Sei sulla pagina 1di 10

PENGALAMAN HIDUP PASIEN PASKA STROKE DI BANDUNG

The Life Experiences of Post-Stroke Patients In Bandung


Iriani Dewi Setiawan, Yanny Trisyani, Valentina Belinda Marlianti
Lumbantobing
Faculty of Nursing, Padjadjaran University
Email: irianidewisetiawan@gmail.com

ABSTRACT

Introduction: Stroke is the second leading cause of death in the world and the most common
disability-causing disease. Stroke causes the physical changes of paralysis, social changes of
communication problems, cognitive impairment and psychological effects of difficulty in
understanding, forgetfulness, and depression. The impact of post-stroke patients is very complex
and comprehensive in terms of physical, psychological, and social change. Health workers,
especially nurses need to provide nursing care in post-stroke patients comprehensively. The
purpose of this study was to explore the life experiences of post-stroke patients. Method:The
research method used in this study was phenomenology. The subjects in this study were post-
stroke patients with the number of informants of 6 post-stroke patients obtained through purposive
sampling technique. The data collection was conducted through in-depth interviews with the help
of recording devices conducted in March-April 2017. Result and analysis: The data were
analyzed using Collaizi. The results of the study showed that there were five themes related to the
life experiences of post-stroke patients, namely: helplessness, sadness, anger, shame of life
uncertainty, and decrease of social contact and hope to be healed. In conclusion, the results
showed that post-stroke patients had physical and functional disorders causing psychological and
social responses that affected the life experience. Discussion: Based on the results of this study, it
is necessary to provide the peer support of post-stroke patients and appropriate information by
health workers, family and the environment to help patients undergo the process of treatment and
recovery.

Keywords: Life Experience, Post Stroke

Pendahuluan
Stroke menurut WHO merupakan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh,
penyebab kematian kedua di dunia, dan tidak dapat berjalan tanpa bantuan,
penyakit yang paling sering penurunan refleks tendon, kesulitan
menimbulkan kecacatan (WHO, 2015). menelan, ketidakmampuan
Berdasarkan World stroke organization, menginterpretasikan sensasi, penurunan
(2016) stroke merupakan penyebab fungsi penglihatan serta adanya
utama kecacatan dan penyebab ke dua perubahan dalam pemenuhan kebutuhan
kematian di dunia. Setiap tahun, 17 juta aktivitas sehari-hari (Pei et al., 2016;
orang di seluruh dunia menderita stroke. Smeltzer & Bare, 2008).
Hampir enam juta meninggal dan lima Dampak sosial yang terjadi pada
juta orang mengalami cacat permanen pasien paska stroke salah satunya
yang disebabkan oleh stroke. Sedangkan disebabkan karena adanya masalah
menurut American Heart Association, komunikasi diantaranya adalah kesulitan
(2016) setiap 40 detik seseorang dalam berbicara, gangguan bicara,
mengalami stroke dan setiap 4 menit ketidakmampuan untuk melakukan
seseorang meninggal karena stroke. tindakan yang dipelajari sebelumnya.
Dampak stroke pada individu Gejala sisa fungsional pada pasien paska
dapat menimbulkan beberapa perubahan stroke juga menyebabkan terjadinya
diantaranya berupa perubahan fisik, perubahan penampilan, perubahan peran,
sosial maupun psikologis. Perubahan reintegrasi serta pembatasan partisipasi
fisik yang terjadi diantaranya kehilangan terhadap masyarakat, serta penurunan
fungsi motorik yaitu diantaranya aktivitas sosial. (Hamzat, Olaleye, &

