Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Abstract
The development of information technology in the international world impacts to the use of cyberspace which
covers all aspects of national life. Faced to this condition, Indonesian government needs to understand the state of
cyber security and build it so that able to address any kind of threat which comes through cyberspace. In addition
to internal conditions, the scope of the external noteworthy to be considered due the nature of cyber threats are
transnational, cross the line of sovereignty, and has been seen as a common threat by the countries of the world.
ASEAN has become a forum for Indonesia’s to achieve national interests in order to support national security in the
cyber field. Through the ASEAN Regional Forum (ARF) on cybersecurity initiatives, defense diplomacy strategy
directed to increasing mutual trust (confidence building measures) between states and reduce any potential threats
that may result from the external sphere. Those efforts, resulted in an agreement in the form of point of contacts
between states and a shared vision for continuous training of cybersecurity in the form of seminars and workshops
to build the capacity of human resources. Strategies and efforts are analyzed through a qualitative approach and
primary data were collected through interviews with 15 informants from various government agencies. In addition,
literature, journals, and related documents are also used as supporting data.
Abstrak
Perkembangan teknologi informasi di dunia internasional berdampak pada penggunaan ruang cyber yang
mencakup semua aspek kehidupan nasional. Dihadapkan pada kondisi ini, pemerintah harus memahami kondisi
cybersecurity di Indonesia dan membangunnya agar mampu mengatasi berbagai ancaman yang datang melalui
ruang cyber. Selain kondisi internal, ruang lingkup eksternal perlu diperhatikan mengingat ancaman cyber yang
bersifat transnasional, melewati batas kedaulatan, dan telah dipandang sebagai ancaman bersama oleh negara-
negara di dunia. ASEAN telah menjadi salah satu wadah bagi Indonesia untuk memperjuangkan kepentingan
nasionalnya dalam rangka mendukung keamanan nasional di bidang cyber. Melalui ASEAN Regional Forum
(ARF) on cybersecurity initiatives, strategi diplomasi pertahanan diarahkan untuk meningkatkan rasa saling
percaya (confidence building measures) antar negara dan mengurangi potensi ancaman yang dapat ditimbulkan dari
lingkup eksternal. Upaya tersebut, menghasilkan kesepakatan berupa point of contacts antar negara dan persamaan
pandangan untuk terus mengadakan pelatihan cybersecurity dalam bentuk seminar maupun workshop untuk
membangun kapasitas sumber daya manusia. Strategi dan upaya tersebut dianalisis melalui pendekatan kualitatif
dan data-data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan 15 informan dari berbagai instansi pemerintahan.
Selain itu, literatur, jurnal, dan dokumen terkait juga digunakan sebagai data pendukung.
9
Salim, “Peningkatan Kerjasama Pertahanan Indonesia
di Kawasan Asia Tenggara Guna Mendukung Diplomasi 10
ASEAN Secretariat, “ASEAN Political-Security Community
Pertahanan Dalam Rangka Mewujudkan Stabilitas Kawasan”, Blueprint”, 2009, http://www.asean.org/archive/5187-18.pdf,
(Jakarta: Pusat Pengkajian Maritim Seskoal, 2012). diakses pada tanggal 2 Desember 2015
11
Sisouwath Dong Chanto, “The ASEAN Regional Forum – The
Emergence of ‘Soft Security’: Improving the Functionality of ASEAN Secretariat, “ASEAN’s Cooperation on Cybersecurity
14
the ASEAN Security Regime”, Dialogue+cooperation, 2003, and against Cybercrime”, (Strasbourg: ASEAN Secretariat,
hlm. 41-47. 2013)
National Security and International Relations,”, (Cooperative Negeri, wawancara pribadi, 21 Januari 2016
Monitoring Center Occasional Paper, 2000), hlm. 5.
Direktorat Politik dan Keamanan Sekeretariat ASEAN,
16
13
Sisouwath Dong Chanto, Loc. Cit. wawancara pribadi, 15 Januari 2016.
sebelum masuk ke Indonesia.21 Pada lingkup Negeri, wawancara pribadi, 21 Januari 2016.
