan tangkap
masih terus dioptimalkan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Selain pengembangan perikanan tangkap, pengembangan
perikanan budidaya baik budidaya air tawar maupun air payau yang
banyak tumbuh dan berkembang di Provinsi DIY juga menjadi prioritas
dalam pembangunan perikanan dan kelautan di Provinsi DIY. Hal ini
dikarenakan perikanan budidaya merupakan kontributor utama dalam
produksi perikanan di DIY.
Sumber: Dislautkan Provinsi DIY
Gambar 4.8
Persentase Perikanan Tangkap dan Budidaya terhadap Total Produksi
Perikanan di Provinsi DIY, 2008‐2012*
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 159
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Capaian kinerja bidang kelautan dan perikanan tidak terlepas dari
dukungan berbagai program dan kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah
Provinsi DIY. Program‐program di bidang kelautan dan perikanan yang
dilaksanakan Pemerintah Provinsi DIY selama 2008‐2012 yaitu:
1. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir.
2. Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan
Pengendalian Sumber daya Kelautan.
3. Program Peningkatan Kesadaran dan Penegakan Hukum dalam
Pendayagunaan Sumber daya Laut.
4. Program Peningkatan Mitigasi Bencana Alam Laut dan Prakiraan Iklim.
5. Program Peningkatan Kegiatan Budaya Kelautan dan Wawasan
Maritim Kepada Masyarakat.
6. Program Pengembangan Budidaya Perikanan.
7. Program Pengembangan Perikanan Tangkap.
8. Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan.
9. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan.
10. Program Pengembangan Kawasan Budidaya Laut, Air Payau dan Air
Tawar.
11. Program Rehabilitasi Ekosistem dan Cadangan Sumber daya Alam.
12. Program Peningkatan Kualitas SDM dan Kelembagaan Perikanan dan
Kelautan.
Adapun rekapitulasi pelaksanaan program dan kegiatan urusan kelautan
dan perikanan selama kurun waktu 2008‐2012 sebagaimana tercantum
pada tabel berikut:
Tabel 4.88
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Kelautan dan Perikanan di
Provinsi DIY,
2008‐2012
Jumlah Jumlah Keuangan Fisik
Tahun
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%) (%)
2008 13 57 6.344.085.760,00 5.007.910.920,00 93,11 100,00
2009 13 68 12.477.218.945,00 10.930.754.295,00 87,60 99,90
2010 14 78 20.526.388.970,00 18.891.803.781,00 92,90 99,90
2011 15 59 35.043.686.685,00 33.975.051.972,00 95,55 100,00
2012* 14 65 33.993.410.510,00 9.331.782.028,00 27,45 55,70
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: Dislautkan Provinsi DIY
Jumlah program yang dilaksanakan pada tahun 2012 sebanyak 14
dengan jumlah kegiatan sebanyak 65. Sampai dengan bulan Juli 2012,
capaian realisasi keuangan sebesar 27,45% dengan capaian fisik sebesar
55,70%.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 160
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
Dalam penyelenggaraan pemerintahan khususnya penanganan
urusan kelautan dan perikanan di Provinsi DIY tidak terlepas dari
permasalahan. Beberapa permasalahan yang dihadapi di bidang kelautan
dan perikanan di Provinsi DIY antara lain:
1. Tingginya harga pakan,
Harga pakan terutama pakan pabrikan mengakibatkan biaya
produksi tertinggi di penyediaan pakan dan bila dibandingkan
dengan harga jual produk ikan tidak sebanding sehingga terdapat
tiga kemungkinan bagi pembudidaya ikan terutama pembudidaya
lele, yaitu mengalami rugi, impas, atau meraih untung hanya
sedikit.
2. Terbatasnya induk dan benih berkualitas
Induk dan benih unggul yang tersedia belum mencukupi kebutuhan
bagi pembudidaya baik pembenih maupun pembesar. Hal ini
disebabkan keterbatasan unit pembenihan milik Dinas Kelautan dan
Perikanan yang belum mampu mencukupi seluruh kebutuhan benih
dan induk unggul.
3. Sumberdaya manusia pelaku usaha kelautan dan perikanan masih
perlu ditingkatkan (penguasaan IPTEK).
4. Konsumsi ikan per kapita masih rendah.
5. Produtivitas masih rendah
Produktivitas yang rendah disebabkan beberapa hal antara lain:
pakan, benih, pengendalian hama penyakit ikan dan lingkungan,
manajemen media budidaya dan pola budidaya yang belum dikelola
dengan baik.
6. Lembaga pelaku usaha kelautan dan perikanan belum mantap.
7. Keskanling di tingkat pembudidaya belum diperhatikan secara
serius.
8. Pola produksi belum diatur.
9. Koordinasi belum berjalan dengan baik.
10. Penangkapan tidak ramah lingkungan.
11. Kondisi alam laut yang kurang bersahabat.
12. Penanganan produk kelautan dan perikanan belum optimal.
13. Pelanggaran jalur penangkapan.
14. Penegakan hukum belum optimal.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 161
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Solusi
Untuk mengatasi beberapa masalah tersebut, perlu ditempuh
beberapa langkah pemecahan sebagai berikut:
1. Upaya pemecahan permasalahan tingginya harga pakan dapat
dilakukan dengan inovasi teknologi penyediaan pakan melalui
pakan alternatif dan menumbuhkan industri‐industri pakan skala
kecil di kelompok‐kelompok/pelaku usaha dengan memperhatikan
sumber, kualitas dan harga bahan baku, nutrisi pakan yang
diproduksi, dan distribusi produk. Pakan yang dihasilkan diharapkan
mampu menekan biaya produksi (pakan) namun tidak mengurangi
produksi dan produktivitas budidaya perikanan.
2. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan induk dan benih yang
berkualitas dan memenuhi standar baku, maka Unit Pembenihan
Dinas di masa mendatang difokuskan untuk menyediakan calon
induk ikan untuk pemenuhan kebutuhan di UPR yang belokasi
menyebar di seluruh DIY. Dengan menggunakan benih yang berasal
dari UPR, maka pembudidaya ikan telah membudidayakan ikan
yang memenuhi standar mutu yang ditentukan.
3. Peningkatan IPTEK bagi sumberdaya manusia pelaku usaha
kelautan dan perikanan dilakukan melalui beberapa upaya antara
lain: pelatihan, magang, bimbingan teknis sesuai dengan jenis
usaha pelaku usaha kelautan dan perikanan.
4. Upaya meningkatkan konsumsi ikan per kapita dilakukan melalui
upaya kampanye makan ikan, alih teknologi dan informasi,
gemarikan, dan distribusi ikan yang merata di seluruh wilayah DIY.
5. Peningkatan produtivitas dilakukan melalui intensifikasi dengan
memperhatikan aspek‐aspek teknis, sehingga dengan luasan dan
waktu yang tetap dapat meningkatkan produksi dengan tetap
mempertimangkan aspek ekonomis. Aspek teknis dimaksud antara
lain: pengelolaan pakan, penyediaan benih berkualitas,
pengendalian hama penyakit ikan dan lingkungan, manajemen
media budidaya dan pola budidaya yang baik sesui dengan CPIB dan
CBIB.
6. Pemantapan kelembagaan pelaku usaha kelautan dan perikanan
dilakukan melalui pembinaan kelembagaan, peningkatan kelas
kelompok, peningkatan peran kelompok dalam mengakses
teknologi, pasar dan kebutuhan kelompok. Selain itu, diperlukan
dukungan kelembagaan pemerintah yang mendukung peningkatan
peran kelompok seperti lembaga penyuluhan lembaga pelayanan
dan lembaga lainnya yang berkaitan.
7. Penanganan keskanling dapat ditingkatkan melalui pelayanan
keskanling yang dilaksanakan oleh Dinas khususnya Pengendali
Hama Penyakit Ikan melalui pengujian kualitas air dan penyakit
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 162
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
serta penanganannya. Di tingkat pembudidaya dilakukan upaya
melalui bimbingan teknis/pelatihan dan penyuluhan langsung
dalam penangani keskanling.
8. Pengaturan pola produksi dimaksudkan untuk mengatur
kontinuitas produksi sehingga kebutuhan konsumen/pasar dapat
terpenuhi sepanjang masa. Hal ini dapat dilakukan melalui
koordinasi antar kabupaten dan antar kelompok serta antar
anggota dalam kelompok sehingga selain produksi kontinu, harga
produk juga relatif stabil.
9. Peningkatan koordinasi antar wilayah, antar instansi yang terkait,
dan antar dinas yang membidangi kelautan dan perikanan sehinga
terjadi sinergi dalam pengembangan kelautan dan perikanan. Hal
ini akan mengurangi terjadinya konflik antar stakeholder terkait dan
akan terjadi saling mendukung sehingga semua kepentingan dapat
terakomodasi dengan baik.
10. Untuk menanggulangi penangkapan tidak ramah lingkungan,
dilakukan berbagai upaya yang dikoordinasikan dengan instansi
berwenang sampai ke tingkat kecamatan sehingga dapat menekan
pelanggaran alat/bahan penangkap ikan.
11. Untuk mengantisipasi kondisi alam laut yang kurang bersahabat
telah dan terus diupayakan pemecahannya antara lain mengalihkan
cara penangkapan ikan di laut dari perahu kecil ke perahu besar
serta dipacunya penyelesaian Pelabuhan Tanjung Adikarto di Kulon
Progo.
12. Dalam rangka penanganan produk terutama ikan laut yang berasal
dari luar daerah dilakukan pengawasan mutu dengan melakukan
tindakan langsung kepada penjual untuk kemudian ditindaklanjuti
kepada pemasok apabila ditemukan produk yang dikirim
mengandung bahan berbahaya tertentu. Diperlukan dokumen
penjamin kualitas ikan yang dikirim baik dari maupun ke luar
daerah melalui surat keterangan asal (SKA).
13. Penanganan pelanggaran jalur penangkapan dilakukan dengan
penyediaan kapal pengawasan dan peningkatan frekunsi
pengawasan di laut untuk mengurangi pelanggaran jalur
penangkapan.
14. Untuk peningkatan penegakan hukum dilakukan melalui koordinasi
dengan instansi berwenang dan instansi berwajib sesuai dengan
tugas fungsi masing‐masing.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 163
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
3 URUSAN PERTANIAN
Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis bagi Provinsi DIY. Sektor
pertanian memegang peranan penting yaitu sebagai sumber penyediaan
bahan pangan, penyediaan lapangan kerja, dan juga pemberi input bagi
sektor industri. Bagi Provinsi DIY, sektor pertanian merupakan sektor yang
memberikan kontribusi besar dalam perekonomian. Hal ini dapat dilihat
dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Provinsi DIY yang
menempati posisi ketiga setelah sektor jasa‐jasa serta sektor perdagangan,
hotel dan restoran. Dalam rentang waktu 2008‐2011 kontribusi sektor
pertanian DIY cenderung mengalami penurunan. Akibat kompetisi dengan
sektor lain dalam hal penggunaan sumber daya lahan dan air, terjadi alih
fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian dengan laju 0,42% per tahun.
Meskipun alih fungsi lahan lebih banyak terjadi pada lahan marjinal tadah
hujan dengan frekuensi tanam dan produktivitas rendah, hal ini tetap
merupakan tantangan cukup berarti dalam pembangunan sektor pertanian
ke depan.
Kinerja sektor pertanian tercermin pada capaian indikator pertanian
diantaranya adalah Nilai Tukar Petani (NTP) dan produktivitas tanaman
pertanian. NTP merupakan perbandingan antara nilai yang diterima
dengan nilai yang dibayarkan oleh petani dalam melaksanakan usaha
taninya. Mencermati komponen perhitungan NTP yaitu Indeks yang
diterima (IT) dan indeks yang harus dibayar (IB), tampak bahwa terdapat
faktor‐faktor harga maupun biaya yang berada di luar jangkauan petani
untuk mengendalikannya. NTP mencerminkan efisiensi usaha tani dan daya
beli petani. NTP Provinsi DIY selama kurun waktu 2008‐2011 menunjukkan
adanya tren yang meningkat, dimana tahun 2008 tercatat sebesar 105,28
dan kemudian menjadi 107,58 pada tahun 2009. Selanjutnya kembali
meningkat pada tahun 2010 sebesar 112,7 dan pada tahun 2011 menjadi
114,89. NTP sampai Juli 2012 juga lebih tinggi daripada sebelumnya yaitu
sebesar 115,81. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih
merupakan pilihan mata pencarian yang menguntungkan bagi masyarakat
DIY. Terlebih dengan penajaman peran subsistem agribisnis hilir
(pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil pertanian) yang mampu
memberikan nilai tambah sangat signifikan.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 164
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
118
116 115.81
114.89
114
112.74
112
110
108 107.58
106
105.28
104
102
100
2008 2009 2010 2011 2012*
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi DIY
Gambar 4.9
Perkembangan Nilai NTP Provinsi DIY, 2008‐2012
Selain nilai NTP, produksi sektor pertanian di DIY juga mengalami
kenaikan. Selama 2008‐2012 produktivitas tanaman pangan naik rata‐rata
1,48% per tahun, meskipun pada tahun 2010 terjadi penurunan produksi.
Penurunan ini disebabkan oleh anomali iklim berupa musim hujan
berkepanjangan. Fenomena iklim ekstrim ini menggangu sistem usaha tani
tanaman pangan secara keseluruhan. Namun demikian pada tahun 2010,
produksi padi ladang (gogo), jagung, kacang hijau dan ubi kayu mengalami
kenaikan dibanding produksi tahun 2009.
Tabel 4.89
Produktivitas Tanaman Pangan di Provinsi DIY, 2008‐2012
Produktivitas (ku/ha) Rata‐Rata
No Tahun 2008 2009 2010 2011 2012* Pertumbuhan
(%)
1 Padi sawah 62,61 62,72 60,50 60,51 63,56 0,42
2 Padi ladang 42,68 44,10 44,10 44,24 47,79 2,92
3 Padi Total 56,95 57,62 56,02 55,89 59,09 0,97
4 Jagung 40,10 42,24 39,80 41,8 46,86 4,17
5 Kedelai 10,76 12,72 11,39 11,31 12,14 3,60
6 Kacang tanah 9,87 10,54 10,02 10,76 11,39 3,77
7 Kacang hijau 6,68 6,35 5,96 6,04 6,19 (1,81)
8 Ubi kayu 142,77 165,58 178,17 139,01 148,77 2,16
9 Ubi jalar 125,51 116,50 108,25 110,99 117,96 (1,36)
10 Sorgum 3,15 3,15 3,15 3,15 3,15 ‐
Rata‐rata 1,48
Sumber: Dinas Pertanian DIY
*) Angka Ramalan I 2012
Produksi tanaman hortikultura naik rata‐rata 4,01% per tahun.
Kenaikan total produksi tanaman hortikultura terutama disebabkan oleh
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 165
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
peningkatan produksi tanaman hias krisan dan tanaman biofarmaka.
Peningkatan produksi juga didorong oleh berkembangnya aktivitas
kelembagaan kelompok tani/gabungan kelompok tani (gapoktan) sebagai
dampak positif bantuan sosial bagi kelompok tani/gapoktan.
Sementara itu pada periode yang sama, subsektor peternakan juga
mengalami kenaikan produksi. Peningkatan populasi ternak pada tahun
2009 sebesar 5,24% dan pada tahun 2010 sebesar 0,52%. Meskipun
kenaikan pada tahun 2010 lebih kecil jika dibanding tahun 2009, namun
masih positif sehingga selama 2008‐2012 peningkatan populasi ternak
sebesar rata‐rata 1,74% per tahun.
Tabel 4.90
Populasi Ternak di Provinsi DIY di Provinsi DIY, 2008‐2012
Populasi (dalam ekor) Rata‐rata
No Jenis Ternak Pertumbuhan
2008 2009 2010 2011 2012* (%)
Ternak Besar
1 Kuda 1.354 1.222 1.360 1.508 1.582 4,14
2 Sapi Potong 269.927 283.043 290.949 385.370 430.663 13,37
3 Sapi Perah 5.652 5.495 3.466 3.888 3.594 ‐9,18
4 Kerbau 4.607 4.312 4.277 1.238 1.005 ‐26,09
Ternak Kecil
5 Kambing 304.780 308.353 331.147 343.647 359.406 4,11
6 Domba 130.775 132.872 136.657 147.773 154.908 4,20
7 Babi 8.766 12.038 12.695 13.056 14.449 15,21
Ternak
unggas
Ayam 3.925.95 3.916.63 3.861.67 4.019.96 4.052.13
8 Kampung 8 6 6 0 9 0,82
Ayam Ras
2.933.21 3.224.10 2.799.18 3.160.69 3.351.00
9 Petelur 6 8 2 7 2 3,22
5.128.48 5.276.89 5.435.52 5.770.83 6.032.66
10 Pedaging 8 7 1 2 8 4,02
11 Itik 443.203 446.704 498.237 516.525 535.557 5,33
Rata‐rata Pertumbuhan 1,74
Sumber : Dinas Pertanian DIY,
*) angka prediksi
Pembangunan pertanian juga menyangkut subsektor perkebunan
dimana ruang lingkup pembangunan perkebunan meliputi kegiatan‐
kegiatan intensifikasi, rehabilitasi, peremajaan, ekstensifikasi dan
diversifikasi kebun, produksi, pengolahan dan pemasaran, peningkatan
peran serta dan partisipasi aktif seluruh pelaku pembangunan perkebunan,
pengembangan kelembagaan, serta penerapan agribisnis perkebunan
dalam rangka peningkatan pendapatan petani dan pendapatan asli daerah
untuk kesejahteraan masyarakat.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 166
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Agribisnis perkebunan yang berdaya saing dan berkelanjutan, akan
dapat diwujudkan apabila tercapai peningkatan produksi, produktifitas dan
mutu produk yang dihasilkan, pengolahan dan pemasaran hasil yang
memadai serta tingkat efisiensi usaha tani dapat tercapai. Penerapan
agribisnis ini dapat diciptakan apabila kegiatan yang dilaksanakan oleh
petani dapat memenuhi tingkat intensifikasi usaha tani yang lebih
produktif, memanfaatkan teknologi tepat guna serta tingkat kemampuan
petani dan kelembagaan petaninya di dalam mengakses pemenuhan
kebutuhan agribisnis juga memadai. Di sisi lain efisiensi usaha tani akan
dapat tercapai apabila produksi yang tinggi tersebut dapat diimbangi
dengan biaya produksi yang sekecil mungkin dengan peluang pasar yang
baik serta dicapai tingkatan dengan harga yang wajar. Dengan berbagai
keterbatasan terkait potensi sumber daya alam yang ada di Provinsi DIY
maka langkah strategis yang harus diupayakan adalah mendorong
tercapainya peningkatan produktifitas dan mutu produk yang memadai
sehingga daya saing produk memenuhi permintaan pasar.
Isu strategis pembangunan subsektor Perkebunan Provinsi DIY
adalah sebagai berikut:
1. Akselerasi pengambangan tebu menuju swasembada gula.
2. Penerapan SNI wajib bagi kakao fermented.
3. Rehabilitasi dan reklamasi lahan akibat erupsi Gunung Merapi dalam
rangka mendorong peningkatan daya dukung lahan, air.
4. Pemanfaatan areal perkebunan sebagai sasaran agrowisata.
5. Penerapan sertifikasi pangan organik bagi komoditas perkebunan.
Pemerintah Provinsi DIY selama Tahun Anggaran 2008‐2012
mengimplementasikan program‐program urusan pertanian sebagai
berikut:
1. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.
2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan.
3. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian.
4. Program Pengembangan Agribisnis Perkebunan.
5. Program Peningkatan Pemasaran dan Distribusi Hasil Perkebunan.
6. Program Pemanfaatan Teknologi dan Peningkatan Produksi
Perkebunan
7. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian.
8. Program Peningkatan Produksi Pertanian.
9. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak.
10. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan.
11. Program Peningkatan Kualitas SDM dan Kelembagaan Petani.
Rekapitulasi pelaksanaan program dan kegiatan urusan pertanian
selama kurun waktu 2008‐2012 sebagaimana tercantum pada tabel
berikut.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 167
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Tabel 4.91
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Pertanian di Provinsi DIY,
2008‐2012
Keuangan
Tahun Jumlah Jumlah Capaian Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
2008 11 40 9.207.892.129 8.390.237.835 91,12 98,02
2009 16 117 17.396.579.105 15.742.118.213 90,49 99,42
2010 17 136 19.846.374.830 16.907.004.701 85,19 96,11
2011 12 82 18.734.272.850 16.612.041.161 88,67 99,59
2012* 12 89 17.907.943.432 7.182.449.680 40,11 45,00
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi DIY
Jumlah program dilaksanakan untuk urusan pertanian pada tahun
2012 sebanyak 12 program dengan jumlah kegiatan sebanyak 89 kegiatan.
