Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Peneliti :
Fuad Hasan, S.T., M.T.
NIDN : 0427128603
JANUARI 2019
Penelitian
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Kepala LP2M,
ii
Penelitian
ABSTRACT
iii
Penelitian
PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penelitian ini dengan judul Studi
Peningkatan Fasilitas Apron Bandara Husein Sastranegara Bandung. Dalam penelitian ini
dibahas mengenai studi peningkatan fasilitas bandara, yaitu apron atau tempat parkir pesawat.
Diyakini bahwa fasilitas apron bandara tidak akan mampu mengakomodasi permintaan pada
jam puncak di masa yang akan datang sehingga diperlukan analisis kebutuhan fasilitas dan
perencanaan pengembangan fasilitas sampai dengan tahun batas pengembangan.
Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih terdapat kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, baik penulisan maupun pembahasan oleh karena keterbatasan,
pengalaman dan referensi yang dimiliki. Untuk itu Penulis sangat mengharapkan masukan,
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan penelitian ini.
Akhir kata, Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi Penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Fuad Hasan
iv
Penelitian
DAFTAR ISI
vi
Penelitian
DAFTAR TABEL
vii
Penelitian
DAFTAR GAMBAR
viii
Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penelitian
2
Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Penelitian
Berat lepas
Berat Berat Berat Jumlah
landas Muatan
pendaratan kosong bahan dan
Pesawat terbang Nama pabrik struktur maksimum
maksimum operasi bakar tipe
maksimum (penumpang)
(pon) (pon) (pon) mesin
(pon)
4
Penelitian
Berat lepas
Berat Berat Berat Jumlah
landas Muatan
pendaratan kosong bahan dan
Pesawat terbang Nama pabrik struktur maksimum
maksimum operasi bakar tipe
maksimum (penumpang)
(pon) (pon) (pon) mesin
(pon)
d. Performa pesawat
Performa pesawat menentukan panjang landas pacu. Sedangkan panjang
landas pacu mempengaruhi sebagian besar daerah yang dibutuhkan suatu
bandar udara. Karakter yang dijelaskan di atas adalah perlu untuk perencanaan
bandar udara.
Secara umum proses gerakan pesawat terbang dari bandar udara ke bandar udara
lainnya adalah sebagai berikut :
5
Penelitian
2.2 Apron
2.2.1 Definisi
Apron adalah bagian dari bandar udara yang digunakan sebagai tempat parkir
pesawat terbang. Selain untuk parkir, pelataran pesawat digunakan untuk mengisi
bahan bakar, menurunkan penumpang, dan mengisi penumpang pesawat terbang.
Apron harus mampu menampung lebih dari dua pesawat dan menyediakan tempat
yang cukup sehingga satu pesawat dapat melewati yang lainnya. Apabila mungkin,
apron tunggu harus diletakkan sedemikian rupa sehingga pesawat yang berangkat dari
apron dapat memasuki runway dengan sudut < 90°.
Sumber lain menyebutkan bahwa Airport ramp atau Apron, yaitu bagian dari
aerodrome yang tidak termasuk dalam manouvering area, apron digunakan untuk
bongkar muat, penumpang dan kargo, pengisian bahan bakar, pelayanan, perawatan,
parkir pesawat dan pergerakan pesawat, kendaraan dan pejalan kaki dengan tujuan
tertentu. Penggunaan apron diatur dalam peraturan tertentu walaupun apron
merupakan area tertutup untuk publik tetapi untuk aksesnya tetap memerlukan izin
dari pihak berwenang yang terkait. Disebutkan juga bahwa penggunaan apron diatur
dengan Apron Management Service oleh Apron Control atau Apron Advisory, ini
dilakukan untuk memberikan pelayanan kepada pengguna apron.
