Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
ABSTRACT
The objective of this research is to find out the difference in the performance of
stock mutual fund managed by domestic and foreign investment companies in
Indonesia, and to find out the correlation of market timing and stock selection with
Sahrpe ratio, Treynor ratio, and Jensen’s Alpha in the period of January 2010 -
December 2013. The samples of the research were 45 stock mutual funds. The data
were analyzed by using comparison test with two ways ANOVA and independent sample
t-test, followed by correlation test with Pearson Product Moment. The result of the
research, using two ways ANOVA showed that, simultaneously, the performance of
stock mutual fund managed by domestic and foreign investment companies was not
significantly different from that which used Sharpe ratio, Treynor ratio, and Jensen’s
Alpha. The comparison test with independent sample t-test showed that the performance
of stock mutual fund managed by domestic and foreign companies was not significantly
different from that which used Sharpe ratio, Treynor ratio, Jensen’s alpha and market
timing or stock selection. The result of correlation test showed that there was significant
correlation between stock selection and Treynor ratio and between stock selection and
Jensen’s alpa. Therefore, the variable of stock selection needs to be considered by
investment companies managed by domestic or foreign companies because both of them
have the same performance.
Keywords: sharpe ratio, treynor ratio, jensen’s alpha, market timing, stock selection
PENDAHULUAN
Saat ini reksadana merupakan salah satu alternatif investasi yang berkembang
dengan pesat di Indonesia. Pada tahun 2008 jumlah produk reksadana yang ditawarkan
ke pasar sebesar 567. Namun, reksadana mengalami penurunan portofolio aset sebesar
19,60%. Hal ini terjadi akibat krisis finansial global sehingga dana yang mampu
dihimpun hanya sebesar Rp 74,07 triliun dengan pemegang unit penyertaan yang
mengalami kenaikan sebesar 8,4 % dari tahun sebelumnya. Pada akhir tahun 2009 Nilai
1
2
Aktiva Bersih (NAB) yang berhasil dihimpun dari masyarakat mengalami kenaikan
sebesar 52,5% menjadi Rp112,98 triliun. Kemudian pada akhir tahun 2010 dan 2011
juga terjadi kenaikan masing-masing sebesar 31,9 % dan 13,55% dengan himpunan
dana menjadi Rp149,09 triliun dan Rp 168,2 triliun.
Pada tahun 2013 sebanyak 16 perusahaan investasi asing di Indonesia mengelola
59% dari dana kelolaan reksadana di Indonesia. Produk reksadana saham perusahaan
investasi asing memang lebih dominan dalam dua tahun terakhir. Namun kinerja
reksadana saham perusahaan investasi lokal masih berada pada peringkat atas. Pada
tahun 2013 dari sepuluh besar reksadana saham dengan return terbesar, hanya dua
produk perusahaan investasi asing yang masuk daftar yaitu First State Indoequity dan
RHB OSK Alpha Sector Rotation. Selebihnya dikuasai produk perusahaan investasi
lokal. Pratama (www.infovesta.co.id).
Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya industri reksadana, penelitian
mengenai evaluasi kinerja reksadana dan identifikasi perusahaan investasi yang berhasil
dalam mengelola reksadana semakin berkembang dan menarik untuk diteliti. Kinerja
reksadana diukur dengan metode Sharpe (reward-to variablity ratio) Treynor (reward-
to volatility ratio), dan Jensen (differential return measure) (Jones, 2009: 634-638).
Standar deviasi digunakan sebagai variabel pengukur kinerja reksadana dalam metode
Sharpe, sedangkan beta dan alpha digunakan sebagai variabel pengukur kinerja
portofolio di dalam metode Treynor dan metode Jensen (Tandeilin, 2010; Yosefa dan
Kaudin, 2009).
Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya seperti Teurah
(2013) menunjukkan adanya perbedaan signifikan kinerja saham LQ 45 menggunakan
metode Jensen’s Alpha, Sharpe dan Treynor. Sedangkan penelitian yang dilakukan
Fabozzi (1999); Dharani dan Natrajan (2008) menunjukkan pengukuran kinerja dengan
metode Sharpe, Treynor dan Jensen’s Alpha tidak berbeda secara signifikan dan
konsisten.
