Sei sulla pagina 1di 44

MANAJEMEN MUTU

PELAYANAN KESEHATAN
Perkembangan serta Program Menjaga Mutu
Pelayanan Kesehatan
MENU
 Sejarah dan era perkembangan mutu
 Definisi Program menjaga mutu

 Manfaat program mutu

 Komponen program mutu


Sejarah dan era
perkembangan
mutu
PERKEMBANGAN MANAJEMEN MUTU
 Era tanpa mutu
 Era Inspeksi Inspection Based
th 1800 an Memeriksa fakta
Kegiatan koreksi Klasifikasi

 Era Kendali Mutu/QC Statistical Based


th 1930 an Inspeksi titik2 kontrol Standar minimum
Statistik dasar Prosedur dan format2
Kontrol proses

 Era Quality Assurance Standar Based


th 1950 an Pencegahan Audit/review mutu
Rencana mutu Pembiayaan
Akreditasi Proses

 Era Total Quality Management Change Organizational Culture


th 1980 an Perbaikan kontinyu Keterlibatan semua kary
Team work Pendekatan sistem
Integrasi seluruh kegiatan Pengukuran penampilan
Manajemen resiko
 Era Sistem Manajemen Mutu
Perkembangan Mutu di Era Industri
• Walter Shewhart used statistical methods to
measure variations in the telephone
equipment manufacturing process. Waste was
reduced and product quality was improved by
controlling undesirable process variation.
Shewhart is referred to as the father of
statistical quality control
Perkembangan Mutu di Era Industri
• W. Edwards Deming (1994) learned Shewhart’s
methods and made measurement and control of
process variation one of the key elements of his
philosophy of quality management:
a. Organizations are a set of interrelated processes
with a common aim.
b. Process variation must be understood.
c. How new knowledge is generated must be
understood.
d. How people are motivated and work together
must be understood.
Perkembangan Mutu di Era Industri
• Following World War II, Japanese
manufacturing companies invited Deming to
help them improve the quality of their
products.
• Over a period of several years, as a result of
Deming’s advice, many low-quality Japanese
products became world class
• QUALITY IMPROVEMENT ERA
Perkembangan Mutu di Era Industri
• Joseph Juran combined the science of quality
with its practical application, providing a
framework for linking finance and management.
• The components of the Juran Quality Trilogy are
(Uselac 1993) :
1. quality planning : define customers and how to
meet their needs,
2. quality control : Keep processes working well,
and
3. quality improvement—learn, optimize, refine,
and adapt.
Perkembangan Mutu di Era Industri
• In the 1950s, Juran, like Deming, helped jump-
start product improvements at Japanese
manufacturing companies. Whereas Deming
focused on measuring and controlling process
variation, Juran focused on developing the
managerial aspects supporting quality.
• One of Juran’s management principles—
focusing improvements on the “vital few”
sources of the problems.
Perkembangan Mutu di Era Industri
• Another individual who had a significant impact on contemporary
quality practices in industry was Kaoru Ishikawa, a Japanese
engineer who incorporated the science of quality Into Japanese
culture.
• He was one of the first people to emphasize the importance of
involvement of all members of the organization instead of only
management-level employees.
• Ishikawa believed that top-down quality goals could be
accomplished only through bottom-up methods (Best and
Neuhauser 2008).
• To support his belief, he introduced the concept of quality circles—
groups of 3 to 12 frontline employees that meet regularly to
Analyze production-related problems and propose solutions
(Ishikawa 1990).
Perkembangan Mutu di Era Industri
• Ishikawa stressed that employees should be
trained to use data to measure and improve
processes that affect product quality.
• Several of the data collection and presentation
techniques he recommended For process
improvement purposes
Perkembangan Mutu di Era Industri
• In 1987, President Reagan signed into law the
Malcolm Baldrige National Quality
Improvement Act (Spath 2005, 23–25).
• This national quality program, managed by the
U.S. Commerce Department’s National
Institute of Standards and Technology,
established criteria for performance
excellence that organizations can use to
evaluate and improve their quality
Perkembangan Mutu di Era Industri
Sejarah perkembangan program menjaga mutu:
1. Sebelum Tahun 1950
Program menjaga mutu belum menonjol
Program lebih banyak bersifat menyusun standar tenaga,
pelayanan atau sarana saja

