Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
net/publication/326961115
CITATIONS READS
0 4,459
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Muhammad Ilham Aldika Akbar on 10 August 2018.
Oleh :
Margaretha Claudhya Febryanna, dr.
Narasumber:
M. Ilham Aldika Akbar, dr., SpOG(K)
Dr. Agus Sulistyono, dr., SpOG(K)
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR SINGKATAN
USG : Ultrasonografi
MTHF : Metiltetrahidrofolat
NTD : Neural Tube Defects
DHFR : Dihidrofolat Reduktase
THF : Tetrahidrofolat
RFC :Reduced Folate Carrier
FR :Reseptor Folate
PCFT :Proton-Coupled Folate Transporter
DNA : Deoxyribonucleic Acid
AMH : Anti Mullerian Hormone
SGA . : Outcome Small Of Gestational Age
NNT : Number Needed To Treat
KMK : Kecil Masa Kehamilan
IUGR : Intrauterine Growth Restriction
IVF : In Vitro Fertilization
GABA :Gamma-Aminobutyric Acid
v
BAB I
PENDAHULUAN
Asam folat adalah bentuk sintetis dari folat yang merupakan salah satu
bagian dari vitamin B, yaitu B9 (Goetzl, 2017). Defisiensi asam folat merupakan
kadar asam folat di bawah normal, yaitu folat serum < 3 ng/ml dan folat eritrosit <
130 ng/mL (Mayes, 2007). Defisiensi folat ini dapat terjadi karena akibat
langsung dari kurangnya konsumsi harian, absorbsi yang buruk dari folat yang
dimakan serta peningkatan penggunaan (misalnya saat beraktivitas fisik,
kehamilan); dapat pula disebabkan oleh kondisi liver patologis dan gangguan
metabolisme folat oleh karena defek genetik atau interaksi obat (Scaglione, 2014).
Secara umum kebutuhan asam folat pada wanita hamil meningkat dari
normal. Kebutuhan asam folat pada wanita usia subur dan ibu hamil sekitar 400-
600 mikrogram per hari (0,4-0,6 mcg/hari). Asam folat sangat berperan penting
pada fase awal pembentukan janin, yaitu pada fase pembentukan sistem saraf
pusat. Pada pasien yang ingin hamil, perlu dilakukan edukasi prekonsepsi
mengenai konsumsi asam folat selama kehamilan. Suplementasi asam folat
perikonsepsi dapatmenurunkan angka kejadian anemia dalam kehamilan,
menurukan resiko untuk terjadinya preeklamsia bagi ibu dan menurunkan angka
terjadinya neural tube defects (Goetzl, 2017), menurunkan efek teratogenik pada
janin bagi ibu dalam pengobatan anti kejang, mencegah terjadinya hambatan
pertumbuhan janin, dan menurunkan risiko terjadinya autisme (Moussa, H. N., et
al, 2016).
Penambahan asam folat pada masa kehamilan sangat penting selain dapat
mencegah terjadinya kecacatan pada bayi, dapat juga mengurangi berbagai risiko
yang terjadi misalnya preeklampsia. Angka kecukupan sehari asam folat di
Indonesia yang dianjurkan bagi ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari
(Sutrisminah dan Nasriyah, 2011).
1
2
Fisiologi Kehamilan
3
4
Hasil konsepsi diliputi oleh vili koriales dan berpangkal pada korion.
Bila nidasi terjadi, barulah terjadi diferensiasi sel blastula (Cunningham,
2014).
Nidasi trofoblas akan menghasilkan hormon human chorionic
gonadotropin yang meningkat produksinya kurang lebih hari ke-60
kehamilan. Hormon ini berfungsi untuk mempengaruhi pertumbuhan corpus
luteum dan menghasilkan progesteron sampai plasenta mampu menghasilkan
progesteron sendiri. Human chorionic gonadotropin dapat ditemukan dalam
urine wanita hamil dan sebagai pertanda kehamilan (Cunningham, 2014).
Pertumbuhan embrio terjadi dari embryonal plate yang selanjutnya
terdiri atas tiga lapisan, yaitu sel ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
Pertumbuhan berjalan terus sehingga timbul ruangan intervillair dimana vili
korialis seolah-olah terapung diantara ruangan tersebut sampai terbentuknya
plasenta. Sebagian dari vili korialis tetap melekat pada decidua. Decidua yang
tidak dihancurkan oleh plasenta membentuk septa plasenta pada bagian
maternal plasenta (Cunningham, 2014; Prawirohardjo, 2009).
