Sei sulla pagina 1di 9

JURNAL REFLEKSI EDUKATIKA 8 (2) (2018)

p-ISSN: 2087-9385 e-ISSN: 2528-696X


http://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE

IMPLEMENTASI PERANAN EKOSISTEM PENDIDIKAN DALAM


PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

Novrian Satria Perdana

Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta

Info Artikel Abstract


Lately we often see some misbehavior done by learners. Various forms of delinquency of learners
Sejarah Artikel: increasingly coloring the present life, making parents, teachers, community leaders and even
Diterima: 9 Feb 2018 Government restless. As an alternative solution to the problem, the government set a policy of
Direvisi : 13 Mar 2018 strengthening character education for all people, including education. Given the importance of
Dipublikasikan: Jun 2018 strengthening character education, it is very interesting to explore how the implementation of the
________________ strengthening of character education in schools, so the authors conduct research that aims to examine
Keywords: what the role of educational ecosystem in implementing the strengthening of character education to
Mischief, Strengthening learners in school. This research uses qualitative method by conducting interviews and surveys to
Character Education, several sample schools namely elementary and junior high school in Semarang city in 2017. Based on
Educational Ecosystem. the results of analysis, the results obtained that the implementation of character value values by: 1)
________________ principal, in the form: socialize school policy about character education, providing exemplary in
implementing the character's values to learners, etc. 2) teachers, in the form of: teachers as centers of
school civilization, giving equal opportunity to students, assessing and reporting outcomes fairly and
transparently (3) staff / education personnel in the form of: neat, polite, etc. 4) parent / community in the
form of: as mediator (building a network) with other institutions or communities in the action of n-value
investing character values at school, active participation in school adiwiyata, training in schools by
inviting experts, and so on. With the synergy in strengthening character education in schools, it will
create a conducive atmosphere in the school environment.

Abstrak
Akhir-akhir ini kita sering melihat beberapa aksi kenakalan yang dilakukan oleh peserta didik.
Bermacam-macam bentuk kenakalan peserta didik semakin mewarnai kehidupan saat ini, membuat
orang tua, guru, tokoh masyarakat dan bahkan Pemerintah resah. Sebagai salah satu alternatif solusi
permasalahan, pemerintah menetapkan kebijakan penguatan pendidikan karakter bagi seluruh
masyarakat, termasuk bidang pendidikan. Mengingat pentingnya penguatan pendidikan karakter, sangat
menarik untuk mendalami bagaimana implementasi penguatan pendidikan karakter di sekolah, sehingga
penulis melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengkaji apa saja peran ekosistem pendidikan dalam
mengimplementasikan penguatan pendidikan karakter kepada peserta didik di sekolah. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara dan survey ke beberapa sekolah sampel
yaitu jenjang SD dan SMP di kota Semarang tahun 2017. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh hasil
bahwa implementasi nilai-nilai karakter oleh: 1) kepala sekolah, dalam dalam bentuk: mensosialisasikan
kebijakan sekolah tentang pendidikan karakter,memberikan keteladanan dalam mengimplementasikan
nilai-nilai karakter kepada peserta didik, dan sebagainya, 2) guru, dalam bentuk: guru sebagai pusat
peradaban sekolah, memberi kesempatan berpendapat secara merata kepada siswa, menilai dan
melaporkan hasil belajar secara adil dan transparan khususnya yang berhubungan dengan penanaman
nilai-nilai karakter, membentuk pribadi peserta didik, dan sebagainya, 3) staf/tenaga kependidikan dalam
bentuk: berpenampilan rapi, berkata sopan, dan sebagainya, dan 4) orangtua/masyarakat dalam bentuk:
sebagai mediator (membangun jejaring) dengan lembaga atau komunitas lain dalam aksi penanaman
nilai-nilai karakter di sekolah, berpartisipasi aktif dalam adiwiyata sekolah, mengadakan pelatihan di
sekolah dengan mengundang para ahli, dan sebagainya. Dengan adanya sinergitas dalam penguatan
pendidikan karakter di sekolah, maka secara langsung akan tercipta suasana kondusif di lingkungan
sekolah.

© 2018 Universitas Muria Kudus



Alamat korespondensi: p-ISSN 2087-9385
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar e-ISSN 2528-696X
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus
Kampus UMK Gondangmanis, Bae Kudus Gd. L. lt I PO. BOX 53
Kudus
Tlp (0291) 438229 ex.147 Fax. (0291) 437198
E-mail: novrian1711@gmail.com
Perdana, Novrian Satria / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)

PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini sedang marak kasus
kenakalan anak. Kasus saja terjadi pada bulan Bentuk Kasus 2014 2015 2016 Jumlah
Februari 2018 adalah berupa tewasnya seorang
guru honorer di Kabupaten Sampang oleh
siswanya sendiri saat jam pelajaran berlangsung. keras, rokok)
Anak sebagai pelaku tindak 67 93 93 253
Ahmad Budi Cahyono, guru honorer di SMAN kekerasan di sekolah
1 Torjun, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa (bulliying)
Timur, meninggal dunia pasca-mengalami Anak sebagai pelaku tindak 42 52 51 145
tindak kekerasan yang diduga dilakukan oleh kejahatan melalui seksual
online
siswanya sendiri. Pemukulan terjadi di ruang
Anak berhadapan hukum 561 157 86 804
kelas IX saat materi seni lukis berlangsung pada pelaku kekerasan seksual
jam terakhir pelajaran. Kasus lainnya terjadi di (pencabulan, pemerkosaan,
Banjarnegara telah beredar video seorang murid sodomi/pedofilia, dsb)
berani menantang kelahi gurunya sendiri. Anak berhadapan hukum 66 36 31 133
sebagai pelaku tindakan
Bahkan siswa tersebut menantang kepala pembunuhan
sekolahnya, Ia menantang sambil membuka Anak berhadapan hukum 47 81 24 152
kancing dan bajunya. sebagai pelaku tindakan
Selain kasus-kasus tersebut, masih pencurian
banyak pula kasus tawuran pelajar yang Sumber: Bank Data KPAI 2016
dihimpun dari berbagai sumber media online,
adanya bentrok antar pelajar yang terjadi pada 9 Berdasarkan data pada tabel di atas,
September 2017 hingga terjadi penganiayaan jumlah kasus terbesar adalah kasus anak sebagai
dan penusukan terhadap dua siswa SMA Negeri pelaku kekerasan seksual sebanyak 804 kasus.
di Lombok Timur. Tawuran pelajar juga terjadi Banyaknya kasus tersebut dipengaruhi faktor
di Banten pada 28 September 2017. Pemicu merebaknya konten pornografi maupun porno
tawuran belasan pelajar adalah dendam lama aksi di era kemajuan global ini. Akses internet
antarpelajar di dua sekolah yang berbeda, akan yang menyeruak masuk, tidak dibekali dengan
tetapi pada saat tawuran pelajar tersebut pelaku pertahanan moral yang cukup pada anak-anak.
juga melibatkan kawan dari sekolah lain. Akibat Hal tersebut mengindikasikan masih lemahnya
tawuran itu, satu pelajar mengalami luka bacok pengawasan orangtua dalam mengawasi
di bagian kaki sebelah kiri dan kepala. Kasus tumbuhkembang karakter anaknya. Kasus
tawuran pelajar berikutnya terjadi di Cakung, lainnya yang sangat memprihatinkan adalah
Jakarta Timur pada 12 Oktober 2017 yang banyaknya anak sebagai pelaku kekerasan di
mengakibatkan satu siswa SMK Swasta tewas. sekolah/ bullying (253 kasus) dan anak pelaku
Kasus serupa juga terjadi di Kota Bogor tawuran pelajar (213 kasus). Banyaknya
yangmana pada tanggal 2 Januari 2018 telah keterlibatan anak-anak dalam kedua kasus
terjadi aksi tawuran puluhan pelajar hingga tersebut mengindikasikan bahwa sekolah belum
menewaskan seorang siswa SMK swasta di ramah anak atau dapat dikatakan adanya
Kota Bogor. kegagalan penanaman pendidikan karakter bagi
Kasus kenakalan yang dilakukan oleh siswa.
peserta didik telah terjadi cukup lama dengan Maraknya kasus kenakalan yang terjadi
berbagai macam bentuknya.Menurut data yang di masyarakat diduga kurangnya keteladanan
dirilis oleh KPAI (2016), ada banyak kasus (perilaku baik) dan pengawasan intensif dari
bentuk kenakalan remaja yang kini terjadi, ekosistem pendidikan termasuk di dalamnya
seperti tertuang pada tabel di bawah ini: orangtua/masyarakat sehingga menjadi salah
Tabel Data Kasus Kenakalan satu penyebab tindak kekerasan yang
bertentangan dengan nilai-nilai karakter.
Peningkatan kasus kenakalan merupakan wujud
Bentuk Kasus 2014 2015 2016 Jumlah proses pendewasaan remaja yang tidak tepat.
Dalam proses kehidupan menuju pedewasaan,
para remaja/peserta didik selalu membutuhkan
Anak pelaku tawuran 46 126 41 213 penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial tersebut
pelajar adalah merupakan suatu kemampuan untuk
Anak yang menggunakan 63 74 64 201 dapat bereaksi secara cepat, tepat, sehat dan
napza (narkotika, minuman
keras, rokok) memuaskan terhadap realitas sosial budaya dan
Anak sebagai pengedar 48 31 17 96 situasi lingkungan sosial budaya dengan cara
napza (narkotika, minuman mengubah kebiasaan yang ada dengan
184
Perdana, Novrian Satria / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)

