Sei sulla pagina 1di 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/265060657

Aktivitas Antibakteri Sel Amobil Streptomyces Sp-1 dalam Matrik Ca-alginat


dan Ba-alginat terhadap Staphylococcus aureus

Article

CITATIONS READS

0 222

3 authors, including:

Toto Poernomo
Faculty of Pharmacy Airlangga University, Surabaya, Indonesia
26 PUBLICATIONS   9 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Fibrinolytic enzyme View project

All content following this page was uploaded by Toto Poernomo on 07 April 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Aktivitas Antibakteri Sel Amobil Streptomyces Sp-1 dalam Matrik Ca-alginat dan Ba-alginat terhadap
Staphylococcus aureus
Achmad Toto Poernomo, Mirza Lailiana, Isnaeni
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya

Immobilization of Streptomyces sp-1 cells has been performed by using Ca-alginate and Ba-alginate as
matrix, that was prepared by mixing 20 mL of sodium alginate solution 2% (w/v) added by cells of
Streptomyces sp-1 with 50 mL of CaCl2 0.25 M and 50 mL of BaCl2 0.25 M respectively.
The immobilization produces cell beads and their activities against Staphylococcus aureus investigated and
compared for observing capacity of Ca-alginate and Ba-alginate matrix to entrap the cells. Fermentation
processes for producing anti bacterial substances from the cell beads carried out in ISP-4 liquid medium at
30oC and 100 rpm. Activity of the antibiotics produced in the fermentation broth measured by agar
diffusion method, that presents their potency to inhibit the Staphylococcus aureus growth and expressed as
diameter of inhibition zone (mm). The result shows that the activity of Streptomyces sp-1 cell beads of Ca-
alginate is 1.08 folds compare with cell beads of Ba-alginate.

Keywords: Anti bacterial activity, Streptomyces sp-1, immobilized cells, Ca- alginate, Ba alginate,
Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN viabilitas dan aktivitas sel amobil, tidak beracun serta