Sampai dengan bulan Juli 2012, capaian fisik rata‐rata sebesar 45,00%
dengan capaian realisasi keuangan sebesar 40,67%.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Sumber Daya Manusia (SDM) Pertanian.
Sebagian besar petani di Provinsi DIY merupakan petani berusia lanjut
dengan pendidikan yang relatif masih rendah.
2. Adopsi teknologi budidaya dan pengolahan.
Petani pada umumnya masih menggunakan cara‐cara yang sudah
terbiasa dilakukan secara turun‐temurun. Petani akan mengadopsi
teknologi baru apabila sudah meyakini benar dan sudah terbukti
bahwa teknologi baru tersebut benar‐benar mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan teknologi yang sudah diyakininya selama
bertahun‐tahun. selain itu, temuan teknologi baru sering kali belum
secara cepat dapat diinformasikan ke tingkat lapang.
3. Akses terhadap permodalan.
Sumber utama pembiayaan usaha tani sebagian besar berasal dari
modal sendiri. Sementara itu pemerintah telah menyediakan beberapa
skema pembiayaan/SKIM kredit bagi petani/peternak dengan bunga
yang relatif rendah dibanding skim kredit komersial. Skema
pembiayaan usaha tani antara lain Kredit Ketahanan Pangan dan
Energi (KKPE), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Usaha Perbibitan Sapi
(KUPS). Namun demikian, penyerapan skema kredit tersebut belum
maksimal karena bank‐bank penyalur mensyaratkan agunan ataupun
penjaminan kepada petani/peternak, sehingga petani/peternak belum
dapat secara maksimal memanfaatkan kredit dimaksud.
4. Sarana dan prasarana.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 168
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
a. Pemilikan lahan pertanian
Hasil PUT Tahun 2009 Provinsi DIY juga menunjukkan bahwa
sebagian besar RTUT‐PJKT di Provinsi DIY (78,32%) menguasai
lahan pertanian kurang dari 0,5 Ha.
b. Alih fungsi lahan pertanian ke non‐pertanian
Saat ini alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian
mencapai 0,42% per tahun atau sekitar 200 ha/tahun. Hal
tersebut mengakibatkan inefisiensi pengelolaan usahatani. Alih
fungsi lahan pada lahan persawahan berakibat pada
meningkatnya kerusakan atau terputusnya jaringan irigasi di
tingkat usaha tani maupun di tingkat desa.
c. Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi tersier pada saat ini sebagian besar merupakan
jaringan irigasi yang dibangun pada beberapa puluh tahun yang
lalu, atau merupakan jaringan irigasi sangat sederhana yang
dibangun secara swakarsa oleh masyarakat. Saat ini cukup banyak
jaringan irigasi yang tidak berfungsi secara optimal, karena
mengalami kerusakan. Di sisi lain kondisi jaringan irigasi tersier
masih banyak yang belum permanen atau terbuat dari tanah
sehingga memperlambat aliran air bahkan menyebabkan
kebocoran di sepanjang saluran yang mengakibatkan
ketidakmerataannya pembagian air sejak hulu hingga hilir.
d. Jalan usahatani dan Jalan produksi.
Di sebagian besar wilayah perdesaan jalan usahatani maupun
jalan produksi belum memadai sehingga terjadi inefisiensi dalam
pengelolaan usahatani maupun dalam pemasaran hasil pertanian.
e. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia.
Ketergantungan petani terhadap penggunaan pupuk anorganik
maupun pestisida masih cukup tinggi dalam penerapan budidaya,
bahkan untuk komoditas tertentu penggunaannya tidak sesuai
rekomendasi, sehingga menyebabkan biaya produksi tinggi dan
merusak ekosistem.
5. Faktor luar
a. Pemanasan global
Pengaruh pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim
yang cukup ekstrem dan tidak menentu sehingga berdampak
pada pengaturan musim tanam.
b. Kebijakan ekonomi makro
Kebijakan Pemerintah berupa ratifikasi Persetujuan WTO dan
ACFTA berakibat pada masuknya produk impor ke pasar domestic
secara masal yang tidak dapat dibendung. Hal tersebut menjadi
ancaman bagi produk pertanian lokal karena pada umumnya
harga produk lokal lebih mahal, akibat inefisiensi dalam
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 169
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
pengelolaan usaha. Di samping itu penjualan produk pertanian
lokal biasanya dilakukan dengan sistem curah sehingga kalah
bersaing dengan produk impor dalam hal pengemasan produk.
c. Bencana Erupsi Gunung Merapi
Erupsi Gunung Merapi menyebabkan kematian sapi perah yang
mengakibatkan penurunan populasi sapi perah dan produksi
susu. Erupsi juga mengakibatkan kerusakan tanaman salak,
sayuran dan kubung tanaman hias krisan. Dampak lahar dingin
dirasakan hingga tahun‐tahun berikutnya.
Solusi
1. Peningkatan SDM pertanian melalui pendidikan dan pelatihan baik
bagi petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani (gapoktan)
maupun petugas di tingkat lapangan. Metode pendidikan dan
pelatihan yang ideal adalah perpaduan antara kegiatan pembelajaran
di dalam ruangan, di luar ruangan, hingga studi banding ke luar
daerah.
2. Untuk menumbuhkan respon petani terhadap penggunaan teknologi
baru diperlukan metode yang mampu memberikan keyakinan pada
petani bahwa teknologi baru tersebut sudah teruji dan benar‐benar
lebih baik dan lebih menguntungkan/memberikan manfaat bagi usaha
taninya. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengadakan
sosialisasi dan pelatihan dengan metode Sekolah Lapangan dan
adanya Laboratorium Lapangan dimana petani dilibatkan langsung
mulai dari perencanaan hingga evaluasi terhadap teknologi baru
tersebut. Disamping itu sosialisasi juga dilakukan melalui media cetak
maupun media elektronik dengan kemasan budaya lokal sehingga
lebih mudah diterima dan dipahami oleh petani.
3. Akses terhadap permodalan. Berbagai skema pembiayaan/skim kredit,
baik dari Pemerintah maupun BUMN tidak dapat diimplementasi
secara parsial, akan tetapi harus disertai dengan pendampingan dan
penguatan kelembagaan petani. Pembinaan petani dilaksanakan
dengan basis kelompok (kelompok tani maupun gabungan kelompok
tani).
4. Sarana dan prasarana.
a. Kepemilikan Lahan Pertanian
Untuk mengatasi pemilikan lahan yang sempit (rata‐rata <0,5 Ha),
Pemerintah Provinsi memfasilitasi pengembangan usahatani lahan
sempit dengan prioritas komoditas bernilai ekonomi tinggi dan
efisien, diantaranya melalui pemanfaatan lahan produktif untuk
pengembangan perbenihan dan perbibitan, mengingat harga jual
produk benih selalu lebih tinggi dibanding produk konsumsi.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 170
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Disamping itu dilakukan integrasi terhadap pengelolaan usahatani
dalam satu wilayah tertentu (Integrated Farming) di mana potensi
sumberdaya lokal digarap dengan terintegrasi dari on‐farm hingga
off‐farm sehingga memberikan manfaat yang besar bagi petani di
lokasi tersebut.
b. Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian
Upaya yang telah dilakukan untuk menghambat laju alih fungsi
lahan pertanian ke non pertanian adalah melalui fasilitasi sarana
produksi pertanian dengan kelompok sasaran petani lahan sawah di
daerah yang laju alih fungsi lahannya cukup pesat. Dengan asumsi
bahwa alih fungsi lahan dipicu oleh kesulitan memenuhi kebutuhan
sarana produksi, maka fasilitasi yang diberikan berupa pemberian
pupuk majemuk dan pupuk organik, dengan harapan petani tetap
melakukan usahatani dan tidak mengubah fungsi lahannya ke non
pertanian. Dengan fasilitasi tersebut petani penerima berkomitmen
untuk tidak mengalihfungsikan lahannya sekurang‐kurangnya
selama 3 (tiga) tahun setelah penerimaan bantuan.
Upaya lain yang telah dilakukan adalah: 1) Melakukan kerja sama
dengan Badan Pertanahan Nasional untuk pelaksanaan sertifikasi
bagi lahan produktif tanpa dipungut biaya; 2) Dari sisi regulasi,
keberadaan Peraturan Daerah DIY tentang perlindungan lahan
pertanian pangan berkelanjutan perlu ditindaklanjuti dengan
pemberlakuan peraturan serupa atau turunannya di tingkat
Kabupaten;
c. Jaringan Irigasi
Untuk mengatasi tidak berfungsinya jaringan irigasi yang ada akibat
alih fungsi lahan, maka dalam setiap proses alih fungsi lahan,
aparatur Pemerintah selalu dilibatkan secara aktif dalam tahap‐
tahap negosiasinya. Dalam kesempatan itu aparat secara aktif
memberi masukan bagi penyelamatan jaringan irigasi yang tidak
akan lagi digunakan pada kawasan tersebut, namun aliran airnya
masih dibutuhkan untuk lahan‐lahan di sekitarnya.
Bagi jaringan irigasi yang mengalami kerusakan maupuan jaringan
yang masih sangat sederhana sehingga jangkauan aliran airnya
terbatas, Pemerintah memberikan fasilitasi berupa bantuan sosial
untuk perbaikan maupun pembangunan jaringan irigasi tingkat
usahatani (JITUT) serta jaringan irigasi desa (JIDES).
d. Jalan Usahatani dan Jalan produksi
Pemerintah, baik melalui dana alokasi khusus, dana tugas
pembantuan, maupun APBD Provinsi telah mengalokasikan
kegiatan pembangunan atau perbaikan jalan‐jalan usahatani yang
bermanfaat bagi kelancaran pengangkutan sarana produksi agar
sampai ke lokasi dengan tepat jumlah maupun tepat waktu, serta
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 171
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
pembangunan dan perbaikan jalan produksi yang bermanfaat bagi
kelancaran pengangkutan hasil usahatani ke pasar terdekat.
e. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia
Untuk mengurangi ketergantungan petani pada pupuk dan
pestisida kimia, Pemerintah memberikan fasilitasi baik berupa
bantuan langsung pupuk organik maupun bantuan sosial untuk
pembuatan bangunan Rumah Kompos (RP3O) maupun alat
pembuat pupuk organic (APPO). Dalam hal ini petani didorong
untuk menggunakan pupuk organik dengan memanfaatkan limbah
di sekitarnya dan secara bertahap mengurangi ketergantungan
terhadap pupuk anorganik, karena dengan penggunaan pupuk
organik, di samping dapat mempertahankan produktivitas tanaman
juga dapat memperbaiki kualitas lahan pertanian.
Untuk mengurangi ketergantungan pada penggunaan pestisida
kimia, maka petani diperkenalkan dengan agens hayati sebagai
pengganti pestisida kimia. Dalam hal ini petani dilatih tentang cara
pembuatan agens hayati. Di samping itu juga dilakukan SL‐PHT
serta penerapan GPP (Good Pesticide Practices) dalam
usahataninya.
5. Faktor Luar
a. Pemanasan global
Pemerintah telah melakukan upaya pembinaan dan
pendampingan pada petani dalam hal antisipasi terhadap potensi
eksplosi hama penyakit yang akan timbul akibat perubahan iklim
yang ekstrim, potensi banjir, kekeringan, dan dampak perubahan
iklim (DPI) melalui pola sekolah lapangan, antara lain: SL‐Iklim, SL‐
pertanian hemat air, SL‐PTT, dan SL‐PHT.
b. Kebijakan Ekonomi Makro
Langkah‐langkah yang telah diambil untuk melindungi petani
produsen dari akibat buruk mekanisme pasar bebas sekaligus
meningkatan nilai tambah dan daya saing produk unggulan
daerah, antara lain: 1) Penyusunan SOP (Standard Operational
Procedure) dan penerapan GAP (Good Agricultural Practices) pada
beberapa produk hortikultura unggulan daerah (Salak, Pisang,
Mangga, Jamur, Melon, Cabe merah, Bawang merah, Buah Naga,
Srikaya); 2) Registrasi kebun sebagai syarat untuk dapat diekspor
ke negara lain 3) Penyusunan SOP dan penerapan GMP (Good
Manufacturing Practices) serta GHP (Good Handling Practices)
pada proses pasca panen, pengolahan hasil panen hingga
pemasaran produk hasil pertanian; 4) Pemberdayaan
kelembagaan kelompok tani melalui fasilitasi Dana Penguatan
Modal Pemasaran Hasil Pertanian (DPM‐PHP); 5) Fasilitasi
penanganan pasca panen dan pengolahan hasil untuk
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 172
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
mempertahankan agar kualitas produk pasca panen tetap
memiliki akseptabilitas bagi pembeli serta memberikan nilai
tambah bagi produk yang dihasilkan oleh petani; 6) Meningkatkan
promosi produk unggulan dan membangun jejaring promosi ke
provinsi lain utamanya yang tergabung dalam Mitra Praja Utama
(Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) serta melakukan
promosi melalui keikutsertaan dalam pameran‐pameran tingkat
nasional.
c. Penanggulangan erupsi Gunung Merapi
1) Pemberian dana stimulan yang berupa bantuan sosial untuk
pengembangan sapi perah khususnya korban bencana
erupsi Merapi untuk pembelian sapi perah. Pembelian sapi
untuk penggantian ternak sapi mati s.d 4 Januari 2011
sebanyak 3.413 ekor.
2) Pemangkasan pelepah salak yang rusak/rebah akibat erupsi
Gunung Merapi dengan sistem Padat Karya (cash work).
Lokasi di kecamatan Cangkringan, Pakem dan Turi. Luas
areal pemangkasan pelepah 1.547,8 ha, jumlah tenaga kerja
terserap sejumlah 8.662 petani dengan HOK sejumlah
103.941 HOK.
3) Pemulihan Usaha Ekonomi Petani
a) Pembuatan kubung krisan sebanyak 12 kubung pada
Asosiasi Petani Krisan dengan anggota 5 kelompok tani
dengan luasan 400 m2/kubung.
b) Bantuan sosial untuk pembersihan lahan sayuran seluas
55 ha dengan rincian 35 ha di kecamatan Cangkringan
dan 20 ha di kecamatan Pakem.
c) Bantuan sosial untuk pengembangan ternak ayam
buras bagi 3 kelompok tani di kecamatan Cangkringan.
d) Bantuan sosial untuk pengembangan ternak kambing
Bligon bagi 20 kelompok kambing Bligon di kecamatan
Cangkringan.
e) Kegiatan pemusnahan bangkai ternak sebanyak 1.167
ekor sapi di kecamatan Cangkringan.
4) Penanggulangan dampak banjir lahar dingin Merapi
a) Fasilitasi langsung berupa bantuan dalam berbagai
bentuk (sarana produksi: benih, pupuk, bahan
pengendalian).
b) Fasilitasi tidak langsung: perbaikan jaringan irigasi, jalan
pertanian, Pembenahan lahan pembenihan hortikultura
di UPTD Balai Pengembangan Perbenihan Hortikultura
Unit Ngipiksari seluas 5 ha dengan penambahan pupuk
organik dan uji coba penanaman tanaman sayuran.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 173
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
4 URUSAN KEHUTANAN
Ruang lingkup pembangunan kehutanan meliputi kegiatan‐kegiatan
intensifikasi, rehabilitasi, sumber daya hutan, produksi, pengolahan dan
pemasaran, peningkatan peran serta dan partisipasi aktif seluruh pelaku
pembangunan kehutanan, pengembangan kelembagaan, optimalisasi dan
pemanfaatan fungsi hutan, peningkatan konservasi sumber daya alam
dalam rangka peningkatan pendapatan petani sekitar hutan, kelestarian
hutan dan pendapatan asli daerah untuk kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan kehutanan diselenggarakan berlandaskan pada mandat
Undang‐undang Nomor 41 Tahun 1999 dan Undang‐undang Nomor 5
Tahun 1990 yaitu pengurusan sumber daya alam sebagai satu kesatuan
ekosistem. Terdapat tiga dimensi utama dalam penyelenggaraan
pengurusan sumber daya hutan, yaitu: (1) Keberadaan lahan yang
diperuntukkan sebagai kawasan hutan dalam luasan yang cukup dan
sebaran spasial yang proporsional; (2) Keberadaan wujud biofisik hutan
berupa tumbuhan dan satwa serta wujud abiotik yang berada pada lahan
yang diperuntukkan sebagai kawasan hutan dengan kualitas dan kuantitas
yang tinggi; (3) Tata kelola sumber daya hutan baik menyangkut aspek
kelola ekonomi, ekologi/lingkungan maupun sosial, yang menjadi ciri dan
fungsi sumber daya hutan sebagai sistem penyangga kehidupan secara
utuh. Posisi strategis sumber daya hutan dalam konteks pembangunan
memiliki dua fungsi utama, yaitu: (1) Peran hutan dalam pembangunan
ekonomi terutama dalam menyediakan barang dan jasa yang memberikan
kontribusi terhadap pembangunan perekonomian dan masyarakat; (2)
Peran hutan dalam pelestarian lingkungan hidup dengan menjaga
keseimbangan sistem tata air, tanah dan udara sebagai unsur utama daya
dukung lingkungan dalam sistem penyangga kehidupan.
Hutan di DIY sebesar 25,22% dari luas wilayah DIY atau seluas
80.398,08 Ha. Dari luas tersebut, 19,35% merupakan hutan rakyat dan
sisanya 5,87% merupakan hutan negara. Pada tahun 2010 luas kerusakan
kawasan hutan di DIY mencapai 4,939% yang sebagian besar (4,938%)
diakibatkan adanya bencana alam erupsi Gunung Merapi, sedangkan pada
tahun 2010 telah dilakukan rehabilitasi hutan dan lahan kritis di wilayah
Provinsi DIY sebesar 9,93%.
Berdasarkan wilayah administrasi, kawasan hutan negara dibagi
dalam 4 wilayah yaitu Kabupaten Gunungkidul seluas 14.895,500 Ha,
Kabupaten Bantul 1.052,600 Ha, Kabupaten Sleman 1.729,464 ha dan
Kabupaten Kulon Progo seluas 1.037,500 Ha. Sedangkan berdasarkan
fungsi hutan, kawasan hutan negara terdiri atas hutan produksi
13.411,700 Ha, Hutan lindung 2.312,800 Ha, Hutan konservasi 2.990,564
Ha (TNGM 1.728,906 Ha, Tahura Bunder 634,10 Ha, Cagar alam 11,4375
Ha, Taman wisata alam 1,0465 Ha, Suaka Margasatwa 615,600 Ha).
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 174
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Mengacu Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 197/Kpts‐II/2000
tertanggal 12 Juli 2000, hutan AB dikelompokkan menjadi hutan produksi.
Isu strategis dalam pembangunan kehutanan:
1. Optimalisasi manfaat hutan negara yang lestari pada aspek lingkungan,
sosial, dan ekonomi.
2. Peranan Tahura dalam optimalisasi manfaat hutan negara yang lestari
pada aspek lingkungan, sosial dan aspek ekonomi
3. Rehabilitasi dan reklamasi lahan akibat erupsi Merapi dalam rangka
mendorong peningkatan daya dukung lahan, air
4. Penerapan sertifikasi untuk hasil hutan kayu
5. Fasilitasi pengembangan hutan rakyat
6. Gerakan Cinta Hutan, One Man One Tree, Kecil Menanam Dewasa
Memanen, Kampanye Indonesia Menanam.
Untuk mengelola hutan di wilayah Provinsi DIY, program‐program
di bidang kehutanan yang dilaksanakan selama tahun 2008‐2011 yaitu:
1. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan.
2. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan.
4. Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan.
5. Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan.
Rekapitulasi pelaksanaan program dan kegiatan urusan kehutanan
dan perkebunan selama kurun waktu 2008‐2011 sebagaimana tercantum
pada tabel berikut.
