Sei sulla pagina 1di 16

ASPEK RUANG PEMUKIMAN DI SISI SELATAN TEPI

ALIRAN SUNGAI CENRANA, KABUPATEN BONE

Aspect of Settlements Space on the Southern Edge of the River


Flow Cenrana, District of Bone
Feby Wulandari
Alumni Jurusan Arkeologi, Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan, km. 10, Makassar, Indonesia
moorningshine@gmail.com

Naskah diterima: 28/08/2017; direvisi: 19/10-30/11/2017; disetujui: 30/11/2017


Publikasi ejurnal: 12/12/2017

Abstract
Historical sources mention, Cenrana Site is a residential location of the Kingdom of Bone during the
reign of La Patau Matanna Tikka. Archaeological research conducted earlier, mentioned that
archaeological findings and environmental carrying capacity of this site gives an indication of the
utilization aspect as the central government of the Kingdom of Bone. Although mentioning
environmental conditions as one indication of aspects of site utilization, but the study does not analyze
and explain contextually the environmental conditions referred. In the framework of filling the space,
this study focuses on the analysis of archaeological environmental conditions located on the southern
edge of the Cenrana River flow. The analysis used included community residence analysis in semi-micro
scale. The results showed that the arrangement of residential space on the Cenrana Site extends from
west to east. Meanwhile, the pattern of distribution of the findings is irregular and there are four
divisions of space, namely: location of government, production location, residential location, and
sacred location. The main factors affecting the division of space are the economic and environmental
conditions that support, such as; geographical conditions, land characteristics, natural resources and
accessibility.
Keyword: Settlement, Cenrana, spatial, environment.

Abstrak
Sumber-sumber sejarah menyebut, Situs Cenrana merupakan lokasi pemukiman Kerajaan Bone pada
masa pemerintahan La Patau Matanna Tikka. Penelitian arkeologi yang dilakukan sebelumnya,
menyebut bahwa temuan arkeologi dan daya dukung lingkungan situs ini memberi indikasi aspek
pemanfaatan sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Bone. Meski menyebut kondisi lingkungan sebagai
salah satu indikasi aspek pemanfaatan situs, namun penelitian tersebut tidak menganalisis dan
menjelaskan secara kontekstual kondisi lingkungan dimaksud. Dalam kerangka mengisi ruang tersebut,
penelitian ini menitikberatkan pada analisis kondisi lingkungan tinggalan arkeologis yang berada di sisi
selatan tepi aliran Sungai Cenrana. Analisis yang digunakan meliputi analisis pemukiman komunitas
dalam skala semi-mikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan ruang pemukiman di Situs
Cenrana memanjang dari arah barat ke timur. Sementara, pola sebaran temuannya tidak beraturan dan
terdapat empat pembagian ruang, yaitu: lokasi pemerintahan, lokasi produksi, lokasi pemukiman, dan
lokasi sakral. Faktor utama yang mempengaruhi pembagian ruang tersebut yaitu ekonomi dan keadaan
lingkungan yang mendukung, seperti; keadaan geografis, karakteristik lahan, sumberdaya alam dan
aksesibilitas.
Kata Kunci: Pemukiman, Cenrana, keruangan, lingkungan.

Jurnal Walennae, Vol. 15, No. 2, November 2017: Hal. 101-116 | 101
PENDAHULUAN menjadikan Cenrana sebagai entrepot
Catatan sejarah menunjukkan bahwa (penimbunan barang) dalam menyaingi
wilayah pemerintahan Kerajaan Bone yang Makassar sebagai pusat niaga terbesar di
berpusat di Cenrana telah memainkan Sulawesi Selatan, namun hal ini tidak
peranannya dalam pembentukan sejarah terwujud. Pada masa berikutnya, Raja Bone
budaya di Sulawesi Selatan. Hal ini, tidak ke XVI La Patau Matanna Tikka
lepas dari letak strategis Cenrana sebagai menjadikan benteng ini sebagai tempat
tempat untuk mengontrol zona-zona tepi perlindungan bagi raja dan keturunan
danau besar di wilayah Sulawesi Selatan bangsawan lainnya, jika sewaktu waktu
bagian tengah, dataran rendah Walennae, pusat kerajaan di Lalebata diserang. Dan
dataran timur dan pesisir sekitar Teluk Bone, pada perkembangan selanjutnya, oleh raja
Semenanjung Bira, Teluk Bantaeng, hingga La Patau Matanna Tikka, Benteng Cenrana
ke Pulau Selayar. Pada awal kemudian difungsikan sebagai pusat
perkembangannya, Cenrana merupakan pemerintahan kedua setelah Lalebata.
bagian dari Kerajaan Luwu yang juga Saat ini, di wilayah Cenrana tepatnya
dikenal sebagai daerah penting di Sulawesi di sisi selatan tepi aliran sungai masih
Selatan. Tahun 1520, Kerajaan Luwu terdapat tinggalan budaya yang
mengalami kemunduran kekuasaan diidentifikasi sebagai pusat Kerajaan Bone
sehingga tidak mampu lagi untuk di Cenrana. Lokasi ini pernah diteliti oleh
mempertahankan wilayah Cenrana dan Balai Arkeologi Makassar yang menemukan
akhirnya berhasil direbut oleh Kerajaan adanya indikasi pemukiman di lokasi
Bone (Andaya, 2004). tersebut. Data arkeologi yang ditemukan
Penguasaan Bone atas Cenrana yaitu Situs Ujung Patue, Situs Benteng
memberikan pengaruh yang cukup besar Laroe, Situs Pemukiman Botto, Situs
bagi masyarakat Bone dalam perkembangan Benteng Wajo, Pintu Gerbang Timuangnge,
sosial budaya, politik dan ekonomi, Benteng, Bekas Istana Bone Balla, Masjid
khususnya masyarakat di sekitar tepi aliran Kuno, 7 buah Sumur, Tempat Pengolahan
Sungai Cenrana. Sungai Cenrana yang Mesiu, Tempat Pembakaran Kapur,
berhulu dari Danau Tempe, mengalir Kompleks Makam Mapollo Bombang,
mengikuti lembah sempit melalui bukit Kompleks Makam Berinskripsi, Kompleks
hingga bermuara ke laut di Teluk Bone Makam Nisan Arca, Makam Syech
memberikan peranan yang sangat penting Muhammad Jafar (Lapakkalosi), Kompleks
dan strategis. Selain itu, peran aktivitas Makam La Patau Matanna Tikka, Tempat
niaga mulai meningkat pada penguasaan Main Raga, Tempat Main Logo, dan Tempat
Kerajaan Bone (Andaya, 2004:27). Jemur Padi atau Allanrangnge. Aspek lain
Pada masa pemerintahan Arung yang berhasil diungkap berdasarkan
Palakka tahun 1667-1696, Kerajaan Bone tinggalan budaya, letak strategis, dan kondisi
hendak membangun sebuah benteng di lingkungannya. Situs Cenrana memberi
wilayah Cenrana. Arung Palakka kemudian indikasi aspek pemanfaatan yang lebih besar
meminta agar setiap penguasa berkontribusi yaitu sebagai pusat pemerintahan Kerajaan
dalam pembangunan benteng tersebut. Para Bone (Sarjiyanto, 2000: 69-73 dan 78).
penguasa akhirnya menyumbangkan tenaga Meski menyebut kondisi lingkungan
kerja untuk pembangunan satu bagian sebagai salah satu indikasi aspek
benteng yang tinggi dindingnya 3,80 meter pemanfaatan situs, namun penelitian
dan tebalnya 7½ meter di bagian dasarnya tersebut tidak menganalisis dan menjelaskan
dan lebih 2 meter di bagian atasnya (Andaya, secara kontekstual kondisi lingkungan
2004: 310). Melihat perkembangannya, dimaksud. Dalam kerangka mengisi ruang
Arung Palakka awalnya berkeinginan untuk tersebut, penelitian ini menitikberatkan pada

