Sei sulla pagina 1di 17

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/273694787

Health and Wellness Tourism: Jenis dan Potensi


Pengembangannya di Bali

Conference Paper · May 2011


DOI: 10.13140/RG.2.1.4130.0649

CITATIONS READS

0 117

3 authors, including:

Rai Utama I Gusti Bagus


Universitas Dhyana Pura Bali
204 PUBLICATIONS 2 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

AGROTOURISM AS THE ECONOMICS TRANSFORMATION OF THE TOURISM VILLAGE IN BALI (Case


Study: Blimbingsari Village, Jembrana, Bali) View project

DESTINATION DEVELOPMENT MODEL FOR FOREIGN SENIOR TOURISTS View project

Available from: Rai Utama I Gusti Bagus


Retrieved on: 05 October 2016
Health and Wellness Tourism: Jenis dan Potensi
Pengembangannya di Bali

I Gusti Bagus Rai Utamai

Universitas Dhyana Pura


Email: raiutama@undhirabali.ac.id

ABSTRACT
Internationally, individuals from developing countries have travelled to developed
countries for high quality medical care. But now, a growing number of individuals
from developed countries are travelling to regions, once characterised as third world,
seeking high quality health and wellness products and services at affordable prices.
The preference also as an opportunity for Indonesia and Bali as a tourist destination,
and the name of Bali is popular having health and wellness tourism area for several
times was known as one of the best spa destinations. The industry of health and
wellness in Bali has been become a part of tourism sector, indeed, to win the
competition, need a strategy for development in accordance to face the regional and
world competitions. This paper tried to identify and describe the health and wellness
tourism, the brief’s description of trend of health and wellness tourism in the world,
Indonesia, and Bali as well as. The conclusion of this paper describe that health and
wellness tourism are being an strength of comparativeness, and opportunity to
innovate tourism product in Bali

Keyword: Bali, Tourism, Health and Wellness

1. Pendahuluan

Menurut teori kebutuhan Maslow, dimana kebutuhan menusia bukanlah hanya


sekedar kebutuhan dasar saja namun lebih daripada itu, manusia juga membutuhkan
rasa aman, pengakuan sosial, merindukan sebuah penghargaan, menginginkan sebuah
prestasi dan akhirnya ingin melakukan aktualisasi diri.

I have travelled so much because travel has enabled me to arrive at


unknown places within my clouded self . (Sir Laurens Van der Post,

1
quoted in 1994:99)

Jika sebagian besar manusia tidak dapat mewujudkan pemenuhan kebutuhan


psikologisnya, itu semua karena keterpaksaan semata, bukan dari hati nurani seorang
manusia, artinya kebutuhan manusia itu memang menjadi hasrat semua manusia di
dunia ini. Pada segmen kebutuhan psikologis ini, leisure activities memegang
peranan pentingnya.
Sependapat dengan Cohen tentang tipologi pelaku leisure (dalam Pitana:2005)
dimana pelaku leisure dapat dibedakan menjadi lima kelompok utama, yakni:
(1)Existensial: Mereka adalah pelarian dari rutinitas kehidupan sehari hari, mereka
bergabung pada kelompok pencari aktivitas leisure yang bersifat spiritual.
(2)Experimental: Mereka mencari gaya hidup yang berbeda, sangat extreme dari
kehidupannya sehari-hari. (3)Experiental: Mereka mencari makna hidupnya pada
komunitas yang berbeda dan membandingkannya, pencarian sebuah pengalaman dari
budaya yang berbeda. (4)Diversionary: Mereka yang berlari dari kehidupan rutin,
mencari penyegaran tubuh maupun mental “refress”. (5)Recreational: Mereka yang
melakukan kegiatan leisure sebagai bagian untuk menghibur diri atau relaksasi.

Pendapat yang hampir sama mengacu pada teori motivasi seseorang


melakukan kegiatan leisure. Jika dilihat dari motivasi seseorang untuk melakukan
kegiatan leisure, McIntosh dan Murphy (dalam Pitana:2005), mengelompokkannya
kedalam empat kelompok, yang terdiri dari: (1)Physical Motivation: Orang-orang
“mereka” yang terdorong ber-leisure oleh karena alasan fisik; relaksasi, kesehatan,
kenyamanan, olahraga, santai dan sebagainya. (2)Cultural Motivation: Mereka Ingin
mengenang dan mengenal budaya lain, mereka seolah-olah akan berada di dunia lain
dalam kontek waktu atau zaman. (3)Social Motivation: Mereka termotivasi oleh
kegiatan sosial seperti mengunjungi keluarga di kampung “pulang kampung”
mengunjungi teman, atau bahkan menjenguk orang sakit. (4)Fantasy Motivation:
Mereka yang berusaha mewujudkan sesuatu yang telah atau sedang mereka hayalkan,
berusaha lepas dari rutinitas kesehariannya.