23
Munawar Ahmad (Ketua Staf Ahli DK2ICN), wawancara
20
Robert Jackson dan Georg Sorensen, “Introduction to pribadi, 29 Februari 2016.
International Relations”, (United Kingdom, Oxford University
Press, 2013), hlm. 6. 24
Prakoso (Asisten Deputi 2/VII Kedeputian Komunikasi,
Informasi dan Aparatur, Kemenkopolhukam), wawancara
21
Munawar Ahmad (Ketua Staf Ahli DK2ICN), wawancara pribadi, 7 Januari 2016.
Luar Negeri Tahun 2015-2019”, (Jakarta: Kementerian Luar wawancara pribadi, 2 Februari 2016
Negeri, 2015), hlm. 60.
Arwin D.W. Sumari (Staf Ahli DK2ICN), wawancara pribadi,
29
26
Ibid., hlm. 44. 12 Januari 2016.
Negeri, wawancara pribadi, 21 Januari 2016. Arwin D.W. Sumari (Staf Ahli DK2ICN), wawancara pribadi,
32
12 Januari 2016.
31
Direktorat Kebijakan Strategis Kementerian Pertahanan,
materi presentasi, disampaikan dalam wawancara pribadi, 5 Ketua Staf Ahli Bidang Hukum DK2ICN, wawancara pribadi,
33
Diplomasi Pertahanan Indonesia ... | David Putra S dan Datumaya W. Sumari | 11
mendapatkan hasil yang lebih besar karena proses nasional, diplomasi pertahanan yang dijalankan
komunikasi dan diplomasi dapat berjalan lebih untuk membentuk rasa saling percaya akan selalu
mudah.41 berkontribusi positif bagi kondisi keamanan
Kontak poin yang ada juga digunakan untuk Indonesia.
melakukan identifikasi pelaku kejahatan cyber. Implementasi diplomasi pertahanan
Hal ini akan memberi masukan bagi pemerintah Indonesia di ARF tidak terlepas dari kendala
Indonesia untuk mengambil suatu tindakan. dan tantangan, baik yang bersumber dari
Sebagai contoh, jika ada serangan cyber yang lingkup internal maupun eksternal. Sebagai
teridentifikasi dari Malaysia, maka pemerintah gambaran, pada salah satu study group di ARF
harus tahu apakah itu serangan yang dilakukan Indonesia mengusahakan bagaimana menyikapi
oleh kelompok/organisasi tertentu atau state serangan cyber dan bagaimana mengatasinya
actor. Pemerintah bisa melakukan klarifikasi melalui suatu simulasi kering. Salah satu
dengan kontak poin negara bersangkutan sehingga tujuan diadakannya study grup ini adalah agar
bisa memtusukan bagaimana melakukan tindakan pemerintah Indonesia bersama dengan negara
atau serangan balasan. Jika serangan tersebut ASEAN dapat membentuk suatu kurikulum
teridentifikasi dilakukan oleh negara, maka kita untuk meningkatkan capacity building. Selain
dapat membalasnya dengan kapasitas sebagai itu, pemerintah juga mengusulkan perubahan
negara. Namun, jika serangan tersebut dilakukan penggunaan Internet Protocol version 4 (IPv4)
oleh kelompok/organisasi maka akan sangat ke IPv6 untuk seluruh negara ASEAN sebagai
berlebihan dan terlalu membuang resource yang salah satu solusi konkrit peningkatkan sistem
ada apabila kita meresponnya dengan kapasitas keamanan internet. Namun dari dua usul tersebut
sebagai negara. Hal seperti ini pernah terjadi respon yang diterima cukup kecil. Hal ini terjadi
ketika pemerintah Indonesia akan mengeksekusi karena seringkali delegasi yang dikirim adalah
mati dua warga negara Australia. Pada saat itu, seseorang yang tidak menguasi bidang cyber.43
Indonesia hampir perang cyber, namun karena ARF memang berada pada ranah Kementerian
memiliki kontak poin dari Australia maka Luar Negeri karena menguasai foreign policy,
pemerintah berkoordinasi. Bagian dari koordinasi namun idealnya pihak-pihak Kementerian Luar