Tabel 4.92
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Kehutanan dan Perkebunan di
Provinsi DIY,
2008‐2012
Keuangan
Tahun Jumlah Jumlah Capaian Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
2008 9 80 10.713.577.213 10.178.653.177 95,01 100,00
2009 10 68 15.985.500.857 10.085.661.080 63,09 100,00
2010 9 66 11.035.183.900 9.693.485.949 87,84 91,31
2011 9 57 12.218.574.228 10.487.377.005 85,83 100,00
2012* 10 85 12.425.566.575 4.498.314.062 36,20 40
Catatan: *)Posisi s/d Juli 2012
Sumber: Dishutbun Provinsi DIY
Pada tahun anggaran 2009 capaian keuangan hanya sebesar
63,09% akan tetapi fisik 100%, hal tersebut disebabkan adanya sisa lelang
pengadaan mesin pabrik kayu putih Sendangmole di Gunungkidul. Pada
tahun 2012 jumlah program dilaksanakan sebanyak 10 program dengan
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 175
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
jumlah kegiatan sebanyak 85 kegiatan. Sampai dengan bulan Juli 2012,
capaian fisik rata‐rata sebesar 40% dengan capaian realisasi keuangan
sebesar 36,20%, semua kegiatan masih dalam proses pelaksanaan
kegiatan.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
Berbagai permasalahan/hambatan yang dihadapi dan tindak lanjut di
dalam melaksanakan pembangunan kehutanan dan perkebunan, antara
lain:
1. Kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan kawasan hutan masih
kurang dan masih terjadi pencurian kayu hutan.
2. Daya dukung lahan air dan hutan masih belum optimal sesuai yang
diharapkan sehingga perlu terus ditingkatkan.
3. SDM dan kelembagaan petani hutan masih belum sepenuhnya
melaksanakan pengelolaan hutan sesuai fungsi hutan
Solusi
1. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan
kawasan hutan dilakukan sosialisasi secara intensif dan berkelanjutan
kepada masyarakat sekitar hutan, fasilitasi paket‐paket produktif yang
menghasilkan hasil hutan non kayu untuk memberikan nilai
tambah/pendapatan didalam pengelolaan hutan sehingga tanaman
pokok hutan tetap lestari dan meningkatkan pengamanan hutan dan
pengendalian peredaran hasil hutan secara periodik dan
berkelanjutan.
2. Untuk mengoptimalkan daya dukung lahan air dan hutan, dilaksanakan
fasilitasi sarana pengelolaan lahan dan air, penghijauan untuk hutan
rakyat, reboisasi dan pengkayaan untuk kawasan hutan negara serta
pengutuhan populasi tanaman perkebunan agar memenuhi skala
ekonomi, pemanfaatan pupuk organik untuk mendorong
pengembalian kesuburan tanah dan diverfisikasi baik tanaman
maupun non tanaman.
3. Untuk meningkatkan kualitas SDM dan kelembagaan petani hutan
dilakukan melalui pelatihan, magang petani, studi orientasi bagi
petani/kelembagaan petani sehingga semakin meningkat
pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan di dalam melaksanakan
kegiatan pembangunan kehutanan. Pemerintah juga memfasilitasi
paket‐paket produktif dalam rangka meningkatkan pelestarian hutan.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 176
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
5 URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Urusan energi dan sumber daya mineral (ESDM), memiliki peran didalam
memfasilitasi dan menyediakan pasokan energi dan sumber daya mineral
antara lain melalui penyediaan listrik perdesaan, pengembangan energi
baru terbarukan dan penyediaan air bersih melalui pemboran air tanah
dalam.
Tabel 4.93
Indikator dan Capaian Kinerja Urusan ESDM, 2008‐2012
Target Target Target Target Target
dan dan dan dan 2012
No Indikator Kinerja Satuan
capaian capaian capaian capaian
2008 2009 2010 2011
Peningkatan Ratio
0,02 0,02 0,02 0,02
Elektrifikasi
1 Persen 0,015
0,02 0,02 0,02 0,81
Peningkatan Kapasitas
0,30 0,30 0,30 0,30
Energi Listrik
2 Persen 0,30
0,30 0,30 0,30 1,33
Pemenuhan
6 6 6 6
Kebutuhan Air di
3 Persen 6
daerah Sulit Air
6 6 6 8
Sumber: Dinas PUP ESDM Provinsi DIY
Selain indikator di atas, melalui renstra dinas, terdapat indikator kinerja
terkait bahan galian dan bahan bakar, yaitu:
1. Peningkatan nilai produksi bahan galian dengan target 0,37%
pertahun.
2. Pemenuhan kebutuhan bahan bakar sesuai kuota dengan target
sebesar 100% pertahun.
Capaian Kinerja hingga tahun 2011 untuk urusan ESDM telah dapat
memenuhi target yang telah ditentukan sebagai indicator capaian kineja
dalam RPJMD 2009 – 2013, bahkan untuk Tahun 2011 mampu melampaui
target yang telah ditentukan. Sehingga capaian kinerja untuk urusan ESDM
pada bulan Juli 2012 juga telah memenuhi target yang telah ditentukan.
5.1 Peningkatan Ratio Elektrifikasi
Energi listrik diharapkan dapat mendorong berkembangnya kegiatan
ekonomi yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan daerah. Disisi lain ketenagalistrikan berperan sebagai
infrastruktur yang harus ada untuk mendukung kegiatan pembangunan
masyarakat. Pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan diprioritaskan
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 177
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
baik untuk meningkatkan keandalan penyediaan tenaga listrik maupun
memberikan akses penyediaan tenaga listrik. Penyediaan tenaga listrik
yang memadai dan berkualitas merupakan parameter penting untuk
mendukung kemajuan sektor lainnya antara lain sektor industri,
perdagangan, telekomunikasi dan sektor‐sektor penggerak ekonomi
lainnya. Sehingga ketersediaan energi listrik yang cukup akan menentukan
pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Pada akhir tahun 2010, jumlah RT di DIY ada 1.008.663 KK dengan
ratio elektrifikasi 75,04%. Pada tahun 2011, berdasarkan Sensus Penduduk
Tahun 2010, jumlah RT tercatat 1.037.976 KK, dan melalui pelaksanaan
program dan kegiatan APBD pada tahun 2011,dapat dilaksanakan
penambahan RT berlistrik sebanyak 191 RT sehingga terdapat peningkatan
ratio elektrifikasi sebesar 0,018% dari target sebesar 0,015%. Sedangkan
melalui dana APBN jumlah RT berlistrik meningkat sebanyak 29.840 RT
atau terjadi peningkatan ratio elektrifikasi sebesar 0,79%. Secara total ratio
elektrifikasi pada tahun 2011 tercapai 76,21%, meningkat sebesar 0,81%
dari tahun 2010
5.2 Peningkatan Kapasitas Daya Listrik
Pembangunan energi daerah yang berkelanjutan diarahkan pada
pengembangan potensi sumber daya dan kemampuan daerah yang sejalan
dengan peningkatkan kemandirian, daya saing dan nilai tambah daerah.
Kebijakan diversifikasi energi atau penganekaragaman energi melalui
pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan yang telah
dilakukan di daerah antara lain dengan pemanfaatan tenaga air, angin,
surya dan biogas. Khusus untuk pengembangan dan pemanfaatan tenaga
air melalui pembangunan PLTMH, ketersediaan aliran air merupakan salah
satu persyaratan pokok untuk menjamin keberlanjutan pemanfaatan
sehingga diperlukan dukungan sektor lain yang terkait dengan pengelolaan
daerah aliran sungai (DAS). Disamping itu diperlukan pula kerjasama
dengan Perguruan Tinggi yang memiliki lembaga khusus di bidang energi
dan pengabdian masyarakat serta lembaga lainnya.
Dengan memanfaatkan tenaga air, surya dan biogas, melalui dana
APBN dan APBD Provinsi DIY dapat dibangkitkan tenaga listrik sebesar 106
kw dari keseluruhan potensi energi baru dan terbarukan di Provinsi DIY
yang diperkirakan kurang lebih sebesar 10 mw.
Sampai dengan tahun 2010, total jumlah energi terbarukan yang dapat
dibangkitkan sebesar 449,75 kw dari total potensi 10.000 kw. (10 mw).
Kapasitas energi listrik yang telah dibangkitkan melalui program dan
kegiatan APBD dan APBN di Provinsi DIY pada tahun 2011
sebesar 132,6 kw, sehingga meningkat 1,33% dari target sebesar 0,30%.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 178
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
5.3 Pemenuhan Kebutuhan Air di Daerah Sulit Air
Pengelolaan air tanah meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi penyelenggaraan konservasi air tanah, pendayagunaan air
tanah dan pengendalian daya rusak air tanah pada cekungan air tanah
lintas kabupaten/kota yaitu Cekungan Air Tanah Yogyakarta‐Sleman.
Melalui dana APBN dan APBD Provinsi DIY, pendayagunaan air tanah
dilakukan dengan pembuatan sumur bor air tanah dalam yang berada di
daerah sulit air yaitu daerah dengan kedalaman muka air tanah dalam dan
fluktuasi air tanah tinggi.
Dari pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2011, pemenuhan air baku
di daerah sulit air tercapai sebesar 8% dari target kinerja tahun 2011 yang
ditetapkan sebesar 6%
Upaya konservasi air tanah dilakukan dengan membuat sumur
peresapan air hujan dan sumur pantau yang dilengkapi alat pantau
permukaan air tanah yaitu automatic water level recording (AWLR)
berbasis telemetri.
5.4 Peningkatan Nilai Produksi Bahan Galian
Kegiatan usaha pertambangan di Provinsi DIY dikelompokkan dalam 3 jenis
komoditas tambang, yaitu: mineral logam, mineral non logam dan batuan.
Mineral logam meliputi: mangaan dan pasir besi, mineral non logam
meliputi: fosfat, bentonit, zeolit, dan kaolin, sedangkan batuan meliputi :
andesit, tanah urug, pasir, sirtu, batu kali, batu gamping, dan breksi
batuapung.
Produksi dari 7 (tujuh) mineral non logam dan batuan pada tahun
2011 yang banyak diusahakan di Provinsi DIY saat ini adalah sirtu/pasir
dengan produksi 487.100 m3, batu gamping/kapur dengan produksi 87.486
m3, tanah liat dengan produksi 304 m3, andesit dengan produksi 191.275
m3, zeolit dengan produksi 300 m3, breksi batuapung dengan produksi 525
m3, dan tanah urug dengan produksi 101.648 m3. Dari pelaksanaan
program dan kegiatan pada tahun 2011, total peningkatan nilai produksi
bahan galian dari 7 mineral logam dan batuan sebesar 396,3 juta Rupiah
atau meningkat 1,07% dari target sebesar 0,37%.
5.5. Pemenuhan Kebutuhan Bahan Bakar
Pemenuhan kebutuhan bahan bakar minyak bersubsidi jenis premium dan
solar didistribusikan melalui 89 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
(SPBU), sedangkan penyaluran bahan bakar gas bersubsidi didistribusikan
melalui 9 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji dengan 43 agen dan 2.832
pangkalan. Upaya pemenuhan kebutuhan bahan bakar, dilakukan melalui
kegiatan pengawasan terhadap distribusi bahan bakar bersubsidi. Dari
pelaksanaan program dan kegiatan pengawasan pada tahun 2011,
penyaluran bahan bakar minyak bersubsidi jenis premium sebesar 458.064
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 179
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
KL, solar 112.816 KL serta penyaluran bahan bakar gas bersubsidi
52.792,15 Ton, realisasi penyaluran melebihi 1,3% dari besarnya kuota.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
6 URUSAN INDUSTRI
Sektor industri di Provinsi DIY memiliki kontribusi pada perekonomian
Provinsi DIY sebesar 14,03% pada tahun 2010, menempati urutan
keempat setelah sektor jasa, perdagangan, hotel dan restoran dan sektor
pertanian. Sektor industri di Provinsi DIY didominasi oleh usaha kecil dan
menengah, dimana jenis usaha seperti ini sangat berperan penting dalam
penyerapan tenaga kerja.
Jumlah unit usaha pada tahun 2011 sebanyak 80.056 unit dengan
penyerapan tenaga kerja sebanyak 295.461 orang. Kondisi tahun 2011
mengalami peningkatan dari tahun 2010. sebagaimana disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 4.94
Perkembangan Potensi IKM, 2008‐2011
Indikator Capaian Tahun
2008 2009 2010 2011
Jumlah Unit Usaha 76.267 77.851 78.122 80.056
Penyerapan Tenaga Kerja (orang) 273.621 291.391 292.625 295.461
Nilai Investasi (Rp Miliar) 769,27 871,11 878,06 1.003,67
Nilai Produksi (Rp Miliar) 2.800,90 2.325,58 2.821,21 3.053,03
Nilai Bahan Baku dan Penolong (Rp Miliar) 1.258,22 1.251,17 1.358,29 1.352,47
Sumber: Disperindagkop Provinsi DIY
Sektor Industri selama tahun 2011, mengalami perkembangan
positif. Hal tersebut dapat dilihat adanya peningkatan dari jumlah unit
usaha (2.48%), penyerapan tenaga kerja (0.97%), nilai investasi (14.31%),
dan nilai produksi (8.22%).
Pemerintah Provinsi DIY telah berupaya melalui berbagai program
dan kegiatan yang diharapkan dapat mengembangkan sektor industri di
Provinsi DIY. Adapun program‐program yang telah dilaksanakan selama
kurun waktu 2008‐2011 adalah sebagai berikut:
1. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah.
2. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri.
3. Program Pembinaan Industri Rumah Tangga (IRT), Industri Kecil dan
Menengah (IKM).
4. Program Peningkatan Kapasitas Iptek dan Sistem Produksi.
5. Program Penataan Struktur Industri.
6. Program Pengembangan Sentra‐sentra Industri Potensial.
7. Program Pembinaan dan Pengembangan Industri Kreatif.
Rekapitulasi pelaksanaan program dan kegiatan urusan industri
selama kurun waktu 2008‐2011 sebagaimana tercantum pada tabel
berikut.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 181
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Tabel 4.95
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Industri di Provinsi DIY,
2008‐2012*
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capaia (%)
n (%)
2008 3 19 2.501.444.115,00 2.309.387.130,00 92,00 100,00
2009 3 37 2.904.765.750,00 2.816.068.375,00 97,00 100,00
2010 6 43 3.197.835.300,00 2.822.288.970,00 88,00 98,83
2011 6 29 5.592.796.390,00 5.151.371.235,00 92,11 100,00
2012* 6 41 3.992.704.090,00 1.458.537.189,00 36,52 35,00
Catatan: Posisi s/d Juli 2012
Sumber: Disperindagkop Provinsi DIY
Pada tahun 2011 jumlah program dilaksanakan sebanyak 6 program
dengan jumlah kegiatan sebanyak 29 kegiatan. Sampai akhir tahun, capaian
fisik sebesar 100% dengan capaian realisasi keuangan sebesar Rp.
5.151.371.235,‐ atau 92,11%. Pada tahun 2012 jumlah program
dilaksanakan sebanyak 6 program dengan jumlah kegiatan sebanyak 41
kegiatan. Sampai dengan bulan Juli 2012, dengan capaian realisasi
keuangan sebesar Rp. 1.458.537.189,‐,‐ atau 36,52 %. Adapun kegiatan yang
sudah dilaksanakan sampai dengan bulan Juli 2012 antara lain:
1. Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Produk Olahan Ikan
2. Penerapan SNI IKM Logam
3. Pelatihan Teknis Pengembangan Desain Kemasan IKM Pangan
4. Pengembangan Desain IKM Kerajinan
5. Pelatihan ketrampilan Usaha Bagi Masyarakat Lingkungan Industri Hasil
Tembakau (Cukai)
6. Peningkatan Inovasi Produk IKM Sutera
7. Jogja Fashion Week
8. Pelatihan Standarisasi IT Internasional
9. Pelatihan pengelolaan UKM Berbasis IT
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Pengusaha IKM lebih memprioritaskan pada aspek produksi
sedangkan fungsi‐fungsi pemasaran masih kurang mampu
mengaksesnya, khususnya dalam informasi pasar dan terbatasnya
jaringan pemasaran.
2. Persediaan bahan baku untuk beberapa jenis industri tertentu masih
tergantung dari daerah lain misalnya: serat tumbuhan, kayu, kulit,
perak dan bambu.
3. Umumnya IKM masih lemah dalam desain. Dalam berproduksi
sebagian pengusaha hanya berdasarkan Job Order/Buyer Manded.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 182
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
4. Kemitraan Usaha pemasaran masih terbatas sehingga jaringan pasar
masih terbatas.
5. IKM belum optimal memanfaatkan pasar global karena daya saing
masih rendah dan dihadapkan adanya peraturan lingkungan hidup,
HAKI, Manajemen Mutu atau (ISO 9000).
6. Masih banyak barang dijual belum menggunakan SNI.
7. Kemampuan promosi IKM masih terbatas, disebabkan biaya promosi
dianggap relatif masih mahal.
8. Program pengembangan HAKI masih kurang optimal karena manfaat
HAKI belum begitu dirasakan manfaat oleh perajin, tidak didukung
dengan bantuan pendaftaran merk, sosialisasi HAKI serta operasional
klinik HAKI juga kurang optimal.
Solusi
1. Perlu adanya pelatihan dan pembinaan mengakses pasar melalui
teknologi informasi/internet dan IKM perlu peningkatan sarana dan
prasarana teknologi informasi dan kegiatan market survei.
2. Peningkatan mutu dan memperhatikan peningkatan nilai tambah,
maka perlu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan bahan baku
dari daerah lain dengan tetap memperhatikan kontinuitas SDA
setempat. Kegiatan yang perlu di laksanakan antara lain identifikasi
kebutuhan bahan baku, kemitraan penyediaan bahan baku dengan
daerah lain yang potensial menyediakan bahan baku dengan
kontinyu.
3. Pengembangan desain melalui pelatihan dan bantuan tenaga ahli
desain.
4. Peningkatan kemitraan pemasaran/keterkaitan pemasar antar sektor
industri dengan sektor ekonomi lainnya.
5. Pengembangan kelembagaan seperti penerbitan Izin Usaha Industri,
Pelaksanaan Gugus Kendali Mutu (GKM), Diklat SDM Perusahaan,
Pendampingan oleh tenaga ahli.
6. Peningkatan mutu komoditi yang dihasilkan IKM dengan tetap
memperhatikan peningkatan nilai tambah dengan cara:
- Pengembangan sistem pengendalian mutu/kontrol kualitas produk.
- Pengembangan teknologi untuk peningkataan produktivitas, efisien
dan nilai tambah melalui pelatihan teknologi ketrampilan,
bimbimgan teknis dan bantuan peralatan, bimbingan teknis aspek
lingkungan.
- Pengembangan desain produk yang sesuai selera konsumen/pasar.
7. Pengembangan komoditi One Village One Product (OVOP) di luar
sentra industri akan dilakukan teritegrasi lintas Kabupaten/Kota.
Kegiatan pembinaan antara lain pendampingan, studi banding,
promosi dan pemasaran bersama, program pengembangan yang
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 183
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
sudah disepakati. Jenis komoditi yang akan dikembangkan meliputi
kerajinan hasil hutan, kerajinan kulit, tekstil, industri logam, industri
IT beserta pengembangan Kluster Industri meliputi kerajinan kulit dan
turunannya serta kerajinan kayu dan turunannya. Pengembangan
Kluster Industri ini dirumuskan bersama antara Provinsi dengan
Kabupaten/Kota dan kerjasama dengan Provinsi lain. Untuk kerajian
kulit akan terkait dengan Asosiasi Penyamakan Kulit Indonesia (APKI),
Akademi Teknologi Kulit (ATK), Balai Besar Kulit, Kabupaten Bantul,
Kabupaten Gunungkidul, Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman,
Kabupaten Magetan, Provinsi NTT, Provinsi Jawa Barat.
8. Pengembangan Industri Kreatif dalam bentuk Dialog, Temu Usaha,
Pendidikan dan Pelatihan, Fasilitasi, Bantuan Peralatan, Promosi.
7 URUSAN PERDAGANGAN
Sektor perdagangan merupakan sektor strategis bagi Provinsi DIY yaitu
merupakan penyumbang terbesar kedua pada pembentukan PDRB setelah
sektor jasa‐jasa. Sebagai sektor strategis, sektor perdagangan memegang
peranan yang penting dalam pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY karena
sangat terkait dengan sektor‐sektor lain seperti sektor pertanian, industri,
pariwisata dan lainnya. Sektor perdagangan terbagi dalam perdagangan
dalam negeri dan perdagangan luar negeri.