2. Tahun 1950 sd tahun 1970


Program menjaga mutu mulai tampak lebih aktif
diselenggarakan
1952, berhasil disusun standar pelayanan
1953, mulai dilaksanakannya kegiatan akreditasi
RS atas dasar standar yang telah ditetapkan
1956, mulai dilaksanakan audit medis

3. Setelah tahun 1970


Program menjaga mutu berkembang dengan pesat

14
SECARA UMUM:
Program Menjaga Mutu telah dilaksanakan sejak lahirnya profesi kesehatan itu sendiri:
20 abad sm : Hammurabi (Code of Hammurabi)
25 abad lalu : Hippocrates (Hippocratic Oath)
1820-1910 : Florence Nigthingale (Inggris : Notes of Nursing)
1876 : American Medical Association (Pembenahan pendidikan kedokteran)
1910 : Carnegie Fondation (Penutupan FK yg tdk memenuhi syarat)
1912 : Joint Committee for Consideration of Standardization of Visiting Nurse
(Standar Tenaga Perawat)
1915 : Kongres Ahli Bedah Amerika Utara (Standar Pelayanan Bedah)
1917 : Standar Staf Medik RS
1918 : Standar Minimum Sarana RS
1946 : Hill Burton Act (Mengatur Tata Laksana Perluasan termasuk Biaya RS)
1950 : DibentukJoint Commision on The Acreditation of Hospital (JCAH)
1952 : Standar Pelayanan Tindakan Bedah
1953 : Akreditasi RS
1956 : Medical Audit
1960 : Utilization Review
1970 : Peer Review
1975 : Diagnostic Related Group System (Outcome Audit & Risk Mgt)
1976 : Infection Control Standard
1979 : Quality Assurance Standard
1983 : Peer Review Organization
1983 : Quality Improvement Program/ Continous Quality Improvement/ Total Quality Mgt
Contoh:

 Konsep mutu pelayanan kesehatan telah lama dipelajari. Sejak tahun 1966 Avedis
Donabedian mengembangkan suatu kerangka evaluasi mutu pelayanan, yang terdiri
dari struktur, proses dan outcome (Donabedian, 2003). Struktur adalah kondisi yang
harus dipenuhi sebagai prasyarat untuk menyediakan pelayanan. Proses merupakan
berbagai aktivitas dan prosedur yang dilakukan dalam memberikan pelayanan
kesehatan, sedangkan outcome menunjukkan hasil dari suatu upaya, baik di tingkat
individu ataupun populasi. Struktur yang memadai diperlukan untuk melakukan
proses pelayanan yang ideal, agar menghasilkan outcome yang optimal. Dengan
pemahaman ini, mutu bukanlah suatu ketidaksengajaan.

 Pendekatan lain untuk menunjukkan pentingnya mutu pelayanan kesehatan adalah


dengan mencermati karakteristik pelayanan yang buruk. Ernest A. Codman (1869-
1940), seorang ahli bedah, telah lama menyadari bahwa manusia tidak mungkin lepas
dari kesalahan. Dari 337 pasien yang ditanganinya pada kurun waktu lima tahun
(1911-1916), lebih dari sepertiganya (36,5%) mengalami kejadian yang tidak
diharapkan (KTD) (Neuhauser, 2002). Evaluasi ini dilakukan Codman secara sukarela
dan hasilnya diinformasikan kepada khalayak luas. Sebuah kontemplasi yang kelak di
kemudian hari baru dirasakan manfaatnya oleh sesama.
PROGRAM MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA

• 1972 Klasifikasi RS
• 1982 SKN ( Kebijakan peningkatan mutu )
• 1983 RP3JPK
• 1986 Standar Praktek Keperawatan
• 1988-1993 Peningkatan mutu yan  perhatian khusus
• 1991 Lokakarya Nasional Jaminan Mutu ( Cisarua Bogor )
• 1993 Standar Pelayanan RS & Pelayanan Medik
• 1994 Dewan Pembina Program JaMu  HP IV NTB & Jatim
• 1993-1998 Repelita VI Pemerataan Yankes yang bermutu
• 2004 –sekarang UU No 36/2009 tentang Kesehatan
SKN Perpres 72/2012
UU No 29/2004 tentang Praktik Kedokteran
UU No 44/2009 tentang Rumah Sakit
UU terkait lainnya

