Sei sulla pagina 1di 8

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2011, hlm 58 –64 Vol. 39. No.

1
ISSN 0126 - 4265

58
Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2011, hlm 58 –64 Vol. 39. No.1
ISSN 0126 - 4265

KEMAMPUAN TUMBUHAN AIR SEBAGAI AGEN


FITOREMEDIATOR LOGAM BERAT KROMIUM (Cr) YANG
TERDAPAT PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK

Oleh
Upit Ratna Puspita1, Asrul Sahri Siregar1 dan Nuning Vita Hidayati1
Diterima tanggal : 9 Nopember 2010 / Disetujui : 20 Februari 2011

ABSTRACT

Batik Industry has been developed in Banyumas regency, Central Java


Indonesia. This industry produced liquid waste as the side of production process.
The liquid waste decreased the water quality surrounds it. One of the pollutant
which brought trough the liquid waste was heavy metal chromium (Cr) which
known toxic to the organism in the water. Therefore, there should be prevention
action to minimize the bad impact of liquid waste. One of method which could be
use to prevent the water quality was by phytoremediation. There were three kinds
of aquatic plant in this research; Eceng gondok (Eichornia crassipes), kayu apu
(Pistia stratiotes) and ganggang (Hydrilla verticillata). The aim of using aquatic
plant was to observe the ability of aquatic plant to decrease chromium level in the
water and decide which was the most effective. It was use completely randomized
design with 4 treatments and 6 repetitions, which will analyze by ANAVA and
continued with LSD. The result showed that aquatic plant could be used as
remediator agent to heavy metal Cr. Eceng gondok had 49.56%, kayu apu had
33.61% and ganggang had 10.84% on decreasing Cr level in liquid waste of batik
industry. It can conclude that Eceng gondok was the most effective
phytoremediator agent on decreasing Cr level in liquid waste of batik industry.

Keywords: liquid waste of batik, chromium (Cr), aquatic plant, phytoremediation.

PENDAHULUAN1 dipergunakan dalam proses


Industri batik merupakan salah pembatikan (Watini, 2009).
satu industri yang sedang Kandungan limbah cair industri batik
berkembang pesat saat ini. Salah satu dapat berupa zat organik, zat padat
sentra batik yang ada di Jawa Tengah tersuspensi, fenol, kromium (Cr),
adalah daerah Sokaraja yang masuk minyak lemak dan warna (Kep.
dalam wilayah Kabupaten Gubernur Kepala DIY.
Banyumas. Dalam proses No:281/KPTS/1998). Beberapa jenis
produksinya, industri ini zat warna yang berasal dari proses
menghasilkan limbah cair yang pencucian kain batik juga
jumlahnya mencapai 80% dari mengandung logam berat seperti
seluruh jumlah air yang kromium. Keberadaan kromium pada
perairan dijumpai dalam dua bentuk
1)
Jurusan Perikanan dan Kelautan yaitu ion kromium valensi III (Cr3+)
Universitas Jenderal Soedirman email : dan ion kromium valensi VI (Cr6+).
nuningvh@gmail.com Kromium valensi VI lebih toksik dari

