Sei sulla pagina 1di 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN JENIS MAKANAN DAN INTAKE CAIRAN DENGAN


KELELAHAN PADA PEKERJA BAGIAN SETRIKA PT SANDANG ASIA MAJU
ABADI

Maria Visca Arumbi, Bina Kurniawan, Baju Widjasena


Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: mariaviscaa@yahoo.com

Abstract : Fatigue is the body's mechanism to avoid further damage so that the
body can recover itself after resting. Fatigue is adjusted centrally by the brain.
Work fatigue increases errors in working process and may increase the number
of accidents at work. The objective of this study is to describe the correlation
between consumed types of diets and fluid intake with fatigue among Ironing
Division workers of PT Sandang Asia Maju Abadi. This descriptive study
conducted in cross-sectional method in form of observational study. The
population studied consists of 37 workers from Ironing Division and sampled by
total-sampling method. Instruments used in this study include recall
questionnaires of foods and beverages consumed to determine the types of diets
and fluid intake, Questemp 34 Heat Stress Monitor to measure the work climate,
body weight scale, Microtoise to measure body height, Deary-Liewald Reaction
Time to measure the level of work fatigue. The results showed that the
respondent consists of 51.4% of young adults, 67.6% of females, and 56.8% of
respondent with normal nutritional status, 56.8% of respondents consumes non-
gravy-rich diets, and 64.9% of respondents have enough fluid intakes, under
work climate ranging between 24 - 36oC. The result of chi-square test shows that
there is a correlation between types of diets and fluid intake with fatigue. To
reduce the risk of work fatigue, it is recommended for workers to prefer
consuming gravy-rich diets and drink enough water to overcome the loss of body
fluids.

Keywords: types of diets, fluid intake, work fatigue

308
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

A. PENDAHULUAN Selain jenis makanan penting


Kelelahan merupakan diperhatikan terkait intake cairan
mekanisme perlindungan tubuh agar pada pekerja, dikarenakan secara
terhindar dari kerusakan lebih lanjut
medis kehilangan cairan 1% dari
sehingga terjadi pemulihan setelah
beristirahat. Kelelahan diatur secara berat badan melalui keringat
sentral oleh otak. Pada susunan mengakibatkan penurunan
syaraf pusat terdapat sistem aktivasi performance. Kehilangan cairan
(bersifat simpatis) dan inhibisi lebih dari 5% dari berat badan akan
(bersifat parasimpatis).1 terjadi penurunan kapasitas kerja
Gejala kelelahan kelelahan 30%.4 Pengeluaran keringat yang
secara subjektif dan objektif dapat
banyak tanpa diimbang dengan
dirasakan seperti perasan lesu,
mengantuk, pusing, berkurangnya asupan cairan yang cukup akan
konsentrasi, kurangnya mengakibatkan dehidrasi yang dapat
kewaspdaan, persepsi yang buruk berakibat pula pada kelelahan.5
dan melambat, gairah bekerja yang Survei di negara maju
turun.1 Faktor penyebab kelelahan di melaporkan bahwa 10-50%
tempat kerja sangat bervariasi. penduduk mengalami
Kelelahan dapat disebabkan oleh
kelelahan.Berdasarkan Data dari
faktor intensitas dan lamanya
pekerjaan fisik dan mental, ILO (Internasional Labour
lingkungan kerja, Circadian Rhythm, Organisasion) tahun 2010
problem fisik, kenyerian dan kondisi menyebutkan hampir setiap tahun
kesehatan, dan nutrisi. sebanyak dua juta pekerja
Kekurangan nutrisi atau nilai gizi meninggal dunia karena kecelakaan
pada makanan yang dikonsumsi
kerja yang disebabkan faktor
dalam arti intake makanan dalam
tubuh kurang dari normal akan kelelahan. Penelitian tersebut
membawa akibat buruk terhadap menyatakan dari 58.115 sampel,
tubuh, salah satu yang paling utama 32,8%diantaranya atau sekitar
adalah menimbulkan kelelahan 18.828 sampel menderita kelelahan.
kerja. Dalam keadaan tubuh yang Dari hasil observasi dapat
lelah maka tidak bisa diharapkan dirasakan lingkungan kerja pada
tercapainya efisiensi dan
bagian setrika lebih panas
produktivitas kerja yang optimal.2
Pada penelitian sebelumnya dibandingkan dengan bagian lain
jenis makanan juga sangat karena ada tambahan panas yang
berpengaruh terhadapan berasal dari uap panas mesin
pengembalian cairan tubuh yang setrika. Dari hasil wawancara
hilang, pemilihan jenis makanan dengan 4 pekerja bagian setrika
yang berkaldu merupakan upaya didapati keluhan pada pekerja
dalam pencegahan kelelahan. Jenis seperti rasa pegal pada bagian
makanan berkaldu mengandung bahu, lengan, punggung, sakit
cairan yang terdiri dari elektrolit dan kepala, mengantuk dan rasa haus
karbohidrat akan cepat yang berlebihan.
mengembalikan cairan tubuh yang Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk mengetahui hubungan jenis
hilang.3
makanan dan intake cairan dengan