102 | Aspek Ruang Pemukiman di Sisi Selatan Tepi Sungai…….Feby Wulandari


analisis kondisi lingkungan tinggalan terhadap bangunan publik dan makam
arkeologis yang berada di sisi selatan tepi (Anonim, 1999:177-178). Selain itu, skala
aliran Sungai Cenrana. Dengan demikian, semi mikro juga mempelajari sebaran dan
permasalahan yang dikaji dalam penelitian hubungan lokasional dan artefak-artefak dan
ini yaitu: bagaimana tata letak elemen fitur-fitur dalam suatu situs (Mundardjito,
elemen pemukiman di sisi selatan tepi aliran 2002:4). Dalam hal ini, temuan arkeologi
sungai Cenrana? dan bagaimana analisis berupa bekas lokasi kegiatan yang terdiri
kondisi lingkungan yang melatarbelakangi atas keseluruhan situs dan bagian-bagiannya
pembagian ruang pemukiman di situs dipandang sebagai himpunan dari sejumlah
Cenrana? kegiatan manusia masa lalu. Sekumpulan
Mencermati permasalahan tersebut, data yang diperoleh kemudian diinterpretasi
maka tujuan yang ingin dicapai dalam untuk memperoleh gambaran tentang situs
penelitian ini adalah: mengetahui tata letak tersebut dan segala aspek yang
elemen-elemen pada pemukiman di sisi dikandungnya (Hasanuddin, 2001: 12-13).
selatan tepi aliran Sungai Cenrana pada
masa pemerintahan La Patau Matanna Tikka METODE PENELITIAN
dan mengetahui faktor yang Ruang lingkup penelitian ini meliputi
melatarbelakangi pembagian ruang di sisi keseluruhan data yang dapat memberi
selatan Sungai Cenrana. informasi terkait dengan periode okupasi di
Penelitian terdahulu terhadap Situs sisi selatan tepi aliran Sungai Cenrana. Oleh
Cenrana menyebutkan situs ini memiliki karena itu, penelitian ini diawali dengan
indikasi pemukiman. Pemukiman pengumpulan data yang meliputi; studi
merupakan suatu sistem produk dari pustaka yang mencakup sumber tertulis yang
interaksi variabel yang meliputi lingkungan berkaitan dengan wilayah Cenrana; survei
alam, teknologi, sosial dan macam-macam yang dilakukan yaitu melakukan
institusi masyarakat dalam menghadapi penelusuran terhadap tinggalan budaya dan
kondisi variabel yang berbeda. Perbedaan indikasi lain yang dapat memberikan
inilah yang menyebabkan timbulnya informasi mengenai wilayah Cenrana; serta
perwujudan dari cara manusia atau wawancara terbuka kepada orang orang
masyarakat di dalam mengatur dirinya di yang dianggap mengetahui seluk beluk
muka bumi ini. Dengan demikian, pola-pola peninggalan kebudayaan masa raja La Patau
yang ada dalam pemukiman merefleksikan Matanna Tikka.
aspek-aspek budaya manusia, lingkungan Keseluruhan informasi yang
alam dan gejala gejala geografisnya. diperoleh dalam tahap pengumpulan data
Pemukiman mencakup tiga hal yang akan dicatat secara sistematik mengenai hal
berkaitan dengan individu, komunitas dan hal yang akan diselidiki. Tahap berikutnya
pemukiman zonal (Anonim, 1999: 177). dilakukan pengolahan data, yang dititik
Dalam konteks penelitian arkeologi, beratkan pada wilayah pemukiman yang
salah satu perspektif yang dapat digunakan berada di sisi selatan tepi aliran Sungai
untuk mengkaji situs pemukiman adalah Cenrana. Pada tahap ini juga dilakukan
berdasarkan aspek skala semi mikro. deskripsi dan identifikasi untuk kemudian
Pemukiman dengan skala semi mikro lebih melakukan pengklasifikasian temuan
luas sampai pada satu situs, dengan cakupan berdasarkan fungsi masing masing temuan.
meliputi: jenis tinggalan, jalan, dan artefak Terakhir, yaitu tahap penafsiran data. Tahap
non bangunan. Selain itu, penelitian ini juga ini akan membuat tata letak pemukiman
diarahkan pada bangunan secara individual, pada wilayah Cenrana dan menjelaskan
hubungan antar bangunan, tata letak faktor yang melatarbelakangi terjadinya
bangunan, posisi bangunan rumah tinggal pembagian ruang pemukiman di wilayah

Jurnal Walennae, Vol. 15, No. 2, November 2017: Hal. 101-116 | 103
Cenrana. Dalam tahap penafsiran data, letak yang sangat strategis karena
dilakukan pendekatan analogi sejarah untuk merupakan pintu gerbang pantai timur
mendukung data arkeologi dalam upaya Sulawesi Selatan yang merupakan pantai
rekosntruksi sejarah budaya (Ambary, 1998: barat Teluk Bone dengan panjang garis
151; Sharer and Ashmore, 1980). pantai 138 kilometer dari arah selatan ke
arah utara. Kabupaten Bone terbagi atas 27
HASIL DAN PEMBAHASAN kecamatan yang mencakup Kecamatan
1. Profil Wilayah Bonto Cani, Kahu, Kajuara, Salomekko,
Kabupaten Bone merupakan salah Tonra, Patimpeng, Libureng, Mare, Sibulue,
satu wilayah yang terdapat di Propinsi Cina, Barebbo, Ponre, Lappariaja, Lamuru,
Sulawesi Selatan, tepatnya sekitar 174 Tellu Limpoe, Bengo, Ulaweng, Palakka,
kilometer sebelah timur Kota Makassar. Awang Pone, Tellu Siattinge, Amali,
Secara geografis Kabupaten Bone memiliki Ajangale, Dua Boccoe, Cenrana, Tanete

