Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Sejak konsepsi perkembangan konseptus terjadi sangat cepat yaitu zigot mengalami
pembelahan menjadi morula (terdiri atas 16 sel blastomer), kemudian menjadi blastokis
(terdapat cairan di tengah) yang mencapai uterus, dan kemudian sel-sel mengelompok,
berkembang menjadi embrio (sampai minggu ke-27). Setelah minggu ke-10 hasil konsepsi
disebut janin. Dengan demikian adaptasi fetus sudah terjadi secara fisiologis.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dengan kehamilan atau masa
gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36 – 40 minggu. Bayi baru lahir normal
harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan di dalam rahim (intrauterine) ke kehidupan di
luar rahim (ekstrauterin).
Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
b. Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi
/meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi
A. sirkulasi darah fetus
1. Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
1) Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke
permukaan dalam hepar
2) Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan mengalirkan
sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
3) Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke dalam
ventriculus sinistra
4) Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta
desendens
5) Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta.
Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus
arteri tersebut dikenal sebagai arteri hypogastica.
A. Termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami “Stress
Dingin” atau Cold Stress terutama karena perubahan lingkungan dari dalam rahim ke dunia
luar yang jauh lebih dingin.
Secara fisiologis, tubuh bayi akan menggunakan timbunan lemak coklat (Brown Fat)
untuk menghasilkan panas. Namun cadangan lemak coklat ini akan habis dan bayi akan
mudah mengalami hipoglisemia, hipoksia dan asidosis.
Untuk itu, pencegahan kehilangan panas sangatlah diperlukan. Perubahan kondisi terjadi
pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh induknya, suhu tubuh fetus selalu terjaga,
begitu lahir maka hubungan dengan induk sudah terputus dan neonatus harus
mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya.
Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh
neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya.
Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan.
Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik, pengaturan
tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan
yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah
kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit.
Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada
ketebalannya. Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada
ketiga unsur tersebut. Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan
berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju kulit. Tahap
kedua panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau evaporasi.
B. Adaptasi Fisiologi Sistem Metabolisme
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan
kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat (1 sampai 2 jam).
Pada dasarnya turunnya suhu tubuh ini dapat terjadi akibat penurunan produksi panas,
peningkatan panas yang hilang atau gangguan pada pengatur suhu tubuh termoregulasi). Ahli
kesehatan anak menerangkan bahwa penurunan produksi panas dapat berhubungan dengan
sistem endokrin, seperti gangguan hormon tiroid atau pituitary. Peningkatan panas yang
hilang dapat terjadi akibat berpindahnya panas tubuh ke lingkungan sekitar. Sedangkan
gangguan termoregulasi dapat terjadi akibat gangguan di hipotalamus yaitu suatu bagian otak
yang Salah Satu fungsinya mengatur suhu tubuh.
Pengaturan suhu pada neonatus masih belum baik selama beberapa saat. Karena
hipotalamus bayi masih belum matur, dan bayi masih rentan terhadap hipotermia, terutama
jika terpapar dingin atau aliran udara dingin, saat basah, sulit bergerak bebas, atau saat
kekurangan nutrisi. Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingin dari pada saat kelahiran,
dengan suhu kamar bersalin 210 C yang sangat berbeda dengan suhu dalam kandungan, yaitu
37,70 C. Pada saat lahir, faktor yang berperan dalam kehilangan panas pada bayi baru lahir
meliputi area permukaan tubuh bayi baru lahir, berbagai tingkat insulasi lemak subkutan, dan
derajat fleksi otot.
Ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat amnion menguap dari kulit. Setiap
milimeter penguapan tersebut memindahkan 500 kalori panas (Rutter 1992). Bayi kehilangan
panas melalui empat cara, yaitu:
1) Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin.
Contoh: Bayi yang diletakkan di atas meja, tempat tidur atau timbangan yang dingin akan
cepat mengalami kehilangan panas tubuh akibat proses konduksi.
2) Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan udara sekitar
yang lebih dingin.
Contoh: Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami panas. Kehilangan panas juga dapat terjadi jika ada tiupan kipas angin, aliran
udara atau penyejuk ruangan.
Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 200 C dan sebaiknya tidak
berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbuka. Kipas angin dan AC yang kuat
harus cukup jauh dari area resusitasi. Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk
meminimalkan konveksi udara sekitar bayi.
3) Evaporasi
Evaporasi adalah kehilangan panas akibat bayi tidak segera dikeringkan.
Contoh: Kehilangan panas terjadi karena meguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh
setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Hal yang sama dapat terjadi
setelah bayi dimandikan. Karena itu bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan
rambut, sesegera mungkin setelah dilahirkan. Lebih baik lagi menggunakan handuk hangat
untuk mencegah kehilangan panas secara konduksi.
4) Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi yang di tempatkan dekat benda yang
mempunyai tempratur tubuh lebih rendah dari tempratur tubuh bayi.
Contoh: Bayi akan mengalami kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih
dingin tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tubuh bayi.
Upaya Mencegah Kehilangan Panas :
1. Keringkan bayi secara seksama
2. Selimuti bayi dengan selimut bersih, kering dan hangat
3. Tutupi kepala bayi
4. Anjurkan ibu memeluk dan memberikan ASI
5. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi
6. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat tahanan pembuluh paru yang
besar ( lebih tinggi dibandingkan tahanan vaskuler sistemik=SWR) hanya 10% dari keluaran
ventrikel kanan yang sampai paru, sedangkan sisanya (90%) terjadi shunting kanan ke kiri
melalui duktus arteriosus Bottali.
Pada waktu bayi lahir, terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat umbilical
cord dipotong/dijepit), tekanan atrium kanan menjadi rendah, tahanan pembuluh darah
sistemik (SVR) naik dan pada saat yang sama paru-paru mengembang, tahanan vaskuler paru
menyebabkan penutupan foramen ovale (menutup setelah berberapa minggu), aliran darah
dari duktus arteriosus Bottali berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini tersebut sirkulasi
transisi. Penutupan duktus arteriosus secara fisiologis terjadi pada umur bayi 10-15 jam yang
disebabkan kontraksi otot polos pada akhir arteri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-
3 minggu.
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat kurang sehingga keadaan kehilangan
darah, dehidrasi, dan kelebihan volume juga sangat kurang untuk ditoleransi. Manajemen
cairan pada neonatus harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Tekanan sistolik merupakan
indikator yang baik untuk menilai sirkulasi volume darah dan dipergunakan sebagai
parameter yang adekuat terhadap penggantian volume. Oteregulasi aliran darah otak pada
bayi baru lahir tetap dipelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130 mmHg.
Frekuensi nadi bayi rata-rata 120 kali/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60 mmHg.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain
susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna
yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih
terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan
bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan
yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand.
Bayi ginjalnya relatif banyak mengandung air dan natrium. Fungsi ginjal belum
sempurna.
Peranan ginjal janin dalam menjaga homeostasis tubuh sampai saat ini masih
dipertanyakan, ditemukan adanya kemampuan ginjal fetus untuk memekatkan dan
mengencerkan urin, mengabsorbsi fosfat dan mengadakan transportasi zat organik.
Fungsi eksresi janin dilakukan melalui plasenta. Hal ini terbukti dengan ditemukannya
hasil pemeriksaan komposisi cairan tubuh fetus yang normal, termasuk angka plasma
kreatinin dan ureum pada neonatus saat lahir, meskipun terdapat agenesis kedua ginjal.
2.9 Ikterus Neonatorum Fisiologis
Ikterus sendiri sebenarnya adalah perubahan warna kuning akibat deposisi bilirubin
berlebihan pada jaringan; misalkan yang tersering terlihat adalah pada kulit dan konjungtiva
mata.
Sedangkan definisi ikterus neonatorum adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru
lahir dengan keadaan meningginya kadar bilirubun di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga
kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kucing.
Ikterus juga disebut sebagai keadaan hiperbilirubinemia (kadar bilirubin dalam darah lebih
dari 12 mg/dl). Keadaan hiperbilirubinemia merupakan salah satu kegawatan pada BBL
karena bilirubin bersifat toksik pada semua jaringan terutama otak yang menyebabkan
penyakit kern icterus (ensefalopati bilirubin) yang pada akhirnya dapat mengganggu tumbuh
kembang bayi.