Sei sulla pagina 1di 66

PENGARUH SERBUK BESI DAN GRAFIT

TERHADAP KETAHANAN AUS


KOMPOSITFLY ASH/PHENOLIC UNTUK
APLIKASI KAMPAS REM
ABSTRACT

IRON AND GRAPHITE POWDER EFFECT OF FLY ASH COMPOSITES


RESISTANCE WEAR / PHENOLIC FOR APPLICATIONS BRAKE
By
MAULANA YUSUF

In Indonesia, a waste product of combustion steam power plants continues to


increase, in 2000 the amount of fly ash reached 1.66 million tons, and increased
significantly to 2 million tons in 2006. The amount of fly ash generated from year
to year is not over in a way that has not been handling. One solution to this
problem is to capitalize on fly ash as an alternative to the manufacture of
composite materials.
Composite is a combination of two or more substances to form new materials.
With a mix of 60% phenolic matrix material, the reinforcing material 5% fly ash,
barium sulfate filler 10%, 5% NBR binder and filler with graphite and iron
powder ratio of 5%, 10% and 15%. With the method of hot pressing so that the
formed composite. This study was conducted to determine the effect of iron
powder and graphite to the wear resistance of composite fly ash / phenolic
through and abrasion testing to determine the cause of the failure of composites
through the observation area of the failure by SEM photograph.
The addition of iron powder and graphite composites can improve the wear
resistance of fly ash / phenolic arrive at a certain percentage. Graphite can
increase the wear resistance of composite fly ash / phenolic together with iron.
The average value of specific high abrasion on the composition of the composite
with a composition of 10% iron and 10% graphite with a value of 2.47 x 10-6 mm3
/ mm, it is because graphite can be bound either by phenolic and barium sulfate so
that the average value of specific abrasion becomes In the composite high
observation using SEM images show the bonding between the particles and the
matrix. SEM photograph showing a composite with a uniform distribution of
particles will produce the wear resistance becomes high, while composites with
uneven distribution of particles will cause a void, so that the wear resistance is
low.
Keywords: Composite Particles Fly Ash, Iron And Graphite Powder,
Endurance Wear, SEM.
ABSTRAK
PENGARUH SERBUK BESI DAN GRAFIT TERHADAP KETAHANAN
AUS KOMPOSIT FLY ASH/PHENOLIC UNTUK APLIKASI KAMPAS
REM
Oleh
MAULANA YUSUF

Di Indonesia, produk limbah pembakaran pembangkit listrik tenaga uap terus


meningkat, pada tahun 2000 jumlah fly ash mencapai 1,66 juta ton, dan
meningkat secara signifikan menjadi 2 juta ton pada tahun 2006. Besarnya jumlah
fly ash yang dihasilkan dari tahun ke tahun tak seiring dengan cara
penanganannya yang belum optimal. Salah satu pemecahan masalah ini adalah
dengan memanfaat fly ash sebagai bahan alternatif pembuatan komposit.
Komposit merupakan gabungan dua bahan atau lebih sehingga membentuk
material baru. Dengan campuran bahan matriks phenolic 60%, bahan penguat fly
ash 5%, bahan pengisi barium sulfat 10%, bahan pengikat NBR 5% dan bahan
pengisi dengan perbandingan grafit dan serbuk besi sebanyak 5%, 10% dan 15%.
Dengan metode hot pressing sehingga dibentuk komposit. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan serbuk besi dan grafit
terhadap ketahanan aus komposit fly ash/phenolic melalui pengujian abrasi dan
untuk mengetahui penyebab kegagalan komposit melalui pengamatan daerah
kegagalan dengan foto SEM.
Penambahan serbuk besi dan grafit dapat meningkatkan ketahanan aus komposit
fly ash/phenolic sampai pada presentase tertentu. Grafit dapat meningkatkan
ketahanan aus pada komposit fly ash/phenolic sama dengan besi. Nilai rata-rata
spesifik abrasi tertinggi pada komposit dengan komposisi komposisi 10% besi
dan 10% grafit dengan nilai 2.47 x 10-6 mm3/mm, hal ini disebabkan karena grafit
dapat diikat baik oleh phenolic dan barium sulfat sehingga nilai rata-rata spesifik
abrasinya menjadi tinggi. Pada pengamatan komposit dengan menggunakan foto
SEM menunjukkan ikatan antar partikel dan matrik. Foto SEM memperlihatkan
komposit dengan persebaran partikel yang merata akan menghasilkan ketahanan
ausnya menjadi tinggi, sedangkan komposit dengan persebaran partikel tidak
merata akan menimbulkan void, sehingga ketahanan ausnya rendah.

Kata Kunci : Komposit Partikel Fly Ash, Serbuk Besi Dan Grafit, Ketahanan
Aus, SEM.
PENGARUH SERBUK BESI DAN GRAFIT TERHADAP
KETAHANAN AUS KOMPOSIT FLY ASH/PHENOLIC UNTUK
APLIKASI KAMPAS REM

Oleh
MAULANA YUSUF
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lampung

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
PENGARUH SERBUK BESI DAN GRAFIT TERHADAP
KETAHANAN AUS KOMPOSITFLY ASH/PHENOLIC UNTUK
APLIKASI KAMPAS REM

SKRIPSI

Oleh
MAULANA YUSUF

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Proses terjadinya keausan adhesive…………………………………………...22


2. Proses terjadinya keausan abrasive…………………………………………...23
3. Ilustrasi uji keausan metode Ogoshi………………………………………..…25
4. Cetakan spesimen………………………………………………………..……30
5. Thermo control………………………………………………………………..30
6. Mixer………………………………………………………………………..…31
7. Timbangan digital……...……………………………………………………...31
8. Furnace……………………………………………………………………..…32
9. Ogoshi high speed universal wear testing machine type OAT-U…………..…33
10. SEM (Scan Electron Microscope)………………………...…………………33
11. Diagram alir penelitian……………………………………………………….34
12. Ilustrasi uji keausan metode Ogoshi…………………………………………39
13. Grafik error bar berdasarkan standar deviasi…………...…………………...44
14. Partikel grafit dengan perbesaran 2500x…………………………………….45
15. Partikel fly ash dengan perbesaran 2500x…………………………………...45
16. Partikel phenolic resin dengan perbesaran 2500x……………………………56
17. Foto komposit grafit 10% /phenolic dengan perbesaran 250x……………….47
18. Foto komposit grafit 10% /phenolic dengan perbesaran 1000x……………...47
19. Foto komposit grafit 10% /phenolic dengan perbesaran 2500x…..………….48
20. Foto komposit grafit 15% /phenolic dengan perbesaran 250x………..……..49
21. Foto komposit grafit 15% /phenolic dengan perbesaran 250x……..………..50
22. Foto komposit grafit 15% /phenolic dengan perbesaran 2500x………….….50
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN…..…………………………...…………………….. i
SANWACANA…………………………………………….……………………..ii
DAFTAR ISI……………………………………………….……………………..v
DAFTAR GAMBAR…..………………………………….……………………vii
DAFTAR TABEL..…………………………………………………………….viii

