Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
1-18 1
Naskah diterima: 28 Maret 2018 Direvisi: 17 April 2018 Disetujui terbit: 25 Juni 2018
ABSTRACT
Rice for the Poor (Rastra) and Non-Cash Food Assistance (BPNT) Programs are among the policy instruments
for poverty alleviation. Rastra, formerly a subsidy policy, was partly transformed into assistance design through
BPNT Program since 2017. This study aims to assess effectiveness of Rastra and BPNT in terms of 6R aspects,
i.e. Right Target, Right Amount, Right Price, Right Time, Right Quality, and Right Administration. Primary data were
collected from sample cities implementing these programs. This study used both quantitative and qualitative
approaches. It is necessary to improve target beneficiaries, assistance receiving time, rice quality, and e-warong
readiness. As instruments of poverty alleviation, Rastra and BPNT were implemented in an integrated manner
based on the surplus and deficit areas. Subsidy design (Rastra) transformation into non-cash food assistance
(BPNT) should be implemented gradually. Bulog needs to improve farmers’ rice purchase and to increase
government’s rice reserve.
Keywords: program effectiveness, Rastra, BPNT, Rice
ABSTRAK
Program Beras Sejahtera (Rastra) dan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) merupakan salah satu instrumen
kebijakan penting dalam penanggulangan kemiskinan bagi masyarakat miskin berpenghasilan rendah. Sesuai
arahan Presiden RI tentang bantuan sosial dan keuangan inklusif, maka sejak tahun 2017 Rastra yang merupakan
kebijakan subsidi sebagian ditransformasi menjadi pola bantuan melalui Program BPNT. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji efektivitas pelaksanaan Rastra dan BPNT (aspek 6T: Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, Tepat Harga,
Tepat Waktu, Tepat Kualitas, dan Tepat Administrasi) dan merumuskan saran kebijakan perbaikan pelaksanaan
Rastra dan BPNT. Cakupan kajian dan data yang digunakan adalah pada tingkat nasional dengan keterwakilan
dari masing-masing kota pelaksana program. Metode kajian menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif.
Pelaksanaan Rastra dan BPNT dipandang perlu dilakukan perbaikan dari sisi sasaran penerima, waktu penerimaan
bantuan, kualitas beras, dan kesiapan e-warong di semua wilayah. Sebagai instrumen penanggulangan
kemiskinan, Rastra dan BPNT dilaksanakan secara terpadu dengan mempertimbangkan wilayah surplus dan
deficit. Proses transformasi pola subsidi (Rastra) menjadi pola bantuan pangan (BPNT) juga harus dilakukan secara
bertahap sesuai kesiapan infrastrukturnya. Selain itu mengingat kebijakan Rastra dan BPNT sangat terkait dengan
peran dan kapasitas Bulog dalam melakukan serapan gabah-beras dari petani dan menjaga stabilisasi harga beras,
maka pemerintah perlu meningkatkan Cadangan Beras Pemerintah.
Kata kunci: efektivitas program, Rastra, BPNT, Beras
inflasi sehingga makin tergerusnya pendapatan parsial maka dampak dari program tidak akan
masyarakat miskin yang akhirnya akan mencapai tujuannya. Program in-kind transfer
menambah jumlah masyarakat miskin baik di (Program Raskin) dan program cash-transfer
perkotaan maupun di perdesaan (Suryana, (Program BLT) memiliki dampak yang berbeda
2013). Untuk mengantisipasi hal tersebut, terhadap penanggulangan kemiskinan. Namun,
pemerintah secara berkesinambungan hasil interaksi antara kedua program tersebut
memberikan bantuan kepada masyarakat miskin mampu menurunakan tingkat kemiskinan. Cunha
baik berupa bantuan uang atau pangan. et al. (2011) menyebutkan bahwa program in-
Pemerintah terus berupaya memperbaiki kind transfer akan menyebabkan peningkatan
berbagai program bantuan yang diberikan agar konsumsi barang-barang tertentu karena harga
dapat tepat sasaran, efektif dan mampu pada tingkat lokal akan menurun. Sedangkan,
memberikan dampak yang signifikan dalam program cash transfer akan menyebabkan
mengurangi jumlah penduduk miskin. Beberapa peningkatan harga pada tingkat lokal. Namun,
program bantuan pemerintah seperti bantuan jika dilihat dari efektifitas penggunaan biaya,
langsung pemerintah, bantuan beras untuk maka program cash transfer lebih baik
rakyat miskin, bantuan beras untuk dibandingkan dengan in-kind transfer (Currie and
kesejahteraan rakyat, bantuan pangan secara Gahvari 2008; Grosh et al. 2008).
nontunai, dan subsidi input pertanian diarahkan
Pada Gambar 1, disajikan pengaruh Subsidi
untuk membantu meningkatkan kesejahteraan
pada keseimbangan pasar (market equilibrium).
masyarakat (Ariani 2010).
Pada gambar tersebut terlihat bahwa Harga (P)
Bantuan dalam bentuk program seperti akan bergeser menjadi P’ ketika adanya subsidi
halnya Rastra dan BPNT untuk masyarakat pemerintah yang akan menimbulkan supply
penerima diberikan dengan harga yang disubsidi. bertambah dan jumlah barang (Q) akan
Menurut Suparmoko (2003), subsidi (transfer) meningkat sehingga jumlah masyarakat yang
adalah salah satu bentuk pengeluaran menikmati juga akan bertambah. Dengan
pemerintah yang juga diartikan sebagai pajak demikian ketika pemerintah memutuskan untuk
negatif yang akan menambah pendapatan memberikan subsidi sebesar P–P’ maka total
mereka yang menerima subsidi atau mengalami biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk
peningkatan pendapatan riil apabila mereka subsidi adalah sebesar area P-E-E’-P’,
mengkonsumsi atau membeli barang-barang sedangkan keuntungan yang didapatkan adalah
yang disubsidi oleh pemerintah dengan harga sebesar area F–E’–Q-Q’, sehingga untuk dapat
jual yang rendah. Subsidi dapat dibedakan dalam mengetahui apakah subsidi tersebut merupakan
dua bentuk yaitu subsidi dalam bentuk uang sebuah solusi yang tepat adalah ketika
(cash transfer) dan subsidi dalam bentuk barang keuntungan yang didapat lebih besar dari biaya
atau subsidi innatura (in kind subsidy). yang dikeluarkan untuk subsidi.