2
Sejalan dengan beberapa pendapat di atas, jenis pariwisata atau leisure activites
telah dikemas menjadi peluang bisnis untuk menyediakan jasa layanan health and
wellness. Pada konteks ini, pariwisata health and Wellness mengacu pada kegiatan
perjalanan seseorang ke dan tinggal di tempat-tempat di luar lingkungan biasa mereka
untuk tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk tujuan health and Wellness dan
tidak berhubungan dengan suatu pekerjaan, dan tidak dibayar dari tempat yang
dikunjungi. Hal ini juga berasosiasi dengan perjalanan ke health spa atau destinasi-
destinasi resort di mana tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kebugaran fisik
melalui latihan fisik dan terapi, kontrol diet dan pelayanan medis yang relevan
dengan pemeliharaan fisik. (Romulo, at all. 2007)

2. Health and Wellness Tourism

Wellness dapat digambarkan sebagai sebuah proses di mana individu membuat


pilihan dan terlibat dalam kegiatan dengan cara mempromosikan mengarahkan gaya
hidup yang sehat, yang pada gilirannya berdampak positif bagi kesehatan individu itu
sendiri (Barre, 2005).

2.1 Posisi Health and Wellness dalam Bisnis Pariwisata

Menurut Kaspar (dalam Mueller dan Kaufmann , 2007), Wellness tourism pada
konsep bisnis pariwisata adalah sub bagian dari health tourism sederajat dengan
bisnis pariwisata lainnya. Health tourism dikategorikan menjadi illness prevention
tourism dan spa/convalescence tourism. Health and wellness tourism termasuk pada
illness prevention tourism yang didalamnya dikategorikan menjadi jasa kesehatan dan
jasa kebugaran, lebih jelasnya dapat dilihat pada figure dibawah ini,

3
Figure: Demarcation of wellness tourism in terms of demand, (sumber:
Mueller, 2007)

Konsep di atas akan menjadi sangat penting jika wellness tourism dipahami
sebagai sebuah konsep ilmiah yang akan digali untuk dipelajari dan dikembangkan
menjadi konsep baru yang lebih relevan dari sisi permintaan maupun penawaran. Jika
dilihat dari sisi penawaran, wellness tourism adalah sebuah produk berupa jasa
pariwisata yang dapat dikembangkan atau dikreasikan ragamnya sesuai dengan
kondisi sebuah destinasi baik dari sisi sosial maupun lingkungan. Kaspar (dalam
Mueller dan Kaufmann , 2007)
Dari sisi permintaan, health and wellness tourism saat ini telah menjadi trend
masyarakat dunia untuk mewujudkan kebugaran dan kesehatan “health prevention”
dan mendapatkan kepuasan diri dan selanjutnya konsumen health and wellness
tourism tidak terbatas pada wisatawan asing saja tetapi telah menjadi “lifestyle”
khususnya masyarakat “konsumen” perkotaan dalam negeri (www.tpdco.org).

4
2.2 Perbedaan Medical dan Health Tourism
Health Tourism adalah perjalanan dengan motivasi kesehatan ( health
tourism) pada hakekatnya dilakukan sehubungan dengan kesehatan, seperti
pemeriksaan kesehatan (medical check-up), pemeliharaan, seperti mandi uap, mandi
lumpur, mandi air panas, pijat refleksi, pijat kebugaran dan spa yang dewasa ini
sedang marak di Indonesia, pengobatan, pemulihan dan selanjutnya. (Rogayah, 2007)
health-tourism dan medical-tourism adalah dua hal yang berbeda,
dimana health tourism dapat diartikan sebagai pariwisata kesehatan berupa perjalanan
untuk pemeliharaan dan atau pemulihan kesehatan yang pada hakekatnya dilakukan
oleh orang yang sehat, tidak menderita suatu penyakit, atau orang yang baru sembuh
dari perawatan. Sedangkan medical tourism lebih condong menyangkut tindakan
medik pengobatan (cure), operasi dan atau tindakan medik lainnya, yang dilakukan
terhadap penderita suatu penyakit atau kelainan kondisi kesehatannya.
“medical tourism, which focuses more on surgical procedures, health
tourism is a much broader concept centered mainly around resorts
designed to pamper or improve the body and relax the mind” Medical
tourism (also known as Health Tourism) is the practice of traveling
abroad to obtain healthcare services. (discovermedicaltourism, 2010)