itu, masing-masing pihak saling menjaga sisi Negeri juga mampu mengedepankan orang-
cyber di wilayahnya untuk menahan diri dan tidak orang yang expert dalam bidang tertentu sesuai
saling menyerang.42 dengan topik yang dibahas. Selain itu, delegasi
Selain itu, dengan diperolehnya kontak poin, yang dikirim juga seringkali tidak mengetahui
pemerintah bisa jauh lebih mudah menangani rekan mereka dari instansi lain karena undangan
insiden cyber yang terjadi. Hal tersebut karena pertemuan tidak dikirim melalui satu pintu.44
negara tidak perlu bekerja secara sendirian, Kejadian tersebut memberikan gambaran
namun satu sama lain bisa bekerjasama dan mengenai lemahnya koordinasi nasional yang
berkoordinasi untuk menangani suatu kasus dan dapat berakibat pada terganggunya pencapaian
berbagi informasi mengenai ancaman cyber yang kepentingan nasional di tingkat internasional
akan terjadi. Contoh kasus konflik Indonesia karena masing-masing instansi merasa mewakili
dengan Australia bisa dijadikan pelajaran bahwa pemerintahan.45 Selain itu, persyaratan keamanan
dengan adanya koordinasi yang baik, setidaknya yang belum dipenuhi oleh negara lain juga
dalam dunia cyber, kedua negara masih memiliki menjadi salah satu kendala yang harus dihadapi.
rasa saling percaya satu sama lain dan bersama- Sebagai contoh, dalam hal Domain Name Server
sama menjaga wilayahnya untuk tidak melakukan (DNS) security, Indonesia berada pada grade A
serangan. Dengan demikian, sejauh kerjasama di dunia. Selain itu, kemampuan Sumber Daya
yang dilakukan tidak menganggu kepentingan
Direktorat Politik dan Keamanan Sekretariat ASEAN,
43
12 Januari 2016. 44
Ibid,.
Diplomasi Pertahanan Indonesia ... | David Putra S dan Datumaya W. Sumari | 13
sebelum berdiplomasi dengan 17 negara anggota 1. Defence Diplomacy for Confidence
ARF lainnya. Building Measures (CBM)
Diplomasi pertahanan untuk CBM dilakukan
Kontribusi Diplomasi Pertahanan untuk menurunkan ketegangan maupun
Indonesia dalam ARF on Cybersecurity menghilangkan perspektif negatif agar hubungan
Initatives antar negara berjalan dengan baik. Selain
itu, CBM diperlukan untuk menunjukkan
Kontribusi diplomasi pertahanan Indonesia di
transparansi kebijakan pertahanan agar satu
ARF akan sangat dipengaruhi dengan lingkungan
negara tidak dianggap sebagai ancaman oleh
dan metode yang digunakan oleh ARF serta
negara lain.49 Dalam hal ini, praktik diplomasi
penyesuaian strategi diplomasi pertahanan
pertahanan untuk CBM dilakukan dalam
Indonesia yang diterapkan dalam ARF. Diplomasi
bentuk kunjungan kenegaraan, pertukaran
pertahanan Indonesia digunakan sebagai
informasi, dialog dan konsultasi, deklarasi
instrumen untuk pengejaran kepentingan nasional
kerjasama strategis maupun kerjasama militer.50
dalam hubungan diplomasi multilateral di ARF
Pemerintah Indonesia menerapkan hal ini dengan
dan diplomasi pertahanan yang dikembangkan
mengajukan usulan mengenai point of contacts
untuk membangun hubungan baik dengan negara
dalam bidang cybersecurity. Sharing point of
lain untuk mengurangi ketidakpastian dalam
contacts ini diharapkan akan mendukung CBM
kaitannya dengan cybersecurity di kawasan
antar negara sehingga membentuk rasa aman
regional. Di sisi lain, dengan pemahaman jika
dan saling percaya pada lingkup cybersecurity.