58
Kemampuan Tumbuhan Air Sebagai Agen Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

pada kromium valensi III karena ion Eichornia crassipes, Pistia stratiotes
ini sukar terurai, tidak mengendap, dan Hydrilla verticillata. Beberapa
stabil, dan toksik, sedangkan penelitian sebelumnya telah
kromium valensi III mempunyai sifat menggunakan tumbuhan air untuk
mirip dengan besi (III), sukar terlarut mengolah limbah industri pelapisan
pada pH di atas 5 dan mudah krom. Liani (2004) meneliti
dioksidasi. Keberadaan kromium di biomassa Pistia stratiotes 150 gram
perairan dapat menyebabkan dengan waktu pemaparan 9 hari
penurunan kualitas air serta memberikan hasil yang terbaik bagi
membahayakan lingkungan dan Pistia stratiotes sebagai
organisme akuatik (Susanti dan fitoremediator limbah cair industri
Henny, 2008). pelapisan krom. Hasil penelitian
Dampak yang ditimbulkan bagi Susilaningsih (1992) juga
organisme akuatik yaitu menunjukkan kombinasi tumbuhan
terganggunya metabolisme tubuh Hydrilla verticillata dan Eichornia
akibat terhalangnya kerja enzim crassipes mampu menyerap logam
dalam proses fisiologis. Kromium kromium (VI) lebih dari kemampuan
dapat menumpuk dalam tubuh dan secara monokultur. Pada pemaparan
bersifat kronis yang akhirnya 96 jam dicapai hasil penyerapan
mengakibatkan kematian organisme terbesar sebanyak 88,282 %. Selain
akuatik (Palar, 2008). Sedangkan itu, jenis-jenis tumbuhan tersebut
bagi manusia dapat menyebabkan juga banyak dijumpai di Banyumas,
ulkus pada hidung dan kulit, dari segi ekonomi tumbuhan ini
hiperpigmentasi pada kulit, kanker harganya relatif murah, tidak
kulit dan mengindikasi nekrosis memerlukan perawatan khusus dan
tubulus ginjal (Purwaningsih, 2008). pemeliharaan sangat mudah. Hal ini
Mengingat hal tersebut, maka limbah yang mendasari peneliti
yang akan dibuang ke lingkungan menggunakan ketiga tumbuhan air
seyogyanya mengalami proses ini sebagai agen fitoremediator
pengolahan terlebih dahulu untuk logam berat kromium dalam limbah
menghindari hal tersebut. cair batik. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat dalam
Pengolahan limbah cair batik
penanganan limbah logam berat
dapat dilakukan dengan
kromium pada industri batik.
menggunakan metode pengolahan
secara biologi. Salah satu teknik BAHAN DAN METODE
pengolahan secara biologi ialah Alat
teknik pengolahan secara Alat-alat yang digunakan
fitoremediasi dengan memanfaatkan dalam penelitian yaitu bak plastik,
tumbuhan untuk menyerap bahan termometer, pH indikator, Atomic
pencemar seperti logam berat Absorption Spectrophotometer
kromium. Kemampuan tumbuhan ini (AAS)-nyala, lampu katoda
banyak digunakan untuk mengolah berongga (Hollow Cathode Lamp/
air buangan, karena tumbuhan ini HCL) krom, gelas piala 100 mL dan
mampu mengolah air buangan 250 mL, pipet volumetrik 10 mL dan
dengan tingkat efisiensi yang tinggi 50 mL, labu ukur 50 mL, 100 mL,
(Mukti, 2008). Beberapa jenis 1000 mL, labu elenmeyer 100 mL,
tumbuhan air yang berpotensi dalam corong gelas, kaca arloji pemanas
pengolahan air limbah adalah listrik, saringan membran dengan

59
Kemampuan Tumbuhan Air Sebagai Agen Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

ukuran pori 0,45 µm, timbangan sebelum dan sesudah diberi


analitik dengan ketelitian 0,0001 g, perlakuan.
dan labu semprot.
Persiapan Materi
Bahan
Bak plastik dengan volume ±
Bahan-bahan yang digunakan
10 L sebanyak 24 buah disiapkan
yaitu air limbah cair industri batik,
sebagai satuan percobaan, kemudian
tumbuhan air (Eichornia crassipes,
dibersihkan dengan air. Tumbuhan
Pistia stratiotes dan Hydrilla
Eichornia crassipes, Pistia stratiotes
verticilata), akuades, asam nitrat
dan Hydrilla verticilata diambil dari
(HNO3), krom trioksida (CrO3) atau
daerah persawahan atau kolam
kalium dikromat (K2Cr2O7), gas
perairan alami dan jauh dari daerah
asetilen (C2H2) HP dengan tekanan
industri. Tumbuhan air dipilih
minimum 100 psi, larutan pengencer
dengan biomassa masing-masing 150
HNO3 0,05 M, larutan pencuci HNO3
gram, kemudian dicuci bersih dengan
5% (v/v), dan udara tekan HP atau
air.
udara tekan dari kompresor.
Uji Pendahuluan
Metode Penelitian
Air limbah batik diencerkan
Penelitian dilakukan secara
dengan konsentrasi 40, 35, 30, 25,
eksperimental dengan Rancangan
dan 0% (kontrol). Pengenceran
Acak Lengkap (RAL) dengan empat
limbah batik dilakukan dengan
perlakuan yaitu : pengolahan limbah
penambahan air sumur. Air limbah
cair industri batik tanpa diberi
dari masing-masing konsentrasi
tumbuhan air sebagai kontrol (P1),
dimasukkan ke dalam bak plastik
pengolahan limbah cair industri batik
dengan volume ± 10 liter. Tumbuhan
yang diberi tumbuhan Hydrilla
E. crassipes, P. stratiotes dan H.
verticillata (P2), pengolahan limbah
verticilata masing-masing berat
cair industri batik yang diberi
biomassa 150 gram dimasukkan ke
tumbuhan Pistia stratiotes (P3),
dalam ember yang telah diisi air
pengolahan limbah cair industri batik
limbah batik. Berdasarkan hasil uji
yang diberi tumbuhan Eichornia
pendahuluan selama 9 hari akan
crassipes (P4), dan masing-masing
didapatkan konsentrasi atau tingkat
perlakuan dilakukan dengan enam
pengenceran limbah cair yang masih
ulangan.
bisa ditolerir oleh tumbuhan.
Variabel dan Parameter
Selanjutnya konsentrasi inilah yang
Variabel yang diamati dalam
dipakai untuk percobaan lebih lanjut.
penelitian ini adalah kualitas air
Uji fitoremediasi
(faktor fisik dan kimia) limbah cair
Pada uji fitoremediasi,
industri batik. Parameter yang
dilakukan aklimasi tumbuhan selama
diamati dalam penelitian ini ada dua
1 minggu, setelah itu baru dilakukan
macam yaitu parameter utama dan
uji fitoremediasi dengan
parameter pendukung. Parameter
menggunakan biomassa tumbuhan
utama yang diukur adalah dosis
150 gr selama 9 hari. Sebelum dan
kromium pada limbah cair industri
setelah perlakuan air limbah
batik sebelum dan sesudah diberi
dilakukan pengukuran kadar
perlakuan. Parameter pendukung
kromium, pH dan suhu air limbah.
yang diukur adalah temperatur dan
Terhadap air sampel untuk analisis
pH pada limbah cair industri batik
kromium dilakukan pengawetan

