Sei sulla pagina 1di 12

Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013

Hal. 45-56

PELACAKAN FRAGMEN GEN PENYANDI ENZIM ß-KETOASIL-ACP


SINTASE II (KAS II) DARI MESOKARP KELAPA SAWIT (ELAEIS
GUINEENSIS JACQ. L.)

Yohanes Chandrawijaya1, Teuku Tajuddin2, Hermin Pancasakti K1,


Anto Budiharjo1

1. Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro,


Semarang. Telepon (024) 7474754; Fax (024) 76480690
2. Laboratorium Teknologi Gen, Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Puspitek
Serpong, Tangerang. Telepon (021) 7563120; Fax (021) 7560208
Email : yohanezchandra@yahoo.com

Abstract

The standard of quality is one of the determining values of crude palm oil as an
international trade commodity. Better standard of quality for crude palm oil is a constant
demand of the market. Quality improvement can be made by increasing the contents of oleic
acid in the mesocarp of E. guinensis. Among the uses of oleic acid are as follows: anti-
carcinogenic agent, anti-oxidant, source of pro-vitamin A, and source of Vitamin E. Oleic acid
is a form of non-saturated fatty acid encoded by KAS II genes. The expression profiling of
KAS II is achieved through isolation of total RNA by Trizol reagent, RNA purification, using
DNAse RNAse free, synthesis of cDNA using Reverse Transcriptation PCR approach, and
amplification of KAS II genes with Nested PCR approach. The amplification process of KAS II
genes is carried out using both internal and external primers. The first step of the external
primer PCR is F-KAS-1 and R-KAS-1. Internal primer of PCR in the second step is F-KAS-2
and R-KAS-2. The results of this research are fragments of KAS II genes between 1500–2000
bp. These amplicons are suitable with primers designed at the approximation of 1796 bp.
Selection of three amplicons at the annealing temperatures of 54oC, 55.9oC, and 58oC shows
good DNA band visualizations. Annealing at 58oC shows the best result with high intensity
DNA band and no smear. Further research is needed to determine the accuracy of the
amplicons through sequencing step.

Keywords: KAS II, Elaeis guineensis, annealing, Nested PCR, RT-PCR.

Abstrak

Standar mutu minyak sawit menjadi suatu daya saing ekonomi di pasar internasional.
Permintaan minyak sawit dunia dengan standar kualitas yang lebih baikpun semakin
meningkat. Upaya peningkatan mutu minyak sawit dilakukan dengan cara meningkatkan
kadar asam oleat pada mesokarp E. guineensis. Ragam manfaat asam oleat antara lain:
antikanker, antioksidan, provitamin A dan vitamin E. Asam oleat merupakan asam lemak tak
jenuh yang disandi oleh gen KAS II. Penelitian ini bertujuan untuk melacak fragmen gen KAS
II dari mesokarp E. guineensis. Pelacakan gen KAS II ditempuh dengan beberapa tahapan
yaitu isolasi RNA total dengan Trizol reagent, purifikasi RNA dengan DNAse RNAse free,
pembuatan cDNA melalui pendekatan Reverse Transcriptation PCR dan Amplifikasi gen KAS
II melalui pendekatan Nested PCR Amplifikasi gen KAS II menggunakan dua primer yaitu
eksternal dan internal. Primer eksternal pada PCR tahap pertama yaitu F-KAS-1 dan R-KAS-
1. Primer internal pada PCR tahap kedua yaitu F-KAS-2 dan R-KAS-2. Hasil penelitian
diperoleh fragmen gen KAS II pada kisaran 1500-2000 pb. Amplicon tersebut sesuai dengan
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 45-56

primer yang dirancang sebesar 1796 pb. Seleksi ketiga amplicon pada variasi suhu annealing
54oC, 55,9oC dan 58oC menunjukan visualisasi pita DNA yang baik. Suhu annealing 58oC
menghasilkan amplicon terbaik dengan visualisasi pita DNA berintensitas tebal tanpa smear.
Penelitian lanjutan diperlukan untuk menentukan akurasi amplicon melalui tahapan
sekuensing.

