Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
ABSTRACT
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan
pesat. Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka dan
tersebarnya informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh dunia
menembus batas jarak, tempat, waktu, dan ruang. Dampak dan
pengaruh dari perkembangan ini meluas ke berbagai kehidupan
manusia di sekuruh dunia, termasuk masyarakat Indonesia.
Sejalan dengan lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, persaingan dalam bidang apa pun semakin hari semakin
ketat terutama dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan
bebas. Masyarakat dunia, termasuk masyarakat Indonesia dituntut
untuk mampu menghadapi permasalahan tersebut. Kemampuan
menghadapi permasalahan (persaingan ketat dalam menghadapi era
globalisasi) dapat dimiliki oleh masyarakat jika dirinya memiliki
daya yang berkualitas. Artinya, masyarakat Indonesia harus menjadi
sumberdaya manusia yang berkualitas.
Salah satu upaya untuk meningkatkan sumberdaya manusia adalah
pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi
pengembangan sumberdaya manusia karena pendidikan diyakini
mampu meningkatkan sumberdaya manusia sehingga dapat
menciptakan manusia produktif yang mampu memajukan
bangsanya. Pendidikan merupakan suatu proses akademik yang
bertujuan meningkatkan intelektual, nilai sosial, budaya, moral, dan
agama serta mempersiapkan sumberdaya manusia dalam
menghadapi tantangan dan pengalaman dalam kehidupan nyata. Hal
ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tersurat dalam
UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
“Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai
pemerintah Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa
Pemerintah sudah berupaya menyediakan tempat untuk belajar
yaitu sekolah dan lembaga pendidikan Keterampilan (LPK).
Sekolah dan LPK-LPK harus dapat menampung peserta didiknya
dari berbagai macam latar belakang keluarga (tingkat pendidikan
orang tua dan kondisi sosial ekonominya).
Selain melaksanakan pendidikan fundamental, keluarga
berkewajiban menyekolahkan anak-anaknya minimal sesuai dengan
program pemerintah wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun
(wajar dikdas 9 tahun). Artinya, pemerintah mewajibkan semua
anak Indonesia untuk bersekolah minimal sampai tingkat sekolah
menengah pertama (SMP). Alangkah baiknya jika bisa sampai ke
perguruan tinggi. Namun demikian, dengan berbagai alasan dan
berbagai permasalahan tidak semua masyarakat Indonesia mau dan
mampu menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi,
Keadaan yang demikian terjadi hampir di seluruh wilayah
Indonesia terutama di pedesaan, termasuk di Kelurahan
Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Berdasarkan
pengamatan penulis, dari kurang lebih 107 pengusaha bordir baru
beberapa saja yang menyekolahkan anak-anaknya sampai ke
perguruan tinggi, padahal jika diilihat dari sudut tingkat sosial
ekonominya, para pengusaha bordir seharusnya mampu
menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi. Penulis
berasumsi bahwa hal ini terjadi karena masyarakat tersebut belum
menyadari pentingnya pendidikan yang disebabkan oleh tingkat
pendidikan orang tua yang masih tergolong rendah.
Untuk membuktikan kebenaran asumsi penulis sebagaimana
dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan mengangkat kasus yang ada pada pengusaha bordir di
Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.
Penelitian yang akan penulis lakukan ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara kondisi sosial ekonomi
orang tua dengan tingkat pendidikan anaknya. Hasil penelitian ini
akan penulis laporkan dalam karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi
yang berjudul “Hubungan antara Kondisi Sosial Ekonomi
Pengusaha Bordir dengan Tingkat Pendidikan Anak di
Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya”
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial ekonomi
pengusaha Bordir di Kelurahan Karsamenak Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya terutama berkenaan dengan tingkat
pendapatan dan tingkat pendidikannya
2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pendidikan anak
pengusaha bordir di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu
Kota Tasikmalaya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pendidikan pengusaha bordir dengan tingkat pendidikan
anak di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya
4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pendapatan pengusaha bordir dengan tingkat pendidikan
anak di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya
2. Metode Penelitian
Menurut Alfandi (2001:108), metode penelitian adalah tata cara kerja
atau pedoman yang sistematis untuk memahami objek penelitian dengan
menerapkan prinsip-prinsip logis dalam mempelajari, menganalisis,
membuktikan, dan menyimpulkan, menemukan, mengesahkan dan
menjelaskan kebenaran.
Sementara menurut Sumaatmadja (1988:115). Metode kuantitatif adalah
metode yang mengolah dan menginterpretasikan data yang berbentuk
angka dan dengan yang bersifat matematik.