Darah ibu dan janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin
dan lapisan korion. Plasenta tersebut dinamakan plasenta jenis hemokorial.
Sel decidua yang tidak dihancurkan sel trofoblas akhirnya membentuk lapisan
fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch. Ketika melahirkan, plasenta terlepas
dari endometrium pada lapisan Nitabuch (Cunningham, 2014; Prawirohardjo,
2009).
dampak berat apabila terjadi pada gestasi kurang dari 12 minggu, terlebih
pada minggu ke-3 (Cunningham, 2014; Prawirohardjo, 2009).
Berikut ini akan diungkapkan secara singkat hal-hal yang utama
dalam perkembangan organ dan fisiologi janin (Prawirohardjo, 2009).
Tabel 2.1 Perkembangan fungsi organ janin
Usia Gestasi Organ
6 Pembentukan hidung, dagu, palatum dan tonjolan paru. Jari-jari
telah terbentuk, namun masih tergenggam. Jantung telah terbentuk
penuh.
7 Mata tampak pada muka. Pembentukan alis dan lidah.
8 Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genitalia eksterna.
Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai terbentuk.
9 Kepala meliputi separu besar janin, terbentuk ‘muka’ janin;
kelopak mata terbentuk namun tak akan membuka sampai 28
minggu.
13-16 Janin berukuran 15 cm/ini merupakan awal dari trimester ke-2.
Kulit janin masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo (rambut
janin). Janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air
ketuban. Telah terbentuk mekoneum (feses) dalam usus. Jantung
berdenyut 120-160/menit.
17-24 Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh
diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai refleks.
25-28 Saat ini disebut permulaan trimester ke-3, dimana terdapat
perkembangan otak yang cepat. Sistem syaraf mengendalikan
gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah terbuka. Kelangsungan
hidup pada periode ini sangat sulit bila lahir.
29-32 Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50-70%).
Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan napas telah regular,
suhu relatif stabil.
33-36 Berat janin 1500-2500 g, Bulu kulit janin (lanugo) mulai
berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan
dapat hidup tanpa kesulitan.
6
kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan
merasa lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan pertama kehamilan kandung
kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar (Cunningham, 2014).
menipis. Batas antara segmen atas yang tebal dan segmen bawah yang tipis
disebut lingkaran retraksi fisiologis (Cuningham, 2014).
Pada trimester III volume darah semakin meningkat. Hemodilusi mencapai
puncaknya pada umur kehamilan 32-34 minggu, volume plasma bertambah
sebesar 40-45%. Selama kehamilan, dengan adanya peningkatan volume darah
pada hampir semua organ dalam tubuh, terlihat adanya perubahan yang signifikan
pada sistem kardiovaskuler (Pilay, 2016).
Pada ibu hamil akan terjadi peningkatan aliran darah ke otak, uterus,
ginjal, payudara dan kulit. Peningkatan ini artinya sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan fetus. Volume darah merah dan plasma juga
meningkat selama kehamilan seiring dengan peningkatan curah jantung.
Pembentukan darah merah juga meningkat seiring dengan meningkatnya
kebutuhan dasar sebesar 30%-33%. Hal ini membutuhkan banyak bahan-bahan
pembentukan sel darah merah seperti zat besi, asam folat, dan lainnya pada ibu
hamil. Peningkatan kebutuhan ini cenderung mengakibatkan anemia pada ibu
hamil, dimana Hb dan hematokrit akan menurun (Karatepe, 2014).
Hipervolemia selama kehamilan mempunyai fungsi untuk menyesuaikan
pembesaran uterus terhadap hipertrofi sistem vaskular, melindungi ibu dan janin
terhadap efek yang merusak dari arus balik vena dalam posisi terlentang dan
berdiri dan menjaga ibu dari efek kehilangan darah yang banyak pada saat
persalinan. Terjadi suatu “autotranfusi” dari sistem vaskularisasi dengan
mengompensasi kehilangan darah 500-600 ml pada persalinan pervaginam
tunggal atau 1.000 ml pada persalinan dengan seksio sesaria atau persalinan
pervaginam gemelli. Volume darah ini akan kembali seperti sediakala pada 2-6
minggu setelah persalinan (Karatepe, 2014).