Kemampuan Actinomycetes aerobik dalam murah dan mudah didapat (Srinivasulu et al., 2003).
menghasilkan molekul bioaktif memiliki arti penting di Penelitian ini akan difokuskan pada produksi
kalangan para ahli bakteriologi, bioteknologi, genetika dan senyawa antibakteri dari sel amobil Streptomyces sp-1
ekologi (Pirouz ????, 1999). Salah satu genus yang diisolasi dari tanah hutan pinus Lawang Malang.
Actinomycetes yang terkenal karena potensinya Proses amobilisasi dilakukan dengan metoda
memproduksi senyawa aktif adalah Streptomyces, yang penjebakan menggunakan matrik Ca-alginat dan Ba-
mampu menghasilkan berbagai senyawa aktif dan telah alginat, yang dibuat dari campuran Na-alginat 2% yang
diproduksi dalam skala industri (Betina, 1983). Salah satu telah ditambah sel Streptomyces sp-1 dan CaCl2 0,25 M
senyawa aktif tersebut adalah senyawa yang mampu atau BaCl2 0,25 M. Manik-manik sel yang diperoleh
menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri diproses melalui fermentasi dalam medium ISP-4 cair
patogen baik dari golongan Gram-positif maupun Gram- pada suhu 30 oC dan kecepatan pengocokan 100rpm. Uji
negatif, misalnya antibiotika aminoglikosida, tetrasiklin, daya antibakteri kaldu fermentasi dilakukan dengan
aureomisin dan kloramfenikol (Lividans, metoda difusi agar menggunakan Staphylococcus
http://www.turkuamk.fi/varsta/ lividans. htm ??? ). aureus sebagai bakteri uji. Aktivitas antibakteri diukur
Produksi antibakteri melalui proses fermentasi dapat dan dinyatakan sebagai diameter zona hambatan.
menggunakan sel utuh (whole cells) atau menggunakan sel
amobil (immobilized cells) (Srinivasulu et al, 2003). BAHAN DAN METODE
Amobilisasi sel oleh Chibata ??? (1983) didefinisikan Bahan penelitian. Sebagai mikroba penghasil senyawa
sebagai suatu metoda untuk menjebak atau menempatkan antibakteri digunakan Streptomyces sp-1 isolat tanah hutan
sel mikroba secara fisik pada suatu ruang tertentu dan pada pinus Lawang, Malang yang diperoleh dari Jurusan Biologi
kondisi ini sel masih memiliki aktivitas, serta dapat Fakultas MIPA Universitas Airlangga Surabaya. Bakteri
dipergunakan secara kontinyu dan berulang kali. uji digunakan Staphylococcus aureus ATCC 25923 yang
Implementasi sel amobil banyak dimanfaatkan baik di diperoleh dari Laboratorium Bakteriologi dan Mikologi
bidang industri obat antara lain untuk produksi antibiotika, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
enzim (Kokubu dan Suzuki, 1981) maupun industri Surabaya. Media Nutrient Agar - NA (Oxoid) dan Malt
makanan (Groboillot, 1994). Salt Aga–MSA (Oxoid) masing-masing digunakan sebagai
Teknik amobilisasi sel dapat dilakukan dengan tiga media uji atau media pertumbuhan dan media selektif
cara, yaitu ikatan dengan carrier, ikatan silang dan untuk identifikasi Staphylococcus aureus, media
metoda penjebakan (Cibata, 1983). Metoda yang International Streptomyces Project (ISP-4) padat dan cair
terakhir ini biasanya dilakukan dalam matrik polimer masing-masing digunakan sebagai media pertumbuhan
dan merupakan metoda yang paling sering dipelajari Streptomyces sp-1 dan media fermentasi. Larutan salin
untuk dikembangkan. Adapun polimer yang dapat (NaCl teknis 0.9%) digunakan sebagai pengencer
digunakan adalah kolagen, gelatin, selulosa triasetat, inokulum. Bahan untuk pembuatan matrik amobilisasi
alginat, K-karrageenan, agar, poliakrilamid, dan digunakan Na-alginat (Sigma), CaCl2 (pa, Merck) dan
polistiren untuk menghasilkan sel amobil dalam bentuk BaCl2 (pa, Merck).
manik-manik, kubus atau lembaran (Poernomo, 1997; Alat. Thermoshaker (Gerhardt), Jangka sorong (Tricle
Aulanni’am, ???? 1997). Metoda penjebakan dengan Brand), pipet mikro (Soccorex), Ring stainless steel,
matrik alginat lebih sering digunakan, karena sederhana Autoclave (Pressure Steam Sterilizer 0,14 Mpa), Laminar
dalam pelaksanaannya, dapat mempertahankan Airflow Cabinet (Dalton).
Metoda kerja
Peremajaan mikroba. Streptomyces sp-1 dari Penyiapan media perbenihan. Media perbenihan
persediaan induk diambil satu õse, digesekkan di atas disiapkan sama dengan media dasar dengan volume 7 mL
permukaan media agar miring ISP-4 segar, diinkubasi yang kemudian ditambah inokulum bakteri uji. Penyiapan
pada suhu 30 oC (suhu kamar) selama 2-4 hari. bakteri uji dilakukan dengan cara: ke dalam biakan
Staphylococcus aureus dari persediaan induk diambil satu Staphylococcus aureus yang berumur 24 jam dalam media
õse digesekkan di atas permukaan media miring Nutrient NA miring ditambahkan 10 mL salin, divortek sampai
Agar (NA) segar, diinkubasi pada suhu 35 oC selama 24 seluruh koloni terlepas dari permukaan agar. Kerapatan
jam. Sebelum dilakukan peremajaan mikroba uji ditanam optik suspensi inokulum diukur dengan spektrofotometer
pada media selektif MSA untuk konfirmasi identitas. pada panjang gelombang 580 nm, bila perlu dilakukan
Produksi biomassa Streptomyces sp-1. Ke dalam pengenceran dengan larutan salin sampai diperoleh
kultur Streptomyces sp-1 pada media agar miring ISP-4 transmitan 25%. Sebanyak 7 L inokulum dimasukkan ke
padat yang telah berumur empat hari ditambah 10 mL dalam 7 mL media NA cair bersuhu 45oC, dikocok
larutan salin steril, divortek untuk melepaskan spora homogen, dituang ke dalam petri di atas permukaan media
dari permukaan agar. Inokulum dipindahkan ke dalam dasar yang telah memadat, selanjutnya didiamkan sampai
Erlenmayer 250 mL yang berisi 50 mL media ISP-4 memadat. Dibuat sumur pada media agar padat sebagai