kondisi keamanan suatu negara akan sangat
Usulan ini diterima dan dituangkan dalam
dipengaruhi oleh kondisi keamanan eksternal dan
dokumen ASEAN Regional Forum Workplan on
stabilitas kawasan, maka diplomasi pertahanan
Security of and in The Use of Information and
Indonesia yang bertujuan untuk mengamankan
Communications Technologies (ICT’s). Selain
wilayahnya juga akan berkontribusi kepada
pada proposed activities No.1, ide mengenai
keamanan negara lain. Lebih lanjut, keberhasilan
diperlukannya kontak poin ini juga ditegaskan
strategi diplomasi pertahanan suatu negara
kembali pada proposed activities No.2, poin
merupakan kolaborasi dari komponen diplomasi,
X mengenai pembentukan workshops and
pertahanan dan pembangunan yang memiliki tiga
seminars, yang menyatakan bahwa: 51
karakter utama, yaitu:48
1. Defense Diplomacy for Confidence “consideration of establishment of senior policy
Building Measure Point of Contacts between ARF Participating
Countries to facilitate real time communication
2. Defense Diplomacy for Defense about events and incidents in relation to security
Capabilities of and in the use of ICTs of potential regional
3. Defense Diplomacy for Defense security significance”
Industries
Kontak Poin ini berguna bagi Indonesia dan
negara-negara ARF lainnya dalam memetakan
Berdasarkan kondisi tersebut, bagaimana insiden cyber, mengetahui potensi ancaman,
kontribusi diplomasi pertahanan Indonesia di mengidentifikasi pelaku, dan memutuskan
ARF akan ditinjau melalui masing-masing tindakan penanganan secara bersama-sama.
karakter yang ada. Perlu dipahami bahwa tidak semua negara
49
Amitav Acharya, (2001), “Constructing a Security Community
in South East Asia:ASEAN and the Problem of Regional
Power”, New York: Routledge, 2001, hal. 66
50
Arifin Multazam, (2010), “Diplomasi Pertahanan Indonesia
Terhadap KoreaSelatan Periode 2006-2009”, Tesis Universitas
Idil Syawfi, “Aktifitas Diplomasi Pertahanan Indonesia dalam
48
Indonesia, hal. 19.
Pemenuhan Tujuan-Tujuan Pertahanan Indonesia (2003-2008)”,
Tesis Universitas Indonesia, 2009. 51
ASEAN Regional Forum, Loc. Cit.
Diplomasi Pertahanan Indonesia ... | David Putra S dan Datumaya W. Sumari | 15
Walaupun peraturan tersebut masih dalam begitu luas dengan melibatkan berbagai aktor
pembahasan oleh NATO, tapi pemerintah di dalamnya. Sebagaimana yang didefiniskan
Indonesia dan negara-negara ASEAN perlu oleh international telecommunication union
mempersiapkan diri sebaik mungkin. Berdasarkan bahwa cybersecurity merupakan kumpulan
kondisi tersebut, disinilah pentingnya kontak poin. alat, kebijakan, konsep keamanan, pedoman,
Jika terjadi suatu serangan terhadap Indonesia, pendekatan, manajemen resiko, tindakan,
maka pemerintah bisa melakukan klarifikasi latihan, best practice, jaminan dan teknologi
terhadap negara bersangkutan yang teridentifikasi yang dapat digunakan untuk melindungi
lokasinya. Selain itu, jika lokasi Indonesia lingkungan cyber, organisasi, aset, dan pengguna
digunakan sebagai proxy oleh pelaku sebenarnya termasuk perangkat komputasi yang terkoneksi,
dalam serangan cyber, maka negara lain yang personel, infrastruktur, aplikasi, layanan,
menjadi korban bisa melakukan klarifikasi sistem telekomunikasi, dan segala sesuatu yang
ke Indonesia. Hal tersebut sangat penting ditransmisikan dan/atau informasi yang tersimpan
agar Indonesia tidak dituduh sebagai pelaku di lingkungan cyber. 54 Dalam membangun
dan menjadi salah sasaran dalam pembalasan cybersecurity atau keamanan cyber suatu negara,
serangan, mengingat bahwa, berdasarkan Tallin salah satu hal yang menjadi sangat sulit adalah
Manual, serangan balasan yang dilakukan bisa memastikan darimana serangan tersebut berasal.