309
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

kelelahan pada pekerja setrika PT Pekerja pada bagian setrika


Sandang Asia Maju Abadi. yang memiliki kebiasaan
mengkonsumsi makanan
B. METODE PENELITIAN berkuah sebanyak 16 orang
Jenis penelitian ini adalah (43,2%), sedangkan yang
penelitian analitik dengan memilki kebiasaan
menggunakan studi cross-sectional mengkonsumsi makanan tidak
yang merupakan suatu bentuk dari berkuah sebanyak 21 orang
desain penelitian (56,8%).
observasional.30Sampel yang f. Intake cairan
diambil sebanyak 35 orang operator Hasil penelitian ini
jahit dengan metode total sampling. menunjukkan bahwa mayoritas
Metode analisis data pekerja merasakan memiliki
menggunakan uji non-parametrik intake cairan yang sedangkan
dengan chi squer. yang memilki intake cairan tidak
cukup sebanyak 13 oang
C. HASIL DAN PEMBAHASAN (25,1%).
1. Analisis Univariat g. kelelahan Kerja
a. Umur Pekerja bagian setrika
Penelitian ini menunjukkan dengan kategori kelelahan kerja
sebagian besar responden ringan sebanyak 5 orang
masuk pada kategori tidak (13,5%), sedangkan kategori
rentan terhadap kelelahan kelelahan sedang 16 orang
(>=30 Tahun) yaitu sebesar (43,2%) dan kategori kelelahan
51,4%. Sedangkan untuk pekerja berat 16 orang (43,2%)
yang rentan hanya sebesar 2. Analisis Bivariat
48,6%. a. Hubungan jenis makanan
b. Jenis Kelamin dengan kelelahan kerja.
Responden yang berjenis
kelamin wanita sebesar 67,6%.
Sedangkan pekerja yang Tidak Berkaldu Berkaldu
berjenis kelamin pria sebesar 60 50
43,8 42,9
32,4%.
40 28,6 28,6
c. Status Gizi
Pekerja dengan status gizi 20 6,3
obesitas yaitu sebesar 9 orang 0
(24,3%), gemuk sebesar 7 orang
Berat Sedang Ringan
(18,9%) dan yang paling tinggi
berstatus gizi normal sebanyak
21 orang (56,8%). Grafik 1. Hubungan Jenis Makanan
d. Iklim Kerja dengan Kelelahan pada
Hasil penelitian ini pekerja bagian setrika
menunjukkan bahwa pengukura PT Sandang Asia Maju
iklim kerja pada 3 titik di bagian Abadi.
setrika menunjukkan nilai ISBB
diatas nilai NAB dengan rata-rata Berdasarkan grafik diatas
iklim kerja 35,60C. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
sesuai dengan Permenaker No pekerja dengan kebiasaan
11 Tahun 2013. mengkonsumsi makanan tidak
e. Jenis Makanan

310
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) (e
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
2356
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
s1.undip.ac.id/index.php/jkm

