Sei sulla pagina 1di 23

Tersedia secara online Jurnal Pendidikan:

EISSN: Teori, Penelitian, dan Pengembangan


Volume: Nomor: Bulan-Tahun
Halaman:…..-…..

Soft Skills Bidang Pekerjaan Teknisi Jaringan yang


Dibutuhkan DU/DI
Etistika Yuni Wijaya, Dwi Agus Sudjimat, Amat Nyoto
Pendidikan Kejuruan Pascasarjana - Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5 Malang . E-mail: etistikaw@gmail.com.

Abstract: The development of technology has changed the trend of employment of


technically-based to knowledge-based. One of the critical success factors in the vocational
school graduates looking for work is soft skills. Soft skills can be defined as interpersonal
skills, human, person or behavioral skills necessary to implement the technical skills and
knowledge in the workplace, so that the necessary soft skills that match the needs of
industrial network technician occupations. This study aimed to describe the field of soft
skills required network technician jobs DU / DI on personal skills; social skills and
personal competence 21st century skills include: self-awareness, self-regulation, and
motivation. Social skills include: empathy and social skills. Competence of the 21st
century covers the life and career; learning skills and innovation; media and information
technology. This research uses descriptive research design. The research sample using
purposive sampling of DU / DI where DU / DI in question is a network technician that
works on Internet service providers or Internet Service Provider (ISP) in Malang totaling
33 respondents. Data collection tool used was a questionnaire. The results of this study
indicate that according to the business / industrial world soft skills necessary to become a
network technician is: (1) self-awareness at 3:57 categorized as very necessary; (2) self-
regulation by 3.75 by category is indispensable; (3) the motivation of 3.65 with the
indispensable category; (4) empathy at 3:47 categorized as very necessary; (5) the social
skills of 3:57 den¬gan indispensable category; (6) the life and career of 3.75 with
kate¬gori indispensable; (7) skill learning and innovating at 3.77 den¬gan indispensable
category; and (8) the technological skills and media infor¬masi amounted to 3.64 with the
indispensable category.
Key Words: soft skill, network technician, 21st century skills, personal skill, social
skills

Abstrak: Perkembangan teknologi telah mengubah trend pekerjaan dari berbasis teknis
ke berbasis pengetahuan. Salah satu faktor penentu keberhasilan lulusan SMK dalam
mencari kerja adalah soft skills. Soft skills dapat didefinisikan sebagai keterampilan
interpersonal, manusia, orang atau keterampilan perilaku yang diperlukan untuk
menerapkan keterampilan teknis dan pengetahuan di tempat kerja, sehingga diperlukan
soft skills yang sesuai dengan kebutuhan industri bidang pekerjaan teknisi jaringan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan soft skills bidang perkerjaan teknisi
jaringan yang dibutuhkan DU/DI terhadap kecakapan pribadi; kecakapan sosial dan
kompetensi abad 21. Kecakapan pribadi meliputi: kesadaran diri, pengaturan diri, dan
motivasi. Kecakapan sosial meliputi: empati dan keterampilan sosial. Kompetensi abad 21
meliputi kehidupan dan karir; keterampilan belajar dan inovasi; teknologi media dan
informasi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Sampel penelitian
menggunakan purposive sampling terhadap DU/DI dimana DU/DI yang dimaksud adalah
teknisi jaringan yang bekerja pada jasa penyedia layanan internet atau Internet Service
Provider (ISP) di Kota Malang yang berjumlah 33 responden. Alat pengumpul data yang
digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menurut dunia
usaha/ dunia industri soft skills yang dibutuhkan menjadi teknisi jaringan adalah: (1)
kesadaran diri sebesar 3.57 dengan kategori sangat diperlukan; (2) pengaturan diri sebesar
3.75 dengan kategori sangat diperlukan; (3) motivasi sebesar 3.65 dengan kategori sangat
diperlukan; (4) empati sebesar 3.47 dengan kategori sangat diperlukan; (5) keterampilan
sosial sebesar 3.57 den¬gan kategori sangat diperlukan; (6) kehidupan dan karir sebesar
3.75 dengan kate¬gori sangat diperlukan; (7) keterampilan belajar dan berinovasi sebesar
3.77 den¬gan kategori sangat diperlukan; dan (8) keterampilan teknologi dan media
infor¬masi sebesar 3.64 dengan kategori sangat diperlukan.

Kata kunci: soft skills, teknisi jaringan, abad 21, kecakapan pribadi, kecakapan
sosial

1
Teknologi baru, globalisasi, dan revolusi informasi telah secara signifikan mempengaruhi ekonomi dunia,
memperpendek siklus produksi, dan meningkatkan produktivitas. Teknologi tingkat tinggi telah menggantikan banyak tugas
manusia, mengakibatkan peningkatan permintaan untuk pekerja berpengetahuan atau yang dikenal dengan knowledge wokers
dan pekerja yang memiliki keterampilan tingkat tinggi (high level skills). Karena globalisasi global dan migrasi lokal, dunia
telah menjadi lebih terintegrasi, dengan mobilitas lebih dari bidang pekerja dan perdagangan internasional yang semakin luas
[ CITATION Wan12 \l 1033 ]. Globalisasi telah menciptakan sebuah tatanan dunia baru untuk melakukan bisnis. informasi dan
komunikasi baru teknologi (TIK) telah secara dramatis mengubah cara hidup, belajar dan bekerja, dan bahkan cara berpikir
tentang pekerjaan. Sinergi menggabungkan globalisasi dengan teknologi komunikasi dan informasi baru telah menyebabkan
munculnya ekonomi baru (new economy). Ekonomi baru telah menciptakan peluang baru serta tantangan baru dan
ketidakpastian. Banyak pekerja mengungsi dan tersingkir, sementara sejumlah besar anak muda menjadi pengangguran
struktural atau diberhentikan dari pekerjaan. Keterampilan polarisasi antara yang disebut pemikir atau pekerja berpengetahuan
(knowledge worker) dan tidak terampil, pekerja pengetahuan rendah menjadikan kesenjangan pendapatan [ CITATION Bou09 \l
1033 ]. Pemuda, perempuan dan pekerja yang lebih tua adalah kelompok paling terpengaruh. Sementara perubahan ini telah
membawa tantangan yang cukup besar untuk TVET, mereka telah menciptakan peluang baru bagi perubahan dan inovasi
[ CITATION Chi03 \l 1033 ].Kemajuan teknologi di era informasi telah menggusur industri manufaktur, jasa dan pekerja,
khususnya di negara maju, selama dua dekade terakhir (Zarini, Wilson, Mar, & Varis, 2009).
Hal ini juga di dukung perubahan dari industrial age ke economy age. Ekonomi industri difokuskan pada mengubah
sumber daya alam seperti besi dan minyak mentah menjadi produk yang digunakan untuk mobil dan bensin. Pengetahuan
ekonomi mengubah informasi, keahlian, dan inovasi teknologi dalam layanan yang dibutuhkan, seperti perawatan medis dan
ponsel (Trilling & Fadel, 2009:4). Masyarakat saat ini sedang menghadapi tantangan untuk mendapatkan pendidikan yang
memberikan siswa serangkaian keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja. Pendidikan memiliki
peran besar untuk memberdayakan pemuda untuk pasar tenaga kerja. Ada kebutuhan untuk pendidikan untuk melihat realitas
baru pendidikan di dunia modern. Realita mengakui bahwa tujuan utama pendidikan adalah untuk mengubah siswa menjadi
kritis, pembelajar seumur hidup (lifelong learners)[ CITATION Ako09 \l 1033 ].
Permasalahan penting yang perlu diupayakan jawaban dan pemecahannya adalah seberapa besar penyelenggaraan
pembelajaran dalam rangka implementasi kurikulum pendidikan kejuruan terutama SMK saat ini sejalan dengan kebutuhan
masyarakat, terutama kebutuhan dunia kerja, dunia usaha atau dunia industri. Demikian beberapa lulusan memiliki kecakapan
(kompetensi) sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Jawaban dari pertanyaan di atas memerlukan studi komprehensif untuk
berikutnya diupayakan pemecahan masalah tersebut, diharapkan penyelenggara pendidikan kejuruan di Indonesia terutama
SMK memiliki kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan dunia usaha/dunia industri khususnya dalam penyediaan tenaga
(lulusan) yang terampil dan profesional. Tekanan pada sistem pendidikan di seluruh dunia untuk mengajarkan cara-cara yang
akan menghasilkan pekerja dan inovator bisnis yang dibutuhkan untuk sukses di ekonomi abad 21.
Abad ke 21 menuntut seperangkat kompetensi baru, yang meliputi tidak hanya keterampilan ICT tetapi juga soft skill
seperti pemecahan masalah, kemampuan analisis, kelompok belajar, bekerja di lingkungan berbasis tim, dan komunikasi yang
efektif. Keberhasilan sistem pendidikan dapat dilihat dari kemampuan lulusanya menggunakan hasil pendidikan untuk hidup.
Oleh karena itu, sistem pendidikan yang baik seharusnya memberikan bekal bagi lulusanya untuk menghadapi kehidupan atau
memberikan life skill pada peserta didik[ CITATION Asm09 \l 1033 ]. Aturan pekerjaan telah berubah, pekerja dinilai
berdasarkan tolak ukur baru, tidak hanya berdasarkan tingkat kepribadian, atau berdasarkan pelatihan dan pengalaman, tetapi
berdasarkan seberapa baik pekerja dapat mengelola diri sendiri dan berhubungan dengan orang lain. Tolak ukur ini semakin
banyak yang diterapkan dalam memilih siapa yang akan dipekerjakan dan siapa yang tidak, siapa yang terpaksa diberhentikan
dan siapa yang dipertahankan, siapa yang harus dimutasi dan dipromosikan (Goleman, 1999:3).
Kecerdasan emosi makin popular dirujuk sebagai faktor penting dalam menjelaskan keberhasilan di tempat kerja.
Kecerdasan emosi mampu memberikan kesuksesan 80 % di tempat kerja dan 20 % lainya dijelaskan oleh faktor lain seperti
kecerdasan intelektual (Goleman, 2016). Bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih suskes
dalam kehidupan, melainkan ada spektrum yang lebar dengan pengelompokan menjadi beberapa kecerdasan: (a) cognitive
intelligence; (b) specialist intelligence; (c) personal intelligence; (d) latter addition[ CITATION Gar93 \l 1033 ]. EI
menggabungkan satu set proses psikologis konseptual terkait yang melibatkan pengolahan informasi afektif (Mayer & Geher,
1996; Mayer & Salovey,1997; Salovey & Mayer, 1990; Salovey & Mayer, 1994). Proses ini meliputi penilaian dan ekspresi
emosi, asimilasi emosi di pikiran, pemahaman emosi, dan regulasi dan manajemen emosi.
Dua aspek domain kompetensi yang berhubungan dengan EI: (a) kemampuan kesadaran terhadap pengelolaan emosi,
dan (b) menargetkan-apakah kompetensi berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain (Goleman, 1998; Boyatzis, Goleman,
& Rhee, 2000). Pekerjaan merupakan link mendasar antara individu dan masyarakat yang lebih luas (larger society), karena
peran kerja merupakan elemen penting dari struktur sosial dan mempengaruhi partisipasi seseorang dalam segmen lain dari
masyarakat. Status pekerjaan seseorang adalah, misalnya, faktor utama yang mempengaruhi masuk ke dalam dan lokasi dalam
struktur sosial dan sistem stratifikasi masyarakat mereka [ CITATION Cin95 \l 1033 ]
Hari ini, aturan kerja yang cepat berubah, tolok ukur baru yang digunakan untuk menilai orang. Hal ini sering
mengatakan bahwa tinggi IQ mungkin menjamin posisi teratas, tetapi mungkin tidak membuat seseorang dapat menduduki
posisi pucak dalam pekerjaan. Ini tidak mengukur seberapa pintar seseorang atau kualifikasi akademik atau bahkan apa
keahlian yang dimiliki. Sebagai gantinya, mengukur seberapa baik seseorang mampu menangani diri sendiri dan orang lain.
Tolok ukur ini semakin diterapkan dalam memutuskan siapa yang akan dipekerjakan dan siapa yang tidak, siapa yang akan
diberhentikan dan yang akan dipertahankan, yang akan diabaikan dan yang akan dipromosikan. Aturan baru ini memprediksi
siapa yang paling mungkin untuk menjadi sukses dan siapa yang paling mungkin gagal. Terlepas dari lapangan pekerjaan yang
sedang dikerjakan, seseorang sedang dinilai untuk sifat emosional yang penting untuk pemasaran dan untuk pekerjaan masa
depan atau tugas baru. Mungkin, pekerja pada organisasi besar dapat dievaluasi dalam hal kemampuan tersebut, meskipun
mereka mungkin tidak menyadari hal itu. Jika melamar pekerjaan, seseorang mungkin akan dinilai dari segi kemampuan
emosional ini, meskipun tidak ada yang akan memberitahu pelamar tersebut secara eksplisit. Apapun pekerjaan, memahami
bagaimana mengolah kemampuan ini sangat penting untuk karier yang sukses[ CITATION Sin06 \l 1033 ].
Pekerja berpengetahuan (knowledge worker) dapat didefinisikan sebagai pekerja yang menggunakan pemikiran logis-
abstrak untuk mendiagnosa masalah, penelitian dan menerapkan pengetahuan, mengusulkan solusi, dan desain dan menerapkan
solusi tersebut, sering sebagai anggota tim (McCellan, 2009). Berdasarkan beberapa penelitian tersebut maka pentingnya
memiliki kecerdasan emosi, karena merupakan pokok perhatian penting dalam pengelolaan sumber daya manusia dalam
organisasi [ CITATION Wij15 \l 1033 ]. Kondisi tersebut mendorong makin diperlukanya penelitian empiris tentang soft skills
bidang pekerjaan teknisi jaringan yang dibutuhkan DU/DI.
Soft skills digunakan untuk menggambarkan satu set kemampuan atau bakat bahwa individu dapat membawa ke tempat
kerja[ CITATION Jam04 \l 1033 ]. Soft skill dapat didefinisikan sebagai keterampilan interpersonal, manusia, orang atau
keterampilan perilaku yang diperlukan untuk menerapkan keterampilan teknis dan pengetahuan di tempat kerja [ CITATION
Rai02 \l 1033 ].
Memahami keahlian yang diperlukan personil IT (Information Technology) adalah upaya penting untuk kedua
organisasi baik dari sisi bisnis dan sisi lembaga akademis atau pelatihan. Perusahaan menghabiskan pelatihan untuk membuat
sumberdaya baru, terutama karyawan IT baru, dan lembaga pendidikan harus mengetahui keterampilan yang penting untuk
merencanakan kurikulum yang efektif. Kemajuan pesat dalam teknologi, serta mengubah pembelajaran dalam IT, mengubah
pentingnya keterampilan tertentu untuk profesional IT dari waktu ke waktu dan oleh karena itu mengharuskan untuk sering
update baik informasi maupun keterampilan yang berkaitan dengan IT [ CITATION McM08 \l 1033 ]. IT (Information
technology ) profesional merupakan salah satu kader terbesar dari pekerja berpengetahuan (knowledge worker) di organisasi
modern saat ini. Knowledge worker merupakan tenaga kerja yang dibutuhkan di AS [ CITATION Lau04 \l 1033 ] dan termasuk
IT profesional seperti programmer, analis, administrator database (database administrators), web designer, dan spesialis
jaringan (network specialists). Salah satu faktor yang menyebabkan masalah adalah bahwa potensi karyawan IT yang tidak
cukup memadai untuk bekerja. Ketika personil IT entry-level tidak memiliki keterampilan untuk secara efektif melaksanakan
tugas, perusahaan menghadapi peningkatan permintaan pelatihan, kinerja yang buruk dan efisiensi, dan peningkatan pergantian[
CITATION Fan05 \l 1033 ]. Pertumbuhan lapangan pekerjaan di bidang IT akan terus tumbuh sebesar 22% disemua bidang
hingga tahun 2020 [ CITATION Thi12 \l 1033 ].
Memahami keahlian yang diperlukan oleh pekerja entry-level sangat penting untuk kedua belah pihak baik dari sisi
perusahaan dan sekolah. Jika dilihat dari sisi perusahaan mempekerjakan orang yang terlatih dengan baik memungkinkan
organisasi untuk menghabiskan lebih sedikit waktu mempersiapkan staf baru, sehingga lebih efisien memasukkan mereka ke
tempat kerja. Dari sisi pendidikan dan lembaga teknis, memahami keahlian yang diperlukan sangat penting untuk pemeliharaan
dan pengembangan kurikulum[ CITATION McM08 \l 1033 ].
Lulusan IT kurang memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menjadi sukses tempat kerja di posisi pekerja IT
entry-level (Cappel, 2002; Fang, Lee , & Koh, 2005; Noll & Wilkins, 2002; (Young & Lee, 1997). Penelitian menunjukkan
adanya kesenjangan antara keahlian yang diharapkan dari karyawan IT baru dan keterampilan yang diajarkan di lembaga
pendidikan (Cappel, 2002 ; Tang, Lee, & Koh, 2001). Salah satu cara untuk meminimalisir kesenjangan adalah mengidentifikasi
keterampilan yang diperlukan di bidang IT sebagai pekeja entry-level. Sebagai suatu disiplin, IT terus berubah, dengan
kemajuan teknologi yang pesat, pergeseran deskripsi pekerjaan, dan peningkatan jumlah faktor beragam yang mempengaruhi
keberhasilan pekerjaan. Selain itu, pergeseran pola industri, kompetisi yang lebih besar, outsourcing, dan globalisasi bisanya
mengaburkan persyaratan kerja dan keterampilan yang diperlukan dalam mencari [ CITATION Lee06 \l 1033 ]. Berbagai
penelitian telah berfokus pada pentingnya keterampilan peringkat untuk pekerja IT entry-level dan hasilnya telah samar-samar.
Sejumlah studi menemukan bahwa karakteristik pribadi, atau soft skill, lebih penting daripada keterampilan teknis bagi tenaga
kurang berpengalaman (Fang, Lee , & Koh, 2005; Kovacs, Davis, Caputo, & Turchek, 2005; Young, 1996)
Soft skills digunakan secara bergantian dengan keterampilan non-teknis, didefinisikan sebagai interpersonal skill atau
perilaku keterampilan yang dibutuhkan untuk menerapkan keterampilan teknis dan pengetahuan dalam tempat kerja
[ CITATION Web09 \l 1033 ]. Soft skills dikategorikan terkait dengan isu-isu manusia, seperti komunikasi, kerja sama tim,
kepemimpinan, manajemen konflik, negosiasi, profesionalisme, dan etika [CITATION Azi10 \l 1033 ]
Soft skills berbeda dari keterampilan teknis, meskipun kedua set keterampilan saling melengkapi [ CITATION Dix10 \l
1033 ]. Soft skills sebagai keterampilan personal, sosial, komunikasi, dan kontrol diri terhadap perilaku [ CITATION Kla07 \l
1033 ]. Soft skills yang relatif, berdasarkan domain di mana keterampilan yang digunakan dan sulit untuk menentukan
[ CITATION Yaa11 \l 1033 ]. Soft skills sebagai keterampilan komunikasi, kerja sama tim, dan keterampilan interpersonal
lainnya yang mempromosikan peningkatan kinerja pekerjaan (Hargis, 2011). Soft skills yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kecakapan pribadi, kecakapan sosial dan kompetensi abad 21. Perubahan teknologi yang cepat dan terus meningkat
membutuhkan pekerja yang sangat berkualitas dan fleksibel. Pendidikan untuk dunia kerja harus mempersiapkan pekerja untuk
memenuhi kebutuhan baru industri. Peningkatan pekerja berpengetahuan mempertinggi persaingan global untuk keterampilan
dan kompetensi. Kemampuan berkomunikasi, integritas dan kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Kualitas-kualitas yang
tidak terlihat wujudnya (intangible) namun sangat diperlukan, disebut dengan soft skills (Putra & Pratiwi, 2005:4)
Salah satu hasil dari pendidikan adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dari perusahaan dan lulusan. Lulusan
berusaha untuk mendapatkan kesempatan kerja yang menguntungkan dan perusahaan mengejar anggota baru yang cocok dari
lulusan untuk mengisi pekerjaan (Williams, 2015:2). Untuk mengejar hal tersebut maka pentingnya menyiapkan lulusan yang
dapat diterima di tempat kerja, salah satunya dengan menganalisis kebutuhan soft skills yang dibutuhkan di tempat kerja. Soft
skill memiliki potensi untuk mendorong siswa untuk memiliki keterampilan kerja yang relevan (Adams, 2007). Hal ini adalah
tanggungjawab sekolah untuk mengidentifikasi dan menerapkan pendekatan pelatihan soft skill yang sesuai untuk membantu
siswa dengan transisi ini (Williams, 2015:3). Karyawan yang memiliki soft skills bekerja dengan baik dengan orang lain, dan
menampilkan sikap kerja yang positif dalam pengaturan kerja profesional [ CITATION Nil10 \l 1033 ].
Pekerja tidak hanya memerlukan keterampilan teknis namun ada keterampilan lain seperti etos kerja, keterampilan
interpersonal, inisiatif, ketergantungan (dependability), kerja sama tim, manajemen diri, dan soft skill lainya. Kurangnya atau
kebutuhan untuk perbaikan dalam domain soft skills akan meninmbulkan masalah di tempat kerja. Beberapa siswa yang lulus
banyak yang tidak dibekali oleh pengembangan soft skills seperti manajemen diri, etos kerja, dan pakaian profesional. Rekrutan
baru membutuhkan kombinasi soft skill yang relevan, maka pembelajaran harus mengentigerasikan pembelajaran berbasis soft
skills untuk siswa agar mudah dalam proses rekrutmen dan menjalankan pekerjaan [ CITATION Sha10 \l 1033 ]. Penemuan
kecerdasan emosional menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang semata-mata dipengaruhi oleh presentasi akademisnya.
Terutama telah memasuki dunia kerja, mengembangkan karir, dan hidup bermasyarakat, kemampuan seseorang dalam membina
relasi dengan orang lain dan kemampuan menempatkan diri dengan tepat sangat mendukung kesuksesan seseorang. Disekolah-
sekolah banyak ditemui peserta didik yang begitu cerdas di sekolah begitu cemerlang prestasi akademiknya, namun tidak
mampu mengelola emosi seperti mudah marah, putus asa, atau angkuh atau sombong sehingga prestasi tersebut tidak banyak
manfaat bagi dirinya. Ternyata kecerdasan emosional perlu dihargai dan dikembangkan peserta didik sejak usia dini, karena hal
ini mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak sehingga akan membuat seluruh potensinya dapat
berkembang secara lebih optimal (Ali, 2009:141).
Kombinasi komputer, konsumen elektronik dan telekomunikasi telah menyebabkan terciptanya infrastruktur teknologi
informasi di seluruh dunia (TI), yang membuat banyak aspek independen karya waktu dan tempat. Dalam beberapa kasus,
pekerja dapat ditemukan di mana saja di dunia, asalkan ada infrastruktur yang handal dan orang-orang dengan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) keterampilan dan kompetensi. Pekerjaan yang bersifat organisasi mobile dapat
mendistribusikan dan mempromosikan tugas jangka pendek untuk pekerja dimanapun pekerja berada yang memiliki keahlian
yang dibutuhkan. Tren ini tidak bisa lagi hanya dapat diamati di negara maju, tetapi juga menyerap negara berkembang. Sebuah
pengetahuan yang kokoh dalam penggunaan TIK sangat penting bagi para pekerja saat ini di seluruh dunia [ CITATION
Zar09 \l 1033 ].
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan soft skills bidang perkerjaan teknisi jaringan yang dibutuhkan
DU/DI terhadap kecakapan pribadi; kecakapan sosial dan kompetensi abad 21. Kecakapan pribadi meliputi: kesadaran diri,
pengaturan diri, dan motivasi. Kecakapan sosial meliputi: empati dan keterampilan sosial. Kompetensi abad 21 meliputi
kehidupan dan karir; keterampilan belajar dan inovasi; teknologi media dan informasi.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data
berupa survey. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis
fakta dan karateristik obyek atau subyek yang diteliti secara tepat (Darmadi, 2011:45). Penelitian survey adalah penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singgarimbun
dan Effendi, 2006:3). Survey digunakan untuk mengungkap dan mendeskripsikan data tentang soft skills bidang pekerjaan
teknisi jaringan yang dibutuhkan DU/DI. Survey yang dilakukan merupakan jenis survey one point in time dan cross sectional
dimana survey langsung dilakukan dalam satu waktu. Penelitian ini memiliki keuntungan dalam mengukur perilaku atau
kegiatan. Hal ini juga menyediakan informasi selama selang beberapa waktu, seperti melakukan survey dan mengumpulkan
informasi (Creswell, 2012:378).
Populasi dalam penelitian ini adalah industri yang bergerak di bidang komputer, dunia usaha/dunia industri yang
digunakan adalah tempat usaha yang menyediakan jasa layanan berbasis jaringan (Internet Service Provider). Penelitian ini
menggunakan 33 responden dari pihak DU/DI.
Tabel 1 Daftar Dunia Usaha/ Dunia Industri penyedia layanan ISP
No Nama Perusahaan Alamat
1 NARATEL Ruko Taman Borobudur Indah Kav. 33, Jl. Puncak Borobudur No.1, Jawa Timur 65142
2 NT NET JL. Soekarno Hatta, No. D413, Malang. (0341) 493488
3 NUSA NET Jl. Candi Panggung Bar. No.61A, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65142
4 BIZNET Jl. Letjen Sutoyo No. 3B, Lowokwaru, Jawa Timur 65141. Malang. (0341) 418160
5 VIP NET JL. Raya Tlogomas Ruko Landungsari kav. 9. Malang
6 CMS Ruko Soekarno Hatta Indah, Jl. Soekarno Hatta, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65142
7 TELKOM AKSES Jl. A. Yani No.11 · (0341) 499123 Malang
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
tertututp yakni angket yang disajikan daam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban
yang sesuai dengan karateristik dirinya dengan cara memberikan tanda checklist (√). Instrumen dikembangkan dengan
berdarkan variabel penelitian dengan prinsip garputala dengan cara menelah konstruk variabel penelitian kemudian
menterjemahkan menjadi kisi-kisi. Sebelum digunakan untuk mengambil data instrumen dilakukan validasi.