60
Kemampuan Tumbuhan Air Sebagai Agen Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

dengan menambahkan larutan HNO3 (Cr) pada limbah cair industri batik
hingga pH menjadi asam (pH<2). sebelum dan sesudah diberi
Pengukuran Kadar Kromium perlakuan dianalisis dengan uji F dan
(SNI 6989. 17 : 2009) jika berbeda nyata (signifikan) maka
Pengukuran kadar kromium dilanjutkan dengan BNT.
dilakukan di Laboratorium Kimia
Analisis Jurusan Kimia Fakultas HASIL DAN PEMBAHASAN
MIPA Universitas Gajah Mada Kemampuan Tumbuhan Air
(UGM) dengan mengacu pada SNI dalam Menyerap Kadar Kromium
6989. 17 : 2009. Hasil pengukuran kandungan
Kadar kromium dihitung dengan Cr pada limbah cair industri batik
menggunakan rumus : sebelum perlakuan adalah 0,0761 ±
Kadar Logam Berat Cr-Total = c x fp 0,0070 mg/L. Setelah 9 hari
perlakuan, kandungan Cr pada
perlakuan P1 (tanpa
Keterangan : tumbuhan/kontrol) 0,0702 ± 0,0024
c = kadar yang didapat hasil mg/L, perlakuan P2 ( Hydrilla
pengukuran (mg/L) verticillata) 0,0678 ± 0,0043 mg/L,
fp = Faktor pengenceran perlakuan P3 (Pistia stratiotes)
0,0505 ± 0,0074 mg/L, dan
Analisis data perlakuan P4 (Eichornia crassipes)
Data yang diperoleh dari 0,0384± 0,0079 mg/L (Gambar 1).
pengukuran kandungan kromium

70

60
Prosentase penyerapan Cr

49,56
50

40 33,61

30

20
10,84
7,71
10

0
P1 P2 P3 P4
Perlakuan

Gambar 1. Prosentase Penyerapan Kandungan Logam Berat Kromium ( x ± SD)


pada Limbah Cair Industri Batik sesudah diberi Perlakuan

Pada Gambar 1 terlihat perlakuan P1 disebabkan Hydrilla verticillata


(tanpa tumbuhan/kontrol) mampu mempunyai luas permukaan tubuh
menurunkan 7,71 ± 3,12 %. Hal ini yang kecil sehingga kontak dengan
dimungkinkan karena adanya proses kromium semakin kecil. Selain itu
sedimentasi. H. verticillata mampu air limbah juga mengandung lapisan
menurunkan 10,84 ± 5,61 %, dan seperti minyak dan lemak yang
merupakan tumbuhan yang paling berasal dari lilin yang melapisi
rendah kemampuannya. Hal ini permukaan tubuh H. verticillata

