Sei sulla pagina 1di 13

FAKTOR – FAKTOR SERTA ALASAN YANG MENYEBABKAN

TINGGINYA ANGKA CERAI GUGAT


Oleh : Widodo
Fakultas Hukum Universitas Surakarta

ABSTRACT
The factors and reasons in Divorce Petition that can become the basis of
your divorce petition in Religion Court include: “Husband makes sexual
intercourse outside of marriage, is a drunker, drug abuser, gambler, and etc; he
has left you for 2 (two) successive years without license or clear and right reason;
it means that the husband consciously and deliberately leaves you, he is imprisoned
for 5 (five) years or more after marriage, he does violence and like to treat you
poorly, he cannot undertake his obligation because of his disability or disease, the
incidence of ongoing dispute and quarrel without the probability of concord, the
husband breaks the taklik-talak he had said during ijab-kabul, he converts leading
to discordance within family.
The research method employed was descriptive one. As a prescriptive
research, this current research studied legal objective, justice value, rule of law
validity, legal concepts and legal norms. This descriptive research aimed to
describe systematically a certain population or area. The descriptive research was
intended to provide prior data as thorough as possible about human, condition or
other phenomenon. The qualitative data analysis was a research method providing
descriptive data in which what the respondents say in either written or spoken form
and what they do actually were investigated and studied as something intact.
The legal rationales the Judge made still referred to legislation or
government decision or enacted rule norms such as Law No.1 of 1974, Islamic Law
Compilation (KHI), Civil Code and Herzien Inlandsch Reglement (HIR), and etc. It
means that the Judge’s rationales in deciding the divorce (petitioning divorce) case
considered firstly the posita and petitum existing in the petition. Then, the facts in
the trial and the evidence brought into trial, either written or spoken (witness),
were also taken into account. Meanwhile, non-legal rationale was made by the
Judge as the attempt of confirming and clarifying the existing legislation in order
to be consistent with the expectation; these rationales included usefulness,
economic, time or effectiveness, and so on. Secondly, there were two perspectives
on the effectiveness of petitioning divorce verdict implementation in Religion
Court: society perspective and court perspective. In society perspective, a
petitioning divorce verdict was considered as ineffective because it was not
realized as due. It means that the wife’s rights as included in the verdict were
frequently unfulfilled by the husband (former husband). Meanwhile, in Religion
Court perspective, the result of verdict made and imposed to the parties was
considered as effective because no report from the parties on the right or
obligation denial by one party.
1
Keywords: Petitioning Divorce Factor, Petitioning Divorce Reason, Divorce
Petition.

LATAR BELAKANG. Hal ini di sebabkan adanya


pengaruh lingkungan dan
Dengan adanya Undang- perkembangan sosial yang tidak
Undang No.1 tahun 1974 tentang memadai. Perkawinan tersebut harus
perkawinan, dan berlakunya secara ada persetujuan, dari kedua belah
efektif sejak tanggal 1 Oktober 1975 pihak calon mempelai secara sukarela
tentang pelaksanaan undang-Undang tanpa ada paksaan dari pihak lain. Hal
No.1 tahun 1974 tentang perkawinan. ini demi kebahagian hidup yang di
yang mana dalam pasal 1 Undang- inginkan dalam perkawinan
Undang No.1 Tahun 1974 yang tersebut.Segala sesuatu yang akan
berbunyi : “perkawinan ialah ikatan dilaksanakan perlu direncanakan dulu
lahir batin antara seorang pria dengan agar membuahkan hasil yang baik,
seorang wanita sebagai suami istri demikian pula dengan hidup
dengan tujuan membentuk keluarga berkeluarga (perkawinan).
(rumah tangga) yang bahagia dan Disamping hal tersebut diatas
kekal berdasarkanKetuhanan Yang sering pula tujuan perkawinan tidak
Maha Esa”.1 dapat dilaksanakan sesuai dengan cita-
“Menurut Prof. DR. Wirjono cita yang di impikan sewaktu mereka
Projodikoro, SH., perkawinan adalah belum melaksanakan perkawinan
hidup bersama dari seorang laki – laki sehingga mengakibatkan timbulnya
dan seorang perempuan yang ketegangan-ketegangan sampai pada
memenuhi syarat – syarat tertentu.”2 permusuhan sehingga keutuhan rumah
Kedewasaan dalam hal fisik dan tangga (perkawinan) tidak dapat di
rohani dalam perkawinan adalah pertahankan lagi. Maka untuk
merupakan dasar untuk mencapai mempertahankan suatu perkawinan
tujuan dan cita-cita perkawinan, agar perkawinan tersebut bisa kekal
walaupaun demikian masih banyak dan bahagia di perlukan persiapan-
juga anggota masyarakat kita yang persiapan yang sangat matang dari
kurang memperhatikan atau kedua calon mempelai baik fisik
menyadarinya. maupun mental, sehingga mereka
menjadi suami istri dengan mudah
1
Prof.R.Subekti,S.H,Kitab Undang-Undang
mendapatkan suatu bentuk
Hukum Perdata,Pradnya Paramita, Jakarta, persesuaian-persesuaian pendapat
2004, hal.537 dalam mencapai tujuan yang di cita-
2 Prof. DR. Wirjono Projodikoro SH.,
citakan dalam suatu perkawinan.