JKN
SEJARAH DAN ERA PERKEMBANGAN MUTU DI
INDONESIA
 Sejarah perkembangan tentang upaya perbaikan mutu yang dikutip dari
Tjahyono Koentjoro, 2004 menerangkan bahwa upaya perbaikan mutu dan
kinerja pelayanan kesehatan di Indonesia telah mulai di lakukan sejak tahun
1986 dengan diterapkannya gugus kendali mutu di rumah sakit dan di
puskesmas serta pada pelayanan kesehatan yang lain.
 Perbaikan ini dilanjutkan dengan dikenalkannya total quality management
pada tahun 1994 dan performance management pada tahun 1996 .
 Untuk pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas, diperkenalkan program
jaminan mutu (quality assurance) pada tahun 1995 di Provinsi Jawa Barat,
Jawa timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
dan Sumatera Barat melalui Proyek Kesehatan IV (Health Project IV).
 Di Jawa Tengah, pelayanan kesehatan tersebut diperkenalkan melalui Proyek
Community Health and Nutrition III, sedangkan di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, pengenalan dilakukan melalui Provincial Health Project I dengan
tiga tahapan, yakni analisis sistem, supervisi dan pembinaan, dan pendekatan
tim.
 Empat standar pelayanan telah disusun melalui program jaminan mutu
tersebut, yaitu standar penanganan diare, standar pelayanan imunisasi,
standar penanganan infeksi saluran nafas atas, dan standar pelayanan
antenatal, dalam bentuk lembar periksa yang harus diikuti oleh petugas
pelayanan kesehatan di puskesmas
PROGRAM MENJAGA MUTU
Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan, banyak syarat yang
harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud paling tidak
mencakup delapan hal pokok yakni
 tersedia (available),
 wajar (appropriate),
 berkesinambungan (continue),
 dapat diterima (acceptable),
 dapat dicapai (accesibble),
 dapat dijangkau (affordable),
 efisien (efficient),
 serta bermutu (quality) (Woodward 2000; Fletcher
2000).
PROGRAM MENJAGA MUTU
 Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu banyak upaya yang
dapat dilakukan.
 Upaya tersebut jika dilaksanakan secara terarah
dan terencana, dikenal dengan program menjaga
mutu (Quality Assurance Program).
PROGRAM MENJAGA MUTU
 Quality assurance
Kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk
memastikan kepatuhan dengan standar mutu
minimum (Penjaminan mutu dan kontrol mutu
dapat digunakan secara bergantian untuk
menggambarkan tindakan yang dilakukan untuk
memastikan mutu produk, layanan, atau proses.)
PROGRAM MENJAGA MUTU
Standar QA mewajibkan organisasi untuk
mengimplementasikan program-program berikut (The
Joint Commission 1979):
 mengidentifikasi masalah atau masalah penting
atau potensial terkait dengan Pelayanan pasien,
 obyektif menilai penyebab dan ruang lingkup
masalah atau kekhawatiran,
 mengimplementasikan keputusan atau tindakan
yang dirancang untuk menghilangkan masalah,
 memonitor kegiatan untuk memastikan hasil yang
diinginkan tercapai dan berkelanjutan, dan
 mendokumentasikan efektivitas program secara
keseluruhan untuk meningkatkan pelayanan pasien
dan
 memastikan kinerja klinis yang sehat.
PROGRAM MENJAGA MUTU
 Agar dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, maka perlu diidentifikasi unsur
masukan (input), lingkungan (environment),
proses (proccess), serta keluaran (output), maka
mudahlah dipahami sasaran program menjaga
mutu.
 Keempat unsur ini haruslah selalu dipantau dan
dinilai yang apabila ditemukan penyimpangan
segera dilakukan perbaikan.
Sasaran:

Unsur Masukan (tenaga, dana, sarana), apabila tenaga & sarana tidak sesuai
dg standar yg ditetapkan & dana tidak sesuai dg kebutuhan, maka sulit
diharap kan baiknya mutu pelayanan (Bruce 1990; Fromberg 1988;
Gambone 1991)

