Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Abstract
Historical sources mention, Cenrana Site is a residential location of the Kingdom of Bone during the
reign of La Patau Matanna Tikka. Archaeological research conducted earlier, mentioned that
archaeological findings and environmental carrying capacity of this site gives an indication of the
utilization aspect as the central government of the Kingdom of Bone. Although mentioning
environmental conditions as one indication of aspects of site utilization, but the study does not analyze
and explain contextually the environmental conditions referred. In the framework of filling the space,
this study focuses on the analysis of archaeological environmental conditions located on the southern
edge of the Cenrana River flow. The analysis used included community residence analysis in semi-micro
scale. The results showed that the arrangement of residential space on the Cenrana Site extends from
west to east. Meanwhile, the pattern of distribution of the findings is irregular and there are four
divisions of space, namely: location of government, production location, residential location, and
sacred location. The main factors affecting the division of space are the economic and environmental
conditions that support, such as; geographical conditions, land characteristics, natural resources and
accessibility.
Keyword: Settlement, Cenrana, spatial, environment.
Abstrak
Sumber-sumber sejarah menyebut, Situs Cenrana merupakan lokasi pemukiman Kerajaan Bone pada
masa pemerintahan La Patau Matanna Tikka. Penelitian arkeologi yang dilakukan sebelumnya,
menyebut bahwa temuan arkeologi dan daya dukung lingkungan situs ini memberi indikasi aspek
pemanfaatan sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Bone. Meski menyebut kondisi lingkungan sebagai
salah satu indikasi aspek pemanfaatan situs, namun penelitian tersebut tidak menganalisis dan
menjelaskan secara kontekstual kondisi lingkungan dimaksud. Dalam kerangka mengisi ruang tersebut,
penelitian ini menitikberatkan pada analisis kondisi lingkungan tinggalan arkeologis yang berada di sisi
selatan tepi aliran Sungai Cenrana. Analisis yang digunakan meliputi analisis pemukiman komunitas
dalam skala semi-mikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan ruang pemukiman di Situs
Cenrana memanjang dari arah barat ke timur. Sementara, pola sebaran temuannya tidak beraturan dan
terdapat empat pembagian ruang, yaitu: lokasi pemerintahan, lokasi produksi, lokasi pemukiman, dan
lokasi sakral. Faktor utama yang mempengaruhi pembagian ruang tersebut yaitu ekonomi dan keadaan
lingkungan yang mendukung, seperti; keadaan geografis, karakteristik lahan, sumberdaya alam dan
aksesibilitas.
Kata Kunci: Pemukiman, Cenrana, keruangan, lingkungan.
Jurnal Walennae, Vol. 15, No. 2, November 2017: Hal. 101-116 | 101
PENDAHULUAN menjadikan Cenrana sebagai entrepot
Catatan sejarah menunjukkan bahwa (penimbunan barang) dalam menyaingi
wilayah pemerintahan Kerajaan Bone yang Makassar sebagai pusat niaga terbesar di
berpusat di Cenrana telah memainkan Sulawesi Selatan, namun hal ini tidak
peranannya dalam pembentukan sejarah terwujud. Pada masa berikutnya, Raja Bone
budaya di Sulawesi Selatan. Hal ini, tidak ke XVI La Patau Matanna Tikka
lepas dari letak strategis Cenrana sebagai menjadikan benteng ini sebagai tempat
tempat untuk mengontrol zona-zona tepi perlindungan bagi raja dan keturunan
danau besar di wilayah Sulawesi Selatan bangsawan lainnya, jika sewaktu waktu
bagian tengah, dataran rendah Walennae, pusat kerajaan di Lalebata diserang. Dan
dataran timur dan pesisir sekitar Teluk Bone, pada perkembangan selanjutnya, oleh raja
Semenanjung Bira, Teluk Bantaeng, hingga La Patau Matanna Tikka, Benteng Cenrana
ke Pulau Selayar. Pada awal kemudian difungsikan sebagai pusat
perkembangannya, Cenrana merupakan pemerintahan kedua setelah Lalebata.