Kata kunci : KAS II, Elaeis guineensis, annealing, Nested PCR, RT-PCR

Pendahuluan Kualitas minyak sawit dapat


Kelapa sawit (Elaeis guineensis ditinjau dari kandungan asam lemak
Jacq. L.) merupakan tanaman jenuh dan tak jenuh. Tingginya
monokotil famili Palmae yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh (10-
kuantitas produksi minyak nabati 11% asam linoleat) pada minyak sawit
terbesar di dunia (Nakkaew et al., merupakan suatu keunggulan, karena
2010). Minyak sawit memiliki dengan komposisi demikian bersifat
keunggulan antara lain: sebagai stabil terhadap oksidasi maupun
sumber provitamin A (Kritchevsky et pemanasan tinggi. Tingginya
al., 1992). Minyak sawit juga kandungan asam palmitat sebagai
merupakan sumber tokoferol dan asam lemak jenuh dalam minyak sawit
vitamin E yang berfungsi sebagai sebesar 44-45% menjadi kendala
antioksidan (Tan, 1992). Minyak sawit dalam persaingan global dengan
juga berperan sebagai sumber kalori beberapa minyak nabati lain. Oleh
tinggi yang tidak mudah teroksidasi karena itu, untuk meningkatkan daya
(Siregar, 2006). Komoditi minyak sawit saing penjualan minyak kelapa sawit di
Indonesia merupakan salah satu pasar global diperlukan penyediaan
peluang ekspor untuk meningkatkan benih dengan potensi produksi yang
pendapatan dan devisa negara. tinggi dan peningkatan kandungan
Prospek lahan kelapa sawit di asam oleat (Budiani dan Purba, 2010).
Indonesia pada tahun 2005-2010 Enzim KAS II merupakan salah
mencapai 9,2 juta ha dengan kapasitas satu enzim kunci yang terlibat dalam
produksi hingga 21 juta ton/tahun. jalur pembentukkan asam lemak tak
Perolehan produksi minyak sawit di jenuh khususnya asam oleat (Budiani,
Indonesia menyokong hampir 2005). Industri kelapa sawit
setengah total produksi minyak sawit berpeluang untuk mendapat nilai
dunia sebesar 45 juta ton/tahun, tambah sebesar US$ 1.500/ha tiap
sehingga Indonesia dinobatkan sebagai tahun apabila kandungan asam
negara eksportir minyak sawit terbesar oleatnya lebih dari 65% (Madon et al.,
di dunia. Hingga tahun 2010, 2005).
pencapaian produksi minyak sawit Salah satu upaya yang dapat
dunia mencapai 29.210 juta ton, digunakan untuk meningkatkan
sehingga belum mampu mencukupi produksi asam oleat dapat diawali
konsumsi minyak sawit dunia sebesar melalui teknik rekayasa genetika yaitu
154.109 juta ton. Peningkatan pelacakan fragmen gen ß-ketoasil-ACP
kuantitas produksi minyak sawit sintase II (KAS II) dari mesokarp E.
diperlukan untuk mencukupi konsumsi guineensis. Penelitian tersebut
minyak sawit dunia (Teoh, 2010; USDA dianggap perlu karena keterbatasan
2010). ekspresi gen KAS II pada jaringan
penghasil minyak mesokarp E.
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 45-56