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 1 Tahun 2018 - 42


Akinwumi, 2014; Handayani, 2009; pada pasien paska stroke memiliki
Smeltzer & Bare, 2008) kualitas hidup yang lebih rendah. Bahkan
Dampak psikologis dan berdasarkan penelitian Hanger et al.,
Gangguan fungsi kognitif dimana pasien (2000) pada pasien paska stroke lebih
menunjukan gejala lapang perhatian memilih kematian dibandingkan
terbatas, kesulitan dalam pemahaman, memiliki kecacatan paska stroke.
pelupa, depresi, cemas dan kurang Berdasarkan hasil wawancara
motivasi sehingga pasien mengalami dengan beberapa pasien paska stroke,
frustasi dalam perawatan penyembuhan. mereka mengalami masalah fisik,
Insidensi terjadinya depresi paska stroke peikosoisal dan spiritual. hal ini di
adalah sebanyak 29%-79% (Hadidi, dukung oleh Salter, Hellings, Foley, &
Treat-Jacobson, & Lindquist, 2009; Teasell, (2008)yang menyatakan muncul
Hickey, 1997; Smeltzer & Bare, 5 tema mengenai pengalaman hidup
2008)Stroke merupakan kondisi yang pasien paska stroke yaitu adanya
melemahkan dan berpotensi perubahan transisi dan tranmisi,
mempengaruhi banyak aspek kehidupan hilangnya kontrol diri dan kemandirian
terkait kesehatan, dapat berupa pasien, perasaan cemas akan masa depan,
pembatasan fisik, disfungsi sosial, dan isolasi sosial serta adaptasi dan
psikologi (Pickard et al., 2004). rekonsiliasi.
Berdasarkan penelitian De Port et al, Melihat kompleksnya masalah
(2006) menunjukan bahwa pada pasien yang dialami oleh pasien paska stroke
paska stroke mengalami status mobilitas seperti uraian di atas, tenaga kesehatan
yang buruk antara satu dan tiga tahun terutama perawat perlu memberikan
setelah stroke. Pasien mengalami asuhan keperawatan yang komprehensif.
penurunan tingkat aktivitas, masalah Pemahaman mengenai kondisi dan
kognitif, kelelahan dan perasaan depresi kebutuhan pasien secara menyeluruh
setelah stroke. Hal ini diperkuat oleh F. J. sangatlah penting dalam hal ini, di
Carod-Artal & Egido, (2009) indonesia sendiri khususnya di Rumah
menyatakan bahwa pasien setelah Sakit yang berada di bandung, belum
mengalami stroke cenderung akan hidup terpubilkasi, namun di luar negeri telah
lama dalam penurunan fungsi, terjadi banyak penelitian serupa yang meneliti
perubahan peran fisik, gangguan mood, mengenai pengalaman hidup. Atas
penurunan kognitif dan penurunan adanya pertimbangan bahwa adanya
interaksi sosial. perbedaan budaya, latarbelakang budaya,
Dampak yang ditimbulkan pada status sosial serta perbedaan proses
pasien paska stroke tidak hanya perawatan yang dilakukan. Dengan
menimbulkan perubahan fisik saja namun demikian peneliti tertarik untuk menggali
berdampak pada kondisi pasien secara mengenai pengalaman hidup pada pasien
menyeluruh dari segi fisik, psikologi, paska stroke.
maupun sosial. Dampak dari perubahan-
perubahan tersebut dapat menyebabkan Metode Penelitian
salah satunya penurunan kualitas hidup Penelitian ini menggunakan jenis
pasien. Berdasarkan penelitian peneliti penelitian kualitatif dengan pendekatan
Dezhita, (2014) yang menyatakan fenomenologi. Fenomenologi merupakan
mayoritas pada pasien paska stroke metodelogi untuk mengeksplorasi
memiliki kualitas hidup yang buruk. pengalaman hidup (live experience) dari
Kualitas hidup yang buruk pada pasien suatu fenomena (Suryani, Welch, & Cox,
terdapat pada domain kekuatan, 2013). Informan pada penelitian ini
mobilitas, keperibadian, peran sosial dan berumlah 6 informan yang menggunakan
produktivitas. Penelitian mengenai purposie sampling. Dengan kriteria
kualitas hidup pasien paska stroke inklusi: Pasien bersedia menjadi
lainnya yang dilakukan Dąbrowska- informan dalam penelitian ini, pasien 1
Bender et al., (2016) menunjukan bahwa bulan atau lebih paska stroke yang