61
Kemampuan Tumbuhan Air Sebagai Agen Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

sehingga menghambat pergerakan air Tingginya akumulasi logam di


yang mengandung kromium. Selain akar ini disebabkan tumbuhan
itu, ukuran H. verticillata juga jauh menyerap unsur hara beserta logam
lebih kecil jika dibandingkan E. yang ada dari air melalui akar. Akar
crassipes dan P. stratiotes. berfungsi sebagai organ penyerap
Tumbuhan yang berukuran lebih dan penyalur unsur-unsur hara ke
kecil memiliki kemampuan yang bagian yang lain. Terkait dengan
kurang baik dalam mengolah fungsi tersebut, maka akar akan
kontaminan (Lidiawati, 2009). banyak menyerap unsur hara
E. crassipes mampu sehingga akumulasi logam akan
menurunkan kandungan kromium lebih tinggi di akar dibandingkan
paling tinggi, yaitu 49,56 ± 10,41%. dengan batang dan daun.
Hal ini dimungkinkan karena Susilaningsih (1992) menyatakan
penyerapan oleh Eichornia crassipes bahwa fungsi akar bagi tumbuhan
terjadi dalam dua cara yaitu secara sebagai alat pertautan tumbuhan
aktif dan secara pasif. Penyerapan dengan substrat dan berfungsi
secara pasif yaitu dengan bantuan sebagai penyerap unsur-unsur hara
sinar matahari dan secara pasif serta mengalirkanya ke batang dan
dengan cara transpirasi. Penyerapan daun. Akar E. crassipes memiliki
aktif tergantung pada anion dan kemampuan untuk menyerap,
kation yang terdapat pada tumbuhan. mengendapkan, dan mengakumulasi
Proses ini melalui senyawa pembawa logam dari limbah yang biasa dikenal
(zat khelat) agar ion logam terserap sebagai rhizofiltrasi (Suwondo et al.,
(Susilaningsih, 1992). E. crassipes 2005). Tumbuhan ini juga memiliki
akan mendepositkan logam berat ke akar serabut dan memenuhi kolom
dinding sel dalam vakuola dan air hingga masuk ke dalam lumpur
berikatan dengan senyawa organik perairan (sistem perakaran dalam),
lainnya. Struktur spons yang dimiliki kondisi demikian memungkinkan E.a
oleh E. crassipes juga mampu crassipes mempunyai kesempatan
menyerap unsur-unsur pencemar mengabsorpsi ion logam lebih
dalam air limbah. Pada akar, banyak. Partikel-partikel organik
tumbuhan ini mempunyai senyawa yang terdapat dalam air dapat
fitokelatin yang berfungsi untuk mengikat ion logam, yang karena
mengikat unsur logam dan gravitasinya akan terendapkan di
membawanya ke dalam sel melalui dasar.Eichornia crassipes juga
peristiwa transport aktif. Selain mempunyai banyak vakuola tanpa
logam berat terakumulasi pada akar, noda tebal yang terdapat pada tudung
logam berat juga akan terakumulasi akar. Vakuola ini berupa rongga-
juga pada bagian jaringan tumbuhan rongga besar di bagian dalam sebuah
lainnya terutama pucuk daun. sel yang berisi cairan vakuola. Suatu
Tumbuhan akuatik ini mampu larutan cair berbagai bahan organik
mendepositkan ion-ion logam berat yang kebanyakan berupa bahan
ke dalam dinding sel, vakuola, dan cadangan makanan. Lubang stomata
lapisan sitoplasma yang akan Eichornia crassipes dua kali lebih
berikatan dengan gugus sufhidril (- besar dibandingkan dengan
SH) atau asam organik lainnya kebanyakan tumbuhan lain dan jarak
(Moenandir, 1990 dalam Rahmadiah, antara stomata adalah delapan kali
2000). besarnya lubang. Hal ini yang