sedemikian rupa sehingga tuntutan Pembangunan bangsa dan pembangunan


bermasyarakat dapat diterima secara harmonis, karakter merupakan persoalan mendasar bagi
dan diterima dengan baik. Seorang peserta didik keberlangsungan sebuah bangsa. Bagi bangsa
usia remaja dituntut harus dapat melakukan Indonesia pembangunan karakter ini memiliki
suatu penyesuaian sosial agar tidak berdampak panduan yang sudah jelas yaitu berdasarkan
negatif dalam sosial budaya dalam Pancasila sebagai falsafah/pandangan hidup
bermasyarakat. Penyesuaian sosial pada peserta bangsa dan dasar negara. Ideologi Pancasila
didik merupakan kemampuan peserta didik merupakan keseluruhan pandangan, cita-cita,
dalam menjalankan tugas-tugas perkembangan maupun keyakinan dan nilai-nilai bangsa
pembelajaran dalam menyesuaikan lingkungan Indonesia secara normatif perlu diwujudkan
sosialnya seperti di rumah dan keluarga, sekolah dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara
dan masyarakat dengan menyeleksi segala guna mewujudkan tercapainya suatu keadilan
sesuatu fenomena yang berasal dari lingkungan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Rahman
yang sesuai dengan kebutuhan dirinya dan sosial 2017).
sehingga menghantarkannya pada suatu kondisi Penanaman nilai-nilai karakter kepada
penyesuaian yang baik dan harmonis untuk peserta didik memerlukan strategi pembelajaran
perkembangan kepribadian peserta didik dan keahlian tersendiri. Oleh karena itu sekolah
tersebut yang sehat. dituntut untuk memahami nilai-nilai karakter
Kegagalan anak-anak dalam melakukan yang akan ditanamkan kepada peserta didik.
penyesuaian sosialnya dapat berdampak pada Strategi penanaman nilai-nilai karakter dapat
kenakalan. Santrock dalam Puslitjakdikbud dilakukan melalui pembelajaran, pengembangan
(2015) mengatakan hal ini dapat terjadi karena diri dan pembudayaan sekolah. Pendidikan
anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu karakter pada dasarnya merupakan upaya dalam
dengan teman sebayanya. Anak-anak lebih suatu proses menginternalisasikan,
banyak berada di luar rumah bersama dengan menghadirkan, dan mengembangkan nilai-nilai
teman-teman sebaya sebagai kelompok daripada kebaikan pada diri peserta didik. Dengan adanya
di dalam rumah bersama dengan keluarganya. upaya internalisasi nilai-nilai kebajikan yang
Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh ada pada diri peserta didik, diharapkan dapat
teman-teman sebaya terhadap anak-anak pada mewujudkan perilaku baik bagi peserta didik
perubahan sikap/perilaku, etika, gaya bicara, tersebut.
motivasi, penampilan, dan sebagainya lebih Dalam upaya pembentukan karakter bagi
besar daripada pengaruh keluarga. peserta didik, saat ini telah diperkuat dengan
Masih banyaknya kasus-kasus kenakalan adanya Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2017
anak/peserta didik mengindikasikan bahwa tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Dalam
Negara ini sedang dihadapkan pada masalah Peraturan Presiden tersebut, telah disebutkan
krisis multidimensional. Sebagai salah satu bahwa Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
alternatif mengatasi krisis multidemensional adalah suatu gerakan pendidikan di bawah
pemerintah menetapkan kebijakan pendidikan tanggung jawab satuan pendidikan untuk
budaya dan karakter bangsa. Pendidikan memperkuat karakter peserta didik melalui
karakter selalu menjadi landasan Negara dalam harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan
mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antar
untuk mewujudkan masyarakat yang berakhlak satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat
mulia, berbudi pekerti luhur, bermoral, beretika, sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi
berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Mental (GNRM). Melalui Keppres tersebut
Pancasila dan UUD 1945. Pentingnya telah dijelaskan bahwa Gerakan Penguatan
pendidikan karakter selain karena sebagai Pendidikan karakter dilangsungkan pada setiap
landasan negara dalam mewujudkan visi jenjang pendidikan. Pelaksanaan gerakan
pembangunan nasional, menurut Azizah (2016) penguatan pendidikan karakter (PPK) pada tiap
menyampaikan bahwa pendidikan karakter juga jenjang melibatkan dan memanfaatkan
dapat bertujuan untuk: (1) mengembangkan ekosistem pendidikan yang ada di lingkungan
potensi peserta didik agar menjadi manusia sekolah.
berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku Lickona dalam Suhardi (2018)
baik; (2) membangun bangsa yang berkarakter menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah
Pancasila; (3) mengembangkan potensi warga upaya sungguh-sungguh secara sengaja untuk
negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga membantu orang untuk memahami, lebih peduli,
pada bangsa dan negaranya serta mencintai dan bertindak berdasarkan dengan nilai-nilai
umat manusia. etika inti. Pembangunan karakter merupakan

