Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/273694787
CITATIONS READS
0 117
3 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
ABSTRACT
Internationally, individuals from developing countries have travelled to developed
countries for high quality medical care. But now, a growing number of individuals
from developed countries are travelling to regions, once characterised as third world,
seeking high quality health and wellness products and services at affordable prices.
The preference also as an opportunity for Indonesia and Bali as a tourist destination,
and the name of Bali is popular having health and wellness tourism area for several
times was known as one of the best spa destinations. The industry of health and
wellness in Bali has been become a part of tourism sector, indeed, to win the
competition, need a strategy for development in accordance to face the regional and
world competitions. This paper tried to identify and describe the health and wellness
tourism, the brief’s description of trend of health and wellness tourism in the world,
Indonesia, and Bali as well as. The conclusion of this paper describe that health and
wellness tourism are being an strength of comparativeness, and opportunity to
innovate tourism product in Bali
1. Pendahuluan
1
quoted in 1994:99)
2
Sejalan dengan beberapa pendapat di atas, jenis pariwisata atau leisure activites
telah dikemas menjadi peluang bisnis untuk menyediakan jasa layanan health and
wellness. Pada konteks ini, pariwisata health and Wellness mengacu pada kegiatan
perjalanan seseorang ke dan tinggal di tempat-tempat di luar lingkungan biasa mereka
untuk tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk tujuan health and Wellness dan
tidak berhubungan dengan suatu pekerjaan, dan tidak dibayar dari tempat yang
dikunjungi. Hal ini juga berasosiasi dengan perjalanan ke health spa atau destinasi-
destinasi resort di mana tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kebugaran fisik
melalui latihan fisik dan terapi, kontrol diet dan pelayanan medis yang relevan
dengan pemeliharaan fisik. (Romulo, at all. 2007)
Menurut Kaspar (dalam Mueller dan Kaufmann , 2007), Wellness tourism pada
konsep bisnis pariwisata adalah sub bagian dari health tourism sederajat dengan
bisnis pariwisata lainnya. Health tourism dikategorikan menjadi illness prevention
tourism dan spa/convalescence tourism. Health and wellness tourism termasuk pada
illness prevention tourism yang didalamnya dikategorikan menjadi jasa kesehatan dan
jasa kebugaran, lebih jelasnya dapat dilihat pada figure dibawah ini,
3
Figure: Demarcation of wellness tourism in terms of demand, (sumber:
Mueller, 2007)
Konsep di atas akan menjadi sangat penting jika wellness tourism dipahami
sebagai sebuah konsep ilmiah yang akan digali untuk dipelajari dan dikembangkan
menjadi konsep baru yang lebih relevan dari sisi permintaan maupun penawaran. Jika
dilihat dari sisi penawaran, wellness tourism adalah sebuah produk berupa jasa
pariwisata yang dapat dikembangkan atau dikreasikan ragamnya sesuai dengan
kondisi sebuah destinasi baik dari sisi sosial maupun lingkungan. Kaspar (dalam
Mueller dan Kaufmann , 2007)
Dari sisi permintaan, health and wellness tourism saat ini telah menjadi trend
masyarakat dunia untuk mewujudkan kebugaran dan kesehatan “health prevention”
dan mendapatkan kepuasan diri dan selanjutnya konsumen health and wellness
tourism tidak terbatas pada wisatawan asing saja tetapi telah menjadi “lifestyle”
khususnya masyarakat “konsumen” perkotaan dalam negeri (www.tpdco.org).
4
2.2 Perbedaan Medical dan Health Tourism
Health Tourism adalah perjalanan dengan motivasi kesehatan ( health
tourism) pada hakekatnya dilakukan sehubungan dengan kesehatan, seperti
pemeriksaan kesehatan (medical check-up), pemeliharaan, seperti mandi uap, mandi
lumpur, mandi air panas, pijat refleksi, pijat kebugaran dan spa yang dewasa ini
sedang marak di Indonesia, pengobatan, pemulihan dan selanjutnya. (Rogayah, 2007)
health-tourism dan medical-tourism adalah dua hal yang berbeda,
dimana health tourism dapat diartikan sebagai pariwisata kesehatan berupa perjalanan
untuk pemeliharaan dan atau pemulihan kesehatan yang pada hakekatnya dilakukan
oleh orang yang sehat, tidak menderita suatu penyakit, atau orang yang baru sembuh
dari perawatan. Sedangkan medical tourism lebih condong menyangkut tindakan
medik pengobatan (cure), operasi dan atau tindakan medik lainnya, yang dilakukan
terhadap penderita suatu penyakit atau kelainan kondisi kesehatannya.