Gambar 1 Garputala Variabel Penelitian

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif memberikan gambaran secara
factual mengenai fakta temuan di lapangan tentang soft skills yang dibutuhkan industri untuk menjadi teknisi jaringan yang
kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.
Adapun penilaian atau pemberian skor pada pernyataan angket seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Skor Pernyataan
Jawaban Skor
Sangat diperlukan (SD) 4
Sering Diperlukan (SD) 3
Kurang diperlukan (KD) 2
Tidak diperlukan(TD) 1
Sumber: Sugiyono (2010:93) dengan Modifikasi

Presentase hasil penelitian digunakan rumus:


F
P= x 100
N
Keterangan:
P : Persentase yang dicari
F : Frekuensi responden yang dimaksud
N : Banyaknya responden

Tingkat kesesuaian soft skills DU/DI dengan sekolah maka digunakan kriteria pedoman interpretasi kesesuai
kompetensi seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 Kategori Penafsiran Skor dalam Analisis Deskriptif
Rentang
No Keterangan
Mean
1 3,25 – 4,00 Sangat Diperlukan (SD)
2 2,50 - <3,25 Diperlukan (D)
3 1,75 - <2,50 Kurang Diperlukan (KD)
4 1 – <1,75 Tidak Diperlukan (TD)

HASIL

Soft skills yang dibutuhkan DU/DI pada bidang pekerjaan teknisi jaringan ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Data Hasil Uji Deskriptif Soft Skills yang Dibutuhkan DU/DI
St Keterangan
No Kompetensi Mean
Dev Kualifikasi
1 Keterampilan belajar dan berinovasi 3.77 1.1 Sangat Diperlukan
2 Pengaturan diri 3.75 1.65 Sangat Diperlukan
3 Kehidupan dan Karir 3.75 1.82 Sangat Diperlukan
4 Motivasi 3.65 1.59 Sangat Diperlukan
5 Keterampilan teknologi dan media informasi 3.64 1.32 Sangat Diperlukan
6 Kesadaran diri 3.57 1.32 Sangat Diperlukan
7 Keterampilan sosial 3.57 2.99 Sangat Diperlukan
8 Empati 3.47 2.42 Sangat Diperlukan

Berdasarkan Tabel 4. nilai mean tertinggi terdapat pada soft skills keterampilan belajar dan berinovasi ( Ḿ = 3,77),
dan nilai terendah terdapat pada soft skills empati ( Ḿ = 3,47). Informasi lebih lanjut yang ditunjukkan pada Tabel 4.29
mendeskripsikan soft skills yang berkualifikasi sangat diperlukan oleh DU/DI mencakup keterampilan belajar dan berinovasi,
pengaturan diri, kehidupan dan karir, motivasi, keterampilan teknologi dan media informasi, kesadaran diri, keterampilan sosial,
dan empati.

Tabel 6 menunjukkan bagaimana temuan atas delapan soft skills yang dibutuhkan DU/DI pada bidang pekerjaan teknisi
jaringan. Soft skills yang dibutuhkan DU/DI didominasi oleh keterampilan belajar dan berinovasi, pengaturan diri, kehidupan
dan karir, motivasi, keterampilan teknologi dan media informasi, kesadaran diri, keterampilan sosial, dan empati.
Tabel 6 Hasil Penelitian Soft Skills yang Dibutuhkan Industri
Keterangan
No Kompetensi Indikator Mean
Kualifikasi
1 Kesadaran diri Kesadaran emosi 3.55 SD
Penilaian diri secara teliti 3.67 SD
Percaya Diri 3.52 SD
2 Pengaturan diri Kendali diri 3.76 SD
Sifat dapat dipercaya 3.91 SD
Kewaspadaan 3.91 SD
Adaptibilitas 3.58 SD
Inovasi 3.64 SD
3 Motivasi Dorongan Prestasi 3.52 SD
Komitmen 3.70 SD
Inisiatif 3.79 SD
Optimisme 3.61 SD
4 Empati Memahami orang lain 3.42 SD
Orientasi pelayanan 3.58 SD
Mengembangkan orang lain 3.27 SD
Mengatasi keragaman 3.52 SD
Kesadaran politis 3.58 SD
5 Keterampilan sosial Pengaruh 3.52 SD
Keterangan
No Kompetensi Indikator Mean
Kualifikasi
Komunikasi 3.67 SD
Kepemimpinanan 3.55 SD
Katalisator Perubahan 3.42 SD
Manajemen Konflik 3.48 SD
Pengikat Jaringan 3.48 SD
Kalaborasi dan Kooperasi 3.70 SD
Kemampuan Tim 3.82 SD
6 Kehidupan dan Karir Fleksibel dan adaptif 3.85 SD
Berinisiatif dan mandiri 3.76 SD
Keterampilan sosial dan budaya 3.70 SD
Produktif dan akuntabel 3.73 SD
Kepemimpinan dan tanggungjawab 3.73 SD
7 Keterampilan belajar dan berinovasi Berpikir kritis dan mengatasi masalah 3.85 SD
Komunikasi dan kolaborasi 3.79 SD
Kreativitas dan inovasi 3.70 SD
8 Keterampilan teknologi dan media informasi Literasi informasi 3.61 SD
Literasi media 3.61 SD
Literasi ICT 3.73 SD

PEMBAHASAN

Teknologi informasi merupakan salah satu bidang keahlian yang penting dikembangkan bagi orang-orang muda untuk
mendapatkan suatu keahlian di pasar tenaga kerja di negara-negara berkembang. Hal ini karena adanya perubahan teknologi dan
globalisasi. Penciptaan tenaga kerja yang terampil mengenai teknologi informasi tinggi telah menjadi tantangan besar bagi
perekonomian dunia. Tenaga kerja yang memiliki IT skill merupakan komponen kunci dalam pertumbuhan ekonomi
[ CITATION Ako09 \l 1033 ].