Atmati dan Ross (1996) dalam Bodie et all (2009) menyatakan bahwa kinerja
reksadana juga terkait dengan kemampuan perusahaan investasi dalam mengelola
reksadana. Stock selection adalah kemampuan perusahaan investasi dalam pemilihan
saham sedangkan market timing menilai sejauhmana kemampuan perusahaan investasi
dalam memanfaatkan waktu pasar Ataje, 2005 dalam Jones (2006); Simforianus (2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Gumilang dan Subiyantoro (2008) menemukan bahwa
tidak ditemukan bukti adanya kemampuan stock selection dan market timing pada
2. Metode Treynor
Pengukuran dengan metode Treynor adalah sebagai berikut:
TR RD RF
TRD
Keterangan :
TRD : nilai Treynor ratio
RD : rata-rata return reksadana subperiode tertentu
Keterangan:
RPt : Return portofolio p pada waktu t
RFt : Return investasi bebas risiko pada waktu t
RMt : Return pasar pada waktu t
αP :stock selection; β2 :market timing, dan εPt : Error term.
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham yang dikelola
oleh perusahaan investasi lokal dan asing dengan menggunakan Sharpe ratio,
Treynor ratio dan Jensen’s Alpha.
H2 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham yang dikelola
perusahaan investasi lokal dan asing di Indonesia dengan menggunakan Sharpe
ratio.
H3 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham yang
dikelolperusahaan investasi lokal dan asing di Indonesia dengan menggunakan
Treynor ratio.
H4 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham yang dikelola
perusahaan investasi lokal dan asing di Indonesia dengan menggunakan Jensen’s
Alpha.
H5 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham yang dikelola
perusahaan investasi lokal dan asing di Indonesia dengan menggunakan market
timing.
H6 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham yang dikelola
perusahaan investasi lokal dan asing di Indonesia dengan menggunakan stock
selection.
H7 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Sharpe ratio dengan market timing
dalam mengukur kinerja reksadana saham di Indonesia
H8 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Treynor ratio dengan market timing
dalam mengukur kinerja reksadana saham di Indonesia
H9 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Jensen’s alpha dengan market timing
dalam mengukur kinerja reksadana saham di Indonesia
H10 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Sharpe Ratio dengan stock selection
dalam mengukur kinerja reksadana saham di Indonesia
H11 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Treynor ratio dengan market timing
dalam mengukur kinerja reksadana saham di Indonesia
H12 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Jensen’s alpha dengan stock selection
dalam mengukur kinerja reksadana saham di Indonesia
METODE PENELITIAN
(Bank Indonesia) melalui situs http://www.bi.go.id, Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui
situs http://www..idx.co.id.
Pembuktian Hipotesis 1
Uji beda dengan two ways ANOVA dengan interaction effect dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan antara variabel metrik dan dua variabel
kategorikal. Kemudian interaksi antar variabel indepeden dilakukan untuk menganalisis
hubungan moderating antar variabel kategori independen. Hal ini dilakukan untuk
menjawab hipotesis penelitian. Hasil dari uji ANOVA dapat dilihat pada Tabel 1
berikut ini :
Hasil uji dengan two ways ANOVA menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
langsung antara variabel independen metode dan perusahaan. Metode memberikan nilai
F sebesar 345,317 dan signifikan pada 0,05 (0,000<0,10) hal ini berarti terdapat
yang menurut mereka lebih terpercaya. Akibatnya hanya sedikit investor yang
berkecimpung dalam pasar reksadana dan ini juga yang mengakibatkan pengukuran
kinerja antara perusahaan investasi lokal dan asing tidak diperoleh perbedaan yang
signifikan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan
(2006), yang menyatakan kinerja dari reksa dana yang dikelola oleh perusahaan
investasi asing lebih baik dibandingkan dengan perusahaan investasi dalam negeri.
Perbedaan nilai kinerja antara Treynor ratio dengan Jensen alpha 104,86%
namun secara statistik tidak signifikan dengan p=0,504 diatas 0,05. Artinya tidak
terdapat perbedaan antara kinerja reksadana saham dengan menggunakan Treynor ratio
dengan Jensen alpha. Ini berarti bahwa terdapat kesamaan antara kedua rasio dalam
menilai kinerja reksadana. Hal ini dikarenakan kedua metode ini menggunakan faktor
beta dalam mengukur kinerja investasi suatu portofolio yang didasarkan atas
pengembangan Capital Asset Pricing Model (CAPM) (Jones, 2000:638).