cair, dikocok dengan thermoshaker dengan kecepatan pencadang larutan uji dengan ukuran tinggi 3 mm dan
100rpm pada suhu kamar selama 24 jam. Suspensi diameter 0,8 cm. Metoda yang digunakan merupakan
biakan yang dihasilkan digunakan sebagai starter. modifikasi metoda standar USP 28.
Sebanyak 100 mL media ISP-4 cair ditambahkan ke Pelaksanaan uji. Dari setiap labu fermentasi diambil
dalam starter, dikocok 100 rpm pada suhu kamar sebanyak 50L kaldu fermentasi, dimasukkan ke dalam
selama 24 jam. Isi labu dipindahkan secara kuantitatif pencadang pada media uji dalam cawan petri, kemudian
ke dalam tabung sentrifus yang telah diketahui beratnya. diinkubasi pada suhu 35oC selama 24 jam (Isnaeni,
Sentrifugasi dilakukan pada kecepatan 3.000 rpm 1998). Diameter zona hambatan diukur, selanjutnya
selama 30 menit untuk memisahkan sel dari dibuat kurva yang menunjukkan hubungan antara waktu
supernatannya. Setelah supernatan dibuang, sel dicuci fermentasi (hari) dengan diameter zona hambatan (mm).
secara aseptis dengan larutan salin dan ditimbang
sebagai berat basah. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan sel amobil. Ditimbang lebih kurang satu Spesifikasi Streptomyces sp-1 dalam media ISP-4
gram massa sel, ditambah 20 mL larutan Na-alginat 2% nampak sebagai koloni liat seperti kulit, berwarna abu-abu
steril. Pembuatan Na-alginat dilakukan dengan mencampur berbau khas geosmin (bau tanah), dan dalam media cair
dua gram Na-alginat ke dalam 100 mL air suling steril pada pengamatan di bawah mikroskop terlihat bentuk
hangat, kemudian sel disuspensikan dengan bantuan mixer noktah dengan diameter bervariasi. Ciri morfologi
selama 3 menit untuk memperoleh konsistensi yang seragam Streptomyces sp-1 sama dengan ciri umum Streptomyces sp.
tanpa adanya gumpalan. Suspensi Na-alginat dan sel yang (Izaguirre et al., 1982), namun pada penelitian ini belum
telah dicampur diteteskan ke dalam 50 mL larutan CaCl2 dilakukan identifikasi sampai tahap penentuan spesies. Hasil
0,25 M steril dingin melalui pipet tetes steril sambil diaduk identifikasi Staphylococcus aureus pada media selektif Malt
dengan kecepatan konstan. Manik-manik sel yang terbentuk Salt Agar (MSA) juga menunjukkan karakter sesuai dengan
berdiameter 2-3mm, didiamkan selama 1 jam pada suhu 4oC ciri standar Staphylococcus aureus (USP, 1995).
untuk proses curing, selanjutnya dicuci dengan air steril dan Karateristik manik-manik sel amobil yang diperoleh
dipisahkan dari larutan CaCl2 dengan penyaringan menunjukkan bentuk seperti tersaji pada Gambar 1. Manik-
menggunakan Büchner (Chibata, Tosa, and Sato, 1986). manik berbentuk bulat dengan diameter 3-5mm, berwarna
Amobilisasi sel dalam Ba-alginat dilakukan sama putih keruh seperti susu. Untuk memperoleh bentuk manik-
seperti amobilisasi dengan Ca–alginat, kecuali larutan manik yang seragam dan bulat sempurna, diperlukan
CaCl2 0,25 M diganti larutan BaCl2 0,25 M. Selanjutnya pengaturan kecepatan penetesan dan pengadukan larutan
manik-manik dalam kedua matrik siap digunakan penampung (CaCl2 atau BaCl2), sehingga diperoleh kondisi
sebagai bahan fermentasi. yang optimal.
Fermentasi sel amobil. Manik-manik sel Konsistensi diameter pipet yang digunakan juga
dipindahkan ke dalam labu Erlenmayer 250 mL yang merupakan salah satu faktor penentu keseragaman diameter
berisi 50 mL media ISP-4 cair, diinkubasi dalam manik-manik sel. Tekstur manik-manik dipengaruhi oleh
thermoshaker dengan kecepatan 100 rpm pada suhu 30 porositas yang juga dipengaruhi oleh konsentrasi Na-alginat
o
C selama tujuh hari. Setiap 24 jam dilakukan (Srinivasulu, 2003), sehingga mempengaruhi aktivitas sel
pengambilan sampel untuk dilakukan uji aktivitas. amobil. Menurut Smidsrod (1974), manik-manik dapat
Uji aktivitas antibakteri bertambah kekuatannya sebanding dengan afinitas kation
Penyiapan media dasar. Media uji terdiri dari divalen yang ditambahkan. Untuk gel alginat, kekuatannya
media dasar dan media perbenihan. Media dasar akan meningkat sebanding dengan besar afinitas kation
disiapkan dengan cara menimbang media Nutrient agar divalen. Adapun urutan besar afinitas kation divalen sebagai
(NA) sebanyak 6,5 gram, dilarutkan dalam 100 mL air berikut: Ba2+ > Sr2+ > Ca2+ > Mg2+, sehingga gel alginat yang
suling, disterilkan dalam autoclave pada suhu 121 oC dibuat dari BaCl2 lebih kuat dibandingkan gel yang dibuat
selama 15 menit. Sebanyak lebih kurang 10 mL media dari CaCl2.
steril yang bersuhu 45 oC dituang ke dalam petri steril, Hasil penimbangan berat basah sel Streptomyces sp-1
dibiarkan memadat. sebelum diamobilisasi dan data hasil uji aktivitas masing-
masing tersaji pada Tabel 1 dan Tabel 2. Data dalam Tabel 1 Gambar 1. Manik-manik sel amobil Streptomyces sp-1
menunjukkan harga SD untuk matrik Ca-alginat berbeda dalam matrik Ca-alginat (A) dan Ba-alginat (B)
0,02 satuan dibandingkan harga SD untuk Ba-alginat, tetapi
waktu alur fermentasi yang tersaji pada Gambar 2 dan Tabel 1. Hasil penimbangan berat basah sel
Gambar 3 serta Gambar 4 menghasilkan profil yang sama. Streptomyces sp-1
Berdasarkan hasil uji Q (Values of Rejection Quotion)
diperoleh harga Q hitung 0,43 lebih kecil dari Q Tabel Matrik Berat basah sel (g) Rerata SD
(0,94), sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan berat Ca-alginat-1 0,809
basah antar repliksi tidak bermakna atau seluruh data dapat Ca-alginat-2 0,702 0,690 0,124
dipergunakan untuk perhitungan. Ca-alginat-3 0,561
Ba-alginat-1 0,885
Ba-alginat-2 0,724 0,739 0,140
Ba-alginat-3 0,607