Kesadaran Diri

Makna dari temuan kompetensi kesadaran diri adalah sangat diperlukan untuk menjadi teknisi jaringan. Berdasarkan
hasil penelitian mengungkapkan bahwa kesadaran diri sangat diperlukan dengan temuan mean dilapangan sebesar 3.57. Jabaran
indikator kesadaran diri yang sangat diperlukan meliputi emosi, penilaian diri dan percaya diri.
Kesadaran diri (self awareness) adalah kemampuan untuk memproses informasi emosional dengan cepat dan akurat,
untuk mengenali emosi sendiri ketika terjadi kegiatan emosional, dan untuk segera memahami efek emosi pada diri sendiri dan
pada orang lain. Kesadaran diri memberikan dasar yang kuat untuk percaya diri. Kendali diri sangat penting untuk membantu
dalam mengatasi rasa stress sehingga tidak menghambat kreativitas dan inovasi (Mc Kee, Boyatzis, & Jhonshon, 2008).
Kesadaran emosi merupakan pedoman untuk menyesuaikan kinerja dengan situasi di lapangan dalam bidang apapun, untuk
mengelola perasaan yang tidak menentu, untuk mempertahankan motivasi, untuk menyesuaikan diri dengan tepat terhadap
perasaan-perasaan orang-orang sekitar, dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dalam hubungan kerja, termasuk yang
essensial bagi kepemimpinan dan kerjasama tim (Goleman, 1999:85).
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa emosi pada bidang pekerjaan teknisi jaringan termasuk dalam
kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.55. Emosi yang baik dalam tempat kerja adalah pekerja yang
memiliki sikap kendali diri, kehati-hatian, sifat dapat dipercaya, keterampilan sosial, membangun ikatan dan mengatasi
keragaman. Kendali diri merupakan sikap tahan terhadap tekanan, tetap tenang dan percaya diri dan dapat menjadi tempat
bergantung di saat krisis memuncak. Kehati-hatian merupakan sikap dalam bertanggungjawab ketika melakukan kesalahan dan
kegagalan, kemudian bertindak memperbaiki kesalahan dan terus maju tanpa dibebani kegagalan. Sifat dapat dipercaya
merupakan sikap memiliki integritas tinggi, dengan kepedulian yang besar terhadap kebutuhan bawahan serta rekan kerja,dan
demi tuntutan tugas. Para pemenang berupaya memenuhi prioritas yang lebih besar dibanding hasrat menonjolkan diri di depan
atasan. Keterampilan sosial merupakan sikap lebih empatik dan peka serta taktis dan penuh pertimbangan dalam berhubungan
dengan siapapun baik atasan maupun bawahan. Membangun ikatan dan mengatasi keragaman merupakan sikap menghayati
keragaman sehingga mampu bekerja sama dengan siapa saja (Goleman, 1999:65).
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa penilaian diri pada bidang pekerjaan teknisi jaringan termasuk
dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.67. Pengukuran diri yang akurat dapat dilakukan melalui
sumberdaya batiniah, kemampuan dan keterbatasan diri. Kelemahan jika seseorang tidak memiliki pengukuran diri secara tepat
adalah: memiliki ambisi buta, sasaran tidak realistis, kerjakeras tak kenal ampun, memaksa orang lain, haus kekuasaaan. Ambisi
buta merupakan harus menang atau tampak “benar” dengan korban atau tumbal berapapun, bersaing bukanya bekerja sama,
membesar-besarkan nilai dan kontribusinya sendiri, besar mulut dan angkuh, memandang orang lain secara hitam putih sebagai
teman atau musuh. Sasaran tidak realistis, menetapkan sasaran yang terlalui ambisisu, mustahil dicapai, bagi kelompok atau
perusahaan, tidak realistis tentang yang diperlukan agar pekerjaan dapat dilaksanakan. Kerja keras tak kenal ampun, kerja keras
secara paksa dengan mengorbankan apa pun yang lain dalam hidup, terus berusaha meski tanpa hasil, akan rentan untuk
kehabisan daya. Memaksa orang lain untuk bekerja terlalu keras sampai kehabisan tenaga, mengurus sampai ke yang sekecil-
kecilnya dan mengambil alih semuanya bukanya mendelegasikan, menghadapi orang lain dengan kasar atau tak berperasaan
dan tidak peka terhadap dampak emosi yang di alami orang lain. Haus kekuasaan demi kepentinganya sendiri, bukan
kepentingan perusahaan, memaksan agenda pribadi tanpa pendula perspektif orang lain Seseorang yang buta emosi, terhalang
dari dunia realitas yang sangat penting untuk sukses dalam hidup secara keseluruhan, tamasuk kerja (Goleman, 1999:103).
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa percaya diri pada bidang pekerjaan teknisi jaringan termasuk
dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.52. Pekerja yang memiliki rasa percaya diri tinggi akan
secara efektif menangani kerja yang kompleksa dan mampu bertahan dalam melalui konflik kerja dan kesulitan di tempat kerja
(Gist & Mitchell, 1992). Tingkat rasa percaya diri sebenarnya prediktor kuat kinerja dari tingkat keterampilan atau pelatihan
sebelumnya [ CITATION Sak95 \l 1033 ]. Dalam sebuah studi enam puluh tahun lebih dari seribu pria dan wanita yang
memiliki IQ tinggi dilacak dari anak usia dini hingga pensiun, mereka yang memiliki kepercayaan diri selama tahun-tahun awal
adalah orang yang paling sukses dalam karir [ CITATION Hol95 \l 1033 ].

Pengaturan Diri

Makna dari temuan kompetensi pengaturan diri adalah sangat diperlukan untuk menjadi teknisi jaringan. Berdasarkan
hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengaturan diri sangat diperlukan dengan temuan mean dilapangan sebesar 3.75.
Jabaran indikator pengaturan diri yang sangat diperlukan meliputi kendali diri, dapat dipercaya, kewaspadaan, adaptabilitas,
inovasi. Pengaturan diri merupakan proses yang terjadi dari waktu ke waktu. Pengaturan diri penting untuk keberhasilan dalam
organisasi kerja. Pengaturan diri dalam tempat kerja meliputi inisiatif pribadi, pemberdayaan, dan manajemen diri harus
diarahkan pada kegiatan yang sesuai dengan lingkungan kerja [ CITATION Lor09 \l 1033 ]. Pengaturan diri dapat berdampak
pada produktivitas kerja yang tinggi (Cohen & Bailey, 1997; Goodman, Devadas, & Griffith, 1998; Trist, Susman, & Brown,
1997; Wellins, et al., 1990) kualitas (Cohen & Bailey, 1997; Wellins, et al., 1990), customer service [ CITATION Wel90 \l
1033 ].
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa kendali diri pada bidang pekerjaan teknisi jaringan termasuk
dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.76. Pengendalian diri menjaga agar emosi dan impuls
yang merusak tetap terkendali, tetap teguh, tetap positif, dan tidak goyah bahkan dalam situasi yang paling berat (Goleman,
1999:131). Pengendalian diri berkaitan dengan keberhasilan dalam berbagai aspek kehidupan. Pengendalian diri beroperasi
seperti kekuatan atau cadangan energi dalam diri yang ditemukan dari deplesi peraturan ketika seseorang harus melakukan dua
tindakan berturut-turut [CITATION Mur98 \l 1033 ]. Jika tidak memiliki kendali diri akan berdampak pada kepribadian dan
sosial [CITATION Bau94 \l 1033 ]. Kerusakan pada pengendalian diri juga dapat menjadikan depresi [ CITATION Weg93 \l
1033 ] dan agresif [ CITATION Tic93 \l 1033 ].
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa dapat dipercaya pada bidang pekerjaan teknisi jaringan termasuk
dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.91. Sifat dapat dipercaya merupakan sifat ketika
melakukan tindakan menurut etika dan tidak pernah mempermalukan orang. Membangun kepercayaan lewat keandalan diri dan
otentitas (Goleman, 1999:143). Dapat dipercaya merupakan kemampuan dalam membiarkan orang lain tahu nilai-nilai dan
prinsip-prinsip seseorang, niat dan perasaan, dan bertindak dengan cara yang konsisten dengan mereka (Cherniss & Goleman,
2001:34).
Sifat dapat dipercaya atau kepercayaan dalam konteks karakteristik pribadi yang menginspirasi harapan positif pada
bagian dari individu lain [ CITATION McK98 \l 1033 ]. Kepercayaan memiliki tiga komponen (kemampuan, kebajikan, dan
integritas) yang muncul sebagai anteseden kepercayaan[ CITATION May95 \l 1033 ]. Kepercayaan didasarkan pada proses
kognitif yang mendiskriminasikan antara orang dan lembaga yang dapat dipercaya dan tidak dapat dipercaya, dan tidak dikenal.
Dalam hal ini, kemampuan kognitif memilih siapa yang akan di percaya dan di hormati dan di mana keadaan, yang
mendasarkan pada pilihan apa yang diambil untuk menjadi "alasan yang baik," merupakan bukti kepercayaan [ CITATION
Lew85 \l 1033 ].
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa kewaspadaan pada bidang pekerjaan teknisi jaringan termasuk
dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.91. Kewaspadaan sebagai tingkat efektivitas dan efisiensi
di tempat kerja dimana seorang individu merencanakan, mengatur dan melaksanakan tugas-tugas[ CITATION Tay06 \l 1033 ].
Seorang individu dengan tingkat kewaspadaan tinggi bertindak dengan sengaja, memiliki perilaku berkemauan keras,
ditentukan dan berorientasi secara detail. Sebaliknya, individu dengan tingkat kewaspadaan rendah akan menampilkan
kecenderungan untuk menjadi ceroboh dalam bekerja, malas dan cenderung tidak bertanggung jawab dan impulsif[ CITATION
Tay06 \l 1033 ]. Karyawan yang memiliki kewaspadaan tinggi akan lebih mungkin untuk diarahkan untuk terlibat dalam tujuan-
tujuan di tempat kerja dibandingkan karyawan yang memiliki kewaspadaan yang lebih rendah[ CITATION Sac96 \l 1033 ].
Kompetensi kesadaran termasuk berhati-hati, disiplin diri, dan teliti dalam bentuk sikap bertanggung jawab. Dalam
studi kinerja kerja, efektivitas yang luar biasa di semua pekerjaan dari bawah ke atas perusahaan tergantung pada kesadaran
(Barrick & Mount, 1991). Pekerja yang tidak memiliki kewaspadaan akan lebih cenderung untuk terlibat dalam perilaku
kontraproduktif di tempat kerja (Taylor & De Bruin, 2006; Rothmann & Coetzer, 2003). Pekerja yang memiliki kewaspadaan
akan menjadikan pekerja lebih teliti, gigih dan termotivasi dalam pengejaran tujuan [ CITATION Cos92 \l 1033 ]. Pekerja yang
teliti lebih mungkin untuk memiliki self-efficacy tinggi dan akan mengambil pendekatan pemecahan masalah untuk mengatasi
stress [ CITATION Cam06 \l 1033 ].
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa adaptabilitas pada bidang pekerjaan teknisi jaringan termasuk
dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.58. Adaptabilitas merupakan sikap terampil dalam
menangani beragamnya kebutuhan, bergesernya prioritas dan pesatnya perubahan, siap mengubah tanggapan dan taktik untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan. Luwes dalam memandang situasi (Goleman, 1999:151). Adaptasi dan keterampilan
kejuruan merupakan komponen penting dalam mencari pekerjaan dan berhasil di tempat kerja[ CITATION Gua13 \l 1033 ].
Adaptasi di tempat kerja terdiri dari empat komponen yaitu: keprihatinan psikososial, kontrol, rasa ingin tahu, dan kepercayaan
diri. Kepedulian mengacu untuk menjadi sadar tentang pengembangan karir dan tujuan dalam menjalankan peekrjaan, kontrol
berarti memotivasi diri untuk tetap tinggal dan disiplin untuk mencapai tujuan karir, rasa ingin tahu mengacu pada keterbukaan
untuk pilihan dan informasi, dan keyakinan mengacu pada keyakinan dalam mengaktualisasikan aspirasi karir (Savickas &
Porfeli, 2012).
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa inovasi pada bidang pekerjaan teknisi jaringan termasuk dalam
kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.64. Inovasi selalu mencari gagasan baru dari berbagai sumber.
Inovasi dalam tempat kerja dapat dilakukan melalui selalu mencari gagasan baru dari berbagai sumber, mendahulukan solusi-
solusi yang orisinal dalam pemecahan masalah, menciptakan gagasan-gagasan baru, berani mengubah wawasan dan
mengambil resiko akibat pemikiran baru yang dikemukakan (Goleman, 1999:151). Inovasi adalah bekerja pada masalah yang
belum terpecahkan, menghasilkan teori dan model, mengambil risiko, mengejar ide-ide yang menjanjikan (Griffin, McGraw, &
Care, 2012:246). Inovasi kerja didefinisikan sebagai pelaksanaan baru dan dikombinasikan intervensi di bidang organisasi kerja,
manajemen sumber daya manusia dan teknologi yang mendukung. Inovasi kerja dianggap pelengkap untuk inovasi teknologi
[ CITATION Pot11 \l 1033 ].
Inovasi sangat penting untuk kesejahteraan organisasi jangka panjang, terutama di pasar yang dinamis (Balkin,
Markaman, & Gomez Mejia, 2000; Lyon & Ferrier, 2002; Utterback, 1994). Mengingat iklim ekonomi saat ini, meningkatnya
persaingan global, dan organisasi berubah dengan cepat, kemampuan organisasi untuk berinovasi dianggap sebagai faktor kunci
untuk sukses [ CITATION Shi06 \l 1033 ] dan untuk hanya bertahan hidup berkelanjutan [ CITATION Old96 \l 1033 ].
Motivasi