Kecamatan
Cenrana

Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Cenrana, Kabupaten Bone


(Sumber: pemda Kab. Bone, Tahun 2011)

104 | Aspek Ruang Pemukiman di Sisi Selatan Tepi Sungai…….Feby Wulandari


Riattang. Barat, Tanete Riattang, Tanete 2. Sejarah Singkat Cenrana
Riattang Timur, dengan luas wilayah Nama Bone dahulunya disebut
Kabupaten Bone yaitu 4.556 km2 atau Tanah Bone, berdasarkan dari Lontara kata
sekitar 7,3% dari luas Propinsi Sulawesi Bone berarti pasir yang dalam bahasa
Selatan. Secara astronomis Kabupaten Bone bugisnya berarti Kessi (pasir). Kerajaan
terletak antara posisi 4013’-5006’LS dan Tanah Bone mulai terbentuk pada awal abad
antara 119042’-120040’BT (Ali, 1989). ke-XIV atau pada tahun 1330, tetapi
Secara administratif Situs Cenrana sebelum Kerajaan Bone terbentuk kelompok
berada di Kecamatan Cenrana, Kabupaten kelompok dan pimpinannya dengan gelar
Bone. Kecamatan Cenrana merupakan salah kalula (Ali, 1984).
satu dari 27 kecamatan yang ada di Kabupaten Bone merupakan
Kabupaten Bone dengan luas wilayah kerajaan besar di Sulawesi Selatan sejak raja
143,60 km2 dan terbagi atas 15 desa. pertamanya ManurungngE Ri Matajang atau
Kecamatan Cenrana terletak di posisi yang lebih dikenal dengan gelar Mata
4019’49,5” LS dan 1200 19’15,2” BT, Silompo’e pada awal abad ke XIV (1330-
dengan batas batas wilayah sebagai berikut: 1365M). Adapun struktur pemerintahan
sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten kerajaan Bone dahulu meliputi:Arung Pone
Wajo, sebelah selatan berbatasan dengan (Raja Bone), yang bergelar Mangkau.
Kecamatan Tellu Siattinge, sebelah timur Makkedangnge Tanah, orang yang bertugas
berbatasan dengan Teluk Bone dan sebelah dalam bidang hubungan atau urusan dengan
barat berbatasan dengan Kecamatan Dua kerajaan lain (Menteri Luar Negeri).
Boccoe (Ali, 1989). Tomarilaleng, yaitu orang yang bertugas
Situs Cenrana terletak di dua desa dalam bidang urusan dalam daerah kerajaan
yaitu Desa Nagauleng dan Desa Ujung lain (Menteri Dalam Negeri). Ade’ Pitu
Tanah. Dibandingkan dengan wilayah (hadat Tujuh), terdiri dari tujuh orang yang
wilayah lain yang ada di Kabupaten Bone, merupakan pembantu utama atau pemimpin
umumnya wilayah Cenrana merupakan pemerintahan di Kerajaan Bone yaitu: Arung
tanah datar yang berawa serta keadaan Ujung adalah orang yang bertugas
permukaan lahan yang landai dan sedikit mengepalai urusan penerangan Kerajaan
bergelombang dengan kemiringan 0-15% Bone. Arung Ponceng, bertugas mengepalai
(Anonim, 2006). Selain itu, jenis tanah di urusan kepolisian atau kejaksaan dan
daerah ini adalah aluvial dan berada pada pemerintahan. Arung Ta bertugas
ketinggian 0-15 m dari permukaan laut mengepalai urusan pendidikan dan
sehingga wilayah ini lebih dominan ke area mengetuai urusan perkara sipil. Arung
persawahan, rawa-rawa dan tambak, tetapi Tibojong, yang bertugas mengepalai urusan
terdapat juga area permukiman penduduk perkara atau pengadilan Landschap atau
dan perkebunan. Suhu udara di wilayah ini badan besar yang mengawasi urusan perkara
dikategorikan beriklim sedang atau pengadilan Distrik atau badat kecil (sejenis
subtropik yang berkisar antara 200-300C polisi keamanan). Arung Tanete Riattang,
dengan rata rata curah hujan berkisar antara bertugas mengepalai atau memegang kas
2000-2500mm. Mata pencaharian penduduk kerajaan, mengatur pajak dan pengawasan
desa Nagauleng dan Ujung Tanah sebagian keuangan. Arung Tanete Riawang, bertugas
besar adalah petani persawahan, petani mengepalai bertugas mengepalai pekerjaan
perkebunan cokelat dan pertambakan tetapi negeri (landschap werken-LW) pajak jalan
ada juga masyarakat yang memilih untuk dan pengawas Opzicher. Arung Macege,
bekerja di luar desa (Anonim, 2006). bertugas mengepalai urusan pemerintahan
umum dan perekonomian (Rady, 2007:15-
16).

