Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
1. LED
Laju endap darah adalah kecepatan penggumpalan sel darah merah di dalam plasma darah. Nilai dari
laju endap darah dinyatakan dalam satuan mm/jam. Pihak rumah sakit bisa mengetahui laju endap darah
(LED) Anda dengan melakukan tes LED. Dalam bahasa asing, laju endap darah memiliki istilah lain.
Beberapa istilah laju endap darah dalam bahasa asing di antaranya adalah ESR (Erytrocyte Sedimentation
Rate), BBS (Blood Bezenking Snelheid), dan BSR (Blood Sedimentation Rate).
Tes laju endap darah adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat sel darah
merah mengendap di dalam plasma darah melalui sampel darah yang diteliti. Waktu yang diperlukan
untuk tes LED adalah satu jam. Pengujian LED bisa dilakukan secara manual dan otomatis.
Tes laju endap darah dilakukan atas dasar tujuan tertentu. Tujuan dari dilakukannya tes laju endap darah
adalah untuk mendiagnosis adanya peradangan, infeksi, atau penyakit akut lainnya di dalam tubuh.
Pelaksanaan tes laju endap darah juga memiliki tujuan untuk mengetahui proses perjalanan masalah
medis terkait inflamasi. Namun, tes laju endap darah tidak bisa mengetahui secara lebih spesifik area
tubuh yang sedang meradang.
2. Naproxen adalah obat yang mengurangi gejala nyeri, bengkak, dan kemerahan akibat peradangan
yang dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi seperti:
- Ankylosing spondylitis.
Seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) lainnya, naproxen bekerja dengan cara menghambat
produksi senyawa prostaglandin dalam tubuh, yakni senyawa yang dilepaskan tubuh yang menyebabkan
reaksi peradangan seperti nyeri. Dengan begitu, rasa nyeri pun bisa ditekan atau dikurangi.
3. Ibuprofen termasuk jenis obat antiinflamasi nonsteroid. Obat ini dapat meredakan rasa sakit ringan
hingga menengah, serta mengurangi peradangan. Contoh gejala yang dapat ditangani ibuprofen adalah
nyeri otot dan sendi, migrain, nyeri menstruasi, sakit gigi, serta nyeri setelah operasi. Di samping itu,
ibuprofen juga dipakai untuk mengurangi demam dan pegal-pegal akibat flu. Ibuprofen bekerja dengan
cara menghambat enzim yang berperan dalam produksi prostaglandin. Prostaglandin merupakan
senyawa yang dilepaskan tubuh yang menyebabkan peradangan dan rasa sakit. Perlu diperhatikan
bahwa obat ini hanya dapat mengurangi gejala, tetapi tidak menyembuhkan penyakit penyebabnya.
Mengonsumsi Ibuprofen dengan Benar:
Ibuprofen dalam bentuk oral sebaiknya dikonsumsi sesudah makan atau dengan segelas susu untuk
mengurangi efek sampingnya. Pastikan untuk mengurangi rokok serta konsumsi minuman keras karena
dapat meningkatkan risiko efek samping perdarahan pada lambung. Jika Anda lupa menggunakan
ibuprofen, disarankan untuk segera melakukannya jika jadwal penggunaan berikutnya tidak terlalu dekat.
Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
Tiap obat pasti berpotensi menyebabkan efek samping, termasuk ibuprofen. Beberapa efek samping
yang dapat terjadi saat mengonsumsi obat ini antara lain:
- Perut kembung
- Gangguan pencernaan
- Sakit kepala
- Tukak lambung
- Muntah darah
4. Methotrexate adalah obat yang digunakan untuk menekan pertumbuhan sel-sel tertentu dalam
tubuh, terutama sel-sel yang bertambah dengan sangat cepat, seperti sel kanker, sel sumsum tulang, dan
sel kulit. Obat ini digunakan dalam pengobatan beberapa jenis kanker pada payudara, kulit, kepala, leher
dan paru-paru. Selain itu methotrexate juga digunakan untuk pengobatan arthritis rheumatoid dan
psoriasis yang parah yang tidak responsif terhadap obat lain. Dalam pengobatan kanker, methotrexate
sebagai senyawa antimetabolit menekan pertumbuhan sel-sel ganas dengan menghambat pembentukan
DNA dan RNA. Sementara dalam pengobatan arthritis rheumatoid, methothrexate menghambat enzim-
enzim yang terlibat dalam metabolisme purin dan respon imun, serta menghambat aktivasi sel T.
Methotrexate tersedia dalam bentuk tablet dan suntik. Obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep
dokter.
Beberapa efek samping ringan yang mungkin terjadi setelah menggunakan methotrexate adalah:
- Pusing
- Mual
- Muntah
- Sakit perut
- Rambut rontok
- Alergi
- Gejala anemia
- Muntah darah
- Sakit kuning
- Diare
- Batuk kering
5. Rheumatoid Factor (RF) merupakan antibodi yang sering digunakan dalam diagnosis RA dan sekitar
75% individu yang mengalami RA juga memiliki nilai RF yang positif. Kelemahan RF antara lain karena
nilai RF positif juga terdapat pada kondisi penyakit autoimun lainnya, infeksi kronik, dan bahkan terdapat
pada 3-5% populasi sehat (terutama individu usia lanjut).
Oleh karena itu, adanya penanda spesifik dan sensitif yang timbul pada awal penyakit sangat dibutuhkan.
Anti-cyclic citrullinated antibody (anti-CCP antibodi) merupakan penanda baru yang berguna dalam
diagnosis RA. Walaupun memiliki keterbatasan, RF tetap banyak digunakan sebagai penanda RA dan
penggunaan RF bersama-sama anti-CCP antibodi sangat berguna dalam diagnosis RA.