Makna dari temuan kompetensi motivasi adalah sangat diperlukan untuk menjadi teknisi jaringan. Berdasarkan hasil
penelitian mengungkapkan bahwa motivasi sangat diperlukan dengan temuan mean dilapangan sebesar 3.75. Termotivasi berarti
akan tergerak untuk melakukan sesuatu. Seseorang yang merasa tidak ada dorongan atau inspirasi untuk bertindak demikian
dicirikan sebagai tidak termotivasi, sedangkan seseorang yang diberi energi atau diaktifkan menuju akhir dianggap termotivasi.
Hampir semua orang yang bekerja atau bermain dengan orang lain berkaitan dengan motivasi, menghadapi pertanyaan tentang
berapa banyak motivasi orang lain, atau diri sendiri, memiliki tugas, dan praktisi dari semua jenis menghadapi tugas abadi
membina lebih dibandingkan motivasi kurang orang di sekitar mereka [ CITATION Rya00 \l 1033 ].
Motivasi kerja memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja, sedangkan arah yang positif
menunjukan bahwa karyawan level pelaksana yang memiliki motivasi tinggi, karyawan level pelaksana tersebut akan selalu
mencoba melakukan yang terbaik serta bersedia meluangkan waktu dan upaya ekstra untuk melakukan pekerjaannya sehingga
akan meningkatkan kinerjanya. Sebaliknya apabila karyawan level pelaksana yang memilki motivasi kerja rendah, karyawan
level pelaksana tersebut seringkali tidak mau mencoba melakukan yang terbaik dan jarang meluangkan waktu untuk melakukan
pekerjaannya sehingga kinerjanya pun akan rendah[ CITATION Set14 \l 1033 ]. Peningkatan atau penurunan motivasi kerja
akan berdampak searah dengan peningkatan atau penurunan produktivitas kerja. Apabila semakin baik pelaksanaan motivasi
kerja maka semakin tinggi pula produktivitas kerja yang diperoleh [ CITATION Pur08 \l 1033 ].
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa dorongan prestasi pada bidang pekerjaan teknisi jaringan
termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.52. Dorongan untuk berprestasi merupakan
upaya untuk meningkatkan kualitas diri atau memenuhi standar keunggulan. Berorientasi pada hasil, dengan semangat juang
tinggi untuk memenuhi tujuan dan memenuhi standar (Goleman, 1999:181). Agar sukses berkelanjutan dan pengembangan
pembelajaran terjadi, karyawan harus memahami motivasi sendiri dan bagaimana mereka mempengaruhi
tindakannya[ CITATION Bat14 \l 1033 ]. Dorongan prestasi mengacu pada sikap optimis untuk berusaha terus meningkatkan
kinerja (Cherniss & Goleman, 2001: 35 ).
Biasanya, orang-orang dengan kebutuhan tinggi untuk berprestasi mencari tugas yang cukup sulit, tetapi bukan tidak
mungkin. Orang tersebut ingin mengambil tanggung jawab untuk dan ingin umpan balik sering pada seberapa baik yang dapat
dilakukan (Arnold, et al., 2005:316). Sukses dapat dinikmati berdasarkan pendekatan kebutuhan motivasi yang berkonsentrasi
pada sejumlah kecil kebutuhan yang lebih spesifik. Kebutuhan untuk berprestasi adalah salah satu dari 20 kebutuhan yang
mendasari perilaku yang diusulkan oleh Murray (1938). Tindakan proyektif dari kebutuhan untuk berprestasi berkorelasi lebih
tinggi dengan hasil yang diharapkan [ CITATION Spa92 \l 1033 ]
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa komitmen pada bidang pekerjaan teknisi jaringan termasuk
dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.70. Komitmen merupakan sikap menyelaraskan diri
dengan sasaran kelompok atau perusahaan. Siap berkorban demi pemenuhan sasaran perusahaan yang lebih penting (Goleman,
1999:190). Emosi komitmen menjadikan sasaran pribadi dan sasaran perusahaan satu atau sama. Komitmen bahka dapat
terekspresikan dalam bentuk keputusan-keputusan yang tdak popular yang dibuat demi keuntungan kelompok yang lebih besar,
kendati keputusan-keputusan tersebut menimbulkan oposisi atau kontroversi. Orang yang betul-betul memegang komitmen
bersedia melakukan pengorbanan jangka pendek bila demi kebaikan kelompok yang lebih besar. Pendek kata yang mempunyai
komitmen adalah pada patriot perusahaan, pengobar semangat yang alami (Goleman, 1999:192).
Konsep komitmen organisasi mengacu pada reaksi afektif seseorang untuk bekerja pada organisasi. Komitmen
berkaitan dengan perasaan keterikatan tujuan dan nilai-nilai organisasi, peran seseorang dalam kaitannya dengan organisasi, dan
lampiran organisasi untuk kepentingan sendiri daripada untuk nilai ketat instrumentalnya. Sebagai hasil positif dari kualitas
pengalaman kerja, konsep tersebut dapat dianggap sebagai faktor subyektif kesejahteraan di tempat kerja [ CITATION Coo80 \l
1033 ]. Komitmen dapat didefinisikan sebagai kekuatan relatif dari individu yang diidentifikasi dengan keterlibatan dalam
organisasi tertentu. Hal ini dapat ditandai oleh tiga faktor: (1) keyakinan kuat dan penerimaan tujuan organisasi dan nilai-nilai;
(2) kesediaan untuk mengerahkan usaha yang cukup atas nama organisasi; dan (3) keinginan yang kuat untuk mempertahankan
keanggotaan dalam organisasi [ CITATION Por74 \l 1033 ].
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa inisiatif pada bidang pekerjaan teknisi jaringan termasuk dalam
kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.79. Inisiatif merupakan sikap proaktif dan ketekunan. Siap
memanfaatkan peluang (Goleman, 1999:196). Inisiatif sering muncul dari orang yang sangat energik. Pekerja yang memiliki
inisiatif bertindak sebelum dipaksa oleh kekuatan atau situasi luar. Hal tersebut diartikan sebagai tindak antisipatif guna
menghindari masalah sebelum kesempatan itu tampak oleh orang lain. Makin tinggi jenjang eksekutif, makin besar jendela
antisipatif yang ahrus disiapkan. Memiliki padangan jauh kedepan memungkinkan mampu mengambi langkah-langkah sebagai
kebutuhan orang lain. Kegagalan mengantisipasi datangnya masalah berarti dalam situasi krisis (Goleman, 1999:199).
Inisiatif merupakan tindakan sebelum dipaksa untuk melakukan sesuatu yang timbul dari dalam diri tanpa adanya
dorongan dari luar. Hal ini sering berarti mengambil tindakan antisipatif untuk menghindari masalah sebelum terjadi atau
mengambil keuntungan dari peluang sebelum terlihat oleh orang lain. Individu yang memiliki inisiatif dapat membuat
perbedaan penting antara keputusan yang bijaksana dan miskin (Cherniss & Goleman, 2001: 35). Inisiatif adalah kunci untuk
kinerja yang luar biasa di industri yang mengandalkan penjualan, seperti real estate, dan untuk pengembangan hubungan pribadi
dengan klien, penting dalam bisnis seperti jasa keuangan atau konsultasi [ CITATION Cra95 \l 1033 ].

Empati

Makna dari temuan kompetensi empati adalah sangat diperlukan untuk menjadi teknisi jaringan. Berdasarkan hasil
penelitian mengungkapkan bahwa empati sangat diperlukan dengan temuan mean dilapangan sebesar 3.47. Jabaran indikator
empati yang sangat diperlukan meliputi memahami orang lain, orientasi pelayanan, mengembangkan oranglain, mengatasi
keragaman, kesadaran politis. Empati adalah kemampun membaca dan merasakan apa yang orang lain rasakan secara
emosional. Empati dapat merasakan perasaan orang lain dapat diungkapan dengan kata-kata. Untuk merasakan empati orang
lain dapat diamati melalui ekspresi wajah, postur dan indikator lain [ CITATION Deu09 \l 1033 ]. Empati adalah radar sosial.
Pada tingkat paling rendah, empati mempersyaratkan kemampuan membaca emsoi orang lain, pada tataran yang lebih tinggi,
empati mengharuskan mengindra sekaligus menagnggapi kebutuhan atau perasaan seseorang yang tidak diungkapkan lewat
kata-kata. Ditataran yang paling tinggi, empati adalah menghayati masalah-masalah atau kebutuhan-kebutuhan dibalik perasaan
seseorang (Goleman, 1999:215).
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa memahami orang lain pada bidang pekerjaan teknisi jaringan
termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.42. Memahami orang lain merupakan sikap
mengindra perasaan-perasaan dan perspektif orang lain, serta menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan-kepentingan orang
lain (Goleman, 1999:219). Memahami orang lain juga memperhatikan isyarat-isyarat emosi dan mendengarkanya dengan baik
(Goleman, 1999:220). Mendengarkan dengan baik dan mendalam sama artinya dengan memperhatikan lebih daripada yang
dikatakan, yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau mengulang dengan kata-kata sendiri apapun yang didengar
guna memastikan bahwa anda mengerti (Goleman, 1999:224).
Memahami orang lain di tempat kerja baik dari sisi teman kerja maupun pelanggan dapat diawali dengan menjadi
pendengar yang baik, dengan menjadi pendengar yang baik maka akan mampu memahami apa yang orang lain pikirkan.
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa orientasi pelayanan pada bidang pekerjaan teknisi jaringan
termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.58. Orientasi pelayanan adalah sikap
mengantisipasi, mengakui, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan (Goleman, 1999:219). Orang dengan kecapakan
orientasi pelayanan dapat memahami kebuuthan-kebutuhan pelanggan dan menyesuaikan semua dengan pelayanan atau produk
yang tersedia (Goleman, 1999:241).
Secara luas diakui bahwa organisasi yang sukses harus memiliki budaya bisnis berorientasi pelanggan [ CITATION
Ath00 \l 1033 ]. Selama empat dekade sejak diperkenalkannya konsep pemasaran, orientasi pelanggan telah diidentifikasi
sebagai landasan teori dan praktek dalam manajemen pemasaran [ CITATION Jaw93 \l 1033 ]. Orientasi pelayanan pelanggan
menyiratkan bahwa perusahaan secara aktif terlibat dalam generasi organisasi yang meluas, penyebarluasan, dan tanggap
terhadap tantangan pasar [ CITATION Koh90 \l 1033 ]. Biasanya, istilah ini digambarkan sebagai budaya organisasi yang
menekankan pelanggan sebagai titik fokus dari perencanaan strategis dan pelaksanaan [ CITATION Des93 \l 1033 ]. Budaya ini
harus meresap di seluruh karyawan perusahaan secara konsisten menunjukkan perilaku berorientasi pelanggan, dan konsumen
sehingga menjadi terbiasa dalam orientasi pelayanan [ CITATION Dob00 \l 1033 ].
Pelaksanaan konsep pemasaran, atau memiliki orientasi pelayanan terhadap pelanggan, telah disebut sebagai prinsip
dasar yang tidak boleh diabaikan dalam pemasaran [ CITATION Des93 \l 1033 ]. Akibatnya, meskipun ada apresiasi yang
berkelanjutan untuk relevansi organisasi belajar (misalnya, mengidentifikasi dan beradaptasi dengan kebutuhan konsumen dan
keinginan) sebagai strategi bersaing [ CITATION Sin97 \l 1033 ].
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa mengembangkan orang lain pada bidang pekerjaan teknisi
jaringan termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.27. Mengembangkan orang lain adalah
sikap mengindra kebutuhan orang lain untuk berkembang dan meningkatkan kemampuan (Goleman, 1999:219).
Mengembangkan orang lain juga merupakan sikap mengakui dan menghargai kekuatan, keberhasilan, dan
perkembangan orang lain. Hal ini merupakan seni hubungan antar pribadi, inti dalam pelatihan adalah konseling. Dan
efektivitas konseling bertumpu pada empati serta kemampuan memusatkan perhatian kepada perasaan sendiri dan berbagi
perasaan tersebut pada orang lain (Goleman, 1999:235).
Mentoring adalah suatu proses dimana anggota organisasi yang berpengalaman memberikan saran dan bimbingan
kepada anggota yang kurang berpengalaman. Para mentor biasanya memberikan dua bentuk fungsi mentoring, yakni
pengembangan karir dan dukungan sosial. Mentor terbaik menunjukkan minat pribadi yang tulus kepada yang dibimbing, dan
memiliki empati serta penghayatan terhadap karyawan-karyawannya. Kepercayaan sangatlah penting, bila tidak ada dalam
suatu mentoring, saran apapun tidak akan diperhatikan. Ini juga terjadi jika mentor bersikap dingin dan menjaga jarak, atau
hubungan yang terjalin hanya searah atau mementingkan salah satu pihak. Mentor yang menunjukkan sikap hormat, dapat
dieprcaya, dan mampu berempati biasanya menjadi yang terbaik. Namun bila karyawan, menolak perubahan atau sulit berubah,
maka pengalaman ini begitu mengecewakan bagi sang mentor sehingga cenderung menghentikan upayanya (Goleman,
1999:236).
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa mengatasi keragaman pada bidang pekerjaan teknisi jaringan
termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.52. Memanfaatkan keragaman adalah sikap
menumbuhkan kesempatan-kesempatan melalui keragaman pada banyak orang. Hormat dan bergaul dengan orang-orang dari
berbagai macam latarbelakang (Goleman, 1999:219).
Mengatasi keragaman dapat digunakan sebagai cara untuk keluar dari zona nyaman dan memiliki pengalaman yang
lebih menarik [ CITATION Rod06 \l 1033 ]. Organisasi harus merancang dan melaksanakan program keragaman yang
disesuaikan dengan menargetkan kebutuhan individu karyawan, departemen tertentu, atau organisasi secara keseluruhan.
Hasilnya akan menjadi pendekatan yang efektif untuk memperkuat perilaku karyawan terhadap menerima keragaman.
Organisasi harus merancang dan mendukung organisasi budaya yang memaksimalkan manfaat keanekaragaman, dan
penggunaan budaya untuk mengelola berbagai kelompok anggota organisasi, tim proyek, bisnis start-up tim, layanan pelanggan,
dan manajemen puncak. Akan bermanfaat jika strategi ini dilaksanakan lebih sering dalam organisasi TI untuk meningkatkan
keragaman di tempat kerja. Hasil dari strategi yang paling lazim diterapkan untuk meningkatkan keragaman di tempat kerja
memperkuat proses ini dalam organisasi TI [ CITATION Pat12 \l 1033 ]
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa kesadaran politis pada bidang pekerjaan teknisi jaringan
termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.58. Kesadaran politis adalah sikap membaca
kecenderungan politik dan sosial dalam perusahaan. Membaca dengan cermat hubungan kekuasaan paling tinggi (Goleman,
1999:219). Kemampuan membaca realitas politik sangatlah penting untuk membangun jaringan pendukung dan kerja sama
yang memungkinkan seseorang memiliki pengaruh, tidak peduli peran professional mereka (Goleman, 1999:257).
Setiap perusahaan mempunyai system sarafnya sendiri yang tidak kelihatan, yang mengatur koneksi dan pengaruh.
Sebagaian orang menyia-nyiakan dunia bawah radar ini, sementara yang lain memantaunya secara utuh melalui layar mereka
sendiri. Keterampilan membaca arus-arus yang mempengaruhi para pembuat keputusan sesungguhnya bergantung pada
kemampuan berempati di tingkat perusahaan, tidak hanya kecakapan pribadi. Bila seseorang memiliki jaringan pribadi yang
kaya dalam sebuah perusahaan, umumnya tahu betul apapun yang terjadi, dan kecerdasan sosial ini, membuka jalan ke
pemahaman realitas-realitas lebih besar yang mempengaruhi perusahaan (Goleman, 1999:258).

