Sei sulla pagina 1di 10

PENGARUH PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

TANAMAN BAWANG MERAH PADA TANAH ALUVIAL


Phonska influence on the growth and yield of onion plants on alluvial soil
Lindha Fendrasari 1), Radian 2), Siti Hadijah 2)
1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian dan 2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura

ABSTRACT
This study aims to determine the best dose of fertilizer Phonska that can
provide the best growth and yield of onion in alluvial soil. The experiment was
conducted for 75 days starting from the date of planting on July 17, 2012 until
harvest on 30 September 2012. Location of research carried out at the Faculty of
Agriculture, University of trial gardens Tanjungpura Pontianak.
This study used an experimental method field pattern completely
randomized design (CRD), which consists of 5 treatments, 5 replicates and each
treatment contained three replicates in 1 sample plant, total plant by 75 plant. As
for treatment as follows: p1 = 0.8 g/polybag, p2 = 1.6 g/polybag, p3 = 2.4 g/
polybag, p4 = 3.2 g/polybag, p5 = 4 g/polybag. Observed variables include: plant
height (cm), number of leaves per cluster (strands), the number of tubers per hill
(tuber), fresh weight of tuber per hill (g), and dry weight of tuber per hill winds
(g).
Five doses of fertilizer Phonska no real influence on the variable plant
height, number of leaves per cluster, the number of tubers per hill, and the wind
tuber dry weight per hill. Phonska fertilizer significantly affect fresh weight of
tubers per hill, with the best results at a dose of 2.4 g/polybag or equal to 600 kg /
ha.

Keywords: Onion, fertilizer Phonska, alluvial soil

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk Phonska yang
terbaik yang dapat memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada bawang
merah di tanah aluvial. Penelitian dilaksanakan selama 75 hari dimulai dari
penanaman pada tanggal 17 Juli 2012 hingga panen pada tanggal 30 September
2012. Lokasi penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen lapangan pola Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan, 5 ulangan dan setiap
perlakuan dalam 1 ulangan terdapat 3 sampel tanaman, jumlah keseluruhan
tanaman sebanyak 75 tanaman. Adapun perlakuan sebagai berikut : p1 = 0,8
g/polybag, p2 = 1,6 g/polybag, p3 = 2,4 g/polybag, p4 = 3,2 g/polybag, p5 = 4
g/polybag. Variabel yang diamati meliputi : tinggi tanaman (cm), jumlah daun
per rumpun (helai), jumlah umbi per rumpun (umbi), berat segar umbi per rumpun
(g), dan berat kering angin umbi per rumpun (g).
Lima dosis pemberian pupuk Phonska memberikan pengaruh tidak nyata
terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi per
rumpun, dan berat kering angin umbi per rumpun. Pemberian pupuk Phonska

1
berpengaruh nyata terhadap berat segar umbi per rumpun, dengan hasil terbaik
pada dosis 2,4 g/polybag atau setara dengan 600 kg/Ha.