Menurut Discovermedicaltourism (2000), medical tourism lebih terfokus


pada “surgical procedures” namun health tourism lebih banyak dihubungkan
dengan konsep sebuah resort yang dirancang untuk tujuan relaksasi, mencari
ketenangan, serta peningkatan kebugaran tubuh. Namun antara istilah medical dan
health tourism sebenarnya dianggap dua hal yang tidak jauh berbeda menurut
anggapan para konsumen atau wisatawan.

2.3 Jenis dan Bentuk Produk Health and Wellness Tourism

Menurut Kaspar (dalam Mueller dan Kaufmann , 2007), kebutuhan akan


produk health and wellness akan terus berkembang dan menjadi beragam tergantung
pada faktor sosial dan kepekaan lingkungan. Jika manusia masih memiliki rasa untuk
memanjangan diri “self responsibility” maka pasti akan membutuhkan jasa health

5
and wellness tersebut. Health and Wellness produk dapat dikategorikan pada
beberapa kelompok yakni; (1) mind mental activity/education, (2) health nutrion/diet,
(3) body physical fitness/beauty care, dan (4) relaxation rest/meditation. Lebih
jelasnya dapat digambarkan pada figure dibawah ini,

Figure: Expanded wellness model 3, Wellness tourism is regarded as a sub-


category of health tourism (Kaspar, 2007)

2.4 Trend Health and WellnessTourism di Dunia

Trend yang semakin meningkat bagi pertumbuhan dan perkembangan Health


and wellness Tourism tidak dapat diragukan lagi. Pada tingkat global dan regional
untuk health and wellness (medical service, leisure and recreation Spas, medical
surgical clinic, medical wellness centers or spa) tourism menyebar hampir merata di
beberapa kawasan seperti Eropa, Amerika, Asia, dan Australia serta Selandia Baru.

6
Figure International Analysis of Health and Wellness Assets. Source : Smith and
Puczk ó (2009)

Pada sisi lainnya, seperti nampak pada figure di atas, kebutuhan atau
permintaan akan destinasi yang alami dan mampu menjadi tempat untuk melakukan
“healing” atau penyembuhan justru menjadi trend yang merata hampir di semua
kawasan dunia.
Menurut Smith dan Puczk ó, (2009: p253) health and wellness tourism dapat
dikembangkan berdasarkan bahan-bahan atau asset yang telah tersedia pada suatu
destinasi (Existing assets for health and wellness tourism) dan atau diadakan
berdasarkan kebutuhan atau permintaan (Use of existing assets).
Yang termasuk dalam Existing assets for health and wellness tourism adalah
(1) Natural healing assets, (2) Indigenous healing traditions, (3) medical service, (4)
nature,dan (5) spiritual traditions. Sedangkan yang termasuk pada use existing assets
adalah (1) leisure and recreation spas, (2) medical/ therapeutic hotel/clinic spas, (3)

7
medical/surgical clinic or hospital, (4) medical wellness center or spas, (5)holistic
retreats, dan (6) Hotel and resort spa.
Natural healing asset tersebar hampir merata di beberaa kawasan seperti
Eropa Utara, Barat dan tengah, Eropa Selatan. Sementara pada kawasan Amerika
tersebar di dua kawasan yakni Amerika Tengah dan selatan. Begitu juga dengan
kawasan Afrika dan kawasan fasifik juga kaya dengan natural healing assets,
sementara di kawasan Timur tengah dan asia tenggara tidak termasuk dalam kawasan
yang kaya dengan natural healing asset kecuali asia timur jauh, hal ini dimungkinkan
karena pada saat penelitian ini dilakukan, ke dua kawasan tersebut belum
mengeksplorasi hal tersebut sebagai asset yang bisa dijadikan natural healing asset.