Keterampilan Sosial

Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa kesadaran politis pada bidang pekerjaan teknisi jaringan
termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.58. Kesadaran politis adalah sikap membaca
kecenderungan politik dan sosial dalam perusahaan. Membaca dengan cermat hubungan kekuasaan paling tinggi (Goleman,
1999:219). Kemampuan membaca realitas politik sangatlah penting untuk membangun jaringan pendukung dan kerja sama
yang memungkinkan seseorang memiliki pengaruh, tidak peduli peran professional mereka (Goleman, 1999:257).
Setiap perusahaan mempunyai system sarafnya sendiri yang tidak kelihatan, yang mengatur koneksi dan pengaruh.
Sebagaian orang menyia-nyiakan dunia bawah radar ini, sementara yang lain memantaunya secara utuh melalui layar mereka
sendiri. Keterampilan membaca arus-arus yang mempengaruhi para pembuat keputusan sesungguhnya bergantung pada
kemampuan berempati di tingkat perusahaan, tidak hanya kecakapan pribadi. Bila seseorang memiliki jaringan pribadi yang
kaya dalam sebuah perusahaan, umumnya tahu betul apapun yang terjadi, dan kecerdasan sosial ini, membuka jalan ke
pemahaman realitas-realitas lebih besar yang mempengaruhi perusahaan (Goleman, 1999:258).
Memiliki keterampilan sosial yang lebih menyiratkan bahwa orang tersebut memiliki kemampuan yang lebih baik
dalam mencapai kerjasama daripada yang lain karena beberapa orang akan lebih baik dengan orang yang memiliki keterampilan
sosial untuk membuat rasa situasi tertentu dan menghasilkan kebersamaan yang berarti bagi orang lain dan membawa kerjasama
(Mead, 1934). Keterampilan sosial ditunjukkan dalam berbagai konteks interpersonal, yang melibatkan pengiriman
terkoordinasi antara respon verbal dan nonverbal yang tepat. Individu yang memiliki keterampilan sosial yang selaras dengan
realitas situasi dan menyadari ketika dimungkin akan diperkuat untuk usaha. Keterampilan sosial adalah perilaku yang
membantu orang berkomunikasi emosi dan kebutuhan akurat dan mencapai tujuan interpersonal (Liberman et al. 1989).
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa pengaruh pada bidang pekerjaan teknisi jaringan termasuk dalam
kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.52. Kecerdasan emosi dalam pengaruh adalah terampil dalam
persuasi. Pengaruh dan persuasi bertumpu pada membangkitkan emosi tertentu orang yang dituju, entah rasa hormat pada
kekuasaan, keinginan untuk mendapatkan obyek, hasrat untuk mengalahkan pesaing atau ungkapan kekesalan atas suatu
ketidakadilan (Goleman, 1999:272).
Kompetensi mempengaruhi merupakan kemampuan menangani dan mengelola emosi secara efektif pada orang lain,
dan juga persuasif. Orang-orang yang paling efektif dapat merasakan reaksi orang lain dan menyempurnakan respons mereka
sendiri untuk bergerak dan berinteraksi ke dalam arah yang terbaik. Kompetensi mempengaruhi muncul lagi dan lagi sebagai
ciri khas pemain bintang, khususnya di kalangan supervisor, manajer, dan eksekutif (Spencer & Spencer, 1993). Pemain bintang
dengan kompetensi ini menarik strategi persuasi lebih luas daripada yang lain lakukan, termasuk manajemen kesan, argumen
dramatis atau tindakan, dan menarik berbagai alasan (Cherniss & Goleman, 2001: 37).
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa komunikasi pada bidang pekerjaan teknisi jaringan termasuk
dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.67. Komunikasi adalah kemampuan dalam mendengarkan
secara terbuka dan mengirimkan pesan yang meyakinkan. Efektif dalam memberi dan menerima, menyertakan isyarat emosi
dalam pesan-pesan (Goleman, 1999:280). Komunikasi yang baik adalah mampu menyampaikan maksud dengan jelas, sekaligus
dapat menangkap apa yang dimaksudkan orang lain (Putra & Pratiwi, 2005:27).
Keterampilan komunikasi mengacu pada kemampuan untuk secara aktif mendengarkan, berkomunikasi dalam bentuk
lisan, tertulis, dan nonverbal [ CITATION Kle09 \l 1033 ]. Keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang diperlukan
untuk kinerja yang efektif di lingkungan kerja modern (Yaacoub, Husseini, & Choueiki, 2011). Pasar global yang kompetitif
dengan kemajuan teknologi, keterampilan manajemen, dan beragam budaya, karyawan harus dilengkapi dengan komunikasi
yang baik, pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir kritis (Orner, 2009; Shafie & Nayan, 2010). Menjadi komunikator
yang ulung adalah batu penjuru diantara semua keterampilan sosial. Mendengarkan dengan baik, syarat utama untuk empati,
juga penting bagi kecakapan berkomunikasi. Keterampilan mendengarkan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bijaksana,
berwawasan terbuka dan bersedia memahami, tidak nmemotong pembicaraan, menggali saran (Goleman, 1999:283).
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa kepemimpinan pada bidang pekerjaan teknisi jaringan termasuk
dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.55. Kemampuan sebagai kepemimpinan profesional
jaringan, maka diperlukan kegiatan dalam membuat keputusan yang sulit dan dibawah tekanan. Perlunya untuk membujuk
pelanggan dengan mengenalkan produk baru, menenangkan pelanggan yang marah, atau bahkan mengelola sebuah proyek
maka diperlukanya kemampuan kepemimpinan[ CITATION Dea13 \l 1033 ].
Kemampuan menularkan emosi secara meyakinkan, dari hati ke hati, mengharuskan pemimpin tulus dalam hal pesan
yang dikirimnya, mempercayai dengan sungguh-sungguh bahwa pesan emosilah yang mebedakan pemimpin yang kharismatik
dari pemimpin yang mementingkan diri sendiri dan manipulatif. Pemimpin yang manipulatif mungkin dapat bermain sandiwara
untuk beberapa saat, tetapi tidak begitu mudah meyakinkan kepada bawahan bahwa hal tersebut bersifat tulus (Goleman,
1999:302). Kepemimpinan menuntut pengambilan keputusan yang tegas: pemimpin adalah orang yang harus mengeluarkan
peintah, yang harus berbuat sedemikian agar orang melaksanakan kewajiban, dan dapat menerangkan dengan jelas akibat-akibat
suatu tindakan. Persuasi pembangun consensus, dan semua seni mempengaruhi lain tidak selalu berhasil. Kadang-kadang orang
terpaksa menggunakan kekuasaan dari jabatannya untuk meminta orang lain bertindak (Goleman, 1999:307).
Katalisator perubahan merupakan sikap dalam mengawali atau mengelola perubahan. Orang dengan kecakapan ini
akan menyadari perlunya perubahan dan dihilangkannya hambatan (Goleman, 1999:312). Katalisator perubahan merupakan
kemampuan mengenali kebutuhan untuk perubahan, menghilangkan hambatan, menantang, dan meminta orang lain dalam
mengejar inisiatif baru. Seorang pemimpin perubahan yang efektif juga mengartikulasikan visi menarik dari tujuan baru
organisasi (Cherniss & Goleman, 2001: 38). Catalyst atau katalis berperan meyakinkan orang lain atau sekelompok orang
tentang pentingnya perubahan menuju kondisi yang lebih baik
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa managemen konflik pada bidang pekerjaan teknisi jaringan
termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.48. Mangemen konflik merupakan sikap dalam
merundingkan dan menyelesaikan ketidaksepakatan. Menangani orang-orang yang sulit dan situasi tegang dengan diplomasi
taktik (Goleman, 1999:286). Mangemen Konflik adalah kemampuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber konflik antara diri
sendiri dan lain-lain atau di antara orang lain dan untuk mengambil langkah-langkah untuk mengatasi ketidakharmonisan
(Berdrow & Evers, 1998:203). Manajemen konflik merupakan kemampuan dalam mengambil langkah-langkah untuk
menenangkan yang terlibat konflik. Manajemen konflik sangat efektif untuk negosiasi jangka panjang, hubungan bisnis
simbiosis, misalnya antara produsen dan pengecer (Cherniss & Goleman, 2001: 37).
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa pengikat jaringan pada bidang pekerjaan teknisi jaringan
termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.48. Pengikat jaringan merupakan sikap
menumbuhkan hubungan instrumental. Orang dengan kecakapan ini menumbuhkan dan memelihara jaringan tidak formal yang
meluas (Goleman, 1999:333).
Salah satu keuntungan membangun hubungan adalah banyaknya simpanan goodwill dan kepercayaan. Jaringan –
jaringan yang mungkin agak berbeda dengan jaringan persahabatan yang dibangun terutama untuk kesenangan. Membangun
hubungan biasanya mempunyai motif, jadi persahabatan ini dibangun dengan tujuan. Orang yang terampil dalam membangun
jaringan sering mencampur kehidupan pribadinya dengan kehidupan kerja, maka banyak atau kebanyakan persahabatan pribadi
dibuat melalui hubungan kerja, walaupun harus ada kejelasan dan disiplin agar agenda kerja dan agenda pribadi tidak saling
belit (Goleman, 1999:338).
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa kalaborasi dan kooperasi pada bidang pekerjaan teknisi jaringan
termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.70. Kalaborasi dan kooperasi merupakan sikap
bekerja bersama orang lain menuju sasaran bersama. Orang dengan kecakapan ini menyeimbangkan pemusatan perhatian
kepada tugas dengan perhatian kepada hubungan (Goleman, 1999:342).
Masuknya kecerdasan emosi ke dalam hubungan kerja dapat mengangkatnya menjadi hubungan yang berkembang
secara bertahap namun pasti, kreatif, dan sama-sama mengasikkan, sedangkan kegagalan dalam hal ini dapat mempertinggi
resiko kemrosotan ke hubungan kerja yang kaku, hambar, dan berujung kegagalan (Goleman, 1999:350). Kecerdasan kolektif
atau bersama muncul dari kolaborasi dan persaingan dari banyak individu dan tujuan untuk meningkatkan sosial pengetahuan
yang ada. Anggota tim bertujuan untuk mencapai fokus dan ambang batas untuk interaksi produktif dan bekerja dengan jaringan
ICT. Kemajuan dalam pengetahuan masyarakat yang berharga memungkinkan setiap peserta untuk memberikan kontribusi bagi
keberhasilan (Griffin, McGaw , & Care, 2012:246).
Kolaborasi dan Kerjasama digunakan untuk peningkatan penting dalam dekade terakhir dengan kecenderungan kerja
berbasis tim di banyak organisasi (Cherniss & Goleman, 2001: 38). Kolaborasi sangat penting untuk keberhasilan manajer,
anggota tim cenderung berbagi suasana hati, baik dan buruk-dengan suasana hati yang lebih baik untuk meningkatkan
kinerja[ CITATION Tot98 \l 1033 ]. Mood positif dari pemimpin tim di tempat kerja mempromosikan efektivitas pekerja dan
retensi di tempat kerja (George & Bettenhausen, 1990).
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa kemampuan tim pada bidang pekerjaan teknisi jaringan
termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.82. Tuntutan atas adanya tim yang istimewa
merupakan syarat utama dalam bisnis modern. Hubungan sosial yang rumit dan unik pada manusia telah memberikan
keunggulan yang sangat penting untuk perjuangan mempertahankan hidup (Goleman, 1999:321).
Teamwork, adalah kemampuan untuk bekerja dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. meliputi fleksibilitas
kerja sama tim, kemampuan adaptasi, kegotong-royongan, dan rasa hormat. Pengusaha merekrut individu yang memperhatikan
teamwork karena hubungan dengan rekan kerja dan atasan [ CITATION Raf09 \l 1033 ]. Nada dari percakapan dan bahasa
tubuh adalah indikasi dari tingkat penghormatan untuk diri sendiri dan orang lain. Rasa hormat bagi orang lain, antara
keterampilan lainnya, dianggap salah satu dari empat keterampilan penting diidentifikasi sebagai keterampilan yang relevan
untuk pekerjaan [ CITATION JuS12 \l 1033 ]. Team work adalah bagaian dari keterampilan 10 workreadiness sehingga sangat
diperlukan ditempat kerja (Falconer & Pettigrew, 2003:48-59).

Kehidupan dan Karir

Makna dari temuan kompetensi kehidupan dan karir adalah sangat diperlukan untuk menjadi teknisi jaringan.
Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa kehidupan dan karir sangat diperlukan dengan temuan mean dilapangan
sebesar 3.75. Jabaran indikator kehidupan dan karir yang sangat diperlukan fleksibel dan adaptif, berinisiatif dan mandiri,
keterampilan sosial dan budaya, produktif dan akuntabel, kepemimpinan dan tanggungjawab.
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa fleksibel dan adaptif pada bidang pekerjaan teknisi jaringan
termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.85. Fleksibel berarti memiliki sifat mudah
diatur. Dalam kehidupan sehari-hari sering muncul penggunaan kata-kata fleksibel. Fleksibel sendiri bisa diartikan bagi
seseorang yang mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru. Efisien dan efektif dari individu didapatkan apabila
individu pada perusahaan dapat dengan mudah beradaptasi terhadap pekerjaan dan lingkungan kerja yang disebut dengan
fleksibilitas personil kerja [ CITATION Par05 \l 1033 ]. Fleksibilitas pekerja pada organisasi berfokus pada jumlah tenaga kerja
yang digunakan memiliki relasi dengan jumlah pekerjaan, pekerjaan yang secara spesifik dan waktu jam kerja [ CITATION
Rei01 \l 1033 ]. Fleksibel dibagi atas dua yakni fleksibel terhadap pendekatan pekerjaan dan mengatur cara pekerjaan sehingga
dapat melakukan pekerjaan yang lebih [ CITATION Joh04 \l 1033 ].
Fleksibilitas personil menentukan bagaimana mereka bekerja pada pekerjaan dan mengatur pekerjaan yang ada saat ini
serta menentukan pengembangan karirnya, fleksibilitas personil ini sangat erat pada pengembangan keahlian, mencoba sesuatu
inovasi yang baru pada pekerjaan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih efektif dan efisien yang berdampak pada
pembentukan tim kerja yang terbaik [ CITATION Par05 \l 1033 ]. Fleksibilitas kerja individu karyawan adalah apabila
karyawan di perusahaan sudah terbiasa dengan melakukan pekerjaan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan perusahaan
(job switching). Manajemen perusahaan akan selalu berusaha untuk mengatur fleksibilitas personil karyawan untuk mencapai
target yang telah ditetapkan serta meningkatkan daya saing perusahaan[ CITATION Ban03 \l 1033 ].
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa berinisiatif dan mandiri pada bidang pekerjaan teknisi jaringan
termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.76. Sikap inisiatif merupakan sikap yang akan
sangat dihargai di tempat kerja. Karyawan yang menyelesaikan semua tugas yang telah diberikan tanpa menunggu perintah dari
atasan akan menjadi asset yang sangat berharga bagi perusahaan. Apa yang telah menjadi tugasnya selalu dikerjakan tanpa
menunggu adanya perintah dari atasan.
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa keterampilan sosial dan budaya pada bidang pekerjaan teknisi
jaringan termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.70. Keterampilan sosial dan budaya
sangat diperlukan dalam pekerjaan karena dalam tempat kerja terdapat banyak rekan kerja maupun pelanggan dengan
latarbelakang yang berbeda, karakter yang berbeda dan budaya yang berbeda. Keragaman sendiri mengacu pada perbedaan
antar orang-orang dalam satu organisasi.
[ CITATION Car95 \l 1033 ] mendefinisikan keterampilan sosial sebagai suatu kemampuan yang kompleks untuk
melakukan perbuatan yang akan diterima dan menghindari perilaku yang akan ditolak oleh lingkungan. Keterampilan sosial
adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial tertentu dengan cara tertentu yang secara sosial
dapat diterima atau dihargai pada saat yang sama dan secara pribadi menguntungkan atau bermanfaat kepada orang lain
Keterampilan sosial dan budaya sangat diperlukan dalam pekerjaan teknisi jaringan untuk berkomunikasi dalam bekerjasama
untuk mengembangkan layanan produk dan layanan servis serta untuk membantu memudahkan dalam analisis produk dan
mendesain produk secara bersama (Whitcomb & Whitcomb, 2013:4).
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa produktif dan akuntabel pada bidang pekerjaan teknisi jaringan
termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.73.
Pada berbagai bidang khususnya kehidupan berorganisasi, faktor manusia merupakan masalah utama disetiap kegiatan
yang ada didalamnya. Hal ini dikarenakan adanya garis ketersinggungan atau interaksi antar individu itu sendiri, pada organisasi
maupun pada teknologinya. Hal ini mengakibatkan kehidupan dinamik dalam suatu organisasi akan menjadi suatu dinamika itu
sendiri. Produktivitas kerja merupakan suatu hasil kerja dari seorang karyawan. Hasil kerja karyawan ini merupakan suatu
proses bekerja dari seseorang dalam mengasilkan suatu barang atau jasa. Proses kerja dari karyawan merupakan kinerja dari
karyawan. Sering terjadi produktivitas kerja karyawan menurun dikarenakan kemungkinan adanya ketidaknyamanan dalam
bekerja, upah yang minim dan juga ketidak puasan dalam bekerja (Almigo, 2004).
Produktivitas adalah perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika Produktivitas naik ini hanya
dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan sisitem kerja, teknik produksi dan adanya
peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya (Hasibuan, 1996:126). Produktivitas menunjukkan apakah aktivitas organisasi
yang efisien dan efektif. Produktivitas membutuhkan efisiensi dan efektivitas, karena aktivitas tertentu tidak akan produktif jika
hanya efisien, tetapi tidak efektif, atau efektif, tetapi tidak efisien (Saxenaa, 2014). Produktivitas adalah penentu utama tren
dalam standar hidup (Hatsopoulos, Krugman, & Summers, 1988).
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa kepemimpinan dan tanggungjawab pada bidang pekerjaan
teknisi jaringan termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.73. Dalam hal kepemimpinan
harus dibedakan antara kepemimpinan di tempat kerja dengan kemampuan managerial. Kemampuan kepemimpinan lebih
kepada kemampuan seseorang untuk memberikan visi, arah perusahaan dan memotivasi serta coaching terhadap anak buahnya.
Leadership juga mencakup kemampuan melaksanakan change atau perubahan dalam perusahaan tersebut (Putra & Pratiwi,
2005:9).
Keterampilan Belajar dan Inovasi