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang…………..………………………...…………………..1
1.2. Tujuan………………….……………………………………………..4
1.3. Batasan masalah………..……………………………...……………...4
1.4. Sistematika penulisan…..……………………………………………..5

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Komposit…….…………………………………………..……………7
2.2 Bahan-bahan penyusun komposit…….…………………….………..11
2.3. Metalurgi serbuk komposit..……………………………….………..16
2.4. Kampas rem……..…………………………………………………..20
2.5. Keausan………………………………………………….…………..21
2.6 Pengujian keausan………………………………..……………….…24
2.7. Foto SEM …………………………………….………………..……26

III. METODE PENELITIAN


3.1. Tempat penelitian..……….…………………………………………28
3.2. Bahan yang digunakan…..…..………………………………………28
3.3. Alat yang digunakan….…………..…………………………………29
3.4. Alur proses penelitian……..…………………………..…………….34
3.5. Prosedur penelitian..…………………...…………………………….35
3.6. Prosedur pengujian dan analisa..…………………………………….38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil pengujian ketahanan aus……..…………………..……………41
4.2. Hasil Uji SEM…………………….……….…………..……………44

V. SIMPULAN DAN SARAN


5.1. Simpulan…..………..…….…………………………………………53
5.2. Saran…..……………..………………..…………………………….54

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Unsur senyawa kimia dan sifat fisika pada fly ash……………………………13


2. Analisis kimia fly ash Tarahan Provinsi Lampung……………………………14
3. Komposisi bahan penyusun komposit…………………………………………37
4. Data hasil pengujian…………………………………………………………...42
MOTO

“Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri,


kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya
dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik”
(QS. At Taubah : 24)

“Sebaik-baik manusia adalah bermanfaat banyak untuk orang lain”


(Al – Hadist)

“Keimanan yang mendalam kepada Allah SWT yang diaplikasikan


dalam kehidupan sehari-hari ditambah dengan kerja keras, itulah
kunci sukses dunia akhirat”

(MAULANA YUSUF)
Dengan kerendahan hati dan harapan
Menggapai Ridho Illahi Robbi
Ku persembahkan skripsi ini untuk :

Keluarga ku

Dan

Almamater tercinta
Teknik Mesin Universitas Lampung
Penulis dilahirkan di Natar, Lampung Selatan pada tanggal 22
September 1990, sebagai anak ke tiga dari empat bersaudara
dari pasangan Muhammad Thayib dan Tri Mulatsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Merak Batin,


Natar, Lampung Selatan pada tahun 2002, menyelesaikan pendidikan sekolah
menengah pertama di SMP Negeri 1 Natar, Lampung Selatan pada tahun 2005,
menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Natar pada
tahun 2008 dan penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Teknik Mesin, Fakultas
Teknik, Universitas Lampung.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif diberbagai organisasi internal ataupun
eksternal kampus. Kemudian pada bidang akademik, penulis melaksanakan kerja
praktek di PTPN VII UU Rejosari Natar, Lampung Selatan pada tahun 2012. Pada
skripsi ini penulis melakukan penelitian pada konsentrasi material dengan judul “
Pengaruh Serbuk Besi dan Grafit Terhadap Ketahanan Aus Komposit Fly
Ash/phenolic Untuk Aplikasi Kampas Rem” Dibawah bimbingan Ibu Dr. Eng.
Shirley Savetlana S.T., M.Met dan Bapak Nafrizal S.T., M.T.
SANWACANA
Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT tuhan semesta alam atas
rahmatdan pertolongan-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat dan
salam selalutercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan kepada sahabatnya,
serta parapengikutnya yang selalu istiqomah diatas kebenaran agama islam hingga
hari ajalmenjemput.
Dalam penyusunan skripsi ini Penulis banyak mendapat bantuan baik moral
maupun material dari berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini, Penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak

Prof.

Dr.

Ir.

Hasriadi

Mat

Akin,

selaku

RektorUniversitasLampung.
2. Prof. Dr. Suharno, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik
UniversitasLampung.
3. Bapak Ahmad Suudi, S.T., M.T. selaku ketua jurusan Teknik
MesinUniversitas Lampung.
4. Ibu Dr.Eng Shirley Savetlana,S.T.,M.Met selaku pembimbing utama
tugas akhir,atas banyak waktu,

ide,

dan perhatian

yang

telah
diberikan untukn membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
5. BapakNafrizal, S.T., M.T., selaku pembimbing kedua tugas akhir ini,
yangtelah banyak mencurahkan waktu dan fikirannya bagi Penulis
6. Bapak Dr. IrzaSukmana, S.T., M.T. selaku pembahas tugas akhir
ini,yang telah banyak memberikan kritikdan saran yang sangat
bermanfaat bagipenulis.
7. Seluruh Dosen Staff pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas
Lampung.
8. Kedua Orang Tuaku, Ibu, Ayah, serta kakak-kakakdanAdik ku yang
selalumemberikan doa yang terbaik bagi penulis.
9. Sahabat-sahabatku M. Aprilliansyah, M. Ihsan Yusuf S.T., Amar
Ma’ruf S.T., Yusuf Abdulah, Sohadi, DoniIrawan, AgusFerdian
U.K.,Dwi

Supratmanto, sertateman-teman seperjuanganteknikmesin

2008, yang selalu memberikan semangat bagi penulis.


Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih penulis
ucapkan atas bantuan yang diberikan sehingga terselesaikan skripsi ini.
Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Bandar Lampung, 18 Desember 2015
Penulis

MAULANA YUSUF
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fly ash atau abu terbang merupakan sisa pembakaran batubara dari limbah
pembakaran di industri besar, seperti PLTU, industri semen, industri
kereta api, dan lain-lain. Di Indonesia, produk limbah pembakaran
pembangkit listrik tenaga uap terus meningkat, sebagai contoh pada tahun
2000 jumlah fly ash mencapai 1,66 juta ton, dan meningkat secara
signifikan menjadi 2 juta ton pada tahun 2006. Besarnya jumlah fly ash
yang dihasilkan dari

tahun

ke tahun tak

seiring dengan cara

penanganannya yang belum optimal, berakhir pada penimbunan di lahan


kosong atau bahkan terbuang begitu saja (Marinda 2006)

Usaha untuk memanfaatkan fly ash terus dilakukan, diantaranya adalah


sebagai bahan penyusun beton

untuk jalan dan bangunan, material

penimbun lahan bekas pertambangan, sebagai bahan baku keramik,


gelas, bahan refraktori, filler aspal, plastik, kertas, dan aditif sebagai
bahan dalam proses pengolahan limbah industri. Fly ash juga banyak
dimanfaatkan sebagai bahan baku semen, dan bahan penguat untuk material
yang karakteristiknya kuat dan ringan (Marinda, 2006).
2

Ukuran partikel fly ash hasil pembakaran batubara lebih kecil dari 0,075
mm. Kerapatan fly ash berkisar antara 2,1 sampai 3,0 gr/cm3, luas area
2
spesifiknya antara 170 sampai 1000 m /kg, ukuran partikel rata-rata fly

ash batubara 0,01mm – 0,015 mm, luas permukaan 1-2 m2/g, massa
jenis (specific gravity) 2,2 – 2,4 gr/ cm 3 dan bentuk partikel yaitu
sebagian besar berbentuk seperti bola, sehingga menghasilkan mampu
kerja yang lebih baik (Pratama, 2011).