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 1 Tahun 2018 - 43


sedang menjalani rawat jalan dengan ikhlas gitu ini mah
gejala sisa, pasien dengan kesadaran ketentuan lah gitu kalo
compos mentis, pasien dapat saya berpikir ke belakang
berkomunikasi dapat berbicara verbal lagi ya “kenapa ya saya
dan menjawab pertanyaan yang diajukan. kyk gini?coba kemarin
Pengumpulan data dilakukan melalui saya kontrol, ga mungkin
wawancara mendalam, dengan alat ya kita kyk gini klao saya
perekam voice recorder. Analisis data bepikr kyk gitu tambah
menggunakan metode Colaizzi (1978) stress” (i5)
dalam Streubert & Carpenter, (2011).
Pada penelitian ini memperhatikan “Yaa kalo sekarang harus
keandalan data dengan mepertimbangkan terima wee neng gimana
rigour kualitatif research. ya .. sekarang harus
terima ini penyakit dari
Allah , (i6)
2. Merasa sedih, marah dan malu
Hasil penelitian Keterbatasan akibat adanya
Penelitian ini ditemukan lima gangguan fisik, gangguan bicara
tema yang berdasarkan pada pengalaman maupun memori menyebabkan
informan paska stroke, yaitu sebagai keseluruhan informan merasakan
berikut : sedih, marah dan malu. Hal ini
1. Ketidakberdayaan terjadi akibat adanya perbedaan
Ketidakberdayaan yang yang kondisi pada informan seleteh
dialami informan diungkapkan oleh mengalami stroke. Berikut
Berikut ungkapan-ungkapan ungkapan-ungkapan informan :
informan :
“Saya mah sedih aja wee
“tapi saya pikir ya neng pingin sembuh, ah
sudahlah memang lambat sedih pingin jalan lagi
mungkin pingin seperti biasa, ga
pemulihannya”(i1) bisa digeraiki tangan sama
kaki tapi sekarang mh
“saya tuh mengalami udah baikan sekarang udh
keadaan kyk gini saya biasa diangkat sekarang
berserah saja saya ngalah mah (sambil menunjukan
saja, menyerahkan ya tangan dan kakinya di
secara baik saja angkat , tapi untuk kaki
pengobatan gitu-gitu masih terlihat sangat
aja.”(i3) kesulitan untuk
dianggkat)” (i6)
“ Ya ini pake tongkat ku
bawa tongkatku selalu “kesal ada, marah ada
kubawa tongkatku soalnya gitu, ga nerima gitu,
aku sadar kakiku udh keseal kyk gitu… ….kesaal
bekas stroke jadi kan aku gitu .. keselnya tuh ya gmn
ga bisa percaya “oh aku yaa… yaa biasanya bisa
bisa jalan” udh kita tau kemana-mana biasanya
kok penyakit, rada lemes bisa aktivitas, sekarang
kita pegang tongkatku” harus diam aja mau apa-
(i4) apa harus panggil orang
mau ke air harus panggil
“ya satu-satunya cara ya orang minta bantuan, iya
saya harus terima, harus sih kadang-kadang kesal

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 1 Tahun 2018 - 44


gitu, kesal kenap begini harus diam aja banyaknya
gitu..”(I5) diem dikasur mau apa-apa
harus panggil orang mau
“malu karena bicara jadi ke air harus panggil orang
begini… Ya malu kalo minta bantuan..” (i5)
ketemu orang apa lagi
yang tau bagaimana “sekarang ga bisa,
kebiasaan bapa,… jadi sekarang bapa lebih
malu lah mungkin kata banyak diam di rumah”
mereka kok saya jadi (i2)
begini (i2)
3. Ketidakpastian Hidup “Beda, sekarang mah
Pengalaman informan setelah dikasur aja wee sehari-hari
mengalami stroke yang dialami pasien teh” (i6)
paska stroke lainnya adalah adanya
ketidakpastian hidup. Ketidakpastian “Ya ga ada, aktivitas ya
hidup yang dialami oleh informan nunggu matahari aja
teradi karena adanya perasaan takut jalan-jalan pake kursi roda
akan masa depan, tidak dapat ada, ya saya duduk disini
melakukan hal yang biasanya sama kekamar mandi aja
dilakukan, Seperti yang diungkapakan saya aktivitasnya ya saya
beberapa informan berikut ini: pinginnya jalan-jalan” (i3)
5. Harapan ingin sembuh
“yang pasti saya juga Setiap orang menginginkan yang
merasakan ketidakpastian terbaik untuk dirinya dengan
hidup ya…bahkan yang mengungkapkan harapan-harapan
saya takutkan itu bahwa serta melakukan hal yang terbaik agar
saya tidak bisa melakukan harapannya tercapai. Pada penelitian
apa-apa gitu stressnya ini dua informan mengungkapakan
seperti itu,” (i1) harapannya setelah mengalami stroke
berikut ungkapan informan 1,
“rencananya akan informan 2, informan 5 dan informan
mengadakan pelatihan- 6:
pelatihan kesenian tapi
sekarang ya memang suka “tapi tetap sih berharap bisa
ada yang datang.. ga sembuh” (i1)
berjalan lancar lah.” (i2)
4. Penurunan kontak sosial “Semangat terus ada, ingin cepat
Mayoritas informan pada sembuh” (i2)
penelitian ini mengungkapkan lebih
banyak berdiam diri dirumah. “saya harus nerima , saya harus
Keadaan ini dapat berdampak usaha , saya harus sembuh” (i5)
terjadinya penurunan interaksi sosial.
Berikut ungkapan-ungkapan informan “harapan saya pingin cepet
: sembuh, ibadah juga kan ga enak
kalo sakit abdas ga bisa iya wudhu
“Ya gmn yaa.. keselnya teh ga bisa jadi pake tayamum aja
heheheh.. keselnya tuh ya kalo wudhu juga” (i6)
gmn yaa… yaa biasanya Adanya harapan dan keinginan
bisa kemana-mana untuk sembuh informan memotivasi
biasanya bisa aktivitas, informan untuk melakukan usaha-usaha
sekarang harus diam aja untuk kembali sembuh. Hal tersebut
banyaknya diem..sekarang diungkapkan empat informan