Jurnal Walennae, Vol. 15, No. 2, November 2017: Hal. 101-116 | 105
Ponggawa (Panglima Perang), lalu Arung Ponceng, Arung Ta, Arung
bertugas dibidang pertahanan kerajaan Bone Macege, Arung Tanete Riattang, Arung
dengan membawahi tiga perangkat yang Tanete Riawa dan Arung Tibojong.
masing masing: anreguru Anak Arung, Wilayah Cenrana pernah menjadi
bertugas mengkoordinir para anak pusat kota perdagangan pada zaman
bangsawan berjumlah 40 orang bertugas Kerajaan Bone pada masa pemerintahan
sebagai pasukan elit kerajaan. Pangulu Joa, Raja Bone ke XVI yaitu La Patau Matanna
bertugas mengkoordinir pasukan dari rakyat Tikka tepatnya di desa Nagauleng.
Tana Bone yang disebut passiuno artinya: Penempatan Cenrana sebagai wilayah
pasukan siap tempur di medan perang setiap perdagangan didukung dengan adanya aliran
saat, rela mengorbankan jiwa raganya demi sungai Cenrana yang memberikan jalan
tegaknya Kerajaan Bone dari gangguan untuk melakukan perdagangan hingga ke
kerajaan lain. wilayah pedalaman seperti Wajo. Selain itu,
Dulung (Panglima Daerah), bertugas Desa Nagauleng juga dijadikan tempat
mengkoordinir daerah kerajaan bawahan, di peristirahatan La Patau Matanna Tikka.
kerajaan Bone terdapat dua dulung, yakni: Desa Nagauleng juga sebagai penghasil
Dulungna Ajangale dari kawasan Bone pangan dan kapur untuk di bawa ke kerajaan
Utara dan Dulungna Awang Tangka dari Bone sehingga keberadaan wilayah Cenrana
Bone Selatan. Jennang (Pengawas), dapat dikatakan memiliki peranan yang
berfungsi mengawasi para petugas yang cukup penting bagi kerajaan Bone
menangani bidang pengawasan baik dalam (Sarjiyanto, 2000).
lingkungan istana maupun dengan daerah
atau kerajaan bawahan. 3. Deskripsi Situs Cenrana
Kadhi (Ulama), merupakan Secara administratif situs Cenrana
perangkat yang terdiri dari Imam, Khatib, terletak di dua desa yaitu Desa Nagauleng
Bilal dan lain lain. Kadhi bertugas sebagai dan Desa Ujung Tanah. Dua desa tersebut
penghulu syara dalam bidang agama islam. berada di Kelurahan Cenrana, Kecamatan
Keberadaan kadhi di kerajaan bone ini Cenrana Kabupaten Bone, untuk menuju ke
senantiasa bekerja sama demi kemaslahatan lokasi penelitian ini dapat ditempuh dengan
rakyat bahkan raja Bone meminta fatwa kendaraan roda dua sejauh 38 kilometer dari
kepada kadhi khususnya menyangkut Kota Watampone. Situs Cenrana dikelilingi
hukum Islam. Bissu (waria), bertugas untuk oleh aliran sungai, di mana pada sisi utara
merawat benda benda kerajaan, disamping terdapat Sungai Cenrana, di sisi selatan
melaksanakan pengobatan tradisional, bissu terdapat Sungai Watu, sisi timur terdapat
juga bertugas dalam hal kepercayaan kepada Sungai Laopo dan di sisi barat terdapat
Dewata SeuwaE, tetapi setelah masuknya Sungai Palakka yang merupakan sungai
agama Islam di Kerajaan Bone bissu tidak buatan sehingga sebagian besar sungai
diaktifkan lagi. Cenrana merupakan dataran rendah dan
Sebelum Kolonial Belanda berkuasa hanya sisi barat laut yang merupakan
dan Bone masih berbentuk kerajaan, wilayah dataran tinggi. Sebagian besar penduduk
Ta dahulunya merupakan kerajaan kecil yang hidup di sekitar Situs Cenrana
yang bernaung di bawah kerajaan Bone. bermata pencaharian sebagai petani kebun,
Arung Ta merupakan salah satu dari dewan sawah dan tambak tetapi ada juga
Ade’ Pitu di kerajaan Bone. Ade’ Pitu masyarakat yang bekerja di bidang
merupakan pembantu utama atau pemimpin pemerintahan.
pemerintahan di Kerajaan Bone yang terdiri Wilayah Cenrana sangat subur akan
dari 7 pejabat, di mana Arung Ujung sebagai hasil buminya. Hasil bumi Cenrana yang
ketua dewan yang disebut To Marilaleng, utama yaitu padi dan tambak. Selain itu, di

106 | Aspek Ruang Pemukiman di Sisi Selatan Tepi Sungai…….Feby Wulandari


wilayah Cenrana juga memiliki kandungan dikenal dengan sepak raga. Lapangan ini
air yang cukup tawar tetapi hanya sebagian dulunya masuk dalam wilayah Kampung
yang difungsikan. Sumur sumur tersebut Palakka. Lokasi permainan ini terletak tidak
dijadikan sumber air bersih karena pada jauh dari pintu gerbang Timungange,
umumnya wilayah Cenrana memiliki tepatnya di sisi selatan pintu gerbang.
kandungan air yang tidak layak dikonsumsi. Lahannya berukuran ± 30 meter. Lokasi ini
Pada situs Cenrana terdapat beberapa telah di tumbuhi semak belukar.
tinggalan budaya, meliputi:
c. Lokasi Permainan Mallogo
a. Benteng dan Pintu Gerbang Penamaannya bersumber dari nama
Timuangnge peralatan permainan Logo yang berbentuk
Benteng yang ada pada situs menyerupai cangkul. Bentuknya yang
pemukiman di Cenrana berada di sisi barat seperti cangkul mencerminkan nilai budaya
dari lokasi bekas istana. Keberadaan benteng bugis yang berdasar pada kehidupan agraris.
ini selain difungsikan sebagai batas wilayah, Permainan ini biasanya dilakukan sesudah
juga sebagai benteng pertahanan jika panen dan juga pada waktu senggang. Logo
sewaktu waktu Wajo menyerang dari arah terbuat dari tempurung kelapa yang
barat, mengingat sebagian besar wilayah berkualitas baik dan berbentuk segitiga yang
Cenrana di kelilingi oleh sungai-sungai ujung-ujungnya ditumpulkan. Lokasi
besar seperti Sungai Watu di sisi timur dan permainan mallogo berbatasan langsung
selatan serta Sungai Cenrana di sisi utara. dengan lokasi permainan marraga, yaitu
Benteng ini memanjang dari arah utara ke terletak di sisi timur lapangan marraga.
arah selatan dan pada bagian tengahnya Lebar lahan mallogo 5 meter dan
terdapat sebuah pintu gerbang. Berdasarkan panjangnya 50 meter dengan kondisi
pengamatan yang dilakukan, dinding tanahnya tidak datar dan lapang.
benteng ini lebih banyak memanfaatkan
kondisi tanah yang tinggi dan hanya d. Lokasi Bekas Istana Bone Balla
sebagian saja dinding benteng yang terbuat Lokasi bekas istana berada di dalam
dari batuan kapur yang telah diberi perekat. wilayah Kampung Mojong dan lokasinya
Struktur dinding batu ini berukuran panjang cukup tinggi. Menurut informasi luas lokasi
12 meter dari pintu gerbang. Benteng ini bekas istana berukuran kurang lebih 60
berukuran panjang 50 meter ke arah utara meter persegi. Menurut cerita, pernah ada
dari pintu gerbang. bangunan yang disebut Bone Balla oleh
Situs Cenrana hanya memiliki masyarakat. Menurut informasi juga
sebuah pintu gerbang yang berada di sebelah bangunannya menghadap ke timur. Lokasi
barat desa Nagauleng, masyarakat bekas istana ini sekarang dijadikan
menyebutnya dengan sebutan Timuangnge. perkebunan coklat. Di sekitar lokasi ini
Pintu gerbang ini terbuat dari susunan batu terdapat banyak fragmen gerabah dan
yang direkatkan. Bahan batu yang keramik asing, hal ini menandakan dulunya
digunakan dalam pembuatannya khusus pernah terdapat pemukiman dan aktivitas
didatangkan dari daerah Mampu. Bentuk manusia di lahan ini.
pintu masih dapat terlihat dengan jelas.
Orientasi pintu gerbang menghadap Timur- e. Lokasi Masjid Tua
Barat. Lokasi Masjid Tua Cenrana berada
di kampung Cenrana. Masjid ini merupakan
b. Lokasi Permainan Marraga masjid pertama yang dibangun di wilayah
Marraga atau mandaga berasal dari Cenrana. Lokasi masjid berbatasan langsung
bahasa Bugis yang dalam bahasa Indonesia dengan Sungai Cenrana pada bagian utara