Menurut ACI (American Concrete Institute) Committee 226, dijelaskan


bahwa fly ash mempunyai butiran yang cukup halus, yaitu lolos ayakan
No. 325 (45 µm) 5 – 27 % dengan warna abu-abu kehitaman. Fly ash
batubara mengandung silika dan alumina sekitar 80 % dengan sebagian
silika berbentuk amorf. Sifat-sifat fisik fly ash batubara antara lain
densitasnya 2,23 gr/cm3, kadar air sekitar 4 % dan komposisi mineral
yang dominan adalah α-kuarsa dan mullite. Selain itu fly ash batubara
mengandung SiO2 sebanyak 58,75 %, Al2O3 sebanyak 25,82 %, Fe2O3
sebanyak 5,30 % (Pandiangan, 2007).

Grafit umumnya berwarna hitam hingga abu-abu tembaga, kekerasan 1 – 2


(skala Mohs), berat jenis 2,1 – 2,3 kg/m3, tidak berbau dan tidak beracun.
Grafit mampu menghantarkan panas dengan baik, buram, tahan panas, dan
dapat dihancurkan menjadi serbuk yang lebih kecil (Sri Lestari, 2004).

Sifat fisika grafit ditentukan oleh sifat dan luas permukaannya. Grafit yang
halus mempunyai permukaan yang relatif lebih luas. Selanjutnya, grafit
3

dapat dibuat dengan mensintesis berbagai bahan yang mengandung karbon.


Grafit mempunyai struktur yang berbentuk lapisan. Kekerasan Brinell Hb
kira-kira 1, kekuatan tarik 2 kgf/mm2 dan berat jenisnya 2,2 kg/mm3.
Dalam bentuk partikular, grafit sangat tahan terhadap gesekan. Koefisien
gaya gesek yang dimiliki oleh grafit (µ ≈ 0,1), Jarak antar lapisan hampir
2,5 kali lebih besar dari jarak antar atom dalam satu lapisan. Hal ini
menyebabkan grafit bersifat licin karena satu lapisan dapat meluncur di atas
lapisan lainnya (Sri Lestari, 2004).

Kegunaan grafit, antara lain adalah sebagai elektroda pada baterai, proses
elektrolisis, atau untuk pensil. Selain itu, jika karbon aktif dipanaskan pada
suhu 1.500 °C dengan paladium, platina sebagai katalis, akan menghasilkan
serat polimer, seperti poliakrilonitril atau selulosa, yang bila digabungkan
dengan plastik akan membentuk foam dan foil. Grafit bersifat keras dan
tahan terhadap gesekan sehingga dapat digunakan untuk bahan pembuat
kampas rem pengganti asbestos (Sri Lestari, 2004).

Besi merupakan salah satu unsur yang paling sering kita manfaatkan dalam
kehidupan sehari – hari. Besi diperoleh dari serbuk besi yang kemudian
dilebur dan dipadu dengan unsur lain untuk membentuk berbagai jenis besi.
Manfaat serbuk besi sangat besar perannya dalam kehidupan sehari hari.
Serbuk besi dapat ditemui di berbagai lokasi, seperti daerah berpasir dan
lepas pantai. Serbuk besi memiliki lambang Fe. Biasanya serbuk besi
diperoleh dalam bentuk magnetik, dengan berbagai macam bentuk, yang
4

kemudian dilebur dan akhirnya menjadi hasil olahan besi yang memiliki
warna abu – abu, keperakan dan gelap.

Serbuk besi bersifat keras sehingga dapat digunakan untuk bahan baku
pembuatan besi baja dan kabel/kawat baja, sebagai bahan pembuatan besi
tuang, besi tempa, pembuatan baja lunak, baja dengan campuran karbon
yang tinggi dan tambahan campuran, sebagai bahan pembuatan rangka
kendaraan, dan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan komposit.

Grafit dan serbuk besi yang bersifat keras dan tahan terhadap gesekan
diharapkan dapat memperbaiki ketahanan aus komposit fly ash/phenolic
untuk aplikasi kampas rem.

1.2. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh penambahan serbuk besi dan grafit terhadap
ketahanan aus komposit fly ash/phenolic melalui pengujian abrasi.
2. Mengetahui penyebab kegagalan komposit melalui pengamatan daerah
kegagalan dengan foto SEM.

1.3. Batasan Masalah


Masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal yaitu:
1. Fly ash yang digunakan dari fly ash batu bara PT. PLTU Tarahan.
2. Pengujian sifat mekanik dibatasi pada pengujian ketahanan aus dengan
metode Ogoshi.
3. Mengetahui penyebab kegagalan komposit dengan foto SEM.
5

1.4. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam menyusun laporan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan, batasan masalah dan
sistematika penulisan laporan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaskan tentang teori komposit, bahan-bahan
penyusun komposit, proses metalurgi serbuk komposit, kampas
rem, keausan dan pengujian keausan untuk mendukung
pembahasan masalah yang diambil.
BAB III. METODE PENELITIAN
Berisikan tentang metode yang dilakukan penulis untuk
mengumpulkan informasi, alat dan bahan yang digunakan, tempat
dan waktu penelitian serta menerangkan alur proses penelitian,
sebagaimana proses pengambilan data yang dilakukan.
BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Berisikan tentang data pengamatan yang diperoleh, hasil
pengujian dan pembahasan.
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
Berisikan simpulan yang diperoleh dari hasil pengujian dan
pembahasan.
6

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komposit

Kata komposit berasal dari kata “to compose” yang berarti menyusun
atau menggabung. Secara sederhana bahan komposit berarti bahan
gabungan dari dua atau lebih bahan yang berlainan untuk

membentuk

material ketiga yang lebih bermanfaat. Komposit dan alloy memiliki


perbedaan dari cara penggabungannya yaitu apabila komposit digabung
secara makroskopis sehingga masih kelihatan serat maupun matriknya,
sedangkan pada alloy

paduan digabung secara mikroskopis sehingga

tidak kelihatan lagi unsur-unsur pendukungnya (Jones, 1975).