hukum perkawinan di Indonesia,cetakan Dengan demikan terjadinya
keenam, hal.. 7
perkawinan itu diharapkan agar di
2
dapat keturunan yang akan menjadi yang berarti mengadakan perjanjian
penerus silsilah orang tua dan kerabat, pernikahan4
menurut garis ayah atau garis ibu atau Kitab Undang-Undang Hukum
garis orang tua. Adanya silsilah yang Perdata perkawinan adalah pertalian
menggantikan kedudukan seseorang yang sah antara seorang laki-laki
sebagai anggota kerabat adalah dengan seorang perempuan untuk
merupakan barometer dari asal-usul waktu yang lama. Perkawinan
keturunan seseorang yang baik dan menurut hukum adat suatu perkawinan
teratur. merupakan urusan Kerabat atau
Faktor penyebab cerai gugat urusan masyarakat, urusan pribadi satu
yang terjadi terbanyak adalah karena sama lain dalam hubungan yang
Faktor suami meninggalkan berbeda-beda, atau merupakan salah
tanggungjawab, Faktor ini menempati satu cara untuk menjalankan upacara-
urutan pertama dari seluruh Faktor- upacara yang banyak corak ragamnya
faktor yang ada. Hal ini menunjukkan menurut tradisi masing-masing tradisi.
adanya persoalan-persoalan yang Hukum agama adalah suatu perbuatan
dihadapi oleh isteri dalam perkawinan yang suci (sakramen, samskara) yaitu
yang berhubungan dengan hak-hak perkawinan adalah suatu perikatan
yang seharusnya diterimanya selama antara dua belah pihak yaitu pihak pria
perkawinan itu berlangsung, namun dan pihak wanita dalam memenuhi
pihak suami mengabaikan hak tersebut perintah dan anjuran Yang Maha Esa,
kepada isteri agar kehidupan keluarga dan
berumah-tangga serta berkerabat bisa
TINJAUAN PUSTAKA berjalan dengan baik sesuai dengan
anjuran agamanya. Perkawinan
Perkawinan menurut Undang- menurut Hukum Islam adalah
undang No. 1 Tahun 1974 pasal (1), pernikahan, yaitu akad yang sangat
perkawinan adalah ikatan lahir batin kuat atau mistaqan qhalidzan untuk
antara seorang pria dengan seorang mentaati perintah Allah dan
wanita sebagai seorang suami-istri melaksanakan merupakan ibadah”.5
dengan tujuan membentuk keluarga Hukum Islam perkawinan adalah akad
(rumah-tangga) yang bahagia dan atau persetujuan antara calon suami
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang dan calon istri karenanya berlangsung
Maha Esa.3 Menurut istilah ilmu fiqih melalui ijab dan qobul atau serah
dapakai perkataan nikah dan perkataan terima. Apabila akad nikah tersebut
ziwaj. Nikah menurut bahasa
mempunyai arti sebenarnya dan arti 4Drs.Kamal Muchtar, Asas – Asas
kiasan. Arti nikah yang sebenarnya Hukum Islam Tentang Perkawinan, Bulan
adalah menghimpit, sedang arti Bintang, Jakarta, 1973, hal. 1
5 Departemen Agama RI, Kompilasai
kiasannya adalah sentuh, atau aqad
Hukum Islam di Indonesia. Direktorat
Jendral Pembinaan Kelembagaan
3 Op. Cit Hal. 537 Agama, Jakarta, 2000, hal. 14.
3
telah dilangsungkan, maka mereka masih hidup atau dari orang tua
telah berjanji dan bersedia yang mampu menyatakan
menciptakan rumah-tangga yang kehendaknya.