Menurut Allo (2016) bahwa Kebijakan Dalam pelaksanaan program-program
penanggulangan kemiskinan harus dilakukan tersebut kerapkali dihadapkan pada berbagai
secara terintegrasi, karena jika dilakukan secara masalah, khususnya terkait tidak tepat waktu
penerimaan, salah sasaran, jumlah bantuan sejak bulan Februari 2017. Dengan telah
yang diberikan secara merata (KPK 2016) dilaksanakannya penyaluran Rastra dan BPNT,
sehingga tidak lagi mengenal kaya dan miskin perlu dilakukan telaahan kajian terhadap
karena semua diberi bantuan, adanya biaya- pelaksanaan Rastra dan BPNT, guna
biaya tambahan dalam penerimaan bantuan dan merumuskan alternatif kebijakan perbaikan untuk
lain sebagainya. meningkatkan efektivitas pelaksanaan Program
Rastra dan BPNT tersebut (Gambar 2).
Untuk itu pemerintah meluncurkan program
bantuan terbaru bertajuk Bantuan Pangan Non-
Tunai (BPNT) yang merupakan transformasi dari Lingkup Bahasan
Rastra, diyakini mampu tampil lebih baik dengan
menggandeng berbagai pihak seperti Lingkup pembahasan kajian ini bersifat
kementerian, aparat pemerintah daerah, bank, nasional dengan keterwakilan lokasi dari 5 (lima)
Bulog dan masyarakat miskin. Besaran BPNT wilayah kota. Pembahasan kajian meliputi
adalah Rp110.000/KPM/bulan (Kemensos, keragaan pelaksanaan Rastra dan BPNT,
2017) dan penyalurannya dilaksanakan dengan efektivitas pelaksanaan Rastra dan BPNT,
system e-voucher melalui jaringan sistem permasalahan yang dihadapi dan upaya
pembayaran elektronik interoperabilitas dan perbaikannya, serta implikasi dan tindaklanjut
interkoneksi yang dapat melibatkan Bank rekomendasi kebijakan.
Penyalur, Prinsipal, dan Perusahaan Switching.
Masyarakat yang mendapatkan e-voucher dapat Agar bahasan kajian lebih terarah, maka
membeli beras dan bahan pangan lainnya sesuai lingkup kajian dibatasi sebagai berikut: (1)
dengan jumlah dan kualitas yang diinginkan. e- program Rastra (Beras Sejahtera) yang
voucher (yang dikenal dengan nama Kartu dimaksud dalam kajian ini adalah program
Keluarga Sejahtera/KKS) ini, telah dilaksanakan subsidi pangan (beras) bagi masyarakat
berpendapatan rendah; (2) Bantuan Pangan Penerapan teknik purposive sampling dalam
Non-Tunai yang dimaksud dalam kajian ini kajian ini yaitu pada pemilihan lokasi kajian yang
adalah bantuan sosial pangan dalam bentuk telah ditetapkan. di 5 (lima) kota, yaitu Bandung,
nontunai dari Pemerintah yang diberikan kepada Makassar, Surabaya, Jakarta Barat, dan Bekasi.
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) setiap Dari masing-masing kota tersebut selanjutnya
bulannya melalui mekanisme akun elektronik dipilih kecamatan sampel untuk lokasi kajian
yang digunakan hanya untuk membeli bahan yang dilakukan secara acak/random sampling.
pangan di pedagang bahan pangan/e-warong Selanjutnya untuk pengambilan responden
yang bekerjasama dengan bank; (3) bahan dalam kajian ini dilakukan berdasarkan
pangan dalam program Rastra adalah beras; dan pelaksana kegiatan, yang terdiri dari 233
(4) bahan pangan dalam Program Bantuan Keluarga Penerima Manfaat, 25 Aparat, dan 22
Pangan Non-Tunai ini adalah beras dan gula. pengelola e-warong.
Gambar 1. Persentase KPM berdasarkan Jenis Kelamin (kiri) dan Usia (kanan)
umur KPM antara 45-53 tahun. Dari 5 kota yang dimana rata-rata pendapatan KPM sebesar
dilakukan survey, Kota Bandung didominasi oleh Rp1.890.193/bulan, atau setara dengan
KPM dengan usia rata-rata 45 tahun, artinya Rp378.158/kapita/bulan. Artinya, pendapatan
banyak kepala keluarga yang masih produktif rata-rata penerima program Rastra-BPNT di
namun mendapatkan bantuan program. Dalam wilayah ini berada diatas garis kemiskinan
konteks ini, KPM sebagai penerima program nasional. Selanjutnya dilihat dari share
BPNT sebelumnya merupakan penerima pengeluaran KPM berdasarkan ragam
program Rastra. pengeluarannya, bahwa pengeluaran terbesar
diperuntukkan untuk membeli telur, ikan, minyak
Adapun tingkat pendidikan KPM didominasi
goreng, dll dengan nilai rataan Rp562.619,-
oleh lulusan SD dan SMP masing-masing
/bulan di susul biaya sekolah, kontrak, listrik, air
sebesar 32% dan 31%, disusul tamat SLTA
dll sebesar Rp485.408/bulan (Tabel 2).
sebesar 18% dan tidak sekolah sebesar 17%,
dan ada sekitar 2% (sekitar 5 orang responden) Sejalan dengan hasil tersebut, Multifiah
yang tamat DI/II/III/S1. Dengan demikian dapat (2011) mengungkapkan bahwa program
disimpulkan bahwa sebagian besar (80%) KPM penanggulangan kemiskinan merupakan agenda
yang menerima program BPNT adalah yang utama dari pemerintah namun banyak
berpendidikan rendah (Tidak Tamat SD hingga kendala dalam pelaksanaannya. Kendala yang
Tamat SMP) (Tabel 1). menyebabkan kegagalan mulai dari politik,
birokrasi, pelaksanaan program yang tumpang
Lebih lanjut dilihat dari jenis pekerjaan utama
tindih dan lainnya. Pelaksanaan program
KPM, terkonsentrasi pada profesi sebagai buruh
penanggulangan kemiskinan yang
nonpertanian (45%), dan sisanya berdagang
mengagumkan pernah terjadi di Indonesia pada
(12%) dan usaha jasa (13%). Jenis profesi ini
era orde baru, dimana masyarakat masyarakat
sangat wajar karena sebagian besar penduduk
miskin yang semula 40% menurun menjadi
perkotaan tidak memiliki lahan pertanian
11,3%. Kemiskinan tidak mungkin dapat
sehingga lebih menggantungkan hidupnya pada
ditanggulangi hanya dalam satu periode
usaha nonpertanian. Dengan jenis usaha seperti
pemerintahan, namun harus menjadi agenda
ini, maka KPM yang ada di lokasi kajian potensial
jangka panjang yang terus-menerus
dibina dan diberdayakan melalui usaha produktif
dilaksanakan. Kemiskinan tidak mungkin dapat
yang kelak dapat lebih mandiri dan meningkat
diselesaikan apabila tiap periode pemerintahan
taraf kehidupannya.