185
Perdana, Novrian Satria / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)

salah satu upaya perwujudan amanat Pancasila Indonesia telah merumuskan kebijakan dalam
dan Pembukaan UUD 1945 yang rangka pembangunan karakter bangsa.
dilatarbelakangi oleh realita permasalahan Dalam Kebijakan Nasional
kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-
disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai 2025 dalam Marzuki (2012) ditegaskan bahwa
Pancasila secara menyeluruh, memudarnya karakter merupakan hasil keterpaduan empat
kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, bagian, yakni olah hati, olah pikir, olah raga,
ancaman disintegrasi bangsa, melemahnya serta olah rasa dan karsa. Olah hati terkait
kemandirian bangsa, dan sebagainya. Mengingat dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan,
pentingnya pendidikan karakter, Kosim (2011) olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna
berpendapat penguatan pendidikan karakter mencari dan menggunakan pengetahuan secara
harus diajarkan secara sistematis dan holistik kritis, kreatif, dan inovatif, olah raga terkait
sejak dini dengan menggunakan metode dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan,
knowing the good, loving the good, dan acting manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru
the good. Knowing the good bersifat disertai sportivitas, serta olah rasa dan karsa
pengetahuan atau kognitif, loving the good, berhubungan dengan kemauan dan kreativitas
yakni bagaimana seseorang merasakan dan yang tecermin dalam kepedulian, pencitraan,
mencintai kebajikan yang diajarkan, sehingga dan penciptaan kebaruan.
tumbuh kesadaran bahwa seseorang mau Pemerintah juga telah mengembangkan
melakukan kebajikan karena dia cinta dengan nilai-nilai utama yang disarikan dari butir-butir
perilaku kebajikan itu. Selanjutnya mengenai standar kompetensi lulusan (Permendiknas No.
acting the good, yaitu kebiasaan melakukan 23 Tahun 2006) dan dari nilai-nilai utama yang
kebajikan secara spontan. Jika semua dapat dikembangkan oleh Pusat Kurikulum
terlaksana maka akan terbentuk pribadi yang Kemdikbud. Dari kedua sumber tersebut, seperti
secara spontan mampu melakukan kebajikan yang disampaikan oleh Direktorat PSMP
sesuai nilai-nilai yang diajarkan. Kemdiknas (2010) menyampaikan nilai-nilai
Afandi (2011) menyatakan penguatan utama yang harus dicapai dalam pembelajaran
pendidikan karakter saat ini memiliki peranan di sekolah (institusi pendidikan) di antaranya 1)
yang sangat strategis bagi keberlangsungan dan kereligiusan, 2) nasionalisme, 3) kejujuran, 4)
keunggulan bangsa di masa mendatang. kemandirian,5) kecerdasan, 6) percaya diri, 7)
Dalam proses penguatan pendidikan karakter ketangguhan, 8) kesantunan, 9) kedisiplinan, 10)
tersebut harus dilakukan dengan melalui kedemokratisan, dan sebagainya. Melengkapi
perencanaan pembelajaran yang efektif dan nilai-nilai utama dalam upaya penguatan
efisien, pendekatan pembelajaran yang sesuai, pendidikan karakter, menurut the Six Pillars of
dan metode belajar dan pembelajaran yang Character, yang dikeluarkan oleh Character
efektif. Sesuai dengan sifat nilai pendidikan Counts Coalition: A Project of the Joseph
karakter merupakan usaha bersama sekolah Institute of Ethics dalam Kamaruddin (2014),
dan oleh karenanya harus dilakukan secara perlu dikembangkan enam jenis karakter antara
bersama oleh semua guru, semua mata lain: (1) trustworthiness, merupakan salah satu
pelajaran, dan menjadi bagian yang tak bentuk karakter yang membuat seseorang
terpisahkan dari budaya sekolah. Adapun menjadi memiliki integritas, memiliki nilai
beberapa tujuan pendidikan karakter (1) dapat kejujuran, dan memiliki nilai loyalitas; (2)
untuk mengembangkan potensi dasar fairness, merupakan salah satu bentuk karakter
nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan yang membuat seseorang lebih memiliki
warga negara agar berhati baik, berpikiran baik, pemikiran yang lebih terbuka serta tidak suka
dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan memanfaatkan orang lain; (3) caring,
membangun perilaku bangsa yang multikultur; merupakan salah satu bentuk karakter yang
(3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan membuat seseorang lebih memiliki sikap
tanggung jawab peserta didik sebagai generasi kepedulian dan perhatian, baik terhadap orang
penerus bangsa, (4) mengembangkan lain maupun terhadap kondisi sosial di
kemampuan peserta didik menjadi manusia lingkungan sekitarnya; (4) respect, merupakan
yang mandiri, kreatif, dan berwawasan salah satu bentuk karakter yang membuat
kebangsaan, (5) meningkatkan peradaban seseorang selalu menghargai dan menghormati
bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.; orang lain; (5) citizenship, merupakan salah
dan sebagainya. Mengingat pentingnya tujuan satubentuk karakter yang membuat seseorang
pendidikan karakter tersebut, pemerintah sadar hukum dan peraturan serta lebih peduli
terhadap kondisi lingkungan alam; dan (6)

186
Perdana, Novrian Satria / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)

Responsibility, merupakan salah satubentuk Pendidikan karakter seharusnya dapat


karakter yang membuat seseorang lebih dilaksanakan dengan suatu perencanaan oleh
memiliki rasa tanggung jawab, disiplin, dan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
selalu melakukan segala sesuatu dengan sebaik- Wahyuningtyas dkk (2017) berpendapat
baiknya. pendidikan karakter merupakan suatu upaya
Halstead dan Taylor dalam Samsuri yang disengaja untuk membantu siswa agar
(2012) berpendapat model pembelajaran memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan
karakter yang diterapkan antara lain dengan nilai-nilai inti. Oleh karena itu hal ini dapat
problem solving, cooperative learning, dan diupayakan melalui pemberian ilmu
experience-based projects yang dapat pengetahuan dan penanaman nilai-nilai karakter
diintegrasikan ke dalam model pembelajaran yang baik pada peserta didik melalui contoh
tematik dan diskusi untuk menempatkan nilai- teladan agar peserta didik memiliki karakter
nilai kebajikan ke dalam praktik kehidupan berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama
sehari-hari sebagai sebuah pengajaran yang sosial dan lingkungan. Telah banyak upaya yang
bersifat formal di sekolah. Pengintegrasian nilai- dilakukan oleh sekolah dalam upaya penguatan
nilai kebajikan di sekolah perlu dituangkan pada pendidikan karakter peserta didikantara lain
materi pelajaran yang berkaitan dengan norma dengan cara mengintegrasikan ke dalam
atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu kurikulum, ekstrakulikuler maupun pembiasaan
dikembangkan, dieksplisitkan, dan dikaitkan pembiasaan baik di sekolah, pengintegrasian
dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan pendidikan karakter di dalam kelas guru
demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter di mengupayakan metode yang relevan sehingga
sekolah tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi akan tercipta belajar yang aktif, kreatif dan
menyentuh pada internalisasi dan pengalaman menyenangkan sehingga berpengaruh pada
nyata dalam kehidupan sehari-hari di prestasi belajar siswa.Pendidikan karakter di
masyarakat. Pendidikan karakter sangat penting sekolah tidak akan lepas dari peran kepala
untuk diajarkan kepada semua orang, dan salah sekolah, guru, pendidik dan tenaga
satu institusi yang dianggap paling efektif dalam kependidikan serta orangtua/masyarakat yang
mengajarkan pendidikan karakter adalah dilibatkan untuk menentukan fokus atau tema
sekolah. Karyono (2015) mengatakan sekolah nilai-nilai karakter yang ingin dikembangkan di
menjadi basis pengembangan karakter pada sekolah. Penerapan pendidikan karakter terlebih
jenjang pendidikan formal. Sekolah merupakan dahulu mensosialisasikan nilai-nilai tersebut ke
lembaga akademik dengan tugas utamanya seluruh komponen/stake holder sekolah. Nilai-
adalah untuk menyelenggarakan pendidikan dan nilai karakter ditumbuhkan dengan memasukan
mengembangkan ilmu, pengetahuan, teknologi, pada Program kegiatan yang ada di sekolah.
dan seni. Oleh karena itu, sangat diperlukan Implementasi nilai-nilai karakter dapat
model pendidikan karakter yang efektif; dilakukan melalui : (i) pembelajaran di kelas
sedangkan di sekolah pula, guru mempunyai yaitu pada semua mata pelajaran, (ii)
peranan yang sangat strategis sebagai figur yang pendidikan ekstra kurikuler, (iii) melalui
langsung berhadapan dengan peserta didik. budaya sekolah, dan (iv) kegiatan pembiasaan
Tujuan pendidikan tidak hanya untuk dalam keseharian di rumah.
mengembangkan keilmuan, tetapi juga untuk Sehubungan dengan uraian yang telah
membentuk kepribadian, kemandirian, disajikan, dirasa perlu dilakukan suatu
keterampilan sosial, dan karakter peserta didik. pengkajian tentang implementasi peranan
Oleh sebab itu, berbagai program dirancang dan ekosistem pendidikan dalam penguatan
diimplementasikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan karakter kepada peserta didik.
pendidikan tersebut, terutama dalam rangka Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
pembentukan karakter. Widodo (2017) mengkaji apa saja peran ekosistem pendidikan
menyatakan pembentukan karakter melalui (kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan dan
penguatan pendidikan karakter sangatlah orangtua/masyarakat) dalam penguatan
penting karena memiliki hakikat bahwa pendidikan karakter kepada peserta didik.
pendidikan yang bertujuan untuk membentuk
sebuah generasi yang bijaksana dan memiliki METODE PENELITIAN
intelektualitas yang didasarkan pada nilai-nilai Penelitian penguatan pendidikan karakter
moral yang baik dan nilai-nilai ketuhanan agar di satuan pendidikan menggunakan pendekatan
seorang individu tersebut dapat berperilaku arif sekolah secara menyeluruh yang mencakup (1)
dan bijaksana bagi dirinya sendiri maupun di kepemimpinan, pengelolaan dan perubahan
dalam masyarakat. pengelolaan, (2) pengembangan kebijakan yang