harmonis, akan hidup semati dalam 4. Dalam kedua orang tua telah
menjalani rumah-tangga bersama- meninggal dunia atau dalam
sama. keadaan tidak mampu untuk
Perkawinan adalah hidup menyatakan kehendaknya, maka
bersama dari seorang laki-laki dan izin diperoleh dari wali orang
seorang perempuan yang memenuhi yang memelihara atau keluarga
syarat-syarat tertentu. Hukum katholik yang mempunyai hubungan darah
perkawinan adalah ikatan seumur garis keturunan lurus keatas
hidup antara seorang pria dengan selama mereka masih hidup dan
seorang wanita sebagai suami istri dalam keadaan dapat menyatakan
yang terjadi atas persetujuan kedua kehendaknya.
belah pihak yang tidak dapat ditarik 5. Dalam hal ada perbedaan
kembali. Sedangkan menurut pendapat antara orang-orang yang
prostestan perkawinan adalah ikatan disebut dalam ayat (2), (3) dan (4)
seumur hidup antara seorang pria pasal ini, atau salah satu orang
dengan seorang wanita yang atau lebih diantara mereka tidak
mempunyai janji yang dilandasi kasih menyatakan pendapatnya, maka
gereja. pengadilan dalam hukum tempat
tinggal orang yang akan
Syarat-syarat Perkawinan melangsungkan perkawinan atas
Menurut UU No. 1 Tahun permintaan orang tersebut dapat
1974 syarat-syarat perkawinan memberikan izin setelah lebih
tercantum pada pasal 6 dan pasal 7 dahulu mendengar orang-orang
adalah sebagai berikut: tersebut dalam ayat (2), (3), (4)
1. Perkawinan harus didasarkan atas pasal ini.
persetujuan kedua calon 6. Ketentuan tersebut ayat (1)
mempelai. sampai dengan ayat (5) pasal ini
2. Untuk melangsungkan berlaku sepanjang hukum masing-
perkawinan seseorang yang belum masing agamanya dan
mencapai umur 21 tahun harus kepercayaannya itu dari yang
mendapat izin dari kedua orang bersangkutan tidak menentukan
tua. lain.
3. Dalam hal salah seorang dari Syarat-syarat perkawinan
kedua orang tua telah meninggal menurut pasal 7 UU No. 1 Tahun
dunia atau dalam keadaan tidak 1974 yaitu:
mampu menyatakan 1. Perkawinan hanya diizinkan jika
kehendaknya, maka izin pihak pria sudah mencapai umur
dimaksud ayat (2) pasal ini cukup 19 tahun dan pihak wanita sudah
memperoleh dari orang tua yang mencapai umur 16 tahun.
4
2. Dalam hal penyimpangan tunggu bagi yang masih datang
terhadap ayat (1) pasal ini dapat bulan ditetapkan 3 kali suci
meminta dispensasi kepada sekurang-kurangnya 90 hari
pengadilan atau pejabat lain yang dan yang tidak berdatang bulan
ditunjuk oleh kdua orang tua ditetapkan 90 hari.
pihak pria maupun pihak wanita. c. Apabila perkawinan sedang
3. Ketentuan-ketentuan mengenai janda tersebut dalam keadaan
keadaan salah seorang atau kedua hamil,waktu tunggu di
orang tua tersebut dalam pasal 6 tetapkan sampai melahirkan.
ayat (3) dan (4) UU ini, berlaku 2. Tidak ada waktu tunggu bagi
yang dalam hal permintaan janda yang putus perkawinan
dispensasi tersebut ayat (2) pasal karena perceraian sedangkan
ini dengan tidak mengurangi yang antara janda tersebut dengan
dimaksud dalam pasal 6 ayat (6). bekas suaminya belum pernah
Syarat perkawinan bagi seorang terjadi hubungan kelamin.Bagi
janda. Bagi seorang janda yang perkawinan yang putus karena
hendak melangsungkan perceraian, tenggang waktu
perkawinan berlaku waktu tunggu di hitung sejak jatuhnya
tunggu. putusan, sedangkan dari
Peraturan tentang waktu perkawinan yang putus karena
tunggu di atur dalam pasal 11 UU kematian, tenggang waktu di
Perkawinan. Bunyi pasal 11 UU No 1 hitung sejak kematian suaminya.