Perkembangan perdagangan luar negeri di Provinsi DIY selama
tahun 2008‐2011 dapat dilihat pada perkembangan ekspor impor. Volume
ekspor DIY tahun 2011 sebesar 27 juta kg, turun 8 juta kg dari tahun 2010.
Namun demikian, dilihat dari nilainya ekspor DIY terus mengalami
kenaikan selama 2008‐2011. Nilai ekspor pada tahun 2008 sebesar 130,3
juta US$, naik menjadi 109 juta US$ pada tahun 2009, naik lagi pada tahun
2010 menjadi 140 juta US$, dan hingga akhir tahun 2011 menjadi 144 juta
US$. Beberapa komoditi yang menjadi unggulan ekspor DIY antara lain
kulit, produk kulit, tekstil dan kerajinan. Negara tujuan ekspor utama setiap
tahunnya tidak mengalami perubahan yang signifikan. Amerika Serikat
masih menjadi negara tujuan ekspor walaupun sudah tidak menjadi tujuan
utama, selanjutnya diikuti oleh negara‐negara Uni Eropa, Jepang, Australia,
Kanada, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Taiwan, Hongkong, serta Uni
Emirat Arab sebagai entry point dari negara‐negara Timur‐tengah.
Sementara itu, pada sisi impor menunjukkan adanya kenaikan nilai
tetapi penurunan volume pada akhir tahun 2011. Pada tahun 2010,
realisasi impor Provinsi DIY mengalami penurunan nilai sebesar 1,56%,
volumenya mengalami penurunan sebesar 23,93%, dibandingkan tahun
sebelumnya, atau sebesar nilai 25,95 juta US$ dan volumenya 4,10 juta
kg. Barang modal berupa tekstil, bahan baku susu, kulit disamak, mesin,
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 184
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
kapas, label, asesoris garment masih mendominasi realisasi impor di tahun
2010. Dalam tahun 2011 (s.d Desember) realisasi impornya mencapai nilai
75,98 juta US$ dan volumenya 2,42 juta kg, posisi ini bila dibandingkan
tahun sebelumnya pada periode yang sama, mengalami kenaikan nilai
192,74%, sedangkan volume mengalami penurunan sebesar ‐40,46%.
Tabel 4.96
Perkembangan Ekspor–Impor di Provinsi DIY, 2008‐2012
Capaian Tahun
No Uraian
2008 2009 2010 2011 2012*)
A Ekspor
1. Volume (Juta kg) 40,6 31 35 27 9,25
2. Nilai (Juta US $) 130,3 109 140 144 45,30
3. Komoditi 103 106 116 102 76
4. Negara 97 99 93 87 70
5. Eksportir 256 270 251 208 111
B Impor
1. Volume (Juta kg) 8,9 5 3 2 0,76
2. Nilai (Juta US $) 50,7 26 22 76 6,65
3. Komoditi 25 19 22 16 10
4. Negara 24 27 25 28 20
5. Importir 17 11 10 6 4
Catatan: *) Posisi s/d Maret 2012
Sumber: Disperindagkop Provinsi DIY
Sementara itu, perkembangan di sektor perdagangan dalam negeri
tercatat pada tahun 2008‐2011 secara umum mengalami perkembangan
positif, yaitu terlihat dari perkembangan jumlah Tanda Daftar Perusahaan
(TDP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan jumlah pasar di DIY.
Realisasi jumlah penerbitan SIUP sepanjang tahun 2011 sebanyak 1.566
buah, sehingga jumlah kumulatif menjadi 39.594 SIUP. Dari Tabel terlihat
bahwa pengusaha kecil di Provinsi DIY mendominasi sektor perdagangan.
Tabel 4.97
Perkembangan SIUP menurut Golongan Usaha di Provinsi DIY, 2008‐2012
Tahun
No Golongan Usaha
2008 2009 2010 2011 2012*
1 Pengusaha Besar 642 756 910 988 1.008
2 Pengusaha 1.296 1.548 1.820
1.999 2.142
Menengah
3 Pengusaha Kecil 31.119 33.425 35.298 36.607 37.582
Jumlah 33.057 35.729 38.028 39.594 40.732
Catatan: *) Posisi s.d Juli 2012
Sumber: Disperindagkop Provinsi DIY
Sementara itu perkembangan TDP di Provinsi DIY dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan. pada tahun 2010 jumlah komulatif TDP
adalah sebanyak 38.612, sedangkan sampai Desember 2011 menghasilkan
komulatif TDP sebanyak 39.594. Hal tersebut menunjukkan bahwa
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 185
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
penerbitan TDP tahun 2011 masih didominasi oleh Perusahaan Perorangan
(PO) sebesar 64.30 % dari total komulatif TDP.
Tabel 4.98
Perkembangan TDP di Provinsi DIY, 2008‐2012
Tahun
No Bentuk Perusahaan
2008 2009 2010 2011 2012*
1 Perseroan Terbatas (PT) 3.322 3.662 4.017 4.391 4.595
2 Koperasi 771 812 850 874 891
3 CV 6.671 7.393 8.144 8.777 9.098
4 FA 66 66 66 66 67
5 Perorangan (PO) 22,599 24.069 25.152 26.115 26.573
6 Bentuk Perusahaan Lain 375 382 383 387 389
Jumlah 33.804 36.384 38.612 40.610 41.613
Catatan: *) Posisi s.d Juli 2012
Sumber: Disperindagkop Provinsi DIY
Perkembangan sektor perdagangan Provinsi DIY, didukung dengan
tersedianya sarana perdagangan seperti toko modern dan pasar
tradisional. Jumlah pasar tradisional dan toko modern pada tahun 2011
tidak mengalami perubahan dibanding dengan tahun 2010, dengan rincian
331 pasar tradisional dan 405 toko modern. Sedangkan s.d Juli 2012
tercatat ada 333 pasar tradisonal dan 416 toko modern.
Tabel 4.99
Jumlah Pasar Modern dan Pasar Tradisional di Propinsi DIY
Tahun 2008– 2012
Tahun
No Bentuk Perusahaan
2008 2009 2010 2011 2012*
1 Pasar Tradisional 338 336 331 331 333
2 Pasar Modern 228 350 405 405 416
Jumlah 556 556 686 736 749
Catatan: *) Posisi s.d Juli 2012
Sumber: Disperindagkop Provinsi DIY
Mengingat peran strategis sektor perdagangan yang merupakan
sektor penting dalam pembentukan PDRB DIY, Pemerintah Provinsi DIY
berupaya untuk mengembangkan sektor perdagangan melalui program
dan kegiatan yang dilaksanakan setiap tahunnya. Program‐program di
sektor perdagangan yaitu:
1. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan.
2. Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional.
3. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor.
4. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri.
5. Program Persaingan Usaha.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 186
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Rekapitulasi pelaksanaan program dan kegiatan urusan
perdagangan selama kurun waktu 2008‐2011 sebagaimana tercantum
pada tabel berikut.
Tabel 4.100
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Perdagangan di Provinsi DIY,
2008‐2012
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Capaian Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp)
(%)
2008 5 20 2.508.209.100,00 2.291.943.269,00 91,00 100,00
2009 5 24 2.552.249.700,00 2.477.516.875,00 97,07 100,00
2010 5 25 2.071.729.200,00 2.055.194.700,00 99,00 100,00
2011 5 29 3.070.671.180,00 2.883.104.970,00 93,87 100,00
2012* 5 22 3.372.919.634,00 1.395.732.740,00 36,81 40,00
Catatan: *) Posisi s.d Juli 2012
Sumber: Disperindagkop Provinsi DIY
Pada tahun 2011 jumlah program dilaksanakan sebanyak 5 program
dengan jumlah kegiatan sebanyak 29 kegiatan. Sampai dengan akhir tahun,
capaian fisik sebesar 100% dengan capaian realisasi keuangan sebesar Rp.
2.883.104.970,‐ atau 93,87%. Pada tahun 2012 jumlah program
dilaksanakan sebanyak 5 program dengan jumlah kegiatan sebanyak 22
kegiatan. Sampai dengan bulan Juli 2102, capaian realisasi keuangan
sebesar Rp.1.395.732.740,‐ atau 36,81%. Adapun kegiatan yang sudah
dilaksanakan sampai dengan Juli 2012 antara lain:
1. Temu Kemitraan Antar Pelaku Usaha Dalam Negeri Dengan Luar
Negeri
2. Pengelolaan Kegiatan Penerbitan SKA Otomasi On Line, Pembuatan
Leaflet Prosedur Ekspor Impor
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
1. Perdagangan Dalam Negeri.
a. Pertumbuhan pasar modern di Provinsi DIY cukup pesat dan
semakin lama akan mengancam keberadaan pasar tradisional.
b. Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan
produk dalam negeri.
c. Kurangnya tingkat kesadaran produsen dan konsumen tentang
tertib niaga dan perlindungan konsumen.
d. Daya saing produk dan kemampuan dalam mengakses pasar masih
relatif rendah, di sisi lain, sisi jaringan pasar terbatas karena masih
kurangnya kemitraan dalam usaha perdagangan.
2. Perdagangan Luar Negeri.
a. Daya saing rendah, karena mutu, harga dan tidak terjaminnya
kontinuitas pasokan barang.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 187
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
b. Masalah pemasaran seperti lemahnya penguasaan jalur distribusi
komoditi ekspor, terbatasnya informasi pasar ekspor, kualitas SDM
pemasaran yang relatif masih rendah, dan persaingan dengan
produk luar negeri.
c. Bahan baku beberapa jenis industri mulai langka dan sangat
tergantung pada daerah lain, sehingga harga menjadi mahal
misalnya serat alam, kayu dan bambu.
d. Kondisi infrastruktur (jalan dan jembatan) di beberapa
Kabupaten/Kota di Provinsi DIY, belum memadai bagi angkutan
kontainer, menyebabkan terhambatnya kelancaran angkutan
barang.
e. Lemahnya permodalan.
Solusi
1. Perdagangan dalam negeri.
a. Peningkatan kualitas SDM.
b. Penghapusan ekonomi biaya tinggi.
c. Secara aktif menumbuhkan iklim investasi serta memperluas akses
pasar.
d. Diadakan sosialisasi peggunakan produk dalam negeri serta
sosialisasi kepada produsen dan konsumen tentang tertib niaga dan
perlindungan konsumen.
2. Perdagangan luar negeri.
a. Pelatihan desain produk ekspor.
b. Peningkatan mutu dan kualitas produk yang diekspor.
c. Informasi mengenai pasar ekspor.
d. Peningkatan SDM untuk dapat mmengakses pasar ekspor.
e. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekspor.
8 URUSAN KETRANSMIGRASIAN
Transmigrasi merupakan salah satu cara atau metode untuk mempercepat
pembangunan dan pertumbuhan daerah. Sejalan dengan berlakunya
otonomi daerah, yang mengacu pada Undang–Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang–Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Pusat telah mengamanahkan kepada semua penyelenggara
pembangunan untuk merubah tata cara pelaksanaan pembangunan
termasuk pembangunan transmigrasi agar lebih mengedepankan peran
daerah untuk lebih berdayaguna dalam setiap kegiatannya.
Untuk itu penyelenggaraan program transmigrasi kini pelaksanaannya
dilandasi atas kebutuhan daerah, diwujudkan dengan inisiatif daerah dan
dilaksanakan daerah serta difasilitasi oleh pusat yang bermanfaat bagi
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 188
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
daerah itu sendiri. Perencanaan dan pelaksanaan program transmigrasi
harus memberikan tempat yang proporsional kepada daerah, baik daerah
asal maupun daerah tujuan transmigran melalui kerjasama antar daerah.
Oleh karena itu, peran pemerintah daerah sebagai pelaksana (rowing)
sedangkan pemerintah pusat sebagai fasilitator dan memberikan arahan
(steering) maka dalam pelaksanaan pembangunan transmigrasi dilakukan
dengan pendekatan demand side, dimana pembangunan transmigrasi
disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan masyarakat dan
pemerintah daerah setempat yang melibatkan pemerintah provinsi dengan
dukungan pemerintah kabupaten/kota.
Pemerintah Provinsi DIY sebagai daerah pengirim calon transmigran
telah bekerjasama dengan provinsi daerah penempatan dalam
penyelenggaraan transmigrasi. Dengan adanya kerjasama tersebut,
diharapkan dapat memudahkan penyelenggaraan transmigrasi sehingga
permasalahan‐permasalahan yang ada dapat diminimalisir sedini mungkin.
Pemerintah Provinsi DIY telah memberangkatkan transmigran total
sebanyak 759 KK selama kurun waktu 2008‐2011, yaitu masing‐masing 205
KK pada tahun 2008, 223 KK pada tahun 2009, 175 KK pada tahun 2010 dan
125 KK pada tahun 2011. Selain itu, juga telah dilaksanakan program
transmigrasi lokal dengan kegiatan Pelatihan Dasar Umum (PDU) bagi
calon transmigran. Total calon transmigran yang telah mengikuti PDU
selama tahun 2008‐2010 sebanyak 573 KK dengan rincian 196 KK pada
tahun 2008, 227 KK pada tahun 2009 dan 150 KK pada tahun 2010.
50
0
0
2008 2009 2010 2011
Sumber: Disnakertras Provinsi DIY
Gambar 4.10
Jumlah Pemberangkatan Transmigran ke Luar Jawa dan Jumlah Calon
Transmigran Peserta PDU di Provinsi DIY, 2008‐2010
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 189
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
Rekapitulasi pelaksanaan program dan kegiatan urusan
ketransmigrasian selama kurun waktu 2008‐2011 sebagaimana tercantum
pada tabel berikut.
Tabel 4.101
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Ketransmigrasian di Provinsi DIY,
2008‐2011
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Capaian
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)
(%)
2008 3 6 3.482.635.000 2.962.363.534 85,06 92,40
2009 3 7 3.155.144.750 3.040.941.860 80,44 91,68
2010 2 7 2.230.296.000 1.981.963.600 89,13 100,00
2011 2 9 86,79 89,82
1.986.948.000 1.724.573.300
2012* 2 8 449.418.000 18.67 8.52
2.406.847.500
Catatan: *)Posisi s/d Agustus 2012
Sumber: Disnakertras Provinsi DIY
Pada tahun 2008‐2009 Pemerintah Provinsi DIY menangani 3
program untuk urusan pilihan ketransmigrasian, tahun 2010‐2012
melaksanakan 2 program, dengan jumlah kegiatan dinamis, pada tahun
2008 sebanyak 6 kegiatan, tahun 2009 sebanyak 7 kegiatan, tahun 2010
sebanyak 7 kegiatan, tahun 2011 sebanyak 9 kegiatan dan tahun 2012
sebanyak 8 kegiatan. Sedangkan pagu anggaran pada tahun 2008 yaitu
sebesar Rp.3.482.635.000,‐ tahun 2009 sebesar Rp.3.155.144.750,‐ tahun
2010 sebesar Rp.2.230.296.000,‐ tahun 2011 sebesar Rp.2.230.296.000
dan tahun 2012 sebesar Rp.2.406.847.500. Realisasi fisik pada tahun 2008,
tahun 2009 dan tahun 2011 tidak dapat tercapai 100% disebabkan karena
pada tahun 2008 transmigran yang diberangkatkan dari target sebersar
240 orang terealisasi 205 orang, dan pada tahun 2009 dari target 250 KK
terealisasi 223 KK dan pada tahun 2011 dari target 175 KK terealisasi 125
KK.
Adapun kegiatan yang sedang berjalan adalah sebagai berikut:
Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi
1. Peningkatan kerjasama antar wilayah, antar pelaku dan antar sektor
dalam rangka pengembangan kawasan transmigrasi.
2. Penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana sosial dan ekonomi
kawasan Transmigrasi.
3. Seleksi calon transmigran tingkat Provinsi.
4. Forum Komunikasi Informasi Edukasi dalam rangka Sosialisasi Potensi
Kawasan Trnasmigrasi.
5. Penampungan, Angkutan dan pengawalan transmigran.
6. Pemeriksaan Kesehatan.
7. Perbekalan Calon Transmigran.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 190
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IV
Program Transmigrasi Regional
‐ Pelatihan transmigrasi regional.
Permasalahan dan Solusi
Permasalahan
Dalam urusan ketransmigrasian terdapat beberapa permasalahan umum
sebagai berikut:
1. Animo masyarakat untuk bertransmigrasi lebih banyak dibandingkan
dengan kuota yang diberikan pemerintah pusat.
2. Kondisi daerah penempatan tidak sesuai dengan azas 2 C (Clear and
Clean) dan 4 L (Layak huni, Layak berkembang, Layak lingkungan dan
Layak usaha). Hal ini mendorong terjadi keresahan/ketidakbetahan
transmigran.
3. Persiapan lokasi permukiman dilakukan pada tahun anggaran
berjalan. Hal ini menyebabkan penumpukan kegiatan pengerahan
dan pemindahan calon transmigran di akhir tahun anggaran. Hal ini
mengakibatkan penyerapan anggaran dan pertanggungjawaban
menumpuk pada akhir tahun anggaran.
Solusi
Beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kerjasama bidang ketransmigrasian dengan daerah
penerima serta mengajukan usul penambahan alokasi program ke
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
2. Meningkatkan koordinasi antara daerah pengirim dan daerah
penerima yang dituangkan dalam naskah kerjasama, agar hak dan
kewajiban masing‐masing daerah bisa direalisasikan secara
konsekuen dan disamping itu diperlukan perlindungan/advokasi dan
pendampingan secara lebih baik kepada transmigran.
3. Meningkatkan koordinasi dalam menyiapkan calon lokasi
transmigrasi dengan daerah penerima maupun dengan Kementerian
Negara Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN AKHIR MASA JABATAN KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, TAHUN 2008 - 2012
IV ‐ 191
BAB V
PENYELENGGARAAN
TUGAS PEMBANTUAN
Selama periode tahun 2008 – 2012 Dana Tugas Pembantuan untuk Provinsi DIY
anggaran didominasi dari Kementerian Pekerjaan Umum yaitu rata rata 49,87 % .
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
V-1
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
Tabel 5.1
Rekapitulasi Dana Tugas Pembantuan Provinsi DIY, 2008-2012
2008 2009 2010 2011 2012
No Nama % thp % thp % thp % thp % thp
Rp.(000) Rp.(000) Rp.(000) Rp.(000) Rp.(000)
total total total total total
1 Kementerian 6.786.632 10,31 2.155.950 4,22 2.250.000 3,87 22.768.746 27,13 57.376.040 46,73
Pertanian
2 Kementerian 41.692.710 63,35 34.440.759 67,88 35.470.675 60,95 31.410.435 37,43 34.766.730 28,31
Pekerjaan
Umum
3 Kementerian - - 3.531.699 6,92 862.090 1,48 463.580 0,55 1.131.862 0,92
Sosial
4 Kementerian 7.352.267 11,17 2.617.160 5,13 8.929.665 15,34 6.754.746 8,05 9.488.521 7,73
Kelautan dan
Perikanan
5 Kementerian 117.319 0,18 - - - - - - - -
Dalam Negeri
6 Kementerian - - 1.155.000 2,26 1.200.000 2,06 1.529.520 1,82 2.737.000 1,94
Pariwisata
7 Kementerian - - - - - - 4.850.000 5,78 350.000 0,29
Kebudayaan
8 Kementerian 4.311.867 6,55 5.305.461 10,40 4.425.552 9,06 4.249.152 5,06 4.718.155 3,84
Tenaga Kerja
9 Kementerian - - 1.831.993 3,59 4.209.652 7,23 11.885.540 14,16 12.584.220 10,25
Kehutanan
10 Kementerian 5.550.000 8,43 - - - - - - - -
Negara Perda-
gangan
Jumlah 65.810.795 100 51.038.022 100 58.194.470 100 83.911.719 100 122.792.528 100
Jumlah total dana Tugas Pembantuan yang diterima Pemerintah Provinsi DIY
selama periode 2008-2012 adalah sebesar RP.381,747 miliar dengan jumlah 107 Program
yang dilaksanakan sebanyak 107 Program, sedangkan jumlah kegiatan sebanyak 179
kegiatan. Jumlah dana yang diterima pada tahun 2009 sebesar Rp.51,038 miliar. Dana
Tugas Pembantuan sejak tahun 2009 ada kecenderungan meningkat. Pada tahun 2012
yang diterima sebesar Rp.122,792 miliar. Nilai pada tahun 2012 menunjukkan adanya
peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya hal ini disebabkan
sebagian besar dana kementrian mengalami kenaikan.