Dalam dunia konstruksi, komposit merupakan campuran antara polimer


(bahan makro molekul dengan ukuran besar yang diturunkan dari minyak
bumi ataupun bahan alam lainnya seperti karet dan serat) atau dapat
dikatakan bahwa komposit adalah gabungan antara bahan matrik atau
pengikat yang diperkuat. Bahan material ini terdiri dari dua bahan
penyusun, yaitu bahan utama sebagai pengikat dan bahan pendukung
sebagai penguat. Bahan penguat dapat dibentuk serat, partikel, serpihan
atau juga dapat berbentuk yang lain. (Surdia, 1992).
8

Sesungguhnya ribuan tahun lalu, material komposit telah dipergunakan


dengan memanfaatkannya serat alam sebagai penguat. Dinding bangunan
tua di Mesir yang telah berumur lebih dari 3000 tahun terbuat dari tanah
liat yang diperkuat jerami. Seorang petani memperkuat tanah liat
dengan jerami, para pengrajin besi membuat pedang secara berlapis dan
beton bertulang merupakan beberapa jenis komposit yang sudah lama
kita kenal. Komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu:
1. Penguat (reinforcement), yang mempunyai sifat kurang ductilen
tetapi lebih rigid serta lebih kuat.
2. Matrik, umumnya lebih ductile tetapi mempunyai kekuatan dan
rigiditas yang lebih rendah.

Pada material komposit sifat unsur pendukungnya masih terlihat dengan


jelas, sedangkan

pada

alloy

paduan

unsur-unsur pendukungnya. Salah


komposit bila dibandingkan
penggabungan

satu
dengan

sudah tidak

kelihatan lagi

keunggulan

dari material

material

lainnya
adalah

unsur-unsur yang unggul dari masing-masing unsur

pembentuknya tersebut (Jones,1975)

Sifat material hasil


melengkapi

penggabungan

ini

diharapkan

kelemahan- kelemahan yang ada pada

dapat

saling

masing-masing

material penyusunnya. Sifat-sifat yang dapat diperbaharui antara lain :


a. kekuatan
b. ketahanan korosi
c. ketahanan gesek
9

d. berat (Weight)
e. ketahanan lelah
f. Meningkatkan konduktivitas panas
g. Tahan lama

Sekarang ini

perkembangan

teknologi

komposit mulai berkembang

dengan pesat. Komposit sekarang ini digunakan dalam berbagai variasivariasi

komponen antara lain

untuk

otomotif, pesawat terbang,

pesawat luar angkasa, alat-alat rumah tangga, kapal dan lain-lain.

Salah satu jenis komposit adalah komposit yang diperkuat dengan


partikel, dengan bahan

matriknya adalah polimer. Partikel banyak

digunakan dalam komposit sebagai salah satu bentuk penguat, penguat


dalam

komposit

sangat mempengaruhi

sifat-sifat

dari

komposit.
Penggabungan partikel yang keras dalam matrik dapat menghasilkan
suatu komposit yang baru, dengan kelebihan sifat-sifat mekanik dari
bahan dasar komposit tersebut. Sedangkan untuk mengetahui sifat-sifat
mekanik dari komposit tersebut, dapat diketahui dengan melakukan
pengujian standar pada spesimennya. Dibandingkan dengan bahan
konvensional seperti beton, komposit memiliki sejumlah

keunggulan

yaitu antara lain tahan terhadap cuaca, tahan terhadap kimia, lebih
ringan, dan keunggulan komposit yang paling penting adalah mudah
dibentuk dan dibuat sehingga dapat menghemat biaya pengerjaan,
komposit

juga

mudah

rumit (Jones,1975).

dicetak

dan

memungkinkan bentuk

yang
10

2.1.1. Klasifikasi Material Komposit


Secara garis besar material komposit terbagi menjadi tiga macam,
yaitu:
a.

Komposit lapis (Laminates Composites)


Merupakan jenis komposit terdiri dari dua lapis atau
lebih

yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya

memiliki karakteristik sifat sendiri. Komposit ini terdiri dari


bermacam-macam lapisan material dalam satu matriks.
b. Komposit serat (Fibrous Composites)
Komposit serat adalah komposit yang terdiri dari fiber dalam
matriks. Secara

alami

serat

yang

kekuatan yang lebih dibanding

panjang

serat

yang

mempunyai
berbentuk

curah (bulk). Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri


dari satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat /
fiber. Fiber yang digunakan bisa berupa fibers glass,carbon
fibers, aramid fibers (poly aramide), dan sebagainya. Fiber
ini bisa disusun secara acak maupun dengan orientasi
tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks
(Jones, 1975).
c. Komposit partikel (Particulate Composites)
Merupakan komposit yang menggunakan partikel serbuk
sebagai penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam
matriknya. Komposit ini biasanya mempunyai bahan penguat
yang dimensinya kurang lebih sama, seperti bulat serpih,
11

balok, serta bentuk-bentuk lainnya yang memiliki sumbu


hampir sama, yang kerap disebut partikel,

dan

bisa

terbuat dari satu atau lebih material yang dibenamkan


dalam suatu matriks dengan material yang berbeda. Selain
itu ada pula polimer yang mengandung partikel yang hanya
dimaksudkan untuk memperbesar volume material dan bukan
untuk kepentingan sebagai bahan penguat dengan resin sebagai
pengikat, biasanya fly ash digabung juga dengan pengisi
yang lain yang berfungsi untuk meningkatkan proses produksi
dan bertindak sebagai minyak pelumas. Pengisi ini contohnya
dust dan rubber crumb atau bahan pengisi

anorganik

misalnya BaSO4, CaCO, Ca(OH)2 dan MgO (Jones,1975).

2.2. Bahan-bahan penyusun komposit


Bahan-bahan penyusun komposit terdiri dari beberapa bagian yang
berfungsi untuk meningkatkan kualitas komposit tersebut, bahan-bahan
penyusun komposit antara lain sebagai berikut.
1. Fly Ash
Fly ash merupakan sisa dari hasil pembakaran batubara pada power
plants. Fly ash mempunyai titik lebur sekitar 1300° celcius dan
berdasarkan uji komposisi kimia fly ash mengandung CAS (CO-Al2O3SiO2) dalam jumlah besar yang
merupakan pembentuk utama network
glass. Fly ash mempunyai kerapatan massa (densitas) antara 2,0–2,5
gr/cm (Bienias, 2003).
12

Ada beberapa jenis fly ash menurut SNI S-15-1990-F tentang


spesifikasi abu terbang sebagai bahan tambahan untuk campuran
beton, fly ash digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Kelas N
Buangan atau pozzolan alam terkalsinasi yang dipenuhi dengan
kebutuhan yang memenuhi syarat
kelasnya, seperti

yang dapat dipakai sesuai

beberapa tanah diatomaceous, opalinse chert

dan serpihan - serpihan tuff dan

debu-debu vulkanik atau

pumicities, dan bahan-bahan lainnya yang mungkin masih belum


terproses oleh kalsinasi dan berbagai material yang memerlukan
kalsinasi untuk memperoleh sifat-sifat yang memuaskan, misalnya
beberapa jenis tanah liat dan serpihan-serpihan ( Husin,1998)
b. Kelas F
Abu batubara

yang umumnya diproduksi dari

anthracite (batubara
bitumen

batubara

keras

yang

mengkilat)

pembakaran

atau
yang memenuhi syarat-syarat

bitumen-

yang dapat

dipakai untuk kelas ini sperti yang disyaratkan. Abu batubara jenis
ini memiliki sifat Pozzolanic ( Husin,1998)
c. Kelas C
Abu batubara yang umumnya diproduksi dari lignite atau
batubara subitumen yang memenuhi syarat yang dapat dipakai
untuk kelas ini seperti yang disyaratkan. Abu batubara kelas ini,
selain memiliki sifat pozzolan juga memiliki beberapa sifat
yang lebih menyerupai semen ( Husin,1998)
13