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 1 Tahun 2018 - 45


mengatakan paska stroke informan yaa.. saya harus semangat
menjadi lebih sadar dan lebih mengontrol biar sembuh kalo pasrah
diri baik dari segi mengontrol makanan, neng kalo pasrah saya tidur
mengontrol kebiasaan merokok, aja memang neng
melakukan pengobatan rutin, dan dua pinginnya seperti itu aja
informan lainnya selain melakukan stroke neng pinginnya tidur
pengobatan juga melakukan latihan dan gam au di gerakin, males
berusaha untuk terus belajar. Seperti neng otot-otot ini neng
ungkapan pernyataan-pernyataan yang (menunjuk ke tangan dan
diutarakan oleh beberapa informan kaki), gam au di gerakin
berikut ini : males aja, kalo pasrah
“ngerasa takut tapi tetap sih kayak gitu ga bakal sembuh
berharap bisa sembuh udah saya neng,” (I5)
nyobain pengobatan
alternatif, kontrol, terapi yg
di ruang sebelah,… pola Pembahasan
makan saya juga setelah 1. Ketidakberdayaan
mengalami stroke jadi Pengalaman pasien paska stroke
berubah lebih dikontrol pada penelitian ini menunjukan
disekarang hanya bisa terjadinya ketidakberdayaan akibat
menjaga diri sajalah.. yang adanya keterbatasan fisik yang dialami.
asalnya merokok jadi Hal ini ditunjukan oleh mayoritas
engga.”” (i1) informan yang mengatakan kehidupanya
“paling makanan yang saat ini mengalami ketidakberdayaan
menyebabkan agak yang berdampak pada terganggunya
dikurangi, lebih dikontrol akitivitas sehari-hari secara mandiri,
makanan, klo dulu mah menjadikannya tidak sebebas seperti
duren , kambing soto sebelum mengalami stroke.
kambing sop kambing Pada penelitian ini kondisi
waaah dimakan sekaang penurunan kemampuan informan dalam
mah udah ga berani pete melakukan aktivitas sehari-hari dialami
jengkol juga, udah ga di oleh semua informan dalam penelitian
makan ga berani sekarang ini. Hal ini sesuai dengan penelitian
mah” (i2) Carod-Artal & Egido, (2009) : 6 bulan
“……Udah gitu sambil ke rs setelah stroke 50% pasien memiliki
buat kontrol. …… Saya beberapa hemiparesis, 30% paisen tidak
selalu bilang ke anak-anak dapat berjalan tanpa bantuan, 26% paisen
klo banyak uang jangan bergantung pada orang lain dalam
makan-makanan enak. pemenuhan ADL, 19% paisen memiliki
Jangan ngerokok juga aphasia, 35% paisen memiliki gejala
jangan efeknya itu bisa depresi. Begitu pula berdasarkan
stroke, kanker, jantung penelitian LeMone & Burke, (2008) yaitu
cukup lah aku aja yang menyatakan bahwa tanda gejala yang
kena..” (i3) paling sering terjadi pada pasien paska
“ aku usahakan belajar stroke adalah kelemahan pada wajah,
jalan belajar terus jgn lengan dan kaki, kesulitan berbicara,
sampe pake tongkat tapi sakit kepala tiba-tiba, penurunan
sekarang ini karena udah kesadaran, gangguan penglihatan, serta
sering kena strokenya gangguan keseimbangan.
terpaksa aku pake Aktivitas sehari-hari yang
tongkat…”(i4) dijalani oleh pasien paska stroke
“tapi usaha terus senam di berkaitan erat dengan tingkat gangguan
rumah sendiri, terapi gitu atau kerusakan saraf yang tersisa setelah