guineensis (Utomo, 2006). Publikasi tip, tip filter, spectrophotometer


penelitian genetika dalam lingkup nanodrop, parafilm, microwave, heat
kelapa sawit juga diharapkan dapat block, vacuum pump, desicator, digital
digunakan sebagai rujukan untuk camera, refrigerator -20oC dan -70oC.
peningkatan kualitas kelapa sawit
transgenik (Cloonan et al., 2008; Hass Bahan
& Zody, 2010). Bahan yang digunakan adalah
Langkah penelitian awal dapat bahan tanaman dan bahan kimia.
dilakukan dengan cara mengisolasi Bahan tanaman berupa sampel
RNA total mesokarp E. guineensis, mesokarp buah kelapa sawit (Elaeis
purifikasi RNA, pembuatan cDNA guineensis) varietas Tenera yang
melalui pendekatan Reverse diambil dari lahan kelapa sawit BPPT
Transcriptation dan amplifikasi Nested Puspitek Serpong kawasan perbatasan
PCR. Penelitian ini bertujuan untuk Bogor.
melacak fragmen gen KAS II dari Bahan kimia yang digunakan
mesokarp E. guineensis varietas antara lain: Bahan isolasi RNA
Tenera yang berperan penting dalam Invitrogen Trizol Reagent Kits RNAse
biosintesis asam oleat. Hasil dari zap, RNAse inhibitor, alkohol 70%, tisu,
penelitian ini diharapkan sebagai dan nitrogen cair. Bahan purifikasi RNA
bahan rujukan untuk melanjutkan antara lain: DNAse RNAse free Thermo
penelitian pada proses kloning gen dan Scientific Kits dan sampel RNA (1
transformasi. Jangka panjang hasil μg/μl). Bahan pembuatan cDNA antara
penelitian berguna sebagai dasar lain: Transcriptor First Strand cDNA
rekayasa kelapa sawit transgenik yang Synthesis Roche Kits dan sampel RNA
memiliki kemampuan memproduksi (1 μg/μl).
minyak dengan kuantitas dan kualitas Bahan Elektroforesis gel agarose :
tinggi. agarose 1% (30 ml buffer TAE 1x dan
0,3 gr agarose), TAE buffer 0,5x, DNA
Metode Penelitian loading dye, gel red staining, DNA
marker aliquote pluss Ladder
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Cara Kerja Penelitian
Laboratorium Teknologi Gen, Balai a. Isolasi RNA Total dari Mesokarp E.
Pengkajian dan Penerapan Teknologi guineensis dengan Trizol Reagent
Puspitek Serpong Tangerang mulai Kits
Oktober 2012 hingga Desember 2012. Sampel mesokarp E. guineensis dari
mesokarp E. guineensis varietas
Tenera digunakan untuk tahap isolasi
Alat RNA total. Isolasi RNA total dengan
Alat yang digunakan dalam Trizol Reagent Kits menggunakan
penelitian antara lain: mortar porselen, metode Rhea (2011). Untuk
pestle, gelas beker, gelas ukur, labu mengendapkan RNA digunakan Trizol,
erlenmeyer, gunting, pinset, ice box, klorofom, isopropanol, DEPC treated
glove, masker, set elektroforesis, water. Uji kualitatif RNA dilakukan
microcentrifuge, tabung melalui elektroforesis gel agarose 1%
microcentrifuge, UV transluminator, yang ditambah dengan 0,7 μL gel red
neraca analitik, mesin PCR (Thermal staining pada tegangan 50 Volt. Uji
Cycler Analyzer), PCR tube, mikropipet, kualitatif dapat digunakan untuk
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 45-56