Kata kunci : Bawang merah, pupuk Phonska, tanah aluvial

PENDAHULUAN
Bawang merah (Allium ascalonium L) adalah jenis tanaman sayuran yang
banyak digemari oleh masyarakat Indonesia, terutama sebagai bumbu penyedap
masakan dan termasuk salah satu sayuran multiguna. Produksi bawang merah di
Indonesia menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2011) sebanyak
877.244 ton dengan luas panen 93.518 ha dan produktivitasnya mencapai 9,38
ton/ha. Kalimantan Barat tidak tercatat sebagai penghasil bawang merah, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan bawang merah harus mendatangkan dari pulau Jawa
terutama daerah Brebes.
Kalimantan Barat memiliki potensi yang cukup besar dalam upaya
pengembangan tanaman bawang merah yang di dukung oleh tersedianya tanah
aluvial yang luasnya mencapai 1.871.074 ha (Badan Pusat Statistik Kalbar, 2010).
Pemanfaatan tanah aluvial untuk budidaya bawang merah dihadapkan pada
beberapa kendala seperti kandungan liat yang tinggi, rendahnya ketersediaan
unsur hara serta lapisan olah tanah dangkal. Sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
aluvial yang kurang baik sehingga kurang mendukung pertumbuhan dan produksi
tanaman bawang merah yang maksimal, sehingga perlu dilakukan usaha-usaha
yang mengarah pada perbaikan tanah aluvial, salah satunya adalah dengan
pemberian pupuk Phonska.
Menurut PT. Petrokimia Gresik (2008) pupuk Phonska mengandung N
(15%), P (15%), K (15%), dan S (10%) yang dapat meningkatkan produksi dan
kualitas panen, menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama maupun
penyakit, menjadikan tanaman lebih hijau, memacu pertumbuhan akar, memacu
pembentukan bunga, dan memperbesar ukuran buah, umbi, maupun biji-bijian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis pupuk Phonska yang
terbaik yang dapat memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada bawang
merah di tanah aluvial.
Diduga pemberian pupuk Phonska dengan dosis 3,2 g/polybag setara
dengan 400 kg/ha memberikan pertumbuhan dan hasil yang terbaik pada tanaman
bawang merah dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak. Penelitian dilaksanakan selama 75 hari
dimulai dari penanaman pada tanggal 17 Juli 2012 hingga panen pada tanggal 30
September 2012.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : tanah aluvial, bibit
bawang merah, polybag, pupuk Phonska dan pupuk urea, pupuk kandang sapi,
dan kapur. Sedangkan alat yang digunakan terdiri dari : cangkul, parang, kamera,
termohigrometer, timbangan analitik, corong, wadah, ayakan kawat, alat tulis, dan
alat-alat lain yang menunjang penelitian seperti penggaris, ember, kertas, label,

2
palu, gergaji, paku, kantong plastik, karung, kayu, atap plastik, kain kasa, pisau,
cutter dan gelas ukur.
Penelitian menggunakan polybag dengan Rancangan penelitian
menggunakan RAL, terdiri dari satu faktor dengan 5 perlakuan, 5 ulangan dan
setiap ulangan terdiri dari 3 sampel tanaman sehingga jumlah keseluruhan
tanaman sebanyak 75 tanaman. Perlakuan p1 (0,8 g/polybag), p2 (1,6 g/polybag),
p3 (2,4 g/polybag), p4 (3,2 g/polybag), p5 (4 g/polybag)
Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu tinggi tanaman, jumlah
daun per rumpun, jumlah umbi per rumpun, berat segar umbi per rumpun, berat
kering angin umbi per rumpun.
Analisis data dengan menggunakan ANOVA kemudian data yang
berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perlakuan pupuk Phonska berpengaruh tidak nyata terhadap variabel tinggi
tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi per rumpun, dan berat kering
angin umbi per rumpun, sedangkan berpengaruh nyata terhadap variabel berat
segar umbi per rumpun. Variabel tinggi tanaman, pemberian pupuk Phonska
berpengaruh tidak nyata (pada Tabel 2)
Tabel 2. Analisis Keragaman Pengaruh Phonska Terhadap Tinggi Tanaman Pada
Minggu ke 2, 4, 6, dan 8
F Hitung Tinggi Tanaman Bawang
SK DB Merah di Tanah Aluvial F Tabel 5%
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST
Perlakuan 4 0,77tn 0,27tn 0,28tn 0,69tn 2,67
Galat 20
Total 24
KK (%) 13,09 13,74 18,04 19,02
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian,2012
Ket : tn Berpengaruh tidak nyata

Pemberian Phonska berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun per


rumpun, (pada Tabel 3)
Tabel 3. Analisis Keragaman Pengaruh Phonska Terhadap Jumlah Daun Per
Rumpun Pada Minggu ke 2, 4, 6, dan 8
F Hitung Jumlah Daun Per Rumpun
SK DB Bawang Merah di Tanah Aluvial F Tabel 5%
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST
Perlakuan 4 0,68tn 0,19tn 1,36tn 2,31tn 2,67
Galat 20
Total 24
KK (%) 24,54 22,20 22,80 15,51
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian, 2012
Ket : tn Berpengaruh tidak nyata

3
Pemberian Phonska berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi per
rumpun, (pada Tabel 4)
Tabel 4. Analisis Keragaman Pengaruh Phonska Terhadap Jumlah Umbi Per
Rumpun
SK DB JK KT F Hitung F Tabel 5%