Makna dari temuan kompetensi keterampilan belajar dan inovasi adalah sangat diperlukan untuk menjadi teknisi
jaringan. Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa keterampilan belajar dan inovasi sangat diperlukan dengan
temuan mean dilapangan sebesar 3.77. Jabaran indikator keterampilan belajar dan inovasi yang sangat diperlukan meliputi
berfikir kritis dan mengatasi masalah, komunikasi dan kalaborasi, kreativitas dan inovasi.
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa berfikir kritis dan pemecahan masalah pada bidang pekerjaan
teknisi jaringan termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.85. Keterampilan pemecahan
masalah merupakan keterampilan yang mampu membangkitkan kepercayaan dan menjalin hubungan dengan cepat,
mendengarkan dengan cermat, dan membujuk menawarkan suatu saran (Goleman, 1999:50).
Kemampuan berfikir kritis adalah keterampilan kecerdasan yang lebih tinggi yang memungkinkan individu untuk
membentuk, memeriksa, dan mengevaluasi keyakinan dan kemudian memutuskan tindakan seseorang (Brungardt, 2009:11).
Pengambilan keputusan merupakan keterampilan yang penting dalam keterampilan kerja. Pengambilan keputusan, keterampilan
nonteknis, tercatat paling tinggi berarti dalam kelompok keterampilan berpikir [ CITATION Kaz09 \l 1033 ]. Selain itu,
dianjurkan untuk program pengembangan karir untuk membimbing siswa dalam pengembangan keterampilan pengambilan
keputusan [ CITATION Riv09 \l 1033 ].
Pekerjaan di bidang komputer memerlukan kemampuan untuk berfikir logis dan analitis untuk memecahkan masalah-
masalah teknis [ CITATION Dea13 \l 1033 ]. Problem solving akan sangat menguntungkan bagi pekerja di bidang teknisi
jaringan, meskipun di lapangan akan terjadi kerusakan atau gangguan dapat terjadi setiap saat, siang atau malam dan hanya
pekerja memiliki keahlian untuk memperbaikinya akan menjadi pekerja yang diandalkan. Pekerja akan mendapatkan
keuntungan ketika orang yang bersedia untuk mengatasi masalah, bahkan jika pekerja tidak selalu tahu jawabannya segera
(Dean, 2013:17).
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa komunikasi dan kalaborasi pada bidang pekerjaan teknisi
jaringan termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.79. Keberhasilan individu dalam
bekerja adalah membangun komunikasi dan relasi dengan teman sekerjanya sehingga dapat bekerja dengan efisien dan efektif,
serta adanya komitmen dari setiap pekerja di dalam organisasi perusahaan. Penilaian kepuasan dan efektivitas kerja tim dari
perspektif internasional telah ditemukan komunikasi yang teratur dan meningkat memiliki hubungan positif dengan penilai dan
dapat memberikan motivasi kerja bagi karyawan yang dinilai, di samping itu juga ditentukan oleh penilaian yang dilakukan
secara adil, dan memberikan umpan balik akan meningkatkan [ CITATION Mal07 \l 1033 ]
Komunikasi yang dibangun oleh setiap individu di dalam perusahaan lambat laun akan membentuk suatu group kerja
yang memiliki latar belakang atau tujuan yang memiliki kesamaan pada organisasi perusahaan yang didapatkan dari proses
berbagi pengetahuan secara berkesinambungan[ CITATION Nel07 \l 1033 ]. Komunikasi sangat krusial bagi perusahaan untuk
memberikan pemahaman kepada seluruh komponen dalam perusahaan sehingga mudah untuk dikoordinasikan antar fungsi-
fungsi yang ada untuk pengembangan perusahaan [ CITATION Ade08 \l 1033 ]. Komunikasi yang baik akan memberikan
peningkatan kepada teamwork, sehingga akan adanya pemberdayaan personil pada perusahaan dan keterlibatan karyawan
[ CITATION Mas99 \l 1033 ].
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa berfikir kritis dan mengatasi masalah pada bidang pekerjaan
teknisi jaringan termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.70. Problem solving skills
(keterampilan pemecahan masalah) yaitu kemampuan individu dalam memecahkan masalahnya serta keterampilan dalam
mencari bantuan dari orang lain (Desmita, 2009: 227). . Keterampilan pemecahan masalah merupakan keterampilan yang
mampu membangkitkan kepercayaan dan menjalin hubungan dengan cepat, mendengarkan dengan cermat, dan membujuk
menawarkan suatu saran (Goleman, 1999:50). Berfikir kritis juga digunakan untuk mengungkapkan kemampuan mengenali
pola dan berfikir dengan wawasan luas, karena memungkinkan menyarikan kecenderungan-kecenderungan yang bermanfaat
dari sekumpulan informasi yang membingungkan, juga berfikir secara setrategis jauh kedepan (Goleman, 1999: 52).
Kemampuan berfikir kritis adalah keterampilan kecerdasan yang lebih tinggi yang memungkinkan individu untuk
membentuk, memeriksa, dan mengevaluasi keyakinan dan kemudian memutuskan tindakan seseorang (Brungardt, 2009:11).
Pengambilan keputusan merupakan keterampilan yang penting dalam keterampilan kerja. Pengambilan keputusan, keterampilan
nonteknis, tercatat paling tinggi berarti dalam kelompok keterampilan berpikir (Kazilan, Hamzah, & Bakar, 2009). Selain itu,
dianjurkan untuk program pengembangan karir untuk membimbing siswa dalam pengembangan keterampilan pengambilan
keputusan (Rivera & Schaefer, 2009).
Berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
dilakukan di lapangan sebagai pekerja berpengetahuan, prestasi terus dibangkitkan melalui inisiatif temuan masalah untuk
menghasilkan ide-ide menjanjikan. Peserta terlibat dalam masalah dan sistem yang pemikiran kompleks (Griffin, McGaw, &
Care, 2012:246) Pengambilan keputusan pada perusahaan dapat dilakukan melalui: (a) pemikiran kreatif/inovatif untuk
menghasilkan ide-ide baru; (b) pengambilan keputusan dalam memilih alternatif terbaik; (c) mampu untuk mengidentifikasi dan
menganalisis masalah; (d) mampu memvisualisasikan dan menginterpretasikan berbagai jenis informasi (Rasula, Rauf, Mansor,
Yasin, & Mahamod, 2012).
Pekerjaan di bidang komputer memerlukan kemampuan untuk berfikir logis dan analitis untuk memecahkan masalah-
masalah teknis (Dean, 2013). Problem solving akan sangat menguntungkan bagi pekerja di bidang teknisi jaringan, meskipun di
lapangan akan terjadi kerusakan atau gangguan dapat terjadi setiap saat, siang atau malam dan hanya pekerja memiliki keahlian
untuk memperbaikinya akan menjadi pekerja yang diandalkan. Pekerja akan mendapatkan keuntungan ketika orang yang
bersedia untuk mengatasi masalah, bahkan jika pekerja tidak selalu tahu jawabannya segera (Dean, 2013:17).
Jensen (2011: 195) berpendapat bahwa berpikir kritis berarti proses mental yang efektif dan handal, digunakan dalam
mengejar pengetahuan yang relevan dan benar tentang dunia. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan untuk menganalisis
suatu permasalahan hingga pada tahap pencarian solusi untuk menyelesaikan masalah. Keterampilan pemecahan masalah yang
diperoleh dari informasi yang berguna dalam kegiatan sehari-hari. Menurut Emery (1999), pengusaha menyarankan campuran
keterampilan pemecahan masalah yang dibutuhkan akan bervariasi sesuai dengan tingkat kompleksitas pekerjaan dan jenis
karyawan. Beradaptasi dengan cepat dengan tuntutan kerja baru, karyawan harus tahu bagaimana untuk belajar. Kemampuan
memecahkan masalah untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam situasi baru. Selain merasa nyaman dengan inovasi,
berpikir kreatif juga diperlukan karena menghadapi tantangan baru (Carnevale, 1990: 32). Hal ini juga senada dengan
mengembangkan keterampilan abad ke-21 membutuhkan orang untuk bekerja menuju berpikir tinggi dan pemecahan masalah.
Meningkatnya kebutuhan dalam kerjasama tim untuk beroperasi pada tingkat berpikir tinggi, penalaran dan kolaborasi (Griffin,
McGaw, & Care, 2012:9).