melihat parameter keberhasilan sebanyak 30x. Tahap PCR II memiliki


sementara dari isolasi RNA total kemiripan dengan perlakuan PCR I.
dengan kemunculan pita 28S dan 18S Perbedaan perlakuan yaitu terdapat
rRNA. Uji kuantitatif RNA dilakukan pada primer dan suhu PCR. Optimasi
melalui pengukuran konsentrasi dan suhu ulangan I: inisiasi denaturasi
kemurnian pada serapan panjang (96oC, 3 menit), denaturasi (96oC, 45
serapan gelombang 260 nm dengan detik), annealing (54oC, 30 detik),
280 nm menggunakan elongasi (72oC, 2 menit), final elongasi
spectrophotometer nanodrop (72oC, 7 menit). Optimasi suhu
(Sambrook & Russel, 2001). annealing pada ulangan II dan III
memiliki program suhu yang sama
b. Purifikasi RNA dengan DNAse dengan optimasi suhu annealing
RNAse free Thermo Scientific Kits masing-masing 55,9 oC dan 58oC.
Tahap purifikasi RNA melalui Siklus diulang sebanyak 30x.
resuspensi antara RNA (1 μg/μL)
dengan DNAse RNAse free Thermo Analisis Data
Scientific Kits dengan menggunakan Amplifikasi Gen KAS II metode
metode Wiame (2000) dan Fast Start Enzyme memiliki parameter
Zilienskiene (2012). keberhasilan dengan terbentuknya
visualisasi full length amplicon berkisar
c. Pembuatan cDNA dengan 1796 pb.
Transcriptor First Strand cDNA
Synthesis Kits melalui Pendekatan Hasil dan Pembahasan
Reverse Transcriptation PCR Tahap Isolasi RNA total dari
Tahap pembuatan cDNA mesokarp E.guineensis varietas Tenera
menggunakan metode Roche (2006) telah berhasil dilakukan. Hasil isolasi
beserta penggunaan Transcriptor First RNA total pada Gambar 1 dapat dinilai
Strand cDNA Synthesis Kits melalui dari segi kualitas dan kuantitas RNA.
pendekatan Reverse Transcriptation. Hasil pengamatan kualitas melalui
Sampel cDNA dapat disimpan pada visualisasi pita RNA terdapat
refrigerator suhu -20oC. keberadaan 3 pita ribosomal RNA yaitu
pita 28S, 18S dan 5S. Hal tersebut
d. Amplifikasi Gen KAS II dengan Fast sudah sesuai denganparameter
Start Enzyme melalui pendekatan keberhasilan isolasi RNA (Sambrook et
Nested PCR al., 1989; Soares & Bonaldo, 1998).
Tahap amplifikasi gen KAS II terdiri Keberadaan pita 5S tidak
dari dua tahap yaitu tahap PCR I mempengaruhi kualitas sampel RNA,
(primer eksternal) dan PCR II (primer sehingga tidak mengganggu proses
internal) (Roche, 2005). Konsentrasi pembuatan cDNA. Karakteristik
minimal cDNA yang digunakan untuk penggunaan Trizol pada isolasi RNA
kedua tahap PCR yaitu 0,1-0,2 μg/μL. total Elaeis sp dapat dilihat pada
Pengaturan suhu: inisiasi denaturasi Gambar 2. Kuantitas RNA dapat diukur
(96oC, 3 menit), denaturasi (96oC, 45 dari konsentrasi dan tingkat
detik), annealing (56oC, 30 detik), kemurniannya menggunakan
elongasi (72oC, 2 menit), final elongasi spectrophotometer nanodrop disajikan
(72oC, 7 menit). Siklus diulang pada Tabel 1.
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 45-56

Gambar 1. Visualisasi RNA total mesokarp E.guineensis

Gambar 2. Perbandingan hasil isolasi RNA total Elaeis guineensis dengan hasil isolasi
beberapa RNA Isolation Kits.

Kemunculan pita 5S pada memiliki rerata kemurnian mencapai


elektroforesis gel agarose disebabkan 1,81. Kemurnian yang telah diperoleh
oleh penggunaan Trizol RNA Isolation menunjukkan RNA tidak
Kits. Xiao et al. (2012) dan Tattersall et terkontaminasi oleh protein. Hal
al. (2005) memperkuat pernyataan tersebut sudah sesuai dengan
tersebut bahwa Trizol RNA Isolation kemurnian ideal RNA pada λ 260/280 yaitu
Kits memiliki karakteristik yang tak 1,8-2,0 (Fatchiyah, 2011). Sampel RNA
dapat mengelusi pita 5S, dikarenakan yang digunakan untuk tahap
jaringan tanaman berfamily palmae pembuatan cDNA yaitu sampel RNA 2.
memiliki kelimpahan polisakarida dan Penggunaan sampel tersebut
polifenolik pada bagian membran sel. dikarenakan sampel RNA 2 memiliki
Hasil pengamatan kuantitas RNA pada konsentrasi lebih besar dibandingkan
kedua sampel memiliki konsentrasi dan dengan sampel RNA 1.
kemurnian yang baik. Kedua sampel
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 45-56

Tabel 1. Hasil pengukuran konsentrasi dan kemurnian RNA total menggunakan


spectrophotometer nanodrop.