ICAO merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut :
a. Apron hendaknya dibuat nyaman untuk bongkar muat penumpang, kargo atau
pos sebaik memberikan pelayanan kepada pesawat tanpa mengganggu traffic
lainnya di aerodrome tersebut
6
Penelitian
7
Penelitian
8
Penelitian
9
Penelitian
Keuntungan :
Kemampuan penyesuaian terhadap ruang tunggu keberangkatan bersama
dan fungsi lapor masuk
Kemudahan manuver pesawat di sekitar satelit
Kerugian :
Kesulitan untuk memperluas struktur satelit
Jarak berjalan penumpang yang cukup jauh
Biaya konstruksi yang cukup tinggi, karena adanya ruang terbuka yang
menghubungkan pesawat dengan satelit
10
Penelitian
Kerugian :
Perlu koordinasi yang hati-hati antara pemrosesan penumpang dan
pelayanan pesawat sehingga penundaan dapat dihindarkan.
11
Penelitian
Kerugian :
Membutuhkan peralatan untuk menarik pesawat (push back car)
Pintu pesawat bagian belakang relatif tidak dapat digunakan karena terlalu
jauh dari gedung terminal
Proses penarikan pesawat memakan waktu sampai 2 menit, dimana selama
waktu tersebut gate tidak dapat digunakan untuk pesawat lain
Keuntungan :
Pesawat manuver masuk atau keluar gate dengan power-nya sendiri.
Kerugian :
Membutuhkan area gate yang lebih besar dibandingkan dengan Nose-in,
tetapi masih lebih kecil dibandingkan dengan Angled Nose-in.
Menyebabkan kebisingan.
d. Parallel Parking
Parallel parking merupakan cara parkir termudah dari sisi manuver pesawat.
Konfigurasi ini pesawat diparkir dalam arah sejajar dengan gedung terminal.
Keuntungan :
Pesawat dapat melakukan manuver parkir dengan kekuatan sendiri dan
dapat dilakukan dengan mudah dibandingkan dengan konfigurasi lain
Pintu depan dan belakang pesawat dapat digunakan untuk loading atau
unloading
Kebisingan dan jetblast rendah karena tidak mengarah ke gedung terminal
Kerugian :
Membutuhkan area gate yang lebih besar dari konfigurasi lain
Perlu jembatan untuk naik turun penumpang ke terminal yang panjang
13
Penelitian
Ditinjau dari sudut manuver pesawat, konfigurasi parkir ini adalah yang paling
mudah dilakukan. Walaupun tipe parkir ini memerlukan areal parkir yang lebih besar,
kebisingan dan efek jet blast dapat diminimalkan dan juga memudahkan penanganan
penumpang karena posisi pintu depan dan belakang pesawat berdekatan dengan
gedung terminal.
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa tidak ada konfigurasi parkir yang ideal.
Dalam proses perencanaan, semua keuntungan dan kerugian tiap tipe harus dievaluasi
dengan mempertimbangkan juga masukan dari perusahaan penerbangan yang akan
menggunakan bandar udara tersebut. Belakangan ini perencana cenderung
menggunakan konfigurasi tipe nose-in karena memerlukan luas yang minimal dan
menimbulkan kebisingan dan efek jet blast yang minimal pada gedung terminal.
2.2.5 Sirkulasi Apron
Sirkulasi apron adalah pergerakan pesawat di dalam area apron-gate dan dari
area tersebut ke taxiway. Apabila volume lalu lintas tinggi, diperlukan taxi lane di
sekeliling apron. Selain itu, perlu juga dibuat ruang yang cukup untuk memungkinkan
pesawat akses dengan mudah ke gate.
2.2.6 Fasilitas Pelayanan di Apron
Selain peralatan untuk membantu manuver pesawat di apron, bongkar-muat
muatan dan sebagainya, setiap gate di apron harus dilengkapi dengan berbagai
fasilitas, baik yang dipasang tetap (fixed) atau yang bergerak (mobile) untuk
menyediakan berbagai pelayanan untuk pesawat terbang selama parkir. Fasilitas ini
meliputi fasilitas pengisian bahan bakar, sumber listrik, dan penangkal petir. Dengan
perkembangan volume lalu-lintas udara, kecenderungan belakangan ini adalah
sedapat mungkin menggunakan fasilitas yang dipasang tetap/fixed pada tiap gate.