Tahun 1974 adalah :
1. Bagi seorang wanita yang putus Tujuan Perkawinan
perkawinanya berlaku jangka Tujuan perkawinan menurut
waktu tunggu. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
2. Tenggang waktu jangka waktu adalah membentuk rumah tangga yang
tunggu tersebut ayat 1 akan diatur bahagia dan kekal berdasarkan
dalam Peraturan Pemerintah lebih Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari
lanjut. kalimat tersebut dapat ditarik
Dalam Peraturan Pemerintah kesimpulan bahwa :
No 9 Tahun 1974 waktu tunggu diatur 1. Perkawinan itu adalah untuk
dalam pasal 39 yang berbunyi : membentuk keluarga yaitu
1. Waktu tunggu bagi seorang janda mendapatkan keturunan, karena
sebagaimana dimaksud dalam suatu keluarga tentunya terdiri
pasal 11 ayat 2 Undang-undang dari suami istri dan anak-anaknya.
ditentukan sebagai berikut: 2. Perkawinan itu untuk selama-
a. Apabila perkawinan putus lamanya, hal ini dapat kita tarik
karena kematian, jangka waktu dari kata “kekal”.
tunggu ditetapkan 130 hari. 3. Perkawinan itu bertujuan untuk
b. Apabila perkawinan putus mencapai kebahagiaan.
karena perceraian, waktu a) Tujuan perkawinan yang
5
diinginkan dalam Undang- dalam syariat. Dalam hukum
Undang No. 1 Tahun 1974 Islam perkawinan juga
bila kita rasakan adalah bertujuan menuruti perintah
sangat ideal karena tujuan Allah untuk memperoleh
perkawinan itu tidak hanya keturunan yang sah dalam
melihat dari segi lahiriah saja masyarakat yang mendirikan
tetapi sekaligus terdapat suatu rumah tangga yang
adanya suatu pertautan batin damai dan teratur
antara suami 30 dan istri c) Sedangkan tujuan
yang ditujukan untuk perkawinan menurut Hukum
membina suatu keluarga atau Adat adalah untuk
rumah tangga yang kekal dan melahirkan generasi muda,
bahagia bagi keduanya dan melanjutkan garis hidup
yang sesuai dengan kehendak orang tua, mempertahankan
Tuhan Yang Maha Esa. derajat memasuki inti sosial
Bahwa dengan dalam masyarakat dan untuk
melangsungkan perkawinan memenuhi kebutuhan hidup
akan diperoleh kebahagiaan, secara individu. Menurut
baik materiil maupun Bambang Suwondo
spirituil. Kebahagiaan yang mengatakan bahwa tujuan
ingin dicapai bukanlah perkawinan menurut Hukum
kebahagiaan yang sifatnya Adat ialah secara sosiologi
sementara saja, tetapi untuk memperoleh
kebahagiaan yang kekal, pengakuan dari masyarakat
karenanya perkawinan yang setempat
diharapkan juga adalah Kerangka berfikir Perkawinan
perkawinan yang kekal, yang bagi manusia merupakan hal yang
dapat berakhir dengan penting, karena dengan sebuah
kematian. perkawinan seseorang akan
b) Tujuan perkawinan menurut memperoleh keseimbangan hidup baik
Hukum Islam adalah untuk secara sosial biologis, psikologis
memenuhi hajat dan tabiat maupun secara sosial.
kemanusiaan berhubungan 1. Perkawinan menurut Undang-
antara laki-laki dan undang No. 1 Tahun 1974 pasal 1
perempuan dalam rangka perkawinan adalah ikatan lahir
mewujudkan suatu keluarga batin antara seorang pria dengan
yang bahagia dengan dasar seorang wanita sebagai seorang
cinta kasih sayang untuk suami-istri dengan tujuan
memperoleh keturunan yang membentuk keluarga (rumah-
sah dalam masyarakat dengan tangga) yang bahagia dan kekal
mengikuti ketentuan- berdasarkan Ketuhanan Yang
ketentuan yang telah diatur Maha Esa.
6
2. Tujuan perkawinan yang merupakan kulminasi dari
diinginkan dalam Undang- penyelesaian perkawinan yang
Undang No. 1 Tahun 1974 bila buruk, dan terjadi apabila antara
kita rasakan adalah sangat ideal suami-istri sudah tidak mampu
karena tujuan perkawinan itu lagi mencari cara penyelesaian
tidak hanya melihat dari segi masalah yang dapat memuaskan
lahiriah saja tetapi sekaligus kedua belah pihak. Banyak
terdapat adanya suatu pertautan perkawinan yang tidak
batin antara suami dan istri yang membuahkan kebahagian tetapi
ditujukan untuk membina suatu tidak diakhiri dengan perceraian
keluarga atau rumah tangga yang karena perkawinan tersebit
kekal dan bahagia bagi keduanya didasari oleh pertimbangan
dan yang sesuai dengan kehendak agama, moral, kondisi ekonomi
Tuhan Yang Maha Esa. dan alasan lainnya.