Jurnal Walennae, Vol. 15, No. 2, November 2017: Hal. 101-116 | 107
masjid. Bangunan ini berbentuk persegi terlihat baik dan utuh, terlihat pada bentuk
empat dan tidak permanen serta tidak lubang pintu untuk memasukkan kayu bakar
memiliki dinding dengan atap yang terbuat mirip kubah masjid atau berbentuk setengah
dari daun nipa. Lokasi masjid berukuran lingkaran.
panjang 50 meter dan lebar 32 meter.
h. Lokasi Bekas Penjemuran Kapur
f. Sumur Tua Lokasi pembakaran kapur berada di
Situs Cenrana terdapat juga tujuh Kampung Palakka. Di lokasi pembakaran
sumur tua. Ketujuh sumur ini kapur terdapat tiga buah tungku yang
mengidentifikasikan bahwa dahulu pernah berjejer dari arah selatan ke utara. Tungku
ada permukiman di wilayah ini. Menurut pembakaran berbentuk menyerupai sumur
informan, ketujuh sumur ini di sebut Baba yang mana semakin ke bawah maka ukuran
Pitu’e (tujuh sumur). Ketujuh sumur ini diameternya semakin kecil. Ukuran tungku
memiliki ukuran dan bentuk yang sama pun berbeda-beda. Kondisi tungku masih
tetapi ketujuh sumur ini tidak semua terlihat baik dan utuh, terlihat pada bentuk
memiliki konstruksi bangunan permanen lubang pintu untuk memasukkan kayu bakar
untuk melindungi mulut sumur. Sumur- mirip kubah masjid atau berbentuk setengah
sumur ini juga memiliki fungsi yang lingkaran.
berbeda-beda. Sumur I, dulunya di
fungsikan sebagai tempat berwudhu tetapi i. Pemakaman Tua di Situs Cenrana
sekarang tidak difungsikan lagi. Sumur II, Pemakaman tua di Situs Cenrana,
dulunya difungsikan sebagai tempat memiliki empat kompleks, yaitu: pertama,
mencuci pakaian dan peralatan makan tetapi Kompleks Makam Raja La Patau Matanna
sekarang tidak difungsikan lagi. Sumur III, Tikka berada di jalan poros Watu dan dekat
dulunya di fungsikan sebagai tempat pencuci dengan pemukiman. Pintu masuk kompleks
beras, sekarang difungsikan penduduk makam berada di sisi selatan dan barat
sebagai sumber air bersih. Sumur IV, makam. Bagian dalam kompleks makam
dulunya sumur ini difungsikan sebagai terdapat bangunan yang digunakan sebagai
tempat minum kuda dan sekarang tempat penyimpanan alat-alat peninggalan
dimanfaatkan penduduk setempat sebagai raja La Patau Matanna Tikka seperti
sumber air bersih. Sumur V, sumur ini tombak, bendera dan baskom perunggu yang
hingga sekarang masih dimanfaatkan digunakan sebagai tempat membasuh
penduduk sebagai sumber air bersih. Sumur kakinya. Bangunan kompleks makam
VI, sumur ini juga masih difungsikan berbentuk persegi panjang (Makmur, 1997).
penduduk sebagai sumber air bersih. Sumur Adapun beberapa makam yang terdapat
VII, dulunya difungsikan sebagai tempat dalam kompleks makam raja ini yaitu:
mencuci kaki tetapi sekarang dimanfaatkan Makam Raja La Patau Matanna Tikka.
penduduk sebagai sumber air bersih. Makam istri pertama La Patau Matanna
Tikka. Makam istri kedua La Patau Matanna
g. Tempat Pembakaran Kapur Tikka. Makam istri ketiga La Patau Matanna
Lokasi pembakaran kapur berada di Tikka. Makam istri keempat La Patau
Kampung Palakka. Di lokasi pembakaran Matanna Tikka. Makam istri kelima La
kapur terdapat tiga buah tungku yang Patau Matanna Tikka. Makam Buto. Makam
berjejer dari arah selatan ke utara. Tungku Mattejo (Ulama Fikih). Makam 1 (makam
pembakaran berbentuk menyerupai sumur kecil). Makam Petta Janggoe (pemimpin
yang mana semakin ke bawah maka ukuran pasukan). Makam Pettarala (Passeppi).
diameternya semakin kecil. Ukuran tungku Makam Petta Macalla (Paccilo-Cilo).
pun berbeda beda. Kondisi tungku masih Makam dengan tipe nisan Gada. Makam 2