ASAM FOLAT
3.1 Biokimia
Folat merupakan istilah umum untuk kelompok senyawa termasuk
asam folat dan turunannya yang terdiri dari 5-metiltetrahidrofolat (5-MTHF),
5-formiltetrahidrofolat (5-FTHF atau asam folinik), 10-formil-THF, dan 5,10-
methilen-THF. Asam folat bersifat sintetis, yang merupakan senyawa asal dari
kelompok ini. Asam folat ini terdiri dari dua bagian utama yaitu kelompok
pteroyl yang berhubungan dengan asam glutamik residu (Gambar 1A)
(Scaglione, 2014).
Asam folat (vitamin B9) adalah asam pteroylglutamic, bagian
pteridine yang terhubung melalui asam p-aminobenzoat ke L-glutamat.
Vitamin ini banyak ditemukan pada tanaman dan pada sel darah manusia
sebagai poliglutamat, biasanya mengandung tiga sampai tujuh residu asam
glutamate yang dihubungkan oleh gammapeptida obligasi. Usus halus
manusia mengandung enzim folat konjugase yang diperlukan untuk hidrolisis
dan penyerapan poliglutamat. Penyerapan bersifat aktif dalam duodenum dan
jejunum (Mayes, 2007).
Asam folinik merupakan turunan 5-formil dari THF (Gambar 1B).
Tidak seperti folat sintetis, asam folinik secara alami ditemukan pada
makanan. Ia dapat diubah menjadi THF tanpa memerlukan aksi dari enzim
dihidrofolat reduktase (DHFR). 5-MTHF (Gambar 1C) merupakan bentuk
folat yang aktif secara biologis dan merupakan bentuk yang paling banyak
ditemukan pada plasma dan menggambarkan >90% folat dan merupakan
metabolit aktif yang predominan pada asam folat yang dikonsumsi (Scaglione,
2014).
9
10
Gambar 3.1 Struktur kimia asam folat dan derivatnya (A), asam folinic (B), L-5-
metiltetrahidrofolat (C) (Scaglione, 2014)
folat merupakan vitamin yang larut dalam air dan diekskresikan melalui urin
(Moore, 2015).
MTHFR merupakan hal yang krusial dimana regulasi dari ketersediaan 5-methyl-
THF yang diperlukan untuk sintesis methionin. Methionin dimetabolisme menjadi
S’-adenosyl methionine yang bekerja sebagai donor metil mendasar pada berbagai
reaksi termasuk metilasi DNA, histone dan protein lain. Reaksi metilasi ini
memainkan peranan yang penting dalam perkembangan, ekspresi gen dan
stabilitas genomik. Sikus methionin ini sangat sensitif terhadap status folat yang
inadekuat. Ketika status folat buruk, maka kemampuan dari sel untuk remetilasi
homosistein selular terganggu yang kemudian menyebabkan peningkatan kadar
homosistein plasma, makadari itu, kadar homosistein plasma merupakan indikator
tidak langsung dari kadar folat (Scaglione,2014).
Gambar 3.3 Jalur metabolisme folat intraselular yang terdiri dari siklus metabolik yang
saling berkaitan (Stehouer, 2005 dalam Scaglione, 2014).
gerak. Oleh karena itu, pemberian suplementasi asam folat diberikan untuk wanita
yang sedang mempersiapkan kehamilan. Semua wanita yang berada dalam usia
reproduktif (12-45 tahun) yang masih memiliki kemungkinan untuk hamil
disarankan untuk mengkonsumsi asam folat dalam suplementasi multivitamin
dalam kunjungan kesehatanya (Moore,2015).
3.4 Sumber
Folat dapat ditemukan dalam beberapa macam makanan, termasuk dalam
daging merah, sayuran hijau, kacang-kacangan, telur, dan susu. Sedangkan, asam
folat tersedia dalam bentuk multivitamin atau dalam suplemen tunggal. Folat yang
terkandung dalam makanan memiliki sifat yang kurang stabil yang tidak tahan
terhadap penyimpanan dan proses pemasakan, sehingga bentuk sintetisnya yaitu
asam folat sering digunakan sebagai suplemen dan tambahan pada makanan
seperti dalam tepung, pasta, roti, atau sereal (Goetzl, 2017; Crider, 2011).