Fasilitas Pengisian Bahan Bakar
Fasilitas pengisian bahan bakar pesawat dapat dilakukan menggunakan truk
tangki atau dengan sistem hidran. Pemakaian truk tangki lebih fleksibel dan
ekonomis tetapi cukup riskan terhadap bahaya kebakaran. Cara ini juga kurang
efisien dalam melayani pesawat-pesawat besar karena mungkin memerlukan
beberapa truk tangki sehingga dapat menyebabkan masalah pada
jam-jam puncak. Fasilitas pengisian bahan bakar di Bandar udara yang besar
biasanya menggunakan sistem hidran, yaitu bahan bakar dialirkan dari daerah
penyimpanan bahan bakar (fuel farm) ke tiap gate di apron melalui pipa bawah
14
Penelitian
15
Penelitian
16
Penelitian
2.4 Peramalan
Rencana pengembangan suatu lapangan terbang tergantung pada tingkat
peramalan untuk masa yang akan datang. Suatu pemahaman terhadap pola kebutuhan
mendatang mendorong perencana untuk memperkirakan kinerja suatu lapangan
terbang pada saat ini dan memperbaiki fasilitasnya untuk masa mendatang. Juga untuk
mengevaluasi pengaruh pelayanan akibat rute baru, jumlah penumpang dan jumlah
barang.
Untuk memperkirakan karakteristik kebutuhan mendatang, prediksi yang
masuk akal adalah suatu keharusan. Data yang diperlukan untuk estimasi mendatang
seperti jumlah pesawat, penumpang, barang, surat, termasuk informasi yang sangat
berkaitan meliputi :
1. Daerah yang dilayani oleh lapangan terbang
2. Asal tujuan dari perjalanan
3. Karakteristik dari pertumbuhan penduduk dan populasi
4. Karakteristik ekonomi dari suatu daerah seperti tingkat pendapatan (income
per kapita), jenis dan tingkat aktivitas masyarakat dan akomodasi yang
tersedia.
5. Kecenderungan terhadap moda perjalanan
6. Kecenderungan pergerakan lalu-lintas secara nasional
7. Karakteristik daerah yang berdekatan dengan lapangan terbang
8. Pertimbangan faktor geografis
9. Tingkat persaingan moda pesawat dengan moda lain.
2.4.1 Model-Model Alternatif Peramalan
Pengetahuan tentang besarnya beban lalu lintas udara sangat diperlukan untuk
perencanaan praktis dan strategis. Secara garis besar, beban lalu lintas angkutan udara
dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Angkutan penumpang
Angkutan barang termasuk angkutan pos.
Ada beraneka ragam teknik perkiraan yang tersedia bagi para perencana
bandara, mulai dari pertimbangan subjektif sampai pada model-model matematis.
2.4.1.1 Model Trend Analysis
Peramalan dengan metode ini merupakan metode sederhana yang biasa
dilakukan. Dasar dari metode ini adalah data kesejarahan dari aspek yang ditinjau,
17
Penelitian
18
Penelitian
sekarang dan masa yang lalu. Data yang diperlukan harus dikumpulkan untuk
menghitung jumlah penumpang dan angkutan barang untuk prediksi setiap 5 tahun ke
depan hingga 15 tahun ke depan. Data-data tersebut diolah dan dianalisa kemudian
diambil suatu hasil yang terbaik dari analisa yang telah dilakukan.
Adapun model peramalan yang digunakan untuk memprediksi jumlah
penumpang dan angkutan barang pada masa mendatang digunakan Model Trend
Analysis berupa metode Regresi Linear (kurva garis lurus). Dari metode peramalan
yang dilakukan, maka akan diperoleh suatu rumusan regresi dimana rumusan ini dapat
mengindikasikan hubungan yang terjadi antara keadaan sekarang terhadap proyeksi
masa mendatang. Hasil yang diperoleh dari metode peramalan tersebut berupa
rumusan regresi yang kemudian dibandingkan antara satu dengan yang lainnya,
sehingga akan didapatkan metode yang paling cocok atau paling mendekati terhadap
pola yang diramalkan. Rumusan regresi ini selanjutnya akan diuji apakah dapat
digunakan untuk memproyeksikan keadaan masa mendatang.