berkuah cenderung mengalami Hasil ini sesuai dengan


kelelahan berat. penelitian sebelumnya mengenai
Hasil uji menunjukkan ada mengenai analisi pencegahan
hubungan antara jenis makanan
paparan panas pada pedagang
dengan kelelahan kerja. Dari
hasil wawancara pada pekerja kaki lima disekitar Universitas
bagian setrika menunjukkan Diponegoro . kesimpulan dari
mereka memiliki kebiasaan penelitan
enelitan tersebut adalah, jenis
menyediakan
iakan dan makanan juga sangat
mengkonsumsi makanan tidak berpengaruh terhadapan
berkuah. Alasan yang mereka pengembalian cairan tubuh yang
utarakan ialah, mereka memiliki
hilang, pemilihan jenis makanan
keterbatasn waktu untuk
menyediakan menu makanan yang berkaldu merupakan upaya
yang berkuah, bagi mereka dalam pencegahan kelelahan.
menyediakan lebih braktis Jenis makanan berkaldu
menyediakan makanan yang mengandung cairan yang terdiri
tidak berkuah seperti tempe dari elektrolit
lektrolit dan karbohidrat
goreng,
g, telur goreng dan ayam akan cepat mengembalikan
goreng.
cairan tubuh yang hilang.3
Dari hasil wawancara juga
didapati informasi bahwa dari
b. Hubungan antara Frekuensi
perusahaan belum menyediakan
Repetisi dengan Keluhan
makan siang bagiang bagi
Musculoskeletal disorders
pekerjanya, melainkan hanya
Tungkai Bawah
menyediakan kantin perusahan.
Dikantin perusahaan sendiri dari
pedagang yang berjualan disana Kurang Cukup
tidak diatur menu makanan
makan yang
80
mereka sediakan melainkan dari 61,5
60 50
pihak pengelola kantin sendiri 41,7
yang memvariasikan menu. 40 30,8
Pemilihan jenis makanan 20 8,3 7,7
pada pekerja sangat penting 0
diperhatikan, terlebih pada Berat Sedang Ringan
pekerja yang memiliki potensi
kelelahan yang tinggi. Pada
pekerja bagian setrika sendiri Grafik 5. Hubungan Kelelahan
memiliki potensi kelelahan tinggi dengn intake cairan
dikarenakan pekerjaan pada pekerja bagian
menggunakan aktivitas fisik yang setrika PT Sandang Asia
berat serta dilakukan secara Maju Abadi
manual dan berdiri selama
melakukan proses penyetrikaan.
penyetrikaan Berdasarka grafik diatas dapat
Dengan memilih jenis makanan disimpulkan bahwa pekerja dengan
yang berkuah (mengandung intake cairan kurang akan
karbohidrat, elektr
elektrolit dan mengalami kelelahan kerja berat.
vitamin) dapat mempercept Hasil uji menunjukkan ada
pengembalian ion yang hilang hubungan antara intake cairan
dari dalam tubuh.6 dengan kelelahan pada pekerja

311
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

bagian setrika PT Sandang Asia target yang telah ditetapkan,


Maju Abadi. Dari hasil wawancara padahal dibagian setrika sudah
langsung dengan responden terdapat 3 buah dispenser untuk
didapati rata-rata intake cairan
memenuhi kebutuhan cairan
responden sebanyak 4,2 L. Rata-
rata tersebut sudah termasuk pekerja.
kategori cukup untuk Intake cairan Kelelahan pada responden
pada pekerjaan dilingkungan kerja selain diakibatkan oleh intake cairan
yang panas. Namun sebagian besar yang kurang tetapi diakibatkan oleh
responden merasakan kelelahan tekanan panas tambahan yang
kerja pada pukul 10.00-11.00 WIB dihasilkan oleh mesin setrika.
dan 15.00-16.00 WIB. Kelelahan
Pekerja bagian setrika terpapar
diakibatkan dari pekerjaan yang
monoton, berdiri dan dikerjakan langsung oleh panas yang dihasilkan
secara manual. oleh mesin setrika yang
Gejala kelelahan yang dirasakan mengakibatkan terjadinya kolaps
seperti mulai menguap, tubuh terasa sirkulasi darah perifer karena
lemas dan rasa haus yang dehidrasi dan defisiensi garam.
berlebihan. Selain itu hampir semua Dalam usaha menurunkan
responden memiliki kebiasan panas tubuh, aliran darah keperifer
mengkonsumsi teh atau kopi. Teh bertambah yang mengakibatkan
dan kopi merupakan minuman yang produksi sel keringat juga
mengandung kafein, kafein disebut bertambah. Dehidrasi pada tenaga
sebagai zat diuretic yaitu zat yang kerja tersebut karena secara
membuat ginjal mengeluarkan lebih fisiologis pengatur suhu hipotalamus
banyak cairan, dengan demikian melalui kelenjar keringat berusaha
dapat mempercepat proses untuk mendinginkan tubuh dengan
kelelahan. cara mengeluarkan keringat.
Pada saat merasa haus kita Didalam cairan keringat itu terdapat
sedang mengalami dehidrasi. elektroit-elektrolit seperti natrium,
Banyak orang mengasumsikan klorida serta kalium. Semakin panas
bahwa haus merupakan indikator lingkungan kerja makan semakin
yang baik dari kebutuhan cairan. banyak keringat yang dikeluarkan
Meskipun demikian, haus sehingga tubuh kehilangan cairan
sebenarnya merupakan suatu tanda yang banyak pula.
bahwa tubuh mengalami dehidrasi, Penelitian ini sejalan dengan
cairan harus diganti sebelum rasa penelitian sebelumnya mengenai
haus ini timbul. Dalam pemenuhan kelelahan pekerja bagian
kebutuhan cairan pekerja diberi pengepakan di PT.X Semarang. Dari
kebebasan untuk mengkonsumsi air penelitian yang dilakukan terhadap
kapan saja sesuai kebutuhan, 48 responden bagian pengepakan
namun terdapat beberapa diketahui bahwa terdapat hubungan
responden yang menunda minum antara konsumsi cairan dengan
maupun jarang untuk minum kelelahan (p=0,001).7
langsung. Hal tersebut dikarenakan Penelitian ini juga sejalan
mereka masih sangat fokus pada dengan penelitian sebelumnya