melibatkan penggunaan militer. Berbeda dengan serangan konvesional
Berdasarkan kontribusi diplomasi seperti peluncuran misil yang meninggalkan
pertahanan Indonesia dan mekanisme ARF jejak dan dapat dilacak lokasinya, pihak-pihak
yang memiliki tujuan untuk berkontribusi yang menggunakan taktik cyber dapat dengan
terhadap upaya-upaya conficedence building mudah menyembunyikan keberadaannya. Hal
dan preventive diplomacy menunjukkan bahwa ini karena ketidakpastian merupakan aspek yang
aspek diplomasi pertahanan untuk membentuk menonjol dalam cyber conflict – dalam kaitannya
CBM dimungkinkan diterapkan di ARF. Di dengan identitas penyerang, ruang lingkup dari
sisi lain, upaya yang dilakukan pemerintah collateral damage, dan efek yang potensial pada
Indonesa di ARF untuk membentuk jaringan target tujuan dari serangan cyber.55 Kondisi inilah
kontak poin antar negara merupakan salah satu yang dapat dijadikan suatu landasan bahwa
implementasi rasa saling percaya antara negara pembangunan kapabilitas cybersecurity nasional
dan salah satu tindakan pencegahan peningkatan tidak hanya dalam bentuk materi, melainkan
eskalasi konflik. Dengan demikian, kontribusi juga pertukaran informasi dan pembangunan
diplomasi pertahanan Indonesia sejalan dengan SDM yang berasal dari dalam (lingkup nasional)
mekanisme ARF dan karakter defense diplomacy dan dari luar yang dapat melibatkan kerjasama
for confidence building measures. Lebih lanjut, internasional. Sebagai contoh, negara-negara
tantangan yang harus dihadapai adalah bagaimana yang lebih dulu memiliki pengetahuan mengenai
negara-negara dengan jejaring kontak poin keamanan cyber dapat membagi pengetahuannya
tersebut, bekerjasama dan berkoordinasi dalam dengan negara lain dalam kerangka kerjasama
penanganan insiden cyber. global. 56 Dalam hal ini, organisasi regional
dapat memainkan perannya untuk mewujudkan
Diplomasi Pertahanan Indonesia ... | David Putra S dan Datumaya W. Sumari | 17
yang menangani masalah cyber. Sehingga belum kehidupan bangsa yang meliputi sosial, budaya,
ada pemetaan yang jelas mengenai bagaimana ekonomi, politik, dan keamanan. Penetrasi
cyberspace akan diterapkan dalam industri jaringan internet di Indonesia terus meluas,
pertahanan. Selain itu, Indonesia tidak memiliki bahkan pengguna jejaring sosial merupakan salah
industri besar yang bergerak dalam bidang cyber satu yang terbesar di dunia. Di sisi lain, trend
dan berkontribusi kepada pertahanan. Oleh sebab ancaman cyber yang semakin mengarah kepada
itu, menjadi sulit bagi pemerintah Indonesia kepentingan nasional suatu bangsa menjadi
dalam memetakan kebutuhan cybersecurity tantangan bagi pemerintah pada tingkat strategis
pada lingkup industri. Implementasi diplomasi maupun operasional yang belum sepenuhnya
pertahanan Indonesia untuk membangun industri mampu untuk membentuk sistem cybersecurity
pertahanan juga sulit dilakukan dalam ARF yang komprehensif. Ketidaksiapan pemerintah
mengingat masih banyak negara ASEAN yang pada lingkup nasional ini perlu ditanggapi dengan
mencari bentuk dalam membuat cybersecurity- menerapkan upaya diplomasi demi meniadakan
nya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa atau meminimalisir potensi ancaman yang ada.