Dalam suatu hasil analisa dari suatu rumusan regresi khususnya regresi linear
harus mempunyai suatu nilai korelasi atau hubungan dari hasil yang didapat antara
variabel atau nilai Y dengan suatu variabel atau nilai dari X. Kuat tidaknya suatu
korelasi bisa diukur dengan nilai yang disebut dengan koefisien korelasi. Dari nilai
koefisien korelasi ini, maka dapat dicari suatu kesimpulan akan hubungan dari
variabel-variabel yang ada. Artinya suatu pertambahan nilai atau waktu dari variabel
X akan mengakibatkan pengaruh atau memiliki hubungan positif atau negatif terhadap
nilai Y. Hal ini akan berpengaruh pada terjadinya suatu penambahan atau penurunan
dari variabel akhir berupa variabel Y yang dicari.
19
Penelitian
BAB III
20
Penelitian
BAB IV
METODE PENELITIAN
capacity
21
Penelitian
untuk mengetahui konsep layout apron yang digunakan oleh bandara Husein
Sastranegara Bandung.
2. Pengumpulan Data
Untuk mengevaluasi apron diperlukan data-data yang mendukung agar
diperoleh hasil yang maksimal dari penelitian ini. Data yang diperlukan yaitu:
a. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil survey langsung di lapangan yaitu berupa
kondisi eksisting apron.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen instansi terkait, berupa
pra masterplan bandara, jenis pesawat yang beroperasi, volume lalu lintas
pesawat dan geometrik apron bandara.
3. Evaluasi Kinerja Apron Eksisting
Data primer dan sekunder yang telah didapat kemudian diolah dan dievaluasi
serta dianalisis untuk mendapatkan kinerja apron eksisting.
Tahap ini menghasilkan : kondisi geometrik apron eksisting dan kapasitas
apron eksisting.
4. Analisa Peramalan Lalu Lintas Angkutan Udara
Peramalan atau forecasting ditujukan untuk menghitung kemungkinan
penambahan jumlah penumpang dan jumlah pesawat di masa yang akan
datang dengan berbagai parameter yang digunakan untuk menunjang
peramalan yang seakurat mungkin. Dalam teknik peramalan ini digunakan
metode Ekonometrik.
5. Evaluasi Kinerja Apron Yang Akan Datang
Data primer dan sekunder yang telah didapat ditambahkan dengan parameter
yang telah ditentukan dan dianalisis untuk dievaluasi dan dianalisis untuk
mendapatkan kinerja apron yang akan datang sesuai dengan tahun yang
direncanakan.
Tahap ini menghasilkan : kondisi geometrik apron yang akan datang dan
kapasitas apron yang akan datang.
6. Hasil Evaluasi Kinerja Apron Eksisting dan Yang Akan Datang
Hasil dari analisis yang telah dilakukan yaitu mengenai kinerja apron eksisting
dan yang akan datang sesuai dengan tahun rencana.
22
Penelitian
TNI AU
Bandara
TNI AU
PT. DI
4.3. Data-Data
4.3.1. Umum
Bandara Husein Sastranegara mempunyai dimensi apron sebesar ± 36890 m2
dengan rincian ± 9750 m2 untuk rigid pavement serta ± 27140 m2 untuk flexible
pavement. Apron ini mempunyai parking stand sebanyak 8 buah, dapat menampung
8 buah pesawat dengan jenis pesawat Boeing B737 500 atau 7 buah pesawat dengan
jenis pesawat Airbus A320.
Konfigurasi apron yang digunakan Bandara Husein Sastranegara
menggunakan sistem konsep linear/frontal (baris depan gerbang kedatangan). Pola
23
Penelitian
parkir pesawat terbang di apron Bandara Husein Sastranegara menggunakan tipe yang
didesain khusus sesuai kondisi dan luasan apron yang tersedia.
24
Penelitian
25
Penelitian
26
Penelitian
PERGERAKAN PENUMPANG
900,000
800,000
700,000
Jumlah Penumpang
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0
2011 S/D
2005 2006 2007 2008 2009 2010
AGUSTUS
Series1 378,419 382,224 360,858 359,260 527,647 787,000 590,365
PERGERAKAN PESAWAT
18,000
16,000
14,000
Jumlah Pesawat
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
2011 S/D
2005 2006 2007 2008 2009 2010
AGUSTUS
Series1 15,337 6,524 6,397 5,911 7710 9,951 7,418
27
Penelitian
28
Penelitian
BAB V
29
Penelitian
30
Penelitian
31
Penelitian
32
Penelitian
Data lalu lintas bandara yang cukup stabil berlangsung antara tahun 2004
sampai dengan tahun 2008. Rata-rata pertumbuhan pertahun adalah -0.39% yaitu dari
365.081 penumpang menjadi 358.569 penumpang.