187
Perdana, Novrian Satria / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)

ada, (3) perencanaan kurikulum dan guru mengenai pendidikan karakter melalui
sumberdaya, (4) pembelajaran dan pengajaran, rapat rutin dan pada saat upacara bendera,
(5) budaya dan lingkungan sekolah,(6) mengadakan pelatihan, mendelegasikan
pemberian hak mengemukakan pendapat bagi pelaksanaan pendikar kepada guru dan staf,
anak-anak dan remaja, (7) penyediaan layanan melaksanakan bimbingan kepada guru,
dukungan untuk anak-anak dan remaja, (8) mengadakan lomba-lomba, memberikan
kebutuhan pengembangan, kesehatan, dan keteladanan dan motivasi kepada guru,
kesejahteraan profesional, (9) kemitraan dengan membuat tata tertib, dan menjalin kerjasama
orang tua / wali dan masyarakat lokal, (10) dengan orang tua untuk memberikan
menilai, mencatat dan melaporkan prestasi keteladanan kepada anak-anaknya di rumah.
anak-anak dan sebagainya.Secara garis besar Kedua, dalam hal kebijakan penanaman nilai-
pendekatan beserta aspek-aspeknya dapat nilai karakter di sekolah.
digunakan namun disesuaikan dengan kondisi Adapun peran kepala sekolah dalam hal
dan kebutuhan penelitian. Selain itu penelitian kebijakan penanaman nilai-nilai karakter di
juga menggunakan pendekatan inductive sekolah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
reasoning dalam menganalisis data yang sudah melaksanakan pembiasaan rutin, memberikan
diperoleh dalam pengumpulan data. keteladanan kepada seluruh warga sekolah,
Pengumpulan data dengan menggunakan menuangkan nilai-nilai karakter dalam visi dan
instrumen yang telah diujicobakan. Data misi sekolah, menganggarkan pelaksanaan
lapangan dikumpulkan di provinsi/ lokasi yang pendidikan karakter dalam RKAS, melakukan
diharapkan dapat mewakili gambaran tentang sosialisasi kepada guru, orang tua, dan siswa,
kondisi dan permasalahan pendidikan karakter melaksanakan bimbingan kepada guru dan
di Indonesia. Sampel penelitian ini adalah 2 SD siswa, dan menugaskan guru membuat RPP
Negeri, 2 SD Swasta, 2 SMP Negeri dan 2 SMP berkarakter. Ketiga, dalam hal pengelolaan
Swasta di kota Semarang tahun 2017. penyelenggaraan nilai-nilai karakter di sekolah.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui Focus Peran kepala sekolah dalam hal
Group Discussion (FGD) dengan mengundang pengelolaan penyelenggaraan nilai-nilai
narasumber daerah yang berasal dari tokoh karakter di sekolah dapat diklasifikasikan
masyarakat, dinas pendidikan, perguruan tinggi, sebagai berikut: melaksanakan pembiasaan
lembaga, maupun dari sekolah dan survey ke rutin, memberikan keteladanan kepada seluruh
sekolah sampel. warga sekolah, melakukan sosialisasi kepada
Data yang sudah dikumpulkan kemudian guru, orang tua, dan siswa, melakukan
diolah dan dianalisis. Pengolahan dan analisis pengawasan, membuat tata tertib dan
data pada penelitian kualitatif dilakukan melalui memberikan sanksi apabila ada yang melanggar,
tahapan mengkategorisasikan data, mereduksi menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler, dan
data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. melaksanakan kerjasama dengan pihak terkait.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih Keempat, dalam hal pembinaan (pengembangan
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal profesi) PTK di sekolah.
yang penting, mencari pola dan informasi yang Mengenai peran kepala sekolah dalam
diperoleh dan membuang informasi yang tidak hal pembinaan (pengembangan profesi) PTK di
perlu. Melalui penyajian data, maka data sekolah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan mengadakan pelatihan di sekolah dengan
sehingga mudah dipahami. Adapun proses mengundang para ahli, menugaskan guru untuk
penarikan kesimpulan dan verifkasi dilakukan pelatihan di luar sekolah, menyelenggarakan
untuk menemukan bukti-bukti yang kuat sampai MGMP, menyusun RPP berkarakter, dan
diperoleh simpulan yang kredibel. melaksanakan bimbingan kepada guru secara
berkala, dan memberikan motivasi kepada guru
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk melaksanakan pendidikan karakter di
Peranan kepala sekolah terkait dengan sekolah. Kelima, dalam hal pemberian layanan
penanaman nilai-nilai karakter pada sekolah- khusus kepada peserta didik yang
sekolah yang menjadi sasaran antara lain: membutuhkan.
pertama, dalam hal mensosialisasikan kebijakan Adapun peran kepala sekolah dalam hal
sekolah tentang pendidikan karakter. Adapun pemberian layanan khusus kepada peserta didik
peran kepala sekolah dalam hal yang membutuhkan dapat diklasifikasikan
mensosialisasikan kebijakan sekolah tentang sebagai berikut: membuka kelas akselarasi dan
pendidikan karakter dapat diklasifikasikan CIBI, membangun komunikasi dengan orang
sebagai berikut: mengadakan sosialisasi kepada tua, menyediakan fasilitas buku dan sarana