Folat dan asam folat dimetabolisme secara aktif dan hasil reduksinya
berupa L-5-methyltetrahydrofolate (L-5-methyl-THFL). Bahan ini diabsorbsi
dalam mukosa saluran cerna (dan sebagian dalam liver). Konsumsi asam folat
secara rutin dapat meningkatkan konsentrasi folat dalam plasma dan sel darah
merah (Goetzl, 2017).
3.5 Kebutuhan
Pada keadaan normal, tubuh memerlukan 50 mikrogram asam folat tiap
hari. Jika dalam sehari asam folat yang diserap tubuh kurang dari 50 mikrogram,
maka dalam empat bulan kedepan dapat terjadi defisiensi asam folat. Kebutuhan
asam folat akan meningkat selama kehamilan, mencapai 800 mikrogram hingga 1
mg per harinya (Sutrisminah dan Nasriyah, 2011).
15
16
17
Asam folat dalam bentuk asupan makanan maupun suplemen oral prenatal
telah menunjukkan penurunan atau meminimalisir anomali kongenital spesifik
seperti yang meliputi defek tabung saraf dengan hidrosefalus, cleft fasial oral
dengan atau tanpa cleft palatum, penyakit jantung kongenital, anomali saluran
urinari dan defek anggota gerak, begitu pula dengan beberapa kanker pediatrik
(Radityo, 2016). Penggunaan suplemen asam folat selama kehamilan meluas di
18
dunia karena dari prekonsepsi hingga akhir trimester pertama digunakan untuk
mencegah terjadinya defek tabung saraf, dan pada kehamilan trimester akhir
dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi folat (Gambar 4)
(Pentieva, 2016; Moore dkk, 2015).
dan (OR 0,78, 95% CI 0,72-0,84) untuk berat badan lahir dibawah persentil 5
(Hodgetts, 2014).
0,78; 95% CI 0,66–0,91; P <0,01) untuk berat badan lahir dibawah persentil 5.
Hal ini berhubungan dengan number needed to treat (NNT) dari 15 (berat badan
lahir dibawah persentil 10) dan 24 (berat lahir dibawah persentil 5). Efek
menguntungkan hilang jika suplementasi dimulai saat postkonsepsi dalam analisis
yang disesuaikan (Hodgetts, 2014).
Tabel 4.1 Pemberian asam folat pada masa prekonsepsi dan postkonsepsi dengan kejadian
SGA dengan dosis folat sebesar 400 mikrogram (Hodgetts, 2014).
kembar. Karier mutasi T memiliki FSH rekombinan aktif dengan kadar total yang
lebih tinggi, menurunkan konsentrasi estradiol maksimum, dan jumlah
pengambilan kembali oosit. Penurunan konsentrasi estradiol maksimum
dapatmenurunkan tingkat kegagalan implantasi (Thaler, 2014). Tingkat
keberhasilan IVF (In Vitro Fertilization) meningkat pada wanita yang
mengkonsumsi folat dosis tinggi. Pada sebuah studi prospektif, wanita yang
mengikuti program IVF dan mendapatkan asam folat 800 mikrogram/hari,
dikaitkan dengan probabilitas kelahiran hidup yang lebih tinggi karena tingkat
pembuahan yang lebih tinggi, peningkatan kelangsungan hidup embrio, dan
tingkat implantasi yang lebih tinggi (Hill J.A, 2014).Pada pasien infertilitas yang
menjalani program IVF/ ICSI, korelasi yang jelas ditemukan antara konsentrasi
folat plasma dan kejadian kehamilan kembar diskorionik (Thaler, 2014).
itu, pemberian asam folat > 500 gram/hari pada trimester tiga kehamilan dapat
meningkatkan risiko eksim pada 12 bulan (Mcstay et al., 2017).