Pembuktian Hipotesis 2
Hasil Independent Sample t-test sebagai uji hipotesisnya dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut ini:
Oleh karena nilai thitung< ttabel dan tingkat signifikansinya lebih besar dari α
(0,1320> 0.005) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan
antara kinerja reksadana saham yang dikelola oleh perusahaan investasi lokal dan asing
dengan menggunakan Sharpe ratio. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata
penambahan hasil investasi yang diperoleh (risk premium) untuk tiap unit risiko yang
diambil antara perusahaan investasi lokal dan asing secara statistik tidak dapat
dibuktikan.
Pembuktian Hipotesis 3
Hasil uji Independent Sample t-test sebagai uji hipotesisnya dapat dilihat pada
Tabel 3. Oleh karena nilai thitung< ttabel dan tingkat signifikansinya lebih besar dari α
(0,2620> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan
antara kinerja reksadana saham yang dikelola oleh perusahaan investasi lokal dan asing
dengan menggunakan Treynor ratio. berikut ini:
Tabel 3. Hasil Uji Independent Sample t-test dengan Treynor Ratio
Levene's Test for
Equality of t-test for Equality of Means
Variances
Std,
95% Confidence
Mean Error
Sig, (2- Interval of the
F Sig, t Df Differen Differen
tailed) Difference
ce ce
Lower Upper
Equal
variance
TR 1,231 0,273 1,136 43 0,262 0,013 0,0115 -0,0101 0,0361
s
assumed
Equal
variance
0,995 22,033 0,33 0,013 0,0131 -0,0141 0,0402
s not
assumed
Sumber: Hasil Penelitian, 2014
Berdasarkan hasil statistik dalam tabel tersebut tidak dapat dibuktikan bahwa
kedua rata-rata (mean) Treynor reksadana saham yang dikelola perusahaan investasi
lokal dan reksadana saham yang dikelola perusahaan investasi asing berbeda. Artinya
tidak terbukti bahwa kinerja reksadana saham yang dikelola oleh perusahaan investasi
lokal dan kinerja reksadana saham yang dikelola oleh perusahaan investasi asing ada
perbedaan jika diukur dengan Treynor ratio. Hasil ini menunjukkan bahwa perbedaan
penambahan hasil investasi yang diperoleh (risk premium) untuk tiap unit risiko pasar
yang diambil antara perusahaan investasi lokal dan asing secara statistik tidak dapat
dibuktikan.
Pembuktian Hipotesis 4
Nilai thitung< ttabel dan tingkat signifikansinya lebih besar dari α (0,7460> 0,05)
maka H0 diterima danH1 ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan signifikan antara
kinerja reksadana saham yang dikelola oleh perusahaan investasi lokal dan asing dengan
menggunakan Jensen’s alpha.