“medical tourism, which focuses more on surgical procedures, health
tourism is a much broader concept centered mainly around resorts
designed to pamper or improve the body and relax the mind” Medical
tourism (also known as Health Tourism) is the practice of traveling
abroad to obtain healthcare services. (discovermedicaltourism, 2010)
5
and wellness tersebut. Health and Wellness produk dapat dikategorikan pada
beberapa kelompok yakni; (1) mind mental activity/education, (2) health nutrion/diet,
(3) body physical fitness/beauty care, dan (4) relaxation rest/meditation. Lebih
jelasnya dapat digambarkan pada figure dibawah ini,
6
Figure International Analysis of Health and Wellness Assets. Source : Smith and
Puczk ó (2009)
Pada sisi lainnya, seperti nampak pada figure di atas, kebutuhan atau
permintaan akan destinasi yang alami dan mampu menjadi tempat untuk melakukan
“healing” atau penyembuhan justru menjadi trend yang merata hampir di semua
kawasan dunia.
Menurut Smith dan Puczk ó, (2009: p253) health and wellness tourism dapat
dikembangkan berdasarkan bahan-bahan atau asset yang telah tersedia pada suatu
destinasi (Existing assets for health and wellness tourism) dan atau diadakan
berdasarkan kebutuhan atau permintaan (Use of existing assets).
Yang termasuk dalam Existing assets for health and wellness tourism adalah
(1) Natural healing assets, (2) Indigenous healing traditions, (3) medical service, (4)
nature,dan (5) spiritual traditions. Sedangkan yang termasuk pada use existing assets
adalah (1) leisure and recreation spas, (2) medical/ therapeutic hotel/clinic spas, (3)
7
medical/surgical clinic or hospital, (4) medical wellness center or spas, (5)holistic
retreats, dan (6) Hotel and resort spa.
Natural healing asset tersebar hampir merata di beberaa kawasan seperti
Eropa Utara, Barat dan tengah, Eropa Selatan. Sementara pada kawasan Amerika
tersebar di dua kawasan yakni Amerika Tengah dan selatan. Begitu juga dengan
kawasan Afrika dan kawasan fasifik juga kaya dengan natural healing assets,
sementara di kawasan Timur tengah dan asia tenggara tidak termasuk dalam kawasan
yang kaya dengan natural healing asset kecuali asia timur jauh, hal ini dimungkinkan
karena pada saat penelitian ini dilakukan, ke dua kawasan tersebut belum
mengeksplorasi hal tersebut sebagai asset yang bisa dijadikan natural healing asset.
8
Spritual Tradition hanya ditemukan pada kawasan asia tenggara dan asia
timur jauh hal ini dimungkinkan karena kawasan ini paling eksis dalam memelihara
budaya spiritual yang masih original atau lebih dikenal dengan spiritual tradition
seperti contohnya; penyembuhan dengan senam yoga, senam yang berbasis aliran Yin
dan Yang di China, dan sebagainya.
9
sangat cepat di Indonesia khususnya di Bali, dan industri ini menghasilkan
pendapatan yang tinggi (Widjaya, 2011).
Selama ini health and wellness khususnya Spa, lebih identik untuk kecantikan
dan kebugaran tubuh, namun seiring dengan berkembangnya kreatifitas dan inovasi
para penyedia jasa, dengan digabungkannya Spa dan herbal teraphy selain mendapat
cantik, seseorang juga mendapat banyak manfaat untuk penyembuhan berbagai
penyakit (Sugianto, 2010)
Bagi masyarakat modern, semua itu menjadi hal yang dihadapi setiap harinya.