BAB V
Defisiensi asam folat terjadi jika kadar asam folat di bawah normal, yaitu
folat serum < 3 ng/ml dan folat eritrosit < 130 ng/mL (Mayes, 2007). Defisiensi
folat ini dapat terjadi karena akibat langsung dari kurangnya konsumsi harian,
absorbsi yang buruk dari folat yang dimakan serta peningkatan penggunaan, dapat
pula disebabkan oleh kondisi liver patologis dan gangguan metabolisme folat oleh
karena defek genetik atau interaksi obat (Scaglione, 2014). Kurangnya konsumsi
harian dapat terjadi pada bayi dan anak-anak serta orang tua. Malabsorbsi dari
asam folat dapat terjadi pada tropical sprue, blind loop syndrome, stetorrhea,
malabsorbsi folat kongenital, reseksi jejunum, dan penyakit Crohn. Peningkatan
kebutuhan asam folat dapat terjadi pada kehamilan, laktasi prematuritas, anemia
hemolitik, keganasan, inflamasi kronik, hipertiroidisme. Defisiensi enzim bawaan
yang merupakan defek genetik dapat berupa defisiensi enzim dihidrofolat
reduktase, dan 5-metil THF transferase (Tangkilisan, 2002). Sedangkan
kekurangan asam folat atau defisiensi asam folat dapat disebabkan oleh tiga
kondisi, yaitu asupan kurang, malabsorbsi, atau methylenetetrahydrofolate
reductase polymorphisms (Goetzl, 2017).
Asupan kurang dapat terjadi pada kasus diet rendah karbohidrat karena
sumber karbohidrat (misal: roti atau pasta) terbuat dari gandum yang telah
difortifikasi. Selain itu, dapat pula terjadi pada diet makanan organik. Makanan
organik ini biasanya sudah tidak didapatkan kandungan asam folat didalamnya.
Asupan yang kurang dapat diderita pada pasien dengan kelainan pola makan
(anoreksia atau bulimia) (Goetzl, 2017).
Peningkatan kebutuhan metabolik yang meningkat pada kehamilan
disebabkan oleh tingkat kecepatan pertumbuhan dan perkembangan selular fetal
dan maternal dimana folat memediasi transfer unit satu karbon yang terlibat dalam
biosintesis nukleotid dan reaksi metilasi biologis serta memiliki peranan penting
dalam sintesis, stabilisasi, perbaikan dan metlasi DNA. Kekurangan asupan folat
selama kehamilan berhubungan dengan kehamilan yang buruk dan anemia
megaloblastik serta defek tabung saraf (Plumptre, 2015).
25
26
NIH pada tahun 2017 membagi NTD menjadi spina bifida, anensefali,
ensefalokel, dan inensefali. Spina bifida merupakan tipe NTD yang terbanyak.
Kelainan ini disebabkan oleh neural tube yang tidak menutup secara sempurna.
kelainan yang ditimbulkan bersifat lower motor neuron. Bayi yang lahir dengan
kelainan ini biasanya akan mengalami kelumpuhan pada ekstremitas bawah
sehingga menyebabkan masalah saat berjalan. Selain itu, dapat pula
mempengaruhi sistem otonomi sehingga terjadi gangguan saat berkemih dan
defekasi. Banyak balita yang terlahir dengan spina bifida memiliki kecerdasan
seperti anak seumurannya (NIH, 2017).
NTD merupakan kelainan kongenital terbanyak kedua dan menyebabkan
disabilitas pada 70.000 dan 100.000 individu di Amerika Serikat.
Myelomeningocele (spina bifida) ada jenis terbanyak pada NTD (McLone dan
Bowman, 2016).
Spina bifida dapat dibagi menjadi 3. Spina bifida okulta adalah bentuk
yang paling ringan dan sering terlewatkan. Kelainan ini memiliki celah kecil di
tulang belakang, tetapi tidak ada kantung atau bukaan. Akibatnya, sering disebut
spina bifida “tersembunyi”. NTD tertutup terbentuk akibat malformasi pada
lemak, tulang, atau membrane. Kelainan ini hampir tidak menimbulkan gejala,
tetapi sebagian kasus didapatkan kelemahan pada anggota gerak bawah. Pada
kasus lain, dapat pula terbentuk benjolan kecil pada tulang belakang (NIH, 2017).
Meningokel adalah kantong cairan yang mengalami protusi melalui celah
pada punggung, tetapi tidak termasuk spinal cord. Kelainan ini dapat
menimbulkan gangguan yang berat. Myelomeningokel merupakan bentuk
kelainan yang terberat dan yang paling banyak ditemukan. Tulang pada kolumna
spinalis tidak terbentuk secara sempurna sehingga korda spinalis dan jaringan
yang menutup korda spinalis muncul melalui lubang yang terbentuk. Kondisi ini
menimbulkan kelumpuhan total atau sebagian, disfungsi berkemih. Selain itu,
dapat pula disertai hidrosefalus (NIH, 2017).
Anensefali lebih berat daripada spina bifida, tetapi jarang ditemukan.