Perkembangan lalu lintas bandara yang cukup besar berlangsung antara tahun
2008 sampai dengan tahun 2010. Pertumbuhan selama 2 tahun tersebut mencapai
48,03% yaitu dari 358.569 penumpang menjadi 785.700 penumpang.
5.1.4. Peramalan
Data lalu lintas udara, PDRB dan Jumlah Penduduk di Kota Bandung
dikumpulkan dari beberapa sumber. Sebagai dasar analisis peramalan lalu lintas udara
menggunakan pendekatan sebagai berikut, yaitu analisis dengan menggunakan Data
PDRB dan Penduduk Kota Bandung yang digunakan sebagai peramalan yaitu : data
pada tahun 2003–2010. Data lalu lintas udara Bandara Husein Sastranegara Bandung
diperilhatkan pada tabel 5.2.
Tabel 5. 2 Data Lalu Lintas Udara Bandara Husein Sastranegara
PESAWAT PENUMPANG
TAHUN
DTG BRK TOT DTG BRK TOT
2003 5,651 5,662 11,313 122,854 128,190 251,044
2004 7,535 7,488 15,023 179,253 185,828 365,081
2005 6,872 6,827 13,699 183,698 194,233 377,931
2006 3,437 3,507 6,944 187,906 193,113 381,019
2007 4,780 4,768 9,548 177,215 182,386 359,601
2008 2,838 2,843 5,681 179,531 179,038 358,569
2009 3,775 3,754 7,529 267,230 259,458 526,688
2010 4,598 4,611 9,209 393,969 391,731 785,700
B A G A S I (kg) B A R A N G (Kg)
TAHUN
DTG BRK TOT DTG BRK TOT
2003 719,450 745,726 1,465,176 126,926 229,217 356,143
2004 1,224,916 1,131,779 2,356,695 89,193 167,255 256,448
2005 1,397,954 1,336,939 2,734,893 127,777 247,085 374,862
2006 1,740,008 1,611,610 3,351,618 88,772 223,299 312,071
2007 1,586,616 1,598,253 3,184,869 160,477 420,849 581,326
2008 1,712,139 1,787,049 3,499,188 125,360 575,693 701,053
2009 2,364,533 2,511,576 4,876,109 67,363 571,830 639,193
2010 3,284,939 3,214,666 6,499,605 187,212 701,390 888,602
Sumber : Angkasa Pura II
Data PDRB Harga Konstan 2000 Kota Bandung dapat dilihat pada tabel 5.3.
33
Penelitian
PDRB Pertumbuhan
Tahun
(milyar rp.) (% per tahun)
2003 18,490.72
2004 19,874.81 7.49%
2005 21,370.70 7.53%
2006 23,043.10 7.83%
2007 24,941.52 8.24%
2008 26,978.81 8.17%
2009 29,228.27 8.34%
2010 31,697.28 8.45%
Sumber : BPS
34
Penelitian
35
Penelitian
36
Penelitian
37
Penelitian
Kondisi Optimistik
Hasil peramalan bangkitan perjalanan per tahun pada kondisi optimistik
diberikan pada Tabel sebagai berikut.
Tabel 5. 8 Bangkitan Perjalanan (Optimistik)
38
Penelitian
Kondisi Normal
Hasil analisis tingkat bangkitan bagasi dan kargo diperlihatkan pada Tabel 5.9.