3. Tujuan dari perkawinan yang lain Tetapi banyak juga perkawinan
adalah memperoleh keturunan yang diakhiri dengan perpisahan dan
yang baik. Dengan perkawinan pembatalan baik secara hukum
pada usia yang terlalu muda maupun dengan diam-diam dan ada
mustahil akan memperoleh juga yang salah satu (istri/suami)
keturunan yang berkualitas. meninggalkan keluarga.
Kedewasaan ibu juga sangat
berpengaruh terhadap Pengertian Perceraian
perkembangan anak, karena ibu Perceraian merupakan
yang telah dewasa secara kulminasi dari penyelesaian
psikologis akan akan lebih perkawinan yang buruk, dan terjadi
terkendali emosi maupun apabila antara suami-istri sudah tidak
tindakannya, bila dibandingkan mampu lagi mencari cara penyelesaian
dengan para ibu muda. Tanpa masalah yang dapat memuaskan kedua
disadari bahwa perkawinan usia belah pihak. Banyak perkawinan yang
muda sering membawa akibat tidak membuahkan kebahagian tetapi
yang negatif. Salah satu dari tidak diakhiri dengan perceraian
akibat perkawinan usia muda itu karena perkawinan tersebit didasari
adalah perceraian, walaupun oleh pertimbangan agama, moral,
perceraian tidak hanya terjadi kondisi ekonomi dan alasan lainnya.
pada suami istri yang menjalani Tetapi banyak juga perkawinan yang
perkawinan usia muda, tetapi juga diakhiri dengan perpisahan dan
pada suami istri yang menjalani pembatalan baik secara hukum
perkawinan sesuai dengan UU maupun dengan diam-diam dan ada
Perkawinan. Perceraian sering juga yang salah satu (istri/suami)
terjadi karena tidak ada meninggalkan keluarga.
keharmonisan lagi dalam rumah Tuntutan perceraian harus
tangga mereka. Perceraian dimajukan kepada Hakim secara gugat
7
biasa dalam perkara perdata, yang Pada saat ini, banyak
harus didahului dengan meminta izin masyarakat yang tidak
kepada Ketua Pengadilan Negeri mengetahui tata cara
setempat untuk menggugat. Sebelum perceraian menurut hukum
izin diberikan, Hakim harus berusaha Islam. Masyarakat hanya
untuk mendamaikan kedua belah mengetahui adanya talak 1,
pihak.6 talak 2 dan talak 3 saja tanpa
Tanpa disadari bahwa mengetahui dengan jelas
perkawinan usia muda sering maksud dari semuanya itu.
membawa akibat yang negatif. Salah b) Perceraian dalam istilah ahli
satu dari akibat perkawinan usia muda Figh disebut “talak” atau
itu adalah perceraian, walaupun “furqah”. Talak berarti
perceraian tidak hanya terjadi pada membuka ikatan
suami istri yang menjalani perkawinan membatalkan perjanjian,
usia muda, tetapi juga pada suami istri sedangkan “furqah” berarti
yang menjalani perkawinan sesuai bercerai (lawan dari
dengan Perkawinan. berkumpul). Lalu kedua kata
Perceraian sering terjadi karena itu dipakai oleh para ahli Figh
tidak ada keharmonisan lagi dalam sebagai satu istilah, yang
rumah tangga mereka.Perceraian berarti perceraian antara
adalah penghapusan perkawinan suami-isteri. Perkataan talak
dengan putusan hakim, atau tuntutan dalam istilah ahli Figh
salah satu pihak dalam perkawinan itu. mempunyai dua arti, yakni
arti yang umum dan arti yang
1) Pengertian Perceraian Menurut khusus. Talak dalam arti
hukum Islam dan UU No. 1 umum berarti segala macam
Tahun 1974, bentuk perceraian baik yang
a) Menurut hukum Islam dan dijatuhkan oleh suami, yang
UU No. 1 Tahun 1974, ditetapkan oleh hakim,
Perceraian adalah maupun perceraian yang
salah satu sebab putusnya jatuh dengan sendirinya atau
perkawinan. Perceraian tidak perceraian karena
hanya berakibat pada meninggalnya salah seorang
pasangan itu saja, tetapi akan dari suami atau isteri. Talak
berakibat pula pada dalam arti khusus berarti
pemeliharaan anak, harta perceraian yang dijatuhkan
bersama dan masalah oleh pihak suami.Karena
pemberian nafkah. salah satu bentuk dari
perceraian antara suami-isteri
6
itu ada yang disebabkan
Djumairi Achmad, Hukum Perdata II.