Adapun susunan kimia dan sifat fisik abu batubara menurut ASTM
C618 – 91 ( Husin,1998) ditunjukkkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Unsur senyawa kimia dan sifat fisika pada fly ash (Sumber:
Andriati Amir Husin)
Susunan kimia dan fisika

Kelas F (%)

Kelas C (%)

Silikon dioksida

54,90

39,90

Sulfur trioksida

5,0

5,0

Kadar air

3,0

3,0

Hilang pijar

6,0

6,0

Na2O

1,5

1,5
Menurut SK SNI S- 15- 1990- F p- 1, yang dimaksud
dengan :
a. Abu batubara kelas N adalah hasil kalsinasi dari pozzolan alam
seperti tanah diatonice, shole (serpih), tuff dan batu apung yang
beberapa jenis dari bahan tersebut ada yang tidak mengalami
kalsinasi.
b. Abu batubara kelas

F adalah

abu

yang dihasilkan

dari

pembakaran batubara jenis anthrasite pada suhu 1560° C, abu


batubara ini memiliki sifat pozzolan.
c. Abu batubara kelas

C adalah abu

yang dihasilkan dari

pembakaran lignite atau batubara dengan kadar karbon ± 60%, abu


ini mempunyai sifat pozzolan dan sifat menyerupai semen
dengan kadar kapur diatas 10% ( Husin,1998)
14

Sedangkan pada data analisis kimia fly ash yang berasal dari
Tarahan Provinsi lampung adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Analisis kimia fly ash Tarahan Provinsi Lampung (Sumber:
Hasil Laboratorium P.T. Sucofindo)
Susunan kimia dan fisika

Nilai (%)

SiO2

61,55

Al2O3

22,31

MgO

0,52

SO3

2,56

Na2O

1,86

Dari tabel dan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fly ash
yang berasal dari Tarahan Provinsi Lampung merupakan kelas F,
karena silikon dioksida pada Tarahan Provinsi Lampung bernilai 61,55
% sedangkan pada literatur yang ada nilai silikon dioksida fly ash
jenis F adalah minimum 54,90%. Dan fly ash dari Tarahan ini
berasal dari batubara keras

yang mengkilat (anthracite) sesuai

dengan jenis fly ash kelas F menurut SNI S-15-1990-F

2. Grafit
Grafit umumnya berwarna hitam hingga abu-abu tembaga, kekerasan 1
– 2 (skala Mohs), berat jenis 2,1 – 2,3, tidak berbau dan tidak beracun,
serta tidak mudah larut, kecuali dalam asam hidroflorik. Proses
dekomposisi berlangsung lambat pada suhu 6000C dan dalam kondisi
oksida atau pada suhu 3.5000C bila kondisi bukan oksida.
15

Grafit termasuk bahan friction modifier tingkat gesekan grafit


dipengaruhi oleh kelembaban dan strukturnya. Penambahan grafit dapat
meningkatkan ketahanan aus serta dapat mempengaruhi koefisien
gesek.
3. Phenolic resin
Phenolic resin berfungsi sebagai matrik dalam komposit. Bahan ini
berbentuk serbuk yang halus berwarna hitam. Phenolic resin digunakan
sebagai bahan utama untuk membuat spesimen.

4. Barium sulfat (BaSO4)


Barium sulfat adalah senyawa anorganik dengan rumus kimia BaSO4.
Ini adalah padatan kristal putih yang tidak berbau dan tidak larut dalam
air. Barium sulfat (BaSO4) dapat meningkatkan kerapatan massa dan
dapat meningkatkan ketahanan pada temperatur tinggi serta dapat
mengurangi tingkat keausan.

5. NBR (Nitrile Butadiene Rubber)


NBR digunakan untuk mengurangi kekerasan. NBR dipilih menjadi
bahan penyusun komposit, karena NBR memiliki ketahanan thermal
yang baik dibandingkan jenis karet lainnya.

6. Serbuk besi (Fe)


Serbuk ini ditambahkan sebagai material gesek agar dapat memperbaiki
karakteristik thermal komposit. Serbuk besi memiliki konduktivitas
thermal dan difusivitas thermal yang baik.
16

2.3. Metalurgi serbuk komposit


Metalurgi serbuk adalah metode yang terus dikembangkan dari proses
manufaktur yang dapat mencapai bentuk komponen akhir dengan
mencampurkan serbuk secara bersamaan dan dikompaksi dalam cetakan,
dan selanjutnya disinter di dalam furnace (tungku pemanas)
Langkah-langkah yang harus dilalui dalam metalurgi serbuk, antara lain:
1.

Bentuk dan ukuran partikel


Bentuk dan ukuran partikel memegang peranan penting dalam
menentukan kualitas ikatan material komposit. Semakin kecil ukuran
partikel yang berikatan maka kualitas ikatannya semakin baik, karena
semakin luas kontak permukaan antar partikel. Ukuran partikel juga
berpengaruh

pada

distribusi

partikel,

semakin

kecil

partikel

kemungkinan terdistribusi secara merata lebih besar, sehingga pada


proses pencampuran akan diperoleh distribusi yang homogen.
Kehomogenan campuran menentukan kualitas ikatan komposit,
karena selama proses kompaksi gaya tekan yang diberikan akan
terdistribusi secara merata. Ikatan antar partikel dalam material
komposit salah satunya disebabkan karena adanya interlocking antar
partikel yang dipengaruhi oleh bentuk partikel yang digunakan.
Berdasarkan standar ISO 3252, bentuk serbuk dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:

1)

Spherical : berbentuk bulat


2)

Angular : berbentuk polihedral kasar dengan tepi tajam


17

2.