Indegenous Healing tradition menyebar merata di kawasan Amerika, Afrika,


Asia Tenggara dan timur jauh, dan kawasan fasifik. Kawasan Eropa justru dianggap
tidak memiliki indigenous healing tradition yang berarti hal ini mungkin saja terjadi
karena sebagaian besar kawasan ini telah tersentuh modernisasi yang hampir tidak
meninggalkan lagi unsure-unsur ketradisonalannya, sangat berbeda dengan kawasan
asia, fasifik, dan amerika yang masih sangat mudah ditemukan budaya indigenous
healing tradiosional seperti misalnya di India, China, pengobatan alternative di
Indonesia, dan sejenisnya.

Medical services menyebar hampir di semua kawasan kecuali di kawasan


fasifik, hal ini dimungkinkan karena kawasan fasifik terletak cukup jauh dari
kawasan-kawasan yang lainnya sehingga secara internasional kawasan fasifik tidak
sepopuler kawasan lainnya seperti eropa, amerika, dan asia.

Nature menyebar merata di seluruh kawasan kecuali di kawasan asia tenggara


dan eropa bagian tengah dan timur. khusus untuk kawasan asia tenggara belum
dianggap kawasan yang populer dengan sumber nature untuk asset health and
wellness tourism dimungkinkan belum dilakukan eksplorasi atau pengembangan
sumber nature untuk peruntukan bisnis health and wellness tourism.

8
Spritual Tradition hanya ditemukan pada kawasan asia tenggara dan asia
timur jauh hal ini dimungkinkan karena kawasan ini paling eksis dalam memelihara
budaya spiritual yang masih original atau lebih dikenal dengan spiritual tradition
seperti contohnya; penyembuhan dengan senam yoga, senam yang berbasis aliran Yin
dan Yang di China, dan sebagainya.

Sangat mengherankan, sebaran untuk use of existing assets justru menyebar


pada kawasan Asia tenggara dan asia timur jauh untuk semua jenisnya seperti; leisure
and recreation spa, terapi hotel spa and clinic, medical clinic and hospital, medical
wellness center and spa, holistic retreats, dan hotel and resorts spa. Hal yang sama
juga terdapat pada kawasan eropa selatan dan kawasan fasifik.

2.5 Health and Wellness di Indonesia


Sejauh ini, untuk perkembangan health and wellness tourism belum banyak
disadari sebagai potensi bisnis yang sangat potensial di Indonesia, padahal Indonesia
memiliki potensi yang sangat besar untuk kedua jenis asset untuk pengembangan
health and wellness tourism tersebut.
Menurut Rogayah, (2007) hampir di setiap wilayah Indonesia dapat
ditemukan pariwisata kesehatan yang sudah dikembangkan; hal tersebut dapat
dipahami mengingat Indonesia merupakan kepulauan yang kaya akan alam dan
pegunungan yang tersebar baik di lima pulau terbesar di Indonesia maupun di beribu
pulau kecil lainnya. Namun sayang sekali data tentang keberadaan pariwisata
kesehatan yang belum dikembangkan dan masih sangat alami belum dapat diketahui
dengan pasti.
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, penggunaan rempah-rempah,
bumbu-bumbuan dan tumbuh-tumbuhan seperti padi, kelapa, jahe dan lain-lainnya
untuk digunakan sebagai bahan penyembuhan dan relaksasi (rejuvenate) yang bersifat
holistik sudah merupakan kebiasaan turun temurun dan sebagian telah dikemas
menjadi industri spa dan sepuluh tahun terakhir ini spa and wellness berkembang

9
sangat cepat di Indonesia khususnya di Bali, dan industri ini menghasilkan
pendapatan yang tinggi (Widjaya, 2011).

Selama ini health and wellness khususnya Spa, lebih identik untuk kecantikan
dan kebugaran tubuh, namun seiring dengan berkembangnya kreatifitas dan inovasi
para penyedia jasa, dengan digabungkannya Spa dan herbal teraphy selain mendapat
cantik, seseorang juga mendapat banyak manfaat untuk penyembuhan berbagai
penyakit (Sugianto, 2010)

Seiring dengan hal di atas, kehidupan di kawasan perkotaan seperti Jakarta,


Surabaya dan juga Denpasar yang sarat dan padat dengan aktivitas berdampak pada
badan dan raga menjadi lelah dan letih. Kondisi ini memunculkan bisnis Spa yang
menawarkan pemulihan dan kebugaran sehingga seberat apa pun aktivitas sesesorang
dengan spa akan kembali bugar dan siap untuk kembali melakukan aktivitas yang
padat tersebut.