berganti-ganti program yang dilaksanakan. Oleh
Adapun rata-rata pendapatan KPM karena itu, pelaksanaan strategi
berdasarkan proxy pengeluaran di lokasi kajian penanggulangan kemiskinan itu harus diterapkan
sebesar Rp1,6 juta/bulan. Dengan rataan dalam kebijakan nasional maupun daerah yang
anggota rumah tangga (termasuk KK) sebanyak saling mendukung dan berkelanjutan. Karena
5 orang, maka rataan pendapatan rumahtangga untuk menanggulangi kemiskinan memerlukan
KPM sekitar Rp324 ribu/kapita/bulan atau berada waktu tidak dapat dilakukan dalam waktu yang
dibawah garis kemiskinan (GK) BPS untuk pendek.
perkotaan di Indonesia (Rp372 ribu/kap/bulan).
Bila dilihat dari komposisi Pengeluaran (Proxy
Hal yang berbeda, khususnya pada Kota Bekasi,
Pendapatan) KPM, tampak pengeluaran Rastra-
EFEKTIVITAS DAN PERSPEKTIF PELAKSANAAN PROGRAM BERAS SEJAHTERA (RASTRA) DAN BANTUAN 7
PANGAN NON-TUNAI (BPNT) Benny Rachman, Adang Agustian, Wahyudi
Tabel 1. Indikator karakteristik sosial ekonomi rumah tangga KPM di Lima Kota Pelaksanaan BPNT,
2017
BPNT memiliki kontribusi cukup besar bagi Berdasarkan hasil penelitian Bazzi et al.
peningkatan akses KPM terhadap pangan. Hal (2012), bahwa program BLT (Unconditional Cash
ini tercermin dari: (a) proporsi bantuan nilai BPNT transfer /UCT) dapat menurunkan tingkat
(Rp110.000/bulan) sharenya sekitar 67,9% kesejahteraan relatif pada kelompok yang tidak
terhadap total pendapatan KPM, dan (b) nilai menerima (counterfactual) program. Kebijakan
bantuan beras (disetarakan harga pasar) cash transfer (program BLT) akan menyebabkan
pangsanya sekitar 34,6% terhadap kebutuhan peningkatan harga pada tingkat lokal karena
beras pada rumahtangga KPM. Adapun secara dengan adanya tambahan pendapatan rumah
rinci pangsa pengeluaran tersebut sebagaimana tangga penerima program, namun permintaan
disajikan pada Gambar 2. akan barang normal akan meningkat (menggeser
Tabel 2. Rata-Rata Pengeluaran KPM dalam sebulan (Rp/bulan) pada beberapa lokasi
pelaksanaan BPNT, 2017
Pengeluran per Bulan (Rp)
Kota Telur, Ikan,
Rokok dan Pulsa dan Listrik, Air, Biaya
Beras Minyak goreng,
Tembakau Telpon Sekolah, dsb
dsb
Bandung 243.958 267,919 75,909 61,000 501,936
Bekasi 296.284 679,307 390,407 75,968 448,227
Jakarta Barat 266.694 596,467 225,577 51,769 698,795
Makasar 299,684 735,576 231,875 41,558 258,408
Surabaya 264,256 504,106 196,058 80,516 541,711
Total 274,239 562,619 240,681 60,306 485,148
Sumber: Data Primer, diolah
8 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 16 No. 1, Juni 2018: 1-18
kurva permintaan ke sebelah kanan) (Cunha et oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
al. 2011). Akibatnya kelompok yang tidak Kemiskinan (TNP2K) dan disampaikan kepada
menerima program akan menurun Kementerian Sosial sebagai basis data induk.
kesejahteraannya. Namun menurut Arifin (2017) Menurut Emalia (2013), bahwa terdapat dua
bahwa rumah tangga penerima Raskin atau implikasi langsung dari pemberian Raskin bagi
program lainnya secara umum adalah kelompok keluarga miskin yang menerimanya. Pertama,
miskin dan hampir miskin (berada di sekitar garis dengan mendapatkan jumlah Raskin seperti
kemiskinan), karena merupakan kelompok paling yang ditetapkan, maka diharapkan keluarga
rentan terhadap shock perubahan harga dan miskin akan dapat mempertahankan asupan
lingkungan eksternal lain. kalori dan gizinya. Kedua, pendapatan
suplementer yang timbul diharapkan dapat
digunakan oleh keluarga miskin untuk memenuhi
Pelaksanaan Program Rastra dan BPNT Pada
kebutuhan lainnya.
Lima Kota (Lokasi Kajian)
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh
Program Subsidi Pangan pada awalnya Kemensos, masing-masing kota mendapatkan
(tahun 2002) bernama Raskin (beras miskin) alokasi berbeda-beda sesuai jumlah keluarga
kemudian pada tahun 2015 diubah menjadi yang memenuhi syarat. Rata-rata persentase
rastra (beras sejahtera). Subsidi Pangan tersebut keluarga penerima dibandingkan dengan jumlah
mulai dikonversikan menjadi Bantuan Sosial penduduk sebesar 2,2-2,8% atau jika dirata-rata
(Bansos) dalam bentuk Bantuan Pangan Non- satu keluarga terdapat 5 anggota keluarga maka
Tunai (BPNT) melalui Kartu Keluarga Sejahtera persentase rata-rata penerima program
(KKS). Kartu Keluarga Sejahtera memiliki fungsi dibandingkan dengan total jumlah penduduk
sebagai tabungan dan e-wallet dan diharapkan adalah 12% (Gambar 3).