Berdasarkan hasil statistik tersebut tidak dapat dibuktikan bahwa kedua rata-rata
(mean) Jensen’sreksadana saham yang dikelola perusahaan investasi lokal dan
reksadana saham yang dikelola perusahaan investasi asing berbeda. Artinya tidak
terbukti bahwa kinerja reksadana saham yang dikelola oleh perusahaan investasi lokal
dan kinerja reksadana saham yang dikelola oleh perusahaan investasi asing ada
perbedaan jika diukur dengan metode Jensen alpha. Hasil ini menunjukkan bahwa
perbedaan kemampuan dalam memberikan kinerja di atas kinerja pasar antara
perusahaan investasi lokal dan asing secara statistik tidak dapat dibuktikan.Hasil uji
Independent Sample t-test sebagai uji hipotesisnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut
ini:
Tabel 4. Hasil Uji Independent Sample t-test dengan Jensen’s alpha
Levene's Test
for Equality of t-test for Equality of Means
Variances
Std, 95% Confidence
Mean Error Interval of the
Sig, (2-
F Sig, t Df Differen Differen Difference
tailed)
ce ce
Lower Upper
Equal variances
JS 0 0,983 0,326 43 0,746 0,0023 0,007 -0,0119 0,0164
assumed
Equal variances
0,344 42,03 0,732 0,0023 0,0067 -0,0111 0,0157
not assumed
Sumber: Hasil Penelitian, 2014
Pembuktian Hipotesis 5
Hasil uji Independent Sample t-test sebagai ujihipotesisnya dapat dilihat pada
Tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Hasil Uji Independent Sample t-test dengan Market Timing
Levene's Test for
Equality of t-test for Equality of Means
Variances
Std, 95% Confidence
Error Interval of the
Sig, (2- Mean
F Sig, t df Differe Difference
tailed) Difference
nce
Lower Upper
Equal
MT variances 6,101 0,018 -1,305 43 0,199 -0,4084 0,313 -1,0397 0,2228
assumed
Equal
variances not -1,464 41,297 0,151 -0,4084 0,2789 -0,9716 0,1547
assumed
Sumber: Hasil Penelitian, 2014
Oleh karena nilai thitung< ttabel dan tingkat signifikansinya lebih besar dari α
(0,1510> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kinerja
reksadana saham yang dikelola oleh perusahaan investasi lokal dan asing dengan
menggunakan market timing.
Berdasarkan hasil statistik tersebut tidak dapat dibuktikan bahwa kedua rata-rata
(mean) market timing reksadana saham yang dikelola perusahaan investasi lokal dan
reksadana saham yang dikelola perusahaan investasi asing berbeda. Artinya tidak
terbukti bahwa kinerja reksadana saham yang dikelola oleh perusahaan investasi lokal
dan kinerja reksadana saham yang dikelola oleh perusahaan investasi asing ada
perbedaan jika diukur dari market timing. Market timing merupakan bentuk dari strategi
investasi aktif dimana pengelola secara aktif melakukan transaksi jual beli saham
(Reilly dan Brown, 1996). Market timing menilai sejauhmana kemampuan perusahaan
investasi dalam memanfaatkan waktu pasar, yaitu membeli saham-saham dengan beta di
atas satu pada saat pasar sedang naik, dan menjualnya dengan mengganti membeli
saham dengan beta di bawah satu ketika pasar akan turun (Manurung, 2008:187-188).
Pada prakteknya market timing ini dapat dilakukan dengan analisis teknikal
misalnya dengan mengunakan data historis dari harga saham Jogiyanto (2008). Selain
itu penentuan timing yang tepat untuk menjual atau membeli saham juga dapat dilihat
dari kondisi pemerintahan, misalnya ketika muncul berita kurang baik tentang
pemerintahan maka ini adalah timing yang tepat untuk menjual saham begitu pula
sebaliknya. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dalam menghasilkan tingkat
return, baik perusahaan investasi lokal maupun asing tidak ditentukan dari kemampuan
market timingnya.
Pembuktian Hipotesis 6
Hasil uji Independent Sample t-test sebagai ujihipotesisnya dapat dilihat pada
Tabel 6 berikut ini:
Tabel 6. Hasil Uji Independent Sample t-test dengan Stock Selection
Levene's Test for
Equality of t-test for Equality of Means
Variances
Std, 95% Confidence
Error Interval of the
Sig, (2- Mean
F Sig, t Df Differe Difference
tailed) Difference
nce
Lower Upper
Equal
SS variances 1,487 0,229 -0,412 43 0,682 -0,0026 0,0062 -0,0151 0,01
assumed
Equal
variances not -0,475 37,817 0,638 -0,0026 0,0054 -0,0135 0,0084
assumed
Sumber: Hasil Penelitian, 2014
Oleh karena nilai thitung< ttabel dan tingkat signifikansinya lebih besar dari α
(0,6820> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja
reksadana saham yang dikelola oleh perusahaan investasi lokal dan asing di Indonesia.
Berdasarkan hasil statistik tersebut tidak dapat dibuktikan bahwa kedua rata-rata
(mean) stock selection reksadana saham yang dikelola perusahaan investasi lokal dan
reksadana saham yang dikelola perusahaan investasi asing berbeda. Artinya tidak
terbukti bahwa kinerja reksadana saham yang dikelola oleh perusahaan investasi lokal
dan kinerja reksadana saham yang dikelola oleh perusahaan investasi asing ada
perbedaan jika diukur dari stock selection. Ini membuktikan bahwa dalam menghasilkan
tingkat return, baik perusahaan investasi lokal maupun asing tidak ditentukan dari
kemampuan stock selection.