Tabel 5. 9 Bangkitan Bagasi dan Kargo (Normal)
Tahun PDRB (milyar Rp.) Bagasi Kargo
2012 36,974.60 7,510,524.87 1,583,069.34
2013 39,934.13 8,459,646.57 1,714,354.16
2014 43,130.55 9,484,738.14 1,856,147.30
2015 46,582.82 10,591,880.36 2,009,289.89
2016 50,311.41 11,787,640.78 2,174,690.37
2017 54,338.46 13,079,112.57 2,353,329.87
2018 58,687.83 14,473,956.72 2,546,268.09
2019 63,385.34 15,980,447.36 2,754,649.52
2020 68,458.84 17,607,520.95 2,979,710.27
2021 73,938.44 19,364,829.20 3,222,785.40
2022 79,856.65 21,262,796.42 3,485,316.82
2023 86,248.55 23,312,681.25 3,768,861.85
2024 93,152.08 25,526,643.53 4,075,102.47
2025 100,608.19 27,917,816.40 4,405,855.29
2026 108,661.10 30,500,384.19 4,763,082.31
2027 117,358.58 33,289,666.58 5,148,902.60
Sumber: Hasil Analisis
39
Penelitian
Kondisi Optimistik
Hasil analisis tingkat bangkitan bagasi kargo diperlihatkan pada Tabel 5.10.
Tabel 5. 10 Bangkitan Bagasi dan Kargo (Optimistik)
Tahun PDRB (milyar Rp.) Bagasi Kargo
2012 37,278.61 7,608,021.81 1,596,555.36
2013 40,427.66 8,617,922.03 1,736,247.20
2014 43,842.72 9,713,131.90 1,887,739.28
2015 47,546.27 10,900,857.83 2,052,028.40
2016 51,562.66 12,188,914.95 2,230,195.58
2017 55,918.33 13,585,778.58 2,423,413.14
2018 60,641.94 15,100,639.96 2,632,952.43
2019 65,764.57 16,743,466.76 2,860,192.21
2020 71,319.92 18,525,068.66 3,106,627.69
2021 77,344.55 20,457,168.44 3,373,880.41
2022 83,878.11 22,552,479.17 3,663,708.86
2023 90,963.57 24,824,787.83 3,978,020.09
2024 98,647.57 27,289,046.02 4,318,882.25
2025 106,980.66 29,961,468.36 4,688,538.17
2026 116,017.68 32,859,639.18 5,089,420.17
2027 125,818.08 36,002,628.22 5,524,166.02
Sumber: Hasil Analisis
40
Penelitian
41
Penelitian
42
Penelitian
sibuk penumpang domestik dan internasional dengan metoda teoritis dapat dilihat
pada Tabel 5.16.
Tabel 5. 16 Jam Sibuk Penumpang (1 arah)
Kondisi Optimistik - Domestik
Rute 2012 2017 2022 2027
Bandung-Medan 121 183 278 419
Bandung-Surabaya-Denpasar 124 188 285 430
Bandung-Bandar Lampung-Palembang 53 80 121 183
Bandung-Semarang 133 141 141 213
Bandung-Jogja 58 88 134 203
Bandung-Halim Perdana Kusuma 62 93 141 213
Bandung-Denpasar 133 201 305 461
Bandung-Surabaya 81 123 186 281
Kondisi Optimistik - Internasional
Rute 2012 2017 2022 2027
Bandung-Singapura 145 220 333 503
Bandung-Kuala Lumpur 169 256 389 587
Sumber : Hasil Analisis
5.1.7.2. Jam Sibuk Pesawat
Analisis jam sibuk pesawat dilakukan yaitu jumlah penumpang pada jam sibuk
terhadap pesawat yang beroperasi di Bandara Husein Sastranegara dengan
mengunakan metoda teoritis. Batasan analisis adalah load factor rencana sebesar
70%-90%. Hasil perhitungan dengan metoda teoritis dapat dilihat pada Tabel 5.17.
Tabel 5. 17 Jam Sibuk Pesawat (1 arah)
Kondisi Optimistik - Domestik
Jurusan Jenis Pesawat 2012 2017 2022 2027
Bandung – Medan A 320 1 1 1 2
Bandung - Surabaya - Denpasar B 735 1 1 2 3
Bandung - Medan - Palembang MA 60 1 1 2 2
Bandung - Denpasar A 320 1 1 2 2
Bandung - Semarang MA 60 1 1 2 3
Bandung – Surabaya B 735 1 1 1 1
Bandung – Surabaya B 732 1 1 1 1
Bandung – Jogja MA-60 1 1 1 1
Bandung – Jogja ATR-72 1 1 1 1
Bandung - Halim Perdana Kusuma MA-60 1 1 2 3
Kondisi Optimistik - Internasional
Jurusan Jenis Pesawat 2012 2017 2022 2027
Bandung - Singapura A-320 1 1 2 2
Bandung - Kuala Lumpur A-320 1 1 2 3
Sumber : Hasil Analisis
43
Penelitian
Hasil analisis jam sibuk penumpang menunjukkan bahwa pada tahun 2012
hingga 2017 tidak terjadi penambahan jumlah pesawat di jam sibuk. Sedangkan untuk
tahun 2022 dan 2027 mengalami peningkatan jumlah pesawat.