dengan menggunakan Kartu Keluarga
Program BPNT bekerjasama Bank Himbara
Sejahtera dapat memudahkan pemerintah untuk
(Himpunan Bank milik Negara), sehingga
mengontrol penyaluran bantuan sosial. penerima manfaat BPNT juga akan semakin
Dalam rangka menjamin beras subsidi tepat mudah dalam mencairkan bantuan karena
sasaran, pemerintah telah menetapkan rumah adanya teknologi interkoneksi dan
tangga yang berhak menerima beras Raskin interoperabilitas. Teknologi ini, memungkinkan
yang disebut sebagai Rumah Tangga Sasaran penerima bansos mencairkannya di seluruh ATM
Penerima Manfaat (RTS-PM). Rumah tangga bank milik negara. Sementara itu, untuk
tersebut tercatat dalam data yang diterbitkan dari pengambilan bahan pangannya, program ini
Basis Data Terpadu hasil PPLS (Pendataan bekerjasama dengan elektronik waroeng (e-
Program Perlindungan Sosial) tahun 2008 untuk waroeng).Jenis e-Warong terdiri dari: (1) pasar
program raskin hingga pertengahan tahun 2012, tradisional, (2) warung, (3) toko kelontong, (4) e-
dan sejak pertengahan 2012 hingga 2016 Warong KUBE, (5) Warung Desa, (6) Rumah
berdasar hasil PPLS 2011. Data tersebut dikelola Pangan Kita (RPK), (7) Agen Laku Pandai (ALP),
Gambar 3. Perbandingan Jumlah Penduduk dan Sasaran BPNT di 5 Kota Lokasi kajian di
Indonesia, 2017
(8) Agen Layanan Keuangan Digital (LKD), dan KPM karena sudah berdiri sejak lama dan telah
(9) Usaha eceran lainnya yang sudah bekerja melayani kebutuhan masyarakat umum. Untuk
sama dengan bank penyalur. Rumah Pangan Kita (RPK) adalah agen yang
dibentuk oleh Bulog untuk menyuplai bahan
Jenis e-warong yang melayani KPM masih
pangan kepada masyarakat berupa beras,
terbatas pada jenis Agen Bank atau Laku Pandai
tepung terigu, daging, minyak goreng dan
(1048 outlet), Rumah Pangan Kita (764 outlet ),
kebutuhan lainnya. Rumah Pangan Kita saat ini
dan Warong KUBE (175 outlet), sedangkan jenis
tidak banyak digunakan untuk penyaluran BPNT
e-warong lainnya belum efektif bekerjasama
dikarenakan persyaratan pendirian outlet ini
dengan perbankan (Gambar 4). Agen Laku
harus menyetor dana awal sebesar Rp5.000.000
Pandai atau layanan keuangan tanpa kantor
(lima juta rupiah) sebagai modal pembelian
adalah layanan yang diselenggarakan Bank
beras, tepung, dan minyak goreng. Bagi
melalui agen-agen yang sudah bekerjasama
masyarakat berpenghasilan rendah dana
dengan sasaran masyarakat yang belum
tersebut tidaklah sedikit, sehingga wajar jika
memiliki rekening di bank dengan produk berupa
jumlah outlet ini belum menjamur di tengah-
Tabungan dengan karakteristik basic saving
tengah masyarakat. Selain RPK, penyaluran
account (BSA) yang tidak memiliki batas
barang di masing-masing kota juga bisa
minimum, baik saldo maupun transaksi setor
menggunakan Warong-Kube, yang merupakan
tunai. Agen Laku Pandai dinilai lebih siap untuk
agen bentukan Kementerian Sosial. Jenis agen
menyalurkan bantuan pangan nontunai kepada
Gambar 4. Jenis dan Jumlah e-Warong yang ada di 5 Kota Lokasi Kajian di Indonesia, 2017
10 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 16 No. 1, Juni 2018: 1-18
ini belum sepenuhnya siap beroperasi (hanya penerima program mengalami peningkatan
beberapa saja yang sudah) mengingat proses sekitar 10% yaitu pada saat masih program
Calon Peserta dan Calon Lokasi (CPCL) masih Raskin/Rastra terdapat 65.991 RTS-PM
berlangsung di lima kota tersebut. kemudian kuotanya menjadi 72.590 KPM saat
berubah menjadi program BPNT. Hal yang sama
Jika dilihat dari rasio jumlah e-waroeng
juga terdapat di Kota Bekasi juga meningkat
terhadap jumlah KPM diketahui bahwa hanya di
sekitar 10% yaitu dari 62.048 RTS-PM menjadi
Bandung dan Surabaya rasio jumlah e-Warong
68.253 KPM. Jika dicermati lebih lanjut,
mampu melayani jumlah KPM yang ada. Di
terdapatnya penurunan jumlah penerima
Bandung dari 377 outlet yang dibutuhkan, saat ini
manfaatnya pada Kota Bandung, Makassar dan
sudah tersedia 499, sedangkan di Surabaya ada
Jakarta Barat. Namun sebaliknya, Surabaya dan
714 outet dari 484 yang dibutuhkan. Sementara
Bekasi mengalami peningkatan. Perubahan
itu 3 kota lainnya (Bekasi, Jakarta Barat, dan
jumlah penerima tersebut setidaknya disebabkan
Makassar) jumlah ouletnya masih kurang
oleh 4 (empat) faktor. Pertama, duplikasi data
(Gambar 5). Kurangnya jumlah outlet dan
karena terdapat dua penerima dalam satu
ketidaksiapan sarana prasarana untuk
keluarga atau duplikasi karena kesalahan nama.
penyaluran bantuan ke KPM menyebabkan
Kedua, perpindahan domisili ke wilayah lain
proses pencairan bantuan dilakukan tidak di e-
namun masih tercatat di lokasi tempat tinggal
Warong melainkan di tempat fasilitas pemerintah
awal. Ketiga, banyak penduduk yang sudah
(Kelurahan/Kecamatan) ataupun di Gedung Olah
meninggal namun masih tercatat sebagai
Raga.
penerima. Keempat, peningkatan atau
Terdapat perubahan yang signifikan antara penurunan status keluarga pra sejahtera menjadi
Program Raskin/Rastra dan BPNT seperti sejahtera atau sebaliknya.
disajikan pada Gambar 6. Di Kota Bandung,
Adapun untuk bantuan komponen program,
kuota penerima program mengalami penurunan
ketika saat Raskin/Rastra berupa 15 kg dengan
sekitar 9% yaitu pada saat masih program
harga tebus beras sebesar Rp1.600/kg.