Tabel 5.2
Rekapitulasi Tugas Pembantuan di Provinsi DIY, 2008-2012
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Realisasi Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu(Rp.000) % Capaian
(Rp.000)
2008 14 24 65.810.795 52.448.195 79,69 97,60
2009 20 45 51.038.022 46.477.081 91,06 95,02
2010 28 38 58.194.470 50.190.300 86,24 94,23
2011 22 45 83.911.719 80.027.461 95,37 97,56
2012* 23 55 122.792.528 63.644.233 51,83 35,74
Jumlah 107 207 381.747.534 292.787.270 80,83 84,04
Ket : * triwulan II
V -2 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V
Dilihat dari perbandingan antara pagu dana realisasi dana Tugas Pembantuan selama
tahun 2008 – 2012, menunjukan adanya tingkat realisasi keuangan rata-rata per tahun
sebesar 80,83 % dan realisasi fisik rata-rata 84,04 %.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
V-3
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4614);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Tahun
2006 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4663);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4816);
15. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4212)
juncto Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4418);
16. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II;
17. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara;
18. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi,
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
19. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Tahun 2011;
20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;
21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun
Standar;
22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata C a r a
Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan
Barang Milik Negara;
23. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
24. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman
Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
25. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/Permentan/Ot.140/12/2010 Tentang
Penugasan kepada Gubernur dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung Jawab
Dana Tugas Pembantuan Provinsi Tahun Anggaran 2011.
V -4 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V
Dana tugas pembantuan yang diterima di Dinas Pertanian Provinsi DIY selama
tahun 2008-2012 total sebesar Rp 91,33 miliar dengan jumlah total program sebanyak
18 dengan kegiatan sebanyak 39. Dana terbesar diterima pada tahun 2012, dimana
total pagu anggaran tugas pembantuan sebesar Rp 57,37 miliar. Peningkatan dana di
tahun 2012 terkait dengan peternakan khususnya penyelamatan sapi betina produktif
dan peningkatan prasarana dan sarana pertanian.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
V-5
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
Tabel 5.3
Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Dinas Pertanian, 2008-2012
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Pagu Realisasi Fisik (%)
Program Kegiatan % Capaian
(Rp.000) (Rp.000)
2008 5 10 6.786.632 6.717.493 98,98 100,00
2009 3 4 2.155.950 2.064.112 95,74 99,23
2010 3 3 2.250.000 2.002.250 88,99 97,78
2011 3 8 22.768.746 21.987.565 96,57 100,00
2012* 4 14 57.376.040 33.298.484 58,04 63,00
*Ket: data sampai dengan Bulan Juli 2012
Dilihat dari perkembangan pagu anggaran 2008 s.d. 2012, nampak dana tugas
pembantuan dari Kementerian Pertanian makin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
dapat membantu peningkatan pembangunan pertanian di Provinsi DIY utamanya pada
sub sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, pengolahan dan pemasaran
hasil pertanian serta prasarana dan sarana pertanian.
Solusi
1. Melaksanakan usulan revisi ke Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian c.q.
Eselon I yang bersangkutan.
2. Melaksanakan komunikasi dan koordinasi dengan Kementerian Pertanian c.q.
Eselon I yang bersangkutan.
3. Melakukan revisi pelaksanaan kegiatan sesuai dengan dokumen pedoman yang
terbaru.
4. Melakukan koordinasi saat perencanaan dan pelaksanaan, untuk mempertegas
sasaran kegiatan tugas pembantuan dengan dekonsentrasi.
V -6 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
V-7
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
Tabel 5.4
Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Dinas PUP-ESDM, 2008-2012
Jumlah Keuangan
Jumlah Kegiatan Persen
Tahun Realisasi Fisik (%)
Program Pagu % Capaian Capain
(Rp.000) (Rp.000)
(%)
2008 3 6 41.692.710 35.684.790 85,59 95,63
2009 3 17 34.440.759 34.261.667 99,48 100,00
2010 3 5 35.470.675 32.718.150 92,24 99,45
2011 2 2 31.410.435 31.221.053 99,40 100,00
Pada Tahun 2012 melalui Program Pengelolaan Sumber Daya Air dilaksanakan
Kegiatan Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan
Lainnya dengan capaian sampai dengan bulan Juni 2012 untuk progres fisik 46,96% dan
realisasi Keuangan Rp.852.317.800,00 (38,50 %).
Program Penyelenggaraan Jalan dilaksanakan Kegiatan Pelaksanaan Preservasi
dan peningkatan kapasitas Jalan Nasional dengan capaian sampai dengan bulan Juni
2012 untuk progres fisik 73,79% dan realisasi Keuangan Rp.20.281.404.234,00 ( 68,89%).
Program Penyelenggaraan Penataan Ruang dilaksanakan Kegiatan Pelaksanaan
Pengembangan Perkotaan dengan capaian sampai dengan bulan Juni 2012 untuk
progres fisik 21,67% dan realisasi Keuangan Rp.43.974.900,00 ( 1,24%).
V -8 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V
9. Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengelolaan Barang/Jasa Pemerintah;Jo Keputusan Presiden No. 61 Tahun 2004
Tentang Perubahan Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003
10. Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 44 Tahun 2008
tentang Rincian Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Unit Pelaksana Teknis pada Dinas
Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
11. Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 20/KEP/2012 Tanggal
11 Januari 2012 tentang Pengangkatan Pejabat Pengelola Kegiatan Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan pada Dinas Sosial Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012
12. Surat Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DIY Nomor : 4675/027-
05.04.01/14/2012 tanggal 9 Desember 2011 tentang Pengesahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2012.
13. Surat Keputusan Kepala Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor : 188/0115/I.3, tanggal 13 Januari 2012 tentang Pengangkatan Pejabat
Pengelola Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan pada Dinas Sosial
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2012.
Tabel 5.5
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Wajib Sosial, 2008-2012
Keuangan Fisik
Tahun Jumlah Jumlah Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Persen capaian
Program Kegiatan (%)
2008 - - - - - -
2009 1 1 3.531.699.000 2.087.446.795 59,10 74,29
2010 1 1 862.090.000 845.690.800 98,10 98,10
2011 2 2 463.580.000 437.021.350 94,27 100,00
2012* 1 2 1.131.862.000 185.997.500 16,43 16,48
Ket : *Kondisi sampai dengan Agustus 2012
Dana Tugas Pembantuan tahun 2009 dan 2010 diperuntukkan bagi kegiatan
penanggulangan bencana alam berupa bantuan BBR dan lauk pauk bagi korban bencana
alam. Realisasi keuangan tahun 2009 sebesar 59,10% karena dana Tugas Pembantuan
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
V-9
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
baru dapat dicairkan apabila terjadi bencana sehingga realisasi keuangan maupun fisik sangat tergantung
pada kondisi yang terjadi pada waktu itu. Dana Tugas Pembantuan tahun 2011 terdiri dari dua program dan
dua kegiatan yaitu Program Rehabilitasi Sosial untuk kegiatan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan
Napza dan Program Perlindungan dan Jaminan Sosial untuk kegiatan Perlindungan Sosial Korban Bencana
Alam. Dana Tugas Pembantuan tahun 2012 terdiri dari 1 program 2 kegiatan yaitu Program Perlindungan dan
Jaminan Sosial untuk kegiatan Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan Perlindungan Sosial Bencana
Sosial. Pada tahun 2012 Dana Tugas Pembantuan akan terkena pemotongan anggaran dari Kementerian
Sosial sebesar Rp.600.000.000 (kegiatan perlindungan sosial korban bencana alam) dan sebesar Rp.
307.800.000 (kegiatan perlindungan sosial korban bencana sosial) sehingga pada tahun 2012 dana tugas
pembantuan menjadi sebesar Rp. 224.062.000. Meskipun Dana Tugas Pembantuan tahun 2012 akan terkena
pemotongan tetapi apabila terjadi bencana sewaktu-waktu maka pemerintah Pusat (Kementerian Sosial)
tetap menyediakan anggaran untuk korban bencana alam maupun bencana sosial melalui dana hibah dalam
negeri yang dapat dimanfaatkan sewaktu-waktu oleh semua provinsi di Indonesia. Proyeksi pelaksanaan
Dana Tugas Pembantuan sampai dengan bulan September 2012 sebesar 83,01%.
Solusi
1. Memberikan usulan kepada pemerintah pusat agar panduan pencairan dana Tugas Pembantuan
Kegiatan Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam dan bencana sosial dapat disesuaikan dengan
kondisi yang ada di daerah.
2. Menyampaikan kepada Kabupaten/kota untuk dapat mengalokasikan anggaran bahan bangunan
rumah dan lauk-pauk untuk korban bencana yang korbannya kurang dari 10 KK.
V - 10 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V
Tabel 5.6
Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Dinas Kehutanan
dan Perkebunan, 2009-2012
Jumlah Jumlah Keuangan
Tahun Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp.000) Realisasi (Rp.000) % Capaian
2009 3 4 1.831.993 1.458.999 79,64 100,00
2010 7 8 4.209.652 4.041.265 96,00 95,72
2011 2 7 11.885.540 11.204.186 94,27 97,69
2012* 3 9 12.584.220 7.627.676 60,61 65,00
Ket: *data sampai dengan Bulan Juli 2012
Pada tahun anggaran 2011 terdapat kegiatan fisik yang tidak selesai 100 % karena :
1. Pemberdayaan Petani Kelapa (Sleman dan Bantul) Output kegiatan untuk
pelatihan petugas, sedangkan komponen dan sub komponennya untuk petani,
sehingga kegiatan ini tidak dilaksanakan.
2. Penanaman dan perluasan tebu dengan Bantuan benih unggul kultur jaringan
dari target 130 ha direalisasikan 118 ha, karena petani masih belum bisa
menerima teknologi baru dalam budidaya tebu.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
V - 11
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
V - 12 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V
Tabel 5.7
Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Dinas Kelautan dan Perikanan,
2008-2012
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Realisasi Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp.000) % Capaian
(Rp.000)
2008 2 2 7.352.267 6.988.325 95,05 100,00
2009 3 7 2.617.160 2.171.457 82,97 100,00
2010 3 4 8.929.665 5.249.750 58,79 85,75
2011 3 6 6.754.746 6.111.864 90,48 100,00
2012* 3 7 9.488.521 466.575 4,92 27,68
Ket: * data sampai dengan Bulan Juli 2012
Pada tahun 2012 program dan kegiatan yang dilaksanakan melalui dana Tugas
Pembantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah sebagai berikut:
1. Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap
• Pembinaan dan Pengembangan Kapal Perikanan, Alat Penangkap Ikan dan
Pengawakan Kapal Perikanan
• Pengelolaan Sumber Daya Ikan (SDI)
2. Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya
• Pengembangan Sistem Perbenihan Ikan
• Pengembangan Sistem Prasarana dan Sarana Pembudidaya Ikan
3. Program Peningkatan Daya Saing Produk Perikanan
• Fasilitasi Penguatan dan Pengembangan Pemasaran dalam Negeri Hasil
Perikanan
• Fasilitasi Penguatan dan Pengembangan Pemasaran luar Negeri Hasil
Perikanan
• Fasilitasi Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Perikanan
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
V - 13
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
V - 14 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V
Tabel 5.8
Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, 2008-2012
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Pagu Realisasi Fisik (%)
Program Kegiatan % Capaian
(Rp.000) (Rp.000)
2008 2 5 3.482.635 2.962.441 85,06 92,40
2009 2 5 4.111.975 3.307.834 80,44 91,68
2010 3 7 4.425.552 4.172.389 92,26 100,00
2011 3 6 4.249.152 3.106.146 73,10 82,84
2012* 2 5 4.718.155 501.303 10,62 10,75
*Ket: 2012 s/d bulan Agustus
Kegiatan yang realisasinya tidak tercapai 100 persen di tahun 2008 disebabkan karena
target pemberangkatan transmigrasi dari target 71 KK hanya terealisasi 62 KK, tahun
2009 target pemberangkatan 130 KK terealisasi 113 KK dan Tahun 2011 target 190
KK terealisasi 134 KK. Pada tahun 2012 target pengiriman 125 KK sampai dengan
bulan agustus belum terealisasi karena masih menunggu terbitnya Surat Perintah
Pemberangkatan (SPP) dari Kemenakertrans RI. Dengan demikian 5 kegiatan yang
dilaksanakan belum ada yang selesai. Pada bulan September 2012 diproyeksi Realisasi
fisik mencapai 60% dan Realisasi keuangan mencapai Rp.2.758.644.000,-.
Solusi
Koordinasi dengan Daerah penempatan transmigrasi dan Pemerintah Pusat agar dapat
menyelesaikan pembangunan permukiman transmigrasi lebih awal, sehingga SPP
segera terbit.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
V - 15
MUSEUM SONOBUDOYO
Museum yang dikelola Dinas
3.7. Dinas Kebudayaan Kebudayaan dan memiliki berbagai
koleksi berharga diantaranya Koleksi
3.7.1. Dasar Hukum Geologika, Biologika, Ethnografika,
Senirupa, Arkeologi hingga
1. UU no. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan negara Teknologika.
2. UU no. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan negara
sumber: http://yogyakarta.
3. UU no. 10 Tahun 2010 Tentang APBN TA 2011 panduanwisata.com/files/2012/05/
sonobudoyo.jpg (foto) dan
http://www.sonobudoyo.com
3.7.2. Instansi Pemberi Dana
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata/ Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
V - 16 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
MUSEUM AFFANDI
Sejak didirikan pada
tahun 1962 - 1985
museum ini dikelola
langsung oleh Affandi,
maestro seni rupa
Indonesia. Sejak
tahun 1981, Museum
Affandi dikelola oleh
Yayasan Affandi.
sumber:
http://www.affandi.
org
Tabel 5.9
Rekapitulasi Program/Kegiatan Tugas Pembantuan di Dinas Kebudayaan,
2008-2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Persen
Tahun Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) capaian
(%)
2008 - - - - - -
2009 - - - - - -
2010 - - - - - -
2011 2 2 4.850.000.000 4.499.046.200 92,76 100,00
2012* 1 1 350.000.000 22.462050 6,42 10,00
Ket : *triwulan II
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
V - 17
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
Tabel 5.10
Rekapitulasi Program/Kegiatan Urusan Kepegawaian Tahun 2008
Keuangan
Jumlah Jumlah Persen
Tahun Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Capa-
ian (%)
V - 18 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
V - 19
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
V - 20 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V
Kegiatan : Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Kepariwisataan
Pagu Anggaran : Rp. 79.520.000,-
Realisasi:
Pagu anggaran pelaksanaan Program Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan
dan Pariwisata sebesar Rp.79.520.000,- dapat terealisasi sebesar Rp.76.983.300,-
atau sebesar 96,81% dengan capaian fisik 100%. Besaran sisa pagu anggaran
berasal dari hasil sisa hasil negosiasi pengadaan barang/jasa.
Tabel 5.11
Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Dinas Pariwisata, 2009-2012
Keuangan
Jumlah Jumlah Fisik
Tahun Realisasi
Program Kegiatan Pagu (Rp.000) % Capaian (%)
(Rp.000)
2009 2 3 1.155.000 1.125.566 97,45 100,00
2010 1 2 1.200.000 1.160.806 96,74 100,00
2011 3 5 1.529.520 1.460.581 95,49 100,00
2012* 3 5 2.737.000 364.040 15,34 30,00
*Ket: data sampai dengan Bulan Juni 2012
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
V - 21
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
Sampai dengan bulan Juni 2012 realisasi fisik kegiatan mencapai 30%. Yang sudah
dilaksanakan adalah Program Pengembangan Pemasaran dan Program Pengembangan
Sumber daya Kebudayaan dan Pariwisata. Sampai dengan bulan September perkiraan
realisasi fisik mencapai 50% dengan catatan tanda bintang pada Program Pengembangan
Destinasi sudah dibuka sehingga kegiatan sudah mulai dilaksanakan.
Solusi
a. Mengirimkan personil untuk mengikuti diklat/bimtek/ujian sertifikasi
pengadaaan barang/ jasa yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah;
b. Menugaskan personil untuk mengikuti diklat/bimtek pengelolaan keuangan
yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan.
V - 22 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V
Tabel 5.12
Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Perdagangan, Industri
dan Koperasi, 2008
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Realisasi Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp.000) % Capaian
(Rp.000)
2008 1 1 5.050.000,00 4.721.680,00 93 100,00
Sumber: Dinas Perindagkop & UKM Provinsi DIY
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
V - 23
BAB VI
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM
PEMERINTAHAN
Sesuai Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat
menyebutkan bahwa penyelenggaraan tugas umum pemerintahan meliputi:
1. Kerja sama antar daerah;
2. Kerja sama daerah dengan pihak ketiga;
3. Koordinasi dengan instansi vertikal di daerah;
4. Pembinaan batas wilayah;
5. Pencegahan dan penanggulangan bencana;
6. Pengelolaan kawasan khusus yang menjadi kewenangan daerah;
7. Penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; dan
8. Tugas-tugas umum pemerintahan lainnya yang dilaksanakan oleh daerah.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 1
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
Tabel 6.1
Rekapitulasi Program Peningkatan Kerjasama Antar Daerah Provinsi DIY, 2008 - 2012
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Realisasi Capaian Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp)
(Rp) (%)
2008* 1 9 1.656.483.850 1.557.842.930 94,04 100,00
2009 1 15 2.956.103.000 2.070.682.390 70,05 98,00
2010 1 5 1.184.494.110 1.073.292.536 90,61 90,42
2011 1 4 1.004.980.630 807.762.030 80,38 78,23
2012** 1 5 725.128.600 327.806.500 45,21 50,00
* dilaksanakan oleh Biro Kerjasama, Setda Provinsi DIY
** realisasi sampai dengan Juli 2012
Sumber : BKPM Provinsi DIY
Selama kurun waktu 2008 s.d 2012 alokasi anggaran untuk program peningkatan
kerjasama antar daerah Provinsi DIY cenderung mengalami pengurangan. Hal tersebut
terkait upaya efisiensi dan efektifitas pada kegiatan-kegiatan kerjasama yang benar-
benar memberikan manfaat yang maksimal bagi pemda khususnya serta masyarakat
DIY pada umumnya. Adapun capaian fisik yang cenderung tidak tercapai 100% sejak
tahun 2009 adalah terkait pelaksanaan kegiatan yang selalu berhubungan dengan
daerah lain yang tidak serta merta dapat sesuai dengan kebijakan lokal DIY. Sebagai
contoh pada tahun anggaran 2011, capaian fisik program hanya tercapai 78,23% sebagai
konsekuensi belum turunnya persetujuan DPRD Provinsi DIY terkait pembentukan
kerjasama Pemerintah Provinsi DIY dengan St. Petersburg, Rusia, pada tahun tersebut
sehingga kegiatan-kegiatan yang terkait mengalami penundaan.
Realisasi pembentukan jalinan perjanjian kerjasama antar daerah Provinsi DIY
dengan daerah lain di dalam negeri selama kurun waktu tahun 2008 s.d Agustus 2012
adalah sebagai berikut :
Tabel 6.2
Realisasi Pembentukan Kerjasama Antar Daerah,
2008 - 2012
Tahun Jumlah Kerjasama
2008 5
2009 3
2010 7
2011 5
2012 * 10
Sumber : BKPM Provinsi DIY
Adapun sampai dengan Agustus tahun 2012, Pemerintah Provinsi DIY memiliki
perjanjian kerjasama dengan daerah lain yang dituangkan dalam 31 perjanjian
kerjasama yang masih berlaku, terdiri dari 22 perjanjian kerjasama antar daerah di
dalam negeri dan 9 perjanjian kerjasama dengan daerah lain di luar negeri.
Adapun secara keseluruhan, rekapitulasi 22 perjanjian kerjasama antar daerah
di dalam negeri yang masih berlaku meliputi :
1. Penanganan pelanggaran peraturan daerah serta gangguan ketertiban umum
dan ketentraman masyarakat di daerah perbatasan Provinsi DIY dan Provinsi
Jawa Tengah (No. 300/515/A, antara Satuan Polisi Pamong Praja Pemprov DIY
VI - 2 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Tengah dengan jangka waktu 5
tahun ).
2. Kerjasama Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Provinsi DIY dengan
Pemerintah Kabupaten Bantul (No. 5/KSP/II/2012 dengan jangka waktu 12
bulan).
3. Kerjasama Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Provinsi DIY dengan
Pemerintah Kabupaten Sleman (No. 2/KSP/II/2012 dengan jangka waktu 12
bulan).