312
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

mengenai hubungan konsumsi b. Mengkonsumsi makanan


cairan dengan status hidrasi pada yang berkuah ( sup, lodeh,
pekerja industri laki-laki. Dari sayur bayam dan soto) agar
membantu proses
penelitian yang dilakukan terhadap
penggantian ion tubuh yang
73 responden ditemukan sebanyak hilang.
2,7% pekerja mengkonsumsi cairan 2. Bagi Perusahaan
6,0-7,9 liter per hari, 53,4% a. Berkoordinasi dengan
megkonsumsi cairan 4,0-5,9 liter per pengelolah kantin untuk
hari, dan 43,9% mengkonsumsi menyediakan makanan yang
cairan 2,0-3,9 liter perhari. berkuah (sup, lodeh, sayur
bayam dan soto).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
b. Perlu disediakannya air yang
terdapat hubungan konsumsi cairan mengandung elektrolit
dengan hidrasi pada pekerja industri (mencampurkan setengah
laki-laki.6Jika hidrasi dibiarkan sendok makan garam
secara terus menerus maka akan kedalam 1 galon air minum)
menyebabkan resiko kelelahan pada guna mengganti cairan tubuh
pekerja. dengan cepat.
3. Bagi Peneliti Lain
Diperlukan penelitian lebih
D. KESIMPULAN lanjut mengenai kandungan air
1. Pekerja bagian setrika mayoritas yang terbentuk didalam sel
memiliki kebiasaan sebagai hasil proses oksidasi
mengkonsumsi makanan tidak makanan.
berkuah 56,6% dibandingkan
dengan kebiasaan
mengkonsumsi makanan
berkuah 43,2%. F. DAFTAR PUSTAKA
2. Pekerja bagian setrika mayoritas 1. Terwak. Ergonomi Industri,
memiiki intae cairan yang cukup Dasar-Dasar Pengetahuan
dengan 64,9%, sedangkan yang
Ergonomi Dan Aplikasi Di
memiliki intake cairan kurang
sebesar 35,1%. Tempat Kerjao Title. surakarta:
3. Ada hubungan antara jenis Harapan Press; 2015.
makanan dengan kelelahan 2. Marlinda, Syam Farah.
pada pekerja bagian setrika PT Gambaran Asupan Zat Gizi,
Sandang Asia Maju Abadi Statu Gizi, dan Produktivitas
denganp-value 0,045 (≤0,005).
Kerja Pada Pekerja Pabrik
4. Ada hubungan antara intake
cairan dengan kelelahan pada Kelapa Sawit Bagerpang Estate
pekerja bagian setrika PT Pt. PP Lonsum. 2013.
Sandang Asia Maju Abadi 3. Widjasena, Bayu. Analysis Of
denganp-value 0,000 (≤0,005). Heat Exposure Prevention On
Street Vendors Workers Around
E. SARAN Diponegoro University Campus
1. Bagi Pekerja
Semarang. Occuppotional
a. Mengkonsumsi cairan
minimal 4L dalam sehari Health Safety Department
untuk memenuhi kebutuhan Public Health Faculty of
diarea kerja panas. Diponegoro Univ Semarang