Raskin/Rastra terdapat 62.255 RTS-PM
Sementara untuk nilai bantuan pangan Non-tunai
kemudian kuotanya menjadi 56.608 KPM saat
(BPNT) adalah Rp110.000 per bulan, tidak boleh
berubah menjadi program BPNT. Hal yang sama
ambil tunai dan harus dibelikan bahan pangan
dengan di Kota Makassar, dimana penurunannya
dengan pilihan Sembako berupa (Beras 10 kg
sekitar 10% yaitu dari 44.217 RTS-PM menjadi
dan Gula 2 kg) dengan menggunakan Kartu
39.795 KPM serta di Kota Jakarta Barat juga
Keluarga Sejahtera. Jumlah perbedaan beras
mengalami penurunan sekitar 1,91% yaitu dari
yang diterima keluarga pada Rastra berbeda 5 kg
47.628 RTS-PM menjadi 46.716 KPM.
dibandingkan dengan BPNT, dengan demikian
Sebaiknya di Kota Surabaya justru kuota
Gambar 5. Perbandingan Jumlah E-Warong yang ada dengan yang dibutuhkan di 5 Lokasi
Lokasi kajian Pelaksanaan BPNT di Indonesia, 2017
EFEKTIVITAS DAN PERSPEKTIF PELAKSANAAN PROGRAM BERAS SEJAHTERA (RASTRA) DAN BANTUAN 11
PANGAN NON-TUNAI (BPNT) Benny Rachman, Adang Agustian, Wahyudi
Gambar 6. Perbandingan Jumlah Penerima Rastra dan BPNT pada Lokasi kajian sebagai Lokasi
Pelaksana Program BPNT di Indonesia, 2017
Tabel 3. Pengurangan Penyaluran Beras Bulog dari Rastra menjadi BPNT di 5 Lokasi Kajian di
Indonesia, 2017
Selain itu, dalam hal penyaluran program Berdasarkan informasi yang diterima di
Rastra yang dilakukan oleh Bulog kepada KPM lapangan, jumlah data penerima yang
dengan mengirim beras ke titik distribusi, dikeluarkan oleh Kemensos dengan data yang
selanjutnya dari titik distribusi oleh pemerintah direalisasikan pencairannya oleh Dinsos ada
daerah (Pemda) akan didistribusikan ke titik bagi perbedaan. Di Kota Bandung misalnya data awal
(Kecamatan/RW/RT setempat). Sementera penerima sejumlah 63.262 KPM, setelah
penyaluran Bantuan Pangan Non-Tunai dilakukan verifikasi dan validasi menjadi 56.608
dilakukan oleh pihak bank (Himpunan Bank Miik KPM (berkurang 10.51%). Berdasarkan hasil
Negara/Himbara) yang menjalin kerjasama wawancara dengan aparat pelaksana program di
dengan Kementerian Sosial. Untuk Kota Kota Bandung, perbedaan data tersebut
Bandung penyaluran dilakukan oleh Bank BNI dikarenakan 4 (empat) faktor, yaitu: (1) pindah
dan Mandiri, Kota Jakarta Barat dan Surabaya domisili; (2) meninggal; (3) duplikasi data; dan (4)
oleh Bank BNI, dan Kota Makassar dan Bekasi peningkatan status dari pra sejahtera menjadi
dilakukan oleh bank BRI/BNI. sejahtera. Sedangkan di kota-kota lain proses
verifikasi baru dilakukan saat pencairan bantuan
Pencairan BPNT disemua daerah mengalami
di lapangan, sehingga data penerima versi
keterlambatan cukup lama. Di Bandung, Bekasi,
Kemensos dengan Dinsos sampai saat ini masih
dan Makassar misalnya pencairan dana bantuan
sama, tidak ada perubahan. Kalaupun ada
bulan Januari dan Februari baru dilakukan pada
perubahan jumlah data, Dinsos masing-masing
bulan Maret tahun 2017, Kota Surabaya
kota akan tetap memenuhi kuota yang telah
mencairkan dua bulan berturut-turut dari bulan
diberikan oleh Kemensos (Kecuali Kota
Maret hingga April, sedangkan di Kota Surabaya
Bandung).
baru dicairkan pada bulan April. Keterlambatan
pencairan tersebut lebih dikarenakan proses Sementara itu, dalam hal pendampingan dan
validasi data calon penerima sasaran dan monitoring juga terdapat perbedaan pada
pelaksana di lapangan yang belum siap. program Raskin/rastra dan BPNT. Pada program
Raskin/Rastra, pihak RTS-PM didampingi oleh
Pencairan bantuan kepada KPM dilakukan
Tenaga Kerja Sukarela (TKSK), dan pada
berdasarkan pemutakhiran data yang diterima
program BPNT pihak KPM didampingi oleh
dari Kemensos melalui bank penyalur.
Pendamping PKH (Program Keluarga Harapan)
Tabel 4. Realisasi Penerima Manfaat Program BPNT di 5 kota Lokasi Kajian di Indonesia, 2017
Σ Penerima Versi Data Σ Penerima Versi Data
No. Kota Selisih
Kemensos Dinsos
1. Bandung 63.262 KPM 56.608 KPM 6.654 KPM
2. Makassar 39.795 KPM 39.795 KPM 0
3. Jakarta Barat 46.716 KPM 46.716 KPM 0
4. Surabaya 72.590 KPM 72.590 KPM 0
5. Bekasi 68.253 KPM 68.253 KPM 0
Sumber: Data Primer
EFEKTIVITAS DAN PERSPEKTIF PELAKSANAAN PROGRAM BERAS SEJAHTERA (RASTRA) DAN BANTUAN 13
PANGAN NON-TUNAI (BPNT) Benny Rachman, Adang Agustian, Wahyudi
dan TKSK (setiap kecamatan terdapat satu oleh sebagian besar KPM (84%) karena saat
TKSK) yang keduanya disebut sebagai pencairan perdana, seluruh KPM dibantu oleh
pendamping sosial. petugas bank BNI atau oleh agen bank.