Pada saat-saat demikian terapi kesehatan dan juga sarana untuk memanjakan diri
menjadi suatu kebutuhan bahkan telah menjadi trend saat ini, termasuk juga
langganan datang ke Spa untuk memulihkan tubuh dari rasa lelah dan lambatlaun
telah menjadi gaya hidup masyarakat dunia. (Everyday spa, 2010)
Senada dengan hal di atas, adanya tuntutan kesehatan dan kebugaran telah
berubah menjadi aktualiasi diri seiring dengan peningkatan kesejahteraan hidup
manusia juga mendorong terciptanya gaya hidup modern. Keinginan tampil beda
dengan tubuh yang senantiasa segar dan sehat, dan health and wellness tourism
berkembang seiring dengan adanya permintaan dan terciptanya beragam jenis produk
health and wellness mengiringi pesatnya tingkat persaingan antara supplier atau
penyedia jasa.
10
2.6 Health and Wellness Tourism Bali
Sebagai daerah tujuan wisata, keberadaan health dan wellness tourism, di Bali
telah dikenal di dunia sebagai salah satu destinasi spa terbaik. The Jakarta Post
(2009), memberitakan bahwa Thermes Marins Bali, Indonesia mendapat
penghargaan sebagai “best Destination SPA in Asia’ oleh Asia SPA and Wellness,
pada Asia Spa and wellness festival Gold Awards di hotel Landmark, Bangkok. Pada
acara ini ada 28 Spa and Wellness Centers yang mendapat penghargaan dari 212
nominasi yang ada di Asia, dimana penilaian dilakukan dengan melihat indikator
suasana (ambience), peralatan dan design, kualifkasi dan keterampilan therapist,
menu treatment dan kualitas layanan (service), selain itu di tahun 2009 juga Bali
mendapat penghargaan sebagai the “World’s Best Spa Destination”. Penghargaan ini
diberikan oleh Berlin-based fitness magazine Senses dan diterima pada acara annual
International Pariwisata Bourse (ITB) in Berlin.
11
Khususnya di Bali, pasar pariwisata health and Wellness dapat dibagi menjadi
empat segmen: (1) pariwisata medis, (2) Wellness dan spa, (3) keperawatan (nursing)
dan perawatan lansia (elderly care), dan (4) jasa untuk penelitian dan
diagnostik. Layanan health and Wellness di banyak negara merupakan layanan yang
ideal untuk mempromosikan peran ekspor jasa pariwisata sebagai bagian dari
GDP. Menurut statistik World Travel and Tourism Council (WTTC), diperkiraan
keseluruhan kontribusi pariwisata terhadap rata-rata GDP cukup tinggi.
Di Bali jumlah spa berkembang melebihi 160% sejak tahun 2003. Teriden-
tifikasi ada sekitar 390 spa yang sekarang sedang beroperasi dan selebihnya ada
sekitar 21 spa yang sedang di bangun (Widjaya, 2011). Tingginya perkembangan
tersebut membuka momentum bagi bisnis health and Wellness di Bali, walaupun
disisi eksternalnya bisnis ini akan berkompetisi dengan lingkungan perdagangan
internasional yang sangat kompetitif, tetap saja bisnis Health and Wellness ini
merupakan kesempatan nyata untuk mengambil keuntungan, untuk menciptakan
prospek pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini akan menjadi peluang
bagi Bali sebagai destinasi health and Wellness dimasa yang akan datang.
12
konsekuensi dari berkembangnya infrastuktur, permintaan wisatawan, industri
perhotelan dan lingkungan bisnis yang telah teratur baik. Namun, keuntungan
komparatif seperti ini, belum menjamin Bali mampu menghadapi persaingan global
telah ditentukan oleh keinginan wisatawan.
Oleh karena itu fungsi pengelolaan pariwisata health and Wellness telah
selayaknya dievaluasi kembali, khususnya bagaimana strategi yang paling tepat yang
dapat dilakukan bagi pengembangan pariwisata health and Wellness di Bali, yang
melibatkan tidak hanya pemerintah tetapi stakeholder pariwisata Bali. Dari evaluasi
tersebut, diharapkan akan mendapatkan jawaban tentang: posisi health and wellness
tourism bali pada pasar global, posisi pariwisata health and wellness Bali dalam
pasar regional, jenis dan ragam produk dan/atau pelayanan yang ditawarkan, pasar
target, mengetahui hambatan potensial, mengetahui pesaing Bali, perbedaan Bali
dengan pesaing, goal industri health and wellness bali dengan strategi peluang yang
tepat, melakukan kemitraan dengan pihak asing, dan melakukan strategi promosi
tepat.