bagian dari Kerajaan Luwu yang juga Saat ini, di wilayah Cenrana tepatnya
dikenal sebagai daerah penting di Sulawesi di sisi selatan tepi aliran sungai masih
Selatan. Tahun 1520, Kerajaan Luwu terdapat tinggalan budaya yang
mengalami kemunduran kekuasaan diidentifikasi sebagai pusat Kerajaan Bone
sehingga tidak mampu lagi untuk di Cenrana. Lokasi ini pernah diteliti oleh
mempertahankan wilayah Cenrana dan Balai Arkeologi Makassar yang menemukan
akhirnya berhasil direbut oleh Kerajaan adanya indikasi pemukiman di lokasi
Bone (Andaya, 2004). tersebut. Data arkeologi yang ditemukan
Penguasaan Bone atas Cenrana yaitu Situs Ujung Patue, Situs Benteng
memberikan pengaruh yang cukup besar Laroe, Situs Pemukiman Botto, Situs
bagi masyarakat Bone dalam perkembangan Benteng Wajo, Pintu Gerbang Timuangnge,
sosial budaya, politik dan ekonomi, Benteng, Bekas Istana Bone Balla, Masjid
khususnya masyarakat di sekitar tepi aliran Kuno, 7 buah Sumur, Tempat Pengolahan
Sungai Cenrana. Sungai Cenrana yang Mesiu, Tempat Pembakaran Kapur,
berhulu dari Danau Tempe, mengalir Kompleks Makam Mapollo Bombang,
mengikuti lembah sempit melalui bukit Kompleks Makam Berinskripsi, Kompleks
hingga bermuara ke laut di Teluk Bone Makam Nisan Arca, Makam Syech
memberikan peranan yang sangat penting Muhammad Jafar (Lapakkalosi), Kompleks
dan strategis. Selain itu, peran aktivitas Makam La Patau Matanna Tikka, Tempat
niaga mulai meningkat pada penguasaan Main Raga, Tempat Main Logo, dan Tempat
Kerajaan Bone (Andaya, 2004:27). Jemur Padi atau Allanrangnge. Aspek lain
Pada masa pemerintahan Arung yang berhasil diungkap berdasarkan
Palakka tahun 1667-1696, Kerajaan Bone tinggalan budaya, letak strategis, dan kondisi
hendak membangun sebuah benteng di lingkungannya. Situs Cenrana memberi
wilayah Cenrana. Arung Palakka kemudian indikasi aspek pemanfaatan yang lebih besar
meminta agar setiap penguasa berkontribusi yaitu sebagai pusat pemerintahan Kerajaan
dalam pembangunan benteng tersebut. Para Bone (Sarjiyanto, 2000: 69-73 dan 78).
penguasa akhirnya menyumbangkan tenaga Meski menyebut kondisi lingkungan
kerja untuk pembangunan satu bagian sebagai salah satu indikasi aspek
benteng yang tinggi dindingnya 3,80 meter pemanfaatan situs, namun penelitian
dan tebalnya 7½ meter di bagian dasarnya tersebut tidak menganalisis dan menjelaskan
dan lebih 2 meter di bagian atasnya (Andaya, secara kontekstual kondisi lingkungan
2004: 310). Melihat perkembangannya, dimaksud. Dalam kerangka mengisi ruang
Arung Palakka awalnya berkeinginan untuk tersebut, penelitian ini menitikberatkan pada
Jurnal Walennae, Vol. 15, No. 2, November 2017: Hal. 101-116 | 103
Cenrana. Dalam tahap penafsiran data, letak yang sangat strategis karena
dilakukan pendekatan analogi sejarah untuk merupakan pintu gerbang pantai timur
mendukung data arkeologi dalam upaya Sulawesi Selatan yang merupakan pantai
rekosntruksi sejarah budaya (Ambary, 1998: barat Teluk Bone dengan panjang garis
151; Sharer and Ashmore, 1980). pantai 138 kilometer dari arah selatan ke
arah utara. Kabupaten Bone terbagi atas 27
HASIL DAN PEMBAHASAN kecamatan yang mencakup Kecamatan
1. Profil Wilayah Bonto Cani, Kahu, Kajuara, Salomekko,
Kabupaten Bone merupakan salah Tonra, Patimpeng, Libureng, Mare, Sibulue,
satu wilayah yang terdapat di Propinsi Cina, Barebbo, Ponre, Lappariaja, Lamuru,
Sulawesi Selatan, tepatnya sekitar 174 Tellu Limpoe, Bengo, Ulaweng, Palakka,
kilometer sebelah timur Kota Makassar. Awang Pone, Tellu Siattinge, Amali,
Secara geografis Kabupaten Bone memiliki Ajangale, Dua Boccoe, Cenrana, Tanete
Kecamatan
Cenrana
Jurnal Walennae, Vol. 15, No. 2, November 2017: Hal. 101-116 | 105
Ponggawa (Panglima Perang), lalu Arung Ponceng, Arung Ta, Arung
bertugas dibidang pertahanan kerajaan Bone Macege, Arung Tanete Riattang, Arung
dengan membawahi tiga perangkat yang Tanete Riawa dan Arung Tibojong.