Bila dilihat dari aspek harga jual barang pada Dalam hal ketersediaan barang kebutuhan
program juga terdapat perbedaan baik pada pokok di outlet, KPM memandang bahwa
program Rastra/raskin maupun pada BPNT. ketersediaan barang kebutuhan pokok tersebut
Adapun perbedaan harga tersebut tercermin dari tersedia (72%) dan 26% menyatakan tersedia
uraian berikut: (1) harga jual beras dari Bulog ke namun terbatas, hal ini dikarenakan KPM
e-Warong sebesar Rp8.200/Kg, dan RPK menginginkan kebutuhan seperti minyak goreng,
mendapat keuntungan Rp300/kg karena sesuai tepung terigu, dan bahan pangan lain ada di e-
harga jual subsidi Rp8.500/kg; (2) harga jual gula warong. Harga jual beras Bulog ke RPK sebesar
dari Bulog ke e-Warong sebesar Rp12.400/Kg, Rp8.200/Kg dan harga jual gula Bulog ke RPK
dan RPK mendapat keuntungan Rp100/kg sebesar Rp12.400/Kg. Untuk beras yang
karena sesuai harga jual subsidi Rp12.500/kg. diterima KPM dengan kualitas bagus (49%), KPM
Total keuntungan dalam satu kali gesek kartu memandang bahwa harga Rp8.500/Kg adalah
BPNT di e-Warong sebesar Rp3.200. murah (77%). Sebaliknya untuk beras yang
diterima KPM dengan kualitas kurang bagus
(49%), KPM memandang bahwa harga
Respon Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
Rp8.500/Kg dirasakan lebih mahal dibandingkan
Terhadap Pelaksanaan Rastra dan BPNT
dengan harga pasaran (10%).
Respon KPM terhadap program rastra
beragam, sekitar 38% responden menyatakan Efektivitas dan Perspektif Pelaksanaan
puas dan 31% cukup puas terhadap penyaluran Rastra dan BPNT
program yaitu raskin/rastra yang diterimanya.
Mereka menganggap bahwa bantuan terhadap Hasil kajian menunjukan bahwa
masyarakat miskin meskipun kondisinya kurang ketidaktepatan data sasaran Rastra/BPNT masih
memadai, baginya tetap sangat bermanfaat tinggi. Pada dasarnya KPM penerima program
untuk pemenuhan kebutuhannya. Sementara BPNT merupakan peralihan dari program Rastra.
untuk kemudahan memperoleh program bagi Jumlah penerima BPNT berdasarkan data
KPM dirasakan secara dominan (75%) mudah, penerima bantuan yang dikeluarkan
artinya jika KPM telah terdaftar sebagai penerima Kementerian Sosial untuk kota Bandung,
rastra maka secara otomatis akan mendapat Makasar, Jakarta Barat, Surabaya dan Bekasi
jatah pembelian rastra. Dalam hal jumlah masing-masing sebanyak 63.262 KPM, 39.795
Raskin/Rastra yang diterima, penerima manfaat KPM, 46.716 KPM, 72.590 KPM dan 68.253 KPM
harusnya memperoleh beras 15 kg/KPM/bulan, (Tabel 5). Dari jumlah versi data Kemensos ini,
namun pada kenyataannya KPM banyak yang hanya jumlah penerima BPNT di Kota Bandung
menerima beras 4-6 kg dengan harga tebus yang yang jumlah penerimanya berbeda dibandingkan
harus dikeluarkan oleh KPM sebesar Rp2.000,- jumlah penerima BPNT berdasarkan data Dinas
/kg dan belum termasuk biaya lainnya seperti Sosial di Kota Bandung, sementara kota-kota
bongkar muat barang ke penerima. Dengan lainnya sama. Hal ini disebabkan perbedaan
demikian wajar jika KPM berpendapat bahwa sumber data yang digunakan. Berdasarkan data
secara dominan (44%) jumlah raskin/rastra yang dari Dinas Sosial masing-masing kota, diketahui
diterima tidak sesuai dan harga tebus untuk bahwa 33–40% KPM BPNT adalah juga
memperoleh Rastra tidak sesuai (61%). penerima bantuan PKH. Sementara sisanya
adalah bukan penerima bantuan PKH, kecuali di
Sementara dalam pedoman penyaluran
Jakarta Barat yang seluruh KPM BPNT adalah
program BPNT, penerima manfaat mendapatkan
bukan penerima bantuan PKH.
bantuan sebesar Rp110.000/KPM/bulan yang
dikonversikan menjadi beras 10 kg dan gula 2 kg. Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan
Temuan di lokasi kajian, respon KPM terhadap hasil penelitian Dewi dan Ariyanto (2015)
perolehan Program BPNT terungkap sekitar 90% diketahui bahwa salah satu program pemerintah
responden menyatakan puas terhadap yang diberikan kepada keluarga miskin adalah
penyaluran program BPNT atas paket kebutuhan dengan memberikan raskin. Dalam penentuan
beras dan gula yang diterimanya, dan hanya 10% calon penerima raskin pemerintah memiliki
yang menyatakan kurang puas karena alasan beragam kriteria supaya pembagian beras tepat
seperti waktu pencairan yang terlambat, kualitas sasaran. Namun pada kenyataanya penentuan
barang yang kurang bagus, dan kemasan yang penerima raskin tidak tertuju pada semua kriteria-
mudah rusak. Sementara untuk pemanfaatan kriteria yang ada sehingga hasil penentuan
kartu BPNT, sesungguhnya dipandang mudah tersebut terkesan bersifat subyektif. Banyaknya
14 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 16 No. 1, Juni 2018: 1-18
Tabel 5. Realisasi KPM BPNT (PKH dan non-PKH) di 5 kota Lokasi Kajian, 2017
Sebagai Bukan
Jumlah
Jumlah penerima penerima
Penerima Selisih (data
Penerima bantuan bantuan
No. Kota BPNT Versi kemensos–data
BPNT Versi PKH PKH
Data dinsos)
Data Dinsos (%) (non-PKH)
Kemensos
(%)
1. Bandung 63.262 56.608 39,32 60,68 6.654
2. Makasar 39.795 39.795 38,60 61,40 0
3. Jakarta 46.716 46.716 0,00 100,00 0
Barat
4. Surabaya 72.590 72.590 33,12 66,88 0
5. Bekasi 68.253 68.253 35,90 64,10 0
Sumber: Data penerima BPNT masing-masing kota
warga miskin yang ada di seluruh Indonesia, program penanggulangan kemiskinan diperlukan
khususnya Kota Malang dengan beragam sistem informasi yang baik. Selain itu
kondisi mengakibatkan penentuan calon pembinaannya juga perlu dilakukan secara
penerima raskin semakin sulit. Melalui metode intensif. Pada konteks ini, model pendekatan
TOPSIS (Technique for Order Performance by kelompok dan massa dengan menggunakan
Similarity to Ideal Solution) akan dihasilkan suatu berbagai media dan narasumber yang dipercaya
peringkat yang dapat membantu pemerintah oleh masyarakat. Secara umum diketahui bahwa
dalam membandingkan hasil nilai tiap warga pengetahuan dan sikap keluarga miskin terhadap
sesuai tingkat kemiskinannya. Menurut Tone program masih relatif rendah. Lebih lanjut bila
(2016) bahwa melalui penerapan sistem dilihat pada 5 lokasi kajian, kisaran penilaian
informasi pada proses distribusi raskin KPM yang memandang penentuan KPM
menghadirkan regulasi distribusi raskin yang penerima BPNT telah tepat antara 60,91%
lebih baik. hingga 97,67%. Penilaian tepat sasaran
penentuan KPM BPNT di Kota Bandung, Bekasi,
Secara umum berdasarkan penilaian total
Surabaya dan Makasar relatif lebih tepat
KPM responden terhadap penentuan KPM
dibandingkan dengan di Jakarta Barat (Tabel 6).