A B

Tabel 2. Hasil pengamatan diameter zona hambatan pada uji aktivitas antibakteri kaldu fermentasi sel amobil dengan
matrik Ca-alginat dan Ba-alginat terhadap Staphylococcus aureus

Waktu Diameter zona hambatan (mm)


fermentasi Matrik Ca-alginat Matrik Ba-alginat
(hari)
Repl. Repl. Rerat
Repl.1 Repl. 1 Repl. 2 Repl. 3 Rerata
2 3 a
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0
18,
3 0 0 - 0 0 0 0
3
24, 23, 23,
5 24 22,7 21,8 21,6 22,0
5 9 5
26, 24,
6 27 26 24,9 24,3 23,5 24,2
4 7
27, 26, 26, 26,
7 26,3 25,4 24,2 25,3
3 4 5 7
27, 27, 27,
8 27 26,8 26,7 25,7 26,4
8 7 5
28, 28, 28, 28,
9 26,8 26,4 26,5 26,6
9 7 1 7
28, 27, 27, 27,
10 26,4 25,5 26,3 26,1
4 9 4 9
26, 25, 26,
12 27 24,1 25,1 25,0 24,7
7 5 4
26, 26, 25,
13 26 24,4 24,9 24,6 24,6
2 5 2
25, 25, 25,
14 26 24 24,8 23,2 24
4 2 5
24, 24, 24, 24,
15 23,5 24,1 23,3 23,6
3 4 2 2
305
Gambar 4. Perbandingan alur fermentasi sel amobil
dengan matrik Ca-alginat dan Ba-alginat dalam media
Diameter zona hambatan (x 0.1 mm)