Kondisi ini timbul akibat kegagalan penutupan neural tube bagian atas.
Janindengan kelainan ini memiliki sebagian kecil dari otak, atau tidak memiliki
otak dan lapisannya, atau kehilangan beberapa bagian dari tulang tengkoraknya.
29
Bayi yang lahir dengan kondisi ini biasanya terjadi ketulian atau buta atau tidak
dapat merasakan sakit, tetapi sebagian besar meninggal beberapa saat setelah lahir
(NIH, 2017).
NTD bentuk jarang, timbul akibat kegagalan penutupan dekat otak dan
sebagian tengkorak terbuka. Otak dan lapisan otak dapat protusi melalui lubang
tersebut, sehingga terbentuk sac-like bulge. Biasanya kelainan ini dapat disertai
kelainan lain, antara lain hidrosefalus, kelumpuhan anggota gerak atas dan bawah,
keterlambatan tumbuh kembang, kejang, gangguan penglihatan, abnormalitas
bentuk wajah, atau ataxia (NIH, 2017).
Anensefali merupakan jenis yang paling jarang ditemukan dan
menimbulkan gangguan paling berat. Kelainan ini dapat didiagnosis saat kepala
bayi ditekuk kebelakang. Tulang belakang sangat terdistorsi. Seringkali, bayi
tidak memiliki leher, dengan kulit wajah terhubung ke dada dan kulit kepala
terhubung ke belakang. Selain itu, biasanya dapat disertai dengan kelainan
kongenital lain. Bayi yang lahir dengan anensefali biasanya hanya bertahan
beberapa jam setelah dilahirkan (NIH, 2017).
Gambar5.1 Asal malformasi selama masa perkembangan janin (Greene & Copp, 2014)
30
Metionin merupakan salah satu asam amino esensial yang dalam tubuh
akan dikonversi menjadi S-adenosilmetinoin oleh enzim methionine adeno
sitrasferase. S-adenosilmetinoin akan melepaskan gugus metilnya menjadi S-
adensolhomosistein, yang kemudian akan dihidrolisis menjadi homosistein. Bila
terjadi defisiensi folat, proses remetilasi homosistein terganggu, sehingga
homosistein tidak dapat diubah menjadi metionin. Akhirnya, berakibat terjadinya
peningkatan kadar homosistein di dalam darah. Kelompok wanita yang pernah
mengalami kehamilan dengan NTD mempunyai kadar homosistein total plasma
yang lebih tinggi daripada kelompok lain. Peningkatan kadar homosistein total
plasma juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular.
Hiperhomosistein pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya trombus pada
arteri spiralis endometrium dan myometrium yang berakibat infark dan
insufisiensi plasenta. Mutasi gen pengatur metabolisme homosistein menyebabkan
kelainan pembuluh darah koroner (Tangkilisan dan Rumbajan, 2002).
Perkembangan optimal dan fungsi dari sistem saraf pusat yang imatur
sangat bergantung pada kadar B6 maternal yang adekuat. Kurangnya vitamin ini
selama kehamilan dan laktasi dapat menginduksi gangguan neurologis bagi
keturunannya dan dapat menyebabkan perubahan luas dari kadar neurotransmiter
pada sistem saraf pusat tikus dengan menurunkan pemberian sinyal gamma-
aminobutyric acid (GABA) nergik, serotonergik, glutamatergik dan dopaminergik.
Terlebih lagi, defisiensi vitamin B6 dapat menyebabkan abnormalitas lokomotor
dan gangguan prilaku belajar pada keturunannya seperti hiperaktif, kejang,
ataksia, dan penyakit neuropsikiatrik. Walaupun terdapat peningkatan bukti
mengenai defisiensi vitamin B6 dengan gangguan metabolik dan neurokimia pada
otak yang sedang berkembang, mekanisme molekular yang mendasari perubahan
neurologis ini belum sepenuhnya diketahui (Almeida, 2016).
Defisiensi dari vitamin B12 sangat sering ditemukan pada wanita dalam
usia reproduktif, khususnya diantara populasi yang memiliki konsumsi terbatas
terhadap makanan yang bersumber dari binatang. Sebagai tambahan dalam
peningkatan kebutuhan selama kehamilan dan menyusui, faktor risiko lain dari
gangguan kadar vitamin B12 adalah malabsorbsi dan infeksi diare. Gangguan
vitamin B12 selama kehamilan berhubungan dengan peningkatan risiko defek
lahir dan berbagai komplikasi kehamilan yang sering (Siddiqua, 2015).