sasaran penerima bantuan BPNT, diperoleh hasil
Penilaian tertinggi terdapat pada lokasi kajian di
bahwa 86,1% KPM responden menyatakan
Makassar, sedangkan penilaian terrendah
bahwa hasil penentuan KPM BPNT telah tepat
terdapat pada lokasi kajian Jakarta Barat.
sasaran. Sementara 13,9% menilai tidak/kurang
tepat. Penilaian penentuan KPM sasaran kurang Menurut Arifin (2017) bahwa dalam
tepat atau tidak tepat oleh beberapa KPM pelaksanaan program raskin tersebut terdapat
responden disebabkan KPM mengetahui dengan beberapa hal yang krusial atau penting untuk
pasti bahwa beberapa warga lain dinilai lebih terus dicermati yaitu: (1) Pemerintah menjamin
layak menerima bantuan BPNT dibandingkan ketersediaan dan aksesbilitas beras dengan
KPM BPNT yang ada. Senada dengan hal itu, kualitas yang baik dan harga terjangkau
hasil penelitian Hapsari dan Setiawan (2008) sepanjang musim dan sepanjang tahun, (2)
bahwa dalam rangka menentukan sasaran Program Raskin masih tetap diperlukan untuk
Tabel 6. Penilaian KPM terhadap penentuan KPM sasaran penerima bantuan BPNT di Bandung,
Bekasi, Jakarta Barat, Makasar dan Surabaya, 2017
KPM menjawab
Kota Total (%)
Tepat (%) Kurang tepat (%) Tidak tepat (%)
Bandung 85,44 12,62 1,94 100,00
Bekasi 95,24 4,76 0,00 100,00
Jakarta Barat 60,91 35,03 4,06 100,00
Makasar 97,67 1,86 0,47 100,00
Surabaya 91,19 8,81 0,00 100,00
Rataan 86,09 12,62 1,29 100,00
Sumber: Data Primer, diolah
EFEKTIVITAS DAN PERSPEKTIF PELAKSANAAN PROGRAM BERAS SEJAHTERA (RASTRA) DAN BANTUAN 15
PANGAN NON-TUNAI (BPNT) Benny Rachman, Adang Agustian, Wahyudi
mengintegrasikan ketahanan pangan dengan tepat administrasi. Hal yang sama juga menurut
perlindungan sosial dan penanganan rawan hasil penelitian Bafita dan Sujianto (2013) yang
pangan; (3) Program Raskin perlu diperbaiki mengemukakan bahwa pelaksanaan program
dalam delivery system, untuk memenuhi enam bantuan beras bersubsidi untuk rumah tangga
tepat: sasaran, jumlah, waktu, harga, kualitas, miskin (Raskin) di Kecamatan Perhentian Raja
dan administrasi; (4) Pemerintah pusat dan Kabupaten Kampar juga masih berjalan kurang
pemerintah daerah perlu memperbakin efektif yang berarti bahwa bantuan yang diterima
pengendalian dengan melakukan pendampingan belum meringankan beban keluarga miskin
Program Raskin, dengan mengalokasikan dalam membeli beras untuk kebutuhan sehan-
anggaran daerah yang memadai sesuai dengan hari. Oleh karena itu, menurut Romli (2017)
amanat UU 18/2012 tentang Pangan; dan (5) bahwa dalam rangka meningkatkan aspek tepat
Program Raskin perlu memperhatikan potensi sasaran dan efektivitas pada program
sumberdaya lokal agar tidak kontra produktif Raskin/Rastra diperlukan upaya-upaya yaitu: (1)
dengan program diversifikasi pangan. pemutakhiran data yang akurat mengenai rumah
Pemerintah daerah memberikan dukungan untuk tangga sasaran (RTS) penerima Raskin oleh
mengembangkan pangan lokal dan pemerintah, (2) pengawasan yang ketat dari
pendistribusiannya sesuai dengan potensi dan berbagai fihak dalam mengawal dan mengontrol
budaya lokal. implementasi Program Raskin, dan (3)
pemberian sanksi yang tegas kepada aparat
Berdasarkan pedoman, penyaluran Rastra pelaksana penyaluran Raskin sesuai dengan
dan BPNT dilakukan setiap bulan. Namun aturan yang berlaku oleh para fihak yang
faktanya tidak demikian, bantuan tidak rutin berwenang yang saat ini terkesan membiarkan.
diberikan pada bulan berjalan. Walaupun Hal ini dilakukan agar program ini benar-benar
penyaluran pada Januari-Februari baru diberikan tepat ssaaran sehingga manfaatnya dapat
dan dirapel pada bulan Maret, namun secara dirasakan oleh orang-orang yang berhak
agregat penilaian KPM menyatakan 56,2% mendapatkan program ini.
sudah tepat waktu. Penilaian ini dilandasi bahwa
saat penerimaan Rastra/PKH juga dilakukan Secara agregat KPM (51%) menilai kualitas
secara rapel 2-3 bulan. Dengan pola demikian, beras pada program Rastra maupun BPNT perlu
sangat wajar bila KPM responden menilai ditingkatkan. Sisanya 49% KPM menilai bahwa
pemberian tepat waktu, sementara pada aturan kualitas beras cukup memadai. Ketepatan
dalam pedoman umum BPNT, bantuan diberikan administrasi program BPNT dilihat dari jumlah
setiap bulan. dan sebaran e-warong dalam melayani KPM.