Perlakuan 4 0,21 0,05 0,05tn 2,67


Galat 20 22,91 1,15
Total 24 23,12 KK=21,02 %
Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian,2012
Ket : tn Berpengaruh tidak nyata
Rerata jumlah umbi per rumpun akibat pemberian Phonska dapat dilihat
pada Gambar 1 berikut ini.
7
Jumlah Umbi Per Rumpun

6 5.16 5.23 5.06


5 5
5
4
3
2
1
0
P1 = 0,8 g P2 = 1,6 g P3 = 2,4 g P4 = 3,2 g P5 = 4 g
Tingkat Dosis Pupuk Phonska

Untuk berat segar umbi per rumpun pemberian pupuk Phonska berpengaruh
nyata, maka dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) yang hasilnya (pada Tabel 5)
Tabel 5. Uji Beda Nyata Jujur Pengaruh Phonska Terhadap Berat Segar Umbi
Per Rumpun
Perlakuan Rerata
P1 (0,8 g/polybag) 4,07a
P4 (3,2 g/polybag) 4,11ab
P2 (1,6 g/polybag) 4,18ab
P5 (4 g/polybag) 4,53ab
P3 (2,4 g/polybag) 5,57b
BNJ 5% 1,50
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom
yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji BNJ 5%.
Pemberian pupuk Phonska berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering
angin umbi per rumpun, (pada Tabel 6)
Tabel 6. Analisis Keragaman Pengaruh Phonska Terhadap Berat Kering Angin
Umbi Per Rumpun
SK DB JK KT F Hitung F Tabel 5%
tn
Perlakuan 4 0,29 0,07 0,47 2,67
Galat 20 3,04 0,15
Total 24 3,33 KK=21,74(%)
tn
Ket : Berpengaruh tidak nyata

4
Rerata berat kering angin umbi per rumpun akibat pemberian Phonska dapat
dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
5
Berat Kering Angin Umbi 3.82
Per Rumpun (g) 4
2.95 3.00 3.13 3.05
3
2
1
0
P1 = 0,8 g P2 = 1,6 g P3 = 2,4 g P4 = 3,2 g P5 = 4 g
Tingkat Dosis Pupuk Phonska

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis keragaman pada tabel 2 menunjukkan bahwa
pemberian pupuk Phonska berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
minggu ke 2, 4, 6, dan 8. Hal ini disebabkan oleh besarnya laju transpirasi yang
dipengaruhi faktor lingkungan seperti suhu pada siang hari mencapai 33-38 ºC
dan kelembaban udara rendah antara 60-70%, selain itu keadaan tanah aluvial
yang mengering pada cuaca panas dengan sifat fisik tanahnya lebih padat dan
rendahnya kandungan air tanah menyebabkan akar sukar menembus tanah,
difusi O2 berlangsung lambat (Leiwakabessy, 1980). Suhu yang tinggi
menyebabkan tanaman mengalami kelayuan. Hal ini dikarenakan air yang
diberikan melalui penyiraman cepat menguap sebelum mampu melarutkan
unsur hara pada tanaman. Kurangnya air dapat menganggu proses fotosintesis
sehingga pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman dan pembentukan daun
menjadi terhambat (Dwidjoseputro, 1992).
Pembentukan daun juga dipengaruhi oleh proses pembelahan sel,
perpanjangan sel, dan diferensiasi sel (Kimbal, 1990). Hasil analisis keragaman
pada tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian pupuk Phonska berpengaruh tidak
nyata terhadap jumlah daun per rumpun minggu ke 2, 4, 6, dan 8. Hal ini
disebabkan faktor gen dari tanaman tersebut, sehingga dosis pupuk Phonska
yang diberikan tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah daun per rumpun.
Selain faktor gen, perbedaan yang tidak nyata pada jumlah daun per rumpun
dikarenakan keadaan fisik tanah aluvial yang kurang baik sehingga
pertumbuhan tanaman tidak baik pula menyebabkan perakaran tidak
berkembang dengan baik mengakibatkan penyerapan unsur hara menjadi
terhambat. Terhambatnya penyerapan unsur hara akan mengurangi suplai unsur
hara ke daun, dengan demikian proses fotosintesis akan berkurang sehingga
hasil fotosintesis yang digunakan untuk pembentukan daun juga akan
berkurang.
Berdasarkan hasil analisis keragaman pada tabel 4 menunjukkan
bahwa pemberian pupuk Phonska berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
umbi per rumpun. Hal ini disebabkan perkembangan perakaran yang tidak baik
diikuti pertumbuhan daun yang tidak baik akan mempengaruhi jumlah umbi
pada tanaman bawang merah. Pada keadaan akar yang jelek akan
mempengaruhi suplai unsur hara dan air ke daun sehingga proses fotosintesis
akan terganggu, dengan demikian pembentukan umbi juga akan terhambat.