108 | Aspek Ruang Pemukiman di Sisi Selatan Tepi Sungai…….Feby Wulandari


(tidak memiliki nama). Makam dengan jirat bahwa lokasi ini merupakan lokasi
yang panjang. peleburan mesiu dan terdapat lempengan
Kedua, Makam mappolo bombing batu besar dimana batu tersebut merupakan
terletak di sisi selatan dari lokasi bekas batu untuk penahan panas (Sarjiyanto,
istana Bone Balla, tepatnya di Kampung 2000).
Kalokkoe. Makam ini merupakan makam
ibunda raja La Patau Matanna Tikka. Lokasi l. Fragmen Keramik dan Gerabah
ini sekarang hampir tidak terlihat karena Sebaran fragmen gerabah dan
telah tertutupi semak belukar. Pada lokasi ini keramik yang ditemukan di beberapa lokasi
banyak terlihat makam yang sudah tidak dalam situs Cenrana menunjukkan bahwa
terawat tetapi makam Mappolo Bombang lokasi tersebut pernah ada aktivitas manusia.
masih terlihat dengan kondisi yang baik. Lokasi yang dominan ditemukan fragmen
Ketiga, Kompleks makam ini berada gerabah dan keramik berada di lokasi bekas
dalam perkebunan cokelat penduduk, Istana Bone Balla, lokasi pembakaran kapur
tepatnya di sisi utara lokasi peleburan mesiu. dan lokasi pemakaman orang-orang Wajo.
Menurut informan makam ini merupakan Ketiga lokasi ini ditemukan 97 buah
makam tua di wilayah Cenrana. Kompleks fragmen keramik dan 23 fragmen gerabah.
makam ini hampir tidak dapat diidentifikasi
keberadaannya karena umumnya makam 4. Gambaran Pemukiman Cenrana
yang ada sudah tidak memiliki jirat dan telah Pemukiman atau lokasi kediaman
tertimbun oleh ranting serta dedaunan yang pemerintahan raja La Patau Matanna Tikka
telah kering. Di kompleks makam ini merupakan wilayah pilihan yang dipakai
terdapat beberapa jenis nisan salah satunya untuk pemukiman raja La Patau Matanna
nisan yang berbentuk arca. Tikka. Memahami struktur ruang lingkup
Keempat, kompleks makam ini kediaman pemerintahan raja La Patau
berada dalam perkebunan cokelat penduduk. Matanna Tikka di wilayah Cenrana maka
Menurut informan, makam ini merupakan kita harus melihat dari sisi budaya, tingkah
kompleks makam orang-orang Wajo yang laku dan teknologinya.
meninggal karena ingin merebut dan Lokasi kediaman pemerintahan La
menguasai wilayah Cenrana. Patau Matanna Tikka terletak di sekitar atau
dalam lingkungan Cenrana yang pada
j. Parit umumnya berada di tepi aliran Sungai
Lokasi parit terletak tidak jauh dari Cenrana. Keletakan bangunan fasilitas
lokasi bekas istana Bone Balla dan lokasi pemerintahan masa pemerintahan raja La
peleburan mesiu. Parit ini dibuat melintang Patau Matanna Tikka berada di bagian
dari arah barat (sungai Palakka) ke arah selatan tepi aliran Sungai Cenrana.
timur (lokasi bekas istana Bone Balla) Menurut hasil pendataan,
dengan lebar parit 3 meter. Menurut pemukiman pemerintahan raja La Patau
informan, parit ini difungsikan sebagai Matanna Tikka di Kecamatan Cenrana
pengairan ke istana dan juga sebagai jalur Kabupaten Bone menyebar ke seluruh
pengangkutan dari Sungai Palakka ke istana wilayah Cenrana tetapi bekas lokasi dan
dengan menggunakan perahu kecil bangunan masa pemerintahan raja La Patau
(sampan). Matanna Tikka tidak merata dan sebagian
besar bekas lokasi dan bangunan masa
k. Lokasi Peleburan Mesiu pemerintahan raja La Patau Matanna Tikka
Lokasi peleburan mesiu berada di berpusat pada wilayah selatan tepi aliran
sisi barat lokasi bekas Istana Bone Balla. sungai Cenrana. Adapun bekas lokasi dan
Pada penelitian sebelumnya mengatakan bangunan masa pemerintahan raja La Patau

Jurnal Walennae, Vol. 15, No. 2, November 2017: Hal. 101-116 | 109
Gambar 2. Peta Sebaran Temuan Tepi Aliran Sungai Cenrana
(Sumber: Dokumentasi pribadi Febi Wulandari, Tahun 2011)

Matanna Tikka, yaitu: Bekas Lokasi aktivitasnya. Pembuatan pelabuhan dan


Istana Bone Balla, Kompleks Makam Arca, tempat berdagang atau pasar juga dibuat
Lokasi Masjid Tua Cenrana, Parit Buatan, untuk memudahkan masyarakat dalam
Lokasi Peleburan Mesiu, Lokasi pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Pembakaran Kapur, Benteng Tanah, Lokasi
Penjemuran Padi, Lokasi Pertemuan raja La 5. Pembagian Ruang Situs Cenrana
Patau Matanna Tikka (Mallogo dan dan Faktor Lingkungannya
Marraga), Pintu Gerbang, Makam Ibunda Wilayah Cenrana merupakan salah
raja La Patau Matanna Tikka, Kompleks satu daerah yang memiliki peran penting
Makam Orang Wajo, Kompleks Makam raja dalam pemerintahan Kerajaan Bone. Tata
La Patau Matanna Tikka, Sumur 1, Sumur letak pemukiman pada situs Cenrana
2, Sumur 3, Sumur 4, Sumur 5, Sumur 6 dan didasari atas sebaran tinggalan arkeologi
Sumur 7. yang menjadi bukti kegiatan manusia masa
Setiap keletakan bekas lokasi dan lampau dan kemudian dapat dijadikan
bangunan masa pemerintahan raja La Patau sumber data untuk mengetahui aktivitas
Matanna Tikka memiliki jarak yang mereka.
berjauhan sehingga membutuhkan sarana Alasan penentuan letak dari masing
transportasi. Fasilitas infrastruktur masing pembagian ruang dikarenakan
pemukiman di wilayah Cenrana, yaitu: wilayah Cenrana memiliki ketinggian 0-25
jaringan jalan, pelabuhan, tempat meter di atas permukaan air laut. Wilayah
perdagangan dan tempat bermukim. Cenrana merupakan wilayah yang strategis
Jaringan jalan yang dibuat untuk karena dikelilingi jalur transportasi antar
kepentingan masyarakat agar dapat daerah sehingga memudahkan dalam aspek
memudahkan masyarakat dalam melakukan pertahanan wilayah. Faktor yang