Jumlah e-warong dan agen bank di lokasi kajian
Jumlah beras yang diterima KPM pada masih kurang karena idealnya satu e-warong
Program Rastra sebesar 15 kg/bulan, namun atau agen melayani 150-200 KPM, tetapi hingga
faktanya hanya 4-6 kg/bulan yang diterima KPM. saat survei dilakukan, satu agen bank melayani
Sedangkan pada program BPNT, penyaluran 250-400 KPM.
tahap pertama (Januari-Februari) diberikan
berupa paket sebanyak 2 kg gula pasir dan 10 kg Menurut hasil penelitian Junaidi et al. (2017)
beras per bulan. Terkait jumlah bantuan ini, bahwa nilai kepuasan konsumen BPNT lebih
seluruh KPM responden (100%) menyatakan tinggi dibandingkan kepuasan konsumen Rastra.
telah menerima bantuan secara tepat untuk Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) pada
periode Januari-Februari sebanyak 4 kg gula BPNT tergolong dalam kategori cause for
pasir dan 20 kg beras Bulog. Pada program concern, sedangkan nilai CSI pada Rastra
Rastra KPM menebus beras sebesar Rp2.000/kg tergolong dalam kategori very poor. Sebaiknya
(seharusnya Rp1.600/kg). Sedangkan pada pada program Rastra, beras tidak dibagi rata
program BPNT, KPM menerima bantuan beras kepada warga yang tidak terdaftar karena hal ini
dan gula sesuai dengan harga yang telah akan mengurangi jumlah beras yang diterima
ditentukan. oleh penerima manfaat yang terdaftar. Oleh
karena itu, petugas kelurahan sebaiknya ikut
Terkait pelaksanaan program Raskin/Rastra, serta dalam penyaluran beras agar mengetahui
hasil penelitian Juniarti (2015) mengungkapkan kuantitas dan kualitas beras yang dibagikan.
bahwa pelaksanaan program bantuan beras Pemerintah hendaknya mengevaluasi dan
miskin (Raskin) pada keluarga miskin di menambah jumlah persediaan sembako dan e-
Kelurahan Gunung Bale belum berjalan efektif, Warong pada Program BPNT sehingga dapat
hal ini disebabkan dari 6 (enam) indikator meningkatkan kepuasan penerima program. Hal
pengukuran program Raskin, hanya 2 (dua) ini dimaksudkan untuk mengurangi
indikator yang dijalankan sesuai pedoman umum ketidaknyamanan dan mengurangi risiko
Raskin yaitu indikator tepat waktu dan indikator penerima manfaat tidak mendapatkan sembako.
16 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 16 No. 1, Juni 2018: 1-18
Grosh M, Del Ninno C, Tesliuc E, Ouerghi A. 2008. For Permenko PMK. 2016. Pedoman Umum Subsidi Beras
Protection and Promotion: The Design and Bagi Masyarakat Berpenghasian Rendah. Jakara
Implementation of Effective Safety Nets. World (ID): Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan
Bank. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial, Kementerian
Koordinator Bidang PMK.
Hapsari H, Setiawan I. 2008. Kajian Model
Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Ketahanan Perpres. 2016. Peraturan Presiden No. 82 Tahun 2016
Pangan Keluarga Miskin di Kabupaten Bandung tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif.
Propinsi Jawa Barat. Jurnal Kependudukan Jakarta (ID): Kementerian Sekretariat Negara.
Padjadjaran. 10(1):12–22.
PP Nomor 2. 2015. Rencana Pembangunan Jangka
Junaidi MS, Setiawan BM, Prastiwi WD. 2017. The Menengah Nasional 2015-2019. Jakarta (ID):
Satisfaction Comparison Of Bantuan Pangan Non Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional.
Tunai Recipients and Rastra Recipients In Cakung
District, East Jakarta. Jurnal Ilmiah Econosains. Romli O. 2017. Implementasi Program Beras Miskin
15(2):274-288. (Raskin) di Desa Sakti Kecamatan Saketi
Kabupaten Pandeglang. Jurnal Kapemda–Kajian
Juniarti. 2015. Evaluasi Program Bantuan Beras Administrasi dan Pemerintahan Daerah. 10(6):87-
Miskin (Raskin) pada Keluarga Miskin di Kelurahan 97.
Gunung Bale Kecamatan Banawa Kabupaten
Donggala. e-Jurnal Katalogis, Volume 3(8), Sembiring SA., Harianto, Siregar H, Saragih B. 2015.
Agustus 2015: 17-27. Dampak Kebijakan Pemerintah Melalui Instruksi
Presiden Tahun 2005-2008 Tentang Kebijakan
Kementerian Sekretariat Negara. 2015. Inpres No. 5 Perberasan Terhadap Ketahanan Pangan. Forum
Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Pascasarjana. 35(1):15-24.
Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh
Pemerintah. Kementerian Sekretariat Negara. SISKADASATU. 2017. Sistem Informasi dan
Jakarta. Konfirmasi Data Sosial Terpadu Tahun 2016.
Jakarta (ID): Kementerian Sosial.
Kemenko PMK. 2017a. Pedoman Pelaksanaan
Bantuan Pangan Non Tunai 2017. Jakarta: Suparmoko M. 2003. Keuangan Negara: Dalam Teori
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan dan Praktek. Yogyakarta (ID): Badan Penerbit
Manusia dan Kebudayaan. Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.
Kemenko PMK. 2017b. Pedoman Subsidi Rastra Suryana A. 2013. Undang-undang nomor 18 tahun
Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Koordinator 2012 tentang Pangan. Disampaikan dalam Kuliah
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Umum Mahasiswa Sarjana dan Pascasarjana,
Jurusan Agribisnis, Institut Pertanian Bogor; 2013
[Kemensos] Kementerian Sosial. 2016. PPLS Des 14; Bogor, Indonesia.
Pendataan Program Perlindungan Sosial Tahun
2011. Jakarta (ID): Kementerian Sosial. TNP2K. 2017. Raskin-Beras Bersubsidi bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Jakarta (ID):
[KPK] Komisi Pemberantasan Korupsi. 2016. Telaah Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
terhadap Program Beras Sejahtera (Rastra). Kemiskinan.
Jakarta (ID): Komisi Pemberantasan Korupsi.
Tone, K. 2016. Rancang Bangun Sistem Informasi
Multifiah. 2011. Telaah Kritis Kebijakan Penanggulan Distribusi Bantuan Sosial Beras Miskin (Studi
Kemiskinan dalam Tinjauan Konstitusi. J of Kasus Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto).
Indonesian Applied Economics. 5(1):1-27. J Instek. 1(1):1-10.