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 1 Tahun 2018 - 46


serangan stroke, bakhan beberapa pasien menunjukan bahwa terdapat 4 tema yang
harus tergantung penuh dengan keluarga muncul dan salah satunya adalah respon
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. emosi yang disebabkan karena
Berdasarkan Agustina,H.R (2009) keterbatasan dan kehilangan fungsional.
menyatakan bahwa pada pasien paska Pada penelitian tersebut partisipan
stroke adanya bantuan dari pihak lain mengungkapkan perasaan malu akibat
atau keluarga dalam pemenuhan adanya perubahan hidup yang mereka
kebutuhan dasar mulai dari pengaturan alami, adanya perubahan yang
nutrisi, bantuan eliminasi, pergerakan disebabkan perjalanan penyakit yang
tubuh, dan dalam perawatan diri. dirasakan, adanya kecacatan serta
2. Merasa sedih, marah dan malu gangguan komunikasi yang dialami.
Pengalaman informan dalam 3. Ketidakpastian hidup
penelitian ini mempunyai perasaan yang Pengalaman informan setelah
berbeda-beda setelah mengalami stroke. mengalami stroke pada penelitian ini
Mayoritas informan mengatakan bahwa informan mengungkapkan merasakan
yang diasakan paska stroke adalah ketidakpastian hidup. Lamanya dampak
merasa sedih. Respon sedih yang stroke dan stroke yang tidak dapat
diungkapkan informan karena harus disembuhkan secara total yang terajadi
mengalami keadaan yang berbeda dari pada pasien paska stroke menyebabkan
keadaan biasanya, memiliki keterbatasan munculnya perasaan ketidakpastiaan
dalam beraktivitas. Setiap orang akan hidup. Pada penelitian ini informan
mengalami respon yang berbeda dalam menunjukan perasaan cemas atau
meghadapi satu tantangan, ancaman ketidakpastian tentang apa yang akan
ataupun dalam menghadapi suatu terjadi dimasa depan hal ini disebabkan
harapan yang tidak sesuai dengan karena adanya ketidaksesuaian
kenyataan (Nasir & Muhith, 2011). perencanaan masa depan serta terjadinya
Respon yang terjadi tersebut tergantung penuruan produktivitas, kesulitan
dengan mekanisme koping yang terjadi berkomunikasi, sulit mencari kerja serta
pada pasien paska stroke tersebut. Pasien pemikiran yang menurun.
paska stroke harus menghadapi tantangan Hal tersebut sejalan dengan
dalam menerima dan menyesuaikan diri Salter et al., (2008) pada 7 peserta pasien
dalam keadaan yang berbeda dengan paska stroke dari studinya merasakan
keadaan biasanyaa. ketidakpastian hidup, perasaan cemas
Hal ini sesuai dengan Hickey, akan masa depan, masa depan yang
(1997) mengemukakan bahwa perubahan sangat tidak pasti, bakan beberapa orang
psikologis yang terjadi pada pasien paska bertanya-tanya apakah mereka dapat
stroke diantaranya yaitu cemas, takut, kembali dalam keadaan normal, serta
depresi, frustasi, marah, regresi dan fisik yang menjadi tidak dapat
lainnya. Juga terjadi pada penelitian oleh diandalkan menjadi sumber kekecewaan
Murray & Harrison, (2004) yang pada peserta pada studi tersebut.
dilakukan kepada 10 pasien stroke di 4. Penurunan Kontak Sosial Pasien
UK, hasil penelitiannya menyatakan Paska Stroke
bahwa pasien stroke mengalami refleks Pengalaman pasien paska stroke
menangis atau tertawa, menyeringai saat pada penelitian ini mayoritas
marah dan marah. Sejalan dengan hasil menunjukan bahwa terdapat penurunan
penelitian kualitatif Kariasa, (2009) yang aktivitas sosial yang terjadi kondisi ini
menyatakan respon yang terjadi pada diterlihat dari ungkapan beberapa
pasien paska stroke bervariasi yaitu malu, informan mengatakan aktivitasnya lebih
marah, serta sedih, merasa terasing atau banyak di rumah. Bahkan salah satu
mengisolasi diri dari kehidupan sosial. informan lainnya mengatakan terdapat
hasil penelitian Pilkington, (1999) perbedaan hubungan intim dengan
dengan judul penelitian Life After Stroke suaminya setelah mengalami stroke, dan
dengan 13 partisipan hasilnya dua informan lainnya mengatakan