110 | Aspek Ruang Pemukiman di Sisi Selatan Tepi Sungai…….Feby Wulandari


mempengaruhi pembagian ruang di wilayah Tempat Pertemuan (Mallogo dan Marraga),
Cenrana Kabupaten Bone, yaitu: keadaan Pintu Gerbang, Sungai Buatan (Sungai
lingkungan. Keadaan lingkungan dalam Palakka). Pada sisi selatan terdapat
pemilihan lokasi pemukiman masa tinggalan: Makam Ibunda raja La Patau
pemerintahan raja La Patau Matanna Tikka Matanna Tikka, Kompleks Makam Orang
mencakup pertimbangan, seperti: keadaan Wajo, dan Sumur 1. Pada sisi timur terdapat
geografis, karakteristik lahan, sumberdaya tinggalan: Sumur 2, Sumur 3, Sumur 4,
alam dan aksesibilitas. Sumur 5, Sumur 6, Sumur 7, Kompleks
Pemilihan lokasi dipengaruhi oleh Makam Raja La Patau Matanna Tikka dan
keadaan fisik lingkungan. Wilayah Cenrana Lokasi Penjemuran Padi.
pada bagian sisi selatan tepi aliran sungai Kondisi lingkungannya di bagian
Cenrana sangat strategis karena berbatasan barat lokasi Bekas Istana Bone Balla
langsung dengan sungai-sungai yang dapat memperlihatkan wilayah yang berbukit dan
dijadikan sebagai jalur transportasi sekaligus berawa. Pada bagian utara Istana Bone Balla
pertahanan wilayah pemerintahan raja La memperlihatkan kondisi lingkungan yang
Patau Matanna Tikka. rendah, bergelombang dan sebagian
Penggunaan lahan adalah pembagian wilayahnya dekat tepi aliran Sungai Cenrana
lahan berdasarkan sumberdaya alam dan yang terlihat datar. Pada bagian timur,
potensi yang dapat diperoleh dari wilayah memperlihatkan daratan yang rendah, datar
tersebut. Pembagian tersebut mencakup tetapi sebagian wilayahnya yang lain
empat arah mata angin, yaitu: timur, barat, berawa. Sedangkan bagian selatan
utara dan selatan. Pembagian ini memperlihatkan wilayah yang
diperuntukkan untuk meningkatkan bergelombang dan berawa.
perekonomian penduduk dan pembagian Penataan ruang di wilayah Cenrana
lahan juga diperuntukkan agar tidak terbagi atas beberapa fungsi, seperti: Lokasi
menimbulkan perpecahan pada penduduk Pemerintahan, Lokasi Produksi, Lokasi
setempat. Pemukiman, dan Lokasi Sakral. Adapun
Wilayah Cenrana merupakan sebuah penjabaran dari masing masing fungsi
delta (menyerupai sebuah pulau) karena lokasi, meliputi empat lokasi, yaitu:
berada di dalam satu daratan dan terpisah
oleh beberapa sungai yang mengelilinginya, a. Lokasi Pemerintahan
seperti; Sungai Cenrana, Sungai Watu, Lokasi pemerintahan yang
Sungai Salokae, Sungai Pallima, Sungai dimaksud, yaitu; lokasi Bekas Istana Bone
Tua’ Cenning, Sungai Cekkong dan Sungai Balla, lokasi Pertemuan Raja (Mallogo dan
Attampatu. Marraga), lokasi Benteng Tanah, Pintu
Pembagian ruang yang berdasarkan Gerbang. Keberadaan temuan tersebut
empat arah mata angin, telah menentukan menyebar ke bagian utara dan barat.
satu posisi yang dijadikan titik tumpu atau Wilayah Cenrana, pada bagian utara terdapat
datum point agar memudahkan pembagian aliran Sungai Cenrana yang dapat dijadikan
ruang di wilayah Cenrana. Adapun titik lokasi pelabuhan, tempat berkomunikasi dan
tumpu yang dijadikan patokan, yaitu: Lokasi tempat pertahanan. Ketiga hal di atas
Bekas Istana Bone Balla. Pembagian ruang menjadi alasan untuk membangun Istana
di wilayah ini, di antaranya: di utara terdapat Bone Balla di bagian utara dengan maksud
tinggalan: Kompleks Makam Arca dan dapat mengontrol keamanan wilayah
Lokasi masjid tua Cenrana. Pada bagian Cenrana. sedangkan pada lokasi pertemuan
barat terdapat tinggalan; Parit Buatan, (Mallogo dan Marraga), Lokasi Benteng
Lokasi Peleburan Mesiu, Lokasi Tanah dan Pintu Gerbang di bagian barat
Pembakaran Kapur, Lokasi Benteng Tanah, Istana Bone Balla dikarenakan lokasi pada

Jurnal Walennae, Vol. 15, No. 2, November 2017: Hal. 101-116 | 111
bagian barat cukup tinggi sehingga dapat kegiatan produksi bahan perekat
dijadikan tempat pertahanan dan lokasi berlangsung.
pertemuan raja yang memiliki kebiasaan Sedangkan Lokasi Peleburan Mesiu
bermain mallogo dan marraga. diperuntukkan untuk pembuatan senjata
masa pemerintahan Raja La Patau Matanna
b. Lokasi Produksi Tikka. Pada Lokasi Peleburan Mesiu juga
Lokasi produksi yang dimaksud, ditemukan sebuah parit yang difungsikan
yaitu; Lokasi Penjemuran Padi, Lokasi sebagai jalur pengangkut menuju Istana
Pembakaran Kapur, Lokasi Peleburan Bone Balla dan sebagai sumber air terdekat
Mesiu. Masa pemerintahan raja La Patau untuk mendinginkan senjata yang telah
Matanna Tikka memusatkan produksinya ditempa.
pada sektor pertanian, pembuatan senjata Lokasi Pembakaran Kapur dan
dan bahan perekat dikarenakan wilayah Peleburan Mesiu di bagian barat Istana Bone
Cenrana memiliki ketersediaan lahan yang Balla dikarenakan kondisi lingkungannya
produktif terhadap pertanian, senjata dan yang berbukit dan bergelombang sehingga
bahan perekat. memudahkan pembuatan tungku pada
Wilayah produksi pertanian terletak pembakaran kapur dan pembuatan lubang
di bagian barat, timur dan selatan Lokasi peleburan mesiu.
Istana Bone Balla, hal ini terbukti dengan
ditemukannya Lokasi Penjemuran Padi c. Lokasi Pemukiman
(Allarangge) yang berada di bagian timur Lokasi pemukiman yang dimaksud,
Istana Bone Balla tepatnya di tengah tengah yaitu: Lokasi Pemakaman Ibunda Raja La
persawahan penduduk. Lantai jemur ini Patau Matanna Tikka, Kompleks Makam
berfungsi sebagai lokasi penjemuran hasil Raja La Patau Matanna Tikka, Kompleks
pertanian khususnya padi. Padi-padi yang Makam Orang Wajo, Kompleks Makam
telah dikeringkan akan dikirim ke pusat Arca, Sumur 1, Sumur 2, Sumur 3, Sumur 4,
pemerintahan di Lalebata sebagai hasil Sumur 5, Sumur 6, Sumur 7, Parit dan
pertanian kerajaan. Lokasi pertanian Sungai Buatan (Palakka).
difokuskan pada wilayah timur dan selatan Wilayah Cenrana sebagian besar
dikarenakan kondisi lingkungannya yang merupakan daerah berawa dan dataran banjir
rendah dan berawah sehingga memudahkan sehingga sulit memperoleh air bersih.
distribusi air yang vital bagi lahan pertanian. Pemukiman pemerintahan raja La Patau
Lokasi Pembakaran Kapur dan Matanna Tikka telah membangun beberapa
Peleburan Mesiu terletak di bagian barat sumur yang telah menyebar di bagian timur
Istana Bone Balla. Keberadaan lokasi dan selatan Istana Bone Balla. Sumur-sumur
pembakaran kapur yang terletak di pinggir yang dibangun difungsikan untuk keperluan
aliran Sungai Palakka menunjukkan adanya penduduk setempat. Keletakan sumur di
hubungan antara Sungai Palakka dengan bagian timur dan selatan Istana Bone Balla
tempat pembakaran kapur. Keletakan ini dikarenakan wilayahnya yang datar dan
dimaksudkan untuk memudahkan sedikit bergelombang sehingga penduduk
pengangkutan batu kapur atau koral-koral dapat memanfaatkannya untuk bermukim.
yang berasal dari laut menuju lokasi Pada wilayah Cenrana ditemukan
pembakaran tersebut yang kemudian diolah pula beberapa lokasi pemakaman yang
menjadi bahan perekat. Keberadaan sungai menjadi indikasi pemukiman, yaitu:
buatan (Sungai Palakka) selain Kompleks Makam Raja La Patau Matanna
diperuntukkan untuk jalur pengangkutan Tikka berada di bagian timur Istana Bone
juga difungsikan sebagai sumber air selama Balla dikarenakan wilayah pada bagian
timur dominan rendah dan datar serta dapat