Pengujian Hipotesis 7
Hasil uji korelasi antara Sharpe ratio dan Market Timing dapat dilihat pada
Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Korelasi Antara Sharpe ratio dengan Market Timing
Market Timing
Sharpe Pearson Correlation -0,101
Sig. (2-tailed) 0,514
Sumber: Hasil Penelitian, 2014
Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat dilihat korelasi antara market timing dengan
Sharpe ratio sebesar -0,101 dengan signifikansi Tabel > 0,05 (0,514>0,05). Hal ini
menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara Sharpe ratio dengan market
timing. Artinya perusahaan investasi yang mampu menghasilkan return yang tinggi jika
diukur dengan Sharpe ratio ternyata memiliki kemampuan market timing yang buruk
namun hal ini tidak dapat dibuktikan secara statisitik.
Pengujian Hipotesis 8
Hasil uji korelasi antara Treynor ratio dan Market Timing dapat dilihat pada
tabel 8 berikut ini:
Berdasarkan Tabel 8 tersebut dapat dilihat korelasi antara Treynor ratio dengan
market timing sebesar 0,037 dengan signifikansi Tabel > 0,05 (0,818>0,05). Hal ini
menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara Treynor ratio dengan market
timing.
Hasil korelasi yang positif menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif
antara Sharpe ratio dengan market timing namun tidak signifikan secara
statistik.Artinya perusahaan investasi yang memiliki Treynor ratio yang tinggi ternyata
memiliki kemampuan market timing yang tinggi pula namun hal ini tidak dapat
dibuktikan secara statisitik.
Pembuktian Hipotesis 9
Hasil uji korelasi antara Jensen alpha dan market timing dapat dilihat pada
Tabel 9 berikut ini:
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa korelasi antara Jensen alpha dan
market timing sebesar -0,007 dengan signifikansi Tabel > 0,05 (0,966>0,05). Hal ini
menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara Jensen alpha dengan market
timing.
Artinya perusahaan investasi yang memiliki Jensen alpha yang tinggi ternyata
memiliki kemampuan market timing rendah namun hal ini tidak dapat dibuktikan secara
statisitik. Hasil ini tidak sejalan dengan model regresi kuadratik yang dikemukakan oleh
Treynor dan Mazuy yang menyatakan bahwa apabila ditambahan faktor kuadratik pada
model Jensen maka akan menangkap kemampuan market timing yang akan
menunjukkan apabila semakin baik kemampuan market timing perusaaan investasi
maka semakin tinggi pula return reksadana (hubungan yang positif).
Pembuktian Hipotesis 10
Uji korelasi antara Sharpe ratio dan stock selection dapat dilihat pada Tabel 10
berikut ini:
Tabel 10. Korelasi Antara Sharpe ratio dengan Stock Selection
Stock Selection
Sharpe Pearson Correlation 0,240
Sig. (2-tailed) 0,121
Sumber: Hasil Penelitian, 2014
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat korelasi sebesar 0,240 dengan signifikansi Tabel
> 0,05 (0,121>0,05). Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara
Sharpe ratio dengan stock selection. Artinya perusahaan investasi yang memiliki
Sharpe ratio yang tinggi ternyata memiliki kemampuan market timing yang tinggi pula
namun hal ini tidak dapat dibuktikan secara statisitik.
Pembuktian Hipotesis 11
Hasil uji korelasi antara Treynor ratio dan stock selection dapat dilihat pada
Tabel 11 . Dapat dilihat bahwa korelasi antara Treynor ratio dan stock selection sebesar
0,564 dengan signifikansi Tabel > 0,05 (0,000>0,05). Hal ini menunjukkan terdapat
hubungan signifikan antara Treynor ratio dengan stock selection.