Unsur Lingkungan (kebijakan, organisasi, manajemen), apabila kebijakan,


organisasi & manajemen tidak sesuai dg standar dan atau tidak
mendukung,
maka sulit diharapkan baiknya mutu pelayanan kesehatan (Donabedian
1980)

Unsur Proses (tindakan medis, tindakan non medis), apabila kedua tindakan
tersebut tidak sesuai dg standar yg telah ditetapkan maka sulit diharapkan
baiknya mutu pelayanan (Pena 1984)

Unsur Keluaran (penampilan aspek medis, penampilan aspek non medis),


apabila kedua penampilan tersebut tidak sesuai dg standar berarti
pelayanan kesehatan yg diselenggarakan tidak bermutu
 Ke empat unsur tsb saling berhubungan yaitu seperti
gambar di bawah ini:
Lingkungan:
•Kebijakan
•Organisasi &
manajemen

Proses: Keluaran:
Masukan:
Tindakan medis Aspek Medis
Tenaga
-Anamnesis -Kegagalan
- Medis
-Pem. fisik tindakan
- Paramedis
-Pem. penunjang -Efek samping
- Non medis
-Tindakan medis -Kematian
-Tindak lanjut
Dana
Aspek non
Tindakan non Medis
Sarana
Medis: -Pengetahuan
-Medis
-Informasi pasien
-Non medis
-Penyaringan -kepuasan
-Obat
-Konseling pasien
-Bahan habis
-Rujukan 25
PROGRAM MENJAGA MUTU
 Agar dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, maka perlu diidentifikasi unsur
masukan (input), lingkungan (environment),
proses (proccess), serta keluaran (output), maka
mudahlah dipahami sasaran program menjaga
mutu.
 Keempat unsur ini haruslah selalu dipantau dan
dinilai yang apabila ditemukan penyimpangan
segera dilakukan perbaikan.
PROGRAM MENJAGA MUTU
Program Menjaga Mutu diartikan secara sederhana
oleh Azwar sebagai berikut:
“Suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu
dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah
mutu pelayanan kesehatan berdasarkan standar yang
telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang
tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan
menyusun saran-saran tindak lanjut untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan.”
PROGRAM MENJAGA MUTU
Bentuk Program Menjaga Mutu tersebut bisa ditinjau
dari kedudukan organisasi pelaksana program menjaga
mutu yaitu:
 Program Menjaga Mutu Internal dan
 Program Menjaga Mutu Eksternal.

Selain itu, bentuk program menjaga mutu juga bisa


ditinjau dari waktu di laksanakannya kegiatan
menjaga mutu yaitu:
 Program Menjaga Mutu Prospektif,
 Program Menjaga Mutu Konkuren dan
 Program Menjaga Mutu Retrospektif
Program menjaga mutu internal
• Organisasi yang bertanggung jawab
menyelenggarakan program menjaga mutu
berada didalam institusi yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
• Dibentuk gugus kendali mutu
Program Menjaga Mutu Eksternal
• Organisasi yang yang bertanggung jawab
terhadap menjaga mutu berada di luar
organisasi institusi.
• Contoh : Program asuransi kesehatan ,
membentuk unit program menjaga mutu
PROGRAM MENJAGA MUTU
1. Program menjaga mutu Perspektif
Dilaksanakan sebelum pelayanan kesehatan
diselenggarakan. Unsur masukan dan lingkungan
disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan.
Contoh:
 Standarisasi

 Lisensi

 Sertifikasi

 Akreditasi
PROGRAM MENJAGA MUTU
2. Program menjaga mutu Konkuren
• Yang diselenggarakan bersamaan dengan pelayanan
kesehatan.
• Lebih ditujukan pada standar proses.