62
Kemampuan Tumbuhan Air Sebagai Agen Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

mempengaruhi kemampuan agen fitoremediator logam berat


Eichornia crassipes dalam kromium. Di antara 3 tumbuhan air
penyerapan berbagai unsur hara dari yang dicobakan, Eichornia crassipes
dalam air (Susilaningsih, 1992) merupakan tumbuhan yang paling
Hasil pengukuran pH selama mampu mampu menurunkan kadar
penelitian adalah 7 (netral), yang Cr air limbah batik, diikuti Pistia
merupakan pH optimal bagi stratiotes dan Hydrilla verticillata
tanaman sehingga penyerapan ion dengan persentase penurunan secara
kromium cukup efektif. Disamping berturut-turut : 49,56%, 33,61%
faktor pH, suhu tempat tanaman dan 10,84%.
dipaparkan juga mempengaruhi
penyerapan kromium. Suhu pada saat DAFTAR PUSTAKA
penelitian relatif stabil dan optimal
bagi tanaman yaitu rata-rata 280C. Kep.Gubenur Kepala DIY
Kromium yang telah No.281/1998. Baku Mutu
terakumulasi dalam tumbuhan Limbah cair untuk industri
selama penelitian belum tekstil.
menyebabkan tanda-tanda keracunan http://bapedalda.go.id
pada tumbuhan tersebut. Tumbuhan
mampu meredap kromium sampai Liani, Firya. 2004. Pemanfaatan
ambang batas yang telah ditentukan kayu apu (Pistia Stratiotes,
karena tumbuhan mempunyai L) sebagai fitoremediator
kemampuan meredam stress metal. limbah cair industri
Apabila tumbuhan mengalami stress pelapisan krom. Skripsi.
metal akan mengeluarkan senyawa Fakultas Biologi.
fitokelatin, yaitu suatu peptide yang Universitas Negeri Jenderal
terdiri dari asam amino dan Soedirman, Purwokerto. 87
mempunyai sentrum gugus sistein hal.
untuk melindunginya. Sistein
mempunyai gugus S yang berfungsi Lidiawati, Tuani. 2009. Penurunan
untuk mengikat ion logam berat yang Konsentasi Warna Limbah
terserap. Tekstil dengan
Hasil analisis data Menggunakan Tumbuhan
menunjukkan perakuan berpengaruh Air. Prosiding Nasional
sangat nyata artinya pengaruh Tehnik Kimia Indonesia.
perlakuan terhadap penyerapan Bandung.
kromium tumbuhan sangat tinggi.
Hal ini dimungkinkan oleh Mukti, A. M. 2008. Penggunaan
kemampuan tumbuhan beradaptasi, Tumbuhan Eceng Gondok
kemampuan tumbuhan (Eichornia crassipess)
mengakumulasi logam berat dan Sebagai Pre Treatmen
kemampuan tumbuhan meredam Pengolahan Air Minum
stress metal. Pada Air Selokan Mataram.
http://www.uii.ac.id/.Pdf.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang Palar, H. 2008. Pencemaran dan
diperoleh maka dapat disimpulkan Toksikologi Logam Berat.
bahwa tumbuhan air mampu menjadi

63
Kemampuan Tumbuhan Air Sebagai Agen Berkala Perikanan Terubuk Vol 39 No.1 Februari 2011

Penerbit Rineka Cipta,


Jakarta. 152 hal. Susilaningsih, D. 1992. Pemanfaatan
Tumbuhan Hydrilla
Purwaningsih, I. 2008. Pengolahan verticillata dan Eichornia
Limbah Cair Industri Batik crassipes sebagai Salah
CV. Batik Indah satu Usaha Pengendalian
Raradjonggrang Yogyakarta Pencemaran Logam
dengan Metode Kromium (Cr) dari Limbah
Elektrokoagulasi Ditinjau Pelapisan Logam. Skripsi.
dari Parameter Oxygen Fakultas Biologi.
Demand (COD) dan Warna. Universitas Jenderal
http://rac.uii.ac.id/Publik/skr Soedirman, Purwokerto. 75
ipsi_02513126,pdf. hal.

Rahmadiah, B. 2000. Efek Logam Suwondo., Fauziah, Y., Syafrianti.,


Berat Kromium (VI) dari Wariyanti, S. 2005.
Limbah Laboratorium Akumulasi Logam Cu
Anorganik-LIPI Bandung (Cuprum)dan Zn (Zincum)
Terhadap Tanaman Eceng di Perairan Sungai Siak
Gondok (Eichornia dengan Menggunakan
crassipes) dan Kayambang Eceng Gondok (Eichornia
(Salvinia molesta). Skripsi. crassipess Jurnal
Fakultas Biologi. BiogenesisVol.1(2): 51005.
Universitas Negeri Jenderal http://biologifkip.unri.ac.id/
Soedirman, Purwokerto. 63 karya_tulis/wondo%2051-
hal. 56.pdf.

SNI. 2009. Uji Krom Total (Cr- Watini, 2009. Pengaruh Waktu
Total) Secara Kontak Eceng Gondok
Spektofotometri Serapan (Eichornia crassipes)
Atom (SSA)-Nyala. BSN Terhadap Penurunan Kadar
(Badan Standar Nasional). Cd dan Cr Pada Air Limbah
Jakarta. 8 hal. Industri Batik (Home
Industry Batik Di Desa
Susanti, E., Henny. 2008. Pedoman Sokaraja Lor). Kota
Pengolahan Limbah Cair Purwokerto. Skripsi.
Yang Mengandung Fakultas Kedokteran dan
Kromium Dengan Sistem Ilmu-Ilmu Kesehatan
Lahan Basah Buatan Dan Universitas Jenderal
Reaktor Kolom. Pusat Soedirman, Purwokerto. 63
Penelitian Limnologi. LIPI. hal.
Cibinong. 49 hal.

64

Potrebbero piacerti anche