Bagi masyarakat modern, semua itu menjadi hal yang dihadapi setiap harinya.
Pada saat-saat demikian terapi kesehatan dan juga sarana untuk memanjakan diri
menjadi suatu kebutuhan bahkan telah menjadi trend saat ini, termasuk juga
langganan datang ke Spa untuk memulihkan tubuh dari rasa lelah dan lambatlaun
telah menjadi gaya hidup masyarakat dunia. (Everyday spa, 2010)

Senada dengan hal di atas, adanya tuntutan kesehatan dan kebugaran telah
berubah menjadi aktualiasi diri seiring dengan peningkatan kesejahteraan hidup
manusia juga mendorong terciptanya gaya hidup modern. Keinginan tampil beda
dengan tubuh yang senantiasa segar dan sehat, dan health and wellness tourism
berkembang seiring dengan adanya permintaan dan terciptanya beragam jenis produk
health and wellness mengiringi pesatnya tingkat persaingan antara supplier atau
penyedia jasa.

10
2.6 Health and Wellness Tourism Bali

Sebagai daerah tujuan wisata, keberadaan health dan wellness tourism, di Bali
telah dikenal di dunia sebagai salah satu destinasi spa terbaik. The Jakarta Post
(2009), memberitakan bahwa Thermes Marins Bali, Indonesia mendapat
penghargaan sebagai “best Destination SPA in Asia’ oleh Asia SPA and Wellness,
pada Asia Spa and wellness festival Gold Awards di hotel Landmark, Bangkok. Pada
acara ini ada 28 Spa and Wellness Centers yang mendapat penghargaan dari 212
nominasi yang ada di Asia, dimana penilaian dilakukan dengan melihat indikator
suasana (ambience), peralatan dan design, kualifkasi dan keterampilan therapist,
menu treatment dan kualitas layanan (service), selain itu di tahun 2009 juga Bali
mendapat penghargaan sebagai the “World’s Best Spa Destination”. Penghargaan ini
diberikan oleh Berlin-based fitness magazine Senses dan diterima pada acara annual
International Pariwisata Bourse (ITB) in Berlin.

Untuk mempertahankan dan pengembangan health and wellness tourism tidak


hanya sebatas produk spa, maka diperlukan sebuah strategi yang tepat dan jitu untuk
membuat kreasi dan inovasi produk. Caribbean Export Development Agency (2008)
mengusulkan bentuk strategi pengembangan pariwisata health and Wellness di
karibia. Tidak jauh berbeda, mengingat kepulauan karibia dan Bali memiliki banyak
persamaan dalam pengembangan pariwisatanya, maka adopsi konsep ini bagi
pengembangan pariwisata health and Wellness di Bali juga dapat dilakukan. Ada 10
aspek yang perlu dilakukan dalam strategi pengembangan tersebut ke sepuluh strategi
tersebut akan dijelaskan berikut ini. (1)Penentuan Posisi health and Wellness tourism
Bali dalam Pasar Global. (2) Penentuan Posisi Pariwisata health and Wellness Bali
dalam Pasar Regional. (3) Identifikasi Produk dan/atau Pelayanan yang Ditawarkan.
(4) Mengidentifikasi pasar Target. (5)Mengatasi Hambatan Potensial. (6)Mengetahui
Apa yang Pesaing Bali. (7)Membedakan Bali dari Competitor. (8) Meluruskan Goals
Industri health and wellness dengan Strategi Peluang. (9)Mengambil Kesempatan
bermitra. (10) Menerapkan Strategi Promosi.

11
Khususnya di Bali, pasar pariwisata health and Wellness dapat dibagi menjadi
empat segmen: (1) pariwisata medis, (2) Wellness dan spa, (3) keperawatan (nursing)
dan perawatan lansia (elderly care), dan (4) jasa untuk penelitian dan
diagnostik. Layanan health and Wellness di banyak negara merupakan layanan yang
ideal untuk mempromosikan peran ekspor jasa pariwisata sebagai bagian dari
GDP. Menurut statistik World Travel and Tourism Council (WTTC), diperkiraan
keseluruhan kontribusi pariwisata terhadap rata-rata GDP cukup tinggi.