beberapa negara ARF memiliki pandangan yang Melalui ARF on cybersecurity initiatives,
berbeda dalam memahami cybersecurity. Di sisi pemerintah Indonesia mengimplementasikan
lain, isu cybersecurity belum menjadi concern diplomasi pertahanannya dengan membentuk
utama bagi sebagian anggota ARF. Hal inilah dan meningkatkan rasa saling percaya diantara
yang kemudian menimbulkan kebutuan industri negara-negara ARF untuk melindungi keamanan
pertahanan masing-masing negara dalam aspek nasionalnya dengan mengurangi potensi ancaman
cyber berbeda. dan membentuk stabilitas kawasan. Selain itu,
Salah satu kerjasama yang perlu diupayakan Indonesia juga berupaya meningkatan kapasitas
oleh pemerintah Indonesia dalam hal ini adalah melalui berbagai pelatihan yang bertujuan untuk
pembangunan information infrastructure, membangun pengetahuan dan informasi di bidang
karena hal tersebut paling penting dalam cybersecurity. Diplomasi Pertahanan Indonesia
mendukung adanya cyber.60 Hal tersebut juga telah berkontribusi positif dengan membentuk
bertujuan agar diplomasi pertahanan Indonesia jaringan informasi antar negara ASEAN, China,
dapat berkontribusi lebih lanjut pada tujuan Belanda, Rusia, AS, dan Australia berupa point of
kerangka kerja ARF poin nomor tiga, yaitu, contacts. Kontak poin berguna bagi negara-negara
“Enhance practical cooperation between di ASEAN dan kawasan dalam berkoordinasi
ARF Participating Countries to protect ICT- mengenai penanganan insiden cyber yang
enabled critical infrastructure with the view meliputi pemetaan serangan, identifikasi pelaku,
to also developing resilient government ICT dan respon yang harus diambil.
environments” dan peningkatan kerjasama dalam Beberapa hal yang menjadi kendala dalam
membangun kapasitas regional sebagaimana implementasi diplomasi pertahanan Indonesia
yang tertuang pada poin nomor empat. Dengan dalam ARF meliputi aspek internal dan eksternal.
adanya kerjasama praktis dalam pembangunan Pada aspek internal terdapat permasalahan seperti
infrastruktur, peran diplomasi pertahanan dalam belum adanya kebijakan nasional cybersecurity,
defense industries dapat ditingkatkan dan belum adanya badan khusus yang menangani
berkontibusi bagi cybersecurity pada lingkup permasalahan cyber, dan koordinasi yang
nasional dan regional. buruk antar instansi. Sementara pada aspek
eksternal adalah pemahaman dan concern
yang berbeda-beda tiap negara mengenai
Catatan-Catatan Penutup cybersecurity yang dihadapkan pada mekanisme
Kondisi cyber di Indonesia dihadapkan pada pengambilan keputusan berdasarkan mufakat di
situasi yang tidak seimbang. Penggunaan ARF. Tantangan kedepan yang harus dihadapi
cyberspace telah menyentuh berbagai aspek permerintah Indonesia adalah bagaimana
implementasi dari sistem kerjasama tersebut.
Arwin D.W. Sumari (Staf Ahli DK2ICN), wawancara pribadi,
60
Bayang-bayang akan buruknya koordinasi tentu
12 Januari 2016.
Diplomasi Pertahanan Indonesia ... | David Putra S dan Datumaya W. Sumari | 19
Cybersecurity: https://www.itu.int/net/itunews/
issues/2010/09/20.aspx
MacAskill, E., & Taylor, L. (2013, November 28).
Australia’s spy agencies targeted Indonesian
president’s mobile phone. Diakses 28 Mei 2015,
dari The Guardian: http://www.theguardian.
com/world/2013/nov/18/australia-tried-to-
monitor-indonesian-presidents-phone
Rahmanto, A. P. (2015, 04 30). Indonesia Jadi Sarang
Malware Dunia. Diakses 15 November 2015,
dari CNN Indonesia: http://www.cnnindonesia.
com/teknologi/20150430163413-185-50331/
indonesia-jadi-sarang-malware-dunia/