188
Perdana, Novrian Satria / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)

penunjang K13, mendelegasikan kepada guru penilaian secara berkala kepada orang tua dan
BK dan rohani, melaksanakan bimbingan guru BK.
kepada siswa, dan menyelenggarakan remedial. Kelima, dalam memberikan layanan
Keenam, dalam hal keteladanan dalam khusus bagi peserta didik yang membutuhkan.
mengimplementasikan nilai-nilai karakter. Adapun peran guru dalam hal memberikan
Adapun peran kepala sekolah dalam hal layanan khusus bagi peserta didik yang
keteladanan dalam mengimplementasikan nilai- membutuhkan dapat diklasifikasikan sebagai
nilai karakter dapat diklasifikasikan sebagai berikut: membangun komunikasi dengan orang
berikut: memberikan keteladanan dalam tua siswa, menyediakan fasilitas yang
mengimplementasikan nilai-nilai karakter dan diperlukan, menyediakan waktu untuk
melaksanakan pembiasaan rutin sekolah. bimbingan, berkoordinasi dengan guru BK dan
Peranan guru dalam penanaman nilai- guru lainnya, dan memberikan pelajaran
nilai karakter pada sekolah-sekolah yakni tambahan dan remedial. Selanjutnya peranan
pertama, dalam hal mensosialisasikan kebijakan staf/tenaga kependidikan dalam mendukung
sekolah tentang pendidikan karakter. Adapun penyelenggaraan pendidikan karakter pada
peran guru dalam hal mensosialisasikan sekolah-sekolah antara lain: pertama, dalam hal
kebijakan sekolah tentang pendidikan karakter pengusulan sarana pendukung serta aktivitas di
dapat diklasifikasikan sebagai berikut: sekolah dengan kegiatan yang berhubungan
melaksanakan pembiasaan rutin, membuat dengan pendidikan karakter. Adapun peran staf
program dan menanaman/menyisipkan nilai di sekolah/tenaga kependidikan dalam
karakter pada siswa pada saat proses pengusulan sarana pendukung serta aktivitas di
pembelajaran, melaksanakan sosialisasi tata sekolah dengan kegiatan yang berhubungan
tertib kepada siswa, melaksanakan bimbingan, dengan pendidikan karakter dapat
dan memberikan contoh keteladanan. diklasifikasikan sebagai berikut: menyediakan
Kedua, dalam hal keteladanan pada sarana ekstrakurikuler yang memadai,
implementasi nilai-nilai karakter. Adapun peran mengajukan usulan mengenai apa yang
guru dalam hal keteladanan pada implementasi dibutuhkan dalam pelaksanaan pendidikan
nilai-nilai karakter adalah memberi contoh karakter, menyediakan sarana kebersihan,
keteladanan dan melaksanakan pembiasaan rutin memberikan pelayanan kepada guru,
di sekolah. menciptakan suasana sekolah yang kondusif,
Ketiga, dalam hal memberikan mengadakan kerjasama dengan guru dan warga
kesempatan berpendapat secara merata kepada sekolah, menyusun format penilaian hasil
siswa. Adapun peran guru dalam hal memberi penanaman nilai, memberikan keteladanan,
kesempatan berpendapat secara merata kepada membantu adminstrasi guru, dan memasang
siswa dapat diklasifikasikan sebagai berikut: CCTV. Kedua, dalam hal menjadi teladan dalam
membiasakan siswa untuk berpendapat/bertanya mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan
pada saat pembelajaran, guru menjadi fasilitator karakter. Adapun peranan tersebut adalah
dan motivator dalam pembelajaran, menampung memberikan contoh keteladanan kepada siswa
aspirasi siswa, memberikan keteladanan, di sekolah seperti membuang sampah pada
mengadakan rapat OSIS, menerapkan metode tempatnya, berpenampilan rapi, berkata sopan,
pembelajaran belajar kelompok, dan dan sebagainya. Terakhir adalah adalah peranan
memberikan tugas presentasi baik mandiri dan orangtua terhadap penyelenggaraan pendidikan
kelompok. Keempat, dalam hal karakter diuraikan sebagai berikut: pertama,
memberikanpenilaian dan melaporkan hasil dalam hal memberikan dukungan program
belajar khususnya yang berhubungan dengan sekolah yang berhubungan dengan pendidikan
penanaman nilai-nilai karakter. karakter.
Adapun peran guru dalam hal menilai Adapun peran orang tua/masyarakat
dan melaporkan hasil belajar khususnya yang dalam memberi dukungan program sekolah
berhubungan dengan penanaman nilai-nilai yang berhubungan dengan pendidikan karakter
karakter dapat diklasifikasikan sebagai berikut: dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
membuat alat dan format penilaian sikap membantu kegiatan sekolah, mengadakan
(LHPKPD) untuk menilai hasil penanaman nilai berkoordinasi dengan guru BK, memberikan
siswa dalam bentuk observasi, portofolio, dan keteladanan, mengadakan kerjasama dengan
rubric, melaksanakan penilaian sikap yang sekolah, memeriksa tugas yang diberikan guru
terintegrasi dengan pelaksanaan ulangan, tugas kepada anaknya, mendukung pelaksanaan tata
kelompok dan mandiri, dan melaporkan hasil tertib di sekolah, dan melaksanakan pengawasan
terhadap anaknya di rumah. Kedua, sebagai