• Menilai tindakan medis dan non medis yang


dilakukan harus disesuaikan dengan standar
• Dinilai paling baik tetapi sulit dilaksanakan(karena
ada faktor rasa atau bias pada saat pengamatan)
PROGRAM MENJAGA MUTU
3. Program menjaga mutu Retrospektif
• Menjaga mutu yang dilaksanakan setelah pelayanan
kesehatan diselenggarakan
• Perhatian utama lebih ditujukan pada unsur
keluaran (menilai penampilan pelayanan kesehatan
dibandingkan standar)
• Obyek program menjaga mutu berupa hasil dari
pelayanan kesehatan atau pandangan pemakai jasa
pelayanan kesehatan.
Contoh:
Reviu Rekam Medis (drug usage review & surgical case
review, Reviu Jaringan, Survei Klien
PROGRAM MENJAGA MUTU
 Kegiatan pokok program menjaga mutu dibedakan atas
lima macam.
 Kegiatan tersebut adalah menetapkan masalah,
menetapkan penyebab masalah, menetapkan cara
penyelesaian masalah, menilai hasil yang dicapai, serta
meyusun saran tindak lanjut.
 Untuk mendukung keberhasilan program menjaga mutu,
terutama pada waktu menetapkan masalah dan menilai
hasil yang dicapai, para pelaksana program menjaga
mutu diharapkan selalu bersikap objektif.
 Agar objektivitas ini dapat terpenuhi, maka perlu tersedia
adanya standar yang akan dipakai sebagai bahan
bandingan.
PROGRAM MENJAGA MUTU
 Untuk mengukur tercapai atau tidaknya standar
yang telah ditetapkan, dipergunakanlah indikator,
yaitu ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan.
 Makin sesuai sesuatu yang diukur dengan indikator,
makin sesuai pula keadaannya dengan standar yang
telah ditetapkan (Azwar, 2007).
PROGRAM MENJAGA MUTU
 Standar adalah tingkat ideal tercapai yang diinginkan.
 Ukuran tingkat ideal tercapai tersebut disusun dalam
bentuk minimal dan maksimal (range).
 Penyimpangan yang terjadi tetapi masih dalam batas-
batas yang dibenarkan disebut dengan toleransi.
 Untuk memandu para pelaksana program menjaga mutu
agar tetap berpedoman pada standar yang telah
ditetapkan, disusunlah protokol.
 Adapun yang dimaksud dengan protokol disini ialah suatu
pernyataan tertulis yang disusun secara sistematis dan
yang dipakai sebagai pedoman oleh para pelaksana dalam
mengambil keputusan dan atau dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan.
PROGRAM MENJAGA MUTU
 Untuk mengukur tercapai atau tidaknya standar
yang telah ditetapkan, dipergunakanlah indikator,
yaitu ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan.
 Makin sesuai sesuatu yang diukur dengan indikator,
makin sesuai pula keadaannya dengan standar yang
telah ditetapkan (Azwar, 2007).
MANFAAT PROGRAM MENJAGA
MUTU
Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat yang akan diperoleh. Secara
umum manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut.
 Dapat meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan. Peningkatan efektivitas yang dimaksud
berhubungan erat dengan kemampuan mengatasi masalah kesehatan secara tepat dan benar.
Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan benar-benar sesuai dengan masalah yang
ditemukan.
 Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan. Peningkatan efisiensi yang dimaksud
berhubungan erat dengan kemampuan mencegah tindakan/penyelenggaraan pelayanan yang
berlebihan dan/atau yang di bawah standar. Biaya tambahan yang disebabkan pelayanan yang
berlebihan atau karena efek samping akibat pelayanan yang di bawah standar akan dapat
dicegah.
 Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Peningkatan
penerimaan berhubungan erat dengan kesesuaian antara pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan kesehatan. Apabila peningkatan
penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan berperan besar dalam peningkatan
derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
 Dapat melindungi pelaksana pelayanan dari kemungkinan munculnya gugatan hukum. Pada
saat ini, sebagai akibat dari meningkatnya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi
penduduk, kesadaran hukum masyarakat juga tampak semakin meningkat. Untuk melindungi
kemungkinan munculnya gugatan hukum dari masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan
kesehatan, tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali berupa menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang terjamin mutunya.
PRINSIP PROGRAM MENJAGA
MUTU
Prinsip-prinsip program menjaga mutu layanan kesehatan antara lain adalah sebagai berikut.
 1. Setiap orang dalam institusi harus dilibatkan dalam penentuan, pengertian, dan peningkatan
proses yang berkelanjutan dengan masing-masing kontrol serta bertanggung jawab dalam setiap
mutu yang dihasilkan oleh masing-masing orang.
 2. Setiap orang harus sepakat untuk memuaskan setiap pelanggan, baik pelanggan eksternal
maupun pelanggan internal.
 3. Peningkatan mutu dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah, yaitu dengan
menggunakan data untuk pengambilan keputusan, penggunaan metode statistik, dan
keterlibatan setiap orang yang terkait.
 4. Adanya pengertian dan penerimaan terhadap suatu perbedaan yang alami.
 5. Pembentukan team work. Baik itu dalam part-time teamwork, full-time teamwork ataupun
cross-functional team.
 6. Adanya komitmen tentang pengembangan karyawan (development of employees) melalui
keterlibatan dalam pemgambilan keputusan.
 7. Partisipasi dari setiap orang dalam kegiatan merupakan dorongan yang positif dan harus
dilaksanakan.
 8. Program pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai suatu investment atau modal dalam
rangka pengembangan kemampuan dan pengetahuan untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan.
 9. Supplier dan costumer diintegrasikan dalam proses peningkatan mutu.
KOMPONEN PROGRAM MUTU
Proses Quality Assurance dalam pelayanan kesehatan yang dikemukan oleh Lori di Prete
Brown seperti dikutip oleh Wijono terdiri dari 10 langkah proses quality assurance sebagai
berikut.
 1. Langkah 1 : Perencanaan quality assurance (Planning for quality assurance)
 2. Langkah 2 : Membuat pedoman dan menyusun standar-standar (Developing guidelines
and setting standards)
 3. Langkah 3 : Mengkomunikasikan standar dan spesifikasi (Communicating standards and
specifications)
 4. Langkah 4 : Monitoring mutu (Quality monitoring)
 5. Langkah 5 : Identifikasi masalah-masalah dan seleksi peluang-peluang untuk
peningkatan (Identifying problems and selecting opportunities for improvement)
 6. Langkah 6 : Mengidentifikasi secara operasional permasalahan (Defining the problem
operasionally)
 7. Langkah 7 : Memilih suatu tim (Choosing team)
 8. Langkah 8 : Menganalisis dan mempelajari masalah untuk identifikasi akan masalah
penyebabnya (Analyzing and studying the problem to identify its roots causes)
 9. Langkah 9 : Membuat solusi-solusi dan kegiatan-kegiatan untuk peningkatan (Developing
solution and actions for improvement)
 10. Langkah 10 : Melaksanakan dan mengevaluasi upaya peningkatan mutu
(Implementating and evaluations quality improvement efforts)
KOMPONEN PROGRAM MUTU
 Quality assurance pada praktiknya akan berupa
siklus, yakni suatu proses sedemikian rupa jalannya
sehingga akan berulang. Dalam pelaksanaan quality
assurance haruslah dibentuk tim terlebih dahulu dan
bukan perseorangan.
 Bila komponen-komponen langkah siklus quality
assurance dikelompokkan, maka akan ada tiga
kelompok kegiatan, yaitu:
1. Mendesain mutu: merencanakan, menyusun standar,
dan mengkomunikasikan standar.
2. Monitoring mutu.
3. Memecahkan masalah mutu: menetapkan masalah,
identifikasi masalah, analisis masalah, dan
melaksanakan solusi.


KEGIATAN UTAMA MANAJEMEN
MUTU (PATRICE SPATH, 2009)
TERIMA KASIH
REFERENSI
 Utarini, Adi. 2011. Pidato Pengukuhan Guru Besar FK
UGM
 Wijono, Djoko. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan
Kesehatan, Teori, Strategi, dan Aplikasi
 Azwar, Azrul.2007. Pengantar Administrasi Kesehatan.
 Machmud, Riznanda. 2008. Manajemen Mutu Pelayanan
Kesehatan.
 Donabedian, Avedis. 2003. An introduction to quality
assurance in health care. New York
 Kelly, Diane L. 2006. Applying quality management in
healthcare : a systems approach. Chicago
 Spath, Patrice. 2009. Introduction to healthcare quality
management . Chicago
 Elizabeth R. Ransom, et.all . 2008. The healthcare quality
book : vision, strategy, and tools 2nd ed.Chicago

Potrebbero piacerti anche