5
Menurut Hakim dkk (1986) serapan hara dan air dilakukan oleh akar, apabila
pertumbuhan akar terganggu maka serapan hara tersebut juga akan terganggu.
Selain itu ketidakmampuan menghasilkan umbi berhubungan dengan
menguningnya daun tanaman bawang merah, menguningnya daun-daun
tanaman menyebabkan klorofil berkurang dan fotosintesis berkurang sehingga
produksi fotosintat menurun (Gardner, 2006). Menurut Gough (2002) jumlah
daun yang terbentuk selama pertumbuhan vegetatif sangat mempengaruhi
jumlah umbi.
Berdasarkan hasil uji BNJ 5% Pada tabel 6, didapat bahwa berat segar
umbi per rumpun tanaman bawang merah yang diberi Phonska 2,4 g/polybag
berbeda nyata dengan berat segar umbi per rumpun tanaman bawang merah
yang diberi Phonska 0,8 g/polybag, akan tetapi berbeda tidak nyata pada berat
segar umbi per rumpun yang diberi Phonska 1,6 g/polybag, 3,2 g/polybag, dan
4 g/polybag, begitu juga dengan berat segar umbi per rumpun tanaman bawang
merah yang diberi Phonska dosis 0,8 g/polybag berbeda tidak nyata terhadap
berat segar umbi per rumpun tanaman bawang merah yang diberi Phonska 3,2
g/polybag, 1,6 g/polybag, dan 4 g/polybag.
Berat segar umbi per rumpun tanaman bawang merah yang diberi
Phonska 2,4 g/polybag memberikan jumlah berat segar umbi per rumpun
terbaik. Hal ini disebabkan pada berat segar umbi per rumpun yang diberi
Phonska 2,4 g/polybag merupakan dosis optimum yang menunjukkan bahwa
pada berat segar umbi per rumpun yang diberi dosis 2,4 g/polybag ketersedian
unsur hara yang terdapat dalam pupuk Phonska seperti unsur P dan K dapat
diserap secara optimal. Peranan unsur P adalah untuk pembentukan umbi dan
melancarkan metabolisme karbohidrat (Djapa Winaya, 1993). Selain itu unsur
P yang terdapat di dalam pupuk Phonska yang diberikan dapat memacu
perkembangan akar sehingga akan berpengaruh terhadap jumlah dan kualitas
hasil tanaman. Menurut Sutedjo (2008) unsur P berfungsi untuk mempercepat
pertumbuhan akar, dan mempercepat pembentukan umbi maupun biji, dan
berperan dalam peningkatan hasil umbi-umbian, sedangkan unsur kalium
berperan untuk meningkatkan berat umbi (Rinsema, 1996).
Berbeda tidak nyata berat segar umbi per rumpun yang diberi Phonska
0,8 g/polybag terhadap berat segar umbi per rumpun yang diberi Phonska 1,6
g/polybag, 3,2 g/polybag, dan 4 g/polybag. Hal ini disebabkan berat segar umbi
per rumpun yang diberi Phonska 0,8 g/polybag pada fase vegetatif
pertumbuhan tanamannya lebih kecil dibandingkan dengan berat segar umbi
per rumpun yang diberi Phonska 1,6 g/polybag, 3,2 g/polybag, dan 4 g/polybag
sehingga berat segar umbi per rumpun yang diberi Phonska 0,8 g/polybag
memiliki berat segar umbi terendah. Rendahnya berat segar umbi pada dosis
0,8 g/polybag disebabkan karena pada dosis 0,8 g/polybag masih belum
mampu menciptakan keadaan fisik tanah dengan tekstur tanah yang padat
menyebabkan unsur hara yang diberikan tidak dapat diserap dengan baik oleh
tanaman sehingga pertumbuhan tanaman kurang optimal, akar tanaman pendek
mengakibatkan jumlah daun yang dihasilkan sedikit dan mempengaruhi jumlah
umbi per rumpun. Menurut Suryana (2008), suatu tanaman akan tumbuh dan
berkembang dengan subur apabila unsur hara yang diberikan dapat diserap oleh
suatu tanaman dan dalam bentuk yang sesuai untuk diserap akar serta dalam
keadaan yang cukup.