Sampel [RNA] ng/μL λ 260/280

RNA 1 2103,05 1,81


RNA 2 2387,75 1,81

Tahap purifikasi RNA merupakan purifikasi yang melibatkan


langkah pemurnian RNA dari beberapa larutan Purification Kits.
beberapa kontaminasi protein. Hasil Konsentrasi dan kemurnian RNA
pengukuran konsentrasi RNA pasca pada proses purifikasi disajikan
purifikasi adalah 801,75 ng/μL. pada Tabel 2. Kualitas kemurnian RNA
Perubahan konsentrasi sebelum dan pada λ 260/280 yang didapatkan setelah
sesudah proses purifikasi yaitu proses purifikasi yaitu 1,81. Hasil
2387,75 ng/μL menjadi 801,75 pengukuran kemurnian tersebut
ng/μL. Penurunan konsentrasi menunjukan bahwa RNA bebas dari
kontaminan.
tersebut diakibatkan oleh proses

Tabel 2. Hasil pengukuran konsentrasi dan kemurnian RNA total pasca purifikasi
menggunakan spectrophotometer nanodrop

Sampel [RNA] ng/μL λ 260/280


RNA pra purifikasi
2387,75 1,81
RNA pasca purifikasi
801,75 1,81

Upaya purifikasi RNA merupakan (1995) menyebutkan bahwa


tahapan penting menjaga kemurnian konsentrasi RNA yang baik untuk
RNA terhadap kontaminasi RNAse. pembentukan pustaka DNA berkisar ≥
Ribonuklease (RNAse) merupakan 250 ng. Kualitas RNA yang didapatkan
enzim yang dapat mendegradasi RNA pasca purifikasi mencapai 1,81.
(Holzmann et al., 2008). Purifikasi RNA Kualitas tersebut sudah memenuhi
diperlukan karena struktur kimia RNA standar kualitas RNA yang baik.
lebih rentan terhadap kontaminasi Amplifikasi Gen KAS II
RNAse dari lingkungan, jika menggunakan reaksi PCR sebanyak
dibandingkan dengan DNA. dua tahap. Tahap PCR I menggunakan
Tahap pembuatan cDNA primer eksternal yang terletak di
merupakan tahapan penting dalam bagian luar, sedangkan tahap PCR II
suatu pelacakan gen. Kualitas dan menggunakan primer internal yang
kuantitas RNA yang baik diperlukan terletak di bagian dalam penempelan
dalam pembuatan cDNA. Konsentrasi sisi template DNA. Letak urutan basa
RNA yang digunakan untuk proses primer pada template DNA E.
pembuatan cDNA yaitu sebesar 801,75 guineensis AF2204532 disajikan pada
ng/μL. Konsentrasi RNA sudah sesuai Gambar 3.
dengan penelitian Myers & Sigua
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 45-56

Gambar 3. Letak primer pada urutan basa E. guineensis AF2204532.

Gambar 4. Penjajaran primer eksternal F-KAS-1 dengan template DNA E. guineensis


AF2204532 menggunakan program Gen Doc.

Gambar 5. Penjajaran primer eksternal R-KAS-1 dengan template DNA E. guineensis


AF2204532 menggunakan program Gen Doc.

Gambar 6. Penjajaran primer eksternal F-KAS-2 dengan template DNA E. Guineensis


AF2204532 menggunakan program Gen Doc.
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 45-56

Gambar 7. Penjajaran primer eksternal R-KAS-2 dengan template DNA E. Guineensis


AF2204532 menggunakan program Gen Doc.