313
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

50000 Indonesia. 2017. Physiotheraphy and


4. Onder, M., Sarac, S., & Onder Occupational Theraphy.7: 15–
SA. Study Of Heat Stress 20; 2013.
12. Gahlot, Neha, Manju Mehta dan
Parameters at Kozlucoamine,
Kiran Singh. Occupational Health
Turkey. J Occup Health. Problems Among Female
2005;47 (4):343-345. Sewing Machine Operators.8:
5. Sama’mur PK. Hygine 122–126; 2017.
Perusahaan Dan Kesehatan 13. Xa, Liao, Li J dan Zhong C.
Kerja (HIPERKES). Jakarta: CV Association Between
Sagung Seto; 2013. Musculoskeletal Disorders in the
Lower Limbs and Occupational
6. Chairani Nina. Wuih, Inilah
Stress in Bus Drivers. PubMed.
Manfaat Hebat dari Semangkuk 2015.
Sup. republika. 14. Mozafari, Abolfazl, Mostafa
http://gayahidup.republika.co.id/ Vahedian, Siamak Mohebi dan
berita/gaya- Mohsen Najafi. Work-Related
hidup/kuliner/12/07/02/m6hgoh- Musculoskeletal Disorders in
wuih-inilah-manfaat-hebat-dari- Truck Drivers and Official
Workers. (11): 1–7; 2014.
semangkuk-sup. Published
15. Sastroasmoro, Sudigdo. Dasar-
2012. Dasar Metodologi Penelitian
7. Icsan Muhamad. Kelelahan Klinis. Jakarta: Sagung Seto;
pada Pekerja Bagian 2011.
Pengepaka di PT. X Semarang. 16. Doohee, You. Association
2012. Between Wrist Angle and Carpal
8. Tarwaka. Ergonomi : Untuk Tunnel Syndrome among
Keselamatan , Kesehatan Workers. University of California.
Kerja dan Produktivitas. 2013.
Surakarta: UNIBA Press; 17. Munandar. Ikhtisar Anatomi Alat
2004. Gerak dan Ilmu Gerak. Jakarta:
9. Buckley, Paul. Work-related EGC Buku Kedokteran; 1994.
Musculoskeletal Disorder ( 18. NIOSH. Muscolesceletal
WRMSDs ) Statistics , Great Disorders and Workplace
Britain , 2015. UK: Health and Faktors:A Critical Review Of
Safety Executive. 1–20; 2015. Epidemologic Evidence for Work
10. Reid, Christoper. R., Pamela Related Muscolesceletal
McCauley Bush, Waldemar Disorders. Center of Desease
Karwowski dan Samiullah control and Prevention. 1997.
Durrani. Occupational Postural 19. Viester, Laura, Everta L.M
Activity and Lower Extremity Verhagen, Karen M Oude
Discomfort : A review. Hengel, Lando L. J. Koppes,
International Journal of Industrial Allard J. van der Beek dan
Ergonomics.40: 247–256; 2010. Paulien M. Bongers. The
11. Ak, Akodu, Tella Ba dan Adebisi Relation Between Body Mass
OA. Prevalence, Pattern and Index And Musculoskeletal
Impact of Musculoskeletal Symptoms In The Working
Disorders among Sewing Population. BMC
Machine Operators in Surulere Musculoskeletal
Local Government Area of Lagos Disorders.14(1): 238; 2013.
State, Nigeria. Indian Journal of

314
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

20. Tarwaka. Ergonomi Industri :


Dasar-Dasar Pengetahuan
Ergonomi dan Aplikasi di Tempat
Kerja. Solo: Harapan Press;
2015.
21. Kroemer, K. H. E. dan E.
Grandjean. Fitting the Task to
the Human : A Textbook of
Occupational Ergonomics 5Th
Ed. Taylor & Francis Routledge.
2009.
22. Humantech. Aplied Ergonomics
Training Manual. Australia:
Balkeley Vale; 1995.
23. Ramli, Harumisi. Hubungan
Gerakan Berulang Lengan Atas
dengan Syindroma Nyeri Bahu
pada Pekerja Elektronik PT. X
Kabupaten Bogor. Universitas
Indonesia. 2005.
24. Lumunon, Steicy N., Lidwina
Sengkey dan Engeline
Angliadi.Hubungan Gerakan
Berulang Lengan dengan
Terjadinya Nyeri Bahu pada
Penata Rambut di Salon. Jurnal
e-Clinic.3(3): 1–4; 2015.

315
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkm

316

Potrebbero piacerti anche