4. Kerjasama Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Provinsi DIY dengan
Pemerintah Kota Yogyakarta (No. 1/KSP/II/2012 dengan jangka waktu 12 bulan).
5. Kerjasama Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Provinsi DIY dengan
Pemerintah Kabupaten Kulonprogo (No. 4/KSP/II/2012 dengan jangka waktu 12
bulan).
6. Kerjasama Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di DIY dengan
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul (No. 3/KSP/II/2012 dengan jangka waktu
12 bulan).
7. Coordination of Benefit (COB) Jaminan Kesehatan Semesta Provinsi DIY Tahun
2012 dengan Pemerintah Kabupaten Sleman (No. 3/PERJ/Gub/II/2012 dengan
jangka waktu 1 tahun).
8. Coordination of Benefit (COB) Jaminan Kesehatan Semesta Provinsi DIY Tahun
2012 dengan pemerintah Kabupaten Bantul (No. 6/Perj/Gub/II/2012 dengan
jangka waktu 1 tahun).
9. Coordination of Benefit (COB) Jaminan Kesehatan Semesta Provinsi DIY Tahun
2012 dengan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul (No. 4/Perj/Gub/II/2012
dengan jangka waktu 1 tahun).
10. Coordination of Benefit (COB) Jaminan Kesehatan Semesta Provinsi DIY Tahun
2012 dengan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo (No. 5/Perj/Gub/II/2012
dengan jangka waktu 1 tahun).
11. Perpanjangan Perjanjian Pinjam Pakai dengan Pemerintah Kota Yogyakarta
Tentang Bus Milik Pemerintah Kota Yogyakarta (No. 40/PERJ/GUB/XII/2011
dengan jangka waktu 2 tahun).
12. Perpanjangan Perjanjian Pinjam Pakai dengan Pemerintah Kota Yogyakarta
Tentang Shelter/Halte Bus Milik Pemerintah Kota Yogyakarta (No. 41/PERJ/GUB/
XII/2011 dengan jangka waktu 2 tahun).
13. Kerjasama pembangunan dan pemeliharaan pilar batas daerah dengan Provinsi
Jawa Tengah (No. 120/01359/Ro.1/2010 dengan jangka waktu 3 tahun).
14. Kerjasama penyelenggaraan pembangunan ketenagakerjaan daerah dengan
Provinsi Kalimantan Timur (No. 197/10616/BKPW.A/2010 dengan jangka waktu
sampai dengan keduabelah pihak sepakat mengakhiri kerjasama).
15. Perjanjian sewa tanah dan bangunan tempat pengujian beserta alat uji
kendaraan bermotor milik Pemerintah Provinsi DIY yang terletak di Kabupaten
Bantu dengan Pemerintah Kabupaten Bantul (No. 5.1/Perj/Sekda/III/2010
dengan jangka waktu 3 tahun).
16. Pengelolaan Museum Gunung Api Merapi dengan Pemerintah Kabupaten
Sleman ( No. 31/PERJ/GUB/X/2009 dengan jangka waktu 5 tahun).
17. Pelaksanaan program Metropolitan Sanitation Management and Health Project
(MSMHP) di wilayah anglomerasi perkotaan Yogyakarta, dengan Pemerintah
Kota Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Bantul dan Pemerintah Kabupaten
Sleman (No. 9/KSP/X/2009 dengan jangka waktu 5 tahun).
18. Kerjasama pembangunan daerah dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
(No. 9/KSP/2008 dengan jangka waktu 5 tahun).
19. Kerjasama persusuan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (No. 06/
KSP/2008 dengan jangka waktu 10 tahun).
20. MoU tentang pokok-pokok kerjasama antara Pemerintah Provinsi DIY dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di bidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan, dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (No. 1/PB/1998
dengan jangka waktu 25 tahun).
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 3
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
Terkait kerjasama dengan daerah di luar negeri, pada tahun 2012 upaya
pembentukan baru kesepakatan kerjasama Provinsi DIY dengan daerah lain di luar
negeri adalah kerjasama dengan St. Petersburg, Rusia, yang sampai dengan saat ini
telah dilaksanakan rapat inter kementerian untuk pembahasan draft MoU kerjasama
tersebut. Pemerintah Provinsi DIY juga telah memfasilitasi kerjasama pihak ketiga/
swasta dalam kerangka sister province DIY dengan daerah lain di luar negeri, yakni :
a. dalam kerangka Sister province DIY - Kyoto Prefecture :
1. Persetujuan kerjasama antara Universitas Islam Indonesia (UII) dengan
Ritsumeikan University, Kyoto, Jepang.
2. Persetujuan kerjasama antara Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(UMY) dengan Ritsumeikan University, Kyoto, Jepang.
b. dalam kerangka Sister province DIY – Gyeongsangbuk-do, Korea Selatan;
berupa kesepakatan kerjasama antara DPRD Provinsi DIY dengan DPRD
Gyeongsangbuk-do (Letter of intent between House of Representative of
Yogyakarta Special Region and Gyeongsangbukdo Regional Parliament).
Selanjutnya 9 perjanjian kerjasama DIY dengan daerah lain di luar negeri yang
masih berlaku sampai dengan tahun 2012 meliputi :
1. Sister province dengan Kyoto Prefecture, Jepang, meliputi kerjasama
bidang seni budaya, pendidikan/iptek, pariwisata, industri serta pertanian
(pengembangan kultur jaringan) (MoU Sister province).
2. Dengan Provinsi Ismailia, Mesir, perjanjian kerjasama meliputi bidang
perdagangan, pariwisata, iptek, industri, pendidikan dan kebudayaan (MoU
Sister province).
3. Dengan Negara Bagian California, AS, perjanjian kerjasama meliputi bidang
ekonomi perdagangan, pariwisata, industry, pendidikan dan kebudayaan serta
pertanian (MoU Sister province).
4. Dengan Provinsi Tyrol, Republik Austria, perjanjian kerjasama meliputi bidang
ekonomi dan perdagangan, industry, pariwisata, kebudayaan serta ilmu
pengetahuan (MoU Sister province).
5. Dengan Gyeongsangbuk-do, Korea Selatan, meliputi kerjasama bidang ekonomi,
pendidikan, kebudayaan/seni, pertanian, pariwisata, perdagangan dan industri
(MoU Sister province).
6. Dengan Chungcheongnamdo, Korea Selatan, meliputi kerjasama bidang
administrasi pemerintahan, budaya/seni, iptek, perdagangan dan industri,
pariwisata, informasi dan komunikasi , pertanian serta perikanan (MoU Sister
province).
7. Dengan Provinsi Gangwon, Korea Selatan, meliputi kerjasama bidang pariwisata,
pertanian, iptek , kebudayaan, pendidikan, olahraga, dan lain-lain (MoU friendly
ties cooperation).
8. Dengan Provinsi Chiang Mai, Thailand, meliputi kerjasama bidang pertanian,
perindustrian, perdagangan, pariwisata, pendidikan dan bidang-bidang lain
yang disepakati (MoU friendly ties cooperation).
9. Dengan Provinsi St. Petersburg, Rusia, meliputi kerjasama bidang kebijakan
ekonomi dan industri, iptek, kebudayaan dan pariwisata (letter of intent/ LoI).
VI - 4 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Sampai dengan tahun 2012, disamping pembentukan perjanjian kerjasama
baru, upaya penanganan kerjasama antar daerah yang telah dilakukan meliputi :
1. Kerjasama antar daerah di dalam negeri, dengan pelaksanaan :
a. Forum Koordinasi Kerjasama Kabupaten/Kota se Provinsi DIY
b. Forum Koordinasi Kerjasama Provinsi DIY – Provinsi Kalimantan Timur
c. Forum Koordinasi Kerjasama Provinsi DIY – Provinsi Jawa Tengah
d. Forum koordinasi Kerjasama Provinsi DIY – Provinsi Jawa Timur
e. Forum pembinaan dan pengawasan kerjasama di kabupaten/kota di Provinsi
DIY.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 5
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
Tabel 6.3
Rekapitulasi Program Peningkatan Kerjasama Dengan Antar Pemerintah Daerah,
2008 - 2012
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Capaian Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp)
(%)
2008* 1 9 1.656.483.850,- 1.557.842.930,- 94,04 100,00
2009 1 15 2.956.103.000,- 2.070.682.390,- 70,05 98,00
2010 1 5 1.184.494.110,- 1.073.292.536,- 90,61 90,42
2011 1 4 1.004.980.630,- 807.762.030,- 80,38 78,23
2012** 1 5 725.128.600,- 327.806.500 45,21 50,00
* dilaksanakan oleh Biro Kerjasama, Setda Provinsi DIY
** realisasi sampai dengan Juli 2012
Sumber : BKPM Provinsi DIY
Tabel 6.4
Realisasi Pembentukan Kerjasama dengan Pihak Ketiga, 2008 - 2012
Sampai dengan kurun waktu Agustus 2012, Pemerintah Provinsi DIY memiliki
kerjasama dengan pihak ketiga yang dituangkan dalam 24 perjanjian kerjasama yang
masih berlaku, terdiri dari 21 perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga di dalam negeri
dan 3 perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga di luar negeri. Rincian kerjasama
dengan pihak ketiga di dalam negeri meliputi :
1. Kerjasama dengan Yayasan TAHIJA tentang Kerjasama Penelitian Pengendalian
Dengue Di Provinsi DIY (No. 10/KSP/VIII/2012 , jangka waktu 12 bulan).
2. Kerjasama pembayaran tiket bus trans jogja dgn sistem kartu elektronik pra
bayar “BNI Prepaid” dengan PT. Bank BNI (Persero), Tbk. (No. 551/1414, jangka
waktu 2 tahun).
3. Kerjasama pembayaran tiket bus trans jogja dgn sistem kartu elektronik pra
bayar “BRIZZI” dengan PT. Bank BRI (persero), Tbk. (No. 551/436, jangka waktu
2 tahun).
4. Kerjasama pembayaran tiket bus trans jogja dengan sistem kartu elektronik pra
bayar “FLAZZ” dengan PT. Bank BCA, Tbk. (No. 551/436, jangka waktu 2 tahun).
5. Kerjasama percepatan pembangunan kependudukan dan peningkatan kualitas
keluarga di Provinsi DIY dengan Koalisi Indonesia Untuk Kependudukan dan
Pembangunan Provinsi DIY (No. 7/KSP/III/2012, jangka waktu 12 bulan).
6. Pengembangan Ekonomi dan Peningkatan Daya Saing Daerah dengan Bank
Indonesia (No. 8/PERJ/GUB/IV/2011 dengan jangka waktu 5 tahun).
7. Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Informasi untuk Akses data pada
Pemerintah Daerah Prov DIY dalam rangka Pemeriksaan Pengelolaan dan
Pertanggung jawaban Keuangan Negara dengan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) RI (No. 4/KSP/V/2011 dengan jangka waktu).
VI - 6 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
8. Pelaksanaan Program Kemitraan di Provinsi DIY (amandemen kedua) dengan PT.
Pertamina (Persero) (No. 2/PERJ/GUB/I/2010 dengan jangka waktu 4 tahun).
9. Penguatan Tata Kelola Kepemerintahan Yang Baik di Lingkungan Pemerintah
Provinsi DIY dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP
Provinsi DIY) (No. 17/KSP/X/2010 dengan jangka waktu 3 tahun).
10. Pembentukan Lembaga Pengelolaan HKI di provinsi DIY dengan Dirjen HAKI Dep.
Hum HAM dan Universitas Islam Indonesia (UII) (No. 1/KSP/IV/2009 dengan
jangka waktu 5 tahun).
11. Penanganan Medis Tahanan dan Nara pidana Korban Penyalahgunaan Narkotika
dan atau Psikotropika di LP Narkotika Kelas II A Yogyakarta dengan Dirjen Lapas
DepHum dan Ham (No. 14/Perj/Gub/IV/2009 dengan jangka waktu).
12. Pelaksanaan Program Kemitraan di Prov DIY (amandemen kedua) dengan PT
Pertamina (Persero) (No. 38/PERJ/GUB/XII/2009 dengan jangka waktu).
13. Pengembangan laboratorium flora dan fauna di Provinsi DIY dengan Yayasan
Gembiraloka (No. 23/PERJ/DIKNAS/VII/2008 dengan jangka waktu 5 tahun).
14. Kerjasama penelitian, pengkajian dan pengembangan potensi daerah dalam
rangka mewujudkan Yogyakarta sebagai pusat pendidikan terkemuka dengan
APTISI Wil. V DIY (No. 5/KSP/2008 dengan jangka waktu 5 tahun).
15. Pengelolaan system pelayanan angkutan orang di jalan dengan Kendaraan
Umum Wilayah Perkotaan dengan Sistem Buy the Service di Provinsi DIY dengan
PT. Jogja Tugu Trans (JTT) (No. 4/PERJ/GUB/II/2008 dengan jangka waktu 7
tahun).
16. Pemberdayaan Masyarakat berbasis Kelautan dengan BKP–AL Rayon Yogyakarta
(No. 20/KES.BER/Gub/2007 dengan jangka waktu 5 tahun).
17. Kerjasama pengelolaan hutan di Kecamatan Playen kab. Gunungkidul Provinsi
DIY dengan UGM; UNY; UII; Atmajaya; UMY;UPN (No. 1/KSP/XII/2007 dengan
jangka waktu 30 tahun).
18. Pengembangan Usaha Mikro, kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) melalui
pola penjaminan kredit dengan Bank BPD DIY; PT. Askrindo (No. 22/Perj/Gub/
XI/07 dengan jangka waktu).
19. Pendirian dan Pengelolaan Bengkel Mobil dengan Bengkel Rally car (No. 1/PERJ/
SEKDA/2005 dengan jangka waktu 12 tahun).
20. Pembangunan Pusat Perdagangan Retail antara PD. Anindya dengan PT. KAIDI
INDOJAYA (No. - , jangka waktu 25 tahun).
21. Pelaksanaan Adendum Perjanjian Bersama Kontrak Bagi Tempat Usaha dan
Kontrak Bagi keuntungan Antara Pemprov DIY dengan PT. Yogya Indah Sejahtera
dalam Pembangunan dan Pengelolaan Malioboro Hotel di Jalan Malioboro
Yogyakarta (No. 199/KPTS/1998 dengan jangka waktu 30 tahun).
Adapun rincian kerjasama dengan pihak ketiga di luar negeri yang masih berlaku
sampai dengan Agustus tahun 2012 :
1. Minutes of Discussion on The Cooperation To Implement The Integrated Water
Resources Management (IWRM) In The Province Of Yogyakarta Special Region,
dengan Institut Teknologi Karlsruhe, Jerman, Kementrian Pekerjaan Umum
Republik Indonesia dan BATAN (lanjutan dari Proyek Bribin).
2. Letter of intent (pernyataan kehendak) kerjasama promosi investasi dengan
International Finance Corporation (IFC).
3. Letter of intent (pernyataan kehendak) bidang pariwisata, jasa pengiriman dan
penerbangan dengan HNA Group Co. Ltd., China.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 7
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
Solusi
1. Pelaksanaan koordinasi secara lebih intensif dengan pihak mitra kerjasama di
luar negeri, dengan bantuan perwakilan-perwakilan resmi Indonesia (KBRI dan
KJRI) yang ada di negara bersangkutan.
2. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi kepada mitra kerjasama serta
semua pihak terkait (pemda, dinas, masyarakat), pelaksanaan sosialisasi serta
penyusunan draft annual exchange programyang digunakan sebagai koridor
atau acuan pelaksanaan tindak lanjut kerjasama dan pengembangan program.
3. Pengembangan hubungan ataupun contact person dan secara lebih intensif
berkoordinasi dengan mitra kerjasama dan atau instansi pemerintah
di kabupaten-kota/instansi swasta/kementrian/lembaga terkait/wakil
pemerintahan RI di Luar Negeri yang memiliki kemungkinan untuk dapat
mengembangkan kerjasama.
VI - 8 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
f. Pengadilan Tinggi Agama.
g. Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DIY, KPPN dan KPKNL
h. Biro Pusat Statistik.
i. Pengadilan Negeri.
j. Pengadilan Agama.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 9
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
VI - 10 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Hal lain yang terkait dengan koordinasi instansi vertikal adalah bahwa Daerah
Istimewa Yogyakarta sebagai miniatur Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta sering
disebut sebagai miniatur Indonesia karena di sini terdapat penduduk yang berasal dari
suku atau etnis seluruh Indonesia. Konsekuensi sebagai daerah miniatur adalah rawan
konflik antar etnis, budaya maupun kepentingan. Konflik-konflik tersebut perlu dikelola
sehingga keberagaman tersebut tidak menggangu akan tetapi justru sebagai pengayaan
dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan maupun sosial kemasyarakatan.
Tabel 6.5
Pembinaan Batas Wilayah Provinsi DIY
Jml Pilar
Berbatasan Panjang Penegasan
Prov, Dasar Batas
No Dgn Prov, Garis antar
Kab/Kota Hukum dalam
Kab/Kota Batas Daerah Permen
1 Prov. DIY Prov. Jateng 235 Km Sudah Permendagri 212
19/2006
2 Yogyakarta Sleman 10 Km Sudah Permendagri 66
70/2007
3 Yogyakarta Bantul 25 Km Sudah Permendagri 161
15/2012
4 Sleman Gunungkidul 12 Km Sudah Permendagri 28
4/2009
5 Sleman Bantul 60 Km Proses Tahun 2012 183
(Peta Koridor)
6 Sleman Kulon Progo 20 Km Sudah Permendagri 103
61/2009
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 11
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
Jml Pilar
Berbatasan Panjang Penegasan
Prov, Dasar Batas
No Dgn Prov, Garis antar
Kab/Kota Hukum dalam
Kab/Kota Batas Daerah Permen
7 Gunungkidul Bantul 60 Km Sudah Permendagri 83
71/2007
8 Kulonprogo Bantul 35 Km Sudah Permendagri 79
72/2007
Sumber : Biro Tapem Setda Provinsi DIY
VI - 12 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Tabel 6.6
Frekuensi Kejadian Bencana Di DIY, 2011 – 2012
Kekeringan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tanah Longsor 9 0 1 4 49 7 0 0 0 0
Kebakaran
17 1 0 0 2 0 1 0 1 2
Hutan/Lahan
Gempa Bumi 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0
Angin 27 4 33 1 5 1 13 36 16 2
Epidemi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Gunung
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Meletus
Sumber : BPBD Provinsi DIY
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 13
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
Kejadian bencana Banjir di wilayah Provinsi DIY tahun 2011, di Kota Yogyakarta
terjadi di DAS Sungai Winongo, Sungai Gajah Wong dan Sungai Code, sedangkan tahun
2012 di Kota Yogyakarta sampai bulan agustus 2012 hanya terjadi 2 kali. Sedangkan
untuk Kabupaten Kulon Progo banjir terjadi sekitar Sungai Progo dan daerah resapan di
kota Kulon Progo dan untuk Kabupaten Sleman terjadi di Kali Kuning dan sungai yang
berhulu di Gunung Merapi disebabkan oleh lahar dingin Gunung Merapi. Jenis banjir
yang terjadi merupakan banjir genangan yang terjadi di beberapa titik setiap musim
penghujan dan banjir lahar dingin disebabkan oleh material Gunung Merapi yang
terbawa arus.
Tanah longsor terjadi di daerah perbukitan di wilayah Provinsi DIY dikarenakan
hujan yang terus menerus dan kurangnya penopang tanah sehingga mengakibatkan
longsor. Bencana ini murni dikarena oleh alam. Di Kabupaten Bantul Terjadi di sekitar
perbukitan timur bantul meliputi Piyungan dan Dlingo. Dan kejadiaan tertinggi terdapat
di Kabupaten Kulon Progo karena daerahnya berbukit dan tanah yang labil.
Pada umumnya bencana kebakaran terjadi karena hubungan arus pendek/
konsleting listrik serta kelalaian warga dalam penggunaan api sehing menyebabkan
kebkaran rumah. Frekuensi terbanyak kejadian kebakaran di wilayah Kota Yogyakarta
dikarenakan banyaknya pemukiman dan resiko hubungan arus pendek sangat tinggi.
Tahun 2011 gempa bumi terjadi di Kabupaten Bantul dan Gunungkidul masing-
masing terjadi 2 kali, tepatnya gempa terjadi di pantai selatan bantul, sedangkan tahun
2012 hanya ada 2 kali di Kabupaten Bantul. Gempa bumi ini tidak berdampak secara
langsung karena terasa kecil dirasakan di wilayah Kabupaten Bantul.