Di Bali jumlah spa berkembang melebihi 160% sejak tahun 2003. Teriden-
tifikasi ada sekitar 390 spa yang sekarang sedang beroperasi dan selebihnya ada
sekitar 21 spa yang sedang di bangun (Widjaya, 2011). Tingginya perkembangan
tersebut membuka momentum bagi bisnis health and Wellness di Bali, walaupun
disisi eksternalnya bisnis ini akan berkompetisi dengan lingkungan perdagangan
internasional yang sangat kompetitif, tetap saja bisnis Health and Wellness ini
merupakan kesempatan nyata untuk mengambil keuntungan, untuk menciptakan
prospek pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini akan menjadi peluang
bagi Bali sebagai destinasi health and Wellness dimasa yang akan datang.

Investasi asing langsung dan pembentukan perusahaan asing di Bali dalam


konteks industri pariwisata health and Wellness beberapa tahun terakhir ini,
khususnya pembangunan spa telah meningkat 160% bila diban-dingkan dengan tahun
2003. Dari 160% tersebut 52% berlokasi di Hotel, Resort, dan Retreat (Destination
Spas), sisanya ada 42% adalah Day Spas (Widjaya, 2011). Tingginya minat
melakukan investasi di bidang spa ini menunjukkan bahwa industri pariwisata health
and Wellness di Bali dipandang menjanjikan secara bisnis.

3. Kesimpulan dan Saran

Di Indonesia dan kawasan ASEAN Bali dikenal memiliki imprastruktur


pariwisata yang cukup mapan. Perkembangan pariwisata health and wellness sebagai

12
konsekuensi dari berkembangnya infrastuktur, permintaan wisatawan, industri
perhotelan dan lingkungan bisnis yang telah teratur baik. Namun, keuntungan
komparatif seperti ini, belum menjamin Bali mampu menghadapi persaingan global
telah ditentukan oleh keinginan wisatawan.

Oleh karena itu fungsi pengelolaan pariwisata health and Wellness telah
selayaknya dievaluasi kembali, khususnya bagaimana strategi yang paling tepat yang
dapat dilakukan bagi pengembangan pariwisata health and Wellness di Bali, yang
melibatkan tidak hanya pemerintah tetapi stakeholder pariwisata Bali. Dari evaluasi
tersebut, diharapkan akan mendapatkan jawaban tentang: posisi health and wellness
tourism bali pada pasar global, posisi pariwisata health and wellness Bali dalam
pasar regional, jenis dan ragam produk dan/atau pelayanan yang ditawarkan, pasar
target, mengetahui hambatan potensial, mengetahui pesaing Bali, perbedaan Bali
dengan pesaing, goal industri health and wellness bali dengan strategi peluang yang
tepat, melakukan kemitraan dengan pihak asing, dan melakukan strategi promosi
tepat.

Keberadaan Health and Wellness Tourism adalah sebuah peluang dan kekuatan untuk
menambahkan daya saing Bali sebagai sebuah destinasi pariwisata Internasional, namun jika
keberadaan health and wellness tourism di Bali tidak dikelola sebagai bagian utuh dari
pariwisata Bali, akibatnya akan berdampak pada kualiats destinasi secara keseluruhan.

13
Daftar Pustaka
Finn, Emanuel, 2002, Health Tourism, Volume No 1 Issue No 23, Friday, June 28,
2002

Gigi Starr 2010. “10 Best Spas”. http://www.travels.com/vacation-ideas/ leisure-


activities/best-spas/

GMDC and The Hartman Group. 2009. Consumer Shopping Habits for Wellness and
Environmentally Conscious Lifestyles Study: Insights for Health, Beauty and
Wellness. http://www.pacific.edu/Documents/school-pharmacy/acrobat
/Consumer%20 Shopping%20Habits %20 for%20Wellness%20-
%20Presentation.pdf.

Gonzales, Anthony, et.al. 2001. Health Tourism and Related Services: Caribbean
Development and International Trade, Caribbean Regional Negotiating
Machinery (CRNM).

Hadinoto, Kusudianto.1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi


Pariwisata. Jakarta; Penerbit Universitas Idonesia.

Health Tourism. 2010. Retrive from http://www.discovermedicaltourism.com/health-


tourism/

Karen (2005). Different kinds of leisure activities at the weekends in Bristol. Bristol
Research Paper.

Mill, Robert Cristie.2000. Tourism, The International Business.Jakarta: PT Raya


Grafindo Persada.