masing masing: anreguru Anak Arung, Wilayah Cenrana pernah menjadi
bertugas mengkoordinir para anak pusat kota perdagangan pada zaman
bangsawan berjumlah 40 orang bertugas Kerajaan Bone pada masa pemerintahan
sebagai pasukan elit kerajaan. Pangulu Joa, Raja Bone ke XVI yaitu La Patau Matanna
bertugas mengkoordinir pasukan dari rakyat Tikka tepatnya di desa Nagauleng.
Tana Bone yang disebut passiuno artinya: Penempatan Cenrana sebagai wilayah
pasukan siap tempur di medan perang setiap perdagangan didukung dengan adanya aliran
saat, rela mengorbankan jiwa raganya demi sungai Cenrana yang memberikan jalan
tegaknya Kerajaan Bone dari gangguan untuk melakukan perdagangan hingga ke
kerajaan lain. wilayah pedalaman seperti Wajo. Selain itu,
Dulung (Panglima Daerah), bertugas Desa Nagauleng juga dijadikan tempat
mengkoordinir daerah kerajaan bawahan, di peristirahatan La Patau Matanna Tikka.
kerajaan Bone terdapat dua dulung, yakni: Desa Nagauleng juga sebagai penghasil
Dulungna Ajangale dari kawasan Bone pangan dan kapur untuk di bawa ke kerajaan
Utara dan Dulungna Awang Tangka dari Bone sehingga keberadaan wilayah Cenrana
Bone Selatan. Jennang (Pengawas), dapat dikatakan memiliki peranan yang
berfungsi mengawasi para petugas yang cukup penting bagi kerajaan Bone
menangani bidang pengawasan baik dalam (Sarjiyanto, 2000).
lingkungan istana maupun dengan daerah
atau kerajaan bawahan. 3. Deskripsi Situs Cenrana
Kadhi (Ulama), merupakan Secara administratif situs Cenrana
perangkat yang terdiri dari Imam, Khatib, terletak di dua desa yaitu Desa Nagauleng
Bilal dan lain lain. Kadhi bertugas sebagai dan Desa Ujung Tanah. Dua desa tersebut
penghulu syara dalam bidang agama islam. berada di Kelurahan Cenrana, Kecamatan
Keberadaan kadhi di kerajaan bone ini Cenrana Kabupaten Bone, untuk menuju ke
senantiasa bekerja sama demi kemaslahatan lokasi penelitian ini dapat ditempuh dengan
rakyat bahkan raja Bone meminta fatwa kendaraan roda dua sejauh 38 kilometer dari
kepada kadhi khususnya menyangkut Kota Watampone. Situs Cenrana dikelilingi
hukum Islam. Bissu (waria), bertugas untuk oleh aliran sungai, di mana pada sisi utara
merawat benda benda kerajaan, disamping terdapat Sungai Cenrana, di sisi selatan
melaksanakan pengobatan tradisional, bissu terdapat Sungai Watu, sisi timur terdapat
juga bertugas dalam hal kepercayaan kepada Sungai Laopo dan di sisi barat terdapat
Dewata SeuwaE, tetapi setelah masuknya Sungai Palakka yang merupakan sungai
agama Islam di Kerajaan Bone bissu tidak buatan sehingga sebagian besar sungai
diaktifkan lagi. Cenrana merupakan dataran rendah dan
Sebelum Kolonial Belanda berkuasa hanya sisi barat laut yang merupakan
dan Bone masih berbentuk kerajaan, wilayah dataran tinggi. Sebagian besar penduduk
Ta dahulunya merupakan kerajaan kecil yang hidup di sekitar Situs Cenrana
yang bernaung di bawah kerajaan Bone. bermata pencaharian sebagai petani kebun,
Arung Ta merupakan salah satu dari dewan sawah dan tambak tetapi ada juga
Ade’ Pitu di kerajaan Bone. Ade’ Pitu masyarakat yang bekerja di bidang
merupakan pembantu utama atau pemimpin pemerintahan.