3)

Acicular : berbentuk jarum

4)

Irregular : berbentuk tidak beraturan

5)

Flake : berbentuk serpihan

6)

Fibrous : berbentuk serabut yang beraturan

7)

Dendritic : berbentuk kristalin dan bercabang

8)

Granular : berbentuk hampir bulat

9)

Nodular : berbentuk bulat dan tidak beraturan

Pencampuran (mixing)
Karakteristik serbuk mempunyai

peranan yang penting dalam

tercapainya hasil campuran yang seragam. Makin tinggi gesekan antar


partikel akan menjadikan proses pencampuran makin sulit. Friksi akan
meningkat oleh beberapa faktor diantaranya ukuran partikel yang
makin kecil, bentuk partikel tidak beraturan, koefisien gesek partikel
yang makin tinggi. Pada umumnya, ukuran partikel serbuk yang
seragam akan memudahkan untuk mendapatkan hasil pencampuran
yang seragam. Partikel yang besar memiliki kemungkinan yang tinggi
untuk mengalami segregasi. Salah satu kendala dalam proses
pencampuran adalah jika serbuk yang akan dicampur memiliki
densitas yang berbeda sehingga sulit untuk mendapatkan hasil
campuran yang seragam. Serbuk yang memiliki densitas lebih kecil
akan terakumulasi diatas serbuk yang densitasnya lebih tinggi
sehingga terjadi segregasi.
18

3.

Penekanan (kompaksi)
Kompaksi merupakan proses pemadatan serbuk menjadi sampel
dengan bentuk tertentu sesuai dengan cetakannya
Ada 2 macam metode kompaksi, yaitu:
a. Cold compressing, yaitu penekanan dengan temperatur kamar.
Metode ini dipakai apabila bahan yang digunakan mudah
teroksidasi, seperti Al.
b. Hot compressing, yaitu penekanan dengan temperatur di atas
temperatur kamar. Metode ini dipakai apabila material yang
digunakan tidak mudah teroksidasi.
Pada proses kompaksi, gaya gesek yang terjadi antar partikel yang
digunakan dan antar partikel komposit dengan dinding cetakan akan
mengakibatkan kerapatan pada daerah tepi dan bagian tengah tidak
merata. Untuk menghindari terjadinya perbedaan kerapatan, maka
pada saat kompaksi digunakan lubricant/pelumas yang bertujuan
untuk mengurangi gesekan antara partikel dan dinding cetakan.
Dalam penggunaan lubricant/bahan pelumas, dipilih bahan pelumas
yang tidak reaktif terhadap campuran serbuk dan yang memiliki titik
leleh rendah sehingga pada proses sintering tingkat awal lubricant
dapat menguap.

4.

Pemanasan (sintering)
Sintering adalah pemanasan kompak mentah sampai temperatur
tinggi. Pada proses sinter, benda padat terjadi karena terbentuk ikatanikatan. Panas menyebabkan
bersatunya partikel dan efektivitas reaksi
19

tegangan permukaan meningkat. Dengan perkataan lain, proses sinter


menyebabkan

bersatunya

partikel

sedemikian

rupa

sehingga

kepadatan bertambah. Selama proses ini terbentuklah batas-batas


butir, yang merupakan tahap rekristalisasi. Disamping itu gas yang
ada menguap. Temperatur sinter umumnya berada pada 0.7-0.9 dari
temperatur cair serbuk utama. Waktu pemanasan berbeda untuk jenis
logam berlainan dan tidak diperoleh manfaat tambahan dengan
diperpanjangnya waktu pemanasan. Lingkungan sangat berpengaruh
karena bahan mentah terdiri dari partikel kecil yang mempunyai
daerah permukaan yang luas. Oleh karena itu lingkungan harus terdiri
dari gas reduksi atau nitrogen untuk mencegah terbantuknya lapisan
oksida pada permukaan selama proses sinter.
Keuntungan proses metalurgi serbuk, antara lain:
1.

Mampu melakukan kontrol kualitas dan kuantitas material

2.

Mempunyai presisi yang tinggi

3.

Selama pemrosesan menggunakan suhu yang rendah

4.

Kecepatan produk tinggi


5.

Sangat ekonomis karena tidak ada material yang terbuang.

Keterbatasan metalurgi serbuk, antara lain:


1.

Biaya

pembuatan

yang

mahal

dan

terkadang

serbuk

sulit

penyimpanannya
2.

Dimensi yang sulit tidak memungkinkan, karena selama penekanan


serbuk logam tidak mampu mengalir ke ruang cetakan

3.

Sulit untuk mendapatkan kepadatan yang merata


20

2.4 Kampas rem


Rem yaitu suatu peranti untuk memperlambat atau menghentikan gerakan
roda. secara otomatis gerak kendaraan menjadi pelan. Energi kinetik yang
hilang dari benda yang bergerak ini biasanya diubah menjadi panas karena
gesekan.
Sistem rem pada kendaraan merupakan suatu peranti penting keamanan
dalam berkendara, tidak berfungsinya rem dapat menimbulkan bahaya dan
keamanan berkendara jadi terganggu, Adapun fungsi dari sistem rem itu
sendiri adalah :

1.

Untuk memperlambat kecepatan atau menghentikan gerakan roda


kendaraan.

2.

Mengatur kecepatan selama berkendara.

3.

Untuk menahan kendaraan saat parkir dan berhenti pada jalan yang
menurun atau menanjak.

Prinsip kerja sistem rem adalah mengubah tenaga kinetik menjadi panas
dengan cara menggesekan dua buah logam pada benda yang berputar
sehingga putarannya akan melambat. Oleh sebab itu komponen rem yang
bergesekan ini harus tahan terhadap gesekan (tidak mudah aus), tahan panas
dan tidak mudah berubah bentuk pada saat bekerja dalam suhu tinggi.

Komponen – komponen rem :


1. Backing plate
2. Silinder penyetel sepatu rem
3. Sepatu rem
21

4. Pegas pembalik
5. Kanvas rem
6. Silinder roda
2.5. Keausan
Keausan adalah penguraian ketebalan permukaan akibat gesekan yang
terjadi pada pembebanan dan gerakan. Keausan umumnya dianalogikan
sebagai hilangnya materi sebagai akibat interaksi mekanik dua permukaan
yang bergerak slidding dan dibebani. Ini merupakan fenomena normal yang
terjadi jika dua permukaan saling bergesekan, maka akan ada keausan atau
perpindahan materi yang terjadi antara dua benda yang bergesekan (Sularso,
1997)

Keausan sendiri mempunyai dua sifat yaitu keausan normal dan keausan
tidak normal ( akibat penggantian minyak pelumas yang tidak teratur ).
Hal – hal yang mempengaruhi keausan :
1. Pembebanan
2. Kecepatan
3. Jumlah minyak pelumas
4. Jenis minyak pelumas
5. Temperatur
6. Kekerasan permukaan
7. Kehalusan permukaan
8. Adanya benda – benda asing
9. Adanya benda kimia
22

Keausan di klasifikaskan menjadi beberapa bagian yaitu keausan adhesive,


keausan abrasive, keausan lelah , keausan oksidasi dan keausan erosi.

2.5.1 Jenis-jenis Keausan


a.