33
Manifestasi klinis dari defisiensi vitamin B12 bersifat heterogen dan dapat
pula berbeda bergantung pada tingkat dan durasi defisiensi. Defisiensi ringan
bermanifestasi sebagai kelelahan dan anemia, dengan petunjuk adanya defisiensi
B12 namun tidak disertai dengan karakteristik neurologis. Defisiensi sedang dapat
berupa anemia makrositik dengan glositis dan beberapa gejala neurologikal ringan
seperti gangguan sensorik distak. Defisiensi berat menunjukkan tanda penekanan
sumsum tulang, tanda jelas fitur neurologis, dan risiko kardiomiopati. Namun,
penting untuk mengenali bahwa fitur klinis dari defisiensi dapat bermanifestasi
tanpa anemia dan juga tanpa kadar serum vitamin B12 yang rendah. Pada kasus
ini penanganan tetap harus diberikan tanpa penundaan (Hunt, 2014).
34
KESIMPULAN
Asam folat merupakan vitamin larut air yang berperan penting dalam
memfasilitasi transfer unit satu-karbon dalam reaksi yang diperlukan dalam
sintesis purin dan pirimidin yang merupakan prekursor asam nukleat, untuk
metabolisme methionin, serine, glisin dan histidin serta pembentukan agen
metilasi yang diperlukan untuk metabolisme normal dan regulasi gen. Pemberian
suplementasi asam folat diindikasikan bagi wanita dalam masa produktif dalam
mempersiapkan kehamilan. Folat dapat ditemukan dalam beberapa macam
makanan, termasuk dalam daging merah, sayuran hijau, kacang-kacangan, telur,
dan susu. Angka kecukupan sehari asam folat yang dianjurkan bagi ibu hamil
adalah 400 mikrogram per hari.
Asam folat sangat berperan penting pada fase awal pembentukan janin,
yaitu pada fase pembentukan sistem saraf pusat. Peningkatan kebutuhan
metabolik yang meningkat pada kehamilan disebabkan oleh tingkat kecepatan
pertumbuhan dan perkembangan selular fetal dan maternal. Telah dilaporkan
adanya penurunan insiden rekurensi NTD pada ibu hamil, walaupun beberapa
penelitian menyebutkan konsumsi asam folat saat hamil dapat meningkatkan
risiko alergi susu sapi, dermatitis atopi, serta asma. Sebaliknya,banyak penelitian
lain tidak menemukan adanya hubungan pemberian suplementasi asam folat
dengan kejadian risiko tersebut.Kekurangan asupan folat selama kehamilan dapat
menghasilkan luaran kehamilan yang buruk, anemia megaloblastik pada ibu serta
kecacatan janin.
35
DAFTAR PUSTAKA
Akkoca AN, Ozdemir ZT, Kurt R, Sen BB, Yengil E., et al. 2014. The
Physiological Changes in Pregnancy and Their Distribution According to
Trimester. Journal of Gynecology and Obstetrics. Vol 2, No. 6, 2014, pp.86-
90. Doi : 10.11648/j.go.20140206.12
Almeida MR, Mabasa L, Crane C, Park CS, et al. 2016. Maternal vitamin B6
deficient or suplemented diets on expression of genes related to
GABAergik, serotonergik, or glutamatergik pathways in hippocampus of rat
dams and their offspring. Mol. Nutr.Food Res, 2016,0, 1-10
Ars CL, Nijs IM, Marroun HE, et al: Prenatal folate, homocysteine and vitamin
B12 levels and child brain volumes, cognitive development and
psychological functioning: the Generation R Study. Br J Nutr 22:1, 2016
Bielak MJ, Isman Carly, Schroder TH, Li W, et al. 2017. South Asian Ethnicity is
Related to the Highest Risk of Vitamin B12 Deficiency in Pregnan
Canadian Women. Nutrients 2017, 9, 317; doi:10.3390/nu9040317
Centers for Disease Control and Prevention: Spina bifida and anencephaly before
and after folic acid mandate—United States, 1995–1996 and 1999–2000.