Keterampilan Teknologi dan Media Informasi

Makna dari temuan kompetensi teknologi media dan informasi adalah sangat diperlukan untuk menjadi teknisi
jaringan. Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa teknologi media dan informasi sangat diperlukan dengan temuan
mean dilapangan sebesar 3.64. Jabaran indikator teknologi media dan informasi yang sangat diperlukan meliputi kecakapan
informasi, kecakapan media, dan kecakapan ICT.
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa kecakapan informasi pada bidang pekerjaan teknisi jaringan
termasuk dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.61. Kebutuhan untuk akses dan proses
informasi di tempat kerja berarti bahwa ada urgensi peningkatan kebutuhan akan keterampilan seperti menganalisis kredibilitas
dan utilitas informasi, mengevaluasi kesesuaian dan menerapkannya secara cerdas (Griffin, McGaw, & Care, 2012:5).
Abad kedua puluh satu diantar oleh perubahan informasi yang dramatis dan revolusi teknologi. Akibatnya, orang lebih
terhubung dari sebelumnya, keadaan yang menawarkan kesempatan tambahan untuk pengembangan usaha dan pertumbuhan
ekonomi. Kemampuan untuk mengakses informasi, berkomunikasi melalui bahasa, dan memanfaatkan dan menciptakan
teknologi baru sangat penting untuk produktivitas. Dengan demikian teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merupakan
kemampuan untuk menggunakan teknologi sebagai alat untuk mengakses, penelitian, dan mengatur informasi-sangat penting
dalam dunia sekarang ini (Wang, 2012).
Kemajuan teknologi telah mempersingkat siklus produksi dan secara dramatis meningkatkan produktivitas. Pada masa
pertumbuhan ekonomi yang cepat, komputer yang mengambil, menggantikan, atau melengkapi banyak dari pekerjaan yang
dilakukan oleh manusia di berbagai bidang seperti informasi pengolahan dan tugas berdasarkan aturan, mengakibatkan
meningkatnya permintaan untuk keterampilan tingkat tinggi terhadap penggunaan teknologi (Levy & Murnane, 2004).
ICT terintegrasi ke dalam kerja organisasi sehari-hari, ruang komunitas bersama dibangun dan terus ditingkatkan oleh
peserta, dengan koneksi ke organisasi dan sumber daya di seluruh dunia (Griffin, McGaw, & Perawatan, 2012: 246). Berbagai
sumber daya online termasuk newsgroup, chat room, daftar email server dan halaman World Wide Web pribadi memungkinkan
konsumen untuk berbagi pengalaman dan terhubung dengan orang lain. Ini telah umum telah dimasukkan di bawah label
'komunitas virtual' (Rheingold 1993).
Literasi informasi (informational skills) dapat berupa keterampilan dalam memperoleh informasi yang relevan dari
berbagai sumber, mengelola informasi yang diperoleh; dan share ide (Rasula, Rauf, Mansor, Yasin, & Mahamod, 2012). Melek
informasi adalah memiliki kapasitas untuk dapat melakukan sesuatu bermakna dengan informasi dalam berbagai
manifestasinya. Penggunaan informasi yang bermakna tergantung pad acara pengguna terlibat dalam suatu informasi dan
tujuannya (Stevenson, 2003: 115). Lepani (1998) menunjukkan bahwa, dalam masyarakat pengetahuan informasi digunakan
untuk meningkatkan produksi dan digunakan sebagai sumber informasi sehingga dapat menjadi navigator dalam bekerja.
Jaringan sosial mengisi peran dalam mengkomunikasikan informasi kepada pekerja tentang spesifikasi berbagai
kesempatan kerja, serta mengkomunikasikan informasi kepada perusahaan tentang potensi dari berbagai pekerja. Mashup
adalah aplikasi Web yang menggabungkan fitur atau informasi dari lebih dari satu sumber. Menunjukkan situs Web Joblighted,
mashup antara Google Maps dan papan pekerjaan online untuk menunjukkan di mana iklan lowongan pekerjaan. Bisnis
menggunakan mashup untuk mengembangkan pandangan informasi yang membantu dalam pengambilan keputusan. Mashup
bisnis biasanya menggabungkan data dari sumber-sumber internal dan publik, dan mempublikasikan hasil dalam perusahaan
bagi karyawan untuk menggunakan. Mashup juga harus memenuhi kebutuhan bisnis perangkat lunak untuk keamanan,
kehandalan, dan kegunaan (Butterfield, 2010: 42).
penelitian secara empiris mengungkapan bahwa literasi media pada bidang pekerjaan teknisi jaringan termasuk dalam
kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.73.
Munculnya media digital, membawa perubahan paradigma yang membutuhkan cara-cara baru dalam desain berpikir,
pengembangan pengetahuan dan keterampilan baru. Media digital biasanya diproduksi untuk lingkungan berbasis layar seperti
layar komputer, video atau sentuhan. Mouse, pena, sentuhan langsung dan bahkan gerakan suara atau badan yang digunakan
untuk menciptakan dialog antara manusia menjadi (pengguna) dan aplikasi, mengubah pengamat penonton biasanya pasif
menjadi penonton mengendalikan konten dinamis (Flew, 2008).
Beberapa komponen untuk melek media online menurut (Richardson, Third, & MacColl, 2007) adalah: (a) literasi
teknis (technical literacy) misalnya, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menggunakan komputer, seperti
menggunakan web browser atau program perangkat lunak atau aplikasi tertentu; (b) literasi konten (content literacy)
kemampuan untuk secara efektif menggunakan mesin pencari dan memahami bagaimana informasi "order", siapa atau apa yang
menciptakan organisasi atau mensponsori informasi, di mana informasi yang berasal dan kredibilitas informasi; (c) literasi
komunikatif dan jejaring sosial (communicative and social networking literacy) merupakan pemahaman tentang berbeda banyak
ruang komunikasi di web, aturan formal dan informal yang mengatur atau membimbing perilaku apa yang sesuai, tingkat
privasi (dan karena itu tingkat pengungkapan diri aman), dan bagaimana menangani komunikasi yang tidak diinginkan atau
tidak pantas melalui social networking; (d) literasi konten kreatif dan visual (creative content and visual literacy), di samping
keterampilan untuk membuat dan mengupload gambar dan konten video, melalui pemahaman ini meliputi bagaimana secara
online konten visual diedit dan dibangun, jenis konten yang sesuai dan bagaimana hak cipta berlaku; (e) literasi media ponsel
(mobile media literacy) merupakan keakraban dengan keterampilan dan bentuk komunikasi khusus untuk ponsel (misalnya:
pesan teks); web mobile, dan pemahaman tentang etiket penggunaan ponsel.
Organisasi tergantung pada komputer dan teknologi informasi untuk berkembang dan tumbuh. Globalisasi, atau
menghubungkan dengan pelanggan dan pemasok di seluruh dunia, adalah akibat langsung dari meluasnya penggunaan internet.
Teknologi yang cepat berubah lebih lanjut mempengaruhi bagaimana perusahaan melakukan bisnis dan membuat permintaan
untuk terampil dan bersertifikat pekerja TI yang kuat di industri. Setiap sektor ekonomi membutuhkan profesional TI yang
dapat membangun, mempertahankan, memecahkan masalah, dan memperluas sistem bisnis mereka (Dean, 2013).
Menemukan pekerja IT yang sangat terampil dapat menjadi perjuangan bagi pengusaha, mengingat bahwa teknologi
mengubah kira-kira setiap dua tahun. Dengan siklus hidup produk yang cepat, pekerja IT harus berusaha untuk menjaga dengan
perubahan ini untuk terus membawa nilai ke majikan mereka. Sebagai perubahan teknologi dan kemajuan industri berkembang,
banyak pengusaha lebih memilih kandidat yang sudah memiliki keterampilan untuk menerapkan teknologi baru (Dean, 2013).
Hal ini sesuai dengan hasil survei dari pengusaha menunjukkan bahwa keterampilan teknologi juga penting dalam teknologi
baru dan modern (Rasul, Rauf, Mansor, Yasin, & Mahamod, 2013)
Teknologi dalam industri manufaktur sedang mengalami perubahan yang cepat dan menggunakan berbagai teknologi
baru melintasi semua aspek dari produksi (Taylor, 2005). Dengan demikian, pengusaha bersikeras memiliki karyawan baru dan
yang sudah ada untuk dapat menggunakan teknologi untuk melakukan pekerjaan mereka dan akan perlu mempertimbangkan
bagaimana teknologi dapat diterapkan dan digunakan untuk kepentingan bisnis. Dari wawancara, pengusaha menyarankan itu
akan diperlukan bagi karyawan untuk memilih dan menerapkan teknologi yang berkaitan dengan tugas; memiliki keterampilan
komputer dasar; dan memelihara teknologi.
Penerapan teknologi untuk melakukan tugas-tugas di antara karyawan yang melayani di bidang produksi sangat
penting karena industri kontemporer menggunakan berbagai teknologi terbaru untuk mempermudah pekerjaan. (Bunn &
Stewart, 1998) menyatakan bahwa anggota dewan teknis setuju dengan fakta bahwa keterampilan menggunakan teknologi
sangat penting dalam industri, dan (De Leon & Borchers, 1998) mencatat bahwa penerapan teknologi untuk melaksanakan
tugas sangat diperlukan.
Grafis diagram dapat digunakan untuk mewakili data, keputusan, dan solusi grafis serta dapat melihat tren, hubungan,
dan hasil yang akan sulit untuk mendeteksi dalam daftar nomor. Gambar, grafik, dan ilustrasi lainnya juga membantu membuat
kasus lebih jelas dan lebih mudah bagi orang lain untuk memahami. Software seperti spreadsheet dan program grafis presentasi
menyediakan alat untuk membantu memvisualisasikan dan data display (Butterfield, 2010: 112).
Adapun bentuk diagram yang dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan adalah: (a) bar chart, sebuah
bar chart menggunakan bar persegi panjang untuk menampilkan nilai data. Panjang setiap batang mewakili nilai. Semakin lama
bar, semakin besar nilai. Bar chart dapat berorientasi horizontal atau vertikal. Grafik sederhana menggunakan satu set bar untuk
mewakili variabel tunggal atau titik waktu. Beberapa variabel atau titik dalam waktu dapat diwakili oleh beberapa bar yang
berdekatan; (b) diagram garis, untuk membuat grafik garis dapat menggunakan plot. Plot merupakan serangkaian poin dan
kemudian menghubungkan plot dengan garis. Setiap titik mewakili pengukuran atau nilai. Jalur ini menunjukkan arah atau tren
dalam data dari waktu ke waktu; (c) area chart, diagram area mirip dengan diagram garis karena membandingkan dua atau lebih
variabel dari waktu ke waktu. Namun, area chart akan menampilkan nilai-nilai untuk setiap variabel sebagai jumlah kumulatif
menggunakan angka atau persentase. Ini berarti bahwa setiap variabel berlapis satu di atas yang lain. Sebuah warna atau
mengisi pola menyoroti setiap variabel; (d) grafik pie, pie chart adalah lingkaran dibagi menjadi sektor, dengan masing-masing
sektor menyerupai sepotong kue, ukuran slice merupakan ukuran relatif atau frekuensi dari variabel yang sesuai. Karena seluruh
yang grafik membentuk sebuah lingkaran lengkap, itu menunjukkan persentase seluruh bahwa setiap variabel mewakili.
Gunakan pie grafik untuk membandingkan data pada satu titik waktu, biasanya untuk keseluruhan. Pie chart yang paling mudah
untuk menafsirkan ketika potongan terbesar mewakili setidaknya 25-30% dari data. Idealnya, pie chart harus menekankan
variabel tunggal dan bandingkan slice yang dengan sisa kue; (e) scatter plots, pencar plot menampilkan dua variabel untuk satu
set data. Plot data untuk satu variabel sepanjang axis horizontal dan variabel lainnya pada sumbu vertikal. Sebuah plot pencar
menunjukkan korelasi antara variabel, terutama yang nonlinear. Jika titik-titik muncul secara acak dan tidak berurutan, dua
variabel tidak memiliki hubungan yang kuat (Butterfield, 2010: 112).
Perangkat lunak spreadsheet dapat digunakan untuk bekerja seperti Microsoft Office Excel, OpenOffice Calc, atau
Google. Spreadsheet untuk membuat dan memformat data dan perhitungan numerik, seperti untuk anggaran, kalkulator komisi,
jadwal, dan laporan laba rugi. Spreadsheet elektronik untuk melacak informasi numerik, melakukan perhitungan, melakukan
analisis, dan membuat diagram. Spreadsheet yang sangat membantu saat merekam dan menganalisa informasi keuangan
(Butterfield, 2010: 114). Berikut adalah keterangan dan fungsi masing-masing dari spreadsheet: (a) microsoft office excel,
bagian dari microsoft office suite program, Excel (office.microsoft.com/excel) secara luas digunakan dalam bisnis, pendidikan,
dan penelitian. Salah satu alasan bahwa excel mendominasi pasar spreadsheet pribadi adalah bahwa dapat digunakan untuk
membuat spreadsheet dasar dengan cepat atau untuk mengembangkan satu set canggih dari lembar kerja untuk membuat
keputusan bisnis; (b) google spreadsheets, mirip dengan google docs dan presentasi. Spreadsheet adalah alat dasar untuk
membuat dan mengedit spreadsheet (Www.google.com/docs). Spreadsheet menawarkan mengimpor dan pengeditan dasar fitur,
dan lebih alat format terbatas daripada Excel. Namun, seperti aplikasi Google lainnya, spreadsheets dirancang untuk kolaborasi
online dan berbagi; (c) openoffice calc, sebuah alat sumber spreadsheet terbuka bebas, openoffice calc
(www.openoffice.org/product/calc.html) adalah semua tujuan spreadsheet model setelah microsoft excel, dan tersedia secara
bebas di situs web openoffice. openoffice calc membuka dan menyimpan file dalam format XLS (yang merupakan format
Microsoft Excel 2003). Tidak seperti Excel, Calc dapat menentukan seri untuk membuat grafik berdasarkan layout data. Hal ini
juga dapat menyimpan spreadsheet sebagai Portable Document Format (PDF) file, yang membuat mereka mudah untuk berbagi
dengan pengguna non-Calc; (d) Gnumeric, seperti OpenOffice Calc, Gnumeric adalah gratis, open-source program spreadsheet
yang merupakan bagian dari desktop GNOME untuk komputer yang menjalankan sistem operasi Linux
(www.gnome.org/gnumeric). Hal ini dirancang untuk menjadi serupa dengan Excel, meskipun tidak memiliki fitur seperti
format kondisional dan PivotTables. Professional melakukan analisis statistik menganggapnya sebagai alat spreadsheet yang
handal; (e) appel numbers, jika menggunakan komputer Macintosh, dapat menggunakan appel numbers, yang merupakan
bagian dari iWork suite program (Www.apple.com/iwork/numbers). Appel numbers dirancang untuk mudah digunakan dan
dapat membuat grafik visual yang kaya dan tabel. Appel numbers tidak memiliki fitur yang lebih canggih dari Excel, seperti
PivotTables, PivotCharts, dan bahasa pemrograman untuk menyesuaikan spreadsheet (Butterfield, 2010: 114).
Hasil penelitian secara empiris mengungkapan bahwa literasi ICT pada bidang pekerjaan teknisi jaringan termasuk
dalam kategori sangat diperlukan dengan sumbangan mean sebesar 3.61.
Salah satu pandangan adalah bahwa kemajuan teknologi akan menjadi sumber utama pekerjaan baru di masa depan.
Orang membaca dan mendengar tentang pekerjaan baru yang dibuat di bidang robotika, komputer, laser, dan optik. Sebuah
keyakinan umum adalah bahwa pekerjaan di daerah ini benar-benar baru dan akan menghasilkan kesempatan kerja untuk
banyak pekerja yang besar. Pandangan kedua adalah bahwa teknologi canggih jauh akan meningkatkan persyaratan
keterampilan pekerjaan masa depan. Kemajuan teknologi diyakini membuat pekerjaan jauh lebih kompleks dan karena itu, akan
memerlukan keterampilan tingkat yang lebih tinggi di masa depan. Pandangan ketiga adalah bahwa pengembangan teknologi
baru akan menghasilkan perpindahan jumlah besar pekerja. Perkembangan robotika dan proses otomatis dipandang sebagai
sarana untuk menghilangkan pekerja manusia dari angkatan kerja.
Banyak perusahaan internet commerce sekarang menjalankan aplikasi mereka di "Cloud" seperti di Amazon EC2, di
Google Application Engine, atau Microsoft Azure. Banyak perusahaan dan universitas juga telah bermigrasi aplikasi internet
(misalnya, email dan Web hosting) ke awan. perusahaan cloud tidak hanya menyediakan aplikasi komputasi dan penyimpanan
scalable lingkungan, tetapi juga menyediakan aplikasi akses implisit untuk kinerja tinggi jaringan pribadi mereka. (Kurose &
Ross, 2013: 67). Alat digital telah membuat desain produk dan manufaktur lebih cepat dan lebih efisien dari sebelumnya
(Westerman, Bonnet, & Mcafee, 2014)
Internet adalah jaringan komputer yang menghubungkan ratusan juta perangkat komputasi di seluruh dunia. Tidak
terlalu lama yang lalu, perangkat komputasi ini adalah PC terutama tradisional desktop workstation Linux, dan disebut server
yang menyimpan dan mengirimkan informasi seperti halaman Web dan e-mail. Makin, Namun, non-tradisional sistem internet
end seperti laptop, smartphone, tablet, TV, konsol game, Web Cams, mobil, perangkat penginderaan lingkungan, bingkai foto,
dan sistem listrik rumah dan keamanan sedang terhubung ke Internet. Memang, jaringan komputer istilah mulai terdengar
sedikit tanggal, diberikan banyak perangkat non-tradisional yang sedang terhubung ke Internet. Dalam jargon Internet, semua
perangkat ini disebut host atau sistem akhir. Hingga Juli 2011, ada hampir 850 juta sistem akhir yang melekat pada Internet
[ISC 2012], tidak menghitung smartphone, laptop, dan perangkat lain yang hanya sesekali terhubung ke Internet. Secara
keseluruhan, lebih ada sekitar 2 miliar pengguna internet (Kurose & Ross, 2013: 3).
Masters digital tahu di mana dan bagaimana untuk berinvestasi dalam kesempatan digital. Ukuran dari investasi ini
adalah tidak sepenting alasan dan benturan. Digital Masters melihat teknologi sebagai cara untuk mengubah cara mereka
melakukan bisnis-mereka keterlibatan pelanggan, operasi internal, dan bahkan model bisnis. Untuk perusahaan-perusahaan ini,
teknologi baru seperti sebagai media sosial, mobilitas, dan analisis bukan tujuan untuk mencapai atau sinyal untuk mengirim
pelanggan mereka dan investor. Teknologi ini adalah alat untuk lebih dekat dengan pelanggan, memberdayakan karyawan, dan
mengubah sebagai proses bisnis internal (Westerman, Bonnet, & Mcafee, 2014:13).

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Soft skills yang dibutuhkan DU/DI pada bidang pekerjaan teknisi jaringan adalah keterampilan belajar dan berinovasi,
pengaturan diri, kehidupan dan karir, motivasi, keterampilan teknologi dan media informasi, keterampilan sosial, kesadaran diri
dan empati.
Saran
Untuk mengasah soft skills seimbangkan aktivitas baik akademik dan non akademik. SMK penumbuhan iklim kerja
industri menjadi langkah yang dirasa efektif dalam upaya menumbuhkan sikap kerja siswa yang diharapkan nantinya sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh industri. Kerjasama dengan berbagai industri akan memberikan pengalaman langsung bagi
sisiwa sehingga dengan sendirinya akan tumbuh sikap maupun etos kerja sesuai dengan harapan dunia kerja. Melihat dari
kompetensi lulusan, kelemahan siswa SMK berada pada soft skill, sehingga perlunya pengembangan soft skills terintegrasi
dengan kurikulum SMK melalui beberapa strategi dan implementasi. Model yang dikembangkan adalah model yang
mengintegrasikan soft skill dengan proses pembelajaran sehari-hari dan menciptakan suasana industri di sekolah dan
memaksimalkan bantuan SMK / karir.