6
Berdasarkan hasil analisis keragaman pada tabel 7 pemberian pupuk
Phonska berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering angin umbi per
rumpun. Hal ini disebabkan kadar air umbi telah menurun setelah umbi
dikering anginkan selama 1 minggu. Menurut Asgar dan Sinaga (1992)
pengeringan umbi bawang merah yang dilakukan dengan cara dikering
anginkan selama 1 minggu menyebabkan kehilangan kadar air berlebih yang
menyebabkan tingginya susut bobot umbi. Pengeringan merupakan
perpindahan panas dan massa secara transien serta beberapa laju proses seperti
transformasi fisika atau kimia, yang pada gilirannya dapat menyebabkan
perubahan mutu hasil. Prinsip pengeringan adalah terjadinya penguapan air
dari bahan atau material ke udara karena perbedaan kandungan air antara udara
dengan bahan yang dikeringkan (Mujumdar, 2001). Pada perlakuan berat
kering angin umbi per rumpun perlakuan p1 dosis 0,8 g/polybag, p2 dosis 1,6
g/polybag, p3 dosis 2,4 g/polybag, p4 dosis 3,2 g/polybag dan p5 dosis 4
g/polybag berbeda tidak nyata satu sama lain. Hal ini dikarenakan ukuran umbi
yang dihasilkan kecil merupakan indikasi bahwa kandungan senyawa organik
dalam umbi seperti karbohidrat sangat sedikit sehingga jumlah berat kering
angin umbi per rumpun yang dihasilkan relatif sama dan sedikit.

KESIMPULAN
1. Pemberian pupuk Phonska sebanyak 2,4 g/polybag atau setara dengan 600
kg/ha memberikan hasil terbaik pada variabel berat segar umbi per rumpun.

2. Pemberian pupuk Phonska memberikan hasil terendah pada variabel tinggi


tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah umbi per rumpun, dan berat kering
angin umbi per rumpun
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk perbaikan sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah perlu dilakukan penambahan bahan organik.

DAFTAR PUSTAKA
Asgar, A, dan R.M. Sinaga. 1992. Pengeringan Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) dengan Menggunakan Ruangan Berpembangkit Vorteks.
J.Hort .12:48-55.
Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat. 2010. Kalimantan Barat dalam angka,
BPS Kalbar Pontianak.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2011. Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Bawang Merah Indonesia. http: produksi bawang merah
Google. Com/2010 0317 archive. html. (5 juni 2012)
Dwijoseputro, D. 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Djapa, W.P. 1993. Kesuburan Tanah dan Pupuk. Bagian Ilmu Tanah dan
Kesuburan. Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Denpasar. Hal. 33-
35.
Gardner, F. K. 2006. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indinesia Press.
Jakarta.

7
Gough, R. 2002. Garden Guide. http://gardenguide_Montana. Edu/66%200
%20issue/june02. html. 21k. (3 mei 2004).
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. T. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha,
B. H. Go, H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. UNILA .
Lampung.
Kimbal, J.W. 1990. Biologi. Edisi Kelima. Diterjemahkan Siti Soetarni,
Tjitrosomo, dan Sagimin. Erlangga. Jakarta.
Leiwakabessy, F.W. 1988. Kesuburan Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian. IPB, Bogor : 222 hal.
Mujumdar, A.S. 2001. Panduan Praktis Mujumdar untuk Pengeringan Industrial.
Sakamon Devahastian (Ed.). Alih Bahasa: Armansyah H. Tambunan. IPB
Press. Bogor, Indonesia. 223 hal.
Rinsema, W. T. 1996. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Bhrata Karya
Aksara Jakarta. Hal. 41.
Suryana, N. K., 2008. Pengaruh Naungan dan Dosis Pupuk Kotoran Ayam
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Paprika (Capsicum annum var.
Grossum). J. Agrisains, Vol IX No 2; 89-95
Sutedjo, M.M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

8
9
10

Potrebbero piacerti anche