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 1 Tahun 2018 - 47


merasakan ketidaknyamanan dan tidak fisik yang dirasakan berubah, perasaan
mau menyusahkan keluarganya sehingga bernilai berkurang dan harga diri dan
cenderung menutupi perasaan yang kehilangan kepercayaan diri karena
sedang dirasakannya didepan keluarga terkait erat dengan penurunan seksualitas
atau anaknya . dan gaya hidup seksual pasca stroke.
Hasil penelitian ini sejalan Hasil penelitian ini sejalan dengan
dengan penelitian yang dilakukan penelitian yang dilakukan Murray &
Hamzat et al., (2014) yang menyatakan Harrison, (2004) hasil penelitiannya
bahwa dampak dari gejala sisa fungsional menunukan terdapat 4 tema yang muncul
setelah mengalami kecacatan stroke dan salah satunya adanya masalah dalam
menghambat re-integrasi atau pembauran mengenai keromantisan dan seksual.
masyarakat serta pembatasan dalam 5. Harapan Ingin Sembuh
partisipasi masyarakat. Berdasarkan Pengalaman informan dalam
peneliti lainnya Salter, Hellings, Foley, & menghadapi perubahan yang terjadi
Teasell, (2008) mengungkapkan isolasi setelah mengalami stroke diantaranya
sosial merupakan salah satu tema yang adalah adanya harapan ingin sembuh
muncul pada penelitianya mayoritas kembali normal, lebih sadar akan
pasien paska stroke mengalami kesehatan, lebih mengontrol diri baik dari
peningkatan isolasi sosial, penarikan segi mengontrol makanan, kebiasaan
sosial atau perubahan hubungan dengan merokok, melakukan latihan, melakukan
keluarga dan teman-teman. kontrol dan mencari dukuang spiritual.
Ketidaknyamanan dengan diri sendiri Hal ini sesuai dengan penelitian yang
paska stroke,baik dari segi fisik dan dilakukan oleh Maclean, (2000) dengan
penampilan menyebabkan pasien paksa jumlah informan 22 pasien bahawa pada
stroke menjadi lebih menarik diri untuk pasien paska stroke dengan motivasi
menghindari menjadi beban bagi tinggi melakukan terapi rehabilitatif
keluarga ,teman-teman dan kenalan. dipengaruhi oleh keinginan pasien dalam
Bahkan pada penelitian ini salah mengikuti pengobatan medis agar
satu informan mengatakan bahwa mampu berjalan kembali.
terjadinya penurunan hasrat seksualitas Informan menunjukan perilaku
setelah mengalami stroke, temuan mencari dukung spiritual yaitu dimana
tersebut sejalan dengan penelitian yang informan lebih mendekatkan diri
dilakukan Nilsson, Fugl-meyer, Koch, & terhadap agama, serta lebih berpasrah.
Ytterberg, (2017) dengan metode Hal tersebut sesuai dengan Robinson-
kualitati pada 12 informan rentang usia Smith,(2002) yang menyatakan bahwa
43 sampai dengan 81 taun pada pasien 6 peristiwa hidup yang sulit seperti stroke
taun paska stroke. Hasil penelitian dapat mendorong pasien untuk
tersebut menyatakan bahwa pada pasien memeriksa kembali aspek spiritual dan
paska stroke terjadi berkurangnya minat tantangan yang terjadi setelah mengalami
dan fungsi seksual dianggap berasal dari stroke dapat mendorong pertumbuhan
penurunan kepekaan, nyeri pasca stroke, serta perkembangan spiritual. Karena
atau kelelahan. Namun penelitian pengalaman hidup pasien dengan
tersebut dilakukan pada pasien 6 taun latihan-latihan spiritual dapat membatu
paska stroke, sedangkan penelitian ini dalam menemukan makna dan keutuhan
pada lebi dari 1 bulan paska stroke. hidup dengan keyakinan yang dimiliki
Penelitian lainnya Thompson & Ryan, pasien.
(2009) yang dilakukan 16 informan pada Keterbatasan Penelitian
pasien 2 bulan sampai dengan 4 taun Pemilihan tempat dan situasi
paska stroke hasilnya menyatakan bawa wawancara yang kadang masih kurang
terdapat penurunan hasrat seksualitas. tepat dan kurang mendukung kebebasan
Selain itu, temuan dari penelitian tersebut informan untuk mengungkapkan
menggarisbawahi perubahan pada diri pengalaman serta perasaanya.
pra dan poststroke, yaitu penampilan Berdasarkan proses pengalaman peneliti