Jadi metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu metode yang
digunakan untuk menganalisis yang tertuju pada pemecahan masalah
yang ada pada masa sekarang dengan jalan mengumpulkan data,
menganalisis, serta menginterpretasikannya.
Dengan metode ini dapat memberikan gambaran dan memecahkan suatu
masalah yang berkenaan dengan hubungan kondisi sosial ekonomi
pengusaha bordir dengan tingkat pendidikan anak di Kelurahan
Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.
3. PEMBAHASAN
Setelah semua kegiatan penelitian ini penulis akhiri, penulis pelu
membahas hasilnya. Berdasarkan pada data hasil penelitian yang penulis
peroleh, penulis dapat mengemukakan hasilnya yaitu :
3.1. Kondisi sosial ekonomi pengusaha bordir dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
3.1.1 Tingkat Pendapatan Tinggi
Dari hasil observasi dan analisis data dapat ditarik
kesimpulan bahwa tingkat pendapatan para pengusaha bordir
di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya dapat dikatakan tinggi, hal ini ditunjukkan
dengan besarnya persentase responden yang memiliki
pendapatan > Rp.30.000.000 per bulannya dengan jumlah
persentase sebesar 44% dari 32 responden.
Sementara itu untuk kepemilikan barang berharga 100% para
pengusaha bordir memiliki emas dan yang memiliki emas
dan tanah berkisar 40,6% dari 32 responden. Lalu untuk
kepemilikan kendaraan pribadi para pengusaha bordir yang
dijadikan sampel seluruhnya memiliki kendaraan pribadi. Hal
ini jelas menggambarkan tingginya tingkat pendapatan
pengusaha bordir, karena dengan tingginya tingkat
pendapatan maka akan meningkatkan kepemilikan barang-
barang berharga lainnya.
3.1.2 Tingkat Pendidikan Rendah
Tidak sejalan dengan tingkat pendapatan tingkat pendidikan
yang mewakili sosial para pengusaha bordir tergolong sangat
rendah dari 32 responden yang penulis teliti hanya 6,3% saja
yang lulus dari Perguruan Tinggi. Dimana mayoritas tingkat
pendidikan para pengusaha bordir ialah tamat SD dengan
persentase sebesar 59,4 dari 32 responden.
3.2. Tingkat Pendidikan Anak dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya
Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwasanya tingkat pendidikan
anak pengusaha bordir di Kelurahan Karsamenak Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya relatif rendah. Hal ini ditunjukan dengan
mayoritas anak para pengusaha bordir hanya menempuh pendidikan
formal hingga jenjang pendidikan menengah pertama (SMP)
dengan persentase sebesar 56,3% dari 32 responden yang penulis
teliti. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya :
3.2.1 Rendahnya Kesadaran Orang Tua tentang Pentingnya
Pendidikan
3.2.2 lingkungan kurang mendukung motivasi belajar
3.2.3 pandangan orang tua akan pentingnya regenerasi perusahaan.
3.3. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Pengusaha Bordir dengan
Tingkat Pendidikan Anak
Tingkat Tingkat
Pendidikan Pendidi
Pengusaha kan
Bordir Anak
Spearman's Tingkat Correlation
1. 000 . 869**
rho Pendidikan Coefficient
Pengusaha Sig. (2-
Bordir . . 000
tailed)
N 32 32
Tingkat Correlation
. 869** 1. 000
Pendidikan Coefficient
Anak Sig. (2-
. 000 .
tailed)
N 32 32
**. Correlation is significant at the 0.
01 level (2-tailed).
Tingkat
Pendapatan Tingkat
Pengusaha Pendidikan
Bordir Anak
Spearman's Tingkat Correlation
1. 000 . 013
rho Pendapatan Coefficient
Pengusaha Sig. (2-
Bordir . . 943
tailed)
N 32 32
Tingkat Correlation
. 013 1. 000
Pendidikan Coefficient
Anak Sig. (2-
. 943 .
tailed)
N 32 32
4. SIMPULAN
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat
disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi pengusaha bordir di
Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya
diklasifikasikan memiliki tingkat pendapatan tinggi namun tingkat
pendidikannya rendah. Selain itu tingkat pendidikan anak para
pengusaha bordir relatif rendah dikarenakan beberapa faktor diantaranya
kesadaran Orang Tua akan pentingnya pendidikan rendah, lingkungan
hidup kurang mendukung motivasi belajar, pandangan Orang Tua
pentingnya regenerasi perusahaan. Selanjutnya dari hasil penelitian
didapat bukti yang membuktikan adanya hubungan yang signifikan
antara tingkat pendidikan pengusaha bordir dengan tingkat pendidikan
anak dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pendapatan pengusaha bordir dengan tingkat pendidikan anak.
DAFTAR PUSTAKA