PCR tahap pertama menggunakan yang berukuran lebih pendek dari


sepasang primer eksternal yaitu F- produk PCR pertama.
KAS-1 dan R-KAS-1. Primer F-KAS-1 Hasil amplifikasi PCR tahap pertama
menempel pada urutan basa ke-22 dapat dilihat pada Gambar 8.
(Gambar 4), sedangkan R-KAS-1 Berdasarkan pengamatan pada proses
menempel pada urutan basa ke-1912 PCR tahap pertama belum
(Gambar 5). Perancangan primer tahap menunjukkan separasi DNA hasil
pertama akan menghasilkan amplicon amplifikasi. Hal tersebut menandakan
sebesar 1890 pb. PCR tahap kedua bahwa suhu annealing sebesar 56oC
menggunakan sepasang primer pada PCR tahap pertama belum
internal yaitu F-KAS-2 dan R-KAS-2. optimal dalam proses penempelan
Primer F-KAS-2 menempel pada urutan primer terhadap template DNA. Suhu
basa ke-66 (Gambar 6), sedangkan R- annealing yang digunakan pada PCR
KAS-2 menempel pada urutan basa ke- tahap pertama belum tepat untuk
1862 (Gambar 7). Perancangan primer proses annealing. Oleh karena itu
pada tahap pertama akan diperlukan upaya optimasi suhu
menghasilkan amplicon sebesar 1796 annealing dengan beberapa variasi
pb. Chahuan et.al. (2009) menegaskan suhu yang berbeda pada PCR tahap
bahwa amplifikasi Nested PCR kedua.
menyebabkan terbentuknya amplicon

Gambar 8. Visualisasi PCR tahap pertama dengan primer eksternal

Hasil amplifikasi PCR tahap kedua tahap kedua. Reece (2004) juga
dapat dilihat pada Gambar 9. Template menegaskan bahwa konsentrasi
DNA yang digunakan pada amplifikasi template DNA yang ideal untuk
tahap kedua memiliki konsentrasi amplifikasi pada PCR yaitu sebesar 100
sebesar 529,1 ng/μL. Konsentrasi - 1000 ng untuk setiap reaksinya.
template DNA tersebut sudah Amplifikasi PCR tahap kedua
memenuhi syarat untuk dilakukan PCR menggunakan optimasi suhu PCR
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 45-56

dengan tiga variasi suhu annealing


yang berbeda yaitu 54oC, 55,9oC dan
58oC.

Gambar 9. Visualisasi PCR tahap kedua dengan primer internal dengan optimasi suhu
annealing.

Optimasi suhu annealing bertujuan tidak optimal menempel pada DNA


untuk menghasilkan amplicon terbaik cetakan, sehingga hasil amplifikasi
dalam proses amplifikasi. Pelacakan menjadi tidak spesifik.
gen KAS II berhasil dilakukan pada Visualisasi amplicon dengan suhu
ketiga variasi suhu annealing. annealing 55,9oC memiliki kualitas dan
Berdasarkan hasil pengamatan pada kuantitas cukup baik dibandingkan
Gambar 4.9, visualisasi amplicon pada dengan suhu annealing 54oC. Hal
PCR tahap kedua menunjukkan tersebut ditunjukkan dengan
kesejajaran ukuran antara 1500 hingga visualisasi pita DNA yang tebal tanpa
2000 pb. Hasil tersebut sesuai dengan terdapat smear. Berdasarkan
DNA target yang diharapkan pada pengamatan pada Gambar 4.10,
kisaran 1796 pb. amplicon dengan suhu annealing
Visualisasi ketiga amplicon tertinggi sebesar 58oC memiliki
dengan variasi suhu annealing karakteristik dengan intensitas pita
menghasilkan perbedaan visualisasi DNA yang lebih tebal jika dibandingkan
pada masing-masing amplicon. amplicon lain. Hal tersebut sudah
Berdasarkan pengamatan Gambar 4.9, sesuai dengan penelitian Innis et al.
visualisasi amplicon dengan suhu (1990) yang menegaskan bahwa
annealing 54oC memiliki intensitas semakin tinggi suhu annealing yang
ketebalan terendah pada pita DNA. digunakan maka pita yang
Amplicon memiliki kualitas yang teramplifikasi semakin spesifik atau
kurang baik dengan keberadaan pita sesuai dengan ukuran gen target.
DNA yang belum teramplifikasi optimal Visualisasi amplicon pada suhu
(smear). Hal tersebut sesuai dengan annealing 58oC menunjukan suhu
penelitian Innis et al. (1990) yang annealing yang tepat, sehingga proses
menegaskan bahwa suhua annealing annealing dan amplifikasi berlangsung
yang rendah menyebabkan primer baik. Hal tersebut berimplikasi
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 45-56

terhadap terbentuknya amplicon yang Sawit (Elaeis guineensis Jacq).