112 | Aspek Ruang Pemukiman di Sisi Selatan Tepi Sungai…….Feby Wulandari


diakses dengan cepat sebab tersedia jalur juga difungsikan sebagai batas wilayah
transportasi. Kompleks makam orang Wajo mengingat wilayah pemukiman di Cenrana
berada di bagian selatan Istana Bone Balla. lebih dominan berada di bagian timur,
Wilayah di bagian selatan juga selatan dan barat dari lokasi Istana Bone
memperlihatkan daratan rendah dan cukup Balla.
datar. Makam ibunda Raja La Patau Selain sumur, kompleks makam,
Matanna Tikka yang dijuluki Mappolo pintu gerbang dan benteng juga ditemukan
Bombang juga berada di bagian selatan beberapa fragmen gerabah dan fragmen
Istana Bone Balla. keramik asing. Fragmen tersebut ditemukan
Pemukiman di wilayah Cenrana di bagian selatan lokasi Istana Bone Balla.
memiliki bentang alam yang strategis Temuan ini membuktikan bahwa pada masa
sebagai sarana perlindungan dari serangan pemerintahan raja La Patau Matanna Tikka
musuh. Wilayah pemerintahan raja La Patau di bagian selatan pernah ada aktivitas yang
Matanna Tikka dikelilingi oleh sungai- mencerminkan pemukiman.
sungai besar, yaitu: Sungai Watu di bagian
timur, Sungai Laopo di selatan, Sungai d. Lokasi Sakral
Cenrana di utara dan Sungai Palakka di Lokasi sakral yang dimaksud, yaitu;
barat. Keberadaan sungai tersebut Lokasi Masjid Tua Cenrana. Masjid Agung
memberikan keuntungan tersendiri bagi Cenrana merupakan masjid pertama di
pemerintahan Cenrana dalam hal pertahanan wilayah pemerintahan raja La Patau
wilayah. Matanna Tikka. Lokasi Masjid Agung
Bagian barat Istana Bone Balla Cenrana telah bergeser kurang lebih dua
terdapat sebuah pintu gerbang dan benteng meter ke arah selatan dikarenakan terjadi
yang memanfaatkan struktur tanah yang pengikisan di tepi aliran sungai Cenrana.
tinggi dan Sungai Palakka sebagai tempat Masjid dibangun dekat aliran Sungai
pertahanan. Penempatan benteng dan pintu Cenrana disebabkan oleh sumber air yang
gerbang di bagian barat selain difungsikan dapat difungsikan sebagai persediaan air
sebagai lokasi pertahanan pada bagian barat wudhu jika ingin melakukan ibadah.

Gambar 3. Peta Pembagian Ruang Pemukiman Tepi Aliran Sungai Cenrana


(Sumber: Febi Wulandari, Tahun 2011)

Jurnal Walennae, Vol. 15, No. 2, November 2017: Hal. 101-116 | 113
Keletakan masjid dekat dengan aliran sungai pemukiman, dan lokasi sakral. Penentuan
juga dimaksudkan sebagai tempat letak dari masing masing pembagian ruang
persinggahan, peristirahatan dan sosial merupakan wilayah yang strategis. Faktor
masyarakat baik penduduk wilayah Cenrana utama yang mempengaruhi pembagian
atau pun para pendatang dari luar wilayah ruang tersebut yaitu ekonomi dan keadaan
yang melewati Sungai Cenrana. lingkungan yang mendukung, seperti;
keadaan geografis, karakteristik lahan,
PENUTUP sumberdaya alam dan aksesibilitas.
Berdasarkan penggambaran yang telah
dijelaskan di atas maka pemukiman Cenrana UCAPAN TERIMA KASIH
di sisi selatan tepi aliran Sungai Cenrana Terima kasih saya ucapkan kepada segenap
berada di garis sungai dengan pola sebaran pengajar Jurusan Arkeologi Universitas
linear mengikuti alur sungai dan mengarah Hasanuddin karena telah membimbing
dari arah timur ke arah barat. Pemukiman tulisan ini dari skripsi. Terima kasih untuk
tersebut mengelompok dengan pola berderet teman-teman angkatan 2005 Arkeologi
dan mengikuti alur sungai dan jalan. Universitas Hasanuddin yang telah
Selain itu, penataan ruang di wilayah membantu menyelesaikan penelitian ini.
Cenrana terbagi atas empat fungsi, yaitu:
lokasi pemerintahan, lokasi produksi, lokasi

DAFTAR PUSTAKA

Ali. Muhammad, 1984. Ruppa’na Bone (Perang Bone 1905). Watampone.

--------------------, 1989. Bone Selayang Pandang. Watampone: Depdikbud.

Ambary, H.M., 1998. Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan Historis. Jakarta: Logos Wacana
Ilmu

Andaya. Leonard Y,dkk., 2004. Warisan Arung Palakka Sejarah Sulawesi Selatan Abad ke-17.
Penerjemah. Sirimorok, Nurhadi. Makassar. Ininnawa.

Anonim, 2006. Bone Dalam Angka 2006. Watampone: Badan Pusat Statistik.

Anonim, 1999. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Hasanuddin, 2001. “Pola Pemukiman dalam Arkeologi: Rekonstruksi Ekologi, Kebudayaan


dan Struktur Masyarakat”. Jurnal Walennae. Vol. IV. No 2. Hal 5-13. Makassar:
Balai Arkeologi Makassar.

Makmur, 1997. Ragam Hias pada Kompleks Makam La Patau Matanna Tikka di Cenrana
Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Skripsi. Arkeologi Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Mundardjito, 2002. Pertimbangan Ekologi: Penempatan Situs Masa Hindu-Budha Di Daerah


Yogyakarta. Jakarta: Widatama Widya Sastra.

114 | Aspek Ruang Pemukiman di Sisi Selatan Tepi Sungai…….Feby Wulandari


Rady, Lina andi, 2007. Riwayat To Bone. Watampone: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Sarjiyanto, 2000. “Potensi Data arkeologi Situs Cenrana: Kajian Awal Bagi Studi Pemukiman”.
Walannae No. 4/III Balai Arkeologi Makassar. Makassar.

Sharer And Ashmore, 1980. Fundamentals of Archaeology. California: The Benyamin


Publishing Company Inc.

Jurnal Walennae, Vol. 15, No. 2, November 2017: Hal. 101-116 | 115
Lampiran Peta letak Kabupaten Bone di Sulawesi Selatan
(Sumber: Peta Bakosurtanal Skala 1:250.000, Tahun 1993)

116 | Aspek Ruang Pemukiman di Sisi Selatan Tepi Sungai…….Feby Wulandari

Potrebbero piacerti anche