MMWR 53(17):362, 2004
Crider KS, Bailey LB, Berry RJ. 2011. Folic Acid Food Fortification—It’s
History, Effect, Concerns, and Future Directions. Nutrients 2011, 3, 370-
384; doi:10.3390/nu3030370
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, et al. 2014. Williams
Obstetrics, 24th Edition, New York: Mc Graw Hill. Section 3: Placentation,
Embryogenesis, and Fetal Development, p80-127
36
37
Czeizel AE, Dudas, et al. 1992. Prevention of the first occurrence of neural-tube
defects by periconceptional vitamin supplementation. N England J Med.
1992. Dec 24;327(26):1832-5
Gernand AD, Schulze KJ, Stewart CP, West KP, Christian Paul. 2016.
Micronutrient deficiencies in pregnancy worldwide: health effects and
prevention. Nat. Rev. Endocrinology.2016. 12,274-289
Greene ND, Copp AJ. 2014. Neural tube defects. Annu Rev Neurosci. 2014;37-
:221-42. Doi: 10.1146/annurev-neuro-062012-170354
Hill, J.A. 2014. “Folate supplements increase IVF success”. Fertility Centers of
New England. Dilihat tanggal: 2 April 2018.
https://www.fertilitycenter.com/fertility_cares_blog/folate-supplements-
increase-ivf-success/
Kalhan, S.C. 2013. ”One carbon metabolism, fetal growth, and long term
consequences”. Nestle Nutrition Institution Workshop, Ed. 74, pp. 127-138.
doi: 10.1159/000348459. Dilihat tanggal: 26 Maret 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4118836/
Mayes PA, Botham KM. 2007. Harper’s illustrated biochemistry. 26th ed. New
York: Mac Graw Hill. p. 111-21.
McStay, C.L., S.L. Prescott, C. Bower, D.J. Palmer. 2017. “Maternal folic acid
supplementation during pregnancy and childhood allergic disease outcomes:
a question of timing”. Nutrients. Ed. 9, Vol. 2, pp. 123. doi:
10.3390/nu9020123. Dilihat tanggal: 22 Maret 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5331554/
Meo SA, Hassain A. 2016. Metabolic Physiology in Pregnancy. J Pak Med Assoc.
Nov 2016. Vol 66, No.11 (Suppl. 1).
Moore A, Mundle W, Connor DO, Ray J, Hof MV., 2015. Pre-conception Folic
Acid and Multivitamin Supplementation for the Primary and Secondary
Prevention of Neural Tube Defects and Other Folic Acid-Sensitive
Congenital Anomalies. J Obstet Gynaecol Can 2015;37(6):534-549
Moore KL. 1993. The Developing Human, 5th ed. Philadelphia, WB Saunders, p.
156
Moussa, H. N., et al. 2016. Folic acid supplementation: what is new? Fetal,
obstetric, long-term benefits and risks. Dilihat tanggal 31 Juli 2018.
Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5137972/
Radityo AN, Kosim MS, Budhi K, Irawan G, Rini AE, 2016. Faktor Risiko
Kongenital Orofacial pada Neonatus. Media Medika Muda. 2016.Vol 1,
No.1
Schrier, S.L., 2017. “Clinical manifestation and diagnosis of vitamin B12 and
folate deficiency”. UpToDate. Dilihat tanggal: 4 Februari 2018.
https://www.uptodate.com/contents/clinical-manifestations-and-diagnosis-
of-vitamin-b12-and-folate-deficiency
Shane B. 2008. Folate and vitamin B12 metabolism: Overview and interaction
with riboflavin, vitamin B6, and polymorphisms. Food and Nutrition Bulletin,
USA. Vol.29, No. 2.
Siddiqua TJ, Ahmad SM, Ahsan KB, Rashid M, Roy A, et al. 2015. Vitamin B12
suplementation during pregnancy and postpartum improves B12 status of
both mothers and infants but vaccine response in mothers only: a
randomized clinical trial in Bangladesh. Eur J Nutr (2016) 55:281-293.
DOI: 10.1007/s00394-015-0845-x
Tangkilisan, H.A. dan D. Rumbajan. 2002. “Defisiensi asam folat”. Sari Pediatri.
Vol. 4, No. 1, pp. 21-25. Dilihat tanggal: 22 Maret 2018.
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/972
Woude PAZ, Walle HEK, Hoek A, Bos HJ, Boezen HM, et al., 2014. Maternal
high-dose folic acid during pregnancu and asthma medication in the
offspring. Pharmacoepidemiology and Drug Safety, 2014; DOI:
10.1002/pds.3652.