utuh tanpa smear. Oleh karena itu Tesis. Sekolah Pasca Sarjana
perlakuan amplifikasi gen KAS II Institut Pertanian Bogor, Bogor.
dengan suhu annealing 58oC Budiani, A dan Purba, A.R. 2010.
menghasilkan amplicon dengan Kloning Fragmen Gen Penyandi β-
kualitas terbaik. ketoacyl-ACP Synthase II dari
Dua Tipe Kelapa Sawit Dengan
Kesimpulan Kandungan Asam Oleat yang
Fragmen gen KAS II telah berhasil Berbeda. Balai Penelitian
dilacak pada kisaran ukuran amplicon Bioteknologi Perkebunan Bogor
1796 pb. Amplicon terbaik didapatkan Menara Perkebunan, 78(1):1-8.
pada perlakuan suhu annealing 58oC Chauhan, H. C., Kher, H. N., Chandel,
dengan visualisasi pita DNA B. S., Dadawala, A,L., Jain, L.,
berintensitas tebal tanpa smear. Agrawal, S. M., Bhadaniya, A.
Keakuratan ukuran amplicon dapat 2009. Evaluation of Group Specific
dikonfirmasi melalui tahapan lanjutan Nested PCR for Detection of
berupa sekuensing. Bluetongue Virus. Veterinary
World 2(5):179-182.
Ucapan Terimakasih Cloonan, N., Forrest, A.R., Kolle, G.,
Penulis mengucapkan terima kasih Gardiner, B.B., Faulkner, G.J.,
kepada Bapak Teuku Tajuddin selaku Brown, M.K., Taylor, D.F.,
kepala proyek penelitian; Bapak Imam Steploe, A.L., Wani, S., Bethel.,
Civi Cartealy selaku kepala G., Robertson, A.J., Perkins, A.C.,
laboratorium teknologi gen BPPT Bruce, S.J., Lee, C.C., Ranade,
Puspitek Serpong; Ibu Siti Zulaeha dan S.S., Peckham, H.E., Manning,
Ibu Rahma selaku teknisi laboratorium J.M., Kernan, K.J., and
teknologi Gen BPPT Puspitek Serpong; Grimmond, S.M. 2008. Stem Cell
Ibu Hermin Pancasakti dan bapak Anto Transcriptome Profiling Via
Budiharjo selaku dosen pembimbing Massive Scale mRNA Sequencing.
Biologi FSM UNDIP yang telah Nat Methods 5:613-619.
memberikan bimbingan dalam Fatchiyah. 2011.Isolasi DNA dan RNA.
penulisan penelitian ilmiah ini. Http://fatchiyah.lecture.ub.ac.id/
general/dna-isolation. Diunduh
DAFTAR PUSTAKA tanggal 27 November 2012.
Abnova. 2013. RNA Marker. Holzmann, P., Frank, E., Loffler, K..,
http://www.abnova.com/product Bennett, C., Gerner and
s/productsdetail.asp?Catalog_id= Rossmanith, W. 2008. RNase
R0004. Diunduh tanggal 3 Juli without RNA : Identification and
2013. Functional Reconstitution of The
Biotang. 2006. DNA Marker. Human Mitochondrial tRNA
Http://www. Biotangusa.com. Processing Enzyme. Cell
Diunduh tanggal 5 Juli 2013. 135(3):462–474.
Budiani, A. 2005. Ekspresi Protein Innis, M., Gelfand, D., Sninsky, J. and
Spesifik dalam Biosintesis Minyak White, T. 1990. PCR Protocols: a
dan Kloning Gen Penyandi Ht- Guide to Methods and
Accase Subunit Biotin Applications. Academic Press, San
Karboksilase dan Enoil- ACP Diego.
Reduktase dari Mesokarp Kelapa
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 45-56