karena talak maka untuk
Semarang: Dosen Fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo Semarang, 1990, hal. 65. selanjutnya istilah talak yang
8
dimaksud di sini ialah talak Karena pada dasarnya secara syar’i,
dalam arti yang khusus. talak tidak boleh diucapkan dalam
keadaan emosi. Sehingga, melalui
Alasan Perceraian proses legalisasi di depan pengadilan,
Perceraian merupakan salah terdapat jenjang waktu bagi suami
satu sebab putusnya perceraian. UU untuk merenungkan kembali talak
perkawinan menyebutkan adanya 16 yang telah terucap. Saat ini Pengadilan
hal penyebab perceraian. Penyebab Agama memberikan sarana mediasi.
perceraian tersebut lebih dipertegas Di pengadilan sekarang sudah dimulai
dalam rujukan Pengadilan Agama, sejak adanya Surat Edaran dari
yaitu Kompilasi Hukum Islam (KHI), Mahkamah Agung No, 1 Tahun 2002.
dimana yang pertama adalah Seluruh hakim di Pengadilan Agama
melanggar hak dan kewajiban. benar-benar harus mengoptimalkan
Dalam hukum Islam, hak cerai lembaga mediasi tersebut.
terletak pada suami. Oleh karena itu di Melalui mediasi tersebut,
Pengadilan Agama maupun banyak permohonan talak yang ditolak
pengadilan Negeri ada istilah Cerai oleh Pengadilan Agama, dengan
Talak. Sedangkan putusan pengadilan beberapa alasan. Pertama, karena tidak
sendiri ada yang disebut sebagai cerai sesuai dengan ketentuan UU. Kedua,
gugat. Disinilah letak perbedaannya. mungkin dari positanya obscuur atau
Bahkan ada perkawinan yang putus kabur, dan antara posita dan
karena li’an, khuluk, fasikh dan petitumnya bertentangan. Misalnya,
sebagainya. Putusan pengadilan ini istri minta cerai, tetapi dia minta
akan ada berbagai macam produknya. nafkah juga. Sedangkan dalam alasan
Pada penyebab perceraian, perceraiannya, si istri menyebutkan
pengadilan memberikan legal formal, bahwa suaminya tidak memberi
yaitu pemberian surat sah atas nafkah selama beberapa bulan
permohonan talak dari suami. Surat berturut-turut.
talak tersebut diberikan dengan Lembaga mediasi yang mulai
mengacu pada alasan-alasan dioptimalkan sejak tahun 2003,
sebagaimana diatur dalam pasal 39 membawa banyak hasil positif.
ayat (2), dimana salah satu pihak Lembaga mediasi ini selalu berpulang
melanggar hak dan kewajiban. pada syar’i. Al-Qur’an selalu kembali
Sehingga, walaupun surat talak pada lembaga hakam itu. Jadi, hakam
tersebut sah secara hukum, namun dari pihak suami dan hakam dari pihak
tidak ada kata kesepakatan diantara istri. Jadi, setiap perkara yang bisa
dua pihak untuk bercerai. Sebagai diarahkan dengan menggunakan
contoh, apabila seorang suami lembaga hakam dan mengarah pada
menjatuhkan talak satu kepada syiqoq, sebisa mungkin menggunakan
istrinya, maka talak satu yang lembaga mediasi.
diucapkan tersebut harus dilegalkan Tata cara pengajuan
telebih dahulu di depan pengadilan. permohonan dan gugatan perceraian
9
merujuk pada Pasal 118 HIR, yaitu Kubro dapat diupayakan rujuk, namun
bisa secara tertulis maupun secara harus melalui penghalalan (muhalil).
lisan. Apabila suami mengajukan Sedangkan untuk Ba’in Sugro terlepas
permohonan talak, maka permohonan dari adanya masa masa iddhah atau
tersebut diajukan di tempat tinggal si tidak, tetap harus melalui akad nikah
istri. Sedangkan apabila istri untuk rujuk dan harus melewati
mengajukan gugatan cerai, gugatan prosesi pernikahan sebagaimana awal
tersebut juga diajukan ke pengadilan menikah dulu.
dimana si istri tinggal. Dalam hal ini, Secara umum, masyarakat hanya
kaum istri memang mendapatkan mengenal istilah talak sebatas sebutan
kemudahan sebagaimana diatur dalam talak satu, talak dua dan talak tiga.
hukum Islam. Talak yang dijatuhkan oleh suami
Setelah cerai, maka bagi istri disebut sebagai cerai talak. Sedangkan
berlaku masa tunggu (masa iddhah), talak yang diajukan oleh istri
yaitu selama tiga nulam sepuluh hari. dinamakan cerai gugat. Jadi
Sedangkan bagi wanita yang sedang sebenarnya ada dua jenis talak. Dari
hamil, maka masa iddhah nya adalah kedua talak ini, akan ada beberapa
sampai dia melahirkan. Masa idhah produk talak. Produk Cerai talak
tersebut berlaku ketika putusan hakim adalah Talak Raj’i, dimana untuk
berkekuatan hukum tetap. Sedangkan rujuk tidak harus melalui akad baru.
untuk kasus cerai talak, maka masa Rujuk dalam Talak Raj’i cukup hanya
iddhah berlaku setelah permohonan dengan pernyataan suami bahwa dia
talak suami dilegalkan oleh telah rujuk dengan sang istri.