Keausan adhesive
Keausan adhesive adalah salah satu jenis keausan yang disebabkan
oleh terikat atau melekat ( adhesive ) atau berpindahnya partikel dari
suatu permukaan material yang lemah ke material yang lebih
keras serta deformasi plastis dan pada akhirnya terjadi pelepasan /
pengoyakan salah satu material. Proses bermula ketika benda dengan
kekerasan yang lebih tinggi menyentuh permukaan yang lemah
kemudian terjadi pengikatan. Pengikatan ini terjadi secara spontan dan
dapat terjadi dalam suhu yang rendah (Sularso, 1997).

Gambar 1. Proses terjadinya keausan adhesive (Sularso, 1997)

2.

Keausan abrasive
Keausan jenis ini terjadi bila suatu partikel keras dari material tertentu
meluncur pada permukaan material lain yang lebih lunak sehingga
terjadi penetrasi atau pemotongan material yang lebih lunak. Tingkat
23

keausan pada mekanisme ini ditentukan oleh derajat kebebasan


partikel keras tersebut (Sularso, 1997)

Gambar 2. Proses terjadinya keausan abrasive (Sularso, 1997)

3.

Keausan lelah
Keausan lelah pada permukaan pada hakikatnya bisa terjadi baik
secara abrasif atau adhesif. Tetapi keausan jenis ini terjadi akibat
interaksi permukaan dimana permukaan yang mengalami beban
berulang akan mengarah pada pembentukan retak-retak mikro. Retakretak

mikro

tersebut

pada

akhirnya

menyatu

dan

menghasilkan pengelupasan material. Hal ini akan berakibat pada


meningkatnya tegangan gesek (Sularso, 1997)

4.

Keausan Oksidasi / Korosif


Keausan kimiawi merupakan kombinasi antara proses mekanis dan
proses termal yang terjadi pada permukaan benda serta lingkungan
sekitarnya (Sularso, 1997)
24

5.

Keausan Erosi
Proses erosi disebabkan oleh gas dan cairan yang membawa partikel
padatan yang membentur permukaan material. Jika sudut benturannya
kecil, keausan yang dihasilkan analog dengan abrasive. Namun, jika
sudut benturannya membentuk sudut gaya normal ( 90 derajat ), maka
keausan

yang

terjadi

akan

mengakibatkan

pengikisan

pada

permukaannya (Sularso, 1997).

2.6. Pengujian Keausan


Pengujian keausan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode dan
teknik, yang semuanya bertujuan untuk mensimulasikan kondisi keausan
aktual. Salah satunya adalah dengan metode Ogoshi dimana benda uji
memperoleh beban gesek dari cincin yang berputar (revolving disc).
Pembebanan gesek ini akan menghasilkan kontak antar permukaan yang
berulang-ulang yang pada akhirnya akan mengambil sebagian material pada
permukaan benda uji. Besarnya jejak permukaan dari material tergesek
itulah yang dijadikan dasar penentuan tingkat keausan pada material.
Semakin besar dan dalam jejak keausan maka semakin tinggi volume
material yang terlepas dari benda uji. Ilustrasi skematis dari kontak
permukaan antara revolving disc dan benda uji diberikan oleh Gambar 3.
25

Gambar 3. Ilustrasi uji keausan metode Ogoshi (Callister,2003)

Keterangan :
P : Beban

h : Kedalaman bekas injakan

r : jari- jari revolving disk

b : Lebar bekas injakan

B : Tebal revolving disk

ω : Kecepatan putar

Rumus uji keausan yaitu sebagai berikut :


=
=

…………………………………………………………….….(1)

………………………………….……………………………….(2)

Dimana:
Ws = Abrasi (mm3)
B

= Tebal revolving disc (mm)

= Jari-jari revolving disc (mm)

= Lebar celah material yang terabrasi (mm)


26

= Jarak luncur [setting pada mesin uji (mm)]

V = Spesifik Abrasi (mm3/mm)

Laju keausan dinyatakan dengan jumlah kehilangan atau pengurangan


material (massa, volume atau ketebalan) tiap satuan panjang luncuran atau
satuan waktu (Callister,2003)

2.7. Foto SEM


Scanning Electron Microscope (SEM) adalah sebuah mikroskop elektron
yang di desain khusus untuk mengamati permukaan objek solid. Secara
langsung SEM memiliki perbesaran 10-3000000 kali, depth of field 4-0,4
mm dan resolusi sebesar 1-10 nm. Kombinasi dari perbesaran yang tinggi,
depth of field yang besar, resolusi yang baik, kemampuan untuk mengetahui
komposisi dan informasi kristalografi membuat SEM banyak digunakan
untuk keperluan industri. SEM memfokuskan sinar elektron di permukaan
objek dan mengambil gambarnya dengan mendeteksi elektron yang muncul
dari permukaan objek (Prasetyo Y, 2011)

Prinsip kerja SEM sebagai berikut:


1.

Electron gun menghasilkan electron beam dari filamen. Pada


umumnya electron gun yang digunakan adalah tungsten hairpin gun
dengan filamen berupa lilitan tungsten yang berfungsi sebagai katoda.
Tegangan yang diberikan pada lilitan mengakibatkan terjadinya
pemanasan. Anoda kemudian membentuk gaya yang dapat menarik
elektron melaju menuju ke anoda
27

2.

Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju suatu titik pada


permukaan sampel

3.

Sinar elektron yang berfokus memindai (scan) keseluruhan sampel


dengan diarahkan oleh koil pemindai

4.

ketika elektron mengenai sampel, maka akan terjadi hamburan


elektron, baik secondary electron (SE) atau Back Scattered Electron
(BSE) dari permukaan sampel dan akan di deteksi oleh detektor dan
dimunculkan dalam bentuk gambar pada monitor CRT (Prasetyo Y,
2011)
28

III.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknik, Universitas Lampung dan laboratorium uji material
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
3.2. Bahan Yang Digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Phenolic resin
Phenolic resin berfungsi sebagai matrik dalam komposit. Bahan ini
berbentuk serbuk yang halus berwarna hitam. Phenolic resin digunakan
sebagai bahan utama untuk membuat spesimen

2. Fly ash
Fly ash berfungsi sebagai penguat atau pengisi dalam komposit.

3. Barium sulfat (BaSO4)


Barium sulfat (BaSO4) dapat meningkatkan kerapatan massa dan dapat
meningkatkan ketahanan pada temperatur tinggi serta dapat mengurangi
tingkat keausan.
29

4. Grafit
Grafit termasuk bahan friction modifier tingkat gesekan grafit
dipengaruhi oleh kelembaban dan strukturnya. Penambahan grafit dapat
meningkatkan ketahanan panas. Grafit tersusun atas lapisan hexagonal.

5. NBR (Nitrile Butadiene Rubber)


NBR digunakan untuk mengurangi kekerasan. NBR dipilih menjadi
bahan penyusun komposit, karena NBR memiliki ketahanan thermal
yang baik dibandingkan jenis karet lainnya.

6. Serbuk besi (Fe)


Serbuk ini ditambahkan sebagai material gesek agar dapat memperbaiki
karakteristik thermal komposit. Serbuk besi memiliki konduktivitas
thermal dan difusivitas thermal yang baik.