Replikasi 1
290
ISP-4 pada suhu 30 oC, dan kecepatan 100 rpm
Replikasi 2
Replikasi 3
275 Perbandingan alur fermentasi sel amobil dengan
matrik Ca-alginat dan Ba-alginat yang tersaji pada
260 Gambar 4 ternyata menunjukkan profil yang sama,
namun hasil analisis data statistik dengan program SPSS
245 menunjukkan perbedaan yang bermakna. Aktivitas
antibakteri yang dihasilkan sel amobil dengan matrik
230
Ca-alginat 1,08 kali lebih besar dibandingkan aktivitas
5 6 7 8 9 10 12 13 14 15 dalam matrik Ba-alginat (Gambar 5).
Waktu (hari)

Gambar 2. Alur fermentasi sel amobil dengan matrik


Ca-alginat dalam media ISP-4 pada suhu 30oC, dan
kecepatan 100 rpm
275
Replikasi 1
Diameter zona hambatan (x 0.1 mm)

Replikasi 2
260
Replikasi 3

245

230

215

200
5 6 7 8 9 10 12 13 14 15
Waktu (hari)

Gambar 3. Alur fermentasi sel amobil dengan matrik Gambar 5. Hasil uji daya hambat sel amobil dengan
Ba-alginat dalam media ISP-4 pada suhu 30 oC, dan Matrik Ca-alginat (A) dan Ba-alginat (B) terhadap
kecepatan 100 rpm S. aureus pada hari ke- 8

305 Hasil ini sesuai dengan penelitian Srinivasulu et al


Ca-alginat (2003), bahwa konsentrasi antibiotika lebih rendah pada
Diameter zona hambatan (x 0.1 mm)