189
Perdana, Novrian Satria / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)

teladan dalam implementasi nilai-nilai karakter. Selanjutnya implementasi peranan guru


Adapun peran orang tua/masyarakat sebagai dalam melaksanakan program penguatan
teladan dalam implementasi nilai-nilai karakter pendidikan karakter di sekolah dalam bentuk:
dapat diklasifikasikan sebagai berikut: mensosialisasikan kebijakan sekolah tentang
memberikan keteladanan kepada anak-anaknya pendidikan karakter, memberikan keteladanan
di rumah/keluarga, mendukung pelaksanaan dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter
pendikar di sekolah, melaksanakan pembiasaan kepada peserta didik, memberi kesempatan
rutin di keluarga, dan memberikan motivasi berpendapat secara merata kepada siswa,
kepada anak-anaknya untuk berperilaku terpuji. menilai dan melaporkan hasil belajar secara adil
Ketiga, sebagai mediator (membangun jejaring) dan transparan khususnya yang berhubungan
dengan lembaga atau komunitas lain dalam aksi dengan penanaman nilai-nilai karakter, dan
penanaman nilai-nilai karakter di sekolah. memberikan layanan khusus bagi peserta didik
Adapun peran orang tua/masyarakat sebagai yang membutuhkan.
mediator (membangun jejaring) dengan lembaga Bentuk-bentuk implementasi peranan
atau komunitas lain dalam aksi penanaman staf/tenaga kependidikan dalam melaksanakan
nilai-nilai karakter di sekolah dapat penguatan pendidikan karakter di sekolah dalam
diklasifikasikan sebagai berikut: memberikan misalnya dalam hal pengusulan sarana
sumbangan pohon, mengadakan bank sampah, pendukung serta aktivitas di sekolah dengan
melaksanakan pertukaran siswa dalam bentuk kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan
sister parent, mengadakan kerjasama dengan karakter, dan berpenampilan rapi, berkata sopan,
masyarakat dan instansi terkait, membentuk dan sebagainya.
komite sekolah, website dan kotak pengaduan, Peranan ekosistem pendidikan yang
dan menjadi fasilitator dan mediator kegiatan terakhir adalah dari orangtua/masyarakat dalam
sekolah. Keempat, sebagai nara sumber dalam hal penguatan pendidikan karakter kepada
aksi penanaman nilai-nilai karakter di sekolah. peserta didik antara lain dalam bentuk
Adapun peran orang tua/masyarakat dalam hal memberikan dukungan program sekolah yang
aksi penanaman nilai-nilai karakter di sekolah berhubungan dengan pendidikan karakter,
dapat diklasifikasikan sebagai berikut: mendukung pelaksanaan pendikar di sekolah,
berpartisipasi dalam adiwiyata sekolah, melaksanakan pembiasaan rutin di
mengadakan pelatihan di sekolah dengan keluarga,sebagai mediator (membangun
mengundang para ahli, menghadiri undangan jejaring) dengan lembaga atau komunitas lain
sekolah, mendukung kegiatan sekolah pada awal dalam aksi penanaman nilai-nilai karakter di
dan akhir tahun, memberikan informasi sekolah, berpartisipasi aktif dalam adiwiyata
mengenai karakteristik anaknya di rumah, dan sekolah, mengadakan pelatihan di sekolah
menjadi sumber informasi bagi orang tua siswa dengan mengundang para ahli, dan sebagainya.
lainnya. Sinergitas dalam penguatan pendidikan
karakter di sekolah, maka secara langsung akan
SIMPULAN DAN SARAN tercipta suasana kondusif di lingkungan sekolah
Program penguatan pendidikan karakter dan akan berdampak positif pada peningkatan
tidak akan berhasil tanpa sinergitas dari karakter peserta didik. Dalam upaya penguatan
ekosistem pendidikan. Ekosistem pendidikan pendidikan karakter di sekolah harus terus
antara lain terdiri dari Kepala Sekolah, Guru, melibatkan semua komponen (stakeholders)
Staf/Tenaga Kependidikan, dan termasuk komponen-komponen pendidikan itu
orangtua/masyarakat. Implementasi peranan sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
kepala sekolah dalam melaksanakan penguatan pembelajaran dan penilaian, penanganan atau
pendidikan karakter di sekolah dalam bentuk: pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan
mensosialisasikan kebijakan sekolah tentang sekolah, pemberdayaan sarana prasarana,
pendidikan karakter (guru sebagai pusat pembiayaan, dan etos kerja seluruh ekosistem
peradaban sekolah), kebijakan penanaman nilai- pendidikan. Keberhasilan dalam upaya
nilai karakter di sekolah (pembentuk karakter penguatan pendidikan karakter dimulai dengan
peserta didik), pengelolaan penyelenggaraan pemahaman karakter yang baik oleh ekosistem
nilai-nilai karakter di sekolah, pembinaan pendidikan, mencintainya, dan melaksanakan
(pengembangan profesi) PTK di sekolah, atau meneladani karakter tersebut sebagai suatu
pemberian layanan khusus kepada peserta didik kebiasaan. Dengan demikian, penguatan
yang membutuhkan, dan memberikan pendidikan karakter tidak sekedar diajarkan
keteladanan dalam mengimplementasikan nilai- akan tetapi yang paling terpenting adalah
nilai karakter. dicontohkan dan diamalkan oleh seluruh elemen