pemerintahan di Kerajaan Bone yang terdiri Wilayah Cenrana sangat subur akan
dari 7 pejabat, di mana Arung Ujung sebagai hasil buminya. Hasil bumi Cenrana yang
ketua dewan yang disebut To Marilaleng, utama yaitu padi dan tambak. Selain itu, di
Jurnal Walennae, Vol. 15, No. 2, November 2017: Hal. 101-116 | 107
masjid. Bangunan ini berbentuk persegi terlihat baik dan utuh, terlihat pada bentuk
empat dan tidak permanen serta tidak lubang pintu untuk memasukkan kayu bakar
memiliki dinding dengan atap yang terbuat mirip kubah masjid atau berbentuk setengah
dari daun nipa. Lokasi masjid berukuran lingkaran.
panjang 50 meter dan lebar 32 meter.
h. Lokasi Bekas Penjemuran Kapur
f. Sumur Tua Lokasi pembakaran kapur berada di
Situs Cenrana terdapat juga tujuh Kampung Palakka. Di lokasi pembakaran
sumur tua. Ketujuh sumur ini kapur terdapat tiga buah tungku yang
mengidentifikasikan bahwa dahulu pernah berjejer dari arah selatan ke utara. Tungku
ada permukiman di wilayah ini. Menurut pembakaran berbentuk menyerupai sumur
informan, ketujuh sumur ini di sebut Baba yang mana semakin ke bawah maka ukuran
Pitu’e (tujuh sumur). Ketujuh sumur ini diameternya semakin kecil. Ukuran tungku
memiliki ukuran dan bentuk yang sama pun berbeda-beda. Kondisi tungku masih
tetapi ketujuh sumur ini tidak semua terlihat baik dan utuh, terlihat pada bentuk
memiliki konstruksi bangunan permanen lubang pintu untuk memasukkan kayu bakar
untuk melindungi mulut sumur. Sumur- mirip kubah masjid atau berbentuk setengah
sumur ini juga memiliki fungsi yang lingkaran.
berbeda-beda. Sumur I, dulunya di
fungsikan sebagai tempat berwudhu tetapi i. Pemakaman Tua di Situs Cenrana
sekarang tidak difungsikan lagi. Sumur II, Pemakaman tua di Situs Cenrana,
dulunya difungsikan sebagai tempat memiliki empat kompleks, yaitu: pertama,
mencuci pakaian dan peralatan makan tetapi Kompleks Makam Raja La Patau Matanna
sekarang tidak difungsikan lagi. Sumur III, Tikka berada di jalan poros Watu dan dekat
dulunya di fungsikan sebagai tempat pencuci dengan pemukiman. Pintu masuk kompleks
beras, sekarang difungsikan penduduk makam berada di sisi selatan dan barat
sebagai sumber air bersih. Sumur IV, makam. Bagian dalam kompleks makam
dulunya sumur ini difungsikan sebagai terdapat bangunan yang digunakan sebagai
tempat minum kuda dan sekarang tempat penyimpanan alat-alat peninggalan
dimanfaatkan penduduk setempat sebagai raja La Patau Matanna Tikka seperti
sumber air bersih. Sumur V, sumur ini tombak, bendera dan baskom perunggu yang
hingga sekarang masih dimanfaatkan digunakan sebagai tempat membasuh
penduduk sebagai sumber air bersih. Sumur kakinya. Bangunan kompleks makam
VI, sumur ini juga masih difungsikan berbentuk persegi panjang (Makmur, 1997).
penduduk sebagai sumber air bersih. Sumur Adapun beberapa makam yang terdapat
VII, dulunya difungsikan sebagai tempat dalam kompleks makam raja ini yaitu:
mencuci kaki tetapi sekarang dimanfaatkan Makam Raja La Patau Matanna Tikka.