Pengadilan Agama. Sedangkan produk cerai gugat adalah
Apabila masa iddhah telah talak Ba’in, sebagaimana yang telah
lewat dan mantan suami istri ingin diuraikan di atas. Dalam Talak Bail
kembali rujuk, maka mereka pun Kubro, terdapat Li’an dan dzihar.
dapat kembali rujuk, namun harus Li’an artinya adalah sumpah seorang
dilihat jenis talaknya terlebih dahulu. suami dan istri bahwa satu sama lain
Secara umum, talak artinya adalah telah berzina. Jadi, masing-masing
kembali. Terdapat dua jenis talak, pihak telah siap dengan konsekuensi
yaitu talak Ba’in dan talak Raj’i. Talak dan azhab dari Allah, apabila memang
Raj’i adalah talak yang diucapkan oleh benar mereka berbohong.
suami, dan apabila ingin rujuk dalam Sedangkan dzihar adalah
masa iddhah, maka tidak perlu ada tindakan suami yang mempersamakan
akad nikah baru. Cukup adanya istrinya dengan ibu kandungnya.
pernyataan dari pihak suami bahwa Dalam syariat sama saja dengan
mereka sudah rujuk. Sedangkan untuk mencampuri ibunya. Oleh karena itu,
talak Ba’in, yaitu perceraian karena Li’an merupakan perbuatan yang
diajukan oleh sang istri. Talak Ba’in harus diceraikan dengan talak Ba’in
terdiri atas dua jenis, yaitu Ba’in Kubro. Dalam hal muhalil, maka si
Kubro dan Ba’in sugro. Talak Ba’in muhalil wajib kumpul dengan istrinya
10
tanpa basa basi. Muhalil tidak boleh Alasan yang dapat dijadikan
disertai dengan mut’ah. dasar gugatan perceraian anda di
Dalam hal sang istri ingin mengajukan Pengadilan Agama antara lain:
gugatan, maka hal utama yang harus a. Suami berbuat zina, pemabuk,
dipersiapkan oleh sang istri adalah pemadat, penjudi dan
surat gugatan. Sedangkan untuk cerai sebagainya
talak, kurang lebih sama. Namun yang b. Suami meninggalkan anda
perlu dipersiapkan oleh sang suami selama 2 (dua) tahun berturut-
bukan gugatan, melainkan turut tanpa ada ijin atau alasan
permohonan untuk melegalkan talak yang jelas dan benar, artinya:
yang sudah terucap. suami dengan sadar dan sengaja
Alasan untuk mengajukan cerai talak meninggalkan anda;
dan cerai gugat kurang lebih sama. c. Suami dihukum penjara selama
Hanya saja dalam cerai talak ada satu (lima) 5 tahun atau lebih setelah
perbedaan, yaitu seorang istri yang perkawinan dilangsungkan;
nusyuz, artinya seorang istri yang d. Suami bertindak kejam dan suka
tidak talak kepada suami. menganiaya anda;
Apabila setelah bercerai baik e. Suami tak dapat menjalankan
suami maupun istri ingin rujuk kewajibannya sebagai suami
kembali, maka peristiwa rujuk tersebut karena cacat badan atau penyakit
akan tercatat dalam lembar terakhir yang dideritanya
buku nikah. Demikian halnya apabila f. Terjadi perselisihan dan
para pihak memiliki perjanjian pertengkaran terus menerus
pranikah, maka perjanjian tersebut tanpa kemungkinan untuk rukun
akan tercatat dalam lembar terakhir kembali;
buku nikah itu juga, dengan g. Suami melanggar taklik-talak
sepengetahuan instansi yang yang dia ucapkan saat ijab-
berwenang, yaitu KUA. Meskipun kabul;
Islam menyukai terjadinya perceraian h. Suami beralih agama atau
dari suatu perkawinan. Dan perceraian murtad yang mengakibatkan
pun tidak boleh dilaksanakan setiap ketidak harmonisan dalam
saat yang dikehendaki. Perceraian keluarga.