Tabel 11. Korelasi Antara Treynor dengan Stock Selection
Stock Selection
Treynor Pearson Correlation 0,564**
Sig. (2-tailed) 0,000
Nota: **, menunjukkan signifikan pada level 5% berdasarkan sig. (2-tailed)
Sumber: Hasil Penelitian, 2014
Pembuktian Hipotesis 12
Hasil uji korelasi antara Jensen’s alpha dan stock selection dapat dilihat pada Tabel
12 berikut ini:
Tabel 12. Korelasi Antara Jensen alpha dengan Stock Selection
Stock Selection
Jensen Pearson Correlation 0,617**
Sig. (2-tailed) 0,000
Nota: **, menunjukkan signifikan pada level 5% berdasarkan sig. (2-tailed)
Sumber: Hasil Penelitian, 2014
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat korelasi antara Jensen alpha dan stock
selection sebesar 0,617 dengan signifikansi tabel > 0,05 (0,000>0,05). Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara Jensen alpha dengan stock selection.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya kesamaan antara pengukuran kinerja dengan antara
stock selection dan Jensen alpha. Hal ini disebabkan karena untuk memperoleh nilai
stock selection dan Jensen alpha sama-sama menggunakan model regresi CAPM.
Hanya saja untuk mengestimasi kemampuan manajer dalam memanfaatkan waktu
(timing) dan pemilihan saham maka Treynor Mazuy menambahkan faktor kuadrat ke
dalam model regresi linear. Nilai alpha yang diperoleh dari model kuadratik tadi
digunakan sebagai ukuran kemampuan stock selection. Hasil korelasi ini menunjukkan
bahwa semakin baik kemampuan stock selection perusahaan investasi maka akan
semakin baik pula kemampuan perusahaan tersebut untuk memberikan kinerja di atas
kinerja pasar sesuai risiko yang dimilikinya.
PENUTUP
Indonesia. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan
antara Jensen alpha dengan market timing dalam mengukur kinerja reksadana saham di
Indonesia. Terakhir, hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan
antara Jensen alpha dengan stock selection dalam mengukur kinerja reksadana saham di
Indonesia.
REFERENSI
Bodie, Z.; Alex Kane.; dan Al an J. Marcus. Investments. Salemba Empat. Jakarta
Chu, P. K. K., and McKenzie, M. 2008. A Study on Stock-Selection and Market-Timing
Performance: Evidence From Hong Kong Mandatory Provident Funds (MPF).
Review of Pacific Basin Financial Markets and Policies, 11: 617−649.
Gumilang, Fajar Timur dan Heru Subiyantoro. 2008. Reksadana Pendapatan Tetap di
Indonesia: Analisis Market Timing dan Stock Selection –Periode 2006-2008.
Jurnal Keuangan dan Moneter, 11: 114-146
Fabozzi, Frank. 1999. Manajemen Investasi: Buku Satu. Salemba Empat. Jakarta.
Adiningsih, Sri.; Harianto F.;Goei S, H 1998. Perangkat dan Teknik Analisis Investasi
di Pasar Modal Indonesia. PT. Bursa Efek Jakarta. Jakarta.
Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. BPFE
Yogyakarta.
Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha. 2009. Reksa Dana Solusi Perencanaan
Investasi di Era Modern. PT. Garamedia Pustaka Utama. Jakarta.
Redman, Arnold L. Gullett, N.S. Herman Manakyan. 2000. The Performance of Global
and International Mutual Funds.Journal of Financial and Strategic Decisions,
13: 75-85.
Reilly, Frank K dan Keith C. Brown. 2003. Investment Analysis and Portfolio
Management Seventh Edition. Thompson. South Western.
Rudiyanto. 2013. Sukses Finansial dengan Reksadana. PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Simforianus, Yanthi Hutagaol. 2008. Analisis Kinerja Reksa Dana Saham dengan
Metode Raw Return, Sharpe, Treynor, Jensen dan Sortino. Journal of Applied
Finance and Accounting, 1:193-226.
Tandeilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Kanisius.
Yogyakarta.
Yosefa, Susiana dan Arnorld Kaudin. 2009. Evaluasi Kinerja Reksadana Saham di
Indonesia Tahun 2006. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 15: 17-33.
www.bapepam.go.id
www.bi.go.id
www.idx.co.id
www.infovesta.co.id
www.kontan.co.id
www.rudiyanto.blogspot.com