DAFTAR RUJUKAN

Muraven, M., Tice, D. M., & Baumeiste, R. F. (1998). Self-Control as Limited Resource: Regulatory Depletion Patterns. Journal of Personality and Social
Psychology, 774-789.

Patrick, H. A., & Kumar, V. R. (2012). Managing Workplace Diversity: Issues and Challenges. SAGE open, 1-15.

Adejimola, A. S. (2008). Language, Communication and Information Flow in Entrepreneurship. African Journal of Business Management, 201−208.
Akomolafe, C. O., & Adegun, A. O. (2009). Strategies of managing higher education for youth labour market in Nigeria. Academic Journals, 456-460.

Asmani, J. M. (2009). Sekolah Life Skill, Lulus Siap Kerja. Yogyakarta: DIVA Press.

Athanassopoulos, A. D. (2000). Customer Satisfaction Cues toSupport Market Segmentation and Explain Switching Behavior. Journal of Business Research,
191-207.

Azim, S., Gale, A., Wright, T. L., Kirkham, R., Khan, A., & Alam, M. (2010). The importance of soft skills in complex project. International Journal of
Managing Projects in Business, 387-401. doi:10.1108/17538371011056048

Banerjee, P. (2003). Resources, Capability and Coordination: Strategic Management of Information in Indian Information Sector Firms. International Journal
of Information Managemen, 303–311.

Bates, R., Cannonier, N., & Hatala, J. P. (2014). Linking Motivation to Workplace Learning Transfer. In N. E. Chalofsky, T. S. Rocco, & M. L. Morris,
Handbook of Human Resource Development (pp. 386-401). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Baumeister, R. F., Heatherton,, T. F., & Tice, D. M. (1994). Loosing Control: How and why people fail at self-regulation. San Diego: Academic Press.

Boutin, F., Chinien, C., Moratis, L., & Pet. (2009). Changing Economic Environment and Workplace Requirements: Implications for Re-Engineering TVET for
Prosperity. In International Handbook of Education for the Changing World of Work (p. 81). German: Springer.

Boyatzis, R., Goleman, D., & Rhee, K. (2000). Clustering competence in Emotional Intelligence: Insights from the emotional competence inventory. In Bar-On,
& J. D. Parker, The handbook of emotional intelligence (pp. 343–362). SanFrancisco: Jossey-Bass.

Campbell, S., Cohan, L., & Stein, M. B. (2006). Relationship of resilience to personality, coping, and psychiatric symptoms in young adult. Behaviour Research
and Therapy, 585-599.

Cappel, J. J. (2002). Entry-level IS job skills: A survey of employers. Journal of Computer Information Systems, 76-82.

Cartledge, G., & Milburn, J. F. (1995). Teaching social skills to children:Innovative approaches . New York: Pergamon.

Chinien. (2003). Skills to last: broadly transferable sustainable development skills for the Canadian workforce. Human Resources and Social Development
Canada.

Cinnoy, E. (1995). Automobile workers and the American dream. Boston MA: Beacon Press.

Cook, J., & Wall, T. (1980). New work attitude measures of trust,organizational commitment and personal need non-fulfilment. Journal of Occupational
Psychology, 39-52.

Costa, P. T., & McCrae, R. (1992). Revised NEO Personality Inventory (NEO-PI-R) and NEO Five-Factor Inventory (NEO-EEI) professional manual. Odessa:
sychological Assessment Resources.

Crant, J. M. (1995). The proactive personality scale and objective job performance among real estate agents. Journal of Applied Psychology, 532–537.

Dean, T. (2013). Network + Guide to Networks. USA: Course Technology.

Deshpande, R., Farley, J. U., & Webster, F. E. (1993). Corporate Culture, Customer Orientation, and Innovativeness in Japanese Firms: A Quadrant Analysis.
Journal of Marketing, 23-37.

Deutschendorf, H. (2009). The other kind of smart : simple ways to boost your emotional intelligence for The other kind of smart : simple ways to boost your
emotional intelligence for. United States of America: AMACOM.

Dixon, J., Belnap, C., Albrecht, C., & Lee, K. (2010). The importance of soft skills. Corporate Finance Review, 35-38.

Dobnie, D., Ritchie, B., & Zerbe, W. (2000). Organizational Values: The Inside View of Service Productivity. Journal of Business Research, 91-107.

Fang, X., Lee , S., & Koh, S. (2005). Transition of knowledge/skills requirement for entry-level IS profesionals: An exploratory study based on recruiters’
perception. Journal of Computer Information Systems, 58-70.

Gardener, H. (1993). Frames of Mind, the Theory of Multiple Intelligences. United States of America: Basic Book.

Gist, M. E., & Mitchell, T. R. (1992). Self-efficacy: A theoretical analysis of its determinants and malleability. Academy of Management Review, 183-121.

Goleman, D. (1998). Working with emotional intelligence. New York: Bantam Books.

Goleman, D. (1999). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia.
Goleman, D. (2016). Emotional Intelligence Mengapa EI lebih Penting daripada IQ. Jakarta: Gramedia.

Guan, Y., Deng, H., Sun, J., Wang, Y., Cai, Z., & Li, Y. (2013). Career adaptability, job search self-efficacy and outcomes: A three-wave investigation among
Chinese university graduates. Journal of Vocational Behavior, 561-570.

Holahan, C. K., & Sears, R. R. (1995). The gifted group in later maturity. Stanford: Stanford University Press.

Jaworski, B., & Kohli , A. (1993). Market Orientation: Antecedents and Consequences. Journal of Marketing, 53-70.

Johnson, J. (2004). Flexible Working: Changing the Manager‟s Role. Management Decision, 721−737.

Ju, S., Zhang, D., & Pacha, J. (2012). Employability skills valued by employers asimportant for entry-level employees with and without disabilities. Career
Development for Exceptional Individuals,, 1.

Kazilan, F., Hamzah, R., & Bakar, A. R. (2009). Employability skills among the students of technical vocational training centers in Malaysia. European Journal
of Social Sciences, 1.

Klaus, P. (2007). The hard truth about soft skills: Workplace lessons smart people wish they’d learned sooner. New York: Klaus & Associates.

Klein, C. R. (2009). What do we know about interpersonal skills? A meta-analytic examination of antecedents, outcomes, and the efficacy of training. Florida:
University of Central Florida.

Kohli, A. K., & Jaworski , B. J. (1990). Market Orientation: The Construct, Research Propositions, and Managerial Implications. Journal of Marketing, 1-18.

Kovacs, P. J., Davis, G. A., Caputo, D. J., & Turchek, J. C. (2005). Identifying competencies for the IT workforce. Issues in Information Systems, 339-345.

Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2004). Management information systems: Managing the digital firm. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Lee, S. M., & Lee, C. K. (2006). IT managers’ requisite skills: Matching job seekers’ qualifications with employers’ skill requirements. Communications of the
ACM, 111-114.

Lewis, J. D., & Weigert, A. (1985). Trust as a social reality. Social Forces, 967-985.

Lord, R. G., Diefendorff, J. M., Schmidt, A. M., & Hall, R. J. (2009, June 17). Self-Regulation at Work. The Annual Review of Psychology, pp. 543-568.

Maley, J., & Kramar, R. (2007). International Performance Appraisal: Policies, Practices and Processes in Australian Subsidiaries of Healthcare MNCs.
Research and Practice in Human Resource Management, 21−40.

Mashari, M. A., & Zairi, M. (1999). BPR Implementation Process: an Analysis of Key Success and Failure Factors. Business Process Management Journal, 87-
112.

Mayer, J. D., & Geher, G. (1996). Emotional intelligence and the identification of Emotion. Intelligence, 89-113.

Mayer, J. D., & Salovey, P. (1997). What is emotional intelligence? In Salovey, & D. J. Sluyter, Emotional development and emotional intelligence:
Educational implications (pp. 3-31). New York: Basic Book.

Mayer, R. C., Davis, J. H., & Schoorman, F. D. (1995). An Inetgrative model of organizational trust. Academy of Management Review, 709-734.

Mc Kee, A., Boyatzis, R., & Jhonshon, F. (2008). Becoming a Resonant Leader. Massachusets: Havard Business School Publisihing.

McKnight, D. H., Cummings, L. L., & Chervany, N. L. (1998). Initial Trust formation in new organizational relationships . Academy of Management Review,
473-490.

McMurtrey, M. E., Downey, J. P., Zeltmann, S. M., & Friedman, W. H. (2008). Critical Skill Sets of Entry-Level IT Professionals:An Empirical Examination of
Perceptions from Field Personnel. Journal of Information Technology Education, 1.

Nelson, L., & Tonks, G. (2007). Violations of the Psychological Contract: Experiences of a Group of Casual Workers. Research and Practice in Human
Resource Management, 22-36.

Nilsson, S. (2010). Enhancing individual employability: The perspective of engineering graduates. Education & Training, 540-551.

Noll, C. L., & Wilkins, M. (2002). Critical skills of IS professionals: A model for curriculum development. Journal of Information Technology Education, 143-
154.

Oldham, A., & Cummings, A. (1996). Employee creativity: Personal and contextual factors at work. Academy of Management Journal, 607-634.
Parris, M. A., Vickers, M. H., & Wilkes, L. (2005, July 4-5). Being “Stretched” and “Squeezed”: Organizational Flexibility and the Middle Manager. Paper was
presented at the4th International Critical Management Studies Conference, United.

Porter, L. W., Steers, R. M., Mowday, R. T., & Boulian, P. V. (1974). Organizational commitment, job satisfaction, and turnover among psychiatric technicians.
Journal of Applied Psychology.

Pot, F. (2011). Workplace innovation for better jobs and performance. International Journal of Productivity and Performance Management, 404-415.

Purnama, R. (2008). Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada Bidang Produksi PT EPsilon Bandung. Jurnal Strategic, 70-82.

Putra, I. S., & Pratiwi, A. (2005). Sukses dengan Soft Skills. Bandung: Direktorat Pendidikan Institut Teknologi Bandung.

Raftopoulos, M., Coetzee, S., & Visser, D. (2009). Work-readiness skills in the fasset sector. South African Journal of Human Resource Management, 119-126.

Reilly, P. A. (2001). Flexibility at Work: Balancing the Interests of Employer and Employee. Aldershot: Gower Publishing Company Ltd.

Rivera, L. M., & Schaefer, M. B. (2009). The Career Institute: A collaborative careerdevelopment program for traditionally underserved secondary. Journal of
Career Development, 406-426.

Rodriguez, R. (2006). Diversity finds its place. HR Magazine.

Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic Definitions and New Directions. Contemporary Educational Psychology, 54-67.

Sackett, P. R., & Wannek, J. E. (1996). New development in the use of measures of honesty, integrity, conscientiousness, dependability, trustworthiness and
reliability of personnel selection. Personnel Psychology, 787-830.

Saks, A. M. (1995). Longitudinal field investigation of the moderating and mediating effects of self-efficacy on the relationship between training and newcomer
adjustment. Journal of Applied Psychology,, 211-225.

Salovey, P., & Mayer, J. D. (1990). Emotional intelligence. Imagination, Cognition and Personality, 185-211.

Salovey, P., & Mayer, J. D. (1994). Some final thoughts about personality and intelligence. In R. J. Sternberg, & P. Ruzgis, Personality and intelligence (pp.
303-318). New York: Cambridge University Press.

Setiawan, K. C. (2014). Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan level pelaksana di divisi operasi PT PUSRI Palembang. Jurnal Psikologi Islami, 43-
53.

Shafie, L., & Nayan, S. (2010). Employability awareness among Malaysian undergraduates. International Journal of Business & Management, 119-123.

Shipton, H., West, M. A., Dawson, J., Birdi, K., & Patterson, M. (2006). HRM as a predictor of innovation. Human Resource Management Journal, 3-27.

Singh, D. (2006). Emotional Intelligence at Work a Professional Guide. California: Sage Publication.

Sinkula, J. M., Baker, W. E., & Noordewier, T. (1997). A Framework for Market-Based Organizational Learning: Linking Values, Knowledge and Behavior.
Journal of the Academy of Marketing Science, 305.

Spangler, W. D. (1992). Validity of questionnaire and TAT measures of need for achievement: Two meta-analyses. Psychological Bulletin, 150.

Tang, H. L., Lee, S., & Koh, S. (2001). Educational gaps as perceived by IS educators: A survey of nowledge and skill requirements. Journal of Computer
Information Systems, 76-84.

Taylor, N., & De Bruin, G. P. (2006). Basic Traits Inventory: Technical manual. Johannesburg: Jopie van Rooyen and partners.

Thibodeau, P. (2012, Maret 29). IT jobs will grow 22% through 2020, says U.S. Retrieved from http://www.computerworld.com/:
http://www.computerworld.com/article/2502348/it-management/it-jobs-will-grow-22--through-2020--says-u-s-.html

Tice, D. M., & Baumeister, R. F. (1993). Controlling anger: Self-induced emotion change. In D. M. Wegner , & J. W. Pennebaker, Handbook of mental control
(pp. 393-409). Englewood: Prentice Hall.

Totterdell, P., Kellett, S., Teuchmann, K., & Briner, R. R. (1998). Evidence of mood linkage in work groups. Journal of Personality and Social Psychology,
1504–1515.

Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st Century Skills Learning for Life in Our Times. San francisco: Jossey Bass.

Wang, Y. (2012). Education in a Changing World:Flexibility, Skills, and Employability. Washington: The World Bank.
Weber, M. R., Finley, D. A., Crawford, A., & Rivera, D. (2009). An exploratory study identifying soft skill competencies in entry-level managers. Tourism and
Hospitality Research, 353-361.

Wegner, D. M., & Pennebaker, J. W. (1993). Handbook of mental control. Englewood: Prentice Hall.

Wellins, R. S., Wilson, R., Katz, A. J., Laughlin, P., Day, C. R., & Price, D. (1990). Self-directed teams: A study of current practice. Pittsburgh: DDI.

Wijaya, M. A., & Rupidara, N. S. (2015). Adopsi dan Penerapan Kompetensi Kecerdasan Emosi dalam Proses Rekrutmen dan Seleksi Fresh Graduate. Jurnal
Mangemen Teknologi, 133.

Williams, A. M. (2015). Soft Skills Perceived by Students and Employers as Relevant Employability Skills. Walden Dissertations and Doctoral Studies, 2.

Yaacoub, H. K., Husseini, F., & Choueiki, Z. (2011). Engineering soft skills: A comparative study between the GCC area demands and the ABET requirements.
Competition Forum, 88-89.

Young, D. (1996). The relative importance of technical and interpersonal skills for new information systems personnel. Journal of Computer Information
Systems, 66-71.

Young, D., & Lee, S. (1997). Corporate hiring criteria for IS graduates. Information Systems Management, 47-53.

Zarini, M., Wilson, D. N., Mar , N. Y., & Varis, T. (2009). The Growing Role of ICTs in Education and Training. In R. Maclean, & D. N. Wilson, Iternational
Handbook of Education for the Chaning World of Work (pp. 1835-1846). Germany: Springer.

Potrebbero piacerti anche