penduduk sebagai sumber air bersih. Makam istri pertama La Patau Matanna
Tikka. Makam istri kedua La Patau Matanna
g. Tempat Pembakaran Kapur Tikka. Makam istri ketiga La Patau Matanna
Lokasi pembakaran kapur berada di Tikka. Makam istri keempat La Patau
Kampung Palakka. Di lokasi pembakaran Matanna Tikka. Makam istri kelima La
kapur terdapat tiga buah tungku yang Patau Matanna Tikka. Makam Buto. Makam
berjejer dari arah selatan ke utara. Tungku Mattejo (Ulama Fikih). Makam 1 (makam
pembakaran berbentuk menyerupai sumur kecil). Makam Petta Janggoe (pemimpin
yang mana semakin ke bawah maka ukuran pasukan). Makam Pettarala (Passeppi).
diameternya semakin kecil. Ukuran tungku Makam Petta Macalla (Paccilo-Cilo).
pun berbeda beda. Kondisi tungku masih Makam dengan tipe nisan Gada. Makam 2
Jurnal Walennae, Vol. 15, No. 2, November 2017: Hal. 101-116 | 109
Gambar 2. Peta Sebaran Temuan Tepi Aliran Sungai Cenrana
(Sumber: Dokumentasi pribadi Febi Wulandari, Tahun 2011)
Jurnal Walennae, Vol. 15, No. 2, November 2017: Hal. 101-116 | 111
bagian barat cukup tinggi sehingga dapat kegiatan produksi bahan perekat
dijadikan tempat pertahanan dan lokasi berlangsung.
pertemuan raja yang memiliki kebiasaan Sedangkan Lokasi Peleburan Mesiu
bermain mallogo dan marraga. diperuntukkan untuk pembuatan senjata
masa pemerintahan Raja La Patau Matanna
b. Lokasi Produksi Tikka. Pada Lokasi Peleburan Mesiu juga
Lokasi produksi yang dimaksud, ditemukan sebuah parit yang difungsikan
yaitu; Lokasi Penjemuran Padi, Lokasi sebagai jalur pengangkut menuju Istana
Pembakaran Kapur, Lokasi Peleburan Bone Balla dan sebagai sumber air terdekat
Mesiu. Masa pemerintahan raja La Patau untuk mendinginkan senjata yang telah
Matanna Tikka memusatkan produksinya ditempa.
pada sektor pertanian, pembuatan senjata Lokasi Pembakaran Kapur dan
dan bahan perekat dikarenakan wilayah Peleburan Mesiu di bagian barat Istana Bone
Cenrana memiliki ketersediaan lahan yang Balla dikarenakan kondisi lingkungannya
produktif terhadap pertanian, senjata dan yang berbukit dan bergelombang sehingga
bahan perekat. memudahkan pembuatan tungku pada
Wilayah produksi pertanian terletak pembakaran kapur dan pembuatan lubang
di bagian barat, timur dan selatan Lokasi peleburan mesiu.
Istana Bone Balla, hal ini terbukti dengan
ditemukannya Lokasi Penjemuran Padi c. Lokasi Pemukiman
(Allarangge) yang berada di bagian timur Lokasi pemukiman yang dimaksud,
Istana Bone Balla tepatnya di tengah tengah yaitu: Lokasi Pemakaman Ibunda Raja La
persawahan penduduk. Lantai jemur ini Patau Matanna Tikka, Kompleks Makam
berfungsi sebagai lokasi penjemuran hasil Raja La Patau Matanna Tikka, Kompleks
pertanian khususnya padi. Padi-padi yang Makam Orang Wajo, Kompleks Makam
telah dikeringkan akan dikirim ke pusat Arca, Sumur 1, Sumur 2, Sumur 3, Sumur 4,
pemerintahan di Lalebata sebagai hasil Sumur 5, Sumur 6, Sumur 7, Parit dan
pertanian kerajaan. Lokasi pertanian Sungai Buatan (Palakka).
difokuskan pada wilayah timur dan selatan Wilayah Cenrana sebagian besar
dikarenakan kondisi lingkungannya yang merupakan daerah berawa dan dataran banjir
rendah dan berawah sehingga memudahkan sehingga sulit memperoleh air bersih.