3.3. Alat yang digunakan


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Cetakan
Berbentuk seperti balok untuk mencetak bahan sesuai dengan standar
ASTM G 99 -95 seperti gambar 4.
30

Gambar 4. Cetakan
2. Thermo control.
Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur cetakan. Thermo control
memiliki temperatur maksimal 600 oC. Seperti pada gambar 5

Gambar 5. Thermo control


31

3. Mixer.
Digunakan untuk mencampur bahan komposit. Seperti pada gambar 6

Gambar 6. Mixer

4. Timbangan digital.
Digunakan untuk menimbang bahan-bahan pembentuk komposit. Dengan
skala 0,01 gram sampai 500 gram. Seperti pada gambar 7

Gambar 7. Timbangan digital

5. Furnace
Digunakan untuk proses curing (perlakuan panas komposit).
Dengan spesifikasi :
32

Mod L 64/14

400 V 3 N

Nr 156349

50 Hz

Jahr 2000

16/16/28 A

Max °C 1400

13,0 KW

Naberthem

Lilienthal (Germany)

Gambar 8. Furnace
7. Dongkrak hidrolik.
Dongkrak yang dipakai yaitu dongkrak dengan ukuran 5 ton, digunakan
untuk menekan komposit agar lebih padat.

8. Mesin uji ketahanan aus (Ogoshi high speed universal wear testing
machine)
Fungsi ogoshi high speed universal wear testing machine type OAT-U
adalah untuk menentukan laju keausan suatu material dimana benda uji
memperoleh beban gesek dari disk yang berputar (revolving disc).
Pembebanan ini akan menghasilkan kontak yang pada akhirnya akan
mengambil sebagian material pada benda uji. Besarnya jejak permukaan
33

dari material yang tergesek itulah yang dijadikan dasar penentuan tingkat
keausan pada material.

`
Gambar 9. Ogoshi high speed universal wear testing machine type OAT-U

9. Foto SEM spesimen


Foto spesimen bertujuan untuk mengetahui daya ikat partikel dan
matriks yang dapat mempengaruhi ketahanan aus. Selain itu, pengujian
foto SEM ini dilakukan untuk mengetahui penyebab kegagalan pada
komposit. Perbesaran yang a k a n digunakan pada foto SEM ini adalah
perbesaran 250x, 1000x dan 2500x.

Gambar 10. SEM (Scan Electron Microscope)


34

3.4. Alur proses penelitian


Dibawah ini menunjukkan gambar diagram alur penelitian yang akan
dilakukan yaitu sebagai berikut :

Mulai

Studi literatur

Alat ukur, bahan, dan alat uji

Pencampuran bahan pembuatan spesimen seperti :


phenolic resin, fly ash, NBR, grafit, serbuk besi,
Barium Sulfat (BaSO4)

Pembuatan komposit

Pengujian keausan dan uji SEM

Pengumpulan data

Pengolahan data

Selesai

Gambar 11. Diagram alir penelitian


35

3.5

Prosedur Penelitian
Metode pelaksanaan penelitian yang dilakukan dibagi menjadi beberapa
tahapan, yaitu:
1. Studi Literatur
Studi literatur bertujuan untuk mengenali masalah yang ada dalam
penelitian dan menyusun rencana untuk kerja penelitian yang dilakukan.
Pada studi awal dilakukan langkah-langkah seperti pengenalan lapangan
yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan serta mengambil
data-data penelitian yang sudah ada sebagai pembanding terhadap hasil
pengujian yang akan dianalisa.
2. Melakukan persiapan pemilihan serbuk
Serbuk yang digunakan pada penelitian ini bermacam-macam. Langkahlangkah dalam persiapan serbuk
ini sebagai berikut :
a. Memilih serbuk yang akan digunakan.
b. Menimbang serbuk yang akan digunakan.
c. Mencampurkan serbuk menggunakan mixer.
d. Setelah campuran serbuk merata siap dimasukkan kedalam cetakan.
3. Persiapan cetakan spesimen uji
Cetakan spesimen uji dibuat dengan ukuran standar pengujian, bahan
yang digunakan untuk cetakan ini adalah baja dengan kelas sedang.
Cetakan ini disesuaikan dengan geometri spesimen uji keausan.
36

4. Persiapan pencampuran bahan


a. Persiapan matriks
Pencampuran untuk pembuatan spesimen uji keausan, matriks yang
digunakan adalah resin phenolic. Resin phenolic ini digunakan
karena tahan terhadap temperatur tinggi. Jumlah matriks yang
digunakan sebanyak 60%.
b. Persiapan bahan penguat (Reinforcement)
Bahan penguat yang digunakan adalah fly ash batubara PLTU
Tarahan. Fly ash mengandung bahan seperti: silikat (SiO2), alumina
(Al2O3) dan besi oksida (Fe2O3) sisanya adalah karbon, magnesium,
dan belerang. Fly ash yang digunakan yaitu sebanyak 5%.
c. Persiapan bahan pengisi (Filler)
Bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan komposit ini
adalah barium sulfat (BaSO4). Barium sulfat (BaSO4) memiliki
fungsi memperbaiki ketahanan matriks phenolic. Tahan terhadap
temperatur tinggi. Jumlah barium sulfat (BaSO4) sebanyak 10%.
d. Persiapan bahan pengikat (Binder)
Bahan pengikat yang digunakan adalah NBR (Nitrile Butadiene
Rubber). NBR digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas komposit
dan memiliki ketahanan thermal yang baik dibandingkan dengan
jenis karet yang lain. Jumlah NBR yang digunakan sebanyak 5%.
e. Persiapan bahan Friction modifier
Bahan yang digunakan sebagai Friction modifier adalah grafit dan
serbuk besi (Fe). Grafit dapat meningkatkan ketahanan aus serta
37

mempengaruhi koefisien gesek dan serbuk besi digunakan untuk


menaikkan konduktifitas thermal, dan akan meningkatkan koefisien
gesek. Jumlah grafit dan serbuk besi yang digunakan sebanyak 5%,
10% dan 15%.
Tabel 3. Komposisi bahan penyusun komposit
Bahan penyusun komposit

Variasi komposisi komposit (%)


A

Phenolic resin

60%

60%

60%

Fly ash

5%

5%

5%

NBR (Nitrile Butadiene Rubber)

5%

5%

5%

BaSO4 (Barium sulfat)


10%

10%

10%

Grafit

15%

10%

5%

Serbuk besi (Fe)

5%

10%

15%

5. Pembuatan spesimen uji


Setelah menyiapkan bahan penyusun komposit berupa phenolic resin,
fly ash, NBR, BaSO4 (Barium sulfat), grafit dan serbuk besi (Fe)
dengan komposisi yang sudah sesuai, selanjutnya mencampur bahanbahan komposit tersebut (mixing)
dengan waktu pencampuran 20 menit.
Sehingga mendapatkan campuran yang homogen. Selanjutnya adalah

Potrebbero piacerti anche