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 1 Tahun 2018 - 48


wawancara yang dilakukan di rumah dan c. Ketidakpastian hidup yang
dihadiri oleh anggota keluarga yang lain, dialami informan diantaranya
ada kesan kemungkinan informan merasa ketidaksesuaian rencana
menyembunyikan perasaan yang masa depan, takut tidak dapat
dialaminya bila ditanyakan mengenai melakukan apa-apa, teradinya
bagaimana hubungan dengan keluarga penurunan produktivitas,
atau pun tetangga. Bahkan ada keluarga kesulitan berkomunikasi, pola
yang lebih memberikan informasi lebih pikir beruba dan masalah
banyak daripada informan. ekonomi yang di sebabkan
Pengalaman peneliti pada saat karena lamanya dampak yang
mengalami hal tersebut peneliti tetap ditimbulkan oleh stroke.
mendengarkan dan menanggapi apa yang d. Penurunan kontak sosial paska
dikatakan keluarga, namun peneliti tetap stroke yang dialami oleh
menanyakan kembali ke pada informan informan mengungkapkan bahwa
mengenai hal tersebut secara berulang lebih banyak berdiam di rumah,
kepada informan agar tujuan pada merasa ketidaknyamanan,
penelitian ini tetap dapat tercapai. Pada perasaan takut menyusahkan
saat pengolahan data pernyataan keluarga keluarga, merasa malu, dan
informan tersebut tidak peneliti berkurangnya hasrat dalam
maksukan kedalam informan. berhubungan suami istri.
Simpulan e. Harapan ingin sembuh, pada
Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian ini informan juga
pembahasan yang telah dilakukan dapat menujukan harapan ingin
disimpulkan bahwa pada penelitian sembuh, hal ini ditunjukan
pengalaman hidup pasien paska stroke di dengan informan yang
Bandung yang melibatkan enam mengungkapkan harapan ingin
informan didapatkan lima tema yang sembuh serta melakukan
menggambarkan pengalaman pasien pengaturan gaya hidup,
paska stroke, yaitu diantaranya: pengaturan makanan,
a. Paska stroke informan memberhentikan kebiasaan
mengalami ketidakberdayaan merokok, melakukan pengobatan
yang diakibatkan oleh rutin, melakukan latihan,
keterbatasan aktivitas. berusaha untuk belajar terus serta
Keterbatasan yang dialami oleh terjadi perubahan spiritual.
informan mayoritas Pada penelitian ini ditemukan
mengungkapkan diantaranya new insight yang tidak ditemukan dari
kehilangan kemampuan untuk hasil penelitian sebelumnya, pertama
bergerak dan berjalan, kesulitan adanya informan yang merasakan adanya
dalam berbicara, penurunan ketidakberdayaan setelah mengalami
kemampuan berpikir serta stroke. Yang disebabkan adanya
membutuhkan bantuan orang lain keterbatasan fisik yang dialami paska
dalam memenuhi kebutuhan stroke serta adanya harapan informan
sehari-hari ingin sembuh dengan terus berusaha
b. Paska stroke informan merasa melakukan pengobatan ataupun
sedih, marah dan malu yang melakukan latihan.
dialami informan disebabkan Hasil penelitian ini dapat dijadikan
oleh adanya perbedaan kondisi sebagai acuan bagi perawat dalam
paska stroke, memiliki melakukan pengkajian kebutuhan ashuan
keterbatasan dalam beraktivitas, keperawatan pada pasien paska stroke,
dampak yang sebabkan oleh sehingga dapat dilakukan tindakan
stroke dan proses penyembuhan keperawatan yang tepat dan menyeluruh
yang lama. terhadap pasien. Dengan demikian