Mlesnita, Radu Adrian, 2002, Health Tourism, Volume No 1 Issue No 23,


Friday, June 28, 2002

Mueller dan Kaufmann. 2007. Wellness Tourism: Market analysis of a special


health tourism segment and implications for the hotel industry . Research
Institute for Leisure and Tourism, University of Berne, Engehaldenstrasse 4,
CH-3012 Bern, Switzerland

Oka A. Yoeti, 1996, Anatomi Pariwisata, Bandung: PT Angkasa

Pendit, Nyoman S., 2002, Ilmu Pariwisata, Jakarta: Pt. Pradnya Paramita.

14
Pitana, I Gde, dan Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Jogyakarta: Penerbit Andi

Rogayah, Iim D. 2007. Pariwisata Kesehatan di Jawa Barat, Retrieved on 02


November 2009 from http://irdanasputra.blogspot.com/2009/11/pariwisata-
kesehatan.html

Romulo A. Virola and Florande S. Polistico. 2007. Measuring Pariwisata health and
Wellness in the Philippines. 10th National Convention on Statistics (NCS).
EDSA Shangri-La Hotel.

Ross, K. (2001). “Health Pariwisata: An overview.” HSMAI Marketing Review,


(December). Downloaded from: www.hospatality/net.org

Sanders, Sir Ronald. 2007. Medical Tourism – The Impact. http://www.BBCCarib-


bean.com

SpaFinder.2008. Issues 5th Annual Spa Trends Report, 10 Spa Trends to Watch in
2008. www.acybernews.com/spafinder-issues-5th-annual-spa-trends-report-10-
spa-trends-to-watch-in-2008/

The Baxter Group (2003). “The Canadian pariwisata Resource Guide 2003/04: A
Directory of New Products and Services.” Toronto, Ontario

The Jakarta Post. 2003. Bali voted 'best island'. http://www.thejakartapost.com/


news/2003/07/29/Bali-voted-039best-island039.html

The Jakarta Post. 2005. ‘Bali again named world's favorite tourist island’.
http://www.the- jakartapost.com/news/2005/07/11/Bali-again-named-
world039s-favorite-tourist-island.html

The Jakarta Post. 2009. ‘Bali named world's best spa destination”.
http://www.thejakarta post.com/news/2009/03/25/Bali-named-world039s-best-
spa-destination.html

United Nation World Tourism Organizaton (UNWTO). 2007. Tourism Highlights,


edisi 2007.
https://pub.unwto.org/WebRoot/Store/Shops/Infoshop/4922/C788/D1
06/3080/CEEC/C0A8/0164/52FB/081118_tmt_world_2007_engl_excerpt.pdf

Widjaya, Lulu. 2011. Spa Industry in Bali. Guest Lecturer in Tourism Doctoral
Program at Udayana University.

15
Smith, Melanie dan Puczkó, László. (2009). Health and Wellness Tourism.
Butterworth-Heinemann is an imprint of Elsevier, Linacre House, Jordan Hill,
Oxford OX2 8DP, UK 30 Corporate Drive, Suite 400, Burlington, MA 01803,
USA, Retrive from http://www.download-it.org/learning-
resources.php?promoCode=&partnerID=&content=story&storyID=1719

Spillane, James J. 1987.Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta:


Penerbit Kanisius

Stenden, University (2008). Catalog of MAILTS Program. Leeuwarden: Internal


publisher.

Sugianto, Agy. 2010. Spa Jadi gaya hidup masyarakat kota. Retrive from
http://bataviase.co.id/node/310818

BIODATA

i
I Gusti Bagus Rai Utama adalah dosen tetap sejak 2001 dan tersertifikasi sejak tahun 2013
pada bidang kepariwisataan, Lektor Manajemen pada Program Studi Manajemen di
Universitas Dhyana Pura. Sejak 2013, menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik dan
Kemahasiswaan Universitas Dhyana Pura. Pernah menjadi Dekan Fakultas Ekonomika dan
Humaniora Universitas Dhyana Pura (2011-2013). Menamatkan Doktor Pariwisata di
Universitas Udayana. Aktif sebagai penulis opini pada harian Bali Post dan media publikasi
populer lainnya. Bidang Kajian yang digelutinya adalah Ekonomi dan Pariwisata. Email:
raiutama@undhirabali.ac.id dan blog www.tourismbali.wordpress.com

16

Potrebbero piacerti anche