distribusi air yang vital bagi lahan pertanian. Pemukiman pemerintahan raja La Patau
Lokasi Pembakaran Kapur dan Matanna Tikka telah membangun beberapa
Peleburan Mesiu terletak di bagian barat sumur yang telah menyebar di bagian timur
Istana Bone Balla. Keberadaan lokasi dan selatan Istana Bone Balla. Sumur-sumur
pembakaran kapur yang terletak di pinggir yang dibangun difungsikan untuk keperluan
aliran Sungai Palakka menunjukkan adanya penduduk setempat. Keletakan sumur di
hubungan antara Sungai Palakka dengan bagian timur dan selatan Istana Bone Balla
tempat pembakaran kapur. Keletakan ini dikarenakan wilayahnya yang datar dan
dimaksudkan untuk memudahkan sedikit bergelombang sehingga penduduk
pengangkutan batu kapur atau koral-koral dapat memanfaatkannya untuk bermukim.
yang berasal dari laut menuju lokasi Pada wilayah Cenrana ditemukan
pembakaran tersebut yang kemudian diolah pula beberapa lokasi pemakaman yang
menjadi bahan perekat. Keberadaan sungai menjadi indikasi pemukiman, yaitu:
buatan (Sungai Palakka) selain Kompleks Makam Raja La Patau Matanna
diperuntukkan untuk jalur pengangkutan Tikka berada di bagian timur Istana Bone
juga difungsikan sebagai sumber air selama Balla dikarenakan wilayah pada bagian
timur dominan rendah dan datar serta dapat
Jurnal Walennae, Vol. 15, No. 2, November 2017: Hal. 101-116 | 113
Keletakan masjid dekat dengan aliran sungai pemukiman, dan lokasi sakral. Penentuan
juga dimaksudkan sebagai tempat letak dari masing masing pembagian ruang
persinggahan, peristirahatan dan sosial merupakan wilayah yang strategis. Faktor
masyarakat baik penduduk wilayah Cenrana utama yang mempengaruhi pembagian
atau pun para pendatang dari luar wilayah ruang tersebut yaitu ekonomi dan keadaan
yang melewati Sungai Cenrana. lingkungan yang mendukung, seperti;
keadaan geografis, karakteristik lahan,
PENUTUP sumberdaya alam dan aksesibilitas.
Berdasarkan penggambaran yang telah
dijelaskan di atas maka pemukiman Cenrana UCAPAN TERIMA KASIH
di sisi selatan tepi aliran Sungai Cenrana Terima kasih saya ucapkan kepada segenap
berada di garis sungai dengan pola sebaran pengajar Jurusan Arkeologi Universitas
linear mengikuti alur sungai dan mengarah Hasanuddin karena telah membimbing
dari arah timur ke arah barat. Pemukiman tulisan ini dari skripsi. Terima kasih untuk
tersebut mengelompok dengan pola berderet teman-teman angkatan 2005 Arkeologi
dan mengikuti alur sungai dan jalan. Universitas Hasanuddin yang telah
Selain itu, penataan ruang di wilayah membantu menyelesaikan penelitian ini.
Cenrana terbagi atas empat fungsi, yaitu:
lokasi pemerintahan, lokasi produksi, lokasi
DAFTAR PUSTAKA
Ambary, H.M., 1998. Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan Historis. Jakarta: Logos Wacana
Ilmu
Andaya. Leonard Y,dkk., 2004. Warisan Arung Palakka Sejarah Sulawesi Selatan Abad ke-17.
Penerjemah. Sirimorok, Nurhadi. Makassar. Ininnawa.
Anonim, 2006. Bone Dalam Angka 2006. Watampone: Badan Pusat Statistik.
Anonim, 1999. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Makmur, 1997. Ragam Hias pada Kompleks Makam La Patau Matanna Tikka di Cenrana
Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Skripsi. Arkeologi Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Sarjiyanto, 2000. “Potensi Data arkeologi Situs Cenrana: Kajian Awal Bagi Studi Pemukiman”.
Walannae No. 4/III Balai Arkeologi Makassar. Makassar.
Jurnal Walennae, Vol. 15, No. 2, November 2017: Hal. 101-116 | 115
Lampiran Peta letak Kabupaten Bone di Sulawesi Selatan
(Sumber: Peta Bakosurtanal Skala 1:250.000, Tahun 1993)