Kritchevsky, D., Weber, M.M., and science.com .Diunduh tanggal 25


Klurfeld, D.M. 1992. Influence of Oktober 2012.
Different Fats (Soybean Oil, Palm Sambrook,J.E., Fritsch, F. and
Olein or Hydrogenated Soybean Maniatis, T. 1989. Molecular
Oil) on Chemically-Induced Cloning. A Laboratoratory Manual.
Mammary Tumors in Rat. 2nd Edition. Cold Spring Harbor
Nutrition Research 12:175-179 Lab Press. New York .USA.
Madon M, I., Maizura, R., Singh and Sambrook, J. and Russel, D.W. 2001.
Parveez, G.K.A. 2005. Oil Palm Molecular Cloning a Laboratory
Improvement : MPOB’s Manual Third Edition. Cold
experience. In: Proc. PIPOC 2005. Spring Harbor Laboratory
Petaling Jaya, 25-29 Sept. Press, NY.
Myers, T. W. and C. L. Sigua. 1995. Siregar, A.Z. 2006. Kelapa Sawit:
Amplification of RNA High Minyak Nabati Berprospek Tinggi.
Temperature Reverse USU Repository, Medan.
Transcription and DNA Soares, M.B. and Bonaldo, F. 1998.
Amplification with Thermus Genome Analisys: A Laboratory
thermophilus DNA Polymerase. In Manual Volume 2 .Editor : Eric De
: Innis, M. A., D. H. Gelfand, and Green, Bruce Biren, Sue Klapholz,
J. J. Sninsky. PCR Strategies. Richard M. Myers, Jene Roskam.
Academic Press, Inc. San Diego, Cold Spring Harbour Laboratory
California. Press. USA.
Nakkaew, A., Wilaiwan, C. and Tan, B. 1992. Antitumor Effects of Oil
Amornrat, P. 2010. Molecular Palm Carotenes and Tocotrienols
Cloning and Expression of Egtctp, in HRS/J Hairless Female Mice.
Encoding a Calcium Binding Nutrition Research 12. p.163-
Protein, Enhances The Growth of S173.
Callus in Oil Palm (Elaeis Tattersal, E.A.R., Ergul, A., Alkayal, F.,
guineensis, Jacq.L). Deluc, L., Cushman, J.C. and
Songklanakarin J. Sci. Technol. Cramer, G.R. 2005 Comparison of
32(6): 561-569. Methods for Isolating High Quality
Recee, R. J. 2004. Analysis of Genes RNA from Leaves of Grapevine.
and Genoms. John Wiley & Sons, Amj Enol Viticult 56:400-406.
England. Teoh, C.H. 2010. Key Sustainability
Rhea, L. 2011. Trizol Tissue RNA Issues in The Palm Oil Sector.
Extraction Protocol Revised June Discussion Paper For Multi-
2011. Murray Lab and University Stakeholder Consultations
of Lowa, US. Commissioned By The World Bank
Roche. 2005. A Protocol of of Fast Start Group. Advisor Plantation
Taq DNA Polyemerase Kits. Agriculture Petaling Jaya,
Http://www.roche-applied- Malaysia. p.3-4.
science.com. Diunduh tanggal 28 USDA. 2010. Oilseeds : World Markets
Oktober 2012. and Trade. Circular Series
______. 2006. A Protocol of November FOP.
Transcriptor First Strand cDNA Utomo, C. 2006. Fokus Rekayasa
Synthesis Kits. Genetika pada Tanaman Kelapa
Http://www.roche-applied- Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, Medan. Hal.111-119.
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 45-56

Wiame, I. 2000. Irreversible Heat


Inactivation of DNase I Without
RNA Degradation. BioTechniques
29:252-256.
Xiao, Y., Yang, Y., Cao, H., Fan, H., Ma,
Lei, X., Mason, A.S., Xia, Z. and
Huang, X. 2012. Efficient Isolation
of High Quality RNA from Tropical
Palms for RNA-seq Analysis. Plant
Omics Journal 5(6):584-589.
Zilinskiene, J. 2012. Product
Information DNAse RNAse Free.
Http://thermoscientific.com
/onebio. Diunduh tanggal 25
Oktober 2012

Potrebbero piacerti anche