Keberadaan Health and Wellness Tourism adalah sebuah peluang dan kekuatan untuk
menambahkan daya saing Bali sebagai sebuah destinasi pariwisata Internasional, namun jika
keberadaan health and wellness tourism di Bali tidak dikelola sebagai bagian utuh dari
pariwisata Bali, akibatnya akan berdampak pada kualiats destinasi secara keseluruhan.
13
Daftar Pustaka
Finn, Emanuel, 2002, Health Tourism, Volume No 1 Issue No 23, Friday, June 28,
2002
GMDC and The Hartman Group. 2009. Consumer Shopping Habits for Wellness and
Environmentally Conscious Lifestyles Study: Insights for Health, Beauty and
Wellness. http://www.pacific.edu/Documents/school-pharmacy/acrobat
/Consumer%20 Shopping%20Habits %20 for%20Wellness%20-
%20Presentation.pdf.
Gonzales, Anthony, et.al. 2001. Health Tourism and Related Services: Caribbean
Development and International Trade, Caribbean Regional Negotiating
Machinery (CRNM).
Karen (2005). Different kinds of leisure activities at the weekends in Bristol. Bristol
Research Paper.
Pendit, Nyoman S., 2002, Ilmu Pariwisata, Jakarta: Pt. Pradnya Paramita.
14
Pitana, I Gde, dan Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Jogyakarta: Penerbit Andi
Romulo A. Virola and Florande S. Polistico. 2007. Measuring Pariwisata health and
Wellness in the Philippines. 10th National Convention on Statistics (NCS).
EDSA Shangri-La Hotel.
SpaFinder.2008. Issues 5th Annual Spa Trends Report, 10 Spa Trends to Watch in
2008. www.acybernews.com/spafinder-issues-5th-annual-spa-trends-report-10-
spa-trends-to-watch-in-2008/
The Baxter Group (2003). “The Canadian pariwisata Resource Guide 2003/04: A
Directory of New Products and Services.” Toronto, Ontario
The Jakarta Post. 2005. ‘Bali again named world's favorite tourist island’.
http://www.the- jakartapost.com/news/2005/07/11/Bali-again-named-
world039s-favorite-tourist-island.html
The Jakarta Post. 2009. ‘Bali named world's best spa destination”.
http://www.thejakarta post.com/news/2009/03/25/Bali-named-world039s-best-
spa-destination.html
Widjaya, Lulu. 2011. Spa Industry in Bali. Guest Lecturer in Tourism Doctoral
Program at Udayana University.
15
Smith, Melanie dan Puczkó, László. (2009). Health and Wellness Tourism.
Butterworth-Heinemann is an imprint of Elsevier, Linacre House, Jordan Hill,
Oxford OX2 8DP, UK 30 Corporate Drive, Suite 400, Burlington, MA 01803,
USA, Retrive from http://www.download-it.org/learning-
resources.php?promoCode=&partnerID=&content=story&storyID=1719
Sugianto, Agy. 2010. Spa Jadi gaya hidup masyarakat kota. Retrive from
http://bataviase.co.id/node/310818
BIODATA
i
I Gusti Bagus Rai Utama adalah dosen tetap sejak 2001 dan tersertifikasi sejak tahun 2013
pada bidang kepariwisataan, Lektor Manajemen pada Program Studi Manajemen di
Universitas Dhyana Pura. Sejak 2013, menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik dan
Kemahasiswaan Universitas Dhyana Pura. Pernah menjadi Dekan Fakultas Ekonomika dan
Humaniora Universitas Dhyana Pura (2011-2013). Menamatkan Doktor Pariwisata di
Universitas Udayana. Aktif sebagai penulis opini pada harian Bali Post dan media publikasi
populer lainnya. Bidang Kajian yang digelutinya adalah Ekonomi dan Pariwisata. Email:
raiutama@undhirabali.ac.id dan blog www.tourismbali.wordpress.com
16