Sedangkan untuk kejadian angin ribut di tahun 2011 terjadi 2 kali umumnya
terjadi pada akhir tahun dikarenakan musim hujan mulai tiba, dengan adanya pergantian
musim angin cenderung tidak beraturan dan sangat kencang. Akibat dari bencana angin
rebut/kencang ini banyak pohon tumbang di sekitar perkotaan serta baliho-baliho yang
roboh.
2. Status Bencana
Berdasarkan data kejadian bencana Provinsi DIY, dapat diambil kesimpulan bahwa
Status bencana adalah: LOKAL sedangkan ancaman bencana tertinggi wilayah DIY
adalah tanah longsor dan ancaman bencana tertinggi kedua adalah kebakaran dan
angin ribut dengan titik rawan bencana meliputi empat wilayah yakni Kabupaten Kulon
Progo, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Bantul. Bencana tanah longsor tercatat
paling banyak terjadi pada bulan Oktober, November dan Desember saat curah hujan
mencapai titik tertinggi. Di wilayah Kabupaten Kulon Progo bencana tanah longsor
menempati urutan pertama dengan cakupan titik rawan terbanyak yakni meliputi
Kulon Progo bagian utara. Topografi bagian utara merupakan dataran tinggi/perbukitan
Menoreh dengan ketinggian antara 500-1.000 meter di atas permukaan laut meliputi
Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang, Samigaluh dan sebagian Kecamatan Pengasih.
Sedangkan untuk Gunungkidul titik rawan bencana tanah longsor 10 Kecamatan yakni
Purwosari, Semin, Gedangsari, Panggang, Nglipar, Ngawen, Playen, Ponjong, Patuk dan
Girisubo.
VI - 14 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
4. Antisipasi daerah dalam menghadapi kemungkinan bencana
Pemerintah Provinsi DIY sudah mengantisipasi timbulnya bencana sesuai dengan
sistem manajemen bencana melalui pengembangan regulasi yang memadai,
perencanaan dan penganggaran, pengembangan kapasitas kelembagaan dan sumber
daya manusia.
Paradigma penanggulangan bencana sudah dikembangkan dari yang dulu berpola
responsif-tanggap darurat menjadi lebih ditekankan pada upaya pencegahan dan
pengurangan risiko bencana. Agar tercapai tujuan yaitu menghindari terjadinya bencana,
Pemerintah Provinsi DIY mengembangkan kebijakan penanggulangan bencana yang
difokuskan pada:
a. Mengurangi risiko bencana dengan membangun kesiapsiagaan dan infrastruktur
diseluruh lini secara terencana dan terpadu (pra bencana)
1. Penguatan Peraturan Perundangan dan Kapasitas Kelembagaan
2. Prencanaan Partisipatif dan Pengaturan Penanggulangan bencana
3. Penelitian, Pendidikan, dan Pelatihan
4. Peningkatan Kapasitas dan Partisipasi Masyarakat dan Para Pemangku
Kepentingan lainnya dalam Penanggulangan Bencana
5. Pencegahan dan Mitigasi Bencana
6. Peringatan Dini
7. Kesiapsiagaan
b. Penguatan kapasitas:
1. Sudah dikembangkan pengurangan risiko bencana berbasis komunitas bagi
masyarakat desa/kelurahan seperti pengembangan desa tangguh, kampung
siaga bencana, dll.
2. Sudah dilakukan wajib latih bagi aparat dan masyarakat yang berada di wilayah
rawan bencana.
3. Sudah dilakukan simulasi dan gladi lapang dan gladi posko untuk beberapa jenis
ancaman bencana.
4. Sudah dikembangkan sistem peringatan dini baik yang berisi informasi hulu
sampai penjangkauan informasi tersebut sebagai aksi tindak bagi masyarakat
yang di identifikasi akan terkena dampak bencana. (ancaman erupsi gunung
merapi, tsunami, tanah longsor, epidemi, kekeringan, banjir).
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 15
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
5. Sudah terbentuk dan melembaga dengan baik forum koordinasi antara para
pihak yang bekerja di bidang penanggulangan bencana yaitu Forum PRB baik
yang berada di tataran provinsi maupun sampai ke tingkat desa/kelurahan.
6. Investasi pada pengembangan teknologi informasi baik yang dikelola oleh BPBD
melalui Pusdalop PB maupun yang dikelola masyarakat dalam membangun
jejaring pengelolaan informasi.
7. Telah dilakukan diseminasi informasi daerah rawan bencana dan cara-cara
pengurangan risiko bencana.
8. Investasi dalam peralatan dan logistik bencana.
9. Adanya alokasi tugas dan fungsi dalam penanggulangan bencana baik dari
instansi pemerintah provinsi, kebupatan dan kota maupun instansi vertikal yang
berada di wilayah Provinsi DIY.
VI - 16 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
c. Pangkat Golongan:
1. Golongan IV : 9 orang
2. Golongan III : 31 orang
3. Golongan II : 6 orang
Risiko tinggi terhadap bencana dapat disebabkan karena ancaman yang tinggi,
tingginya kerentanan dan rendahnya kapasitas untuk menanggulangi bencana.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 17
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
Tabel 6.7
Wilayah Kecamatan-Kecamatan dengan Risiko Tinggi di Provinsi DIY
Jenis Kabupaten/Kota
Bencana Bantul Gunung Kidul Kulon Progo Sleman Yogyakarta
Bambanglipuro, Nglipar Berbah Kotagede
Jetis, Imogiri,
Gempa Bumi
Pandak, Pleret,
Sewon,
Pundong, Bantul,
Kasihan, Piyungan,
Banguntapan
Kretek, Sanden, Temon, Galur,
Tsunami
Ponjong Samigaluh,
Kalibawang
Pandak, Srandakan, Temon, Galur, Danurejan,
Sanden, Kretek, Lendah, Wates, Tegalrejo,
Banjir
Pakem
Gunung
Erupsi
Panggang,
Paliyan, Sapto
Kekeringan
Sari, Rong-
kop, Tepus,
Ponjong,
Nglipar
Kotagede,
Kraton,
Umbulharjo,
Mergangsan,
Angin Ribut
Wirobrajan,
Ngampilan, Jetis,
Gedongtengen,
Paku Alaman
Sewon, Tanjung Sari Ngemplak, Semua
Banguntapan, Kalasan, Kecamatan
Epidemi
Kasihan Depok,
DBD
Gamping
VI - 18 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Selain itu berdasarkan penilaian potensi terjadinya bencana berdasarkan jenis
ancamannya sebagai berikut:
Tanah
Kemungkinan Kejadian ( likelihood)
Longsor
4
Banjir
3
Kekeringan
Gempa Bumi
Tsunami
2
Banjir
Tanah Longsor
Gempa bumi
Erupsi Erupsi Gunung Api
Gunung Api Epidemi DBD Kekeringan
1
Deman Berdarah
Angin Ribut
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 19
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
3. Pengaspalan Jalan Masuk dan Jalur Trans Jogja di Area Parkir Bandara Adisutjipto,
sumber dana APBD Pemerintah Provinsi DIY senilai Rp229.413.600,-
4. Relokasi dan Pembangunan Rumah Dinas Hukum dan HAM, sumber dana APBD
Pemerintah Provinsi DIY senilai Rp3.606.339.750,-
5. Relokasi dan Pembangunan Rumah Dinas Bea Cukai, sumber APBD Pemerintah
Provinsi DIY senilai Rp767.265.726,-
6. Pembangunan Masjid Bandara Adisutjipto, sumber dana APBD Pemerintah
Provinsi DIY.
VI - 20 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
3. Proses ruislagh/Tukar Menukar BMN/BMD antara Pemerintah Provinsi DIY
dengan Kementerian Hukum dan HAM RI, dan Direktorat Jenderal Bea Cukai
Kementerian Keuangan RI berupa tanah dan bangunan yang berada di Kawasan
Parkir Bandar Udara Adisutjipto dengan tanah dan bangunan yang telah
disediakan oleh Pemerintah Provinsi DIY di Desa Kalitirto, Kabupaten Sleman dan
di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta, masih dalam proses di Kementerian
Keuangan RI dan Kementerian Hukum dan HAM RI.
4. Relokasi Pembangunan Kantor Pos Cabang Bandara Adisutjipto masih dalam
proses pengajuan ijin pelaksanaan tukar menukar tanah dan bangunan di
Kementerian Negara BUMN, sedangkan lokasi dan biaya pembangunan relokasi
Kantor Pos Cabang Bandara telah tersedia pada APBD Pemerintah Provinsi DIY
Tahun Anggaran 2011.
5. Pengelolaan Lahan Parkir Bandara (Utara Rel KA) milik Pemerintah Provinsi DIY
belum seluruhnya dapat disewakan. Pada tahap I yang disewakan baru seluas
19.335,4 m2 berdasarkan Keputusan Gubernur Prov. DIY nomor. 62.1/KEP/2011
tanggal 15 Maret 2011 tentang Penyewaan Tanah Milik Daerah yang terletak
di Tlukan Maguwoharjo, Depok, Sleman kepada PT. Angkasa Pura I (Persero)
yang didalamnya tercantum luasan yang disewakan kepada PT. Angkasa Pura
I (Persero) pada tahap I seluas 19.335,4 m2 dengan harga per meter persegi/
bulan sebesar Rp. 1.625,-. sewa parkir dimulai bulan Agustus 2011 dengan
jangka waktu selama 2 tahun.
Tindak lanjut dari keputusan Gubernur DIY tersebut berupa Perjanjian Sewa
Menyewa Tanah antara DISHUBKOMINFO Prov. DIY dengan PT. Angkasa Pura I
(Persero) Nomor : 593/1676, Nomor : AP.I.108/KB.03.02/2011/GMI-B tanggal 1
Agustus 2011.
6. Penjagaan Pintu Perlintasan Bandara Adisutjipto. Selama ini petugas penjagaan
adalah PNS Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi DIY,
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38/2007, penjagaan pintu perlintasan
bukan termasuk kewenangan provinsi, sehingga biaya operasional tidak dapat
dibebankan kepada APBD Pemerintah Provinsi DIY.
7. Pembebasan tanah disamping timur kantor Imigrasi yang dipergunakan sebagai
jalan saat ini masih mencari data-data pendukung untuk memperkuat tentang
status tanah.
Solusi
1. Perlu segera ada kesepakatan terhadap hal-hal yang menjadi pokok kesepakatan
dengan melakukan koordinasi dan pembahasan para pihak secara lebih intens
sehingga kesepakatan bersama dapat segera ditandatangani. Dalam waktu
dekat akan segera dilakukan proses serah trima aset dari dari Kementerian
Perhubungan RI ke Pemda DIY dan selanjutnya dari Pemda DIY ke TNI AU.
2. Perlu segera menyelesaikan kesepakatan bersama sebagai dasar/acuan
dalam hal Gubernur DIY memberikan Rekomendasi Rencana Induk Bandara
Adisutjipto Yogyakarta, sebagai syarat pertimbangan Menteri Perhubungan
untuk menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Rencana Induk
Bandara Adisutjipto Yogyakarta (Revisi KM.51 Tahun 2008).
3. Melalui koordinasi yang lebih intens untuk proses tukar menukar dengan pihak
Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal Bea Cukai dan pihak Kementerian
Hukum dan HAM RI.
4. Melakukan Koordinasi dengan pihak PT. Pos Indonesia Pusat sehingga proses
serah trima dapat segera dilaksanakan dan secara bersamaan pengurusan
proses IMB dari BPN Sleman dapat selesai
5. Melakukan Koordinasi dengan PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandara Adi Sutjipto
agar dapat menyewa lahan parkir secara keseluruhan untuk mendukung
pelayanan di Bandara Adisutjipto dan Optimalisasi Aset Pemprov DIY.
6. Ada penyerahan kewenangan penjagaan pintu perlintasan kepada Pemerintah
Provinsi DIY.
7. Melakukan konsultasi dengan pihak Kantor Pertanahan Sleman untuk mencari
data-data yang lama sebagai acuan untuk menerbitkan surat ukur yang baru
serta untuk mencari data dukung asal usul tanah samping timur kantor imigrasi.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 21
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
2. Politik
Belum tuntasnya pembahasan RUUK DIY, sementara masa perpanjangan jabatan
Gubernur dan Wakil Gubernur akan berakhir pada Oktober 2012. Meski belakangan
ini ada sinyalemen mengarah kepada penetapan untuk pengisian jabatan Gubernur
dan Wakil Gubernur DIY, namun selama belum ada kepastian masih akan menyisakan
potensi kerawanan munculnya aksi baik dari kelompok pro penetapan maupun pro
pemilihan, yang berpengaruh terhadap stabilitas dan kondusivitas wilayah DIY.
VI - 22 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
b. Masih marak terjadi tawuran / perkelahian remaja / pelajar baik antar individu
maupun antar sekolah, suporter sepakbola, antar etnis, bahkan sampai
menimbulkan korban jiwa.
c. Masih tingginya tingkat kriminalitas khususnya pencurian kendaraan bermotor
roda dua, kecelakaan lalu lintas, curas, curat, perampokan ATM dan bank.
d. Maraknya aksi unjuk rasa yang terjadi di wilayah Provinsi DIY, oleh kelompok
mahasiswa, LSM, buruh, parpol, kelompok PKL, dan lainnya. Aksi pada umumnya
mengusung isu deligitimasi rezim SBY – Boediono dan menyoroti isu-isu lokal dan
nasional yang sedang berkembang, seperti berbagai kasus korupsi, penolakan
rencana kenaikan harga BBM bersubsidi, penolakan UU/RUU, dukungan RUUK
DIY, anti money politic dalam pemilukada, aksi solidaritas untuk Papua terkait
pelanggaran HAM di Papua (Freeport), penolakan kebijakan pemerintah yang
dianggap bertentangan dengan kehendak rakyat, dan lain-lain.
e. Orang Asing :
-- Wilayah DIY dengan pantai selatan yang kondisi geografisnya masih berbukit-
bukit khususnya wilayah Gunungkidul, sangat berpotensi menjadi tempat
pemberangkatan imigran ilegal menuju negara ketiga yaitu Australia;
-- Di Dinsos Sewon Bantul sekarang terdapat sekitar 50 orang refugees, pindahan
dari Surabaya, Pangkalpinang, dll, perlu dibatasi untuk meminimalisir dampak
sosial dari keberadaan para refugee tersebut
2. Politik
RUUK DIY : Meningkatkan pemantauan dan koordinasi, perlu disikapi dan waspadai
bersama agar tidak terjadi gesekan dengan elemen masyarakat pro penetapan, serta
pendekatan kepada tokoh masyarakat dan masyarakat umum untuk tetap menjaga
stabilitas dan kondusivitas wilayah DIY dalam menyikapi perkembangan RUUK DIY.
Antisipasi disusupi pihak yang ingin memanfaatkan situasi dengan mengusung isu lepas
dari NKRI.
Kendala : Permasalahan RUUK DIY bersifat politis, sebaiknya biar kearifan lokal yang
mengawal, intelijen menjaga agar segala sesuatunya berjalan dengan baik aman dan
lancar.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 23
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
VI - 24 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
3. Sumber Dan Jumlah Anggaran
Tahun Anggaran 2011 :
Semua dana dan alokasi untuk menangani ketentraman dan ketertiban umum yang
menjadi tugas dan fungsi Bidang Kesbang tersebut dibiayai dari APBD DIY Tahun
Anggaran 2011 melalui Program/Kegiatan yang ada pada Bidang Kesbang dengan total
pembiayaan sebesar Rp.618.978.020,00 dengan perincian sebagai berikut :
a. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan sebesar Rp.155.646.900,00
b. Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan sebesar
Rp.142.964.350,00
c. Program Kewaspadaan Dini Dan Pembinaan Masyarakat sebesar
Rp.246.160.170,00
d. Program Pendidikan Politik Masyarakat sebesar Rp.74.206.600,00
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 25
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
VI - 26 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Secara kuantitas paket lelang elektronik dengan sumber pembiayaan dari APBN
dan APBD meningkat signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 terdapat 24.475
paket pengadaan barang/jasa berhasil dilelangkan dengan total pagu lelang Rp.53,2
triliun. Sampai bulan Agustus tahun 2012, terjadi peningkatan tajam dengan total pagu
lelang sebanyak 64.663 paket pengadaan barang/jasa dengan nilai Rp.102,2 triliun.
Efisiensi anggaran negara yang dihasilkan pada tahun 2011 sebesar Rp.4,4 triliun
(11,72%). Sedang untuk tahun 2012, hingga bulan Agustus telah dihasilkan efisiensi
lebih dari Rp7,4 triliun atau 10,97%. Efisiensi yang semakin meningkat setiap tahun
mencerminkan keberhasilan pelaksanaan layanan LPSE. Dalam pengembangan LPSE,
LKPP juga bermitra dengan Lembaga Sandi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP).
LPSE Provinsi DIY hingga bulan Agustus 2012 telah melelangkan 418 paket
dengan nilai total Rp.445,5 miliar. Dari jumlah tersebut, 295 paket senilai Rp.345,8
miliar berasal dari pelelangan pada SKPD Provinsi DIY, baik yang dibiayai melalui APBD
maupun APBN. Jumlah ini, jauh lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun 2008 LPSE Provinsi DIY melelangkan paket pengadaan sebanyak 2 paket
uji coba senilai Rp.547.580.000, tahun 2009 senilai Rp.9.729.969.050, dan tahun 2010
sebanyak 86 paket lelang senilai Rp.52.748.465.960. Pada tahun 2011 LPSE Provinsi DIY
telah melelangkan 275 paket total pagu sebesar Rp.302,5 miliar.
Proporsi besaran nilai pelelangan pengadaan barang/jasa yang bersumber dari
APBD Provinsi DIY yang menggunakan sistem e-Procurement pada LPSE Provinsi DIY
dibandingkan dengan nilai total APBD yang dipergunakan untuk pengadaan barang/
jasa adalah 0,11 % pada tahun 2008, 1,63% pada tahun 2009, 3,02 % pada tahun 2010,
dan 21,7% pada tahun 2011. Proporsi tersebut terus naik, hingga bulan Agustus 2012
sudah mencapai 41,60%. Hal tersebut tidak lepas dari kebijakan Pemerintah Provinsi
DIY yang berusaha mendorong implementasi e-Procurement untuk mengoptimalisasi
realisasi APBD pada tahun berjalan.
Gambar 6.3
Nilai Paket e-Procurement dibanding Pagu Belanja Barang/Jasa
dan Belanja Modal APBD (%), 2008-2012
Pada tahun 2009 dan 2010 Gubernur DIY mengeluarkan surat edaran kepada
SKPD untuk meningkatkan jumlah paket yang dilelangkan secara elektronik, minimal
1 paket pekerjaan dari total anggaran belanja pada masing-masing SKPD. Walaupun
pada tahun 2011 Gubernur DIY tidak mengeluarkan Surat Edaran untuk mendorong
pelelangan elektronik, namun telah terbangun kesadaran dan inisiatif SKPD setelah
diberikan himbauan, sosialisasi dan pelatihan yang berkesinambungan sejak 2008
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 27
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
hingga 2010. Terlebih lagi, dengan diundangkannya Peraturan Presiden nomor 54 tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah semakin mendorong Pemerintah
Provinsi DIY untuk meningkatkan pelaksanaan pengadaan secara elektronik.
Semangat Pemerintah Provinsi DIY dalam menciptakan pemerintahan yang
bersih utamanya pada aspek pengadaan barang/jasa pemerintah yang akuntabel,
kompetitif dan bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme melalui pelaksanaan
e-Procurement memperoleh dasar yang lebih kuat dengan dikeluarkannya Instruksi
Presiden nomor 17 tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Tahun 2012. Inpres 17 tahun 2011 menargetkan minimum 40% dari total APBD Provinsi/
Kab/ Kota yang dipergunakan untuk pengadaan dan 75% dari total APBN Kementerian/
Lembaga/ Institusi lainnya (K/L/I) pada tahun anggaran 2012 untuk dilelang melalui
e-Procurement .
Pada tahun 2012, selain melayani SKPD Provinsi DIY, LPSE Provinsi DIY juga
melayani 1 Kabupaten, yaitu Kabupaten Gunungkidul dan 30 sub admin agency dari
(K/L/I). Pada kurun waktu sebelumnya, dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011, LPSE
Provinsi DIY melayani 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Kulon Progo (2009-2011), Kabupaten
Gunungkidul (2009 - sekarang) dan Kabupaten Bantul (2010-2011). Kabupaten Kulon
Progo dan Kabupaten Bantul melaksanakan pengadaan secara elektronik melalui LPSE
masing-masing secara mandiri sejak tahun 2012.