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 1 Tahun 2018 - 49


diharapkan dapat mendukung proses perawatan serta pemulihan yang cepat.
Daftar Pustaka 0cr330oa
Agustina,H.R.,Priambodo,A.P.,Somantri Hickey, V. . (1997). The clinical
, I. (2009). Kajian Kebutuhan practice of neurological and
perawatan di Rumah Bagi klien neurosurgical nursing (4th ed.).
dengan stroke Di Rumah sakit Philadelphia: Lippincott william &
Daerah Cianjur. Wilkins.
American Heart Association. (2016). Kariasa, made i. (2009). Persepsi
Impact of Stroke (Stroke statistics). pasien paska serangan stroke
Retrieved October 20, 2016, from teradap kualitas hidupnya dalam
http://www.strokeassociation.org perspektif asuhan keperawatan.
Carod-Artal, F. J., & Egido, J. A. universitas indonesia.
(2009). Quality of life after stroke: LeMone, P., & Burke, K. (2008).
The importance of a good Medical-surgical nursing: Critical
recovery. Cerebrovascular thinking in clent care. pearson
Diseases, 27(SUPPL. 1), 204–214. International Edition (Vol. 4).
https://doi.org/10.1159/000200461 united states of america.
Dąbrowska-Bender, M., Milewska, M., Maclean, N. (2000). Qualitative analysis
Gołąbek, A., Duda-Zalewska, A., of stroke patients’ motivation for
Staniszewska, A., Bath, P. M. W., rehabilitation. Bmj, 321(7268),
… Kozubski, W. (2016). The 1051–1054.
Impact of Ischemic Cerebral https://doi.org/10.1136/bmj.321.72
Stroke on the Quality of Life of 68.1051
Patients Based on Clinical, Social, Murray, C. D., & Harrison, B. (2004).
and Psychoemotional Factors. The meaning and experience of
Journal of Stroke and being a stroke survivor: an
Cerebrovascular Diseases, 0(0), interpretative phenomenological
920–923. analysis. Disability and
https://doi.org/10.1016/j.jstrokecer Rehabilitation, 26(13), 808–816.
ebrovasdis.2016.08.036 https://doi.org/10.1080/096382804
Dezhita, D. (2014). Gambaran Kualitas 10001696746
Hidup Pasien Pasca Stroke di Nasir, J. ., & Muhith, A. (2011). Dasar-
Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr. dasar Keperawatan Jiwa. Selemba
Hasan Sadikin Bandung. medika. Jakarta.
Univesritas Padjadjaran Fakultas Nilsson, M. I., Fugl-meyer, K., Koch, L.
Keperawatan. Von, & Ytterberg, C. (2017).
Hamzat, T. K., Olaleye, O. a, & Experiences of Sexuality Six Years
Akinwumi, O. B. (2014). After Stroke : A Qualitative Study.
Functional ability, community The Journal of Sexual Medicine,
reintegration and participation 1–7.
restriction among community- https://doi.org/10.1016/j.jsxm.2017
dwelling female stroke survivors in .04.061
Ibadan. Ethiopian Journal of Pickard, A. S., Johnson, J. A., Feeny, D.
Health Sciences, 24(1), 43–48. H., Shuaib, A., Carriere, K. C., &
https://doi.org/10.4314/ejhs.v24i1. Nasser, A. M. (2004). Agreement
6 between Patient and Proxy
Hanger, H. C., Fogarty, B., Wilkinson, Assessments of Health-Related
T. J., & Sainsbury, R. (2000). Quality of Life after Stroke Using
Stroke patients’ views on stroke the EQ-5D and Health Utilities
outcomes: death versus disability. Index. Stroke, 35(2), 607–612.
Clinical Rehabilitation, 14(4), https://doi.org/10.1161/01.STR.00
417–24. 00110984.91157.BD
https://doi.org/10.1191/026921550 Pilkington, B. (1999). Life after stroke.

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 1 Tahun 2018 - 50


Journal of Neuroscience Nursing.
Robinson-Smith, G. (2002). Prayer after
stroke. Journal of Holistic Nursing
J HOLISTIC NURS, 20(4), 352–
366.
https://doi.org/10.1177/089801002
237592
Salter, K., Hellings, C., Foley, N., &
Teasell, R. (2008). The experience
of living with stroke: A qualitative
meta-synthesis. Journal of
Rehabilitation Medicine, 40(8),
595–602.
https://doi.org/10.2340/16501977-
0238
Streubert, H. J., & Carpenter, D. R.
(2011). Qualitative Research In
Nursing (5th ed.). China:
Lippincott Williams & Wilkins.
Suryani, S., Welch, A., & Cox, L.
(2013). The Phenomena of
Auditory Hallucination as
Described by Indonesian People
Living With Schizophrenia.
Archives of Psychiatric Nursing,
27(6), 312–318.
https://doi.org/10.1016/j.apnu.2013
.08.001
Thompson, H. S., & Ryan, A. (2009).
The impact of stroke consequences
on spousal relationships from the
perspective of the person with
stroke. Journal of Clinical
Nursing, 18(12), 1803–1811.
https://doi.org/10.1111/j.1365-
2702.2008.02694.x
World stroke organization. (2016). Face
the Fact: Stroke is Treatable.
Retrieved from
http://www.worldstrokecampaign.o
rg/

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 3 No 1 Tahun 2018 - 51

Potrebbero piacerti anche