5:00 5:30
5:30 6:00 5 1 4 5
6:00 6:30 1 3 5
6:30 7:00 3 5
7:00 7:30 3 5
7:30 8:00 2 1 5
8:00 8:30 1 1 1 6
8:30 9:00 1 2 7
9:00 9:30 1 1 2 8
9:30 10:00 1 1 8
10:00 10:30 1 8
10:30 11:00 1 2 9
11:00 11:30 1 1 2 10
11:30 12:00 1 1 10
12:00 12:30 1 2 11
12:30 13:00 1 1 11
13:00 13:30 1 11
13:30 14:00 2 3 13
14:00 14:30 1 2 13
14:30 15:00 2 13
15:00 15:30 2 4 15
15:30 16:00 1 3 15
16:00 16:30 1 2 15
16:30 17:00 2 1 3 17
44
Penelitian
Dari hasil analisis lalu lintas bandara Husein Sastranegara berdasarkan asumsi
jadwal penerbangan efektif Januari 2012 dengan interval waktu setiap 30 menit
menunjukkan selama pengoperasian bandara dalam satu hari tidak mengalami
kepadatan maksimum pada apron. Hal ini ditunjukkan dengan akumulasi pesawat
yang tidak melebihi 4 pesawat dalam 1 jam. Bahkan akumulasi pesawat tertinggi
terjadi setelah selesainya kegiatan operasional bandara. Pesawat yang menginap/
RON (remain over night) di bandara untuk penerbangan esok hari sebanyak 5
pesawat. Kondisi inilah yang akan dijadikan dasar dalam peramalan kapasitas apron
dari segi jumlah parking stand yang dibutuhkan, yaitu pada masa parking stand
paling banyak digunakan.
Berikut ini merupakan tabel analisis kapasitas apron berdasarkan jadwal
penerbangan dari segi jumlah parking stand per hari dalam 1 minggu untuk tahun
2012, 2017, 2022 dan 2027.
45
Penelitian
46
Penelitian
47
Penelitian
48
Penelitian
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada apron Bandara Husein
Sastranegara dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Kapasitas apron sampai dengan tahun rencana 2022 masih dapat melayani
khususnya pesawat yang menginap atau RON (remain over night). Akan
tetapi, tahun tersebut merupakan batas maksimum kapasitas apron tersebut.
b. Untuk tahun rencana 2027, apron tidak dapat melayani semua pesawat yang
menginap karena jumlah pesawat yang menginap melebihi jumlah parking
stand yang tersedia.
c. Marka yang ada pada apron diantaranya adalah :
Apron edge marking (batas area apron)
Lead-out line marking (garis pembimbing pesawat untuk keluar dari
apron)
Lead-in line marking (garis pembimbing pesawat untuk masuk tempat
parkir)
Parking stand number marking (nomor tempat parkir pesawat)
Aircraft stop line marking (tempat perhentian roda depan pesawat)
Apron safety line marking (garis aman tempat parkir pesawat)
6.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diusulkan sebagai acuan dalam penelitian
selanjutnya dan sebagai acuan untuk PT. Angkasa Pura adalah:
1. Pembuatan Remote Apron atau penambahan parking stand
Dikarenakan pada tahun rencana 2022 kapasitas apron telah mencapai
maksimum maka diperlukan pembuatan Remote Apron atau penambahan
parking stand. Fungsinya untuk mengantisipasi adanya pesawat yang
menginap atau RON (remain over night) di Bandara Husein Sastranegara.
Sebagai alternatif, lokasi Remote Apron atau parking stand ini dapat
diletakkan di depan hanggar milik PT. Dirgantara Indonesia seperti yang
terlihat pada lampiran.
49
Penelitian
50
Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
51