walaupun diperbolehkan tetapi agama
Islam tetap memandang bahwa KESIMPULAN
perceraian adalah sesuatu yang
bertentangan dengan asas – asas Faktor-faktor serta Alasan
Hukum Islam. dalam Gugatan Perceraian yang dapat
dijadikan dasar gugatan perceraian
Faktor-faktor serta Alasan dalam anda di Pengadilan Agama antara lain:
Gugatan Perceraian “Suami berbuat zina, pemabuk,
pemadat, penjudi dan sebagainya,
Suami meninggalkan anda selama 2
11
(dua) tahun berturut-turut tanpa ada digunakan oleh pihak yang tidak puas
ijin atau alasan yang jelas dan benar, atas pembagian harta bersama
artinya: suami dengan sadar dan tersebut. Pada prinsipnya pembuat
sengaja meninggalkan anda, Suami Undang-Undang memang bermaksud
dihukum penjara selama (lima) 5 untuk memelihara dan menjaga
tahun atau lebih setelah perkawinan kepentingan wanita dengan adanya
dilangsungkan, Suami bertindak Pasal tersebut, karena bila wanita yang
kejam dan suka menganiaya anda, mengajukan gugat cerai atau sang
Suami tak dapat menjalankan suami memohon cerai talak, maka
kewajibannya sebagai suami karena biasanya penguasaan harta bersama
cacat badan atau penyakit yang yang lebih dominan adalah laki-laki,
dideritanya, Terjadi perselisihan dan artinya dalam perceraian wanita yang
pertengkaran terus menerus tanpa banyak dirugikan, karena itulah
kemungkinan untuk rukun kembali, diantisipasi dengan dibukanya
Suami melanggar taklik-talak yang dia kumulasi (penggabungan) gugatan
ucapkan saat ijab-kabul, Suami beralih harta bersama dengan gugatan
agama atau murtad yang perceraian atau gugat balik tersebut.
mengakibatkan ketidak harmonisan Adanya sistem pembelajaran
dalam keluarga. kendala-Kendala yang diberikan oleh pemerintah
Penyebab Lamanya Melakukan Proses kepada masyarakat tentang arti
Perceraian, Perkara perceraian pentinganya sebuah perkawinan,
memang ada yang penyelesaiannya sehingga dalam hal ini dapat
bertahun-tahun, tetapi ini bukan memberikan gambaran kepada
disebabkan karena buruknya kinerja masyarakat bahwa tentang betapa
hakim dalam menangani kasus artinya sebuah bahtera rumahtangga
perceraian, tetapi lebih karena aturan yang harmonis, penyuluhan kepada
Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang No. masyarakat yang menyangkut hukum
7 Tahun 1989 sebagaimana diubah perkawinan dan perceraian dengan
dengan Undang-Undang No. 3 Tahun segala aspeknya sangatlah diperlukan
2003 Tentang Peradilan Agama. sekali sehingga dapat memberikan
Dalam Pasal 86 ayat (1) tersebut rangsangan terhadap masyarakat
membuka kemungkinan untuk tentang arti pentingnnya sebuah ikatan
mengajukan gugatan harta bersama perkawinan sehingga diharapkan dapat
yang dikumulasikan dengan perkara menguraangi angka perceraian. Dalam
gugatan perceraian atau menggunakan hal ini diharapkan kinerja hakim
gugat balik (reconventie), biasanya dalam posisi yang memberikan
para pihak memanfaatkan upaya keadilan bagi kedua belah pihak,
hukum banding atau kasasi bahkan biarpun perceraian adalah jalan
peninjauan kembali adalah yang terakhir dalam penyelesaian rumah
menyangkut harta bersama, sehingga tangga, namun diharapkan ketika
penyelesaian perceraian menjadi lama hubungan perkawinan ini putus, tetapi
mengikuti upaya hukum yang
12
hubungan kekelurgaan masih tetap
terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Kompilasai


Hukum Islam di Indonesia.
Direktorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama, Jakarta,
2000
Djumairi Achmad, Hukum Perdata II.
Semarang: Dosen Fakultas
Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang, 1990,
Drs.Kamal Muchtar, Asas – Asas
Hukum Islam Tentang
Perkawinan, Bulan Bintang,
Jakarta, 1973,
Prof. DR. Wirjono Projodikoro SH.,
hukum perkawinan di
Indonesia,cetakan keenam,
Prof.R.Subekti,S.H,Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata,Pradnya
Paramita, Jakarta, 2004

13

Potrebbero piacerti anche