190
Perdana, Novrian Satria / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) (2018)

ekosistem pendidikan dalam mewujudkan Karyono, Hari. 2015. Implementasi Pendidikan


tujuan pendidikan karakter. Karakter di Taman Kanak-kanak: Studi
Berdasarkan simpulan di atas, maka Kasus pada Taman Kanak-kanak Kemala
diusulkan beberapa saran yakni 1) pelaksanaan Bhayangkari 97 Gasum, Pusdik Porong,
penguatan pendidikan karakter di sekolah Jawa Timur, Indonesia. Sosiohumanika:
dilakukan melalui pengintegrasian nilai-nilai Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan
karakter ke dalam seluruh mata pelajaran yang Kemanusiaan, 8 (2).
diajarkan, 2) pelaksanaan penguatan pendidikan
karakter di sekolahdapat juga dilakukan dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia. 2016.
cara mengintegrasikan nilai-nilai karakter Data Kasus Kenakalan Remaja. Diakses
kepada peserta didik saat dilakukan kegiatan melalui website: www.kpai.go.id pada
pembinaan peserta didik seperti misalnya tanggal 04 Februari 2018
kegiatan ekstrakurikuler, 3) pelaksanaan
penguatan pendidikan karakter di sekolah dapat Kosim, Mohammad. 2011. Urgensi Pendidikan
pula dilaksanakan melalui beberapa kegiatan Karakter. Jurnal Karsa, IXI (1).
pengelolaan manajemen sekolah yang
melibatkan ekosistem pendidikan, dan 4) Lestari, Indah. 2014. Pengembangan Media
Pelaksanaan penguatan pendidikan karakter di Bimbingan Dan Konseling Berbasis
sekolah harus berupa gerakan menyeluruh yang Islami Untuk Membentuk Karakter
dilakukan secara bersama-sama kepada Mandiri Anak Usia Dini. Jurnal Refleksi
ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru, Edukatika, 4 (1).
staf/tendik, peserta didik dan
orangtua/masyarakat) dengan membuat sistem Marzuki. 2012. Pengintegrasian Pendidikan
reward and punishment sehingga tercipta suatu Karakter Dalam Pembelajaran Di
gerakan pendidikan karakter sebagai suatu Sekolah. Jurnal Pendidikan Karakter,
pembiasaan. Tahun II (1).

DAFTAR PUSTAKA Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan


Kebudayaan (Puslitjakdikbud). 2015.
Afandi, Rifki. 2011. Integrasi Pendidikan Buku Laporan Penelitian Isu Aktual:
Karakter Dalam Pembelajaran IPS di Kajian Tindak Kekerasan Siswa Jenjang
Sekolah Dasar. Jurnal Pedagogia, 1 (1). Pendidikan Menengah. Balitbang
Kemendikbud.
Azizah, Aida dkk. 2016. Karakter Tokoh Dalam
Novel Langit Mekah Berkabut Merah Rahman, Maman, dkk. 2017. Pengembangan
Karya Geidurrahman Al-Mishry Berbasis Model Manajemen Pelatihan Dan
Nilai-Nilai Karakter Religius Dan Pengembangan Pendidikan Karakter
Implikasinya Dalam Pembelajaran Sastra Berlokus Padepokan Karakter. Jurnal
Di Madrasah Aliyah. Jurnal Refleksi Refleksi Edukatika, 8 (1): 16-26.
Edukatika, 7 (1).
Samsuri. 2012. Buku Pendidikan Karakter
Dit PSMP Kemdiknas. 2010. Buku Pendidikan Warganegara. Surakarta: Pustaka Hanif.
Karakter Terintegrasi dalam
Pembelajaran di Sekolah Menengah Suhardi. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Pertama. Jakarta: Direktorat PSMP Dalam Dongeng Putra Lokan. Jurnal
Kemdiknas. Lingua, XIV (1).

Kamaruddin, Syamsu A. 2014. Mahasiswa Wahyuningtyas, Agustin dkk. 2017. Manajemen


dan Perilaku Berkarakter: Studi Pendidikan Karakter Pada SMP Full Day
Sosiologis terhadap Pendidikan Karakter School di Kota Yogyakarta. Jurnal
di Fakultas Keguruan dan Ilmu Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 5
Pendidikan UVRI Makassar, Sulawesi (1).
Selatan. Sosiohumanika: Jurnal
Pendidikan Sains Sosial dan Widodo, Suprih. 2017. Pendidikan Karakter
Kemanusiaan, 7 (1). Dalam Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar. Jurnal Metodik Didaktik,
12 (2).

191

Potrebbero piacerti anche