Sejumlah 31 sub admin agency (2012) dari K/L/I menurut data LPSE Provinsi DIY
per Agustus 2012 antara lain:
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan BPK RI
2. BP2 GAKI Magelang
3. Politeknik Kesehatan KEMENKES Yogyakarta
4. Balai Standardisasi Metrologi Legal Regional II
5. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo
6. Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Yogyakarta
7. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian
8. Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta
9. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Prov DIY
10. Balai Konservasi Peninggalan Borobudur
11. Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta Resor Sleman
12. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia DIY
13. Direktorat SABHARA POLDA DIY
14. Direktorat Reskrimum POLDA DIY
15. Biro Sarpras POLDA DIY
16. Satbrimobda DIY
17. Biddokkes Polda DIY
18. Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta
19. UPT. Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia – LIPI
20. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional
21. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DI. Yogyakarta
22. Badan Pemeriksa Keuangan
23. Sekolah Menengah Kejuruan SMTI Yogyakarta
24. Balai Diklat Industri Regional IV Yogyakarta
25. Badan Pusat Statistik Provinsi DIY
26. Satker Pengembangan LLAJ DIY
27. Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta
VI - 28 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
28. Sekolah Polisi Negara SELOPAMIORO
29. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah V
30. Balai Besar Kerajinan dan Batik
VI - 30 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
BUS TRANS JOGJA DI SHELTER BANDARA INTERNASIONAL ADISUTJIPTO
Bus Trans Jogja adalah moda transportasi publik yang strategis di DIY
sumber: http://transjogja.com/blog/dari-malioboro-ke-bandara-adisutjipto-naik-trans-jogja/
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 31
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
Tabel 6.8
Perkembangan Pendapatan Dan Jumlah Penumpang Trans Jogja, 2009-2012
Jumlah
Jumlah Subsidi yang
No. Tahun Pendapatan
Penumpang dikeluarkan (miliar)
(miliar)
1 2009 5.117.387 15,30 11,5
2 2010 5.834.976 17,50 7,689
3 2011 6.014.334 18,04 7,485
4 2012 *) 3.384.224 10,15 1,915
*) Posisi sampai Bulan Juli 2012
Sumber: Dishubkominfo Provinsi DIY
Operasional Trans Jogja pada saat ini didukung:
a. Armada bus ukuran sedang sebanyak 54 unit terdiri dari 34 bus milik operator
PT JTT dan 20 bus dari pemerintah.
b. Fasilitas halte sebanyak 112 unit terdiri dari 36 halte dibangun oleh Pemerintah
Kota dan 76 halte dibangun oleh Pemerintah Provinsi, tersebar pada 8 jalur 1
A/B,2A/B,3A/B dan 4A/B.
c. Petugas Halte sebanyak 738 orang terdiri dari petugas Ticketing and Gate
VI - 32 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Jalur 4 A/B mulai diuji coba sejak tanggal 15 Oktober 2010 dilayani dengan
4 armada Bus Cadangan, interval jarak antara Bus 30 hingga 40 menit. Hal tersebut
disebabkan oleh Bus bantuan 20 unit baru belum bisa dioperasikan, karena belum
diterbitkan Plat Nomor berwarna kuning oleh Ditlantas Polda DIY. Tetapi semenjak 1
Oktober 2011 Jalur 4 ditutup tidak operasional lagi sesuai petunjuk Gubernur DIY.
3. Rencana Aksi
Atas dasar permasalahan diatas, perlu diupayakan solusi alternatif penyelesaian masalah
sebagai berikut :
a. untuk mencapai interval jarak antar bus yang ideal perlu dilakukan dengan
penambahan armada Bus untuk jalur padat lalu lintas dan padat penumpang
sebanyak 20 unit dengan rincian sebagai berikut :
-- Jalur 1 A sebanyak 5 armada
-- Jalur 1 B sebanyak 3 armada
-- Jalur 2 A sebanyak 3 armada
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 33
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
Konsekuensi bagi Pemda Provinsi harus menambah BOK dari 54 bus menjadi
74 bus atau tambahan BOK sebesar (365 hari x 20 bus x 280km/hr x Rp.5.190)
Rp.10.608.3860.000,-, sedangkan konsekuensi bagi Operator harus menyediakan
tambahan 20 unit Bus baru.
c. Terkait dengan rencana Halte Portable tanpa mesin SMTS dan Petugas
mengandung konsekuensi perubahan mekanisme transaksi penumpang,
dari sistem tiket berbasis halte dialihkan menjadi sistem tiket berbasis Bus
atau dengan sistem On Board Ticketing. Hal tersebut perlu dilakukan secara
bertahap, agar tidak menimbulkan gejolak bagi pelanggan Trans-Jogja. Harga
Mesin On Board Ticketing diperkirakan sebesar ± Rp. 25.000.000,- per unit
yang akan dipasang ke dalam 74 bus sehingga dibutuhkan anggaran sebesar
Rp.1.850.000.000,-
Sebagai langkah antisipasi pemadaman listrik oleh PLN, maka perlu dipasang
solar cell pada tiap-tiap halte untuk menggantikan listrik PLN dengan Tenaga Surya.
Program ini telah diajukan kepada Pemerintah Pusat dan telah disetujui untuk
dianggarkan dalam APBN TA 2012.
Tabel 6.9
Target dan Realisasi Belanja Hibah dan Belanja Sosial, 2008–2012
Tahun Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp)
Belanja Hibah 299.318.560.485 299.318.560.485
2008 Belanja Sosial 105.826.844.365 41.537.199.921
Jumlah 405.145.404.850 340.855.760.406
Belanja Hibah 17.015.222.300 17.015.222.300
2009 Belanja Sosial 126.723.295.600 105.206.332.684
Jumlah 143.738.617.900 122.221.554.984
VI - 34 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Tabel 6.10
Jumlah Laporan Masuk dan Rekomendasi, 2008-2012
s.d
Indikator Satuan 2008 2009 2010 2011 Agustus
2012
Jumlah Laporan Laporan 66 129 137 120 74
Rekomendasi/Pendapat buah 56 25 67 92 103
Hukum/Kesimpulan/
Penyelesaian Laporan
Sumber : LOD Provinsi DIY
Solusi
1. Membagi peran anggota LOD DIY menjadi koordinator kabupaten/kota untuk
mengampu perbaikan pelayanan publik di kabupaten/kota.
2. Sosialisasi yang intensif kepada masyarakat Pembentukan mekanisme
pengawasan berbasis komunitas dalam bentuk audit sosial/duta ombudsman.
A. Bidang Internal
Bidang Internal dalam organisasi LOS DIY mengampu tiga ranah besar, yakni personalia,
keuangan dan kerumahtanggaan. Untuk yang disebut terakhir dicakup pula hal-ihwal
inventarisasi. Personalia di LOS DIY meliputi anggota, asisten, staf administrasi
keuangan dan staf administrasi umum, pesuruh kantor, dan sekuriti. Urusan keuangan
VI - 36 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
menyangkut tugas memasukkan dan membuat data keuangan baik yang sifatnya
operasional, program, maupun gaji. Kerumahtanggaan menatalaksana fisik kantor,
inventaris, dan kebutuhan logistik.
Tabel 6.11
Data Kasus yang Masuk ke LOS DIY, 2008 – 2011
Uraian Laporan % Konsultasi % Jumlah %
Keuangan
1. Bank :
a. Bank Umum
b. BPR 15 9,9 12 6,6 27 8,1
10 6,6 12 6,6 22 6,6
2. Non Bank :
a. Asuransi
b. Koperasi & BMT 5 3,3 7 3,8 12 3,6
c. Investasi 5 3,3 15 8,2 20 6,0
4 2,7 7 3,8 11 3,3
3. Perusahaan
pembiayaan konsumen 27 17,8 25 13,8 52 15,6
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 37
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
Hingga bulan Agustus tahun 2012 LOS DIY telah memberikan konsultasi terhadap
51 kasus dan menangani 44 kasus. Kasus-kasus bidang usaha yang dilaporkan meliputi :
Tabel 6.12
Data Kasus yang Masuk ke LOS DIY Tahun 2012
No Bidang Melapor Konsultasi
1 Keuangan 18 40,9% 19 37,3%
2 Pendidikan 3 6,8% 2 3,9%
3 Perdagangan 5 11,4% 8 15,7%
4 Jasa - 0,0% 5 9,8%
Komunikasi dan Teknologi
5 Informasi 1 2,3% 1 2,0%
6 Properti / Perumahan 3 6,8% 1 2,0%
7 Kesehatan 1 2,3% - 0,0%
8 Transportasi - 0,0% - 0,0%
9 Lingkungan 3 6,8% 2 3,9%
10 Ketenagakerjaan 10 22,7% 10 19,6%
11 lain-lain - 0,0% 3 5,9%
Jumlah 44 100% 51 100%
Sumber : LOS Provinsi DIY
Dari semua kasus yang masuk ke LOS DIY sebanyak 24 kasus telah terselesaikan
dan diterbitkan 17 rekomendasi. Jumlah sisanya yaitu sebanyak 20 kasus sedang
dalam proses di LOS DIY. Indikator capaian kinerja untuk LOS DIY adalah sebanyak 30
rekomendasi kasus. Capaian indikator hingga bulan Agustus 2012 sebesar 56,6%.
Kondisi tata kelola usaha di sektor swasta yang mengalami permasalahan
paling banyak terjadi di bidang keuangan, permasalahan tentang ketenagakerjaan dan
bidang perdagangan. Permasalahan di bidang tata kelola usaha di sektor keuangan
didominasi oleh kasus pemenuhan kewajiban antara debitur dan kreditur. Di bidang
ketenagakerjaan adalah tidak dipenuhinya hak-hak karyawan ketika bekerja di bidang
usaha. Dalam bidang perdagangan adalah pembeli merasakan ada kecurangan dalam
transaksi yang dilakukan dengan pihak penjual.
VI - 38 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Penyelesaian Kasus
Penanganan kasus di LOS DIY disesuaikan dengan kewenangan dengan mempertimbangkan
efektivitas dan urgensi penanganan. Sesuai dengan yang diamanatkan dalam Peraturan
Gubernur yang mendasarinya, LOS DIY memberikan rekomendasi perbaikan tata
kelola usaha oleh sektor swasta setelah LOS DIY mendalami dan menindaklanjuti kasus
melalui klarifikasi, konfirmasi, investigasi, dan meminta pendapat ahli (bila perlu).
Fungsi mediasi diselenggarakan untuk menyelesaikan sengketa, bukan kekeliruan atau
kesalahan. Bila meyangkut instansi pemerintah, rekomendasi perbaikan kebijakan atau
peraturan juga dikirimkan kepada instansi terkait.
Pernyataan pendapat dibuat oleh LOS DIY dan dikirimkan kepada para pihak
terkait ketika tidak ditemukan pelanggaran dalam pengelolaan usaha. Hal ini terutama
terjadi ketika menurut LOS DIY Terlapor tidak melakukan pelanggaran dan yang terjadi
sebenarnya hanyalah kesalahpahaman diantara para pihak. Jadi permasalahan yang
muncul lebih disebabkan oleh tidak lancarnya arus komunikasi diantara para pihak.
Selain itu, kadang kesalahan justru ada pada Pelapor.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 39
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
Gambar 6.6
Lembaga Rujukan Kasus
VI - 40 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
f. Menerima Kunjungan dari Berbagai Komunitas/Akademisi
g. Pembentukan Asosiasi Ombudsman
Tabel 6.13
Rekapitulasi Program/Kegiatan LOS, 2008 - 2012
Keuangan
Jumlah Jumlah
Tahun Persentase Fisik (%)
Program Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp)
capaian (%)
2008 4 14 247.200.000 207.625.348 83,99 100
2009 4 21 750.000.000 664.033.953 88,53 100
2010 4 43 750.000.000 680.888.735 90,78 100
2011 4 33 750.000.000 734.885.882 97,98 100
2012* 4 27 750.000.000 385.781.526 51.43 65
Catatan: *)Posisi s/d Bulan Agustus 2012
2. Kejuaraan meliputi :
a. Pengurus Cabang Olahraga/Klub
b. Pekan Olah Raga Provinsi
c. Pekan Olahraga Nasional
d. Kejuaraan Tingkat Nasional
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 41
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
d. Porwanas Perwosi
e. Porcanas IX Riau
sumber: http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=29322
& KONI DIY
Tabel 6.14
Alokasi Anggaran KONI Bantuan Pemda DIY,
2008-2012
Tahun Anggaran Pagu (Rp)
2008 1.500.000.000
2009 1.500.000.000
2010 10.731.000.000
2011 14.824.300.000
2012 14.090.485.000
Sumber : Disdikpora Provinsi DIY
VI - 42 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Tabel 6.15
Alokasi Anggaran PKK, 2008-2012
Tahun Anggaran Pagu (Rp)
2008 -
2009 187.250.000
2010 100.000.000
2011 150.000.000
2012 150.000.000
Sumber: BPPM Provinsi DIY
Kewajiban :
a. Menjamin Masyarakat untuk memperoleh Informasi layak dan benar sesuai
dengan hak asasi manusia.
b. Membantu pengaturan Infrastruktur penyiaran
c. Membangun iklim penyiaran yang sehat antara lembaga penyiaran dan industri
terkait.
d. Memelihara tatanan yang adil, merata dan seimbang.
e. Menampung, meneliti dan menindak lanjuti aduan, singgahan serta kritik dan
aspresiasi masyarakat.
f. Menyusun perencanaan pengembangan sumberdaya manusia yang menjamin
profesionalisme di bidang Penyiaran.
Wewenang :
a. Menetapkan Standar Program Penyiaran.
b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku Siaran
c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta
Standar Program Siaran.
d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran perturan dan pedoman perilaku
penyiaran serta Standar Program Siaran.
e. Melakukan koordinasi atau kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran
serta masyarakat.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 43
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
Fungsi :
a. Wewadahi aspirasi dan mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran di
Indonesia.
b. Merupakan akses yang menjebatani kepentingan masyarakat dengan institusi
masyarakat dan lembaga penyiaran.
c. Wajib mengusahakan agar tercipta suatu sistem penyiaran yang memberikan
kepastian hukum, tatanan serta keteraturan berdasar atas kebersamaan dan
keadilan.
Hubungan KPI dengan KPID.
Hubungan KPI dengan KPID bersifat koordinatif. Kewajiban penyiaran secara nasional
ditentukan oleh KPI sedangkan implementasi di tingkat provinsi menjadi cakupan
kewenangan KPID.
VI - 44 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Komisi Informasi Provinsi DIY secara resmi dilantik oleh Gubernur DIY, Sri Sultan
Hamengku Buwono X, di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta pada tanggal 1 November 2011
dan akan melaksanakan tugas sebagai komisioner untuk periode 2011-2015.
Untuk tahun anggaran 2011 Komisi Informasi Provinsi DIY mempunyai program
yaitu Pengembangan Kelembagaan dengan anggaran sebesar Rp.84.602.700,00 dengan
realisasi anggaran mencapai 99,94%. Kegiatan yang dilaksanakan pada 2011 meliputi
kegiatan sosialisasi UU 14/2008, kegiatan publikasi melalui siaran Radio, serta kegiatan
Jumpa Pers. Pada tahun anggaran 2012 dengan program yang sama, Komisi Informasi
Provinsi DIY mendapatkan pagu anggaran sebesar Rp.400.000.000,00. Adapun anggaran
ini untuk kegiatan yang berupa:
1) Kegiatan sosialisasi ke Kabupaten/Kota se-DIY (4 Kabupaten, 1 Kota)
2) Publikasi melalui siaran TV (2 kali) dan Radio (10 kali)
3) Pemetaan Badan Publik
4) Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
Sampai bulan Juli 2012 anggaran yang sudah terealisasi sebesar Rp.
292.981.000,00 atau sekitar 73,25% dari pagu anggaran. Kegiatan yang sudah selesai
dilaksanakan yaitu Kegiatan Publikasi melalui siaran TV sebanyak 2 kali, Radio sebanyak
10 kali dan Kegiatan Pemetaan Badan Publik.
H.10 Pramuka
Secara operasional kepramukaan ditangani oleh KWARDA Gerakan Pramuka Provinsi
DIY dengan kebijakan dan kegiatan sebagai berikut :
1. Kebijakan
d. Peningkatan mutu kepramukaan dalam bentuk kegiatan yang lebih menarik dan
menantang yang mampu member bekal nilai-nilai kepribadian, watak, moral,
keterampila da disiplin yang terkandung pada butir-butir SKU, SKK, SPG dengan
isi dan metode yang dimutakhirkan dan diselenggarakan dengan menerapkan
prinsip dasar dan metode kepramukaan secara efektif dan merata;
e. Penyediaan pelatih Pembina Pramuka dan Pembina Pramuka yang berkualifikasi,
memiliki komitmen kuatterhadap tugas, berkemauan untuk mengembangkan
kecakapan, keterampilan, serta sikap yang sesuai dengan fungsi dan didukung
oleh semua jajaran;
f. Peningkatan citra umum Kepramukaan dan Gerakan Pramuka melalui
penyelenggaraan kehumasan dengan memanfaatkan TIK;
g. Pengembangan manajemen Gerakan Pramuka yang responsive tehadap
tuntutan perkembangan dan penataan kembali organisasi kwartir sesuai
petunjuk penyelenggaraan dan kondisi lingkungan.
2. Kegiatan
a. Bidang Pembinaan Anggota Muda
Di bidang Pembinaan Anggota Muda selama kurun waktu 2008 s.d. 2012
beberapa kegiatan yang dilaksanakan antara lain : Latihan Dasar Kepemimpinan
Pemuda, Jelajah Budaya, dan aktif dalam berbagai kegiatan nasional seperti
Pelatiahn Pemuda Pelopor Keamanan Lingkungan, Kemah Budaya Regional Plus
Tingkat Pengalang, Perkemahan Nasional Santri Nusantara, Sarasehan Nasional
Saka Bhayangkara.
b. Bidang Pembinaan Anggota Dewasa
Kegiatan yang dilakukan antara lain : Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat
Dasar, Penganugerahan Tanda Penghargaan bagi Orang Dewasa, Pelatihan/
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 45
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
Tabel 6.16
Alokasi Anggaran Pramuka Bantuan Pemda
DIY, 2008-2012
Tahun Anggaran Pagu (Rp)
2008 87.500.000
2009 78.415.000
2010 190.000.000
2011 150.000.00
2012 300.000.000
Sumber : Disdikpora Provinsi DIY
VI - 46 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN BAB VI
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VI - 47
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
VI - 48 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
BAB VII
PENUTUP
Masa perpanjangan jabatan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008-2011
yang merupakan amanat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 86/P Tahun
2008 yang ditetapkan tanggal 07 Oktober 2008 telah dapat dilewati.
Begitu pula dengan masa perpanjangan kedua 2011-2012. Aktualisasi dari Keputusan
Presiden tersebut dilaksanakan berdasar Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2003 tentang Rencana Strategis Daerah (Renstrada) Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2004-2008 dan Peraturan Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJPD) Tahun 2005-2025 serta Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Tahun 2009–2013
Berbagai keberhasilan yang dicapai dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
pada masa perpanjangan tersebut patut disyukuri, mengingat bahwa pencapaiannya
diraih dengan cara yang tidak mudah. Dalam kurun waktu tersebut, jajaran Pemerintah
Daerah berupaya seoptimal mungkin untuk mengakomodasi berbagai keinginan dan
kepentingan semua lapisan masyarakat melalui pendayagunaan sumber daya yang
relatif terbatas. Untuk itu disampaikan rasa terima kasih atas keserasian komunikasi
yang terjalin selama ini. Mudah-mudahan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai
dapat merata ke seluruh pelosok wilayah, serta menyentuh dan dapat dirasakan
manfaatnya oleh semua lapisan masyarakat.
Sangat disadari, masih terdapat permasalahan-permasalahan yang harus
segera diatasi dan dibenahi bersama. Akhirnya saran dan masukan konstruktif sangat
diharapkan dalam rangka perwujudan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik
di masa-masa yang akan datang. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa
memberikan petunjuk dan lindungan-Nya kepada kita semua.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2008 - 2012
VII - 1