290
Ba-alginat manik-manik alginat yang dibuat dengan penambahan
275 ion barium (Ba) dan strontium (Sr). Fenomena ini dapat
260 dijelaskan melalui konsep kekuatan gel, bahwa semakin
kuat gel alginat, semakin rendah porositas pada gel Ba-
245
alginat, sehingga penetrasi nutrisi dan oksigen ke dalam
230 sel menjadi berkurang. Produksi antibiotika atau
senyawa aktif lain dalam proses fermentasi dipengaruhi
215
oleh ketersediaan nutrisi yang memadai di dalam media
200
5 6 7 8 9 10 12 13 14 15
Waktu (hari)
fermentasi (Bushell, 1988). Aktivitas akan menurun Industrial Microbiology And Biotechnology, pp. 217-
apabila suplai nutrisi terhambat. 229.
Menurut Doran (1986), amobilisasi juga berpengaruh Doran, P.M. and Bailey, J.E. (1986). Effects of
terhadap pertumbuhan sel yang terikat pada matrik gel Immobilization on Growth Fermentation Properties
selama proses fermentasi. Dibandingkan dengan and Macromolecular Composition of Saccharomyces
aktivitas sel utuh (Aulia, 2005), sel amobil Streptomyces cereviceae Attached to Gelatin. Biotech. Bioeng. 28.
sp-1 menunjukkan fasa stasioner lebih panjang, yaitu pp 73.
mulai hari ke-6 sampai hari ke-14 dengan puncak Groboillot, A., Boadi, D.K.; Poncelet, D. and Neufeld,
aktivitas pada hari ke-9. Produksi antibiotika oleh R.J. (1994). Immobilized of cells for application in
Streptomyces sp. biasanya terjadi pada fasa stasioner the food industry in: Steward, G.G. and Russhell
(Szabo et al., 1985) untuk melindungi hifa yang masih (Eds.). Special Issue on Immobilized Cells
muda dari pengaruh lingkungannya. Fenomena ini dapat Technology in Food Processing Crit. Rev. in Biotech.
menjelaskan kelebihan teknik amobilisasi dan dijadikan Vol. 14/issue 2. CRC. Press., pp. 75-107.
sebagai landasan untuk mengembangkan produksi http://www.turkuamk.fi/varsta/lividans.htm), 2005
senyawa antibakteri dari sel amobil pada kultur Isnaeni, 1998 Mutasisntesis Antibiotika Mutan
kontinyu (continuous culture) dalam suatu bioreaktor. Streptomyces griseus ATCC 10137, Disertasi, ITB,
Kesimpulan. Aktivitas antibakteri yang dihasilkan Bandung, pp. 43-46.
sel amobil dengan matrik Ca-alginat 1,08 kali lebih Izaguirre, G., Hwang, C.J., Krasner, S.W. and
besar dibandingkan aktivitas dalam matrik Ba-alginat. McGuire, M.J. (1982), Geosmin and 2-Methyl-
Saran. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut isoborneol from Cyanobacteria in Three Water
tentang aktivitas antibakteri pada penggunaan ulang Supply System, Appl. Environ. Microbiol., 43,3,707.
(reuse cycle) sel amobil Streptomyces Sp-1 dalam Kokubu, T. and Suzuki, S. (1981), Protease Production
matrik Ca-alginat by Immobilized Mycelia of Streptomyces fradiae, J.
Biotechnol. Bioeng., 23, 29-39.
DAFTAR PUSTAKA Pirouz, T., Karbasian, M.A. and Goodfellow, M.,
Aulanni’am, B.C., Warsito, A.P. dan Mahdi, C. (1997). (1999), Isolation Of Some Aerobic Actinomycetes
Optimasi Medium Shake Flask Culture Untuk Species from the Soil of Zahedan Country, South-
Produksi Enzim Selulose Dari Trichoderma Viride east of Iran, J. Med Sci., No.24 (1&2), pp. 65-67.
Bebas Dan Amobil. Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Poernomo, A.T. (1997). Streptomyces griseus ATCC
Teknik (Engineering), Vol.9, No.1, hal.27-28. 10137. Amobil Dan Karakter Proteasenya. Tesis.
Hapsari, A.D. (2006). Pengaruh konsentrasi ampas tahu Niversitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hal. 2,11-
dalam media fermentasi antibiotika dari 23,33.
Streptomycews sp-1, Skripsi, Fakultas Farmasi Szabo, I., Benedek, A. and Barabas, G. (1985). Possible
Universitas Airlangga, 2006 Role of Streptomycin Release From Spore Cell Wall
Betina, V. (1983), The Chemistry And Biology Of of Streptomyces griseus, J. Apll. Bacteriol., 50,
Antibiotics, Pharmacochemistry Library, 5, Elsevier pp.438-440.
Scientific Publishing Company, New York, 121, 221-227 Srinivasulu, B., Adinarayana, K., and Ellaiah, P. (2003).
Bushell, M.E., (1988) Growth, Product Formation And Investigations on Neomycin Productions with
Fermentation Technology, dalam Good fellow (Ed), Immobilized Cells of Streptomyces marinensis Nuv-
Actinomycetes in Biotechnology, Academic Press., 5 in Calcium Alginate Matrix. AAPS Pharm.
New York, pp. 208-209 Sci.Tech. 4 (4) Article 57
Chibata, I., Tosa, T. and Fujimura, M. (1983). (http://www.aapapharmscitech.org).
Immobilized Living Microbial Cells. Annu. Rev. Smidsrod, O. (1979) Faraday Discuss. Chem. Soc.
Biophys. Bioeng., 6: 1. 57:263.
Chibata, I., Tosa, T., and Sato, T. (1986). Methods of The United States Pharmacopoeia 28, United States
Cell Immobilization in: Demain (ed.), Manual Of Pharmacopoeia Convention, Rockville, MD, 2004,
pp. 2748-2751

View publication stats

Potrebbero piacerti anche